Anda di halaman 1dari 6

Nama : Vanessandria Cayadi

NIM : 2018031014

Tugas – 6

1. Siklus pengelolaan Keuangan negara berdasarkan UU No. 25 Tahun 2004 apa defenisi
Perencanaan dimaksud ?
2. Berdasarkan , pada pasal 8 UU No. 25 Tahun 2004 ada berapa tahapan elemen perencanaan
pembangunan?
3. Berdasarkan UU No. 25 tahun 2004, Sebutkan apa yang menjadi ruang lingkup perencanaan
pembangunan Nasional dan Daerah ?
4. Apa yang dimaksud dengan fungsi otorisasi dalam penganggaran pada penyusunan
APBN/APBD ?
5. Apa yang dimaksud dengan fungsi alokasi dalam penganggaran pada penyusunan APBN/APBD ?
6. Sebutkan ada berapa sistem yang terkait dengan pelaksanaan anggaran ?
7. Sebutkan melalui apa Apararati Pengawasan Intern Pemerintah dapat melakukan pengawasan
intern ?
8. Sebutkan apa yang dilakukan Badan Pemeriksaan Keuangan Pembangunan untuk melakukan
pengawasan intern terhadap akuntabilitas keuangan negara ?
9. Sebutkan apa kriteria yang diberikandalam Penetapan opini oleh BPK ?
10. Berapa lama . Laporan keuangan pemerintah pusat dan daerah yang telah diaudit
disampaikan kepada DPR/DPRD dan apa elemen Laporan keuangan yang disampaikan
tersebut ?
11. Apa yang disusun didalam penyusunan anggaran pada kerangka aktivitas organisasi ?
12. Apa karakteristik tujuan operasional di dalam penyusunan Anggaran ?
13. Sebutkan siapa-siap yang terlibat didalam penyusunan APBN/APBD ?
14. Sebutkan apa kewajiban Presiden didalam APBN ?
15. Sebutkan dan jelaskan apa ruang lingkup APBN ?
16. Sebutkan apa yang diestimasi atau perkiraan didalam penyusunan APBN ?
17. Sebutkan apa yang menjadi komposisi penerimaan di dalam APBN ?
18. Sebutkan apa yang merupakan transfer dari pemerintah pusat kepada pemerintah daerah dalam
rangka program desentralisasi ?
19. Sebutkan dan jelaskan proses penyusunan APBN dan APBD ?
20. Sebutkan apa dasar Perundangan APBD Berbasis Kinerja ?
Jawaban:

1. Menurut UU no 25 tahun 2004, Perencanaan adalah suatu proses untuk menentukan tindakan
masa depan yang tepat, melalui urutan pilihan, dengan memperhitungkan sumber daya yang
tersedia.
2. Beberapa elemen perencanaan pembangunan:
1. Penyusunan rencana
Tahap penyusunan rencana dilaksanakan untuk menghasilkan rancangan lengkap dari suatu
rencana yang siap untuk ditetapkan, yang terdiri dari 4 (empat) langkah, yaitu:
(a) Penyiapan rancangan rencana pembangunan yang bersifat teknokratik, menyeluruh, dan
terukur.
(b) Masing-masing instansi pemerintah menyiapkan rancangan rencana kerja dengan
berpedoman pada rancangan rencana pembangunan yang telah disiapkan.
(c) Melibatkan masyarakat (stakeholders) dan menyelaraskan rencana pembangunan yang
dihasilkan masing-masing jenjang pemerintahan melalui musyawarah perencanaan
pembangunan.
(d) penyusunan rancangan akhir rencana pembangunan.
2. Penetapan rencana
Penetapan rencana menjadi produk hukum sehingga mengikat semua pihak untuk
melaksanakannya. Menurut Undang-Undang ini, rencana pembangunan jangka panjang
Nasional/Daerah ditetapkan sebagai Undang-Undang/Peraturan Daerah, sedangkan rencana
pembangunan jangka menengah Nasional/Daerah dan rencana pembangunan tahunan
Nasional/ Daerah ditetapkan sebagai Peraturan Presiden/Kepala Daerah.
3. Pengendalian pelaksanaan rencana
Pengendalian pelaksanaan rencana pembangunan dimaksudkan untuk menjamin tercapainya
tujuan dan sasaran pembangunan yang tertuang dalam rencana melalui kegiatan-kegiatan
koreksi dan penyesuaian selama pelaksanaan rencana tersebut oleh pimpinan
Kementerian/Lembaga/Satuan Kerja Perangkat Daerah. Selanjutnya Menteri Negara Badan
Perencanaan dan Pembangunan Nasional (BAPPENAS) dan Kepala Badan Perencanaan dan
Pembangunan Daerah (BAPPEDA) menghimpun dan menganalisis hasil pemantauan
pelaksanaan rencana pembangunan dari masing-masing pimpinan
Kementerian/Lembaga/Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) sesuai dengan tugas dan
kewenangannya.
4. Evaluasi pelaksanaan rencana
Evaluasi pelaksanaan rencana adalah bagian dari kegiatan perencanaan pembangunan yang
secara sistematis mengumpulkan dan menganalisis data dan inforrnasi untuk menilai
pencapaian sasaran, tujuan dan kinerja pembangunan. Evaluasi ini dilaksanakan berdasarkan
indikator dan sasaran kinerja yang tercantum dalam dokumen rencana pembangunan.
Indikator dan sasaran kinerja mencakup masukan (input), keluaran (output), hasil (result),
manfaat (benefit) dan dampak (impact). Dalam rangka perencanaan pembangunan,
pemerintah, baik Pusat maupun daerah, berkewajiban untuk melaksanakan evaluasi kinerja
pembangunan yang merupakan dan atau terkait dengan fungsi dan tanggungjawabnya.
Dalam melaksanakan evaluasi kinerja proyek pembangunan, mengikuti pedoman dan
petunjuk pelaksanaan evaluasi kinerja untuk menjamin keseragaman metode, materi, dan
ukuran yang sesuai untuk masing-masing jangka waktu sebuah rencana.
3. Ruang lingkup perencanaan pembangunan Nasional dan Daerah tersebut dapat dibedakan
sebagai berikut:
1. Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP)
RPJP Nasional merupakan penjabaran tujuan Nasional kedalam Visi, misi dan Arah
pembangunan Nasional. Sedangkan RPJP Daerah mengacu pada RPJP Nasional dan memuat
tentang visi, misi dan arah dalam pembangunan Daerah.
2. Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM)
RPJM Nasional merupakan penjabaran dari visi, misi, dan program Presiden. Penyusunannya
berpedoman pada RPJP Nasional, yang memuat strategi pembangunan Nasional, kebijakan
umum, program Kementerian/Lembaga dan lintas Kementerian/Lembaga, kewilayahan dan
lintas kewilayahan, serta kerangka ekonomi makro yang mencakup gambaran perekonomian
secara menyeluruh termasuk arah kebijakan fiskal dalam rencana kerja yang berupa kerangka
regulasi dan kerangka pendanaan yang bersifat indikatif. Sedangkan RPJM Daerah
merupakan penjabaran dari visi, misi, dan program Kepala Daerah yang penyusunannya
berpedoman pada RPJP Daerah dan memperhatikan RPJM Nasional, memuat arah kebijakan
keuangan Daerah, strategi pembangunan Daerah, kebijakan umum, dan program Satuan
Kerja Perangkat Daerah, lintas Satuan Kerja Perangkat Daerah, dan program kewilayahan
disertai dengan rencana-rencana kerja dalam kerangka regulasi dan kerangka pendanaan
yang bersifat indikatif.
3. Rencana Strategis (Renstra)
Renstra Kementerian/Lembaga pada tingkat nasional memuat visi, misi, tujuan, strategi,
kebijakan, program, dan kegiatan pembangunan sesuai dengan tugas dan fungsi
Kementerian/Lembaga yang disusun dengan berpedoman pada RPJM Nasional dan bersifat
indikatif. Sedangkan Renstra-Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) pada tingkat daerah
memuat visi, misi, tujuan, strategi, kebijakan, program, dan kegiatan pembangunan yang
disusun sesuai dengan tugas dan fungsi Satuan Kerja Perangkat Daerah serta berpedoman
kepada RPJM Daerah dan bersifat indikatif.
4. Rencana Kerja Pemerintah (RKP)
RKP merupakan penjabaran dari RPJM Nasional, memuat prioritas pembangunan, rancangan
kerangka ekonomi makro yang mencakup gambaran perekonomian secara menyeluruh
termasuk arah kebijakan fiskal, serta program Kementerian/Lembaga, lintas
Kementerian/Lembaga, kewilayahan dalam bentuk kerangka regulasi dan kerangka
pendanaan yang bersifat indikatif. Sedangkan RKP Daerah merupakan penjabaran dari RPJM
Daerah dan mengacu pada RKP, memuat rancangan kerangka ekonomi Daerah, prioritas
pembangunan Daerah, rencana kerja, dan pendanaannya, baik yang dilaksanakan langsung
oleh pemerintah maupun yang ditempuh dengan mendorong partisipasi masyarakat.
5. Rencana Kerja (Renja)
Renja Kementerian/Lembaga pada tingkat nasional disusun dengan berpedoman pada
Renstra Kementerian/Lembaga dan mengacu pada prioritas pembangunan Nasional dan
pagu indikatif, serta memuat kebijakan, program, dan kegiatan pembangunan baik yang
dilaksanakan langsung oleh Pemerintah maupun yang ditempuh dengan mendorong
partisipasi masyarakat. Sedangkan Renja-SKPD disusun dengan berpedoman kepada Renstra
SKPD dan mengacu kepada RKP, memuat kebijakan, program, dan kegiatan pembangunan
baik yang dilaksanakan langsung oleh Pemerintah Daerah maupun yang ditempuh dengan
mendorong partisipasi masyarakat.
4. Penganggaran merupakan suatu proses yang tidak terpisahkan dalam perencanaan.
Penganggaran dalam sistem pengelolaan keuangan negara tergambarkan pada penyusunan
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) atau Anggaran Pendapatan Belanja Daerah
(APBD).
5. Adapun fungsi anggaran, baik APBN maupun APBD yaitu sebagai berikut:
 Fungsi Otorisasi
 Fungsi Perencanaan
 Fungsi Pengawasan
 Fungsi Alokasi
 Fungsi Distribusi
 Fungsi Stabilisasi
6. Ada dua sistem yang terkait dengan pelaksanaan anggaran, yaitu sistem penerimaan dan sistem
pembayaran:
 Sistem Penerimaan
Seluruh penerimaan negara/daerah harus disetor ke Rekening Kas Umum Negara/Daerah
dan tidak diperkenankan digunakan secara langsung oleh satuan kerja yang melakukan
pemungutan (Azas Bruto). Oleh karena itu, penerimaan wajib disetor ke Rekening Kas
Umum selambat-lambatnya pada hari berikutnya. Dalam rangka mempercepat penerimaan
pendapatan, Bendahara Umum Negara/Daerah (BUN/BUD) dapat membuka rekening
penerimaan pada bank. Bank yang bersangkutan wajib menyetorkan penerimaan
pendapatan setiap sore hari ke Rekening Kas Umum Negara/Daerah.
 Sistem Pembayaran
Belanja membebani anggaran negara/daerah setelah barang/jasa diterima. Oleh karena itu
terdapat pengaturan yang ketat tentang sistem pembayaran. Dalam sistem pembayaran
terdapat dua pihak yang terkait, yaitu Pengguna Anggaran/Barang dan BUN/BUD.
7. APIP dapat melakukan pengawasan intern melalui:
 Audit, adalah proses identifikasi masalah, analisis, dan evaluasi bukti yang dilakukan secara
independen, obyektif dan profesional berdasarkan standar audit, untuk menilai kebenaran,
kecermatan, kredibilitas, efektivitas, efisiensi, dan keandalan informasi pelaksanaan tugas
dan fungsi Instansi Pemerintah.
 Reviu, adalah penelaahan ulang bukti-bukti suatu kegiatan untuk memastikan bahwa
kegiatan tersebut telah dilaksanakan sesuai dengan ketentuan, standar, rencana, atau
norma yang telah ditetapkan.
 Evaluasi, adalah rangkaian kegiatan membandingkan hasil atau prestasi suatu kegiatan
dengan standar, rencana, atau norma yang telah ditetapkan, dan menentukan faktor-faktor
yang mempengaruhi keberhasilan atau kegagalan suatu kegiatan dalam mencapai tujuan.
 Pemantauan, adalah proses penilaian kemajuan suatu program atau kegiatan dalam
mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
 Kegiatan pengawasan lainnya, antara lain berupa sosialisasi mengenai pengawasan,
pendidikan dan pelatihan pengawasan, pembimbingan dan konsultansi, pengelolaan hasil
pengawasan, dan pemaparan hasil pengawasan.
8. BPKP melakukan pengawasan intern terhadap akuntabilitas keuangan negara atas kegiatan
tertentu yang meliputi:
(a) Kegiatan yang bersifat lintas sektoral atau merupakan kegiatan yang dalam pelaksanaannya
melibatkan dua atau lebih kementerian negara/ lembaga atau pemerintah daerah yang
pengawasannya tidak dapat dilakukan oleh APIP lainnya karena keterbatasan kewenangannya.
(b) Kegiatan kebendaharaan umum negara berdasarkan penetapan oleh Menteri Keuangan
selaku Bendahara Umum Negara; dan
(c) Kegiatan lain berdasarkan penugasan dari Presiden.
9. Penetapan opini oleh BPK didasarkan pada kriteria sebagai berikut:
1. Kesesuaian dengan SAP,
2. Kecukupan pengungkapan (adequate disclosures),
3. Kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan, dan
4. Efektivitas Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP)
10. LHP atas laporan keuangan selambat-lambatnya disampaikan kepada legislatif 2 (dua) bulan
setelah diterimanya laporan keuangan dari pemerintah.
11. Anggaran juga merupakan alat bantu bagi perusahaan dalam mencapai tujuan utamanya yaitu
memperoleh laba dengan memproduksi barang atau jasa untuk dijual kepada konsumen
sehingga perusahaan memperoleh penghasilan yang optimal.
12.
13. Pihak yang terlibat dalam penyusunan APBD adalah
A. MPR dan DPR
B. DPR dan MPR
C. Presiden dan DPR
D. MA dan BPK
E. BPK dan DPR
14. Memberikan prioritas terhadap anggaran pendidikan sekurang-kurangnya dua puluh persen
daripada anggaran pendapatan serta belanja Negara. Selain itu juga dari anggaran pendapatan
serta belanja daerah dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan penyelenggaraan pendidikan di
Indonesia.
15. Ruang lingkup APBN adalah seluruh penerimaan dan pengeluaran. Penerimaan berasalkan dari
pajak maupun non pajak, serta hibah.
16. K
17. Penerimaan utk APBN antara lain:
 Penerimaan dari pajak
 Penerimaan non pajak
 Hibah
18. * Dana Alokasi Umum (DAU), adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang
dialokasikan dengan tujuan pemerataan kemampuan keuangan antar-Daerah untuk mendanai
kebutuhan Daerah dalam rangka pelaksanaan Desentralisasi.
* Dana Alokasi Khusus (DAK), adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang
dialokasikan kepada Daerah tertentu dengan tujuan untuk membantu mendanai kegiatan
khusus yang merupakan urusan Daerah dan sesuai dengan prioritas nasional.
* Dana Bagi Hasil (DBH), adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan
kepada Daerah berdasarkan angka persentase untuk mendanai kebutuhan Daerah dalam rangka
pelaksanaan Desentralisasi.
19. Secara singkat, alur penyusunan APBN terdiri dari:

 Penyusunan RAPBN (Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Nasional) oleh lembaga-
lembaga terkait berdasarkan hasil analisis dari asumsi-asumsi makroekonomi.
 Pemerintah akan mengajukan RAPBN tersebut kepada DPR untuk didiskusikan lebih lanjut
apakah RAPBN tersebut dapat disetujui atau tidak.
 Jika DPR menyetujui RAPBN tersebut, maka DPR akan mengesahkannya menjadi APBN. Jika
DPR menolak RAPBN tersebut, maka pemerintah harus menggunakan APBN yang terdahulu.
20. Menurut Undang-Undang No. 17 Tahun 2003, pengertian anggaran berbasis kinerja adalah
suatu pendekatan dalam penyusunan anggaran yang didasarkan pada kinerja atau prestasi kerja
yang ingin dicapai. Mardiasmo (2002) menyatakan bahwa pendekatan penyusunan anggaran
berbasis kinerja disusun untuk mengatasi berbagai kelemahan yang terdapat dalam anggaran
tradisional, khususnya kelemahan yang disebabkan oleh tidak adanya tolak ukur yang dapat
digunakan untuk mengukur kinerja dalam pencapaian tujuan dan sasaran pelayanan publik.
Anggaran dengan pendekatan kinerja sangat menekankan konsep value for money dan
pengawasan atas kinerja output.

Anda mungkin juga menyukai