Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN PRAKTIKUM PENGUKURAN LISTRIK JOB

PENGUKURAN DAYA LISTRIK DENGAN WATTMETER

DISUSUN OLEH

SRI WAHYUNI
34220090
1D TEKNIK KONVERSI ENERGI
KELOMPOK D

PROGRAM STUDI TEKNIK KONVERSI ENERGI


JURUSAN TEKNIK MESIN
POLITEKNIK NEGERI UJUNG PANDANG
MAKASSAR
2021
PENGUKURAN DAYA LISTRIK DENGAN WATTMETER

A. TUJUAN PERCOBAAN

Setelah melaksanakan percobaan, praktikan diharapkan dapat :

 Melakukan penyambungan wattmeter dengan benar.


 Menggambarkan diagram fasor tegangan arus akibat cara penyambungan
wattmeter yang berbeda.
 Menentukan kesalahan pengukuran daya akibat cara penyambungan
wattmeter yang berbeda.

B. TEORI DASAR

1. RUMUS-RUMUS DAYA LISTRIK

a. Daya Listrik pada Arus Searah (dc)

Jika suatu beban/komponen (misalnya resistor dengan resistansi sebesar R)


mengalami tegangan sebesar V sehingga dilalui arus I, maka daya listrik yang
diserap oleh beban tersebut adalah:

Pdc = 1²R
…………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………(1)

= VI
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………….(2)

V2
=
R
…………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………..(3)

b. Daya Ustrik pada Arus Bolak-Ballik (ac)

Arus bolak-balik mempunyai frekuens, jadi berpengaruh pada komponen


induktor dan kapasitor. Misalkan sebuah beban/komponen dengan impedansi
sebesar Z, yaitu Z = R+ j( X L – X C ) mengalami tegangan sebesar V sehingga
dilalui arus sebesar I Maka fasor lakan mengalami kelambatan (lagging) dari fasor
V sebesar sudut ɸ. Yang dalam hal ini :
R
cos ɸ=
I
………………………………………………………………………………………
…………………………..………..(4)

Besaran cosɸdisebut faktor daya. Selanjutnya :

V =I.Z
…………………………………………………………………………………
………………………………………………(5)

Salah satu rumus daya listrik dalam hal ini adalah:

Pac =V . I cos ɸ
………………………………………………………………………………………
…………………………….(6)

Jika persamaan (5) dan (4) disubstitusikan ke dalam persamaan (6) maka
diperoleh

Pac =( I . Z ) . I . R . Z
………………………………………………………………………………………
………………………(7)

Pensubstitusian persamaan (5) ke (6) juga akan menghasilkan

P AC =V . cos ɸ Z

¿ V 2cos 2ɸ

Tabel 1 memperlihatkan perbandingan antara rumus-rumus daya dalam besaran


dc dengan besaran ac.

Tabel 1. Perbandingan rumus-rumus day a (P)


P dalambesarandc P dalambesaranac
2
I R I2R
VI V I cosɸ
2
V ¿¿
R
2. KONSTRUKSI WATTMETER

Wattmeter adalah alat ukur yang dapat mengukur besaran daya listrik Pada
umumnyadikenal dua tipe utamadari wattmeter yaitu tipe elektrodinamik dantipe
induksi. Wattmneter tipe elektrodinamik dapat mengukur besaran dcmaupun ac,
sedangkan tipe induksi hanya dapat mengukur besaran acsaja.

Wujud dari berapa wattmeter dapat dilihat dalam Gambar 1.

Adapun konstruksi dari wattmeter untuk kedua tipe dapat dilihat dalam Gambar 2

(a)
(b)

Gambar2. Konstruksi dasar dart suatu wattmeter.(a) Tipe elektrdinamik (b) Tipe
Induksi

a. Tipe Elektrodinamik
Pada tipe ini terdapat dua kumparan yaitu kumparan tetap (F) yang terbagi
dua secara seri dan berfungsi sebagai kumparan arus (current coil), serta
kumparan bergerak (M) yang disambung dengan resistor yang mempunyai
resistansi tinggi (R) yang berfungsi sebagai kumparan tegangan.Kumparan arus
akan terpasang seri dengan suplai/sumber atau beban, sedangkan kumparan
tegangan akan terpasang paralel/shunt dengan suplai/sumber atau behan.

Interaksi antara kedua kumparan berarus menyebabitan terjadinya momen


gaya atau torsi di kumparan bergerak, yang oleh suatu mekanisme menyebabkan
Suatu jarum penunjuk akan bergerak dan menghasilkan suatu pembacaan.

b. Tipe Induksi

Pada tipe ini terdapat sebuah kumparan yang terpasang seri dengan suplai
atau beban (disebut kumparan arus); sebuah kumparan yang terpasang
paralel/smint dengan suplai atau beban (disebut kumparan tegangan) dan sebuah
piringan aluminium. Piringan aluminium berfungsi untuk memotong fluks magnet
yang dihasılkan oleh kedua kumparan. Interaksi antara kedua kumparan terhadap
piringan aluminium akan menghasilkan momen gaya atau torsi pada piringan,
yang oleh suatu mekanisme menyebabkan suatu jarum penunjuk akan bergerak
dan menghasilkan suatu pembacaan.

3. PRINSIP KERJA WATTMETER

a. Pada Pengukuran Besaran dc

Dalam percobaan ini digunakan wattmeter tipe elektrodinamik saja. Misalkan


Is, dan Ip adalah berturut-turut alus yang lewat di kumparan arus dan kumparan
tegangan. Arus I, akan menghasilkan induksi magnetik :

B=K s . I s
………………………………………………………………………………………
……………………………….....(9)

Arus Ip di kumparan tegangan sebanding dengan tegangan

I p=k p . V p

Interaksi antara B dan Ip akan menghasılkan momen gaya penyimpang (deflection


torque) di kumparan tegangan.

Td B Ip
Ks K p V p I p
………………………………………………………………………………………
…………..…………(10)

Dapat ditulis:
T d=K V p I s
………………………………………………………………………………………
………………………….(11)

dalam hal ini:

T d= torsi penyimpang (deflection torque )

V p= tegangan yang dialami oleh kumparan tegangan

I s= arus yang lewat di kumparan arus

Jika torsi penyimpang dikontrol oleh pegas spiral yang mempunyai persamaan :

T c =ϴ
………………………………………………………………………………………
……………………………………(12)

maka ketika alat ukur sedang mengukur akan berlaku s

T d=T c
K V p I s =K ϴ

Atau

ϴ V p Is
………………………………………………………………………………………
…………………………….…….(13)

Atau

ϴ=K p V p I s
………………………………………………………………………………………
…………………………….(14)

dalam hal ini :

ϴ = sudut penyimpangan pegas spiral (jarum penunjuk)

K
K p= =¿ konstanta untuk skala alat ukur
k
Persamaan (13) atau (14) mengindikasikan bahwa penunjukan oleh jarum
penunjuk alat ukur pada pengukuran daya dc akan sebanding dengan daya atau
perkalian antara tegangan dan arus yang dirasakannya.

b. Pada Pengukuran Besaran ac

Dalam hal ini besaran tegangan dan arus dalam persamaan (14) diwakili oleh
besaran sesaatnya (instantane ous), yaitu v, dan i, Maka:

ϴ=¿harga rata-rata dari ( K p V P i ,)


………………………………………………………………………………………
.(15)
Misalkan

Vp=Vm sin α=wt ...


………………………………………………………………………………………
……………(16)

i s=ℑ sin(α −ɸ)


………………………………………………………………………………………
…………………(17)

Maka

1
ϴ= ∫ K V I sin α sin ⁡( α −ɸ) dα
2π 0 p m m

K pV m I m 2π
¿

∫ [ cosɸ−cos ( 2 α −ɸ ) ] dα
0

K pV m I m 1 2π
¿ [ α cosɸ− cos (2 α −ɸ )]
4π 2 0

K pV m I m
¿ ¿

1
¿ K V I cos ɸ
2 P m m

Vm Im
¿ Kp. . . cos ɸ
√ 2 √2
Dalamhalini :
Vm
=V =¿harga efektif dari V p
√2 p
………………………………………………………………………………………
……………(19)

Im
=I =¿harga efektif dari i s
√2 s
………………………………………………………………………………………
……………..(20)

ɸ = sudutdayaataubedasudutfasaantaraV pdan I s

Jadi :

ϴ = K p V p cos ɸ …………….
………………………………………………………………………………………
…………..(21)
Atau

ϴ V p V s cos ɸ
………………………………………………………………………………………
…………………………(22)

Persamaan {21} atau {22}


mengindikasikanbahwapenunjukanolehjarumpenunjukalatukurpadaalatpengukura
ndayaacsebandingdengandaya rata-rata
atauperkalianantarahargaefektiftegangandanhargaefektifarusserta factor daya yang
di rasakannya.Daya rata-rata yang diukurinidisebutdayanyataataudayaaktif.

4. CARA PENYAMBUNGAN WATTMETER

Berdasarkanurutanpadakonstruksi wattmeter makadapatdiketahuidua macam cara


penyambungan wattmeter seperti yang ditunjukkan oleh Gambar 3.

(a)
(b)
Gambar 3. Diagram penyambungan wattmeter tipe elektrodinamik untuk
pengukurai de atau daya ac 1-fasa. (a) Penyambungan metode
impedansi-tinggi (b)Penyambungan metode impedansi-rendah
(PMIR).

Metode penyambungan pada Gambar 3(a) cocok untuk beban yang


menyerap arus yang rendah (atau yang berimpedansi tinggi) sehingga metode
penyambungan ini disebut penyambungan metode impedansi tinggi (PMIT).
Metode penyambungan pada Gambar 3(b) cocok untuk beban yang menyerap arus
yang tingg (atau yang berimpedansi rendah) sehingga metode penyambungan ini
disebut penyambunganMmetode impedansi rendah (PMIR).

5. KESALAHAN (ERROR) PADA WATTMETER

Daya yang terukur yang ditampilkan oleh wattmeter tidak pernah sama
dengan nilai sebenarnya dari daya yang sedang diukur. Ini disebabkan oleh
kenyataan bahwa arus yang lewat di kumparan arusnya atau tegangan yang
dirasakan oleh kumparan tegangannya selalu lebih besar dari nilai sebenarnya dari
besaran yang sedang diukur. Jadi hasil pembacaan dari wattmeter selalu lebih
besar dari daya sebenarya yang sedang diukur pada beban atau pada suplai.
Dengan demikian kesalahan atau error pada wattmeter disebabkan oleh cara
penyambungan dan juga karena adanya induktansi pada kumparan tegangan.
Pengaruh dari induktansi pada kumparan tegangan tidak dibahas dalam percobaan
ini, jadi dianggap diabaikan.

a. Pada Pengukuran Besaran dc

(1) Penyambungan Metode Impedansi Tinggi

Misalkan :

V= tegangan pada beban


I =arus yang lewat dalam beban
V p =tegangan yang dialami oleh kumparan tegangan wattmeter
I s = arus yang lewat dalam kumparan arus wattmeter
I s = arus yang lewat dalam kumparan tegangan wattmeter
P=VI=daya sebenarnya yang diserap oleh beban
Pa =Vp I, = daya yang terukur oleh wattmeter (atau daya aktual)
r s =resistansi kumparan arus (induktansi diabaikan)
r p = resistansi kumparan tegangan (induktansi diabaikan)

Dari Gambar 3(a) terlihat bahwa


I s=I
………………………………………………………………………………………
……………………………………….(23)

V p=V + I s r s

¿V +I rs
………………………………………………………………………………………
……………………………(24)

Maka

Pa=V s I s

¿ (V + I rs ) I

¿ V I + I 2r s

¿ P+ I 2 r s
………………………………………………………………………………………
………………………..(25)

Sehingga :

Pa−P=i 2 r s

∆ P=I 2 r s
………………………………………………………………………………………
……………………....(26)

Jadi :

∆P
Ea =
×100 %
Pa
………………………………………………………………………………………
……………………(27)

∆P ∆P Ea
E=
×100 %= ×100 %=
Pa Pa−∆ P 1−Ea
…………………………………………………………………….(28)

Dalam hal ini :

∆P = kesalahan mutlak wattmeter


E = kesalahan relatif wattmeter terhadap daya sebenarnya
E s = kesalahan relatif wattmeter terhadap daya aktual yang terukur

(2) Penyambungan Metode Impedansi Rendah

Dari Gambar 3(b) terlihat bahwa:

V P=V
………………………………………………………………………………………
……………………………………(29)

V
I p=
rp
………………………………………………………………………………………
……………………………………(30)

I s=I + I p

V
¿ I+
Vp
………………………………………………………………………………………
………………………………(31)

Maka :

Pa=V p I p

V
¿V (I + )
rp

V2
¿ VI +
rp

V2
¿ P+
rp
………………………………………………………………………………………
…………………………(32)

Sehingga :

V2
Pa−P=
rp
V2
∆ P=
rp
………………………………………………………………………………………
………………………………….(33)

Jadi :

∆P
Ea =
×100 %
Pa
………………………………………………………………………………………
……………………(34)

∆P ∆P Ea
E=
×100 %= =
Pa Pa−∆ P 1−E a
…………………………………………………………………………………….
(35)

Dari persamaan (26) dan (33) terlihat bahwa tahanan-dalam wattmeteer


akan menimbulkan kesalahan ketika wattmeter mengukur besaran dc. Jika pada
kumparan arus dipasang amperemeter secara seri dan pada kumparan tegangan
dipasang voltrneter secara paralel, maka berlaku :

∆ P=I 2 (r s +r a ) Untuk PMIT


………………………………………………………………………………………
…(36)

Dan

V2
∆ P= UntukPMIT
r p+ r v
………………………………………………………………………………………
…………..(37)

Dalam hal ini :

∆ P= tahanan dalam amperemeter


………………………………………………………………………………………
……...(38)

T p= Tahanan – dalamvoltmeter
………………………………………………………………………………………
…………..(39)

b. Pada PengukuranBesaranac
(1) Penyambungan Metode Impedansi Tinggi

Misalkan :

ɸ= beda sudut fasa antara fasor V dan I


ϴ= beda sudut fasa antara fasor V p dan I s

Dari Gambar 3(a) dapat ditulis:

I s=I
………………………………………………………………………………………
………………………………………(40)

V p=V + I v s
………………………………………………………………………………………
…………………………..(41)

Diagram fasornya dapat dilihat dalam Gambar (4).Selanjutnya diketahui dari


gambar Tersebut :

P=VI cos ɸ
………………………………………………………………………………………
……………………………(42)

Dalam hal ini wattmeter akan membaca V p dan I s sehingga :

Ps =V p I s cos ϴ

¿ V P I cos ϴ
………………………………………………………………………………………
……………………………………(43)

Gambar 4. Diagram fasor dari wattmeter pada penghukuran daya ac denga


penyambungan metode impedansi-tinggi (PMIT).
Dari Gambar 4 terlihat bahwa:

V p cos ϴ=V cos ɸ+ I r s


………………………………………………………………………………………
………..(44)

Sehingga :

Pa=V p I cos ϴ

¿¿

¿ V I cos ɸ+ I 2 r s

¿ P+ I 2 r s
………………………………………………………………………………………
………………………..(45)

Atau :

Pa−P=I 2 r s
………………………………………………………………………………………
…………………………(46)

Jadi :

∆ P=I 2 r s
………………………………………………………………………………………
………………………………(47)

Maka :

∆P
Ea =
×100 %
Pa
………………………………………………………………………………………
…………………….(48)

∆P ∆P Ea
E=
×100 %= ×100 %=
P Pa−∆ P 1−Ea
……………………………………………………………………..(49)

(2) PenyambunganMetodeImpedansiRendah :

Dari gambar 3(b) dapatditulis :


V p=V
………………………………………………………………………………………
……………………………………..(50)

V
I P=
rs
………………………………………………………………………………………
…………………………………….(51)

I s=I + I p

V
¿ I+
rp
………………………………………………………………………………………
………………………………(52)

Diagram fasornya dapat dilihat dalam Gambar 5. Selanjutnya diketahui dari


gambar Tersebut :

P=V I cos ɸ

Dan :

Pa=V p I s cos ϴ

¿ V p I cos ϴ
………………………………………………………………………………………
……………………….(53)

Gambar 5. Diagram fasor dari wattmeter pada penghukuran daya ac dengan


penyambungan metode impedansi-rendah (PMIR).

Dari Gambar 5 terlihat bahwa:


V
I s cos ϴ=I cos ɸ+
rp

Sehingga :

Pa=V p I s cos ϴ

¿V ¿

V2
¿V I +
rp

V2
¿ P+
rp
………………………………………………………………………………………
…………………………….(54)

Sehingga :

V2
Pa - P =
rp

V2
∆ P=
rp
………………………………………………………………………………………
……………………………………(55)

Jadi :

∆P
×100 %
Ea¿
Pa
………………………………………………………………………………………
…………………….(56)

∆P ∆P Ea
×100 %=
E== ×100 %=
Pa Pa−∆ P 1−E a
……………………………………………………………………..(57)

Dari persamaan (26) dan (33) terlihat bahwa tahanan-dalam wattmeteer


akan menimbulkan kesalahan ketika wattmeter mengukur besaran dc. Jika pada
kumparan arus dipasang amperemeter secara seri dan pada kumparan tegangan
dipasang voltmeter secara paralel, maka berlaku :
∆ P=I 2 (r s +r a )untuk PMIT
………………………………………………………………………………………
…..(56)

Dan :

V2
∆ P= untuk PMIT
r p−r v
………………………………………………………………………………………
……………(57)

Dalamhalini :

T A= tahanan dalam
amperemeter………………………………………………………………………
…………………………(58)

C. DIAGRAM RANGKAIAN
Gambar 6. Diagram rangkaian pengukuran daya dc atau daya ac satu-fasa.
(a) Penyambungan metode impedansi-tinggi (PMIT). (b) Penyambungan
metode impedansi-rendah (PMIR).

D. ALAT DAN BAHAN


• Sumber tegangan dc variabel
• Sumber tegangan ac variabel
• Wattmeter satu-fasa
• Resistor
• Tahan geser
• Voltmeter
• Amperemeter
• Papan rangkaian
• Kabel-kabel penghubung

E. HASIL PERCOBAAN

Tabel 1. Hasil pengamatan pengukuran daya menggunakan Wattmeter

Metode penyambungan
No. Jenis sumber Jenis beban Impendansi tingkat tinggi
listrik V I P
(V) (A) (w)
Lampu
Pijar
1. AC 40 W 90 0,1 9

Lampu
Pijar
2. AC 40 W 120 0,1 1,2

Lampu
Pijar
3. AC 40 W 150 0,11 16,5
Lampu
Pijar
4. AC 40 W 180 0,13 23,4

Lampu
Pijar
5. AC 40 W 210 0,14 29,4

 ANALISIS HASIL PERCOBAAN

Berdasarkan data percobaan dalam tabel,maka dapat dihitung daya


sebenarnya yang diserap oleh beban yaitu:
 Data 1 :
P = V.I
P = 90.0,1
P=9w
 Data 2 :
P = V.I
P = 120.0,1
P = 1,2 w
 Data 3 :
P = V.I
P = 150.0,11
P = 16,5
 Data 4 :
P = V.I
P = 180.0,13
P = 0,34
 Data 5 :
 P = V.I
 P = 210.0,14
 P = 29,4

 Rata-rata:
P rata-rata = P1+P2+P3+P4+P5/5
=9+1,2+16,5+0,34+29,4/5
=11,28w

Tabel 2. Hasil pengamatan pengukuran daya menggunakan Wattmeter

Metode penyambungan
No. Jenis sumber Jenis beban Impendansi tingkat tinggi
listrik V I P
(V) (A) (w)

1. AC

Tahana
variable 0,38 7,6
bernilai 70 Ω 20

Tahana
AC
2. variable 30 0,54 16,2
bernilai 70 Ω
Tahana
AC
3. variable 40 0,72 28,8
bernilai 70 Ω

Tahana
AC
4. variable 50 0,88 44
bernilai 70 Ω

Tahana
AC
5. variable 60 1,04 62,4
bernilai 70 Ω

 ANALISIS HASIL PERCOBAAN

Berdasarkan data percobaan dalam tabel,maka dapat dihitung daya


sebenarnya yang diserap oleh beban yaitu:
 Data 1 :
P = V.I
P = 20.0,38
P = 7,6 w
 Data 2 :
P = V.I
P = 30.0,54
P = 16,2 w
 Data 3 :
P = V.I
P = 40.0,72
P = 28,8wData 4 :
P = V.I
P = 50.0,088
P = 44 w
 Data 5 :
P = V.I
P = 60.1,4
P = 62,4w
 Rata-rata:
P rata-rata = P1+P2+P3+P4+P5/5
=7,6+16,2+28,8+44+62,4/5
=164w

F. KESIMPULAN

Dari hasil analisis data di atas dapat di simpulkan bahwa pada table
yang menggunakan tahanan lampu pijar 40 W daya akan mengalami
kenaikan seiringan dengan pertambahan arus dan tegangan yang di berikan
dan memiliki rata-rata 11,28. Dan pada percobaan yang mengunakan
Tahana variable bernilai 70 Ω daya akan naik seiring dengan kenaikan
tegangan dan arus yang ada dan dapat di rata-ratakan sehingga rata-rata
dari percobaan 1 sampai 5 berada pada 27,16 w.

G. DAFTAR PUSTAKA

Cooper, W.D 1978. Electronics Instrumentation and Measurement


Techniques. 2nd Edition. Alih Bahasa oleh sahat pakpahan. Jakarta :
Prandnya paramita.
Kasatkin, A. and M. Perekalin 1960. Basic Electrical Engineering.
Moscow : Peace priblishares.
Sumanto, F. 1996. Alat-alat Ukur Listrik. Edisi pertama.
Yogyakarta : Andi.
Suryatmo, F. 1997. Teknik pengukuran Listrik dan Elektronika.
Jakarta : Bumi Askara.
Theraja, B. L. 1980. A Text Book of electrical Technology (in SI
System of Units). 17th Edition. New Delhi : Publication Division of Nirja
Construction and Development Co. (P) Ltd.

Anda mungkin juga menyukai