Anda di halaman 1dari 39

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN KASUS

DENGUE HAEMORRHAGIC FEVER DI RUANGAN


CEMARA RUMAH SAKIT UMUM TORABELO SIGI

PROPOSAL PENELITIAN

Oleh:
IIN ANDINI
NIM PO7120119005

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKESPALU


JURUSAN KEPERAWATAN PRODI
D-III KEPERAWATAN
2022
LEMBARAN PERSETUJUAN PEMBIMBING

Proposal penelitian ini telah diperiksa dan disetujui oleh Tim pembimbing
Politeknik Kesehatan Kemenkes Palu Jurusan Keperawatan Prodi D-III
Keperawatan Palu.

Nama : IIN ANDINI


NIM: PO7120119005

Palu, April 2022

Pembimbing Utama,

Moh.Fadli.Dg.Patompo,SH.MH
Nip. 197908142001121001

Palu, April 2022

Pembimbing Pendamping,

Aminuddin, S.Kep, Ners, M.Kes


Nip. 197112221992031002

Mengetahui,

Ketua Prodi DIII Keperawatan Palu

I Wayan Supetran, S.Kep.,Ns.,M.Kes


Nip. 196906051990021002

ii
LEMBAR PENGESAHAN TIM PENGUJI

Proposal penelitian ini telah diperiksa dan disetujui oleh Tim Penguji
Politeknik Kesehatan Kemenkes Palu Jurusan Keperawatan Prodi D-III
Keperawatan Palu.

Nama : Iin Andini

NIM : PO7120119005

Palu, 2022
Penguji I

I Wayan Supetran, S.Kep.,Ns.,M.Kes


Nip. 196906051990021002

Palu, 2022
Penguji II

Rina Tampake, S.Pd, S.Kep, Ns, M.Med. Ed


Nip. 196302131986032002

Palu, 2022
Penguji III

Amyadin, SKM. M.Si


Nip. 1967100287031002

Mengetahui
Ketua Program Studi D-III Keperawatan

I Wayan Supetran, S.Kep.,Ns.,M.Kes


Nip. 196906051990021002

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.......................................................................................i

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING...............................................ii

DAFTAR ISI...................................................................................................iii

DAFTAR GAMBAR......................................................................................iv

DAFTAR TABEL...........................................................................................v

BAB I PENDAHULUAN...............................................................................1

A. Latar Belakang......................................................................................1
B. Rumusan Masalah.................................................................................6
C. Tujuan Penelitian..................................................................................6
D. Manfaat Penelitian................................................................................7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA....................................................................8

A. Tinjauan Tentang DHF.........................................................................8


B. Pathway DHF........................................................................................16
C. Tinjauan Asuhan Keperawatan Tentang DHF......................................17

BAB III METODE PENELITIAN................................................................22

A. Jenis Penelitian.....................................................................................22
B. Lokasi dan Waktu Penelitian................................................................22
C. Subjek Penelitian..................................................................................22
D. Definisi Oprasional...............................................................................22
E. Pengumpulan Data................................................................................23
F. Analisa Data..........................................................................................24
G. Etika Penelitian.....................................................................................24

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................25

iv
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Pathway DHF................................................................................16

v
DAFTAR TABEL

2.1 Tabel Rencana Keperawatan......................................................................19

vi
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dengue Hemorrhage Fever (DHF) umumnya ditularkan melalui

nyamuk yang terinfeksi virus dengue. Pada pasien DHF dapat ditemukan

beberapa gejala seperti suhu tubuh tinggi serta mengigil, mual, muntah,

pusing, pegal-pegal, bintik-bintik merah pada kulit. Pada hari ke 2-7 demam

dapat meningkat hingga 40-410C serta terdapat beberapa perdarahan yang

kemungkinan muncul berupa perdarahan dibawah kulit (ptekia), hidung dan

gusi berdarah, serta perdarahan yang terjadi didalam tubuh, tanda dan gejala

tersebut menandakan terjadinya kebocoran plasma (Centre of Health

Protection, 2018). Kien dengan DHF akan mengalami kekurangan volume

cairan pada tubuh yang disebabkan adanya kebocoran plasma. Tubuh

mengeluarkan zat-zat sikotin sebagai reaksi imun terhadap virus dengue.

Kemudian zat-zat tersebut berkumpul dipembuluh darah yang

mengakibatkan kebocoran plasma. Kondisi lebih lanjut pada pasien yang

mengalami kekurangan volume cairan dapat menyebabkan tubuh

mengalami dehidrasi. Pada dehidrasi berat, akan terjadi penurunan

kesadaran (Musyayyadah,2015).

DHF disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan lewat nyamuk

Aedes Aegepty dan nyamuk Aedes Albopictus yang terinfeksi atau membawa

virus dengue. Ketika nyamuk yang terinfeksi menggigit manusia, nyamuk

juga melepaskan virus. Virus dengue yang masuk kedalam tubuh beredar

1
2

dalam pembuluh darah bersama dengan darah. Virus bereaksi dengan

antibody yang mengakibatkan tubuh mengaktivasi dan melepaskan C3 dan

C5. Akibat dari pelepasan zat-zat tersebut tubuh mengalami demam, pegal

dan sakit kepala. Kemudian zat tersebut saling berikatan dengan darah dan

berkumpul dipembuluh darah yang kecil dan tipis yang mengakibatkan

plasma bocor dan merembes keluar. Plasma darah yang terdiri dari darah,

air, protein, ion dan gula akan keluar ke ekstraseluler yang mengakibatkan

tubuh mengalami kekurangan volume cairan. Kondisi lebih lanjut dari

kekurangan volume cairan dapat mengakibatkan syok hipovolemik yang

kemudian mengarah pada kegagalan organ untuk melakukan tugasnya

hingga kematian (Kardiyudiana, 2019).

Tindakan yang diberikan pada pasien dengan masalah kekurangan

volume cairan yakni: memantau tanda-tanda vital, mengobservasi turgor

kulit, memeriksa hasil laboratorium, mendorong untuk meningkat masukan

secara oral seperti pemberian minum yang adekuat, jus, susu dan makanan

ringan, memantau dan mencatat masukan serta keluaran untuk mengetahui

keseimbangan cairan. Seseorang dapat dikatakan dehidrasi apabila terdapat

tanda dan gejala berikut: menurunnya turgor kulit, berat badan turun,

mukosa mulut kering, frekuensi nadi meningkat, TD menurun, pucat, nafas

cepat, suhu tubuh meningkat (Renira,2019)

Asuhan keperawatan merupakan proses atau rangkaian kegiatan

praktik keperawatana langsung pada klien di berbagai tatanan pelayanan

kesehatan yang pelaksanaannya berdasarkan kaidah profesi keperawatan


3

dan merupakan inti praktik keperawatan. Teori dalam keperawatan di

gunakan untuk menyusun atau model askep dalam keperawatan sehingga

model keperawatan ini mengandung arti aplikasi dan struktur keperawatan

itu sendiri memungkinkan perawat untuk menerapkan cara mereka bekerja

sebagai seorang perawat. Sistem model asuhan keperawatan professional

(MAKP) adalah suatu kerangka kerja yang mendefinisikan empat unsur

yakni standar, proses keperawatan, pendidikan keperawatan, sistem MAKP.

Perawat professional dalam memberikan pelayanan keperawatan di masa

depan adalah harus dapat berkomunikasi secara lengkap, adekuat dan cepat

(Nursam, 2012).

Tujuan Asuhan Keperawatan untuk mengatasi masalah klien dalam

keadaan sehat maupun sakit, membantu agar dapat mandiri, mengajak

individu untuk bisa berpartisipasi dalam bidang kesehatan, membantu

individu untuk mengembangkan potensi dalam memelihara kesehatan secara

optimal, membantu individu agar tidak tergantung pada orang lain dalam

memelihara kesehatan, membantu individu untuk memperoleh derajat

kesehatan yang optimal.

Dampak negative jika tidak dilakukan penerapan asuhan

keperawatan yaitu tidak terlaksananya prinsip keselamatan pasien di rumah

sakit tersebut sehingga dapat membuat pasien atau keluarga pasien merasa

rugi atau terganggu akibat kelalaian dan kurangnya pemahaman dari

perawat itu sendiri. Dampak positif yang terjadi yaitu bertujuan untuk

mempertahankan kesehatan klien, mencegah sakit yang lebih


4

parah/penyebaran penyakit/komplikasi akibat penyakit, membantu

pemulihan kondisi klien setekah sakit, mengenbalikan fungsi maksimal

tubuh.

Kementrian Kesehatan Indonesia (2019), di indonesia pada bulan

januari 2019 terdapat 133 jiwa meninggal dunia dari 13.683 kasus DHF.

Demikian pula pada bulan Februari 2019 kasus DHF terus mengalami

peningkatan yang mencapai 16.692 kasus, sedangkan pasien meninggal

mencapai 169. Sementara itu di jawa timur pada tahun 2016, penderita DHF

dengan masalah resiko kekurangan volume cairan mencapai 34,8 % (16

orang ) (Yunarsih,2019)

Di sulawesi tengah kasus Dengue Hemorrahagic Fever (DHF) selalu

meningkat setiap tahunnya bahkan menimbulkan kematian upaya

pemutusan rantai penyebaran telah di lakukan oleh pemerintah kota terkait

kasus ini prevalensi Dengue Hemorrahagic Fever (DHF) pada tahun

terakhir menunjukan angka yang begitu signifikan di antaranya pada tahun

2017 mencapai 68% 2018 meningkat menjadi 73% dan di tahun 2019 teus

terjadi penurunan yang tidak begitu banyak yang mencapai 68% (Dinkes

Sulteng 2020).

Dari data yang di peroleh di RSUD Torabelo Sigi pada tahun 2020

angka kejadian DHF berjumlah 79 orang pada tahun 2021 angka kejadian

DHF berjumlah 31 orang, terjadi penurunan jumlah kasus DHF (RSUD

Torabelo Sigi).
5

Penatalaksanaan Asuhan Keperawatan di rumah sakit di lakukan

dengan penerapan asuhan keperawatan oleh perawat pelaksana yang terdiri

dari beberapa komponen yaitu : pengkajian keperawatan,diagnose

keperawatan, perencanaan keperawatan, implementasi keperawatan dan

evaluasi keperawatan.

B. Rumusan Masalah

Bagaimanakah penerapan asuhan keperawatan yang dapat diberikan

pada klien Dengue Hemorrhage Fever (DHF) diruangan Cemara Rumah

Sakit Umum Torabelo Sigi ?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan umum

Tujuan penelitian untuk melakukan asuhan keperawatan pada pasien

Dengue Hemorrhage Fever(DHF) di ruangan Cemara Rumah Sakit

Umum Torabelo Sigi.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk melakukan pengkajian asuhan keperawatan pada pasien

Dengue Hemorrhage Fever (DHF) di ruangan Cemara Rumah

Sakit Umum Torabelo Sigi.

b. Untuk melakukan diagnosa keperawatan pada pasien Dengue

Hemorrhage fever (DHF) di Ruangan Cemara Rumah Sakit Umum

Torabelo Sigi.

c. Untuk melakukan rencanaan asuhan keperawatan pada pasien


6

Dengue Hemorrhage Fever (DHF) di ruangan Cemara Rumah

Sakit Umum Torabelo Sigi.

d. Untuk melakukan pelaksanaan tindakan asuhan keperawatan pada

pasienDengue Hemorrhage Fever (DHF) di ruangan Cemara

Rumah Sakit Umum Torabelo Sigi.

e. Untuk melakukan evaluasi pada pasienDengue Hemorrhage Fever

(DHF) di ruangan Cemara Rumah Sakit Umum Torabelo Sigi.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Rumah Sakit Umum Torabelo Sigi

Hasil penelitian ini dapat di jadikan sebagai pedoman dalam

menerapkan asuhan keperawatan pada anggota keluarga yang

menderita penyakit DHF.

2. Bagi Pendidikan Poltekkes Kemenkes Palu

Sebagai pengetahuan yang bersifat ilmiah yang dapat di jadikan

sebagai referensi bagi peneliti studi kasus yang terkait dengan Dengue

haerrmohage fever (DHF)

3. Bagi Peneliti

Sebagai salah satu persyaratan dalam menyelesaikan studi

keperawatan di Prodi DIII Keperawatan Palu dan menambah ilmu

pengetahuan, keterampilan dan serta wawasan baru guna menambah

pengetahuan bagi penulis dan memberikan pengetahuan baru dalam

hal menerapkan metode penelitian.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dengue Hemorrhage Fever (DHF)

1. DefinisiDHF

Infeksi virus dengue merupakan penyebab Dengue Hemorrhage

Fever (DHF). Virus dengue merupakan virus kelompok B (Arthopod-

Bornevirus). Penularan penyakit DHF terjadi ketika nyamuk yang

terinfeksi virus dengue menggigit atau menghisap darah manusia yang

sakit ke manusia yang sehat. Nyamuk tersebut merupakan nyamuk yang

termasuk dalam keluarga Flavafiridae dan golongan flavivirus. Jadi

nyamuk merupakan vektor atau transmisi virus dari manusia ke manusia

atau menusia kehewan atau hewan kemanusia. Nyamuk yang membawa

virus dengue sendiri terbagi dalam beberapa jenis yaitu DEN-1, DEN- 2,

DEN-3, DEN-4 yang banyak ditemukan diseluruh plosok Indonesia

(Kardiyudiani, 2019).

WHO dalam buku Keperawatan Medikal Bedah 1 (Kardiyudiana,

2019) mendefinisikan DHF sebagai penyakit yang memiliki keriteria:

suhu tubuh naik turun tanpa sebab yang jelas, tampak perdarahan (ptekia,

gusi berdarah, melena, muntah darah), jumlah trombosit mengalami

penurunan dalam periksaan laboratorium, serta permebilitas pembuluh

darah mengalami peningkatan yang ditandai dengan meningkatnya

hematokrit.

7
8

2. Klasifikasi DHF

Menurut WHO, 2011 dalam buku “asuhan keperawatan praktis

berdasarkan penerapan diagnosa nanda, nic, noc” (Nurarif, 2016)

klasifikasi derajat DHF dibagimenjadi:

a. Derajat 1

Demam secara terus menerus disertai menggigil, pada pemeriksaan

torniquet atau uji bendung positif dan disaat dilakukan pemeriksaan

laboratorium didapatkan hasil trombisit mengalami penurunan

sedangkan hematokrit meningkat.

b. Derajat 2

Tanda dan gejala sama seperti derajat 1 selain itu di temukan adanya

perdarahan pada gusi ptekie, perdarahan pada lambung yang dapat

mengakibatkan melena dan muntah darah.

c. Derajat 3

Tanda dan gejala sama seperti derajat 1 dan derajat 2 serta pasien

mengalami penurunan,frekuensi nadi cepat, nadi teraba lemah,akral

dingin.

d. Derajat 4

Pasien mengalami penurunan kesadaran,terjadi syok hipovolemik.


9

3. Etiologi DHF

Virus dengue merupakan penyebab dari penyakit DHF.

Virus dengue merupakan virus kelompok B atau arthropode-

bornevirus. Virus dengue menular melalui suntikan nyamuk Aedes

Aegepty atau nyamuk Aedes Albopictus yang terinfeksi oleh virus

saat menghisap darah seseorang yang sehat.

Penularan penyakit DHF bisa terjadi pada manusia

kemanusia atau manusia kehewan ataupun sebaliknya. Manusia

yang sedang sakit DHF kemungkinan bisa menularkan kemanusia

lainnya yang sehat, tergantung dari sistem imunitas dari masing-

masingindividuuntukmelawanvirustersebut.Dalamwaktu3sampai14

hari setelah virus masuk kedalam tubuh, tubuh akan memberikan

tanda dan gejala sebagai perlawanan alami dari dalam. Gejala

umum yang dialami penderita peyakit DHF yakni demam disertai

menggigil, pusing, pegal-pegal (Handayani, 2019).

4. Manifestasi Klinis

a. Demam Dengue

Merupakan penyakit demam akut selama 2-7

hari,ditandai dengan dua atau lebih manifestasi klinis sebagai

berikut:

1) Nyeri kepala

2) Nyeri retro orbital

3) Mialgia/artralgia
10

4) Ruam kulit

5) Manifestasi perdarahan (potekie atau uji bendung positif)

6) Leukopenia

7) Pemeriksaan serologi dengue positif atau ditemukan

DD/DBD yang sudah dikonfirmasi pada lokasi dan

waktuyang sama

b. Demam Berdarah Dengue

Berdasarkan kriteria WHO 1997 diagnosis DBD

ditegagkan bila semua hal di bawah ini di penuhi:

1) Demam atau riwayat demam akut antara 2-7 hari, biasanya

bersifat bifasik.

2) Manifestasi perdarahan yang biasanya berupa:

a) Uji tourniquet positif

b) Petekie, ekimosis, atau purpura

c) Perdarahan mukosa (epistaksis, perdarahan gusi ), saluran

cerna, tempat bekas suntikan

d) Hematemesis atau melena yaitu

1. Trombositopenia <100.00/ul

2. Kebocoran plasma yang ditandai dengan Peningkatan

nilai hematroktik >20 % dari nilai baku sesuai umur dan

jenis kelamin .

3. Penurunan nilai hematokrit > 20% stelah pemberian

cairan yang adekuat


11

e) Tanda kebocoran plasma seperti: hipoproteinemi, asites,

efusi pleura .

3) Sindrom syok dengue ,Seluruh kriteria DBD di atas disertai

dengan tanda kegagalan sirkulasi yaitu :

a) Penurunan kesadaran,gelisah

b) Nadi cepat, lemah

c) Hipotensi

d) Tekanan drah turun <20 mmHg

e) Perfusi perifer menurun

f) Kulit dingin lembab

5. Patofisiologi

Nyamuk Aedes yang terinfeksi atau membawa virus dengue

menggigit manusia. Kemudian virus dengue masuk kedalam tubuh dan

beredar dalam bersama darah. Virus kemudian bereaksi dengan antibody

yang mengakibatkan tubuh mengaktivitasi dan melepaskan C3 dan C5.

Akibat dari pelepasan zat-zat tersebut tubuh mengalami demam, pegal

dan sakit kepala, mual, ruam pada kulit. Pathofisiologi primer pada

penyakit DHF adalah meningkatnya permeabilitas membran vaskuler

yang mengakibatkan kebocoran plasma sehingga cairan yang ada

diintraseluler merembes menuju ekstraseluler.

Tanda dari kebocoran plasma yakni penurunan jumlah trombosit,

tekanan darah mengalami penurunan, hematokrit meningkat. Pada pasien


12

DHF terjadi penurunan tekanan darah dikarenakan tubuh kekurangan

hemaglobin, hilangnya plasma darah selama terjadi kebocoran,

Hardinegoro dalam buku keperawatan medikal medah 1 (Kardiyudiani,

2019)

6. Pemeriksaan Penunjang

Price and Wilson (2016) berpendapat, pada pemeriksaan

laboratorium pada pasien DHF didapatkan hasil:

a. Penurunan jumlah trombosit (normalnya100.000/mm3).

b. Hemoglobin dan hematokrit mengalami peningkatan 20% dari

nilainormal.

c. Terjadi penurunan leukosit atau dalam batasnormal

7. Penatalaksanaan

Pada pasien DHF terdapat beberapa masalah keperawatan yang

muncul. Masalah yang muncul dapat ditemukan pada saat pengkajian.

Pada umumnya masalah yang ada pada pasien DHF yakni demam tinggi

disertai menggigil. Pada pasien demam dapat dilakukan pemberian

kompres hangat untuk menurunkan demam. Selain itu pasien DHF juga

mengalami kekurangan volume cairan dikarenakan demam karena

pindahnya cairan interavaskuler ke ekstravaskuler.

Pada pasien DHF yang mengalami kekurangan volume cairan,

tindakan keperawatan yang dapat dilakukan yaitu mengganti cairan yang

hilang dengan meningkatkan asupan secara oral misalnya makan dan

minum air yang cukup, pemberian oralit serta pemberian cairan secara
13

parenteral (Jannah, 2019).

8. Komplikasi

Komplikasi pada DHF menurut Nur Wakidah (2015) yaitu:

a. Dehidrasi sedang sampai berat

b. Nutrisi kurang dari kebutuhan

c. Kejang karena demam yang terlalu tinggi yang terus menerus .

Selain itu komplikasi dari pemberian cairan yang berlebihan

akan menyebabkan gagal nafas, gangguan pada elektrolit, gula

darah menurun, kadar natrium, kalsium juga menurun, serta dapat

mengakibatkan gula darah diatas normal atau mengalami

peningkatan (Jannah, 2019)


14

9. Pathway
Beredar dalam Inveksi virus
Arbovirus, (melalui dengue viremia
aliran darah
virus aedes aegepti)

PGE2 Hipotalamus Membentuk & Mengaktifkan sistem


melepaskan zat c3a,c5a komlemen
Permeabilitas
Peningkatan reabsorbsi Na+
Hipertermi dan H2O
membran meningkat

Agresi trombosit Kerusakan endotel


pembuluh darah Resikosyok

Trombositopenia Merangsang & Renjatan


mengaktivasi faktor hipovolemik dari
pembekuan hipotensi

DIC Kebocoran plasma

Resiko perdarahan Perdarahan

Resiko perfusi jaringan tidak


efektif

Asidosis metabolik Hipoksia jaringan

Resiko syok Kekurangan volume Ke-ekstravaskuler


(hipovolemik) cairan

Paru-paru Hepar Abdomen

Efusi pleura
Hepatomegali Ascites

Ketidak efektifan Mual, muntah


pola nafas
Penekanan intra
Ketidak seimbangan
abdomen
nutrisikurang dari kebutuhan
tubuh
Nyeri akut
15

B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan DHF

1. Pengkajian keperawatan

Menurut Nurarif & kusuma (2015) pengkajian merupakan

tahap yang penting sebelum melakukan asuhan keperawatan.

Pengkajian bertujuan untuk mendapatkan data-data tentang pasien

sebelum menentukan rencana asuhan keperawatan yang akan di berikan,

pengkajian di lakukan dengn beberapa teknik yakni: Wawancara,

Pengukuran, Pemeriksan fisik,

a) Kaji riwayat keperawatan

1) Identitas

2) Meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan,

pekerjaan, alamat, status perkawinan, suku bangsa, nomor

register, tanggal masuk rumah sakit

3) Keluhan utama

4) Riwayat penyakit sekarang

5) Riwayat penyakit dahulu

6) Riwayat penyakit keluarga

b) Pemeriksaan fisik

1) Ttv : TD, nadi, pernafasan, suhu

2) Rambut dan kepala : bentuk rambut, bentuk kulit kepala

3) Mata : penglihatan, konjungtiva, pupil

4) Hidung : polip, keadaan hidung

5) Mulut dan gigi : keaadaan gigi, lidah, rongga, tonsil


16

6) Telinga : bentuk, keadaan pendengaran

7) Leher

8) Dada/torax : bentuk, paru-paru, jantung

9) Abdomen

10) Kulit : turgor

11) Ekstremitas atas dan bawah

12) Personal hygen

2 Diagnosa keperawatan

Diagnosa keperawatan di susun stelah mendapatkan data-data

yang di temukan di lapangan dan menegakan masalah keperawatan

kemudian masalah keperawatan dikelompokkan untuk melihat prioritas

dari masalah keperawatan yang paling utama untuk di lakukan asuhan

keperawatan.

Diagnosa yang dapat dirumuskan pada pasien DHF secara teori

menurut Nurarif dan Kusuma, 2013adalah :

a. Hipertermi berhubungan dengan viremia sekunder terhadap infeksi

dengue ditandai dengan suhu tubuh pasien >37 °C, akral hangat/

panas, takikardia, dan nafas cepat.

b. Resiko defisit volume cairan berhubungan dengan berpindahnya

cairan intraseluler ke ekstraseluler (kebocoran plasma dari endotel),

out put berlebih karena muntah dan hipertermi.

c. Resiko terjadinya perdarahan berhubungan dengan penurunan

trombosit
17

d. Resiko gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan suplai

oksigen dalam jaringan menurun

e. Resiko ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

berhubungan dengan mual, muntah, anoreksia

f. Nyeri akut berhubungan dengan proses patologis ditandai dengan:

nyeri, perilaku yang bersifat hati hati atau melindungi, wajah

menunjukkan nyeri, gelisah.

3. Perencanaan Keperawatan

Fokus Intervensi yang dapat dirumuskan untuk keperawatan

pasien DHF menurut Doenges, 2012 adalah :

a. Hipertemi berhubungan dengan viremia sekunder terhadap infeksi

dengue

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan temperatur suhu

dalam batas normal

Kriteria Hasil :

1) Klien tidak mengeluh demam

2) Suhu tubuh dalam batas normal ( 36,5°-37,5° C)

Rencana Tindakan :

1) Observasi tanda-tanda vital

Rasional : Tanda-tanda vital merupakan acuan untuk mengetahui

keadaan umum pasien.

2) Kaji saat timbulnya demam

Rasional : Untuk mengidentifikasi pola demam pasien


18

3) Tingkatkan intake cairan.

Rasional : Peningkatan suhu tubuh mengakibatkan penguapan

tubuh meningkat sehingga perlu diimbangi asupan cairan.

4) Catat asupan dan keluaran

Rasional : Untuk mengetahui ketidakseimbangan cairan tubuh

5) Berikan terapi cairan intravena dan obat-obatan sesuai program

dokter

Rasional :Pemberian cairan sangat penting bagi pasien dengan

suhu tinggi.

6) Kolaborasi pemberian obat antipiretik

Rasional : dapat mengurangi rasa nyeri

b. Resiko defisit volume cairan berhubungan dengan berpindahnya

cairan intraseluler ke ekstraseluler (kebocoran plasma dari endotel),

output berlebih karena muntah dan hipertermi.

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan defisit volume

cairan dapat terpenuhi

Kriteria Hasil : Menunjukkan perbaikan keadaan umum dan tanda

vital yang baik

Rencana tindakan :

1) Monitor tanda-tanda penurunan trombosit yang disertai tanda

klinis.

Rasional : Penurunan trombosit merupakan tanda adanya

kebocoran pembuluh darah yang pada tahap tertentu dapat


19

menimbulkan tandatanda klinis seperti epistaksis, ptike.

2) Anjurkan pasien untuk banyak istirahat(bedrest)

Rasional : Aktifitas pasien yang tidak terkontrol dapat

menyebabkan terjadinya perdarahan.

3) Berikan penjelasan kepada klien dan keluarga untuk

melaporkan jika ada tanda perdarahan seperti : hematemesis,

melena, epistaksis.

Rasional : Keterlibatan pasien dan keluarga dapat membantu

untuk penaganan dini bila terjadi perdarahan.

4) Antisipasi adanya perdarahan : gunakan sikat gigi yang lunak,

pelihara kebersihan mulut, berikan tekanan 5-10 menit setiap

selesai ambil darah.

Rasional : Mencegah terjadinya perdarahan lebih lanjut.

5) Kolaborasi, monitor trombosit setiap hari

Rasional : Dengan trombosit yang dipantau setiap hari, dapat

diketahui tingkat kebocoran pembuluh darah dan kemungkinan

perdarahan yang dialami pasien.

6) Kolaborasi pemberian anti perdarahan sesuai advis Dokter

Rasional : mengurangi perdarahan.

c. Resiko gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan menurunnya

suplai oksigen dalam jaringan menurun.

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan suplai oksigen ke

jaringan adekuat.
20

Kriteria Hasil : Menunjukkan peningkatan perfusi secara individual

misalnya tidak ada sianosis dan kulit hangat, kesadaran

komposmentis, nyeri dada tidak ada, keluhan pusing tidak ada,

disorientasi tidak ada bisu, Nadi 60- 80x/menit, output urine 30-

50cc/jam, CRT kurang dari 3 detik.

Rencana tindakan:

1) Observasi perubahan status mental

Rasional : Gelisah bingung disorientasi dapat menunjukkan

gangguan aliran darah serta hipoksia

2) Observasi warna dan suhu kulit atau membrane mukosa

Rasional : Kulit pucat atau sianosis, kuku membran bibir atau

lidah dingin menunjukkan vasokonstriksi perifer (syok) atau

gangguan aliran darah perifer.

3) Auskultasi frekuensi dan irama jantung cacat adanya bunyi

jantung ekstra.

Rasional : Tachicardia sebagai akibat hipoksemia kompensasi

upaya peningkatan aliran darah dan perfusi jaringan, gangguan

irama berhubungan dengan hipoksemia, ketidakseimbangan

elektrolit. Adanya bunyi jantung 39 tambahan terlihat sebagai

peningkatan kerja jantung.

4) Ukur keluaran urine dan catat berat jenis urine

Rasional : Syok lanjut atau penurunan curah jantung

menimbulkan penurunan perfusi ginjal dimanifestasi oleh


21

penurunan haluaran urine dengan berat jenis normal atau

meningkat

5) Berikan cairan intra vena atau peroral sesuai indikasi

Rasional : Peningkatan cairan diperlukan untuk menurunkan

hiperviskositas darah (Potensial pembentukan trombosit) atau

mendukung volume sirlukasi atau perfusi jaringan.

d. Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

intake tidak adekuat sekunder terhadap mual, muntah, dan

anoreksia.

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan kebutuhan nutrisi

pasien terpenuhi.

Kriteria Hasil : Pasien mampu menghabiskan makanan sesuai

dengan porsi yang dibutuhkan atau diberikan, tidak muntah, Hb 10-

14 g/dl, berat badan tidak turun.

Rencana tindakan:

1) Kaji keluhan mual dan muntah yang dialami oleh pasien

Rasional : Untuk menetapkan cara mengatasinya.

2) Berikan makanan dalam porsi kecil dan frekuensi sering.

Rasional : Untuk menghindari mual dan muntah 40.

3) Menjelaskan manfaat nutrisi bagi pasien terutama saat pasien

sakit.

Rasional : Meningkatkan pengetahuan pasien tentang nutrisi

sehingga motivasi pasien untuk makan meningkat.


22

4) Berikan makanan yang mudah ditelan seperti bubur dan

dihidangkan saat masih hangat

Rasional : Membantu mengurangi kelelahan pasien dan

meningkatkan asupan makanan.

5) Catat jumlah dan porsi makanan yang dihabiskan

Rasional : Untuk mengetahui pemenuhan nutrisi pasien.

6) Ukur berat badan pasien setiap hari.

Rasional : untuk mengetahui status gizi pasien.

7) Kolaborasi pemberian asupan makanan dengan tim gizi

Rasional : untuk pemberian nutrisi yang maksimal.

8) Kolaborasi dalam pemberian antiemetik sesuai advis Dokter

Rasional : mengurangi mual.

e. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan proses patologis

(viremia)

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan nyeri berkurang

atau hilang

Kriteria Hasil :

1) Rasa nyaman pasien terpenuhi

2) Ekspresi tidak meringis

3) Nadi normal (80-100 x/menit)

4) Skala nyeri menurun

5) Nyeri berkurang atau hilang


23

Rencana tindakan:

1) Kaji tingkat nyeri yang dialami pasien dengan skala nyeri (0 -

10), tetapkan tipe nyeri yang dialami pasien, respon pasien

terhadap nyeri

Rasional : Untuk mengetahui berat nyeri yang dialami pasien.

2) Kaji faktor-faktor yang mempengaruhi reaksi pasien terhadap

nyeri

Rasional : Dengan mengetahui faktor-faktor tersebut maka

perawat dapat melakukan intervensi yang sesuai dengan

masalah klien.

3) Berikan posisi yang nyata dan, usahakan situasi ruang yang

terang

Rasional : Untuk mengurangi rasa nyeri .

4) Berikan suasana gembira bagi pasien, alihkan perhatian pasien

dari rasa nyeri

Rasional : Dengan melakukan aktivitas lain, pasien dapat

sedikit melupakan perhatiannya terhadap nyeri yang dialami.

5) Berikan kesempatan pada pasien untuk berkomunikasi dengan

temanteman atau orang terdekat

Rasional : Tetap berhubungan dengan orang-orang terdekat atau

teman membuat pasien bahagia dan dapat mengalihkan,

perhatiannya terhadap nyeri.

6) Kolaborasi dengan dokter pemberian analgetik


24

Rasional : Obat analgetik dapat menekan atau mengurangi nyeri

42 pasien.

f. Cemas berhubungan dengan ketidaktahuan tentang penyakit, krisis

situasi proses penyakit dan hospitalisa

Tujuan : cemas teratasi

Kriteria hasil : cemas berkurang, tidak gelisah, pasien kooperatif,

tidur 6- 8 jam, Nadi : 60-80x/menit, RR : 16-20x/menit

Rencana tindakan :

1) Kaji dan dokumentasikan tingkat kecemasan pasien.

Rasional : memudahkan intervensi.

2) Kaji mekanisme koping yang digunakan pasien untuk

mengatasi ansietas di masa lalu.

Rasional : mempertahankan mekanisme koping adaftif,

meningkatkan kemampuan mengontrol ansietas.

3) Lakukan pendekatan dan berikan motivasi kepada pasien untuk

mengungkapkan pikiran dan perasaan.

Rasional : pendekatan dan motivasi membantu pasien untuk

mengeksternalisasikan kecemasan yang dirasakan.

4) Motivasi pasien untuk memfokuskan diri dan harapan-harapan

yang positif terhadap terapi yang dijalani.

Rasional : alat untuk mengidentifikasi mekanisme koping yang

dibutuhkan untuk mengurangi kecemasan.

5) Berikan penguatan yang positif untuk meneruskan aktivitas.


25

Rasional : menciptakan rasa percaya dalam diri pasien bahwa

dirinya mampu mengatasi masalahnya dan memberi keyakinan

pada diri sendri dibuktikan dengan pengakuan orang lain atas

kemampuannya.

6) Anjurkan pasien untuk menggunakan teknik relaksasi.

Rasional : menciptakan perasaan yang tenang dan nyaman.

7) Kolaborasi pemberian obat anti ansietas.

Rasional : mengurangi ansietas sesuai kebutuhan.

4. Implementasi keperawatan

Implementasi adalah tindakan yang harus di lakukan atau

penatalaksaan dari sebuah intervensi yang telah ditentukan sebelumnya

pada intervensi berdasarkan diagnosa keperawatan. Penatalaksanaan

dengan tindakan secara mandiri, melakukan observasi,

melakukanedukasi, dan kolaborasi dengan tenaga medis lainya

5. Evaluasi keperawatan

Evaluasi merupakan tahap untuk melihat hasil atau menilai sejauh

mana tercapainya suatu intervensi yang di lakukan dan respon klien

terhadap pemberian asuhan keperawatan yang di berikan.

Dalam evaluasi keperawatan terdapat beberapa langkah untuk

mengevaluasi keperawatan yang sudah di lakukan, yakni :

a. Mengumpulkan data-data dalam pemberian asuhan keperawatan

b. Membandingkan data dari hari ke hari dari sebelum pemberian asuhan

keperawatan hingga sesudah pemberian asuhan keperawatan sesuai


26

dengan rencanatindakan yang sudah di tetapkan

c. Melihat perkembangan pasien setelah diberikan asuhan keperawatan

d. Mengukur dan membandingkan hasil perkembangan pasien dengan

standar normal yang sudah ada


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan

studi kasus. Penelitian deskriptif yang bertujuan yang mendeskripsikan

mengenai fenomena yang di temukan baik faktor resiko mau pun efek

atau hasil fenomena yang di sajikan secara apa adanya. Studi kasus

dalam penelitian ini menerapkan proses keperawatan yang terdiri dari :

pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan implementasi, dan

evaluasi keperawatan pada pasien DHF.

B. Lokasi Dan Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di Ruangan Cemara Rumah Sakit

Umum Torabelo Sigi dan di rencanakan selama 3 hari pada bulan

Agustus 2022.

C. Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian adalah seorang pasien DHF di Ruangan

Cemara Rumah Sakit Umum Torabelo Sigi yang di rawat selama 3 hari.

D. Definisi Operasional

Definisi operasional adalah batasan dan cara pengukuran variabel

yang akan di teliti. Definisi operasional di buat untuk memudahkan dan

menjaga konsistensi pengumpulan data, menghindari perbedaan

intervensi serta membatasi ruang lingkup variabel (Siyoto, 2017)

27
28

1. Pengkajian Keperawatan

Pengkajian keperawatan adalah pengumpulan data, baik data

subjektif mau pun data objektif yang menyangkut/meliputi identitas

pasien (Nama, umur, tempat tanggal lahir, jenis kelamin, agama,

pekerjaan,pendidikan, alamat) dan penanggung jawab, alasan masuk,

riwayat penyakit dahulu, riwayat penyakit sekarang, riwayat penyakit

keluarga, pengkajian pola fungsional, pemeriksaan fisik.

2. Diagnosis keperawatan

Diagnosis keperawatan yaitu kesimpulan yang di peroleh dari

hasil pengkajian yang meliputi diagnosis keperawatan aktual dan

diagnosis keperawatan potensial pada pasien DHF.

3. Perencanaan Keperawatan

Perencanaan keperawatan adalah penetapan rencana tindakan

keperawatan yang akan di lakukan perawat berdasarkan diagnosis

keperawatan.

4. Implementasi keperawatan

Implementasi keperawatan merupakan proses keperawatan

dimana pelaksanaan tindakan keperawatan yang di lakukan harus

sesuai dengan intervensi yang telah di buat.

5. Evaluasi keperawatan

Evaluasi keperawatan adalah yang di laksanakan dengan

menggunakan SOAP.
29

E. Pengumpulan Data

Pengumpulan data adalah proses pendekatan pada subyek dan

proses pengimpulan karakteristik subyek yang di perlukan dalam

penelitian (Nursalam, 2017). Dalam studi kasus ini menggunakan

metode pengumpulan data dalam penelitian deskriptif, yaitu:

1. Wawancara

Teknik wawancara yang akan di lakukan dalam penelitian

ini adalah melakukan wawancara pada pasien dan keluarga

menggunakan format yang tersedia.

2. Observasi

Dalam studi ini observasi di lakukan dengan cara

pengamatan dan pencatatan secara sistemik terhadap gejala yang

nampak pada obyek penelitian.

3. Studi Dokumentasi

Penelusuran data sekunder atau teknik dokumentasi adalah

cara pengumpulan data penelitian dengan menyalin data yang

tersedia di dalam format isian yang telah di susun. Studi

dokumentasi di lihat dari pemeriksaan diagnostik seperti tes hasil

laboratorium misalnya tentang hasil tes darah pasien atau tes

lainnya, yang di lakukan oleh pelayanan kesehatan atau dengan

melihat catatan atau dokumentasi keperawatan yang di peroleh

melalui dokumentasi medik.


30

F. Analisa Data

Hasil pengumpulan data tersebut akan di lakukan proses

mengakregasi, mengorganisasi dan klarifikasi data menjadi unit-unit

yang dapat di kelola. Analisa dapat di lakukan pengumpulan data atau

pun setelah data terkmpul. (Kartika I, 2017)

G. Etika Penulisan

1. Tidak membahayakan atau mengganggu kenyamanan (the right to

freedom from harm and discomfort)

2. Hak perlindungan dari eksploitasi

3. Menghormati harkat dan martabat manusia (respect for human

dignity) peneliti perlu mempertimbangkan hak-hak responden untuk

mendapatkan informasi yang terbuka yang berkaitan dengan jalannya

penelitian, memiliki kebebasan untuk menentukan pilihan dan bebas

dari paksaan untuk berpartisipasi dalam penelitian. Oleh karena itu

peneliti harus mempersiapkan formulir persetujuan responden

(informend consent).

4. Menghormati privasi dan kerahasiaan subjek penelitian (respect for

privacy and comfidentiality).Peneliti akan memberikan akibat

terbukanya informasi individu, termasuk informasi yang bersifat

pribadi. Tidak semua orang menginginkan informasi di ketahui orang

lain, sehingga peneliti perlu memperhatikan privasi dan kebebasan

individu tersebut. peneliti tidak boleh menampilkan informasi

mengenai responden, baik nama mau pun alamat dalam


31

kuesioner/alat ukur. Peneliti dapat menggunakan koding (inisial atau

nomor identitas responden)

5. Keadilan dan unklusivitas (respect for justice inclusiveness)Prinsip

keadilan mempunyai makna keterbukaan dan adil. Penelitian harus

dilakukan secara jujur, hati-hati, profesional, berperi kemanusian,

dan memperhatiakn faktor-faktor ketepatan, keseksamaan,

kecermatan, intimitas, pisikologis serta perasaan religious responden.

Prinsip keadilan menekankan sejauh mana kebijakan penelitian

membagikan keuntungan dan beban secara merata atau menurut

kebutuhan, kemampuan, konstribusi dan pilihan bebas masyarakat.


32

DAFTAR PUSTAKA

Centre of Health Protection (CHP). 2018. Dengue Fever.


https://www.chp.gov.hk/files/pdf/df_factsheet_indonesian_tc.pdf
Dinas Kesehatan Sulawesi Tengah, (2020). Profil Kesehatan Sulawesi Tengah,
Sulawesi tengah
Jannah, Raudhatul, dkk. 2019. Asuhan Keperawatan Pada Pasien dengan Dengue
Haemorragic Fever (DHF) di Ruang Jaya Negara RSU. Dr. Wahidin
Sudirohusodo Mojokerto
Kardiyudiana, Ni Ketut dan Brigitta Ayu dwi Susanti. 2019. Keperawatan Medikal
Bedah 1. Yogyakarta: PT. PustakaBaru
Kementrian Keseahatan Republik Indonesia, (2019). Profil Kesehatan Indonesia,
Jakarta
Musyayyadah, Eirine. 2015. Asuhan Keperawatan Kekurangn Volume Cairan pada
Klien dengan DHF (Dengue Hemorhagic Fever).
http://digilib.unusa.ac.id/data_pustaka-12314.html

Nurarif, Amin Huda dan Hardi Kusuma. 2016. Asuhan Keperawatan Praktis
Berdasarkan Penerapan Diagnosa Nanda, NIC, NOC dalam Berbagai
Kasus Edisi Revisi Jilid 1. Jogjakarta: Mediaction Jogja
Nursalam. 2017. Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan: Pendekatan Praktis Edisi 4.
Jakarta: Salemba Medika
Nurarif dan Kusuma, 2013 Asuhan keperawatan berdasarkan diagnosa keperawatan
dalam Berbagai Kasus Edisi Revisi Jilid 1.
Renira, Tyas Ayu Widia. 2019. Pengelolaan KekuranganVolume Cairan
PadaAn.UDengan Dengue Haemoragic Fever Di Ruang MelatiRSUD
Ungaran. http://repository2.unw.ac.id/id/eprint/104
RSUD Tora Belo Kabupaten sigi , 2022. Rekam Medik RSUD Tora Belo kabupaten
sigi.
World Health of Organization (WHO). 2019. Dengue and Severe
Dengue.https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/dengue-and-
severe-dengue#
Yuniarsih, Ani. 2019. Asuhan Keperawatan pada Anak denganDengue
33

Haemorrhafic Fever (DHF) yang Mengalami Resiko Ketidakseimbangan


Cairan di RS Panti Waluyang Malang.
http://repository.stikespantiwaluya.ac.id/id/eprint/299

Anda mungkin juga menyukai