Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH


VERTIGO

DISUSUN OLEH:
TIKA RATNA SETIAWATI, S.KEP
21.156.03.11.121

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MEDISTRA INDONESIA
2021
LAPORAN PEDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH
VERTIGO

A. KONSEP DASAR PENYAKIT

1. PENGERTIAN

Vertere” suatu istilah dalam bahasa latin yang merupakan bahasa lain
dari vertigo, yang artinya memutar. Vertigo dalam kamus bahasa
diterjemahkan dengan pusing (Wahyono, 2007).

Vertigo adalah perasaan seolah-olah penderita bergerak atau berputar,


atau seolah-olah benda di sekitar penderita bergerak atau berputar, yang
biasanya disertai dengan mual dan kehilangan keseimbangan. Vertigo bisa
berlangsung hanya beberapa saat atau bisa berlanjut sampai beberapa jam
bahkan hari. Penderita kadang merasa lebih baik jika berbaring diam, tetapi
vertigo bisa terus berlanjut meskipun penderita tidak bergerak sama sekali
(Israr, 2008).

Vertigo adalah sensasi atau perasaan yang mempengaruhi orientasi ruang


dan mungkin dapat didefinisikan sebagai suatu ilusi gerakan. Keluhan ini
merupakan gejala yang sifatnya subyektif dan karenanya sulit dinilai.
Walupun pengobatan sebaiknya langsung pada penyebab yang mendasari
penyebab atau kelainannya, asal atau penyebab vertigo sering tidak diketahui
ataupun tidak mungkin diobati (CDK, 2009)

Vertigo dapat digolongkan sebagai salah satu bentuk gangguan


keseimbangan atau gangguan orientasi di ruangan. Banyak system atau organ
tubuh yang ikut terlibat dalam mengatur dan mempertahankan keseimbangan
tubuh kita. Keseimbangan diatur oleh integrasi berbagai sistem diantaranya
sistem vestibular, system visual dan system somato sensorik (propioseptik).
Untuk memperetahankan keseimbangan diruangan, maka sedikitnya 2 dari 3

1
sistem system tersebut diatas harus difungsikan dengan baik. Pada vertigo,
penderita merasa atau melihat lingkunganya bergerak atau dirinya bergerak
terhadap lingkungannya. Gerakan yang dialami biasanya berputar namun
kadang berbentuk linier seperti mau jatuh atau rasa ditarik menjauhi bidang
vertikal. Pada penderita vertigo kadang-kadang dapat kita saksikan adanya
nistagmus. Nistagmus yaitu gerak ritmik yang involunter dari pada bolamata.
(Lumban Tobing. S.M, 2003)

2. ETIOLOGI
Tubuh merasakan posisi dan mengendalikan keseimbangan melalui organ
keseimbangan yang terdapat di telinga bagian dalam. Organ ini memiliki saraf
yang berhubungan dengan area tertentu di otak. Vetigo bisa disebabkan oleh
kelainan di dalam telinga, di dalam saraf yang menghubungkan telinga dengan
otak dan di dalam otaknya sendiri. Vertigo juga bisa berhubungan dengan
kelainan penglihatan atau perubahan tekanan darah yang terjadi secara
tibatiba. Penyebab umum dari vertigo: (Israr, 2008).
1. Keadaan lingkungan
Motion sickness (mabuk darat, mabuk laut)
2. Obat-obatan
Alkohol
Gentamisin
3. Kelainan sirkulasi
Transient ischemic attack (gangguan fungsi otak sementara karena
berkurangnya aliran darah ke salah satu bagian otak) pada arteri
vertebral dan arteri basiler
4. Kelainan di telinga
Endapan kalsium pada salah satu kanalis semisirkularis di dalam
telinga bagian dalam (menyebabkan benign paroxysmal positional
vertigo)
Infeksi telinga bagian dalam karena bakteri
Herpes zoster

2
Labirintitis (infeksi labirin di dalam telinga)
Peradangan saraf vestibuler
Penyakit Meniere
5. Kelainan neurologis
Sklerosis multipel
Patah tulang tengkorak yang disertai cedera pada labirin, persarafannya
atau keduanya
Tumor otak
Tumor yang menekan saraf vestibularis.

3. PATOFISIOLOGI
Vertigo disebabkan dari berbagai hal antara lain dari otologi seperti
meniere, parese N VIII, otitis media. Dari berbagai jenis penyakit yang terjadi
pada telinga tersebut menimbulkan gangguan keseimbangan pada saraf ke
VIII, dapat terjadi karena penyebaran bakteri maupun virus (otitis media).

Selain dari segi otologi, vertigo juga disebabkan karena neurologik.


Seperti gangguan visus, multiple sklerosis, gangguan serebelum, dan penyakit
neurologik lainnya. Selain saraf ke VIII yang terganggu, vertigo juga
diakibatkan oleh terganggunya saraf III, IV, dan VI yang menyebabkan
terganggunya penglihatan sehingga mata menjadi kabur dan menyebabkan
sempoyongan jika berjalan dan merespon saraf ke VIII dalam
mempertahankan keseimbangan.

Hipertensi dan tekanan darah yang tidak stabil (tekanan darah naik turun).
Tekanan yang tinggi diteruskan hingga ke pembuluh darah di telinga,
akibatnya fungsi telinga akan keseimbangan terganggudan menimbulkan
vertigo. Begitupula dengan tekanan darah yang rendah dapat mengurangi
pasokan darah ke pembuluh darah di telinga sehingga dapat menyebabkan
parese N VIII.

3
Psikiatrik meliputi depresi, fobia, ansietas, psikosomatis yang dapat
mempengaruhi tekanan darah pada seseorang. Sehingga menimbulkan
tekanan darah naik turun dan dapat menimbulkan vertigo dengan
perjalanannya seperti diatas. Selain itu faktor fisiologi juga dapat
menimbulkan gangguan keseimbangan. Karena persepsi seseorang berbeda-
beda.

4. PATHWAY

5. TANDA DAN GEJALA


Pasien Vertigo akan mengeluh jika posisi kepala berubah pada suatu
keadaan tertentu. Pasien akan merasa berputar atau merasa sekelilingnya
berputar jika akan ke tempat tidur, berguling dari satu sisi ke sisi lainnya,
bangkit dari tempat tidur di pagi hari, mencapai sesuatu yang tinggi atau jika
kepala digerakkan ke belakang. Biasanya vertigo hanya berlangsung 5-10
detik. Kadang-kadang disertai rasa mual dan seringkali pasien merasa
cemas.Penderita biasanya dapat mengenali keadaan ini dan berusaha
menghindarinya dengan tidak melakukan gerakan yang dapat menimbulkan
vertigo. Vertigo tidak akan terjadi jika kepala tegak lurus atau berputar secara

4
aksial tanpa ekstensi, pada hampir sebagian besar pasien, vertigo akan
berkurang dan akhirnya berhenti secara spontan dalam beberapa hari atau
beberapa bulan, tetapi kadang-kadang dapat juga sampai beberapa tahun.

Pada anamnesis, pasien mengeluhkan kepala terasa pusing berputar pada


perubahan posisi kepala dengan posisi tertentu. Secara klinis vertigo terjadi
pada perubahan posisi kepala dan akan berkurang serta akhirnya berhenti
secara spontan setelah beberapa waktu. Pada pemeriksaan THT secara umum
tidak didapatkan kelainan berarti, dan pada uji kalori tidak ada paresis kanal.

Uji posisi dapat membantu mendiagnosa vertigo, yang paling baik adalah dengan
melakukan manuver Hallpike : penderita duduk tegak, kepalanya dipegang
pada kedua sisi oleh pemeriksa, lalu kepala dijatuhkan mendadak sambil
menengok ke satu sisi. Pada tes ini akan didapatkan nistagmus posisi dengan
gejala :

1. Penderita vertigo akan merasakan sensasi gerakan seperti berputar, baik


dirinya sendiri atau lingkungan

2. Merasakan mual yang luar biasa

3. Sering muntah sebagai akibat dari rasa mual

4. Gerakan mata yang abnormal

5. Tiba - tiba muncul keringat dingin

6. Telinga sering terasa berdenging

7. Mengalami kesulitan bicara

8. Mengalami kesulitan berjalan karena merasakan sensasi gerakan berputar

9. Pada keadaan tertentu, penderita juga bisa mengalami ganguuan


penglihatan

(http://perawatyulius.blogspot.com)

5
6. KOMPLIKASI
a. Cidera fisik
Pasien dengan vertigo ditandai dengan kehilangan keseimbangan
akibat terganggunya saraf VIII (Vestibularis), sehingga pasien tidak
mampu mempertahankan diri untuk tetap berdiri dan berjalan.

b. Kelemahan otot
Pasien yang mengalami vertigo seringkali tidak melakukan aktivitas.
Mereka lebih sering untuk berbaring atau tiduran, sehingga berbaring yang
terlalu lama dan gerak yang terbatas dapat menyebabkan kelemahan otot.

7. PENATALAKSANAAN
Menurut (Cermin Dunia Kedokteran No. 144, 2004: 48) Meliputi uji tes
keberadaan bakteri melalui laboratorium, sedangkan untuk pemeriksaan
diagnostik yang penting untuk dilakukan pada klien dengan kasus vertigo
antara lain:

a. Pemeriksaan fisik

1) Pemeriksaan mata

2) Pemeriksaan alat keseimbangan tubuh

3) Pemeriksaan neurologik

4) Pemeriksaan otologik

5) Pemeriksaan fisik umum

b. Pemeriksaan khusus

1) ENG

2) Audiometri dan BAEP

3) Psikiatrik

6
8. KLASIFIKASI VERTIGO
Vertigo diklasifikasikan menjadi dua :
1. Vertigo ringan :
a. Vertigo posisional, yakni vertigo akan muncul hanya pada sikap
atau posisi kepala tertentu, misalnya miring ke kanan atau kiri dan
telinga yang terganggu ditempatkan di sebelah bawah. Sindrom ini
pada umumnya hanya berlangsung beberapa detik atau menit saja,
namun disertai rasa mual.
b. Vertigo situasional yakni vertigo muncul setiap kita berhadapan
dengan keramaian, atau sebaliknya, saat kita berada di tengah
lapangan luas yang kurang penerangan.
c. Vertigo stress, yakni Penderita bisa saja mengalami gejala kepala
berputar tujuh keliling sampai muntah-muntah karena stress.
Namun begitu stress dapat dihilangkan, gejala akan sirna.
2. Vertigo berat :
a. Vertigo yang disebabkan karena adanya tumor di otak kecil
(cerebellum) sehingga harus dilakukan tindakan operasi untuk
mengatasinya.
b. Vertigo karena trauma diarea cerebellum dapat menyebabkan
gangguan keseimbangan karena cerebellum merupakan pusat
keseimbangan sentral pada tubuh manusia.
c. Vertigo yang disebabkan karena infeksi pada area keseimbangan
dalam telinga (vestibular) yang sifatnya sangat sensitif terhadap
perubahan atau kelainan apa pun pada organ tersebut. Misalnya
akibat salesma berat, masuk angin, atau kurang tidur terjadi infeksi
pada telinga, sehingga aliran darah kurang sempurna. Semuanya ini
bisa menyebabkan vertigo.

7
9. MANIFESTASI KLINIS
1. Vertigo Sentral

Gejala yang khas bagi gangguan di batang otak misalnya diplopia,


paratesia, perubahan serisibilitas dan fungsi motorik. Biasanya pasien
mengeluh lemah, gangguan koordinasi, kesulitan dalam gerak supinasi dan
pronasi tanyanye secara berturut-turut (dysdiadochokinesia), gangguan
berjalan dan gangguan kaseimbangan. Percobaan tunjuk hidung yaitu
pasien disuruh menunjuk jari pemeriksa dan kemudian menunjuk
hidungnya maka akan dilakukan dengan buruk dan terlihat adanya ataksia.
Namun pada pasien dengan vertigo perifer dapat melakukan percobaan
tunjuk hidung sacara normal. Penyebab vaskuler labih sering ditemukan
dan mencakup insufisiensi vaskuler berulang, TIA dan strok. Contoh
gangguan disentral (batang otak, serebelum) yang dapat menyebabkan
vertigo adalah iskemia batang otak, tumor difossa posterior, migren
basiler.

2. Vertigo perifer

Lamanya vertigo berlangsung:

a. Episode (Serangan ) vertigo yang berlangsung beberapa detik.

Vertigo perifer paling sering disebabkan oleh vertigo


posisional berigna (VPB). Pencetusnya adalah perubahan
posisi kepala misalnya berguling sewaktu tidur atau
menengadah mengambil barang dirak yang lebih tinggi.
Vertigo berlangsung beberapa detik kemudian mereda.
Penyebab vertigo posisional berigna adalah trauma kepala,
pembedahan ditelinga atau oleh neuronitis vestibular
prognosisnya baik gejala akan menghilang spontan.

b. Episode Vertigo yang berlangsung beberapa menit atau jam.

8
Dapat dijumpai pada penyakit meniere atau vestibulopati
berulang. Penyakit meniere mempunyai trias gejala yaitu
ketajaman pendengaran menurun (tuli), vertigo dan tinitus.
Usia penderita biasanya 30-60 tahun pada permulaan
munculnya penyakit.

Pada pemeriksaan fisik ditemukan penurunaan pendengaran dan


kesulitan dalam berjalan “Tandem” dengan mata tertutup.
Berjalan tandem yaitu berjalan dengan telapak kaki lurus
kedepan, jika menapak tumit kaki yang satu menyentuh jari
kaki lainnya dan membentuk garis lurus kedepan.

Sedangkan pemeriksaan elektronistagmografi sering memberi


bukti bahwa terdapat penurunan fungsi vertibular perifer.
Perjalanan yang khas dari penyakit meniere ialah terdapat
kelompok serangan vertigo yang diselingi oleh masa remisi.
Terdapat kemungkinan bahwa penyakit akhirnya berhenti tidak
kambuh lagi pada sebagian terbesar penderitanya dan
meninggalkan cacat pendengaran berupa tuli dan timitus dan
sewaktu penderita mengalami disekuilibrium (gangguan
keseimbangan) namun bukan vertigo. Penderita sifilis stadium
2 atau 3 awal mungkin mengalami gejala yang serupa dengan
penyakit meniere jadi kita harus memeriksa kemungkinana
sifilis pada setiap penderi penyakit meniere.

c. Serangan Vertigo yang berlangsung beberapa hari sampai


beberapa minggu.

Neuronitis vestibular merupakan kelainan yang sering dijumpai


pada penyakit ini mulanya vertigo, nausea, dan muntah yang
menyertainya ialah mendadak. Gejala ini berlangsung  beberapa
hari sampai beberapa minggu. Sering penderita merasa lebih

9
lega namun tidak bebas sama sekali dari gejala bila ia berbaring
diam.

Pada Neuronitis vestibular fungsi pendengaran tidak terganggu


kemungkinannya disebabkan oleh virus. Pada pemeriksaan fisik
dijumpai nistagmus yang menjadi lebih basar amplitudonya.
Jika pandangan digerakkan menjauhi telinga yang terkena
penyakit ini akan mereda secara gradual dalam waktu beberapa
hari atau minggu.

Pemeriksaan elektronistagmografi (ENG) menunjukkan


penyembuhan total pada beberapa penyakit namun pada
sebagian besar penderita didapatkan gangguan vertibular
berbagai tingkatan. Kadang terdapat pula vertigo posisional
benigna. Pada penderita dengan serangan vertigo mendadak
harus ditelusuri kemungkinan stroke serebelar. Nistagmus yang
bersifat sentral tidak berkurang jika dilakukan viksasi visual
yaitu mata memandang satu benda yang tidak bergerak dan
nigtamus dapat berubah arah bila arah pandangan berubah. Pada
nistagmus perifer, nigtagmus akan berkurang bila kita
menfiksasi pandangan kita suatu benda contoh penyebab vetigo
oleh gangguan system vestibular perifer yaitu mabok kendaraan,
penyakit meniere, vertigo pasca trauma

VERTIGO PERIFERAL VERTIGO SENTRAL
NO
(VESTIBULOGENIK) (NON-VESTIBULER)

1 Pandangan gelap Penglihatan ganda

2 Rasa lelah dan stamina Sukar menelan


menurun
3 Kelumpuhan otot-otot
Jantung berdebar wajah
4 Sakit kepala yang parah

10
5 Hilang keseimbangan Kesadaran terganggu

6 Tidak mampu berkonsentrasi Tidak mampu berkata-kata

7 Perasaan seperti mabuk Hilangnya koordinasi

8 Otot terasa sakit Mual dan muntah-muntah

9 Mual dan muntah-muntah Tubuh terasa lemah

10 Memori dan daya pikir


menurun
11
Sensitif pada cahaya terang dan
Suara

Berkeringat

10. PEMERIKSAAN PENUNJANG


1. Tes Romberg yang dipertajam
Sikap kaki seperti tandem, lengan dilipat pada dada dan mata
kemudian ditutup. Orang yang normal mampu berdiri dengan sikap
yang romberg yang dipertajam selama 30 detik atau lebih

2. Tes Melangkah ditempat (Stepping Test)


Penderita disuruh berjalan ditempat dengan mata tertutup sebanyak
50 langkah. Kedudukan akhir dianggap abnormal jika penderita
beranjak lebih dari satu meter atau badan berputar lebih dari 30
derajat

3. Salah Tunjuk(post-pointing)
Penderita merentangkan lengannya, angkat lengan tinggi-tinggi
(sampai fertikal) kemudian kembali kesemula

4. Manuver Nylen Barang atau manuver Hallpike

11
Penderita duduk ditempat tidur periksa lalu direbahkan sampai
kepala bergantung dipinggir tempat tidur dengan sudut 300  kepala
ditoleh kekiri lalu posisi kepala lurus kemudian menoleh lagi
kekanan pada keadaan abnormal akan terjadi nistagmus

5. Tes Kalori = dengan menyemprotkan air bersuhu 300 ketelinga


penderita
6. Elektronistagmografi
Yaitu alat untuk mencatat lama dan cepatnya nistagmus yang
timbul

7. Posturografi
Yaitu tes yang dilakukan untuk mengevaluasi system visual,
vestibular dan somatosensorik.

12
DAFTAR PUSTAKA

Arsyad soepardi, efiaty dan Nurbaiti.2002. Buku ajar ilmu kesehatan


telingahidung tenggorok kepala leher edisi ke lima. Jakarta : Gaya Baru 

Doengos, Marily E. 1998. Rencana Asuhan Keperawatan, Pedoman Untuk


Perencanaan dan Pendokumentasian. Edisi 3 EGC; Jakarta.

Lumban Tobing. S.M, 2008, Vertigo Tujuh Keliling, Jakarta : FK UI

Perhimpunan Dokter Spesialis Syaraf Indonesia, 2008, Vertigo Patofisiologi,


Diagnosis dan Terapi, Malang : Perdossi

Price, S.A., & Wilson, L.M. (2006). Patifisiologi: Konsep klinis proses-proses
penyakit.Vol.2. Jakarta: EGC.

Santosa, Budi.2005.Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2005-2006.Alih


bahasa.Jakarta : Prima Medika

Mansjoer, Arif M .dkk. 2007.Kapita selekta kedokteran 3 jilid 2,Jakarta:Media


Aesculapius

Israr. Y. 2008. Vertigo. Diakses 9 November 2013, jam 08.05


Http://yayanakhyr.wordpress.com

Brunner and Suddarth. (2001). Text book of Medical-Surgical Nursing. EGC.


Jakarta.

Doengoes Merillynn. (1999) (Rencana Asuhan Keperawatan). Nursing care plans.


Guidelines for planing and documenting patient care. Alih bahasa : I Made
Kariasa, Ni Made Sumarwati. EGC. Jakarta.

Prince A Sylvia. (1995). (patofisiologi). Clinical Concept. Alih bahasa : Peter


Anugrah EGC. Jakarta.

Wilkinson, Judith M & Ahern, Nancy R. 2011. Buku Saku Diagnosa


Keperawatan NANDA, NIC NOC. Edisi 9. Jakarta ; EGC.

13

Anda mungkin juga menyukai