Anda di halaman 1dari 7

BAB

10

A. KEDUDUKAN WAHYU DAN AKAL DALAM ISLAM

Kata wahyu berasal dari kata asli Arab ‫ولا‬$ ‫ يح‬yang berarti suara, api dan kecepatan.
Sedangkan menurut istilah: menurut Muhammad Abduh dalam bukunya risalatut tauhid
berpendapat bahwa wahyu adalah pengetahuan yang didapatkan oleh seseorang dalam
dirinya sendiri disertai keyakinan bahwa semua itu datang dari Allah SWT, baik melalui
perantara maupun tanpa perantara, baik menjelma seperti suara ataupun lainnya.
Sedangkan kata akal berasal dari kata bahasa Arab ‫ لقعلا‬yang berarti paham dan
mengerti. Sedangkan menurut istilah: menurut Muhammad Abduh berpendapat bahwa akal
adalah suatu daya yang hanya dimiliki manusia dan oleh karena itu dialah yang
memperbedakan manusia dari makhluk lainnya.
Adapun kedudukan antara wahyu dan akal dalam Islam keduanya sama-sama penting.
Karena Islam tidak akan terlihat sempurna jika tidak ada wahyu maupun akal. Dan kedua hal
ini sangat berpengaruh dalam segala hal dalam Islam. Dapat dilihat dalam hukum Islam, antara
wahyu dan akal ibarat penyeimbang. Ketika hukum Islam berbicara yang identik dengan wahyu
maka akal akan segera menerima dan mengambil kesimpulan bahwa hal tersebut sesuai
akal suatu tindakan yang terkena hukum tersebut, karena sesungguhnya wahyu dan akal
itu memiliki kesamaan yang diberikan Allah, namun kalau wahyu hanya orang-orang
tertentu yang mendapatkannya tanpa seorang pun yang mengetahui, sedangkan akal adalah
hadiah terindah bagi setiap manusia yang diberikan Allah.
Dalam Islam, akal memiliki posisi yang sangat mulia. Meski demikian bukan berarti
akal diberi kebebasan tanpa batas dalam memahami agama. Islam memiliki aturan untuk
menempatkan akal sebagaimana mestinya. Bagaimanapun, akal yang sehat akan selalu selaras
dan cocok dengan syariat islam dalam permasalahan apapun. Dan wahyu baik berupa Al-
Qur’an dan hadits merupakan perintah yang berlaku umum atas seluruh umat manusia, tanpa
mengenal ruang dan waktu, baik perintah itu disampaikan dalam bentuk umum atau
khusus. Apa yang dibawa oleh wahyu tidak ada yang bertentangan dengan akal, bahkan ia
sejalan dengan prinsip-prinsip akal. Sehingga dengan kedua fungsi tersebut seorang akan
menjadi muslim yang benar dalam menjalankan syariat Islam untuk meraih kebahagian di
dunia maupun di akhirat.

[Type text]
MODUL PEMBELAJARAN PAI – UNIVERSITAS KRISNADWIPAYANA 64
B. ISLAM SEBAGAI SUMBER INFORMASI ILMU PENGETAHUAN

Al-Quran telah diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW untuk mengajarkan manusia
tentang arti kehidupan yang mempunyai arti yang sangat berharga bagi siapa yang
mengikutinya. Al-Quran adalah sumber ilmu pengetahuan yang sesuai perkembangan zaman.
Al-Quran tetap terpelihara keasliannya sebagaimana yang telah dijanjikan oleh Allah SWT.
Allah SWT berfirman:
َ‫إِنَّا ن َۡحنُ نَ َّز ۡلنَا ٱل ِّذ ۡك َر َوإِنَّا لَهۥُ لَ ٰ َحفِظُون‬
Artinya:

“Sesungguhnya Kamilah Yang menurunkan Al-Quran, dan Kamilah Yang memelihara dan
menjaganya.” (QS: Al-Hijr: 9).

Al-Quran adalah mukjizat yang sangat agung dan merupakan bukti kerasulan Nabi
Muhammad SAW, Al-Quran juga merupakan satu-satunya kitab yang di dunia yang melepasi
ujian waktu. Selainnya, semua kitab-kitab samawi yang lain seperti Taurat dan Injil telah diubah
oleh tangan-tangan yang tidak bertanggungjawab terhadap agamanya.
Selama 1400 tahun, al-Quran tetap di pelihara, baik secara lisan maupun tulisan.
Dankitab inilah yang senantiasa menjadi rujukan manusia sepanjang zaman baik pada
awal pemulaan kemunculan Islam sehingga pada akhir zaman. Di dalam al-Quran, sebahagian
ayat di dalamnya menyuruh kita berfikir dan meluaskan pandangan terhadap ciptaan dan juga
ilmu pengetahuan. Hanya sedikit di dalamnya membahas tentang hukum. Ini membuktikan
ilmu pengetahuan sejalan dengan perkembangan zaman yang menetapkan dan menegaskan
bahwa pada zaman ini, ilmu pengetahuan sangat penting dalam menghadapi kehidupan
dan globalisasi.
Antara ilmu pengetahuan yang ada di dalam al-Quran adalah mengenai kosmologi,
astronomi, astrologi, ilmu-ilmu alam, sejarah, sosial, antropologi, biologi, meneralogi,
pertanian, arkeologi dan lain-lain lagi.
Perkembangan ilmu pengetahuan telah berlangsung sejak Adam di ciptakan.

Firman Allah:
ٓ
َ ٰ ۡ‫ونِي بِأ َ ۡس َمٓا ِء ٰهَٓؤُٓاَل ِء إِن ُكنتُم‬$ُُِٔ‫ضهُمۡ َعلَى ۡٱل َم ٰلَئِ َك ِة فَقَا َل أَ ۢنٔ‍ب‬
َ‫ص ِدقِين‬ َ ‫َو َعلَّ َم َءا َد َم ٱأۡل َ ۡس َمٓا َء ُكلَّهَا ثُ َّم َع َر‬

َ َّ‫وا س ُۡب ٰ َحنَكَ اَل ِع ۡل َم لَنَٓا إِاَّل َما َعلَّمۡ تَن َۖٓا إِن‬
‫ك أَنتَ ۡٱل َعلِي ُم ۡٱل َح ِكي ُم‬ ْ ُ‫قَال‬

Artinya:
“Dan ia telah mengajarkan Nabi Adam, akan segala nama benda-benda dan gunanya,
kemudian ditunjukkannya kepada malaikat lalu ia berfirman: "Terangkanlah kepadaKu
nama benda- benda ini semuanya jika kamu golongan yang benar” Malaikatitu menjawab:
"Maha suci Engkau (Ya Allah)! Kami tidak mempunyai pengetahuan selain dari apa Yang
Engkau ajarkan kepada kami; Sesungguhnya Engkau jualah Yang Maha Mengetahui, lagi Maha
Bijaksana".
(QS: al-Baqarah: 31-
32)

[Type text]
MODUL PEMBELAJARAN PAI – UNIVERSITAS KRISNADWIPAYANA 65
Di dalam menjelaskan hal di atas, adanya dua kondisi yang perlu kita catat, pertama:
manusia mempunyai ilmu yang luas berbanding manusia. Kedua: Adam sebagai manusia
pertama di dunia, benar-benar telah memahami segala bentuk sesuatu pada waktu hidup
sehingga keturunannya yang terakhir.
Jadi, Adam sebagai manusia pertama telah diberi ilmu pengetahuan yang tinggi serta
mengembangkannya kepada generasi-generasi penerusnya. Ini dibuktikan dengan pembinaan
kapal Nabi Nuh yang pada waktu itu merupakan kapal yang terhebat dan termoden di
zamannya.
Al-Quran juga menegaskan bahwa pentingnya ilmu pengetahuan untuk menelusuri
kehidupan di dunia sebagaimana firman Allah swt:

ۡ‫ َعلَّ َم ٱإۡل ِ ن ٰ َسنَ َما لَمۡ يَ ۡعلَم‬٤ ‫ ٱلَّ ِذي َعلَّ َم بِ ۡٱلقَلَ ِم‬٣ ‫ ۡٱق َر ۡأ َو َربُّكَ ٱأۡل َ ۡك َر ُم‬٢ ‫ق‬
ٍ َ‫ق ٱإۡل ِ ن ٰ َسنَ ِم ۡن َعل‬ ۡ ِ‫ۡٱق َر ۡأ ب‬
َ َ‫ٱس ِم َربِّكَ ٱلَّ ِذي خَ ل‬
َ َ‫ َخل‬١ ‫ق‬

Artinya:
“Bacalah (Wahai Muhammad) Dengan nama Tuhanmu Yang menciptakan (sekalian makhluk), Ia
menciptakan manusia dari segumpal darah, Bacalah, dan Tuhanmu Yang Maha Pemurah, Yang
mengajar manusia melalui pena dan tulisan, Ia mengajarkan manusia apa Yang tidak diketahuinya.”
(QS: Al-‘Alaq:1-5)

Allah memerintahkan kepada manusia supaya membaca agar manusia sadar akan
hakikat dirinya yang diciptakan oleh Tuhan. Apabila manusia itu berilmu, manusia akan sadar
betapa kerdil dirinya di hadapan Tuhannya. Melihat dari ayat yang ke 4, “Yang mengajarkan
manusia melalui pena dan tulisan,”, di dalam arti kata yang lain, tidak lain dan tidak bukan adalah
buku atau sesuatu bahan yang mempunyai bentuk dan simbol yang kita fahami.
Selain itu, antara sumber yang membuktikan al-Quran ini merupakan sumber ilmu
pengetahuan adalah perkataan ‘ayat’ di dalam bahasa arab ialah tanda atau bukti. Ayat-ayat ini
merupakan bukti yang tersembunyi alam emesta yang menunjukan kekuasaan Allah swt.
Antara ayat yang menunjukan kekuasaan yang membuatkan kita berfikir dan mengkaji adalah:

Firman Allah SWT dalam surat Al-Ghasyiah: 17-20:


‫أَفَاَل يَنظُرُونَ إِلَى ٱإۡل ِ بِ ِل َك ۡيفَ ُخلِقَ ۡت‬
‫َوإِلَى ٱل َّس َمٓا ِء َك ۡيفَ ُرفِ َع ۡت‬
‫صبَ ۡت‬ ِ ُ‫ال َك ۡيفَ ن‬ ِ َ‫َوإِلَى ۡٱل ِجب‬
ۡ‫ُط َحت‬ ‫أۡل‬
ِ ‫ض َكيفَ س‬ ۡ ِ ‫َوإِلَى ٱ َ ۡر‬
Artinya:
“(Mengapa mereka Yang kafir masih mengingkari akhirat) tidakkah mereka memperhatikan
keadaan unta bagaimana ia diciptakan?, Dan keadaan langit bagaimana ia ditinggikan
binaannya?, Dan keadaan gunung-ganang bagaimana ia ditegakkan?, Dan keadaan
bumi bagaimana ia dihamparkan?” (QS: Al-Ghasyiah: 17-20).

Allah mengiktiraf orang yang mengkaji ilmu pengetahuan ini sebagai ‘ulil albab’ dan
memuliakan mereka. Di dalam surah ali Imran, Allah SWT berfirman:

[Type text]
MODUL PEMBELAJARAN PAI – UNIVERSITAS KRISNADWIPAYANA 66

‫ُودا َو َعلَىٰ ُجنُوبِ ِهمۡ َويَتَفَ َّكرُونَ فِي خ َۡل ِق‬


ٗ ‫ ٱلَّ ِذينَ يَ ۡذ ُكرُونَ ٱهَّلل َ قِ ٰيَ ٗما َوقُع‬١٩٠ ‫ب‬
ِ َ‫ار أَل ٓ ٰيَ ٖت أِّل ُوْ لِي ٱأۡل َ ۡل ٰب‬ ِ َ‫ض َو ۡٱختِ ٰل‬
ِ َ‫ف ٱلَّ ۡي ِل َوٱلنَّه‬ ‫إِ َّن فِي خ َۡل ِق ٱل َّس ٰ َم ٰ َو ِ أۡل‬
ِ ‫ت َوٱ َ ۡر‬
١٩١ ‫ار‬ ِ َّ‫اب ٱلن‬ َ ‫ض َربَّنَا َما َخلَ ۡقتَ ٰهَ َذا ٰبَ ِطاٗل ُس ۡب ٰ َحنَ َك فَقِنَا َع َذ‬
ِ ‫ت َوٱ َ ۡر‬
‫ٱل َّس ٰ َم ٰ َو ِ أۡل‬
Artinya:
“Sesungguhnya pada kejadian langit dan bumi, dan pada pertukaran malam dan siang, ada
tanda-tanda (kekuasaan, kebijaksanaan, dan keluasan rahmat Allah) bagi orang-orang yang
berakal, (yaitu) orang-orang yang menyebut dan mengingati Allah semasa mereka berdiri dan
duduk dan semasa mereka berbaring, dan mereka pula memikirkan tentang kejadian langit
dan bumi (sambil berkata): "Wahai Tuhan kami! tidaklah Engkau menjadikan benda-benda
ini Dengan sia-sia, Maha suci engkau, maka peliharalah Kami dari azab neraka.” (QS: Ali
Imran:
190-191)

Menurut Dr Danial Zainal Abidin, Ulil Albab ialah golongan yang menggunakan akal
dengan sempurna bagi mengkaji sehingga mampu meletakan segala perkara pada
perspektifnya yang betul. Mereka mementingkan zikir dan fikir. Dalam konteks fikir, mereka
suka mengkaji fenomena-fenomena yang berkaitan dengan kejadian alam.

Ini menunjukkan bahwa Islam sangat memperhatikan ilmu pengetahuandan


menjadikan Al-Qur’an dan Sunnah sebagai sumbernya agar manusia tidak menyimpang dari
nilai-nilai ilmu pengetahuan tersebut yang bertujuan untuk kemaslahatan hidup manusia itu
sendiri di dunia dan meraih kebahagian di akhirat.

C. ISLAM DAN KEMAJUAN ILMU PENGETAHUAN

Dalam sejarahnya pendidikan Islam telah dimulai sejak pertama kali Islam disampaikan
oleh Rasulullah, terlebih lagi terjadi di Madinah, yaitu di masjid Nabawi. Dan terus menerus
mengalami kemajuan. Orientasi dasar kemajuan pendidikan Islam yang diletakkan Reasulullah
Saw, pada awal risalahnya adalah mengembang tumbuhkan sistem kehidupan sosial yang
penuh kebajikan dan kemakmuran, meratakan kehidupan ekonomi yang berkeadilan sosial,
berpolakan dunia akhirat, yang tertumpu pada nilai-nilai moral yang tinggi dan berorientasi
pada pendidikan yang menegmbangkan daya kreatifitas dan pola pikir intelektual bagi
terbinanya sosial budaya yang berkeadilan dan berkemakmuran. Terbukti dengan s ebelum
datangya Rasul Saw. Masyarakat arab mengalami degradasi moral dan akhlak, dan setelah
datangnya Rasul masyarakat mulai diajarkan moral yang baik serta pendidikan yang islami.
Setelah Rasul wafat, perkembangan Islam menjadi pesat. Dan tidak dapat dihindari
dengan kemajuan-kemajuan di bidang ilmu pengetahuan. Masa kejayaan Islam dalam artian
berkaitan dengan ilmu pengetahuan ialah ketika masa pemerintahan Dinasti Abbasiyah di
Baghdad (750-1285 M) dan juga Dinasti Umayyah di Andalusia (711-1492 M). segala potensi
yang terkandung dalam kebudayaan yang didasari nilai-nilai Islam mulai bergerak secara
perlahan namun strategis. Selain terjadi kemajuan dibidang sosial ekonomi, terjadi kemajuan
pada bidang intelektual. Kemajuan intelektual tersebut ditunjang oleh kemajuan pendidikan
baik institusi, infrastruktur maupun kemajuan sains dan objek-objek studinya.

[Type text]
MODUL PEMBELAJARAN PAI – UNIVERSITAS KRISNADWIPAYANA 67
Ketika saat itu kholifah yang sangat mencintai ilmu pengetahuan adalah kholifah Al
Makmun, beliau adalah putra Harun Al Rasyid, ia memprakarsai kegiatan keilmuan-keilmuan
dan penerjemahan buku karya-karya ilmuwan Yunani ke dalam bahasa Arab. Dia mendirikan
akademi di Baghdad yang bernama Bayt Al Hikmah (gedung kebijaksanaan) yang didalamnya
terdapat observatorium yang dipergunakan untuk pengembangan ilmu pengetahuan. Bahkan
istana Al Makmun seakan –akan tampak seperti tempat pertemuan ilmu dan sastra, bukan pusat
pemerintahan dan kholifah. Ketika dipimpinnya, kota Baghdad terlihat sepereti kota
pendidikan dan pusat pengetahuan, terbukti dengan adanya Bayt Al Hikamh seperti yang
tersebut diatas, selain sebagai tempat observasi juga merupakan perpustakaan dan sanggar
sastra.
Selain dinasti Abbasiyah yang berada di Baghdad, Dinasti Umayyah yang berada di
Andalusia juga mengalami masa kemajuan dalam ilmu pengetahuan. Dari segi intelektual dan
pemikiran, Andalusia memiliki aktifitas yang luas dalam bidang intelektual dan pemikiran di
samping kemajuan kebendaan. Nama-nama seperti Ibnu Rusyd, Ibnu Khuldun, Ibnu Bathutah
dan lain-lain mencapai puncak kemasyhurannya. Pada masa pemerintahan Dinasti Umayyah,
Andalusia merupakan salah satu negara yang terbesar dan tercemerlang peradabannya, yang
beribu kota di Cordoba. Dimana di sana terdapat istana, sekolah - sekolah, perguruan tinggi
serta perpustakaan. Perpustakaan Univesitas Cordoba memiliki koleksi ratusan buku,
menyaingi perpustakaan-perpustakaan yang ada di Dinasti Abbasiyah.
Kemajuan ilmu pengetahuan Islam mencapai puncak keemasan pada periode Dinasti
Abbasiyah di Baghdad dan Dinasti Umayyah di Andalusia, yang menjadikan dua ibukotanya
sebagai pusat ilmu pengestahuan dan pendidikan. Diantara ciri-ciri umum terpenting
pendidikan Islam pada periode ini masuknya ilmu intelektul, berdirinya sekolah-sekolah, dan
munculnya pemikiran-pemikiran unik.

Ajaran paling mendasar yang memandu pemikiran ilmiah Islam menyatakan bahwa Al
Qur’an mengandung semua kebenaran dan pengetahuan terdiri: pertama, prinsip-prinsip
pengetahuan ada dalam Al Qur’an. Kedua, Al Qur’an dan Hadits mendefinisikan lingkungan
dan nilai-nilai yang berkaitan dalam pengembangan ilmu pengetahuan. Sehingga
pengetahuan dalam Islam tidak ada yang bertentangan dengan ajaran-ajaran Islam karena
ilmu pengetahuan itu sendiri bertujuan untuk kemaslahatan umat Islam.

D. ISLAM BUDAYA DAN SENI

Islam adalah agama sempurna yang telah diturunkan Allah melalui Nabi Muhammad
SAW kepada seluruh umat manusia. Kesempurnaan Islam ini mencakup seluruh aspek
kehidupan. Baik dalam hal ibadah maupun muamalah. Islam telah mengatur semua itu demi
terwujudnya tujuan manusia diciptakan yaitu untuk beribadah kepada Allah. Termasuk
budaya dan seni dalam Islam. Semuanya mempunyai fungsi yang sama yaitu membantu manusia
menjalankan tugasnya sebagai abdullah (hamba Allah).
Perkembangan Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad, Islam telah mencakup berbagai
macam hal. Terutama dalam hal tauhid kepada Allah yang merupakan pesan pertama yang
disampaikan Nabi kepada umatnya. Dari awal perkembangan Islam, kondisi masyarakat arab
bukanlah masyarakat yang tanpa budaya. Melainkan sudah ada budaya yang berkembang pada
masa itu. Manusia sebagai unsur penting dalam kebudayaan memberikan warna

[Type text]
MODUL PEMBELAJARAN PAI – UNIVERSITAS KRISNADWIPAYANA 68
Tersendiri dalam kebudayaan arab pada masa itu. Pada masa itu, kebudayaan masyarakat masih
sarat akan dengan tindakan-tindakan yang bertentangan dengan nilai-nilai Islam sekarang.
Oleh karena itu, pada masa itu kita kenal dengan masa Jahiliyah. Termasuk dalam hal kesenian.
Pada masa itu hal kesenian pun masih sarat dengan kemaksiatan.
Namun dengan datangnya Islam, ia memberikan warna baru terhadap perkembangan
dan seni masyarakat Arab. Seluruh aspek yang berbau maksiat kepada Allah berhasil diubah
oleh Nabi. Hal ini memberikan ciri khas dan membentuk karakter kebudayaan dan kesenian
Islam itu sendiri.
Karakter kebudayaan Islam yang khas itu tidak lain merupakan dampak dari
pengajaran Nabi kepada para Shahabat. Para Shahabat mendapatkan pengajaran langsung dari
Nabi yang notabene adalah “kurir” langsung dari Allah. Sehingga apa yang didapatkan oleh
para Shahabat adalah informasi yang memang benar-benar murni. Pengajaran langsung ini sangat
membentuk karakter para Shahabat. Karakter yang tertanam kuat di dalam diri para Shahabat
salah satunya adalah budaya mencari ilmu. Budaya mencari ilmu itu yang kemudian
termanifestasikan menjadi kebudayaan ilmu Islam. Kebudayaan ilmu ini selanjutnya
merupakan komponen penyusun perabadan Islam.
Dari awal Islam ini berkembang, budaya Ilmu dalam Islam memang menjadi hal penting
yang ditekankan. Contohnya saja ketika Nabi mengajarkan Islam kepada para Shahabat. Hal
teresebut merupakan hal dimana Nabi mengajarkan pentingnya budaya keilmuan itu sendiri.
Pentingnya budaya ilmu sangat ditekankan dan dititik beratkan dalam Islam. Islam menganggap
penting ilmu dalam segala aspek kehidupan. Dari masalah yang kecil hingga permasalah besar
semua harus diselesaikan menggunakan ilmu. Begitu besarnya pertahatian Islam terhadap
ilmu (terutama ilmu keislaman) karena Allah mengangkat derajat orang yang berilmu bahkan
melebihi derajat seorang ahli ibadah.
Dalam membangun budaya ilmu ini, Rasulullah memulai usahanya di Masjid, bukan di
pasar atau pun tempat lain. Pertama kali Rasul membangun masjid selain tujuannya untuk
mensyiarkan Islam, tujuan lainnya adalah untuk menjadi masjid sebagai tempat
berkembangnya budaya ilmu. Kegiatan keilmuan pada masa itu selalu diadakan di dalam masjid.
Hal ini menjadikan masjid sebagai tempat berkembangnya ilmu. Dengan berkembanya ilmu di
masjid, menjadikan masjid sebagai pusat perkembangan peradaban Islam pada masa itu.
Keilmuan Islam tidak semata-mata mengembangkan budaya ilmunya pada aspek fisik
saja tetapi juga pada aspek metafisik. Budaya ilmu yang dibangun dalam Islam semata-mata
adalah dalam rangka untuk meneguhkan keimanan kepada Allah. Ada dimensi keimanan pada
setiap ilmu yang dipelajari. Sehingga ada korelasi positif terhadap orang mempunyai keilmuan
tinggi dengan keimanan yang mantap.
Dimensi iman menjadi faktor terpenting. Sebab, anjuran Islam terhadap pentingnya
ilmu pengetahuan bukan sekedar memenuhi komoditas ekonomi. Akan tetapi, ilmu
pengetahuan dalam Islam itu digali dalam rangka untuk memenuhi keperluan spiritual, meraih
kemakmuran kebahagiaan (al-sa’adah) di akhirat. Kebahagiaan dan kemakmuran dalam Islam
bukan sekedar kesenangan fisik yang bersifat sementara. Lebih dari itu, yaitu hakikat spiritual
yang kekal.
Makanya, kebahagiaan itu diperoleh ketika ilmuan meyakini terhadap hal-hal yang
mutlak tentang alam, diri dan tujuan hidupnya ke depan. Hal seperti inilah yang melahirkan
ilmuan-ilmuan multitalenta yang tidak hanya ahli dalam satu bidang saja, melainkan beberapa
bidang sekaligus.
Selalu dalam perkembangannya, kebudayaan Islam selalu berlandaskan dengan ilmu
yang mempunyai dimensi penting yaitu keimanan. Termasuk seni sebagai manifesetasi sebagai

[Type text]
MODUL PEMBELAJARAN PAI – UNIVERSITAS KRISNADWIPAYANA 69
budaya, dalam Islam pun seni juga tidak hanya memiliki dimensi fisik saja. Seni tidak hanya
untuk memenuhi fitrah manusia yang menyukai segala yang berhubungan dengan keindahan.
Melainkan seni merupakan bagian dari hidup manusia yang digunakan untuk meningkatkan
keimanan kita kepada Allah. Jika ditinjau dari fungsinya, seni juga dapat digunakan sebagai
media untuk mensyukuri nikmat yang diberikan kepada Allah kepada para hamba Nya.
Jadi pada dasarnya kebudayaan Islam merupakan kebudayaan yang dibangun dan
berlandaskan ilmu. Yang tidak hanya dibangun dengan dimensi fisiknya saja melainkan juga
dibangun dengan dimensi metafisiknya yaitu keimanan. Dan seni sebagai manifestasi dari
kebudayaan itu sendiri dalam Islam merupakan media yang dapat digunakan untuk
meningkatkan keimanan kita dengan cara mensyukuri nikmat yang diberikan Allah kepada
para hamba-Nya.

Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan benar!


1. Bagaimana kedudukan wahyu dan akal dalam Islam?
2. Jelaskan peran wahyu dan akal dalam memahami syariat Islam!
3. Berilah dalil Al-Qur’an yang berkaitan dengan perintah menggunakan potensi akal!
4. Bagaimana pandangan Islam tentang budaya dan seni?
5. Sebutkan cara-cara yang benar dalam Islam untuk memfilter budaya Barat yang
menyimpang dari ajaran Islam!

------------------------------------

[Type text]
MODUL PEMBELAJARAN PAI – UNIVERSITAS KRISNADWIPAYANA 70

Anda mungkin juga menyukai