Anda di halaman 1dari 75

LAPORAN PENDAHULUAN

DENGUE HEMORRHAGIC FEVER (DHF)

STASE KEPERAWATAN ANAK

Oleh:
Erwindyah Nur Widiyanti
NIM 212311101039

PROGRAM PENDIDIKAN NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS JEMBER
2021
DAFTAR ISI

BAB 1. TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................................ 3


1.1 Definisi DHF ............................................................................................................ 3
1.2 Klasifikasi DHF ....................................................................................................... 4
1.3 Etiologi DHF ............................................................................................................ 4
1.4 Patofisiologi DHF ..................................................................................................... 4
1.5 Tanda dan Gejala DHF ........................................................................................... 6
1.6 Komplikasi DHF ...................................................................................................... 7
1.7 Penatalaksanaan DHF ............................................................................................. 8
1.8 Pathway DHF......................................................................................................... 10
BAB II. ASUHAN KEPERAWATAN ................................................................................ 122
A. Pengkajian ............................................................................................................... 122
B. Diagnosa .................................................................................................................. 133
C. Perencanaan/Nursing Care Plan ............................................................................. 144
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................... 199
Lampiran .............................................................................................................................. 20

2
BAB 1

TINJAUAN PUSTAKA

1.1 Definisi DHF

Penyakit Demam Berdarah Dengue atau disebut Dengue Hemorrhagic Fever


(DHF) adalah penyakit yang diakibatkan oleh infeksi virus Dengue yang masih
menjadi problem kesehatan masyarakat. Penyakit ini biasanya dapat ditemukan nyaris
di seluruh belahan dunia terutama di negara-negara tropik dan subtropik baik sebagai
penyakit endemik maupun epidemik. Kejadian Luar Biasa (KLB) dengue biasanya
terjadi di daerah endemik dan berhubungan dengan datangnya musim penghujan
(Nisa dkk., 2013).
Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) merupakan suatu penyakit yang ditularkan
melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti betina yang terinfeksi oleh virus dengue, hal
ini dapat menjadi suatu permasalahan terhadap suatu beban penyakit, tingkat kematian
yang tinggi, kemiskinan, dan beban social dunia terutama pada daerah- daerah intropis
dan subtropic yang menjadi masalah dunia (Wanti dkk., 2019). Penyakit DHF
disebabkan oleh virus Dengue yang merupakan Arbovirus (arthro podborn virus ) dan
dapat ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes ( Aedes Albopictus dan Aedes Aegepty
) nyamuk aedes aegepty (Candra dkk., 2019).
Sampai saat ini infeksi virus Dengue masih menjadi masalah kesehatan di
Indonesia. Indonesia dimasukkan dalam kategori “A” dalam stratifikasi DBD oleh
World Health Organization (WHO) 2001 yang mengindikasikan tingginya angka
perawatan rumah sakit dan kematian akibat DBD, khususnya pada anak. Menurut data
di Depkes RI (2010), penyakit DBD di Indonesia pada tahun 2008 terdapat 137.469
kasus, 1.187 kasus diantaranya meninggal, CFR (Case Fatality Rate) sebesar 0,86%.
Pada tahun 2009 terdapat 154.855 kasus, 1.384 kasus diantaranya meninggal, CFR
(Case Fatality Rate) sebesar 0,89%. Usia yang paling sering terkena DBD adalah 5 –
15 tahun (Nisa dkk., 2013).

3
1.2 Klasifikasi DHF
Derajat keparahan untuk DHF dapat diklasifikasikan menjadi 4 menurut
(Jayawinata dkk., 2017) sebagai berikut:
1. Grade I : Demam yang disertai dengan gejala yang tidak spesifik, satu-satunya
manifestasi hemoragik adalah dengan cara tes tourniquet positif dan terlihat
mudah memar.
2. Grade II : Perdarahan spontan disamping manisfestasi klien grade 1 biasanya
terjadinya perdarahan yang terjadi di kulit.
3. Grade III : terjadinya kegagalan peredaran darah dimanifestasikan oleh denyut
nadi yang cepat dan lemah serta penyempitan tekanan nadi atau hipotensi dengan
adanya kulit dingin, lembab, dan gelisah.
4. Grade IV : Syok hebat disertai dengan tekanan darah atau denyut nadi tidak
terdeteksi.

1.3 Etiologi DHF


Penyakit Dengue Hemorrhagic Fever ini dapat disebabkan oleh salah satu dari 4
virus asam ribonukleat beruntai tunggal dari famili Flaviviridae yang ditularkan oleh
vektor nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus. Masa inkubasi penyakit ini
berakhir 4-5 hari setelah timbulnya demam. Faktor yang memperngaruhi terjadinya
DHF menurut Mayoclinic, 2020 yakni :
1. Tinggal atau bepergian di daerah tropis. Berada di daerah tropis dan subtropis
meningkatkan risiko Anda terpapar virus penyebab demam berdarah. Terutama
daerah berisiko tinggi adalah Asia Tenggara, kepulauan Pasifik barat, Amerika
Latin, dan Karibia.
2. Memiliki riwayat dengan Dengue Hemorrhagic Fever akan lebih mudah untuk
Kembali terkena DHF tersebut.

1.4 Patofisiologi DHF


Ketika nyamuk yang membawa DENV menggigit seseorang, virus akan memasuki
kulit bersama dengan air liur nyamuk. Demam berdarah akan terjadi karena telah
terinfeksi oleh dengue pertama dan mendapatkan kembali infeksi dengan virus dengue

4
yang berbeda dalam waktu yang diperkirakan antara 6- 5 tahun. (Srinivas dan
Srinivas, 2015).
Virus dengue yang sudah masuk ke dalam tubuh penderita akan menimbulkan
viremia. Hal ini akan menimbulkan reaksi oleh pusat pengatur suhu di hipotalamus
sehingga dapat menyebabkan (pelepasan zat bradikinin, serotinin, trombin, histamin)
terjadinya: peningkatan suhu. Selain itu viremia dapat menyebabkan pelebaran pada
dinding pembuluh darah yang berakibat perpindahan cairan dan plasma dari
intravascular ke intersisiel yang menyebabkan hipovolemia.
Trombositopenia dapat terjadi akibat dari, penurunan produksi trombosit sebagai
reaksi dari antibodi dalam melawan virus Pada pasien dengan trombositopenia
terdapat adanya perdarahan baik kulit seperti petekia atau perdarahan mukosa di
mulut. Hal ini mengakibatkan kehilangan kemampuan tubuh untuk melakukan
mekanisme hemostatis secara normal. Hal tersebut bisa menimbulkan perdarahan dan
jika tidak tertangani maka akan menimbulkan syok.
Masa virus dengue inkubasi 3-15 hari, rata-rata 5-8 hari. Virus akan masuk ke
dalam tubuh melalui gigitan nyamuk aedes aeygypty. Pertama tama yang terjadi
adalah viremia yang mengakibatkan penderita menalami demam, sakit kepala, mual,
nyeri otot pegal pegal di seluruh tubuh, ruam atau bintik bintik merah pada kulit,
hiperemia tenggorokan dan hal lain yang mungkin terjadi pembesaran kelenjar getah
bening, pembesaran hati (hepatomegali). Kemudian virus bereaksi dengan antibodi
dan terbentuklah kompleks virus antibodi. Dalam sirkulasi dan akan mengativasi
sistem komplemen. Akibat aktivasi C3 dan C5 akan akan di lepas C3a dan C5a dua
peptida yang berdaya untuk melepaskan histamin dan merupakan mediator kuat
sebagai faktor meningkatnya permeabilitas dinding kapiler pembuluh darah yang
mengakibtkan terjadinya pembesaran plasma ke ruang ekstraseluler. Pembesaran
plasma ke ruang eksta seluler mengakibatkan kekurangan volume plasma, terjadi
hipotensi, hemokonsentrasi dan hipoproteinemia serta efusi dan renjatan (syok).
Hemokonsentrasi (peningatan hematokrit >20%) menunjukan atau
menggambarkan adanya kebocoran (perembesan) sehingga nilai hematokrit menjadi
penting untuk patokan pemberian cairan intravena. Adanya kebocoran plasma ke
daerah ekstra vaskuler di buktikan dengan ditemukan cairan yang tertimbun dalam
rongga serosa yaitu rongga peritonium, pleura, dan pericardium yang pada otopsi
ternyata melebihi cairan yang diberikan melalui infus.

5
Setelah pemberian cairan intravena, peningkatan jumlah trombosit menunjukan
kebocoran plasma telah teratasi, sehingga pemberian cairan intravena harus di kurangi
kecepatan dan jumlahnya untuk mencegah terjadi edema paru dan gagal jantung,
sebaliknya jika tidak mendapat cairan yang cukup, penderita akan mengalami
kekurangan cairan yang akan mengakibatkan kondisi yang buruk bahkan bisa
mengalami renjatan. Jika renjatan atau hipovolemik berlangsung lam akan timbul
anoksia jaringan, metabolik asidosis dan kematian apabila tidak segera diatasi dengan
baik (Candra dkk., 2019).

1.5 Tanda dan Gejala DHF


Infeksi demam berdarah oleh virus dengue dapat menimbulkan variasi gejala
mulai sindroma virus nonspesifik sampai perdarahan yang fatal. Gejala demam
dengue berbeda tergantung pada umur penderita, pada balita dan anak-anak kecil
biasanya dijumpai demam, disertai ruam-ruam makulopapular. Pada anak-anak yang
lebih besar dan dewasa, bisa dimulai dengan demam ringan, atau demam tinggi (> 39
derajat C) yang tiba-tiba dan berlangsung 2-7 hari, disertai sakit kepala hebat, nyeri
di belakang mata, nyeri sendi dan otot, mual-muntah, dan ruam-ruam.
Bintik-bintik pendarahan yang berlokasi di kulit sering terjadi, kadang-kadang
disertai bintik-bintik pendarahan dipharynx dan konjungtiva. Penderita biasanya juga
sering mengeluh nyeri menelan, tidak enak di ulu hati, nyeri di tulang rusuk kanan
(costae dexter), dan nyeri seluruh perut. Kadang-kadang demam mencapai 40-41
derajat C, dan terjadi kejang demam pada balita (Dania, 2016).
Tanda gejala DHF menurut WHO, (2020) dan Srinivas, (2015) sebagai berikut:
1. Demam (40oC)
2. Pusing
3. Nyeri otot dan sendi
4. Mual dan muntah
5. Ruam
6. Takikardia
7. Peningkatan waktu pengisian kapiler (2 detik)
8. Kulit dingin, berbintik-bintik atau pucat
9. Denyut nadi perifer berkurang

6
10. Oliguria
11. Hematokrit meningkat secara tiba-tiba atau hematokrit terus meningkat meskipun
telah diberikan cairan
12. Penyempitan tekanan nadi (20 mmHg (2,7 kPa)).
13. Hipotensi (Temuan terlambat yang menunjukkan syok yang tidak dikoreksi).

1.6 Komplikasi DHF

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh (Khadijah dan Utama, 2017)


ditemukan 24 kasus DBD, seluruh pasien mengeluh mengalami demam, 14 orang
(58,33 %) mengeluh muntah, 13 orang (54,17%) mengeluh nyeri perut, 10 orang
(41,67%) mengeluh mual, dan 9 orang (37,5%) mengeluh nafsu makan dan
minum menurun. Serupa dengan keluhan nafsu makan dan minum berkurang,
sebanyak 9 orang (37,5%) mengeluh nyeri kepala. 9 orang (37,5%) positif dalam
uji tourniquet, 6 orang (25%) ditemukan terdapat ptekie dan 5 orang (20,83%)
mengeluh batuk. Masing-masing sebanyak 3 orang (12,5%), ada yang
mengeluh mengalami nyeri sendi, mencret, lemas, perut kembung, gatal, terdapat
bintik kemerahan ataupun BAB berwarna kehitaman. Sedangkan sebanyak 2 orang
(8,33%) mengeluh nyeri di belakang mata, dengan jumlah yang sama ada yang
mengeluh sesak napas, pilek ataupun episktaksis. Selanjutnya masing-masing
sebanyak 1 orang (4,16%) mengeluhkan muncul ruam pada tubuh setelah panas
turun, bernafas dengan cepat,meriang,dehidrasi, nadi lemah, bibir berdarah, rewel,
BAB tidak lancer dan keras,keringat dingin, nyeri seluruh badan ataupun kulit teraba
dingin.

Derajat keparahan penyakit (disease severity) DBD diklasifikasikan secara arbiter


sebagai kasus non shock dan kasus shock. Kasus non shock mencakup DBD derajat I dan
II, sedangkan kasus shock mencakup DBD derajat III dan IV yang disebut dengan DSS.
Manifestasi patologis sistem organ merupakan dampak dari infeksi virus dengue pada
DBD derajat III dan IV, yang dapat muncul dalam bentuk komplikasi seperti ensefalopati
dengue, kelainan hati, komplikasi iatrogenik, gagal ginjal akut, dan edema paru (Leovani
dkk., 2013).

7
1.7 Penatalaksanaan DHF
Penatalaksaan DHF menurut Hospital Care for Children (2016) sebagai berikut:
1. Penatalaksanaan Farmakologi
a. Berikan parasetamol bila demam. Jangan berikan asetosal atau ibuprofen
karena obat-obatan ini dapat merangsang terjadinya perdarahan.
b. Berikan infus sesuai dengan dehidrasi sedang
c. Berikan hanya larutan isotonik seperti Ringer laktat/asetat
d. Kebutuhan cairan parenteral Berat badan < 15 kg : 7 ml/kgBB/jam Berat badan
15-40 kg : 5 ml/kgBB/jam Berat badan > 40 kg : 3 ml/kgBB/jam
e. Pantau tanda vital dan diuresis setiap jam, serta periksa laboratorium
(hematokrit, trombosit, leukosit dan hemoglobin) tiap 6 jam
f. Apabila terjadi penurunan hematokrit dan klinis membaik, turunkan jumlah
cairan secara bertahap sampai keadaan stabil. Cairan intravena biasanya hanya
memerlukan waktu 24–48 jam sejak kebocoran pembuluh kapiler spontan
setelah pemberian cairan.
g. Apabila terjadi perburukan klinis berikan tatalaksana sesuai dengan tata
laksana syok terkompensasi (compensated shock).
2. Tatalaksana Demam Berdarah Dengue dengan Syok
a. Perlakukan hal ini sebagai gawat darurat. Berikan oksigen 2-4 L/menit secarra
nasal.
b. Berikan 20 ml/kg larutan kristaloid seperti Ringer laktat/asetat secepatnya.
c. Jika tidak menunjukkan perbaikan klinis, ulangi pemberian kristaloid 20
ml/kgBB secepatnya (maksimal 30 menit) atau pertimbangkan pemberian
koloid 10-20ml/kgBB/jam maksimal 30 ml/kgBB/24 jam.
d. Jika tidak ada perbaikan klinis tetapi hematokrit dan hemoglobin menurun
pertimbangkan terjadinya perdarahan tersembunyi; berikan transfusi
darah/komponen.
e. Jika terdapat perbaikan klinis (pengisian kapiler dan perfusi perifer mulai
membaik, tekanan nadi melebar), jumlah cairan dikurangi hingga 10
ml/kgBB/jam dalam 2-4 jam dan secara bertahap diturunkan tiap 4-6 jam
sesuai kondisi klinis dan laboratorium.
f. Dalam banyak kasus, cairan intravena dapat dihentikan setelah 36-48 jam.
Ingatlah banyak kematian terjadi karena pemberian cairan yang terlalu banyak
daripada pemberian yang terlalu sedikit.
8
3. Penatalaksanaan Non Farmakologi
a. Berikan anak banyak minum larutan oralit atau jus buah, air tajin, air sirup,
susu, untuk mengganti cairan yang hilang akibat kebocoran plasma, demam,
muntah/diare
b. Istirahat yang cukup
c. Kompres air hangat

Menurut Lestari (2016) terdapat penatalaksanaan DFH yang dapat dilakukan


berdasarkan adanya renjatan atau tidak ada renjatan, yaitu sebagai berikut :
a. DHF dengan tidak adanya renjatan
Pada kasus DHF terdapat rasa haus dan dehidrasi yang diakibatkan oleh
demam yang tinggi, anoreksia serta muntah. Karena hal ini pasien harus
banyak minum kurang lebih 1,5 liter/24 jam. Minuman dapat berupa air teh
atau sirup. Panas juga dapat di kompres menggunakan air hangat. Pemberian
infus dilakukan apabila klien:
1. Muntah dan sulit makan per oral. Serta muntah tersebut dapat
menimbulkan terjadinya dehidrasi dan asidosis.
2. Tingginya nilai hematokrit
b. DHF dengan renjatan
Untuk mengatasi renjatan tersebut dengan memberikan cairan Ringer Laktat
atau RL. Pada pasien dengan adanya renjayan berat, infus diberikan dengan
cara diguyur. Jika renjatan telah teratasi, kecepatan tetesan dikurangi menjadi
10 ml/kgBB/jam.

9
1.8 Pathway DHF

10
11
BAB II

ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian

1. Identitas
Nama, usia, alamat, agama, suku, no rekam medik, DHF dapat
menyerang orangdewasa maupun anak-anak terutama berumur <15
tahun yang tinggal di daerah Asia dengan iklim tropic
2. Keluhan utama
Klien biasanya mengalam demam
3. Riwayat penyakit sekarang
Demam mendadak selama 2-7 hari dan kemudian demam turun dengan
tanda lemah, kaki dan kulit, teraba dingin dan lembab, demam disertai
lemah, nafsu makan berkurang, muntah, nyeri pada anggota badan,
punggung, sendi, kepal dan perut.
4. Riwayat Penyakit terdahulu
Pasien yang pernah mengalami DHF bisa terulang kembali.
5. Riwayat Penyakit Keluarga
Keluarga juga dapat mengalami hal yang sama apabila mengalami
gejala-gejala DHF
6. Riwayat kesehatan keluarga
Area atau tempat yang sering dijadikan tempat nyamuk ini adalah
lingkungan yang kurang pencahayaan dan sinar matahari, banyak
genanagan air, vas dan barang bekas lainnya yang memicu terjadi
pekembangan nyamuh DHF ini.
7. ADL
a. Nutrisi : klien mengalami mual, munta, anoreksia
b. Aktifitas : adakah penurunan kemampuan melakukan aktivitas
fisik selamasakit
c. Istirahat tidur : klien dapat merasakan gangguan pola tidur hal
inidisebebkan oleh badan terasa panas, sakit kepa dan nyeri
d. Eliminasi : apat terjadi diare/ konstipasi
e. Personal hygiene: meraskan pegel diseluruh tubuh, panas dan
dapatmeningkatkan ketergantungan kebutuhan perawatan diri

12
8. Pemeriksaan
a) Keadaan umum : suhu tubuh meningkat (40oC) hipotensi, nadi cepat
danlemah
b) Kulit : terdapat bitnik kemerahan pada kulit
c) Kepala : mukosa mulut kering, perdarahan gusi
d) Dada: nyeri tekan epigastric, nafas cepat dans erring berat
e) Abdomen : klien mengalami rasa sakit di area abdomen
f) Anus / Gnetalia : terjadinya gangguan yaitu diare/ konstipasi
g) Ektermitas bawah : ektermitas teraba dingin, sianosis

B. Diagnosa

1. Hipertermia b.d respon peradangan dari reaksi antibody terhadap re-


infectionoleh virus dengue
2. Nyeri akut b.d iritasi terhadap ujung-ujung saraf oleh asam laktat karena
penimbunan asam laktat di jaringan
3. Intoleransi aktivitas b.d kelemahan dan energi berkurang akibat
metabolismanaerob karena suplai O2 ke jaringan tidak adekuat
4. Risiko defisit nutrisi b.d intake nutrisi kurang karena anoreksia serta
mualdan muntah
5. Risiko ketidakseimbangan elektrolit b.d mual dan muntah karena stimulasi
medulla vomiting akibat dari respon peradangan

13
C. Perencanaan/Nursing Care Plan
No. Diagnosis SLKI SIKI
Keperawatan
1. (D.0130) Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 Manajemen Hipertermia (1.15506)
Hipertermia jam diharapkan termoregulasi membaik dengan Observasi
kriteria hasil: 1. Identifikasi penyebab hipertermia (mis.
Termoregulasi (L.14134) Dehidrasi, terpapar lingkungan panas,
Skor saat Skor yang penggunaan inkubator)
Indikator ini ingin dicapai 2. Monitor suhu tubuh
Menggigil 1 5 3. Monitor kadar elektrolit
Kulit merah 1 5 Terapeutik
Suhu tubuh 1 5 4. Sediakan lingkungan yang dingin
Kadar glukosa darah 1 5 5. Longgarkan atau lepaskan pakaian
Tekanan darah 1 5 6. Berikan cairan oral
7. Lakukan pendinginan eksternal (mis.
Keterangan skor: Selimut hipotermia atau kompres dingin
1. Meningkat pada dahi, leher, dada, abdomen, aksila)
2. Cukup meningkat Edukasi
3. Sedang 8. Anjurkan tirah baring
4. Cukup menurun Kolaborasi
5. Menurun 9. Kolaborasi pemberian cairan dan
elektrolit intravena, jika perlu
1. Memburuk
2. Cukup memburuk
3. Sedang

14
4. Cukup membaik
5. Membaik

2. (D.0077) Nyeri akut Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 Manajemen Nyeri (1.08238)
jam diharapkan nyeri dengan kriteria hasil: Observasi
Tingkat Nyeri (L.08066) 1. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi,
Skor saat Skor yang frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
ingin 2. Identifikasi skala nyeri
Indikator ini
dicapai 3. Identifikasi respon nyeri non verbal
Gelisah 1 5 4. Identifikasi faktor yang memperberat
Kesulitan tidur 1 5 dan memperingan nyeri
Muntah 1 5 Terapeutik
Mual 1 5 5. Berikan teknik nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Keterangan skor: 6. Kontrol lingkungan yang memperberat
1. Menurun rasa nyeri
2. Cukup menurun 7. Fasilitasi istirahat dan tidur
3. Sedang Edukasi
4. Cukup meningkat 8. Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu
5. Meningkat nyeri
9. Jelaskan strategi meredakan nyeri
10. Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
11. Kolaborasi pemberian analgetic, jika
perlu

15
3. (D.0056) Intoleransi Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 Manajemen Energi (1.05178)
aktivitas jam diharapkan toleransi aktivitas sesuai dengan Observasi
kriteria hasil: 1. Identifikasi gangguan fungsi tubuh yang
Toleransi Aktivitas (L.05047) mengakibatkan kelelahan
Skor saat Skor yang 2. Monitor kelelahan fisik dan emosional
Indikator ini ingin dicapai 3. Monitor pola dan jam tidur
Frekuensi nadi 1 5 4. Monitor lokasi dan ketidaknyamanan
Kemudahan dalam 1 5 selama melakukan intervensi
melakukan aktivitas Terapeutik
seari-hari 5. Sediakan lingkungan nyaman dan rendah
Kekuatan tubuh 1 5 stimulus (mis. cahaya, suara, kunjungan)
bagian atas 6. Lakukan latihan rentang gerak pasif
Kekuatan tubuh 1 5 dan/atau aktif
bagian bawah 7. Berikan aktivitas distraksi yang
Keterangan skor: menenangkan
1. Menurun Edukasi
2. Cukup menurun 8. Anjurkan tirah baring
3. Sedang 9. Anjurkan melakukan aktifitas secara
4. Cukup meningkat bertahap
5. Meningkat Kolaborasi
10. Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara
meningkatkan asupan makanan

16
4. (D.0032) Risiko Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 Manajemen Nutrisi (1.03119)
defisit nutrisi jam diharapkan status nutrisi sesuai dengan kriteria Observasi
hasil: 1. Identifikasi status nutrisi
Status Nutrisi (L.03030) 2. Identifikasi alergi dan intoleransi
Skor saat Skor yang makanan
Indikator ini ingin dicapai 3. Identifikasi makanan yang disukai
Porsi makanan yang 1 5 4. Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis
dihabiskan nutrient
Kekuatan otot 1 5 5. Monitor asupan makanan
pengunyah 6. Monitor berat badan
Kekuatan otot 1 5 7. Monitor hasil pemeriksaan laboratorium
menelan Terapeutik
8. Lakukan oral hygiene sebelum makan,
Keterangan skor: jika perlu
1. Menurun 9. Sajikan makanan secara menarik dan
2. Cukup menurun suhu yang sesuai
3. Sedang 10. Berikan makanan tinggi serat untuk
4. Cukup meningkat mencegah konstipasi
5. Meningkat 11. Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi
protein
Edukasi
12. Anjurkan posisi duduk, jika mampu
Kolaborasi
13. Kolaborasi pemberian medikasi sebelum
makan, jika perlu
14. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk

17
menentukan jumlah kalori dan jenis
nutrient yang dibutuhkan, jika perlu

5. (D.0037) Risiko Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 Pemantauan Cairan (1.03121)
ketidakseimbangan jam diharapkan keseimbangan cairan sesuai dengan Observasi
elektrolit kriteria hasil: 1. Monitor frekuensi dan kekuatan nadi
Keseimbangan Cairan (L.03020) 2. Monitor frekuensi napas
Skor saat Skor 3. Monitor tekanan darah
Indikator ini yang 4. Monitor berat badan
ingin 5. Monitor elastisitas atau turgor kulit
dicapai 6. Monitor jumlah, warna dan berat jenis
Asupan cairan 1 5 urin
Haluaran urin 1 5 7. Monitor intake dan output cairan
Kelembaban 1 5 Terapeutik
membrane mukosa 8. Atur interval waktu pemantauan sesuai
Asupan makanan 1 5 dengan kondisi pasien
9. Dokumentasikan hasil pemantauan
Keterangan skor: Edukasi
1. Menurun 10. Jelaskan tujuan dan prosedur
2. Cukup menurun pemantauan
3. Sedang 11. Informasikan hasil pemantauan, jika
4. Cukup meningkat perlu
5. Meningkat

18
DAFTAR PUSTAKA

Candra, A., S. Pengajar, B. Ilmu, G. Fakultas, dan K. Universitas. 2019. Asupan gizi
dan penyakit demam berdarah/ dengue hemoragic fever (dhf). Asupan Gizi Dan
Penyakit Demam Berdarah/ Dengue Hemoragic Fever (Dhf). 7(2):23–31.
Dania, I. A. 2016. Gambaran penyakit dan vektor demam berdarah dengue (dbd).
Jurnal Warta. 48(April):1829–7463.
Jayawinata, M., M. Rusli, dan S. Yotopranoto. 2017. Hubungan perubahan jumlah
leukosit dengan derajat klinik penderita rawat inap dbd dewasa. JUXTA: Jurnal
Ilmiah Mahasiswa Kedokteran Universitas Airlangga. 9(1):14–19.
Khadijah, A. N. dan I. M. G. D. L. U. Utama. 2017. Gambaran gejala klinis demam
berdarah dengue pada anak di rsup sanglah, denpasar selama bulan januari-
desember 2013. E-Jurnal Medika. 6(11):92–97.
Leovani, V., L. P. Sembiring, dan Wiranto. 2013. Gambaran klinis dan komplikasi
pasien demam berdarah dengue derajat iii dan iv di bagian penyakit dalam rsud
arifin achmad provinsi riau periode 1 januari 2012–31 desember 2013. Journal of
Chemical Information and Modeling. 53(9):1689–1699.
Lestari, Titik, 2016. Asuhan Keperawatan Anak. Yogyakarta: Nuha Medika

Mayo Clinic. 2020. Dengue Fever. https://www.mayoclinic.org/diseases-


conditions/dengue-fever/symptoms-causes/syc-20353078 [Diakses
pada 10 Februari 2021].
Nisa, W. D., H. Notoatmojo, dan A. Rohmani. 2013. Karakteristik demam berdarah
dengue pada anak di rumah sakit roemani semarang. Jurnal Kedokteran
Muhammadiyah. 1(2):93–98.
Srinivas, V. dan V. R. Srinivas. 2015. Dengue fever: a review article. Journal of
Evolution of Medical and Dental Sciences. 4(29):5048–5058.
Wanti, R. Yudhastuti, H. B. Notobroto, S. Subekti, O. Sila, R. H. Kristina, dan F.
Dwirahmadi. 2019. Dengue hemorrhagic fever and house conditions in kupang
city, east nusa tenggara province. Kesmas. 13(4):177–182.

19
Lampiran

Pre Conference dengan dosen pembimbing dan presentasi LP DHF

20
LAPORAN KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN MASALAH


DENGUE HEMORRHAGIC FEVER (DHF)

Oleh :
Erwindyah Nur Widiyanti
NIM. 212311101039

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS JEMBER
2021
DAFTAR ISI

Daftar Isi ....................................................................................................................... i


Gambaran Kasus ............................................................................................... 1
Asuhan Keperawatan ........................................................................................ 1
A. Pengkajian ............................................................................................. 1
B. Analisa Data......................................................................................... 10
C. Diagnosa Keperawatan ......................................................................... 13
D. Intervensi Keperawatan ........................................................................ 15
E. Implementasi Keperawatan ................................................................... 20
F. Evaluasi Keperawatan........................................................................... 23
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 26
LAMPIRAN ..................................................................................................... 27

i
GAMBARAN KASUS

An. A (14 tahun) klien datang ke IGD RSUD Bekasi pada tanggal 11 Maret
2020 pukul 10.00 WIB dengan keluhan demam tinggi sejak hari Minggu pada
tanggal 8 Maret 2020 (demam hari ke 1) dan mual. Klien tidak mimisan, tidak
memiliki gusi berdarah, BAB dan BAK tidak ada keluhan. Diagnosa medis yang
muncul adalah DHF (DBD Derajat I). Saat di IGD, telah dilakukan tindakan
keperawatan seperti observasi keadaan umum, observasi tanda – tanda vital dengan
hasil kesadaran compos mentis, nadi 95x/menit, respirasi 20x/menit, suhu tubuh
37,8oC. Sedangkan tindakan kolaborasi seperti pemasangan infus RL 500 cc,
pemberian Paracetamol tablet 500 mg dan pemeriksaan laboratorium dengan hasil
hematologi darah rutin DHF, yaitu Leukosit 9,9 ribu/uL (5-10) ribu/uL,
Hemoglobin 12,0 g/dL (13-17,5) g/dL, Hematokrit 35,2% (40-54)%, Trombosit 136
ribu/uL (150-400) ribu/uL . Lalu pada pukul 16.27 WIB klien dikirim ke ruang
rawat anak Anggrek RSUD Bekasi. Saat di ruangan, masalah keperawatan yang
muncul adalah resiko tinggi hipertermi dan telah dilakukan tindakan keperawatan
seperti observasi keadaan umum, observasi tanda – tanda vital dengan hasil
kesadaran compos mentis, nadi 100x/menit, respirasi 22x/menit, suhu tubuh
36,8oC. Sedangkan tindakan kolaborasi yang dilakukan seperti pemberian cairan
RL 20 tetes permenit (tpm), dan pemberian obat Paracetamol 3 x ¾ tablet,
Ondancetron 3 x 3 mg. Sampai pada saat dilakukan pengkajian tanggal 11 Maret
2020 pukul 19.00 WIB klien masih dalam keadaan lemah

1
PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS JEMBER

FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN ANAK

Ruangan : Ruang Anggrek RSUD Bekasi


Tgl/Jam MRS : 11 Maret 2019 / 23.05 WIB
Dx. Medis : DHF
No. Register : 973xx
Sumber informasi : Klien dan keluarga

A. IDENTITAS ANAK
1. Nama : An.A
Nama Panggilan : Alif
Umur / Tgl. Lahir : 14 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki

2. Identitas orang Tua


Nama Ayah : Tn. B NamaIbu : Ny. T
Umur : 40 Tahun Umur : 36 Tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Suku : Jawa Suku : Jawa
Bahasa : Jawa -Indonesia Bahasa : Jawa -Indonesia
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Karyawan Pekerjaan : IRT
Penghasilan :- Penghasilan :-
Alamat : Bekasi Alamat : Bekasi

B. KELUHAN UTAMA
An. A (14 tahun) klien datang ke IGD RSUD Bekasi pada tanggal 11 Maret 2020
pukul 10.00 WIB dengan keluhan demam tinggi sejak hari Minggu pada tanggal 8
Maret 2020 (demam hari ke 1) dan mual

C. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG


An. A (14 tahun) klien datang ke IGD RSUD Bekasi pada tanggal 11 Maret
2020 pukul 10.00 WIB dengan keluhan demam tinggi sejak hari Minggu pada tanggal
8 Maret 2020 (demam hari ke 1) dan mual. Klien tidak mimisan, tidak memiliki gusi
berdarah, BAB dan BAK tidak ada keluhan. Diagnosa medis yang muncul adalah
DHF (DBD Derajat I). Saat di IGD, telah dilakukan tindakan keperawatan seperti

1
observasi keadaan umum, observasi tanda – tanda vital dengan hasil kesadaran
compos mentis, nadi 95x/menit, respirasi 20x/menit, suhu tubuh 37,8oC. Sedangkan
tindakan kolaborasi seperti pemasangan infus RL 500 cc, pemberian Paracetamol
tablet 500 mg dan pemeriksaan laboratorium dengan hasil hematologi darah rutin
DHF, yaitu Leukosit 9,9 ribu/uL (5-10) ribu/uL, Hemoglobin 12,0 g/dL (13-17,5)
g/dL, Hematokrit 35,2% (40-54)%, Trombosit 136 ribu/uL (150-400) ribu/uL . Lalu
pada pukul 16.27 WIB klien dikirim ke ruang rawat anak Anggrek RSUD Bekasi.
Saat di ruangan, masalah keperawatan yang muncul adalah resiko tinggi hipertermi
dan telah dilakukan tindakan keperawatan seperti observasi keadaan umum, observasi
tanda – tanda vital dengan hasil kesadaran compos mentis, nadi 100x/menit, respirasi
22x/menit, suhu tubuh 36,8oC. Sedangkan tindakan kolaborasi yang dilakukan seperti
pemberian cairan RL 20 tetes permenit (tpm), dan pemberian obat Paracetamol 3 x ¾
tablet, Ondancetron 3 x 3 mg. Sampai pada saat dilakukan pengkajian tanggal 11
Maret 2020 pukul 19.00 WIB klien masih dalam keadaan lemah

2
D. RIWAYAT KESEHATAN DAHULU
1. Penyakit yang pernah diderita
-
2. Riwayat operasi
Ibu klien mengatakan bahwa klien tidak pernah melakukan operasi apapun
3. Riwayat Alergi
Ibu klien mengatakan bahwa klien tidak mempunyai riwayat alergi
4. Riwayat Imunisasi
Ibu klien mengatakan An. A sudah melakukan imunisasi lengkap sewaktu masih
bayi

E. RIWAYAT PERINATAL
1. Antenatal
Ibu klien menjelaskan bahwa selama kehamilan pada trimester I mengalami mual
dan muntah.
2. Intra Natal
Proses persalinan normal dibantu dengan bidan dan ibu klien tidak mengalami
pendarahan, klien lahir dengan keadaan sehat segera menangis dengan BBL 3200
gr, dan seluruh tubuh klien bewarna kemerahan
3. Post Natal
Klien tidak mengalami kelainan fisik dan gejala sakit apapun
F. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA
GENOGRAM

Tn. B Ny. T

An. A

3
Keterangan :
: Laki-laki
: Perempuan
: Menikah
: Anak kandung
: Pasien
: Tinggal serumah

G. PEMERIKSAAN TINGKAT PERKEMBANGAN (Menggunakan


KPSP)
a. Adaptasi sosial
Klien dapat berkomunikasi dengan baik dengan ayah dan ibu
b. Motorik kasar
Normal
c. Motorik halus
Normal
d. Bahasa
Klien mampu berbicara dengan bahasa indonesia dengan lancar
H. POLA FUNGSI KESEHATAN
1. Pola Persepsi dan Tata laksana kesehatan
Keluarga klien tau apabila merasa sakit segera memeriksakan diri ke pusat
pelayanan kesehatan
2. Pola Nutrisi & Metabolisme
Antropometri
Usia: 14 Tahun
BB: 38 Kg
TB: 153 cm
IMT:16,23 (Berat badan kurang), Ideal : 18,5-25
Biomedical Sign
Leukosit 9,9 ribu/uL (Normal 5-10) ribu/uL, Hemoglobin 12,0 g/dL (Normal 13-
17,5) g/dL, Hematokrit 35,2% (Normal 40-54)%, Trombosit 136 ribu/uL
(Normal 150-400) ribu/uL)

4
Clinical Sign
kulit teraba hangat, membran mukosa kering, turgor kulit tidak elastis,
konjungtiva anemis, tampak lemas
Diet Pattern
Ibu mengatakan anaknya susah makan, Ibu mengatakan anaknya malas minum,
Ibu mengatakan anak hanya minum kurang lebih 1000 ml/ 24 jam, Ayah
mengatakan anaknya makan hanya sedikit, An. A mengatakan nafsu makannya
menurun, An. A mengatakan agak mual, An. A mengatakan lemas, An. A
mengatakan pusing,

3. Pola eliminasi
BAK BAB
Frekuensi Tidak terkaji Tidak terkaji
Jumlah Tidak terkaji Tidak terkaji
Warna Tidak terkaji Tidak terkaji
Bau Tidak terkaji Tidak terkaji
Karakter Tidak terkaji Tidak terkaji
BJ Tidak terkaji Tidak terkaji
Alat bantu - -
Kemandirian Mandiri Mandiri
Lainnya - -

4. Pola aktifitas / bermain (termasuk kebersihan diri)


Aktivitas harian (Activity Daily Living)
Kemampuan perawatan diri 0 1 2 3 4
Makan/minum √
Toileting √
Berpakaian √
Mobilitas ditempat tidur √
Berpindah √
Ambulasi/ROM √
Ket:
0: tergantung total
1: bantuan petugas dan alat
2: bantuan petugas
3: bantuan alat

5
4: mandiri

5. Pola istirahat tidur :


Menurut ibunya klien terbiasa tidur ± 6 - 7 jam setiap harinya tanpa
gangguan dan tanpa terbangun pada saat tidur.

6. Pola kognitif dan sensori

Klien mengatakan dapat mengingat sesuatu dengan jelas, dapat melihat


semua objek yang ada disekitarnya yaitu tidak mengalami gangguan pada
penglihatan (kabur), pendengaran berfungsi dengan baik, indra penciuman
berfungsi dengan baik, dan fungsi indra peraba klien baik karena klien dapat
merasakan rangsangan.

7. Pola Persepsi diri

Tidak terkaji

8. Pola hubungan peran

Keluarga klien mengatakan klien masih memiliki hubungan baik dengan


orang tua dan teman sebaya di sekolah

9. Pola seksualitas

Klien adalah anak laki-laki usia 14 tahun

10. Pola mekanisme koping

Tidak terkaji

11. Personal nilai dan kepercayaan


Ibu klien mengatakan An. A selalu melakukan kewajibannya sebagai umat
beragama islam.
I. PEMERIKSAAN FISIK
1. Status kesehatan umum
Keadaan Umum :
Anak tampak lemah

6
Kesadaran:
compos mentis, nadi 110x/menit, respirasi 22x/menit, suhu tubuh 37,8oC
Tanda-tanda vital :
- Tekanan darah : 110/70 mmHg
- Suhu : 37,8o C
- Nadi : 110 x/menit
- RR : 22 x/menit
- Panjang badan : -
- Lingkar kepala : -
- Lingkar dada :-
- Berat badan lahir : 3200 gram
- Berat badan saat ini : 38 kg
- Tinggi badan saat ini 153 cm

2. Kepala
I : Bentuk kepala simetris, tidak ada benjolan, rambut hitam tersebar merata,
distribusi rambut merata, tidak terdapat luka
P : Tidak ada nyeri tekan dan benjolan
3. Hidung
I : Tidak terpasang oksigen, cuping hidung (-)
P : Tidak ada nyeri tekan, bersih
4. Telinga
I : Telinga simetris kiri dan kanan
P : Tidak ada nyeri tekan, kotoran/ serumen pada telinga (-)
5. Mata
I : Konjungtiva anemis, sclera ikterus(-), isokor, warna sklera putih
6. Mulut
I : Mukosa bibir tampak kering, pucat, warna lidah merah , gigi bersih
7. Leher
I: Tidak ada pembesaran kelenjar getah bening, tidak ada lesi dan jejas,
P: Tidak teraba benjolan, tidak ada nyeri tekan

7
8. Thorax / dada
Paru
I : Dada mengembang simetris, otot bantu nafas (+), tampak retraksi dinding
dada, RR 110 x/menit dan nafas ireguler
Pa : Dada mengembang dan mengempis cepat dan pendek
Pe : Suara sonor
A : Tidak ada suara nafas tambahan
Jantung
I : Kedua dada mengembang dengan simetris dan tidak terlihat ictus cordis
Pa : Tidak ada nyeri tekan, ictus cordis tidak teraba
Pe : Suara jantung pekak, tidak ada pembesaran
A : Tidak ada suara jantung tambahan
Payudara dan Ketiak
I : Tidak terdapat lesi, tidak ada pembengkakan pada ketiak dan klavikula,
puting tidak menonjol dan areola berwarna coklat muda.
P : Tidak terdapat nyeri tekan
9. Abdomen
I : Perut cekung,
A : Bising usus 38x/menit
Pe : Suara timpani
Pa : Tidak ada nyeri tekan, tidak ada hepatomegali dan tidak ada
slpenomegali
10. Keadaan punggung
I : Simetris, tidak ada deformitas, tidak ada lesi
P : Tidak ada benjolan
11. Ekstremitas
Ekstremitas atas
I : Kedua tangan dan jari lengkap, kondisi jari bersih, tidak ada cacat dan
kedua tangan tampak fleksi.
Pa : Tidak ada nyeri tekan, akral hangat, tidak ada oedema
Ekstremitas bawah

8
I : Kaki lengkap dan jari kaki lengkap, jari bersih, tidak ada lesi dan jejas,
tidak cacat, kedua kaki tampak abduksi
Pa : Tidak ada nyeri tekan, akral hangat, tidak ada oedema.
12. Kulit
I: Kulit kering, tipis dan hangat dan suhu tubuh 37,8oC
P: Turgor kulit tidak elastis
13. Genetalia & Anus
I : Tidak ada lesi, jejas atau tonjolan pada area genital dan anus

J. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
- Laboratorium
Tanggal 11/03/2020
Pemeriksaan Darah Normal Hasil
Hemoglobin 13-17,5 g/dL 12,0 g/dL
Hematokrit 40-54% 35,2%
Trombosit 150-400 ribu/uL 136 ribu/uL
Leukosit 9.000-30.000 mm³ 9.900 mm³

K. TERAPI
- Oksigen :
No Jenis Terapi Dosis dan Rute Pemberian
1. Infus NaCl 0,9% 20 tpm dan IV
2. Paracetamol 3x3/4 tablet dan oral
3. Ondancentron 3x3 mg dan oral

9
B. ANALISA DATA
No. Data Etiologi Masalah
1. DS: Gigitan nyamuk Aides Aegypty Hipertermia
1. Ibu An. A mengatakan anak ↓ (D.0130)
demam sejak hari minggu (± Gigitan nyamuk masuk dalam
4 hari yang lalu) hospes
2. Ayah mengatakan badan ↓
anaknya terasa hangat Degradasi jaringan Tubuh
3. Ibu mengatakan anak hanya ↓
minum kurang lebih 1000 Pelepasan toksin oleh virus
ml/24 jam ↓
4. An.A mengatakan pusing Fagositosis virus oleh leukosist,
DO: limfosit, makrofag
1. Anak tampak lemas ↓
2. Konjungtiva anemis Pelepasan IL1, prostaglandin E2
3. Suhu tubuh : 37,8oC kedalam cairan tubuh
4. Nadi 110x/menit (takikardia) ↓
5. Kulit teraba hangat Merangsang Hipotalamus
6. Terpasang infus RL 20 tpm di ↓
tangan kiri Hipertermi
2. DS: Gigitan nyamuk Aides Aegypty Risiko
1. Ibu mengatakan anaknya ↓ Hipovolemia
malas minum Gigitan nyamuk masuk dalam (D.0034)
2. Ibu mengatakan anak hanya aliran darah
minum kurang lebih 1000 ↓
ml/ 24 jam Pelepasan peptida
3. An. A mengatakan agak ↓
mual dan lemas Peningkatan permeabilitas
DO: dinding pembuluh darah

10
1. Anak tampak lemas ↓
2. Membran mukosa kering Kebocoran plasma ke ruang
3. Turgor kulit tidak elastis ekstraseluler
4. Suhu tubuh : 37,8oC ↓
5. Nadi 110x/menit Kekurangan volume plasma
6. Adanya peningkatan /cairan
produksi urine ↓
Risiko Hipovolemia

3. DS: Gigitan nyamuk Aides Aegypty Defisit Nutrisi


1. Ibu mengatakan anaknya ↓ (D.0019)
susah makan Gigitan nyamuk masuk dalam
2. Ibu mengatakan anaknya aliran darah
malas minum, Ibu ↓
mengatakan anak hanya Mekanisme tubuh untuk
minum kurang lebih 1000 melawan virus
ml/ 24 jam ↓
3. Ayah mengatakan anaknya Peningkatan asam lambung
makan hanya sedikit ↓
4. An. A mengatakan nafsu Mual &Muntah
makannya menurun, An. A ↓
mengatakan agak mual, Defisit Nutrisi
lemas, dan pusing.
DO:
1. Anak tampak lemas
2. Membran mukosa kering
3. Turgor kulit tidak elastis
4. Suhu tubuh : 37,8oC
5. Nadi 110x/menit
6. Makan habis ¼ porsi

11
7. BB: 38 kg & TB: 153 cm
8. IMT: 16,23 (Bb
kurang/kurus)

12
C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Tanggal Diagnosa Keperawatan (SDKI) Paraf dan
Perumusan Nama
27/10/2021 Hipertermia b.d Proses penyakit d.d Ibu An. A
mengatakan anak demam sejak hari minggu (± 4 hari),
anak tampak lemas, konjungtiva anemis, suhu tubuh :
Erwindyah
o
37,8 C, Nadi 110x/menit, akral hangat
27/10/2021 Risiko hipovolemia b.d peningkatan permeabilitas kapiler
d.d Ibu mengatakan anaknya malas minum, Ibu
mengatakan anak hanya minum kurang lebih 1000 ml/ 24
jam, anak tampak lemas, membran mukosa kering, Turgor Erwindyah
kulit tidak elastis, suhu tubuh : 37,8oC,Nadi 110x/menit,
adanya peningkatan produksi urine
27/10/2021 Defisit nutrisi b.d intake nutrisi kurang d.d An. A
mengatakan nafsu makannya menurun, An. A
mengatakan agak mual, lemas, dan pusing, anak tampak
Erwindyah
lemas, membran mukosa kering, turgor kulit tidak elastis,
suhu tubuh : 37,8oC, nadi 110x/menit, makan habis ¼
porsi

13
Pathway

14
D. INTERVENSI KEPERAWATAN
No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi (SIKI) Rasional Paraf &
(SDKI) (SLKI) Nama
1. Hipertermia Tujuan : Setelah dilakukan asuhan Manajemen Hipertermia 1. Untuk mengatasi
(D.0130) keperawatan 2x24 jam peningkatan I. 15506 hipertermia yang dialami
suhu tubuh klien dapat diturunkan. Observasi klien
Termoregulasi (L.14134) 1. Identifikasi penyebab 2. Untuk memantau Erwindyah
Indikator Awal Tujuan hipertermia kondisi suhu tubuh klien
Pucat 2 4 2. Monitor suhu tubuh 3. Untuk mengetahui
Takikardi 2 4 3. Monitor kadar elektrolit kondisi kesehatan klien
Suhu tubuh 2 4 4. Untuk mempercepat
Suhu kulit
2 4 Terapeutik penurunan demam
4. Longgarakan atau 5. Untuk menghindari
Keterangan:
lepaskan pakaian dehidrasi
1: meningkat
5. Berikan cairan oral 6. Untuk mempercepat
2: cukup meningkat
penurunan suhu
3: sedang
Edukasi 7. Sebagai obat penurun
4: cukup menurun
6.Anjurkan tirah baring panas
5.menurun

15
Kolaborasi
7.Kolaborasi pemberian
cairan elektrolit intravena
& obat penurun panas
paracetamol
2. Risiko Tujuan : Setelah dilakukan asuhan Pemantauan Cairan I.
1. Untuk mengetahui
Hipovolemia keperawatan 2x24 jam hipovolemia 03121
kondisi kesehatan
(D.0034) klien dapat diturunkan. Observasi
klien tetap stabil
Status Cairan (L.03028) Erwindyah
1. Monitor frekuensi dan
Indikator Awal Tujuan 2. Untuk menjaga
kekuatan nadi
Output urin 5 2 (cukup kesehatan klien
2. Monitor tekanan darah
menurun) dalam rentang
3. Monitor elastisitas dan
Frekuensi 2 4 (cukup normal
turgor kulit
nadi
membaik) 4. Monitor intake dan 3. Untuk mengecek
2 4 (cukup keseimbangan
Membran
output cairan
membaik) 5. Identifikasi tanda-tanda cairan dalam tubuh
mukosa
2 4 (cukup hipovolemia 4. Untuk mencegah
membaik)
Intake (mis.frekuensi nadi resiko kekurangan
2 4 (cukup
cairan meningkat, nadi teraba

16
membaik) lemah, tekanan darah cairan
Suhu tubuh menurun, tekanan nadi
5. Untuk langkah awal
menyempit, turgor kulit
mempercepat
menurun, membran
mengatasi
mukosa kering, volume
hipovolemia
urin menurun, hematokrit
6. Untuk mengawasi
meningkat, haus, lemah,
proses pemantauan
konsentrasi urin
kondisi pasien
meningkat, bb menurun
dalam waktu singkat) 7. Untuk memberikan
edukasi kepada
Terapeutik pasien
6. Atur interval waktu
pemantauan sesuai dengan
kondisi pasien

Edukasi
7.Jelaskan tujuan dan
prosedur pemantauan

17
3. Defisit Tujuan : Setelah dilakukan asuhan Manajemen Nutrisi I. 1. Untuk mengetahui
Nutrisi keperawatan 2x24 jam nutrisi klien 03119 status nutrisi klien
(D.0019) dapat ditingkatkan. Observasi sebelum diberikan
Status Nutrisi (L.03030) 1. Identifikasi status intervensi Erwindyah
Indikator Awal Tujuan nutrisi 2. Untuk mempermudah
Porsi makan 2 4 (cukup 2. Identifikasi makanan klien mau makan
yang meningkat) yang disukai 3. Untuk menilai
dihabiskan
3. Monitor asupan makanan yang adekuat
2 4 (cukup makanan 4. Untuk mengetahui
Pengetahuan
meningkat) 4. Monitor berat badan status gizi pasien
tentang
standar 5. Untuk menarik
asupan Terapeutik perhatian klien agar mau
2 4 (cukup
nutrisi yang 5. Sajikan makanan secara makan
tepat membaik) menarik dan suhu yang 6. Untuk menentukan
2 4 (cukup sesuai nutrisi dan kalori yang
Nafsu membaik)
tepat untuk pasien
makan
Kolaborasi
6.Kolaborasi dengan ahli

18
Membran gizi untuk menentukan
mukosa jumlah kalori dan jenis
nutrisi yang dibutuhkan

19
E. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
No Tanggal/jam No Dx IMPLEMENTASI Paraf dan nama
1. Kamis, 28 1 Manajemen Hipertermia I. 08238
Oktober 2021 1. Mengidentifikasi penyebab hipertermia salah
satunya disebabkan dehidrasi

2. Memonitor suhu tubuh klien dan memeriksan ttv Erwindyah


klien

3. Memonitor kadar elektrolit dengan melakukan tes


laboratorium untuk mengetahui kadar elektrolit di
tubuh klien

4. Melonggarkan atau melepaskan pakaian klien yang


ketat dengan mengganti pakaian yang tipis dan
longgar

5. Memberikan cairan oral yaitu dengan mengajurkan


kepada keluarga klien untuk meningkatkan
konsumsi air serta kebutuhan asupan nutrisi sehat
lainnya seperti konsumsi makan sayur, lauk, buah-
buahan

20
6. Menganjurkan tirah baring bedrest total dengan
memberikan suasana yang nyaman

7. Mengkolaborasikan pemberian cairan elektrolit


intravena melakukan pemasangan Infus dan
memberikan cairan Infus NaCl 0,9% 20 tpm

8. Memberikan obat penurun panas paracetamol


3x3/4 tablet via oral
2. Kamis, 28 2 Pemantauan Cairan I. 03121
Oktober 2021 1. Memonitor frekuensi dan kekuatan nadi dan Tekanan
darah anak
2. Memonitor elastisitas dan turgor kulit klien
3. Memonitor intake dan output cairan pada klien
Erwindyah
4. Mengobservasi tanda-tanda hipovolemia (mis.frekuensi
nadi meningkat, nadi teraba lemah, tekanan darah menurun,
tekanan nadi menyempit, turgor kulit menurun, membran
mukosa kering, volume urin menurun, hematokrit
meningkat, haus, lemah, konsentrasi urin meningkat, bb
menurun dalam waktu singkat)

21
5. Menganjurkan klien banyak minum
3. Kamis, 28 3 Manajemen Nutrisi I. 03119
Oktober 2021 1. Mengkaji pola makan klien
2. Mengkaji makanan yang disukai klien
3. Mengkaji adanya mual dan muntah
4. Menimbang berat badan klien
Erwindyah
5. Menyiapkan makanan yang menarik dan suhu yang sesuai
6. Memberikan obat ondancentron 3x3 mg via oral untuk
menurunkan rasa mual
7. Melakukan kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan
jumlah kalori dan jenis nutrisi yang tepat untuk klien.

22
F. EVALUASI KEPERAWATAN
Tgl Diagnosa Evaluasi Nama Perawat/Mhs

Kamis, 28 Hipertermia S:
Oktober (D.0130)
2021 - Ibu klien mengatakan bahwa
An. A masih lemas

- Ibu klien mengatakan An.A Erwindyah


hanya minum 1000 ml/24
jam

- Klien mengatakan sudah


memahami hal-hal yang
mempercepat penurunan
suhu pada anak yaitu
dengan tirah baring,
melonggarkan pakaian dan
memberikan obat
paracetamol 3x3/4 tablet via
oral
O:
- Klien tampak lemas
- Membrane mukosa kering
- Kulit teraba hangat
- Nadi : 110x/menit
- S : 37,8˚x/menit
- RR : 20x/menit
- CRT <2 detik
- Hb 12,0 gr/dL
- Trombosit 136
ribu/uL

A:
- Masalah hipertermia
belum teratasi
P:
- Lanjutkan intervensi
mengenai periksa tanda-
tanda vital, memberikan
asupan cairan oral, dan
obat penurun panas
paracetamol

23
Kamis, 28 Risiko Hipovolemia S:
Oktober (D.0034) - Ibu mengatakan bahwa
2021 anak malas minum dan
hanya minum 1000 ml/24
jam

- Ibu klien mengatakan bahwa Erwindyah


An. A masih lemas

- Ibu memahami dan


mengatakan akan
menganjurkan anak banyak
minum

O:
- Konjungtiva anemis
- Klien tampak lemas
- Membrane mukosa kering
- Kulit teraba hangat
- Turgor kulit tidak elastis
- Nadi : 110x/menit
- S : 37,8˚x/menit
- RR : 20x/menit
- CRT <2 detik
-
A : Masalah risiko hipovolemia
belum teratasi
P : lanjutkan intervensi mengenai
Monitor TTV, elastisitas dan
turgor kulit klien, intake dan
output cairan

24
Kamis, 28 Defisit Nutrisi
Oktober S:
(D.0019)
2021
- Ibu klien mengatakan An.A
susah makan

- An.A mengatakan nafsu Erwindyah


makannya menurun karena
lauk tidak cocok, klien
menyukai ayam goreng

- An.A mengatakan agak


mual dan lemas serta pusing

- Ibu klien memahami dan


akan memberikan tablet
ondancentron 3x3mg via
oral untuk mengatasi mual

O:
- An. A makan 3x sehari
dengan habis porsi ¼ tiap
makan
- BB klien 38 Kg
- TB klien 153 cm
- IMT 16,23 (Kurus)
- Anak tampak lemas
- Mukosa bibir kering
- BMR aktual: 1252 kkal
- Kebutuhan kalori harian:
1503 kkal

A : Masalah defisit nutrisi belum


teratasi

P : Lanjutkan intervensi mengenai


pola makan klien, mengkaji
adanya mual dan muntah,
menimbang berat badan klien,
memberikan ondancentron untuk
mengurangi rasa mual, kolaborasi
dengan ahli gizi terkait jumlah
kalori dan nutrisi yang tepat untuk
klien

25
DAFTAR PUSTAKA

Dian Haerani, S. N. 2020. Asuhan keperawatan pada anak dengan demam berdarah
dengue: sebuah studi kasus. Buletin Kesehatan. 4(2):80–97.

PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia : Definisi dan Indikator


Diagnostik Edisi I. Jakarta: DPP PPNI.

PPNI. 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan Edisi I. Jakarta: DPP PPNI.

PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia : Definisi dan Tindakan


Keperawatan Edisi I. Jakarta: DPP PPNI

26
LAMPIRAN

Post Conference dengan Dosen Pembimbing (Ns.Ira)

27
80

Asuhan Keperawatan Pada Anak Dengan Demam Berdarah Dengue:


Sebuah Studi Kasus
Dian Haerani1, Siti Nurhayati2
1
Program Studi Diploma III Keperawatan, Akademi Keperawatan Pasar Rebo
2
Departemen Keperawatan Anak, Akademi Keperawatan Pasar Rebo
Jl. Tanah Merdeka No. 16, 17, 18 Jakarta Timur
dian.haerani98@gmail.com
Sitioffice19@gmail.com

Abstrak
Demam berdarah dengue (DBD), merupakan masalah kesehatan masyarakat cenderung mengalami
peningkatan kejadian dan penyebarannya. DBD dapat menyebabkan berbagai komplikasi, yaitu kerusakan
susunan sistem saraf pusat, kerusakan hati, resiko syok, kematian. Total sampel yang digunakan pada
populasi target dalam penelitian ini adalah anak laki-laki berusia 14 tahun, agama Islam, suku bangsa Jawa,
pendidikan Sekolah Menengah Pertama, bahasa yang digunakan Bahasa Indonesia. Dari penelitian ini
didapatkan tiga diagnosa keperawatan utama yaitu resiko hipovolemia berhubungan dengan permeabilitas
membran kapiler meningkat, resiko terjadinya perdarahan berhubungan dengan trombositopenia,
hipertermia berhubungan dengan viremia. Dalam pembahasan pengkajian yang terdiri dari etiologi,
manifestasi klinis, komplikasi, pemeriksaan diagnostik dan penatalaksanaan medis. Pada pengkajian faktor
pendukung yaitu keluarga yang kooperatif dalam memberikan informasi penyakit klien, sedangkan kendala
yang ditemukan yaitu saat dikaji anak kurang kooperatif, tidak peduli sehingga sulit didapatkan informasi
langsung dari anak.
Kata kunci : demam berdarah dengue, asuhan keperawatan, anak

Abstract
Dengue hemorrhagic fever (DHF), a public health problem, tends to experience an increase in its incidence
and spread. DHF can cause various complications: damage of the central nervous and liver, risk of shock,
death. The total sample used in the target population in this study was a boy 14 years old, Islam, Javanese
ethnicity, junior high school education, Indonesian language. From this study, three main nursing diagnoses
were obtained, namely the risk of hypovolemia associated with capillary membrane permeability increases,
the risk of bleeding is associated with thrombocytopenia, hyperthermia is associated with viremia. In the
discussion of the assessment consisting of etiology, clinical manifestations, complications, diagnostic tests
and medical management. In the assessment of supporting factors, namely cooperative families in providing
information, while the constraints found were when he were not cooperative, didn’t care so it was difficult
to get information directly.
Keywords: dengue hemorrhagic fever, nursing care, children.

Buletin Kesehatan Vol.4 No.2 Agustus-Desember 2020 ISSN: 2614-8080 EISSN: 2746-5810
81

Pendahuluan 2016 kembali mengalami kenaikan yang


DBD merupakan salah satu masalah signifikan menjadi 39.487 kasus (Dinkes
kesehatan masyarakat di Indonesia yang DKI Jakarta, 2016). Pada tahun 2017
semakin hari cenderung meningkat kasus DBD di DKI Jakarta berjumlah
kejadian dan penyebarannya 3.350 kasus, dengan jumlah kematian
(Widoyono, 2011). Prevalensi penderita sebanyak 1 orang. Angka kesakitan
DBD berdasarkan data World Health DBD yaitu 32,29 per 100.000 penduduk
Organization (WHO) adalah terdapat atau sebesar 0,03% (Kementerian
sekitar 2,5 milyar orang di dunia Kesehatan RI, 2018). Di wilayah Jawa
beresiko terinfeksi virus dengue Barat data kasus DBD pada tahun 2017
terutama di daerah tropis maupun berjumlah 11.422, pada tahun 2018
subtropis, dengan perkiraan 500.000 berjumlah 11.458 dan pada tahun 2019
orang memerlukan rawat inap setiap menurun menjadi 8.593 kasus.
tahunnya dan 90% dari penderitanya Sedangkan jika dilihat dari data kasus
ialah anak – anak yang berusia kurang DBD pada bulan Juni 2019 kabupaten
dari 15 tahun (WHO, 2011). Pada tahun atau kota di Jawa Barat berdasarkan data
2013 dilaporkan terdapat sebanyak 235 yang tertinggi yaitu, Bandung sebanyak
juta kasus di Amerika (WHO, 2014). Di 1.783 kasus, Kab. Bogor sebanyak 825
Negara dengan 2 musim, virus ini paling kasus, Cirebon sebanyak 742 kasus,
endemik. Di wilayah Asia, DBD banyak Cimahi sebanyak 613 kasus, Kota Bogor
dijumpai di Cina Selatan, Pakistan, sebanyak 551 kasus, Sumedang
India, dan seluruh Kawasan Asia sebanyak 548 kasus dan Bekasi
Tenggara (Widoyono, 2011). sebanyak 480 kasus (Dinkes Provinsi
Jawa Barat, 2019).
Prevalensi penderita DBD di Indonesia
pada tahun 2013 jumlah kabupaten atau Kasus kematian DBD terbanyak dialami
kota di Indonesia yang terjangkit DBD anak – anak. Kondisi ini disebabkan
sebanyak 412 kabupaten atau kota dan daya tahan tubuh anak yang belum
meningkat menjadi 433 kabupaten atau sempurna. Perawatan DBD yang belum
kota pada tahun 2014 (Kementerian memadai dan gejala klinis yang
kesehatan RI, 2015). Di DKI Jakarta memberat dapat berakibat gangguan
pada tahun 2015 kasus DBD menurun pembuluh darah dan hati. Pasien dapat
menjadi 11.905 kasus, dan pada tahun

Buletin Kesehatan Vol.4 No.2 Agustus-Desember 2020 ISSN: 2614-8080 EISSN: 2746-5810
82

mengalami perdarahan masif, syok parenteral sesuai indikasi dan


hingga kematian (Hanifah, 2011). memberikan obat antipiretik sesuai
Dengan melihat prevalensi dan akibat indikasi (Nursalam, 2013). Peran
yang disebabkan dari penyakit DBD rehabilitatif perawat dapat
maka peran perawat sangatlah menganjurkan untuk banyak beristirahat
dibutuhkan dalam merawat penderita dan memotivasi kepada keluarga untuk
DBD. Peran perawat meliputi empat berperilaku hidup bersih dan sehat.
aspek, diantaranya peran promotif,
preventif, kuratif dan rehabilitatif. Peran Perumusan Masalah
promotif yaitu dengan memberikan Dari identifikasi masalah tersebut, maka
edukasi terkait pentingnya menerapkan dapat disusun pertanyaan peneliti
Pola Hidup Bersih Sehat (PHBS) dan sebagai berikut “Bagaimana Asuhan
memberikan nutrisi sesuai kecukupan Keperawatan pada An. A dengan
gizi anak. Menurut Kementerian Demam berdarah dengue (DBD) di
kesehatan RI (2016) peran preventif ruang Anggrek RSUD dr. Chasbullah
adalah dengan menerapkan tentang tata Abdulmadjid Kota Bekasi?”.
laksana Pemberantasan Sarang Nyamuk
(PSN) 3M Plus dengan Gerakan satu Tujuan Penelitian
rumah satu jumantik (Juru Pemantau Tujuan penelitian ini adalah untuk
Jentik) serta menjaga rumah agar tetap memperoleh pengalaman secara nyata
bersih dan rapi, hindari menggantung dalam pemberian asuhan keperawatan
pakaian di dalam rumah dan rajin anak dengan masalah DBD.
membersihkan tempat – tempat yang
dapat menjadi genangan air. Peran Metode Penulisan
kuratif, perawat dapat melakukan Desain Penelitian
tindakan mandiri dan kolaboratif dalam Penelitian ini merupakan penelitian
pemberian asuhan keperawatan seperti deskriptif yang menguraikan tentang
memberi asupan nutrisi yang bergizi dan asuhan keperawatan yang diberikan
cairan yang adekuat, memantau tanda – kepada Anak dengan diagnosa medis
tanda dehidrasi, memantau tanda – tanda Demam berdarah dengue (DBD) di
perdarahan, menganjurkan tirah baring, ruang Anggrek RSUD dr. Chasbullah
memantau hasil trombosit, memantau Abdulmadjid Kota Bekasi.
tanda – tanda vital, memberikan cairan

Buletin Kesehatan Vol.4 No.2 Agustus-Desember 2020 ISSN: 2614-8080 EISSN: 2746-5810
83

Pengertian Klasifikasi
Menurut Lestari (2016), Demam Menurut Suriadi (2010) dan WHO
berdarah dengue (DBD) atau dengue (2011), DBD diklasifikasikan menjadi
haemorhagic fever (DHF) adalah empat, yaitu :
penyakit pada anak dan dewasa yang 1. Derajat I : Demam dengan gejala
disebabkan oleh virus dengan nonspesifik, perdarahan spontan, uji
manifestasi demam akut, perdarahan, tourniquet positif, trombositopenia,
nyeri otot dan sendi. Infeksi Dengue dan hemokonsentrasi.
merupakan infeksi Arbovirus (Artropod 2. Derajat II : Gejala pada derajat I
Born Virus) akut yang ditularkan oleh diikuti perdarahan spontan dikulit
nyamuk Aedes Aegepty atau oleh Aedes atau perdarahan lain.
Albopictus. Demam berdarah dengue 3. Derajat 3 : Ditemukan tanda
(DBD) atau dengue haemorhagic fever kegagalan sirkulasi, berupa nadi
(DHF), penyakit infeksi akibat virus cepat & lemah, tekanan darah
dengue (arbovirus) yang menginvasi menurun (<20 mmHg) dengan kulit
tubuh melalui gigitan nyamuk Aedes dingin, lembab, dan iritabel
Aegypty. 4. Derajat 4 : Renjatan syok berat, nadi
sulit diraba serta tekanan darah sulit
Gejala DBD berupa demam, nyeri otot diukur
atau nyeri sendi yang disertai
leucopenia, ruam, limfadenopati, Etiologi
trombositopenia dan diatesis hemoragik. Menurut Widoyono (2011) dan Suriadi
Selanjutnya akan terjadi perembesan (2010), DBD diakibatkan virus dengue
plasma yang ditandai dengan dari kelompok arthropod-borne virus.
hemokonsentrasi (peningkatan Ada empat serotipe yaitu DEN-1, DEN-
hematokrit) atau penumpukan cairan 2, DEN-3, dan DEN-4, yang ditularkan
dirongga tubuh. Bila kondisi ini terus melalui nyamuk Aedes Aegypti.
berlangsung akan muncul Sindrom Nyamuk ini berkembang biak di wilayah
renjatan dengue (dengue shock tropis dan bersarang pada genangan air.
syndrome) yaitu demam berdarah Semua tipe ada di Indonesia dan DEN-3
dengue yang ditandai oleh renjatan atau merupakan serotipe terbanyak. Infeksi
syok (Sudoyo, 2014; Suriadi, 2010). akibat satu serotip akan menimbulkan
antibodi yang terbentuk terhadap

Buletin Kesehatan Vol.4 No.2 Agustus-Desember 2020 ISSN: 2614-8080 EISSN: 2746-5810
84

serotipe yang sama, sehingga tidak dapat Trombositopenia, gangguan fungsi


memberikan perlindungan yang trombosit serta kelainan sistem
memadai terhadap serotipe yang lain. koagulasi (Ngastiyah, 2014).
Seseorang yang menetap di wilayah Virus masuk ke tubuh melalui gigitan
endemis dengue dapat terinfeksi oleh 3 nyamuk aedes aegepty, timbullah
atau 4 serotipe selama hidupnya. viremia yang mengakibatkan penderita
Keempat serotipe virus dengue dapat mengalami demam, sakit kepala, mual,
ditemukan diberbagai daerah di nyeri otot atau pegal – pegal di seluruh
Indonesia (Sudoyo, 2014). tubuh. Selain itu muncul ruam atau
bintik – bintik merah pada kulit,
Patofisiologi hiperemia tenggorokan atau mungkin
Virus dengue yang telah masuk ke tubuh terjadi pembesaran kelenjar getah
penderita akan menimbulkan viremia. bening, dan hati (hepatomegali).
Viremia memicu pengatur suhu di Kemudian reaksi virus bersama antibodi
hipotalamus untuk melepaskan zat membentuk kompleks virus antibody
bradikinin, serotinin, trombin, histamin yang akan mengaktivasi sistem
hingga peningkatan suhu. Selain itu komplemen dalam sirkulasi. Kondisi ini
viremia menyebabkan pelebaran pada akan mengaktivasi C3 dan C5 yang
dinding pembuluh darah yang membuat selanjutnya akan melepaskan C3a dan
perpindahan cairan dan plasma dari C5a hingga memicu histamin sebagai
intravascular ke interstitial sehingga mediator kuat peningkatan permeabilitas
muncullah hipovolemia. Penurunan dinding kapiler pembuluh darah. Dengan
trombosit terjadi akibat dari turunnya demikian timbul perpindahan plasma ke
produksi trombosit akibat dari antibodi ruang ekstraseluler. Perembesan plasma
melawan virus (Murwani, 2011). ini menyebabkan kekurangan volume
Selain itu Trombositopenia disebabkan plasma, maka timbul hipotensi,
oleh peningkatan destruksi trombosit. hemokonsentrasi, hipoproteinemia,
Etiologi dari kondisi ini tidak diketahui, efusi serta renjatan (syok).
namun diduga ada beberapa faktor Hemokonsentrasi (peningkatan
pemicunya seperti adanya virus dengue, hematokrit >20%) mengindikasikan
komponen aktif sistem komplemen, adanya kebocoran (perembesan) plasma.
serta kerusakan sel endotel. Penyebab Dengan demikian menjadi penting
utama perdarahan pada DBD yaitu untuk memonitor nilai hematokrit

Buletin Kesehatan Vol.4 No.2 Agustus-Desember 2020 ISSN: 2614-8080 EISSN: 2746-5810
85

sebagai acuan pemberian cairan bening, hingga muncul tanda renjatan


intravena (Nursalam, 2013). (sianosis, kulit lembab & dingin,
Perembesan plasma ke ekstra vaskuler hipotensi, agitasi, pengisian kapiler >2
dibuktikan dengan adanya peningkatan detik, nadi cepat dan lemah).
cairan di rongga serosa (rongga
peritonium, pleura, dan pericardium) Komplikasi
melebihi pemberian cairan intravena. Menurut Soedarto (2012), komplikasi
Oleh karena itu setelah kebocoran DBD ada tujuh, yaitu komplikasi
plasma teratasi, pemberian cairan susunan sistem saraf pusat (SSP) yang
intravena harus dikurangi untuk dapat berbentuk konvulsi, kaku kuduk,
mencegah munculnya edema paru dan perubahan kesadaran dan varises,
gagal jantung. Kondisi sebaliknya juga ensefalopati yaitu komplikasi neurologik
tidak boleh terjadi, jika tidak mendapat yang terjadi akibat pemberian cairan
cukup cairan, pasien akan mengalami hipotonik yang berlebihan, infeksi,
perburukan bahkan bisa terjadi renjatan. kerusakan hati, kerusakan otak, resiko
Renjatan atau hipovolemia yang syok, kematian.
berlangsung lama akan berakibat
anoksia jaringan, asidosis metabolik dan Penatalaksanaan Medis
kematian (Murwani, 2011). Tatalaksana terapi anak yang mengalami
DBD berupa terapi suportif dan
Manifestasi Klinis simptomatik. Terapi suportif meliputi
Menurut Suriadi (2010), manifestasi upaya penggantian cairan tubuh karena
klinis penderita DBD adalah demam dehidrasi. Sedangkan terapi simptomatik
tinggi selama 5 sampai 7 hari, ada beberapa jenis yang diberikan salah
perdarahan terutama dibawah kulit; satunya adalah terapi antipiretik
ptekie, ekhimosis, hematoma, epitaksis, (Andriani, 2014).
hematemesis, melena, hematuria, mual,
muntah, tidak nafsu makan, diare, Konsep Tumbuh Kembang Remaja
konstipasi, nyeri otot, tulang sendi, Pertumbuhan
abdomen, ulu hati, sakit kepala, dan Menurut Kyle & Carman (2015), pada
pembengkakan sekitar mata. Selain itu fase remaja awal (usia 11-14 tahun)
dapat pula terjadi hepatomegali, karakteristik seks sekunder mulai
pembesaran limpa dan kelenjar getah tampak, seperti penonjolan payudara

Buletin Kesehatan Vol.4 No.2 Agustus-Desember 2020 ISSN: 2614-8080 EISSN: 2746-5810
86

pada remaja perempuan, pembesaran Kecemasan disebabkan oleh faktor


testis pada remaja laki – laki, petugas (perawat, dokter atau tenaga
pertumbuhan rambut ketiak, atau rambut kesehatan lainnya), dan lingkungan
pubis. Karakteristik seks sekunder ini (lingkungan baru maupun lingkungan
terpenuhi lengkap ditahap remaja keluarga pendamping perawatan).
pertengahan (usia 14-17 tahun) serta Meskipun dampak tersebut tidak
remaja akhir (usia 17-20 tahun). Struktur dirasakan langsung oleh anak, namun
dan pertumbuhan reproduktif hampir secara psikologis anak merasakan
komplit dan remaja telah matang secara perubahan perilaku orang tua selama
fisik. mendampingi di RS. Akibatnya
mempengaruhi proses penyembuhan
Perkembangan karena anak semakin stres. Selain itu
Menurut Suriadi (2010), ada dua tahap pasien mengalami kegoncangan jiwa dan
perkembangan yaitu perkembangan mudah terserang penyakit lain, karena
kognisi dan perkembangan adanya penekanan sistem imun akibat
sosioemosional. stres. Anak akan merasa nyaman
bersama dukungan sosial dari keluarga,
Dampak Hospitalisasi lingkungan perawatan yang terapeutik,
Pengertian Hospitalisasi serta sikap perawat yang peduli dan
Menurut Mendri & Prayogi (2017), hangat sehingga mampu mendorong
hospitalisasi merupakan keadaan yang proses pemulihan.
mengharuskan anak tinggal di rumah
sakit, menjalani terapi dan perawatan Asuhan Keperawatan
karena suatu alasan yang berencana 1. Pengkajian Keperawatan
maupun kondisi darurat. Tinggal di Menurut Nursalam (2013) dan
rumah sakit dapat menimbulkan stres Suriadi (2010), pengkajian yang
bagi anak-anak, remaja, dan keluarga muncul pada pasien dengan Demam
mereka. berdarah dengue (DBD) adalah :
identitas pasien, keluhan utama,
Dampak Hospitalisasi pada Anak riwayat penyakit sekarang, riwayat
Menurut Nursalam (2013), hospitalisasi penyakit yang pernah diderita,
anak akan mengakibatkan kecemasan riwayat imunisasi, riwayat gizi,
serta stres di semua tingkat usia. kondisi lingkungan, pola kebiasaan,

Buletin Kesehatan Vol.4 No.2 Agustus-Desember 2020 ISSN: 2614-8080 EISSN: 2746-5810
87

pemeriksaan fisik, sistem integumen, 3. Perencanaan Keperawatan


dan pemeriksaan diagnostik. Perencanaan keperawatan adalah
tindakan keperawatan yang dipilih
2. Diagnosa Keperawatan untuk membantu klien dalam
Diagnosa keperawatan yang mencapai hasil dan tujuan yang
ditemukan pada pasien dengan DBD diharapkan (Doenges, Moorhouse &
berdasarkan Nursalam (2013) dan Geissler, 2012). Menurut Nursalam
Tim pokja SDKI DPP PPNI (2016), (2013) dan Tim pokja SIKI DPP
adalah: PPNI (2018), perencanaan
1. Hipertemia berhubungan dengan keperawatan pada kasus DBD yaitu:
proses penyakit (virus dalam a. Diagnosa 1 : Hipertermia
darah/viremia). berhubungan dengan proses
2. Hipovolemia berhubungan penyakit (virus dalam
dengan peningkatan darah/viremia).
permeabilitas kapiler. Kriteria hasil : Tanda – tanda
3. Defisit nutrisi berhubungan vital dalam batas normal (suhu
dengan faktor psikologi tubuh : 36,5 – 37,5oC, nadi : 80-
(keengganan untuk makan), 100x/menit, tekanan darah :
anoreksia, intake inadekuat. 110/70 – 120/80mmHg) dan
4. Resiko tinggi terjadinya anak tidak lemah.
perdarahan berhubungan dengan Rencana tindakan:
trombositopenia. 1) Identifikasi penyebab
5. Resiko tinggi syok hipovolemik hipertermi (mis. dehidrasi,
berhubungan dengan kurangnya terpapar lingkungan panas,
volume cairan tubuh akibat penggunaan inkubator)
perdarahan. 2) Monitor suhu tubuh
6. Intoleransi aktivitas 3) Monitor haluaran urine
berhubungan dengan kelemahan. 4) Monitor komplikasi akibat
7. Defisit pengetahuan hipertermi
berhubungan dengan kurang 5) Sediakan lingkungan yang
terpapar informasi informasi. dingin
6) Ganti linen setiap hari atau
lebih sering jika mengalami

Buletin Kesehatan Vol.4 No.2 Agustus-Desember 2020 ISSN: 2614-8080 EISSN: 2746-5810
88

hyperhidrosis (keringat laboratorium (Hematokrit)


berlebih) 7) Kolaborasi : terapi cairan
7) Lakukan pendinginan parenteral sesuai program
eksternal (mis. selimut c. Diagnosa 3 : Devisit nutrisi
hipotermia atau kompres berhubungan dengan faktor
pada dahi, leher, dada, psikologis (keengganan untuk
abdomen dan aksila) makan), anoreksia, intake in
8) Anjurkan klien untuk tirah adekuat.
baring atau bedrest Kriteria hasil : Berat badan
9) Kolaborasi : terapi obat stabil dalam batas normal, tidak
sesuai indikasi ada mual dan muntah, nafsu
b. Diagnosa 2 : Hipovolemia makan meningkat, makan habis 1
berhubungan dengan porsi, dan hb dalam batas normal
peningkatan permeabilitas (13,0-17,5 g/dL).
kapiler. Rencana tindakan :
Kriteria hasil : Membran 1) Kaji pola makan klien
mukosa lembab, turgor kulit 2) Kaji makanan kesukaan klien
elastis, suhu normal (36,5- 3) Kaji adanya mual dan
37,5oC), dan balance cairan muntah
seimbang. 4) Anjurkan pada keluarga
Rencana tindakan : memberi makan sedikit
1) Kaji keadaan umum namun sering.
2) Awasi masukan, haluaran 5) Timbang berat badan 2 hari
dan monitor intake output. sekali
3) Pantau TTV anak (TD, nadi, 6) Kolaborasi dengan ahli gizi
suhu) secara berkala. dalam pemberian diit yang
4) Observasi status hidrasi (mis. tepat.
kulit kering, membran 7) Kolaborasi terkait hasil
mukosa, turgor kulit) dan laboratorium terutama
pengisian kapiler hemoglobin
5) Anjurkan klien banyak 8) Kolaborasi dengan dokter
minum terkait pemberian obat anti
6) Kolaborasi : pantau hasil mual sesuai indikasi

Buletin Kesehatan Vol.4 No.2 Agustus-Desember 2020 ISSN: 2614-8080 EISSN: 2746-5810
89

d. Diagnosa 4 : Resiko tinggi minum, dan personal hygiene


terjadinya perdarahan (mandi, menggosok gigi, dan
berhubungan dengan keramas).
trombositopenia. Rencana tindakan :
Kriteria hasil : Tanda-tanda 1) Kaji kebutuhan klien.
vital dalam batas normal, jumlah 2) Kaji hal-hal yang mampu
trombosit klien meningkat, dan dilakukan klien berhubungan
tidak terjadi epitaksis, melena, dengan kelemahan fisiknya.
dan hematemesis. 3) Berikan lingkungan yang
Rencana tindakan: tenang dan batasi
1) Monitor tanda – tanda pengunjung.
perdarahan 4) Bantu klien memenuhi
2) Monitor tanda – tanda vital kebutuhan aktivitas sehari-
3) Anjurkan klien untuk banyak hari klien sesuai tingkat
istirahat keterbatasan klien seperti
4) Anjurkan klien untuk mandi, makan, dan eliminasi.
meningkatkan cairan dan 5) Pantau tanda – tanda vital
nutrisi klien
5) Berikan penjelasan pada f. Diagnosa 6 : Resiko tinggi
keluarga untuk segera syok hipovolemik berhubungan
melaporkan jika dengan kurangnya volume cairan
6) ada tanda – tanda perdarahan. tubuh akibat perdarahan.
7) Kolaborasi : pantau hasil Kriteria hasil : Tanda-tanda
periksaan laboratorium vital dalam batas normal,
terutama keadaan umum baik, dan syok
8) trombosit, hematokrit dan hipovolemik tidak terjadi.
hemoglobin. Rencana tindakan :
e. Diagnosa 5 : Intoleransi 1) Monitor keadaan umum
aktivitas berhubungan dengan kilen.
kelemahan. 2) Observasi tanda-tanda vital.
Kriteria hasil : Keadaan umum 3) Monitor tanda-tanda
membaik, kebutuhan sehari-hari perdarahan.
terpenuhi seperti : makan,

Buletin Kesehatan Vol.4 No.2 Agustus-Desember 2020 ISSN: 2614-8080 EISSN: 2746-5810
90

4) Anjurkan keluarga/klien 2) Kaji latar belakang


untuk segera melapor jika pendidikan klien dan
ada tanda-tanda perdarahan. keluarga.
5) Segera puasakan jika terjadi 3) Jelaskan tentang proses
perdarahan saluran penyakit, diit, perawatan,
pencernaan. obat-obatan pada klien
6) Perhatikan keluhan klien dengan bahasa yang mudah
seperti pusing, lemah, dimengerti.
ekstremitas dingin, sesak 4) Berikan kesempatan pada
nafas. klien/keluarga untuk
7) Kolaborasi berikan terapi bertanya sesuai dengan
cairan intravena jika terjadi penyakit yang dialami.
perdarahan. 5) Gunakan leaflet atau gambar-
8) Kolaborasi terkait monitor gambar dalam bentuk
Hb, Ht, Trombosit penjelasan.
9) Berikan transfusi sesuai
instruksi dokter. 4. Pelaksanaan Keperawatan
g. Diagnosa 7 : Defisit Menurut Kozier, Erb, Berman &
pengetahuan berhubungan Snyder (2011), pelaksanaan
dengan kurang terpapar keperawatan adalah inisiatif dari
informasi. rencana tindakan untuk mencapai
Kriteria hasil : Pengetahuan tujuan yang spesifik. Tahap ini
klien atau keluarga tentang disebut juga tahapimplementasi
proses penyakit, diit, perawatan yang dimulai dengan menyusun
dan obat penderita DBD rencana tindakan, lalu dilakukan
meningkat, klien atau keluarga sesuai perencanaan. Hal ini perlu
mampu menjelaskan kembali. untuk membantu klien mencapai
Rencana tindakan : tujuan yang diharapkan
1) Kaji tingkat pengetahuan (meningkatkan kesehatan, mencegah
klien/keluarga tentang penyakit, memulihkan kesehatan
penyakit DHF. serta memfasilitasi koping).

Buletin Kesehatan Vol.4 No.2 Agustus-Desember 2020 ISSN: 2614-8080 EISSN: 2746-5810
91

5. Evaluasi Keperawatan Beringin II RT 03 RW 003 Kranji


Menurut Kozier, Erb, Berman & Bekasi Barat 17135.
Snyder (2011), evaluasi merupakan
fase akhir dari proses keperawatan, 2. Resume
meliputi aktivitas yang An. A (14 tahun) klien datang ke
direncanakan, berkelanjutan dan IGD RSUD Bekasi pada tanggal 11
terarah. Evaluasi menjadi penting Maret 2020 pukul 10.00 WIB dengan
dalam asuhan keperawatan keluhan demam tinggi sejak hari
mengingat kesimpulan yang ditarik Minggu pada tanggal 8 Maret 2020
dari evaluasi akan menentukan (demam hari ke 1) dan mual. Klien
keberlanjutan dari perencanaan: tidak mimisan, tidak memiliki gusi
apakah perlu dimodifikasi, diakhiri, berdarah, BAB dan BAK tidak ada
atau bahkan dilanjutkan. keluhan. Diagnosa medis yang
muncul adalah DHF (DBD Derajat
TINJAUAN KASUS I). Saat di IGD, telah dilakukan
Pengkajian Keperawatan tindakan keperawatan seperti
1. Identitas klien observasi keadaan umum, observasi
Nama klien An. A, nama panggil tanda – tanda vital dengan hasil
Alif (14 tahun) jenis kelamin laki- kesadaran compos mentis, nadi
laki, lahir di Bekasi, 24 April 2005, 95x/menit, respirasi 20x/menit, suhu
agama Islam, suku bangsa Jawa, tubuh 37,8oC. Sedangkan tindakan
bahasa yang digunakan adalah kolaborasi seperti pemasangan infus
bahasa Indonesia dan pendidikan RL 500 cc, pemberian Paracetamol
Sekolah Menengah Pertama. tablet 500 mg dan pemeriksaan
Nama Ibu klien Ny. T (36 tahun), laboratorium dengan hasil
pendidikan terakhir SMA, pekerjaan hematologi darah rutin DHF, yaitu
ibu rumah tangga, agama Islam, suku Leukosit 9,9 ribu/uL (5-10) ribu/uL,
bangsa Jawa. Nama ayah klien Tn. B Hemoglobin 12,0 g/dL (13-17,5)
(40 tahun), pendidikan terakhir g/dL, Hematokrit 35,2% (40-54)%,
SMA, pekerjaan karyawan swasta, Trombosit 136 ribu/uL (150-400)
agama Islam, suku bangsa Jawa. ribu/uL. Lalu pada pukul 16.27 WIB
Klien dan orang tua tinggal di Jalan klien dikirim ke ruang rawat anak
Anggrek RSUD Bekasi. Saat di

Buletin Kesehatan Vol.4 No.2 Agustus-Desember 2020 ISSN: 2614-8080 EISSN: 2746-5810
92

ruangan, masalah keperawatan yang Ibu An. A mengatakan anak demam


muncul adalah resiko tinggi sejak hari minggu (± 4 hari), Ayah
hipertermi dan telah dilakukan mengatakan badan anaknya terasa
tindakan keperawatan seperti hangat, Ibu mengatakan khawatir akan
observasi keadaan umum, observasi kondisi anaknya, Ayah mengatakan
tanda – tanda vital dengan hasil tidak mengetahui penyebab anaknya
kesadaran compos mentis, nadi sakit, Ayah mengatakan tidak
100x/menit, respirasi 22x/menit, mengetahui penyebab anaknya sakit, Ibu
suhu tubuh 36,8oC. Sedangkan mengatakan anaknya susah makan, Ibu
tindakan kolaborasi yang dilakukan mengatakan anaknya malas minum, Ibu
seperti pemberian cairan RL 20 tetes mengatakan anak hanya minum kurang
permenit (tpm), dan pemberian obat lebih 1000 ml/ 24 jam, Ayah mengatakan
Paracetamol 3 x ¾ tablet, anaknya makan hanya sedikit, An. A
Ondancetron 3 x 3 mg. Sampai pada mengatakan nafsu makannya menurun,
saat dilakukan pengkajian tanggal 11 An. A mengatakan agak mual, An. A
Maret 2020 pukul 19.00 WIB klien mengatakan lemas, An. A mengatakan
masih dalam keadaan lemah. pusing, dan Ayah mengatakan anaknya
tidak bisa sekolah karena dirawat di
Prosedur dan Pengumpulan Data rumah sakit.
Pengumpulan data dilakukan dengan Data Objektif
mengumpulkan data dengan wawancara Ibu tampak bingung dan khawatir, anak
langsung pada klien, observasi dari tampak lemah, suhu tubuh : 37,8oC, nadi
pemeriksaan fisik secara langsung 110x/menit, indeks massa tubuh (IMT) :
kepada klien, hasil pemeriksaan 16,23, kulit teraba hangat, membran
diagnostik dan data-data yang mukosa kering, turgor kulit tidak elastis,
dikumpulkan. Sehingga penulis konjungtiva anemis, makan habis ¼
mendapatkan data subjektif dan data porsi, trombosit 136 ribu/uL, hematokrit
objektif. 35,2%, hemoglobin 12,0 g/dL, tes
tourniquet : terdapat sedikit bintik pada
Pengolahan dan Data Fokus lengan kanan, terpasang infus RL 20 tpm
Pengolahan data dilakukan dengan ditangan kiri.
tahapan sebagai berikut:
Data Subjektif

Buletin Kesehatan Vol.4 No.2 Agustus-Desember 2020 ISSN: 2614-8080 EISSN: 2746-5810
93

komplikasi yang terdapat pada teori


tidak ditemukan pada kasus. Pada kasus
Hasil Penelitian dan Pembahasan pemeriksaan diagnostik yang sudah
Hasil Penelitian sesuai dengan teori, yaitu pemeriksaan
Hasil analisis penelitian yang laboratorium hemoglobin, hematokrit,
dilaksanakan pada tanggal 9 – 14 Maret trombosit dan leukopenia.
2020 adalah sebagai berikut : resiko Penatalaksanaan medis yang telah
hipovolemia berhubungan dengan diberikan dan sesuai dengan teori, yaitu
permeabilitas membran kapiler terapi suportif berupa pergantian cairan
meningkat, resiko terjadinya perdarahan intravena, terapi simptomatik berupa
berhubungan dengan trombositopenia, terapi antipiretik, pemberian makanan
hipertermia berhubungan dengan lunak, dan tirah baring.
viremia, defisit nutrisi berhubungan
dengan faktor psikologis (keengganan Diagnosa Keperawatan
untuk makan), resiko infeksi Dalam tinjauan teori ada 7 (tujuh)
berhubungan dengan efek prosedur diagnosa keperawatan, 5 (lima)
invasif, ansietas berhubungan dengan diantaranya sudah sesuai dan muncul
dampak hospitalisasi. pada kasus, yaitu resiko hipovolemia
berhubungan dengan permeabilitas
Pembahasan membran kapiler meningkat, resiko
Pengkajian terjadinya perdarahan berhubungan
Pembahasan pengkajian meliputi dengan trombositopenia, hipertermia
etiologi, manifestasi klinik, komplikasi, berhubungan dengan viremia, defisit
pemeriksaan diagnostik dan nutrisi berhubungan dengan faktor
penatalaksanaan medis. Dari hasil psikologis (keengganan untuk makan),
pengkajian etiologi DBD pada teori ansietas berhubungan dengan dampak
sama dengan etiologi pada kasus yaitu, hospitalisasi. Diagnosa keperawatan
disebabkan oleh virus dengue yang yang ada pada teori tetapi tidak muncul
ditularkan melalui nyamuk Aedes pada kasus adalah resiko tinggi syok
Aegypti. Manifestasi klinik yang ada hipovolemik berhubungan dengan
pada kasus sudah sesuai dengan teori kurangnya volume cairan tubuh akibat
yaitu demam tinggi selama 5 – 7 hari, perdarahan, intoleransi aktivitas
mual, tidak nafsu makan. Seluruh berhubungan dengan kelemahan, defisit

Buletin Kesehatan Vol.4 No.2 Agustus-Desember 2020 ISSN: 2614-8080 EISSN: 2746-5810
94

pengetahuan berhubungan dengan trombin, histamin) dan menyebabkan


kurang terpapar informasi. terjadinya demam, hal ini dibuktikan
Pada diagnosa keperawatan resiko dengan adanya peningkatan suhu pada
hipovolemia berhubungan dengan kasus an.A. Pada diagnosa keperawatan
permeabilitas membran kapiler defisit nutrisi berhubungan dengan
meningkat ditegakkan karena virus faktor psikologis (keengganan untuk
dengue yang masuk ke tubuh penderita makan) ditegakkan karena virus dengue
akan menimbulkan viremia yang yang telah masuk ke tubuh penderita
menyebabkan pelebaran pada dinding akan menimbulkan viremia yang
pembuluh darah dan akan menyebabkan mengakibatkan penderita mengalami
perpindahan cairan dan plasma dari mual dan dapat menyebabkan terjadinya
intravascular ke interstitial atau ekstra nutrisi yang tidak adekuat, hal ini
seluler yang dapat menyebabkan dibuktikan dengan adanya keluhan mual
hipovolemia, hal ini dibuktikan dengan dan hilang nafsu makan pada kasus an.A.
adanya peningkatan produksi urine pada Pada diagnosa keperawatan ansietas
kasus an.A. Pada diagnosa keperawatan berhubungan dengan dampak
resiko terjadinya perdarahan hospitalisasi ditegakkan karena menurut
berhubungan dengan trombositopenia konsep hospitalisasi, tinggal di rumah
ditegakkan karena melihat sifat virus sakit dapat menimbulkan stres bagi
dengue yang dapat mengakibatkan anak-anak, remaja, dan keluarga mereka,
penurunan produksi trombosit sebagai hal ini dibuktikan dengan timbulnya
reaksi dari antibodi melawan virus dan kekhawatiran orang tua pada kasus an.A.
berbahaya bila terjadi perdarahan, hal ini Pada diagnosa keperawatan resiko tinggi
dibuktikan dengan adanya syok hipovolemik berhubungan dengan
trombositopenia pada kasus an.A. kurangnya volume cairan tubuh akibat
Pada diagnosa keperawatan hipertermia perdarahan tidak muncul pada kasus
berhubungan dengan viremia ditegakkan karena data kurang mendukung
karena virus dengue yang telah masuk ke dibuktikan dengan tanda – tanda vital
tubuh penderita akan menimbulkan klien yang masih dalam batas normal
viremia. Hal tersebut akan menimbulkan serta tidak ditemukan tanda – tanda
reaksi oleh pusat pengatur suhu di perdarahan berlebih seperti ptekie,
hipotalamus sehingga menyebabkan ekhimosis, hematoma, epitaksis,
(pelepasan zat bradikinin, serotinin, hematemesis, melena, hematuria. Pada

Buletin Kesehatan Vol.4 No.2 Agustus-Desember 2020 ISSN: 2614-8080 EISSN: 2746-5810
95

diagnosa keperawatan intoleransi pelaksanaan yang dilakukan sudah


aktivitas berhubungan dengan sesuai dengan perencanaan yang telah
kelemahan tidak muncul pada kasus disusun, sehingga tidak ada kesenjangan
karena data kurang mendukung antara teori dan kasus.
dibuktikan dengan klien mengatakan Pada tahap pelaksanaan keperawatan
masih mampu berjalan normal serta hipertermia berhubungan dengan
tidak ditemukan tanda – tanda seperti viremia terdapat intervensi yang tidak
perubahan tekanan darah drastis, denyut dilakukan yaitu melakukan pendinginan
jantung lemah atau meningkat, dan eksternal (mis. selimut hipotermia atau
sianosis serta sesak. Pada diagnosa kompres pada dahi, leher, dada,
keperawatan defisit pengetahuan abdomen dan aksila) dan mengganti
berhubungan dengan kurang terpapar linen setiap hari atau lebih sering jika
informasi tidak muncul pada kasus mengalami hyperhidrosis (keringat
karena data yang kurang mendukung berlebih). Pada tahap pelaksanaan
dibuktikan dengan pendidikan orang tua keperawatan defisit nutrisi berhubungan
yang tidak rendah. Diagnosa dengan faktor psikologis (keengganan
keperawatan yang tidak terdapat pada untuk makan) terdapat intervensi yang
teori tetapi muncul pada kasus, yaitu tidak dilakukan yaitu menimbang berat
resiko infeksi berhubungan dengan efek badan 2 hari sekali dan kolaborasi
prosedur invasif dibuktikan dengan saat dengan ahli gizi terkait diit yang tepat.
dikaji klien terpasang infus pada tangan Pada tahap pelaksanaan keperawatan
kiri. resiko infeksi berhubungan dengan efek
prosedur invasif terdapat intervensi yang
Pelaksanaan Keperawatan tidak dilakukan yaitu kolaborasi :
Pelaksanaan keperawatan adalah memberikan obat antibiotik. Pada tahap
tindakan nyata dari intervensi pelaksanaan keperawatan ansietas
keperawatan yang telah disusun untuk berhubungan dengan dampak
mencapai tujuan dan hasil yang hospitalisasi terdapat intervensi yang
diharapkan dari asuhan. Pada diagnosa tidak dilakukan yaitu memonitor tanda –
resiko hipovolemia berhubungan dengan tanda vital terkait kecemasan dan
permeabilitas membran kapiler mengajarkan teknik relaksasi
meningkat; resiko terjadinya perdarahan pengendalian diri.
berhubungan dengan trombositopenia;

Buletin Kesehatan Vol.4 No.2 Agustus-Desember 2020 ISSN: 2614-8080 EISSN: 2746-5810
96

Evaluasi Keperawatan tekanan darah menurun, gelisah,


Pada tahap evaluasi keperawatan capillary refill lebih dari dua detik, nadi
terdapat 3 (tiga) diagnosa keperawatan cepat dan lemah). Seluruh komplikasi
yang sudah teratasi yaitu resiko yang terdapat pada teori tidak ditemukan
terjadinya perdarahan berhubungan pada kasus. Pemeriksaan penunjang
dengan trombositopenia, hipertermia yang terdapat pada teori namun tidak
berhubungan dengan viremia, ansietas ditemukan pada kasus, yaitu
berhubungan dengan dampak pemeriksaan IgG dengue positif,
hospitalisasi. Sedangkan terdapat 3 pemeriksaan kimia darah, urine, AGD
(tiga) diagnosa keperawatan yang belum dan SGOT/SGPT. Penatalaksanaan
teratasi yaitu, resiko hipovolemia medis yang terdapat pada teori sudah
berhubungan dengan permeabilitas sesuai dengan kasus sehingga tidak
membran kapiler meningkat, defisit terjadi kesenjangan.
nutrisi berhubungan dengan faktor
psikologis (keengganan untuk makan), Daftar Pustaka
resiko infeksi berhubungan dengan efek Adriana. (2013). Tumbuh kembang dan
terapi bermain pada anak. Jakarta :
prosedur invasif.
Salemba Medika.

Dinas Kesehatan DKI Jakarta. (2016).


Simpulan
Standar penanggulangan demam
Dari hasil pengkajian keperawatan, berdarah dengue. Jakarta.
kasus DBD yang dialami klien
Doengoes, M.E. (2012). Rencana
disebabkan oleh virus dengue yang asuhan keperawatan. Jakarta : EGC.
ditularkan melalui nyamuk Aedes
Kementerian Kesehatan RI. (2015).
Aegypti. Manifestasi klinik yang Profil kesehatan Indonesia 2014. Jakarta
: Kementerian Kesehatan RI.
terdapat pada teori namun tidak
ditemukan pada kasus, yaitu perdarahan Kementerian Kesehatan RI. (2018).
Profil kesehatan Indonesia 2017. Jakarta
terutama dibawah kulit yaitu ptekie,
: Kementerian Kesehatan RI.
ekhimosis, hematoma, epitaksis,
Kyle, T., & Carman, S. (2015). Buku
hematemesis, melena, hematuria, diare,
ajar keperawatan pediatri. (penerjemah
konstipasi, pembengkakan sekitar mata, : Devi Yulianti). Jakarta : EGC.
pembesaran hati, limpa, dan kelenjar
Kozier, Erb, Berman, & Snyder. (2011).
getah bening, dan tanda renjatan Buku ajar fundamental keperawatan :
(sianosis, kulit lembab dan dingin, konsep, proses,dan praktik. Edisi 7
Volume 1. Jakarta : EGC.
Buletin Kesehatan Vol.4 No.2 Agustus-Desember 2020 ISSN: 2614-8080 EISSN: 2746-5810
97

Lestari, T. (2016). Asuhan keperawatan Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat.


anak. Yogyakarta : Nuha Medika. (2019). Kasus DBD mulai tahun 2017
s.d bulan Juni 2019 di Jawa Barat.
Mendri, Prayogi. (2017). Asuhan Diakses tanggal 15 April 2020 pukul
keperawatan pada anak sakit & bayi 11.20, dari
resiko tinggi.Yogyakarta : Pustaka Baru http://diskes.jabarprov.go.id/index.php/
Press. pages/detailparent/2019/320/Kasus-
DBD-Mulai-Tahun-2017-SD-Bulan-
Murwani, A. (2011). Perawatan Pasien Juni-2019-Di-Jawa-Barat
Penyakit Dalam. Yogyakarta:
GoshyenPublishing Hanifah. (2011). Komplikasi dan
pencegahan demam berdarah dengue.
Ngastiyah. (2014). Perawatan anak Diakses tanggal 19 Maret 2020 pukul
sakit. Edisi 2. Jakarta : EGC. 03.29, dari
http://dokterrizy.blogspot.com/2011/04/
Nursalam. (2013). Managemen komplikasi-dan-
keperawatan : aplikasi dalam praktek pencegahan_demam.html.
keperawatan profesional. Edisi 3.
Jakarta : Salemba Medika. KementerianKesehatan RI. (2016).
Kemenkes keluarkan surat edaran
Soedarto. (2012). Demam berdarah pemberantasan sarang nyamuk dengan
dengue dengue haemorhagic fever. 3M Plus dan Gerakan 1 Rumah 1
Jakarta : Sugeng Seto. Jumantik. Diakses tanggal 19 Maret
2020 pukul 03.29, dari
Sudoyo, A, W. (2014). Buku ajar ilmu http://www.depkes.go.id/article/view/16
penyakit dalam. Jilid I Edisi VI. Jakarta : 121400002/kemenkes-keluarkansurat-
Interna Publishing. edaran-pemberantasan-sarang-nyamuk-
dengan-3m-plus-dan-gerakan-1-rumah-
Suriadi, Y, R. (2010). Buku pegangan 1-jum.html.
praktis klinik asuhan keperawatan pada
anak. Edisi 2, (Penerjemah Haryanto). WHO. (2011). World health statistics
Jakarta : EGC. 2011. Diakses tanggal 19 Maret 2020
pukul 03.29 WIB, dari World Health
Tim pokja SDKI DPP PPNI. (2016). Organization :
Standar diagnosis keperawatan https://www.who.int/gho/publications/w
Indonesia. Jakarta : Dewan Pengurus orld_health_statistics/EN_WHS211_Ful
Pusat Persatuan Perawat Nasional l.pdf.
Indonesia.
WHO. (2014). Dengue and severe
Tim pokja SIKI DPP PPNI. (2018). dengue. Diakses tanggal 19 Maret 2020
Standar intervensi keperawatan pukul 03.29 WIB, dari World Health
Indonesia. Jakarta : Dewan Pengurus Organization :
Pusat Persatuan Perawat Nasional http:/www.who.int/mediacentre/factshe
Indonesia. ets/fs117/en/.

Widoyono. (2011). Penyakit tropis


epidemiologi, penularan, pencegahan,
dan pemberantasannya. Edisi 2. Jakarta:
Penerbit Erlangga

Buletin Kesehatan Vol.4 No.2 Agustus-Desember 2020 ISSN: 2614-8080 EISSN: 2746-5810
LOGBOOK KEPERAWATAN MATERNITAS DAN ANAK ANGKATAN 28
PROGRAM PENDIDIKAN NERS
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS JEMBER

Nama :Erwindyah Nur Widiyanti

NIM : 212311101039

Kelompok : D

No. Tanggal Jam Kegiatan Dokumentasi


1. 24 10.00 Mencari literatur untuk
Oktober WIB pembuatan LP
2021

2. 24 13.00 Menyusun LP Dengue


Oktober WIB Hemorrhagic Fever
2021 (DHF)
3. 24 19.00 Membuat Power point
Oktober WIB LP Dengue
2021 Hemorrhagic Fever
(DHF)

4. 25 12.00- Pre conference dengan


Oktober 15.20 dosen pembimbing
2021 WIB (Ns.Ira) dan presentasi
LP DHF

5.

6.

7.
LOGBOOK KEPERAWATAN MATERNITAS DAN ANAK ANGKATAN 28
PROGRAM PENDIDIKAN NERS
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS JEMBER

Nama :Erwindyah Nur Widiyanti

NIM : 212311101039

Kelompok : D

No. Tanggal Jam Kegiatan Dokumentasi


1. Selasa, 26 09.00 Mencari jurnal kasus
Oktober WIB DHF pada anak
2021

15.30 Menetapkan jurnal


WIB yang akan dijadikan
Laporan Kasus

16.00 Menulis gambaran


WIB kasus dan pengkajian
bagian identitas di
Laporan Askep
LOGBOOK KEPERAWATAN MATERNITAS DAN ANAK ANGKATAN 28
PROGRAM PENDIDIKAN NERS
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS JEMBER

Nama :Erwindyah Nur Widiyanti

NIM : 212311101039

Kelompok : D

No. Tanggal Jam Kegiatan Dokumentasi


1. Rabu, 27 10.00 Melakukan pengisian
Oktober WIB pengkajian pada askep
2021 sesuai jurnal kasus

19.00 Menyelesaikan
WIB pengkajian
pemeriksaan fisik
LOGBOOK KEPERAWATAN MATERNITAS DAN ANAK ANGKATAN 28
PROGRAM PENDIDIKAN NERS
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS JEMBER

Nama :Erwindyah Nur Widiyanti

NIM : 212311101039

Kelompok : D

No. Tanggal Jam Kegiatan Dokumentasi


1. Kamis, 28 10.00 Mengerjakan askep
Oktober WIB sesuai kasus
2021
LOGBOOK KEPERAWATAN MATERNITAS DAN ANAK ANGKATAN 28
PROGRAM PENDIDIKAN NERS
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS JEMBER

Nama :Erwindyah Nur Widiyanti

NIM : 212311101039

Kelompok : D

No. Tanggal Jam Kegiatan Dokumentasi


1. Jumat, 29 07.00- Evaluasi askep
Oktober 09.00
2021 WIB

11.00- Post Conference


13.50 dengan dosen
WIB pembimbing dan
presentasi askep DHF
LOGBOOK KEPERAWATAN MATERNITAS DAN ANAK ANGKATAN 28
PROGRAM PENDIDIKAN NERS
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS JEMBER

Nama :Erwindyah Nur Widiyanti

NIM : 212311101039

Kelompok : D

No. Tanggal Jam Kegiatan Dokumentasi


1. Sabtu, 30 10.00 Revisi askep laporan
Oktober WIB kasus dengan
2021 menambahkan rasional
pada intervensi

19.00 Menambahkan
WIB pathway pada askep
laporan kasus

Anda mungkin juga menyukai