Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PRAKTIKUM

KOSMETOLOGI

“BLUSH ON”

Dosen Pengampu:

1. apt. St. Rahmatullah, S.Farm., M.Si

2. aapt. Urmatul Waznah, S.Si., M.Farm

Disusun Oleh:

1. Adelia Fitriani (18.0330.F)


2. Arista Safitri (18.0334.F)
3. Ela Erika (18.0344.F)
4. Farry Mushab U.A. (18.0348.F)
5. Galuh Surya C. (18.0352.F)
6. Nunung Mufida (18.0379.F)
7. Shinta Andriyawati (18.0393.F)
8. Yuliana Nurul Safitri (18.0407.F)

PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PEKAJANGAN PEKALONGAN

2021
PRAKTIKUM II

BLUSH ON

I. FORMULA
Kaolin 9
Zink Oksida 5
Paraffin Liquid 3
Nipagin 0.1
Pewarna 9
Pewangi 0,2
Talkum ad 100

II. PENIMBANGAN BAHAN


1) Kaolin = 9 gram
2) Zink Oksida = 5 gram
3) Paraffin Luquid = 3 ml
4) Nipagin = 0,1 gram
5) Pewarna = 9 gram
6) Pewangi = 0,2 ml
7) Talkum = 100 - (9 + 5 + 3 + 0,1 + 9 + 0,2)
= 100 – 26,3
= ± 73,7 gram

III. PROSEDUR PEMBUATAN

Zink oksida diayak dengan menggunakan ayakan mesh 100

Talkum, kaolin, dan nipagin masing-masing dihaluskan dalam lumpang

Dicampurkan semua bahan diatas, kemudian digerus lagi hingga


homogen
Ditambahkan pewarna ke dalam campuran diatas dan digerus lagi
hingga homogen lalu ditambah pengikat paraffin liquid sampai
diperoleh massa yang homogen

Ditambahkan pewangi lalu diayak dan dikeringkan dalam lemari


pengering selama ± 20 menit, lalu diayak dengan mesh 100 dan
masukkan ke dalam wadah dan dipadatkan dengan cara ditekan

IV. PROSEDUR PENGUJIAN


1) Uji Organoleptis
Dilakukan pemeriksaan terhadap bentuk, warna, dan bau sediaan

2) Uji Homogenitas
Serbuk sediaan disebar pada selembar kertas putih dan diamati dengan
syarat homogenitas yang baik yaitu warna terbagi rata dalam pembawa
serbuk

3) Ukuran Partikel
Dilakukan dengan cara menggunakan ayakan bertingkat lalu ditentukan
nilai ukuran partikel serbuk dengan syarat ukuran partikel < 200 µm

4) Uji pH
Disiapkan sejumlah serbuk

Dioleskan pada pH universal

5) Uji Kerapuhan
Dijatuhkan sediaan dari ketinggian 8 – 10 inch (20 – 25 cm) pada
permukaan rata

Persyaratan umum kerapuhan sediaan yang baik yaitu tidak boleh retak
atau pecah

6) Uji Kekerasan
Dilakukan dengan menggunakan penetrometer dengan syarat
kedalaman penetrometer 0,01 mm.7 g/detik

7) Uji Stabilitas
Dilakukan untuk mengetahui konsistensi sediaan blush on

8) Uji Daya Oles


Dilakukan dengan cara dilihat kemudian sediaan dapat tersapukan pada
brush dan teroleskan di kulit

9) Uji Iritasi
Dilakukan dengan cara menyapukan sediaan pada kulit

Dibiarkan terbuka selama 15 menit dan amati reaksi alergi yang terjadi

V. HASIL EVALUASI SEDIAAN


1) Uji Organoleptik
Pengujian Hasil
Bentuk Padat (kompak)
Tekstur Halus
Warna Peach
Bau Wangi (parfum permen)

2) Uji Homogenitas
Hasil
Tidak terdapat partikel kasar pada sediaan (Memenuhi Syarat)
Syarat:
Homogen apabila sediaan tidak terdapat butir-butir kasar
jika dilihat secara visual
3) Uji Ukuran Partikel
Hasil
Pertikel kecil (halus) (Memenuhi Syarat)
Syarat:
Ukuran partikel < 200 µm (halus)

4) Uji pH
Hasil
pH = 7 (Memenuhi Syarat)
Syarat pengujian:
pH 4,5-8 (SNI 16-4399-1996)

5) Uji Kerapuhan
Hasil
Tidak retak dan tidak hancur (tidak mudah rapuh) (Memenuhi
Syarat)
Syarat pengujian:
Tidak boleh retak atau pecah

6) Uji Stabilitas
Hasil
Setelah 5 menit sediaan tetap stabil, dan selama penyimpanan satu
bulan lebih masih tetap sama (Memenuhi Syarat)
Syarat pengujian:
Stabil selama penyimpanan

7) Uji Daya Oles


Hasil
Dapat tersapukan pada brush dan teroles dengan baik pada kulit
(Memenuhi Syarat)
Syarat pengujian:
Dapat tersapukan pada brush dan teroleskan di kulit
8) Uji Iritasi
Hasil Syarat
Tidak ada tanda kemerahan, Jika sediaan dioleskan pada
bengkak ataupun gatal-gatal kulit tidak akan menimbulkan
di sekitar kulit yang dioleskan iritasi berupa kemerahan, gatal
(Memenuhi Syarat) dan bengkak

VI. PEMBAHASAN

Pada praktikum kosmetologi kali ini melakukan pembuatan sediaan


kosmetik yaitu blush on. Praktikum kali ini dilakukan dengan tujuan agar
mahasiswa mampu untuk merancang formulasi sediaan blush on serta
mampu untuk membuat dan melakukan evaluasi terhadap sediaan blush on.
Formulasi yang diajukan adalah kaolin, zink oksida, paraffin luquid,
nipagin, pewarna, pewangi serta talkum.

Istilah kosmetik berasal dari kata Yunani yaitu “kosmetikos” yang


berarti “keahlian dalam menghias”. Kosmetika menurut Peraturan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia Nomor : 1176/Menkes/Per/VIII/2010 tentang
notifikasi kosmetika adalah bahan atau sediaan yang dimaksudkan untuk
digunakan pada bagian luar tubuh manusia (epidermis, rambut, kuku, bibir
dan organ genital bagian luar) atau gigi dan mukosa mulut terutama untuk
membersihkan, mewangikan, mengubah penampilan dan/atau memperbaiki
bau badan atau melindungi atau memelihara tubuh pada kondisi baik.

Kosmetika dekoratif semata-mata hanya melekat pada alat tubuh yang


dirias dan tidak bermaksud untuk diserap ke dalam kulit serta mengubah
secara permanen kekurangan (cacat) yang ada. Dengan demikian kosmetika
dekoratif akan terdiri atas bahan aktif berupa zat warna dalam berbagai
bahan dasar (bedak, cair, minyak, krim, tingtur, aerosol) dengan pelengkap
bahan pembuat stabil dan parfum ( Wasitaatmadja, 1997).

Blush on adalah sediaan kosmetik yang digunakan unutk mewarnai


pipi dengan sentuhan artistik sehingga dapat meningkatkan estetika dalam
tata rias wajah. Produk ini bertujuan unutk memerahkan pipi, sehingga
nampak lebih cantik dan lebih segar (Pitralina Bu’ulolo, 2019).

Blush on dibuat dalam berbagai corak warna yang bervariasi mulai


dari warna merah jambu hingga merah tua. Blush on konvensional lazim
mengandung pigmen merah atau pencampur untuk memperoleh efek yang
menyolok. Blush on dapat digunakan langsung dengan melekatkan pada
kulit pipi, tetapi dalam banyak hal lebih baik digunakan setelah sediaan alas
rias, baik sebelum maupun sesudah menggunkaan bedak.

Blush on yang dibuat adalah dalam bentuk loose atau compact


powder. Pada produk loose atau compact powder ini berisi pigmen dan
lakes dalam bentuk kering, diencerkan dengan talkum, zink stearat, dan
magnesium karbonat. Kandungan pigmen biasanya 5 – 20 %. Pada
pemasarannya compact rouge lebih populer dibandingkan loose powder, hal
ini dikarenakan tidak begitu beterbangan jika dipakai dan melekat lebih baik
pada kulit.

Kaolin pada formulasi digunakan sebagai absorbent agent (agen


penyerap). Zink oksida pada formulasi digunakan sebagai covering power
yang dimana dapat menutupi kerusakan pada kulit seperti pori-pori
mmebesar dan kulit berminyak. Paraffin liquid pada formulasi digunakan
sebagai bahan pengikat. Nipagin pada formulasi digunakan sebagai slip
agent (bahan pengisi).

Pengujian organoleptis pada sediaan blush on dilakukan dengan tujuan


untuk mendapatkan sediaan blush on yang memiliki warna yang menarik,
bau yang dapat diterima oleh pengguna, dan bentuk serta tekstur yang
nayman untuk digunakan, seperti yang telah ditetapkan dalam SNI No. 06-
2692-1992. Hasil pengujian organoleptis pada sediaan blush on yang telah
dibuat adalah bentuknya padat (kompak), bertekstur halus, berwarna peach
dan berbau wangi permen.

Homogenitas merupakan salah satu syarat sediaan blush on. Syarat


homogenitas tidak boleh mengandung bahan kasar yang bisa diraba. Uji
homogenitas jyga dilihat pada mikroskop dnegan tidak adanya partikel-
partikel kasar. Berdasarkan pengujian homogenitas yang telah dilakukan
pada sediaan blush on didapatkan hasil bahwa sediaan homogen karena
tidak terdapat partikel-partikel kasar.

Ukuran partikel berhubungan dengan ketercampuran dan aplikasi


sediaan. Semakin kecil ukuran partikel, luas permukaan kontak semakin
besar, sehingga dispersi warna akan lebih homogen. Selain itu sediaan dapat
lebih mudah disapukan dan menyebar merata. Bila ukuran partikel sediaan
blush on kurang halus akan mengurangi kenyamanan dan beresiko
menyebabkan iritasi pada kulit wajah saat pemakaian (Rahim, wardi, dan
Anggraini, 2017). Hasil dari uji ukuran partikel pada sediaan blusg on yang
dibuat menunjukkan ukuran partikelnya kecil (sediaan halus).

Derajat keasaman atau pH digunakan unutk menyatakan tingkat


keasaman atau kebasaan suatu larutan. Bila sediaan diluar pH kulit
dikhawatirkan akan mneyebabkan kulit bersisik atau bahkan iritasi. pH kulit
manusia ialah sekitar 4,5 – 7. pH yang dibuat disesuaikan dengan pH kulit
tempat dimana sediaan diaplikasikan. Sediaan yang terlalu asam dapat
mengiritasi kulit, sedangkan apabila terlalu basa, dapat menyebabkan kulit
kering (Buchmann, 2001). Hasil pemeriksaan pH pada sediaan
menunjukkan pHnya adalah 7. Hal tersebut menandakan bahwa pH dari
sediaan blush on masih normal (memenuhi syarat) dan aman untuk
digunakan.

Uji kerapuhan bertujuan untuk mengetahui kekerasan dan kepadatan


sediaan akhir dari sediaan blush on sesuai dengan persyaratan sediaan
compact powder. Syarat uji kerapuhan sediaan yang baik adalah sediaan
tidak boleh pecah atau retak (Nina, 2015). Dari hasil pengujian kerapuhan
pada sediaan blush on yang telah dibuat dapat terlihat bahwa basis sediaan
tidak mengalami kerapuhan sehingga sesuai dengan persyaratan sediaan
compact powder.
Stabilitas merupakan hal yang penting bagi suatu sediaan untuk
memastikan spesifikasi produk jadi tetap sama selama masa simpan pada
kondisi penyimpanan yang sudah ditentukan. Perubahan fisik pada sediaan
selama penyimpanan dapat menjadi salah satu parameter untuk mengetahui
apakah sediaan stabil atau tidak, parameter fisik tersebut dapat meliputi uji
organoleptic dan uji pH sediaan (ASEAN, 2017). Hasil uji stabilitas pada
sediaan blush on selama masa penyimpanan pada suhu kamar dan dalam
waktu satu bulan lebih masih tetap sama yang artinya sediaan tersebut
stabil.

Uji daya oles diartikan sebagai kemampuan sediaan untuk dapat


teroles dengan baik pada kulit. Sediaan blush on dikategorikan baik dan
memiliki daya oles yang baik apabila warna yang melekat pada kulit terlihat
dan jumlahnya banyak. Hasil dari pengujian daya oles pada sediaan blush
on yang telah dibuat adalah mampu tersapukan pada brush dan teroles
dengan baik pada kulit.

Uji iritasi dilakukan dengan tujuan melihat ada tidaknya efek samping
yang muncul pada kulit saat menggunakan sediaan blush on seperti kulit
kemerahan, gatal-gatal, ataupun adanya pembengkakan. Berdasarkan
pengujian yang telah dilakukan pada sediaan blush on yang telah dibuat
memberikan hasil negatif terhadap parameter-parameter reaksi iritasi,
dengan begitu dapat disimpulkan bahwa sediaan blush on yang dibuat aman
untuk digunakan.

VII. KESIMPULAN
Formulasi yang digunakan unutk membuat blush on adalah kaolin,
zink oksida, paraffin liquid, nipagin, pewarna, pewangi serta talkum.
Sediaan yang dihasilkan berbentuk padat kompak, bertekstur halus, bewarna
peach dan baunya wangi permen. Sediaan yang dibuat homogen dan
partikelnya halus. Sediaan yang dibuat tidak mudah rapuh dan mempunyai
pH sebesar 7 serta mampu tersapukan pada brush dan teroles dengan baik
pada kulit. Sediaan tetap stabil selama penyimpanan dan tidak menimbulkan
reaksi iritasi sehingga masih aman untuk digunakan.

VIII. DAFTAR PUSTAKA


Assosiation of South East Asian Nations (ASEAN). 2017. Annex V ASEAN
Guidelines on Stability Study and Shelf-life of Traditional Medicines,
https://asean.org/wp=content/uploads/2017/09/ASEAN-Guidelines-
on-Stability-and-Shelf-Life-TM-V1.0-with-disclaimer.pdf, diakses
tanggal 11 November 2021
Azzahra, Rasyiqah. 2020. Studi Literatur Formula Blush On dan Berbagai
Ekstrak Pewarna Alami. Medan : Politeknik Kesehatan Kemenkes
Medan.
Buchmann, S. 2001. Main Cosmetics Vehicles, In Barel, A.O., paye, M.,
Maibach, H.I. 3rd Ed. Handbook of cosmetic Science and Technology.
New York : Marcell Dekker, Inc. pp. 165.
Bu’ulolo Pitralina. 2019. Formulasi Sediaan Pemerah Pipi Kombinasi
Ekstrak Umbi Bit Merah (Beta vulgaris L) dan Ekstrak Angkak Dalam
Bentuk Stick. Skripsi. Medan : Fakultas Farmasi dan Kesehatan
Institut Kesehatan Helvetia.
Nina, Farida, Sumi. 2015. Formulasi Sediaan Pemerah Pipi dari Ekstrak
Kelopak Bunga Rosella (Hibiscus sabdariffa L.) Sebagai Pewarna
Dalam Bentuk Compact Powder. Jurnal Farmasi SAINS dan Terapan.
Surabaya : Fakultas Farmasi Universitas Katolik Widya Mandala.
Hlmn. 34-36p.
Rahim, F., Wardi, E.S., Anggraini, I. 2017. Formulasi Bedak Tabur Ekstrak
Rimpang Rumput Teki (Cyperus rotundus L.) sebagai Antiseptik.
Jurnal IPTEKS Terapan. 12(1). 1-8.
Wasitaatmadja, Syarif M. 1997. Penuntun Ilmu Kosmetik Medik. Jakarta :
UI Press.

IX. LAMPIRAN
Bahan-bahan dalam pembuatan
blush on

Pengayakan zink oksida dengan


mesh 100

Hasil uji pH blush on

Pencampuran kaolin, talkum dan


nipagin

Hasil uji daya oles sediaan blush on Hasil uji kerapuhan sediaan blush
on
Pencampuran sediaan blush on
dengan pewarna Pengujian kerapuhan sediaan blush
on

Anda mungkin juga menyukai