Anda di halaman 1dari 5

Nama : Nur Afizah

Nim : A2022041
Kelas : Farmasi 3B
Prodi : S1 Farmasi
Tugas : Rangkuman Farmasetika

Tahap evaluasi pembuatan sediaan semi padat

1. Evaluasi Salep
a. Organoleptis
Pengujian organoleptis dilakukan dengan mengamati sediaan salep dari
bentuk, bau dan warna sediaan. Menurut Depkes RI, spesifikasi salep yang harus
dipenuhi adalah memiliki bentuk setengah padat, warna harus sesuai dengan
spesifikasi pada saat pembuatan awal salep dan baunya tidak tengik.
b. Evaluasi PH
Pengukuran nilai pH menggunakan alat bantu stik pH universal yang
dicelupkan ke dalam 0,5 g salep yang telah diencerkan dengan 5 ml aquadest. Nilai
pH salep yang baik adalah 4,5-6,5 atau sesuai dengan nilai pH kulit manusia.
c. Uji Homogenitas
Uji homogenitas sediaan dilakukan dengan cara salep dioleskan pada sekeping
kaca atau bahan transparan lain yang cocok harus menunjukkan susunan yang
homogen. Salep yang homogeny ditandai dengan tidak terdapatnya gumpalan pada
hasil pengolesan sampai titik akhir pengolesan. Salep yang diuji diambil ditiga tempat
yaitu bagian atas, tengah, dan bawah dari wadah salep
d. Uji Daya Sebar Salep
Pengujian daya sebar dilakukan dengan cara meletakkan 0,5 g salep diantara
dua lempeng objek transparan yang diberi beban 100 g. Pengukuran diameter daya
sebar dilakukan setelah salep tidak menyebar kembali atau lebih kurang satu menit
setelah pemberian beban. Diameter daya sebar salep yang baik antara 5-7cm
e. Uji Iritasi Terhadap Kulit
Uji irirtasi terhadap kulit relawan dilakukan dengan uji tempel terbuka. Uji
tempel terbuka dilakukan dengan mengoleskan sediaan pada lengan bawah, kemudian
dibiarkan terbuka selama 5 menit dan diamati reaksi yang terjadi. Reaksi iritasi positif
ditandai dengan adanya atau kemerahan, gatal-gatal, bengkak pada kulit lengan bawah
yang diberi perlakuan (Tranggono dan Latifah, 2007).
f. Uji Peninggalan Bekas Warna
Uji peninggalan bekas warna pada kulit sukarelawan dilakukan dengan
mengoleskan sediaan pada lengan bawah, kemudian dibiarkan terbuka dan diamati
setelah 5 menit pengolesan. Uji ini dilakukan untuk melihat peninggalan bekas warna
salep kulit.
2. Evaluasi krim
a. Uji Organoleptis
Pemeriksaan organoleptis meliputi bentuk warna dan bau yang diamati secara
visual.Spesifikasi krim yang harus dipenuhi adalah memiliki konsistensi lembut.
Warna sediaan homogeny, dan baunya harum
b. Uji Homogenitas Fisik
Sejumlah krim yang akan diamati dioleskan pada kaca objek yang bersih dan
kering sehingga membentuk suatu lapisan yang tipis, kemudian ditutup dengan kaca
preparat (cover glass). Krim dinyatakan homogen apabila pada pengamatan
menggunakan mikroskop, krim mempunyai tekstur yang tampak rata dan tidak
menggumpal.
c. Uji pH
Pemeriksaan pH menggunakan alat pH meter yang dikalibrasi menggunakan
larutan dapar pH 7 dan pH 4. Elektroda pH meter dicelupkan ke dalam krim, jarum
pH meter dibiarkan bergerak sampai menunjukkan posisi tetap, pH yang ditunjukkan
jarum dicatat. Krim sebaiknya memiliki pH yang sesuai dengan pH kulit yaitu 6,0-7,0.
d. Uji Daya Sebar
Kaca transparan diletakkan diatas kertas grafik pada kaca tersebut diletakkan
0,5 g krim, kemudian ditutup dengan kaca transparan dan dibiarkan selama ± 5 detik
untuk mendapatkan berapa diameter daerah yang terbentuk. Kemudian dilanjutkan
dengan menambahkan beban diatas kaca transaparan tersebut beban 50, 100, 200, dan
500 g dan diamati diameter daerah yang terbentuk. Spesifikasi sediaan adalah krim
dapat menyebar dengan mudah dan merata.
e. Uji Daya Lekat
Pengujian daya lekat sediaan dilakukan dengan cara krim diletakkan pada satu
sisi kaca objek dengan sisi bawahnya telah dipasangkan tali untuk mengikat beban.
Kemudian ditempelkan pada kaca objek yang lain. Beban yang digunakan adalah 50
g. Kemudian diamati waktu yang dibutuhkan beban tersebut untuk memisahkan kedua
kaca tersebut.
f. Uji Stabilitas Suhu
Krim disimpan pada suhu kamar 28+2 °C serta suhu tinggi 40±2 °C. Selama
penyimpanan tersebut dilakukan pengamatan organoleptis, homogenitas fisik serta
perubahan fisik pada minggu ke- 1, 2, dan 3. Spesifikasi sediaan adalah stabil dalam
berbagai suh u tanpa ada perubahan organoleptis, pH dan homogenitasnya.
3. Evaluasi Gel
a. Uji organoleptik
Uji organoleptik dilakukan secara visual dan dilihat secara langsung bentuk,
warna, bau, dari gel yang di buat. Gel biasanya jernih dengan konsentrasi setengah
padat.
b. Uji pH
Dilakukan dengan menimbang 10 gram sediaan dilarutkan dalam 50 ml.
aquadest dalam beaker glass, ditambahkan aquadest hingga 100 ml. lalu aduk hingga
merata. Larutan diukur pH nya dengan pH meter yang sudah distandarisasi. Ukur
dengan pH meter dan catat pH yang ditunjukkan. Hasil pengukuran menunjukan
target pH pada kulit, yaitu 4,5 -6,5.
c. Uji Viskositas
Uji viskositas dilakukan dengan cara sebanyak 100 mL gel dimasukkan ke
dalam wadah berbentuk tabung lalu. dipasang spindle 64. Spindle harus terendam
dalam sediaan uji. Viskometer dinyalakan dan dipastikan rotor dapat berputar pada
kecepatan 60 rpm. Diamati jarum penunjuk dari viskometer yang mengarah ke angkan
pada skala viskositas lalu dicatat dan dikalikan faktor 100.
d. Uji Homogenitas
Uji homogenitas dilakukan dengan cara sampel gel dioleskan pada sekeping
kaca atau bahan transparan lain yang cocok, sediaan harus menunjukkan susunan
yang homogen dan tidak terlihat adanya butiran kasar.
e. Uji Kesukaan
Uji kesukaan dilakukan terhadap 20 orang sukarelawan dengan menggunakan
angket. Pengujian dilakukan dengan cara sukarelawan menggunakan gel antiseptik
dengan berbagai formulasi kemudian. diminta tanggapannya dari warna, aroma,
tekstur dan kesan tidak lengket.
4. Evaluasi pasta
a. Uji Organoleptis
Pengujian organoleptis salep dilakukan untuk mengetahui pemerian
pasta yang dihasilkan meliputi warna, bau dan bentuk. Sesuai dengan standar sifat
fisis pasta warna pasta harus berwarna kuning, bau khas dan bentuk semi padat.
Dari hasil uji organoleptis sediaan pasta yang dihasilkan menunjukkan bahwa
hasil sediaan pasta telah memenuhi standar.
b. Uji Homogenitas
Uji homogenitas yang dilakukan bertujuan untuk mengetahui susunan
sediaan yang homogen. Uji homogenitas dilakukan dengan cara sediaan pasta
dioleskan tipis-tipis pada sekeping kaca atau kertas saring dan diamati
homogenitas sediaannya. Dan sediaan pasta yang dihasilkan homogen, maka dari
itu sediaan pasta yang dihasilkan telah sesuai dengan persyaratan sediaan pasta.
Karena jika sediaan pasta homogen, maka setiap bagian sediaan mengandung
bahan obat yang jumlahnya sama.
c. Uji Daya Sebar
Pengujian uji daya sebar pada sediaan salep dilakukan untuk mengetahui
kemampuan salep untuk menyebar pada permukaan kulit dengan cara menghitung
panjang diameter pasta yang menyebar pada lempeng glass yang telah diberi
milimeter blok. Persyaratan daya sebar untuk sediaan topical yaitu sekitar 5- 7 cm.
Berdasarkan standar uji daya sebar sediaan pasta yang baik bahwa semakin
panjang diameter, penyebaran pasta semakin baik. Dari hasil uji daya sebar pada
sediaan pasta yang dibuat dengan berbagai beban timbangan sampai 250gram
diperoleh hasil sediaan salep yang tidak memenuhi standar uji daya sebar pasta
yaitu pada tahap awal diameter sediaan sebesar 2,2 cm, kemudian setelah diberi
50 gram beban menjadi 2,3 cm, pemberian 100 gram sebesar 2,6 cm, pemberian
beban 150 gram sebesar 2,85 cm, pemberian beban 200 gram sebesar 2,85 cm,
dan terakhir pemberian beban 250 gram sebesar 2,85 cm. Data tersebut
menunjukkan bahwa, daya sebar pasta setelah pemberian beban timbangan sampai
250 gram memiliki daya sebar yang tidak memenuhi persyaratan dan ketetapan uji
daya sebar.
d. Uji Daya Lekat
Pengujian uji daya lekat pada sediaan pasta dilakukan untuk mengetahui
kualitas pasta yang baik dimana pasta yang dapat bertahan lama menempel dikulit.
Semakin lama pasta tersebut menempel dikulit, maka akan memberi efek terapi
yang diinginkan dengan maksimal. Uji daya lengket sediaan pasta yang dihasilkan
dari praktikum yang dilakukan adalah 4,4 detik. Berdasarkan standar uji daya
lengket dengan hasil uji daya lekat yang dilakukan telah memenuhi standar yaitu
tidak kurang dari 4 detik.
e. Uji Ph
uji pengukuran pH dilakukan menggunakan pH meter. Hasil uji
menunjukkan bahwa pasta yang dibuat memiliki Ph 7. Hal ini menunjukkan
bahwa sediaan pasta yang dibuat dapat diaplikasikan sebagai sediaan topical
karena masih dalam rentang pH normal yang sesuai untuk kulit.

Anda mungkin juga menyukai