Anda di halaman 1dari 6

Dongeng Kancil dan Buaya

Di sebuah hutan, hidup seekor kancil yang cerdik. Pada suatu siang yang terik, Kancil
terlihat gelisah karena persediaan makanan di tempat tinggalnya semakin menipis. Dia pun
berencana keluar dari wilayahnya dan mencari sumber makanan baru.
Teriknya cahaya matahari membuat Kancil merasa haus. Tidak lama setelah berjalan, ia
menemukan sungai besar yang airnya sangat jernih. Kancil pun berhenti dan minum air di sungai
itu, ia juga memakan rumput hijau di sekitar sungai.
Setelah beristirahat, Kancil melanjutkan perjalannya. Ia kemudian menemukan sebuah
tanah lapang di pinggir sungai. Di seberang sungai tersebut, ada sebuah wilayah yang ditumbuhi
buah-buahan yang berbuah lebat dan ranum
Kancil memanggil temannya si Buaya yang sedang berendam di sungai. Dia hendak
meminta bantuan kepada Buaya. Namun, Buaya mengatakan bahwa dirinya sangat lapar dan
ingin melahap Kancil.
Kancil pun memutar otak, ia berkata bahwa dirinya sangat kurus sehingga tidak sedap
untuk disantap. Ia akhirnya meminta bantuan Buaya untuk membuat tubuhnya gemuk.
Buaya dan teman-temannya diminta berbaris di sungai agar Kancil dapat menyeberang
sungai dan tiba di kebun buah subur. Buaya mengatakan pada Kancil bahwa permintaannya
adalah hal yang mudah, namun ia menginginkan imbalan.
Kancil menawarkan beberapa buah yang ranum untuk Buaya dan teman-temannya.
Namun, Buaya tidak menginginkan buah. Dia meminta Kancil memanggil kambing atau kancil
lain untuk disantap oleh para Buaya. Mendengar hal itu, Kancil pun setuju dan berjanji
mengabulkan permintaan Buaya.
Buaya memanggil teman-temannya yang lain. Mereka berbaris memanjang hingga ke
seberang sungai dengan imbalan daging kambing atau kancil. Mereka membantu Kancil dengan
gembira karena menginginkan imbalan darinya.
Setelah berhasil menyeberang, Kancil melompat kegirangan dan bersorak. Dia meminta
maaf kepada para Buaya karena dia tidak bisa mengorbankan kambing atau kancil lain.
Kemudian, Kancil lari secepat mungkin ke arah kebun tanaman buah yang letaknya agak tinggi
dari sungai.
Buaya yang tidak bisa mengejar Kancil hanya bisa marah karena dirinya tertipu. Mereka
membubarkan diri dan menyelam kembali ke dalam air. Sebagian dari mereka menepi untuk
mencari makan, namun tidak ada daging kancil yang gemuk di sana.

Perbesar
Tips membuat dongeng untuk anak. Foto: Shutterstock
Unsur Intrinsik Dongeng Kancil dan Buaya
Dongeng Kancil dan Buaya terdiri dari beberapa unsur yang membangun keutuhan cerita.
Berikut unsur intrinsik Dongeng Kancil dan Buaya yang dikutip dari Jurnal Analisis Buku
Dongeng Si Kancil Karya Tira Ikranegara dalam Peningkatan Nilai Moral tulisan Imam Setyo
Wibowo, dkk. (2018):
Judul: Kancil dan Buaya
Tema: Kancil yang cerdik untuk mendapat makanan.
Tokoh: Kancil dan Buaya.
Watak: Kancil cerdik, Buaya bodoh.
Alur: Maju.
Harus memanfaatkan kecerdasan untuk tujuan yang baik, tidak boleh meremehkan seseorang
yang kecil.
Petani yang Baik Hati
Di suatu desa, hiduplah seorang petani yang sudah tua. Petani ini hidup seorang diri dan sangat
miskin, pakaiannya penuh dengan tambalan dan rumahnya terbuat dari gubuk kayu. Musim
dingin sudah tiba, pak petani tidak punya makanan, juga tidak mempunyai kayu bakar untuk
menghangatkan diri. Hari itu pak petani hendak pergi ke pasar untuk mencari pekerjaan. Ketika
keluar dari rumah, dilihatnya ada sebutir telur tergeletak diatas tanah bersalju. Dengan hati-hati
dipungutnya telur tersebut dan dibawanya ke dalam rumah.

Pak petani menyelimuti telur itu dengan kain lusuh dan meletakkannya di dalam kardus agar
tetap hangat. Setelah itu dia pergi ke pasar untuk bekerja. Pak petani membuat telur itu menjadi
hangat setiap hari sampai telur itu menetas. Ternyata telur itu adalah telur burung camar.
Mungkin induknya menjatuhkannya ketika hendak pindah ke tempat yang lebih hangat. Pak
petani merawat burung camar kecil itu dengan penuh kasih sayang. Dia selalu membagi setiap
makanan yang diperolehnya dari bekerja di pasar. Ketika harus meninggalkan burung camar itu
sendirian, pak petani akan meletakkannya di dalam kardus dan menyalakan perapian agar burung
camar tetap hangat.
Hari-hari berlalu, burung camar kecil tumbuh semakin besar. Pak petani sadar, burung camar ini
tidak selamanya akan tinggal bersama dirinya. Dengan berlinang air mata, pak petani
melepaskan burung camar itu agar pergi ke selatan, ke tempat yang hangat.

Suatu hari, pak petani terbaring sakit karena kedinginan. Dia tidak punya uang untuk membeli
obat, kayu bakar dan makanan. Tok tok tok, terdengar suara dari pintu rumah pak petani.
Ternyata burung camar itu kembali. Di paruhnya terdapat benih tanaman. Pak petani heran
burung camar itu masih mengingatnya. Dibiarkannya burung camar itu masuk dan diberinya
minum. Sambil memandang benih yang dibawa oleh burung camar, pak petani bertanya-tanya.
Benih apakah ini? Dapatkah aku menanamnya di tengah musim dingin ini? Tanyanya dalam hati.

Burung camar keluar dari rumah pak petani, membuat lubang di halaman rumah pak petani lalu
menanam benih itu. Ketika hari menjelang senja burung camar itu pergi meninggalkan pak
petani. Esok harinya, keajaiban terjadi. Benih yang ditanam burung camar tumbuh menjadi
pohon lengkap dengan buahnya hanya dalam sehari. Pak petani sangat terkejut melihatnya.
Karena lapar, pak petani memakan buah pohon itu. Ajaib, tubuhnya menjadi kuat dan dia tidak
merasa sakit. Karena keajaibannya, pak petani menamakan pohon itu Pohon Dewa, karena
buahnya dapat membuat pak petani menjadi sehat kembali.

Pak petani merawat pohon itu dengan baik. Meskipun musim dingin, pohon itu terus berbuah dan
tidak menjadi kering. Pak petani menjual buah itu dan mendapatkan banyak uang. Sekarang pak
petani tidak lagi kedinginan dan kelaparan. Meskipun demikian, pak petani tetap murah hati, dia
ingat bahwa apa yang diterimanya sekarang adalah buah dari ketulusannya menolong sesama
makhluk hidup.
udul : Petani yang Baik Hati
Tema : Ketulusan petani membuahkan benih
Alur : Maju (kata kuncinya : hari-hari berlalu)
Tokoh : Pak petani dan burung camar
Latar tempat : Desa, pasar, halaman rumah.
Watak : karakter pak petani berwatak murah hati, menjalani hidup dengan
kesederhanaan, ingin saling berbagi, memiliki rasa syukur, dan tulus.
karakter burung camar berwatak punya rasa balas budi.
Latar suasana : kesederhanaan, kesedihan, kebahagiaan.
Latar waktu : musim dingin, menjelang senja.
Amanat I : Ketulusan kita dalam menolong sesama makhluk hidup maka
suatu saat kita akan menerima balasan yang setimpal atas kebaikan kita.
Amanat II : Mau bagaimanapun kehidupan yang kita jalani tetaplah saling
berbagi kepada sesama makhluk hidup dan ingat akan rasa syukur atas suatu
perolehan.

Gajah yang Pelupa


Geri adalah seekor gajah pelupa yang tidak pernah mengingat apapun dan selalu
melupakan segala hal.
Dia pun sering melupakan janjinya bersama teman dan mengingkari janjinya.

Ketika dimarahi, Geri hanya dapat meminta maaf dengan tatapan yang menyedihkan.

Karena hal tersebut, Geri dimusuhi oleh seekor gajah bernama Susi.

Susi sering kesal dan memarahi Geri ketika Geri lupa dengan janjinya.

Sampai akhirnya, Susi meminta Geri merayakan ulang tahunnya dan jika Geri tidak
datang, maka Susi tidak akan lagi berteman dengan Geri.

Geri pun akhirnya mengikatkan pita besar di kasurnya agar dia bisa ingat untuk
mengunjungi pesta Susi.

Ketika pagi hari, Geri melihat pita besar di kasurnya dan ingat dia memiliki janji dengan
seseorang, tetapi lupa siapa yang membuat janji dengannya.

Geri pun berkeliling hutan untuk menanyakan semua orang dan berpikir untuk
mengunjungi Susi karena Susi gajah terpintar yang ia kenal.

Ketika mengunjungi rumah Susi, Susi senang karena Geri mengingat janjinya dan
merayakat ulang tahun bersama Geri.

Bunga matahari dan kupu-kupu

Suatu hari sebuah hutan kedatangan seekor penghuni baru. Dia adalah ulat yang bernama Nunu.
Nunu sangat rakus memakan daun-daun.
“Wahai pohon jeruk, bolehkan aku ikut tinggal di dahanmu?” tanya Nunu. “Kau tidak
boleh tinggal di dahanku, karena makan mu banyak,” kata pohon jeruk. Nunu menangis karena
tidak punya tempat tinggal.

“melihat Nunu manangis, Ratu bunga matahari merasa iba. Ia mengizinkan nunu tinggal
bersamanya. Mereka bersama menjadi sahabat baik.

“Mungkin sudah saatnya aku membalasa budi baikmu”, ucap Nunu.

“Membalasa budi?” tanya bunga matahari bingung.

“Aku akan tidur panjang dan berpuasa di dahan mu,”jawab Nunu.

Berhari-hari sudah bunga matahari merawat dan menunggu teman baiknya. Tibalah waktunya
untu si Nunu bangun dari tidur panjangnya.

Namun, betapa terkejutnya bunga matahari, karena yang keluar adalah mahluk indah
bersayap yang sangat indah dan cantik. Nunu menjadi kupu-kupu yang akan membatu
penyerbukan bunga matahari.

Anda mungkin juga menyukai