LAPSUS Hema Solihinl
LAPSUS Hema Solihinl
PENDAHULUAN
Multiple Myeloma merupakan 1% dari seluruh penyakit keganasan dan 10-15% dari
keganasan hematologi. Setiap tahun lebih dari 20.000 kasus baru terdiagnosa di USA.
Insidensnya relatif stabil yaitu lebih kurang 4 per 100.000 penduduk. Sedikit lebih sering pada
laki laki dibanding perempuan (1,4 : 1) dan dua kali lebih sering pada ras afrika-amerika
dibanding kaukasian, tidak ditemukan pada anak-anak dan sangat jarang pada usia kurang dari
30 tahun. Median age penderita pada saat terdiagnosa lebih kurang usia 65-70 tahun. 2
Round cell tumors (small cell tumors) pada tulang dapat mengenai anak anak dan
dewasa. Neoplasma tersebut meliputi Ewing sarcoma , small cell osteosarcoma, multiple
myeloma,lymphoma, leukemia, osteoblastoma, dan chondroblastoma . Plasmacytoma/multiple
myeloma, lymphoma, dan leukemia ketiganya menyumbang sekitar 40% dari keseluruhan
tumor pada tulang . Meskipun masing masing tumor entitasnya mempunyai gambaran yang
berbeda tetapi tumor tersebut secara histologi mempunyai gambaran “small, blue and round
cell tumors”. 8
Pada laporan kasus ini akan dilaporkan penderita laki laki yang didiagnosa MM setelah
menjalani operasi dekompresi vertebra Th 11 (laminectomy Th11) , stabilisasi postenar Th 9-10
dan L1-L2 dengan hasil pemeriksaan Patologi Anatomi menunjukkan suatu round cell tumor.
Dengan tulisan ini kita diharapkan mengetahui lebih dalam tentang MM , peran pemeriksaan
Bone Marrow Punctie (BMP) dan Bone Marrow Biopsy (BMB).
KASUS
Laki laki berumur 59 tahun dibawa ke RS Swasta di Malang pada tanggal 14 Maret
2013 dengan keluhan utama nyeri tulang punggung bawah. Anamnesa didapatkan nyeri tulang
punggung 1 minggu sebelum MRS, sebelumnya pasien diperiksakan ke RS di Probolinggo
tanggal 13 maret 2013 dan kemudian dirujuk ke RS Swasta di Malang tersebut. Pada tanggal 16
Maret dilakukan operasi tulang belakang . Tanggal 1 April dikonsulkan ke bagian PK untuk
dilakukan BMP.
Pemeriksaan laboratorium tanggal 1 april 2013 didapatkan kadar hemoglobin (Hb) 8,8
g/dL, lekosit 10.53 /cmm, trombosit 349.000/cmm, hematokrit (HCT) 26,8 %, MCV : 86,5 fL,
MCH : 28,4 pq, RDW : 16,0% hitung jenis : -/-/-/12/84/4 LED: 16 mm/jam, Protein total: 12,69
3
g/dL Albumin: 4,4 g/dL, globulin : 8,22 g/dL ureum : 27,6mg/dL, Kreatinin : 0,62 mg/dL Kalsium
: 8,84 mg/dL.
Pemeriksaan laboratorium tanggal 9 Maret 2013. didapatkan. PPT pasien 10,8 kontrol
11,5 INR 0,94 dan APTT pasien 21,5 kontrol 27,5 kesimpulan : PPT dan APTT dalam batas
normal. BT : 2’30’’ CT : 11’00’’
Pemeriksaan Patologi Anatomi tanggal 18 Maret 2013 dari bahan tulang pada operasi
vertebra Th11 didapatkan suatu round cell tumor, dengan DD : multiple myeloma ;
plasmacytoma.
PEMBAHASAN
Munculnya gambaran lytic bone lesion terjadi karena sel sel maligna menyebabkan
hambatan osteoblas dan menstimulasi osteoklas. Lebih kurang sepertiga sampai duapertiga
pasien mengeluhkan nyeri tulang dan sering pada punggung bawah dan pelvis. Tipe , lokasi dan
lamanya nyeri tidak mempunyai ciri khas tertentu. Sekitar 75 % pasien didapatkan punched-out
lytic lesions, osteoporosis, atau patah tulang pada pemeriksaan radiografi konvensional.
Tulang yang paling sering terlibat adalah tulang vertebra, tengkorak, rusuk, sternum, humerus
proksimal, dan femur. CTScan dan MRI lebih sensitive dibanding pemeriksaan radiografi
konvensional. Kedua pemeriksaan tersebut dapat menunjukkan lesi spesifik pada 40% pasien
dengan myeloma stage I. Dengan pemeriksaan MRI, fraktur vertebra yang disebabkan oleh
infiltrasi atau osteoporosis nampak pada 48% penderita dengan symtomatic myeloma, dan
penyempitan kanal terjadi pada 20% pasien. Selain itu dilaporkan bahwa fraktur kompresi
vertebra merupakan tanda klinis awal pada 34-64% pasien dengan MM. Pada pasien ini
5
keluhan klinis ditandai oleh adanya nyeri pada tulang belakang dan dari hasil MRI didapatkan
adanya osteoporosis dengan fraktur kompresi korpus vertebrae yang multipel. 1,6
Pada sekitar 5% kasus simptomatik myeloma terdapat sel plasma < 10 % pada hapusan
hasil BMP. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh BMP yang sub optimal atau frekwensi
distribusi fokal dari myeloma pada BM. Pada kondisi tersebut sejumlah besar sel plasma dan
kluster fokal kadang kadang didapati pada hasil biopsi. Biopsi langsung terhadap lesi dari hasil
radiografi mungkin diperlukan untuk menegakkan diagnosa pada beberapa pasien. Pada pasien
6
ini adanya jumlah sel plasma didapatkan 6-10% pada hasil BMP kemungkinan juga bisa
disebabkan oleh distribusi fokal dari myeloma . 4
Dibandingkan BMP , biopsi sumsum tulang sangat tidak cocok digunakan untuk
menganalisa morfologi sel plasma karena identifikasinya yang sangat sulit . Tetapi dengan
pemeriksaan Imunohistokimia dengan pewarnaan CD 138 dapat sangat berguna untuk
menentukan/menghitung sel plasma pada biopsi untuk mengkonfirmasi proliferasi sel plasma
dan untuk membedakan myeloma dari tumor lain terutama pada pasien dengan persentase sel
plasma yang kurang dari 10% pada hasil pemeriksaan BMP. BMB umumnya lebih sesuai untuk
menilai infiltrasi sel plasma dan menghindari BMP ulang apabila BMP yang pertama tidak
adekwat. Infiltrasi sel plasma pada sumsum tulang dengan peningkatan reticulums fibers yang
dapat ditemui pada hampir 9 % MM lebih baik dengan menggunakan BMB dibandingkan BMP,
karena retikuloplasia sering menyebabkan aspirasi seluler yang sangat sedikit. Selain itu BMB
dapat digunakan untuk mengklasifikasikan infiltrasi sel plasma kedalam tipe interstitial,
nodular atau diffuse. Tipe gambaran infiltrasi tersebut berhubungan dengan stadium penyakit.
Gambaran interstitial dan nodular didapatkan pada keadaan yang masih baik. Sebaliknya pada
infiltrasi diffuse menyebabkan supresi pada hematopoeisis. Perubahan dari interstitial atau
nodular menjadi infiltrasi diffuse menunjukkan progressivitas penyakit. Hasil pemeriksaan
patologi anatomi pada pasien ini dari sampel tulang vertebra menunjukkan adanya round cell
tumor dengan DD : multiple myeloma ; plasmacytoma. 9,10
7
Telah dilaporkan satu kasus penderita laki laki yang didiagnosa MM setelah menjalani
operasi dekompresi vertebra Th 11 (laminectomy Th11) dan stabilisasi postenar Th 9-10 dan
L1-L2. Penegakan diagnosa didasarkan pada pemeriksaan klinis,radiologis, patologi anatomi
dan laboratorium. Penyebab fraktur patologis adalah MM. Jumlah sel plasma pada evaluasi
BMP didapatkan 6-10% kemungkinan bisa disebabkan oleh BMP yang sub optimal atau
frekwensi distribusi fokal dari myeloma pada BM. BMB umumnya lebih sesuai untuk menilai
infiltrasi sel plasma dibandingkan untuk menganalisa morfologi sel plasma karena
identifikasinya yang sangat sulit.
KEPUSTAKAAN
8