Anda di halaman 1dari 14

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengetahuan dan Sikap

2.1.1 Pengetahuan

2.1.1.1 Definisi Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan

terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan adalah sebagai suatu pembentukan yang terus

menerus oleh seseorang yang setiap saat mengalami reorganisasi karena adanya pemahaman-

pemahaman baru.7

2.1.1.2 Jenis Pengetahuan

1) Pengetahuan Implisit

Implisit adalah pengetahuan yang masih tertanam dalam bentuk pengalaman

seseorang yang berisi faktor-faktor yang tidak bersifat nyata, seperti keyakinan

pribadi, perspektif, dan prinsip. Pengetahuan implisit sering kali berisi kebiasaan dan

budaya bahkan bisa tidak disadari.

2) Pengetahuan eksplisit.

Pengetahuan eksplisit adalah pengetahuan yang telah didokumentasikan atau

disimpan dalam wujud nyata, bisa dalam wujud perilaku kesehatan.7

2.1.1.3 Tahapan Pengetahuan

Menurut Benjamin (1956) :

1) Tahu (know)
Berisikan kemampuan untuk mengenali dan mengingat perisilahan, definisi, fakta-

fakta, gagasan, pola, urutan, metodologi, prinsip dasar, dan sebagainnya.

2) Memahami (comprehension)

Suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan

dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar.

3) Apliksi (application)

Kemampuan untuk menggunakan materi tersebut secara benar

4) Analisis (analysis)

Suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-

komponen, tetapi masih di dalam suatu struktur organisasi, dan masih ada kaitannya

satu sama lain.

5) Sintetis (synthesis)

Merujuk pada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-

bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.

6) Evaluasi (evaluation)

Berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap

suatu materi atau objek.7

2.1.1.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan

1) Pendidikan

Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang terhadap perkembangan

orang lain menuju kearah cita-cita tertentu yang menentukan manusia untuk berbuat
dan mengisi kehidupan untuk mencapai keselamatan dan kebahagiaan. Pada

umumnya makin tinggi pendidikan seseorang makin mudah menerima informasi.

2) Pekerjaan

Pekerjaan adalah keburukan yang harus dilakukan untuk menunjang

kehidupannya dan kehidupan keluarga. Pekerjaan bukanlah sumber kesenangan,

tetapi lebih banyak merupakan cara mencari nafkah yang membosankan, berulang

dan banyak tantangan. Bekerja bagi ibu-ibu akan mempunyai pengaruh terhadap

kehidupan keluarga.

3) Umur

Usia adalah umur individu yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai berganti

tahun. Semakin bertambah umur, tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan

lebih matang dalam berfikir dan bekerja. Dari segi kepercayaan masyarakat

seseorang yang lebih dewasa dipercaya dari orang yang belum dewasa . Hal ini

disebabkan oleh pengalaman dan kematangan jiwa.

4) Pendapatan

Pendapatan merupakan faktor yang paling menentukan kuantitas maupun

kualitas makanan sehingga ada hubungan yang erat antara pendapatan dengan

pemenuhan kebutuhan seseorang. Pendapatan yang kurang dapat mempengaruhi

daya beli seseorang dalam memenuhi bahan makanan yang dibutuhkan, keadaan ini

berdampak kepada pemenuhan gizi yang kurang dan beresiko terjadinya anemia.7

2.1.1.5 Kriteria Tingkat Pengetahuan


1. Baik : Hasil presentase 76% - 100%

2. Cukup : Hasil presentase 56% - 75%

3. Kurang : Hasil presentase >56%

2.1.2 Sikap

2.1.2.1 Definisi Sikap

Sikap adalah pernyataan evaluatif terhadap objek, orang, atau peristiwa. Hal ini

mencerminkan perasaan dan tindakan seseorang terhadap sesuatu.8

2.1.2.2 Tahapan sikap

1) Menerima

Kepekaan seseorang dalam menerima rangsangan (stimulus) dari luar yang datang

kepada dirinya dalam bentuk masalah, situasi, gejala, dan lain-lain.

2) Menanggapi

Kemampuan yang dimiliki oleh seseorang untuk mengikutsertakan dirinya secara aktif

dalam fenomena tertentu dan membuat reaksi terhadapnya.

3) Menilai

Memberikan nilai atau memberikan penghargaan terhadap suatu kegiatan atau objek

sehingga apabila kegiatan tersebut tidak dikerjakan, dirasakan akan membawa kerugian

atau penyesalan.

4) Mengelola

Mempertemukan perbedaan nilai sehingga terbentuk nilai baru yang universal, yang

membawa pada perbaikan umum.


5) Menghayati

Keterpaduan semua sistem nilai yang telah dimiliki oleh seseorang, yang

mempengaruhi pola kepribadian dan tingkah lakunya.8

2.2 Anemia

2.2.1 Pendahuluan

Anemia pada kehamilan adalah anemia karena kekurangan zat besi, dan merupakan jenis

anemia yang pengobatannya relatif mudah, bahkan murah. Anemia pada kehamilan merupakan

masalah nasional karena mencerminkan nilai kesejahteraan sosial ekonomi masyarakat, dan

pengaruhnya sangat besar terhadap kualitas sumber daya manusia. Anemia kehamilan disebut

“potential danger to mother and child” (potensial membahayakan ibu dan anak), karena itulah

anemia memerlukan perhatian serius dari semua pihak yang terkait dalam pelayanan kesehatan

pada lini terdepan.9

Menurut WHO, kejadian anemia kehamilan berkisar antara 20% dan 89% dengan menetapkan

Hb 11 (g/dl) sebagai dasarnya. Angka anemia kehamilan di Indonesia menunjukkan nilai yang

cukup tinggi, yaitu 3,8% pada trimester 1, 13,6% trimester II, dan 24,8 pada trimester III. Ibu

hamil di Indonesia mengalami anemia akibat kekurangan gizi, pada pengamatan lebih lanjut

menunjukan bahwa kebanyakan anemia yang diderita masyarakat adalah karena kekurangan zat

besi yang dapat diatasi melalui pemberian zat besi secara teratur dan peningkatan gizi. Selain itu

di daerah pedesaan banyak dijumpai ibu hamil dengan malnutrisi atau kekurangan gizi,

kehamilan dan persalinan dengan jarak yang berdekatan, dan ibu hamil dengan pendidikan dan

tingkat sosial ekonomi rendah.9

2.2.2 Definisi
Anemia adalah suatu keadaan dimana jumlah eritrosit yang beredar dalam darah atau

konsentrasi Hb menurun.2 Dinyatakan menderita anemia apabila kadar Hb dalam darahnya

kurang dari 11gr dalam 100 ml darah.7 10

Anemia didefinisikan sebagai kadar hematokrit, konsentrasi Hb atau hitung eritrosit di bawah

batas normal. Jika konsentrasi Hb kurang dari 11 gr% pada akhir trimester l dan <10 gr% pada

akhir trimester ll dan lll diusulkan menjadi batas bawah untuk mencari penyebab anemia dalam

kehamilan. Namun nilai ini sedikit berbeda pada ibu-ibu hamil yang mendapat suplementasi Fe,

yaitu 11,0 gr% pada trimester l dan 10,5 gr% pada trimester ll dan lll.10

2.2.3 Klasifikasi Anemia dalam Kehamilan

Anemia dalam kehamilan di Indonesia diklasifikasikan menjadi beberapa tingkatan yaitu:

Hb 11 gr/dl normal, Hb <10 gr/dl disebut anemia ringan, Hb <7 gr/dl disebut anemia sedang,

sedangkan Hb <5 gr/dl disebut anemia berat.11

Beberapa klasifikasi anemia dalam kehamilan menurut etiologi adalah sebagai berikut:

1) Anemia defisiensi besi Fe

Adalah anemia yang terjadi akibat kekurangan Fe dalam darah, dan gangguan reabsorbsi

duodenum. Dengan gejala klinis cepat lelah, nafsu makan kurang, berdebar-debar, dan takikardi.

2) Anemia megaloblastik

Adalah anemia yang terjadi akibat kekurangan asam folat. Dengan gejala klinis berupa mual

muntah, kurang nafsu makan, cepat lelah, sering pusing dan sinkop.

3) Anemia defisiensi vitamin B12

Adalah anemia yang disebabkan karena kekurangan vitamin B12, penyebab dari kekurangan

vitamin B12 adalah gangguan reabsorbsi, ileus gastrointestinal yang direseksi dan diare.9

4) Anemia karena penyakit kronis


Adalah anemia yang diakibatkan oleh gagal ginjal kronis, kemoterapi, toksis karsinoma,

pyelonephritis yang menyebabkan gangguan pembentukan darah pada sumsum tulang.11

5) Anemia hemolitik

Adalah anemia yang disebabkan oleh destruksi sel darah merah lebih tinggi dari

pembentukannya. Gejala utama dengan kelainan gambaran darah, kelelahan, kelemahan serta

gejala komplikasi bila terjadi kelainan pada organ-organ vital.9

6) Anemia aplasia-hipoplasia

Adalah anemia akibat hipofungsi sumsum tulang untuk membentuk sel darah baru. Untuk

diagnosis diperlukan pemeriksaan diantaranya darah tepi lengkap, pemeriksaan fungsi eksternal

dan pemeriksaaan retikulasi.11

2.2.4 Diagnosis Anemia pada Kehamilan

Untuk menegakkan diagnosis anemia kehamilan dapat dilakukan dengan anamnesa. Pada

anamnesa akan didapatkan keluhan cepat lelah, sering pusing, mata berkunang-kunang, dan

keluhan mual-muntah lebih hebat pada hamil muda.9

Pemeriksaan dan pengawasan Hb dapat dilakukan dengan menggunakan alat Sahli. Hasil

pemeriksaan Hb dengan Sahli dapat digolongkan sebagai berikut:

1) Hb 11 g% tidak anemia.

2) Hb 9-10 g% anemia ringan.

3) Hb 7-8 g% anemia sedang.

4) Hb <7 % anemia berat.


Pemeriksaan darah dilakukan minimal dua kali selama kehamilan, yaitu pada trimester I dan

trimester III.Dengan pertimbangan bahwa sebagian besar ibu hamil mengalami anemia, maka

dilakukan pemberian preparat Fe sebanyak 90 tablet pada ibu-ibu hamil di puskesmas.9

Faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan darah adalah sebagai berikut:

1) Komponen (bahan) yang berasal dari makanan terdiri dari:

a. Protein, glukosa, dan lemak

b. Vitamin B12, B6, asam folat, dan vitamin C

c. Elemen dasar seperti Fe, ion Cu dan zink.

2) Sumber pembentukan darah adalah sumsum tulang.

3) Kemampuan resorbsi usus halus terhadap bahan yang diperlukan.

4) Umur sel darah merah (eritrosit) terbatas sekitar 120 hari. Sel-sel darah merah yang sudah tua

dihancurkan kembali menjadi bahan baku untuk membentuk sel darah yang baru.

5) Terjadinya perdarahan kronis (gangguan menstruasi, penyakit yang menyebabkan perdarahan

pada wanita seperti mioma uteri, polip serviks, dan penyakit darah.

2.2.5 Pengaruh Anemia pada Kehamilan dan Janin.

1) Pengaruh anemia terhadap kehamilan:

a) Bahaya selama kehamilan: dapat terjadi abortus, persalinan prematuritas, hambatan

tumbuh kembang janin dalam rahim, mudah terjadi infeksi, ancaman dekompensasi

kordis (Hb <6 g%), mola hidatidosa, hiperemesis gravidarum, perdarahan anterpartum,

ketuban pecah dini (KPD).9

b) Bahaya saat pesalinan: gangguan His (kekuatan mengejan), kala pertama dapat

berlangsung lama dan terjadi partus terlantar, kala dua berlangsung lama sehingga dapat
melelahkan dan sering memerlukan tindakan operasi kebidanan, kala uri dapat diikuti

retensio plasenta, dan perdarahan postpartum sekunder dan atonia uteri.9

c) Pada kala nifas: terjadi subinvolusi uteri menimbulkan perdarahan postpartum,

memudahkan infeksi puerperium, pengeluaran ASI berkurang, terjadi dekompensasi

kordis mendadak setelah persalinan, anemia kala nifas, mudah terjadi infeksi mamae.9

2) Bahaya anemia terhadap janin.

Sekalipun tampaknya janin mampu menyerap berbagai kebutuhan dari ibunya, tetapi

dengan anemia akan mengurangi kemampuan metabolisme tubuh sehingga menggangu

pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim. Akibat anemia dapat terjadi gangguan

dalam bentuk: abortus, kematian intrauterin, persalinan prematuritas tinggi, berat badan

lahir rendah, kelahiran dengan anemia, dapat terjadi cacat bawaan, bayi mudah mendapat

infeksi sampai kematian perinatal, dan inteligensia rendah.9

2.2.6 Hemoglobin Darah

2.2.6.1 Pengertian

Hemoglobin adalah protein majemuk yang tersusun atas protein sederhana yaitu globin dan

radikal protestik yang berwarna, yang disebut heme. Protein ini terdapat dalam sel darah merah

dan dapat dipisahkan dengan cara sentrifugasi. Berat molekulnya yang ditentukan dengan

ultrasentrifugasi sebesar 68.800, merupakan protein pertama yang diperoleh dalam bentuk

hablur. Hemoglobin merupakan protein pembawa oksigen dalam darah. Tiap liter darah

mengandung kira-kira 150g Hb. Kadar Hb adalah jumlah K 3Fe (CN)6 akan diubah menjadi

methemoglobin yang kemudian diubah menjadi Hb sianida (HiCN) oleh KCN dengan batas

ambang berat bila Hb < 8 gr%, anemia ringan jika Hb > 8-11 gr% dan normal pada ibu hamil

Hb > 11 gr%.9
2.2.7 Kebutuhan Zat Besi pada Wanita Hamil

Wanita memerlukan zat besi lebih tinggi dari laki-laki karena terjadi mentruasi dengan

perdarahan sebanyak 50 sampai 80 cc setiap bulan dan kehilangan zat besi sebesar 40 mg. di

samping itu, kehamilan memerlukan tambahan zat besi untuk meningkatkan jumlah sel darah

merah dan membentuk sel darah merah janin dan plasenta. Makin sering seseorang wanita

mengalami kehamilan dan melahirkan akan makin banyak kehilangan zat besi dan menjadi

makin anemis.9

Sebagai gambaran berapa banyak kebutuhan zat besi pada setiap kehamilan perhatikan tabel

berikut:

Kebutuhan Jumlah
Meningkatkan sel darah ibu 500 mg Fe

Terdapat dalam plasenta 300 mg Fe

Untuk darah janin 100 mg Fe

Jumlah total 900 mg Fe

Tabel 2.1: Kebutuhan Zat Besi Dalam Kehamilan

Jika persediaan cadangan Fe minimal, maka setiap kehamilan akan menguras persediaan Fe

tubuh dan akhirnya menimbulkan anemia pada kehamilan berikutnya. Pada kehamilan relatif

terjadi anemia karena darah ibu hamil mengalami hemodilusi (pengenceran) dengan

peningkatkan volume 30% sampai 40% yang puncaknya pada kehamilan 32 sampai 34 minggu.

Jumlah peningkatan sel darah 18 sampai 30%, dan hemoglobin sekitar 19%. Bila hemoglobin ibu

sebelum hamil 11 g%, dengan terjadinya hemodilusi akan mengakibatkan anemia hamil

fisiologis, dan Hb ibu akan menjadi 9,5 sampai 10 g%.9


Setelah persalinan dengan lahirnya plasenta dan perdarahan, ibu akan kehilangan zat besi

sekitar 900 mg. Saat laktasi, ibu masih memerlukan kesehatan jasmani yang optimal sehingga

dapat menyiapkan ASI untuk pertumbuhan dan perkembangan bayi. Dalam keadaan anemia,

laktasi tidak mungkin dapat dilaksanakan dengan baik.9 Rata-rata kebutuhan zat besi adalah

sebesar 4 mg/hari (2,5 mg/hari pada awal kehamilan, 5,5 mg/hari pada minggu 20-32 dan 6-8

mg/hari mulai dari minggu ke 32 hingga seterusnya).2

2.2.8 Penatalaksaan

Anemia defisiensi besi diterapi dengan pemberian besi oral seperti fero sulfat, fumarat, atau

glukonat dalam dosis terapeutik (unsur besi 200 mg disertai asam folat 5 mg per hari). Umumnya

terjadi peningkatan kadar Hb sebesar 0,8 g/dL tiap minggunya dan hitung retikulosit mulai

meningkat dalam waktu 5-10 hari sejak terapi oral diberikan, besi ini dapat diminum bersama

asama skorbat (jeruk). Efek samping dari terapi ini umumnya dijumpai seperti mual, muntah,

konstipasi, kram perut dan diare.2

Besi parenteral tidak memberi manfaat lebih dari pada besi oral jika pasien bisa menoleransi

besi oral, tapi besi parenteral dapat diberikan pada pasien yang tidak dapat menoleransi besi oral.

Injeksi besi sorbitol yang memungkinkan penyerapan cepat karena memiliki molekul ringan,

dapat diberikan melalui injeksi intramuskular setelah dilakukan uji sensitivitas, besi sorbitol

diberikan melalui suntikan berulang selama 2 minggu.2

Besi dekstran dapat diberikan melalui dua jalur intramuskular atau intravena, besi dekstran

memiliki molekul rendah sehingga dapat digunakan dengan efek samping yang kecil. Sediaan

besi sukrosa yang lebih baru dapat diberikan dalam bentuk sekali infus atau injeksi intravena

berulang. Suntikan ini harus diberikan diantara usia gestasi 30-34 minggu karena memerlukan

waktu 6-8 minggu untuk mencapai efek optimal.2


Terapi anemia defisiensi asam folat berupa pemberian asam folat 5 mg tiap hari, yang

dilanjutkan hingga setidaknya 4 minggu masa nifas. Respon yang diharapkan berupa penurunan

kadar laktat dehidrogenase dalam 3-4 hari dan peningkatan retikulosit dalam 5-8 hari.2

Transfusi sel darah merah atau darah lengkap jarang diindikasikan sebagai terapi anemia

defesiensi zat besi kecuali juga terdapat hipovolemia akibat kehilangan darah atau harus

dilakukan pembedahan darurat pada wanita dengan anemia berat (hematokrit < 20 % volume).

Untuk menggati simpanan zat besi, terapi oral perlu dilanjutkan selama 3 bulan setelah

anemianya dikoreksi.1

2.3 Kerangka Teori

Pendidikan

Usia
Pengetahuan
Pekerjaan

Pendapatan
Anemia Dalam
Kehamilan
Kepatuhan Konsumsi
Tablet Fe Dan Asam
Folat
Sikap Kepatuhan
Pemeriksaan
Pola Makan

-Pengetahuan
Variabel Independen Variabel Yang Diteliti
-Sikap

Anemia Dalam Variabel Dependen Variabel Yang


Kehamilan Tidak Diteliti

Gambar 2.1: Kerangka Teori

2.4 Kerangka Konsep

Variabel Independen

Variabel Dependen

Pengetahuan
Kejadian Anemia Pada Ibu Hamil

sikap

Gambar 2.2 : Kerangka Konsep


2.5 Hipotesis

Hipotesis adalah pernyataan sebagai jawaban sementara atas pernyataan penelitian yang harus

diuji validitasnya secara empiris.13

H0 : Tidak ada hubungan pengetahuan dan sikap ibu hamil dengan kejadian anemia di

Puskesmas Kuta Baro Aceh Besar.

H1 : Ada hubungan antara pengetahuan dan sikap ibu hamil dengan kejadian anemia di

Puskesmas Kuta Baro Aceh Besar

Anda mungkin juga menyukai