Anda di halaman 1dari 8

Pemahaman Santri Terhadap Q.S.

Al-Fath ayat 29 hubungannya dengan


Akhlak mereka sehari-hari
Syafa’atun Nahriyah
Prodi PAI, FAI,Universitas Majalengka, Jl. KH. Abdul Halim 103 Majalengka, Indonesia

Abstrak

Tulisan ini bertujuan untuk menjelaskan pemahaman santri terhadap Q.S. Al-Fath ayat 29, akhlak santri sehari-
hari serta hubungan antara pemahaman santri terhadap Q.S Al-Fath ayat 29 dengan akhlak mereka sehari-hari.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriftif, dengan teknik pengumpulan data
menggunakan instrument angket dengan sampel 44santri.Hasil penelitian ini menunjukan bahwa
realitaspemahaman santri terhadap Q.S. Al-Fath ayat 29 dan akhlak santri sehati-hari termasuk kategori yang
tinggi. Sedangkan realitas hubungan antara pemahaman dengan akhlak dengan kualifikasi rendah.

Kata Kunci : Pemahaman, Akhlak

A. Pendahuluan Pemahaman ini sangat penting dalam


Pendidikan Agama Islam tidak hanya proses belajar mengajar, sebab tanpa
berusaha mencerdaskan peserta didik memahami materi yang dipelajari atau
terhadap ilmu keagamaan semata, tetapi uga diajarkan, seseorang tidak akan mampu
membiasakan peserta didik untuk taat dan menginterpretasikan pemahamannya., baik
patuh dalam menjalankan ajama Islam. Oleh dalam kata-kata maupun dalam perbuatan.
karena itu, pendidikan agama Islam Demikian pula dengan akhlak santri yang
mempunyai peranan yang sangat penting dipengaruhi oleh pemahaman mereka
dalam usaha menanamkan nilai-nilai ajaran terhadap Al-Quran.
agama Islam di kalangan masyarakat. Berdasarkan hal diatas terlihat betapa
Al-Quran merupakan acuan bagi pentingnya peranan santri untuk memahami
seorang muslim untuk melakukan perbuatan ayat-ayat Al-Quran tentang keteladaan
dan dijadikan landasan dari tujuan pendidikan Rasulullah Saw. Sehingga santri dapat
Islam. Oleh karena itu, Al-Quran harus melaksanakannya dalam kehidupan sehari-
dipahami oleh setiap muslim, khususnya oleh hari. Namu berdasarkan studi pendahuluan,
santri sebagai calon mubaligh dan pada kenyataannya tidak dapat dipungkiri
mubalighoh. Oleh sebab itu, dipesantren masih saja ada akhlak santri yang kurang
diberikan pelajaran tafsir. Tujuan dari sesuai dengan yang diharapkan. Masih ada
pelajaran ini adalah supaya santri mampu santri yang bersikap acuh tak acuh, tidak
menghafal, memahami dan mempraktekan saling menyayangi terhadap yang lainnya. hal
ajaran A-Quran dalam kehidupan sehari-hari. tersebut disebabkan karena adanya tingkat
Pemahaman santri terhadap ayat-ayat pemahaman yang berbeda.
Al-Quran merupakan sarana untuk Berdasarkan latar belakang di atas ,
menjalankan perintah dan menjauhi segala rumusan masalah dalam penelitian ini sebagai
larangan Allah SWT. salah satu dari perintah- berikut:
Nya adalah berakhlak mulia. Akhlak 1. Bagaimanakah pemahaman santri
merupakan selembar peran untuk menuntun terhadap Q.S Al-Fath ayat 29?
manusia berbuat baik terhadap tuhan, 2. Bagaimana Akhlak santri sehari-
manusia dan lingkungannnya. Dengan akhlak, hari?
manusia memiliki kedudukan sebagai makhluk 3. Bagaimanakah pemahaman santri
yang tinggi dan sempurna. Serta dengan terhadap Q.S AL-Fath ayat 29
akhlak pula lah yang membedakan manusia hubungannya denga akhlak
dengan makhluk lainnya. karena akhlak mereka sehari-hari?
mempunyai peran yang sangat penting, maka B. Pembahasan
para santri perlu memahami ayat-ayat Al- 1. Pemahaman
quran yang berkenaan dengan Ahklak.
W.S. Winkel (2007;247) berpendapat ◆⧫⧫⬧
bahwa pemahaman adalah kemampuan untuk ➔⧫❑⧫
menangkap makna dan arti dari bahan yang ⧫⬧
dipelajari. Pendapat tersebut terbukti dalam ◆❑◆➔☺
proses belajar mengajar, bahwa seorang siswa ❑
❑→
dituntut untuk dapat menangkap makna yang
⬧➔⬧⧫
telah dipelajari sehingga akhirnya akan ◆❑→➔⬧
diaplikasikan pada kehidupan sehari-hari. ⧫◆
Sardiman (2008; 42-43) mengatakan ⧫⚫⧫⧫
bahwa pemahaman atau comprehension ◼◆⧫⬧◼
diartikan menguasai sesuatu dengan pikiran. ⧫⬧◆❑⧫⬧
Comprehension atau pemahaman memiliki ◼⧫❑
arti yang sangat mendasar yang meletakan ➔⧫▪
bagian-bagian belajar pada proposisinya. ◆◆
Tanpa itu, skill pengetahuan dan sikap tidak ⧫◆⧫
❑⧫◆❑➔
akan bermakna. Pendapat tersebut
☺⧫◆⬧
menempatkan pemikiran sebagai alat untuk ⧫
memahami. ◆☺☺→⧫
Ngalim Purwanto (2008;44) yang 29. Muhammad itu adalah utusan
senada dengan pendapat Winkel, yang Allah dan orang-orang yang bersama
dimaksud pemahaman adalah tingkat dengan dia adalah keras terhadap
kemampuan yang mengharapkan testee arau orang-orang kafir, tetapi berkasih
responden mampu memahami arti atau sayang sesama mereka. kamu lihat
konsep, situasi, serta fakta yang diketahuinya. mereka ruku' dan sujud mencari
Dalam hal ini responden tidak hanya hafal karunia Allah dan keridhaan-Nya,
secara verbalitas, tetapi memahami konsep tanda-tanda mereka tampak pada
dari masalah atau fakta yang dinyatakan. muka mereka dari bekas sujud[1406].
Berdasarkan pendapat di atas dapat Demikianlah sifat-sifat mereka dalam
disimpulkan bahwa pemahaman adalah Taurat dan sifat-sifat mereka dalam
tingkat kemampuan memahami arti, makna, Injil, yaitu seperti tanaman yang
situasi, konsep-konsep, filosofis, menafsirkan mengeluarkan tunasnya Maka tunas
teori dengan menggunakan pikiran. itu menjadikan tanaman itu Kuat lalu
Adapun indikator dari pemahaman menjadi besarlah dia dan tegak lurus
menurut S. Nasution(1982;36) adalah di atas pokoknya; tanaman itu
menafsirkan teori. Menurut Winkel menyenangkan hati penanam-
(2007;274) indikator pemahaman adalah penanamnya Karena Allah hendak
makna dan arti. Menurut Sardiman (2008;42- menjengkelkan hati orang-orang
43) indikator pemahaman adalah pemahaman kafir (dengan kekuatan orang-orang
makna dari filosofisnya, maksud aytau mukmin). Allah menjanjikan kepada
implikasinya, dan aplikasinya. Sedangkan orang-orang yang beriman dan
menurut Ngalim Purwanto (2008;44) indikator mengerjakan amal yang saleh di
pemahaman adalah memahami arti atau antara mereka ampunan dan pahala
konsep, situasi dan fakta. yang besar.

• Tafsiran secara umum


Dalam Tafsir Al-Azhar (2007:174)
dijelaskan bahwa ayat ini merupakan
2. Q.S. Al-Fath ayat pedoman hidup dan pedoman perjuangan
☺⧫❑▪ bagi kaum muslimin dalam menghadapi
⧫◆➔⧫ dunia. Kita mengakui kerasulan beliau adalah
◼⧫
dengan konsekuensinya sekali, akan meniru
◆❑
meneladani langkah, mencontoh sepak d) Bahwa mereka mempunyai
terjangnya, menjunjung tinggi sunahnya. tanda yang dengan itu mereka
Muhammad Rasulullah itu adalah laksana mudah dikenal. Yakni bahwa
cahaya yang memberikan terang bagi kita mereka bercahaya pada wajah
buat melanjutkan perjuangan ini.” Muslim mereka, khusyu’ dan tunduk
adalah saudara dari orang yang muslim. Dia yang bisa dikenali oleh orang
tidak akan menghinakannya, dan dia tidak cerdas.
akan mengecewakannya. e) Bahwa injil mengumpamakan
Setelah terjadi persatuan keyakinan. keadaan mereka dengan
Persatuan aqidah dan ibadah persatuan mengatakan, akan muncul suatu
aqidah dan persatuan dalam pandangan kaum yang akan tumbuh
hidup, dengan sendirinya timbullah bagaikan tumbuhnya tanaman,
persaudaraan yang rapat. Lantaran mereka menyuruh kepada yang
persaudaraan yang rapat timbulah persatuan ma’ruf dan mencegah dari yang
sikap dan perangai, yaitu “dan orang-orang munkar.
ada besertanya bersikap keras terhadap Menurut Hamka (2007; 174-178)
orang-orang kafir, sayang menyayangi di dalam tafsirnya bahwa isi kandungan surat Al-
antara sesama mereka”. Begitulah sikap fath ayat 29 adalah sebagai berikut:
hidup umat yang telah mengaku tidak ada a) Muhammad adalah teladan bagi
tuhan melainkan Allah dan Muhammad ummat muslim
Rasulllullah. Bersatu aqidah, bersatu b) Sesama umat muslim adalah saudara
pandangan hidup adalah cinta-mencintai, dan saling sayang menyayangi.
seberat seringan sehina semalu, berat sama c) Sebagai seorang mukmin, amal
dipikul, ringan sama dijinjing dengan sesama mereka mengharapkan pahala dari
beriman. Itulah yang dinamakan Ukhuwah tuhan mereka dan kedekatan di sisi-
Islamiyah. Nya serta keridhaan dari –Nya.
• Isi kandungan surat Al-Fath ayat 29 d) Allah menerima taubat terhadap
Dalam tafsir Al-Baghawi isi kandungan orang-orang yang telah melakukan
ayat 29 surat Al-Fath adalah bahwa ayat dosa.
tersebut mempunyai makna sesungguhnya
orang yang beriman itu keras terhadap musuh 3. Akhlak Santri
agama, sangay kasih sayang dan lembut • Pengertian Akhlak
terhadap saudaranya yang seiman. Menurut etimologi, kata akhlak
Sedangkan dalam Tafsir Al-Maraghi berasal dari bahasa Arab (‫ )اخالق‬bentuk
(1993;193) isi kandungannya adalah sebagai jamak dari mufradnya khuluq (‫)خلق‬, yang
berikut: berarti budi pekerti. (Rakhmat Djatnika
a) Bahwa mereka bersikap keras 1996 : 26)
terhadap siapapun yang Sedangkan pengertian yang luas,
menentang agamanya, dan tentang akhlak dapat dianalisis dari
mengajak bermusuhan dan pendapat beberapa filosof muslim yang
bersifat belas kasih kepada di kutip oleh M. Syatori (1987:1) dalam
sesama mereka. bukunya ilmu akhlaq diantaranya yaitu :
b) Bahwa mereka menjadikan a. Ibnu Maskawaih
shalat dan keikhlasan kepada ْ
ُ‫ْر فِكرُ َُو ََ الرويَة‬
ُِ ‫غي‬ ُْ ِ‫س َدا ِعيَةُ ل َهـااِلى ا َ ْفعَالِهـَا م‬
َ ‫ن‬ ُ ِ ‫َحالُ لِلنَّ ْف‬
Allah sebagai kebiasaan mereka "Keadaan jiwa seseorang yang
pada kebanyakan waktu. mendorong untuk melakukan
c) Bahwa mereka dengan amal perbuatan-perbuatan tanpa
mereka mengharapkan pahala mengambil pertimbangan terlebih
dari tuhan mereka dan dahulu".
kedekatan di sisi-Nya serta b. Al-Ghazali
keridhoan dari-Nya. ُْ ِ‫صدرُ اْالَ ْفعَالُ بِسومو لَةُ م‬
‫ن‬ ْ َ ‫ع ْن َها ت‬َ ُ‫س اَمِ نَة‬ُ ِ ‫َه ْيئ َةُ لِلنَّ ْف‬
‫ل فِ ْكر َُو ََ الرويَة‬ َُ ِ‫ْر َحا َجةُ ا‬
ُِ ‫غي‬َ
“Perangai ialah suatu sifat yang o Mencintai Allah melebihi cinta
tetap pada jiwa, yang dari padanya kepada apa dan siapapun juga
timbul perbuatan-perbuatan dengan dengan mempergunakan
mudah, dengan tidak membutuhkan firmannya dalam Al-Qur’an
kepada pikiran”. sebagai pedoman hidup dan
c. Mahyudin Ibnu Arab kehidupan
َ ‫س يَفَ َعلُ اْ ِإل ْن‬
ُ‫سـانُ ِب ُِه ا َ ْف َعالهُ بِالَر ْويَةُ َوالَاِحْ تِيَار‬ ُ ِ ‫َحالُ لِلنَّ ْف‬ o Melaksanakan segala perintah
"Keaadaan jiwa seseorang yang dan menjauhi segala larangan-
mendorong manusia untuk berbuat Nya
tanpa melalui pertimbangan pilihan o Mengharapkan dan berusaha
terlebih dahulu”. memperoleh keridhaan Allah
Pengertian-pengertian di atas o Mensyukuri nikmat dan karunia
terdapat suatu gambaran bahwa akhlak Allah
merupakan gabungan dari kehendak dan o Menerima dengan ikhlas semua
kebiasaan yang menimbulkan kekuatan- qada’ dan qadar illahi
kekuatan yang sangat besar untuk melakukan o Memohon ampun hanya
perbuatan-perbuatan. Kehendak merupakan kepada Allah
kekuatan dari macam-macam keinginan yang o Bertaubat hanya kepada Allah
ada pada diri manusia setelah dib terlebih o Tawakal (berserah diri) kepada
dahulu. Karena bimbing dan kebiasaan adalah Allah
perbuatan yang diulang-ulang sehingga Menurut Rakhmat Djatnika (1996:
mudah dilakukan. 176-177) kewajiban manusia terhadap Allah
Dari uraian diatas dapat disimpulkan SWT. secara garis besar meliputi 2 (dua) hal,
bahwa akhlak merupakan tingkah laku atau antara lain :
perbuatan seseorang yang timbul karena o Mentauhidkan-Nya yakni tidak
dorongan dari dalam dirinya tanpa adanya memusyrikan-Nya kepada
pertimbangan terlebih dahulu. Karena telah sesuatu apapun. Mentauhidkan
dilakukan terus-menerus dan berulang-ulang Allah adalah menyakini atas ke-
maka dapat berbuat secara spontanitas. Esaan Allah dan berbuat karena
Adapun perbuatan yang ditampilkan dan hanya untuk mendapatkan
tergantung dari kebiasaan-sehari-hari apakah ridha-Nya.
itu perbuatan yang baik atau perbuatan yang o Beribadat Kepada-Nya.
buruk. Sebagaimana firman Allah
• Indikator Akhlak dalam surat Adz-Dzariyat ayat
Akhlak merupakan tonggak pertama 56 :
dan utama dalam Islam, yang mampu ⧫◆→◼
menentukan sikap dan pandangan hidup bagi ▪
manusia. Karena itu, maju mundurnya suatu ◆➔
bangsa dapat ditentukan oleh budi pekerti ◆
dari pada manusia itu sendiri. Artinya:
Adapun indikator dari Akhlak adalah “Dan Aku tidak menciptakan jin
sebagai berikut : dan manusia melainkan supaya
1) Akhlak terhadap Allah SWT mereka mengabdi kepada-Ku.”
Hubungan manusia dengan Allah
SWT. adalah hubungan antara makhluk dan Dengan demkian, jelaslah bahwa
khaliqnya. Manusia diperintahkan untuk akhlak manusia kepada Allah SWT.
beribadah dan berbakti kepada-Nya. (Habluminaallah) secara garis besar adalah
Mohammad Daud Ali (2006 : 356-357) dengan melaksanakan amal ibadah dalam
mengemukakan bahwa akhlak manusia segala aspek kepadanya, baik ibadah berupa
terhadap Allah (Khalik) antara lain adalah : lahiriah maupun ibadah yang bersifat
batiniyah sesuai dengan ketentuan yang ada
dalam ajaran agama Islam.
2) Akhlak terhadap Orang tua 3) Akhlak terhadap Diri Sendiri
Allah SWT. memerintahkan kepada Tugas dan kewajiban manusia
seluruh manusia agar berbuat baik kepada ibu terhadap diri sendiri ialah memelihara jasmani
dan bapak. Hal ini dimaksud agara manusi dan rohaninya. Sehingga dapat menjalankan
mensyukuri kebaikan ibu bapak. Kewajiban tugasnya dengan baik. Allah melarang
berbuat baik kepada kedua orang tua manusia berbuat kikir, boros, yang dalam hal
diletakan Allah SWT. dalam urutan yang kedua ini terhadap pemenuhan tuntutan diri sendiri.
setelah kewajiban beribadah kepada Allah Firman Allah SWT. surat Al-Isra’ ayat 29
SWT. kewajiban anak terhadap orang tua menyatakan :
menduduki tempat yang paling utama dalam ◆➔⧫⬧
ajaran Islam. ❑➔⧫◼
Dalam Quran surat Al-Isra ayat 23 ◆⬧
Allah SWT. berfirman : ⧫➔⧫⬧
⬧◆◆ ❑➔⧫❑⧫
➔⬧◼ 
⧫◆❑ Artinya:
◆ “Dan janganlah kamu jadikan
⧫➔⧫◆ tanganmu terbelenggu pada lehermu dan
☺➔⧫◼ janganlah kamu terlalu mengulurkannya
☺➔⬧→⬧ Karena itu kamu menjadi tercela dan
☺⚫◆ menyesal.”
☺➔⬧➔◆☺ Kewajiban manusia terhadap diri
❑⬧☺ sendiri adalah memenuhi kebutuhan manusia
 itu sendiri. Karena, menurut garis besarnya
23. Dan Tuhanmu Telah
manusia itu sendiri. Islam menanamkan dalam
memerintahkan supaya kamu jangan
diri manusia bahwa diri manusia, pribadinya,
menyembah selain dia dan hendaklah kamu
memiliki hak-hak dengan sebaik-baiknya.
berbuat baik pada ibu bapakmu dengan
Untuk keberhasilan manusia dalam
sebaik-baiknya. jika salah seorang di antara
melaksanakan kewajibannya ia harus memiliki
keduanya atau kedua-duanya sampai
gambaran dan sikap yang baik terhadap diri
berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, Maka
sendiri. Usaha ini dapat dicapai dengan
sekali-kali janganlah kamu mengatakan
penerimaan diri, keyakinan diri dan
kepada keduanya perkataan "ah" dan
kepercayaan pada diri sendiri. (Asmaran AS,
janganlah kamu membentak mereka dan
2002: 174).
ucapkanlah kepada mereka perkataan yang
Menurut Mohammad Daud Ali
mulia[850].
(2006:357), akhlak terhadap diri sendiri antara
lain : memelihara diri, menutup aurat, jujur
Asmaran AS (2002;179-180)
dalam perkataan dan perbuatan, ikhlas, sabar,
mengemukakan bentuk bakti atau perbuatan
rendah hati, menjauhi dengki dan dendam,
baik kepada orang tua adalah sebagai berikut:
adil terhadap diri sendiri dan orang lain,
a. Taat terhadap segala yang
menjauhi perkataan yang sia-sia.
diperintahkan dan meninggalkan
4) Akhlak terhadap keluarga
segala yang dilarang mereka
Dalam keluarga, peran penting
sepanjang perintah dan larangan
pembinaan akhlak terletak pada orang tua.
itu tidak bertentangan dengan
Akhlak kepada keluarga ialah dengan
ajaran Islam.
memelihara silaturahmi yakni dengan saling
b. Menghormatinya, merendahkan
mengunjungi, membantu, saling
diri kepadanya.
bermusyawarah dan saling memahami
c. Memberi penghidupan, pakaian,
sebagaimana disebutkan dalam hadist Nabi
mengobati sakitnya dan
(Zainuddin, 1998;95)
menyelamatkannya dari sesuatu
”tidak termasuk umatku yang baik, orang
yang dapat membahayakannya.
yang tidak menyayangi saudara yang lebih
muda dan orang yang tidak menghormati hak Karena persatuan adalah satu nikmat Allah
saudara yang lebih tua. Tidak termasuk yang besar yang harus disyukuri dan
umatku yang baik orang yang suka menipu, dipelihara sebaik-baiknya. Hal ini akan
dan tidaklah seorang mukmin itu benar-benar terlaksana apabila setiap anggota masyarakat
beriman, sehingga ia menyayangi mukmim dapat menciptakan pergaulan yang baik,
yang lain seperti ia menyayangi dirinya saling menghargai, tolong menolong antar
sendiri.” (H.R. Thabari) satu dengan yang lainnya. Orang muslim
Menurut Daud Ali (2002;358) akhlak adalah bersaudara sesama orang muslim.
terhadap keluarga antara lain: saling membina Sudah menjadi kewajiban bagi setiap orang
rasa cinta kasih sayang, saling menunaikan Islam untuk tidak membiarkan saudaranya
kewajiban untuk memeperoleh hak, berbakti mendapat kesulitan dan kesusahan di dunia.
kepada orang tua, mendidik anak dengan Allah SWT. Berfirman dalam Al-Qur’an
kasih sayang, memelihara hubungan surat Al-Maidah ayat 2 :
silaturahmi. ❑◆➔⬧◆◼⧫
5) Akhlak terhadap tetangga ◆❑
Tetanggga adalah orang yan ◆◆❑◆
mendiami rumah berdampingan dengan ➔⬧◼⧫◆
rumah seseorang dan ada tetengga yang agak ➔◆❑→
◆
jauh yang tidak berdampingan dengan rumah
⬧➔
seseorang. Hubungan tetengga terdekat, 
terutama yang berdampingan dengan rumah Artinya :
seseorang, mempunyai hubungan yang sangat dan tolong-menolonglah kamu dalam
erat dengannya, yang kedudukannya hampir (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan
seperti saudara. Bahkan dalam beberapa hal jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa
lebih dekat daripada saudara yang ada di dan pelanggaran. dan bertakwalah kamu
tempat jauh. kepada Allah, Sesungguhnya Allah amat berat
Menurut Muhammad Daud Ali siksa-Nya.
(2002;356) akhlak terhadap tetangga antara Seorang muslim harus saling sayang
lain: saling mengunjungi, saling bantu, saling menyayangi, kasih mengasihi dan tolong
memberi, saling menghormati dan menolong terhadap saudaranya. Kecintaan
menghindari pertengkaran dan permusuhan. seorang muslim terhadap sesamanya
6) Akhlak terhadap masyarakat bagaikan sosok tubuh yang apabila salah satu
Manusia ditakdirkan hidup di alam anggotanya sakit maka seluruh badan akan
dunia fana ini tidak dapat hidup menyendiri merasakan sakitnya. (Depag, 1999: 48).
jauh dari orang lain. Dalam pergaulan hidup Menurut Muhamad Daud Ali (2006;
bersama antar manusia akan terjadi interaksi 358) bahwa akhlak terhadap masyarakat
sosial dan hal ini merupakan syarat utama antara lain memuliakan tamu, menghormati
terjadinya aktivitas sosial. Interaksi sosial nilai dan norma yang berlaku dimasysrakat,
merupakan hubungan sisoal yang dinamis saling menolong dalam kebajikan dan
yang menyangkut hubungan antar orang ketaqwaan, memberi makan fakir miskin dan
perseorang dan antar kelompok manusia. berusaha melapangkan hidup dan
Allah SWT. telah menciptakan kehidupannya, bermusyawarah dalam segala
manusia ke dalam berbagai suku dan bangsa, urusan, menaati putusan yang telah diambil
supaya saling mengenal dan saling menolong dan menjelaskan amanah yang diberikan
dalam kehidupan. Tidak ada kelebihan seseorang atau masyarakat serta menepai
seseorang di atas yang lain, kecuali ketaqwaan janti.
dan budi pekerti yang luhur. • Faktor yang mempengaruhi
Allah mengajarkan supaya kaum Akhlak
muslim bersatu dalam melaksanakan ajaran Menurut M. Syatori (1987:2)
agama dan menjauhi segala yang mengemukakan bahwa seseorang mempunyai
menimbulkan perpecahan serta permusuhan. tingkah laku karena adanya pengaruh baik
secara langsung maupun secara tidak daya gerak atau tindakan seseorang terhadap
langsung dari tiga komponen yaitu : suatu objek karena suatu hal yang
a. Tempat kediaman; keluarga, memengaruhinya. Dalam hal ini pemahaman.
sekolah, ataupun masyarakat Jadi, pemahaman seseorang terhadap suatu
secara tidak langsung objek dapat mendorong timbulnya tingkah
memberikan suatu bekas tingkah laku tertentu terhadap seseorang tersebut.
laku pada manusia. Apabila pemahaman seseorang bersifat
b. Adat; kadangkala awal manusia positif terhadap Q.S Al-Fath ayat 29, maka
mempunyai tingkah laku bisa juga akan hadir akhlak yang positif. Sebaliknya
dikarenaan adat, di mana apabila pemahaman santri terhadap Q.S Al-
perbuatan itu akan merupakan fath ayat 29 bersifat negatif maka akan hadir
pencerminan dari adat bila akhlak yang negatif pula.
perbuatan itu dibiasakan dan Hasil yang ditemukan dalam penelitian
diulang-ulang, sehingga ini yaitu bahwa realitas pemahaman santri
menjadikan suatu ketetapan. terhadap Q.S AL-Fath ayat 29 termasuk
c. Keturunan; dibagi menjadi dua kategori tinggo dengan rata-rata angka 48.04.
bagian yaitu turunan dari segi sedangkan realitas akhlak mereka sehari-hari
jenis (kesamaan dari segi termasuk kategori tinggi dengan rata-rata
jasmaniahnya saja), turunan dari 57.02. sedangkan realitas hubungan antara
segi tabeat (kesamaan dengan variabel X dengan Variabel Y sebesar 0.01,
orang tua, kerabat maupun dengan kualifikasi sangat rendah. Berdasarkan
dengan yang lainnya). pengujian hipotesis dengan menggunakan
Para ahli etika yang di kutip oleh product moment diperoleh t hitung sebesar
Rahmat Djatnika (1996:72) dalam bukunya 0.065< dari t tabel sebesar 1,697 dengan taraf
Sistem Ethika Islam Akhlak Mulia berpendapat signifikansi 5%.
bahwa sumber-sumber akhlak yang
merupakan pembentukan mental itu ada D. Simpulan
beberapa faktor yaitu : Berdasarkan hasil penelitian dan
a) Faktor dari luar dirinya secara pembahasan tentang pemahaman santri
langsung atau tidak langsung, terhadap Q.S AL-Fath ayat 29 hubungannya
meliputi ; keturunan, atau al- dengan akhlak mereka sehari-hari, dapat
waratsah, lingkungan, sekolah, ditarik kesimpulan sebagai berikut:
pergaulan kawan, penguasa atau 1. Realitas pemahaman santri terhadap
pimpinan. Q.S AL-Fath ayat 29 termasuk
b) Faktor dari dalam dirinya seperti kategori tyang tinggi dengan rata-
pengalaman-pengalaman yang rata angka 48,04.
datang dari luar, meliputi ; instink 2. Realiatas akhlak santri sehari-hari
dan akalnya, adat, kepercayaan, termasuk kategori tinggi dengan
keinginan-keinginan, hawa nafsu rata-rata angka 57,02.
dan hati nurani. 3. Hubungan antara pemahaman snatri
Sedangkan menurut Hamzah Yakub terhadap Q.S Al-Fath ayat 29 dengan
(1993: 55) yang mempengaruhi akhlak akhlak mereka sehari-hari sebesar
seseorang ada beberapa faktor, yaitu: Naluri 0,01dengan kualifikasi sangat
(instink), kebiasaan, lingkungan (lingkungan rendah. Berdasarkan pengujian
alam dan lingkungan pergaulan, dan hipotesis dengan menggunakan
pendidikan. produc moment diperoleh t hitung
C. Hasil sebesar 0.065< dari t tabel sebesar
Akhlak atau tingkah laku dapat hadir 1,697 dengan taraf signifikansi 5%.
dalam diri seseorang sebagai respon Adapun kadar pengaruhnya sebesar
daristimulus yang diterimanya. Dengan 1%. Hal ini berarti terdapat 99%
demikian pada prinsipnya akhlak merupakan faktor lain yang dapat
mmepengaruhakhlak mereka sehari- Zakiah Darajat. 2008. Metodik Khusus
har selain faktor pemahaman santri Pengajaran Agama Islam. Bumi Aksara.
terhadap Q.S AL-Fath ayat 29. Jakarta
Ws. Winkel. 2007.Psikologi Pengajaran.
Gramedia. Jakarta
E. Daftar Pustaka
Anas Sudijono. 1999. Pengantar Statistik
Pendidikan, Raja Grafindo, Jakarta.
Asmaran As. 2002. Pengantar Studi
Akhlak, PT Raja Grafindo Persada,
Jakarta.
A Zainuddin dan Muhammad Jamhari.
1998. Al-Islam 2 Muamalah dan
Akhlak, Pustaka Setia, Bandung.
Cukup Wiarsih. 1996. Karya Tulis Ilmiyah,
Majalengka.
Departemen Agama. 1999. Pendidikan
Agama Islam untuk SLTP kelas III, Jakarta.
Departemen Agama.1990. Al-Qur’an
Terjemah, Jakarta.
Hamzah Yakub. 1993. Etika Islam,
Dipenogoro, Bandung.
Mohammad Daud Ali. 2006. Pendidikan
Agama Islam, Pt Raja Grafindo Persada,
Jakarta.
Muhibbin Syah. 1994. Psikologi
Pendidikan Suatu Pendekatan Baru,
Remaja Rosda
Karya, Bandung.
M. Syatori. 1987. Ilmu Akhlak, Lisan,
Bandung.
Ngalim Purwanto. 2008. Prinsip-prinsip
dan Teknik Evaluasi Pengajaran, Remaja
RosdaKarya, Bandung.
Rahmat Djatnika. 1996. Sistem Etika
Islam (Akhlak Mulia), Rineka Cipta,
Jakarta.
Sarlito Wirawan Sarwono. 2000.
Pengantar Umum Psikologi, PT Bulan
Bintang, Jakarta.
Subana. 2001. Statistik Pendidikan,
Pustaka Setia, Bandung.
Sudjana. 2002. Metode Statistika, Tarsito,
Bandung.
Suharsimi Arikunto. 2002. Prosedur
Penelitian Suatu Pendekatan Praktek,
Rineka Cipta,
Jakarta.
Yaya Suryana dan Tedi Priatna. 2008.
Methodologi Penelitian Pendidikan,
Sahifa, Bandung.

Anda mungkin juga menyukai