Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

BAHASA INDONESIA

MATERI TEKS BIOGRAFI

Disusun oleh:
Nama : Juan Fredrick Darmadi
Kelas : X MIA 1
NIS : 10400840

SMAN 1 BUKIT BATU

KABUPATEN BENGKALIS

Jalan Ahmad Yani, Sejangat, Kecamatan Bukit Batu, Kabupaten Bengkalis, Riau
28761
Tahun Ajaran 2019/2020
1. Pengertian Teks Biografi
Teks biografi adalah suatu bentuk teks yang berisi mengenai kisah atau cerita suatu tokoh
dalam mengarungi kehidupannya, entah itu berupa kelebihan, masalah atau kekurangan yang
ditulis oleh seseorang agar tokoh tersebut bisa menjadi teladan untuk orang banyak.

2. Ciri-ciri Teks Biografi


 Teks biografi harus memuat informasi berdasarkan fakta pada toko yang diceritakan
dalam bentuk narasi
 Memuat sebuah fakta pengalaman hidup suatu tokoh dalam memecahkan masalah-
masalah sampai pada akhirnya sukses, sehingga patut menjadi teladan
 Teks biografi memiliki struktur yang jelas

3. Jenis-jenis Biografi
Berdasarkan Sisi Penulis
 Autobiografi, Suatu riwayat hidup yang ditulis sendiri oleh tokoh tesebut.
 Biografi, Suatu bentuk teks yang berisi mengenai kisah atau cerita suatu tokoh
dalam mengarungi kehidupannya, entah itu berupa kelebihan, masalah atau
kekurangan yang ditulis oleh orang lain.

Biografi berdasarkan izin penulisan dibagi menjadi dua:


 Authorized biography, sebuah biografi yang penulisannya mendapatkan izin atau
sepengetahuan tokoh yang akan di tulis cerita hidupnya.
 Unauthorized biography, biografi yang penulisannya tanpa seizing dan
sepengetahuan tokoh yang akan di tulis kisah hidupnya. Biasanya penulisan
unauthorized biography terjadi karena tokoh tersebut telah wafat.

Berdasarkan Isinya
 Biografi perjalanan hidup, berisi sebuah perjalanan hidup lengkap seorang tokoh
atau diambil dari bagian-bagian yang dianggap mempunyai kesan.
 Biografi perjalanan karir, berisi sebuah perjalanan karir seorang tokoh mulai dari
awal hingga karir yang dilakukan saat ini atau bisa juga perjalanan karir dalam
mencapai sebuah kesuksesan tertentu.

Berdasarkan Persoalan yang Dibahas


 Biografi politik, penulisan cerita hidup tokoh suatu Negara dilihat dari sudut
pandang politik. Biografi semacam ini mendapatkan bahan dari kumpulan
berbagai riset. Akan tetapi, biografi politik biasanya tidak lepas atau sarat akan
kepentingan penulis atau tokoh yang minta untuk ditulis.
 Biografi intelektual, biografi ini hampir sama dengan biografi politik,
persamaannya yaitu kumpulan bahannya yang didapatkan dari berbagai riset.
Namun, penulisannya dituangkan dalam gaya bahasa ilmiah.
 Berdasarkan jurnalistik, sebuah biografi yang penulisannya didapatkan dari hasil
wawancara dengan tokoh yang akan ditulis atau tokoh yang menjadi rujukan
sebagai bahan pendukung cerita.

Berdasarkan Penerbit
 Buku sendiri, sebuah biografi tokoh yang dijadikan buku oleh penerbit dengan
biaya produksi mulai dari penulisan, percetakan dan pemasaran ditanggung
sendiri. Penulisan biografi ini bertujuan untuk laku dijual dipasaran atau
mendapatkan perhatian publik.
 Buku subsidi, penulisan biografi tokoh yang biaya produksinya ditanggung oleh
sponsor. Biasanya biografi seperti jika dilihat dari segi komersil tidak akan laku
ataupun jika laku harga jualnya terlalu tinggi sehingga tidak terjangkau.

4. Struktur Teks Biografi


a. Orientasi

Tahap ini adalah bagian pengenalan suatu tokoh, berisi gambaran awal tentang

tokoh tersebut di dalam teks biografi.

b. Peristiwa dan Masalah

Tahap ini adalah bagian kejadian atau peristiwa yang dialami oleh tokoh. Berisi

penjelasan suatu cerita baik itu berupa pemecahan masalah, proses berkarir, peristiwa

menyenangkan, menegangkan, menyedihkan hingga mengesankan yang pernah dialami

oleh tokoh hingga mengantarkannya meraih mimpi, cita-cita dan kesuksesan.

Semua kejadian tersebut diurai disini.

c. Reorientasi

Tahap ini adalah bagian penutup. Berisi mengenai pandangan penulis kepada

tokoh yang dikisahkan. Reorentasi ini bersifat opsional semata, jadi boleh ada maupun

tidak ada.
5. Unsur Kebahasaan Teks Biografi
a. Kata Hubung

Kata hubung adalah kata yang berfungsi sebagai penyambung antara satu kata

dengan kata yang lain dalam sebuah kalimat dan juga kata hubung antara satu kalimat

dengan kalimat yang lain.

Apabila kata hubung tersebut berfungsi sebagai penyambung kata dalam sebuah

kalimat, kata hubung itu dinamakan konjungsi intrakalimat. Contoh: dan , tetapi, lalu,

kemudian.

Apabila kata hubung tersebut berfungsi menyambungkan antara satu kalimat

dengan kalimat lain, kata hubung itu dinamakan konjungsi antarkalimat. Contoh: oleh

karena itu, akan tetapi, meskipun demikian, tidak hanya itu.

b. Rujukan Kata

Rujukan kata yaitu kata yang merujuk pada kata lain yang sudah diungkapkan

sebelumnya. Kata rujukan dikatagorikan menjadi beberapa bagian, antara lain:


 Kata rujuk benda atau hal. Contoh : ini, itu, tersebut.
 Kata rujuk tempat. Contoh : disini, disana, disitu.
 Kata rujuk orang. Contoh : dia, ia, beliau, mereka, -nya.

c. Peristiwa, Waktu dan Tempat

Dalam teks biografi, terdapat kata yang berfungsi menunjukkan peristiwa, waktu
dan tempat yang dialami oleh tokoh.

d. Kata Kerja

Kata kerja atau verba adalah suatu kelompok kata yang menjelaskan sesuatu hal

yang dilakukan oleh tokoh.

1. Kata kerja dasar

Kata kerja dasar adalah kata kerja yang masih dalam bentuk aslinya, yang berarti

kata kerja ini belum mengalami pengimbuhan baik awalan, akhiran ataupun sisipan.

Contoh : Adil, ambil, ajak


2. Kata kerja berimbuhan

Kata kerja berimbuhan merupakan kata kerja yang sudah mengalami

penambahan, baik berupa awalan, akhiran, maupun sisipan.

Contoh :

Mengambil. Awalan = me + ambil (kata kerja dasar)

Mengadili. Awalan = meng + adil (kata kerja dasar) + i (akhiran)

6. Contoh Teks Biografi

1. Pendidikan

Ki Hajar Dewantara - Bapak Pendidikan Nasional

Ki Hajar Dewantara adalah tokoh nasional pendidikan. Ia terlahir dengan nama Raden


Mas Soewardi Soerjaningrat yang kemudian kita kenal sebagai Ki Hadjar Dewantara. Beliau
sendiri lahir di Kota Yogyakarta, pada tanggal 2 Mei 1889, Hari kelahirannya kemudian
diperingati setiap tahun oleh Bangsa Indonesia sebagai Hari Pendidikan Nasional. Beliau sendiri
terlahir dari keluarga Bangsawan, ia merupakan anak dari GPH Soerjaningrat, yang merupakan
cucu dari Pakualam III. Terlahir sebagai bangsawan maka beliau berhak memperoleh pendidikan
untuk para kaum bangsawan.
Ki Hajar Dewantara merupakan aktivis pergerakan kemerdekaan Indonesia, kolumnis,
politisi, dan pelopor pendidikan bagi kaum pribumi Indonesia dari zaman penjajahan Belanda. Ia
adalah pendiri Perguruan Taman Siswa, suatu lembaga pendidikan yang memberikan
kesempatan bagi para pribumi jelata untuk bisa memperoleh hak pendidikan seperti halnya para
priyayi maupun orang-orang Belanda.
Tanggal kelahirannya sekarang diperingati di Indonesia sebagai Hari Pendidikan
Nasional. Bagian dari semboyan ciptaannya, tut wuri handayani, menjadi slogan Kementerian
Pendidikan Nasional Indonesia. Namanya diabadikan sebagai salah sebuah nama kapal perang
Indonesia, KRI Ki Hajar Dewantara. Potret dirinya diabadikan pada uang kertas pecahan 20.000
rupiah tahun emisi 1998.
Ia dikukuhkan sebagai pahlawan nasional yang ke-2 oleh Presiden RI, Soekarno, pada 28
November 1959 (Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 305 Tahun 1959, tanggal 28
November 1959).
Ki Hadjar Dewantara menamatkan Sekolah Dasar di ELS (Sekolah Dasar Belanda) dan
kemudian melanjutkan sekolahnya ke STOVIA (Sekolah Dokter Bumiputera) tapi lantaran sakit,
sekolahnya tersebut tidak bisa dia selesaikan.
Ki Hadjar Dewantara kemudian bekerja sebagai wartawan di beberapa surat kabar antara
lain Sedyotomo, Midden Java, De Express, Oetoesan Hindia, Kaoem Moeda, Tjahaja Timoer
dan Poesara. Pada masanya, Ki Hadjar Dewantara dikenal penulis handal. Tulisan-tulisannya
sangat komunikatif, tajam dan patriotik sehingga mampu membangkitkan semangat antikolonial
bagi pembacanya.
Selain bekerja sebagai seorang wartawan muda, Ki Hadjar Dewantara juga aktif dalam
berbagai organisasi sosial dan politik. Pada tahun 1908, Ki Hadjar Dewantara aktif di seksi
propaganda Boedi Oetomo untuk mensosialisasikan dan menggugah kesadaran masyarakat
Indonesia pada waktu itu mengenai pentingnya persatuan dan kesatuan dalam berbangsa dan
bernegara. Kemudian, bersama Douwes Dekker (Dr. Danudirdja Setyabudhi) dan dr. Cipto
Mangoenkoesoemo yang nantinya akan dikenal sebagai Tiga Serangkai, Ki Hadjar Dewantara
mendirikan Indische Partij (partai politik pertama yang beraliran nasionalisme Indonesia) pada
tanggal 25 Desember 1912 yang bertujuan mencapai Indonesia merdeka.
Mereka berusaha mendaftarkan organisasi ini untuk memperoleh status badan hukum
pada pemerintah kolonial Belanda. Tetapi pemerintah kolonial Belanda melalui Gubernur
Jendral Idenburg menolak pendaftaran itu pada tanggal 11 Maret 1913 karena organisasi ini
dianggap dapat membangkitkan rasa nasionalism dan kesatuan rakyat untuk menentang
pemerintah kolonial Belanda.
Ki Hadjar Dewantara dipercaya oleh presiden Soekarno untuk menjadi Menteri
Pendidikan, Pengajaran dan Kebudayaan yang pertama. Melalui jabatannya ini, Ki Hadjar
Dewantara semakin leluasa untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia. Pada tahun
1957, Ki Hadjar Dewantara mendapatkan gelar Doktor Honori Klausa dari Universitas Gajah
Mada.
Dua tahun setelah mendapat gelar Doctor Honoris Causa itu, tepatnya pada tanggal 28
April 1959 Ki Hadjar Dewantara meninggal dunia di Yogyakarta dan dimakamkan di sana. Kini,
nama Ki Hadjar Dewantara bukan saja diabadikan sebagai seorang tokoh dan pahlawan
pendidikan (bapak Pendidikan Nasional) yang tanggal kelahirannya 2 Mei dijadikan hari
Pendidikan Nasional, tetapi juga ditetapkan sebagai Pahlawan Pergerakan Nasional melalui surat
keputusan Presiden RI No.305 Tahun 1959, tanggal 28 November 1959.

2. Kesehatan

Hasri Ainun Habibie

Hasri Ainun Habibie atau lebih popular dengan Ainun Habibie memiliki nama asli Hasri Ainun
Besari. Ainun merupakan anak keempat dari delapan bersaudara dari orang tua bernama
H.Mohammad Besari. Ia dilahirkan di Semarang, Jawa Tengah pada tanggal 11 Agustus 1937.

Ainun menyelesaikan pendidikan dasarnya di Bandung. Ia melanjutkan pendidikan di SLTP dan


SLTA yang juga di kota yang sama. Sekolahnya di LSTP bersebelahan dengan sekolah B.J.
Habibie yang kemudian menjadi suaminya. Bahkan saat di LSTA mereka belajar di sekolah yang
sama. Hanya saja Habibie menjadi kakak kelasnya. Setelah menamatkan pendidikan SLTA, ia
merantau ke Jakarta untuk elanjutkan pendidikan. Ainun mengambil Fakultas Kedokteran di
Universitas Indonesia, Jakarta. Ia lulus sebagai dokter pada tahun 1961. 

Berbekal ijazah kedokteran dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia tersebut, Ainun
Habibie diterima bekerja di rumah sakit Cipto Mangunkusumo, Jakarta. Di RSCM Ainun bekerja
di bagian perawatan anak-anak. Kesan pertama dengan pekerjaan ini secara tidak langsung
menjadikan Ainun sangat perhatian pada kondisi anak-anak sepanjang hayatnya. Saat bekerja di
sana ia tinggal di sebuah asrama di belakang RSCM, tepatnya di Jalan Kimia, Jakarta. Ia bekerja
di rumah sakit tersebut hanya setahun saja, sampai tahun 1962. Setelah menikah dengan Habibie
pada tahun 1962 itu juga, ia harus meninggalkan pekerjaan sebagai dokter anak lalu ikut dengan
suaminya pergi ke Jerman untuk menyelesaikan pendidikan.

Ainun disunting oleh BJ Habibie menjadi istrinya pada tanggal 12 Mei 1962. Dari pernikahan ini
mereka dikaruniai dua orang putra; llham Akbar dan Thareq Kemal dan enam orang cucu. 
Setelah menikah Ainun ikut dengan Habibie yang harus menyelesaikan pendidikan doktoralnya
di Jerman. Kehidupan awal di sana dilalui dengan perjuangan yang luar biasa. Setidaknya ia
harus bersabar dengan pendapatan yang teramat kecil dari beasiswa Habibie. Namun dengan
tekun dan sabar ia tetap menyertai Habibie. Bahkan untuk menghemat ia menjahit sendiri
keperluan pakaian bayi yang dikandungnya. Dan disanalah ia mengandung dua putranya,
melahirkan dan mebesarkannya.

Ainun adalah seorang ibu yang sangat bertanggung jawab dalam mebesarkan anak-anaknya.
Sejak kecil ia membiasakan anak untuk mengembangkan kepribadian mereka sendiri. Ia
membebaskan anak-anak untuk berani bertanya tentang hal yang tidak diketahuinya. Dan Ainun
akan memberikan jawaban jika ia mampu atau ia akan meminta Habibie jika tidak mampu. Hal
ini tentu saja karena ia sadar kalau anak-anak sejak kecil harus dibangun keingintahuan dan
kreatifitasnya.

Pada 23 Mei 1998 Ainun menjadi menjadi Ibu Negara setelah B. J. Habibie dilantik sebagai
presiden Negera Kesatuan Republik Indonesia yang ketiga menggantikan Presiden Soeharto
yang mengundurkan diri karena desakan masyarakat pada awal reformasi. 

Selama menjadi Ibu negara Ainun menunjukkan dedikasi dan pengabdiannya pada suami dan
pada negara sekaligus. Banyak orang yang merasa terkagum-kagum bahkan heran bagaimana
Ainun dalam usianya yang tidak lagi muda memiliki energi dan stamina yang seolah tidak
pernah habis dalam mengikuti ritme kerja Habibie. Kita tahu tahun 1999 saya menjadi presiden
Indonesia dalam keadan kacau beliau. Namun di tengah gemuruh kekacauan ini Ainun mampu
menempatkan diri sebagai Ibu Bangsa yang melayani dan mendukung suami seklaigus menjadi
“Ibu” buat 200 juga rayat Indonesia.

Ainun memiliki kepedulian yang besar dalam kegiatan sosial. Ia mendirikan dan terlibat dalam
beberapa yayasan, seperti Bank Mata untuk penyantun mata tunanetra. Ia bahkan masih menjadi
sebagai Ketua Perkumpulan Penyantun Mata Tunanetra Indonesia (PPMTI) pada saat Habibie
tidak lagi menajadi Pejabat. Dalam usaha memperkenalkan dan meningkatkan ilmu pengetahuan
dan teknologi kepada masyarakat Indoensia, Ainun pernah menjabat sebagai Wakil Ketua
Dewan Pendiri Yayasan SDM Iptek, Selain itu ia mendirikan Yayasan Beasiswa Orbit (Yayasan
amal abadi-orang tua bimbingan terpadu) dengan cabang di seluruh Indonesia. Ainun juga
memprakarsai penerbitan majalah teknologi anak-anak Orbit. Khusus untuk Aceh, semasa Aceh
dalam gejolak pada tahun 2000-an, Ainun mengadakan beasiswa ORBIT khusus untuk siswa
Aceh.

Ia juga mencatat segudang prestasi besar selama hidupnya. Atas sumbangsihnya tersebut, Ainun
mendapatkan beberapa penghargaan tertinggi bintang mahaputra. Penghargaan tersebut
diberikan oleh pemerintah sebagai penghargaan kepada warga yang dianggap memiliki peran
besar terhadap negara. Antara lain ia mendapatkan penghargaan Bintang Mahaputra Adipurna,
juga Mahaputera Utama pada 12 Agustus 1982 serta Bintang Mahaputra Adipradana pada 6
Agustus 1998. Untuk alasan ini pula Ainun Habibie dimakamkan di Taman Makam Pahlawan
Kalibata Jakarta.

Sebuah dedikasi yang tidak kalah pentingnya dalam hubungannya dengan tunanetra adalah
harapan Ainun agar pemerintah memberikan keleluasaan dan aturan yang menganjurkan untuk
dilaksanakan donor mata. Menurut Mantan Ketua Mahkamah Konstitusi (MK), Jimmly
Assidiqie, Bu Ainun mengharapkan adanya fatwa yang bukan hanya membolehkan donor mata
tetapi menganjurkan dilakukannya donor mata. Karena menurut beliau ketentuan untuk donor
mata di Indonesia penuh dengan syarat tertentu, beliau ingin donor mata bukan dibolehkan
dengan syarat-syarat tetapi dianjurkan dengan prosedur tertentu. Ini jelas menunjukkan
bagaimana ia berdedikasi pada persoalan yang dihadapi orang cacat dan berharap kita semua bisa
membantunya.

3. Politik

Ir. Soekarno

Soekarno, Presiden pertama Republik Indonesia yang biasa dipanggil Bung Karno, lahir
di Blitar, Jawa Timur, 6 Juni 1901 dan meninggal di Jakarta, 21 Juni 1970. Ayahnya bernama
Raden Soekemi Sosrodihardjo dan ibunya Ida Ayu Nyoman Rai. Semasa hidupnya, beliau
mempunyai tiga istri dan dikaruniai delapan anak. Dari istri Fatmawati mempunyai anak Guntur,
Megawati, Rachmawati, Sukmawati dan Guruh. Dari istri Hartini mempunyai Taufan dan Bayu,
sedangkan dari istri Ratna Sari Dewi, wanita turunan Jepang bernama asli Naoko Nemoto
mempunyai anak Kartika.

Ketika dilahirkan, Soekarno diberikan nama Kusno Sosrodihardjo oleh orangtuanya.


Namun karena ia sering sakit maka ketika berumur lima tahun namanya diubah menjadi
Soekarno oleh ayahnya. Nama tersebut diambil dari seorang panglima perang dalam kisah
Bharata Yudha yaitu Karna. Nama “Karna” menjadi “Karno” karena dalam bahasa Jawa huruf
“a” berubah menjadi “o” sedangkan awalan “su” memiliki arti “baik”.

Di kemudian hari ketika menjadi Presiden R.I, ejaan nama Soekarno diganti olehnya
sendiri menjadi Sukarno karena menurutnya nama tersebut menggunakan ejaan penjajah. Ia tetap
menggunakan nama Soekarno dalam tanda tangannya karena tanda tangan tersebut adalah tanda
tangan yang tercantum dalam Teks Proklamasi Kemerdekaan Indonesia yang tidak boleh diubah.
Sebutan akrab untuk Soekarno adalah Bung Karno.

Masa kecil Soekarno hanya beberapa tahun hidup bersama orang tuanya di Blitar.
Semasa SD hingga tamat, beliau tinggal di Surabaya, indekos di rumah Haji Oemar Said
Tokroaminoto, politisi kawakan pendiri Syarikat Islam. Kemudian melanjutkan sekolah di HBS
(Hoogere Burger School). Saat belajar di HBS itu, Soekarno telah menggembleng jiwa
nasionalismenya. Selepas lulus HBS tahun 1920, pindah ke Bandung dan melanjut ke THS
(Technische Hoogeschool atau sekolah Tekhnik Tinggi yang sekarang menjadi ). Ia berhasil
meraih gelar “Ir” pada 25 Mei 1926.

Kemudian, beliau merumuskan ajaran Marhaenisme dan mendirikan PNI (Partai Nasional
lndonesia) pada 4 Juli 1927, dengan tujuan Indonesia Merdeka. Akibatnya, Belanda,
memasukkannya ke penjara Sukamiskin, Bandung pada 29 Desember 1929. Delapan bulan
kemudian baru disidangkan. Dalam pembelaannya berjudul Indonesia Mengguga, beliau
menunjukkan kemurtadan Belanda, bangsa yang mengaku lebih maju itu.
Pembelaannya itu membuat Belanda makin marah. Sehingga pada Juli 1930, PNI pun
dibubarkan. Setelah bebas pada tahun 1931, Soekarno bergabung dengan Partindo dan sekaligus
memimpinnya. Akibatnya, beliau kembali ditangkap Belanda dan dibuang ke Ende, Flores, tahun
1933. Empat tahun kemudian dipindahkan ke Bengkulu.

Setelah melalui perjuangan yang cukup panjang, Bung Karno dan Bung Hatta
memproklamasikan kemerdekaan RI pada 17 Agustus 1945. Dalam sidang BPUPKI tanggal 1
Juni 1945, Ir.Soekarno mengemukakan gagasan tentang dasar negara yang disebutnya Pancasila.
Tanggal 17 Agustus 1945, Ir Soekarno dan Drs. Mohammad Hatta  memproklamasikan
kemerdekaan Indonesia. Dalam sidang PPKI, 18 Agustus 1945 Ir.Soekarno terpilih secara
aklamasi sebagai Presiden Republik Indonesia yang pertama.

4. Olahraga
Bambang Pamungkas

Bambang Pamungkas adalah pesepakbola Indonesia yang lahir di Getas, Semarang, 10


Juni 1980. Bambang Pamungkas yang akrab disapa Bepe, merupakan anak keenam dari tujuh
bersaudara pasangan H. Misranto dan Hj. Suriptinah. Bepe menikah dengan Tribuana Tungga
Dewi dan telah dikaruniai tiga anak, Salsa Alicia, Jane Abel dan Syaura Abana.

Sejak kecil, pemain yang membela skuad Persija Jakarta dengan nomor punggung 20 ini
sudah menggeluti sepak bola. Bepe kecil tergabung di beberapa klub lokal sejak ia berusia
delapan tahun, seperti di SSB Getas (1988-1989), SSB Ungaran Serasi (1989-1993) dan Klub
Diklat Salatiga (1996-1999). Bepe beraksi di rumput hijau tingkat internasional pertama kali
sebagai pemain timnas U-19 di turnamen Piala Asia. Ketika itu Bepe berhasil mengantongi gelar
"Top Scorer" dengan mencetak tujuh gol selama turnamen berlangsung. Prestasi yang
ditorehkannya tersebut memberinya modal untuk mencoba seleksi pemain Persija pada 1999 dan
ia pun lolos.

Bepe kembali membela timnas di pertandingan persahabatan melawan Lituania. Pria


yang memiliki hobi memasak dan kuliner ini mampu mencetak gol di pertandingan tersebut,
sehingga pertandingan berakhir dengan hasil seri, 2-2. Melihat kemampuan yang dimiliki bapak
dari tiga anak ini, klub-klub Eropa seperti Roda JC Kerkrade Belanda, FC Koeln Jerman dan
Borussia Moncengladbach Jerman, tertarik menawarinya masa percobaan.
Namun akhirnya, pilihan Bepe jatuh pada klub divisi tiga Belanda, EHC Norad. Bepe tak
memperpanjang masa kontraknya di negara kincir angin tersebut karena gagal beradaptasi
dengan cuaca. Pria yang ketika kecil mengidolakan Maradona ini pulang ke Indonesia setelah
membela EHC Norad selama empat bulan.

Bepe, yang gemar mendengarkan musik R&B sebelum bertanding, kembali mengenakan
seragam Persija pada 2000-2004. Musim baru di awal 2005, Bepe memutuskan untuk merumput
di negeri tetangga, Malaysia, dengan membela klub Selangor FC. Di sana, Bepe sukses
menyarangkan gol di pertandingan pertama ia diturunkan, yaitu partai Selangor FC melawan
Malaka FC. Ia pun berhasil membawa Selangor FC memenangkan Piala FA Malaysia, Piala
Malaysia dan Liga Utama Malaysia. Selama karirnya di negeri jiran itu, Bepe sukses
menyarangkan 63 gol di seluruh kompetisi resmi.

Kecintaannya pada Persija, membuat Bepe mengakhiri dua tahun karir emasnya di
Malaysia dan kembali ke Indonesia. Ia kemudian mengenakan seragam Persija bernomor
punggung 20 kebanggaannya dan membela klub itu lagi hingga saat ini.

Berbagai prestasi telah sukses ia torehkan, baik di Liga Indonesia, Indonesia Super
League, hingga kompetisi internasional seperti Piala Suzuki AFF 2010 dan Kualifikasi Pra-Piala
Dunia 2014. Bepe bahkan dinobatkan sebagai pemegang rekor penampilan terbanyak dan top
skorer Indonesia dengan 77 penampilan dan 36 gol versi FIFA kategori A.

5. Militer

Pierre Tendean
Kapten Anumerta Pierre Tendean lahir pada tanggal 21 Februari 1939 di Jakarta. Beliau
merupakan salah satu korban pada peristiwa Gerakan 30 September dan merupakan pahlawan
nasional Indonesia. Putera dari DR. A.L Tendean yang berasal dari Minahasa, sedang ibunya
seorang berdarah Perancis bernama Cornel ME. Pierre adalah anak kedua dari tiga bersaudara.
Kakak dan adiknya semua wanita, sehingga sebagai satu-satunya anak lelaki dialah tumpuan
harapan orang tuanya.

Sesudah Pierre tamat dari SD di Magelang, meneruskan ke SMP bagian B dan kemudian
ke SMA bagian B di Semarang. Setelah tamat dari SMA orang tuanya menganjurkan agar Pierre
masuk Fakultas Kedokteran. Akan tetapi Pierre telah mempunyai pilihan sendiri, ingin masuk
Akademi Militer Nasional, dan bercita-cita menjadi seorang perwira ABRI.

Pierre memasuki ATEKAD Angkatan ke VI di Bandung tahun 1958 dan dilantik sebagai
Letda Czi tahun 1962. Setelah mengalami tugas, antara lain sebagai Danton Yon Zipur 2/Dam II
dan mengikuti Pendidikan Intelijen tahun 1963 serta pernah menyusup ke Malaysia masa
Dwikora sewaktu bertugas di DIPIAD, maka pada tahun 1965 diangkat sebagai Ajudan Menko
Hankam/Kasab Jenderal TNI A.H. Nasution dengan pangkat Lettu. 

Dalam jabatan sebagai Ajudan Jenderal TNI A.H. Nasution inilah Pierre Tendean gugur
sebagai perisai terhadap usaha G 30 S/PKI untuk menculik/membunuh Jenderal TNI A.H.
Nasution. Di saat gerombolan G 30 S/PKI masih dan berusaha menculik Pak Nas pada dini hari
tanggal 1 Oktober 1965, Pierre yang saat itu sedang tidur di paviliun rumah pak Nas, segera
bangun, karena mendengar kegaduhan di rumah pak Nas. 

Ketika ia keluar, ia ditangkap oleh gerombolan penculik yaitu oleh Pratu Idris dan
Jahurup. Ketika Pierre menjelaskan bahwa dialah Ajudan Pak Nas, maka pihak gerombolan salah
dengar bahwa dialah pak Nas. Kemudian dia diikat kedua tangannya dan dibawa dengan truk ke
Lubang Buaya. Di lubang Buaya Pierre besama dengan Brigjen TNI Sutoyo dimasukan ke dalam
rumah yang terletak dekat sumur tua. Setelah disiksa secara kejam oleh anggota-anggota G 30
S/PKI berdasarkan giliran paling akhir dibunuh dan dimasukan ke dalam Lubang Buaya bersama
Pimpinan TNI AD lainnya.

6. Seni

Basuki Abdullah

Basuki Abdullah lahir di Surakarta, 25 Januari 1915. Basuki Abdullah adalah salah satu pelukis
terkenal Indonesia. Pelukis beraliran realis dan naturalis ini pernah diangkat menjadi pelukis
resmi Istana Merdeka pada 1974. Lukisan-lukisan karyanya menghiasi istana negara, selain
menjadi koleksi dari berbagai penjuru dunia.

Bakat melukis Basuki Abdullah terwarisi dari ayahnya, Abdullah Suryosubro, yang juga seorang
pelukis dan penari. Sedangkan kakeknya adalah seorang tokoh Pergerakan Kebangkitan Nasional
Indonesia pada awal 1900-an, yaitu Doktor Wahidin Sudirohusodo.

Basuki Abdullah bersekolah di HIS Katolik dan Mulo Katolik di Solo, kemudian mendapatkan
beasiswa pada 1933 untuk belajar di Akademi Seni Rupa (Academie Voor Beeldende Kunsten)
di Den Haag, Belanda, dan menyelesaikan studinya dalam waktu tiga tahun dengan meraih
penghargaan Sertifikat Royal International of Art (RIA).

Pada 6 September 1948, sewaktu penobatan Ratu Yuliana di Belanda, Basuki Abdullah berhasil
mengalahkan 87 pelukis dunia lainnya dalam sebuah sayembara yang diadakan di Amsterdam,
Belanda. Sedangkan lukisannya, “Balinese Beauty” terjual di balai lelang Christie’s di
Singapura, pada tahun 1996.

Selama karirnya dalam melukis, Basuki terkenal sebagai pelukis potret, meski ia juga melukis
pemandangan alam, flora, fauna, tema-tema perjuangan, pembangunan, dan lainnya. Dia sering
mengadakan pameran tunggal, di dalam maupun di luar negeri, seperti di Thailand, Malaysia,
Jepang, Belanda, Inggris, dan negara-negara lain. Lebih kurang 22 negara yang memiliki karya
lukisan beliau. Hampir sebagian hidupnya dihabiskan di luar negeri.
Selain menjadi pelukis, dia juga pandai menari dan sering tampil dengan tarian wayang orang
sebagai Rahwana atau Hanoman. Pria yang menikah empat kali ini tidak hanya menguasai soal
kewayangan, budaya Jawa di mana dia berasal. Tetapi juga menggemari komposisi-kompasisi
Franz Schubert, Beethoven dan Paganini, dengan demikian wawasannya sebagai seniman luas
dan tidak Jawasentris.

Kematiannya cukup tragis. Basuki Abdullah tewas dibunuh perampok di rumah kediamannya,
pada 5 November 1993. Ia meninggal dalam usia 78 tahun. Jenazahnya dimakamkan di Desa
Mlati, Sleman, Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai