Dosen Pembimbing:
Anggriyana T.W,M.Kep
Disusun oleh
Kelompok 2 :
2018/2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT. bahwa penyusun telah
menyelesaikan Tugas Case Analized Method dengan membahas “Asuhan
Keperawatan dengan Hipertensi Heart Disiase ” dalam bentuk makalah.
Dalam penyusunan tugas atau materi ini, tidak sedikit hambatan yang
penyusun hadapi. Namun penyusun menyadari bahwa kelancaran dalam
penyusunan materi ini tidak lain berkat bantuan, dorongan dan bimbingan rekan-
rekan kami, sehingga kendala-kendala yang penyusun hadapi teratasi. Penyusunan
makalah adalah merupakan salah satu tugas dan persyaratan untuk menyelesaikan
Tugas Case Analized Method di Stikes ‘Aisyiyah Bandung.
Dalam penyusunan makalah ini penyusun merasa masih banyak kekurangan-
kekurangan baik pada teknis penyusunan maupun materi, mengingat akan
kemampuan yang dimiliki penyusun. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak
sangat penyusun harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini.
Dalam penyusunan makalah ini penyusun menyampaikan ucapan terima
kasih yang tak terhingga kepada rekan-rekan yang membantu dalam
menyelesaikan makalah ini. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu
persatu, yang telah memberikan bantuan dalam penyusunan makalah ini.
Akhirnya penyusun berharap semoga Allah memberikan imbalan yang
setimpal pada mereka yang telah memberikan bantuan, dan dapat menjadikan
semua bantuan ini sebagai ibadah, Amiin Yaa Robbal ‘Alamiin.
Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perubahan pola makan menjurus ke sajian siap santap yang
mengandung lemak, protein, dan garam tinggi tapi rendah serat pangan
(dietary fiber), membawa konsekuensi terhadap berkembangnya penyakit
degeneratif (jantung, diabetes mellitus, aneka kanker, osteoporosis, dan
hipertensi
Hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga tahun 1995 menunjukkan
prevalensi penyakit hipertensi atau tekanan darah tinggi di Indonesia
cukup tinggi, yaitu 83 per 1.000 anggota rumah tangga. Pada umumnya
perempuan lebih banyak menderita hipertensi dibandingkan dengan pria.
Orang sering cemas bila tekanan darahnya tinggi atau rendah. Tapi
yang lebih penting sebenarnya adalah mengetahui batas toleransinya.
Secara umum ada dua komponen tekanan darah, yaitu tekanan sistolik
(angka atas) alias kekuatan pendorong yang timbul akibat pengerutan bilik
jantung, dan tekanan diastolik (angka bawah) yang merupakan kekuatan
penahan pada dinding pembuluh darah saat jantung mengendur
antardenyut. Akibat dari mengerut dan mengendurnya jantung ini timbul
tekanan pada dinding arteri atau pembuluh darah. Tekanan darah
dikatakan tinggi bila lebih besar daripada tekanan yang diperlukan untuk
memelihara aliran darah yang tetap.
Tekanan darah juga tergantung pada aktivitas tubuh seperti
berolahraga, kegiatan rumah tangga, stres, rasa cemas ataupun rasa takut.
Pada saat itu, tekanan darah meninggi dan bisa menembus batas normal.
Namun, dengan beristirahat tekanan darah akan kembali normal.
Dikatakan normal apabila tekanan sistolik tidak lebih dari 140 mm Hg dan
tekanan diastolik tidak lebih dari 90 mm Hg. Yang paling ideal adalah
120/80 sistolik/diastolik). Tekanan dikatakan tinggi kalau sistolik lebih
dari 160 mm Hg dan diastolik di atas 99 mm Hg, dan angka itu muncul
selama tiga kali pemeriksaan berturut-turut dengan selang waktu 2 - 8
minggu.
Dalam bukunya Kiat Menghindari Penyakit Jantung, dr. Mark Payne
menekankan, bila seseorang sudah cenderung memiliki penyakit tekanan
darah tinggi, nomor satu ia harus selalu memperhatikan diastoliknya.
Sebagai patokan, untuk usia 20 - 60 tahun, batas normal diastolik 90 - 100
mm Hg. Di atas 65 tahun 100 - 110 mm Hg. Namun, "Bila angka diastolik
di atas 85, seharusnya sudah mulai hati-hati," tulis dr. Sadoso
Sumosardjuno, DSOK, dalam bukunya Pengetahuan Praktis Kesehatan
Dalam Olahraga 3.
Dr. James J. Lynch, Ph.D., guru besar psikologi dari University
Maryland School of Medicine, Baltimore, AS, menyatakan, untuk
mendapatkan tekanan darah ideal, pengukuran dilakukan pada saat
seseorang tidak beraktivitas. Lynch menyarankan agar pengecekan
tekanan darah yang meragukan diulang beberapa kali pada jarak waktu
yang sama, misalnya setiap 24 jam. Bila ukuran tekanan darah Anda pada
hari ini menunjukkan 170/110, jangan langsung panik. Usahakan untuk
beristirahat dan tidur cukup. Kemudian esok harinya dan hari berikutnya
pada jam yang sama diukur sekali lagi. Kalau memang tetap tinggi,
mungkin Anda mempunyai kecenderungan berpenyakit tekanan darah
tinggi. Kita perlu waspada dan mencari penyebabnya. Apakah ada faktor
lain sebagai pencetus, misalnya akibat sampingan dari ginjal yang kurang
beres, diabetes, atau kadar kolesterol dan trigliserida yang tinggi.
B. Rumusan Masalah
Adapun Rumusan Masalahnya adalah :
1. Apa pengertian hipertensi heart disease ?
2. Apa etiologi hipertensi heart disease ?
3. Bagaimana manifestasi klinis hipertensi heart disease?
4. Bagaimana patofisiologi hipertensi heart disease?
5. Bagaimana penatalaksanaan hipertensi heart disease?
6. Bagaimana Asuhan Keperawatan kasus dari hipertensi heart disease?
7. Bagaimana pathway hipertensi heart disease?
C. Tujuan
Adapun Tujuan Masalahnya adalah :
1. Untuk mengetahui Pengertian hipertensi heart disease?
2. Untuk mengetahui Etiologi hipertensi heart disease?
3. Untuk mengetahui Manifestasi hipertensi heart disease?
4. Untuk mengetahui Patofisiologi hipertensi heart disease?
5. Untuk mengetahui Penatalaksanaan hipertensi heart disease?
6. Untuk mengetahui Asuhan Keperawatan dari kasus dari hipertensi
heart disease?
7. Untuk mengetahui patway hipertensi heart disease?
BAB II PEMBAHASAN
A. Anatomi Fisiologi
Sistem kardiovaskuler merupakan organ sirkulsi darah yang terdiri
dari jantung, komponen darah dan pembuluh darah yang berfungsi
memberikan dan mengalirkan suplai oksigen dan nutrisi keseluruh
jaringan tubuh yang di perlukan dalam proses metabolisme tubuh. Sistem
kardivaskuler memerlukan banyak mekanisme yang bervariasi agar fungsi
regulasinya dapat merespons aktivitas tubuh, salah satunya adalah
meningkatkan aktivitas suplai darah agar aktivitas jaringan dapat
terpenuhi. Pada keadaan berat, aliran darah tersebut, lebih banyak di
arahkan pada organ-organ vital seperti jantung dan otak yang berfungsi
memlihara dan mempertahankan sistem sirkulasi itu sendiri
1) Luar/pericardium
Berfungsi sebagai pelindung jantung atau merupakan kantong
pembungkus jantung yang terletak di mediastinum minus dan di
belakang korpus sterni dan rawan iga II- IV yang terdiri dari 2
lapisan fibrosa dan serosa yaitu lapisan parietal dan viseral.
Diantara dua lapisan jantung ini terdapat lender sebagai pelican
untuk menjaga agar gesekan pericardium tidak mengganggu
jantung.
2) Tengah/ miokardium
Lapisan otot jantung yang menerima darah dari arteri koronaria.
Susunan miokardium yaitu:
a) Otot atria: Sangat tipis dan kurang teratur, disusun oleh dua
lapisan. Lapisan dalam mencakup serabut-serabut berbentuk
lingkaran dan lapisan luar mencakup kedua atria.
b) Otot ventrikuler: membentuk bilik jantung dimulai dari cincin
antrioventikuler sampai ke apeks jantung.
c) Otot atrioventrikuler: Dinding pemisah antara serambi dan
bilik (atrium dan ventrikel).
3) Dalam / Endokardium
Dinding dalam atrium yang diliputi oleh membrane yang
mengilat yang terdiri dari jaringan endotel atau selaput lender
endokardium kecuali aurikula dan bagian depan sinus vena kava.
Bagian- bagian dari jantung. Pertama ada basis kordis, yaitu
bagian jantung sebelah atas yang berhubungan dengan pembuluh
darah besar dan dibnetuk oleh atrium sinistra dan sebagian oleh
atrium dekstra. Dan yang kedua ada apeks kordis, yaitu bagian
bawah jantung berbentuk puncak kerucut tumpul.
b. Permukaan jantung (fascies kordis) yaitu:
1) Fascies sternokostalis: permukaan menghadap kedepan
berbatasan dengan dinding depan toraks, dibentuk oleh atrium
dekstra, ventrikel dekstra dan sedikit ventrikel sinistra.
2) Fascies dorsalis: permukaan jantung menghadap kebelakang
berbentuk segiempat berbatas dengan mediastinum posterior,
dibentuk oleh dinding atrium sinistra, sebgain atrium sinistra dan
sebgain kecil dinding ventrikel sinistra.
3) Fascies diafragmatika: permukaan bagian bawah jantung yang
bebatas dengan stentrum tindinium diafragma dibentuk oleh
dinding ventrikel sinistra dan sebagian kecil ventrikel dekstra.
c. Tepi jantung( margo kordis) yaitu:
1) Margo dekstra: bagian jantung tepi kanan membentang mulai
dari vena kava superior sampai ke apeks kordis.
2) Margo sinistra: bagian ujung jantung sebelah tepi membentang
dari bawah muara vena pulmonalis sinistra inferior sampai ke
apeks kordis.
d. Alur permukaan jantung:
1) Sulkus atrioventrikularis: Mengelilingi batas bawah basis
kordis.
2) Sulkus langitudinalis anterior: dari celah arteri pulmonalis
dengan aurikula sinistra berjalan kebawah menuju apeks
kordis.
3) Sulkus langitudinals posterior: dari sulkus koronaria sebelah
kanan muara vena cava inferior menuju apeks kordis.
e. Ruang-ruang jantung
Jantung terdiri dari empat ruang yaitu:
1) Atrium dekstra: Terdiri dari rongga utama dan aurikula di luar,
bagian dalamnya membentuk suatu rigi atau Krista terminalis.
Pertama, ada muara atrium kanan yang terdiri dari, vena cava
superior, vena cava inferior, sinus koronarius, dan osteum
atrioventrikuler dekstra. Kedua, sisa fetal atrium kanan yang
teridiri dari fossa ovalis dan annulus ovalis. Dan yang ketiga,
ventrikel dekstra berhubungan dengan atrium kanan melalui
osteum atrioventrikel dekstrum dan dengan traktus pulmonalis
melalui osteum pulmonalis.
2) Dinding ventrikel kanan jauh lebih tebal dari atrium kanan
terdiri dari valvula triskuspidal dan valvula pulmonalis.
3) Atrium sinistra, terdiri dari rongga utama dan aurikula.
4) Ventrikel sinistra: Berhubungan dengan atrium sinistra melalui
osteum atrioventrikuler sinistra dan dengan aorta melalui
osteum aorta terdiri dari valvula mitralis dan valvula
semilunaris aorta.
f. Peredaran darah jantung
Vena kava superior dan vena kava inferior mengalirkan darah
ke atrium dekstra yang datang dari seluruh tubuh. Arteri
pulmonalis membawa darah dari ventrikel dekstra masuk ke paru-
paru(pulmo). Antara ventrikel sinistra dan arteri pulmonalis
terdapat katup vlavula semilunaris arteri pulmonalis. Vena
pulmonalis membawa darah dari paru-paru masuk ke atrium
sinitra. Aorta (pembuluh darah terbesar) membawa darah dari
ventrikel sinistra dan aorta terdapat sebuah katup
valvulasemilunaris aorta. Peredaran darah jantung terdiri dari 3
yaitu:
1) Arteri koronaria kanan: berasal dari sinus anterior aorta
berjalan kedepan antara trunkus pulmonalis dan aurikula
memberikan cabang-cabangke atrium dekstra dan ventrikel
kanan.
2) Arteri koronaria kiri: lebih besar dari arteri koronaria dekstra
3) Aliran vena jantung: sebagian darah dari dinding jantung
mengalir ke atrium kanan melalui sinus koronarius yang
terletak dibagian belakang sulkus atrioventrikularis merupakan
lanjutan dari vena.
4. Fisiologi Jantung
a. Fungsi umum otot jantung yaitu:
1) Sifat ritmisitas/otomatis: secara potensial berkontraksi tanpa adanya
rangsangan dari luar.
2) Mengikuti hukum gagal atau tuntas: impuls dilepas mencapai
ambang rangsang otot jantung maka seluruh jantung akan
berkontraksi maksimal.
3) Tidak dapat berkontraksi tetanik.
4) Kekuatan kontraksi dipengaruhi panjang awal otot.
b. Metabolisme otot jantung
Seperti otot kerangka, otot jantung juga menggunakan energy
kimia untuk berkontraksi. Energy terutama berasal dari metabolism
asam lemak dalam jumlah yang lebih kecil dari metabolisme zat gizi
terutama laktat dan glukosa. Proses metabolism jantung adalah aerobic
yang membutuhkan oksigen. Seperti otot kerangka, otot jantung juga
menggunakan energy kimia untuk berkontraksi. Energy terutama
berasal dari metabolism asam lemak dalam jumlah yang lebih kecil dari
metabolisme zat gizi terutama laktat dan glukosa. Proses metabolism
jantung adalah aerobic yang membutuhkan oksigen.
c. Pengaruh ion pada jantung
1) Pengaruh ion kalium : kelebihan ion kalium pada CES
menyebabkan jantung dilatasi, lemah dan frekuensi lambat.
2) Pengaruh ion kalsium: kelebihan ion kalsium menyebabkan jantung
berkontraksi spastis.
3) Pengaruh ion natrium: menekan fungsi jantung.
d. Elektrofisiologi Sel Otot jantung
Aktifitas listrik jantung merupakan akibat perubahan permeabilitas
membrane sel. Seluruh proses aktifitas listrik jantung dinamakan
potensial aksi yang disebabkan oleh rangsangan listrik, kimia,
mekanika, dan termis. Lima fase aksi potensial yaitu:
1) Fase istirahat: Bagian dalam bermuatan negative(polarisasi) dan
bagian luar bermuatan positif.
2) Fase depolarisasi(cepat): Disebabkan meningkatnya permeabilitas
membrane terhadap natrium sehingga natrium mengalir dari luar ke
dalam.
3) Fase polarisasi parsial: Setelah depolarisasi terdapat sedikit
perubahan akibat masuknya kalsium ke dalam sel, sehingga muatan
positf dalam sel menjadi berkurang.
4) Fase plato (keadaan stabil): Fase depolarisasi diikiuti keadaan stabil
agak lama sesuai masa refraktor absolute miokard.
5) Fase repolarisasi(cepat): Kalsium dan natrium berangsur-angsur
tidak mengalir dan permeabilitas terhadap kalium sangat meningkat.
e. Sistem Konduksi Jantung
Sistem konduksi jantung meliputi:
1) SA node: Tumpukan jaringan neuromuscular yang kecil berada di
dalam dinding atrium kanan di ujung Krista terminalis.
2) 2. AV node: Susunannya sama dengan SA node berada di dalam
septum atrium dekat muara sinus koronari.
3) Bundle atrioventrikuler: dari bundle AV berjalan ke arah depan
pada tepi posterior dan tepi bawah pars membranasea septum
interventrikulare.
4) Serabut penghubung terminal(purkinje): Anyaman yang berada pada
endokardium menyebar pada kedua ventrikel.
f. Siklus Jantung
Empat pompa yang terpisah yaitu: dua pompa primer atrium dan
dua pompa tenaga ventrikel. Periode akhir kontraksi jantung sampai
kontraksi berikutnya disebut siklus jantung.
g. Fungsi jantung sebagai pompa
Lima fungsi jantung sebagai pompa yaitu:
1) Fungsi atrium sebagai pompa
2) Fungsi ventrikel sebagai pompa
3) Periode ejeksi
4) Diastole
5) Periode relaksasi isometric
Dua cara dasar pengaturan kerja pemompaan jantung
1) Autoregulasi intrinsic pemompaan akibat perubahan volume darah
yang mengalir ke jantung.
2) Reflex mengawasi kecepatan dan kekuatan kontraksi jantung
melalui saraf otonom.
h. Curah jantung
Normal, jumlah darah yang dipompakan ventrikel kiri dan kanan
sama besarnya. Jumlah darah yang dipompakan ventrikel selama satu
menit disebut curah jantung (cardiac output).
Faktor-faktor utama yang mempengaruhi otot jantung, meliputi
beban awal, kontraktilitas, beban akhir, dan frekuensi jantung.
Sedangkan, periode pekerjaan jantung yaitu periode systole, periode
diastole, danperiode istirahat.
i. Bunyi Jantung
Tahapan bunyi jantung, bunyi pertama (lup), bunyi kedua (Dup)
bunyi ketiga lemah dan rendah 1/3 jalan diastolic individu muda, dan
bunyi keempat: kadang-kadang dapat didengar segera sebelum bunyi
pertama.
C. Etiologi
1. Gaya hidup
2. Pola makan
3. Usia
4. Jenis kelamin
5. Genetik
6. Stress
7. Obesitas
Berdasarkan penyebabnya hipertensi dibagi menjadi 2 golongan.
1. Hipertensi Primer (esensial)
Disebut juga hipertensi idiopatik karena tidak diketahui penyebabnya.
Faktor yang mempengaruhinya yaitu : genetik, lingkungan,
hiperaktifitas saraf simpatis system renin. Angiotensin dan
pengingkata Na+Ca intraseluler. Faktor-faktor yang meningkatkan
resiko: obesitas, merokok, alcohol dan polisitema.
2. Hipertensi sekunder
Penyebabnya yaitu pengunaan estrogen, penyakit ginjal, sindrom
cushing dan hipertensi yang berhubungan dengan kehamilan.
Hipertensi pada usia lanjut dibedakan atas:
1. Hipertensi dimana tekanan sistolik sama atau leih besar dari
140mmHg dan atau tekanan diastolic sama atau lebih besar dari
90mmHg.
2. Hipertensi sistolik terisolasi dimana tekanan sistolik lebih besar
dari 160mmHg dan tekanan diastolic lebih rendah dari 90mmHg.
Penyebab hipertensi pada orang dengan lanjut usia adalah terjadinya
perubahan-perubahan pada:
1. Elastisitas dinding aorta menurun
2. Katub jantung menebal dan menjadi kaku
3. Kemampun jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun
sesudah berumur 20tahun kemampuan jantung memompa darah
menurun menyebabkan menurunya kontraksi dan volumenya.
4. Kehilangan elastisitas pembuluh darah hal ini terjadi karena
kurangnya efektifitas pembuluh darah perifer untuk oksigenasi.
5. Meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer.
Secara klinis derajat hipertensi dapat dikelompokkan yaitu:
No Kategori Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)
1 Optimal <120 <80
2 Normal 120-129 80-84
3 High normal 130-139 85-89
4 Hipertensi
5 Grade 1 (ringan) 140-159 90-99
6 Grade 2 (sedang) 160-179 100-109
7 Grade 3 (berat) 180-209 100-119
8 Grade 4 (sangat berat) >210 >120
D. Patofisiologi
E. Manifestasi Klinis
Pada pemeriksaan fisik, tidak dijumpai kelainan apapun selain tekanan
darah tinggi, tetapi ada beberapa perubahan yaitu :
1. Perubahan pada retina.
2. Adanya pendarahan.
3. Eksudat (kumpulan cairan).
4. Penyempitan pembuluh darah dengan pada kasus berat.
5. Adanya edema pada pupil (edema pada diskus optikus).
F. Pemeriksaan Diagnostik
Pengukuran tekanan darah secara serial
Urinalisis
Pemeriksaan laboratorium
Urografi ekskretorik
Elektrokardiografi
Foto rontgen
Ekokardiografi
G. Komplikasi
Krisis hipertensi,penyakit arteri peerifer,aneurisma aorta
dissecting,PJK,angina,infark miokard,gagal jantung,aritmia,dan
kematian mendadak
Serangan iskemik sepintas,stroke,retinopati,dan ensefalopati
hiertensitas
Gagal ginjal
H. Penatalaksanaan
1. Pengaturan diet
Mengkonsumsi gizi yang seimbang dengan diet rendah garam dan
rendah lemak sangat dianjurkan bagi penderita hipertensi untuk dapat
mengendalikan tekana darahnya dan secara tidak langsung
menurunkan resiko terjadinya komplikasi hipertensi. Selain itu juga
perlu mengkonsumsi buah-buahan segar sepeti pisang, sari jeruk
dansebagainya yang tinggi kalium dan menghindari konsumsi
makanan
awetan dalam kaleng karena meningkatkan kadar natrium dalam
makanan (Vitahealth, 2005).
Modifikasi gaya hidup yang dapat menurunkan resiko penyakit
kardiovaskuler. Mengurangi asupan lemak jenuh dan mengantinya
dangan lemak polyunsaturated atau monounsaturated dapat
menurunkan resiko tersebut. Meningkatkan konsumsi ikan, terutama
ikan yang masih segar yang belum diawetkan dan tidak diberi
kandungan garam yang berlebih (Syamsudin, 2011).
2. Perubahan gaya hidup menjadi lebih sehat
Gaya hidup dapat merugikan kesehatan dan meningkatkan resiko
komplikasi hipertensi seperti merokok, mengkonsumsi alkohol, minum
kopi, mengkonsumsi makanan cepat saji (junk food), malas
berolahraga (Junaidi, 2002), makanan yang diawetkan didalam kaleng
memiliki kadar natrium yang tinggi didalamnya. Gaya hidup itulah
yang meningkatkan resiko terjadinya komplikasi hipertensi karena jika
pasien memiliki tekanan darah tinggi tetapi tidak mengontrol dan
merubah gaya hidup menjadi lebih baik maka akan banyak komplikasi
yang akan terjadi (Vitahealth, 2005).
Penurunan berat badan merupakan modifikasi gaya hidup yang
baik bagi penderita penyakit hipertensi. Menurunkan berat badan
hingga berat badan ideal dengan munggurangi asupan lemak berlebih
atau kalori total.Kurangi konsumsi garam dalam konsumsi harian juga
dapat mengontrol Tekanan darah dalam batas normal. Perbanyak buah
dan sayuran yang masih segar dalam konsumsi harian (Syamsudin,
2011).
3. Menejemen Stres
Stres atau ketegangan jiwa (rasa tertekan, rasa marah, murung,
dendam, rasa takut, rasa bersalah) merupakan faktor terjadinya
komplikasi hipertensi. Peran keluarga terhadap penderita hipertensi
diharapkan mampu mengendalikan stres, menyediakan waktu untuk
relaksasi, dan istrirahat (Lumbantobing, 2003). Olahraga teratur dapat
mengurangi stres dimana dengan olahraga teratur membuat badan
lebih rileks dan sering melakukan relaksasi (Muawanah, 2012).Ada 8
tehnik yang dapat digunakan dalam penanganan stres untuk mencegah
terjadinya kekambuhan yang bisa terjadi pada pasien hipertensi yaitu
dengan cara : scan tubuh, meditasi pernafasan, meditasi kesadaran,
hipnotis atau visualisasi kreatif, senam yoga, relaksasi otot progresif,
olahraga dan terapi musik (Sutaryo, 2011).
4. Mengontrol kesehatan
Penting bagi penderita hipertensi untuk selalu memonitor tekanan
darah. Kebanyakan penderita hipertensi tidak sadar dan mereka baru
menyadari saat pemeriksaan tekanan darah. Penderita hipertensi
dianjurkan untuk rutin memeriksakan diri sebelum timbul komplikasi
lebih lanjut. Obat antihipertensi juga diperlukan untuk menunjang
keberhasilan pengendalian tekanan darah (Sudoyo, Setiyohadi, Alwi,
Simadibrata, dan Setiati, 2010). Keteraturan berobat sangat penting
untuk menjaga tekanan darah pasien dalam batas normal dan untuk
menghindari komplikasi yang dapat terjadi akibat penyakit hipertensi
yang tidak terkontrol (Annisa, Wahiduddin, dan Jumriani, 2013).
5. Olahraga teratur
Olahraga secara teratur dapat menyerap atau menghilangkan
endapan kolestrol pada pembuluh darah nadi. Olahraga yang dimaksut
adalah latihan menggerakan semua nadi dan otot tubuh seperti gerak
jalan, berenang, naik sepeda, aerobik. Oleh karena itu olahraga secara
teratur dapat menghindari terjadinya komplikasi hipertensi (Corwin,
2009).
Latihan fisik regular dirancang untuk meningkatkan kebugaran
dan kesehatan pasien dimana latihan ini dirancang sedinamis mungkin
bukan bersifat isometris (latihan berat) latihan yang dimaksud yaitu
latihan ringan seperti berjalan dengan cepat (Syamsudin, 2011).
6. Manajemen pengobatan hipertensi (Farmakologi hipertensi) Obat
Antihipertensi
Antihipertensi adalah agen yang menurunkan tekanan darah tinggi
(Dorland, 2012). Rekomendasi obat antihipertensi menurut World
Health Organization (WHO) 2003 dan The Joint National Committee
(JNC VIII) tahun 2014 adalah :
a. Diuretik adalah obat yang menghambat reabsorbsi natrium dan air
di bagian asenden ansa henle (Dorland, 2012). Diuretika adalah
senyawa yang dapat menyebabkan ekskresi urin yang lebih banyak.
Menghambat reabsorpsi garam di tubulus distal dan membantu
reabsopsi kalium. Jika pada peningkatan ekskesi air, terjadi juga
peningkatan ekskresi garam–garam, maka diuretika ini dinamakan
saluretika atau natriuretika (Gray, Dawkins, Morgan, Simpson,
2005).
Jenis diuretika berdasarkan cara kerjanya menurut Sutedjo (2008) :
1) Menghambat reabsorbsi Natrium dan air dari Tubulus Ginjal
dan Ansa Henle, misalnya: Tiazid dan Derifatnya
(Chlortalidon, Hidroklorotiazid, Indopamid, Sipamid)
merupakan Diuretika potensi sedang mampu mengesresikan 5-
10% Natrium yang difiltrasikan Glomerulus, Diuretika Loop
atau High Celling (Furosemid, Bumetanide,Asam Etakrinat)
Diuretik kuat dibanding Tiazid, dapat mengekresikan 15-30%
Natrium yang difiltrasikan Glomerulus, dan bekerja banyak
pada Anse Henle Asenden (Loop).
2) Diuretik osmotik yaitu menarik cairan jaringan peritubuler
menuju tubulus dan menambah jumlah kencing karena adanya
perbedaan tekanan osmotis antara intratubuler dan peritubuler.
3) ACE Inhibitor
4) Angiotensin converting enzim (ACE) inhibitor memiliki efek
dalam penurunan tekanan darah melalui penurunan resistansi
perifer tanpa diserta dengan perubahan curah jantung, denyut
jantung, maupun laju filtrasi glomerolus. Penurunan tekanan
darah melalui penghambatan sistem renin angiotensin
aldosteron (RAA). Renin merupakan enzim yang disekresi
terutama dari sel jukstaglomeruler di bagian arteriol aferen
ginjal dan menyebabkan perangsangan pada sitem RAA
sehingga menurunkan tekanan darah, penurunan konsentrasi
ion Na+ sehingga dapat menurunkan tekanan darah, nyeri, dan
stres. Pada sistem RAA, kerja ACE inhibitor adalah
menghambat enzim ACE yaitu suatu enzim yang dapat
menguraikan angiotensin I menjadi angitensin II. Angiotensin
II merupakan suatu vasokonstriktor yang pontensial
merangsang korteks adrenal untuk menyitesis dan menyekresi
aldosteron dan secara langsung menekan pelepasan renin.
Enzim ACE juga dapat mendegradasi bradikinin dari bentuk
aktif. ACE Inhibitor dapat menyebabkan bradikinin tidak
terdegradasi dan terakumulasi di saluran pernafasan dan paru
sehingga menimbulkan batuk kering. Batuk kering merupakan
efek samping yang paling sering terjadi, insidennya sampai 10
– 20% lebih sering pada wanita dan terjadi pada malam hari.
I. Konsep Asuhan Keperawatan
HIPERTENSI HEART DISIASE
Seorang perempuan usia 56 tahun dirawat dirumah sakit dengan keluhan
utama sesak dan nyeri pada seluruh area perut, tidak menjalar kadang
malam hari sehingga pasien merasa terganggu. Tiga minggu sebelum
masuk rumah sakit, perut membesar secara cepat sampai seukuran hamil 9
bulan.
Riwayat hipertensi setahun yang lalu, berobat dengan BPJS. Pasien
berkata sedih penyakitnya tak kunjung sembuh juga membaik dan ingin
pulang saja. Pasien suka makanan yang asin dan jarang makan sayur.
Pada pemeriksaan fisik : TD 110/60 mmhg, RR 27 x/menit, nadi
112x/menit suhu 35,5 C, konjungtiva pucat, auskultasi dada kiri redup,
efusi pleura dada kanan, perut buncit, asites, kulit abdomen licin, kencang,
edema pada kedua kaki, akral hangat, CRT kurang dua detik, kulit keringat
keriput.
Pemeriksaan laboratorium :
Hb 6,1 gr/dl
Leukosit 12000 gr/dl
Albumin 1,6 gr/dl
Protein total 4,5 meq/L
LDH 523 U/L
Ureum 113 gr/dl
Kreatinin 1,81 gr/dl
Kalium 3,1 gt/dl
LED 102
Pasien mendapatkan terapi Ambroxol 3x1 mg PO.
ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY.S
DENGAN DIAGNOSA MEDIS HIPERTENSIVE HEART DISEASE
A. PENGKAJIAN
1. Pengumpulan Data
a. Identitas Pasien
Nama : Ny.S
Umur : 56 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Pekerjaan : Tidak terkaji
Pendidikan : Tidak terkaji
Agama : Tidak terkaji
Suku/Bangsa : Tidak terkaji
Status Marital : Tidak terkaji
Alamat : Tidak terkaji
Tgl Masuk : Tidak terkaji
Tgl Pengkajian : Tidak terkaji
No. Medrec : Tidak terkaji
Diagnosa Medis : Hipertensi Heart Disease (HHD)
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama
Pasien mengeluh sesak dan nyeri pada seluruh area perut, tidak
menjalar, kadang malam hari sehingga pasien merasa terganggu.
b. Riwayat Kesehatan Sekarang
Tiga minggu sebelum masuk rumah sakit perut membesar secara
cepat sampai seukuran hamil 9 bulan.Saat dilakukan pengkajian
klien mengatakan sesak dan nyeri pada seluruh area perut tidak
menjalar, kadang malam hari sehingga pasien merasa terganggu.
c. Riwayat Kesehatan Dahulu
Klien mengatakan memiliki riyawat hipertensi setahun yang lalu,
berobat dengan bpjs.
d. Riwayat Kesehatan Keluarga
Tidak Terkaji
3. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum
Kesadaran : Compos Mentis
GCS (Gasglow Coma Scale) : Eye =4
Motorik = 6
Verbal =5
Klien normal dengan nilai 15 :
Eye: Respon membuka mata spontan dengan nilai 4
Motorik: Bergerak sesuai dengan intruksi dengan nilai 6
Verbal: Klien terlihat adanya percakapan dan menjawab sesuai
intruksi nilai 5
b. Antropometri
Berat Badan: Tidak terkaji
Tinggi Badan: Tidak terkaji
BMI: Tidak terkaji
c. Sistem Tubuh
1) System pernapasan
Sesak, auskulturasi dada kiri redup, efusi pleura dada kanan
2) System pencernaan
Nyeri pada seluruh bagian perut, perut membesar sampai seukuran
hamil 9 bulan, acites, perut buncit, kulit abdomen licin
3) System kardiovaskular
Konjungtiva anemis
4) System integument
Kulit kering keriput, akral hangat, CRT <2 detik (normal)
5) System persyarafan
Tidak terkaji
6) System perkemihan
Tidak terkaji
7) System endoktrin
Tidak terkaji
8) Sistem musculoskeletal
Tidak terkaji
4. Pola Aktivitas Sehari-hari
Masuk ke alveoli
Edema
Frekuensi napas
Sesak
Hipertensi porta
Dialihkan ke pembuluh-
pembuluh mesentrika
Tekanan Kapiler
Albumin
Tekanan Osmotik
Edema
3. DS : - Pembuluh darah
DO : - TD : 110/60 mmHg
-Nadi : 87x/menit Penurunan curah Sistemik
-RR : 27x/menit jantung
-Suhu : 35,5 C Vasokontriks
Afterload
Domain : Nutrisi
Kelas : Hidrasi
Batasan Karakteristik : Edema, Efusi Pleura, dispnea
Faktor yang berhubungan : Gangguan mekanisme regulasi
A. Kesimpulan
Hipertensi Heart Disease (HHD) merupakan suatu keadaan yang disebabkan
oleh peningkatan tekanan darah (hipertensi). Hipertensi yang berkepanjangan
dan tidak terkendali dapat mengubah struktur miokard, pembuluh darah dan
sistem konduksi jantung. Perubahan-perubahan itu dapat mengakibatkan
hipertrofi ventrikel kiri, penyakit arteri koroner, gangguan sistem konduksi,
disfungsing sistolik dan diastolik miokard yang nantinya bermanifestasi klinis
sebagai angina (nyeri dada), infark miokard, aritmia jantung (terutama fibrilasi
atrium) dan gagal jantung kongestif.[ CITATION Pan02 \l 1033 ]
Penatalaksanaan yang diprioritaskan ketika menangani pasien dengan hipertensi
heart disiase ialah mempertahankan oksigenasi
B. Saran
Diharapkan setelah diberikan pendidikan kesehatan, klien dapat mengerti dan
memahami pengertian perawatan dan pencegahan hipertensi sehingga dapat
terhindar dari serangan hipertensi.
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah (Vol. 2). Jakarta: EGC.
Kantari, R. (2011, Juni 28). Patofisiologi Penyakit Jantung Hipertensi. Diakses pada tanggal 23
Oktober2018,dari
http://www.academia.edu/17250973/Patofisiologi_penyakit_jantung_hipertensi
Muttaqin, A. (2009). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem
Kardiovaskuler dan Hematologi. Jakarta: Salemba Medika.
Ysafna. (2017, Oktober 8). Pengertian HHD. Diakses pada tanggal 23 Oktober 2018, dari
https://pdfdokumen.com/queue/pengertian-hhd_59da125a1723dde65a71f397_pdf?
queue_id=59ef368a1723dd4e211cf11e