Anda di halaman 1dari 20

Al-Kindi

Kelompok 1 :
1. Arista Safitri (18.0334.F)
2. M. Syahrian Huda (18.0367.F)
3. nunung Mufida (18.0379.F)
4. Vania Safabela (18.0398.F)
Biografi
Biografi

Al-Kindi lahir di Kufah pada abad 9 M yaitu sekitar tahun 801 M dan wafat pada tahun 873 M, tahun kelahiran dan
kematian Al-Kindi tidak diketahui secara jelas. Hal ini telah biasa menimpa pada tokoh-tokoh besar bertaraf Dunia.
Dimana pada masa-masa terdahulu Dunia Islam pada umumnya, saat-saat kelahiran seseorang dianggap peristiwa biasa,
belum menjadi perhatian khusus bagi sejarahwan. Akan tetapi, setelah orang tersebut menjadi orang yang terkenal, baik
ketika Ia masih hidup atau sudah meninggal, barulah para sejarahwan mencatat hari kelahirannya. Jadi logislah jika
akhirnya terdapat catatan yang bervariasi karena memang tidak ada bukti yang autentik. Al-Kindi hidup selama kurang
lebih 72 tahun kelahirannya di kota kufah merupakan salah satu kota terpenting dalam sejarah peradaban Islam.
Orang tua Al-Kindi adalah gubernur dari Kufah pada masa pemerintahan AlMahdi (775-758 M) dan Harun Al-Rasyid
(786-809) dari Bani ‘Abbas, akan tetapi beberapa tahun setelah kelahiran Al-Kindi, ayahnya meninggal dunia Ishaq Ibnu
AsSabah, dengan demikian Al-Kindi pun dibesarkan dalam keadaan yatim. Al-Kindi adalah keturunan suku kindah
(Yaman), di bagian arab selatan yang sejak dulu menempati daerah selatan Jazirah Arab yang tergolong memiliki apresiasi
kebudayaan yang cukup tinggi dan banyak dikagumi banyak orang. Ia lahir ditengah keluarga yang kaya akan informasi
kebudayaan dan berderajat tinggi serta terhormat dimata masyarakat.
Kakeknya atau keturunannya yang pertama kali memeluk islam ialah AlAsy’ats bin Qeis, seseorang yang memimpin
utusan Kabilah menghadap Rasul SAW. Asy’ats termasuk salah seorang sahabat nabi yang paling pertama datang ke kota
Kufah. Ia pun termasuk diantara para sahabat yang meriwayatkan hadist-hadist nabi bersama dengan Sa’ad Abi Waqqash
ia turut berkecimpung dalam peperangan melawan Persia di Iraq. Tidak ada kepastian tentang tanggal kelahiran,
kematian dan siapa-siapa saja ulama yang pernah menjadi guru Al-kindi, kecuali kepastian bahwa Ia dilahirkan di Kufah
sekitar tahun 801 M dari pasangan keluarga kaya dan terhormat.
Nama Lengkap Al-Kindi ialah Abu Yusuf Yakub ibn Ishaq ibn al-Sahabbah ibn Imran ibn Muhammad ibn al-Asy`as ibn
Qais ibn al-Kindi. Lebih populer di kampus-kampus dan seminar-seminar filsafat dengan sebutan al-Kindi, dinisbatkan
kepada Kindah yaitu suatu kabilah terkemuka pra Islam yang merupakan cabang dari Bani Kahlan yang menetap di
Yaman. Pendidikan Al-Kindi dimulai dari lingkungan keluarga yang pertama-tama diberikan padanya adalah membaca
AlQur‟an, menulis dan berhitung. Pada masa kecilnya, Al-Kindi sempat merasakan masa pemerintahan Khalifah Harun
Al-Rasyid yang terkenal sangat memperhatikan dan mendorong perkembangan ilmu pengetahuan bagi kaum Muslim. Ia
pun banyak mempelajari sastra, agama dan menerjemahkan beberapa buku yunani di dalam bahasa syiria kuno dan ke
dalam bahasa arab.
Ilmu yang
dikuasai
Ilmu yang dikuasai
Nama Al-Kindi bukanlah nama baru di khazanah keilmuan Islam. Namun, Al-Kindi bukan hanya dikenal dalam sejarah
keilmuan Islam saja. Dia juga dikenal di dunia barat dengan sebutan Al-Kindus. Sebagai filsuf muslim pertama, Al-
Kindi sering disebut–sebut sebagai bapak berbagai ilmu pengetahuan.
Tidak heran, karena keilmuan Al-Kindi memang mencakup berbagai bidang ilmu pengetahuan. Beberapa di antaranya
adalah tata bahasa, persajakan, kedokteran, seni, dan fisika. Selain itu, Al-Kindi juga menguasai bidang metafisika,
psikologi, etika, geometri, astronomi, isiologi, optika, serta metode logika ilmiah dan berbagai bidang lainnya.
Kiprah Al-Kindi dalam ilmu pengetahuan menjadikan dirinya mampu memberikan warisan intelektual bagi dunia. Tiga
di antara warisan Al-Kindi adalah sebagai berikut :
1. Filsafat
Dalam dunia filsafat, Al-Kindi adalah seorang filsuf Arab dan filsuf Muslim pertama. Melalui keilmuannya di bidang
filsafat, Al-Kindi mampu menghadirkan filsafat Yunani kepada Kaum Muslimin. Namun, pemikiran asing tersebut telah
diislamkan terlebih dahulu oleh Al-Kindi.
Semasa hidupnya, Al-Kindi membantu menerjemahkan dan memperbaiki berbagai teks penting. Karena keahlian ini
pula, dia diangkat sebagai ahli istana dan menjadi guru dari Ahmad, putra Al-Mu’tashim. Melalui Al-Kindi pula kosakata
bahasa Arab banyak berkembang dan menghadirkan berbagai karya hasil filsuf terkenal seperti Ibnu Sina, Al-Farabi, dan
lain sebagainya.
2. Psikologi
Al-Kindi juga dikenal sebagai orang yang ahli dalam ilmu psikologi. Dia mengatakan bahwa daya jiwa terbagi menjadi
tiga. Yaitu appetitive (daya bernafsu), irascible (daya pemarah), dan cognitive atau rasional (daya berpikir).
Seorang manusia bisa menjadi raja ataupun diibaratkan seperti hewan tergantung daya jiwa mana yang berkembang dan
mendominasi. Jika kehidupan seseorang didominasi oleh nafsu dan amarah, maka orang tersebut tidak ada bedanya
dengan hewan.
Sedangkan jika orang tersebut menjadikan akal budi atau daya pikir mendominasi, maka dua daya jiwa lainnya akan bisa
dikendalikan. Dengan begitu, orang tersebut bisa diibaratkan seperti raja.
3. Matematika
Warisan ilmu lainnya yang diberikan oleh Al-Kindi adalah warisan di bidang matematika. Melalui Al-Kindi, angka India
dikenal dan masuk ke dunia Islam maupun kristen. Al-Kindi juga disebut sebagai pelopor pembacaan sandi dan juga ahli
dalam bidang medis.
Perpaduan keahlian matematika dengan medis ini menjadi ilmu pengetahuan yang dapat membantu banyak umat
manusia. Karena dengan dua keilmuan ini, maka tenaga medis mampu mengembangkan skala yang membantu seorang
dokter untuk mengukur potensi obat mereka dengan lebih baik.
Karya Al-Kindi dalam bidang matematika juga mencakup berbagai hal di dalamnya. Seperti aritmetika, geometri, angka
India, harmoni angka, perkalian angka, jumlah relatif, proporsi mengukur, proporsi waktu, hingga prosedur numerik dan
lain sebagainya.
Al-Kindi bahkan menulis empat volume buku yang membahas tentang penggunaan angka India. Buku tersebut
berjudul On the Use of the Indian Numerals atau Kitab fi Isti’mal al-‘Adad al-Hindi. Dengan adanya karya ini, Al-Kindi
memberikan kontribusi besar terhadap difusi sistem penomoran India, baik di Timur Tengah maupun di Barat.
Selain tiga hal tersebut, tentu saja masih ada banyak warisan lain yang ditinggalkan oleh Al-Kindi. Baik yang secara
langsung maupun tidak. Karena itu, mempelajari kisah dan kiprah para ilmuwan muslim adalah sesuatu yang perlu
dilakukan oleh umat Islam masa kini.
Hasil Karya
Hasil Karya
Bidang Astronomi
1. Risalah fi Masa’il Su’ila anha Ahwal al-Kawakib, jawaban terhadap pernyataan-pernyataan tentang keadaan planet-
planet.
2. Risalah fi Jawab Masa’il Thabi’iyyah fi Kayfiyyatul Nujumiyyah, pemecahan soal-soal fisis tentang sifat-sifat
perbintangan.
3. Risalah fi anna Ru’yat al-Hilal la Tudhbathu bi al-Haqiqah wa innama al-Qawl fiha bi at-Taqrib, bahwa
pengamatan astronomis Bulan Baru tak dapat ditentukan dengan ketetapan mutlak.
4. Risalah fi Mathrah asy-Syu’aa, tentang proyeksi sinar.
5. Risalah fi Fashlayn, tentang dua musim (musim panas dan musim dingin).
6. Risalah fi idhah ‘illat Ruju’ al-Kawakib, tentang penjelasan sebab gerak ke belakang planet-planet.
7. Fi asy-Syu’a’at, tentang sinar (bintang).
Bidang Meteorologi
Terdapat tidak kurang dari 15 buah yang dikarangnya tentang meteorologi, diantaranya :
1. Risalah fi ‘illat Kawnu adh-Dhabab, tentang sebab asal mula kabut. Ini telah diterbitkan dalam Rasa’il II : 76-8.
2. Risalah fi Atsar alladzi Yazhharu fi al-Jaww wa Yusamma Kawkaban, tentang tanda yang nampak di langit dan
disebut sebuah planet.
3. Risalah fi ‘illat Ikhtilaf Anwa’us Sanah, tentang sebab perbedaan dalam tahuntahun.
4. Risalah fi ‘illat allati laba Yabrudu ‘ala al-Jaww wa Yaskhunu maqaruba min al-Ardh, tentang alasan mengapa
bagian atas atmosfir tetap dingin sedangkan bagian lebihh dekat dengan bumi tetap panas.
5. Risalah fi al-Bard al-Musamma “Bard al-’Ajuz”, tentang dingin “si Nyonya Tua”.

Ramalan
6. Risalah fi Taqdimat al-Khabar, tentang prediksi.
7. Risalah fi Taqdimat al-Ma’rifah bi al-Ahdats, tentang ramalan dengan (mengamati) gejala (meteorologi).
Magnitude (Besaran)
1. Risalah fi Ab’ad Masafat al-Aqalim, tentang besarnya jarak antara (tujuh) iklim.
2. Risalah fi Istikhraj Bu’da Markaz al-Qamar min al-Ardh, tentang perhitungan jarak antara pusat bulan dan bumi.
3. Risalah fi Idhah Wujidan Ab’ad Bayna an-Nazhir wa Markaz A’midat al Jibad, tentang bagaimana menghitung
jarak antara seorang pengamat dan puncak gunung serta bagaimana menghitung ketinggian gunung.
4. Risalah fi Istikhraj Alat wa’ Amaliha Yustakhraj biha Ab‟ad al-Ajram, tentang konstruksi sebuah instrumen untuk
menentukan besarnya obyek-obyek yang diamati.

Ilmu Pengobatan
5. Risalah fi ‘illat Nafts ad-Damm, tentang hemoptesis (batuk darah dari saluran pernapasan).
6. Risalah fi Asyfiyat as-Sumum, tentang obat penawar racun.
7. Risalah fi ‘illat al-Judzam wa Asyfiyatuhu, tentang penyakit lepra dan pengobatannya.
8. Risalah fi ‘Adhat al-Kalb al-Kalib, tentang rabies.
9. Risalah fi ‘illat Baharin al-Amradh al-Haddah, tentang sebab igauan dalam penyakit-penyakit akut.
Geometri
1. Risalah f ‘Amal Syakl al-Mutawassihayn, tentang konstruksi bentuk garisgaris tengah.
2. Risalah fi Taqrib Watar ad-Da’irah tentang perhitungan yang mendekati dari daftar tali busur-tali busur sebuah
lingkaran.
3. Risalah fi Taqrib Qawl Arsyamidas fi Qadar Quthr ad-Da’irah min Muhithiha, tentang perhitungan teori
Archimedes yang mendekati mengenai besarnya suatu diameter, yang diketahui dari kelilingnya.
4. Risalah Ishlah Kitab Uqlidis, tentang perbaikan buku Euclides.

Ilmu Hitung
5. Risalah fi Madkhal ila al-Aritmathiqi, suatu pengantar ke ilmu hitung.
6. Risalah fi al-Kammiyat, al-Mudhafah, tentang jumlah relatif.
7. Kitab fi al-Khalq an-Nusbiyah wa az-Zamaniyah, tentang mengukur perbandingan-perbandingan dan masa.
8. Risalah fi at-Tawhid min al-A’dad, tentang keesaan dari segi-segi angka.
Logika
1. Risalatuhu fi Madkhal al-Mantiq bi Istifa al-Qawl fihi, sebuah pengantar lengkap logika.
2. Risalah fi al-Ibanah ‘an Qawl Bathlimayus fi al-Awwal Kitabihi al-Majithi ‘an Qawl Aristhathalis fi Analuthiqa,
tentang penjelasan ulasan Ptolemy pada permulaan almagest, mengenai apa yang dikatakan Aristoteles dalam
analitiknya
3. Ikhtisar Kitab Isaghuji li Farfuris, sebuah ikhtisar Eisagoge Porphyry.

Falsafat Ketuhanan
Sebagai halnya dengan filosof-filosof Yunani dan filosof-filosof Islam lainnya. Al-Kindi selain dari filosof adalah juga
ahli ilmu pengetahuan. Pengetahuan ia bagi ke dalam dua bagian :
4. Pengetahuan Ilahi
5. Sebagai yang tercantum dalam Qur’an = yaitu pengetahuan langsung yang diperoleh Nabi dari Tuhan. Dasar
pengetahuan ini ialah keyakinan.
6. Pengetahuan manusiawi = human science atau falsafat, Dasarnya ialah pemikiran (ratio reason).
Karya ilmiah Al-Kindi kebanyakan hanya berupa makalah-makalah, tetapi jumlahnya amat banyak. Ibnu Nadim, dalam
kitabnya Al-Fihrits, menyebutkan lebih dari 230 buah. George N. Atiyeh menyebutkan judul-judul makalah dan kitab-
kitab karangan Al-Kindi sebanyak 270 buah. Dalam bidang filsafat, karangan Al-Kindi pernah diterbitkan oleh Prof. Abu
Ridah (1950) dengan judul Rasail Al-Kindi AlFalasifah (Makalah-makalah filsafat Al-Kindi) yang berisi 29 makalah.
Prof. Ahmad Fuad Al-Ahwani pernah menerbitkan makalah Al-Kindi tentang filsafat pertamanya dengan judul Kitab Al-
Kindi Ila Al-Mu’tashim Billah fi-Al-Falsafah Al-Ula (Surat AlKindi kepada Mu‟tashim Billah tentang filsafat pertama).
Ibroh
Ibroh
Abu Yūsuf Yaʻqūb ibn ʼIsḥāq aṣ-Ṣabbāḥ al-Kindī, dikenal sebagai filsuf pertama yang
lahir dari kalangan Islam. Semasa hidupnya, selain bisa berbahasa Arab, ia mahir
berbahasa Yunani. Banyak karya-karya para filsuf Yunani diterjemahkannya dalam bahasa
Arab; antara lain karya Aristoteles dan Plotinos.
Kesimpulan
Kesimpulan

Al-Kindi adalah filosof pertama dalam Islam, yang menyelaraskan antara


agama dan filsafat. Ia melicinkan jalan bagi Al-Farabi, Ibnu Sina, dan Ibn
Rusyd. Ia memberikan dua pandangan berbeda. Pertama, mengikuti jalur ahli
logika dan memfilsafatkan agama. Kedua, memandang agama sebagai sebuah
ilmu ilahiah dan menempatkannya di atas filsafat. Ilmu ilahiah ini diketahui
lewat jalur nabi. Oleh karena itu, melalui penafsiran filosofis, agama menjadi
selaras dengan filsafat. Bagi Al-Kindi, filsafat adalah ilmu dari segala ilmu dan
kearifan dari segala kearifan. Filsafat, dalam pandangan Al-Kindi, bertujuan
untuk memperkuat agama dan merupakan bagian dari kebudayaan Islam.

Anda mungkin juga menyukai