Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

IMPLEMENTASI KONSEP PENDIDIKAN MENURUT DANIEL GOLEMAN

(PENDIDIKAN SEBAGAI PENGEMBANGAN KECERDASAN EMOSIONAL)

Oleh: kelompok 13

Putri Nilma Sopha 204210186

Putri Wahyu Ningsih 204210188

Dosen Pengampu: Atika Fitriyani, M.pd

JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah swt yang telah memberikan rahmat dan hidayah-nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul ‘’Implementasi konsep
pendidikan menurut Daniel golaman’’ Ini tepat pada waktunya. Adapun tujuan dari
penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas buk Atika Fitriani M.pd. Pada
mata kuliah Pengantar Ilmu Pendidikan. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk
menambah wawasan tentang’’IMPLEMENTASI KONSEP PENDIDIKAN MENURUT DANIEL
GOLEMAN’’ bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

Saya mengucapkan terima kasih kepada Ibu Atika Fitriyani M.Pd, selaku Dosen
Penghantar Ilmu Pendidikan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah yang telah memberikan
tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi
yang saya tekuni. Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membagi sebagian pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini.Saya
menyadari makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik
dan saran yang membangun akan saya nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Jambi, 16 Desember 2021

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………………………………………………………………………………………………………………2

DAFTAR ISI……………………………………………………………………………………………………………………………3

BAB I……………………………………………………………………………………………………………………………………4

PENDAHULUAN……………………………………………………………………………………………………………………4

A.Latar Belakang Masalah……………………………………………………………………………………………………4

B.Rumusan Masalah……………………………………………………………………………………………………………4

C.Tujuan Penulisan………………………………………………………………………………………………………………4

BAB II……………………………………………………………………………………………………………………………………5

PEMBAHASAN………………………………………………………………………………………………………………………5

2.1 Riwayat Daniel Goleman…………………………………………………………………………………………………5

2.2 Konsep Kecerdasan Emosi dalam Pandangan Daniel Goleman……………………………………6

BAB III…………………………………………………………………………………………………………………………………16

PENUTUP…………………………………………………………………………………………………………………………...16

3.1 kesimpulan………………………………………………………………………………………………………………….16

3.2 saran……………………………………………………………………………………………………………………………16

3.3 kata penutup………………………………………………………………………………………………………………..17

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………………………………………………………18

3
BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

Sebelum membahas lebih jauh mengenai kecerdasan emosional, terlebih dahulu


akan dibahas tentang emosi. Berkaitan dengan hakikatemosi, Beck mengungkapkan
pendapat James dan Lange yang menjelaskan bahwa Emotion is the perception of bodily
changes which occur in responses to an event (emosi dalah persepsi perubahan jasmaniah
yang terjadi dalam memberi tanggapan atau respon terhadap suatu peristiwa). Definisi ini
dimaksudkan untuk menjelaskan bahwa pengalaman emosi merupakan persepsi dari reaksi
terhadap situasi.Adapun yang dimaksud emosi adalah setiap kegiatan atau pergolakan
pikiran, perasaan, dan nafsu, baik itu bersifat positif atau negatif. Sedangkan Syamsu
mengemukakan bahwa emosi itu merupakan warna afektif yang menyertai setiap keadaan
atau perilaku individu. Yang dimaksud dengan warna afektif ini adalah perasaan-perasaan
tertentu yang diamalami pada saat menghadapi (menghayati) suatu situasi tertentu,
contohnya gembira, bahagia, sedih, putus asa, terkejut, benci, dan sebagainya. Goleman
menyatakan bahwa kecerdasan umum atau

inteligensi semata-mata hanya dapat memprediksi atau meramalkan kesuksesan


hidup seseorang sebanyak 20% saja, sedangkan 80% sisanya dipengaruhi oleh kecerdasan
emosional. Bila hidup seseorang tidak ditunjang dengan pengolahan emosi yang sehat,
kecerdasan kognitif saja tidak akan menghasilkan orang yang sukses dalam hidupnya di
masa yang akan dating.

B.Rumusan Masalah

1.Bagaimana riwayat Daniel Goleman?

2.Bagaimana konsep pendidikan menurut Daniel Goleman?

3.bagaimana konsep Emotional Intellegence menurut Daniel Goleman?

4
C.Tujuan Penulisan

1. untuk menjelaskan bagaimana Riwayat Daniel Goleman

2. untuk menjelaskan Konsep kecerdasan emosi dalam pandangan Daniel Goleman

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Riwayat Daniel Goleman

Daniel Goleman adalah seorang tokoh psikolog kontemporer yang namanya melejit
lewat karya monumentalnya “Emotional Intelligence”. Daniel Goleman dilahirkan di
Stockton California dan saat ini tinggal di Berkshires Massachusetts bersama istrinya, Tara
Bennet, serta kedua anaknya Fay Goleman dan Irving Goleman.

Latar Belakang Pendidikan Daniel Goleman

Daniel Goleman menyelesaikan pendidikan strata satunya (graduate education) di


Harvard University dan mendapat beasiswa dengan predikat Magna Cumlaude. Adapun
strata dua (MA) dan strata tiga (Ph.D) dalam bidang Psikologi Klinik dan Perkembangan
Pribadi (Clinical Psychology dan Personality Development) diraih di Universitas Harvard, dan
saat ini Daniel Goleman menjadi dosen di almamaternya.

Selama dua belas tahun Daniel Goleman mempelajari tentang ilmu otak dan perilaku
manusia. Hal ini dapat dilihat dari tulisan- tulisannya pada surat kabar The New York Times
dan artikel-artikelnya yang dimuat di seluruh dunia. Berkat tulisan-tulisan Daniel Goleman
yang dimuat di surat kabar bergengsi dunia serta usahanya yang ulet menghantarkannya
banyak menerima penghargaan jurnalistik, termasuk dua nominasi bagi the pulizer prize
atas tulisannya di surat kabar tersebut dan career achievement award (penghargaan
prestasi kerja) pada jurnalisme dari American Psycological Association(Asosiasi Psikologi
Amerika). Untuk menghargai usahanya dalam mengkomunikasikan ilmu-ilmu ke publik,
Daniel Goleman dipilih sebagai anggota pada The American Association to the Advancement
of Science (Asosiasi Amerika pada Peningkatan Ilmu atau Sains).

Kegigihan berkarier dalam bidang keilmuan menjadikan Daniel Goleman sebagai


penasehat internasional dan menjadi dosen di berbagai pertemuan-pertemuan bisnis dunia
dan kelompok-kelompok profesional di kampus-kampus ilmiah (perguruan tinggi).

Daniel Goleman juga menjadi pendiri Emotional Intelligence Services (pelayanan


intelligensi emosional) serta pendiri Collaborative for Social and Emotional Learning

5
(Kolaborasi Pelajaran Sosial dan Emosional) pada The Yale University Child and Studies
Center sekarang menjadi The University Ilionis di Chicago yang bertujuan untuk
memperkenalkan pelajaran-pelajaran literasi emosional di sekolah-sekolah dan salah satu
tanda keberhasilan usahanya yaitu adanya ribuan sekolah di seluruh dunia
mengimplementasikan program ini.

Pemikiran Daniel Goleman sebelumnya banyak dipengaruhi oleh David C Mc.


Clelland (almarhum), beliau seorang profesor di Harvard University. Daniel Goleman sendiri
mengakui dalam karyanya bahwa sebagian besar bukti yang menjadi dasar kesimpulan
penelitiannya adalah dari penelitian beliau. Daniel Goleman mengakui bahwa pandangan
visioner profesornya tentang sikap dasar kecakapan dan upayanya yang gigih untuk mencari
kebenaran telah lama menjadi inspirasi bagi dirinya. Daniel Goleman juga banyak
dipengaruhi oleh pemikiran riset Yoseph Ledoux, seorang ahli saraf di Center for Neural
Science di New York University. Hal tersebut terbukti dengan banyaknya pemikiran beliau
dijadikan rujukan dan wawancara yang sedang dilakukan oleh Daniel Goleman. Daniel juga
banyak bekerja sama dengan istrinya tercinta yang seorang psikoterapi dalam perjalanan
intelektualnya.

Hasil Karya Daniel Goleman

a. Emotional Intelligence

b. Working With Emotional Intelligence

c. Vital Lies

d. Simple Truth The Medicative Mind

e. The Creative Spirit (penulis pendamping)

f. Primal Leadership

g. The Emotionally Intelligent Work Place

Di antara karya intelektualnya yaitu Emotional Intelligence dan Working With


Emotional Intelligence merupakan karya monumental Dainel Goleman. Kedua buku ini telah
diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia.

Buku Daniel Goleman beredar dan tersebar luas di berbagai negara baik di negara
barat maupun negara timur. Dan buku sensasionalnya yang berjudul Emotional Intelligence
yang diterbitkan pada tahun 1995 merupakan salah satu buku “best seller” dan sudah
diterjemahkan ke dalam tiga puluh bahasa, di Eropa, Asia, dan di Amerika terkopi lebih dari
lima ribu kopian.

6
2.2 Konsep Kecerdasan Emosi dalam Pandangan Daniel Goleman

1. Pengertian Kecerdasan Emosi(Emotional Intelligence)

Akar kata emosi adalah: movere kata kerja bahasa Latin yang berarti
“menggerakkan, bergerak” ditambah awalan “e” untuk memberi arti “bergerak menjauh”,
menyiratkan bahwa kecenderungan bertindak merupakan hal mutlak dalam emosi. Semua
emosi, pada dasarnya adalah dorongan untuk bertindak, rencana seketika untuk mengatasi
masalah yang telah ditanamkan secara berangsur-angsur (evolusi), dan emosi juga sebagai
perasaan dan fikiran-fikiran khas, suatu keadaan biologis dan psikologis serta serangkaian
kecenderungan untuk bertindak. Emosi dapat dikelompokkan pada rasa amarah, kesedihan,
takut, kenikmatan, cinta, terkejut, jengkel dan malu.

Kecerdasan emosi adalah kemampuan memahami perasaan diri sendiri,


kemampuan memahami perasaan orang lain, kemampuan memotivasi diri sendiri, dan
kemampuan mengelola emosi dengan baik pada diri sendiri, dan dalam hubungan dengan
orang lain.

Adapun dalam buku yang lain Daniel Goleman mengemukakan bahwa kecerdasan
emosi adalah kemampuan memotivasi diri sendiri dan bertahan menghadapi frustasi,
mengandalkan dorongan hati dan tidak berlebih-lebihan dalam kesenangan, mengatur
suasana hati dan menjaga agar bebas dari stres, tidak melumpuhkan kemampuan berfikir,
berempati, dan berdoa.Dengan demikian yang dimaksud dengan kecerdasan emosional
adalah kemampuan seseorang untuk memahami serta mengatur suasana hati agar tidak
melumpuhkan kejernihan berfikir otak rasional, tetapi mampu menampilkan beberapa
kecakapan, baik kecakapan pribadi maupun kecakapan antar pribadi.

2. Unsur-Unsur Kecerdasan Emosi Menurut Daniel Goleman

Daniel Goleman berpendapat ada dua macam kerangka kerja kecakapan emosi yaitu
kecakapan pribadi dan kecakapan sosial. Masing-masing dari kecakapan tersebut memiliki
ciri-ciri tertentu yang digabung menjadi lima ciri. Adapun kelima ciri-ciri tersebut adalah:

A. Kesadaran Diri

Para ahli psikologi menggunakan metakognisi untuk menyebutkan proses berfikir


dan metamoduntuk menyebut kesadaran seseorang akan emosinya sendiri. Adapun Daniel
Goleman lebih menyukai istilah kesadaran diri untuk menyebut dua kesadaran di atas.

Menurut Daniel Goleman kesadaran seseorang terhadap titik lemah serta kemampuan
pribadi seseorang juga merupakan bagian dari kesadaran diri. Adapun ciri orang yang
mampu mengukur diri secara akurat adalah:

1) Sadar tentang kekuatan-kekuatan dan kelemahan-kelemahannya.

2) Menyempatkan diri untuk merenung, belajar dari pengalaman.

7
3) Terbuka terhadap umpan balik yang tulus, bersedia menerima perspektif baru, mau
terus belajar dan mengembangkan diri sendiri.

4) Mampu menunjukkan rasa humor dan bersedia memandang diri sendiri dengan
perspektif yang luas.

Menurut Daniel Goleman rasa percaya diri erat kaitannya dengan “efektivitas diri”,
penilaian positif tentang kemampuan kerja diri sendiri. Efektifitas diri cenderung pada
keyakinan seseorang mengenai apa yang ia kerjakan dengan menggunakan ketrampilan
yang ia miliki.

Percaya diri memberi kekuatan untuk membuat keputusan yang sulit atau
menjalankan tindakan yang diyakini kebenarannya. Tidak adanya percaya diri dapat
menjadikan rasa putus asa, rasa tidak berdaya, dan meningkatnya keraguan pada diri
sendiri.

Adapun ciri dari orang yang memiliki rasa percaya diri adalah:

1) Berani tampil dengan keyakinan diri, berani menyatakan keberadaannya.

2) Berani menyuarakan pandangan yang tidak populer dan bersedia berkorban


demi kebenaran.

3) Tegas, mampu membuat keputusan yang baik kendati dalam keadaan tidak
pasti dan tertekan.

Konsep diri adalah pandangan pribadi terhadap diri sendiri, yang mencakup tiga aspek yaitu
:

1) Kesadaran emosi, yaitu tahu tentang bagaimana pengaruhnya emosi terhadap


kinerja, dan kemampuan menggunakan nilai-nilai untuk memandu pembuatan
keputusan.

2) Penilaian diri secara akurat, yaitu perasaan yang tulus tentang kekuatan-
kekuatan dan batas-batas pribadi, visi yang jelas tentang mana yang perlu diperbaiki,
dan kemampuan untuk belajar dari pengalaman orang lain.

3) Percaya diri yaitu keyakinan tentang harga diri dan kemampuan diri.

B. Pengaturan Diri

Menurut Daniel Goleman pengaturan diri adalah pengelolaan impuls dan perasaan
yang menekan. Dalam kata Yunani kuno, kemampuan ini disebut sophrosyne, “hati-hati dan

8
cerdas dalam mengatur kehidupan, keseimbangan, dan kebijaksanaan yang terkendali”
sebagaimana yang diterjemahkan oleh Page Dubois, seorang pakar bahasa Yunani.

Menurut Daniel Goleman, lima kemampuan pengaturan diri yang umumnya dimiliki
oleh staf performer adalah pengendalian diri, dapat dipercaya, kehati-hatian, adaptabilitas,
dan inovasi.

1) Pengendalian Diri

Pengendalian diri adalah mengelola dan menjaga agar emosi dan impuls yang
merusak tetap terkendali. Orang-orang yang memiliki kecakapan pengendalian diri ini
adalah sebagai berikut :

a) Mengelola dengan baik perasaan-perasaan impulsif dan emosi-emosi yang


menekan.

b) Tetap teguh, berpikir positif, dan tidak goyah bahkan dalam situasi yang paling
berat.

c) Berpikir dengan jernih dan tetap terfokus kendali dalam tekanan.

2) Dapat dipercaya dan kehati-hatian yaitu memelihara norma kejujuran dan integritas.
Orang dengan kecakapan ini:

a) Bertindak menurut etika dan tidak pernah mempermalukan orang.

b) Membangun kepercayaan lewat keandalan diri dan otentisitas.

c) Mengakui kesalahan sendiri dan berani menegur perbuatan tidak etis orang
lain.

d) Berpegang kepada prinsip secara teguh bahkan bila akibatnya adalah menjadi
tidak disukai.

3) Kehati-hatian, yaitu dapat diandalkan dan bertanggung jawab dalam memenuhi


kewajiban. Orang dengan kecakapan ini:

a) Memenuhi komitmen dan mematuhi janji.

b) Bertanggung jawab sendiri untuk memperjuangkan tujuan mereka.

c) Terorganisasi dan cermat dalam bekerja.

4) Adaptabilitas

Adaptabilitas yaitu keluwesan dalam menanggapi perubahan dan tantangan. Orang dengan
kecakapan ini:

9
a) Terampil menangani beragamnya kebutuhan, bergesernya prioritas, dan
pesatnya perubahan.

b) Siap mengubah tanggapan dan taktik untuk menyesuaikan diri dengan


keadaan.

c) Luwes dalam memandang situasi.

Kecakapan lain yang mendukung adaptabilitas adalah rasa percaya diri, khususnya
kepastian yang memungkinkan seseorang dengan cepat mengatur tanggapan yang sesuai,
dan melepaskan apa saja tanpa pertimbangan terlalu banyak. Adapun kecakapan lain yang
berhubungan dengan adaptabilitas adalah inovasi.

5) Inovasi yaitu bersikap terbuka terhadap gagasan-gagasan dan pendekatan-pendekatan


baru, serta informasi terkini. Orang dengan kecakapan ini :

a) Selalu mencari gagasan baru dari berbagai sumber.

b) Mendahulukan solusi-solusi yang orisinal pemecahan masalah.

c) Menciptakan gagasan-gagasan baru.

d) Berani mengubah wawasan dan mengambil resiko akibat pemikiran baru


mereka.

Tindakan inovatif memerlukan unsur kognitif dan emosi. Bisa mempunyai wawasan
kreatif merupakan unsur kognitif. Adapun untuk merasakannya memerlukan kecakapan
emosi, seperti percaya diri dan ketekunan.

Berkaitan dengan adanya unsur emosi dalam proses inovasi, Daniel Goleman
menambahkan bahwa landasan emosi seorang inovator adalah senang menikmati
orisinalitas. Pada saat orang lain sibuk berkutat dengan hal-hal remeh, dan merasa
ketakutan yang luar biasa terhadap resiko gagasan barunya, seorang inovator dapat dengan
cepat mengidentifikasi isu-isu penting dan menyederhanakan masalah yang semula tampak
sangat rumit.

Secara sederhana, Daniel Goleman membagi tahapan penting dalam inovasi ini.
Dalam dua tahapan pertama inisiasi yaitu munculnya gagasan cemerlang. Kedua,
implementasiyaitu mewujudkan gagasan tersebut.

C. Motivasi

Yaitu menggunakan hasrat yang paling dalam untuk menggerakkan dan menuntun
menuju sasaran, membantu untuk mengambil inisiatif untuk bertindak secara efektif, dan
untuk bertahan menghadapi kegagalan atau frustasi.Menata emosi sebagai alat untuk

10
mencapai tujuan adalah hal yang sangat penting yang berkaitan dengan memberi perhatian,
memotivasi diri sendiri, menguasai diri sendiri, dan berkreasi.

Untuk menumbuhkan motivasi seseorang perlu adanya kondisi flow pada diri orang
tersebut. Flow adalah keadaan lupa sekitar, lawan dari lamunan dan kekhawatiran,
bukannya tenggelam dalam kesibukan yang tak tentu arah. Momen flow tidak lagi
bermuatan ego. Orang yang dalam keadaan flow menampilkan penguasaan hebat terhadap
apa yang mereka kerjakan, respon mereka sempurna senada dengan tuntutan yang selalu
berubah dalam tugas itu, dan meskipun orang menampilkan puncak kinerja saat sedang
flow, mereka tidak lagi peduli pada bagaimana mereka bekerja, pada fikiran sukses atau
gagal. Kenikmatan tindakan itu sendiri yang memotivasi mereka.

Flow merupakan puncak kecerdasan emosional. Dalam flow emosi tidak hanya
ditampung dan disalurkan, akan tetapi juga bersifat mendukung, memberi tenaga, dan
selaras dengan tugas yang dihadapi. Terperangkap dalam kebosanan, depresi, atau
kemeranaan kecemasan menghalangi tercapainya keadaan flow.

Menurut Daniel Goleman, salah satu cara untuk mencapai flow adalah dengan
sengaja memusatkan perhatian sepenuhnya pada tugas yang sedang dihadapi. Keadaan
konsentrasi tinggi merupakan inti flow.Flow merupakan keadaan yang bebas dari gangguan
emosional, jauh dari paksaan, perasaan penuh motivasi yang ditimbulkan oleh ekstase
ringan. Ekstase itu tampaknya merupakan hasil samping dari fokus perhatian yang
merupakan hasil prasyarat keadaan flow.

Adapun selain itu yang berkaitan dengan motivasi adalah optimisme. Menurut
Daniel Goleman optimisme seperti harapan berarti memiliki pengharapan yang kuat bahwa
secara umum, segala sesuatu dalam kehidupan akan sukses kendati ditimpa kemunduran
dan frustasi. Dari titik pandang kecerdasan emosional, optimisme merupakan sikap yang
menyangga orang agar jangan sampai jatuh dalam kemasabodohan, keputusasaan atau
depresi bila dihadang kesulitan, karena optimisme membawa keberuntungan dalam
kehidupan asalkan optimisme itu realistis. Karena optimisme yang naif membawa
malapetaka.

Orang yang optimis memandang kemunduran sebagai akibat sejumlah faktor yang
bisa diubah, bukan kelemahan atau kekurangan pada diri sendiri. Berbeda dengan orang
pesimis yang memandang kegagalan sebagai penegasan atas sejumlah kekurangan fatal
dalam diri sendiri yang tidak dapat diubah. Menurut Daniel Goleman, ciri-ciri dari orang
yang memiliki kecakapan optimis adalah sebagai berikut:

1) Tekun dalam mengejar sasaran kendati banyak halangan dan kegagalan.

2) Bekerja dengan harapan untuk sukses bukannya takut gagal.

11
3) Memandang kegagalan atau kemunduran sebagai situasi yang dapat dikendalikan
ketimbang sebagai kekurangan pribadi.

Kerabat dekat optimisme adalah harapan. Harapan yaitu mengetahui langkah-


langkah yang diperlukan untuk meraih sasaran dan memiliki semangat serta energi untuk
menyelesaikan tingkah-tingkah tersebut, harapan merupakan daya pemotivasi utama, maka
ketidakhadirannya membuat orang tak berdaya.

Menurut Daniel Goleman, ada empat kemampuan motivasi yang harus dimiliki,
yaitu:

1) Dorongan prestasi yaitu dorongan untuk meningkatkan atau memenuhi standar


keunggulan. Orang dengan kecakapan ini:

a) Berorientasi pada hasil, dengan semangat juang tinggi untuk meraih tujuan dan
memenuhi standar.

b) Menciptakan sasaran yang menantang dan berani mengambil resiko yang telah
diperhitungkan.

c) Mencari informasi sebanyak-banyaknya guna mengurangi ketidakpastian dan


mencari cara yang lebih baik.

d) Terus belajar untuk meningkatkan kinerja yang lebih baik.

2) Komitmen, yaitu menyelaraskan diri dengan sasaran kelompok atau lembaga. Orang
dengan kecakapan ini:

a) Siap berkorban demi sasaran lembaga yang lebih penting.

b) Merasakan dorongan semangat dalam misi yang lebih besar.

c) Menggunakan nilai-nilai kelompok dalam pengambilan keputusan dan


penjabaran pilihan-pilihan.

d) Aktif mencari peluang guna memenuhi misi kelompok

3) Inisiatif (initiative), yaitu kesiapan untuk memanfaatkan kesempatan. Orang dengan


kecakapan ini:

a) Siap memanfaatkan peluang.

b) Mengejar sasaran lebih dari yang dipersyaratkan atau diharapkan dari mereka.

c) Berani melanggar batas-batas dan aturan-aturan yang tidak prinsip bila perlu,
agar tugas dapat dilaksanakan.

12
d) Mengajak orang lain melakukan sesuatu yang tidak lazim dan bernuansa
petualangan.

4) Optimisme, yaitu kegigihan dalam memperjuangkan sasaran kendati ada halangan dan
kegagalan. Orang dengan kecakapan ini:

a) Tekun dalam mengejar sasaran kendati banyak halangan dan kegagalan.

b) Bekerja dengan harapan untuk sukses bukannya takut gagal.

c) Memandang kegagalan atau kemunduran sebagai situasi yang dapat


dikendalikan ketimbang sebagai kekurangan pribadi.

d. Empati

Menurut Daniel Goleman, empati adalah memahami perasaan dan masalah orang
lain dan berfikir dengan sudut pandang mereka, menghargai perbedaan perasaan orang
mengenai berbagai hal.Menurut Daniel, kemampuan mengindera perasaan seseorang
sebelum yang bersangkutan mengatakannya merupakan intisari empati. Orang sering
mengungkapkan perasaan mereka lewat kata-kata, sebaliknya mereka memberi tahu orang
lewat nada suara, ekspresi wajah, atau cara komunikasi nonverbal lainnya.

Tingkat empati tiap individu berbeda-beda. Menurut Daniel Goleman, pada tingkat
yang paling rendah, empati mempersyaratkan kemampuan membaca emosi orang lain,
pada tataran yang lebih tinggi, empati mengharuskan seseorang mengindra sekaligus
menanggapi kebutuhan atau perasaan seseorang yang tidak diungkapkan lewat kata-kata.
Di antara yang paling tinggi, empati adalah menghayati masalah atau kebutuhan-kebutuhan
yang tersirat di balik perasaan.Menurut Daniel Goleman, ada lima kemampuan empati, yaitu
:

1) Memahami orang lain, yaitu mengindera perasaan-perasaan orang lain, serta


mewujudkan minat-minat aktif terhadap kepentingan-kepentingan mereka. Orang dengan
kecakapan ini:

a) Memperhatikan isyarat-isyarat emosi dan mendengarkannya dengan baik

b) Menunjukkan kepekaan dan pemahaman terhadap perspektif orang lain.

c) Membantu berdasarkan pemahaman terhadap kebutuhan dan perasaan orang


lain.

2) Mengembangkan orang lain yaitu, mengindera kebutuhan orang lain untuk


berkembang dan meningkatkan kemampuan mereka. Orang lain dengan kecakapan ini:

a) Mengakui dan menghargai kekuatan, keberhasilan dan perkembangan orang


lain.

13
b) Menawarkan umpan balik yang bermanfaat dan mengidentifikasi kebutuhan
orang lain untuk berkembang.

c) Menjadi mentor, memberikan pelatihan pada waktu yang tepat, dan


penugasan-penugasan yang menantang serta memaksa dikerahkannya ketrampilan
seseorang.

3) Orientasi pelayanan yaitu mengantisipasi, mengakui, dan memenuhi kebutuhan-


kebutuhan pelanggan. Orang yang memiliki kecakapan ini:

a) Memenuhi kebutuhan pelanggan dan menyesuaikan semua itu dengan


pelayanan atau produksi yang tersedia.

b) Dengan senang hati menawarkan bantuan yang sesuai.

c) Mencari berbagai cara untuk meningkatkan kepuasan dan kesetiaan pelanggan.

d) Menghayati perspektif pelanggan, bertindak sebagai penasehat yang dipercaya.

4) Memanfaatkan keragaman yaitu menumbuhkan kesempatan (peluang) melalui


pergaulan dengan bermacam-macam orang. Orang dengan kecakapan ini:

a) Hormat dan mau dengan orang-orang dari berbagai macam latar belakang.

b) Memahami beragamnya pandangan dan peka terhadap perbedaan antar


kelompok.

c) Memandang keberagaman sebagai peluang menciptakan lingkungan yang


memungkinkan semua orang sama-sama maju kendati berbeda-beda.

d) Berani menentang sikap membeda-bedakan dan intoleransi.

5) Kesadaran politik yaitu mampu membaca kecenderungan sosial dan politik yang
sedang berkembang. Orang dengan kecakapan ini:

a) Membaca dengan cermat hubungan kekuasaan yang paling tinggi

b) Mengenal dengan baik semua jaringan sosial yang penting.

c) Memahami kekuatan-kekuatan yang membentuk pandangan-pandangan serta


tindakan-tindakan klien, pelanggan, atau pesaing.

d) Membaca dengan cermat realitas lembaga maupun realitas di luar.

e. Ketrampilan Sosial

Ketrampilan sosial (social skills), adalah kemampuan untuk menangani emosi dengan
baik ketika berhubungan dengan orang lain dan dengan cermat membaca situasi dan

14
jaringan sosial, berinteraksi dengan lancar, menggunakan ketrampilan untuk mempengaruhi
dan memimpin, bermusyawarah, menyelesaikan perselisihan untuk bekerjasama dalam tim.

Kesadaran sosial juga didasarkan pada kemampuan perasaan sendiri, sehingga


mampu menyetarakan dirinya terhadap bagaimana orang lain beraksi. Menurut Daniel
Goleman, apabila kemampuan antar pribadi ini tidak diimbangi dengan kepekaan perasaan
terhadap kebutuhan dan perasaan diri sendiri serta bagaimana cara memenuhinya, maka ia
akan termasuk dalam golongan bunglon-bunglon sosial yang tidak peduli sama sekali bila
harus berkata ini dan berbuat itu.

Secara lebih luas, Daniel Goleman menjelaskan bahwa ketrampilan sosial, yang makna
intinya adalah seni menangani emosi orang lain, merupakan dasar bagi beberapa kecakapan
:

1) Pengaruh yaitu terampil menggunakan perangkat persuasi secara efektif. Orang


dengan kecakapan ini

a) Trampil dalam persuasi.

b) Menyesuaikan prestasi untuk menarik hati pendengar.

c) Menggunakan strategi yang rumit seperti memberi pengaruh tidak langsung


untuk membangun konsensus dan dukungan.

d) Memadukan dan menyelaraskan peristiwa-peristiwa dramatis agar


menghasilkan sesuatu yang efektif.

2) Komunikasi, yaitu mendengarkan serta terbuka dan mengirimkan pesan serta


meyakinkan. Orang dengan kecakapan ini:

a) Efektif dalam memberi dan menerima, menyertakan isyarat emosi dalam


pesan-pesan.

b) Menghadapi masalah-masalah sulit tanpa ditunda.

c) Mendengarkan dengan baik, berusaha untuk saling memahami, dan bersedia


berbagi informasi secara utuh.

d) Menggalakkan komunikasi terbuka dan tetap bersedia menerima kabar buruk


sebagai kabar baik.

3) Manajemen konflik, yaitu merundingkan dan menyelesaikan ketidaksepakatan. Orang


dengan kecakapan ini:

a) Menangani orang-orang sulit dan situasi tegang dengan diplomasi dan taktik.

15
b) Mengidentifikasi hal-hal yang berpotensi menjadi konflik, menyelesaikan
perbedaan pendapat secara terbuka, dan membantu mendinginkan situasi.

c) Menganjurkan debat dan diskusi secara terbuka.

d) Mengantar ke solusi menang-menang.

4) Kepemimpinan, yaitu mengilhami dan membimbing individu atau kelompok. Orang


dengan kecakapan:

a) Mengartikulasikan (kata-kata jelas) dan membangkitkan semangat untuk


meraih visi serta misi bersama.

b) Melangkah di depan untuk memimpin bila diperlukan, tidak peduli sedang di


mana.

c) Memadu kinerja orang lain namun tetap memberikan tanggung jawab kepada
mereka.

d) Memimpin kuat teladan.

5) Katalisator perubahan, yaitu mengawali atau mengelola perubahan. Orang dengan


kecakapan ini:

a) Menyadari perlunya perubahan dan dihilangkannya hambatan.

b) Menantang status quo untuk mengatakan perlunya perubahan.

c) Menjadi pelopor perubahan dan mengajak orang lain ke dalam perjuangan itu.

d) Membuat model perubahan seperti yang diharapkan oleh orang lain.

6) Membangun hubungan, yaitu menumbuhkan hubungan yang bermanfaat. Orang


dengan kecakapan ini:

a) Menumbuhkan dan memelihara jaringan tidak formal yang meluas.

b) Mencari hubungan-hubungan yang saling menguntungkan.

c) Membangun dan memelihara persahabatan pribadi di antara sesama mitra


kerja.

7) Kolaborasi dan kooperasi, yaitu kerja sama dengan orang lain demi tujuan bersama.

a) Menyeimbangkan pemusatan perhatian kepada tugas dengan perhatian


kepada hubungan.

b) Kolaborasi berbagai rencana, informasi, dan sumber daya.

16
c) Mempromosikan iklim kerja sama yang bersahabat.

d) Mendeteksi dan menumbuhkan peluang-peluang untuk kolaborasi.

8) Kemampuan tim, yaitu menciptakan sinergi kelompok dalam memperjuangkan tujuan


bersama. Orang dengan kecakapan ini:

a) Menjadi teladan dalam kualitas tim seperti respek, kesediaan membantu orang
lain, dan kooperasi.

b) Mendorong setiap anggota tim berpartisipasi secara aktif dan penuh antusiasme.

C) Membangun identitas tim, semangat kebersamaan dan komitmen.

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Pada bagian akhir ini, kami dapat mengemukakan beberapa kesimpulan sebagai berikut:

Berdasarkan konsep Daniel Goleman tentang manusia yang memiliki kecerdasan


emosi, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa Daniel Goleman sangat mengakui eksistensi
manusia sebagai mahluk individu dan mahluk sosial, dengan pernyataannya bahwa
kecerdasan emosi manusia dapat ditumbuhkan dengan langkah awal yaitu pada
kecerdasannya mengenali emosi sendiri dan mengelolanya sampai pada kecerdasan dalam
membina hubungan dengan orang lain.

17
1. Kecerdasan emosi bekerjasama sinergis dengan ketrampilan kognitif, inti dalam
kecerdasan emosi tidak cukup hanya memiliki perasaan. Kecerdsan emosi menuntut
manusia untuk belajar mengakui dan menghargai perasaan pada diri sendiri dan orang lain,
untuk menggapainya dengan tepat, menerapkannya dengan efektif informasi dan energi
emosi dalam kehidupan, pekerjaan, atau kreatifitas sehari-hari. Ketika menggunakannya
tidak hanya otak analisis tapi juga emosi dan intuisi. Kecerdasan emosi tidaklah ditentukan
sejak lahir akan tetapi dipakai dan dapat meningkat atau terus dikembangkan sepanjang
hidup sejalan dengan usia, dan pengalaman diri. Karena semua orang mempunyai potensi
untuk itu dengan bermodal motivasi dan usaha yang benar maka mereka dapat
menguasainya. Dan kecerdasan emosi dapat ditumbuhkan dengan langkah awal lewat
perbaikan diri sendiri, maka akan terbentuklah manusia yang berahlakul karimah karena
dengan perbaikan emosi dirilah akan terjadi gelombang perbaikan sosial.

2. Kecerdasan emosi menurut Daniel Goleman: adalah kemampuan memotivasi diri


sendiri dan bertahan menghadapi frustasi, mengandalkan dorongan hati dan tidak berlebih-
lebihan dalam kesenangan, mengatur suasana hati dan menjaga agar bebas dari stres, tidak
melumpuhkan kemampuan berfikir, berempati, dan berdoa; yang mencakup lima unsur
yaitu kesadaran diri, pengaturan diri, motivasi diri, berempati, dan ketrampilan sosial.

3.2 Saran

Saran-saran yang dapat penulis sampaikan pada makalah ini adalah bahwa
penelitian ini bukan merupakan hasil final. Oleh karena itu, penulis mengharapkan untuk
diuji kembali oleh para intelektual di bidang psikologi, karena penulis hanya menekankan
pada kecerdasan emosi Daniel Goleman.

Kecerdasan emosi merupakan masalah yang perlu dilatih dan dikembangkan begitu pula
kesehatan mental. Keduanya merupakan sifat yang mendasar dalam kehidupan, seiring
dengan tuntutan zaman yang semakin berkembang dan maju serta banyaknya problema
yang dihadapi manusia. Manusia dituntut memperluas pengetahuan di segala bidang untuk
menghadapi kemungkinan semakin meningkatnya penderita penyakit mental dan ketidak
cerdasan emosi dimasyarakat.

Dengan mempelajari dan menerapkan konsep kecerdasan emosi Daniel Goleman dalam
kehidupan, akan menjadikan manusia mampu mengantisipasi dalam menghadapi segala
kemungkinan yang terjadi, dan lebih mendekatkan diri dan meningkatkan rasa keimanan
kepada Allah SWT.

3.3 Kata Penutup

Alhamdulillah dengan segala berkat rahmat hidayah dan ridho Allah makalah ini dapat
terselesaikan. Dan penulis menyadari masih banyak kekurangan dan kejanggalan isi susunan
kalimatnya ataupun pembahasannya. Sehingga penulis berharap karya kecil ini mendapat
masukan, kritik dan evaluasi untuk kemajuan bersama.

18
Selanjutnya semoga karya kecil ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan para
pembaca amin-amin ya robal alamin terimakasih atas semuanya mohon maaf atas
segalanya.

DAFTAR PUSTAKA

Daniel Goleman, Kecerdasan Emosi untuk Mencapai Puncak Prestasi, terj. Alex Tri Kantjono
(Jakarta: Gramedia Pustaka Utama,2003).

Daniel Goleman, 2002,Emotional Intelligence, terj. T. Hermaya, Jakarta: Gramedia Pustaka


Utama.

19
Forum kajian Budaya dan Agama(FkBA), ‘’Kecerdasan Emosi Quantum
Learning’’(Yogyakarta:FkBA,2000).

http://www.eiconsortium.org/members/goleman Buku kecerdasan emosi Daniel Goleman.

https://web.unmetered.id/konsep-kecerdasan-emosi-daniel-goleman/

20

Anda mungkin juga menyukai