Anda di halaman 1dari 140

PROYEK AKHIR

ALAT MONITORING ARUS BOCOR DAN ARUS NETRAL


PADA GARDU TRAFO TIANG BERBASIS IoT

Azka Putra Pradana


NRP. 1303177044

Dosen Pembimbing:
Drs. Irianto M.T.
NIP. 19640522.199103.1. 003

Lucky Pradigta S.R, S.ST., M.T.


NIP.19880703.201903.1. 008

PROGRAM STUDI D3 TEKNIK ELEKTRO INDUSTRI


POLITEKNIK ELEKTRONIKA NEGERI SURABAYA

SURABAYA
2020
PROYEK AKHIR

ALAT MONITORING ARUS BOCOR DAN ARUS NETRAL


PADA GARDU TRAFO TIANG BERBASIS IoT

Azka Putra Pradana


NRP. 1303177044

Dosen Pembimbing:

Drs. Irianto, M.T.


NIP. 19640522.199103.1.003

Lucky Pradigta S.R, S.ST., M.T.


NIP. 19880703.201903.1.008

PROGRAM STUDI D3 TEKNIK ELEKTRO INDUSTRI


POLITEKNIK ELEKTRONIKA NEGERI SURABAYA

SURABAYA
2020
(Halaman ini sengaja dikosongkan)
ALAT MONITORING ARUS BOCOR DAN ARUS NETRAL

PADA GARDU TRAFO TIANG BERBASIS IoT

Oleh :
Azka Putra Pradana
NRP. 1303177044

Proyek Akhir ini Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat


Untuk Memperoleh Gelar Ahli Madya Teknik (A.Md. T.)
di
Politeknik Elektronika Negeri Surabaya

Disetujui Oleh :

Dosen Penguji Proyek Akhir : Dosen Pembimbing :

1. Renny Rakhmawati, S.T.,M.T. 1. Drs. Irianto, M.T.


NIP. 19721024 199903 2 001 NIP. 19681208 199303 1 001

2. Suhariningsih, S.ST, MT 2. Lucky Pradigta S.R, S.ST., M.T.


NIP. 19640404 198903 2 002 NIP. 19880703 201903 1 008

3. Moch Machmud Rifadil, S.ST., M.T.


NIP. 19840909 200912 1 003

Surabaya, Agustus 2020


Mengetahui,
Ketua Program Studi D3
Teknik Elektro Industri

Syechu Dwitya Nugraha, S.ST., M.T.


NIP. 19890508.201504.1.001
(Halaman ini sengaja dikosongkan)
ALAT MONITORING ARUS BOCOR DAN ARUS NETRAL

PADA GARDU TRAFO TIANG BERBASIS IoT

Oleh :
Azka Putra Pradana
NRP. 1303177044

Proyek Akhir ini Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat


Untuk Memperoleh Gelar Ahli Madya Teknik (A.Md. T.)
di
Politeknik Elektronika Negeri Surabaya

Disetujui Oleh :

Dosen Penguji Proyek Akhir : Dosen Pembimbing :

1. Renny Rakhmawati, S.T.,M.T. 1. Drs. Irianto, M.T.


NIP. 19721024 199903 2 001 NIP. 19681208 199303 1 001

2. Suhariningsih, S.ST, MT 2. Lucky Pradigta S.R, S.ST., M.T.


NIP. 19640404 198903 2 002 NIP. 19880703 201903 1 008

3. Moch Machmud Rifadil, S.ST., M.T.


NIP. 19840909 200912 1 003

Surabaya, Agustus 2020


Mengetahui,
Ketua Program Studi D3
Teknik Elektro Industri

Syechu Dwitya Nugraha, S.ST., M.T.


NIP. 19890508.201504.1.001
(Halaman ini sengaja dikosongkan)

ii
ABSTRACT

To maintain the quality of distribution of the electric power grid


system at PLN, it is influenced by various events that disrupt the
reliability of the network system. An example of an event is a trip on
a network section due to leakage currents flowing in GTT and
neutral currents that cause damage to the 20kV distribution
transformer. So that the leakage current needs to be provided with a
protection system and the correct grounding channel to keep the
system from damage and to protect humans from leakage currents.
Neutral Current occurs because of the load imbalance between each
phase in the distribution transformer in GTT. It causes the
transformer to experience an increase in temperature in the
insulation system, and it can result in total damage if left unchecked.
From these problems, the final project is the design of the Leakage
Current and Neutral Current Monitoring Tool in The Transformer
Substation IoT Based. Which can monitor in real-time the value of
the current flowing in the main phase, neutral phase, and leakage
current flowing in the transformer body and the PHB-TR body panel
in GTT using 5 sensors which have an average of% error is 0.7024%
. From the results of tests carried out when the load imbalance
exceeds 25% and the neutral current flows in the neutral phase, then
the leakage current that flows exceeds 300 mA succeeds in providing
notifications and warnings using the IoT concept sent to the
smartphone. And from the monitoring test results, it 's known that
the current The largest neutral is measured at 8.34 A and the largest
leakage current is 0.81 A.

Keyword : Neutral Current; Leakage Current; IoT; Monitoring.

iii
(Halaman ini sengaja dikosongkan)

iv
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan Alhamdulillah sebagai bentuk rasa puji dan


syukur atas kehadirat Allah Subhanahu wata’ala atas karunia dan
bimbingan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Proyek Akhir ini
dengan baik dan tepat waktu yang berjudul :

“ALAT MONITORING ARUS BOCOR DAN ARUS NETRAL


PADA GARDU TRAFO TIANG BERBASIS IoT”

Solawat dan salam tetap terlimpahkan kepada Rasulullah Salallahu


‘Alayhiwasalam yang telah mengantarkan umat manusia dari peradaban
hidup yang jahiliyah menuju peradaban hidup yang moderen yg penuh
dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi seperti saat ini.
Pembuatan dan penyusunan proyek akhir ini diajukan sebagai salah satu
syarat untuk menyelesaikan studi Diploma-III (D3) untuk memperoleh
Gelar Ahli Madya Teknik (A.Md.T) jurusan Teknik Elektro Industri di
Politeknik Elektronika Negeri Surabaya (PENS).
Penulis berusaha maksimal dengan segala ilmu pengetahuan dan
informasi yang telah didapat selama menjalani perkuliahan dalam
menyusun laporan proyek akhir ini supaya dapat membuat laporan
dengan baik. Namun, penulis juga sadar dari akan kesalahan sebagai
manusia, karena itu penulis mohon maaf atas segala keterbatasan materi
yang terdapat pada laporan proyek akhir ini. Penulis juga mengharapkan
masukan dari pembaca yang berupa saran dan kritik yang membangun
demi kesempurnaan laporan proyek akhir ini.
Demikian, harapan yang besar bagi penulis supaya laporan proyek
akhir ini dapat bermanfaat bagi setiap orang yang membaca.

Surabaya, 10 Agustus 2020

Penulis

v
(Halaman ini sengaja dikosongkan)

vi
UCAPAN TERIMA KASIH

Dengan mengucapkan Alhamdulillah atas kehadirat Allah SWT.


Saya selaku penyusun dan penulis buku proyek akhir ini mengucapkan
terima kasih banyak kepada pihak-pihak yang telah membantu penulis
sehingga proyek akhir ini dapat terselesaikan dengan baik dan tepat
waktu. Diantaranya penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Allah SWT dan Nabi Muhammad SAW yang senantiasa selalu
memberikan petunjuk dan syafa’at-Nya.
2. Mamah dan Adik - Adik, serta keluarga tercinta atas dukungan
baik moral, moril maupun material yang tiada ternilai harganya
selama dalam pengerjaan proyek akhir ini.
3. Bapak Dr. Zainal Arif, S.T., M.Eng., selaku Direktur Politeknik
Elektronika Negeri Surabaya
4. Bapak Syechu Dwitya Nugraha, S.ST., M.T. selaku Kaprodi D3
Teknik Elektro Industri.
5. Bapak Drs. Irianto, M.T. dan Bapak Lucky Pradigta S. R., S.ST.,
M.T. selaku dosen pembimbing proyek akhir yang sudah
membimbing penulis dari awal penyusunan proposal hingga
sidang proyek akhir.
6. Seluruh Bapak dan Ibu dosen yang telah membimbing dan
membekali ilmu yang bermanfaat kepada penulis selama
menempuh pendidikan di Politeknik Elektronika Negeri
Surabaya.
7. Teman-teman seperjuangan Program Studi D3 Teknik Elektro
Industri yang telah membantu memberikan semangat dan
dukungan langsung maupun tidak langsung atas terselesainya
tugas proyek akhir ini.
8. Semua pihak yang telah membantu penulis hingga
terselesaikannya proyek akhir ini yang tidak dapat penulis
sebutkan satu persatu.

Semoga Allah SWT selalu memberikan balasan yang lebih atas kebaikan
yang dilakukan serta perlindungan, rahmat dan nikmat-Nya bagi kita
semua.
Amin.

vii
(Halaman ini sengaja dikosongkan)

viii
(Halaman ini sengaja dikosongkan)
2.13 PENGAMAN ARUS BOCOR ...................................................... 23
2.14 STM32F103C8T6 ......................................................................... 24
2.15 SENSOR ARUS YHDC SCT-013-XX ......................................... 26
2.16 RTC (REAL TIME CLOCK) ........................................................ 28
2.17 DATA LOGGER ........................................................................... 29
2.18 SD CARD ...................................................................................... 29
2.19 LoRa SX1276 ............................................................................... 30
2.20 LCD 20X4 ................................................................................... 31
2.21 I2C ................................................................................................ 32
2.22 INTERNET OF THINGS (IOT) ................................................... 34
2.23 MYDEVICES CAYENNE ............................................................ 34
BAB III ................................................................................................. 37
PERENCANAAN DAN PEMBUATAN ALAT ................................ 37
3.1 PERENCANAAN SISTEM ............................................................ 37
3.2 PERENCANAAN DAN PEMBUATAN HARDWARE ................ 39
3.2.1 Perencanaan Board PCB ......................................................... 39
3.2.2 Perencanaan Sensor Arus ........................................................ 40
3.2.3 Perencanaan LCD I2C ............................................................ 44
3.2.4 Perencanaan Lora SX1276 ...................................................... 45
3.2.5 Perencanaan Data Logger........................................................ 46
3.2.6 Perencanaan RTC DS3231 ...................................................... 47
3.2.7 Perencanaan Box Akrilik ........................................................ 47
3.3 PERENCANAAN DAN PEMBUATAN SOFTWARE.................. 48
3.3.1 Perencanaan MyDevices Cayenne .......................................... 48
BAB IV ................................................................................................. 51
PENGUJIAN DAN ANALISA ........................................................... 51
4.1 METODE PENGUJIAN ................................................................. 51
4.1.1 Pengujian Parsial ..................................................................... 51
4.1.2 Pengujian Sistem Integrasi ...................................................... 51
4.2 PENGUJIAN PARSIAL ................................................................. 52
4.2.1 Pengujian LCD 20X4 .............................................................. 52
4.2.2 Pengujian RTC DS3231 .......................................................... 52
4.2.3 Pengujian Openlog Data Logger ............................................. 54
4.2.4 Pengujian LoRa SX1276 ......................................................... 55

x
(Halaman ini sengaja dikosongkan)

iv
(Halaman ini sengaja dikosongkan)

xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2. 1 Konstruksi Gardu Trafo Tiang .......................................... 9
Gambar 2. 2 Trafo Distribusi ............................................................... 10
Gambar 2. 3 Transformator 3 fasa hubungan Y-Y. ............................. 12
Gambar 2. 4 Transformator 3 Fasa hubungan Y-Δ .............................. 12
Gambar 2. 5 Transformator 3 Fasa hubungan Δ – Y ........................... 13
Gambar 2. 6 Transformator 3 Fasa hubungan Δ – Δ ........................... 13
Gambar 2. 7 Sistem Tiga Fasa ............................................................. 14
Gambar 2. 8 Vektor diagram arus keadaan beban seimbang ............... 15
Gambar 2. 9 Vektor diagram arus keadaan beban tidak seimbang ...... 15
Gambar 2. 10 Beban Hubungan Bintang 4 Kawat Tidak Seimbang ... 16
Gambar 2. 11 Beban Hubungan Bintang 3 Kawat Tidak Seimbang ... 17
Gambar 2. 12 Konstruksi Box PHB-TR 4 Jurusan .............................. 21
Gambar 2. 13 Modul ARM STM32F103C8T6 ................................... 25
Gambar 2. 14 Sensor Arus SCT-013-030 ............................................ 28
Gambar 2. 15 RTC DS3231 ................................................................ 28
Gambar 2. 16 Modul Openlog ............................................................. 30
Gambar 2. 17 Modul Lora SX1276 ..................................................... 31
Gambar 2. 18 Liquid Crystal Display (LCD) 20X4 ............................ 32
Gambar 2. 19 Sambungan I2C ............................................................ 33
Gambar 2. 20 MyDevices Cayenne ..................................................... 35

Gambar 3. 1 Blok Diagram Sistem ...................................................... 37


Gambar 3. 2 Rangkaian board PCB keseluruhan ................................ 39
Gambar 3. 3 Rangkain board PCB Keseluruhan 3D Model ................ 39
Gambar 3. 4 Rangkaian Pengkondisian Sinyal .................................... 42
Gambar 3. 5 Skematik rangkaian tambahan SCT-013-010 dan SCT-013-
030 .................................................................................. 43
Gambar 3. 6 Rangkaian tambahan SCT-013-010 dan SCT-013-030 pada
board ............................................................................... 44
Gambar 3. 7 Skema LCD 20x4 dengan I2C ke STM32F103C8T6 ..... 45
Gambar 3. 8 Skematik LoRa SX1276 ke STM32F103C8T6 .............. 46
Gambar 3. 9 Skematik modul Openlog ke STM32F103C8T6 ............ 46
Gambar 3. 10 Skematik modul RTC DS3231 ke STM32F103C8T6 .. 47
Gambar 3. 11 Perencaan Box Akrilik .................................................. 48
Gambar 3. 12 Perencanaan desain di web Cayenne untuk browser ... 49
Gambar 3. 13 Perencanaan desain di web Cayenne untuk Android .... 49

Gambar 4. 1 Hasil Pengujian LCD 20X4 ............................................ 52


Gambar 4. 2 Waktu yang ditujukkan pada layar laptop....................... 53
Gambar 4. 3 Waktu yang ditunjukkan pada layar LDC 20X4 ............. 53
Gambar 4. 4 Hasil Pengujian Komponen OpenLog Data Logger........ 54

xiii
(Halaman ini sengaja dikosongkan)

viii
DAFTAR TABEL

Tabel 2. 1 Standar K3 Mengenai Bahaya Listrik ................................. 23


Tabel 2. 2 Jenis Sensor Arus SCT-013 ................................................. 26

Tabel 4. 1 Data Hasil Pengujian RTC DS3231 .................................... 53


Tabel 4. 2 Hasil Pengujian ADC Sensor SCT-013-030 ....................... 57
Tabel 4. 3 Hasil Pengujian Sensor Arus Fasa R ,S ,T ,dan N ............... 62
Tabel 4. 4 Hasil Pengujian Sensor Arus Fasa T dan Fasa N ................ 63
Tabel 4. 5 Hasil Pengujian ADC Sensor SCT-013-010 ....................... 64
Tabel 4. 6 Hasi Pengujian Sensor Arus Fasa L (Arus Bocor) .............. 67
Tabel 4. 7 Data Pengujian Kondisi 1 .................................................... 74
Tabel 4. 8 Data Pengujian Kondisi 2 .................................................... 76
Tabel 4. 9 Data Pengujian Kondisi 3 .................................................... 78
Tabel 4. 10 Data Pengujian Kondisi 4 .................................................. 80
Tabel 4. 11 Data Pengujian Kondisi 5 .................................................. 82
Tabel 4. 12 Data Pengujian Kondisi 6 .................................................. 84
Tabel 4. 13 Data Pengujian Kondisi 7 .................................................. 86

xv
(Halaman ini sengaja dikosongkan)

xvi
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Masa pelaksanaan Magang OJT ( On The Job Training) membuat


mahasiswa dari kelas D3K-PLN PENS memiliki banyak sekali
pengalaman saat melakukan kegiatan di lapangan maupun di kantor unit
PLN, sebagai mahasiswa yang memiliki proyeksi jabatan “ Pelaksana
Madya Pemeliharaan Gardu Distribusi “. Saya seringkali melakukan
pemeliharaan di Gardu Trafo Tiang. Untuk diketahui salah satu bagian
komponen penting pendistribusian energi listrik ke pelanggan adalah
Gardu Trafo Tiang (GTT) , yang berfungsi menurunkan tegangan dari
tegangan menengah 20 KV menjadi tegangan rendah 220/380 V yang di
distrubsikan ke konsumen . Dikarenakan GTT mendaptkan sambungan
langsung dari Tegangan Menengah dan mendapatkan beban yang
beraneka ragam dari pelanggan Tegangan rendah oleh karenanya
diperlukan koordinasi pada peralatan pengaman pada GTT yang
diharapkan terjaminnya perlindungan peralatan dari gangguan yang
timbul yang berasal dari dalam sistem maupun berasal dari luar sistem
jaringan distribusi tenaga listrik.
Fakta dilapangan untuk GTT secara umum memiliki beberapa
komponen yaitu FCO,Transformator,Arrester, Panel PHB-TR, dan
Grounding. Dari beberapa komponen tersebut yaitu transformator
merupakan komponen yang sering mengalami gangguan. Salah satu
bentuk gangguan dari sistem yaitu kegagalan isolasi, yang dapat berupa
kegagalan isolasi minyak trafo dan isosali bushing trafo. Karena
kegagalan dari isolasi transformator timbulah arus bocor yang dapat
menghasilkan panas. Jika berlangsung terus-menerus arus bocor akan
semakin besar dan menyebabkan kegagalan isolasi total yang
menyebabkan trafo tidak bisa digunakan.
Selain transformator terdapat unit Panel PHB-TR, dimana didalam
unit ini terdapat kerangka yang memiliki kekuatan dalam menahan
operasi dan gerakan – gerakan yang membuat agar tidak ada arus bocor
yang mengalir yang diakibatkan dari gangguan induksi dan terjadi
pemanasan yang tidak semestinya.

1
2

Kerusakan peralatan di dalam panel dan tidak amannya sistem


proteksi pada panel dapat menimbulkan arus bocor. Apabila arus bocor
mengalir di kerangkan unit Panel PHB-TR dapat menyebabkan petaka
bagi manusia. Berikutnya gangguan dari sistem dapat berupa beban tidak
seimbang , yang dapat menimbulkan arus pada sisi sekunder phase netral
GTT. Ketidakseimbangan beban dapat disebabkan oleh karakteristik dari
beban dan pengaruh beban non linier. Arus netral dapat mengakibatkan
pemanasan yang berlebih pada trafo GTT ,kerugian pada penghantar
serta terjadinya susut teknis.

1.2 TUJUAN

Tujuan dari pembuatan proyek akhir ini dapat dibedakan atas tujuan
umum dan tujuan khusus, yaitu:

1.5.1. TUJUAN UTAMA

Sebagai persyaratan akademis guna menyelesaikan studi pada


Program Studi Teknik Elektro Industi Program D3 Kerjasama PLN di
Politeknik Elektronika Negeri Surabaya.

1.5.2. TUJUAN KHUSUS

Adapun tujuan yang akan dicapai dari pembuatan proyek akhir ini
sebagai berikut :
a. Merancang sistem monitoring arus bocor pada grounding body
Transformator Distribusi serta Panel PHB-TR dan arus netral
yang mengalir pada sisi fasa netral tranformator distribusi di
Gardu Trafo Tiang.
b. Pembuatan sistem monitoring arus bocor dan arus netral
menggunakan microcontroller yang dapat diinformasikan
melalui LCD dan IoT ( Internet of Things ).
3

1.3 RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang pembuatan proyek akhir ini, didapatkan


beberapa rumusan masalah meliputi :
1. Bagaimana cara mengetahui adanya arus netral dan arus bocor yang
nilainya melebihi batas standar pada trafo distribusi di gardu trafo
tiang ?.
2. Bagaimana cara membedakan arus netral dan arus bocor yang
nilainya melebihi batas standar pada trafo distribusi di gardu trafo
tiang ?.
3. Bagaimana merancang dan mendesain sistem untuk menyajikan data
secara real time dan aktual di lapangan ?.
4. Bagaimana cara agar petugas PLN mendapatan notifikasi secara
efektif ?.

1.4 BATASAN MASALAH

Dalam penyusunan proyek akhir ini perlu diberikan beberapa


batasan permasalahan dengan tujuan agar pembahasan tidak terlalu
meluas dan menyimpang dari tujuan. Adapun batasan permasalahan
adalah sebagai berikut :
1. Parameter yang diukur adalah arus yang terdapat pada fasa dan netral
jurusan utama Panel PHB-TR , grounding body transformator
distribusi dan grounding body panel PHB-TR gardu trafo tiang ,pada
kasus ini grounding di jumper.
2. Sensor arus yang digunakan untuk pembacaan arus tiap fasa adalah
sensor arus berbentuk clamp tipe SCT-013-030 dengan ratio input 0-
30A dan output 1V.
3. Sensor arus yang digunakan untuk pembacaan arus bocor adalah
sensor arus berbentuk clamp tipe SCT-013-010 dengan ratio input 0-
10A dan output 1V.
4. Penulisan tidak sampai pemerataan beban R, S, dan T.
5. Arus bocor yang terukur maksimal 2 A .
6. Konsep IoT yang digunakan hanya sampai monitoring.
7. Monitoring menggunakan LCD dan IoT berbasis Web.
4

1.5 METODOLOGI PENELITIAN

Metodologi yang digunakan dalam pengerjaan proyek akhir ini


dilakukan beberapa tahapan agar diperoleh hasil yang maksimal.
Tahapan dalam proses pengerjaan proyek akhir ini adalah berikut :

1.5.1. Studi literatur

Sebelum dilakukannya pengerjaan proyek akhir diperlukan


pengambilan dan pengumpulan dasar teori berupa referensi dari buku,
jurnal dan internet serta hasil diskusi dengan dosen pembimbing sebagai
acuan dalam penyelesaian proyek akhir.

1.5.2. Perancangan Sistem

Sistem yang dirancang dalam Proyek Akhir ini berdasarkan


pemahaman dari studi literatur yaitu sebuah alat monitoring arus pada
tiap fasa pada sisi sekunder gardu trafo tiang untuk pelanggan guna
memonitoring arus yang mengalir pada fasa netral dan memonitoring
arus pada groundig di gardu trafo tiang yang pada kasusnya grounding
panel body panel PHB-TR di gabung dengan grounding body Trafo gardu
trafo tiang. Setelah memahami apa yang dirancang maka perencanaan
yang dilakukan meliputi :
a. Konfigurasi sensor SCT 013-030 sehingga didapatkan nilai arus
beban yang mengalir pada setiap fasa dan arus di fasa netral.
b. Konfigurasi sensor SCT 013-010 sehingga didapatkan nilai arus
bocor.
c. Menentukan komponen yang digunakan pada rangkaian pada sistem.
d. Menentukan sistem komunikasi yang digunakan agar dapat selalu
memonitoring status adanya arus bocor dan arus netral.

1.5.3. Desain dan pembuatan hardware

Untuk tahap ini dilakukan pembuatan perangktar keras /


hardware. Perangkat keras yang dibuat meliputi modul microcontroller
STM32F103C8T6 dan modul LoRa SX1276 beserta pemasangan sensor
arus. Maka perencanaan dan pembuatan hardware yaitu meliputi:
a. Perencanaan Microcontroller menggunakan STM32F103C8T6.
b. Perencanaan Sensor Arus SCT 013-030.
5

c. Perencanaan Sensor Arus SCT 013-010.


d. Perencanaan Modul RTC sebagai pembacaan secara real time.
e. Perencanaan Modul LoRa SX1276 sebagai alat komunikasi jika
terjadi arus bocor dan arus netral.
f. Perencanaan Modul Openlog Data Logger sebagai database.

1.5.4. Desain dan pembuatan software

Perancangan perangkat lunak dilakukan ketika perancangan


perangkat keras telah selesai. Pada perancangan ini adalah membuat
sistem pemrograman pada microcontroller STM32F103C8T6 dan server
atau database.

1.5.5. Integrasi dan pengujian sistem

Pada tahap pegujian sistem ini dilakukan agar mengetahui cara


kerja peralatan sistem sudah sesuai perencanaan atau tidak, dengan
mengambil data hasil pengujian peralatan sistem secara terpisah dari
hardware maupun software yang telah terintegrasi.

1.5.6. Pembuatan laporan Proyek Akhir

Tahap pembuatan laporan proyek akhir yaitu sebuah laporan


yang berisikan penjelasan tentang teori dari komponen atau bahan yang
digunakan, proses perancangan alat, sistem kerja alat, hasil pengujian alat
dan sebagainya. Laporan yang disusun nantinya diharapkan dapat
menjadi studi literature untuk penelitian selanjutnya.

1.6 SISTEMATIKA PEMBAHASAN

Sistematika pembahasan penyusunan proyek akhir yang


direncanakan adalah sebagai berikut :

BAB I : PENDAHULUAN
Pada Bab I berisikan tentang latar belakang pembuatan alat pada
proyek akhir, tujuan pengerjaan proyek akhir, perumusan masalah
pada proyek akhir, batasan masalah pada proyek akhir, metodologi
yang meyebutkan prosedur pengerjaan proyek akhir, sistematika
laporan, serta literature-literatur penelitian yang sudah dilakukan.
6

BAB II : DASAR TEORI


Pada Bab II berisikan tentang penjelasan secara detail teoriteori
tentang perangkat keras, perangkat lunak dan konsep dasar yang
digunakan landasan dalam perencanaan dan pengerjaan proyek akhir.

BAB III : PERENCANAAN


Pada Bab III berisikan tentang proses perencanaan berdasarkan cara
kerja dari rangkaian yang direncanakan dan pembuatan peralatan
keras serta perangkat lunak.

BAB IV : PENGUJIAN DAN ANALISA


Pada Bab IV berisi pembahasan secara keseluruan dari sistem yang
dibuat dan dilakukan pengujian serta analisa.

BAB V : PENUTUP
Pada Bab V berisikan tentang kesimpulan dari keseluruan
pembahasan yang telah dilakukan. Untuk harapan penulis dalam
meningkatkan hasil akhir yang lebih baik maka diberikan saransaran
terhadap pembuatan proyek akhir selanjutnya

1.7 TINJAUAN PUSTAKA

1 Tugas akhir “Perencanaan Peralatan Deteksi Arus Bocor Lightning


Arrester Pada Trafo Distribusi 20kv Dengan Microcontroller” yang
disusun oleh Yasyfin Nur Muhammad mahasiswa Program Studi
Teknik Elektro Institut Teknologi Sepuluh November membuat alat
yang dapat merencanakan serta mendeteksi adanya arus bocor yang
mengalir pada ligthning arrester berbasi microntroller.
2 Proyek akhir “Pengaruh Ketidakseimbangan Beban Tehadap Arus
Netral Dan Losses Pada Trafo Distribusi” yang disusun oleh Julius
Sentosa Setiadji, Tabrani Machmudsyah, Yanuar Isnanto
mahasiswa Fakultas Teknologi Industri Institut JurusanTeknik
Elektro Universitas Kristen Petra membuat analisis mengenai
ketidakseimbangan beban yang mengakibakan munculnya arus di
netral trafo. Yang memberikan kesimpulan pada siang hari
ketidakseimbangan beban lebih tidak merata .
3 Tugas akhir “ Sistem Monitoring Arus Netral Pada Trafo Distribusi
Dengan Mikrokontroler Menggunakan Media Modem Gsm” yang
disusun oleh Benny Todo Pardamean mahasiswa Program Studi
Teknik Elektro Institut Teknologi Sepuluh November membuat alat
7

monitoring untuk mengetahui besarnya arus netral pada jaringan


listrik tegangan rendah melalui pesan singkat atau SMS.
Pengiriman hasil pengukuran media modem GSM masih kurang
presisi dengan prosentase erorr ratarata sebesar 7,48%.
4 Tugas akhir “Monitoring Arus Bocor Grounding Body
Transformator Distribusi Dan Panel Phb-Tr Pada Gardu Trafo
Tiang (GTT) Melalui SMS” yang disusun oleh Brinna Listiyani
mahasiswa Program Studi Teknik Elektro Industri Politeknik
Elektronika Negeri Surabaya membuat alat yang memonitoring
pengukuran arus bocor pada ground body transformator dan panel
PHBTR,dengan media SMS yang hasil pengukuran masih kurang
presisi dengan prosentase erorr rata-rata sebesar 7,8 % .
5 Tugas akhir “ Sistem Pemetaan Gardu Listrik Di PLN UPJ
Cileungsi Berbasis Desktop “ yang disusun oleh Hanhan Maulana
mahasiswa Program Studi Teknik Informatika Fakultas Teknik dan
Ilmu Komputer Universitas Komputer Indonesia membuat alat
yang dapat memodelkan pemeteaan jumlah gardu listrik yang
menggunakan Geographical Information System atau Sistem
Informasi Geografis. Dari hasil alat yang dibuat mampu
menyimpan koordinat peta dengan baik dengan cara mengedit di
peta dan keakuratan posisi sesuai dengan koordinat peta..
8

(Halaman ini sengaja dikosongkan)


BAB II

TEORI PENUNJANG

2.1 GARDU TRAFO TIANG

Gardu Tiang Trafo (GTT) berlokasi dekat dengan konsumen, trafo


dipasang pada tiang listrik dan menyatu dengan jaringan listrik. Untuk
mengamankan trafo dan sistemnya, GTT dilengkapi dengan unit-unit
pengaman yang ditempatkan pada Perangkat Hubung Bagi Tegangan
Rendah (PHB-TR) khususnya sistem pada PLN Distribusi Jawa Timur.
Untuk kontruksi dari Gardu Trafo Tiang (GTT) dengan beberapa
peralatannya seperti transformator dan panel PHB-TR . Trafo daya step
down berfungsi untuk menurunkan dari tegangan menengah 20 kV ke
tegangan rendah 380V/200V.Pada gambar 2.1 ditunjukkan penampakan
dari Konstruksi Gardu Trafo Tiang.

Gambar 2. 1 Konstruksi Gardu Trafo Tiang1

1
Pemberlakuan Konstruksi Jaringan Distribusi PT. PLN (Persero) Distribusi Jawa
Timur rev 2013 hlm. 141
9
10

Untuk lokasi Gardu Distribusi khususnya tipe Gardu Trafo (GTT)


berdekatan langsung dengan daerah pelayanan konsumen,selanjutnya
GTT disalurkan ke konsumen melewati jurusan-jurusan, dan untuk
setiap unit GTT disalurkan empat jurusan. Jaringan Tegangan
Menengah (JTM) atau Saluran Udara Tegangan Menengah (SUTM)
20kV. Karena tegangan masih tinggi belum dapat digunakan untuk
mencatu beban secara langsung, kecuali pada beban yang didesain
khusus. Ditribusi primer merupakan saluran yang akan mensuplai ke
Gardu Tiang Trafo (GTT), unit peralatan yang termasuk sisi primer
adalah sebagai berikut:
a. Saluran sambungan (jumper) dari SUTM ke unit trafo (Primer Trafo)
b. Cut Out (CO)
c. Ligthning Arrester (LA)
d. Saluran masukan

2.2 TRAFO DISTRIBUSI

Gambar 2. 2 Trafo Distribusi

Gambar 2.2 bentuk fisik dari trafo distribusi yang biasanya di


temukan di lapangan yang digunakan untuk menyalurkan daya listrik
ke pelanggan, Trafo distribusi merupakan komponen elektromagnet
yang dapat merubah tegangan tinggi ke rendah atau sebaliknya dalam
frekuensi sama. Trafo merupakan jantung dari distribusi dan transmisi
yang diharapkan beroperasi maksimal (kerja terus menerus tanpa
11

henti). Kerusakan pada trafo distribusi menyebabkan kontiniutas


pelayanan terhadap konsumen akan terganggu (terjadi pemutusan
aliran listrik atau pemadaman). Pemilihan rating trafo distribusi yang
tidak sesuai dengan kebutuhan beban akan menyebabkan efisiensi
menjadi kecil. Agar dapat berfungsi dengan baik, maka trafo harus
dipelihara dan dirawat dengan baik menggunakan sistem dan peralatan
yang tepat.
Trafo dapat dibedakan berdasarkan tenaganya, trafo 500/150 kV
dan 150/70 kV biasa disebut interbus transformator dan trafo 150/20
kV dan 70/20 kV disebut trafo distribusi. Transformator distribusi
yang sering digunakan adalah jenis transformator step up down 20/0,4
kV dengan tegangan fasa sistem JTR adalah 380 Volt karena terjadi
drop tegangan maka tegangan pada JTR dibuat diatas 380 Volt agar
tegangan pada ujung beban menjadi 380 Volt.
Transformator terdiri atas dua buah kumparan (primer dan
sekunder) yang bersifat induktif. Kedua kumparan ini terpisah secara
elektrik namun berhubungan secara magnetis. Pada kumparan primer
mengalir arus jika dihubungkan ke sumber listrik arus bolak balik,
sehingga pada inti transformator yang terbuat dari bahan feromagnet
akan terbentuk sejumlah garisgaris gaya magnet.
Karena arus yang mengalir adalah arus arus bolak balik maka
fluks yang terbentuk pada inti akan mempunyai arah dan jumlah yang
berubah-berubah. Jika arus yang mengalir berbentuk sinus maka fluks
yang dihasilkan akan berbentuk sinus. Hal ini dikarenakan fluks
mengalir melalui inti dimana pada inti tersebut terdapat lilitan primer
dan lilitan sekunder maka pada lilitan primer dan lilitan sekunder akan
timbul GGL (Gaya Gerak Listrik) induksi, namun arah GGL induksi
primer berlawanan dengan arah GGL induksi sekunder.

2.3 JENIS – JENIS HUBUNGAN BELITAN TRANSFORMATOR


3 FASA

2.3.1 Hubungan Wye – Wye (Y – Y)


Diketahu bahwa transformator tiga fasa terdiri dari tiga
transformator, baik terpisah atau dikombinasikan pada satu inti.
Primer dan sekunder dari setiap transformator tiga fasa dapat
terhubung baik dalam wye (Y) atau delta (Δ). ini memberikan total
kemungkinan empat koneksi bagi transformator tiga fasa, yaitu:
12

Gambar 2. 3 Transformator 3 fasa hubungan Y-Y.

2.3.2 Hubungan Delta – Wye (Y – Δ)


Hubungan ini digunakan sebagai penurun tegangan untuk
sistem teganagan tinggi. Hubungan Y-Δ pada transformator tiga
fasa dapat dilihat pada gambar 2.4 berikut ini.

Gambar 2. 4 Transformator 3 Fasa hubungan Y-Δ

2.3.3 Hubungan Delta – Wye (∆ – Y)


Umumnya digunakan untuk menaikkan tegangan dari
tegangan pembangkitan ke tegangan transmisi. Namun secara
umum banyak digunakan pada apilikasi step-down (penurun
tegangan) di jaringan distribusi tegangan rendah. Hubungan Δ –
2.13 PENGAMAN ARUS BOCOR ...................................................... 23
2.14 STM32F103C8T6 ......................................................................... 24
2.15 SENSOR ARUS YHDC SCT-013-XX ......................................... 26
2.16 RTC (REAL TIME CLOCK) ........................................................ 28
2.17 DATA LOGGER ........................................................................... 29
2.18 SD CARD ...................................................................................... 29
2.19 LoRa SX1276 ............................................................................... 30
2.20 LCD 20X4 ................................................................................... 31
2.21 I2C ................................................................................................ 32
2.22 INTERNET OF THINGS (IOT) ................................................... 34
2.23 MYDEVICES CAYENNE ............................................................ 34
BAB III ................................................................................................. 37
PERENCANAAN DAN PEMBUATAN ALAT ................................ 37
3.1 PERENCANAAN SISTEM ............................................................ 37
3.2 PERENCANAAN DAN PEMBUATAN HARDWARE ................ 39
3.2.1 Perencanaan Board PCB ......................................................... 39
3.2.2 Perencanaan Sensor Arus ........................................................ 40
3.2.3 Perencanaan LCD I2C ............................................................ 44
3.2.4 Perencanaan Lora SX1276 ...................................................... 45
3.2.5 Perencanaan Data Logger........................................................ 46
3.2.6 Perencanaan RTC DS3231 ...................................................... 47
3.2.7 Perencanaan Box Akrilik ........................................................ 47
3.3 PERENCANAAN DAN PEMBUATAN SOFTWARE.................. 48
3.3.1 Perencanaan MyDevices Cayenne .......................................... 48
BAB IV ................................................................................................. 51
PENGUJIAN DAN ANALISA ........................................................... 51
4.1 METODE PENGUJIAN ................................................................. 51
4.1.1 Pengujian Parsial ..................................................................... 51
4.1.2 Pengujian Sistem Integrasi ...................................................... 51
4.2 PENGUJIAN PARSIAL ................................................................. 52
4.2.1 Pengujian LCD 20X4 .............................................................. 52
4.2.2 Pengujian RTC DS3231 .......................................................... 52
4.2.3 Pengujian Openlog Data Logger ............................................. 54
4.2.4 Pengujian LoRa SX1276 ......................................................... 55

x
14

2.4 BEBAN 3 FASA SEIMBANG

Dapat diketahui sistem tenaga listrik 3 fasa, idealnya daya listrik


yang dibangkitkan, disalurkan dan diserap oleh beban semuanya
seimbang, P pembangkitan = P pemakain, dan juga pada tegangan
yang seimbang. Pada tegangan yang seimbang terdiri dari tegangan 1
fasa yang mempunyai magnitude dan frekuensi yang sama tetapi
antara 1 fasa dengan yang lainnya mempunyai beda fasa sebesar 120°
listrik, sedangkan secara fisik mempunyai perbedaan sebesar 60°, dan
dapat dihubungkan secara bintang (Y) atau segitiga (delta, Δ). Berikut
ini Gambar 2.3 menunjukan Sistem Tiga Fasa.

Gambar 2. 7 Sistem Tiga Fasa

Gambar 2.3 menunjukkan fasor diagram dari tegangan fasa. Bila


fasor-fasor tegangan tersebut berputar dengan kecepatan sudut dan
dengan arah berlawanan jarum jam (arah positif), maka nilai maksimum
positif dari fasa terjadi berturut-turut untuk fasa R, S, dan T. Sistem 3 fasa
ini dikenal sebagai sistem yang mempunyai urutan fasa R – S – T. Sistem
tegangan 3 fasa dibangkitkan oleh generator sinkron 3 fasa.

2.5 BEBAN 3 FASA TIDAK SEIMBANG

Yang dimaksud dengan beban dalam keadaan seimbang adalah suatu


keadaan di mana:
1. Ketiga vektor arus / tegangan sama besar.
2. Ketiga vektor saling membentuk sudut 1200 satu sama lain.
Saat keadaan beban tidak seimbang, salah satu atau kedua syarat
keadaan seimbang tidak terpenuhi, maka kemungkinan keadaan beban
saat tidak seimbang ada 3 yaitu:
1. Ketiga vektor sama besar tetapi tidak membentuk sudut 120 0 satu
sama lain.
2. Vektor tidak sama besar tetapi membentuk sudut 120 0 satu sama
lain.
15

3. Ketiga vektor tidak sama besar dan tidak membentuk sudut 120 0
satu sama lain.

Gambar 2. 8 Vektor diagram arus keadaan beban seimbang2

Gambar 2.4 menampilkan vektor diagram arus dalam keadaan


seimbang, dari gambar tersebut terlihat bahwa penjumlahan ketiga vektor
arusnya (IR, IS, IT) adalah sama dengan nol sehingga tidak muncul arus
netral (IN). Gambar 2.5 menampilkan gambar dari vektor diagram arus
yang tidak seimbang yang terlihat bahwa penjumlahan ketiga vektor
arusnya (IR, IS, IT) tidak sama dengan nol sehingga muncul sebuah
besaran yaitu arus netral (IN) yang besarnya bergantung dari seberapa
besar faktor ketidakseimbangannya.

Gambar 2. 9 Vektor diagram arus keadaan beban tidak seimbang3

2.6 BEBAN 3 FASA TIDAK SEIMBANG HUBUNGAN BINTANG

2
Sumber Moh. Dahlan, Akibat Ketidakseimbangan Beban Terhadap Arus Netral dan
Losses Pada Transformator Disribusi, Kudus, hlm. 4.
3
Sumber Moh. Dahlan, Akibat Ketidakseimbangan Beban Terhadap Arus Netral dan
Losses Pada Transformator Disribusi, Kudus, hlm. 4.
16

Terdapat dua macam hubungan bintang pada sistem fasa banyak,


yaitu :

2.6.1 Dengan Saluran Netral

Beban tidak seimbang hubungan bintang dengan saluran


netral merupakan yang paling mudah analisisnya, karena
sistem ini dapat dirinci menjadi beban tiap fasa yang disuplai
oleh tegangan antara fasa dan netralnya. Sistem ini pada suplai
tiga fasa disebut juga sistem 4 kawat.Pada hubungan bintang
empat kawat beban tak seimbang, penghantar netral akan
mengalirkan arus dan tegangan pada masing-masing beban
impedansi sama dengan tegangan line ke netral. Arus line tidak
sama dan tidak akan mempunyai perbedaan fasa 120 o

Gambar 2. 10 Beban Hubungan Bintang 4 Kawat Tidak Seimbang

2.6.2 Tanpa Saluran Netral

Pada beban sistem hubungan bintang tanpa saluran


netral, maka titik netral akan mengambang yang menyebabkan
perubahan tegangan titik netral tegangan akan bergeser, suatu
hal yang tidak dikehendaki.
17

Gambar 2. 11 Beban Hubungan Bintang 3 Kawat Tidak Seimbang

2.7 PERHITUNGAN ARUS BEBAN TIDAK SEIMBANG

Arus yang mengalir pada kawat netral yang merupakan arus bolak-
balik untuk sistem distribusi tiga fasa empat kawat adalah penjumlahan
vektor dari ketiga arus fasa dalam komponen simetris. Dalam sistem tiga
fasa empat kawat ini jumlah arus saluran sama dengan arus netral yang
kembali lewat kawat netral, yang memiliki persamaan menjadi :

IN =Ia+Ib+Ic............................................................................. (2.1)

Jika [I] adalah besaran arus fasa dalam penyaluran daya sebesar P
pada keadaan seimbang, maka pada penyaluran daya yang sama tetapi
dalam keadaan tidak seimbang besarnya arus-arus fasa dapat dinyatakan
dalam koefisien a, b, c seperti berikut:

Ir = a . [I]
Is = b . [I] ..…………..….………………………. (2.2)
It = c . [I]

Bila faktor daya di ketiga fasa dianggap sama walaupun besar


arusnya berbeda, maka besar daya yang disalurkan dapat dinyatakan
dengan:
P = (a + b + c) . [V] . [I] . cos ........................................... (2.3)

Apabila persamaan (2.2) dan persamaan (2.3) menyatakan daya


yang besarnya sama, maka dari kedua persamaan itu dapat diperoleh
persyaratan untuk koefisien a, b, dan c yaitu:
a+b+c=3
dimana pada keadaan seimbang, nilai a = b = c = 1
18

I𝑅 +I𝑆 +I𝑇
I𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎 = .................................................. (2.4)
3
Dimana besarnya arus fasa dalam keadaan seimbang (I) sama
dengan besarnya arus rata – rata, maka koefisien a, b dan c diperoleh
dengan :
I
Ia = R ..................................................................................... (2.5)
I
IS
Ib = ..................................................................................... (2.6)
I
IT
Ic = ..................................................................................... (2.7)
I

Pada keadaan seimbang, besarnya koefisien a, b dan c adalah 1.


Dengan demikian rata–rata ketidakseimbangan beban (dalam %) adalah :

[|Ia-1|+|Ib-1|+|Ic-1|]
% Ketidakseimbangan = x 100 ……….......…. (2.8)
3

Menurut standard IEEE, ketidakseimbangan arus beban dipicu oleh


ketidakseimbangan pada tegangan yang disebabkan pembagian beban
satu phasa pada trafo distribusi tidak merata. Ketidakseimbangan
tegangan sebesar maksimal sebesar 2,5%, dimana dalam kondisi ini bisa
mengakibatkan ketidakseimbangan arus sebesar 10x nya atau sebesar
25%. Batas maksimum toleransi ketidakseimbangan arus juga sudah
sesuai dengan Keputusan Direksi PLN tentang Pemeliharaan Trafo
Distribusi yaitu ketika terjadi besar ketidakseimbangan arus beban 25%
maka harus segera dilakukan tindakan penyeimbangan beban. Batasan
inilah yang saya jadikan acuan batas ketidakseimbangan arus beban.

2.8 LOSSES (RUGI – RUGI) AKIBAT ADANYA ARUS NETRAL


PADA PENGHANTAR NETRAL TRANSFORMATOR

Sebagai akibat dari ketidakseimbangan beban antara tiap- tiap fasa


pada sisi sekunder trafo (fasa R, S, dan T) mengalirlah arus di netral trafo.
Arus yang mengalir pada penghantar ini menyebabkan losses (rugi-rugi).
Losses pada penghantar netral trafo ini dapat di rumuskan sebagai berikut
ini :
PN = IN2 . RN ............................................................................. (2.9)
Dimana :
PN = losses pada penghantar netral trafo (Watt)
IN = arus yang mengalir pada netral trafo (A)
RN = tahanan penghantar netral trafo ()
19

2.9 ARUS BOCOR PADA BODY TRANSFORMATOR

Pada transformator distribusi arus bocor disebabkan oleh kegagalan


isolasi bushing maupun isolasi minyak. Adanya arus yang disebabkan
oleh induksi antara body transformator dengan lilitan trafo maupun
dengan bagian konduktif lainnya. Arus tersebut dinamakan arus bocor.
Nilai arus bocor akan semakin besar apabila kondisi isolasi semakin
buruk dan jika terjadi dalam jangka waktu yang lama akan menimbulkan
kegagalan isolasi total dan dapat berpotensi menyebabkan transformator
panas dan meledak.
Adanya arus bocor menjadi indikasi bahwa terjadi kegagalan isolasi
pada transformator tersebut dan bisa berupa kegagalan isolasi bushing
atau kegagalan isolasi minyak. Kegagalan pada minyak trafo pada
dasarnya disebabkan oleh tegangan pada isolasi yaitu merupakan suatu
tarikan atau tekanan (stress).
Sedangkan gangguan akibat isolator bocor atau bushing pecah dapat
disebabkan oleh flash over dan bushing yang kotor. Flash Over dapat
terjadi apabila muncul tegangan lebih pada jaringan distribusi seperti
pada saat terjadi sambaran petir atau surja hubung. Bila besar surja
tegangan yang timbul sama besar atau melebihi ketahanan impuls
isolator, maka kemungkinan akan terjadi flash over pada bushing. Pada
sistem 20 KV, ketahanan impuls isolator adalah 160 kV. Flash over
menyebabkan loncatan busur api antara konduktor dengan body trafo
sehingga mengakibatkan hubungan singkat phasa ke tanah.
Kotoran pada permukaan bushing dapat menyebabkan terbentuknya
lapisan penghantar di permukaan bushing. Kotoran ini dapat
mengakibatkan jalannya arus melalui permukaan bushing sehingga
mencapai body trafo. Umumnya kotoran ini tidak menjadi penghantar
sampai endapan kotoran tersebut basah karena hujan atau embun. Dan
bisaanya arus bocor yang terjadi pada transformator yang akan dialirkan
ke bumi melalui grounding body transformator sehingga untuk dapat
mengetahui seberapa besar arus bocor yang terjadi maka diperlukan
untuk melakukan pengukuran pada saluran grounding body
transformator.

2.10 PANEL HUBUNG BAGI TEGANGAN RENDAH (PHB-TR)

Perlengkapan Hubung Bagi (PHB) adalah panel instalasi listrik di


mana di dalamnya terpasang perlengkapan hubung bagi, sakelar, dan alat
proteksi jaringan. PHB di bedakan menjadi sesuai dengan tingkat
tegangan sistemnya yaitu:
20

a. PHB Tegangan Rendah (TR)


b. PHB Tegangan Menengah (TM)
c. PHB Tegangan Tinggi (TT)
Yang dimaksud dengan PHB TR adalah Perlengkapan Hubung Bagi
yang dipasang pada sisi TR atau sisi sekunder Trafo sebuah gardu
Distribusi dan banyak dijumpai pada Gardu Trafo Tiang (GTT). PHB TR
yang terpasang pada Gardu Trafo Tiang berbentuk lemari besi yang
didalamnya terdapat komponenkomponen antara lain:
a. Kerangka atau Rak TR
b. Saklar Utama
c. NH Fuse Utama
d. Rel Tembaga
e. NH Fuse jurusan
f. Isolator penumpu Rel
g. Sirkuit Pengukuran
h. Alat ukur Ampere dan Volt meter
i. Trafo Arus (CT)
j. Sistem Pembumian
k. Lampu Kontrol / Indikator

PHB-TR sebagai penghubung dan pembagi atau pendistribusian


tenaga listrik dari output trafo sisi tegangan rendah TR ke rel pembagi
dan diteruskan ke Jaringan Tegangan Rendah (JTR) melalui kabel
jurusan (Opstyg Cable) yang diamankan oleh NH-Fuse jurusan masing-
masing. Untuk mengetahui besarnya beban maupun tegangan, dilakukan
pengukuran pada saat di perlukan menggunakan peralatan ukur portable
seperti AVO Meter atau Tang Ampere. Untuk kontruksi dari PHB-TR
dengan beberapa peralatannya yang harus dilindungi dari arus bocor.
Gambar 2.6 Ditunjukkan untuk konstruksi box PHB-TR 4 Jurusan.
21

Gambar 2. 12 Konstruksi Box PHB-TR 4 Jurusan4

2.11 SISTEM GROUNDING PHB-TR

Kerangka yang digunakan pada PHB-TR harus cukup kuat agar


dapat menahan peralatan normal operasi dan gerakan - gerakan lainnya
tanpa menunjukkanadanya kelemahan atau kerusakan. Susunan kerangka
harus sedemikian sehingga tidak ada arus bocor mengalir pada
penyangga vertikal atau horizontal akibat induksi dari arus pelayanan dan
juga tidak terjadi pemanasan yang tidak semestinya pada kerangka.
Untuk mencegah terjadinya loop magnet pada kerangka, dapat dipilih
sistem pencegahan seperti menyisipkan isolator di antara komponen baja.
(SPLN 118-3-1:1996) Bagian yang perlu dihubungkan dengan
pembumian :
a. Pentanahan titik netral sistem 3 phasa
b. Pembumian bagian konduktif badan peralatan listrik
Pembumian untuk pengamanan terhadap tegangan lebih Pembumian
dengan pengaman JTR dan JTM tepisah dengan tiang JTR dan JTM
dengan pembumian pengaman JTR dan JTM kabel tanah digabung
memiliki nilai tahanan pembumian yang sama yaitu dengan nilai tahanan
pembumian menyeluruh maksimum 5 ohm. Terdapat juga tahanan
pembumian menyeuruh maksimum 10ohm yaitu khusus untuk :
a. Transformator maksimal 50KVA untuk 1 phasa

4
Pemberlakuan Konstruksi Jaringan Distribusi PT. PLN (Persero) Distribusi Jawa
Timur rev 2013 hlm. 157
22

b. Transformator maksimal 150KVA untuk 3 phasa


c. Konsumen rendah
d. Tahanan jenis tanah tinggi
Pembumian pengaman jika JTR dan JTM digabung pada tiang yang
sama memiliki ketentuan :
a. Bila arus gangguan ke tanah kurang dari 3A, maksimal 0,2 ohm
b. Bila netral JTM dibumikan dengan tahanan tinggi maksimal 0,2 ohm.

2.12 AKIBAT ARUS BOCOR

Untuk diketahui arus bocor berpengaruh pada manusia dan


peralatan. Untuk lebih memahami mengenai pengarushdari arus bocor
dapat dijelaskan sebagai berikut ini :
a. Akibat Arus Bocor Pada Manusia
Ada dua bahaya yang ditimbulkan oleh adanya arus bocor yang
mengalir pada manusia yaitu bahaya sentuh langsung dan sentuh tak
langsung. Bahaya sentuh langsung terjadi apabila manusia memegang
langsung kawat atau kabel fasa yang bertegangan. Sedangkan bahaya
sentuh tak langsung terjadi apabila mamusia memegang bagian logam
yang bertegangan akibat kegagalan isolasi.
Ketika arus melebihi 300mA melewati tubuh manusia, manusia
tersebut berada dalam bahaya yang serius jika arus mengalir dalam waktu
yang tidak singkat. Standar IEC yang relevan meliputi : IEC 60364, IEC
60479 series, IEC 61008, IEC 61009, dan IEC 60947-2.

b. Akibat Arus Bocor Pada Transformator


Adanya arus bocor menjadi indikasi kegagalan isolasi. Kegagalan
isolasi ini menimbulkan rugi-rugi yang menyebabkan trafo menjadi
panas. Kenaikan temperatur yang berlangsung lama dapat merugikan
umur trafo karena dapat menyebabkan kegagalan isolasi total. Apabila
kemampuan isolasi semakin jelek maka arus bocor yang ditimbulkan juga
semakin besar.
Terdapat beberapa ketentuan dimana dengan besarnya arus
tertentu dapat membahayakan manusia atau tidak berdasarkan dari
standar K3 mengenai bahaya arus listrik terhadap manusia seperti pada
Tabel 2.1.
23
Tabel 2. 1 Standar K3 Mengenai Bahaya Listrik

Besar Arus Yang


Akibat Yang Timbul
Melewati Tubuh
≤ 1mA Tidak ada akibat, tidak terasa
Sengatan terasa tetapi tidak sakit
1mA – 8mA
dan tidak mengganggu kesadaran
Sengatan terasa sakit, tetapi masih
8mA – 15mA bisa melepaskan diri, kesadaran
tidak hilang
Sengatan sakit kesadaran bisa
15mA – 20mA hilang dan tidak bisa melepaskan
diri
Kesakitan, susah bernafas, terjadi
20mA – 50mA konstraksi pada otot & kesadaran
hilang
Kondisi mematikan langsung dan
100mA – 200mA
susah ditolong
Terbakar dan jantung berhenti
≥ 200mA
berdetak

2.13 PENGAMAN ARUS BOCOR

Berikutnya didapatkan fakta bawah 30% gangguan listrik pada


instalasi bukan disebabkan oleh beban lebih ataupun hubung singkat,
tetapi akibat gangguan isolasi. Perlengkapan isolasi dan pengkabelan
yang buruk atau alat yang dipakai salah dapat menyebabkan kerusakan
pada peralatan (api) dan manusia (kematian). Resiko atas kebakaran yaitu
akibat utama dari gangguan arus yang melalui konduktor atau alat lain
yang tidak diharapkan untuk menerima arus yang dapat menyebabkan
kerusakan pada kabel atau bahkan percikan api pada material, lalu
terbakar. Sedangkan resiko yang terjadi pada manusia disebut dengan
Electrocution yaitu mengalirnya arus ke tubuh manusia dan sangat
berbahaya dan aliran arus tersebut merusak dua fungsi manusia yaitu
pernapasan dan detak jantung.
Arus bocor berpengaruh pada manusia dan peralatan. Pada manusia
dapat menyebabkan bahaya sentuh langsung dan bahaya sentuh tak
langsung. Sedangkan pada trafo arus bocor menyebabka adanya
kenaikan temperature yang menyebabkan trafo menjadi panas. Jenis
24

proteksi yang disediakan oleh gawai arus bocor memberikan dua macam
pengamanan yatu:
a. Pengamanan manusia
b. Pengamanan peralatan atau pengamanan api

Pengamanan manusia terjadi apabila manusia memegang


langsung kawat atau kabel fasa bertegangan, pengamanan terhadap
resiko kontak langsung dapat berupa:
a. Isolasi kabel fasa tegangan
b. Boks panel

Standar IEC sudah menetapkan pemasangan gawai arus bocor


dengan sensitifitas 300 mA jika pengaman manusia dibutuhkan. Dimana
gawai arus bocor akan otomatis trip apabila arus bocor yang terdeteksi
melebihi ambang batas 300 mA. Apabila manusia memegang bagaian
logam yang bertegangan akibat kegagalan isolasi, besarnya arus bocor
tergantung pada resistansi bocor dan penyambungan netral. Standar IEC
yang relevan meliputi : IEC 60364, IEC 60479 series, IEC 61008, IEC
61009, dan IEC 60947-2.Telah diketahui bahwa arus bocor 300 mA pada
dua titik kontak dua logam bertegangan yang berdekatan dapat
menimbulkan percikan api. Sistem pembumian yang digunakan untuk
pengaman terhadap api haruslah dilengkapi dengan sensitifitas pengaman
kurang dari 300 mA. Jika kenaikan temperature yang berlangsung lama
yang disebabkan oleh arus bocor dapat mengurangi umur trafo karena
dapat menyebabkan kegagalan isolasi total.

2.14 STM32F103C8T6

ARM STM32F103C8T6 merupakan mikrokontroler dengan


berbasis Digital Signal Processing (DSP) yang dilengkapi dengan
hardware Floating Point Unit (FPU) sehingga memiliki kemampuan
clock atau perhitungan bilangan yang lebih cepat disbanding
mikrokontroler tanpa FPU. Bentuk Modul ARM STM32F103C8T6
ditunjukkan pada Gambar 2.7.
25

Sumber : https://embeddednesia.com/v1/berkenalan-dengan-stm32-mikrokontroler-
32-bit/

Gambar 2. 13 Modul ARM STM32F103C8T6

Kemampuan ARM STM32F103C8T6 didukung oleh processor


ARM-Cortex-M3 dengan kemampuan sampai dengan 72 MHz.
Sedangkan fitur yang disediakan oleh ARM STM32F103C8T6
berupa:
a. ARM® 32-bit Cortex®-M3 CPU Core, 72 MHz maximum
frequency, 1.25 DMIPS/MHz (Dhrystone 2.1) performance at 0
wait state memory access, Single-cycle multiplication and
hardware division
b. Memories, 64 or 128 Kbytes of Flash memory, 20 Kbytes of
SRAM
c. Memories, 64 or 128 Kbytes of Flash memory, 20 Kbytes of
SRAM
d. Clock, reset and supply management, 2.0 to 3.6 V application
supply and I/Os, POR, PDR, and programmable voltage
detector (PVD), 4-to-16 MHz crystal oscillator, Internal 8 MHz
factorytrimmed RC, Internal 40 kHz RC, PLL for CPU clock,
32 kHz oscillator for RTC with calibration
e. Low-power, Sleep, Stop and Standby modes, VBAT supply for
RTC and backup registers
f. 2 x 12-bit, 1 µs A/D converters (up to 16 channels), Conversion
range: 0 to 3.6 V, Dual-sample and hold capability, Temperature
sensor
g. 7-channel DMA controller, Peripherals supported: timers,
ADC,
SPIs, I2Cs and USARTs
26

h. Up to 80 fast I/O ports26/37/51/80 I/Os, all mappable on 16


external interrupt vectors and almost all, 5 V-tolerant
i. 7 timers, Three 16-bit timers, each with up to 4 IC/OC/PWM or
pulse counter and quadrature (incremental) encoder input, 16-
bit, motor control PWM timer with deadtime generation
andemergency stop, 2 watchdog timers (Independent and
Window), SysTick timer 24-bit downcounter
j. Up to 9 communication interfaces, Up to 2 x I2C interfaces
(SMBus/PMBus), Up to 3 USARTs (ISO 7816 interface, LIN,
IrDA capability, modem control), Up to 2 SPIs (18 Mbit/s),
CAN interface (2.0B Active), USB 2.0 full-speed interface

2.15 SENSOR ARUS YHDC SCT-013-XX

Sensor yang digunakan untuk mendeteksi besar arus listrik pada


rangkaian listrik dinamakan sensor arus. Untuk yang digunakan pada
proyek akhir ini yaitu sensor arus YHDC SCT-01310 dan SCT-013-030.
Sensor arus ini dapat mendeteksi arus AC hingga maksimal 10 A dan 30
A serta keluaran tegangannya sebesar 1 Volt ,yang memudahkan
penggunanya sehingga bisa langsung digunakan pada perangkat
pendeteksi atau monitoring arus.

Tabel 2. 2 Jenis Sensor Arus SCT-013

Model SCT- SCT-013- SCT-013- SCT-013- SCT-013-


013-000 005 010 015 020
Input 0-100A 0 - 5A 0 - 10A 0-15A 0 - 20A
Current

Output Current/ Voltage/1V Voltage/1V Voltage/1V Voltage/1V


Mode 500mA

Model SCT-013- SCT-013- SCT-013- SCT-013-


025 030 050 060

Input 0 – 25A 0 – 30A 0 – 50A 0 – 60A


Current

Output Voltage/1V Voltage/1V Voltage/1V Voltage/1V


Mode
27

Sensor SCT umumnya terdiri dari sebuah inti besi yang dililiti
oleh konduktor beberapa ratus kali. Ouput dari sekunder bisaanya adalah
1 atau 5 ampere, ini ditunjukan dengan ratio yang dimiliki oleh sensor
tersebut. SCT 013-010 mempunyai ratio 1800:1 dengan batas maksimal
arus 10 ampere, dan SCT 013-030 mempunyai ratio 1800:1 dengan batas
maksimal arus 30 ampere ini berarti SCT akan mengeluarkan output 1
jika inputnya 1800.
Sensor SCT 013 adalah sebuah CT digunakan untuk mengukur arus
bolak balik, menggunakan sensor ini pun tidak harus memotong kabel
cukup mengaitkan pada kabel. Dibutuhkan pengujian terhadap keduanya
guna mengetahui karakteristik yang dihasilkan dari masing-masing
sensor. Dalam pengujiannya dibutuhkan tegangan dan juga nilai arus
yang bervariasi sebagai acuan yang akan diukur oleh sensor arus.

Tabel 2.1 Spesifikasi SCT 013-030

Rated Input Rated Accuracy Build-in


Output Sampling
Resistance (RL)
0-30 A 0-1 V ±1% 62 ohm
Turn ratio Resistance Operating Dielectric
grade Temperature strength (between
shell and output)
1:1800 Grade B -25˚C - +70˚C 1500 AC/1min
5mA
Storage Work Work Voltage Linearity
Temperature Frequency
-40˚C - +85˚C 50 - 1KHz 660V ≤0,2 %

Pada Tabel 2.3. mengenai spesifikasi SCT tertulis ketidaklinieran


output dari sensor ini sebesar 1% artinya sensor ini mempunyai tingkat
kesalahan 1% dengan bentuk hardware seperti pada Gambar 2.8
(Halaman ini sengaja dikosongkan)

xii
29

2.17 DATA LOGGER

Data logger adalah perangkat elektronik yang mencatat data


selama waktu tertentu. Komponen datalogger terdiri dari sensor atau
instrumen baik itu internal maupun eksternal. Datalogger umumnya
berukuran kecil, bertenaga baterai, portabel, dan dilengkapi dengan
mikroprosesor, memori internal untuk penyimpanan data, dan sensor.
Data logger biasanya kompak, sumber daya dari baterai yang
dilengkapi dengan mikroprosessor internal, penyimpanan data dan satu
atau lebih sensor. Peralatan tersebut dapat digunakan di dalam ruangan
,di luar ruangan dan dapat merekam data hingga sebulan pada satu
waktu, tanpa pengawasan. Sebuah datalogger mungkin terdiri dari satu
unit perangkat yang berdiri sendiri dengan sensor internal, atau
mungkin multi-channel instrumen pengumpulan data yang dilengkapi
dengan satu atau lebih sensor eksternal.
Dalam bentuk yang paling dasar, data logging bertugas
mengukur dan merekam parameter fisik atau elektrik selama periode
waktu tertentu. Berbagai macam perangkat dapat mengukur dan log
data - dari dasar, perangkat pengukuran tunggal untuk sistem yang
kompleks dengan fungsi analisis built-in dan menampilkan.

2.18 SD CARD

Secure Digital (SD) adalah format kartu memori non-volatile yang


dikembangkan oleh SD Card Association (SDA) untuk digunakan pada
perangkat portable.
Standar tersebut diperkenalkan pada bulan Agustus 1999 melalui upaya
bersama antara SanDisk, Panasonic (Matsushita Electric) dan Toshiba
sebagai perbaikan atas MultiMediaCards (MMC), dan telah menjadi
standar industri. Ketiga perusahaan tersebut membentuk SD-3C, LLC,
perusahaan yang melisensikan dan memberlakukan hak kekayaan
intelektual yang terkait dengan kartu memori SD dan host SD dan
produk tambahan.
Secure Digital mencakup empat keluarga kartu yang tersedia dalam
tiga ukuran berbeda. Keempat keluarga tersebut adalah StandardCapacity
(SDSC) asli, High-Capacity (SDHC), SDXC, dan SDIO, yang
menggabungkan fungsi input / output dengan penyimpanan data. Tiga
faktor bentuknya adalah ukuran aslinya, ukuran mini, dan ukuran mikro.
Adaptor pasif secara elektrik memungkinkan kartu yang lebih kecil untuk
muat dan berfungsi pada perangkat yang dibangun untuk kartu yang lebih
30

besar. Jejak kecil kartu SD adalah media penyimpanan yang ideal untuk
perangkat elektronik kecil yang lebih tipis dan lebih portabel.
Contoh modul yang digunakan untuk menggunakan kartu SD
standar adalah OpenLog. Modul OpenLog memungkinkan sistem untuk
menambahkan penyimpanan dan data logging untuk penyimpanan data
sistem, sehingga data-data yang dihasilkan dari sistem yang kita buat
dapat secara otomatis tersimpan dalam memory ini. Bentuk Modul
OpenLog seperti pada Gambar 2.9.

Sumber : https://www.ebay.com/itm/CJMCU-717-OpenLog-Data-
Recorder-Flash-Recorder/113812353229

Gambar 2. 16 Modul Openlog

Sebagian besar mikrokontroler modern memiliki logika USART built-


in yang dapat berinteraksi dengan kartu SD yang beroperasi dalam
mode USART-nya, yang menyediakan penyimpanan non-volatile.
hack menggabungkan pin General Purpose Input / Output (GPIO) dari
prosesor router Linksys WRT54G dengan kode dukungan MMC dari
kernel Linux. Teknik ini bisa mencapai throughput hingga 1,6 Mbit/s.

2.19 LoRa SX1276

Modul LoRA SX1276 adalah modul radio jarak jauh data


rendah dengan jenis frekuensi 868 Mhz / 915 Mhz berdasarkan chip
SX1276 buatan Semtech yang disatukan dengan microcontroler
STM32F103C8T6. Modul ini merupakan transceiver sub-1 GHz
berbiaya rendah yang dirancang untuk operasi IKI tidak ber-izin (Industri
Kedokteran Ilmiah) dan Pita LPRD. Modul ini memiliki keunggulan
pada spektrum frekuensi modulasi / demodulasi, operasi multi-chanel,
efektif pada bandwith tinggi, kinerja anti-pemblokiran membuat modul
SXF1276F1 mudah untuk mewujudkan tautan nirkabel yang kuat dan
31

andal. Berikut ini merupakan bentuk chip SX1276 seperti pada Gambar
2.10.

Sumber : https://www.tindie.com/products/m2m/stm32-blue-pill-
lorawan-node/

Gambar 2. 17 Modul Lora SX1276

Kemampuan yang dimiliki Modul Lora SX1276 yaitu sebagai berikut


ini:
a. Spektrum Frekuensi LoRaTM
b. 868 / 915Mhz pita frekuensi ISM
c. -138 dBm menerima sensitivitas
d. 20dBm Maks. daya output
e. Antarmuka standar TTL
f. Suplai tegangan 3.4 ~ 5.5V

2.20 LCD 20X4

Komponen LCD (Liquid Crystal Display) adalah perangkat


yang berfungsi sebagai media penampil dengan memanfaatkan kristal
cair sebagai objek penampil utama. LCD tentunya sudah sangat banyak
digunakan untuk berbagai macam keperluan seperti media elektronik
televisi, kalkulator, atau layar komputer sekalipun. Secara umum LCD
dapat dikelompokan menjadi dua macam yaitu text dan grapich. Text
LCD adalah LCD yang hanya mampu menampilkan huruf dan angka,
sedangkan grapich LCD adalah yang dapat menampilkan titik, garis, dan
gambar.
32

LCD yang digunakan adalah LCD berukuran 20x4 karakter


dengan tambahan chip module I2C untuk mempermudah programmer
nantinya dalam mengakses LCD tersebut. Sebab dengan digunaknnya
modul I2C akan lebih menghemat penggunaan pin STM32F1 yang akan
digunakan, contohnya saja dengan menggunakan modul I2C maka hanya
diperlukan 4 buah pin STM32F1, yaitu pin SCL, SDA, VCC dan pin
GND. Gambar 2.11 menunjukkan LCD 20x4 .

Sumber:https://www.tokopedia.com/inotechdepok/lcd-display-20x4

Gambar 2. 18 Liquid Crystal Display (LCD) 20X4

2.21 I2C

I2C (Sirkuit Antar-Terpadu), yang diucapkan I-kuadrat-C atau


Idua-C, adalah paket bus serial komputer multi-master, multi-slave,
paket tunggal yang ditemukan oleh Philips Semiconductor (sekarang
NXP Semiconductors) . Hal ini biasanya digunakan untuk melampirkan
Ic periferal kecepatan rendah ke prosesor dan mikrokontroler dalam
jarak pendek, komunikasi intra-board.
I2C awalnya dikembangkan pada tahun 1982 oleh Philips untuk
berbagai chip Philips. Spec asli hanya mengizinkan komunikasi 100 kHz,
dan hanya menyediakan alamat 7-bit, membatasi jumlah perangkat di bus
ke 112 (ada beberapa alamat yang dipesan, yang tidak akan pernah
digunakan untuk alamat I2C yang valid). Pada tahun 1992, spesifikasi
publik pertama diterbitkan, menambahkan mode cepat 400kHz serta
ruang alamat 10-bit yang diperluas. Sebagian besar waktu perangkat
mendukung I2C berakhir pada saat ini. Ada tiga mode tambahan yang
33

ditentukan: fast-mode plus, pada 1MHz; Mode kecepatan tinggi, pada


3.4MHz; Dan mode ultra cepat, di 5MHz.
Setiap bus I2C terdiri dari dua sinyal: SCL dan SDA. SCL
adalah sinyal clock, dan SDA adalah sinyal data. Sinyal jam selalu
dihasilkan oleh master bus saat ini; Beberapa perangkat slave mungkin
memaksa jam rendah pada saat-saat tertentu untuk menunda master
mengirimkan lebih banyak data (atau memerlukan lebih banyak waktu
untuk menyiapkan data sebelum master mencoba untuk
mengeluarkannya). Ini disebut "peregangan jam" dan dijelaskan di
halaman protokol.
Tidak seperti koneksi UART atau SPI, driver bus I2C adalah
"saluran terbuka", yang berarti bahwa mereka dapat menarik garis sinyal
yang sesuai rendah, namun tidak dapat menggerakkannya tinggi. Dengan
demikian, tidak ada pertengkaran bis di mana satu perangkat mencoba
mengemudikan garis tinggi sementara yang lain mencoba menariknya
rendah, sehingga menghilangkan potensi kerusakan pada driver atau
disipasi daya yang berlebihan dalam sistem. Setiap garis sinyal memiliki
resistor pull-up di atasnya, untuk mengembalikan sinyal ke tinggi saat
tidak ada perangkat yang menyatakannya rendah.

Gambar 2. 19 Sambungan I2C

I2C hanya membutuhkan dua kabel, seperti serial asinkron, namun kedua
kabel tersebut dapat mendukung hingga 1008 perangkat slave terlihat
pada Gambar 2.15 Selain itu, tidak seperti SPI, I2C dapat mendukung
sistem multi-master, memungkinkan lebih dari satu master
berkomunikasi dengan semua perangkat dibus (walaupun perangkat
utama tidak dapat saling berbicara melalui bus dan harus bergilian
menggunakan jalur bus ).
Komunikasi I2C lebih kompleks daripada solusi UART atau SPI.
Sinyal tersebut harus mematuhi protokol tertentu untuk perangkat di
bus untuk mengenalinya sebagai komunikasi I2C yang valid.
34

2.22 INTERNET OF THINGS (IOT)

Internet of Things (IoT) merupakan sebuah konsep yang bertujuan


untuk memperluas manfaat dari konektivitas internet yang tersambung
secara terus-menerus. Adapun kemampuan seperti berbagi data remote
control, dan termasuk juga pada benda dunia nyata yang semuanya
tersambung ke jaringan lokal dan global melalui sensor tertanam dan
selalu “ON”.
Internet of Things adalah sebuah teknologi yang memungkinkan
kita untuk menghubungkan mesin, peralatan, dan benda fisik lainnya
dengan sensor jaringan dan aktuator untuk memperoleh data dan
mengelola kinerjanya sendiri, sehingga memungkinkan mesin untuk
berkolaborasi dan bahkan bertindak berdasarkan informasi baru yang
diperoleh secara independen.
Cara kerja dari Internet of Things (IoT) cukup mudah. Setiap
benda harus memiliki sebuah IP Address. IP Address yang dimiliki
dalam benda-benda tersebut akan dikoneksikan ke jaringan internet.
Lalu, setelah sebuah benda memiliki IP address dan terkoneksi dengan
internet, dibutuhkan sensor pada benda yang memungkinkan benda
tersebut memperoleh informasi yang dibutuhkan. Setelah memperoleh
informasi, benda tersebut dapat mengolah informasi itu sendiri, bahkan
berkomunikasi dengan benda-benda lain yang memiliki IP Address dan
terkoneksi dengan internet juga. Setelah pengolahan informasi selesai,
benda tersebut dapat bekerja dengan sendirinya, atau bahkan
memerintahkan benda lain juga untuk ikut bekerja.

2.23 MYDEVICES CAYENNE

Cayenne merupak aplikasi open source yang digunakan pembuat


proyek IoT dengan sistem drag and drop pertama di dunia yang
memberdayakan pengembang, perancang dan insinyur untuk dengan
cepat membuat prototipe serta berbagi proyek perangkat mereka yang
saling terhubung. Cayenne dirancang untuk membantu pengguna
membuat prototipe Internet of Things dan kemudian membawanya ke
produksi. Selain itu cayenne juga mendukung untuk kebutuhan berbagai
macam hardware yang dapat digunakan sebagai proyek IoT.
35

Gambar 2. 20 MyDevices Cayenne

Gambar 2.13 Cayenne memiliki berbagai fitur yang dapat


memudahkan pemakaianya dalam mengembangkan proyek IoT yang
sedang dibuat, seperti dalam pengontrolan, monitoring ,dan notifikasi.
Selain dapat menggunakan server milik pribadi dari Cayenne. Cayenne
juga dapat di integrasikan dengan berbagai server yang mendukung
proyek yang sedang dikerjakan. Mendukung juga pengembangan dalam
perkembangan teknologi jaringan dan Internet seperti IPv6, 4G, Wimax
dan LoRa yang dapat membantu pengimplementasian IoT menjadi lebih
optimal untuk kedepannya. Hal itu dikarenakan jarak yang dapat di lewati
memungkinkan menjadi semakin jauh, dan dimana saja
36

(Halaman ini sengaja dikosongkan)


BAB III

PERENCANAAN DAN PEMBUATAN ALAT

3.1 PERENCANAAN SISTEM

Untuk sistem yang dirancang dalam Proyek Akhir ini adalah sistem
“Alat Monitoring Arus Bocor dan Arus Netral pada Gardu Trafo Tiang
Berbasis IoT”, berikut merupakan gambar blok perencanaan sistem yang
ditampilkan pada Gambar 3.1.

STM32F103C8T6

Gambar 3. 1 Blok Diagram Sistem

Deskripsi Alat:
Pada blok diagram fungsional system , dijelaskan bahwa pada
Gardu Trafo Tiang (GTT) terdapat komponen penting seperti
transformator yang digunakan untuk menurukan tegangan tinggi menjadi
tegangan rendah yang kemudian tegangan renda tersebut di bagi untuk
tiap fasanya di panel PHBTR , dan yang di dalamnya terdapat beberapa
komponen yang penting yang digunakan untuk mendistribusikan tenaga
listrik.
Namun dikarenakan isolasi transformator yang tidak baik
seperti kegagalan isolasi bushing atau isolasi minyak transformator maka
dapat menyebabkan arus bocor pada body transformator dan dikarenakan
37
38

sistem isolasi atau sistem grounding yang jelek dan tidak memenuhi
standar juga dapat menyebabkan timbulnya arus bocor pada panel PHB-
TR. Serta penyebab lain dari kerusakan komponen penting pada gardu
trafo tiang.ketika transformator di bebani dengan tidak dibagi secara
seimbang sehingga menimbulkan arus netral pada sisi netral dari
transfomator yang digunakan.
Oleh karena itu diciptakan suatu alat untuk memonitoring arus
bocor adan arus netral pada komponen penting di gardu trafo tiang
dengan memasang sensor arus yang pertama dipasang pada saluran
grounding body trafo dan panel PHB-TR yang dimana pada keadaan di
lapangan saluran grounding tersebut di jumper karena memiliki fungsi
yang sama yaitu mentanahkan jika terjadi arus bocor pada peralatan.
Sensor arus SCT-013-10 tersebut akan membaca arus yang lewat pada
saluran grounding, jika arus melebihi 300 mA maka dapat diartikan
bahwa terdeteksi adanya arus bocor. Kemudian sensor arus SCT-013-30
pada setiap phase (R-S-T) di jurusan utama akan memprosentasekan
besar nilai arus netral dan serta sensor arus pada bus bar Fasa N berguna
membaca besar arus yang melewati sisi netral jika arus melebihi 300 mA
diartikan bawah terdeteksi adanya arus netral melebih batas sistem
(>25%).
Data yang dibaca oleh kelima sensor arus akan dikirimkan ke
microcontroller STM32F103C8T6, lalu microcontroller akan mengolah
data tersebut . Olahan data atau output di lapangan dapat dilihat pada
LCD , dan diproses oleh modul LoRa yang di transmisikan ke gateway
yang kemudian di kirim ke server database kemudi ditampilkan oleh
website berbasis open source dan aplikasi android yang memuat data
hasil pengukuran serta memberi notifikasi . notifikasi terjadi ketika hasil
pengukuran melebihi 300 mA dan batas normal maka dikirimkan
notifikasi kepada pegawai PLN melalui aplikasi andorid yang telah
teinstall di gawai mengenai besar arus yang melebihi 300 mA atau
pengecekan terhadap beban pada gardu trafo tiang terkait ,sedangkan
ketika pada Fasa N teraliri arus melebihi batas dari sistem,maka notifikasi
akan dikirimkan ke pegawai PLN , dengan dilengkapi fitur informasi
gardu serta pelacakan gardu ketika terdapat notifikasi.
39

3.2 PERENCANAAN DAN PEMBUATAN HARDWARE

Adapun untuk pembuatan perangkat keras Proyek Akhir ini dibagi


menjadi beberapa bagian sebagai berikut :

3.2.1 Perencanaan Board PCB

Pada alat ini untuk menjalankan sistemnya maka dirangkailah


board PCB untuk komunikasi ke tiap komponennya. Lain halnya pada
sistem yang menggunakan microcontroler unit arduino harus
menggunakan dua buah board PCB yang masing – masing memiliki
fungsi terendiri, sedanngkan untuk sistem yang digunakan ini
menggunakan microcontroller unit milik STM32F103C8T6 hanya
membutuhkan satu buah board PCB.

Gambar 3. 2 Rangkaian board PCB keseluruhan

Gambar 3. 3 Rangkain board PCB Keseluruhan 3D Model


40

3.2.2 Perencanaan Sensor Arus

Sensor arus berfungsi sebagai pemberi informasi kepada


microcontroller mengenai nilai arus bocor yang terdeteksi pada GTT dan
sensor arus dipasang pada ketiga saluran grounding GTT. Sensor arus
yang digunakan adalah SCT-013-010 yang memiliki input dengan tingkat
ketelitian sebesar 0-10A dan sensor arus SCT 013-030 yang memiliki
input dengan tingkat ketelitian sebesar 0-30A untuk kedua output yang
dihasilkan oleh kedua sensor arus tersebut yaitu berupa tegangan dengan
ukuran 0-1V. Karena output dari sensor arus sudah berupa tegangan maka
dapat langsung digunakan pada microcontroller yang juga menggunakan
input berupa tegangan. Kemudian pembacaan nilai ADC dapat dihitung
ecara teori dengan menggunakan rumus peramaan 3.1 dan persamaan 3.2
berikut ini :
𝑉𝑖𝑛
𝐴𝐷𝐶𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖 = × (2𝑛 − 1)..................................................… (3.1)
𝑉𝑟𝑒𝑓
Dimana,
ADCTeori : nilai analog to digital secara teori
Vin : tegangan yang dibaca (Volt)
Vref : tegangan referensi ADC (Volt)
n : jumlah bit mikrokontroler
𝐴𝐷𝐶𝑃𝑟𝑎𝑘𝑡𝑒𝑘
VADC = × 𝑉𝑟𝑒𝑓..................................................... (3.2)
2𝑛

Dimana,
ADCPrak : nilai analog to digital secara praktek
VADC : tegangan ADC terbaca (volt)
n : jumlah bit mikrokontroler

Sensor arus yang digunakan adalah sensor SCT-013-010 dan


sensor arus SCT 013-030. Sensor arus SCT 013-010 dapat membaca arus
hingga 10 Ampere dan sensor arus SCT 013-030 dapat membaca arus
hingga 30 Ampere dan kedua sensor tersebut dapat mengubahnya menjadi
tegangan sebesar 1 Volt. Sensor SCT-013-010 dapat mengubah output
menjadi tegangan karena dalam rangkaian sensor sudah terdapat resistor
burden sebesar 60 Ω. Sehingga arus sebesar 10A saat melewati R burden
akan berubah menjadi tegangan 1 Volt. Untuk sensor SCT-013-030 dapat
mengubah output menjadi tegangan karena dalam rangkaian sensor sudah
terdapat resistor burden sebesar 180 Ω. Sehingga arus sebesar 10A dan
30A saat melewati R burden akan berubah menjadi tegangan 1 Volt.
41

Karena arus bocor bernilai kurang dari 10A maka menggunakan


sensor arus dengan rating kerja 10A dan arus yang mengalir pada beban
bernilai kurang dari 30A maka menggunakan sensor arus dengan rating
kerja 30A. Sensor arus ini mempunyai pembacaan batas arus maksimum
bernilai 10A dan 30A dan pada keluarannya menghasilkan tegangan
bernilai maksimal 1V oleh karena itu output dari sensor arus bisa
langsung masuk dan terbaca di microcontroller dengan menggunakan
rangkaian pengkondisi sinyal yang berfungsi untuk menstabilkan ripple
yang ada.
Dengan sensor SCT-013-030 yang memiliki Rasio Transformasi
sebesar 1800 dan R burden = 60 Ω dan sensor SCT-013-010 yang
memiliki Rasio Transformasi sebesar 1800 dan R burden = 180 Ω yang
telah terdapat di dalam sensor, dapat diketahui besarnya arus yang
ditransformasikan sensor sebelum menjadi tegangan adalah sebagai
berikut :
𝑰𝒊𝒏𝒑𝒖𝒕
𝐈𝒐𝒖𝒕𝒑𝒖𝒕 𝐂𝐓 = ………………………………………………(3.3)
𝒓𝒂𝒔𝒊𝒐
dengan keterangan :
Iout CT = Arus yang keluar dari CT (A)
Iinput = Arus maksimum yang masuk pada CT (A)
Rasio = perbandingan belitan pada sisi primer dan sekunder CT

Contoh Perhitungan :
 Sensor arus SCT 013-010 :
𝑰𝒊𝒏𝒑𝒖𝒕
𝐈𝒐𝒖𝒕𝒑𝒖𝒕 𝐂𝐓 =
𝒓𝒂𝒔𝒊𝒐
10
I𝑜𝑢𝑡𝑝𝑢𝑡 CT =
1800
I𝑜𝑢𝑡𝑝𝑢𝑡 CT = 0,00556 𝐴

 Sensor arus SCT 013-030


𝑰𝒊𝒏𝒑𝒖𝒕
𝐈𝒐𝒖𝒕𝒑𝒖𝒕 𝐂𝐓 =
𝒓𝒂𝒔𝒊𝒐
30
I𝑜𝑢𝑡𝑝𝑢𝑡 CT =
1800
I𝑜𝑢𝑡𝑝𝑢𝑡 CT = 0,016667 𝐴

Tegangan yang dihasilkan oleh sensor arus setelah melewati resistor


burden adalah sebesar :
VCT = R burden x Ioutput CT …………………………(3.4)
dengan keterangan :
VCT = Tegangan yang keluar dari CT setelah
melalui resistor burden (V)
42

R burden = Tahanan burdern (Ω)


Ioutput CT = Arus yang keluar dari CT (A)

Contoh Perhitungan :
 Sensor arus SCT 013-010
V CT = R burden x Ioutput CT
V CT = 180 Ω x 0,00556 A
V CT = 1 Volt

 Sensor arus SCT 013-030 :


V CT = R burden x Ioutput CT
V CT = 60 Ω x 0,016667 A
V CT = 1 Volt

Rangkaian pengkondisian sinyal menngunakan 2 resistor yang sama


besar yaitu 10kΩ dan kapasitor sebesar 10μF digunakan untuk meredam
atau mengurangi ripple. Sensor arus ini memungkinkan pembacaan
lonjakan arus yang terjadi akibat arus bocor. Perubahan yang akan dibaca
yakni titik puncak dari arus bocor. Tegangan 1 Volt dari output sensor
masih memiliki tegangan negatif. Tegangan ini yang nantinya akan
dimasukkan pada ADC microcontroller. Agar semua data dapat dibaca
oleh microcontroller, nilai negatif pada tegangan harus diubah menjadi
positif. Gambar rangkaiana pengkondisian sinyal seperti pada Gambar
3.4.

Gambar 3. 4 Rangkaian Pengkondisian Sinyal

Untuk mengubah tegangan negatif menjadi tegangan positif dengan


menggunakan rangkaian pengkondisian sinyal yang akan menggeser
43

sinyal. Pertama dengan membuat tegangan mid-point dengan


menggunakan 2 resistor yang sama besar :
𝑹𝟏
𝑽𝒎𝒊𝒅 = 𝒙 𝑽𝒊𝒏 𝒎𝒊𝒅 .......................................................(3.5)
𝑹𝟏+𝑹𝟐
dengan keterangan :
Vmid = Tegangan pertengahan (V)
R1 dan R2 = Tahanan (Ω)
Vin mid = Input tegangan pertengahan (V)

Contoh Perhitungan
𝑹𝟏
𝑽𝒎𝒊𝒅 = 𝒙 𝑽𝒊𝒏 𝒎𝒊𝒅
𝑹𝟏 + 𝑹𝟐
10𝑘
𝑉𝑚𝑖𝑑 = 𝑥 5𝑉
10𝑘 + 10𝑘
Vmid = 2,5 Volt

Sehingga dapat dilihat pada Gambar 3.4 mrupakan skematik


dari rangkaian tambahan yang akan digunakan pada sensor, dan Gambar
3.5 menampilkan rangkaian tambahan yang ada pada board yang sudah
jadi dan telah terpasang komponen-komponenya.

Gambar 3. 5 Skematik rangkaian tambahan SCT-013-010 dan SCT-013-030


44

Gambar 3. 6 Rangkaian tambahan SCT-013-010 dan SCT-013-030 pada board

Kemudian nantinya terdapat persamaan yang di cantumkan ke dalam


pemrograman mikrokontroler yang memiliki tujuan agar sensor arus
dapat bekerja membaca dan mengukur nilai arus sesuai dengan arus yang
mengalir pada sistem, sehingga diperlukan pengujian kesesuaian
pembacaan sensor arus pada tampilan layar LCD dan alat ukur. Berikut
ini merupakan rumus persamaan tampilan display pada LCD.

Iin display = 0,0258 x Pembacaan ADC – 0.0818............. (3.6)

Dimana,
Iin display adalah peramaan linier ADC, dengan nilai x adalah
hasil pembacaan ADC.

Setelah dimasukkan dengan persamaan diatas , terdapat selisih


antara arus yang mengalir masuk terukur dengan alat ukur dengan arus
yang ditampilkan pada layar LCD, sehingga terdapat error yang dapat
diukur dengan menggunakan persamaan rumus :

𝐼𝑖𝑛 𝑇𝑒𝑟𝑢𝑘𝑢𝑟−𝐼𝑖𝑛𝐷𝑖𝑠𝑝𝑙𝑎𝑦
%𝐸𝑟𝑟𝑜𝑟 = ×100 % ........................................ (3.7)
𝐼𝑖𝑛𝑇𝑒𝑟𝑢𝑘𝑢𝑟

3.2.3 Perencanaan LCD I2C

Pada perencanaan ini, LCD berfungsi untuk menampilkan


karakter yang telah di proses oleh board PCB dan bertujuan untuk
menampilkan data yang berlangsung atau telah diproses dalam bentuk
karakter. LCD 20x4 yang digunakan akan dihubungkan sudah dilengkapi
dengan I2C yang memiliki 4 pin output yang dihubungkan dengan pin di
STM32F103C8T6, antara lain adalah pin VCC yang dihubungkan ke pin
VCC 5 Volt DC, pin GND yang dihubungkan ke GND
45

STM32F103C8T6, pin SCL yang dihubungkan ke pin ADC A5 dan pin


SCA yang dihubungkan ke pin ADC A4. Gambar 3.5 menampilkan
skema rangkaian
LCD menggunakan I2C yang dihubungkan ke STM32F103C8T6.

Gambar 3. 7 Skema LCD 20x4 dengan I2C ke board STM32F103C8T6

3.2.4 Perencanaan Lora SX1276

Perancangan LoRa dengan menggunakan modul Lora SX1726


yang berfungsi sebagai modem pengiriman data berbasis radio frekuensi
dengan memanfaatkan frekuensi radio di channel 915 Mhz. Pada
komponen LoRA SX1726 yang akan digunakan di tugas akhir ini yaitu
sudah dilengkapi dengan microprosesor STM32F103C8T6 dimana
sistemnya dapat terintegrasi dengan menggunakan komunikasi TTL.
Pada gambar 3.7 menampilkan skema pemasangan dari LoRA SX1276
ke Mikrokontroler STM32F103C8T6 dimana LoRa SX1276 akan
mengambil tegangan sumber sebesar 3,3 Volt DC dari STM32F103C8T6
Pin 3V3 ,Pin PA3 (RX1) dari STM32F103C8T6 disambungkan dengan
RX dari modul SX1276. Pin PA2 (TX1) dari STM32F103C8T6
tersambung dengan pin TX yang terdapat pada modul LoRa SX1276.
Penggunaan LoRa dengan tipe SX1276 dikarenakan memiliki
kemudahan dalam pengintegrasian kedalam sistem yang digunakan
,kemudian karena mikrokontroler unit yang digunakan compatible
dengan mikrokontroler ARM STM32F103C8T6 , serta harga yang
terjangkau.
46

Gambar 3. 8 Skematik LoRa SX1276 ke STM32F103C8T6

3.2.5 Perencanaan Data Logger

Pada perancangan ini, Data Logger yang merupakan modul


Openlog berfungsi untuk menyimpan data saat alat beroperasi yang
kemudian disimpan dalam server web. skema pemasangan dari modul
Openlog ke Mikrokontroler STM32F103C8T6 yaitu Openlog akan
mengambil tegangan sumber sebesar 3,3 Volt DC dari STM32F103C8T6
Pin 3V3 ,Pin PA10 (RX2) dari STM32F103C8T6 disambungkan dengan
RX dari modul Openlog. Pin PA9 (TX2) dari STM32F103C8T6
tersambung dengan pin TX yang terdapat pada modul Openlog.
Mengapa menggunakan Data Logger jenis Openlog karena data
logger ini memiliki ukuran yang tidak besar, dapat mengakomodasi
micro sd dengan ukuran hingga 16 Gb , karena sifatnya open maka
firmware dapat disesuaikan pengguna.

Gambar 3. 9 Skematik modul Openlog Data Logger ke STM32F103C8T6


47

3.2.6 Perencanaan RTC DS3231

Pada perencanaan ini, modul RTC DS 3231 dipasangkan


dengan microcontroler STM32F103C8T6 lalu nantinya akan menjadi
jam eksternal yang berfungsi sebagai pengatur waktu dan tanggal ketika
data tersimpan di Openlog dan Server web. Gambar 3.8 menampilkan
gambar pemasangan RTC DS3231 ke STM31F103C8T6 .

Gambar 3. 10 Skematik modul RTC DS3231 ke STM32F103C8T6

3.2.7 Perencanaan Box Akrilik

Dalam proyek akhir ini, nantinya alat monitoring akan


diletakkan didalam box. Box akan dibuat dengan menggunakan bahan
acrylic. Pembuatan box acrylic ini bertujuan agar alat yang telah dibuat
dapat dikemas dengan kemasan yang rapi, menarik dan tampak lebih
kokoh. Perencanaan desain box acrylic ada pada Gambar 3.9 dimana
nantinya box akan memiliki ukuran panjang 12 cm, tinggi 9 cm dan lebar
13 cm.
48

Gambar 3. 11 Perencaan Box Akrilik (Tampak Depan dan Tampak Samping)

3.3 PERENCANAAN DAN PEMBUATAN SOFTWARE

Adapun untuk pembuatan perangkat lunak dari proyek akhir ini


dibagi menjadi sebagai berikut ini :

3.3.1 Perencanaan MyDevices Cayenne

Pada perencanaan web Cayenne ini, sumber data dari


mikrokontroller , dengan data yang berupa variabel yang sama , yang
ditampilkan di LCD yang dirikirimkan ke LoRa SX1276, kemudian data
dikirim ke LoRa Gateway , setelah dari LoRa Gateway data di kirim ke
Server Cayenne melalui koneksi internet .MyDevices Cayenne adalah
platform IoT yang dapat mengumpulkan, menyimpan, menganalisis,
memvisualisasikan, dan bertindak atas data yang dikhusus kan untuk
pengguna hardware tertentu yang salah satunya adalah LoRa Gateway.
49

Gambar 3. 12 Perencanaan desain di web Cayenne untuk browser

Gambar 3. 13 Perencanaan desain di web Cayenne untuk Android

Data yang telah terkirim pada web Cayenne akan disimpan


secara otomatis pada server web dan ditampilkan ke laman web, dan
dapat diunduh dengan bentuk file berupa .csv. Gambar 3.9 dan Gambar
3.10 merupakan tampilan desain web monitoring pada Cayenne yang
terdapat 6 buah widget yang menampilkan angka untuk nilai arus pada
Phase R, Phase S, Phase T, Arus Netral, Arus Bocor, dan %
Ketidakseimbangan Beban. Kemudian setelah perencanaan desain
dilanjutkan dengan perencanaan notifikasi atau trigger yang dikirimkan
50

oleh web Cayenne. Seperti tampak pada Gambar 3.11 Notifikasi yang
dibuat di Cayenne.

Gambar 3. 13 Perencanaan Notifikasi di web Cayenne


BAB IV

PENGUJIAN DAN ANALISA

Dalam bab ini akan dibahas tentang pengujian dan analisa per
bagian pada sistem sesuai dengan perencanan yang telah dilakukan pada
Bab III. Pengujian dilakukan untuk mendapatkan evaluasi terhadap
keluaran dari sistem agar diperoleh kinerja yang sesuai dengan harapan.
Pengujian yang dilakukan adalah:
1. Pengujian LCD 20X4
2. Pengujian RTC DS3231
3. Pengujian Openlog Data Logger
4. Pengujian LoRa SX1276
5. Pengujian Sensor Arus SCT-013-030 dan SCT-013-010
6. Pengujian mengirim data ke Web Server Cayenne
7. Sistem Integrasi

4.1 METODE PENGUJIAN

Adapun pada bab ini pengujian di lakukan dengan membagi menjadi


2, dengan pembagian yang dilakukan sebagai berikut :

4.1.1 Pengujian Parsial


Pengujian parsial ini dilakukan pengujian untuk masing-masing
bagian yang meliputi perangkat keras (hardware) dan perangkat lunak
(software). Dimana pengujian parsial meliputi pengujian LCD 20x4,
pengujian LoRa SX1276, pengujian Openlog Data Logger ,pengujian
Sensor Arus SCT-015-030 dan 010, pengujian mengirim data ke Web
Server Cayenne. Dengan melakukan pengujian parsial maka akan
diketahui kemampuan masing-masing bagian dari Proyek Akhir ini, dan
dari hasil pengujian parsial akan mempermudah perbaikan apabila terjadi
kesalahan atau permasalahan.

4.1.2 Pengujian Sistem Integrasi

Sistem Integrasi dilakukan apabila pengujian parsial yang


meliputi perangkat keras (hardware) dan perangkat lunak (software)
telah dilaksanakan. Pada pengujian integrasi sistem ini dilakukan dengan
memberikan beberapa kondisi pada sistem alat yang digunakan.

51
52

4.2 PENGUJIAN PARSIAL

Berikut ini hasil Pengujian parsial yang dilakukan pengujian


untuk masing-masing bagian yang meliputi perangkat keras (hardware)
dan perangkat lunak (software).

4.2.1 Pengujian LCD 20X4

Pengujian LCD 20x4 memiliki tujuan agar dapat mengetahui


apakah LCD dalam kondisi baik dan mampu menampilkan karakter
sesuai dengan yang ada pada program. Pada pengujian LCD,
menggunakan Mikrokontoller STM32F103C8T6 sebagai kontrol data
yang akan ditampilkan pada LCD. Dibawah ini ditunjukkan program
untuk pengujian LCD 20x4 dan untuk hasil pengujian LCD ditampilkan
pada Gambar. 4.1

Gambar 4. 1 Hasil Pengujian LCD 20X4

4.2.2 Pengujian RTC DS3231

Pengujian pada komponen ini dilakukan dengan


menampilkan tanggal dan waktu serial monitor pada LCD yang sesuai
dengan tanggal dan waktu pada laptop. Pengujian ini untuk mengetahui
komunikasi antara RTC DS3231 dengan mikrokontroller. RTC DS3231
menggunakan 4 pin yang sama seperti LCD yaitu GND, VCC, SDA, dan
SCL. Komponen RTC DS3231 dilakukan pengujian dengan
menampilkan tanggal dan waktu serial monitor pada LCD yang sesuai
dengan tanggal dan waktu yang ada pada laptop. Pengujian ini untuk
mengetahui komunikasi antara RTC DS3231 dengan mikrokontroller.
RTC DS3231 menggunakan 4 pin yang sama seperti LCD yaitu GND,
VCC, SDA, dan SCL. Pengujian dilakukan dengan mengatur waktu
sesuai dengan jam yang ada di laptop, seperti pada gambar 4.2
53

Gambar 4. 2 Waktu yang ditujukkan pada layar laptop

Gambar 4. 3 Waktu yang ditunjukkan pada layar LDC 20X4

Kemudian juga dibandingkan hasil tanggal dan waktu serial


monitor pada LCD dengan tanggal dan waktu pada laptop. Sehingga
dapat diketahui ketelitian pembacaan selisih pembacaan waktu dan
tanggal pada serial monitor LCD dengan tanggal dan waktu pada laptop.
Pada tabel 4.1 merupakan data hasil pengujian RTC DS3231.

Tabel 4. 1 Data Hasil Pengujian RTC DS3231

Serial Monitor pada LCD Waktu pada laptop Selisih

20:46:20 20:46:21 1 detik


20:46:21 20:46:22 1 detik
20:46:22 20:46:23 1 detik
20:46:23 20:46:24 1 detik
20:46:24 20:46:25 1 detik
20:46:25 20:46:26 1 detik
20:46:26 20:46:27 1 detik
20:46:27 20:46:28 1 detik
20:46:28 20:46:29 1 detik
20:46:29 20:46:30 1 detik
54

Dari hasil pengujian tersebut dapat diketahui bahwa pembacaan


tanggal dan waktu RTC DS3231 cukup akurat dengan selisih waktu
sebesar 1 detik. Sehingga RTC DS3231 tersebut dapat dinyatakan cukup
akurat dan layak untuk digunakan sebagai komponen pengatur waktu
dalam alat ini , dengan kalibrasi lebih banyak dapat menjadikan lebih
akurat kembali.

4.2.3 Pengujian Openlog Data Logger

Komponen modul OpenLog digunakan untuk menyimpan hasil


pengolahan data yang dilakukan oleh mikrokontroler yang telah diproses,
dengan kata lain semua data yang di ukur dan di atur terekam dalam
modul ini dengan meliputi tanggal,waktu, nilai arus tiap phasa per detik,
nilai arus bocor per detik dan prosentase ketidakseimbangan beban per
detik. Hasil pengujian modul OpenLog dapat dilihat pada gambar 4.4.

Gambar 4. 4 Hasil Pengujian Komponen OpenLog Data Logger


55

4.2.4 Pengujian LoRa SX1276

Untuk mengusung konsep berbasi IoT pada proyek akhir ini


digunakanlah modul Lora SX1276. Alat ini memiliki fungsi sebagai
modul komunikasi dari MCU STM32F103C8T6 untuk melakukan
pengiriman data ke server web Cayenne. Semua data yang dikirimkan
dengan menggunakan radio frekuensi dengan frekuensi 915 Mhz.
Pada pengujian komunikasi dilakukan pengiriman data dari modul
komunikasi ke gateway sebagai penerima data sebelum diunggah ke
server web Cayenne . Gambar 4.5 hasil pengiriman data dapat dilihat
pada virtual terminal dari gateway yang digunakan.

Gambar 4. 5 Hasil Pengujian Pengiriman Data LoRa SX1276

4.2.5 Pengujian Sensor Arus

Penggunaan senosr untuk proyek akhir ini memakai dua jeni sensor
SCT yaitu menggunakan sensor arus SCT-013-030 sejumlah 4 sensor
untuk tiap fasa R, S, T, dan N . Serta sensor arus SCT-013-010 sejumlah
1 sensor untuk sisi grounding body transformator dan panel PHB-TR
yang masing-masing sensor tersebut memerlukan rangkaian tambahan
dalam melakukan pembacaan arus dan telah dirangkai sedemikian rupa.
57

Tabel 4. 2 Hasil Pengujian ADC Sensor SCT-013-030

ADC ADC ADC ADC


Alat Ukur (A) Fasa R Fasa S Fasa T Fasa N

0 2,3 2,3 1,7 1,7

0,5 20,4 20,4 12 7

1 40,3 40,3 24 14,1

1,5 69,3 60,3 36,1 23,4

2 80,1 80,1 49,1 31

2,5 98,8 98,8 60,1 36,8

3 119 119 71,5 43,3

3,5 138,3 138,3 83,6 51,4

4 157,9 157,9 95,9 58,7

4,5 177,1 177,1 108,1 66,4

5 196 196 120 73,6

5,5 216 216 132,2 81,2

6 235,2 234,9 140,5 87

6,5 255,7 255,3 156,3 95

7 276,7 276 167,9 102,4

7,5 297,6 297 180,2 110,9

8 307,3 307 186,1 115


58

Dari perolehan nilai ADC yang digunakan selanjutnya di masukkan


kedalam microsoft excel guna mencari grafik nilai regresi linier serta
rumus yang merupakan rumus hasil kalibrasi.
Gambar 4.7, Gambar 4.8, Gambar 4.9 dan Gambar 4.10
menunjukan grafik linieritas keempat sensor arus . Grafik tersebut
menunjukkan kelinieran data antara besarnya nilai arus sesungghnya
dengan besarnya konversi ADC dari mikrokontroller ARM. Dari grafik
tersebut menunjukan bahwa sensor arus bekerja dengan baik dengan
ditunjukan semakin besar arus yang mengalir maka nilai ADC juga
bertambah besar secara linier.

Fasa R
10
8 y = 0,0258x - 0,0818
6
Nilai Arus (A)4
2
0
0 25 50 75 100 125 150 175 200 225 250 275 300
ADC

Gambar 4. 7 Grafik Pengujian dan Kalibrasi Sensor Fasa R

Fasa S
10
Nilai Arus (A)

y = 0,0257x - 0,0508
5

0
0 25 50 75 100 125 150 175 200 225 250 275 300
ADC

Gambar 4. 8 Grafik Pengujian dan Kalibrasi Sensor Fasa T


59

Fasa T
10
8
Nilai Arus (A)
y = 0,0423x - 0,0436
6
4
2
0
0 25 50 75 100 125 150 175
ADC

Gambar 4. 9 Grafik Pengujian dan Kalibrasi Sensor Fasa T

Fasa N
10
8 y = 0,069x - 0,055
Nilai Arus (A)
6
4
2
0
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 110 120
ADC

Gambar 4. 10 Grafik Pengujian dan Kalibrasi Sensor Fasa N

Dari keempat grafik tersebut menunjukan bahwa sensor arus


bekerja dengan baik dengan ditunjukan dengan besarnya arus yang
mengalir maka nilai ADC juga bertambah besar secara linier. Dari hasil
data pengujian sensor arus SCT-0130-030A diatas, dapat diketahui
bahwa nilai ADC linier sehingga nantinya saat diproses pada
mikrokontroller akan didapatkan data yang dapat sesuai.
Sehingga didapat nilai persamaan linier untuk masing – masing fasa
yaitu y = 0,0258x - 0,0818 untuk sensor fasa R, y = 0,0257x - 0,0508
untuk sensor fasa S, y = 0,0423x - 0,0436 untuk fasa T, y = 0,069x -
0,055 ,dan y = 0,069x – 0,055 untuk sensor fasa N .Dimana x merupakan
pembacaan ADC dan y merupakan hasil konversi ADC ke nilai
60

sebenarnya. Keempat persamaan tersebut lalu dimasukkan ke program


STM32F1 untuk konversi nilai ADC ke nilai arus sesungguhnya.
Berdasarkan persamaan 3.2 dan persamaan 3.1 dari data Tabel
4.2 tersebut dapat dihitung nilai VADC secara teori untuk :

 Fasa R dengan nilai ADCPrak = 276,7


n(jumlah bit) = 12 Bit
𝐴𝐷𝐶𝑃𝑟𝑎𝑘𝑡𝑒𝑘
VADC = × 𝑉𝑟𝑒𝑓
2𝑛
276,7
VADC = × 2,5
212
276,7
VADC = × 2,5
4096
VADC = 0,1688

Sehingga dapat dihitung untuk nilai ADC secara teori sebagai


berikut :
𝑉
𝐴𝐷𝐶𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖 = 𝑖𝑛 × (2𝑛 − 1)
𝑉𝑟𝑒𝑓
0,1688
𝐴𝐷𝐶𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖 = × (212 − 1)
2,5
0,1688
𝐴𝐷𝐶𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖 = × (4096 − 1)
2,5

0,1688
𝐴𝐷𝐶𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖 = × 4095
2,5
𝐴𝐷𝐶𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖 = 276,49 ≈ 276,7

 Fasa S dengan nilai ADC = 276


n(jumlah bit) = 12 Bit
𝐴𝐷𝐶𝑃𝑟𝑎𝑘𝑡𝑒𝑘
VADC = × 𝑉𝑟𝑒𝑓
2𝑛
276
VADC = 12 × 2,5
2
276
VADC = × 2,5
4096
VADC = 0,1684
61

Sehingga dapat dihitung untuk nilai ADC secara teori sebagai


berikut :
𝑉
𝐴𝐷𝐶𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖 = 𝑖𝑛 × (2𝑛 − 1)
𝑉𝑟𝑒𝑓
0,1684
𝐴𝐷𝐶𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖 = × (212 − 1)
2,5
0,1684
𝐴𝐷𝐶𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖 = × (4096 − 1)
2,5

0,1684
𝐴𝐷𝐶𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖 = × 4095
2,5
𝐴𝐷𝐶𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖 = 275,83 ≈ 276

 Fasa T dengan nilai ADC = 167,9


n(jumlah bit) = 12 Bit
𝐴𝐷𝐶𝑃𝑟𝑎𝑘𝑡𝑒𝑘
VADC = × 𝑉𝑟𝑒𝑓
2𝑛
167,9
VADC = × 2,5
212
167,9
VADC = × 2,5
4096
VADC = 0,1024

Sehingga dapat dihitung untuk nilai ADC secara teori sebagai


berikut :
𝑉
𝐴𝐷𝐶𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖 = 𝑖𝑛 × (2𝑛 − 1)
𝑉𝑟𝑒𝑓
0,1024
𝐴𝐷𝐶𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖 = × (212 − 1)
2,5
0,1024
𝐴𝐷𝐶𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖 = × (4096 − 1)
2,5

0,1024
𝐴𝐷𝐶𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖 = × 4095
2,5
𝐴𝐷𝐶𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖 = 167,73 ≈ 167,9

 Fasa N dengan nilai ADC = 102,4


n(jumlah bit) = 12 Bit
𝐴𝐷𝐶𝑃𝑟𝑎𝑘𝑡𝑒𝑘
VADC = × 𝑉𝑟𝑒𝑓
2𝑛
102,4
VADC = × 2,5
212
16

Terdapat dua macam hubungan bintang pada sistem fasa banyak,


yaitu :

2.6.1 Dengan Saluran Netral

Beban tidak seimbang hubungan bintang dengan saluran


netral merupakan yang paling mudah analisisnya, karena
sistem ini dapat dirinci menjadi beban tiap fasa yang disuplai
oleh tegangan antara fasa dan netralnya. Sistem ini pada suplai
tiga fasa disebut juga sistem 4 kawat.Pada hubungan bintang
empat kawat beban tak seimbang, penghantar netral akan
mengalirkan arus dan tegangan pada masing-masing beban
impedansi sama dengan tegangan line ke netral. Arus line tidak
sama dan tidak akan mempunyai perbedaan fasa 120 o

Gambar 2. 10 Beban Hubungan Bintang 4 Kawat Tidak Seimbang

2.6.2 Tanpa Saluran Netral

Pada beban sistem hubungan bintang tanpa saluran


netral, maka titik netral akan mengambang yang menyebabkan
perubahan tegangan titik netral tegangan akan bergeser, suatu
hal yang tidak dikehendaki.
63

Lanjutan Tabel 4. 4 Hasil Pengujian Sensor Arus Fasa R ,S ,T ,dan N

Sensor Sensor Sensor Sensor


Alat
Arus Error Arus Error Arus Error Arus Error
Ukur
R (%) S (%) T (%) N (%)
(A)
(A) (A) (A) (A)
4 4,03 0,75 4,03 0,75 3,98 0,5 3,98 0,5
4,5 4,53 0,6 4,53 0,67 4,48 0,44 4,48 0,44
5 5,03 0,6 5,03 0,6 4,98 0,4 4,98 0,4

5,5 5,53 0,54 5,53 0,54 5,48 0,36 5,48 0,36

6 6,03 0,5 6,03 0,5 5,98 0,33 5,98 0,33


6,5 6,53 0,46 6,53 0,46 6,48 0,31 6,48 0,31
7 7,03 0,43 7,03 0,42 6,98 0,29 6,98 0,29
7,5 7,53 0,4 7,53 0,4 7,48 0,27 7,48 0,27
8 8,03 0,3 8,03 0,37 7,98 0,25 7,98 0,25
0,9675 0,845 0,595
Rata-rata 0,9017

Tabel 4. 5 Hasil Pengujian Sensor Arus Fasa T dan Fasa N

Setelah didapatkan rumus kalibrasi dari hasil linearisasi, didapatkan


rumus ,yang kemudian dimasukkan ke program STM32F103C8T6 untuk
mendapatkan nilai besar arus dan kemudian pengujian sensor arus
dilakukan.Berdasarkan data yang didapatkan pada Tabel 4.3. – 4.4. ,
pengujian dilakukan dengan menaikkan nilai arus dari 0 A hingga 8 A.
Hasil pengukuran dari sensor arus dibandinkan dengan menggunakan
ampere meter analog UNI-T kemudian dilakukan perhitungan nilai
errorr.
Dari perhitungan besar rata-rata %error pada tiap range di
pengukuran sensor arus fasa R sebesar 0,9675%,fasa S sebesar 0,9017%
,fasa T sebesar 0,845%, dan fasa N sebesar 0,595% .sehingga dapat
disimpulkan bahwa sensor SCT 013-030 menunjukkan bahwa sensor
arus pada Alat dapat membaca nilai arus dengan baik, hal tersebut dapat

51
64

dilihat dari nilai %error dan rata –rata %error yang kecil tidak mencapai
10%.
Setelah dilakukan pengujian pada sensor arus jenis yang pertama
maka selanjutnya dilakukan pengujian pada sensor arus jenis yang kedua,
dengan menggunakan rangkaian yang sama dan sebagai pembanding
digunakan alat ukur ampere meter analog UNI-T. Dan langkah pertama
pengujian dilakukan untuk mencari nilai ADC pada microcontroller dan
dibandingkan dengan nilai arus yang mengalir pada beban untuk
mengetahui apakah sensor arus sudah liniar atau tidak. Data pengujian
sensor arus SCT 013-010 seperti pada Tabel 4.5.
.
Tabel 4. 6 Hasil Pengujian ADC Sensor SCT-013-010

Alat Ukur
ADC Fasa L
(A)

0 0
0,1 512
0,22 516
0,32 518
0,4 521
0,5 524
0,58 527
0,72 530
0,79 533
0,9 535
1 538
1,1 541
1,26 544
1,3 546
1,4 549
1,5 552
1,6 555
65
Lanjutan Tabel 4. 5 Hasil Pengujian ADC Sensor SCT-013-010

Alat Ukur
ADC Fasa L
(A)

1,7 558
1,8 560
1,9 563

Untuk sensor jenis SCT-013-010 dibedakan dengan jenis


pertama untuk besar nilai arus yang terukur yang menjadi pembanding
yaitu hanya 0 sampai 2 Ampere. Setelah diperoleh nilai ADC yang
digunakan selanjutnya di masukkan kedalam microsoft excel guna
mencari grafik nilai regresi linier serta rumus yang merupakan rumus
hasil kalibrasi.
Setelah diperoleh nilai ADC yang digunakan selanjutnya di
masukkan kedalam microsoft excel guna mencari grafik nilai regresi
linier serta rumus yang merupakan rumus hasil kalibrasi.

Fasa L
2
y = 0,0355 - 18,22
1,5
Nilai Arus A
1
0,5
0
-0,5 510 520 530 540 550 560 570
ADC
Gambar 4. 11 Grafik pengujian dan kalibrasi sensor Fasa L

Gambar 4.11 menunjukan grafik linieritas dari sensor arus


SCT013-010. Grafik tersebut menunjukkan kelinieran data antara
besarnya nilai arus sesungghnya dengan besarnya konversi ADC dari
mikrokontroller ARM. Dari grafik tersebut menunjukan bahwa sensor
arus bekerja dengan baik dengan ditunjukan semakin besar arus yang
mengalir maka nilai ADC juga bertambah besar secara linier. Sehingga
didapatkan persamaan linier untuk fasa L yaitu y = 0,0355x – 18,22.
66

Dimana x merupakan pembacaan ADC dan y merupakan hasil konversi


ADC ke nilai sebenarnya
Berdasarkan persamaan 3.2 dan persamaan 3.1 dari data Tabel
4.2 tersebut dapat dihitung nilai VADC secara teori untuk :

 Fasa R dengan nilai ADCPrak = 538


n(jumlah bit) = 12 Bit
𝐴𝐷𝐶𝑃𝑟𝑎𝑘𝑡𝑒𝑘
VADC = × 𝑉𝑟𝑒𝑓
2𝑛
538
VADC = 12 × 2,5
2
538
VADC = × 2,5
4096
VADC = 0,3283

Sehingga dapat dihitung untuk nilai ADC secara teori sebagai


berikut :
𝑉
𝐴𝐷𝐶𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖 = 𝑖𝑛 × (2𝑛 − 1)
𝑉𝑟𝑒𝑓
0,3283
𝐴𝐷𝐶𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖 = × (212 − 1)
2,5
0,3283
𝐴𝐷𝐶𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖 = × (4096 − 1)
2,5

0,3283
𝐴𝐷𝐶𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖 = × 4095
2,5
𝐴𝐷𝐶𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖 = 0,3283

Untuk hail pengujian sensor arus fasa L dapat dilihat pada Tabel 4.4
Hasil pengujian sensor arus Fasa L (Arus Bocor).
67
Tabel 4. 7 Hasi Pengujian Sensor Arus Fasa L (Arus Bocor)

Alat Ukur Sensor Arus L


%Error
(A) (A)
0 0 0
0,1 0,1 0
0,22 0,22 0
0,32 0,32 0
0,4 0,4 0
0,5 0,52 4
0,58 0,6 3,45
0,72 0,72 0
0,79 0,79 0
0,9 0,92 2,22
1 1 0
1,1 1,1 0
1,26 1,26 0
1,3 1,3 0
1,4 1,4 0
1,5 1,5 0
1,6 1,62 1,25
1,7 1,72 1,18
1,8 1,8 0
1,9 1,9 0
2 1,99 0,5
Rata - Rata 0,642

Setelah didapatkan rumus kalibrasi dari hasil linearisasi, didapatkan


rumus ,yang kemudian dimasukkan ke program STM32F103C8T6 untuk
mendapatkan nilai besar arus dan kemudian pengujian sensor arus
dilakukan.Berdasarkan data yang didapatkan pada Tabel 4.5.Pengujian
68

dilakukan dengan menaikkan nilai arus dari 0 A hingga 2 A. Hasil


pengukuran dari sensor arus dibandinkan dengan menggunakan ampere
meter analog UNI-T kemudian dilakukan perhitungan nilai errorr.
Dari tabel diatas dapat di

Dari perhitungan besar rata-rata %error pada tiap range di


pengukuran sensor arus fasa L sebesar 0,642%. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa sensor SCT-013-010 menunjukkan bahwa sensor
arus pada Alat dapat membaca nilai arus dengan baik, hal tersebut dapat
dilihat dari nilai %error dan rata –rata %error yang kecil tidak mencapai
10%.

4.2.6 Pengujian Mengirim Data Ke Server Web Cayenne

Pada proses pengujian ini dilakukan untuk mengetahui data


yang dikirimkan dari mikrokontroler unit ke modul komunikasi LoRa
SX1276 yang kemudian dikirim ke Gateway, lalu dari Gateway
dirunggah ke server web milik Cayenne sudah berhasil terkirim atau
belum dan data yang dikirim sudah sesuai atau belum. Serta untuk
mengetahui delay pengiriman.
Berikut dari gambar 4.12 menampilkan tampilan
web keseluruhan dari hasil pengujian pengiriman data ke serve web
Cayenne yang terkirim dan dapat di akses melalui web browser dengan
alamat MyDevices.Cayenne, serta untuk melihat melalu android phone
dapat mengunduh aplikasinya di Play Store. Di website yang ditampilkan
melalu web browser atau aplikasi android terdapat 6 buah widget value
yang menunjukan nilai pembacaan arus Fasa R,Fasa S, Fasa T ,Fasa
N,Nilai % Ketidakseimbangan Beban, dan Nilai Arus Bocor.

Gambar 4. 12 Hasil Pengujian Pengiriman Data ke Server


69

Setelah dilakukan pengujian dalam pengiriman data


selanjutnya dilakukan pengujian pengiriman notifikasi dari web Cayenne
ke gawai android dengan media IFTT sebagai pihak pengirim notifikasi
dan media penerima yaitu aplikasi instan messenger yaitu aplikasi LINE
, aplikasi LINE sebagai media penerima notifikasi melalui official
account LINE Notify , agar dapat selalu terupdate dalam notifikasi dalam
aplikasi LINE harus dibuat grup yang berisikan anggota yang salah
satunya adalah akun LINE Notify. Pada gambar 4.13 Merupakan bentuk
notifikasi yang terdapat pada grup “Status GTT Saat Ini”, notifikasi
berisikan info mengenai adanya arus bocor atau beban tidak seimbang
lebih dari batas dan muncul arus netral.

Gambar 4. 13 Notifikasi Status GTT yang Diterima di Aplikasi LINE

4.3 PENGUJIAN SISTEM INTEGRASI

Pengujian ini dilakukan dengan tujuan yang pertama untuk


mengamati performa sistem apakah sistem yang telah dirancang dan
dibuat telah bekerja dengan baik sesuai yang telah direncanakan di awal
yaitu mampu melakukan monitoring serta memberikan peringatan jika
ketidakseimbangan beban dan arus netral sudah melebihi batas aman,
yaitu melebihi batas toleransi sebesar 25%. Kemudian tujuan yang kedua
yaitu untuk melakukan pemodelan bagaimana cara
mengimplementasikan arus bocor yang terjadi pada body transformator
dan body panel PHB-TR yang dapat terdeteksi pada saluran grounding
yang dapat di monitoring dan memberikan peringatan, karena jika terjadi
arus bocor akan terdeteksi adanya arus pada saluran grounding dimana
70

seharusnya saat kondisi normal tidak terdeteksi adanya arus pada saluran
grounding dan jika terjadi arus bocor melebihi 300mA akan
menyebabkan kerusakan pada peralatan pada Gardu Trafo Tiang (GTT)
dan tentunya dapat membahayakan nyawa manusia. Pada GTT (Gardu
Trafo Tiang) terdapat 3 saluran grounding yaitu saluran grounding dari
LA (Lightning Arrester), saluran grounding arus netral transformator,
dan saluran grounding body transformator dan panel PHB-TR. Dengan
ketentuan yang seharusnya untuk masing-masing saluran grounding
dipisah dan untuk saluran grounding body transformator dan panel PHB-
TR juga dipisahkan namun pada keadaan yang terjadi lapangan untuk
saluran grounding body transformator dan panel PHB-TR di-jumper
karena memiliki fungsi yang sama yaitu mengalirkan arus jika terjadi
arus bocor peralatan yaitu pada body transformator dan body panel PHB-
TR.
Pemodelan yang dilakukan untuk mendapatkan tujuan yang
pertama dan kedua yaitu dengan menggunakan 3 buah transformator non-
ct step down 220 V ke 12 V AC dengan kapasitas supply maksimal 10 A.
Dengan input atau primer transformator di supply dari sumber 1 phase
220 Volt yang di Pararel , kemudian untuk output dari transformator di
rangkai dengan hubungan star (bintang) , dari ke 3 buah output trafo
dianggap mewakili 3 buah phasa pada saluran utama pada busbar panel
PHB-TR. Ketiga output fasa dipasangkan beban yang dapat memenuhi
pemodelan dari tujuan yang pertama, yang dapat dilihat pada gambar
4.14. berikutnya untuk tujuan yang kedua dilakukan pemodelan dimana
arus bocor tersebut mengalir pada satu saluran grounding,dengan sumber
tersebut berasal dari salah satu phasa pada transformator bocor dengan
menggunakan referensi langsung pada grounding bukan menggunakan
referensi netral pada salah transformator sehingga langsung ter-supply 12
V sehingga tidak berpengaruh jika mengubah nilai beban yang digunakan
pada rangkaian, dan sumber tersebut terhubung dengan lampu halogen
12 Volt AC sebagai arus bocor dan indikator arus bocor ,yang dapat
dilihat rangkaian dari pengujian integrasi seperti pada Gambar 4.15.
71

Gambar 4. 14 Rangkaian Pemodelan Uji Integrasi Pembebanan

Gambar 4. 15 Rangkaian Pemodelan Uji Integrasi Arus Bocor

Pengujian integrasi pada sistem monitoring ini dilakukan pada


6 macam kondisi beban untuk mengetahui apakah fungsi alat monitoring
ini dapat berjalan dengan baik atau tidak saat dicoba pada 6 macam
kondisi, meliputi :
72

1. Keadaan beban seimbang, dan tidak ada arus bocor.


Pada kondisi ini beban yang digunakan :
 Fasa R-N = Lampu Halogen 12 Volt AC 10 Watt
 Fasa S-N = Lampu Halogen 12 Volt AC 10 Watt
 Fasa T-N = Lampu Halogen 12 Volt AC 10 Watt

2. Keadaan beban tidak seimbang, arus netral masih aman dengan besar
ketidakseimbangan beban masih dibawah 25%. Beban fasa R yang
paling besar nilainya ,dan Tidak ada arus bocor. Pada kondisi ini
beban yang digunakan :
 Fasa R-N = Lampu Halogen 12 Volt AC 10 Watt dan Resistor
Cement 5W100.
 Fasa S-N = Lampu Halogen 12 Volt AC 10 Watt
 Fasa T-N = Lampu Halogen 12 Volt AC 10 Watt

3. Keadaan beban tidak seimbang, arus netral masih aman dengan besar
ketidakseimbangan beban masih dibawah 25%. Beban fasa S yang
paling besar nilainya,dan Tidak ada arus bocor. Pada kondisi ini
beban yang digunakan:
 Fasa R-N = Lampu Halogen 12 Volt AC 20 Watt
 Fasa S-N = Lampu Halogen 12 Volt AC 20 Watt dan Resistor
Cement 5W100.
 Fasa T-N = Lampu Halogen 12 Volt AC 20 Watt

4. Keadaan beban tidak seimbang, arus netral masih aman dengan besar
ketidakseimbangan beban masih dibawah 25%. Beban fasa T yang
paling besar nilainya,dan Tidak ada arus bocor. Pada kondisi ini
beban yang digunakan:
 Fasa R-N = Lampu Halogen 12 Volt AC 10 Watt
 Fasa S-N = Lampu Halogen 12 Volt AC 10 Watt
 Fasa T-N = Lampu Halogen 12 Volt AC 10 Watt dan Resistor
Cement 5W100.

5. Keadaan beban tidak seimbang, arus netral sudah melebihi batas


normal karena besar ketidakseimbangan beban sudah diatas 25%,dan
ada arus bocor melebihi 300mA. Pada kondisi ini beban yang
digunakan :

 Fasa R-N = Lampu Halogen 12 Volt AC 10 Watt


 Fasa S-N = Lampu Halogen 12 Volt AC 20 Watt
 Fasa T-N = Lampu Halogen 12 Volt AC 10 Watt
20

a. PHB Tegangan Rendah (TR)


b. PHB Tegangan Menengah (TM)
c. PHB Tegangan Tinggi (TT)
Yang dimaksud dengan PHB TR adalah Perlengkapan Hubung Bagi
yang dipasang pada sisi TR atau sisi sekunder Trafo sebuah gardu
Distribusi dan banyak dijumpai pada Gardu Trafo Tiang (GTT). PHB TR
yang terpasang pada Gardu Trafo Tiang berbentuk lemari besi yang
didalamnya terdapat komponenkomponen antara lain:
a. Kerangka atau Rak TR
b. Saklar Utama
c. NH Fuse Utama
d. Rel Tembaga
e. NH Fuse jurusan
f. Isolator penumpu Rel
g. Sirkuit Pengukuran
h. Alat ukur Ampere dan Volt meter
i. Trafo Arus (CT)
j. Sistem Pembumian
k. Lampu Kontrol / Indikator

PHB-TR sebagai penghubung dan pembagi atau pendistribusian


tenaga listrik dari output trafo sisi tegangan rendah TR ke rel pembagi
dan diteruskan ke Jaringan Tegangan Rendah (JTR) melalui kabel
jurusan (Opstyg Cable) yang diamankan oleh NH-Fuse jurusan masing-
masing. Untuk mengetahui besarnya beban maupun tegangan, dilakukan
pengukuran pada saat di perlukan menggunakan peralatan ukur portable
seperti AVO Meter atau Tang Ampere. Untuk kontruksi dari PHB-TR
dengan beberapa peralatannya yang harus dilindungi dari arus bocor.
Gambar 2.6 Ditunjukkan untuk konstruksi box PHB-TR 4 Jurusan.
74

1. Analisa pengujian untuk kondisi 1

Tabel 4. 8 Data Pengujian Kondisi 1

Pada pengujian Kondisi 1 untuk data dapat dilihat di Tabel 4.7


dilakukan pada keadaan beban seimbang.Dimana berdasarkan
persamaan 2.4 sampai persamaan 2.8 dapat dilakukan cuplik
perhitungan untuk nilai ketidakseimbangan beban untuk alat ukur
sebagai berikut:

I𝑅 +I𝑆 +I𝑇
 I𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎 =
3
0,84+0,83+0,84
I𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎 =
3
2,51
I𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎 = 3
I𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎 = 0,8367 𝐴

𝐼𝑎 𝐼𝑏 𝐼𝑐
 𝐼𝑎 = 𝐼𝑎 = 𝐼𝑎 =
𝐼 𝐼 𝐼
0,84 0,83 0,84
𝐼𝑎 = 𝐼𝑎 = 𝐼𝑎 =
0,8367 0,8367 0,8367
𝐼𝑎 = 1,0039 𝐼𝑎 = 0,9919 𝐼𝑎 = 1,0039

[|Ia-1|+|Ib-1|+|Ic-1|]
 % Ketidakseimbangan = x 100
3
[|1,0039-1|+|0,9919-1|+|1,0039-1|]
% Ketidakseimbangan = x 100
3
% Ketidakseimbangan = 0,5312 = 0,53 %

Menurut teori, apabila beban ada pada keadaan seimbang


seharusnya tidak ada arus yang mengalir di sisi netral, namun pada hasil
percobaan integrasi ini didapatkan ketidakseimbangan beban sebesar
75

0,5% hal ini disebabkan beban yang digunakan saat percobaan dan yang
terukur tidak benar-benar sama rata besarnya. Lalu, hasil %error
pembacaan tiap fasa besarnya ketidakseimbangan dibawah 25%. Dan
tidak timbulnya arus bocor karena lampu yang digunakan sebagai arus
bocor tidak dihubungkan pada rangkaian.Pada kondisi ini Notifikasi
berupa peringatan tidak dikirimkan karena arus netral dan arus bocor
masih ada dalam kondisi aman. Gambar 4.17 menampilkan hasil dari
monitoring arus saat kondisi 1 di OpenLog Data Logger yang juga
digunakan sebagai database .

Gambar 4. 17 Data yang di simpan data logger saat Kondisi 1.


24

proteksi yang disediakan oleh gawai arus bocor memberikan dua macam
pengamanan yatu:
a. Pengamanan manusia
b. Pengamanan peralatan atau pengamanan api

Pengamanan manusia terjadi apabila manusia memegang


langsung kawat atau kabel fasa bertegangan, pengamanan terhadap
resiko kontak langsung dapat berupa:
a. Isolasi kabel fasa tegangan
b. Boks panel

Standar IEC sudah menetapkan pemasangan gawai arus bocor


dengan sensitifitas 300 mA jika pengaman manusia dibutuhkan. Dimana
gawai arus bocor akan otomatis trip apabila arus bocor yang terdeteksi
melebihi ambang batas 300 mA. Apabila manusia memegang bagaian
logam yang bertegangan akibat kegagalan isolasi, besarnya arus bocor
tergantung pada resistansi bocor dan penyambungan netral. Standar IEC
yang relevan meliputi : IEC 60364, IEC 60479 series, IEC 61008, IEC
61009, dan IEC 60947-2.Telah diketahui bahwa arus bocor 300 mA pada
dua titik kontak dua logam bertegangan yang berdekatan dapat
menimbulkan percikan api. Sistem pembumian yang digunakan untuk
pengaman terhadap api haruslah dilengkapi dengan sensitifitas pengaman
kurang dari 300 mA. Jika kenaikan temperature yang berlangsung lama
yang disebabkan oleh arus bocor dapat mengurangi umur trafo karena
dapat menyebabkan kegagalan isolasi total.

2.14 STM32F103C8T6

ARM STM32F103C8T6 merupakan mikrokontroler dengan


berbasis Digital Signal Processing (DSP) yang dilengkapi dengan
hardware Floating Point Unit (FPU) sehingga memiliki kemampuan
clock atau perhitungan bilangan yang lebih cepat disbanding
mikrokontroler tanpa FPU. Bentuk Modul ARM STM32F103C8T6
ditunjukkan pada Gambar 2.7.
77

Dari pengujian Kondisi 2, Untuk nilai % ketidakseimbangan


dibawah 9%, kemudian hasil error pembacaan tiap fasa besarnya masih
di bawah 10%. Di kondisi ini notifikasi berupa peringatan tidak
dikirimkan karena arus netral masih ada dalam kondisi aman dan tidak
arus bocor yang mengalir . Gambar 4.18 menampilkan hasil dari
monitoring arus saat kondisi 2 di OpenLog Data Logger yang juga
digunakan sebagai database.

Gambar 4. 18 Data yang di simpan data logger saat Kondisi 2.


78

3. Analisa untuk pengujian kondisi 3

Tabel 4. 10 Data Pengujian Kondisi 3

Pada pengujian Kondisi 3 di Tabel 4.9 dilakukan pada keadaan


beban tidak seimbang namun arus di netral masih dalam keadaan aman
dan arus bocor tidak mengalir. Dimana berdasarkan persamaan 2.4
sampai persamaan 2.8 dapat dilakukan cuplik perhitungan untuk nilai
ketidakseimbangan beban untuk alat ukur sebagai berikut:

I𝑅 +I𝑆 +I𝑇
 I𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎 =
3
1,56+1,70+1,54
I𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎 = 3
4,8
I𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎 = 3
I𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎 = 1,6 𝐴

𝐼𝑎 𝐼𝑏 𝐼𝑐
 𝐼𝑎 = 𝐼𝑎 = 𝐼𝑎 =
𝐼 𝐼 𝐼
1,56 1,70 1,54
𝐼𝑎 = 𝐼𝑎 = 𝐼𝑎 =
1,6 1,6 1,6
𝐼𝑎 = 0,975 𝐼𝑎 = 1,0625 𝐼𝑎 = 0,9625

[|Ia-1|+|Ib-1|+|Ic-1|]
 % Ketidakseimbangan = x 100
3
[|0,975-1|+|1,0625-1|+|0,9625-1|]
% Ketidakseimbangan = x 100
3
% Ketidakseimbangan = 4,2666667 = 4,27 %

Dari pengujian Kondisi 3, hasil error pembacaan tiap fasa


besarnya masih di bawah 10%. Di kondisi ini notifikasi berupa
79

peringatan tidak dikirimkan karena arus netral dan arus bocor masih ada
dalam kondisi aman. Gambar 4.19 menampilkan hasil dari monitoring
arus saat kondisi 3 di OpenLog Data Logger yang juga digunakan sebagai
database.

Gambar 4. 19 Data yang di simpan data logger saat Kondisi 3.


28

Sumber: https://datasheetspdf.com/pdf/1004704/XiDiTechnology/SCT-
013-030/1

Gambar 2. 14 Sensor Arus SCT-013-030

2.16 RTC (REAL TIME CLOCK)

RTC adalah singkatan dari Real Time Clock yang merupakan jam
bertenaga baterai yang termasuk dalam microchip di motherboard
komputer. Microchip ini biasanya terpisah dari mikroprosesor dan chip
lainnya dan sering disebut sebagai “CMOS” (semikonduktor oksida
logam komplementer). Memori kecil pada microchip ini menyimpan
deskripsi sistem atau nilai pengaturan yang termasuk nilai waktu saat
ini yang disimpan oleh jam waktu-nyata. Yang digunakan pada
pembuatan alat ini yaitu RTC dengan jenis DS3231 ,RTC jenis ini
sudah umum diketahui karena memiliki tingkat keakuratan yang lebih
baik dari seri DS1307. Berikut ini merupakan bentuk Gambar 2.10.
RTC DS3231.

Sumber : http://www.labelektronika.com/2016/10/cara-program-rtc-
ds3231-menggunakan-Arduino.html

Gambar 2. 15 RTC DS3231


81

Dari pengujian Kondisi 4, hasil error pembacaan tiap fasa


besarnya masih di bawah 25%. Di kondisi ini notifikasi berupa
peringatan tidak dikirimkan karena arus netral masih ada dalam kondisi
aman dan tidak ada arus bocor. Gambar 4.20 menampilkan hasil dari
monitoring arus saat kondisi 4 di OpenLog Data Logger yang juga
digunakan sebagai database.

Gambar 4. 20 Data yang di simpan data logger saat Kondisi 4.


82

5. Analisa untuk pengujian kondisi 5

Tabel 4. 12 Data Pengujian Kondisi 5

Pada pengujian Kondisi 5 seperti pada data di Tabel 4.11


dilakukan pada keadaan beban tidak seimbang dengan nilai arus di netral
dalam keadaan ketidakseimbangan bebannya diatas 10% dan Arus Bocor
mengalir mengalir melebihi 300 mA. Dimana berdasarkan persamaan
2.4 sampai persamaan 2.8 dapat dilakukan cuplik perhitungan untuk
nilai ketidakseimbangan beban untuk alat ukur sebagai berikut:

I𝑅 +I𝑆 +I𝑇
 I𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎 = 3
1,88+1,56+0,85
I𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎 = 3
4,29
I𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎 = 3
I𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎 = 1,43 𝐴

𝐼𝑎 𝐼𝑏 𝐼𝑐
 𝐼𝑎 = 𝐼𝑎 = 𝐼𝑎 =
𝐼 𝐼 𝐼
1,88 1,56 0,85
𝐼𝑎 = 𝐼𝑎 = 𝐼𝑎 =
1,43 1,43 1,43
𝐼𝑎 = 1,3146 𝐼𝑎 = 1,0909 𝐼𝑎 = 0,5944

[|Ia-1|+|Ib-1|+|Ic-1|]
 % Ketidakseimbangan = x 100
3
[|1,3146-1|+|1,0909-1|+|0,5944-1|]
% Ketidakseimbangan = x 100
3
% Ketidakseimbangan = 27,0396 = 27,03 %
29

2.17 DATA LOGGER

Data logger adalah perangkat elektronik yang mencatat data


selama waktu tertentu. Komponen datalogger terdiri dari sensor atau
instrumen baik itu internal maupun eksternal. Datalogger umumnya
berukuran kecil, bertenaga baterai, portabel, dan dilengkapi dengan
mikroprosesor, memori internal untuk penyimpanan data, dan sensor.
Data logger biasanya kompak, sumber daya dari baterai yang
dilengkapi dengan mikroprosessor internal, penyimpanan data dan satu
atau lebih sensor. Peralatan tersebut dapat digunakan di dalam ruangan
,di luar ruangan dan dapat merekam data hingga sebulan pada satu
waktu, tanpa pengawasan. Sebuah datalogger mungkin terdiri dari satu
unit perangkat yang berdiri sendiri dengan sensor internal, atau
mungkin multi-channel instrumen pengumpulan data yang dilengkapi
dengan satu atau lebih sensor eksternal.
Dalam bentuk yang paling dasar, data logging bertugas
mengukur dan merekam parameter fisik atau elektrik selama periode
waktu tertentu. Berbagai macam perangkat dapat mengukur dan log
data - dari dasar, perangkat pengukuran tunggal untuk sistem yang
kompleks dengan fungsi analisis built-in dan menampilkan.

2.18 SD CARD

Secure Digital (SD) adalah format kartu memori non-volatile yang


dikembangkan oleh SD Card Association (SDA) untuk digunakan pada
perangkat portable.
Standar tersebut diperkenalkan pada bulan Agustus 1999 melalui upaya
bersama antara SanDisk, Panasonic (Matsushita Electric) dan Toshiba
sebagai perbaikan atas MultiMediaCards (MMC), dan telah menjadi
standar industri. Ketiga perusahaan tersebut membentuk SD-3C, LLC,
perusahaan yang melisensikan dan memberlakukan hak kekayaan
intelektual yang terkait dengan kartu memori SD dan host SD dan
produk tambahan.
Secure Digital mencakup empat keluarga kartu yang tersedia dalam
tiga ukuran berbeda. Keempat keluarga tersebut adalah StandardCapacity
(SDSC) asli, High-Capacity (SDHC), SDXC, dan SDIO, yang
menggabungkan fungsi input / output dengan penyimpanan data. Tiga
faktor bentuknya adalah ukuran aslinya, ukuran mini, dan ukuran mikro.
Adaptor pasif secara elektrik memungkinkan kartu yang lebih kecil untuk
muat dan berfungsi pada perangkat yang dibangun untuk kartu yang lebih
84

6. Analisa untuk pengujian kondisi 6

Tabel 4. 13 Data Pengujian Kondisi 6

Pada pengujian Kondisi 6 seperti pada data di Tabel 4.12


dilakukan pada keadaan beban seimbang dan terdapat arus bocor
mengalir di saluran grounding melebih nilai 300mA . Dimana
berdasarkan persamaan 2.4 sampai persamaan 2.8 dapat dilakukan
cuplik perhitungan untuk nilai ketidakseimbangan beban untuk alat ukur
sebagai berikut:

I𝑅 +I𝑆 +I𝑇
 I𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎 =
3
1,57+1,53+1,59
I𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎 =
3
1,563
I𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎 = 3
I𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎 = 0,521 𝐴

𝐼𝑎 𝐼𝑏 𝐼𝑐
 𝐼𝑎 = 𝐼𝑎 = 𝐼𝑎 =
𝐼 𝐼 𝐼
1,57 1,53 1,59
𝐼𝑎 = 𝐼𝑎 = 𝐼𝑎 =
0,521 0,521 0,521
𝐼𝑎 = 3,0134 𝐼𝑎 = 2,9366 𝐼𝑎 = 3,0518

[|Ia-1|+|Ib-1|+|Ic-1|]
 % Ketidakseimbangan = x 100
3
[|3,0134-1|+|2,9366-1|+|3,0518-1|]
% Ketidakseimbangan = x 100
3
% Ketidakseimbangan = 1,3214 = 1,32 %
85

Pada kondisi ini notifikasi berupa peringatan berhasil


dikirimkan karena besar arus bocor yang terjadi pada sistem sudah
melebihi batas normal yang ditoleransi.Gambar 4.22 menampilkan hasil
dari monitoring arus saat kondisi 6 di OpenLog Data Logger yang juga
digunakan sebagai database.

Gambar 4. 22 Data yang di simpan data logger saat Kondisi 6.


86

7. Analisa untuk pengujian kondisi 7

Tabel 4. 14 Data Pengujian Kondisi 7

Pada pengujian Kondisi 7 seperti pada data di Tabel 4.13


dilakukan pada keadaan beban tidak seimbang dan tidak terdapat arus
bocor mengalir di saluran grounding. Dimana berdasarkan persamaan
2.4 sampai persamaan 2.8 dapat dilakukan cuplik perhitungan untuk
nilai ketidakseimbangan beban untuk alat ukur sebagai berikut:

I𝑅 +I𝑆 +I𝑇
 I𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎 = 3
0,83+4,13+3,98
I𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎 =
3
2,98
I𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎 =
3
I𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎 = 0,9933 𝐴

𝐼𝑎 𝐼𝑏 𝐼𝑐
 𝐼𝑎 = 𝐼𝑎 = 𝐼𝑎 =
𝐼 𝐼 𝐼
0,83 4,13 3,98
𝐼𝑎 = 𝐼𝑎 = 𝐼𝑎 =
0,9933 0,9933 0,9933
𝐼𝑎 = 0,8355 𝐼𝑎 = 4,1578 𝐼𝑎 = 4,0068

[|Ia-1|+|Ib-1|+|Ic-1|]
 % Ketidakseimbangan = x 100
3
[|0,8355-1|+|4,1578-1|+|4,0068-1|]
% Ketidakseimbangan = x 100
3
% Ketidakseimbangan = 48,0984 = 48,09 %

Di kondisi ini notifikasi berupa peringatan berhasil dikirimkan


karena ketidakseimbangan beban melebihi 25% dan arus netral dianggap
87

tidak aman yang terjadi pada sistem sudah melebihi batas normal yang
ditoleransi. Gambar 4.23 menampilkan hasil dari monitoring arus saat
kondisi 7 di OpenLog Data Logger yang juga digunakan sebagai
database.

Gambar 4. 23 Data yang di simpan data logger saat Kondisi 7.

Dari Kondisi 1 sampai Kondisi 4 diketahui tidak ada atau tidak


terdapat kondisi saat beban melebihi batas ketidakseimbangan beban
yang dianggap bahwa nilai arus netral terukur dianggap dalam kondisi
tidak aman serta kondisi yang tidak melebihi batas dari nilai arus bocor
yang membahayakan. Akan tetapi pada kondisi 5 ,kondisi 6 ,dan kondisi
88

7 dapat di ketahui bahwa terdapat kondisi nilai beban dan arus melebihi
batas yang telah di tentukan , kondisi tersebut yang mengakibatkan
munculnya peringatan dan notifikasi pada gawai android yang digunakan
oleh petugas PLN , jika beban tidak seimbang melebihi 25% dan atau
arus bocor melebih 300mA serta dilengkapi dengan lokasi dalam bentuk
shortlink ke aplikasi Google Maps dari gardu trafo tiang yang
bermasalah. Yang selanjutnya kondisi - kondisi tersebut dan keseluruhan
pengujian integrasi maupun jalannya sistem integrasi yang terkirim pada
database website dapat juga di monitoring dan diakses pada website
cayenne , Di website terdapat 6 buah widget yang menunjukan nilai
pembacaan arus R, S, T ,N, Nilai ketidak seimbangan beban dan Nilai
Arus Bocor.Agar memudahkan dalam pengamatan dalam memonitoring
dapat mengakses ke alamat “https://cayenne.mydevices.com/cayenne/
dashboard/esp8266/f0c56540-c380-11ea-93bf-d33a96695544”.

Gambar 4. 24 Tampilan Saat Nilai Arus N, % Ketidakseimbangan Beban ,


dan Arus Bocor

Lalu tampilan data pada Cayenne dapat diatur secara private


maupun public. Gambar 4.23 dan Gambar 4.24 menampilkan tampilan
hasil web saat data uji sistem integrasi yang terkirim.
Terdapat kondisi delay ketika pengiriman data dari hardware ke
website , dimana delay waktu pengiriman sebesar 20 detik namun lama
waktu pengiriman tersebut bisa memakan waktu lebih dari 15 detik
karena tergantung pada kecepatan internet dan kepadatan traffic
pengiriman data ke dalam server website,selain itu pengiriman data ke
dalam web hanya dibatasi per 3 variabel pengiriman data, sedangkan data
36

(Halaman ini sengaja dikosongkan)


90

Gambar 4. 27 Notifikasi dan Peringatan ketika Kondisi 6

Gambar 4. 28 Notifikasi dan Peringatan ketika Kondisi 7


38

sistem isolasi atau sistem grounding yang jelek dan tidak memenuhi
standar juga dapat menyebabkan timbulnya arus bocor pada panel PHB-
TR. Serta penyebab lain dari kerusakan komponen penting pada gardu
trafo tiang.ketika transformator di bebani dengan tidak dibagi secara
seimbang sehingga menimbulkan arus netral pada sisi netral dari
transfomator yang digunakan.
Oleh karena itu diciptakan suatu alat untuk memonitoring arus
bocor adan arus netral pada komponen penting di gardu trafo tiang
dengan memasang sensor arus yang pertama dipasang pada saluran
grounding body trafo dan panel PHB-TR yang dimana pada keadaan di
lapangan saluran grounding tersebut di jumper karena memiliki fungsi
yang sama yaitu mentanahkan jika terjadi arus bocor pada peralatan.
Sensor arus SCT-013-10 tersebut akan membaca arus yang lewat pada
saluran grounding, jika arus melebihi 300 mA maka dapat diartikan
bahwa terdeteksi adanya arus bocor. Kemudian sensor arus SCT-013-30
pada setiap phase (R-S-T) di jurusan utama akan memprosentasekan
besar nilai arus netral dan serta sensor arus pada bus bar Fasa N berguna
membaca besar arus yang melewati sisi netral jika arus melebihi 300 mA
diartikan bawah terdeteksi adanya arus netral melebih batas sistem
(>25%).
Data yang dibaca oleh kelima sensor arus akan dikirimkan ke
microcontroller STM32F103C8T6, lalu microcontroller akan mengolah
data tersebut . Olahan data atau output di lapangan dapat dilihat pada
LCD , dan diproses oleh modul LoRa yang di transmisikan ke gateway
yang kemudian di kirim ke server database kemudi ditampilkan oleh
website berbasis open source dan aplikasi android yang memuat data
hasil pengukuran serta memberi notifikasi . notifikasi terjadi ketika hasil
pengukuran melebihi 300 mA dan batas normal maka dikirimkan
notifikasi kepada pegawai PLN melalui aplikasi andorid yang telah
teinstall di gawai mengenai besar arus yang melebihi 300 mA atau
pengecekan terhadap beban pada gardu trafo tiang terkait ,sedangkan
ketika pada Fasa N teraliri arus melebihi batas dari sistem,maka notifikasi
akan dikirimkan ke pegawai PLN , dengan dilengkapi fitur informasi
gardu serta pelacakan gardu ketika terdapat notifikasi.
39

3.2 PERENCANAAN DAN PEMBUATAN HARDWARE

Adapun untuk pembuatan perangkat keras Proyek Akhir ini dibagi


menjadi beberapa bagian sebagai berikut :

3.2.1 Perencanaan Board PCB

Pada alat ini untuk menjalankan sistemnya maka dirangkailah


board PCB untuk komunikasi ke tiap komponennya. Lain halnya pada
sistem yang menggunakan microcontroler unit arduino harus
menggunakan dua buah board PCB yang masing – masing memiliki
fungsi terendiri, sedanngkan untuk sistem yang digunakan ini
menggunakan microcontroller unit milik STM32F103C8T6 hanya
membutuhkan satu buah board PCB.

Gambar 3. 2 Rangkaian board PCB keseluruhan

Gambar 3. 3 Rangkain board PCB Keseluruhan 3D Model


BAB V

PENUTUP

Pada bab ini terdiri dari kesimpulan dan saran dari proses pengerjaan
Proyek Akhir ini.

5.1 KESIMPULAN

Dari perencanaan dan pembuatan sistem yang telah dibuat kemudian


dilakukan pengujian parsial dan pengujian integrasi maka diperoleh
kesimpulan sebagai berikut :

1. Sensor tipe clamp SCT memiliki hasil pengukuran yang cukup


bagus. Dari pengujian parsial, error pengukuran yang didapat
tidak melebihi 5%.
2. Sistem monitoring menggunakan transmisi radio berfrekuensi
rendah sehingga tidak ada masalah untuk sinyal atau koneksi
internet. Akan tetapi saat melakukan penggunggahan data ke
server web Cayenne memiliki delay 20 detik.
3. Pembacaan sensor arus akan memiliki akurasi pembacaan yang
lebih tinggi ketika arus yang terbaca semakin besar.
4. Data yang ditampilkan per sesi untuk pengiriman menggunakan
LoRa ini untuk web Cayenne dibatasi per 3 variabel data.
5. Ketidakseimbangan beban mengakibatkan arus yang mengalir
di sisi netral semakin besar sehingga menyebabkan losses yang
menyebabkan efisiensi trafo menurun.
6. Hasil pengujian integrasi menunjukkan nilai arus netral
menunjukkan hasil yaitu paling kecil sebesar 2,45 A dan paling
besar yaitu 8,34 A.
7. Hasil pengujian integrasi menunjukkan nilai arus bocor
menunjukkan hasil yaitu paling kecil sebesar 0 A dan paling
besar yaitu 0,81 A.

93
94

5.2 SARAN

Pada pengerjaan proyek akhir ini tidak lepas dari berbagai macam
kelemahan dan kesalahan, baik itu pada perencanaan sistem maupun pada
peralatan yang telah dibuat. Untuk memperbaiki kekurangan tersebut
serta sebagai masukan untuk perbaikan sistem menjadi lebih sempurna
ke depannya maka diberikan saran sebagai berikut :
1. Dalam pembuatan alat selalu perhatikan situasi serta kondisi yang
ada dan selalu tanggap akan selalu kondisi yang ada agar lebih
matang.
2. Proses upload data ke web Cayenne masih memerlukan delay
yang cukup lama, sehingga selanjutnya dapat dikembangkan
dengan menggunakan jasa opensource atau yang lain agar data
dapat diakses lebih real time lagi.
3. Perencanaan beban kedepannya lebih baik dalam pengujiannya .
4. Melakukan pengujian dengan lebih detail dan teliti di dalam
laboratorium.
5. Pengembangan kedepan dapat di lakukan penambahan kontrol
dalam pemakaian konsep IoT
6. Pengembangan kedepan dapat dimulai dengan memperkecil
ukuran alat dan membuat alat lebih praktis , kuat dan tahan akan
segaja jenis kondisi lingkungan.
DAFTAR PUSTAKA

[1] Hanhan Maulana, Sistem Pemetaan Gardu Listrik Di PLN


UPJ Cileungsi Berbasis Desktop, Tugas Akhir Universitas
Komputer Indonesia.2013.
[2] N. K. Adhuna, M.H. Purnomo, A. Priyadi, Perancangan
Prototipe Monitoring Parameter-parameter Transformator
Daya secara Online Berbasis Mikrokontroler, Jurnal Teknik
POMITS. 2012.
[3] R. A. Firmansyah, T. Suheta, D. Antoni, Perancangan Alat
Monitoring dan Penyimpanan Data Pada Panel Hubung
Tegangan Rendah di Trafo Gardu Distribusi Berbasis
Mikrokontroler, 2015. Seminar Nasional Sains dan Teknologi
Terapan III. hlm. 127-132.
[4] Arghavani, Hossein, M. Peyravi. 2017, Unbalanced
CurrentBased Tariff. 2017. IET Journals. Tehran.
[5] Rizka Novita Sari, Monitoring Arus Beban pada Sekunder
Trafo Distribusi Menggunakan Mikrokontroler, Tugas
Akhir, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya, 2014.
[6] Julius Sentosa Setiadji, Tabrani Machmudsyah, Rusli
Kongdoro, Analisa Gangguan Satu Fasa ke Tanah yang
Mengakibatkan Sympathetic Trip pada Penyulang yang
tidak Terganggu di PLN APJ Surabaya Selatan, Jurnal
Universitas Kristen Petra. 2006.
[7] Krisna Sadewa, Iqbal Asad Kustsuro, Desain dan Prototipe
Sistem Deteksi Gangguan Impedansi Tinggi pada SUTM
20kV dengan Sistem Pelaporan Gangguan Menggunakan
Komunikasi Data Modul GSM, Tugas Akhir, Institut
Teknologi Sepuluh Nopember. 2017.
[8] Yasyfin Nur Muhammad, Perencanaan Peralatan Deteksi
Arus Bocor Lightning Arrester pada Trafo Distribusi 20kV
dengan Microcontroller, Tugas Akhir, Institut Teknologi
Sepuluh Nopember. 2013.
[9] Dahlan, Moh, Akibat Ketidakseimbangan Beban Terhadap
Arus Netral dan Losses Pada Transformator Distribusi,
Kudus.
[10] Kontributor PLN, Pemberlakuan Konstruksi Jaringan
Distribusi PT. PLN (Persero) Distribusi Jawa Timur, PLN,
Edisi 2013, 2013.

95
96

(Halaman ini sengaja dikosongkan)


LAMPIRAN
PROGRAM

/* USER CODE BEGIN Header */


/**

**********************************************************
********************
* @file : main.c
* @brief : Main program body

**********************************************************
********************
* @attention
*
* <h2><center>&copy; Copyright (c) 2020 STMicroelectronics.
* All rights reserved.</center></h2>
*
* This software component is licensed by ST under BSD 3-Clause
license,
* the "License"; You may not use this file except in compliance with
the
* License. You may obtain a copy of the License at:
* opensource.org/licenses/BSD-3-Clause
*

**********************************************************
********************
*/
/* USER CODE END Header */

/* Includes ------------------------------------------------------------------*/
#include "main.h"
#include "cmsis_os.h"

/* Private includes ----------------------------------------------------------*/


/* USER CODE BEGIN Includes */
#include "lcd.h"
#include "ds3231.h"
#include "openlog.h"
#include <math.h>

97
98

/* USER CODE END Includes */

/* Private typedef -----------------------------------------------------------*/


/* USER CODE BEGIN PTD */

/* USER CODE END PTD */

/* Private define ------------------------------------------------------------*/


/* USER CODE BEGIN PD */

/* USER CODE END PD */

/* Private macro -------------------------------------------------------------*/


/* USER CODE BEGIN PM */

/* USER CODE END PM */

/* Private variables ---------------------------------------------------------*/


ADC_HandleTypeDef hadc1;
DMA_HandleTypeDef hdma_adc1;

I2C_HandleTypeDef hi2c1;

UART_HandleTypeDef huart1;
UART_HandleTypeDef huart2;

_RTC rtc;

osThreadId displayTaskHandle;
osThreadId getSensorTaskHandle;
osThreadId sendDataTaskHandle;
osThreadId logDataTaskHandle;

/* USER CODE BEGIN PV */

#define BUFFER_PHASE_SIZE 100


#define V_OFFSET 2.5
float i;
float phase_R, phase_S, phase_T, phase_N, phase_L;
99

float temp_phase_R, temp_phase_S, temp_phase_T, temp_phase_N,


temp_phase_L;
float Arus_a, Arus_b, Arus_c, Arus_avg, u;
float offset_R, offset_S, offset_T, offset_N, offset_L;
uint16_t dataADC[5];
float v_adcR[BUFFER_PHASE_SIZE], rmsVADC_R;
float v_adcS[BUFFER_PHASE_SIZE], rmsVADC_S;
float v_adcT[BUFFER_PHASE_SIZE], rmsVADC_T;
float v_adcN[BUFFER_PHASE_SIZE], rmsVADC_N;
float v_adcL[BUFFER_PHASE_SIZE], rmsVADC_L;

bool sdCardState = 0;

float phase_R, phase_S, phase_T, phase_L, phase_N;


/* USER CODE END PV */

/* Private function prototypes -----------------------------------------------*/


void SystemClock_Config(void);
static void MX_GPIO_Init(void);
static void MX_DMA_Init(void);
static void MX_ADC1_Init(void);
static void MX_I2C1_Init(void);
static void MX_USART1_UART_Init(void);
static void MX_USART2_UART_Init(void);
void StartDisplayTask(void const * argument);
void StartGetSensorTask(void const * argument);
void StartSendDataTask(void const * argument);
void StartLogDataTask(void const * argument);

/* USER CODE BEGIN PFP */

/* USER CODE END PFP */

/* Private user code ---------------------------------------------------------*/


/* USER CODE BEGIN 0 */

/* USER CODE END 0 */

/**
* @brief The application entry point.
100

* @retval int
*/
int main(void)
{
/* USER CODE BEGIN 1 */

/* USER CODE END 1 */

/* MCU Configuration--------------------------------------------------------*/

/* Reset of all peripherals, Initializes the Flash interface and the


Systick. */
HAL_Init();

/* USER CODE BEGIN Init */

/* USER CODE END Init */

/* Configure the system clock */


SystemClock_Config();

/* USER CODE BEGIN SysInit */

/* USER CODE END SysInit */

/* Initialize all configured peripherals */


MX_GPIO_Init();
MX_DMA_Init();
MX_ADC1_Init();
MX_I2C1_Init();
MX_USART1_UART_Init();
MX_USART2_UART_Init();
/* USER CODE BEGIN 2 */
if( HAL_ADC_Start(&hadc1) != HAL_OK)
return 0;
if (HAL_ADC_Start_DMA(&hadc1, (uint32_t*)dataADC, 5)
!= HAL_OK)
return 0;

DS3231_Init(&hi2c1);
48

Gambar 3. 11 Perencaan Box Akrilik (Tampak Depan dan Tampak Samping)

3.3 PERENCANAAN DAN PEMBUATAN SOFTWARE

Adapun untuk pembuatan perangkat lunak dari proyek akhir ini


dibagi menjadi sebagai berikut ini :

3.3.1 Perencanaan MyDevices Cayenne

Pada perencanaan web Cayenne ini, sumber data dari


mikrokontroller , dengan data yang berupa variabel yang sama , yang
ditampilkan di LCD yang dirikirimkan ke LoRa SX1276, kemudian data
dikirim ke LoRa Gateway , setelah dari LoRa Gateway data di kirim ke
Server Cayenne melalui koneksi internet .MyDevices Cayenne adalah
platform IoT yang dapat mengumpulkan, menyimpan, menganalisis,
memvisualisasikan, dan bertindak atas data yang dikhusus kan untuk
pengguna hardware tertentu yang salah satunya adalah LoRa Gateway.
102

temp = (dataADC[3] * 3.3) / 4095;


temp_phase_S += temp;
temp = (dataADC[4] * 3.3) / 4095;
temp_phase_T += temp;
temp = (dataADC[0] * 3.3) / 4095;
temp_phase_N += temp;
temp = (dataADC[1] * 3.3) / 4095;
temp_phase_L += temp;
}
HAL_Delay(1);
}
offset_R = temp_phase_R / (BUFFER_PHASE_SIZE * 10);
offset_S = temp_phase_S / (BUFFER_PHASE_SIZE * 10);
offset_T = temp_phase_T / (BUFFER_PHASE_SIZE * 10);
offset_N = temp_phase_N / (BUFFER_PHASE_SIZE * 10);
offset_L = temp_phase_L / (BUFFER_PHASE_SIZE * 10);
/* USER CODE END 2 */

/* USER CODE BEGIN RTOS_MUTEX */


/* add mutexes, ... */
/* USER CODE END RTOS_MUTEX */

/* USER CODE BEGIN RTOS_SEMAPHORES */


/* add semaphores, ... */
/* USER CODE END RTOS_SEMAPHORES */

/* USER CODE BEGIN RTOS_TIMERS */


/* start timers, add new ones, ... */
/* USER CODE END RTOS_TIMERS */

/* USER CODE BEGIN RTOS_QUEUES */


/* add queues, ... */
/* USER CODE END RTOS_QUEUES */

/* Create the thread(s) */


/* definition and creation of displayTask */
osThreadDef(displayTask, StartDisplayTask, osPriorityNormal, 0,
128);
displayTaskHandle = osThreadCreate(osThread(displayTask), NULL);

/* definition and creation of getSensorTask */


49

Gambar 3. 12 Perencanaan desain di web Cayenne untuk browser

Gambar 3. 13 Perencanaan desain di web Cayenne untuk Android

Data yang telah terkirim pada web Cayenne akan disimpan


secara otomatis pada server web dan ditampilkan ke laman web, dan
dapat diunduh dengan bentuk file berupa .csv. Gambar 3.9 dan Gambar
3.10 merupakan tampilan desain web monitoring pada Cayenne yang
terdapat 6 buah widget yang menampilkan angka untuk nilai arus pada
Phase R, Phase S, Phase T, Arus Netral, Arus Bocor, dan %
Ketidakseimbangan Beban. Kemudian setelah perencanaan desain
dilanjutkan dengan perencanaan notifikasi atau trigger yang dikirimkan
104

* @brief System Clock Configuration


* @retval None
*/
void SystemClock_Config(void)
{
RCC_OscInitTypeDef RCC_OscInitStruct = {0};
RCC_ClkInitTypeDef RCC_ClkInitStruct = {0};
RCC_PeriphCLKInitTypeDef PeriphClkInit = {0};

/** Initializes the CPU, AHB and APB busses clocks


*/
RCC_OscInitStruct.OscillatorType =
RCC_OSCILLATORTYPE_HSE;
RCC_OscInitStruct.HSEState = RCC_HSE_ON;
RCC_OscInitStruct.HSEPredivValue = RCC_HSE_PREDIV_DIV1;
RCC_OscInitStruct.HSIState = RCC_HSI_ON;
RCC_OscInitStruct.PLL.PLLState = RCC_PLL_ON;
RCC_OscInitStruct.PLL.PLLSource = RCC_PLLSOURCE_HSE;
RCC_OscInitStruct.PLL.PLLMUL = RCC_PLL_MUL9;
if (HAL_RCC_OscConfig(&RCC_OscInitStruct) != HAL_OK)
{
Error_Handler();
}
/** Initializes the CPU, AHB and APB busses clocks
*/
RCC_ClkInitStruct.ClockType =
RCC_CLOCKTYPE_HCLK|RCC_CLOCKTYPE_SYSCLK

|RCC_CLOCKTYPE_PCLK1|RCC_CLOCKTYPE_PCLK2;
RCC_ClkInitStruct.SYSCLKSource =
RCC_SYSCLKSOURCE_PLLCLK;
RCC_ClkInitStruct.AHBCLKDivider = RCC_SYSCLK_DIV1;
RCC_ClkInitStruct.APB1CLKDivider = RCC_HCLK_DIV2;
RCC_ClkInitStruct.APB2CLKDivider = RCC_HCLK_DIV1;

if (HAL_RCC_ClockConfig(&RCC_ClkInitStruct,
FLASH_LATENCY_2) != HAL_OK)
{
Error_Handler();
}
PeriphClkInit.PeriphClockSelection = RCC_PERIPHCLK_ADC;
50

oleh web Cayenne. Seperti tampak pada Gambar 3.11 Notifikasi yang
dibuat di Cayenne.

Gambar 3. 13 Perencanaan Notifikasi di web Cayenne


106

sConfig.Rank = ADC_REGULAR_RANK_1;
sConfig.SamplingTime = ADC_SAMPLETIME_1CYCLE_5;
if (HAL_ADC_ConfigChannel(&hadc1, &sConfig) != HAL_OK)
{
Error_Handler();
}
/** Configure Regular Channel
*/
sConfig.Channel = ADC_CHANNEL_5;
sConfig.Rank = ADC_REGULAR_RANK_2;
if (HAL_ADC_ConfigChannel(&hadc1, &sConfig) != HAL_OK)
{
Error_Handler();
}
/** Configure Regular Channel
*/
sConfig.Channel = ADC_CHANNEL_6;
sConfig.Rank = ADC_REGULAR_RANK_3;
if (HAL_ADC_ConfigChannel(&hadc1, &sConfig) != HAL_OK)
{
Error_Handler();
}
/** Configure Regular Channel
*/
sConfig.Channel = ADC_CHANNEL_7;
sConfig.Rank = ADC_REGULAR_RANK_4;
if (HAL_ADC_ConfigChannel(&hadc1, &sConfig) != HAL_OK)
{
Error_Handler();
}
/** Configure Regular Channel
*/
sConfig.Channel = ADC_CHANNEL_8;
sConfig.Rank = ADC_REGULAR_RANK_5;
if (HAL_ADC_ConfigChannel(&hadc1, &sConfig) != HAL_OK)
{
Error_Handler();
}
/* USER CODE BEGIN ADC1_Init 2 */

/* USER CODE END ADC1_Init 2 */


107

/**
* @brief I2C1 Initialization Function
* @param None
* @retval None
*/
static void MX_I2C1_Init(void)
{

/* USER CODE BEGIN I2C1_Init 0 */

/* USER CODE END I2C1_Init 0 */

/* USER CODE BEGIN I2C1_Init 1 */

/* USER CODE END I2C1_Init 1 */


hi2c1.Instance = I2C1;
hi2c1.Init.ClockSpeed = 100000;
hi2c1.Init.DutyCycle = I2C_DUTYCYCLE_2;
hi2c1.Init.OwnAddress1 = 0;
hi2c1.Init.AddressingMode = I2C_ADDRESSINGMODE_7BIT;
hi2c1.Init.DualAddressMode = I2C_DUALADDRESS_DISABLE;
hi2c1.Init.OwnAddress2 = 0;
hi2c1.Init.GeneralCallMode = I2C_GENERALCALL_DISABLE;
hi2c1.Init.NoStretchMode = I2C_NOSTRETCH_DISABLE;
if (HAL_I2C_Init(&hi2c1) != HAL_OK)
{
Error_Handler();
}
/* USER CODE BEGIN I2C1_Init 2 */

/* USER CODE END I2C1_Init 2 */

/**
* @brief USART1 Initialization Function
* @param None
108

* @retval None
*/
static void MX_USART1_UART_Init(void)
{

/* USER CODE BEGIN USART1_Init 0 */

/* USER CODE END USART1_Init 0 */

/* USER CODE BEGIN USART1_Init 1 */

/* USER CODE END USART1_Init 1 */


huart1.Instance = USART1;
huart1.Init.BaudRate = 9600;
huart1.Init.WordLength = UART_WORDLENGTH_8B;
huart1.Init.StopBits = UART_STOPBITS_1;
huart1.Init.Parity = UART_PARITY_NONE;
huart1.Init.Mode = UART_MODE_TX_RX;
huart1.Init.HwFlowCtl = UART_HWCONTROL_NONE;
huart1.Init.OverSampling = UART_OVERSAMPLING_16;
if (HAL_UART_Init(&huart1) != HAL_OK)
{
Error_Handler();
}
/* USER CODE BEGIN USART1_Init 2 */

/* USER CODE END USART1_Init 2 */

/**
* @brief USART2 Initialization Function
* @param None
* @retval None
*/
static void MX_USART2_UART_Init(void)
{

/* USER CODE BEGIN USART2_Init 0 */

/* USER CODE END USART2_Init 0 */


BAB IV

PENGUJIAN DAN ANALISA

Dalam bab ini akan dibahas tentang pengujian dan analisa per
bagian pada sistem sesuai dengan perencanan yang telah dilakukan pada
Bab III. Pengujian dilakukan untuk mendapatkan evaluasi terhadap
keluaran dari sistem agar diperoleh kinerja yang sesuai dengan harapan.
Pengujian yang dilakukan adalah:
1. Pengujian LCD 20X4
2. Pengujian RTC DS3231
3. Pengujian Openlog Data Logger
4. Pengujian LoRa SX1276
5. Pengujian Sensor Arus SCT-013-030 dan SCT-013-010
6. Pengujian mengirim data ke Web Server Cayenne
7. Sistem Integrasi

4.1 METODE PENGUJIAN

Adapun pada bab ini pengujian di lakukan dengan membagi menjadi


2, dengan pembagian yang dilakukan sebagai berikut :

4.1.1 Pengujian Parsial


Pengujian parsial ini dilakukan pengujian untuk masing-masing
bagian yang meliputi perangkat keras (hardware) dan perangkat lunak
(software). Dimana pengujian parsial meliputi pengujian LCD 20x4,
pengujian LoRa SX1276, pengujian Openlog Data Logger ,pengujian
Sensor Arus SCT-015-030 dan 010, pengujian mengirim data ke Web
Server Cayenne. Dengan melakukan pengujian parsial maka akan
diketahui kemampuan masing-masing bagian dari Proyek Akhir ini, dan
dari hasil pengujian parsial akan mempermudah perbaikan apabila terjadi
kesalahan atau permasalahan.

4.1.2 Pengujian Sistem Integrasi

Sistem Integrasi dilakukan apabila pengujian parsial yang


meliputi perangkat keras (hardware) dan perangkat lunak (software)
telah dilaksanakan. Pada pengujian integrasi sistem ini dilakukan dengan
memberikan beberapa kondisi pada sistem alat yang digunakan.

51
110

* @retval None
*/
static void MX_GPIO_Init(void)
{
GPIO_InitTypeDef GPIO_InitStruct = {0};

/* GPIO Ports Clock Enable */


__HAL_RCC_GPIOD_CLK_ENABLE();
__HAL_RCC_GPIOA_CLK_ENABLE();
__HAL_RCC_GPIOB_CLK_ENABLE();

/*Configure GPIO pin Output Level */


HAL_GPIO_WritePin(GPIOA, GPIO_PIN_12, GPIO_PIN_RESET);

/*Configure GPIO pin : PA12 */


GPIO_InitStruct.Pin = GPIO_PIN_12;
GPIO_InitStruct.Mode = GPIO_MODE_OUTPUT_PP;
GPIO_InitStruct.Pull = GPIO_NOPULL;
GPIO_InitStruct.Speed = GPIO_SPEED_FREQ_LOW;
HAL_GPIO_Init(GPIOA, &GPIO_InitStruct);

/* USER CODE BEGIN 4 */

/* USER CODE END 4 */

/* USER CODE BEGIN Header_StartDisplayTask */


/**
* @brief Function implementing the displayTask thread.
* @param argument: Not used
* @retval None
*/
/* USER CODE END Header_StartDisplayTask */
void StartDisplayTask(void const * argument)
{

/* USER CODE BEGIN 5 */


uint8_t buff[128];

osDelay(500);
111

/* Infinite loop */
sdCardState = 1;
for(;;)
{
if (sdCardState)
{
lcdDisplayClear();
lcdSetCursorPosition(0, 0);
sprintf((char*)buff,"R %02.2f A", phase_R);
lcdPrintStr(buff, strlen((char*)buff));
lcdSetCursorPosition(0, 1);
sprintf((char*)buff,"S %02.2f A", phase_S);
lcdPrintStr(buff, strlen((char*)buff));
lcdSetCursorPosition(0, 2);
sprintf((char*)buff,"T %02.2f A", phase_T);
lcdPrintStr(buff, strlen((char*)buff));
lcdSetCursorPosition(11, 1);
sprintf((char*)buff,"N %02.2f A", phase_N);
lcdPrintStr(buff, strlen((char*)buff));
lcdSetCursorPosition(11, 2);
sprintf((char*)buff,"L %02.2f A", phase_L);
lcdPrintStr(buff, strlen((char*)buff));
lcdSetCursorPosition(10, 0);
sprintf((char*)buff,"Iu %02.2f %%", u);
lcdPrintStr(buff, strlen((char*)buff));

DS3231_GetTime(&rtc);
lcdSetCursorPosition(0, 3);
sprintf((char*)buff,"%02d:%02d:%02d
%02d/%02d/20%02d", rtc.Hour, rtc.Min, rtc.Sec, rtc.Date, rtc.Month,
rtc.Year);
lcdPrintStr(buff, strlen((char*)buff));
osDelay(300);
}
else
{
lcdDisplayClear();
lcdSetCursorPosition(0, 0);
sprintf((char*)buff,"SDCard Error Init...");
lcdPrintStr(buff, strlen((char*)buff));
112

osDelay(1000);
}
}
/* USER CODE END 5 */
}

/* USER CODE BEGIN Header_StartGetSensorTask */

---------- Untuk Lanjutan Program Dapat Menghubungi Penulis ----------


53

Gambar 4. 2 Waktu yang ditujukkan pada layar laptop

Gambar 4. 3 Waktu yang ditunjukkan pada layar LDC 20X4

Kemudian juga dibandingkan hasil tanggal dan waktu serial


monitor pada LCD dengan tanggal dan waktu pada laptop. Sehingga
dapat diketahui ketelitian pembacaan selisih pembacaan waktu dan
tanggal pada serial monitor LCD dengan tanggal dan waktu pada laptop.
Pada tabel 4.1 merupakan data hasil pengujian RTC DS3231.

Tabel 4. 1 Data Hasil Pengujian RTC DS3231

Serial Monitor pada LCD Waktu pada laptop Selisih

20:46:20 20:46:21 1 detik


20:46:21 20:46:22 1 detik
20:46:22 20:46:23 1 detik
20:46:23 20:46:24 1 detik
20:46:24 20:46:25 1 detik
20:46:25 20:46:26 1 detik
20:46:26 20:46:27 1 detik
20:46:27 20:46:28 1 detik
20:46:28 20:46:29 1 detik
20:46:29 20:46:30 1 detik

Anda mungkin juga menyukai