Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

1.Latar Belakang

Interaksi seorang guru dalam melaksanakan tugas kependidikannya bukan hanya terjadi

antara guru dengan peserta didik, akan teyapi interaksi guru tersebut terjadi juga dengan rekan

sesamanya, orang tua peserta didik, dan masyarakat. Dalam interaksi seperri itu, perbedaan pendapat

persepsi harapan dan perbedaan perbedaan lainnya sulit dihindari, apabila pemikiran maayarakat di

era demokratisasi ini semakin kritis.

Di pihank lain, dalam melaksanakan tugas kependidikannya, seorang guru dihadapkan pada

dua kepentingan. Sebagai seorang pribadi, ia harus melaksanakan tugasnya itu demi kepentingannya

sendiri, dan sebagai profesional ia melaksanakan tugas kependidikannya itu semata mata demi

kepentingan peserta didik dan masyarakat pengguna jasa.

Profesional berkaitan dengan kemampuan yang mengharuskan guru untuk menguasi

ketrampilan sesuai profesinya, yakni sebagai seorang guru. Sebagai seorang yang profesional, tentu

saja guru benar-benar menguasai tugasnya dan tidak amatir dalam menjalankan tugas profesinya.

Seorang guru profesional harus memiliki “informed responsiveness”, atau “ketanggapan yang

berlandaskan kearifan” terhadap implikasi kemasyarakatan atas objek kerjanya. Dengan kata lain

seorang yang profesional harus memiliki filosofi dalam melaksankan pekerjaannya. Akan tetapi

dalam realita kehidupan, masih banyak guru yang belum bisa dikatakan sebagai guru profesional.

1
2.Rumusan Masalah

1. Apakah pengertian konsep etik, konsep moral, konsep ahklak, dan konsep nilai

2. Apakah pengertian profesi, guru sebagai profesi, dan organisasi profesi

3. Bagaimana sikap profesional keguruan serta saran sikap profesi pengembangan sikap

profesional

3.Tujuan Pembahasan

1. Mengetahui pengertian konsep erik, konsep moral, konsep ahklak, dan konsep nilai

2. Mengetahui pengertian profesi, guru sebagai profesi, dan organisasi profesi

3. Mengetahui bgaimana sikap profesional keguruan serta saran sikap profesi pengembangan

sikap profesional.

2
BAB II

PEMBAHASAN

1.Konsep etik,konsep moral,konsep ahklak,dan konsep nilai

A. .ETIKA

Dari segi etimologi (ilmu asal usul kata), etika berasal dari bahasa yunani, ethos yang berarti

watak kesusilaan ata adat. Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, ilmu pengetahuan tentang

asas-asas akhlak (moral).

Selain akhlak kita juga lazim menggunakan istilah etika. Etika merupakan sinonim dari akhlak.

Kata ini berasal dari bahasa Yunani yakni ethos yang berarti adat kebiasaan. Sedangkan yang

dimaksud kebiasaan adalah kegiatan yang selalu dilakukan berulang-ulang sehingga mudah

untuk dilakukan seperti merokok yang menjadi kebiasaan bagi pecandu rokok. Sedangkan etika

menurut filasafat dapat disebut sebagai ilmu yang menyelidiki mana yang baik dan mana yang

buruk dengan memperhatikan amal perbuatan manusia sejauh yang dapat diketahui oleh akal

pikiran. Etika membahasa tentang tingkah laku manusia.

Ada orang berpendapat bahwa etika dan akhlak adalah sama. Persamaan memang ada karena

kedua-duanya membahas baik dan buruknya tingkah laku manusia. Tujuan etika dalam

pandangan filsafat ialah mendapatkan ide yang sama bagi seluruh manusia disetiap waktu dan

tempat tentang ukuran tingkah laku yang baik dan buruk sejauh yang dapat diketahui oleh akal

pikiran manusia. Akan tetapi dalam usaha mencapai tujuan itu, etika mengalami kesulitan,

karena pandangan masing-masing golongan dunia ini tentang baik dan buruk mempunyai ukuran

3
(kriteria) yang berlainan.

Apabila kita menlusuri lebih mendalam, maka kita dapat menemukan secara jelas persamaan dan

perbedaan etika dan akhlak. Persamaan diantara keduanya adalah terletak pada objek yang akan

dikaji, dimana kedua-duanya sama-sama membahas tentang baik buruknya tingkah laku dan

perbuatan manusia. Sedangkan perbedaannya sumber norma, dimana akhlak mempunyai basis

atau landasan kepada norma agama yang bersumber dari hadist dan al Quran.

Para ahli dapat segera mengetahui bahwa etika berhubungan dengan empat hal sebagai berikut.

Pertama, dilihat dari segi objek pembahasannya, etika berupaya membahas perbutaan yang

dilakukan oleh manusia.

Kedua, dilihat dari segi sumbernya, etika bersumber pada akal pikiran dan filsafat. Sebagai hasil

pemikiran maka etika tidak bersifat mutla, absolut dan tidak pula universal.

Ketiga, dilihat dari segi fungsinya, etika berfungsi sebagai penilai, penentu dan penetap terhadap

suatu perbuatan tersebut akan dinilai baik, buruk, mulia, terhormat, terhina dsb. Keempat, dilihat

dari segi sifatnya, etika bersifat relatif yakni dapat berubah-rubah sesuai tuntutan zaman.

Dengan ciri-ciri yang demikian itu, maka etika lebih merupakan ilmu pengetahuan yang

berhubungan dengan upaya menentukan perbuatan yang dilakukan manusia untuk dikatakan baik

atau buruk. Dengan kata lain etika adalah aturan atau pola tingkah laku yang dihasilkan oleh akal

manusia.

B. MORAL

4
Moral berasal dari bahasa latin yakni mores kata jamak dari mos yang berarti adat kebiasaan.

Sedangkan dalam bahasa Indonesia moral diartikan dengan susila. Sedangkan moral adalah

sesuai dengan ide-ide yang umum diterima tentang tindakan manusia, mana yang baik dan mana

yang wajar.

Antara etika dan moral memang memiliki kesamaan. Namun, ada pula berbedaannya, yakni etika

lebih banyak bersifat teori, sedangkan moral lebih banyak bersifat praktis. Menurut pandangan

ahli filsafat, etika memandang tingkah laku perbuatan manusia secara universal (umum),

sedangkan moral secara lokal. Moral menyatakan ukuran, etika menjelaskan ukuran itu.

Namun demikian, dalam beberapa hal antara etika dan moral memiliki perbedaan. Pertama, kalau

dalam pembicaraan etika, untuk menentukan nilai perbutan manusia baik atau buruk

menggunakan tolak ukur akal pikiran atau rasio, sedangkan dalam pembicaran moral tolak ukur

yang digunakan adalah norma-norma yang tumbuh dan berkembang dan berlangsung di

masyarakat.

Istilah moral senantiasa mengaku kepada baik buruknya perbuatan manusia sebagai manusia. Inti

pembicaraan tentang moral adalah menyangkut bidang kehidupan manusia dinilai dari baik

buruknya perbutaannya selaku manusia. Norma moral dijadikan sebagai tolak ukur untuk

menetapkan betul salahnya sikap dan tindakan manusia, baik buruknya sebagai manusia.

C.AKHLAK

Ada   dua   pendekatan   untuk   mendefenisikan   akhlak,   yaitu   pendekatan linguistik

(kebahasaan) dan pendekatan terminologi (peristilahan). Akhlak   berasal dari bahasa arab yakni 

khuluqun    yang menurut loghat diartikan:   budi  pekerti, perangai,   tingkah   laku   atau  

5
tabiat.   Kalimat   tersebut   mengandung   segi-segi persesuaian denga perkataan khalakun yang

berarti kejadian, serta erat hubungan dengan khaliq yang berarti pencipta dan makhluk yang

berarti diciptakan. Perumusan pengertian akhlak timbul sebagai media yang memungkinkan

adanya hubungan baik antara khaliq dengan makhluk dan antara makhluk dengan makhluk.

Secara terminologi kata "budi pekerti" yang terdiri dari kata budi dan pekerti. Budi adalah yang

ada pada manusia, yang berhubungan dengan kesadaran, yang didorong oleh pemikiran, rasio

atau character. Pekerti adalah apa yang terlihat pada manusia karena didorong oleh hati, yang

disebut behavior. Jadi budi pekerti adalah merupakan perpaduan dari hasil rasio dan rasa yang

termanifestasikan pada karsa dan tingkah laku manusia.

Sedangkan secara terminologi akhlak suatu keinginan yang ada di dalam jiwa yang akan

dilakukan dengan perbuatan tanpa intervensi akal/pikiran. Menurut Al Ghazali akhlak adalah

sifat yang melekat dalam jiwa seseorang yang menjadikan ia dengan mudah tanpa banyak

pertimbangan lagi. Sedangkan sebagaian ulama yang lain mengatakan akhlak itu adalah suatu

sifat yang tertanam didalam jiwa seseorang dan sifat itu akan timbul disetiap ia bertindak tanpa

merasa sulit (timbul dengan mudah) karena sudah menjadi budaya sehari-hari

Defenisi akhlak secara substansi tampak saling melengkapi, dan darinya kita dapat melihat lima

ciri yang terdapat dalam perbuatan akhlak, yaitu :

Pertama, perbuatan akhlak adalah perbuatan yang telah tertanam dalam jiwa seseorang, sehingga

telah menjadi kepribadiannya.

Kedua, perbuatan akhlak adalah perbuatan yang dilakukan dengan mudah dan tanpa pemikiran.

Ini berarti bahwa saat melakuakan sesuatu perbuatan, yang bersangkutan dalam keadaan tidak

sadar, hilang ingatan, tidur dan gila.

6
Ketiga, bahwa perbuatan akhlak adalah perbuatan yang timbul dari dalam diri orang yang

mengerjakannya, tanpa ada paksaan atau tekanan dari luar. Perbuatan akhlak adalah perbutan

yang dilakukan atas dasar kemauan, pilihan dan keputusan yang bersangkutan. Bahwa ilmu

akhlak adalah ilmu yang membahas tentang perbuatan manusia yang dapat dinilai baik atau

buruk.

Keempat, bahwa perbuatan akhlak adalah perbuatan yang dilakukan dengan sesunggunya, bukan

main-main atau karena bersandiwara

Kelima, sejalan dengan ciri yang keempat, perbuatan akhlak (khususnya akhlak yang baik)

adalah perbuatan yang dilakukan karena keikhlasan semata-mata karena Allah, bukan karena

dipuji orang atau karena ingin mendapatkan suatu pujian.

Disini kita harus bisa membedakan antara ilmu akhlak dangan akhlak itu sendiri. Ilmu akhlak

adalah ilmunya yang hanya bersifat teoritis, sedangkan akhlak lebih kepada yang bersifat praktis.

D. NILAI

Dalam membahas nilai ini biasanya membahas tentang pertanyaan mengenai mana yang baik

dan mana yang tidak baik dan bagaimana seseorang untuk dapat berbuat baik serta tujuan yang

memiliki nilai. Pembahasan mengenai nilai ini sangat berkaitan dangan pembahasasn etika.

Kajian mengenai nilai dalam filsafat moral sangat bermuatan normatif dan metafisika.

Penganut islam tidak akan terjamin dari ancaman kehancuran akhlak yang menimapa umat,

kecuali apabila kita memiliki konsep nilai-nilai yang konkret yang telah disepakati islam, yaitu

nilai-nilai absolut yang tegak berdiri diatas asas yang kokoh. Nilai absolut adalah tersebut adalah

kebenaran dan kebaikan sebagai nilai-nilai yang akan mengantarkan kepada kesejahteraan hidup

di dunia dan akhirat secara individual dan sosial.

7
2.PNGERTIAN PROFESI,GURU SEBAGAI PROFESI, DAN ORGANISASI PROFESI

Profesi adalah suatu jabatan atau pekerjaan yang menuntut keahlian (expertise) dari para

anggotanya. Artinya, tidak bisa dilakukan oleh sembarangan orang yang tidak terlatih dan tidak

disiapkan secara khusus untuk melakukan pekerjaan itu.

Guru sebagai profesi

Guru  merupakan  suatu  profesi,  yang  berarti  suatu  jabatan yang memerlukan keahlian khusus

sebagai guru dan tidak dapat dilakukan oleh sembarang orang di luar bidang kependidikan.

Profesi guru adalah jabatan profesional yang memiliki tugas pokok dalam proses pembelajaran.

Uraian tugas pokok tersebut mencakup keseluruhan unsur proses pendidikan dan peserta didik.

Tugas pokok itu hanya dapat dilaksanakan secara profesional bila persyaratan profesional yang

ditetapkan terpenuhi.

Adapun tugas guru sebagai profesi adalah sebagai berikut:

Membantu peserta didik untuk mengembangkan seluruh potensinya sehingga tumbuh dan

berkembang dengan total dan sempurna.

Membantu anak belajar sehingga kemampuan intelektualnya tumbuh dengan menguasai berbagai

ilmu pengetahuan, keterampilan, pengalaman,  nilai,  dan  sikap

Menyampaikan berbagai ilmu pengetahuan kepada peserta didik dengan  menggunakan

pendekatan dan metodologi yang penuh dengan kreativitas  sehingga  kreativitas  peserta  didik

tumbuh dan berkemban

Menanamkan berbagai nilai-nilai dalam diri peserta didik sehingga melekat dan tumbuh menjadi

satu dengan perilaku peserta didik setiap hari.

Membangun watak dan kepribadian peserta didik menjadi orang yang memiliki watak dan

kepribadian tertentu yang diperlukan oleh masyarakat luas,

8
Mengajar peserta didik bagaimana berhubungan dengan orang lain, dan

Mengembangkan peserta didik menjadi orang yang berakhlak mulia.

Fungsi guru dalam proses pendidikan adalah mengajar, mendidik, membina, mengarahkan, dan

membentuk watak dan kepribadian sehingga manusia itu berubah menjadi manusia yang

memiliki ilmu pengetahuan, cerdas, dan bermartabat. Oleh  karena  itu, tidak setiap orang dapat

menjadi guru, tidak setiap orang dapat melaksanakan  tugas  guru.

Guru memerlukan  persyaratan dan kompetensi profesional yang diperoleh melalui pendidikan

yang dirancang khusus untuk itu sehingga dalam melaksanakan tugasnya, guru akan  terhindar

dari kesalahan. Alasannya, bila terjadi kesalahan, hal itu akan berakibat fatal terhadap masa

depan peserta didik dan tentu saja amat merugikan dunia pendidikan. Dengan demikian, guru

memerlukan pendidikan profesional yang dapat menghasilkan guru yang memiliki  kemampuan

profesional yang diisyaratkan oleh jabatan guru sebagai sebuah profesi.

Untuk  dapat  melaksanakan  tugasnya  secara  profesional,  efisien,  dan efektif, guru  harus

memenuhi persyaratan sebagai berikut:

(1) menguasai ilmu pendidikan, termasuk konsep, teori, dan proses,

(2) menguasai teaching learning strategies,

(1)memahami  ICT  dan  menguasainya untuk  diaplikasikan  dalam proses pembelajaran,

terutama untuk mendukung penerapan learning strategies yang dikembangkan oleh guru,

(4) menguasai developmental   pcychology, psikologi anak, dan psikologi kognitif,

(5) menguasi teori belajar,

(6) memahami berbagai  konsep  pokok  sosiologi  dan  antropologi  yang  relevan  dalam

proses pendidikan  dan  pertumbuhan  anak,

(7)  menguasai  bidang  studi tertentu  yang relevan dengan tugasnya  sebagai  guru pada

jenjang persekolahan tertentu,

(8) memahami administrasi pendidikan,  terutama tentang management of learning,

9
(9) menguasai konsep dan prinsip pengembangan  kurikulum,

(10) memahami dan menguasi pendidikan nilai,

(11) memahami proses dan  dampak globalisasi serta  implikasinya  terhadap  proses

pendidikan  peserta  didik,

(12)  memahami strategic environment yang berpengaruh terhadap proses pendidikan peserta

didik,

(13) memahami peran dan pengaruh aspek sosial, kultural, dan ekonomi terhadap proses

pendidikan.

Organisasi Profesi

Pengertian Organisasi Keguruan

Organisasi profesi keguruan berasal dari tiga kata, yaitu organisasi, profesi dan keguruan

(guru). Ada banyak pendapat yang mengemukan pengertian dari organisasi, diantarinya sebagai

berikut:

1. Menurut Stoner, Organisasi adalah suatu pola hubungan-hubungan yang melalui mana orang-

orang di bawah pengarahan manajer mengejar tujuan bersama.

2. Menurut James D. Mooney, Organisasi adalah bentuk setiap perserikatan manusia untuk

mencapai tujuan bersama.

3. Menurut Chester I. Bernard, Organisasi merupakan suatu sistem aktivitas kerja sama yang

dilakukan oleh dua orang atau lebih.

Di samping itu, organisasi juga terbagi menjadi dua bagian yaitu organisasi formal dan

organisasi non-formal. Organisasi formal adalah kumpulan dari dua orang atau lebih yang

mengikatkan diri dengan suatu tujuan bersama secara sadar serta dengan hubungan kerja yang

rasional. Contoh : Perseroan terbatas, Sekolah, Negara, dan lain sebagainya. Organisasi informal

10
adalah kumpulan dari dua orang atau lebih yang terlibat pada suatu aktivitas serta tujuan bersama

yang tidak disadari. Contoh : Arisan ibu-ibu, belajar bersama anak-anak SD.

Sedangkan Profesi adalah jabatan atau pekerjaan yang menuntut keahlian seseorang dan didapat

melalui adanya proses pendidikan. Suatu profesi erat kaitannya dengan jabatan atau pekerjaan

tertentu yang dengan sendirinya menuntut keahlian, pengetahuan, dan ketrampilan tertentu pula.

Dan Guru adalah pendidik dengan tugas utamanya mendidik, mengajar, membimbing, melatih

dan mengevaluasi. Jabatan guru dikenal sebagai pekerjaan professional,artinya jabatan ini

memerlukan suatu keahlian khusus.

Dari kata Organisasi profesi dapat diartikan sebagai organisasi yang anggotanya adalah para

praktisi yang menetapkan diri mereka sebagai profesi dan bergabung bersama untuk

melaksanakan fungsi-fungsi sosial yang tidak dapat mereka laksanakan dalam kapasitas mereka

sebagai individu.

Organisasi profesi merupakan suatu wadah tempat para anggota profesional tersebut

menggabungkan diri dan mendapatkan perlindungan. Jadi, dapat disimpulkan bahwaorganisasi

profesi guru adalah suatu wadah perkumpulan orang-orang yang memiliki suatu keahlian khusus

dalam mendidik.

3. SIKAP PROFESI KEGURUAN

Sikap Guru Profesional adalah Suatu Kepribadian atau respon yang menggambarkan

kecenderungan untuk bereaksi sebagai seorang guru yang memiliki kompetensi yang

dipersyaratkan untuk melakukan tugas pendidikan dan pengajaran yang alhi dalam

menyampaikannya.

11
Kompetensi di sini meliputi pengetahuan, sikap, dan keterampilan profesional, baik yang bersifat

pribadi, sosial, dan akademis. Dengan kata lain, Guru profesional adalah orang yang memiliki

kemampuan dan keahlian khusus dalam bidang keguruan sehingga ia mampu melakukan tugas

dan fungsinya sebagai guru dengan kemampuan maksimal.

SASARAN SIKAP PROFESIONAL KEGURUAN

Sikap dan Pola tingkah laku seorang guru yang berhubungan dengan profesionalisme haruslah

sesuai dengan sasarannya, Sasaran Sikap Profesional Guru diantaranya:

1. Sikap Terhadap Peraturan Perundang-Undangan

Pada butir sembilan kode etik guru Indonesia disebutkan bahwa: “guru melaksanakan segala

kebijaksanaan pemerintah dalam bidang pendidikan”. (PGRI, 1973). Kebijaksanaan pendidikan

dinegara kita dipegang oleh pemerintah, dalam hal ini oleh departemen pendidikan dan

kebudayaan. Dalam rangka pembangunan dibidang pendidikan di Indonesia, departemen

pendidikan dan kebudayaan mengeluarkan ketentuan-ketentuan dan peraturan-peraturan yang

merupakan kebijaksanaan yang akan dilaksanakan oleh aparatnya, yang meliputi antara lain :

Pembangunan gedung-gedung pendidikan, pemerataan kesempatan belajar antara lain dengan

melalui kewajiban belajar, peningkatan mutu pendidikan, pembinaan generasi muda dengan

menggiatkan kegiatan karang taruna, dan lain-lain.

Guru merupakan unsur aparatur negara dan abdi negara. Karena itu, guru mutlak perlu

mengetahui kebijaksanaan-kebijaksanaan pemerintah dalam bidang pendidikan, sehingga dapat

melaksanakan ketentuan-ketentuan yang merupakan kebijasanaan.

Kebijakan pemerintah dalam bidang pendidikan ialah segala peraturan-peraturan pelaksanaan

baik yang dikeluarkan oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, di pusat maupun di daerah,

maupun departemen lainnya dalam rangka pembinaan pendidikan di negara. Contoh, peraturan

tentang ( berlakunya) kurikulum sekolah tertentu, pembebasan uang sumbangan pembiayaan

pendidikan (SPP), ketentuan yentang penerimaan murid baru, penyelenggaraan evaluasi belajar

12
tahap akhir (EBTA) dan lain sebagainya.

Untuk menjaga agar guru Indonesia tetap melaksanakan ketentuan-ketentuan yang merupakan

kebijakan pemerintah dalam bidang pendidikan, Kode Etik Guru Indonesia mengatur hal

tersebut, seperti yang tertentu dalam dasar yang kesembilan dari kode etik guru. Dasar ini juga

menunjukkan bahwa guru indonesia harus tunduk dan taat kepada pemerintah indonesia dalam

menjalankan tugas pengabdiannya, sehingga guru indonesiia tidak mendapat pengaruh yang

negatif dari pihak luar, yang ingin memeksakan idenya melalui dunia pendidikan.

Dengan demikian, setiap guru indonesia wajib tunduk dan taat kepada segala ketentuan-

ketentuan pemerintah. Dalam bidang pendidikan ia harus taat kepada kebijakan dan peraturan,

baik yang dikeluarkan oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan maupun departemen lain

yang berwenang mengatur pendidikan, di pusat dan di daerah dalam rangka melaksanakan

kebijakan-kebijakan pendidikan di Indonesia.

2. Sikap Terhadap Organisasi Profesi

Guru secara bersama-sama memelihara dan meningkatkan mutu organisasi PGRI sebagai sarana

perjuangan dan pengabdian. Dasar ini menunjukan kepada kita betapa pentingnya peranan

organisasi profesi sebagai wadah dan sarana pengabdian. PGRI sebagai organisasi profesi

memerlukan pembinaan, agar lebih berdayaguna dan berhasil guna sebagai wadah usaha untuk

membawakan misi dan memantapkan profesi guru. Keberhasilan usaha tersebut sangat

bergantung kepada kesadaran para anggotanya, rasa tanggung jawab dan kewajiban para

anggotanya. Organisasi PGRI merupakan suatu sistem, dimana unsur pembentuknya adalah

guru-guru. Oleh karena itu, guru harus bertindak sesuai dengan tujuan sistem. Ada hubungan

timbal balik antara anggota profesi dengan organisasi, baik dalam melaksanakan kewajiban

maupun dalam mendapatkan hak.

Organisasi profesional harus membina mengawasi para anggotanya, yang dimaksud dengan

organisasi adalah semua anggota dengan seluruh pengurus dan segala perangkat dan alat-alat

13
perlengkapannya. Setiap anggota harus memberikan sebagian waktunya untuk kepentingan

pembinaan profesinya, dan semua waktu dan tenaga yang diberikan oeh para anggota ini

dikoordinasikan oleh para pejabat organisasi tersebut, sehingga permanfaatanya menjadi efektif

dan efisien.

Dalam dasar keenam kode etik itu dengan gamblang jug dituliskan, bahwa guru secara pribadi

dan bersama-sama, mengembangkan dan meningkatkan mutu dan martabat profesinya.

Untuk meningkatkan mutu suatu profesi, khususnya profesi keguruan, dapat dilakukan dengan

berbagai cara, misalnya dengan melakukan penataran, lokakarya, pendidikan lanjutan,

pendidikan dalam jabatan, study perbandingan, dan berbagai bidang akademik lainya.

Peningkatan mutu profesi keguruan dapat telah direncanakan dan dilakukan secara bersamaan

atau berkelompok. Kalau sekararang kita lihat kebanyakan dari usaha peningkatan mutu profesi

diprakarsai dan dilakukan oleh yang dilakukan oleh pemerintah, maka diwaktu mendatang

diharapkan organisasi profesionallah yang seharusnya merencanakan dan melaksanakanya,

sesuai dengan fungsi dan peran organisasi itu sendiri.

3. Sikap Terhadap Teman Sejawat

Dalam ayat 7 kode etik guru disebutkan bahwa “Guru memelihara hubungan seprofesi, semangat

kekeluargaan, kekeluargaan dan kesetikawanan sosial”. Ini berarti bahwa :

1. Guru hendaknya menciptakan dan memelihara hubungan sesama guru dalam lingkungan

kerjanya.

2. Guru hendaknya menciptakan dan memelihara semangat kekeluargaan dan kesetiakawanan

sosial di dalam dan di luar lingkungan kerjanya.

Dalam hal ini Kode Etik Guru Indonesia menunjukan betapa pentingnya hubungan yang

harmonis perlu diciptakan dengan mewujudkan perasaan bersaudara yang mendalam antara

sesama anggota profesi. Hubungan sesama anggota profesi dapat dilihat dari dua segi, yakni

hubungan formal dan hubungan kekeluargaan.

14
a. Hubungan Guru Berdasarkan Lingkungan Kerja

Agar setiap personel sekolah dapat berfungsi sebagaimana mestinya, mutlak adanya hubungan

yang baik dan harmonis diantara sesama personal yaitu hubungan baik anatara kepala sekolah

dengan guru, guru dengan guru, dan kepala sekolah ataupun guru dengan semua personal sekolah

lainya. Semua personal sekolah ini harus dapat menciptakan hubungan baik dengan anak didik

disekolah tersebut. Sikap profesional lain yang perlu ditumbuhkan oleh guru adalah sikap ingin

bekerja sama, saling harga menghargai, saling pengertian, dan rasa tanggung jawab. Jika ini

sudah berkembang, akan tumbuh rasa senasib sepenanggungan serta menyadari akan

kepentingan bersama, tidak mementingkan kepentingan diri sendiri dengan mengorbanakan

kepentingan orang lain (Hermawan,1979).

b. Hubungan Guru Berdasarkan Lingkungan Keseluruhan

Kalau kita ambil contoh profesi kedokteran, dalam sumpah dokter yang diucapkan pada upacara

pelantikan dokter baru, antara lain terdapat kalimat yang menyatakan bahwa setiap dokter akan

memperlakukan teman sejawatnya sebagai saudara kandung. Meskipun dalam prakteknya

kemungkinan tidak semua anggota profesi dokter itu melaksanakan apa yang diucapkan dalam

sumpahnya, tetapi setidaknya sudah ada norma-norma yang mengatur dan mengawasi

penampilan profesi itu.

Dalam hal ini kita harus mengakui dengan jujur bahwa sejauh ini profesi keguruan masih

memerlukan pembinaan yang sungguh-sungguh. Rasa persaudaraan seperti tersebut, bagi kita

masih perlu di tumbuhkan sehingga kelak akan dapat kita lihat bahwa hubungan guru dengan

teman sejawatnya berlangsung seperti halnya dengan profesi kedokteran.

4. Sikap Terhadap Anak Didik

Dalam kode etik guru indonesia dengan jelas dituliskan bahwa : Guru berbakti membimbing

peserta didik untuk membentuk manusia seutuhnya yang berjiwa pancasila, dasar ini

mengandung beberapa prinsip yang harus dipahami oleh seorang guru dalam menjalankan

15
tugasnya sehari-hari, yakni : Tujuan pendidikan nasional, prinsip membimbing, dan prinsip

pembentukan manusia Indonesia seutuhnya.

Tujuan pendidikan nasional dengan jelas dapat dibaca dalam UU No. 2/1989 tentang Sistem

Pendidikan Nasional, yakni membentuk manusia Indonesia seutuhnya yang berjiwa pancasila.

Prinsip yang lain adalah membimbing peserta didik, bukan mengajar, atau mendidik saja.

Pengertian seperti yang dikemukakan oleh Ki Hajar Dewantara dalam sistem amongnya. Tiga

kalimat padat yang terkenal dari sistem itu adalah “ing angarso sung tulodo, ing madyo mangun

karso, dan tut wuri handayani”.

Ketiga kalimat itu mempunyai arti bahwa pendidikan harus dapat memberi contoh, harus dapat

memberikan pengaruh dan harus dapat mengendalikan peserta didik. Dalam tut wuri terkandung

maksud membiarkan peserta didik menuruti bakat dan kodratnya dan guru memperhatikannya.

Dalam handayani berati guru mempengaruhi peserta didik, dalam arti membimbing atau

mengajarnya. Dengan demikian membimbing mengandung arti bersikap menentukan kearah

pembentukan manusia yang seutuhnya yang berjiwa pancasila, dan bukanlah mendikte peserta

didik, apalagi memaksanya menurut kehendak sang pendidik. Motto tut wuri handayani sekarang

telah diambil menjadi motto dari departemen pendidikan dan kebudayaan RI.

Prinsip manusia seutuhnya dalam kode etik ini memandang manusia sebagai kesatuan yang

bulat, utuh, baik jasmani maupun rohani tidak hanya berilu tinggi tetapi juga bermoral tinggi

pula. Oleh Karenanya, Guru dalam mendidik seharusnya tidak hanya mengutamakan

pengetahuan atau perkembangan intelektual saja.

Tetapi juga harus memperhatikan perkembangan seluruh pribadi peserta didik, baik jasmani,

rohani dan sosial sesuai dengan dimaksudkan agar peserta didik pada akhirnya akan dapat

menjadi manusia yang mampu menghadapi tantangan tantangan dalam kehidupannya sebagi

insan dewasa. Peserta didik tidak dapat dipandang sebagai objek semata yang harus patuh kepada

kehendak dan kemauan guru.

16
5. Sikap Terhadap Tempat Kerja

Sudah menjadi perkembangan umum bahwa suasana yang baik ditempat kerja akan

meningkatkan produktifitas. Hal ini disadari dengan sebaik-baiknya oleh setiap guru, dan guru

berkewajiban menciptakan suasana yang demikian dalam lingkungannya. Untuk menciptakan

suasana kerja yang bauk ini ada dua hal yang harus diperhatikan, yaitu:

a. Guru sendiri

b. Hubungan guru dengan orang tua dan masyarakat sekeliling

Terhadap guru sendiri dengan jelas juga dituliskan dalam salah satu butir dari kode etik yang

berbunyi : “Guru menciptakan suasana sekolah sebaik-baiknya yang menunjang keberhasilan

proses belajar mengajar”.

Oleh sebab itu, guru harus aktif mengusahakan suasana yang baik itu dengan berbagai cara, baik

dengan penggunaan metode mengajar sesuai, maupun dengan penyediaan alat belajar yang

cukup, serta pengaturan organisasi kelas yang mantap, ataupun pendekatan lainnya yang

diperlukan.

6. Sikap Terhadap Pemimpin

Sebagai salah seorang anggota organisasi, baik organisasi guru maupun organisasi yang lebih

besar, guru akan selalu berada dalam bimbingan dan pengawasan pihak atasan. Dari organisasi

guru, ada strata kepemimpinan mulai dari pegurus cabang, daerah, sampai kepusat. Begitu juga

sebagai anggota keluarga besar DEPDIKBUD (Departement Pendidikan dan Kebudayaan), ada

pembagian pengawasan mulai dari kepala sekolah dan seterusnya sampai kementri pendidikan

dan kebudayaan.

7. Sikap Terhadap Pekerjaan

Profesi guru berhubungan dengan anak didik, yang secara alami mempunyai persamaan dan

perbedaan. Tugas melayani orang yang beragam sangat memerlukan kesabaran dan ketelatenan

yang tinggi, terutama bila berhubungan dengan peserta didik yang masih kecil. Barang kali tidak

17
semua orang dikarunia sifat seperti itu, namun bila seseorang telah memilih untuk memasuki

profesi guru, ia dituntut untuk belajar dan berlaku seperti itu.

Untuk meningkatkan mutu profesi secara sendiri-sendiri, guru dapat melakukannya secara formal

maupun informal. Secara formal, artinya guru mengikuti berbagai pendidikan lanjutan atau

kursus yang sesuai dengan bidang tugas, keinginan, waktu, dan kemmapuannya, Secara informal

guru dapat meningkatkan pengetahuan dan ketrampilannya melalui media masa seperti televisi,

radio, majalah ilmiah, Koran, dan sebagainya.

Didalam Kode Etik Guru Indonesia butir keenam ditujukan kepada guru, baik secara pribadi

maupun secara kelompok, untuk selalu meningkatkan mutu dan martabat profesinya. Guru

sebagaimana juga dengan profesi lainnya, tidak mungkin dapat meningkatkan mutu dan martabat

profesinya bila guru itu tidak meningkatkan atau menambah pengetahuan dan keterampilannya,

karena ilmu dan pengetahuan yang menunjang profesi itu selalu berkembang sesuai dengan

kemajuan zaman.

BAB III

PENUTUP

1. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa guru yang profesional

adalah guru yang kompeten menjalankan profesi keguruannya dengan kemampuan tinggi. Guru

juga hendaknya memiliki kinerja profesional yaitu hasil kerja yang dicapai dengan

mempraktekkan suatu keahlian pada pendidikan dan jenjang pendidikanya pada suatu periode

tertentu. Sasaran sikap profesianal guru yang harus dimiliki guru yaitu 1) Sikap pada peraturan,

2) sikap terhadap operasi profesi, 3) sikap terhadap teman sejawat, 4) sikap terhadap anak didik,

5) sikap tempat kerja, 6) sikap terhadap pemimpin, 7) sikap terhadap pekerjaan. Sikap

profesional dapat dikembangkan ke dalam dua hal yaitu pengembangan sikap selama pendidikan

18
prajabatan dan pengembangan sikap selama dalam jabatan. Kinerja profesional guru juga perlu

diperhatikan.

2.Saran

Sebagai seorang calon guru, tentunya pembaca harus bisa memahami kompetensi-kompetensi
yang harus dimiliki seorang guru. Hal ini bertujuan agar ketika menjadi guru pembaca sudah
mengerti tugas seorang guru yang sangat berat. Dan yang terpenting adalah mempersiapkan
segala hal yang akan digunakan sebagai seorang guru.

DAFTAR PUSTAKA
Mulyasa. 2013. Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru. Bandung : PT Remaja Rosdakarya
Ruswandi, Uus. 2010. Pengembangan Kepribadian Guru. Bandung : CV Insan Mandiri
Saondi, Ondi. 2012. Etika Profesi Keguruan. Bandung : PT Refika Aditama
Saudagar, Fachruddin. 2009. Pengembangan Profesionalitas Guru.  Jakarta : Gaung Persada (GP
Press).
Syamsudin, Abin. 2004. Profesi Keguruan 2. Jakarta : Pusat Penerbitan Universitas Terbuka
Zain, Irfan Ahmad. 2013. Landasan Pendidikan. Bandung: Alfabeta

19

Anda mungkin juga menyukai