Anda di halaman 1dari 2

Burung yang pelit

Di sebuah pinggiran kota, terdapat sebuah kebun buah yang salah satu areanya khusus menanam biwa

Setiap musim semi, saat pohon biwa berbunga dan berbuah, ada seekor burung yang selalu terbang
mengitari kebun biwa dan mengawasinya

Jika ada orang yang mendekati kebun biwa, burung itu akan berkicau

Jika ada orang yang mengulurkan tangan untuk memetik buah biwa, kicauannya akan semakin keras

Jika didengar dengan teliti, ia seakan-akan sedang berkata, “semuanya adalah milik saya.”

Ia teru-menerus berkicau

Semakin banyak buah yang dipetik orang, semakin keras burung itu berkicau

Pada suatu musim semi, banyak orang yang pergi ke kebun biwa

Demi mengawasi kebun biwa, burung ini terbang kesana kemari dan terus berkicau

Namun tidak ada yang menghiraukannya

Burung itu terus-menerus berkicau

Hingga akhirnya mengeluarkan darah

Tetesan darahnya jatuh ke pohon biwa

Akhirnya, ia mati

Kejadian ini akhirnya menyebar dari mulut ke mulut

Seorang anggota sangha yang mendengarnya lalu bercerita kepada Buddha tentang kisah burung di
kebun buah yang terdapat di pinggiran kota tersebut dan menanyakan apa penyebabnya

Buddha berkata bahwa dahulu, di kota ini terdapat sebuah keluarga yang kaya

Saat sang anak masih kecil, kedua orang tuanya sudah meninggal dunia dan meninggalkan banyak harta

Setelah memperoleh warisan, sang anak terus berpikir bagaimana caranya meningkatkan kekayaannya

Dia bahkan memecat pelayan-pelayan yang dahulu dipekerjakan oleh ayahnya

Ada orang yang berkata padanya, “kamu hendaklah menikah agar memiliki pendampig hidup”

Dia berpikir, “jika saya menikah, akan bertambah satu orang yang makan”

“berapa biaya makan setiap harinya?”

“terlebih setelah menikah, kami akan memiliki anak”

“berapa pengeluaran setiap harinya?”

Dia merasa bahwa itu tidak meguntungkan


Karena itu tahun demi tahun terus berlalu dan usianya terus bertambah tetapi dia tetap tidak menikah
dan tidak memiliki anak

Namun, hidup manusia tidaklah kekal

Setelah itu ia meninggal dunia dan tidak ada yang mewarisi hartanya, sehingga semua harta dan
lahannya menjadi milik negara

Buddha berkata bahwa kehidupan lampau burung itu merupakan orang kaya tersebut

Dia kaya akan materi, tetapi batinnya sangat miskin dan tamak

Dia selalu merasa bahwa kekayaannya belum cukup sehingga menjalani hidupnya bagai orang miskin

Dia bersusah payah menjaga harta bendanya, setelah dia meninggal dunia, hartanya menjadi milik
negara

Dia pun terlahir kembali menjadi seekor burung

Burung itu merasa bahwa, kebun biwa itu adalah miliknya

Saat banyak orang memetik buah biwa, ia merasa sangat tidak rela

Ia terus berkicau hingga muntah darah dan mati

Bangkitkan cinta kasih untuk mengisi segala kekurangan,

Memiliki banyak harta tanpa berdana dan tamak tidaklah berguna

Anda mungkin juga menyukai