Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN PENDAHULUAN

PERSALINAN FISIOLOGI

DISUSUN OLEH

RISKA RISTIANI
2019011373

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN


AKADEMI KESEHATAN ASIH HUSADA SEMARANG
2020/2021
1. Definisi
Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks dan janin turun
ke dalam jalan lahir. (Prawirohardjo, 2011).
Pesalinan dan kelahiran normal (partus spontan) adalah proses lahirnya bayi
pada letak belakang kepala yang dapat hidup dengan tenaga ibu sendiri dan uri,
tanpa alat serta tidak melukai ibu dan bayi yang umumnya berlangsung kurang
dari 24 jam melalui jalan lahir.
Masa nifas ( puerperium ) adalah masa pulih kembali, mulai dari persalinan
selesai sampai alat – alat kandungan kembali seperti pra-hamil. Lama masa nifas
ini yaitu 6 – 8 minggu.(Rustam Mochtar,2013).
Masa nifas adalah periode sekitar 6 minggu sesudah melahirkan anak, ketika
alat – alat reproduksi tengah kembali kepada kondisi normal.( Barbara F. weller
2015 )
Post partum adalah proses lahirnya bayi dengan tenaga ibu sendiri, tanpa
bantuan alat – alat serta tidak melukai ibu dan bayi yang umumnya berlangsung
kurang dari 24 jam.(Abdul Bari Saifuddin, 2012)
Pesalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi
pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan presentasi
belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa komplikasi baik pada ibu
maupun pada janin. (Prawirohardjo, 2011).
2. Etiologi
Penyebab persalinan belum pasti diketahui,namun beberapa teori
menghubungkan dengan faktor hormonal,struktur rahim,sirkulasi rahim,pengaruh
tekanan pada saraf dan nutrisi (Hafifah, 2011)
a. Teori penurunan hormone
1-2 minggu sebelum partus mulai, terjadi penurunan hormone
progesterone dan estrogen. Fungsi progesterone sebagai penenang otot –
otot polos rahim dan akan menyebabkan kekejangan pembuluh darah
sehingga timbul his bila progesterone turun.
b. Teori placenta menjadi tua
Turunnya kadar hormone estrogen dan progesterone menyebabkan
kekejangan pembuluh darah yang menimbulkan kontraksi rahim.
c. Teori distensi rahim
Rahim yang menjadi besar dan merenggang menyebabkan iskemik otot-
otot rahim sehingga mengganggu sirkulasi utero-plasenta.
d. Teori iritasi mekanik
Di belakang servik terlihat ganglion servikale(fleksus franterrhauss). Bila
ganglion ini digeser dan di tekan misalnya oleh kepala janin akan timbul
kontraksi uterus.
e. Induksi partus
Dapat pula ditimbulkan dengan jalan gagang laminaria yang dimasukan
dalam kanalis servikalis dengan tujuan merangsang pleksus frankenhauser,
amniotomi pemecahan ketuban), oksitosin drip yaitu pemberian oksitosin
menurut tetesan perinfus.
3. Patofisiologi
Rustam Mochtar,2013). Dalam masa post partum atau masa nifas, alat-alat
genetalia interna maupun eksterna akan berangsur-angsur pulih kembali seperti
keadaan sebelum hamil. Perubahan-perubahan alat genetal ini dalam
keseluruhannya disebut “involusi”. Disamping involusi terjadi perubahan-
perubahan penting lain yakni memokonsentrasi dan timbulnya laktasi yang
terakhir ini karena pengaruh hormon laktogen dari kelenjar hipofisis terhadap
kelenjar-kelenjar mamae.
Otot-otot uterus berkontraksi segera post psrtum, pembuluh-pembuluh darah
yang ada antara nyaman otot-otot uretus akan terjepit. Proses ini akan
menghentikan pendarahan setelah plasenta lahir. Perubahan-perubahan yang
terdapat pada serviks ialah segera post partum bentuk serviks agak menganga
seperti corong, bentuk ini disebabkan oleh korpus uteri terbentuk semacam cincin.
Peruabahan-perubahan yang terdapat pada endometrium ialah timbulnya
trombosis, degenerasi dan nekrosis ditempat implantasi plasenta pada hari
pertama endometrium yang kira-kira setebal 2-5 mm itu mempunyai permukaan
yang kasar akibat pelepasan desidua dan selaput janin regenerasi endometrium
terjadi dari sisa-sisa sel desidua basalis yang memakai waktu 2 sampai 3 minggu.
Ligamen-ligamen dan diafragma pelvis serta fasia yang merenggang sewaktu
kehamilan dan pertu setelah janin lahir berangsur-angsur kembali seperti sedia
kala.
4. Pathway
Menurut (Rustam Mochtar,2013).
5. Tanda dan Gejela
Tanda gejala menurut Yuli (2017) yaitu:

a. Involusi uterus
Adalah proses kembalinya alat kandungan uterus dan jalan lahir setelah
bayi dilahirkan sehingga mencapai keadaan seperti sebelum hamil.
Setelah plasenta lahir, uterus merupakan alat yang keras, karena kontraksi
ini menyebabkan rasa nyeri/mules-mules yang disebut after pain post
partum terjadi pada hari ke – 2-3 hari.
b. Kontraksi uterus
Intensistas kontraksi uterus meningkat setelah melahirkan berguna untuk
mengurangi volume cairan intra uteri. Setelah 1 – 2 jam post partum,
kontraksi menurun stabil berurutan, kontraksi uterus menjepit pembuluh
darah pada uteri sehingga perdarahan setelah plasenta lahir dapat berhenti.
c. After pain
Terjadi karena pengaruh kontraksi uterus, normal sampai hari ke -3. After
pain meningkat karena adanya sisa plasenta pada cavum uteri, dan
gumpalan darah (stoll cell) dalam cavum uteri .
d. Endometrium
Pelepasan plasenta dan selaput janin dari dinding rahim terjadi pada
stratum spunglosum, bagian atas setelah 2 – 3 hari tampak bahwa lapisan
atas dari stratum sponglosum yang tinggal menjadi nekrosis keluar dari
lochia. Epitelisasi endometrium siap dalam 10 hari, dan setelah 8 minggu
endometrium tumbuh kembali. Epitelisasi tempat plasenta + 3 minggu
tidak menimbulkan jaringan parut, tetapi endometrium baru, tumbuh di
bawah permukaan dari pinggir luka.
e. Ovarium
Selama hamil tidak terjadi pematangan sel telur. Masa nifa terjadi
pematangan sel telur, ovulasi tidak dibuahi terjadi mentruasi, ibu
menyusui mentruasinya terlambat karena pengaruh hormon prolaktin.
f. Lochia
Adalah cairan yang dikeluarkan dari uterus melalui vagina dalam masa
nifas, sifat lochia alkalis sehingga memudahkan kuman penyakit
berkembang biak. Jumlah lebih banyak dari pengeluaran darah dan lendir
waktu menstruasi, berbau anyir, tetapi tidak busuk.
Lochia dibagi dalam beberapa jenis :
a.  Lochia rubra
Pada hari 1 – 2 berwarna merah, berisi lapisan decidua, sisa-sisa
chorion, liguor amni, rambut lanugo, verniks caseosa sel darah
merah.
b.   Lochia sanguinolenta
Dikeluarkan hari ke 3 – 7 warna merah kecoklatan bercampur lendir,
banyak serum selaput lendir, leukosit, dan kuman penyakit yang
mati.
c.   Lochia serosa
Dikeluarkan hari ke 7 – 10, setelah satu minggu berwarna agak
kuning cair dan tidak berdarah lagi.
d.  Lochia alba
Setelah 2 minggu, berwarna putih jernih, berisi selaput lendir,
mengandung leukosit, sel epitel, mukosa serviks dan kuman penyakit
yang telah mati.
g. Serviks dan vagina
Beberapa hari setelah persalinan, osteum externum dapat dilalui oleh 2 jari
dan pinggirnya tidak rata (retak-retak). Pada akhir minggu pertama hanya
dapat dilalui oleh 1 jari saja. Vagina saat persalinan sangat diregang
lambat laun mencapai ukuran normal dan tonus otot kembali seperti biasa,
pada minggu ke-3 post partum, rugae mulai nampak kembali.
h. Perubahan pada dinding abdomen
Hari pertama post partum dinding perut melipat dan longgar karena
diregang begitu lama. Setelah 2 – 3 minggu dinding perut akan kembali
kuat, terdapat striae melipat, dastosis recti abdominalis (pelebaran otot
rectus/perut) akibat janin yang terlalu besar atau bayi kembar.
i. Perubahan Sistem kardiovaskuler
Volume darah tergantung pada jumlah kehilangan darah selama partus dan
eksresi cairan extra vasculer. Curah jantung/cardiac output kembali normal
setelah partus
j. Perubahan sistem urinaria
Fungsi ginjal normal, dinding kandung kemih memperlihatkan oedema
dan hiperemi karena desakan pada waktu janin dilahirkan. Kadang-
kadang oedema trigonum, menimbulkan obstruksi dari uretra sehingga
terjadi retensio urin. Pengaruh laserasi/episiotomi yang menyebabkan
refleks miksi menurun.
k. Perubahan sistem Gastro Intestina;
Terjadi gangguan rangsangan BAB atau konstipasi 2 – 3 hari post partum.
Penyebabnya karena penurunan tonus pencernaan, enema, kekakuan
perineum karena episiotomi, laserasi, haemorroid dan takut jahitan lepas
l. Perubahan pada mamae
Hari pertama bila mammae ditekan sudah mengeluarkan colustrum. Hari
ketiga produksi ASI sudah mulai dan jaringan mammae menjadi tegang,
membengkak, lebut, hangat dipermukaan kulit (vasokongesti vaskuler)
m. Laktasi
Pada waktu dua hari pertama nifas keadaan buah dada sama dengan
kehamilan. Buah dada belum mengandung susu melainkan colustrum
yang dapat dikeluarkan dengan memijat areola mammae. Colustrum yaitu
cairan kuning dengan berat jenis 1.030 – 1,035 reaksi alkalis dan
mengandung protein dan garam, juga euglobin yang mengandung antibodi,
bayi yang terbaik dan harus dianjurkan kalau tidak ada kontra indikasi
n. Temperatur
Temperatur pada post partum dapat mencapai 38 0C dan normal kembali
dalam 24 jam. Kenaikan suhu ini disebabkan karena hilangnya cairan
melalui vagina ataupun keringat, dan infeksi yang disebabkan
terkontaminasinya vagina.
o. Nadi
Umumnya denyut nadi pada masa nifas turun di bawah normal.
Penurunan ini akibat dari bertambahnya jumlah darah kembali pada
sirkulasi seiring lepasnya placenta. Bertambahnya volume darah
menaikkan tekanan darah sebagai mekanisme kompensasi dari jantung dan
akan normal pada akhir minggu pertama.
p. Tekanan Darah
Keadaan tensi dengan sistole 140 dan diastole 90 mmHg baik saat
kehamilan ataupun post partum merupakan tanda-tanda suatu keadaan
yang harus diperhatikan secara serius.
q. Hormon
Hormon kehamilan mulai berkurang dalam urine hampir tidak ada dalam
24 hari, setelah 1 minggu hormon kehamilan juga menurun sedangkan
prolaktin meningkat untuk proses laktasi

6. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan penunjang menurut Sarwono ( 2013) yaitu :

a. Kondisi uterus : palpasi fundus, kontraksi TFU

b. Jumplah pendarahan : inspeksi perinium, laserasi, hematom

c. Pengeluaran loche

d. Kandung kemih

e. distensi bladder

7. KOMPLIKASI

Komplikasi yang bisa terjadi pada ibu post partum menurut Yuli (2017) yaitu :

a. Perdarahan post pastum (keadaan kehilangan darah lebih dari 500


mL selama 24 jam pertama sesudah kelahiran bayi)
b. Endometritis (radang edometrium)
c. Miometritis atau metritis (radang otot-otot uterus)
d.  Perimetritis (radang peritoneum disekitar uterus)

e.  Caked breast / bendungan asi (payudara mengalami distensi, menjdi keras


dan berbenjol-benjol)

f.  Mastitis (Mamae membesar dan nyeri dan pada suatu tempat, kulit
merah, membengkak sedikit, dan nyeri pada perabaan ; Jika tidak ada
pengobatan bisa terjadi abses)

g.  Trombophlebitis (terbentuknya pembekuan darah dalam vena varicose


superficial yang menyebabkan stasis dan hiperkoagulasi pada kehamilan dan
nifas, yang ditandai dengan kemerahan atau nyeri.)

h.  Luka perineum (Ditandai dengan : nyeri local, disuria, temperatur naik

38,3 °C, nadi < 100x/ menit, edema, peradangan dan kemerahan pada tepi,
pus atau nanah warna kehijauan, luka kecoklatan atau lembab, lukanya melu
8. PENATALAKSANAAN
Penatlaksanaan menurut Siti ( 2015) dan Yuli ( 2017) yaitu:
a. Penatalaksanaan medis
1) Pemeriksaan laboratorium darah lengkap (hemoglobin,
hematokrit, leukosit)
2) Urinalisis : kadar urin
3) Memberikan tablet zat besi untuk mengatasi anemia
4) Berikan antibiotik bila ada indikasi 2) Penatalaksanaan
keperawatan
5) Mobilisasi dini
6) Rawat gabung
7) Pemeriksaan umum ( keluhan dan kesadaran)
8) Pemeriksaan khusus ( TTV, fundus uteri, payudara, lochea,
luka jahitan episiotomi).
9. Pengkajian Fokus Keperawatan
a. Riwayat ibu
1) Biodata ibu.
2) Penolong.
3) Jenis persalinan.
4) Masalah-masalah persalinan.
5) Nyeri.
6) Menyusui atau tidak.
7) Keluhan-keluhan saat ini, misalnya : kesedihan/depresi, pengeluaran
per vaginam/perdarahan/lokhia, putting/payudara.
8) Rencana masa datang : kontrasepsi yang akan digunakan.
b. Riwayat sosial ekonomi
1) Respon ibu dan keluarga terhadap bayi.
2) Kehadiran anggota keluarga untuk membantu ibu di rumah.
3) Para pembuat keputusan di rumah.
4) Kebiasaan minum, merokok dan menggunakan obat.
5) Kepercayaan dan adat istiadat.
c. Riwayat bayi
1) Menyusu.
2) Keadan tali pusat.
3) Vaksinasi.
4) Buang air kecil/besar.
d. Pemeriksaan fisik
1) Pemeriksaan umum
a) Suhu tubuh.
b) Denyut nadi.
c) Tekanan darah.
d) Tanda-tanda anemia.
e) Tanda-tanda edema/tromboflebitis.
f) Refleks.
g) Varises.
h) CVAT (Contical Vertebral Area Tenderness).
2) Pemeriksaan payudara
a) Putting susu : pecah, pendek, rata.
b) Nyeri tekan.
c) Abses.
d) Pembengkakan/ASI terhenti.
e) Pengeluaran ASI.
3) Pemeriksaan perut / uterus
a) Posisi uterus/tinggi fundus uteri.
b) Kontraksi uterus.
c) Ukuran kandung kemih.
4) Pemeriksaan vulva/perineum
a) Pengeluaran lokhia.
b) Penjahitan laserasi atau luka episiotomi.
c) Pembengkakan.
d) Luka.
e) Henoroid.
5) Aktivitas/istirahat
Insomnia mungkin teramati.
6) Sirkulasi
Episode diaforetik lebih sering terjadi pada malam hari.
7) Integritas ego
Peka rangsang, takut / menangis (“post partum blues” sering
terlihat kira-kira 3 hari setelah melahirkan).
8) Eliminasi
Diuresis diantara hari kedua dan kelima.
9) Makanan/cairan
Kehilangan nafsu makan mungkin dikeluhkan kira-kira hari ketiga.
10) Nyeri/ketidaknyamanan
Nyeri tekan payudara / pembesaran dapat terjadi diantara hari
ketiga sampai kelima pasca partum.
11) Seksualitas
Uterus 1 cm di atas umbilikus pada 12 jam setelah kelahiran,
menurun kira-kira 1 lebar jari setiap harinya.
Lokhia rubra berlanjut sampai hari kedua sampai ketiga, berlanjut
menjadi lokhia serosa dengan aliran tergantung pada posisi (misal :
rekumben versus ambulasi berdiri) dan aktivitas (misal :
menyusui).
Payudara : produksi kolostrum 48 jam pertama, berlanjut pada suhu
matur, biasanya pada hari ketiga; mungkin lebih dini, tergantung
kapan menyusui dimulai
 Diagnosa keperawatan
1. Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan peregangan perineum;
luka episiotomi; involusi uteri; hemoroid; pembengkakan payudara
2. Resiko defisit volume cairan berubungan dengan pengeluaran yang
berlebihan; perdarahan; diuresis; keringat berlebihan.
3. Perubahan pola eleminasi BAK (disuria) berhubungan dengan trauma
perineum dan saluran kemih
4. Perubahan pola eleminasi BAB (konstipasi) berhubungan dengan kurangnya
mobilisasi; diet yang tidak seimbang; trauma persalinan.
5. Gangguan pemenuhan ADL berhubungan dengan immobilisasi; kelemahan.
6. Resiko infeksi berhubungan dengan trauma jalan lahir.
7. Resiko gangguan proses parenting berhubungan dengan kurangnya
pengetahuan tentang cara merawat bayi.
Intervensi Keperawatan

No Diagnosa Tujuan dan Intervensi Rasional


. Keperawatan Kriteria Hasil
1. Gangguan rasa Pasien a. Kaji tingkat nyeri a. Menentukan
nyaman mendemonstrasika pasien intervensi
(nyeri) b/d n tidak adanya keperawatan
peregangan nyeri. sesuai skala
perineum; Kriteria hasil: vital nyeri.
luka sign dalam batas b. Kaji kontraksi b. Mengidentifika
episiotomi; normal, pasien uterus, proses si
involusi uteri; menunjukkan involusi uteri penyimpangan
hemoroid; peningkatan dan kemajuan
pembengkaka aktifitas, keluhan berdasarkan
n payudara. nyeri terkontrol, c. Anjurkan pasien involusi uteri.
payudara lembek, untuk membasahi c. Mengurangi
tidak ada perineum dengan ketegangan
bendungan ASI. air hangat pada luka
sebelum perineum.
berkemih
d. Anjurkan dan
latih pasien cara
merawat d. Melatih ibu
payudara secara mengurangi
teratur. bendungan
ASI dan
memperlancar
e. Jelaskan pada ibu pengeluaran
tetang teknik ASI.
merawat luka e. Mencegah
perineum dan infeksi dan
mengganti PAD kontrol nyeri
secara teratur pada luka
setiap 3 kali perineum.
sehari atau setiap
kali lochea
keluar banyak.
f. Kolaborasi
dokter tentang
pemberian f. Mengurangi
analgesik bial intensitas nyeri
nyeri skala 7 ke denagn
atas. menekan
rangsnag nyeri
pada
nosiseptor.
2. Resiko defisit Pasien dapat a. Pantau: a. Mengidentifika
volume cairan mendemostrasikan si
b/d status cairan  Tanda-tanda penyimpangan
pengeluaran membaik. vital setiap 4 indikasi
yang Kriteria evaluasi: jam. kemajuan atau
berlebihan; tak ada manifestasi  Warna urine. penyimpangan
perdarahan; dehidrasi, resolusi  Berat badan dari hasil yang
diuresis; oedema, haluaran setiap hari. diharapkan.
keringat urine di atas 30  Status umum
berlebihan. ml/jam, kulit setiap 8 jam
kenyal/turgor kulit
b. Pantau: cairan
baik. b. Mengidentifika
masuk dan cairan
si
keluar setiap 8
keseimbangan
jam.
cairan pasien
secara adekuat
c. Beritahu dokter
dan teratur.
bila: haluaran
c. Temuan-
urine < 30
temuan ini
ml/jam, haus,
mennadakan
takikardia,
hipovolemia
gelisah, TD di
dan perlunya
bawah rentang
peningkatan
normal, urine
cairan.
gelap atau encer
gelap
d. Konsultasi dokter
bila manifestasi
kelebihan cairan
d. Mencegah
terjadi.
pasien jatuh ke
dalam kondisi
kelebihan
cairan yang
beresiko
terjadinya
oedem paru.
3. Perubahan Pola eleminasi a. Kaji haluaran a. Mengidentifika
pola eleminasi (BAK) pasien urine, keluhan si
BAK (disuria) teratur. serta keteraturan penyimpangan
b/d trauma Kriteria hasil: pola berkemih. dalam pola
perineum dan eleminasi BAK berkemih
saluran kemih. lancar, disuria tidak b. Anjurkan pasien pasien.
ada, bladder melakukan b. Ambulasi dini
kosong, keluhan ambulasi dini. memberikan
kencing tidak ada. rangsangan
untuk
pengeluaran
urine dan
pengosongan
c. Anjurkan pasien bladder.
untuk membasahi c. Membasahi
perineum dengan bladder dengan
air hangat air hangat
sebelum dapat
berkemih. mengurangi
ketegangan
akibat adanya
d. Anjurkan pasien luka pada
untuk berkemih bladder.
secara teratur. d. Menerapkan
pola berkemih
secara teratur
akan melatih
pengosongan
e. Anjurkan pasien bladder secara
untuk minum teratur.
2500-3000 ml/24 e. Minum banyak
jam. mempercepat
filtrasi pada
glomerolus dan
mempercepat
f. Kolaborasi untuk pengeluaran
melakukan urine.
kateterisasi bila f. Kateterisasi
pasien kesulitan memabnatu
berkemih. pengeluaran
urine untuk
mencegah
stasis urine.
4. Perubahan Pola eleminasi a. Kaji pola BAB, a. Mengidentifika
pola eleminasi (BAB) teratur. kesulitan BAB, si
BAB Kriteria hasil: pola warna, bau, penyimpangan
(konstipasi) eleminasi teratur, konsistensi dan serta kemajuan
b/d kurangnya feses lunak dan jumlah dalam pola
mobilisasi; warna khas feses, eleminasi
diet yang tidak bau khas feses, b. Anjurkan (BAB).
seimbang; tidak ada kesulitan ambulasi dini. b. Ambulasi dini
trauma BAB, tidak ada merangsang
persalinan. feses bercampur pengosongan
darah dan lendir, rektum secara
konstipasi tidak c. Anjurkan pasien lebih cepat.
ada. untuk minum c. Cairan dalam
banyak 2500- jumlah cukup
3000 ml/24 jam. mencegah
terjadinya
penyerapan
cairan dalam
rektum yang
dapat
menyebabkan
feses menjadi
d. Kaji bising usus keras.
setiap 8 jam. d. Bising usus
mengidentifika
sikan
pencernaan
e. Pantau berat dalam kondisi
badan setiap hari. baik.
e. Mengidentifiak
is adanya
f. Anjurkan pasien penurunan BB
makan banyak secara dini.
serat seperti f. Meningkatkan
buah-buahan dan pengosongan
sayur-sayuran feses dalam
hijau. rektum.
5. Gangguan ADL dan a. Kaji toleransi a. Parameter
pemenuhan kebutuhan pasien terhadap menunjukkan
ADL b/d beraktifitas pasien aktifitas respon
immobilisasi; terpenuhi secara menggunakan fisiologis
kelemahan. adekuat. parameter pasien terhadap
Kriteria hasil: berikut: nadi stres aktifitas
-   20/mnt di atas dan indikator
Menunjukk frek nadi derajat
an istirahat, catat penagruh
peningkatan peningaktan TD, kelebihan kerja
dalam dispnea, nyeri jnatung.
beraktifitas. dada, kelelahan
-   Kelemahan berat, kelemahan,
dan berkeringat,
kelelahan pusing atau
berkurang. pinsan.
-   Kebutuhan b. Tingkatkan
ADL istirahat, batasi
terpenuhi aktifitas pada b. Menurunkan
secara dasar kerja
mandiri nyeri/respon miokard/komsu
atau dengan hemodinamik, msi oksigen ,
bantuan. berikan aktifitas menurunkan
-   frekuensi senggang yang resiko
jantung/ira tidak berat. komplikasi.
ma dan Td c. Kaji kesiapan
dalam batas untuk
normal. meningkatkan c. Stabilitas
-   kulit aktifitas contoh: fisiologis pada
hangat, penurunan istirahat
merah kelemahan/kelela penting untuk
muda dan han, TD menunjukkan
kering stabil/frek nadi, tingkat aktifitas
peningaktan individu.
perhatian pada
aktifitas dan
perawatan diri
d. Dorong
memajukan
aktifitas/toleransi d. Komsumsi
perawatan diri. oksigen
miokardia
selama
berbagai
aktifitas dapat
meningkatkan
jumlah oksigen
yang ada.
Kemajuan
aktifitas
bertahap
mencegah
e. Anjurkan peningkatan
keluarga untuk tiba-tiba pada
membantu kerja jantung.
pemenuhan e. Teknik
kebutuhan ADL penghematan
pasien energi
menurunkan
penggunaan
energi dan
membantu
keseimbangan
f. Jelaskan pola suplai dan
peningkatan kebutuhan
bertahap dari oksigen.
aktifitas, contoh: f. Aktifitas yang
posisi duduk maju
ditempat tidur memberikan
bila tidak pusing kontrol
dan tidak ada jantung,
nyeri, bangun meningaktkan
dari tempat tidur, regangan dan
belajar berdiri mencegah
dst. aktifitas
berlebihan.

6. Resiko infeksi Infeksi tidak a. Pantau: vital a. Mengidentifika


b/d trauma terjadi. sign, tanda si
jalan lahir. Kriteria hasil: tanda infeksi. penyimpangan
infeksi tidak ada, dan kemajuan
luka episiotomi sesuai
kering dan bersih, b. Kaji pengeluaran intervensi yang
takut berkemih dan lochea, warna, dilakukan.
BAB tidak ada. bau dan jumlah. b. Mengidentifika
si kelainan
pengeluaran
c. Kaji luka lochea secara
perineum, dini.
keadaan jahitan. c. Keadaan luka
perineum
berdekatan
dengan daerah
basah
mengakibatkan
kecenderunagn
luka untuk
d. Anjurkan pasien selalu kotor
membasuh vulva dan mudah
setiap habis terkena infeksi
berkemih dengan d. Mencegah
cara yang benar infeksi secara
dan mengganti dini.
PAD setiap 3 kali
perhari atau
setiap kali
pengeluaran
lochea banyak.
e. Pertahnakan
teknik septik
aseptik dalam
merawat pasien e. Mencegah
(merawat luka kontaminasi
perineum, silang terhadap
merawat infeksi.
payudara,
merawat bayi).
7. Resiko Gangguan proses a. Beri kesempatan a. Meningkatkan
gangguan parenting tidak ada. ibu untuk kemandirian
proses Kriteria hasil: ibu melakukan ibu dalam
parenting b/d dapat merawat bayi perawatan bayi perawatan bayi.
kurangnya secara mandiri secara mandiri.
pengetahuan (memandikan, b. Libatkan suami b. Keterlibatan
tentang cara menyusui, merawat dalam perawatan bapak/suami
merawat bayi. tali pusat). bayi. dalam
perawatan bayi
akan
membantu
meningkatkan
keterikatan
batih ibu
c. Latih ibu untuk dengan bayi.
perawatan
payudara secara c. Perawatan
mandiri dan payudara
teratur. secara teratur
akan
mempertahank
an produksi
ASI secara
kontinyu
sehingga
d. Motivasi ibu kebutuhan bayi
untuk akan ASI
meningkatkan tercukupi.
intake cairan dan
diet TKTP. d. Meningkatkan
e. Lakukan rawat produksi ASI.
gabung sesegera
mungkin bila
tidak terdapat
komplikasi pada 5.   e.
ibu atau bayi. Meningkat
kan
hubungan
ibu dan
bayi sedini
mungkin.
DAFTAR PUSTAKA

Hafifah.2011. Ilmu kebidananan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka.


Prawirohardjo. 2011. Asuhan kebidanan pada masa nifas. Jakarta: Salemba
Medika.
Rustam Mochtar.2013. Fundamental keperawatan. Jakarta: EGC.
Abdul Bari Saifuddin.2012. Asuhan kebidanan pada masa nifas. Jakarta:
Salemba Medika.
Hafifah.2011. Asuhan Kebidanan Nifas dan Menyusui. Yogyakarta: Nuha Medika
Sarwono.2013. Buku panduan praktek kesehatan maternal dan neonatal. 
Jakarta : Trisada.
Yuli .2017. Buku ajar asuhan keperawatan maternitas amplikasi nanda nic
noc. Jakarta: CV Trans Infomedia.

Anda mungkin juga menyukai