KONSEP MEDIS
A. Definisi
B. Etiologi
1
6. Gangguan metabolisme.
7. Tumor hipotalamus.
8. Penyapihan yang terlalu dini disertai dengan pemberian makanan yang kurang.
9. Urbanisasi.
C. Klasifikasi
D. Patofisiologi
Pada defisiensi protein murni tidak terjadi katabolisme jaringan yang sangat
berlebihan karena persediaan energi dapat dipenuhi oleh jumlah kalori dalam
dietnya. Kelainan yang mencolok adalah gangguan metabolik dan perubahan sel
yang disebabkan edema dan perlemakan hati. Karena kekurangan protein dalam
diet akan terjadi kekurangan berbagai asam amino dalam serum yang jumlahnya
yang sudah kurang tersebut akan disalurkan ke jaringan otot, makin kurangnya
asam amino dalam serum ini akan menyebabkan kurangnya produksi albumin oleh
hepar yang kemudian berakibat timbulnya oedema. Perlemakan hati terjadi karena
gangguan pembentukan beta liprotein, sehingga transport lemak dari hati ke depot
terganggu dengan akibat terjadinya penimbunan lemak dalam hati.
Kurang kalori protein akan terjadi manakala kebutuhan tubuh akan kalori,
protein, atau keduanya tidak tercukupi oleh diet. Dalam keadaan kekurangan
2
makanan, tubuh selalu berusaha untuk mempertahankan hidup dengan memenuhi
kebutuhan pokok atau energi. Kemampuan tubuh untuk mempergunakan
karbohidrat, protein dan lemak merupakan hal yang sangat penting untuk
mempertahankan kehidupan, karbohidrat (glukosa) dapat dipakai oleh seluruh
jaringan tubuh sebagai bahan bakar, sayangnya kemampuan tubuh untuk
menyimpan karbohidrat sangat sedikit, sehingga setelah 25 jam sudah dapat terjadi
kekurangan. Akibatnya katabolisme protein terjadi setelah beberapa jam dengan
menghasilkan asam amino yang segera diubah jadi karbohidrat di hepar dan ginjal.
Selam puasa jaringan lemak dipecah menjadi asam lemak, gliserol dan keton
bodies. Otot dapat mempergunakan asam lemak dan keton bodies sebagai sumber
energi kalau kekurangan makanan ini berjalan menahun. Tubuh akan
mempertahankan diri jangan sampai memecah protein lagi setelah kira-kira
kehilangan separuh dari tubuh. (Nuuhchsan Lubis an Arlina Mursada)
E. Manifestasi Klinik
3
Manifestasi Klinik Marasmus:
- Pertumbuhan berkurang atau terhenti, otot-otot atrofi
- Perubahan mental (cengeng, sering terbangun tengah malam)
- Sering diare, warna hijau tua, terdiri dari lendir dengan sedikit tinja.
- Turgor kulit menurun, tampak keriput karena kehilangan jaringan lemak bawah
kulit
- Pada keadaan marasmik yang berat, lemak pipi juga hilang sehingga wajah
tampak lebih tua, tulang pipi dan dagu kelihatan menonjol
- Vena superfisial tampak lebih jelas
- Perut membuncit dengan gambaran usus yang jelas.
F. Pemeriksaan Diagnostik
1. Pemeriksaan Fisik
Mengukur TB dan BB
Menghitung indeks massa tubuh, yaitu BB (dalam kilogram)
dibagi dengan TB (dalam meter)
Mengukur ketebalan lipatan kulit dilengan atas sebelah
belakang (lipatan trisep) ditarik menjauhi lengan, sehingga lapisan lemak
dibawah kulitnya dapat diukur, biasanya dangan menggunakan jangka
lengkung (kaliper). Lemak dibawah kulit banyaknya adalah 50% dari lemak
tubuh. Lipatan lemak normal sekitar 1,25 cm pada laki-laki dan sekitar 2,5 cm
pada wanita.
Status gizi juga dapat diperoleh dengan mengukur LLA untuk
memperkirakan jumlah otot rangka dalam tubuh (lean body massa, massa
tubuh yang tidak berlemak).
2. Pemeriksaan laboratorium : albumin, kreatinin, nitrogen, elektrolit, Hb,
Ht, transferin.
4
G. Penatalaksanaan Medis
1. Tahap awal yaitu 24-48 jam per-tama merupakan masa kritis, yaitu tindakan
untuk menyelamat-kan jiwa, antara lain mengkoreksi keadaan dehidrasi atau
asidosis dengan pemberian cairan intravena.
a.Cairan yang diberikan ialah larutan Darrow-Glucosa atau Ringer Lactat
Dextrose 5%.
b.Cairan diberikan sebanyak 200 ml/kg BB/hari.
c. Mula-mula diberikan 60 ml/kg BB pada 4-8 jam pertama.
d.Kemudian 140 ml sisanya diberikan dalam 16-20 jam berikutnya.
2. Tahap kedua yaitu penyesuaian.
Sebagian besar penderita tidak memerlukan koreksi cairan dan elektrolit,
sehingga dapat langsung dimulai dengan penyesuaian terhadap pemberian
makanan.
Dikarenan anak telah tidak mendapatkan makanan dalam jangka waktu yang
lama, memberikan makanan per oral dapat menimbulkan masalah, khususnya
apabila pemberian makanan dengan densitas kalori yang tinggi. Makanan harus
diberikan secara bertahap/ perlahan. Banyak dari anak penderita malnutrisi
menjadi intoleran terhadap susu (lactose intolerance) dan diperlukan untuk
memberikan suplemen yang mengandung enzim lactase.
5
Patofisiologi dan Masalah Keperawatan yang Mungkin Terjadi
Intake nutrisi
Pernapasan : Pencernaanan:
- bronkhitis - mual/muntah Defisit nutrisi semakin berat
Bersihan jalan napas inefektif - bronkhopneumonia - malabsorbsi
- tuberkulosis - gastroenteritis Defisit cairan dan elektrolit
6
BAB II
KONSEP KEPERAWATAN
A. Pengkajian
- Pengkajian Fisik
Meliputi pengkajian pengkajian komposisi keluarga, lingkungan rumah dan
komunitas, pendidikan dan pekerjaan anggota keluarga, fungsi dan hubungan
angota keluarga, kultur dan kepercayaan, perilaku yang dapat mempengaruhi
kesehatan, persepsi keluarga tentang penyakit klien dan lain-lain.Pengkajian secara
umum dilakukan dengan metode head to too yang meliputi: keadaan umum dan
status kesadaran, tanda-tanda vital, area kepala dan wajah, dada, abdomen,
ekstremitas dan genito-urinaria.
7
- Gambaran wajah seperti orang tua (kehilangan lemak pipi), edema palpebral
- Tanda-tanda gangguan sistem pernapasan (batuk, sesak, ronchi, retraksi otot
intercostal)
- Perut tampak buncit, hati teraba membesar, bising usus dapat meningkat bila
terjadi diare.
- Edema tungkai
- Kulit kering, hiperpigmentasi, bersisik dan adanya crazy pavement dermatosis
terutama pada bagian tubuh yang sering tertekan (bokong, fosa popliteal,
lulut, ruas jari kaki, paha dan lipat paha)
B. Diagnosa
C. Intervensi
1. Diagnosa 1
Bersihan jalan napas tak efektif b/d sekresi trakheobronkhial sekunder terhadap
infeksi saluran pernapasan (carpernito, 2000, hal. 799-801)
Tujuan:
Klien menunjukan jalan napas yang efektif
Kriteria hasil:
8
Jalan napas bersih dari secret, sesak napas tidak ada, pernapasan cuping
hidung tidak ada, bunyi napas bersih, ronchi tidak ada.
Intervensi:
1. Lakukan fisioterapi dada dan suction secara berkala.
Rasional: Fisioterapi dada meningkatkan pelepasan secret. Suction
diperlukan selama fase hipersekresi trakheobronkhial.
2. Lakukan pemberian obat mukolitik/ekspektorans sesuai program terapi.
Mukolitik memecahkan ikatan mucus; ekspektorans mengencerkan mucus.
3. Observasi irama, kedalaman, dan bunyi napas.
Rasional: Menilai perkembangan masalah klien.
2. Diagnosa 2
Kekurangan volume cairan b/d penurunan asupan peroral dan peningkatan
kehilangan akibat diare ( Carpernito, 2000, hal.411-419)
Tujuan:
Klien akan menunjukan keadaan hidrasi yang adekuat.
Kriteria hasil:
Asupan cairan adekuat sesuai kebutuhan ditambah defisit yang terjadi.
Intervensi:
a. Lakukan/observasi pemberian cairan per infus/sonde/oral sesuai program
rehidrasi.
Rasional: Upaya rehidrasi perlu dilakukan untuk mengatasi masalah
kekurangan volume cairan.
b. Jelaskan kepada keluarga tentang upaya rehidrasi dan partisipasi yang
diharapkan dari keluarga dalam pemeliharaan patensi pemberian infus/
selang sonde.
Rasional: Meningkatkan pemahaman keluarga tentang upaya rehidrasi dan
peran keluarga dalam pelaksanaan terapi rehidrasi.
c. Kaji perkembangan keadaan dehidrasi klien.
Rasional: Menilai perkembangan masalah klien.
d. Hitung balance cairan.
Rasional: penting untuk menetapkan program rehidrasi selanjutnya.
9
3. Diagnosa 3
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d asupan yang tidak adekuat,
anoreksia dan diare (Carpenito, 2000, hal. 645-655).
Tujuan:
Klien akan menunjukan peningkatan status gizi.
Kriteria Hasil:
Keluarga klien dapat menjelaskan penyebab gangguan nutrisi yang dialami
klien, kebutuhan nutrisi pemulihan, susunan menu dan pengolahan makanan
sehat seimbang.Dengan bantuan perawat, keluarga klien dapat
mendemonstrasikan pemberian diet (per oral) sesuai program dietetik.
Intervensi:
a.Jelaskan kepada keluarga tentang penyebab malnutrisi, kebutuhan nutrisi
pemulihan, susunan menu dan pengolahan makanan sehat seimbang,
tunjukan contoh jenis sumber makanan ekonomis sesuai status sosial
ekonomi klien.
Rasional: meningkatkan pemahaman keluarga tentang penyebab dan
kebutuhan nutrisi untuk pemulihan klien sehingga dapat meneruskan upaya
terapi dietetik yang telah diberikan selama hospitalisasi.
b.Tunjukan cara pemberian makanan per sonde, beri kesempatan keluarga
untuk malakukannya sendiri.
Rasional: meningkatkan partisipasi keluarga dalam pemenuhan kebutuhan
nutrisi klien, mempertegas peran keluarga dalam upaya pemulihan status
nutrisi klien .
c. Laksanakan pemberian roborans sesuai program terapi.
sRasional: Roborans meningkatkan nafsu makan, proses absorbs dan
memenuhi defisit yang menyertai keadaan malnutrisi.
d.Timbang berat badan, ukur lingkar lengan atas dan tebal lipatan kulit setiap
pagi.
Rasional: Menilai perkembangan masalah klien.
4. Diagnosa 4
Kelelahan b/d penurunan produksi energi metabolik (Doengoes, 1999, hal. 1032)
Tujuan:
Klien akan melaporkan peningkatan rasa sejahtera/tingkat energi
10
Kriteria hasil:
Peningkatan aktivitas fisik yg dapat diukur
Intervensi:
a. Pantau respons fisiologis terhadap aktivitas, mis: perubahan TD atau
frekuensi jantung/pernapasan.
Rasional: Toleransi sangat bervariasi tergantung pada tahap proses penyakit,
status nutrisi, dan keseimbangan cairan.
b. Rencanakan perawatan untuk memungkinkan periode istirahat. Jadwalkan
aktivitas untuk periode bila pasien mempunyai banyak energi. Libatkan
pasien/orang terdekat dalam perencanaan jadwal
Rasional: periode istirahat yang sering diperlukan untuk
memperbaiki/menghemat energi. Perencanaan akan memungkinkan pasien
aktif selama waktu dimana tingkat energi lebih tinggi, yang dapat menghemat
perasaan sejahtera dan rasa kontrol.
c. Dorong pasien untuk melakukan kapanpun mungkin, mis; perawatan diri,
bangun dari kursi,berjalan. Peningkatan tingkat aktivitas sesuai indikasi.
Rasional: meningkatkan kekuatan atau stamina dan memungkinkan pasien
lebih aktif tanpa kelelahan.
d. Bantu dalam kebutuhan perawatan diri sesuai kebutuhan
Rasional: kelemahan membuat AKS hampir tidak mungkin untuk diselesaikan
pasien.
5. Diagnosa 5
Gangguan pertumbuhan dan perkembangan b/d asupan kalori dan protein yang
inadekuat.
Tujuan :
Klien akan mencapai pertumbuhan dan perkembangan sesuai standar usia.
Kriteria:
Pertumbuhan fisik (ukuran antropometrik) sesuai standar usia.
Perkembangan motorik, bahasa/ kognitif dan personal/sosial sesuai standar
usia.
11
Intervensi :
a. Ajarkan kepada orang tua tentang standar pertumbuhan fisik dan tugas-tugas
perkembangan sesuai usia anak.
12
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
Pemenuhan akan kebutuhan gizi dalam tubuh merupakan salah satu cara
meminimaklisir terjadinya Malnutrisi. Cara itu dapat dilakukan dengan cara
mengkonsumsi makanan yang mengandung empat sehat lima sempurna.
13
DAFTAR PUSTAKA
14