Anda di halaman 1dari 105

PROYEK AKHIR

PROTOTIPE ALAT PENDETEKSI DINI GANGGUAN


NH-FUSE PADA PHB-TR

Muhammad Wahfiuddin
NRP. 1303177039

Dosen Pembimbing:

Endro Wahjono, S.ST., M.T.


NIP.19681109.199103.1.012

Dimas Okky Anggriawan, S.T., M.T.


NIP.19910119.201803.1.001

PROGRAM STUDI D3 TEKNIK ELEKTRO INDUSTRI


POLITEKNIK ELEKTRONIKA NEGERI SURABAYA

SURABAYA
2020
PROY EK AKHIR

PROTOTIPE ALAT PENDETEKSI DINI GANGGUAN


NH-FUSE PADA PHB-TR

Muhammad Wahfiuddin
NRP. 1303177039

Dosen Pembimbing:

Endro Wahjono, S.ST., M.T.


NIP.19681109.199103.1.012

Dimas Okky Anggriawan, S.T., M.T.


NIP.19910119.201803.1.001

PROGRAM STUDI D3 TEKNIK ELEKTRO INDUSTRI


POLITEKNIK ELEKTRONIKA NEGERI SURABAYA

SURABAYA
2020
“Halaman ini sengaja dikosongkan”

iv
PROTOTIPE ALAT PENDETEKSI DINI GANGGUAN
NH-FUSE PADA PHB-TR

Oleh :

Muhammad Wahfiuddin
NRP. 1303177039

Proyek Akhir Ini Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk


Memperoleh Gelar Ahli Madya Teknik (A.Md.T.)
di
Politeknik Elektronika Negeri Surabaya

Disetujui Oleh :
Tim Penguji Proyek Akhir : Dosen Pembimbing :

1. Rachma Prilian Eviningsih, S.T., M.T. 1. Endro Wahjono, S.ST., M.T.


NIP. 2000000685 NIP. 19681109.199103.1.012

2. Syechu Dwitya Nugraha, S.ST., M.T. 2. Dimas Okky Anggriawan, S.T., M.T.
NIP. 19890508.201504.1.001 NIP. 19910119.201803.1.001

3. Renny Rakhmawati, S.T.,M.T.


NIP. 19721024.199903.2.001

Surabaya, 10 Agustus 2020


Mengetahui :
Ketua Program Studi D3
Teknik Elektro Industri

Syechu Dwitya Nugraha, S.ST., M.T.


NIP. 19890508.201504.1.001
“Halaman ini sengaja dikosongkan”

vi
ABSTRAK

Pada PHB-TR terdapat suatu sistem proteksi yang disebut NH-


Fuse, NH-Fuse dipasang di PHB-TR berfungsi sebagai pemutus atau
pengaman arus lebih, hubung singkat dan ketidakseimbangan beban saat
over current. Ketika terjadi putusnya NH-Fuse petugas dapat mengetahui
gangguan tersebut dengan laporan dari pelanggan baik melapor langsung
ke kantor PLN ataupun telepon melalui call center 123, sehingga masih
membutuhkan waktu yang lama untuk proses perbaikan. Pada tugas akhir
ini akan dibuat prototipe alat pendeteksi dini gangguan NH-Fuse, alat ini
dapat menyampaikan informasi ketika NH-Fuse dalam kondisi gangguan.
Gangguan yang dideteksi yaitu saat NH-Fuse putus, tahanan isolasi
tembus dan NH-Fuse tidak terpasang sempurna. Sebagai indikasi ketika
NH-Fuse putus yaitu arus 0 ampere dan tegangan sesuai dengan tegangan
sekunder trafo 220 volt(fasa-netral), untuk indikasi isolasi fuse holder
bocor yaitu ketika fuse holder terdapat tegangan > 0 volt. Dan gangguan
NH-Fuse tidak terpasang sempurna yang dideteksi dengan indikator suhu
>32℃. Komponen utama dari alat ini yaitu sensor arus, sensor suhu dan
sensor tegangan, NH-Fuse, Mikrokontroller, LCD, apabila NH- Fuse
dalam kondisi gangguan maka alat ini akan mengirimkan informasi
kepada petugas melalui sms. Sehingga adanya prototipe alat pendeteksi
dini gangguan NH-Fuse pada PHBTR ini dapat mendeteksi gangguan
NH-Fuse lebih cepat dari laporan pelanggan, dan petugas dapat
melakukan proses perbaikan gangguan NH-Fuse secara cepat, sehingga
dari sisi pelanggan pelayanan bisa lebih baik karena listrik padam tidak
berlangsung lama. Dari hasil pengujian dapat diketahui bahwa alat ini
mampu mengirimkan pesan gangguan berupa notifikasi SMS kepada
petugas apabila terjadi gangguan pada NH-Fuse dengan waktu
pengiriman notifikasi gangguan sekitar 5 detik.

Kata kunci: nh-fuse, sensor arus, sensor suhu, sensor tegangan

i
“Halaman ini sengaja dikosongkan”

ii
ABSTRACT

In PHB-TR there is a protection system called NH-Fuse, NH-Fuse


installed in PHB-TR functions as a breaker or overcurrent protection,
short circuit and load imbalance when over current. When the NH-Fuse
is broken, the officer can find out about the disturbance with a report from
the customer, either directly reporting to the PLN office or by telephone
via the 123 call center, so it still takes a long time for the repair process.
In this final project, a prototype of an early detection tool for NH-Fuse
interference will be made, this tool can convey information when NH-
Fuse is in a disturbance condition. The disturbances detected were when
the NH-Fuse broke, the insulation resistance was penetrated and the NH-
Fuse was not properly installed. As an indication when the NH-Fuse
breaks, the current is 0 amperes and the voltage is in accordance with the
transformer secondary voltage of 220 volts (phase-neutral), for an
indication of the leakage of fuse holder insulation, when the fuse holder
has a voltage> 0 volts. And the NH-Fuse fault is not installed perfectly
detected by the temperature indicator> 32 ℃. The main components of
this tool are current sensors, temperature sensors and voltage sensors,
NH-Fuse, Microcontroller, LCD, if NH-Fuse is in trouble, this tool will
send information to the officer via SMS. So that the prototype of the NH-
Fuse interference early detection tool on PHBTR can detect NH-Fuse
disturbances faster than customer reports, and officers can carry out the
NH-Fuse interference repair process quickly, so that from the customer
side, service can be better because the power is not out. persist. From the
test results, it can be seen that this tool is capable of sending disturbance
messages in the form of SMS notifications to officers in the event of a
disturbance at NH-Fuse with a disturbance notification sending time of
about 5 seconds.

Keywords : current sensor, nh-fuse, temperature sensor, voltage sensor

iii
“Halaman ini sengaja dikosongkan”

iv
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh


Alhamdulillahi Robbil ‘Alamin.
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat, hidayah,
serta taufik yang diberikan-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
proyek akhir ini dengan tepat waktu pada dengan judul :

“PROTOTIPE ALAT PENDETEKSI DINI GANGGUAN NH-


FUSE PADA PHB-TR ”

Sholawat serta salam semoga terlimpahkan pada Rasulullah SAW,


tauladan sepanjang zaman, manusia mulia yang banyak memberikan
pencerahan kepada umat manusia. Pembuatan dan penyusunan proyek
akhir ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan studi
Diploma-3 (D3) untuk memperoleh Gelar Ahli Madya Teknik (A.Md.T.)
jurusan Teknik Elektro Industri di Politeknik Elektronika Negeri
Surabaya.
Penulis berusaha secara optimal dengan segala pengetahuan dan
informasi yang telah didapat selama kuliah dalam menyusun laporan
proyek akhir ini agar dapat membuat laporan dengan baik. Namun,
penulis juga sadar sebagai manusia pasti tidak luput dari kesalahan,
karena itu penulis memohon maaf atas keterbatasan materi yang terdapat
pada laporan proyek akhir ini. Penulis juga sangat mengharapkan
masukan berupa saran dan kritik yang membangun demi kesempurnaan
laporan proyek akhir ini.
Demikian, besar harapan penulis agar laporan proyek akhir ini
dapat bermanfaat bagi pembaca.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Surabaya, 10 Agustus 2020

Muhammad Wahfiuddin

v
“Halaman ini sengaja dikosongkan”

vi
UCAPAN TERIMA KASIH

Dengan penuh rasa syukur kehadirat Allah S.W.T. Saya selaku


penyusun dan penulis buku proyek akhir ini mengucapkan terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang telah membantu penulis
sehingga proyek akhir ini dapat terselesaikan. Diantaranya penulis
mengucapkan terima kasih kepada :
1. Allah SWT dan Nabi Muhammad SAW yang senantiasa
memberikan petunjuk dan syafa’atNya.
2. Kedua orang tua, serta keluarga tercinta atas dukungan baik
moral, moril maupun material yang tiada ternilai harganya selama
pengerjaan proyek akhir ini.
3. Bapak Dr. Zainal Arif, S.T., M.Eng., selaku Direktur Politeknik
Elektronika Negeri Surabaya
4. Bapak Syechu Dwitya Nugraha, S.ST., M.T. selaku Kaprodi D3
Teknik Elektro Industri.
5. Bapak Endro Wahjono , S.ST., M.T. dan Bapak Dimas Okky
Anggriawan ,S.T., M.T. selaku dosen pembimbing proyek akhir
yang sudah membimbing penulis dari awal penyusunan proposal
hingga sidang akhir.
6. Seluruh Bapak dan Ibu dosen yang telah membimbing dan
membekali ilmu kepada penulis selama menempuh pendidikan di
Politeknik Elektronika Negeri Surabaya.
7. Teman-teman seperjuangan Program Studi D3 Teknik Elektro
Industri yang telah membantu dan memberikan dukungan
langsung maupun tidak langsung atas terselesainya proyek akhir
ini.
8. Semua pihak yang telah membantu penulis hingga
terselesaikannya proyek akhir ini yang tidak dapat penulis
sebutkan satu persatu.
Semoga Allah S.W.T selalu memberikan balasan yang setimpal atas
kebaikan yang dilakukan serta perlindungan, rahmat dan nikmat-Nya bagi
kita semua. Amin.

vii
“Halaman ini sengaja dikosongkan”

viii
DAFTAR ISI

ABSTRAK ............................................................................................ i
ABSTRACT........................................................................................ iii
KATA PENGANTAR ......................................................................... v
UCAPAN TERIMA KASIH ............................................................. vii
DAFTAR ISI ...................................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR .......................................................................... xi
DAFTAR TABEL............................................................................. xv
BAB I PENDAHULUAN .................................................................... 1
1.1 LATAR BELAKANG .............................................................. 1
1.2 TUJUAN ................................................................................. 2
1.2.1 Tujuan Umum ...................................................................... 2
1.2.2 Tujuan Khusus ..................................................................... 2
1.3 PERUMUSAN MASALAH ..................................................... 2
1.4 BATASAN MASALAH ........................................................... 3
1.5 METODOLOGI PENELITIAN ................................................ 3
1.5.1 Studi Literatur ...................................................................... 3
1.5.2 Perancangan Sistem .............................................................. 4
1.5.3 Pembuatan Perangkat Keras dan Perangkat Lunak Sistem .... 5
1.5.4 Pengujian Sistem dan Pengambilan Data .............................. 6
1.5.5 Pembuatan Laporan Proyek Akhir ........................................ 6
1.6 SISTEMATIKA PEMBAHASAN ............................................ 6
1.7 TINJAUAN PUSTAKA ........................................................... 7
BAB II TEORI PENUNJANG .......................................................... 11
2.1. NH-FUSE............................................................................... 11
2.2. SENSOR TEGANGAN ZMPT101B ...................................... 12
2.3. SENSOR ARUS SCT-013-010 ............................................... 14
2.4. SIM 800L V1 ......................................................................... 16
2.5. OLED 1,3 INCH I2C 128X64 DISPLAY................................ 16
2.6. THERMISTOR NTC(NEGATIVE TEMPERATURE
COEFFICIENT) 10K OHM ................................................................ 17
2.7. AC TO DC ISOLATED ......................................................... 18
BAB III PERENCANAAN DAN PEMBUATAN ALAT ................. 19
ix
3.1 KONFIGURASI SISTEM....................................................... 19
3.2 PERENCANAAN DAN PEMBUATAN PERANGKAT KERAS
............................................................................................... 21
3.2.1 Perencanaan dan Pembuatan Rangkaian PCB ....................... 21
3.2.2 Perencanaan Mikrokontroller................................................ 24
3.2.3 Perencanaan Sensor Tegangan .............................................. 25
3.2.4 Perencanaan Sensor Arus ..................................................... 27
3.2.5 Perencanaan Sensor Suhu ..................................................... 29
3.2.6 Perencanaan SMS SIM800L V1 ........................................... 31
3.2.7 Perencanaan LCD Oled 1.3 Inch I2C 128x64 Display ........... 32
3.2.8 Perencanaan Akrilik ............................................................. 33
3.2.9 Perencanaan Deteksi Gangguan Pada NH-Fuse..................... 34
BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA ............................................ 37
4.1 METODE PENGUJIAN ......................................................... 37
4.2 PENGUJIAN PARTISI ........................................................... 38
4.2.1 Pengujian Sensor Tegangan ZMPT101B ............................. 38
4.2.2 Pengujian Sensor Arus SCT-013-010 .................................. 47
4.2.3 Pengujian Sensor Suhu NTC ............................................... 56
4.2.4 Pengujian LCD Oled .......................................................... 56
4.2.5 Pengujian SIM800L V1 ...................................................... 57
4.3 PENGUJIAN INTEGRASI SISTEM....................................... 59
4.3.1 Pengujian Ketika Dalam Keadaan Normal .......................... 60
4.3.2 Pengujian Ketika Dalam Keadaan Gangguan ...................... 64
4.3.2.1 Gangguan NH-Fuse Putus ....................................................... 64
4.3.2.2 Gangguan Tahanan Isolasi Fuse Holder Tembus/Bocor .......... 70
4.3.2.3 Gangguan NH-Fuse Tidak Terpasang Sempurna ..................... 72
BAB V PENUTUP ............................................................................. 75
5.1 KESIMPULAN ...................................................................... 75
5.2 SARAN .................................................................................. 76
DAFTAR PUSTAKA......................................................................... 77
LAMPIRAN ....................................................................................... 79
PROFIL PENULIS ............................................................................ 83

x
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. NH-Fuse........................................................................ 12


Gambar 2.2. Fuse Holder ................................................................... 12
Gambar 2.3. Sensor Tegangan ZMPT101B........................................ 13
Gambar 2.4. Skema Rangkaian Sensor ZMPT101B ........................... 13
Gambar 2.5. Sensor SCT-013-010 ..................................................... 15
Gambar 2.6. Dimensi Sensor SCT-013-010 ....................................... 15
Gambar 2.7. Modul SIM 800L V1 ..................................................... 16
Gambar 2.8. Modul LCD Oled 1.3 Inch I2C 128X64 .............................. 17
Gambar 2.9. Thermistor NTC ............................................................ 18
Gambar 2.10. HLK-PM01 ................................................................. 18
Gambar 3.1. Blok Diagram Sistem .................................................... 19
Gambar 3.2. Penyusunan Komponen Proyek Akhir pada Eagle ........ 22
Gambar 3.3. Rangkaian Board PCB ................................................... 22
Gambar 3.4. Hasil Cetak PCB ........................................................... 23
Gambar 3.5. Hasil Pemasangan Komponen Proyek Akhir.................. 24
Gambar 3.6. Board Mikrokontroller ARM STM32F103C8T6 ........... 24
Gambar 3.7. Hardware Mikrokontroller ARM STM32F103C8T6 ...... 25
Gambar 3.8. Skematik Rangkaian Sensor ZMPT101B ....................... 25
Gambar 3.9. Board Sensor Tegangan ZMPT101B ............................. 26
Gambar 3.10. Hardware Sensor Tegangan ZMPT101B...................... 27
Gambar 3.11. Wiring Rangkaian Tambahan SCT-013-010 ................ 28
Gambar 3.12. Board Rangkaian Tambahan Sensor Arus .................... 28
Gambar 3.13. Hardware Rangkaian Tambahan Sensor Arus .............. 29
Gambar 3.14. Schematic Rangkaian NTC .......................................... 29
Gambar 3.15. Board Rangkaian Tambahan Sensor Suhu NTC ........... 30
Gambar 3.16. Hardware Rangkaian Tambahan Sensor Suhu NTC ..... 30
Gambar 3.17. Board SIM800L V1 ..................................................... 31
Gambar 3.18. Hardware SIM800L V1 ............................................... 32
Gambar 3.19. Board LCD Oled ......................................................... 32
Gambar 3.20. Hardware LCD Oled.................................................... 33
Gambar 3.21. Desain Akrilik ............................................................. 33
Gambar 3.22. Prototipe Alat Pendeteksi Dini Gangguan NH-Fuse ..... 34
Gambar 4.1. Wiring Rangkaian Pengujian Sensor tegangan
ZMPT101B ......................................................................................... 39
xi
Gambar 4.2. Proses Pengujian Sensor Tegangan ................................ 39
Gambar 4.3. Grafik Sensor Tegangan Fasa R ..................................... 41
Gambar 4.4.. Rumus Persamaan Sensor Tegangan Fasa R .................. 42
Gambar 4.5. Grafik Sensor Tegangan Fasa S ..................................... 42
Gambar 4.6. Rumus Persamaan Sensor Tegangan Fasa S ................... 43
Gambar 4.7. Grafik Sensor Tegangan Fasa T ..................................... 43
Gambar 4.8. Rumus Persamaan Sensor Tegangan Fasa T ................... 44
Gambar 4.9. Grafik Sensor Tegangan Fasa F ..................................... 44
Gambar 4.10. Rumus Persamaan Sensor Tegangan Fasa F ................. 45
Gambar 4.11. Perbandingan Antara Alat Ukur Dengan Sensor
Tegangan............................................................................................. 46
Gambar 4.12. Rangkaian Kalibrasi Pengujian Sensor Arus
SCT-013-010 ...................................................................................... 48
Gambar 4 13. Proses Kalibrasi Pengujian Sensor Arus ....................... 49
Gambar 4.14. Grafik Sensor Arus Fasa R ........................................... 51
Gambar 4 15. Rumus Persamaan Sensor Arus Fasa R ........................ 51
Gambar 4.16. Grafik Sensor Arus Fasa S ........................................... 52
Gambar 4.17. Rumus Persamaan Sensor Arus Fasa S ......................... 52
Gambar 4.18. Grafik Sensor Arus Fasa T ........................................... 53
Gambar 4.19. Rumus Persamaan Sensor Arus Fasa T......................... 53
Gambar 4.20 Hasil Perbandingan Antara Alat Ukur
Dengan Sensor Arus SCT-013-010 ..................................................... 54
Gambar 4.21. Program sensor suhu NTC 10KΩ ................................. 56
Gambar 4.22. Pengujian LCD Oled ................................................... 57
Gambar 4.23. Sms Pengujian NH-Fuse Putus Fasa T ......................... 58
Gambar 4.24. Sms Pengujian Fuse Holder tembus fasa T ................... 58
Gambar 4.25.SMS Pengujian NH-Fuse Tidak Terpasang Sempurna
Fasa T ................................................................................................. 58
Gambar 4.26. Rangkaian Integrasi Sistem .......................................... 60
Gambar 4.27. Rangkaian Pengujian Integrasi Sistem.......................... 61
Gambar 4.28.Pengujian Integrasi Keadaan Normal ............................ 62
Gambar 4.29. Arus Melebihi Batas Maksimal rating MCB ................. 65
Gambar 4.30. MCB Fasa R Trip......................................................... 65
Gambar 4.31. Indikasi Fault Saat NH-Fuse Trip ................................. 65
xii
Gambar 4.32. Informasi SMS NH-Fuse Putus Fasa R ........................ 66
Gambar 4.33. Arus Melebihi Batas Maksimal rating MCB ................ 66
Gambar 4.34. MCB Fasa S Trip......................................................... 67
Gambar 4.35. Indikasi Fault Saat NH-Fuse Trip ................................ 67
Gambar 4.36. Informasi SMS NH-Fuse Putus Fasa S ........................ 67
Gambar 4.37. Arus Melebihi Batas Maksimal rating MCB ................ 68
Gambar 4.38. MCB Fasa T Trip ........................................................ 68
Gambar 4.39. Indikasi Fault Saat NH-Fuse Trip ............................... 69
Gambar 4.40. Informasi SMS NH-Fuse Putus Fasa T ........................ 69
Gambar 4.41. Simulasi Isolasi NH-Fuse Tembus ............................... 71
Gambar 4.42. Indikasi Fault Saat Fuse Holder Tembus ..................... 71
Gambar 4.43. Informasi SMS Isolasi NH-Fuse Tembus Fasa T ......... 71
Gambar 4.44. Kondisi NH-Fuse Tidak Terpasang Sempurna Fasa T . 72
Gambar 4.45. Indikasi Fault Saat NH -Fuse Tidak Terpasang
Sempurna ............................................................................................ 73
Gambar 4.46. Informasi SMS Gangguan NH -Fuse Tidak Terpasang
Sempurna Fasa T ................................................................................ 73

xiii
“Halaman sengaja dikosongkan”

xiv
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Spesifikasi Sensor ZMPT101B .......................................... 14


Tabel 4.1. Data Kalibrasi Sensor Tegangan ZMPT101B ..................... 40
Tabel 4.2. Data Perbandingan Alat Ukur Dengan Sensor Tegangan .... 46
Tabel 4.3. Data Kalibrasi Sensor Arus SCT-013-010 .......................... 50
Tabel 4.4. Data Perbandingan Alat Ukur Dengan Sensor Arus............ 55
Tabel 4.5. Data Hasil Integrasi Sensor Arus Keadaan Normal ............ 62
Tabel 4.6. Data Hasil Integrasi Sensor Tegangan Keadaan Normal ..... 63
Tabel 4.7. Data Hasil Integrasi Sensor Suhu Keadaan Normal ............ 63
Tabel 4.8. Data Gangguan Putusnya NH-Fuse .................................... 70
Tabel 4.9. Data Percobaan NH-Fuse tidak terpasang sempurna........... 74

xv
“Halaman ini sengaja dikosongkan”

xvi
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

PT. PLN (Persero) merupakan satu perusahaan yang berada


dibawah naungan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang sangat
penting keberadaannya. Energi listrik merupakan kebutuhan primer bagi
hampir seluruh masyarakat Indonesia bahkan dunia dan sebagai penyedia
listrik nasional memiliki visi untuk menjadi perusahaan berkelas dunia
(World Class Service) yang bertumbuh kembang, unggul dan terpercaya
yang dilandasi oleh potensi insani. Dalam perjalanannya menuju
perusahaan yang berkelas dunia, tentu menemui banyak kendala dan
hambatan. Salah satunya adalah masalah pemadaman listrik yang
disebabkan oleh gangguan secara teknis terutama pada PHB-TR,
gangguan didalam PHB-TR yang lebih banyak disebabkan oleh NH fuse
adalah gangguan pada Jaringan Tegangan Rendah (JTR), sebagai contoh
ketidakseimbangan beban antar fasa, short circuit, flash over pada NH
Fuse dan los kontak pada JTR sehingga dapat menyebabkan putusnya HN
fuse.

Gangguan NH fuse bila tidak cepat ditangani tentunya


menyebabkan banyak kerugian baik dari pihak pelanggan maupun pihak
PLN, antara lain aktivitas pelanggan terganggu karena listrik padam,
sedangkan dari pihak PLN dapat merusak peralatan distribusi yaitu
transformator dan PLN rugi karena pelanggan padam dalam waktu lama
sehingga penyaluran distribusi lisrik berhenti sementara. Hal ini terjadi
karena beberapa faktor yaitu keterlambatan informasi yang diterima
petugas PLN maupun pelanggan bila terjadi gangguan.

Melihat kondisi ini, maka diperlukan adanya rancangan sebuah


alat yang efisien dalam memberikan informasi untuk mendeteksi
terjadinya gangguan pada NH fuse guna mencegah semua kerugian yang
diakibatkan oleh gangguan putusnya NH fuse. Dalam hal ini dirancang
sebuah sistem yang dapat mendeteksi terjadinya gangguan putusnya NH
1
2

Fuse dan mengindikasi gangguan dengan peringatan menggunakan sensor


pendeteksi arus, tegangan dan suhu yang kemudian memberikan
informasi/notifikasi gangguan melalui sms yang dapat dilihat oleh
petugas supervisior teknik.

1.2 TUJUAN

Tujuan dari pembuatan proyek akhir ini dapat dibedakan atas


tujuan Umum dan tujuan khusus, yaitu:
1.2.1 Tujuan Umum

Untuk memenuhi persyaratan akademis menyelesaikan studi pada


Program Studi D3 Teknik Elektro Industri di Politeknik Elektronika
Negeri Surabaya.

1.2.2 Tujuan Khusus

Tujuan Proyek Akhir ini yaitu membuat protitipe alat pendeteksi


dini gangguan NH Fuse pada PHB-TR yang nantinya dengan adanya alat
ini petugas dapat melakukan proses perbaikan gangguan NH-Fuse secara
cepat, sehingga dari sisi pelayanan pelanggan dapat lebih baik karena
listrik padam tidak berlangsung lama sehingga tingkat mutu pelayanan
PLN tercapai dan citra PLN dimata masyarakat bisa lebih baik.

1.3 PERUMUSAN MASALAH

Dalam proyek akhir ini ada beberapa hal yang menjadi rumusan
masalah diantaranya:
1. Bagaimana merancang alat yang dapat mendeteksi
gangguan NH Fuse secara otomatis berubah data
menggunakan mikrokontroller ?
2. Bagaimana merancang proses eksekusi data pada
mikrokontroller pendeteksi tegangan, arus, dan suhu agar
dapat memberikan informasi otomatis ketika gangguan NH-
Fuse dan dapat memberikan informasi yang lebih cepat dari
pada laporan dari pelanggan?
3

3. Bagaimana cara mengukur tingkat keberhasilan sistem


pendeteksi gangguan NH-Fuse pada PHB-TR dalam
mengirim informasi kepada petugas. .

1.4 BATASAN MASALAH

Beberapa batasan masalah yang digunakan dalam penelitihan


ini adalah sebagai berikut:
1. Perancangan protitpe alat pendeteksi dini gangguan NH
Fuse pada PHB-TR menggunakan media sms sehingga
akan mengirimkan notifikasi/informasi saat NH-Fuse
mengalami gangguan.
2. Penggunaan pada PLN untuk proteksi trafo biasanya
menggunakan minimal NH-Fuse 63A atau daya lebih dari
41.5 kVA. pada tugas akhir ini masih menggunakan HN-
Fuse 6A dengan simulasi putusnya NH Fuse menggunakan
MCB 2A.
3. batas maksimum suhu pada SPLN 64:1985 yaitu 55 ℃ dan
Pembatasan sensor suhu untuk gangguan NH-Fuse tidak
terpasang sempurna yaitu >32 ℃ karena arus yang
digunakan dibawah 2A.
4. Penggunaan NH-Fuse pada PHBTR mendapatkan sumber 3
fasa dari sekunder trafo sedangkan pada tugas akhir ini
menggunakan sumber 1 fasa saat pengujian.

1.5 METODOLOGI PENELITIAN

Metodologi dalam pengerjaan proyek akhir yang akan dikerjakan


memiliki beberapa tahapan yaitu :

1.5.1 Studi Literatur


Sebelum dilakukan pengerjaan proyek akhir, maka diperlukan
pengambilan dan pengumpulan data-data beserta dasar teori untuk
menunjang pengetahuan, serta sebagai acuan dalam pengerjaan proyek
akhir. Studi literatur dilakukan untuk mendapatkan informasi tentang
pokok pembahasan yang relevan dengan proyek akhir yang dikerjakan,
4

sehingga dapat membantu proses pengerjaan proyek akhir. Literatur yang


digunakan didapatkan dari beberapa sumber antara lain, buku, jurnal dan
beberapa forum diskusi, maupun artikel di internet.

1.5.2 Perancangan Sistem

Dengan pemahaman yang telah didapatkan dari studi literatur


sebelumnya, maka dapat dilanjutkan dengan dengan prototipe alat
pendeteksi dini gangguan NH-Fuse pada PHBTR, terdapat 3 kondisi
penyampaian gangguan yang nantinya secara otomatis akan mengirimkan
informasi melalui sms kepada petugas PLN. Berikut merupakan
gangguan yang akan dideteksi:

A. NH Fuse putus
Gangguan NH-Fuse putus terjadi dikarenakan gangguan pada
sistem dan akibat beban lebih (overload), penyebab dari beban lebih
adalah adanya pemasangan listrik baru, atau karena pemakaian listrik
yang berlebihan pada konsumen sehingga semua peralatan dirumah yang
memakai listrik digunakan seluruhnya, maka secara otomatis pemakaian
listrik yang semula biasa(normal) menjadi berlebihan. Kelebihan beban
juga dapat disebabkan karena adanya penerangan jalan umum dengan
menggunakan sistem cantol langsung pada saluran listrik tanpa melalui
kWH meter, sehingga kapasitas NH-Fuse yang terpasang pada gardu
tidak mampu lagi menahan beban dan menyebabkan NH Fuse putus. Pada
tugas akhir ini akan mendeteksi gangguan NH-Fuse putus yang dideteksi
dengan menggunakan sensor arus dan sensor tegangan dengan parameter
arus 0 ampere dan tegangan sesuai dengan tegangan sekunder trafo 220
volt(fasa-netral) yang nantinya sebagai tanda bahwa terjadi gangguan
NH-Fuse putus, gangguan NH-Fuse putus juga dapat dilihat secara fisik
yaitu munculnya tonjolan pada fisik NH-Fuse.

B. Tahanan Isolasi Fuse Holder bocor/tembus

Tahanan Isolasi pada NH-Fuse ini berupa keramik, posisinya yaitu


dibawah NH-Fuse dan diatasnya Fuse Holder atau pemisah antara NH-
Fuse dan Fuse Holder. Isolasi tembus ini biasanya diakibatkan oleh
terjadinya short circuit dan juga akibat dari suatu efek luar yang
5

mengakibatkan isolasi terdapat konduktor sehingga tegangan menuju


Fuse Holder. Pada proyek akhir ini mendeteksi gangguan tahanan isolasi
NH-Fuse bocor yaitu dideteksi dengan sensor tegangan dengan parameter
saat terdapat tegangan > 0 volt pada fuse holder maka menandakan terjadi
gangguan tahanan isolasi fuse holder bocor/ tembus.

C. NH-Fuse tidak terpasang sempurna

NH-Fuse adalah sebuah komponen pengaman kelistrikan yang


digunakan pada tegangan menengah atau arus besar dan penempatanyya
pada panel PHBTR biasanya banyak terjadi gangguan yang disebabkan
oleh petugas melakukan pemasangan atau penggantian NH-Fuse tidak
sempurna atau NH-Fuse tidak masuk sepenuhnya pada Fuse Holder,
Apabila arus yang mengalir melalui NH-Fuse yang tidak masuk secara
sempurna maka Fuse Base tersebut nantinya akan mengalami panas
karena adanya percikan bunga api yang lama kelamaan dapat
menimbulkan putusnya fuse. Panas yang berlebih dikarenakan ada celah
pada bagian NH-Fuse dan Fuse base. Fuse base ini berfungsi untuk
menjepit fuse dan sebagai titik kontak penghubung antara busbar dan
saluran pembagi serta merupakan alat kontak yang terbuat dari tembaga.
Pada proyek akhir ini mendeteksi Gangguan NH-Fuse tidak terpasang
sempurna dideteksi dengan sensor suhu dengan batas parameter saat suhu
melebihi, Batas maksimum suhu pada kontak kontak tembaga diudara
adalah 40 ‘C dengan kenaikan suhu 55 ℃ (SPLN 64:1985) tetapi pada
saat pengujian nantinya pada proyek akhir ini menggunakan parameter
sensor suhu > 32 ℃ karena menggunakan NH-Fuse dengan rating 6 A
sehingga pada saat suhu tersebut prototipe alat ini sudah menganggap
terjadi gangguan NH-Fuse tidak terpasang sempurna.

1.5.3 Pembuatan Perangkat Keras dan Perangkat Lunak Sistem

Setelah menyusun rancangan sistem, maka dilanjutkan dengan


pembuatan perangkat keras maupun perangkat lunak penyusun sistem.
Tahapan dalam menyusun pernagkat keras pada sistem yaitu perancangan
alat berupa mikrokontroller STM32F103C8T6, sensor tegangan
ZMPT101B, sensor arus SCT-013-010, sensor suhu NTC 10K Ω, LCD
6

Oled, modul sms sim800L V1, modul MP1584 buck converter untuk
rangkaian tambahan dari modul sim800L V1, rangkaian tambahan dari
sensor arus, kemudian rangkaian board untuk menghubungkan semua
perangkat yang akan digunakan dan akrilik untuk tempat alat prototipe
tersebut. Kemudian dilanjutkan dengan pembuatan perangkat lunak
berupa program untuk mengintegrasi sistem agar dapat berjalan dengan
baik.
1.5.4 Pengujian Sistem dan Pengambilan Data

Tahapan selanjutnya setelah pembuatan Perangkat Keras dan


Perangkat Lunak Sistem yaitu menguji peralatan tersebut, pengujian
dilakukan untuk mengetahui apakah peralatan berjalan sesuai
perencanaan atau tidak. Pengujian ini dilakukan dengan mengambil data
hasil pengujian peralatan penyusun sistem secara terpisah maupun
peralatan yang telah terintegrasi.

1.5.5 Pembuatan Laporan Proyek Akhir

Pada tahap ini dilakukan pembuatan atau penulisan laporan proyek


akhir. Pada laporan tersebut dijelaskan mengenai semua hal yang
berkaitan tentang pengerjaan proyek akhir, seperti penjelasan tentang
teori-teori dari komponen atau perangkat yang digunakan, proses
pembuatan alat, sistem kerja alat, data-data hasil pengujian alat, dan lain
sebagainya. Penulisan laporan tersebut diharapkan selanjutnya dapat
bermanfaat sebagai bahan literatur untuk penelitian yang akan datang.

1.6 SISTEMATIKA PEMBAHASAN

Sistematika pembahasan penyusunan proyek akhir yang


direncanakan adalah sebagai berikut :
BAB I : PENDAHULUAN
Pada Bab I berisikan latar belakang pembuatan alat pada proyek akhir,
tujuan yang ingin dicapai, perumusan masalah pada proyek akhir, batasan
masalah pada proyek akhir, metodologi yang merupakan prosedur
7

pengerjaan proyek akhir, sistematika laporan, serta literatur-literatur


penelitian yang sudah dilakukan.

BAB II : TEORI PENUNJANG


Pada Bab II berisikan teori dasar, serta referensi yang berguna sebagai
acuan dan landasan dalam perencanaan dan pengerjaan proyek akhir.
BAB III : PERANCANGAN DAN PEMBUATAN SISTEM
Pada Bab III membahas perencanaan dan pembuatan perangkat keras dan
perangkat lunak.
BAB IV : PENGUJIAN DAN ANALISA
Pada Bab IV membahas secara keseluruhan dari sistem dan dilakukan
pengujian serta analisa pada setiap pengujian perangkat keras.
Mengintegrasikan seluruh sistem dan pengujian, kemudian berdasarkan
data hasil pengujian dan dilakukan analisa terhadap keseluruhan sistem.
BAB V : PENUTUP
Pada Bab V membahas kesimpulan dari pembahasan, perencanaan,
pengujian dan analisa berdasarkan data hasil pengujian sistem. Untuk
meningkatkan hasil akhir yang lebih baik diberikan saran-saran terhadap
hasil pembuatan proyek akhir.

1.7 TINJAUAN PUSTAKA

Beberapa penelitian yang berguna sebagai refferensi pembuatan


alat Pendeteksi Dini Gangguan Nh-Fuse Pada PHB-TR adalah:
1. Tugas akhir “Alat Pendeteksi Dini Gangguan NH-Fuse Pada
PHB-TR Berbasis SMS” yang menggunakan sensor tegangan
serta sensor arus dan pengiriman informasi berbasis sms
menggunakan mikrokontroller arduino disusun oleh isbahus
sururi mahasiswa Politeknik Elektronika Negeri Surabaya [1]
2. Dokumen SPLN 1 1995 ”Tegangan – Tegangan Standard“
oleh Kelompok Pembakuan Bidang Transmisi Dengan Surat
Keputusan Direksi Perusahaan Umum Listrik Negara. Dalam
dokumen ini menjelaskan tentang tegangan-tegangan standart
8

terutama standart tegangan pelayanan.[2]


3. Jurnal STT-PLN Energi dan Kelistrikan 2017 “Studi Analisis
Gangguan perangkat hubung bagi tegangan rendah dan
upaya mengatasinya Di PLN Area Tanjung Priok” oleh Tri
joko Pramono, Ibnu Hajar, Sri Wahyuni. Dalam jurnal ini
dijelaskan tentang komponen NH-Fuse di PHB-TR baik dari
pemeliharaan, pemasangan, analisa gangguan gangguan pada
NH-Fuse dan juga perhitungan nilai arus pada pembatas NH-
Fuse.[3]
4. Dokumen PT. PLN (Persero) “Pemeliharaan PHB-TR” oleh
PT. PLN (Persero). Dalam dokumen ini dijelaskan tentang
pemeliharaan instalasi komponen pada PHB-TR terutama pada
NH-Fuse. [4]
5. Jurnal Ilmia Foristek, vol. 2, no.2, pp. 184-189, September 2012
“Alat Pengukuran Energi Listrik” oleh Rizal Mery Subito.
Dalam jurnal ini menjelaskan tentang penggunakan alat
pengukur listrik terutama pada nilai arus dan tegangan.[5]
6. Tugas akhir “Pembuatan Alat Pendeteksi Dini Kerusakan NH-
FUSE” yang disusun oleh Yogik Wibisono Universitas
Muhammadiyah Jember tentang penggunaan sensor arus sebagai
pendeteksi kerusakan NH-Fuse.[6]
7. Tugas akhir “Rancangan Prototype Sistem Peringatan Dini
Gangguan Pembatas Arus Listrik Pada PHB-TR
Menggunakan Sensor Tegangan Berbasis SMS Gateway”
disusun oleh Bimo Putra Prakoso dan Joko Dwi Santoso
mahasiswa Teknik Informatika, STMIK AMIKOM Yogyakarta.
Pada tugas akhir ini menjelaskan dan membuat tentang
pengguanaan sensor tegangan sebagai peringatan pendeteksi
gangguan pada NH-Fuse. [7]
8. Jurnal PT.PLN (PERSERO) 4th , 2010 “Standart Gardu
Distribusi Dan Gardu Hubung Tenaga Listrik” oleh Winayu
Siswanto, Parluhutan Samosir Ratno Wibowo. Dalam jurnal ini
menjelaskan tentang gardu distribusi dan hubungan tentang
tenaga listriknya.[8]
9. Jurnal Informatika,, vol. 2, no. 2, pp. 155-166, Desember 2006
“Perancangan dan Implementasi Sistem Informasi Layanan
9

Short Messagging Service(SMS),” Oleh Wiranto Herry Utomo,


Theophilus Wellem Cahyo Rossy W. Dalam Jurnal ini
menjelaskan tentang penggunakan media informasi sms sebagai
media pengiriman informasi gangguan .[9]

10. Jurnal Elektronik “Thermistors/Temperature


Measurement with NTC Thermistors” oleh Philip Kane ,
dalam jurnal ini menjelaskn tentang penggunaan sensor suhu
NTC dan dengan menggunakan persamaan Steinhart-Hart.[10]
10

“Halaman ini sengaja dikosongkan”


BAB II

TEORI PENUNJANG

2.1. NH-FUSE

NH-Fuse berasal dari kata NIEDER SPANNUNG yang artinya


tegangan rendah dan HOCH LEISTUNG yang artinya arus besar NH
Fuse merupakan komponen pengaman kelistrikan. sebenarnya NH fuse
memiliki fungsi yang sama dengan fuse lainnya yaitu berfungsi sebagai
pengaman arus lebih dan hubung singkat. yang membedakan NH Fuse
dengan fuse lainnya yaitu pada kapasitasnya, NH fuse dapat digunakan
untuk tegangan menengah atau untuk arus yang besar. NH fuse sering
digunakan pada pengaman PHB-TR untuk mengamankan komponen
pelanggan dan juga trafo dari gangguan lonjakan arus.

Dalam NH fuse terdapat kawat lebur yang berfungsi sebagai


penghantar arus dan juga sebagai pengaman dari beban lebih dan hubung
singkat. Apabila kawat lebur sudah terputus maka fuse sudah tidak
berfungsi lagi dan harus diganti dengan NH Fuse yang baru. Pada
penggunaannya NH fuse dipasang pada dudukan atau yang biasa disebut
dengan holder. Untuk menentukan nilai arus Nh-Fuse pada PHB-TR
sebagai berikut :
Daya : 41.5 kVA = 41500 VA
Tegangan : 380 V

Maka nilai Nh-Fuse sebagai berikut :

𝑆 41500
𝐼= = = 63,05 𝐴
𝑉 √3 380√3
Untuk gambar fisik Nh-Fuse dan juga Fuse Holder bisa dilihat pada
Gambar 2.1 dan Gambar 2.2.

11
12

Gambar 2.1. NH-Fuse

Gambar 2.2. Fuse Holder

2.2. SENSOR TEGANGAN ZMPT101B

Sensor ZMPT101B adalah salah satu sensor yang digunakan untuk


melakukan monitoring terhadap parameter tegangan, serta dilengkapi
dengan keunggulan memiliki sebuah ultra micro voltage transformer,
akurasi tinggi dan konsistensi yang baik untuk melakukan pengukuran
tegangan. Sensor ZMPT101b dapat mengukur tegangan dari 0-1000 V.
Prinsip kerja dari sensor ini adalah dengan menurunkan tegangan
masukan menggunakn step down transformator, kemudian dengan masuk
ke op-amp dan didapat nilai keluaran yang stabil tergantung dari nilai
masukannya. Dari transformator tegangan 220V dikonversi menjadi 4,5V
kemudian sinyal disearahkan dengan penyearah gelombang penuh. Pada
ujung rangkaian dipasang sebuah filter kapasitor untuk menghasilkan
13

tegangan DC murni yang kompatibel terhadap tegangan yang dibutuhkan


oleh ADC. Gambar 2.3 menunjukkan bentuk fisik ZMPT101B dan
Gambar 2.4 menunjukkan Skema Rangkaian sensor ZMPT101B.

Gambar 2.3. Sensor Tegangan ZMPT101B

Gambar 2.4. Skema Rangkaian Sensor ZMPT101B

Persamaan yang digunakan dalam perhitungan pada sensor


tegangan ditunjukan pada persamaan pada gambar skema diatas,
dengan :
U1 = Tegangan Input
U2 = Tegangan Output
R = Tahanan Pembanding
R’ = Tahanan Pembatas Arus
14

Tabel 2.1 menunjukkan spesifikasi sensor tegangan ZMPT101B.


Tabel 2.1 Spesifikasi Sensor ZMPT101B

Spesifikasi Sensor ZMPT101B

Model ZMPT101B

Arus Primer 2 Ma

Arus Sekunder 2 Ma
Turn Ratio 1000:1000

Error Sudut Fasa ≤20° (Input 2mA, 50Ω)

Jarak Arus 0-3 Ma


Linearitas 0,10%
Tingkat Akurasi 0,2
Nilai Beban ≤200 Ω
Range Frekuensi 50-60 Hz

Level Dielektrik 3000VAC/min

Resistansi DC 20°C 110 Ω

Suhu Operasional -40°C ~ +70ºC

2.3. SENSOR ARUS SCT-013-010

Sensor SCT-013-010 adalah sensor yang digunakan untuk


membaca seberapa besar nilai arus yang lewat pada suatu penghantar
terhadap suatu beban. Sensor SCT-013-010 digunakan untuk mengukur
arus AC (Alternate Current) hingga 10 Ampere AC. Prinsip kerja dasar
dari sensor arus SCT 013 ini adalah sebuah penghantar yang dilewati oleh
arus akan dilewatkan oleh sebuah ring toroid yang nantinya akan
menimbulkan medan magnet, sehingga pada komponen sensor tadi
15

memiliki fluks magnet yang menginduksi kumparan di dalam sensor


tersebut sehingga akan memunculkan sinyal listrik yang nantinya akan
dibaca dan dikonversikan oleh mikrokontroller. Sensor SCT-013-010
digunakan untuk mengukur arus AC (Alternate Current) C secara Non-
invasive yang berarti tidak mempengaruhi rangkaian elektronika yang
diukur karena pengukuran dilakukan tanpa kontak langsung dengan
listrik, dengan cara “penjepitan” (Clamping) pada kabel pembawa
arus.berikut merupakan Karakteristik dari sensor ini yaitu :

a) Dimensinya berkisar antara 13mm x 13mm


b) Panjang kabel sampai menuju jack output ± 1m
c) Inti material ferrite.
d) Fire resistance property: in accordance with UL 94-V0
e) Ketahanan sifat dielektrik : 1000 V AC/1 MIN 5mA
Gambar 2.5 menunjukkan bentuk fisik SCT-013-010, dan Gambar 2.6
menunjukkan gambar dimensi SCT 013-010.

Gambar 2.5. Sensor SCT-013-010

Gambar 2.6. Dimensi Sensor SCT-013-010


16

2.4. SIM 800L V1

SIM800L adalah modul SIM yang digunakan pada proyek akhir


ini.SIM 800L memiliki 2 model,untuk proyek akhir ini menggunakan
modul SIM800L V1. Modul SIM800L GSM/GPRS adalah bagian yang
berfungsi untuk berkomunikasi antara pemantau utama(Petugas) dengan
Handphone. ATCommand adalah perintah yang dapat diberikan modem
GSM/CDMA seperti untuk mengirim dan menerima SMS. atau mengirim
dan menerima data berbasis GSM/GPRS. SIM800L GSM/GPRS
dikendalikan melalui perintah “AT”. AT+Command adalah sebuah
kumpulan perintah yang digabungkan dengan karakter lain setelah
karakter “AT” yang biasanya digunakan pada komunikasi serial. Dalam
proyek akhir ini ATcommand digunakan untuk mengatur atau memberi
perintah modul GSM/CDMA. Perintah ATCommand dimulai dengan
karakter “AT” atau “at” dan diakhiri dengan kode (0x0d). Hanya saja pada
saat digunakan dengan mikrokontroller STM32F1C8T6 supply dari
SM800L tidak ada dikarenakan mikrokontroller hanya mempunyai kaki
output tegangan sebesar 5 Volt dan 3,3Volt sedangkan pada SIM800L V1
membutuhkan tegangan VCC sebesar 3,7Volt- 4,2Volt, sehingga
diperlukan modul MP15484 Step down buck converter yang berfungsi
menurunkan tegangan dari 5 Volet menjadi 3,7 Volt. Gambar 2.7
menunjukkan bentuk fisik dari modul SIM 800L V1.

Gambar 2.7. Modul SIM 800L V1

2.5. OLED 1.3 INCH I2C 128X64 DISPLAY

OLED 1.3 atau Organic Led adalah display grafik dengan ukuran
1.3 inci dengan resolusi 128x64 pixel menggunakan teknologi OLED,
display OLED biasanya terbuat dari karbon dan hidrogen.Untuk
komunikasi LCD Oled dengan Mikrokontroler menggunakan
17

Komunikasi I2C, menggunakan 2 pin yaitu pin Sda dan Pin Scl serta 2
pin lainnya untuk vcc dan gnd, sehingga Menghemat Pin pada
mikrokontroller. LCD OLED Berbeda dengan teknologi LCD lainnya,
layar LCD OLED dapat menghasilkan cahaya sendiri dari masing -
masing pikselnya dan tidak membutuhkan tambahan backlight lagi,
sehingga tampilan dari layar OLED terlihat lebih terang dan jernih dan
warnanya hitam pekat. Sehingga pemakaian daya oleh LCD OLED relatif
lebih Hemat di banding dengan LCD lainnya , Gambar 2.8 menunjukkan
bentuk fisik Oled 1.3 Inch I2C 128X64.

Gambar 2.8. Modul LCD Oled 1.3 Inch I2C 128X64

2.6. THERMISTOR NTC(NEGATIVE TEMPERATURE


COEFFICIENT) 10K OHM

Thermistor atau yang biasa disebut dengan Thermal Resistor


memilik fungsi yang dapat mengubah nilai suhu.. Thermistor merupakan
jenis dari variable resistor yang bisa merubah nilai hambatannya menjadi
tidak tetap. Untuk karakteristik Thermistor NTC adalah merubah nilai
resistansinya menjadi grafik yang berlawanan atau berbanding terbalik.
jika temperature naik maka resistansinya akan turun begitu juga
sebaliknya jika temperature turun maka nilai resistansinya naik.cara kerja
thersmistor yaitu menyesuaikan perubahan nilai resistansinya
berdasarkan besar kecilnya suhu. Suhu tersebut akan mengenai bagian
dari thermistor, sehingga akan terjadi perubahan nilai resistansinya
18

didalamnya. Gambar 2.9 menunjukan bentuk fisik sensor suhu thermistor


NTC.

Gambar 2.9. thermistor NTC

2.7. AC TO DC ISOLATED

HLK-PM01 merupakan modul power supply step-down terisolasi


plastik tertutup yang dipasang pada PCB, power supply ini bekerja pada
rating tegangan 100V-240V AC pada frekuensi 50/60 Hz dengan Ouput
5V DC / 3W DC. Pengunaan modul ini biasanya pada rangkaian
mikrokontroller yang harus disupply langsung oleh daya listrik AC.
keuntungan penggunaan modul-HLK-PM01 yaitu kenaikan suhu rendah,
daya rendah, efisiensi tinggi, keandalan tinggi, dan isolasi keamanan
tinggi sehingga banyak digunakan. Gambar 2.10 merupakan bentuk fisik
modul power supply step down HLK-PM01.

Gambar.2.10. HLK-PM01
BAB III

PERENCANAAN DAN PEMBUATAN ALAT

Pada bab III ini akan dijelaskan mengenai perancangan secara


umum dan pembuatan perangkat keras dari proyek akhir “Prototipe Alat
Pendeteksi Dini Gangguan NH-Fuse Pada PHB-TR”.

3.1 KONFIGURASI SISTEM

Sistem yang dibuat pada proyek akhir ini akan berfungsi


mendeteksi gangguan seperti pada saat putusnya NH-Fuse, bocornya
isolasi pada NH-Fuse dan gangguan pada NH-Fuse tidak terpasang
sempurna yang nantinya informasi tersebut disampaikan kepada petugas
melalui sms. Sehingga prototipe alat pendeteksi dini gangguan NH-Fuse
ini mampu mendeteksi gangguan lebih cepat dari laporan pelanggan.
Untuk memperjelas perancanaan system yang akan dibuat, maka
dibuatlah blok diagram seperti yang terlihat pada Gambar 3.1.

Gambar 3.1. Blok Diagram Sistem

Proyek akhir ini dirancang untuk mendeteksi gangguan NH-Fuse,


gangguan yang pertama ketika NH-Fuse putus yaitu dideteksi dengan
19
20

menggunakan sensor tegangan dan sensor arus, ketika NH-Fuse tersebut


putus indikasinya yaitu tegangan dalam keadaan arus 0 ampere dan
tegangan sesuai dengan tegangan sekunder trafo 220 volt(fasa-netral),
selanjutnya gangguan kedua ketika gangguan isolasi bocor yaitu dengan
mendeteksi tegangan pada fuse holder menggunakan sensor tegangan
ketika tahanan isolasi pada nh-fuse bocor maka terdapat nilai tegangan >
0 Volt pada fuse holder lalu untuk gangguan yang terakhir yaitu NH-Fuse
tidak terpasang sempurna dideteksi dengan sensor suhu dengan
indikasinya yaitu saat suhu pada NH-Fuse > 32 ℃. Setelah itu alat
pendeteksi dini gangguan NH-Fuse yang dibuat akan mendeteksi
gangguan yang terjadi dan mengirimkan informasi gangguan tersebut via
SMS ke handphone petugas oleh SIM 800L V1 sehingga petugas dapat
mengetahui gangguan yang terjadi lebih dini dari pada laporan pelanggan,
alat ini juga dilengkapi LCD Oled sebagai monitor tegangan,arus dan
suhu, sehingga pada saat petugas melakukan pemeliharaan dapat
melalukan pemantauan secara langsung ke alat tersebut. Prinsip kerja dari
sistem yang dibuat adalah sebagai berikut :
1. Selain alat yang saya rancang diatas system ini juga terdapat
sumber dan beban yang sudah ditentukan yaitu untuk sumber
menggunakan jala jala PLN 220 V dan untuk beban menggunakan
beban setrika, rice cooker dan laptop, pada proyek akhir ini
menggunakan NH-Fuse rating 6A dan MCB 2A untuk simulasi
pengujian NH-Fuse putus dan fuse holder tembus.
2. Pada pembuatan alat proyek akhir ini, digunakan sensor tegangan
ZMPT101B berjumlah 4 buah,yang nantinya 3 buah sensor
ZMPT101B mendeteksi tegangan ditiap fasa dengan pengukuran
Fasa-Netral dan 1 buah sensor ZMPT101B dibody fuse holder
dengan pengukuran Fasa-Netral, Sensor arus SCT-013-020
berjumlah 3 buah, yang digunakan untuk mendeteksi arus yang
mengalir pada tiap fasa dan sensor suhu NTC berjumlah 3 buah
untuk mendeteksi suhu pada NH-Fuse yang akan disensing pada
tiap fasa, lalu sensor sensor tersebut akan me sensing sebagai data
yang akan diolah menggunakan mikrokontroller ARM STM32F1,
data yang telah diolah akan dijadikan sebagai acuan terjadinya
gangguan yang terjadi pada tiap fasa.
21

3. Data dari sensor tersebut juga nantinya akan ditampilkan pada


LCD Oled yang berada pada alat tersebut dan pada saat terjadi
gangguan maka data dari sensor yang telah diolah oleh
mikrokontroller akan memerintahkan otomatis modul SIM800L
V1 untuk memberikan informasi ke Handphone melalui SMS.

3.2 PERENCANAAN DAN PEMBUATAN PERANGKAT


KERAS

Dari Gambar 3.1 pada blog diagram berikut perencanaan


pembuatan perangkat keras proyek akhir meliputi :
a) Perencanaan dan Pembuatan Rangkaian PCB
b) Perencanaan Mikrokontroller
c) Perencanaan Sensor Tegangan
d) Perencanaan Sensor Arus
e) Perencanaan Sensor Suhu
f) Perencanaan SMS SIM800L V1
g) Perencanaan LCD Oled 1.3 Inch 12C 128X64 Display
h) Perencanaan Akrilik
i) Perencanaan Deteksi Gangguan Pada NH-Fuse

3.2.1 Perencanaan dan Pembuatan Rangkaian PCB

Pada proyek akhir ini digunakan Printed Circuit Board (PCB) atau
papan rangkaian tercetak adalah papan rangkaian yang berfungsi sebagai
tempat penghubung jalur konduktor dan penyusunan letak komponen-
komponen elektronika. Yang dimaksud dengan jalur konduktor adalah
sistem pengkabelan antar komponen sebagai bagian dari hubungan data
dan kelistrikan pada komponen tersebut.

Dalam proses pembuatan desain rangkaian dan jalur pada PCB


saya menggunakan software EAGLE versi 8.4.0. Gambar 3.2
menunjukkan susunan komponen proyek akhir pada software EAGLE.
22

Gambar 3.2. Penyusunan Komponen Proyek Akhir pada Eagle

Setelah menyusun komponen yang akan digunakan, kemudian


mmerangkai jalur konduktor untuk menghubungkan antar komponen
pada EAGLE, Gambar 3.3 merupakan hasil dari rangkaian board PCB
yang telah dibuat.

Gambar 3.3. Rangkaian Board PCB


23

untuk jalur yang berwarna biru merupakan jalur yang berada


pada board bagian bawah, untuk jalur warna merah merupakan jalur
untuk jumper dan untuk semua komponen berada pada atas board,
perlu diketahui dalam perancangan papan PCB ini ada beberapa yang
perlu diperhatikan yaitu :
1. Usahakan jalurnya sependek mungkin sehingga tidak
memakan banyak tempat .
2. Ushakan belokan saat merangkai jalur konduktor lebih dari
90°.
3. Usahakan agar jumpernya sedikit mungkin.
Tahapan terakhir dari pembuatan PCB yaitu mencetak
rangkaian tersebut pada board sesuai ukuran yang sudah di tentukan
pada proses rangkaian diatas. Gambar 3.4 menunjukkan hasil cetak
board PCB.

Gambar 3.4. Hasil Cetak PCB

Kemudian memasang komponen yang digunakan pada proyek


akhir ini pada Board PCB. Gambar 3.5 menunjukkan hasil pemasangan
komponen proyek akhir.
24

Gambar 3.5. Hasil Pemasangan Komponen Proyek Akhir

3.2.2 Perencanaan Mikrokontroller

Pada Proyek akhir ini menggunakan mikrokontroller ARM


STM32F103C8T6 dikarenakan Pada saat perkuliahan pernah
mempelajari mikrokontroller yang sama dengan yang digunakan pada
proyek akhir ini serta pin analog mikrokontroller ARM
STM32F103C8T6 masih mencukupi untuk komponen yang digunakan
pada proyek akhir, kemudian untuk sumber dari mikrokontroller ini
mengguanakan power supply 3,3v. Gambar 3.6 menunjukkan desain
tempat mikrokontroller pada rangkaian board.

Gambar 3.6. Board Mikrokontroller ARM STM32F103C8T6


25

Kemudian pada Gambar 3.7. merupakan tampilan real dari posisi


mikrokontroller.

Gambar 3.7. Hardware Mikrokontroller ARM STM32F103C8T6

3.2.3 Perencanaan Sensor Tegangan

Pada proyek akhir ini menggunakan sensor ZMPT101B untuk


membaca nilai tegangan, sensor ini dapat bekerja pada tegangan AC
0Volt-1000Volt dengan output dari sensor ini berupa tegangan DC yang
akan dibaca oleh mikrokontroller yaitu 0-5 Volt. Sensor ini memiliki 4
pin diantaranya pin 1 dan pin 2 untuk input utama dan pin 3 dan 4 untuk
output. Sensor tegangan ZMPT101B memiliki isolasi tegangan sebesar
4000V dan bekerja optimal pada suhu - 40℃. sampai 70℃. Gambar 3.8
menunjukkan skematik rangkaian sensor ZMPT101B.

Gambar 3.8. Skematik Rangkaian Sensor ZMPT101B

Dalam percobaan nanti tegangan yang digunakan yaitu sebesar


220 Volt atau dengan pengukuran Fasa-Netral, Prinsip kerja dari sensor
ini adalah menurunkan tegangan input menggunakan step down
26

transformator, kemudian dengan masuk ke op-amp dan didapat nilai


keluaran yang stabil tergantung dari nilai inputnya. Sensor tegangan
ZMPT101B yang digunakan pada proyek akhir ini berjumlah 4 buah.
Gambar 3.9 menunjukkan Desain sensor tegangan ZMPT101B yang
dirangkai pada PCB.

Gambar 3.9. Board Sensor Tegangan ZMPT101B

Pada Gambar 3.9 menunjukkan board sensor tegangan dengan


jumlah 4 buah, posisi input berada dipinggir atas bertujuan untuk
memudahkan kabel tegangan input masuk pada sensor dan untuk output
zmpt menghadap pada mikrokontroller sehingga effisien dalam
pembuatan jalur pada board PCB dan juga dapat mempermudah
pengukuran. Output dari sensor tersebut nantinya akan langsung
mengukur tegangan yang dalam percobaan nanti menggunakan sumber
220 V. Kemudian Gambar 3.10 menunjukkan penempatan sensor
tegangan ZMPT101B secara real.
27

Gambar 3.10. Hardware Sensor Tegangan ZMPT101B

3.2.4 Perencanaan Sensor Arus

Pada proyek akhir ini menggunakan sensor arus SCT-013-010


dengan range 10 A/1 V yang nantinya dapat melakukan pengukuran arus
hingga 10 A dengan output VDC sebesar 0-1 Volt, sensor arus pada
proyek akhir ini berjumlah 3 buah, Hasil pembacaan ini akan masuk
melalui pin ADC mikrokontroller, sehinga diketahui besarnya nilai arus
yang mengalir setelah melalui beberapa konversi. Untuk melakukan
pengukuran dengan sensor arus sct-013-010 perlu menggunakan
rangkaian tambahan dengan komponen 2 resistor 10k Ω dan 1 kapasitor
10uF, resistor tersebut berfungsi sebagai pembagi tegangan dan untuk
menggeser titik offset sensor menjadi diatas 0 volt, untuk kapasitor
berfungsi menstabilkan tegangan hasil dari pembagian tegangan. Gambar
3.11 menunjukkan wiring diagram rangkaian tambahan sensor SCT 013-
010 ke Mikrokontroller.
28

Gambar 3.11. Wiring Rangkaian Tambahan SCT-013-010

Untuk perancangan sensor arus SCT-013-010 pada board yaitu


rangkaian tambahan komponen resistor dan kapasitor disertai dengan
konektor untuk penyambungan antara sct dengan rangkaian board PCB.
Gambar 3.12 menunjukkan tempat desain rangkaian tambahan pada PCB.

Gambar 3.12. Board Rangkaian Tambahan Sensor Arus

Untuk Rangkaian tambahan pada Gambar 3.12 tersebut adalah 2


resistor dan 1 kapasitor di tempatkan pada sebelah kiri Board PCB
konektor bertujuan untuk mempermudah penyambungan antara sensor
dengan konektor . Gambar 3.13 menunjukkan tampilan real penempatan
rangkaian tambahan sensor arus SCT-013-010 pada PCB.
29

Gambar 3.13. Hardware Rangkaian Tambahan Sensor Arus

3.2.5 Perencanaan Sensor Suhu

Pada proyek akhir ini menggunakan sensor suhu NTC 10 K yang


berjumlah 3 buah, sensor suhu NTC ini bekerja dengan cara mendeteksi
besaran fisis berupa suhu kemudian dikonversikan ke besaran listrik
berupa tegangan (volt) menggunakan perbandingan temperatur yang
bergantung dengan resitansinya kemudian data tersebut akan diolah oleh
mikrokontroller. Sensor suhu NTC awalnya memiliki nilai resistansi yang
tinggi untuk membatasi arus yang mengalir, saat mendeteksi panas nilai
resistansinya akan menurun seiring bertambahnya suhu. Terdapat
rangkaian tambahan berupa resistor 10 K yang berfungsi sebagai pembagi
tegangan pada sensor NTC. Gambar 3.14 menunjukkan schematic
rangkaian NTC.

Gambar 3.14. Schematic Rangkaian NTC


30

Untuk Rangkaian tambahan pada Gambar 3.14 tersebut adalah


resistor 10 K yang ditempatkan di kanan PCB sehingga penempatan
sensor NTC pada PCB lebih effisien. Gambar 3.15 merupakan desain
penempatan rangkaian tambahan sensor NTC 10K pada PCB.

Gambar 3.15. Board Rangkaian Tambahan Sensor Suhu NTC

Kemudian Gambar 3.16 menunjukkan tampilan real dari


penempatan rangkaian tambahan sensor suhu NTC.

Gambar 3.16. Hardware Rangkaian Tambahan Sensor Suhu NTC


31

3.2.6 Perencanaan SMS SIM800L V1

Pada proyek akhir ini menggunakan SMS sebaga media


infoermasi jarak jauh yang nantinya akan mengirim gangguan pada saat
NH -Fuse putus, NH Fuse Holder tembus dan NH-Fuse tidak terpasang
sempurna . SIM800L V1 ini mempunyai vcc 3,4 v- 4,4 v tetapi modul ini
akan stabil saat berada pada vcc 3,7 v sehingga dibutuhkan modul
tambahan yaitu modul MP1584 buck converter untuk menurunkan
tegangan dari 5 v DC menjadi 3,7 v, Gambar 3.17 yaitu perancangan
SIM800L V1 pada rangkaian board.

Gambar 3.17. Board SIM800L V1

Pada rangkaian board Gambar 3.17 posisi dari SIM800L V1


ditempatkan sebelah LCD oled sudah cukup efisien karena ukuran modul
sms yang kecil sehingga tidak memerlukan tempat yang terlalu banyak
pada rangkain board, Gambar 3.18 menunjukkan tampilan real posisi
SIM800L V1 pada rangkaian board.
32

Gambar 3.18. Hardware SIM800L V1

3.2.7 Perencanaan LCD Oled 1.3 Inch I2C 128x64 Display

Pada proyek akhir ini tampilan jarak dekat menggunakan LCD


Oled terbuat dari karbon dan hidrogen. Untuk komunikasi dengan
Mikrokontroler menggunakan Komunikasi I2C, menggunakan 2 pin yaitu
pin Sda dan Pin Scl, sehingga Menghemat Pin yang digunakan, Lcd Oled
tersebut nantinya akan menampilkan nilai arus, tegangan, dan suhu pada
setiap fasa R-S-T. Gambar 3.19 yaitu tampilan desain rangkaian LCD
Oled pada board.

Gambar 3.19. Board LCD Oled

Gambar 3.19 menunjukan posisi LCD Oled pada rangkaian board


PCB, karena LCD mempunyai ukuran yang cukup kecil sehingga dapat
langsung dipasang pada board. Pada Gambar 3.20 merupakan tampilan
real dari LCD Oled.
33

Gambar 3.20. Hardware LCD Oled

3.2.8 Perencanaan Akrilik

Pada proyek akhir ini menggunakan akrilik untuk penempatan alat


dan komponen, alat yang berada pada akrilik tersebut yaitu board, nh-fuse
6A, mcb 2A, konektor kabel dan instalasi dari kabel. Instalasi
pengkabelan pada kabel tersebut berada pada bawah akrilik dan untuk
desain akrilik proyek akhir berbentuk U serta diberi tutup untuk sebelah
kanan dan kiri agar nantinya dapat terlihat lebih rapi. Gambar 3.21
menunjukkan desain akrilik dan ukurannya sebelum dicetak.

Gambar 3.21. Desain Akrilik


34

Gambar 3.21 merupakan desain dan ukuran pada akrilik, horizontal pada
desain akrilik tersebut berukuran 42 cm dan ukuran vertikal bagian datar
yaitu 29 cm kemudian untuk ukuran kaki akrilik yang berbentuk L dengan
ukuran 5 cm dan 4 cm.

3.2.9 Perencanaan Deteksi Gangguan Pada NH-Fuse

Pada proyek akhir ini alat prototipe dirancang untuk mendeteksi


gangguan NH-Fuse dengan menggunakan NH-Fuse 6A dan mcb 2A
sebagai simulasi NH-Fuse putus, komponen tersebut dirangkai dengan
sumber 1 fasa diparalel dijadikan seperti sumber R S T kemudian menuju
mcb 1 fasa dengan rating mcb 2A lalu menuju NH-Fuse 6 A dan
dilanjutkan ke beban , lalu mcb 1 fasa untuk simulasi gangguan tahanan
isolasi fuse holder bocor. Serta melakukan pemasangan NH-Fuse dengan
tidak memasukkannya penuh ke fuse holder untuk simulasi gangguan
NH-Fuse tidak terpasang sempurna. Gambar 3.22 merupakan rangkaian
perencanaan gangguan pada NH-Fuse.

Gambar 3.22. Prototipe Alat Pendeteksi Dini Gangguan NH-Fuse

untuk gangguan yang pertama yaitu mensimulasikan gangguan


NH-Fuse putus dengan mcb trip yaitu memberikan beban pada mcb
35

hingga melebihi batas mcb 2A jika mcb tersebut trip maka sistem akan
menganggap bahwa NH-Fuse tersebut sudah putus lalu sistem tersebut
akan mengirimkan informasi gangguan tersebut berupa sms.

Gangguan yang kedua yaitu tahanan isolasi fuse holder


bocor/tembus sehingga terdapat tegangan pada fuse holder, fuse holder
merupakan dudukan / tempat untuk memasang NH-Fuse , pada
perencanaan sistem proyek akhir ini diberikan sensor tegangan pada fuse
holder, yang berfungsi untuk mendeteksi apabila terdapat tegangan pada
fuse holder, untuk simulasi gangguan tahanan isolasi fuse holder bocor
yaitu dengan menyalakan mcb 2A untuk memberikan tegangan pada fuse
holder, apabila pada fuse holder terdapat tegangan maka sistem akan
menganggap bahwa tahanan isolasi fuse holder sudah bocor/ tembus lalu
sistem akan mengirimkan informasi gangguan tersebut berupa sms.

Gangguan yang ketiga yaitu NH-Fuse tidak masuk sempurna


pada, pada perencanaan sistem proyek akhir ini diberikan sensor suhu
pada NH-Fuse yang berfungsi untuk mendeteksi suhu apabila NH- Fuse
tidak masuk sempurna maka akan cepat panas untuk simulasinya dengan
memasang NH-Fuse dengan tidak dimasukkan secara sempurna ke fuse
holder kemudian diberikan beban masing masing fasa sama , apabila suhu
sudah melebihi >32 ℃ maka sistem akan menganggap bahwa NH- Fuse
tidak masuk sempurna lalu sistem akan mengirimksn informasi
gangguan berupa sms.
36

“Halaman ini sengaja dikosongkan”


BAB IV

PENGUJIAN DAN ANALISA

Dalam bab ini akan dilakukan pengujian dan analisa sub-bagian


pada sistem sesuai dengan perencanaan yang telah dilakukan pada BAB
III. Pengujian dimaksudkan untuk mendapatkan evaluasi terhadap hasil
dari rangkaian maupun sistem agar diperoleh kinerja yang sesuai dengan
yang diharapkan. Adapun metode pengujian dapat dijelaskan pada sub
Bab 4.1.

4.1 METODE PENGUJIAN

Pada proyek akhir ini terdapat 2 metode pengujian, medote yang


pertama yaitu pengujian secara partisi dan metode yang kedua yaitu
pengujian integrasi sistem. Pengujian partisi ini dilakukan dengan
menguji beberapa peralatan secara terpisah yang akan digunakan didalam
sistem. Sedangkan pada pengujian integrasi yaitu akan menguji
kemampuan sistem secara keseluruhan sesuai dengan blok diagram.

Pengujian integrasi pada proyek akhir ini bermaksud untuk


mengetahui apakah sistem dapat mendeteksi gangguan NH-Fuse putus,
isolasi Fuse holder bocor dan , lalu dapat menyampaikan gangguan
tersebut berupa informasi kepada PLN melalui sms. hardware dan
software yang telah dirangkai selama ini menentukan baik atau tidak saat
dilakukan pengujian integrasi, sehingga jika hardware dan software sudah
dalam keadaan baik harusnya pengujian integrasi ini berjalan dengan
lancar.
Agar pengujian integrasi berjalan lancar maka sangatlah
diperlukan pengujian secara partisi, agar komponen disetiap sistem
berjalan sesuai dengan yang diharapkan terutama pada sensor
tegangan,arus dan sensor suhu karena akurasi dari sensor tersebut
merupakan inti dari keberhasilan dari proyek akhir ini, tetapi pengiriman
informasi juga penting karena tujuan akhir pada alat ini adalah dapat
memberikan informasi apabila terjadi gangguan NH-Fuse kepada PLN
melalui sms.

37
38

Pengujian secara partisi bertujuan bukan hanya untuk mengetahui


akurasi dan kondisi komponen tetapi untuk sensor arus dan sensor
tegangan juga untuk keperluan kalibrasi yaitu untuk mengetahui rumus
pembacaan sensor yang pada akhirnya juga mempengaruhi akurasi dari
sensor tersebut. Sedangkan untuk sensor suhu tidak membutuhkan
kalibrasi. Kesulitan pada proyek akhir ini sebagian besar adalah untuk
memperoleh pembacaaan dengan error yang sangat kecil, sehingga untuk
melakukan kalibrasi haruslah dilakukan dengan sangat teliti dan berulang
ulang hingga mencapai error terkecil.

4.2 PENGUJIAN PARTISI

Pengujian secara partisi ini ada beberapa tahap, mulai dari


kalibrasi, hasil baca ADC, hasil pengujian. adapun pengujian parsial dari
sistem yang dilakukan terdiri dari beberapa pengujian yang meliputi:
1. Pengujian Sensor Tegangan ZMPT101B
2. Pengujian Sensor Arus SCT-013-010
3. Pengujian Sensor Suhu NTC 10K
4. Pengujian LCD Oled
5. Pengujian SIM 800L V1
4.2.1 Pengujian Sensor Tegangan ZMPT101B

Sensor tegangan yang digunakan pada proyek akhir ini adalah


ZMPT101B berjumlah 4 buah. Sensor tegangan diletakkan pada setiap
fasa R,S dan T dan pada fuse holder. Sensor tegangan pada rancangan alat
proyek akhir ini berfungsi sebagai tempat untuk input tegangan, sehingga
ketika sensor tegangan terpasang pada kabel setiap fasa maka sensor
tegangan akan bekerja dan melalui mikrokontroller ARM STM32F1
kemudian Sensor akan langsung dapat mendeteksi tegangan 220v tanpa
rangkaian tambahan sehingga sensor ini mudah digunakan dan banyak
yang menggunakan, output sensor ini langsung fasa-netral yang nantinya
untuk mengukur tegangan listrik pln 220v. Berikut pengujian sensor
tegangan terdapat 2 tahapan,yaitu :
1. Melakukan kalibrasi untuk mencari rumus persamaan ADC
2. Mencari Error pembacaan sensor tegangan
39

Untuk pengujian yang pertama yaitu mencari rumus persamaan


dengan perbandingan antara tegangan dan ADC, langkah ini dimulai
dengan sampling tegangan dari 100 Volt-230 Volt,untuk tegangan
dibawah 100 V tidak dilakukan karena pada proyek akhir ini tegangan
operasi pada sistem ini sekitar tegangan 220 Volt. Gambar 4.1
menunjukkan wiring rangkaian kalibrasi sensor tegangan ZMPT101B.

Gambar 4.1. Wiring Rangkaian Pengujian Sensor tegangan ZMPT101B

Pada Gambar 4.1 untuk sumber yang digunakan adalah variac


dengan kalibrasi antara tegangan 100-230 Volt dengan interval 10 Volt
dengan menggunakan tang ampere sebagai voltmeter sebagai pembaca
tegangan untuk dibandingkan dengan ADC yang dibaca oleh
mikrokontroller dan ditampilkan oleh LCD sehingga menghasilkan
rumus persamaan ADC. Selanjutnya adalah proses saat pengujian sensor
tegangan menggunakan sumber variac. Gambar 4.2 merupakan proses
kalibrasi sensor tegangan.

Gambar 4.2. Proses Pengujian Sensor Tegangan


40

Proses pada Gambar 4.2 proses kalibrasi langsung menggunakan


4 buah sensor ZMPT101B serta sensor sudah dalam board selain
menghemat waktu kalibrasi dan agar tidak ada perbedaan tegangan pada
keempat sensor tegangan saat dalam suatu sistem alat, meskipun ada
perbedaan tapi tidak terlalu besar. Untuk kesulitan pada saat kalibrasi
sensor tegangan yaitu nilai pada adc selalu berubah ubah sehuingga harus
dilakukan dengan teliti pembacaan adc sensor ZMPT101B, dari
permasalahan tersebut haruslah mengambil nilai yang cenderung muncul
dan melakukan hal tersebut secara konsisten dari semua samplin agar
rumus yang didapat stabil dan sebanding. Tabel 4.1 menunjukkan data
kalibrasi sensor tegangan ZMPT101B.

Tabel 4.1. Data Kalibrasi Sensor Tegangan ZMPT101B

R S T F
Tegangan (Volt) ADC
100 508 647 229 332
110 532 672 252 357
120 551 702 274 378
130 575 729 298 395
140 595 751 318 412
150 617 779 342 425
160 634 801 364 440
170 653 826 383 454
180 670 849 398 466
190 692 872 414 478
200 710 898 427 491
210 739 941 451 506
220 747 943 452 507
230 758 951 462 514

Pada Tabel 4.1 didapat hasil nilai ADC sensor tegangan


ZMPT101B dari beberapa data tegangan yang diambil yaitu antara 100-
41

230 Volt. Dari nilai ADC ini rumus persamaan didapat, proses
mendapatkan rumus persamaan yaitu dari nilai tegangan dan adc yang
nantinya dibuat grafik dengan sumbu X nilai ADC dan sumbu Y nilai
tegangan, jika nilai R cenderung mendekati nilai 1 maka nilai persamaan
tersebut baik dan jika tampilan garis persamaan tersebut lurus atau tidak
berbelok maka artinya nilai antara adc dan tegangan tersebut sebanding
atau sesuai. Tetapi pada saat kalibrasi tegangan ZMPT101B grafik
sedikit berbelok namun hasil error masih masuk dalam toleransi. Gambar
4.3 merupakan hubungan grafik antara tegangan dan ADC fasa R.

Grafik Sensor ZMP101B Phase R


240
220 y = 0,5086x - 161,28
200 R² = 0,9966
Sumbu Y

180
160
140
120
100
500 600 700 800
Sumbu X
Gambar 4.3. Grafik Sensor Tegangan Fasa R

Dari Gambar 4.3 grafik fasa R hubungan antara tegangan dan ADC
nilai R²=0,9966 artinya rumus meskipun pada grafik sedikit berbelok
tetapi masih termasuk sebanding atau mempunyai perbedaan nilai
tegangan dengan adc yg teratur, kemudian didapat persamaan y = 0,5086x
- 161,28 lalu dimasukkan rumus persamaan pada kodingan stm32cubeide
seperti ini V4_RMS = (ADC_RMS_V4 x 0,5086) - 161,28. Gambar 4.4
menunjukkan rumus pada program stm32cubeide.
42

Gambar 4.4. Rumus Persamaan Sensor Tegangan Fasa R

Pada Gambar 4.4 merupakan rumus persamaan pada kodingan


stm32cubeide yang sudah dimasukkan nilai persamaan pada grafik sensor
tegangan fasa R lalu akan menjadi sebuah nilai Vrms atau nilai tegangan
yang sesungguhnya.

Begitu pula dengan fasa S proses codingannya sama dengan proses


diatas, lalu untuk gambar hubungan grafik antara tegangan dan ADC fasa
S pada Gambar 4.5.

Grafik Sensor ZMPT101B Phase S


240
220 y = 0,4071x - 165,34
200 R² = 0,9937
Sumbu Y

180
160
140
120
100
600 700 800 900 1000
Sumbu X

Gambar 4.5. Grafik Sensor Tegangan Fasa S


43

Pada Gambar 4.5 grafik fasa S hubungan antara tegangan dan


ADC nilai R² 0,9937 dan dari grafik tersebut didapat persamaan y =
0,4071x – 165,34. lalu dimasukkan rumus persamaan pada kodingan
stm32cubeide seperti ini V3_RMS = (ADC_RMS_V3 x 0,4071) - 164,34.
Gambar 4.6 merupakan rumus pada program stm32cubeide.

Gambar 4.6. Rumus Persamaan Sensor Tegangan Fasa S

Lalu pada fasa T , grafik hubungan antara arus dan ADC fasa T
ditunjukkan pada Gambar 4.7.

Grafik Sensor ZMPT101B Phase T


240
220 y = 0,5335x - 27,964
R² = 0,9839
200
Sumbu Y

180
160
140
120
100
200 250 300 350 400 450 500
Sumbu X
Gambar 4.7. Grafik Sensor Tegangan Fasa T
44

Gambar 4.7 grafik fasa T hubungan antara tegangan dan ADC nilai
R² 0,9839 dan didapat persamaan y = 0,5335x – 27,964 lalu dimasukkan
rumus persamaan pada kodingan stm32cubeide seperti ini V2_RMS =
(ADC_RMS_V2 x 0,4071) - 164,34. Gambar 4.8 menunjukkan rumus
pada program stm32cubeide.

Gambar 4.8. Rumus Persamaan Sensor Tegangan Fasa T

Lalu untuk sensor tegangan yang digunakan untuk mendeteksi


gangguan pada Fuse holder yang diberi nama fasa F. Gambar 4.9
menunjukkan grafik hubungan antara arus dan adc pada fasa F.

Grafik Sensor ZMPT101B Phase F


240
220 y = 0,706x - 145,39
200 R² = 0,9786
Sumbu Y

180
160
140
120
100
300 350 400 450 500 550
Sumbu X

Gambar 4.9. Grafik Sensor Tegangan Fasa F


45

Gambar 4.9 grafik fasa F hubungan antara tegangan dan ADC nilai
R² 0,9786 dan didapat persamaan y = 0,706x – 145,39 lalu dimasukkan
rumus persamaan pada kodingan stm32cubeide seperti ini V1_RMS =
(ADC_RMS_V2 x 0,706) - 145,39. Gambar 4.10 menunjukkan rumus
pada program stm32cubeide.

Gambar 4.10. Rumus Persamaan Sensor Tegangan Fasa F

Dari keempat grafik diatas fasa R,S,T dan fasa F merupakan grafik
yang tergolong baik karena grafik tersebut termasuk linier bisa dilihat R²
pada keempat grafik tersebut, grafik R² fasa R adalah 0,9966 kemudian
R² fasa S adalah 0,9937 lalu pada fasa T adalah 0,9839 dan pada Fasa F
adalah 0,9786 yang artinya grafik tersebut masih linier karena masih
sangat mendekati dengan nilai 1. Pada tahapan ini sudah mendapat rumus
persamaan dan sudah dimasukkan dalam prorgram Mikrokontroller
STM32F103C8T6 sehingga proses kalibrasi sudah selesai.

Setelah melakukan pengujian kalibrasi tahap selanjutnya yaitu


menggunakan rumus tadi sebagai pembacaan dan membandingan sensor
tegangan dengan alat ukur tang ampere untuk mencari error dari hasil
baca tegangan rms (Vrms) atau tegangan yang sebenarnya, untuk
rangkaian pengujian error tegangan sama dengan rangkaian pengujian
kalibrasi yang telah dilakukan yaitu menggunakan sumber variac yang
tegangannya nanti diubah-ubah dari 100-230V. Gambar 4.11 merupakan
hasil perbandingan alat ukur dengan sensor tegangan ZMPT101B.
46

Gambar 4.11. Perbandingan Antara Alat Ukur Dengan Sensor


Tegangan
Gambar 4.11 merupakan perbandingan sensor tegangan yang
sudah dikalibrasi dengan alat ukur tang ampere. Kemudian pada Tabel 4.2
menunjukkan hasil data perbandingan alat ukur dengan sensor tegangan
ZMPT101B.
Tabel 4.2. Data Perbandingan Alat Ukur Dengan Sensor Tegangan

Dari perbandingan alat ukur dan sensor tegangan pada Tabel 4.2
tersebut pengukuran untuk sensor tegangan pada semua fasa sangat baik,
karena error sekitar < 5% dan rata rata error < 2 % sehingga sensor
tegangan ZMPT101B pada setiap fasa layak untuk digunakan, untuk
rumus error diatas menggunakan rumus sebagai berikut:
𝑉𝑣𝑎𝑟𝑖𝑎𝑐 − 𝑉𝑠𝑒𝑛𝑠𝑜𝑟
𝐸𝑟𝑟𝑜𝑟(%) = 𝑥 100
𝑉𝑣𝑎𝑟𝑖𝑎𝑐
47

Pada tahap ini pengujian untuk sensor tegangan secara partisi


sudah selesai, hasil pengujian tersebut mempunyai error <5 %, berarti
sensor tegangan dalam keadaan baik dan memepunyai akurasi yang cukup
akurat, untuk itu sensor tegangan fasa R,S,T dan F sudah siap digunakan
untuk pengukuran nilai tegangan pada alat atau sudah siap di integrasikan
dengan komponen-komponen yang lain.

4.2.2 Pengujian Sensor Arus SCT-013-010

Sensor arus yang digunakan pada proyek akhir ini adalah Pada
proyek akhir ini yaitu SCT-013-010, pada proyek akhir ini menggunakan
sensor arus berjumlah 3 buah, SCT-013-010 merupakan sensor arus
dengan batas ukur 10A dan output max sebesar 1 V sensor arus SCT-013-
010 ini menggunakan konsep cara kerja trafo arus. Jadi transformator
arus ini sudah dirancang untuk mendapatkan nilai arus sekunder yang
lebih kecil dibandingkan sisi primernya sehingga aman untuk dilakukan
pengukuran, cara kerja transformator arus yaitu koil induksi yang
mendekati perubahan medan magnet yang terjadi disekeliling konduktor
pembawa arus. Dengan mengukur jumlah arus yang dibangkitkan oleh
koil maka jumlah arus yang melewati konduktor tersebut dapat dihitung.
Sensor arus diletakkan pada masing masing fasa berfungsi untuk
mendeteksi arus pada tiap fasa. Sensor arus pada rancangan alat prototipe
ini berfungsi sebagai input sensor arus, sehingga ketika sensor arus
terpasang pada kabel stiap fasa maka sensor arus akan bekerja dan dioalah
oleh mikrokontroller STM32F1. Pada Pengujian sensor ini harus
dilakukan sesuai dengan tahapannya dan dilakukan dengan teliti agar
nantinya saat dilakukan integrasi sistem dapat berjalan dengan baik dan
nilai error kecil. Berikut tahapan pengujian sensor arus :
Ada 2 tahapan dalam melakukan pengujian sensor arus :
1. Melakukan kalibrasi untuk mencari rumus persamaan ADC
2. Mencari Error pembacaan sensor arus
Pada pengujian pertama yaitu melakukan kalibrasi untuk mencari
rumus persamaan ADC. Gambar 4.12 merupakan wiring rangkaian
kalibrasi pengujian Arus SCT-013-010.
48

Gambar 4.12. Rangkaian Kalibrasi Pengujian Sensor Arus SCT-013-010

Gambar 4.12 menunjukkan rangkaian kalibrasi pengujian sensor


arus, sensor arus SCT-013-010 yang digunakan seperti clamp maka tidak
perlu mengubah atau memutus rangkaian. Pada sensor arus SCT-013-010
menggunakan rangkaian tambahan dengan komponen 2 resistor 10k Ω
dan 1 kapasitor 10uF, resistor tersebut berfungsi sebagai pembagi
tegangan dan untuk menggeser titik offset sensor menjadi diatas 0 volt,
untuk kapasitor berfungsi menstabilkan tegangan hasil dari pembagian
tegangan. Rangkaian tambahan tersebut diletakkan pada board PCB,
untuk kalibrasi pengujian sensor arus SCT-013-010 dengan
menggunakan sumber varic,trafo step down dan beban lampu 100 Watt,
trafo step down ini berfungsi untuk mendapatkan arus yang besar
sehingga mendapatkan sampling arus bervariasi, pertama variac diatur
tegangan 0-250 V untuk menyesuaikan arus sehingga arus dapat berubah
dari 0-7,73 A untuk arus kerja yang digunakan pada proyek akhir ini
adalah 0-4 A sehingga kalibrasi tersebut sudah cukup, semakin banyak
sampling yang diambil semakin bagus pula nilai yang didapat dari
kalibrasi. Gambar 4.13 menunjukkan proses kalibrasi pengujian sensor
arus SCT-013-010.
49

Gambar 4.13. Proses Kalibrasi Pengujian Sensor Arus

Dari Gambar 4.13 proses pengujian ini bertujuan yaitu mencari


rumus persamaan dari nilai ADC yang nantinya menjadi nilai Irms atau
nilai arus sebenarnya, proses kalibrasi ini merupakan tahap terpenting
dalam melakukan pengujian sensor arus, karena pada tahap ini nantinya
yang menentukan pengukuran sensor arus SCT-013-010 ini mempunyai
akurasi yang baik atau error yang besar, sehingga untukm endapatkan
hasil pengukuran yang akurat maka saat kalibrasi arus menggunakan
sampling arus yang banyak,untuk parameter arus yang dihasilkan oleh
variac yang sudah ditrafo step down adalah menggunakan tang ampere
sebagai ammeter, pengujian di atas menggunakan sampling arus 17
macam antara 0-7,3A, dengan rancangan alat yang beroprasi pada arus
sekitar 0-4A sampling tersebut sudah termasuk sangat cukup, proses
ketelitihan pembacaan adc dan tang ampare pada saat kalibrasi pengujian
sensor arus merupakan salah satu faktor baik buruknya rumus yang
didapatkan. Tabel 4.3 menunjukkan hasil data kalibrasi sensor arus SCT-
013-010.
50

Tabel 4.3.Data Kalibrasi Sensor Arus SCT-013-010

R S T
Arus (Ampere)
ADC
0,0 0,07 0,07 0,08
0,5 0,46 0,45 0,45
1,0 1,00 0,99 0,98
1,5 1,50 1,50 1,49
2,0 2,00 2,00 1,98
2,5 2,52 2,51 2,50
3,0 3,02 3,01 2,99
3,5 3,53 3,53 3,52
4,0 4,07 4,07 4,05
4,5 4,53 4,54 4,52
5,0 5,10 5,11 5,09
5,5 5,60 5,67 5,69
6,0 6,20 6,22 6,19
6,5 6,69 6,70 6,68
7,0 7,09 7,11 7,06
7,3 7,25 7,27 7,23

Pada Tabel 4.3 didapat nilai ADC dari beberapa sample data
yang diambil yaitu antara 0-7,3 A, dari nilai ADC yang didapat saat
kalibrasi fasa R,S dan T mempunyai nilai ADC yang hampir sama.
Kemudian setelah nilai ADC didapatkan, selanjutnya mendapatkan
rumus persamaan yaitu dari nilai arus dan adc yang nantinya dibuat grafik
dengan sumbu X merupakan nilai ADC dan sumbu Y adalah nilai arus,
selanjutnya menjadikan nilai antara sensor arus dan adc menjadi sebuah
grafik dan nilai persamaan, baik buruknya nilai tersebut dilihat dari nilai
R dan tampilan garis tersebut, jika nilai R cenderung mendekati nilai 1
maka nilai persamaan tersebut baik. Gambar 4.14 menunjukkan grafik
sensor dan nilai persamaan arus fasa R.
51

Grafik Sensor SCT-013-010 Phase R


10

8 y = 0,0085x - 0,1325
R² = 0,9986
Sumbu Y

0
0 200 400 600 800 1000
Sumbu X

Gambar 4.14. Grafik Sensor Arus Fasa R

Dari grafik fasa R tersebut terdapat persamaan hubungan antara


ADC dengan arus, dari persamaan diatas yaitu y = 0,0085x - 0,1325 lalu
dimasukkan rumus persamaan pada kodingan stm32cubeide seperti ini
I1_RMS = (ADC_RMS_I1 x 0,0085) - 0,1325. Gambar 4.15
menunjukkan rumus pada program stm32cubeide.

Gambar 4 15. Rumus Persamaan Sensor Arus Fasa R


52

Berikut merupakan fasa S, hubungan grafik antara arus dan ADC,


gambar 4.16 menunjukkan grafik sensor dan nilai persamaan arus fasa S.

Grafik Sensor SCT-013-010 Phase S


10

8 y = 0,0085x - 0,1435
R² = 0,9987
Sumbu Y

0
0 200 400 600 800 1000
Sumbu X

Gambar 4.16. Grafik Sensor Arus Fasa S

Dari grafik fasa S tersebut merupakan persamaan hubungan antara


arus dan ADC didapat persamaan y = 0,0085x - 0,1435 lalu dimasukkan
rumus persamaan pada kodingan stm32cubeide seperti ini I2_RMS =
(ADC_RMS_I2 x 0,0085) - 0,1435. Gambar 4.17 merupakan rumus pada
program stm32cubeide.

Gambar 4.17. Rumus Persamaan Sensor Arus Fasa S


53

kemudian pada fasa T , grafik hubungan antara arus dan adc pada fasa
T, Gambar 4.18 menunjukkan grafik sensor dan nilai persamaan arus
fasa T.

Grafik Sensor SCT-013-010 Phase T


10

8 y = 0,0085x - 0,1667
R² = 0,9985
Sumbu Y

0
0 200 400 600 800 1000
Sumbu X

Gambar 4.18. Grafik Sensor Arus Fasa T

Dari grafik fasa T tersebut merupakan persamaan hubungan antara


arus dan ADC maka didapat persamaan y = 0,0085x - 0,1667 lalu
dimasukkan rumus persamaan pada kodingan stm32cubeide seperti ini
I3_RMS = (ADC_RMS_I23x 0,0085) - 0,1667. Gambar 4.19 merupakan
rumus pada program stm32cubeide.

Gambar 4.19. Rumus Persamaan Sensor Arus Fasa T


54

Dari ketiga grafik diatas fasa R,S,T merupakan grafik yang


tergolong baik karena grafik tersebut masih terbilang linier dapat dilihat
pada R² pada ketiga grafik tersebut, ketiga grafik tersebut R² = 0,99
hampir mendekati 1 yang artinya grafik tersebut linier dan berbandingan
antara arus dan adc sesuai sehingga nilai pengukuran arus nantinya
kemungkinan juga sesuai.

Setelah melakukan pengujian kalibrasi tahap selanjutnya yaitu


mencari error dari hasil baca arus rms atau arus yang sebenarnya, untuk
rangkaian pengujian error arus sama dengan rangkaian pengujian
kalibrasi yaitu menggunakan sumber variac 1 fasa,trafo stepdown dan
beban lampu 100 Watt. Gambar 4.20 menunjukkan perbandingan alat
ukur dengan sensor arus SCT-013-010.

Gambar 4.20. Hasil Perbandingan Antara Alat Ukur Dengan Sensor


Arus SCT-013-010

Pada Gambar 4.20 merupakan hasil dari sensor arus SCT-013-010


yang sudah dilakukan kalibrasi dibandingkan dengan alat ukur tang
ampere untuk menentukan keakuratan sensor arus tersebut, selanjutnya
pada Tabel 4.4 menunjukkan hasil data perbandingan alat ukur dengan
sensor arus SCT-013-010.
55

Tabel 4.4. Data Perbandingan Alat Ukur Dengan Sensor Arus

Pengujian error pada ketiga sensor arus ini mengambil data yang
sama karena pada saat kalibrasi ketiga sensor arus dipasang bersamaan
dan beban diubah dari beban 0-7,3 A, untuk pembacaan arus
menggunakan LCD Oled sebagai pembacaan supaya langsung
mengetahui hasil dari pembacaan LCD Oled tersebut yang nantinya akan
dibuat pengujian secara integrasi.

Dari hasil pengujian sensor arus diatas masih termasuk baik dan
sensor arus dapat digunakan, karena error dari pengukuran masih antara
0-1%, error terbesar yaitu pada saat pengukuran dengan arus kecil, yaitu
pada pengukuran dengan arus 0,5 A sensor pada fasa R hanya membaca
0,46 A mempunyai error 8 % , pada fasa S membaca 0,45 A mempunyai
error 10 % dan pada fasa T juga mempunyai error yang sama dengan fasa
S hanya membaca 0,45 A sehingga mempunyai error 10 %. Sedangkan
pada pengukuran pada arus diatas 1 A hanya mempunyai error sekitar 0-
4%.
56

4.2.3 Pengujian Sensor Suhu NTC

Pada proyek akhir ini meggunakan sensor suhu NTC 10 KΩ,


sensor suhu yang digunakan berjumlah 3 buah masing masing dipasang
pada tiap fasa, NTC (Negative Temperature COeffisien) merupakan
resistor yang nilai resistansinya dapat berubah-ubah sesuai dengan
perubahan temperatur terhadapnya,jika temperatiur makin tinggi mak
nilai resistansinya kecil dan sebaliknya bila temperature makin rendah
maka nilai resistansinya semakin besar, dikarenakan keterbatasan alat
maka digunakan persamaan Steinhart-Hart yang mendekati kurva respons
suhu thermistor. Gambar 4.21 menunjukkan program sensor suhu NTC
10 KΩ pada kodingan stm32cubeide.

Gambar 4.21. Program sensor suhu NTC 10KΩ

Pada gambar 4.21 Rumus pada Resistor T1 menggunakan rumus


persamaan Steinhart-Hart :
1/T = 1/T0 + 1/B * ln(R/R0)
Pada program tidak dapat membaca In sehingga digantikan dengan
inisialisasi log agar program dapat membaca runus persamaan.

4.2.4 Pengujian LCD Oled

Pada proyek akhir ini meggunakan LCD Oled, LCD ini hanya
mempunya ukuran 1,3 Inch sehingga cukup menghemat tempat pada pcb,
LCD ini juga mepunyai resolusi 238 x 64 pixel dan warna pada tampilan
bisa diubah, untuk tampilannya saya menggunakan warna putih agar
mudah untuk dibaca, LCD Oled ini juga sudah dilengkapi dengan I2C
sehingga pin outputnya lebih sedikit hanya 4 pin, untuk pengujian LCD
Oled dilakukan dengan langsung membaca nilai sensor sensor yang
digunakan. Gambar 4.22 menunjukkan hasil pengujian LCD pada
pembacaan sensor.
57

Gambar 4.22. Pengujian LCD Oled

Pengujian LCD Oled pada gambar 4.22 menggunakan


Mikrokontroller STM32F1 sebagai kontrol untuk menampilkan data
sensor sensor yang digunakan. Tujuan dilakukan pengujian ini yaitu
untuk memastikan program dan LCD Oled sudah berjalan dengan baik,
sehingga ketika menampilkan pengukuran nilai sensor tegangan, arus dan
suhu akan didapatkan hasil yang sesuai.

Hasil yang didapat saat LCD Oled menampilkan data sudah sesuai
dengan program sehingga pengujian lcd ini dikatakan baik.

4.2.5 Pengujian SIM800L V1

Pada proyek akhir ini saat terjadi ganguan pada NH-Fuse maka
sim800l ini akan mengirimkan notifikasi berupa sms sehingga Pengujian
modul sim800l v1 ini sangat penting untuk mengetahui apakah modul
sim800l v1 yang terpasang pada sistem dapat berfungsi dengan baik atau
tidak. Proses pengujian modul GSM sim800l v1 ini dengan mencoba
mengirim sms ke handphone dan juga mencoba sms gangguan ysng
nsntinya akan diintegrasikan dengan hasil data sensor sensor yang
digunakanbeserta kata peringatan gangguan tersebut. Proses pengiriman
sms ini dikendalikan oleh mikrokontroller stm32f1 dan stm32cubeide,
58

sehingga pengiriman notifikasi gangguan dapat dilakukan secara otomatis


dan manual juga bisa dilakukan dalam pengolahan program stm32f1.
Gambar 4.23, 4.24, 4.25 menunjukkan pengujian sms dengan SIM800L
V1 ketika NH-Fuse dalam keadaan gangguan.

Gambar 4.23. Sms Pengujian NH-Fuse Putus Fasa T

Gambar 4.24. Sms Pengujian Fuse Holder tembus fasa T

Gambar 4.25. Sms Pengujian NH-Fuse tidak terpasang sempurna fasa T

Gambar 4.23, Gambar 4.24, serta Gambar 4.25 menunjukkan


tampilan ketika terjadi suatu gangguan pada NH-Fuse, pada saat terjadi
gangguan SIM800l V1 akan berkerja otomatis mengirimkan sms sesuai
59

perintah yang sudah diprogram, yang perlu diperhatikan saat


menggunakan SIM800L V1 yaitu terdapat lampu led pada modul
SIM800L V1 sebagai indikator apabila lampu led berkedip cepat
menandakan bahwa modul SIM800L V1 tidak mendapatkan sinyal
namun sebaliknya apabila led berkedip secara perlahan maka modul
SIM800L terhubung dengan jaringan GSM.

4.3 PENGUJIAN INTEGRASI SISTEM

Pada sub bab ini akan menjelaskan proses dan hasil pengujian
sistem berdasarkan blok diagram yang telah dibuat, semua komponen
yang telah diuji secara partisi akan dibuat sebuah sistem alat yang dan
akan diuji untuk mengetahui keberhasilan dari prototipe alat pendeteksi
gangguan Nh-Fuse pada PHB-TR ini.

Pengujian yang dilakukan yaitu pada kondisi normal dan pada saat
kondisi gangguan, untuk pengujian pada kondisi normal tegangan pada
ketiga fasa diatur 198<V>231 dan arus tidak melebihi rating NH-Fuse
yaitu 6 A. untuk pengujian pada saat gangguan yaitu gangguan yang
pertama yaitu NH-Fuse putus yang dideteksi dengan sensor tegangan dan
sensor arus dengan parameter arus 0 ampere dan tegangan sesuai dengan
tegangan sekunder trafo 220 volt(fasa-netral). Selanjutnya gangguan fuse
holder bocor/tembus dideteksi dengan sensor tegangan dengan paramater
tegangan >0 Volt dan gangguan NH-Fuse tidak terpasang sempurna yang
dideteksi dengan sensor suhu dengan parameter suhu >32 ℃, untuk
keadaan normal tegangan pada tiap fasa diberi sumber tegangan jala -jala
dan arus tidak lebih dari 2A. Pengujian ini menggunakan sumber 1 fasa
dan beban rumah tangga(setrika,rice cooker,kipas angin dan laptop),
tujuan utama pengujian ini yaitu apakah ketika terjadi gangguan pada alat
dapat mengirimkan pesan berupa sms ke hp dan ketika keadaan normal
lcd pada alat dapat memonitoring nilai arus, tegangan dan suhu . Gambar
4.26 menunjukkan hasil rangkaian integrasi alat sistem.
60

Gambar 4.26. Rangkaian Integrasi Sistem

Pada Gambar 4.26 merupakan tampilan real dari pengujian


integrasi sistem, pengujian integrasi sistem ini dibagi menjadi 2 yaitu
pengujian pada saat keadaan normal dan pengujian pada saat terjadi
gangguan, ketika dalam ke adaan normal sistem akan melakukan
monitoring nilai tegangan dan arus dari fasa R,S, dan T pada lcd,
kemudian untuk pengujian dalam keadaan gangguan yaitu pada saat
terjadi NH-Fuse putus, isolasi NH-Fuse bocor/tembus dan NH-Fuse tidak
terpasang sempurna.

4.3.1 Pengujian Ketika Dalam Keadaan Normal

Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah seluruh


komponen terutama sensor tegangan, arus dan suhu dapat berjalan normal
dan lcd dapat menampilkan hasil ukur dari sensor tegangan, arus dan suhu
sehingga alat ini berfungsi sebagai monitoring tegangan,arus dan suhu
pada PHB-TR tersebut.pada pengujian normal ini tegangan harus
198<V>231 sesuai dengan SPLN 1:1995 bahwa batas tegangan pleyanan
yaitu -10% dan +5% dari 220 Volt dan arus tidak boleh lebih dari rating
NH-Fuse, pada alat saya menggunakan pembatas mcb 2 A sehingga arus
61

pada saat keadaan normal tidak boleh melebihi 2 A . Gambar 4.27


menunjukkan rangkaian pengujian integrasi sistem yang digunakan.

Gambar 4.27. Rangkaian Pengujian Integrasi Sistem

Pada Gambar 4.27 tersebut sumber yang digunakan sumber 1


fasa dengan dilakukan paralel sehingga menjadi fasa R S dan T dan
dengan menggunakan beban peralatan rumah tangga seperti setrika, rice
cooker, dan laptop , untuk parameter perbandingan nilai arus dan
tegangan menggunakan tang ampere dan untuk parameter perbandingan
nilai suhu menggunakan thermometer digital, tujuan pengujian ini yaitu
apakah alat ini bisa melakukan monitoring nilai tegangan,arus dan suhu
dengan error yang kecil sesuai pengujian partisi dan bisa melakukan
monitoring dengan lcd Oled, pada pengujian dalam keadaaan normal ini
modul sim800l v1 atau sistem infomasi gangguan tidak bekerja karena
arus dalam pengujian ini tidak melebihi rating mcb. Gambar 4.28
menunjukkan pengujian integrasi dalam keadaan normal.
62

Gambar 4.28. Pengujian Integrasi Keadaan Normal

Gambar 4.28 pengujian integrasi dalam keadaan normal artinya


tanpa adanya gangguan jadi untuk nilai arus pada beban maksimal 2 A
tidak melebihi rating MCB, pada saat keadaan normal maka sim800l
tidak bekerja tetapi sistem hanya memonitoring keadaan arus dan
tegangan dan suhu. Tabel 4.5 menunjukkan data hasil integrasi sensor
arus dalam keadaan normal.
Tabel 4.5. Data Hasil Integrasi Sensor Arus Keadaan Normal

Pada Tabel 4.5 Saat pengujian partisi dan integrasi dalam keadaan
normal pada sensor arus terlihat tidak cukup jauh, pada pengujian
integrasi ini error paling tinggi pada fasa R 4,48%, fasa S 6.25% dan fasa
T 6.25%, dengan rata rata error fasa R 0,95 % ,Fasa S 2,22 % dan FasaT
1,43% bahkan lebih bagus saat pengujian integrasi dari pada saat
pengujian partisi, data hasil selanjutnya yaitu pengukuran pada sensor
tegangan ZMPT101B. Tabel 4.6 menunjukkan data hasil integrasi sensor
tegangan keadaan normal.
63

Tabel 4.6. Data Hasil Integrasi Sensor Tegangan Keadaan Normal

Akurasi pada pengujian integrasi sensor tegangan pada Tabel 4.6


ini memiliki error hampir sama saat partisi, rata-rata error sensor
tegangan pada saat pengujian dalam keadaan normal fasa R adalah sekitar
0.45%, fasa S 0.76% dan untuk fasa T 0.60%, dalam pengujian sensor
tegangan tanpa gangguan ini nilai error ketiga sensor cukup baik sekitar
kurang lebih 1%, sehingga integrasi yang ditunjukkan oleh sensor
tegangan ini dalam keadaan baik. Tabel 4.7 menunjukkan data hasil
integrasi sensor suhu dalam keadaan normal.
Tabel 4.7. Data Hasil Integrasi Sensor Suhu Keadaan Normal

Fasa R Fasa S Fasa T


Suhu
Error Error Error
Thermometer Tsensor Tsensor TSensor
(%) (%) (%)
29,1 28 3,7 28,7 1.37 28,8 1,01
30,2 28,9 4,3 29,4 2,64 29,6 1,98
31,8 30,2 5,03 30,9 3 31,1 2.20
Error Rata
4,343333333 3 1,495
Rata

Pada Tabel 4.7 merupakan hasil integrasi sensor suhu saat


dilakukan pengujian integrasi keadaan normal, rata-rata persentase error
sensor suhu pada fasa R 4,3 %, fasa S 3 % sedangkan pada fasa T 1,49%
sensor suhu masih cukup bagus dan sensor suhu masih layak digunakan.
64

4.3.2 Pengujian Ketika Dalam Keadaan Gangguan

Inti dari proyek akhir ini yaitu saat terjadi gangguan pada NH-
Fuse maka alat dapat memberikan informasi gangguan melalui sms
kepada handphone petugas PLN sehingga petugas dapat mengetahui
gangguan lebih cepat dari pada laporan pelanggan, pengujian ini
dilakukan dengan menggunakan rangkaian yang sama dengan pengujian
tanpa gangguan hanya saja bebannya berbeda dan pada saat pengujian
dalam keadaan gangguan ini modul sim800l v1 bekerja mengirimkan
informasi gangguan. Pada keadaan gangguan ini yaitu mendeteksi
gangguan NH-Fuse putus, isolasi NH-Fuse bocor/ tembus dan NH-Fuse
terpasang tidak sempurna kemudian nantinya di informasikan melalui
sms dengan bantuan modul sms 800l v1 dan pada lcd oled menampilkan
angka 1-3 berikut arti kode fault pada lcd oled :
1.Gangguan NH-Fuse Putus
2.Fuse Holder bocor/tembus
3.NH-Fuse tidak terpasang sempurna
Berikut jenis-jenis gangguan yang dideteksi oleh sistem :

4.3.2.1 Gangguan NH-Fuse Putus

gangguan yang akan dideteksi pada proyek akhir ini yaitu


gangguan NH-Fuse putus, sistem akan mendeteksi ketika NH-Fuse putus
dari ketiga fasa R S T, jadi pada saat NH-Fuse putus dengan simulasi mcb
trip maka sistem akan memberikan informasi gangguan berupa jenis
gangguan dan data nilai tegangan dan arus ketika fasa trip sedangkan pada
LCD Oled akan memberikan indormasi berupa kode fault 1 yaitu artinya
gangguan NH-Fuse putus. Indikasi bahwa NH-Fuse putus yaitu ketika
sensor arus dan tegangan mendeteksi arus 0 dan tegangan sesuai dengan
tegamgan sumber yang mengalir pada NH-Fuse pada NH-Fuse. Gambar
4.29 menunjukkan saat terjadi over current dan waktu sampai NH-Fuse
putus, Gambar 4.30 tampilan real ketika MCB fasa R trip, Gambar 4.31
ketika indikasi fault saat NH-Fuse trip dan Gambar 4.32 menunjukkan
informasi gangguan NH-Fuse putus fasa R.
65

Gambar 4.29. Arus Melebihi Batas Maksimal rating MCB

R S T
Gambar 4.30. MCB Fasa R Trip

Gambar 4.31. Indikasi Fault Saat NH-Fuse Trip


66

Gambar 4.32. Informasi SMS NH-Fuse Putus Fasa R

Pada Gambar 4.29 merupakan tampilan lcd saat arus melebihi


batas maksimal mcb yang digunakan yaitu 2 A dan waktu lama mcb trip
fasa R saat beban melebihi rating mcb saat 01.12 Menit, pada Gambar
4.30 tampilan real saat simulasi NH-Fuse putus fasa R menggunakan
MCB dengan parameter tegangan sesuai dengan tegangan sekunder trafo
220 volt(fasa-netral) dan arus = 0 A dan saat terjadi gangguan NH-Fuse
putus pada LCD akan muncul tulisan fault : 1 yang mengindikasikan
gangguan NH-Fuse putus seperti pada Gambar 4.31, setelah terjadi
ganguan NH-Fuse putus maka alat akan mendeteksi terjadi gangguan dan
mengirimkan notifikasi gangguan berupa sms pada Gambar 4.32.
Selanjutnya, Gambar 4.33 menunjukkan pada saat terjadi over current
dan waktu sampai NH-Fuse putus, serta Gambar 4.34 tampilan real ketika
MCB fasa S trip, Gambar 4.35 ketika indikasi fault saat NH-Fuse trip dan
4.36 menunjukkan informasi gangguan NH-Fuse putus fasa S.

Gambar 4.33. Arus Melebihi Batas Maksimal rating MCB


67

R S T

Gambar 4.34. MCB Fasa S Trip

Gambar 4.35. Indikasi Fault Saat NH-Fuse Trip

Gambar 4.36. Informasi SMS NH-Fuse Putus Fasa S


68

Sama seperti saat NH-Fuse putus fasa pada fasa R Pada gambar
4.33 tampilan lcd saat arus melebihi batas maksimal mcb yang digunakan
yaitu 2 A dan waktu lama mcb trip fasa S saat beban melebihi rating mcb
saat 1.48 menit, pada gambar 4.34 tampilan real saat simulasi NH-Fuse
putus fasa S menggunakan MCB dengan parameter tegangan sesuai
tegangan sekunder trafo 220 volt(fasa-netral) dan arus = 0 A dan saat
terjadi gangguan NH-Fuse putus pada LCD akan muncul tulisan fault : 1
yang mengindikasikan gangguan NH-Fuse putus seperti pada Gambar
4.35, setelah terjadi ganguan NH-Fuse putus maka alat akan mendeteksi
terjadi gangguan dan mengirimkan notifikasi gangguan berupa sms pada
Gambar 4.36. Lalu, Gambar 4.37 menunjukkan pada saat terjadi over
current dan waktu sampai NH-Fuse putus, Gambar 4.38 tampilan real
ketika MCB fasa S trip ,Gambar 4.39 ketika indikasi fault saat NH-Fuse
trip dan Gambar 40 menunjukkan informasi gangguan NH-Fuse putus
fasa T.

Gambar 4.37. Arus Melebihi Batas Maksimal rating MCB

R S T

Gambar 4.38. MCB Fasa T Trip


69

Gambar 4.39. Indikasi Fault Saat NH-Fuse Trip

Gambar 4.40. Informasi SMS NH-Fuse Putus Fasa T

Gangguan selanjutnya NH-Fuse putus fasa T Pada gambar 4.37


tampilan lcd saat arus melebihi batas maksimal mcb yang digunakan yaitu
2 A dan waktu lama mcb trip fasa T saat beban melebihi rating mcb sekitar
1.34 Menit, pada Gambar 4.38 tampilan real saat simulasi NH-Fuse putus
fasa t menggunakan MCB dengan parameter tegangan sesuai dengan
tegangan sekunder trafo 220 volt(fasa-netral) dan arus = 0 A dan saat
terjadi gangguan NH-Fuse putus pada LCD akan muncul tulisan fault : 1
yang mengindikasikan gangguan NH-Fuse putus seperti pada Gambar
4.39, setelah terjadi ganguan NH-Fuse putus maka alat akan mendeteksi
terjadi gangguan dan mengirimkan notifikasi gangguan berupa sms pada
Gambar 4.40. gangguan pada saat NH-Fuse putus pada tiap fasa dari data
diatas waktu MCB trip berbeda beda, serta waktu Pengiriman informasi
pada saat putus sampai dengan informasi masuk ke handphone yaitu
sekitar 5 detik.
70

Percobaan putusnya NH-Fuse dilakukan dengan memberikan arus


melebihi rating mcb 2A merk shukaku. Tabel 4.8 menunjukkan data
gangguan NH-Fuse putus.

Tabel 4.8. Data Gangguan NH-Fuse Putus

Data tabel 4.8 merupakan percobaan pada saat arus melebihi batas
mcb yaitu 2A, percobaan putusnya NH-Fuse ini dilakukan dengan
memberikan arus melebihi rating/batas mcb yaitu sekitar 3.20 Ampere
dan berhubungan dengan waktu putusnya NH-Fuse. Pada data pertama
yaitu ketika fasa R melebihi batas mcb dengan nilai 3.13 A dengan waktu
trip 1.12 menit, kemudian data kedua ketika fasa S melebihi batas mcb
dengan nilai arus 3.23A dengan waktu trip 1.48 detik selanjutnya data
ketika fasa T melebihi batas mcb dengan nilai arus 3.25 A dengan waktu
1.34 menit.

4.3.2.2 Gangguan Tahanan Isolasi Fuse Holder Tembus/Bocor

Gangguan kedua yang akan dideteksi pada proyek akhir ini yaitu
gangguan tahanan isolasi fuse holder tembus, Gangguan ini menggunakan
mcb sebagai simulasi/penyalur tegangan fuse holder tembus yang
dihubungkan antara NH-Fuse ke fuse holder jadi fungsi mcb pada
gangguan ini sebagai simulasi bahwa ketika mcb off maka sistem dalam
keadaan normal dan ketika mcb on maka sensor tegangan akan
mendeteksi bahwa terdapat tegangan >0 Volt lalu sistem mendeteksi
bahwa telah terjadi gangguan fuse holder tembus. Percobaan gangguan
ini hanya menggunakan mcb 2A karena pada simulasi tahanan isolasi fuse
holder tembus tidak membutuhkan arus tertentu karena indikasi dari
gangguan ini yaitu apabila terdapat tegangan >0 Volt di fuse holder maka
71

akan dianggap sebagai gangguan. Gambar 4.43 menunjukkan simulasi


isolasi Fuse Holder tembus, 4.44 menunjukkan Indikasi Fault Saat Fuse
Holder tembus dan 4.45 menunjukkan informasi SMS isolasi NH-Fuse
tembus fasa T.

OFF ON

Gambar 4.41. Simulasi Isolasi Fuse Holder Tembus

Gambar 4.42. Indikasi Fault Saat Fuse Holder Tembus

Gambar 4.43. Informasi SMS Isolasi NH-Fuse Tembus Fasa T


72

gangguan tahanan isolasi fuse holder tembus ini menggunakan


metode simulasi menghubungkan mcb antara fuse holder atau body
dengan memasang sensor tegangan pada fuse holder untuk mendeteksi
apabila ada tegangan > 0 Volt masuk ke fuse holder maka itu dianggap
bahwa terjadi gangguan isolasi fuse holder tembus , pada Gambar 4.43
sebelah kiri ketika mcb off sebelum dilakukan simulasi maka tegangan
belum masuk ke body/Fuse holder kemudian pada gambar 4.43 sebelah
kanan saat mcb on sehingga tegangan akan mengalir ke fuse holder yang
kemudian dideteksi oleh sensor tegangan dan informasi gangguan
tersebut ditampilkan melalu lcd dengan tanda fault 2 seperti pada gambar
4.44 yang mengindikasikan terjadi gangguan Fuse Holder tembus dan
gangguan tersebut disampaikan melalui sms dengan nilai tegangan
ditunjukkan pada Gambar 4.45.

4.3.2.3 Gangguan NH-Fuse Tidak Terpasang Sempurna

Gangguan ketiga yang dideteksi pada proyek akhir ini yaitu


gangguan NH -Fuse terpasang tidak sempurna, simulasi gangguannya
yaitu memasang NH-Fuse dengan tidak sepenuhnya masuk pada fuse
holder dengan diberi beban laptop pada fasa R dan pada fasa S& T diberi
beban setrika, jika sensor suhu mendeteksi bahwa suhu pada NH-Fuse
melebihi > 32℃ maka sistem akan mendeteksi gangguan dan akan
otomatis mengrimkan informasi gangguan berupa sms, gambar 4.46
menunjukkan kondisi NH-Fuse tidak terpasang sempurna , Gambar 4.47
Indikasi Fault Saat NH -Fuse tidak terpasang sempurna dan Gambar 4.48
menunjukkan informasi SMS gangguan NH -Fuse tidak terpasang
sempurna fasa T.

Gambar 4.44. Kondisi NH-Fuse Tidak Terpasang Sempurna Fasa T


73

Gambar 4.45. Indikasi Fault Saat NH -Fuse Tidak Terpasang Sempurna

Gambar 4.46. Informasi SMS Gangguan NH -Fuse Tidak Terpasang Sempurna


Fasa T

Gambar 4.46 merupakan tampilan real saat NH-Fuse tidak


terpasang sempurna pada Fuse Holder fasa T yang dapat menyebabkan
NH-Fuse putus/ Fuse Holder rusak untuk menndeteksi gangguan tersebut
menggunakan sensor suhu dengan parameter > 32 ℃ saat suhu diatas 32
℃ maka system akan menganggap bahwa telah terjadi gangguan NH -
Fuse terpasang tidak sempurna, pada Gambar 4.44 terlihat nilai Suhu pada
tiap fasa Tr : 30.02 ℃ , Ts : 31.16℃, Tt : 32.50℃, suhu pada fasa T
melebihi parameter yang ditentukan sehingga pada LCD menampilkan
fault :3 yang mengindikasikan telah terjadi gangguan NH-Fuse tidak
terpasang sempurna dan system akan menganggap bahwa telah terjadi
gangguan NH -Fuse terpasang tidak sempurna pada fasa T dan
mengirimkan informasi gangguan berupa sms seperti pada gambar 4.48.
lalu hasil waktu pengujian NH-Fuse tidak terpasang sempurna
ditunjukkan pada Tabel 4.9.
74

Tabel 4.9. Data Pengujian NH-Fuse Tidak Terpasang Sempurna


Suhu(T) Waktu Sms
Fasa R fasa S Fasa T (menit) Gangguan
29,4 30.2 30.4 0 X
29.5 30.5 31.5 50 X
29.9 31.1 32.5 135 ✓

Dari Tabel 4.9 pada saat NH-Fuse tidak dipasang sempurna pada
fasa T dengan beban pada fasa R = laptop pada fasa S & fasa T setrika,
suhu pada tiap fasa hampir sama hanya selisih sedikit selanjutnya suhu
setelah 50 menit terlihat perbedaan pada tiap fasa dan suhu pada NH-Fuse
yang tidak terpasang sempurna lebih cepat panas dibandingkan fasa
lainnya, setelah 135 menit suhu pada fasa T mencapai suhu 32.5℃
melebihi suhu maksimum yang ditentukan oleh program sehingga sistem
akan otomatis mengirimkan notifikasi gangguan berupa sms kepada
petugas.
BAB V

PENUTUP

Berdasarkan hasil perencanaan, pembuatan sistem dan pengujian


hasil maka di dapat beberapa kesimpulan yang merupakan hasil dari
keseluruhan proses pengerjaan proyek akhir ini. Penulis juga memberikan
beberapa saran guna pengembangan dari sistem ini.

5.1 KESIMPULAN

Setelah melakukan perencanaan, pengujian, dan analisa proyek


akhir ini secara keseluruhan, maka dapat diambil kesimpulan dari proyek
akhir ini, yaitu :
1. Alat prototipe ini mendeteksi 3 jenis gangguan yaitu NH-Fuse
putus, isolasi NH-Fuse tembus dan NH-Fuse tidak sempurna.
2. Saat terjadi gangguan Waktu pengiriman informasi gangguan dari
sim800l v1 ke handphone sekitar 5 detik dengan menggunakan
provider telkomsel.
3. NH-Fuse putus ketika arus melebihi batas maksimal mcb yaitu 2A
dan Indikasi pengiriman informasi gangguan NH-Fuse putus
ketika arus 0 ampere dan tegangan sesuai dengan tegangan
sekunder trafo 220 volt(fasa-netral), kemudian gangguan isolasi
bocor ketika fuse holder terdapat tegangan dan gangguan NH-Fuse
tidak terpasang sempurna pada saat suhu diatas 32℃.
4. Pengujian ganggguan pada prototipe alat pendeteksi gangguan
NH-Fuse ini masih menggunakan simulasi dan beban setrika,
laptop dan rice cooker sehingga untuk hasilnya kurang mendekati
dari apa yang terjadi dilapangan.
5. Pada pengujian gangguan NH-fuse terpasang tidak terpasang
sempurna pada fasa T Membutuhkan waktu 150 menit untuk
mencapai suhu 32.5 ℃ dan beban yang digunakan pada fasa R=
laptop, fasa S= Setrika, fasa T= setrika.

75
76

6. Metode perencanaan sistem alat pendeteksi gangguan NH-Fuse


dengan notifikasi gangguan melalui sms ini sudah sesuai dengan
apa yang direncanakan pada Bab 1.
7. Prototipe alat pendeteksi dini gangguan NH-Fuse ini mampu
mendeteksi gangguan NH-Fuse lebih cepat dari laporan
pelanggan.

5.2 SARAN

Dengan hasil yang telah diperoleh, maka perlu diperhatikan


kembali dalam pembuatan alat serta dalam proses pengujian. Banyak hal
yang nantinya diharapkan dapat dikembangkan dari sistem ini. Untuk
memperbaiki kekurangan serta sebagai masukan untuk perbaikan sistem
menjadi lebih sempurna, maka diberikan beberapa saran sebagai berikut:
1. Sebaiknya pengujian dilakukan dengan beban yang lebih besar
sehingga hasil bisa mendekati dengan keadaan dilapangan.
2. Sebaiknya menggunakan sensor suhu dengan prinsip kerja
menggunakan infrared.
3. Proses kalibrasi sensor arus dan sensor tegangan sebaiknya
menggunakan metode yang lebih baik lagi dikarenakan masih terjadi
error.
4. Untuk mengembangkan sistem ini sebaiknya menganalisa gangguan
NH-Fuse lainnya sehingga nantinya pendeteksi gangguan NH-Fuse
menjadi semakin bagus.
DAFTAR PUSTAKA

[1].Isbahus Sururi, Alat Pendeteksi Dini Gangguan NH-Fuse Pada


PHB-TR Berbasis SMS, Proyek akhir, Politeknik Elektronika
Negeri Surabaya, 2019.
[2].Kelompok Pembakuan Bidang Transmisi Dengan Surat
Keputusan Direksi Perusahaan Umum Listrik Negara
No.:077/DIR/88 tanggal 21 September 1988, Tegangan –
Tegangan Standard, PT PLN(Persero), SPLN 1:1995.
[3].Yogik Wibisono, Pembuatan Alat Pendeteksi Dini Kerusakan
NH-FUSE Pada PHB-TR Berbasis SMS, Tugas akhir,
Universitas Muhammadiyah Jember, 2017.
[4].Tri joko Pramono, Ibnu Hajar, Sri Wahyuni, Studi Analisis
Gangguan Perangkat Hubung Bagi Tegangan Rendah dan
Upaya Mengatasinya Di PLN Area Tanjung Priok, Jurnal
Energi & Kelistrikan, Vol 9, No. 1, Januari-Mei 2017.
[5].Kelompok Pembakuan Bidang Distribusi Dengan Surat
Keputusan Direksi Perusahaan Umum Listrik Negara No.:
1027/DIR/83 tanggal 5 April 1983, Kelompok Kerja Pola
Pengamanan Sistem Distribusi dengan Surat Keputusan Direktur
Pusat Penyelidikan Masalah Kelistrikan No.:1 022/L M K/84
tanggal 24 Agustus 1984, Petunjuk Pemilihan dan
Penggunaan Pelebur Pada Sistem DIstribusi Tegangan
Menengah, Departemen Pertambangan Dan Energi Perusahaan
Umum Listrik Negara, SPLN 64:1985.
[6] Wiranto Herry Utomo, Theophilus Wellem, Cahyo Rossy W,
Perancangan dan Implementasi Sistem Informasi Layanan
Short Messaging Service (SMS), Jurnal Informatika, vol. 2, no.
2, pp. 155-166, Desember 2006.
[7].Philip Kane.Thermistors/Temperature Measurement with
NTC Thermistors, Jameco Electronics,
https://www.jameco.com/Jameco/workshop/techtip/temperature
-measurement-ntc-thermistors.html, Diakses tanggal 7 Maret
2020.

77
78

“Halaman ini sengaja dikosongkan”


LAMPIRAN

Berikut program LCD Oled & pengiriman gangguan oleh


SIM800L V1
/* USER CODE BEGIN WHILE */

SSD1306_Init();
SSD1306_Fill(SSD1306_COLOR_BLACK);
SSD1306_UpdateScreen();

SSD1306_GotoXY (30,5);
SSD1306_Puts ("PLN - PENS", &Font_7x10, 1);
SSD1306_GotoXY (15,15);
SSD1306_Puts ("MUH WAHFIUDDIN", &Font_7x10, 1);
SSD1306_GotoXY (30,30);
SSD1306_Puts ("1303177039", &Font_7x10, 1);
SSD1306_UpdateScreen(); //display
SSD1306_Fill (0);
WritePin(GPIOC,LED3_Pin, 0);
HAL_Delay(3000);

HAL_ADC_Start_DMA(&hadc1, (uint32_t*)&ADC_value, 10);

char * buffer1 = "AT\n";


char * buffer2 = "AT+CMGF=1\n";
char * buffer3 = "AT+CMGS=\"082139387905\" ";
char * buffer5 = "\r\n";
char * buffer6 = "\x1a";

while (1){
HAL_TIM_Base_Start_IT(&htim2);
HAL_TIM_Base_Start_IT(&htim3);

SSD1306_Fill (0);
sprintf(buffer_i2c, " V I T ");
SSD1306_GotoXY (1,0);
SSD1306_Puts (buffer_i2c, &Font_7x10, 1);
HAL_Delay(800);

79
80

sprintf(buffer_i2c, "%4.0f | %4.2f | %4.2f", V4_RMS, I1_RMS,


Temp_T1);
SSD1306_GotoXY (1,18);
SSD1306_Puts (buffer_i2c, &Font_7x10, 1);
sprintf(buffer_i2c, "%4.0f | %4.2f | %4.2f", V3_RMS, I2_RMS,
Temp_T2);
SSD1306_GotoXY (1,28);
SSD1306_Puts (buffer_i2c, &Font_7x10, 1);

sprintf(buffer_i2c, "%4.0f | %4.2f | %4.2f", V2_RMS, I3_RMS,


Temp_T3 );
SSD1306_GotoXY (1,38);
SSD1306_Puts (buffer_i2c, &Font_7x10, 1);
sprintf(buffer_i2c, "%4.0f, Fault : %2d", V1_RMS, Flag_Gangguan);
SSD1306_GotoXY (1,53);
SSD1306_Puts (buffer_i2c, &Font_7x10, 1);

count += 1;

if(Flag_Gangguan != 0 && Flag_KirimSMS == 1){

if(Flag_Gangguan == 1){
sprintf(buffer_SMS, "NH-Fuse putus pada fasa : %c \n Vr : %4.2f | Ir :
%4.2f \n Vs : %4.2f | Is : %4.2f \n Vt : %4.2f | It : %4.2f", fasa_putus,
V4_RMS, I1_RMS, V3_RMS, I2_RMS, V2_RMS, I3_RMS);
}
else if(Flag_Gangguan == 2){
sprintf(buffer_SMS, "Fuse Holder tembus pada fasa : T \n VT :
%4.2f",V1_RMS);
}
else if(Flag_Gangguan == 3){
sprintf(buffer_SMS, "NH-Fuse tidak terpasang sempurna pada fasa: %c
\n Tr : %4.2f \n Ts : %4.2f \n Tt : %4.2f ",fasa_putus, Temp_T1,
Temp_T2, Temp_T3);
}

//SEND SMS

__HAL_UART_FLUSH_DRREGISTER(&huart1);HAL_Delay(200);
HAL_UART_Transmit(&huart1,(uint8_t*)buffer1,4,20);
HAL_Delay(100);
81

HAL_UART_Transmit(&huart1,(uint8_t*)buffer2,11,20);
HAL_Delay(100);
HAL_UART_FLUSH_DRREGISTER(&huart1);HAL_Delay(200);
HAL_UART_Transmit(&huart1,(uint8_t*)buffer3,25,20);
HAL_Delay(200);
_HAL_UART_FLUSH_DRREGISTER(&huart1);HAL_Delay(200);
HAL_UART_Transmit(&huart1,(uint8_t*)buffer5,2,20);
HAL_Delay(200);
HAL_UART_FLUSH_DRREGISTER(&huart1);HAL_Delay(200);
HAL_UART_Transmit(&huart1,(uint8_t*)buffer_SMS,strlen
(buffer_SMS),500);
HAL_Delay(100);
HAL_UART_FLUSH_DRREGISTER(&huart1);HAL_Delay(200);
HAL_UART_Transmit(&huart1,(uint8_t*)buffer6,4,10);
Flag_KirimSMS = 0;
}

/* USER CODE END WHILE */


82

“Halaman ini sengaja dikosongkan”


PROFIL PENULIS

Nama : Muhammad Wahfiuddin


Tempat/Tanggal Lahir : Gresik, 23 Februari 1999
Alamat : Jl. Manunggal II RT 06 RW 01 Desa
Pejangganan kec. Manyar kab. Gresik
No Handphone : 082333810321
WA : 082333810321
E-mail : muhammadwahfiuddin23@gmail.com
Hobi : Futsal
Motto : Sesuatu yang dapat dibayangkan pasti dapat
diraih. Sesuatu yang bisa diimpikan pasti
dapat diwujudkan.
Riwayat Pendidikan :
• MI Irsyadul Ummah Tahun 2005 – 2011

• SMPN 1 Bungah Gresik Tahun 2011 – 2014

• SMAN 1 Sidayu Gresik Tahun 2014 – 2017


• D3 Teknik Elektro Industri PENS Tahun 2017– 2020
Penulis telah mengikuti seminar Proyek Akhir pada tanggal 23 Juli 2020,
sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Ahli Madya
Teknik (A.Md.T.) di jurusan Teknik Elektro Industri - Politeknik
Elektronika Negeri Surabaya.

83

Anda mungkin juga menyukai