Anda di halaman 1dari 4

Pengertian

Sistem kardiovaskuler adalah kumpulan organ yang bekerja sama untuk melakukan fungsi
transportasi dalam tubuh manusia. Sistem ini bertanggung jawab untuk mentransportasikan
darah, yang mengandung nutrisi, bahan sisa metabolisme, hormone, zat kekebalan tubuh, dan
zat lain ke seluruh tubuh. Sehingga, tiap bagian tubuh akan mendapatkan nutrisi dan dapat
membuang sisa metabolismenya ke dalam darah. Dengan tersampainya hormone ke seluruh
bagian tubuh, kecepatan metabolisme juga akan dapat diatur. Sistem ini juga menjamin
pasokan zat kekebalan tubuh yang berlimpah pada bagian tubuh yang terluka, baik karena
kecelakaan atau operasi, dengan bertujuan mencegah infeksi di daerah tersebut. Dengan
demikian, dapat dilihat bahwa sistem kardiovaskuler memiliki fungsi utama untuk
mentransportasikan darah dan zat-zat yang dikandungnya ke seluruh bagian tubuh.
Komponen Sistem Kardiovaskuler
Sistem kardiovaskuler terdiri atas organ jantung dan pembuluh darah. Fungsi sistem ini dapat
dianalogikan dengan sistem pengairan di rumah tangga, dimana organ jantung berperan
sebagai pompa dan pembuluh darah berperan sebagai salurannya atau pipanya. Sistem ini
bertanggung jawab untuk mentransportasikan darah dan zat yang dikandungnya ke seluruh
bagian tubuh manusia.
Penyakit Kardiovaskular
Penyakit kardiovaskular adalah sekelompok penyakit jantung dan pembuluh darah yang
meliputi: penyakit jantung koroner (coronary heart disease), penyakit serebrovaskular
(cerebro-vascular disease), penyakit arteri perifer (peripheral arterial disease), penyakit
jantung rematik (rheumatic heart disease), penyakit jantung bawaan (congenital heart
disease), trombosis vena dalam (deep vein thrombosis) dan emboli pulmonal (pulmonary
embolism).
Tanda dan gejala khas PJK adalah keluhan rasa tidak nyaman di dada atau nyeri dada
(angina) yang berlangsung selama lebih dari 20 menit saat istirahat atau saat aktivitas yang
disertai gejala keringat dingin atau gejala lainnya seperti lemah, rasa mual, dan pusing.
 Nyeri dada
 Tertekan di daerah dada
 Rasa berat di dada
 Rasa mual atau nyeri ulu hati
 Keringat Dingin
 Rasa terbakar
Faktor Resiko
Faktor risiko penyakit kardiovaskular ada yang tidak dapat dimodifikasi dan ada yang dapat
dimodifikasi. Faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi, antara lain: usia, jenis kelamin,
riwayat penyakit keluarga, dan ras. Sedangkan, faktor risiko penyakit kardiovaskular yang
dapat dimodifikasi, antara lain: hipertensi, profil lipid yang buruk, merokok, kurangnya
aktivitas fisik, obesitas, diabetes melitus, konsumsi makanan berlemak, dan konsumsi alkohol
berlebih. Faktor risiko penyakit kardiovaskular bersifat kumulatif, artinya semakin banyak
faktor risiko yang dimiliki, maka risiko untuk menderita penyakit kardiovaskular semakin
tinggi.
Berdasarkan pustaka lainnya, faktor risiko penyakit jantung koroner dapat diklasifi kasikan
menjadi faktor risiko major-independent, kondisional, dan pencetus. Faktor-faktor risiko
major-independent penyakit jantung koroner (PJK) adalah hipertensi, diabetes mellitus (DM),
kebiasaan merokok, tingginya kadar kolesterol total dan kolesterol LDL, serta rendahnya
kadar kolesterol HDL serum; sedangkan faktor-faktor lainnya yang berhubungan dengan
peningkatan risiko PJK adalah faktor risiko kondisional (conditional risk factors) dan faktor
risiko pencetus (predisposing risk-factors).
Kajian Obat Kardiovaskular
1. Direct Renin Inhibitor, Aliskiren, Sebagai Terapi Hipertensi
Sistem Renin-Angiotensin Aldosteron atau Renin-Angiotensin Aldosterone System
(RAAS) merupakan suatu sistem yang berperan penting pada kontrol tekanan darah,
perfusi jaringan, dan volume cairan ekstraseluler. Proses yang terjadi dalam RAAS
diawali dengan pembentukan renin dari prorenin, oleh trypsin-like activating enzyme,
yang dilanjutkan dengan pelepasan renin dari sel juxta-glomerular yang terdapat pada
arteriol aferen ginjal. Proses tersebut sangat menentukan proses selanjutnya, sehingga
dikenal dengan istilah “rate limiting process”. Renin bekerja dengan memotong
bagian N-terminal Angiotensinogen, suatu molekul globulin yang sebagian besar
disintesis di hati, membentuk Angiotensin I (Ang-I). Ang-I, suatu molekul
dekapeptida, diubah menjadi molekul oktapeptida aktif, yaitu Angiotensin-II (Ang-II),
oleh Angiotensin Converting Enzymes (ACE) melalui proses hidrolisis pada bagian
C-terminal dipeptida. Selain berperan dalam pembentukan Ang-II, ACE juga berperan
dalam proses metabolisme bradikinin, suatu vasodilator dan senyawa natriuretik,
menjadi metabolit yang tidak aktif.1,2
Setelah berikatan dengan reseptornya (Angiotensin II type receptor, AT), Ang-II akan
menghasilkan dampak fi siologis pada beberapa jaringan tubuh. Terdapat 4 jenis
reseptor (AT), yaitu: Angiotensin II type 1 receptor (AT1), Angiotensin II type 2
receptor (AT2), Angiotensin II type 3 receptor (AT3), dan Angiotensin II type 4
receptor (AT4).
2. Apixaban: Antikoagulan Oral Baru-Penghambat Spesifi k Faktor Xa
Mekanisme Kerja Antikoagulan
Pada saat terjadi luka/cedera/kerusakan pada lapisan bagian dalam pembuluh darah
(endotel), akan terjadi serangkaian proses yang mengubah sifat sel-sel endotel
menjadi lebih pro koagulasi. Kerusakan pada lapisan endotel menyebabkan protein-
protein di bawah lapisan endotel, seperti kolagen dan faktor von Willebrand terpapar
aliran darah. Paparan ini menyebabkan terjadinya perlekatan platelet ke lapisan
endotel yang mengalami cedera, sintesis serta sekresi molekul-molekul
vasokonstriktor maupun aktivator platelet yang selanjutnya berperan dalam agregasi
platelet dan pembentukan platelet plug (sumbatan platelet) untuk memperbaiki
kerusakan tersebut. Bersamaan dengan proses tersebut, juga terjadi aktivasi sistem
koagulasi melalui jalur intrinsik dan ekstrinsik yang menghasilkan trombin dan fibrin
untuk menstabilkan platelet plug.
Koagulasi atau pembekuan darah disebabkan oleh perubahan fibrinogen menjadi
fibrin oleh enzim trombin. Trombin dan fibrin terbentuk melalui serangkaian reaksi
proteolitik. Pada setiap tahapan reaksi, suatu faktor pembekuan mengalami proteolisis
menjadi suatu protease aktif (contohnya: faktor VII yang tidak aktif menjadi faktor
VIIa yang aktif). Tiap faktor protease akan mengaktifkan faktor pembekuan
berikutnya dalam urutan rangkaian tersebut, sampai akhirnya terbentuk trombin
(faktor IIa) dan fibrin. Selain berperan dalam pembentukan fibrin, trombin juga
mengaktifkan banyak faktor koagulasi lainnya (terutama faktor V, VIII, dan IX),
memicu pembentukan lebih banyak trombin, dan mengaktifkan faktor XIII, suatu
faktor yang menjalin polimer-polimer fibrin sehingga menstabilkan bekuan darah.
Untuk mencegah perdarahan berlebihan, tubuh juga mempunyai antikoagulan
endogen, seperti antitrombin yang membuat: trombin, faktor IXa, Xa, XIa, dan XIIa,
menjadi tidak aktif. Antitrombin dan beberapa faktor pembekuan inilah yang menjadi
target kerja antikoagulan.
Mekanisme Kerja Apixaban
Apixaban bekerja secara spesifi k pada faktor Xa melalui ikatan dengan sisi aktif S1
dan S4 dalam konformasi berbentuk seperti huruf L. Gugus p-methoxyphenyl
apixaban (P1) akan menduduki posisi anionik S1 dari faktor Xa dan gugus lainnya
akan menduduki posisi aromatik S4. Hasil dari mekanisme ini adalah penghambatan
pembentukan trombin dan trombus sehingga memperpanjang waktu pembekuan
darah.
3. Ivabradin: Penghambat Arus F (If Current) Pertama untuk Terapi Angina Stabil
Mekanisme Kerja
Ivabradin adalah obat pertama yang menghambat secara selektif dan spesifi k arus f di
nodus sinoatrium. Ivabradin bekerja dengan memblokir kanal. Blokir terhadap kanal f
menyebabkan penurunan arus f sehingga mengurangi depolarisasi diastolik spontan.
Hal ini menyebabkan peningkatan lama fase diastolik sehingga terjadi penurunan
kecepatan denyut jantung.
4. Eptifibatide
5. Ticagrelor: Antagonis P2y12
6. Alteplase: Tissue Plasminogen Activator Sebagai Terapi Infark Miokard Akut
7. Pitavastatin: Generasi Terbaru Golongan Statin
8. Ezetimibe: Obat Lipid-Regulating Baru
Terapi Non Farmakologi

 Penurunan berat badan


 Mengurangi asupan garam
 Diet
 Olahraga
 Mengurangi konsumsi alcohol
 Berhenti merokok
Fitoterapi
DAFTAR PUSTAKA
American College of Clinical Pharmacy. Pharmacotherapy review program for advanced
clinical pharmacy practice program workbook. Lenexa: American College of Clinical
Pharmacy; 2013.
Canet E, Lerebours G, Villaine JP. Innovation in coronary artery disease and heart failure:
clinical benefi ts of pure heart rate reduction with ivabradine. Ann N Y Acad Sci. 2011
Mar;1222:90-9.
Ganong,W.F. 1999. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Editor : dr. Widjajakusumah. Edisi 17.
Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Gómez-Outes A, Suárez-Gea ML, Calvo-Rojas G, Lecumberri R, Rocha E, Pozo-Hernández
C, et al. Discovery of anticoagulant drugs: a historical perspective. Curr Drug Discov
Technol. 2012;9:83-104.
Guyton, A.C. and Hall. 1997. Fisiologi Kedokteran. Edisi 9. Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
Grundy SM, Pasternak R, Greenland P, Smith S, Fuster V. Assessment of cardiovascular risk
by use of multiple-risk factor assessment equations. A statement for healthcare professionals
from the American Heart Association and the American College of Cardiology. Circulation.
1999;100:1481-92.
Lehne RA. Pharmacology for nursing care. 6th ed. Philadelphia: Saunders Elsevier; 2007.
188 Penyakit Kardiovaskular
Parakh N, Bhargava B. Rate control with ivabradine: angina pectoris and beyond. Am J
Cardiovasc Drugs. 2011;11(1):1-12.
Prevention of cardiovascular disease: guidelines for assessment and management of
cardiovascular risk. Geneva: World health Organization; 2007.
Zehnder JL. Drugs used in disorders of coagulation. In: Katzung BG, Masters SB, Trevor AJ,
editors. Basic & clinical pharmacology. 12th. New York: The McGraw-Hill Companies, Inc.;
2012.

Anda mungkin juga menyukai