Anda di halaman 1dari 6

BAB 1.

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Menyongsong Revolusi Industri 4.0 pada abad 21 terdapat pengembangan
teknologi yang semakin canggih sehingga hal ini dapat mempengaruhi cara
berpikir, berperilaku, dan mengubah karakter siswa (Boulhrir, 2017). Untuk
menghadapi tantangan pada abad ke-21 tersebut dibutuhkan tujuh keterampilan
yang meliputi (1) pemikiran kritis dan kepemimpinan, (2) kreativitas dan inovasi,
(3) kolaborasi dan kepemimpinan, (4) pemahaman lintas budaya, (5) literasi,
informasi, media dan komunikasi, (6) literasi komputer dan TIK, (7) kecakapan
hidup dan karir (Serdyukov, 2017). Hasil Survei P21 (Partnership for 21st
Century Skills) sebagai lembaga non-profit yang berbasis di Amerika Serikat
menjadi pihak utama yang mengumpulkan survey tenaga pendidik, pelaku
ekonomi, dan pembuat kebijakan merumuskan empat utama yang harus dipenuhi
oleh individu yang disebut “ The 4Cs”- Critical Thinking sebagai kemampuan
berfikir kritis, Collaboration sebagai kemampuan bekerja sama, Communication
sebagai kemampuan berkomunikasi, Creativity sebagai kemampuan kreatif
(Ma’ruf, 2018:2).
Indonesia turut berpartisipasi mengintegrasikan 4C dengan meluncurkan
kurikulum 2013. Pemberlakuan kurikulum 2013 semakin mempertegas
pentingnya peran Pendidikan Nasional (Widhy, 2013:2). IPA sebagai salah satu
mata pelajaran dengan karakteristik materi mencakup fakta, konsep dan proses
yang membutuhkan proses penemuan (inquiry) oleh peserta didik sangat cocok
menggunakan pendekatan Saintifik (Purba, dkk, 2016:33). Namun sejumlah riset
di beberapa negara membuktikan perlu adanya pendekatan pembelajaran yang
mampu mengaktifkan siswa dalam pembelajaran, membuat pembelajaran lebih
relevan, menyenangkan, serta menyajikan pengalaman belajar yang
membangkitkan motivasi untuk belajar (Warsono dan Hariyanto, 2017:2).
Pembelajaran IPA belum sepenuhnya dapat di implementasikan karena adanya
kurikulum yang berorientasi pada penyampaian materi dan bukan pencapaian
2

ketuntasan pemahaman peserta didik serta terbatasnya buku pegangan, bahan


bacaan, modul dan sumber belajar yang memuat keterpaduan (Kristanti,
2015:118). Kegiatan pembelajaran dapat berjalan efektif dan efisien jika tersedia
sumber belajar dan salah satu contoh sumber belajar dalam bentuk buku ajar.
Menurut Jensen (2011) Brain-Based Learning merupakan pendekatan untuk
mengembangan potensi otak siswa, yaitu menciptakan lingkungan belajar yang
menantang, menyenangkan dan menciptakan lingkungan belajar yang aktif dan
bermakna bagi siswa (Active Learning). Senada di ungkapkan Salem (2017)
bahwa pendekatan pembelajaran Berbasis Brain-Based Learning adalah cara
alami dan mampu meningkatkan motivasi belajar untuk mendukung dan
memaksimalkan pembelajaran dan pengajaran. Melalui Pembelajaran Berbasis
Brain-Based Learning kegiatan belajar akan menjadi efektif apabila guru
memahami pentingnya mengajukan pertanyaan yang sesuai untuk memfasilitasi
pembelajaran semua siswa di kelas. Ini sesuai dengan visi "Standar Sains
Generasi Selanjutnya" (Benedict, et al. 2017; NGSS Lead States 2013). Adapun
pertanyaan untuk meningkatkan pemahaman ide dari materi pelajaran meliputi (1)
pertanyaan inkuiri, (2) pertanyaan bahasa akademik; (3) pertanyaan praktik sains;
(4) pertanyaan penjelasan; dan (5) pertanyaan penjelasan (Benedict-Chambers &
Fortner, 2019).
Hasil penelitian terkait dengan pengembangan pembelajaran berbasis
Brain-Based Learning diantaranya (1) Akyurek & Afacan (2013) mengungkapkan
adanya pengaruh sikap dan motivasi jangka pendek dan sikap jangka panjang
pada siswa kelas delapan, (2) Wahyuni (2019, et al), (3) Syakhina, (2019, et al),
(4) Fransiska (2019, et al), menjelaskan bahwa pembelajaran berbasis Brain-
Based Learning memiliki tingkat efektivitas yang sangat tinggi, (5) Yasar (2017),
adanya peningkatan kesadaran dalam pendidikan sains di Turki, (6) ElAdl & Saad
(2019) adanya peningkatan memori kerja dan motivasi akademik pada siswa di
Oman, (7) Hasil penelitian Prihatin, dkk (2017), (Milada, 2019) juga
menunjukkan bahwa bermain peran menggunakan boneka kepompong dapat
meningkatkan antusiasme dan menyenangkan dalam proses belajar siswa, (8)
Sedangkan Al-Balushi & Al-Balushi (2018), menunjukkan adanya peningkatan
3

retensi pada siswa dan peneliti menyarankan penelitian lebih lanjut terkait dengan
ide-ide baru dalam penggunaan teknologi.
Salah satu metode yang dapat digunakan untuk mengaktifkan siswa dalam
menghadapi kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi adalah buku pelajaran
(Widita.Eva, 2018). Buku ajar yang baik adalah buku yang telah teruji valid,
praktis, dan efektif (Susbandya, 2018). Berdasarkan hasil analisis angket
observasi Need Assesment siswa pada 23 siswa SMP di Banyuwangi
menunjukkan bahwa (1) Berdasarkan Buku yang telah digunakan di sekolah/
Madrasah hanya 34,8% menggunakan buku BSE, dan 100% menggunakan LKS,
(2) berdasarkan kegunaan Buku IPA di Sekolah menunjukkan 78,3% buku di
sekolah membantu dalam kegiatan pembelajaran sedangkan 21,7% menyatakan
tidak, (3) Berdasarkan kegunaan buku untuk mengingat pelajaran menunjukkan
65,2% membantu mengingat pelajaran dan 34,8% menyatakan tidak, (4)
Berdasarkan kriteria buku yang diinginkan menunjukkan 56,5% siswa
menginginkan buku dengan kriteria menyenangkan, 91,3% membantu mengingat
materi pelajaran, 43,5% banyak gambar dan 43,5% ada permainan, (5)
Berdasarkan permasalahan menggunakan buku ajar di Sekolah menunjukkan 87%
menyatakan banyak istilah sulit diingat, 69,6% materi sulit dipahami dan 34,8%
soal latihan yang kurang menantang. Dengan demikian perlu adanya bahan ajar
yang dapat membantu kegiatan pembelajaran IPA yang membantu mengingat,
menyenangkan, banyak gambar, ada permainan, membantu mengatasi kesulitan
dengan istilah yang sulit, dan soal yang menantang melalui buku ajar berbasis
brain-based learning.
Analisis Kesulitan dalam Masalah Material Sistem Kehidupan Organisasi
untuk Ilmu Pengetahuan Alam di SMP/MTs menunjukan (1) berdasarkan
kesulitan menjelaskan materi, 87% siswa mengalami kesulitan dalam mengingat
kembali materi dari Sistem Organisasi Kehidupan dan 13% mudah mengingat, (2)
berdasarkan adanya istilah penting menunjukkan 56,5% menyatakan banyak
istilah penting dan 44,5% tidak, (3) kesulitan mengingat materi jangka panjang
menunjukan 52,2% mengalami kesulitan dan 48,8% menyatakan mudah, (4)
Berdasarkan cara mengingat materi Sistem Organisasi Kehidupan menunjukan
4

47,8% dengan membaca berulang-ulang, 30,4% mencatat kembali materi di dalam


buku dan 21,8% cara yang lain seperti mengkomunikasikan dengan teman dan
membuat peta konsep, (5) berdasarkan penggunaan buku ajar yang
mengoptimalkan kerja otak seperti teka-teki silang, singkatan/Mnemunoic dan
game menyatakan 81,8% belum pernah menggunakan dan 18,2% pernah, (6)
77,3% setuju peneliti menyusun buku ajar berbasis brain-based learning dan
22,7% tidak.
Hasil Analisis Angket Observasi Need Assesment guru pada 27 guru SMP
di Jawa timur menunjukkan bahwa (1) berdasarkan kendala Bapak/ Ibu Guru
dalam mengajar konsep IPA selama proses pembelajaran di kelas menunjukkan
42,3% bahan ajar kurang mendukung materi, 38,5% belum merancang
pembelajaran yang menyenangkan, 23,1% belum menggunakan pendekatan
pembelajaran, 19,2% belum tercapai tujuan pembelajaran, 3,8% disebabkan
beberapa siswa kurang aktif, 3,8% disebabkan kurangnya sarana prasarana untuk
mendukung pembelajaran, (2) berdasarkan bahan ajar yang digunakan
menunjukkan 40,7% Bapak/Ibu guru menggunakan Buku Sekolah Elektronik,
33,3% menggunakan buku ajar, 22,2% Lembar kerja siswa, dan 3,8%
menggunakan modul dan Handout, (3) Berdasarkan tanggapan Bapak/Ibu
terhadap bahan ajar yang telah digunakan menunjukkan 44,4% menyatakan layak
dan efektif dan 29,6% cukup, 22,2 % kurang layak dan 3,8% sangat layak, (4)
berdasarkan kebutuhan mengembangkan Buku Ajar IPA terpadu menunjukkan
66,7% tidak pernah, 25,9% pernah dan 7,4% lain, (5) berdasarkan pendekatan
pembelajaran yang digunakan 77,8% menggunakan pendekatan Saintifik
sedangkan 33,2% dengan pendekatan yang lain, (6) 100% Bapak/Ibu Guru setuju
membuat Buku Ajar Berbasis Brain-Based Learning pada Materi Organisasi
Kehidupan.
Dengan demikian perlu adanya alternatif dan inovasi untuk
mengembangkan buku pelajaran berbasis Brain-Based Learning sehingga
diharapkan dapat membantu siswa untuk meningkatkan retensi dan hasil belajar
mereka dalam pembelajaran sains di sekolah menengah pertama. Caine & Caine
(1994) mengungkapkan terdapat 12 prinsip pembelajaran berbasis otak dalam
5

teori pembelajaran berbasis otak. Bagian penting dari proses pembelajaran adalah
retensi yang digunakan untuk mengukur kemampuan siswa untuk menyimpan,
memegang dan mengekspresikan kembali materi dengan baik setelah interval
waktu tertentu ketika pengetahuan dibutuhkan (Achor, 2009).
Untuk itu perlu adanya penelitian buku ajar yang dapat membantu
kemampuan siswa untuk menyimpan, memanfaatkan dan mengekpresikan
kembali materi dengan baik. Sedangkan penelitian Pengembangan Buku ajar pada
Materi Organisasi Kehidupan berbasis Brain-Based Learning belum pernah
dilakukan. Sehingga penulis bermaksud melakukan penelitian pengembangan
yang berjudul “Pengembangan Buku Ajar Berbasis Brain-Based Learning
Pada Materi Organisasi Kehidupan Untuk Siswa SMP”.

1.2. Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka permasalahan yang akan
diangkat dalam penelitian ini adalah bagaimana menghasilkan “Buku Ajar Materi
Organisasi Kehidupan Berbasis Brain-Based Learning “ yang valid, praktis, dan
efektif untuk meningkatkan retensi dan hasil belajar siswa di SMP. Dari rumusan
masalah umum tersebut dapat dijabarkan menjadi tiga rumusan masalah khusus
sebagai berikut:
a. Bagaimana Buku Ajar Materi Organisasi Kehidupan Berbasis Brain-Based
Learning yang valid untuk pembelajaran IPA di SMP?
b. Bagaimana Buku Ajar Materi Organisasi Kehidupan Berbasis Brain-Based
Learning yang praktis untuk pembelajaran IPA di SMP?
c. Bagaimana Buku Ajar Materi Organisasi Kehidupan Berbasis Brain-Based
Learning yang efektif untuk pembelajaran IPA di SMP?

1.3. Tujuan
Berdasarkan uraian pada rumusan masalah di atas, maka tujuan dari
penelitian ini adalah untuk menghasilkan “Buku Ajar Berbasis Brain-Based
6

Learning Pada Materi Sistem Organisasi Kehidupan untuk siswa SMP yang
valid, praktis, dan efektif untuk menanamkan pemahaman konsep dan
kemandirian belajar. Dari tujuan umum tersebut dapat dijabarkan menjadi tiga
tujuan khusus yakni sebagai berikut:
a. Mendeskripsikan Buku Ajar Materi Organisasi Kehidupan Berbasis Brain-
Based Learning yang valid untuk pembelajaran IPA di SMP.
b. Mendeskripsikan Buku Ajar Materi Organisasi Kehidupan Berbasis Brain-
Based Learning yang praktis untuk pembelajaran IPA di SMP.
c. Mendeskripsikan Buku Ajar Materi Organisasi Kehidupan Berbasis Brain-
Based Learning yang efektif untuk pembelajaran IPA di SMP.

1.4. Manfaat
Berdasarkan tujuan penelitian yang hendak dicapai, maka penelitian ini
diharapkan bermanfaat dalam pendidikan. Adapun menfaat yang diharapkan
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Bagi peneliti, menjadi sarana informasi tentang pembelajaran interaktif dan
komunikatif dengan menggunakan Buku Ajar Materi Sistem Organisasi
Kehidupan berbasis Brain-Based Learning untuk pembelajaran IPA di
SMP/MTs sehingga membuat pembelajaran IPA menjadi lebih
menyenangkan dan menantang.
b. Bagi guru, mendapatkan bahan ajar berupa Buku ajar materi Sistem
Organisasi kehidupan berbasis Brain-Based Learning yang sesuai dengan
kebutuhan siswa, serta memudahkan menyampaikan konsep materi dengan
lebih praktis dan efisien.
c. Bagi siswa, menjadikan pembelajaran menyenangkan dan menantang dalam
mengingat dan memahami konsep materi Sistem Organisasi Kehidupan
sehingga dapat meningkatkan retensi, motivasi dan hasil belajar siswa dalam
pembelajaran IPA.

Anda mungkin juga menyukai