Anda di halaman 1dari 15

Laporan Praktikum

OSEANOGRAFI

Oleh:

FEBY MULFIZA
NIM. 20160018

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI HASIL PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN


UNIVERSITAS ABULYATAMA
ACEH BESAR
2021/2022

1
KATA PENGANTAR

Dengan rahmat Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, penulis
mengucapkan Alhamdulillah segala puji dan syukur kami kepada Allah swt. yang mana
berkat dan karunianya, Kami dapat menyelesaikan praktikum mata kuliah “Oseanografi”
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Dosen Pengampu mata kuliah Oseanografi,
dan terima kasih banyak kapada teman-teman seangkatan yang turut serta membantu dan
mendukung dalam menyusun laporan praktikum yang telah dibuat sebisa mungkin.
Penulis menyadari bahwa laporan yang dibuat, jauh dari kesempurnaan maka dari itu
diharapkan kritik dan saran yang dapat membantu penulis kedepannya. Harapan saya sebagai
penulis semoga bermanfaat bagi pembaca khususnya kepada penulis sendiri.

Lampoh keude, 22 Januari 2022

Feby Mulfiza

2
I. PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang


Laut merupakan daerah yang sangat luas dan bersifat sangat majemuk. Oleh karena itu,
ada ilmu yang mempelajari tentang laut yaitu, Oceanografi. Oseanografi (berasal dari bahasa
Yunani oceanos yang berarti laut dan graphos yang berarti gambaran atau deskripsi juga
disebut oseanologi atau ilmu kelautan) adalah cabang dari ilmu bumi yang mempelajari
segala aspek dari samudera dan lautan (Susana dan supangat, 1978). Secara umum,
oseanografi dapat dikelompokkan ke dalam 4 (empat) bidang ilmu utama yaitu geologi
oseanografi yang mempelajari lantai samudera atau litosfer di bawah laut, fisika oseanografi
yang mempelajari masalah-masalah fisik laut seperti arus, gelombang, pasang surut dan
temperatur air laut, kimia oseanografi yang mempelajari masalah-masalah kimiawi air laut
seperti suhu, salinitas, BOD dan yang terakhir biologi oseanografi yang mempelajari
masalah-masalah yang berkaitan dengan flora dan fauna di laut (Sumantri et al., 2019).
Dalam hal ini kita akan mempelajari sifat fisika air laut dalam praktikum oceanografi
fisika. Sifat fisika air laut meliputi pasang surut, arus, dan gelombang. Arus laut adalah
gerakan massa air dari suatu tempat atau posisi ketempat yang lain. Arus laut terjadi dimana
saja di laut. Pada hakekatnya, energi yang menggerakkan massa air laut tersebut berasal dari
matahari. Gelombang laut pada hakekatnya selalu menimbulkan gerakan ayunan pada
permukaan laut dan menimbulkan lapisan.
Gampong Alue Naga merupakan salah satu gampong yang berada di Kecamatan Syiah
Kuala dan merupakan wilayah yang terletak di pesisir bagian timur kota Banda Aceh, dengan
ketinggian permukaan 1 m diatas permukaan laut (BPS Banda Aceh, 2017). Menurut
Magfirah (2018), menyebutkan bahwa Gampong Alue Naga salah satu wilayah yang terkena
dampak bencana alam gempa bumi dan tsunami pada tanggal 26 Desember 2004 yang
sebagian besar wilayah Kecamatan Syiah Kuala berada di bagian pesisir sehingga banyak
mengalami kerusakan terhadap sarana prasarana dan kestabilan tanah yang akan berpengaruh
pada air tanah. Salah satu pengaruh yang akan terjadi adalah air tanah berasa menjadi payau.
Kesemuanya ini tentunya menyangkut karakter air laut yang tercakup didalamnya antara lain
salinitas, suhu, kedalaman dan gelombang laut. Dengan perubahan faktor tersebut tentunya
akan menyebabkan pengaruh dari kondisi perairan. Berdasarkan latar belakang di atas,
praktikum oseanografi dilakukan di pantai Alue Naga untuk mengetahui kualitas fisik
perairan tersebut.
1
1.2 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari praktukum mengenai kualitas fisik perairan laut ini adalah sebagai
berikut:
a. Untuk mengetahui cara mengukur parameter fisik di perairan laut,
b. Untuk mengetahui nilai salinitas, suhu, kedalaman dan gelombang laut.

2
II. TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Perairan Laut


Laut adalah sebuah tubuh air asin besar yang dikelilingi secara menyeluruh atau
sebagian oleh daratan. Laut ialah seluruh badan air asin yang saling berhubungan dan
menutupi 70% (tepatnya 70,78%) dari permukaan bumi. Laut merupakan suatu media yang
ada di bumi dan tidak pernah berhenti bergerak. Pergerakan laut dapat terjadi di permukaan
bumi dan juga terjadi di bawah permukaan air. Sehingga menyebabkan adanya peredaran air,
baik dalam skala besar maupun dalam skala kecil (Tjandra, 2011).

II.1.1Bagian Laut
Lautan yang merupakan wilayah air pada dasarnya dapat dibagi dalam 3 bagian yaitu
permukaan laut, dalam lautan dan dasar lautan. Kemudian menurut Romanus bahwa
lingkungan perairan laut secara singkat dapat kita bagi menjadi 3 (tiga) bagian utama, yaitu:
a. Zona Litoral. Zona litoral ialah wilayah (dasar laut) antara pasang tertinggi dan surut
terendah. Pada saat surut terendah, seluruh wilayah litoral akan terbuka dan tidak
tergenangi air laut. Zona litoral merupakan wilayah dengan variasi faktor lingkungan
yang sangat bervariasi dalam waktu yang relatif singkat. Organisme yang mampu
tinggal pada wilayah litoral mempunyai mekanisme tertentu untuk beradaptasi terhadap
variasi lingkungan yang ekstrem. Beberapa jenis karang bisa bertahan hidup dan
menempati wilayah pada ujung zona litoral. Daerah ini sering disebut dengan istilah
reef-crest, ialah lokasi gelombang laut pecah di pantai.
b. Zona Neritik. Neritik ialah kolom air paling atas pada laut, di atas paparan benua. Zona
neritic atau sublitoral, ialah wilayah dari batas litoral sampai batas atas paparan benua
(shelf), sampai kedalaman 20 – 50 m. Wilayah neritik dan littoral ialah lokasi yang
sangat penting sebagai pendukung kehidupan organisme di laut. Formasi bakau, padang
lamun, rumput laut dan pantai berpasir ialah habitat dominan yang terdapat pada
wilayah littoral. Semua jenis habitat tersebut diketahui sangat penting untuk ikan dan
avertebrata laut lainnya.
c. Zona Pelagik. Wilayah kolom air di atas dasar laut disebut pelagik. Seperti telah
disebutkan, neritik ialah kolom air paling atas pada laut, di atas paparan benua. Oseanik
ialah wilayah kolom air paling atas pada bagian laut lepas (terbuka), dari batas neritik.
Ikan pelagic oseanik, dengan demikian, ialah jenis ikan yang bermigrasi luas, di luar

3
wilayah neritik. Sebaliknya, ikan neritik berada di dekat pantai. Secara vertikal, wilayah
pelagik (kondisi yang ekstrem) bisa dibedakan menjadi zona photik dan zona aphotik.
Zona photik atau disebut juga euphotik, ialah wilayah pada air laut secara vertikal, dari
permukaan sampai pada kedalaman sekitar 200 m, mendapat sinar matahari secara
optimal untuk melakukan fotosintesis.

II.1.2Jenis-jenis Laut
Menurut Hartono (2007), Jenis-jenis laut dapat dibedakan diantaranya
berdasarkan sebagai berikut:
1. Proses Terjadinya
Ada beberapa jenis laut di bumi ini dan menurut proses terjadinya yaitu sebagai berikut:
a. Laut transgresi adalah laut yang terjadi karena adanya suatu perubahan permukaan laut
secara positif (secara meluas). Perubahan permukaan ini terjadi karena naiknya
permukaan air laut atau daratannya yang turun, sehingga bagianbagian daratan yang
rendah tergenan air laut. Perubahan ini terjadi pada zaman es.
b. Laut Ingresi yaitu laut yang terjadi karena adanya penurunan tanah di dasar laut.
Penurunan tanah di dasar laut akan membentuk sebuah lubuk laut dan palung laut.
c. Laut Regresi adalah laut yang menyemit. Penyempitan terjadi karena adanya
pengendapan oleh batuan (pasir, lumpur, dan lain-lain) yang dibawa oleh sungaisungai
yang bermuara di laut tersebut.

2. Menurut letaknya
Berdasarkan letaknya, laut dibedakan menjadi tiga yaitu sebagai berikut:
a. Laut tepi adalah laut yang terletak di tepi benua dan seolah-olah terpisah dari samudera
luas oleh daratan pulau-pulau atau jazirah.
b. Laut pertengahan yaitu laut yang dalam memiliki gugusan pulau-pulau dan terletak
diantara benua-benua.
c. Laut pedalaman ialah laut-laut yang hamper seluruhnya dikelilingi oleh daratan.

3. Menurut Kedalamannya
Menurut kedalamannya, laut dibedakan berdasarkan 4 wilayah (zona), yaitu
sebagai berikut:
a. Zona Lithoral (pesisir), yaitu daerah pantai yang terletak di antara garis pasang naik dan
pasang surut.
4
b. Zona Neritik (laut dangkal), ialah baris batas wilayah pasang surut hingga kedalaman
150 m. Pada zona tersebut masih bia ditembus oleh sinar matahari sehingga pada
wilayah itu paling banyak terdapat berbagai jenis kehidupan baik hewan maupun
tumbuhan.
c. Zona Batial (wilayah laut dalam), ialah wilayah laut yang mempunyai kedalaman
antara 150 hingga 1800 m. Wilayah ini tidak bia tertembus sinar matahari, oleh sebab
itu kehidupan organisme yang terdapat di wilayah tersebut tidak sebanyak di wilayah
Neritik.
d. Zona Abissal (wilayah laut sangat dalam), ialah wilayah laut yang mempunyai
kedalaman lebih dari 1800 m. Di wilayah tersebut suhunya sangat dingin dan tidak ada
tumbuh-tumbuhan. Jenis hawan yang dapat hidup di wilayah tersebut sangat terbatas.
e. Zona Hadal (wilayah laut yang paling dalam), ialah wilayah laut yang kedalamannya
lebih dari 5000 m, termasuk palung laut dan lubuk laut.

II.2 Parameter Kualitas Air


II.2.1Salinitas
Salinitas di perairan bervariasi tergantung kedalaman. Perubahan salinitas yang besar
terjadi antara 100 sampai 1000 meter. Pada zona ini variasi salinitas yang cepat disebut
dengan lapisan haloklin. Kadar salinitas juga dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantara
lain aliran sungai dan curah hujan, pola sirkulasi air, terjadinya percampuran (mixing) akibat
gelombang dan pergerakan massa air yang diakibatkan oleh angin dan penguapan. Di lokasi
dengan penguapan tinggi karena angin dan temperatur tinggi mengakibatkan terjadinya
peningkatan pada konsentrasi salinitas. (Yu et al., 2017).
Pengukuran salinitas harus dilakukan dengan akurat. Salinitas laut dapat diukur dengan
menggunakan eletrical conductivity atau salinometer dan refraktometer. Perairan laut
mengalami percampuran dengan baik dan kelimpahan komponen esensial relatif konstan,
kondisi ini membuat pengukuran kimia pada salinitas menjadi sederhana.

II.2.2Suhu
Suhu merupakan salah satu faktor pembatas terhadap ikan-ikan atau biota akuatik. Suhu
dapat mengendalikan fungsi fisiologis organisme berperan secara langsung atau tidak
langsung bersama dengan komponen kualitas air lainnya mempengaruhi kualitas akuatik.
Menurut abdul munthalib (2009), stratifikasi vertikal kolom air yang berdasarkan perbedaan
panas (perbedaan suhu) pada setiap kedalaman perairan dikelompokkan menjadi 3 yaitu:
5
a. Epilimnion merupakan lapisan bagian atas perairan. Lapisan ini bagian yang hangat
kolom air, suhu relatif konstan (perubahan suhu sangat kecil secara vertikal). Seluruh
massa air di lapisan ini tercampur dengan baik karena pengaruh angin dan gelombang.
b. Metalimnion atau yang sering disebut Termoklin, terletak di bawah lapisan epilimnion.
Perubahan suhu dan panas secara vertikal relatif besar pada lapisan ini. Setiap
penambahan kedalaman satu meter terjadi penurunan suhu air sekitar 1°C.
c. Hipolimnion, terletak di bawah lapisan termoklin. Lapisan ini lebih dingin, bercirikan
adanya perbedaan suhu secara vertikal relatif kecil. Sifat massa airnya stagnan, tidak
mengalami percampuran (mixing) dan memiliki kekentalan air (densitas) yang lebih
besar. Pada umumnya di wilayah tropis memiliki perbedaan suhu air permukaan
dengan bagian dasar hanya sekitar 2 - 3°C.
Suhu merupakan parameter fisik perairan yang penting. Suhu permukaan laut di seluruh
dunia sangat bervariasi. Suhu di bawah permukaan bervariasi tergantung kedalaman, sirkulasi
udara, turbulensi, lokasi geografi, dan jarak dari sumber panas (sebagai contoh gunung
berapi) (Bhatt, 1978). Suhu perairan dapat diukur menggunakan alat pengukur suhu yang
biasa disebut termometer

II.2.3Gelombang
Gelombang dapat menimbulkan energi untuk membentuk pantai, menimbulkan arus
dan transport sedimen dalam arah tegak lurus dan sepanjang pantai serta menyebabkan gaya-
gaya yang bekerja pada bangunan pantai. Gelombang laut adalah fenomena naik dan
penurunan air secara periodik yang terjadi di permukaan air dan disebabkan adanya peristiwa
pasang surut (Irawan et al. 2018). Gelombang menimbulkan sebuah gerakan air yang
bergerak tanpa henti – hentinya pada lapisan permukaan laut dan jarang dalam keadaan sama
sekali diam. Gelombang sebagian ditimbulkan oleh dorongan angin di atas permukaan laut
dan sebagian lagi oleh tekanan tangensial pada partikel air. Angin yang bertiup di permukaan
laut mula – mula menimbulkan riak gelombang (ripples). Jika kemudian angin berhenti
bertiup maka riak gelombang akan hilang dan permukaan laut merata kembali.
Ukuran besar kecilnya gelombang umumnya ditentukan berdasarkan tinggi gelombang.
Tinggi gelombang ini bisa hanya beberapa millimeter saja tetapi juga bisa sampai puluhan
meter. Apabila kita mengamati perambatan gelombang di laut, seolah – olah tampak air laut
itu bergerak maju beserta dengan gelombangnya. Tetapi kenyataan sebernarnya tidaklah
demikian. Pada perambatan gelombang, yang bergerak maju sebenarnya adalah bentuknya
saja, partikel airnya sendiri hampir tidak bergerak maju (Nontji, 2007). Puncak gelombang
6
merupakan titik tertinggi dari gelombang. Lembah merupakan titik terendah dari gelombang.
Gelombang umumnya memiliki periode, yaitu waktu yang dibutuhkan puncak/lembah untuk
kembali pada titik semula secara berturut-turut. Sementara itu, ada juga kemiringan
gelombang yaitu perbandingan antara panjang gelombang dengan tinggi gelombang.

7
III. METODE PENELITIAN

III.1 Waktu dan Tempat


Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 15 Januari 2021 bertempat di Pantai Alue naga
Kecamatan Syiah Kuala, Kota Banda Aceh, Provinsi Aceh.

III.2 Alat dan Bahan


Peralatan yang digunakan pada praktikum ini antara lain: termometer, refraktometer,
pipa skala, dan alat tulis. Sedangkan bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah air dan
sampel yang terdapat pada tempat praktikum tersebut.

III.3 Prosedur Penelitian


III.3.1 Pengukuran Parameter Air
A. Suhu
Adapun langkah-langkah pengukuran suhu air menggunakan termometer, sebagai
berikut:
a. Siapkan thermometer dan pastikan kondisinya siap digunakan,
b. Celupkan sensor hingga batang thermometer ke dalam perairan sampai kedalaman yang
akan diukur suhunya.
c. Diamkan sekitar 1-2 menit hingga indikator air raksa dalam kondisi stabil.
d. lalu diangkat serta secepatnya dibaca nilai suhu pada skala termometer sebelum
terpengaruh oleh suhu sekitar.
e. Kemudian, catat hasil pengukuran dalam lembar kerja.

B. Salinitas
Adapun langkah-langkah pengukuran salinitas, sebagai berikut:
a. Siapkan refraktometer dan pastikan kondisinya siap digunakan,
b. Bersihkan kaca dengan tissue secara searah sampai kering
c. Teteskan air sampel pada sensor refraktometer dan tutup cover kaca refraktometer,
d. Lalu, arahkan optik/kaca pada cahaya matahari atau ruang terbuka agar dapat
dengan jelas membaca skala nila salinitas.
e. Kemudian, catat hasil pengukuran dalam lembar kerja.

8
C. Kedalaman
Adapun langkah-langkah pengukuran kedalaman, sebagai berikut:
a. Pengukuran kedalam dilakukan dengan menggunakan pipa skala yang dinyatakan
dalam satuan senti meter,
b. Masukkan pipa skala sampai kedasar perairan, lalu lihatlah permukaan air berada pada
angka berapa.
c. Kemudian catat hasilnya pada lembar kerja.

D. Gelombang
Adapun langkah-langkah pengukuran frekuensi atau periode gelombang,
sebagai berikut:
a. Siapkan alat berupa pipa berskala
b. Kemudian ditegakkan dalam air sampai menyentuh dasar.
c. Diukur lamanya waktu yang diperlukan antara puncak gelombang I dengan puncak
gelombang II untuk melewati tongkat skala tersebut dengan Stopwatch.
d. Pengukuran dilakukan sebanyak 3 kali ulangan.
e. Kemudian catat hasilnya pada lembar kerja.

9
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV.1 Parameter Kualitas Air


Berdasarkan hasil praktikum di Alue naga diperoleh parameter kualitas air, sebagai
berikut:
Parameter Nilai
Suhu (̊°C) 29
Salinitas (0/00) 32
Kedalaman (cm) 115
Frekuensi gelombang (dtk) 12
Panjang gelombang (m) 18
Tabel 1. Parameter kualitas air

Berdasarkan hasil pengukuran terhadap suhu perairan pantai Alue Naga, diperoleh nilai
sebesar 29°C. Suhu pertama, kedua dan ketiga masing-masing diperoleh dengan nilai 29°C.
Hal ini sesuai dengan data suhu air rata-rata di perairan laut Indonesia menurut Susilo et al.
(2015), yang berkisar antara 27-32°C. Suhu di perairan adalah salah satu faktor yang amat
penting bagi kehidupan organisme di perairan, karena suhu mempengaruhi baik aktivitas
metabolisme maupun perkembangbiakan dari organisme-organisme tersebut. Dengan
kelimpahan ikan paling banyak yang ditangkap biasanya terjadi pada permukaan air laut
dengan yang berkisar antara 25,74-35°C dan suhu rata-rata 31.37°C.
Berdasarkan hasil pengukuran terhadap salinitas perairan pantai Alue Naga, diperoleh
nilai sebesar 320/00. Pada umumnya nilai salinitas wilayah laut Indonesia berkisar antara 28-
330/00. (Nontji, 2002). Hal ini ditegaskan oleh Effendi (2003), yang mengatakan bahwa, nilai
salinitas perairan laut 300/00 – 400/00. Dari hasil pengukuran salinitas terlihat nilainya berkisar
320/00, maka perairan masih dipengaruhi oleh pantai, diduga adanya pengaruh dari daratan
seperti percampuran dengan air tawar yang terbawa aliran sungai. Kadar salinitas ini masih
berada dalam batas-batas salinitas yang normal air pantai dan air campuran. Untuk daerah
pesisir (air pantai dan air campuran) salinitas berkisar antara 32-34 0/00. Salinitas di perairan
ini menunjukkan bahwa besar kecinya fluktuasi salinitas diduga dipengaruhi oleh beberapa
faktor, diantaranya oleh pola sirkulasi air, penguapan (evaporasi), curah hujan (presipitasi)
dan adanya aliran sungai (run off) (Patty, 2013).

10
Berdasarkan hasil pengukuran terhadap kedalaman perairan pantai Alue Naga,
diperoleh nilai sebesar 115 cm. Pengukuran pertama diperoleh kedalaman sebesar 75 cm,
kedua sebesar 160 cm dan ketiga 120 cm. adanya fluktuasi terhadap kedalaman disebabkan
oleh adanya pasang surut dan topografi perairan.
Berdasarkan hasil pengukuran terhadap frekuensi dan panjang gelombang pantai Alue
Naga, diperoleh nilai frekuensi gelombang sebesar 12 detik dan panjang gelombang 18 m.
Gelombang adalah pergerakan naik dan turunnya air dengan arah tegak lurus permukaan air
laut yang membentuk kurva/grafik sinusoidal. Gelombang laut disebabkan oleh angin. Angin
di atas lautan mentransfer energinya ke perairan, menyebabkan riak-riak, alun/bukit, dan
berubah menjadi apa yang kita sebut sebagai gelombang (Dhanista, 2017).

11
V. DAFTAR PUSTAKA

Abdulmunthalib. 2009. Stratifikasi Perairan.


http://www.abdulmuthalib.co.cc/2009/08/stratifikasi-dalam-perairantergenang.html.
diakses pada tanggal 20 Januari 2022.

Bhatt J J. 1978. Oceanography Exploring the Planet Ocean. New York: D.Van Nostrand
Company.

Dhanista, W. L. 2017 Agustus 29. Gelombang Laut. Tersedia pada:


https://www.its.ac.id/tkelautan/gelombang-laut/. Diakses 20 Januari 2022.

Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumber Daya dan Lingkungan
Perairan. Yogyakarta. Kanisius.

Irawan S., Fahmi. R., Roziqin, A. 2018. Kondisi Hidro-Oseanografi (Pasang Surut, Arus
Laut, dan Gelombang) Perairan Nongsa Batam. Jurnal Kelautan, 11(1): 56-68.

Magfirah, A. 2018. Identifikasi Intrusi Air Laut pada Air Tanah di Gampong Alue Naga
Kecamatan Syiah Kuala Banda Aceh. Banda Aceh. Fakultas Sains dan Teknologi
UIN Ar-Raniry.

Nontji, A., 2002. Laut Nusantara. Jakarta: Penerbit Djambatan.

Nontji A. 2007. Laut Nusantara. Jakarta: Djambatan.

Patty, S. I. 2013. Distribusi Suhu, Salinitas DAN Oksigen Terlarut di Perairan Kema,
Sulawesi Utara. Jurnal Ilmiah Platax, 1(3): 148-157.

Sumantri, S. H., Supriyatno, M., Sutisna S., Widana, I. D. K. K. 2019. Sistem Informasi
Geografis (Geographic Information System) Kerentanan Bencana. Jakarta. CV
Makmur Cahaya Ilmu.

Susana, dan Supangat. 1979. Pengantar Oceanografi: Departemen Kelautan dan Perikanan

Susilo, E., Islamy, F., Saputra, A.J., Hidayat, J.J., Zaky, A.R. dan Suniada, K.I. 2015.
Pengaruh Dinamika Oseanografi Terhadap Hasil Tangkapan Ikan Pelagis PPN
Kejawanan dari Data Satelit Oseanografi. Seminar Nasional Perikanan dan Kelautan
V. Universitas Brawijaya.

Tjandra, Ellen. 2011. Mengenal Laut Lepas. Jawa Barat: Penerbit Pakar Media.

Yu, L., Jin, X., Josey, S. A., Lee, T., Kumar, A., Wen, C., dan Xue, Y. 2017. The Global
Ocean Water Cycle in Atmospheric Reanalysis, Satellite, and Ocean Salinity. Journal
of Climate, 30(10):3829–3852.

12
DOKUMENTASI PRAKTIKUM

13

Anda mungkin juga menyukai