Anda di halaman 1dari 33

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

KELAINAN EKSIM

CANTIKA LARASASTI

201901005

3A KEPERAWATAN

DOSEN MATA KULIAH

DR. TIGOR H SITUMORANG, MH., M.KES.

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIDYA NUSANTARA PALU

2021
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb dengan menyebut nama Allah


SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, Kami panjatkan
puja dan puji syukur atas kehadirat Allah SWT, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami,
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah Keperawatan
Medikal Bedah III berjudul “Asuhan Keperawatan pada pasien
eksim”

Makalah ini telah kami susun dengan maksimal. Terlepas


dari itu, kami menyadari bahwa masih ada kekurangan baik dari
segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu,
kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami
dapat memperbaiki makalah ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah Keperawatan


Medikal Bedah III yang berjudul “Asuhan Keperawatan pada
pasien eksim ” ini bermanfaat bagi para pembaca

September 2021
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................
DAFTAR ISI..............................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN......................................................................................................
A.Latar Belakang.......................................................................................................
B. Rumusan Masalah.................................................................................................
C. Tujuan....................................................................................................................
BAB II
PEMBAHASAN........................................................................................................
A. Anatomi Fisiologi .................................................................................................
B. Defenisi .................................................................................................................
C. Etiologi..................................................................................................................
D. Manifestasi Klinis.................................................................................................
E. Pemeriksaan Penunjang.........................................................................................
F. Penatalaksanaan.....................................................................................................
G. Klasifikasi..............................................................................................................
BAB III
KONSEP KEPERAWATAN.....................................................................................
A. Asuhan Keperawatan Kelainan Eksim..................................................................
1. Pengkajian.......................................................................................................
2. Diagnosa Keperawatan....................................................................................
3. Intervensi ........................................................................................................
BAB IV
1. Kesimpulan
2. Saran

Daftar Pustaka
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kulit adalah organ terbesar dan paling terlihat pada


tubuh. Kelainan kulit memberikan kesempatan bagi perawat
untuk memberikan perawatan yang memperlihatkan perbedaan
jelas pada klien. Ada banyak sekali penyakit yang menyerang
kulit manusia, salah satunya adalah Eksim . Eksim merupakan
sebuah kelainan kulit dengan gejala subyektif rasa gatal.
Penyakit ini biasanya ditandai dengan ruam yang polimorfi dan
umumnya berbatas dengan tegas. Kulit tampak meradang dan
iritasi. Peradangan ini bisa terjadi dimana saja namun yang
paling sering terkena adalah tangan dan kaki.

Penyakit dermatitis ini memang tidak pandang bulu,


semua orang baik tua maupun muda “berpeluang” terkena
penyakit ini. Gejala eksim akan mulai muncul pada masa anak
anak terutama saat mereka berumur diatas 2 tahun. Pada
beberapa kasus, eksim akan menghilang dengan bertambahnya
usia, namun tidak sedikit pula yang akan menderita seumur
hidupnya. Dengan pengobatan yang tepat, penyakit ini dapat
dikendalikan dengan baik sehingga mengurangi angka
kekambuhan.

Menurut Bakhtiar, 2010 kejadian eksim menunjukkan


peningkatan baik pada negara maju dan berkembang. Di
Amerika, insiden dermatitis atopisebesar 0,7 – 2,4% dari
populasi yang dominan dalam golongan bayi dan anak. Di
negara Eropa, insiden dermatitis atopi hingga 7 tahun yang lahir
sebelum tahun 1960 kurang dari 3%, pada tahun antara 1960 –
1970 sebesar 4 – 8% dan setelah tahun 1970 sebesar 8 – 12%,
hingga sekarang dimana penelitian menunjukkan bahwa
prevalensi dermatitis atopi di Eropa mencapai 15%. Pada
negara berkembang menunjukkan bahwa 10 – 20% bayi dan
anak menderita dermatitis atopi. Pada tahun 2000 ditemukan
terdapat 23,67% kasus baru dermatitis atopi pada anak dari 611
kasus baru penyakit kulit lainnya.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana anatomi fisiologi sistem integumen?
2. Apa yang dimaksud dengan kelainan eksim?
3. Bagaimana Etiologi dari penyakit kelainan eksim?
4. Bagaimana Manifestasi Klinis dari penyakit kelainan eksim?
5. Bagaimana Pemeriksaan Penunjang dari penyakit kelainan eksim?
6. Bagaimana Penatalaksanaan dari penyakit kelainan eksim?
7. Bagaimana Klasifikasi dari penyakit kelainan eksim?
8. Bagaimana asuhan keperawatan pada kelainan eksim?

C. Tujuan
1. Mengetahui anatomi fisiologi sistem integumen
2. Mengetahui yang dimaksud dengan kelainan eksim
3. Mengetahui Etiologi dari penyakit kelainan eksim
4. Mengetahui Manifestasi Klinis dari penyakit kelainan eksim
5. Mengetahui Pemeriksaan Penunjang dari penyakit kelainan eksim
6. Mengetahui Penatalaksanaan dari penyakit kelainan eksim
7. Mengetahui Klasifikasi dari penyakit kelainan eksim
8. Mengetahui asuhan keperawatan pada kelainan eksim
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Anatomi Fisiologi
Kulit merupakan suatu kelenjar holokrin yang cukup besar dan
seperti jaringan tubuh lainnya, kulit juga bernafas (respirasi), menyerap
oksigen dan mengeluarkan karbondioksida. Kulit menyerap oksigen yang
diambil lebih banyak dari aliran darah, begitu pula dalam pengeluaran
karbondioksida yang lebih banyak dikeluarkan melalui aliran darah.
Kecepatan penyerapan oksigen ke dalam kulit dan pengeluaran
karbondioksida dari kulit tergantung pada banyak faktor di dalam
maupundi luar kulit, seperti temperatur udara atau suhu, komposisi gas di
sekitarkulit, kelembaban udara, kecepatan aliran darah ke kulit, tekanan
gas di dalam darah kulit, penyakit-penyakit kulit, usia, keadaan vitamin
danhormon di kulit, perubahan dalam metabolisme sel kulit dan
pemakaian bahan kimia pada kulit.
Sifat-sifat anatomis dan fisiologis kulit di berbagai daerah tubuh
sangat berbeda.Sifat-sifat anatomis yang khas, berhubungan erat dengan
tuntutan-tuntutan faali yang berbeda di masing-masing daerah tubuh,
seperti halnya kulit di telapak tangan, telapak kaki, kelopak mata, ketiak
dan bagianlainnya merupakan pencerminan penyesuaiannya kepada
fungsinya masing-masing.

Pada permukaan kulit terlihat adanya alur-alur atau garis-garis


halus yang membentuk pola yang berbeda di berbagai daerah tubuh serta
bersifat khas bagi setiap orang, seperti yang ada pada jari-jari tangan,
telapak tangan dan telapak kaki atau dikenal dengan pola sidik
jari(dermatoglifi).

Dalam tata kecantikan, perawatan kulit dan wajah menjadi


penekanan utama untuk mendapatkan penampilan yang menarik.
Keseluruhan badan atau tubuh kita, harus dirawat dengan baik dan dijaga
agar selalu bersih, sehat, lembut, segar dan cantik. Khusus yang berkaitan
dengan badan, semua wanita menginginkan bentuk tubuh yang ideal, yaitu
tubuh yang langsing, padat, indah dan dapat disempurnakan dengan
penampilan kulit yang sehat. Kita perlu memberikan perhatiankhusus
dalam perawatan kulit karena kita hidup di negara yang beriklim tropis
yang selalu berudara panas, dan kulit merupakan pertahanan pertama
terhadap lingkungan sekitar kita, juga kulit kita paling banyak diganggu
oleh sengatan sinar matahari dan kotoran keringat badan. Rias wajah
sederhana,dapat membuat seorang wanita mampu tampil menarik, asal
kulitnya sehat.

Rahasianya sederhana yaitu perawatan yang tepat.Semakin dini


perawatan itu dilakukan semakin memuaskan pula hasil yang dirasakannya
kelak.Perawatan kecantikan, sudah dikenal sejak berabad-abad silam.
Cleopatra terbiasa mandi susu untuk menjaga kehalusan, kelembutan dan
keindahan kulitnya. Wanita di beberapa negara terbiasa mengoleskan
bermacam- macam minyak dan rempah-rempah untuk
mengencangkantubuh, menghaluskan kulit, hingga membuat awet
muda.Sejalan dengan kemajuan zaman, saat ini dapat diperoleh berbagai
jenis kosmetik dalam berbagai merek untuk perawatan wajah dan tubuh
termasuk untuk perawatan kulit. Masalahnya bagaimana memilih kosmetik
yang cocok dengan kondisi kulit dan juga terjangkau oleh keuangan
kita.Kulit menutup tubuh manusia pada daerah tubuh yang paling luas dari
kepala sampai ke kaki.

Kulit wajah yang sehat dan cantik akantampak kencang, lentur, dan
lembab, kondisi ini tidak akan menetapselamanya, sejalan dengan
perkembangan usia, ketika kondisi tubuhmenurun, kulit tidak hanya
menjadi kering tapi juga suram dan berkeriput.

Keadaan ini makin mudah terjadi setelah melewati usia tiga puluhan.
Saat itu fungsi kelenjar minyak mengendur, sehingga kulit terasa lebih
kering dibandingkan dengan sebelumnya.
Diduga dengan bertambahnya usia, kadar asam amino pembentuk
kalogen pun berkurang sehingga kalogen yang terbentuk bermutu rendah,
selain itu kalogen kehilangan kelembaban dan menjadi kering serta kaku.
Akibatnya jaringan penunjang itu tak mampu menopang kulit dengan baik,
seperti yang tampak pada kulit orang tua yang makin lama makin kendur
dan kurang lentur.Perubahan susunan molekul kalogen ini merupakan
salah satu faktor utama yang membuat kulit manusia lebih cepat keriput,
timbul pigmentasi, kehilangan kelembaban dan elastisitas. Kapan tanda-
tanda penuaan itu muncul, tergantung pada usaha kita untuk melindungi
dan merawatnya secara baik.

Struktur Kulit

Struktur kulit terdiri dari tiga lapisan yaitu : kulit ari (epidermis),sebagai
lapisan yang paling luar, kulit jangat (dermis, korium atau kutis) dan jaringan
penyambung di bawah kulit (tela subkutanea,hipodermis atau subkutis)

1 Kulit Ari (Epidermis)

Epidermis merupakan bagian kulit paling luar yang paling menarik


untuk diperhatikan dalam perawatan kulit, karena kosmetik dipakai pada
bagian epidermis. Ketebalan epidermis berbeda-beda pada berbagai bagian
tubuh, yang paling tebal berukuran 1 milimeter misalnya pada telapak
tangan dan telapak kaki, dan yang paling tipis berukuran 0,1 milimeter
terdapat pada kelopak mata, pipi, dahi dan perut. Sel-sel epidermis disebut
keratinosit.Epidermis melekat erat pada dermis karena secara fungsional
epidermis memperoleh zat-zat makanan dan cairan antar sel dari plasma
yang merembes melalui dinding-dinding kapiler dermis ke dalam epidermis.
Pada epidermis dibedakan atas lima lapisan kulit, yaitu :

a. Lapisan tanduk (stratum corneum),

Merupakan lapisan epidermis yang paling atas, dan menutupi semua


lapisan epiderma lebih ke dalam. Lapisan tanduk terdiri atas beberapa lapis
sel pipih, tidak memiliki inti, tidak mengalami proses metabolisme, tidak
berwarna dan sangat sedikit mengandung air.

Pada telapak tangan dan telapak kaki jumlah baris keratinosit jauh
lebih banyak, karena di bagian ini lapisan tanduk jauh lebih tebal.Lapisan
tanduk ini sebagian besar terdiri atas keratin yaitu sejenis protein yang
tidak larut dalam air dan sangat resisten terhadap bahan-bahan kimia.
Lapisan ini dikenal dengan lapisan horny,terdiri dari milyaran sel pipih
yang mudah terlepas dan digantikan oleh sel yang baru setiap 4 minggu,
karena usia setiap sel biasanya hanya 28 hari.

Pada saat terlepas, kondisi kulit akan terasa sedikit kasar sampai
muncul lapisan baru. Proses pembaruan lapisan tanduk, terus berlangsung
sepanjang hidup, menjadikan kulit ari memiliki self repairing capacity
atau kemampuan memperbaiki diri. Bertambahnya usia dapat
menyebabkan proses keratinisasi berjalan lebih lambat.

Ketika usia mencapai sekitar 60 tahunan, proses keratinisasi,


membutuhkan waktu sekitar 45 - 50 hari, akibatnya lapisan tanduk yang
sudah menjadi lebih kasar, lebih kering, lebih tebal, timbul bercak-bercak
putih karena melanosit lambat bekerja dan penyebaran melanin tidak lagi
merata serta tidak lagi cepat digantikan oleh lapisan tanduk baru. Daya
elastisitas kulit pada lapisan ini sangat kecil, dan lapisan ini sangat efektif
untuk mencegah terjadinya penguapan air dari lapislapis kulit lebih dalam
sehingga mampu memelihara tonus dan turgor kulit, tetapi lapisan tanduk
memiliki daya serap air yang cukup besar

b. Lapisan bening (stratum lucidum)

Disebut juga lapisan barrier, terletak tepat di bawah lapisan


tanduk, dan dianggap sebagaipenyambung lapisan tanduk dengan lapisan
berbutir.Lapisanbening terdiri dari protoplasma sel-sel jernih yang kecil-
kecil, tipisdan bersifat translusen sehingga dapat dilewati sinar
(tembuscahaya).Lapisan ini sangat tampak jelas pada telapak tangan
dantelapak kaki. Proses keratinisasi bermula dari lapisan bening.

c. Lapisan berbutir (stratum granulosum)

Tersusun oleh sel-sel keratinosit berbentuk kumparan yang


mengandung butir-butir di dalam protoplasmanya, berbutir kasa dan berinti
mengkerut.Lapisan ini tampak paling jelas pada kulit telapak tangan dan
telapak kaki.

d. Lapisan bertaju (stratum spinosum)

Disebut juga lapisan malphigi terdiri atas sel-sel yang saling


berhubungan dengan perantaraanjembatan-jembatan protoplasma
berbentuk kubus.Jika sel-sellapisan saling berlepasan, maka seakan-akan
selnya bertaju.Setiap sel berisi filamen-filamen kecil yang terdiri atas
serabutprotein.Sel-sel pada lapisan taju normal, tersusun menjadibeberapa
baris.Bentuk sel berkisar antara bulat ke bersudut banyak (polygonal),dan
makin ke arah permukaan kulit makin besar ukurannya. Diantara sel-sel
taju terdapat celah antar sel halus yang bergunauntuk peredaran cairan
jaringan ekstraseluler dan pengantaran butir-butir melanin.Sel-sel di
bagian lapis taju yang lebih dalam,banyak yang berada dalam salah satu
tahap mitosis.Kesatuan-kesatuanlapisan taju mempunyai susunan kimiawi
yang khas.Inti-intisel dalam bagian basal lapis taju mengandung
kolesterol, asamamino dan glutation.
e. Lapisan benih (stratum germinativum atau stratum basale)

Merupakan lapisan terbawah epidermis, dibentuk oleh satu baris sel


torak (silinder) dengan kedudukan tegak lurus terhadap permukaan dermis.
Alas sel-sel torak ini bergerigi dan bersatu dengan lamina basalis di
bawahnya. Lamina basalis yaitu struktur halus yang membatasi epidermis
dengan dermis.Pengaruh lamina basalis cukup besar terhadap pengaturan
metabolisme demo-epidermal dan fungsi-fungsi vital kulit.Di dalam lapisan
ini sel-sel epidermis bertambah banyak melalui mitosis dan sel-sel tadi
bergeser ke lapisan-lapisan lebih atas, akhirnya menjadi sel tanduk.Di dalam
lapisan benih terdapat pula sel-sel bening (clear cells, melanoblas atau
melanosit) pembuat pigmen melanin kulit.

2 Kulit Jangat (Dermis)

Kulit jangat atau dermis menjadi tempat ujung saraf perasa,tempat


keberadaan kandung rambut, kelenjar keringat, kelenjar-kelenjar palit atau
kelenjar minyak, pembuluh-pembuluh darah dan getah bening, dan otot
penegak rambut (muskulus arektor pili). Sel-sel umbi rambut yang berada di
dasar kandung rambut, terus-menerus membelah dalam membentuk batang
rambut.Kelenjar palit yang menempel di saluran kandung rambut,
menghasilkan minyak yang mencapai permukaan kulit melalui muara
kandung rambut.

Kulit jangat sering disebut kulit sebenarnya dan 95 % kulit jangat


membentuk ketebalan kulit.Ketebalan rata-rata kulit jangat diperkirakan
antara 1 - 2 mm dan yang paling tipis terdapat di kelopak mata serta yang
paling tebal terdapat di telapak tangan dan telapak kaki.Susunan dasar kulit
jangat dibentuk oleh serat-serat, matriksinterfibrilar yang menyerupai selai
dan sel-sel. Keberadaan ujung-ujung saraf perasa dalam kulit jangat,
memungkinkan membedakan berbagai rangsangan dari luar. Masing-masing
saraf perasa memiliki fungsi tertentu, seperti saraf dengan fungsi
mendeteksi rasa sakit, sentuhan, tekanan, panas, dan dingin. Saraf perasa
juga memungkinkan segera bereaksi terhadap hal-hal yang dapat merugikan
diri kita. Jika kita mendadak menjadi sangat takut atau sangat tegang, otot
penegak rambut yang menempel di kandung rambut, akan mengerut dan
menjadikan bulu roma atau bulu kuduk berdiri. Kelenjar palit yan menempel
di kandung rambut memproduksi minyak untuk melumasi permukaan kulit
dan batang rambut.Sekresi minyaknya dikeluarkan melalui muara kandung
rambut. Kelenjar keringat menghasilkan cairan keringat yang dikeluarkan ke
permukaan kulit melalui pori-pori kulit. Di permukaan kulit, minyak dan
keringat membentuk lapisan pelindung yang disebut acid mantel atau sawar
asam dengan nilai pH sekitar 5,5. sawar asam merupakan penghalang alami
yang efektif dalam menangkal berkembang biaknya jamur, bakteri dan
berbagai jasad renik lainnya di permukaan kulit. Keberadaan dan
keseimbangan nilai pH, perlu terus-menerus dipertahankan dan dijaga agar
jangan sampai menghilang oleh pemakaian kosmetika. Pada dasarnya
dermis terdiri atas sekumpulan serat-serat elastic yang dapat membuat kulit
berkerut akan kembali ke bentuk semula dan serat protein ini yang disebut
kolagen. Serat-serat kolagen ini disebut juga jaringan penunjang, karena
fungsinya dalam membentuk jaringan-jaringan kulit yang menjaga
kekeringan dan kelenturan kulit.

Berkurangnya protein akan menyebabkan kulit menjadi kurang elastis


dan mudah mengendur hingga timbul kerutan. Faktor lain yang
menyebabkan kulit berkerut yaitu faktor usia atau kekurangan gizi. Dari
fungsi ini tampak bahwa kolagen mempunyai peran penting bagi kesehatan
dan kecantikan kulit.Perlu diperhatikan bahwa luka yang terjadi di kulit
jangat dapat menimbulkan cacat permanen, hal ini disebabkan kulit jangat
tidak memiliki kemampuan memperbaiki diri sendiri seperti yang dimiliki
kulit ari.Di dalam lapisan kulit jangat terdapat dua macam kelenjar yaitu
kelenjar keringat dan kelenjar palit.

a. Kelenjar Keringat (glandula sudorifera)

Kelenjar keringat terdiri dari fundus (bagian yang melingkar) dan duet
yaitu saluran semacam pipa yang bermuara pada permukaan kulit
membentuk pori-pori keringat.Semua bagian tubuh dilengkapi dengan
kelenjar keringat dan lebih banyak terdapat dipermukaan telapak tangan,
telapak kaki, kening dan di bawah ketiak.Kelenjar keringat mengatur suhu
badan dan membantu membuang sisa-sisa pencernaan dari
tubuh.Kegiatannya terutama dirangsang oleh panas, latihan jasmani, emosi
dan obat-obat tertentu. Ada dua jenis kelenjar keringat yaitu :

1) Kelenjar keringat ekrin

Kelenjar keringat ini mensekresi cairan jernih, yaitu keringat yang


mengandung 95 – 97 persen air dan mengandung beberapa mineral, seperti
garam, sodium klorida, granula minyak, glusida dan sampingan dari
metabolism seluler. Kelenjar keringat ini terdapat di seluruh kulit, mulai
dari telapak tangan dan telapak kaki sampai ke kulit kepala. Jumlahnya di
seluruh badan sekitar dua juta dan menghasilkan 14 liter keringat dalam
waktu 24 jam pada orang dewasa. Bentuk kelenjar keringat ekrin langsing,
bergulung-gulung dan salurannya bermuara langsung pada permukaan kulit
yang tidak ada rambutnya.

2) Kelenjar keringat apokrin

Hanya terdapat di daerah ketiak, puting susu, pusar, daerah kelamin


dan daerah sekitar dubur (anogenital) menghasilkan cairan yang agak
kental, berwarna keputih-putihan serta berbau khas pada setiap orang. Sel
kelenjar ini mudah rusak dan sifatnya alkali sehingga dapat menimbulkan
bau.Muaranya berdekatan dengan muara kelenjar sebasea pada saluran
folikel rambut.Kelenjar keringat apokrin jumlahnya tidak terlalu banyak dan
hanya sedikit cairan yang disekresikan dari kelenjar ini. Kelenjar apokrin
mulai aktif setelah usia akil baligh dan aktivitas kelenjar ini dipengaruhi
oleh hormon.

b. Kelenjar Palit (glandula sebasea)

Kelenjar palit terletak pada bagian atas kulit jangat berdekatan


dengan kandung rambut terdiri dari gelembung-gelembung kecil yang
bermuara ke dalam kandung rambut (folikel).Folikel rambut mengeluarkan
lemak yang meminyaki kulit dan menjaga kelunakan rambut.Kelenjar palit
membentuk sebum atau urap kulit.Terkecuali pada telapak tangan dan
telapak kaki, kelenjar palit terdapat di semua bagian tubuh terutama pada
bagian muka.

Pada umumnya, satu batang rambut hanya mempunyai satu kelenjar


palit atau kelenjar sebasea yang bermuara pada saluran folikel rambut.Pada
kulit kepala, kelenjar palit atau kelenjar sebasea menghasilkan minyak untuk
melumasi rambut dan kulit kepala.Pada kebotakan orang dewasa, ditemukan
bahwa kelenjar palit atau kelenjar sebasea membesar sedangkan folikel
rambut mengecil. Pada kulit badan termasuk pada bagian wajah, jika produksi
minyak dari kelenjar palit atau kelenjar sebasea berlebihan, maka kulit akan

lebih berminyak sehingga memudahkan timbulnya jerawat.

3 Jaringan Penyambung (Jaringan Ikat) Bawah Kulit (Hipodermis)

Lapisan ini terutama mengandung jaringan lemak, pembuluh darah dan


limfe, saraf-saraf yang berjalan sejajar dengan permukaan kulit.Cabang-cabang
dari pembuluh-pembuluh dan saraf-saraf menuju lapisan kulit jangat.Jaringan
ikat bawah kulit berfungsi sebagai bantalan atau penyangga benturan bagi
organ-organ tubuh bagian dalam, membentuk kontur tubuh dan sebagai
cadangan makanan.Ketebalan dan kedalaman jaringan lemak bervariasi
sepanjang kontur tubuh, paling tebal di daerah pantat dan paling tipis terdapat
di kelopak mata. Jika usia menjadi tua, kinerja liposit dalam jaringan ikat
bawah kulit juga menurun. Bagian tubuh yang sebelumnya berisi banyak
lemak, lemaknya berkurang sehingga kulit akan mengendur serta makin
kehilangan kontur.

B. Definisi

Istilah eksim (eczema dari bahasa yunani yang berarti


‘merebus’) dan dermatitis merupakan sinonim.Eksim
bukanlahpenyakit spesifik. Dermatitis dan Eksim adalah istilah
yang dapat digunakan bergantian untuk mendeskripsikan
sekelompok kelainan dengan penampilan klinik yang khas (Black
Joyce M ,2014).
Dermatitis atau lebih dikenal sebagai eksim merupakan
penyakit kulit yang mengalami peradangan kerena bermacam sebab
dan timbul dalam berbagai jenis, terutama kulit yang kering,
umumnya berupa pembengkakan, memerah, dan gatal pada kulit
(Widhya, 2011).
Eksim/dermatitis adalah peradangan kulit ( epidermis dan
dermis ) sebagai respon terhadap pengaruh faktor eksogen atau
pengaruh faktor endogen, menimbulkan kelainan klinis berupa
efloresensi polimorfik ( eritema, edema, papul, vesikel, skuama)
dan keluhan gatal
(Muttaqin, 2011 ).

C. Etiologi

Penyebab Eksim secara umum dapat dibedakan menjadi 2 yaitu :


1. Luar (eksogen) misalnya bahan kimia (deterjen, oli, semen,
asam basa), fisik (sinar matahari, suhu), mikroorganisme
(mikroorganisme, jamur).
2. Dalam ( endogen ) misalnya dermatitis atopi
D. Manifestasi Klinis
Dermatitis atopik pada banyak klien dimulai pada saat masa
bayi. Dermatitis umumnya memiliki omset akut dengan ruam
merah,basah dan berkrusta. Seiring waktu kulit cenderung
memampakkan bentuk kronis dari dermatitis, dengan tekstur kering
menebal, warna abu-abu kecoklatan,dan bersisik. Ruam cenderung
lokal pada lipatan-lipatan ekstremitas besar pada saat klien
bertambah usia. Pada anak yang lebih besar dan orang dewasa di
temukan juga

pada lipatan siku, lutut, leher, kelopak mata,serta punggung tangan


dan kaki. Dermatitis tangan dan kaki menjadi masalah signifikan
pada sebagian orang dewasa.

Pruritus adalah manifestasi klinis pertama dermatitis artopik dan


menyebabkan mordibitas terbesar. Kondisi ini dapat ringan dan
hilang dengan sendirinya atau dapat berat, mendorong untuk
menggaruk yang meyebabkan lesi dengan ekskoriasi, infeksi, dan
pembentukan parut.

Klien dengan dermatitis artopik cenderung mengalami infeksi kulit


viral, bakterial dan jamur. Tidak di ketahui apakah infeksi kulit ini
timbul sekunder tehadap gangguan fungsi barier normal atau akibat
penurunan imunitas lokal. Krusta bewarna seperti madu,
perembesan cairan, serosa yang banyak,folikulitis,pioderma,dan
furonkulosis mengindinkasikan infeksi bakteri, umumnya sekunder
terhadap kolonisasi staphylococcus aureus pada klien dermatitis
atopik (Black Joyce M ,2014).

Pada umumnya manifestasi klinis dermatitis atau Eksim adanya


tanda-tanda radang akut terutama pruritus ( gatal ), kenaikan suhu
tubuh, kemerahan, edema misalnya pada muka ( terutama palpebra
dan bibir ), gangguan fungsi kulit dan genitalia eksterna.

a. Stadium akut : kelainan kulit berupa eritema, edema, vesikel atau


bula, erosi dan eksudasi sehingga tampak basah.
b. Stadium subakut : eritema, dan edema berkurang, eksudat mengering
menjadi kusta.
c. Stadium kronis : lesi tampak kering, skuama, hiperpigmentasi,
papul danlikenefikasi. Stadium tersebut tidak selalu berurutan, bisa
saja sejak awal suatu dermatitis sejak awalmemberi gambaran klinis
berupa kelainan kulit stadium kronis.

E. Pemeriksaan Penunjang

1.Pemeriksaan
a) Percobaan asetikolin ( suntikan dalam intracutan, solusio asetilkolin
1/5000).
b) Percobaan histamin hostat disuntikkan pada lesi
2. Laboratorium
a) Darah : Hb, leukosit, hitung jenis, trombosit, elektrolit, protein total,
albumin, globulin
b) Urin : pemerikasaan histopatologi

Tes Diagnostik
1. Uji Tempel Terbuka
Pada uji terbuka bahan yang dicurigai ditempelkan pada daerah
belakang telinga karena daerah tersebut sukar dihapus selama
24 jam. Setelah itu dibaca dan dievaluasi hasilnya. Indikasi uji
tempel terbuka adalah alergen yang menguap.
2. Uji Tempel Tertutup
Untuk uji tertutup diperlukan Unit Uji Tempel yang berbentuk
semacam plester yang ada pada bagian tengahnya terdapat
lokasi dimana bahan tersebut diletakkan. Bahan yang dicurigai
ditempelkan dipunggung atau lengan atas penderita selama 48
jam setelah itu hasilnya dievaluasi. Hasilnya dicatat seperti
berikut :
1= reaksi lemah (nonvesikuler) :
eritema,infiltrat,papul (+) 2=
reaksi kuat : edema atau vesikel
(++)
3= reaksi sangat kuat (ekstrim) :bula atu ulkus (+++)
3. Uji Tempel dengan sinar
Uji tempel sinar dilakukan untuk bahan-bahan yang bersifat
sebagai fotosensitisir yaitu bahan-bahan yang bersifat sebagai
fotosensitisir yaitu bahan yang dengan sinar ultra violet baru
akan bersifat sebagai alergen. Setelah 24 jam ditempelkan pada
kulit salah satu baris dibuka dan disinari dengan sinar
ultraviolet dan 24 jam berikutnya dievaluasi hasilnya. Untuk
menghindari efek daripada sinar, maka punggung atau bahan
test tersebut dilindungi dengan secarik kain hitam atau plester
hitam agar sinar tidak bisa menembus bahan tersebut.Untuk
dapat melaksanakan uji tempel ini sebaiknya penderita sudah
dalam keadaan tenang penyakitnya, karena bila masih dalam
keadaan akut kemungkinan salah satu bahan uji tempel
merupakan penyebab dermatitis sehingga akan menjadi lebih
berat.

4. Uji intrademal
Spuit steril berukuran 0,5 fml atau 1ml dengan jarum
intradermal dengan ukuran 26 / 27 digunakan untuk
menyuntikan 0,02 hingga 0,03ml alergen intradermal. Jarum
ditusukan dengan jarum menghadap ke atas dan spuit berada
dalam posisi agak miring. Kulit di tembus secra superfisial, dan
sejumlah kecil alergen disuntikan untuk menimbulkan suatu
tonjolan kecil yang berdiameter kurang lebih 5mm. Setiap kali
penyuntikan harus di gunakan spuit dan jarum tersendiri.
(Smeltzer, 2002:1763
F. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan medis dan keperawatan Eksim melalui terapi yaitu :


1. Non farmakologi
Pengobatan yang tepat didasarkan kausa yaitu menyingkirkan
penyebabnya. Seperti yang diketahui penyebab dermatitis
multifaktor, kadang juga tidak diketahui dengan pasti. Jadi
pengobatan bersifat simtomatis yaitu dengan menghilangkan
atau mengurangi keluhan dan gejala dan menekan peradangan.
a. Kompres yang sejuk dan basah
Dilakukan pada daerah dermatitis vesikuler yang kecil.
Remukan halus es yang di tambahkan pada air kompres kerap
kali memberikan efek anti pruritus. Kompres basah biasanya
membantu membersihkan lesi eksema yang meneluarkan
secret.
b. Balutan oklusif

Balutan oklusif dapat dibuat atau diproduksi secara komersial


dari potongan kain penutup atau kasa yang steril atau nonsteril
dan harganya tidak begitu mahal. Kasa ini dipakai untuk
menutup obat topikal yang dioleskan pada dermatosis (lesi
kulit abnormal). Daerah lesi dibuat kedap udara dengan
memakai lembaran plastik yang tipis (seperti plastik pembalut).
Lembaran plastik itu tipis dan mudah beradaptasi dengan
semua ukuran tubuh, bentuk tubuh serta permukaan kulit.
Plester bedah dari plastik yang mengandung kortikosteroid
pada lapisan perekat dapat dipotong menjadi ukuran tertentu
dan ditempelkan pada setiap lesi. Umumnya plastik pembalut
ini tidak boleh digunakan lebih 12 jam dalam sehari.
Untuk memasang kasa ini dirumah, pasien harus mendapatkan
instruksi berikut:
1) Mencuci daerah yang sakit, kemudian mengeringkannya;
2) Mengoleskan obat pada lesi ketika kulit tersebut berada dalam
keadaan basah;
3) Menutupi dengan lembaran plastik (misalnya, plastik
pembalut, sarung tangan vinil, kantong plastik);
4) Menutupi dengan pembalut elastic, kasa atau plester
kertas agar bagian tepinya tersegel. Kasa harus dilepas selama
12 jam dari setiap 24 jam untuk mencegah penipisan kulit
(atrofi), striae (guratan mirip sabuk), telangiektasia(lesi yang
merah dan kecil akibat pelebaran pembuluh darah).
c. Mandi terapeutik (balneoterapi)
Rendaman yang dikenal dengan istilah balneoterapi dapat
digunakan jika lesi mengenai daerah kulit yang luas; bentuk
terapi ini dilakukan untuk menghilangkan krusta, skuama serta
obat lama dan untuk meredakan inflamasi serta rasa gatal yang
menyertai dermatosis akut. Suhu air rendaman harus nyaman
bagi pasien, dan lama tetapi rendaman tidak boleh lebih dari 30
menit karena perendaman dan pencelupan cenderung

menimbulkan maserasi kulit. Untuk berbagai tipe terapi


rendaman dan pemakaiannya. (Smeltzer, 2002 : 1845)

2. Farmakologi
Pengobatan secara farmakologi dibagi menjadi 2, yaitu:
a. Pengobatan topical
Hidrasi kulit. Kulit kering, mudah retak, sehingga
mempermudah masuknya mikroorganisme patogen, bahan
iritan dan allergen. Pada kulit yang demikian diperlukan
pelembab misal, losion dan krim untuk stadium akut, dan salep
ketika inflamasi menjadi kronik dan kulit menjadi
likenifikasi( penebalan kulit).
1) Losion
Losin memiliki dua tipe : suspensi yang terdiri atas serbuk
dalam air yang perlu dikocok sebelum digunakan, dan larutan
jernih yang mengndung-unsur-unsur aktif yang bisa dilarutkan
sepenuhnya. Losion biasanya dioleskan langsung pada kulit
tetapi kasa yang dicelupkan ke dalam losion dapat ditempelkan
pada daerah yang sakit. Losion dioleskan setiap 3-4 jam.
2) Krim
Dapat berupa suspensi minyak air atau emulsi air dalam minyak
dengan unsure-unsur mencegah pertumbuhan bakteri hingga
jamur. Emulsi air dalam minyak lebih terasa berminyak dan
lebih disukai untuk mengeringkan serta mengelupaskan
dermatosis. Krim oleskan pada kulit pada tangan. Preparat ini
dipakai untuk memberikan efek pelembabdan emolion.
3) Salep
Bersifat menahan kehilangan air dan melumasi serta melindungi
kulit,prerarat ini unuk kelainan kulit yang kronis. Dioleskan
dengan tangan yang memakai sarung tangan. (Smeltzer, 2002 :
1843 )
b. Pengobatan sistemik
1) Kortikosteroid
Digunakan untuk eksaserbasi akut dalam jangka pendek.
Pemakaian jangka panjang menimbulkan eferk samping yaitu
lesi akan bertambah berat.
2) Antihistamin
Membantu mengurangi rasa gatal yang hebat terutama malam
hari, sehingga menggangu tidur dengan dosis 10-75 mg secara
oral pada malam hari.

3) Anti infeksi eritromisin, asitromisin, atau klaritromisin,


dikloksasilin, oksasilin, atau generasi pertama sefalosporin
( Marwali, 2007 : 145)
G. Klasifikasi

1. Eksema Eksogen

a. Dermatitis kontak iritan primer

Yang termasuk iritan primer yang secara fisik merusak kulit


adalah asam, basa, deterjen, dan produk-produk minyak bumi.
Gambaran yang khas dari dermatitis adalah telapak tangan dan
ujung jari kering, sering disertai kulit yang tretak dan terasa
sakit pada lipatan kulit serta pada bagian lunak jari. Secra
teoritis, pengobatannya sederhana, baik dengan mencegah agar
tidak terjadi kontak antara pasien dengan iritan atau dengan
melindungi tangan mereka terhadap bahan tersebut. Tetapi pada
prakteknya tidak mungkin untuk menghindari terjadinya kontak
dengan iritan.

b. Dermatitis kontak alergi

Penyakit ini timbul akibat terjadinya reaksi hypersensitivitas


tipe lambat terhadap suatu allergen eksternal. Tidak terhitung
banyaknya zat kimia yang dapat beraksi sebagai allergen, tetapi
sangat jarang yang menimbulkan masalah. Mungkin saja
paparan allergen telah berlangsung bertahun-tahun namun
secara mendadak baru terjadi hipersensitivitas. Yang sering
menyebabkan dermatitis kontak adalah nikel, colophony,
bahan-bahan aditif karet, kromat, cat rambut, dan obat-obatan
topical (krim, lotion). Baik sebagai bahan aktif utama maupun
sebagai bahan dasar. Steroid topical yang poten hendaknya
digunakan untuk meredakan eksema sebelum dilakukan tes
temple. Begitu suatu allergen sudah ditemukan sebagai
penyebabnya, maka pasien dianjurkan untuk menghindarinya.
Apabila komponen dalam obat-obatan yang menjadi
penyebabnya maka dokter keluarga pasien harus diberi tahu
obat-obat apa saja yang tidak boleh dipakai
2. Eksema Endogen

a. Eksema atopic

Eksema atopic tidak ditemukan pada bayi baru lahir, tetapi


sering timbul pada tahun pertama kehidupan. Pada anak-anak
usia dini eksema sering menyerang keseluruhan tubuh, tetapi
kemudian tampak keseluruhan tubuh, tetapi kemudian tampak
menyerang daerah lipatan yang khas (pergelangan tangan, fosa
antekubiti, fosa poplitea, dan dorsum

pedis). Kulit terasa kering dab terasa sangat gatal. Eksema


atopic seringkali hilang pada masa kanak-kanak, tetapi bisaa
bertahan sampai usia remaja serta dewasa, dan tidak ada cara
untuk memperkirakan prognosisnya.
b. Dermatitis seboroik

Penyakit ini merupakan kelainan konstitusional, yang


pathogenesis pastinya masih belum diketahui, tetapi pada akhir-
akhirnya ini ditekankan adanya peran ragi maslassezia.
Dermatitis seboroik menyerang kulit kepala, wajah, punggung
bagian atas, dan daerah- daerah lipatan. Serangan di daerah
lipatan menimbulkan eritema yang sedikit basah dan
berminyak.
c. Eksema discoid

Pada kelainan ini, timbul eksema yang tersebar, terbatas jelas,


mengeluarkan eksudat, dan ditutupi krusta, yang terdapat pada
tubuh dan ekstrimitas. Suatu steroid topical yang poten biasanya
diperlukan untuk mengendalikan kondisi ini.
d. Eksema varikosa

Hipertensi vena kronis sering dihubungkan dengan perubahan


eksematosa pada tungkai. Penyebaran sekunder ke bagian
depan lengan bisa terjadi. Steroid topical dengan potensi ringan
atau sedang biasanya akan menekan eksema.
e. Eksema asteatotika

Eksema asteatotika ditemukan pada tungkai, tetapi bisa juga


terdapat pada perut bagian bawah, lengan, dan kadang-kadang
bisa di seluruh bagian tubuh. Hal ini sering terjadi pada pasien
usia lanjut yang dirawat di rumah sakit dan dimandikan lebih
sering dari pada kalau mandi di rumah
(Graham Brown, 2005)
BAB III
PROSES ASUHAN KEPERAWATAN

Asuhan Keperawatan

A. Pengkajian
1. Keluhan utama
misalnya: gatal-gatal,rasa terbakar,rasa baal.

2. Riwayat kesehatan
a. Riwayat kesehatan sekarang
Pola PQRST dapat digunakan untuk menanyakan keluhan
klien misalnya pada klien dengan keluhan klien.
Misalnya,pada klien pada keluhan gatal,dapat
dikembangkan pengkajiannya sebagai berikut:
P = Provokatif/Paliatif(pencetus)
Apa penyebab rasa gatal, yang meringankan dan
memperberat rasa gatal tersebut?
Q = Quality/quqntity(kualitas)
Bagaimana gambaran rasa gatal tersebut(seperti
membakar,hilang timbul atau bercampur nyeri).
R = Region/radiasi(lokasi)
Rasa gatal tersebut terasa dimana? Apakah
menjalar? Jika menjalar sampai dimana?
S = Sevirity Scale/(tingkat keperahan)
Berapa lama berlangsungnya dan apakah
mengganggu aktifitas sehari-hari? T =
Timing(waktu)
Kapan pertama kali dirasakan? Apakah timbul setiap saat atau
sewaktu-waktu?

b. Riwayat kesehatan dahulu


Untuk informasi riwayat kesehatan yang dahulu, misalnya
demam, penyakit kulit yang pernah diderita penyakit
pernapasan atau pencernaan, riwayat alergi, dan lain- lain.
c. Riwayat kesehatan keluarga
Tentang status kesehatan keluarga, dapat ditanyakan ada
tidaknya anggota keluarga yang menderita gangguan kulit,
kapan dimulainya gangguan itu, dan adakah anggota
keluarga yang mempunyai riwayat alergi.
d. Riwayat pengobatan atau terpapar zat
Tanyakan pada klien obat apa saja yang telah dikonsumsi
atau pernahkah klien terpapar factor-faktor yang tidak
lazim. Misalnya, terkena zat-zat kimia atau bahan iritan
lainya.
e. Riwayat pekerjaan atau aktivitas sehari-hari
Kebiasaan dan aktivitas sehari-hari klien perlu ditanyakan
Misalnya, bagaimana pola tidur klien, sebab pola tidur dan
istirahat sangat mempengaruhi kesehatan kulit. Lingkungan
kerja klien juga perlu dikaji untuk mengetahui apakah klien
berkontak dengan bahan-bahan iritan.
f. Riwayat psikososial
Keadaan psikologis klien yang perlu dikaji misalnya, stress
yang berkepanjangan yang akan mempengaruhi kesehatan
kulit seseorang , bahkan dapat menimbulkan kelainan kulit

3. Pemeriksaan fisik
Mengkaji ciri kulit secara keseluruhan:
1. Inspeksi
a. Warna kulit
Perubahan warna kulit juga dipengaruhi oleh banyak variable.
Gangguan pada melanin dapat bersifat menyeluruh atau
setempat yang dapt menyebabkan kulit menjadi gelap atau lebih
terang dari pada kulit yang lainnya. Kondisi tanpa pigmentasi
terjadi pada kasus albino.
b. Keadaan kulit
Mengobservasi lokasi lesi, keadaan lesi dan kedalaman lesi.
2. Palpasi
a. Turgor kulit
Turgor kulit umumnya mencerminkan status hidrasi. Pada klien
yang dehidrasi dan lansia, kulit terlihat kering. Pada klien
lansia, turgor kulit mencerminkan hilangnya elastisitas kulit,
dan keadaan kekurangan air ekstrsasel.
Perhatikan seberapa mudah kulit kembali ketempat semula.
Normalnya, kulit segera kembali keposisi awal. Pada edema
pitting, tekan kuat area tersebut selama 5 detik dan lepaskan.
Catat kedalaman pitting dalam millimeter, edem +1 sebanding
dengan kedalaman dua millimeter, edem+2 sebanding dengan
kedalaman 4milimeter.
b. Tekstur kulit
Tekstur kulit pada perubahan menyeluruh perlu dikaji , karena
tekstur kulit dapat berubah-ubah dibawah pengaruh banyak
variable. Jenis tekstur kulit dapat meliputi kasar, kering, atau
halus.(Raharyani, 2008, 12)

B. Diagnosa Keperawatan
a. Kerusakan intergritas kulit berhubungan dengan perubahan fungsi
barrier kulit

b. Resiko infeksi berhubungan dengan lesi, bercak-bercak merah


padakulit

c. Nyeri berhubungan dengan lesi kulit


C. Intervensi

No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Rencana Tindakan


. Keperawatan
1. Kerusakan Setelah dilakukan tindakan 1. Anjurkan pasien
Intergritas asuhan keperawatan selama 2 x meng- gunakan
Kulit 24 jam diharapkan integritas pakaian yang
berhubungan kulit membaik dengan longgar.
dengan Kriteria Hasil : 2. Jaga kebersihan
perubahan 1. Intergritas kulit yang baik kulit agar tetap
fungsi barrier bisa di perhatankan bersih dan kering.
kulit. (sensasi,elatisitas,temperat 3. Monitor kulit akan
u re,hidrasi,pigmentasi). adanya kemerahan
2. Tidak ada luka/lesi 4. Oleskan lotion
pada kulit. atau minyak/ baby
3. Perfusi jaringan baik. oil pada daerah
4. Menunjukkan yang tertekan
pemahaman dalam
proses perbaikan kulit
dan mencegah terjadinya
cedera berulang.
5. Mampu melindungi
kulit dan
mempertahankan
kelembaban kulit dan
perawatan alami.

Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Rencana Tindakan


No.
Keperawatan
2. Resiko infeksi Setelah dilakukan 1. Bersihkan
berhubungan tindakan asuhan lingkungan setelah
dengan keperawatan selama 2 di pakai pasien lain.
lesi,bercak- x 24 jam diharapkan 2. Batasi
bercak merah tidak adanya tanda- pengunjung
pada kulit tanda infeksi dengan bila perlu.
Kriteria Hasil : 3. Gunakan sabun
anti mikrobia
1. Klien bebas
untuk mencuci
dari tanda dan
tangan.
gejala infeksi.
4. Cuci tangan setiap
2. Menunjukkan
sebelum dan
kemampuan
sesudah tindakan
untuk
keperawatan.
mencegah
5. Berikan terapi
timbulnya
antibiotic bila di
infeksi.
perlukan.
3. Jumlah leukosit
6. Berikan
dalam batas
perawatan kulit
normal.
pada area
Menunjukkan
epidema.
perilaku hidup
7. Inspeksi kondisi
sehat.
luka/insisi bedah.
8. Ajarkan pasien dan
keluarga tanda dan
gejala infeksi.
9. Ajarkan cara
menghindari infeksi.
No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Rencana Tindakan
. Keperawatan

3. Nyeri Setelah dilakukan 1. Lakukan


berhubungan tindakan asuhan pengkajian nyeri
dengan lesi keperawatan selama 2 x secara
kulit 24 jam diharapkan nyeri komperehensif,
berkurang atau hilang termasuk lokasi,
dengan karakteristik,
Kriteria Hasil : durasi,frekuensi,ku
alitas dan factor
1. Mampu
presipitasi.
mengontrol nyeri
2. Observasi reaksi
(atau penyebab
non verbal dari
nyeri, mampu
ketidaknyamanan
menggunakkan
.
teknik non
3. Kurangi factor
farmakologi
persipitasi
untuk mengurangi
nyeri.
nyeri, mencari
4. Kaji tipe dan
bantuan).
sumber nyeri untuk
2. Melaporkan
menentukan
bahwa nyeri
intervensi. Berikan
berkurang
analgetik untuk
dengan
mengurangi nyeri.
menggunakan
manajemen
nyeri.
3. Menyatakan rasa
nyaman setelah
nyeri berkurang.

BAB IV
A. Kesimpulan
Kulit adalah organ terbesar dan paling terlihat pada tubuh.
Kelainan kulit memberikan kesempatan bagi perawat untuk
memberikan perawatan yang memperlihatkan perbedaan jelas pada
klien. Ada banyak sekali penyakit yang menyerang kulit manusia,
salah satunya adalah Eksim . Eksim merupakan sebuah kelainan
kulit dengan gejala subyektif rasa gatal. Penyakit ini biasanya
ditandai dengan ruam yang polimorfi dan umumnya berbatas
dengan tegas. Kulit tampak meradang dan iritasi. Peradangan ini
bisa terjadi dimana saja namun yang paling sering terkena adalah
tangan dan kaki.

B. Saran

Mahasiswa Keperawatan perlu untuk mengetahui asuhan


keperawatan yang tepat pada pasien eksim. Menyadari penulis
masih jauh dari kata sempurna, diharapkan kedepannya dengan
berbagai sumber dan penelitian terbaru makalah dapat
disempurnakan dengan sumber-sumber yang dapat
dipertanggungjawabkan.

DAFTAR PUSTAKA
Yoga Utomo. Permanan Ginting. 2016. Sistem Pakar Diagnosa Penyakit Alergi
Kulit Eksim Pada Orang Dewasa Menggunakan Metode Certainty Faktor. Jurnal
Riset Komputer Volume 3

Nanny Herwanto. Marsudi Hutomo. 2016. Studi Retrospektif: Penatalaksanaan


Dermatitis Atopik (Retrospective Study: Management of Atopic Dermatitis).
Jurnal Berkala Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin – Periodical of Dermatology
and Venereology Volume 28

Anda mungkin juga menyukai