VERTIGO
Disusun oleh :
Rifka Nur Anisa
4118396100013
Pembimbing :
dr. Ika Yulieta, Sp.S
2021
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT atas berkat rahmat dan hidayah-Nya penulis
dapat menyelesaikan makalah presentasi kasus dipersiapkan mengenai Vertigo.
Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas dalam kepaniteraan klinik di
stase Neurologi Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati Jakarta.
1. dr. Ika Yulieta, Sp.S selaku pembimbing presentasi kasus dipersiapkan ini.
2. Semua dokter dan staf pengajar di SMF Neurologi Rumah Sakit Umum
Pusat Fatmawati Jakarta.
Jakarta, 15 November2021
Penulis
i
BAB I
ILUSTRASI KASUS
KASUS PERTAMA
I. IDENTITAS PASIEN
RM :018014XX
Nama : TN. M
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 57 th
Pekerjaan : Pegawai swasta
Agama : Islam
Status Perkawinan : Menikah
Pendidikan : Tamat SLTA
Alamat : Cilandak,Jakarta Selatan
II. ANAMNESIS
a. Keluhan Utama
Pusing berputar sejak 3 hari SMRS.
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke poli saraf RSUP Fatmawati untuk kontrol
post stroke, saat datang pasien mengaku mengalami keluhan pusing
sempoyongan, keluhan disertai nyeri kepala vas 5, pasien sempat
melihat bintik hitam ketika nyeri kepala datang. Keluhan nyeri
kepala berkurang ketika pasien mengkonsumsi paracetamol 2 tablet
sekaligus namun kerap muncul lagi selang beberapa jam
mengkonsumsi obat tersebut. Keluhan pusing berputar dirasakan
memberat jika pasien berubah posisi dari terlentang ke duduk atau
berdiri sehingga pasien hanya berbaring saja dikamar akhir-akhir ini.
Pasien sempat berobat ke puskesmas terdekat diberikan betahistin
2
dan keluhan berkurang namun saat ini pasien masih merasa
sempoyongan ketika beraktifitas.
3
III. PEMERIKSAAN FISIK
a. Keadaan Umum : Tampak Sakit Sedang
Status Generalis
Kepala : Normosefali, rambut hitam sebagian putih
Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), ptosis (-/-),
lagoftalmus
(-/-)
Telinga : Normotia (+/+), darah (-/-), serumen (-/-)
Hidung : Deviasi septum (-), sekret (-/-), darah (-/-)
Tenggorok : Faring hiperemis (-), tonsil T1-T1
Jantung
Inspeksi : ictus cordis tidak terlihat
Palpasi : Ictus cordis teraba pada ICS V 2 jari lateral midclavicula
sinistra
Paru
4
Inspeksi : Pergerakan dinding dada simetris kanan dan kiri
Palpasi : Vocal fremitus kanan kiri sama
Perkusi : Sonor di seluruh lapang paru
Perkusi : Timpani
Ekstremitas : Kedua ekstremitas akral hangat (+/+), edema (-).
Status Neorologis
GCS : E4M6V5
Pupil
Bulat, isokor, diameter 3 mm/3mm, RCL +/+, RCTL +/+.
Saraf-saraf Kranialis
5
N. I
Normosmia
N. III, IV, VI
Kanan Kiri
6
N.V
Kanan Kiri
Cabang motorik
Cabang Sensorik
Motorik :
7
N.VIII
Kanan Kiri
N.IX, X
N.XI
Kanan Kiri
N. XII
Atrofi : (-)
Fasikulasi : (-)
Tremor : (-)
8
Sistem Motorik
Kekuatan motorik
4444 5555
4444 5555
Trofik : Eutrofi/Eutrofi
Tonus : Normotonus/Normotonus
Refleks-refleks Fisiologis
+2 +2 +2 +2
+2 +2 +2 +2
Refleks-refleks Patologis
Hoffman Tromner : - / -
Babinsky : - / -
Chaddock : - / -
Oppenheim : - / -
Gordon : - / -
Gonda : - / -
Schaeffer : - / -
Klonus Lutut : - / -
Klonus Tumit : - / -
Sistem Sensorik
Proprioseptif : baik
Eksteroseptif : baik
Raba : baik
Nyeri : baik
9
Fungsi Otonom
Miksi : Baik
Defekasi : Baik
Sekresi Keringat : Baik
Laboratorium
318 ribu
4.18juta
VER/HER/KHER/RDW
- VER 86.1fl 80.0-100.0 fl
- HER 26.6 pg 26.0-34.0 pg
- KHER 31.0 g/dl 32.0-36
- RDW 15.9 % 11.5-14.5 %
10
HITUNG JENIS
- Basofil 0% 0 -1
- Eosinofil 0% 1-3
- Neutrofil 58 % 50-70
- Limfosit 17 % 20-40
- Monosit 3% 2-8
- Luc 1% <=5
- Jumlah Limfosit absolut 860 /uL >=1500
- Rasio Neutrofil Limfosit 11.7
KIMIA KLINIK
FUNGSI HATI
- SGOT
11.7 <=32 U/I
- SGPT
U/I7 <=33U/I
U/I
FUNGSI GINJAL
- Ureum Darah
13.3 mg/dl 16.6 - 48.5 mg/dl
- Kreatinin Darah
0.58 mg/dl 0.51 - 0.95 mg/dl
ELEKTROLIT
11
V. RESUME
Tn M 57 tahun datang ke poli saraf RSUP Fatmawati bersama
istrinya untuk kontrol post stroke dengan keluhan saat ini pusing
berputar sejaak 3 haari terakhir, keluhan disertai nyeri kepala vas 5.
pasien sempat melihat bintik hitam ketika nyeri kepala datang, pasien
sudah mengkonsumsi paracetamol dan untuk memperingan keluhannya.
Keluhan juga disertai sensasi berputar, pasien sudah mengkonsumsi
betahistine yang didapatkan dari puskesmas namun saat ini pasien masih
merasa sempoyongan ketika beraktifitas. Gangguan penglihatan dan
pendengaran disangkal. Nyeri kepala disangkal. keluhan ini pertama
kali.
12
VI. DIAGNOSIS
Diagnosis Klinis : Hemiparesis dextra, vertigo central,
nausea, nistagmus.
• Betahistin 3x12mg
• Paracetamol 3x500 mg
• atorvastatin 1x20 mg
• Amlodipin 1x5 mg
• Clopidogrel 1x75mg
• Omeprazole 2x20mg
• Antasida 3x1 cth
13
VIII. PROGNOSIS
Ad vitam : Dubia ad bonam
Ad functionam : Dubia ad bonam
Ad sanationam : Dubia ad malam
14
DAFTAR PUSTAKA
1. DEFINISI
Vertigo merupakan suatu sensasi gerakan dari tubuh berupa rotasi tanpa ada sensasi
perputaran yang sebenarnya. Penderita akan merasakan sekelilingnya berputar atau
badannya yang berputar. Vertigo berasal dari Bahasa latin “vetere yaitu memutar. Keadaan
ini masuk ke dalam gangguan keseimbangan yang dinyatakan sebagai pusing, pening,
sempoyongan dan rasa seperti melayang.
II. ANATOMI
III. FISIOLOGI
Keseimbangan merupakan salah satu persepsi kita akan lingkungan yang diatur
oleh sistem vestibular. Sistem vestibular adalah sistem yang bertanggung jawab
terhadap orientasi tubuh kita dalam ruangan, baik ketika kita duduk, berdiri, dan dalam
15
posisi lainnya. Adanya sistem vestibular kita bisa menjaga keseimbangan tubuh kita
karena ada suatu sistem yang mengatur bagaimana tubuh harus diposisikan
berdasarkan gerakan dan posisi kepala, atau leher. Sistem vestibular berfungsi untuk
menjaga keseimbangan, koordinasi serta mengontrol pergerakan tubuh. Sistem ini
bekerja sama dengan sistem penglihatan, sistem sensorik serta sistem motoric.
Sistem vestibular terletak pada tulang temporal telinga dan terdiri dari:
1. Labirin yang terdiri dari utrikulus sakulus, dan tiga kanalis semisirkularis yang
mempunyai reseptor dan berfungsi untuk menjaga keseimbangan tubuh. Impuls
reseptor labirin tersebut membentuk lengkung reflex yang berfungsi untuk
mengkoordinasikan otot ekstrakuler, leher, dan tubuh sehingga keseimbangan tersebut
tetap terjaga pada segala posisi dan pada pergerakan kepala.
2. Saraf vestibulokochlearis yang berasal dari batang otak yang membawa serabut aferen
somatic khusus dari saraf vestibularis untuk keseimbangan dan pendengaran. Impuls ini
berjalan pada kedua saraf melalui kanalis auditorius interna kemudian menembus ruang
subarachnoid, menuju nucleus vestibularis di batang otak.
4. Serebelum (Otak kecil) merupakan bagian dari sistem saraf pusat yang terletak
di atas batang otak yang memiliki fungsi utama sebagai mengontrol gerakan
dan keseimbangan serta membantu belajar dan mengingat kemampuan
motoric.
16
IV. PATOFISIOLOGI
Kondisi ketika system keseimbangan baik sentral maupun perifer yang tidak
normal atau adanya gerakan yang abnormal dan berlebihan sehingga tidak terjadi proses
pengolahan input yang wajar dan menyebabkan vertigo. Selain itu, terjadi pula respons
penyesuaian otot-otot yang tidak adekuat, sehingga muncul gerakan abnormal pada
mata (nistagsum), unsteadiness/ ataksia sewaktu berdiri/ berjalan dan seperti gejala
lainnya.
Teori ini didasari suatu asumsi bahwa makin banyak dan semakin cepat
rangsangan, makin berpeluang menimbulkan sindrom vertigo akibat gangguan
fungsi Alat Keseimbangan Tubuh (AKT). Jenis rangsangan ini yang ada pada
saat ini antara kursi putar Barany, faradisasi/ galvanisasi dan irigasi telinga, serta
kendaraan laut dan darat. Menurut teori ini sindrom vertigo timbul akibat
rangsangan berlebihan terhadap kanalis semisirkulasi menyebabkan hiperemi
dari organ ini sehingga bisa muncul sindrom vertigo (vertigo, nistagmus, mual
dan muntah).
17
selanjutnya proses masuknya sensori yang menempuh jalur tidak normal.
Proses tidak normal ini akan menimbulkan perintah (keluaran) dari pusat AKT
menjadi tidak sesuai dengan kebutuhan keadaan yang sedang dihadapi dan
membangkitkan tanda kegawatan. Perintah/ keluaran yang tidak sesuai akan
menimbulkan refleks antisipatif yang salah dari otot-otot ekstremitas (deviasi
jalan sempoyongan), penyangga tubuh (deviasi saat berposisi tegak) otot, dan otot
penggerak mata (nistagmus). Tanda kegawatan berupa vertigo yang bersumber
dari korteks otak dan keringat dingin serta mual muntah yang berasal dari
aktivitas sistem saraf otonom. Teori konflik sensori ini belum dapat mengungkap
terjadinya vertigo akibat kelainan psikis, dan terjadinya habituasi/adaptasi yang
bermanfaat untuk penanganan vertigo.
Kelamahan teori konflik sensori ini deperbaiki oleh teori Neural Mismatch dan
teori sinaps. Jika dalam keadaan normal, informasi untuk alat keseimbangan
tubuh di tangkap oleh tiga jenis reseptor, yaitu reseptor vestibular, penglihatan
dan propioseptik. Menurut teori ini terjadi ketidakcocokan masuknya sensorik
yang berasal dari berbagai reseptor sensorik perifer yaitu antara mata, vestibulum
dan propiosepti atau ketidakseimbangan masuknya sensorik dari sisi kanan dan
kiri. Ketidakcocokan tersebut bisa menimbulkan kebingungan sensorik di sentral
sehingga menimbulkan respons yang dapat berupa nistagmus (usaha koreksi bola
mata). Ataksia atau sulit berjalan (gangguan vestibular serebelum) atau rasa
melayang berputar (yang berasal dari sensasi kortikal).
4. Teori Otonomik
5. Teori Sinap
V. PENYEBAB VERTIGO
1. Otologi
Otologi ini merupakan 24-61 kasus vertigo (paling sering), dapat disebabkan oleh
BPPV (benign paroxysmal positional vertigo), penyakit Meniere, parase N.
VIII (vestibulokoklearis) maupun otitis media.
19
C. Gangguan visus
D. Gangguan serebelum
G. Vertigo servikal.
3. Interna
4. Psikiatrik
Terdapat pada lebih dari 50% kasus vertigo. Biasanya pemeriksaan klinis dan
laboratoris menunjukkan hasil dalam bebas normal. Penyebabnya biasanya
berupa depresi, fobia, ansietas, serta psikosomatis.
5. Fisiologis
vertigo yang timbul ketika melihat ke bawah saat kita berada di tempat tinggi.
20
1. Vertigo Vestibular
Vestibular adalah salah satu organ bagian dalam telinga yang senantiasa
mengirimkan informasi tentang posisi tubuh ke otak untuk menjaga
keseimbangan. Vertigo timbul pada gangguan sistem vestibular, yang
menimbulkan sensasi berputar, timbulnya episodic, diprovokasi oleh gerakan
kepala, dan bias disertai rasa mual muntah.
b. vertigo neurologik adalah gangguan vertigo yang disebabkan oleh gangguan saraf.
c. Keluhan vertigo yang disebabkan oleh gangguan mata atau berkurangnya daya
e. Selain penyebab dari segi fisik penyebab lain munculnya vertigo adalah pola hidup
yang tidak teratur, seperti kurang tidur atau terlalu memikirkan suatu masalah
hingga stres. Vetigo yang disebabkan oleh stres atau tekanan emosional disebut
psikogenik.
21
Perbedaan vertigo vestibular dan non vestibular sebagai berikut:
Vertigo perifer terjadi jika terdapat gangguan di saluran yag disebut kanalis
simirkularis, yaitu telinga bagian tegah yang bertugas mengontrol keseimbangan.
Vertigo jenis ini biasanya diikuti gejala-gejala seperti:
d. Hilang keseimbangan
j. Berkeringat
22
Gangguan kesehatan berhubungan dengan vertigo perifer antara lain penyakit (Benign
Proxymal Postional Vertigo) atau BPPV (gangguan keseimbangan karena ada perubahan
posisi kepala), minire disease (gangguan keseimbangan yang sering kali menyebabkan
hilangnya pendengaran), vestibular neuritis (peradangaan pada sel-sel saraf keseimbangan)
dan labyrinthis (radang di bagian dalam pendengaran).
Vertigo sentral terjadi jika ada sesuatu yang tidak normal di dalam otak, khususnya di
bagian saraf keseimbangan, yaitu daerah percabangan otak dan serebelum (otak kecil).
Gejala vertigo sentral biasanya terjadi secara bertahap, penderita akan mengalami hal
tersebut di antaranya ialah:
a. Penglihatan ganda
b. Sukar menelan
e. Kesadaran terganggu
Gangguan kesehatan yang berhubugan dengan vertigo sentral termasuk antara lain,
stroke, multiple sclerosis (gangguan tulang bekalang dan otak), tumor, trauma di bagian
kepala, migren, infeksi, kondisi peradangan, neurodegenerative illnesses (penyakit
kemunduran fungsu saraf) yang menimbulkan damak pada otak kecil.
Penyebab dan gejala keluhan vertigo biasanya datang mendadak, diikuti gejala klinis
tidak nyaman seperti banyak berkeringat, mual dan munahfaktor penyebab vertigo adalah
Sistemik, Neurologik, Ophatalmogik, Otolaringologi, Psikogenik, dan dapat disingkat
SNOOP, sedangkan perbedaan vertigo vestibular perifer dan sentral sebagai berikut
(Sutarni, Rusdi & Abdul, 2019).
23
Perbedaan Vertigo Vestibular Perifer Dengan Sentral:
VII. DIAGNOSIS
A. ANAMNESIS
B. PEMERIKSAAN FISIK
1. PEMERIKSAAN NEUROLOGIS
Tandem gait.
Uji Unterberger
Berdiri dengan kedua lengan lurus horizontal ke depan dan jalan di tempat dengan
mengangkat lutut setinggi mungkin selama satu menit. Pada kelainan vestibuler posisi
penderita akan menyimpang/berputar ke arah lesi dengan gerakan seperti orang
melempar cakram; kepala dan badan berputar ke arah lesi, kedua lengan bergerak ke
arah lesi dengan lengan pada sisi lesi turun dan yang lainnya naik. Keadaan ini disertai
nistagmus dengan fase lambat ke arah lesi.
Dengan jari telunjuk ekstensi dan lengan lurus ke depan penderita disuruh mengangkat
lengannya ke atas, kemudian diturunkan sampai menyentuh telunjuk tangan pemeriksa.
Hal ini dilakukan berulang- ulang dengan mata terbuka dan tertutup. Pada kelainan
vestibuler akan terlihat penyimpangan lengan penderita ke arah lesi.
Uji Babinsky-Weil
Pasien dengan mata tertutup berulang kali berjalan lima langkah ke depan dan lima
langkah ke belakang selama setengan menit; jika ada gangguan vestibuler unilateral,
pasien akan berjalan dengan arah berbentuk bintang.
25
2. Fungsi Vestibuler
Perhatikan adanya nistagmus, lakukan uji ini ke sisi kanan dan kiri, dilakukan dari
posisi duduk di atas tempat tidur, penderita dibaringkan ke belakang dengan cepat,
sehingga kepalanya menggantung 45° di bawah garis horizontal, kemudian kepalanya
dimiringkan 45° ke kanan lalu ke kiri. Perhatikan saat timbul dan hilangnya vertigo
dan nystagmus. Dengan uji ini dapat dibedakan apakah lesinya perifer atau sentral.
Pada lesi perifer, vertigo dan nistagmus timbul setelah periode laten 2-10 detik, hilang
dalam waktu kurang dari 1 menit, akan berkurang atau menghilang bila tes diulang-
ulang beberapa kali (fatigue). Pada lesi sentral, tidak ada periode laten, nistagmus dan
vertigo berlangsung lebih dari 1 menit, bila diulang-ulang reaksi tetap seperti semula
(non-fatigue).
Tes Kalori
Penderita berbaring dengan kepala fleksi 30°, sehingga kanalis semisirkularis lateralis
dalam posisi vertikal. Kedua telinga diirigasi bergantian dengan air dingin (30°C) dan
air hangat (44°C) masing-masing selama 40 detik dan jarak setiap irigasi 5 menit.
Nistagmus yang timbul dihitung lamanya sejak permulaan irigasi sampai hilangnya
nistagmus tersebut (normal 90-150 detik).
Dengan tes ini dapat ditentukan adanya canal paresis atau directional preponderance
ke kiri atau ke kanan. Canal paresis adalah jika abnormalitas ditemukan di satu telinga,
baik setelah rangsang air hangat maupun air dingin, sedangkan directional
preponderance ialah jika abnormalitas ditemukan pada arah nistagmus yang sama di
masing-masing telinga. Canal paresis menunjukkan lesi perifer di labarin atau n.VIII,
sedangkan directional preponderance menunjukkan lesi sentral.
Elektronistagmogram
Pemeriksaan ini hanya dilakukan di rumah sakit, dengan tujuan untuk merekam
gerakan mata pada nistagmus, dengan demikian nistagmus tersebut dapat dianalisis
secara kuantitatif.
26
3. Fungsi Pendengaran
Tes ini digunakan untuk membedakan tuli konduktif dan tuli perseptif, dengan tes-tes
Rinne, Weber dan Schwabach. Pada tuli konduktif, tes Rinne negatif, Weber
lateralisasi ke yang tuli dan schwabach memendek.
Audiometri
Ada beberapa macam pemeriiksaan audiometri seperti Ludness Balance Test, SISI,
Bekesy Audiometry, Tone Decay. Pemeriksaan saraf-saraf otak lain meliputi: acies
visus, kampus visus, okulomotor, sensorik wajah, otot wajah, pendengaran dan fungsi
menelan. Juga fungsi motorik (kelumpuhan ekstremitas), fungsi sensorik (hipestesi,
parestesi) dan serebelar (tremor, gangguan cara berjalan).
C. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan laboratorium rutin atas darah dan urin, dan pemeriksaan lain sesuai
indikasi.
2. Foto Rontgen tengkorak, leher, Stenvers (pada neurinoma akustik).
3. Neurofisiologi Elektroensefalografi (EEG), Elektromiografi (EMG), Brainstem
Auditory Evoked Potential (BAEP).
VIII. TATALAKSANA
1. Terapi kausal
Obati penyebab dasarnya
27
ANTIHISTAMIN
Tidak semua obat antihistamin mempunyai sifat anti vertigo. Antihistamin yang
dapat meredakan vertigo seperti obat dimenhidrinat, difenhidramin, meksilin,
siklisin. Antihistamin yang mempunyai anti vertigo juga memiliki aktivitas
antikholinergik sentral ini ada kaitannya dengan kemampuannya sebagai obat
antivertigo. Efek samping yang umum dijumpai ialah sedasi (mengantuk).
Diphenhidramin: 1,5mg/im-oral dapat diulang tiap 2 jam b. Dimenhidrinat: 50-
100 mg/6 jam.
ANTIKOLINERGIK
Mengurangi eksitabilitas neuron dengan menghambat jaras eksitatorik kolinergik ke
nervus vestibularis yang bersifat kolinergik mengurangi respon nervus
vestibularis terhadap rangsang. Efek samping: mulut kering, dilatasi pupil,
sedasi, gangguan akomodasi menghambat kompensasi. Tidak dianjurkan
pemakaian kronis. Sulfas atropine: 0,4mg/im dan Skopolamin: 0,6mg iv dapat
diulang tiap 3 jam.
CA ENTRYBLODSKER:
Mengurangi eksitatori SSP dengan menekan pelepasan glutamate dan bekerja
langsung sebagai depressor labirin. Bisa untuk vertigo central atau periver.
contoh: flonarizin
MONUAMINERGIK
Merangsang jaras inhibitori monuamenergik pada n.vestibularis, sehingga berakibat
mengurangi eksatibilitas neuron.
ANTIDOPAMINERGIK
Bekerja pada chemoreseptor trigger zone dan pusat muntah
BENZODIAZEPINE
Golongan ini termasuk obat sedative, menurunkan resting aktivitas neuron pada
28
HISTAMINIC
Bekerja dengan cara menginhibisi neuron polisinaptik pada nervus vestibularis
lateraris. Contoh: betahistin mesilat.
ANTIEPILEPTIK
Mekanisme kerjanya yaitu dengan meningkatkan ambang, husunya pada vertigo
akibat epilepsi lobus temporalis contoh: karbamezepin, fenitoin
29
DAFTAR PUSTAKA
Joesoef AA. Etiologi dan patofisiologi vertigo. Dalam: Leksmono P, Islam MS,
Yudha H, editor. Kumpulan makalah pertemuan ilmiah nasional ii nyeri kepala,
nyeri dan vertigo. Jakarta: Airlangga University Press; 2006. hlm. 209–14.
Isman M, Buku rambai kinesia, vertgo, tim penulis UI Cabang Gorontalo, 2014
Duus, Peter, 2010; Diagnosis Topic Neurologi DUUS; edisi 4, Goettingen and
Freiburg, Germany.
Soepardi EA, Iskandar N, Restuti RD. Buku Ajar Ilmu
30