Anda di halaman 1dari 40

MAKALAH SISTEM KARDIOVASKULAR

Makalah ini ditujukan untuk memenuhi Tugas Case Analized Method


“HIPERTENSI HEART DISIASE”

Dosen Pembimbing:

Anggriyana T.W,M.Kep

Disusun oleh

Kelompok 2 :

Aini Rahmawati 302017003 M.Ramlan 302017046


Anggun Meisya P 302017005 Puput Putri Kusuma 302017054 (Pembanding)
Annisa Alyati 302017009 Putri Nurhabibah 302017056
Astri Indriani 302017016 (Pembanding) Putri Pramita 302017057
Ayu Yuliani 302017017 Rika Meliasari 302017061
Dhenira Firdhania 302017022 (Penyaji) Nurasyifa 302017053 (Moderator)
Dhini Sri Wahyuni 302017023 (Penyaji) Wulan Nurjanah 302017084 (EO)
Hana Laela 302017031 Shopia Nailah 032016031

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ‘AISYIYAH BANDUNG

2018/2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT. bahwa penyusun telah
menyelesaikan Tugas Case Analized Method dengan membahas  “Asuhan
Keperawatan dengan Hipertensi Heart Disiase ” dalam bentuk makalah.
Dalam penyusunan tugas atau materi ini, tidak sedikit hambatan yang
penyusun hadapi. Namun penyusun menyadari bahwa kelancaran dalam
penyusunan materi ini tidak lain berkat bantuan, dorongan dan bimbingan rekan-
rekan kami, sehingga kendala-kendala yang penyusun hadapi teratasi. Penyusunan
makalah adalah merupakan salah satu tugas dan persyaratan untuk menyelesaikan
Tugas Case Analized Method di Stikes ‘Aisyiyah Bandung.
Dalam penyusunan makalah ini penyusun merasa masih banyak kekurangan-
kekurangan baik pada teknis penyusunan maupun materi, mengingat akan
kemampuan yang dimiliki penyusun. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak
sangat penyusun harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini.
Dalam penyusunan makalah ini penyusun menyampaikan ucapan terima
kasih yang tak terhingga kepada rekan-rekan yang membantu dalam
menyelesaikan makalah ini. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu
persatu, yang telah memberikan bantuan dalam penyusunan makalah ini.
Akhirnya penyusun berharap semoga Allah memberikan imbalan yang
setimpal pada mereka yang telah memberikan bantuan, dan dapat menjadikan
semua bantuan ini sebagai ibadah, Amiin Yaa Robbal ‘Alamiin.

Bandung, 29 Desember 2018

Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Perubahan pola makan menjurus ke sajian siap santap yang
mengandung lemak, protein, dan garam tinggi tapi rendah serat pangan
(dietary fiber), membawa konsekuensi terhadap berkembangnya penyakit
degeneratif (jantung, diabetes mellitus, aneka kanker, osteoporosis, dan
hipertensi
Hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga tahun 1995 menunjukkan
prevalensi penyakit hipertensi atau tekanan darah tinggi di Indonesia
cukup tinggi, yaitu 83 per 1.000 anggota rumah tangga. Pada umumnya
perempuan lebih banyak menderita hipertensi dibandingkan dengan pria.
Orang sering cemas bila tekanan darahnya tinggi atau rendah. Tapi
yang lebih penting sebenarnya adalah mengetahui batas toleransinya.
Secara umum ada dua komponen tekanan darah, yaitu tekanan sistolik
(angka atas) alias kekuatan pendorong yang timbul akibat pengerutan bilik
jantung, dan tekanan diastolik (angka bawah) yang merupakan kekuatan
penahan pada dinding pembuluh darah saat jantung mengendur
antardenyut. Akibat dari mengerut dan mengendurnya jantung ini timbul
tekanan pada dinding arteri atau pembuluh darah. Tekanan darah
dikatakan tinggi bila lebih besar daripada tekanan yang diperlukan untuk
memelihara aliran darah yang tetap.
Tekanan darah juga tergantung pada aktivitas tubuh seperti
berolahraga, kegiatan rumah tangga, stres, rasa cemas ataupun rasa takut.
Pada saat itu, tekanan darah meninggi dan bisa menembus batas normal.
Namun, dengan beristirahat tekanan darah akan kembali normal.
Dikatakan normal apabila tekanan sistolik tidak lebih dari 140 mm Hg dan
tekanan diastolik tidak lebih dari 90 mm Hg. Yang paling ideal adalah
120/80 sistolik/diastolik). Tekanan dikatakan tinggi kalau sistolik lebih
dari 160 mm Hg dan diastolik di atas 99 mm Hg, dan angka itu muncul
selama tiga kali pemeriksaan berturut-turut dengan selang waktu 2 - 8
minggu.
Dalam bukunya Kiat Menghindari Penyakit Jantung, dr. Mark Payne
menekankan, bila seseorang sudah cenderung memiliki penyakit tekanan
darah tinggi, nomor satu ia harus selalu memperhatikan diastoliknya.
Sebagai patokan, untuk usia 20 - 60 tahun, batas normal diastolik 90 - 100
mm Hg. Di atas 65 tahun 100 - 110 mm Hg. Namun, "Bila angka diastolik
di atas 85, seharusnya sudah mulai hati-hati," tulis dr. Sadoso
Sumosardjuno, DSOK, dalam bukunya Pengetahuan Praktis Kesehatan
Dalam Olahraga 3.
Dr. James J. Lynch, Ph.D., guru besar psikologi dari University
Maryland School of Medicine, Baltimore, AS, menyatakan, untuk
mendapatkan tekanan darah ideal, pengukuran dilakukan pada saat
seseorang tidak beraktivitas. Lynch menyarankan agar pengecekan
tekanan darah yang meragukan diulang beberapa kali pada jarak waktu
yang sama, misalnya setiap 24 jam. Bila ukuran tekanan darah Anda pada
hari ini menunjukkan 170/110, jangan langsung panik. Usahakan untuk
beristirahat dan tidur cukup. Kemudian esok harinya dan hari berikutnya
pada jam yang sama diukur sekali lagi. Kalau memang tetap tinggi,
mungkin Anda mempunyai kecenderungan berpenyakit tekanan darah
tinggi. Kita perlu waspada dan mencari penyebabnya. Apakah ada faktor
lain sebagai pencetus, misalnya akibat sampingan dari ginjal yang kurang
beres, diabetes, atau kadar kolesterol dan trigliserida yang tinggi.

B. Rumusan Masalah
Adapun Rumusan Masalahnya adalah :
1. Apa pengertian hipertensi heart disease ?
2. Apa etiologi hipertensi heart disease ?
3. Bagaimana manifestasi klinis hipertensi heart disease?
4. Bagaimana patofisiologi hipertensi heart disease?
5. Bagaimana penatalaksanaan hipertensi heart disease?
6. Bagaimana Asuhan Keperawatan kasus dari hipertensi heart disease?
7. Bagaimana pathway hipertensi heart disease?

C. Tujuan
Adapun Tujuan Masalahnya adalah :
1. Untuk mengetahui Pengertian hipertensi heart disease?
2. Untuk mengetahui Etiologi hipertensi heart disease?
3. Untuk mengetahui Manifestasi hipertensi heart disease?
4. Untuk mengetahui Patofisiologi hipertensi heart disease?
5. Untuk mengetahui Penatalaksanaan hipertensi heart disease?
6. Untuk mengetahui Asuhan Keperawatan dari kasus dari hipertensi
heart disease?
7. Untuk mengetahui patway hipertensi heart disease?
BAB II PEMBAHASAN

A. Anatomi Fisiologi
Sistem kardiovaskuler merupakan organ sirkulsi darah yang terdiri
dari jantung, komponen darah dan pembuluh darah yang berfungsi
memberikan dan mengalirkan suplai oksigen dan nutrisi keseluruh
jaringan tubuh yang di perlukan dalam proses metabolisme tubuh. Sistem
kardivaskuler memerlukan banyak mekanisme yang bervariasi agar fungsi
regulasinya dapat merespons aktivitas tubuh, salah satunya adalah
meningkatkan aktivitas suplai darah agar aktivitas jaringan dapat
terpenuhi. Pada keadaan berat, aliran darah tersebut, lebih banyak di
arahkan pada organ-organ vital seperti jantung dan otak yang berfungsi
memlihara dan mempertahankan sistem sirkulasi itu sendiri

Gambar : jantung pusat kardiovaskular Gambar:sistem


kardiovaskular

1. Perkembangan Sistem Kardiovaskuler


Sistem kardiovaskuler mulai berfungsi pada usia 3 minggu kehamilan.
Dalam sistem kardiovaskuler terdapat pembuluh darah terbesar yang di
sebut Angioblast. Angioblast ini timbul dari yang pertama Mesoderm
(splanknikus & chorionic) kedua dari Merengkim (yolk sac dan tali pusat)
dan dapat juga menimbulkan pembuluh darah dan darah.
Dalam awal perkembangannya yaitu pada minggu ketiga, tabung
jantung mulai berkembang di splanknikus yaitu antara bagian pericardial
dan IEC dan atap katup uning telur sekunder(kardiogenik area). Tabung
jantung pasangkan membujur endotel berlapis saluran. Tabung-tabung
membentuk untuk menjadi jantung primordial. Jantung tubular bergabung
dalam pembuluh darah di dalam embrio yang menghubungkan tangkai,
karian dan yolk sac membentuk sistem kardivaskuler purba. Pada janin,
proses peredaran darah melalui plasenta.
2. Anatomi dan Fisiologi Kardiovaskuler
Jantung berbentuk seperti pir/kerucut seperti piramida terbalik dengan
apeks (superior-posterior:C-II) berada di bawah dan basis ( anterior-
inferior ICS –V) berada di atas. Pada basis jantung terdapat aorta, batang
nadi paru, pembuluh balik atas dan bawah dan pembuluh balik. Jantung
sebagai pusat sistem kardiovaskuler terletak di sebelah rongga dada
(cavum thoraks) sebelah kiri yang terlindung oleh costae tepatnya pada
mediastinum. Untuk mengetahui denyutan jantung, kita dapat memeriksa
dibawah papilla mamae 2 jari setelahnya. Berat pada orang dewasa sekitar
250-350 gram.

Hubungan jantung dengan alat sekitarnya yaitu:


a. Dinding depan berhubungan dengan sternum dan kartilago kostalis
setinggi kosta III-I.
b. Samping berhubungan dengan paru dan fasies mediastilais.
c. Atas setinggi torakal IV dan servikal II berhubungan dengan aorta
pulmonalis, brongkus dekstra dan bronkus sinistra.
d. Belakang alat-alat mediastinum posterior, esophagus, aorta
desendes, vena azigos, dan kolumna vetebrata torakalis.
e. Bagian bawah berhubungan dengan diafragma.

Jantung difiksasi pada tempatnya agar tidak mudah berpindah tempat.


Penyokong jantung utama adalah paru yang menekan jantung dari
samping, diafragma menyokong dari bawah, pembuluh darah yang keluar
masuk dari jantung sehingga jantung tidak mudah berpindah. Factor yang
mempengaruhi kedudukan jantung adalah:
a. Umur: Pada usia lanjut, alat-alat dalam rongga toraks termasuk
jantung agak turun kebawah .
b. Bentuk rongga dada: Perubahan bentuk tora yang menetap (TBC)
menahun batas jantung menurun sehingga pada asma toraks
melebar dan membulat .
c. Letak diafragma: Jika terjadi penekanan diafragma keatas akan
mendorong bagian bawah jantung ke atas .
d. Perubahan posisi tubuh: proyeksi jantung normal di pengaruhi oleh
posisi tubuh.
3. Jaringan Otot Jantung
a. Otot jantung terdiri atas 3 lapisan yaitu:

1) Luar/pericardium
Berfungsi sebagai pelindung jantung atau merupakan kantong
pembungkus jantung yang terletak di mediastinum minus dan di
belakang korpus sterni dan rawan iga II- IV yang terdiri dari 2
lapisan fibrosa dan serosa yaitu lapisan parietal dan viseral.
Diantara dua lapisan jantung ini terdapat lender sebagai pelican
untuk menjaga agar gesekan pericardium tidak mengganggu
jantung.
2) Tengah/ miokardium
Lapisan otot jantung yang menerima darah dari arteri koronaria.
Susunan miokardium yaitu:
a) Otot atria: Sangat tipis dan kurang teratur, disusun oleh dua
lapisan. Lapisan dalam mencakup serabut-serabut berbentuk
lingkaran dan lapisan luar mencakup kedua atria.
b) Otot ventrikuler: membentuk bilik jantung dimulai dari cincin
antrioventikuler sampai ke apeks jantung.
c) Otot atrioventrikuler: Dinding pemisah antara serambi dan
bilik (atrium dan ventrikel).
3) Dalam / Endokardium
Dinding dalam atrium yang diliputi oleh membrane yang
mengilat yang terdiri dari jaringan endotel atau selaput lender
endokardium kecuali aurikula dan bagian depan sinus vena kava.
Bagian- bagian dari jantung. Pertama ada basis kordis, yaitu
bagian jantung sebelah atas yang berhubungan dengan pembuluh
darah besar dan dibnetuk oleh atrium sinistra dan sebagian oleh
atrium dekstra. Dan yang kedua ada apeks kordis, yaitu bagian
bawah jantung berbentuk puncak kerucut tumpul.
b. Permukaan jantung (fascies kordis) yaitu:
1) Fascies sternokostalis: permukaan menghadap kedepan
berbatasan dengan dinding depan toraks, dibentuk oleh atrium
dekstra, ventrikel dekstra dan sedikit ventrikel sinistra.
2) Fascies dorsalis: permukaan jantung menghadap kebelakang
berbentuk segiempat berbatas dengan mediastinum posterior,
dibentuk oleh dinding atrium sinistra, sebgain atrium sinistra dan
sebgain kecil dinding ventrikel sinistra.
3) Fascies diafragmatika: permukaan bagian bawah jantung yang
bebatas dengan stentrum tindinium diafragma dibentuk oleh
dinding ventrikel sinistra dan sebagian kecil ventrikel dekstra.
c. Tepi jantung( margo kordis) yaitu:
1) Margo dekstra: bagian jantung tepi kanan membentang mulai
dari vena kava superior sampai ke apeks kordis.
2) Margo sinistra: bagian ujung jantung sebelah tepi membentang
dari bawah muara vena pulmonalis sinistra inferior sampai ke
apeks kordis.
d. Alur permukaan jantung:
1) Sulkus atrioventrikularis: Mengelilingi batas bawah basis
kordis.
2) Sulkus langitudinalis anterior: dari celah arteri pulmonalis
dengan aurikula sinistra berjalan kebawah menuju apeks
kordis.
3) Sulkus langitudinals posterior: dari sulkus koronaria sebelah
kanan muara vena cava inferior menuju apeks kordis.
e. Ruang-ruang jantung
Jantung terdiri dari empat ruang yaitu:
1) Atrium dekstra: Terdiri dari rongga utama dan aurikula di luar,
bagian dalamnya membentuk suatu rigi atau Krista terminalis.
Pertama, ada muara atrium kanan yang terdiri dari, vena cava
superior, vena cava inferior, sinus koronarius, dan osteum
atrioventrikuler dekstra. Kedua, sisa fetal atrium kanan yang
teridiri dari fossa ovalis dan annulus ovalis. Dan yang ketiga,
ventrikel dekstra berhubungan dengan atrium kanan melalui
osteum atrioventrikel dekstrum dan dengan traktus pulmonalis
melalui osteum pulmonalis.
2) Dinding ventrikel kanan jauh lebih tebal dari atrium kanan
terdiri dari valvula triskuspidal dan valvula pulmonalis.
3) Atrium sinistra, terdiri dari rongga utama dan aurikula.
4) Ventrikel sinistra: Berhubungan dengan atrium sinistra melalui
osteum atrioventrikuler sinistra dan dengan aorta melalui
osteum aorta terdiri dari valvula mitralis dan valvula
semilunaris aorta.
f. Peredaran darah jantung
Vena kava superior dan vena kava inferior mengalirkan darah
ke atrium dekstra yang datang dari seluruh tubuh. Arteri
pulmonalis membawa darah dari ventrikel dekstra masuk ke paru-
paru(pulmo). Antara ventrikel sinistra dan arteri pulmonalis
terdapat katup vlavula semilunaris arteri pulmonalis. Vena
pulmonalis membawa darah dari paru-paru masuk ke atrium
sinitra. Aorta (pembuluh darah terbesar) membawa darah dari
ventrikel sinistra dan aorta terdapat sebuah katup
valvulasemilunaris aorta. Peredaran darah jantung terdiri dari 3
yaitu:
1) Arteri koronaria kanan: berasal dari sinus anterior aorta
berjalan kedepan antara trunkus pulmonalis dan aurikula
memberikan cabang-cabangke atrium dekstra dan ventrikel
kanan.
2) Arteri koronaria kiri: lebih besar dari arteri koronaria dekstra
3) Aliran vena jantung: sebagian darah dari dinding jantung
mengalir ke atrium kanan melalui sinus koronarius yang
terletak dibagian belakang sulkus atrioventrikularis merupakan
lanjutan dari vena.
4. Fisiologi Jantung
a. Fungsi umum otot jantung yaitu:
1) Sifat ritmisitas/otomatis: secara potensial berkontraksi tanpa adanya
rangsangan dari luar.
2) Mengikuti hukum gagal atau tuntas: impuls dilepas mencapai
ambang rangsang otot jantung maka seluruh jantung akan
berkontraksi maksimal.
3) Tidak dapat berkontraksi tetanik.
4) Kekuatan kontraksi dipengaruhi panjang awal otot.
b. Metabolisme otot jantung
Seperti otot kerangka, otot jantung juga menggunakan energy
kimia untuk berkontraksi. Energy terutama berasal dari metabolism
asam lemak dalam jumlah yang lebih kecil dari metabolisme zat gizi
terutama laktat dan glukosa. Proses metabolism jantung adalah aerobic
yang membutuhkan oksigen. Seperti otot kerangka, otot jantung juga
menggunakan energy kimia untuk berkontraksi. Energy terutama
berasal dari metabolism asam lemak dalam jumlah yang lebih kecil dari
metabolisme zat gizi terutama laktat dan glukosa. Proses metabolism
jantung adalah aerobic yang membutuhkan oksigen.
c. Pengaruh ion pada jantung
1) Pengaruh ion kalium : kelebihan ion kalium pada CES
menyebabkan jantung dilatasi, lemah dan frekuensi lambat.
2) Pengaruh ion kalsium: kelebihan ion kalsium menyebabkan jantung
berkontraksi spastis.
3) Pengaruh ion natrium: menekan fungsi jantung.
d. Elektrofisiologi Sel Otot jantung
Aktifitas listrik jantung merupakan akibat perubahan permeabilitas
membrane sel. Seluruh proses aktifitas listrik jantung dinamakan
potensial aksi yang disebabkan oleh rangsangan listrik, kimia,
mekanika, dan termis. Lima fase aksi potensial yaitu:
1) Fase istirahat: Bagian dalam bermuatan negative(polarisasi) dan
bagian luar bermuatan positif.
2) Fase depolarisasi(cepat): Disebabkan meningkatnya permeabilitas
membrane terhadap natrium sehingga natrium mengalir dari luar ke
dalam.
3) Fase polarisasi parsial: Setelah depolarisasi terdapat sedikit
perubahan akibat masuknya kalsium ke dalam sel, sehingga muatan
positf dalam sel menjadi berkurang.
4) Fase plato (keadaan stabil): Fase depolarisasi diikiuti keadaan stabil
agak lama sesuai masa refraktor absolute miokard.
5) Fase repolarisasi(cepat): Kalsium dan natrium berangsur-angsur
tidak mengalir dan permeabilitas terhadap kalium sangat meningkat.
e. Sistem Konduksi Jantung
Sistem konduksi jantung meliputi:
1) SA node: Tumpukan jaringan neuromuscular yang kecil berada di
dalam dinding atrium kanan di ujung Krista terminalis.
2) 2. AV node: Susunannya sama dengan SA node berada di dalam
septum atrium dekat muara sinus koronari.
3) Bundle atrioventrikuler: dari bundle AV berjalan ke arah depan
pada tepi posterior dan tepi bawah pars membranasea septum
interventrikulare.
4) Serabut penghubung terminal(purkinje): Anyaman yang berada pada
endokardium menyebar pada kedua ventrikel.
f. Siklus Jantung
Empat pompa yang terpisah yaitu: dua pompa primer atrium dan
dua pompa tenaga ventrikel. Periode akhir kontraksi jantung sampai
kontraksi berikutnya disebut siklus jantung.
g. Fungsi jantung sebagai pompa
Lima fungsi jantung sebagai pompa yaitu:
1) Fungsi atrium sebagai pompa
2) Fungsi ventrikel sebagai pompa
3) Periode ejeksi
4) Diastole
5) Periode relaksasi isometric
Dua cara dasar pengaturan kerja pemompaan jantung
1) Autoregulasi intrinsic pemompaan akibat perubahan volume darah
yang mengalir ke jantung.
2) Reflex mengawasi kecepatan dan kekuatan kontraksi jantung
melalui saraf otonom.
h. Curah jantung
Normal, jumlah darah yang dipompakan ventrikel kiri dan kanan
sama besarnya. Jumlah darah yang dipompakan ventrikel selama satu
menit disebut curah jantung (cardiac output).
Faktor-faktor utama yang mempengaruhi otot jantung, meliputi
beban awal, kontraktilitas, beban akhir, dan frekuensi jantung.
Sedangkan, periode pekerjaan jantung yaitu periode systole, periode
diastole, danperiode istirahat.

i. Bunyi Jantung
Tahapan bunyi jantung, bunyi pertama (lup), bunyi kedua (Dup)
bunyi ketiga lemah dan rendah 1/3 jalan diastolic individu muda, dan
bunyi keempat: kadang-kadang dapat didengar segera sebelum bunyi
pertama.

B. Definisi Hipertensi Heart Disiase


Tekanan darah merupakan bagian dari parameter hemodinamika yang
sederhana dan pengukurannya sangat mudah. Situasi hemodinamika
seseorang bisa dilihat dari tekanan darahnya. Hemodinamika adalah
keadaan tekanan darah dan aliran darah dapat mempertahankan perfusi
atau pertukaran zat di jaringan tubuh.[ CITATION Ari \l 1033 ].
Hipertensi adalah keadaan tekanan darah sistolik lebih dari 140
mmHg dan tekanan darah diastol lebih dari 90 mmHg. [ CITATION Bru02 \l
1033 ].
Hipertensi Heart Disease (HHD) adalah istilah yang diterapkan untuk
menyebutkan penyakit jantung secara keseluruhan, mulai dari left ventricle
hyperthropy (LVH), aritmia jantung, penyakit jantung kronis, dan penyakit
jantung coroner, yang disebabkan karena adanya peningkatan tekanan
darah, baik secara langsung maupun tidak langsung.[ CITATION Mor12 \l
1033 ].
Hipertensi Heart Disease (HHD) merupakan suatu keadaan yang
disebabkan oleh peningkatan tekanan darah (hipertensi). Hipertensi yang
berkepanjangan dan tidak terkendali dapat mengubah struktur miokard,
pembuluh darah dan sistem konduksi jantung. Perubahan-perubahan itu
dapat mengakibatkan hipertrofi ventrikel kiri, penyakit arteri koroner,
gangguan sistem konduksi, disfungsing sistolik dan diastolik miokard
yang nantinya bermanifestasi klinis sebagai angina (nyeri dada), infark
miokard, aritmia jantung (terutama fibrilasi atrium) dan gagal jantung
kongestif.[ CITATION Pan02 \l 1033 ].

C. Etiologi
1. Gaya hidup
2. Pola makan
3. Usia
4. Jenis kelamin
5. Genetik
6. Stress
7. Obesitas
Berdasarkan penyebabnya hipertensi dibagi menjadi 2 golongan.
1. Hipertensi Primer (esensial)
Disebut juga hipertensi idiopatik karena tidak diketahui penyebabnya.
Faktor yang mempengaruhinya yaitu : genetik, lingkungan,
hiperaktifitas saraf simpatis system renin. Angiotensin dan
pengingkata Na+Ca intraseluler. Faktor-faktor yang meningkatkan
resiko: obesitas, merokok, alcohol dan polisitema.
2. Hipertensi sekunder
Penyebabnya yaitu pengunaan estrogen, penyakit ginjal, sindrom
cushing dan hipertensi yang berhubungan dengan kehamilan.
Hipertensi pada usia lanjut dibedakan atas:
1. Hipertensi dimana tekanan sistolik sama atau leih besar dari
140mmHg dan atau tekanan diastolic sama atau lebih besar dari
90mmHg.
2. Hipertensi sistolik terisolasi dimana tekanan sistolik lebih besar
dari 160mmHg dan tekanan diastolic lebih rendah dari 90mmHg.
Penyebab hipertensi pada orang dengan lanjut usia adalah terjadinya
perubahan-perubahan pada:
1. Elastisitas dinding aorta menurun
2. Katub jantung menebal dan menjadi kaku
3. Kemampun jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun
sesudah berumur 20tahun kemampuan jantung memompa darah
menurun menyebabkan menurunya kontraksi dan volumenya.
4. Kehilangan elastisitas pembuluh darah hal ini terjadi karena
kurangnya efektifitas pembuluh darah perifer untuk oksigenasi.
5. Meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer.
Secara klinis derajat hipertensi dapat dikelompokkan yaitu:
No Kategori Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)
1 Optimal <120 <80
2 Normal 120-129 80-84
3 High normal 130-139 85-89
4 Hipertensi
5 Grade 1 (ringan) 140-159 90-99
6 Grade 2 (sedang) 160-179 100-109
7 Grade 3 (berat) 180-209 100-119
8 Grade 4 (sangat berat) >210 >120
D. Patofisiologi
E. Manifestasi Klinis
Pada pemeriksaan fisik, tidak dijumpai kelainan apapun selain tekanan
darah tinggi, tetapi ada beberapa perubahan yaitu :
1. Perubahan pada retina.
2. Adanya pendarahan.
3. Eksudat (kumpulan cairan).
4. Penyempitan pembuluh darah dengan pada kasus berat.
5. Adanya edema pada pupil (edema pada diskus optikus).

Individu yang menderita hipertensi kadang tidak menampakan gejala


sampai bertahun-tahun. Tetapi gejala yang biasanya ada yaitu dengan
adanya kerusakan vaskuler, dengan manifestasi yang khas sesuai sistem
organ yang divaskularisasi oleh pembuluh darah yang bersangkutan.
Penyakit arteri koroner dengan angina adalah gejala yang paling menyertai
hipertensi. Hipertrofi ventrikel kiri terjadi sebagai respon peningkatan
beban kerja ventrikel saat dipaksa berkonsentrasi melawan tekanan
sistemik yang meningkat. Apabila jantung tidak mampu lagi menahan
peningkatan beban kerja, maka dapat terjadi gagal jantung kiri. Perubahan
patologis pada ginjal dapat bermaifestasi sebagai nokturia (peningkatan
urinasi pada malam hari) dan azotemia (peningkatan nitrogen urea darah
(BUN) dan kretinin). Keterlibatan pembuluh darah otak dapat
menimbulkan stroke atau serangan iskemik transien yang termanifestasi
sebagai paralisis sementara pada satu sisi (hemiplegia) atau gangguan
tajam penglihatan. Pada penderita stroke, dan pada penderita hipertensi
disertai serangan iskemia, insiden infrak otak mencapai 80%.

Tanda dan gejala pada hipertensi dibedakan menjadi : (tambayong, 2000)


1. Tidak ada gejala
Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan
peningkatan tekanan darah, selain penentuan tekanan arteri oleh
dokter yang memeriksa. Hal ini berarti hipertensi arterial tidak akan
pernah terdiagnosa jika tekanan arteri tidak terukur.
2. Gejala yang lazim
Sering dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai hipertensi
meliputi nyeri kepala dan kelelahan. Dalam kenyataannya ini
merupakan gejala terlazim yang mengenai kebanyakan pasien yang
mencari pertolongan medis.
Beberapa pasien yang menderita hipertensi yaitu :
a. Mengeluh sakit kepala dan pusing
b. Lemas, kelelahan
c. Sesak nafas
d. Gelisah
e. Mual
f. Mutah
g. Epistaksis
h. Kesadaran menurun.

F. Pemeriksaan Diagnostik
 Pengukuran tekanan darah secara serial
 Urinalisis
 Pemeriksaan laboratorium
 Urografi ekskretorik
 Elektrokardiografi
 Foto rontgen
 Ekokardiografi
G. Komplikasi
 Krisis hipertensi,penyakit arteri peerifer,aneurisma aorta
dissecting,PJK,angina,infark miokard,gagal jantung,aritmia,dan
kematian mendadak
 Serangan iskemik sepintas,stroke,retinopati,dan ensefalopati
hiertensitas
 Gagal ginjal
H. Penatalaksanaan
1. Pengaturan diet
Mengkonsumsi gizi yang seimbang dengan diet rendah garam dan
rendah lemak sangat dianjurkan bagi penderita hipertensi untuk dapat
mengendalikan tekana darahnya dan secara tidak langsung
menurunkan resiko terjadinya komplikasi hipertensi. Selain itu juga
perlu mengkonsumsi buah-buahan segar sepeti pisang, sari jeruk
dansebagainya yang tinggi kalium dan menghindari konsumsi
makanan
awetan dalam kaleng karena meningkatkan kadar natrium dalam
makanan (Vitahealth, 2005).
Modifikasi gaya hidup yang dapat menurunkan resiko penyakit
kardiovaskuler. Mengurangi asupan lemak jenuh dan mengantinya
dangan lemak polyunsaturated atau monounsaturated dapat
menurunkan resiko tersebut. Meningkatkan konsumsi ikan, terutama
ikan yang masih segar yang belum diawetkan dan tidak diberi
kandungan garam yang berlebih (Syamsudin, 2011).
2. Perubahan gaya hidup menjadi lebih sehat
Gaya hidup dapat merugikan kesehatan dan meningkatkan resiko
komplikasi hipertensi seperti merokok, mengkonsumsi alkohol, minum
kopi, mengkonsumsi makanan cepat saji (junk food), malas
berolahraga (Junaidi, 2002), makanan yang diawetkan didalam kaleng
memiliki kadar natrium yang tinggi didalamnya. Gaya hidup itulah
yang meningkatkan resiko terjadinya komplikasi hipertensi karena jika
pasien memiliki tekanan darah tinggi tetapi tidak mengontrol dan
merubah gaya hidup menjadi lebih baik maka akan banyak komplikasi
yang akan terjadi (Vitahealth, 2005).
Penurunan berat badan merupakan modifikasi gaya hidup yang
baik bagi penderita penyakit hipertensi. Menurunkan berat badan
hingga berat badan ideal dengan munggurangi asupan lemak berlebih
atau kalori total.Kurangi konsumsi garam dalam konsumsi harian juga
dapat mengontrol Tekanan darah dalam batas normal. Perbanyak buah
dan sayuran yang masih segar dalam konsumsi harian (Syamsudin,
2011).
3. Menejemen Stres
Stres atau ketegangan jiwa (rasa tertekan, rasa marah, murung,
dendam, rasa takut, rasa bersalah) merupakan faktor terjadinya
komplikasi hipertensi. Peran keluarga terhadap penderita hipertensi
diharapkan mampu mengendalikan stres, menyediakan waktu untuk
relaksasi, dan istrirahat (Lumbantobing, 2003). Olahraga teratur dapat
mengurangi stres dimana dengan olahraga teratur membuat badan
lebih rileks dan sering melakukan relaksasi (Muawanah, 2012).Ada 8
tehnik yang dapat digunakan dalam penanganan stres untuk mencegah
terjadinya kekambuhan yang bisa terjadi pada pasien hipertensi yaitu
dengan cara : scan tubuh, meditasi pernafasan, meditasi kesadaran,
hipnotis atau visualisasi kreatif, senam yoga, relaksasi otot progresif,
olahraga dan terapi musik (Sutaryo, 2011).
4. Mengontrol kesehatan
Penting bagi penderita hipertensi untuk selalu memonitor tekanan
darah. Kebanyakan penderita hipertensi tidak sadar dan mereka baru
menyadari saat pemeriksaan tekanan darah. Penderita hipertensi
dianjurkan untuk rutin memeriksakan diri sebelum timbul komplikasi
lebih lanjut. Obat antihipertensi juga diperlukan untuk menunjang
keberhasilan pengendalian tekanan darah (Sudoyo, Setiyohadi, Alwi,
Simadibrata, dan Setiati, 2010). Keteraturan berobat sangat penting
untuk menjaga tekanan darah pasien dalam batas normal dan untuk
menghindari komplikasi yang dapat terjadi akibat penyakit hipertensi
yang tidak terkontrol (Annisa, Wahiduddin, dan Jumriani, 2013).
5. Olahraga teratur
Olahraga secara teratur dapat menyerap atau menghilangkan
endapan kolestrol pada pembuluh darah nadi. Olahraga yang dimaksut
adalah latihan menggerakan semua nadi dan otot tubuh seperti gerak
jalan, berenang, naik sepeda, aerobik. Oleh karena itu olahraga secara
teratur dapat menghindari terjadinya komplikasi hipertensi (Corwin,
2009).
Latihan fisik regular dirancang untuk meningkatkan kebugaran
dan kesehatan pasien dimana latihan ini dirancang sedinamis mungkin
bukan bersifat isometris (latihan berat) latihan yang dimaksud yaitu
latihan ringan seperti berjalan dengan cepat (Syamsudin, 2011).
6. Manajemen pengobatan hipertensi (Farmakologi hipertensi) Obat
Antihipertensi
Antihipertensi adalah agen yang menurunkan tekanan darah tinggi
(Dorland, 2012). Rekomendasi obat antihipertensi menurut World
Health Organization (WHO) 2003 dan The Joint National Committee
(JNC VIII) tahun 2014 adalah :
a. Diuretik adalah obat yang menghambat reabsorbsi natrium dan air
di bagian asenden ansa henle (Dorland, 2012). Diuretika adalah
senyawa yang dapat menyebabkan ekskresi urin yang lebih banyak.
Menghambat reabsorpsi garam di tubulus distal dan membantu
reabsopsi kalium. Jika pada peningkatan ekskesi air, terjadi juga
peningkatan ekskresi garam–garam, maka diuretika ini dinamakan
saluretika atau natriuretika (Gray, Dawkins, Morgan, Simpson,
2005).
Jenis diuretika berdasarkan cara kerjanya menurut Sutedjo (2008) :
1) Menghambat reabsorbsi Natrium dan air dari Tubulus Ginjal
dan Ansa Henle, misalnya: Tiazid dan Derifatnya
(Chlortalidon, Hidroklorotiazid, Indopamid, Sipamid)
merupakan Diuretika potensi sedang mampu mengesresikan 5-
10% Natrium yang difiltrasikan Glomerulus, Diuretika Loop
atau High Celling (Furosemid, Bumetanide,Asam Etakrinat)
Diuretik kuat dibanding Tiazid, dapat mengekresikan 15-30%
Natrium yang difiltrasikan Glomerulus, dan bekerja banyak
pada Anse Henle Asenden (Loop).
2) Diuretik osmotik yaitu menarik cairan jaringan peritubuler
menuju tubulus dan menambah jumlah kencing karena adanya
perbedaan tekanan osmotis antara intratubuler dan peritubuler.
3) ACE Inhibitor
4) Angiotensin converting enzim (ACE) inhibitor memiliki efek
dalam penurunan tekanan darah melalui penurunan resistansi
perifer tanpa diserta dengan perubahan curah jantung, denyut
jantung, maupun laju filtrasi glomerolus. Penurunan tekanan
darah melalui penghambatan sistem renin angiotensin
aldosteron (RAA). Renin merupakan enzim yang disekresi
terutama dari sel jukstaglomeruler di bagian arteriol aferen
ginjal dan menyebabkan perangsangan pada sitem RAA
sehingga menurunkan tekanan darah, penurunan konsentrasi
ion Na+ sehingga dapat menurunkan tekanan darah, nyeri, dan
stres. Pada sistem RAA, kerja ACE inhibitor adalah
menghambat enzim ACE yaitu suatu enzim yang dapat
menguraikan angiotensin I menjadi angitensin II. Angiotensin
II merupakan suatu vasokonstriktor yang pontensial
merangsang korteks adrenal untuk menyitesis dan menyekresi
aldosteron dan secara langsung menekan pelepasan renin.
Enzim ACE juga dapat mendegradasi bradikinin dari bentuk
aktif. ACE Inhibitor dapat menyebabkan bradikinin tidak
terdegradasi dan terakumulasi di saluran pernafasan dan paru
sehingga menimbulkan batuk kering. Batuk kering merupakan
efek samping yang paling sering terjadi, insidennya sampai 10
– 20% lebih sering pada wanita dan terjadi pada malam hari.
I. Konsep Asuhan Keperawatan
HIPERTENSI HEART DISIASE
Seorang perempuan usia 56 tahun dirawat dirumah sakit dengan keluhan
utama sesak dan nyeri pada seluruh area perut, tidak menjalar kadang
malam hari sehingga pasien merasa terganggu. Tiga minggu sebelum
masuk rumah sakit, perut membesar secara cepat sampai seukuran hamil 9
bulan.
Riwayat hipertensi setahun yang lalu, berobat dengan BPJS. Pasien
berkata sedih penyakitnya tak kunjung sembuh juga membaik dan ingin
pulang saja. Pasien suka makanan yang asin dan jarang makan sayur.
Pada pemeriksaan fisik : TD 110/60 mmhg, RR 27 x/menit, nadi
112x/menit suhu 35,5 C, konjungtiva pucat, auskultasi dada kiri redup,
efusi pleura dada kanan, perut buncit, asites, kulit abdomen licin, kencang,
edema pada kedua kaki, akral hangat, CRT kurang dua detik, kulit keringat
keriput.
Pemeriksaan laboratorium :
 Hb 6,1 gr/dl
 Leukosit 12000 gr/dl
 Albumin 1,6 gr/dl
 Protein total 4,5 meq/L
 LDH 523 U/L
 Ureum 113 gr/dl
 Kreatinin 1,81 gr/dl
 Kalium 3,1 gt/dl
 LED 102
Pasien mendapatkan terapi Ambroxol 3x1 mg PO.
ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY.S
DENGAN DIAGNOSA MEDIS HIPERTENSIVE HEART DISEASE

A. PENGKAJIAN
1. Pengumpulan Data
a. Identitas Pasien
Nama : Ny.S
Umur : 56 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Pekerjaan : Tidak terkaji
Pendidikan : Tidak terkaji
Agama : Tidak terkaji
Suku/Bangsa : Tidak terkaji
Status Marital : Tidak terkaji
Alamat : Tidak terkaji
Tgl Masuk : Tidak terkaji
Tgl Pengkajian : Tidak terkaji
No. Medrec : Tidak terkaji
Diagnosa Medis : Hipertensi Heart Disease (HHD)

b. Identitas Penanggung Jawab


Nama : Tidak terkaji
Umur : Tidak terkaji
Jenis kelamin : Tidak terkaji
Pekerjaan : Tidak terkaji
Hubungan Dengan Pasien : Tidak terkaji

2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama
Pasien mengeluh sesak dan nyeri pada seluruh area perut, tidak
menjalar, kadang malam hari sehingga pasien merasa terganggu.
b. Riwayat Kesehatan Sekarang
Tiga minggu sebelum masuk rumah sakit perut membesar secara
cepat sampai seukuran hamil 9 bulan.Saat dilakukan pengkajian
klien mengatakan sesak dan nyeri pada seluruh area perut tidak
menjalar, kadang malam hari sehingga pasien merasa terganggu.
c. Riwayat Kesehatan Dahulu
Klien mengatakan memiliki riyawat hipertensi setahun yang lalu,
berobat dengan bpjs.
d. Riwayat Kesehatan Keluarga
Tidak Terkaji

3. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum
Kesadaran : Compos Mentis
GCS (Gasglow Coma Scale) : Eye =4
Motorik = 6
Verbal =5
Klien normal dengan nilai 15 :
Eye: Respon membuka mata spontan dengan nilai 4
Motorik: Bergerak sesuai dengan intruksi dengan nilai 6
Verbal: Klien terlihat adanya percakapan dan menjawab sesuai
intruksi nilai 5

Tanda-tanda Vital : Tekanan Darah : 110/60 mmHg


Nadi : 87x/menit
Respirasi : 27x/menit
Suhu : 35,50C

b. Antropometri
Berat Badan: Tidak terkaji
Tinggi Badan: Tidak terkaji
BMI: Tidak terkaji

c. Sistem Tubuh
1) System pernapasan
Sesak, auskulturasi dada kiri redup, efusi pleura dada kanan
2) System pencernaan
Nyeri pada seluruh bagian perut, perut membesar sampai seukuran
hamil 9 bulan, acites, perut buncit, kulit abdomen licin
3) System kardiovaskular
Konjungtiva anemis
4) System integument
Kulit kering keriput, akral hangat, CRT <2 detik (normal)
5) System persyarafan
Tidak terkaji
6) System perkemihan
Tidak terkaji
7) System endoktrin
Tidak terkaji
8) Sistem musculoskeletal
Tidak terkaji
4. Pola Aktivitas Sehari-hari

No Aktivitas Sebelum Sakit Saat sakit


1. Pola Nutrisi Tidak bisa dikaji
a. Makan Pasien suka
makan yang asin
dan jarang
makan sayur
Frekuensi
Jenis -
Keluhan
b. Minum
Frekuensi
Jenis -
Keluhan
2. Eliminasi
a. BAK
Frekuensi
Warna
Bau
Keluhan
Tidak bisa dikaji Tidak bisa dikaji
b. BAB
Frekuensi
Konsistensi
Bau
Warna
Keluhan
3. Istirahat Tidur
a. Siang Klien merasa
b. Malam terganggu karena
Tidak bisa dikaji
c. Keluhan nyeri pada
seluruh area
perut
4. Personal Hygiene
a. Mandi
b. Gosok Gigi Tidak bisa dikaji
Tidak bisa dikaji
c. Keramas
d. Gunting Kuku
5. Aktivitas
Tidak bisa dikaji
Tidak bisa dikaji
5. Data Psikologis
Klien mengatakan sedih karena penyakitnya tak kunjung sembuh juga
membaik dan ingin pulang saja.
6. Data Sosial
Tidak terkaji
7. Data Spiritual
Tidak terkaji
8. Data Penunjang
Hasil Laboratorium:

Kimia Klinik Hasil Normal Interpretasi


Hb 6,1 g/dl 12-16 gr/dl Kurang dari normal
Leukosit 12.000 gr/dl 4.000-10.000 gr/dl Tinggi lebih dari normal
Albumin 1,6 gr/dl 3,4-4,8 gr/dl Kurang dari normal
Protein total 4,5 meq/L 6,6 – 8,7 g/dl Kurang dari normal
LDH 523 U/L 80 – 240 U/L Tinggi lebih dari normal
Ureum 113 gr/dl 15-40 mg/dl Tinggi lebih dari normal
Kreatinin 1,81 gr/dl 0,5 – 1,5 mg/dl Tinggi lebih dari normal
Kalium 3,1 gt/dl 3,5 – 5,1 meq/l Kurang dari normal
< 15 (P) mm/jam
LED 102 Tinggi lebih dari normal
<10 (L) mm/jam
- Terapi Farmakologi :
Pasien mendapatkan terapi Ambroxol 3x1 mg PO
9. Analisa Data

NO DO/DS PROBLEM ETIOLOGI


1. DS :
- Klien mengeluh sesak Hipertensi sistemik/ pulmonal
DO :
- RR : 27x/menit Afterload
- Auskultasi dada kanan Gangguan
redup pertukaran gas Hypertrofi serabut jantung
- LDH (laktat
dehydrogenase) Gagal jantung kanan
Tekanan osmostik

Perpindahan cairan ke rongga


pleura
Ditandai (LDH protein )

Penumpukan cairan di rongga


pleura

Masuk ke alveoli

Edema

Ekspansi paru terganggu

Frekuensi napas

Sesak

Respirasi LDH edema

Gangguan pertukaran gas


2. DS : - Aferload (memompa jantung
2 DO : berlebihan )
- Efusi pleura Hipertrofi Serabut Jantung
- Edema pada Gagal Jantung (Kanan)
kedua kaki Kelebihan
- Albumin 1,6 volume cairan Hepatomegali
- Asites
Obstruksi aliran darah yang
melintasi hati
Aliran darah terganggu

Tekanan Portal (TD pada


vena portal)

Hipertensi porta

Dialihkan ke pembuluh-
pembuluh mesentrika

Tekanan Kapiler

Filtrasi cairan keluar dari


pembuluh

Albumin dr Pembuluh Asites


Keluar ke Kapiler

Albumin

Tekanan Osmotik

Edema

Kelebihan volume cairan

3. DS : - Pembuluh darah
DO : - TD : 110/60 mmHg
-Nadi : 87x/menit Penurunan curah Sistemik
-RR : 27x/menit jantung
-Suhu : 35,5 C Vasokontriks
Afterload

Penurunan curah jantung

10. Diagnosa Keperawatan


1. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan efusi pleura
2. Kelebihan volumen cairan berhubungan dengan gangguan
mekanisme regulasi.
3. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan
kontraktilitas.
11. Intervensi Keperawatan
Domain : Aktivitas /istirahat
Kelas : Respon kardiovaskuler/pulmonal
Batasan Karakteristik : Dipsnea
Faktor yang berhubungan: Efusi pleura

DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI RASIONAL


Gangguan Setelah dilakukan tindakan Manajemen Jalan Nafas 1. Perubahan tanda tanda vital ,
pertukaran gas keperawatan 1x24 jam terjadi 1. Memonitor tanda peningkatan frekuensi nadi,
inspirasi dan ekspirasi yang ade tanda vital pernapasan, tekanan darah,
kuat dengan kriteria hasil yang di 2. Posisikan pasien dan suhu dapat menunjukan
harapkan : untuk adanya gangguan pada
1. Tidak terjadi sesak saat memaksimalkan pernafasan
istirahat ventilasi 2. Posisi semi fowler dapat
2. Tidak terjadi suara redup 3. Auskultasi suara memberikan kesempatan
saat di auskultasi nafas, catat area pada proses ekspirasi paru
3. Respirasi dalam keadaan yang ventilasi nya 3. Suara nafas tambahan dapat
normal (14-20x/menit) menurun atau tidak menjadi indicator gangguan
ada dan adanya kepatenan jalan nafas yang
suara tambahan tentunya akan
4. Kelola pemberian mempengaruhi terhadap
bronkodilator kecukupan pertukaran udara
sebagaimana
4. Membantu dalam
mestinya mengeluarkan cairan di
5. Posisikan untuk pleura sehingga tidak ada
gangguan pertukaran gas dan
meringankan sesak suplai oksigen efektif
nafas 5. karena posisi yang tepat
dapat meringankan sesak
nafas pasien.

Domain : Nutrisi
Kelas : Hidrasi
Batasan Karakteristik : Edema, Efusi Pleura, dispnea
Faktor yang berhubungan : Gangguan mekanisme regulasi

DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI RASIONAL


Kelebihan Setelah dilakukan tindakan Manajemen 1. Karena dengan
volume cairan keperawatan 3x24 jam terjadi eletrolit/cairan memonitor
penurunan kelebihan volume 1. Monitor hasil keseimbangan
cairan dengan kriteria hasil yang laboratorium cairan dapat
di harapkan : yang relevan mengatur intake
1. Tidak terjadi edema, efusi dengan output cairan pasien
pleura dan asites kesimbangan dan penurunan Hb
2. Bunyi nafas bersih, tidak cairan dan peningkatan
ada dispneu (misalnya, Albumin
hematokrit, menunjukan
BUN, albumin, ketidak seimbangan
protein total, volume cairan
osmolaritas 2. Karena dengan
serum, dan urin memantau
spesifik tingkat 3. Karena jika retensi
gravitasi) cairan banyak dapat
2. Pantau adanya memperparah
tanda dan gejala kondisi pasien yang
retensi cairan. sudah kelebihan
3. Batasi cairan cairan.
yang sesuai. 4. Karena pada pasien
4. Monitor penyakit ini sudah
manifestasi dari terdapat banyak
ketidakseimban kelebihan cairan
gan elektrolit sehingga harus
5. Lakukan dibatasi.
konsultasi 5. Karena apabila
dengan dokter terjadi
jika tanda dan ketidakseimbangan
gejala dokter akan
ketidakseimban melakukan
gan cairan atau tindakan yang lebih
elektrolit invasif.
menetap atau 6. Karena pasien telah
memburuk. mengalami
6. Intruksikan kelebihan cairan
pasien dan yang dapat
keluarga mengakibatkan
mengenai alasan ketidakseimbangan
untuk elektrolit dalam
pembatasan tubuh.
cairan. 7. Karena pemberian
7. Kolaborasi obat diuretika dapat
pemberian obat membantu
antidiuretika. pengeluaran
kelebihan cairan.

Domain : Aktivitas / istirahat


Kelas : respon kardiovaskuler/pulmonal
Batasan Karakteristik : dipsnea, perubahan tekanan darah
Faktor yang berhubungan : perubahan kontraktilitas
DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
Penurunan Setelah dilakukan tindakan Perawatan jantung : akut 1. Karena memudahkan
Curah Jantung keperawatan 3x24 jam terjadi 1. Instruksikan pasien memantau kondisi
kecukupan volume darah dengan akan pentingnya jantung pasien
kriteria hasil yang diharapkan : melaporkan segera 2. Karena irama jantung
1. Tidak ada edema jika merasakan dan kecepatan jantung
2. Tidak ada sesak saat ketidaknyamanan dapat mempengaruhi
istirahat dibagian dada kondisi jantung pasien.
3. Asites berkurang 2. Monitor irama 3. Karena apabila terjadi
4. Tanda tanda vital 120/80 jantung dan suara jantung yang tidak
mmhg kecepatan denyut normal dapat dilakukan
jantung. tindakan yang lebih
3. Auskultasi suara invasif
jantung 4. Karena apabila tidak
4. Monitor cairan dipantau intake dan
masuk dan keluar, output menyebabkan
urin outpout, kelebihan cairan yang
timbang berat badan mengandung banyak
harian, sebagaimana natrium sehinggat tidak
mestinya. dapat memindahkan air
5. Monitor fungsi kedalam sel.
ginjal ( nilai BUN 5. Karena jika di monitor
dan kreatinin,) fungsi ginjal akan
sebagaimana seimbang hal ini
mestiya. penting untuk darah
6. Monitor tanda- tanda yang masuk ke jantung.
vittal 6. Memantau ada tidaknya
peningkatan dan
penurunan tanda- tanda
vital yang dapat
memperparah keadaan
pasien.
BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan
Hipertensi Heart Disease (HHD) merupakan suatu keadaan yang disebabkan
oleh peningkatan tekanan darah (hipertensi). Hipertensi yang berkepanjangan
dan tidak terkendali dapat mengubah struktur miokard, pembuluh darah dan
sistem konduksi jantung. Perubahan-perubahan itu dapat mengakibatkan
hipertrofi ventrikel kiri, penyakit arteri koroner, gangguan sistem konduksi,
disfungsing sistolik dan diastolik miokard yang nantinya bermanifestasi klinis
sebagai angina (nyeri dada), infark miokard, aritmia jantung (terutama fibrilasi
atrium) dan gagal jantung kongestif.[ CITATION Pan02 \l 1033 ]
Penatalaksanaan yang diprioritaskan ketika menangani pasien dengan hipertensi
heart disiase ialah mempertahankan oksigenasi

B. Saran
Diharapkan setelah diberikan pendidikan kesehatan, klien dapat mengerti dan
memahami pengertian perawatan dan pencegahan hipertensi sehingga dapat
terhindar dari serangan hipertensi.
DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah (Vol. 2). Jakarta: EGC.

Kantari, R. (2011, Juni 28). Patofisiologi Penyakit Jantung Hipertensi. Diakses pada tanggal 23
Oktober2018,dari
http://www.academia.edu/17250973/Patofisiologi_penyakit_jantung_hipertensi

Muttaqin, A. (2009). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem
Kardiovaskuler dan Hematologi. Jakarta: Salemba Medika.

Muttaqin, A. (2009). Pengantar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem


Kardiovaskular. Jakarta: Salemba Medika.

Ysafna. (2017, Oktober 8). Pengertian HHD. Diakses pada tanggal 23 Oktober 2018, dari
https://pdfdokumen.com/queue/pengertian-hhd_59da125a1723dde65a71f397_pdf?
queue_id=59ef368a1723dd4e211cf11e

Huda,amin.dkk. 2016. Asuhan keperawatan praktis. jogjakarta: Mediaction jogja

Anda mungkin juga menyukai