Muhammad Wahfiuddin
NRP. 1303177039
Dosen Pembimbing:
SURABAYA
2020
PROY EK AKHIR
Muhammad Wahfiuddin
NRP. 1303177039
Dosen Pembimbing:
SURABAYA
2020
“Halaman ini sengaja dikosongkan”
iv
PROTOTIPE ALAT PENDETEKSI DINI GANGGUAN
NH-FUSE PADA PHB-TR
Oleh :
Muhammad Wahfiuddin
NRP. 1303177039
Disetujui Oleh :
Tim Penguji Proyek Akhir : Dosen Pembimbing :
2. Syechu Dwitya Nugraha, S.ST., M.T. 2. Dimas Okky Anggriawan, S.T., M.T.
NIP. 19890508.201504.1.001 NIP. 19910119.201803.1.001
vi
ABSTRAK
i
“Halaman ini sengaja dikosongkan”
ii
ABSTRACT
iii
“Halaman ini sengaja dikosongkan”
iv
KATA PENGANTAR
Muhammad Wahfiuddin
v
“Halaman ini sengaja dikosongkan”
vi
UCAPAN TERIMA KASIH
vii
“Halaman ini sengaja dikosongkan”
viii
DAFTAR ISI
ABSTRAK ............................................................................................ i
ABSTRACT........................................................................................ iii
KATA PENGANTAR ......................................................................... v
UCAPAN TERIMA KASIH ............................................................. vii
DAFTAR ISI ...................................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR .......................................................................... xi
DAFTAR TABEL............................................................................. xv
BAB I PENDAHULUAN .................................................................... 1
1.1 LATAR BELAKANG .............................................................. 1
1.2 TUJUAN ................................................................................. 2
1.2.1 Tujuan Umum ...................................................................... 2
1.2.2 Tujuan Khusus ..................................................................... 2
1.3 PERUMUSAN MASALAH ..................................................... 2
1.4 BATASAN MASALAH ........................................................... 3
1.5 METODOLOGI PENELITIAN ................................................ 3
1.5.1 Studi Literatur ...................................................................... 3
1.5.2 Perancangan Sistem .............................................................. 4
1.5.3 Pembuatan Perangkat Keras dan Perangkat Lunak Sistem .... 5
1.5.4 Pengujian Sistem dan Pengambilan Data .............................. 6
1.5.5 Pembuatan Laporan Proyek Akhir ........................................ 6
1.6 SISTEMATIKA PEMBAHASAN ............................................ 6
1.7 TINJAUAN PUSTAKA ........................................................... 7
BAB II TEORI PENUNJANG .......................................................... 11
2.1. NH-FUSE............................................................................... 11
2.2. SENSOR TEGANGAN ZMPT101B ...................................... 12
2.3. SENSOR ARUS SCT-013-010 ............................................... 14
2.4. SIM 800L V1 ......................................................................... 16
2.5. OLED 1,3 INCH I2C 128X64 DISPLAY................................ 16
2.6. THERMISTOR NTC(NEGATIVE TEMPERATURE
COEFFICIENT) 10K OHM ................................................................ 17
2.7. AC TO DC ISOLATED ......................................................... 18
BAB III PERENCANAAN DAN PEMBUATAN ALAT ................. 19
ix
3.1 KONFIGURASI SISTEM....................................................... 19
3.2 PERENCANAAN DAN PEMBUATAN PERANGKAT KERAS
............................................................................................... 21
3.2.1 Perencanaan dan Pembuatan Rangkaian PCB ....................... 21
3.2.2 Perencanaan Mikrokontroller................................................ 24
3.2.3 Perencanaan Sensor Tegangan .............................................. 25
3.2.4 Perencanaan Sensor Arus ..................................................... 27
3.2.5 Perencanaan Sensor Suhu ..................................................... 29
3.2.6 Perencanaan SMS SIM800L V1 ........................................... 31
3.2.7 Perencanaan LCD Oled 1.3 Inch I2C 128x64 Display ........... 32
3.2.8 Perencanaan Akrilik ............................................................. 33
3.2.9 Perencanaan Deteksi Gangguan Pada NH-Fuse..................... 34
BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA ............................................ 37
4.1 METODE PENGUJIAN ......................................................... 37
4.2 PENGUJIAN PARTISI ........................................................... 38
4.2.1 Pengujian Sensor Tegangan ZMPT101B ............................. 38
4.2.2 Pengujian Sensor Arus SCT-013-010 .................................. 47
4.2.3 Pengujian Sensor Suhu NTC ............................................... 56
4.2.4 Pengujian LCD Oled .......................................................... 56
4.2.5 Pengujian SIM800L V1 ...................................................... 57
4.3 PENGUJIAN INTEGRASI SISTEM....................................... 59
4.3.1 Pengujian Ketika Dalam Keadaan Normal .......................... 60
4.3.2 Pengujian Ketika Dalam Keadaan Gangguan ...................... 64
4.3.2.1 Gangguan NH-Fuse Putus ....................................................... 64
4.3.2.2 Gangguan Tahanan Isolasi Fuse Holder Tembus/Bocor .......... 70
4.3.2.3 Gangguan NH-Fuse Tidak Terpasang Sempurna ..................... 72
BAB V PENUTUP ............................................................................. 75
5.1 KESIMPULAN ...................................................................... 75
5.2 SARAN .................................................................................. 76
DAFTAR PUSTAKA......................................................................... 77
LAMPIRAN ....................................................................................... 79
PROFIL PENULIS ............................................................................ 83
x
DAFTAR GAMBAR
xiii
“Halaman sengaja dikosongkan”
xiv
DAFTAR TABEL
xv
“Halaman ini sengaja dikosongkan”
xvi
BAB I
PENDAHULUAN
1.2 TUJUAN
Dalam proyek akhir ini ada beberapa hal yang menjadi rumusan
masalah diantaranya:
1. Bagaimana merancang alat yang dapat mendeteksi
gangguan NH Fuse secara otomatis berubah data
menggunakan mikrokontroller ?
2. Bagaimana merancang proses eksekusi data pada
mikrokontroller pendeteksi tegangan, arus, dan suhu agar
dapat memberikan informasi otomatis ketika gangguan NH-
Fuse dan dapat memberikan informasi yang lebih cepat dari
pada laporan dari pelanggan?
3
A. NH Fuse putus
Gangguan NH-Fuse putus terjadi dikarenakan gangguan pada
sistem dan akibat beban lebih (overload), penyebab dari beban lebih
adalah adanya pemasangan listrik baru, atau karena pemakaian listrik
yang berlebihan pada konsumen sehingga semua peralatan dirumah yang
memakai listrik digunakan seluruhnya, maka secara otomatis pemakaian
listrik yang semula biasa(normal) menjadi berlebihan. Kelebihan beban
juga dapat disebabkan karena adanya penerangan jalan umum dengan
menggunakan sistem cantol langsung pada saluran listrik tanpa melalui
kWH meter, sehingga kapasitas NH-Fuse yang terpasang pada gardu
tidak mampu lagi menahan beban dan menyebabkan NH Fuse putus. Pada
tugas akhir ini akan mendeteksi gangguan NH-Fuse putus yang dideteksi
dengan menggunakan sensor arus dan sensor tegangan dengan parameter
arus 0 ampere dan tegangan sesuai dengan tegangan sekunder trafo 220
volt(fasa-netral) yang nantinya sebagai tanda bahwa terjadi gangguan
NH-Fuse putus, gangguan NH-Fuse putus juga dapat dilihat secara fisik
yaitu munculnya tonjolan pada fisik NH-Fuse.
Oled, modul sms sim800L V1, modul MP1584 buck converter untuk
rangkaian tambahan dari modul sim800L V1, rangkaian tambahan dari
sensor arus, kemudian rangkaian board untuk menghubungkan semua
perangkat yang akan digunakan dan akrilik untuk tempat alat prototipe
tersebut. Kemudian dilanjutkan dengan pembuatan perangkat lunak
berupa program untuk mengintegrasi sistem agar dapat berjalan dengan
baik.
1.5.4 Pengujian Sistem dan Pengambilan Data
TEORI PENUNJANG
2.1. NH-FUSE
𝑆 41500
𝐼= = = 63,05 𝐴
𝑉 √3 380√3
Untuk gambar fisik Nh-Fuse dan juga Fuse Holder bisa dilihat pada
Gambar 2.1 dan Gambar 2.2.
11
12
Model ZMPT101B
Arus Primer 2 Ma
Arus Sekunder 2 Ma
Turn Ratio 1000:1000
OLED 1.3 atau Organic Led adalah display grafik dengan ukuran
1.3 inci dengan resolusi 128x64 pixel menggunakan teknologi OLED,
display OLED biasanya terbuat dari karbon dan hidrogen.Untuk
komunikasi LCD Oled dengan Mikrokontroler menggunakan
17
Komunikasi I2C, menggunakan 2 pin yaitu pin Sda dan Pin Scl serta 2
pin lainnya untuk vcc dan gnd, sehingga Menghemat Pin pada
mikrokontroller. LCD OLED Berbeda dengan teknologi LCD lainnya,
layar LCD OLED dapat menghasilkan cahaya sendiri dari masing -
masing pikselnya dan tidak membutuhkan tambahan backlight lagi,
sehingga tampilan dari layar OLED terlihat lebih terang dan jernih dan
warnanya hitam pekat. Sehingga pemakaian daya oleh LCD OLED relatif
lebih Hemat di banding dengan LCD lainnya , Gambar 2.8 menunjukkan
bentuk fisik Oled 1.3 Inch I2C 128X64.
2.7. AC TO DC ISOLATED
Gambar.2.10. HLK-PM01
BAB III
Pada proyek akhir ini digunakan Printed Circuit Board (PCB) atau
papan rangkaian tercetak adalah papan rangkaian yang berfungsi sebagai
tempat penghubung jalur konduktor dan penyusunan letak komponen-
komponen elektronika. Yang dimaksud dengan jalur konduktor adalah
sistem pengkabelan antar komponen sebagai bagian dari hubungan data
dan kelistrikan pada komponen tersebut.
Gambar 3.21 merupakan desain dan ukuran pada akrilik, horizontal pada
desain akrilik tersebut berukuran 42 cm dan ukuran vertikal bagian datar
yaitu 29 cm kemudian untuk ukuran kaki akrilik yang berbentuk L dengan
ukuran 5 cm dan 4 cm.
hingga melebihi batas mcb 2A jika mcb tersebut trip maka sistem akan
menganggap bahwa NH-Fuse tersebut sudah putus lalu sistem tersebut
akan mengirimkan informasi gangguan tersebut berupa sms.
37
38
R S T F
Tegangan (Volt) ADC
100 508 647 229 332
110 532 672 252 357
120 551 702 274 378
130 575 729 298 395
140 595 751 318 412
150 617 779 342 425
160 634 801 364 440
170 653 826 383 454
180 670 849 398 466
190 692 872 414 478
200 710 898 427 491
210 739 941 451 506
220 747 943 452 507
230 758 951 462 514
230 Volt. Dari nilai ADC ini rumus persamaan didapat, proses
mendapatkan rumus persamaan yaitu dari nilai tegangan dan adc yang
nantinya dibuat grafik dengan sumbu X nilai ADC dan sumbu Y nilai
tegangan, jika nilai R cenderung mendekati nilai 1 maka nilai persamaan
tersebut baik dan jika tampilan garis persamaan tersebut lurus atau tidak
berbelok maka artinya nilai antara adc dan tegangan tersebut sebanding
atau sesuai. Tetapi pada saat kalibrasi tegangan ZMPT101B grafik
sedikit berbelok namun hasil error masih masuk dalam toleransi. Gambar
4.3 merupakan hubungan grafik antara tegangan dan ADC fasa R.
180
160
140
120
100
500 600 700 800
Sumbu X
Gambar 4.3. Grafik Sensor Tegangan Fasa R
Dari Gambar 4.3 grafik fasa R hubungan antara tegangan dan ADC
nilai R²=0,9966 artinya rumus meskipun pada grafik sedikit berbelok
tetapi masih termasuk sebanding atau mempunyai perbedaan nilai
tegangan dengan adc yg teratur, kemudian didapat persamaan y = 0,5086x
- 161,28 lalu dimasukkan rumus persamaan pada kodingan stm32cubeide
seperti ini V4_RMS = (ADC_RMS_V4 x 0,5086) - 161,28. Gambar 4.4
menunjukkan rumus pada program stm32cubeide.
42
180
160
140
120
100
600 700 800 900 1000
Sumbu X
Lalu pada fasa T , grafik hubungan antara arus dan ADC fasa T
ditunjukkan pada Gambar 4.7.
180
160
140
120
100
200 250 300 350 400 450 500
Sumbu X
Gambar 4.7. Grafik Sensor Tegangan Fasa T
44
Gambar 4.7 grafik fasa T hubungan antara tegangan dan ADC nilai
R² 0,9839 dan didapat persamaan y = 0,5335x – 27,964 lalu dimasukkan
rumus persamaan pada kodingan stm32cubeide seperti ini V2_RMS =
(ADC_RMS_V2 x 0,4071) - 164,34. Gambar 4.8 menunjukkan rumus
pada program stm32cubeide.
180
160
140
120
100
300 350 400 450 500 550
Sumbu X
Gambar 4.9 grafik fasa F hubungan antara tegangan dan ADC nilai
R² 0,9786 dan didapat persamaan y = 0,706x – 145,39 lalu dimasukkan
rumus persamaan pada kodingan stm32cubeide seperti ini V1_RMS =
(ADC_RMS_V2 x 0,706) - 145,39. Gambar 4.10 menunjukkan rumus
pada program stm32cubeide.
Dari keempat grafik diatas fasa R,S,T dan fasa F merupakan grafik
yang tergolong baik karena grafik tersebut termasuk linier bisa dilihat R²
pada keempat grafik tersebut, grafik R² fasa R adalah 0,9966 kemudian
R² fasa S adalah 0,9937 lalu pada fasa T adalah 0,9839 dan pada Fasa F
adalah 0,9786 yang artinya grafik tersebut masih linier karena masih
sangat mendekati dengan nilai 1. Pada tahapan ini sudah mendapat rumus
persamaan dan sudah dimasukkan dalam prorgram Mikrokontroller
STM32F103C8T6 sehingga proses kalibrasi sudah selesai.
Dari perbandingan alat ukur dan sensor tegangan pada Tabel 4.2
tersebut pengukuran untuk sensor tegangan pada semua fasa sangat baik,
karena error sekitar < 5% dan rata rata error < 2 % sehingga sensor
tegangan ZMPT101B pada setiap fasa layak untuk digunakan, untuk
rumus error diatas menggunakan rumus sebagai berikut:
𝑉𝑣𝑎𝑟𝑖𝑎𝑐 − 𝑉𝑠𝑒𝑛𝑠𝑜𝑟
𝐸𝑟𝑟𝑜𝑟(%) = 𝑥 100
𝑉𝑣𝑎𝑟𝑖𝑎𝑐
47
Sensor arus yang digunakan pada proyek akhir ini adalah Pada
proyek akhir ini yaitu SCT-013-010, pada proyek akhir ini menggunakan
sensor arus berjumlah 3 buah, SCT-013-010 merupakan sensor arus
dengan batas ukur 10A dan output max sebesar 1 V sensor arus SCT-013-
010 ini menggunakan konsep cara kerja trafo arus. Jadi transformator
arus ini sudah dirancang untuk mendapatkan nilai arus sekunder yang
lebih kecil dibandingkan sisi primernya sehingga aman untuk dilakukan
pengukuran, cara kerja transformator arus yaitu koil induksi yang
mendekati perubahan medan magnet yang terjadi disekeliling konduktor
pembawa arus. Dengan mengukur jumlah arus yang dibangkitkan oleh
koil maka jumlah arus yang melewati konduktor tersebut dapat dihitung.
Sensor arus diletakkan pada masing masing fasa berfungsi untuk
mendeteksi arus pada tiap fasa. Sensor arus pada rancangan alat prototipe
ini berfungsi sebagai input sensor arus, sehingga ketika sensor arus
terpasang pada kabel stiap fasa maka sensor arus akan bekerja dan dioalah
oleh mikrokontroller STM32F1. Pada Pengujian sensor ini harus
dilakukan sesuai dengan tahapannya dan dilakukan dengan teliti agar
nantinya saat dilakukan integrasi sistem dapat berjalan dengan baik dan
nilai error kecil. Berikut tahapan pengujian sensor arus :
Ada 2 tahapan dalam melakukan pengujian sensor arus :
1. Melakukan kalibrasi untuk mencari rumus persamaan ADC
2. Mencari Error pembacaan sensor arus
Pada pengujian pertama yaitu melakukan kalibrasi untuk mencari
rumus persamaan ADC. Gambar 4.12 merupakan wiring rangkaian
kalibrasi pengujian Arus SCT-013-010.
48
R S T
Arus (Ampere)
ADC
0,0 0,07 0,07 0,08
0,5 0,46 0,45 0,45
1,0 1,00 0,99 0,98
1,5 1,50 1,50 1,49
2,0 2,00 2,00 1,98
2,5 2,52 2,51 2,50
3,0 3,02 3,01 2,99
3,5 3,53 3,53 3,52
4,0 4,07 4,07 4,05
4,5 4,53 4,54 4,52
5,0 5,10 5,11 5,09
5,5 5,60 5,67 5,69
6,0 6,20 6,22 6,19
6,5 6,69 6,70 6,68
7,0 7,09 7,11 7,06
7,3 7,25 7,27 7,23
Pada Tabel 4.3 didapat nilai ADC dari beberapa sample data
yang diambil yaitu antara 0-7,3 A, dari nilai ADC yang didapat saat
kalibrasi fasa R,S dan T mempunyai nilai ADC yang hampir sama.
Kemudian setelah nilai ADC didapatkan, selanjutnya mendapatkan
rumus persamaan yaitu dari nilai arus dan adc yang nantinya dibuat grafik
dengan sumbu X merupakan nilai ADC dan sumbu Y adalah nilai arus,
selanjutnya menjadikan nilai antara sensor arus dan adc menjadi sebuah
grafik dan nilai persamaan, baik buruknya nilai tersebut dilihat dari nilai
R dan tampilan garis tersebut, jika nilai R cenderung mendekati nilai 1
maka nilai persamaan tersebut baik. Gambar 4.14 menunjukkan grafik
sensor dan nilai persamaan arus fasa R.
51
8 y = 0,0085x - 0,1325
R² = 0,9986
Sumbu Y
0
0 200 400 600 800 1000
Sumbu X
8 y = 0,0085x - 0,1435
R² = 0,9987
Sumbu Y
0
0 200 400 600 800 1000
Sumbu X
kemudian pada fasa T , grafik hubungan antara arus dan adc pada fasa
T, Gambar 4.18 menunjukkan grafik sensor dan nilai persamaan arus
fasa T.
8 y = 0,0085x - 0,1667
R² = 0,9985
Sumbu Y
0
0 200 400 600 800 1000
Sumbu X
Pengujian error pada ketiga sensor arus ini mengambil data yang
sama karena pada saat kalibrasi ketiga sensor arus dipasang bersamaan
dan beban diubah dari beban 0-7,3 A, untuk pembacaan arus
menggunakan LCD Oled sebagai pembacaan supaya langsung
mengetahui hasil dari pembacaan LCD Oled tersebut yang nantinya akan
dibuat pengujian secara integrasi.
Dari hasil pengujian sensor arus diatas masih termasuk baik dan
sensor arus dapat digunakan, karena error dari pengukuran masih antara
0-1%, error terbesar yaitu pada saat pengukuran dengan arus kecil, yaitu
pada pengukuran dengan arus 0,5 A sensor pada fasa R hanya membaca
0,46 A mempunyai error 8 % , pada fasa S membaca 0,45 A mempunyai
error 10 % dan pada fasa T juga mempunyai error yang sama dengan fasa
S hanya membaca 0,45 A sehingga mempunyai error 10 %. Sedangkan
pada pengukuran pada arus diatas 1 A hanya mempunyai error sekitar 0-
4%.
56
Pada proyek akhir ini meggunakan LCD Oled, LCD ini hanya
mempunya ukuran 1,3 Inch sehingga cukup menghemat tempat pada pcb,
LCD ini juga mepunyai resolusi 238 x 64 pixel dan warna pada tampilan
bisa diubah, untuk tampilannya saya menggunakan warna putih agar
mudah untuk dibaca, LCD Oled ini juga sudah dilengkapi dengan I2C
sehingga pin outputnya lebih sedikit hanya 4 pin, untuk pengujian LCD
Oled dilakukan dengan langsung membaca nilai sensor sensor yang
digunakan. Gambar 4.22 menunjukkan hasil pengujian LCD pada
pembacaan sensor.
57
Hasil yang didapat saat LCD Oled menampilkan data sudah sesuai
dengan program sehingga pengujian lcd ini dikatakan baik.
Pada proyek akhir ini saat terjadi ganguan pada NH-Fuse maka
sim800l ini akan mengirimkan notifikasi berupa sms sehingga Pengujian
modul sim800l v1 ini sangat penting untuk mengetahui apakah modul
sim800l v1 yang terpasang pada sistem dapat berfungsi dengan baik atau
tidak. Proses pengujian modul GSM sim800l v1 ini dengan mencoba
mengirim sms ke handphone dan juga mencoba sms gangguan ysng
nsntinya akan diintegrasikan dengan hasil data sensor sensor yang
digunakanbeserta kata peringatan gangguan tersebut. Proses pengiriman
sms ini dikendalikan oleh mikrokontroller stm32f1 dan stm32cubeide,
58
Pada sub bab ini akan menjelaskan proses dan hasil pengujian
sistem berdasarkan blok diagram yang telah dibuat, semua komponen
yang telah diuji secara partisi akan dibuat sebuah sistem alat yang dan
akan diuji untuk mengetahui keberhasilan dari prototipe alat pendeteksi
gangguan Nh-Fuse pada PHB-TR ini.
Pengujian yang dilakukan yaitu pada kondisi normal dan pada saat
kondisi gangguan, untuk pengujian pada kondisi normal tegangan pada
ketiga fasa diatur 198<V>231 dan arus tidak melebihi rating NH-Fuse
yaitu 6 A. untuk pengujian pada saat gangguan yaitu gangguan yang
pertama yaitu NH-Fuse putus yang dideteksi dengan sensor tegangan dan
sensor arus dengan parameter arus 0 ampere dan tegangan sesuai dengan
tegangan sekunder trafo 220 volt(fasa-netral). Selanjutnya gangguan fuse
holder bocor/tembus dideteksi dengan sensor tegangan dengan paramater
tegangan >0 Volt dan gangguan NH-Fuse tidak terpasang sempurna yang
dideteksi dengan sensor suhu dengan parameter suhu >32 ℃, untuk
keadaan normal tegangan pada tiap fasa diberi sumber tegangan jala -jala
dan arus tidak lebih dari 2A. Pengujian ini menggunakan sumber 1 fasa
dan beban rumah tangga(setrika,rice cooker,kipas angin dan laptop),
tujuan utama pengujian ini yaitu apakah ketika terjadi gangguan pada alat
dapat mengirimkan pesan berupa sms ke hp dan ketika keadaan normal
lcd pada alat dapat memonitoring nilai arus, tegangan dan suhu . Gambar
4.26 menunjukkan hasil rangkaian integrasi alat sistem.
60
Pada Tabel 4.5 Saat pengujian partisi dan integrasi dalam keadaan
normal pada sensor arus terlihat tidak cukup jauh, pada pengujian
integrasi ini error paling tinggi pada fasa R 4,48%, fasa S 6.25% dan fasa
T 6.25%, dengan rata rata error fasa R 0,95 % ,Fasa S 2,22 % dan FasaT
1,43% bahkan lebih bagus saat pengujian integrasi dari pada saat
pengujian partisi, data hasil selanjutnya yaitu pengukuran pada sensor
tegangan ZMPT101B. Tabel 4.6 menunjukkan data hasil integrasi sensor
tegangan keadaan normal.
63
Inti dari proyek akhir ini yaitu saat terjadi gangguan pada NH-
Fuse maka alat dapat memberikan informasi gangguan melalui sms
kepada handphone petugas PLN sehingga petugas dapat mengetahui
gangguan lebih cepat dari pada laporan pelanggan, pengujian ini
dilakukan dengan menggunakan rangkaian yang sama dengan pengujian
tanpa gangguan hanya saja bebannya berbeda dan pada saat pengujian
dalam keadaan gangguan ini modul sim800l v1 bekerja mengirimkan
informasi gangguan. Pada keadaan gangguan ini yaitu mendeteksi
gangguan NH-Fuse putus, isolasi NH-Fuse bocor/ tembus dan NH-Fuse
terpasang tidak sempurna kemudian nantinya di informasikan melalui
sms dengan bantuan modul sms 800l v1 dan pada lcd oled menampilkan
angka 1-3 berikut arti kode fault pada lcd oled :
1.Gangguan NH-Fuse Putus
2.Fuse Holder bocor/tembus
3.NH-Fuse tidak terpasang sempurna
Berikut jenis-jenis gangguan yang dideteksi oleh sistem :
R S T
Gambar 4.30. MCB Fasa R Trip
R S T
Sama seperti saat NH-Fuse putus fasa pada fasa R Pada gambar
4.33 tampilan lcd saat arus melebihi batas maksimal mcb yang digunakan
yaitu 2 A dan waktu lama mcb trip fasa S saat beban melebihi rating mcb
saat 1.48 menit, pada gambar 4.34 tampilan real saat simulasi NH-Fuse
putus fasa S menggunakan MCB dengan parameter tegangan sesuai
tegangan sekunder trafo 220 volt(fasa-netral) dan arus = 0 A dan saat
terjadi gangguan NH-Fuse putus pada LCD akan muncul tulisan fault : 1
yang mengindikasikan gangguan NH-Fuse putus seperti pada Gambar
4.35, setelah terjadi ganguan NH-Fuse putus maka alat akan mendeteksi
terjadi gangguan dan mengirimkan notifikasi gangguan berupa sms pada
Gambar 4.36. Lalu, Gambar 4.37 menunjukkan pada saat terjadi over
current dan waktu sampai NH-Fuse putus, Gambar 4.38 tampilan real
ketika MCB fasa S trip ,Gambar 4.39 ketika indikasi fault saat NH-Fuse
trip dan Gambar 40 menunjukkan informasi gangguan NH-Fuse putus
fasa T.
R S T
Data tabel 4.8 merupakan percobaan pada saat arus melebihi batas
mcb yaitu 2A, percobaan putusnya NH-Fuse ini dilakukan dengan
memberikan arus melebihi rating/batas mcb yaitu sekitar 3.20 Ampere
dan berhubungan dengan waktu putusnya NH-Fuse. Pada data pertama
yaitu ketika fasa R melebihi batas mcb dengan nilai 3.13 A dengan waktu
trip 1.12 menit, kemudian data kedua ketika fasa S melebihi batas mcb
dengan nilai arus 3.23A dengan waktu trip 1.48 detik selanjutnya data
ketika fasa T melebihi batas mcb dengan nilai arus 3.25 A dengan waktu
1.34 menit.
Gangguan kedua yang akan dideteksi pada proyek akhir ini yaitu
gangguan tahanan isolasi fuse holder tembus, Gangguan ini menggunakan
mcb sebagai simulasi/penyalur tegangan fuse holder tembus yang
dihubungkan antara NH-Fuse ke fuse holder jadi fungsi mcb pada
gangguan ini sebagai simulasi bahwa ketika mcb off maka sistem dalam
keadaan normal dan ketika mcb on maka sensor tegangan akan
mendeteksi bahwa terdapat tegangan >0 Volt lalu sistem mendeteksi
bahwa telah terjadi gangguan fuse holder tembus. Percobaan gangguan
ini hanya menggunakan mcb 2A karena pada simulasi tahanan isolasi fuse
holder tembus tidak membutuhkan arus tertentu karena indikasi dari
gangguan ini yaitu apabila terdapat tegangan >0 Volt di fuse holder maka
71
OFF ON
Dari Tabel 4.9 pada saat NH-Fuse tidak dipasang sempurna pada
fasa T dengan beban pada fasa R = laptop pada fasa S & fasa T setrika,
suhu pada tiap fasa hampir sama hanya selisih sedikit selanjutnya suhu
setelah 50 menit terlihat perbedaan pada tiap fasa dan suhu pada NH-Fuse
yang tidak terpasang sempurna lebih cepat panas dibandingkan fasa
lainnya, setelah 135 menit suhu pada fasa T mencapai suhu 32.5℃
melebihi suhu maksimum yang ditentukan oleh program sehingga sistem
akan otomatis mengirimkan notifikasi gangguan berupa sms kepada
petugas.
BAB V
PENUTUP
5.1 KESIMPULAN
75
76
5.2 SARAN
77
78
SSD1306_Init();
SSD1306_Fill(SSD1306_COLOR_BLACK);
SSD1306_UpdateScreen();
SSD1306_GotoXY (30,5);
SSD1306_Puts ("PLN - PENS", &Font_7x10, 1);
SSD1306_GotoXY (15,15);
SSD1306_Puts ("MUH WAHFIUDDIN", &Font_7x10, 1);
SSD1306_GotoXY (30,30);
SSD1306_Puts ("1303177039", &Font_7x10, 1);
SSD1306_UpdateScreen(); //display
SSD1306_Fill (0);
WritePin(GPIOC,LED3_Pin, 0);
HAL_Delay(3000);
while (1){
HAL_TIM_Base_Start_IT(&htim2);
HAL_TIM_Base_Start_IT(&htim3);
SSD1306_Fill (0);
sprintf(buffer_i2c, " V I T ");
SSD1306_GotoXY (1,0);
SSD1306_Puts (buffer_i2c, &Font_7x10, 1);
HAL_Delay(800);
79
80
count += 1;
if(Flag_Gangguan == 1){
sprintf(buffer_SMS, "NH-Fuse putus pada fasa : %c \n Vr : %4.2f | Ir :
%4.2f \n Vs : %4.2f | Is : %4.2f \n Vt : %4.2f | It : %4.2f", fasa_putus,
V4_RMS, I1_RMS, V3_RMS, I2_RMS, V2_RMS, I3_RMS);
}
else if(Flag_Gangguan == 2){
sprintf(buffer_SMS, "Fuse Holder tembus pada fasa : T \n VT :
%4.2f",V1_RMS);
}
else if(Flag_Gangguan == 3){
sprintf(buffer_SMS, "NH-Fuse tidak terpasang sempurna pada fasa: %c
\n Tr : %4.2f \n Ts : %4.2f \n Tt : %4.2f ",fasa_putus, Temp_T1,
Temp_T2, Temp_T3);
}
//SEND SMS
__HAL_UART_FLUSH_DRREGISTER(&huart1);HAL_Delay(200);
HAL_UART_Transmit(&huart1,(uint8_t*)buffer1,4,20);
HAL_Delay(100);
81
HAL_UART_Transmit(&huart1,(uint8_t*)buffer2,11,20);
HAL_Delay(100);
HAL_UART_FLUSH_DRREGISTER(&huart1);HAL_Delay(200);
HAL_UART_Transmit(&huart1,(uint8_t*)buffer3,25,20);
HAL_Delay(200);
_HAL_UART_FLUSH_DRREGISTER(&huart1);HAL_Delay(200);
HAL_UART_Transmit(&huart1,(uint8_t*)buffer5,2,20);
HAL_Delay(200);
HAL_UART_FLUSH_DRREGISTER(&huart1);HAL_Delay(200);
HAL_UART_Transmit(&huart1,(uint8_t*)buffer_SMS,strlen
(buffer_SMS),500);
HAL_Delay(100);
HAL_UART_FLUSH_DRREGISTER(&huart1);HAL_Delay(200);
HAL_UART_Transmit(&huart1,(uint8_t*)buffer6,4,10);
Flag_KirimSMS = 0;
}
83