Pembahasan Profesi Keguruan
Pembahasan Profesi Keguruan
PENDAHULUAN
1.Latar Belakang
Interaksi seorang guru dalam melaksanakan tugas kependidikannya bukan hanya terjadi
antara guru dengan peserta didik, akan teyapi interaksi guru tersebut terjadi juga dengan rekan
sesamanya, orang tua peserta didik, dan masyarakat. Dalam interaksi seperri itu, perbedaan pendapat
persepsi harapan dan perbedaan perbedaan lainnya sulit dihindari, apabila pemikiran maayarakat di
Di pihank lain, dalam melaksanakan tugas kependidikannya, seorang guru dihadapkan pada
dua kepentingan. Sebagai seorang pribadi, ia harus melaksanakan tugasnya itu demi kepentingannya
sendiri, dan sebagai profesional ia melaksanakan tugas kependidikannya itu semata mata demi
ketrampilan sesuai profesinya, yakni sebagai seorang guru. Sebagai seorang yang profesional, tentu
saja guru benar-benar menguasai tugasnya dan tidak amatir dalam menjalankan tugas profesinya.
Seorang guru profesional harus memiliki “informed responsiveness”, atau “ketanggapan yang
berlandaskan kearifan” terhadap implikasi kemasyarakatan atas objek kerjanya. Dengan kata lain
seorang yang profesional harus memiliki filosofi dalam melaksankan pekerjaannya. Akan tetapi
dalam realita kehidupan, masih banyak guru yang belum bisa dikatakan sebagai guru profesional.
1
2.Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian konsep etik, konsep moral, konsep ahklak, dan konsep nilai
3. Bagaimana sikap profesional keguruan serta saran sikap profesi pengembangan sikap
profesional
3.Tujuan Pembahasan
1. Mengetahui pengertian konsep erik, konsep moral, konsep ahklak, dan konsep nilai
3. Mengetahui bgaimana sikap profesional keguruan serta saran sikap profesi pengembangan
sikap profesional.
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. .ETIKA
Dari segi etimologi (ilmu asal usul kata), etika berasal dari bahasa yunani, ethos yang berarti
watak kesusilaan ata adat. Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, ilmu pengetahuan tentang
Selain akhlak kita juga lazim menggunakan istilah etika. Etika merupakan sinonim dari akhlak.
Kata ini berasal dari bahasa Yunani yakni ethos yang berarti adat kebiasaan. Sedangkan yang
dimaksud kebiasaan adalah kegiatan yang selalu dilakukan berulang-ulang sehingga mudah
untuk dilakukan seperti merokok yang menjadi kebiasaan bagi pecandu rokok. Sedangkan etika
menurut filasafat dapat disebut sebagai ilmu yang menyelidiki mana yang baik dan mana yang
buruk dengan memperhatikan amal perbuatan manusia sejauh yang dapat diketahui oleh akal
Ada orang berpendapat bahwa etika dan akhlak adalah sama. Persamaan memang ada karena
kedua-duanya membahas baik dan buruknya tingkah laku manusia. Tujuan etika dalam
pandangan filsafat ialah mendapatkan ide yang sama bagi seluruh manusia disetiap waktu dan
tempat tentang ukuran tingkah laku yang baik dan buruk sejauh yang dapat diketahui oleh akal
pikiran manusia. Akan tetapi dalam usaha mencapai tujuan itu, etika mengalami kesulitan,
karena pandangan masing-masing golongan dunia ini tentang baik dan buruk mempunyai ukuran
3
(kriteria) yang berlainan.
Apabila kita menlusuri lebih mendalam, maka kita dapat menemukan secara jelas persamaan dan
perbedaan etika dan akhlak. Persamaan diantara keduanya adalah terletak pada objek yang akan
dikaji, dimana kedua-duanya sama-sama membahas tentang baik buruknya tingkah laku dan
perbuatan manusia. Sedangkan perbedaannya sumber norma, dimana akhlak mempunyai basis
atau landasan kepada norma agama yang bersumber dari hadist dan al Quran.
Para ahli dapat segera mengetahui bahwa etika berhubungan dengan empat hal sebagai berikut.
Pertama, dilihat dari segi objek pembahasannya, etika berupaya membahas perbutaan yang
Kedua, dilihat dari segi sumbernya, etika bersumber pada akal pikiran dan filsafat. Sebagai hasil
pemikiran maka etika tidak bersifat mutla, absolut dan tidak pula universal.
Ketiga, dilihat dari segi fungsinya, etika berfungsi sebagai penilai, penentu dan penetap terhadap
suatu perbuatan tersebut akan dinilai baik, buruk, mulia, terhormat, terhina dsb. Keempat, dilihat
dari segi sifatnya, etika bersifat relatif yakni dapat berubah-rubah sesuai tuntutan zaman.
Dengan ciri-ciri yang demikian itu, maka etika lebih merupakan ilmu pengetahuan yang
berhubungan dengan upaya menentukan perbuatan yang dilakukan manusia untuk dikatakan baik
atau buruk. Dengan kata lain etika adalah aturan atau pola tingkah laku yang dihasilkan oleh akal
manusia.
B. MORAL
4
Moral berasal dari bahasa latin yakni mores kata jamak dari mos yang berarti adat kebiasaan.
Sedangkan dalam bahasa Indonesia moral diartikan dengan susila. Sedangkan moral adalah
sesuai dengan ide-ide yang umum diterima tentang tindakan manusia, mana yang baik dan mana
yang wajar.
Antara etika dan moral memang memiliki kesamaan. Namun, ada pula berbedaannya, yakni etika
lebih banyak bersifat teori, sedangkan moral lebih banyak bersifat praktis. Menurut pandangan
ahli filsafat, etika memandang tingkah laku perbuatan manusia secara universal (umum),
sedangkan moral secara lokal. Moral menyatakan ukuran, etika menjelaskan ukuran itu.
Namun demikian, dalam beberapa hal antara etika dan moral memiliki perbedaan. Pertama, kalau
dalam pembicaraan etika, untuk menentukan nilai perbutan manusia baik atau buruk
menggunakan tolak ukur akal pikiran atau rasio, sedangkan dalam pembicaran moral tolak ukur
yang digunakan adalah norma-norma yang tumbuh dan berkembang dan berlangsung di
masyarakat.
Istilah moral senantiasa mengaku kepada baik buruknya perbuatan manusia sebagai manusia. Inti
pembicaraan tentang moral adalah menyangkut bidang kehidupan manusia dinilai dari baik
buruknya perbutaannya selaku manusia. Norma moral dijadikan sebagai tolak ukur untuk
menetapkan betul salahnya sikap dan tindakan manusia, baik buruknya sebagai manusia.
C.AKHLAK
(kebahasaan) dan pendekatan terminologi (peristilahan). Akhlak berasal dari bahasa arab yakni
khuluqun yang menurut loghat diartikan: budi pekerti, perangai, tingkah laku atau
5
tabiat. Kalimat tersebut mengandung segi-segi persesuaian denga perkataan khalakun yang
berarti kejadian, serta erat hubungan dengan khaliq yang berarti pencipta dan makhluk yang
berarti diciptakan. Perumusan pengertian akhlak timbul sebagai media yang memungkinkan
adanya hubungan baik antara khaliq dengan makhluk dan antara makhluk dengan makhluk.
Secara terminologi kata "budi pekerti" yang terdiri dari kata budi dan pekerti. Budi adalah yang
ada pada manusia, yang berhubungan dengan kesadaran, yang didorong oleh pemikiran, rasio
atau character. Pekerti adalah apa yang terlihat pada manusia karena didorong oleh hati, yang
disebut behavior. Jadi budi pekerti adalah merupakan perpaduan dari hasil rasio dan rasa yang
Sedangkan secara terminologi akhlak suatu keinginan yang ada di dalam jiwa yang akan
dilakukan dengan perbuatan tanpa intervensi akal/pikiran. Menurut Al Ghazali akhlak adalah
sifat yang melekat dalam jiwa seseorang yang menjadikan ia dengan mudah tanpa banyak
pertimbangan lagi. Sedangkan sebagaian ulama yang lain mengatakan akhlak itu adalah suatu
sifat yang tertanam didalam jiwa seseorang dan sifat itu akan timbul disetiap ia bertindak tanpa
merasa sulit (timbul dengan mudah) karena sudah menjadi budaya sehari-hari
Defenisi akhlak secara substansi tampak saling melengkapi, dan darinya kita dapat melihat lima
Pertama, perbuatan akhlak adalah perbuatan yang telah tertanam dalam jiwa seseorang, sehingga
Kedua, perbuatan akhlak adalah perbuatan yang dilakukan dengan mudah dan tanpa pemikiran.
Ini berarti bahwa saat melakuakan sesuatu perbuatan, yang bersangkutan dalam keadaan tidak
6
Ketiga, bahwa perbuatan akhlak adalah perbuatan yang timbul dari dalam diri orang yang
mengerjakannya, tanpa ada paksaan atau tekanan dari luar. Perbuatan akhlak adalah perbutan
yang dilakukan atas dasar kemauan, pilihan dan keputusan yang bersangkutan. Bahwa ilmu
akhlak adalah ilmu yang membahas tentang perbuatan manusia yang dapat dinilai baik atau
buruk.
Keempat, bahwa perbuatan akhlak adalah perbuatan yang dilakukan dengan sesunggunya, bukan
Kelima, sejalan dengan ciri yang keempat, perbuatan akhlak (khususnya akhlak yang baik)
adalah perbuatan yang dilakukan karena keikhlasan semata-mata karena Allah, bukan karena
Disini kita harus bisa membedakan antara ilmu akhlak dangan akhlak itu sendiri. Ilmu akhlak
adalah ilmunya yang hanya bersifat teoritis, sedangkan akhlak lebih kepada yang bersifat praktis.
D. NILAI
Dalam membahas nilai ini biasanya membahas tentang pertanyaan mengenai mana yang baik
dan mana yang tidak baik dan bagaimana seseorang untuk dapat berbuat baik serta tujuan yang
memiliki nilai. Pembahasan mengenai nilai ini sangat berkaitan dangan pembahasasn etika.
Kajian mengenai nilai dalam filsafat moral sangat bermuatan normatif dan metafisika.
Penganut islam tidak akan terjamin dari ancaman kehancuran akhlak yang menimapa umat,
kecuali apabila kita memiliki konsep nilai-nilai yang konkret yang telah disepakati islam, yaitu
nilai-nilai absolut yang tegak berdiri diatas asas yang kokoh. Nilai absolut adalah tersebut adalah
kebenaran dan kebaikan sebagai nilai-nilai yang akan mengantarkan kepada kesejahteraan hidup
7
2.PNGERTIAN PROFESI,GURU SEBAGAI PROFESI, DAN ORGANISASI PROFESI
Profesi adalah suatu jabatan atau pekerjaan yang menuntut keahlian (expertise) dari para
anggotanya. Artinya, tidak bisa dilakukan oleh sembarangan orang yang tidak terlatih dan tidak
Guru merupakan suatu profesi, yang berarti suatu jabatan yang memerlukan keahlian khusus
sebagai guru dan tidak dapat dilakukan oleh sembarang orang di luar bidang kependidikan.
Profesi guru adalah jabatan profesional yang memiliki tugas pokok dalam proses pembelajaran.
Uraian tugas pokok tersebut mencakup keseluruhan unsur proses pendidikan dan peserta didik.
Tugas pokok itu hanya dapat dilaksanakan secara profesional bila persyaratan profesional yang
ditetapkan terpenuhi.
Membantu peserta didik untuk mengembangkan seluruh potensinya sehingga tumbuh dan
Membantu anak belajar sehingga kemampuan intelektualnya tumbuh dengan menguasai berbagai
pendekatan dan metodologi yang penuh dengan kreativitas sehingga kreativitas peserta didik
Menanamkan berbagai nilai-nilai dalam diri peserta didik sehingga melekat dan tumbuh menjadi
Membangun watak dan kepribadian peserta didik menjadi orang yang memiliki watak dan
8
Mengajar peserta didik bagaimana berhubungan dengan orang lain, dan
Fungsi guru dalam proses pendidikan adalah mengajar, mendidik, membina, mengarahkan, dan
membentuk watak dan kepribadian sehingga manusia itu berubah menjadi manusia yang
memiliki ilmu pengetahuan, cerdas, dan bermartabat. Oleh karena itu, tidak setiap orang dapat
yang dirancang khusus untuk itu sehingga dalam melaksanakan tugasnya, guru akan terhindar
dari kesalahan. Alasannya, bila terjadi kesalahan, hal itu akan berakibat fatal terhadap masa
depan peserta didik dan tentu saja amat merugikan dunia pendidikan. Dengan demikian, guru
memerlukan pendidikan profesional yang dapat menghasilkan guru yang memiliki kemampuan
Untuk dapat melaksanakan tugasnya secara profesional, efisien, dan efektif, guru harus
(6) memahami berbagai konsep pokok sosiologi dan antropologi yang relevan dalam
(7) menguasai bidang studi tertentu yang relevan dengan tugasnya sebagai guru pada
9
(9) menguasai konsep dan prinsip pengembangan kurikulum,
(11) memahami proses dan dampak globalisasi serta implikasinya terhadap proses
didik,
(13) memahami peran dan pengaruh aspek sosial, kultural, dan ekonomi terhadap proses
pendidikan.
Organisasi Profesi
Organisasi profesi keguruan berasal dari tiga kata, yaitu organisasi, profesi dan keguruan
(guru). Ada banyak pendapat yang mengemukan pengertian dari organisasi, diantarinya sebagai
berikut:
1. Menurut Stoner, Organisasi adalah suatu pola hubungan-hubungan yang melalui mana orang-
2. Menurut James D. Mooney, Organisasi adalah bentuk setiap perserikatan manusia untuk
mencapai tujuan bersama.
3. Menurut Chester I. Bernard, Organisasi merupakan suatu sistem aktivitas kerja sama yang
Di samping itu, organisasi juga terbagi menjadi dua bagian yaitu organisasi formal dan
organisasi non-formal. Organisasi formal adalah kumpulan dari dua orang atau lebih yang
mengikatkan diri dengan suatu tujuan bersama secara sadar serta dengan hubungan kerja yang
rasional. Contoh : Perseroan terbatas, Sekolah, Negara, dan lain sebagainya. Organisasi informal
10
adalah kumpulan dari dua orang atau lebih yang terlibat pada suatu aktivitas serta tujuan bersama
Sedangkan Profesi adalah jabatan atau pekerjaan yang menuntut keahlian seseorang dan didapat
melalui adanya proses pendidikan. Suatu profesi erat kaitannya dengan jabatan atau pekerjaan
tertentu yang dengan sendirinya menuntut keahlian, pengetahuan, dan ketrampilan tertentu pula.
Dan Guru adalah pendidik dengan tugas utamanya mendidik, mengajar, membimbing, melatih
Dari kata Organisasi profesi dapat diartikan sebagai organisasi yang anggotanya adalah para
praktisi yang menetapkan diri mereka sebagai profesi dan bergabung bersama untuk
melaksanakan fungsi-fungsi sosial yang tidak dapat mereka laksanakan dalam kapasitas mereka
sebagai individu.
Organisasi profesi merupakan suatu wadah tempat para anggota profesional tersebut
profesi guru adalah suatu wadah perkumpulan orang-orang yang memiliki suatu keahlian khusus
dalam mendidik.
Sikap Guru Profesional adalah Suatu Kepribadian atau respon yang menggambarkan
kecenderungan untuk bereaksi sebagai seorang guru yang memiliki kompetensi yang
dipersyaratkan untuk melakukan tugas pendidikan dan pengajaran yang alhi dalam
menyampaikannya.
11
Kompetensi di sini meliputi pengetahuan, sikap, dan keterampilan profesional, baik yang bersifat
pribadi, sosial, dan akademis. Dengan kata lain, Guru profesional adalah orang yang memiliki
kemampuan dan keahlian khusus dalam bidang keguruan sehingga ia mampu melakukan tugas
Sikap dan Pola tingkah laku seorang guru yang berhubungan dengan profesionalisme haruslah
Pada butir sembilan kode etik guru Indonesia disebutkan bahwa: “guru melaksanakan segala
dinegara kita dipegang oleh pemerintah, dalam hal ini oleh departemen pendidikan dan
merupakan kebijaksanaan yang akan dilaksanakan oleh aparatnya, yang meliputi antara lain :
melalui kewajiban belajar, peningkatan mutu pendidikan, pembinaan generasi muda dengan
Guru merupakan unsur aparatur negara dan abdi negara. Karena itu, guru mutlak perlu
baik yang dikeluarkan oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, di pusat maupun di daerah,
maupun departemen lainnya dalam rangka pembinaan pendidikan di negara. Contoh, peraturan
pendidikan (SPP), ketentuan yentang penerimaan murid baru, penyelenggaraan evaluasi belajar
12
tahap akhir (EBTA) dan lain sebagainya.
Untuk menjaga agar guru Indonesia tetap melaksanakan ketentuan-ketentuan yang merupakan
kebijakan pemerintah dalam bidang pendidikan, Kode Etik Guru Indonesia mengatur hal
tersebut, seperti yang tertentu dalam dasar yang kesembilan dari kode etik guru. Dasar ini juga
menunjukkan bahwa guru indonesia harus tunduk dan taat kepada pemerintah indonesia dalam
menjalankan tugas pengabdiannya, sehingga guru indonesiia tidak mendapat pengaruh yang
negatif dari pihak luar, yang ingin memeksakan idenya melalui dunia pendidikan.
Dengan demikian, setiap guru indonesia wajib tunduk dan taat kepada segala ketentuan-
ketentuan pemerintah. Dalam bidang pendidikan ia harus taat kepada kebijakan dan peraturan,
baik yang dikeluarkan oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan maupun departemen lain
yang berwenang mengatur pendidikan, di pusat dan di daerah dalam rangka melaksanakan
Guru secara bersama-sama memelihara dan meningkatkan mutu organisasi PGRI sebagai sarana
perjuangan dan pengabdian. Dasar ini menunjukan kepada kita betapa pentingnya peranan
organisasi profesi sebagai wadah dan sarana pengabdian. PGRI sebagai organisasi profesi
memerlukan pembinaan, agar lebih berdayaguna dan berhasil guna sebagai wadah usaha untuk
membawakan misi dan memantapkan profesi guru. Keberhasilan usaha tersebut sangat
bergantung kepada kesadaran para anggotanya, rasa tanggung jawab dan kewajiban para
anggotanya. Organisasi PGRI merupakan suatu sistem, dimana unsur pembentuknya adalah
guru-guru. Oleh karena itu, guru harus bertindak sesuai dengan tujuan sistem. Ada hubungan
timbal balik antara anggota profesi dengan organisasi, baik dalam melaksanakan kewajiban
Organisasi profesional harus membina mengawasi para anggotanya, yang dimaksud dengan
organisasi adalah semua anggota dengan seluruh pengurus dan segala perangkat dan alat-alat
13
perlengkapannya. Setiap anggota harus memberikan sebagian waktunya untuk kepentingan
pembinaan profesinya, dan semua waktu dan tenaga yang diberikan oeh para anggota ini
dikoordinasikan oleh para pejabat organisasi tersebut, sehingga permanfaatanya menjadi efektif
dan efisien.
Dalam dasar keenam kode etik itu dengan gamblang jug dituliskan, bahwa guru secara pribadi
Untuk meningkatkan mutu suatu profesi, khususnya profesi keguruan, dapat dilakukan dengan
pendidikan dalam jabatan, study perbandingan, dan berbagai bidang akademik lainya.
Peningkatan mutu profesi keguruan dapat telah direncanakan dan dilakukan secara bersamaan
atau berkelompok. Kalau sekararang kita lihat kebanyakan dari usaha peningkatan mutu profesi
diprakarsai dan dilakukan oleh yang dilakukan oleh pemerintah, maka diwaktu mendatang
Dalam ayat 7 kode etik guru disebutkan bahwa “Guru memelihara hubungan seprofesi, semangat
1. Guru hendaknya menciptakan dan memelihara hubungan sesama guru dalam lingkungan
kerjanya.
Dalam hal ini Kode Etik Guru Indonesia menunjukan betapa pentingnya hubungan yang
harmonis perlu diciptakan dengan mewujudkan perasaan bersaudara yang mendalam antara
sesama anggota profesi. Hubungan sesama anggota profesi dapat dilihat dari dua segi, yakni
14
a. Hubungan Guru Berdasarkan Lingkungan Kerja
Agar setiap personel sekolah dapat berfungsi sebagaimana mestinya, mutlak adanya hubungan
yang baik dan harmonis diantara sesama personal yaitu hubungan baik anatara kepala sekolah
dengan guru, guru dengan guru, dan kepala sekolah ataupun guru dengan semua personal sekolah
lainya. Semua personal sekolah ini harus dapat menciptakan hubungan baik dengan anak didik
disekolah tersebut. Sikap profesional lain yang perlu ditumbuhkan oleh guru adalah sikap ingin
bekerja sama, saling harga menghargai, saling pengertian, dan rasa tanggung jawab. Jika ini
sudah berkembang, akan tumbuh rasa senasib sepenanggungan serta menyadari akan
Kalau kita ambil contoh profesi kedokteran, dalam sumpah dokter yang diucapkan pada upacara
pelantikan dokter baru, antara lain terdapat kalimat yang menyatakan bahwa setiap dokter akan
kemungkinan tidak semua anggota profesi dokter itu melaksanakan apa yang diucapkan dalam
sumpahnya, tetapi setidaknya sudah ada norma-norma yang mengatur dan mengawasi
Dalam hal ini kita harus mengakui dengan jujur bahwa sejauh ini profesi keguruan masih
memerlukan pembinaan yang sungguh-sungguh. Rasa persaudaraan seperti tersebut, bagi kita
masih perlu di tumbuhkan sehingga kelak akan dapat kita lihat bahwa hubungan guru dengan
Dalam kode etik guru indonesia dengan jelas dituliskan bahwa : Guru berbakti membimbing
peserta didik untuk membentuk manusia seutuhnya yang berjiwa pancasila, dasar ini
mengandung beberapa prinsip yang harus dipahami oleh seorang guru dalam menjalankan
15
tugasnya sehari-hari, yakni : Tujuan pendidikan nasional, prinsip membimbing, dan prinsip
Tujuan pendidikan nasional dengan jelas dapat dibaca dalam UU No. 2/1989 tentang Sistem
Pendidikan Nasional, yakni membentuk manusia Indonesia seutuhnya yang berjiwa pancasila.
Prinsip yang lain adalah membimbing peserta didik, bukan mengajar, atau mendidik saja.
Pengertian seperti yang dikemukakan oleh Ki Hajar Dewantara dalam sistem amongnya. Tiga
kalimat padat yang terkenal dari sistem itu adalah “ing angarso sung tulodo, ing madyo mangun
Ketiga kalimat itu mempunyai arti bahwa pendidikan harus dapat memberi contoh, harus dapat
memberikan pengaruh dan harus dapat mengendalikan peserta didik. Dalam tut wuri terkandung
maksud membiarkan peserta didik menuruti bakat dan kodratnya dan guru memperhatikannya.
Dalam handayani berati guru mempengaruhi peserta didik, dalam arti membimbing atau
pembentukan manusia yang seutuhnya yang berjiwa pancasila, dan bukanlah mendikte peserta
didik, apalagi memaksanya menurut kehendak sang pendidik. Motto tut wuri handayani sekarang
telah diambil menjadi motto dari departemen pendidikan dan kebudayaan RI.
Prinsip manusia seutuhnya dalam kode etik ini memandang manusia sebagai kesatuan yang
bulat, utuh, baik jasmani maupun rohani tidak hanya berilu tinggi tetapi juga bermoral tinggi
pula. Oleh Karenanya, Guru dalam mendidik seharusnya tidak hanya mengutamakan
Tetapi juga harus memperhatikan perkembangan seluruh pribadi peserta didik, baik jasmani,
rohani dan sosial sesuai dengan dimaksudkan agar peserta didik pada akhirnya akan dapat
menjadi manusia yang mampu menghadapi tantangan tantangan dalam kehidupannya sebagi
insan dewasa. Peserta didik tidak dapat dipandang sebagai objek semata yang harus patuh kepada
16
5. Sikap Terhadap Tempat Kerja
Sudah menjadi perkembangan umum bahwa suasana yang baik ditempat kerja akan
meningkatkan produktifitas. Hal ini disadari dengan sebaik-baiknya oleh setiap guru, dan guru
suasana kerja yang bauk ini ada dua hal yang harus diperhatikan, yaitu:
a. Guru sendiri
Terhadap guru sendiri dengan jelas juga dituliskan dalam salah satu butir dari kode etik yang
Oleh sebab itu, guru harus aktif mengusahakan suasana yang baik itu dengan berbagai cara, baik
dengan penggunaan metode mengajar sesuai, maupun dengan penyediaan alat belajar yang
cukup, serta pengaturan organisasi kelas yang mantap, ataupun pendekatan lainnya yang
diperlukan.
Sebagai salah seorang anggota organisasi, baik organisasi guru maupun organisasi yang lebih
besar, guru akan selalu berada dalam bimbingan dan pengawasan pihak atasan. Dari organisasi
guru, ada strata kepemimpinan mulai dari pegurus cabang, daerah, sampai kepusat. Begitu juga
sebagai anggota keluarga besar DEPDIKBUD (Departement Pendidikan dan Kebudayaan), ada
pembagian pengawasan mulai dari kepala sekolah dan seterusnya sampai kementri pendidikan
dan kebudayaan.
Profesi guru berhubungan dengan anak didik, yang secara alami mempunyai persamaan dan
perbedaan. Tugas melayani orang yang beragam sangat memerlukan kesabaran dan ketelatenan
yang tinggi, terutama bila berhubungan dengan peserta didik yang masih kecil. Barang kali tidak
17
semua orang dikarunia sifat seperti itu, namun bila seseorang telah memilih untuk memasuki
Untuk meningkatkan mutu profesi secara sendiri-sendiri, guru dapat melakukannya secara formal
maupun informal. Secara formal, artinya guru mengikuti berbagai pendidikan lanjutan atau
kursus yang sesuai dengan bidang tugas, keinginan, waktu, dan kemmapuannya, Secara informal
guru dapat meningkatkan pengetahuan dan ketrampilannya melalui media masa seperti televisi,
Didalam Kode Etik Guru Indonesia butir keenam ditujukan kepada guru, baik secara pribadi
maupun secara kelompok, untuk selalu meningkatkan mutu dan martabat profesinya. Guru
sebagaimana juga dengan profesi lainnya, tidak mungkin dapat meningkatkan mutu dan martabat
profesinya bila guru itu tidak meningkatkan atau menambah pengetahuan dan keterampilannya,
karena ilmu dan pengetahuan yang menunjang profesi itu selalu berkembang sesuai dengan
kemajuan zaman.
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa guru yang profesional
adalah guru yang kompeten menjalankan profesi keguruannya dengan kemampuan tinggi. Guru
juga hendaknya memiliki kinerja profesional yaitu hasil kerja yang dicapai dengan
mempraktekkan suatu keahlian pada pendidikan dan jenjang pendidikanya pada suatu periode
tertentu. Sasaran sikap profesianal guru yang harus dimiliki guru yaitu 1) Sikap pada peraturan,
2) sikap terhadap operasi profesi, 3) sikap terhadap teman sejawat, 4) sikap terhadap anak didik,
5) sikap tempat kerja, 6) sikap terhadap pemimpin, 7) sikap terhadap pekerjaan. Sikap
profesional dapat dikembangkan ke dalam dua hal yaitu pengembangan sikap selama pendidikan
18
prajabatan dan pengembangan sikap selama dalam jabatan. Kinerja profesional guru juga perlu
diperhatikan.
2.Saran
Sebagai seorang calon guru, tentunya pembaca harus bisa memahami kompetensi-kompetensi
yang harus dimiliki seorang guru. Hal ini bertujuan agar ketika menjadi guru pembaca sudah
mengerti tugas seorang guru yang sangat berat. Dan yang terpenting adalah mempersiapkan
segala hal yang akan digunakan sebagai seorang guru.
DAFTAR PUSTAKA
Mulyasa. 2013. Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru. Bandung : PT Remaja Rosdakarya
Ruswandi, Uus. 2010. Pengembangan Kepribadian Guru. Bandung : CV Insan Mandiri
Saondi, Ondi. 2012. Etika Profesi Keguruan. Bandung : PT Refika Aditama
Saudagar, Fachruddin. 2009. Pengembangan Profesionalitas Guru. Jakarta : Gaung Persada (GP
Press).
Syamsudin, Abin. 2004. Profesi Keguruan 2. Jakarta : Pusat Penerbitan Universitas Terbuka
Zain, Irfan Ahmad. 2013. Landasan Pendidikan. Bandung: Alfabeta
19