Oleh :
Pendamping:
2
LEMBAR PENGESAHAN
iii
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas berkat, rahmat
dan hidayah-Nya, penyusunan mini project yang berjudul Gambaran Distribusi
Pasien Skabies Di Tiap Desa Di Wilayah Kerja Puskesmas Makmur Periode
Juni-September Tahun 2021.
Shalawat beriring salam penulis sanjung sajikan kepada Nabi Muhammad SAW
yang telah membawa umat manusia dari alam kegelapan ke alam yang penuh dengan
ilmu pengetahuan.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penyusunan mini project ini dapat
terselesaikan berkat bantuan, dukungan, bimbingan, serta arahan dari banyak pihak.
Oleh karena itu dalam kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada:
1. dr. Darmawanti M.K.M selaku pembimbing dokter internsip di Puskesmas Makmur
2. Kedua orang tua penulis yang telah mencurahkan segenap kasih sayang, dukungan
dan doa yang tiada henti kepada penulis.
3. Teman sejawat dalam Program Internsip Dokter Indonesia di wahana Kabupaten
Bireuen.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa mini project ini masih jauh dari sempurna
karena keterbatasan pengetahuan, pengalaman dan waktu. Oleh karena itu kritik dan
saran sangat diharapkan untuk kesempurnaan proses pembelajaran ini dan mohon
maaf atas segala kekurangannya.
Akhir kata penulis berharap semoga mini project ini dapat bermanfaat khususnya
bagi penulis dan bagi pembaca pada umumnya.
Penulis
v
DAFTAR ISI
JUDUL .......................................................................................................... I
LEMBAR PENGESAHAN .......................................................................... Ii
KATA PENGANTAR ……………………………………………………… Iii
DAFTAR ISI ................................................................................................. Iv
DAFTAR TABEL ......................................................................................... Vi
BAB I PENDAHULUAN............................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ........................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ...................................................................................... 2
1.3 Tujuan Penelitian ....................................................................................... 2
1.4 Manfaat Penelitian ..................................................................................... 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .................................................................. 3
2.1 Definisi ...................................................................................................... 3
2.2 Epidemiologi.............................................................................................. 3
2.3 Etiologi & patogeneis……………………………………………………. 10
2.4 Cara penularan. …...................................................................................... 11
vi
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ...................................................... 24
Data Geografis dan Demografi .................................................................. 24
Kesimpulan........................................................................................................................31
Saran 31
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………..32
vii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 4.1. Cakupan Wilayah Gampong............................................……………………..27
Tabel 4.2.Distribusi Pasien Skabies Berdasarkan Desa di Puskesmas
viii
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Skabies adalah suatu penyakit kulit yang disebabkan oleh infeksi kutu Sarcoptes
scabiei varietas hominis. Skabies sering diabaikan oleh masyarakat, sehingga penyakit
ini menjadi salah satu masalah di seluruh dunia. Penyakit ini lebih banyak terjadi di
negara berkembang, terutama di daerah endemis dengan iklim tropis dan subtropis,
seperti Afrika, Amerika Selatan, dan Indonesia.
Di Indonesia, skabies adalah salah satu penyakit kulit tersering di puskesmas. Pada
tahun 2008, prevalensi skabies di seluruh puskesmas di Indonesia adalah 5,6 - 12,9%,
merupakan penyakit kulit terbanyak urutan ketiga. Beberapa faktor yang berpengaruh
pada prevalensi skabies antara lain keterbatasan air bersih, perilaku kebersihan yang
buruk, dan kepadatan penghuni rumah. Dengan tingginya kepadatan penghuni rumah,
interaksi dan kontak fisik erat yang akan memudahkan penularan skabies, oleh karena
itu penyakit ini banyak terdapat di asrama, panti asuhan, pondok pesantren, dan
pengungsian.
Kelainan kulit ini sering menimbulkan rasa tidak nyamanan karena lesi yang sangat
gatal. Sehingga, penderita sering menggaruk dan menyebabkan suatu infeksi sekunder
terutama yang diakibatkan oleh bakteri Group A Streptococci (GAS) serta
Staphylococcus Aureus (SA).
Penyakit skabies ini sangat mudah sekali menular dan sangat gatal terutama pada
malam hari. Predileksi dari skabies ialah biasanya pada axilla, areola mammae, sekitar
umbilikus, genital, bokong, pergelangan tangan bagian volar, sela-sela jari tangan, siku
flexor, telapak tangan dan telapak kaki.
Skabies sering terjadi pada anak balita, biasanya terdapat pada leher, kepala, telapak
tangan dan telapak kaki sering di kelirukan dengan eksima ektopik karna sifatnya yang
sangat menular, maka skabies ini popular dikalangan masyarakat padat.
Dari uraian singkat di atas, adalah menarik untuk membahas tentang skabies di
wilayah kerja Puskesmas Makmur Kabupaten Bireuen.
1
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, dapat dirumuskan pertanyaan sebagai berikut:
1. Bagaimana gambaran distribusi kunjungan pasien tiap desa di Puskesmas Makmur
pada bulan Agustus-September 2021?
2. Bagaimana gambaran distribusi pasien yang di diagnosis skabies di Puskesmas
Makmur pada bulan Agustus-September 2021 ?
Tujuan penelitian
1. Untuk mengetahui gambaran distribusi kunjungan pasien tiap desa di
Puskesmas Makmur pada bulan Juni-September.
2. Untuk mengetahui gambaran distribusi pasien yang di diagnosis skabies di
Puskesmas Makmur pada bulan Agustus-September.
Manfaat Penelitian
1. Manfaat bagi peneliti: menambah pengetahuan, pengalaman dan dapat
mengaplikasikan ilmu pengetahuan yang didapat selama bertugas di Puskesmas
Makmur .
2. Manfaat bagi institusi: hasil dari mini project ini diharapkan dapat menjadi data
dasar untuk mengetahui lebih lanjut faktor risiko dan menjadi dasar acuan
kebijakan yang berkaitan dengan penanganan skabies di Kecamatan Makmur.
3. Manfaat bagi masyarakat: menjadi sumber informasi bagi masyarakat tentang
gambaran penyakit skabies.
2
BAB 11
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Skabies
a. Pengertian Skabies
6
Penggunaan lindane yang berlebih dapat menimbulkan efek pada
sistem saraf pusat.
2) Sulfur
Sulfur 10% dalam bentuk parafin lunak lebih efektif dan aman.
Obat ini digunakan pada malam hari selama 3 malam.
3) Benzilbenzoat (crotamiton)
7
sedangkan kecepatan berjalan seekor tungau sekitar 2,5 cm permenit.
Disepanjang terowongan yang dihuni tungau terlihat seperti garis-garis
dibawah kulit, mulai beberapa mm sampai cm. Dalam siklus hidup
Sarcoptes scabiei mengalami empat tahapan stadium dimulai dari telur,
larva, nimfa dan dewasa. Tungau dewasa meletakkan telur 1-3 butir
perhari didalam terowongan kulit yang dibuatnya. Masa subur seekor
tungau betina berkisar sekitar dua bulan.
Dalam kurun waktu 3-5 hari telur akan menetas jadi larva yang
memiliki 6 buah kaki, bentuknya sudah menyerupai tungau dewasa.
Larva akan segera keluar dari terowongan kulit menuju permukaan
kulit. Pada waktu berada dipermukaan kulit banyak larva yang tidak
bertahan hidup, beberapa yang masih hidup akan masuk kembali ke
stratum corneum atau folikel rambut untuk membuat kantung-kantung
tempat larva berganti kulit.
Setelah 2-3 hari larva berubah menjadi protonimfa. Protonimfa
kemudian berganti kulit jadi deutonimfa, setelah beberapa hari nimfa
berganti kulit dan menjadi tungau dewasa. Beberapa tungau dewasa
kawin dikantung-kantung yang dibuat pada masa stadium larva atau
pindah dari permukaan kulit dan kawin ditempat tersebut. Betina yang
telah kawin dan mengandung telur segera menggali terowongan kulit
untuk meletakkan telur disana. Lamanya daur hidup dari telur hingga
dewasa sekitar 10-19 hari. Tungau betina dapat hidup satu bulan pada
8
kulit manusia, tetapi bila tidak berada dikulit maka tungau hanya
bertahan 2-4 hari (Sucipto, 2011).
9
h. Gambaran dan Gejala Klinis
10
menjaga kebersihan, mencuci dan merendam dalam air mendidih alas
tidur dan alas bantal yang digunakan penderita .
Menurut , sasaran perilaku hidup bersih dan sehat pada santri yang
dapat menimbulkan penyakit kulit harus memperhatikan hal-hal sebagai
berikut:4
1) Kebersihan kulit
11
1) Membersihkan semua bagian tubuh dengan memakai sabun dan air
hangat
2) Mengolesi seluruh tubuh dengan benzilbenzoat
1) Sanitasi
12
3) Sikap
Sikap adalah reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang
terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap juga merupakan kesiapan
atau ketersediaam bertindak dan juga merupakan pelaksanaan motif
tertrntu. Peranan sikap dalam kehidupan manusia sangat besar,
adanya sikap akan menyebabkan manusia bertindak secara khas
terhadap objek. Sikap mempunyai 3 komponen pokok yaitu
kepercayaan (keyakinan), kehidupan emosional dan kecenderungan
untuk bertindak.
4) Kepadatan hunian
13
bahkan bantal, guling dan kasurnya kepada sesamanya, sehingga
penyakit mudah tertular dari satu santi ke santri yang lain.
6) Pemakaian alat mandi, pakaian dan alat sholat bergantian
Penularan melalui kontak tidak langsung seperti melalui
perlengkapan tidur, pakaian, atau handuk memegang peranan
penting. Berdasar kan hasil penelitian Handayani ( 2007),
menunjukkan 62,9% terkena skabies, dan ada hubugan yang
signifikan antara kebiasaan pemakaian sabun mandi, kebiasaan
pemakaian handuk, kebiasaan berganti pakaian, kebiasaan tidur
bersama, kebiasaan pemakaian selimut tidur dan kebiasaan mencuci
pakaian bersama dengan penderita skabies dengan kejadian
s kabies.4
7) Pendidikan
14
(terlepas dari factor penyebabnya), namun tak dapat dipungkiri bahwa
penyakit kulit ini masih merupakan salah satu penyakit yang sangat
mengganggu aktivitas hidup dan kerja sehari-hari. Di berbagai
belahan dunia, laporan kasus skabies masih sering ditemukan pada
keadaan lingkungan yang padat penduduk, status ekonomi rendah,
tingkat pendidikan yang rendah dan kualitas higienis pribadi yang
kurang baik atau cenderung jelek .5
9) Personal hygiene
15
BAB III
METODE PENELITIAN
Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan desain penelitian studi cross- sectional.
Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini adalah di Puskesmas Makmur.
Sumber Data
Data yang dipakai dalam penelitian ini adalah data sekunder yang didapat dari rekam
medis pasien pada bulan Agustus-September 2021.
a. Populasi penelitian
Populasi penelitian ini adalah pasien yang di diagnosis skabies di Puskesmas Makmur
pada bulan Agustus-September 2020.
b. Sampel Penelitian
Seluruh populasi menjadi sampel penelitian yang memenuhi kriteria.
a. Kriteria Inklusi
Pasien yang di diagnosis skabies di Puskesmas Makmur pada bulan Agustus-September
2021.
b. Kriteria Eksklusi
Pasien yang di diagnosis scabies yang rekam medisnya tidak lengkap.
16
Cara Kerja
Pengumpulan Data
Data diambil dengan melihat rekam medis pasien di Puskesmas Makmur selama bulan
Agustus-September 2021.
a.Pengolahan Data
Data dimasukkan ke dalam komputer melalui data entry yang kemudian diverifikasi.
b. Penyajian Data
c. Analisa Data
d. Interpretasi Data
Hasil mini project dibuat dalam bentuk makalah laporan yang akan dipresentasikan.
17
BAB IV
KONDISI GEOGRAFIS
Kecamatan Makmur merupakan salah satu dari 17 (Tujuh Belas) Kecamatan yang
ada di Kabupaten Bireuen, terletak di sebelah Timur lebih kurang 30 Km dari kota
Bireuen, memiliki luas wilayah 9,378 Km2, dengan kondisi berbukit-bukit, terdiri dari 27
(Dua Puluh Tujuh) Desa dan 4 (Empat) Kemukiman dengan batas wilayah sebagai
berikut:
Sebelah Utara dengan Kecamatan Gandapura
Sebelah Selatan dengan Kecamatan Sawang
Sebelah Barat dengan Kecamatan Gandapura dan Kecamatan Siblah Krueng
Sebelah Timur dengan Kecamatan Gandapura dan Kecamatan Sawang
GAMBAR 4.1
PETA WILAYAH KERJA UPTD PUSKESMAS MAKMUR
UPTD Puskesmas Makmur yang beralamat di Jalan Pulo Teungoh Nomor 3 Desa Ulee Gle
18
Kecamatan Makmur Kabupaten Bireuen, email puskesmasmakmur123@gmail.com,
merupakan Puskesmas Rawat Inap dan PONED (Pelayanan Obstetri Neonatus Essensial
Dasar) untuk Persalinan Normal dengan pengawasan Dokter, adalah satu-satunya Pusat
pelayanan Kesehatan Masyarakat di Kecamatan Makmur dengan fasilitas lengkap pada
Rawat Jalan/Upaya Kesehatan Perorangan, yaitu Poli Umum, Poli Kesehatan Ibu dan Anak
(KIA), Poli Manajemen Terpadu Balita Sehat (MTBS), Poli Keluarga Berencana (KB),
Poli Gigi, Poli Imunisasi, Poli Jiwa, Poli Fisioterapi, Apotik, Laboratorium, Poli
Tuberculosis Paru (TBC) dan TB-Kusta, serta Pelayanan Haji. Selain itu juga terdapat Unit
Gawat Darurat (UGD) yang melayani 24 jam.
Sedangkan untuk pelayanan luar gedung/Upaya Kesehatan Masyarakat terdapat
Program Essencial dan Pengembangan. Program Essencial yaitu Program Promosi
Kesehatan (Promkes), Program Kesehatan Lingkungan (Kesling) / Sanitasi Total Berbasis
Masyarakat (STBM), Program Kesehatan Ibu dan Anak (KIA)/Keluarga Berencana (KB),
Program Gizi, dan Program Pencegahan Penyakit (P2P).
Sedangkan yang termasuk dalam Program Pengembangan adalah Program Usaha
Kesehatan Sekolah (UKS) dan Program Kesehatan Perduli Remaja (PKPR), Program
Kesehatan Kerja (Kesker) dan Program Kesehatan Olah Raga (Kesor), Program Pos
Binaan Terpadu (Posbindu), Program Kekerasan Terhadap Perempuan dan Anak (KTP/A),
Program Kesehatan Jiwa, Program Herbal Alami Tradisional (HATTRA), Program Haji
dan Program Fisioterapi.
Program-program tersebut melaksanakan pelayanan kepada masyarakat di desa sesuai
jadwal pada Plan Of Action (POA) masing-masing.
Selain pelayanan UKP dan UKM juga terdapat pelayanan Administrasi dan
Manajemen (Admen), yang mengelola manajemen Puskesmas untuk kelancaran pelayanan
Kesehatan di UPTD Puskesmas Makmur secara keseluruhan.
19
DATA DEMOGRAFI
Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki kewenangan untuk mengatur
dan mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal usul dan adat istiadat
setempat yang diakui dalam sistem Pemerintahan Nasional dan berada di bawah
Kabupaten.
Adapun jumlah desa/gampong di wilayah kerja UPTD Puskesmas Makmur adalah 27
Desa, terdiri dari 20 desa katagori jarak dekat dan 7 (tujuh) desa jarak jauh dengan UPTD
Puskesmas Makmur, dengan jarak terjauh desa Ara Lipeh sekitar 10 km dari UPTD
Puskesmas Makmur.
Berikut nama-nama desa di wilayah kerja UPTD Puskesmas Makmur sesuai Kemukiman
Kemukiman Suka Makmur :
1. Paya Dua
2. Leubu Mee
3. Leubu Cot
4. Leubu Mesjid
5. Kuta Barat
6. Trienggadeng
Kemukiman Suka Maju :
1. Cot Kruet
2. Blang Kuthang
3. Buket Seulamat
4. Lapehan Mesjid
5. Panteu Breuh
6. Ulee Gle
7. Pulo Teungoh
8. Mon Ara
Kemukiman Suka Jaya :
1. Pandak
2. Seuneubok Baro
3. Blang Dalam
4. Alue Dua
5. Batee Dabai
20
Kemukiman Suka Damai :
1. Blang Mane
2. Meureubo
3. Blang Perlak
4. Panton Mesjid
5. Suka Ramee
6. Matang Kumbang
7. Tanjong Mulia
8. Ara Lipeh
Berdasarkan data kependudukan tahun 2018 jumlah penduduk di wilayah kerja UPTD
Puskesmas Makmur adalah 15.713 jiwa, sedangkan untuk jumlah penduduk yang
berdasarkan jenis kelamin yaitu laki- laki sebanyak 7.612 jiwa, dan jenis kelamin
Perempuan sebanyak 7.784 jiwa, dengan kepadatan penduduk rata-rata 168 per km2.
Rasio Beban Tanggungan adalah perbandingan antara banyaknya orang yang belum
produktif (usia kurang dari 15 tahun) dan tidak produktif lagi (usia 65 tahun ke atas) dengan
banyaknya orang yang termasuk usia produktif (15-64 tahun).
Saat ini rasio beban tanggungan penduduk Kecamatan Makmur adalah 48%, dengan
kata lain setiap 100 orang usia produktif, selain menanggung dirinya sendiri juga harus
menanggung 48 orang usia non produktif.
21
Table.4.1 Jumlah penduduk desa Makmur
Jujshg
N
DESA Jumlah penduduk
O
1 2
1 Paya Dua 301
2 Leubu Me 381
3 Leubu Cot 571
4 Leubu Mesjid 906
5 Kuta Barat 701
6 Tringgadeng 630
7 Cot Kruet 835
8 Buket seulamat 239
9 Blang Kuthang 575
10 Lapehan Mesjid 996
11 Pante Breuh 218
12 Ule Gle 981
13 Pulo Teungoh 250
14 Mon Ara 398
15 Pandak 345
16 Snb. Baro 342
17 Blang Dalam 341
22
Hasil Penelitian
2 Leubu Mee 0 0 0 0
5 Kuta Barat 0 0 0 0
6 Trienggadeng 0 0 0 0
9 Buket Seulamat 0 0 0 0
12 Ulee Gle 0 0 0 0
13 Pulo Teungoh 0 0 0 0
14 Mon Ara 0 0 0 0
15 Pandak 1 0 1 2,6%
17 Blang Dalam 0 0 0 0
18 Alue Dua 0 0 0 0
20 Blang Mane 0 0 0 0
24
21 Meureubo 0 0 0 0
22 Blang Perlak 0 0 0 0
23 Panton Mesjid 0 0 0 0
24 Suka Ramee 0 0 0 0
26 Tanjong Mulia 0 0 0 0
25
BAB V
Pemabahasan
Pada desa Leubu Cot didapatkan sebanyak 5 kasus pada bulan Agustus dan
September dengan persentase 13,5%, pada desa Leubu Mesjid didapatkan 2 kasus
dengan persentase 5,2%, pada desa Cot Krut & Lapehan Mesjid didapatkan 3 kasus
dengan persentase 7,8 , pada desa pandak didapatkan 1 kasus dengan persentase 2,6%,
pada desa Seunubok Baro terdapat 12 kasus dengan persentase 31,5%, pada desa Batee
Dabai terdapat 2 kasus dengan persentase 5,8%, pada desa Matang Kumbang didapatkan
4 kasus dengan persentase 10,5%, dan pada desa Ara Lipeh terdapat 2 kasus dengan
persentase 5,2%.
Kesimpulan
Dari hasil penelitian ini didapatkan bahwa distribusi penderita scabies di tiap
desa di Puskesmas Makmur Periode Agustus-September tahun 2021 menunjukkan
prevalensi tertinggi terdapat di desa Seuneubok Baro dengan 12 kasus (31,5%).
Saran
1. Bagi Penderita
Untuk dapat meningkatkan personal hygine dan kebersihan lingkungan, serta datang ke
puskesmas untuk mendapatkan pengobatan.
2. Bagi Puskesmas
Untuk dapat lebih sering melakukan penyuluhan tentang skabies, mengenai cara penularan,
pencegahan dan pengobatannya.
26
KETERBATASAN PENELITIAN
Penelitian ini juga tidak mengkaji lebih lebih lanjut tentang penyebab pasti dari
scabies didesa/tempat tinggal tersebut, sehingga tidak mengetahui bagaimana cara
penularannya, diharapkan peneliti selanjutnya dapat mencari tau penyebab dan tata
cara penularannya agar dapat mengurangi kasus scabies pada setiap desa.
27
DAFTAR PUSTAKA
3. Steer AC, Jenney AWJ, Kado J, Batzloff MR, Vincent SL, Waqatakirewa L,
et al. High burden of impetigo and scabies in a tropical country. PLoS Negl Trop
Dis. 2009;3:467
5. Hengge UR, Currie BJ, Jäger G, Lupi O, Schwartz RA. Scabies: A ubiquitous
neglected skin disease. Lancet Infect Dis. 2006;6:769-79.
7. Djuanda A. Ilmu penyakit kulit dan kelamin. 7th Ed. Jakarta: Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia; 2015. p. 137-40.
9. Burkhart CN, Burkhart CG. Scabies. In: Goldsmith LA, Katz SI, Gilchrest
BA, Paller AS, Leffell DJ, Wolff K, eds. Fitzpatrick’s dermatology in general
medicine. 8th ed. New York: The McGraw-Hill Co; 2012. p. 2569–72.
28