Anda di halaman 1dari 4

Meneladani Rasulullah dalam Perjuangan dan Dakwah

َ ‫ُوا ٱهَّلل َ َو ۡٱليَ ۡ'و َم ٱأۡل ٓ ِخ' َر َو َذ َك‬


ٗ ِ‫'ر ٱهَّلل َ َكث‬
٢١ ‫'يرا‬ ْ ‫َة لِّ َمن َكانَ يَ ۡرج‬ٞ ‫“ لَّقَ ۡد َكانَ لَ ُكمۡ فِي َرسُو ِل ٱهَّلل ِ أُ ۡس َوةٌ َح َسن‬Sesungguhnya telah ada

pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap
(rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.” QS Al-Ahzab ayat
21

– Islam adalah agama yang sempurna mengurus seluruh aspek kehidupan, baik politik,
ekonomi, sosial, budaya, dan pemerintahan. Prinsip dari perilaku seorang muslim adalah terikat
dengan hukum syara’. Karena Allah mewajibkan kaum muslimin mengembalikan segala
permasalahan hanya kepada Allah (kepada Islam). Artinya, kaum muslimin wajib
menyelesaikan seluruh problematik kehidupannya diselesaikan dengan hukum Islam. Setiap
muslim wajib terikat dengan hukum syara’, sebagaimana kaidah ushul: ‫االصل فى افعال االنسان تقيد‬
‫“ باحكام الشرعية‬Asal dari perbuatan manusia terikat dengan hukum syara’.” Dengan demikian,
kaum muslimin dituntut seluruh aktivitasnya sesuai dengan hukum syara’. Baik saat beribadah,
bekerja, berekonomi, berpolitik, berbudaya, bergaul, berkeluarga, bertetangga,
bermasmasyarakat, dan bernegara. Semuanya harus sesuai dengan aturan yang telah
ditetapkan oleh Allah. Pelaksanaan syariat Islam secara kaffah ini mudah untuk dipahami dan
diterapkan karena sudah dicontohkan oleh Rasulullah dalam seluruh tingkah laku beliau. Ibn
Abbas dalam Tanwir Miqbas menasirkan QS Al Ahzab ayat 21: “ ٌ‫“ – ”أُ ْس َوةٌ َح َسنَة‬Suri teladan yang
baik” adalah perilaku/jalan hidup yang baik dan lurus bagimu dalam agama. Ibn Katsir
menafsirkan “‫َة‬ٞ ‫“ – ”أُ ۡس َوةٌ َح َسن‬Suri teladan yang baik bagimu”, maksudnya sangat tampak pada diri
Rasulullah adalah lurus dalam agama dan (wajib) mencontoh keseluruhan peri kehidupan
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. QS Al Ahzab ayat 21 berkaitan dengan suri teladan
Rasulullah secara umum dan dalam perjuangan/peperangan secara khusus, yaitu saat perang
Khandaq/perang Ahzab.
Pada saat itu beliau sangat gigih dalam memperjuangkan Agama Islam, maka beliau memberi
contoh dan semangat yang luar biasa kepada para sahabat dalam perang Khandaq/Ahzab.
Perang kaum muslimin sebagai negara Islam yang baru, wilayahnya baru meliputi Madinah.
Kaum muslimin jumlahnya belum begitu banyak, dipimpin oleh Rasulullah berperang melawan
negara gabungan dengan membawa pasukan berjumlah 10.000 orang. Sementara pasukan
kaun muslimin baru berjumlah 3.000 orang. Untuk mempersiapkan perang, beliau mengundang
para sahabat dan bermusyawarah dengannya untuk menetapkan strategi perang. Targetnya
adalah mampu memperoleh kemenangan, sekalipun jumlah pasukan kaum muslimin sedikit.
Salman Alfarisi mempunyai ide yang luar biasa. Salman memberi usulan bahwa Madinah harus
dikelilingi parit besar. Usulan Salman diterima, persiapan penggalian parit pada bulan Ramadan
dan perang meletus pada bulan Syawal. Rasulullah mempersiapkan perang dan pekerjaan besar
segera dimulai, yaitu penggalian parit dengan lebar 4,62 meter dan kedalaman 3,23 meter.
Kedalaman sangat curam berbentuk segitiga sehingga kuda/unta kalau terjatuh, tidak bisa
bangun kembali. Dengan demikian musuh hanya mampu mengepung di luar Madinah dan sulit
atau tidak bisa masuk ke Madinah. (DR. Syauqi Abu Khalil, Athlas al Tarikh al ‘arabi al Islami).
Subhanallah, penggalian ini tidaklah mudah, karena bebatuan. Akan tetapi Rasulullah selalu
terdepan dalam melakukan pekerjaan. Bahkan saat menggali, ada batu besar yang tidak bisa
dipecahkan oleh para sahabat, akhirnya dipecahkan Rasulullah. Rasulullah juga memberi
contoh bersemangat dan yakin akan janji Allah berupa kemenangan, sekalipun jumlah musuh
jauh lebih besar. Semangat yang luar biasa untuk memperoleh kemuliaan dan kemenangan.
Kekuatan ruhiyah inilah yang berkontribusi besar memperoleh kemenangan. Dengan keyakinan
yang penuh terhadap janji berupa kemenangan dan kesungguhan inilah yang mendatangkan
nashrullah. Sebagaimana Imam Al Qoththon menafsirkan “ ‫”أُ ْس َوةٌ َح َسنَة‬- “Suri teladan yang baik
bagimu (dalam peperangan)”, maksudnya Rasulullah memberi contoh agar umat Islam
menetapkan dan mencintai syahid di jalan Allah.

Semangat luar biasa untuk perjuangan sangat penting sekali, sehingga memudahkan Rasulullah
mengadakan konsolidasi menghimpun kekuatan, mengerahkan segala daya upaya, tenaga,
harta, dan jiwa di jalan Allah. Ini di masa Rasulullah. Adapun masa sekarang, karena Islam kaffah
belum tegak, maka menjadi kewajiban kaum muslimin menegakkannya. Sebagai refleksi
semangat perjuangan Rasulullah untuk meninggikan agama-Nya, maka kaum muslimin harus
bersungguh-sungguh menyiapkan diri menyambut seruan kemuliaan dan kemenangan ini.
Karena dakwah sebelum tegaknya seluruh hukum Islam tidak menggunakan kekerasan, akan
tetapi dibatasi hanya dakwah pemikiran saja, sehingga senjatanya adalah pemikiran-pemikiran
Islam yang sahih dan kuat. Karenanya, persiapan diri berjuang meninggikan agama Allah di
masa sekarang adalah menempah diri agar memperoleh keimanan yang kuat, bersungguh-
sungguh agar faqih fiddin (pemahaman ilmu-ilmu Islam yang sahih dan luas), mempunyai
kepribadian Islam yang kuat dan memahami fikih dakwah. Ibn Abbas dan Imam Jalaluddin
menafsirkan, “ ‫ُوا ٱهَّلل َ َو ۡٱليَ ۡو َم ٱأۡل ٓ ِخ' َر‬
ْ ‫“ – ” لِّ َمن َكانَ يَ ۡرج‬Bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan

(kedatangan) hari kiamat.” Yaitu bagi orang yang mengharap (rahmat/kemuliaan/pahala karena
takut kepada Allah) dan (kedatangan) hari kiamat (takut siksa di akhirat) dan menafsirkan orang
beriman yang banyak menyebut Allah. Artinya meneladani Rasulullah dalam seluruh aspek
kehidupan akan terasa ringan dan membahagiakan bagi orang-orang yang beriman kepada
Allah dan hari akhir dengan keimanan yang kuat, sehingga senantiasa bertakwa, yaitu takut
kepada Allah dan banyak mengingat Allah, sehingga mendorongnya melakukan ketaatan-
ketaatan dan meninggalkan maksiat kapan pun dan di mana pun. Selanjutnya Ibn Abbas
ٗ ِ‫''ر ٱهَّلل َ َكث‬
menafsirkan “ ‫''يرا‬ َ ‫ ” َو َذ َك‬dan dia banyak menyebut Allah adalah semuanya itu hanya
dilakukan orang-orang beriman yang hati dan lisannya banyak ingat kepada Allah dan
melakukannya dengan ikhlas, hanya karena semata-mata mengharap rahmat, kemuliaan, dan
rida Allah semata.

Sementara Ibn Katsir dalam Tafsir Ibn Katsir menambahkan bahwa yang demikian itu hanya
dilakukan hamba-Nya yang mukmin, yang membenarkan janji Allah bagi mereka, dan Allah
memberi balasan bagi mereka di dunia (kemenangan) dan pahala di akhirat (surga). Pada
konteks perang Khandaq/Ahzab adalah janji Allah menolong kaum muslimin dengan
mengirimkan angin kencang yang memorakporandakan kaum kafir sebelum peperangan
dimulai. Akibatnya kaum kafir yang sedang mengepung Madinah pulang kembali ke negerinya.
Akhirnya dengan pertolongan Allah, kaum muslimin memperoleh kemenangan dalam
menghadapi pasukan gabungan ini. Tentu janji Allah ini juga masih berlaku sampai sekarang,
bagi orang-orang yang beriman dalam memperjuangkan tegaknya Agama Allah (Islam secara
kaffah). Allah mengabarkan bahwa mereka akan memperoleh kemenangan dengan diberi
kekuasaan oleh Allah untuk menegakkan seluruh hukum Islam secara kaffah. Sebagaimana
firman Allah dalam QS An-Nur ayat 55: “ ‫ض‬ ‫أۡل‬
ِ ‫ت لَيَ ۡس'ت َۡخلِفَنَّهُمۡ فِي ٱ َ ۡر‬ َّ ٰ ‫وا ٱل‬
ِ ‫صلِ ٰ َح‬ ْ ُ‫وا ِمن ُكمۡ َو َع ِمل‬
ْ ُ‫” َو َع َد ٱهَّلل ُ ٱلَّ ِذينَ َءا َمن‬-

“Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan
amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di muka
bumi.” Ibn Katsir dalam Tafsir Ibn Katsir menafsirkan QS An-Nur ayat 55 bahwa ini adalah janji
dari Allah kepada Rasul-Nya (Saw.). Karena sesungguhnya Allah akan menjadikan para khalifah
di bumi, maksudnya untuk memimpin dan mengurus manusia. Dengannya akan datang suatu
kemaslahatan (Tafsir Ibn Katsir juz 6, hlm 77). Wallahu a’lam.

Anda mungkin juga menyukai