PEMERIKSAAN AKUNTANSI
TANGGAL : 21 Mei 2021
Audit Operasional adalah audit yang dilakukan untuk mengevaluasi efisiensi dan efektifitas
dari suatu operasi. Kasus yang kita angkat adalah kasus manipulasi laba atau rekayasa
laporan keuangan dan terkait dengan auditor independen. Hal ini tentu merugikan bagi
Garuda dan tentunya bagi negara sebagai pemiliki maskapai tersebut. Garuda tidak mampu
melakukan transparansi dan prinsip-prinsip tata kelola yang baik
Jika anda seorang auditor maka jelaskan aspek-aspek yang terkait dalam audit tersebut dan
potensi risiko yang dialami.
Penilaian akan dilakukan dalam hal ketajaman anda menganalisis kasus dalam hal :
1. Point-point masalah yang terjadi
2. Kelemahan – kelemahan dan solusi apa yang seharusnya dilakukan
Catatan.
1. UTS Dikumpul hari Kamis tanggal 1 Juni 2021 maksimal jam 12.00 WIB
2. Tugas kelompok Artikel dikumpul maksimal minggu kedua Juni 2021 dan
dilampirkan tes plagiarism dengan turnitin maksimal 20%.
Jawab:
Aspek-Aspek Yang Terkait Dalam Audit Tersebut
Menurut PSAK 1 (SAK 110) revisi, menyatakan bahwa :
Auditor memiliki tanggung jawab untuk merencanakan dan menjalankan audit untuk
memperoleh keyakinan yang memadai apakah laporan keuangan telah bebas dari salah saji
material, yang disebabkan oleh kesalahan ataupun kecurangan. Karna sifat dari bahan bukti
audit dan karakteristik kecurangan, auditor harus mampu mendapatkan keyakinan yang
memadai, namun bukan absolute, bahwa salah saji material telah dideteksi. Auditor tidak
memiliki tanggung jawab untukmerencanakan dan menjalankan audit untuk mendapatakan
keyakinan yang memadai bahwa kesalahan penyajian yang disebabkan oleh kesalahan
maupun kecurangan, yang tidak signifikan terhadap laporan keuangan telah terdeteksi”.
Paragraf ini membahas mengenai tanggung jawab auditor untuk mendeteksi kesalahan
penyajian yang sifatnya material dalam laporan keuangan serta diskusi terkait dalam standar
mengenai tanggung jawab auditor untuk mendeteksi salah saji yang material memasukkan
beberapa istilah dan kalimat penting.
Salah Saji Material versus Tidak Material. Kesalahan saji biasanya dianggap material
jika gabungan dari kesalahan-kesalahan yang belum dikoreksi dan kecurangan dalam laporan
keuangan akan mengubah atau memengaruhi keputusan orang-orang yang menggunakan
laporan keuangan tersebut. Akan menjadi sangat mahal (tidak mungkin) jika auditor harus
bertanggung jawab dalam menemukan semua kesalahan maupun kecurangan yang sifatnya
tidak material.
Keyakinan Memadai. Standar audit mengindikasikan keyakinan yang memadai
sebagai tingkat yang tinggi, namun tidak absolut, bahwa laporan keuangan telah bebas dari
salah saji material. Konsep “memadai namun bukan absolut” menandakan bahwa auditor
bukanlah penjamin kebenaran atas laporan keuangan.
Auditor bertanggung jawab untuk mendapatkan tingkat keyakinan yang memadai,
namun bukan absolut, untuk beberapa alasan berikut :
1. Sebagian besar bahan bukti audit berasal dari pengujian sample populasi, misalnya untuk
akun piutang dagang atau persediaan.
2. Penyajian akuntansi berisi estimasi yang kompleks, di mana melibatkan ketidakpastian
dan dapat dipengaruhi oleh kejadian di masa mendatang. Akibatnya, auditor harus
mengandalkan bukti yang meyakinkan, namun tidak menjamin.
3. Sering kali sangat sulit , atau bahkan tidak mungkin bagi auditor untuk mendeeksi
kesalahan saji dalam laporan keuangan, khususnya ketika terjadi kolusi di antara
manajemen
Argumen terbaik bagi auditor ketika kesalahan penyajian yang material tidak dapat
ditemukan adalah dengan telah menjalankan audit sesuai dengan standar audit.
Kesalahan versus Kecurangan. PSAK 70 (SAK 316) membedakan dua jenis salah saji
yaitu, kesalahan (errors) dan kecurangan (fraud). Suatu kesalahan merupakan salah saji dalam
pelaporan keuangan yang tidak disengaja, sedangkan kecurangan merupakan salah saji dalam
saji yang disengaja.contoh kesalahan diantaranya lupa memperhitungkan harga bahan baku
lama dalam menentukan biaya persediaan dengan metode lebih rendah antara biaya dan harga
pasar. Untuk kecurangan, terdapat perbedaan antara penyalahgunaan aset, yang sering disebut
juga sebagai kecurangan karyawan, dan kecurangan dalam pelaporan keuangan, yang sering
disebut juga dengan kecurangan manajemen.
Skeptisme profesional. PSAK 04 (SAK 230) mengharuskan pengauditan di desain
untuk menghasilkan keyakinan yang memadai untuk mendeteksi baik kesalahan-kesalahan
yang material maupun kecurangan dalam laporan keuangan. Skeptisme profesional
merupakan suatu perilaku pemikiran yang secara kritis dan penilaian kritis atas bahan bukti
audit.
Tanggung Jawab Auditor dalam Mendeteksi Kesalahan Saji Material
Auditor menekan beragam kesalahan yang diakibatkan oleh kesalahan-kesalahan
dalam perhitungan, kealpaan, kesalahpahaman dan kesalahan penerapan standar akuntansi,
serta kesalahan dalam pengelompokan dan penjelasan.
Sebagai perusahaan publik, Garuda Indonesia melaporkan kinerja keuangan tahun buku
2018 kepada Bursa Efek Indonesia. Dalam laporan keuangannya, perusahaan dengan kode
saham GIAA berhasil meraup laba bersih sebesar US$809 ribu, berbanding terbalik dengan
kondisi 2017 yang merugi sebesar US$216,58 juta. Kinerja ini terbilang cukup mengejutkan
lantaran pada kuartal III 2018 perusahaan masih merugi sebesar US$114,08 juta.
24 April 2019
Pasar merespons kisruh laporan keuangan Garuda Indonesia. Sehari usai kabar
penolakan laporan keuangan oleh dua komisaris beredar, saham perusahaan dengan kode
GIAA itu merosot tajam 4,4 persen pada penutupan perdagangan sesi pertama, Kamis (25/4).
Harga saham Garuda Indonesia anjlok ke level Rp478 per saham dari sebelumnya Rp500 per
saham. Saham perseroan terus melanjutkan pelemahan hingga penutupan perdagangan hari
ini, Selasa (30/4) ke posisi Rp466 per saham atau turun persen.
Bursa Efek Indonesia (BEI) menyatakan akan memanggil manajemen Garuda
Indonesia terkait timbulnya perbedaan opini antara pihak komisaris dengan manajemen
terhadap laporan keuangan tahun buku 2018. Selain manajemen perseroan, otoritas bursa
juga akan memanggil kantor akuntan publik (KAP) Tanubrata Sutanto Fahmi Bambang dan
Rekan selaku auditor laporan keuangan perusahaan. Pemanggilan itudijadwalkan pada Selasa
(30/4).
26 April 2019
BEI telah bertemu dengan manajemen Garuda Indonesia dan kantor akuntan publik
(KAP) Tanubrata Sutanto Fahmi Bambang dan Rekan selaku auditor laporan keuangan
perusahaan. Pertemuan itu berlangsung pada pukul 08.30-09.30 WIB. Sayangnya, pertemuan
dua belah pihak berlangsung tertutup. Otoritas bursa menyatakan akan mengirimkan
penjelasan usai pertemuan tersebut.
"Bursa meminta semua pihak untuk mengacu pada tanggapan perseroan yang
disampaikan melalui IDXnet dan penjelasan dapat dibaca di website bursa," kata Direktur
Penilaian Perusahaan BEI I Gede Nyoman Yetna. Sementara Menteri Keuangan mengaku
telah meminta Sekretaris Jenderal Kementerian Keuangan Hadiyanto untuk mempelajari
kisruh terkait laporan keuangan BUMN tersebut.
Direksi PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk menjadi sorotan setelah laporan keuangan
perseroan untuk tahun buku 2018 terbukti bermasalah, menyusul sanksi yang diberikan
Kementerian Keuangan (Kemenkeu), Otoritas Jasa Keuangan (OJK) hingga BEI. Desakan
mundur terhadap Dirut Garuda Indonesia Ari Askhara muncul dari Aliansi Muda Untuk
Demokrasi (Almud). Menurut Almud manipulasi laporan keuangan merupakan indikasi
penipuan publik yang harus ditindak tegas. Berdasarkan informasi sebelumnya, diperoleh
keterangan bahwa Garuda mencatatkan keuntungan sekitar Rp11 Miliar di Desember 2018,
padahal pada tahun 2017, Maskapai Pelat Merah ini mengalami defisit hingga Rp3
Triliun."Pada laporan 31 Desember 2018 dituliskan bahwa PT Garuda Indonesia (Persero)
Tbk meraup laba bersih USD 809,85 ribu atau sekitar Rp11 miliar. Padahal kita ketahui
bersama PT Garuda mengalami kerugian cukup dalam pada 2017 mencapai Rp3 triliun," ujar
Koordinator Almud, Fadhli di Jakarta, Selasa (2/7/). Sambung dia menambahkan, dirinya
sangat tidak mempercayai laporan keuangan Garuda yang menyebut jika kerugian di tahun
2017, dapat dipoles menjadi keuntungan di tahun 2018. Apalagi pada 2018 nilai tukar rupiah
pernah melemah hingga Rp14.000 per dolar Amerika dan harga minyak dunia juga tidak
stabil. "Kita bertanya-tanya, seharusnya kondisi ekonomi yang melemah menjadi kendala
untuk semua perusahaan penerbangan, tetapi kenapa Garuda malah mendapatkan
keuntungan," ungkap Fadhli.
Salah satu mata agenda rapat ini adalah mengesahkan laporan keuangan tahunan
2018. Namun, dalam RUPST tersebut terjadi kisruh. Dua komisaris Chairal Tanjung dan
Dony Oskaria selaku perwakilan dari PT Trans Airways menyatakan disenting opinion
dan tak mau menandatangani laporan keuangan tersebut. Chairal sempat meminta agar
keberatan itu dibacakan dalam RUPST, tetapi atas keputusan pimpinan rapat permintaan
itu tak dikabulkan. Hasil rapat pemegang saham pun akhirnya menyetujui laporan
keuangan Garuda Indonesia tahun 2018. Sehari usai kabar penolakan laporan keuangan
oleh dua komisaris beredar, saham perusahaan dengan kode GIAA itu merosot tajam 4,4
persen pada penutupan perdagangan sesi pertama, Kamis (25/4). Harga saham Garuda
Indonesia anjlok ke level Rp478 per saham dari sebelumnya Rp500 per saham. Bursa Efek
Indonesia (BEI) menyatakan akan memanggil manajemen Garuda Indonesia terkait
timbulnya perbedaan opini antara pihak komisaris dengan manajemen terhadap laporan
keuangan tahun buku 2018.Selain manajemen perseroan, otoritas bursa juga akan
memanggil kantor akuntan publik (KAP) Tanubrata Sutanto Fahmi Bambang dan Rekan
selaku auditor laporan keuangan perusahaan. Pemanggilan itu dijadwalkan pada Selasa
(30/4).
3. Solusi Yang Harus Dilakukan Agar Kasus Garuda Tidak Terulang Kembali
Agar kasus serupa tidak terulang kembali, ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan oleh berbagai pihak. Pihak KAP Tanubrata, Sutanto, Fahmi, Bambang dan
Rekan (Member of BDO International Limited) perlu melakukan pengecekan ulang
terhadap piutang PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA) atas Mahata sebesar US$239,94.
Pihak KAP perlu melakukan pengecekan pada histori dokumen penjualan dan penerimaan
perusahaan. Dokumen penjualan dalam hal ini contohnya:
a. Customer Order,
b. Sales order,
c. Shipping document,
d. Sales invoice,
e. Sales transaction file,
f. Sales journal or listing,
g. Account receivable master file,
h. Account receivable trial balance,
i. Monthly statement.
Dokumen penerimaan dalam hal ini contohnya:
a. Remittance advice,
b. Prelisting of cash receipts,
c. Cash receipt transaction file,
d. Cash receipt journal or listing.
Pengecekan histori dokumen-dokumen ini bertujuan agar tidak terjadi kesalahan
dalam proses audit sehingga audit yang dilakukan sudah sesuai dengan ketentuan PSAK.
Selain itu, dari sisi internal sendiri, PT Garuda Indonesia harusnya dapat menjelaskan
nature transaksi mereka kepada publik sehingga tidak menimbulkan kerancuan di tengah
publik terkait kondisi perusahaan di kuartal-III 2018 yang masih merugi dan dalam waktu
singkat memperoleh laba di penghujung tahun 2018. Garuda Indonesia Pasca Kasus
Laporan Keuangan Pasca penetapan sanksi yang diberikan oleh OJK kepada Garuda
Indonesia akibat melakukan pemolesan pada laporan keuangan mereka pada 2018 silam,
kinerja PT Garuda Indonesia tampak tidak mengalami perubahan yang berarti. Sanksi
yang diberikan OJK ini tidak menimbulkan perubahan pada cash out Garuda Indonesia. Di
lain sisi, sejak penetapan sanksi oleh OJK, harga saham Garuda Indonesia di BEI
mengalami penurunan. Penurunan nilai saham yang dialami oleh PT Garuda Indonesia
dinilai wajar dan tidak terlalu signifikan. Rupanya, skandal laporan keuangan Garuda
Indonesia bukanlah skandal terakhir bagi Garuda Indonesia. Setelah itu, pada bulan
Agustus 2019, mantan dirut Garuda Indonesia, Emirsyah Satar, ditahan KPK terkait
dugaan suap dan pencucian uang dalam pengadaan suku cadang pesawat. Selanjutnya,
kasus perseteruan Garuda Indonesia dengan Content Creator Rius Vernandes dan turunnya
peringkat Garuda Indonesia pada ajang World Airline Awards. Lalu, kasus penyeludupan
sepeda motor Harley Davidson dan Sepeda Brompton yang terjadi November 2019. Selain
itu, masih ada kisruh pada akuisisi PT Garuda Indonesia melalui anak usaha Citilink
terhadap Sriwijaya Air yang menyebabkan kedua maskapai tersebut menghentikan
kerjasamanya. Terakhir, terkuaknya kesewenang-wenangan Dirut Ari Askhara pada jam
terbang pramugari serta pemotongan biaya dalam layanan penumpang cukup menjadi
alasan yang kuat dalam pencopotan jabatan Ari Askhara sebagai Dirut Garuda Indonesia
oleh Menteri BUMN, Eric Thohir. Kasus-kasus yang menimpa PT Garuda Indonesia
secara silih berganti ini secara tidak langsung dapat memengaruhi reputasi dan
kepercayaan Garuda Indonesia di mata masyarakat. Pihak
customer menjadi bertanya-tanya dan menimbulkan keraguan dalam menggunakan jasa
penerbangan Garuda Indonesia. Apabila tidak ada perubahan dari pihak internal
perusahaan
dalam usaha memperbaiki reputasi mereka di tengah masyarakat, bukan tidak mungkin
jasa
layanan penerbangan Garuda Indonesia akan ditinggalkan oleh customer-nya. Tidak hanya
itu, masalah-masalah yang menimpa Garuda Indonesia dapat membuat para investor
menjadi ragu atas kinerja Garuda Indonesia. Perusahaan bisa saja ditinggal oleh para
pemegang saham yang ragu atas kinerja perusahaan. Pihak Garuda Indonesia perlu
melakukan usaha dari sisi internal perusahaan dalam rangka mengembalikan reputasi dan
kepercayaan publik untuk keberlangsungan perusahaan.