Anda di halaman 1dari 2

Pinjol berujung maut, islam solusinya

Beberapa hari lalu tagar #indonesiadaruratpinjol jadi trending topik di twitter. Pasalnya akhir-
akhir ini banyak media meberitakan beberapa kasus terkait penipuan pinjol. Penipuan pinjol ini
telah menimbulkan banyak masalah, mulai dari masalah psikologis, depresi sampai memaka
korban jiwa.

Dikutip dari kompas.com, Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum Dan Keamanan (Menko
Polhukam), Mahfud MD, telah menerima laporan terkait adanya seorang warga bunuh diri
setelah diteror perusahaan pinjaman online (pinjol) illegal.

“saat ini sudah banyak sekali laporan-laporan bahkan kepada saya ada juga laporan, misalnya
orang meninggal bunuh diri karena pinjol” ujarnya dalam konferensi pers, jum’at (22/10/2021).

Pinjaman online atau pinjol semakin merebak seiring dengan perkembangan zaman. Jika dulu
masyarakat meminjam melalui koperasi tetapi dengan perkebngan dunia digital pinjaman dapat
dilakukan via online dengan mengisi formular yang ada di web atau aplikasi fintech.

Berbagai iming-iming kemudahan ditawarkan oleh perusahaan fintech, di antaranya proses yang
mudah dan cepat, tanpa syarat, tanpa survei, tanpa agunan, dana pasti cair, dan lain-lain. Iming-
iming ini terus dibombardirkan kepada masyarakat melalui pesan-pesan yang masuk secara
masif ke nomor ponsel. Akibatnya, banyak masyarakat yang tergiur dan mengajukan pinjaman
online tanpa membaca secara detail syarat dan ketentuannya. Padahal, tanpa disadari, ada bahaya
besar mengintai nasabah. Bunga yang ditetapkan perusahaan pinjol sangatlah besar. Pada
perusahaan fintech yang resmi terdaftar di Otoritas Jasa Keuangan (OJK) saja, bunga pinjaman
bisa mencapai 0,8% per hari atau 24% per bulan. Sedangkan pada perusahaan fintech yang
ilegal, bunganya bisa mencapai 30% per bulan. Selain bunga, biaya administrasi dan denda
keterlambatan juga sangat besar. Ngerinya, sistem bunga berbunga menjadikan jumlah pinjaman
yang harus dibayar begitu cepat membengkak hanya dalam hitungan hari. Sudah banyak
masyarakat yang menjadi korban pinjol. Jika terlambat membayar cicilan, nasabah akan diteror.
Tak hanya nasabah, semua nomor kontak di ponselnya akan diteror juga.
Seperti kasus seorang guru di Malang yang terjerat utang Rp40 juta pada 24 perusahaan pinjol.
Tempatnya bekerja mengharuskan guru tersebut untuk kuliah. Sementara, gaji bulanan sebesar
Rp400 ribu yang diterimanya tentu tak cukup untuk membayar biaya kuliah. Itulah yang
menyebabkan ia terpaksa berutang dan akhirnya menerima teror tagihan.

Mahabenar Allah Swt. yang telah mengharamkan riba. Riba telah memunculkan malapetaka,
baik pada individu, masyarakat, maupun negara. Hanya segelintir pihak yang diuntungkan
praktik riba, yaitu para pengusaha yang menikmati keuntungan dari bisnis ini. Mirisnya, praktik
riba ini dibiarkan dan bahkan dilegalkan oleh negara. Ketika banyak masyarakat yang terjerat
pinjol, OJK hanya memberikan imbauan. Sementara di luar sana pinjol ilegal marak dan bebas
mencari mangsa tanpa ada sanksi yang menjerakan.

Padahal riba telah diharamkan Allah Swt. sejak 13 abad yang lalu. Allah Swt. berfirman, “Allah
telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba.” (QS Al Baqarah: 275)

Allah Swt. juga memerintahkan kaum mukminin untuk menghentikan praktik riba. Allah Swt.
ٰ َ‫“ ٰۤيـاَيُّهَا الَّ ِذ ۡينَ ٰا َمنُوا اتَّقُوا هّٰللا َ َو َذر ُۡوا َما بَقِ َى ِمن‬Hai orang-orang yang beriman,
berfirman, َ‫وا اِ ۡن ُك ۡنتُمۡ ُّم ۡؤ ِمنِ ۡين‬NNٓ‫الرِّب‬
bertakwalah kepada Allah dan tinggalkan sisa riba (yang belum dipungut) jika kamu orang-orang
yang beriman.” (QS Al-Baqarah: 278)

Ancaman siksa bagi pelaku riba amatlah berat. Allah Swt. berjanji akan memasukkan pelaku riba
ke dalam neraka. Allah Swt. berfirman, ‫َواَ َح َّل هّٰللا ُ ۡالبَ ۡي َع َو َح َّر َم الر ِّٰبوا‌ ؕ فَ َم ۡن َجٓا َء ٗه َم ۡو ِعظَةٌ ِّم ۡن َّرب ِّٖه فَ ۡانتَ ٰهى فَلَهٗ َما‬
َ‫د ُۡون‬Nِ‫ا ٰخل‬NNَ‫ار هُمۡ فِ ۡيه‬ ۡ َ‫كَ ا‬Nِ‫ولٓ ِٕٕٮ‬
‌ِۚ َّ‫ ٰحبُ الن‬N‫ص‬ ٰ ُ ‫ا َد فَا‬NN‫ ر ُٗۤه اِلَى هّٰللا ِ‌ؕ َو َم ۡن َع‬Nۡ‫لَفَ ؕ َواَم‬N‫“ َس‬Allah telah menghalalkan jual beli dan

mengharamkan riba. Orang-orang yang telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu
terus berhenti (dari mengambil riba), maka baginya apa yang telah diambilnya dahulu (sebelum
datang larangan) dan urusannya (terserah) kepada Allah. Orang yang kembali (mengambil riba),
maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka mereka kekal di dalamnya.” (QS Al-Baqarah:
275) Semua nas tersebut telah menjelaskan tentang keharaman riba. Sikap seorang mukmin
adalah menjauhi riba dan segera meninggalkan riba jika telanjur terlibat.

Anda mungkin juga menyukai