Anda di halaman 1dari 18

Program Studi Ilmu Keperawatan

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal


Skripsi, Agustus 2021

Tommy Prasetyo1, Novi Indrayati2, Istioningsih3


1
Mahasiswa Prodi S1 Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal
2
Dosen Prodi S1 Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal
3
Dosen Prodi S1 Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal
Email:

ABSTRAK
COVID-19 telah menyebar dengan cepat ke seluruh dunia sehingga dapat
meningkatkan konsekuensi kematian, keterbatasan system perawatan kesehatan,
ketidakpastian system ekonomi dan social, hal ini sebagai salah satu pencetus
munculnya penyakit mental (psikologis) (Capobianco et al., 2020). Tujuan penelitian
ini untuk mengetahui gambaran tingkat ansietas ibu post partum di masa pandemi.
Penelitian ini menggunakan desain penelitian deskriptif dengan metode pendekatan
cross sectional. Instrumen penelitian menggunakan kuisioner Depression Anxiety
Stress Scales (DASS) Sampel pada penlitian ini adalah 52 responden dengan teknik
sampling yang digunakan adalah accidental sampling. Hasil penelitian karasteristik
ibu post partum di masa pandemi Covid 19 mengalami ansietas ringan sejumlah 27
responden dengan nilai presentase (51,9%), sedangkan yang memiliki ansietas
sedang sejumlah 10 responden dengan nilai presentase (19,2%). Kesimpulan dari
penelitian ini adalah perawat dan keluarga perlu memperperhatikan kondisi
psikologis ibu post partum untuk mengurangi tingkat kecemasan.

Kata Kunci : Covid-19, Kecemasan, Ibu post partum


PENDAHULUAN

Saat ini dunia sedang mengalami pandemik yang cukup mengkhawatirkan,

yaitu COVID-19 hampir semua Negara yang ada di dunia termasuk Indonesia

mengalami pandemi COVID-19 (Widiyani, 2020). COVID-19 adalah jenis virus

baru yang ditemukan pada tahun 2019 sebelumnya penyakit ini tidak diidentifikasi

menyerang manusia (World Health Organization, 2019). Penyakit ini merupakan

penyakit menular yang disebabkan oleh sindrom pernafasan akut coronavirus 2 /

severe acute respiratory syndrome coronavirus 2 atau SARS-CoV-2 (Setiawan,

2020).

COVID-19 telah menyebar dengan cepat ke seluruh dunia. Penyakit tersebut

meningkatkan konsekuensi kematian, keterbatasan system perawatan kesehatan,

ketidakpastian system ekonomi dan social (terisolasi dari keluarga, teman dan

komunitas) hal ini sebagai salah satu pencetus munculnya penyakit mental

(psikologis) (Capobianco et al., 2020). Penyakit mental (psikologis) dapat

menyerang siapapun saat pandemi ini, tidak terkecuali ibu hamil yang mana hasil

penelitian di Kanada menyebutkan dari 129 ibu hamil yang dikarantina terdapat 31%

responden mengalami stres pasca karantina dan muncul gejala depresi. Selain di

Kanada studi juga dilakukan di Wuhan China dan ditemukan 53,8% ibu hamil

mengalami gangguan psikologis dengan 17% dan 29% mengalami depresi berat dan

gejala kecemasan (S. Zhao et al., 2020).

Angka kasus aktif di Indonesia mengalami kenaikan sebesar 5,9%,

berdasarkan data Satgas COVID-19 pertanggal 11 Oktober 2020 namun, ada 22

provinsi yang ,mengalami penrunan kasus dan provinsi lainnya masih mengalami

peningkatan. Provinsi yang mengalami kenaikan tertinggi adalah Provinsi Jawa


Tengah naik 23,3% yaitu dari 2.138 kasus menjadi 2.637 kasus. (Satgas COVID-19,

2020). Dikutip dari Dinkes Jateng, Kabupaten Kendal tahun 2020, Kabupaten Kendal

menempati urutan kelima terbanyak kasus positif dengan 3.857 kasus. Pembatasan

layanan rutin dapat menjadikan permasalahan secara psikologis bagi ibu hamil dan ibu nifas,

yang dapat menimbulkan kecemasan. Studi melaporkan bahwa gejala depresif dan

kecemasan pada wanita hamil setelah deklarasi pandemi COVID-19 lebih tinggi

dibandingkan sebelum deklarasi COVID-19, termasuk kecenderungan ingin melukai diri

sendiri (Wu et al., 2020).

Kecemasan terkait COVID-19 ini tidak hanya dirasakan oleh ibu hamil saja,

namun juga pada ibu nifas (Nanjundaswamy, 2020).Masa kehamilan, persalinan, dan

postpartum merupakan masa yang rentang dengan adanya gangguan psikologi pada

ibu, baik saat pandemi maupun tidak. Selain faktor kerentanan terhadap penularan

virus, kondisi kesehatan mental dapat diperburuk oleh kurangnya dukungan keluarga

secara langsung dan dukungan sosial selama kehamilan, persalinan, dan periode

postpartum (Bender., 2020). Kondisi yang datang tiba-tiba ini membuat masyarakat

terlebih ibu post partum tidak siap menghadapinya baik secara fisik ataupun psikis

(Sabir & Phil, 2016).

METODE PENELITIAN

Desain penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah desain penelitian

deskriptif dengan metode pendekatan cross sectional. Menurut Nursalam, (2015),

pendekatan cross sectional adalah cara pengambilan sampel dan pengumpulan data

dalam satu waktu yang bersamaan, sehingga tidak ada tindak lanjut pada variable

yang diteliti. Dalam penelitian ini sampel yang digunakan adalah 52 ibu post partum

yang ada di ruang Pinere 2 dan ruang Mawar RSUD Dr. H. Soewondo Kendal pada
bulan Januari-Februari. Instrumen pada penelitian ini menggunakan kuisioner yang

sudah baku yaitu kuisioner Ansietas Depression Anxiety Stress Scale (DASS 42).
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Hasil penelitian menunjukan bahwa mayoritas berusia 25-30 tahun sejumlah

(48,1%) responden, tingkat pendidikan didapatkan mayoritas berpendidikan SMA

sejumlah 28 (53,8%) responden, Pada ibu kehamilan paritas didapatkan mayoritas

multipara sejumlah 34 (65,4%) responden, status pekerjaan didapatkan mayoritas

bekerja sejumlah 40 responden dengan nilai presentase (76,9%).

Tabel 1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Ibu Post Partum

(N=52)

Data demografi Karakteristik responden f %


Usia 25-30 tahun 48,1

Pendidikan SD 7 13,5
SMP 8 15,4
SMA 28 53,8
SARJANA 9 17,3
PT

Paritas Primipara 18 34,6


34 65,4
Multipara

Status Pekerjaan Tidak bekerja 12 23,1


Bekerja 40 76,9
Hasil analisis PCR didapatkan mayoritasPCR Negatif sejumlah 40

responden dengan nilai presentase (76,9%)

Tabel 2 Distribusi Frekuensi Status Konfirmasi Covid berdasarkan

Hasil PCR Ibu Post Partum (N=52)

Hasil PCR F Presentase (%)


PCR Positif 12 23,1
PCR Negatif Total 40 76,9

Total 52 100

Hasil analisis tingkat kecemasan pada ibu post partum didapatkan mayoritas

memiliki tingkat ansietas ringan sejumlah 27 responden dengan nilai presentase

(51,9%).

Tabel 4 Tingkat Kecemasan Responden Ibu Post Partum

Di RSUD Soewondo(N=52)

Tingkat kecemasan F Presentase (%)


Normal 15 28,8
Ringan 27 51,9
Sedang 10 19,2

Total 52 100
Hasil analisis tingkat kecemasan pada ibu post partum PCR negatif didapatkan

mayoritas memiliki tingkat ansietas ringan sejumlah 23 responden dengan nilai

presentase (38,4 57,5%). Sedangkan hasil analisis tingkat kecemasan pada ibu post

partum PCR Positif didapatkan memiliki tingkat ansietas sedang sejumlah 6

responden dengan nilai presentase (10 %).

Tingkat kecemasan f Presentase (%)


PCR (-)
Normal 13 32,5 %
Ringan 23 57,5 %
Sedang 4 10 %
Tingkat kecemasan f Presentase (%)
PCR (+)
Normal 2 5%
Ringan 4 10 %
Sedang 6 15 %
Total 52 100

Tabel 5 Tingkat Kecemasan Responden Pada Ibu Post Partum

Dengan Status Covid-19

PEMBAHASAN

1. Usia

Hasil penelitian menunjukan bahwa mayoritas berusia 25-30 tahun sejumlah

48,1% responden . Hal ini sejalan dengan teori Prabawani (2015) bahwa usia rata

rata berada pada rentang 20-30 tahun ibu post partum secara teoritis merupakan

usia produktif untuk melahirkn, dengan demikian dari sisi kemampuan fisiologis

maupun psikologis sudah cukup mapan dalam arti memiliki kematangan dalam

kepribadian akan lebih sukar mengalami kecemasan. walaupun rentang usia

tersebut dianggap usia reproduksi sehat, namun sebagian besar pada usia 20-35

tahun termasuk dalam kriteria muda yang rentan mengalami kecemasan sehingga
ibu masih kelihatan takut, cemas, serta masih bingung dalam perawatan bayinya

nanti. Hal ini juga sejalan dengan teori Morris (2016) matang atau tidaknya

seseorang tidak hanya berdasarkan usia. Ada yang usianya masih muda tetapi dia

sudah siap untuk menjadi ibu sehingga tidak mengalami kecemasan dalam periode

postpartum.

Hal ini sejalan dengan penelitian García Blanco (2017) dan Pada penelitian

ini kecemasan berat 20% terjadi pada usia 20 – 30 tahun semakin bertambahnya

usia ibu, biomarker stress mempengaruhi gejala psikologis ibu Berdasarkan hasil

penelitian Gaffey (2016) menunjukkan bahwa fungsi HPA dapat berubah seiring

bertambahnya usia. Bukti terbaru menyatakan bahwa usia berkorelasi dengan

peningkatan kadar kortisol di urinal dimana kadar kortisol pagi hari pada usia

diatas 35 tahun akan menjadi lebih tinggi dari usia yang lebih muda.

2. Pendidikan

Hasil penelitian menunjukan tingkat pendidikan didapatkan mayoritas

berpendidikan SMA sejumlah 28 responden. Hal ini sesuai dengan penelitian

farrer 2011 bahwa ingkat pendidikan menengah berpengaruh pada kecemasan ibu

post partum, hal ini dikarenakan dengan pengetahuan yang kurang kemampuan

ibu dalam menjalankan peran barunya tidaklah optimal sehingga akan membuat

stres atau cemas. Hal ini sejalan dengan penelitian Saudia (2021) yang

menyatakkan bahwa pendidikan ibu yang tinggi akan meningkatkan pengetahuan

dalam mengatasi kecemasan, Pendidikan tidak hanya formal saja, namun edukasi

dapat juga diperoleh dari tenaga kesehatan, kader, kerabat yang sudah mempunyai

anak, juga elalui sumber informasi lain seperti buku KIA (Kesehatan Ibu dan

Anak), akses sosial media, yang dapat mendukung ibu dalam menjalani perannya

sebagai ibu.
Hal ini juga sejalan dengan penelitian Anggraeni (2021) Meskipun pada

tingkat pendidikannya menengah tidak semua kondisi dan kesiapan secara

matang, karena pada jenjang ini sebagian besar masih terlihat seperti kematangan

psikologis dan banyak hal yang kurang diketahui dalam kondisi setelah kelahiran.

Banyak ibu yang tidak tahu bagaimana cara menyusui, mengendong bayi dan

merawat bayinya. Hal ini didukung oleh penelitian Notoatmodjo (2012) Tingkat

pendidikan sangat mempengaruhi bagaimana seseorang untuk bertindak dan

mencari penyebab serta solusi dalam hidupnya. Orang yang berpendidikan tinggi

biasanya akan bertindak lebih rasional. Oleh karena itu orang yang berpendidikan

akan

3. Paritas

Hasil penelitian paritas didapatkan mayoritas multipara sejumlah 34

responden. Hal ini sejalan dengan teori Wahyuningsih (2018) secara umum

sebagian besar ibu pasca melahirkan mengalami gangguan emosional atau yang

disebut gangguan mood pada ibu postpartum baik primipara maupun multipara.

Hal ini sejalan dengan penelitian Bentel (2015) bahwa dengan beberapa ibu nifas,

ditemukan bahwa 10 ibu nifas yang terdiri dari 5 ibu primipara dan 5 ibu

multipara mengatakan mengalami kecemasan saat pertama kali menyusui bayinya

dengan berbagai alasan yaitu pada sebagian besar ibu primipara cemas yang

dialami dikarenakan belum mempunyai pengalaman dalam hal merawat bayi

seperti menyusui sedangkan beberapa ibu multipara mengatakan cemas yang

dirasakan akibat dari trauma pada persalinan pertama dan pengeluaran ASI yang

kurang sewaktu kelahiran anak pertama serta berbagai faktor eksternal lainnya

seperti faktor ekonomi.


Dari hasil pentlitian Rahmi (2018) mendalam yang dilakukan oleh peneliti,

kebanyakan ibu primipara khawatir memikirkan bagaimana kehidupannya kelak

saat merawat dan mengasuh bayinya setelah keluar dari rumah sakit.

Kemungkinan penyebabnya adalah ibu primipara masih perlu beradaptasi dengan

keadaan pasca persalinan sedangkan ibu multipara sudah mulai terbiasa dengan

kehadiran anggota keluarga baru. Kebanyakan ibu primipara lebih merasa gugup

bila dibandingkan dengan ibu multipara. Hal ini disebabkan tekanan yang

dirasakan oleh ibu primipara lebih besar daripada yang dirasakan ibu multipara.

Sebagai seorang ibu baru, ibu primipara akan berusaha keras menjadi seorang ibu

yang baik. Hal ini sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa menyusui

merupakan pengalaman baru yang dapat menjadi stressor bagi ibu primipara.

3. Tingkat kecemasan

Hasil penelitian tingkat kecemasan pada ibu post partum didapatkan

mayoritas memiliki tingkat ansietas ringan sejumlah 27 responden karena adanya

proses transisi wanita dan pria dalam proses menjadi orang tua, terjadi

penyesuaian diri yang besar diantara hubungan mereka dan orang lain. Hal ini

juga sejalan dengan penelitian Corrigan (2015) Proses menjadi seorang ibu pada

umumnya ditandai dengan peristiwa yang menakjubkan, menemukan, belajar dan

pengalaman positif, pada beberapa ibu, walaupun ditemukan pada masa transisi

menjadi seorang ibu terjadi kelelahan, frustasi dan perubahan emosi. Perasaan

yang hilang kontrol dan gangguan emosional tidak hanya berdampak bagiibu

tetapi juga bagi bayi. Kurangnya bounding antara ibu dan bayi dan konsekuensi

jangka panjang bagi perkembangan anak.

Hal ini seseuai dengan penelitian Saudia (2021) yang berjudul gambaran

tingkat kecemasan dan kadar hormone kortisol ibu nifas pada penelitian ini
signifikan p<0,001 antarascor kecemasan dengan kadar hormon kortisol ibu nifas,

dimana semakin tinggi skorkecemasan ibu maka kadar hormon kortisol dalam

tubuhnya juga semakin tinggi. Hal ini sejalan dengan penelitian Siregar (2021)

bahwa perbedaan tingkat kecemasan pada ibu nifas juga dapat disebabkan oleh

mekanisme koping yang dimiliki oleh masing-masing ibu. Semakin bertambahnya

usia ibu dan pengalaman kehamilan sebelumnya maupun informasi dari orang

lain dapat menambah pengetahuan serta pengalaman baru tentang merawat

bayinya sehingga ibu tidak mengalami kecemasan.

Tingkat kecemasan ringan mayoritas dialami oleh responden, hal ini

berhubungan dengan tingkat pendidikan yang mana mayoritas responden

memiliki pendidikan SMA dan perguruan tinggi. Responden yang berpendidikan

tinggi lebih mampu menggunakan pemahaman mereka dalam merespon suatu

kejadian secara adaptif dibandingkan kelompok responden yang berpendidikan

rendah (Rozikhan Rozikhan, 2021). Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan

seseorang kepada orang lain agar dapat memahami sesuatu hal. Tidak dapat

dipungkiri bahwa semakin tinggi pendidikan seseorang, semakin mudah pula

mereka menerima informasi, dan pada akhirnya pengetahuan yang dimilikinya

akan semakin banyak. Sebaliknya, jika seseorang memiliki tingkat pendidikan

yang rendah, maka akan menghambat perkembangan sikap orang tersebut

terhadap penerimaan informasi dan nilai- nilai yang baru diperkenalkan (Iqbal,

2012).

7. Tingkat Kecemasan Responden Pada Ibu Post Partum PCR negatif

Hasil analisis tingkat kecemasan pada ibu post partum PCR negatif

didapatkan mayoritas memiliki tingkat ansietas ringan sejumlah 20 responden

dengan nilai presentase (8 %) hal ini dikarenakan. Dukung oleh hasil penelitian
yang dilakukan oleh Yuliani dan Aini (2020) didapatkan bahwa 87% ibu nifas

mengalami kecemasan kategori ringan- sedang karena hasil PCR negatif, hasil

penelitian tersebut selaras dengan hasil penelitian ini, menggambarkan bahwa

mayoritas ibu nifas mengalami kecemasan tingkat ringan selama melahirkan di

masa pandemi.

8. Tingkat Kecemasan Responden Pada Ibu Post Partum PCR positif

Hasil analisis tingkat kecemasan pada ibu post partum PCR Positif

didapatkan memiliki tingkat ansietas ringan dan sedang sejumlah 5 responden

dengan nilai presentase (0,6 %) karena pada pasien COVID-19 salah satu hal yang

sering dialami pasien adalah rasa cemas dan takut akan penyakit yang dialaminya.

Hal ini sejalan dengan penelitian Savitri (2003) bahwa dalam rentang kehidupan

manusia terdapat waktu tertentu timbulnya kecemasan dan Kecemasan pada

pasien COVID19 membawa perasaan tidak tenang, rasa khawatir dan ketakutan

yang teruss menerus. Sehingga pasien COVID-19 rentan mengalami gangguan

psikologis berupa kecemasan, ketakutan yang di akibatkan kondisi fisik dan pola

interaksi yang serba dibatasi dalam rangka menekan penyebaran virus tersebut.
KESIMPULAN

1. Hasil penelitian menunjukan bahwa rata rata usia ibu post partum berusia 25-30

tahun, berpendidikan SMA sebanyak 53,8%,responden mayoritas bekerja

sebanyak 76,9%, dan mayoritas paritas multipara sebanyak 65,4 responden.

2. Hasil penelitian status konfirmasi Covid-19 pada ibu post partum di RSUD Dr. H.

Soewondo Kendal sebanyak 76,9% responden hasil PCR Negatif.

3. Hasil penelitian kecemasan ibu post partum di RSUD Dr. H. Soewondo Kendal

cemas ringan sebanyak 51,9% responden.

SARAN

1. Bagi Peneliti

Hasil penelitian ini dapat menambah pengetahuan dan informasi mengenai tingkat

ansietas pada ibu post partum. Penelitian lanjutan untuk mengetahui faktor-faktor

yang mempengaruhi tingkat kecemasan.

2. Bagi Perawat

Perawat dapat memberikan kepercayaan diri pada ibu untuk terus bersikap positif

dalam menjalankan peran barunya serta memberikan dukungan dan kepercayaan

diri pada ibu untuk terus bersikap positif dalam menjalankan peran barunya.

3. Bagi Institusi

Dapat dijadikan sebagai dasar bahan ajar pemberian materi khususnya area

keperawatan dasar dan juga sebagai bahan dasar penelitian selanjutnya dalam

keperawatan dasar.

4. Bagi Masyarakat

Masyarakat dapat berfikir positif dan membangun kepercayaan dengan


keluarga untuk menghindari terjadinya gangguan psikologis.

DAFTAR PUSTAKA

Arfiah. (2017) Pengaruh Tingkat Kecemasan pada Ibu Postpartum

Primipara Remaja terhadap Kemampuan. Jurnal Ners Widya

Nusantara STIKES Widya Nusantara Palu

Bandura, Barbaranelli, Caprara, & Pastorelli. (2018). Multifaceted impact of

self-efficacy beliefs on academic functioning. Child

Development,67(3), 1206-1222.

Bender L. (2020). Pesan dan Kegiatan Utama Pencegahan dan

Pengendalian COVID-19 di Sekolah. Publikasi UNICEF

Bobak. (2010) Buku Ajar Keperawatan Maternitas Edisi 4. Jakarta: EGC

Capobianco, G., et. al. (2020). COVID-19 in pregnant women: A systematic

review and meta- analysis. European Journal of Obstetrics &

Gynecology and Reproductive Biology, 252, 543–558.

h>ps://doi.org

Depkes RI. (2018), Buku Kesehatan Ibu dan Anak, Jilid A, Jakarta.

Doremalen,Van N, Bushmaker T, Morris DH, Holbrook MG, Gamble A,

Williamson BN, et al. (2020). Aerosol and Surface Stability of

SARS-CoV-2as Compared with SARS-CoV-1. The New England

Journal of Medicine.Massachusetts Medical Society.

doi:10.1056/nejmc2004973. PMID 32182409

Elvira, Sylvia D dan Gitayanti Hadisukanto. (2013) Buku Ajar Psikiatri.

Badan Penerbit FK UI. Jakarta, pp. 173-198


Fadli et. al. (2020) Faktor yang Mempengaruhi Kecemasan pada Tenaga

Kesehatan Dalam Upaya Pencegahan Covid-19. Jurnal Pendidikan

Keperawatan Indonesia

Fauza. (2018). Hubungan Mobilisasi Dini Pada Ibu Postpartum Dengan

SectioCaesarea Terhadap Proses Percepatan Pemulihan

Postpartum Di Ruang Kebidanan RSUDZA Banda Aceh, Karya Tulis

Ilmiah, Program Studi D3Kebidanan Stikes U’Budiyah Banda Aceh.

Fitria, L. (2020). Cognitive Behavior Therapy Counseling Untuk Mengatasi

Anxiety Dalam Masa Pandemi Covid-19. AL-IRSYAD, 10(1).

Hawari. D. (2016). Pendekatan Holistik pada Gangguan Jiwa, Skizofrenia.

FKUI.

Jakarta.

Hidayat, Aziz Alimul. (2014). Metodologi Penelitian Kebidanan dan Teknik

Analisis Data. Jakarta: Salemba Medika

Kemenkes RI. (2020). Pedoman Pelayanan Antenatal, Persalinan, Nifas,

Dan Bayi Baru Lahir di Era Adaptasi Kebiasaan Baru. Jakarta :

Kementerian Kesehatan RI.2020

Mardiatun. (2017). Pengaruh pendekatan supportive-educative “orem”

terhadappeningkatan kemandirian ibu nifas dalam perawatan diri

selama early postpartumdi Puskesmas Karang Taliwang Mataram

Nusa Tenggara Barat. Jurnal Keperawatan Poltekkes Kemenkes

Mataram.

Masithoh, Anny Rosiana, et al. (2019). Hubungan Usia dan Pendidikan Ibu

dengan Kejadian Post Partum Blues di Desa Mijen Kecamatan


Kaliwungu Kabupaten Kudus. Jurnal Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan

Muhammadiyah Gombong

Nanjundaswamy, M. H. et al. (2020). COVID-19-related anxiety and

concerns expressed by pregnant and postpartum women—a survey

among obstetricians’, Archives of women’s mental health. Springer,

pp. 1–4

Notoatmodjo, S. (2018). Metodologi Penelitian Kesehatan. PT Rineka Cipta.

Jakarta.

Nursalam. (2015). Asuhan Keperawatan. Salemba Medika. Jakarta.

Rahmiati. (2018). Efektifitas Mengunyah Permen Karet Terhadap

PemulihanPeristaltik Usus Pada Ibu Post Partum Sectio Caesaria.

Jurnal SekolahTinggi Ilmu Kesehatan Wiyata Husada Samarinda.

Sabir, A., & Phil, M. (2016). Gambaran Umum persepsi masyarakat

terhadap bencana di Indonesia. Jurnal Ilmu Ekonomi Dan Sosial,

5(3), 304-326

Safrizal ZA, MSi, et. al. (2020).Pedoman Umum Menghadapi Pademi

COVID-19. Tim Kerja Kementerian Dalam Negeri. Jakarta

Stuart, W.G. (2017). Buku Saku Keperawatan Jiwa. Penerbit EGC. Jakarta.

Sulistyaningsih. (2012). Metodologi Penelitian Kebidanan Kuantitatif-

Kualitatif. Yogyakarta: Graha Ilmu

Tambaru, R., Hilda, H. and Theresia, F. I. (2020). Pengaruh Kecemasan

Pandemi COVID-19 Terhadap Pengeluaran Asi Ibu Post Partum Di

Bidan Praktik Mandiri Hj. Rusmawati Di Muara Badak. Skripsi STr

Kebidanan, Poltekkes Kemenkes Kaltim


WHO. (2020). Coronavirus. WHO. https://www.who.int/health-

topics/coronavirus

Wibisono, Afif. (2018). Hubungan Karakteristik Personal Dengan

Kecemasan Pada Ibu Postpartum Di Wilayah Kerja Puskesmas

0100
Gatak Sukoharjo. Jurnal Keperawatan Universitas Muhammadiyah

Surakarta

Yuliani dan Aini. (2020) Kecemasan Ibu Hamil Dan Ibu Nifas Pada

Masa Pandemi Covid-19 Di Kecamatan Baturraden. Jurnal

Kebidanan Poltekkes Kemenkes Semarang

Zanardo, V. et al. (2020). Psychological impact of COVID‐19 quarantine

measures in northeastern Italy on mothers in the immediate

postpartum period. International Journal of Gynecology &

Obstetrics. Wiley Online Library

Zhou, Y.,et. al. (2020). The prevalence of psychiatric symptoms of pregnant and

non- pregnant women during the COVID- 19 epidemic. Translational Psychiatry,

10(1), 319. h>ps:// doi.org/10.1038/s41398-020-

18

Anda mungkin juga menyukai