Anda di halaman 1dari 7

MAKALAH KASUS TRANSKULTUR NURSING

DOSEN PENGAJAR :

Efrizon,SKM.,MP.H

Disusun oleh :

KELOMPOK 5

Okha mei yuni ( P05120220070)

Nunik fitoloka ( P05120220069 )

Reska multia nengsih( P05120220074 )

M.Widy pangestu ( P05120220064 )

Vina rezarah ( P05120220083)

Rahayu anindia ( P05120220072)

Lora Fransisca Samosir ( P05120220063 )

Kelas : 1B

Prodi : D3 keperawatan

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLTEKKES KEMENKES BENGKULU

JURUSAN KEPERAWATAN

TAHUN 2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita ucapkan kepada Allah SWT, berkat rahmat dan karunia_Nya kami dapat
menyelesaikan tugas makalah Keperawatan ini Kami juga mengucapkan terima kasih kepada
dosen pembimbing yang telah  membantu kami, sehingga kami merasa lebih ringan dan lebih
mudah menulis makalah ini. Atas bimbingan yang telah berikan, kami juga mengucapkan
terima kasih kepada pihak-pihak yang juga membantu kami dalam penyelesaian makalah ini.

Kami menyadari bahwa teknik penyusunan dan materi yang kami sajikan masih
kurang sempurna.Untuk itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang mendukung dengan
tujuan untuk menyempurnakan makalah ini. Dan kami berharap, semoga makalah ini dapat di
manfaatkan sebaik mungkin, baik itu bagi diri sendiri maupun yang membaca makalah ini.
BAB 1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Dalam menjalankan tugas sebagai perawat, banyak perubahan-perubahan yang ada baik di
lingkungan maupun klien. Perawat harus menghadapi berbagai perubahan di era globalisasi
ini termasuk segi pelayanan kesehatannya. Perpindahan penduduk menuntut perawat agar
dapat menyesuaikan diri dengan budayanya dan sesuai dengan teori-teori yang dipelajari.
Dalam ilmu keperawatan, banyak sekali teori-teori yang mendasari ilmu tersebut. Termasuk
salah satunya teori yang mendasari bagaimana sikap perawat dalam menerapkan asuhan
keperawatan. Salah satu teori yang diaplikasikan dalam asuhan keperawatan adalah teori
Leininger tentang “transcultural nursing”. Dalam teori ini transcultural nursing didefinisikan
sebagai area yang luas dalam keperawatan yang fokusnya dalam komparatif studi dan analisis
perbedaan kultur dan subkultur dengan menghargai perilaku caring, nursing care, dan nilai
sehat sakit, kepercayaan dan pola tingkah laku dengan tujuan perkembangan ilmu dan
humanistik body of knowledge untuk kultur yang universal dalam keperawatan. Dalam hal
ini diharapkan adanya kesadaran terhadap perbedaan kultur berarti perawat yang profesional
memiliki pengetahuan dan praktik berdasarkan kultur secara konsep perencanaan dalam
praktik keperawatan. Tujuan penggunaan keperawatan transkultural adalah untuk
mengembangkan sains dan keilmuan yang humanis sehingga tercipta praktik keperawatan
pada kultur yang spesifik dan kultur yang universal. Kultur yang spesifik adalah kultur
dengan nilai-nilai dan norma spesifik yang dimiliki oleh kelompok tertentu. Kultur yang
universal adalah nilai-nilai dan norma-norma yang diyakini dan dilakukan hampir semua
kultur (Leininger, 1979). Leininger mengembangkan teorinya dari perbedaan kultur dan
universal berdasarkan kepercayaan bahwa masyarakat dengan perbedaan kultur dapat
menjadi sumber informasi dan menentukan jenis perawatan yang diinginkan, karena kultur
adalah pola kehidupan masyarakat yang berpengaruh terhadap keputusan dan tindakan.Cultur
care adalah teori yang holistik karena meletakan di dalamnya ukuran dari totalitas kehidupan
manusia dan berada selamanya, termasuk sosial struktur, pandangan dunia, nilai kultural,
ekspresi bahasa, dan etnik serta sistem profesional.
BAB II

PEMBAHASAN

KASUS
- nama : Monna Ayu
- kerja : bapelkes (badan pelatihan kesehatan)
- nama suami : jonathan
- mereka tinggal dirumah orang tua laki-laki
- ekonomi mapan (lebih dari cukup)
- pendidikan : D IV bidan
- suku : jawa
- agama : islam
- melahirkan : kamis,22 maret 2021
- tempat : rumah sakit vinaestertika dalam waktu ( 2 hari )

- selama hamil,ibu mona rajin berenang,suka makan buah dan rutin memeriksakan kehamilannya ke dokter
kandungan
- diprediksi melalui usg anaknya perempuan tetapi masih memiliki harapan yang besar bahwa nantinya anak
mereka laki-laki.Hal ini disebabkan karena suaminya adalah anak tunnggal dan di harapkan sebagai ahli waris
nantinya
- melahirkan dengan cara SC, karena panggulnya sempit,sebelumnya dokter mengatakan bahwa dia harus
dioperasi,dia menolak karena dia ingin melahirkan anaknya seacara normal,dokter pun menurutinya,setelah
beberapa jam mengedan kuat-kuat dan berteriak, tidak berhasil juga

- Akhirnya dia mau caesar,akan tetapi rasa cemas dan takut terus menghantuinya,disamping
rasa takut tersebut ada juga rasa malu karena bgaian perutnya hitam-hitam padahal ia adalah
seorangbidan
- setelah operasi selesai,keluarganya datang,tapi mereka kurang uas karena mereka tidak
dapat langsung menggendong si bayi dan perawatnya kurang memperhatikan bayinya lebih
dikesalkan lagi ibu mona tidak bisa menyusui anaknya karena air susunya tidak bisa keluar.
PENGKAJIAN
1.faktor sosial dan kekeluargaan
nyona mona ayu,panggilan mona ,usia 26 tahun ,wanita status menikah ,kehamilan pertama,tinggal bersama orang
mertua (orang tua suami),hubungan dengan orang tua/mertua erat,penggambilan keputusan secara musyawarah.
2..faktor teknologi
selama hamil ibu mona rutin dalam memeriksakan kandungannya seriap bulan,selama kehamilan,klien pernah USG
dan hasil dari USG diperdiksikan ibu mona akan melahirkan bayi perempuan.pada saat melahirkan,ibu mona
dilakukanSC.
3.faktor pendidikan
pendidikan ibu mona adalah D IV bidan dan suaminya adalah sarjana ekonomi,pekerjann ibu mona dan suami
adalah sebagai PNS.pengetahuan ibu mona mengenai persalinan cukup luas karena profesi beliau adalah bidan.
4.faktor ekonomi
klien seorang pns,biaya persalinan tidak jadi masalah (ditanggung bersama),jumlah anak yang ditanggung tidak
ada,selama kehamilan klien dan suami telah mempersiapkan biaya untuk keperluan selama hamil dan biaya
persalinandengancaramenabung
5.faktor nilai-nilai budaya dan gaya hidup
dalam keluarga menggunakan bahasa daerah dan bahsa indonesia,ibu mona selalu membersihkan diri dan merawat
kulitnya dengan lotion,makan dengan porsi yang besar dan selama kehamilan ibu mona tidak membatasi diet
makanannya,beliau rajin berenang,rajin makan buah (memperhatikan gizi )

6.faktor kebijakan dan peraturan rumah sakit vinaestetika


waktu melahirkan ibu dibolehkan ditunggui oleh suami,tetapi tidak diizinkan bagi keluarga keruang operasi,saat bayi
sudah lahir,keluarga tidak langsung diizinkan menggendong bayi karena bayi dimasukan keruang bayi untuk
mendaptatkan perawatan

DIAGNOSA KEPERAWATAN
- ketidak patuhan klien terhadap prosedur pengobatan yakni proses persalinan,klien menolak
caesar dengan tegas karena klien yang berprofesi sebagai bidan merasa mampu menjalani
persalinansecaranormal
-gangguan komunikasi verbal berdasarkan perbedaan kultur tidak ada
-tidak ada rasa tabu/malu dari klien ketika membantu persalinan dokter laki-laki
- klien tidak percaya hasil USG,karena latar belakang kulturalnya sebagai suku jawa yang
sangatmenginginkananaklaki-laki.
- respon klien yang di latar belakangi budayanya yakni adanya rasa malu ketika perutnya
dibuka karena dapat striae

PERENCANAAN DAN IMPLEMENTASI KEPERAWATAN


- cultural care preserventation/maintenance
- memelihara komunikasi yang sedang terjalin dengan baik ( tanpa ada masalah karena
budaya ) antara klien dengan perawat maupun klien dengan dokter atau klien dengan tenaga
kesehatan lainnya
- cultural care accomodation/negotiation
- bersikap tenang dan tidak terburu-buru saat interaksi dengan klien,mencoba memahami
kebudayaan klien sepanjang tidak memperburuk proses intra natal klien
- keluarag klien diketahui ingin melihat bayi dengan segera setelah persalina,maka
perawat memberikan penjelasan kepada keluarga bahwa bayi yang lahir caesar membutuhkan
perawatan terlebih dahulu sehingga tidak dapat langsung digendong oleh keluarga klien
- cultural care repartening/recontruction
- memberikan informasi mengenai kondisi klien yang tidak dapat menjalani persalinan
secara normal dan hrus caesar
- melibatkan keluarga untuk turut serta memberikan pengertian kepada klien bahwa bayi
yang akan lahir dengan jenis kelamin laki-laki atau perempuan sama saja,yang terpenti ng
adalah dalam kondisi sehat

EVALUASI
- ketidakpuasaan klien terhadap pelayanan di rumah sakit tersebut,karena klien tidak bisa
ketemu langsung dengan bayinya,dan kurangnya pelayanan keperawatan bayi karena bayi
kurang diperhatikan
- perawat kurang memperhatikan kebutuhan klien seperti cuek,tidak peduli dengan klien
BAB III

PENUTUP

A.KESIMPULAN

 Dalam pelaksanaan asuhan keperawatan,perawat perlu memahami norma-norma,dan


cara hidup budaya dari klien sehingga klien dapat mempertahankan
kesejahterannya,memperbaiki cara hidupnya dan kondisinya.
 Pemberian informasi mengenai penyakit dan prosedur pengobatan kepada
klien/keluarga klien akan membantu kelancaran pengobatan.
 Teori leininger sangat diperlukan dan membantu dalam praktek keperawatan,serta
mendukung dalam pelaksanaan asuhan keperawatan
 Dilihat dari kasus,dapat disimpulkan bahwa tim medis khususnya perawat yang ada
yang ada di rumah sakit tersebut kurang dapat menerapkan teori leininger dalam
pemberian asuhan keperawatan

Anda mungkin juga menyukai