Oleh:
Erwindyah Nur Widiyanti
NIM 212311101039
2
BAB 1
TINJAUAN PUSTAKA
3
1.2 Klasifikasi DHF
Derajat keparahan untuk DHF dapat diklasifikasikan menjadi 4 menurut
(Jayawinata dkk., 2017) sebagai berikut:
1. Grade I : Demam yang disertai dengan gejala yang tidak spesifik, satu-satunya
manifestasi hemoragik adalah dengan cara tes tourniquet positif dan terlihat
mudah memar.
2. Grade II : Perdarahan spontan disamping manisfestasi klien grade 1 biasanya
terjadinya perdarahan yang terjadi di kulit.
3. Grade III : terjadinya kegagalan peredaran darah dimanifestasikan oleh denyut
nadi yang cepat dan lemah serta penyempitan tekanan nadi atau hipotensi dengan
adanya kulit dingin, lembab, dan gelisah.
4. Grade IV : Syok hebat disertai dengan tekanan darah atau denyut nadi tidak
terdeteksi.
4
yang berbeda dalam waktu yang diperkirakan antara 6- 5 tahun. (Srinivas dan
Srinivas, 2015).
Virus dengue yang sudah masuk ke dalam tubuh penderita akan menimbulkan
viremia. Hal ini akan menimbulkan reaksi oleh pusat pengatur suhu di hipotalamus
sehingga dapat menyebabkan (pelepasan zat bradikinin, serotinin, trombin, histamin)
terjadinya: peningkatan suhu. Selain itu viremia dapat menyebabkan pelebaran pada
dinding pembuluh darah yang berakibat perpindahan cairan dan plasma dari
intravascular ke intersisiel yang menyebabkan hipovolemia.
Trombositopenia dapat terjadi akibat dari, penurunan produksi trombosit sebagai
reaksi dari antibodi dalam melawan virus Pada pasien dengan trombositopenia
terdapat adanya perdarahan baik kulit seperti petekia atau perdarahan mukosa di
mulut. Hal ini mengakibatkan kehilangan kemampuan tubuh untuk melakukan
mekanisme hemostatis secara normal. Hal tersebut bisa menimbulkan perdarahan dan
jika tidak tertangani maka akan menimbulkan syok.
Masa virus dengue inkubasi 3-15 hari, rata-rata 5-8 hari. Virus akan masuk ke
dalam tubuh melalui gigitan nyamuk aedes aeygypty. Pertama tama yang terjadi
adalah viremia yang mengakibatkan penderita menalami demam, sakit kepala, mual,
nyeri otot pegal pegal di seluruh tubuh, ruam atau bintik bintik merah pada kulit,
hiperemia tenggorokan dan hal lain yang mungkin terjadi pembesaran kelenjar getah
bening, pembesaran hati (hepatomegali). Kemudian virus bereaksi dengan antibodi
dan terbentuklah kompleks virus antibodi. Dalam sirkulasi dan akan mengativasi
sistem komplemen. Akibat aktivasi C3 dan C5 akan akan di lepas C3a dan C5a dua
peptida yang berdaya untuk melepaskan histamin dan merupakan mediator kuat
sebagai faktor meningkatnya permeabilitas dinding kapiler pembuluh darah yang
mengakibtkan terjadinya pembesaran plasma ke ruang ekstraseluler. Pembesaran
plasma ke ruang eksta seluler mengakibatkan kekurangan volume plasma, terjadi
hipotensi, hemokonsentrasi dan hipoproteinemia serta efusi dan renjatan (syok).
Hemokonsentrasi (peningatan hematokrit >20%) menunjukan atau
menggambarkan adanya kebocoran (perembesan) sehingga nilai hematokrit menjadi
penting untuk patokan pemberian cairan intravena. Adanya kebocoran plasma ke
daerah ekstra vaskuler di buktikan dengan ditemukan cairan yang tertimbun dalam
rongga serosa yaitu rongga peritonium, pleura, dan pericardium yang pada otopsi
ternyata melebihi cairan yang diberikan melalui infus.
5
Setelah pemberian cairan intravena, peningkatan jumlah trombosit menunjukan
kebocoran plasma telah teratasi, sehingga pemberian cairan intravena harus di kurangi
kecepatan dan jumlahnya untuk mencegah terjadi edema paru dan gagal jantung,
sebaliknya jika tidak mendapat cairan yang cukup, penderita akan mengalami
kekurangan cairan yang akan mengakibatkan kondisi yang buruk bahkan bisa
mengalami renjatan. Jika renjatan atau hipovolemik berlangsung lam akan timbul
anoksia jaringan, metabolik asidosis dan kematian apabila tidak segera diatasi dengan
baik (Candra dkk., 2019).
6
10. Oliguria
11. Hematokrit meningkat secara tiba-tiba atau hematokrit terus meningkat meskipun
telah diberikan cairan
12. Penyempitan tekanan nadi (20 mmHg (2,7 kPa)).
13. Hipotensi (Temuan terlambat yang menunjukkan syok yang tidak dikoreksi).
7
1.7 Penatalaksanaan DHF
Penatalaksaan DHF menurut Hospital Care for Children (2016) sebagai berikut:
1. Penatalaksanaan Farmakologi
a. Berikan parasetamol bila demam. Jangan berikan asetosal atau ibuprofen
karena obat-obatan ini dapat merangsang terjadinya perdarahan.
b. Berikan infus sesuai dengan dehidrasi sedang
c. Berikan hanya larutan isotonik seperti Ringer laktat/asetat
d. Kebutuhan cairan parenteral Berat badan < 15 kg : 7 ml/kgBB/jam Berat badan
15-40 kg : 5 ml/kgBB/jam Berat badan > 40 kg : 3 ml/kgBB/jam
e. Pantau tanda vital dan diuresis setiap jam, serta periksa laboratorium
(hematokrit, trombosit, leukosit dan hemoglobin) tiap 6 jam
f. Apabila terjadi penurunan hematokrit dan klinis membaik, turunkan jumlah
cairan secara bertahap sampai keadaan stabil. Cairan intravena biasanya hanya
memerlukan waktu 24–48 jam sejak kebocoran pembuluh kapiler spontan
setelah pemberian cairan.
g. Apabila terjadi perburukan klinis berikan tatalaksana sesuai dengan tata
laksana syok terkompensasi (compensated shock).
2. Tatalaksana Demam Berdarah Dengue dengan Syok
a. Perlakukan hal ini sebagai gawat darurat. Berikan oksigen 2-4 L/menit secarra
nasal.
b. Berikan 20 ml/kg larutan kristaloid seperti Ringer laktat/asetat secepatnya.
c. Jika tidak menunjukkan perbaikan klinis, ulangi pemberian kristaloid 20
ml/kgBB secepatnya (maksimal 30 menit) atau pertimbangkan pemberian
koloid 10-20ml/kgBB/jam maksimal 30 ml/kgBB/24 jam.
d. Jika tidak ada perbaikan klinis tetapi hematokrit dan hemoglobin menurun
pertimbangkan terjadinya perdarahan tersembunyi; berikan transfusi
darah/komponen.
e. Jika terdapat perbaikan klinis (pengisian kapiler dan perfusi perifer mulai
membaik, tekanan nadi melebar), jumlah cairan dikurangi hingga 10
ml/kgBB/jam dalam 2-4 jam dan secara bertahap diturunkan tiap 4-6 jam
sesuai kondisi klinis dan laboratorium.
f. Dalam banyak kasus, cairan intravena dapat dihentikan setelah 36-48 jam.
Ingatlah banyak kematian terjadi karena pemberian cairan yang terlalu banyak
daripada pemberian yang terlalu sedikit.
8
3. Penatalaksanaan Non Farmakologi
a. Berikan anak banyak minum larutan oralit atau jus buah, air tajin, air sirup,
susu, untuk mengganti cairan yang hilang akibat kebocoran plasma, demam,
muntah/diare
b. Istirahat yang cukup
c. Kompres air hangat
9
1.8 Pathway DHF
10
11
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Identitas
Nama, usia, alamat, agama, suku, no rekam medik, DHF dapat
menyerang orangdewasa maupun anak-anak terutama berumur <15
tahun yang tinggal di daerah Asia dengan iklim tropic
2. Keluhan utama
Klien biasanya mengalam demam
3. Riwayat penyakit sekarang
Demam mendadak selama 2-7 hari dan kemudian demam turun dengan
tanda lemah, kaki dan kulit, teraba dingin dan lembab, demam disertai
lemah, nafsu makan berkurang, muntah, nyeri pada anggota badan,
punggung, sendi, kepal dan perut.
4. Riwayat Penyakit terdahulu
Pasien yang pernah mengalami DHF bisa terulang kembali.
5. Riwayat Penyakit Keluarga
Keluarga juga dapat mengalami hal yang sama apabila mengalami
gejala-gejala DHF
6. Riwayat kesehatan keluarga
Area atau tempat yang sering dijadikan tempat nyamuk ini adalah
lingkungan yang kurang pencahayaan dan sinar matahari, banyak
genanagan air, vas dan barang bekas lainnya yang memicu terjadi
pekembangan nyamuh DHF ini.
7. ADL
a. Nutrisi : klien mengalami mual, munta, anoreksia
b. Aktifitas : adakah penurunan kemampuan melakukan aktivitas
fisik selamasakit
c. Istirahat tidur : klien dapat merasakan gangguan pola tidur hal
inidisebebkan oleh badan terasa panas, sakit kepa dan nyeri
d. Eliminasi : apat terjadi diare/ konstipasi
e. Personal hygiene: meraskan pegel diseluruh tubuh, panas dan
dapatmeningkatkan ketergantungan kebutuhan perawatan diri
12
8. Pemeriksaan
a) Keadaan umum : suhu tubuh meningkat (40oC) hipotensi, nadi cepat
danlemah
b) Kulit : terdapat bitnik kemerahan pada kulit
c) Kepala : mukosa mulut kering, perdarahan gusi
d) Dada: nyeri tekan epigastric, nafas cepat dans erring berat
e) Abdomen : klien mengalami rasa sakit di area abdomen
f) Anus / Gnetalia : terjadinya gangguan yaitu diare/ konstipasi
g) Ektermitas bawah : ektermitas teraba dingin, sianosis
B. Diagnosa
13
C. Perencanaan/Nursing Care Plan
No. Diagnosis SLKI SIKI
Keperawatan
1. (D.0130) Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 Manajemen Hipertermia (1.15506)
Hipertermia jam diharapkan termoregulasi membaik dengan Observasi
kriteria hasil: 1. Identifikasi penyebab hipertermia (mis.
Termoregulasi (L.14134) Dehidrasi, terpapar lingkungan panas,
Skor saat Skor yang penggunaan inkubator)
Indikator ini ingin dicapai 2. Monitor suhu tubuh
Menggigil 1 5 3. Monitor kadar elektrolit
Kulit merah 1 5 Terapeutik
Suhu tubuh 1 5 4. Sediakan lingkungan yang dingin
Kadar glukosa darah 1 5 5. Longgarkan atau lepaskan pakaian
Tekanan darah 1 5 6. Berikan cairan oral
7. Lakukan pendinginan eksternal (mis.
Keterangan skor: Selimut hipotermia atau kompres dingin
1. Meningkat pada dahi, leher, dada, abdomen, aksila)
2. Cukup meningkat Edukasi
3. Sedang 8. Anjurkan tirah baring
4. Cukup menurun Kolaborasi
5. Menurun 9. Kolaborasi pemberian cairan dan
elektrolit intravena, jika perlu
1. Memburuk
2. Cukup memburuk
3. Sedang
14
4. Cukup membaik
5. Membaik
2. (D.0077) Nyeri akut Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 Manajemen Nyeri (1.08238)
jam diharapkan nyeri dengan kriteria hasil: Observasi
Tingkat Nyeri (L.08066) 1. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi,
Skor saat Skor yang frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
ingin 2. Identifikasi skala nyeri
Indikator ini
dicapai 3. Identifikasi respon nyeri non verbal
Gelisah 1 5 4. Identifikasi faktor yang memperberat
Kesulitan tidur 1 5 dan memperingan nyeri
Muntah 1 5 Terapeutik
Mual 1 5 5. Berikan teknik nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Keterangan skor: 6. Kontrol lingkungan yang memperberat
1. Menurun rasa nyeri
2. Cukup menurun 7. Fasilitasi istirahat dan tidur
3. Sedang Edukasi
4. Cukup meningkat 8. Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu
5. Meningkat nyeri
9. Jelaskan strategi meredakan nyeri
10. Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
11. Kolaborasi pemberian analgetic, jika
perlu
15
3. (D.0056) Intoleransi Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 Manajemen Energi (1.05178)
aktivitas jam diharapkan toleransi aktivitas sesuai dengan Observasi
kriteria hasil: 1. Identifikasi gangguan fungsi tubuh yang
Toleransi Aktivitas (L.05047) mengakibatkan kelelahan
Skor saat Skor yang 2. Monitor kelelahan fisik dan emosional
Indikator ini ingin dicapai 3. Monitor pola dan jam tidur
Frekuensi nadi 1 5 4. Monitor lokasi dan ketidaknyamanan
Kemudahan dalam 1 5 selama melakukan intervensi
melakukan aktivitas Terapeutik
seari-hari 5. Sediakan lingkungan nyaman dan rendah
Kekuatan tubuh 1 5 stimulus (mis. cahaya, suara, kunjungan)
bagian atas 6. Lakukan latihan rentang gerak pasif
Kekuatan tubuh 1 5 dan/atau aktif
bagian bawah 7. Berikan aktivitas distraksi yang
Keterangan skor: menenangkan
1. Menurun Edukasi
2. Cukup menurun 8. Anjurkan tirah baring
3. Sedang 9. Anjurkan melakukan aktifitas secara
4. Cukup meningkat bertahap
5. Meningkat Kolaborasi
10. Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara
meningkatkan asupan makanan
16
4. (D.0032) Risiko Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 Manajemen Nutrisi (1.03119)
defisit nutrisi jam diharapkan status nutrisi sesuai dengan kriteria Observasi
hasil: 1. Identifikasi status nutrisi
Status Nutrisi (L.03030) 2. Identifikasi alergi dan intoleransi
Skor saat Skor yang makanan
Indikator ini ingin dicapai 3. Identifikasi makanan yang disukai
Porsi makanan yang 1 5 4. Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis
dihabiskan nutrient
Kekuatan otot 1 5 5. Monitor asupan makanan
pengunyah 6. Monitor berat badan
Kekuatan otot 1 5 7. Monitor hasil pemeriksaan laboratorium
menelan Terapeutik
8. Lakukan oral hygiene sebelum makan,
Keterangan skor: jika perlu
1. Menurun 9. Sajikan makanan secara menarik dan
2. Cukup menurun suhu yang sesuai
3. Sedang 10. Berikan makanan tinggi serat untuk
4. Cukup meningkat mencegah konstipasi
5. Meningkat 11. Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi
protein
Edukasi
12. Anjurkan posisi duduk, jika mampu
Kolaborasi
13. Kolaborasi pemberian medikasi sebelum
makan, jika perlu
14. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
17
menentukan jumlah kalori dan jenis
nutrient yang dibutuhkan, jika perlu
5. (D.0037) Risiko Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 Pemantauan Cairan (1.03121)
ketidakseimbangan jam diharapkan keseimbangan cairan sesuai dengan Observasi
elektrolit kriteria hasil: 1. Monitor frekuensi dan kekuatan nadi
Keseimbangan Cairan (L.03020) 2. Monitor frekuensi napas
Skor saat Skor 3. Monitor tekanan darah
Indikator ini yang 4. Monitor berat badan
ingin 5. Monitor elastisitas atau turgor kulit
dicapai 6. Monitor jumlah, warna dan berat jenis
Asupan cairan 1 5 urin
Haluaran urin 1 5 7. Monitor intake dan output cairan
Kelembaban 1 5 Terapeutik
membrane mukosa 8. Atur interval waktu pemantauan sesuai
Asupan makanan 1 5 dengan kondisi pasien
9. Dokumentasikan hasil pemantauan
Keterangan skor: Edukasi
1. Menurun 10. Jelaskan tujuan dan prosedur
2. Cukup menurun pemantauan
3. Sedang 11. Informasikan hasil pemantauan, jika
4. Cukup meningkat perlu
5. Meningkat
18
DAFTAR PUSTAKA
Candra, A., S. Pengajar, B. Ilmu, G. Fakultas, dan K. Universitas. 2019. Asupan gizi
dan penyakit demam berdarah/ dengue hemoragic fever (dhf). Asupan Gizi Dan
Penyakit Demam Berdarah/ Dengue Hemoragic Fever (Dhf). 7(2):23–31.
Dania, I. A. 2016. Gambaran penyakit dan vektor demam berdarah dengue (dbd).
Jurnal Warta. 48(April):1829–7463.
Jayawinata, M., M. Rusli, dan S. Yotopranoto. 2017. Hubungan perubahan jumlah
leukosit dengan derajat klinik penderita rawat inap dbd dewasa. JUXTA: Jurnal
Ilmiah Mahasiswa Kedokteran Universitas Airlangga. 9(1):14–19.
Khadijah, A. N. dan I. M. G. D. L. U. Utama. 2017. Gambaran gejala klinis demam
berdarah dengue pada anak di rsup sanglah, denpasar selama bulan januari-
desember 2013. E-Jurnal Medika. 6(11):92–97.
Leovani, V., L. P. Sembiring, dan Wiranto. 2013. Gambaran klinis dan komplikasi
pasien demam berdarah dengue derajat iii dan iv di bagian penyakit dalam rsud
arifin achmad provinsi riau periode 1 januari 2012–31 desember 2013. Journal of
Chemical Information and Modeling. 53(9):1689–1699.
Lestari, Titik, 2016. Asuhan Keperawatan Anak. Yogyakarta: Nuha Medika
19
Lampiran
20
LAPORAN KASUS
Oleh :
Erwindyah Nur Widiyanti
NIM. 212311101039
i
GAMBARAN KASUS
An. A (14 tahun) klien datang ke IGD RSUD Bekasi pada tanggal 11 Maret
2020 pukul 10.00 WIB dengan keluhan demam tinggi sejak hari Minggu pada
tanggal 8 Maret 2020 (demam hari ke 1) dan mual. Klien tidak mimisan, tidak
memiliki gusi berdarah, BAB dan BAK tidak ada keluhan. Diagnosa medis yang
muncul adalah DHF (DBD Derajat I). Saat di IGD, telah dilakukan tindakan
keperawatan seperti observasi keadaan umum, observasi tanda – tanda vital dengan
hasil kesadaran compos mentis, nadi 95x/menit, respirasi 20x/menit, suhu tubuh
37,8oC. Sedangkan tindakan kolaborasi seperti pemasangan infus RL 500 cc,
pemberian Paracetamol tablet 500 mg dan pemeriksaan laboratorium dengan hasil
hematologi darah rutin DHF, yaitu Leukosit 9,9 ribu/uL (5-10) ribu/uL,
Hemoglobin 12,0 g/dL (13-17,5) g/dL, Hematokrit 35,2% (40-54)%, Trombosit 136
ribu/uL (150-400) ribu/uL . Lalu pada pukul 16.27 WIB klien dikirim ke ruang
rawat anak Anggrek RSUD Bekasi. Saat di ruangan, masalah keperawatan yang
muncul adalah resiko tinggi hipertermi dan telah dilakukan tindakan keperawatan
seperti observasi keadaan umum, observasi tanda – tanda vital dengan hasil
kesadaran compos mentis, nadi 100x/menit, respirasi 22x/menit, suhu tubuh
36,8oC. Sedangkan tindakan kolaborasi yang dilakukan seperti pemberian cairan
RL 20 tetes permenit (tpm), dan pemberian obat Paracetamol 3 x ¾ tablet,
Ondancetron 3 x 3 mg. Sampai pada saat dilakukan pengkajian tanggal 11 Maret
2020 pukul 19.00 WIB klien masih dalam keadaan lemah
1
PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS JEMBER
A. IDENTITAS ANAK
1. Nama : An.A
Nama Panggilan : Alif
Umur / Tgl. Lahir : 14 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
B. KELUHAN UTAMA
An. A (14 tahun) klien datang ke IGD RSUD Bekasi pada tanggal 11 Maret 2020
pukul 10.00 WIB dengan keluhan demam tinggi sejak hari Minggu pada tanggal 8
Maret 2020 (demam hari ke 1) dan mual
1
observasi keadaan umum, observasi tanda – tanda vital dengan hasil kesadaran
compos mentis, nadi 95x/menit, respirasi 20x/menit, suhu tubuh 37,8oC. Sedangkan
tindakan kolaborasi seperti pemasangan infus RL 500 cc, pemberian Paracetamol
tablet 500 mg dan pemeriksaan laboratorium dengan hasil hematologi darah rutin
DHF, yaitu Leukosit 9,9 ribu/uL (5-10) ribu/uL, Hemoglobin 12,0 g/dL (13-17,5)
g/dL, Hematokrit 35,2% (40-54)%, Trombosit 136 ribu/uL (150-400) ribu/uL . Lalu
pada pukul 16.27 WIB klien dikirim ke ruang rawat anak Anggrek RSUD Bekasi.
Saat di ruangan, masalah keperawatan yang muncul adalah resiko tinggi hipertermi
dan telah dilakukan tindakan keperawatan seperti observasi keadaan umum, observasi
tanda – tanda vital dengan hasil kesadaran compos mentis, nadi 100x/menit, respirasi
22x/menit, suhu tubuh 36,8oC. Sedangkan tindakan kolaborasi yang dilakukan seperti
pemberian cairan RL 20 tetes permenit (tpm), dan pemberian obat Paracetamol 3 x ¾
tablet, Ondancetron 3 x 3 mg. Sampai pada saat dilakukan pengkajian tanggal 11
Maret 2020 pukul 19.00 WIB klien masih dalam keadaan lemah
2
D. RIWAYAT KESEHATAN DAHULU
1. Penyakit yang pernah diderita
-
2. Riwayat operasi
Ibu klien mengatakan bahwa klien tidak pernah melakukan operasi apapun
3. Riwayat Alergi
Ibu klien mengatakan bahwa klien tidak mempunyai riwayat alergi
4. Riwayat Imunisasi
Ibu klien mengatakan An. A sudah melakukan imunisasi lengkap sewaktu masih
bayi
E. RIWAYAT PERINATAL
1. Antenatal
Ibu klien menjelaskan bahwa selama kehamilan pada trimester I mengalami mual
dan muntah.
2. Intra Natal
Proses persalinan normal dibantu dengan bidan dan ibu klien tidak mengalami
pendarahan, klien lahir dengan keadaan sehat segera menangis dengan BBL 3200
gr, dan seluruh tubuh klien bewarna kemerahan
3. Post Natal
Klien tidak mengalami kelainan fisik dan gejala sakit apapun
F. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA
GENOGRAM
Tn. B Ny. T
An. A
3
Keterangan :
: Laki-laki
: Perempuan
: Menikah
: Anak kandung
: Pasien
: Tinggal serumah
4
Clinical Sign
kulit teraba hangat, membran mukosa kering, turgor kulit tidak elastis,
konjungtiva anemis, tampak lemas
Diet Pattern
Ibu mengatakan anaknya susah makan, Ibu mengatakan anaknya malas minum,
Ibu mengatakan anak hanya minum kurang lebih 1000 ml/ 24 jam, Ayah
mengatakan anaknya makan hanya sedikit, An. A mengatakan nafsu makannya
menurun, An. A mengatakan agak mual, An. A mengatakan lemas, An. A
mengatakan pusing,
3. Pola eliminasi
BAK BAB
Frekuensi Tidak terkaji Tidak terkaji
Jumlah Tidak terkaji Tidak terkaji
Warna Tidak terkaji Tidak terkaji
Bau Tidak terkaji Tidak terkaji
Karakter Tidak terkaji Tidak terkaji
BJ Tidak terkaji Tidak terkaji
Alat bantu - -
Kemandirian Mandiri Mandiri
Lainnya - -
5
4: mandiri
Tidak terkaji
9. Pola seksualitas
Tidak terkaji
6
Kesadaran:
compos mentis, nadi 110x/menit, respirasi 22x/menit, suhu tubuh 37,8oC
Tanda-tanda vital :
- Tekanan darah : 110/70 mmHg
- Suhu : 37,8o C
- Nadi : 110 x/menit
- RR : 22 x/menit
- Panjang badan : -
- Lingkar kepala : -
- Lingkar dada :-
- Berat badan lahir : 3200 gram
- Berat badan saat ini : 38 kg
- Tinggi badan saat ini 153 cm
2. Kepala
I : Bentuk kepala simetris, tidak ada benjolan, rambut hitam tersebar merata,
distribusi rambut merata, tidak terdapat luka
P : Tidak ada nyeri tekan dan benjolan
3. Hidung
I : Tidak terpasang oksigen, cuping hidung (-)
P : Tidak ada nyeri tekan, bersih
4. Telinga
I : Telinga simetris kiri dan kanan
P : Tidak ada nyeri tekan, kotoran/ serumen pada telinga (-)
5. Mata
I : Konjungtiva anemis, sclera ikterus(-), isokor, warna sklera putih
6. Mulut
I : Mukosa bibir tampak kering, pucat, warna lidah merah , gigi bersih
7. Leher
I: Tidak ada pembesaran kelenjar getah bening, tidak ada lesi dan jejas,
P: Tidak teraba benjolan, tidak ada nyeri tekan
7
8. Thorax / dada
Paru
I : Dada mengembang simetris, otot bantu nafas (+), tampak retraksi dinding
dada, RR 110 x/menit dan nafas ireguler
Pa : Dada mengembang dan mengempis cepat dan pendek
Pe : Suara sonor
A : Tidak ada suara nafas tambahan
Jantung
I : Kedua dada mengembang dengan simetris dan tidak terlihat ictus cordis
Pa : Tidak ada nyeri tekan, ictus cordis tidak teraba
Pe : Suara jantung pekak, tidak ada pembesaran
A : Tidak ada suara jantung tambahan
Payudara dan Ketiak
I : Tidak terdapat lesi, tidak ada pembengkakan pada ketiak dan klavikula,
puting tidak menonjol dan areola berwarna coklat muda.
P : Tidak terdapat nyeri tekan
9. Abdomen
I : Perut cekung,
A : Bising usus 38x/menit
Pe : Suara timpani
Pa : Tidak ada nyeri tekan, tidak ada hepatomegali dan tidak ada
slpenomegali
10. Keadaan punggung
I : Simetris, tidak ada deformitas, tidak ada lesi
P : Tidak ada benjolan
11. Ekstremitas
Ekstremitas atas
I : Kedua tangan dan jari lengkap, kondisi jari bersih, tidak ada cacat dan
kedua tangan tampak fleksi.
Pa : Tidak ada nyeri tekan, akral hangat, tidak ada oedema
Ekstremitas bawah
8
I : Kaki lengkap dan jari kaki lengkap, jari bersih, tidak ada lesi dan jejas,
tidak cacat, kedua kaki tampak abduksi
Pa : Tidak ada nyeri tekan, akral hangat, tidak ada oedema.
12. Kulit
I: Kulit kering, tipis dan hangat dan suhu tubuh 37,8oC
P: Turgor kulit tidak elastis
13. Genetalia & Anus
I : Tidak ada lesi, jejas atau tonjolan pada area genital dan anus
J. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
- Laboratorium
Tanggal 11/03/2020
Pemeriksaan Darah Normal Hasil
Hemoglobin 13-17,5 g/dL 12,0 g/dL
Hematokrit 40-54% 35,2%
Trombosit 150-400 ribu/uL 136 ribu/uL
Leukosit 9.000-30.000 mm³ 9.900 mm³
K. TERAPI
- Oksigen :
No Jenis Terapi Dosis dan Rute Pemberian
1. Infus NaCl 0,9% 20 tpm dan IV
2. Paracetamol 3x3/4 tablet dan oral
3. Ondancentron 3x3 mg dan oral
9
B. ANALISA DATA
No. Data Etiologi Masalah
1. DS: Gigitan nyamuk Aides Aegypty Hipertermia
1. Ibu An. A mengatakan anak ↓ (D.0130)
demam sejak hari minggu (± Gigitan nyamuk masuk dalam
4 hari yang lalu) hospes
2. Ayah mengatakan badan ↓
anaknya terasa hangat Degradasi jaringan Tubuh
3. Ibu mengatakan anak hanya ↓
minum kurang lebih 1000 Pelepasan toksin oleh virus
ml/24 jam ↓
4. An.A mengatakan pusing Fagositosis virus oleh leukosist,
DO: limfosit, makrofag
1. Anak tampak lemas ↓
2. Konjungtiva anemis Pelepasan IL1, prostaglandin E2
3. Suhu tubuh : 37,8oC kedalam cairan tubuh
4. Nadi 110x/menit (takikardia) ↓
5. Kulit teraba hangat Merangsang Hipotalamus
6. Terpasang infus RL 20 tpm di ↓
tangan kiri Hipertermi
2. DS: Gigitan nyamuk Aides Aegypty Risiko
1. Ibu mengatakan anaknya ↓ Hipovolemia
malas minum Gigitan nyamuk masuk dalam (D.0034)
2. Ibu mengatakan anak hanya aliran darah
minum kurang lebih 1000 ↓
ml/ 24 jam Pelepasan peptida
3. An. A mengatakan agak ↓
mual dan lemas Peningkatan permeabilitas
DO: dinding pembuluh darah
10
1. Anak tampak lemas ↓
2. Membran mukosa kering Kebocoran plasma ke ruang
3. Turgor kulit tidak elastis ekstraseluler
4. Suhu tubuh : 37,8oC ↓
5. Nadi 110x/menit Kekurangan volume plasma
6. Adanya peningkatan /cairan
produksi urine ↓
Risiko Hipovolemia
11
7. BB: 38 kg & TB: 153 cm
8. IMT: 16,23 (Bb
kurang/kurus)
12
C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Tanggal Diagnosa Keperawatan (SDKI) Paraf dan
Perumusan Nama
27/10/2021 Hipertermia b.d Proses penyakit d.d Ibu An. A
mengatakan anak demam sejak hari minggu (± 4 hari),
anak tampak lemas, konjungtiva anemis, suhu tubuh :
Erwindyah
o
37,8 C, Nadi 110x/menit, akral hangat
27/10/2021 Risiko hipovolemia b.d peningkatan permeabilitas kapiler
d.d Ibu mengatakan anaknya malas minum, Ibu
mengatakan anak hanya minum kurang lebih 1000 ml/ 24
jam, anak tampak lemas, membran mukosa kering, Turgor Erwindyah
kulit tidak elastis, suhu tubuh : 37,8oC,Nadi 110x/menit,
adanya peningkatan produksi urine
27/10/2021 Defisit nutrisi b.d intake nutrisi kurang d.d An. A
mengatakan nafsu makannya menurun, An. A
mengatakan agak mual, lemas, dan pusing, anak tampak
Erwindyah
lemas, membran mukosa kering, turgor kulit tidak elastis,
suhu tubuh : 37,8oC, nadi 110x/menit, makan habis ¼
porsi
13
Pathway
14
D. INTERVENSI KEPERAWATAN
No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi (SIKI) Rasional Paraf &
(SDKI) (SLKI) Nama
1. Hipertermia Tujuan : Setelah dilakukan asuhan Manajemen Hipertermia 1. Untuk mengatasi
(D.0130) keperawatan 2x24 jam peningkatan I. 15506 hipertermia yang dialami
suhu tubuh klien dapat diturunkan. Observasi klien
Termoregulasi (L.14134) 1. Identifikasi penyebab 2. Untuk memantau Erwindyah
Indikator Awal Tujuan hipertermia kondisi suhu tubuh klien
Pucat 2 4 2. Monitor suhu tubuh 3. Untuk mengetahui
Takikardi 2 4 3. Monitor kadar elektrolit kondisi kesehatan klien
Suhu tubuh 2 4 4. Untuk mempercepat
Suhu kulit
2 4 Terapeutik penurunan demam
4. Longgarakan atau 5. Untuk menghindari
Keterangan:
lepaskan pakaian dehidrasi
1: meningkat
5. Berikan cairan oral 6. Untuk mempercepat
2: cukup meningkat
penurunan suhu
3: sedang
Edukasi 7. Sebagai obat penurun
4: cukup menurun
6.Anjurkan tirah baring panas
5.menurun
15
Kolaborasi
7.Kolaborasi pemberian
cairan elektrolit intravena
& obat penurun panas
paracetamol
2. Risiko Tujuan : Setelah dilakukan asuhan Pemantauan Cairan I.
1. Untuk mengetahui
Hipovolemia keperawatan 2x24 jam hipovolemia 03121
kondisi kesehatan
(D.0034) klien dapat diturunkan. Observasi
klien tetap stabil
Status Cairan (L.03028) Erwindyah
1. Monitor frekuensi dan
Indikator Awal Tujuan 2. Untuk menjaga
kekuatan nadi
Output urin 5 2 (cukup kesehatan klien
2. Monitor tekanan darah
menurun) dalam rentang
3. Monitor elastisitas dan
Frekuensi 2 4 (cukup normal
turgor kulit
nadi
membaik) 4. Monitor intake dan 3. Untuk mengecek
2 4 (cukup keseimbangan
Membran
output cairan
membaik) 5. Identifikasi tanda-tanda cairan dalam tubuh
mukosa
2 4 (cukup hipovolemia 4. Untuk mencegah
membaik)
Intake (mis.frekuensi nadi resiko kekurangan
2 4 (cukup
cairan meningkat, nadi teraba
16
membaik) lemah, tekanan darah cairan
Suhu tubuh menurun, tekanan nadi
5. Untuk langkah awal
menyempit, turgor kulit
mempercepat
menurun, membran
mengatasi
mukosa kering, volume
hipovolemia
urin menurun, hematokrit
6. Untuk mengawasi
meningkat, haus, lemah,
proses pemantauan
konsentrasi urin
kondisi pasien
meningkat, bb menurun
dalam waktu singkat) 7. Untuk memberikan
edukasi kepada
Terapeutik pasien
6. Atur interval waktu
pemantauan sesuai dengan
kondisi pasien
Edukasi
7.Jelaskan tujuan dan
prosedur pemantauan
17
3. Defisit Tujuan : Setelah dilakukan asuhan Manajemen Nutrisi I. 1. Untuk mengetahui
Nutrisi keperawatan 2x24 jam nutrisi klien 03119 status nutrisi klien
(D.0019) dapat ditingkatkan. Observasi sebelum diberikan
Status Nutrisi (L.03030) 1. Identifikasi status intervensi Erwindyah
Indikator Awal Tujuan nutrisi 2. Untuk mempermudah
Porsi makan 2 4 (cukup 2. Identifikasi makanan klien mau makan
yang meningkat) yang disukai 3. Untuk menilai
dihabiskan
3. Monitor asupan makanan yang adekuat
2 4 (cukup makanan 4. Untuk mengetahui
Pengetahuan
meningkat) 4. Monitor berat badan status gizi pasien
tentang
standar 5. Untuk menarik
asupan Terapeutik perhatian klien agar mau
2 4 (cukup
nutrisi yang 5. Sajikan makanan secara makan
tepat membaik) menarik dan suhu yang 6. Untuk menentukan
2 4 (cukup sesuai nutrisi dan kalori yang
Nafsu membaik)
tepat untuk pasien
makan
Kolaborasi
6.Kolaborasi dengan ahli
18
Membran gizi untuk menentukan
mukosa jumlah kalori dan jenis
nutrisi yang dibutuhkan
19
E. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
No Tanggal/jam No Dx IMPLEMENTASI Paraf dan nama
1. Kamis, 28 1 Manajemen Hipertermia I. 08238
Oktober 2021 1. Mengidentifikasi penyebab hipertermia salah
satunya disebabkan dehidrasi
20
6. Menganjurkan tirah baring bedrest total dengan
memberikan suasana yang nyaman
21
5. Menganjurkan klien banyak minum
3. Kamis, 28 3 Manajemen Nutrisi I. 03119
Oktober 2021 1. Mengkaji pola makan klien
2. Mengkaji makanan yang disukai klien
3. Mengkaji adanya mual dan muntah
4. Menimbang berat badan klien
Erwindyah
5. Menyiapkan makanan yang menarik dan suhu yang sesuai
6. Memberikan obat ondancentron 3x3 mg via oral untuk
menurunkan rasa mual
7. Melakukan kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan
jumlah kalori dan jenis nutrisi yang tepat untuk klien.
22
F. EVALUASI KEPERAWATAN
Tgl Diagnosa Evaluasi Nama Perawat/Mhs
Kamis, 28 Hipertermia S:
Oktober (D.0130)
2021 - Ibu klien mengatakan bahwa
An. A masih lemas
A:
- Masalah hipertermia
belum teratasi
P:
- Lanjutkan intervensi
mengenai periksa tanda-
tanda vital, memberikan
asupan cairan oral, dan
obat penurun panas
paracetamol
23
Kamis, 28 Risiko Hipovolemia S:
Oktober (D.0034) - Ibu mengatakan bahwa
2021 anak malas minum dan
hanya minum 1000 ml/24
jam
O:
- Konjungtiva anemis
- Klien tampak lemas
- Membrane mukosa kering
- Kulit teraba hangat
- Turgor kulit tidak elastis
- Nadi : 110x/menit
- S : 37,8˚x/menit
- RR : 20x/menit
- CRT <2 detik
-
A : Masalah risiko hipovolemia
belum teratasi
P : lanjutkan intervensi mengenai
Monitor TTV, elastisitas dan
turgor kulit klien, intake dan
output cairan
24
Kamis, 28 Defisit Nutrisi
Oktober S:
(D.0019)
2021
- Ibu klien mengatakan An.A
susah makan
O:
- An. A makan 3x sehari
dengan habis porsi ¼ tiap
makan
- BB klien 38 Kg
- TB klien 153 cm
- IMT 16,23 (Kurus)
- Anak tampak lemas
- Mukosa bibir kering
- BMR aktual: 1252 kkal
- Kebutuhan kalori harian:
1503 kkal
25
DAFTAR PUSTAKA
Dian Haerani, S. N. 2020. Asuhan keperawatan pada anak dengan demam berdarah
dengue: sebuah studi kasus. Buletin Kesehatan. 4(2):80–97.
PPNI. 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan Edisi I. Jakarta: DPP PPNI.
26
LAMPIRAN
27
80
Abstrak
Demam berdarah dengue (DBD), merupakan masalah kesehatan masyarakat cenderung mengalami
peningkatan kejadian dan penyebarannya. DBD dapat menyebabkan berbagai komplikasi, yaitu kerusakan
susunan sistem saraf pusat, kerusakan hati, resiko syok, kematian. Total sampel yang digunakan pada
populasi target dalam penelitian ini adalah anak laki-laki berusia 14 tahun, agama Islam, suku bangsa Jawa,
pendidikan Sekolah Menengah Pertama, bahasa yang digunakan Bahasa Indonesia. Dari penelitian ini
didapatkan tiga diagnosa keperawatan utama yaitu resiko hipovolemia berhubungan dengan permeabilitas
membran kapiler meningkat, resiko terjadinya perdarahan berhubungan dengan trombositopenia,
hipertermia berhubungan dengan viremia. Dalam pembahasan pengkajian yang terdiri dari etiologi,
manifestasi klinis, komplikasi, pemeriksaan diagnostik dan penatalaksanaan medis. Pada pengkajian faktor
pendukung yaitu keluarga yang kooperatif dalam memberikan informasi penyakit klien, sedangkan kendala
yang ditemukan yaitu saat dikaji anak kurang kooperatif, tidak peduli sehingga sulit didapatkan informasi
langsung dari anak.
Kata kunci : demam berdarah dengue, asuhan keperawatan, anak
Abstract
Dengue hemorrhagic fever (DHF), a public health problem, tends to experience an increase in its incidence
and spread. DHF can cause various complications: damage of the central nervous and liver, risk of shock,
death. The total sample used in the target population in this study was a boy 14 years old, Islam, Javanese
ethnicity, junior high school education, Indonesian language. From this study, three main nursing diagnoses
were obtained, namely the risk of hypovolemia associated with capillary membrane permeability increases,
the risk of bleeding is associated with thrombocytopenia, hyperthermia is associated with viremia. In the
discussion of the assessment consisting of etiology, clinical manifestations, complications, diagnostic tests
and medical management. In the assessment of supporting factors, namely cooperative families in providing
information, while the constraints found were when he were not cooperative, didn’t care so it was difficult
to get information directly.
Keywords: dengue hemorrhagic fever, nursing care, children.
Buletin Kesehatan Vol.4 No.2 Agustus-Desember 2020 ISSN: 2614-8080 EISSN: 2746-5810
81
Buletin Kesehatan Vol.4 No.2 Agustus-Desember 2020 ISSN: 2614-8080 EISSN: 2746-5810
82
Buletin Kesehatan Vol.4 No.2 Agustus-Desember 2020 ISSN: 2614-8080 EISSN: 2746-5810
83
Pengertian Klasifikasi
Menurut Lestari (2016), Demam Menurut Suriadi (2010) dan WHO
berdarah dengue (DBD) atau dengue (2011), DBD diklasifikasikan menjadi
haemorhagic fever (DHF) adalah empat, yaitu :
penyakit pada anak dan dewasa yang 1. Derajat I : Demam dengan gejala
disebabkan oleh virus dengan nonspesifik, perdarahan spontan, uji
manifestasi demam akut, perdarahan, tourniquet positif, trombositopenia,
nyeri otot dan sendi. Infeksi Dengue dan hemokonsentrasi.
merupakan infeksi Arbovirus (Artropod 2. Derajat II : Gejala pada derajat I
Born Virus) akut yang ditularkan oleh diikuti perdarahan spontan dikulit
nyamuk Aedes Aegepty atau oleh Aedes atau perdarahan lain.
Albopictus. Demam berdarah dengue 3. Derajat 3 : Ditemukan tanda
(DBD) atau dengue haemorhagic fever kegagalan sirkulasi, berupa nadi
(DHF), penyakit infeksi akibat virus cepat & lemah, tekanan darah
dengue (arbovirus) yang menginvasi menurun (<20 mmHg) dengan kulit
tubuh melalui gigitan nyamuk Aedes dingin, lembab, dan iritabel
Aegypty. 4. Derajat 4 : Renjatan syok berat, nadi
sulit diraba serta tekanan darah sulit
Gejala DBD berupa demam, nyeri otot diukur
atau nyeri sendi yang disertai
leucopenia, ruam, limfadenopati, Etiologi
trombositopenia dan diatesis hemoragik. Menurut Widoyono (2011) dan Suriadi
Selanjutnya akan terjadi perembesan (2010), DBD diakibatkan virus dengue
plasma yang ditandai dengan dari kelompok arthropod-borne virus.
hemokonsentrasi (peningkatan Ada empat serotipe yaitu DEN-1, DEN-
hematokrit) atau penumpukan cairan 2, DEN-3, dan DEN-4, yang ditularkan
dirongga tubuh. Bila kondisi ini terus melalui nyamuk Aedes Aegypti.
berlangsung akan muncul Sindrom Nyamuk ini berkembang biak di wilayah
renjatan dengue (dengue shock tropis dan bersarang pada genangan air.
syndrome) yaitu demam berdarah Semua tipe ada di Indonesia dan DEN-3
dengue yang ditandai oleh renjatan atau merupakan serotipe terbanyak. Infeksi
syok (Sudoyo, 2014; Suriadi, 2010). akibat satu serotip akan menimbulkan
antibodi yang terbentuk terhadap
Buletin Kesehatan Vol.4 No.2 Agustus-Desember 2020 ISSN: 2614-8080 EISSN: 2746-5810
84
Buletin Kesehatan Vol.4 No.2 Agustus-Desember 2020 ISSN: 2614-8080 EISSN: 2746-5810
85
Buletin Kesehatan Vol.4 No.2 Agustus-Desember 2020 ISSN: 2614-8080 EISSN: 2746-5810
86
Buletin Kesehatan Vol.4 No.2 Agustus-Desember 2020 ISSN: 2614-8080 EISSN: 2746-5810
87
Buletin Kesehatan Vol.4 No.2 Agustus-Desember 2020 ISSN: 2614-8080 EISSN: 2746-5810
88
Buletin Kesehatan Vol.4 No.2 Agustus-Desember 2020 ISSN: 2614-8080 EISSN: 2746-5810
89
Buletin Kesehatan Vol.4 No.2 Agustus-Desember 2020 ISSN: 2614-8080 EISSN: 2746-5810
90
Buletin Kesehatan Vol.4 No.2 Agustus-Desember 2020 ISSN: 2614-8080 EISSN: 2746-5810
91
Buletin Kesehatan Vol.4 No.2 Agustus-Desember 2020 ISSN: 2614-8080 EISSN: 2746-5810
92
Buletin Kesehatan Vol.4 No.2 Agustus-Desember 2020 ISSN: 2614-8080 EISSN: 2746-5810
93
Buletin Kesehatan Vol.4 No.2 Agustus-Desember 2020 ISSN: 2614-8080 EISSN: 2746-5810
94
Buletin Kesehatan Vol.4 No.2 Agustus-Desember 2020 ISSN: 2614-8080 EISSN: 2746-5810
95
Buletin Kesehatan Vol.4 No.2 Agustus-Desember 2020 ISSN: 2614-8080 EISSN: 2746-5810
96
Buletin Kesehatan Vol.4 No.2 Agustus-Desember 2020 ISSN: 2614-8080 EISSN: 2746-5810
LOGBOOK KEPERAWATAN MATERNITAS DAN ANAK ANGKATAN 28
PROGRAM PENDIDIKAN NERS
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS JEMBER
NIM : 212311101039
Kelompok : D
5.
6.
7.
LOGBOOK KEPERAWATAN MATERNITAS DAN ANAK ANGKATAN 28
PROGRAM PENDIDIKAN NERS
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS JEMBER
NIM : 212311101039
Kelompok : D
NIM : 212311101039
Kelompok : D
19.00 Menyelesaikan
WIB pengkajian
pemeriksaan fisik
LOGBOOK KEPERAWATAN MATERNITAS DAN ANAK ANGKATAN 28
PROGRAM PENDIDIKAN NERS
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS JEMBER
NIM : 212311101039
Kelompok : D
NIM : 212311101039
Kelompok : D
NIM : 212311101039
Kelompok : D
19.00 Menambahkan
WIB pathway pada askep
laporan kasus