PERILAKU KEKERASAN
OLEH
KELOMPOK: 1
1. IDIARTI M. L. BANUNAEK
2. MELDA SUSAN K. Y. KOTA
3. SITI NURBAITI
4. DOMINGGUS NAHAK
5. RIAN C. TANONE
6. NORBETWAN PULU TATA
a. Faktor Predisposisi
1. Faktor Biologis
1) Instinctual Drive Theory ( Teori Dorongan Naluri)
Teori ini menyatakan bahwa perilaku kekerasan disebabkan oleh suatu
dorongan kebutuhan dasar yang sangat kuat.
2) Psychosomatic Theory (Teori Psikosomatik)
Pengalaman marah adalah akibat dari respon psikologi terhadap stimulus
eksternal, internal maupun lingkungan. Dalam hal ini sistim limbik
berperan sebagai pusat untuk mengekspresikan maupun menghambat
rasa marah (Deden dan Rusdin, 2013).
2. Factor Psikologis
1) Frustation Aggresion Theory (Teory Agresif-Frustasi)
Menurut teori ini perilaku kekerasan terjadi sebagai hasil dari akumulasi
frustasi. Frustasi terjadi apabila keinginan individu untuk mencapai
sesuatu gagal atau menghambat. Keadaan tersebut dapat mendorong
individu berprilaku agresif karena perasaan prustasi akan
berkurang melalui perilaku kekerasan.
2) Behavior Theory (Teori Perilaku)
Kemarahan adalah proses belajar, hal ini dapat dicapai apabila tersedia
fasilitas/situasi yang mendukung.
3) Eksistensial Theory ( Teori Eksistensi)
Bertingkah laku adalah kebutuhan dasar manusia, apabila kebutuhan
tersebut tidak dapat terpenuhi melalui berprilaku konstruktif, maka
individu akan memenuhi melalui berprilaku destruktif.
3. Faktor Sosiokultural
4) Sosial Environment Theory (Teori Lingkungan Sosial)
Lingkungan sosial akan mempengaruhi sikap individu dalam
mengekspresikan marah. Norma budaya dapat mendukung individu
untuk merespon asertif atau agresif.
5) Sosial Learning Theory (Teori Belajar Sosial)
Perilaku kekerasan dapat dipelajari secara langsung maupun melalui
proses sosialisasi(Deden dan Rusdin, 2013)
b. Faktor Presipitasi
Stressor yang mencetuskan perilaku kekerasan bagi setiap individu bersifat unik.
Stressor tersebut dapat disebabkan dari luar (serangan fisik, kehilangan,
kematian) amaupun dalam (putus hubungan dengan orang yang berarti,
kehilangan rasa cinta, takut terhadap penyakit fisik). Selain itu lingkungan yang
terlalu rebut, padat, kritikan yang mengaruh pada penghinaan, tindakan
kekerasan dapat memicu perilaku kekerasan(Deden dan Rusdin, 2013)
c. Mekanisme Koping
Perawat perlu mengidentifikasi mekanisme koping klien sehingga dapat
membantu klien untuk mengembangkan mekanisme koping yang kontstruktif
dalam mengekspresikan marahnya. Mekanisme koping yang umum digunakan
adalah mekanisme pertahanan ego seperti “Displancement”, sublimasi, proyeksi,
represi, denial dan reaksi formasi(Deden dan Rusdin, 2013)
d. Perilaku
Perilaku yang berkaitan dengan perilaku kekerasan antara lain:
1) Menyerang atau Menghindar (Fight or Flight)
Pada keadaan ini respon fisiologis timbul karena kegiatan system syaraf
otonom bereaksi terhadap sekresi ephineprin yang menyebabkan TD
meningkat, takikardia, wajah merah, pupil melebar, mual, sekresi Hcl
meningkat, peristaltic gaster menurun, pengeluaran urin dan saliva
meningkat, konstipasi, kewaspadaan juga meningkat disertai ketegangan
otot, seperti rahang terkatup, tangan dikepal, tubuh menjadi kaku disertai
reflek yang cepat.
2) Menyatakan secara asertif (assertiveness)
Perilaku yang sering ditampilkan individu dalam mengekspresikan
kemarahannya yaitu dengan perilaku pasif, agresif dan asertif. Perilaku
asertif adalah cara yang terbaik untuk mengekpresikan rasa marah tanpa
menyakiti orang lain secara fisik maupun psikologis. Disamping itu perilaku
ini dapat juga untuk mengembangkan diri klien.
3) Memberontak (acting Out)
Perilaku yang muncul biasanya disertai akibat konflik perilaku “Acting Out”
untuk menarik perhatian orang lain.
4) Perilaku Kekerasan
Tindakan kekerasan atau amuk yang ditinjaukan kepada diri sendiri, orang
lain maupun lingkungaa(Deden dan Rusdin, 2013).
C. Pohon Masalah
Effect Resiko tinggi mencederai diri, orang lain dan lingkungan
Perilaku kekerasan
Core Problem
Causa
Perubahan sensori persepsi : halusinasi
I I I I I
Asertif Frustasi Pasif Agresif Kekerasan
Asertif yaitu mengungkapkan rasa marah atau tidak setuju tanpa
menyalahkan atau menyakiti orang lain, hal ini dapat menimbulkan
kelegaan pada individu. Frustasi adalah respon yang terjadi akibat gagal
mencapai tujuan karena yang tidak realistis atau hambatan dalam proses
pencapaian tujuan. Pasif merupakan perilaku individu yang tidak mampu
untuk mengungkapkan perasaan marah yang sekarang dialami, dilakukan
dengan tujuan menghindari suatu tuntunan nyata.
Agresif merupakan hasil dari kemarahan yang sangat tinggi atau ketakutan /
panik. Agresif memperlihatkan permusuhan, keras dan mengamuk dengan
ancaman, member kata-kata ancaman tanpa niat melukai. Umumnya klien
dapat mengontrol perilaku untuk tidak melukai orang lain.
Kekerasan sering disebut juga gaduh gelisah atau amuk. Perilaku kekerasan
ditandai dengan menyentuh orang lain secara menakutkan, memberi kata-
kata ancaman, melukai pada tingkat ringan sampai pada yang paling berat.
Klien tidak mampu mengendalikan diri.
E. Tanda dan Gejala Perilaku Kekerasan
Tanda dan gejala, marah, suka marah, pandangan tajam, otot tegang, nada
suara tinggi berdebat, selalu memaksakan kehendak dan memukul bila tidak sengaja
ditandai dengan: Fisik, Mata melotot/ pandangan tajam, tangan mengepal, rahang
mengatup, wajah memerah dan tegang, seta postur tubuh kaku. Verbal, mengancam,
mengumpat dengan kata-kata kotor, berbicara dengan nada keras, kasar dan ketus
(Keliat, 2013).
Prilaku, menyerang orang lain, melukai diri sendiri atau orang lain, merusak
lingkungan, amuk atau agresif. Emosi, tidak adekuat, tidak aman dan nyaman, merasa
terganggu, dendam, jengkel, tidak berdaya, bermusuhan, mengamuk, ingin berkelahi,
menyalahkan dan menuntut. Intelektual, mendominasi, cerewet, kasar berdebat,
meremehakan dan tidak jarang mengeluarkan kata-kata bernada sarkasme. Spiritual,
merasa diri berkuasa, merasa diri benar, keragu-raguan, tidak bermoral dan kreativitas
terhambat. Social, menarik diri, pengasingan, penolakan, kekerasan, ejekan, dan
sindiran. Perhatian, bolos, melarikan diri, dan melakukan penyimpangan seksual
(Keliat, 2013).
2.1 Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian Keperawatan
a. Identitas
1) Perawat yang merawat klien melakukan perkenalan dan kontrak dengan klien
tentang : nama perawat, nama klien, tujuan, waktu, tempat pertemuan, topik
yang akan dibicarakan.
2) Usia dan No. Rekam Medik.
b. Alasan Masuk
Biasanya alasan utama pasien untuk masuk ke rumah sakit yaitu pasien sering
mengungkapkan kalimat yang bernada ancaman, kata-kata kasar, ungkapan ingin
memukul serta memecahkan perabotan rumah tangga. Pada saat berbicara wajah
pasien terlihat memerah dan tegang, pandangan mata tajam, mengatupkan rahang
dengan kuat, mengepalkan tangan. Biasanya tindakan keluarga pada saat itu yaitu
dengan mengurung pasien atau memasung pasien. Tindakan yang dilakukan
keluarga tidak dapat merubah kondisi ataupun perilaku pasien.
c. Faktor Predisposisi
Biasanya pasien dengan perilaku kekerasan sebelumnya perna mendapat
perawatan di rumah sakit. Pengobatan yang dilakukan masih meninggalkan gejala
sisa, sehingga pasien kurang dapat beradaptasi dengan lingkungannya. Biasanya
gejala sisa timbul merupakan akibat trauma yang dialami pasien berupa
penganiayaan fisik, kekerasan di dalam keluarga atau lingkungan, tindakan
kriminal yang pernah disaksikan, dialami ataupun melakukan kekerasan tersebut.
d. Pemeriksaan Fisik
Biasanya saat melakukan pemeriksaan tanda-tanda vital didapatkan hasil tekanan
darah meningkat, nadi cepat, pernafasan akan cepat ketika pasien marah, mata
merah, mata melotot, pandangan mata tajam, otot tegang, suara tinggi, nada yang
mengancam, kasar dan kata-kata kotor, tangan menggepal, rahang mengatup serta
postur tubuh yang kaku.
e. Psiokososial
1) Genogram
Biasanya menggambarkan tentang garis keturunan keluarga pasien, apakah
anggota keluarga ada yang mengalamimgangguan jiwa seperti yang dialami
oleh pasien.
2) Konsep diri
a) Citra tubuh
Biasanya tidak ada keluhan mengenai persepsi pasien terhadap tubuhnya,
seperti bagian tubuh yang tidak disukai.
b) Identitas diri
Biasanya pasien dengan perilaku kekerasan merupakan anggota dari
masyarakat dan keluarga. Tetapi karena pasien mengalami gangguan jiwa
dengan perilaku kekerasan maka interaksi antara pasien dengan keluarga
maupun masyarakat tidak efektif sehingga pasien tidak merasa puas akan
status ataupun posisi pasien sebagai anggota keluarga dan masyarakat.
c) Peran diri
Biasanya pasien dengan perilaku kekerasan kurang dapat melakukan
peran dan tugasnya dengan baik sebagai anggota keluarga dalam
masyarakat.
d) Ideal diri
Biasanya pasien dengan perilaku kekerasan ingin diperlakukan dengan
baik oleh keluarga ataupun masyarakat sehingga pasien dapat melakukan
perannya sebagai anggota keluarga atau anggota masyarakat dengan
baik.
e) Harga diri
Biasanya pasien dengan perilaku kekerasan memiliki hubungan yang
kurang baik dengan orang lain sehingga pasien merasa dikucilkan di
lingkungan sekitarnya.
f. Hubungan social
Biasanya pasien dekat dengan kedua orang tuanya terutama dengan ibunya.
Karena pasien sering marah-marah, bicara kasar, melempar atau memukul orang
lain, sehingga pasien tidak pernah berkunjung ke rumah tetangga dan pasien tidak
pernah mengikuti kegiatan yang ada di lingkungan masyarakat.
g. Spiritual
1) Nilai keyakinan
Biasanya pasien meyakini agama yang dianutnya dengan melakukan ibadah
sesuai dengan keyakinannya.
2) Kegiatan ibadah
Biasanya pasien dengan perilaku kekerasan kurang (jarang) melakukan
ibadah sesuai dengan keyakinannya.
h. Status mental
Penampilan ,biasanya pasien berpenampilan kurang rapi, rambut acak-acakan,
mulut dan gigi kotor, badan pasien bau.
i. Pembicaraan
Biasanya pasien berbicara cepat dengan rasa marah, nada tinggi, dan berteriak
(menggebu-gebu).
j. Aktivitas Motorik
Biasanya pasien terlihat gelisah, berjalan mondar-mandir dengan tangan yang
mengepal dan graham yang mengatup, mata yang merah dan melotot.
k. Alam Perasaan
Biasanya pasien merasakan sedih, putus asa, gembira yang berlebihan dengan
penyebab marah yang tidak diketahui.
l. Afek
Biasanya pasien mengalami perubahan roman muka jika diberikan stimulus yang
menyenangkan dan biasanya pasien mudah labil dengan emosi yang cepat
berubah. Pasien juga akan bereaksi bila
ada stimulus emosi yang kuat.
m. Interaksi selama wawancara
Biasanya pasien memperlihatkan perilaku yang tidak kooperatif, bermusuhan,
serta mudah tersinggung, kontak mata yang tajam serta pandangan yang melotot.
Pasien juga akan berusaha mempertahankan pendapat dan kebenaran dirinya.
n. Persepsi
Biasanya pasien mendengar, melihat, meraba, mengecap sesuatu yang tidak nyata
dengan waktu yang tidak diketahui dan tidak nyata.
o. Proses atau Arus Pikir
Biasanya pasien berbicara dengan blocking yaitu pembicaraan yang terhenti tiba-
tiba dikarenakan emosi yang meningkat tanpa gangguan eksternal kemudian
dilanjutkan kembali.
p. Isi Pikir
Biasanya pasien dengan perilaku kekerasan memiliki phobia atau ketakutan
patologis atau tidak logis terhadap objek atau situasi tertentu.
q. Tingkat Kesadaran
Biasanya pasien dengan perilaku kekerasan tingkat kesadarannya
yaitu stupor dengan gangguan motorik seperti kekakuan, gerakan yang diulang-
ulang, anggota tubuh pasien dalam sikap yang canggung serta pasien terlihat
kacau.
r. Memori
Biasanya klien dengan perilaku kekerasan memiliki memori yang konfabulasi
yaitu pembicaraan yang tidak sesuai dengan kenyataan dengan memasukkan
cerita yang tidak benar untuk menutupi gangguan yang dialaminya.
s. Tingkat konsentrasi dan berhitung
Biasanya pasien dengan perilaku kekerasan tidak mampu berkonsentrasi, pasien
selalu meminta agar pernyataan diulang/tidak dapat menjelaskan kembali
pembicaraan. Biasanya pasien pernah menduduki dunia pendidikan, tidak
memiliki masalah dalam berhitung (penambahan maupun pengurangan).
t. Kemampuan penilaian
Biasanya pasien memiliki kemampuan penilaian yang baik, seperti jika disuruh
untuk memilih mana yang baik antara makan atau mandi terlebih dahulu, maka ia
akan menjawab mandi terlebih dahulu.
u. Daya tilik diri
Biasanya pasien menyadari bahwa ia berada dalam masa
pengobatan untuk mengendalikan emosinya yang labil.
v. Kebutuhan Persiapan Pulang
1) Makan
Biasanya pasien makan 3x sehari dengan porsi (daging, lauk pauk, nasi,
sayur, buah).
2) BAB/BAK
Biasanya pasien menggunakan toilet yang disediakan untuk BAB/BAK dan
membersihkannya kembali.
3) Mandi
Biasanya pasien mandi 2x sehari dan membersihkan rambut 1x2 hari. Ketika
mandi pasien tidak lupa untuk menggosok gigi.
4) Berpakaian
Biasanya pasien mengganti pakaiannya setiap selesai mandi dengan
menggunakan pakaian yang bersih.
5) Istirahat dan tidur
Biasanya pasien tidur siang lebih kurang 1 sampai 2 jam, tidur malam lebih
kurang 8 sampai 9 jam. Persiapan pasien sebelum tidur cuci kaki, tangan dan
gosok gigi.
6) Penggunaan obat
Biasanya pasien minum obat 3x sehari dengan obat oral. Reaksi obat pasien
dapat tenang dan tidur.
7) Pemeliharaan kesehatan
Biasanya pasien melanjutkan obat untuk terapinya dengan dukungan keluarga
dan petugas kesehatan serta orang disekitarnya.
8) Kegiatan di dalam rumah
Biasanya klien melakukan kegiatan sehari-hari seperti merapika kamar tidur,
membersihkan rumah, mencuci pakaian sendiri dan mengatur kebutuhan
sehari-hari.
9) Kegiatan di luar rumah
Biasanya klien melakukan aktivitas diluar rumah secara mandiri seperti
menggunakan kendaraan pribadi atau
kendaraan umum jika ada kegiatan diluar rumah.
w. Mekanisme Koping
Biasanya data yang didapat melalui wawancara pada pasien/keluarga, bagaimana
cara pasien mengendalikan diri ketika menghadapi masalah:
1) Koping Adaptif
a) Bicara dengan orang lain
b) Mampu menyelesaikan masalah
c) Teknik relaksasi
d) Aktifitas konstrutif
e) Olahraga, dll.
2) Koping Maladaptif
a) Minum alkohol
b) Reaksi lambat/berlebihan
c) Bekerja berlebihan
d) Menghindar
e) Mencederai diri
x. Masalah Psikososial dan Lingkungan
Biasanya pasien dengan perilaku kekerasan memiliki masalah dengan psikososial
dan lingkungannya, seperti pasien yang tidak dapat berinteraksi dengan keluarga
atau masyarakat karena perilaku pasien yang membuat orang sekitarnya merasa
ketakutan.
y. Aspek Medik
Biasanya pasien dengan ekspresi marah perlu perawatan dan pengobatan yang
tepat. Adapun dengan pengobatan dengan neuroleptika yang mempunyai dosis
efektif tinggi contohnya Clorpromazine HCL yang berguna untuk mengendalikan
psikomotornya. Bila tidak ada dapat digunakan dosis efektif rendah, contohnya
Trifluoperasine estelasine, bila tidak ada juga tidak maka dapat digunakan
Transquilizer bukan obat anti psikotik seperti neuroleptika, tetapi meskipun
demikian keduanya mempunyai efek anti tegang, anti cemas dan anti agitasi.
z. Daftar Masalah Keperawatan
1) Resiko Perilaku Kekerasan
2) Resiko tinggi cidera
3) Defisit perawatan diri
4) Hambatan komunikasi
5) Gangguan proses piker
6) Hambatan interaksi social
7) Gangguan identitas diri
8) Distres spiritual
2. Diagnosa
a. Pohon Masalah Perilaku Kekerasan
Menurut Prabowo Eko (2014) :
Core problem
Kasus:
I. Identitas Klien
Nama : Tn. R
Umur : 27 tahun
Pendidikan : SD
Agama : Islam
Status : Lajang
Pekerjaan :-
JK : Laki-laki
No CM : 080110
1. Pasien pernah mengalami ganguan jiwa di masa lalu, paien pernah dirawat
di RSJ yang sama pada tahun 2012 dengan keluhan yang sama
2. Pada saat usia 9 tahun pasien sering dipukuli oleh pamannya dan
membuatnya trauma, dan menganggap setiap masalah diselesaikan dengan
kekerasan
V Pengkajian Pesikososial
Konsep diri
a) Citra tubuh
b) Identitas
c) Peran
d) Ideal diri
e) Harga diri
Hubungan social
Menurut pasien orang yang berarti adalah keluarganya. Namun pasien
mengisolasi diri dan malas bergaul dengan orang lain
Spritual
V. Pemeriksaan Fisik
RR: 24 x/menit
Suhu: 37℃
BB: 50 Kg
TB: 159 cm
Pasien menjawab pertanyaan dengan cepat dan keras, serta pasien tampak
mondar-mandir, marah-marah dan ingin memukul orang, emosi pasien juga
mudah berubah-ubah. Pasien juga mendengar bisikan-bisikan untuk melukai
seseorang.
Maladaptif
Mencederai diri
X. ASPEK MEDIK
1. Perilaku kekerasan
2. Halusinasi
3. Isolasi sosia
ANALISA DATA
POHON MASALAH
Effect: Halusinasi
DIAGNOSA KEPERAWATAN
INTERVENSI KEPERAWATAN
benar, teratasi
manfaat P :Intervensi
/keuntungan di hentikan