Anda di halaman 1dari 204

ASUHAN KEBIDANAN

PADA NY. “K” MASA KEHAMILAN SAMPAI DENGAN KONSELING


KELUARGA BERENCANA DI PMB SUMAKIDAH,
S.ST.M.AP KECAMATAN BULULAWANG
KABUPATEN
MALANG

LAPORAN TUGAS AKHIR

Oleh :

Nita Irmayanti
2018740102

PROGRAM STUDI D III KEBIDANAN


POLITEKNIK KESEHATAN WIRA HUSADA NUSANTARA
MALANG
2021
ASUHAN KEBIDANAN
PADA NY. “K” MASA KEHAMILAN SAMPAI DENGAN KONSELING
KELUARGA BERENCANA DI PMB SUMAKIDAH,
S.ST.M.AP KECAMATAN BULULAWANG
KABUPATEN
MALANG

LAPORAN TUGAS AKHIR

Oleh :

Nita Irmayanti
2018740102

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan pendidikan Ahli Madya Kebidanan
pada Program Studi D III Kebidanan
Politeknik Kesehatan Wira Husada Nusantara Malang

PROGRAM STUDI D III KEBIDANAN


POLITEKNIK KESEHATAN WIRA HUSADA NUSANTARA
MALANG
2021
LEMBAR PERSETUJUAN

LAPORAN TUGAS AKHIR DENGAN JUDUL ASUHAN KEBIDANAN PADA NY.K


MASA KEHAMILAN SAMPAI DENGAN KONSELING KB DI PMB SUMAKIDAH
OLEH NITA IRMAYANTI NIM : 2018740102 INI TELAH DISETUJUI UNTUK
DIPERTAHANKAN PADA UJIAN SIDANG LAPORAN TUGAS AKHIR
TANGGAL :

Oleh :

Pembimbing I

Sumakidah.,S.ST.,M.AP
NIP. 198812 2 00119671014

Pembimbing II

Susana Setyowati, S.ST,.MPH


NIP. 20007080882
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN TUGAS AKHIR DENGAN JUDUL ASUHAN KEBIDANAN PADA NY.K


MASA KEHAMILAN SAMPAI DENGAN KONSELING KB DI PMB SUMKAIDAH
OLEH NITA IRMAYANTI NIM : 2018740102 INI TELAH DIPERTAHANKAN DI
DEPAN TIM PENGUJI UJIAN SIDANG LAPORAN TUGAS AKHIR
PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN
POLITEKNIK KESEHATAN WIRA HUSADA NUSANTARA
PADA TANGGAL :

MENGESAHKAN

TIM PENGUJI

TANDA TANGAN
Punguji I : Sumakidah.,S.ST.,M.AP

Penguji II : Susana Setyowati, S.ST,.MPH

Mengetahui,
Direktur
Akademi Kebidanan Wira Husada Nusantara Malang

Donna Dwinita Adelia, MMRS


NIP. 2000708088
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas semua berkat dan rahmat-
Nya sehingga dapat terselesaikannya Laporan Tugas Akhir yang berjudul ”Asuhan
Kebidanan Pada Ny. “K” Masa Kehamilan Sampai Dengan Konseling Keluarga
Berencana di PMB Sumakidah,S.ST.M.AP”, sebagai salah satu syarat
menyelesaikan pendidikan Ahli Madya Kebidanan pada Program Studi D III
Kebidanan Politeknik Kesehatan Wira Husada Nusantara Malang.
Dalam hal ini, penulis banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak, karena
itu pada kesempatan kali ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada :
1. Ibu Donna Dwinita Adelia, MMRS, elaku Direktur Politeknik Kesehatan
Wira Husada Nusantara Malang dan selaku dosen pembimbing yang telah
memberikan bimbingan sehingga Laporan Tugas Akhir ini dapat
terselesaikan.
2. Ibu Sayuti, S.Pd., S.S.T., M.Kes, selaku ketua Program Studi Kebidanan
Akademi Kebidanan Wira Husada Nusantara Malang yang telah memberikan
bimbingan sehingga Laporan Tugas Akhir ini dapat diselesaikan.
3. Ibu Susana Setyowati, S.ST,.MPH, selaku dosen pembimbing II yang telah
memberikan bimbingan sehingga tugas akhir ini dapat terselesaikan.
4. Ibu Sumakidah.,S.ST.,M.AP, yang telah memberikan kesempatan untuk
melakukan penyusunan Laporan Tugas Akhir di PMB Sumakidah
5. Ibu-ibu responden atas kerjasamanya yang baik.
6. Bapak, ibu, kakak dan adikku atas cinta, dukungan dan doa yang selalu
diberikan sehingga LTA ini selesai pada waktunya.
7. Rekan seangkatan dan pihak-pihak yang terkait dan banyak membantu dalam
ini.
Semoga Tuhan Yang Maha Esa memberikan balasan atas segala amal baik
yang telah diberikan dan semoga Laporan Tugas Akhir ini berguna bagi semua pihak
yang memanfaatkan.
Malang, 20 Agustus 2020

Penulis
ABSTRAK

ASUHAN KEBIDANAN PADA NY. “K” MASA KEHAMILAN SAMPAI


DENGAN KELUARGA BERENCANA DI PMB SUMAKIDAH,S.ST.M.AP

Oleh:
Nita Irmayanti1)
2018740102
Dosen Pembimbing 1: Sumakidah2)
Dosen Pembimbing 2: Susana Setyowati3)
E-mail: Nitairmayanti8@gmail.com

Asuhan Kebidanan Komprehensif adalah asuhan yang diberikan secara


berkesinambungan kepada ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas, Bayi Baru Lahir, dan
Keluarga Berencana yang dilaksanakan di Wilayah Kerja Puskesmas Bululawang.
Asuhan Kebidanan komprehensif ini menggunakan 7 langkah Varney yaitu
dari Pengkajian, Identifikasi Diagnosa Masalah, Identifikasi Diagnosa dan Masalah
Potensial, Identifikasi Kebutuhan Segera, Intervensi, Implementasi, dan Evaluasi.
Hasil Laporan Tugas Akhir menunjukan bahwa, Asuhan Kebidanan
komprehensif yang diberikan kepada ibu hamil dengan hasil pemeriksaan ibu telah
melakukan kunjungan pada Trimester I (1 kali), Trimester II (1 kali), Trimester III (2
kali). Pada asuhan persalinan dengan menggunakan 60 langkah APN ibu melahirkan
dengan normal dan pada masa nifas dilakukan kunjungan nifas pada 6-8 jam, 6 hari, 2
minggu didapatkan hasil bahwa proses involusio terjadi secara fisiologis, serta Bayi
lahir normal secara spontan, menangis kuat, gerakan aktif dan warna kulit merah
muda serta diberikan konseling tentang Keluarga Berencana sehingga ibu ingin
menggunakan alat kontrasepsi Suntik 3 Bulan. Berdasarkan hasil Asuhan Kebidanan
Komprehensif yang diberikan kepada Ny”K” diharapkan ibu dapat menerapkan
konseling yang telah diberikan, sehingga kondisi ibu dan bayi tetap stabil. Dengan
demikian Laporan Tugas Akhir ini bisa dilanjutkan dan bisa dipertanggung jawabkan
oleh peneliti.

Kata Kunci : Asuhan Kebidanan Komprehensif, 7 Langkah Varney, Hasil Asuhan


Kebidanan.
ABSTRACT

MIDWIFERY CARE IN NY. "K" PREGNANCY


UNTIL THE FAMILY PLAN IN PMB SUMAKIDAH, S.ST.M.AP

By
Nita Irmayanti1)
2018740102
Supervisior 1: Sumakidah2)
Supervisior 2: Susana Setyowati3)
E-mail: Nitairmayanti8@gmail.com

Comprehensive Midwifery Care is the continuous care provided to pregnant


women, maternal mothers, postpartum, Newborns, and Family Planning conducted in
the Working Area of Puskesmas Bululawang.
This comprehensive obstetric care uses 7 Varsters steps from Assessment,
Problem Diagnosis Identification, Diagnostic Identification and Potential Problems,
Immediate Need Identification, Intervention, Implementation, and Evaluation.
Result of Final Report shows that, comprehensive Midwifery care given to
pregnant mother with result of examination of mother have visited in Trimester I (1
times), Trimester II (1 times), Trimester III (2 times). In the care of delivery by using
60 steps APN mother gave birth normally and during childbirth period of postpartum
visit at 6-8 hours, 6 days, 2 weeks got result that involutiono process happened
physiologically, and baby born normal spontaneously, crying strong, movement
active and pink color and given counseling about family planning so that mother want
to use contraception tool 3 Months. Based on the results of Comprehensive
Midwifery Care given to Mrs. "D" it is expected that the mother can apply the
counseling that has been given, so that the condition of mother and baby remain
stable. Thus this Final Report can be continued and can be accounted for by the
researcher.

Keywords : Comprehensive Midwifery Care, 7 Step Varney, Final Report.


DAFTAR ISI

Halaman:
Kata Pengantar..................................................................................................
Abstrak..............................................................................................................
Daftar Isi...........................................................................................................
Daftar Tabel......................................................................................................
Daftar Lampiran................................................................................................
Daftar Singkatan...............................................................................................

BAB 1 PENDAHULUAN ..............................................................................


1.1 Latar Belakang ...............................................................................
1.2 Identifikasi Masalah .......................................................................
1.3 Tujuan .............................................................................................
1.4 Ruang Lingkup ..............................................................................
1.5 Manfaat ...........................................................................................

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................


2.1 Kehamilan ......................................................................................
2.2 Persalinan .......................................................................................
2.3 Nifas ...............................................................................................
2.4 Bayi Baru Lahir ..............................................................................
2.5 Keluarga Berencana .......................................................................
2.6 Konsep Dasar Asuhan Kebidanan Varney.....................................

BAB 3 METODE PENELITAN ...................................................................


3.1 Rancangan Penelitian......................................................................
3.2 Kerangka Kerja...............................................................................
3.3 Subjek Asuhan Kebidanan..............................................................
3.4 Kriteria Subjek................................................................................
3.5 Pengumpulan Data..........................................................................
3.6 Lokasi dan Waktu...........................................................................
3.7 Masalah Etika.................................................................................

BAB 4 TINJAUAN KASUS...........................................................................


4.1 Asuhan Kehamilan..........................................................................
4.2 Asuhan Persalinan..........................................................................
4.3 Asuhan Nifas..................................................................................
4.4 Asuhan Bayi Baru Lahir........................................................
4.5 Asuhan Keluarga Berencana...........................................................

BAB 5 PEMBAHASAN..................................................................................
5.1 Asuhan Kebidanan Kehamilan.......................................................
5.2 Asuhan Kebidanan Persalinan........................................................
5.3 Asuhan Kebidanan Nifas................................................................
5.4 Asuhan Kebidanan BBL.................................................................
5.5 Asuhan Kebidanan KB...................................................................
BAB 6 PENUTUP...........................................................................................
6.1 Kesimpulan.....................................................................................
6.2 Saran...............................................................................................
Daftar Pustaka ..................................................................................................
Lampiran...........................................................................................................
DAFTAR TABEL

Halaman
Tabel 2.1 TFU Sesuai Usia Kehamilan.........................................................
Tabel 2.2 Involusi Uteri..................................................................................
Table 2.3 Lochea............................................................................................
Table 2.4 Jenis – Jenis ASI............................................................................
Table 2.5 Kunjungan Masa Nifas...................................................................
Table 2.6 Anamnesis Riwayat Ibu.................................................................
Tabel 2.7 Pemeriksaan Fisik ibu Nifas...........................................................
Table 2.8 Tindakan Yang Baik Untuk masa Nifas ........................................
Table 2.9 Penilaian Bayi Dengan Metode APGAR.......................................
DAFTAR LAMPIRAN

Halaman
Lampiran 1 Dokumentasi Pasien................................................................................
Lampiran 2 Kartu Kendali Bimbingan Laporan Tugas Akhir.............................
DAFTAR SINGKATAN

AKA : Angka Kematian Anak


AKB : Angka Kematian bayi
AKDR : Alat Kontrasepsi Dalam Rahim
AKI : Angka Kematian Ibu
ANC : Antenatal Care
APN : Asuhan Persalinan Normal
ASI : Air Susu Ibu
BB : Berat Badan
BBL : Bayi Baru Lahir
BBLR : Berat Badan Lahir Rendah
BMR : Basal Metaboic Rate
DJJ : Denyut Jantung Janin
DTT : Desinfeksi Tingkat Tinggi
FSH : Folikel Stimulating Hormon
HB : Hemoglobin
HPHT : Hari Pertama Haid Terakhir
IMD : Inisiasi Menyusui Dini
INC : Intranatal Care
IUD : Intra Uterine Device
KB : Keluarga Berencana
KBA : Keluarga Berencana Alamiah
KF : Kunjungan Masa Nifas
KIA : Kesehatan Ibu dan Anak
KN : Kunjungan Neonatus
LILA : Lingkar Lengan Atas
MAL : Metode Amenore Laktasi
MOP : Metode Operasi Pria
MOW : Metode Operasi Wanita
PAP : Pintu Atas Panggul
RR : Respiration Rate
SAR : Sengmen Atas Rahim
SBR : Segmen Bawah Rahim
TB : Tinggi Badan
TBJ : Tafsiran Berat Janin
TD : Tekanan Darah
TFU : Tinggi Fundus Uterus
TP : Tafsiran Persalinan
TT : Tetanus Toksoid
TTV : Tanda Tanda vital
UK : Usia Kehamilan
WHO : World Health Organization

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Berdasarkan data dari World Health Organization (WHO) tahun 2015 Angka
Kematian Ibu dan Anak (AKI) diseluruh dunia diperkirakan 216/100.000 kelahiran
hidup dan angka kematian neonatal turun 47% antara tahun 1990-2015, yaitu dari
36/1000 kelahiran hidup menjadi 19/1000 kelahiran hidup pada tahun 2015 (World
Health Organization, 2019).
Keberhasilan upaya kesehatan ibu, diantaranya dapat dilihat dari indikator
Angka Kematian Ibu (AKI). Indikator ini tidak hanya menilai program kesehatan ibu,
terlebih lagi mampu menilai derajat kesehatan masyarakat. Berdasarkan hasil Survei
Penduduk Antar Sensus (SUPAS) 2019, AKI di Indonesia kembali menunjukan
penurunan menjadi 205/100.000 kelahiran hidup. Begitupula dengan Angka
Kematian Bayi (AKB) di Indonesia juga menunjukan penurunan menjadi 20,24/1000
kelahiran hidup (Kemenkes RI, 2019).
Cakupan pelayanan kesehatan ibu hamil kunjungan 1 (K1) dan kunjungan
lengkap (K4) pada tahun 2015 telah memenuhi target rencana strategis (Renstra)
Kementrian Kesehatan sebesar 72%. Dimana jumlah capaian K1 95,75% dan K4
85,48% (Kemenkes RI, 2019).
Begitu juga dengan presentase pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan
menunjukan kecenderungan peningkatan. Terdapat 79,72% ibu hamil yang menjalani
persalinan dengan ditolong oleh tenaga kesehatan dan dilakukan difasilitas kesehatan.
Secara nasional, indikator tersebut telah memenuhi target rencana strategis (Renstra)
75% (Kemenkes RI, 2019).
Pemeriksaan kehamilan merupakan tahapan penting menuju kehamilan yang
sehat. Boleh dikatakan pemeriksaan kehamilan merupakan hal yang wajib dilakukan
oleh para ibu hamil. Pemeriksaan kehamilan dapat dilakukan oleh dokter kandungan
atau bidan dengan minimal pemeriksaan 3 kali selama kehamilan yaitu pada usia
kehamilan trimester pertama, trimester kedua dan kehamilan trimester ketiga, itupun
jika kehamilan normal. Namun ada baiknya pemeriksaan kehamilan dilakukan
sebulan sekali hingga usia kehamilan mencapai 6 bulan, sebulan dua kali pada usia 7-
8 bulan dan seminggu sekali ketika usia kandungan menginjak 9 bulan.
Pemeriksaan kehamilan atau antenatal care (ANC) sangat disarankan bagi ibu
untuk memonitor kesehatan ibu dan janin dalam kandungan. Asuhan antenatal care
meliputi pengawasan terhadap kehamilan untuk mendapatkan kesehatan umum ibu.
Menegakan secara dini penyakit kehamilan resiko tinggi, resiko meragukan dan
resiko rendah (Manuaba, 2008).
Kunjungan ANC adalah kunjungan ibu hamil ke bidan atau ke dokter sedini
mungkin semenjak ia merasa dirinya hamil dan untuk mendapatkan pelayanan atau
asuhan antenatal. Pada setiap kunjungan antenatal care petugas mengumpulkan dan
menganalisis data mengenai kondisi ibu melalui anemnesis dan pemeriksaan fisik
untuk mendapakan diagnosis kehamilan intrauterine, serta ada tidaknya masalah atau
komplikasi (Saifudin, 2002).
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis melakukan asuhan pada ibu hamil,
bersalin, nifas, bayi baru lahir dan juga keluarga berencana di PMB Sumakidah,
S.ST.M.AP.

1.2 Identifikasi Ruang Lingkup Asuhan


Berdasarkan ruang lingkup asuhan yang diberikan kepada ibu hamil, bersalin,
nifas, bayi baru lahir dan penggunaan kontrasepsi, maka pada penyusunan Laporan
Tugas Akhir ini mahasiswa membatasi berdasarkan asuhan komprehensif.

1.3 Tujuan Penyusunan Laporan Tugas Akhir


A. Tujuan Umum
Memberikan asuhan secara komprehensif pada hamil, bersalin, nifas, BBL
dan KB dengan menggunakan pendekatan manajemen kebidanan.
B. Tujuan Khusus
1. Melakukan pengkajian pada ibu hamil, bersalin, nifas, BBL dan KB.
2. Melakukan identifikasih diangnosa dan masalah pada ibu hamil, bersalin,
nifas, BBL dan KB.
3. Melakukan diangnosa dan masalah potensial pada ibu hamil, bersalin, nifas,
BBL dan KB.
4. Melakukan kebutuhan segera pada ibu hamil, bersalin, nifas, BBL dan KB.
5. Merencanakan interfensi tindakan yang dilakukan pada ibu hamil, bersalin,
nifas, BBL dan KB.
6. Melaksanakan implementasi dan intervensi yang di pilih pada ibu hamil,
bersalin, nifas, BBL dan KB.
7. Melaksanakan evaluasi asuhan dari keseluruhan kegiatan yang telah dilakukan
pada ibu hamil, bersalin, nifas, BBL dan KB.

1.4 Ruang Lingkup


1. Sasaran.
Sasaran asuhan kebidanan ditujukan kepada ibu dengan memperhatikan
asuhan secara komprehensif mulai kehamilan, bersalinan, nifas, neonatus dan
KB. Hal ini mengacu pada Kep Menkes RI No.369 tahun 2007, pada Ny “K”
dengan memperhatikan continuity of care mulai dari kehamilan, persalinan,
nifas, neonatus dan KB.
2. Tempat.
Asuhan kebidanan dilakukan di PMB Sumakidah,S.ST.M.AP.
3.Waktu.
Waktu yang digunakan adalah pada tanggal 10 Agustus - 21 Agustus 2021

1.5 Manfaat
1. Manfaat Teoritis
Menambah pengetahuan, pengalaman dan wawasan serta bahan dalam
penerapan asuhan kebidanan dalam batas continuity care, terhadap ibu hamil,
bersalin, ibu nifas, bayi baru lahir dan KB.
2. Manfaat Praktis
Dapat dijadikan sebagai bahan untuk meningkatakan kualitas pelayanan
kesehatan ibu dan anak (KIA), khususnya memberikan informasi tentang
perubahan fisiologis dan asuhan yang diberikan pada ibu hamil, bersalin, nifas,
bayi baru lahir dan pelayanan KB.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2. 1 Konsep Dasar Kehamilan


A. Pengertian Kehamilan
Kehamilan adalah kondisi dimana seorang wanita memiliki janin yang sedang
tumbuh didalam tubuhnya (yang pada umumnya didalam rahim). Kehamilan pada
manusia berkisar 40 minggu atau 9 bulan, dihitung dari awal periode menstruasi
terakhir sampai melahirkan. Kehamilan merupakan suatu reproduksi yang perlu
perawatan khusus, agar dapat berlangsung dengan baik, kehamilan mengandung
kehidupan ibu maupun janin.
Menurut Reece dan Hobbins kehamilan terjadi ketika seorang wanita melakukan
hubungan seksual dengan seorang pria yang mengakibatkan bertemunya sel telur
dengan sel mani (sperma) yang disebut pembuhan atau fertilisasi.
Faktor resiko pada ibu hamil seperti umur terlalu mudah atau tua, banyak anak,
dan beberapa faktor biologis yang lainnya adalah keadaan yang secara tidak langsung
menambah resiko kesakitan dan kematian pada ibu hamil. Resiko tinggi adalah
keadaan yang berbahaya dan mungkin terjadi penyebab langsung kematian ibu,
misalnya perdarahan melalui jalan lahir, eklamsi dan infeksi.

B. Pengertian Kehamilan Trimester III


Kehamilan adalah sebagai fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan ovum
yang akan dilanjutkan dengan proses nidasi atau implantasi dalam rahim ibu.
Kehamilan normal akan berlansung hingga 40 minggu atau 9 bulan sampai dengan
lahirnya janin yang dikandungnya. (Walyani dan Elisabet, 2015).
Kehamilan trimester III adalah masa kehamilan sejak minggu ke 28 hingga
minggu ke 40 (Sukarni dan Margareta, 2013). Trimester III seringkali disebut priode
menunggu dan waspada pada saat ibu merasa tidak sabar menunggu kelahiran
bayinya. Gerakan bayi dan membesarnya perut merupakan 2 hal yang mengingatkan
ibu pada bayinya. Kadang-kadang ibu merasa khawatir anaknya akan lahir sewaktu-
waktu, hal tersebut meningkatkan kewaspadaan terhadap timbulnya tanda dan gejala
persalinan. Seringkali ibu merasa khawatir atau takut kalau bayi akan dilahirkannya
tidak normal. Ibu juga akan bersikap melindungi bayinya dan akan menghindari
benda atau orang yang dianggapnya dapat membahayakan bayinya. Seorang ibu
mungkin mulai merasa takut akan sakit dan bahaya fisik yang akan timbul sewaktu-
waktu (Walyani dan Elisabet, 2015).

C. Perubahan Anatomi dan Adaptasi Fisiologis Dalam Kehamilan


Perubahan fisiologis pada kehamilan ini dimulai segera setelah terjadinya
fertilisasi antara sel ovum dan sel sperma. Perubahan ini akan kembali seperti
sebelum hamil setelah terjadi proses persalinan dan menyusui bayinya. Perubahan ini
fisiologis, akan tetapi apabila tidak dilakukan pemeriksaan secara rutin akan
menyebabkan patologis (Pawirohardjo, 2014).
Menurut Sulystiawati (2011), perubahan anatomi dan fisiologis pada ibu hamil
trimester III, antara lain :
1. Sistem reproduksi
a. Vagina dan vulva
Meningkatnya ketebalan vagina, mengendornya jaringan ikat, dan
hipertropi otot polos tersebut maka dinding vagina akan banyak mengalami
perubahan yang merupakan persiapan untuk mengalami peregangan pada
waktu persalinan.
b. Servick uteri
Pada saat di akhir masa kehamilan, akan terjadi penurunan
konsentrasi kolagen yang sangat nampak. Konsentrasi menurun dari
kenyataan yang relatif dilusi dalam keadaan menyebar (dispersi). Dan
keadaan ini akan kembali pada pasca persalinan.
c. Uterus
Pada akhir kehamilan, uterus akan membesar dalam rongga pelvis
dan menyentuh dinding abdomen, mendorong usus, dan menyentuh hati.
Pertumbuhan uterus akan berotasi kearah kanan, dekstrorotasi ini
disebabkan oleh adanya rektosigmoid didaerah kiri pelvis.
Dibawah ini tabel untuk mengetahui besarnya uterus sesuai dengan
usia kehamilan yaitu :
Tabel 2.1 TFU Sesuai Usia Kehamilan
UsiaKehamilan Tinggi Fundus Uteri
(Minggu) (TFU)
12 3 jari diatas simpisis
16 Pertengahan pusat simpisis
20 3 jari dibawah pusat
24 Setinggi pusat
28 3 jari diatas pusat
32 Pertengahan pusat-prosesus xiphoideus(px)
36 3 jari di bawah prosesus xipoideus
40 Pertengahan pusat prosecus xiphoideus (px)
Sumber : Buku Asuhan Pada Kehamilan oleh Sulistyawati, 2011.

d. Ovarium
Korpus luteum tidak berfungsi lagi karena telah terbentuk plasenta
yang sempurna.
1. Sistem Payudara
Pada kehamilan akhir, kelenjar mamae akan meningkat ukuran
payudara. Pada usia kehamilan 32 minggu akan keluar cairan seperti air
susu warna agak putih yang encer. Dan sampai anak lahir cairan akan
menjadi kental, berwarna kuning, banyak mengandung lemak yang
disebut kolostrum.
2. Sistem Endokrin
Kelenjar tiroid akan mengalami pembesaran pada saat persalinan akibat
hiperplasia kelenjar dan meningkatnya vaskularisasi. Pengaturan
konsentrasi kalsium berhubungan erat dengan magnesium, fosfat,
hormon pada tiroid, vitamin D dan kalsium. Konsentrasi plasma hormon
pada tiroid akan menurun pada trimester I dan terjadi peningkatan
secara progresif. Hormon paratiroid ini adalah untuk memasukkan janin
dengan kalsium yang adekuat.
3. Sistem Perkemihan
Kandung kemih akan tertekan kembali disebabkan karena kepala janin
sudah mulai turun ke PAP yang menimbulkan rasa sering kencing.
4. Sistem Pencernaan
Pada masa ini, biasanya terjadi konstipasi karena pengaruh hormon
progesteron yang terjadi peningkatan. Terjadi perut kembung karena
akibat dari desakan uterus yang membesar yang mendesak organ-organ
dalam abdomen. Panas perut akan terjadi karena terjadi aliran balik
asam gas kedalam esofagus bagian bawah.
5. Sistem Muskuloskeletal
Pada sendi pelvik akan sedikit bergerak. Perubahan tubuh dan berat
badan akan tampak kelihatan. Pusat gravitasi wanita bergeser kedepan.
Ini karena peningkatan distensi abdomen yang membuat pelvic miring
ke depan, penurunan tonus otot dan penambahan berat badan.
6. Sistem Kardiovaskuler
Selama kehamilan jumlah leukosit akan bertambah sekitar 5000-12000
dan mencapai puncak pada persalinan dan masa nifas yaitu 14000-
16000. Pada kehamilan trimester III terjadi peningkatan jumlah
granulosit dan limfosit dan secara bersamaan lomfosit dan monosit.
7. Sistem Integumen
Akibat meningkatnya kadar hormon esterogen dan progesteron, kadar
FSH juga meningkat dan terjadi hiperpigmentasi pada strie gravidarum,
linea alba, areola mamae, papila mamae, linea nigra, cloasma
gravidarum dan semua itu akan menghilang setelah persalinan.
Sedangkan pada ibu dengan multipara akan terjadi kemerahan yang
merupakan sikatrik dari stiae gravidarum dan terjadinya shloasma
gravidarum akan meluas pada wajah dan leher. Selain itu terjadi
pigmentasi berlebihan pada daerah areola akan menghilang setelah
persalinan.
8. Sistem Metabolisme
Pada masa kehamilan basal metaboic rate (BMR) meninggi, dan terjadi
peningkatan 15-20% yang terjadi pada trimester akhir. Peningkatan ini
mencerminkan kebutuhan oksigen pada janin, plasenta, uterus serta
peningkatan oksigen akibat peningkatan kerja jantung ibu.
9. Sistem Berat Badan dan Indeks Masa Tubuh
Kenaikan berat badan sekitar 5,5 kg dan sampai akhir kehamilan 11-12
kg. Untuk menentukan berat badan tersebut dengan cara menghitung
indeks masa tubuh dengan rumus : BB : TB (m2).

D. Perubahan dan Adaptasi Psikologi Masa Kehamilan


Perubahan psikologi dari ibu hamil menurut Elisabeth dan Walyani (2015),
adalah :
1. Merasa kondisi yang tidak nyaman, merasa dirinya jelek, tidak menarik.
2. Merasa resah apabila bayi tidak lahir tepat waktu.
3. Takut akan rasa saat persalinan, khawatir akan keselamatannya.
4. Khawatir bayi akan dilahirkan dalam kondisi yang tidak normal.
5. Sedih karena akan berpisah dengan bayinya.
6. Merasakan kehilangan perhatian.
7. Perasaan sensitif.
8. Hasrat seksual menurun.

E. Kebutuhan Fisiologi Pada Ibu Hamil


Pada masa kehamilan kebutuhan dasar pada ibu hamil sangat mempengaruhi
perkembangan dalam kehamilannya. Berikut ini kebutuhan ibu hamil menurut
(Sulistyawati, 2011) adalah :
1. Senam hamil
Kegunaan senam hamil adalah melancarkan sirkulasi darah, nafsu makan
bertambah, pencernaan menjadi lebih baik, tidur menjadi lebih nyenyak.
2. Lingkungan yang bersih
Merupakan salah satu pendukung untuk keberlangsungan kehamilan yang sehat
dan aman yang terhindar dari polusi udara seperti asap rokok. Selain udara
perilaku hidup bersih dan sehat juga perlu dilaksanakan.
3. Pakaian
Pemakaian yang digunakan untuk ibu hamil harus mempertimbangkan aspek
kenyamanan karena apabila pakaian tersebut kurang nyaman akan
mengakibatkan beberapa ketidaknyamanan yang akan mengganggu fisik dan
psikologis ibu. Adapun menurut Romauli (2011), beberapa hal yang perlu
diperhatikan dalam pakaian ibu hamil adalah memenuhi kriteria sebagai berikut :
a. Pakaian harus longgar, bersih, dan tidak ada ikatan yang ketat.
b. Bahan pakaian menyerap keringat.
c. Memakai bra yang menyokong payudara.
d. Memakai sepatu dengan hak rendah.
e. Pakaian dalam yang selalu bersih.
Sedangkan kebutuhan fisiologis ibu hamil menurut Walyani dan Elisabet, (2015)
adalah :
1. Istirahat
Ibu hamil dianjurkan untuk merencanakan istirahat yang teratur sesuai dengan
kemajuan kehamilannya. Jadwal istirahat dan tidur harus diperhatikan secara
teratur. Jadwal tidur pada malam hari kurang lebih 8 jam dan istirahat dalam
siang hari 1 jam.
2. Imunisasi
Kebutuhan imunisasi untuk ibu hamil yaitu imunisasi TT untuk mencegah
penyakit tetanus neonatorum. Selama hamil dilakukan dua kali yaitu umur 24
minggu dan 28 minggu. Walaupun wanita dalam keadaan tidak hamil maka
wanita usia subur tersebut belum mencapai T5 diharapkan dosis TT hingga
mencapai status T5 dengan interval yang ditentukan. Hal ini penting untuk
mencegah bayi terkena tetanus dan bagi wanita mendapatkan kekebalan aktif
selama hidupnya.
3. Oksigen
Kebutuhan oksigen merupakan kebutuhan utama terutama pada ibu hamil. Ibu
hamil akan mengalami berbagai gangguan dalam pernapasan. Untuk mencegah
terjadinya hal tersebut, maka diperlukan aktifitas.
Latihan nafas melalui senam hamil.
a. Tidur dengan bantal yang tinggi.
b. Makan secukupnya, tidak terlalu banyak.
c. Kurangi atau hentikan merokok.
d. Konsultasi kedokter apabila ada keluhan lain.
4. Nutrisi
Pada saat hamil ibu harus terpenuhi gizinya dan gizi ibu hamil harus ditingkatkan
hingga 300 kalori perhari. Ibu hamil harus mengkonsumsi makanan yang
mengandung protein, zat besi dan minum cukup cairan. Berikut dibawah ini :
a. Kalori
Sumber kalori utama adalah dari karbohidrat dan lemak. Sedangkan
bahan makanan yang mengandung karbohidrat adalah padi-padian (beras dan
jagung), golongan umbi-umbian (ubi dan singkong) dan sagu. Nafsu makan
ibu semakin baik dan cepat merasa lapar. Dikarenakan perkembangan dan
pertumbuhan janin semakin pesat.
b. Protein
Protein merupakan zat pembangun jaringan tubuh. Kebutuhan protein
pada masa hamil sangat penting, mengingat pertumbuhan dan perkembangan
janin dalam kandungan. Sumber zat protein yang tinggi dalam susu. Akan
tetapi ada sumber lain yaitu protein hewani (daging, ikan dan telur) dan
protein nabati (kacang tanah dan kedelei).
c. Mineral
Kebutuhan mineral dapat terpenuhi melalui buah-buahan, sayuran, dan
susu akan tetapi ada zat besi yang tidak bisa terpenuhi. Oleh karena itu bidan
memberikan suplemen zat besi 30 mg perhari, kalau hamil kembar minimal
dibutuhkan 60-100 mg/hari. Hal itu untuk mencegah terjadinya defisiensi.
d. Vitamin
Vitamin didapatkan dari buah-buahan dan sayuran. Tetapi juga dapat
diberikan ekstra vitamin. Pemberian asam folat dapat mencegah dari
kecacatan janin. Kebutuhan protein ibu hamil diperlukan karna banyak
mengandung manfaatnya, antara lain :
1) Untuk pertumbuhan janin dalam kandungan.
2) Untuk mempertahankan kesehatan dan kekuatan tubuh ibu.
3) Untuk mempercepat luka saat persalinan dalam masa nifas.
4) Untuk mencegah gangguan pada kondisi ibu, maka jumlah makanan yang
dibutuhkan adalah sebagai berikut : makanan harus disesuaikan dengan
kebutuhan ibu. Bila ibu dengan berat badan lebih maka makanan pokok
harus dikurangi. Perbanyak makanan berserat untuk mencegah sembelit.
5. Personal higiene
Kebersihan ibu harus dijaga, mulai dari mandi minimal 2 kali sehari, kebersihan
genetalia dan gigi, serta daerah lipatan-lipatan.
6. Eliminasi
Ibu hamil akan terjadi keluhan sering kencing dan konstipasi. Untuk mencegah
hal tersebut maka ibu dianjurkan untuk makan makanan yang mengandung serat
tinggi dan banyak minum air putih untuk mencegah.
7. Seksual
Selama kehamilan hubungan seksual masih diperdebatkan oleh ahli pendapat.
Akan tetapi koitus diperbolehkan sampai akhir kehamilan. Asalkan tidak terdapat
perdarahan pervaginam, riwayat abortus berulang, abortus imminens,
mempunyai riwayat ketuban pecah dini.
8. Mobilisasi
Ibu hamil boleh melakukan kegiatan atau aktifitas fisik seperti biasanya selama
tidak terjadi kelelahan dan dianjurkan untuk melakukan aktfitas pekerjaan rumah
secara berirama untuk menghindari gerakan menyentak sehingga dapat
mengurangi kelelahan. Ibu hamil dianjurkan untuk melakukan aktifitas dengan
duduk dari pada berdiri, akan tetapi kalau tidak memungkinkan untuk duduk
maka diperbolehkan berdiri asalkan ibu hamil merasa nyaman dan tidak
merasakan kelelahan.
9. Body mekanik
Ibu hamil dengan berjalannya usia kehamilan, akan terjadi pembesaran pada
uterus di ruang abdomen. Ibu hamil tersebut akan merasakan kondisi yang tidak
nyaman. Oleh karena itu posisi duduk, berdiri, jalan, tidur, bangun dan berbaring,
serta membungkuk harus diperhatikan agar ibu terhindar dari ketidaknyaman.
10. Travelling
Ibu hamil harus mendapatkan penyegaran dalam pikiran dan perasaan. Misalnya
dengan cara bepergian. Apabila dalam bepergian hal-hal yang harus diperhatikan
adalah :
a. Hindari tempat yang ramai, sesak dan panas.
b. Selama bepergian tidak dianjurkan untuk duduk terlalu lama. Karena dapat
meningkatkan resiko bekuan darah dan tromboflebitis selama kehamilan.
c. Dalam mengendarai mobil, ibu hamil maksimal 6 jam dan beristirahat selama
2 jam.
d. Sabuk pengaman dipakai tidak diletakkan dibawah perut, selama perut sudah
membesar dan harus memakai sabuk pengaman.
11. Persiapan laktasi
Payudara merupakan organ penting untuk menyusui bayinya. Oleh karena itu
dibutuhkan perawatan yaitu :
a. Hindari memakai bra yang ketat dan berbusa, karena tidak menyerap keringat.
b. Gunakan bra yang menyangga payudara.
c. Bersihkan puting susu dengan minyak dan kapas lalu bilas dengan air hangat.
d. Jika ditemukan keluar cairan warna kekuningan maka payudara sudah mulai
memproduksi ASI.
12. Persiapan persalinan dan kelahiran bayi
Dengan adanya persiapan persalinan akan mengurangi kebingungan dan
kekacauan pada saat persalinan dan ibu akan menerima asuhan sesuai
kebutuhannya. 5 komponen penting dalam persiapan persalinan yaitu :
a. Membuat rencana persalinan.
b. Membuat rencana untuk pengambilan keputusan apabila terjadi
kegawatdaruratan.
c. Menyiapkan transportasi apabila terjadi kegawatdaruratan.
d. Menabung untuk pembiayaan persalinan.
13. Memantau kesejahteraan janin
Untuk mengetahui kesejahteraan janin maka dilakukan pemeriksaan dengan
funandoskope untuk mendengarkan denjut jantung janin.
14. Pekerjaan
Ibu hamil diperbolehkan melakukan pekerjaan sehari-hari asalkan tidak
mengganggu kondisi ibu. Apabila ibu bekerja di kantor tidak boleh bekerja
sampai menjelang persalinan. Ibu hamil dalam bekerja tidak boleh dipaksakan
sehingga istirahanya cukup kurang lebih 8 jam sehari.

F. Kebutuhan Psikologis Ibu Hamil


Adapun kebutuhan psikologis pada ibu hamil Romauli (2011), adalah sebagai
berikut :
1. Support keluarga
a. Keluarga ikut mendukung dan pengertian dengan mengurangi beban kerja
ibu, mewaspadai tanda persalinan.
b. Ikut serta dalam perundingan persiapan persalinan.
c. Suami dan istrinya perlu menyiapkan untuk menjadi orang tua.
d. Suami harus mengetahui peraanya selama proses melahirkan dan proses
menjadi orang tua.
2. Support dari tenaga kesehatan
a. Menginformasikan tentang hasil pemeriksaan.
b. Meyakinkan kepada ibu kehamilannya berjalan dengan baik.
c. Meyakinkan bidan bahwa bidan selalu siap membantu.
d. Meyakinkan kepada ibu bahwa ibu melewati persalinan dengan baik.
3. Rasa aman dan nyaman selama kehamilan
Ada dua kebutuhan utama yang ditunjukkan oleh ibu hamil. Kebutuhan yang
pertama adalah menerima tanda-tanda bahwa dia dicintai dan dihargai.
Kebutuhan yang kedua adalah merasa yakin bahwa akan penerimaan
pasangannya terhadap anak dan dalam keluarga menerima akan kedatangan
bayi dalam keluarganya. Dalam hal ini, seseorang yang penting dalam
hidupnya yaitu suami. Dengan demikian maka ibu hamil lebih sedikit terjadi
gangguan emosional dan fisik, mencegah terjadinya komplikasi persalinan
dan mudah dalam pengembalian masa nifas.
4. Persiapan menjadi orang tua
Persiapan ini sangat penting dalam menghadapi kelahiran anaknya. Banyak
perubahan yang terjadi, diantaranya mulai dari ibu, ayah dan keluarga. Bagi
pasangan yang baru memiliki anak akan menanyakan pengalaman kepada
orang yang mampu. Sehingga bisa memberikan informasi kepada pasangan
tersebut. Sedangkan untuk pasangan yang sudah memiliki anak, maka
pasangan tersebut akan belajar dari pengalaman sebelumnya.
5. Sibling
Sibling adalah rasa saingan diantara saudara kandungnya akibat kelahiran
anak berikutnya. Biasanya terjadi pada anak balita yaitu sekitar umur 2-3
tahun. Untuk mencegah hal tersebut, dapat dilakukan hal sebagai berikut :
a. Jelaskan kepada anak tetang posisinya.
b. Libatkan anak dalam menyiapkan kelahiran adiknya.
c. Mengajak anak untuk berkomunikasi sejak bayi dalam kandungan.
d. Ajak anak untuk melihat sesuatu yang berhubungan dengan kelahiran bayi.

G. Asuhan Selama Kehamilan


Menurut Romauli (2011), dalam melakukan asuhan selama kehamilan,
memerlukan suatu kunjungan selama kehamilan. Berikut adalah kunjungan pada ibu
hamil, baik kunjungan awal maupun kunjungan ulang :
A. Asuhan Kehamilan Kunjungan Awal
a. Tujuan kunjungan
1. Menentukan tingkat kesehatan ibu dengan melakukan pengkajian riwayat
lengkap dan uji skrining yang tepat.
2. Menentukan catatan dasar tentang tekanan darah, urinalisis, nilai darah,
serta pertumbuhan dan perkembangan janin yang dapat digunakan
sebagai standar pembanding sesuai dengan kemajuan kehamilan.
3. Mengidentifikasi faktor resiko dengan mendapatkan riwayat detail
kebidanan masa lalu dan sekarang.
4. Memberi kesempatan kepada ibu dan keluarga untuk mengekspresikan
dan mendiskusikan adanya kekhawatiran tentang kehamilan saat ini dan
kehamilan yang lalu, proses persalinan serta masa nifas.
5. Menganjurkan adanya pemeliharaan kesehatan masyarakat dalam upaya
mempertahankan kesehatan ibu dan perkembangan kesehatan bayinya.
6. Membangun hubungan saling percaya karena ibu dan bidan adalah mitra
dalam asuhan.
b. Pengkajian data kesehatan ibu
Pengkajian data ibu dimulai pasien masuk dan dilanjutkan terus menerus
selama proses kehamilan. Data yang dapat dikumpulkan adalah dari berbagai
sumber diantaranya adalah anamnesis, observasi, dan pemeriksaan fisik.
Data yang dikaji dalam anamnesis adalah :
1. Biodata yang meliputi tentang nama ibu dan suami, umur, suku/bangsa,
agama, pendidikan, pekerjaan, alamat dan telepon. Hal ini untuk
mengenal lebih lanjut identitas pasien.
2. Alasan kunjungan : Alasan ini apakah ada keluhan atau hanya ingin
memeriksakan kehamilannya.
3. Keluhan utama : Ditanyakan untuk mengetahui alasan pasien datang
kefasilitas pelayanan kesehatan.
4. Riwayat kebidanan yang meliputi tentang riwayat menstruasi, riwayat
kontrasepsi, riwayat obstetri, riwayat kesehatan, riwayat seksual, riwayat
keluarga, riwayat sosial.
5. Pola kehidupan sehari-hari yang terdiri dari pola makan, pola minum,
pola istirahat, aktivitas sehari-hari, personal hygiene, aktifitas seksual.
Setelah data subyektif didapatkan, untuk melengkapi data dalam
menegakkan diagnosa, maka harus melakukan pengkajian melalui data
obyektif yaitu melalui pemeriksaan fisik diantaranya inspeksi, palpasi,
auskultasi, dan perkusi. Data-data yang perlu dikaji adalah sebagi berikut :
a. Pemeriksaan umum yaitu :
1. Keadaan umum : Baik.
2. Kesadaran : Composmentis.
3. Postur tubuh : Pada saat ini perlu diperhatikan sikap tubuh
keadaan punggung dan cara berjalan.
4. Tinggi badan : Ibu hamil yang tingginya kurang dari 145 cm maka
tergolong kehamilan resiko tinggi.
5. Berat badan : Normalnya penambahan berat badan ibu hamil setiap
minggu adalah 0.5 kg dan penambahan berat badan ibu selama
kehamilan adalah 9-12 kg.
6. LILA : Apabila lila ibu hamil kurang dari 23 cm maka termasuk
status gizi ibu buruk sehingga beresiko melahirkan bayi berat badan
lahir rendah (BBLR).
b. Pemeriksaan tanda-tanda vital :
1. Tekanan darah : Apabila tekanan darah tinggi meningkat sistolik 30
mmHg dan diastolik 15 mmHg atau lebih maka dicurigai terjadi pre
eklampsia.
2. Nadi : Nadi normal ibu sekitar 60-80 x/menit.
3. Pernafasan : Normalnya fungsi system pernafasan normal yaitu 16-
24 x/menit.
4. Suhu tubuh : Suhu tubuh normal yaitu 36-37,5 C.
5. Pemeriksaan khusus ibu hamil meliputi :
a) Inspeksi yaitu pemeriksaan pandang yang bertujuan untuk melihat
keadaan umum klien, gejala kehamilan, dan adanya kelainan.
Yang meliputi tentang :
Rambut : Bersih atau kotor, pertumbuhan, warna,
mudah rontok atau tidak.
Muka : Tampak cloasma gravidarum apa tidak,
bentuknya simetris.
Mata : Bentuk simetris, konjungtiva normal
warna merah muda, sklera warna putih,
kelopak mata tidak bengkak.
Hidung : Normal tidak ada polip, kelainan bentuk.
Telinga : Normal tidak ada serumen yang berlebih
dan tidak berbau, bentuk simetris.
Mulut : Adakah sariawan, gingivitis.
Gigi : Adakah caries atau keropos yang
menandakan ibu kekurangan kalsium.
Leher : Normal tidak ada pembesaran kelenjar
tyroid, tidak ada pembesaran kelenjar
limfe dan tidak ditemukan bendungan
vena jugularis.
Dada : Normal bentuknya simetris, hiperpigmentasi
areola, puting susu bersih dan menonjol.
Abdomen : Bentuknya, bekas luka operasi, terdapat
linea nigra, striae livida dan terdapat
pembesaran abdomen.
Vagina : Normal tidak terdapat varises pada vulva
dan vagina, tidak odema, tidak ada
kondilomata akuminata.
Anus : Normal tidak ada benjolan atau
pengeluaran darah dari anus.
Ekstremitas : Normal simetris dan tidak odema.
b) Palpasi adalah pemeriksaan yang dilakukan dengan cara meraba.
Tujuannya untuk mengetahui adanya kelainan dan perkembangan
kehamilan, hal-hal yang diperiksa adalah :
Leher : Untuk mengetahui ada tidaknya pembesaran
kelenjar tyroid. Pembesaran kelenjar limfe dan
ada tidaknya bendungan vena jugularis
Dada : Mengetahui ada tidaknya benjolan pada
payudara.
Abdome a. Leopold I : Normal tinggi fundus uteri
n sesuai dengan usia kehamilan. Pada fundus
teraba bagian lunak dan tida melenting
(bokong).
b. Leopold II : Normal teraba bagian panjang,
keras seperti papa (punggung) pada satu sisi
uterus dan pada sisi lain teraba bagian
kecil.
c. Leoold III : Normal pada bagian bawah
janin teraba bagian bulat, keras dan
melenting (kepala janin).
d. Leopold IV : Posisi tangan masih bisa
bertemu, dan belum masuk PAP
(konvergen), posisi tangan tidak bertemu
dan sudah masuk PAP (divergen).
c) Auskultasi
Normalnya terdengar denyut jantung dibawah pusat ibu (baik
bagian kanan maupun kiri).
d) Perkusi
Normalnya tungkai bawah akan bergerak sedikit ketika tendon
diketuk. Bila gerakannya berlebihan dan cepat, maka hal ini
mungkin merupakan tanda preeklampsia.
c. Pemeriksaan laboratorium terdiri dari :
a. Darah : Untuk mengetahui golongan darah ibu, kadar haemoglobin dan
HbsAg.
b. Urine : Pemeriksaan yang dilakukan adalah reduksi urine dan kadar
albumin urine sehingga diketahui apakah ibu menderita preeklampsia
atau tidak.

B. Asuhan Kehamilan Kunjungan Ulang


Setelah kunjungan awal, dan data dasar sudah diperoleh, kunjungan ulang
merupakan kesempatan untuk melanjutkan pengumpulan data yang diperlukan
untuk mengelola masa kehamilan dan merencanakan kelahiran serta asuhan bayi
baru lahir. Hal-hal yang harus dilakukan bidan adalah :
a. Mengevaluasi penemuan masalah yang terjadi
1. Kunjungan ulang difokuskan pada pendeteksian komplikasi-komplikasi,
mempersiapkan kelahiran, kegawatdaruratan, pemeriksaan fisik yang
terfokus dan pembelajaran.
2. Pada tahap ini bidan menginventarisasi beberapa masalah yang terjadi
beserta aspek-aspek yang menonjol yang membutuhkan penanganan dan
pemberian KIE.
b. Mengevaluasi data dasar
Pada tahap ini bidan melakukan evaluasi data dasar yang dipertimbangkan
dalam menegakkan diagnosis pada kunjungan pertama.
c. Mengevaluasi keefektifan managemen atau asuhan
1. Bidan melakukan penilaian mengenai efektivitas asuhan yang telah
dilaksanakan pada kunjungan sebelumnya.
2. Kegiatan ini bertujuan agar hal yang kurang efektif yang dilakukan pada
asuhan sebelumnya tidak berulang, serta memastikan aspek mana yang
efektif agar tetap dipertahankan.
3. Pada tahap ini hal yang dilakukan bidan adalah menanyakan kembali
kepada pasien hal yang dilakukan pada saat kunjungan sebelumnya,
melakukan pemeriksaan fisik terutama hal yang berfokus pada
pemantauan kesehatan ibu dan janin.
4. Beberapa hal yang perlu ditanyakan kepada pasien antara lain yaitu kesan
pasien mengenai proses pemberian asuhan pada kunjungan sebelumnya.
Hal-hal yang membuat pasien kurang nyaman, peningkatan pengetahuan
pasien mengenai perawatan kehamilan hasil dari proses KIE yang lalu,
berkurangnya ketidaknyamanan yang dirasakan pada kunjungan yang
lalu setelah dilakukan penatalaksanaan.
d. Pengkajian data fokus
1. Riwayat : Menanyakan bagaimana perasaan pasien sejak kunjungan
terakhirnya, menanyakan apakah pasien mempunyai pertanyaan atau
kekhawatiran yang timbul sejak kunjungan terahirnya, serta gerakan janin
selama 24 jam.
2. Deteksi ketidaknyamanan dan komplikasi : Menanyakan keluhan-keluhan
yang biasa dialami oleh ibu hamil, menanyakan kemungkinan tanda
bahaya yang dialami oleh ibu.
3. Pemeriksaan fisik : Pemeriksaan tekanan darah, mengukur TFU untuk
memantau perkembangan janin, melakukan palpasi abdomen untuk
mendeteksi adanya kemungkinan kehamilan ganda, serta mengetahui
presentasi, letak, posisi, dan penurunan kepala (jika usia kehamilan lebih
dari 36 minggu), memeriksa DJJ.
4. Pemeriksaan laboratorium : Meliputi protein urine dan glukosa urine.
e. Mengembangkan rencana asuhan sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan
kehamilan.
1. Jelaskan mengenai ketidaknyamanan normal yang dialaminya.
2. Sesuai dengan umur kehamilan ajarkan ibu tentang materi pendidikan
kesehatan pada ibu hamil.
3. Diskusikan mengenai rencana persiapan kelahiran dan jika terjadi
kegawatdaruratan.
4. Ajari ibu untuk mengenal tanda-tanda bahaya, pastikan ibu memahami
apa yang harus dilakukan jika mengalami tanda bahaya.
5. Buat kesempatan untuk kunjungan berikutnya.

H. Tanda Bahaya Pada Kehamilan


Menurut Walyani dan Elisabet (2015), kehamilan merupakan suatu hal yang
fisiologis. Akan tetapi kalau tidak mendapatkan asuhan yang tepat maka akan
menjadi patologis. Adapun komplikasi atau tanda bahaya yang mungkin terjadi pada
ibu hamil adalah :
1. Perdarahan pervagina
Perdarahan antepartum lanjut adalah perdarahan yang terjadi pada triemster III
sampai bayi dilahirkan. Yang terdiri dari 2 jenis yaitu plasenta previa dan solusio
plasenta.
2. Sakit kepala yang hebat
Sakit kepala ini menunjukkan suatu masalah yang serius adalah sakit kepala yang
menetap dan tidak hilang dengan istirahat. Yang kemungkinan menjadi tanda dan
gejala preeklampsia.
3. Penglihatan kabur
Masalah ini terjadi karena pengaruh hormonal, ketajaman penglihatan ibu dapat
berubah dalam kehamilan.
4. Bengkak di wajah dan tangan
Bengkak menunjukkan masalah yang serius jika muncul disertai dengan keluhan
fisik yang lain, yang merupakan tanda dan gejala pre-eklampsia.
5. Keluar cairan pervagina
Keluarnya air-air dari vagian pada trimester III. Ketuban dinyatakan pecah dini
jika terjadi sebelum persalinan berlangsung. Normalnya selaput ketuban pecah
pada akhir kala I atau awal kala.
6. Gerak janin tidak terasa dan nyeri perut yang hebat
Ibu tidak merasakan gerakan janin pada trimester III. Normalnya ibu mulai
merasakan gerakan janinnya selama bulan ke-5 atau ke-6, beberapa ibu dapat
merasakan gerakan janinnya lebih awal.
7. Nyeri perut yang hebat
Ibu mengeluh nyeri perut yang hebat pada trimester III. Apabila nyeri perut yang
mungkin menjadi masalah keselamatan jiwa adalah yang hebat, menetap dan
tidak hilang setelah istirahat.

2.2 Konsep Dasar Persalinan

A. Pengertian Persalinan
Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup dari dalam
uterus ke dunia luar. Persalinan mencakup proses fisiologis yang memungkinkan
serangkaian perubahan yang besar pada ibu untuk melahirkan janinnya melalui jalan
lahir. Persalinan dan kelahiran normal merupakan proses pengeluaran janin yang
terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan presentase
belakang kepala yang berlangsung selama 18 jam, tanpa komplikasi baik pada ibu
maupun janin (Jannah, 2017).
Menurut Sukarni dan Margareth (2016), persalinan adalah proses pembukaan dan
menipisnya serviks dan janin turun ke dalam jalan lahir. Persalinan dan kelahiran
normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan
(37-42) minggu, lahir spontan dengan presentase belakang kepala, tanpa komplikasi
baik ibu maupun janin.
Persalinan adalah kejadian yang berakhir pengeluaran bayi yang cukup bulan
atau hampir cukup bulan, disusul dengan pengeluaran plasenta dan selaput ketuban
dari tubuh ibu (Arum dan Sudjiyati, 2016).

B. Sebab-Sebab Mulainya Persalinan


Sebab-sebab terjadinya persalinan belum diketahui benar yang ada hanya
merupakan teori-teori yang kompleks menurut Rohani dan Marisah (2013), adalah :
1. Teori Penurunan Hormon
Seperti diketahui progestin dan estrogen merupakan pemenang bagi otot-otot
uterus namun kira-kira 1-2 minggu sebelum persalinan terjadi peurunan kadar
kedua hormon tersebut yang kemudian setelah itu terjadi peningkatan hormon
prostaglandin yang menyebabkan kekejangan pembulu darah sehinga timbul his.
2. Teori Plasenta Menjadi Tua
Dengan tuanya kehamilan sesuai dengan teori maka plasenta juga akan menjadi
tua dan terjadi perubahan-perubahan pada villi corealis yang menyebabkan
penurunan kadar estrogen dan progesteron.
3. Teori Distensi Rahim
Pembesaran uterus dan menjadi tegang menyebabkan iskemia otot uterus dan
keadaan ini mengganggu sirkulasi uteroplasenta dan plasenta mengalami
degenerasi apabila nutrisi pada janin mulai berkurang maka hasil konsepsi
dengan sendirinya dikeluarkan.
4.Teori Iritasi Mekanik
Dibelakang serviks terletak ganglion servikalis dari fleksus frankenhouse.
Apabila terjadi tekanan atau pergeseran pada bagian ini yang disebabkan kepala
janin maka akan menyebabkan kontraksi uterus.

C. Tanda-Tanda Persalinan
Tanda dan gejala yang terjadi menjelang persalinan menurut Sukarni (2013),
adalah :
1. Perasaan Distensi Berkurang (Lightening)
Lightening terjadi mulai minggu ke-36 menjelang persalinan karena penurunan
bagian presentasi kedalam pelvis minor yang menyebabkan tinggi fundus uteri
menurun ke posisi yang sama dengan posisi fundus pada usia kehamilan 8 bulan.
2. Serviks Semakin Matang
Kematangan serviks menandakan kesiapan untuk persalinan. Kematangan
serviks biasanya ditandai dengan pembukaan dan penipisan serviks yang
merupakan tanda yang umum yang terjadi sebelum persalinan namun
kematangan serviks tergantung pada individu dan paritasnya.
3. Pecahnya Ketuban
Pada kondisi normal, ketuban pecah pada akhir kala I persalinan namun bila
terjadi sebelum-sebelumnya maka itu disebut Ketuban Pecah Dini (KPD).
4. Bloody Show
Blody show merupakan tanda persalinan yang akan terjadi, biasanya dalam 24
sampai 48 jam. Blody show biasanya terlihat sebagai lendir bercampur darah
namun harus dibedakan dengan perdarahan murni.

D. Tahapan Persalinan (Kala Persalinan)


Menurut Marni (2014), persalinan merupakan hal yang di tunggu oleh ibu selama
hamil 9 bulan. Persalinan ditandai adanya kontraksi uterus yang menyebabkan
penipisan, dilatasi servik dan mendorong jalan keluar melalui jalan lahir. Tahap
persalinan dibagi menjadi empat kala yaitu kala I, II, III, IV. Berikut dibawah ini
untuk masing-masing tahapan persalinan :
1. Kala I (Pembukaan)
Kala I adalah kala pembukaan yang berlangsung antara pembukaan nol
sampai pembukaan lengkap (10 cm). Lama kala I untuk primigrafida berlangsung
selama 12 jam dan pada multigrafida berlansung selama 8 jam. Merupakan
waktu untuk pembukaan servik sampai menjadi pembukaan lengkap 10 cm.
Inpartu (partus mulai) ditandai dengan keluarnya lendir bercampur darah (bloody
show), karena serviks mulai membuka (dilatasi) dan mendatar (efficcement).
Darah berasal dari pecahnya pembuluh darah kapiler sekitar kanalis servikalis
karena pergeseran ketika serviks mendatar dan terbuka. Kala pembukaan dibagi
atas 2 fase, yaitu :
a. Fase laten
Fase laten dimana pembukaan serviks berlangsung lambat, sampai
pembukaan 3 cm berlangsung dalam 7-8 jam.
b. Fase aktif
1. Periode akselerasi : Berlangsung 2 jam, pembukaan menjadi 4 cm.
2. Periode dilatasi maksimal (steady : selama 2 jam pembukaan
berlangsung cepat menjadi 9 cm.
3. Periode deselerasi : Berlangsung lambat, dalam waktu 2 jam pembukaan
menjadi 10 cm atau lengkap. Frekuensi dan lama kontraksi uterus akan
meningkat secara bertahap (kontraksi dianggap adekuat/memadai jika
terjadi tiga kali atau lebih dalam waktu 10 menit, dan berlangsung
selama 40 detik atau lebih). Dari pembukaan 4 cm hingga mencapai
pembukaan lengkap atau 10 cm, akan terjadi dengan rata-rata 1 cm per
jam 9 (multipara atau primigravida) atau lebih dari 1 cm hingga 2 cm
(multipara). Terjadinya penurunan bagian terbawah janin.
2.Kala II (Kala Pengeluaran Janin)
Kala II dimulai ketika pembukaan serviks lengkap (10 cm) berakhir dengan
lahirnya bayi. Waktu uterus dengan kekuatan his ditambah kekuatan mengedan
mendorong janin keluar hingga lahir, his terkoordinir, kuat, cepat, dan lebih
lama, kira-kira 2-3 menit sekali. Karena tekanan pada rectum, ibu merasa seperti
mau buang air besar dengan tanda anus terbuka. Pada waktu his, kepala janin
mulai kelihatan, vulva membuka dan perineum meregang. Kala II pada primi : 1
½ jam – 2 jam, pada multi ½ jam-1 jam.
3. Kala III (Kala Pengeluaran Uri)
Merupakan waktu untuk pelepasan dan pengeluaran uri. Setelah bayi lahir,
kontraksi rahim istirahat sebentar. Uterus teraba keras dengan fundus uteri
setinggi pusat, dan berisi plasenta yang menjadi tebal 2 kali sebelumnya. Dalam
waktu 5-15 menit seluruh plasenta terlepas, terdorong dari atas simpisis atau
fundus uteri. Seluruh proses biasanya berlangsung 5-30 menit setelah bayi lahir.
Pengeluaran plasenta disertai dengan pengeluaran darah kira-kira 100-200 cc.
4. Kala IV (Pengawasan 2 jam Post Partum)
Merupakan kala pengawasan selama 1 jam setelah bayi lahir dan uri lahir
untuk mengamati keadaaan ibu terutama terhadap perdarahan postpartum.
Sebagian besar kematian ibu pada periode postpartum terjadi dalam 6 jam
pertama setelah melahirkan oleh karena itu pemantauan kala IV (tekanan darah,
suhu, kontraksi uterus, perdarahan dan kandung kemih).

E. Kebutuhan Pada Persalinan


Menurut buku asuhan kebidanan persalinan oleh Eka (2014), bahwa secara
umum kebutuhan untuk ibu bersalin, yaitu :
1. Asuhan sayang ibu sebagai kebutuhan dasar dalam pesalinan.
Dengan asuhan yang diberikan oleh bidan sesuai dengan asuhan sayang ibu dan
bayi yang akan memberikan perasaan aman dan nyaman selama persalinan dan
kelahiran.
2.Aspek fisik dan psikologis
Kebutuhan ini didasarkan kepada ibu bersalin dikala I, II, III, IV. Kebutuhan
tersebut berbeda-beda oleh karena itu sebagai bidan harus memberikan asuhan
yang tepat sesuai kebutuhan ibu. Untuk kala I kebutuhannya mengatur aktifitas
dan posisi ibu, membimbing ibu untuk rileks selama ada his, menjaga kebersihan,
pemberian cairan dan nutrisi, kontak fisik. Untuk kala II menjaga kandung kemih
tetap kosong, menjaga kebersihan ibu. Untuk kala III pemberian cairan dan nutrisi,
mengatur posisi ibu. Sedangkan untuk kala IV, menjaga kebersihan, pemberian
cairan, nutrisi, kebutuhan istrahat.
3. Kehadiran pendamping
Pendamping adalah suatu perbuatan yang menemani, mendampingi serta
menyertai baik suka dan duka. Dukungan dalam persalinan dibagi menjadi dua
yaitu :
a. Dukungan fisik
Dukungan langsung yang diberikan kepada ibu bersalin dari keluarga dan
suami.
b. Dukungan emosiona
Dukungan yang berupa kehangatan, perhatian, dan kepedulian yang
menimbulkan keyakinan bahwa ibu merasa dicintai dan diperhatikan oleh
suami. Dimana pada akhirnya akan menjadi keberhasilan.
4. Pengurangan rasa sakit
Nyeri saat persalinan merupakan nyeri yang paling puncak diantara nyeri-nyeri
yang lain.
Akan tetapi untuk mengatasi hal tersebut maka ada beberapa hal diantaranya
adalah :
a. Hipnoterapi
Cara persalinan ini dengan memicu hormon endorphin didalam tubuh yang
fungsinya untuk penghilang rasa sakit untuk bekerja seoptimal mungkin,
sehingga sakit yang karena proses persalinan akan menekan seminimal
mungkin. Cara ini menganjurkan ibu rileks dan membawa ibu kedalam
pikiran bawah sadar. Akan tetapi kontraksi masih tetap. Dapat juga disebut
dengan metode hypnobriting.
b. Teknik akupuntur
Akupuntur pada persalinan bertujuan untuk mengurangi rasa nyeri yang
dikenal dengan akupuntur analgesia yaitu cara analgesia dan pengaturan
fisiologis tubuh dengan memasukkan jarum. Dan dianjurkan untuk
mengurangi rasa nyeri saat persalinan. Ibu melakukan akupuntur pada
kehamilan trimester III.
5. Metode medis
Metode pengurangan rasa nyeri saat persalinan ada 3 pilihan yaitu :
1) Entonox
Merupakan metode pengurangan rasa sakit melalui inhalasi, menggunkan
campuran oksigen dan oksida nitrogen.
2) Epidural
Merupakan metode pengurangan rasa sakit yang dilakukan melalui injeksi
dan suntikan. Biasanya dilakukan di rumah sakit besar.
3) Pethidine
Merupakan metode pengurangan rasa sakit dengan memasukkan pethidine
dengan menyuntikan pada paha dan bokong.
6. Cara mengurangi rasa nyeri
Ada beberapa cara mengurangi rasa nyeri selama persalinan, adalah :
1) Mandi air hangat.
2) Melakukan banyak gerakan.
3) Kompres hangat atau dingin.
4) Melakukan sentuhan atau pijatan lembut.
5) Ekspresikan ketakutan dalam bentuk positif.
6) Latihan bernafas dengan berirama.
7. Informasi dan kepastian tentang hasil persalinan yang aman
Semua ibu bersalin akan menantikan informasi akan kemajuan persalinan berjalan
dengan normal. Tanpa disadari perkataan mempunyai pengaruh yang baik, baik
positif maupun negatif.
Sedangkan kebutuhan pada persalinan menurut Sulistyawati (2013), adalah
1. Posisi dan ambulasi
Posisi yang nyaman selama persalinan sangat diperlukan bagi pasien.
Selain mengurangi ketegangan dan rasa nyeri, posisi juga akan membantu
dalam penurunan kepala janin sehingga persalinan dapat berjalan dengan
lancar.
2. Eliminasi (BAK dan BAB)
a. Buang air kecil (BAK)
Ibu bersalin akan mengalami poliuri. Dalam hal ini, ibu sangat penting
untuk fasilitasi untuk kekamar mandi, sehingga kebutuhan eliminasi
terpenuhi. Apabila keadaan tersebut tidak segera diatasi maka akan
menganggu turunnya kepala janin ke rongga pelvis sehingga proses
persalinan tidak dapat berjalan lancar.
b. Buang air besar (BAB)
Dalam masa persalinan, ibu bersalin merasakan tidak nyaman karena
menahan untuk buang air besar. Biasanya ibu bersalin malu untuk
meminta bantuan kepada orang lain. Oleh karena itu, bagi pendamping
maupun bidan harus menampakkan reaksi yang positif kepada ibu
bersalin. Apabila memberikan reaksi yang negatif akan merasakan sakit
hati pada ibu bersalin.
3. Istirahat
Istirahat sangat dibutuhkan oleh ibu bersalin karena akan membuat rileks.
Diawal persalinan sebaiknya pasien dianjurkan untuk istirahat yang lelap
untuk persiapan pada waktu persalinan yang panjang terutama pada
primipara. Apabila tidak bisa istirahat lelap karena sudah merasakan his
maka dianjurkan untuk berbaring dengan miring ke kiri untuk beberapa
waktu.
Menurut Sulistyawati (2013), kebutuhan ibu bersalin menurut tahapan
persalinan yaitu :
1.Kala I
Dalam kala I persalinan, kebutuhan untuk ibu bersalin meliputi yaitu :
a) Memberikan dukungan persalinan yang meliputi yaitu asuhan tubuh yang
baik, kehadiran seorang pendamping secara terus-menerus, keringanan dari
rasa sakit, penerimaan atas sikap dan perilakunya, serta informasi dan
kepastian tentang hasil yang aman.
b) Pengurangan rasa sakit akibat kontraksi yang meliputi yaitu dorongan
mental dari pasangan, perubahan posisi dan pergerakan, sentuhan dan
pijatan, pembicaraan yang menyamankan pasien, memberikan perhatian,
serta aroma dan situasi ruangan yang segar dan harum sehingga merubah
suasana hati pasien menambah bersemangat.
2. Kala II
Kebutuhan ibu bersalin dalam kala II meliputi yaitu :
a) Pendamping dari pasangan atau keluarga terdekat secara terus menerus.
b) Bebas dari kemungkinan terkontaminasi dari kuman, penyakit.
c) Support dari keluarga.
d) Bimbingan cara meneran, sebaiknya bukan instruksi.
e) Asupan cairan yang cukup.
f) Menjaga privacy pasien.
g) Suhu ruangan yang hangat, tidak terlalu panas.
h) Informasi tentang kemajuan persalinan.
i) Dukungan dan penghargaan dari penolong persalinan.
j) Penjelasan dan permintaan persetujuan dari penolong persalinan terhadap
tindakan yang akan dilakukan.
3.Kala III
Kebutuhan ibu bersalin dalam kala III meliputi yaitu :
a) Dukungan mental dari bidan dan keluarga atau pasangan.
b) Pujian terhadap proses kelahiran janin yang telah dilalui.
c) Informasi yang jelas mengenai keadaan pasien sekarang dan tindakan apa
yang akan dilakukan.
d) Memberikan penjelasan kepada ibu untuk mempercepat dalam kelahiran
plasenta yaitu kapan saat meneran dan posisi apa yang akan mendukung
untuk pelepasan dan kelahiran plasenta.
e) Membersihkan daerah bawah ibu sehingga ibu tidak risih oleh darah dan
air ketuban.
f) Memberikan asupan cairan yang cukup untuk mencegah dehidrasi.
4. Kala IV
Kebutuhan ibu bersalin pada kala IV meliputi yaitu :
a) Memberikan segera air minum akibat kelelahan dan pengeluaran keringat
pada saat proses persalinan.
b) Memberikan makanan sesuai menu yang telah disediakan.
c) Menjaga kebersihan dan kenyamanan pasien yaitu tidak perlu
menggunakan BH selama melakukan IMD, alas diatas perlak diganti yang
bersih dan kering, jika pasien merasa gerah, keluarga dapat membantu
untuk mengipasi pasien.
d) Memberikan bimbingan dan dukungan untuk BAK.
e) Memberikan informasi tentang apa yang terjadi pada tubuhnya dan apa
yang harus dilakukan sesuai dengan kondisi tubuhnya.
f) Kehadiran seorang bidan sebagai pendamping dalam 2 jam pasca
persalinan serta keluarga terdekat.
g) Dukungan untuk memberikan ASI.
h) Tempat tidur yang bersih agar terhindar dari terjadinya infeksi.

F.Asuhan Persalinan
Asuhan persalinan normal menurut Nurjasmi, dkk (2016), tatalaksana asuhan
persalinan normal tergabung dalam 60 langkah APN yaitu :
a)Mengenali Tanda dan Gejala Kala II
1Mendengar dan melihat tanda dan gejala kala II persalinan.
a. Ibu merasa ada dorongan kuat dan meneran (doran).
b. Ibu merasakan tekanan yang semakin meningat pada rectum dan vagina
(tek-nus).
c. Perineum tampak menonjol dan menipis (per-jol).
d. Vulva-vagina dan sfingter ani membuka (vul-ka).
b) Menyiapkan Pertolongan Persalinan
2Pastikan kelengkapan peralatan, bahan dan obat-obatan esensial.
a. Klem, gunting, benang tali pusat, penghisap lendir steril/DTT siap
wadahnya.
b. Semua pakaian, handuk, selimut dan kain untuk bayi dalam kondisi
bersih dan hangat.
c. Timbangan, pita ukur, stetoskop bayi, dan thermometer dalam kondisi
baik dan bersih.
d. Patahkan ampul oksitosin 10 unit dan tempatkan spuit steril sekali pakai
di dalam partus set/wadah DTT.
e. Untuk resusitasi siapkan : Tempat datar, rata bersih, kering dan hangat,
3 handuk/kain bersih dan kering (termasuk ganjal bahu bayi). Alat hisap
lendir, lampu sorot 60 watt dengan jarak 60 cm dari tubuh bayi.
f. Persiapan bila terjadi kegawatdaruratan pada ibu : Cairan kristaloid, set
infus, menggelar kain di perut bawah ibu.
3 Pakai celemek plastik atau dari bahan yang tidak tembus cairan.
4 Melepaskan semua perhiasan yang dipakai di bawah siku, mencuci kedua
tangan dengan sabun dan air bersih yang mengalir kemudian keringkan tangan
dengan tisu/handuk pribadi yang bersih dan kering.
5 Memakai sarung tangan DTT/steril pada tangan yang akan digunakan untuk
periksa dalam.
6 Masukkan oksitosin ke dalam tabung suntik (gunakan tangan yang memakai
sarung tangan DTT atau steril dan pastikan tidak terjadi kontaminasi pada alat
suntik).
c) Memastikan pembukaan lengkap dan keadaan janin baik
7 Membersihkan vulva dan perineum, menyekanya dengan hati-hati
dari anterior (depan) ke posterior (belakang) dengan menggunakan kapas atau
kasa yang dibasahi air DTT.
a. Jika introitus vagina, perineum atau anus terkontaminasi tinja, bersihkan
dengan seksama dari arah depan ke belakang.
b. Buang kapas atau kasa pembersih (terkontaminasi) dalam wadah yang
tersedia.
c. Jika terkontaminasi, lakukan dekontaminasi, lepaskan dan rendam
sarung tangan tersebut dalam larutan klorin 0,5%. Selanjutnya pakai
sarung tangan DTT/steril untuk melaksanakan langkah lanjutan.
8Lakukan periksa dalam untuk memastikan pembukaan lengkap.
Bila selaput ketuban masih utuh saat pembukaan sudah lengkap maka lakukan
amniotomi.
9 Dekontaminasi sarung tangan (celupkan tangan yang masih memakai sarung
tangan ke dalam larutan klorin 0,5%, lepaskan sarung tangan dalam keadaan
terbalik, dan rendam dalam klorin 0,5%, selama 10 menit). Cuci kedua tangan
setelah sarung tangan dilepaskan. Tutup kembali partus set.
10 Memeriksa denyut jantung janin (DJJ) setelah kontraksi uterus berakhir untuk
memastikan DJJ masih dalam batas normal (120- 160 x/menit).
a) Mengambil tindakan yang sesuai jika DJJ tidak normal.
b) Mendokumentasikan hasil-hasil pemeriksa dalam, DJJ, semua hasil-
hasil penilaian serta asuhan lainnya pada patograf.
d) Menyiapkan ibu dan keluarga untuk membantu proses pimpinan meneran
11 Memberitahu pada ibu bahwa pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin
cukup baik, membantu ibu menemukan posisi yang nyaman dan sesuai
dengan keinginannya.
a. Menunggu hingga ibu mempunyai keinginan untuk meneran,
melanjutkan pemantauan kesehatan dan kenyamanan ibu dan janin
sesuai dengan pedoman persalinan aktif dan dokumentasikan temu-
temuan yang ada.
b. Menjelaskan kepada anggota keluarga bagaimana mereka dapat
mendukung dan memberi semangat kepada ibu saat ibu mulai meneran.
12 Meminta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu untuk meneran.
a. Pada saat ada his, bantu ibu dalam posisi setengah duduk dan pastikan ia
merasa nyaman.
b. Anjurkan ibu untuk cukup minum.
13 Melakukan pimpinan meneran saat ibu mempunyai dorongan yang kuat
untuk meneran.
a. Membimbing ibu untuk meneran saat ibu mempunyai keinginan untuk
meneran.
b. Mendukung dan memberi semangat atas usaha ibu untuk meneran.
c. Membantu ibu mengambil posisi yang nyaman sesuai dengan pilihanya
(tidak meminta ibu berbaring terlentang).
d. Menganjurkan ibu untuk beristirahat di antara kontraksi.
e. Menganjurkan keluarga untuk mendukung dan memberi semangat pada
ibu.
f. Menganjurkan asupan cairan per oral.
g. Menilai DJJ setiap kontraksi uterus selesai.
e) Segera rujuk jika bayi belum atau tidak akan segera lahir setelah pembukaan
lengkap dan dipimpin meneran > 120 menit (2 jam) pada primigravida atau > 60
menit (1 jam) pada multigravida.
14Anjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok atau mengambil posisi yang nyaman,
jika ibu belum merasa ada dorongan untuk meneran dalam selang waktu 60
menit.
f) Persiapan untuk melahirkan.
15 Jika kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter 5-6 cm. Letakkan
handuk bersih di atas perut ibu untuk mengeringkan bayi
16 Letakkan kain bersih yang dilipat 1/3 bagian dibawah bokong ibu.
17 Buka tutup partus set dan periksa kembali kelengkapan peralatan dan bahan.
18 Pakai sarung tangan DTT/steril pada kedua tangan.
g) Membantu lahirnya kepala.
19 Setelah tampak kepala bayi dengan diameter 5-6 cm membuka vulva maka
lindungi perineum dengan satu tangan yang dilapisi dengan kain bersih dan
kering, sementara tangan yang lain menahan kepala untuk mempertahankan
posisi defleksi dan membantu lahirnya kepala. Anjurkan ibu meneran secara
efektif atau bernafas cepat dan dangkal.
20 Periksa kemungkinan adanya lilitan tali pusat (ambil tindakan yang sesuai
jika hal itu terjadi), segera lanjutkan proses kelahiran bayi. Perhatikan!
a. Jika lilitan tali pusat dileher bayi longgar, selipkan lilitan tali pusat
lewat bagian atas kepala bayi.
b. Jika lilitan tali pusat terlalu ketat, klem tali pusat di dua titik lalu
gunting di antara dua klem tersebut. Jangan lupa untuk tetap melindungi
leher bayi.
21 Tunggu hingga kepala bayi melakukan putaran paksi luar secara spontan.
h) Lahirnya bahu.
22 Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, pegang kepala bayi secara
biparental. Anjurkan ibu untuk meneran saat kontraksi.
a. Dengan lembut gerakkan kepala kearah bawah dan distal hingga bahu
depan muncul di bawah arkus pubis dan kemudian.
b. Gerakkan kearah atas dan distal untuk melahirkan bahu belakang,
lahirkan badan dan tungkai.
23 Setelah kedua bahu lahir, geser tangan yang berada dibawah kearah
perineum ibu untuk menyangga kepala, lengan dan siku sebelah bawah,
tangan yang lain menelusuri dan memegang lengan dan siku bayi sebelah
atas.
24 Setelah tubuh dan lengan bayi lahir, lanjutkan penelusuran tangan yang
berada diatas ke punggung, bokong, tungkai dan kaki bayi. Pegang kedua
mata kaki (masukan telunjuk diantara kedua kaki dan pegang masing-masing
mata kaki dengan ibu jari dan jari-jari lainnya).
i) Penanganan Bayi Baru Lahir.
25 Menilai bayi dengan cepat (dalam 30 detik), kemudian letakan bayi di atas
perut ibu dengan posisi kepala bayi sedikit lebih rendah dari tubuhnya (bila
tali pusat terlalu pendek, meletakan bayi di tempat yang memungkinkan),
bila bayi mengalami asfiksia, lakukan resusitasi.
26 Segera membungkus kepala dan badan bayi dengan handuk dan biarkan
kontak kulit ibu daan bayi, lakukan penyuntikan oksitosin/im (lihat
keterangan di bawah).
27 Menjepit tali pusat menggunakan klem kira-kira 3 cm dari pusat bayi,
melakukan urutan pada tali pusat mulai dari klem ke arah ibu dan memasang
klem kedua 2 cm dari klem pertama.
28 Memegang tali pusat dengan satu tangan, melindungi bayi dari gunting dan
memotong tali pusat di antara dua klem tersebut.
29 Mengeringkan bayi, mengganti handuk yang basah dan menyelimuti bayi
dengan kain atau selimut yang bersih dan kering, menutupi bagian kepala,
membiarkan tali pusat terbuka, jika bayi mengalami kesulitan bernafas,
ambil tindakan yang sesuai.
30 Memberikan bayi kepada ibunya dan menganjurkan ibu untuk memeluk
bayinya dan memulai pemberian ASI jika ibu menghendakinya.
j) Oksitosin.
31 Meletakan kain yang bersih dan kering. Melakukan palpasi abdomen untuk
menghilangkan kemungkinan adanya bayi kedua.
32 Memberitahu kepada ibu bahwa ia akan di suntik.
33 Dalam waktu 2 menit setelah kelahiran bayi, berikan suntikan oksitosin 10
unit im digluteus atau 1/3 atas paha bagian luar, setelah mengaspirasinya
terlebih dahulu.
k) Manajemen Aktif Kala III Persalinan (MAK III).
34 Memindahkan klem pada tali pusat.
35 Meletakkan satu tangan diatas kain yang ada diperut ibu, tepat diatas tulang
pubis, dan menggunakan tangan untuk melakukan palpasi kontraksi dan
menstabilkan uterus. Memegang tali pusat dan klem dengan tangan yang
lain.
36 Menunggu uterus berkontraksi dan kemudian melakukan penegangan kearah
bawah pada tali pusat dengan lembut, lakukan tekanan yang berlawanan arah
pada bagian bawah uterus dengan cara menekan uterus kearah atas dan
belakang (dorso kranial) dengan hati-hati untuk membantu mencegah
terjadinya inversion uteri. Jika plasenta tidak lahir setelah 30-40 detik,
hentikan penegangan tali pusat dan menunggu hingga kontraksi berikut
mulai. Jika uterus tidak berkontraksi, meminta ibu atau seorang anggota
keluarga untuk melakukan rangsangan puting susu.
l) Mengeluarkan plasenta.
37 Saat plasenta terlepas, meminta ibu untuk meneran sambil menarik tali pusat
kearah bawah dan kemudian kearah atas, mengikuti kurva jalan lahir sambil
meneruskan tekanan berlawanan arah pada uterus.
a. Jika tali pusat bertambah panjang, pindahkan klem hingga berjarak
sekitar 5-10 cm dari vulva.
b. Jika tali pusat tidak lepas setelah melakukan penegangan tali pusat
selama 15 menit :
1. Mengulangi pemberian oksitosin 10 unit IM.
2. Menilai kandung kemih dan melakukan kateterisasi kandung kemih
dengan menggunakan teknik aseptic jika perlu.
3. Meminta keluarga untuk menyiapkan rujukan.
4. Mengulangi penegangan tali pusat selama 15 menit berikutnya.
5. Merujuk ibu jika plasenta tidak lahir dalam waktu 30 menit sejak
kelahiran bayi.
38 Jika plasenta terlihat di introitus vagina, melanjutkan kelahiran plasenta
dengan menggunakan kedua tangan. Memegang plasenta dengan dua tangan
dan dengan hati-hati memutar plasenta hingga selaput ketuban terpilin.
Dengan lembut perlahan melahirkan selaput ketuban tersebut.
a. Jika selaput ketuban robek, memakai sarung tangan DTT/steril dan
memeriksa vagina dan serviks ibu dengan saksama. Menggunakan jari-
jari tangan atau klem atau forcep DTT/ steril melepaskan bagian selaput
yang tertinggal.
b. Lakukan tindakan yang diperlukan (kompresi bimanual internal,
kompresi aorta abdominalis, tampon kondom-kateter) jika uterus tidak
berkontraksi dalam 15 detik setelah rangsangan taktil/masase.
m) Pemijatan uterus
39 Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, lakukan masase uterus,
meletakan telapak tangan di fundus dan melakukan masase dengan gerakan
melingkar dengan lembut hingga uterus berkontraksi (fundus menjadi keras).
n) Menilai perdarahan.
40 Memeriksa kedua sisi plasenta baik yang menempel ke ibu maupun janin
dan selaput ketuban untuk memastikan bahwa plasenta dan selpaut ketuban
lengkap dan utuh meletakan plasenta di dalam kantung plastik atau tempat
khusus. Jika uterus tidak berkontraksi setelah melakukan masase selama 15
detik mengambil tindakan yang sesuai.
41 Mengevaluasi adanya laserasi pada vagina dan perineum dan segera
menjahit laserasi yang mengalami perdarahan aktif. Melakukan prosedur
pasca persalinan.
42 Menilai ulang uterus dan memastikan berkontraksi dengan baik.
43 Mencelupkan kedua tangan yang memakai sarung tangan kedalam larutan
klorin 0,5% membilas kedua tangan yang masih bersarung tangan tersebut
dengan air DTT dan mengeringkan dengan kain yang bersih dan kering.
44 Menempatkan klem tali pusat DTT/steril atau mengikatkan tali DTT dengan
simpul mati skeliling tali pausat sekitar 3 cm dari pusat.
45 Mengikat satu lagi simpul mati di bagian pusat yang berseberangan dengan
simpul mati yang pertama.
46 Melepaskan klem bedah dan meletakannya ke dalam larutan klorin 0,5%.
47 Menyelimuti kembali bayi dan menutupi bagian kepala. Memastikan handuk
atau kainnya bersih atau kering.
48 Menganjurkan ibu untuk memulai pemberian ASI.
49 Melanjutkan pemantauan kontraksi uterus dan perdarahan pervagina.
a. 2-3 kali dalam 15 menit pertama pasca persalinan.
b. Setiap 15 menit pada 1 jam pertama pasca persalinan.
c. Setiap 20-30 menit pada jam kedua pasca persalinan.
d. Jika ditemukan laserasi yang memerlukan penjahitan, lakukan
penjahitan dengan anastesia local dan menggunakan teknik yang sesuai.
50 Mengajarkan pada ibu/keluarga bagaimana melakukan masase uterus dan
memeriksa kontraksi uterus.
51 Mengevaluasi kehilangan darah.
52 Memeriksa tekanan darah, nadi, dan keadaan kandung kemih setiap 15 menit
selama 1 jam pertama pasca persalinan dan setiap 30 menit selama jam
kedua pasca persalinan.
a.Memeriksa temperature tubuh ibu sekali setiap jam selama dua jam
pertama pasca persalinan.
b.Melakukan tindakan yang sesuai untuk temuan yang tidak normal.
53 Menempatkan semua peralatan di dalam larutan clorin 0,5% untuk
dekontaminasi (10 menit). Mencuci dan membilas peralatan setelah
dekontaminasi.
54 Membuang bahan-bahan yang terkontaminasi ke dalam tempat sampah yang
sesuai.
55 Membersihkan ibu dengan menggunakan air dtt, membersihkan cairan
ketuban, lendir dan darah. Membantu ibu memakai pakaian bersih dan
kering.
56 Memastikan bahwa ibu nyaman. Membantu ibu memberikan ASI.
Menganjurkan keluarga untuk memberikan ibu minum dan makanan yang
dingin.
57 Mendekontaminasi daerah yang digunakan untuk melahirkan dengan larutan
klorin 0,5% dan membilas dengan air bersih
58 Mencelupkan sarung tangan kotor ke dalam larutan klorin 0,5%, membalikan
bagian dalam keluar dan merendamnya dalam larutan klorin 0,5% selama 10
menit.
59 Cuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir kemudian keringkan
dengan tissue atau handuk pribadi yang bersih dan kering.
o) Dokumentasi.
60 Lengkapi partograf (halaman depan dan belakang), periksa tanda vital dan
asuhan kala IV persalinan.
Observasi persalinan dengan menggunakan partograf menurut Kemenkes RI
(2013), observasi persalinan dengan menggunkan partograf dimulai pada
pembukaan 4 cm. Kemudian, petugas harus mencatat kondisi ibu dan janin
sebagai berikut :
a. Denyut jantung janin.
b. Air ketuban.
1. U : Selaput ketuban utuh.
2. J : Air ketuban jernih.
3. M : Bercampur meconium.
4. D : Bercampur darah.
5. K : Kering.
c. Perubahan bentuk kepala janin (molase).
1. 0 : Sutura masih terpisah.
2. 1 : Sutura menempel.
3. 2 : Sutura tumpang tindih tapi masih bisa diperbaiki.
4. 3 : Sutura tumpang tindih dan tidak bisa diperbaiki.
d. Pembukaan serviks, dinilai tiap 4 jam dan ditandai dengan tanda silang.
e. Penurunan kepala bayi, menggunakan sistem perlimaan, catat dengan
tanda lingkaran (0). Pada posisi 0/5, sinsiput (S), atau paruh atas kepala
berada di simfisis pubis.
f. Waktu, menyatakan berapa lama penanganan sejak pasien diterima.
g. Jam, catat jam sesungguhnya.
h. Kontraksi, frekuensi dan lamanya kontraksi uterus setiap ½ jam lakukan
palpasi untuk hitung banyaknya kontraksi dalam 10 menit dan lamanya.
Lama kontraksi dibagi dalam hitungan detik : 40 detik.
i. Oksitosin, catat jumlah oksitosin pervolume cairan infus serta jumlah
tetes permenit.
j. Obat yang diberikan.
k. Nadi, setiap ½ jam sekali tandai dengan titik besar.
l. Tekanan darah, setiap 4 jam sekali tandai dengan anak panah
m.Suhu tubuh, setiap 4 jam sekali.
n. Protein, aseton, volume urin, catat setiap ibu berkemih.

2.3 Konsep Dasar Nifas


A. Pengertian Masa Nifas
Masa nifas atau puerperium adalah setelah kala IV sampai dengan enam minggu
berikutnya (pulihnya alat–alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil).
Akan tetapi seluruh otot genetalia baru pulih kembali seperti sebelum ada kehamilan
dalam waktu 3 bulan. Masa ini merupakan periode kritis baik bagi ibu maupun
bayinya maka perlu diperhatikan (Nurjasmi, E., dkk. 2016).
Masa nifas (puerperium) dimulai setelah plasenta lahir dan berakhir ketika
alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung
selama kira-kira 6 minggu atau 42 hari, namun secara keseluruhan akan pulih dalam
waktu 3 bulan (Kemenkes RI, 2015).
Selama masa pemulihan tersebut berlangsung, ibu akan mengalami banyak
perubahan, baik secara fisik maupun psikologis sebenarnya sebagian besar bersifat
fisiologis, namun jika tidak dilakukan pendampingan melalui asuhan kebidanan maka
tidak menutup kemungkinan akan terjadi keadaan patologis (Sulistyawati, 2015).
Masa ini merupakan masa yang cukup penting bagi tenaga kesehatan untuk selalu
melakukan pemantauan karena pelaksanaan yang kurang maksimal dapat
menyebabkan ibu mengalami berbagai masalah, bahkan dapat berlanjut pada
komplikasi masa nifas, seperti sepsipuerperalis. Jika ditinjau dari penyebab kematian
para ibu, infeksi merupakan penyebab kematian terbanyak nomor 2 setelah
perdarahan sehingga sangat tepat jika para tenaga kesehatan memberikan perhatian
yang tinggi pada masa ini. Adanya permasalahan pada ibu akan berimbas juga kepada
kesejahteraan bayi yang dilahirkan karena bayi tersebut tidak akan mendapatkan
perawatan maksimal dari ibunya. Dengan demikian, angka morbiditas dan mortalitas
bayi pun akan meningkat (Sulistiyawati, 2015).

B. Perubahan Fisiologis Masa Nifas


Perubahan Fisiologis masa nifas menurut (Saleha, 2009) :
a)Fisiologi nifas.
Menurut Kemenkes RI (2015), dalam masa nifas alat-alat genetalia interna
maupun eksterna akan berangsur-angsur pulih kembali seperti keadaan semula
sebelum hamil. Perubahan alat-alat genetalia ini dalam keseluruhannya disebut
involusio.
b) Uterus.
Involusi atau pengerutan uterus merupakan suatu proses dimana uterus
kembali ke kondisi sebelum hamil dengan berat sekitar 30 gram. Proses ini
dimulai segera setelah plasenta lahir akibat kontraksi otot-otot polos uterus.
Tabel 2.2 Involusi uterus.
TFU dan berat uterus Tinggi Fundus Uteri Berat Uterus
menurut masa involusi
involusi uteri
Saat bayi baru lahir Setinggi pusat, 2 jari 1000 gram
dibawah pusat
1minggu postpartum Pertengahan pusat- 500 gram
simfisis
2 minggu postpartum Tidak teraba diatas 350 gram
simfisis
6 minggu postpartum Normal 50 gram
8 minggu postpartum Normal seperti sebelum 1.
hamil
Sumber : Kemenkes RI. 2015.
c)Serviks.
Setelah persalinan bentuk serviks agak menganga seperti corong berwarna merah
kehitaman. Konsistensinya lunak, kadang-kadang terdapat perlukaan-perlukaan
kecil. Setelah bayi lahir, tangan masih bisa masuk rongga rahim, setelah 2 jam
dapat dilalui 2-3 jari dan setelah 7 hari hanya dapat dilalui 1 jari.
d) Lochea.
Lochea adalah ekskresi cairan rahim selama masa nifas. Lochea mengandung
darah dan sisa jaringan desidua yang nekrotik dari dalam uterus. Pemeriksaan
lochea meliputi perubahan warna dan bau karena lochea memiliki ciri khas : bau
amis atau khas darah dan adanya bau busuk menandakan adanya infeksi. Jumlah
total pengeluaran seluruh periode lochea rata-rata ± 240-270 ml.
Tabel 2.3 Lochea.
Perbedaan
masing-masing Waktu Warna Ciri – ciri
lochea
Rubra/Merah 1-3 hari Merah Terdiri dari darah segar, jaringan
(Cruenta) sisa-sisa plasenta, dinding rahim,
lemak bayi, lanugo, dan meconium
Sanguinolenta 4-7 hari Merah Sisa darah dan berlendir
kecoklatan
dan
berlendir
Serosa 8-14 Kuning Mengandung serum, leukosit, dan
hari kecoklatan robekan/laserasi plasenta.
Alba/putih >14 Putih Mengandung leukosit, sel desidua,
hari sel epitel, selaput lender serviks,
dan serabut jaringan yang mati.
Sumber : Kemenkes RI. 2015.

e) Vulva, Vagina dan Perineum.


Vulva dan vagina mengalami penekanan serta peregangan yang sangat besar
selama proses melahirkan bayi, dan dalam beberapa hari pertama sesudah proses
tersebut, kedua organ ini tetap berada dalam keadaan kendur. Setelah 3 minggu
vulva dan vagina kembali kepada keadaan tidak hamil dan rugae dalam vagina
secara berangsur-angsur akan muncul kembali sementara labia menjadi lebih
menonjol. Himen tampak sebagai tonjolan kecil dan dalam proses pembentukan
berubah menjadi kurunkulae motiformis yang khas bagi wanita multipara.
Perineum menjadi kendur karena sebelumnya teregang oleh tekanan kepala
bayi yang bergerak maju. Perubahan pada perineum pasca melahirkan terjadi pada
saat perineum mengalami robekan. Robekan jalan lahir dapat terjadi secara
spontan ataupun dilakukan episiotomi dengan indikasi tertentu. Pada postnatal
hari ke-5, perineum sudah mendapatkan kembali sebagian besar tonusnya
sekalipun tetap lebih kendur daripada keadaan sebelum melahirkan.
Ukuran vagina akan selalu lebih besar dibandingkan keadaan saat sebelum
persalinan pertama. Meskipun demikian, latihan otot perineum dapat
mengembalikan tonus otot tersebut dan dapat mengencangkan vagina hingga
tingkat tertentu. Hal ini dapat dilakukan pada akhir puerperium dengan latihan
harian (Marmi, 2015).
f) Sistem Pencernaan.
Pasca melahirkan, kadar progesterone juga mulai menurun. Namun
demikian fungsi usus memerlukan waktu 3-4 hari untuk kembali normal. Buang
air besar secara spontan bisa tertunda selama 2-3 hari setelah ibu melahirkan.
Keadaan ini bisa disebabkan karena tonus otot usus menurun selama proses
persalinan dan pada awal masa pasca partum, diare sebelum persalinan, odema
sebelum melahirkan, kurang makan atau dehidrasi. Pada ibu yang mengalami
episiotomi, laserasi dan hemoroid sering menduga nyeri saat defekasi sehingga
ibu sering menunda untuk defekasi. Faktor tersebut mendukung konstipasi pada
ibu nifas dalam minggu pertama. Suppositoria dibutuhkan untuk membantu
eliminasi pada ibu nifas. Akan tetapi proses konstipasi juga dapat dipengaruhi
oleh kurangnya pengetahuan ibu dan kekhawatiran lukanya akan terbuka bila ibu
buang air besar (Marmi, 2015).
g) Sistem Perkemihan.
Ibu postpartum dianjurkan segera buang air kecil, agar tidak mengganggu
proses involusi uteri dan ibu merasa nyaman. Namun demikian, pasca melahirkan
ibu sulit merasa buang air kecil dikarena trauma yang terjadi pada uretra dan
kandung kemih selama proses melahirkan, yakni sewaktu bayi melewati jalan
lahir. Dinding kandung kemih dapat mengalami odema. Kombinasi trauma akibat
kelahiran, peningkatan kapasitas kandung kemih setelah bayi lahir, dan efek
konduksi anestesi menyebab keinginan untuk berkemih menurun. Selain itu, rasa
nyeri pada panggul yang timbul akibat dorongan saat melahirkan, laserasi vagina,
atau episiotomi menurunkan atau mengubah reflex berkemih. Penurunan
berkemih, seiring diuresis pasca partum bisa menyebabkan distensi kandung
kemih. Distensi kandung kemih yang muncul segera setelah wanita melahirkan
dapat menyebabkan perdarahan berlebih karena keadaan ini bisa menghambat
uterus berkontraksi dengan baik. Pada masa pasca partum tahap lanjut, distensi
yang berlebihan ini dapat menyebabkan kandung kemih lebih peka terhadap
infeksi sehingga menggangu proses berkemih normal. Apabila terjadi distensi
berlebih pada kandung kemih dalam mengalami kerusakan lebih lanjut (atoni).
Dengan mengosongkan kandung kemih secara adekuat, tonus kandung kemih
biasanya akan pulih kembali dalam 5-7 hari setelah bayi lahir (Marmi, 2015).
h) Tanda-tanda Vital.
a. Suhu tubuh.
Suhu tubuh wanita inpartu tidak lebih dari 37,20C. Pasca melahirkan,
suhu tubuh dapat naik kurang lebih 0,50C dari keadaan normal. Kenaikan suhu
badan ini akibat dari kerja keras sewaktu melahirkan, kehilangan cairan
maupun kelelahan. Kurang lebih pada hari ke-4 postpartum, suhu badan akan
naik lagi. Apabila kenaikan suhu tubuh diatas 380C, waspada terhadap infeksi
postpartum.
b. Nadi.
Denyut nadi normal pada orang dewasa 60-80x/menit. Pasca melahirkan,
denyut nadi dapat mejadi bradikardi maupun lebih cepat. Denyut nadi yang
melebihi 100x/menit, harus waspada kemungkinan infeksi atau perdarahan
postpartum.
c. Tekanan Darah.
Tekanan darah adalah tekanan yang dialami darah pada pembuluh arteri
ketika darah dipompa oleh jantung ke seluruh anggota tubuh manusia. Tekanan
darah normal manusia adalah sistolik antara 90-120 mmHg dan diastolic 60-80
mmHg. Pasca melahirkan pada kasus normal, tekanan darah biasanya tidak
berubah. Perubahan tekanan darah menjadi lebih rendah pasca melahirkan
dapat diakibatkan oleh perdarahan. Sedangkan tekanan darah tinggi pada
postpartum merupakan tanda terjadinya preeklampsia postpartum.
d. Pernafasan.
Frekuensi pernafasan normal pada orang dewasa adalah 16-24 x/menit.
Pada ibu postpartum umumnya pernafasan lambat atau normal. Hal ini
dikarenakan ibu dalam keadaan pemulihan atau dalam kondisi istirahat.
Keadaan pernafasan selalu berhubungan dengan keadaan suhu dan denyut nadi.
Bila suhu dan nadi tidak normal, pernafasan juga akan mengikutinya, kecuali
apabila ada gangguan khusus pada saluran nafas. Bila pernafasan pada masa
postpartum menjadi lebih cepat, kemungkinan ada tanda-tanda syok (Marmi,
2015).
i) Proses Laktasi.
Selama masa nifas payudara bagian alveolus mulai optimal memproduksi
air susu (ASI). Dari alveolus ini ASI disalurkan ke dalam saluran kecil
(duktulus), dimana beberapa saluran kecil bergabung membentuk saluran yang
lebih besar (duktus). Di bawah areola, saluran yang besar ini mengalami
pelebaran yang disebut sinus. Akhirnya semua saluran yang besar ini memusat ke
dalam puting dan bermuara ke luar. Di dalam dinding alveolus maupun saluran,
terdapat otot yang apabila berkontraksi dapat memompa ASI keluar.
Tabel 2.4 Jenis-Jenis ASI.
Jenis – Jenis ASI Ciri – ciri
Kolostrum Cairan pertama yang dikeluarkan oleh kelenjar
payudara pada hari 1-3, berwarna kuning keemasan,
mengandung protein tinggi rendah laktosa.
ASI Transisi Keluar pada hari 3-8, jumlah ASI meningkat tetapi
protein rendah dan lemak, hidrat arang tinggi.
ASI Mature ASI yang keluar hari ke 8-11 dan seterusnya, nutria
terus berubah sampai bayi 6 bulan.
Sumber : Kemenkes RI. 2015.

j) Asuhan Nifas.
Asuhan masa nifas diperlukan dalam periode ini karena merupakan masa
kritis baik ibu maupun bayinya. Paling sedikit 4 kali kunjungan masa nifas
dilakukan untuk menilai status ibu dan bayi baru lahir dan untuk mencegah,
mendeteksi dan menangani masalah-masalah yang terjadi (Saifuddin, dkk, 2013).
Tabel 2.5 Kunjungan Masa Nifas.
Frekuensi Waktu Tujuan
Kunjungan
Masa Nifas
Kunjungan
I 6-8 jam 1. Mencegah perdarahan masa nifas karena
setelah atonia uteri.
persalinan. 2. Mendeteksi penyebab lain perdarahan serta
melakukan rujukan bila perdarahan
berlanjut.
3. Melakukan konseling pada ibu untuk
keluarga jika terjadi masalah.
4. Memfasilitasi ibu untuk pemberian ASI
awal.
5. Memfasilitasi, mengajarkan cara hubungan
ibu dan bayi (bounding attachment).
6. Menjaga bayi tetap sehat dan hangat dengan
cara mencegah hipotermia.
7. Memastikan ibu merawat bayi dengan baik
(perawatan tali pusat, memandikan bayi).
II 6 hari 1. Memastikan involusi uteri berjalan normal,
setelah uterus berkontraksi baik, tinggi fundus uteri
persalinan. dibawah pusat (umbilicus), tidak ada
perdarahan, lochea tidak berbau.
2. Mendeteksi tanda-tanda : demam,
perdarahan abnormal, sakit kepala hebat,
dll.
3. Memastikan ibu mendapatkan asupan
nutrisi, hidrasi dan istirahat yang cukup.
4. Memastikan ibu menyusui dengan baik dan
tak memperlihatkan tanda-tanda penyulit.
5. Memberikan konseling pada ibu
memberikan asuhan pada tali pusat,
menjaga bayi tetap hangat dan merawat
bayi sehari-hari.
6. Melakukan konseling KB secara mandiri.
7. Memastikan ibu untuk melakukan
pemeriksaan bayi ke pelayanan kesehatan
terdekat.
III 2 minggu Sama dengan kunjungan ke II.
setelah
persalinan.
IV 6 minngu 1. Menanyakan kepada ibu adakah
setelah masalah/penyulit yang dialami ibu maupun
persalinan. bayinya.
2. Memastikan ibu untuk memilih kontrasepsi
efektif/sesuai kebutuhan.
Sumber : Saifuddin, dkk, 2013
a. Anamnesis.
Tabel 2.6 Anamnesis Riwayat Ibu.
Anamnesis pada ibu Riwayat sosial Riwayat bayi
nifas riwayat ibu ekonomi
1. Nama, umur 1. Respon ibu dan 1. Menyusui.
2. Tanggal dan tempat keluarga terhadap 2. Keadaan tali pusat.
lahir bayi. 3. Vaksinasi.
3. Penolong 2. Kehadiran 4. Buang air kecil/
4. Jenis persalinan anggota keluarga besar.
5. Masalah-masalah untuk membantu
selama persalinan ibu dirumah.
6. Nyeri 3. Para pembuat
7. Menyusui atau keputusan
tidak dirumah.
8. Keluhan saat ini 4. Kebiasaan
9. Rencana masa minum, merokok
datang kontrasepsi dan menggunakan
yang akan obat.
digunakan 5. Kepercayaan dan
adat istiadat.
Sumber : Saifuddin, dkk, 2013.

b. Pemeriksaan Kondisi Ibu.


Tabel 2.7 Pemeriksaan Fisik Ibu Nifas.
Pemeriksaan Fisik Payudara Perut/Uterus Vulva/Perineum
pada Ibu Nifas
Umum
1. Suhu tubuh 1. Puting 1. Tinggi 1. Pengeluaran
2. Denyut nadi susu : fundus lochia
3. Tekanan darah pecah, uteri 2. Luka
4. Tanda-tanda pendek, 2. Kontraksi episiotomi
anemia rata uterus 3. Pembengkakan
5. Tanda-tanda 2. Nyeri 3. Kandung 4. Haemoroid
edema/trombof tekan kemih
lebitis 3. Abses
6. Refleks 4. Pembeng
7. Varices kakan
8. CVAT 5. Pengelua
(cortical ran ASI
vertebral area
tenderness)
Sumber : Saifuddin, dkk, 2013.

c. Penanganan.
Tabel 2.8 Tindakan yang Baik untuk Masa Nifas.
Tindakan Deskripsi dan Keterangan
Kebersihan diri. 1. Anjurkan kebersihan seluruh tubuh.
2. Mengajarkan ibu bagaimana membersihkan
daerah kelamin.
3. Sarankan ibu untuk mengganti pembalut
setidaknya dua kali sehari.
Istirahat. 1. Anjurkan ibu untuk beristirahat cukup untuk
mencegah kelelahan yang berlebihan.
2. Sarankan ia untuk kembali ke kegiatan-kegiatan
rumah tangga biasa perlahan-lahan, serta untuk
tidur siang atau beristirahat selagi bayi tidur.
Gizi. 1. Ibu menyusui harus :
a) Mengkonsumsi tambahan 500 kalori tiap
hari.
b) Makan dengan diet berimbang untuk
mendapatkan protein, mineral dan vitamin
yang cukup.
c) Minum setidaknya 3 liter air setiap hari
(anjurkan ibu untuk minum setiap kali
menyusui).
d) Pil zat besi harus diminum untuk menambah
zat gizi setidaknya selama 40 hari pasca
bersalin.
e) Minum kapsul vitamin A (200.000 unit) agar
bisa memberikan vitamin A kepada bayi
melalui ASInya.
Perawatan 1. Menjaga payudara tetap bersih dan kering.
payudara. 2. Menggunakan BH yang menyokong payudara.
3. Apabila puting susu lecet oleskan kolostrum atau
ASI yang keluar pada sekitar puting setiap kali
selesai menyusui.
Hubungan Secara fisik aman untuk memulai hubungan suami
perkawinan. istri begitu darah merah berhenti dan ibu dapat
memasukkan satu atau dua jarinya kedalam vagina
tanpa rasa nyeri.
Keluarga 1. Idealnya pasangan harus menunggu sekurang-
berencana. kurangnya 2 tahun sebelum ibu hamil kembali.
2. Meskipun beberapa metoda KB mengandung
resiko, menggunakan kontrasepsi tetap lebih
aman terutama apabila ibu sudah haid lagi.
3. Sebelum menggunakan metoda KB, hal-hal
berikut sebaiknya dijelaskan dahulu kepada ibu :
a) Bagaimana metoda ini dapat mecegah
kehamilan dan efektivitasnya.
b) Kelebihan dan keuntungannya.
c) Kekurangannya.
d) Efek samping.
e) Bagaimana menggunakan metoda itu.
f) Kapan metoda itu dapat mulai digunakan
untuk wanita pascasalin yang menyusui.
Sumber : Saifuddin, dkk, 2013.

k) Konseling ASI Esklusif.


1. Pengertian
ASI Eksklusif adalah pemberian ASI tanpa makanan dan minuman
pendamping (termasuk air jeruk, madu, air gula), yang dimulai sejak bayi baru
lahir sampai dengan usia 6 bulan (Sulityawati, 2009).
Pemberian ASI eksklusif adalah bayi hanya diberi ASI selama 6 bulan
tanpa tambahan cairan lain, seperti susu formula, jeruk, madu, air teh, dan air
putih, serta tanpa tambahan makanan padat, seperti pisang, bubur susu,
biskuit, bubur nasi, dan nasi tim, kecuali vitamin, mineral, dan obat 
(Prasetyono, 2009).
2. Manfaat ASI.
a. Nutrisi.
b. Daya tahan tubuh.
c. Meningkatkan kecerdasan.
d. Meningkatkan jalinan kasih sayang.
e. Penghematan biaya, obat-obatan, tenaga, sarana kesehatan.
f. Menciptakan generasi penerus bangsa yang tangguh dan berkualitas.
3. Zat Kekebalan Dalam ASI.
a. Faktor pertumbuhan laktobasilus bifidus.
Mendukung proses perkembangan bakteri yang  menguntungkan dalam
usus bayi untuk mencegah pertumbuhan bakteri yang merugikan.
b. Laktoferin.
Mengikat zat besi dalam ASI sehingga zat besi tidak digunakan oleh
bakteri pathogen untuk pertumbuhannya, seperti :
1) Anti alergi.
2) Mengandung zat anti virus polio.
3) Membantu pertumbuhan selaput usus bayi sebagai perisai untuk
menghindari zat-zat merugikan yang masuk ke dalam peredaran
darah.
4. Komposisi ASI.
a.Kolostrum merupakan cairan yang pertama kali. Cairan kental dengan warna
kekuning-kuningan dibanding susu matur. Disekresi hari ke 1 sampai ke
3, bila dipanaskan dan menggumpal, sedangkan ASI matur tidak.
Kolestrum merupakan pencahar yang ideal untuk membersihkan
mekonium dari usus bayi yang baru lahir dan mempersiapkan saluran
pencernaan makanan bayi bagi makanan yang akan datang, lebih banyak
mengandung karbohidrat, protein, mineral, antibodi, memberikan
perlindungan bagi bayi sampai umur 6 bulan dibandingkan dengan ASI
matur.
b. Air susu masa peralihan merupakan ASI peralihan dan kolostrum sampai
menjadi ASI yang matur. Disekresi dari hari ke 4 sampai ke 10, kadar
protein makin rendah sedangkan kadar karbohidrat dan lemak semakin
meninggi dan volume juga semakin meningkat.
c. ASI susu matur merupakan ASI yang disekresi pada hari ke 10 dan
seterusnya, komposisi relative konstan, cairan berwarna putih kekuningan
yang diakibatkan warna dari Ca-casein, riboflafin dan karoten yang
terdapat didalamnya, tidak menggumpal jika dipanaskan. Terdapat
antimicrobial factor antara lain : antibody (kekebalan terhadap infeksi),
protein, hormon-hormon.
5. Memperbanyak Produksi ASI.
a. Bayi menyusui setiap 2 jam selama 10-15 menit disetiap payudara.
b. Bangunkan bayi, buka baju/bedong yang membuat rasa gerah, duduklah
selama menyusui.
c. Pastikan bayi menyusui dengan posisi yang baik (menempel pada ibunya)
dan menelan secara aktif.
d. Susui bayi di tempat yang tenang nyaman dan minumlah setiap kali
menyusui.
e. Tidur bersebelahan/dekat dengan bayi sehingga dapat menyusui setiap
saat.
f. Ibu meningkatkan istirahat dan minum.
6. Pemerasan Asi Dengan Tangan.
Cara ini yang lazim digunakan karena tidak banyak membutuhkan sarana dan
lebih mudah :
a. Tangan dicuci sampai bersih.
b. Siapkan cangkir/gelas bertutup yang telah dicuci dengan air mendidih.
c. Payudara dikompres dengan kain handuk yang hangat dan dimasase
dengan kedua telapak tangan dari pangkal kearah kalang payudara.
Ulangi pemijatan ini pada sekitar payudara secara merata.
d. Dengan ibu jari disekitar kalang payudara bagian atas dan jari telunjuk
pada sisi yang lain, lalu daerah kalang payudara ditekan ke arah dada.
e. Daerah kalang payudara diperas dengan ibu jari dan jari telunjuk, jangan
memijat/menekan puting, karena dapat menyebabkan rasa nyeri/lecet.
f. Ulangi tekan-peras-lepas-tekan-perads-lepas, pada mulanya ASI tak
keluar, setelah beberapa kali maka ASI akan keluar.
g. Gerakan ini diulang pada sekitar kalang payudara pada semua sisi, agar
yakin bahwa ASI telah diperas dari semua segmen payudara.
7. Penyimpanan ASI.
ASI  yang dikeluarkan dapat disimpan untuk beberapa saat dengan syarat, bila
disimpan :
a. Di udara terbuka/bebas : 6-8 jam.
b. Di lemari es (4˚C) : 24 jam.
c. Di lemari pendingin/beku (- 18˚C) : 6 bulan.
ASI yang didinginkan bila akan dipakai tidak boleh direbus, karena
kualitasnya akan menurun yaitu unsur kekebalannya. ASI tersebut cukup
didiamkan beberapa saat didalam suhu kamar, agar tidak terlalu dingin,
atau dapat pula direndam didalam wadah yang telah berisi air panas.
Memberikan ASI perah dengan menggunakan sendok.
8. Penerapan ASI eksklusif pada ibu bekerja.
Walaupun ibu bekerja sebaiknya terus menyusui bayinya. Dianjurkan untuk
mengikuti cara-cara di bawah ini untuk mencegah penurunan produksi ASI
dan penyapihan yang terlalu dini.
a.Selama cuti hanya memberikan ASI saja.
b.Sebelum masa cuti habis ubah pola minum bayi dengan ASI perah.
c.Sebelum berangkat bekerja bayi harus disusui.
d.Selama di kantor perah ASI setiap 3-4 jam.
e.Simpan di lemari es dan di bawa pulang.
f.Setelah dihangatkan diberikan dengan sendok.
l) Konseling KB. 
Dalam memberikan konseling, khususnya bagi calon klien KB yang baru
hendaknya dapat diterapkan 6 langkah yang sedah dikenal dengan kata kunci
SATU TUJU. Penerapan SATU TUJU tersebut tidak perlu dilakukan secara
berurutan karena petugas harus menyesuaikan diri dengan kebutuhan klien.
Beberapa klien membutuhkan lebih banyak perhatian pada langkah yang satu
dibandingkan dengan langkah lainnya. Kata kunci SATU TUJU adalah sebagai
berikut :
a.SA: Sapa dan Salam.
Sapa dan salam kepada klien secara terbuka dan sopan.
Berikan perhatian sepenuhnya kepada mereka dan berbicara ditempat yang
nyaman serta terjamin privasinya. Yakinkan klien untuk membangun rasa
percaya diri. Tanyakan kepada klien apa yang perlu dibantu serta jelaskan
pelayanan apa yang dapat diperolehnya.
b. T : Tanya.
Tanyakan kepada klien informasi tentang dirinya. Bantu klien untuk berbicara
mengenai pengalaman keluarga berencana dan kesehatan reproduksi, tujuan,
kepentingan, harapan, serta keadaan kesehatan dan kehidupan keluarganya.
Tanyakan konstrasepsi yang diiginkan oleh klien. Berikan perhatian kepada
klien apa yang disampaikan oleh klien sesuai dengan kata-kata, gerak isyarat
dan caranya. Coba tempatkan diri kita di dalam hati klien. Perlihatkan bahwa
kita memahami. Dengan memahami pengetahuan, kebutuhan dan keinginan
klien kita dapat membantunya.
c. U: Uraikan.
Uraikan kepada klien mengenai pilihannya dan beritahu apa pilihan
reproduksi yang paling mungkin, termasuk pilihan beberapa jenis kontrasepsi.
Bantulah klien pada jenis kontrasepsi yang paling dia ingini, serta jelaskan
pula jenis-jenis lain yang ada. Juga jelaskan alternative kontrasepsi lain yang
mungkin diingini oleh klien. Uraikan juga mengenai risiko penularan HIV/
AIDS dan pilihan  metode ganda.
d. TU: Bantu.
Bantulah klien menentukan pilihannya. Bantulah klien berfikir mengenai apa
yang paling sesuai dengan keadaan dan kebutuhannya. Doronglah klien untuk
menunjukkan keinginannya dan mengajukan pertanyaan. Tanggapilah secara
terbuka. Petugas membantu klien mempertimbangkan kriteria dan keinginan
klien terhadap setiap jenis kontrasepsi. Tanyakan juga apakah pasangannya
akan memberikan dukungan dengan pilihan tersebut. Jika memungkinkan
diskusikan mengenai pilihan tersebut pada pasangannya. Pada akhirnya
yakinkan bahwa klien telah membuat suatu keputusan yang tepat. Petugas
dapat menanyakan : Apakah anda sudah memutuskan pilhan jenis
kontrasepsi? Atau apa jenis kontrasepsi terpilih yang akan digunakan.
e. J : Jelaskan.
Jelaskan secara lengkap bagaimana menggunakan kontrasepsi pilihannya
setelah klien memilih jenis kontrasepsinya, jika
diperlukan perlihatkan alat/obat kontrasepsinya. Jelaskan bagaimana alat/obat
kontrasepsi tersebut digunakan dan bagaimana cara penggunaannya. Sekali
lagi doronglah klien untuk bertanya dan petugas menjawab secara jelas dan
terbuka. Beri penjelasan juga tentang manfaat ganda metode kontrasepsi,
misalnya kondom yang dapat mencegah infeksi menular seksual (IMS). Cek
pengetahuan klien tantang penggunaan kontrasepsi pilihannya dan puji klien
apabila dapat menjawab dengan benar.
f. U: Kunjungan Ulang.
Perlunya dilakukan kunjungan ulang. Bicarakan dan buatlah perjanjian,
kapan klien akan kembali untuk melakukan pemeriksaan atau permintaan
kontrasepsi jika dibutuhkan. Perlu juga selalu mengingatkan klien untuk
kembali apabila terjadi suatu masalah.

C. Tahap Masa Nifas


Masa Nifas dibagi menjadi 3 tahap, yaitu puerperium dini, puerperium
intermedial, dan remote puerperium. Perhatikan penjelasan berikut (Sulistyawati,
2015).
1. Puerperium dini merupakan masa pemulihan, yang dalam hal ini ibu telah
diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan. Dalam agama islam, dianggap bersih dan
boleh bekerja setelah 40 hari.
2. Puerperium intermedial merupakan masa kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia,
yang lamanya sekitar 6-8 minggu.
3. Remote puerperium merupakan masa yang diperlukan untuk pulih dan sehat
sempurna, terutama bila selama hamil atau waktu persalinan mempunyai
komplikasi. Waktu untuk sehat sempurna dapat berlangsung selama berminggu-
minggu, bulanan, bahkan tahunan.
Menurut (Sulistyasawati, 2015), adaptasi psikologis post partum menurut teori
rubin dibagi dalam 3 periode yaitu sebagai berikut :
1. Periode taking in (fase ketegantungan).
Baru pada umunya pasif dan tergantung, perhatikannya tertuju pada kekhawatir
akan tubuhnya :
a) Ia akan mengulang-ulang memceritakan pengalamannya waktu melahirkan.
b) Tidur tanpa gangguan sangat penting untuk mengurangi gangguan kesehatan
akibat kurang istirahat.
c) Peningkatan nutrisi dibutuhkan untuk mempercepat pemulihan dan
penyembuhan luka, serta persiapa proses laktasi aktif.
d) Dalam pemberian asuhan, bidan harus dapat memfasilitas kebutuhan psikologis
ibu, pada tahap ini, bidan dapat menjadi pendengar yang baik ketika ibu
menceritakan pengalamannya. Berikan juga dukungan mental atau apresiasi
atas hasil perjuangan ibu sehingga dapat berhasil melahirkan anaknya.
2. Periode “Taking Hold” (Fase independen).
a) Periode ini berlangsung pada hari ke 2-4 post partum.
b) Ibu menjadi perhatian pada kemampuannya menjadi orang tua yang sukses dan
meningkatkan tanggung jawab terhadap bayi.
c) Ibu berkontraksi pada pengontrolan fungsi tubuhnya, BAB, BAK, serta
kekuatan tubuhnya.
d) Ibu berusaha keras untuk menguasai keterampilan perawatan bayi, misalnya
menggedong, memandikan, memasang popok dan sebagainya.
e) Pada masa ini, bidan harus tanggap terhadap kemungkinan perubahan yang
terjadi.
f) Pada tahap ini, bidan harus tanggap terhadap kemungkinan perubahan yang
terjadi.
g) Tahap ini merupakan waktu yang tepat bagi bidan untuk memberikan
bimbingan cara perawatan bayi, namun harus selalu diperhatikan teknik
bimbingannya, jangan sampai menyinggung perasaan atau membuat perasaan
ibu tidak nyaman karena ia sangat sensitif. Hindari kata “jangan begitu” atau
“kayak gitu salah” pada ibu karena hal itu akan sangat menyakitkan
perasaannya dan akibatnya ibu akan putus asa untuk mengikuti bimbingan yang
bidan berikan.
3. Periode “Letting Go”
a) Periode ini biasanya terjadi satelah ibu pulang ke rumah. Periode ini pun sangat
pengaruh terhadap waktu dan perhatian yang diberikan oleh keluarga.
b) Ibu mengambil tanggung jawab terhadap perawatan bayi dan ia harus
beradaptasi dengan segala kebutuhan bayi yang sangat tergantung padanya. Hal
ini menyebabkan berkurangnya hak ibu, kebebasan, dan hubungan sosial.
c) Depresi post partum umumnya terjadi pada periode ini.
Faktor-faktor yang mempengaruhi suksesnya masa transisi ke masa menjadi
orang tua pada saat post partum (Sulistyawati, 2015).

D. Kebutuhan Dasar Ibu Nifas


Menurut (Ulandari Sripina, 2016) kebutuhan dasar pada ibu nifas meliputi :
1. Nutrisi
1) Sumber tenaga (energi).
Untuk membakar tubuh, pembentukan jaringan baru, penghematan protein (jika
sumber tenaga kurang, protein dapat digunakan sebagai cadangan untuk
memenuhi kebutuhan energi). Zat gizi sebagai sumber kabohidrat terdiri dari
beras, sagu, jagung, tepung terigu dan ubi, sedangkan zat lemak dapat diperoleh
dari hewani (lemak, mentega, keju) dan nabati (kelapa sawit, minyak sayur,
minyak kelapa dan margarine).
2) Sumber pembangun (protein).
Protein diperlukan untuk pertumbuh dan pengganti sel-sel yang rusak atau mati.
Protein dari makanan harus diubah menjadi asam amino sebelum diserap oleh
sel mukosa usus dan dibawa kehati melalui pembuluh darah vena portae.
Sumber protein dapat diperoleh dari protein hewani (ikan, udang, kerang,
kepiting, daging ayam, hati, telur, susu, dan keju) dan protein nabati (kacang
tanah, kacang merah, kacang hijau, kedelai, tahu tempe). Sumber protein
terlengkap terdapat dalam susu, telur dan keju, ketiga makanan tersebut juga
mengandung zat kapur, zat besi dan vitamin.
3) Sumber pengatur dan pelindung (mineral, vitamin dan air).
Unsur-unsur tersebut digunakan untuk melindungi tubuh dari serangan penyakit
dan pengatur kelancaran metabolisme dalam tubuh. Ibu menyusui minum air
sedikit 3 liter setiap hari (ajurkan ibu untuk minum setiap kali habis menyusui).
Sumber zat pengatur dan pelindung biasa diperoleh dari semua jenis sayuran
dan buah-buahan.
2. Ambulasi Dini.
Early ambulation adalah kebijakan untuk selekas mungkin membimbing klien
keluar dari tempat tidurnya dan membimbingnya selekas mungkin berjalan. Klien
sudah diperbolehkan bangun dari tempat tidur dalam 24-28 jam post partum.
Keuntungan early ambulation adalah :
a. Klien merasa lebih baik, lebih sehat dan lebih kuat.
b. Faal usus dan kandung kecing lebih baik.
c. Dapat lebih memungkinkan dalam mengajari ibu untuk merawat atau
memelihara anaknya, memandikan dan lain-lain selama ibu masih dalam
perawatan. Kontra indikasi : klien dengan penyulit, misalnya : anemia, penyakit
jantung, penyakit paru, dan lain-lain.
3. Eliminasi.
1) Miksi disebut normal bila dapat buang air kecil spontan setiap 3-4 jam. Ibu
diusahakan dapat buang air sediri, bila tidak dilakukan dengan tindakan.
a. Dirangsang dengan mengalir air kran didekat klien.
b. Mengompres air hangat diatas simpisis.
Bila tidak berhasil dengan cara diatas maka dilakukan keteterisasi. Karena
prosedur kateterisasi membuat klien tidak nyaman dan resiko infeksi saluran
kencing tidak nyaman dan resiko infeksi saluran kencing tinggi untuk itu
kateterisasi tidak dilakukan sebelum lewat 6 jam post partum. douwer kateter
diganti setelah 48 jam.
2) Defekasi.
Biasanya 2-3 hari post partum masih sulit buang air besar. Jika klien pada hari
ke tiga belum juga buang air besar maka diberikan laksana supositosia dan
minum air hangat. Agar dapat dibuang air besar secara teratur dapat dilakukan
dengan diet teratur, pemberian cairan yang banyak, makanan cukup serat,
olahraga (Ulandari Sripina, 2016).

E. Tanda Bahaya Masa Nifas


Jika ibu merasakan hal-hal berikut ini, ibu segera ketempat pelayanan
kesehatan (Sulistyawati, 2015).
Pendarahan post partum :
a. Pasien mengatakan banyak darah.
b. Pasien mengatakan pusing dan mengatuk.
c. Pasien mengatakan perutnya tidak mules.
d. Pasien mengatakan pandangan mata berkunang-kunang.
Masalah yang sering muncul pada masa nifas :
1. Gangguan perkemihan.
a. Pasien mengatakan nyeri pada bagian atas tulang kemaluan.
b. Pasien mengatakan sudah lebih dari 24 jam setelah melahirkan belum dapat
kencing.
c. Pasien mengatakan takut kencing karena khawatir akan menimbulkan rasa sakit
pada luka jahitan.
d. Pasien mengatakan takut untuk jongkok ketika kencing karena khawatir jahitan
pada jalan lahir akan membuka.
e. Beri penjelasan kepada pasien bahaya menunda kencing setelah melahirkan.
2. Gangguan buang air besar.
a. Pasien mengatakan sudah lebih dari 4 hari belum buang air besar.
b. Pasien mengatakan takut untuk buang air besar.
c. Pasien takut jongkok.
d. Berikan penjelasan kepada pasien mengenai arti pentingnya buang air besar
sedini mungkin setelah melahirkan.
e. Yakinkan pasien bahwa jongkok dan mengedan ketika buang air besar tidak
akan menimbulkan kerusakan pada luka jahitan.
f. Anjurkan kepada pasien untuk banyak minuman air putih, serta makan sayuran
dan buah.
3. Gangguan hubungan seksual.
a. Pasien mengatakan trauma untuk berhubungan seksual karena khawatir sakit
pada bekas luka jahitan.
b. Pasien mengatakan tidak mau berhubungan seksual lagi karena trauma untuk
hamil dan melahirkan lagi.
c. Pasien mengatakan tidak percaya diri untuk berhubungan seksual karena
badanya sudah tidak menarik lagi seperti dulu.
4. Gangguan proses menyusui.
a. Kaji penyebab gangguan.
b. Lakukan antisipasi sesuai penyebab.
c. Libatkan suami dan keluarga dalam proses pelaksanaan.
d. Berikan dukungan mental sepenuhnya kepada pasien.
Infeksi masa nifas :
Infeksi nifas mencakup semua peradangan yang disebabkan oleh masuknya
kuman-kuman kedalam alat genital pada waktu persalinan nifas. Menurut John
Committee on Maternal Welfare (Amerika Serikat), definisi morbiditas puerperalis
adalah kenaikan suhu sampai 300C atau lebih selama 2 hari dalam 10 hari pertama
post partum, dengan mengecualikan hari pertama. Suhu harus diukur dari mulut
setidaknya 4 kali sehari (Sulistyawati, 2015).
a. Pembedungan air susu.
Sesudah bayi dan plasenta keluar, kadar estrogen dan progesteron dalam 2-3 hari.
Dengan demikian, faktor dari hypothalamus yang menghalangi keluarkan lagi dan
terjadi sekresi proklatin waktu hamil sangat dipengaruhi oleh ekstrogen tidak
dikeluarkan lagi dan terjadi sekresi prolaktin oleh hypofisis. Pada pemulaan nifas,
apabila bayi belum menyusui dengan baik, atau kemudian apabila kelenjar-
kelenjar tidak dikosongkan dengan sempurna, terjadi pembedungan air susu.
Payudara panas dan keras nyeri pada perabaan, serta suhu badan tidak naik. Puting
susu mendatar dan ini dapat menyulitkan bayi untuk menyusui. Kadang-kadang
pengeluaran susu terhalang duktus laktoferi yang menyempit karena pembesaran
vena dan pembuluh limfe. Penanganan pembendungan dilakukan dengan jalan
menyokong payudara dengan BH dan memberikan analgetika. Kadang-kadang
perlu diberi Stilboestrol 3 kali sehari 1 mg selama 2-3 hari (sementara waktu)
untuk mengurangi pembedungan dan kemungkinan air susu dikeluarkan dengan
pijatan (Sulistyawati, 2015).
b. Mastitis.
Pada masa nifas dapat terjadi infeksi pada payudara, terutama pada primipara.
Infeksi terjadi melalui luka pada puting susu, tetapi mungkin juga melalui
peredaran darah (Sulistyawati, 2015). Tanda-tanda, antara lain : rasa panas dingin
disertai dengan kenaikan suhu, penderita merasa lesu, tidak ada nafsu makan.
Infeksi yang biasanya terjadi adalah stapbilococcus aureus, dengan tanda-tanda
sebagai berikut : payudara membesar, nyeri, kulit merah pada suatu tempat,
membengkak sedikit , nyeri pada perabaan.
Jika hal tersebut tidak lekas diberi pengobatan maka dapat terjadi abses.
Pencegahan :
1. Perawatan puting susu pada masa laktasi merupakan usaha penting untuk
mencegah mastitis.
2. Perawatan dengan cara membersihkan puting dengan minyak, air hangat
sebelum dan sesudah menyusui untuk menghilangkan kerak dan susu yang
sudah mengering.
3. Bila ada retak atau luka pada puting, sebaiknya bayi jangan menyusui pada
bagian payudara yang sakit sampai luka sembuh. ASI dikeluarkan dengan
peminjatan.
Pengobatan :
1. Segera setelah mastitis ditemukan, pemberian susu kepada bayi dari payudara
yang sakit dihentikan dan diberi antibiotik.
2. Dengan tindakan-tindakan ini, terjadinya abses dapat dicegah karena biasanya
infeksi disebabkan oleh stapbilococcus aureus. Penisilin dalam dosis tinggi
dapat diberikan.
3. Sebelum pemberian penisilin, dapat diadakan pembiakan ASI supaya penyebab
mastitis dapat benar-benar diketahui.
4. Bila ada abses, nanah perlu dikeluarkan dengan sayatan sedikit, mungkin pada
abses. Untuk mencegah kerusakan pada duktus laktiferus, sayatan dibuat
sejajar.
c. Post partum blues.
Fenomena pasca partum awal atau baby blues merupakan sekuel umum kelahiran
bayi. Biasanya terjadi pada 70% wanita. Penyebabnya ada beberapa hal, antara
lain lingkungan tempat melahirkan yang kurang mendukung, perubahan hormon
yang cepat, dan keraguan terhadap peran yang baru. Pada dasarnya, tidak satu pun
dari ketiga hal tersebut termasuk penyebab yang konsisten. Faktor penyebab
biasanya merupakan kombinasi dari berbagai faktor, termasuk adanya gangguan
tidur yang tidak dapat dihindari oleh ibu selama masa-masa awal menjadi seorang
ibu. Post partum blues biasanya dimulai pada beberapa hari setelah kelahiran dan
berakhir setelah 10-14 hari. Karakteristik post partum blues meliputi menangis,
merasa letih karena melahirkan, gelisah, perubahan alam perasaan, menarik diri,
serta reaksi negatif terhadap bayi dan keluarga. Karena pegalaman melahirkan
digambarkan sebagai pegalaman “puncak”, ibu baru mungkin merasa perawatan
yang tepat, jika banyangan melahirkan tidak sesuai dengan apa yang ia alami. Ia
mungkin juga merasa diabaikan jika perhatian keluarganya tiba-tiba berfokus pada
bayi yang baru saja dilahirkan (Sulistyawati, 2015).
d. Depresi berat dikenai sebagai sindrom depresif non psikotik pada kehamilan
namun umumnya terjadi dalam beberapa minggu sampai bulan setelah kelahiran.
Gejala-gejala depresi berat :
1. Perubahan pada mood.
2. Gangguan pola tidur dan pola makan.
3. Perubahan mental dan libido.
4. Dapat pula muncul fobia, ketakutan akan menyakiti diri sediri atau bayinya.

2.4 Konsep Dasar Bayi Baru Lahir


A. Pengertian Bayi Baru Lahir
Menurut Saifuddin, bayi baru lahir adalah bayi yang baru lahir selama satu jam
pertama kelahiran.
Menurut M. Sholeh Kosim, bayi baru lahir normal adalah berat bayi lahir antara
2500-4000 gram, cukup bulan, lahir langsung menangis dan tidak ada kelainan
kongenital (cacat bawaan) yang berat (Marmi dan Rahardjo, 2015).

B. Fisiologi Bayi Baru Lahir


Fisiologi neonatus adalah ilmu yang mempelajari fungsi dan proses vital pada
neonatus. Dibawah ini akan diuraikan beberapa fungsi dan proses vital neonatus.
1. Sistem Pernapasan.
Masa yang paling kritis pada bayi baru lahir adalah ketika harus mengatasi
resistensi paru pada saat pernafasan yang pertama kali. Dan proses pernafasan ini
bukanlah kejadian yang mendadak, tetapi telah dipersiapkan lama sejak
intrauterin.
Selama dalam uterus, janin mendapat oksigen dari pertukaran gas melalui
plasenta. Setelah bayi lahir, pertukaran gas harus melalui paru-paru bayi.
Perkembangan sistem pulmoner terjadi sejak masa embrio, tepatnya pada umur
kehamilan 24 hari dan pada umur kehamilan 34-36 minggu struktur paru-paru
matang, artinya paru-paru sudah bisa mengembangkan sistem alveoli. Pernafasan
pertama pada bayi normal terjadi dalam waktu 30 detik pertama sesudah lahir.
Saat kepala bayi melewati jalan lahir, ia akan mengalami penekanan yang
tinggi pada toraksnya, dan tekanan ini akan hilang dengan tiba-tiba setelah bayi
lahir. Proses mekanis ini menyebabkan cairan yang ada di dalam paru-paru hilang
karena terdorong ke bagian perifer paru-paru untuk kemudian diabsorbsi. Karena
terstimulus oleh sensor kimia, suhu, serta mekanis akhirnya bayi memulai aktivasi
nafas untuk yang pertama kalinya (Marmi dan Rahardjo, 2015).
2. Perubahan Peredaran Darah Neonatus.
Aliran darah dari plasenta berhenti pada saat tali pusat diklem. Tindakan ini
menyebabkan suplai oksigen ke plasenta menjadi tidak ada dan menyebabkan
serangkaian reaksi selanjutnya (Marmi dan Rahardjo, 2015).
Sirkulasi janin memiliki karakteristik sirkulasi bertekanan rendah. Karena
paru-paru adalah organ tertutup yang berisi cairan, maka paru-paru memerlukan
aliran darah yang minimal. Sebagian besar darah janin yang teroksigensi melalui
paru-paru mengalir melalui lubang antara atrium kanan dan kiri yang disebut
dengan foramen ovale. Darah yang kaya akan oksigen ini kemudian secara
istimewa mengalir ke otak melalui duktus arteriosus (Marmi dan Rahardjo, 2015).
Karena tali pusat di klem, sistem bertekanan rendah yang berada pada unit
janin plasenta terputus sehingga berubah menjadi sistem sirkulasi tertutup,
bertekanan tinggi dan berdiri sendiri. Efek yang terjadi segera setelah tali pusat di
klem adalah peningkatan tahanan pembuluh darah sistemik. Hal yang paling
penting adalah peningkatan tahanan pembuluh darah dan tarikan napas pertama
terjadi secara bersamaan. Oksigen dari nafas pertama tersebut menyebabkan
sistem pembuluh darah berelaksasi dan terbuka sehingga paru-paru menjadi
sistem bertekanan rendah (Marmi dan Rahardjo, 2015).
Kombinasi tekanan yang meningkat dalam sirkulasi sistemik dan menurun
dalam sirkulasi paru menyebabkan perubahan tekanan aliran darah dalam jantung.
Tekanan akibat peningkatan aliran darah di sisi kiri jantung menyebabkan
foramen ovale menutup, duktus anteriorsus yang mengalirkan darah teroksigenasi
ke otak janin kini tak lagi diperlukan. Dalam 48 jam, duktus ini akan mengecil
dan secara fungsional menutup akibat penurunan kadar prostaglandin E2, yang
sebelumnya disuplai oleh plasenta. Darah teroksigenasi yang secara rutin
mengalir melalui duktus anteriorsus serta foramen ovale melengkapi perubahan
radikal pada anatomi dan fisiologis jantung. Darah yang tidak kaya akan oksigen
masuk ke jantung bayi menjadi teroksigenasi sepenuhnya di dalam paru,
kemudian dipompakan ke seluruh bagian tubuh (Marmi dan Rahardjo, 2015).

C. Asuhan Bayi Baru Lahir


Menurut Patricia, bayi baru lahir juga membutuhkan perawatan yang dapat
meningkatkan kesempatan menjalani masa transisi dengan berhasil. Tujuan asuhan
kebidanan yang lebih luas selama masa ini adalah memberikan perawatan
komprehensif kepada bayi baru lahir pada saat ia dalam ruang rawat, untuk
mengajarkan orang tua bagaimana merawat bayi mereka dan untuk memberi motivasi
terhadap upaya pasangan menjadi orang tua, sehingga orang tua percaya diri dan
mantap (Marmi dan Rahardjo, 2015).
1. Asuhan Bayi Segera Lahir
Asuhan segera bayi baru lahir adalah asuhan yang diberikan pada bayi tersebut
selama jam pertama setelah kelahiran. Aspek-aspek penting asuhan segera bayi
baru lahir :
a) Memantau pernafasan dan warna kulit bayi setiap 5 menit sekali (Marmi dan
Rahardjo, 2015).
Evaluasi nilai APGAR, yaitu apperance (warna kulit), pulse (denyut nadi),
grimace (respon refleks), activity (tonus otot) dan respiratory (pernafasan)
dilakukan mulai dari menit pertama sampai 5 menit. Hasil pengamatan
masing-masing aspek dituliskan dalam skala skor 0-2.
Tabel 2.9 Penilaian Bayi dengan Metode APGAR.
Aspek Pengamatan Skor
Appearance/warna Seluruh tubuh Warna kulit tubuh Warna kulit
kulit. bayi berwarna normal, tetapi seluruh tubuh
kebiruan. tangan dan kaki normal.
berwarna
kebiruan.
Pulse/denyut nadi. Denyut nadi Denyut nadi, 100 Denyut nadi >
tidak ada. kali/menit. 100 kali/menit
Grimace/ respon Tidak ada Wajah meringis Meringis,
refleks. respon saat distimulasi. menarik, batuk
terhadap atau bersin saat
stimulasi. distimulasi.
Activity/ tonus Lemah, tidak Lengan dan kaki Bergerak aktif
otot. ada gerakan. dalam posisi dan spontan.
fleksi dengan
sedikit gerakan.
Respiratory/pernaf Tidak Menangis lemah, Menangis kuat,
asan. bernafas, terdengar seperti pernafasan baik
pernafasan merintih. dan teratur.
lambat dan
tidak teratur.
Sumber : Tandon, N.M. 2016.
Keterangan :
0-3 : Asfiksia berat.
4-6 : Asfiksia sedang.
7-10 : Asfiksia ringan / normal.
b)Jaga agar bayi tetap kering dan hangat dengan cara ganti handuk atau kain yang
basah dan bungkus bayi dengan selimut serta pastikan kepala bayi telah
terlindung baik.
c) Memeriksa telapak kaki bayi setiap 15 menit :
1) Jika telapak bayi dingin periksa suhu aksila bayi.
2) Jika suhu kurang dari 36,50C segera hangatkan bayi.
d) Kontak dini dengan bayi.
Berikan bayi kepada ibunya secepat mungkin untuk :
1) Kehangatan yaitu untuk mempertahankan panas.
2) Untuk ikatan batin dan pemberian ASI.
a. Jangan pisahkan ibu dengan bayi dan biarkan bayi bersama ibunya
paling sedikit 1 jam setelah persalinan (Marmi dan Kukuh, 2016).
b.Segera setelah bayi lahir dan tali pusat diikat, kenakan topi pada bayi dan
bayi diletakkan secara tengkurap di dada ibu, kontak langsung antara
kulit dada bayi dan kulit dada ibu. Bayi akan merangkak mencari puting
susu ibu dan menyusu (Gavi, 2015).
e) Perawatan Mata
Obat mata eritromisin 0,5% atau tetrasiklin 1% dianjurkan untuk pencegahan
penyakit mata karena klamidia (penyakit menular seksual). Obat mata perlu
diberikan pada jam pertama setelah persalinan, yang lazim digunakan adalah
larutan perak nitrat atau neosporin dan langsung diteteskan pada mata bayi
segera setelah bayi lahir (Saifuddin, 2014).
2.Asuhan 24 Jam Bayi Baru Lahir.
Menurut Marmi dan Kukuh (2016), dalam waktu 24 jam bila bayi tidak mengalami
masalah apapun, berikanlah asuhan berikut :
a) Lanjutkan pengamatan pernafasan, warna dan aktifitas bayi.
b) Pertahankan suhu tubuh bayi.
1) Hindarkan memandikan bayi minimal 6 jam dan hanya setelah itu jika tidak
terdapat masalah medis serta suhunya 36,5°C atau lebih.
2) Bungkus bayi dengan kain yang kering/hangat.
3) Kepala bayi harus tertutup.
c) Pemeriksaan fisik bayi
Butir-butir penting pada saat memeriksa bayi baru lahir :
1) Gunakan tempat yang hangat dan bersih.
2) Cuci tangan sebelum dan sesudah memeriksa, gunakan sarung tangan dan
bertindak lembut pada saat menangani bayi.
3) Lihat, dengar dan rasakan tiap-tiap daerah mulai dari kepala sampai jari-jari
kaki.
4) Jika ada faktor resiko dan masalah minta bantuan lebih lanjut jika
diperlukan.
5) Rekam hasil pengamatan.
d) Berikan vitamin K untuk mencegah terjadinya perdarahan karena defisiensi
vitamin K pada BBL.
Cara Pemberian Injeksi Vitamin K :
1) Semua bayi baru lahir harus diberikan injeksi vitamin K1 profilaksis.
2) Jenis vitamin K yang digunakan adalah vitamin K1 (phytomenadione) injeksi
dalam sediaan ampul yang berisi 10 mg Vitamin K1 per 1 ml.
3) Cara pemberian profilaksis injeksi vitamin K1 adalah :
a. Masukkan vitamin K1 ke dalam semprit sekali pakai steril 1 ml, kemudian
disuntikkan secara intramuskular di paha kiri bayi bagian anterolateral
sebanyak 1 mg dosis tunggal, diberikan paling lambat 2 jam setelah lahir.
b. Vitamin K1 injeksi diberikan sebelum pemberian imunisasi hepatitis B0
(uniject), dengan selang waktu 1-2 jam.
e) Identifikasi bayi.
f) Perawatan lain :
1)Lakukan perawatan tali pusat.
2) Dalam waktu 24 jam dan sebelum ibu dan bayi pulang ke rumah beri
imunisai hepatitis B.
Umur : Mulai umur 0 bulan. 
Dosis : 0,5 cc /pemberian.
Cara : Suntikan IM pada bagian luar. 
Jumlah suntikan : 3x. 
Efek samping : tidak ada. 
3) Ajarkan tanda-tanda bahaya bayi pada orang tua.
4) Ajarkan pada orang tua cara merawat bayi.
5) Beri ASI sesuai kebutuhan setiap 2-3 jam.
6) Jaga keamanan bayi terhadap trauma dan penyakit atau infeksi.
7) Ukur suhu tubuh bayi jika tampak sakit atau menyusui kurang baik.
8) Penyuluhan sebelum bayi pulang.
a.Perawatan tali pusat.
b.Pemberian ASI.
c.Jaga kehangatan bayi.
d. Tanda-tanda bahaya.
e. Imunisasi.
f. Perawatan harian atau rutin.
g. Pencegahan infeks.
3.Asuhan 2-6 Hari Bayi Baru Lahir.
Pada hari ke 2-6 setelah persalinan ada hal-hal yang perlu diperhatikan pada bayi,
yaitu :
a) Minum.
Berikan ASI sesering mungkin sesuai keinginan ibu (jika payudara penuh)
dan tentu saja lebih berarti menyusui sesuai kehendak bayi atau kebutuhan bayi
setip 2-3 jam (paling sedikit setiap 4 jam), bergantian pada payudara kiri dan
kanan. Pemberian ASI saja cukup pada periode usia 0-6 bulan, kebutuhan gizi
bayi baik kualitas dan kuantitas terpenuhi dari ASI saja tanpa makanan atau
minuman lainnya. Pemberian makanan lain akan mengganggu produksi ASI
dan mengurangi kemampuan bayi menghisap.
b) Buang Air Besar.
Feses bayi di dua hari pertama setelah persalinan biasanya berbentuk
seperti ter atau aspal lembek. Zat buangan ini berasal dari pencernaan bayi yang
dibawa dari kandungan.
Menurut Dr. Waldi Nurhamzah, umumnya warna-warna feses bayi dapat
dibedakan menjadi kuning, coklat, hijau, merah dan putih atau keabuan. Normal
atau tidaknya sistem pencernaan bayi dapat dideteksi dari warna-warna feses
tersebut.
1) Feses kuning : Normal (ASI penuh yaitu foremilk/ASI depan dan
hindmilk/ASI belakang.
2) Feses hijau : Normal (tidak boleh terus-menerus karena bayi hanya mendapat
foremilk saja).
3) Feses merah : Disebabkan adanya tetesan darah yang menyertai.
4) Feses keabu-abuan : Waspada (disebabkan gangguan pada hati).
c) Buang Air Kecil.
Bayi baru lahir cenderung sering BAK 7-10 x sehari. Jika urine pucat, kondisi
ini menunjukkan masukan cairan yang cukup.
d) Tidur
Dalam 2 minggu pertama setelah lahir, bayi normalnya sering tidur, bayi baru
lahir sampai usia 3 bulan rata-rata tidur selama 16 jam sehari.
e) Kebersihan Kulit
Muka, pantat dan tali pusat bayi perlu dibersihkan secara teratur. Selalu
mencuci tangan sebelum dan sesudah memegang bayi.
f) Keamanan
Jangan sekali-sekali meninggalkan bayi tanpa ada yang menunggu. Hindari
pemberian apapun ke mulut bayi selain ASI.

2.5 Konsep Dasar Keluarga Berencana


A. Pengertian kontrasepsi
Kontrasepsi adalah upaya untuk mencegah terjadinya kehamilan. Upaya ini dapat
bersifat sementara maupun bersifat permanen dan upaya ini dapat dilakukan dengan
menggunakan cara, alat atau obat-obatan (Proverawati, dkk 2015).
Menurut Depkes RI No. 52 tahun 2009 “keluarga berencana adalah upaya
mengatur kelahiran anak, jarak dan usia ideal melahirkan, mengatur kehamilan,
melalui promosi, perlindungan, dan bantuan sesuai dengan hak reproduksi untuk
mewujudkan keluarga berkualitas”.
Menurut World Healt Organisation (WHO) “keluarga berencana adalah
tindakan yang membantu pasangan suami istri untuk menghindari kehamilan yang
tidak diinginkan, mendapat kelahiran yang memang sangat diinginkan, serta
menentukan jumlah anak dalam keluarga”.

B. Tujuan Keluarga Berencana


1. Tujuan demografi yaitu mencegah terjadinya ledakan penduduk dengan menekan
laju pertumbuhan penduduk (LLP) dan hal ini tentunya akan diikuti dengan
menurunnya angka kelahiran. Penambahan penduduk yang tidak terkendali akan
mengakibatkan kesengsaraan (Hartanto, 2002).
2. Tujuan akhir keluarga berencana adalah tercapainya NKKBS (Norma Keluarga
Kecil Bahagia dan Sejatera) dan membentuk keluarga berkualitas artinya suatu
keluarga yang harmonis, sehat, tercukupi sandang, pangan, pendidikan dan
produktif dari segi ekonomi (Suratun, 2008).

C. Sasaran Program KB
1. Sasaran langsung.
Pasangan usia subur yaitu pasangan yang wanitanya berusia antara 15-49
tahun, karena kelompok ini merupakan pasangan yang aktif melakukan
hubungan seksual dan setiap kegiatan seksual dapat mengakibatkan kehamilan.
PUS diharapkan secara bertahap menjadi peserta KB yang aktif lestari sehingga
memberi efek langsung penurunan fertilisasi (Saifuddin, 2010).
Menurut BKKBN (2009) “pasangan usia subur yaitu pasangan yang istrinya
berumur 15-49 tahun atau pasangan suami istri berumur kurang dari 15 tahun dan
sudah haid atau istri berumur lebih dari 50 tahun tetapi masih haid (datang
bulan)”.
2. Sasaran Tidak Langsung.
1) Kelompok remaja usia 15-19 tahun, remaja ini memang bukan merupakan
target dari penggunaan alat kontrasepsi secara langsung tetapi merupakan
kelompok yang beresiko untuk melakukan hubungan seksual akibat telah
berfungsinya alat-alat reproduksinya. Sehingga program KB disini lebih
berupaya promotif dan preventif untuk mencegah terjadinya kehamilan yang
tidak diinginkan serta kejadian aborsi (Prawirohardjo, 2007).
2) Organisasi-organisasi, lembaga-lembaga kemasyarakatan, instansi-instansi
pemerintah maupun swasta, tokoh-tokoh masyarakat (alim ulama, wanita, dan
pemuda), yang diharapkan dapat memberikan dukungannya dalam
pelembagaan NKKBS (Prawirohardjo, 2007).
3) Sasaran wilayah dengan laju pertumbuhan penduduk yang tinggi
(Prawirohardjo, 2007).

D. Macam-Macam Metode Atau Cara Kontrasepsi


Menurut Proverawati, dkk (2015), idealnya pasangan harus menunggu sekurang-
kurangnya dua tahun sebelum ibu hamil kembali. Setiap pasangan harus menentukan
sendiri kapan dan bagaimana mereka ingin merencanakan tentang keluarganya.
Biasanya ibu tidak akan menghasilkan telur (ovulasi) sebelum ia mendapatkan lagi
haidnya selama meneteki (amenorhoe laktasi). Meskipun beberapa metode KB
mengandung resiko, penggunaan kontrasepsi tetap lebih aman terutama bila ibu sudah
haid lagi.
1)Metode Amenore Laktasi (MAL).
MAL adalah metode kontrasepsi sementara yang mengandalkan pemberian Air
Susu Ibu (ASI) secara eksklusif, artinya hanya diberikan ASI saja tanpa tambahan
makanan dan minuman lainnya. Metode ini khusus digunakan untuk menunda
kehamilan selama 6 bulan setelah melahirkan dengan memberikan ASI eksklusif.
MAL dapat dipakai sebagai alat kontrasepsi, apabila :
a) Menyusui secara penuh (full breast feeding), lebih efektif jika diberikan
minimal 8 kali sehari.
b) Belum mendapat haid.
c) Umur bayi kurang dari 6 bulan.
Cara kerja MAL adalah menunda atau menekan terjadinya ovulasi. Pada
masa laktasi/menyusui, hormon yang berperan adalah prolaktin dan oksitosin.
Semakin sering menyusui, maka kadar prolaktin meningkat dan hormon
gonadotropin melepaskan hormon penghambat (inhibitor). Hormon penghambat
dapat mengurangi kadar estrogen, sehingga ovulasi tidak terjadi.
MAL memiliki efektifitas sangat tinggi sekitar 98% apabila digunakan
secara benar dan memenuhi persyaratan, yaitu digunakan selama enam bulan
pertama setelah melahirkan, belum mendapat haid pasca melahirkan dan
menyusui secara eksklusif (Proverawati, dkk 2015).
Manfaat kontrasepsi MAL antara lain :
a. Efektifitas tinggi (98%) apabila digunakan selama enam bulan pertama setelah
melahirkan, belum mendapat haid dan menyusui eksklusif.
b. Dapat segera dimulai setelah melahirkan.
c. Tidak memerlukan prosedur khusus, alat maupun obat.
d. Tidak memerlukan pengawasan medis.
e. Tidak mengganggu senggama.
f. Mudah digunakan.
g. Tidak perlu biaya.
h. Tidak menimbulkan efek samping sistemik.
i. Tidak bertentangan dengan budaya maupun agama.
MAL mempunyai keterbatasan antara lain :
a. Memerlukan persiapan dimulai sejak kehamilan.
b. Metode ini hanya efektif digunakan selama 6 bulan setelah melahirkan, belum
mendapat haid dan menyusui secara eksklusif.
c. Tidak melindungi dari penyakit menular seksual termasuk hepatitis dan HIV.
d. Tidak menjadi pilihan bagi wanita yang tidak menyusui.
e. Kesulitan dalam mempertahankan pola menyusui secara eksklusif
(Proverawati, dkk 2015).
2) Kontrasepsi Pil.
a) Kontrasepsi Pil Kombinasi.
Kontrasepsi pil kombinasi adalah pil yang mengandung hormon estrogen dan
progesteron dengan dosis tertentu. Mekanisme utama pil kombinasi untuk
mencegah terjadinya kehamilan adalah dengan menghambat keluarnya sel
telur (ovum) dari indung telur (ovarium). Dengan penggunaan yang benar,
hanya terjadi kurang dari 1 kehamilan per 100 perempuan atau 3 kehamilan
per 1000 perempuan. Kontrasepsi pil kombinasi tidak akan mengganggu
kembalinya kesuburan karena apabila dihentikan, kehamilan dapat terjadi
pada bulan berikutnya (kecuali bila ditemukan gangguan lainnya).
Penggunaan kontrasepsi pil kombinasi tidak dapat mencegah terjadinya
infeksi menular seksual (IMS) pada penggunanya. Efek samping yang sering
terjadi :
a. Amenore (tidak haid).
b. Mual, pusing atau muntah.
c. Perdarahan pervaginam/spotting.
Keadaan yang perlu mendapat perhatian :
a. Nyeri dada hebat, batuk dan napas pendek.
b. Sakit kepala hebat.
c. Nyeri tungkai hebat (betis atau paha).
d. Nyeri abdomen hebat.
e. Pandangan kabur.
b) Kontrasepsi pil progestin.
Kontrasepsi pil progestin atau minipil adalah pil yang mengandung progestin
dalam dosis yang sangat rendah. Mekanisme kontrasepsi pil progestin terjadi
melalui penebalan lendir serviks sehingga menghambat penetrasi sperma
melalui kanalis servikalis, menghambat lonjakan tengah siklus hormon luteal
(LH) dan folikel stimulating hormon (FSH), inhibisi perjalanan ovum di
saluran tuba, mengganggu pematangan endometrium dan supressi ovulasi
(hanya terjadi pada 50% dari keseluruhan pengguna).
Dengan penggunaan yang benar, efektifitas kontrasepsi pil progestin
adalah 99,95% atau angka kegagalan hanya 0,5%. Tetapi dengan adanya
keterlambatan jeda minum obat maka angka kegagalannya mencapai 5%.
Efek samping penggunaan pil progestin diantaranya :
1. Gangguan frekuensi dan lamanya haid.
2. Sefalgia .
3) Kontrasepsi Suntik.
a.Kontrasepsi suntik kombinasi.
Kontrasepsi suntik kombinasi terdiri dari dua hormon yaitu progestin
dan estrogen seperti hormon alami pada tubuh seorang perempuan.
Suntikan kombinasi dipasarkan dengan nama dagang Ciclofem,
Ciclofeminia, Cyclofem, Cyclo-povera, dll. Efektifitas kontrasepsi suntik
kombinasi :
1) Sangat efektif (0,1-0,4 kehamilan per 100 perempuan) selama tahun
pertama penggunaan.
2) Risiko kehamilan lebih besar jika perempuan terlambat disuntik atau
terlewatkan satu atau beberapa kali suntikan.
Efek samping dan masalah :
a) Amenore.
b) Mual, pusing dan muntah.
c) Perdarahan pervaginam/spotting.
Tanda-tanda yang harus diwaspadai pada pengguna suntikan kombinasi :
a) Nyeri dada hebat atau nafas pendek.
b) Sakit kepala hebat atau gangguan penglihatan.
c) Nyeri tungkai hebat. Tidak terjadi perdarahan atau spotting selama 7
hari sebelum suntikan berikutnya, kemungkinan terjadi kehamilan.
b.Kontrasepsi Suntik Progestin.
Kontrasepsi suntik progestin yang umum digunakan adalah Depo
Medroxyprogesteron acetate (DMPA) dan Norethisteron Enanthate (Net-
En). Kontrasepsi progestin, tidak mengandung estrogen sehingga dapat
digunakan pada masa laktasi dan perempuan yang tidak dapat
menggunakan kontrasepsi yang mengandung estrogen. Suntikan progestin
memiliki efektifitas yang tinggi (3 kehamilan per 1000 perempuan) pada
tahun pertama penggunaan, asal penyuntikannya dilakukan secara teratur
sesuai jadwal yaitu setiap 12 minggu. Efek samping :
a) Amenore.
b) Perdarahan ireguler.
c) Kenaikan berat badan.
d) Perut kembung dan tidak nyaman.
e) Perdarahan banyak atau berkepanjangan.
f) Sefalgia.
4) Kontrasepsi Implan.
Implan mengandung hormon progestin. Progestin ditempatkan didalam
kapsul implan satu atau dua batang yang dipasang pada lapisan bawah kulit
dibagian medial lengan atas dengan jangka 3 tahun. Waktu mulai
menggunakan implant :
a. Implan dapat diberikan dalam waktu 7 hari siklus haid. Tidak diperlukan
kontrasepsi tambahan.
b. Bila implan diberikan setelah hari ke 7 siklus haid, klien tidak boleh
melakukan hubungan seksual selama 7 hari atau menggunakan kontrasepsi
tambahan selama 7 hari.
c. Bila klien tidak mendapat haid, implan dapat diberikan setiap saat, asal
saja dapat dipastikan klien tidak hamil. Klien tidak boleh melakukan
hubungan seksual untuk 7 hari lamanya atau menggunakan metode
kontrasepsi lain selama 7 hari.
d. Bila klien pasca persalinan 6 minggu-6 bulan, menyusui, serta belum haid,
implan dapat diberikan, asal dapat dipastikan klien tidak hamil.
e. Bila pasca persalinan > 6 minggu dan telah mendapat haid, maka implan
dapat dipasang setiap saat, tetapi jangan melakukan hubungan seksual
selama 7 hari atau menggunakan kontrasepsi tambahan selama 7 hari.
Efek samping atau masalah yang ditemukan :
a)Amenore.
b)Ekspulsi.
c)Perdarahan pervaginam/spotting.
d)Infeksi pada daerah insersi.
e)Berat badan naik/turun.
5) Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR).
Menurut Nurjasmi (2016), AKDR merupakan salah satu metode jangka
panjang yang cukup efektif karena hanya terjadi kurang dari 1 kehamilan
diantara 100 pengguna AKDR di tahun pertama memakai AKDR. AKDR post
partum adalah AKDR yang dipasang pada saat 10 menit setelah plasenta lahir
hingga 48 jam post partum. Perdarahan haid yang lebih lama serta nyeri
dibawah perut merupakan efek samping utama dalam waktu 3-6 bulan
penggunaan. Cara kerja dari alat kontrasepsi AKDR adalah sebagai berikut :
a.Menghambat kemampuan sperma masuk ke tuba fallopi.
b.Mempengaruhi fertilisasi sebelum ovum mencapai kavum uteri.
c.AKDR bekerja terutama mencegah sperma dan ovum bertemu, walaupun
AKDR membuat sperma sulit masuk ke dalam alat reproduksi perempuan
dan mengurangi kemampuan sperma untuk fertilisasi.
d.Memungkinkan untuk mencegah implantasi.
6) Kontrasepsi Mantap.
a. Tubektomi (MOW).
Tubektomi adalah tindakan pada kedua saluran telur wanita yang
mengakibatkan wanita tersebut tidak akan mendapat keturunan lagi. Jenis
kontrasepsi ini bersifat permanen, karena dilakukan penyumbatan pada
saluran telur wanita yang dilakukan dengan cara diikat, dipotong ataupun
dibakar. Keuntungan dari kontrasepsi tubektomi adalah :
1) Penggunaannya sangat efektif, yaitu 0,5 kehamilan per 100 perempuan
selama tahun pertama penggunaan.
2) Tidak mempengaruhi terhadap proses menyusui (breast feeding).
3) Tidak bergantung pada faktor senggama.
4) Baik bagi klien bila kehamilan akan menjadi resiko kehamilan yang
serius.
5) Pembedahan sederhana, dapat dilakukan dengan anastesi lokal.
6) Tidak ada efek samping dalam jangka waktu yang panjang.
Namun, metode tubektomi ini juga memiliki keterbatasan-keterbatasan
yang harus diperhatikan, yaitu :
a) Harus dipertimbangkan sifat mantap metode kontrasepsi ini (tidak
dapat dipulihkan kembali), kecuali dengan rekanalisasi.
b) Klien dapat menyesal di kemudian hari.
c) Resiko komplikasi kecil, namun dapat meningkat apabila
menggunakan anastesi umum.
d) Rasa sakit atau ketidaknyamanan muncul dalam waktu pendek
setelah tindakan.
e) Dilakukan oleh dokter terlatih, yaitu dokter spesialis ginekologi untuk
proses laparoskopi.
f)Tidak melindungi diri dari IMS.
b. Vasektomi (MOP).
Vasektomi adalah metode sterilisasi dengan cara mengikat saluran
sperma (vas deferens) pria. Beberapa alternatif untuk mengikat saluran
sperma tersebut, yaitu dengan mengikat saja, memasang klip tantalum,
kauterisasi, menyuntikkan sclerotizing agent, menutup saluran dengan
jarum dan kombinasinya (Proverawati, dkk 2015).
Angka keberhasilan vasektomi adalah sekitar 99%. Tetapi untuk dapat
memastikan keberhasilan tersebut, sebaiknya 3 (tiga) bulan setelah
dilakukan vasektomi maka diadakan pemeriksaan analisa sperma.
Vasektomi akan dikatakan berhasil manakala hasil pemeriksaannya adala
hazoospermia (Proverawati, dkk 2015).
E. Asuhan Keluarga Berencana
Menurut Arum dan Sujiyatini (2016), tindakan konseling hendaknya diterapkan 6
langkah yang dikenal dengan kata SATU TUJU yaitu :
SA : Sapa dan salam kepada klien secara terbuka dan sopan.
T : Tanyakan pada klien informasi tentang dirinya.
U : Uraikan kepada klien mengenai pilihannya dan beritahu beberapa
jenis kontrasepsi yang paling mungkin.
TU : Bantulah klien menentukan pilihannya.
J : Jelaskan secara lengkap bagaimana menggunakan kontrasepsi
pilihannya.
U : Perlunya dilakukan kunjungan ulang.

F. Konseling
a. Pengertian Konseling.
Konseling adalah pertemuan tatap muka dimana satu pihak (petugas medis atau
paramedis) yang membantu pihak lain (calon akseptor) sehingga ia dapat membuat
keputusan yang tepat untuk dirinya sendiri dan kemudian bertindak sesuai dengan
keputusan yang telah dibuatnya (Yudawatisunarsih, 2009).
b. Tujuan Konseling.
Tujuan konseling menurut Depkes RI :
1. Memahami bahwa KB dapat bermanfaat bagi keluarga.
2. Dapat menentukan apakah mereka ingin merencanakan keluarga.
3. Dapat membuat atau menentukan pemilihan ALKON yang akan dipakai.
4. Tahu dimana bisa mendapatkan pelayanan KB yang tepat.
c. Langkah-langkah dalam konseling.
Langkah-langkah konseling KB (SATU TUJU).
Rumusan ini ditemukan oleh Population Intermation Program, The Jonh Hapkins
University, Baltimore, US, terdiri dari : GATHER (Great : sambut), (Ask : Tanya),
(Tell : Ceritakan/ uraikan), (Help : tolong/bantu), (Explain : jelaskan), (Return :
kembali/kunjungan ulang) (Yudawatisunarsih, 2009). Dalam bahasa Indonesia
dikenal dengan SATU TUJU yang artinya (Sa : salam), (T : Tanya “tentang
informasi klien”), (U : Uraikan “tentang pilihan yang klien ketahui”), (TU : banTU
“dalam menentukan pilihan sesuai dengan keadaan klien tersebut”), (J : Jelaskan
“tentang cara penggunaan, kelebihan dan kekurangan pilihan klien”), (U :
Ulang/kunjungan ulang “sampaikan jadwal kunjungan ulang”). SATU TUJU dapat
juga diartikan sebagai arah yang diharapkan, yaitu ada satu tujuan yang ingin
dicapai dalam pemberian konseling KB, kemantapan peserta KB (Yudawati
sunarsih, 2009).
d. Hal-hal penting dalam konseling KB.
1. Memberi perhatian dan memahami klien.
a. Pahami perasaan dan keinginan serta alasan-alasan yang dikemukakan.
b. Tunjukan sikap bersahabat dan hormati pendapat dan keinginannya.
c. Jujur dalam menyampaikan informasi.
2. Memberi penjelasan sesuai dengan tingkat pemahaman agar mudah dimengerti
dengan jelas dan benar.
Keuntungan konseling :
1. Klien dapat memilih kebutuhannya.
2. Puas terhadap pilihannya.
3. Membangun rasa saling percaya.
4. Menghormati hak-hak klien dan petugas.

2.6 Konsep Dasar Asuhan Kebidanan

A. Konsep Manajemen Kebidanan Masa Kehamilan


1. Pengkajian Data.
Penyajian riwayat pada ibu hamil sangat penting dilakukan untuk mengetahui
kondisi ibu saat ini ketika sedang mangalami adaptasi perubahan fisik dan
psikologis. Pengkajian ini bertujan untuk mengetahui kebutuhan ibu sebagai
upaya untuk menentukan tindakan dan penanganan serta asuhan kebidanan yang
diberikan oleh bidan (Astuti, 2015).
Sebelum melakukan pengkajian data, pengkajian harus mencantumkan hal-hal
yang berkaitan dengan pengkajian tersebut seperti :
No. Register :
Tanggal pengkajian : Jam :
Tempat pengkajian :
Oleh :
Data-data yang dikumpulkan antara lain sebagai berikut :
a. Data Subyektif.
Data yang dikumpulkan adalah identitas ibu dan suaminya, antara lain nama, usia,
agama, suku/bangsa, pendidikan, pekerjaan, dan alamat (Astuti, 2015).
1. Biodata.
Identitas klien yang dikaji adalah identitas ibu dan suami.
Nama istri/suami : Nama jelas dan lengkap, bila perlu nama panggilan
sehari-hari agar tidak keliru dalam memberikan
penanganan (Ambarwati, 2010).
Umur : Mengetahui usia pasien dan mengetahui faktor resiko
(Ambarwati,2010).
Agama : Untuk mengetahui keyakinan pasien tersebut untuk
membimbing atau mengarahkan pasien dalam berdo’a
(Ambarwati, 2010).
Pendidikan : Berpengaruh dalam tindakan kebidanan dan untuk
mengetahui sejauh mana tingkat intelektualnya,
sehingga bidan dapat memberikan konseling sesuai
dangan pendidikannya (Ambarwati, 2010).
Suku/bangsa : Berpengaruh pada adat istiadat atau kebiasaan sehari
hari (Ambarwati, 2010).
Pekerjaan : Gunanya untuk mengetahui dan mengukur tingkat
sosial ekonominya, karena ini juga mempengaruhi
dalam gizi pasien tersebut (Ambarwati, 2010).
Alamat : Ditanyakan untuk mempermudah kunjungan rumah
bila diperlukan (Ambarwati, 2010).
2. Keluhan utama.
Kondisi yang dirasakan tidak nyaman, rasa sakit yang dialami oleh ibu saat ini,
bahkan adanya kelainan serta keluhan baik secara fisik maupun psikologis,
seperti kecemasan dan rasa takut (Astuti, 2015).
3. Riwayat menstruasi :
Menarche : Menarche adalah usia pertama kali mengalami menstruasi.
Pada wanita indonesia, umumnya sekitar 12-16 tahun
(Ambarwati, 2010).
Siklus : Jarak antara menstruasi yang dialami dengan menstruasi
berikutnya dalam hitungan hari, biasanya sekitar 23-32 hari
(Ambarwati, 2010).
Volume : Data ini menjelaskan seberapa banyak darah menstruasi yang
dikeluarkan (Ambarwati, 2010).
Keluhan : Beberapa wanita menyampaikan keluhan yang dirasakan ketika
mengalami menstruasi, misalnya sakit yang sangat pening
sampai pingsan, atau jumlah darah yang banyak (Ambarwati,
2010).
4. Riwayat perkawinan.
Hal ini penting dikaji karena untuk mendapatkan gambaran mengenai suasana
rumah tangga pasangan (Sulistyawati, 2015).
5. Riwayat kesehatan sekarang.
Data-data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya penyakit yang
diderita pada saat ini yang ada hubungannya dengan masa nifas (Ambarwati,
2010).
6. Riwatyat kesehatan yang lalu.
Mencakup penyakit yang pernah diderita pada masa lalu, seperti anemia, HIV,
sifilis, hepatitis, tuberculosis, penyakit ginjal, diabetes, gondok (Astuti, dkk,
2015).
7. Riwayat kesehatan keluarga.
Mengkaji adakah anggota keluarga yang menderi penyakit turunan secara
genetik, mengalami kelainan kongenital, ataupun pernah menderita atau sedang
mengalami penyakit menular maupun gangguan kejiwaan (Astuti., dkk, 2015).
8. Riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas yang lalu.
a. Kehamilan.
Meliputi berapa jumlah kehamilan, jumlah persalinan, dan jumlah abortus,
serta berapa kali dilakukan pemeriksaan USG, darah, urin (Astuti, dkk,
2015).
b. Persalinan.
Tepatnya hari, tanggal, dan jam serta tempat ibu melahirkan (Astuti, dkk,
2015).
c. Nifas.
1) Keadaan lochia (jenis, warna, jumlah, dan baunya).
2) Bagaiman ibu buang air kecil, apakah terdapat rasa panas saat buang air
kecil (BAK), apakah feses keluar dari vagina, serta apakah ibu mengalami
konstipasi.
3) Nyeri pada payudara.
4) Riwayat bayi baru lahir, apakah dilakukan inisiasi menyusui dini (IMD)
antara ibu dengan bayinya, bagaiman tentang pemberian air susu ibu
(ASI) (Astuti, dkk, 2015).
9. Riwayat KB.
Meliputi pengkajian tentang pengetahuan ibu dan pasangannya tentang
kontrasepsi, jenis kontrasepsi yang digunakan, rencana kontrasepsi yang nanti
akan digunakan, ataupun rencana penambahan anggota keluarga di masa
mendatang (Astuti, dkk, 2015).
10. Pola kebiasaan sehari-hari.
1) Nutrisi.
Nafsu makan, pola menu makanan yang dikonsumsi, meliputi jumlah
makanan dan minum, jenis makanan (kalori, protein, vitamin, tinggi serat),
frekuensi makan, ataupun konsumsi makanan ringan (seperti snack atau
cemilan).
2) Pola istirahat.
Ibu hamil membutuhkan istirahat yang cukup baik siang maupun malam
untuk menjaga kondisi kesehatan ibu dan bayinya, kebutuhan istirahat ibu
hamil (Sulistyawati, 2015).
3) Aktivitas sehari-hari.
Bidan perlu mengkaji aktifitas sehari-hari pasien karena data ini memberikan
gambaran kepada bidan tentang seberapa berat aktifitas yang dilakukan
pasien dirumah (Sulistyawati, 2015).
4) Eliminasi.
Apakah ibu mengalami diuresis setelah melahirkan, adakah inkontinesia
(hilangnya kontrol pengeluaran urin), apakah terjadi retensia urine karena
rasa takut akibat luka episiotomy (Astuti, dkk, 2015).
a. Personal hygiene.
Pola mandi, kebersihan mulut dan gigi, penggunaan pembalut, kebersihan
genetalia, pola berpakaian, serta tata rias rambut dan wajah (Astuti, dkk,
2015).
b. Pola seksual.
Mengkaji bagaiman pola interaksi dan hubungan dengan pasangan,
meliputi frekuensi koitus atau hubungan intim, pengetahuan pasangan
tentang seks, serta kontiunitas hubungan seksual (Astuti, dkk, 2015).
11. Riwayat psikososial dan budaya.
Mengkaji adaptasi psikologi ibu setelah melahirkan, meliputi pengalaman
tentang melahirkan, adakah masalah perkawinan dan ketidakmampuan
merawat bayi baru lahir, pola koping, hubungan dengan suami dan bayi,
hubungan dengan anggota keluarga yang lain untuk memberikan perawatan
kapada bayi dan ibu (Astuti, dkk, 2015).
b. Data obyektif.
Untuk melengkapi data dalam menegakkan diagnosa, bidan harus melakukan
pengkajian data obyektif melalui pemeriksaan inspeksi, palpasi, auskultasi, dan
perkusi yang bidan lakukan secara berurutan.
a. Pemeriksaan umum.
Keadaan umum : Baik, jika pasien memperlihatkan respon yang baik terhadap
lingkungan dan orang lain, serta secara fisik pasien tidak mengalami
ketergantungan dalam berjalan (Sulistyawati, 2015).
Kesadaran : Composmentis, kesadaran maksimal. Koma, pasien tidak lama
keadaan sadar, tanda-tanda vital (sulistyawati, 2015).
b. Pemeriksaan fisik.
1) Inspeksi.
Kepala : Rambut bersih/kotor, warna hitam/merah jagung, mudah
rontok/tidak (Romauli, 2011).
Muka : Hiperpigmentasi muka, tidak pucat, terdapat cloasma
gravidarum.
Mata : Konjungtiva pucat menandakan anemia pada ibu yang akan
mempengaruhi kehamilan dan persalinan yaitu perdarahan
(Romauli, 2011).
Hidung : Simetris, adakah sekret, polip, ada kelainan lain (Romauli,
2011).
Mulut : Bibir pucat tanda ibu anemia, bibir kering tanpa dehidrasi,
sariawan tanda ibu kekurangan vitamin C (Romauli, 2011).
Gigi : Caries gigi menandakan ibu kekurangan kalsium (Romauli,
2011).
Leher : Adanya pembesaran kelenjar tyroid menandakan ibu
kekurangan iodium, sehingga dapat menyebabkan terjadinya
kretinisme pada bayi dan bendungan vena jugularis/tidak
(Romauli, 2011).
Dada : Bagaimana kebersihannya, terlihat hiperpigmentasi pada
aerola mamae tanda kehamilan, puting susu datar atau
tenggelam membutuhkan perawatan payudara untuk
persiapan menyusui. Adakah strie gravidarum
(Romauli, 2011).
Abdomen : Periksa bekas luka, jika terdapat operasi baru section
caesarea, periksa ada/tidaknya luka yang terbuka/nanah
(Astuti, dkk, 2015).
Genetalia : Bersih, tidak ada oedema, hematoma, terdapat luka pada
perineum atau tidak, lochea sesuai hari (Nugroho, dkk,
2014).
Anus : Ada atau tidak hemoroid.
Ekstremitas: Apakah terlihat kemerahan pada betis (Astuti, dkk, 2015).
2) Palpasi.
Leher : Tidak teraba pembesaran limfe, pembesaran kelenjar
thyroid dan bendungan vena jugularis (Nugroho, dkk,
2014).
Payudara : Payudara normal teraba lembut dan tidak nyeri tekan. Pada
ibu menyusui, payudara teraba padat (Astuti, dkk, 2015).
Abdomen :
Leopold I : Mengetahui TFU dan bagian janin yang ada di fundus.
Leopold II : Mengetahui bagian janin yang berada di sebelah kanan
atau kiri ibu.
Leopold III : Mengetahui bagian janin yang ada di bawah uterus ibu.
Leopold IV : Mengetahui bagian janin yang ada di bagian bawah dan
untuk mengetahui apakah kepala sudah masuk panggul
atau belum.
TBJ : Jika belum masuk PAP : (TFU-12) x 155
Jika sudah masuk PAP : (TFU-11) x 155
3) Auskultasi.
Ada/tidak ronchi maupun wheezing.
4) Perkusi.
Reflek patella ada/tidak.
5) Pemeriksaan penunjang.
a. Kadar Hb.
b. Haematokrit.
c. Kadar leukosit dan golongan darah.
2. Identifikasi Diagnosa dan Masalah.
Dx : Ny.....G....P....AB.....UK....Minggu J/T/H......
Ds : Ibu mengatakan hamil anak ke...usia kehamilan... bulan.
Do : Keadaan umum : Baik/cukup/lemah.
Kesadaran : Composmentis/somnolen/koma.
Tekanan darah : (90/60-130/90 mmhg).
Nadi : (60-90 x/menit).
Suhu : (36,5-37,5°c).
Pernafasan : 16-24x/menit.
Payudara : Saat pemeriksaan payudara terlihat bersih, putting menonjol, dan
kolostrum sudah keluar/belum.
Abdomen : Palpasi leopold dan TBJ.
3. Identifikasi Diagnosa dan Masalah Potensial.
Bidan juga harus mendeteksi masalah yang mungkin timbul pada ibu dengan
merumuskan masalah potensial. Masalah potensial belum terjadi, tetapi bidan
harus berpikir untuk mengantisipasi terhadap masalah potensial.
4. Antisipasi Kebutuhan Segera.
a. Pada langkah ini bidan menetapkan kebutuhan terhadap tindakan segera,
melakukan konsultasi, kolaborasi, dengan tenaga kesehatan lain berdasarkan
kondisi klien.
b. Pada langkah ini, mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau
dokter dan untuk dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan anggota tim
kesehatan yang lain sesuai dengan kondisi klien.
5. Intervensi.
a. Pada langkah ini direncanakan asuhan yang menyeluruh berdasarkan langkah
sebelumnya.
b. Kaji ulang apakah rencana asuhan sudah meliputi semua aspek asuhan terhadap
wanita.
6. Implementasi.
Pada langkah ini rencana asuhan menyeluruh yang penatalaksananya dapat di
lakukan oleh bidan, berkolaborasi dengan dokter maupun oleh tenaga kesehatan
lainya dilaksanakan secara efisien dan aman. Realisasi dari perencanaan dapat
dilakukan oleh bidan, pasien, atau anggota keluarga lainnya.
7. Evaluasi.
a. Hal yang dievaluasi meliputi apakah kebutuhan telah terpenuhi dan mangatasi
diagnosis dan masalah yang telah diidentifikasikan.
b. Rencana tersebut dianggap efektif jika memang benar efektif dalam
pelaksanaanya.
Metode Pedokumentasikan SOAP.
1. Pedokumentasian dengan metode SOAP berupa kemajuan informasi yang
sistematis yang mengorganisir penemuan dan kesimpulan sehingga terwujud
rencana asuhan.
2. SOAP adalah catatan yang bersifat sederhana, jelas, logis, dan tertulis.

B. Konsep Manajemen Kebidanan Varney Ibu Bersalin

Pada Kala I
I. Pengkajian
Hari.... Tanggal.... Jam... No. Reg....
1. Data Subyektif.
a. Alasan Datang.
Ibu datang untuk memeriksakan kehamilannya karena ibu merasa kenceng-
kenceng.
b. Keluhan Utama.
Nyeri pada perut bagian bawah dan punggung, kenceng-kenceng pada perut,
mengeluarkan darah serta lendir, mengeluarkan cairan pervaginam yang
berbeda dari air kemih.
c. Riwayat Kesehatan Sekarang.
Dari data riwayat kesehatan ini dapat digunakan sebagai perhatian akan
adanya penyulit saat persalinan.
d. Riwayat Haid.
a) Flour albus, warna, bau dan keluhan yang dirasakan.
b) HPHT dan TP merupakan data dasar untuk mengefaluasi
ukuran kandungan apakah cukup bulan atau premature, kemungkinan
komplikasi meningkat pada kehamilan.
e. Riwayat Perkawinan.
Data ini penting untuk dikaji karena dari ini akan mendapatkan gambaran
mengenai suasan rumah tangga pasangan serta siapa yang akan
mendampingi persalinan (Sulistyawati, 2012).
f. Riwayat Kehamilan, Persalinan, Dan Nifas Yang Lalu.
Mengetahui adakah penyulit selama kehamilan yang lalu :
1. Lama persalinan sebelumnya merupakan indikasi yang baik untuk
memperkirakan lama persalinan kali ini.
2. Komplikasi kelahiran sebelumnya untuk mengidentifikasi masalah
potensial pada kelahiran dan postpartum.
3. Ukuran bayi terbesar yang dilahirkan pervaginam memastikan
keadekuatan panggul untuk kelahiran saat ini.
g. Riwayat Kehamilan Sekarang.
1. Pernah ada masalah selama kehamilannya seperti perdarahan dan
hipertensi.
2. Kapan mulai kontraksi? Bagaimana kontraksinya?.
3. Apa masih dirasakan gerakan janin (gerakan janin mengetahui
kesejahteraan janin).
4. Apakah ketuban sudah pecah atau belum? (ketuban pecah merupakan
tanda menjelang persalinan).
5. Apakah keluar lendir bercampur darah.
h. Riwayat KB.
Untuk mengetahui apakah ibu pernah mengikuti KB, jenis KB yang
digunakan, berapa lama, apakah ada keluhan dan rencana KB yang akan
datang (Anggraini, 2010).
i. Pola kebiasaan sehari-hari.
a) Pola Nutrisi.
Ini penting untuk diketahui supaya kita mendapat gambaran bagaimana
pasien mencukupi asupan gizinya selama hamil, persalinan, nifas dan KB.
Beberapa hal yang perlu ditanyakan pada ibu hamil berkaitan dengan pola
makan adalah
1. Menu : Ditanyakan berkaitan dengan pola diet seimbang ibu hamil.
2. Frekuensi : Data ini akan memberi petunjuk tentang seberapa banyak
asupan makanan yang dikomsumsi ibu.
3. Jumlah perhari : Data ini memberikan seberapa banyak makanan yang
ibu makan dalam satu kali makan.
4. Pantangan : Data ini dikaji karena ada kemungkinan pasien
berpantangan makanan justru pada makanan yang sangat mendukung
pemulihan fisiknya.
5. Nutrisi ibu bersalin : Roti, nasi tim, biskuit, yogut, dan buah segar.
b) Eliminasi.
Selama persalinan ditanyakan kapan ibu terakhir BAB dan BAK. Ibu
bersalin disarankan untuk mengosongkan kandung kemih secara teratur
setidaknya setiap 2 jam karena kandung kemih yang penuh dapat
menghalangi turunnya bagian persentasi janin.
c) Pola Istirahat.
Istirahat sangat diperlukan oleh ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas dan KB
oleh karena itu bidan perlu menggali pola istirahat ibu supaya mengetahui
hambatan yang mungkin muncul. Pola istirahat ibu hamil, ibu bersalin,
ibu nifas dan ibu ber KB : Istirahat siang normalnya 1-2 jam, istirahat
malam normalnya 6-8 jam.
d) Pola Aktifitas.
Perlu dikaji karena data ini memberikan gambaran tentang seberapa berat
aktifitas yang sering di lakukan ibu, jika kegiatan ibu terlalu berat
dikhawatir dapat menimbulkan penyulit pada masa kehamilan, bersalin,
nifas dan KB.
e) Personal Hygiene.
1. Mandi : Menanyakan kepada pasien berapa kali ia mandi sehari
(normalnya sehari mandi 2 kali).
2. Keramas : Minimal seminggu 3 kali.
3. Mengganti baju dan celana dalam.
Ganti baju minimal 1 kali sehari dan mengganti celana dalam minimal
2 kali sehari dan sewaktu-waktu celana dalam kotor harus diganti
tanpa harus menunggu waktu untuk mengganti.
f) Aktifitas Seksual.
Data ini perlu dikaji walaupun ini menyangkut dengan privasi pasien
karena kemungkinan ada beberapa keluhan dalam aktifitas seksual yang
menganggu klien.
g) Pola Spiritual.
Agar lebih mudah dalam melakukan pendekatan, pada ibu bersalin dapat
berdoa untuk kelancaran proses persalinan.
j. Riwayat Psikososial dan Budaya.
1. Psikologis.
Hal ini sangat penting untuk kenyamanan psikologis ibu. Adanya respon
yang positif dari keluarga terhadap persalinan akan mempercepat proses
adaptasi pasien menerima peran dan kondisinya.
2. Sosial.
Hubungan suami-istri, orangtua, dan keluarga lain apakah baik atau tidak,
orang yang berpengaruh dalam keluarga.
3. Budaya.
Untuk mengetahui apakah dalam budaya ibu menganut budaya yang
dapat mempengaruhi proses persalinan (Anggraini, 2010).

2. Data Obyektif.
1. Pemeriksaan umum.
KU : Baik.
Kesadaran : Composmentis.
TTV : TD : 90/60-120/80 mmHg.
Suhu : 36.5-37,5°C.
Nadi : 60-100 x/menit.
RR : 16-20 x/menit.
(Kamariyah, 2014)
2. Pemeriksaan fisik.
a. Inspeksi
Wajah : Tidak odema, tidak pucat, tidak terdapat cloasma
gravidarum jika odema. Wajah yang odema
merupakan tanda preeklamsia.
Mata : Sklera putih, konjungtiva merah muda. Sklera yang
berwarna kuning menunjukan terinfeksi hepatitis,
bila berwarna merah kemungkinan ada
konjingtivitis, sedangkan konjungtiva pucat
menandakan anemis.
Mulut : Bibir tidak pucat, tidak kering, tidak pecah-pecah,
tidak ada stomatitis, lidah bersih, tidak ada gigi
berlubang, tidak ada caries gigi. Caries gigi
menandakan ibu kekurangan kalsium sedangkan
gigi berlubang menyebabkan sumber infeksi.
Leher : Tidak tampak pembesaran kelenjar tyroid, tidak
tampak pembesaran kelenjar limfe, tidak tampak
pembesaran vena jugularis.
Payudara : Tampak hiperpigmentasi pada aerolamamae, puting
susu tampak menonjol.
Abdomen : Abdomen tampak striae livida, tampak linea nigra,
tidak tampak bekas luka operasi.
Genetalia : Tampak bersih, tidak tampak varises, tidak tampak
odema, tidak ada flour albus dan condilomata,
tampak lendir bercampur darah keluar dari jalan lahir.
Ekstremitas : Simetris, pergerakan bebas, tidak odema,
(pergerakan kaku dikuatirkan ibu tidak bisa
persalinan normal, odema bisa dicurigakan ibu
mengalami preeklamsia ringan).
Anus : Tidak tampak hemoroid.
b. Palpasi
Dada : Payudara sudah mengeluarkan colostrum.
Abdomen :
Leopold I : TFU Pertengahan pusat-prosesus xiphoideus (px)
30-33 cm dan pada bagian fundus teraba bulat,
besar, lunak tidak melenting (bokong janin).
Menentukan bagian apa yang ada dibagian kanan
dan kiri perut ibu.
Leopold II : Bagian bawah perut ibu teraba bagian bulat, keras,
melenting (kepala).
Leopold III : Bagian terendah janin sudah turun dan sudah
teraba 2/5-3/5 bagian kedalam rongga panggul.
Leopold IV : Mengetahui adekuat atau tidaknya kontraksi yang akan
menunjang kemajuan persalinan (kontraksi adekuat).
His : 2x dalam 10 menit, kuat, teratur dan durasinya 40-
50 detik).
TBJ : (TFU-11) x 155
c. Auskultasi.
Abdomen : Terdengar bunyi denyut jantung janin dan frekuensinya 120–
160 kali/menit (Mandriwati, 2012).
Pemeriksaan Penunjang
1. Darah : Kadar Hb 11-15 gr% (kurang dari 8gr% anemis), golongan
darah.
2. Urine : Protein urine diperiksa bila ada induksi hipertensi, sakit kepala
berat, odema tungkai, wajah, atau adanya dugaan preeklamsia urine
redusi bila ada indikasi DM.
3. Vagina Thoucher.
(Tanggal..............Jam..........Oleh)
Vulva/vagina : Pengeluaran blood slym.
Pembukaan : Berapa cm dilatasi.
Serviks : Fase laten 1-4 cm, fase aktif 4-10 cm.
Effacement : 25%-100%.
Ketuban : Utuh.
Bagian Terendah : Kepala.
Bagian Terdahulu : Ubun-ubun kecil.
Hodge : I-III.
Moulase : Tulang kepala memberikan petunjuk tulang
panggul.
4. Pemeriksaan USG.
Hasil : Tampak janin intrauterin hidup, letak bujur kepala di bawah,
plasenta di fundus.
(Varney, 2007)

II. Identifikasi diangnosa dan masalah


Dx : Ny”…” usia tahun G P0000 Ab000 usia kehamilan minggu janin tunggal
hidup dengan inpartu kala 1 fase aktif.
Ds : Diambil dari alasan datang ibu ke petugas kesehatan, keluhan yang ibu
rasakan, HPHT dan kehamilan keberapa, apakah pernah keguguran atau
tidak.
Do : Keadaan Umum : Baik.
Kesadaran : Composmentis.
TTV
Palpasi Abdomen
1) Leopold I : TFU pertengahan pusat-prosesus xiphoideus (px) 30-33 cm dan
pada bagian fundus teraba bulat, besar, lunak tidak melenting (bokong janin).
2) Leopold II : Menentukan bagian apa yang ada dibagian kanan dan kiri perut
ibu.
3) Leopold III : Bagian bawah perut ibu teraba bagian bulat, keras, melenting
(kepala).
4) Leopold IV : Kepala janin sudah turun dan sudah teraba 2/5-3/5 bagian
kedalam rongga panggul.
5) His : Tdak boleh < 20 detik dan > 45 detik, lamanya 10 menit, frekuensinya 1-5
kali.
6) TBJ : (TFU-11) x 155 gr.
7) DJJ : 120-140 x/menit.
8) Pemeriksaan Penunjang
a. Kadar Hb darah 11-15 gr% (kurang dari 8gr% anemis), golongan darah.
b. Protein urine diperiksa bila ada induksi yaitu hipertensi, sakit kepala berat,
odema tungkai, wajah, atau adanya dugaan preeklamsia, urine redusi bila
ada indikasi DM.
Vagina Thoucher.
(Tanggal..............Jam..........Oleh)
Vulva/vagina : Pengeluaran blood slym.
Pembukaan : Berapa cm dilatasi.
Serviks : Fase laten 1-4 cm, fase aktif 4-10 cm.
Effacement : 25%-100%.
Ketuban : Utuh.
Bagian Terendah : Kepala.
Bagian Terdahulu : Ubun-ubun kecil.
Hodge : I-III.
Moulase : Tulang kepala memberikan petunjuk tulang panggul.
Pemeriksaan USG.
Tanggal :
Hasil : Tampak janin intrauterin hidup, letak bujur kepala di
bawah, plasenta di fundus.

III.Identifikasi diangnosa dan masalah potensial


1. Kala I Memanjang.
2. Gawat Janin.

IV. Identifikasih kebutuhan segera


1. Kebutuhan segera pada kala I memanjang yaitu : Memasang infus dan
merujuk ibu.
2. Kebutuhan segera pada gawat janin yaitu : Memberikan oksigen pada ibu.

V. Intervensi
Dx : Ny” ” usia tahun G P Ab Usia Kehamilan Minggu Janin Tunggal
Hidup dengan inpartu kala.... fase.....
Do : Keadaan Umum : Baik.
Kesadaran : Composmentis
TTV
His : Frekuensi 3-4 kali dalam 10 menit durasi 45-90 detik
Intervensi
1. Jelaskan pada ibu tetang hasil pemeriksaan.
R/ Ibu dan keluarga dapat mengerti tentang keadaannya saat ini karena saat
memasuki persalinan perasaan takut dapat meningkatkan nyeri, otot-otot
menjadi tegang dan ibu cepat lelah dan akhirnya menghambat proses
persalinan.
2. Anjurkan ibu untuk tidak menahan kencing.
R/ Karena apabila kandung kemih penuh akan menyebabkan memperlambat
penurunan bagian terbawah janin, ibu tidak nyaman dan meningkatkan resiko
infeksi saluran kemih pasca persalinan.
3. Lakukan observasi DJJ, HIS, dan TTV.
R/ Dengan melakukan observasi penolong persalinan dapat memantau kondisi
ibu dan janin, memberikan asuhan sayang ibu serta mengidentifikasi secara
dini adanya penyulit persalinan.
4. Ajarkan teknik bernafas saat timbul nyeri.
R/ Dengan menjelaskan teknik pernafasan yang benar sehingga dapat
mengurangi nyeri langsung pada sumbernya sehingga otot akan berelaksasi
dan O2 dari ibu ke janin tetap baik.
5. Anjurkan ibu untuk miring kiri.
R/ Dengan menganjurkan ibu untuk miring kiri mempercepat kemajuan
persalinan dan tidak menekan vena cava inferior ibu sehingga janin tidak
kekurangan masukan oksigen.
6. Beri cukup minum dan nutrisi.
R/ Makanan ringan dan cairan yang cukup selama persalinan akan memberi
lebih banyak energi dan mencegah dehidrasi. Dehidrasi bisa memperlambat
kontraksi atau membuat kontraksi menjadi tidak teratur dan tidak efektif.
7. Ajari ibu posisi yang benar dalam meneran.
R/ Posisi ibu dalam meneran mempengaruhi proses persalinan. Meningkatkan
perfusi plasenta, dan mencegah sindrom hipotesif telentang. Penelitian
menunjukkan posisi ini dapat memperpendek fase persalinan, tanpa
meningkatkan ketidaknyamanan atau menimbulkan efek merugikan pada
kesejahteraan janin.
8. Observasi tanda-tanda kala II.
R/ Kala II dimulai dari pembukaan serviks lengkap dan berakhir lahirnya bayi
sehingga penolong persalinan diharapkan mampu memfasilitasi berbagai
proses tersebut, juga terampil dalam mencegah terjadinya berbagai penyulit
dan menatalaksana atau merujuk ibu bersalin secara adekuat dan tepat waktu.
9. Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan untuk persiapan persalinan.
R/ Peralatan yang digunakan dalam persalinan keadaan disinfeksi tingkat
tinggi atau steril dalam hal pencegahan infeksi (Walyani, 2015).

VI. Implementasi
Melakukan rencana yang telah di buat dan dilakukan menyesuaikan dengan
kondisi pasien.

VII. Evaluasi
Merupakan hasil yang didapatkan setelah melakukan impelementasi terhadap
klien yang di berikan asuhan (Walyani, 2015).

Pada Kala II
I. Pengkajian
A. Data Subyektif.
Pada ibu inpartu kala II keluhan yang normal adalah kenceng-kenceng perut yang
semakin sering, dorongan ingin meneran semakin kuat dan terasa tekanan pada
anus atau merasa seperti hendak BAB.

B. Data Obyektif.
1. Pemeriksaan Umum.
Keadaan Umum : Baik.
Kesadaran : Composmentis.
Tanda-tanda vital
Tekanan Darah : 90/60-120/80 mmHg.
Suhu : 36,5-37,5°C.
Nadi : 60-100 x/menit.
RR : 16-20 x/menit.
(Kamariyah, 2014)
2. Pemeriksaan Fisik.
a. Inspeksi
Wajah : Tidak odema, tidak pucat, tidak terdapat cloasma
gravidarum. Wajah yang odema merupakan tanda
preeklamsia.
Mata : Sklera putih, konjungtiva merah muda. Sklera yang
berwarna kuning menunjukan terinfeksi hepatitis,
berwarna merah kemungkinan ada konjingtivitis,
sedangkan konjungtiva pucat menandakan anemis.
Genetalia : Tampak bersih, tidak tampak varises, tidak tampak
odema, tidak ada flour albus dan condilomata, tampak
lendir bercampur darah keluar dari jalan lahir.
Extremita : Simetris, pergerakan bebas, tidak odema, (pergerakan
s kaku dikuatirkan ibu tidak bisa persalinan normal,
odema bisa dicurigakan ibu mengalami preeklamsia
ringan).
Anus : Tidak tampak hemoroid.
b. Palpasi.
Dada : Payudara sudah mengeluarkan colostrum.
Abdomen :
Leopold I : TFU pertengahan pusat-prosesus xiphoideus (px) 30-33
cm dan pada bagian fundus teraba bulat, besar, lunak
tidak melenting (bokong janin).
Leopold II : Menentukan bagian apa yang ada dibagian kanan dan
kiri perut ibu.
Leopold III : Bagian bawah perut ibu teraba bagian bulat, keras,
melenting (kepala).
Leopold IV : Kepala janin sudah turun dan sudah teraba 2/5-3/5
bagian kedalam rongga panggul.
His : Mengetahui adekuat atau tidaknya kontraksi yang akan
menunjang kemajuan persalinan (kontraksi adekuat 2x
dalam 10 menit, kuat, teratur dan durasinya 40-50
detik).
DJJ : 20-140 x/menit.
Cara menghitung Taksiran Berat Janin :
1) Bagian terendah belum masuk PAP (BJ = ( TFU-12 ) x 155 gram).
2) Bagian terendah sudah masuk PAP (BJ = ( TFU-11 ) x 155 gram).
c. Auskultasi.
Abdomen : Terdengar bunyi denyut jantung janin dan frekuensinya 120-160
kali/menit (Mandriwati, 2012).
d. Pemeriksaan penunjang.
Kadar Hb darah 10,5 gr% (kurang dari 8gr% anemis), golongan darah.
Protein urine diperiksa bila ada indikasi yaitu hipertensi, sakit kepala berat,
odema tungkai, wajah, atau adanya dugaan preeklamsia, urine redusi bila ada
indikasi DM.

II. Identifikasi diangnosa dan masalah


Mengidentifikasi data dasar yang diperoleh melalui data subyektif dan obyektif
sehingga diperoleh diagnosa/ masalah.
Dx : Ny” ” usia tahun G P Ab Usia Kehamilan Minggu Janin Tunggal/
Hidup dengan inpartu kala II.
Ds : Diambil dari alasan datang ibu ke petugas kesehatan, keluhan yang
dirasakan.
Do : Keadaan umum : Baik.
Kesadaran : Composmentis.
TTV : Dalam batas normal
Palpasi Abdomen.
Leopold I : TFU pertengahan pusat-prosesus xiphoideus (px) 30-33 cm
dan pada bagian fundus teraba bulat, besar, lunak tidak
melenting (bokong janin).
Leopold II : Menentukan bagian apa yang ada dibagian kanan dan kiri
perut ibu.
Leopold III : Bagian bawah perut ibu teraba bulat, keras, melenting
(kepala).
Leopold IV : Bagian terdahulu janin sudah turun dan sudah teraba 0/5-
1/5 bagian.
His : Kuat, teratur 4 .10’.45-90’’
DJJ : 120-160 x/menit.

III. Identifikasi diangnosa dan masalah potensial


Masalah potensial yang mungkin terjadi adalah kala II lama.
1. Partus macet.
2. Gawat janin.

IV. Identifikasi kebutuhan segera


1. Kebutuhan segera pada partus macet.
Pemberian infus dan merujuk pasien.
2. Kebutuhan segera pada gawat janin.
a) Menganjurkan pasien untuk posisi miring.
b) Pemberian oksigen.
c) Pemasangan infus.

V. Intervensi
Dx : Ny” ” usia tahun G P Ab Usia Kehamilan Minggu Janin Tunggal
Hidup dengan inpartu kala II.
Tujuan : Kala II berlangsung normal.
Kriteria hasil :
Keadaan umum : Baik.
TTV : Dalam batas normal.
DJJ : 120–160 x/menit.
Intervensi.
1. Memberitahukan ibu pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin baik,
meminta ibu untuk meneran saat ada his, apabila ibu sudah merasa ingin
meneran.
R/ Anjurkan ibu hanya meneran apabila ada dorongan kuat dan spontan untuk
meneran. Jangan menganjurkan untuk meneran berkepanjangan dan menahan
nafas karena meneran secara berlebihan menyebabkan ibu sulit bernafas
sehingga terjadi kelelahan yang tidak perlu dan meningkatkan resiko asfiksia
pada bayi sebagai akibat turunnya masukan oksigen melalui plasenta.
2. Meminta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu untuk meneran (pada
saat ada his, bantu ibu dalam posisi setengah duduk dan pastikan ia merasa
nyaman).
R/ Dengan memperoleh posisi yang paling nyaman, ibu dapat mengubah-ubah
posisi secara teratur selama kala II karena hal ini dapat membantu kemajuan
persalinan, mencari posisi meneran yang paling efektif dan menjaga sirkulasi
utero-plasenter tetap baik.
3. Penuhi kebutuhan nutrisi dan cairan.
R/ Hidrasi akan membantu ibu memberikan tenaga dalam meneran dan minum
minuman manis mengandung glukosa yang dapat menambah tenaga ibu untuk
kekuatan meneran bertambah.
4. Libatkan suami dalam proses persalinan.
R/ Dorongan orang terdekat terutama suami akan memberikan kekuatan
tersendiri.
5. Beri dukugan mental dan spiritual.
R/ Dukungan mental dan spiritual akan meyakinkan pasien bahwa persalinan
akan berjalan dengan baik dengan usaha meneran yang baik.
6. Lakukan pertolongan persalinan.
R/ Pertolongan persalinan normal sesuai langkah APN akan membantu
mempermudah dalam pertolongan persalinan sehingga ibu dan bayi tetap sehat.
(Walyani, 2015)
VI. Implementasi
Melakukan dari rencana yang telah di buat dan meyesuaikan tindakan dengan
kondisi pasien.

VII. Evaluasi
Merupakan hasil yang didapatkan setelah melakukan impelementasi terhadap klien
yang di berikan asuhan (Anggraini, 2010).

Kala III
I. Pengkajian
A. Data Subyektif.
Keluhan Utama.
Pada ibu yang baru saja melahirkan keluhan normal yang ibu rasakan, kelelahan,
capek, tetapi perasaan sangat senang karena bayinya sudah lahir, perut bagian
bawahnya terasa mules (Anggraini, 2010).

B. Data Obyektif
1. Pemeriksaan umum.
KU : Baik.
Kesadaran : Composmentis.
Tekanan darah : 90/60-120/80 mmHg.
Suhu : 36,5-37,5°C.
Nadi : 60-100 x/menit.
RR : 16-20 x/menit.
2. Pemeriksaan Fisik.
a. Inspeksi
Wajah : Tidak odema, tidak pucat.
Mata : Sklera putih, konjungtiva merah muda.
Dada : Payudara tampak tegang, dan ASI sudah keluar.
Abdomen : Uterus globuler, kontraksi keras, tidak teraba janin kedua.
Genetalia : Tampak semburan darah tiba-tiba, tali pusat memanjang.
Anus : Tidak tampak hemoroid.
b. Palpasi
Abdomen : TFU setinggi pusat, kontraksi uterus baik/keras, kandung
kemih kosong.
c. Auskultasi
Dada : Tidak terdengar bunyi ronchi dan wheezing.
d. Perkusi : Normalnya reflek harus ada (+).

II. Identifikasi diangnosa dan masalah


Mengidentifikasi data dasar yang diperoleh melalui data subyektif dan obyektif
sehingga diperoleh diagnosa/masalah.
Dx : Ny” ” usia tahun P Ab dengan Inpartu kala III.
A. Data Subyektif.
1. Pasien mengatakan bayinya telah lahir.
2. Pasien mengatakan bahwa ari-arinya belum lahir.
3. Pasien mengatakan perut bagian bawahnya teras mules.
B. Data Obyektif.
1. Keadaan umum : Baik.
Tanda-tanda vital : Dalam batas normal.
2. Bayi lahir secara spontan pervagina pada tanggal ”X” jam ”X” jenis kelamin
”X” normalnya/ada kelainan, menangis spontan kuat, warna belum
kemerahan.
3. Plasenta belum lahir.
4. Tidak teraba janin kedua.
5. Teraba kontraksi uterus.

III. Identifikasi diangnosa dan masalah potensial


Masalah potensial yang mungkin terjadi antara lain :
1. Gangguan kontraksi pada kala III.
2. Retensi sisa plasenta.

IV. Identifikasi kebutuhan segera


1. Pemberian infus.
2. Stimulasi puting susu.

V. Intervensi
Dx : Ny” ” usia tahun P Ab dengan Inpartu kala III.
Tujuan : Kala III berlangsung normal.
Kriteria hasil
Keadaan umum : Baik.
TTV : Dalam batas normal.
Intervensi.
1. Informasikan tiap tindakan yang dilakukan dan kondisi ibu sekarang.
R/ Agar ibu lebih kooperatif saat diberikan asuhan dan menambah
pengetahuan ibu.
2. Minta keluarga untuk selalu memberikan dukungan.
R/ Dukungan mental dan spiritual akan meyakinkan ibu bahwa persalinan
berjalan lancar.
3. Minta keluarga untuk memberikan minum.
R/ Memenuhi kebutuhan hidrasi ibu agar memulikan tenaga.
4. Lahirkan plasenta.
R/ Prosedur yang benar dan sesuai dengan menejemen aktif kala III dan untuk
mencegah pendarahan.

VI. Implementasi
Pada tahap ini bidan melaksanakan perencanaan yang telah dibuat.

VII. Evaluasi
Merupakan hasil yang didapatkan setelah melakukan impelementasi terhadap
klien yang di berikan asuhan.

Kala IV
I. Pengkajian
A. Data Subyektif.
Keluhan Utama.
Pada ibu yang baru saja melahirkan keluhan normal yang ibu rasakan, kelelahan, capek,
tetapi perasaan sangat senang karena bayinya sudah lahir dan plasenta lengkap
(Anggraini, 2010).

B. Data Obyektif.
1. Pemeriksaan Umum.
Keadaan umum : Baik.
Kesadaran : Composmentis.
Tekanan darah : 90/60-120/80 mmHg.
Suhu : 36,5-37,5°C.
Nadi : 60-100 x/menit.
RR : 16-20 x/menit.
2. Pemeriksaan Fisik.
a. Inspeksi
Wajah : Tidak odema, tidak pucat.
Mata : Sklera putih, konjungtiva merah muda.
Payudara : Tampak tegang, ASI sudah keluar.
Abdomen : Pembesaran perut sesuai TFU, kontraksi baik.
Genetalia : Tidak ada luka jahitan, lochea rubra, perdarahan dalam
batas normal.
Anus : Tidak tampak hemoroid.
b. Palpasi
Dada : Payudara sudah mengeluarkan ASI.
Abdomen : TFU 2 jari dibawah pusat, kontraksi uterus baik /keras,
kandung kemih kosong.
c. Auskultasi : Bising usus +.
d. Perkusi : Normalnya reflek patella harus ada +.

II. Identifikasi diangnosa dan masalah


Mengidentifikasi data dasar yang diperoleh melalui data subyektif dan obyektif
sehingga diperoleh diagnosa/masalah.
Dx : Ny” ” usia tahun P Ab dengan Inpartu kala IV.
DO :
Keadaan umum : Baik.
Kesadaran : Composmentis.
Tanda-tanda vital : Dalam batas normal.
1. Pemeriksaan fisik.
Mata : Tidak pucat, konjungtiva merah mudah.
Wajah : Tidak pucat, tidak odem.
Abdomen : TFU 2 jari bawah pusat, kontraksi keras, kandung kemih kosong.
Genetalia : Lochea rubra.
Ekstermitas : Gerak bawah bebas.

III. Identifikasi diangnosa dan masalah potensial


Antisipasi masalah setelah persalinan yaitu :
1. Atonia uteri.
2. Syok hipovolemik.

IV. Identifikasi kebutuhan segera


1. Penatalaksanaan atonia uteri adalah KBI dan KBE.
2. Penatalaksanaan syok hipovolemik adalah pasang infus dan beri oksigen.

V. Intervensi
Dx : Ny” ” usia tahun P Ab dengan Inpartu kala IV.
Tujuan : Kala IV berlangsung normal.
Kriteria hasil :
Keadaan umum : Baik
Tanda-Tanda Vital
TFU 2 jari dibawah pusat, kontraksi uterus baik teraba keras, kandung kemih
kosong, perdarahan ±50 cc.
Intervensi
1. Lakukan pemantauan intensif pada ibu.
R/ Dengan pemantauan secara intensif maka deteksi dini adanya tanda bahaya
dapat di atasi.
2. Lakukan pemantauan pendarahan.
R/ Pendarahan dapat memperburuk kondisi ibu.
3. Lakukan pemantauan tanda-tanda vital.
R/ Pemantauan secara intensif dapat mendeteksi dini adanya tanda bahaya.
4. Penuhi kebutuhan ibu pada kala IV.
R/ Untuk mendapatkan asuhan yang sesuai dengan kondisi ibu.
(APN, 2008)
VI. Implementasi
Dilakukan sesuai dengan intervensi yang telah dibuat. Rencana menyeluru
seperti yang diuraikan secara efektif dan aman.

VII.Evaluasi
Merupakan hasil yang didapatkan setelah melakukan impelementasi terhadap
klien yang diberikan asuhan (Sulistyawati, 2013).
Hasil akhir dari pemantauan kala IV adalah :
1. Tanda vital pasien normal.
2. Pendarahan total selama persalinan tidak lebih dari 500 cc.
3. Kontraksi uteri baik.
4. IMD berhasil.
5. Pasien dapat beradaptasi dengan peran barunya.

C. Manajemen Kebidanan Varney Pada Masa Nifas

I. Pengkajian
A. Data subyektif.
1. Keluhan utama.
Untuk mengetahui masalah yang dihadapi yang berkaitan dengan masa nifas,
misalnya pasien merasa mules atau kram perut, konstipas, hemoroid, sering BAK
dan berkeringat, sakit pada jalan lahir karena adanya jahitan pada perineum.
2. Riwayat Kesehatan Sekarang.
Ditanyakan untuk mengetahui ibu sedang menderita penyakit menular seperti
TBC, hepatitis, malaria ataupun penyakit keturunan seperti : Jantung, darah tinggi,
ginjal, kencing manis.
3. Riwayat Persalinan Sekarang.
Langkah ini berisikan tentang melahirkan, penolong persalinan, jenis persalinan,
lama persalinan, komplikasi dalam persalinan, keadaan plasenta, keadaan
perineum, terjadinya perdarahan, dan bayi baru lahir.
4. Riwayat Kehamilan, Persalinan, Nifas Yang Lalu.
Dikaji untuk mengetahui pada tanggal, bulan, tahun, berapa anaknya lahir, tempat
persalinan, umur kehamilan, umur kelahiran, jenis persalinan, penolong
persalinan, penyulit, jenis kelamin, berat badan lahir, panjang badan lahir, riwayat
nifas yang lalu, dan keadaan anak sekarang.
5. Riwayat KB.
Dikaji untuk megetahui jenis alat kontrasepsi yang pernah digunakan ibu
sebelumnya dan untuk mengetahui rencana KB yang akan digunakan ibu setelah
melahirkan.
6. Pola kebiasaan.
a. Nutrisi.
Penting diketahui untuk dapat menggambarkan bagaimana pasien mencukupi
asupan gizinya. Mulai dari menu apa saja yang dimakan, frekuensi makan dan
minum, dan ada keluhan atau tidak.
b. Eliminasi.
Dikaji untuk mengetahui pola BAB dan BAK, adakah kaitannya dengan
konstipasi atau tidak.
c. Istirahat.
Istirahat sangat diperlukan oleh ibu nifas, untuk memenuhi kebutuhan dirinya
dan bayinya.
d. Hubungan seksual.
Dikaji untuk mengetahui berapa kali frekuensi ibu melakukan hubungan
seksual dalam seminggu, pola seksual, dan keluhan.
e. Personal hygiene.
Dikaji untuk mengetahui berapa kali dalam sehari ibu menjaga kebersihan diri,
mandi, gosok gigi, keramas, dan mengganti pakaian.
f. Aktivitas.
Dikaji untuk mengetahui aktivitas ibu yang berhubungan dengan pengembalian
organ reproduksinya.
g. Perokok dan pemakaian obat-obatan.
Dikaji untuk mengetahui apakah ibu perokok dan pemakaian obat-obatan yang
tidak dianjurkan.
7. Riwayat psikososial budaya.
1) Keadaan psikologis ibu dapat berpengaruh terhadap kehamilan terutama kondisi
janin ibu.
2) Keadaan sosial disekitar ibu perluh dikaji untuk diketahui ibu tinggal bersama
siapa, bagaimana hubungan ibu dengan keluarga dan masyarakat sekitar.
3) Kebudayaan, kebiasaan dan tradisi yang dilakukan oleh ibu dan keluarga
berhubungan dengan kepercayaan, kebiasaan berobat dan semua yang
berhubungan dengan kondisi kesehatan ibu.

B. Data Obyektif.
a. Pemeriksaan Umum
Kesadaran umum : Baik.
Kesadaran : Composmentis /somnolen /apatis.
Tanda-tanda vital
Tekanan darah : Normal (100/70-130/90 mmHg.
Nadi : Normal (60-90 x/menit).
Respirasi : Normal (16-24 x/menit).
Suhu : Normal (36,5-37,50C).
b. Pemeriksaan Fisik (Sulistyawati, 2012).
1. Inspeksi
Kepala : Rambut tampak bersih, tidak rontok.
Wajah : Wajah tidak pucat, tidak terdapat cloasma gravidarum,
tidak tampak odema.
Mata : Sklera tidak ikterus, konjungtiva tidak pucat.
Telinga : Telinga tampak simetris, tidak tampak serumen,
pendengaran baik.
Hidung : Hidung tampak simetris, tidak tampak secret, tidak
tampak polip.
Mulut : Bibir tidak tampak sianosis, lidah tampak bersih,
tidak tampak caries pada gigi.
Leher : Tidak tampak pembesaran kelenjar tyroid, tidak
tampak pembesaran kelenjar limfe, tidak tampak
pembesaran vena jugularis.
Dada : Payudara tampak tegang, hipergmentasi aerola memae,
puting susu tampak menonjol.
Abdomen : Abdomen tidak tampak striae livida, tampak linea
nigra, tampak bekas luka operasi.
Genetalia : Genetalia tampak bersih, tidak tampak varises, tidak
odema, tidak ada flour albus, tidak ada condilomata,
tampak pengeluaran lochea.
Anus : Anus tidak tampak hemoroid.
Ekstremitas
Atas : Tampak simetris, pergerakan bebas, tidak tampak
odema, tidak tampak pucat pada kuku jari.
Bawah : Tampak simetris, pergerakan bebas, tidak odema,
pucat pada kuku jari.
2. Palpasi
Leher : Tidak teraba pembesaran kelenjar tyroid dan vena
jugularis.
Dada : Tidak teraba benjolan abnormal, tidak ada nyeri tekan.
Abdomen : Tidak teraba nyeri tekan, tidak teraba benjolan abnormal,
involusi uterus keras.
TFU : Ketika bayi lahir TFU 2 jari bawah pusat, nifas hari ketuju
TFU pertengahan antara pusat dan sympisis, 2 minggu
TFU tidak teraba, 6 minggu TFU normal seperti sebelum
hamil.
3. Auskultasi
Dada : Tidak ada ronchi atau wheezing.
4. Perkusi
Reflek patella : +/+
II. Identifikasi diangnosa dan masalah
Dx : Ny” ” usia tahun P Ab dengan Post Partum fisiologis.
Ds : Data yang diperoleh melalui anamnesa.
Do : TTV : Dalam batas normal.
Abdomen : Tidak ada nyeri tekan, tidak ada benjolan abnormal, involusi
uterus baik (keras).
TFU : Ketika bayi lahir TFU 2 jari bawah pusat, nifas hari ketuju TFU
pertengahan antara pusat dan sympisis, 2 minggu TFU tidak
teraba, 6 minggu TFU normal seperti sebelum hamil.
Genetalia : Genetalia tampak bersih, tidak tampak varises, tidak odema,
tidak ada flour albus, tidak ada condilomata, tampak pengeluaran
lochea.

III. Identifikasi diangnosa dan masalah potensial


1. Pendarahan post partum.
2. Infeksi.

IV. Identifikasi kebutuhan segera


1. Kebutuhan segera yang harus dilakukan pada pendarahan post partum adalah :
a) Pasang infus.
b) Penjahitan laserasi jika pendarahan disebabkan oleh robekan pada jalan
lahir.
c) KBI dan KBE.
d) Plasenta manual.
2. Kebutuhan segera yang harus dilakukan pada infeksi post partum adalah :
a) Pasang infus.
b) Rujuk.

V. Intervensi
Dx : Ny” ” usia tahun P Ab dengan Post Partum fisiologis.
Tujuan : Setelah dilakukan asuhan kebidanan diharapkan masa nifas
berjalan normal tanpa disertai komplikasi.
Kriteria hasil
Keadaan umum : Baik.
Kesadaran : Composmentis.
TTV : Dalam batas normal.
Abdomen : Tidak ada nyeri tekan, tidak ada benjolan abnormal,
involusi uterus baik (keras).
TFU : Ketika bayi lahir TFU 2 jari bawah pusat, nifas hari ketuju
TFU pertengahan antara pusat dan sympisis, 2 minggu
TFU tidak teraba, 6 minggu TFU normal seperti sebelum
hamil.
Genetalia : Genetalia tampak bersih, tidak tampak varises, tidak
odema, tidak ada flour albus, tidak ada condilomata,
tampak pengeluaran lochea. Pengeluaran lochea rubra.
Intervensi
1. Jelaskan pada ibu tentang hasil pemeriksaan.
R/ Agar ibu mengerti tentang keadaan dirinya dan ibu lebi kooperatif.
2. Anjurkan ibu untuk mobilisasi.
R/ Dengan mobilisasi otot-otot dapat diperkuat terutama otot uterus sehingga
proses involusi dan pengeluaran lochea berjalan normal.
3. Anjurkan ibu untuk istirahat yang cukup.
R/ Istirahat yang cukup dapat membantu dalam pemulihan tenaga.
4. Anjurkan ibu makan makanan bergizi terutama tinggi kalori dan protein.
R/ Dengan diet tinggi kalori dan tinggi protein dapat membantu pemulihan
tenaga ibu dan mempercepat pemulihan luka.
5. Mengajari ibu cara meneteki yang benar.
R/ Perut bayi menempel ke perut ibu, bibir bayi menutup sebagian aerola
mamae.
6. Mengajarkan ibu tentang personal hygiene.
R/ Personal hygiene yang buruk dapat memungkinkan masuknya bakteri atau
kuman kedalam tubuh yang memungkinkan terjadinya infeksi.

VI. Implementasi
Dilakukan sesuai dengan intervensi yang telah dibuat. Rencana menyeluru
seperti yang diuraikan secara efektif dan aman.

VII.Evaluasi
Dilakukan untuk mengetahui sejau mana keefektifan dan keberhasilan dari
asuhan kebidanan yang telah diberikan dengan mengacu kepada kriteria hasil.

D. Konsep Manajemen Asuhan kebidanan Varney pada Bayi Baru Lahir

I. Pengkajian

A. Data Subjektif.

1. Biodata
Nama bayi : Untuk menghindari kekeliruan.
Tanggal lahir : Untuk mengetahui usia neonatus.
Jenis kelamin : Untuk mengetahui jenis kelamin bayi.
Umur : Untuk mengetahui usia bayi.
Alamat : Untuk memudahkan kunjungan rumah.
2. Keluhan utama
Apa yang dirasakan dan di keluhkan ibu tentang keadaan bayinya.
3. Riwayat kesehatan keluarga
Ditanyakan mengenai latar belakang keluarga terutama
a. Anggota keluarga yang memiliki penyakit menular seperti TBC dan
Hepatitis.
b. Penyakit keluarga yang diturunkan seperti kencing manis, kelainan
pembekuan darah, jiwa dan asma.
c. Riwayat kehamilan kembar, faktor yang meningkatkan kemungkinan hamil
kembar adalah faktor ras, keturunan, umur wanita dan paritas.
4. Riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas sekarang.
a. Ditanyakan kepada ibu, ini kehamilan keberapa, keluhan ibu pada saat hamil
ini, periksa kemana dan sudah berapa kali periksa, obat apa saja yang
diperoleh.
b. Ditanya kepada ibu melahirkan dimana, ditolong siapa, bagaimana caranya,
penyulit yang dialami sewaktu ibu melahirkan, ditanya tentang jenis
kelamin, berat badan, panjang badan bayi yang melahirkan.
c. Ditanyakan kepada ibu mengeluarkan darah seberapa banyak, kontraksi
uterus baik atau tidak.
d. Ditanya kepada ibu tentang jenis kelamin, berat badan, dan panjang badan
bayi.

B. Data Objektif.

1. Pemeriksaan umum
keadaan umum : Baik.
Kesadaran : Composmentis.
TTV : Pernafasan : 40-60 x/per menit.
Suhu : 36,5-37,0 C.
Nadi : 130-180 x/permenit.
Panjang badan : 48-52 cm.
Berat badan : 2500-4000 gram.
2. Pemeriksaan Antropometri
Panjang badan : 48-52 cm. Berat badan : 2500-4000 gram.
Lingkar kepala : 33-38 cm. SOB : 9,5 cm.
SOF : 11 cm. FO : 12 cm.
MO : 13,5 cm. SMB : 9,5 cm.
BP : 9 cm. BT : 8 cm.
3. Pemeriksaan fisik
a. Inspeksi
Kepala : Simetris, tidak terdapat benjolan abnormal, rambut hitam tipis,
ubun-ubun normal, tidak cekung, tidak terdapat cepal
hematoma, tidak ada caput succedaneum.
Wajah : Tidak pucat, tidak kebiruan, wajah tampak kemerahan.
Mata : Simetris, sclera tidak ikterus, konjungtiva tidak anemis.
Hidung : Bersih, tidak ada pernafasan cuping hidung.
Mulut : Bibir merah, tidak ada labio skisis dan labio palatoskisis.
Telinga : Bersih, simetris, tidak ada serumen.
Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid, pembesaran kelenjar
limfe.
Dada : Simetris, tdak terdapat retrasi dada.
Abdomen : Tidak tampak benjolan abnormal, tali pusat belum kering, tali
pusat masih terbungkus kasa.
Genetalia : Bersih, labia mayora menutupi labia minora.
Ekstermitas Atas : Gerakan normal, tidak polidaktil dan sindaktil,
kuku tidak pucat.
Bawah : Gerakan aktif, normal.
b. Palpasi
Kepala : Tidak teraba benjolan abnormal.
Leher : Tidak teraba pembesaran kelenjar tyroid, tidak teraba vena
jugularis, dan tidak teraba pembesaran kelenjar limfe.
Dada : Tidak teraba benjolan abnormal, tidak teraba pembesara hepar.
Abdomen : Tidak teraba benjolan abnormal.
c. Auskultasi
Dada : Terdengar suara wheezing.
d. Perkusi
Abdomen : Tampak kembung atau tidak reflek.
Rooting : Apabila pipi bayi disentuh oleh jari pemeriksaan, maka
bayi akan menoleh dan mencari sentuhan itu.
Morro : Apabila bayi diberi sentuhan mendadak terutama dengan
jari atau tangan, maka akan menimbulkan gerakan terkejut.
Sucking : Apabila bayi di beri dot/putting, maka ia akan berusaha
untuk menghisap.
Menggenggam : Apabila telapak tangan bayi disentuh dengan jari
pemeriksa, maka ia akan berusaha untuk menggenggam
jari pemeriksa.

II. Identifikasi diangnosa dan masalah


Dx : Bayi Ny “” Umur Hari dengan Bayi Baru Lahir Normal.
Ds : Data yang diperoleh melalui anamnesa.
Do : Keadaan umum : Baik.
Kesadaran : Composmentis.
Tanda-tanda vital : Dalam batas normal.

III. Identifikasi diangnosa dan masalah potensial


Masalah potensial yang mungkin terjadi adalah :
1. Hipotermi.

IV. Identifikasi kebutuhan segera


Kebutuhan segera pada bayi dengan hipotermi adalah
1) Selimuti bayi dengan selimut hangat.
2) Tempatkan bayi pada ruangan hangat.
3) Beri banyak ASI.

V. Intervensi
Dx : Bayi Ny “” Umur Hari dengan Bayi Baru Lahir Normal.
Tujuan : Setelah dilakukan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir
diharapkan tidak terjadi komplikasi.
Kriteria hasil :
BB meningkat
Keadaan umum : Baik.
Tanda-tanda vital : Dalam batas normal.
Intervensi
1. Pertahankan suhu tubuh bayi.
R/ Selimuti bayi, agar tidak terjadi hipotermi.
2. Rawat bayi dengan teknik aseptic dan antiseptic.
R/ Cuci tangan dengan prosedur 6 langka cuci tangan dibawa air mengalir
menggunakan sabun.
3. Ajarkan ibu cara meneteki yang benar
R/ Perut bayi menempel pada perut ibu dan bibir bayi menutup sebagian
aerola mamae.
4. KIE tanda bahaya pada bayi.
R/ Tidak terjadi kejadian patologis pada bayi.

VI. Implementasi
Dilakukan sesuai dengan intervensi dan kondisi bayi (Sondakh, 2013).

VII.Evaluasi
Dilakukan untuk mengetahui sejauh mana keefektifan dan keberhasilan dari
asuhan yang telah diberikan dengan mengacu pada kriteria hasil.

C. Konsep Manajemen Asuhan Kebidanan Varney pada Penggunaan KB

I. Pengkajian
Hari.... Tanggal.... Jam... No. Reg
A. Data Subyektif.
1. Alasan Datang.
Menggunakan alat kontrasepsi pasca melahirkan.
2. Keluhan Utama.
Ibu telah melahirkan dan akan menggunakan alat kontrasepsi untuk
mencegah kehamilan.
3. Riwayat kesehatan yang lalu.
Apakah ibu pernah menderita infeksi menular seksual (IMS), jantung,
ikterus, tekanan dara tinggi, radang panggul, tumor.
R/ Merupakan kontra indikasi dari pemasangan kontrasepsi.
IMS, jantung, merupakan kontra indikasi dari AKDR.
4. Apakah ibu sedang minum obat anti kejang (epilepsi).
R/ Ibu yang sedang minum obat anti kejang merupakan salah satu kontra
indikasi dari pemasangan kontrasepsi.
5. Riwayat seksual.
Apakah ibu atau suami memiliki pasangan sex lain, pendarahan/bercak darah
setela senggama.
R/ Merupakan kontra indikasi dari pemsangan AKDR.
6. Riwayat haid.
Apakah ibu pernah mengalami amenorhea, polimenorea, desmenore, haid
lamah, haid terakhir (HPHT).
R/ Amenorhea, polimenorea, desmenore, haid lamah merupakan kontra
indikasi dari pemasangan kontrasepsi.
7. Riwayat kehamilan, persalinan, nifas yang lalu.
b) Kehamilan : Kehamilan ektopik.
c) Nifas : Ibu menyusui kurang dari 6 minggu.
R/ Kehamilan ektopik dan ibu yang menyusui kurang dari 6 minggu
merupakan kotra indikasi dari pemasangan kontrasepsi.

B. Data Obyektif.
1. Pemeriksaan Umum
a. Keadaan Umum : Baik.
b. Kesadaran : Composmentis.
c. Tanda-tanda Vital
Tekanan Darah : 90/60-120/80 mmHg.
Suhu : 36,5-37,5°C.
Nadi : 60-100 x/menit.
RR : 16-20 x/menit.
(Kamariyah , 2014)
2. Pemeriksaan Fisik
a. Kontrasepsi Hormonal
Inspeksi, palpasi, perkusi, auskultasi.
Kepala : Bersih, tidak ada benjolan abnormal, tidak ada nyeri
tekan, tidak nyeri kepala hebat.
R/ Nyeri kepala hebat dicurigai ibu mengalami
hipertensi dan merupakan kontra indikasi dari
pemasangan kontrasepsi.
Wajah : Tidak pucat, tidak odema.
R/ Apabila ibu pucat dimungkinkan ibu anemia dan
jika odema dicurugai menderita DM.
Mata : Seklera putih, konjungtiva merah muda.
R/ Seklera berwarna kuning dicurigai ibu
mengalami penyakit hepar, dan merupakan salah
satu kontra indikasi pemasangan kontrasepsi.
Payudara : Simetris, massa, tidak teraba benjolan abnormal,
tidak ada nyeri tekan.
R/ Payudara yang tidak simetris, ada benjolan
abnormal dan nyeri tekan dimungkinkan ibu tumor
dan tumor merupakan sala satu kontra indikasi dari
pemasangan kontrasepsi.
Dada : Tidak terdengar bunyi wheezing, bunyi ronchi.
Kulit : Bersih, tidak tampak kuning.
R/ Kulit berwarna kuning dicurigai ibu mengalami
penyakit hepar, dan merupakan salah satu kontra
indikasi pemasangan kontrasepsi.
Abdomen : Tidak teraba benjolan abnormal, tidak ada nyeri
tekan, dan massa.
R/ Nyeri tekan pada rahim dimungkinkan ibu
mengalami infeksi atau pendarahan. Dan benjolan
abnormal dimungkinkan ada tumor, merupakan
salah satu kontra indikasi pemasangan kontrasepsi.
Ekstremitas
Atas : Pergerakan aktif, tidak tampak odema.
Bawah : Pergerakan aktif, tidak tampak odema pada tungkai,
tidak varises, tidak ada nyeri hebat pada paha, betis.
R/ Merupakan kontra indikasi dari pemasangan
kontrasepsi.
Genetalia
Luar : Bersih, tidak tampak varises, kondiloma,
pembesaran atau tumor, tidak ada tanda-tanda
infeksi, tidak ada nyeri tekan pada kelenjar skene
dan kelenjar bartolini.
R/ Keputihan merupakan indikasi bahwa daera
portio maupun uterus mengalami lesi dan infeksi
dan merupakan kontra indikasi pemasangan AKDR.
Dalam : a) Pemeriksaan bimanual : pergerakan serviks
bebas, posisi dan ukuran uterus normal,
konsistensi uterus kenyal, tidak ada infeksi pada
adnexa.
R/ Ukuran uterus kurang dari 5 cm, merupakan
kontra indikasi pemasangan AKDR.
b) Pemeriksaan inspekulo : Tidak ada lesi dan
keputihan pada vagina, tidak ada tanda-tanda
infeksi pada serviks.

II. Identifikasi diangnosa dan masalah


Dx : P…Ab…Dengan Akseptor Baru...
DS : Ibu ingin menggunakan kontrasepsi setelah persalinan.
DO :
Tanda-tanda vital ibu dalam batas normal.
Kontrasepsi Non Hormonal (IUD).
Abdomen : Tidak ada nyeri tekan, tidak ada tanda-tanda kehamilan.
Genetalia : Bersih, tidak tampak varises, tidak tampak pembesaran atau tumor,
tidak tampak tanda-tanda infeksi, tidak ada nyeri tekan pada kelenjar
skene dan kelenjar bartolini.
Periksa Dalam :
a) Pemeriksaan bimanual : Pergerakan serviks bebas, posisi dan ukuran uterus
normal, konsistensi uterus kenyal, tidak ada infeksi pada adnexa.
b) Pemeriksaan inspekulo : Tidak ada lesi dan keputihan pada vagina, tidak ada
tanda-tanda infeksi pada serviks.

III. Identifikasi dingsona dan masalah potensial


Antisipasi masalah potensial yang mungkin dapat terjadi :
a. Perdarahan.
b. Infeksi.

IV. Identifikasi kebutuhan segera


Melakukan konsultasi dan kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain berdasarkan
kondisi klien dengan segera karena jika tidak segera dipenuhi akan meningkatkan
angka kesakitan dan kematian pada ibu.

V. Intervensi
Dx : P…Ab…Dengan Akseptor Baru KB.........
Tujuan : Ibu mendapatkan KB yang diinginkannya. Ibu menjadi aseptor
KB yang aktif.
Kriteria Hasil :
Tanda-tanda vital ibu dalam batas normal.
Kontrasepsi Non Hormonal (IUD).
Abdomen : Tidak ada nyeri tekan, tidak ada tanda-tanda kehamilan.
Genetalia : Bersih, tidak tampak varises, tidak tampak pembesaran atau
tumor, tidak tampak tanda-tanda infeksi, tidak ada nyeri tekan
pada kelenjar skene dan kelenjar bartolini.
Periksa Dalam :
a) Pemeriksaan bimanual : Pergerakan serviks bebas, posisi dan ukuran
uterus normal, konsistensi uterus kenyal, tidak ada infeksi pada adnexa.
b) Pemeriksaan inspekulo : Tidak ada lesi dan keputihan pada vagina, tidak
ada tanda-tanda infeksi pada serviks.
Intervensi :
1. Informasikan hasil pemeriksaan pada ibu.
R/ Ibu berhak tau tentang kondisi tubuhnya sesuai atau tidak dengan
kontrasepsi pilihannya.
2. Berikan informasi tentang keluarga berencana.
R/ Ibu berhak tau tentang keluarga berencana yang merupakan suatu program
yang membantu untuk menjarakan kehamilan, mengatur jarak anak dan
mengakhiri kesuburan.
3. Berikan informasi tentang jenis kontrasepsi yang tersedia dan keuntungan,
kerugian dari masing-masing jenis kontrasepsi.
R/ Ibu dapat mengetahui berbagai macam alat kontrasepsi dan dapat
mempertimbangkan untuk kontrasepsi yang akan dipilih.
4. Berikan informasi tentang tempat pemasangan, cara penggunaan dan efek
samping dari kontrasepsi yang dipilih ibu.
R/ Ibu mendapat gambaran tentang alat kontrasepsi yang dipilih.
5. Berikan penjelasan pada ibu cara perawatan luka pada bekas insisi (implan),
cara mengecek benang (IUD) pada ibu.
R/ Meminimalkan terjadinya infeksi pda daerah insisi. Ibu merasa tenang jika
mengetahui IUD masih terpasang dengan baik.
6. Sepakati kunjungan ulang sesuai jadwal atau sewaktu-waktu bila ada keluhan.
R/ Ibu mendapat pertolongan segera jika ada keluhan-keluhan yang dirasakan.
7. Lengkapi kartu kontrol pada ibu.
R/ Alat pantau penggunaan kontrasepsi pada ibu dan sebagai pengingat ibu
kapan harus kembali untuk menggunakan alat kontrasepsi lagi.

VI. Implementasi
Tanggal.... Jam....
Melaksanakan asuhan sesuai dengan yang direncanakan.

VII.Evaluasi
Dilakukan untuk mengetahui sejauh mana keefektifan dan keberhasilan dari
asuhan kebidanan yang telah diberikan dengan mengacu pada kriteria hasil.
BAB III
METODE PENULISAN

3.1 Rancangan Penelitian


Model asuhan kebidanan yang digunakan mengacu pada manajemen asuhan
kebidanan (Varney, 1997). Penyusunan Laporan Tugas Akhir dalam bagian ini
memberikan deskripsi singkat tentang model yang akan digunakan pada proses
asuhan kebidanan yang akan dilaksanakan. Pada studi kasus, ini dilakukan 7 langkah
yakni pengkajian, penentuan diagnosa dan masalah, penentuan diagnosa dan masalah
potensial, identifikasi kebutuhan segera, intervensi, implementasi dan evaluasi.

3.2 Kerangka Kerja


Tahap tahap asuhan kebidanan yang dilakukan sebagai berikut :
Gambar 3.1 Kerangka Kerja Asuhan Kebidanan

Subyek penelitian Pada Ny’’K’’ di PMB


Sumakidah,S.ST,.M.AP

Informed consent

Pengkajian pada Ny’’K’’ dan pengumpulan data dilakukan


dengan metode wawancara (VideoCall), observasi, dan kajian
dokumen menggunakan lembar observasi serta rekam medik
pasien
Perumusan diagnosa atau masalah kebidanan secara komprehensif dalam
batasan kehamilan

Penentuan diagnosa dan Masalah Potensial

Perencanaan asuhan kebidanan

Identifikasi kebutuhan segera

Implementasi asuhan kebidanan Kehamilan, Persalinan, Nifas, BBL dan Rencana


KB
Evaluasi asuhan kebidanan

Pembahasan

Kesimpulan

Dokumentasi

3.3 Subjek Asuhan Kebidanan


Subjek merupakan suatu pelaku dimana subjek pada asuhan kebidanan yaitu
klien yang akan diasuh selama proses asuhan awal hingga akhir. Subjek dalam asuhan
ini adalah Ny”K”.
Informan merupakan Ny”K’’, keluarga pasien, bidan koordinasi, dan pihak-pihak
lain yang dapat memberikan informasi yang dibutuhkan.

3.4 Kriteria Subjek


Adapun kriteria subjek dalam studi kasus ini antara lain :
1. Pemeriksaan ibu hamil, persalinan, nifas, BBL dan KB di PMB Sumakidah,
S.ST.,M.AP
2. Berdomisili di wilayah Kecamatan Bululawang.
3. Bersedia menjadi responden.

3.5 Pengumpulan Data


Pada studi kasus asuhan kebidanan ini, metode pengumpulan data dilakukan
dengan beberapa cara, yaitu :
a. Wawancara tidak langsung (VideoCall).
Dalam studi kasus ini penulis melakukan wawancara kepada ibu hamil, bidan
dan keluarga untuk memproleh data yang lebih mendalam dengan menggunakan
panduan wawancara berupa format pengkajian.
b. Observasi.
Observasi pada Ny”K” yakni dengan melakukan pemeriksaan umum,
pemeriksaan fisik head to toe secara inspeksi, palpasi, auskultasi.
Pada studi kasus ini metode pengumpulan data dilakukan dengan beberapa tahap
yaitu :
1. Tahap persiapan.
a. Mencari pasien ibu hamil di PMB Sumakidah S.ST.,M.AP.
b. Melakukan pendekatan dan studi pendahuluan kepada ibu hamil.
c. Melakukan penyusunan format data perkembangan.
2. Tahap pelaksanaan.
a. Peneliti menghubungi bidan dengan tujuan meminta ijin pengambilan
pasien sesuai kriteria.
b. Peneliti menghubungi ibu hamil yang akan menjadi subjek dan
memberikan penjelasan tentang maksud dan tujuan penelitian.
c. Menanyakan kesediaan calon subjek untuk menjadi subjek dalam
penelitian.
d. Melakukan pengambilan data dengan mengikuti perkembangan masa
kehamilan ibu hingga masa nifas ibu.
e. Selain ibu hamil, bersalin dan nifas bayi juga ikut dikaji.
f. Melakukan pengkajian tentang masalah KB.
g. Setelah melakukan pengkajian secara menyeluruh selanjutnya
pendokumentasian atau pencatatan pelaksanaan asuhan kebidanan dan
melakukan pengolahan data.
Kemudian dilakukan evaluasi, apakah asuhan yang diberikan sudah memenuhi
standart atau belum dan apakah asuhan yang diberikan mendapat hasil akhir sesuai
rencana atau tidak. Selanjutnya data yang sudah ada dirumuskan menjadi kesimpulan.

3.5. Lokasi dan Waktu


Studi kasus ini dilaksanakan di Kecamatan Bululawang tepatnya di PMB
Sumakidah,S.ST.,M.AP. Waktu penelitian dan pengambilan data dilakukan pada
tanggal 10 Agustus - 21 Agustus 2020.
3.6 Masalah Etika
Menurut Notoadmojo (2010), dalam pelaksanaan penelitian kesehatan
harus diperhatikan hubungan antara responden dengan peneliti secara etika
atau yang disebut etika penelitian.
Etika adalah masalah yang sangat penting, karena masalah etika berhubungan
dengan manusia dan harus diperhatikan (Hidayat, 2012). Pada saat melakukan studi
kasus ini penulis menjalin hubungan yang baik dengan responden untuk tetap
menjaga etika baik tingkah laku, perkataan sampai dengan etika dalam menjaga
privasi responden. Oleh karena itu saat pemberian asuhan diberikan, informan
terlebih dahulu meminta persetujuan melalui :
1.Informed Choice
Peneliti memberikan pilihan, tujuan dan dampak bagi informan
yang diikuti selama pengumpulan data. Informan telah bersedia menjadi
responden tanpa paksaan dari pihak manapun.
2.Informed Consent
Setelah penulis melakukan informed choice, informan setuju
dengan penjelasan yang diberikan, oleh karena itu informan
menandatangani lembar persetujuan yang telah diajukan oleh peneliti .
3.Confidentialy
Penulis menjamin kerahasiaan informasi serta data-data yang
diperoleh dari responden yang dimulai dari masa kehamilan, persalinan, nifas,
BBL.
BAB IV
4.1
PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN ANC
PADA NY. “K” GII P1001 Ab000 UK 37-38 MINGGU
JANIN T/H/I PRESENTASI KEPALA
DENGAN KEHAMILAN
NORMAL

I. Pengkajian Data
Tanggal : 30 Juli 2021
Jam : 09.20 WIB
Tempat : PMB. Sumakidah,S.ST.,M.AP.
A. Data Subjektif
1. Biodata
Nama Istri : Ny. “K” Nama Suami : Tn. “T”

Umur : 28 tahun Umur : 34 tahun

Agama : Islam Agama : Islam

Pendidikan : SMP Pendidikan : SMA

Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Wiraswasta

Alamat : Bululawang 23/06 Alamat : Bululawang 23/06

2. Alasan Datang
Ibu ingin memeriksa kehamilannya
3. Keluhan Utama
Ibu mengatakan tidak ada keluhan
4. Riwayat Kesehatan yang lalui
Ibu tidak pernah menderita penyakit menular (HIV/AIDS, hepatitis, TBC),
penyakit menahun (jantung, ginjal, paru-paru), penyakit menurun (DM,
asma, hipertensi)
5. Riwayat Kesehatan Sekarang
Ibu tidak pernah menderita penyakit menular (HIV/AIDS, hepatitis, TBC),
penyakit menahun (jantung, ginjal, paru-paru), penyakit menurun (DM,
asma, hipertensi)
6. Riwayat Kesehatan Keluarga
Di dalam keluarga ibu tidak pernah ada yang menderita penyakit menular
(HIV/AIDS, hepatitis, TBC), penyakit menahun (jantung, ginjal, paru-
paru), penyakit menurun (DM, asma, hipertensi)
7. Riwayat Menstruasi
Menarche : 13 tahun
Siklus Haid : 28 hari
Lama : 7 hari
Jumlah : 2-3 x/softex
Keluhan :-
HPHT : 20-11-2020
HPL : 27-08-2021
8. Riwayat Perkawinan
Status Pernikahan : Menikah
Menikah : 1 kali menikah
Lama Pernikahan : 8 tahun
Usia Menikah
Suami : 26 tahun
Istri : 20 tahun
9. Riwayat Kehamilan, Persalinan, dan Nifas yang lalu
No. Kehamilan Persalinan Anak Nifas
Mas
alah
Ke Jenis Penolo Cara Se BB/ H/M Hari ASI
ng x PB (Usia)
1 I Aterm Bidan Nor L 2400 7 thn 40 6
mal gram hari bln
2 III H A M I L I N I

10. Riwayat Kehamilan Sekarang


Trimester 1 x kunjungan, tidak nafsu makan, terapi : AFL,
Kalk, Bunda
Trimester 2 1 x kunjungan, nyeri punggung, terapi : Kalk,
Fe, Bunda, Calfera
Trimester 3 2 x kunjungan, keluhan tidak ada, terapi : Kalk,
Fe, Calfera
11. Riwayat KB
Jenis :-
Lama :-
Keluhan :-
12. Pola Kebiasaaan Sehari- Hari
No Pola Sebelum hamil Saat hamil
kebiasaan
1 Nutrisi Makan 3x sehari Makan 3x sehari
13. Minum air 8 gelas Minum 7-8 gelas sehari
Ri sehari
2 Istirahat Siang 2 jam Siang 1 jam
Malam 6-7 jam Malam 5-6 jam
3 Eleminasi BAB 1x sehari BAB 1x sehari
BAK 3-4x sehari BAK 4-5x sehari
4 Aktivitas Mengerjakan Mengerjakan aktifitas RT
aktivitas RT seperti seperti menyapu, dan memasak
menyapu, mencuci
dan memasak
5 Kebersihan Mandi 2 x sehari Mandi 2 x sehari
Ganti CD 2x sehari Ganti CD 2 x sehari dan apabila
dan apabila basah basah
6 Hub. Sex Tidak ada keluhan Tidak ada keluhan
2x seminggu kadang -kadang

wayat Psikososial, Sipritual, Dan Sosial Budaya


a.Psikologi : Ibu dan suami sangat senang dengan kehamilan ini
dan tidak ada pantangan dalam hal makanan
b. Sosial Budaya : Hubungan ibu, keluarga dan masyarakat baik
c. Spiritual : Ibu menjalankan ibadahnya setiap hari

B. Data Obyektif
1. Pemeriksaan Umum
a. Keadaan Umum : Baik
b. Kesadaran : Composmentis
c. Tekanan Darah : 100/70 mmHg
d. Nadi : 76 x/m
e. Suhu : 36 0C
f. RR : 20 x/m
g. Berat Badan : 55 kg
h. Tinggi Badan : 154 cm
i. Lila : 23,5 cm
2. Pemeriksaan Fisik
a) Inspeksi
a. Rambut : Berwarna hitam, bersih, tidak ada kutu, tidak ada
ketombe
b. Muka : Oval, tidak pucat, tidak ada cloasma gravidarum
c. Mata : Simetris, sclera mata putih, konjungtiva merah muda
d. Telinga : Simetris, bersih, tidak ada serumen
e. Hidung : Lubang hidung simetris, bersih, tidak ada secret,
tidak ada pernapasan cuping hidung
f. Mulut : Bibir simetris, lembab, tidak ada stomatitis, tidak
ada caries gigi dan karang gigi, terdapat lubang gigi,
tidak ada pembesaran kelenjar tonsil
g. Leher : Bersih, tidak ada bekas operasi
h. Dada : Datar, tidak ada retraksi dinding dada, terdapat
hyperpigmentasi pada areola mamae dan puting susu
menonjol
i. Abdomen : Membesar sesuai dengan usia kehamilan terdapat
strie livida dan linea nigra serta linea alba
j. Genetalia : Simetris, bersih, tidak ada varises, terdapat
keputihan atau flour albus dan adanya
pembengkakan pada kelenjar barolin
k. Ekstrimitas : Simetris, jari lengkap, tidak ada sindaktil, adaktil
dan polidaktil
b) Palpasi
a. Kepala : Tidak ada nyeri tekan dan benjolan abnormal.
b. Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar limfe, bendungan
pada vena jungularis dan pembesaran pada
kelenjar tonsil
c. Payudara : Tidak ada nyeri tekan dan benjolan abnormal,
belum ada pengeluaran ASI (colostrum)
d. Abdomen :
Leopold I TFU 30 cm, teraba bulat tidak beraturan,
digoyangkan tidak melenting (bokong)
Leopold II Bagian kanan teraba keras, datar dan tahanan kuat
seperti papan (puka), bagian kiri teraba bagian-
bagian kecil (ekstremitas)
Leopold III Teraba bulat, keras, digoyang tidak melenting
(kepala), tidak bisa digoyangkan
Leopold IV Sudah masuk PAP
e. TBJ : (30-11) x 155 = 2.945 gram
f. DJJ : 154 x/menit
g. Ekstrimitas : Tidak ada odema, turgor kulit normal
c) Auskultasi
a. Dada : Irama jantung regular, tidak ada bunyi
wheezing dan bunyi ronchi
b. Abdomen : Bising usus normal
d) Perkusi
a. Abdomen : Tidak kembung
b. Reflek Patela : +/+

3. Pemeriksaan Panggul
-

4. Pemeriksaan Penunjang
HIV : NR
HbSAg : NR
Gol : NR
HB :B
Alb : Negatif
Red : Negatif

II. Identifikasi Diagnosa Dan Masalah Potensial


DX : Ny. “K” GII P1001 A000 uk 37-38 minggu, Janin T/H/I Presentasi kepala
dengan kehamilan normal.
DS : Ibu mengatakan hamil anak kedua, usia kehamilan 37-38 minggu, HPHT :
20-11-2020
DO :
KU : Baik
Kesadaran : Composmentis
TD : 100/70 mmHg
N : 76 x/m
S : 360C
RR : 20 x/menit
Palpasi :
Abdomen
Leopold I : TFU 30 cm, teraba bulat tidak beraturan, digoyangkan tidak
melenting (bokong)
Leopold II : Bagian kanan teraba keras, datar dan tahanan kuat seperti
papan (puka), bagian kiri teraba bagian-bagian kecil
(ekstremitas)
Leopold III : Teraba bulat, keras, digoyangkan melenting (kepala),
sudah masuk PAP
Leopold IV : Sebagian bagian terdahulu sudah masuk PAP (2/5 bagian)
TBJ : (30– 11) x 155 = 2.945 gram
DJJ : 154 x/menit.

III. Identifikasi Diagnosa Dan Masalah Potensial


-

IV. Identifikasi Kebutuhan Segera


-
V. Intervensi
Tanggal : 30 Juli 2021
Jam : 09.20 WIB
DX : Ny. “K” GII P1001 Ab000 UK 37-38 minggu Janin T/H/I Presentasi
kepala dengan kehamilan normal
Tujuan : Setelah diberikan asuhan kebidanan, diharapkan keadaan ibu dan
janin baik, dan sehat
Kriteria hasil :
KU : Baik
Kesadaran : Composmentis
TD : 110/70-130/90 mmHg
Nadi : 70-90 x/menit
Suhu : 36,5-37,5° Celsius
RR : 16-24 x/menit
DJJ : 120-160 x/menit
Intervensi :
1. Lakukan pendekatan dan menjalin komunikasi terapeutik dengan ibu dan
keluarga
R/ Agar ibu lebih kooperatif selama diberikan asuhan
2. Jelaskan pada ibu tentang pemeriksaan yang akan dilakukan
R/ Agar ibu mengerti dan mau bekerjasama
3. Sampaikan hasil pemeriksaan kepada ibu
R/ Agar ibu mengetahui tentang keadaannya

VI. Implementasi
Tangga : 30 Juli 2021
l
Jam : 09.20 WIB
Dx : Ny “K” GII P1001 Ab000 UK 37-38 minggu Janin T/H/I Presentasi
kepala dengan kehamilan normal

09.20 : Melakukan pendekatan dan menjalin komunikasi terapeutik


dengan ibu
09.25 : Menjelaskan kepada ibu bahwa akan dilakukan pemeriksaan
pada ibu yakni pemeriksaan TTV dan pemeriksaan umum
09.30 : Menyampaikan hasil pemeriksaan kepada ibu yakni :
KU : Baik
Kesadaran : Composmentis
TD : 100/70 mmHg
N : 76 x/m
S : 360C
RR : 20 x/m
Palpasi :
Abdomen
Leopold I : TFU 30 cm, teraba bulat tidak melenting (bokong)
Leopold II : Bagian kanan teraba keras, datar dan tahanan kuat
seperti papan (puka), bagian kiri teraba bagian-bagian
kecil (ekstremitas)
Leopold III : Teraba bulat, keras, digoyangkan tidak melenting
(kepala), sudah masuk PAP
Leopold IV : Sebagian kecil bagian terdahulu sudah masuk PAP
(2/5 bagian)
TBJ : (30-11) x 155 = 2.945 gram
DJJ : 154 x/menit.
09.35 : Menjelaskan tentang pola nutrisi, istirahat, personal hygine

VII. Evaluasi
Tanggal : 30 Juli 2021
Jam : 09.40 WIB
DX : Ny.“K” GII P1001 Ab000 UK 37-38 minggu Janin T/H/I Presentasi
kepala dengan kehamilan normal
S : Ibu mengerti dan mampu mengulangi semua penjelasan yang telah
diberikan
O : KU : Baik.
Kesadaran : Composmentis
TD : 100/70 mmHg
N : 76 x/m
S : 360C
RR : 20 x/menit
A : Ny. “K” GII P1001 Ab000 UK 37-38 minggu Janin T/H/I presentasi
kepala dengan kehamilan normal
P : Menjelaskan tentang pola nutrisi, istirahat, personal hygine
4.2 PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN INC
PADA NY. “K” GII P1001 AB000 UK 38-39 MINGGU
DENGAN INPARTU KALA I FASE AKTIF
JANIN T/H/I PRESENTASE
KEPALA

I.Pengkajian Data
Tanggal : 13 Agustus 2021
Jam : 08.30 WIB
Tempat : PMB Sumakidah, S.ST.,M.AP.

A. Data Subjektif
1) Biodata
Nama Istri : Ny ”K” Nama Suami : Tn’’T’’
Umur : 28 tahun Umur : 34 tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidika : SMP Pendidikan : SMA
n
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Wirawasta
Alamat : Bululawang 23/06 Alamat : Bululawang 23/06
2) Alasan Datang
Ibu mengatakan ingin memeriksa kehamilannya
3)Keluhan Utama
Ibu mengatakan keluar pervagina lendir bercampur darah tadi pagi jam
06.30 WIB
4) Riwayat Kesehatan Yang Lalu
Ibu mengatakan tidak pernah menderita penyakit menular (HIV/AIDS,
TBC, hepatitis), menurun (asma, hipertensi, DM) menahun (jantung,
ginjal, paru-paru)
5) Riwayat Kesehatan Sekarang
Ibu mengatakan tidak sedang menderita penyakit menular (HIV/AIDS,
TBC, hepatitis), menurun (asma, hipertensi, DM) menahun (jantung,
ginjal, paru-paru)
6) Riwayat Kesehatan Keluarga
Ibu mengatakan dalam keluarga tidak ada yang menderita menurun
(hipertensi, DM) dan tidak ada yang menderita penyakit menular
(HIV/AIDS, TBC, hepatitits), menahun (jantung, ginjal, paru-paru)
7) Riwayat Menstruasi
Menarch : 13 tahun
Siklus Haid : 28 hari
Lama : 7 hari
Jumlah : 2-3 pembalut
Keluhan : Tidak ada
HPHT : 20-11-2020
HPL : 27-08-2021
8) Riwayat Perkawinan
Status Pernikahan : Menikah
Menikah : 1x
Lama Pernikahan : 8 tahun
Umur Pertama Kali Menikah : Suami : 26 tahun
Istri : 20 tahun
9) Riwayat Kehamilan, Persalinan, dan Nifas yang lalu
No. Kehamilan Persalinan Anak Nifas Mas
alah
Ke- Jenis Penol Cara Se BB/ H/ Hari AS
ong x PB M I
1 I Aterm Bidan Norm L 2400 H 40 6
al gram hari bln
2 III H A M I L I N I

10) Riwayat Kehamilan sekarang


Trimester 1 : 1 x kunjungan, tidak nafsu makan, terapi : AFL,
Kalk, Bunda
Trimester 2 : 1 x kunjungan, nyeri punggung, terapi : Kalk, Fe,
Calfera, Bunda
Trimester 3 : 2 x kunjungan, keluhan tidak ada, terapi : Kalk, Fe,
Calfera
11) Riwayat KB
Jenis :-
Lama :-
Keluhan : -
12) Pola Kebiasaaan Sehari-Hari
No. Pola
Sebelum hamil Saat hamil
kebiasaan
1 Nutrisi Ibu makan 3x sehari Ibu makan 3x sehari dengan
dengan porsi 1 piring porsi 1 piring nasi, sayur dan
nasi, sayur, tempe tahu ikan. Minum 7-8 gelas/hari
dan ayam. Minum 7-8
gelas/hari
2 Istirahat Tidur malam 6-7 jam Tidur malam 4-5 jam
Tidur siang 1-2 jam Tidur siang 1 jam
3 Eleminasi Bab 1x sehari Bab 1x sehari
Bak 4-5 x sehari Bak 6-7 kali sehari
4 Aktivitas Ibu melakukan pekerjaan Ibu melakukan pekerjaan
rumah tangga rumah tangga
5 Kebersihan Ibu mandi 2x sehari Ibu mandi 2x sehari
Ganti CD setiap kali Ganti CD setiap kali mandi
mandi
13) Riwayat Psikososial, Sipritual, Dan Sosial Budaya
Ibu mengatakan senang dengan kehamilannya saat ini, dan sedikit cemas
dengan persiapan persalinan

B. Data Obyektif
1. Pemeriksaan Umum
a. Keadaan Umum : Baik
b. Kesadaran : Composmetis
c. Tekanan Darah : 100/70 mmHg
d. Nadi : 98 x/menit
e. Suhu : 360C
f. RR : 20 x/menit
g. Berat Badan : 55 kg
i. Tinggi Badan : 154 cm
j. Lila : 23,5 cm

2. Pemeriksaan Fisik
a. Inspeksi
a. Rambut : Warna rambut hitam, bersih tidak ada
ketombe
b. Muka : Muka tidak pucat, tidak sembab, tidak ada
closma gravidarum
c. Mata : Kedua mata tampak simetris, konjungtiva
merah muda, sklera putih
d. Telinga : Kedua telinga simetris, tidak tampak keluar
serumen
e. Hidung : Tampak bersih, tidak ada secret
f. Mulut : Warna bibir merah muda, tampak caries dan
karang gigi
g. Leher : Tidak tampak bekas operasi
h. Dada : Tidak tampak retraksi dinding dada
i. Abdomen : Tidak ada bekas operasi, dan stire gravida
j. Genetalia : Bersih, tidak tampak varises
k. Ekstrimitas : Tidak tampak odem dan varises
b. Palpasi
a. Kepala : Tidak teraba odem dan nyeri tekan
b. Leher : Tidak teraba pembesaran kelenjer tyroid dan
vena jugularis
c. Payudara : Tidak teraba benjolan dan nyeri tekan,
clostrum (+)
d. Abdomen
Leopold I : TFU 30 cm, pada bagian fundus teraba bulat,
lembek tidak melenting (bokong)
Leopold II : Pada bagian kiri teraba keras, panjang lebar
seperti papan (punggung), dan bagian kanan
teraba ruang-ruang kosong (ekstremitas)
Pada bagian terbawa teraba bulat, keras, tidak
Leopold III : Dapat digoyangkan (kepala), bagian terdahulu
sudah masuk PAP
Leopold IV : Bagian terdahulu sudah masuk PAP 2/5
e. TBJ : (30-11) x 155= 2.954 gram
f. Ekstrimitas : Tidak teraba odem
c. Auskultasi
a. Dada : Tidak terdengar ronchi dan whezing
b. Abdomen : DJJ 125x/ menit
d. Perkusi
Reflek Patela : +/+
3. Pemeriksaan Panggul
-
4.Pemeriksaan Penunjang
Vagina Touche
Pembukaan 8 cm, effismen 75%, ketuban (-), molase 0 dan penurunan
hodge III+, disekitar kepala tidak ada bagian terkecil

II.Identifikasi Diagnosa Dan Masalah


Dx : GII P1001 Ab000 UK 38-39 Minggu Fase Aktif Janin T/H/I, dengan Presentasi
Kepala
Ds : Ibu mengatakan hamil anak ke-2, perutnya terasa kencang-kencang,
keluar pervagina lendir bercampur darah jam 06.30 WIB
Do : Keadaan Umun : Baik
Kesadaran : Composmetis
TTV
TD : 100/70 mmHg
Nadi : 98 x/menit
Suhu : 360C
Respirasi : 20 x/menit
HPHT : 20-11-2020
HPL : 27-08-2021
Kontraksi : 5 x 10 menit, lama 45 detik
Leopold I : TFU 30 cm, pada bagian fundus teraba bulat, lembek tidak
melenting (bokong)
Leopold II : Pada bagian kiri teraba keras, panjang lebar seperti papan
(punggung), pada bagian kanan teraba ruang ruang kosong
(ekstremitas)
Leopold III : Pada bagian terbawa teraba bulat, keras, tidak dapat di
goyangkan (kepala), bagian terdahulu sudah masuk PAP
Leopold IV : Bagian terdahulu sudah masuk PAP 2/5
TBJ : (30-11) x 155 = 2.945 gram
DJJ : 125 x/menit
Vagina Toucher : Pembukaan 8 cm, effisment 75%, ketuban (-) jernih, bagian
terdahulu kepala, dan penurunan hodge III+, molase

III. Identifikasi Diagnosa Dan Masalah Potensial


-

IV. Identifikasi Kebutuhan Segera


-
V. Intervensi
Tanggal : 13 Agustus 2021
Jam : 08.30 WIB
Dx : Ny. “K” GII P1001 Ab000 UK 38-39 Minggu Fase Aktif Janin
T/H/I Presentasi Kepala
Tujuan : Persalinan berjalan dengan normal
Kriteria Hasil : Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Composmetis
Tekanan darah : 110/70-120/80 mmHg
Respirasi : 16-24 x/menit
Nadi : 60-80 x/menit
Suhu : 36,5-37,50C
Intervensi :
a) Lakukan pendekatan pada ibu dan keluarga
R/ Ibu dan keluarga lebih kooperatif
b) Observasi keadaan umum dan TTV serta lakukan pemeriksaan pada ibu
R/ Parameter kesehatan pasien
c) Lakukan Pemeriksaan dalam (VT)
R/ Mengetahui kemajuan persalinan
d) Jelaskan pada ibu dan keluarga tentang hasil pemeriksaan
R/ Ibu lebih mengerti keadaannya dan lebih kooperatif
e) Anjurkan kepada keluarga ibu untuk memberikan makan dan minum
R/ Untuk pemenuhan nutrisi pada ibu

VI. Implementasi
Tanggal : 13 Agustus 2021
Jam : 08.30 WIB
DX : Ny. ”K” GII P1001 Ab000 UK 38-39 Minggu Dengan
Inpartu Kala I Fase Aktif Janin T/H/I Presentasi Kepala
08.35 WIB : Melakukan pendekatan pada ibu dan keluarga (senyum,
sapa, salam)
08.37 WIB : Mengobservasi KU, TTV dan melakukan pemeriksaan
pada ibu
KU : Baik
Kesadaran : Composmentis
TD : 100/70 mmHg
Nadi : 98 x/menit
Suhu : 36 ºCelsius
RR : 20 x/menit
DJJ : 125 x/menit
08.40 WIB : Melakukan pemeriksaan dalam (VT)
08.45 WIB : Memberitahu ibu dan keluarga hasil pemeriksaan dan
keadaan janin baik
08.50 WIB : Memberikan ibu makan dan minum.

VII. Evaluasi
Tanggal : 13 Agustus 2021
Jam : 08.30 WIB
DX : Ny. ”K” GII P1001 Ab000 UK 38-39 minggu Janin
T/H/I, Presentasi Kepala Dengan Kala I Fase Aktif
S : Ibu mengatakan keluar lendir bercampur darah dari
jalan lahir
O :
KU : Baik
Kesadaran : Composmentis
TD : 100/70 mmHg
Nadi : 98 x/menit
Suhu : 36ºC.
RR : 20 x/menit.
DJJ : 125 x/menit.
A : Ny ”K” GII P1001 Ab000 UK 38-39 minggu Janin T/H/I,
Presentasi Kepala Dengan Kala I Fase Aktif
P : 1) Menjelaskan kepada ibu dan keluarga bahwa
keadaan umum ibu dan janin baik
2) Menganjurkan ibu untuk makan dan minum
agar mendapatkan tenaga pada saat meneran

Catatan perkembangan I
Tanggal : 13 Agustus 2020
Jam : 09.00 WIB
Tempat : PMB Sumakidah,S.ST.M.AP
S : Ibu ingin meneran, semakin lama semakin sering terasa mengeluarkan
cairan lendir bercampur darah dari jalan lahir
O : Tekanan pada anus, perineum menonjol, vulva membuka
Pembukaan 10 cm, effisment 100%, ketuban (-) jernih, bagian terendah
kepala, bagian terdahulu UUK, molase 0, hodge IV, tidak ada bagian terkecil
di bagian terdahulu
A : Ny. “K” UK 38-39 Minggu, dengan Inpartu Kala II, Keadaan ibu dan janin
baik
P :
1. Melihat tanda kala II persalinan (doran, teknus, perjol, vulka)
2. Memastikan kelengkapan peralatan, bahan dan obat-obatan esensial untuk
menolong persalinan dan menatalaksanaan komplikasi segera pada ibu dan bayi
baru lahir
3. Memakai celemek
4. Melepaskan semua perhiasan yang dipakai, cuci tangan dengan sabun dan air
bersih mengalir kemudian keringkan tangan dengan tisu/handuk pribadi
5. Memakai sarung tangan DTT
6. Masukkan oksitosin ke dalam tabung suntik (gunakan tangan yang memakai
sarung tangan DTT atau steril dan pastikan tidak terjadi kontaminasi pada alat
suntik)
7. Membersihkan vulva dan perineum (vulva hygiene)
8. Melakukan periksa dalam untuk memastikan pembukaan lengkap. (Pembukaan :
10 cm, eff : 100%, ket : (-), bagian terdahulu : kepala, bagian terendah : UUK,
molase : 0, hodge : IV
9. Mendekontaminasi sarung tangan
10. Memeriksa denyut jantung janin (DJJ) : DJJ 125 x/menit
11. Memberitahu pada ibu bahwa pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin baik
12. Meminta keluarga membantu menyiapkan posisi meneran
13. Melaksanakan bimbingan meneran pada saat ibu merasa ingin meneran
14. Menganjurkan ibu mengambil posisi yang nyaman
15. Meletakkan handuk bersih di perut bawah ibu
16. Meletakkan kain bersih yang dilipat 1/3 bagian sebagai alas bokong ibu
17. Membuka tutup partus set dan periksa kembali kelengkapan peralatan dan bahan
18. Memakai sarung tangan DTT/steril pada kedua tangan
19. Setelah tampak kepala bayi dengan diameter 5-6 cm membuka vulva maka
lindungi perineum dengan satu tangan yang dilapisi dengan kain bersih dan
kering, tangan yang lain menahan belakang kepala untuk mempertahankan posisi
fleksi dan membantu lahirnya kepala
20. Memeriksa kemungkinan adanya lilitan tali pusat
21. Setelah kepala lahir, tunggu putaran paksi luar yang berlangsung secara spontan.
Lahirnya bahu
22. Setelah putaran paksi luar selesai, pegang kepala bayi secara biparental.
Anjurkan ibu untuk meneran saat kontraksi. Lahirkan badan dan tungkai
23. Setelah bahu lahir, satu tangan menyangga kepala dan bahu belakang, tangan
yang lain menelusuri dan memegang lengan dan siku bayi sebelah atas
24. Setelah tubuh dan lengan lahir, penelusuran tangan atas berlanjut ke punggung,
bokong, tungkai dan kaki. (Bayi lahir jam 09.30 WIB)
25. Melakukan penilaian (selintas) : (Bayi menangis kuat, gerakan aktif, warna kulit
kemerahan)
26. Keringkan tubuh bayi mulai dari muka, kepala dan bagian tubuh lainnya (kecuali
kedua tangan) tanpa membersihkan verniks. Ganti handuk basah dengan
handuk/kain yang kering
27. Memeriksa kembali uterus untuk memastikan hanya satu bayi yang lahir (hamil
tunggal) dan bukan kehamilan ganda (gemeli)
28. Beritahu ibu bahwa dia akan disuntik oksitosin agar uterus berkontraksi baik.
29. Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir, suntikkan oksitosin 10 unit
(intramuskuler)
30. Dalam waktu 2 menit setelah bayi lahir, jepit tali pusat dengan klem kira-kira 2-3
cm dari pusat bayi
31. Pemotongan dan pengikatan tali pusat
32. Lepaskan klem dan masukkan dalam wadah yang telah disediakan. Letakkan bayi
tengkurap di dada ibu untuk kontak kulit ibu-bayi
Catatan Perkembangan II
Tanggal : 13 Agustus 2021
Jam : 09. 35 WIB
Tempat : PMB. Sumakidah, S.ST.M.AP
S : Ibu merasa lelah dan perutnya terasa mules
O : K/U : Baik, K : composmentis, kontraksi uterus baik, TFU : setinggi
pusat, palpasi : tidak terdapat janin kedua, tampak semburan darah
tiba-tiba, tali pusat bertambah panjang, uterus globuler.
A : Ny. “K” GII P2002 Ab000 dengan Kala III
P : Manajemen aktif kala III
33. Pindahkan klem tali pusat hingga berjarak 5-10 cm dari vulva
34. Letakkan satu tangan diatas kain pada perut bawah ibu (diatas simfisis), untuk
mendeteksi kontraksi. Tangan lain memegang klem untuk menegangkan tali
pusat
35. Setelah uterus berkontraksi, teganggakan tali pusat kearah bawah sambil tangan
yang lain mendorong uterus kearah belakang-atas (dorso kranial) secara hati-hati
(untuk mencegah inversio uteri)
36. Bila pada penekanan bagian bawah dinding depan uterus ke arah dorsal ternyata
diikuti dengan pergeseran tali pusat ke arah distal maka lanjutkan dorongan ke
arah kranial hingga plasenta dapat di lahirkan
37. Saat plasenta muncul di introitus vagina, kita lahirkan plasenta dengan kedua
tangan. (Plasenta lahir lengkap jam 09.45 WIB)
38. Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, lakukan masase uterus, (fundus
teraba keras)
39. Memeriksa kedua sisi plasenta (maternal-fetal) pastikan plasenta telah dilahirkan
lengkap. Masukkan plasenta kedalam kantung plastik atau tempat khusus
40. Mengevaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dan perineum

Catatan perkembangan III


Tanggal : 13 Agustus 2021
Jam : 09.50 WIB
Tempat : PMB Sumakidah, S.ST.M.AP
S : Ibu merasa nyaman dan bahagia dengan kelahiran bayinya
O : K/u : Baik, K : composmentis, TD : 100/70 mmhg, N : 98x/menit, S
: 36ºC, RR : 20x/menit
Abdomen
a. TFU : 2 jari dibawah pusat
b. Kandung kemih : Kosong
c. Kontraksi : Baik
Genitalia
a. Pengeluaran darah ±50 cc
b. Tidak ada laserasi
A : Ny. “K” P2002 Ab000 dengan Kala IV
P :
41. Memastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi perdarahan
pervaginam
42. Memastikan kandung kemih kosong. Jika penuh lakukan kateterisasi
43. Celupkan tangan yang masih memakai sarung tangan kedalam larutan klorin 0,5
%
44. Mengajarkan ibu/keluarga cara melakukan masase uterus dan menilai kontraksi
45. Memeriksa nadi ibu dan pastikan keadaan umum ibu baik
46. Mengevaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah
47. Memantau keadaan bayi dan pastikan bahwa bayi bernafas dengan baik (40-60
kali/menit)
48. Menempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan klorin 0,5% untuk
dekontaminasi (10 menit)
49. Buang bahan-bahan yang terkontaminasi
50. Membersihkan ibu dari paparan darah dan cairan tubuh dengan menggunakan air
DTT
51. Memastikan ibu merasa nyaman
52. Dekontaminasi tempat bersalin dengan larutan klorin 0,5%
53. Celupkan tangan yang masih memakai sarung tangan ke dalam larutan klorin
0,5%
54. Mencuci ke dua tangan dengan sabun dan air mengalir kemudian keringkan
tangan dengan tissue atau handuk pribadi yang bersih dan kering
55. Memakai sarung tangan bersih/DTT untuk melakukan pemeriksaan fisik bayi
56. Melakukan pemeriksaan fisik bayi baru lahir. Kondisi bayi baik, pernapasan
normal 60 kali/menit dan temperatur tubuh normal 360C
57. pemberian vitamin K1, berikan suntikan hepatitis B di paha kanan bawah lateral.
58. Melepaskan sarung tangan dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit
59. Mencuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir
60. Melengkapi partograf
4.3 PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN
PNC PADA NY. “K” P2002 Ab000
DENGAN 6 JAM POST
PARTUM

I.Pengkajian Data
Tanggal : 13 Agustus 2020
Jam : 15.30 WIB
Tempat : PMB Sumakidah, S.ST.M.AP
A.Data Subjektif
1.Biodata
Nama Istri : Ny ”K” Nama Suami : Tn’’T’’
Umur : 28 tahun Umur : 34 tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidika : SMP Pendidikan : SMA
n
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Bululawang 26/03 Alamat : Bululawang 26/03
2.Keluhan Utama
Ibu mengatakan perutnya mules
3. Riwayat Kesehatan Yang Lalu
Ibu mengatakan tidak pernah menderita penyakit menular (HIV/AIDS,
TBC, hepatitis), menurun (asma, hipertensi, DM) menahun (jantung, ginjal,
paru-paru)
4.Riwayat Kesehatan Sekarang
Ibu mengatakan tidak sedang menderita penyakit menular (HIV/AIDS,
TBC, hepatitis), menurun (asma, hipertensi, DM) menahun (jantung, ginjal,
paru-paru)
5.Riwayat Kesehatan Keluarga
Ibu mengatakan dalam keluarga ada yang menderita menurun (hipertensi,
DM) dan tidak ada yang menderita penyakit menular (HIV/AIDS, TBC,
hepatitits), menahun (jantung, ginjal, paru-paru)

6.Riwayat Menstruasi
Menarch : 13 tahun
Siklus haid : 28 hari
Lama : 7 hari
Jumlah : 2-3 pembalut
Keluhan : Tidak ada
HPHT : 20-11-2020
HPL : 27-08-2021
7. Riwayat Perkawinan
Status pernikahan : Menikah
Menikah :1 kali
Lama pernikahan : 8 tahun
Umur pertama kali menikah Suami : 26 tahun
Istri : 20 tahun
8.Riwayat Kehamilan, Persalinan, dan Nifas yang lalu
N Kehamilan Persalinan Anak Nifas Mas
o Ke- Jenis Penol Cara Se BB/ H/ Hari AS alah
ong x PB M I
1 I Aterm Bidan Norm L 2400 H 40 6
al gram hari bln
2 II Aterm Bidan Norm L 3000 H - -
al gram
9.Riwayat Kehamilan, persalinan, dan nifas yang lalu
a. Kehamilan
Trimester 1 : 1 x kunjungan, tidak nafsu makan, terapi : Kalk,
Calfera, Bunda
Trimester 2 : 1 x kunjungan, nyeri punggung, terapi : Kalk,
Fe, Calfera, Bunda
Trimester 3 : 2 x kunjungan, keluhan tidak ada, terapi : Kalk,
Fe, Calfera, Bunda
b. Persalinan
Ibu mengatakan keluar pervagina lendir bercampur darah tadi pagi jam
06.30 WIB pada tanggal 13 Agustus 2021. Ibu datang ke PMB pada
pukul 08.30 WIB tanggal 13 Agustus 2021. Bayi lahir pada pukul 09.30
WIB menangis kuat, warna kulit merah muda, jenis kelamin laki-laki,
pada pukul 09.45 WIB plasenta lahir, tidak terdapat rupture, kemudian
bayi diletakan di atas perut ibu untuk melakukan IMD. Berat bayi 3000
gram dan panjang 47 cm.
c. Nifas
Selama masa nifas ibu masih berbaring dan sesekali jalan ke kamar
mandi, pengeluaran ASI masi sedikit berwarna putih kekuningan, bayi
menghisap dengan baik. Ibu merasakan mules pada perutnya. Ibu
mengatakan keluar darah berwarna merah segar dari kemaluannya,
dengan konsistensi cair, tidak berbau, sesuda melahirkan hingga 6 jam
post partum ibu sudah ganti pembalut 3x.
10. Riwayat KB
Jenis :-
Lama :-
Keluhan : -
11.Pola Kebiasaaan Sehari-Hari
No Pola Sebelum hamil Saat hamil
Kebiasaan
1 Nutrisi Ibu makan 3x sehari Ibu makan 3-4x sehari
dengan porsi 1 piring nasi, dengan porsi 1 piring nasi,
sayur, tempe tahu dan sayur dan ikan. Minum 4
ikan. Minum 4 gelas / hari air putih gelas/hari
2 Istirahat Tidur malam 6-7 jam Tidur malam 4-5 jam
Tidur siang 1-2 jam Tidur siang 1 jam
3 Eleminasi BAB 1x sehari BAB 1x sehari
BAK 4-5 x sehari BAK 6-7 kali sehari
4 Aktivitas Ibu melakukan pekerjaan Ibu melakukan pekerjaan
rumah tangga rumah tangga
5 Kebersihan Ibu mandi 2x sehari Ibu mandi 2x sehari
Ganti CD setiap kali Ganti CD setiap kali mandi
mandi
12.Riwayat Psikososial, Sipritual, Dan Sosial Budaya
a) Psikologi
Perasaan ibu, suami dan keluarga senang terhadap kelahiran bayinya.
Bayi dirawat oleh ibu dan neneknya dan sesekali dibantu oleh
suaminya. Ibu masih banyak bergantung kepada suami dan
keluarganya karena kondisinya yang belum pulih.
b) Sosial dan Budaya
Ibu dan suami saling membantu dalam merawat bayi, juga memenuhi
kebutuhan ibu. Saat ibu akan melahirkan, seluruh keluarga ibu secara
bergantian datang ke PMB untuk menyemangati dan mendoakan ibu
agar persalinannya lancar. Hubungan ibu dengan tetangga baik.

B.Data Obyektif
1. Pemeriksaan Umum
a. Keadaan Umum : Baik.
b. Kesadaran : Composmetis.
c. Tekanan Darah : 100/70 mmHg.
d. Nadi : 98 x/menit.
e. Suhu : 360C.
f. RR : 20 x/menit
g. BB Hamil : 55 kg
h. Tinggi Badan : 154 cm
i. Lila : 23,5 cm
2. Pemeriksaan Fisik
a. Inspeksi
a. Rambut : Warna rambut hitam, bersih tidak ada ketombe
b. Muka : Muka tidak pucat, tidak sembab, tidak ada closma
gravidarum
c. Mata : Kedua mata tampak simetris, konjungtiva merah
muda, sklera putih
d.Telinga : Kedua telinga simetris, tidak tampak keluar serumen
e. Hidung : Tampak bersih, tidak ada secret
f. Mulut : Warna bibir merah muda, tidak tampak caries dan
karang gigi
g. Leher : Tidak tampak bekas operasi, pembekaan klenjer
tyroid dan bendungan vene jugularis
h. Dada : Tidak tampak retraksi dinding dada
i. Abdomen : Tidak ada bekas operasi, dan stire gravida
j. Genetalia : Terdapat luka jahitan pada perenium masih basah
k. Ekstrimitas : Tidak tampak odem dan varises
b. Palpasi
a. Kepala : Tidak teraba odem dan nyeri tekan
b. Leher : Tidak teraba pembesaran kelenjer tyroid dan
vena jugularis
c. Payudara : Payudara tidak teraba benjolan dan nyeri tekan,
clostrum +/+
d. Abdomen : Tinggi fundus uteri 2 jari di bawah pusat,
kontraski uterus baik, kandung kemih kosong
e. Ekstrimitas : Tidak teraba odem
c. Auskultasi
a. Dada : Tidak terdengar ronchi dan whwzing
b. Abdomen : Kembung (+)
d.Perkusi
Reflek Patela : +/+
3.Data Bayi
1) Pemerikasaan Umum
Berat badan : 3000 gram
Panjang badan : 47 cm
Lingkar kepala : 31 cm
Lingkar dada : 32 cm
Suhu : 36,70C
HR : 142 x/menit
RR : 46 x/menit
2) Pemeriksaan Fisik
Kepala : Bulat, terdapat sedikit luka
Mata : Kedua mata tampak simetris, sklera putih
Hidung : Kedua lubang hidung simetris, tidak ada pernafasan
cuping hidung
Mulut : Tidak tampak labiokisis/ platoskisis, lidah bersih
Telinga : Bersih, tidak ada serumen
Dada : Simetris, gerakan nafas teratur, tidak terdapat retraksi
dinding dada
Abdomen : Tidak kemerahan di sekitas pusar, pusar tertutup kassa
Genetalia : Terdapat testis
Anus : Terdapat lubang anus, bersih
Ekstrimitas : Bersih, lengkap, tidak ada polidaktil, adaktil dan sindaktil
4.Data Penunjang
1) Riwayat Persalinan Sekarang
Masa kehamilan : 37-38 minggu
Tempat : PMB Sumakidah, S.ST.M.AP
Penolong : Bidan
Jenis persalinan : Spontan, tidak ada komplikasi, bayi lahir
langsung menangis kuat, gerak aktif, warna
kulit merah muda
Plasenta : Spontan, lengkap, kotelidon lengkap,
selaput ketuban lengkap, panjang tali pusat
20 cm
Pendarahan : ±50 cc
Tindakan lain : -
Lama persalinan : Kala I : Ibu datang jam 08.30 WIB
pembukaan 8 cm
Kala II : 20 menit
Kala III : 10 menit
Kala IV : 2 jam
2) Keadaan Bayi Baru Lahir
Lahir : 13 Agustus 2021
Jenis kelamin : Perampuan
BB/PB : 3000 gram / 47 cm

II. Identifikasi Diagnosa Dan Masalah


D : Ny ”K” P2002 Ab000 6 Jam Post Partum.
x
D : Ibu telah melahirkan anaknya yang pertama pada tanggal 13 Agustus
s 2021 pukul 09.30 WIB
D : a. Pemeriksaan Umum
o Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Composmetis
Tekanan darah : 100/70 mmHg
Nadi : 88 x/ menit
Suhu : 360C
Pernafasan : 20 x/ menit
b. Pemeriksaan Fisik
Payudara : Puting susu menonjol, clostrum dan ASI sudah keluar
Abdomen : TFU 2 jari dibawah pusat, kontraksi uterus baik, kandung
kemih kosong
Genetalia : Lochea rubra

III. Identifikasi Diagnosa Dan Masalah Potensial


-
IV. Identifikasi Kebutuhan Segera
-
V. Intervensi
Tanggal : 13 Agustus 2021
Jam : 15.35 WIB
DX : Ny ”K” P2002 Ab000 6 jam post partum.
Tujuan : Setelah dilakukan asuhan kebidanan, diharapkan perdarahan
teratasi dan keadaan ibu sehat serta tidak terjadi komplikasi.
Kriteria hasil :
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Composmentis
Tekanan Darah : 110/70-130/90 mmHg
Suhu : 36,5-37,5°C
Nadi : 120-160 x/menit
RR : 16-24 x/menit
Pervag : Perdarahan berkurang sampai
dengan berhenti
TFU/UC : 2 jari di bawah pusat, baik
Intervensi
1. Cegah perdarahan masa nifas
R/ Parameter untuk mencegah perdarahan lebih lanjut
2. Ajarkan masase uterus dan cara mengetahui kontraksi uterus yang baik pada ibu
dan keluarga
R/ Agar ibu lebih mengerti keadaan dan diharapkan kontraksi uterus lebih baik
3. Pemberian ASI awal
R/ Nutrisi bayi terpenuhi
4. Jaga bayi tetap hangat
R/ Mencegah terjadinya hipotermi pada bayi
5. Beritahu ibu untuk kunjungan ulang
R/ Mendeteksi tanda bahaya pada ibu dan bayi

VI. Implementasi
Tanggal : 13 Agustus 2021
Jam : 15.40 WIB
DX : Ny. ”K” P2002 Ab000 6 jam post partum dengan nifas normal
15.45 WIB : Melakukan masase uterus agar kontraksi uterus baik dan
mencegah perdarahan
15.50 WIB : Mengajarkan ibu masase uterus dan cara mengetahui kontraksi
uterus yang baik pada ibu dan keluarga
15.55 WIB : Melakukan konseling tentang pemberian ASI awal
15.00 WIB : Memberitahu kepada ibu dan keluarga untuk menjaga bayi
tetap hangat
16.05 WIB : Memberitahu ibu untuk kunjungan ulang 1 minggu lagi agar
mendeteksi dini tanda bahaya pada ibu dan bayi

VII. Evaluasi
Tangga : 13 Agustus 2021
l
Jam : 16.10 WIB
S : Ibu mengatakan tidak pusing
O : Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Composmentis
Tekanan darah : 100 / 70 mmHg
Nadi : 88 x / menit
Suhu : 36°C
Respirasi : 20 x / menit
TFU/ UC : 2 jari dibawah pusat / baik.
Vesika urinaria : Kosong
A : Ny. ”K” P2002 Ab000 6 jam post partum
P : a. Mengobservasi KU dan TTV
b. Mengobservasi perdarahan, KIE pada ibu untuk mengkonsumsi
makanan bergizi seimbang dan tidak ada pantangan
Catatan perkembangan
Tanggal c. Agustus
: 19 KIE pada ibu untuk menjaga kebersihan diri, khususnya daerah
2021
Jam kelamin
: 09.15 WIB pada ibu dan memberi ASI
Tempat d. Eksklusif
: PMB Sumakidah, yaitu hanya diberikan ASI saja tanpa ada tambahan
S.ST.M.AP
S : Ibu makanan
mengatakanlainkeadaannya sudah
sekalipun air putihmembaik.
selama 6 bulan
O : e. KIE pada ibu tentang perawatan bayi baru lahir, khususnya tali pusat
hanyaumum
Keadaan dibungkus dengan kasa kering tanpa diberikan alkohol/
: Baik
betadine
Kesadaran : Composmentis
f. Menganjurkan ibu untuk kontrol 1 minggu lagi atau jika ada keluhan
Tekanan darah : 110 / 80 mmHg
Nadi : 80 x / menit
Suhu : 36,5°C
Respirasi : 20 x / menit
TFU/ UC : Pertengahan pusat dan sympisi
Lokhea : Sanguinolenta
A : Ny. ”K” P2002 Ab000 6 hari post partum
P : a. Memastikan involusi uterus berjalan normal, uterus
berkontraksi baik, fundus dipertengahan pusat simpisis,
tidak ada perdarahan abnormal, ibu tidak ada tanda tanda
infeksi post partum
b. Memastikan ibu mendapatkan cukup makanan, cairan dan
istirahat
c. Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak
memperlihatkan tanda-tanda penyulit
d. Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada
bayi, tali pusat, menjaga bayi tetap hangat dan merawat bayi
setiap hari
e. Memberitahukan kepada ibu bahwa kontrol 2 minggu lagi
3.1
4.4 PENDOKUMENTASIAN ASUHAN BAYI
BARU LAHIR BY. NY. “K” USIA
6 JAM DENGAN BBL
NORMAL

I. Pengkajian Data
Tanggal : 13 Agustus 2021
Jam: 15.30 WIB
Tempat : PMB Sumakidah, S.ST.M.AP
A. Data Subjektif
1) Biodata
a. Bayi
Nama Bayi : By. Ny ”K”
Umur : 6 Jam
Jenis Kelamin : Laki-laki
BBL : 3000 gram
PBL : 47 cm
b. Orang Tua
Nama Istri : Ny ”K” Nama Suami : Tn’’T’’
Umur : 28 tahun Umur : 34 tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMP Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Bululawang 23/06 Alamat : Bululawang 23/06
2) Keluahan utama
-
3) Riwayat prenatal, natal dan post natal
a) Riwayat Persalinan dan Nifas Saat Ini
Riwayat Kehamilan
Trimester 1 : 1 x kunjungan, tidak nafsu makan, terapi : Kalk,
Bunda Calfera
Trimester 2 : 1 x kunjungan, nyeri punggung, terapi : Kalk, Fe, ,
Bunda Calfera
Trimester 3 : 2 x kunjungan, keluhan tidak ada, terapi : Kalk, Fe,
Bunda Calfera
b) Riwayat Persalinan
Bayi lahir secara normal pada tanggal 13 Agustus 2021 jam 09.30 WIB,
jenis kelamin perempuan, BB lahir 3000 gram, PB lahir 47 cm, LK : 31
cm, LD: 32 cm, LP: 33 cm, LL :11 cm, menangis kuat, gerak aktif,
warna merah muda, tidak ada kelainan, anus 
c) Riwayat Nifas
Ibu mengatakan lega setelah melahirkan anak ketiganya dan saat ini
dalam masa nifas yaitu 6 jam dengan lochea rubra warna merah.
Pengeluaran ASI sedikit. Masa nifas berjalan normal dan tidak ada
komplikasi
4) Kebutuhan dasar
a. Nutrisi : Bayi minum ASI
b. Eliminasi : Sudah BAK dan belum BAB
c. Istirahat : Bayi lebih sering tidur dan dibangunan saat akan diberi
susu
5) Riwayat kesehatan keluarga
Ibu mengatakan didalam keluarganya tidak ada yang menderita penyakit
jantung, hipertensi dan riwayat keturunan bayi kembar
6) Riwayat kesehatan neonatus
Bayi lahir tanggal 13 Agustus 2021, laki-laki jam 90.30 WIB dengan berat
badan 3000 gram, panjang badan 47 cm, anus (+), kelainan (-), gerak aktif,
warna kemerahan, tangisan kuat, LK = 31 cm, LD = 32 cm, LP = 33 cm, LL
: 11 cm

B. Data Obyektif
a. Pemeriksaan Umum
Keadaan umum : Baik.
Warna Kulit : Kemerahan
Gerakan : Aktif
Menangis : Kuat
Suhu : 36,7°C
Respirasi : 46 x/menit
Nadi : 142 x/menit.
Berat Badan : 3000 gram
Panjang Badan : 47 cm
Lingkar Kepala : 31 cm
Lingkar Dada : 32 cm
Lingkar Perut : 35 cm
Lila : 12 cm.
b. Pemeriksaan Fisik
a. Inspeksi
Kepala : Bentuk simetris, tidak tampak benjolan lunak pada kepala
(caput succedaneum), tidak tampak cephalhematoma
Muka : Merah muda, simetris, bentuk muka bulat
Ubun : Lunak, sutura terpisah
Mata   : Simetris, sklera tidak ikterik
Telinga : Simetris, tidak ada cairan yang keluar, daun telinga
lengkap
Hidung  : Kedua lubang hidung tampak simetris tidak ada secret,
dan tidak ada pernafasan cuping hidung
Mulut : Simetris, kemerahan, tidak ada labiopalatoschizis
Leher : Tonus otot leher baik
Dada : Simetris, gerakan dada seiring dengan nafas bayi
Tali pusat : Tali pusat segar, tidak terlihat kemerahan terbungkus
dengan kasa kering
Abdomen : Tidak ada pembesaran hepar
Ekstremitas : Atas : Simetris, jari-jari lengkap
Bawah : Simetris, jari-jari lengkap
Genetelia  : Terdapat testis
Anus : Tidak atresia ani
b. Palpasi
Kepala : Tidak teraba caput succedenum, dan cepal hematoma
Leher : Tonus otot baik
Dada : Gerakan dada seiring dengan perut
Kulit : Turgor kulit baik
c. Auskultasi
Dada : Tidak terdengar ronchi dan wheezing
Abdomen : Bising usus normal
d. Perkusi
Abdomen : Kembung (-)
c. Pemeriksaan Neourologis
1) Reflek moro : Apabila bayi di sentuh, bayi terkejut (+), kuat
2) Reflek graps : Saat jari bayi berusaha menggenggam (+), kuat
3) Reflek rooting : Saat pipi bayi disentuh dengan jari bayi menoleh
(+), kuat
4) Reflek sucking : Bayi, akan mengisap puting susu ibu (+), kuat
d. Pemeriksaan Antropometri
BB : 3000 gram
PB : 47 cm
LK : 31 cm
LD : 32 cm
LP : 33 cm
LL : 11 cm

II. Identifikasi Diagnosa Dan Masalah


Dx : Bayi Ny “K” usia 6 jam, dengan BBL normal
Ds : Ibu mengatakan melahirkan anak ke duanya dengan berat lahir 3000
gram, gerakan aktif dan tangisannya kuat
Do : Keadaan umum : Baik
Warna Kulit : Kemerahan
Menangis : Aktif
Gerakan : Kuat
Suhu : 36,7°C
Respirasi : 46 x/menit
Nadi : 142 x/menit
Berat Badan : 3000 gram
Panjang Badan : 47 cm
Lingkar Kepala : 31 cm
Lingkar Dada : 32 cm
Lingkar Perut : 33 cm
Lila : 11 cm
Inspeksi : Tidak nampak caput succedaneum, dan cepal
hematoma, tali pusat segar tidak kemerahan
dan terbungkus kasa kering, ekstremitas
lengkap tidak nampak atresia ani
Palpasi : Turgor otot leher baik, kulit teraba hangat
Auskultasi : Tidak terdengar wheezing dan ronchi, bising
usus normal
Reflek : Reflek moro (+), reflek menggenggam (+)
reflek rooting (+), reflek sucking (+)

III.Identifikadi Diagnosa Dan Masalah Potensil


1. Potensial terjadi hipotermi
2. Ikterus

IV. Identifikasi Kebutuhan Segera


1. Segera pemenuhan nutrisi
2. Perawatan pada lingkungan yang hangat, kering dan bersih
3. Perawatan tali pusat

V. Intervensi
Tanggal : 13 Agustus 2021
Jam : 15.35 WIB
Dx : Bayi Ny “K” usia 6 jam, dengan BBL normal
Tujuan : Setelah dilakukan asuhan kebidanan, diharapkan bayi tidak
terjadi komplikasi
Kriteria hasil : TTV dalam batas normal
KU : Baik
HR : 120-160 x/menit
Suhu : 36,5-37,50C
RR : 30-60 x/menit
Intervensi :
1. Lakukan pendekatan pada ibu dan keluarga
R/ Agar ibu dan keluarga lebih kooperatif
2. Observasi KU dan TTV pada bayi
R/ Parameter kesehatan bayi
3. Jelaskan pada ibu tentang kondisi bayi saat ini
R/ Ibu mengetahui dan lebih kooperatif
4. Lakukan pencegahan kehilangan panas pada bayi
R/ Hangatkan tubuh bayi dengan selimut bayi

VI. Implementasi
Tanggal : 13 Agustus 2021
Jam : 15.40 WIB
Tempat : PMB. Sumakidah,S.ST.M.AP
Dx : Bayi Ny. “K” Usia 6 jam dengan bayi baru lahir normal
15.45 WIB : Melakukan pendekatan pada ibu dan keluarga (senyum,
sapa, salam), untuk menjelaskan tindakan yang akan
dilakukan
15.55 WIB : Mengobservasi KU dan TTV pada bayi, KU baik, nadi 148
x/menit, suhu 36,2°C, RR 42 x/menit
16.00 WIB : Memberikan penjelasan pada ibu tentang hasil pemeriksaan.
16.05 WIB : Melakukan pencegahan kehilangan panas pada bayi yaitu
menyelimuti bayi

VII. Evaluasi
Tangga : 13 Agustus 2021
l
Jam : 16.15 WIB
Dx : Bayi Ny. “K” usia 6 jam dengan bayi baru lahir normal
S : Ibu mengatakan sudah memahami apa yang telah disampaikan
O : KU : Baik
Kesadara : Composmentis.
n
Nadi : 146 x/menit
S : 36,7°C
RR : 47 x/menit
BB : 3000 gram
PB : 47 cm
LK : 31 cm
LD : 32 cm
LP : 33 cm
LL : 11 cm
Minum ASI setiap 2 jam, minum pintar, isapan mulai
kuat, BAB (+) 1x, BAK (+) 1x, gumoh (-), muntah (-)

A : Bayi Ny. “K” usia 6 jam dengan bayi baru lahir normal
P : 1. Mengobservasi keadaan bayi (KU, TTV, BB)
2. Mengobservasi input dan output (BAB, BAK, gumoh,
muntah, minum ASI)
3. Melakukan perawatan bayi sehari-hari, seperti memandikan
bayi, merawat tali pusat, menggantikan baju bayi yang
bersih, mengganti popok yang basah
4. Thermoregulasi
5. Pemberian ASI setiap 2 jam (on demend) tanpa jadwal sesuai
dengan kebutuhan bayi

Catatan perkembangan
Tanggal : 19 Agustus 2021
Jam : 09.15 WIB
S : Ibu mengatakan bayinya pintar minum
O : KU : Baik
Kesadaran : Composmentis
N : 148 x/menit
S : 36,7°C
RR : 47 x/menit
BAB (+), BAK (+), gumoh (-), muntah (-), reflek mengisap (+),
warna kulit merah mudah
A : Bayi Ny. ’’K’’ Usia 6 Hari dengan Neonatus Normal
P : 1. Mengobservasi suhu, nadi, RR, berat badan bayi
2. Memberikan KIE pada ibu perawatan bayi sehari-hari, seperti
memandikan bayi, mengganti popok yang basah. Memberikan
KIE pada ibu, menyelimuti bayi untuk menjaga kehangatan bayi
3. Memberikan KIE pada ibu tentang ASI eksklusif artinya hanya
diberikan ASI saja sampai bayi usia 6 bulan dan > 6 bulan dapat
di berikan MPASI (bubur sun 2 senduk)
4. Memberikan KIE pada ibu untuk menyusui bayinya setiap 2 jam
(on demen) / sewaktu-waktu bayi merasa lapar
5. Memberikan KIE pada ibu untuk menyendawakan bayinya
sehabis menyusui
4.5
ASUHAN KEBIDANAN KELUARGA

BERENCANA PADA NY “D”


DENGAN AKSEPTOR
KB SUNTIK 3
BULAN

I. Pengkajian Data
Tanggal : 25 Agustus 2020
Jam : 18.10 WIB
Tempat : PMB Sumakidah, S.ST.M.AP
A. Data Subjektif
1) Biodata
Nama Istri : Ny ”K” Nama Suami : Tn’’T’’
Umur : 28 tahun Umur : 34 tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidika : SMP Pendidikan : SMA
n
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Bululawang 23/06 Alamat : Bululawang 23/06
2) Alasan Datang
Ibu mengatakan ingin KB
3) Keluhan Utama
Ibu mengatakan ingin KB suntik 3 bulan
4) Riwayat Kesehatan Yang Lalu
Ibu mengatakan tidak pernah menderita penyakit menular (HIV/AIDS,
TBC, hepatitis), menurun (asma, hipertensi, DM) menahun (jantung,
ginjal, paru-paru)
5) Riwayat Kesehatan Sekarang
Ibu mengatakan tidak sedang menderita penyakit menular (HIV/AIDS,
TBC, hepatitis), menurun (asma, hipertensi, DM) menahun (jantung,
ginjal, paru-paru)
6) Riwayat Kesehatan Keluarga
Ibu mengatakan dalam keluarga tidak ada yang menderita menurun
(hipertensi, DM dan tidak ada yang menderita penyakit menular
(HIV/AIDS, TBC, hepatitits), menahun (jantung, ginjal, paru-paru)
7) Riwayat Menstruasi
Menarch : 13 tahun
Siklus Haid : 28 hari
Lama : 7 hari
Jumlah : 2-3 pembalut
Keluhan : Tidak ada
8) Riwayat Perkawinan
Status Pernikahan : Menikah
Menikah :1 kali
Lama Pernikahan : 8 tahun
Umur Pertama Kali Menikah : Suami : 26 tahun
Istri : 20 tahun.
9) Riwayat Kehamilan, Persalinan, dan Nifas yang lalu
N Kehamila Persalinan Anak Nifas Masal
o n ah
Ke Jenis Penolo cara Se BB/P H/ Ha AS
- ng x B M ri I
1 I Ater Bidan Norm P 2400 H 40
m al gram har
i
2 II Ater Bidan Norm L 3000 H -
m al gram
10) Riwayat KB
Jenis :-
Lama :-
Keluhan :-

11) Pola Kebiasaaan Sehari-Hari


No Pola Sebelum hamil Saat hamil
kebiasaan
1 Nutrisi Ibu makan 3x sehari dengan Ibu makan 3x sehari dengan
porsi 1 piring nasi, sayur, porsi 1 piring nasi, sayur
tempe, tahu dan ikan, dan ikan. Minum 7-8 gelas
Minum 7-8 gelas / hari. / hari.
2 Istirahat Tidur malam 6-7 jam. Tidur malam 4-5 jam.
Tidur siang 1-2 jam. Tidur siang 1 jam.
3 Eleminasi Bab 1 x sehari. Bab 1 x sehari.
Bak 4-5 x sehari. Bak 6-7 kali sehari.
4 Aktivitas Ibu melakukan pekerjaan Ibu melakukan pekerjaan
rumah tangga. rumah tangga.
5 Kebersihan Ibu mandi 2x sehari. Ibu mandi 2x sehari.
Ganti CD setiap kali mandi. Ganti CD setiap kali mandi.
12) Riwayat Psikososial, Sipritual, Dan Sosial Budaya
Ibu mengatakan senang dengan kelahiran anaknya dan ibu ingin menunda
kehamilannya dengan cara menggunakan KB

B. Data Obyektif
1) Pemeriksaan Umum
a. Keadaan Umum : Baik
b. Kesadaran : Composmetis
c. Tekanan Darah : 110/70 mmHg
d. Nadi : 80 x/menit
e. Suhu : 36,70C
f. RR : 18 x/menit.
g. Berat Badan : 56 kg
h. Tinggi Badan : 154 cm
2) Pemeriksaan Fisik
a) Inspeksi
a. Rambut : Warna rambut hitam, bersih tidak ada
ketombe
b. Muka : Muka tidak pucat, tidak sembab
c. Mata : Kedua mata tampak simetris,
konjungtiva merah muda, sklera putih
d. Telinga : Kedua telinga simetris, tidak tampak
keluar serumen
e. Hidung : Tampak bersih, tidak ada secret
f. Mulut : Warna bibir merah muda, tidak tampak
caries dan karang gigi
g. Leher : Tidak tampak bekas operasi
h. Dada : Tidak tampak retraksi dinding dada,
puting menojol
i. Abdomen : Tidak ada bekas operasi
j. Genetalia : Bersih, tidak tampak varises
k. Ekstrimitas : Tidak tampak odem dan varises
b) Palpasi
a. Kepala : Tidak teraba odem dan nyeri tekan
b. Leher : Tidak teraba pembesaran kelenjer tyroid dan
vena jugularis
c. Payudara : Tidak teraba benjolan, nyeri tekan (-), ASI (+)
d. Ekstrimitas : Tidak teraba odem
c) Auskultasi
a. Dada : Tidak terdengar ronchi dan whezing
b. Abdomen : Kembung (-)
d) Perkusi
Reflek Patela : +/+
3) Pemeriksaan Penunjang
-

II. Identifikasi Diagnosa Dan Masalah


Dx : Ny.“D” P3003 Ab000 Dengan Akseptor KB Suntik 3 bulan
Ds : Ibu mengatakan ingin menggunakan KB suntik 3 bulan
Do : Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Composmentis
Tekanan darah : 110/70 mmHg
Nadi : 80 x/menit
Suhu : 36,7°C
Respirasi : 18 x/menit
Berat Badan : 56 kg
Tinggi Badan : 154 cm
Inspeksi
Payudara : Puting susu menonjol
Genetalia : Lochea serosa
Ekstrimitas : Tidak tampak odem
Palpasi
Payudara : Tidak teraba benjolan, nyeri tekan (-), ASI (+).
Ekstrimitas : Tidak teraba odem
Auskultasi
Abdomen : Kembung (-)

III. Identifikaasi Masalah Potensial


Tidak ada

IV. Identifikasi Kebutuhan Segera


Tidak ada

V. Intervensi
Tanggal : 25 Agustus 2021
Jam : 18.10 WIB
Dx : Ny.“K” P2002 Ab000 Dengan Akseptor KB Suntik 3
bulan
Tujuan : Setelah diberikan asuhan kebidanan, diharapkan ibu
mengerti dengan penjelasan dari tenaga kesehatan

Kriteria hasil : KU : Baik


Kesadaran : Composmentis
TD : 110/70-130/90 mmHg
Nadi : 70-90 x/menit
Suhu : 36,5-37,5°Celsius
RR : 16-24 x/menit
Intervensi :
1. Lakukan pendekata kepada klien
R/ Ibu mampu kooperatif dalam tindakan konseling KB
2. Lakukan pemeriksaan tanda-tanda vital
R/ Untuk mengetahui keadaan klien
3. Jelaskan tentang macam-macam KB
R/ Agar ibu dapat mengetahui tentang KB
4. Tanyakan kontrasepsi yang dipilih klien
R/ Untuk mengetahui pilihan yang diinginkan oleh klien
5. Jelaskan ulang tentang KB pilihan ibu
R/ Agar klien lebih memahami tentang KB yang dipilih

VI. Implementasi
Tanggal : 25 Agustus 2021
Jam : 18.10 WIB
Dx : Ny “K” P2002 Ab000 Dengan Akseptor KB Suntik 3 bulan
18.20 WIB : Melakukan pendekatan pada ibu dan keluarga (senyum,
sapa, salam)
18.25 WIB : Mengobservasi KU, TTV dan melakukan pemeriksaan
pada ibu
KU : Baik
Kesadaran : Composmentis
TD : 110/70 mmHg
Nadi : 80 x/menit
Suhu : 36,6ºCelsius
RR : 22 x/menit
18.30 WIB : Menjelaskan kepada ibu tentang macam-macam KB
hormona dan non hormonal
08.35 WIB : Menanyakan kepada ibu dan membantu ibu memilih
kontrasepsi yang tepat
08.40 WIB : Menjelaskan kembali secara detail kontrasepsi yang dipilih
ibu

VII.Evaluasi
Tanggal : 25 Agustus 2021
Jam : 18.50 WIB
Dx : Ny “K”P2002 Ab000 dengan Akseptor KB Suntik 3 bulan
S : Ibu mengatakan ingin menjadi akseptor KB Suntik 3 bulan
O : Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Composmetis
Tekanan Darah : 110/70 mmHg
Suhu : 360C
Respirasi : 18 x/menit
Nadi : 80x/menit.
Payudara puting susu menonjol, tidak nampak lecet, ASI (+)
A P2002 Ab000 Dengan Akseptor KB Suntik 3 bulan
P a. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan bahwa keadaan ibu
baik
b. Menjelaskan ulang tentang metode kontrasepsi Suntik 3
bulan
c. Kontrasepsi suntik 3 bulan mengandung hormon progestin
sehingga dapat digunakan oleh ibu menyusui karena tidak
mengganggu produksi ASI
d. Waktu penggunaan suntik 3 bulan yaitu suntik 3 bulan
tidak lebih dari 5 hari pertama setelah haid normal, dan 6
minggu setelah melahirkan
e. Efek samping dari KB suntik 3 bulan yaitu haid tidak
teratur, spooting, dan berhentinya haid setelah penggunaan
1 tahun, peningkatan berat badan, sakit kepala, perubahan
mood, serta kemungkinan efek samping lainnya

BAB V
PEMBAHASAN

A. Kehamilan
Ny. “K” GII P1001 Ab000 usia 28 tahun datang ke PMB ingin memeriksakan
kehamilannya. Hari pertama haid terakhir ibu tanggal 20-11-2020. Tafsiran
tanggal persalinan 27-08-2021. Bila dihitung dari awal kehamilan, Ny. “K”
sudah 8 kali melakukan kunjungan kehamilan ke fasilitas kesehatan, yaitu 3 kali
trimmester I, 3 kali pada trimester II dan 2 kali pada trimester III.
Menurut Kemenkes RI (2013), untuk menghindari resiko komplikasi pada
kehamilan dan persalinan, anjurkan setiap ibu hamil untuk melakukan kunjungan
antenatal komprehensip yang berkualitas minimal 4 kali, yaitu 1 kali pada
trimester I, 1 kali pada trimester II dan 2 kali pada trimester III.
Dalam hal ini tidak terdapat kesenjangan antara kunjungan yang ibu
lakukan dengan teori.
Menurut Kemenkes RI (2013) dan Saifuddin, dkk (2013), yaitu melengkapi
riwayat medis, pemeriksaan fisik umum, pemeriksa fisik obstetri, pemeriksaan
penunjang, memberikan suplemen dan pencegahan penyakit, memberikan materi
konseling, informasi dan edukasi (KIE). Asuhan kebidanan kehamilan yang
diberikan sudah sesuai dengan Kemenkes RI (2013) dan Saifuddin, dkk (2013).
Pada usia kehamilan 37-38 minggu hasil pengukuran TFU ibu 30 cm,
dengan tafsiran berat janin ±2945 gr, dan BB setelah hamil 55 kg. Menurut
Sofian (2012), tinggi fundus uteri menurut metode pengukuran Mc. Donald pada
usia kehamilan 28 minggu 26,7 cm, usia kehamilan 30-32 minggu 29,5 cm-30
cm, usia kehamilan 34 minggu TFU sekitar 31 cm dan usia kehamilan 36 minggu
TFU sekitar 32 cm. Menurut Marmi dan Kukuh (2015), berat bayi lahir normal
antara 2500-4000 gr.

B. Persalinan
Pada tanggal 13 Agustus 2021, jam 08.30 WIB Ny. “K” datang ke PMB
mengeluh keluar pervagina lendir bercampur darah tadi pagi jam 06.30 WIB.
1) Kala I
Kala I berlangsung saat ibu datang dengan pembukaan 8 cm. Menurut
Jannah (2017), fase dilatasi maksimal yaitu fase yang ditandai dengan
peningkatan cepat dilatasi serviks dari pembukaan 4 cm menjadi 9 cm selama
2 jam. Normalnya, pembukaan serviks pada fase ini konstan yaitu 3 cm per
jam untuk multipara dan 1-2 cm untuk primipara. Fase deselerasi merupakan
akhir fase aktif dengan dilatasi serviks dari 9 cm menuju pembukaan lengkap
(10), dilatasi pada fase tersebut lambat rata-rata 1 cm per jam, tetapi pada
multipara lebih cepat. Menurut Kemenkes RI (2013), observasi persalinan
dengan menggunakan partograf dimulai pada pembukaan 4 cm.
2) Kala II
Kala II berlangsung selama 20 menit dari pembukaan lengkap sampai
dengan bayi lahir. Dimana dilakukan pertolongan persalinan dengan 60
langkah APN dan bayi lahir bugar pukul 09.30 WIB.
Menurut Nurjasmi, dkk (2016), tatalaksana asuhan persalinan normal
tergabung dalam 60 langkah APN.
Dengan demikian tidak ada kesenjangan antara teori dengan asuhan
yang diberikan karena sudah sesuai dengan 60 langkah APN.
3) Kala III
Kala III pada Ny.”K” berlangsung 10 menit dimana segera setelah bayi
lahir dan dipastikan tidak ada janin kedua dilakukan penyuntikan oksitosin 10
IU IM, melakukan PTT dan menilai pelepasan plasenta. Setelah ada tanda
pelepasan plasenta berupa uterus globular, tali pusat bertambah panjang dan
ada semburan darah tiba-tiba lahirkan plasenta, plasenta lahir lengkap pukul
09.45 WIB kemudian melakukan masase selama 15 detik.
Menurut Sari dan Rimandini (2014), kala III merupakan tahap ketiga
persalinan yang berlangsung sejak bayi lahir sampai plasenta lahir. Tanda-
tanda pelepasan plasenta, yaitu adanya perubahan bentuk uterus, semburan
darah mendadak dan tali pusat bertambah panjang.
Proses kala III berlangsung selama 10 menit dan plasenta lahir lengkap.
Hal ini disebabkan oleh penyuntikan oksitosin segera setelah bayi lahir dan
dipastikan tidak ada janin kedua, sehingga kontraksi uterus baik.
4) Kala IV
Pengawasan kala IV berlangsung selama 2 jam dengan memantau tanda
vital ibu, kontraksi, kandung kemih dan pengeluaran pervaginam. Pengawasan
dilakukan setiap 15 menit sekali pada 1 jam pertama dan setiap 30 menit
sekali pada 1 jam kedua.
Menurut Sari dan Rimandhini (2014), segera setelah kelahiran plasenta
sejumlah perubahan maternal terjadi sehingga perlu dilakukan pemantauan
pada tanda vital (TD, Nadi, RR) dan TFU setiap 15 menit pada 1 jam pertama
kala IV dan setiap 30 menit dalam jam kedua kala IV, suhu dipantau paling
sedikit satu kali selama kala IV dan mengosongkan kandung kemih setiap kali
diperlukan.
Dengan demikian pemantauan yang dilakukan sudah sesuai dengan teori
dan pemantauan dilakukan dengan menggunakan partograf.

C. Nifas
Paling sedikit 4 kali kunjungan masa nifas dilakukan untuk menilai status
ibu dan bayi baru lahir dan untuk mencegah, mendeteksi dan menangani pada tali
pusat, menjaga bayi tetap hangat dan merawat bayi sehari-hari, memastikan ibu
untuk melakukan pemeriksaan bayi ke pelayanan kesehatan terdekat.
Berdasarkan asuhan yang dilakukan oleh penulis terdapat kesenjangan
antara teori dan asuhan yang diberikan, karena seharusnya kunjungan nifas
dilakukan sebanyak 4 kali.
Pada kunjungan nifas pertama didapatkan hasil pemeriksaan, yaitu tanda
vital dalam batas normal, TFU 2 jari dibawah pusat, kontraksi baik, lochea rubra.
Menurut Kemenkes RI (2013), involusi uteri setelah bayi lahir yaitu 2 jari
dibawah pusat. Menurut Saifuddin, dkk (2013), tujuan asuhan kebidanan pada
kunjungan I, yaitu mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri,
mendeteksi penyebab lain perdarahan serta melakukan rujukan bila perdarahan
berlanjut.
Tidak ada kesenjangan antara asuhan yang diberikan dengan teori, menurut
Saifuddin, dkk (2013).
Pada kunjungan kedua didapatkan hasil pemeriksaan, yaitu tanda-tanda
vital normal, tidak ada tanda infeksi, TFU pertengahan pusat-simfisis, lochea
sanguinolenta, pusat bayi kering dan sudah puput, pengeluaran ASI lancar, serta
memberikan konseling dan mengajarkan ibu cara memandikan bayi.
Menurut Saifuddin, dkk (2013), tujuan kunjungan II masa nifas, yaitu
memastikan involusi uteri berjalan normal, uterus berkontraksi baik, tinggi
fundus uteri dibawah pusat (umbilicus), tidak ada perdarahan, lochea tidak
berbau, mendeteksi tanda-tanda : demam, perdarahan abnormal, sakit kepala
hebat, dll, memastikan ibu mendapatkan asupan nutrisi, hidrasi dan istirahat yang
cukup, memastikan ibu menyusui dengan baik dan tak memperlihatkan tanda-
tanda penyulit, memberikan konseling pada ibu, memberikan asuhan pada tali
pusat, menjaga bayi tetap hangat dan merawat bayi sehari-hari, memastikan ibu
untuk melakukan pemeriksaan bayi ke pelayanan kesehatan terdekat.
Berdasarkan asuhan yang dilakukan oleh penulis tidak terdapat
kesenjangan antara teori dan asuhan yang diberikan.

D. Bayi Baru Lahir


Asuhan kebidanan pada bayi baru lahir bayi Ny ”K” diawali dengan
pengkajian pada tanggal 13 Agustus 2020 pukul 15.30 WIB. Dimana bayi baru
lahir normal, PB 47 cm, BB 3000 gr, keadaan umum baik, IMD sudah dilakukan
selama 1 jam dan berhasil.
Menurut M. Sholeh Kosim, bayi baru lahir normal adalah berat bayi lahir
antara 2500-4000 gram, cukup bulan, lahir langsung menangis dan tidak ada
kelainan kongenital (cacat bawaan) yang berat, evaluasi nilai APGAR dilakukan
mulai dari menit pertama sampai 5 menit (Marmi dan Rahardjo, 2015).
Dari hasil pemeriksaan tidak ada kesenjangan dengan teori, dimana bayi
lahir dengan BB 3000 gr, cukup bulan, dan tidak ada kelainan.
Asuhan yang diberikan berupa pemberian vitamin K dan HB0, perawatan
tali pusat, menjaga suhu tubuh bayi agar tidak hipotermi dan menganjurkan
keluarga untuk memberikan susu kepada bayi sesering mungkin.
Menurut Saifuddin (2014), obat mata perlu diberikan pada jam pertama
setelah persalinan, yang lazim digunakan adalah larutan perak nitrat atau
neosporin dan langsung diteteskan pada mata bayi segera setelah bayi lahir.
Menurut Nurjasmi (2016), setelah 1 jam pemberian vitamin K1, berikan suntikan
hepatitis B di paha kanan bawah lateral.
Menurut Marmi dan Kukuh (2016), dalam waktu 24 jam bila bayi tidak
mengalami masalah apapun asuhan yang diberikan, yaitu pemantauan tanda vital,
pertahankan suhu tubuh bayi, pemeriksaan fisik, perawatan tali pusat, dan
penyuluhan tanda bahaya pada bayi baru lahir sebelum bayi pulang.
Berdasarkan asuhan yang diberikan, tidak ada kesenjangan antara teori dan
asuhan, karena pemantauan, perawatan dan konseling mengenai bayi baru lahir
sudah dilakukan.
Kunjungan neonatus I dilakukan pada tanggal 19 Agustus 2021 pukul
09.15 WIB, hasil pemeriksaan keadaan umum bayi baik, menganjurkan ibu
menjaga kebersihan bayi, mengajarkan ibu cara memandikan bayi dan
melakukan perawatan tali pusat, mengingatkan ibu tentang ASI eksklusif dan
untuk menyusui bayi sesering mungkin. Ibu mengatakan ibu menyusui bayi
sesering mungkin saat bayi menginginkan ataupun payudara terasa penuh dan
bayi sudah BAB warna kuning.
Menurut Dr. Waldi Nurhamzah, SPA warna feses kuning pada bayi
menandakan bahwa feses normal (ASI penuh yaitu foremilk dan hindmilk)
(Marmi dan Kukuh, 2016).
Berdasarkan hasil pemeriksaan yang dilakukan pemberian ASI penuh
sudah dilakukan oleh ibu kepada bayi, hal ini dapat dilihat dari feses bayi yang
berwarna kuning.

E. Keluarga Berencana
Asuhan keluarga berencana pada Ny. “K” dilakukan setelah kunjungan
nifas ke dua, dimana ibu sudah memutuskan kontrasepsi jenis apa yang akan ibu
gunakan setelah mendapat penjelasan dari penulis mengenai jenis-jenis metode
dan alat kontrasepsi serta kegunaannya.
Menurut Proverawati, Islaely dan Aspuah (2015), ada beberapa penyebab
mengapa kontrasepsi tertentu tidak dapat digunakan oleh seseorang.
Ibu mengatakan ingin menunda kehamilan, ingin memberikan ASI
eksklusif dan menginginkan metode kontrasepsi suntik 3 bulan dengan alasan
agar tetap menjaga pemberian ASI eksklusif dan ibu belum mendapat haid.
Suntik KB 3 bulan mengandung hormon progestin sehingga dapat
digunakan oleh ibu menyusui karena tidak mengganggu produksi ASI.
Efek samping dari KB suntik 3 bulan yaitu haid tidak teratur, spooting, dan
berhentinya haid setelah penggunaan 1 tahun, peningkatan berat badan, sakit
kepala, perubahan mood, serta kemungkinan efek samping lainnya.
Suntik KB 3 bulan tidak lebih dari 5 hari pertama setelah haid normal, dan
6 minggu setelah melahirkan.
Ibu merasa mantap dengan pilihan kontrasepsinya dan optimis dapat
melakukannya dan menganjurkan ibu untuk menggunakan metode kontrasepsi
lainnya apabila lupa untuk kunjungan suntuk berikutnya.
BAB VI
PENUTUP

6.1 Kesimpulan
Setelah dilakukan asuhan kebidanan kehamilan pada Ny ”K”, yang
dimulai dari 13 Agustus 2021 penulis dapat memberikan kesimpulan sebagai
berikut :
Pada kehamilan trimester I, II, dan III Ny.“K” telah melakukan 8 kali
kunjungan. Dari hasil pemeriksaan yang dilakukan pada kunjungan kehamilan
tafsiran berat janin ±2945 gram. Persalinan Ny “K” terjadi pada tanggal 13-08-
2021 mulai pukul 08.30 WIB di PMB Sumakidah. Pada saat pengkajian data
didapatkan Ny “K” dalam pembukaan 10 cm, dan hasil dicatat dalam lembar
patograf. Pada jam 09.30 WIB bayi lahir. Berdasarkan hasil pengkajian dapat
disimpulkan proses persalinan Ny “K” berlangsung normal. Lama kala II 20
menit, kala III 10 menit, dan kala IV dilakukan pemantauan selama 2 jam post
partum.
Selama pasca melahirkan dilakukan kunjungan sebanyak 3 kali yaitu pada
saat 6 jam post partum, 6 hari post partum dan 14 hari post partum. Selama
pengkajian data tidak ditemukannya masalah infolusi uterus normal terbukti dari
TFU saat 6 jam post partum 2 jari di bawah pusat, saat 6 hari post partum TFU
pertengahan pusat-sympisis dan 2 minggu post partum TFU tidak teraba.
Setelah dilakukan pengkajian pada By Ny “K” usia 0 hari dengan Bayi
Baru Lahir Normal didapatkan berat badan bayi normal yaitu 3000 gram. Asuhan
yang diberikan juga sesuai dengan kebutuhan yaitu memberikan vit K, salep
mata, merawat tali pusat, menjaga kehangatan bayi, dan memberikan ASI, dan
imunisasi Hb0.
Kemudian telah dilakukan kunjungan kepada By Ny “K” sebanyak 3 kali
yaitu saat usia 6 jam, 6 hari, serta 14 hari. Asuhan yang diberikan pada Bayi Ny
“K” yaitu ASI eksklusif, memastikan tidak ada kesulitan dalam menyusui dan
telah dirawat ibunya dengan baik.
Metode KB yang ingin Ny ”K” gunakan telah ditentukan saat kunjungan
ke 3 yaitu 14 hari post partum karena telah diberikan konseling mengenai
keluarga berencana.

6.2 Saran
1. Kepada Fasilitas Kesehatan
Diharapkan fasilitas kesehatan dapat meningkatkan kualitas pelayanan
terutama pada kehamilan, persalinan, bayi baru lahir, serta keluarga
berencana secara profesional, sehingga tindakan yang dilakukan sesuai
dengan perkembangan ilmu berdasarkan standar pelayanan kebidanan.
2. Kepada Institusi
Diharapkan kepada institusi dengan penulisan Laporan Tugas Akhir
yang bersifat continuity of care dapat mempersiapkan mahasiswa lebih dini
untuk memulai melakukan tugas akhir sehingga mahasiswa mampu
mempersiapkan lebih optimal dimulai dari kehamilan trimester III sampai
dengan nifas.
3. Bagi Penulis
Meningkatkan keterampilan dalam melaksanakan asuhan kebidanan
sesuai standar kebidanan sehingga dapat mengaplikasikan dalam praktik
klinik kebidanan selanjutnya.
4. Bagi Mahasiswa Kebidanan
Sebagai penerapan mata kuliah asuhan kebidanan secara continuity of
care pada ibu hamil, bersalin, bayi baru lahir, nifas dan keluarga berencana.
5. Bagi Klien dan Keluarga
Meningkatkan pengetahuan tentang pemberian ASI eksklusif pada
bayinya sampai usia 6 bulan tanpa pemberian tambahan apapun,
membiasakan diri untuk periksa saat badan terasa kurang sehat, dan datang
ke tenaga kesehatan setiap bulan untuk melakukan imunisasi serta
penimbangan berat badan untuk bayi agar terhindar dari penyakit dan
mengetahui pertumbuhan serta perkembangan bayi.
DAFTAR PUSTAKA

Arum, Dyah, N.S., dan Sujiyatini. 2016. Panduan Lengkap Pelayanan KB Terkini.
Yogyakarta : Nuha Medika.
Hanifah, Winkjosastro. 2007. Ilmu Kandungan. Jakarta: yayasan bina     pustaka
sarwono prawirohardjo.

Kemenkes RI. 2019. Profil Kesehatan Indonesia 2019. www.depkes.go.id (diakses


10 Agustus 2021)

Kementrian Kesehatan RI. (2015). Buku Ajar Kesehatan Ibu dan Anak. Jakarta


Selatan : Pusat Pendidikan dan Pelatihan Tenaga Kesehatan.

Mangkuji, B., dkk. 2014. Asuhan Kebidanan 7 Langkah SOAP. Jakarta : EGC.

Marmi dan Rahardjo, K. 2015. Asuhan Neonatus, Bayi, Balita dan Anak Prasekolah.
Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Nurjasmi, E., dkk. 2016. Buku Acuan Midwifery Update. Jakarta : PP IBI.

Proverawati, A., Islaely, A.D., dan Aspuah, Siti. 2015. Panduan Memilih
Kontrasepsi. Yogyakarta : Nuha Medika.

Rukiah, A. Y., Yulianti, L., Maemunah, & Susilawati, L. (2013). Asuhan Kebidanan


Kehamilan. Jakarta: CV. Trans Info Media.

Saifuddin, AB., dkk. 2013. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal
dan Neonatal. Jakarta : PT. Bina Pustaka Sarwono Prawihardjo.

Sari, E.P., dan Rimandini, K.D. 2014. Asuhan Kebidanan Persalinan (Intranatal
Care). Jakarta Timur : CV. Trans Info Media.

Tandon, N.M. 2016. Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi dan Anak Balita. Jakarta :
EGC.

Walyani, E.S. 2015. Asuhan Kebidanan pada Kehamilan. Yogyakarta : Pustaka Baru
Press.

Walyani, E.S., dan Purwoastuti, E. 2015. Asuhan Kebidanan Masa Nifas dan
Menyusui. Jakarta: EGC

Wiknjosastro, H., Saifuddin, A.B., dan Rachimhadhi. 2013. Ilmu Kebidanan.


Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Lampiran 1 : Dokumentasi pasien
Lampiran 2 Kartu Kendali Bimbingan Laporan Tugas Akhir

Anda mungkin juga menyukai