Anda di halaman 1dari 3

Pengembalian Aset Hasil Tindak Pidana Korupsi

Pengembalian aset yang diperoleh dari tindak pidana korupsi menurut Purwaning juga dilandaskan atas
prinsip-prinsip keadilan sosial sehingga institusi negara dan institusi hukum mendapat tugas dan
tanggung jawab menjamin terwujudnya kesejahteraan bagi setiap individu-individu atau masyarakat.
Atas dasar itu, dalam konteks tindak pidana korupsi yang menghilangkan kemampuan negara untuk
menjalankan tugas dan tanggung jawabnya maka negara wajib menuntut pemulihan atas kekayaan yang
diambil secara melawan hak.

B. Landasan Teori

1. Teori Negara Hukum

Indonesia telah mendasarkan dirinya sebagai Negara hukum. Sebagaimana yang tercantum pada Pasal 1
ayat (3) Amandemen Undang-Undang Dasar 1945 (UUD 1945) menyebutkan, “Negara Indonesia adalah
Negara Hukum”.

Dalam kepustakaan Indonesia istilah rechtsstaat dan the rule of law sering diterjemahkan dengan
negara hukum. Secara historis kedua. istilah rechtsstaat dan the rule of law lahir dari sistem hukum yang
berbeda.

2. Teori Kebijakan Hukum Pidana

Tidaklah sah dan bertentangan dengan esensi negara hukum, bilamana terdapat suatu kejahatan yang
tidak ditentukan dalam peraturan perundang-undangan pengaturannya (khususnya pemidanaannya)
tetapi dilakukan penghukuman terhadapnya.

3. Teori Asset Recover

Perspektif kebijakan kriminal menegaskan bahwa dalam hal penanggulangan kejahatan, sangat penting
untuk mempertimbangkan hal utama terkait perbaikan dampak dari kejahatan serta bentuk pencegahan
yang efektif dan ekonomis. Termasuk dalam hal penanggulangan Tipikor, pertimbangan kebijakan
berkaitan pemulihan dampak kejahatan berupa pengembalian kerugian Negara harus diakselerasikan
dalam proses kriminalisasi. Merupakan tugas dan Tanggung jawab negara untuk mewujudkan keadilan
sosial dipandang dari sudut teori keadilan sosial, memberikan justifikasi moral bagi negara untuk
melakukan upaya-upaya pengembalian aset hasil Tipikor.
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Pada dasarnya, penelitian hukum terbagi dalam beberapa jenis berdasarkan fokus penelitiannya
diantaranya yaitu penelitian hukum normatif, penelitian hukum normatif-empiris, dan penelitian hukum
empiris. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian tentang ―Urgensi dan Mekanisme
Perampasan Aset Terpidana Korupsi Sebagai Upaya Pengembalian Kerugian Negara‖ ini adalah metode
penelitian hukum normatif.

Penelitian hukum normatif (normative law research) menggunakan studi kasus hukum normatif berupa
produk perilaku hukum, misalnya mengkaji rancangan undang-undang. Pokok kajiannya adalah hukum
yang dikonsepkan sebagai norma atau kaidah yang berlaku dalam masyarakat dan menjadi acuan
perilaku setiap orang.

B. Pendekatan Penelitian

Pendekatan adalah keseluruhan unsur yang dipahami untuk mendekati suatu bidang ilmu dan
memahami pengetahuan yang teratur, bulat, mencari sasaran yang ditelaah oleh ilmu tersebut. Setiap
permasalahan yang ada mempunyai cara pendekatan masalah yang berbeda-beda. Pada umumnya
dalam penelitian hukum terdapat beberapa pendekatan. Macam-macam pendekatan yang digunakan di
dalam penelitian hukum diantaranya: (a). Pendekatan undang-undang (statute approach); (b).
Pendekatan kasus (case approach); (c). Pendekatan historis (historical approach); (d). Pendekatan
komparatif (comparative approach); dan (e). Pendekatan konseptual (conseptual approach).

C. Data Penelitian

Terdapat dua jenis data dalam suatu penelitian yaitu data primer dan data sekunder. Adapun untuk
penelitian tentang ―Urgensi dan Mekanisme Perampasan Aset Terpidana Korupsi Sebagai Upaya
Pengembalian Kerugian Negara‖ menggunakan sumber utama berupa data sekunder atau bahan
pustaka. Data sekunder yang dimaksud meliputi bahan hukum. Adapun sumber bahan hukum dapat
diklasifikasikan menjadi 3 (tiga) jenis, yaitu:

Bahan hukum primer (primary resource atau authooritative records), berupa UUD 1945, Ketetapan
MPR, peraturan perundang-undangan dan peraturan pelaksanaanya;

Bahan hukum sekunder (secondary resource atau not authoritative records), berupa bahan-bahan
hukum yang dapat memebrikan kejelasan terhadap bahan hukum primer, seperti literatur, hasil-hasil
penelitian, makalah-makalah dalam seminar, artikel-artikel dan lain sebagainya; dan
Bahan hukum tersier (tertiary resource), berupa bahan-bahan hukum yang dapat memberi petunjuk dan
kejelasan terhadap bahan hukum primer maupun bahan hukum sekunder seperti berasal dari
kamus/leksikon, ensiklopedia dan sebagainya.

D. Analisis Data

Analisis data merupakan upaya untuk menjelaskan dan memaknai data, dengan menggunakan alat
bantu berupa teori. Pada dasarnya analisis data adalah pertama, kegiatan melakukan
klasifikasi/kategorisasi data berdasarkan tema-tema yang muncul dari catatan lapangan dan temuan
penelitian. Kedua, kegiatan melakukan konfirmasi antara teori dan data.

Secara teknis, beberapa bahan-bahan hukum dari berbagai peraturan perundang-undangan dan konsep
hukum serta hasil wawancara yang relevan dengan penelitian ini akan dianalisis. Analisis dilakukan
dengan menelaah dasar ontologis dan ratio legis dari ketentuan perundang-undangan untuk dapat
memahami kandungan filosofis yang menjiwai undang-undang yang terkait dan penafsiran hakim dalam
pemidanaan pencucian uang pada setiap putusan pengadilan yang telah dikaji.

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Anda mungkin juga menyukai