Anda di halaman 1dari 22

Oleh :

Kelompok II :
1.KASMAN
2. MELI AL ADAWIA
3. FITRI SUMIADI
4. WD.NURAMALIANTI
 Racun adalah zat atau bahan yang bila masuk
kedalam tubuh melalui mulut, hidung
(inhalasi), serta suntikan dan absorbsi
melalui, kulit, atau di gunakan terhadap
organisme hidup dengan dosis relatif kecil
akan merusak kehidupan dan mengganggu
dengan serius fungsi satu atau lebih organ
atau jaringan ( Sartono 2001 : 1 )
 Keracunan merupakan masuknya zat
atau senyawa kimia dalam tubuh
manusia yang menimbulkan efek
merugikan pada yang menggunakannya.
 Keracuanan Makanan adalah penyakit
yang tiba – tiba dan mengejutkan yang
dapat terjadi setelah menelan
makanan / minuman yang
terkontaminasi.
 a.Bakteri
Berdasarkan klasifikasi ada dua intoksikasi
pangan utama yang disebabkan bakteri , yaitu
(1) botulisme, disebabkan oleh toksin yang
dihasilkan oleh Clostridium botulinum dan (2)
intoksikasi stapilokoki, disebabkan oleh toksin
yang dihasilkan oleh Staphylococcus aureus.
Gejala-gejala yang ditimbulkan oleh intoksikasi
terlihat setelah 3-12 jan setelah memakan
bahan makanan tersebut dan ditandai oleh
muntah-muntah ringan dan diare.
 Indeks pangan dapat digolongkan ke dalam
dua kelompok: (1) infeksi dimana makanan
tidak menunjang pertumbuhan patogen
tersebut
(2)infeksi dimana makanan berfungsi
sebagai medium kultur untuk pertumbuhan
patogen hingga mencapai jumah yang
memadai untuk menimbulkan infeksi bagi
pengkomsumsi makanan tersebut
1)Kapang
Selain oleh bakteri, kapang juga
dapat menimbulkan penyakit yang
dibedakan atas dua golongan, yaitu (1)
infeksi oleh fungi yang disebut mikosis
dan (2) keracunan yang disebabkan
oleh tertelannya metabolik beracun
dari fungi atau mikotoksikosis.
Virus adalah mikroorganisme
ultramikroskopik dan dapat lolos filter 0,22
µm. Virus berkembang biak hanya pada
inang yang sesuai dan tidak dapat tumbuh
diluar inang. Beberapa virus dapat
menyebabkan ganggun pencernaan dan ciri-
cirinya hampir sama dengan yang
ditimbulkan oleh bakteri. Sebagian virus
juga dapat menginfeksi tanpa adanya
simpton sampai virus tersebut menyerang
jaringan sel yang lain, misalnya jaringan
saraf, melalui aliran darah.
Rickettsiae adalah bakteri yang berukuran kecil
dan tidak pernah berhasil dikultivasi pada medium
sintetik. Rickettsia berbeda dengan virus karena
mikroorganisme ini mempunyai DNA dan RNA
mempunyai beberapa struktur yang dimiliki bakteri.
Coxiella burnetii, penyebab demam Q, ditimbulkan
oleh mikroorganisme ini adalah sakit kepala dan
demam. Penularannya melalui susu dari sapi yang
terinfeksi. C. burnetii telah dilaporkan relatif
tahan panas dan dapat membentuk spora, sehingga
kemungkinan bisa terdapat pada susu pasteurisasi
jika susu tersebut berasal dari sapi yang
terinfeksi.
 Prion menyebabkan penyakit
degeneratif pada sistem syaraf pusat
pada hewan dan manusia.
Prion tersebar melalui pakan dan
penularan terhadap manusia kini
mendapat perhatian yang serius. Prion
sangat resisten terhadap panas, lebih
tahan daripada spora bakteri dan
merupakan bentuk protein yang
abnormal dari inang.
 Giardia, Cryptosporidium, Balantidium,
Entamoeba dan protozoa lainnya serta parasit
seperti cacing pita, dapat menginfeksi melali
air dan makanan. Beberapa spesies dapat
bertahan pada lingkungan untuk beberapa
minggu dan dapat klorinasi. Gejala-gejala
yang ditimbulkan dapat sama dengan gejala
gangguan perut yang ditimbulkan oleh bakteri
dan penularannya melalui rute fekal-oral.
Keracuanan dapat di sebabkan oleh beberapa hal
di antaranya yaitu faktor bahan kimia, mikroba,
toksin dll. Dari penyebab tersebut dapat
mempengaruhi vaskuler sistemik sehingga terjadi
penurunan fungsi organ – organ dalam tubuh.
Biasanya akibat dari keracunan menimbulkan mual,
muntah, diare, perut kembung,gangguan pernafasan,
gangguan sirkulasi darah dan kerusakan hati ( sebagai
akibat keracunan obat dan bahan kimia ). Terjadi
mual, muntah di karenakan iritasi pada lambung
sehingga HCL dalam lambung meningkat . Makanan
yang mengandung bahan kimia beracun (IFO) dapat
menghambat ( inktivasi ) enzim asrtikolinesterase
tubuh (KhE).
1. Gejala yang paling menonjol meliputi
1. Kelainan Visus
2. Hiperaktivitas kelenjar ludah
dan keringat
3. Gangguan Saluran pencernaan
4. Kesukaran bernafas

a. Anoreksia
b. Nyeri kepala
c. Rasa lemah
d. Rasa takut
e. Tremor pada lidah dan
kelopak mata
f. Pupil miosis
a. Nausea
b. Muntah – muntah
c. Kejang dan kram perut
d. Hipersalifa
e. Hiperhidrosis
f. Fasikulasi otot
g. Bradikardi
a. Diare
b. Reaksi cahaya negative
c. Sesak nafas
d. Sianosis
e. Edema paru
f. Inkontinensia urine dan feses
g. Kovulsi
h. Koma
i. Blokade jantung akhirnya
meninggal
a. Syok Neurogenik
b. CHF
c. Gagal ginjal
1. Penatalaksanaan gawat darurat

Setiap keracunan dapat mengancam jiwa.


Walaupun tidak dijumpai adanya kegawatan, setiap
kasus keracunan harus diperlakukan seperti
keadaan kegawatan yang mengancam nyawa.
Penilaian terhadap tanda vital seperti jalan
nafas/pernafasan, sirkulasi dan penurunan
kesadaran harus diakukan secara cepat dan
seksama sehingga tindakan resusitasi yang meliputi
ABC (airway,breathing,circulatory) tidak terlambat
dimulai.
Penatalaksanaan keracunan harus segera dilakukan tanpa
menunggu hasil penapisan toksikologi. Walaupun dalam
sebagian kasus, diagnosis etiologi sulit ditegakkan, dengan
penilaian dan pemeriksaan klinis yang cermat dapat ditemukan
beberapa kelompok kelainan yang memberi arah kepada
diagnosis etiologi. Oleh karena itu, pada kasus keracunan,
bukan hasil laboratorium toksikologi saja yang harus
diperhatikan, standar pemeriksaan kasus di tiap rumah sakit
juga perlu dibuat untuk memudahkan penanganan tepat guna.
Beberapa keadaan klinik yang perlu mendapat perhatian
karena dapat mengancam nyawa ialah koma, kejang, henti
jantung, henti nafas, dan syok.
Dilakukan dekontaminasi saluran
cerna agar bahan yang tertelan hanya
sedikit diabsorpsi. Biasanya dapat
diberikan arang aktif, pencahar, obat
perangsang muntah, dan kumbah
lambung. Muntah hanya boleh
dilakukan bila pasien sadar dan
berbaring pada sisi tubuhnya dengan
kepala agak direndahkan.
Tidak semua racun ada
penawarnya sehingga prinsip
utama adalah mengatsi keadaan
sesuai dengan besarnya masalah.
Prinsip ini sangat diperlukan
karena antidote belum tentu
tersedia setiap saat.
Terapi suportif, konsultasi, dan rehabilitasi
medic harus dilihat secara holistic dan efektif
dalam biaya, disesuaikan dengan kondisi tiap
pelayan kesehatan.

6. Observasi dan konsultasi


7. Rehabilitasi

Anda mungkin juga menyukai