Anda di halaman 1dari 1617

Salinan

BADAN STANDARDISASI NASIONAL

PERATURAN BADAN STANDARDISASI NASIONAL

REPUBLIK INDONESIA

NOMOR 1 TAHUN 2020

TENTANG

SKEMA PENILAIAN KESESUAIAN TERHADAP STANDAR NASIONAL

INDONESIA SEKTOR MAKANAN DAN MINUMAN

DENGAN RAHMATTUHAN YANG MAHA ESA

KEPALA BADAN STANDARDISASI NASIONAL


REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : a. bahwa dengan adanya perubahan Standar Nasional


Indonesia sektor makanan dan minuman, diperlukan
penyesuaian terhadap skema penilaian kesesuaian guna
meningkatkan daya saing produk makanan dan
minuman;

b. bahwa beberapa ketentuan dalam Lampiran sebagaimana


tercantum dalam Peraturan Badan Standardisasi
Nasional Nomor 6 Tahun 2019 tentang Skema Penilaian
Kesesuaian terhadap Standar Nasional Indonesia Sektor
Pangan sudah tidak sesuai dengan kebutuhan kegiatan
penilaian kesesuaian, sehingga perlu diganti;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana
dimaksud dalam huruf a dan huruf b, serta untuk
melaksanakan ketentuan Pasal 42 ayat (2) Peraturan
Pemerintah Nomor 34 Tahun 2018 tentang Sistem
Standardisasi dan Penilaian Kesesuaian Nasional, perlu
menetapkan Peraturan Badan Standardisasi Nasional
-2-

tentang Skema Penilaian Kesesuaian terhadap Standar


Nasional Indonesia Sektor Makanan dan Minuman;

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2014 tentang


Standardisasi dan Penilaian Kesesuaian (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 216,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
5584);
2. Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2018 tentang
Sistem Standardisasi dan Penilaian Kesesuaian Nasional
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2018
Nomor 110, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 2225);
3. Peraturan Presiden Nomor 4 Tahun 2018 tentang Badan
Standardisasi Nasional (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2018 Nomor 10);
4. Peraturan Kepala Badan Standardisasi Nasional Nomor 2
Tahun 2017 tentang Tata Cara Penggunaan Tanda SNI
dan Tanda Kesesuaian Berbasis SNI (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 821);
5. Peraturan Badan Standardisasi Nasional Nomor 10
Tahun 2018 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan
Standardisasi Nasional (Berita Negara Republik Indonesia
Tahun 2018 Nomor 1325);

MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PERATURAN BADAN STANDARDISASI NASIONAL TENTANG
SKEMA PENILAIAN KESESUAIAN TERHADAP STANDAR
NASIONAL INDONESIA SEKTOR MAKANAN DAN MINUMAN.

BAB I
KETENTUAN UMUM

Pasal 1
Dalam Peraturan Badan ini yang dimaksud dengan:
1. Badan Standardisasi Nasional yang selanjutnya disingkat
BSN adalah lembaga pemerintah nonkementerian yang

G:\data kerjaan\Peraturan BSN\PBSN\2020\RPBSN Perubahan PBSN No 6 Sektor Pangan\BSN 1 Salinan.doc


-3-

bertugas dan bertanggung jawab di bidang Standardisasi


dan Penilaian Kesesuaian.
2. Komite Akreditasi Nasional yang selanjutnya disingkat
KAN adalah lembaga nonstruktural yang bertugas dan
bertanggung jawab di bidang akreditasi Lembaga
Penilaian Kesesuaian.
3. Standar Nasional Indonesia yang selanjutnya disingkat
SNI adalah Standar yang ditetapkan oleh BSN dan
berlaku di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
4. Lembaga Penilaian Kesesuaian yang selanjutnya
disingkat LPK adalah lembaga yang melakukan kegiatan
penilaian kesesuaian.
5. Lembaga Sertifikasi Produk yang selanjutnya disebut
LSPro adalah LPK yang merupakan pihak ketiga, baik
lembaga pemerintah atau nonpemerintah yang
mengoperasikan skema Sertifikasi produk untuk
memberikan jaminan tertulis bahwa suatu Barang,
Proses atau Jasa telah memenuhi Standar dan/atau
regulasi.
6. Sertifikasi adalah rangkaian kegiatan Penilaian
Kesesuaian yang berkaitan dengan pemberian jaminan
tertulis bahwa Barang, Jasa, Sistem, Proses, atau
Personal telah memenuhi Standar dan/atau regulasi.
7. Skema Penilaian Kesesuaian adalah aturan, prosedur,
dan manajemen yang berlaku untuk melaksanakan
penilaian kesesuaian terhadap Barang, Proses, dan/atau
Jasa dengan persyaratan acuan tertentu.
8. Pelaku Usaha adalah setiap orang perseorangan atau
badan usaha, baik yang berbentuk badan hukum
maupun bukan badan hukum yang didirikan dan
berkedudukan atau melakukan kegiatan dalam wilayah
Negara Kesatuan Republik Indonesia, baik sendiri
maupun bersama-sama melalui perjanjian,
menyelenggarakan kegiatan usaha dalam berbagai
bidang ekonomi.

G:\data kerjaan\Peraturan BSN\PBSN\2020\RPBSN Perubahan PBSN No 6 Sektor Pangan\BSN 1 Salinan.doc


-4-

Pasal 2
Skema Penilaian Kesesuaian terhadap SNI Sektor Makanan
dan minuman meliputi Skema Penilaian Kesesuaian untuk
produk:
a. Abon;
b. Keripik;
c. Sayur dalam kemasan kaleng/botol;
d. Buah kering;
e. Bahan baku berbasis buah;
f. Jem dan marmalad;
g. Bawang merah goreng;
h. Sup dan kaldu;
i. Telur asin;
j. Produk perikanan hasil fermentasi;
k. Sari pati ayam;
l. Sale pisang;
m. Manisan dalam kemasan;
n. Dodol dan lempok;
o. Tahu;
p. Bubuk minuman kedelai;
q. Pasta dan Mi serta produk sejenisnya;
r. Makanan ringan berbahan dasar serealia dan kacang-
kacangan;
s. Makanan bayi dan anak;
t. Tepung dan pati;
u. Daging kuah dalam kaleng;
v. Ikan dan produk perikanan yang dikeringkan;
w. Ikan pindang;
x. Susu bubuk;
y. Susu cair (segar);
z. keju olahan;
aa. Daging yang dihaluskan;
ab. Rendang;
ac. Saus non emulsi;
ad. Cuka;

G:\data kerjaan\Peraturan BSN\PBSN\2020\RPBSN Perubahan PBSN No 6 Sektor Pangan\BSN 1 Salinan.doc


-5-

ae. Saus kedelai fermentasi;


af. Rempah bubuk;
ag. Tempe kedelai;
ah. Air soda;
ai. Kopi;
aj. Serbuk minuman tradisional;
ak. Air kelapa dalam kemasan;
al. Madu;
am. Minuman berbasis air berperisa tidak berkarbonat;
an. Sari buah;
ao. Teh;
ap. Olahan kakao;
aq. Konsentrat cair untuk minuman berbasis air berperisa;
ar. Siomay ikan;
as. Otak-otak ikan;
at. Naget ikan;
au. Kaki naga ikan;
av. Olahan ikan bandeng;
aw. Es krim;
ax. Surimi;
ay. Minyak ikan;
az. Bakso daging;
ba. Buah dalam kemasan;
bb. Asinan jahe;
bc. Acar;
bd. Gula palma;
be. Gula pasir berstevia;
bf. Petis udang;
bg. Ikan dan produk perikanan yang dibekukan;
bh. ikan dan produk perikanan yang dikalengkan;
bi. Kerupuk ikan, udang dan moluska;
bj. Ikan dan produk perikanan yang diasap;
bk. Margarin;
bl. Makanan ringan ekstrudat;
bm. Ikan berlapis tepung beku;
bn. Lemak reroti (shortening);
bo. Susu kedelai;

G:\data kerjaan\Peraturan BSN\PBSN\2020\RPBSN Perubahan PBSN No 6 Sektor Pangan\BSN 1 Salinan.doc


-6-

bp. Bakeri;
bq. Krimer nabati bubuk;
br. jeli;
bs. Kembang gula;
bt. Minuman susu;
bu. Naget Ayam;
bv. Susu kental;
bw. Susu Sereal;
bx. Dendeng sapi;
by. Susu UHT (Ultra High Temperature);
bz. Susu Pasteurisasi;
ca. Yogurt;
cb. Gaplek;
cc. Kue lapis;
cd. Limun;
ce. Roti;
cf. Serbuk minuman rasa jeruk;
cg. Minuman isotonik;
ch. Pempek ikan rebus beku;
ci. Bakso ikan
cj. Udang berlapis tepung (breaded) beku;
ck. Minyak nabati;
cl. Mentega;
cm. Stik kepiting analog;
cn. Daging kerang masak dingin;
co. Daging asap;
cp. Daging luncheon;
cq. Agar-agar tepung;
cr. Tepung bumbu;
cs. Minuman berbasis air berperisa yang berkarbonat;
ct. Makanan dan Minuman iradiasi;
cu. Gula sukrosa cair;
cv. Kedelai goreng;dan
cw. Saus teremulsi;

G:\data kerjaan\Peraturan BSN\PBSN\2020\RPBSN Perubahan PBSN No 6 Sektor Pangan\BSN 1 Salinan.doc


-7-

Pasal 3
(1) Kepala BSN menetapkan Skema Penilaian Kesesuaian
terhadap SNI sektor Makanan dan Minuman
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2.
(2) Skema Penilaian Kesesuaian terhadap SNI Sektor
Makanan dan Minuman sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) digunakan untuk pelaksanaan Sertifikasi
produk.
(3) Penetapan Skema Penilaian Kesesuaian terhadap SNI
sektor Makanan dan Minuman sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dilaksanakan berdasarkan petunjuk teknis
sebagaimana tercantum dalam Lampiran I sampai
dengan Lampiran CI yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan Badan ini.

Pasal 4
Pada saat Peraturan Badan ini mulai berlaku:
a. sertifikat yang diterbitkan sebelum berlakunya Peraturan
Badan ini tetap berlaku sampai dengan berakhirnya masa
sertifikat; dan
b. proses Sertifikasi yang menggunakan skema Sertifikasi
sebelum berlakunya Peraturan Badan ini, tetap
dilaksanakan berdasarkan skema yang diacu oleh LSPro.

Pasal 5
Pada saat Peraturan Badan ini mulai berlaku, Peraturan
Badan Standardisasi Nasional Nomor 6 Tahun 2019 tentang
Skema Penilaian Kesesuaian terhadap Standar Nasional
Indonesia Sektor Pangan (Berita Negara Republik Indonesia
Tahun 2019 Nomor 442), dicabut dan dinyatakan tidak
berlaku.

Pasal 6
Peraturan Badan ini mulai berlaku pada tanggal
diundangkan.

G:\data kerjaan\Peraturan BSN\PBSN\2020\RPBSN Perubahan PBSN No 6 Sektor Pangan\BSN 1 Salinan.doc


-8-

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan


pengundangan Peraturan Badan ini dengan penempatannya
dalam Berita Negara Republik Indonesia.

Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 19 Maret 2020

KEPALA BADAN STANDARDISASI NASIONAL

REPUBLIK INDONESIA,

TTD

BAMBANG PRASETYA

Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 29 September 2020

DIREKTUR JENDERAL

PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA

REPUBLIK INDONESIA,

TTD

WIDODO EKATJAHJANA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2020 NOMOR 1126

Salinan sesuai dengan aslinya


Kepala Biro Sumber Daya Manusia, Organisasi, dan Hukum

IiTflapa Margahayu
-9-

LAMPIRAN I
PERATURAN BADAN STANDARDISASI NASIONAL
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 1 TAHUN 2020
TENTANG
SKEMA PENILAIAN KESESUAIAN TERHADAP STANDAR
NASIONAL INDONESIA SEKTOR MAKANAN DAN MINUMAN

PETUNJUK TEKNIS SKEMA SERTIFIKASI PRODUK ABON

A Ruang lingkup
Dokumen ini berlaku untuk acuan pelaksanaan Sertifikasi produk
abon.

B Persyaratan acuan
Persyaratan acuan Sertifikasi produk abon mencakup:
1. SNI produk abon sebagaimana ditetapkan dalam Keputusan
Kepala Badan Standardisasi Nasional mengenai Daftar SNI
Sektor Makanan dan Minuman;
2. SNI dan standar lain yang diacu dalam SNI sebagaimana
dimaksud dalam angka 1;
3. Peraturan yang mengatur tentang label dan iklan pangan;
4. Peraturan yang mengatur tentang cara produksi pangan
olahan yang baik (Good Manufacturing Practices);
5. Peraturan yang mengatur tentang kemasan pangan;
6. Peraturan yang mengatur tentang bahan tambahan pangan;
7. Penerapan Cara Produksi Pangan Olahan yang Baik (CPPOB),
Sistem Manajemen Mutu (SMM) berdasarkan SNI ISO 9001,
Sistem Manajemen Mutu Keamanan Pangan (SMKP)
berdasarkan SNI ISO 22000 atau HACCP berdasarkan SNI
CAC/RCP 1; dan
8. Peraturan lain yang terkait produk abon.

G:\data kerjaan\Peraturan BSN\PBSN\2020\RPBSN Perubahan PBSN No 6 Sektor Pangan\BSN 1 Salinan.doc


- 10 -

C Jenis kegiatan penilaian kesesuaian


Penilaian kesesuaian dilakukan dengan kegiatan Sertifikasi.
Sertifikasi produk abon dilakukan oleh LPK yang telah diakreditasi
oleh KAN berdasarkan SNI ISO/IEC 17065, Penilaian Kesesuaian –
Persyaratan untuk Lembaga Sertifikasi Produk, Proses, dan Jasa,
untuk lingkup produk abon.
Dalam hal LPK belum ada yang diakreditasi KAN untuk melakukan
kegiatan Sertifikasi dengan ruang lingkup produk abon, BSN dapat
menunjuk LPK dengan lingkup yang sejenis sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.

D Prosedur administratif
1 Pengajuan permohonan Sertifikasi
1.1 LSPro harus menyusun format permohonan Sertifikasi
bagi pelaku usaha untuk mendapatkan seluruh
informasi yang tercantum pada huruf D angka 1.3.

1.2 Pengajuan permohonan Sertifikasi dilakukan oleh


Pelaku Usaha. Kriteria pelaku usaha yang dapat
mengajukan Sertifikasi sesuai Peraturan BSN yang
mengatur mengenai tata cara penggunaan tanda SNI
dan tanda kesesuaian berbasis SNI.

1.3 Permohonan Sertifikasi harus dilengkapi dengan:


a. informasi Pemohon:
1. nama Pemohon, alamat Pemohon, serta nama
dan kedudukan atau jabatan personel yang
bertanggung jawab atas pengajuan
permohonan Sertifikasi;
2. bukti pemenuhan persyaratan izin usaha
sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan;
3. bukti izin edar produk sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan;
4. bukti kepemilikan atas merek atau tanda
daftar yang dikeluarkan oleh Kementerian
Hukum dan Hak Asasi Manusia;

G:\data kerjaan\Peraturan BSN\PBSN\2020\RPBSN Perubahan PBSN No 6 Sektor Pangan\BSN 1 Salinan.doc


- 11 -

5. apabila Pemohon melakukan pembuatan


produk dengan merek yang dimiliki oleh
pihak lain, menyertakan bukti perjanjian
yang mengikat secara hukum untuk
melakukan pembuatan produk untuk pihak
lain;
6. apabila Pemohon bertindak sebagai pemilik
merek yang mensubkontrakkan proses
produksinya kepada pihak lain, menyertakan
bukti kepemilikan merek dan perjanjian
subkontrak pelaksanaan produksi dengan
pihak lain;
7. apabila Pemohon bertindak sebagai
perwakilan resmi pemilik merek yang
berkedudukan hukum di luar negeri,
menyertakan bukti perjanjian yang mengikat
secara hukum tentang penunjukan sebagai
perwakilan resmi pemilik merek di wilayah
Republik Indonesia; dan
8. pernyataan bahwa Pemohon bertanggung
jawab penuh atas pemenuhan persyaratan
SNI dan pemenuhan persyaratan proses
Sertifikasi, serta bersedia memberikan akses
terhadap lokasi dan/atau informasi yang
diperlukan oleh LSPro dalam melaksanakan
kegiatan Sertifikasi.
b. informasi produk:
1. merek produk yang diajukan untuk
disertifikasi;
2. jenis/tipe/varian produk yang diajukan
untuk disertifikasi;
3. spesifikasi produk setiap merek yang
diajukan untuk disertifikasi;
4. SNI yang digunakan sebagai dasar pengajuan
permohonan Sertifikasi,
5. daftar bahan baku termasuk bahan
tambahan pangan;

G:\data kerjaan\Peraturan BSN\PBSN\2020\RPBSN Perubahan PBSN No 6 Sektor Pangan\BSN 1 Salinan.doc


- 12 -

6. label produk;
7. jenis kemasan produk;
8. foto produk dalam kemasan primer yang
diajukan untuk disertifikasi (dari arah depan,
belakang dan samping), serta informasi
terkait kemasan primer produk; dan
9. apabila ada, foto kemasan sekunder dan
tersier produk yang diajukan untuk
disertifikasi, dari arah depan, belakang, dan
samping.
c. informasi proses produksi:
1. nama, alamat, dan legalitas hukum pabrik
(apabila berbeda dengan legalitas Pemohon);
2. nama dan alamat fasilitas produksi
mencakup semua fasilitas yang digunakan
untuk memproduksi produk yang akan
disertifikasi (misal gudang bahan baku,
produksi, pengemasan produk,
pengangkutan produk jadi, gudang produk
jadi dan lainnya) termasuk kegiatan yang
dialihdayakan;
3. struktur organisasi;
4. dokumentasi tentang desain dan tata letak
proses produksi serta proses pembuatan
produk yang diajukan untuk disertifikasi;
5. dokumentasi terkait proses dan pengendalian
produksi;
6. dokumentasi tentang peralatan produksi dan
pengukuran termasuk program
kalibrasi/verifikasi peralatan;
7. apabila telah tersedia, menyertakan sertifikat
penerapan Sistem Manajemen Mutu
berdasarkan SNI ISO 9001 atau Sistem
Manajemen Keamanan Pangan berdasarkan
SNI ISO 22000 atau HACCP berdasarkan SNI
CAC/RCP 1 dari lembaga Sertifikasi yang
diakreditasi oleh KAN atau oleh badan

G:\data kerjaan\Peraturan BSN\PBSN\2020\RPBSN Perubahan PBSN No 6 Sektor Pangan\BSN 1 Salinan.doc


- 13 -

akreditasi penandatangan International


Accreditation Forum (IAF)/Asia Pacific
Accreditation Cooperation (APAC) Multilateral
Recognition Agreement (MLA) dengan ruang
lingkup yang sesuai.

2 Seleksi
2.1 Tinjauan permohonan Sertifikasi
2.1.1 LSPro harus memastikan bahwa informasi yang
diperoleh dari permohonan Sertifikasi yang
diajukan oleh Pemohon telah lengkap dan
memenuhi persyaratan, serta dapat memastikan
kemampuan LSPro untuk menindaklanjuti
permohonan Sertifikasi.

2.1.2 Tinjauan permohonan Sertifikasi harus dilakukan


oleh personel yang memiliki kompetensi sesuai
dengan lingkup permohonan Sertifikasi.

2.2 Penandatanganan perjanjian Sertifikasi


Setelah permohonan Sertifikasi dinyatakan lengkap dan
memenuhi persyaratan serta Pemohon menyetujui
persyaratan dan prosedur Sertifikasi yang ditetapkan
oleh LSPro, dilakukan penandatanganan perjanjian
Sertifikasi oleh Pemohon dan LSPro.

2.3 Penyusunan rencana evaluasi


2.3.1 Berdasarkan informasi yang diperoleh dari
persyaratan permohonan Sertifikasi yang
disampaikan oleh Pemohon, LSPro menetapkan
rencana evaluasi yang mencakup:
a. tujuan, waktu, durasi, lokasi pelaksanaan,
tim, metode, dan agenda evaluasi proses
produksi dan CPPOB atau sistem manajemen
yang relevan dengan pelaksanaan proses
produksi produk yang diajukan untuk
disertifikasi;

G:\data kerjaan\Peraturan BSN\PBSN\2020\RPBSN Perubahan PBSN No 6 Sektor Pangan\BSN 1 Salinan.doc


- 14 -

b. jenis/tipe/varian produk yang diajukan


untuk disertifikasi dan metode pengambilan
contoh sesuai dengan persyaratan SNI yang
diperlukan untuk pengujian produk, yang
mewakili contoh produk yang diusulkan
untuk disertifikasi;
c. informasi SNI yang digunakan sebagai dasar
Sertifikasi berdasarkan permohonan yang
diajukan oleh Pemohon; dan
d. waktu yang diperlukan untuk pelaksanaan
pengujian berdasarkan standar acuan
metode uji yang dipersyaratkan.

2.3.2 Rencana evaluasi harus mempertimbangkan


kesesuaian produksi yang dilakukan oleh pabrik
sesuai lingkup produk yang diajukan untuk
disertifikasi.

2.3.3 Pelaksanaan evaluasi dilakukan oleh auditor atau


tim audit yang memiliki kriteria kompetensi
sebagai berikut:
1. Pengetahuan tentang prinsip, praktik dan
teknik audit;
2. Pengetahuan tentangproses dan prosedur
Sertifikasi yang ditetapkan oleh LSPro;
3. Pengetahuan tentang standar sistem
manajemen:
a. SNI ISO 9001 tentang sistem manajemen
mutu;
b. SNI ISO 22000 tentang sistem
manajemen mutu keamanan pangan;
c. SNI CAC/RCP 1 tentang rekomendasi
nasional kode praktis – prinsip umum
higiene pangan;dan/atau
d. Cara Produksi Pangan Olahan yang Baik
(CPPOB).

G:\data kerjaan\Peraturan BSN\PBSN\2020\RPBSN Perubahan PBSN No 6 Sektor Pangan\BSN 1 Salinan.doc


- 15 -

Catatan: sesuai yang diterapkan oleh


pemohon Sertifikasi.
4. Pengetahuan yang dibuktikan dengan
sertifikat, tentang SNI produk abon;
5. Pengetahuan yang dibuktikan dengan
sertifikat dan/atau pengalaman tentang
sektor bisnis produk abon; dan
6. Pengetahuan tentang produk, proses dan
organisasi pemohon Sertifikasi.

3 Determinasi
Determinasi mencakup 2 (dua) tahap evaluasi, yaitu evaluasi
tahap 1 (satu) dan evaluasi tahap 2 (dua).

3.1 Pelaksanaan evaluasi tahap 1 (satu)


3.1.1 Pada evaluasi tahap 1 (satu) dilakukan
pemeriksaan awal terhadap kesesuaian informasi
produk dan proses produksi yang disampaikan
Pemohon pada huruf D angka 1.3 terhadap
lingkup produk yang ditetapkan dalam SNI dan
peraturan terkait.

3.1.2 Apabila hasil evaluasi tahap 1 (satu)


menunjukkan ketidaksesuaian terhadap
persyaratan, Pemohon harus diberi kesempatan
untuk melakukan tindakan perbaikan dalam
jangka waktu tertentu sesuai dengan kebijakan
LSPro.

3.2 Pelaksanaan evaluasi tahap 2 (dua)


3.2.1 Evaluasi tahap 2 (dua) dilaksanakan melalui audit
proses produksi dan CPPOB atau sistem
manajemen yang relevan serta pengujian produk.

3.2.2 Audit proses produksi dan CPPOB atau sistem


manajemen yang relevan dilakukan pada saat
pabrik melakukan produksi produk yang diajukan

G:\data kerjaan\Peraturan BSN\PBSN\2020\RPBSN Perubahan PBSN No 6 Sektor Pangan\BSN 1 Salinan.doc


- 16 -

atau pada kondisi tertentu dilakukan melalui


simulasi proses produksi produk yang diajukan
untuk disertifikasi.

3.2.3 Audit dilakukan dengan metode audit yang


merupakan kombinasi dari audit dokumen dan
rekaman, wawancara, observasi, demonstrasi,
atau metode audit lainnya.

3.2.4 Audit dilakukan terhadap:


a. tanggung jawab dan komitmen personel
penanggung jawab pabrik terhadap
konsistensi pemenuhan produk terhadap
persyaratan SNI;
b. ketersediaan dan pengendalian prosedur dan
rekaman pengendalian mutu, termasuk
pengujian rutin;
c. fasilitas, lokasi, desain dan tata letak,
bangunan, sanitasi peralatan, sanitasi ruang
proses, dan higiene personel sesuai dengan
ketentuan yang berlaku tentang CPPOB;
d. tahapan kritis proses produksi, mulai dari
bahan baku sampai produk akhir paling
sedikit pada tahapan seperti yang diuraikan
dalam huruf L;
e. kelengkapan serta fungsi peralatan produksi
termasuk peralatan pengendalian mutu;
f. bukti verifikasi berdasarkan hasil kalibrasi
atau hasil verifikasi peralatan produksi
sebagaimana disebutkan pada huruf e yang
membuktikan bahwa peralatan tersebut
memenuhi persyaratan produksi. Hasil
verifikasi peralatan produksi dapat
ditunjukkan dengan prosedur yang
diperlukan untuk mencapai kondisi atau
persyaratan yang ditetapkan;

G:\data kerjaan\Peraturan BSN\PBSN\2020\RPBSN Perubahan PBSN No 6 Sektor Pangan\BSN 1 Salinan.doc


- 17 -

g. bukti tera atau tera ulang alat pengukur


berat produk dalam kemasan akhir;
h. pengendalian dan penanganan produk yang
tidak sesuai; dan
i. pengemasan, penanganan, dan penyimpanan
produk, termasuk di gudang akhir produk
yang siap diedarkan.

3.2.5 Apabila Pemohon telah menerapkan dan


mendapatkan sertifikat SMKP berdasarkan SNI
ISO 22000 atau HACCP berdasarkan SNI
CAC/RCP 1 dari lembaga Sertifikasi yang
diakreditasi oleh KAN atau oleh badan akreditasi
penandatangan IAF/APAC MLA dengan ruang
lingkup yang sesuai, maka inspeksi pabrik atau
asesmen proses produksi dilakukan terhadap
implementasi sistem manajemen terkait mutu
produk tersebut dan angka 3.2.4 huruf d sampai
dengan huruf i.

3.2.6 Apabila Pemohon telah menerapkan dan


mendapatkan sertifikat SMM berdasarkan SNI ISO
9001 dari lembaga Sertifikasi yang diakreditasi
oleh KAN atau oleh badan akreditasi
penandatangan IAF/APAC MLA dengan ruang
lingkup yang sesuai, maka inspeksi pabrik atau
asesmen proses produksi dilakukan terhadap
implementasi sistem manajemen terkait mutu
produk tersebut dan angka 3.2.4 huruf c sampai
dengan huruf i.

3.2.7 Apabila Pemohon hanya melakukan kegiatan


pengemasan produk akhir, maka audit pada
angka 3.2.4 tidak berlaku, namun LSPro harus
memastikan kesesuaian terhadap:
a. produk yang akan dikemas sesuai
persyaratan SNI yang dibuktikan melalui

G:\data kerjaan\Peraturan BSN\PBSN\2020\RPBSN Perubahan PBSN No 6 Sektor Pangan\BSN 1 Salinan.doc


- 18 -

pemenuhan hasil uji yang diterbitkan oleh


laboratorium pihak ketiga yang diakreditasi
oleh KAN atau badan akreditasi
penandatangan IAF/APAC MLA secara
periodik setiap batch dan mencakup seluruh
pemasok;
b. tahapan proses di pemasok yang dibuktikan
melalui penyertaan sertifikat CPPOB, sistem
manajemen atau sertifikat Pemeriksaan
Sarana dan Bangunan (PSB) yang dimiliki
oleh pemasok; dan
c. tahapan kritis proses produksi seperti yang
diuraikan dalam huruf L, yang dibuktikan
melalui audit proses produksi pada seluruh
kegiatan yang dikendalikan oleh Pemohon.

3.2.8 Pengambilan contoh produk dilakukan saat audit


proses produksi berdasarkan persyaratan dalam
SNI. Pengambilan contoh produk untuk pengujian
dilakukan oleh personel kompeten yang
ditugaskan oleh LSPro. Contoh produk diambil
dari lini produksi atau gudang penyimpanan
produk.

3.2.9 Contoh produk diambil sesuai dengan kebutuhan


pengujian yang mewakili merek yang diajukan
untuk disertifikasi.
Catatan: merek dapat mewakili merek lainnya
apabila memiliki spesifikasi yang sama.

3.2.10 Pengujian dilakukan di laboratorium yang telah


menerapkan ISO/IEC 17025 untuk lingkup
produk yang disertifikasi. Penerapan ISO/IEC
17025 dapat dibuktikan melalui:
a. akreditasi oleh KAN;
b. akreditasi oleh badan akreditasi
penandatangan saling pengakuan dalam

G:\data kerjaan\Peraturan BSN\PBSN\2020\RPBSN Perubahan PBSN No 6 Sektor Pangan\BSN 1 Salinan.doc


- 19 -

forum APAC dan International Laboratory


Accreditation Cooperation (ILAC); atau
c. penilaian yang dilakukan oleh LSPro
terhadap laboratorium.
3.2.11 Apabila pengujian dilakukan di laboratorium
Pemohon, maka LSPro harus memastikan
kesesuaian kompetensi dan imparsialitas proses
pengujian yang dilakukan, misalnya melalui
penyaksian proses pengujian.

3.2.12 Laboratorium Pemohon yang digunakan untuk


pengujian produk yang disertifikasi harus
memenuhi persyaratan sebagaimana tercantum
pada angka 3.2.10 huruf a atau huruf b.

3.2.13 Apabila berdasarkan hasil evaluasi tahap 2 (dua)


ditemukan ketidaksesuaian, Pemohon harus
diberi kesempatan untuk melakukan tindakan
perbaikan dalam jangka waktu tertentu sesuai
dengan kebijakan LSPro.

3.2.14 Apabila hasil pengujian dari laboratorium


menunjukkan ketidaksesuaian maka dapat
dilakukan pengujian ulang paling banyak 1 (satu)
kali dengan mengambil contoh ulang dari lini
produksi atau gudang penyimpanan produk.

4 Tinjauan dan keputusan


4.1 Tinjauan
4.1.1 Tinjauan hasil evaluasi dilakukan terhadap
pemenuhan seluruh persyaratan Sertifikasi dan
kesesuaian proses Sertifikasi, mulai dari
pengajuan permohonan Sertifikasi, pelaksanaan
evaluasi tahap 1 (satu) dan evaluasi tahap 2 (dua).

4.1.2 Tinjauan hasil evaluasi dinyatakan dalam bentuk


rekomendasi tertulis tentang pemenuhan SNI

G:\data kerjaan\Peraturan BSN\PBSN\2020\RPBSN Perubahan PBSN No 6 Sektor Pangan\BSN 1 Salinan.doc


- 20 -

yang diajukan oleh Pemohon untuk produk yang


diajukan untuk disertifikasi.

4.2 Penetapan keputusan Sertifikasi


4.2.1 Penetapan keputusan Sertifikasi dilakukan
berdasarkan rekomendasi yang dihasilkan dari
proses tinjauan.

4.2.2 Penetapan keputusan Sertifikasi harus dilakukan


oleh 1 (satu) orang atau sekelompok orang yang
tidak terlibat dalam proses evaluasi.

4.2.3 Penetapan keputusan Sertifikasi dapat dilakukan


oleh 1 (satu) orang atau sekelompok orang yang
sama dengan yang melakukan tinjauan.

4.2.4 Rekomendasi untuk keputusan Sertifikasi


berdasarkan hasil tinjauan harus
didokumentasikan, kecuali tinjauan dan
keputusan Sertifikasi diselesaikan secara
bersamaan oleh orang atau sekelompok orang
yang sama.

4.2.5 LSPro harus memberitahu secara tertulis kepada


Pemohon terkait menunda atau tidak memberikan
keputusan Sertifikasi, dan harus menyampaikan
alasan keputusan tersebut.

4.2.6 Apabila Pemohon menunjukkan keinginan untuk


melanjutkan proses Sertifikasi setelah LSPro
memutuskan tidak memberikan Sertifikasi,
Pemohon dapat menyampaikan permohonan
untuk melanjutkan proses Sertifikasi.

4.2.7 Permohonan melanjutkan proses Sertifikasi harus


disampaikan oleh Pemohon kepada LSPro secara
tertulis paling lambat 1 (satu) bulan setelah
pemberitahuan keputusan tidak memberikan
Sertifikasi diterbitkan oleh LSPro. Proses

G:\data kerjaan\Peraturan BSN\PBSN\2020\RPBSN Perubahan PBSN No 6 Sektor Pangan\BSN 1 Salinan.doc


- 21 -

Sertifikasi dapat dimulai kembali dari evaluasi


tahap 2 (dua).

4.3 Bukti kesesuaian


4.3.1 Bukti kesesuaian berupa sertifikat kesesuaian
yang diterbitkan oleh LSPro. LSPro menerbitkan
sertifikat kesesuaian kepada Pemohon yang telah
memenuhi persyaratan Sertifikasi. Sertifikat
kesesuaian berlaku selama 4 (empat) tahun
setelah diterbitkan.

4.3.2 Sertifikat kesesuaian terhadap persyaratan SNI


paling sedikit harus memuat:
1. nomor sertifikat atau identifikasi unik
lainnya;
2. nomor atau identifikasi lain dari skema
Sertifikasi;
3. nama dan alamat LSPro;
4. nama dan alamat Pemohon (pemegang
sertifikat);
5. nomor atau identifikasi lain yang mengacu ke
perjanjian Sertifikasi;
6. pernyataan kesesuaian yang mencakup:
a. jenis/tipe/varian produk sesuai
peraturan kategori pangan yang berlaku;
b. jenis kemasan produk yang disertifikasi;
c. merek produk yang disertifikasi;
d. SNI yang menjadi dasar Sertifikasi; dan
e. nama dan alamat lokasi produksi.
7. status akreditasi atau pengakuan LSPro;
8. tanggal penerbitan sertifikat dan masa
berlakunya, serta riwayat sertifikat;dan
9. tanda tangan yang mengikat secara hukum
dari personel yang bertindak atas nama
LSPro sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.

G:\data kerjaan\Peraturan BSN\PBSN\2020\RPBSN Perubahan PBSN No 6 Sektor Pangan\BSN 1 Salinan.doc


- 22 -

E Pemeliharaan Sertifikasi
1 Pengawasan oleh LSPro
Pengawasan oleh LSPro dilakukan melalui kegiatan
surveilans. LSPro harus melaksanakan kunjungan surveilans
paling sedikit 2 (dua) kali dalam periode Sertifikasi, dengan
jarak antar evaluasi paling lama 12 (dua belas) bulan.
Kunjungan surveilans dilakukan melalui kegiatan evaluasi
berupa audit dan pengujian.

2 Sertifikasi ulang
2.1 LSPro harus melaksanakan Sertifikasi ulang paling
lambat 6 (enam) bulan sebelum masa berlaku sertifikat
berakhir.

2.2 Pelaksanaan Sertifikasi ulang dilakukan sesuai dengan


tahapan pada prosedur administratif.

2.3 Apabila tidak ada perubahan yang signifikan terkait


produk dan proses produksi sesuai dengan hasil audit
terakhir, maka LSPro dapat tidak melakukan evaluasi
tahap 1 (satu).

2.4 Apabila berdasarkan hasil Sertifikasi ulang ditemukan


ketidaksesuaian, Pemohon harus diberi kesempatan
untuk melakukan tindakan perbaikan dalam jangka
waktu tertentu sesuai dengan kebijakan LSPro.

F Evaluasi Khusus
LSPro dapat melaksanakan evaluasi khusus dalam rangka audit
perluasan lingkup maupun tindak lanjut (investigasi) atas keluhan
atau informasi yang ada. Evaluasi khusus dalam rangka
investigasi keluhan atau informasi yang ada dilakukan oleh
auditor yang memiliki kompetensi untuk melakukan investigasi
dan terbatas pada permasalahan yang ada, serta dilakukan dalam
waktu yang singkat dari diperolehnya keluhan atau informasi.
Tahapan evaluasi khusus dalam rangka perluasan lingkup
dilakukan sesuai dengan tahapan prosedur administratif namun

G:\data kerjaan\Peraturan BSN\PBSN\2020\RPBSN Perubahan PBSN No 6 Sektor Pangan\BSN 1 Salinan.doc


- 23 -

terbatas pada perluasan lingkup yang diajukan. Evaluasi terhadap


perluasan lingkup Sertifikasi dapat dilakukan terpisah maupun
bersamaan dengan surveilans.

G Ketentuan pengurangan, pembekuan, dan pencabutan Sertifikasi


1 Pengurangan lingkup Sertifikasi
Pemohon dapat mengajukan pengurangan lingkup Sertifikasi
selama periode Sertifikasi.

2 Pembekuan dan pencabutan Sertifikasi


2.1 LSPro dapat membekukan Sertifikasi apabila Pemohon:
a. tidak mampu memperbaiki ketidaksesuaian yang
diterbitkan oleh LSPro pada saat surveilans
dan/atau saat evaluasi khusus; atau
b. menyampaikan permintaan pembekuan Sertifikasi
kepada LSPro.

2.2 LSPro harus membatasi periode pembekuan Sertifikasi


paling lama 6 (enam) bulan.

2.3 LSPro dapat melakukan pencabutan Sertifikasi apabila


pemohon:
a. tidak mampu memperbaiki ketidaksesuaian yang
mengakibatkan pembekuan Sertifikasi melebihi
batas waktu yang ditentukan; atau
b. menyampaikan permintaan pencabutan Sertifikasi
kepada LSPro.

2.4 LSPro dapat mempertimbangkan pembekuan atau


pencabutan Sertifikasi, atau tindakan lainnya yang
disebabkan oleh faktor lainnya dengan
mempertimbangkan risiko yang ditemukan.

H Keluhan dan banding


LSPro harus mengembangkan aturan penanganan keluhan dan
banding dengan mempertimbangkan kompetensi dan imparsialitas
pelaksanaan penanganan keluhan dan banding.

G:\data kerjaan\Peraturan BSN\PBSN\2020\RPBSN Perubahan PBSN No 6 Sektor Pangan\BSN 1 Salinan.doc


- 24 -

I Informasi publik
LSPro harus memublikasikan informasi kepada publik sesuai
persyaratan ISO/IEC 17065 termasuk informasi pelanggan yang
disertifikasi, dibekukan dan dicabut. Informasi publik terkait
informasi pelanggan yang disertifikasi, dibekukan dan dicabut
tersebut juga harus disampaikan melalui Aplikasi Barang Ber-SNI
(BangBeni) https://bangbeni.bsn.go.id.

J Kondisi khusus
Dalam hal ditemukan situasi yang tidak memungkinkan
penerapan persyaratan tertentu dalam Sertifikasi ini, maka akan
ditetapkan kebijakan BSN dengan mempertimbangkan masukan
dari KAN dan para pemangku kepentingan lainnya.

K Penggunaan Tanda SNI


1 Penggunaan tanda SNI dilakukan setelah mendapatkan
persetujuan penggunaan tanda SNI melalui Surat Persetujuan
Penggunaan Tanda (SPPT) SNI yang dikeluarkan oleh BSN
sesuai dengan ketentuan dalam Peraturan BSN yang
mengatur mengenai tata cara penggunaan tanda SNI dan
tanda kesesuaian berbasis SNI.

2 Permohonan persetujuan penggunaan tanda SNI diajukan


kepada BSN disertai dengan dokumen persyaratan yang
diatur dalam Peraturan BSN mengenai tata cara penggunaan
tanda SNI dan tanda kesesuaian berbasis SNI.

3 Tanda SNI sebagai bukti kesesuaian produk yang telah


memenuhi SNI adalah sebagai berikut:

G:\data kerjaan\Peraturan BSN\PBSN\2020\RPBSN Perubahan PBSN No 6 Sektor Pangan\BSN 1 Salinan.doc


- 25 -

Dengan ukuran:

Keterangan:
y = 11x
r = 0,5x

L Tahapan kritis proses produksi produk abon

Tahapan kritis
No. Penjelasan tahapan kritis
proses produksi
1. Pemilihan bahan Bahan baku, bahan tambahan
baku, bahan pangan dan bahan kemasan harus
tambahan pangan memenuhi persyaratan yang
dan bahan kemasan ditetapkan atau peraturan terkait
yang berlaku
2. Proses produksi Proses produksi dilakukan dengan
metode tertentu yang dikendalikan
dan memperhatikan kesesuaian
proses, termasuk kondisi
lingkungan kerja, kompetensi
SDM, peralatan produksi dan alat
pemantauan sesuai persyaratan
yang ditetapkan
3. Pengendalian mutu Pengendalian mutu produk
dilakukan dengan metode tertentu
yang dikendalikan, untuk
memastikan produk sesuai dengan
persyaratan mutu dan keamanan
yang ditetapkan

G:\data kerjaan\Peraturan BSN\PBSN\2020\RPBSN Perubahan PBSN No 6 Sektor Pangan\BSN 1 Salinan.doc


-26-

Tahapan kritis
No. Penjelasan tahapan kritis
proses produksi
4. Pengemasan Pengemasan produk dilakukan
dengan metode tertentu yang
dikendalikan sesuai dengan
persyaratan SNI dan peraturan
terkait yang berlaku
5. Penandaan Penandaan dilakukan sesuai

dengan persyaratan SNI dan


peraturan terkait yang berlaku
Keterangan : Urutan tahapan kritis proses produksi di setiap
pemohon dapat berbeda

KEPALA BADAN STANDARDISASI NASIONAL

REPUBLIK INDONESIA,

TTD

BAMBANG PRASETYA

S^Jinsua^suai dengan aslinya


/jn Manusia, Organisasi, dan Hukum
Kepala

argahayu
^"CINOO^^
- 27 -

LAMPIRAN II
PERATURAN BADAN STANDARDISASI NASIONAL
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 1 TAHUN 2020
TENTANG
SKEMA PENILAIAN KESESUAIAN TERHADAP STANDAR
NASIONAL INDONESIA SEKTOR MAKANAN DAN MINUMAN

PETUNJUK TEKNIS SKEMA SERTIFIKASI PRODUK KERIPIK

A Ruang lingkup
Dokumen ini berlaku untuk acuan pelaksanaan Sertifikasi produk
keripik.

B Persyaratan acuan
Persyaratan acuan Sertifikasi produk keripik mencakup:
1. SNI produk keripik sebagaimana ditetapkan dalam Keputusan
Kepala Badan Standardisasi Nasional mengenai daftar SNI
sektor Makanan dan Minuman.
2. SNI dan standar lain yang diacu dalam SNI sebagaimana
dimaksud pada angka 1;
3. Peraturan yang mengatur tentang label dan iklan pangan;
4. Peraturan yang mengatur tentang cara produksi pangan
olahan yang baik (Good Manufacturing Practices);
5. Peraturan yang mengatur tentang kemasan pangan;
6. Peraturan yang mengatur tentang bahan tambahan pangan;
7. Penerapan Cara Produksi Pangan Olahan yang Baik (CPPOB),
Sistem Manajemen Mutu (SMM) berdasarkan SNI ISO 9001,
Sistem Manajemen Mutu Keamanan Pangan (SMKP)
berdasarkan SNI ISO 22000 atau HACCP berdasarkan SNI
CAC/RCP 1; dan
8. Peraturan lain yang terkait produk keripik.

C Jenis kegiatan penilaian Kesesuaian


Penilaian kesesuaian dilakukan dengan kegiatan Sertifikasi.
Sertifikasi produk keripik dilakukan oleh LPK yang telah
diakreditasi oleh KAN berdasarkan SNI ISO/IEC 17065, Penilaian
- 28 -

Kesesuaian – Persyaratan untuk Lembaga Sertifikasi Produk,


Proses, dan Jasa, untuk lingkup produk keripik.
Dalam hal LPK belum ada yang diakreditasi KAN untuk melakukan
kegiatan Sertifikasi dengan ruang lingkup produk keripik, BSN
dapat menunjuk LPK dengan lingkup yang sejenis sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.

D Prosedur administratif
1 Pengajuan permohonan Sertifikasi
1.1 LSPro harus menyusun format permohonan Sertifikasi
bagi pelaku usaha untuk mendapatkan seluruh
informasi seperti diatur pada huruf D angka 1.3.

1.2 Pengajuan permohonan Sertifikasi dilakukan oleh pelaku


usaha. Kriteria pelaku usaha yang dapat mengajukan
Sertifikasi sesuai Peraturan BSN yang mengatur
mengenai tata cara penggunaan tanda SNI dan tanda
kesesuaian berbasis SNI.

1.3 Permohonan Sertifikasi harus dilengkapi dengan:


a. informasi Pemohon:
1. nama Pemohon, alamat Pemohon, serta nama dan
kedudukan atau jabatan personel yang
bertanggung jawab atas pengajuan permohonan
Sertifikasi;
2. bukti pemenuhan persyaratan izin usaha sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
3. bukti izin edar produk sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan;
4. bukti kepemilikan atas merek atau tanda daftar
yang dikeluarkan oleh Kementerian Hukum dan
Hak Asasi Manusia;
5. apabila Pemohon melakukan pembuatan produk
dengan merek yang dimiliki oleh pihak lain,
menyertakan bukti perjanjian yang mengikat
secara hukum untuk melakukan pembuatan
produk untuk pihak lain;

G:\data kerjaan\Peraturan BSN\PBSN\2020\RPBSN Perubahan PBSN No 6 Sektor Pangan\BSN 1 Salinan.doc


- 29 -

6. apabila Pemohon bertindak sebagai pemilik merek


yang mensubkontrakkan proses produksinya
kepada pihak lain, menyertakan bukti kepemilikan
merek dan perjanjian subkontrak pelaksanaan
produksi dengan pihak lain;
7. apabila Pemohon bertindak sebagai perwakilan
resmi pemilik merek yang berkedudukan hukum di
luar negeri, menyertakan bukti perjanjian yang
mengikat secara hukum tentang penunjukan
sebagai perwakilan resmi pemilik merek di wilayah
Republik Indonesia;
8. pernyataan bahwa Pemohon bertanggung jawab
penuh atas pemenuhan persyaratan SNI dan
pemenuhan persyaratan proses Sertifikasi, serta
bersedia memberikan akses terhadap lokasi
dan/atau informasi yang diperlukan oleh LSPro
dalam melaksanakan kegiatan Sertifikasi.
b. informasi produk:
1. merek produk yang diajukan untuk disertifikasi;
2. jenis/tipe/varian produk yang diajukan untuk
disertifikasi;
3. spesifikasi produk setiap merek yang diajukan
untuk disertifikasi;
4. SNI yang digunakan sebagai dasar pengajuan
permohonan Sertifikasi,
5. daftar bahan baku termasuk bahan tambahan
pangan;
6. label produk;
7. jenis kemasan produk;
8. foto produk dalam kemasan primer yang diajukan
untuk disertifikasi (dari arah depan, belakang dan
samping), serta informasi terkait kemasan primer
produk;
9. apabila ada, foto kemasan sekunder dan tersier
produk yang diajukan untuk disertifikasi, dari arah
depan, belakang, dan samping.

G:\data kerjaan\Peraturan BSN\PBSN\2020\RPBSN Perubahan PBSN No 6 Sektor Pangan\BSN 1 Salinan.doc


- 30 -

c. informasi proses produksi:


1. nama, alamat, dan legalitas hukum pabrik (apabila
berbeda dengan legalitas Pemohon);
2. nama dan alamat fasilitas produksi mencakup
semua fasilitas yang digunakan untuk
memproduksi produk yang akan disertifikasi (misal
gudang bahan baku, produksi, pengemasan
produk, pengangkutan produk jadi, gudang produk
jadi dan lainnya) termasuk kegiatan yang
dialihdayakan;
3. struktur organisasi;
4. dokumentasi tentang desain dan tata letak proses
produksi serta proses pembuatan produk yang
diajukan untuk disertifikasi;
5. dokumentasi terkait proses dan pengendalian
produksi;
6. dokumentasi tentang peralatan produksi dan
pengukuran termasuk program kalibrasi/verifikasi
peralatan;
7. apabila telah tersedia, menyertakan sertifikat
penerapan Sistem Manajemen Mutu berdasarkan
SNI ISO 9001 atau Sistem Manajemen Keamanan
Pangan berdasarkan SNI ISO 22000 atau HACCP
berdasarkan SNI CAC/RCP 1 dari lembaga
Sertifikasi yang diakreditasi oleh KAN atau oleh
badan akreditasi penandatangan International
Accreditation Forum (IAF) /Asia Pacific Accreditation
Cooperation (APAC) Multilateral Recognition
Agreement (MLA) dengan ruang lingkup yang
sesuai.

2 Seleksi
2.1 Tinjauan permohonan Sertifikasi
2.1.1 LSPro harus memastikan bahwa informasi yang
diperoleh dari permohonan Sertifikasi yang
diajukan oleh Pemohon telah lengkap dan
memenuhi persyaratan, serta dapat memastikan

G:\data kerjaan\Peraturan BSN\PBSN\2020\RPBSN Perubahan PBSN No 6 Sektor Pangan\BSN 1 Salinan.doc


- 31 -

kemampuan LSPro untuk menindaklanjuti


permohonan Sertifikasi.

2.1.2 Tinjauan permohonan Sertifikasi harus dilakukan


oleh personel yang memiliki kompetensi sesuai
dengan lingkup permohonan Sertifikasi.

2.2 Penandatanganan perjanjian Sertifikasi


Setelah permohonan Sertifikasi dinyatakan lengkap dan
memenuhi persyaratan serta Pemohon menyetujui
persyaratan dan prosedur Sertifikasi yang ditetapkan
oleh LSPro, dilakukan penandatanganan perjanjian
Sertifikasi oleh Pemohon dan LSPro.

2.3 Penyusunan rencana evaluasi


2.3.1 Berdasarkan informasi yang diperoleh dari
persyaratan permohonan Sertifikasi yang
disampaikan oleh Pemohon, LSPro menetapkan
rencana evaluasi yang mencakup:
a. tujuan, waktu, durasi, lokasi pelaksanaan,
tim, metode, dan agenda evaluasi proses
produksi dan CPPOB atau sistem manajemen
yang relevan dengan pelaksanaan proses
produksi produk yang diajukan untuk
disertifikasi;
b. jenis/tipe/varian produk yang diajukan
untuk disertifikasi dan metode pengambilan
contoh sesuai dengan persyaratan SNI yang
diperlukan untuk pengujian produk, yang
mewakili contoh produk yang diusulkan
untuk disertifikasi;
c. informasi SNI yang digunakan sebagai dasar
Sertifikasi berdasarkan permohonan yang
diajukan oleh Pemohon; dan
d. waktu yang diperlukan untuk pelaksanaan
pengujian berdasarkan standar acuan
metode uji yang dipersyaratkan.

G:\data kerjaan\Peraturan BSN\PBSN\2020\RPBSN Perubahan PBSN No 6 Sektor Pangan\BSN 1 Salinan.doc


- 32 -

2.3.2 Rencana evaluasi harus mempertimbangkan


kesesuaian produksi yang dilakukan oleh pabrik
sesuai lingkup produk yang diajukan untuk
disertifikasi.

2.3.3 Pelaksanaan evaluasi dilakukan oleh personel


atau tim audit yang memiliki kriteria kompetensi
sebagai berikut:
1. Pengetahuan tentang prinsip, praktik dan
teknik audit;
2. Pengetahuan tentang proses dan prosedur
Sertifikasi yang ditetapkan LSPro;
3. Pengetahuan tentang standar sistem
manajemen:
a. SNI ISO 9001 tentang sistem manajemen
mutu,
b. SNI ISO 22000 tentang sistem
manajemen mutu keamanan pangan,
c. SNI CAC/RCP 1 tentang rekomendasi
nasional kode praktis – prinsip umum
higiene pangan, dan/atau
d. Cara Produksi Pangan Olahan yang Baik
(CPPOB);
Catatan: sesuai yang diterapkan oleh
pemohon Sertifikasi.
4. Pengetahuan yang dibuktikan dengan
sertifikat, tentang SNI produk keripik;
5. Pengetahuan yang dibuktikan dengan
sertifikat dan/atau pengalaman tentang
sektor bisnis produk keripik; dan
6. Pengetahuan tentang produk, proses dan
organisasi pemohon Sertifikasi.

3 Determinasi
Determinasi mencakup 2 (dua) tahap evaluasi, yaitu evaluasi
tahap 1 (satu) dan evaluasi tahap 2 (dua).

G:\data kerjaan\Peraturan BSN\PBSN\2020\RPBSN Perubahan PBSN No 6 Sektor Pangan\BSN 1 Salinan.doc


- 33 -

3.1 Pelaksanaan evaluasi tahap 1 (satu)


3.1.1 Pada evaluasi tahap 1 (satu) dilakukan
pemeriksaan awal terhadap kesesuaian informasi
produk dan proses produksi yang disampaikan
Pemohon sebagaimana dimaksud pada huruf D
angka 1.3 terhadap lingkup produk yang
ditetapkan dalam SNI dan peraturan terkait.

3.1.2 Apabila hasil evaluasi tahap 1 (satu)


menunjukkan ketidaksesuaian terhadap
persyaratan, Pemohon harus diberi kesempatan
untuk melakukan tindakan perbaikan dalam
jangka waktu tertentu sesuai dengan kebijakan
LSPro.

3.2 Pelaksanaan evaluasi tahap 2 (dua)


3.2.1 Evaluasi tahap 2 (dua) dilaksanakan melalui audit
proses produksi dan CPPOB atau sistem
manajemen yang relevan serta pengujian produk.

3.2.2 Audit proses produksi dan CPPOB atau sistem


manajemen yang relevan dilakukan pada saat
pabrik melakukan produksi produk yang diajukan
atau pada kondisi tertentu dilakukan melalui
simulasi proses produksi produk yang diajukan
untuk disertifikasi.

3.2.3 Audit dilakukan dengan metode audit yang


merupakan kombinasi dari audit dokumen dan
rekaman, wawancara, observasi, demonstrasi,
atau metode audit lainnya.

3.2.4 Audit dilakukan terhadap:


a. tanggung jawab dan komitmen personel
penanggung jawab pabrik terhadap
konsistensi pemenuhan produk terhadap
persyaratan SNI;

G:\data kerjaan\Peraturan BSN\PBSN\2020\RPBSN Perubahan PBSN No 6 Sektor Pangan\BSN 1 Salinan.doc


- 34 -

b. ketersediaan dan pengendalian prosedur dan


rekaman pengendalian mutu, termasuk
pengujian rutin;
c. fasilitas, lokasi, desain dan tata letak,
bangunan, sanitasi peralatan, sanitasi ruang
proses, dan higiene personel sesuai dengan
ketentuan yang berlaku tentang CPPOB;
d. tahapan kritis proses produksi, mulai dari
bahan baku sampai produk akhir paling
sedikit pada tahapan seperti yang diuraikan
dalam huruf L;
e. kelengkapan serta fungsi peralatan produksi
termasuk peralatan pengendalian mutu;
f. bukti verifikasi berdasarkan hasil kalibrasi
atau hasil verifikasi peralatan produksi
sebagaimana disebutkan pada huruf e yang
membuktikan bahwa peralatan tersebut
memenuhi persyaratan produksi. Hasil
verifikasi peralatan produksi dapat
ditunjukkan dengan prosedur yang
diperlukan untuk mencapai kondisi atau
persyaratan yang ditetapkan;
g. bukti tera atau tera ulang alat pengukur
berat produk dalam kemasan akhir;
h. pengendalian dan penanganan produk yang
tidak sesuai; dan
i. pengemasan, penanganan, dan penyimpanan
produk, termasuk di gudang akhir produk
yang siap diedarkan.

3.2.5 Apabila Pemohon telah menerapkan dan


mendapatkan sertifikat SMKP berdasarkan SNI
ISO 22000 atau HACCP berdasarkan SNI
CAC/RCP 1 dari lembaga Sertifikasi yang
diakreditasi oleh KAN atau oleh badan akreditasi
penandatangan IAF/APAC MLA dengan ruang
lingkup yang sesuai, maka inspeksi pabrik atau

G:\data kerjaan\Peraturan BSN\PBSN\2020\RPBSN Perubahan PBSN No 6 Sektor Pangan\BSN 1 Salinan.doc


- 35 -

asesmen proses produksi dilakukan terhadap


implementasi sistem manajemen terkait mutu
produk tersebut dan angka 3.2.4 huruf d sampai
dengan huruf i.

3.2.6 Apabila Pemohon telah menerapkan dan


mendapatkan sertifikat SMM berdasarkan SNI ISO
9001 dari lembaga Sertifikasi yang diakreditasi
oleh KAN atau oleh badan akreditasi
penandatangan IAF/APAC MLA dengan ruang
lingkup yang sesuai, maka inspeksi pabrik atau
asesmen proses produksi dilakukan terhadap
implementasi sistem manajemen terkait mutu
produk tersebut dan angka 3.2.4 huruf c sampai
dengan huruf i.

3.2.7 Apabila Pemohon hanya melakukan kegiatan


pengemasan produk akhir, maka audit pada
angka 3.2.4 tidak berlaku, namun LSPro harus
memastikan kesesuaian terhadap:
a. produk yang akan dikemas sesuai
persyaratan SNI yang dibuktikan melalui
pemenuhan hasil uji yang diterbitkan oleh
laboratorium pihak ketiga yang diakreditasi
oleh KAN atau badan akreditasi
penandatangan IAF/APAC MLA secara
periodik setiap batch dan mencakup seluruh
pemasok;
b. tahapan proses di pemasok yang dibuktikan
melalui penyertaan sertifikat CPPOB, sistem
manajemen atau sertifikat Pemeriksaan
Sarana dan Bangunan (PSB) yang dimiliki
oleh pemasok; dan
c. tahapan kritis proses produksi seperti yang
diuraikan dalam huruf L, yang dibuktikan
melalui audit proses produksi pada seluruh
kegiatan yang dikendalikan oleh Pemohon.

G:\data kerjaan\Peraturan BSN\PBSN\2020\RPBSN Perubahan PBSN No 6 Sektor Pangan\BSN 1 Salinan.doc


- 36 -

3.2.8 Pengambilan contoh produk dilakukan saat audit


proses produksi berdasarkan persyaratan dalam
SNI. Pengambilan contoh produk untuk pengujian
dilakukan oleh personel kompeten yang
ditugaskan oleh LSPro. Contoh produk diambil
dari lini produksi atau gudang penyimpanan
produk.

3.2.9 Contoh produk diambil sesuai dengan kebutuhan


pengujian yang mewakili merek yang diajukan
untuk disertifikasi.
Catatan: merek dapat mewakili merek lainnya
apabila memiliki spesifikasi yang sama

3.2.10 Pengujian dilakukan di laboratorium yang telah


menerapkan ISO/IEC 17025 untuk lingkup
produk yang disertifikasi. Penerapan ISO/IEC
17025 dapat dibuktikan melalui:
a. akreditasi oleh KAN;
b. akreditasi oleh badan akreditasi
penandatangan saling pengakuan dalam
forum APAC dan International Laboratory
Accreditation Cooperation (ILAC); atau
c. penilaian yang dilakukan oleh LSPro
terhadap laboratorium.

3.2.11 Apabila pengujian dilakukan di laboratorium


Pemohon, maka LSPro harus memastikan
kesesuaian kompetensi dan imparsialitas proses
pengujian yang dilakukan, misalnya melalui
penyaksian proses pengujian.

3.2.12 Laboratorium Pemohon yang digunakan untuk


pengujian produk yang disertifikasi harus
memenuhi persyaratan sebagaimana tercantum
pada angka 3.2.10 huruf a atau huruf b.

G:\data kerjaan\Peraturan BSN\PBSN\2020\RPBSN Perubahan PBSN No 6 Sektor Pangan\BSN 1 Salinan.doc


- 37 -

3.2.13 Apabila berdasarkan hasil evaluasi tahap 2 (dua)


ditemukan ketidaksesuaian, Pemohon harus
diberi kesempatan untuk melakukan tindakan
perbaikan dalam jangka waktu tertentu sesuai
dengan kebijakan LSPro.

3.2.14 Apabila hasil pengujian dari laboratorium


menunjukkan ketidaksesuaian maka dapat
dilakukan pengujian ulang paling banyak 1 (satu)
kali dengan mengambil contoh ulang dari lini
produksi atau gudang penyimpanan produk.

4 Tinjauan dan keputusan


4.1 Tinjauan
4.1.1 Tinjauan hasil evaluasi dilakukan terhadap
pemenuhan seluruh persyaratan Sertifikasi dan
kesesuaian proses Sertifikasi, mulai dari
pengajuan permohonan Sertifikasi, pelaksanaan
evaluasi tahap 1 (satu) dan evaluasi tahap 2 (dua).

4.1.2 Tinjauan hasil evaluasi dinyatakan dalam bentuk


rekomendasi tertulis tentang pemenuhan SNI
yang diajukan oleh Pemohon untuk produk yang
diajukan untuk disertifikasi.

4.2 Penetapan keputusan Sertifikasi


4.2.1 Penetapan keputusan Sertifikasi dilakukan
berdasarkan rekomendasi yang dihasilkan dari
proses tinjauan.

4.2.2 Penetapan keputusan Sertifikasi harus dilakukan


oleh 1 (satu) orang atau sekelompok orang yang
tidak terlibat dalam proses evaluasi.

4.2.3 Penetapan keputusan Sertifikasi dapat dilakukan


oleh 1 (satu) orang atau sekelompok orang yang
sama dengan yang melakukan tinjauan.

G:\data kerjaan\Peraturan BSN\PBSN\2020\RPBSN Perubahan PBSN No 6 Sektor Pangan\BSN 1 Salinan.doc


- 38 -

4.2.4 Rekomendasi untuk keputusan Sertifikasi


berdasarkan hasil tinjauan harus
didokumentasikan, kecuali tinjauan dan
keputusan Sertifikasi diselesaikan secara
bersamaan oleh orang atau sekelompok orang
yang sama.

4.2.5 LSPro harus memberitahu secara tertulis kepada


Pemohon terkait menunda atau tidak memberikan
keputusan Sertifikasi, dan harus menyampaikan
alasan keputusan tersebut.

4.2.6 Apabila Pemohon menunjukkan keinginan untuk


melanjutkan proses Sertifikasi setelah LSPro
memutuskan tidak memberikan Sertifikasi,
Pemohon dapat menyampaikan permohonan
untuk melanjutkan proses Sertifikasi.

4.2.7 Permohonan melanjutkan proses Sertifikasi harus


disampaikan oleh Pemohon kepada LSPro secara
tertulis paling lambat 1 (satu) bulan setelah
pemberitahuan keputusan tidak memberikan
Sertifikasi diterbitkan oleh LSPro. Proses
Sertifikasi dapat dimulai kembali dari evaluasi
tahap 2 (dua).

4.3 Bukti kesesuaian


4.3.1 Bukti kesesuaian berupa sertifikat kesesuaian
yang diterbitkan oleh LSPro. LSPro menerbitkan
sertifikat kesesuaian kepada Pemohon yang telah
memenuhi persyaratan Sertifikasi. Sertifikat
kesesuaian berlaku selama 4 (empat) tahun
setelah diterbitkan.

4.3.2 Sertifikat kesesuaian terhadap persyaratan SNI


paling sedikit harus memuat:
1. nomor sertifikat atau identifikasi unik
lainnya;

G:\data kerjaan\Peraturan BSN\PBSN\2020\RPBSN Perubahan PBSN No 6 Sektor Pangan\BSN 1 Salinan.doc


- 39 -

2. nomor atau identifikasi lain dari skema


Sertifikasi;
3. nama dan alamat LSPro;
4. nama dan alamat Pemohon (pemegang
sertifikat);
5. nomor atau identifikasi lain yang mengacu ke
perjanjian Sertifikasi;
6. pernyataan kesesuaian yang mencakup:
a. jenis/tipe/varian produk sesuai
peraturan kategori pangan yang berlaku;
b. jenis kemasan produk yang disertifikasi;
c. merek produk yang disertifikasi;
d. SNI yang menjadi dasar Sertifikasi; dan
e. nama dan alamat lokasi produksi;
7. status akreditasi atau pengakuan LSPro;
8. tanggal penerbitan sertifikat dan masa
berlakunya, serta riwayat sertifikat;dan
9. tanda tangan yang mengikat secara hukum
dari personel yang bertindak atas nama
LSPro sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.

E Pemeliharaan Sertifikasi
1 Pengawasan oleh LSPro
Pengawasan oleh LSPro dilakukan melalui kegiatan
surveilans. LSPro harus melaksanakan kunjungan surveilans
paling sedikit 2 (dua) kali dalam periode Sertifikasi, dengan
jarak antar evaluasi paling lama 12 (dua belas) bulan.
Kunjungan surveilans dilakukan melalui kegiatan evaluasi
berupa audit dan pengujian.

2 Sertifikasi ulang
2.1 LSPro harus melaksanakan Sertifikasi ulang paling
lambat 6 (enam) bulan sebelum masa berlaku sertifikat
berakhir.

G:\data kerjaan\Peraturan BSN\PBSN\2020\RPBSN Perubahan PBSN No 6 Sektor Pangan\BSN 1 Salinan.doc


- 40 -

2.2 Pelaksanaan Sertifikasi ulang dilakukan sesuai dengan


tahapan pada prosedur administratif.

2.3 Apabila tidak ada perubahan yang signifikan terkait


produk dan proses produksi sesuai dengan hasil audit
terakhir, maka LSPro dapat tidak melakukan evaluasi
tahap 1 (satu).

2.4 Apabila berdasarkan hasil Sertifikasi ulang ditemukan


ketidaksesuaian, Pemohon harus diberi kesempatan
untuk melakukan tindakan perbaikan dalam jangka
waktu tertentu sesuai dengan kebijakan LSPro.

F Evaluasi khusus
LSPro dapat melaksanakan evaluasi khusus dalam rangka audit
perluasan lingkup maupun tindak lanjut (investigasi) atas keluhan
atau informasi yang ada. Evaluasi khusus dalam rangka
investigasi keluhan atau informasi yang ada dilakukan oleh
auditor yang memiliki kompetensi untuk melakukan investigasi
dan terbatas pada permasalahan yang ada, serta dilakukan dalam
waktu yang singkat dari diperolehnya keluhan atau informasi.
Tahapan evaluasi khusus dalam rangka perluasan lingkup
dilakukan sesuai dengan tahapan prosedur administratif namun
terbatas pada perluasan lingkup yang diajukan. Evaluasi terhadap
perluasan lingkup Sertifikasi dapat dilakukan terpisah maupun
bersamaan dengan surveilans.

G Ketentuan pengurangan, pembekuan, dan pencabutan Sertifikasi


1 Pengurangan lingkup Sertifikasi
Pemohon dapat mengajukan pengurangan lingkup Sertifikasi
selama periode Sertifikasi.

2 Pembekuan dan pencabutan Sertifikasi


2.1 LSPro dapat membekukan Sertifikasi apabila Pemohon:
a. tidak mampu memperbaiki ketidaksesuaian yang
diterbitkan oleh LSPro pada saat surveilans
dan/atau saat evaluasi khusus; atau

G:\data kerjaan\Peraturan BSN\PBSN\2020\RPBSN Perubahan PBSN No 6 Sektor Pangan\BSN 1 Salinan.doc


- 41 -

b. menyampaikan permintaan pembekuan Sertifikasi


kepada LSPro.

2.2 LSPro harus membatasi periode pembekuan Sertifikasi


paling lama 6 (enam) bulan.

2.3 LSPro dapat melakukan pencabutan Sertifikasi apabila


Pemohon:
a. tidak mampu memperbaiki ketidaksesuaian yang
mengakibatkan pembekuan Sertifikasi melebihi
batas waktu yang ditentukan; atau
b. menyampaikan permintaan pencabutan Sertifikasi
kepada LSPro.

2.4 LSPro dapat mempertimbangkan pembekuan atau


pencabutan Sertifikasi, atau tindakan lainnya yang
disebabkan oleh faktor lainnya dengan
mempertimbangkan risiko yang ditemukan.

H Keluhan dan banding


LSPro harus mengembangkan aturan penanganan keluhan dan
banding dengan mempertimbangkan kompetensi dan imparsialitas
pelaksanaan penanganan keluhan dan banding.

I Informasi publik
LSPro harus memublikasikan informasi kepada publik sesuai
persyaratan ISO/IEC 17065 termasuk informasi pelanggan yang
disertifikasi, dibekukan dan dicabut. Informasi publik terkait
informasi pelanggan yang disertifikasi, dibekukan dan dicabut
tersebut juga harus disampaikan melalui Aplikasi Barang Ber-SNI
(BangBeni) https://bangbeni.bsn.go.id.

J Kondisi khusus
Dalam hal ditemukan situasi yang tidak memungkinkan
penerapan persyaratan tertentu dalam Sertifikasi ini, maka akan
ditetapkan kebijakan BSN dengan mempertimbangkan masukan
dari KAN dan para pemangku kepentingan lainnya.

G:\data kerjaan\Peraturan BSN\PBSN\2020\RPBSN Perubahan PBSN No 6 Sektor Pangan\BSN 1 Salinan.doc


- 42 -

K Penggunaan Tanda SNI


1 Penggunaan tanda SNI dilakukan setelah mendapatkan
persetujuan penggunaan tanda SNI melalui Surat Persetujuan
Penggunaan Tanda (SPPT) SNI yang dikeluarkan oleh BSN
sesuai dengan ketentuan dalam Peraturan BSN yang
mengatur mengenai tata cara penggunaan tanda SNI dan
tanda kesesuaian berbasis SNI.

2 Permohonan persetujuan penggunaan tanda SNI diajukan


kepada BSN disertai dengan dokumen persyaratan yang
diatur dalam Peraturan BSN mengenai tata cara penggunaan
tanda SNI dan tanda kesesuaian berbasis SNI.

3 Tanda SNI sebagai bukti kesesuaian produk yang telah


memenuhi SNI adalah sebagai berikut:

Dengan ukuran:

Keterangan:
y = 11x
r = 0,5x

G:\data kerjaan\Peraturan BSN\PBSN\2020\RPBSN Perubahan PBSN No 6 Sektor Pangan\BSN 1 Salinan.doc


-43-

L Tahapan kritis proses produksi produk keripik

Tahapan kritis
No. Penjelasan tahapan kritis
proses produksi

1. Pemilihan bahan Bahan baku, bahan tambahan


baku, bahan pangan dan bahan kemasan hams
tambahan pangan memenuhi persyaratan yang
dan bahan ditetapkan atau peraturan terkait
kemasan yang berlaku
2. Proses produksi Proses produksi dilakukan dengan
metode tertentu yang dikendalikan
dan memperhatikan kesesuaian
proses, termasuk kondisi lingkungan
kerja, kompetensi SDM, peralatan
produksi dan alat peraantauan
sesuai persyaratan yang ditetapkan
3. Pengendalian mutu Pengendalian mutu produk
dilakukan dengan metode tertentu
yang dikendalikan, untuk
memastikan produk sesuai dengan
persyaratan mutu dan keamanan
yang ditetapkan
4. Pengemasan Pengemasan produk dilakukan
dengan metode tertentu yang
dikendalikan sesuai dengan
persyaratan SNI dan peraturan
terkait yang berlaku
5. Penandaan Penandaan dilakukan sesuai dengan
persyaratan SNI dan peraturan
terkait yang berlaku
Keterangan Urutan tahapan kritis proses produksi di setiap
pemohon dapat berbeda

KEPALA BADAN STANDARDISASI NASIONAL


REPUBLIK INDONESIA,

TTD

BAMBANG PRASETYA

Baling sesuai dengan aslinya


Kepala Bir Manusia, Organisasi, dan Hukum

argahayu
- 44 -

LAMPIRAN III
PERATURAN BADAN STANDARDISASI NASIONAL
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 1 TAHUN 2020
TENTANG
SKEMA PENILAIAN KESESUAIAN TERHADAP STANDAR
NASIONAL INDONESIA SEKTOR MAKANAN DAN MINUMAN

PETUNJUK TEKNIS SKEMA SERTIFIKASI PRODUK SAYUR DALAM


KEMASAN KALENG ATAU BOTOL

A. Ruang lingkup
Dokumen ini berlaku untuk acuan pelaksanaan Sertifikasi produk
sayur dalam kemasan kaleng atau botol sesuai dengan lingkup SNI
sebagai berikut:
No Nama Produk Persyaratan SNI
1. Jamur merang SNI 01-2742-1992 Jamur merang
dalam kaleng atau dalam kaleng atau botol
botol
2. Jamur kancing SNI 01-2741-1992 Jamur kancing
dalam kaleng atau dalam kaleng atau botol
botol
3. Rebung bambu SNI 01-4033-1996 Rebung bambu
dalam kaleng dalam kaleng
4. Jagung muda dalam SNI 01-4032-1996 Jagung muda
kaleng dalam kaleng

B. Persyaratan acuan
Persyaratanacuan Sertifikasi produk sayur dalam kemasan kaleng
atau botol mencakup:
1. SNI sebagaimana dimaksud dalam huruf A;
2. SNI dan standar lain yang diacu dalam sebagaimana dimaksud
dalam huruf A;
3. Peraturan yang terkait yaitu:
a. Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1999 tentang Label
dan Iklan Pangan;
- 45 -

b. Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 75/M-


IND/PER/7/2010 tentang Cara Produksi Pangan Olahan
yang Baik (Good Manufacturing Practices);
c. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 33 Tahun 2012
tentang Bahan Tambahan Pangan;
d. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan
Nomor 16 Tahun 2014 Tentang Perubahan Atas Peraturan
Kepala Badan Pengawas Obat Dan Makanan Nomor
Hk.03.1.23.07.11.6664 Tahun 2011 Tentang Pengawasan
Kemasan Pangan;
e. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan
Nomor16 Tahun 2016 tentang Kriteria Mikrobiologi Dalam
Pangan Olahan; dan
f. Peraturan Kepala BPOM Nomor 5 Tahun 2018 tentang
Batas Maksimum Cemaran Logam Berat dalam Pangan
Olahan.
4. Peraturan lain yang terkait dengan produk sayur dalam
kemasan kaleng atau botol.

C. Prosedur Sertifikasi
Prosedur Sertifikasi mencakup:
1. evaluasi awal; dan
2. inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi.

D. Persyaratan Lembaga Penilaian Kesesuaian


Sertifikasi produk sayur dalam kemasan kaleng atau botol
dilakukan oleh LPK yang telah diakreditasi oleh KAN berdasarkan
SNI ISO/IEC 17065, Penilaian Kesesuaian – Persyaratan untuk
Lembaga Sertifikasi Produk, Proses, dan Jasa, untuk lingkup
produk sebagaimana dimaksud dalam Ruang Lingkup sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Dalam hal LPK belum ada yang diakreditasi oleh KAN untuk
melakukan kegiatan Sertifikasi dengan ruang lingkup produk
sayur dalam kemasan kaleng atau botol, BSN dapat menunjuk LPK
dengan ruang lingkup yang sejenis sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.

G:\data kerjaan\Peraturan BSN\PBSN\2020\RPBSN Perubahan PBSN No 6 Sektor Pangan\BSN 1 Salinan.doc


- 46 -

E. Tahapan Sertifikasi
1. Pengajuan permohonan Sertifikasi
1.1. Pengajuan permohonan Sertifikasi dilakukan oleh pelaku
usaha. Kriteria pelaku usaha yang dapat mengajukan
Sertifikasi sesuai Peraturan BSN mengenai tata cara
penggunaan Tanda SNI dan Tanda Kesesuaian Berbasis
SNI.

1.2. Permohonan Sertifikasi harus dilengkapi dengan:


a. informasi Pemohon:
1. nama pemohon, alamat pemohon, serta nama dan
kedudukan atau jabatan personel yang
bertanggung jawab atas pengajuan permohonan
Sertifikasi;
2. bukti pemenuhan persyaratan izin usaha sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan;
3. pemenuhan persyaratan sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan tentang
pendaftaran dan hak kepemilikan atas merek yang
yang dikeluarkan oleh Kementerian Hukum dan
Hak Asasi Manusia;
4. apabila Pemohon melakukan pembuatan produk
dengan merek yang dimiliki oleh pihak lain,
menyertakan bukti perjanjian yang mengikat
secara hukum untuk melakukan pembuatan
produk untuk pihak lain;
5. apabila Pemohon bertindak sebagai pemilik merek
yang mensubkontrakkan proses produksinya
kepada pihak lain, menyertakan bukti
kepemilikan merek dan perjanjian subkontrak
pelaksanaan produksi dengan pihak lain;
6. apabila Pemohon bertindak sebagai perwakilan
resmi pemilik merek yang berkedudukan hukum
di luar negeri, menyertakan bukti perjanjian yang
mengikat secara hukum tentang penunjukan
sebagai perwakilan resmi pemilik merek di wilayah
Republik Indonesia; dan

G:\data kerjaan\Peraturan BSN\PBSN\2020\RPBSN Perubahan PBSN No 6 Sektor Pangan\BSN 1 Salinan.doc


- 47 -

7. pernyataan bahwa Pemohon Sertifikasi


bertanggung jawab penuh atas pemenuhan
persyaratan SNI dan pemenuhan persyaratan
proses Sertifikasi dan bersedia memberikan akses
terhadap lokasi dan/atau informasi yang
diperlukan oleh LSPro dalam melaksanakan
kegiatan Sertifikasi.
b. informasi produk:
1. merek produk yang diajukan untuk disertifikasi;
2. jenis/tipe/varian produk yang diajukan untuk
disertifikasi;
3. SNI yang digunakan sebagai dasar pengajuan
permohonan Sertifikasi;
4. foto produk dalam kemasan primer yang diajukan
untuk disertifikasi (dari arah depan, belakang dan
samping), serta informasi terkait kemasan primer
produk;
5. daftar bahan baku termasuk bahan tambahan
pangan;
6. label produk; dan
7. apabila telah tersedia, foto kemasan sekunder dan
tersier produk yang diajukan untuk disertifikasi,
dari arah depan, belakang, dan samping, serta
bagian dalam.
c. informasi proses produksi:
1. nama, alamat, dan legalitas hukum pabrik;
2. struktur organisasi, nama dan jabatan personel
penanggung jawab proses produksi;
3. dokumentasi informasi tentang pemasok bahan
baku produk, prosedur evaluasi pemasok, serta
prosedur inspeksi bahan baku produk;
4. dokumentasi informasi tentang proses pembuatan
produk yang diajukan untuk disertifikasi,
termasuk proses yang disubkontrakkan ke pihak
lain;
5. dokumentasi informasi tentang prosedur dan
rekaman pengendalian mutu, termasuk pengujian

G:\data kerjaan\Peraturan BSN\PBSN\2020\RPBSN Perubahan PBSN No 6 Sektor Pangan\BSN 1 Salinan.doc


- 48 -

rutin, daftar peralatan, serta sertifikat kalibrasi


atau bukti verifikasi peralatan yang berpengaruh
terhadap mutu produk yang disertifikasi, dan
bukti atau segel tera atau tera ulang untuk alat
ukur yang digunakan dalam pengukuran berat
produk dalam kemasan akhir;
6. dokumentasi informasi tentang prosedur dan
rekaman pengendalian dan penanganan produk
yang tidak sesuai;
7. dokumentasi informasi tentang pengemasan
produk dan pengelolaan produk di gudang akhir
produk sebelum dikirimkan dan/atau diedarkan
ke wilayah Republik Indonesia;
8. lokasi gudang penyimpanan produk di wilayah
Republik Indonesia;
9. bukti izin edar produk (MD/ML) sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan;
10. menyertakan laporan hasil uji yang dilakukan
paling lambat 1 (satu) tahun sebelum pengajuan
Sertifikasi, yang memberikan bukti pemenuhan
produk yang diajukan untuk disertifikasi terhadap
persyaratan mutu dalam SNI dan peraturan
terkait;
11. apabila laporan hasil uji sebagaimana dinyatakan
pada angka 10 belum tersedia, Pelaku Usaha
dapat menyampaikan contoh produk kepada
LSPro untuk diuji di laboratorium yang memiliki
perjanjian alih daya dengan LSPro; dan
12. apabila telah tersedia, menyertakan Sertifikat
Penerapan Sistem Manajemen Mutu berdasarkan
SNI ISO 9001 atau Sistem Manajemen Keamanan
Pangan berdasarkan SNI ISO 22000 atau HACCP
berdasarkan SNI CAC/RCP 1 dari Lembaga
Sertifikasi yang diakreditasi oleh KAN atau oleh
badan akreditasi penandatangan Internatioal
Accreditation Forum (IAF)/Asia Pacific Accreditation
Cooperation (APAC) Multilateral Recognition

G:\data kerjaan\Peraturan BSN\PBSN\2020\RPBSN Perubahan PBSN No 6 Sektor Pangan\BSN 1 Salinan.doc


- 49 -

Agreement (MLA) dengan ruang lingkup yang


sesuai.

2. Tinjauan permohonan Sertifikasi


LSPro harus memastikan bahwa informasi yang diperoleh dari
permohonan Sertifikasi yang diajukan oleh Pemohon telah
lengkap dan memenuhi persyaratan.

3. Penandatanganan perjanjian Sertifikasi


Setelah permohonan Sertifikasi dinyatakan lengkap dan
Pemohon menyetujui persyaratan dan prosedur Sertifikasi
yang ditetapkan oleh LSPro sesuai dengan persyaratan SNI
ISO/IEC 17065, perjanjian Sertifikasi ditandatangani oleh
Pemohon dan LSPro.

4. Penyusunan rencana evaluasi


Berdasarkan informasi yang diperoleh dari persyaratan
permohonan Sertifikasi yang disampaikan oleh Pemohon,
LSPro menetapkan rencana evaluasi yang mencakup:
a. jenis/tipe/varian produk yang diajukan untuk disertifikasi
dan metode pengambilan contoh sesuai dengan
persyaratan SNI sebagaimana dimaksud dalam huruf A
yang diperlukan untuk pengujian produk dan mewakili
contoh produk yang diusulkan untuk disertifikasi;
b. informasi SNI yang digunakan sebagai dasar Sertifikasi
berdasarkan permohonan yang diajukan oleh Pemohon
Sertifikasi;
c. waktu yang diperlukan untuk pelaksanaan pengujian
berdasarkan standar acuan metode uji yang
dipersyaratkan; dan
d. waktu, lokasi pelaksanaan dan agenda inspeksi pabrik
atau asesmen proses produksi yang relevan dengan
pelaksanaan produksi produk yang diajukan untuk
disertifikasi, serta personel kompeten yang melakukan
evaluasi.

G:\data kerjaan\Peraturan BSN\PBSN\2020\RPBSN Perubahan PBSN No 6 Sektor Pangan\BSN 1 Salinan.doc


- 50 -

5. Pelaksanaan evaluasi awal terhadap produk


5.1. Pelaksanaan evaluasi awal terhadap produk mencakup:
a. Pemeriksaan awal terhadap kesesuaian informasi
produk dan proses produksi yang disampaikan
Pemohon sebagaimana dimaksud pada huruf E angka
1 terhadap lingkup produk yang ditetapkan dalam
SNI dan peraturan terkait.
b. Pengujian awal terhadap contoh produk berdasarkan
persyaratan mutu dalam SNI. Pengujian awal
dilakukan berdasarkan laporan hasil uji dari
laboratorium yang disampaikan Pemohon, yang
mencakup seluruh persyaratan mutu dalam SNI
sebagaimana dimaksud dalam huruf A. Apabila
laporan hasil uji tersebut menunjukkan bahwa
seluruh persyarataan mutu dalam SNI tersebut telah
terpenuhi, maka produk yang diajukan untuk
disertifikasi dianggap telah memenuhi persyaratan
pengujian awal.

5.2. Apabila hasil evaluasi awal menunjukkan


ketidaksesuaian terhadap persyaratan SNI, Pemohon
harus diberi kesempatan untuk melakukan tindakan
perbaikan dalam jangka waktu tertentu sesuai dengan
kebijakan LSPro.

6. Pelaksanaan inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi


6.1. Inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi harus
dilakukan pada saat pabrik melakukan produksi, atau
pada kondisi tertentu dilakukan melalui simulasi proses
produksi produk yang diajukan untuk disertifikasi.

6.2. Inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi dilakukan


terhadap:
a. tanggung jawab dan komitmen personel penanggung
jawab pabrik terhadap konsistensi pemenuhan
produk terhadap persyaratan SNI;

G:\data kerjaan\Peraturan BSN\PBSN\2020\RPBSN Perubahan PBSN No 6 Sektor Pangan\BSN 1 Salinan.doc


- 51 -

b. ketersediaan dan pengendalian dokumentasi


informasi prosedur dan rekaman pengendalian
mutu, termasuk pengujian rutin;
c. fasilitas, lokasi, desain dan tata letak, bangunan,
sanitasi peralatan, sanitasi ruang proses, dan
higiene personel sesuai dengan ketentuan yang
berlaku tentang Cara Produksi Pangan Olahan yang
Baik;
d. tahapan kritis proses produksi, mulai dari bahan
baku sampai produk akhir paling sedikit pada
tahapan sebagaimana tercantum dalam huruf G;
e. kelengkapan serta fungsi peralatan produksi
termasuk peralatan pengendalian mutu, paling
sedikit alat pengisian, alat sterilisasi dan alat
pengukur berat;
f. bukti verifikasi berdasarkan hasil kalibrasi atau
hasil verifikasi peralatan produksi sebagaimana
dimaksud pada huruf e yang membuktikan bahwa
peralatan tersebut memenuhi persyaratan produksi.
Hasil verifikasi peralatan produksi dapat
ditunjukkan dengan prosedur yang diperlukan
untuk mencapai kondisi atau persyaratan yang
ditetapkan;
g. bukti tera atau tera ulang alat pengukuran berat
produk dalam kemasan akhir;
h. pengendalian dan penanganan produk yang tidak
sesuai; dan
i. pengemasan, penanganan, dan penyimpanan
produk, termasuk di gudang akhir produk yang siap
diedarkan.

6.3. Apabila pabrik telah menerapkan Sistem Manajemen


Keamanan Pangan berdasarkan SNI ISO 22000 atau
HACCP berdasarkan SNI CAC/RCP 1 dari Lembaga
Sertifikasi yang diakreditasi oleh KAN atau oleh badan
akreditasi penandatangan IAF/APAC MLA dengan ruang
lingkup yang sesuai, maka inspeksi pabrik atau asesmen

G:\data kerjaan\Peraturan BSN\PBSN\2020\RPBSN Perubahan PBSN No 6 Sektor Pangan\BSN 1 Salinan.doc


- 52 -

proses produksi dilakukan terhadap implementasi sistem


manajemen terkait mutu produk tersebut dan
sebagaimana dimaksud pada angka 6.2 huruf d dan
huruf e.

6.4. Apabila pabrik telah menerapkan Sistem Manajemen


Mutu berdasarkan SNI ISO 9001 dari Lembaga Sertifikasi
yang diakreditasi oleh KAN atau oleh badan akreditasi
penandatangan IAF/APAC MLA dengan ruang lingkup
yang sesuai, maka inspeksi pabrik atau asesmen proses
produksi dilakukan terhadap implementasi sistem
manajemen terkait mutu produk tersebut dan
sebagaimana dimaksud pada angka 6.2 huruf c, huruf d,
dan huruf e.

6.5. Selama inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi,


LSPro melakukan pengambilan contoh produk oleh
petugas pengambil contoh dan selanjutnya diuji di
laboratorium milik LSPro atau laboratorium yang telah
memiliki perjanjian alih daya dengan LSPro.

6.6. Apabila berdasarkan hasil inspeksi pabrik atau asesmen


proses produksi, termasuk hasil pengujian, tidak
diperoleh bukti-bukti yang kuat untuk menjamin
konsistensi produk terhadap persyaratan SNI, maka
Pemohon harus diberi kesempatan untuk melakukan
tindakan perbaikan dalam jangka waktu tertentu sesuai
dengan kebijakan LSPro.

7. Tinjauan
7.1. Tinjauan hasil evaluasi dilakukan terhadap:
a. Hasil evaluasi awal terhadap produk untuk
menunjukkan bahwa contoh produk yang mewakili
produk memenuhi persyaratan SNI yang diajukan
oleh Pemohon sebagai dasar permohonan Sertifikasi.
b. Hasil inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi
atau bukti obyektif untuk menunjukkan bahwa

G:\data kerjaan\Peraturan BSN\PBSN\2020\RPBSN Perubahan PBSN No 6 Sektor Pangan\BSN 1 Salinan.doc


- 53 -

pabrik memiliki proses produksi yang didukung


dengan segala sumber daya yang diperlukan untuk
menghasilkan produk yang secara konsisten dan
memenuhi persyaratan SNI yang diajukan oleh
Pemohon sebagai dasar permohonan Sertifikasi.

7.2. Tinjauan hasil evaluasi dinyatakan dalam bentuk


rekomendasi tertulis tentang pemenuhan SNI yang
diajukan oleh Pemohon untuk produk yang diajukan
untuk disertifikasi.

8. Penetapan keputusan Sertifikasi


8.1. Penetapan keputusan Sertifikasi dilakukan berdasarkan
rekomendasi yang dihasilkan dari proses tinjauan.

8.2. Penetapan keputusan Sertifikasi harus dilakukan oleh


satu atau sekelompok orang yang tidak terlibat dalam
proses evaluasi.

8.3. Penetapan keputusan Sertifikasi dapat dilakukan oleh


satu atau sekelompok orang yang sama dengan yang
melakukan tinjauan.

8.4. Rekomendasi untuk keputusan Sertifikasi berdasarkan


hasil tinjauan harus didokumentasikan, kecuali tinjauan
dan keputusan Sertifikasi diselesaikan secara bersamaan
oleh satu atau sekelompok orang yang sama.

8.5. LSPro harus memberitahu Pemohon Sertifikasi terkait


alasan menunda atau tidak memberikan keputusan
Sertifikasi, dan harus mengidentifikasikan alasan
keputusan tersebut. Apabila Pemohon Sertifikasi
menunjukkan keinginan untuk melanjutkan proses
Sertifikasi, LSPro dapat memulai kembali dari proses
evaluasi (angka 5).

G:\data kerjaan\Peraturan BSN\PBSN\2020\RPBSN Perubahan PBSN No 6 Sektor Pangan\BSN 1 Salinan.doc


- 54 -

9. Penerbitan sertifikat
Sertifikat kesesuaian terhadap persyaratan SNI diterbitkan
sesuai ketentuan sebagai berikut:
a. Sertifikat diterbitkan oleh LSPro setelah penetapan
keputusan Sertifikasi;
b. Sertifikat paling sedikit harus memuat:
1. nomor sertifikat atau identifikasi unik lainnya;
2. nomor atau identifikasi lain dari skema Sertifikasi;
3. nama dan alamat LSPro;
4. nama dan alamat Pemohon (pemegang sertifikat);
5. acuan ke perjanjian Sertifikasi;
6. pernyataan kesesuaian yang mencakup:
a. nama, merek, dan spesifikasi produk yang
dinyatakan memenuhi persyaratan;
b. SNI yang menjadi dasar Sertifikasi;
c. nama dan alamat lokasi produksi; dan
d. informasi terkait proses Sertifikasi.
7. status akreditasi atau pengakuan LSPro;
8. tanggal penerbitan sertifikat;
9. tanggal berakhir masa berlaku sertifikat yaitu 4
(empat) tahun sejak tanggal penerbitan sertifikat; dan
10. tanda tangan yang mengikat secara hukum dari
personel yang bertindak atas nama LSPro sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

10. Surveilans dan Sertifikasi ulang


10.1. LSPro harus melaksanakan surveilans paling sedikit 2
(dua) kali dalam periode Sertifikasi. Dalam hal ini
berlaku ketentuan sebagai berikut:
a. Surveilans pertama dilakukan melalui kegiatan:
1) Inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi;
dan/atau
2) Pengujian terhadap contoh produk yang akan
beredar.
Pemilihan jenis kegiatan pada surveilans pertama
tersebut dilakukan berdasarkan penilaian LSPro
atas hasil Sertifikasi sebelumnya.

G:\data kerjaan\Peraturan BSN\PBSN\2020\RPBSN Perubahan PBSN No 6 Sektor Pangan\BSN 1 Salinan.doc


- 55 -

Apabila surveilans pertama hanya dilakukan


melalui kegiatan pengujian terhadap contoh produk
yang akan beredar, penerima sertifikat harus
menyampaikan dokumentasi pengendalian mutu
proses produksi sejak penerbitan sertifikat sampai
dilakukan surveilans pertama.
b. Surveilans kedua dilakukan melalui kegiatan:
1) Inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi;
dan
2) Pengujian terhadap contoh produk yang akan
atau telah beredar.

10.2. LSPro harus melaksanakan Sertifikasi ulang paling


lambat pada bulan ke-42 (empat puluh dua) setelah
penetapan Sertifikasi, melalui kegiatan sebagaimana
tercantum dalam angka 6.

F. Penggunaan tanda SNI


1. Penggunaan tanda SNI dilakukan setelah mendapatkan
persetujuan penggunaan Tanda SNI melalui Surat
Persetujuan Penggunaan Tanda (SPPT) SNI yang dikeluarkan
oleh BSN sesuai dengan ketentuan dalam peraturan BSN
mengenai tata cara penggunaan Tanda SNI dan Tanda
Kesesuaian Berbasis SNI.

2. Tanda SNI sebagai bukti kesesuaian produk yang telah


memenuhi SNI adalah sebagai berikut:

G:\data kerjaan\Peraturan BSN\PBSN\2020\RPBSN Perubahan PBSN No 6 Sektor Pangan\BSN 1 Salinan.doc


- 56 -

Dengan ukuran:

Keterangan:
y = 11x
r = 0,5x

G:\data kerjaan\Peraturan BSN\PBSN\2020\RPBSN Perubahan PBSN No 6 Sektor Pangan\BSN 1 Salinan.doc


- 57 -

G. Tahapan kritis proses produksi produk sayur dalam kemasan kaleng atau botol
Produk
Jamur Jamur Rebung Jagung
Tahapan Kritis Proses
No. Penjelasan Tahapan kritis merang kancing bambu muda
Produksi
dalam kaleng dalam kaleng dalam dalam
atau botol atau botol kaleng kaleng
1. Pemilihan bahan baku, bahan Bahan baku, bahan tambahan pangan dan Berlaku Berlaku Berlaku Berlaku
tambahan dan bahan bahan kemasan harus memenuhi persyaratan
kemasan yang ditetapkan atau peraturan yang terkait.
2. Blansir Proses Blansir dilakukan pada suhu dan Berlaku Berlaku Berlaku Berlaku
waktu yang dikendalikan untuk
menginaktivasi enzim
3. Pengisian Pengisian dilakukan hingga mencapai volume Berlaku Berlaku Berlaku Berlaku
tertentu
apabila produk dikemas dalam kemasan Berlaku Berlaku Berlaku Berlaku
kaleng dikendalikan hingga mencapai volume
tertentu yang masih menyisakan ruang
kosong permukaan produk dengan tutup
(head space) dalam kemasan
4. Exhausting Proses exhausting dilakukan pada waktu dan Berlaku Berlaku Berlaku Berlaku
(bila produk dikemas dalam suhu tertentu yang dikendalikan untuk
kemasan kaleng) menghilangkan sebagian besar udara dan gas
lain dari dalam kemasan sesaat sebelum
dilakukan penutupan kemasan
5. Penutupan kaleng/seaming Seaming dilakukan segera setelah produk Berlaku Berlaku Berlaku Berlaku
(bila produk dikemas dalam selesai pada proses exhausting pada suhu
kemasan kaleng) dan waktu tertentu yang dikendalikan secara
hermetis untuk menjamin kualitas produk.
-58-

Produk

Jariiur Jamur Rebung Jagung


Tahapan Kritis Proses
No. Penjelasan Tahapan kritis merang kancing bambu muda
Produksi
dalam kaleng dalam kaleng dalam dalam
atau botol atau botol kaleng kaleng
6. Sterilisasi Berlaku Berlaku Berltiku Berlaku
Proses sterilisasi dilakukan pada suhu, waktu
dan tckanan tertentu yang dikendalikan
untuk memaiikan mikrcba

7. Penandaan Penandaan dilakukan sesuai dengan Berlaku Berlaku Berlaku Berlaku


persyaratan SNl dan peraturan terkait
Keterangan: Urutan tahapan kritis proses produksi disetiap pemo ion dapat berbeda

^CEPALA BADAN STANDARDISASI NASIONAL

REPUBLIK INDONESIA.

TTD

BAMBANG PRASETYA

Sail ai dcngan aslinya


mOA«D/
Kepala Bi Manusia, Organisasi, dan Hukum

Margahayu
./'f/NOOVf
- 59 -

LAMPIRAN IV
PERATURAN BADAN STANDARDISASI NASIONAL
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 1 TAHUN 2020
TENTANG
SKEMA PENILAIAN KESESUAIAN TERHADAP STANDAR
NASIONAL INDONESIA SEKTOR MAKANAN DAN MINUMAN

PETUNJUK TEKNIS SKEMA SERTIFIKASI PRODUK BUAH KERING

A. Ruang lingkup
Dokumen ini berlaku untuk acuan pelaksanaan Sertifikasi produk
buah kering sesuai dengan lingkup SNI sebagai berikut:
No. Nama Produk Persyaratan SNI
1. Buah kering SNI 01-3710-1995 Buah kering
2. Kismis SNI 01-4862-1998Kismis
3. Kelapa parut kering SNI 01-3715-2000 Kelapa parut
kering
4. Kopra SNI 01-3946-1995 Kopra

B. Persyaratan Sertifikasi
Persyaratan acuan Sertifikasi produk:
1. SNI sebagaimana dimaksud dalam huruf A;
2. SNI dan standar lain yang diacu dalam SNI sebagaimana
dimaksud dalam huruf A;
3. Peraturanyang terkait yaitu:
a. Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1999 tentang Label
dan Iklan Pangan;
b. Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 75/M-
IND/PER/7/2010 tentang Cara Produksi Pangan Olahan
yang Baik (Good Manufacturing Practices);
c. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 33 Tahun 2012
tentang Bahan Tambahan Pangan;
d. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan
Nomor HK.00.06.1.52.4011 tahun 2009 tentang Penetapan
- 60 -

Batas Maksimum Cemaran Mikroba dan Kimia Dalam


Makanan;
e. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan
Nomor 36 Tahun 2013 tentang Batas Maksimum
Penggunaan Bahan Tambahan Pangan Pengawet;
f. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan
Nomor 37 Tahun 2013 tentang Batas Maksimum
Penggunaan Bahan Tambahan Pangan Pewarna;
g. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan
Nomor 4 Tahun 2014 tentang Batas Maksimum
Penggunaan Bahan Tambahan Pangan Pemanis;
h. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan
Nomor 16 Tahun 2014 Tentang Perubahan Atas Peraturan
Kepala Badan Pengawas Obat Dan Makanan Nomor
Hk.03.1.23.07.11.6664 Tahun 2011 Tentang Pengawasan
Kemasan Pangan;
i. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan
Nomor16 Tahun 2016 tentang Kriteria Mikrobiologi Dalam
Pangan Olahan; dan
j. Peraturan Kepala BPOM Nomor 5 Tahun 2018 tentang
Batas Maksimum Cemaran Logam Berat dalam Pangan
Olahan.
4. Peraturan lain yang terkait dengan produk buah kering

C. Prosedur Sertifikasi
Prosedur Sertifikasi mencakup:
1. evaluasi awal; dan
2. inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi.

D. Persyaratan Lembaga Penilaian Kesesuaian


Sertifikasi produk buah keringdilakukan oleh LPK yang telah
diakreditasi oleh KAN berdasarkan SNI ISO/IEC 17065, Penilaian
Kesesuaian – Persyaratan untuk Lembaga Sertifikasi Produk,
Proses, dan Jasa, untuk lingkup produk sebagaimana dimaksud
dalam Ruang Lingkup sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
- 61 -

Dalam hal LPK belum ada yang diakreditasi oleh KAN untuk
melakukan kegiatan Sertifikasi dengan ruang lingkup produk buah
kering, BSN dapat menunjuk LPK dengan ruang lingkup yang
sejenis sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

E. Tahapan Sertifikasi
1. Pengajuan permohonan Sertifikasi
1.1. Pengajuan permohonan Sertifikasi dilakukan oleh pelaku
usaha. Kriteria pelaku usaha yang dapat mengajukan
Sertifikasi sesuai Peraturan BSN mengenai tata cara
penggunaan Tanda SNI dan Tanda Kesesuaian Berbasis
SNI.

1.2. Permohonan Sertifikasi harus dilengkapi dengan:


a. informasi Pemohon:
1. nama pemohon, alamat pemohon, serta nama dan
kedudukan atau jabatan personel yang
bertanggung jawab atas pengajuan permohonan
Sertifikasi;
2. bukti pemenuhan persyaratan izin usaha sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan;
3. pemenuhan persyaratan sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan tentang
pendaftaran dan hak kepemilikan atas merek yang
dikeluarkan oleh Kementerian Hukum dan Hak
Asasi Manusia;
4. apabila Pemohon melakukan pembuatan produk
dengan merek yang dimiliki oleh pihak lain,
menyertakan bukti perjanjian yang mengikat
secara hukum untuk melakukan pembuatan
produk untuk pihak lain;
5. apabila Pemohon bertindak sebagai pemilik merek
yang mensubkontrakkan proses produksinya
kepada pihak lain, menyertakan bukti kepemilikan
merek dan perjanjian subkontrak pelaksanaan
produksi dengan pihak lain;
- 62 -

6. apabila Pemohon bertindak sebagai perwakilan


resmi pemilik merek yang berkedudukan hukum di
luar negeri, menyertakan bukti perjanjian yang
mengikat secara hukum tentang penunjukan
sebagai perwakilan resmi pemilik merek di wilayah
Republik Indonesia; dan
7. pernyataan bahwa Pemohon Sertifikasi
bertanggung jawab penuh atas pemenuhan
persyaratan SNI dan pemenuhan persyaratan
proses Sertifikasi dan bersedia memberikan akses
terhadap lokasi dan/atau informasi yang
diperlukan oleh LSPro dalam melaksanakan
kegiatan Sertifikasi.
b. informasi produk:
1. merek produk yang diajukan untuk disertifikasi;
2. jenis/tipe/varian produk yang diajukan untuk
disertifikasi;
3. SNI yang digunakan sebagai dasar pengajuan
permohonan Sertifikasi;
4. foto produk dalam kemasan primer yang diajukan
untuk disertifikasi (dari arah depan, belakang dan
samping), serta informasi terkait kemasan primer
produk;
5. daftar bahan baku termasuk bahan tambahan
pangan;
6. label produk; dan
7. apabila ada, foto kemasan sekunder dan tersier
produk yang diajukan untuk disertifikasi, dari arah
depan, belakang, samping, dan bagian dalam.
c. informasi proses produksi:
1. nama, alamat, dan legalitas hukum pabrik;
2. struktur organisasi, nama dan jabatan personel
penanggung jawab proses produksi;
3. dokumentasi informasi tentang pemasok bahan
baku produk, prosedur evaluasi pemasok, serta
prosedur inspeksi bahan baku produk;
- 63 -

4. dokumentasi informasi tentang proses pembuatan


produk yang diajukan untuk disertifikasi, termasuk
proses yang disubkontrakkan ke pihak lain;
5. dokumentasi informasi tentang prosedur dan
rekaman pengendalian mutu, termasuk pengujian
rutin, daftar peralatan, serta sertifikat kalibrasi
atau bukti verifikasi peralatan yang berpengaruh
terhadap mutu produk yang disertifikasi, dan bukti
atau segel tera atau tera ulang untuk alat ukur
yang digunakan dalam pengukuran berat produk
dalam kemasan akhir;
6. dokumentasi informasi tentang prosedur dan
rekaman pengendalian dan penanganan produk
yang tidak sesuai;
7. dokumentasi informasi tentang pengemasan
produk dan pengelolaan produk di gudang akhir
produk sebelum dikirimkan dan/atau diedarkan ke
wilayah Republik Indonesia;
8. lokasi gudang penyimpanan produk di wilayah
Republik Indonesia;
9. bukti izin edar produk (MD/ML atau P-IRT) sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan;
10. menyertakan laporan hasil uji yang dilakukan
paling lambat 1 (satu) tahun sebelum pengajuan
Sertifikasi, yang memberikan bukti pemenuhan
produk yang diajukan untuk disertifikasi terhadap
persyaratan mutu dalam SNI dan peraturan terkait;
11. apabila laporan hasil uji sebagaimana dinyatakan
pada angka 10 belum tersedia, pelaku usaha dapat
menyampaikan contoh produk kepada LSPro untuk
diuji di laboratorium yang memiliki perjanjian alih
daya dengan LSPro; dan
12. apabila telah tersedia, menyertakan Sertifikat
Penerapan Sistem Manajemen Mutu berdasarkan
SNI ISO 9001 atau Sistem Manajemen Keamanan
Pangan berdasarkan SNI ISO 22000 atau HACCP
berdasarkan SNI CAC/RCP 1 dari Lembaga
- 64 -

Sertifikasi yang diakreditasi oleh KAN atau oleh


badan akreditasi penandatangan International
Accreditation Forum (IAF)/Asia Pacific Accreditation
Cooperation (APAC) Multilateral Recognition
Agreement (MLA) dengan ruang lingkup yang
sesuai.
Informasi pada butir 4, butir 5, butir 10, dan butir 11
tidak perlu dilampirkan apabila pemohon melakukan
pengemasan ulang produk yang dihasilkan oleh pihak
lain yang telah memiliki sertifikat kesesuaian produk
atau Surat Persetujuan Penggunaan Tanda (SPPT) SNI.

2. Tinjauan permohonan Sertifikasi


LSPro harus memastikan bahwa informasi yang diperoleh dari
permohonan Sertifikasi yang diajukan oleh Pemohon telah
lengkap dan memenuhi persyaratan.

3. Penandatanganan perjanjian Sertifikasi


Setelah permohonan Sertifikasi dinyatakan lengkap dan
Pemohon menyetujui persyaratan dan prosedur Sertifikasi
yang ditetapkan oleh LSPro sesuai dengan persyaratan SNI
ISO/IEC 17065, perjanjian Sertifikasi ditandatangani oleh
Pemohon dan LSPro.

4. Penyusunan rencana evaluasi


Berdasarkan informasi yang diperoleh dari persyaratan
permohonan Sertifikasi yang disampaikan oleh Pemohon,
LSPro menetapkan rencana evaluasi yang mencakup:
a. jenis/tipe/varian produk yang diajukan untuk disertifikasi
dan metode pengambilan contoh sesuai dengan
persyaratan SNI sebagaimana dimaksud dalam huruf A
yang diperlukan untuk pengujian produk dan mewakili
contoh produk yang diusulkan untuk disertifikasi,
b. informasi SNI yang digunakan sebagai dasar Sertifikasi
berdasarkan permohonan yang diajukan oleh Pemohon
Sertifikasi,
- 65 -

c. waktu yang diperlukan untuk pelaksanaan pengujian


berdasarkan standar acuan metode uji yang
dipersyaratkan, dan
d. waktu, lokasi pelaksanaan dan agenda inspeksi pabrik
atau asesmen proses produksi yang relevan dengan
pelaksanaan produksi produk yang diajukan untuk
disertifikasi, serta personel kompeten yang melakukan
evaluasi.

5. Pelaksanaan evaluasi awal terhadap produk


5.1. Pelaksanaan evaluasi awal terhadap produk mencakup:
a. Pemeriksaan awal terhadap kesesuaian informasi
produk dan proses produksi yang disampaikan
Pemohon sebagaimana dimaksud pada huruf E angka
1 terhadap lingkup produk yang ditetapkan dalam
SNI dan peraturan terkait.
b. Pengujian awal terhadap contoh produk berdasarkan
persyaratan mutu dalam SNI. Pengujian awal
dilakukan berdasarkan laporan hasil uji dari
laboratorium yang disampaikan Pemohon, yang
mencakup seluruh persyaratan mutu dalam SNI
sebagaimana dimaksud dalam huruf A. Apabila
laporan hasil uji tersebut menunjukkan bahwa
seluruh persyarataan mutu dalam SNI tersebut telah
terpenuhi, maka produk yang diajukan untuk
disertifikasi dianggap telah memenuhi persyaratan
pengujian awal.

5.2. Apabila hasil evaluasi awal menunjukkan


ketidaksesuaian terhadap persyaratan SNI, Pemohon
harus diberi kesempatan untuk melakukan tindakan
perbaikan dalam jangka waktu tertentu sesuai dengan
kebijakan LSPro.

6. Pelaksanaan inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi


6.1. Inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi harus
dilakukan pada saat pabrik melakukan produksi, atau
- 66 -

pada kondisi tertentu dilakukan melalui simulasi proses


produksi produk yang diajukan untuk disertifikasi.

6.2. Inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi dilakukan


terhadap:
a. tanggung jawab dan komitmen personel penanggung
jawab pabrik terhadap konsistensi pemenuhan
produk terhadap persyaratan SNI;
b. ketersediaan dan pengendalian dokumentasi
informasi prosedur dan rekaman pengendalian mutu,
termasuk pengujian rutin;
c. fasilitas, lokasi, desain dan tata letak, bangunan,
sanitasi peralatan, sanitasi ruang proses, dan higiene
personel sesuai dengan ketentuan yang berlaku
tentang Cara Produksi Pangan Olahan yang Baik;
d. tahapan kritis proses produksi, mulai dari bahan
baku sampai produk akhir paling sedikit pada
tahapan sebagaimana tercantum dalam huruf G;
e. kelengkapan serta fungsi peralatan produksi
termasuk peralatan pengendalian mutu sebagaimana
tercantum dalam huruf H.
f. bukti verifikasi berdasarkan hasil kalibrasi atau hasil
verifikasi peralatan produksi sebagaimana ddimaksud
pada huruf yang membuktikan bahwa peralatan
tersebut memenuhi persyaratan produksi. Hasil
verifikasi peralatan produksi dapat ditunjukkan
dengan prosedur yang diperlukan untuk mencapai
kondisi atau persyaratan yang ditetapkan;
g. bukti tera atau tera ulang alat pengukuran berat
produk dalam kemasan akhir;
h. pengendalian dan penanganan produk yang tidak
sesuai; dan
i. pengemasan, penanganan, dan penyimpanan produk,
termasuk di gudang akhir produk yang siap
diedarkan,
- 67 -

6.3. Apabila pabrik telah menerapkan Sistem Manajemen


Keamanan Pangan berdasarkan SNI ISO 22000 atau
HACCP berdasarkan SNI CAC/RCP 1 dari Lembaga
Sertifikasi yang diakreditasi oleh KAN atau oleh badan
akreditasi penandatangan IAF/APAC dengan ruang
lingkup yang sesuai, maka inspeksi pabrik atau asesmen
proses produksi dilakukan terhadap implementasi sistem
manajemen terkait mutu produk tersebut dan
sebagaimana dimaksud pada angka 6.2 huruf d dan
huruf e.

6.4. Apabila pabrik telah menerapkan Sistem Manajemen


Mutu berdasarkan SNI ISO 9001 dari Lembaga Sertifikasi
yang diakreditasi oleh KAN atau oleh badan akreditasi
penandatangan IAF/APAC MLA dengan ruang lingkup
yang sesuai, maka inspeksi pabrik atau asesmen proses
produksi dilakukan terhadap implementasi sistem
manajemen terkait mutu produk tersebut dan
sebagaimana dimaksud pada angka 6.2 huruf c, huruf d,
dan huruf e.

6.5. Dalam hal pemohon melakukan pengemasan ulang


produk yang dihasilkan oleh pihak lain, berlaku
ketentuan berikut:
a. apabila pihak lain tersebut telah memiliki sertifikat
kesesuaian produk atau Surat Persetujuan
Penggunaan Tanda (SPPT) SNI maka inspeksi pabrik
atau asesmen proses produksi sebagaimana
sebagaimana dimaksud pada angka 6.2 dilakukan di
lokasi Pemohon pada tahapan pengemasan; atau
b. apabila pihak lain tersebut belum memiliki sertifikat
kesesuaian produk atau Surat Persetujuan
Penggunaan Tanda (SPPT) SNI, maka inspeksi pabrik
atau asesmen proses produksi sebagaimana
dimaksud pada angka 6.2 dilakukan di lokasi
pembuatan produk yang dimiliki oleh pihak lain dan
di lokasi pemohon.
- 68 -

6.6. Selama inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi,


LSPro melakukan pengambilan contoh produk oleh
petugas pengambil contoh dan selanjutnya diuji di
laboratorium milik LSPro atau laboratorium yang telah
memiliki perjanjian alih daya dengan LSPro.

6.7. Apabila berdasarkan hasil inspeksi pabrik atau asesmen


proses produksi, termasuk hasil pengujian, tidak
diperoleh bukti-bukti yang kuat untuk menjamin
konsistensi produk terhadap persyaratan SNI, maka
Pemohon harus diberi kesempatan untuk melakukan
tindakan perbaikan dalam jangka waktu tertentu sesuai
dengan kebijakan LSPro.

7. Tinjauan
7.1. Tinjauan hasil evaluasi dilakukan terhadap:
a. Hasil evaluasi awal terhadap produk untuk
menunjukkan bahwa contoh produk yang mewakili
produk memenuhi persyaratan SNI yang diajukan
oleh Pemohon sebagai dasar permohonan Sertifikasi.
b. Hasil inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi
atau bukti obyektif untuk menunjukkanbahwa
pabrik memiliki proses produksi yang didukung
dengan segala sumber daya yang diperlukan untuk
menghasilkan produk yang secara konsisten,
menjamin keamanan pangan, dan memenuhi
persyaratan SNI yang diajukan oleh Pemohon
sebagai dasar permohonan Sertifikasi.

7.2. Tinjauan hasil evaluasi dinyatakan dalam bentuk


rekomendasi tertulis tentang pemenuhan SNI yang
diajukan oleh Pemohon untuk produk yang diajukan
untuk disertifikasi.

8. Penetapan keputusan Sertifikasi


8.1. Penetapan keputusan Sertifikasi dilakukan berdasarkan
rekomendasi yang dihasilkan dari proses tinjauan.
- 69 -

8.2. Penetapan keputusan Sertifikasi harus dilakukan oleh


satu atau sekelompok orang yang tidak terlibat dalam
proses evaluasi.

8.3. Penetapan keputusan Sertifikasi dapat dilakukan oleh


satu atau sekelompok orang yang sama dengan yang
melakukan tinjauan.

8.4. Rekomendasi untuk keputusan Sertifikasi berdasarkan


hasil tinjauan harus didokumentasikan, kecuali tinjauan
dan keputusan Sertifikasi diselesaikan secara bersamaan
oleh satu atau sekelompok orang yang sama.

8.5. LSPro harus memberitahu Pemohon Sertifikasi terkait


alasan menunda atau tidak memberikan keputusan
Sertifikasi, dan harus mengidentifikasikan alasan
keputusan tersebut. Apabila Pemohon Sertifikasi
menunjukkan keinginan untuk melanjutkan proses
Sertifikasi, LSPro dapat memulai kembali dari proses
evaluasi (angka 5).

9. Penerbitan sertifikat
Sertifikat kesesuaian terhadap persyaratan SNI diterbitkan
sesuai ketentuan sebagai berikut:
a. Sertifikat diterbitkan oleh LSPro setelah penetapan
keputusan Sertifikasi;
b. Sertifikat paling sedikit harus memuat:
1. nomor sertifikat atau identifikasi unik lainnya;
2. nomor atau identifikasi lain dari skema Sertifikasi;
3. nama dan alamat LSPro;
4. nama dan alamat Pemohon (pemegang sertifikat);
5. acuan ke perjanjian Sertifikasi;
6. pernyataan kesesuaian yang mencakup:
a. nama, merek dan spesifikasi produk yang
dinyatakan memenuhi persyaratan;
b. SNI yang menjadi dasar Sertifikasi;
c. nama dan lokasi produksi; dan
- 70 -

d. informasi terkait proses Sertifikasi.


7. status akreditasi atau pengakuan LSPro;
8. tanggal penerbitan sertifikat;
9. tanggal berakhir masa berlaku sertifikat yaitu 4
(empat) tahun sejak tanggal penerbitan sertifikat; dan
10. tanda tangan yang mengikat secara hukum dari
personel yang bertindak atas nama LSPro sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

10. Surveilans dan Sertifikasi ulang


10.1. LSPro harus melaksanakan surveilans paling sedikit 2
(dua) kali dalam periode Sertifikasi. Dalam hal ini
berlaku ketentuan sebagai berikut:
a. Surveilans pertama dilakukan melalui kegiatan:
1. Inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi;
dan/atau
2. Pengujian terhadap contoh produk yang akan
beredar.
Pemilihan jenis kegiatan pada surveilans pertama
tersebut dilakukan berdasarkan penilaian LSPro
atas hasil Sertifikasi sebelumnya.
Apabila surveilans pertama hanya dilakukan melalui
kegiatan pengujian terhadap contoh produk yang
akan beredar, penerima sertifikat harus
menyampaikan dokumentasi pengendalian mutu
proses produksi sejak penerbitan sertifikat sampai
dilakukan surveilans pertama.
b. Surveilans kedua dilakukan melalui kegiatan:
1. Inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi;
dan
2. Pengujian terhadap contoh produk yang akan
atau telah beredar.

10.2. LSPro harus melaksanakan Sertifikasi ulang paling


lambat pada bulan ke-42 (empat puluh dua) setelah
penetapan Sertifikasi, melalui kegiatan sebagaimana
dimaksud pada angka 6.
- 71 -

F. Penggunaan tanda SNI


1. Penggunaan tanda SNI dilakukan setelah mendapatkan
persetujuan penggunaan Tanda SNI melalui Surat
Persetujuan Penggunaan Tanda (SPPT) SNI yang dikeluarkan
oleh BSN sesuai dengan ketentuan dalam Peraturan BSN
mengenai tata cara penggunaan Tanda SNI dan Tanda
Kesesuaian Berbasis SNI.

2. Tanda SNI sebagai bukti kesesuaian produk yang telah


memenuhi SNI adalah sebagai berikut:

Dengan ukuran:

Keterangan:
y = 11x
r = 0,5x
- 72 -

G. Tahapan kritis proses produksi produk buah kering


Produk
Tahapan Kritis Kelapa
No. Penjelasan tahapan kritis Buah
Proses Produksi Kismis parut Kopra
kering
kering
Bahan baku, bahan tambahan pangan dan bahan kemasan
Pemilihan bahan
1. harus memenuhi persyaratan yang ditetapkan atau peraturan Berlaku Berlaku Berlaku Berlaku
baku
yang terkait.
Proses pengeringan dilakukan pada suhu dan waktu tertentu
2. Pengeringan yang dikendalikan untuk mendapatkan produk dengan kadar Berlaku Berlaku Berlaku Berlaku
air yang sesuai persyaratan SNI
Berlaku
(Produk dikemas
Produk dikemas dalam wadah yang tertutup rapat, tidak
dalam karung
3. Pengemasan dipengaruhi atau mempengaruhi isi, aman selama penyimpanan Berlaku Berlaku Berlaku
goni/plastik yang
dan pengangkutan
bersih, kering dan
kuat )
Penandaan dilakukan sesuai dengan persyaratan pada SNI dan
4. Penandaan Berlaku Berlaku Berlaku Berlaku
peraturan terkait
-73-

H. Kelen^tcapan Minimal Peralatan Produksi termasuk Peralatan Pengendalian


Mutu Produk Buah Kering
No. Nama Produk Peralatan

1. Buah kering alat pengeringan dan alat pengukur


berat

2. Kismis alat pengeringan dan alat pengukur


berat

3. Kelapa parut kering alat pemarut, alat pengeringan dan alat


pengukur berat
4. Kopra alat pengering dan alat pengukur berat
Keterangan: Urutan tahapan kritis proses produksi disetiap pemohon dapat
berbeda

KERALA BADAN STANDARDISASI NASIONAL

REPUBLIK INDONESIA,

TTD

BAMBANG PRASETYA

Salinan s^uai dengan aslinya


Kepala Biro Sb ' a Manusia, Organisasi, dan Hukum

Mafgahajoi
(NOO
- 74 -

LAMPIRAN V
PERATURAN BADAN STANDARDISASI NASIONAL
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 1 TAHUN 2020
TENTANG
SKEMA PENILAIAN KESESUAIAN TERHADAP STANDAR
NASIONAL INDONESIA SEKTOR MAKANAN DAN MINUMAN

PETUNJUK TEKNIS SKEMA SERTIFIKASI PRODUK BAHAN BAKU


BERBASIS BUAH

A. Ruang lingkup
Dokumen ini berlaku untuk acuan pelaksanaan Sertifikasi produk
Bahan baku berbasis buah, dengan lingkup SNI sebagai berikut:
No. Nama Produk Persyaratan SNI
1. Santan cair SNI 01-3816-1995 Santan cair
2. Pasta kelapa SNI 01-2881-1992 Pasta kelapa
3. Puree buah SNI 7841:2013 Puree buah

B. Persyaratan acuan
Persyaratan acuan Sertifikasi produk:
1. SNI sebagaimana dimaksud dalam huruf A;
2. SNI dan standar lain yang diacu dalam SNI sebagaimana
dimaksud dalam huruf A;
3. Peraturan yang terkait:
a. Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1999 tentang
Label dan Iklan Pangan;
b. Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 75/M-
IND/PER/7/2010 tentang Cara Produksi Pangan Olahan
yang Baik (Good Manufacturing Practices);
c. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 33 Tahun 2012
tentang Bahan Tambahan Pangan;
d. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan
Nomor 36 Tahun 2013 tentang Batas Maksimum
Penggunaan Bahan Tambahan Pangan Pengawet;
- 75 -

e. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan


Nomor 37 Tahun 2013 tentang Batas Maksimum
Penggunaan Bahan Tambahan Pangan Pewarna;
f. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan
Nomor 16 Tahun 2014 Tentang Perubahan Atas Peraturan
Kepala Badan Pengawas Obat Dan Makanan Nomor
Hk.03.1.23.07.11.6664 Tahun 2011 Tentang Pengawasan
Kemasan Pangan;
g. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan
Nomor16 Tahun 2016 tentang Kriteria Mikrobiologi Dalam
Pangan Olahan; dan
h. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan
Nomor 23 Tahun 2017 tentang Batas Maksimum Cemaran
Logam Berat dalam Pangan Olahan.
4. Peraturan lain yang terkait dengan produk bahan baku
berbasis buah.

C. Prosedur Sertifikasi
Prosedur Sertifikasi mencakup:
1. evaluasi awal; dan
2. inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi.

D. Persyaratan lembaga penilaian kesesuaian


Sertifikasi produk Bahan baku berbasis buah dilakukan oleh LPK
yang telah diakreditasi oleh KAN berdasarkan SNI ISO/IEC 17065,
Penilaian Kesesuaian – Persyaratan untuk Lembaga Sertifikasi
Produk, Proses, dan Jasa, untuk lingkup produk sebagaimana
dimaksud dalam Ruang Lingkup sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
Dalam hal LPK belum ada yang diakreditasi oleh KAN untuk
melakukan kegiatan Sertifikasi dengan ruang lingkup produk
Bahan baku berbasis buah, BSN dapat menunjuk LPK dengan
ruang lingkup yang sejenis sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
- 76 -

E. Tahapan Sertifikasi
1. Pengajuan Permohonan Sertifikasi
1.1. Pengajuan permohonan Sertifikasi dilakukan oleh pelaku
usaha. Kriteria pelaku usaha yang dapat mengajukan
Sertifikasi sesuai Peraturan BSN mengenai tata cara
penggunaan Tanda SNI dan Tanda Kesesuaian Berbasis
SNI.

1.2. Permohonan Sertifikasi harus dilengkapi dengan:


a. informasi Pemohon:
1. nama pemohon, alamat pemohon, serta nama dan
kedudukan atau jabatan personel yang
bertanggung jawab atas pengajuan permohonan
Sertifikasi;
2. bukti pemenuhan persyaratan izin usaha sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan;
3. pemenuhan persyaratan sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan tentang
pendaftaran dan hak kepemilikan atas merek yang
dikeluarkan oleh Kementerian Hukum dan Hak
Asasi Manusia;
4. apabila Pemohon melakukan pembuatan produk
dengan merek yang dimiliki oleh pihak lain,
menyertakan bukti perjanjian yang mengikat
secara hukum untuk melakukan pembuatan
produk untuk pihak lain;
5. apabila Pemohon bertindak sebagai pemilik merek
yang mensubkontrakkan proses produksinya
kepada pihak lain, menyertakan bukti kepemilikan
merek dan perjanjian subkontrak pelaksanaan
produksi dengan pihak lain;
6. apabila Pemohon bertindak sebagai perwakilan
resmi pemilik merek yang berkedudukan hukum di
luar negeri, menyertakan bukti perjanjian yang
mengikat secara hukum tentang penunjukan
sebagai perwakilan resmi pemilik merek di wilayah
Republik Indonesia; dan
- 77 -

7. pernyataan bahwa Pemohon Sertifikasi


bertanggung jawab penuh atas pemenuhan
persyaratan SNI dan pemenuhan persyaratan
proses Sertifikasi dan bersedia memberikan akses
terhadap lokasi dan/atau informasi yang
diperlukan oleh LSPro dalam melaksanakan
kegiatan Sertifikasi.
b. informasi produk:
1. merek produk yang diajukan untuk disertifikasi;
2. jenis/tipe/varian produk yang diajukan untuk
disertifikasi;
3. SNI yang digunakan sebagai dasar pengajuan
permohonan Sertifikasi;
4. foto produk dalam kemasan primer yang diajukan
untuk disertifikasi (dari arah depan, belakang dan
samping), serta informasi terkait kemasan primer
produk;
5. daftar bahan baku termasuk bahan tambahan
pangan;
6. label produk; dan
7. apabila ada, foto kemasan sekunder dan tersier
produk yang diajukan untuk disertifikasi, dari arah
depan, belakang, samping, dan bagian dalam.
c. informasi proses produksi:
1. nama, alamat, dan legalitas hukum pabrik;
2. struktur organisasi, nama dan jabatan personel
penanggung jawab proses produksi;
3. dokumentasi informasi tentang pemasok bahan
baku produk, prosedur evaluasi pemasok, serta
prosedur inspeksi bahan baku produk;
4. dokumentasi informasi tentang proses pembuatan
produk yang diajukan untuk disertifikasi, termasuk
proses yang disubkontrakkan ke pihak lain;
5. dokumentasi informasi tentang prosedur dan
rekaman pengendalian mutu, termasuk pengujian
rutin, daftar peralatan, serta sertifikat kalibrasi
atau bukti verifikasi peralatan yang berpengaruh
- 78 -

terhadap mutu produk yang disertifikasi, dan bukti


atau segel tera atau tera ulang untuk alat ukur
yang digunakan dalam pengukuran berat produk
dalam kemasan akhir;
6. dokumentasi informasi tentang prosedur dan
rekaman pengendalian dan penanganan produk
yang tidak sesuai;
7. dokumentasi informasi tentang pengemasan
produk dan pengelolaan produk di gudang akhir
produk sebelum dikirimkan dan/atau diedarkan ke
wilayah Republik Indonesia;
8. lokasi gudang penyimpanan produk di wilayah
Republik Indonesia;
9. bukti izin edar produk (MD/ML) sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan;
10. menyertakan laporan hasil uji yang dilakukan
paling lambat 1 (satu) tahun sebelum pengajuan
Sertifikasi, yang memberikan bukti pemenuhan
produk yang diajukan untuk disertifikasi terhadap
persyaratan mutu dalam SNI dan peraturan terkait;
11. apabila laporan hasil uji sebagaimana dimaksud
pada angka 10 belum tersedia, pemohon dapat
menyampaikan contoh produk kepada LSPro untuk
diuji di laboratorium yang memiliki perjanjian alih
daya dengan LSPro;
12. apabila telah tersedia, menyertakan Sertifikat
Penerapan Sistem Manajemen Mutu berdasarkan
SNI ISO 9001 atau Sistem Manajemen Keamanan
Pangan berdasarkan SNI ISO 22000 atau HACCP
berdasarkan SNI CAC/RCP 1 dari Lembaga
Sertifikasi yang diakreditasi oleh KAN atau oleh
badan akreditasi penandatangan International
Accreditation Forum (IAF)/Asia Pacific Accreditation
Cooperation (APAC) Multilateral Recognition
Agreement (MLA) dengan ruang lingkup yang
sesuai.
- 79 -

Informasi pada butir 4, butir 5, butir 10, dan butir 11


tidak perlu dilampirkan apabila pemohon melakukan
pengemasan ulang produk yang dihasilkan oleh pihak
lain yang telah memiliki sertifikat kesesuaian produk
atau Surat Persetujuan Penggunaan Tanda (SPPT) SNI.

2. Tinjauan permohonan Sertifikasi


LSPro harus memastikan bahwa informasi yang diperoleh dari
permohonan Sertifikasi yang diajukan oleh Pemohon telah
lengkap dan memenuhi persyaratan.

3. Penandatanganan perjanjian Sertifikasi


Setelah permohonan Sertifikasi dinyatakan lengkap dan
Pemohon menyetujui persyaratan dan prosedur Sertifikasi
yang ditetapkan oleh LSPro sesuai dengan persyaratan SNI
ISO/IEC 17065, perjanjian Sertifikasi ditandatangani oleh
Pemohon dan LSPro.

4. Penyusunan rencana evaluasi


Berdasarkan informasi yang diperoleh dari persyaratan
permohonan Sertifikasi yang disampaikan oleh Pemohon,
LSPro menetapkan rencana evaluasi yang mencakup:
a. jenis/tipe/varian produk yang diajukan untuk disertifikasi
dan metode pengambilan contoh sesuai dengan
persyaratan SNI sebagaimana dimaksud dalam huruf A
yang diperlukan untuk pengujian produk dan mewakili
contoh produk yang diusulkan untuk disertifikasi;
b. informasi SNI yang digunakan sebagai dasar Sertifikasi
berdasarkan permohonan yang diajukan oleh Pemohon
Sertifikasi;
c. waktu yang diperlukan untuk pelaksanaan pengujian
berdasarkan standar acuan metode uji yang
dipersyaratkan; dan
d. waktu, lokasi pelaksanaan dan agenda inspeksi pabrik
atau asesmen proses produksi yang relevan dengan
pelaksanaan produksi produk yang diajukan untuk
- 80 -

disertifikasi, serta personel kompeten yang melakukan


evaluasi.

5. Pelaksanaan evaluasi awal terhadap produk


5.1. Pelaksanaan evaluasi awal terhadap produk mencakup:
a. Pemeriksaan awal terhadap kesesuaian informasi
produk dan proses produksi yang disampaikan
Pemohon pada huruf E angka 1 terhadap lingkup
produk yang ditetapkan dalam SNI dan peraturan
terkait.
b. Pengujian awal terhadap contoh produk berdasarkan
persyaratan mutu dalam SNI. Pengujian awal
dilakukan berdasarkan laporan hasil uji dari
laboratorium yang disampaikan Pemohon, yang
mencakup seluruh persyaratan mutu dalam SNI
sebagaimana dimaksud dalam huruf A. Apabila
laporan hasil uji tersebut menunjukkan bahwa
seluruh persyarataan mutu dalam SNI tersebut telah
terpenuhi, maka produk yang diajukan untuk
disertifikasi dianggap telah memenuhi persyaratan
pengujian awal.

5.2. Apabila hasil evaluasi awal menunjukkan


ketidaksesuaian terhadap persyaratan SNI, Pemohon
harus diberi kesempatan untuk melakukan tindakan
perbaikan dalam jangka waktu tertentu sesuai dengan
kebijakan LSPro.

6. Pelaksanaan inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi


6.1. Inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi harus
dilakukan pada saat pabrik melakukan produksi, atau
pada kondisi tertentu dilakukan melalui simulasi proses
produksi produk yang diajukan untuk disertifikasi.
- 81 -

6.2. Inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi dilakukan


terhadap:
a. tanggung jawab dan komitmen personel penanggung
jawab pabrik terhadap konsistensi pemenuhan
produk terhadap persyaratan SNI;
b. ketersediaan dan pengendalian dokumentasi
informasi prosedur dan rekaman pengendalian mutu,
termasuk pengujian rutin;
c. fasilitas, lokasi, desain dan tata letak, bangunan,
sanitasi peralatan, sanitasi ruang proses, dan higiene
personel sesuai dengan ketentuan yang berlaku
tentang Cara Produksi Pangan Olahan yang Baik;
d. tahapan kritis proses produksi, mulai dari bahan
baku sampai produk akhir paling sedikit pada
tahapan sebagaimana tercantum pada huruf G;
e. kelengkapan serta fungsi peralatan produksi
termasuk peralatan pengendalian mutu sebagaimana
tercantum pada huruf H.
f. bukti verifikasi berdasarkan hasil kalibrasi atau hasil
verifikasi peralatan produksi sebagaimana dimaksud
pada huruf e yang membuktikan bahwa peralatan
tersebut memenuhi persyaratan produksi. Hasil
verifikasi peralatan produksi dapat ditunjukkan
dengan prosedur yang diperlukan untuk mencapai
kondisi atau persyaratan yang ditetapkan;
g. bukti tera atau tera ulang alat pengukuran berat
produk dalam kemasan akhir,
h. pengendalian dan penanganan produk yang tidak
sesuai; dan
i. pengemasan, penanganan, dan penyimpanan produk,
termasuk di gudang akhir produk yang siap
diedarkan.

6.3. Apabila pabrik telah menerapkan Sistem Manajemen


Keamanan Pangan berdasarkan SNI ISO 22000 atau
HACCP berdasarkan SNI CAC/RCP 1 dari Lembaga
Sertifikasi yang diakreditasi oleh KAN atau oleh badan
- 82 -

akreditasi penandatangan IAF/APAC MLA dengan ruang


lingkup yang sesuai, maka inspeksi pabrik atau asesmen
proses produksi dilakukan terhadap implementasi sistem
manajemen terkait mutu produk tersebut dan
sebagaimana dimaksud pada angka 6.2 huruf d dan
huruf e.

6.4. Apabila pabrik telah menerapkan Sistem Manajemen


Mutu berdasarkan SNI ISO 9001 dari Lembaga Sertifikasi
yang diakreditasi oleh KAN atau oleh badan akreditasi
penandatangan IAF/APAC MLA dengan ruang lingkup
yang sesuai, maka inspeksi pabrik atau asesmen proses
produksi dilakukan terhadap implementasi sistem
manajemen terkait mutu produk tersebut dan
sebagaimana dimaksud pada angka6.2 huruf c, huruf d,
dan huruf e.

6.5. Dalam hal pemohon melakukan pengemasan ulang


produk yang dihasilkan oleh pihak lain, berlaku
ketentuan berikut:
a. apabila pihak lain tersebut telah memiliki sertifikat
kesesuaian produk atau Surat Persetujuan
Penggunaan Tanda (SPPT) SNI maka inspeksi pabrik
atau asesmen proses produksi sebagaimana
dimaksud pada angka 6.2 dilakukan di lokasi
Pemohon pada tahapan pengemasan; atau
b. apabila pihak lain tersebut belum memiliki sertifikat
kesesuaian produk atau Surat Persetujuan
Penggunaan Tanda (SPPT) SNI, maka inspeksi pabrik
atau asesmen proses produksi sebagaimana
dimaksud pada angka 6.2 dilakukan di lokasi
pembuatan produk yang dimiliki oleh pihak lain dan
di lokasi pemohon.

6.6. Selama inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi,


LSPro melakukan pengambilan contoh produk oleh
petugas pengambil contoh dan selanjutnya diuji di
- 83 -

Laboratorium milik LSPro atau Laboratorium yang telah


memiliki perjanjian alih daya dengan LSPro.

6.7. berdasarkan hasil inspeksi pabrik atau asesmen proses


produksi, termasuk hasil pengujian, tidak diperoleh
bukti-bukti yang kuat untuk menjamin konsistensi
produk terhadap persyaratan SNI, maka Pemohon harus
diberi kesempatan untuk melakukan tindakan perbaikan
dalam jangka waktu tertentu sesuai dengan kebijakan
LSPro.

7. Tinjauan
7.1. Tinjauan hasil evaluasi dilakukan terhadap:
a. Hasil evaluasi awal terhadap produk untuk
menunjukkan bahwa contoh produk yang mewakili
produk memenuhi persyaratan SNI yang diajukan
oleh Pemohon sebagai dasar permohonan Sertifikasi.
b. Hasil inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi
atau bukti obyektif untuk menunjukkan bahwa
pabrik memiliki proses produksi yang didukung
dengan segala sumber daya yang diperlukan untuk
menghasilkan produk yang secara konsisten
menjamin keamanan pangan, dan memenuhi
persyaratan SNI yang diajukan oleh Pemohon
sebagai dasar permohonan Sertifikasi.

7.2. Tinjauan hasil evaluasi dinyatakan dalam bentuk


rekomendasi tertulis tentang pemenuhan SNI yang
diajukan oleh Pemohon untuk produk yang diajukan
untuk disertifikasi.

8. Penetapan keputusan Sertifikasi


8.1. Penetapan keputusan Sertifikasi dilakukan berdasarkan
rekomendasi yang dihasilkan dari proses tinjauan.
- 84 -

8.2. Penetapan keputusan Sertifikasi harus dilakukan oleh


satu atau sekelompok orang yang tidak terlibat dalam
proses evaluasi.

8.3. Penetapan keputusan Sertifikasi dapat dilakukan oleh


satu atau sekelompok orang yang sama dengan yang
melakukan tinjauan.

8.4. Rekomendasi untuk keputusan Sertifikasi berdasarkan


hasil tinjauan harus didokumentasikan, kecuali tinjauan
dan keputusan Sertifikasi diselesaikan secara bersamaan
oleh satu atau sekelompok orang yang sama.

8.5. LSPro harus memberitahu Pemohon Sertifikasi terkait


alasan menunda atau tidak memberikan keputusan
Sertifikasi, dan harus mengidentifikasikan alasan
keputusan tersebut. Apabila Pemohon Sertifikasi
menunjukkan keinginan untuk melanjutkan proses
Sertifikasi, LSPro dapat memulai kembali dari proses
evaluasi (angka 5).

9. Penerbitan Sertifikat
Sertifikat kesesuaian terhadap persyaratan SNI diterbitkan
sesuai ketentuan sebagai berikut:
a. Sertifikat diterbitkan oleh LSPro setelah penetapan
keputusan Sertifikasi;
b. Sertifikat paling sedikit harus memuat:
1. nomor sertifikat atau identifikasi unik lainnya;
2. nomor atau identifikasi lain dari skema Sertifikasi;
3. nama dan alamat LSPro;
4. nama dan alamat Pemohon (pemegang sertifikat);
5. acuan ke perjanjian Sertifikasi;
6. pernyataan kesesuaian yang mencakup:
a. nama, merek, dan spesifikasi produk yang
dinyatakan memenuhi persyaratan;
b. SNI yang menjadi dasar Sertifikasi;
c. nama dan alamat lokasi produksi; dan
- 85 -

d. informasi terkait proses Sertifikasi.


7. status akreditasi atau pengakuan LSPro;
8. tanggal penerbitan sertifikat;
9. tanggal berakhir masa berlaku sertifikat yaitu 4
(empat) tahun sejak tanggal penerbitan sertifikat;
dan
10. tanda tangan yang mengikat secara hukum dari
personel yang bertindak atas nama LSPro sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

10. Surveilans dan Sertifikasi ulang


10.1. LSPro harus melaksanakan surveilans paling sedikit 2
(dua) kali dalam periode Sertifikasi. Dalam hal ini
berlaku ketentuan sebagai berikut:
a. Surveilans pertama dilakukan melalui kegiatan:
1. Inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi;
dan/atau
2. Pengujian terhadap contoh produk yang akan
beredar.
Pemilihan jenis kegiatan pada surveilans pertama
tersebut dilakukan berdasarkan penilaian LSPro
atas hasil Sertifikasi sebelumnya.
Apabila surveilans pertama hanya dilakukan melalui
kegiatan pengujian terhadap contoh produk yang
akan beredar, penerima sertifikat harus
menyampaikan dokumentasi pengendalian mutu
proses produksi sejak penerbitan sertifikat sampai
dilakukan surveilan pertama.

b. Surveilans kedua dilakukan melalui kegiatan


1. Inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi;
dan
2. Pengujian terhadap contoh produk yang akan
atau telah beredar
- 86 -

10.2. LSPro harus melaksanakan Sertifikasi ulang paling


lambat pada bulan ke-42 (empat puluh dua) setelah
penetapan Sertifikasi, melalui kegiatan sebagaimana
tercantum dalam angka 6.

F. Penggunaan Tanda SNI


1. Penggunaan tanda SNI dilakukan setelah mendapatkan
persetujuan penggunaan Tanda SNI melalui Surat
Persetujuan Penggunaan Tanda (SPPT) SNI yang dikeluarkan
oleh BSN sesuai dengan kriteria yang ditetapkan pada
Peraturan BSN mengenai tata cara penggunaan Tanda SNI
dan Tanda Kesesuaian Berbasis SNI.

2. Tanda SNI sebagai bukti kesesuaian produk yang telah


memenuhi SNI adalah sebagai berikut:

Dengan ukuran:

Keterangan:
y = 11x
r = 0,5x
- 87 -

G. Tahapan kritis proses produksi produk bahan baku berbasis buah


Produk
No. Tahapan kritis proses produksi Penjelasan tahapan kritis Puree Santan Pasta Kelapa
buah cair
1. Pemilihan bahan baku, bahan Bahan baku, bahan tambahan pangan dan Berlaku Berlaku Berlaku
tambahan pangan dan bahan bahan kemasan harus memenuhi
kemasan persyaratan yang ditetapkan atau peraturan
yang terkait.
2. Pemanasan Pemanasan dilakukan pada suhu dan waktu Berlaku Berlaku Berlaku
tertentu yang dikendalikan untuk Proses pemanasan
mendapatkan kondisi produk yang sesuai dilakukan untuk
persyaratan pemisahan inti santan
3. Pengemasan Produk dikemas dalam wadah yang tertutup Berlaku Berlaku Berlaku
rapat, tidak dipengaruhi atau mempengaruh
isi, aman selama penyimpanan dan
pengangkutan
Apabila produk dikemas dalam kaleng, Berlaku Berlaku TidakBerlaku
proses pengalengan harus dilakukan pada
kondisi tertentu yang dikendalikan
4. Penandaan Penandaan dilakukan sesuai dengan Berlaku Berlaku Berlaku
persyaratan SNI dan peraturan terkait
Keterangan: Urutan tahapan kritis proses produksi disetiap pemohon dapat berbeda
-88-

H. Kelengkapan minimal peralatan produksi termasuk peraiatan pengendalian


mutu produk bahan baku berbasis buah
No. Nama Produk Peralatan

1. Puree buah alat pemanas dan alat pengukur berat


2. Santan cair alat pemanas dan alat pengukur berat
3. Pasta kelapa alat pemanas dan alat pengukur berat

KEPALA BADAN STANDARDISASI NASIONAL


REPUBLIK INDONESIA,

TTD

BAMBANG PRASETYA

Saluaerrseauai dengan aslinya


Kepaia BiA klmbefxf^^ Manusia, Organisasi, dan Hukum

a Margahayu
- 89 -

LAMPIRAN VI
PERATURAN BADAN STANDARDISASI NASIONAL
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 1 TAHUN 2020
TENTANG
SKEMA PENILAIAN KESESUAIAN TERHADAP STANDAR
NASIONAL INDONESIA SEKTOR MAKANAN DAN MINUMAN

PETUNJUK TEKNIS SKEMA SERTIFIKASI PRODUK JEM DAN


MARMALADE

A. Ruang lingkup
Dokumen ini berlaku untuk acuan pelaksanaan Sertifikasi produk
Jem dan Marmalade, dengan lingkup SNI sebagai berikut:
No Nama Produk Persyaratan SNI
1. Selai buah SNI 3746:2008, Selai buah
2. Selai buah diet SNI 01-3700-1995, Selai buah diet
diabetes diabetes
3. Marmalade SNI 01-4467-1998, Marmalade

B. Persyaratan acuan
Persyaratanacuan Sertifikasi produkmencakup:
1. SNI sebagaimana dimaksud dalam huruf A;
2. SNI dan standar lain yang diacu dalam SNI sebagaimana
dimaksud dalam huruf A;
3. Peraturan yang terkait yaitu:
a. Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1999 tentang Label
dan Iklan Pangan;
b. Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 75/M-
IND/PER/7/2010 tentang Cara Produksi Pangan Olahan
yang Baik (Good Manufacturing Practices);
c. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 33 Tahun 2012
tentang Bahan Tambahan Pangan;
d. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan
Nomor 36 Tahun 2013 tentang Batas Maksimum
Penggunaan Bahan Tambahan Pangan Pengawet;
- 90 -

e. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan


Nomor 37 Tahun 2013 tentang Batas Maksimum
Penggunaan Bahan Tambahan Pangan Pewarna;
f. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan
Nomor 4 Tahun 2014 tentang Batas Maksimum
Penggunaan Bahan Tambahan Pangan Pemanis;
g. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan
Nomor 16 Tahun 2014 Tentang Perubahan Atas Peraturan
Kepala Badan Pengawas Obat Dan Makanan Nomor
Hk.03.1.23.07.11.6664 Tahun 2011 Tentang Pengawasan
Kemasan Pangan;
h. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan
Nomor 16 Tahun 2016 tentang Kriteria Mikrobiologi Dalam
Pangan Olahan;
i. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan
Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2018 tentang Batas
Maksimum Cemaran Logam Berat Dalam Pangan Olahan;
dan
j. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan
Nomor 8 Tahun 2018 tentang Batas Maksimum Cemaran
Kimia dalam Pangan Olahan.
4. Peraturan lain yang terkait dengan produk jem dan marmalade.

C. Prosedur Sertifikasi
Prosedur Sertifikasi mencakup:
1. evaluasi awal; dan
2. inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi.

D. Persyaratan Lembaga Penilaian Kesesuaian


Sertifikasi produk jem dan marmalade dilakukan oleh LPK yang
telah diakreditasi oleh KAN berdasarkan SNI ISO/IEC 17065,
Penilaian Kesesuaian – Persyaratan untuk Lembaga Sertifikasi
Produk, Proses, dan Jasa, untuk lingkup produk sebagaimana
dimaksud dalam Ruang Lingkup sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
Dalam hal LPK belum ada yang diakreditasi oleh KAN untuk
melakukan kegiatan Sertifikasi dengan ruang lingkup produk Jem
- 91 -

dan Marmalade, BSN dapat menunjuk LPK dengan ruang lingkup


yang sejenis sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.

E. Tahapan Sertifikasi
1. Pengajuan Permohonan Sertifikasi
1.1. Pengajuan permohonan Sertifikasi dilakukan oleh pelaku
usaha. Kriteria pelaku usaha yang dapat mengajukan
Sertifikasi sesuai Peraturan BSN mengenai tata cara
penggunaan Tanda SNI dan Tanda Kesesuaian Berbasis
SNI.

1.2. Permohonan Sertifikasi harus dilengkapi dengan:


a. informasi Pemohon:
1. nama pemohon, alamat pemohon, serta nama
dan kedudukan atau jabatan personel yang
bertanggung jawab atas pengajuan permohonan
Sertifikasi;
2. bukti pemenuhan persyaratan izin usaha sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan;
3. pemenuhan persyaratan sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan tentang
pendaftaran dan hak kepemilikan atas merek
yang dikeluarkan oleh Kementerian Hukum dan
Hak Asasi Manusia;
4. apabila Pemohon melakukan pembuatan
produk dengan merek yang dimiliki oleh pihak
lain, menyertakan bukti perjanjian yang
mengikat secara hukum untuk melakukan
pembuatan produk untuk pihak lain;
5. apabila Pemohon bertindak sebagai pemilik
merek yang mensubkontrakkan proses
produksinya kepada pihak lain, menyertakan
bukti kepemilikan merek dan perjanjian
subkontrak pelaksanaan produksi dengan
pihak lain;
- 92 -

6. apabila Pemohon bertindak sebagai perwakilan


resmi pemilik merek yang berkedudukan
hukum di luar negeri, menyertakan bukti
perjanjian yang mengikat secara hukum
tentang penunjukan sebagai perwakilan resmi
pemilik merek di wilayah Republik Indonesia;
dan
7. pernyataan bahwa Pemohon Sertifikasi
bertanggung jawab penuh atas pemenuhan
persyaratan SNI dan pemenuhan persyaratan
proses Sertifikasi,serta bersedia memberikan
akses terhadap lokasi dan/atau informasi yang
diperlukan oleh LSPro dalam melaksanakan
kegiatan Sertifikasi.
b. informasi proses produksi:
1. merek produk yang diajukan untuk disertifikasi;
2. jenis/tipe/varian produk yang diajukan untuk
disertifikasi;
3. SNI yang digunakan sebagai dasar pengajuan
permohonan Sertifikasi;
4. foto produk dalam kemasan primer yang
diajukan untuk disertifikasi (dari arah depan,
belakang dan samping), serta informasi terkait
kemasan primer produk;
5. daftar bahan baku termasuk bahan tambahan
pangan;
6. label produk; dan
7. apabila ada, foto kemasan sekunder dan tersier
produk yang diajukan untuk disertifikasi, dari
arah depan, belakang, samping, dan bagian
dalam.
c. informasi proses produksi:
1. nama, alamat, dan legalitas hukum pabrik;
2. struktur organisasi, nama dan jabatan personel
penanggung jawab proses produksi;
- 93 -

3. dokumentasi informasi tentang pemasok bahan


baku produk, prosedur evaluasi pemasok, serta
prosedur inspeksi bahan baku produk;
4. dokumentasi informasi tentang proses
pembuatan produk yang diajukan untuk
disertifikasi, termasuk proses yang
disubkontrakkan ke pihak lain;
5. dokumentasi informasi tentang prosedur dan
rekaman pengendalian mutu, termasuk
pengujian rutin, daftar peralatan serta sertifikat
kalibrasi atau bukti verifikasi peralatan yang
berpengaruh terhadap mutu produk yang
disertifikasi, dan bukti atau segel tera atau tera
ulang untuk alat ukur yang digunakan dalam
pengukuran berat produk dalam kemasan
akhir;
6. dokumentasi informasi tentang prosedur dan
rekaman pengendalian dan penanganan produk
yang tidak sesuai;
7. dokumentasi informasi tentang pengemasan
produk dan pengelolaan produk di gudang
akhir produk sebelum dikirimkan dan/atau
diedarkan ke wilayah Republik Indonesia;
8. lokasi gudang penyimpanan produk di wilayah
Republik Indonesia;
9. bukti izin edar produk (MD/ML atau P-IRT)
sesuai ketentuan peraturan perundang-
undangan;
10. menyertakan laporan hasil uji yang dilakukan
paling lambat 1 (satu) tahun sebelum
pengajuan Sertifikasi, yang memberikan bukti
pemenuhan produk yang diajukan untuk
disertifikasi terhadap persyaratan mutu dalam
SNI dan peraturan terkait;
11. apabila laporan hasil uji sebagaimana
dinyatakan pada angka 10 belum tersedia,
pelaku usaha dapat menyampaikan contoh
- 94 -

produk kepada LSPro untuk diuji di


laboratorium yang memiliki perjanjian alih daya
dengan LSPro; dan
12. apabila telah tersedia, menyertakan Sertifikat
Penerapan Sistem Manajemen Mutu
berdasarkan SNI ISO 9001 atau Sistem
Manajemen Keamanan Pangan berdasarkan SNI
ISO 22000 atau HACCP berdasarkan SNI
CAC/RCP 1 dari Lembaga Sertifikasi yang
diakreditasi oleh KAN atau oleh badan
akreditasi penandatangan International
Accreditation Forum (IAF)/Asia Pacific
Accreditation Cooperation (APAC) Multilateral
Recognition Agreement (MLA) dengan ruang
lingkup yang sesuai.
Informasi pada butir 4, butir 5, butir 10, dan butir
11 tidak perlu dilampirkan apabila pemohon
melakukan pengemasan ulang produk yang
dihasilkan oleh pihak lain yang telah memiliki
sertifikat kesesuaian produk atau Surat Persetujuan
Penggunaan Tanda (SPPT) SNI.

2. Tinjauan permohonan Sertifikasi


LSPro harus memastikan bahwa informasi yang diperoleh dari
permohonan Sertifikasi yang diajukan oleh Pemohon telah
lengkap dan memenuhi persyaratan.

3. Penandatanganan perjanjian Sertifikasi


Setelah permohonan Sertifikasi dinyatakan lengkap dan
Pemohon menyetujui persyaratan dan prosedur Sertifikasi
yang ditetapkan oleh LSPro sesuai dengan persyaratan SNI
ISO/IEC 17065, perjanjian Sertifikasi ditandatangani oleh
Pemohon dan LSPro.
- 95 -

4. Penyusunan rencana evaluasi


Berdasarkan informasi yang diperoleh dari persyaratan
permohonan Sertifikasi yang disampaikan oleh Pemohon,
LSPro menetapkan rencana evaluasi yang mencakup:
a. jenis/tipe/varian produk yang diajukan untuk disertifikasi
dan metode pengambilan contoh sesuai dengan
persyaratan SNI sebagaimana dimaksud dalam huruf A
yang diperlukan untuk pengujian produk dan mewakili
contoh produk yang diusulkan untuk disertifikasi;
b. informasi SNI yang digunakan sebagai dasar Sertifikasi
berdasarkan permohonan yang diajukan oleh Pemohon
Sertifikasi;
c. waktu yang diperlukan untuk pelaksanaan pengujian
berdasarkan standar acuan metode uji yang
dipersyaratkan; dan
d. waktu, lokasi pelaksanaan dan agenda inspeksi pabrik
atau asesmen proses produksi yang relevan dengan
pelaksanaan produksi produk yang diajukan untuk
disertifikasi, serta personel kompeten yang melakukan
evaluasi.

5. Pelaksanaan evaluasi awal terhadap produk


5.1. Pelaksanaan evaluasi awal terhadap produk mencakup:
a. Pemeriksaan awal terhadap kesesuaian informasi
produk dan proses produksi yang disampaikan
Pemohon sebagaimana dimaksud pada huruf E angka
1 terhadap lingkup produk yang ditetapkan dalam SNI
dan peraturan terkait.
b. Pengujian awal terhadap contoh produk berdasarkan
persyaratan mutu dalam SNI. Pengujian awal
dilakukan berdasarkan laporan hasil uji dari
laboratorium yang disampaikan Pemohon, yang
mencakup seluruh persyaratan mutu dalam SNI
sebagaimana dimaksud dalam huruf A. Apabila
laporan hasil uji tersebut menunjukkan bahwa
seluruh persyaratan mutu dalam SNI tersebut telah
terpenuhi, maka produk yang diajukan untuk
- 96 -

disertifikasi dianggap telah memenuhi persyaratan


pengujian awal.

5.2. Apabila hasil evaluasi awal menunjukkan


ketidaksesuaian terhadap persyaratan SNI, Pemohon
harus diberi kesempatan untuk melakukan tindakan
perbaikan dalam jangka waktu tertentu sesuai dengan
kebijakan LSPro.

6. Pelaksanaan inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi


6.1. Inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi harus
dilakukan pada saat pabrik melakukan produksi, atau
pada kondisi tertentu dilakukan melalui simulasi proses
produksi produk yang diajukan untuk disertifikasi.

6.2. Inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi dilakukan


terhadap:
a. tanggung jawab dan komitmen personel penanggung
jawab pabrik terhadap konsistensi pemenuhan
produk terhadap persyaratan SNI;
b. ketersediaan dan pengendalian dokumentasi
informasi prosedur dan rekaman pengendalian mutu,
termasuk pengujian rutin;
c. fasilitas, lokasi, desain dan tata letak, bangunan,
sanitasi peralatan, sanitasi ruang proses, dan higiene
personel sesuai dengan ketentuan yang berlaku
tentang Cara Produksi Pangan Olahan yang Baik;
d. tahapan kritis proses produksi, mulai dari bahan
baku sampai produk akhir paling sedikit pada
tahapan sebagaimana tercantum dalam huruf G;
e. kelengkapan serta fungsi peralatan produksi
termasuk peralatan pengendalian mutu, paling sedikit
alat pencampur, alat pemanas dan alat pengujian
padatan terlarut;
f. bukti verifikasi berdasarkan hasil kalibrasi atau hasil
verifikasi peralatan produksi sebagaimana dimaksud
pada huruf e yang membuktikan bahwa peralatan
- 97 -

tersebut memenuhi persyaratan produksi. Hasil


verifikasi peralatan produksi dapat ditunjukkan
dengan prosedur yang diperlukan untuk mencapai
kondisi atau persyaratan yang ditetapkan;
g. bukti tera atau tera ulang alat pengukuran berat
produk dalam kemasan akhir;
h. pengendalian dan penanganan produk yang tidak
sesuai; dan
i. pengemasan, penanganan, dan penyimpanan produk,
termasuk di gudang akhir produk yang siap
diedarkan.

6.3. Apabila Pabrik telah menerapkan Sistem Manajemen


Keamanan Pangan berdasarkan SNI ISO 22000 atau
HACCP berdasarkan SNI CAC/RCP 1 dari Lembaga
Sertifikasi yang diakreditasi oleh KAN atau oleh badan
akreditasi penandatangan IAF/APAC MLA dengan ruang
lingkup yang sesuai, maka inspeksi pabrik atau asesmen
proses produksi dilakukan terhadap implementasi sistem
manajemen terkait mutu produk tersebut dan
sebagaimana dimaksud pada angka 6.2 huruf d dan
huruf e.

6.4. Apabila Pabrik telah menerapkan Sistem Manajemen


Mutu berdasarkan SNI ISO 9001 dari Lembaga Sertifikasi
yang diakreditasi oleh KAN atau oleh badan akreditasi
penandatangan IAF/APAC MLA dengan ruang lingkup
yang sesuai, maka inspeksi pabrik atau asesmen proses
produksi dilakukan terhadap implementasi sistem
manajemen terkait mutu produk tersebut dan
sebagaimana dimaksud pada angka 6.2 huruf c, huruf d,
dan huruf e.
- 98 -

6.5. Dalam hal pemohon melakukan pengemasan ulang


produk yang dihasilkan oleh pihak lain, berlaku
ketentuan berikut:
a. apabila pihak lain tersebut telah memiliki sertifikat
kesesuaian produk atau Surat Persetujuan
Penggunaan Tanda (SPPT) SNI maka inspeksi pabrik
atau asesmen proses produksi sebagaimana
dimaksud pada angka 6.2 dilakukan di lokasi
Pemohon pada tahapan pengemasan; atau
b. apabila pihak lain tersebut belum memiliki sertifikat
kesesuaian produk atau Surat Persetujuan
Penggunaan Tanda (SPPT) SNI, maka inspeksi pabrik
atau asesmen proses produksi sebagaimana
dimaksud pada angka 6.2 dilakukan di lokasi
pembuatan produk yang dimiliki oleh pihak lain dan
di lokasi pemohon.

6.6. Selama inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi,


LSPro melakukan pengambilan contoh produk oleh
petugas pengambil contoh dan selanjutnya diuji di
Laboratorium milik LSPro atau Laboratorium yang telah
memiliki perjanjian alih daya dengan LSPro.

6.7. apabila berdasarkan hasil inspeksi pabrik atau asesmen


proses produksi, termasuk hasil pengujian, tidak
diperoleh bukti-bukti yang kuat untuk menjamin
konsistensi produk terhadap persyaratan SNI, maka
Pemohon harus diberi kesempatan untuk melakukan
tindakan perbaikan dalam jangka waktu tertentu sesuai
dengan kebijakan LSPro.

7. Tinjauan
7.1. Tinjauan hasil evaluasi dilakukan terhadap:
a. Hasil evaluasi awal terhadap produk untuk
menunjukkan bahwa contoh produk yang mewakili
produk memenuhi persyaratan SNI yang diajukan
oleh Pemohon sebagai dasar permohonan Sertifikasi.
- 99 -

b. Hasil inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi


atau bukti obyektif untuk menunjukkan bahwa
pabrik memiliki proses produksi yang didukung
dengan segala sumber daya yang diperlukan untuk
menghasilkan produk yang secara konsisten,
menjamin keamanan pangan, dan memenuhi
persyaratan SNI yang diajukan oleh Pemohon sebagai
dasar permohonan Sertifikasi.

7.2. Tinjauan hasil evaluasi dinyatakan dalam bentuk


rekomendasi tertulis tentang pemenuhan SNI yang
diajukan oleh Pemohon untuk produk yang diajukan
untuk disertifikasi.

8. Penetapan keputusan Sertifikasi


8.1. Penetapan keputusan Sertifikasi dilakukan berdasarkan
rekomendasi yang dihasilkan dari proses tinjauan.

8.2. Penetapan keputusan Sertifikasi harus dilakukan oleh


satu atau sekelompok orang yang tidak terlibat dalam
proses evaluasi.

8.3. Penetapan keputusan Sertifikasi dapat dilakukan oleh


satu atau sekelompok orang yang sama dengan yang
melakukan tinjauan.

8.4. Rekomendasi untuk keputusan Sertifikasi berdasarkan


hasil tinjauan harus didokumentasikan, kecuali tinjauan
dan keputusan Sertifikasi diselesaikan secara bersamaan
oleh satu atau sekelompok orang yang sama.

8.5. LSPro harus memberitahu Pemohon Sertifikasi terkait


alasan menunda atau tidak memberikan keputusan
Sertifikasi, dan harus mengidentifikasikan alasan
keputusan tersebut. Apabila Pemohon Sertifikasi
menunjukkan keinginan untuk melanjutkan proses
- 100 -

Sertifikasi, LSPro dapat memulai kembali dari proses


evaluasi (angka 5).

9. Penerbitan Sertifikat
Sertifikat kesesuaian terhadap persyaratan SNI diterbitkan
sesuai ketentuan sebagai berikut:
a. Sertifikat diterbitkan oleh LSPro setelah penetapan
keputusan Sertifikasi;
b. Sertifikat paling sedikit harus memuat:
1. nomor sertifikat atau identifikasi unik lainnya;
2. nomor atau identifikasi lain dari skema Sertifikasi;
3. nama dan alamat LSPro;
4. nama dan alamat Pemohon (pemegang sertifikat);
5. acuan ke perjanjian Sertifikasi;
6. pernyataan kesesuaian yang mencakup:
a. nama, merek, dan spesifikasi produk yang
dinyatakan memenuhi persyaratan;
b. SNI yang menjadi dasar Sertifikasi;
c. nama dan alamat lokasi produksi; dan
d. informasi terkait proses Sertifikasi.status
akreditasi atau pengakuan LSPro;
7. tanggal penerbitan sertifikat;
8. tanggal berakhir masa berlaku sertifikat yaitu 4
(empat) tahun sejak tanggal penerbitan sertifikat;
9. tanda tangan yang mengikat secara hukum dari
personel yang bertindak atas nama LSPro sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan

10. Surveilans dan Sertifikasi ulang


10.1. LSPro harus melaksanakan surveilans paling sedikit 2
(dua) kali dalam periode Sertifikasi. Dalam hal ini
berlaku ketentuan sebagai berikut:
a. Surveilans pertama dilakukan melalui kegiatan:
1. Inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi;
dan/atau
2. Pengujian terhadap contoh produk yang akan
beredar.
- 101 -

Pemilihan jenis kegiatan pada surveilans pertama


tersebut dilakukan berdasarkan penilaian LSPro
atas hasil Sertifikasi sebelumnya.
Apabila surveilans pertama hanya dilakukan melalui
kegiatan pengujian terhadap contoh produk yang
akan beredar, penerima sertifikat harus
menyampaikan dokumentasi pengendalian mutu
proses produksi sejak penerbitan sertifikat sampai
dilakukan surveilans pertama.

b. Surveilans kedua dilakukan melalui kegiatan


1. Inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi;
dan
2. Pengujian terhadap contoh produk yang akan
atau telah beredar.

10.2. LSPro harus melaksanakan Sertifikasi ulang paling


lambat pada bulan ke-42 (empat puluh dua) (empat
puluh dua) setelah penetapan Sertifikasi, melalui
kegiatan sebagaimana dimaksud pada angka 6.

F. Penggunaan Tanda SNI


1. Penggunaan tanda SNI dilakukan setelah mendapatkan
persetujuan penggunaan Tanda SNI melalui Surat
Persetujuan Penggunaan Tanda (SPPT) SNI yang dikeluarkan
oleh BSN sesuai dengan kriteria yang ditetapkan pada
Peraturan BSN mengenai tata cara penggunaan Tanda SNI
dan Tanda Kesesuaian Berbasis SNI.

2. Tanda SNI sebagai bukti kesesuaian produk yang telah


memenuhi SNI adalah sebagai berikut:
- 102 -

Dengan ukuran:

Keterangan:
y = 11x
r = 0,5x
-103-

G. Tahapan Kritis Proses Produksi Produk Jem dan Marmalade


Produk
Tahapan Kritis Proses
No. Penjelasan tahapan kritis Selai buah Selai buah diet Marmalade
Produksi
diabetes
1. Pemilihan bahan baku, Bahan baku, bahan tambahan pangan dan bahan kemasan Berlaku Berlaku Berlaku
bahan tambahan pangan harus memenuhi persyaratan yang ditetapkan atau peraturan
dan bahan kemasan vang terkait.
2. Pentirabahan glukosa Penambahan glukosa dilakukan dengan jumlah yang Berlaku Berlaku Berlaku
dikendalikan untuk mendapatkan persyaratan kadar glukosa
sesuai standar
3. Pemanasan Pemanasan dilakukan pada suhu dan waktu tertentu yang Berlaku Berlaku Berlaku
dikendalikan untuk mendapatkcui produk vang diinginkan
4. Pengisian Pengisian dilakukan dengan menggunakan metode tertentu Berlaku Berlaku Berlaku

5. Pengemasan Prodxik dikemas daiam wadah yang tertutup rapat, tidak Berlaku Berlaku Berlaku
dipengaruhi atau mcmpengaruhi isi, aman selama penyimpanan
dan pengangkutan
Apabila produk dikemas dalam kaleng, proses pengalengan Berlaku Berlaku Berlaku
harus dilakukan pada kondisi tertentu yang dikendalikan
6. Penandaan Penandaan dilakukan sesuai dengan persyaratan SNI dan Berlaku Berlaku Berlaku
peraturan terkait
Keterangan: Urutan tahapan kritis proses produksi disetiap pemohon dapat berbeda

KEPALA BADAN STANDARDISASl NASIONAL


REPUBLIK INDONESIA,

TTD

BAMBANG PRASETYA

ngan aslinya
Kepala B anusia, Organisasi, dan Hukum

ihayu
iNOO
- 104 -

LAMPIRAN VII
PERATURAN BADAN STANDARDISASI NASIONAL
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 1 TAHUN 2020
TENTANG
SKEMA PENILAIAN KESESUAIAN TERHADAP STANDAR
NASIONAL INDONESIA SEKTOR MAKANAN DAN MINUMAN

PETUNJUK TEKNIS SKEMA SERTIFIKASI PRODUK BAWANG MERAH


GORENG
A. Ruang lingkup
Dokumen ini berlaku untuk acuan pelaksanaan Sertifikasi produk
bawang merah goreng yang terbuat dari umbi tanaman bawang
merah (Allium ascalonicum L. atau Allium cepa L.) dengan cara
pengirisan dan penggorengan dengan atau tanpa penambahan
bahan pangan lain dan bahan tambahan pangan yang diizinkan.

B. Persyaratan Sertifikasi
Persyaratan acuan Sertifikasi produk:
1. SNI 7713:2013 Bawang merah goreng;
2. SNI dan standar lain yang diacu dalam SNI 7713:2013;
3. Peraturan yang terkait yaitu:
a. Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1999 tentang Label
dan Iklan Pangan;
b. Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 75/M-
IND/PER/7/2010 tentang Cara Produksi Pangan Olahan
yang Baik (Good Manufacturing Practices);
c. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 33 Tahun 2012
tentang Bahan Tambahan Pangan;
d. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan
Nomor 36 Tahun 2013 tentang Batas Maksimum
Penggunaan Bahan Tambahan Pangan Pengawet;
e. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan
Nomor 16 Tahun 2014 Tentang Perubahan Atas Peraturan
Kepala Badan Pengawas Obat Dan Makanan Nomor
- 105 -

Hk.03.1.23.07.11.6664 Tahun 2011 Tentang Pengawasan


Kemasan Pangan;
f. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan
Nomor 16 Tahun 2016 tentang Kriteria Mikrobiologi Dalam
Pangan Olahan; dan
k. Peraturan Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor 5
Tahun 2018 tentang Batas Maksimum Cemaran Logam
Berat dalam Pangan Olahan.
4. Peraturan lain yang terkait dengan produk bawang merah
goreng.

C. Prosedur Sertifikasi
Prosedur Sertifikasi mencakup:
1. evaluasi awal; dan
2. inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi.

D. Persyaratan Lembaga Penilaian Kesesuaian


Sertifikasi produk bawang merah goreng dilakukan oleh LPK yang
telah diakreditasi oleh KAN berdasarkan SNI ISO/IEC 17065,
Penilaian Kesesuaian – Persyaratan untuk Lembaga Sertifikasi
Produk, Proses, dan Jasa, untuk lingkup produk sebagaimana
dimaksud dalam Ruang Lingkup sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
Dalam hal LPK belum ada yang diakreditasi oleh KAN untuk
melakukan kegiatan Sertifikasi dengan ruang lingkup produk
bawang merah goreng, BSN dapat menunjuk LPK dengan ruang
lingkup yang sejenis sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.

E. Tahapan Sertifikasi
1. Pengajuan Permohonan Sertifikasi
1.1. Pengajuan permohonan Sertifikasi dilakukan oleh pelaku
usaha. Kriteria pelaku usaha yang dapat mengajukan
Sertifikasi sesuai Peraturan BSN mengenai tata cara
penggunaan Tanda SNI dan Tanda Kesesuaian Berbasis
SNI.
- 106 -

1.2. Permohonan Sertifikasi harus dilengkapi dengan:


a. informasi Pemohon:
1. nama pemohon, alamat pemohon, serta nama dan
kedudukan atau jabatan personel yang
bertanggung jawab atas pengajuan permohonan
Sertifikasi;
2. bukti pemenuhan persyaratan izin usaha sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan;
3. pemenuhan persyaratan sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan tentang
pendaftaran dan hak kepemilikan atas merek yang
dikeluarkan oleh Kementerian Hukum dan Hak
Asasi Manusia;
4. apabila Pemohon melakukan pembuatan produk
dengan merek yang dimiliki oleh pihak lain,
menyertakan bukti perjanjian yang mengikat
secara hukum untuk melakukan pembuatan
produk untuk pihak lain;
5. apabila Pemohon bertindak sebagai pemilik merek
yang mensubkontrakkan proses produksinya
kepada pihak lain, menyertakan bukti kepemilikan
merek dan perjanjian subkontrak pelaksanaan
produksi dengan pihak lain;
6. apabila Pemohon bertindak sebagai perwakilan
resmi pemilik merek yang berkedudukan hukum di
luar negeri, menyertakan bukti perjanjian yang
mengikat secara hukum tentang penunjukan
sebagai perwakilan resmi pemilik merek di wilayah
Republik Indonesia; dan
7. pernyataan bahwa Pemohon Sertifikasi
bertanggung jawab penuh atas pemenuhan
persyaratan SNI dan pemenuhan persyaratan
proses Sertifikasi dan bersedia memberikan akses
terhadap lokasi dan/atau informasi yang
diperlukan oleh LSPro dalam melaksanakan
kegiatan Sertifikasi.
- 107 -

b. informasi proses produksi:


1. merek produk yang diajukan untuk disertifikasi;
2. jenis/tipe/varian produk yang diajukan untuk
disertifikasi;
3. SNI yang digunakan sebagai dasar pengajuan
permohonan Sertifikasi;
4. foto produk dalam kemasan primer yang diajukan
untuk disertifikasi (dari arah depan, belakang dan
samping), serta informasi terkait kemasan primer
produk;
5. daftar bahan baku termasuk bahan tambahan
pangan;
6. label produk; dan
7. apabila telah tersedia, foto kemasan sekunder dan
tersier produk yang diajukan untuk disertifikasi,
dari arah depan, belakang,samping, dan bagian
dalam.
c. informasi proses produksi:
1. nama, alamat, dan legalitas hukum pabrik;
2. struktur organisasi, nama dan jabatan personel
penanggung jawab proses produksi;
3. dokumentasi informasi tentang pemasok bahan
baku produk,prosedur evaluasi pemasok, serta
prosedur inspeksi bahan baku produk;
4. dokumentasi informasi tentang proses pembuatan
produk yang diajukan untuk disertifikasi,
termasuk proses yang disubkontrakkan ke pihak
lain;
5. dokumentasi informasi tentang prosedur dan
rekaman pengendalian mutu, termasuk pengujian
rutin, daftar peralatan, serta sertifikat kalibrasi
atau bukti verifikasi peralatan yang berpengaruh
terhadap mutu produk yang disertifikasi, dan
bukti atau segel tera atau tera ulang untuk alat
ukur yang digunakan dalam pengukuran berat
produk dalam kemasan akhir;
- 108 -

6. dokumentasi informasi tentang prosedur dan


rekaman pengendalian dan penanganan produk
yang tidak sesuai;
7. dokumentasi informasi tentang pengemasan
produk dan pengelolaan produk di gudang akhir
produk sebelum dikirimkan dan/atau diedarkan
ke wilayah Republik Indonesia;
8. lokasi gudang penyimpanan produk di wilayah
Republik Indonesia;
9. bukti izin edar produk (MD/ML atau P-IRT) sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan;
10. menyertakan laporan hasil uji yang dilakukan
paling lambat 1 (satu) tahun sebelum pengajuan
Sertifikasi, yang memberikan bukti pemenuhan
produk yang diajukan untuk disertifikasi terhadap
persyaratan mutudalam SNI dan peraturan
terkait;
11. apabila laporan hasil uji sebagaimana dinyatakan
pada butir 10 belum tersedia, Pemohon dapat
menyampaikan contoh produk kepada LSPro
untuk diuji di laboratorium yang memiliki
perjanjian alih daya dengan LSPro; dan
12. apabila telah tersedia, menyertakan Sertifikat
Penerapan Sistem Manajemen Mutu berdasarkan
SNI ISO 9001 atau Sistem Manajemen Keamanan
Pangan berdasarkan SNI ISO 22000 atau HACCP
berdasarkan SNI CAC/RCP 1 dari Lembaga
Sertifikasi yang diakreditasi oleh KAN atau oleh
badan akreditasi penandatangan International
Accreditation Forum (IAF)/Asia Pacific Accreditation
Cooperation (APAC) Multilateral Recognition
Agreement (MLA) dengan ruang lingkup yang
sesuai.
Informasi pada butir 4, butir 5, butir 10, dan butir 11
tidak perlu dilampirkan apabila Pemohon melakukan
pengemasan ulang produk yang dihasilkan oleh pihak
lain yang telah memiliki sertifikat kesesuaian produk
- 109 -

atau Surat Persetujuan Penggunaan Tanda (SPPT)


SNI.

2. Tinjauan permohonan Sertifikasi


LSPro harus memastikan bahwa informasi yang diperoleh dari
permohonan Sertifikasi yang diajukan oleh Pemohon telah
lengkap dan memenuhi persyaratan.

3. Penandatanganan perjanjian Sertifikasi


Setelah permohonan Sertifikasi dinyatakan lengkap dan
Pemohon menyetujui persyaratan dan prosedur Sertifikasi
yang ditetapkan oleh LSPro sesuai dengan persyaratan SNI
ISO/IEC 17065, perjanjian Sertifikasi ditandatangani oleh
Pemohon dan LSPro.

4. Penyusunan rencana evaluasi


Berdasarkan informasi yang diperoleh dari persyaratan
permohonan Sertifikasi yang disampaikan oleh Pemohon,
LSPro menetapkan rencana evaluasi yang mencakup:
a. jenis/tipe/varian produk yang diajukan untuk disertifikasi
dan metode pengambilan contoh sesuai dengan
persyaratan SNI 7713:2013 yang diperlukan untuk
pengujian produk dan mewakili contoh produk yang
diusulkan untuk disertifikasi;
b. informasi SNI yang digunakan sebagai dasar Sertifikasi
berdasarkan permohonan yang diajukan oleh Pemohon
Sertifikasi;
c. waktu yang diperlukan untuk pelaksanaan pengujian
berdasarkan standar acuan metode uji yang
dipersyaratkan; dan
d. waktu, lokasi pelaksanaan dan agenda inspeksi pabrik
atau asesmen proses produksi yang relevan dengan
pelaksanaan produksi produk yang diajukan untuk
disertifikasi, serta personel kompeten yang melakukan
evaluasi.
- 110 -

5. Pelaksanaan evaluasi awal terhadap produk


5.1. Pelaksanaan evaluasi awal terhadap produk mencakup:
a. Pemeriksaan awal terhadap kesesuaian informasi
produk dan proses produksi yang disampaikan
Pemohon sebagaimana dimaksud pada huruf E angka
1 terhadap lingkup produk yang ditetapkan dalam SNI
dan peraturan terkait.
b. Pengujian awal terhadap contoh produk berdasarkan
persyaratan mutu dalam SNI. Pengujian awal
dilakukan berdasarkan laporan hasil uji dari
laboratorium yang disampaikan Pemohon, yang
mencakup seluruh persyaratan mutu dalam SNI
7713:2013. Apabila laporan hasil uji tersebut
menunjukkan bahwa seluruh persyaratan mutu dalam
SNI tersebut telah terpenuhi, maka produk yang
diajukan untuk disertifikasi dianggap telah memenuhi
persyaratan pengujian awal.

5.2. Apabila hasil evaluasi awal menunjukkan


ketidaksesuaian terhadap persyaratan SNI, Pemohon
harus diberi kesempatan untuk melakukan tindakan
perbaikan dalam jangka waktu tertentu sesuai dengan
kebijakan LSPro.

6. Pelaksanaan inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi


6.1. Inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi harus
dilakukan pada saat pabrik melakukan produksi, atau
pada kondisi tertentu dilakukan melalui simulasi proses
produksi produk yang diajukan untuk disertifikasi.

6.2. Inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi dilakukan


terhadap:
a. tanggung jawab dan komitmen personel penanggung
jawab pabrik terhadap konsistensi pemenuhan
produk terhadap persyaratan SNI;
- 111 -

b. ketersediaan dan pengendalian dokumentasi


informasi prosedur dan rekaman pengendalian mutu,
termasukpengujian rutin;
c. fasilitas, lokasi, desain dan tata letak, bangunan,
sanitasi peralatan, sanitasi ruang proses, dan higiene
personel sesuai dengan ketentuan yang berlaku
tentang Cara Produksi Pangan Olahan yang Baik;
d. tahapan kritis proses produksi, mulai dari bahan
baku sampai produk akhir paling sedikit pada
tahapan sebagaimana tercantum dalam huruf G;
e. kelengkapan serta fungsi peralatan produksi
termasuk peralatan pengendalian mutu, paling sedikit
harus mempunyai alat pemotong, alat penggoreng
dan alat pengukur berat;
f. bukti verifikasi berdasarkan hasil kalibrasi atau hasil
verifikasi peralatan produksi sebagaimana dimaksud
pada huruf e yang membuktikan bahwa peralatan
tersebut memenuhi persyaratan produksi. Hasil
verifikasi peralatan produksi dapat ditunjukkan
dengan prosedur yang diperlukan untuk mencapai
kondisi atau persyaratan yang ditetapkan;
g. bukti tera atau tera ulang alat pengukuran berat
produk dalam kemasan akhir;
h. pengendalian dan penanganan produk yang tidak
sesuai; dan
i. pengemasan, penanganan, dan penyimpanan produk,
termasuk di gudang akhir produk yang siap
diedarkan.

6.3. Apabila Pabrik telah menerapkan Sistem Manajemen


Keamanan Pangan berdasarkan SNI ISO 22000 atau
HACCP berdasarkan SNI CAC/RCP 1 dari Lembaga
Sertifikasi yang diakreditasi oleh KAN atau oleh badan
akreditasi penandatangan IAF/APAC MLA dengan ruang
lingkup yang sesuai, maka inspeksi pabrik atau asesmen
proses produksi dilakukan terhadap implementasi sistem
manajemen terkait mutu produk tersebut dan
- 112 -

sebagaimana dimaksud pada angka 6.2 huruf d dan


huruf e.

6.4. Apabila Pabrik telah menerapkan Sistem Manajemen


Mutu berdasarkan SNI ISO 9001 dari Lembaga Sertifikasi
yang diakreditasi oleh KAN atau oleh badan akreditasi
penandatangan IAF/APAC MLA dengan ruang lingkup
yang sesuai, maka inspeksi pabrik atau asesmen proses
produksi dilakukan terhadap implementasi sistem
manajemen terkait mutu produk tersebut dan
sebagaimana dimaksud pada angka6.2 huruf c, huruf d,
dan huruf e.

6.5. Dalam hal pemohon melakukan pengemasan ulang


produk yang dihasilkan oleh pihak lain, berlaku
ketentuan berikut:
a. apabila pihak lain tersebut telah memiliki sertifikat
kesesuaian produk atau Surat Persetujuan
Penggunaan Tanda (SPPT) SNI, maka inspeksi pabrik
atau asesmen proses produksi sebagaimana
dimaksud pada angka 6.2 dilakukan di lokasi
Pemohon pada tahapan pengemasan; atau
b. apabila pihak lain tersebut belum memiliki sertifikat
kesesuaian produk atau Surat Persetujuan
Penggunaan Tanda (SPPT) SNI, maka inspeksi pabrik
atau asesmen proses produksi sebagaimana
dimaksud pada angka 6.2 dilakukan di lokasi
pembuatan produk yang dimiliki oleh pihak lain dan
di lokasi pemohon.

6.6. Selama inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi,


LSPro melakukan pengambilan contoh produk oleh
petugas pengambil contoh dan selanjutnya diuji di
Laboratorium milik LSPro atau Laboratorium yang telah
memiliki perjanjian alih daya dengan LSPro.
- 113 -

6.7. apabila berdasarkan hasil inspeksi pabrik atau asesmen


proses produksi termasuk hasil pengujian, tidak
diperoleh bukti-bukti yang kuat untuk menjamin
konsistensi produk terhadap persyaratan SNI, maka
Pemohon harus diberi kesempatan untuk melakukan
tindakan perbaikan dalam jangka waktu tertentu sesuai
dengan kebijakan LSPro.

7. Tinjauan
7.1. Tinjauan hasil evaluasi dilakukan terhadap:
a. Hasil evaluasi awal terhadap produk untuk
menunjukkan bahwa contoh produk yang mewakili
produk memenuhi persyaratan SNI yang diajukan
oleh Pemohon sebagai dasar permohonan Sertifikasi.
b. Hasil inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi
atau bukti obyektif untuk menunjukkan bahwa
pabrik memiliki proses produksi yang didukung
dengan segala sumber daya yang diperlukan untuk
menghasilkan produk yang secara konsisten
menjamin keamanan pangan, dan memenuhi
persyaratan SNI yang diajukan oleh Pemohon sebagai
dasar permohonan Sertifikasi.

7.2. Tinjauan hasil evaluasi dinyatakan dalam bentuk


rekomendasi tertulis tentang pemenuhan SNI yang
diajukan oleh Pemohon untuk produk yang diajukan
untuk disertifikasi.

8. Penetapan keputusan Sertifikasi


8.1. Penetapan keputusan Sertifikasi dilakukan berdasarkan
rekomendasi yang dihasilkan dari proses tinjauan.

8.2. Penetapan keputusan Sertifikasi harus dilakukan oleh


satu atau sekelompok orang yang tidak terlibat dalam
proses evaluasi.
- 114 -

8.3. Penetapan keputusan Sertifikasi dapat dilakukan oleh


satu atau sekelompok orang yang sama dengan yang
melakukan tinjauan.

8.4. Rekomendasi untuk keputusan Sertifikasi berdasarkan


hasil tinjauan harus didokumentasikan, kecuali tinjauan
dan keputusan Sertifikasi diselesaikan secara bersamaan
oleh satu atau sekelompok orang yang sama.

8.5. LSPro harus memberitahu Pemohon Sertifikasi terkait


alasan menunda atau tidak memberikan keputusan
Sertifikasi, dan harus mengidentifikasikan alasan
keputusan tersebut. Apabila Pemohon Sertifikasi
menunjukkan keinginan untuk melanjutkan proses
Sertifikasi, LSPro dapat memulai kembali dari proses
evaluasi (angka 5).

9. Penerbitan Sertifikat
Sertifikat kesesuaian terhadap persyaratan SNI diterbitkan
sesuai ketentuan sebagai berikut:
a. Sertifikat diterbitkan oleh LSPro setelah penetapan
keputusan Sertifikasi;
b. Sertifikat paling sedikit harus memuat:
1. nomor sertifikat atau identifikasi unik lainnya;
2. nomor atau identifikasi lain dari skema Sertifikasi;
3. nama dan alamat LSPro;
4. nama dan alamat Pemohon (pemegang sertifikat)
5. acuan ke perjanjian Sertifikasi;
6. pernyataan kesesuaian yang mencakup:
a. nama, merek dan spesifikasi produk yang
dinyatakan memenuhi persyaratan;
b. SNI yang menjadi dasar Sertifikasi
c. nama dan alamat lokasi produksi; dan
d. informasi terkait proses Sertifikasi,
7. status akreditasi atau pengakuan LSPro;
8. tanggal penerbitan sertifikat;
- 115 -

9. tanggal berakhir masa berlaku sertifikat yaitu 4


(empat) tahun sejak tanggal penerbitan sertifikat;
10. tanda tangan yang mengikat secara hukum dari
personel yang bertindak atas nama LSPro sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

10. Surveilans dan Sertifikasi ulang


10.1. LSPro harus melaksanakan surveilans paling sedikit 2
(dua) kali dalam periode Sertifikasi. Dalam hal ini
berlaku ketentuan sebagai berikut:
a. Surveilans pertama dilakukan melalui kegiatan:
1. Inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi;
dan/atau
2. Pengujian terhadap contoh produk yang akan
beredar.
Pemilihan jenis kegiatan pada surveilan pertama
tersebut dilakukan berdasarkan penilaian LSPro
atas hasil Sertifikasi sebelumnya.
Apabila surveilans pertama hanya dilakukan melalui
kegiatan pengujian terhadap contoh produk yang
akan beredar, penerima sertifikat harus
menyampaikan dokumentasi pengendalian mutu
proses produksi sejak penerbitan sertifikat sampai
dilakukan surveilans pertama.
b. Surveilans kedua dilakukan melalui kegiatan
1. Inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi;
dan
2. Pengujian terhadap contoh produk yang akan
atau telah beredar.

10.2. LSPro harus melaksanakan Sertifikasi ulang paling


lambat pada bulan ke-42 (empat puluh dua) (empat
puluh dua) setelah penetapan Sertifikasi, melalui
kegiatan sebagaimana dimaksud pada angka 6.
- 116 -

F. Penggunaan Tanda SNI


1. Penggunaan tanda SNI dilakukan setelah mendapatkan
persetujuan penggunaan Tanda SNI melalui Surat
Persetujuan Penggunaan Tanda (SPPT) SNI yang dikeluarkan
oleh BSN sesuai dengan kriteria yang ditetapkan pada
Peraturan BSN mengenai tata cara penggunaan Tanda SNI
dan Tanda Kesesuaian Berbasis SNI.

2. Tanda SNI sebagai bukti kesesuaian produk yang telah


memenuhi SNI adalah sebagai berikut:

Dengan ukuran:

Keterangan:
y = 11x
r = 0,5x
-117-

G. Tahapan kritis proses produksi produk bawang merah goreng


Tahapan kritis proses
No Penjelasan tahapan kritis
produksi
1. Pemilihan bahan baku, Bahan baku, bahan tambahan pangan dan
bahan pagan lain, bahan bahan kemasan harus memenuhi
tambahan pangan dan persyaratan yang ditetapkan atau
bahan kemasan peraturan yang terkait.
2. Pengirisan Pengirisan dilakukan dengan tingkat
ketebalan tertentu yang dikendalikan
untuk mendapatkan produk dengan
ukuran dan tebal irisan bawang yang
ditentukan.
3. Penggorengan Penggorengan dilakukan dengan waktu
tertentu yang dikendalikan untuk
mendapatkan produk dengan tingkat
kekeringan (kadar air) yang sesuai dengan
standar
4. Pengemasan Produk dikemas dalam wadah yang
tertutup rapat, tidak dipengaruhi atau
mempengaruhi isi, aman selama
penyimpanan dan pengangkutan
5. Penandaan Penandaan dilakukan sesuai dengan
persyaratan pada SNI dan peraturan terkait
Keterangan: Urutan tahapan kritis proses produksi disetiap pemohon dapat
berbeda

KEPALA BADAN STANDARDISASI NASIONAL

REFUBLIK INDONESIA,

TTD

BAMBANG PRASETYA

Salin dengan aslinya


Kepala Birp Manusia, Organisasi, dan Hukum

argahayu
- 118 -

LAMPIRAN VIII
PERATURAN BADAN STANDARDISASI NASIONAL
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 1 TAHUN 2020
TENTANG
SKEMA PENILAIAN KESESUAIAN TERHADAP STANDAR
NASIONAL INDONESIA SEKTOR MAKANAN DAN MINUMAN

PETUNJUK TEKNIS SKEMA SERTIFIKASI PRODUK SUP DAN KALDU

A. Ruang lingkup
Dokumen ini berlaku untuk acuan pelaksanaan Sertifikasi produk
sup dan kaldu sesuai dengan lingkup SNI sebagai berikut:
No Nama Produk Persyaratan SNI
1. Sup krim instan SNI 01-4967-1999, Sup krim instan
2. Bumbu rasa ayam SNI 01-4281-1996, Bumbu rasa ayam
3. Bumbu rasa sapi SNI 01-4273-1996, Bumbu rasa sapi

B. Persyaratan Sertifikasi
Persyaratan acuan Sertifikasi produk:
1. SNI sebagaimana dimaksud dalam huruf A;
2. SNI dan standar lain yang diacu dalam SNI sebagaimana
dimaksud dalam huruf A;
3. Peraturan yang terkait yaitu:
a. Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1999 tentang Label
dan Iklan Pangan;
b. Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 75/M-
IND/PER/7/2010 tentang Cara Produksi Pangan Olahan
yang Baik (Good Manufacturing Practices);
c. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 33 Tahun 2012
tentang Bahan Tambahan Pangan;
d. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan
Nomor 16 Tahun 2014 Tentang Perubahan Atas Peraturan
Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor
Hk.03.1.23.07.11.6664 Tahun 2011 Tentang Pengawasan
Kemasan Pangan;
- 119 -

e. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan


Nomor 16 Tahun 2016 tentang Kriteria Mikrobiologi Dalam
Pangan Olahan;
f. Peraturan Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor 5
Tahun 2018 tentang Batas Maksimum Cemaran Logam
Berat dalam Pangan Olahan; dan
4. Peraturan lain yang terkait dengan produk sup dan kaldu.

C. Prosedur Sertifikasi
Prosedur Sertifikasi mencakup:
1. evaluasi awal; dan
2. inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi.

D. Persyaratan Lembaga Penilaian Kesesuaian


Sertifikasi produk sup dan kaldu dilakukan oleh LPK yang telah
diakreditasi oleh KAN berdasarkan SNI ISO/IEC 17065, Penilaian
Kesesuaian – Persyaratan untuk Lembaga Sertifikasi Produk,
Proses, dan Jasa, untuk lingkup produk sebagaimana dimaksud
dalam Ruang Lingkup sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Dalam hal LPK belum ada yang diakreditasi oleh KAN untuk
melakukan kegiatan Sertifikasi dengan ruang lingkup produk sup
dan kaldu, BSN dapat menunjuk LPK dengan ruang lingkup yang
sejenis sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

E. Tahapan Sertifikasi
1. Pengajuan Permohonan Sertifikasi
1.1. Pengajuan permohonan Sertifikasi dilakukan oleh pelaku
usaha. Kriteria pelaku usaha yang dapat mengajukan
Sertifikasi sesuai Peraturan BSN mengenai tata cara
penggunaan Tanda SNI dan Tanda Kesesuaian Berbasis
SNI.

1.2. Permohonan Sertifikasi harus dilengkapi dengan:


a. informasi Pemohon:
1. nama pemohon, alamat pemohon, serta nama dan
kedudukan atau jabatan personel yang
- 120 -

bertanggung jawab atas pengajuan permohonan


Sertifikasi;
2. bukti pemenuhan persyaratan izin usaha sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan;
3. pemenuhan persyaratan sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan tentang
pendaftaran dan hak kepemilikan atas merek yang
dikeluarkan oleh Kementerian Hukum dan Hak
Asasi Manusia;
4. apabila Pemohon melakukan pembuatan produk
dengan merek yang dimiliki oleh pihak lain,
menyertakan bukti perjanjian yang mengikat
secara hukum untuk melakukan pembuatan
produk untuk pihak lain;
5. apabila Pemohon bertindak sebagai pemilik merek
yang mensubkontrakkan proses produksinya
kepada pihak lain, menyertakan bukti kepemilikan
merek dan perjanjian subkontrak pelaksanaan
produksi dengan pihak lain;
6. apabila Pemohon bertindak sebagai perwakilan
resmi pemilik merek yang berkedudukan hukum di
luar negeri, menyertakan bukti perjanjian yang
mengikat secara hukum tentang penunjukan
sebagai perwakilan resmi pemilik merek di wilayah
Republik Indonesia;
7. pernyataan bahwa Pemohon Sertifikasi
bertanggung jawab penuh atas pemenuhan
persyaratan SNI dan pemenuhan persyaratan
proses Sertifikasi dan bersedia memberikan akses
terhadap lokasi dan/atau informasi yang
diperlukan oleh LSPro dalam melaksanakan
kegiatan Sertifikasi.
b. informasi proses produksi:
1. merek produk yang diajukan untuk disertifikasi;
2. jenis/tipe/varian produk yang diajukan untuk
disertifikasi;
- 121 -

3. SNI yang digunakan sebagai dasar pengajuan


permohonan Sertifikasi;
4. foto produk dalam kemasan primer yang diajukan
untuk disertifikasi (dari arah depan, belakang dan
samping), serta informasi terkait kemasan primer
produk;
5. daftar bahan baku termasuk bahan tambahan
pangan;
6. label produk; dan
7. apabila telah tersedia, foto kemasan sekunder dan
tersier produk yang diajukan untuk disertifikasi,
dari arah depan, belakang, samping, dan bagian
dalam.
c. informasi proses produksi:
1. nama, alamat, dan legalitas hukum pabrik;
2. struktur organisasi, nama dan jabatan personel
penanggung jawab proses produksi;
3. dokumentasi informasi tentang pemasok bahan
baku produk, prosedur evaluasi pemasok, serta
prosedur inspeksi bahan baku produk;
4. dokumentasi informasi tentang proses pembuatan
produk yang diajukan untuk disertifikasi,
termasuk proses yang disubkontrakkan ke pihak
lain;
5. dokumentasi informasi tentang prosedur dan
rekaman pengendalian mutu, termasuk pengujian
rutin, daftar peralatan, serta sertifikat kalibrasi
atau bukti verifikasi peralatan yang berpengaruh
terhadap mutu produk yang disertifikasi, dan
bukti atau segel tera atau tera ulang untuk alat
ukur yang digunakan dalam pengukuran berat
produk dalam kemasan akhir;
6. dokumentasi informasi tentang prosedur dan
rekaman pengendalian dan penanganan produk
yang tidak sesuai;
7. dokumentasi informasi tentang pengemasan
produk dan pengelolaan produk di gudang akhir
- 122 -

produk sebelum dikirimkan dan/atau diedarkan


ke wilayah Republik Indonesia;
8. lokasi gudang penyimpanan produk di wilayah
Republik Indonesia;
9. bukti izin edar produk (MD/ML) sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan;
10. menyertakan laporan hasil uji yang dilakukan
paling lambat 1 (satu) tahun sebelum pengajuan
Sertifikasi, yang memberikan bukti pemenuhan
produk yang diajukan untuk disertifikasi terhadap
persyaratan mutu dalam SNI dan peraturan
terkait;
11. apabila laporan hasil uji sebagaimana dinyatakan
pada angka 10 belum tersedia, pelaku usaha
dapat menyampaikan contoh produk kepada
LSPro untuk diuji di laboratorium yang memiliki
perjanjian alih daya dengan LSPro; dan
12. apabila telah tersedia, menyertakan Sertifikat
Penerapan Sistem Manajemen Mutu berdasarkan
SNI ISO 9001 atau Sistem Manajemen Keamanan
Pangan berdasarkan SNI ISO 22000 atau HACCP
berdasarkan SNI CAC/RCP 1 dari Lembaga
Sertifikasi yang diakreditasi oleh KAN atau oleh
badan akreditasi penandatangan International
Accreditation Forum (IAF)/Asia Pacific Accreditation
Cooperation (APAC) Multilateral Recognition
Agreement (MLA) dengan ruang lingkup yang
sesuai.
Informasi pada butir 4, butir 5, butir 10, dan butir 11
tidak perlu dilampirkan apabila pemohon melakukan
pengemasan ulang produk yang dihasilkan oleh pihak
lain yang telah memiliki sertifikat kesesuaian produk
atau Surat Persetujuan Penggunaan Tanda (SPPT)
SNI.
- 123 -

2. Tinjauan permohonan Sertifikasi


LSPro harus memastikan bahwa informasi yang diperoleh dari
permohonan Sertifikasi yang diajukan oleh Pemohon telah
lengkap dan memenuhi persyaratan.

3. Penandatanganan perjanjian Sertifikasi


Setelah permohonan Sertifikasi dinyatakan lengkap dan
Pemohon menyetujui persyaratan dan prosedur Sertifikasi
yang ditetapkan oleh LSPro sesuai dengan persyaratan SNI
ISO/IEC 17065, perjanjian Sertifikasi ditandatangani oleh
Pemohon dan LSPro.

4. Penyusunan rencana evaluasi


Berdasarkan informasi yang diperoleh dari persyaratan
permohonan Sertifikasi yang disampaikan oleh Pemohon,
LSPro menetapkan rencana evaluasi yang mencakup:
a. jenis/tipe/varian produk yang diajukan untuk disertifikasi
dan metode pengambilan contoh sesuai dengan
persyaratan SNI sebagaimana dimaksud dalam huruf A
yang diperlukan untuk pengujian produk dan mewakili
contoh produk yang diusulkan untuk disertifikasi;
b. informasi SNI yang digunakan sebagai dasar Sertifikasi
berdasarkan permohonan yang diajukan oleh Pemohon
Sertifikasi;
c. waktu yang diperlukan untuk pelaksanaan pengujian
berdasarkan standar acuan metode uji yang
dipersyaratkan; dan
d. waktu, lokasi pelaksanaan dan agenda inspeksi pabrik
atau asesmen proses produksi yang relevan dengan
pelaksanaan produksi produk yang diajukan untuk
disertifikasi, serta personel kompeten yang melakukan
evaluasi.

5. Pelaksanaan evaluasi awal terhadap produk


5.1. Pelaksanaan evaluasi awal terhadap produk mencakup:
a. Pemeriksaan awal terhadap kesesuaian informasi
produk dan proses produksi yang disampaikan
- 124 -

Pemohon sebagaimana dimaksud pada huruf E angka


1 terhadap lingkup produk yang ditetapkan dalam SNI
dan peraturan terkait.
b. Pengujian awal terhadap contoh produk berdasarkan
persyaratan mutu dalam SNI. Pengujian awal
dilakukan berdasarkan laporan hasil uji dari
laboratorium yang disampaikan Pemohon, yang
mencakup seluruh persyaratan mutu dalam SNI
sebagaimana dimaksud dalam huruf A. Apabila
laporan hasil uji tersebut menunjukkan bahwa
seluruh persyarataan mutu dalam SNI tersebut telah
terpenuhi, maka produk yang diajukan untuk
disertifikasi dianggap telah memenuhi persyaratan
pengujian awal.

5.2. Apabila hasil evaluasi awal menunjukkan


ketidaksesuaian terhadap persyaratan SNI, Pemohon
harus diberi kesempatan untuk melakukan tindakan
perbaikan dalam jangka waktu tertentu sesuai dengan
kebijakan LSPro.

6. Pelaksanaan inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi


6.1. Inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi harus
dilakukan pada saat pabrik melakukan produksi, atau
pada kondisi tertentu dilakukan melalui simulasi proses
produksi produk yang diajukan untuk disertifikasi.

6.2. Inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi dilakukan


terhadap:
a. tanggung jawab dan komitmen personel penanggung
jawab pabrik terhadap konsistensi pemenuhan
produk terhadap persyaratan SNI;
b. ketersediaan dan pengendalian dokumentasi
informasi prosedur dan rekaman pengendalian mutu,
termasuk pengujian rutin;
c. fasilitas, lokasi, desain dan tata letak, bangunan,
sanitasi peralatan, sanitasi ruang proses, dan higiene
- 125 -

personel sesuai dengan ketentuan yang berlaku


tentang Cara Produksi Pangan Olahan yang Baik;
d. tahapan kritis proses produksi, mulai dari bahan
baku sampai produk akhir paling sedikit pada
tahapan sebagaimana tercantum dalam huruf G;
e. kelengkapan serta fungsi peralatan produksi
termasuk peralatan pengendalian mutu paling sedikit
harus mempunyai alat pencampur, alat pemasak, alat
pengering, alat pengukur berat;
f. bukti verifikasi berdasarkan hasil kalibrasi atau hasil
verifikasi peralatan produksi sebagaimana dimaksud
pada huruf e yang membuktikan bahwa peralatan
tersebut memenuhi persyaratan produksi. Hasil
verifikasi peralatan produksi dapat ditunjukkan
dengan prosedur yang diperlukan untuk mencapai
kondisi atau persyaratan yang ditetapkan;
g. bukti tera atau tera ulang alat pengukuran berat
produk dalam kemasan akhir;
h. pengendalian dan penanganan produk yang tidak
sesuai; dan
i. pengemasan, penanganan, dan penyimpanan produk,
termasuk di gudang akhir produk yang siap
diedarkan.

6.3. Apabila pabrik telah menerapkan Sistem Manajemen


Keamanan Pangan berdasarkan SNI ISO 22000 atau
HACCP berdasarkan SNI CAC/RCP 1 dari Lembaga
Sertifikasi yang diakreditasi oleh KAN atau oleh badan
akreditasi penandatangan IAF/APAC MLA dengan ruang
lingkup yang sesuai, maka inspeksi pabrik atau asesmen
proses produksi dilakukan terhadap implementasi sistem
manajemen terkait mutu produk tersebut dan
sebagaimana dimaksud pada angka 6.2 huruf d dan
huruf e.
- 126 -

6.4. Apabila pabrik telah menerapkan Sistem Manajemen


Mutu berdasarkan SNI ISO 9001 dari Lembaga Sertifikasi
yang diakreditasi oleh KAN atau oleh badan akreditasi
penandatangan IAF/APAC MLA dengan ruang lingkup
yang sesuai, maka inspeksi pabrik atau asesmen proses
produksi dilakukan terhadap implementasi sistem
manajemen terkait mutu produk tersebut dan angka 6.2
huruf c, huruf d, dan huruf e.

6.5. Dalam hal pemohon melakukan pengemasan ulang


produk yang dihasilkan oleh pihak lain, berlaku
ketentuan berikut:
a. apabila pihak lain tersebut telah memiliki sertifikat
kesesuaian produk atau Surat Persetujuan
Penggunaan Tanda (SPPT) SNI maka inspeksi pabrik
atau asesmen proses produksi sebagaimana
dimaksud pada angka 6.2 dilakukan di lokasi
Pemohon pada tahapan pengemasan; atau
b. apabila pihak lain tersebut belum memiliki sertifikat
kesesuaian produk atau Surat Persetujuan
Penggunaan Tanda (SPPT) SNI, maka inspeksi pabrik
atau asesmen proses produksi sebagaimana
dimaksud pada angka 6.2 dilakukan di lokasi
pembuatan produk yang dimiliki oleh pihak lain dan
di lokasi pemohon.

6.6. Selama inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi,


LSPro melakukan pengambilan contoh produk oleh
petugas pengambil contoh dan selanjutnya diuji di
laboratorium milik LSPro atau laboratorium yang telah
memiliki perjanjian alih daya dengan LSPro.

6.7. apabila berdasarkan hasil inspeksi pabrik atau asesmen


proses produksi termasuk hasil pengujian, tidak
diperoleh bukti-bukti yang kuat untuk menjamin
konsistensi produk terhadap persyaratan SNI, maka
Pemohon harus diberi kesempatan untuk melakukan
- 127 -

tindakan perbaikan dalam jangka waktu tertentu sesuai


dengan kebijakan LSPro.

7. Tinjauan
7.1. Tinjauan hasil evaluasi dilakukan terhadap:
a. Hasil evaluasi awal terhadap produk untuk
menunjukkan bahwa contoh produk yang mewakili
produk memenuhi persyaratan SNI yang diajukan
oleh Pemohon sebagai dasar permohonan Sertifikasi.
b. Hasil inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi
atau bukti obyektif untuk menunjukkan bahwa
pabrik memiliki proses produksi yang didukung
dengan segala sumber daya yang diperlukan untuk
menghasilkan produk yang secara
konsistenmenjamin keamanan pangan, dan
memenuhi persyaratan SNI yang diajukan oleh
Pemohon sebagai dasar permohonan Sertifikasi.

7.2. Tinjauan hasil evaluasi dinyatakan dalam bentuk


rekomendasi tertulis tentang pemenuhan SNI yang
diajukan oleh Pemohon untuk produk yang diajukan
untuk disertifikasi.

8. Penetapan keputusan Sertifikasi


8.1. Penetapan keputusan Sertifikasi dilakukan berdasarkan
rekomendasi yang dihasilkan dari proses tinjauan.

8.2. Penetapan keputusan Sertifikasi harus dilakukan oleh


satu atau sekelompok orang yang tidak terlibat dalam
proses evaluasi.

8.3. Penetapan keputusan Sertifikasi dapat dilakukan oleh


satu atau sekelompok orang yang sama dengan yang
melakukan tinjauan.

8.4. Rekomendasi untuk keputusan Sertifikasi berdasarkan


hasil tinjauan harus didokumentasikan, kecuali tinjauan
- 128 -

dan keputusan Sertifikasi diselesaikan secara bersamaan


oleh satu atau sekelompok orang yang sama.

8.5. LSPro harus memberitahu Pemohon Sertifikasi terkait


alasan menunda atau tidak memberikan keputusan
Sertifikasi, dan harus mengidentifikasikan alasan
keputusan tersebut. Apabila Pemohon Sertifikasi
menunjukkan keinginan untuk melanjutkan proses
Sertifikasi, LSPro dapat memulai kembali dari proses
evaluasi (angka 5).

9. Penerbitan Sertifikat
Sertifikat kesesuaian terhadap persyaratan SNI diterbitkan
sesuai ketentuan sebagai berikut:
a. Sertifikat diterbitkan oleh LSPro setelah penetapan
keputusan Sertifikasi;
b. Sertifikat paling sedikit harus memuat:
1. nomor sertifikat atau identifikasi unik lainnya;
2. nomor atau identifikasi lain dari skema Sertifikasi;
3. nama dan alamat LSPro;
4. nama dan alamat Pemohon (pemegang sertifikat);
5. acuan ke perjanjian Sertifikasi;
6. pernyataan kesesuaian yang mencakup:
a. nama, merek dan spesifikasi produk yang
dinyatakan memenuhi persyaratan;
b. SNI yang menjadi dasar Sertifikasi
c. nama dan alamat lokasi produksi; dan
d. informasi terkait proses Sertifikasi,
7. status akreditasi atau pengakuan LSPro;
8. tanggal penerbitan sertifikat;
9. tanggal berakhir masa berlaku sertifikat yaitu 4
(empat) tahun sejak tanggal penerbitan sertifikat;
10. tanda tangan yang mengikat secara hukum dari
personel yang bertindak atas nama LSPro sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
- 129 -

10. Surveilans dan Sertifikasi ulang


10.1. LSPro harus melaksanakan surveilans paling sedikit 2
(dua) kali dalam periode Sertifikasi. Dalam hal ini
berlaku ketentuan sebagai berikut:
a. Surveilans pertama dilakukan melalui kegiatan:
1. Inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi;
dan/atau
2. Pengujian terhadap contoh produk yang akan
beredar.
Pemilihan jenis kegiatan pada surveilans pertama
tersebut dilakukan berdasarkan penilaian LSPro
atas hasil Sertifikasi sebelumnya.
Apabila surveilans pertama hanya dilakukan melalui
kegiatan pengujian terhadap contoh produk yang
akan beredar, penerima sertifikat harus
menyampaikan dokumentasi pengendalian mutu
proses produksi sejak penerbitan sertifikat sampai
dilakukan surveilans pertama.
b. Surveilans kedua dilakukan melalui kegiatan
1. Inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi;
dan
2. Pengujian terhadap contoh produk yang akan
atau telah beredar.

10.2. LSPro harus melaksanakan Sertifikasi ulang paling


lambat pada bulan ke-42 (empat puluh dua) (empat
puluh dua) setelah penetapan Sertifikasi, melalui
kegiatan sebagaimana dimaksud pada angka 6.

F. Penggunaan Tanda SNI


1. Penggunaan tanda SNI dilakukan setelah mendapatkan
persetujuan penggunaan Tanda SNI melalui Surat
Persetujuan Penggunaan Tanda (SPPT) SNI yang dikeluarkan
oleh BSN sesuai dengan kriteria yang ditetapkan pada
Peraturan BSN mengenai tata cara penggunaan Tanda SNI
dan Tanda Kesesuaian Berbasis SNI.
- 130 -

2. Tanda SNI sebagai bukti kesesuaian produk yang telah


memenuhi SNI adalah sebagai berikut:

Dengan ukuran:

Keterangan:
y = 11x
r = 0,5x
-131 -

G. Tahapan kritis proses prodiaksi produk sup dan kaldu


Produk
Tahapan Kritis Proses
No. Penjelasan Tahapan kritis Sup Krim Bumbu rasa Bumbu
Produksi
instan ayam rasa sapi
1. Pemilihan bahan baku, bahan Bahan baku, bahan tambahan pangan dan bahan kemasan Berlaku Berlaku Berlaku
tambahan pangan dan bahan harus memenuhi persyaratan yang diietapkan atau peraturan
kemasan vang terkait.
2. Pemasakan Pemasakan dilakvikan pada suhu dcin waktu terlentu yang Berlaku Berlaku Berlaku
dikendalikan untuk mendapatkan produk sesuai dengan
persyaratan vang ditetapkan
3. Pengeringan Pengeringan dilakukan dengan suhu terntentu yang Berlaku Berlaku Berlaku
dikendalikan untuk mendapatakan kadar air sesuai dengan
persyaratan yang ditetapkan
4. Pengemasan Produk dikemas dalam wadah lertutup rapat tidak dipengaruhi Berlaku Berlaku Berlaku
atau mempengaruhi isi, aman selama penjdmpanan dan
pcngangkutan
5. Penandaan Penandaan dilakukan sesuai dengan persyaratan SNI dan Berlaku Berlaku Berlaku
peraturan terkait
Keterangan: Urutan tahapan kritis proses produksi disetiap pemohon dapat berbeda

KEPALA BADAN STANDARDISASI NASIONAL

REPUBLIK INDONESIA,

TTD

BAMBANG PRASETYA

Salia^£le^^3\dengan aslinya
Kepala Biro-^mber DsJ^Sjvlanusia, Organisasi, dan Hukum
- 132 -

LAMPIRAN IX
PERATURAN BADAN STANDARDISASI NASIONAL
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 1 TAHUN 2020
TENTANG
SKEMA PENILAIAN KESESUAIAN TERHADAP STANDAR
NASIONAL INDONESIA SEKTOR MAKANAN DAN MINUMAN

PETUNJUK TEKNIS SKEMA SERTIFIKASI PRODUK TELUR ASIN

A. Ruang lingkup
Dokumen ini berlaku untuk acuan pelaksanaan Sertifikasi produk
telur asin yang terbuat dari telur itik/bebek yang telah diasinkan
dengan proses tertentu dan belum dimasak.

B. Persyaratan Sertifikasi
Persyaratan acuan Sertifikasi produk:
1. SNI 01-4277-1996 Telur asin;
2. SNI dan standar lain yang diacu dalam SNI 01-4277-1996;
3. Peraturan yang terkait yaitu:
a. Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1999 tentang Label
dan Iklan Pangan;
b. Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 75/M-
IND/PER/7/2010 tentang Cara Produksi Pangan Olahan
yang Baik (Good Manufacturing Practices);
c. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 33 Tahun 2012
tentang Bahan Tambahan Pangan;
d. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan
Nomor. 16 Tahun 2016 tentang Kriteria Mikrobiologi Dalam
Pangan Olahan; dan
4. Peraturan lain yang terkait dengan produk telur asin.

C. Prosedur Sertifikasi
Prosedur Sertifikasi mencakup:
1. evaluasi awal; dan
2. inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi.
- 133 -

D. Persyaratan Lembaga Penilaian Kesesuaian


Sertifikasi produk telur asin dilakukan oleh LPK yang telah
diakreditasi oleh KAN berdasarkan SNI ISO/IEC 17065, Penilaian
Kesesuaian – Persyaratan untuk Lembaga Sertifikasi Produk,
Proses, dan Jasa, untuk lingkup produk sebagaimana dimaksud
dalam Ruang Lingkup sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Dalam hal LPK belum ada yang diakreditasi oleh KAN untuk
melakukan kegiatan Sertifikasi dengan ruang lingkup produk telur
asin, BSN dapat menunjuk LPK dengan ruang lingkup yang sejenis
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

E. Tahapan Sertifikasi
1. Pengajuan Permohonan Sertifikasi
1.1. Pengajuan permohonan Sertifikasi dilakukan oleh pelaku
usaha. Kriteria pelaku usaha yang dapat mengajukan
Sertifikasi sesuai Peraturan BSN mengenai tata cara
penggunaan Tanda SNI dan Tanda Kesesuaian Berbasis
SNI.

1.2. Permohonan Sertifikasi harus dilengkapi dengan:


a. informasi Pemohon:
1. nama pemohon, alamat pemohon, serta nama dan
kedudukan atau jabatan personel yang
bertanggung jawab atas pengajuan permohonan
Sertifikasi;
2. bukti pemenuhan persyaratan izin usaha sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan;
3. pemenuhan persyaratan sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan tentang
pendaftaran dan hak kepemilikan atas merek yang
dikeluarkan oleh Kementerian Hukum dan Hak
Asasi Manusia;
4. apabila Pemohon melakukan pembuatan produk
dengan merek yang dimiliki oleh pihak lain,
menyertakan bukti perjanjian yang mengikat secara
- 134 -

hukum untuk melakukan pembuatan produk


untuk pihak lain;
5. apabila Pemohon bertindak sebagai pemilik merek
yang mensubkontrakkan proses produksinya
kepada pihak lain, menyertakan bukti kepemilikan
merek dan perjanjian subkontrak pelaksanaan
produksi dengan pihak lain;
6. apabila Pemohon bertindak sebagai perwakilan
resmi pemilik merek yang berkedudukan hukum di
luar negeri, menyertakan bukti perjanjian yang
mengikat secara hukum tentang penunjukan
sebagai perwakilan resmi pemilik merek di wilayah
Republik Indonesia; dan
7. pernyataan bahwa Pemohon Sertifikasi bertanggung
jawab penuh atas pemenuhan persyaratan SNI dan
pemenuhan persyaratan proses Sertifikasi dan
bersedia memberikan akses terhadap lokasi
dan/atau informasi yang diperlukan oleh LSPro
dalam melaksanakan kegiatan Sertifikasi.
b. informasi proses produksi:
1. merek produk yang diajukan untuk disertifikasi;
2. jenis/tipe/varian produk yang diajukan untuk
disertifikasi;
3. SNI yang digunakan sebagai dasar pengajuan
permohonan Sertifikasi;
4. foto produk dalam kemasan primer yang diajukan
untuk disertifikasi (dari arah depan, belakang dan
samping), serta informasi terkait kemasan primer
produk;
5. daftar bahan baku termasuk bahan tambahan
pangan;
6. label produk; dan
7. apabila telah tersedia, foto kemasan sekunder dan
tersier produk yang diajukan untuk disertifikasi,
dari arah depan, belakang,samping, dan bagian
dalam.
- 135 -

c. informasi proses produksi:


1. nama, alamat, dan legalitas hukum pabrik;
2. struktur organisasi, nama dan jabatan personel
penanggung jawab proses produksi;
3. dokumentasi informasi tentang pemasok bahan
baku produk,prosedur evaluasi pemasok, serta
prosedur inspeksi bahan baku produk;
4. dokumentasi informasi tentang proses pembuatan
produk yang diajukan untuk disertifikasi, termasuk
proses yang disubkontrakkan ke pihak lain;
5. dokumentasi informasi tentang prosedur dan
rekaman pengendalian mutu, termasuk pengujian
rutin, daftar peralatan, serta sertifikat kalibrasi
atau bukti verifikasi peralatan yang berpengaruh
terhadap mutu produk yang disertifikasi, dan bukti
atau segel tera atau tera ulang untuk alat ukur
yang digunakan dalam pengukuran berat produk
dalam kemasan akhir;
6. dokumentasi informasi tentang prosedur dan
rekaman pengendalian dan penanganan produk
yang tidak sesuai;
7. dokumentasi informasi tentang pengemasan
produk dan pengelolaan produk di gudang akhir
produk sebelum dikirimkan dan/atau diedarkan ke
wilayah Republik Indonesia;
8. lokasi gudang penyimpanan produk di wilayah
Republik Indonesia;
9. bukti izin edar produk (MD/ML atau P-IRT) sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan;
10. menyertakan laporan hasil uji yang dilakukan
paling lambat 1 (satu) tahun sebelum pengajuan
Sertifikasi, yang memberikan bukti pemenuhan
produk yang diajukan untuk disertifikasi terhadap
persyaratan mutu dalam SNI dan peraturan terkait;
11. apabila laporan hasil uji sebagaimana dimaksud
pada angka 10 belum tersedia, pelaku usaha dapat
menyampaikan contoh produk kepada LSPro untuk
- 136 -

diuji di laboratorium yang memiliki perjanjian alih


daya dengan LSPro; dan
12. apabila telah tersedia, menyertakan Sertifikat
Penerapan Sistem Manajemen Mutu berdasarkan
SNI ISO 9001 atau Sistem Manajemen Keamanan
Pangan berdasarkan SNI ISO 22000 atau HACCP
berdasarkan SNI CAC/RCP 1 dari Lembaga
Sertifikasi yang diakreditasi oleh KAN atau oleh
badan akreditasi penandatangan International
Accreditation Forum (IAF)/Asia Pacific Accreditation
Cooperation (APAC) Multilateral Recognition
Agreement (MLA) dengan ruang lingkup yang
sesuai.
Informasi pada butir 4, butir 5, butir 10, dan butir 11
tidak perlu dilampirkan apabila Pemohon melakukan
pengemasan ulang produk yang dihasilkan oleh pihak
lain yang telah memiliki sertifikat kesesuaian produk
atau Surat Persetujuan Penggunaan Tanda (SPPT) SNI.

2. Tinjauan permohonan Sertifikasi


LSPro harus memastikan bahwa informasi yang diperoleh dari
permohonan Sertifikasi yang diajukan oleh Pemohon telah
lengkap dan memenuhi persyaratan.

3. Penandatanganan perjanjian Sertifikasi


Setelah permohonan Sertifikasi dinyatakan lengkap dan
Pemohon menyetujui persyaratan dan prosedur Sertifikasi
yang ditetapkan oleh LSPro sesuai dengan persyaratan SNI
ISO/IEC 17065, perjanjian Sertifikasi ditandatangani oleh
Pemohon dan LSPro.

4. Penyusunan rencana evaluasi


Berdasarkan informasi yang diperoleh dari persyaratan
permohonan Sertifikasi yang disampaikan oleh Pemohon,
LSPro menetapkan rencana evaluasi yang mencakup:
a. jenis/tipe/varian produk yang diajukan untuk disertifikasi
dan metode pengambilan contoh sesuai dengan
- 137 -

persyaratan SNI 01-4277-1996 yang diperlukan untuk


pengujian produk dan mewakili contoh produk yang
diusulkan untuk disertifikasi;
b. informasi SNI yang digunakan sebagai dasar Sertifikasi
berdasarkan permohonan yang diajukan oleh Pemohon
Sertifikasi;
c. waktu yang diperlukan untuk pelaksanaan pengujian
berdasarkan standar acuan metode uji yang
dipersyaratkan; dan
d. waktu, lokasi pelaksanaan dan agenda inspeksi pabrik
atau asesmen proses produksi yang relevan dengan
pelaksanaan produksi produk yang diajukan untuk
disertifikasi, serta personel kompeten yang melakukan
evaluasi.

5. Pelaksanaan evaluasi awal terhadap produk


5.1. Pelaksanaan evaluasi awal terhadap produk mencakup:
a. Pemeriksaan awal terhadap kesesuaian informasi
produk dan proses produksi yang disampaikan
Pemohon sebagaimana dimaksud pada huruf E angka
1 terhadap lingkup produk yang ditetapkan dalam SNI
dan peraturan terkait.
b. Pengujian awal terhadap contoh produk berdasarkan
persyaratan mutu dalam SNI. Pengujian awal
dilakukan berdasarkan laporan hasil uji dari
laboratorium yang disampaikan Pemohon, yang
mencakup seluruh persyaratan mutu dalam SNI 01-
4277-1996. Apabila laporan hasil uji tersebut
menunjukkan bahwa seluruh persyarataan mutu
dalam SNI tersebut telah terpenuhi, maka produk yang
diajukan untuk disertifikasi dianggap telah memenuhi
persyaratan pengujian awal.

5.2. Apabila hasil evaluasi awal menunjukkan


ketidaksesuaian terhadap persyaratan SNI, Pemohon
harus diberi kesempatan untuk melakukan tindakan
- 138 -

perbaikan dalam jangka waktu tertentu sesuai dengan


kebijakan LSPro.

6. Pelaksanaan inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi


6.1. Inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi harus
dilakukan pada saat pabrik melakukan produksi, atau
pada kondisi tertentu dilakukan melalui simulasi proses
produksi produk yang diajukan untuk disertifikasi.

6.2. Inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi dilakukan


terhadap:
a. tanggung jawab dan komitmen personel penanggung
jawab pabrik terhadap konsistensi pemenuhan
produk terhadap persyaratan SNI;
b. ketersediaan dan pengendalian dokumentasi
informasi prosedur dan rekaman pengendalian mutu,
termasuk pengujian rutin;
c. fasilitas, lokasi, desain dan tata letak, bangunan,
sanitasi peralatan, sanitasi ruang proses, dan higiene
personel sesuai dengan ketentuan yang berlaku
tentang Cara Produksi Pangan Olahan yang Baik;
d. tahapan kritis proses produksi, mulai dari bahan
baku sampai produk akhir paling sedikit pada
tahapan sebagaimana dimaksud dalam huruf G;
e. kelengkapan serta fungsi peralatan produksi
termasuk peralatan pengendalian mutu, paling sedikit
harus mempunyai wadah untuk proses pemeraman
dan alat pengukur berat;
f. bukti verifikasi berdasarkan hasil kalibrasi atau hasil
verifikasi peralatan produksi sebagaimana dimaksud
pada huruf e yang membuktikan bahwa peralatan
tersebut memenuhi persyaratan produksi. Hasil
verifikasi peralatan produksi dapat ditunjukkan
dengan prosedur yang diperlukan untuk mencapai
kondisi atau persyaratan yang ditetapkan;
g. bukti tera atau tera ulang alat pengukuran berat
produk dalam kemasan akhir;
- 139 -

h. pengendalian dan penanganan produk yang tidak


sesuai; dan
i. pengemasan, penanganan, dan penyimpanan produk,
termasuk di gudang akhir produk yang siap
diedarkan.

6.3. Apabila pabrik telah menerapkan Sistem Manajemen


Keamanan Pangan berdasarkan SNI ISO 22000 atau
HACCP berdasarkan SNI CAC/RCP 1 dari Lembaga
Sertifikasi yang diakreditasi oleh KAN atau oleh badan
akreditasi penandatangan IAF/APAC MLA dengan ruang
lingkup yang sesuai, maka inspeksi pabrik atau asesmen
proses produksi dilakukan terhadap implementasi sistem
manajemen terkait mutu produk tersebut dan
sebagaimana dimaksud pada angka 6.2 huruf d dan
huruf e.

6.4. Apabila pabrik telah menerapkan Sistem Manajemen


Mutu berdasarkan SNI ISO 9001 dari Lembaga Sertifikasi
yang diakreditasi oleh KAN atau oleh badan akreditasi
penandatangan IAF/APAC MLA dengan ruang lingkup
yang sesuai, maka inspeksi pabrik atau asesmen proses
produksi dilakukan terhadap implementasi sistem
manajemen terkait mutu produk tersebut dan
sebagaimana dimaksud pada angka 6.2 huruf c, huruf d,
dan huruf e.

6.5. Dalam hal pemohon melakukan pengemasan ulang


produk yang dihasilkan oleh pihak lain, berlaku
ketentuan berikut:
a. apabila pihak lain tersebut telah memiliki sertifikat
kesesuaian produk atau Surat Persetujuan
Penggunaan Tanda (SPPT) SNI, maka inspeksi pabrik
atau asesmen proses produksi sebagaimana
dimaksud pada angka 6.2 dilakukan di lokasi
Pemohon pada tahapan pengemasan; atau
- 140 -

b. apabila pihak lain tersebut belum memiliki sertifikat


kesesuaian produk atau Surat Persetujuan
Penggunaan Tanda (SPPT) SNI, maka inspeksi pabrik
atau asesmen proses produksi sebagaimana
dimaksud pada angka 6.2 dilakukan di lokasi
pembuatan produk yang dimiliki oleh pihak lain dan
di lokasi pemohon.

6.6. Selama inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi,


LSPro melakukan pengambilan contoh produk oleh
petugas pengambil contoh dan selanjutnya diuji di
laboratorium milik LSPro atau laboratorium yang telah
memiliki perjanjian alih daya dengan LSPro.

6.7. apabila berdasarkan hasil inspeksi pabrik atau asesmen


proses produksi, termasuk hasil pengujian, tidak
diperoleh bukti-bukti yang kuat untuk menjamin
konsistensi produk terhadap persyaratan SNI, maka
Pemohon harus diberi kesempatan untuk melakukan
tindakan perbaikan dalam jangka waktu tertentu sesuai
dengan kebijakan LSPro.

7. Tinjauan
7.1. Tinjauan hasil evaluasi dilakukan terhadap:
a. Hasil evaluasi awal terhadap produk untuk
menunjukkan bahwa contoh produk yang mewakili
produk memenuhi persyaratan SNI yang diajukan
oleh Pemohon sebagai dasar permohonan Sertifikasi.
b. Hasil inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi
atau bukti obyektif untuk menunjukkan bahwa
pabrik memiliki proses produksi yang didukung
dengan segala sumber daya yang diperlukan untuk
menghasilkan produk yang secara konsisten,
menjamin keamanan pangan, dan memenuhi
persyaratan SNI yang diajukan oleh Pemohon sebagai
dasar permohonan Sertifikasi.
- 141 -

7.2. Tinjauan hasil evaluasi dinyatakan dalam bentuk


rekomendasi tertulis tentang pemenuhan SNI yang
diajukan oleh Pemohon untuk produk yang diajukan
untuk disertifikasi.

8. Penetapan keputusan Sertifikasi


8.1. Penetapan keputusan Sertifikasi dilakukan berdasarkan
rekomendasi yang dihasilkan dari proses tinjauan.

8.2. Penetapan keputusan Sertifikasi harus dilakukan oleh


satu atau sekelompok orang yang tidak terlibat dalam
proses evaluasi.

8.3. Penetapan keputusan Sertifikasi dapat dilakukan oleh


satu atau sekelompok orang yang sama dengan yang
melakukan tinjauan.

8.4. Rekomendasi untuk keputusan Sertifikasi berdasarkan


hasil tinjauan harus didokumentasikan, kecuali tinjauan
dan keputusan Sertifikasi diselesaikan secara bersamaan
oleh satu atau sekelompok orang yang sama.

8.5. LSPro harus memberitahu Pemohon Sertifikasi terkait


alasan menunda atau tidak memberikan keputusan
Sertifikasi, dan harus mengidentifikasikan alasan
keputusan tersebut.Apabila Pemohon Sertifikasi
menunjukkan keinginan untuk melanjutkan proses
Sertifikasi, LSPro dapat memulai kembali dari proses
evaluasi (angka 5).

9. Penerbitan Sertifikat
Sertifikat kesesuaian terhadap persyaratan SNI diterbitkan
sesuai ketentuan sebagai berikut:
a. Sertifikat diterbitkan oleh LSPro setelah penetapan
keputusan Sertifikasi,
b. Sertifikat paling sedikit harus memuat:
1. nomor sertifikat atau identifikasi unik lainnya;
- 142 -

2. nomor atau identifikasi lain dari skema Sertifikasi;


3. nama dan alamat LSPro;
4. nama dan alamat Pemohon (pemegang sertifikat);
5. acuan ke perjanjian Sertifikasi;
6. pernyataan kesesuaian yang mencakup:
a. nama, merek dan spesifikasi produk yang
dinyatakan memenuhi persyaratan;
b. SNI yang menjadi dasar Sertifikasi;
c. nama dan alamat lokasi produksi; dan
d. informasi terkait proses Sertifikasi.
7. status akreditasi atau pengakuan LSPro;
8. tanggal penerbitan sertifikat;
9. tanggal berakhir masa berlaku sertifikat yaitu 4
(empat) tahun sejak tanggal penerbitan sertifikat; dan
10. tanda tangan yang mengikat secara hukum dari
personel yang bertindak atas nama LSPro sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

10. Surveilans dan Sertifikasi ulang


10.1. LSPro harus melaksanakan surveilans paling sedikit 2
(dua) kali dalam periode Sertifikasi. Dalam hal ini
berlaku ketentuan sebagai berikut:
a. Surveilans pertama dilakukan melalui kegiatan:
1. Inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi;
dan/atau
2. Pengujian terhadap contoh produk yang akan
beredar.
Pemilihan jenis kegiatan pada surveilans pertama
tersebut dilakukan berdasarkan penilaian LSPro
atas hasil Sertifikasi sebelumnya.
Apabila surveilans pertama hanya dilakukan melalui
kegiatan pengujian terhadap contoh produk yang
akan beredar, penerima sertifikat harus
menyampaikan dokumentasi pengendalian mutu
proses produksi sejak penerbitan sertifikat sampai
dilakukan surveilans pertama.
- 143 -

b. Surveilans kedua dilakukan melalui kegiatan


1. Inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi;
dan
2. Pengujian terhadap contoh produk yang akan
atau telah beredar.

10.2. LSPro harus melaksanakan Sertifikasi ulang paling


lambat pada bulan ke-42 (empat puluh dua) (empat
puluh dua) setelah penetapan Sertifikasi, melalui
kegiatan sebagaimana dimaksud pada angka 6.

F. Penggunaan Tanda SNI


1. Penggunaan tanda SNI dilakukan setelah mendapatkan
persetujuan penggunaan Tanda SNI melalui Surat
Persetujuan Penggunaan Tanda (SPPT) SNI yang dikeluarkan
oleh BSN sesuai dengan kriteria yang ditetapkan pada
Peraturan BSN mengenai tata cara penggunaan Tanda SNI
dan Tanda Kesesuaian Berbasis SNI.

2. Tanda SNI sebagai bukti kesesuaian produk yang telah


memenuhi SNI adalah sebagai berikut:

Dengan ukuran:

Keterangan:
y = 11x
r = 0,5x
-144-

G. Tahapan kritis proses produksi produk telur asin


Tahapan kritis proses
No Penjelasan Tahapan kritis
produksi
1. Pemilihan bahan baku Bahan baku dan bahan tambahan

dan bahan tambahan pangan harus raemenuhi persyaratan


pangan yang ditetapkan atau peraturan yang
terkait.

2. Pembuatan Pembuatan larutan/adonan perendam


larutan/adonan dilakukan dengan komposisi tertentu
perendam untuk mendapatkan produk sesuai
dengan persyaratan yang ditetapkan.
3. Pemeraman Pemeraman dilakukan dengan waktu
tertentu yang dikendalikan untuk
mendapatkan produk sesuai dengan
persyaratan yang ditetapkan
Keterangan: Urutan tahapan kritis proses produksi disetiap
pemohon dapat berbeda

KEPALA BADAN STANDARDISASI NASIONAL

REPUBLIK INDONESIA,

TTD

BAMBANG PRASETYA

Salinan- sesuai dengan aslinya


Kepala Biro yS^prberTiyaya anusia, Organisasi, dan Hukum

^ /PVIQ

'' irgahayu
Jflai
- 145 -

LAMPIRAN X
PERATURAN BADAN STANDARDISASI NASIONAL
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 1 TAHUN 2020
TENTANG
SKEMA PENILAIAN KESESUAIAN TERHADAP STANDAR
NASIONAL INDONESIA SEKTOR MAKANAN DAN MINUMAN

PETUNJUK TEKNIS SKEMA SERTIFIKASI PRODUK PERIKANAN HASIL


FERMENTASI

A. Ruang lingkup
Dokumen ini berlaku untuk acuan pelaksanaan Sertifikasi produk
perikanan hasil fermentasi sesuai dengan lingkup SNI sebagai
berikut:
No. Nama Produk Persyaratan SNI
1. Terasi udang SNI 2716:2016 Terasi udang
2. Kecap ikan SNI 8377:2017 Kecap ikan

B. Persyaratan Sertifikasi
Persyaratan acuan Sertifikasi produk:
1. SNI sebagaimana dimaksud dalam huruf A;
2. SNI dan standar lain yang diacu dalan SNI sebagaimana
dimaksud dalam huruf A;
3. Peraturan yang terkait yaitu:
a. Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1999 tentang Label
dan Iklan Pangan;
b. Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 75/M-
IND/PER/7/2010 tentang Cara Produksi Pangan Olahan
yang Baik (Good Manufacturing Practices);
c. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor
PER.19/MEN/2010 tentang Pengendalian Sistem Jaminan
Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan;
d. Peraturan Menteri Kelautan dan PerikananNomor
PER.15/MEN/2011 tentang Pengendalian Mutu dan
- 146 -

Keamanan Hasil Perikanan yang Masuk ke dalam Wilayah


Negara Republik Indonesia;
e. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 33 Tahun 2012
tentang Bahan Tambahan Pangan;
f. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan
Nomor 16 Tahun 2014 Tentang Perubahan Atas Peraturan
Kepala Badan Pengawas Obat Dan Makanan Nomor
Hk.03.1.23.07.11.6664 Tahun 2011 Tentang Pengawasan
Kemasan Pangan;
g. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan
Nomor 16 Tahun 2016 tentang Kriteria Mikrobiologi Dalam
Pangan Olahan;
h. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan
Republik Indonesia Nomor 5 tahun 2018 tentang Batas
Maksimum Cemaran Logam Berat dalam Pangan Olahan;
dan
4. Peraturan lain yang terkait dengan produk Perikanan hasil
fermentasi.

C. Prosedur Sertifikasi
Prosedur Sertifikasi mencakup:
1. evaluasi awal; dan
2. inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi.

D. Persyaratan Lembaga Penilaian Kesesuaian


Sertifikasi produk perikanan hasil fermentasi dilakukan oleh LPK
yang telah diakreditasi oleh KAN berdasarkan SNI ISO/IEC 17065,
Penilaian Kesesuaian – Persyaratan untuk Lembaga Sertifikasi
Produk, Proses, dan Jasa, untuk lingkup produk sebagaimana
dimaksud dalam Ruang Lingkup sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
Dalam hal LPK belum ada yang diakreditasi oleh KAN untuk
melakukan kegiatan Sertifikasi dengan ruang lingkup produk
perikanan hasil fermentasi, BSN dapat menunjuk LPK dengan
ruang lingkup yang sejenis sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
- 147 -

E. Tahapan Sertifikasi
1. Pengajuan Permohonan Sertifikasi
1.1. Pengajuan permohonan Sertifikasi dilakukan oleh pelaku
usaha. Kriteria pelaku usaha yang dapat mengajukan
Sertifikasi sesuai Peraturan BSN mengenai tata cara
penggunaan Tanda SNI dan Tanda Kesesuaian Berbasis
SNI.

1.2. Permohonan Sertifikasi harus dilengkapi dengan:


a. informasi Pemohon:
1. nama pemohon, alamat pemohon, serta nama dan
kedudukan atau jabatan personel yang
bertanggung jawab atas pengajuan permohonan
Sertifikasi;
2. bukti pemenuhan persyaratan izin usaha sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan;
3. pemenuhan persyaratan sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan tentang
pendaftaran dan hak kepemilikan atas merek yang
dikeluarkan oleh Kementerian Hukum dan Hak
Asasi Manusia;
4. apabila Pemohon melakukan pembuatan produk
dengan merek yang dimiliki oleh pihak lain,
menyertakan bukti perjanjian yang mengikat
secara hukum untuk melakukan pembuatan
produk untuk pihak lain;
5. apabila Pemohon bertindak sebagai pemilik merek
yang mensubkontrakkan proses produksinya
kepada pihak lain, menyertakan bukti kepemilikan
merek dan perjanjian subkontrak pelaksanaan
produksi dengan pihak lain;
6. apabila Pemohon bertindak sebagai perwakilan
resmi pemilik merek yang berkedudukan hukum di
luar negeri, menyertakan bukti perjanjian yang
mengikat secara hukum tentang penunjukan
sebagai perwakilan resmi pemilik merek di wilayah
Republik Indonesia; dan
- 148 -

7. pernyataan bahwa Pemohon Sertifikasi


bertanggung jawab penuh atas pemenuhan
persyaratan SNI dan pemenuhan persyaratan
proses Sertifikasi dan bersedia memberikan akses
terhadap lokasi dan/atau informasi yang
diperlukan oleh LSPro dalam melaksanakan
kegiatan Sertifikasi.
b. informasi proses produksi:
1. merek produk yang diajukan untuk disertifikasi;
2. jenis/tipe/varian produk yang diajukan untuk
disertifikasi;
3. SNI yang digunakan sebagai dasar pengajuan
permohonan Sertifikasi;
4. foto produk dalam kemasan primer yang diajukan
untuk disertifikasi (dari arah depan, belakang dan
samping), serta informasi terkait kemasan primer
produk;
5. daftar bahan baku termasuk bahan tambahan
pangan;
6. label produk; dan
7. apabila telah tersedia, foto kemasan sekunder dan
tersier produk yang diajukan untuk disertifikasi,
dari arah depan, belakang, samping, dan bagian
dalam.
c. informasi proses produksi:
1. nama, alamat, dan legalitas hukum pabrik;
2. struktur organisasi, nama dan jabatan personel
penanggung jawab proses produksi;
3. dokumentasi informasi tentang pemasok bahan
baku produk, prosedur evaluasi pemasok, serta
prosedur inspeksi bahan baku produk;
4. dokumentasi informasi tentang proses pembuatan
produk yang diajukan untuk disertifikasi,
termasuk proses yang disubkontrakkan ke pihak
lain;
5. dokumentasi informasi tentang prosedur dan
rekaman pengendalian mutu, termasuk pengujian
- 149 -

rutin, daftar peralatan, serta sertifikat kalibrasi


atau bukti verifikasi peralatan yang berpengaruh
terhadap mutu produk yang disertifikasi, dan
bukti atau segel tera atau tera ulang untuk alat
ukur yang digunakan dalam pengukuran berat
produk dalam kemasan akhir;
6. dokumentasi informasi tentang prosedur dan
rekaman pengendalian dan penanganan produk
yang tidak sesuai;
7. dokumentasi informasi tentang pengemasan
produk dan pengelolaan produk di gudang akhir
produk sebelum dikirimkan dan/atau diedarkan
ke wilayah Republik Indonesia;
8. lokasi gudang penyimpanan produk di wilayah
Republik Indonesia;
9. bukti izin edar produk (MD/ML atau P-IRT) sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan;
10. menyertakan laporan hasil uji yang dilakukan
paling lambat 1 (satu) tahun sebelum pengajuan
Sertifikasi, yang memberikan bukti pemenuhan
produk yang diajukan untuk disertifikasi terhadap
persyaratan mutu dalam SNI dan peraturan
terkait;
11. apabila laporan hasil uji sebagaimana dimaksud
pada angka 10 belum tersedia, pelaku usaha
dapat menyampaikan contoh produk kepada
LSPro untuk diuji di laboratorium yang memiliki
perjanjian alih daya dengan LSPro; dan
12. apabila telah tersedia, menyertakan Sertifikat
Penerapan Sistem Manajemen Mutu berdasarkan
SNI ISO 9001 atau Sistem Manajemen Keamanan
Pangan berdasarkan SNI ISO 22000 atau HACCP
berdasarkan SNI CAC/RCP 1 dari Otoritas
Kompeten atau Lembaga Sertifikasi yang
diakreditasi oleh KAN atau oleh badan akreditasi
penandatangan International Accreditation Forum
(IAF)/Asia Pacific Accreditation Cooperation (APAC)
- 150 -

Multilateral Recognition Agreement (MLA) dengan


ruang lingkup yang sesuai.
Informasi pada butir 4, butir 5, butir 10, dan butir 11
tidak perlu dilampirkan apabila pemohon melakukan
pengemasan ulang produk yang dihasilkan oleh pihak
lain yang telah memiliki sertifikat kesesuaian produk
atau Surat Persetujuan Penggunaan Tanda (SPPT)
SNI.

2. Tinjauan permohonan Sertifikasi


LSPro harus memastikan bahwa informasi yang diperoleh dari
permohonan Sertifikasi yang diajukan oleh Pemohon telah
lengkap dan memenuhi persyaratan.

3. Penandatanganan perjanjian Sertifikasi


Setelah permohonan Sertifikasi dinyatakan lengkap dan
Pemohon menyetujui persyaratan dan prosedur Sertifikasi
yang ditetapkan oleh LSPro sesuai dengan persyaratan SNI
ISO/IEC 17065, perjanjian Sertifikasi ditandatangani oleh
Pemohon dan LSPro.

4. Penyusunan rencana evaluasi


Berdasarkan informasi yang diperoleh dari persyaratan
permohonan Sertifikasi yang disampaikan oleh Pemohon,
LSPro menetapkan rencana evaluasi yang mencakup:
a. jenis/tipe/varian produk yang diajukan untuk disertifikasi
dan metode pengambilan contoh sesuai dengan
persyaratan SNI sebagaimana dimaksud dalam huruf A,
yang diperlukan untuk pengujian produk dan mewakili
contoh produk yang diusulkan untuk disertifikasi;
b. informasi SNI yang digunakan sebagai dasar Sertifikasi
berdasarkan permohonan yang diajukan oleh Pemohon
Sertifikasi;
c. waktu yang diperlukan untuk pelaksanaan pengujian
berdasarkan standar acuan metode uji yang
dipersyaratkan; dan
- 151 -

d. waktu, lokasi pelaksanaan dan agenda inspeksi pabrik


atau asesmen proses produksi yang relevan dengan
pelaksanaan produksi produk yang diajukan untuk
disertifikasi, serta personel kompeten yang melakukan
evaluasi.

5. Pelaksanaan evaluasi awal terhadap produk


5.1. Pelaksanaan evaluasi awal terhadap produk mencakup:
a. Pemeriksaan awal terhadap kesesuaian informasi
produk dan proses produksi yang disampaikan
Pemohon sebagaimana dimaksud pada huruf E angka
1 terhadap lingkup produk yang ditetapkan dalam
SNI dan peraturan terkait.
b. Pengujian awal terhadap contoh produk berdasarkan
persyaratan mutu dalam SNI. Pengujian awal
dilakukan berdasarkan laporan hasil uji dari
laboratorium yang disampaikan Pemohon, yang
mencakup seluruh persyaratan mutu dalam SNI
sebagaimana dimaksud dalam huruf A. Apabila
laporan hasil uji tersebut menunjukkan bahwa
seluruh persyarataan mutu dalam SNI telah
terpenuhi, maka produk yang diajukan untuk
disertifikasi dianggap telah memenuhi persyaratan
pengujian awal.

5.2. Apabila hasil evaluasi awal menunjukkan


ketidaksesuaian terhadap persyaratan SNI, Pemohon
harus diberi kesempatan untuk melakukan tindakan
perbaikan dalam jangka waktu tertentu sesuai dengan
kebijakan LSPro.

6. Pelaksanaan inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi


6.1. Inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi harus
dilakukan pada saat pabrik melakukan produksi, atau
pada kondisi tertentu dilakukan melalui simulasi proses
produksi produk yang diajukan untuk disertifikasi.
- 152 -

6.2. Inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi dilakukan


terhadap:
a. tanggung jawab dan komitmen personel penanggung
jawab pabrik terhadap konsistensi pemenuhan
produk terhadap persyaratan SNI;
b. ketersediaan dan pengendalian dokumentasi
informasi prosedur dan rekaman pengendalian mutu,
termasuk pengujian rutin;
c. fasilitas, lokasi, desain dan tata letak, bangunan,
sanitasi peralatan, sanitasi ruang proses, dan higiene
personel sesuai dengan ketentuan yang berlaku
tentang Cara Produksi Pangan Olahan yang Baik;
d. tahapan kritis proses produksi, mulai dari bahan
baku sampai produk akhir paling sedikit pada
tahapan sebagaimana tercantum dalam huruf G;
e. kelengkapan serta fungsi peralatan produksi
termasuk peralatan pengendalian mutu, paling sedikit
harus memiliki alat pencampur, alat pemasak
(khusus untuk produk kecap ikan) dan alat pengukur
berat;
f. bukti verifikasi berdasarkan hasil kalibrasi atau hasil
verifikasi peralatan produksi sebagaimana disebutkan
pada huruf e yang membuktikan bahwa peralatan
tersebut memenuhi persyaratan produksi. Hasil
verifikasi peralatan produksi dapat ditunjukkan
dengan prosedur yang diperlukan untuk mencapai
kondisi atau persyaratan yang ditetapkan;
g. bukti tera atau tera ulang alat pengukuran berat
produk dalam kemasan akhir;
h. pengendalian dan penanganan produk yang tidak
sesuai; dan
i. pengemasan, penanganan, dan penyimpanan produk,
termasuk di gudang akhir produk yang siap
diedarkan.
- 153 -

6.3. Apabila pabrik telah menerapkan Sistem Manajemen


Keamanan Pangan berdasarkan SNI ISO 22000 atau
HACCP berdasarkan SNI CAC/RCP 1 dari Otoritas
Kompeten atau Lembaga Sertifikasi yang diakreditasi oleh
KAN atau oleh badan akreditasi penandatangan
IAF/APAC MLA dengan ruang lingkup yang sesuai, maka
inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi dilakukan
terhadap implementasi sistem manajemen terkait mutu
produk tersebut dan sebagaimana dimaksud pada angka
6.2 huruf d dan huruf e.

6.4. Apabila pabrik telah menerapkan Sistem Manajemen


Mutu berdasarkan SNI ISO 9001 dari Lembaga Sertifikasi
yang diakreditasi oleh KAN atau oleh badan akreditasi
penandatangan IAF/APAC MLA dengan ruang lingkup
yang sesuai, maka inspeksi pabrik atau asesmen proses
produksi dilakukan terhadap implementasi sistem
manajemen terkait mutu produk tersebut dan
sebagaimana dimaksud pada angka 6.2 huruf c, huruf d,
dan huruf e.

6.5. Dalam hal pemohon melakukan pengemasan ulang


produk yang dihasilkan oleh pihak lain, berlaku
ketentuan berikut:
a. apabila pihak lain tersebut telah memiliki sertifikat
kesesuaian produk atau Surat Persetujuan
Penggunaan Tanda (SPPT) SNI maka inspeksi pabrik
atau asesmen proses produksi sebagaimana
dimaksud pada angka 6.2 dilakukan di lokasi
Pemohon pada tahapan pengemasan; atau
b. apabila pihak lain tersebut belum memiliki sertifikat
kesesuaian produk atau Surat Persetujuan
Penggunaan Tanda (SPPT) SNI, maka inspeksi pabrik
atau asesmen proses produksi sebagaimana
dimaksud pada angka 6.2 dilakukan di lokasi
pembuatan produk yang dimiliki oleh pihak lain dan
di lokasi pemohon.
- 154 -

6.6. Selama inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi,


LSPro melakukan pengambilan contoh produk oleh
petugas pengambil contoh dan selanjutnya diuji di
laboratorium milik LSPro atau laboratorium yang telah
memiliki perjanjian alih daya dengan LSPro.

6.7. apabila berdasarkan hasil inspeksi pabrik atau asesmen


proses produksi, termasuk hasil pengujian, tidak
diperoleh bukti-bukti yang kuat untuk menjamin
konsistensi produk terhadap persyaratan SNI, maka
Pemohon harus diberi kesempatan untuk melakukan
tindakan perbaikan dalam jangka waktu tertentu sesuai
dengan kebijakan LSPro.

7. Tinjauan
7.1. Tinjauan hasil evaluasi dilakukan terhadap:
a. Hasil evaluasi awal terhadap produk untuk
menunjukkan bahwa contoh produk yang mewakili
produk memenuhi persyaratan SNI yang diajukan
oleh Pemohon sebagai dasar permohonan Sertifikasi.
b. Hasil inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi
atau bukti obyektif untuk menunjukkan bahwa
pabrik memiliki proses produksi yang didukung
dengan segala sumber daya yang diperlukan untuk
menghasilkan produk yang secara konsisten,
menjamin keamanan pangan, dan memenuhi
persyaratan SNI yang diajukan oleh Pemohon sebagai
dasar permohonan Sertifikasi.

7.2. Tinjauan hasil evaluasi dinyatakan dalam bentuk


rekomendasi tertulis tentang pemenuhan SNI yang
diajukan oleh Pemohon untuk produk yang diajukan
untuk disertifikasi.

8. Penetapan keputusan Sertifikasi


8.1. Penetapan keputusan Sertifikasi dilakukan berdasarkan
rekomendasi yang dihasilkan dari proses tinjauan.
- 155 -

8.2. Penetapan keputusan Sertifikasi harus dilakukan oleh


satu atau sekelompok orang yang tidak terlibat dalam
proses evaluasi.

8.3. Penetapan keputusan Sertifikasi dapat dilakukan oleh


satu atau sekelompok orang yang sama dengan yang
melakukan tinjauan.

8.4. Rekomendasi untuk keputusan Sertifikasi berdasarkan


hasil tinjauan harus didokumentasikan, kecuali tinjauan
dan keputusan Sertifikasi diselesaikan secara bersamaan
oleh satu atau sekelompok orang yang sama.

8.5. LSPro harus memberitahu Pemohon Sertifikasi terkait


alasan menunda atau tidak memberikan keputusan
Sertifikasi, dan harus mengidentifikasikan alasan
keputusan tersebut. Apabila Pemohon Sertifikasi
menunjukkan keinginan untuk melanjutkan proses
Sertifikasi, LSPro dapat memulai kembali dari proses
evaluasi(angka 5).

9. Penerbitan Sertifikat
Sertifikat kesesuaian terhadap persyaratan SNI diterbitkan
sesuai ketentuan sebagai berikut:
a. Sertifikat diterbitkan oleh LSPro setelah penetapan
keputusan Sertifikasi;
b. Sertifikat paling sedikit harus memuat:
1. nomor sertifikat atau identifikasi unik lainnya;
2. nomor atau identifikasi lain dari skema Sertifikasi;
3. nama dan alamat LSPro;
4. nama dan alamat Pemohon (pemegang sertifikat);
5. acuan ke perjanjian Sertifikasi;
6. pernyataan kesesuaian yang mencakup:
a. nama, merek, dan spesifikasi produk yang
dinyatakan memenuhi persyaratan;
b. SNI yang menjadi dasar Sertifikasi;
c. nama dan lokasi produksi; dan
- 156 -

d. informasi terkait proses Sertifikasi.


7. status akreditasi atau pengakuan LSPro;
8. tanggal penerbitan sertifikat;
9. tanggal berakhir masa berlaku sertifikat yaitu 4
(empat) tahun sejak tanggal penerbitan sertifikat; dan
10. tanda tangan yang mengikat secara hukum dari
personel yang bertindak atas nama LSPro sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

10. Surveilans dan Sertifikasi ulang


10.1. LSPro harus melaksanakan surveilans paling sedikit 2
(dua) kali dalam periode Sertifikasi. Dalam hal ini
berlaku ketentuan sebagai berikut:
a. Surveilans pertama dilakukan melalui kegiatan:
1. Inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi;
dan/atau
2. Pengujian terhadap contoh produk yang akan
beredar.
Pemilihan jenis kegiatan pada surveilans pertama
tersebut dilakukan berdasarkan penilaian LSPro
atas hasil Sertifikasi sebelumnya.
Apabila surveilans pertama hanya dilakukan melalui
kegiatan pengujian terhadap contoh produk yang
akan beredar, penerima sertifikat harus
menyampaikan dokumentasi pengendalian mutu
proses produksi sejak penerbitan sertifikat sampai
dilakukan surveilans pertama.
b. Surveilans kedua dilakukan melalui kegiatan
1. Inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi;
dan
2. Pengujian terhadap contoh produk yang akan
atau telah beredar.

10.2. LSPro harus melaksanakan Sertifikasi ulang paling


lambat pada bulan ke-42 (empat puluh dua) (empat
puluh dua) setelah penetapan Sertifikasi, melalui
kegiatan sebagaimana dimaksud pada angka 6.
- 157 -

F. Penggunaan Tanda SNI


1. Penggunaan tanda SNI dilakukan setelah mendapatkan
persetujuan penggunaan Tanda SNI melalui Surat
Persetujuan Penggunaan Tanda (SPPT) SNI yang dikeluarkan
oleh BSN sesuai dengan kriteria yang ditetapkan pada
Peraturan BSN tentang tata cara penggunaan Tanda SNI dan
Tanda Kesesuaian Berbasis SNI.

2. Tanda SNI sebagai bukti kesesuaian produk yang telah


memenuhi SNI adalah sebagai berikut:

Dengan ukuran:

Keterangan:
y = 11x
r = 0,5x
-158-

G. Tahapan kritis proses produksi produk perikanan hasil fermenlasi


Produk
No. Tahapan kritis proses produksi Penjelasan tahapan kritis
Terasi udang Kecap ikan
1. Pemilihan bahan baku, bahan Bahan baku, bahan penolong, bahan pangan lain, bahan Berlaku Berlaku
penolong, bahan pangan lain, tambahan pangan harus memenuhi persyaratan yang ditetapkan
bahan tambahan pangan atau pcraturan yang lerkait,
2. Fermenlasi Fermenlasi dilakukan dengan waktu tertentu yang dikendalikan Berlaku Berlaku
Pemasakan dilakukan dengan waktu dan suhu tertentu yang Tidak berlaku Berlaku
3. Pemasakan
dikendalikan
Bahan kemasan yang digunakan harus memenuhi persyaratan Berlaku Berlaku
sebagai bahan kemasan yang sesuai dengan ketentuan yang
4. Pengemasan berlaku
Pengemasan dilakukan dengan cermat dan dalam kondisi yang Berlaku Berlaku
dapat mencegah teijadinya kontaminasi.
Pelabelan dilaloikan sesuai dengan persyaratan SNl dan peraturan Berlaku Berlaku
5. Pelabelan
terkail
Keterangan: Urutan tahapan kritis proses produksi disetiap pemohon dapat berbeda

KEPALA BADAN STANDARDISASI NASIONAL

REPUBLIK INDONESIA.

TTD

BAMBANG PRASETYA

Salmsttjj^psji^-dengan aslinya
Kepala Biro/^s^ber Daya^Mfnusia, Organisasi, dan Hukum

anayu
- 159 -

LAMPIRAN XI
PERATURAN BADAN STANDARDISASI NASIONAL
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 1 TAHUN 2020
TENTANG
SKEMA PENILAIAN KESESUAIAN TERHADAP STANDAR
NASIONAL INDONESIA SEKTOR MAKANAN DAN MINUMAN

PETUNJUK TEKNIS SKEMA SERTIFIKASI PRODUK SARI PATI AYAM

A. Ruang lingkup
Dokumen ni berlaku untuk acuan pelaksanaan Sertifikasi produk
sari pati ayam yang terbuat dari ekstrak karkas ayam pedaging
dengan atau tanpa penambahan garam, sari simplisia, dalam
bentuk siap dikonsumsi.

B. Persyaratan Sertifikasi
Persyaratan acuan Sertifikasi produk:
1. SNI 01-2883-1992 Sari pati ayam;
2. SNI dan standar lain yang diacu dalam SNI 01-2883-1992Sari
pati ayam;
3. Peraturan yang terkait yaitu:
a. Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1999 tentang
Label dan Iklan Pangan;
b. Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 75/M-
IND/PER/7/2010 tentang Cara Produksi Pangan Olahan
yang Baik (Good Manufacturing Practices);
c. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 33 Tahun 2012
tentang Bahan Tambahan Pangan;
d. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan
Nomor 16 Tahun 2014 Tentang Perubahan Atas Peraturan
Kepala Badan Pengawas Obat Dan Makanan Nomor
Hk.03.1.23.07.11.6664 Tahun 2011 Tentang Pengawasan
Kemasan Pangan;
e. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan
Nomor 16 Tahun 2016 tentang Kriteria Mikrobiologi Dalam
Pangan Olahan; dan
- 160 -

f. Peraturan Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor 5


Tahun 2018 tentang Batas Maksimum Cemaran Logam
Berat dalam Pangan Olahan.
4. Peraturan lain yang terkait dengan produk sari pati ayam.

C. Prosedur Sertifikasi
Prosedur Sertifikasi mencakup:
1. evaluasi awal; dan
2. inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi.

D. Persyaratan lembaga penilaian kesesuaian


Sertifikasi produk sari pati ayam dilakukan oleh LPK yang telah
diakreditasi oleh KAN berdasarkan SNI ISO/IEC 17065 Penilaian
Kesesuaian – Persyaratan untuk Lembaga Sertifikasi Produk,
Proses, dan Jasa, untuk lingkup produk sebagaimana dimaksud
dalam Ruang Lingkup sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Dalam hal LPK belum ada yang diakreditasi KAN untuk melakukan
kegiatan Sertifikasi dengan ruang lingkup produk sari pati ayam,
BSN dapat menunjuk LPK dengan ruang lingkup yang sejenis
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

E. Tahapan Sertifikasi
1. Pengajuan Permohonan Sertifikasi
1.1. Pengajuan permohonan Sertifikasi dilakukan oleh pelaku
usaha. Kriteria pelaku usaha yang dapat mengajukan
Sertifikasi sesuai Peraturan Kepala BSN mengenai tata
cara penggunaan Tanda SNI dan Tanda Kesesuaian
berbasis SNI.

1.2. Permohonan Sertifikasi harus dilengkapi dengan:


a. informasi Pemohon:
1. nama Pemohon, alamat Pemohon, serta nama dan
kedudukan atau jabatan personel yang
bertanggung jawab atas pengajuan permohonan
Sertifikasi;
- 161 -

2. bukti pemenuhan persyaratan izin usaha sesuai


ketentuan peraturan perundang-undangan;
3. pemenuhan persyaratan sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan tentang
pendaftaran dan hak kepemilikan atas merek yang
dikeluarkan oleh Kementerian Hukum dan Hak
Asasi Manusia;
4. apabila Pemohon melakukan pembuatan produk
dengan merek yang dimiliki oleh pihak lain,
menyertakan bukti perjanjian yang mengikat
secara hukum untuk melakukan pembuatan
produk untuk pihak lain;
5. apabila Pemohon bertindak sebagai pemilik merek
yang mensubkontrakkan proses produksinya
kepada pihak lain, menyertakan bukti
kepemilikan merek dan perjanjian subkontrak
pelaksanaan produksi dengan pihak lain;
6. apabila Pemohon bertindak sebagai perwakilan
resmi pemilik merek yang berkedudukan hukum
di luar negeri, menyertakan bukti perjanjian yang
mengikat secara hukum tentang penunjukan
sebagai perwakilan resmi pemilik merek di wilayah
Republik Indonesia; dan
7. pernyataan bahwa Pemohon Sertifikasi
bertanggung jawab penuh atas pemenuhan
persyaratan SNI dan pemenuhan persyaratan
proses Sertifikasi, serta bersedia memberikan
akses terhadap lokasi dan/atau informasi yang
diperlukan oleh LSPro dalam melaksanakan
kegiatan Sertifikasi.
b. informasi produk:
1. merek produk yang diajukan untuk disertifikasi;
2. jenis/tipe/varian produk yang diajukan untuk
disertifikasi;
3. SNI yang digunakan sebagai dasar pengajuan
permohonan Sertifikasi;
- 162 -

4. foto produk dalam kemasan primer yang diajukan


untuk disertifikasi (dari arah depan, belakang dan
samping), serta informasi terkait kemasan primer
produk;
5. daftar bahan baku termasukbahan tambahan
pangan;
6. label produk; dan
7. apabila tersedia, foto kemasan sekunder dan
tersier produk yang diajukan untuk disertifikasi,
dari arah depan, belakang, samping, dan bagian
dalam.
c. informasi proses produksi:
1. nama, alamat, dan legalitas hukum pabrik;
2. struktur organisasi, nama dan jabatan personel
penanggung jawab proses produksi;
3. dokumentasi informasi tentang pemasok bahan
baku produk, prosedur evaluasi pemasok, serta
prosedur inspeksi bahan baku produk;
4. dokumentasi informasi tentang proses pembuatan
produk yang diajukan untuk disertifikasi,
termasuk proses yang disubkontrakkan ke pihak
lain;
5. dokumentasi informasi tentang prosedur dan
rekaman pengendalian mutu, termasuk pengujian
rutin, daftar peralatan, serta sertifikat kalibrasi
atau bukti verifikasi peralatan yang berpengaruh
terhadap mutu produk yang disertifikasi, dan
bukti atau segel tera atau tera ulang untuk alat
ukur yang digunakan dalam pengukuran berat
produk dalam kemasan akhir;
6. dokumentasi informasi tentang prosedur dan
rekaman pengendalian dan penanganan produk
yang tidak sesuai;
7. dokumentasi informasi tentang pengemasan
produk dan pengelolaan produk di gudang akhir
produk sebelum dikirimkan dan/atau diedarkan
ke wilayah Republik Indonesia;
- 163 -

8. lokasi gudang penyimpanan produk di wilayah


Republik Indonesia;
9. bukti izin edar produk sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan;
10. menyertakan laporan hasil uji yang dilakukan
paling lambat 1 (satu) tahun sebelum pengajuan
Sertifikasi, yang memberikan bukti pemenuhan
produk yang diajukan untuk disertifikasi terhadap
persyaratan mutu dalam SNI dan peraturan
terkait;
11. apabila laporan hasil uji sebagaimana dinyatakan
pada angka 10 belum tersedia, pelaku usaha
dapat menyampaikan contoh produk kepada
LSPro untuk diuji di laboratorium yang memiliki
perjanjian alih daya dengan LSPro; dan
12. apabila telah tersedia, menyertakan Sertifikat
Penerapan Sistem Manajemen Mutu berdasarkan
SNI ISO 9001 atau Sistem Manajemen Keamanan
Pangan berdasarkan SNI ISO 22000 atau HACCP
berdasarkan SNI CAC/RCP 1 dari Lembaga
Sertifikasi yang diakreditasi oleh KAN atau oleh
badan akreditasi penandatangan International
Accreditation Forum (IAF)/Asia Pacific Accreditation
Cooperation (APAC) Multilateral Recognition
Agreement (MLA) dengan ruang lingkup yang
sesuai.
Informasi pada butir 4, butir 5, butir 10 dan butir 11
tidak perlu dilampirkan apabila Pemohon melakukan
pengemasan ulang produk yang dihasilkan oleh pihak
lain yang telah memiliki sertifikat kesesuaian produk
atau Surat Persetujuan Penggunaan Tanda (SPPT)
SNI.

2. Tinjauan permohonan Sertifikasi


LSPro harus memastikan bahwa informasi yang diperoleh dari
permohonan Sertifikasi yang diajukan oleh Pemohon telah
lengkap dan memenuhi persyaratan.
- 164 -

3. Penandatanganan perjanjian Sertifikasi


Setelah permohonan Sertifikasi dinyatakan lengkap dan
Pemohon menyetujui persyaratan dan prosedur Sertifikasi yang
ditetapkan oleh LSPro sesuai dengan persyaratan SNI ISO/IEC
17065, perjanjian Sertifikasi ditandatangani oleh Pemohon dan
LSPro.

4. Penyusunan rencana evaluasi


Berdasarkan informasi yang diperoleh dari persyaratan
permohonan Sertifikasi yang disampaikan oleh Pemohon, LSPro
menetapkan rencana evaluasi yang mencakup:
a. jenis/tipe/varian produk yang diajukan untuk disertifikasi
dan metode pengambilan contoh sesuai dengan
persyaratan SNI 01-2883-1992, yang diperlukan untuk
pengujian produk dan mewakili contoh produk yang
diusulkan untuk disertifikasi, yang diperlukan untuk
pengujian produk dan mewakili contoh produk yang
diusulkan untuk disertifikasi;
b. informasi SNI yang digunakan sebagai dasar Sertifikasi
berdasarkan permohonan yang diajukan oleh Pemohon
Sertifikasi;
c. waktu yang diperlukan untuk pelaksanaan pengujian
berdasarkan standar acuan metode uji yang
dipersyaratkan; dan
d. waktu, lokasi pelaksanaan dan agenda inspeksi pabrik atau
asesmen proses produksi yang relevan dengan pelaksanaan
produksi produk yang diajukan untuk disertifikasi, serta
personel kompeten yang melakukan evaluasi.

5. Pelaksanaan evaluasi awal terhadap produk


5.1. Pelaksanaan evaluasi awal terhadap produk mencakup:
a. Pemeriksaan awal terhadap kesesuaian informasi
produk dan proses produksi yang disampaikan
Pemohon pada huruf E angka1 terhadap lingkup
produk yang ditetapkan dalam SNI dan peraturan
terkait.
- 165 -

b. Pengujian awal terhadap contoh produk


berdasarkan persyaratan mutu dalam SNI.
Pengujian awal dilakukan berdasarkan laporan hasil
uji dari laboratorium yang disampaikan Pemohon,
yang mencakup seluruh persyaratan mutu dalam
SNI 01-2883-1992.
Apabila laporan hasil uji tersebut menunjukkan
bahwa seluruh persyaratan mutu dalam SNI
tersebut telah terpenuhi, maka produk yang
diajukan untuk disertifikasi dianggap telah
memenuhi persyaratan pengujian awal.

5.2. Apabila hasil evaluasi awal menunjukkan


ketidaksesuaian terhadap persyaratan SNI, Pemohon
harus diberi kesempatan untuk melakukan tindakan
perbaikan dalam jangka waktu tertentu sesuai dengan
kebijakan LSPro.

6. Pelaksanaan inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi


6.1. Inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi harus
dilakukan pada saat pabrik melakukan produksi, atau
pada kondisi tertentu dilakukan melalui simulasi proses
produksi produk yang diajukan untuk disertifikasi.

6.2. Inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi dilakukan


terhadap:
a. tanggung jawab dan komitmen personel penanggung
jawab pabrik terhadap konsistensi pemenuhan
produk terhadap persyaratan SNI;
b. ketersediaan dan pengendalian dokumentasi
informasi prosedur dan rekaman pengendalian mutu,
termasuk pengujian rutin;
c. fasilitas, lokasi, desain dan tata letak, bangunan,
sanitasi peralatan, sanitasi ruang proses, dan higiene
personel sesuai dengan ketentuan yang berlaku
tentang Cara Produksi Pangan Olahan yang Baik;
- 166 -

d. Tahapan kritis proses produksi, mulai dari bahan


baku sampai produk akhir paling sedikit pada
tahapan sebagaimana tercantum dalam huruf G;
e. kelengkapan serta fungsi peralatan produksi
termasuk peralatan pengendalian mutupaling sedikit
harus mempunyai alat pemanas, alat pengisian, alat
sterilisasi,alat pengukur berat dan alat pengukur
keasaman;
f. bukti verifikasi berdasarkan hasil kalibrasi atau hasil
verifikasi peralatan produksi sebagaimana disebutkan
pada huruf e yang membuktikan bahwa peralatan
tersebut memenuhi persyaratan produksi. Hasil
verifikasi peralatan produksi dapat ditunjukkan
dengan prosedur yang diperlukan untuk mencapai
kondisi atau persyaratan yang ditetapkan;
g. bukti tera atau tera ulang alat pengukuran berat
produk;
h. pengendalian dan penanganan produk yang tidak
sesuai; dan
i. pengemasan, penanganan, dan penyimpanan produk,
termasuk di gudang akhir produk yang siap
diedarkan.

6.3. Apabila Pabrik telah menerapkan dan mendapatkan


sertifikat Sistem Manajemen Keamanan Pangan
berdasarkan SNI ISO 22000 atau HACCP berdasarkan SNI
CAC/RCP 1 dari Lembaga Sertifikasi yang diakreditasi oleh
KAN atau oleh badan akreditasi penandatangan IAF/APAC
MLA dengan ruang lingkup yang sesuai, maka inspeksi
pabrik atau asesmen proses produksi dilakukan terhadap
implementasi sistem manajemen terkait mutu produk
tersebut dan angka 6.2 huruf d dan huruf e.

6.4. Apabila pabrik telah menerapkan dan mendapatkan


sertifikat Sistem Manajemen Mutu berdasarkan SNI ISO
9001 dari Lembaga Sertifikasi yang diakreditasi oleh KAN
atau oleh badan akreditasi penandatangan IAF/APAC MLA
- 167 -

dengan ruang lingkup yang sesuai, maka inspeksi pabrik


atau asesmen proses produksi dilakukan terhadap
implementasi sistem manajemen terkait mutu produk
tersebut dan angka 6.2 huruf c, huruf d, dan huruf e.

6.5. Dalam hal Pemohon melakukan pengemasan ulang produk


yang dihasilkan oleh pihak lain, berlaku ketentuan
berikut:
a. apabila pihak lain tersebut telah memiliki sertifikat
kesesuaian produk atau Surat Persetujuan
Penggunaan Tanda (SPPT) SNI maka inspeksi pabrik
atau asesmen proses produksi sebagaimana
tercantum dalam angka 6.2 dilakukan di lokasi
Pemohon pada tahapan pengemasan; atau
b. apabila pihak lain tersebut belum memiliki sertifikat
kesesuaian produk atau Surat Persetujuan
Penggunaan Tanda (SPPT) SNI, maka inspeksi pabrik
atau asesmen proses produksi sebagaimana
tercantum dalam angka 6.2 dilakukan di lokasi
pembuatan produk yang dimiliki oleh pihak lain dan
di lokasi Pemohon.

6.6. Selama inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi,


LSPro melakukan pengambilan contoh produk oleh
petugas pengambil contoh dan selanjutnya diuji di
laboratorium milik LSPro atau Laboratorium yang telah
memiliki perjanjian alih daya dengan LSPro.

6.7. Apabila berdasarkan hasil inspeksi pabrik atau asesmen


proses produksi termasuk hasil pengujian, tidak diperoleh
bukti-bukti yang kuat untuk menjamin konsistensi produk
terhadap persyaratan SNI, maka Pemohon harus diberi
kesempatan untuk melakukan tindakan perbaikan dalam
jangka waktu tertentu sesuai dengan kebijakan LSPro.
- 168 -

7. Tinjauan
7.1. Tinjauan hasil evaluasi dilakukan terhadap:
a. Hasil evaluasi awal terhadap produk untuk
menunjukkan bahwa contoh produk yang mewakili
produk memenuhi persyaratan SNI yang diajukan
oleh Pemohon sebagai dasar permohonan Sertifikasi;
dan
b. Hasil inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi
atau bukti obyektif untuk menunjukkan bahwa
pabrik memiliki proses produksi yang didukung
dengan segala sumber daya yang diperlukan untuk
menghasilkan produk yang secara konsisten, dan
memenuhi persyaratan SNI yang diajukan oleh
Pemohon sebagai dasar permohonan Sertifikasi.

7.2. Tinjauan hasil evaluasi dinyatakan dalam bentuk


rekomendasi tertulis tentang pemenuhan SNI yang
diajukan oleh Pemohon untuk produk yang diajukan
untuk disertifikasi.

8. Penetapan keputusan Sertifikasi


8.1. Penetapan keputusan Sertifikasi dilakukan berdasarkan
rekomendasi yang dihasilkan dari proses tinjauan.

8.2. Penetapan keputusan Sertifikasi harus dilakukan oleh


satu atau sekelompok orang yang tidak terlibat dalam
proses evaluasi.

8.3. Penetapan keputusan Sertifikasi dapat dilakukan oleh


satu atau sekelompok orang yang sama dengan yang
melakukan tinjauan.

8.4. Rekomendasi untuk keputusan Sertifikasi berdasarkan


hasil tinjauan harus didokumentasikan, kecuali tinjauan
dan keputusan Sertifikasi diselesaikan secara bersamaan
oleh satu atau sekelompok orang yang sama.
- 169 -

8.5. LSPro harus memberitahu Pemohon Sertifikasi terkait


alasan menunda atau tidak memberikan keputusan
Sertifikasi, dan harus mengidentifikasikan alasan
keputusan tersebut. Apabila Pemohon Sertifikasi
menunjukkan keinginan untuk melanjutkan proses
Sertifikasi, LSPro dapat memulai kembali dari proses
evaluasi (angka 5).

9. Penerbitan Sertifikat
Sertifikat kesesuaian terhadap persyaratan SNI diterbitkan
sesuai ketentuan sebagai berikut:
a. Sertifikat diterbitkan oleh LSPro setelah penetapan
keputusan Sertifikasi;
b. Sertifikat paling sedikit harus memuat:
1. nomor sertifikat atau identifikasi unik lainnya;
2. nomor atau identifikasi lain dari skema Sertifikasi;
3. nama dan alamat LSPro;
4. nama dan alamat Pemohon (pemegang sertifikat);
5. acuan ke perjanjian Sertifikasi;
6. pernyataan kesesuaian yang mencakup:
a. nama produk, merek dan spesifikasi produk yang
dinyatakan memenuhi persyaratan;
b. SNI yang menjadi dasar Sertifikasi;
c. nama dan alamat lokasi produksi; dan
d. informasi terkait proses Sertifikasi.
7. status akreditasi atau pengakuan LSPro;
8. tanggal penerbitan sertifikat;
9. tanggal berakhir masa berlaku sertifikat yaitu 4
(empat) tahun sejak tanggal penerbitan sertifikat;
10. tanda tangan yang mengikat secara hukum dari
personel yang bertindak atas nama LSPro sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
- 170 -

10. Surveilans dan Sertifikasi ulang


10.1. LSPro harus melaksanakan surveilans paling sedikit 2
(dua) kali dalam periode Sertifikasi. Dalam hal ini berlaku
ketentuan sebagai berikut:
a. Surveilans pertama dilakukan melalui kegiatan:
1. Inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi;
dan/atau
2. Pengujian terhadap contoh produk yang akan
beredar.
Pemilihan jenis kegiatan pada surveilans pertama
tersebut dilakukan berdasarkan penilaian LSPro
atas hasil Sertifikasi sebelumnya.
Apabila surveilans pertama hanya dilakukan melalui
kegiatan pengujian terhadap contoh produk yang
akan beredar, penerima sertifikat harus
menyampaikan dokumentasi pengendalian mutu
proses produksi sejak penerbitan sertifikat sampai
dilakukan surveilans pertama.

b. Surveilans kedua dilakukan melalui kegiatan


1. Inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi;
dan
2. Pengujian terhadap contoh produk yang akan
atau telah beredar.

10.2. LSPro harus melaksanakan Sertifikasi ulang paling


lambat pada bulan ke-42 (empat puluh dua) (empat
puluh dua) setelah penetapan Sertifikasi, melalui
kegiatan sebagaimana tercantum dalam angka 6.

F. Penggunaan Tanda SNI


1. Penggunaan tanda SNI dilakukan setelah mendapatkan
persetujuan penggunaan Tanda SNI melalui Surat Persetujuan
Penggunaan Tanda (SPPT) SNI yang dikeluarkan oleh BSN
sesuai dengan kriteria yang ditetapkan pada Peraturan BSN
mengenai tata cara penggunaan Tanda SNI dan Tanda
Kesesuaian berbasis SNI.
- 171 -

2. Tanda SNI sebagai bukti kesesuaian produk yang telah


memenuhi SNI adalah sebagai berikut:

Dengan ukuran:

Keterangan:
y = 11x
r = 0,5x

G. Tahapan kritis proses produksi sari pati ayam


No. Tahapan kritis Penjelasan tahapan kritis
proses produksi
1. Pemilihan bahan Bahan baku, bahan tambahan
baku, bahan pangan dan bahan kemasan harus
tambahan pangan memenuhi persyaratan yang
dan bahan ditetapkan atau peraturan yang
kemasan terkait
2. Pemanasan Pemanasan dilakukan pada suhu
dan waktu tertentu yang
dikendalikan untuk mendapatkan
kandungan asam amino sesuai
dengan persyaratan yang ditetapkan
-172-

No. Tahapan kritis Penjelasan tahapan kritis


proses produksi
3. Pemisahan Pemisahan lemak dan kolesteroi

dilakukan dengan metode tertentu


untuk mendapatkan saripati ayam
murni

4. Penghilangan air Penghilangan air dilakukan dengan


suhu tertentu yang dikendalikan
untuk mendapatkan tingkat
kemurnian produk yang ditetapkan
5. Pengisian Pengisian dilakukan dengan
penyaringan dan vakum agar higienis
dan aman

6. Sterilisasi Sterilisasi dilakukan pada suhu,


waktu dan tekanan tertentu sesuai

dengan persyaratan yang ditetapkan


7. Penandaan Penandaan dilakukan sesuai dengan
SNI dan peraturan terkait
Keterangan: Urutan tahapan kritis proses produksi disetiap
pemohon dapat berbeda

KEPALA BADAN STANDARDISASI NASIONAL

REPUBLIK INDONESIA,

TTD

BAMBANG PRASETYA

Salinan sesuai dengan aslinya


Kepala Biro Sumber Daya:^anusia, Organisasi, dan Hukum

argahayu
- 173 -

LAMPIRAN XII
PERATURAN BADAN STANDARDISASI NASIONAL
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 1 TAHUN 2020
TENTANG
SKEMA PENILAIAN KESESUAIAN TERHADAP STANDAR
NASIONAL INDONESIA SEKTOR MAKANAN DAN MINUMAN

PETUNJUK TEKNIS SKEMA SERTIFIKASI PRODUK SALE PISANG

A. Ruang lingkup
Dokumen ini berlaku untuk acuan pelaksanaan Sertifikasi produk
sale pisang yang terbuat dari buah pisang segar dengan cara
pengeringan dan atau pengasapan dengan atau tanpa penambahan
pengawet.

B. Persyaratan Sertifikasi
Persyaratan acuan Sertifikasi produk:
1. SNI 01-4319-1996 Sale pisang;
2. SNI dan standar lain yang diacu dalam SNI 01-4319-
1996Salepisang;
3. Peraturan yang terkait yaitu:
a. Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1999 tentang
Label dan Iklan Pangan;
b. Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 75/M-
IND/PER/7/2010 tentang Cara Produksi Pangan Olahan
yang Baik (Good Manufacturing Practices);
c. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 33 Tahun 2012
tentang Bahan Tambahan Pangan;
d. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan
Nomor 36 Tahun 2013 tentang Batas Maksimum
Penggunaan Bahan Tambahan Pangan Pengawet;
e. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan
Nomor 4 Tahun 2014 tentang Batas Maksimum
Penggunaan Bahan Tambahan Pangan Pemanis;
- 174 -

f. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan


Nomor 16 Tahun 2014 Tentang Perubahan Atas Peraturan
Kepala Badan Pengawas Obat Dan Makanan Nomor
Hk.03.1.23.07.11.6664 Tahun 2011 Tentang Pengawasan
Kemasan Pangan;
g. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan
Nomor 16 Tahun 2016 tentang Kriteria Mikrobiologi Dalam
Pangan Olahan; dan
h. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan
Nomor 5 Tahun 2018 tentang Batas Maksimum Cemaran
Logam Berat dalam Pangan Olahan.
4. Peraturan lain yang terkait dengan produk sale pisang.

C. Prosedur Sertifikasi
Prosedur Sertifikasi mencakup:
1. evaluasi awal; dan
2. inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi.

D. Persyaratan Lembaga Penilaian Kesesuaian


Sertifikasi produk sale pisang dilakukan oleh LPK yang telah
diakreditasi oleh KAN berdasarkan SNI ISO/IEC 17065 Penilaian
Kesesuaian – Persyaratan untuk Lembaga Sertifikasi Produk,
Proses, dan Jasa, untuk lingkup produk sebagaimana dimaksud
dalam Ruang Lingkup sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Dalam hal LPK belum ada yang diakreditasi KAN untuk melakukan
kegiatan Sertifikasi dengan ruang lingkup produk sale pisang, BSN
dapat menunjuk LPK dengan ruang lingkup yang sejenis sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

E. Tahapan Sertifikasi
1. Pengajuan Permohonan Sertifikasi
1.1. Pengajuan permohonan Sertifikasi dilakukan oleh pelaku
usaha. Kriteria pelaku usaha yang dapat mengajukan
Sertifikasi sesuai Peraturan Kepala BSN mengenai tata
cara penggunaan Tanda SNI dan Tanda Kesesuaian
berbasis SNI.
- 175 -

1.2. Permohonan Sertifikasi harus dilengkapi dengan:


a. informasi Pemohon:
1. nama Pemohon, alamat Pemohon, serta nama dan
kedudukan atau jabatan personel yang
bertanggung jawab atas pengajuan permohonan
Sertifikasi;
2. bukti pemenuhan persyaratan izin usaha sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan;
3. pemenuhan persyaratan sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan tentang
pendaftaran dan hak kepemilikan atas merek yang
dikeluarkan oleh Kementerian Hukum dan Hak
Asasi Manusia;
4. apabila Pemohon melakukan pembuatan produk
dengan merek yang dimiliki oleh pihak lain,
menyertakan bukti perjanjian yang mengikat
secara hukum untuk melakukan pembuatan
produk untuk pihak lain;
5. apabila Pemohon bertindak sebagai pemilik merek
yang mensubkontrakkan proses produksinya
kepada pihak lain, menyertakan bukti
kepemilikan merek dan perjanjian subkontrak
pelaksanaan produksi dengan pihak lain;
6. apabila Pemohon bertindak sebagai perwakilan
resmi pemilik merek yang berkedudukan hukum
di luar negeri, menyertakan bukti perjanjian yang
mengikat secara hukum tentang penunjukan
sebagai perwakilan resmi pemilik merek di wilayah
Republik Indonesia; dan
7. pernyataan bahwa Pemohon Sertifikasi
bertanggung jawab penuh atas pemenuhan
persyaratan SNI dan pemenuhan persyaratan
proses Sertifikasi dan bersedia memberikan akses
terhadap lokasi dan/atau informasi yang
diperlukan oleh LSPro dalam melaksanakan
kegiatan Sertifikasi.
- 176 -

b. informasi produk:
1. merek produk yang diajukan untuk disertifikasi;
2. jenis/tipe/varian produk yang diajukan untuk
disertifikasi;
3. SNI yang digunakan sebagai dasar pengajuan
permohonan Sertifikasi;
4. foto produk dalam kemasan primer yang diajukan
untuk disertifikasi (dari arah depan, belakang dan
samping), serta informasi terkait kemasan primer
produk;
5. daftar bahan baku termasuk bahan penolong dan
bahan lainnya;
6. label produk; dan
7. apabila tersedia, foto kemasan sekunder dan
tersier produk yang diajukan untuk disertifikasi,
dari arah depan, belakang, samping, dan bagian
dalam.
c. informasi proses produksi:
1. nama, alamat, dan legalitas hukum pabrik;
2. struktur organisasi, nama dan jabatan personel
penanggung jawab proses produksi;
3. dokumentasi informasi tentang pemasok bahan
baku produk, prosedur evaluasi pemasok, serta
prosedur inspeksi bahan baku produk;
4. dokumentasi informasi tentang proses pembuatan
produk yang diajukan untuk disertifikasi,
termasuk proses yang disubkontrakkan ke pihak
lain;
5. dokumentasi informasi tentang prosedur dan
rekaman pengendalian mutu, termasuk pengujian
rutin, daftar peralatan, serta sertifikat kalibrasi
atau bukti verifikasi peralatan yang berpengaruh
terhadap mutu produk yang disertifikasi, dan
bukti atau segel tera atau tera ulang untuk alat
ukur yang digunakan dalam pengukuran berat
produk dalam kemasan akhir;
- 177 -

6. dokumentasi informasi tentang prosedur dan


rekaman pengendalian dan penanganan produk
yang tidak sesuai;
7. dokumentasi informasi tentang pengemasan
produk dan pengelolaan produk di gudang akhir
produk sebelum dikirimkan dan/atau diedarkan
ke wilayah Republik Indonesia;
8. lokasi gudang penyimpanan produk di wilayah
Republik Indonesia;
9. bukti izin edar produk (MD/MLatau P-IRT)sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan;
10. menyertakan laporan hasil uji yang dilakukan
paling lambat 1 (satu) tahun sebelum pengajuan
Sertifikasi, yang memberikan bukti pemenuhan
produk yang diajukan untuk disertifikasi terhadap
persyaratan mutu dalam SNI dan peraturan
terkait;
11. apabila laporan hasil uji sebagaimana dinyatakan
pada angka 10 belum tersedia, pelaku usaha
dapat menyampaikan contoh produk kepada
LSPro untuk diuji di laboratorium yang memiliki
perjanjian alih daya dengan LSPro; dan
12. apabila telah tersedia, menyertakan Sertifikat
Penerapan Sistem Manajemen Mutu berdasarkan
SNI ISO 9001 atau Sistem Manajemen Keamanan
Pangan berdasarkan SNI ISO 22000 atau HACCP
berdasarkan SNI CAC/RCP 1 dari Lembaga
Sertifikasi yang diakreditasi oleh KAN atau oleh
badan akreditasi penandatangan International
Accreditation Forum (IAF)/Asia Pacific Accreditation
Cooperation (APAC) Multilateral Recognition
Agreement (MLA) dengan ruang lingkup yang
sesuai.
Informasi pada butir 4, butir 5, butir 10 dan butir 11
tidak perlu dilampirkan apabila Pemohon melakukan
pengemasan ulang produk yang dihasilkan oleh pihak
- 178 -

lain yang telah memiliki sertifikat kesesuaian produk


atau Surat Persetujuan Penggunaan Tanda (SPPT) SNI.

2. Tinjauan permohonan Sertifikasi


LSPro harus memastikan bahwa informasi yang diperoleh dari
permohonan Sertifikasi yang diajukan oleh Pemohon telah
lengkap dan memenuhi persyaratan.

3. Penandatanganan perjanjian Sertifikasi


Setelah permohonan Sertifikasi dinyatakan lengkap dan
Pemohon menyetujui persyaratan dan prosedur Sertifikasi
yang ditetapkan oleh LSPro sesuai dengan persyaratan SNI
ISO/IEC 17065, perjanjian Sertifikasi ditandatangani oleh
Pemohon dan LSPro.

4. Penyusunan rencana evaluasi


Berdasarkan informasi yang diperoleh dari persyaratan
permohonan Sertifikasi yang disampaikan oleh Pemohon,
LSPro menetapkan rencana evaluasi yang mencakup:
a. jenis/tipe/varian produk yang diajukan untuk
disertifikasi dan metode pengambilan contoh sesuai
dengan persyaratan SNI 01-4319-1996, yang diperlukan
untuk pengujian produk dan mewakili contoh produk
yang diusulkan untuk disertifikasi;
b. informasi SNI yang digunakan sebagai dasar Sertifikasi
berdasarkan permohonan yang diajukan oleh Pemohon
Sertifikasi;
c. waktu yang diperlukan untuk pelaksanaan pengujian
berdasarkan standar acuan metode uji yang
dipersyaratkan; dan
d. waktu, lokasi pelaksanaan dan agenda inspeksi pabrik
atau asesmen proses produksi yang relevan dengan
pelaksanaan produksi produk yang diajukan untuk
disertifikasi, serta personel kompeten yang melakukan
evaluasi.
- 179 -

5. Pelaksanaan evaluasi awal terhadap produk


5.1. Pelaksanaan evaluasi awal terhadap produk mencakup:
a. Pemeriksaan awal terhadap kesesuaian informasi
produk dan proses produksi yang disampaikan
Pemohon pada huruf E angka 1 terhadap lingkup
produk yang ditetapkan dalam SNI dan peraturan
terkait.
b. Pengujian awal terhadap contoh produk
berdasarkan persyaratan mutu dalam SNI.
Pengujian awal dilakukan berdasarkan laporan hasil
uji dari laboratorium yang disampaikan Pemohon,
yang mencakup seluruh persyaratan mutu dalam
SNI 01-4319-1996.
Apabila laporan hasil uji tersebut menunjukkan
bahwa seluruh persyaratan mutu dalam SNI
tersebut telah terpenuhi, maka produk yang
diajukan untuk disertifikasi dianggap telah
memenuhi persyaratan pengujian awal.

5.2. Apabila hasil evaluasi awal menunjukkan


ketidaksesuaian terhadap persyaratan SNI, Pemohon
harus diberi kesempatan untuk melakukan tindakan
perbaikan dalam jangka waktu tertentu sesuai dengan
kebijakan LSPro.

6. Pelaksanaan inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi


6.1. Inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi harus
dilakukan pada saat pabrik melakukan produksi, atau
pada kondisi tertentu dilakukan melalui simulasi proses
produksi produk yang diajukan untuk disertifikasi.

6.2. Inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi dilakukan


terhadap:
a. tanggung jawab dan komitmen personel penanggung
jawab pabrik terhadap konsistensi pemenuhan
produk terhadap persyaratan SNI;
- 180 -

b. ketersediaan dan pengendalian dokumentasi


informasi prosedur dan rekaman pengendalian
mutu, termasuk pengujian rutin;
c. fasilitas, lokasi, desain dan tata letak, bangunan,
sanitasi peralatan, sanitasi ruang proses, dan
higiene personel sesuai dengan ketentuan yang
berlaku tentang Cara Produksi Pangan Olahan yang
Baik;
d. Tahapan kritis proses produksi, mulai dari bahan
baku sampai produk akhir paling sedikit pada
tahapan sebagaimana tercantum dalam huruf G;
e. kelengkapan serta fungsi peralatan produksi
termasuk peralatan pengendalian mutu, paling
sedikit alat proses pengeringan/pengasapan dan alat
pengukur berat;
f. bukti verifikasi berdasarkan hasil kalibrasi atau
hasil verifikasi peralatan produksi sebagaimana
disebutkan pada huruf e yang membuktikan bahwa
peralatan tersebut memenuhi persyaratan produksi.
Hasil verifikasi peralatan produksi dapat
ditunjukkan dengan prosedur yang diperlukan
untuk mencapai kondisi atau persyaratan yang
ditetapkan;
g. bukti tera atau tera ulang alat pengukuran berat
produk;
h. pengendalian dan penanganan produk yang tidak
sesuai; dan
i. pengemasan, penanganan, dan penyimpanan
produk, termasuk di gudang akhir produk yang siap
diedarkan.

6.3. Apabila pabrik telah menerapkan dan mendapatkan


sertifikat Sistem Manajemen Keamanan Pangan
berdasarkan SNI ISO 22000 atau HACCP berdasarkan
SNI CAC/RCP 1 dari Lembaga Sertifikasi yang
diakreditasi oleh KAN atau oleh badan akreditasi
penandatangan IAF/APAC MLA dengan ruang lingkup
- 181 -

yang sesuai, maka inspeksi pabrik atau asesmen proses


produksi dilakukan terhadap implementasi sistem
manajemen terkait mutu produk tersebut dan angka 6.2
huruf d dan huruf e.

6.4. Apabila pabrik telah menerapkan dan mendapatkan


sertifikat Sistem Manajemen Mutu berdasarkan SNI ISO
9001 dari Lembaga Sertifikasi yang diakreditasi oleh KAN
atau oleh badan akreditasi penandatangan IAF/APAC
MLA dengan ruang lingkup yang sesuai, maka inspeksi
pabrik atau asesmen proses produksi dilakukan terhadap
implementasi sistem manajemen terkait mutu produk
tersebut dan angka 6.2 huruf c, huruf d, dan huruf e.

6.5. Dalam hal Pemohon melakukan pengemasan ulang


produk yang dihasilkan oleh pihak lain, berlaku
ketentuan berikut:
a. apabila pihak lain tersebut telah memiliki sertifikat
kesesuaian produk atau Surat Persetujuan
Penggunaan Tanda (SPPT) SNI maka inspeksi pabrik
atau asesmen proses produksi sebagaimana
tercantum dalam angka 6.2 dilakukan di lokasi
Pemohon pada tahapan pengemasan; atau
b. apabila pihak lain tersebut belum memiliki sertifikat
kesesuaian produk atau Surat Persetujuan
Penggunaan Tanda (SPPT) SNI, maka inspeksi pabrik
atau asesmen proses produksi sebagaimana
tercantum dalam angka 6.2 dilakukan di lokasi
pembuatan produk yang dimiliki oleh pihak lain dan
di lokasi Pemohon.

6.6. Selama inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi,


LSPro melakukan pengambilan contoh produk oleh
petugas pengambil contoh dan selanjutnya diuji di
laboratorium milik LSPro atau Laboratorium yang telah
memiliki perjanjian alih daya dengan LSPro.
- 182 -

6.7. Apabila berdasarkan hasil inspeksi pabrik atau asesmen


proses produksi termasuk hasil pengujian, tidak
diperoleh bukti-bukti yang kuat untuk menjamin
konsistensi produk terhadap persyaratan SNI, maka
Pemohon harus diberi kesempatan untuk melakukan
tindakan perbaikan dalam jangka waktu tertentu sesuai
dengan kebijakan LSPro.

7. Tinjauan
7.1. Tinjauan hasil evaluasi dilakukan terhadap:
a. Hasil evaluasi awal terhadap produk untuk
menunjukkan bahwa contoh produk yang mewakili
produk memenuhi persyaratan SNI yang diajukan
oleh Pemohon sebagai dasar permohonan Sertifikasi;
dan
b. Hasil inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi
atau bukti obyektif untuk menunjukkan bahwa
pabrik memiliki proses produksi yang didukung
dengan segala sumber daya yang diperlukan untuk
menghasilkan produk yang secara konsisten, dan
memenuhi persyaratan SNI yang diajukan oleh
Pemohon sebagai dasar permohonan Sertifikasi.

7.2. Tinjauan hasil evaluasi dinyatakan dalam bentuk


rekomendasi tertulis tentang pemenuhan SNI yang
diajukan oleh Pemohon untuk produk yang diajukan
untuk disertifikasi.

8. Penetapan keputusan Sertifikasi


8.1. Penetapan keputusan Sertifikasi dilakukan berdasarkan
rekomendasi yang dihasilkan dari proses tinjauan.

8.2. Penetapan keputusan Sertifikasi harus dilakukan oleh


satu atau sekelompok orang yang tidak terlibat dalam
proses evaluasi.
- 183 -

8.3. Penetapan keputusan Sertifikasi dapat dilakukan oleh


satu atau sekelompok orang yang sama dengan yang
melakukan tinjauan.

8.4. Rekomendasi untuk keputusan Sertifikasi berdasarkan


hasil tinjauan harus didokumentasikan, kecuali tinjauan
dan keputusan Sertifikasi diselesaikan secara bersamaan
oleh satu atau sekelompok orang yang sama.

8.5. LSPro harus memberitahu Pemohon Sertifikasi terkait


alasan menunda atau tidak memberikan keputusan
Sertifikasi, dan harus mengidentifikasikan alasan
keputusan tersebut. Apabila Pemohon Sertifikasi
menunjukkan keinginan untuk melanjutkan proses
Sertifikasi, LSPro dapat memulai kembali dari proses
evaluasi (angka 5).

9. Penerbitan Sertifikat
Sertifikat kesesuaian terhadap persyaratan SNI diterbitkan
sesuai ketentuan sebagai berikut:
a. Sertifikat diterbitkan oleh LSPro setelah penetapan
keputusan Sertifikasi;
b. Sertifikat paling sedikit harus memuat:
1. nomor sertifikat atau identifikasi unik lainnya;
2. nomor atau identifikasi lain dari skema Sertifikasi;
3. nama dan alamat LSPro;
4. nama dan alamat Pemohon (pemegang sertifikat);
5. acuan ke perjanjian Sertifikasi;
6. pernyataan kesesuaian yang mencakup:
a. nama produk, merek dan spesifikasi produk
yang dinyatakan memenuhi persyaratan;
b. SNI yang menjadi dasar Sertifikasi;
c. nama dan alamat lokasi produksi; dan
d. informasi terkait proses Sertifikasi.
7. status akreditasi atau pengakuan LSPro;
8. tanggal penerbitan sertifikat;
- 184 -

9. tanggal berakhir masa berlaku sertifikat yaitu 4


(empat) tahun sejak tanggal penerbitan sertifikat;
dan
10. tanda tangan yang mengikat secara hukum dari
personel yang bertindak atas nama LSPro sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

10. Surveilans dan Sertifikasi ulang


10.1. LSPro harus melaksanakan surveilans paling sedikit 2
(dua) kali dalam periode Sertifikasi. Dalam hal ini
berlaku ketentuan sebagai berikut:
a. Surveilans pertama dilakukan melalui kegiatan:
1. Inspeksi pabrik atau asesmen proses
produksi; dan/atau
2. Pengujian terhadap contoh produk yang akan
beredar.
Pemilihan jenis kegiatan pada surveilans pertama
tersebut dilakukan berdasarkan penilaian LSPro
atas hasil Sertifikasi sebelumnya.
Apabila surveilans pertama hanya dilakukan
melalui kegiatan pengujian terhadap contoh
produk yang akan beredar, penerima sertifikat
harus menyampaikan dokumentasi pengendalian
mutu proses produksi sejak penerbitan sertifikat
sampai dilakukan surveilans pertama.
b. Surveilans kedua dilakukan melalui .kegiatan
1. Inspeksi pabrik atau asesmen proses
produksi; dan
2. Pengujian terhadap contoh produk yang akan
atau telah beredar.

10.2. LSPro harus melaksanakan Sertifikasi ulang paling


lambat pada bulan ke-42 (empat puluh dua) (empat
puluh dua) setelah penetapan Sertifikasi, melalui
kegiatan sebagaimana tercantum dalam angka 6.
- 185 -

F. Penggunaan Tanda SNI


1. Penggunaan tanda SNI dilakukan setelah mendapatkan
persetujuan penggunaan Tanda SNI melalui Surat
Persetujuan Penggunaan Tanda (SPPT) SNI yang dikeluarkan
oleh BSN sesuai dengan kriteria yang ditetapkan pada
Peraturan BSN mengenai tata cara penggunaan Tanda SNI
dan Tanda Kesesuaian berbasis SNI.

2. Tanda SNI sebagai bukti kesesuaian produk yang telah


memenuhi SNI adalah sebagai berikut:

Dengan ukuran:

Keterangan:
y = 11x
r = 0,5x

G. Tahapan kritis proses produksi produksale pisang

Tahapan kritis
No. Penjelasan tahapan kritis
proses produksi

1. Pemilihan bahan Bahan baku, bahan tambahan


baku, bahan pangan dan bahan kemasan harus
tambahan pangan memenuhi persyaratan yang
dan bahan ditetapkan atau peraturan yang
kemasan terkait
-186 -

Tahapan kritis
No. Penjelasan tahapan kritis
proses produksi

2. Pengeringan Pengeringan dilakukan dengan


metode tertentu dan waktu yang
(bila dilakukan
dikendalikan
oleh produsen)

3. Pengasapan Pengasapan dilakukan dengan


metode tertentu dan waktu yang
(bila dilakukan
dikendalikan
oleh produsen)

4. Pengemasan Produk dikemas dalam wadah yang


tertutup rapat, tidak dipengaruhi
atau mempengaruhi isi, aman selama
penyimpanan dan pengangkutan

5. Penandaan Penandaan dilakukan sesuai dengan


SNI dan peraturan terkait.
Keterangan: Urutan tahapan kritis proses produksi disetiap
pemohon dapat berbeda

KEPALA BADAN STANDARDISASI NASIONAL

REPUBLIK INDONESIA,

TTD

BAMBANG PRASETYA

Salirtarrseauai dengan aslinya


Kepala Biro Manusia, Organisasi, dan Hukum

Margahayu
f"f /NOO*^
- 187 -

LAMPIRAN XIII
PERATURAN BADAN STANDARDISASI NASIONAL
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 1 TAHUN 2020
TENTANG
SKEMA PENILAIAN KESESUAIAN TERHADAP STANDAR
NASIONAL INDONESIA SEKTOR MAKANAN DAN MINUMAN

PETUNJUK TEKNIS SKEMA SERTIFIKASI PRODUK MANISAN DALAM


KEMASAN

A. Ruang lingkup
Dokumen ini berlaku untuk acuan pelaksanaan Sertifikasi produk
manisan dalam kemasan sesuai dengan lingkup SNI sebagai
berikut:

No. Nama Produk Persyaratan SNI

1. Manisan pala SNI 01-4443-1998 Manisan pala

2. Manisan rumput laut SNI 01-6236-2000 Manisan


dalam kemasan rumput laut dalam kemasan

B. Persyaratan Sertifikasi
Persyaratan acuan Sertifikasi produk:
1. SNI sebagaimana dimaksud dalam huruf A;
2. SNI dan standar lain yang diacu dalam SNI sebagaimana
dimaksud dalam huruf A;
3. Peraturan yang terkait yaitu:
a. Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1999 tentang
Label dan Iklan Pangan;
b. Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 75/M-
IND/PER/7/2010 tentang Cara Produksi Pangan Olahan
yang Baik (Good Manufacturing Practices);
c. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 33 Tahun 2012
tentang Bahan Tambahan Pangan;
d. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan
Nomor 36 Tahun 2013 tentang Batas Maksimum
Penggunaan Bahan Tambahan Pangan Pengawet;
- 188 -

e. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan


Nomor 37 Tahun 2013 tentang Batas Maksimum
Penggunaan Bahan Tambahan Pangan Pewarna;
f. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan
Nomor 4 Tahun 2014 tentang Batas Maksimum
Penggunaan Bahan Tambahan Pangan Pemanis;
g. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan
Nomor 16 Tahun 2014 Tentang Perubahan Atas
Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat Dan Makanan
Nomor Hk.03.1.23.07.11.6664 Tahun 2011 Tentang
Pengawasan Kemasan Pangan;
h. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan
Nomor 16 Tahun 2016 tentang Kriteria Mikrobiologi
Dalam Pangan Olahan; dan
i. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan
Nomor 5 Tahun 2018 tentang Batas Maksimum Cemaran
Logam Berat dalam Pangan Olahan.
4. Peraturan lain yang terkait dengan produk manisan dalam
kemasan.

C. Prosedur Sertifikasi
Prosedur Sertifikasi mencakup:
1. evaluasi awal; dan
2. inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi.

D. Persyaratan Lembaga Penilaian Kesesuaian


Sertifikasi produk manisan dalam kemasan dilakukan oleh LPK
yang telah diakreditasi oleh KAN berdasarkan SNI ISO/IEC 17065
Penilaian Kesesuaian – Persyaratan untuk Lembaga Sertifikasi
Produk, Proses, dan Jasa, untuk lingkup produk sebagaimana
dimaksud dalam Ruang Lingkup sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
Dalam hal LPK belum ada yang diakreditasi KAN untuk melakukan
kegiatan Sertifikasi dengan ruang lingkup produk manisan dalam
kemasan, BSN dapat menunjuk LPK dengan ruang lingkup yang
sejenis sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
- 189 -

E. Tahapan Sertifikasi
1. Pengajuan Permohonan Sertifikasi
1.1. Pengajuan permohonan Sertifikasi dilakukan oleh pelaku
usaha. Kriteria pelaku usaha yang dapat mengajukan
Sertifikasi sesuai Peraturan Kepala BSN mengenai tata
cara penggunaan Tanda SNI dan Tanda Kesesuaian
berbasis SNI.

1.2. Permohonan Sertifikasi harus dilengkapi dengan:


a. informasi Pemohon:
1. nama Pemohon, alamat Pemohon, serta nama dan
kedudukan atau jabatan personel yang
bertanggung jawab atas pengajuan permohonan
Sertifikasi;
2. bukti pemenuhan persyaratan izin usaha sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan;
3. pemenuhan persyaratan sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan tentang
pendaftaran dan hak kepemilikan atas merek yang
dikeluarkan oleh Kementerian Hukum dan Hak
Asasi Manusia;
4. apabila Pemohon melakukan pembuatan produk
dengan merek yang dimiliki oleh pihak lain,
menyertakan bukti perjanjian yang mengikat
secara hukum untuk melakukan pembuatan
produk untuk pihak lain;
5. apabila Pemohon bertindak sebagai pemilik merek
yang mensubkontrakkan proses produksinya
kepada pihak lain, menyertakan bukti
kepemilikan merek dan perjanjian subkontrak
pelaksanaan produksi dengan pihak lain;
6. apabila Pemohon bertindak sebagai perwakilan
resmi pemilik merek yang berkedudukan hukum
di luar negeri, menyertakan bukti perjanjian yang
mengikat secara hukum tentang penunjukan
sebagai perwakilan resmi pemilik merek di wilayah
Republik Indonesia; dan
- 190 -

7. pernyataan bahwa Pemohon Sertifikasi


bertanggung jawab penuh atas pemenuhan
persyaratan SNI dan pemenuhan persyaratan
proses Sertifikasi dan bersedia memberikan akses
terhadap lokasi dan/atau informasi yang
diperlukan oleh LSPro dalam melaksanakan
kegiatan Sertifikasi.
b. informasi produk:
1. merek produk yang diajukan untuk disertifikasi;
2. jenis/tipe/varian produk yang diajukan untuk
disertifikasi;
3. SNI yang digunakan sebagai dasar pengajuan
permohonan Sertifikasi;
4. foto produk dalam kemasan primer yang diajukan
untuk disertifikasi (dari arah depan, belakang dan
samping), serta informasi terkait kemasan primer
produk;
5. daftar bahan baku termasuk bahan penolong dan
bahan lainnya;
6. label produk; dan
7. apabila tersedia, foto kemasan sekunder dan
tersier produk yang diajukan untuk disertifikasi,
dari arah depan, belakang, samping, dan bagian
dalam.
c. informasi proses produksi:
1. nama, alamat, dan legalitas hukum pabrik;
2. struktur organisasi, nama dan jabatan personel
penanggung jawab proses produksi;
3. dokumentasi informasi tentang pemasok bahan
baku produk, prosedur evaluasi pemasok, serta
prosedur inspeksi bahan baku produk;
4. dokumentasi informasi tentang proses pembuatan
produk yang diajukan untuk disertifikasi,
termasuk proses yang disubkontrakkan ke pihak
lain;
5. dokumentasi informasi tentang prosedur dan
rekaman pengendalian mutu, termasuk pengujian
- 191 -

rutin, daftar peralatan, serta sertifikat kalibrasi


atau bukti verifikasi peralatan yang berpengaruh
terhadap mutu produk yang disertifikasi, dan
bukti atau segel tera atau tera ulang untuk alat
ukur yang digunakan dalam pengukuran berat
produk dalam kemasan akhir;
6. dokumentasi informasi tentang prosedur dan
rekaman pengendalian dan penanganan produk
yang tidak sesuai;
7. dokumentasi informasi tentang pengemasan
produk dan pengelolaan produk di gudang akhir
produk sebelum dikirimkan dan/atau diedarkan
ke wilayah Republik Indonesia;
8. lokasi gudang penyimpanan produk di wilayah
Republik Indonesia;
9. bukti izin edar produk (MD/ML atau P-IRT)sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan;
10. menyertakan laporan hasil uji yang dilakukan
paling lambat 1 (satu) tahun sebelum pengajuan
Sertifikasi, yang memberikan bukti pemenuhan
produk yang diajukan untuk disertifikasi terhadap
persyaratan mutu dalam SNI dan peraturan
terkait;
11. apabila laporan hasil uji sebagaimana dinyatakan
pada angka 10 belum tersedia, pelaku usaha
dapat menyampaikan contoh produk kepada
LSPro untuk diuji di laboratorium yang memiliki
perjanjian alih daya dengan LSPro; dan
12. apabila telah tersedia, menyertakan Sertifikat
Penerapan Sistem Manajemen Mutu berdasarkan
SNI ISO 9001 atau Sistem Manajemen Keamanan
Pangan berdasarkan SNI ISO 22000 atau HACCP
berdasarkan SNI CAC/RCP 1 dari Lembaga
Sertifikasi yang diakreditasi oleh KAN atau oleh
badan akreditasi penandatangan International
Accreditation Forum (IAF)/Asia Pacific Accreditation
Cooperation (APAC) Multilateral Recognition
- 192 -

Agreement (MLA) dengan ruang lingkup yang


sesuai.
Informasi pada butir 4, butir 5, butir 10 dan butir 11
tidak perlu dilampirkan apabila Pemohon melakukan
pengemasan ulang produk yang dihasilkan oleh pihak
lain yang telah memiliki sertifikat kesesuaian produk
atau Surat Persetujuan Penggunaan Tanda (SPPT) SNI.

2. Tinjauan permohonan Sertifikasi


LSPro harus memastikan bahwa informasi yang diperoleh dari
permohonan Sertifikasi yang diajukan oleh Pemohon telah
lengkap dan memenuhi persyaratan.

3. Penandatanganan perjanjian Sertifikasi


Setelah permohonan Sertifikasi dinyatakan lengkap dan
Pemohon menyetujui persyaratan dan prosedur Sertifikasi
yang ditetapkan oleh LSPro sesuai dengan persyaratan SNI
ISO/IEC 17065, perjanjian Sertifikasi ditandatangani oleh
Pemohon dan LSPro.

4. Penyusunan rencana evaluasi


Berdasarkan informasi yang diperoleh dari persyaratan
permohonan Sertifikasi yang disampaikan oleh Pemohon,
LSPro menetapkan rencana evaluasi yang mencakup:
a. jenis/tipe/varian produk yang diajukan untuk
disertifikasi dan metode pengambilan contoh sesuai
dengan persyaratan SNI sebagaimana dimaksud dalam
huruf A, yang diperlukan untuk pengujian produk dan
mewakili contoh produk yang diusulkan untuk
disertifikasi;
b. informasi SNI yang digunakan sebagai dasar Sertifikasi
berdasarkan permohonan yang diajukan oleh Pemohon
Sertifikasi;
c. waktu yang diperlukan untuk pelaksanaan pengujian
berdasarkan standar acuan metode uji yang
dipersyaratkan; dan
- 193 -

d. waktu, lokasi pelaksanaan dan agenda inspeksi pabrik


atau asesmen proses produksi yang relevan dengan
pelaksanaan produksi produk yang diajukan untuk
disertifikasi, serta personel kompeten yang melakukan
evaluasi.

5. Pelaksanaan evaluasi awal terhadap produk


5.1. Pelaksanaan evaluasi awal terhadap produk mencakup:
a. Pemeriksaan awal terhadap kesesuaian informasi
produk dan proses produksi yang disampaikan
Pemohon pada huruf E angka 1 terhadap lingkup
produk yang ditetapkan dalam SNI dan peraturan
terkait.
b. Pengujian awal terhadap contoh produk
berdasarkan persyaratan mutu dalam SNI.
Pengujian awal dilakukan berdasarkan laporan hasil
uji dari laboratorium yang disampaikan Pemohon,
yang mencakup seluruh persyaratan mutu dalam
SNI sebagaimana dimaksud dalam huruf A.
Apabila laporan hasil uji tersebut menunjukkan
bahwa seluruh persyaratan mutu dalam SNI
tersebut telah terpenuhi, maka produk yang
diajukan untuk disertifikasi dianggap telah
memenuhi persyaratan pengujian awal.

5.2. Apabila hasil evaluasi awal menunjukkan


ketidaksesuaian terhadap persyaratan SNI, Pemohon
harus diberi kesempatan untuk melakukan tindakan
perbaikan dalam jangka waktu tertentu sesuai dengan
kebijakan LSPro.

6. Pelaksanaan inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi


6.1. Inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi harus
dilakukan pada saat pabrik melakukan produksi, atau
pada kondisi tertentu dilakukan melalui simulasi proses
produksi produk yang diajukan untuk disertifikasi.
- 194 -

6.2. Inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi dilakukan


terhadap:
a. tanggung jawab dan komitmen personel penanggung
jawab pabrik terhadap konsistensi pemenuhan
produk terhadap persyaratan SNI;
b. ketersediaan dan pengendalian dokumentasi
informasi prosedur dan rekaman pengendalian
mutu, termasuk pengujian rutin;
c. fasilitas, lokasi, desain dan tata letak, bangunan,
sanitasi peralatan, sanitasi ruang proses, dan
higiene personel sesuai dengan ketentuan yang
berlaku tentang Cara Produksi Pangan Olahan yang
Baik;
d. Tahapan kritis proses produksi, mulai dari bahan
baku sampai produk akhir paling sedikit pada
tahapan sebagaimana tercantum dalam huruf G;
e. kelengkapan serta fungsi peralatan produksi
termasuk peralatan pengendalian mutu, paling
sedikit alat pencampur, alat pemasak dan, alat
pengukur berat;
f. bukti verifikasi berdasarkan hasil kalibrasi atau
hasil verifikasi peralatan produksi sebagaimana
disebutkan pada huruf e yang membuktikan bahwa
peralatan tersebut memenuhi persyaratan produksi.
Hasil verifikasi peralatan produksi dapat
ditunjukkan dengan prosedur yang diperlukan
untuk mencapai kondisi atau persyaratan yang
ditetapkan;
g. bukti tera atau tera ulang alat pengukuran berat
produk;
h. pengendalian dan penanganan produk yang tidak
sesuai; dan
i. pengemasan, penanganan, dan penyimpanan
produk, termasuk di gudang akhir produk yang siap
diedarkan.
- 195 -

6.3. Apabila pabrik telah menerapkan dan mendapatkan


sertifikat Sistem Manajemen Keamanan Pangan
berdasarkan SNI ISO 22000 atau HACCP berdasarkan
SNI CAC/RCP 1 dari Lembaga Sertifikasi yang
diakreditasi oleh KAN atau oleh badan akreditasi
penandatangan IAF/APAC MLA dengan ruang lingkup
yang sesuai, maka inspeksi pabrik atau asesmen proses
produksi dilakukan terhadap implementasi sistem
manajemen terkait mutu produk tersebut dan angka 6.2
huruf d dan huruf e.

6.4. Apabila pabrik telah menerapkan dan mendapatkan


sertifikat Sistem Manajemen Mutu berdasarkan SNI ISO
9001 dari Lembaga Sertifikasi yang diakreditasi oleh KAN
atau oleh badan akreditasi penandatangan IAF/APAC
MLA dengan ruang lingkup yang sesuai, maka inspeksi
pabrik atau asesmen proses produksi dilakukan terhadap
implementasi sistem manajemen terkait mutu produk
tersebut dan angka 6.2 huruf c, huruf d, dan huruf e.

6.5. Dalam hal Pemohon melakukan pengemasan ulang


produk yang dihasilkan oleh pihak lain, berlaku
ketentuan berikut:
a. apabila pihak lain tersebut telah memiliki sertifikat
kesesuaian produk atau Surat Persetujuan
Penggunaan Tanda (SPPT) SNI maka inspeksi pabrik
atau asesmen proses produksi sebagaimana
tercantum dalam angka 6.2 dilakukan di lokasi
Pemohon pada tahapan pengemasan; atau
b. apabila pihak lain tersebut belum memiliki sertifikat
kesesuaian produk atau Surat Persetujuan
Penggunaan Tanda (SPPT) SNI, maka inspeksi pabrik
atau asesmen proses produksi sebagaimana
tercantum dalam angka 6.2 dilakukan di lokasi
pembuatan produk yang dimiliki oleh pihak lain dan
di lokasi Pemohon.
- 196 -

6.6. Selama inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi,


LSPro melakukan pengambilan contoh produk oleh
petugas pengambil contoh dan selanjutnya diuji di
laboratorium milik LSPro atau Laboratorium yang telah
memiliki perjanjian alih daya dengan LSPro.

6.7. Apabila berdasarkan hasil inspeksi pabrik atau asesmen


proses produksi, termasuk hasil pengujian, tidak
diperoleh bukti-bukti yang kuat untuk menjamin
konsistensi produk terhadap persyaratan SNI, maka
Pemohon harus diberi kesempatan untuk melakukan
tindakan perbaikan dalam jangka waktu tertentu sesuai
dengan kebijakan LSPro.

7. Tinjauan
7.1. Tinjauan hasil evaluasi dilakukan terhadap:
a. Hasil evaluasi awal terhadap produk untuk
menunjukkan bahwa contoh produk yang mewakili
produk memenuhi persyaratan SNI yang diajukan
oleh Pemohon sebagai dasar permohonan Sertifikasi;
dan
b. Hasil inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi
atau bukti obyektif untuk menunjukkan bahwa
pabrik memiliki proses produksi yang didukung
dengan segala sumber daya yang diperlukan untuk
menghasilkan produk yang secara konsisten, dan
memenuhi persyaratan SNI yang diajukan oleh
Pemohon sebagai dasar permohonan Sertifikasi.

7.2. Tinjauan hasil evaluasi dinyatakan dalam bentuk


rekomendasi tertulis tentang pemenuhan SNI yang
diajukan oleh Pemohon untuk produk yang diajukan
untuk disertifikasi.

8. Penetapan keputusan Sertifikasi


8.1. Penetapan keputusan Sertifikasi dilakukan berdasarkan
rekomendasi yang dihasilkan dari proses tinjauan.
- 197 -

8.2. Penetapan keputusan Sertifikasi harus dilakukan oleh


satu atau sekelompok orang yang tidak terlibat dalam
proses evaluasi.

8.3. Penetapan keputusan Sertifikasi dapat dilakukan oleh


satu atau sekelompok orang yang sama dengan yang
melakukan tinjauan.

8.4. Rekomendasi untuk keputusan Sertifikasi berdasarkan


hasil tinjauan harus didokumentasikan, kecuali tinjauan
dan keputusan Sertifikasi diselesaikan secara bersamaan
oleh satu atau sekelompok orang yang sama.

8.5. LSPro harus memberitahu Pemohon Sertifikasi terkait


alasan menunda atau tidak memberikan keputusan
Sertifikasi, dan harus mengidentifikasikan alasan
keputusan tersebut. Apabila Pemohon Sertifikasi
menunjukkan keinginan untuk melanjutkan proses
Sertifikasi, LSPro dapat memulai kembali dari proses
evaluasi (angka 5).

9. Penerbitan Sertifikat
Sertifikat kesesuaian terhadap persyaratan SNI diterbitkan
sesuai ketentuan sebagai berikut:
a. Sertifikat diterbitkan oleh LSPro setelah penetapan
keputusan Sertifikasi; dan
b. Sertifikat paling sedikit harus memuat:
1. nomor sertifikat atau identifikasi unik lainnya;
2. nomor atau identifikasi lain dari skema Sertifikasi;
3. nama dan alamat LSPro;
4. nama dan alamat Pemohon (pemegang sertifikat)
5. acuan ke perjanjian Sertifikasi;
6. pernyataan kesesuaian yang mencakup:
a. nama produk, merek dan spesifikasi produk
yang dinyatakan memenuhi persyaratan;
b. SNI yang menjadi dasar Sertifikasi;
c. nama dan alamat lokasi produksi; dan
- 198 -

d. informasi terkait proses Sertifikasi.


7. status akreditasi atau pengakuan LSPro;
8. tanggal penerbitan sertifikat;
9. tanggal berakhir masa berlaku sertifikat yaitu 4
(empat) tahun sejak tanggal penerbitan sertifikat;
dan
10. tanda tangan yang mengikat secara hukum dari
personel yang bertindak atas nama LSPro sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

10. Surveilans dan Sertifikasi ulang


10.1. LSPro harus melaksanakan surveilans paling sedikit 2
(dua) kali dalam periode Sertifikasi. Dalam hal ini
berlaku ketentuan sebagai berikut:
a. Surveilans pertama dilakukan melalui kegiatan:
1. Inspeksi pabrik atau asesmen proses
produksi; dan/atau
2. Pengujian terhadap contoh produk yang akan
beredar.
Pemilihan jenis kegiatan pada surveilans pertama
tersebut dilakukan berdasarkan penilaian LSPro
atas hasil Sertifikasi sebelumnya.
Apabila surveilans pertama hanya dilakukan
melalui kegiatan pengujian terhadap contoh
produk yang akan beredar, penerima sertifikat
harus menyampaikan dokumentasi pengendalian
mutu proses produksi sejak penerbitan sertifikat
sampai dilakukan surveilans pertama.
b. Surveilans kedua dilakukan melalui kegiatan
1. Inspeksi pabrik atau asesmen proses
produksi; dan
2. Pengujian terhadap contoh produk yang akan
atau telah beredar.
- 199 -

10.2. LSPro harus melaksanakan Sertifikasi ulang paling


lambat pada bulan ke-42 (empat puluh dua) (empat
puluh dua) setelah penetapan Sertifikasi, melalui
kegiatan sebagaimana tercantum dalam angka 6.

F. Penggunaan Tanda SNI


1. Penggunaan tanda SNI dilakukan setelah mendapatkan
persetujuan penggunaan Tanda SNI melalui Surat
Persetujuan Penggunaan Tanda (SPPT) SNI yang dikeluarkan
oleh BSN sesuai dengan kriteria yang ditetapkan pada
Peraturan Kepala BSN mengenai tata cara penggunaan Tanda
SNI dan Tanda Kesesuaian berbasis SNI.

2. Tanda SNI sebagai bukti kesesuaian produk yang telah


memenuhi SNI adalah sebagai berikut:

Dengan ukuran:

Keterangan:
y = 11x
r = 0,5x
-200-

G. Tahapan kritis proses produksi produk manisan dalam kemasan

Tahapan kritis
No. Penjelasan tahapan kritis
proses produksi

1. Pemilihan bahan Bahan baku, bahan tambahan pangan


baku, bahan dan bahan kemasan harus memenuhi
tambahan pangan persyaratan yang ditetapkan atau
dan bahan kemasan peraturan yang terkait.

2. Pencampuran Pencampuran dalam larutan gula


dengan kadar gula tertentu untuk
mendapatkan kadar gula yang
dipersyaratkan

3. Pemasakan Pemasakan dilakukan dengan suhu


dan waktu tertentu yang dikendalikan

4. Pengemasan Produk dikemas dalam wadah yang


tertutup rapat, tidak dipengaruhi dan
mempengaruhi isi, aman selama
penyimpanan dan pengangkutan

5. Penandaan Penandaan dilakukan sesuai dengan


SNI dan Peraturan terkait

Keterangan: Urutan tahapan kritis proses produksi disetiap


pemohon dapat berbeda

KEPALA BADAN STANDARDISASI NASIONAL

REPUBLIK INDONESIA,

TTD

BAMBANG PRASETYA

Salinan sesuai dengan aslinya


Kepala Biro Sumber Qay^Manusia, Organisasi, dan Hukum

:galhayu
- 201 -

LAMPIRAN XIV
PERATURAN BADAN STANDARDISASI NASIONAL
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 1 TAHUN 2020
TENTANG
SKEMA PENILAIAN KESESUAIAN TERHADAP STANDAR
NASIONAL INDONESIA SEKTOR MAKANAN DAN MINUMAN

PETUNJUK TEKNIS SKEMA SERTIFIKASI PRODUK DODOL DAN


LEMPOK

A. Ruang lingkup
1. Dokumen ini berlaku untuk acuan pelaksanaan Sertifikasi
produk dodol dan lempok sesuai dengan lingkup SNI:

No Nama Produk Persyaratan SNI


SNI 01-4294-1996 Dodol
1. Dodol cempedak
cempedak
SNI 01-4295-1996 Dodol
2. Dodol nangka
nangka
SNI 01-4296-1996 Dodol
3. Dodol nanas
nanas
SNI 01-4297-1996 Dodol
4. Dodol sirsak
sirsak
SNI 01-4313-1996 Lempok
5. Lempok durian
durian
Dodol beras ketan,
SNI 2986:2013 Dodol beras
6. jenang, galamai dan
ketan
produk sejenis lainnya
SNI 7761:2013 Dodol
7. Dodol rumput laut
rumput laut

2. Dokumen ini berlaku untuk jenang, galamai dan produk


sejenis lainnya yang berbahan dasar tepung beras ketan,
santan kelapa dan gula.

B. Persyaratan Sertifikasi
Persyaratan acuan Sertifikasi produk:
1. SNI sebagaimana dimaksud dalam huruf A;
- 202 -

2. SNI dan standar lain yang diacu dalam SNI sebagaimana


dimaksud dalam huruf A;
3. Peraturan yang terkait yaitu:
a. Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1999 tentang
Label dan Iklan Pangan;
b. Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 75/M-
IND/PER/7/2010 tentang Cara Produksi Pangan Olahan
yang Baik (Good Manufacturing Practices);
c. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 33 Tahun 2012
tentang Bahan Tambahan Pangan;
d. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan
Nomor 36 Tahun 2013 tentang Batas Maksimum
Penggunaan Bahan Tambahan Pangan Pengawet;
e. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan
Nomor 4 Tahun 2014 tentang Batas Maksimum
Penggunaan Bahan Tambahan Pangan Pemanis;
f. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan
Nomor 16 Tahun 2014 Tentang Perubahan Atas Peraturan
Kepala Badan Pengawas Obat Dan Makanan Nomor
Hk.03.1.23.07.11.6664 Tahun 2011 Tentang Pengawasan
Kemasan Pangan;
g. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan
Nomor. 16 Tahun 2016 tentang Kriteria Mikrobiologi
Dalam Pangan Olahan; dan
h. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan
Nomor 5 Tahun 2018 tentang Batas Maksimum Cemaran
Logam Berat dalam Pangan Olahan.
4. Peraturan lain yang terkait dengan produk dodol dan lempok.

C. Prosedur Sertifikasi
Prosedur Sertifikasi mencakup:
1. evaluasi awal; dan
2. inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi.

D. Persyaratan Lembaga Penilaian Kesesuaian


Sertifikasi produk dodol dan lempok dilakukan oleh LPK yang telah
diakreditasi oleh KAN berdasarkan SNI ISO/IEC 17065 Penilaian
- 203 -

Kesesuaian – Persyaratan untuk Lembaga Sertifikasi Produk,


Proses, dan Jasa, untuk lingkup produk sebagaimana dimaksud
dalam Ruang Lingkup sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Dalam hal LPK belum ada yang diakreditasi KAN untuk melakukan
kegiatan Sertifikasi dengan ruang lingkup produk dodol dan
lempok, BSN dapat menunjuk LPK dengan ruang lingkup yang
sejenis sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

E. Tahapan Sertifikasi
1. Pengajuan Permohonan Sertifikasi
1.1. Pengajuan permohonan Sertifikasi dilakukan oleh pelaku
usaha. Kriteria pelaku usaha yang dapat mengajukan
Sertifikasi sesuai Peraturan Kepala BSN mengenai tata
cara penggunaan Tanda SNI dan Tanda Kesesuaian
berbasis SNI.
1.2. Permohonan Sertifikasi harus dilengkapi dengan:
a. informasi Pemohon:
1. nama Pemohon, alamat Pemohon, serta nama dan
kedudukan atau jabatan personel yang
bertanggung jawab atas pengajuan permohonan
Sertifikasi;
2. bukti pemenuhan persyaratan izin usaha sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan;
3. pemenuhan persyaratan sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan tentang
pendaftaran dan hak kepemilikan atas merek yang
dikeluarkan oleh Kementerian Hukum dan Hak
Asasi Manusia;
4. apabila Pemohon melakukan pembuatan produk
dengan merek yang dimiliki oleh pihak lain,
menyertakan bukti perjanjian yang mengikat
secara hukum untuk melakukan pembuatan
produk untuk pihak lain;
5. apabila Pemohon bertindak sebagai pemilik merek
yang mensubkontrakkan proses produksinya
kepada pihak lain, menyertakan bukti
- 204 -

kepemilikan merek dan perjanjian subkontrak


pelaksanaan produksi dengan pihak lain;
6. apabila Pemohon bertindak sebagai perwakilan
resmi pemilik merek yang berkedudukan hukum
di luar negeri, menyertakan bukti perjanjian yang
mengikat secara hukum tentang penunjukan
sebagai perwakilan resmi pemilik merek di wilayah
Republik Indonesia; dan
7. pernyataan bahwa Pemohon Sertifikasi
bertanggung jawab penuh atas pemenuhan
persyaratan SNI dan pemenuhan persyaratan
proses Sertifikasi dan bersedia memberikan akses
terhadap lokasi dan/atau informasi yang
diperlukan oleh LSPro dalam melaksanakan
kegiatan Sertifikasi.
b. informasi produk:
1. merek produk yang diajukan untuk disertifikasi;
2. jenis/tipe/varian produk yang diajukan untuk
disertifikasi;
3. SNI yang digunakan sebagai dasar pengajuan
permohonan Sertifikasi;
4. foto produk dalam kemasan primer yang diajukan
untuk disertifikasi (dari arah depan, belakang dan
samping), serta informasi terkait kemasan primer
produk;
5. daftar bahan baku termasuk bahan penolong dan
bahan lainnya;
6. label produk; dan
7. apabila tersedia, foto kemasan sekunder dan
tersier produk yang diajukan untuk disertifikasi,
dari arah depan, belakang, samping, dan bagian
dalam.
c. informasi proses produksi:
1. nama, alamat, dan legalitas hukum pabrik;
2. struktur organisasi, nama dan jabatan personel
penanggung jawab proses produksi;
- 205 -

3. dokumentasi informasi tentang pemasok bahan


baku produk, prosedur evaluasi pemasok, serta
prosedur inspeksi bahan baku produk;
4. dokumentasi informasi tentang proses pembuatan
produk yang diajukan untuk disertifikasi,
termasuk proses yang disubkontrakkan ke pihak
lain;
5. dokumentasi informasi tentang prosedur dan
rekaman pengendalian mutu, termasuk pengujian
rutin, daftar peralatan, serta sertifikat kalibrasi
atau bukti verifikasi peralatan yang berpengaruh
terhadap mutu produk yang disertifikasi, dan
bukti atau segel tera atau tera ulang untuk alat
ukur yang digunakan dalam pengukuran berat
produk dalam kemasan akhir;
6. dokumentasi informasi tentang prosedur dan
rekaman pengendalian dan penanganan produk
yang tidak sesuai;
7. dokumentasi informasi tentang pengemasan
produk dan pengelolaan produk di gudang akhir
produk sebelum dikirimkan dan/atau diedarkan
ke wilayah Republik Indonesia;
8. lokasi gudang penyimpanan produk di wilayah
Republik Indonesia;
9. bukti izin edar produk (MD/MLatau P-IRT)sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan;
10. menyertakan laporan hasil uji yang dilakukan
paling lambat 1 (satu) tahun sebelum pengajuan
Sertifikasi, yang memberikan bukti pemenuhan
produk yang diajukan untuk disertifikasi terhadap
persyaratan mutu dalam SNI dan peraturan
terkait;
11. apabila laporan hasil uji sebagaimana dinyatakan
pada butir 10 belum tersedia, pelaku usaha dapat
menyampaikan contoh produk kepada LSPro
untuk diuji di laboratorium yang memiliki
perjanjian alih daya dengan LSPro; dan
- 206 -

12. apabila telah tersedia, menyertakan Sertifikat


Penerapan Sistem Manajemen Mutu berdasarkan
SNI ISO 9001 atau Sistem Manajemen Keamanan
Pangan berdasarkan SNI ISO 22000 atau HACCP
berdasarkan SNI CAC/RCP 1 dari Lembaga
Sertifikasi yang diakreditasi oleh KAN atau oleh
badan akreditasi penandatangan International
Accreditation Forum (IAF)/Asia Pacific Accreditation
Cooperation (APAC) Multilateral Recognition
Agreement (MLA) dengan ruang lingkup yang
sesuai.
Informasi pada butir 4, butir 5, butir 10 dan butir 11
tidak perlu dilampirkan apabila Pemohon melakukan
pengemasan ulang produk yang dihasilkan oleh pihak
lain yang telah memiliki sertifikat kesesuaian produk
atau Surat Persetujuan Penggunaan Tanda (SPPT) SNI.

2. Tinjauan permohonan Sertifikasi


LSPro harus memastikan bahwa informasi yang diperoleh dari
permohonan Sertifikasi yang diajukan oleh Pemohon telah
lengkap dan memenuhi persyaratan.

3. Penandatanganan perjanjian Sertifikasi


Setelah permohonan Sertifikasi dinyatakan lengkap dan
Pemohon menyetujui persyaratan dan prosedur Sertifikasi
yang ditetapkan oleh LSPro sesuai dengan persyaratan SNI
ISO/IEC 17065, perjanjian Sertifikasi ditandatangani oleh
Pemohon dan LSPro.

4. Penyusunan rencana evaluasi


Berdasarkan informasi yang diperoleh dari persyaratan
permohonan Sertifikasi yang disampaikan oleh Pemohon,
LSPro menetapkan rencana evaluasi yang mencakup:
a. jenis/tipe/varian produk yang diajukan untuk
disertifikasi dan metode pengambilan contoh sesuai
dengan persyaratan SNI sebagaimana dimaksud dalam
huruf A, yang diperlukan untuk pengujian produk dan
- 207 -

mewakili contoh produk yang diusulkan untuk


disertifikasi;
b. informasi SNI yang digunakan sebagai dasar Sertifikasi
berdasarkan permohonan yang diajukan oleh Pemohon
Sertifikasi;
c. waktu yang diperlukan untuk pelaksanaan pengujian
berdasarkan standar acuan metode uji yang
dipersyaratkan; dan
d. waktu, lokasi pelaksanaan dan agenda inspeksi pabrik
atau asesmen proses produksi yang relevan dengan
pelaksanaan produksi produk yang diajukan untuk
disertifikasi, serta personel kompeten yang melakukan
evaluasi.

5. Pelaksanaan evaluasi awal terhadap produk


5.1. Pelaksanaan evaluasi awal terhadap produk mencakup:
a. Pemeriksaan awal terhadap kesesuaian informasi
produk dan proses produksi yang disampaikan
Pemohon pada huruf E angka 1 terhadap lingkup
produk yang ditetapkan dalam SNI dan peraturan
terkait.
b. Pengujian awal terhadap contoh produk
berdasarkan persyaratan mutu dalam SNI.
Pengujian awal dilakukan berdasarkan laporan hasil
uji dari laboratorium yang disampaikan Pemohon,
yang mencakup seluruh persyaratan mutu dalam
SNI sebagaimana dimaksud dalam huruf A.
Apabila laporan hasil uji tersebut menunjukkan
bahwa seluruh persyaratan mutu dalam SNI
tersebut telah terpenuhi, maka produk yang
diajukan untuk disertifikasi dianggap telah
memenuhi persyaratan pengujian awal.

5.2. Apabila hasil evaluasi awal menunjukkan


ketidaksesuaian terhadap persyaratan SNI, Pemohon
harus diberi kesempatan untuk melakukan tindakan
- 208 -

perbaikan dalam jangka waktu tertentu sesuai dengan


kebijakan LSPro.

6. Pelaksanaan inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi


6.1. Inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi harus
dilakukan pada saat pabrik melakukan produksi, atau
pada kondisi tertentu dilakukan melalui simulasi proses
produksi produk yang diajukan untuk disertifikasi.

6.2. Inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi dilakukan


terhadap:
a. tanggung jawab dan komitmen personel penanggung
jawab pabrik terhadap konsistensi pemenuhan
produk terhadap persyaratan SNI;
b. ketersediaan dan pengendalian dokumentasi
informasi prosedur dan rekaman pengendalian mutu,
termasuk pengujian rutin;
c. fasilitas, lokasi, desain dan tata letak, bangunan,
sanitasi peralatan, sanitasi ruang proses, dan higiene
personel sesuai dengan ketentuan yang berlaku
tentang Cara Produksi Pangan Olahan yang Baik;
d. Tahapan kritis proses produksi, mulai dari bahan
baku sampai produk akhir paling sedikit pada
tahapan sebagaimana tercantum dalam huruf G;
e. kelengkapan serta fungsi peralatan produksi
termasuk peralatan pengendalian mutu, paling sedikit
alat pemasakan dan alat pengukur berat;
f. bukti verifikasi berdasarkan hasil kalibrasi atau hasil
verifikasi peralatan produksi sebagaimana disebutkan
pada huruf e yang membuktikan bahwa peralatan
tersebut memenuhi persyaratan produksi. Hasil
verifikasi peralatan produksi dapat ditunjukkan
dengan prosedur yang diperlukan untuk mencapai
kondisi atau persyaratan yang ditetapkan;
g. bukti tera atau tera ulang alat pengukuran berat
produk;
- 209 -

h. pengendalian dan penanganan produk yang tidak


sesuai; dan
i. pengemasan, penanganan, dan penyimpanan produk,
termasuk di gudang akhir produk yang siap
diedarkan.

6.3. Apabila pabrik telah menerapkan dan mendapatkan


sertifikat Sistem Manajemen Keamanan Pangan
berdasarkan SNI ISO 22000 atau HACCP berdasarkan SNI
CAC/RCP 1 dari Lembaga Sertifikasi yang diakreditasi oleh
KAN atau oleh badan akreditasi penandatangan IAF/APAC
MLA dengan ruang lingkup yang sesuai, maka inspeksi
pabrik atau asesmen proses produksi dilakukan terhadap
implementasi sistem manajemen terkait mutu produk
tersebut dan angka 6.2 huruf d dan huruf e.

6.4. Apabila pabrik telah menerapkan dan mendapatkan


sertifikat Sistem Manajemen Mutu berdasarkan SNI ISO
9001 dari Lembaga Sertifikasi yang diakreditasi oleh KAN
atau oleh badan akreditasi penandatangan IAF/APAC MLA
dengan ruang lingkup yang sesuai, maka inspeksi pabrik
atau asesmen proses produksi dilakukan terhadap
implementasi sistem manajemen terkait mutu produk
tersebut dan angka 6.2 huruf c, huruf d, dan huruf e.

6.5. Dalam hal Pemohon melakukan pengemasan ulang produk


yang dihasilkan oleh pihak lain, berlaku ketentuan
berikut:
a. apabila pihak lain tersebut telah memiliki sertifikat
kesesuaian produk atau Surat Persetujuan
Penggunaan Tanda (SPPT) SNI maka inspeksi pabrik
atau asesmen proses produksi sebagaimana
tercantum dalam angka 6.2 dilakukan di lokasi
Pemohon pada tahapan pengemasan; atau
b. apabila pihak lain tersebut belum memiliki sertifikat
kesesuaian produk atau Surat Persetujuan
Penggunaan Tanda (SPPT) SNI, maka inspeksi pabrik
- 210 -

atau asesmen proses produksi sebagaimana


tercantum dalam angka 6.2 dilakukan di lokasi
pembuatan produk yang dimiliki oleh pihak lain dan
di lokasi Pemohon.

6.6. Selama inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi,


LSPro melakukan pengambilan contoh produk oleh
petugas pengambil contoh dan selanjutnya diuji di
laboratorium milik LSPro atau Laboratorium yang telah
memiliki perjanjian alih daya dengan LSPro.

6.7. Apabila berdasarkan hasil inspeksi pabrik atau asesmen


proses produksi, termasuk hasil pengujian, tidak diperoleh
bukti-bukti yang kuat untuk menjamin konsistensi produk
terhadap persyaratan SNI, maka Pemohon harus diberi
kesempatan untuk melakukan tindakan perbaikan dalam
jangka waktu tertentu sesuai dengan kebijakan LSPro.

7. Tinjauan
7.1. Tinjauan hasil evaluasi dilakukan terhadap:
a. Hasil evaluasi awal terhadap produk untuk
menunjukkan bahwa contoh produk yang mewakili
produk memenuhi persyaratan SNI yang diajukan
oleh Pemohon sebagai dasar permohonan Sertifikasi;
dan
b. Hasil inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi
atau bukti obyektif untuk menunjukkan bahwa
pabrik memiliki proses produksi yang didukung
dengan segala sumber daya yang diperlukan untuk
menghasilkan produk yang secara konsisten, dan
memenuhi persyaratan SNI yang diajukan oleh
Pemohon sebagai dasar permohonan Sertifikasi.

7.2. Tinjauan hasil evaluasi dinyatakan dalam bentuk


rekomendasi tertulis tentang pemenuhan SNI yang
diajukan oleh Pemohon untuk produk yang diajukan
untuk disertifikasi.
- 211 -

8. Penetapan keputusan Sertifikasi


8.1. Penetapan keputusan Sertifikasi dilakukan berdasarkan
rekomendasi yang dihasilkan dari proses tinjauan.

8.2. Penetapan keputusan Sertifikasi harus dilakukan oleh


satu atau sekelompok orang yang tidak terlibat dalam
proses evaluasi.

8.3. Penetapan keputusan Sertifikasi dapat dilakukan oleh


satu atau sekelompok orang yang sama dengan yang
melakukan tinjauan.

8.4. Rekomendasi untuk keputusan Sertifikasi berdasarkan


hasil tinjauan harus didokumentasikan, kecuali tinjauan
dan keputusan Sertifikasi diselesaikan secara bersamaan
oleh satu atau sekelompok orang yang sama.

8.5. LSPro harus memberitahu Pemohon Sertifikasi terkait


alasan menunda atau tidak memberikan keputusan
Sertifikasi, dan harus mengidentifikasikan alasan
keputusan tersebut. Apabila Pemohon Sertifikasi
menunjukkan keinginan untuk melanjutkan proses
Sertifikasi, LSPro dapat memulai kembali dari proses
evaluasi (angka 5).

9. Penerbitan Sertifikat
Sertifikat kesesuaian terhadap persyaratan SNI diterbitkan
sesuai ketentuan sebagai berikut:
a. Sertifikat diterbitkan oleh LSPro setelah penetapan
keputusan Sertifikasi;
b. Sertifikat paling sedikit harus memuat:
1. nomor sertifikat atau identifikasi unik lainnya;
2. nomor atau identifikasi lain dari skema Sertifikasi;
3. nama dan alamat LSPro;
4. nama dan alamat Pemohon (pemegang sertifikat);
5. acuan ke perjanjian Sertifikasi;
6. pernyataan kesesuaian yang mencakup:
- 212 -

a. nama produk, merek dan spesifikasi produk yang


dinyatakan memenuhi persyaratan;
b. SNI yang menjadi dasar Sertifikasi;
c. nama dan alamat lokasi produksi; dan
d. informasi terkait proses Sertifikasi.
7. status akreditasi atau pengakuan LSPro;
8. tanggal penerbitan sertifikat;
9. tanggal berakhir masa berlaku sertifikat yaitu 4
(empat) tahun sejak tanggal penerbitan sertifikat;
10. tanda tangan yang mengikat secara hukum dari
personel yang bertindak atas nama LSPro sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

10. Surveilans dan Sertifikasi ulang


10.1. LSPro harus melaksanakan surveilans paling sedikit 2
(dua) kali dalam periode Sertifikasi. Dalam hal ini berlaku
ketentuan sebagai berikut:
a. Surveilans pertama dilakukan melalui kegiatan:
1. Inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi;
dan/atau
2. Pengujian terhadap contoh produk yang akan
beredar
Pemilihan jenis kegiatan pada surveilans pertama
tersebut dilakukan berdasarkan penilaian LSPro
atas hasil Sertifikasi sebelumnya.
Apabila surveilans pertama hanya dilakukan melalui
kegiatan pengujian terhadap contoh produk yang
akan beredar, penerima sertifikat harus
menyampaikan dokumentasi pengendalian mutu
proses produksi sejak penerbitan sertifikat sampai
dilakukan surveilans pertama.

b. Surveilans kedua dilakukan melalui kegiatan


1. Inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi;
dan
2. Pengujian terhadap contoh produk yang akan
atau telah beredar.
- 213 -

10.2. LSPro harus melaksanakan Sertifikasi ulang paling


lambat pada bulan ke-42 (empat puluh dua) (empat
puluh dua) setelah penetapan Sertifikasi, melalui
kegiatan sebagaimana tercantum dalam angka 6.

F. Penggunaan Tanda SNI


1. Penggunaan tanda SNI dilakukan setelah mendapatkan
persetujuan penggunaan Tanda SNI melalui Surat Persetujuan
Penggunaan Tanda (SPPT) SNI yang dikeluarkan oleh BSN
sesuai dengan kriteria yang ditetapkan pada Peraturan Kepala
BSN mengenai tata cara penggunaan Tanda SNI dan Tanda
Kesesuaian berbasis SNI.

2. Tanda SNI sebagai bukti kesesuaian produk yang telah


memenuhi SNI adalah sebagai berikut:

Dengan ukuran:

Keterangan:
y = 11x
r = 0,5x
- 214 -

G. Tahapan kritis proses produksi produk dodol dan lempok


Produk
Tahapan kritis Dodol Dodol
No. Penjelasan tahapan kritis Dodol Dodol Dodol Dodol Lempok
proses produksi beras rumput
cempedak nangka nanas sirsak durian
ketan laut
1 Pemilihan bahan Bahan baku, bahan tambahan Berlaku Berlaku Berlaku Berlaku Berlaku Berlaku Berlaku
baku, bahan pangan dan bahan kemasan harus
tambahan pangan memenuhi persyaratan yang
dan bahan ditetapkan atau peraturan yang
kemasan terkait.
Apabila bahan baku gula yang Berlaku Berlaku Berlaku Berlaku Berlaku Berlaku Berlaku
digunakan telah diberlakukan secara
wajib, harus sesuai dengan
persyaratan SNI, dibuktikan dengan
tanda SNI dalam kemasan.
2 Pemasakan Pemasakan dilakukan pada suhu Berlaku Berlaku Berlaku Berlaku Berlaku Berlaku Berlaku
dan waktu tertentu yang
dikendalikan untuk mendapatkan
produk yang homogen dan matang.
3 Pendinginan Pendinginan dilakukan pada waktu Berlaku Berlaku Berlaku Berlaku Berlaku Berlaku Berlaku
tertentu yang dikendalikan sampai
mencapai suhu ruang.
-215-

Produk

Tahapan kritis Dodol Dodol


No. Penjelasan tahapan kritis Dodol Dodol Dodol Dodol Lempok
proses produksi beras rumput
cempedak nangka nanas sirsak durian
ketan laut

4 Pengemasan Produk dikemas dalam wadah yang Berlaku Berlaku Berlaku Berlaku Berlaku Berlaku Berlaku

tertutup rapat, tidak dipengaruhi


atau mempengaruhi isi, aman selama
penyimpanan dan pengangkutan.
Keterangan: Urutan tahapan kritis proses produksi disetiap pemohon dapat berbeda

KEPALA BADAN STANDARDISASI NASIONAL

REPUBLIK INDONESIA,

TTD

BAMBANG PRASETYA

Salinan sesuai dengan aslinya


Kepala Biro Sumber'D^^^Manusia, Organisasi, dan Hukum

argahayu
ino6
- 216 -

LAMPIRAN XV
PERATURAN BADAN STANDARDISASI NASIONAL
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 1 TAHUN 2020
TENTANG
SKEMA PENILAIAN KESESUAIAN TERHADAP STANDAR
NASIONAL INDONESIA SEKTOR MAKANAN DAN MINUMAN

PETUNJUK TEKNIS SKEMA SERTIFIKASI PRODUK TAHU

A Ruang lingkup
Dokumen ini berlaku untuk acuan pelaksanaan Sertifikasi produk
tahu dibuat melalui proses penggumpalan protein sari kedelai
ataububuk kedelai (Glycine max) yang ditambahkan air
menggunakan bahan tambahan pangankoagulan atau air asam
dengan atau tanpa penambahan bahan pangan lain dan bahan
tambahan pangan yang diizinkan.

B Persyaratan Sertifikasi
Persyaratan acuan Sertifikasi produk tahu mencakup:
1. SNI produk tahu sebagaimana ditetapkan dalam Keputusan
Kepala Badan Standardisasi Nasional mengenai daftar SNI
sektor Makanan dan Minuman;
2. SNI dan standar lain yang diacu dalam SNI sebagaimana
dimaksud pada angka 1;
3. Peraturan yang mengatur tentang label dan iklan pangan;
4. Peraturan yang mengatur tentang cara produksi pangan
olahan yang baik (Good Manufacturing Practices);
5. Peraturan yang mengatur tentang kemasan pangan;
6. Peraturan yang mengatur tentang bahan tambahan pangan;
7. Penerapan Cara Produksi Pangan Olahan yang Baik (CPPOB),
Sistem Manajemen Mutu (SMM) berdasarkan SNI ISO 9001,
Sistem Manajemen Mutu Keamanan Pangan (SMKP)
berdasarkan SNI ISO 22000 atau HACCP berdasarkan SNI
CAC/RCP 1; dan
8. Peraturan lain yang terkait produk tahu.
- 217 -

C Jenis kegiatan penilaian kesesuaian


Penillaian kesesuaian dilakukan melalui kegiatan Sertifikasi.
Sertifikasi produk tahu dilakukan oleh LPK yang telah diakreditasi
oleh KAN berdasarkan SNI ISO/IEC 17065, Penilaian Kesesuaian –
Persyaratan untuk Lembaga Sertifikasi Produk, Proses, dan Jasa,
untuk lingkup produk tahu.
Dalam hal LPK belum ada yang diakreditasi KAN untuk melakukan
kegiatan Sertifikasi dengan ruang lingkup produk tahu, BSN dapat
menunjuk LPK dengan lingkup yang sejenis sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.

D Prosedur administratif
1. Pengajuan permohonan Sertifikasi
1.1 LSPro harus menyusun format permohonan Sertifikasi
bagi pelaku usaha untuk mendapatkan seluruh
informasi seperti diatur padahuruf D angka 1.3.

1.2 Pengajuan permohonan Sertifikasi dilakukan oleh pelaku


usaha. Kriteria pelaku usaha yang dapat mengajukan
Sertifikasi sesuai Peraturan BSN yang mengatur
mengenai tata cara penggunaan tanda SNI dan tanda
kesesuaian berbasis SNI.

1.3 Permohonan Sertifikasi harus dilengkapi dengan:


a. informasi Pemohon:
1. nama Pemohon, alamat Pemohon, serta nama
dan kedudukan atau jabatan personel yang
bertanggung jawab atas pengajuan permohonan
Sertifikasi;
2. bukti pemenuhan persyaratan izin usaha sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan;
3. bukti izin edar produk sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan;
4. bukti kepemilikan atas merek atau tanda daftar
yang dikeluarkan oleh Kementerian Hukum dan
Hak Asasi Manusia;
- 218 -

5. apabila Pemohon melakukan pembuatan


produk dengan merek yang dimiliki oleh pihak
lain, menyertakan bukti perjanjian yang
mengikat secara hukum untuk melakukan
pembuatan produk untuk pihak lain;
6. apabila Pemohon bertindak sebagai pemilik
merek yang mensubkontrakkan proses
produksinya kepada pihak lain, menyertakan
bukti kepemilikan merek dan perjanjian
subkontrak pelaksanaan produksi dengan
pihak lain;
7. apabila Pemohon bertindak sebagai perwakilan
resmi pemilik merek yang berkedudukan
hukum di luar negeri, menyertakan bukti
perjanjian yang mengikat secara hukum
tentang penunjukan sebagai perwakilan resmi
pemilik merek di wilayah Republik Indonesia;
8. pernyataan bahwa Pemohon bertanggung jawab
penuh atas pemenuhan persyaratan SNI dan
pemenuhan persyaratan proses Sertifikasi,
serta bersedia memberikan akses terhadap
lokasi dan/atau informasi yang diperlukan oleh
LSPro dalam melaksanakan kegiatan Sertifikasi.
b. informasi produk:
1. merek produk yang diajukan untuk
disertifikasi;
2. jenis/tipe/varian produk yang diajukan untuk
disertifikasi;
3. spesifikasi produk setiap merek yang diajukan
untuk disertifikasi;
4. SNI yang digunakan sebagai dasar pengajuan
permohonan Sertifikasi,
5. daftar bahan baku termasuk bahan tambahan
pangan;
6. label produk;
7. jenis kemasan produk;
- 219 -

8. foto produk dalam kemasan primer yang


diajukan untuk disertifikasi (dari arah depan,
belakang dan samping), serta informasi terkait
kemasan primer produk;
9. apabila ada, foto kemasan sekunder dan tersier
produk yang diajukan untuk disertifikasi, dari
arah depan, belakang, dan samping.
c. informasi proses produksi:
1. nama, alamat, dan legalitas hukum pabrik
(apabila berbeda dengan legalitas Pemohon);
2. nama dan alamat fasilitas produksi mencakup
semua fasilitas yang digunakan untuk
memproduksi produk yang akan disertifikasi
(misal gudang bahan baku, produksi,
pengemasan produk, pengangkutan produk
jadi, gudang produk jadi dan lainnya) termasuk
kegiatan yang dialihdayakan;
3. struktur organisasi;
4. dokumentasi tentang desain dan tata letak
proses produksi serta proses pembuatan
produk yang diajukan untuk disertifikasi;
5. dokumentasi terkait proses dan pengendalian
produksi;
6. dokumentasi tentang peralatan produksi dan
pengukuran termasuk program
kalibrasi/verifikasi peralatan;
7. apabila telah tersedia, menyertakan sertifikat
penerapan Sistem Manajemen Mutu
berdasarkan SNI ISO 9001 atau Sistem
Manajemen Keamanan Pangan berdasarkan SNI
ISO 22000 atau HACCP berdasarkan SNI
CAC/RCP 1 dari lembaga Sertifikasi yang
diakreditasi oleh KAN atau oleh badan
akreditasi penandatangan International
Accreditation Forum (IAF)/Asia Pacific
Accreditation Cooperation (APAC) Multilateral
- 220 -

Recognition Agreement (MLA) dengan ruang


lingkup yang sesuai.

2. Seleksi
2.1 Tinjauan permohonan Sertifikasi
2.1.1 LSPro harus memastikan bahwa informasi yang
diperoleh dari permohonan Sertifikasi yang
diajukan oleh Pemohon telah lengkap dan
memenuhi persyaratan, serta dapat memastikan
kemampuan LSPro untuk menindaklanjuti
permohonan Sertifikasi.

2.1.2 Tinjauan permohonan Sertifikasi harus dilakukan


oleh personel yang memiliki kompetensi sesuai
dengan lingkup permohonan Sertifikasi.

2.2 Penandatanganan perjanjian Sertifikasi


Setelah permohonan Sertifikasi dinyatakan lengkap dan
memenuhi persyaratan serta Pemohon menyetujui
persyaratan dan prosedur Sertifikasi yang ditetapkan
oleh LSPro, dilakukan penandatanganan perjanjian
Sertifikasi oleh Pemohon dan LSPro.

2.3 Penyusunan rencana evaluasi


2.3.1 Berdasarkan informasi yang diperoleh dari
persyaratan permohonan Sertifikasi yang
disampaikan oleh Pemohon, LSPro menetapkan
rencana evaluasi yang mencakup:
a. tujuan, waktu, durasi, lokasi pelaksanaan,
tim, metode, dan agenda evaluasi proses
produksi dan CPPOB atau sistem manajemen
yang relevan dengan pelaksanaan proses
produksi produk yang diajukan untuk
disertifikasi;
b. jenis/tipe/varian produk yang diajukan
untuk disertifikasi dan metode pengambilan
contoh sesuai dengan persyaratan SNI yang
- 221 -

diperlukan untuk pengujian produk, yang


mewakili contoh produk yang diusulkan
untuk disertifikasi;
c. informasi SNI yang digunakan sebagai dasar
Sertifikasi berdasarkan permohonan yang
diajukan oleh Pemohon; dan
d. waktu yang diperlukan untuk pelaksanaan
pengujian berdasarkan standar acuan
metode uji yang dipersyaratkan.

2.3.2 Rencana evaluasi harus mempertimbangkan


kesesuaian produksi yang dilakukan oleh pabrik
sesuai lingkup produk yang diajukan untuk
disertifikasi.

2.3.3 Pelaksanaan evaluasi dilakukan oleh auditoratau


tim audit yang memiliki kriteria kompetensi
sebagai berikut:
1. Pengetahuan tentang prinsip, praktik dan
teknik audit;
2. Pengetahuan tentang proses dan prosedur
Sertifikasi yang ditetapkan oleh LSPro;
3. Pengetahuan tentang standar sistem
manajemen:
a. SNI ISO 9001 tentang sistem manajemen
mutu;
b. SNI ISO 22000 tentang sistem
manajemen mutu keamanan pangan;
c. SNI CAC/RCP 1 tentang rekomendasi
nasional kode praktis – prinsip umum
higiene pangan, dan/atau
d. Cara Produksi Pangan Olahan yang Baik
(CPPOB).
Catatan: sesuai yang diterapkan oleh
pemohon Sertifikasi.
4. Pengetahuan yang dibuktikan dengan
sertifikat,tentang SNI produk tahu;
- 222 -

5. pengetahuan yang dibuktikan dengan


sertifikat dan/atau pengalaman tentang
sektor bisnis produktahu; dan
6. Pengetahuan tentang produk, proses dan
organisasi pemohon Sertifikasi.

3. Determinasi
Determinasi mencakup 2 (dua) tahap evaluasi, yaitu evaluasi
tahap 1 (satu) dan evaluasi tahap 2 (dua).

3.1 Pelaksanaan evaluasi tahap 1 (satu)


3.1.1 Pada evaluasi tahap 1 (satu) dilakukan
pemeriksaan awal terhadap kesesuaian informasi
produk dan proses produksi yang disampaikan
Pemohon dalam huruf D angka 1.3 terhadap
lingkup produk yang ditetapkan dalam SNI dan
peraturan terkait.

3.1.2 Apabila hasil evaluasi tahap 1 (satu)


menunjukkan ketidaksesuaian terhadap
persyaratan, Pemohon harus diberi kesempatan
untuk melakukan tindakan perbaikan dalam
jangka waktu tertentu sesuai dengan kebijakan
LSPro.

3.2 Pelaksanaan evaluasi tahap 2 (dua)


3.2.1 Evaluasi tahap 2 (dua) dilaksanakan melalui audit
proses produksi dan CPPOB atau sistem
manajemen yang relevan serta pengujian produk.

3.2.2 Audit proses produksi dan CPPOB atau sistem


manajemen yang relevan dilakukan pada saat
pabrik melakukan produksi produk yang diajukan
atau pada kondisi tertentu dilakukan melalui
simulasi proses produksi produk yang diajukan
untuk disertifikasi.
- 223 -

3.2.3 Audit dilakukan dengan metode audit yang


merupakan kombinasi dari audit dokumen dan
rekaman, wawancara, observasi, demonstrasi,
atau metode audit lainnya.

3.2.4 Audit dilakukan terhadap:


a. tanggung jawab dan komitmen personel
penanggung jawab pabrik terhadap
konsistensi pemenuhan produk terhadap
persyaratan SNI;
b. ketersediaan dan pengendalian prosedur dan
rekaman pengendalian mutu, termasuk
pengujian rutin;
c. fasilitas, lokasi, desain dan tata letak,
bangunan, sanitasi peralatan, sanitasi ruang
proses, dan higiene personel sesuai dengan
ketentuan yang berlaku tentang CPPOB;
d. tahapan kritis proses produksi, mulai dari
bahan baku sampai produk akhir paling
sedikit pada tahapan seperti yang diuraikan
dalam huruf L;
e. kelengkapan serta fungsi peralatan produksi
termasuk peralatan pengendalian mutu;
f. bukti verifikasi berdasarkan hasil kalibrasi
atau hasil verifikasi peralatan produksi
sebagaimana disebutkan pada huruf e yang
membuktikan bahwa peralatan tersebut
memenuhi persyaratan produksi. Hasil
verifikasi peralatan produksi dapat
ditunjukkan dengan prosedur yang
diperlukan untuk mencapai kondisi atau
persyaratan yang ditetapkan;
g. bukti tera atau tera ulang alat pengukur
berat produk dalam kemasan akhir;
h. pengendalian dan penanganan produk yang
tidak sesuai; dan
- 224 -

i. pengemasan, penanganan, dan penyimpanan


produk, termasuk di gudang akhir produk
yang siap diedarkan.

3.2.5 Apabila Pemohon telah menerapkan dan


mendapatkan sertifikat SMKP berdasarkan SNI
ISO 22000 atau HACCP berdasarkan SNI
CAC/RCP 1 dari lembaga Sertifikasi yang
diakreditasi oleh KAN atau oleh badan akreditasi
penandatangan IAF/APAC MLA dengan ruang
lingkup yang sesuai, maka inspeksi pabrik atau
asesmen proses produksi dilakukan terhadap
implementasi sistem manajemen terkait mutu
produk tersebut dan angka 3.2.4 huruf d sampai
dengan huruf i.

3.2.6 Apabila Pemohon telah menerapkan dan


mendapatkan sertifikat SMM berdasarkan SNI ISO
9001 dari lembaga Sertifikasi yang diakreditasi
oleh KAN atau oleh badan akreditasi
penandatangan IAF/APAC MLA dengan ruang
lingkup yang sesuai, maka inspeksi pabrik atau
asesmen proses produksi dilakukan terhadap
implementasi sistem manajemen terkait mutu
produk tersebut dan angka 3.2.4 huruf c sampai
dengan huruf i.

3.2.7 Apabila Pemohon hanya melakukan kegiatan


pengemasan produk akhir, maka audit pada
angka 3.2.4 tidak berlaku, namun LSPro harus
memastikan kesesuaian terhadap:
1. produk yang akan dikemas sesuai
persyaratan SNI yang dibuktikan melalui
pemenuhan hasil uji yang diterbitkan oleh
laboratorium pihak ketiga yang diakreditasi
oleh KAN atau badan akreditasi
penandatangan IAF/APAC MLA secara
- 225 -

periodik setiap batch dan mencakup seluruh


pemasok;
2. tahapan proses di pemasok yang dibuktikan
melalui penyertaan sertifikat CPPOB, sistem
manajemen atau sertifikat Pemeriksaan
Sarana dan Bangunan (PSB) yang dimiliki
oleh pemasok; dan
3. tahapan kritis proses produksi seperti yang
diuraikan dalam huruf L, yang dibuktikan
melalui audit proses produksi pada seluruh
kegiatan yang dikendalikan oleh Pemohon.

3.2.8 Pengambilan contoh produk dilakukan saat audit


proses produksi berdasarkan persyaratan dalam
SNI. Pengambilan contoh produk untuk pengujian
dilakukan oleh personel kompeten yang
ditugaskan oleh LSPro. Contoh produk diambil
dari lini produksi atau gudang penyimpanan
produk.

3.2.9 Contoh produk diambil sesuai dengan kebutuhan


pengujian yang mewakili merek yang diajukan
untuk disertifikasi.
Catatan: merek dapat mewakili merek lainnya
apabila memiliki spesifikasi yang sama

3.2.10 Pengujian dilakukan di laboratorium yang telah


menerapkan ISO/IEC 17025 untuk lingkup
produk yang disertifikasi. Penerapan ISO/IEC
17025 dapat dibuktikan melalui:
a. akreditasi oleh KAN;
b. akreditasi oleh badan akreditasi
penandatangan saling pengakuan dalam
forum APAC dan International Laboratory
Accreditation Cooperation (ILAC); atau
c. penilaian yang dilakukan oleh LSPro
terhadap laboratorium.
- 226 -

3.2.11 Apabila pengujian dilakukan di laboratorium


Pemohon, maka LSPro harus memastikan
kesesuaian kompetensi dan imparsialitas proses
pengujian yang dilakukan, misalnya melalui
penyaksian proses pengujian.

3.2.12 Laboratorium Pemohon yang digunakan untuk


pengujian produk yang disertifikasi harus
memenuhi persyaratan sebagaimana tercantum
pada angka 3.2.10 huruf a atau huruf b.

3.2.13 Apabila berdasarkan hasil evaluasi tahap 2 (dua)


ditemukan ketidaksesuaian, Pemohon harus
diberi kesempatan untuk melakukan tindakan
perbaikan dalam jangka waktu tertentu sesuai
dengan kebijakan LSPro.

3.2.14 Apabila hasil pengujian dari laboratorium


menunjukkan ketidaksesuaian maka dapat
dilakukan pengujian ulang paling banyak 1 (satu)
kali dengan mengambil contoh ulang dari lini
produksi atau gudang penyimpanan produk.

4. Tinjauan dan keputusan


4.1 Tinjauan
4.1.1 Tinjauan hasil evaluasi dilakukan terhadap
pemenuhan seluruh persyaratan Sertifikasi dan
kesesuaian proses Sertifikasi, mulai dari
pengajuan permohonan Sertifikasi, pelaksanaan
evaluasi tahap 1 (satu) dan evaluasi tahap 2 (dua).

4.1.2 Tinjauan hasil evaluasi dinyatakan dalam bentuk


rekomendasi tertulis tentang pemenuhan SNI
yang diajukan oleh Pemohon untuk produk yang
diajukan untuk disertifikasi.
- 227 -

4.2 Penetapan keputusan Sertifikasi


4.2.1 Penetapan keputusan Sertifikasi dilakukan
berdasarkan rekomendasi yang dihasilkan dari
proses tinjauan.

4.2.2 Penetapan keputusan Sertifikasi harus dilakukan


oleh 1 (satu) orang atau sekelompok orang yang
tidak terlibat dalam proses evaluasi.

4.2.3 Penetapan keputusan Sertifikasi dapat dilakukan


oleh 1 (satu) orang atau sekelompok orang yang
sama dengan yang melakukan tinjauan.

4.2.4 Rekomendasi untuk keputusan Sertifikasi


berdasarkan hasil tinjauan harus
didokumentasikan, kecuali tinjauan dan
keputusan Sertifikasi diselesaikan secara
bersamaan oleh orang atau sekelompok orang
yang sama.

4.2.5 LSPro harus memberitahu secara tertulis kepada


Pemohon terkait menunda atau tidak memberikan
keputusan Sertifikasi, dan harus menyampaikan
alasan keputusan tersebut.

4.2.6 Apabila Pemohon menunjukkan keinginan untuk


melanjutkan proses Sertifikasi setelah LSPro
memutuskan tidak memberikan Sertifikasi,
Pemohon dapat menyampaikan permohonan
untuk melanjutkan proses Sertifikasi.

4.2.7 Permohonan melanjutkan proses Sertifikasi harus


disampaikan oleh Pemohon kepada LSPro secara
tertulis paling lambat 1 (satu) bulan setelah
pemberitahuan keputusan tidak memberikan
Sertifikasi diterbitkan oleh LSPro. Proses
Sertifikasi dapat dimulai kembali dari evaluasi
tahap 2 (dua).
- 228 -

4.3 Bukti kesesuaian


4.3.1 Bukti kesesuaian berupa sertifikat kesesuaian
yang diterbitkan oleh LSPro. LSPro menerbitkan
sertifikat kesesuaian kepada Pemohon yang telah
memenuhi persyaratan Sertifikasi. Sertifikat
kesesuaian berlaku selama 4 (empat) tahun
setelah diterbitkan.

4.3.2 Sertifikat kesesuaian terhadap persyaratan SNI


paling sedikit harus memuat:
1. nomor sertifikat atau identifikasi unik
lainnya;
2. nomor atau identifikasi lain dari skema
Sertifikasi;
3. nama dan alamat LSPro;
4. nama dan alamat Pemohon (pemegang
sertifikat);
5. nomor atau identifikasi lain yang mengacu ke
perjanjian Sertifikasi;
6. pernyataan kesesuaian yang mencakup:
a. jenis/tipe/varian produk sesuai
peraturan kategori pangan yang berlaku;
b. jenis kemasan produk yang disertifikasi;
c. merek produk yang disertifikasi;
d. SNI yang menjadi dasar Sertifikasi, dan
e. nama dan alamat lokasi produksi;
7. status akreditasi atau pengakuan LSPro;
8. tanggal penerbitan sertifikat dan masa
berlakunya, serta riwayat sertifikat;dan
9. tanda tangan yang mengikat secara hukum
dari personel yang bertindak atas nama
LSPro sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
- 229 -

E Pemeliharaan Sertifikasi
1 Pengawasan oleh LSPro
Pengawasan oleh LSPro dilakukan melalui kegiatan
surveilans. LSPro harus melaksanakan kunjungan surveilans
paling sedikit 2 (dua) kali dalam periode Sertifikasi, dengan
jarak antar evaluasi paling lama 12 (dua belas) bulan.
Kunjungan surveilans dilakukan melalui kegiatan evaluasi
berupa audit dan pengujian.

2 Sertifikasi ulang
2.1 LSPro harus melaksanakan Sertifikasi ulang paling
lambat 6 (enam) bulan sebelum masa berlaku sertifikat
berakhir.

2.2 Pelaksanaan Sertifikasi ulang dilakukan sesuai dengan


tahapan pada prosedur administratif.

2.3 Apabila tidak ada perubahan yang signifikan terkait


produk dan proses produksi sesuai dengan hasil audit
terakhir, maka LSPro dapat tidak melakukan evaluasi
tahap 1 (satu).

2.4 Apabila berdasarkan hasil Sertifikasi ulang ditemukan


ketidaksesuaian, Pemohon harus diberi kesempatan
untuk melakukan tindakan perbaikan dalam jangka
waktu tertentu sesuai dengan kebijakan LSPro.

F Evaluasi khusus
LSPro dapat melaksanakan evaluasi khusus dalam rangka audit
perluasan lingkup maupun tindak lanjut (investigasi) atas keluhan
atau informasi yang ada. Evaluasi khusus dalam rangka
investigasi keluhan atau informasi yang ada dilakukan oleh
auditor yang memiliki kompetensi untuk melakukan investigasi
dan terbatas pada permasalahan yang ada, serta dilakukan dalam
waktu yang singkat dari diperolehnya keluhan atau informasi.
Tahapan evaluasi khusus dalam rangka perluasan lingkup
dilakukan sesuai dengan tahapan prosedur administratif namun
- 230 -

terbatas pada perluasan lingkup yang diajukan. Evaluasi terhadap


perluasan lingkup Sertifikasi dapat dilakukan terpisah maupun
bersamaan dengan surveilans.

G Ketentuan pengurangan, pembekuan, dan pencabutan Sertifikasi


1 Pengurangan lingkup Sertifikasi
Pemohon dapat mengajukan pengurangan lingkup Sertifikasi
selama periode Sertifikasi.

2 Pembekuan dan pencabutan Sertifikasi


2.1 LSPro dapat membekukan Sertifikasi apabila Pemohon:
a. tidak mampu memperbaiki ketidaksesuaian yang
diterbitkan oleh LSPro pada saat surveilans
dan/atau saat evaluasi khusus; atau
b. menyampaikan permintaan pembekuan Sertifikasi
kepada LSPro.

2.2 LSPro harus membatasi periode pembekuan Sertifikasi


paling lama 6 (enam) bulan.

2.3 LSPro dapat melakukan pencabutan Sertifikasi Apabila


Pemohon:
a. tidak mampu memperbaiki ketidaksesuaian yang
mengakibatkan pembekuan Sertifikasi melebihi
batas waktu yang ditentukan; atau
b. menyampaikan permintaan pencabutan Sertifikasi
kepada LSPro.

2.4 LSPro dapat mempertimbangkan pembekuan atau


pencabutan Sertifikasi, atau tindakan lainnya yang
disebabkan oleh faktor lainnya dengan
mempertimbangkan risiko yang ditemukan.

H Keluhan dan banding


LSPro harus mengembangkan aturan penanganan keluhan dan
banding dengan mempertimbangkan kompetensi dan imparsialitas
pelaksanaan penanganan keluhan dan banding.
- 231 -

I Informasi publik
LSPro harus memublikasikan informasi kepada publik sesuai
persyaratan ISO/IEC 17065 termasuk informasi pelanggan yang
disertifikasi, dibekukan dan dicabut. Informasi publik terkait
informasi pelanggan yang disertifikasi, dibekukan dan dicabut
tersebut juga harus disampaikan melalui Aplikasi Barang Ber-SNI
(BangBeni) https://bangbeni.bsn.go.id.

J Kondisi khusus
Dalam hal ditemukan situasi yang tidak memungkinkan
penerapan persyaratan tertentu dalam Sertifikasi ini, maka akan
ditetapkan kebijakan BSN dengan mempertimbangkan masukan
dari KAN dan para pemangku kepentingan lainnya.

K Penggunaan tanda SNI


1 Penggunaan tanda SNI dilakukan setelah mendapatkan
persetujuan penggunaan tanda SNI melalui Surat Persetujuan
Penggunaan Tanda (SPPT) SNI yang dikeluarkan oleh BSN
sesuai dengan ketentuan dalam Peraturan BSN yang
mengatur mengenai tata cara penggunaan tanda SNI dan
tanda kesesuaian berbasis SNI.

2 Permohonan persetujuan penggunaan tanda SNI diajukan


kepada BSN disertai dengan dokumen persyaratan yang
diatur dalam Peraturan BSN mengenai tata cara penggunaan
tanda SNI dan tanda kesesuaian berbasis SNI.

3 Tanda SNI sebagai bukti kesesuaian produk yang telah


memenuhi SNI adalah sebagai berikut:
- 232 -

Dengan ukuran:

Keterangan:
y = 11x
r = 0,5x

L Tahapan kritis proses produksi produk tahu

Tahapan kritis
No. Penjelasan tahapan kritis
proses produksi
1. Pemilihan bahan Bahan baku, bahan tambahan
baku, bahan pangan dan bahan kemasan harus
tambahan pangan memenuhi persyaratan yang
dan bahan ditetapkan atau peraturan terkait
kemasan yang berlaku
2. Proses produksi Proses produksi dilakukan dengan
metode tertentu yang dikendalikan
dan memperhatikan kesesuaian
proses, termasuk kondisi lingkungan
kerja, kompetensi SDM, peralatan
produksi dan alat pemantauan
sesuai persyaratan yang ditetapkan
3. Pengendalian mutu Pengendalian mutu produk
dilakukan dengan metode tertentu
yang dikendalikan, untuk
memastikan produk sesuai dengan
persyaratan mutu dan keamanan
yang ditetapkan
-233-

Tahapan kritis
No. Penjelasan tahapan kritis
proses produksi
4. Pengemasan Pengemasan produk dilakukan
dengan metode tertentu yang
dikendaJlkan sesuai dengan
persyaratan SNI dan peraturan
terkait yang berlaku
5. Penandaan Penandaan dilakukan sesuai dengan
persyaratan SNI dan peraturan
terkait yang berlaku

pemohon dapat berbeda

KEPALA BADAN STANDARDISASI NASIONAL

REPUBLIK INDONESIA,

TTD

BAMBANG PRASETYA

Salin^Lcuae^ai dengan aslinya


Kepala Bu Manusia, Organisasi, dan Hukum

[VTargahayu
sS'H JNOO^l;
- 234 -

LAMPIRAN XVI
PERATURAN BADAN STANDARDISASI NASIONAL
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 1 TAHUN 2020
TENTANG
SKEMA PENILAIAN KESESUAIAN TERHADAP STANDAR
NASIONAL INDONESIA SEKTOR MAKANAN DAN MINUMAN

PETUNJUK TEKNIS SKEMA SERTIFIKASI PRODUK BUBUK MINUMAN


KEDELAI

A. Ruang lingkup
Dokumen ini berlaku untuk acuan pelaksanaan Sertifikasi produk
produk bubuk minuman kedelai berbahan baku kedelai (Glycine
max) dengan atau tanpa penambahan bahan pangan lain dan
bahan tambahan pangan yang diizinkan, yang digunakan untuk
minuman dan dikemas secara kedap.

B. Persyaratan Sertifikasi
Persyaratan acuan Sertifikasi produk:
1. SNI 7612:2011 Bubuk minuman kedelai;
2. SNI dan standar lain yang diacu dalam SNI 7612:2011;
3. Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1999 tentang Label
dan Iklan Pangan;
4. Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 75/M-
IND/PER/7/2010 tentang Cara Produksi Pangan Olahan yang
Baik (Good Manufacturing Practices);
5. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 33 Tahun 2012 tentang
Bahan Tambahan Pangan;
6. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor
36 Tahun 2013 tentang Batas Maksimum Penggunaan Bahan
Tambahan Pangan Pengawet;
7. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor
37 Tahun 2013 tentang Batas Maksimum Penggunaan Bahan
Tambahan Pangan Pewarna;
- 235 -

8. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor


4 Tahun 2014 tentang Batas Maksimum Penggunaan Bahan
Tambahan Pangan Pemanis;
9. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor
16 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas Peraturan Kepala
Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor
HK.03.1.23.07.11.6664 Tahun 2011 Tentang Pengawasan
Kemasan Pangan;
10. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor
16 Tahun 2016 tentang Kriteria Mikrobiologi dalam Pangan
Olahan;
11. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor
5 Tahun 2018 tentang Batas Maksimum Cemaran Logam
Berat dalam Pangan Olahan;
12. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor
8 Tahun 2018 tentang Batas Maksimum Cemaran Kimia
dalam Pangan Olahan; dan
13. Peraturan lain yang terkait dengan produk bubuk minuman
kedelai.

C. Prosedur Sertifikasi
Prosedur Sertifikasi mencakup:
1. evaluasi awal; dan
2. inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi.

D. Persyaratan Lembaga Penilaian Kesesuaian


Sertifikasi produk bubuk minuman kedelai dilakukan oleh LPK
yang telah diakreditasi oleh KAN berdasarkan SNI ISO/IEC 17065,
Penilaian Kesesuaian – Persyaratan untuk Lembaga Sertifikasi
Produk, Proses, dan Jasa, untuk lingkup produk sebagaimana
dimaksud dalam Ruang Lingkup sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
Dalam hal LPK belum ada yang diakreditasi oleh KAN untuk
melakukan kegiatan Sertifikasi dengan ruang lingkup produk
bubuk minuman kedelai, BSN dapat menunjuk LPK dengan ruang
lingkup yang sejenis sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
- 236 -

E. Tahapan Sertifikasi
1. Pengajuan permohonan Sertifikasi
1.1. Pengajuan permohonan Sertifikasi dilakukan oleh pelaku
usaha. Kriteria pelaku usaha yang dapat mengajukan
Sertifikasi sesuai Peraturan BSN mengenai tata cara
penggunaan tanda SNI dan tanda kesesuaian berbasis
SNI.

1.2. Permohonan Sertifikasi harus dilengkapi dengan:


a. informasi Pemohon:
1. nama pemohon, alamat pemohon, serta nama dan
kedudukan atau jabatan personel yang
bertanggung jawab atas pengajuan permohonan
Sertifikasi;
2. bukti pemenuhan persyaratan izin usaha sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan;
3. pemenuhan persyaratan sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan tentang
pendaftaran dan hak kepemilikan atas merek yang
dikeluarkan oleh Kementerian Hukum dan Hak
Asasi Manusia;
4. apabila Pemohon melakukan pembuatan produk
dengan merek yang dimiliki oleh pihak lain,
menyertakan bukti perjanjian yang mengikat
secara hukum untuk melakukan pembuatan
produk untuk pihak lain;
5. apabila Pemohon bertindak sebagai pemilik merek
yang mensubkontrakkan proses produksinya
kepada pihak lain, menyertakan bukti kepemilikan
merek dan perjanjian subkontrak pelaksanaan
produksi dengan pihak lain;
6. apabila Pemohon bertindak sebagai perwakilan
resmi pemilik merek yang berkedudukan hukum di
luar negeri, menyertakan bukti perjanjian yang
mengikat secara hukum tentang penunjukan
sebagai perwakilan resmi pemilik merek di wilayah
Republik Indonesia; dan
- 237 -

7. pernyataan bahwa Pemohon Sertifikasi


bertanggung jawab penuh atas pemenuhan
persyaratan SNI dan pemenuhan persyaratan
proses Sertifikasi dan bersedia memberikan akses
terhadap lokasi dan/atau informasi yang
diperlukan oleh LSPro dalam melaksanakan
kegiatan Sertifikasi.
b. informasi produk:
1. merek produk yang diajukan untuk disertifikasi;
2. jenis/tipe/varian produk yang diajukan untuk
disertifikasi;
3. SNI yang digunakan sebagai dasar pengajuan
permohonan Sertifikasi;
4. foto produk yang diajukan untuk disertifikasi yg
menunjukkan bentuk produk serta informasi
terkait kemasan primer produk;
5. daftar bahan baku; dan
6. label produk; dan
7. Apabila tersedia, foto kemasan sekunder yang
diajukan untuk disertifikasi, dari arah depan,
belakang, samping, dan bagian dalam.
c. informasi proses produksi:
1. nama, alamat, dan legalitas hukum pabrik;
2. struktur organisasi, nama dan jabatan personel
penanggung jawab proses produksi;
3. dokumentasi informasi tentang pemasok bahan
baku produk, prosedur evaluasi pemasok, serta
prosedur inspeksi bahan baku produk;
4. dokumentasi informasi tentang proses pembuatan
produk yang diajukan untuk disertifikasi,
termasuk proses yang disubkontrakkan ke pihak
lain;
5. dokumentasi informasi tentang prosedur dan
rekaman pengendalian mutu, termasuk pengujian
rutin, daftar peralatan, serta sertifikat kalibrasi
atau bukti verifikasi peralatan yang berpengaruh
terhadap mutu produk yang disertifikasi, dan
- 238 -

bukti atau segel tera atau tera ulang untuk alat


ukur yang digunakan dalam pengukuran berat
produk akhir;
6. dokumentasi informasi tentang prosedur dan
rekaman pengendalian dan penanganan produk
yang tidak sesuai;
7. dokumentasi informasi tentang pengemasan
produk dan pengelolaan produk di gudang akhir
produk sebelum dikirimkan dan/atau diedarkan
ke wilayah Republik Indonesia;
8. lokasi gudang penyimpanan produk di wilayah
Republik Indonesia;
9. bukti izin edar produk (MD/ML atau P-IRT) sesuai
peraturan perundang-undangan yang berlaku;
10. menyertakan laporan hasil uji yang dilakukan
paling lambat 1 (satu) tahun sebelum pengajuan
Sertifikasi, yang memberikan bukti pemenuhan
produk yang diajukan untuk disertifikasi terhadap
persyaratan mutu dalam SNI dan peraturan
terkait;
11. apabila laporan hasil uji sebagaimana dinyatakan
pada angka 10 belum tersedia, Pemohon dapat
menyampaikan contoh produk kepada LSPro
untuk diuji di laboratorium yang memiliki
perjanjian alih daya dengan LSPro; dan
12. apabila telah tersedia, menyertakan Sertifikat
Penerapan Sistem Manajemen Mutu berdasarkan
SNI ISO 9001 atau Sistem Manajemen Keamanan
Pangan berdasarkan SNI ISO 22000 atau HACCP
berdasarkan SNI CAC/RCP 1 dari Lembaga
Sertifikasi yang diakreditasi oleh KAN atau oleh
badan akreditasi penandatangan International
Accreditation Forum (IAF)/Asia Pacific Accreditation
Cooperation (APAC) Multilateral Recognition
Agreement (MLA) dengan ruang lingkup yang
sesuai.
- 239 -

Informasi proses produksi sebagaimana dimaksud pada


butir 4, butir 5, butir 10, dan butir 11 tidak perlu
dilampirkan apabila Pemohon melakukan pengemasan
ulang produk yang dihasilkan oleh pihak lain yang telah
memiliki sertifikat kesesuaian produk atau Surat
Persetujuan Penggunaan Tanda (SPPT) SNI.

2. Tinjauan permohonan Sertifikasi


LSPro harus memastikan bahwa informasi yang diperoleh dari
permohonan Sertifikasi yang diajukan oleh Pemohon telah
lengkap dan memenuhi persyaratan.

3. Penandatanganan perjanjian Sertifikasi


Setelah permohonan Sertifikasi dinyatakan lengkap dan
Pemohon menyetujui persyaratan dan prosedur Sertifikasi yang
ditetapkan oleh LSPro sesuai dengan persyaratan SNI ISO/IEC
17065, perjanjian Sertifikasi ditandatangani oleh Pemohon dan
LSPro.

4. Penyusunan rencana evaluasi


Berdasarkan informasi yang diperoleh dari persyaratan
permohonan Sertifikasi yang disampaikan oleh Pemohon, LSPro
menetapkan rencana evaluasi yang mencakup:
a. jenis/tipe/varian produk yang diajukan untuk disertifikasi
dan metode pengambilan contoh sesuai dengan
persyaratan SNI 7612:2011 yang diperlukan untuk
pengujian produk dan mewakili contoh produk yang
diusulkan untuk disertifikasi;
b. informasi SNI yang digunakan sebagai dasar Sertifikasi
berdasarkan permohonan yang diajukan oleh Pemohon
Sertifikasi;
c. waktu yang diperlukan untuk pelaksanaan pengujian
berdasarkan standar acuan metode uji yang
dipersyaratkan; dan
d. waktu, lokasi pelaksanaan dan agenda inspeksi pabrik
atau asesmen proses produksi yang relevan dengan
pelaksanaan produksi produk yang diajukan untuk
- 240 -

disertifikasi, serta personel kompeten yang melakukan


evaluasi.

5. Pelaksanaan evaluasi awal terhadap produk


5.1. Pelaksanaan evaluasi awal terhadap produk mencakup:
a. Pemeriksaan awal terhadap kesesuaian informasi
produk dan proses produksi yang disampaikan
Pemohon pada huruf E angka 1 terhadap lingkup
produk yang ditetapkan dalam SNI dan peraturan
terkait.
b. Pengujian awal terhadap contoh produk berdasarkan
persyaratan mutu dalam SNI. Pengujian awal
dilakukan berdasarkan laporan hasil uji dari
laboratorium yang disampaikan Pemohon, yang
mencakup seluruh persyaratan mutu dalam SNI
7612:2011. Apabila laporan hasil uji tersebut
menunjukkan bahwa seluruh persyaratan mutu dalam
SNI tersebut telah terpenuhi, maka produk yang
diajukan untuk disertifikasi dianggap telah memenuhi
persyaratan pengujian awal.

5.2. Apabila hasil evaluasi awal menunjukkan ketidaksesuaian


terhadap persyaratan SNI, Pemohon harus diberi
kesempatan untuk melakukan tindakan perbaikan dalam
jangka waktu tertentu sesuai dengan kebijakan LSPro.

6. Pelaksanaan inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi


6.1. Inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi harus
dilakukan pada saat pabrik melakukan produksi, atau
pada kondisi tertentu dilakukan melalui simulasi proses
produksi produk yang diajukan untuk disertifikasi.

6.2. Inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi dilakukan


terhadap:
a. tanggung jawab dan komitmen personel penanggung
jawab pabrik terhadap konsistensi pemenuhan
produk terhadap persyaratan SNI;
- 241 -

b. ketersediaan dan pengendalian dokumentasi


informasi prosedur dan rekaman pengendalian
mutu, termasuk pengujian rutin;
c. fasilitas, lokasi, desain dan tata letak, bangunan,
sanitasi peralatan, sanitasi ruang proses, dan
higiene personel sesuai dengan ketentuan yang
berlaku tentang Cara Produksi Pangan Olahan yang
Baik;
d. tahapan kritis proses produksi, mulai dari bahan
baku sampai produk akhir paling sedikit pada
tahapan sebagaimana tercantum dalam
hurufG.Untuk proses produksi selain yang
tercantum dalam huruf G (misalnya proses dengan
spray drying), tahapan kritis proses produksi
disesuaikan dengan tahapan proses produksi
tersebut;
e. kelengkapan serta fungsi peralatan produksi
termasuk peralatan pengendalian mutu paling
sedikit sebagaimana tercantum dalam hurufH;
f. bukti verifikasi berdasarkan hasil kalibrasi atau
hasil verifikasi peralatan produksi sebagaimana
disebutkan pada huruf e yang membuktikan bahwa
peralatan tersebut memenuhi persyaratan produksi.
Hasil verifikasi peralatan produksi dapat
ditunjukkan dengan prosedur yang diperlukan
untuk mencapai kondisi atau persyaratan yang
ditetapkan;
g. bukti tera atau tera ulang alat pengukuran berat
produk dalam kemasan akhir;
h. pengendalian dan penanganan produk yang tidak
sesuai; dan
i. pengemasan, penanganan, dan penyimpanan
produk, termasuk di gudang akhir produk yang siap
diedarkan.
- 242 -

6.3. Apabila pabrik telah menerapkan Sistem Manajemen


Keamanan Pangan berdasarkan SNI ISO 22000 atau
HACCP berdasarkan SNI CAC/RCP 1 dari Lembaga
Sertifikasi yang diakreditasi oleh KAN atau oleh badan
akreditasi penandatangan IAF/APAC MLA dengan ruang
lingkup yang sesuai, maka inspeksi pabrik atau asesmen
proses produksi dilakukan terhadap implementasi sistem
manajemen terkait mutu produk tersebut dan angka 6.2
huruf d dan huruf e.

6.4. Apabila pabrik telah menerapkan Sistem Manajemen


Mutu berdasarkan SNI ISO 9001 dari Lembaga Sertifikasi
yang diakreditasi oleh KAN atau oleh badan akreditasi
penandatangan IAF/APAC MLA dengan ruang lingkup
yang sesuai, maka inspeksi pabrik atau asesmen proses
produksi dilakukan terhadap implementasi sistem
manajemen terkait mutu produk tersebut dan angka 6.2
huruf c, huruf d, dan huruf e.

6.5. Dalam hal Pemohon melakukan pengemasan ulang


produk yang dihasilkan oleh pihak lain, berlaku
ketentuan berikut:
a. apabila pihak lain tersebut telah memiliki sertifikat
kesesuaian produk atau Surat Persetujuan
Penggunaan Tanda (SPPT) SNI maka inspeksi pabrik
atau asesmen proses produksi sebagaimana
tercantum dalam angka 6.2 dilakukan di lokasi
Pemohon pada tahapan pengemasan.
b. apabila pihak lain tersebut belum memiliki sertifikat
kesesuaian produk atau Surat Persetujuan
Penggunaan Tanda (SPPT) SNI, maka inspeksi pabrik
atau asesmen proses produksi sebagaimana
tercantum dalam angka 6.2 dilakukan di lokasi
pembuatan produk yang dimiliki oleh pihak lain dan
di lokasi Pemohon.
- 243 -

6.6. Selama inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi,


LSPro melakukan pengambilan contoh produk oleh
petugas pengambil contoh dan selanjutnya diuji di
laboratorium milik LSPro atau Laboratorium yang telah
memiliki perjanjian alih daya dengan LSPro.

6.7. Apabila berdasarkan hasil inspeksi pabrik atau asesmen


proses produksi, termasuk hasil pengujian, tidak
diperoleh bukti-bukti yang kuat untuk menjamin
konsistensi produk terhadap persyaratan SNI, maka
Pemohon harus diberi kesempatan untuk melakukan
tindakan perbaikan dalam jangka waktu tertentu sesuai
dengan kebijakan LSPro.

7. Tinjauan
7.1. Tinjauan hasil evaluasi dilakukan terhadap:
a. Hasil evaluasi awal terhadap produk untuk
menunjukkan bahwa contoh produk yang mewakili
produk memenuhi persyaratan SNI yang diajukan
oleh Pemohon sebagai dasar permohonan Sertifikasi.
b. Hasil inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi
atau bukti obyektif untuk menunjukkan bahwa
pabrik memiliki proses produksi yang didukung
dengan segala sumber daya yang diperlukan untuk
menghasilkan produk yang secara konsisten dan
memenuhi persyaratan SNI yang diajukan oleh
Pemohon sebagai dasar permohonan Sertifikasi.

7.2. Tinjauan hasil evaluasi dinyatakan dalam bentuk


rekomendasi tertulis tentang pemenuhan SNI yang
diajukan oleh Pemohon untuk produk yang diajukan
untuk disertifikasi.

8. Penetapan keputusan Sertifikasi


8.1. Penetapan keputusan Sertifikasi dilakukan berdasarkan
rekomendasi yang dihasilkan dari proses tinjauan.
- 244 -

8.2. Penetapan keputusan Sertifikasi harus dilakukan oleh


satu atau sekelompok orang yang tidak terlibat dalam
proses evaluasi.

8.3. Penetapan keputusan Sertifikasi dapat dilakukan oleh


satu atau sekelompok orang yang sama dengan yang
melakukan tinjauan.

8.4. Rekomendasi untuk keputusan Sertifikasi berdasarkan


hasil tinjauan harus didokumentasikan, kecuali tinjauan
dan keputusan Sertifikasi diselesaikan secara bersamaan
oleh satu atau sekelompok orang yang sama.

8.5. LSPro harus memberitahu Pemohon Sertifikasi terkait


alasan menunda atau tidak memberikan keputusan
Sertifikasi, dan harus mengidentifikasikan alasan
keputusan tersebut. Apabila Pemohon Sertifikasi
menunjukkan keinginan untuk melanjutkan proses
Sertifikasi, LSPro dapat memulai kembali dari proses
evaluasi (angka 5).

9. Penerbitan sertifikat
Sertifikat kesesuaian terhadap persyaratan SNI diterbitkan
sesuai ketentuan sebagai berikut:
a. Sertifikat diterbitkan oleh LSPro setelah penetapan
keputusan Sertifikasi;
b. Sertifikat paling sedikit harus memuat:
1. nomor sertifikat atau identifikasi unik lainnya;
2. nomor atau identifikasi lain dari skema Sertifikasi;
3. nama dan alamat LSPro;
4. nama dan alamat Pemohon (pemegang sertifikat);
5. acuan ke perjanjian Sertifikasi;
6. pernyataan kesesuaian yang mencakup:
a. nama, merek, dan spesifikasi produk yang
dinyatakan memenuhi persyaratan;
b. SNI yang menjadi dasar Sertifikasi;
c. nama dan alamat lokasi produksi; dan
- 245 -

d. informasi terkait proses Sertifikasi.


7. status akreditasi atau pengakuan LSPro;
8. tanggal penerbitan sertifikat;
9. tanggal berakhir masa berlaku sertifikat yaitu 4
(empat) tahun sejak tanggal penerbitan sertifikat; dan
10. tanda tangan yang mengikat secara hukum dari
personel yang bertindak atas nama LSPro sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

10. Surveilans dan Sertifikasi ulang


10.1. LSPro harus melaksanakan surveilans paling sedikit 2
(dua) kali dalam periode Sertifikasi. Dalam hal ini berlaku
ketentuan sebagai berikut:
a. Surveilans pertama dilakukan melalui kegiatan:
1. Inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi;
dan/atau
2. Pengujian terhadap contoh produk yang akan
beredar.
Pemilihan jenis kegiatan pada surveilans pertama
tersebut dilakukan berdasarkan penilaian LSPro atas
hasil Sertifikasi sebelumnya.
Apabila surveilans pertama hanya dilakukan melalui
kegiatan pengujian terhadap contoh produk yang
akan beredar, penerima sertifikat harus
menyampaikan dokumentasi pengendalian mutu
proses produksi sejak penerbitan sertifikat sampai
dilakukan surveilans pertama.
b. Surveilans kedua dilakukan melalui kegiatan:
1. Inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi;
dan
2. Pengujian terhadap contoh produk yang akan
atau telah beredar.

10.2. LSPro harus melaksanakan Sertifikasi ulang paling


lambat pada bulan ke-42 (empat puluh dua) (empat
puluh dua) setelah penetapan Sertifikasi, melalui
kegiatan sebagaimana tercantum dalam angka 6.
- 246 -

F. Penggunaan tanda SNI


1. Penggunaan tanda SNI dilakukan setelah mendapatkan
persetujuan penggunaan Tanda SNI melalui Surat Persetujuan
Penggunaan Tanda (SPPT) SNI yang dikeluarkan oleh BSN
sesuai dengan ketentuan dalam Peraturan Kepala BSN
mengenai tata cara penggunaan tanda SNI dan tanda
kesesuaian berbasis SNI.

2. Tanda SNI sebagai bukti kesesuaian produk yang telah


memenuhi SNI adalah sebagai berikut:

Dengan ukuran:

Keterangan:
y = 11x
r = 0,5x
- 247 -

G. Tahapan kritis proses produksi produk bubuk minuman kedelai


1. Bahan baku kacang kedelai
Tahapan kritis
No. Penjelasan Tahapan kritis
proses produksi
1. Pemilihan bahan Bahan baku, bahan tambahan
baku, bahan pangan dan bahan kemasan harus
tambahan pangan memenuhi persyaratan yang
dan bahan ditetapkan atau peraturan yang
kemasan terkait.
2. Perendaman/pema Perendaman/pemasakan
sakan dilakukan dengan metode tertentu
yang dikendalikan untuk
memudahkan proses penggilingan.
3. Pengeringan Pengeringan dilakukan dengan
metode tertentu yang dikendalikan
untuk menghasilkan produk
dengan kadar air sesuai yang
dipersyaratkan.
4. Penepungan Penepungan dilakukan dengan
metode dan alat tertentu yang
dikendalikan untuk mendapatkan
tepung kedelai.
5. Pengayakan Pengayakan dilakukan dengan
metode tertentu yang dikendalikan
untuk mendapatkan ukuran
tepung kedelai yang diinginkan.
6. Pencampuran (bila Pencampuran dengan ingredient
menggunakan atau bahan tambahan pangan
bahan tambahan lainnya dilakukan dengan metode
pangan) tertentu yang dikendalikan.
7. Pengemasan Produk dikemas dalam kemasan
yang tertutup kedap, tidak
dipengaruhi atau mempengaruhi
isi, aman selama penyimpanan dan
pengangkutan.
8. Penandaan Penandaan dilakukan berdasarkan
persyaratan SNI dan peraturan
terkait.

2. Bahan baku tepung kedelai


Tahapan kritis
No. Penjelasan Tahapan kritis
proses produksi
1. Pemilihan bahan Bahan baku, bahan tambahan
baku, bahan pangan dan bahan kemasan harus
tambahan pangan memenuhi persyaratan yang
dan bahan ditetapkan atau peraturan yang
kemasan terkait.
2. Pengayakan Pengayakan dilakukan dengan
metode tertentu yang dikendalikan
-248-

No. Tahapan kritis Penjelasan Tahapan kritis


imtuk mendapatkan ukuran
tepung kedelai yang diinginkan.
3. Pencampuran (bila Pencampuran dengan ingredie7it
menggunakan atau bahan tambahan pangan
bahan tambahan lainnya dilakukan dengan metode
pangan) tertentu yang dikendalikan.
4. Pengemasan Produk dikemas dalam kemasan
yang tertutup kedap, tidak
dipengaruhi atau mempengaruhi
isi, aman selama penyimpanan dan
pengangkutan.
5. Penandaan Penandaan dilakukan berdasarkan
persyaralan SNI dan peraturan
terkait.

H. Kelengkapan minimal peralatan produksi termasuk peralatan


pengendalian mutu produk bubuk minuman kedelai
Tahapan kritis
No. Penjelasan Tahapan kritis
proses produksi
1. Kacang kedelai Alat perendaman/pemasakan, alat
pengeringan, alat penepungan, alat
pengayakan, alat pencampuran dan
alat pengukur berat.
2. Tepung kedelai Alat pengayakan, alat pencampuran
dan alat pengukur berat.

pemohon dapat berbeda

KEPALA BADAN STANDARDISASI NASIONAL

REPUBLIK INDONESIA,

TTD

BAMBANG PRASETYA

Baling-scsnai dengan aslinya


Kepala Bina Manusia, Organisasi, dan Hukum

argahajoi
- 249 -

LAMPIRAN XVII
PERATURAN BADAN STANDARDISASI NASIONAL
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 1 TAHUN 2020
TENTANG
SKEMA PENILAIAN KESESUAIAN TERHADAP STANDAR
NASIONAL INDONESIA SEKTOR MAKANAN DAN MINUMAN

PETUNJUK TEKNIS SKEMA SERTIFIKASI PRODUK PASTA DAN MI


SERTA PRODUK SEJENISNYA

A Ruang lingkup
Dokumen ini berlaku untuk acuan pelaksanaan Sertifikasi produk
pasta dan mi serta produk sejenisnya.

B Persyaratan acuan
Persyaratan acuan Sertifikasi produk pasta dan mi serta produk
sejenisnya mencakup:
1. SNI produk pasta dan mi serta produk sejenisnya
sebagaimana ditetapkan dalam Keputusan Kepala Badan
Standardisasi Nasional mengenai daftar SNI sektor Makanan
dan Minuman.
2. SNI dan standar lain yang diacu dalam SNI sebagaimana
dimaksud dalam angka 1;
3. Peraturan yang mengatur tentang label dan iklan pangan;
4. Peraturan yang mengatur tentang cara produksi pangan
olahan yang baik (Good Manufacturing Practices);
5. Peraturan yang mengatur tentang kemasan pangan;
6. Peraturan yang mengatur tentang bahan tambahan pangan;
7. Penerapan Cara Produksi Pangan Olahan yang Baik (CPPOB),
Sistem Manajemen Mutu (SMM) berdasarkan SNI ISO 9001,
Sistem Manajemen Mutu Keamanan Pangan (SMKP)
berdasarkan SNI ISO 22000 atau HACCP berdasarkan SNI
CAC/RCP 1; dan
8. Peraturan lain yang terkait produk pasta dan mi serta produk
sejenisnya.
- 250 -

C Jenis kegiatan penilaian kesesuaian


Penilaian kesesuaian dilakukan melalui kegiatan Sertifikasi.
Sertifikasi produk pasta dan mi serta produk sejenisnya dilakukan
oleh LPK yang telah diakreditasi oleh KAN berdasarkan SNI
ISO/IEC 17065, Penilaian Kesesuaian – Persyaratan untuk
Lembaga Sertifikasi Produk, Proses, dan Jasa, untuk lingkup
produk pasta dan mi serta produk sejenisnya.
Dalam hal LPK belum ada yang diakreditasi KAN untuk melakukan
kegiatan Sertifikasi dengan ruang lingkup produk pasta dan mi
serta produk sejenisnya, BSN dapat menunjuk LPK dengan lingkup
yang sejenis sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.

D Prosedur administratif
1. Pengajuan permohonan Sertifikasi
1.1 LSPro harus menyusun format permohonan Sertifikasi
bagi pelaku usaha untuk mendapatkan seluruh
informasi seperti diatur pada huruf D angka 1.3.

1.2 Pengajuan permohonan Sertifikasi dilakukan oleh pelaku


usaha. Kriteria pelaku usaha yang dapat mengajukan
Sertifikasi sesuai Peraturan BSN yang mengatur
mengenai tata cara penggunaan tanda SNI dan tanda
kesesuaian berbasis SNI.

1.3 Permohonan Sertifikasi harus dilengkapi dengan:


a. informasi Pemohon:
1. nama Pemohon, alamat Pemohon, serta nama
dan kedudukan atau jabatan personel yang
bertanggung jawab atas pengajuan permohonan
Sertifikasi;
2. bukti pemenuhan persyaratan izin usaha sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan;
3. bukti izin edar produk sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan;
- 251 -

4. bukti kepemilikan atas merek atau tanda daftar


yang dikeluarkan oleh Kementerian Hukum dan
Hak Asasi Manusia;
5. apabila Pemohon melakukan pembuatan
produk dengan merek yang dimiliki oleh pihak
lain, menyertakan bukti perjanjian yang
mengikat secara hukum untuk melakukan
pembuatan produk untuk pihak lain;
6. apabila Pemohon bertindak sebagai pemilik
merek yang mensubkontrakkan proses
produksinya kepada pihak lain, menyertakan
bukti kepemilikan merek dan perjanjian
subkontrak pelaksanaan produksi dengan
pihak lain;
7. apabila Pemohon bertindak sebagai perwakilan
resmi pemilik merek yang berkedudukan
hukum di luar negeri, menyertakan bukti
perjanjian yang mengikat secara hukum
tentang penunjukan sebagai perwakilan resmi
pemilik merek di wilayah Republik Indonesia;
8. pernyataan bahwa Pemohon bertanggung jawab
penuh atas pemenuhan persyaratan SNI dan
pemenuhan persyaratan proses Sertifikasi,
serta bersedia memberikan akses terhadap
lokasi dan/atau informasi yang diperlukan oleh
LSPro dalam melaksanakan kegiatan Sertifikasi.
b. informasi produk:
1. merek produk yang diajukan untuk
disertifikasi;
2. jenis/tipe/varian produk yang diajukan untuk
disertifikasi;
3. spesifikasi produk setiap merek yang diajukan
untuk disertifikasi;
4. SNI yang digunakan sebagai dasar pengajuan
permohonan Sertifikasi,
5. daftar bahan baku termasuk bahan tambahan
pangan;
- 252 -

6. label produk;
7. jenis kemasan produk;
8. foto produk dalam kemasan primer yang
diajukan untuk disertifikasi (dari arah depan,
belakang dan samping), serta informasi terkait
kemasan primer produk;
9. apabila ada, foto kemasan sekunder dan tersier
produk yang diajukan untuk disertifikasi, dari
arah depan, belakang, dan samping.
c. informasi proses produksi:
1. nama, alamat, dan legalitas hukum pabrik
(apabila berbeda dengan legalitas Pemohon);
2. nama dan alamat fasilitas produksi mencakup
semua fasilitas yang digunakan untuk
memproduksi produk yang akan disertifikasi
(misal gudang bahan baku, produksi,
pengemasan produk, pengangkutan produk
jadi, gudang produk jadi dan lainnya) termasuk
kegiatan yang dialihdayakan;
3. struktur organisasi;
4. dokumentasi tentang desain dan tata letak
proses produksi serta proses pembuatan
produk yang diajukan untuk disertifikasi;
5. dokumentasi terkait proses dan pengendalian
produksi;
6. dokumentasi tentang peralatan produksi dan
pengukuran termasuk program
kalibrasi/verifikasi peralatan;
7. apabila telah tersedia, menyertakan sertifikat
penerapan Sistem Manajemen Mutu
berdasarkan SNI ISO 9001 atau Sistem
Manajemen Keamanan Pangan berdasarkan SNI
ISO 22000 atau HACCP berdasarkan SNI
CAC/RCP 1 dari lembaga Sertifikasi yang
diakreditasi oleh KAN atau oleh badan
akreditasi penandatangan International
Accreditation Forum (IAF)/Asia Pacific
- 253 -

Accreditation Cooperation (APAC) Multilateral


Recognition Agreement (MLA) dengan ruang
lingkup yang sesuai.

2. Seleksi
2.1 Tinjauan permohonan Sertifikasi
2.1.1 LSPro harus memastikan bahwa informasi yang
diperoleh dari permohonan Sertifikasi yang
diajukan oleh Pemohon telah lengkap dan
memenuhi persyaratan, serta dapat memastikan
kemampuan LSPro untuk menindaklanjuti
permohonan Sertifikasi.

2.1.2 Tinjauan permohonan Sertifikasi harus dilakukan


oleh personel yang memiliki kompetensi sesuai
dengan lingkup permohonan Sertifikasi.

2.2 Penandatanganan perjanjian Sertifikasi


Setelah permohonan Sertifikasi dinyatakan lengkap dan
memenuhi persyaratan serta Pemohon menyetujui
persyaratan dan prosedur Sertifikasi yang ditetapkan
oleh LSPro, dilakukan penandatanganan perjanjian
Sertifikasi oleh Pemohon dan LSPro.

2.3 Penyusunan rencana evaluasi


2.3.1 Berdasarkan informasi yang diperoleh dari
persyaratan permohonan Sertifikasi yang
disampaikan oleh Pemohon, LSPro menetapkan
rencana evaluasi yang mencakup:
a. tujuan, waktu, durasi, lokasi pelaksanaan,
tim, metode, dan agenda evaluasi proses
produksi dan CPPOB atau sistem manajemen
yang relevan dengan pelaksanaan proses
produksi produk yang diajukan untuk
disertifikasi;
b. jenis/tipe/varian produk yang diajukan
untuk disertifikasi dan metode pengambilan
- 254 -

contoh sesuai dengan persyaratan SNI yang


diperlukan untuk pengujian produk, yang
mewakili contoh produk yang diusulkan
untuk disertifikasi;
c. informasi SNI yang digunakan sebagai dasar
Sertifikasi berdasarkan permohonan yang
diajukan oleh Pemohon; dan
d. waktu yang diperlukan untuk pelaksanaan
pengujian berdasarkan standar acuan
metode uji yang dipersyaratkan.

2.3.2 Rencana evaluasi harus mempertimbangkan


kesesuaian produksi yang dilakukan oleh pabrik
sesuai lingkup produk yang diajukan untuk
disertifikasi.

2.3.3 Pelaksanaan evaluasi dilakukan oleh auditoratau


tim audit yang memiliki kriteria kompetensi
sebagai berikut:
1. Pengetahuan tentang prinsip, praktik dan
teknik audit;
2. Pengetahuan tentang proses dan prosedur
Sertifikasi yang ditetapkan oleh LSPro;
3. Pengetahuan tentang standar sistem
manajemen:
a. SNI ISO 9001 tentang sistem manajemen
mutu;
b. SNI ISO 22000 tentang sistem
manajemen mutu keamanan pangan;
c. SNI CAC/RCP 1 tentang rekomendasi
nasional kode praktis – prinsip umum
higiene pangan, dan/atau
d. Cara Produksi Pangan Olahan yang Baik
(CPPOB).
Catatan: sesuai yang diterapkan oleh
pemohon Sertifikasi.
- 255 -

4. Pengetahuan yang dibuktikan dengan


sertifikat, tentang SNI produk pasta dan mi
serta produk sejenisnya;
5. Pengetahuan yang dibuktikan dengan
sertifikat dan/atau pengalaman tentang
sektor bisnis produk pasta dan mi serta
produk sejenisnya; dan
6. Pengetahuan tentang produk, proses dan
organisasi pemohon Sertifikasi.

3. Determinasi
Determinasi mencakup 2 (dua) tahap evaluasi, yaitu evaluasi
tahap 1 (satu) dan evaluasi tahap 2 (dua).

3.1 Pelaksanaan evaluasi tahap 1 (satu)


3.1.1 Pada evaluasi tahap 1 (satu) dilakukan
pemeriksaan awal terhadap kesesuaian informasi
produk dan proses produksi yang disampaikan
Pemohon pada huruf D angka 1.3 terhadap lingkup
produk yang ditetapkan dalam SNI dan peraturan
terkait.

3.1.2 Apabila hasil evaluasi tahap 1 (satu) menunjukkan


ketidaksesuaian terhadap persyaratan, Pemohon
harus diberi kesempatan untuk melakukan
tindakan perbaikan dalam jangka waktu tertentu
sesuai dengan kebijakan LSPro.

3.2 Pelaksanaan evaluasi tahap 2 (dua)


3.2.1 Evaluasi tahap 2 (dua) dilaksanakan melalui audit
proses produksi dan CPPOB atau sistem
manajemen yang relevan serta pengujian produk.

3.2.2 Audit proses produksi dan CPPOB atau sistem


manajemen yang relevan dilakukan pada saat
pabrik melakukan produksi produk yang diajukan
atau pada kondisi tertentu dilakukan melalui
- 256 -

simulasi proses produksi produk yang diajukan


untuk disertifikasi.

3.2.3 Audit dilakukan dengan metode audit yang


merupakan kombinasi dari audit dokumen dan
rekaman, wawancara, observasi, demonstrasi,
atau metode audit lainnya.

3.2.4 Audit dilakukan terhadap:


a. tanggung jawab dan komitmen personel
penanggung jawab pabrik terhadap
konsistensi pemenuhan produk terhadap
persyaratan SNI;
b. ketersediaan dan pengendalian prosedur dan
rekaman pengendalian mutu, termasuk
pengujian rutin;
c. fasilitas, lokasi, desain dan tata letak,
bangunan, sanitasi peralatan, sanitasi ruang
proses, dan higiene personel sesuai dengan
ketentuan yang berlaku tentang CPPOB;
d. tahapan kritis proses produksi, mulai dari
bahan baku sampai produk akhir paling
sedikit pada tahapan seperti yang diuraikan
dalam huruf L;
e. kelengkapan serta fungsi peralatan produksi
termasuk peralatan pengendalian mutu;
f. bukti verifikasi berdasarkan hasil kalibrasi
atau hasil verifikasi peralatan produksi
sebagaimana disebutkan pada huruf e yang
membuktikan bahwa peralatan tersebut
memenuhi persyaratan produksi. Hasil
verifikasi peralatan produksi dapat
ditunjukkan dengan prosedur yang
diperlukan untuk mencapai kondisi atau
persyaratan yang ditetapkan;
g. bukti tera atau tera ulang alat pengukur
berat produk dalam kemasan akhir;
- 257 -

h. pengendalian dan penanganan produk yang


tidak sesuai; dan
i. pengemasan, penanganan, dan penyimpanan
produk, termasuk di gudang akhir produk
yang siap diedarkan.

3.2.5 Apabila Pemohon telah menerapkan dan


mendapatkan sertifikat SMKP berdasarkan SNI
ISO 22000 atau HACCP berdasarkan SNI
CAC/RCP 1 dari lembaga Sertifikasi yang
diakreditasi oleh KAN atau oleh badan akreditasi
penandatangan IAF/APAC MLA dengan ruang
lingkup yang sesuai, maka inspeksi pabrik atau
asesmen proses produksi dilakukan terhadap
implementasi sistem manajemen terkait mutu
produk tersebut dan angka 3.2.4 huruf d sampai
dengan huruf i.

3.2.6 Apabila Pemohon telah menerapkan dan


mendapatkan sertifikat SMM berdasarkan SNI ISO
9001 dari lembaga Sertifikasi yang diakreditasi
oleh KAN atau oleh badan akreditasi
penandatangan IAF/APAC MLA dengan ruang
lingkup yang sesuai, maka inspeksi pabrik atau
asesmen proses produksi dilakukan terhadap
implementasi sistem manajemen terkait mutu
produk tersebut dan angka 3.2.4 huruf c sampai
dengan huruf i.

3.2.7 Apabila Pemohon hanya melakukan kegiatan


pengemasan produk akhir, maka audit pada
angka 3.2.4 tidak berlaku, namun LSPro harus
memastikan kesesuaian terhadap:
1. produk yang akan dikemas sesuai
persyaratan SNI, yang dibuktikan melalui
pemenuhan hasil uji yang diterbitkan oleh
laboratorium pihak ketiga yang diakreditasi
- 258 -

oleh KAN atau badan akreditasi


penandatangan IAF/APAC MLA secara
periodik setiap batch dan mencakup seluruh
pemasok;
2. tahapan proses di pemasok yang dibuktikan
melalui penyertaan sertifikat CPPOB, sistem
manajemen atau sertifikat Pemeriksaan
Sarana dan Bangunan (PSB) yang dimiliki
oleh pemasok; dan
3. tahapan kritis proses produksi seperti yang
diuraikan dalam huruf L, yang dibuktikan
melalui audit proses produksi pada seluruh
kegiatan yang dikendalikan oleh Pemohon.

3.2.8 Pengambilan contoh produk dilakukan saat audit


proses produksi berdasarkan persyaratan dalam
SNI. Pengambilan contoh produk untuk pengujian
dilakukan oleh personel kompeten yang
ditugaskan oleh LSPro. Contoh produk diambil
dari lini produksi atau gudang penyimpanan
produk.

3.2.9 Contoh produk diambil sesuai dengan kebutuhan


pengujian yang mewakili merek yang diajukan
untuk disertifikasi.
Catatan: merek dapat mewakili merek lainnya
apabila memiliki spesifikasi yang sama

3.2.10 Pengujian dilakukan di laboratorium yang telah


menerapkan ISO/IEC 17025 untuk lingkup
produk yang disertifikasi. Penerapan ISO/IEC
17025 dapat dibuktikan melalui:
a. akreditasi oleh KAN;
b. akreditasi oleh badan akreditasi
penandatangan saling pengakuan dalam
forum APAC dan International Laboratory
Accreditation Cooperation (ILAC); atau
- 259 -

c. penilaian yang dilakukan oleh LSPro


terhadap laboratorium.

3.2.11 Apabila pengujian dilakukan di laboratorium


Pemohon, maka LSPro harus memastikan
kesesuaian kompetensi dan imparsialitas proses
pengujian yang dilakukan, misalnya melalui
penyaksian proses pengujian.

3.2.12 Laboratorium Pemohon yang digunakan untuk


pengujian produk yang disertifikasi harus
memenuhi persyaratan sebagaimana tercantum
pada angka 3.2.10 huruf a atau huruf b.

3.2.13 Apabila berdasarkan hasil evaluasi tahap 2 (dua)


ditemukan ketidaksesuaian, Pemohon harus
diberi kesempatan untuk melakukan tindakan
perbaikan dalam jangka waktu tertentu sesuai
dengan kebijakan LSPro.

3.2.14 Apabila hasil pengujian dari laboratorium


menunjukkan ketidaksesuaian maka dapat
dilakukan pengujian ulang paling banyak 1 (satu)
kali dengan mengambil contoh produk dari lini
produksi atau gudang penyimpanan produk.

4. Tinjauan dan keputusan


4.1 Tinjauan
4.1.1 Tinjauan hasil evaluasi dilakukan terhadap
pemenuhan seluruh persyaratan Sertifikasi dan
kesesuaian proses Sertifikasi, mulai dari
pengajuan permohonan Sertifikasi, pelaksanaan
evaluasi tahap 1 (satu) dan evaluasi tahap 2 (dua).

4.1.2 Tinjauan hasil evaluasi dinyatakan dalam bentuk


rekomendasi tertulis tentang pemenuhan SNI
- 260 -

yang diajukan oleh Pemohon untuk produk yang


diajukan untuk disertifikasi.

4.2 Penetapan keputusan Sertifikasi


4.2.1 Penetapan keputusan Sertifikasi dilakukan
berdasarkan rekomendasi yang dihasilkan dari
proses tinjauan.

4.2.2 Penetapan keputusan Sertifikasi harus dilakukan


oleh 1 (satu) orang atau sekelompok orang yang
tidak terlibat dalam proses evaluasi.

4.2.3 Penetapan keputusan Sertifikasi dapat dilakukan


oleh 1 (satu) orang atau sekelompok orang yang
sama dengan yang melakukan tinjauan.

4.2.4 Rekomendasi untuk keputusan Sertifikasi


berdasarkan hasil tinjauan harus
didokumentasikan, kecuali tinjauan dan
keputusan Sertifikasi diselesaikan secara
bersamaan oleh orang atau sekelompok orang
yang sama.

4.2.5 LSPro harus memberitahu secara tertulis kepada


Pemohon terkait menunda atau tidak memberikan
keputusan Sertifikasi, dan harus menyampaikan
alasan keputusan tersebut.

4.2.6 Apabila Pemohon menunjukkan keinginan untuk


melanjutkan proses Sertifikasi setelah LSPro
memutuskan tidak memberikan Sertifikasi,
Pemohon dapat menyampaikan permohonan
untuk melanjutkan proses Sertifikasi.

4.2.7 Permohonan melanjutkan proses Sertifikasi harus


disampaikan oleh Pemohon kepada LSPro secara
tertulis paling lambat 1 (satu) bulan setelah
pemberitahuan keputusan tidak memberikan
- 261 -

Sertifikasi diterbitkan oleh LSPro. Proses


Sertifikasi dapat dimulai kembali dari evaluasi
tahap 2 (dua).

4.3 Bukti kesesuaian


4.3.1 Bukti kesesuaian berupa sertifikat kesesuaian
yang diterbitkan oleh LSPro. LSPro menerbitkan
sertifikat kesesuaian kepada Pemohon yang telah
memenuhi persyaratan Sertifikasi. Sertifikat
kesesuaian berlaku selama 4 (empat) tahun
setelah diterbitkan.

4.3.2 Sertifikat kesesuaian terhadap persyaratan SNI


paling sedikit harus memuat:
1. nomor sertifikat atau identifikasi unik
lainnya;
2. nomor atau identifikasi lain dari skema
Sertifikasi;
3. nama dan alamat LSPro;
4. nama dan alamat Pemohon (pemegang
sertifikat);
5. nomor atau identifikasi lain yang mengacu ke
perjanjian Sertifikasi;
6. pernyataan kesesuaian yang mencakup:
a. jenis/tipe/varian produk sesuai
peraturan kategori pangan yang berlaku;
b. jenis kemasan produk yang disertifikasi;
c. merek produk yang disertifikasi;
d. SNI yang menjadi dasar Sertifikasi; dan
e. nama dan alamat lokasi produksi.
7. status akreditasi atau pengakuan LSPro;
8. tanggal penerbitan sertifikat dan masa
berlakunya, serta riwayat sertifikat;dan
9. tanda tangan yang mengikat secara hukum
dari personel yang bertindak atas nama
LSPro sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
- 262 -

E Pemeliharaan Sertifikasi
1 Pengawasan oleh LSPro
Pengawasan oleh LSPro dilakukan melalui kegiatan
surveilans. LSPro harus melaksanakan kunjungan surveilans
paling sedikit 2 (dua) kali dalam periode Sertifikasi, dengan
jarak antar evaluasi paling lama 12 (dua belas) bulan.
Kunjungan surveilans dilakukan melalui kegiatan evaluasi
berupa audit dan pengujian.

2 Sertifikasi ulang
2.1 LSPro harus melaksanakan Sertifikasi ulang paling
lambat 6 (enam) bulan sebelum masa berlaku sertifikat
berakhir.

2.2 Pelaksanaan Sertifikasi ulang dilakukan sesuai dengan


tahapan pada prosedur administratif.

2.3 Apabila tidak ada perubahan yang signifikan terkait


produk dan proses produksi sesuai dengan hasil audit
terakhir, maka LSPro dapat tidak melakukan evaluasi
tahap 1 (satu).

2.4 Apabila berdasarkan hasil Sertifikasi ulang ditemukan


ketidaksesuaian, Pemohon harus diberi kesempatan
untuk melakukan tindakan perbaikan dalam jangka
waktu tertentu sesuai dengan kebijakan LSPro.

F Evaluasi khusus
LSPro dapat melaksanakan evaluasi khusus dalam rangka audit
perluasan lingkup maupun tindak lanjut (investigasi) atas keluhan
atau informasi yang ada. Evaluasi khusus dalam rangka
investigasi keluhan atau informasi yang ada dilakukan oleh
auditor yang memiliki kompetensi untuk melakukan investigasi
dan terbatas pada permasalahan yang ada, serta dilakukan dalam
waktu yang singkat dari diperolehnya keluhan atau informasi.
Tahapan evaluasi khusus dalam rangka perluasan lingkup
dilakukan sesuai dengan tahapan prosedur administratif namun
- 263 -

terbatas pada perluasan lingkup yang diajukan. Evaluasi terhadap


perluasan lingkup Sertifikasi dapat dilakukan terpisah maupun
bersamaan dengan surveilans.

G Ketentuan pengurangan, pembekuan, dan pencabutan Sertifikasi


1 Pengurangan lingkup Sertifikasi
Pemohon dapat mengajukan pengurangan lingkup Sertifikasi
selama periode Sertifikasi.

2 Pembekuan dan pencabutan Sertifikasi


2.1 LSPro dapat membekukan Sertifikasi apabila Pemohon:
a. tidak mampu memperbaiki ketidaksesuaian yang
diterbitkan oleh LSPro pada saat surveilans
dan/atau saat evaluasi khusus; atau
b. menyampaikan permintaan pembekuan Sertifikasi
kepada LSPro.

2.2 LSPro harus membatasi periode pembekuan Sertifikasi


paling lama 6 (enam) bulan.

2.3 LSPro dapat melakukan pencabutan Sertifikasi apabila


Pemohon:
a. tidak mampu memperbaiki ketidaksesuaian yang
mengakibatkan pembekuan Sertifikasi melebihi
batas waktu yang ditentukan; atau
b. menyampaikan permintaan pencabutan Sertifikasi
kepada LSPro.

2.4 LSPro dapat mempertimbangkan pembekuan atau


pencabutan Sertifikasi, atau tindakan lainnya yang
disebabkan oleh faktor lainnya dengan
mempertimbangkan risiko yang ditemukan.

H Keluhan dan banding


LSPro harus mengembangkan aturan penanganan keluhan dan
banding dengan mempertimbangkan kompetensi dan imparsialitas
pelaksanaan penanganan keluhan dan banding.
- 264 -

I Informasi publik
LSPro harus memublikasikan informasi kepada publik sesuai
persyaratan ISO/IEC 17065 termasuk informasi pelanggan yang
disertifikasi, dibekukan dan dicabut. Informasi publik terkait
informasi pelanggan yang disertifikasi, dibekukan dan dicabut
tersebut juga harus disampaikan melalui Aplikasi Barang Ber-SNI
(BangBeni) https://bangbeni.bsn.go.id.

J Kondisi khusus
Dalam hal ditemukan situasi yang tidak memungkinkan
penerapan persyaratan tertentu dalam Sertifikasi ini, maka akan
ditetapkan kebijakan BSN dengan mempertimbangkan masukan
dari KAN dan para pemangku kepentingan lainnya.

K Penggunaan tanda SNI


1 Penggunaan tanda SNI dilakukan setelah mendapatkan
persetujuan penggunaan tanda SNI melalui Surat Persetujuan
Penggunaan Tanda (SPPT) SNI yang dikeluarkan oleh BSN
sesuai dengan ketentuan dalam Peraturan BSN yang
mengatur mengenai tata cara penggunaan tanda SNI dan
tanda kesesuaian berbasis SNI.

2 Permohonan persetujuan penggunaan tanda SNI diajukan


kepada BSN disertai dengan dokumen persyaratan yang
diatur dalam Peraturan BSN mengenai tata cara penggunaan
tanda SNI dan tanda kesesuaian berbasis SNI.

3 Tanda SNI sebagai bukti kesesuaian produk yang telah


memenuhi SNI adalah sebagai berikut:
- 265 -

Dengan ukuran:

Keterangan:
y = 11x
r = 0,5x

L Tahapan kritis proses produksi produk pasta dan mi serta produk


sejenisnya

Tahapan kritis proses


No. Penjelasan tahapan kritis
produksi
1. Pemilihan bahan baku, Bahan baku, bahan tambahan
bahan tambahan pangan dan bahan kemasan
pangan dan bahan harus memenuhi persyaratan
kemasan yang ditetapkan atau peraturan
terkait yang berlaku
2. Proses produksi Proses produksi dilakukan
dengan metode tertentu yang
dikendalikan dan
memperhatikan kesesuaian
proses, termasuk kondisi
lingkungan kerja, kompetensi
SDM, peralatan produksi dan
alat pemantauan sesuai
persyaratan yang ditetapkan
3. Pengendalian mutu Pengendalian mutu produk
dilakukan dengan metode
tertentu yang dikendalikan,
untuk memastikan produk
-266-

Tahapan kritis proses


No. Penjelasan tahapan kritis
produksi
sesuai dengan persyaratan
mutu dan keamanan yang
ditetapkan
4. Pengemasan Pengemasan produk dilakukan
dengan metode tertentu yang
dikendalikan sesuai dengan
persyaratan SNI dan peraturan
terkait yang berlaku
5. Penandaan Penandaan dilakukan sesuai

dengan persyaratan SNI dan


peraturan terkait yang berlaku
Keterangan: Urutan tahapan kritis proses produksi disetiap
pemohon dapat berbeda

KEPALA BADAN STANDARDTSASI NASIONAL

REPUBLIK INDONESIA,

TTD

BAMBANG PRASETYA

Salinan-se§uai dengan aslinya


Kepala Biro Manusia, Organisasi, dan Hukum

Margahayu
- 267 -

LAMPIRAN XVIII
PERATURAN BADAN STANDARDISASI NASIONAL
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 1 TAHUN 2020
TENTANG
SKEMA PENILAIAN KESESUAIAN TERHADAP STANDAR
NASIONAL INDONESIA SEKTOR MAKANAN DAN MINUMAN

PETUNJUK TEKNIS SKEMA SERTIFIKASI PRODUK MAKANAN RINGAN


BERBAHAN DASAR SEREALIA DAN KACANG-KACANGAN

A Ruang lingkup
Dokumen ini berlaku untuk acuan pelaksanaan Sertifikasi produk
makanan ringan berbahan dasar serealia dan kacang-kacangan.

B Persyaratan acuan
Persyaratan acuan Sertifikasi produk makanan ringan berbahan
dasar serealia dan kacang-kacangan mencakup:
1. SNI produk makanan ringan berbahan dasar serealia dan
kacang-kacangan sebagaimana ditetapkan dalam Keputusan
Kepala Badan Standardisasi Nasional mengenai daftar SNI
sektor Makanan dan Minuman;
2. SNI dan standar lain yang diacu dalam SNI sebagaimana
dimaksud dalam angka 1;
3. Peraturan yang mengatur tentang label dan iklan pangan;
4. Peraturan yang mengatur tentang cara produksi pangan
olahan yang baik (Good Manufacturing Practices);
5. Peraturan yang mengatur tentang kemasan pangan;
6. Peraturan yang mengatur tentang bahan tambahan pangan;
7. Penerapan Cara Produksi Pangan Olahan yang Baik (CPPOB),
Sistem Manajemen Mutu (SMM) berdasarkan SNI ISO 9001,
Sistem Manajemen Mutu Keamanan Pangan (SMKP)
berdasarkan SNI ISO 22000 atau HACCP berdasarkan SNI
CAC/RCP 1; dan
8. Peraturan lain yang terkait produk makanan ringan berbahan
dasar serealia dan kacang-kacangan.
- 268 -

C Jenis kegiatan penilaian kesesuaian


Sertifikasi produk makanan ringan berbahan dasar serealia dan
kacang-kacangan dilakukan oleh LPK yang telah diakreditasi oleh
KAN berdasarkan SNI ISO/IEC 17065, Penilaian Kesesuaian –
Persyaratan untuk Lembaga Sertifikasi Produk, Proses, dan Jasa,
untuk lingkup produk makanan ringan berbahan dasar serealia
dan kacang-kacangan.
Dalam hal LPK belum ada yang diakreditasi KAN untuk melakukan
kegiatan Sertifikasi dengan ruang lingkup produk makanan ringan
berbahan dasar serealia dan kacang-kacangan, BSN dapat
menunjuk LPK dengan lingkup yang sejenis sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.

D Prosedur administratif
1. Pengajuan permohonan Sertifikasi
1.1 LSPro harus menyusun format permohonan Sertifikasi
bagi pelaku usaha untuk mendapatkan seluruh
informasi seperti diatur pada huruf D angka 1.3.

1.2 Pengajuan permohonan Sertifikasi dilakukan oleh pelaku


usaha. Kriteria pelaku usaha yang dapat mengajukan
Sertifikasi sesuai Peraturan BSN yang mengatur
mengenai tata cara penggunaan tanda SNI dan tanda
kesesuaian berbasis SNI.

1.3 Permohonan Sertifikasi harus dilengkapi dengan:


a. informasi Pemohon:
1. nama Pemohon, alamat Pemohon, serta nama
dan kedudukan atau jabatan personel yang
bertanggung jawab atas pengajuan permohonan
Sertifikasi;
2. bukti pemenuhan persyaratan izin usaha sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan;
3. bukti izin edar produk sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan;
- 269 -

4. bukti kepemilikan atas merek atau tanda daftar


yang dikeluarkan oleh Kementerian Hukum dan
Hak Asasi Manusia;
5. apabila Pemohon melakukan pembuatan
produk dengan merek yang dimiliki oleh pihak
lain, menyertakan bukti perjanjian yang
mengikat secara hukum untuk melakukan
pembuatan produk untuk pihak lain;
6. apabila Pemohon bertindak sebagai pemilik
merek yang mensubkontrakkan proses
produksinya kepada pihak lain, menyertakan
bukti kepemilikan merek dan perjanjian
subkontrak pelaksanaan produksi dengan
pihak lain;
7. apabila Pemohon bertindak sebagai perwakilan
resmi pemilik merek yang berkedudukan
hukum di luar negeri, menyertakan bukti
perjanjian yang mengikat secara hukum
tentang penunjukan sebagai perwakilan resmi
pemilik merek di wilayah Republik Indonesia;
8. pernyataan bahwa Pemohon bertanggung jawab
penuh atas pemenuhan persyaratan SNI dan
pemenuhan persyaratan proses Sertifikasi,
serta bersedia memberikan akses terhadap
lokasi dan/atau informasi yang diperlukan oleh
LSPro dalam melaksanakan kegiatan Sertifikasi.
b. informasi produk:
1. merek produk yang diajukan untuk
disertifikasi;
2. jenis/tipe/varian produk yang diajukan untuk
disertifikasi;
3. spesifikasi produk setiap merek yang diajukan
untuk disertifikasi;
4. SNI yang digunakan sebagai dasar pengajuan
permohonan Sertifikasi,
5. daftar bahan baku termasuk bahan tambahan
pangan;
- 270 -

6. label produk;
7. jenis kemasan produk;
8. foto produk dalam kemasan primer yang
diajukan untuk disertifikasi (dari arah depan,
belakang dan samping), serta informasi terkait
kemasan primer produk;
9. apabila ada, foto kemasan sekunder dan tersier
produk yang diajukan untuk disertifikasi, dari
arah depan, belakang, dan samping.
c. informasi proses produksi:
1. nama, alamat, dan legalitas hukum pabrik
(apabila berbeda dengan legalitas Pemohon);
2. nama dan alamat fasilitas produksi mencakup
semua fasilitas yang digunakan untuk
memproduksi produk yang akan disertifikasi
(misal gudang bahan baku, produksi,
pengemasan produk, pengangkutan produk
jadi, gudang produk jadi dan lainnya) termasuk
kegiatan yang dialihdayakan;
3. struktur organisasi;
4. dokumentasi tentang desain dan tata letak
proses produksi serta proses pembuatan
produk yang diajukan untuk disertifikasi;
5. dokumentasi terkait proses dan pengendalian
produksi;
6. dokumentasi tentang peralatan produksi dan
pengukuran termasuk program
kalibrasi/verifikasi peralatan;
7. apabila telah tersedia, menyertakan sertifikat
penerapan Sistem Manajemen Mutu
berdasarkan SNI ISO 9001 atau Sistem
Manajemen Keamanan Pangan berdasarkan SNI
ISO 22000 atau HACCP berdasarkan SNI
CAC/RCP 1 dari lembaga Sertifikasi yang
diakreditasi oleh KAN atau oleh badan
akreditasi penandatangan International
Accreditation Forum (IAF)/Asia Pacific
- 271 -

Accreditation Cooperation (APAC) Multilateral


Recognition Agreement (MLA) dengan ruang
lingkup yang sesuai.

2. Seleksi
2.1 Tinjauan permohonan Sertifikasi
2.1.1 LSPro harus memastikan bahwa informasi yang
diperoleh dari permohonan Sertifikasi yang
diajukan oleh Pemohon telah lengkap dan
memenuhi persyaratan, serta dapat memastikan
kemampuan LSPro untuk menindaklanjuti
permohonan Sertifikasi.

2.1.2 Tinjauan permohonan Sertifikasi harus dilakukan


oleh personel yang memiliki kompetensi sesuai
dengan lingkup permohonan Sertifikasi.

2.2 Penandatanganan perjanjian Sertifikasi


Setelah permohonan Sertifikasi dinyatakan lengkap dan
memenuhi persyaratan serta Pemohon menyetujui
persyaratan dan prosedur Sertifikasi yang ditetapkan
oleh LSPro, dilakukan penandatanganan perjanjian
Sertifikasi oleh Pemohon dan LSPro.

2.3 Penyusunan rencana evaluasi


2.3.1 Berdasarkan informasi yang diperoleh dari
persyaratan permohonan Sertifikasi yang
disampaikan oleh Pemohon, LSPro menetapkan
rencana evaluasi yang mencakup:
a. tujuan, waktu, durasi, lokasi pelaksanaan,
tim, metode, dan agenda evaluasi proses
produksi dan CPPOB atau sistem manajemen
yang relevan dengan pelaksanaan proses
produksi produk yang diajukan untuk
disertifikasi;
b. jenis/tipe/varian produk yang diajukan
untuk disertifikasi dan metode pengambilan
- 272 -

contoh sesuai dengan persyaratan SNI yang


diperlukan untuk pengujian produk, yang
mewakili contoh produk yang diusulkan
untuk disertifikasi;
c. informasi SNI yang digunakan sebagai dasar
Sertifikasi berdasarkan permohonan yang
diajukan oleh Pemohon; dan
d. waktu yang diperlukan untuk pelaksanaan
pengujian berdasarkan standar acuan
metode uji yang dipersyaratkan.

2.3.2 Rencana evaluasi harus mempertimbangkan


kesesuaian produksi yang dilakukan oleh pabrik
sesuai lingkup produk yang diajukan untuk
disertifikasi.

2.3.3 Pelaksanaan evaluasi dilakukan oleh auditor atau


tim audit yang memiliki kriteria kompetensi
sebagai berikut:
1. Pengetahuan tentang prinsip, praktik dan
teknik audit;
2. Pengetahuan tentang proses dan prosedur
Sertifikasi yang ditetapkan oleh LSPro;
3. Pengetahuan tentang standar sistem
manajemen:
a. SNI ISO 9001 tentang sistem manajemen
mutu;
b. SNI ISO 22000 tentang sistem
manajemen mutu keamanan pangan;
c. SNI CAC/RCP 1 tentang rekomendasi
nasional kode praktis – prinsip umum
higiene pangan, dan/atau
d. Cara Produksi Pangan Olahan yang Baik
(CPPOB).
Catatan: sesuai yang diterapkan oleh
pemohon Sertifikasi.
- 273 -

4. Pengetahuan yang dibuktikan dengan


sertifikat, tentang SNI produk makanan
ringan berbahan dasar serealia dan kacang-
kacangan;
5. Pengetahuan yang dibuktikan dengan dengan
sertifikat dan/atau pengalaman tentang
sektor bisnis produk makanan ringan
berbahan dasar serealia dan kacang-
kacangan; dan
6. Pengetahuan tentang produk, proses dan
organisasi pemohon Sertifikasi.

3. Determinasi
Determinasi mencakup 2 (dua) tahap evaluasi, yaitu evaluasi
tahap 1 (satu) dan evaluasi tahap 2 (dua).

3.1 Pelaksanaan evaluasi tahap 1 (satu)


3.1.1 Pada evaluasi tahap 1 (satu) dilakukan
pemeriksaan awal terhadap kesesuaian informasi
produk dan proses produksi yang disampaikan
Pemohon pada huruf D angka 1.3 terhadap
lingkup produk yang ditetapkan dalam SNI dan
peraturan terkait.

3.1.2 Apabila hasil evaluasi tahap 1 (satu)


menunjukkan ketidaksesuaian terhadap
persyaratan, Pemohon harus diberi kesempatan
untuk melakukan tindakan perbaikan dalam
jangka waktu tertentu sesuai dengan kebijakan
LSPro.

3.2 Pelaksanaan evaluasi tahap 2 (dua)


3.2.1 Evaluasi tahap 2 (dua) dilaksanakan melalui audit
proses produksi dan CPPOB atau sistem
manajemen yang relevan serta pengujian produk.
- 274 -

3.2.2 Audit proses produksi dan CPPOB atau sistem


manajemen yang relevan dilakukan pada saat
pabrik melakukan produksi produk yang diajukan
atau pada kondisi tertentu dilakukan melalui
simulasi proses produksi produk yang diajukan
untuk disertifikasi.

3.2.3 Audit dilakukan dengan metode audit yang


merupakan kombinasi dari audit dokumen dan
rekaman, wawancara, observasi, demonstrasi,
atau metode audit lainnya.

3.2.4 Audit dilakukan terhadap:


a. tanggung jawab dan komitmen personel
penanggung jawab pabrik terhadap
konsistensi pemenuhan produk terhadap
persyaratan SNI;
b. ketersediaan dan pengendalian prosedur dan
rekaman pengendalian mutu, termasuk
pengujian rutin;
c. fasilitas, lokasi, desain dan tata letak,
bangunan, sanitasi peralatan, sanitasi ruang
proses, dan higiene personel sesuai dengan
ketentuan yang berlaku tentang CPPOB;
d. tahapan kritis proses produksi, mulai dari
bahan baku sampai produk akhir paling
sedikit pada tahapan seperti yang diuraikan
dalam huruf L;
e. kelengkapan serta fungsi peralatan produksi
termasuk peralatan pengendalian mutu;
f. bukti verifikasi berdasarkan hasil kalibrasi
atau hasil verifikasi peralatan produksi
sebagaimana disebutkan pada huruf e yang
membuktikan bahwa peralatan tersebut
memenuhi persyaratan produksi. Hasil
verifikasi peralatan produksi dapat
ditunjukkan dengan prosedur yang
- 275 -

diperlukan untuk mencapai kondisi atau


persyaratan yang ditetapkan;
g. bukti tera atau tera ulang alat pengukur
berat produk dalam kemasan akhir;
h. pengendalian dan penanganan produk yang
tidak sesuai; dan
i. pengemasan, penanganan, dan penyimpanan
produk, termasuk di gudang akhir produk
yang siap diedarkan.

3.2.5 Apabila Pemohon telah menerapkan dan


mendapatkan sertifikat SMKP berdasarkan SNI
ISO 22000 atau HACCP berdasarkan SNI
CAC/RCP 1 dari lembaga Sertifikasi yang
diakreditasi oleh KAN atau oleh badan akreditasi
penandatangan IAF/APAC MLA dengan ruang
lingkup yang sesuai, maka inspeksi pabrik atau
asesmen proses produksi dilakukan terhadap
implementasi sistem manajemen terkait mutu
produk tersebut dan angka 3.2.4 huruf d sampai
dengan huruf i.

3.2.6 Apabila Pemohon telah menerapkan dan


mendapatkan sertifikat SMM berdasarkan SNI ISO
9001 dari lembaga Sertifikasi yang diakreditasi
oleh KAN atau oleh badan akreditasi
penandatangan IAF/APAC MLA dengan ruang
lingkup yang sesuai, maka inspeksi pabrik atau
asesmen proses produksi dilakukan terhadap
implementasi sistem manajemen terkait mutu
produk tersebut dan angka 3.2.4 huruf c sampai
dengan huruf i.
- 276 -

3.2.7 Apabila Pemohon hanya melakukan kegiatan


pengemasan produk akhir, maka audit
sebagaimana dimaksud pada angka 3.2.4 tidak
berlaku, namun LSPro harus memastikan
kesesuaian terhadap:
1. produk yang akan dikemas sesuai
persyaratan SNI yang dibuktikan melalui
pemenuhan hasil uji yang diterbitkan oleh
laboratorium pihak ketiga yang diakreditasi
oleh KAN atau badan akreditasi
penandatangan IAF/APAC MLA secara
periodik setiap batch dan mencakup seluruh
pemasok;
2. tahapan proses di pemasok yang dibuktikan
melalui penyertaan sertifikat CPPOB, sistem
manajemen atau sertifikat Pemeriksaan
Sarana dan Bangunan (PSB) yang dimiliki
oleh pemasok; dan
3. tahapan kritis proses produksi seperti yang
diuraikan dalam huruf L, yang dibuktikan
melalui audit proses produksi pada seluruh
kegiatan yang dikendalikan oleh Pemohon.

3.2.8 Pengambilan contoh produk dilakukan saat audit


proses produksi berdasarkan persyaratan dalam
SNI. Pengambilan contoh produk untuk pengujian
dilakukan oleh personel kompeten yang
ditugaskan oleh LSPro. Contoh produk diambil
dari lini produksi atau gudang penyimpanan
produk.

3.2.9 Contoh produk diambil sesuai dengan kebutuhan


pengujian yang mewakili merek yang diajukan
untuk disertifikasi.
Catatan: merek dapat mewakili merek lainnya
apabila memiliki spesifikasi yang sama
- 277 -

3.2.10 Pengujian dilakukan di laboratorium yang telah


menerapkan ISO/IEC 17025 untuk lingkup
produk yang disertifikasi. Penerapan ISO/IEC
17025 dapat dibuktikan melalui:
a. akreditasi oleh KAN;
b. akreditasi oleh badan akreditasi
penandatangan saling pengakuan dalam
forum APAC dan International Laboratory
Accreditation Cooperation (ILAC); atau
c. penilaian yang dilakukan oleh LSPro
terhadap laboratorium.

3.2.11 Apabila pengujian dilakukan di laboratorium


Pemohon, maka LSPro harus memastikan
kesesuaian kompetensi dan imparsialitas proses
pengujian yang dilakukan, misalnya melalui
penyaksian proses pengujian.

3.2.12 Laboratorium Pemohon yang digunakan untuk


pengujian produk yang disertifikasi harus
memenuhi persyaratan sebagaimana tercantum
pada angka 3.2.10 huruf a atau huruf b.

3.2.13 Apabila berdasarkan hasil evaluasi tahap 2 (dua)


ditemukan ketidaksesuaian, Pemohon harus
diberi kesempatan untuk melakukan tindakan
perbaikan dalam jangka waktu tertentu sesuai
dengan kebijakan LSPro.

3.2.14 Apabila hasil pengujian dari laboratorium


menunjukkan ketidaksesuaian maka dapat
dilakukan pengujian ulang paling banyak 1 (satu)
kali dengan mengambil contoh produk dari lini
produksi atau gudang penyimpanan produk.
- 278 -

4. Tinjauan dan keputusan


4.1 Tinjauan
4.1.1 Tinjauan hasil evaluasi dilakukan terhadap
pemenuhan seluruh persyaratan Sertifikasi dan
kesesuaian proses Sertifikasi, mulai dari
pengajuan permohonan Sertifikasi, pelaksanaan
evaluasi tahap 1 (satu) dan evaluasi tahap 2 (dua).

4.1.2 Tinjauan hasil evaluasi dinyatakan dalam bentuk


rekomendasi tertulis tentang pemenuhan SNI
yang diajukan oleh Pemohon untuk produk yang
diajukan untuk disertifikasi.

4.2 Penetapan keputusan Sertifikasi


4.2.1 Penetapan keputusan Sertifikasi dilakukan
berdasarkan rekomendasi yang dihasilkan dari
proses tinjauan.

4.2.2 Penetapan keputusan Sertifikasi harus dilakukan


oleh 1 (satu) orang atau sekelompok orang yang
tidak terlibat dalam proses evaluasi.

4.2.3 Penetapan keputusan Sertifikasi dapat dilakukan


oleh 1 (satu) orang atau sekelompok orang yang
sama dengan yang melakukan tinjauan.

4.2.4 Rekomendasi untuk keputusan Sertifikasi


berdasarkan hasil tinjauan harus
didokumentasikan, kecuali tinjauan dan
keputusan Sertifikasi diselesaikan secara
bersamaan oleh orang atau sekelompok orang
yang sama.

4.2.5 LSPro harus memberitahu secara tertulis kepada


Pemohon terkait menunda atau tidak memberikan
keputusan Sertifikasi, dan harus menyampaikan
alasan keputusan tersebut.
- 279 -

4.2.6 Apabila Pemohonmenunjukkan keinginan untuk


melanjutkan proses Sertifikasi setelah LSPro
memutuskan tidak memberikan Sertifikasi,
Pemohon dapat menyampaikan permohonan
untuk melanjutkan proses Sertifikasi.

4.2.7 Permohonan melanjutkan proses Sertifikasi harus


disampaikan oleh Pemohon kepada LSPro secara
tertulis paling lambat 1 (satu) bulan setelah
pemberitahuan keputusan tidak memberikan
Sertifikasi diterbitkan oleh LSPro. Proses
Sertifikasi dapat dimulai kembali dari evaluasi
tahap 2 (dua).

4.3 Bukti kesesuaian


4.3.1 Bukti kesesuaian berupa sertifikat kesesuaian
yang diterbitkan oleh LSPro. LSPro menerbitkan
sertifikat kesesuaian kepada Pemohon yang telah
memenuhi persyaratan Sertifikasi. Sertifikat
kesesuaian berlaku selama 4 (empat) tahun
setelah diterbitkan.

4.3.2 Sertifikat kesesuaian terhadap persyaratan SNI


paling sedikit harus memuat:
1. nomor sertifikat atau identifikasi unik
lainnya;
2. nomor atau identifikasi lain dari skema
Sertifikasi;
3. nama dan alamat LSPro;
4. nama dan alamat Pemohon (pemegang
sertifikat);
5. nomor atau identifikasi lain yang mengacu ke
perjanjian Sertifikasi;
6. pernyataan kesesuaian yang mencakup:
a. jenis/tipe/varian produk sesuai
peraturan kategori pangan yang berlaku;
b. jenis kemasan produk yang disertifikasi;
- 280 -

c. merek produk yang disertifikasi;


d. SNI yang menjadi dasar Sertifikasi; dan
e. nama dan alamat lokasi produksi.
7. status akreditasi atau pengakuan LSPro;
8. tanggal penerbitan sertifikat dan masa
berlakunya, serta riwayat sertifikat;dan
9. tanda tangan yang mengikat secara hukum
dari personel yang bertindak atas nama
LSPro sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.

E Pemeliharaan Sertifikasi
1 Pengawasan oleh LSPro
Pengawasan oleh LSPro dilakukan melalui kegiatan
surveilans. LSPro harus melaksanakan kunjungan surveilans
paling sedikit 2 (dua) kali dalam periode Sertifikasi, dengan
jarak antar evaluasi paling lama 12 (dua belas) bulan.
Kunjungan surveilans dilakukan melalui kegiatan evaluasi
berupa audit dan pengujian.

2 Sertifikasi ulang
2.1 LSPro harus melaksanakan Sertifikasi ulang paling
lambat 6 (enam) bulan sebelum masa berlaku sertifikat
berakhir.

2.2 Pelaksanaan Sertifikasi ulang dilakukan sesuai dengan


tahapan pada prosedur administratif.

2.3 Apabila tidak ada perubahan yang signifikan terkait


produk dan proses produksi sesuai dengan hasil audit
terakhir, maka LSPro dapat tidak melakukan evaluasi
tahap 1 (satu).

2.4 Apabila berdasarkan hasil Sertifikasi ulang ditemukan


ketidaksesuaian, Pemohon harus diberi kesempatan
untuk melakukan tindakan perbaikan dalam jangka
waktu tertentu sesuai dengan kebijakan LSPro.
- 281 -

F Evaluasi khusus
LSPro dapat melaksanakan evaluasi khusus dalam rangka audit
perluasan lingkup maupun tindak lanjut (investigasi) atas keluhan
atau informasi yang ada. Evaluasi khusus dalam rangka investigasi
keluhan atau informasi yang ada dilakukan oleh auditor yang
memiliki kompetensi untuk melakukan investigasi dan terbatas
pada permasalahan yang ada, serta dilakukan dalam waktu yang
singkat dari diperolehnya keluhan atau informasi.
Tahapan evaluasi khusus dalam rangka perluasan lingkup
dilakukan sesuai dengan tahapan prosedur administratif namun
terbatas pada perluasan lingkup yang diajukan. Evaluasi terhadap
perluasan lingkup Sertifikasi dapat dilakukan terpisah maupun
bersamaan dengan surveilans.

G Ketentuan pengurangan, pembekuan, dan pencabutan Sertifikasi


1 Pengurangan lingkup Sertifikasi
Pemohon dapat mengajukan pengurangan lingkup Sertifikasi
selama periode Sertifikasi.

2 Pembekuan dan pencabutan Sertifikasi


2.1 LSPro dapat membekukan Sertifikasi apabila Pemohon:
a. tidak mampu memperbaiki ketidaksesuaian yang
diterbitkan oleh LSPro pada saat surveilans
dan/atau saat evaluasi khusus; atau
b. menyampaikan permintaan pembekuan Sertifikasi
kepada LSPro.

2.2 LSPro harus membatasi periode pembekuan Sertifikasi


paling lama 6 (enam) bulan.

2.3 LSPro dapat melakukan pencabutan Sertifikasi Apabila


Pemohon:
a. tidak mampu memperbaiki ketidaksesuaian yang
mengakibatkan pembekuan Sertifikasi melebihi
batas waktu yang ditentukan; atau
b. menyampaikan permintaan pencabutan Sertifikasi
kepada LSPro.
- 282 -

2.4 LSPro dapat mempertimbangkan pembekuan atau


pencabutan Sertifikasi, atau tindakan lainnya yang
disebabkan oleh faktor lainnya dengan
mempertimbangkan risiko yang ditemukan.

H Keluhan dan banding


LSPro harus mengembangkan aturan penanganan keluhan dan
banding dengan mempertimbangkan kompetensi dan imparsialitas
pelaksanaan penanganan keluhan dan banding.

I Informasi publik
LSPro harus memublikasikan informasi kepada publik sesuai
persyaratan ISO/IEC 17065 termasuk informasi pelanggan yang
disertifikasi, dibekukan dan dicabut. Informasi publik terkait
informasi pelanggan yang disertifikasi, dibekukan dan dicabut
tersebut juga harus disampaikan melalui Aplikasi Barang Ber-SNI
(BangBeni) https://bangbeni.bsn.go.id.

J Kondisi khusus
Dalam hal ditemukan situasi yang tidak memungkinkan
penerapan persyaratan tertentu dalam Sertifikasi ini, maka akan
ditetapkan kebijakan BSN dengan mempertimbangkan masukan
dari KAN dan para pemangku kepentingan lainnya.

K Penggunaan Tanda SNI


1 Penggunaan tanda SNI dilakukan setelah mendapatkan
persetujuan penggunaan tanda SNI melalui Surat Persetujuan
Penggunaan Tanda (SPPT) SNI yang dikeluarkan oleh BSN
sesuai dengan ketentuan dalam Peraturan BSN yang
mengatur mengenai tata cara penggunaan tanda SNI dan
tanda kesesuaian berbasis SNI.

2 Permohonan persetujuan penggunaan tanda SNI diajukan


kepada BSN disertai dengan dokumen persyaratan yang
diatur dalam Peraturan BSN mengenai tata cara penggunaan
tanda SNI dan tanda kesesuaian berbasis SNI.
- 283 -

3 Tanda SNI sebagai bukti kesesuaian produk yang telah


memenuhi SNI adalah sebagai berikut:

Dengan ukuran:

Keterangan:
y = 11x
r = 0,5x

L Tahapan kritis proses produksi produk makanan ringan berbahan


dasar serealia dan kacang-kacangan

Tahapan kritis
No. Penjelasan tahapan kritis
proses produksi
1. Pemilihan bahan Bahan baku, bahan tambahan
baku, bahan pangan dan bahan kemasan harus
tambahan pangan memenuhi persyaratan yang
dan bahan ditetapkan atau peraturan terkait
kemasan yang berlaku
2. Proses produksi Proses produksi dilakukan dengan
metode tertentu yang dikendalikan
dan memperhatikan kesesuaian
-284-

Tahapan kritis
No. Penjelasan tahapan kritis
proses produksi
proses, termasuk kondisi lingkungan
kerja, kompetensi SDM, peralatan
produksi dan alat pemantauan
sesuai persyaratan yang ditetapkan
3. Pengendalian Pengendalian mutu produk
mutu
dilakukan dengan metode tertentu
yang dikendalikan, untuk
memastikan produk sesuai dengan
persyaratan mutu dan keamanan
yang ditetapkan
4. Pengemasan Pengemasan produk dilakukan
dengan metode tertentu yang
dikendalikan sesuai dengan
persyaratan SNI dan peraturan
terkait yang berlaku
5. Penandaan Penandaan dilakukan sesuai dengan
persyaratan SNI dan peraturan
terkait yang berlaku
Keterangan: Urutan tahapan kritis proses produksi disetiap
pemohon dapat berbeda

KEPALA BADAN STANDARDISASI NASIONAL

REPUBLIK INDONESIA.

TTD

BAMBANG PRASETYA

Salinan sesuai dengan aslinya


Kepala Biro-Sumber Daya Manusia, Organisasi, dan Hukum

Margahayu
- 285 -

LAMPIRAN XIX
PERATURAN BADAN STANDARDISASI NASIONAL
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 1 TAHUN 2020
TENTANG
SKEMA PENILAIAN KESESUAIAN TERHADAP STANDAR
NASIONAL INDONESIA SEKTOR MAKANAN DAN MINUMAN

PETUNJUK TEKNIS SKEMA SERTIFIKASI PRODUK MAKANAN BAYI


DAN ANAK

A. Ruang lingkup
Dokumen ini berlaku untuk acuan pelaksanaan Sertifikasi produk
makanan bayi dan anak berupa makanan bergizi yang diberikan
disamping ASI kepada bayi berusia 6 (enam) bulan ke atas atau
berdasarkan indikasi medik, sampai anak berusia 24 (dua puluh
empat) bulan untuk mencapai kecukupan gizi dalam masa
pertumbuhan, sesuai dengan lingkup SNI:

No Nama Produk Persyaratan SNI

1. Makanan Pendamping SNI 01-7111.1-2005 Makanan


Air Susu Ibu (MP–ASI) Pendamping Air Susu Ibu (MP–ASI)
Bubuk Instan – Bagian 1 : Bubuk Instan
2. Makanan Pendamping SNI 01-7111.2-2005 Makanan
Air Susu Ibu (MP–ASI) Pendamping Air Susu Ibu (MP–ASI)
Biskuit – Bagian 2 : Biskuit
3. Makanan Pendamping SNI 01-7111.3-2005 Makanan
Air Susu Ibu (MP–ASI) Pendamping Air Susu Ibu (MP–ASI)
Siap Masak – Bagian 3 : Siap masak
4. Makanan Pendamping SNI 01-7111.4-2005 Makanan
Air Susu Ibu (MP–ASI) Pendamping Air Susu Ibu (MP–ASI)
Siap Santap – Bagian 4 : Siap santap

B. Persyaratan Sertifikasi
Persyaratan acuan Sertifikasi produk:
1. SNI sebagaimana dimaksud dalam huruf A;
- 286 -

2. SNI dan standar lain yang diacu dalam SNI sebagaimana


dimaksud dalam huruf A;
3. Keputusan Bersama Menteri Kesehatan dan Menteri Pertanian
Nomor 881/MENKES/SKB/VIII/1996 dan
711/Kpts/TP.270/8/1996 tentang Batas Maksimum Residu
Pestisida pada Hasil Pertanian;
4. Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1999 tentang Label
dan Iklan Pangan;
5. Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 75/M-
IND/PER/7/2010 tentang Cara Produksi Pangan Olahan yang
Baik (Good Manufacturing Practices);
6. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 33 Tahun 2012 tentang
Bahan Tambahan Pangan;
7. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor
8 Tahun 2013 tentang Batas Maksimum Penggunaan Bahan
Tambahan Pangan Pengatur Keasaman;
8. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor
11 tahun 2013 tentang Batas Maksimum Penggunaan Bahan
Tambahan Pangan Pengembang;
9. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor
20 Tahun 2013 tentang Batas Maksimum Penggunaan Bahan
Tambahan Pangan Pengemulsi;
10. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor
38 Tahun 2013 tentang Batas Maksimum Penggunaan Bahan
Tambahan Pangan Antioksidan;
11. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 75 Tahun 2013 tentang
Angka Kecukupan Gizi yang Dianjurkan Bagi Bangsa
Indonesia;
12. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor
16 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas Peraturan Kepala
Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor
HK.03.1.23.07.11.6664 Tahun 2011 Tentang Pengawasan
Kemasan Pangan;
13. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor
16 Tahun 2016 tentang Kriteria Mikrobiologi dalam Pangan
Olahan;
- 287 -

14. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor


5 Tahun 2018 tentang Batas Maksimum Cemaran Logam
Berat dalam Pangan Olahan;
15. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor
8 Tahun 2018 tentang Batas Maksimum Cemaran Kimia
dalam Pangan Olahan; dan
16. Peraturan lain yang terkait dengan produk makanan bayi dan
anak.

C. Prosedur Sertifikasi
Prosedur Sertifikasi mencakup:
1. evaluasi awal; dan
2. inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi.

D. Persyaratan lembaga penilaian kesesuaian


Sertifikasi produk makanan bayi dan anak dilakukan oleh LPK
yang telah diakreditasi oleh KAN berdasarkan SNI ISO/IEC 17065,
Penilaian Kesesuaian – Persyaratan untuk Lembaga Sertifikasi
Produk, Proses, dan Jasa, untuk lingkup produk sebagaimana
dimaksud dalam Ruang Lingkup sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
Dalam hal LPK belum ada yang diakreditasi oleh KAN untuk
melakukan kegiatan Sertifikasi dengan ruang lingkup produk
makanan bayi dan anak, BSN dapat menunjuk LPK dengan ruang
lingkup yang sejenis sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.

E. Tahapan Sertifikasi
1. Pengajuan permohonan Sertifikasi
1.1. Pengajuan permohonan Sertifikasi dilakukan oleh pelaku
usaha. Kriteria pelaku usaha yang dapat mengajukan
Sertifikasi sesuai Peraturan Kepala BSN mengenai tata
cara penggunaan tanda SNI dan tanda kesesuaian
berbasis SNI.
- 288 -

1.2. Permohonan Sertifikasi harus dilengkapi dengan:


a. informasi Pemohon:
1. nama pemohon, alamat pemohon, serta nama dan
kedudukan atau jabatan personel yang
bertanggung jawab atas pengajuan permohonan
Sertifikasi;
2. bukti pemenuhan persyaratan izin usaha sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan;
3. pemenuhan persyaratan sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan tentang
pendaftaran dan hak kepemilikan atas merek yang
dikeluarkan oleh Kementerian Hukum dan Hak
Asasi Manusia;
4. apabila Pemohon melakukan pembuatan produk
dengan merek yang dimiliki oleh pihak lain,
menyertakan bukti perjanjian yang mengikat
secara hukum untuk melakukan pembuatan
produk untuk pihak lain;
5. apabila Pemohon bertindak sebagai pemilik merek
yang mensubkontrakkan proses produksinya
kepada pihak lain, menyertakan bukti
kepemilikan merek dan perjanjian subkontrak
pelaksanaan produksi dengan pihak lain;
6. apabila Pemohon bertindak sebagai perwakilan
resmi pemilik merek yang berkedudukan hukum
di luar negeri, menyertakan bukti perjanjian yang
mengikat secara hukum tentang penunjukan
sebagai perwakilan resmi pemilik merek di wilayah
Republik Indonesia; dan
7. pernyataan bahwa Pemohon Sertifikasi
bertanggung jawab penuh atas pemenuhan
persyaratan SNI dan pemenuhan persyaratan
proses Sertifikasi dan bersedia memberikan akses
terhadap lokasi dan/atau informasi yang
diperlukan oleh LSPro dalam melaksanakan
kegiatan Sertifikasi.
- 289 -

b. informasi produk:
1. merek produk yang diajukan untuk disertifikasi;
2. jenis/tipe/varian produk yang diajukan untuk
disertifikasi;
3. SNI yang digunakan sebagai dasar pengajuan
permohonan Sertifikasi;
4. foto produk dalam kemasan primer yang diajukan
untuk disertifikasi (dari arah depan, belakang dan
samping), serta informasi terkait kemasan primer
produk;
5. daftar bahan baku termasuk bahan tambahan
pangan;
6. label produk; dan
7. Apabila tersedia, foto kemasan sekunder dan
tersier produk yang diajukan untuk disertifikasi,
dari arah depan, belakang, samping, dan bagian
dalam.
c. informasi proses produksi:
1. nama, alamat, dan legalitas hukum pabrik;
2. struktur organisasi, nama dan jabatan personel
penanggung jawab proses produksi;
3. dokumentasi informasi tentang pemasok bahan
baku produk, prosedur evaluasi pemasok, serta
prosedur inspeksi bahan baku produk;
4. dokumentasi informasi tentang proses pembuatan
produk yang diajukan untuk disertifikasi,
termasuk proses yang disubkontrakkan ke pihak
lain;
5. dokumentasi informasi tentang prosedur dan
rekaman pengendalian mutu, termasuk pengujian
rutin, daftar peralatan, serta sertifikat kalibrasi
atau bukti verifikasi peralatan yang berpengaruh
terhadap mutu produk yang disertifikasi, dan
bukti atau segel tera atau tera ulang untuk alat
ukur yang digunakan dalam pengukuran berat
produk akhir;
- 290 -

6. dokumentasi informasi tentang prosedur dan


rekaman pengendalian dan penanganan produk
yang tidak sesuai;
7. dokumentasi informasi tentang pengemasan
produk dan pengelolaan produk di gudang akhir
produk sebelum dikirimkan dan/atau diedarkan
ke wilayah Republik Indonesia;
8. lokasi gudang penyimpanan produk di wilayah
Republik Indonesia;
9. bukti izin edar produk (MD/ML atau P-IRT) sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan;
10. menyertakan laporan hasil uji yang dilakukan
paling lambat 1 (satu) tahun sebelum pengajuan
Sertifikasi, yang memberikan bukti pemenuhan
produk yang diajukan untuk disertifikasi terhadap
persyaratan mutu dalam SNI dan peraturan
terkait;
11. apabila laporan hasil uji sebagaimana dinyatakan
pada angka 10 belum tersedia, Pemohon dapat
menyampaikan contoh produk kepada LSPro
untuk diuji di laboratorium yang memiliki
perjanjian alih daya dengan LSPro; dan
12. apabila telah tersedia, menyertakan Sertifikat
Penerapan Sistem Manajemen Mutu berdasarkan
SNI ISO 9001 atau Sistem Manajemen Keamanan
Pangan berdasarkan SNI ISO 22000 atau HACCP
berdasarkan SNI CAC/RCP 1 dari Lembaga
Sertifikasi yang diakreditasi oleh KAN atau oleh
badan akreditasi penandatangan International
Accreditation Forum (IAF)/Asia Pacific Accreditation
Cooperation (APAC) Multilateral Recognition
Agreement (MLA) dengan ruang lingkup yang
sesuai.
Informasi proses produksi sebagaimana dimaksud
pada butir 4, butir 5, butir 10, dan butir 11 tidak perlu
dilampirkan apabila Pemohon melakukan pengemasan
ulang produk yang dihasilkan oleh pihak lain yang
- 291 -

telah memiliki sertifikat kesesuaian produk atau Surat


Persetujuan Penggunaan Tanda (SPPT) SNI.

2. Tinjauan permohonan Sertifikasi


LSPro harus memastikan bahwa informasi yang diperoleh dari
permohonan Sertifikasi yang diajukan oleh Pemohon telah
lengkap dan memenuhi persyaratan.

3. Penandatanganan perjanjian Sertifikasi


Setelah permohonan Sertifikasi dinyatakan lengkap dan
Pemohon menyetujui persyaratan dan prosedur Sertifikasi yang
ditetapkan oleh LSPro sesuai dengan persyaratan SNI ISO/IEC
17065, perjanjian Sertifikasi ditandatangani oleh Pemohon dan
LSPro.

4. Penyusunan rencana evaluasi


Berdasarkan informasi yang diperoleh dari persyaratan
permohonan Sertifikasi yang disampaikan oleh Pemohon, LSPro
menetapkan rencana evaluasi yang mencakup:
a. jenis/tipe/ varian produk yang diajukan untuk disertifikasi
dan metode pengambilan contoh sesuai dengan
persyaratan SNI sebagaimana dimaksud dalam huruf A
yang diperlukan untuk pengujian produk dan mewakili
contoh produk yang diusulkan untuk disertifikasi;
b. informasi SNI yang digunakan sebagai dasar Sertifikasi
berdasarkan permohonan yang diajukan oleh Pemohon
Sertifikasi;
c. waktu yang diperlukan untuk pelaksanaan pengujian
berdasarkan standar acuan metode uji yang
dipersyaratkan; dan
d. waktu, lokasi pelaksanaan dan agenda inspeksi pabrik
atau asesmen proses produksi yang relevan dengan
pelaksanaan produksi produk yang diajukan untuk
disertifikasi, serta personel kompeten yang melakukan
evaluasi.
- 292 -

5. Pelaksanaan evaluasi awal terhadap produk


5.1. Pelaksanaan evaluasi awal terhadap produk mencakup:
a. Pemeriksaan awal terhadap kesesuaian informasi
produk dan proses produksi yang disampaikan
Pemohon sebagaimana dimaksud pada huruf E angka
1 terhadap lingkup produk yang ditetapkan dalam SNI
dan peraturan terkait.
b. Pengujian awal terhadap contoh produk berdasarkan
persyaratan mutu dalam SNI. Pengujian awal
dilakukan berdasarkan laporan hasil uji dari
laboratorium yang disampaikan Pemohon, yang
mencakup seluruh persyaratan mutu dalam SNI
sebagaimana dimaksud dalam huruf A.
Apabila laporan hasil uji tersebut menunjukkan bahwa
seluruh persyaratan mutu dalam SNI tersebut telah
terpenuhi, maka produk yang diajukan untuk
disertifikasi dianggap telah memenuhi persyaratan
pengujian awal.

5.2. Apabila hasil evaluasi awal menunjukkan ketidaksesuaian


terhadap persyaratan SNI, Pemohon harus diberi
kesempatan untuk melakukan tindakan perbaikan dalam
jangka waktu tertentu sesuai dengan kebijakan LSPro.

6. Pelaksanaan inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi


6.1. Inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi harus
dilakukan pada saat pabrik melakukan produksi, atau
pada kondisi tertentu dilakukan melalui simulasi proses
produksi produk yang diajukan untuk disertifikasi.

6.2. Inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi dilakukan


terhadap:
a. tanggung jawab dan komitmen personel penanggung
jawab pabrik terhadap konsistensi pemenuhan
produk terhadap persyaratan SNI;
- 293 -

b. ketersediaan dan pengendalian dokumentasi


informasi prosedur dan rekaman pengendalian
mutu, termasuk pengujian rutin;
c. fasilitas, lokasi, desain dan tata letak, bangunan,
sanitasi peralatan, sanitasi ruang proses, dan
higiene personel sesuai dengan ketentuan yang
berlaku tentang Cara Produksi Pangan Olahan yang
Baik;
d. tahapan kritis proses produksi, mulai dari bahan
baku sampai produk akhir paling sedikit pada
tahapan sebagaimana tercantum dalam huruf G;
e. kelengkapan serta fungsi peralatan produksi
termasuk peralatan pengendalian mutu paling
sedikitsebagaimana tercantum dalam huruf H;
f. bukti verifikasi berdasarkan hasil kalibrasi atau
hasil verifikasi peralatan produksi sebagaimana
disebutkan pada huruf e yang membuktikan bahwa
peralatan tersebut memenuhi persyaratan produksi.
Hasil verifikasi peralatan produksi dapat
ditunjukkan dengan prosedur yang diperlukan
untuk mencapai kondisi atau persyaratan yang
ditetapkan;
g. bukti tera atau tera ulang alat pengukuran berat
produk dalam kemasan akhir;
h. pengendalian dan penanganan produk yang tidak
sesuai; dan
i. pengemasan, penanganan, dan penyimpanan
produk, termasuk di gudang akhir produk yang siap
diedarkan.

6.3. Apabila pabrik telah menerapkan dan mendapatkan


sertifikat Sistem Manajemen Keamanan Pangan
berdasarkan SNI ISO 22000 atau HACCP berdasarkan
SNI CAC/RCP 1 dari Lembaga Sertifikasi yang
diakreditasi oleh KAN atau oleh badan akreditasi
penandatangan IAF/APAC MLA dengan ruang lingkup
yang sesuai, maka inspeksi pabrik atau asesmen proses
- 294 -

produksi dilakukan terhadap implementasi sistem


manajemen terkait mutu produk tersebut pada angka 6.2
huruf d, dan huruf e.

6.4. Apabila pabrik telah menerapkan Sistem Manajemen


Mutu berdasarkan SNI ISO 9001 dari Lembaga Sertifikasi
yang diakreditasi oleh KAN atau oleh badan akreditasi
penandatangan IAF/APAC MLA dengan ruang lingkup
yang sesuai, maka inspeksi pabrik atau asesmen proses
produksi dilakukan terhadap implementasi sistem
manajemen terkait mutu produk tersebut dan angka 6.2
huruf c, huruf d, dan huruf e.

6.5. Dalam hal Pemohon melakukan pengemasan ulang


produk yang dihasilkan oleh pihak lain, berlaku
ketentuan berikut:
a. apabila pihak lain tersebut telah memiliki sertifikat
kesesuaian produk atau Surat Persetujuan
Penggunaan Tanda (SPPT) SNI maka inspeksi pabrik
atau asesmen proses produksi sebagaimana
tercantum dalam angka 6.2 dilakukan di lokasi
Pemohon pada tahapan pengemasan; atau
b. apabila pihak lain tersebut belum memiliki sertifikat
kesesuaian produk atau Surat Persetujuan
Penggunaan Tanda (SPPT) SNI, maka inspeksi pabrik
atau asesmen proses produksi sebagaimana
tercantum dalam angka 6.2 dilakukan di lokasi
pembuatan produk yang dimiliki oleh pihak lain dan
di lokasi Pemohon.

6.6. Selama inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi,


LSPro melakukan pengambilan contoh produk oleh
petugas pengambil contoh dan selanjutnya diuji di
laboratorium milik LSPro atau Laboratorium yang telah
memiliki perjanjian alih daya dengan LSPro.
- 295 -

6.7. Apabila berdasarkan hasil inspeksi pabrik atau asesmen


proses produksi, termasuk hasil pengujian, tidak
diperoleh bukti-bukti yang kuat untuk menjamin
konsistensi produk terhadap persyaratan SNI, maka
Pemohon harus diberi kesempatan untuk melakukan
tindakan perbaikan dalam jangka waktu tertentu sesuai
dengan kebijakan LSPro.

7. Tinjauan
7.1. Tinjauan Hasil Evaluasi dilakukan terhadap:
a. Hasil evaluasi awal terhadap produk untuk
menunjukkan bahwa contoh produk yang mewakili
produk memenuhi persyaratan SNI yang diajukan
oleh Pemohon sebagai dasar permohonan Sertifikasi.
b. Hasil inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi
atau bukti obyektif untuk menunjukkan bahwa
pabrik memiliki proses produksi yang didukung
dengan segala sumber daya yang diperlukan untuk
menghasilkan produk yang secara konsisten dan
memenuhi persyaratan SNI yang diajukan oleh
Pemohon sebagai dasar permohonan Sertifikasi.

7.2. Tinjauan hasil evaluasi dinyatakan dalam bentuk


rekomendasi tertulis tentang pemenuhan SNI yang
diajukan oleh Pemohon untuk produk yang diajukan
untuk disertifikasi.

8. Penetapan keputusan Sertifikasi


8.1. Penetapan keputusan Sertifikasi dilakukan berdasarkan
rekomendasi yang dihasilkan dari proses tinjauan.

8.2. Penetapan keputusan Sertifikasi harus dilakukan oleh


satu atau sekelompok orang yang tidak terlibat dalam
proses evaluasi.
- 296 -

8.3. Penetapan keputusan Sertifikasi dapat dilakukan oleh


satu atau sekelompok orang yang sama dengan yang
melakukan tinjauan.

8.4. Rekomendasi untuk keputusan Sertifikasi berdasarkan


hasil tinjauan harus didokumentasikan, kecuali tinjauan
dan keputusan Sertifikasi diselesaikan secara bersamaan
oleh satu atau sekelompok orang yang sama.

8.5. LSPro harus memberitahu Pemohon Sertifikasi terkait


alasan menunda atau tidak memberikan keputusan
Sertifikasi, dan harus mengidentifikasikan alasan
keputusan tersebut. Apabila Pemohon Sertifikasi
menunjukkan keinginan untuk melanjutkan proses
Sertifikasi, LSPro dapat memulai kembali dari proses
evaluasi (angka 5).

9. Penerbitan sertifikat
Sertifikat kesesuaian terhadap persyaratan SNI diterbitkan
sesuai ketentuan sebagai berikut:
a. Sertifikat diterbitkan oleh LSPro setelah penetapan
keputusan Sertifikasi;
b. Sertifikat paling sedikit harus memuat:
1. nomor sertifikat atau identifikasi unik lainnya;
2. nomor atau identifikasi lain dari skema Sertifikasi;
3. nama dan alamat LSPro;
4. nama dan alamat Pemohon (pemegang sertifikat);
5. acuan ke perjanjian Sertifikasi;
6. pernyataan kesesuaian yang mencakup:
a. nama, merek, dan spesifikasi produk yang
dinyatakan memenuhi persyaratan;
b. SNI yang menjadi dasar Sertifikasi;
c. nama dan alamat lokasi produksi; dan
d. informasi terkait proses Sertifikasi.
7. status akreditasi atau pengakuan LSPro;
8. tanggal penerbitan sertifikat;
- 297 -

9. tanggal berakhir masa berlaku sertifikat yaitu 4


(empat) tahun sejak tanggal penerbitan sertifikat;
10. tanda tangan yang mengikat secara hukum dari
personel yang bertindak atas nama LSPro sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

10. Surveilans dan Sertifikasi ulang


10.1. LSPro harus melaksanakan surveilans paling sedikit 2
(dua) kali dalam periode Sertifikasi. Dalam hal ini berlaku
ketentuan sebagai berikut:
a. Surveilans pertama dilakukan melalui kegiatan:
1. Inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi;
dan/atau
2. Pengujian terhadap contoh produk yang akan
beredar.
Pemilihan jenis kegiatan pada surveilans pertama
tersebut dilakukan berdasarkan penilaian LSPro atas
hasil Sertifikasi sebelumnya.
Apabila surveilans pertama hanya dilakukan melalui
kegiatan pengujian terhadap contoh produk yang
akan beredar, penerima sertifikat harus
menyampaikan dokumentasi pengendalian mutu
proses produksi sejak penerbitan sertifikat sampai
dilakukan surveilans pertama.
b. Surveilans kedua dilakukan melalui kegiatan:
1. Inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi;
dan
2. Pengujian terhadap contoh produk yang akan
atau telah beredar.

10.2. LSPro harus melaksanakan Sertifikasi ulang paling


lambat pada bulan ke-42 (empat puluh dua) (empat
puluh dua) setelah penetapan Sertifikasi, melalui
kegiatan sebagaimana tercantum dalam angka 6.
- 298 -

F. Penggunaan tanda SNI


1. Penggunaan tanda SNI dilakukan setelah mendapatkan
persetujuan penggunaan Tanda SNI melalui Surat Persetujuan
Penggunaan Tanda (SPPT) SNI yang dikeluarkan oleh BSN
sesuai dengan ketentuan dalam Peraturan BSN mengenai tata
cara penggunaan tanda SNI dan tanda kesesuaian berbasis
SNI.

2. Tanda SNI sebagai bukti kesesuaian produk yang telah


memenuhi SNI adalah sebagai berikut:

Dengan ukuran:

Keterangan:
y = 11x
r = 0,5x
- 299 -

G. Tahapan kritis proses produksi produk makanan bayi dan anak


Produk
Makanan Makanan Makanan Makanan
Tahapan kritis Pendamping Pendamping Air Pendamping Air Pendamping Air
No. Penjelasan tahapan kritis
proses produksi Air Susu Ibu Susu Ibu Susu Ibu Susu Ibu
(MP–ASI) (MP–ASI) (MP–ASI) Siap (MP–ASI) Siap
Bubuk Instan Biskuit Masak Santap
1 Pemilihan bahan Bahan utama, bahan lain, bahan tambahan Berlaku Berlaku Berlaku Berlaku
utama, bahan pangan dan bahan kemasan harus memenuhi
lain, bahan persyaratan yang ditetapkan atau peraturan yang
tambahan pangan terkait. Bahan utama dan bahan lain yang
dan bahan terkandung dalam MP-ASI serta produknya tidak
kemasan boleh mendapat perlakuan iradiasi.
2 Sortasi (bila Proses sortasi dilakukan dengan metode tertentu Berlaku Berlaku Berlaku Berlaku
dilakukan) yang dikendalikan untuk meminimalisir benda
asing.
3 Penggilingan (bila Penggilingan dilakukan dengan metode tertentu Berlaku Berlaku Berlaku Berlaku
dilakukan) yang dikendalikan untuk mendapatkan ukuran
bahan sesuai yang diinginkan.
4 Pencampuran Pencampuran atau pembuatan adonan dilakukan Berlaku Berlaku Berlaku Berlaku
atau pembuatan dengan metode tertentu yang dikendalikan untuk
adonan mendapatkan adonan yang homogen.
- 300 -

Produk
Makanan Makanan Makanan Makanan
Tahapan kritis Pendamping Pendamping Air Pendamping Air Pendamping Air
No. Penjelasan tahapan kritis
proses produksi Air Susu Ibu Susu Ibu Susu Ibu Susu Ibu
(MP–ASI) (MP–ASI) (MP–ASI) Siap (MP–ASI) Siap
Bubuk Instan Biskuit Masak Santap
5 Pembentukan Pembentukan (molding) dilakukan dengan metode Tidak berlaku Berlaku Tidak berlaku Tidak berlaku
(molding) atau tertentu yang dikendalikan untuk mendapatkan
pemotongan bentuk produk yang diinginkan.
6 Pemasakan Pemasakan dilakukan dengan metode tertentu Berlaku Berlaku Berlaku Berlaku
yang dikendalikan untuk mendapatkan produk
yang matang.
7 Pengeringan Pengeringan dilakukan dengan metode tertentu Berlaku Berlaku Berlaku Tidak berlaku
yang dikendalikan untuk mendapatkan produk
dengan kadar air sesuai yang dipersyaratkan.
8 Penyaringan Penyaringan dilakukan dengan metode tertentu Berlaku Tidak berlaku Berlaku Berlaku
yang dikendalikan untuk mendapatkan bentuk dan
tekstur yang diinginkan.
9 Pencampuran Pencampuran kering dilakukan dengan Berlaku Tidak berlaku Berlaku Tidak berlaku
kering menambahkan bahan lainnya untuk mendapatkan
produk akhir sesuai yang diinginkan.
10 Pengemasan Pengemasan dilakukan berdasarkan persyaratan Berlaku Berlaku Berlaku Berlaku
dalam SNI.
- 301 -

Produk
Makanan Makanan Makanan Makanan
Tahapan kritis Pendamping Pendamping Air Pendamping Air Pendamping Air
No. Penjelasan tahapan kritis
proses produksi Air Susu Ibu Susu Ibu Susu Ibu Susu Ibu
(MP–ASI) (MP–ASI) (MP–ASI) Siap (MP–ASI) Siap
Bubuk Instan Biskuit Masak Santap
11 Sterilisasi Sterilisasi dilakukan pada suhu, waktu dan Tidak berlaku Tidak berlaku Tidak berlaku Berlaku
tekanan tertentu yang dikendalikan untuk
mematikan mikroba patogen.
12 Pelabelan Pelabelan dilakukan berdasarkan persyaratan SNI Berlaku Berlaku Berlaku Berlaku
dan peraturan terkait.

Keterangan: Urutan tahapan kritis proses produksi disetiap pemohon dapat berbeda
-302-

H. Kelengkapan minimal peralatan produksi termasuk peralatan


pengendatian mutu produk makanan bayi dan anak
No. Produk Peralatan

1. Makanan Pendamping Alat penggiling, alat pencampur, alat


Air Susu Ibu (MP-ASI) pemasak, alat pengering, alat
Bubuk Instan penyaring, alat pengukur berat dan
alat pengukur kadar air.

2. Makanan Pendamping Alat penggiling, alat pencampur, alat


Air Susu Ibu (MP-ASI) pembentuk/pemotong, alat pemasak,
Biskuit alat pengukur berat dan alat
pengukur kadar air.

3. Makanan Pendamping Alat penggiling, alat pencampur, alat


Air Susu Ibu (MP-ASI) pemasak, alat pengering, alat
Siap Masak penyaring, alat pengukur berat dan
alat pengukur kadar air.

4. Makanan Pendamping Alat penggiling, alat pencampur, alat


Air Susu Ibu (MP-ASI) pemasak, alat penyaring, alat
Siap Santap sterilisasi dan alat pengukur berat.

KEPALA BADAN STANDARDISASl NASIONAL

REPUBLIK INDONESIA,

TTD

BAMBANG PRASETYA

SgJinan^esual dengan aslinya


Kepala 'a Manusia, Organisasi, dan Hukum

arganayu
- 303 -

LAMPIRAN XX
PERATURAN BADAN STANDARDISASI NASIONAL
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 1 TAHUN 2020
TENTANG
SKEMA PENILAIAN KESESUAIAN TERHADAP STANDAR
NASIONAL INDONESIA SEKTOR MAKANAN DAN MINUMAN

PETUNJUK TEKNIS SKEMA SERTIFIKASI PRODUK TEPUNG DAN PATI

A Ruang lingkup
Dokumen ini berlaku untuk acuan pelaksanaan Sertifikasi produk
tepung dan pati.

B Persyaratan acuan
Persyaratan acuan Sertifikasi produk tepung dan pati mencakup:
1. SNI produk tepung dan pati sebagaimana ditetapkan dalam
Keputusan Kepala Badan Standardisasi Nasional mengenai
daftar SNI sektor Makanan dan Minuman;
2. SNI dan standar lain yang diacu dalam SNI sebagaimana
dimaksud dalam angka 1;
3. Peraturan yang mengatur tentang label dan iklan pangan;
4. Peraturan yang mengatur tentang cara produksi pangan
olahan yang baik (Good Manufacturing Practices);
5. Peraturan yang mengatur tentang kemasan pangan;
6. Peraturan yang mengatur tentang bahan tambahan pangan;
7. Penerapan Cara Produksi Pangan Olahan yang Baik (CPPOB),
Sistem Manajemen Mutu (SMM) berdasarkan SNI ISO 9001,
Sistem Manajemen Mutu Keamanan Pangan (SMKP)
berdasarkan SNI ISO 22000 atau HACCP berdasarkan SNI
CAC/RCP 1; dan
8. Peraturan lain yang terkait produk tepung dan pati.

C Jenis kegiatan penilaian kesesuaian


Penilaian kesesuaian dilakukan melalui kegiatan Sertifikasi.
Sertifikasi produk tepung dan pati dilakukan oleh LPK yang telah
diakreditasi oleh KAN berdasarkan SNI ISO/IEC 17065, Penilaian
- 304 -

Kesesuaian – Persyaratan untuk Lembaga Sertifikasi Produk,


Proses, dan Jasa, untuk lingkup produk tepung dan pati.
Dalam hal LPK belum ada yang diakreditasi KAN untuk melakukan
kegiatan Sertifikasi dengan ruang lingkup produk tepung dan pati,
BSN dapat menunjuk LPK dengan lingkup yang sejenis sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

D Prosedur administratif
1. Pengajuan permohonan Sertifikasi
1.1 LSPro harus menyusun format permohonan Sertifikasi
bagi pelaku usaha untuk mendapatkan seluruh
informasi seperti diatur pada huruf D angka 1.3.

1.2 Pengajuan permohonan Sertifikasi dilakukan oleh pelaku


usaha. Kriteria pelaku usaha yang dapat mengajukan
Sertifikasi sesuai Peraturan BSN yang mengatur
mengenai tata cara penggunaan tanda SNI dan tanda
kesesuaian berbasis SNI.

1.3 Permohonan Sertifikasi harus dilengkapi dengan:


a. informasi Pemohon:
1. nama Pemohon, alamat Pemohon, serta nama
dan kedudukan atau jabatan personel yang
bertanggung jawab atas pengajuan permohonan
Sertifikasi;
2. bukti pemenuhan persyaratan izin usaha sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan;
3. bukti izin edar produk sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan;
4. bukti kepemilikan atas merek atau tanda daftar
yang dikeluarkan oleh Kementerian Hukum dan
Hak Asasi Manusia;
5. apabila Pemohon melakukan pembuatan
produk dengan merek yang dimiliki oleh pihak
lain, menyertakan bukti perjanjian yang
- 305 -

mengikat secara hukum untuk melakukan


pembuatan produk untuk pihak lain;
6. apabila Pemohon bertindak sebagai pemilik
merek yang mensubkontrakkan proses
produksinya kepada pihak lain, menyertakan
bukti kepemilikan merek dan perjanjian
subkontrak pelaksanaan produksi dengan
pihak lain;
7. apabila Pemohon bertindak sebagai perwakilan
resmi pemilik merek yang berkedudukan
hukum di luar negeri, menyertakan bukti
perjanjian yang mengikat secara hukum
tentang penunjukan sebagai perwakilan resmi
pemilik merek di wilayah Republik Indonesia;
8. pernyataan bahwa Pemohon bertanggung jawab
penuh atas pemenuhan persyaratan SNI dan
pemenuhan persyaratan proses Sertifikasi,
serta bersedia memberikan akses terhadap
lokasi dan/atau informasi yang diperlukan oleh
LSPro dalam melaksanakan kegiatan Sertifikasi.
b. informasi produk:
1. merek produk yang diajukan untuk
disertifikasi;
2. jenis/tipe/varian produk yang diajukan untuk
disertifikasi;
3. spesifikasi produk setiap merek yang diajukan
untuk disertifikasi;
4. SNI yang digunakan sebagai dasar pengajuan
permohonan Sertifikasi,
5. daftar bahan baku termasuk bahan tambahan
pangan;
6. label produk;
7. jenis kemasan produk;
8. foto produk dalam kemasan primer yang
diajukan untuk disertifikasi (dari arah depan,
belakang dan samping), serta informasi terkait
kemasan primer produk;
- 306 -

9. apabila ada, foto kemasan sekunder dan tersier


produk yang diajukan untuk disertifikasi, dari
arah depan, belakang, dan samping.
c. informasi proses produksi:
1. nama, alamat, dan legalitas hukum pabrik
(apabila berbeda dengan legalitas Pemohon);
2. nama dan alamat fasilitas produksi mencakup
semua fasilitas yang digunakan untuk
memproduksi produk yang akan disertifikasi
(misal gudang bahan baku, produksi,
pengemasan produk, pengangkutan produk
jadi, gudang produk jadi dan lainnya) termasuk
kegiatan yang dialihdayakan;
3. struktur organisasi;
4. dokumentasi tentang desain dan tata letak
proses produksi serta proses pembuatan
produk yang diajukan untuk disertifikasi;
5. dokumentasi terkait proses dan pengendalian
produksi;
6. dokumentasi tentang peralatan produksi dan
pengukuran termasuk program
kalibrasi/verifikasi peralatan;
7. apabila telah tersedia, menyertakan sertifikat
penerapan Sistem Manajemen Mutu
berdasarkan SNI ISO 9001 atau Sistem
Manajemen Keamanan Pangan berdasarkan SNI
ISO 22000 atau HACCP berdasarkan SNI
CAC/RCP 1 dari lembaga Sertifikasi yang
diakreditasi oleh KAN atau oleh badan
akreditasi penandatangan International
Accreditation Forum (IAF)/Asia Pacific
Accreditation Cooperation (APAC) Multilateral
Recognition Agreement (MLA) dengan ruang
lingkup yang sesuai.
- 307 -

2. Seleksi
2.1 Tinjauan permohonan Sertifikasi
2.1.1 LSPro harus memastikan bahwa informasi yang
diperoleh dari permohonan Sertifikasi yang
diajukan oleh Pemohon telah lengkap dan
memenuhi persyaratan, serta dapat memastikan
kemampuan LSPro untuk menindaklanjuti
permohonan Sertifikasi.

2.1.2 Tinjauan permohonan Sertifikasi harus dilakukan


oleh personel yang memiliki kompetensi sesuai
dengan lingkup permohonan Sertifikasi.

2.2 Penandatanganan perjanjian Sertifikasi


Setelah permohonan Sertifikasi dinyatakan lengkap dan
memenuhi persyaratan serta Pemohon menyetujui
persyaratan dan prosedur Sertifikasi yang ditetapkan
oleh LSPro, dilakukan penandatanganan perjanjian
Sertifikasi oleh Pemohon dan LSPro.

2.3 Penyusunan rencana evaluasi


2.3.1 Berdasarkan informasi yang diperoleh dari
persyaratan permohonan Sertifikasi yang
disampaikan oleh Pemohon, LSPro menetapkan
rencana evaluasi yang mencakup:
a. tujuan, waktu, durasi, lokasi pelaksanaan,
tim, metode, dan agenda evaluasi proses
produksi dan CPPOB atau sistem manajemen
yang relevan dengan pelaksanaan proses
produksi produk yang diajukan untuk
disertifikasi;
b. jenis/tipe/varian produk yang diajukan
untuk disertifikasi dan metode pengambilan
contoh sesuai dengan persyaratan SNI yang
diperlukan untuk pengujian produk, yang
mewakili contoh produk yang diusulkan
untuk disertifikasi;
- 308 -

c. informasi SNI yang digunakan sebagai dasar


Sertifikasi berdasarkan permohonan yang
diajukan oleh Pemohon; dan
d. waktu yang diperlukan untuk pelaksanaan
pengujian berdasarkan standar acuan
metode uji yang dipersyaratkan.

2.3.2 Rencana evaluasi harus mempertimbangkan


kesesuaian produksi yang dilakukan oleh pabrik
sesuai lingkup produk yang diajukan untuk
disertifikasi.

2.3.3 Pelaksanaan evaluasi dilakukan oleh personel atau


tim audit yang memiliki kriteria kompetensi
sebagai berikut:
1. Pengetahuan tentang prinsip, praktik dan
teknik audit;
2. Pengetahuan tentang proses dan prosedur
Sertifikasi yang ditetapkan oleh LSPro;
3. Pengetahuan tentang standar sistem
manajemen:
a. SNI ISO 9001 tentang sistem manajemen
mutu;
b. SNI ISO 22000 tentang sistem
manajemen mutu keamanan pangan;
c. SNI CAC/RCP 1 tentang rekomendasi
nasional kode praktis – prinsip umum
higiene pangan, dan/atau
d. Cara Produksi Pangan Olahan yang Baik
(CPPOB).
Catatan: sesuai yang diterapkan oleh
pemohon Sertifikasi.
4. Pengetahuan yang dibuktikan dengan
sertifikat, tentang SNI produk tepung dan
pati;
- 309 -

5. Pengetahuan yang dibuktikan dengan


sertifikat dan/atau pengalaman tentang
sektor bisnis produk tepung dan pati; dan
6. Pengetahuan tentang produk, proses dan
organisasi pemohon Sertifikasi.

3. Determinasi
Determinasi mencakup 2 (dua) tahap evaluasi, yaitu evaluasi
tahap 1 (satu) dan evaluasi tahap 2 (dua).

3.1 Pelaksanaan evaluasi tahap 1 (satu)


3.1.1 Pada evaluasi tahap 1 (satu) dilakukan
pemeriksaan awal terhadap kesesuaian informasi
produk dan proses produksi yang disampaikan
Pemohon pada huruf D angka 1.3 terhadap
lingkup produk yang ditetapkan dalam SNI dan
peraturan terkait.

3.1.2 Apabila hasil evaluasi tahap 1 (satu)


menunjukkan ketidaksesuaian terhadap
persyaratan, Pemohon harus diberi kesempatan
untuk melakukan tindakan perbaikan dalam
jangka waktu tertentu sesuai dengan kebijakan
LSPro.

3.2 Pelaksanaan evaluasi tahap 2 (dua)


3.2.1 Evaluasi tahap 2 (dua) dilaksanakan melalui audit
proses produksi dan CPPOB atau sistem
manajemen yang relevan serta pengujian produk.

3.2.2 Audit proses produksi dan CPPOB atau sistem


manajemen yang relevan dilakukan pada saat
pabrik melakukan produksi produk yang diajukan
atau pada kondisi tertentu dilakukan melalui
simulasi proses produksi produk yang diajukan
untuk disertifikasi.
- 310 -

3.2.3 Audit dilakukan dengan metode audit yang


merupakan kombinasi dari audit dokumen dan
rekaman, wawancara, observasi, demonstrasi,
atau metode audit lainnya.

3.2.4 Audit dilakukan terhadap:


a. tanggung jawab dan komitmen personel
penanggung jawab pabrik terhadap
konsistensi pemenuhan produk terhadap
persyaratan SNI;
b. ketersediaan dan pengendalian prosedur dan
rekaman pengendalian mutu, termasuk
pengujian rutin;
c. fasilitas, lokasi, desain dan tata letak,
bangunan, sanitasi peralatan, sanitasi ruang
proses, dan higiene personel sesuai dengan
ketentuan yang berlaku tentang CPPOB;
d. tahapan kritis proses produksi, mulai dari
bahan baku sampai produk akhir paling
sedikit pada tahapan seperti yang diuraikan
dalam huruf L;
e. kelengkapan serta fungsi peralatan produksi
termasuk peralatan pengendalian mutu;
f. bukti verifikasi berdasarkan hasil kalibrasi
atau hasil verifikasi peralatan produksi
sebagaimana disebutkan pada huruf e yang
membuktikan bahwa peralatan tersebut
memenuhi persyaratan produksi. Hasil
verifikasi peralatan produksi dapat
ditunjukkan dengan prosedur yang
diperlukan untuk mencapai kondisi atau
persyaratan yang ditetapkan;
g. bukti tera atau tera ulang alat pengukur
berat produk dalam kemasan akhir;
h. pengendalian dan penanganan produk yang
tidak sesuai; dan
- 311 -

i. pengemasan, penanganan, dan penyimpanan


produk, termasuk di gudang akhir produk
yang siap diedarkan.

3.2.5 Apabila Pemohon telah menerapkan dan


mendapatkan sertifikat SMKP berdasarkan SNI
ISO 22000 atau HACCP berdasarkan SNI
CAC/RCP 1 dari lembaga Sertifikasi yang
diakreditasi oleh KAN atau oleh badan akreditasi
penandatangan IAF/APAC MLA dengan ruang
lingkup yang sesuai, maka inspeksi pabrik atau
asesmen proses produksi dilakukan terhadap
implementasi sistem manajemen terkait mutu
produk tersebut dan angka 3.2.4 huruf d sampai
dengan huruf i.

3.2.6 Apabila Pemohon telah menerapkan dan


mendapatkan sertifikat SMM berdasarkan SNI ISO
9001 dari lembaga Sertifikasi yang diakreditasi
oleh KAN atau oleh badan akreditasi
penandatangan IAF/APAC MLA dengan ruang
lingkup yang sesuai, maka inspeksi pabrik atau
asesmen proses produksi dilakukan terhadap
implementasi sistem manajemen terkait mutu
produk tersebut dan angka 3.2.4 huruf c sampai
dengan huruf i.

3.2.7 Apabila Pemohon hanya melakukan kegiatan


pengemasan produk akhir, maka audit pada
angka 3.2.4 tidak berlaku, namun LSPro harus
memastikan kesesuaian terhadap:
1. produk yang akan dikemas sesuai
persyaratan SNI yang dibuktikan melalui
pemenuhan hasil uji yang diterbitkan oleh
laboratorium pihak ketiga yang diakreditasi
oleh KAN atau badan akreditasi
penandatangan IAF/APAC MLA secara
- 312 -

periodik setiap batch dan mencakup seluruh


pemasok;
2. tahapan proses di pemasok yang dibuktikan
melalui penyertaan sertifikat CPPOB, sistem
manajemen atau sertifikat Pemeriksaan
Sarana dan Bangunan (PSB) yang dimiliki
oleh pemasok; dan
3. tahapan kritis proses produksi seperti yang
diuraikan dalam huruf L, yang dibuktikan
melalui audit proses produksi pada seluruh
kegiatan yang dikendalikan oleh Pemohon.

3.2.8 Pengambilan contoh produk dilakukan saat audit


proses produksi berdasarkan persyaratan dalam
SNI. Pengambilan contoh produk untuk pengujian
dilakukan oleh personel kompeten yang
ditugaskan oleh LSPro. Contoh produk diambil
dari lini produksi atau gudang penyimpanan
produk.

3.2.9 Contoh produk diambil sesuai dengan kebutuhan


pengujian yang mewakili:
a. kemasan logam dan/atau non logam; dan
b. merek yang diajukan untuk disertifikasi.
Catatan: merek dapat mewakili merek lainnya
apabila memiliki spesifikasi yang sama.

3.2.10 Pengujian dilakukan di laboratorium yang telah


menerapkan ISO/IEC 17025 untuk lingkup
produk yang disertifikasi. Penerapan ISO/IEC
17025 dapat dibuktikan melalui:
a. akreditasi oleh KAN;
b. akreditasi oleh badan akreditasi
penandatangan saling pengakuan dalam
forum APAC dan International Laboratory
Accreditation Cooperation (ILAC); atau
- 313 -

c. penilaian yang dilakukan oleh LSPro


terhadap laboratorium.

3.2.11 Apabila pengujian dilakukan di laboratorium


Pemohon, maka LSPro harus memastikan
kesesuaian kompetensi dan imparsialitas proses
pengujian yang dilakukan, misalnya melalui
penyaksian proses pengujian.
3.2.12 Laboratorium Pemohon yang digunakan untuk
pengujian produk yang disertifikasi harus
memenuhi persyaratan sebagaimana tercantum
pada angka 3.2.10 huruf a atau huruf b.

3.2.13 Apabila berdasarkan hasil evaluasi tahap 2 (dua)


ditemukan ketidaksesuaian, Pemohon harus
diberi kesempatan untuk melakukan tindakan
perbaikan dalam jangka waktu tertentu sesuai
dengan kebijakan LSPro.

3.2.14 Apabila hasil pengujian dari laboratorium


menunjukkan ketidaksesuaian maka dapat
dilakukan pengujian ulang paling banyak 1 (satu)
kali dengan mengambil contoh produk dari lini
produksi atau gudang penyimpanan produk.

4. Tinjauan dan keputusan


4.1 Tinjauan
4.1.1 Tinjauan hasil evaluasi dilakukan terhadap
pemenuhan seluruh persyaratan Sertifikasi dan
kesesuaian proses Sertifikasi, mulai dari pengajuan
permohonan Sertifikasi, pelaksanaan evaluasi tahap
1 (satu) dan evaluasi tahap 2 (dua).

4.1.2 Tinjauan hasil evaluasi dinyatakan dalam bentuk


rekomendasi tertulis tentang pemenuhan SNI yang
diajukan oleh Pemohon untuk produk yang diajukan
untuk disertifikasi.
- 314 -

4.2 Penetapan keputusan Sertifikasi


4.2.1 Penetapan keputusan Sertifikasi dilakukan
berdasarkan rekomendasi yang dihasilkan dari
proses tinjauan.

4.2.2 Penetapan keputusan Sertifikasi harus dilakukan


oleh 1 (satu) orang atau sekelompok orang yang
tidak terlibat dalam proses evaluasi.

4.2.3 Penetapan keputusan Sertifikasi dapat dilakukan


oleh 1 (satu) orang atau sekelompok orang yang
sama dengan yang melakukan tinjauan.

4.2.4 Rekomendasi untuk keputusan Sertifikasi


berdasarkan hasil tinjauan harus
didokumentasikan, kecuali tinjauan dan keputusan
Sertifikasi diselesaikan secara bersamaan oleh orang
atau sekelompok orang yang sama.

4.2.5 LSPro harus memberitahu secara tertulis kepada


Pemohon terkait menunda atau tidak memberikan
keputusan Sertifikasi, dan harus menyampaikan
alasan keputusan tersebut.

4.2.6 Apabila Pemohon menunjukkan keinginan untuk


melanjutkan proses Sertifikasi setelah LSPro
memutuskan tidak memberikan Sertifikasi,
Pemohon dapat menyampaikan permohonan untuk
melanjutkan proses Sertifikasi.

4.2.7 Permohonan melanjutkan proses Sertifikasi harus


disampaikan oleh Pemohon kepada LSPro secara
tertulis paling lambat 1 (satu) bulan setelah
pemberitahuan keputusan tidak memberikan
Sertifikasi diterbitkan oleh LSPro. Proses Sertifikasi
dapat dimulai kembali dari evaluasi tahap 2 (dua).
- 315 -

4.3 Bukti kesesuaian


4.3.1 Bukti kesesuaian berupa sertifikat kesesuaian yang
diterbitkan oleh LSPro. LSPro menerbitkan sertifikat
kesesuaian kepada Pemohon yang telah memenuhi
persyaratan Sertifikasi. Sertifikat kesesuaian
berlaku selama 4 (empat) tahun setelah diterbitkan.

4.3.2 Sertifikat kesesuaian terhadap persyaratan SNI


paling sedikit harus memuat:
1. nomor sertifikat atau identifikasi unik lainnya;
2. nomor atau identifikasi lain dari skema
Sertifikasi;
3. nama dan alamat LSPro;
4. nama dan alamat Pemohon (pemegang
sertifikat);
5. nomor atau identifikasi lain yang mengacu ke
perjanjian Sertifikasi;
6. pernyataan kesesuaian yang mencakup:
a. jenis/tipe/varian produk sesuai peraturan
kategori pangan yang berlaku;
b. jenis kemasan produk yang disertifikasi;
c. merek produk yang disertifikasi;
d. SNI yang menjadi dasar Sertifikasi; dan
e. nama dan alamat lokasi produksi.
7. status akreditasi atau pengakuan LSPro;
8. tanggal penerbitan sertifikat dan masa
berlakunya, serta riwayat sertifikat;dan
9. tanda tangan yang mengikat secara hukum dari
personel yang bertindak atas nama LSPro
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.

E Pemeliharaan Sertifikasi
1 Pengawasan oleh LSPro
Pengawasan oleh LSPro dilakukan melalalui kegiatan
surveilans. LSPro harus melaksanakan kunjungan surveilans
paling sedikit 2 (dua) kali dalam periode Sertifikasi, dengan
- 316 -

jarak antar evaluasi paling lama 12 (dua belas) bulan.


Kunjungan surveilans dilakukan melalui kegiatan evaluasi
berupa audit dan pengujian.

2 Sertifikasi ulang
2.1 LSPro harus melaksanakan Sertifikasi ulang Paling
lambat 6 (enam) bulan sebelum masa berlaku sertifikat
berakhir.

2.2 Pelaksanaan Sertifikasi ulang dilakukan sesuai dengan


tahapan pada prosedur administratif.

2.3 Apabila tidak ada perubahan yang signifikan terkait


produk dan proses produksi sesuai dengan hasil audit
terakhir, maka LSPro dapat tidak melakukan evaluasi
tahap 1 (satu).

2.4 Apabila berdasarkan hasil Sertifikasi ulang ditemukan


ketidaksesuaian, Pemohon harus diberi kesempatan
untuk melakukan tindakan perbaikan dalam jangka
waktu tertentu sesuai dengan kebijakan LSPro.

F Evaluasi khusus
LSPro dapat melaksanakan evaluasi khusus dalam rangka audit
perluasan lingkup maupun tindak lanjut (investigasi) atas keluhan
atau informasi yang ada. Evaluasi khusus dalam rangka investigasi
keluhan atau informasi yang ada dilakukan oleh auditor yang
memiliki kompetensi untuk melakukan investigasi dan terbatas
pada permasalahan yang ada, serta dilakukan dalam waktu yang
singkat dari diperolehnya keluhan atau informasi.
Tahapan evaluasi khusus dalam rangka perluasan lingkup
dilakukan sesuai dengan tahapan prosedur administratif namun
terbatas pada perluasan lingkup yang diajukan. Evaluasi terhadap
perluasan lingkup Sertifikasi dapat dilakukan terpisah maupun
bersamaan dengan surveilans.
- 317 -

G Ketentuan pengurangan, pembekuan, dan pencabutan Sertifikasi


1 Pengurangan lingkup Sertifikasi
Pemohon dapat mengajukan pengurangan lingkup Sertifikasi
selama periode Sertifikasi.

2 Pembekuan dan pencabutan Sertifikasi


2.1 LSPro dapat membekukan Sertifikasi apabila Pemohon:
a. tidak mampu memperbaiki ketidaksesuaian yang
diterbitkan oleh LSPro pada saat surveilans
dan/atau saat evaluasi khusus; atau
b. menyampaikan permintaan pembekuan Sertifikasi
kepada LSPro.

2.2 LSPro harus membatasi periode pembekuan Sertifikasi


paling lama 6 (enam) bulan.

2.3 LSPro dapat melakukan pencabutan Sertifikasi Apabila


Pemohon:
a. tidak mampu memperbaiki ketidaksesuaian yang
mengakibatkan pembekuan Sertifikasi melebihi
batas waktu yang ditentukan; atau
b. menyampaikan permintaan pencabutan Sertifikasi
kepada LSPro

2.4 LSPro dapat mempertimbangkan pembekuan atau


pencabutan Sertifikasi, atau tindakan lainnya yang
disebabkan oleh faktor lainnya dengan
mempertimbangkan risiko yang ditemukan.

H Keluhan dan banding


LSPro harus mengembangkan aturan penanganan keluhan dan
banding dengan mempertimbangkan kompetensi dan imparsialitas
pelaksanaan penanganan keluhan dan banding.

I Informasi publik
LSPro harus memublikasikan informasi kepada publik sesuai
persyaratan ISO/IEC 17065 termasuk informasi pelanggan yang
- 318 -

disertifikasi, dibekukan dan dicabut. Informasi publik terkait


informasi pelanggan yang disertifikasi, dibekukan dan dicabut
tersebut juga harus disampaikan melalui Aplikasi Barang Ber-SNI
(BangBeni) https://bangbeni.bsn.go.id.

J Kondisi khusus
Dalam hal ditemukan situasi yang tidak memungkinkan
penerapan persyaratan tertentu dalam Sertifikasi ini, maka akan
ditetapkan kebijakan BSN dengan mempertimbangkan masukan
dari KAN dan para pemangku kepentingan lainnya.

K Penggunaan Tanda SNI


1 Penggunaan tanda SNI dilakukan setelah mendapatkan
persetujuan penggunaan tanda SNI melalui Surat Persetujuan
Penggunaan Tanda (SPPT) SNI yang dikeluarkan oleh BSN
sesuai dengan ketentuan dalam Peraturan BSN yang
mengatur mengenai tata cara penggunaan tanda SNI dan
tanda kesesuaian berbasis SNI.

2 Permohonan persetujuan penggunaan tanda SNI diajukan


kepada BSN disertai dengan dokumen persyaratan yang
diatur dalam Peraturan BSN mengenai tata cara penggunaan
tanda SNI dan tanda kesesuaian berbasis SNI.

3 Tanda SNI sebagai bukti kesesuaian produk yang telah


memenuhi SNI adalah sebagai berikut:
- 319 -

Dengan ukuran:

Keterangan:
y = 11x
r = 0,5x

L Tahapan kritis proses produksi produk tepung dan pati

Tahapan kritis
No. Penjelasan tahapan kritis
proses produksi
1. Pemilihan bahan Bahan baku, bahan tambahan
baku, bahan pangan dan bahan kemasan harus
tambahan pangan memenuhi persyaratan yang
dan bahan kemasan ditetapkan atau peraturan terkait
yang berlaku
2. Proses produksi Proses produksi dilakukan dengan
metode tertentu yang dikendalikan
dan memperhatikan kesesuaian
proses, termasuk kondisi
lingkungan kerja, kompetensi
SDM, peralatan produksi dan alat
pemantauan sesuai persyaratan
yang ditetapkan
3. Pengendalian mutu Pengendalian mutu produk
dilakukan dengan metode tertentu
yang dikendalikan, untuk
memastikan produk sesuai dengan
persyaratan mutu dan keamanan
yang ditetapkan
Tahapan kritis
No. Penjelasan tahapan kritis
proses produksi
4. Pengemasan Pengemasan prodiak dilakukan
dengan metode tertentu yang
dikendalikan sesuai dengan
persyaratan SNI dan peraturan
terkait yang berlaku
5. Penandaan Penandaan dilakukan sesuai

dengan persyaratan SNI dan


peraturan terkait yang berlaku
Keterangan: Urutan tahapan kritis proses produksi disetiap
pemohon dapat berbeda

KEPALA BADAN STANDARDISASI NASIONAL

REPUBLIK INDONESIA,

TTD

BAMBANG PRASETYA

Salinan SQSuai dengan aslinya


.4*u A

Kepala Biro^StArnB&^^^>ya Manusia, Organisasi, dan Hukum

a Margahayu
'findoh
- 321 -

LAMPIRAN XXI
PERATURAN BADAN STANDARDISASI NASIONAL
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 1 TAHUN 2020
TENTANG
SKEMA PENILAIAN KESESUAIAN TERHADAP STANDAR
NASIONAL INDONESIA SEKTOR MAKANAN DAN MINUMAN

PETUNJUK TEKNIS SKEMA SERTIFIKASI PRODUK DAGING KUAH


DALAM KALENG

A. Ruang lingkup
Dokumen ini berlaku untuk acuan pelaksanaan Sertifikasi produk
daging kuah dalam kaleng yang merupakan hasil olahan daging
(daging yang diperoleh dari hewan potong yaitu sapi, kerbau, kuda,
kambing dan domba) yang berbentuk potongan atau irisan dengan
atau tanpa penambahan bahan makanan lain, bumbu dan bahan
tambahan makanan lain yang diizinkan, dikalengkan secara
permetik dan disterilkan.

B. Persyaratan Sertifikasi
Persyaratan acuan Sertifikasi produk:
1. SNI 01-3838-1995 Daging kuah dalam kaleng;
2. SNI dan standar lain yang diacu dalam SNI 01-3838-1995
Daging kuah dalam kaleng;
3. Peraturan yang terkait yaitu:
a. Surat Keputusan Menteri Pertanian Nomor
413/Kpts/Tn.310/7/1992 tentang Pemotongan Hewan
Potong dan Penanganan Daging serta Ikutannya;
b. Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1999 tentang
Label dan Iklan Pangan;
c. Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 75/M-
IND/PER/7/2010 tentang Cara Produksi Pangan Olahan
yang Baik (Good Manufacturing Practices);
d. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 33 Tahun 2012
tentang Bahan Tambahan Pangan;
- 322 -

e. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan


Nomor 36 Tahun 2013 tentang Batas Maksimum
Penggunaan Bahan Tambahan Pangan Pengawet;
f. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan
Nomor 16 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas Peraturan
Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor
HK.03.1.23.07.11.6664 Tahun 2011 Tentang Pengawasan
Kemasan Pangan;
g. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan
Nomor 16 Tahun 2016 tentang Kriteria Mikrobiologi dalam
Pangan Olahan;
h. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan
Nomor 5 Tahun 2018 tentang Batas Maksimum Cemaran
Logam Berat dalam Pangan Olahan; dan
i. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan
Nomor 8 Tahun 2018 tentang Batas Maksimum Cemaran
Kimia dalam Pangan Olahan.
4. Peraturan lain yang terkait dengan produk produk daging kuah
dalam kaleng.

C. Prosedur Sertifikasi
Prosedur Sertifikasi mencakup:
1. evaluasi awal; dan
2. inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi.

D. Persyaratan Lembaga Penilaian Kesesuaian


Sertifikasi produk daging kuah dalam kaleng dilakukan oleh LPK
yang telah diakreditasi oleh KAN berdasarkan SNI ISO/IEC 17065,
Penilaian Kesesuaian – Persyaratan untuk Lembaga Sertifikasi
Produk, Proses, dan Jasa, untuk lingkup produk sebagaimana
dimaksud dalam Ruang Lingkup sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
Dalam hal LPK belum ada yang diakreditasi oleh KAN untuk
melakukan kegiatan Sertifikasi dengan ruang lingkup produk
daging kuah dalam kaleng, BSN dapat menunjuk LPK dengan
ruang lingkup yang sejenis sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
- 323 -

E. Tahapan Sertifikasi
1. Pengajuan permohonan Sertifikasi
1.1. Pengajuan permohonan Sertifikasi dilakukan oleh pelaku
usaha. Kriteria pelaku usaha yang dapat mengajukan
Sertifikasi sesuai Peraturan BSN mengenai tata cara
penggunaan Tanda SNI dan Tanda Kesesuaian berbasis
SNI.

1.2. Permohonan Sertifikasi harus dilengkapi dengan:


a. informasi Pemohon:
1. nama pemohon, alamat pemohon, serta nama dan
kedudukan atau jabatan personel yang
bertanggung jawab atas pengajuan permohonan
Sertifikasi;
2. bukti pemenuhan persyaratan izin usaha sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan;
3. pemenuhan persyaratan sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan tentang
pendaftaran dan hak kepemilikan atas merek yang
dikeluarkan oleh Kementerian Hukum dan Hak
Asasi Manusia;
4. apabila Pemohon melakukan pembuatan produk
dengan merek yang dimiliki oleh pihak lain,
menyertakan bukti perjanjian yang mengikat
secara hukum untuk melakukan pembuatan
produk untuk pihak lain;
5. apabila Pemohon bertindak sebagai pemilik merek
yang mensubkontrakkan proses produksinya
kepada pihak lain, menyertakan bukti
kepemilikan merek dan perjanjian subkontrak
pelaksanaan produksi dengan pihak lain;
6. apabila Pemohon bertindak sebagai perwakilan
resmi pemilik merek yang berkedudukan hukum
di luar negeri, menyertakan bukti perjanjian yang
mengikat secara hukum tentang penunjukan
sebagai perwakilan resmi pemilik merek di wilayah
Republik Indonesia; dan
- 324 -

7. pernyataan bahwa Pemohon Sertifikasi


bertanggung jawab penuh atas pemenuhan
persyaratan SNI dan pemenuhan persyaratan
proses Sertifikasi dan bersedia memberikan akses
terhadap lokasi dan/atau informasi yang
diperlukan oleh LSPro dalam melaksanakan
kegiatan Sertifikasi.
b. informasi produk:
1. merek produk yang diajukan untuk disertifikasi;
2. jenis/tipe/varian produk yang diajukan untuk
disertifikasi;
3. SNI yang digunakan sebagai dasar pengajuan
permohonan Sertifikasi;
4. foto produk dalam kemasan primer yang diajukan
untuk disertifikasi (dari arah depan, belakang dan
samping), serta informasi terkait kemasan primer
produk;
5. daftar bahan baku termasuk bahan tambahan
pangan;
6. label produk; dan
7. apabila tersedia, foto kemasan sekunder dan
tersier produk yang diajukan untuk disertifikasi,
dari arah depan, belakang, samping, dan bagian
dalam.
c. informasi proses produksi:
1. nama, alamat, dan legalitas hukum pabrik;
2. struktur organisasi, nama dan jabatan personel
penanggung jawab proses produksi;
3. dokumentasi informasi tentang pemasok bahan
baku produk, prosedur evaluasi pemasok, serta
prosedur inspeksi bahan baku produk;
4. dokumentasi informasi tentang proses pembuatan
produk yang diajukan untuk disertifikasi,
termasuk proses yang disubkontrakkan ke pihak
lain;
5. dokumentasi informasi tentang prosedur dan
rekaman pengendalian mutu, termasuk pengujian
- 325 -

rutin, daftar peralatan, serta sertifikat kalibrasi


atau bukti verifikasi peralatan yang berpengaruh
terhadap mutu produk yang disertifikasi, dan
bukti atau segel tera atau tera ulang untuk alat
ukur yang digunakan dalam pengukuran berat
produk dalam kemasan akhir;
6. dokumentasi informasi tentang prosedur dan
rekaman pengendalian dan penanganan produk
yang tidak sesuai;
7. dokumentasi informasi tentang pengemasan
produk dan pengelolaan produk di gudang akhir
produk sebelum dikirimkan dan/atau diedarkan
ke wilayah Republik Indonesia;
8. lokasi gudang penyimpanan produk di wilayah
Republik Indonesia;
9. bukti izin edar produk (MD/ML) sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan;
10. menyertakan laporan hasil uji yang dilakukan
paling lambat 1 (satu) tahun sebelum pengajuan
Sertifikasi, yang memberikan bukti pemenuhan
produk yang diajukan untuk disertifikasi terhadap
persyaratan mutu dalam SNI dan peraturan
terkait;
11. apabila laporan hasil uji sebagaimana dinyatakan
pada angka 10 belum tersedia, Pemohon dapat
menyampaikan contoh produk kepada LSPro
untuk diuji di laboratorium yang memiliki
perjanjian alih daya dengan LSPro; dan
12. apabila telah tersedia, menyertakan Sertifikat
Penerapan Sistem Manajemen Mutu berdasarkan
SNI ISO 9001 atau Sistem Manajemen Keamanan
Pangan berdasarkan SNI ISO 22000 atau HACCP
berdasarkan SNI CAC/RCP 1 dari Lembaga
Sertifikasi yang diakreditasi oleh KAN atau oleh
badan akreditasi penandatangan International
Accreditation Forum (IAF)/Asia Pacific Accreditation
Cooperation (APAC) Multilateral Recognition
- 326 -

Agreement (MLA) dengan ruang lingkup yang


sesuai.
Informasi pada butir 4, butir 5, butir 10 dan butir 11
tidak perlu dilampirkan apabila Pemohon melakukan
pengemasan ulang produk yang dihasilkan oleh pihak
lain yang telah memiliki sertifikat kesesuaian produk
atau Surat Persetujuan Penggunaan Tanda (SPPT) SNI.

2. Tinjauan permohonan Sertifikasi


LSPro harus memastikan bahwa informasi yang diperoleh dari
permohonan Sertifikasi yang diajukan oleh Pemohon telah
lengkap dan memenuhi persyaratan.

3. Penandatanganan perjanjian Sertifikasi


Setelah permohonan Sertifikasi dinyatakan lengkap dan
Pemohon menyetujui persyaratan dan prosedur Sertifikasi
yang ditetapkan oleh LSPro sesuai dengan persyaratan SNI
ISO/IEC 17065, perjanjian Sertifikasi ditandatangani oleh
Pemohon dan LSPro.

4. Penyusunan rencana evaluasi


Berdasarkan informasi yang diperoleh dari persyaratan
permohonan Sertifikasi yang disampaikan oleh Pemohon,
LSPro menetapkan rencana evaluasi yang mencakup:
a. jenis/tipe/varian produk yang diajukan untuk disertifikasi
dan metode pengambilan contoh sesuai dengan
persyaratan SNI 01-3838-1995 Daging kuah dalam kaleng,
yang diperlukan untuk pengujian produk dan mewakili
contoh produk yang diusulkan untuk disertifikasi;
b. informasi SNI yang digunakan sebagai dasar Sertifikasi
berdasarkan permohonan yang diajukan oleh Pemohon
Sertifikasi;
c. waktu yang diperlukan untuk pelaksanaan pengujian
berdasarkan standar acuan metode uji yang
dipersyaratkan; dan
d. waktu, lokasi pelaksanaan dan agenda inspeksi pabrik
atau asesmen proses produksi yang relevan dengan
- 327 -

pelaksanaan produksi produk yang diajukan untuk


disertifikasi, serta personel kompeten yang melakukan
evaluasi.

5. Pelaksanaan evaluasi awal terhadap produk


5.1. Pelaksanaan evaluasi awal terhadap produk mencakup:
a. Pemeriksaan awal terhadap kesesuaian informasi
produk dan proses produksi yang disampaikan
Pemohon sebagaimana dimaksud pada huruf E angka
1 terhadap lingkup produk yang ditetapkan dalam
SNI dan peraturan terkait.
b. Pengujian awal terhadap contoh produk berdasarkan
persyaratan mutu dalam SNI. Pengujian awal
dilakukan berdasarkan laporan hasil uji dari
laboratorium yang disampaikan Pemohon, yang
mencakup seluruh persyaratan mutu dalam SNI 01-
3838-1995 Daging kuah dalam kaleng. Apabila
laporan hasil uji tersebut menunjukkan bahwa
seluruh persyaratan mutu dalam SNI tersebut telah
terpenuhi, maka produk yang diajukan untuk
disertifikasi dianggap telah memenuhi persyaratan
pengujian awal.

5.2. Apabila hasil evaluasi awal menunjukkan


ketidaksesuaian terhadap persyaratan SNI, Pemohon
harus diberi kesempatan untuk melakukan tindakan
perbaikan dalam jangka waktu tertentu sesuai dengan
kebijakan LSPro.

6. Pelaksanaan inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi


6.1. Inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi harus
dilakukan pada saat pabrik melakukan produksi, atau
pada kondisi tertentu dilakukan melalui simulasi proses
produksi produk yang diajukan untuk disertifikasi.
- 328 -

6.2. Inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi dilakukan


terhadap:
a. tanggung jawab dan komitmen personel penanggung
jawab pabrik terhadap konsistensi pemenuhan
produk terhadap persyaratan SNI;
b. ketersediaan dan pengendalian dokumentasi
informasi prosedur dan rekaman pengendalian
mutu, termasuk pengujian rutin;
c. fasilitas, lokasi, desain dan tata letak, bangunan,
sanitasi peralatan, sanitasi ruang proses, dan
higiene personel sesuai dengan ketentuan yang
berlaku tentang Cara Produksi Pangan Olahan yang
Baik;
d. tahapan kritis proses produksi, mulai dari bahan
baku sampai produk akhir paling sedikit pada
tahapan sebagaimana tercantum dalam huruf G;
e. kelengkapan serta fungsi peralatan produksi
termasuk peralatan pengendalian mutu, paling
sedikit alat pemotong, alat perebusan, alat
pengisian, alat penutup kaleng (seamer), alat
sterilisasi (retort), alat pendinginan, alat pengukur
ketebalan lipatan kaleng (can seam micrometer), alat
pengukur berat dan alat pengukur suhu;
f. bukti verifikasi berdasarkan hasil kalibrasi atau
hasil verifikasi peralatan produksi sebagaimana
disebutkan pada huruf e yang membuktikan bahwa
peralatan tersebut memenuhi persyaratan produksi.
Hasil verifikasi peralatan produksi dapat
ditunjukkan dengan prosedur yang diperlukan
untuk mencapai kondisi atau persyaratan yang
ditetapkan;
g. bukti tera atau tera ulang alat pengukuran berat
produk dalam kemasan akhir;
h. pengendalian dan penanganan produk yang tidak
sesuai; dan
- 329 -

i. pengemasan, penanganan, dan penyimpanan


produk, termasuk di gudang akhir produk yang siap
diedarkan.

6.3. Apabila pabrik telah menerapkan Sistem Manajemen


Keamanan Pangan berdasarkan SNI ISO 22000 atau
HACCP berdasarkan SNI CAC/RCP 1 dari Lembaga
Sertifikasi yang diakreditasi oleh KAN atau oleh badan
akreditasi penandatangan IAF/APAC MLA dengan ruang
lingkup yang sesuai, maka inspeksi pabrik atau asesmen
proses produksi dilakukan terhadap implementasi sistem
manajemen terkait mutu produk tersebut dan angka 6.2
huruf d dan e.

6.4. Apabila Pabrik telah menerapkan Sistem Manajemen


Mutu berdasarkan SNI ISO 9001 dari Lembaga Sertifikasi
yang diakreditasi oleh KAN atau oleh badan akreditasi
penandatangan IAF/APAC MLA dengan ruang lingkup
yang sesuai, maka inspeksi pabrik atau asesmen proses
produksi dilakukan terhadap implementasi sistem
manajemen terkait mutu produk tersebut dan angka 6.2
huruf c, huruf d, dan huruf e.

6.5. Dalam hal Pemohon melakukan pengemasan ulang


produk yang dihasilkan oleh pihak lain, berlaku
ketentuan berikut:
a. apabila pihak lain tersebut telah memiliki sertifikat
kesesuaian produk atau Surat Persetujuan
Penggunaan Tanda (SPPT) SNI maka inspeksi pabrik
atau asesmen proses produksi sebagaimana
tercantum dalam angka 6.2 dilakukan di lokasi
Pemohon pada tahapan pengemasan; atau
b. apabila pihak lain tersebut belum memiliki sertifikat
kesesuaian produk atau Surat Persetujuan
Penggunaan Tanda (SPPT) SNI, maka inspeksi pabrik
atau asesmen proses produksi sebagaimana
tercantum dalam angka 6.2 dilakukan di lokasi
- 330 -

pembuatan produk yang dimiliki oleh pihak lain dan


di lokasi Pemohon.

6.6. Selama inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi,


LSPro melakukan pengambilan contoh produk oleh
petugas pengambil contoh dan selanjutnya diuji di
laboratorium milik LSPro atau laboratorium yang telah
memiliki perjanjian alih daya dengan LSPro.

6.7. Apabila berdasarkan hasil inspeksi pabrik atau asesmen


proses produksi, termasuk hasil pengujian, tidak
diperoleh bukti-bukti yang kuat untuk menjamin
konsistensi produk terhadap persyaratan SNI, maka
Pemohon harus diberi kesempatan untuk melakukan
tindakan perbaikan dalam jangka waktu tertentu sesuai
dengan kebijakan LSPro.

7. Tinjauan
7.1. Tinjauan Hasil Evaluasi dilakukan terhadap:
a. Hasil evaluasi awal terhadap produk untuk
menunjukkan bahwa contoh produk yang mewakili
produk memenuhi persyaratan SNI yang diajukan
oleh Pemohon sebagai dasar permohonan Sertifikasi.
b. Hasil inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi
atau bukti obyektif untuk menunjukkan bahwa
pabrik memiliki proses produksi yang didukung
dengan segala sumber daya yang diperlukan untuk
menghasilkan produk yang secara konsisten dan
memenuhi persyaratan SNI yang diajukan oleh
Pemohon sebagai dasar permohonan Sertifikasi.

7.2. Tinjauan hasil evaluasi dinyatakan dalam bentuk


rekomendasi tertulis tentang pemenuhan SNI yang
diajukan oleh Pemohon untuk produk yang diajukan
untuk disertifikasi.
- 331 -

8. Penetapan keputusan Sertifikasi


8.1. Penetapan keputusan Sertifikasi dilakukan berdasarkan
rekomendasi yang dihasilkan dari proses tinjauan.

8.2. Penetapan keputusan Sertifikasi harus dilakukan oleh


satu atau sekelompok orang yang tidak terlibat dalam
proses evaluasi.

8.3. Penetapan keputusan Sertifikasi dapat dilakukan oleh


satu atau sekelompok orang yang sama dengan yang
melakukan tinjauan.

8.4. Rekomendasi untuk keputusan Sertifikasi berdasarkan


hasil tinjauan harus didokumentasikan, kecuali tinjauan
dan keputusan Sertifikasi diselesaikan secara bersamaan
oleh satu atau sekelompok orang yang sama.

8.5. LSPro harus memberitahu Pemohon Sertifikasi terkait


alasan menunda atau tidak memberikan keputusan
Sertifikasi, dan harus mengidentifikasikan alasan
keputusan tersebut. Apabila Pemohon Sertifikasi
menunjukkan keinginan untuk melanjutkan proses
Sertifikasi, LSPro dapat memulai kembali dari proses
evaluasi (angka 5).

9. Penerbitan sertifikat
Sertifikat kesesuaian terhadap persyaratan SNI diterbitkan
sesuai ketentuan sebagai berikut:
a. Sertifikat diterbitkan oleh LSPro setelah penetapan
keputusan Sertifikasi;
b. Sertifikat paling sedikit harus memuat:
1. nomor sertifikat atau identifikasi unik lainnya;
2. nomor atau identifikasi lain dari skema Sertifikasi;
3. nama dan alamat LSPro;
4. nama dan alamat Pemohon (pemegang sertifikat);
5. acuan ke perjanjian Sertifikasi;
6. pernyataan kesesuaian yang mencakup:
- 332 -

a. nama, merek, dan spesifikasi produk yang


dinyatakan memenuhi persyaratan;
b. SNI yang menjadi dasar Sertifikasi;
c. nama dan alamat lokasi produksi; dan
d. informasi terkait proses Sertifikasi.
7. status akreditasi atau pengakuan LSPro;
8. tanggal penerbitan sertifikat;
9. tanggal berakhir masa berlaku sertifikat yaitu 4
(empat) tahun sejak tanggal penerbitan sertifikat; dan
10. tanda tangan yang mengikat secara hukum dari
personel yang bertindak atas nama LSPro sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

10. Surveilans dan Sertifikasi ulang


10.1. LSPro harus melaksanakan surveilans paling sedikit 2
(dua) kali dalam periode Sertifikasi. Dalam hal ini
berlaku ketentuan sebagai berikut:
a. Surveilans pertama dilakukan melalui kegiatan:
1. Inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi;
dan/atau
2. Pengujian terhadap contoh produk yang akan
beredar.
Pemilihan jenis kegiatan pada surveilans pertama
tersebut dilakukan berdasarkan penilaian LSPro
atas hasil Sertifikasi sebelumnya.
Apabila surveilans pertama hanya dilakukan
melalui kegiatan pengujian terhadap contoh produk
yang akan beredar, penerima sertifikat harus
menyampaikan dokumentasi pengendalian mutu
proses produksi sejak penerbitan sertifikat sampai
dilakukan surveilans pertama.
b. Surveilans kedua dilakukan melalui kegiatan:
1. Inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi;
dan
2. Pengujian terhadap contoh produk yang akan
atau telah beredar.
- 333 -

10.2. LSPro harus melaksanakan Sertifikasi ulang paling


lambat pada bulan ke-42 (empat puluh dua) setelah
penetapan Sertifikasi, melalui kegiatan sebagaimana
tercantum dalam angka 6.

F. Penggunaan tanda SNI


1. Penggunaan tanda SNI dilakukan setelah mendapatkan
persetujuan penggunaan Tanda SNI melalui Surat
Persetujuan Penggunaan Tanda (SPPT) SNI yang dikeluarkan
oleh BSN sesuai dengan ketentuan Peraturan Kepala BSN
mengenai tata cara penggunaan Tanda SNI dan Tanda
Kesesuaian berbasis SNI.

2. Tanda SNI sebagai bukti kesesuaian produk yang telah


memenuhi SNI adalah sebagai berikut:

Dengan ukuran:

Keterangan:
y = 11x
r = 0,5x
- 334 -

G. Tahapan kritis proses produksi produk daging kuah dalam kaleng


Tahapan kritis proses
No. Penjelasan tahapan kritis
produksi
1. Pemilihan bahan baku, Bahan baku, bahan penolong, bahan
bahan penolong, bahan tambahan pangan dan bahan
tambahan pangan dan kemasan harus memenuhi
bahan kemasan persyaratan yang ditetapkan atau
peraturan yang terkait.
2. Pemotongan Pemotongan dilakukan untuk
mendapatkan bagian dan ukuran
bahan baku yang diinginkan sesuai
persyaratan.
3. Perebusan Perebusan dilakukan pada suhu dan
waktu tertentu yang dikendalikan
untuk mendapatkan produk yang
matang.
4. Pembuatan medium Penggunaan bahan medium sesuai
dengan persyaratan.
5. Pengisian (filling) dengan Proses pengisian dengan medium
medium dilakukan hingga mencapai berat
atau volume tertentu yang masih
menyisakan ruang kosong
permukaan produk dengan tutup
(head space) dalam kemasan.
6. Penghampaan (exhausting) Proses exhausting dilakukan pada
waktu dan suhu tertentu yang
dikendalikan untuk menghilangkan
sebagian besar udara dan gas lain
dari dalam kaleng sesaat sebelum
dilakukan penutupan kaleng.
7. Penutupan kaleng (sealing) Kaleng segera ditutup dengan rapat
dan hermetis yang dikendalikan
untuk menjamin kualitas produk.
8. Sterilisasi Proses sterilisasi dilakukan pada
suhu, waktu dan tekanan tertentu
yang dikendalikan untuk mematikan
-335-

Tahapan kritis proses


No. Penjelasan tahapan kritis
produksi
mikroba.

9. Pendinginan Pendinginan dilakukan pada suhu


dan waktu tertentu yang
dikendalikan untuk mendapatkan
suhu produk sesuai dengan
persyaratan yang ditetapkan.
10. Pengemasan Produk dikemas dalam wadah yang
tertutup rapat, tidak dipengaruhi
atau mempengaruhi isi, aman selama
penyimpanan dan pengangkutan.
11. Penandaan Penandaan dilakukan sesuai dengan
persyaratan penandaan pada SNI.
Keterangan: Urutan tahapan kritis proses produksi disetiap
pemohon dapat berbeda

KEPALA BADAN STANDARDISASI NASIONAL

REPUBLIK INDONESIA,

TTD

BAMBANG PRASETYA

Salinan .sesuai dengan aslinya


Kepala Biro^)dtTTber DayaManusia, Organisasi, dan Hukum
\^\

Margahayu
i'K fNOO
- 336 -

LAMPIRAN XXII
PERATURAN BADAN STANDARDISASI NASIONAL
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 1 TAHUN 2020
TENTANG
SKEMA PENILAIAN KESESUAIAN TERHADAP STANDAR
NASIONAL INDONESIA SEKTOR MAKANAN DAN MINUMAN

PETUNJUK TEKNIS SKEMA SERTIFIKASI PRODUK PRODUK IKAN DAN


PRODUK PERIKANAN YANG DIKERINGKAN

A Ruang lingkup
Dokumen ini berlaku untuk acuan pelaksanaan Sertifikasi produk
ikan dan produk perikanan termasuk moluska, krustase dan
ekinodermata yang dikeringkan.
Dokumen ini tidak berlaku untuk Sertifikasi produk yang
mengalami pengolahan lebih lanjut.

B Persyaratan acuan
Persyaratan acuan Sertifikasi produkikan dan produk perikanan
yang dikeringkanmencakup:
1. SNI produk ikan dan produk perikanan yang dikeringkan
sebagaimana ditetapkan dalam Keputusan Kepala Badan
Standardisasi Nasional mengenai daftar SNI sektor Makanan
dan Minuman.
2. SNI dan standar lain yang diacu dalam SNI sebagaimana
dimaksud dalam angka 1;
3. Peraturan yang mengatur tentang label dan iklan pangan;
4. Peraturan yang mengatur tentang cara produksi pangan
olahan yang baik (Good Manufacturing Practices);
5. Peraturan yang mengatur tentang kemasan pangan;
6. Peraturan yang mengatur tentang bahan tambahan pangan;
7. Peraturan yang mengatur tentang persyaratan jaminan mutu
dan keamanan hasil perikanan pada proses produksi,
pengolahan dan distribusi;
- 337 -

8. Penerapan Cara Produksi Pangan Olahan yang Baik (CPPOB),


Sistem Manajemen Mutu (SMM) berdasarkan SNI ISO 9001,
Sistem Manajemen Mutu Keamanan Pangan (SMKP)
berdasarkan SNI ISO 22000 atau HACCP berdasarkan SNI
CAC/RCP 1; dan
9. Peraturan lain yang terkait produk ikan dan produk
perikanan yang dikeringkan.

C Jenis kegiatan penilaian kesesuaian


Sertifikasi produk ikan dan produk perikanan yang dikeringkan
dilakukan oleh LPK yang telah diakreditasi oleh KAN berdasarkan
SNI ISO/IEC 17065, Penilaian Kesesuaian – Persyaratan untuk
Lembaga Sertifikasi Produk, Proses, dan Jasa, untuk lingkup
produk ikan dan produk perikanan yang dikeringkan.
Dalam hal LPK belum ada yang diakreditasi KAN untuk melakukan
kegiatan Sertifikasi dengan ruang lingkup produk ikan dan produk
perikanan yang dikeringkan, BSN dapat menunjuk LPK dengan
lingkup yang sejenis sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.

D Prosedur administratif
1. Pengajuan permohonan Sertifikasi
1.1 LSPro harus menyusun format permohonan Sertifikasi
bagi pelaku usaha untuk mendapatkan seluruh
informasi seperti diatur pada huruf D angka 1.3.

1.2 Pengajuan permohonan Sertifikasi dilakukan oleh pelaku


usaha. Kriteria pelaku usaha yang dapat mengajukan
Sertifikasi sesuai Peraturan BSN yang mengatur
mengenai tata cara penggunaan tanda SNI dan tanda
kesesuaian berbasis SNI.

1.3 Permohonan Sertifikasi harus dilengkapi dengan:


a. informasi Pemohon:
1. nama Pemohon, alamat Pemohon, serta nama
dan kedudukan atau jabatan personel yang
- 338 -

bertanggung jawab atas pengajuan permohonan


Sertifikasi;
2. bukti pemenuhan persyaratan izin usaha sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan;
3. bukti izin edar produk sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan;
4. bukti kepemilikan atas merek atau tanda daftar
yang dikeluarkan oleh Kementerian Hukum dan
Hak Asasi Manusiaa;
5. apabila Pemohon melakukan pembuatan
produk dengan merek yang dimiliki oleh pihak
lain, menyertakan bukti perjanjian yang
mengikat secara hukum untuk melakukan
pembuatan produk untuk pihak lain;
6. apabila Pemohon bertindak sebagai pemilik
merek yang mensubkontrakkan proses
produksinya kepada pihak lain, menyertakan
bukti kepemilikan merek dan perjanjian
subkontrak pelaksanaan produksi dengan
pihak lain;
7. apabila Pemohon bertindak sebagai perwakilan
resmi pemilik merek yang berkedudukan
hukum di luar negeri, menyertakan bukti
perjanjian yang mengikat secara hukum
tentang penunjukan sebagai perwakilan resmi
pemilik merek di wilayah Republik Indonesia;
8. pernyataan bahwa Pemohon bertanggung jawab
penuh atas pemenuhan persyaratan SNI dan
pemenuhan persyaratan proses Sertifikasi,
serta bersedia memberikan akses terhadap
lokasi dan/atau informasi yang diperlukan oleh
LSPro dalam melaksanakan kegiatan Sertifikasi.
b. informasi produk:
1. merek produk yang diajukan untuk
disertifikasi;
- 339 -

2. jenis/tipe/varian produk yang diajukan untuk


disertifikasi;
3. spesifikasi produk setiap merek yang diajukan
untuk disertifikasi;
4. SNI yang digunakan sebagai dasar pengajuan
permohonan Sertifikasi,
5. daftar bahan baku termasuk bahan tambahan
pangan;
6. label produk;
7. jenis kemasan produk;
8. foto produk dalam kemasan primer yang
diajukan untuk disertifikasi (dari arah depan,
belakang dan samping), serta informasi terkait
kemasan primer produk;
9. apabila ada, foto kemasan sekunder dan tersier
produk yang diajukan untuk disertifikasi, dari
arah depan, belakang, dan samping.
c. informasi proses produksi:
1. nama, alamat, dan legalitas hukum pabrik
(apabila berbeda dengan legalitas Pemohon);
2. nama dan alamat fasilitas produksi mencakup
semua fasilitas yang digunakan untuk
memproduksi produk yang akan disertifikasi
(misal gudang bahan baku, produksi,
pengemasan produk, pengangkutan produk
jadi, gudang produk jadi dan lainnya) termasuk
kegiatan yang dialihdayakan;
3. struktur organisasi;
4. dokumentasi tentang desain dan tata letak
proses produksi serta proses pembuatan
produk yang diajukan untuk disertifikasi;
5. dokumentasi terkait proses dan pengendalian
produksi;
6. dokumentasi tentang peralatan produksi dan
pengukuran termasuk program
kalibrasi/verifikasi peralatan;
- 340 -

7. apabila telah tersedia, menyertakan sertifikat


penerapan Sistem Manajemen Mutu
berdasarkan SNI ISO 9001 atau Sistem
Manajemen Keamanan Pangan berdasarkan SNI
ISO 22000 atau HACCP berdasarkan SNI
CAC/RCP 1 dari lembaga Sertifikasi yang
diakreditasi oleh KAN atau oleh badan
akreditasi penandatangan International
Accreditation Forum (IAF)/Asia Pacific
Accreditation Cooperation (APAC) Multilateral
Recognition Agreement (MLA) dengan ruang
lingkup yang sesuai.

2. Seleksi
2.1 Tinjauan permohonan Sertifikasi
2.1.1 LSPro harus memastikan bahwa informasi yang
diperoleh dari permohonan Sertifikasi yang
diajukan oleh Pemohon telah lengkap dan
memenuhi persyaratan, serta dapat memastikan
kemampuan LSPro untuk menindaklanjuti
permohonan Sertifikasi.

2.1.2 Tinjauan permohonanSertifikasi harus dilakukan


oleh personel yang memiliki kompetensi sesuai
dengan lingkup permohonan Sertifikasi.

2.2 Penandatanganan perjanjian Sertifikasi


Setelah permohonan Sertifikasi dinyatakan lengkap dan
memenuhi persyaratan serta Pemohon menyetujui
persyaratan dan prosedur Sertifikasi yang ditetapkan
oleh LSPro, dilakukan penandatanganan perjanjian
Sertifikasi oleh Pemohon dan LSPro.

2.3 Penyusunan rencana evaluasi


2.3.1 Berdasarkan informasi yang diperoleh dari
persyaratan permohonan Sertifikasi yang
- 341 -

disampaikan oleh Pemohon, LSPro menetapkan


rencana evaluasi yang mencakup:
a. tujuan, waktu, durasi, lokasi pelaksanaan,
tim, metode, dan agenda evaluasi proses
produksi dan CPPOB atau sistem manajemen
yang relevan dengan pelaksanaan proses
produksi produk yang diajukan untuk
disertifikasi;
b. jenis/tipe/varian produk yang diajukan
untuk disertifikasi dan metode pengambilan
contoh sesuai dengan persyaratan SNI yang
diperlukan untuk pengujian produk, yang
mewakili contoh produk yang diusulkan
untuk disertifikasi;
c. informasi SNI yang digunakan sebagai dasar
Sertifikasi berdasarkan permohonan yang
diajukan oleh Pemohon; dan
d. waktu yang diperlukan untuk pelaksanaan
pengujian berdasarkan standar acuan
metode uji yang dipersyaratkan.

2.3.2 Rencana evaluasi harus mempertimbangkan


kesesuaian produksi yang dilakukan oleh pabrik
sesuai lingkup produk yang diajukan untuk
disertifikasi.

2.3.3 Pelaksanaan evaluasi dilakukan oleh auditoratau


tim audit yang memiliki kriteria kompetensi
sebagai berikut:
1. Pengetahuan tentang prinsip, praktik dan
teknik audit;
2. Pengetahuan tentang proses dan prosedur
Sertifikasi yang ditetapkan oleh LSPro;
3. Pengetahuan tentang standar sistem
manajemen:
a. SNI ISO 9001 tentang sistem manajemen
mutu,
- 342 -

b. SNI ISO 22000 tentang sistem


manajemen mutu keamanan pangan,
c. SNI CAC/RCP 1 tentang rekomendasi
nasional kode praktis – prinsip umum
higiene pangan, dan/atau
d. Cara Produksi Pangan Olahan yang Baik
(CPPOB);
Catatan: sesuai yang diterapkan oleh
pemohon Sertifikasi.
4. Pengetahuan yang dibuktikan dengan
sertifikat, tentang SNI produk ikan dan
produk perikanan yang dikeringkan;
5. Pengetahuan yang dibuktikan dengan
sertifikat dan/atau pengalaman tentang
sektor bisnis produkikan dan produk
perikanan yang dikeringkan; dan
6. Pengetahuan tentang produk, proses dan
organisasi pemohon Sertifikasi.

3. Determinasi
Determinasi mencakup 2 (dua) tahap evaluasi, yaitu evaluasi
tahap 1 (satu) dan evaluasi tahap 2 (dua).

3.1 Pelaksanaan evaluasi tahap 1 (satu)


3.1.1 Pada evaluasi tahap 1 (satu) dilakukan
pemeriksaan awal terhadap kesesuaian informasi
produk dan proses produksi yang disampaikan
Pemohon pada huruf D angka 1.3 terhadap
lingkup produk yang ditetapkan dalam SNI dan
peraturan terkait.

3.1.2 Apabila hasil evaluasi tahap 1 (satu)


menunjukkan ketidaksesuaian terhadap
persyaratan, Pemohon harus diberi kesempatan
untuk melakukan tindakan perbaikan dalam
jangka waktu tertentu sesuai dengan kebijakan
LSPro.
- 343 -

3.2 Pelaksanaan evaluasi tahap 2 (dua)


3.2.1 Evaluasi tahap 2 (dua) dilaksanakan melalui audit
proses produksi dan CPPOB atau sistem
manajemen yang relevan serta pengujian produk.

3.2.2 Audit proses produksi dan CPPOB atau sistem


manajemen yang relevan dilakukan pada saat
pabrik melakukan produksi produk yang diajukan
atau pada kondisi tertentu dilakukan melalui
simulasi proses produksi produk yang diajukan
untuk disertifikasi.

3.2.3 Audit dilakukan dengan metode audit yang


merupakan kombinasi dari audit dokumen dan
rekaman, wawancara, observasi, demonstrasi,
atau metode audit lainnya.

3.2.4 Audit dilakukan terhadap:


a. tanggung jawab dan komitmen personel
penanggung jawab pabrik terhadap
konsistensi pemenuhan produk terhadap
persyaratan SNI;
b. ketersediaan dan pengendalian prosedur dan
rekaman pengendalian mutu, termasuk
pengujian rutin;
c. fasilitas, lokasi, desain dan tata letak,
bangunan, sanitasi peralatan, sanitasi ruang
proses, dan higiene personel sesuai dengan
ketentuan yang berlaku tentang CPPOB;
d. tahapan kritis proses produksi, mulai dari
bahan baku sampai produk akhir paling
sedikit pada tahapan seperti yang diuraikan
dalam huruf L;
e. kelengkapan serta fungsi peralatan produksi
termasuk peralatan pengendalian mutu;
f. bukti verifikasi berdasarkan hasil kalibrasi
atau hasil verifikasi peralatan produksi
- 344 -

sebagaimana disebutkan pada huruf e yang


membuktikan bahwa peralatan tersebut
memenuhi persyaratan produksi. Hasil
verifikasi peralatan produksi dapat
ditunjukkan dengan prosedur yang
diperlukan untuk mencapai kondisi atau
persyaratan yang ditetapkan;
g. bukti tera atau tera ulang alat pengukur
berat produk dalam kemasan akhir;
h. pengendalian dan penanganan produk yang
tidak sesuai; dan
i. pengemasan, penanganan, dan penyimpanan
produk, termasuk di gudang akhir produk
yang siap diedarkan.

3.2.5 Apabila Pemohon telah menerapkan dan


mendapatkan sertifikat SMKP berdasarkan SNI
ISO 22000 atau HACCP berdasarkan SNI
CAC/RCP 1 dari lembaga Sertifikasi yang
diakreditasi oleh KAN atau oleh badan akreditasi
penandatangan IAF/APAC MLA dengan ruang
lingkup yang sesuai, maka inspeksi pabrik atau
asesmen proses produksi dilakukan terhadap
implementasi sistem manajemen terkait mutu
produk tersebut dan angka 3.2.4 huruf d sampai
dengan huruf i.

3.2.6 Apabila Pemohon telah menerapkan dan


mendapatkan sertifikat SMM berdasarkan SNI ISO
9001 dari lembaga Sertifikasi yang diakreditasi
oleh KAN atau oleh badan akreditasi
penandatangan IAF/APAC MLA dengan ruang
lingkup yang sesuai, maka inspeksi pabrik atau
asesmen proses produksi dilakukan terhadap
implementasi sistem manajemen terkait mutu
produk tersebut dan angka 3.2.4 huruf c sampai
dengan huruf i.
- 345 -

3.2.7 Apabila Pemohon hanya melakukan kegiatan


pengemasan produk akhir, maka audit pada
angka 3.2.4 tidak berlaku, namun LSPro harus
memastikan kesesuaian terhadap:
1. produk yang akan dikemas sesuai
persyaratan SNI, yang dibuktikan melalui
pemenuhan hasil uji yang diterbitkan oleh
laboratorium pihak ketiga yang diakreditasi
oleh KAN atau badan akreditasi
penandatangan IAF/APAC MLA secara
periodik setiap batch dan mencakup seluruh
pemasok;
2. tahapan proses di pemasok yang dibuktikan
melalui penyertaan sertifikat CPPOB, sistem
manajemen atau sertifikat Pemeriksaan
Sarana dan Bangunan (PSB) yang dimiliki
oleh pemasok; dan
3. tahapan kritis proses produksi seperti yang
diuraikan dalam huruf L, yang dibuktikan
melalui audit proses produksi pada seluruh
kegiatan yang dikendalikan oleh Pemohon.

3.2.8 Pengambilan contoh produk dilakukan saat audit


proses produksi berdasarkan persyaratan dalam
SNI. Pengambilan contoh produk untuk pengujian
dilakukan oleh personel kompeten yang
ditugaskan oleh LSPro. Contoh produk diambil
dari lini produksi atau gudang penyimpanan
produk.

3.2.9 Contoh produk diambil sesuai dengan kebutuhan


pengujian yang mewakili merek yang diajukan
untuk disertifikasi.
Catatan: merek dapat mewakili merek lainnya
apabila memiliki spesifikasi yang sama
- 346 -

3.2.10 Pengujian dilakukan di laboratorium yang telah


menerapkan ISO/IEC 17025 untuk lingkup
produk yang disertifikasi. Penerapan ISO/IEC
17025 dapat dibuktikan melalui:
a. akreditasi oleh KAN;
b. akreditasi oleh badan akreditasi
penandatangan saling pengakuan dalam
forum APAC dan International Laboratory
Accreditation Cooperation (ILAC); atau
c. penilaian yang dilakukan oleh LSPro
terhadap laboratorium.

3.2.11 Apabila pengujian dilakukan di laboratorium


Pemohon, maka LSPro harus memastikan
kesesuaian kompetensi dan imparsialitas proses
pengujian yang dilakukan, misalnya melalui
penyaksian proses pengujian.

3.2.12 Laboratorium Pemohon yang digunakan untuk


pengujian produk yang disertifikasi harus
memenuhi persyaratan sebagaimana tercantum
pada angka 3.2.10 huruf a atau huruf b.

3.2.13 Apabila berdasarkan hasil evaluasi tahap 2 (dua)


ditemukan ketidaksesuaian, Pemohon harus
diberi kesempatan untuk melakukan tindakan
perbaikan dalam jangka waktu tertentu sesuai
dengan kebijakan LSPro.

3.2.14 Apabila hasil pengujian dari laboratorium


menunjukkan ketidaksesuaian maka dapat
dilakukan pengujian ulang paling banyak 1 (satu)
kali dengan mengambil contoh produk dari lini
produksi atau gudang penyimpanan produk.
- 347 -

4. Tinjauan dan keputusan


4.1 Tinjauan
4.1.1 Tinjauan hasil evaluasi dilakukan terhadap
pemenuhan seluruh persyaratan Sertifikasi dan
kesesuaian proses Sertifikasi, mulai dari
pengajuan permohonan Sertifikasi, pelaksanaan
evaluasi tahap 1 (satu) dan evaluasi tahap 2 (dua).

4.1.2 Tinjauan hasil evaluasi dinyatakan dalam bentuk


rekomendasi tertulis tentang pemenuhan SNI
yang diajukan oleh Pemohon untuk produk yang
diajukan untuk disertifikasi.

4.2 Penetapan keputusan Sertifikasi


4.2.1 Penetapan keputusan Sertifikasi dilakukan
berdasarkan rekomendasi yang dihasilkan dari
proses tinjauan.

4.2.2 Penetapan keputusan Sertifikasi harus dilakukan


oleh 1 (satu) orang atau sekelompok orang yang
tidak terlibat dalam proses evaluasi.

4.2.3 Penetapan keputusan Sertifikasi dapat dilakukan


oleh 1 (satu) orang atau sekelompok orang yang
sama dengan yang melakukan tinjauan.

4.2.4 Rekomendasi untuk keputusan Sertifikasi


berdasarkan hasil tinjauan harus
didokumentasikan, kecuali tinjauan dan
keputusan Sertifikasi diselesaikan secara
bersamaan oleh orang atau sekelompok orang
yang sama.

4.2.5 LSPro harus memberitahu secara tertulis kepada


Pemohon terkait menunda atau tidak memberikan
keputusan Sertifikasi, dan harus menyampaikan
alasan keputusan tersebut.
- 348 -

4.2.6 Apabila Pemohonmenunjukkan keinginan untuk


melanjutkan proses Sertifikasi setelah LSPro
memutuskan tidak memberikan Sertifikasi,
Pemohon dapat menyampaikan permohonan
untuk melanjutkan proses Sertifikasi.

4.2.7 Permohonan melanjutkan proses Sertifikasi harus


disampaikan oleh Pemohon kepada LSPro secara
tertulis paling lambat 1 (satu) bulan setelah
pemberitahuan keputusan tidak memberikan
Sertifikasi diterbitkan oleh LSPro. Proses
Sertifikasi dapat dimulai kembali dari evaluasi
tahap 2 (dua).

4.3 Bukti kesesuaian


4.3.1 Bukti kesesuaian berupa sertifikat kesesuaian
yang diterbitkan oleh LSPro. LSPro menerbitkan
sertifikat kesesuaian kepada Pemohon yang telah
memenuhi persyaratan Sertifikasi. Sertifikat
kesesuaian berlaku selama 4 (empat) tahun
setelah diterbitkan.

4.3.2 Sertifikat kesesuaian terhadap persyaratan SNI


paling sedikit harus memuat:
1. nomor sertifikat atau identifikasi unik
lainnya;
2. nomor atau identifikasi lain dari skema
Sertifikasi;
3. nama dan alamat LSPro;
4. nama dan alamat Pemohon (pemegang
sertifikat);
5. nomor atau identifikasi lain yang mengacu ke
perjanjian Sertifikasi;
6. pernyataan kesesuaian yang mencakup:
a. jenis/tipe/varian produk sesuai
peraturan kategori pangan yang berlaku,
b. jenis kemasan produk yang disertifikasi,
- 349 -

c. merek produk yang disertifikasi,


d. SNI yang menjadi dasar Sertifikasi, dan
e. nama dan alamat lokasi produksi.
7. status akreditasi atau pengakuan LSPro;
8. tanggal penerbitan sertifikat dan masa
berlakunya, serta riwayat sertifikat; dan
9. tanda tangan yang mengikat secara hukum
dari personel yang bertindak atas nama
LSPro sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.

E Pemeliharaan Sertifikasi
1 Pengawasan oleh LSPro
Pengawasan oleh LSPro dilakukan melalui kegiatan
surveilans. LSPro harus melaksanakan kunjungan surveilans
paling sedikit 2 (dua) kali dalam periode Sertifikasi, dengan
jarak antar evaluasi paling lama 12 (dua belas) bulan.
Kunjungan surveilans dilakukan melalui kegiatan evaluasi
berupa audit dan pengujian.

2 Sertifikasi ulang
2.1 LSPro harus melaksanakan Sertifikasi ulang paling
lambat 6 (enam) bulan sebelum masa berlaku sertifikat
berakhir.

2.2 Pelaksanaan Sertifikasi ulang dilakukan sesuai dengan


tahapan pada prosedur administratif.

2.3 Apabila tidak ada perubahan yang signifikan terkait


produk dan proses produksi sesuai dengan hasil audit
terakhir, maka LSPro dapat tidak melakukan evaluasi
tahap 1 (satu).

2.4 Apabila berdasarkan hasil Sertifikasi ulang ditemukan


ketidaksesuaian, Pemohon harus diberi kesempatan
untuk melakukan tindakan perbaikan dalam jangka
waktu tertentu sesuai dengan kebijakan LSPro.
- 350 -

F Evaluasi khusus
LSPro dapat melaksanakan evaluasi khusus dalam rangka audit
perluasan lingkup maupun tindak lanjut (investigasi) atas keluhan
atau informasi yang ada. Evaluasi khusus dalam rangka
investigasi keluhan atau informasi yang ada dilakukan oleh
auditor yang memiliki kompetensi untuk melakukan investigasi
dan terbatas pada permasalahan yang ada, serta dilakukan dalam
waktu yang singkat dari diperolehnya keluhan atau informasi.
Tahapan evaluasi khusus dalam rangka perluasan lingkup
dilakukan sesuai dengan tahapan prosedur administratif namun
terbatas pada perluasan lingkup yang diajukan. Evaluasi terhadap
perluasan lingkup Sertifikasi dapat dilakukan terpisah maupun
bersamaan dengan surveilans.

G Ketentuan pengurangan, pembekuan, dan pencabutan Sertifikasi


1 Pengurangan lingkup Sertifikasi
Pemohon dapat mengajukan pengurangan lingkup Sertifikasi
selama periode Sertifikasi.

2 Pembekuan dan pencabutan Sertifikasi


2.1 LSPro dapat membekukan Sertifikasi apabila Pemohon:
a. tidak mampu memperbaiki ketidaksesuaian yang
diterbitkan oleh LSPro pada saat surveilans
dan/atau saat evaluasi khusus; atau
b. menyampaikan permintaan pembekuan Sertifikasi
kepada LSPro.

2.2 LSPro harus membatasi periode pembekuan Sertifikasi


paling lama 6 (enam) bulan.

2.3 LSPro dapat melakukan pencabutan Sertifikasi apabila


Pemohon:
a. tidak mampu memperbaiki ketidaksesuaian yang
mengakibatkan pembekuan Sertifikasi melebihi
batas waktu yang ditentukan; atau
b. menyampaikan permintaan pencabutan Sertifikasi
kepada LSPro.
- 351 -

2.4 LSPro dapat mempertimbangkan pembekuan atau


pencabutan Sertifikasi, atau tindakan lainnya yang
disebabkan oleh faktor lainnya dengan
mempertimbangkan risiko yang ditemukan.

H Keluhan dan banding


LSPro harus mengembangkan aturan penanganan keluhan dan
banding dengan mempertimbangkan kompetensi dan imparsialitas
pelaksanaan penanganan keluhan dan banding.

I Informasi publik
LSPro harus memublikasikan informasi kepada publik sesuai
persyaratan ISO/IEC 17065 termasuk informasi pelanggan yang
disertifikasi, dibekukan dan dicabut. Informasi publik terkait
informasi pelanggan yang disertifikasi, dibekukan dan dicabut
tersebut juga harus disampaikan melalui Aplikasi Barang Ber-SNI
(BangBeni) https://bangbeni.bsn.go.id.

J Kondisi khusus
Dalam hal ditemukan situasi yang tidak memungkinkan
penerapan persyaratan tertentu dalam Sertifikasi ini, maka akan
ditetapkan kebijakan BSN dengan mempertimbangkan masukan
dari KAN dan para pemangku kepentingan lainnya.

K Penggunaan Tanda SNI


1 Penggunaan tanda SNI dilakukan setelah mendapatkan
persetujuan penggunaan tanda SNI melalui Surat Persetujuan
Penggunaan Tanda (SPPT) SNI yang dikeluarkan oleh BSN
sesuai dengan ketentuan dalam Peraturan BSN yang
mengatur mengenai tata cara penggunaan tanda SNI dan
tanda kesesuaian berbasis SNI.

2 Permohonan persetujuan penggunaan tanda SNI diajukan


kepada BSN disertai dengan dokumen persyaratan yang
diatur dalam Peraturan BSN mengenai tata cara penggunaan
tanda SNI dan tanda kesesuaian berbasis SNI.
- 352 -

3 Tanda SNI sebagai bukti kesesuaian produk yang telah


memenuhi SNI adalah sebagai berikut:

Dengan ukuran:

Keterangan:
y = 11x
r = 0,5x

L Tahapan kritis proses produksi produk ikan dan produk perikanan


yang dikeringkan

Tahapan kritis
No. Penjelasan tahapan kritis
proses produksi
1. Pemilihan bahan Bahan baku, bahan tambahan
baku, bahan pangan dan bahan kemasan harus
tambahan pangan memenuhi persyaratan yang
dan bahan ditetapkan atau peraturan terkait
kemasan yang berlaku
2. Proses produksi Proses produksi dilakukan dengan
metode tertentu yang dikendalikan
dan memperhatikan kesesuaian
-353-

Tahapan kritis
No. Penjelasan tahapan kritis
proses produksi
proses, termasuk kondisi lingkungan
kerja, kompetensi SDM, peralatan
produksi dan alat pemantauan sesuai
persyaratan yang ditetapkan
3. Pengendalian Pengendalian mutu produk dilakukan
mutu
dengan metode tertentu yang
dikendalikan, untuk memastikan
produk sesuai dengan persyaratan
mutu dan keamanan yang ditetapkan
4. Pengemasan Pengemasan produk dilakukan
dengan metode tertentu yang
dikendalikan sesuai dengan
persyaratan SNI dan peraturan terkait
yang berlaku
5. Penandaan Penandaan dilakukan sesuai dengan
persyaratan SNI dan peraturan terkait
yang berlaku
Keterangan: Urutan tahapan kritis proses produksi
disetiap pemohon dapat berbeda

KEPALA BADAN STANDARDISASI NASIONAL

REPUBLIK INDONESIA,

TTD

BAMBANG PRASETYA

sesuai dengan aslinya


OAHf
Kepala-? Daya Manusia, Organisasi, dan Hukum
- 354 -

LAMPIRAN XXIII
PERATURAN BADAN STANDARDISASI NASIONAL
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 1 TAHUN 2020
TENTANG
SKEMA PENILAIAN KESESUAIAN TERHADAP STANDAR
NASIONAL INDONESIA SEKTOR MAKANAN DAN MINUMAN

PETUNJUK TEKNIS SKEMA SERTIFIKASI PRODUK IKAN PINDANG

A. Ruang lingkup
1. Dokumen ini berlaku untuk acuan pelaksanaan Sertifikasi
produk ikan pindang air garam dan ikan pindang garam,
tanpa penambahan bumbu atau rempah.
2. Dokumen ini tidak berlaku untuk Sertifikasi produk yang
mengalami pengolahan lebih lanjut.

B. Persyaratan Sertifikasi
Persyaratan acuan Sertifikasi produk:
1. SNI 2717:2017 Ikan pindang;
2. SNI dan standar lain yang diacu dalam SNI 2717:2017; dan
3. Peraturan yang terkait yaitu:
a. Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1999 tentang
Label dan Iklan Pangan;
b. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor
PER.19/MEN/2010 tentang Pengendalian Sistem
Jaminan Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan;
c. Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 24/M-
IND/PER/2/2010 tentang Pencantuman Logo Tara
Pangan dan Kode Daur Ulang pada Kemasan Pangan dari
Plastik;
d. Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 75/M-
IND/PER/7/2010 tentang Cara Produksi Pangan Olahan
yang Baik (Good Manufacturing Practices);
e. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan
Nomor 16 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas Peraturan
Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor
- 355 -

HK.03.1.23.07.11.6664 Tahun 2011 tentang Pengawasan


Kemasan Pangan;
f. Peraturan Pemerintah Nomor 57 Tahun 2015 tentang
Sistem Jaminan Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan
serta Peningkatan Nilai Tambah Produk Hasil Perikanan;
g. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan
Nomor 16 Tahun 2016 tentang Kriteria Mikrobiologi
dalam Pangan Olahan;
h. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan
Nomor 5 Tahun 2018 tentang Batas Maksimum Cemaran
Logam Berat dalam Pangan Olahan; dan
i. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan
Nomor 8 Tahun 2018 tentang Batas Maksimum Cemaran
Kimia dalam Pangan Olahan.
4. Peraturan lain yang terkait dengan produk ikan pindang.

C. Prosedur Sertifikasi
Prosedur Sertifikasi mencakup:
1. evaluasi awal; dan
2. inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi.

D. Persyaratan Lembaga Penilaian Kesesuaian


Sertifikasi produk ikan pindangdilakukan oleh LPK yang telah
diakreditasi oleh KAN berdasarkan SNI ISO/IEC 17065 Penilaian
Kesesuaian – Persyaratan untuk Lembaga Sertifikasi Produk,
Proses, dan Jasa, untuk lingkup produk sebagaimana dimaksud
dalam Ruang Lingkup sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Dalam hal LPK belum ada yang diakreditasi oleh KAN untuk
melakukan kegiatan Sertifikasi dengan ruang lingkup produk ikan
pindang, BSN dapat menunjuk LPK dengan ruang lingkup yang
sejenis sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

E. Tahapan Sertifikasi
1. Pengajuan Permohonan Sertifikasi
1.1. Pengajuan permohonan Sertifikasi dilakukan oleh pelaku
usaha. Kriteria pelaku usaha yang dapat mengajukan
- 356 -

Sertifikasi sesuai Peraturan BSN mengenai tata cara


penggunaan Tanda SNI dan Tanda Kesesuaian berbasis
SNI.

1.2. Permohonan Sertifikasi harus dilengkapi dengan:


a. informasi Pemohon:
1. nama Pemohon, alamat Pemohon, serta nama dan
kedudukan atau jabatan personel yang
bertanggung jawab atas pengajuan permohonan
Sertifikasi;
2. bukti pemenuhan persyaratan izin usaha sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan;
3. pemenuhan persyaratan sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan tentang
pendaftaran dan hak kepemilikan atas merek yang
dikeluarkan oleh Kementerian Hukum dan Hak
Asasi Manusia;
4. apabila Pemohon melakukan pembuatan produk
dengan merek yang dimiliki oleh pihak lain,
menyertakan bukti perjanjian yang mengikat
secara hukum untuk melakukan pembuatan
produk untuk pihak lain;
5. apabila Pemohon bertindak sebagai pemilik merek
yang mensubkontrakkan proses produksinya
kepada pihak lain, menyertakan bukti kepemilikan
merek dan perjanjian subkontrak pelaksanaan
produksi dengan pihak lain;
6. apabila Pemohon bertindak sebagai perwakilan
resmi pemilik merek yang berkedudukan hukum di
luar negeri, menyertakan bukti perjanjian yang
mengikat secara hukum tentang penunjukan
sebagai perwakilan resmi pemilik merek di wilayah
Republik Indonesia; dan
7. pernyataan bahwa Pemohon Sertifikasi
bertanggung jawab penuh atas pemenuhan
persyaratan SNI dan pemenuhan persyaratan
proses Sertifikasi dan bersedia memberikan akses
- 357 -

terhadap lokasi dan/atau informasi yang


diperlukan oleh LSPro dalam melaksanakan
kegiatan Sertifikasi;
b. informasi produk:
1. merek produk yang diajukan untuk disertifikasi;
2. jenis/tipe/varian produk yang diajukan untuk
disertifikasi;
3. SNI yang digunakan sebagai dasar pengajuan
permohonan Sertifikasi;
4. foto produk dalam kemasan primer yang diajukan
untuk disertifikasi (dari arah depan, belakang dan
samping), serta informasi terkait kemasan primer
produk;
5. daftar bahan baku termasuk bahan tambahan
pangan;
6. label produk; dan
7. apabila tersedia, foto kemasan sekunder dan tersier
produk yang diajukan untuk disertifikasi, dari arah
depan, belakang, samping, dan bagian dalam.
c. informasi proses produksi:
1. nama, alamat, dan legalitas hukum pabrik;
2. struktur organisasi, nama dan jabatan personel
penanggung jawab proses produksi;
3. dokumentasi informasi tentang pemasok bahan
konstruksi, prosedur evaluasi pemasok, serta
prosedur inspeksi bahan konstruksi;
4. dokumentasi informasi tentang proses pembuatan
produk yang diajukan untuk disertifikasi,
termasuk proses yang disubkontrakkan ke pihak
lain;
5. dokumentasi informasi tentang prosedur dan
rekaman pengendalian mutu, termasuk pengujian
rutin, daftar peralatan, serta sertifikat kalibrasi
atau bukti verifikasi peralatan yang berpengaruh
terhadap mutu produk yang disertifikasi, dan
bukti atau segel tera atau tera ulang untuk alat
- 358 -

ukur yang digunakan dalam pengukuran berat


produk dalam kemasan akhir;
6. dokumentasi informasi tentang prosedur dan
rekaman pengendalian dan penanganan produk
yang tidak sesuai;
7. dokumentasi informasi tentang pengemasan
produk dan pengelolaan produk di gudang akhir
produk sebelum dikirimkan dan/atau diedarkan
ke wilayah Republik Indonesia;
8. lokasi gudang penyimpanan produk di wilayah
Republik Indonesia;
9. bukti izin edar produk (MD/ML) sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan;
10. menyertakan laporan hasil uji yang dilakukan
paling lambat 1 (satu) tahun sebelum pengajuan
Sertifikasi, yang memberikan bukti pemenuhan
produk yang diajukan untuk disertifikasi terhadap
persyaratan mutu dalam SNI dan peraturan
terkait;
11. apabila laporan hasil uji sebagaimana dinyatakan
pada angka 10 belum tersedia, pelaku usaha
dapat menyampaikan contoh produk kepada
LSPro untuk diuji di laboratorium yang memiliki
perjanjian alih daya dengan LSPro; dan
12. apabila telah tersedia, menyertakan Sertifikat
Penerapan Sistem Manajemen Mutu berdasarkan
SNI ISO 9001 atau Sistem Manajemen Keamanan
Pangan berdasarkan SNI ISO 22000 atau HACCP
berdasarkan SNI CAC/RCP 1 dari Otoritas
Kompeten atau Lembaga Sertifikasi yang
diakreditasi oleh KAN atau oleh badan akreditasi
penandatangan International Accreditation Forum
(IAF)/Asia Pacific Accreditation Cooperation (APAC)
Multilateral Recognition Agreement (MLA) dengan
ruang lingkup yang sesuai.
Informasi pada butir 4, butir 5, butir 10, dan butir 11
tidak perlu dilampirkan apabila Pemohon melakukan
- 359 -

pengemasan ulang produk yang dihasilkan oleh pihak


lain yang telah memiliki sertifikat kesesuaian produk
atau Surat Persetujuan Penggunaan Tanda (SPPT)
SNI.

2. Tinjauan permohonan Sertifikasi


LSPro harus memastikan bahwa informasi yang diperoleh dari
permohonan Sertifikasi yang diajukan oleh Pemohon telah
lengkap dan memenuhi persyaratan.

3. Penandatanganan perjanjian Sertifikasi


Setelah permohonan Sertifikasi dinyatakan lengkap dan
Pemohon menyetujui persyaratan dan prosedur Sertifikasi
yang ditetapkan oleh LSPro sesuai dengan persyaratan SNI
ISO/IEC 17065, perjanjian Sertifikasi ditandatangani oleh
Pemohon dan LSPro.

4. Penyusunan rencana evaluasi


Berdasarkan informasi yang diperoleh dari persyaratan
permohonan Sertifikasi yang disampaikan oleh Pemohon,
LSPro menetapkan rencana evaluasi yang mencakup:
a. jenis/tipe/varian produk yang diajukan untuk disertifikasi
dan metode pengambilan contoh sesuai dengan
persyaratan SNI sebagaimana dimaksud dalam huruf A,
yang diperlukan untuk pengujian produk, yang mewakili
contoh produk yang diusulkan untuk disertifikasi;
b. informasi SNI yang digunakan sebagai dasar Sertifikasi
berdasarkan permohonan yang diajukan oleh Pemohon
Sertifikasi;
c. waktu yang diperlukan untuk pelaksanaan pengujian
berdasarkan standar acuan metode uji yang
dipersyaratkan; dan
d. waktu, lokasi pelaksanaan dan agenda inspeksi pabrik
atau asesmen proses produksi yang relevan dengan
pelaksanaan produksi produk yang diajukan untuk
disertifikasi, serta personel kompeten yang melakukan
evaluasi.
- 360 -

5. Pelaksanaan evaluasi awal terhadap produk


5.1. Pelaksanaan evaluasi awal terhadap produk mencakup:
a. Pemeriksaan awal terhadap kesesuaian informasi
produk dan proses produksi yang disampaikan
Pemohon pada huruf E angka 1 terhadap lingkup
produk yang ditetapkan dalam SNI dan peraturan
terkait.
b. Pengujian awal terhadap contoh produk berdasarkan
persyaratan mutu dalam SNI. Pengujian awal
dilakukan berdasarkan laporan hasil uji dari
laboratorium yang disampaikan Pemohon, yang
mencakup seluruh persyaratan mutu dalam SNI
sebagaimana dimaksud dalam huruf A.
Apabila laporan hasil uji tersebut menunjukkan bahwa
seluruh persyaratan mutu dalam SNI tersebut telah
terpenuhi, maka produk yang diajukan untuk
disertifikasi dianggap telah memenuhi persyaratan
pengujian awal.

5.2. Apabila hasil evaluasi awal menunjukkan


ketidaksesuaian terhadap persyaratan SNI, Pemohon
harus diberi kesempatan untuk melakukan tindakan
perbaikan dalam jangka waktu tertentu sesuai dengan
kebijakan LSPro.

6. Pelaksanaan inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi


6.1. Inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi harus
dilakukan pada saat pabrik melakukan produksi, atau
pada kondisi tertentu dilakukan melalui simulasi proses
produksi produk yang diajukan untuk disertifikasi.

6.2. Inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi dilakukan


terhadap:
a. tanggung jawab dan komitmen personel penanggung
jawab pabrik terhadap konsistensi pemenuhan
produk terhadap persyaratan SNI;
- 361 -

b. ketersediaan dan pengendalian dokumentasi


informasi prosedur dan rekaman pengendalian
mutu, termasuk pengujian rutin;
c. fasilitas, lokasi, desain dan tata letak, bangunan,
sanitasi peralatan, sanitasi ruang proses, dan
higiene personel sesuai dengan ketentuan yang
berlaku tentang Cara Produksi Pangan Olahan yang
Baik;
d. Tahapan kritis proses produksi, mulai dari bahan
konstruksi sampai produk akhir paling sedikit pada
tahapan sebagaimana tercantum dalam huruf G;
e. kelengkapan serta fungsi peralatan produksi
termasuk peralatan pengendalian mutu, paling
sedikit alat perebusan/pengukusan dan alat
pengukur berat;
f. bukti verifikasi berdasarkan hasil kalibrasi atau
hasil verifikasi peralatan produksi sebagaimana
disebutkan pada huruf e yang membuktikan bahwa
peralatan tersebut memenuhi persyaratan produksi.
Hasil verifikasi peralatan produksi dapat
ditunjukkan dengan prosedur yang diperlukan
untuk mencapai kondisi atau persyaratan yang
ditetapkan;
g. bukti tera atau tera ulang alat pengukuran berat
produk;
h. pengendalian dan penanganan produk yang tidak
sesuai; dan
i. pengemasan, penanganan, dan penyimpanan
produk, termasuk di gudang akhir produk yang siap
diedarkan.

6.3. Apabila pabrik telah menerapkan Sistem Manajemen


Keamanan Pangan berdasarkan SNI ISO 22000 atau
HACCP berdasarkan SNI CAC/RCP 1 dari Otoritas
Kompeten atau Lembaga Sertifikasi yang diakreditasi oleh
KAN atau oleh badan akreditasi penandatangan
IAF/APAC MLA dengan ruang lingkup yang sesuai, maka
- 362 -

inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi dilakukan


terhadap implementasi sistem manajemen terkait mutu
produk tersebut dan angka 6.2 huruf d dan e.

6.4. Pabrik telah menerapkan Sistem Manajemen Mutu


berdasarkan SNI ISO 9001 dari Lembaga Sertifikasi yang
diakreditasi oleh KAN atau oleh badan akreditasi
penandatangan IAF/APAC MLA dengan ruang lingkup
yang sesuai, maka inspeksi pabrik atau asesmen proses
produksi dilakukan terhadap implementasi sistem
manajemen terkait mutu produk tersebut dan angka 6.2
huruf c, huruf d, dan huruf e.

6.5. Dalam hal Pemohon melakukan pengemasan ulang


produk yang dihasilkan oleh pihak lain, berlaku
ketentuan berikut:
a. apabila pihak lain tersebut telah memiliki sertifikat
kesesuaian produk atau Surat Persetujuan
Penggunaan Tanda (SPPT) SNI maka inspeksi pabrik
atau asesmen proses produksi sebagaimana
tercantum dalam angka 6.2 dilakukan di lokasi
Pemohon pada tahapan pengemasan; atau
b. apabila pihak lain tersebut belum memiliki sertifikat
kesesuaian produks atau Surat Persetujuan
Penggunaan Tanda (SPPT) SNI, maka inspeksi pabrik
atau asesmen proses produksi sebagaimana
tercantum dalam angka 6.2 dilakukan di lokasi
pembuatan produk yang dimiliki oleh pihak lain dan
di lokasi Pemohon.

6.6. Selama inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi,


LSPro melakukan pengambilan contoh produk oleh
petugas pengambil contoh dan selanjutnya diuji di
laboratorium milik LSPro atau laboratorium yang telah
memiliki perjanjian alih daya dengan LSPro.
- 363 -

6.7. Apabila berdasarkan hasil inspeksi pabrik atau asesmen


proses produksi, termasuk hasil pengujian, tidak
diperoleh bukti-bukti yang kuat untuk menjamin
konsistensi produk terhadap persyaratan SNI, maka
Pemohon harus diberi kesempatan untuk melakukan
tindakan perbaikan dalam jangka waktu tertentu sesuai
dengan kebijakan LSPro.

7. Tinjauan
7.1. Tinjauan Hasil Evaluasi dilakukan terhadap:
a. Hasil evaluasi awal terhadap produk untuk
menunjukkan bahwa contoh produk yang mewakili
produk memenuhi persyaratan SNI yang diajukan
oleh Pemohon sebagai dasar permohonan Sertifikasi;
b. Hasil inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi
atau bukti obyektif untuk menunjukkan bahwa
pabrik memiliki proses produksi yang didukung
dengan segala sumber daya yang diperlukan untuk
menghasilkan produk yang secara konsisten, dan
memenuhi persyaratan SNI yang diajukan oleh
Pemohon sebagai dasar permohonan Sertifikasi.

7.2. Tinjauan hasil evaluasi dinyatakan dalam bentuk


rekomendasi tertulis tentang pemenuhan SNI yang
diajukan oleh Pemohon untuk produk yang diajukan
untuk disertifikasi.

8. Penetapan keputusan Sertifikasi


8.1. Penetapan keputusan Sertifikasi dilakukan berdasarkan
rekomendasi yang dihasilkan dari proses tinjauan.

8.2. Penetapan keputusan Sertifikasi harus dilakukan oleh


satu atau sekelompok orang yang tidak terlibat dalam
proses evaluasi.
- 364 -

8.3. Penetapan keputusan Sertifikasi dapat dilakukan oleh


satu atau sekelompok orang yang sama dengan yang
melakukan tinjauan.

8.4. Rekomendasi untuk keputusan Sertifikasi berdasarkan


hasil tinjauan harus didokumentasikan, kecuali tinjauan
dan keputusan Sertifikasi diselesaikan secara bersamaan
oleh satu atau sekelompok orang yang sama.

8.5. LSPro harus memberitahu Pemohon Sertifikasi terkait


alasan menunda atau tidak memberikan keputusan
Sertifikasi, dan harus mengidentifikasikan alasan
keputusan tersebut. Apabila Pemohon Sertifikasi
menunjukkan keinginan untuk melanjutkan proses
Sertifikasi, LSPro dapat memulai kembali dari proses
evaluasi (angka 5).

9. Penerbitan Sertifikat
Sertifikat kesesuaian terhadap persyaratan SNI diterbitkan
sesuai ketentuan sebagai berikut:
a. Sertifikat diterbitkan oleh LSPro setelah penetapan
keputusan Sertifikasi;
b. Sertifikat paling sedikit harus memuat:
1. nomor sertifikat atau identifikasi unik lainnya;
2. nomor atau identifikasi lain dari skema Sertifikasi;
3. nama dan alamat LSPro;
4. nama dan alamat Pemohon (pemegang sertifikat);
5. acuan ke perjanjian Sertifikasi;
6. pernyataan kesesuaian yang mencakup:
a. nama produk, merek dan spesifikasi produk yang
dinyatakan memenuhi persyaratan;
b. SNI yang menjadi dasar Sertifikasi;
c. nama dan alamat lokasi produksi; dan
d. informasi terkait proses Sertifikasi.
7. status akreditasi atau pengakuan LSPro;
8. tanggal penerbitan sertifikat;
- 365 -

9. tanggal berakhir masa berlaku sertifikat yaitu 4


(empat) tahun sejak tanggal penerbitan sertifikat; dan
10. tanda tangan yang mengikat secara hukum dari
personel yang bertindak atas nama LSPro sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

10. Surveilans dan Sertifikasi ulang


10.1. LSPro harus melaksanakan surveilans paling sedikit 2
(dua) kali dalam periode Sertifikasi. Dalam hal ini
berlaku ketentuan sebagai berikut:
a. Surveilans pertama dilakukan melalui kegiatan:
1. Inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi;
dan/atau
2. Pengujian terhadap contoh produk yang akan
beredar.
Pemilihan jenis kegiatan pada surveilans pertama
tersebut dilakukan berdasarkan penilaian LSPro
atas hasil Sertifikasi sebelumnya.
Apabila surveilans pertama hanya dilakukan
melalui kegiatan pengujian terhadap contoh produk
yang akan beredar, penerima sertifikat harus
menyampaikan dokumentasi pengendalian mutu
proses produksi sejak penerbitan sertifikat sampai
dilakukan surveilans pertama
b. Surveilans kedua dilakukan melalui kegiatan
1. Inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi;
dan
2. Pengujian terhadap contoh produk yang akan
atau telah beredar.

10.2. LSPro harus melaksanakan Sertifikasi ulang paling


lambat pada bulan ke-42 (empat puluh dua) (empat
puluh dua) setelah penetapan Sertifikasi, melalui
kegiatan sebagaimana tercantum dalam angka 6.
- 366 -

F. Penggunaan Tanda SNI


1. Penggunaan tanda SNI dilakukan setelah mendapatkan
persetujuan penggunaan Tanda SNI melalui Surat
Persetujuan Penggunaan Tanda (SPPT) SNI yang dikeluarkan
oleh BSN sesuai dengan kriteria yang ditetapkan pada
Peraturan BSN mengenai tata cara penggunaan Tanda SNI
dan Tanda Kesesuaian berbasis SNI.

2. Tanda SNI sebagai bukti kesesuaian produk yang telah


memenuhi SNI adalah sebagai berikut:

Dengan ukuran:

Keterangan:
y = 11x
r = 0,5x
- 367 -

G. Tahapan kritis proses produk ikan pindang

Produk
Tahapan kritis Penjelasan tahapan
No. Pindang Pindang
proses produksi kritis
air garam
garam

1. Pemilihan bahan Bahan baku, bahan Berlaku Berlaku


baku, bahan penolong dan bahan
penolong dan kemasan harus
bahan kemasan memenuhi persyaratan
yang ditetapkan atau
peraturan yang terkait.

2. Penaburan garam Penaburan garam Tidak Berlaku


dilakukan dengan berlaku
jumlah garam tertentu
yang dikendalikan
untuk mendapatkan
persyaratan kadar
garam yang
dipersyaratkan.

3. Pengukusan Pengukusan dilakukan Tidak Berlaku


pada suhu dan waktu berlaku
tertentu yang
dikendalikan untuk
mendapatkan produk
yang matang.

4. Perebusan dalam Perebusan dilakukan Berlaku Tidak


larutan garam dengan air garam pekat berlaku
pada suhu dan waktu
tertentu yang
dikendalikan untuk
menghasilkan produk
yang matang dan
mendapatkan kadar
garam yang
dipersyaratkan.

5. Pendinginan Pendinginan dilakukan Berlaku Berlaku


pada suhu dan waktu
tertentu yang
dikendalikan untuk
mendapatkan suhu
produk sesuai dengan
persyaratan yang
ditetapkan.

6. Pengemasan Produk dikemas Berlaku Berlaku


dengan cermat dan
saniter. Pengemasan
dilakukan dalam
kondisi yang dapat
-368-

Prodtik

Tahapan kritis Penjelasan tahapan


No. Pindang Pindang
proses produksi kritis
air garam
garam

mencegah terjadinya
kontaminasi dan bahan
kemasan untuk ikan
pindang sesuai dengan
peraturan

7. Pelabelan Pelabelan dilakukan Berlaku Berlaku


berdasarkan
persyai'atan SNI dan
peraturan terkait.
Keterangan: Urutan tahapan kritis proses produksi disetiap
pemohon dapat berbeda

KEPALA BADAN STANDARDISASI NASIONAL

REPUBLIK INDONESIA,

TTD

BAMBANG PRASETYA

SalinaH-sesiaai dengan aslinya


Kepala Biro anusia, Organisasi, dan Hukum

i'f INOO>^
- 369 -

LAMPIRAN XXIV
PERATURAN BADAN STANDARDISASI NASIONAL
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 1 TAHUN 2020
TENTANG
SKEMA PENILAIAN KESESUAIAN TERHADAP STANDAR
NASIONAL INDONESIA SEKTOR MAKANAN DAN MINUMAN

PETUNJUK TEKNIS SKEMA SERTIFIKASI PRODUK SUSU BUBUK

A Ruang lingkup
Dokumen ini berlaku untuk acuan pelaksanaan Sertifikasi produk
susu dalam bentuk bubuk yang ditambah dengan bahan pangan
yang menimbulkan rasa dan/atau perisa.

B Persyaratan acuan
Persyaratan acuan Sertifikasi produk susu bubuk mencakup:
1. SNI produk susu bubuk sebagaimana ditetapkan dalam
Keputusan Kepala Badan Standardisasi Nasional mengenai
daftar SNI sektor Makanan dan Minuman;
2. SNI dan standar lain yang diacu dalam SNI sebagaimana
dimaksud pada angka 1;
3. Peraturan yang mengatur tentang label dan iklan pangan;
4. Peraturan yang mengatur tentang cara produksi pangan
olahan yang baik (Good Manufacturing Practices);
5. Peraturan yang mengatur tentang kemasan pangan;
6. Peraturan yang mengatur tentang bahan tambahan pangan;
7. Penerapan Cara Produksi Pangan Olahan yang Baik (CPPOB),
Sistem Manajemen Mutu (SMM) berdasarkan SNI ISO 9001,
Sistem Manajemen Mutu Keamanan Pangan (SMKP)
berdasarkan SNI ISO 22000 atau HACCP berdasarkan SNI
CAC/RCP 1; dan
8. Peraturan lain yang terkait produk susu bubuk.
- 370 -

C Jenis Kegiatan Penilaian Kesesuaian


Penilaian kesesuaian dilakukan mellaui kegiatan Sertifikasi.
Sertifikasi produk susu bubuk dilakukan oleh LPK yang telah
diakreditasi oleh KAN berdasarkan SNI ISO/IEC 17065, Penilaian
Kesesuaian – Persyaratan untuk Lembaga Sertifikasi Produk,
Proses, dan Jasa, untuk lingkup produk susu bubuk.
Dalam hal LPK belum ada yang diakreditasi KAN untuk melakukan
kegiatan Sertifikasi dengan ruang lingkup produk susu bubuk,
BSN dapat menunjuk LPK dengan lingkup yang sejenis sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

D Prosedur administratif
1. Pengajuan permohonan Sertifikasi
1.1 LSPro harus menyusun format permohonan Sertifikasi
bagi pelaku usaha untuk mendapatkan seluruh
informasi seperti diatur dalam huruf D angka 1.3.

1.2 Pengajuan permohonan Sertifikasi dilakukan oleh pelaku


usaha. Kriteria pelaku usaha yang dapat mengajukan
Sertifikasi sesuai Peraturan BSN yang mengatur
mengenai tata cara penggunaan tanda SNI dan tanda
kesesuaian berbasis SNI.

1.3 Permohonan Sertifikasi harus dilengkapi dengan:


a. informasi Pemohon:
1. nama Pemohon, alamat Pemohon, serta nama
dan kedudukan atau jabatan personel yang
bertanggung jawab atas pengajuan permohonan
Sertifikasi;
2. bukti pemenuhan persyaratan izin usaha sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan;
3. bukti izin edar produk sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan;
4. bukti kepemilikan atas merek atau tanda daftar
yang dikeluarkan oleh Kementerian Hukum dan
Hak Asasi Manusia;
- 371 -

5. apabila Pemohon melakukan pembuatan


produk dengan merek yang dimiliki oleh pihak
lain, menyertakan bukti perjanjian yang
mengikat secara hukum untuk melakukan
pembuatan produk untuk pihak lain;
6. apabila Pemohon bertindak sebagai pemilik
merek yang mensubkontrakkan proses
produksinya kepada pihak lain, menyertakan
bukti kepemilikan merek dan perjanjian
subkontrak pelaksanaan produksi dengan
pihak lain;
7. apabila Pemohon bertindak sebagai perwakilan
resmi pemilik merek yang berkedudukan
hukum di luar negeri, menyertakan bukti
perjanjian yang mengikat secara hukum
tentang penunjukan sebagai perwakilan resmi
pemilik merek di wilayah Republik Indonesia;
8. pernyataan bahwa Pemohon bertanggung jawab
penuh atas pemenuhan persyaratan SNI dan
pemenuhan persyaratan proses Sertifikasi,
serta bersedia memberikan akses terhadap
lokasi dan/atau informasi yang diperlukan oleh
LSPro dalam melaksanakan kegiatan Sertifikasi.
b. informasi produk:
1. merek produk yang diajukan untuk
disertifikasi;
2. jenis/tipe/varian produk yang diajukan untuk
disertifikasi;
3. spesifikasi produk setiap merek yang diajukan
untuk disertifikasi;
4. SNI yang digunakan sebagai dasar pengajuan
permohonan Sertifikasi,
5. daftar bahan baku termasuk bahan tambahan
pangan;
6. label produk;
7. jenis kemasan produk;
- 372 -

8. foto produk dalam kemasan primer yang


diajukan untuk disertifikasi (dari arah depan,
belakang dan samping), serta informasi terkait
kemasan primer produk;
9. apabila ada, foto kemasan sekunder dan tersier
produk yang diajukan untuk disertifikasi, dari
arah depan, belakang, dan samping.
c. informasi proses produksi:
1. nama, alamat, dan legalitas hukum pabrik
(apabila berbeda dengan legalitas Pemohon);
2. nama dan alamat fasilitas produksi mencakup
semua fasilitas yang digunakan untuk
memproduksi produk yang akan disertifikasi
(misal gudang bahan baku, produksi,
pengemasan produk, pengangkutan produk
jadi, gudang produk jadi dan lainnya) termasuk
kegiatan yang dialihdayakan;
3. struktur organisasi;
4. dokumentasi tentang desain dan tata letak
proses produksi serta proses pembuatan
produk yang diajukan untuk disertifikasi;
5. dokumentasi terkait proses dan pengendalian
produksi;
6. dokumentasi tentang peralatan produksi dan
pengukuran termasuk program
kalibrasi/verifikasi peralatan;
7. apabila telah tersedia, menyertakan sertifikat
penerapan Sistem Manajemen Mutu
berdasarkan SNI ISO 9001 atau Sistem
Manajemen Keamanan Pangan berdasarkan SNI
ISO 22000 atau HACCP berdasarkan SNI
CAC/RCP 1 dari lembaga Sertifikasi yang
diakreditasi oleh KAN atau oleh badan
akreditasi penandatangan International
Accreditation Forum (IAF)/Asia Pacific
Accreditation Cooperation (APAC) Multilateral
- 373 -

Recognition Agreement (MLA) dengan ruang


lingkup yang sesuai.

2. Seleksi
2.1 Tinjauan permohonan Sertifikasi
2.1.1 LSPro harus memastikan bahwa informasi yang
diperoleh dari permohonan Sertifikasi yang
diajukan oleh Pemohon telah lengkap dan
memenuhi persyaratan, serta dapat memastikan
kemampuan LSPro untuk menindaklanjuti
permohonan Sertifikasi.

2.1.2 Tinjauan permohonan Sertifikasi harus dilakukan


oleh personel yang memiliki kompetensi sesuai
dengan lingkup permohonan Sertifikasi.

2.2 Penandatanganan perjanjian Sertifikasi


Setelah permohonan Sertifikasi dinyatakan lengkap dan
memenuhi persyaratan serta Pemohon menyetujui
persyaratan dan prosedur Sertifikasi yang ditetapkan
oleh LSPro, dilakukan penandatanganan perjanjian
Sertifikasi oleh Pemohon dan LSPro.

2.3 Penyusunan rencana evaluasi


2.3.1 Berdasarkan informasi yang diperoleh dari
persyaratan permohonan Sertifikasi yang
disampaikan oleh Pemohon, LSPro menetapkan
rencana evaluasi yang mencakup:
a. tujuan, waktu, durasi, lokasi pelaksanaan,
tim, metode, dan agenda evaluasi proses
produksi dan CPPOB atau sistem manajemen
yang relevan dengan pelaksanaan proses
produksi produk yang diajukan untuk
disertifikasi;
b. jenis/tipe/varian produk yang diajukan
untuk disertifikasi dan metode pengambilan
contoh sesuai dengan persyaratan SNI yang
- 374 -

diperlukan untuk pengujian produk, yang


mewakili contoh produk yang diusulkan
untuk disertifikasi;
c. informasi SNI yang digunakan sebagai dasar
Sertifikasi berdasarkan permohonan yang
diajukan oleh Pemohon; dan
d. waktu yang diperlukan untuk pelaksanaan
pengujian berdasarkan standar acuan
metode uji yang dipersyaratkan.

2.3.2 Rencana evaluasi harus mempertimbangkan


kesesuaian produksi yang dilakukan oleh pabrik
sesuai lingkup produk yang diajukan untuk
disertifikasi.

2.3.3 Pelaksanaan evaluasi dilakukan oleh auditor atau


tim audit yang memiliki kriteria kompetensi
sebagai berikut:
1. Pengetahuan tentang prinsip, praktik dan
teknik audit;
2. Pengetahuan tentang proses dan prosedur
Sertifikasi yang ditetapkan oleh LSPro;
3. Pengetahuan tentang standar sistem
manajemen:
a. SNI ISO 9001 tentang sistem manajemen
mutu,
b. SNI ISO 22000 tentang sistem
manajemen mutu keamanan pangan,
c. SNI CAC/RCP 1 tentang rekomendasi
nasional kode praktis – prinsip umum
higiene pangan, dan/atau
d. Cara Produksi Pangan Olahan yang Baik
(CPPOB);
Catatan: sesuai yang diterapkan oleh
pemohon Sertifikasi.
4. Pengetahuan yang dibuktikan dengan
sertifikat, tentang SNI produk susu bubuk;
- 375 -

5. Pengetahuan yang dibuktikan dengan


sertifikat dan/atau pengalaman tentang
sektor bisnis produksusu bubuk; dan
6. Pengetahuan tentang produk, proses dan
organisasi pemohon Sertifikasi.

3. Determinasi
Determinasi mencakup 2 (dua) tahap evaluasi, yaitu evaluasi
tahap 1 (satu) dan evaluasi tahap 2 (dua).

3.1 Pelaksanaan evaluasi tahap 1 (satu)


3.1.1 Pada evaluasi tahap 1 (satu) dilakukan
pemeriksaan awal terhadap kesesuaian informasi
produk dan proses produksi yang disampaikan
Pemohon pada huruf D angka 1.3 terhadap
lingkup produk yang ditetapkan dalam SNI dan
peraturan terkait.

3.1.2 Apabila hasilevaluasi tahap 1 (satu) menunjukkan


ketidaksesuaian terhadap persyaratan, Pemohon
harus diberi kesempatan untuk melakukan
tindakan perbaikan dalam jangka waktu tertentu
sesuai dengan kebijakan LSPro.

3.2 Pelaksanaan evaluasi tahap 2 (dua)


3.2.1 Evaluasi tahap 2 (dua) dilaksanakan melalui audit
proses produksi dan CPPOB atau sistem
manajemen yang relevan serta pengujian produk.

3.2.2 Audit proses produksi dan CPPOB atau sistem


manajemen yang relevan dilakukan pada saat
pabrik melakukan produksi produk yang diajukan
atau pada kondisi tertentu dilakukan melalui
simulasi proses produksi produk yang diajukan
untuk disertifikasi.
- 376 -

3.2.3 Audit dilakukan dengan metode audit yang


merupakan kombinasi dari audit dokumen dan
rekaman, wawancara, observasi, demonstrasi,
atau metode audit lainnya.

3.2.4 Audit dilakukan terhadap:


a. tanggung jawab dan komitmen personel
penanggung jawab pabrik terhadap
konsistensi pemenuhan produk terhadap
persyaratan SNI;
b. ketersediaan dan pengendalian prosedur dan
rekaman pengendalian mutu, termasuk
pengujian rutin;
c. fasilitas, lokasi, desain dan tata letak,
bangunan, sanitasi peralatan, sanitasi ruang
proses, dan higiene personel sesuai dengan
ketentuan yang berlaku tentang CPPOB;
d. tahapan kritis proses produksi, mulai dari
bahan baku sampai produk akhir paling
sedikit pada tahapan seperti yang diuraikan
dalam huruf L;
e. kelengkapan serta fungsi peralatan produksi
termasuk peralatan pengendalian mutu;
f. bukti verifikasi berdasarkan hasil kalibrasi
atau hasil verifikasi peralatan produksi
sebagaimana disebutkan pada huruf e yang
membuktikan bahwa peralatan tersebut
memenuhi persyaratan produksi. Hasil
verifikasi peralatan produksi dapat
ditunjukkan dengan prosedur yang
diperlukan untuk mencapai kondisi atau
persyaratan yang ditetapkan;
g. bukti tera atau tera ulang alat pengukur
berat produk dalam kemasan akhir;
h. pengendalian dan penanganan produk yang
tidak sesuai; dan
- 377 -

i. pengemasan, penanganan, dan penyimpanan


produk, termasuk di gudang akhir produk
yang siap diedarkan.

3.2.5 Apabila Pemohon telah menerapkan dan


mendapatkan sertifikat SMKP berdasarkan SNI
ISO 22000 atau HACCP berdasarkan SNI
CAC/RCP 1 dari lembaga Sertifikasi yang
diakreditasi oleh KAN atau oleh badan akreditasi
penandatangan IAF/APAC MLA dengan ruang
lingkup yang sesuai, maka inspeksi pabrik atau
asesmen proses produksi dilakukan terhadap
implementasi sistem manajemen terkait mutu
produk tersebut dan angka 3.2.4 huruf d sampai
dengan huruf i.

3.2.6 Apabila Pemohon telah menerapkan dan


mendapatkan sertifikat SMM berdasarkan SNI ISO
9001 dari lembaga Sertifikasi yang diakreditasi
oleh KAN atau oleh badan akreditasi
penandatangan IAF/APAC MLA dengan ruang
lingkup yang sesuai, maka inspeksi pabrik atau
asesmen proses produksi dilakukan terhadap
implementasi sistem manajemen terkait mutu
produk tersebut dan angka 3.2.4 huruf c sampai
dengan huruf i.

3.2.7 Apabila Pemohon hanya melakukan kegiatan


pengemasan produk akhir, maka audit pada
angka 3.2.4 tidak berlaku, namun LSPro harus
memastikan kesesuaian terhadap:
1. produk yang akan dikemas sesuai
persyaratan SNI yang dibuktikan melalui
pemenuhan hasil uji yang diterbitkan oleh
laboratorium pihak ketiga yang diakreditasi
oleh KAN atau badan akreditasi
penandatangan IAF/APAC MLA secara
- 378 -

periodik setiap batch dan mencakup seluruh


pemasok;
2. tahapan proses di pemasok yang dibuktikan
melalui penyertaan sertifikat CPPOB, sistem
manajemen atau sertifikat Pemeriksaan
Sarana dan Bangunan (PSB) yang dimiliki
oleh pemasok; dan
3. tahapan kritis proses produksi seperti yang
diuraikan dalam huruf L, yang dibuktikan
melalui audit proses produksi pada seluruh
kegiatan yang dikendalikan oleh Pemohon.

3.2.8 Pengambilan contoh produk dilakukan saat audit


proses produksi berdasarkan persyaratan dalam
SNI. Pengambilan contoh produk untuk pengujian
dilakukan oleh personel kompeten yang
ditugaskan oleh LSPro. Contoh produk diambil
dari lini produksi atau gudang penyimpanan
produk.

3.2.9 Contoh produk diambil sesuai dengan kebutuhan


pengujian yang mewakili:
a. kemasan logam dan/atau non logam; dan
b. merek yang diajukan untuk disertifikasi.
Catatan: merek dapat mewakili merek lainnya
apabila memiliki spesifikasi yang sama.

3.2.10 Pengujian dilakukan di laboratorium yang telah


menerapkan ISO/IEC 17025 untuk lingkup
produk yang disertifikasi. Penerapan ISO/IEC
17025 dapat dibuktikan melalui:
a. akreditasi oleh KAN;
b. akreditasi oleh badan akreditasi
penandatangan saling pengakuan dalam
forum APAC dan International Laboratory
Accreditation Cooperation (ILAC); atau
- 379 -

c. penilaian yang dilakukan oleh LSPro


terhadap laboratorium.

3.2.11 Apabila pengujian dilakukan di laboratorium


Pemohon, maka LSPro harus memastikan
kesesuaian kompetensi dan imparsialitas proses
pengujian yang dilakukan, misalnya melalui
penyaksian proses pengujian.

3.2.12 Laboratorium Pemohon yang digunakan untuk


pengujian produk yang disertifikasi harus
memenuhi persyaratan sebagaimana tercantum
pada angka 3.2.10 huruf a atau huruf b.

3.2.13 Apabila berdasarkan hasil evaluasi tahap 2 (dua)


ditemukan ketidaksesuaian, Pemohon harus
diberi kesempatan untuk melakukan tindakan
perbaikan dalam jangka waktu tertentu sesuai
dengan kebijakan LSPro.

3.2.14 Apabila hasil pengujian dari laboratorium


menunjukkan ketidaksesuaian maka dapat
dilakukan pengujian ulang paling banyak 1 (satu)
kali dengan mengambil contoh produk dari lini
produksi atau gudang penyimpanan produk.

4. Tinjauan dan keputusan


4.1 Tinjauan
4.1.1 Tinjauan hasil evaluasi dilakukan terhadap
pemenuhan seluruh persyaratan Sertifikasi dan
kesesuaian proses Sertifikasi, mulai dari
pengajuan permohonan Sertifikasi, pelaksanaan
evaluasi tahap 1 (satu) dan evaluasi tahap 2 (dua).
- 380 -

4.1.2 Tinjauan hasil evaluasi dinyatakan dalam bentuk


rekomendasi tertulis tentang pemenuhan SNI
yang diajukan oleh Pemohon untuk produk yang
diajukan untuk disertifikasi.

4.2 Penetapan keputusan Sertifikasi


4.2.1 Penetapan keputusan Sertifikasi dilakukan
berdasarkan rekomendasi yang dihasilkan dari
proses tinjauan.

4.2.2 Penetapan keputusan Sertifikasi harus dilakukan


oleh 1 (satu) orang atau sekelompok orang yang
tidak terlibat dalam proses evaluasi.

4.2.3 Penetapan keputusan Sertifikasi dapat dilakukan


oleh 1 (satu) orang atau sekelompok orang yang
sama dengan yang melakukan tinjauan.

4.2.4 Rekomendasi untuk keputusan Sertifikasi


berdasarkan hasil tinjauan harus
didokumentasikan, kecuali tinjauan dan
keputusan Sertifikasi diselesaikan secara
bersamaan oleh orang atau sekelompok orang
yang sama.

4.2.5 LSPro harus memberitahu secara tertulis kepada


Pemohon terkait menunda atau tidak memberikan
keputusan Sertifikasi, dan harus menyampaikan
alasan keputusan tersebut.

4.2.6 Apabila Pemohon menunjukkan keinginan untuk


melanjutkan proses Sertifikasi setelah LSPro
memutuskan tidak memberikan Sertifikasi,
Pemohon dapat menyampaikan permohonan
untuk melanjutkan proses Sertifikasi.

4.2.7 Permohonan melanjutkan proses Sertifikasi harus


disampaikan oleh Pemohon kepada LSPro secara
tertulis paling lambat 1 (satu) bulan setelah
- 381 -

pemberitahuan keputusan tidak memberikan


Sertifikasi diterbitkan oleh LSPro. Proses
Sertifikasi dapat dimulai kembali dari evaluasi
tahap 2 (dua).

4.3 Bukti kesesuaian


4.3.1 Bukti kesesuaian berupa sertifikat kesesuaian
yang diterbitkan oleh LSPro. LSPro menerbitkan
sertifikat kesesuaian kepada Pemohon yang telah
memenuhi persyaratan Sertifikasi. Sertifikat
kesesuaian berlaku selama 4 (empat) tahun
setelah diterbitkan.

4.3.2 Sertifikat kesesuaian terhadap persyaratan SNI


paling sedikit harus memuat:
1. nomor sertifikat atau identifikasi unik
lainnya;
2. nomor atau identifikasi lain dari skema
Sertifikasi;
3. nama dan alamat LSPro;
4. nama dan alamat Pemohon (pemegang
sertifikat);
5. nomor atau identifikasi lain yang mengacu ke
perjanjian Sertifikasi;
6. pernyataan kesesuaian yang mencakup:
a. jenis/tipe/varian produk sesuai
peraturan kategori pangan yang berlaku;
b. jenis kemasan produk yang disertifikasi;
c. merek produk yang disertifikasi;
d. SNI yang menjadi dasar Sertifikasi; dan
e. nama dan alamat lokasi produksi.
7. status akreditasi atau pengakuan LSPro;
8. tanggal penerbitan sertifikat dan masa
berlakunya, serta riwayat sertifikat;dan
9. tanda tangan yang mengikat secara hukum
dari personel yang bertindak atas nama
- 382 -

LSPro sesuai dengan ketentuan peraturan


perundang-undangan.

E Pemeliharaan Sertifikasi
1 Pengawasan oleh LSPro
Pengawasan oleh LSPro dilakukan melalui kegiatan
surveilans. LSPro harus melaksanakan kunjungan surveilans
paling sedikit 2 (dua) kali dalam periode Sertifikasi, dengan
jarak antar evaluasi paling lama 12 (dua belas) bulan.
Kunjungan surveilans dilakukan melalui kegiatan evaluasi
berupa audit dan pengujian.

2 Sertifikasi ulang
2.1 LSPro harus melaksanakan Sertifikasi ulang paling
lambat 6 (enam) bulan sebelum masa berlaku sertifikat
berakhir.

2.2 Pelaksanaan Sertifikasi ulang dilakukan sesuai dengan


tahapan pada Sertifikasi awal.

2.3 Apabila tidak ada perubahan yang signifikan terkait


produk dan proses produksi sesuai dengan hasil audit
terakhir, maka LSPro dapat tidak melakukan evaluasi
tahap 1 (satu).

2.4 Apabila berdasarkan hasil Sertifikasi ulang ditemukan


ketidaksesuaian, Pemohon harus diberi kesempatan
untuk melakukan tindakan perbaikan dalam jangka
waktu tertentu sesuai dengan kebijakan LSPro.

F Evaluasi khusus
LSPro dapat melaksanakan evaluasi khusus dalam rangka audit
perluasan lingkup maupun tindak lanjut (investigasi) atas keluhan
atau informasi yang ada. Evaluasi khusus dalam rangka
investigasi keluhan atau informasi yang ada dilakukan oleh
auditor yang memiliki kompetensi untuk melakukan investigasi
- 383 -

dan terbatas pada permasalahan yang ada, serta dilakukan dalam


waktu yang singkat dari diperolehnya keluhan atau informasi.
Tahapan evaluasi khusus dalam rangka perluasan lingkup
dilakukan sesuai dengan tahapan prosedur administratif namun
terbatas pada perluasan lingkup yang diajukan. Evaluasi terhadap
perluasan lingkup Sertifikasi dapat dilakukan terpisah maupun
bersamaan dengan surveilans.

G Ketentuan pengurangan, pembekuan, dan pencabutan Sertifikasi


1 Pengurangan lingkup Sertifikasi
Pemohon dapat mengajukan pengurangan lingkup Sertifikasi
selama periode Sertifikasi.

2 Pembekuan dan pencabutan Sertifikasi


2.1 LSPro dapat membekukan Sertifikasi apabila Pemohon:
a. tidak mampu memperbaiki ketidaksesuaian yang
diterbitkan oleh LSPro pada saat surveilans
dan/atau saat evaluasi khusus; atau
b. menyampaikan permintaan pembekuan Sertifikasi
kepada LSPro.

2.2 LSPro harus membatasi periode pembekuan Sertifikasi


paling lama 6 (enam) bulan.

2.3 LSPro dapat melakukan pencabutan Sertifikasi apabila


Pemohon:
a. tidak mampu memperbaiki ketidaksesuaian yang
mengakibatkan pembekuan Sertifikasi melebihi
batas waktu yang ditentukan; atau
b. menyampaikan permintaan pencabutan Sertifikasi
kepada LSPro.

2.4 LSPro dapat mempertimbangkan pembekuan atau


pencabutan Sertifikasi, atau tindakan lainnya yang
disebabkan oleh faktor lainnya dengan
mempertimbangkan risiko yang ditemukan.
- 384 -

H Keluhan dan banding


LSPro harus mengembangkan aturan penanganan keluhan dan
banding dengan mempertimbangkan kompetensi dan imparsialitas
pelaksanaan penanganan keluhan dan banding.

I Informasi publik
LSPro harus memublikasikan informasi kepada publik sesuai
persyaratan ISO/IEC 17065 termasuk informasi pelanggan yang
disertifikasi, dibekukan dan dicabut. Informasi publik terkait
informasi pelanggan yang disertifikasi, dibekukan dan dicabut
tersebut juga harus disampaikan melalui Aplikasi Barang Ber-SNI
(BangBeni) https://bangbeni.bsn.go.id.

J Kondisi khusus
Dalam hal ditemukan situasi yang tidak memungkinkan
penerapan persyaratan tertentu dalam Sertifikasi ini, maka akan
ditetapkan kebijakan BSN dengan mempertimbangkan masukan
dari KAN dan para pemangku kepentingan lainnya.

K Penggunaan tanda SNI


1 Penggunaan tanda SNI dilakukan setelah mendapatkan
persetujuan penggunaan tanda SNI melalui Surat Persetujuan
Penggunaan Tanda (SPPT) SNI yang dikeluarkan oleh BSN
sesuai dengan ketentuan dalam Peraturan BSN yang
mengatur mengenai tata cara penggunaan tanda SNI dan
tanda kesesuaian berbasis SNI.

2 Permohonan persetujuan penggunaan tanda SNI diajukan


kepada BSN disertai dengan dokumen persyaratan yang
diatur dalam Peraturan BSN mengenai tata cara penggunaan
tanda SNI dan tanda kesesuaian berbasis SNI.

3 Tanda SNI sebagai bukti kesesuaian produk yang telah


memenuhi SNI adalah sebagai berikut:
- 385 -

Dengan ukuran:

Keterangan:
y = 11x
r = 0,5x

L Tahapan kritis proses produksi produk susu bubuk

Tahapan kritis
No. Penjelasan tahapan kritis
proses produksi
1. Pemilihan bahan Bahan baku, bahan tambahan
baku, bahan pangan dan bahan kemasan harus
tambahan pangan memenuhi persyaratan yang
dan bahan ditetapkan atau peraturan terkait
kemasan yang berlaku
2. Proses produksi Proses produksi dilakukan dengan
metode tertentu yang dikendalikan
dan memperhatikan kesesuaian
proses, termasuk kondisi
lingkungan kerja, kompetensi SDM,
peralatan produksi dan alat
-386-

Tahapan kritis
No. Penjelasan tahapan kritis
proses produksi
pemantauan sesuai persyaratan
yang ditetapkan
3. Pengendalian mutu Pengendalian mutu produk
dilakukan dengan metode tertentu
yang dikendalikan, untuk
memastikan produk sesuai dengan
persyaratan mutu dan keamanan
yang ditetapkan
4. Pengemasan Pengemasan produk dilakukan
dengan metode tertentu yang
dikendalikan sesuai dengan
persyaratan SNI dan peraturan
terkait yang berlaku

5. Penandaan Penandaan dilakukan sesuai

dengan persyaratan SNI dan


peraturan terkait yang berlaku

pemohon dapat berbeda

KEPALA BADAN STANDARDISASI NASIONAL

REPUBLIK INDONESIA,

TTD

BAMBANG PRASETYA

Sajirt^^e^ai dengan aslinya


Kepala Manusia, Organisasi, dan Hukum

a Margahayxi
indo
- 387 -

LAMPIRAN XXV
PERATURAN BADAN STANDARDISASI NASIONAL
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 1 TAHUN 2020
TENTANG
SKEMA PENILAIAN KESESUAIAN TERHADAP STANDAR
NASIONAL INDONESIA SEKTOR MAKANAN DAN MINUMAN

PETUNJUK TEKNIS SKEMA SERTIFIKASI PRODUK SUSU CAIR


(SEGAR)

A. Ruang lingkup
Dokumen ini berlaku untuk acuan pelaksanaan Sertifikasi produk
susu segartanpa perlakuan apapun kecuali pendinginan sesuai
dengan lingkup SNI sebagai berikut:

No Nama Produk Persyaratan SNI

1. Susu sapi SNI 3141.1:2011 Susu segar – bagian 1:


sapi

2. Susu kuda SNI 01-6054-1999 Susu kuda

B. Persyaratan Sertifikasi
Persyaratan acuan Sertifikasi produk:
1. SNI sebagaimana dimaksud dalam huruf A;
2. SNI dan standar lain yang diacu dalam SNI sebagaimana
dimaksud dalam huruf A;
3. Peraturan yang terkait yaitu:
a. Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1999 tentang
Label dan Iklan Pangan;
b. Peraturan Menteri Pertanian Nomor
381/Kpts/OT.140/10/2005 tentang Pedoman Sertifikasi
Kontrol Veteriner Unit Usaha Pangan Asal Hewan;
c. Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 75/M-
IND/PER/7/2010 tentang Cara Produksi Pangan Olahan
yang Baik (Good Manufacturing Practices);
d. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan
Nomor 16 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas Peraturan
- 388 -

Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor


HK.03.1.23.07.11.6664 Tahun 2011 tentang Pengawasan
Kemasan Pangan;
e. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan
Nomor 16 Tahun 2016 tentang Kriteria Mikrobiologi dalam
Pangan Olahan;
f. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan
Nomor 5 Tahun 2018 tentang Batas Maksimum Cemaran
Logam Berat dalam Pangan Olahan;
g. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan
Nomor 8 tahun 2018 tentang Batas Maksimum Cemaran
Kimia dalam Pangan Olahan; dan
h. Peraturan Menteri Pertanian Nomor
30/PERMENTAN/PK.450/7/2018 tentang Perubahan atas
Peraturan Menteri Pertanian Nomor
26/PERMENTAN/PK.450/7/2017 tentang Penyediaan dan
Peredaran Susu.
4. Peraturan lain yang terkait dengan produk susu cair (segar).

C. Prosedur Sertifikasi
Prosedur Sertifikasi mencakup:
1. evaluasi awal; dan
2. inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi.

D. Persyaratan Lembaga Penilaian Kesesuaian


Sertifikasi produk susu cair (segar) dilakukan oleh LPK yang telah
diakreditasi oleh KAN berdasarkan SNI ISO/IEC 17065 Penilaian
Kesesuaian – Persyaratan untuk Lembaga Sertifikasi Produk,
Proses, dan Jasa, untuk lingkup produk sebagaimana dimaksud
dalam Ruang Lingkup sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Dalam hal LPK belum ada yang terakreditasi KAN untuk
melakukan kegiatan Sertifikasi dengan ruang lingkup produk susu
cair (segar), BSN dapat menunjuk LPK dengan ruang lingkup yang
sejenis sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
- 389 -

E. Tahapan Sertifikasi
1. Pengajuan Permohonan Sertifikasi
1.1. Pengajuan permohonan Sertifikasi dilakukan oleh pelaku
usaha. Kriteria pelaku usaha yang dapat mengajukan
Sertifikasi sesuai Peraturan Kepala BSN mengenai tata
cara penggunaan Tanda SNI dan Tanda Kesesuaian
berbasis SNI.

1.2. Permohonan Sertifikasi harus dilengkapi dengan:


a. informasi Pemohon:
1. nama Pemohon, alamat Pemohon, serta nama dan
kedudukan atau jabatan personel yang
bertanggung jawab atas pengajuan permohonan
Sertifikasi;
2. bukti pemenuhan persyaratan izin usaha sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan;
3. pemenuhan persyaratan sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan tentang
pendaftaran dan hak kepemilikan atas merek yang
dikeluarkan oleh Kementerian Hukum dan Hak
Asasi Manusia;
4. apabila Pemohon melakukan pembuatan produk
dengan merek yang dimiliki oleh pihak lain,
menyertakan bukti perjanjian yang mengikat
secara hukum untuk melakukan pembuatan
produk untuk pihak lain;
5. apabila Pemohon bertindak sebagai pemilik merek
yang mensubkontrakkan proses produksinya
kepada pihak lain, menyertakan bukti
kepemilikan merek dan perjanjian subkontrak
pelaksanaan produksi dengan pihak lain;
6. apabila Pemohon bertindak sebagai perwakilan
resmi pemilik merek yang berkedudukan hukum
di luar negeri, menyertakan bukti perjanjian yang
mengikat secara hukum tentang penunjukan
sebagai perwakilan resmi pemilik merek di wilayah
Republik Indonesia; dan
- 390 -

7. pernyataan bahwa Pemohon Sertifikasi


bertanggung jawab penuh atas pemenuhan
persyaratan SNI dan pemenuhan persyaratan
proses Sertifikasi dan bersedia memberikan akses
terhadap lokasi dan/atau informasi yang
diperlukan oleh LSPro dalam melaksanakan
kegiatan Sertifikasi.
b. informasi produk:
1. merek produk yang diajukan untuk disertifikasi;
2. jenis/tipe/varian produk yang diajukan untuk
disertifikasi;
3. SNI yang digunakan sebagai dasar pengajuan
permohonan Sertifikasi;
4. foto produk dalam kemasan primer yang diajukan
untuk disertifikasi (dari arah depan, belakang dan
samping), serta informasi terkait kemasan primer
produk;
5. daftar bahan baku;
6. label produk; dan
7. apabila tersedia, foto kemasan sekunder dan
tersier produk yang diajukan untuk disertifikasi,
dari arah depan, belakang, samping, dan bagian
dalam.
c. informasi proses produksi:
1. nama, alamat, dan legalitas hukum pabrik;
2. struktur organisasi, nama dan jabatan personel
penanggung jawab proses produksi;
3. dokumentasi informasi tentang pemasok bahan
baku produk, prosedur evaluasi pemasok, serta
prosedur inspeksi bahan baku;
4. dokumentasi informasi tentang proses pembuatan
produk yang diajukan untuk disertifikasi,
termasuk proses yang disubkontrakkan ke pihak
lain;
5. dokumentasi informasi tentang prosedur dan
rekaman pengendalian mutu, termasuk pengujian
rutin, daftar peralatan, serta sertifikat kalibrasi
- 391 -

atau bukti verifikasi peralatan yang berpengaruh


terhadap mutu produk yang disertifikasi, dan
bukti atau segel tera atau tera ulang untuk alat
ukur yang digunakan dalam pengukuran berat
atau volume produk dalam kemasan akhir;
6. dokumentasi informasi tentang prosedur dan
rekaman pengendalian dan penanganan produk
yang tidak sesuai;
7. dokumentasi informasi tentang pengemasan
produk dan pengelolaan produk di gudang akhir
produk sebelum dikirimkan dan/atau diedarkan
ke wilayah Republik Indonesia;
8. lokasi gudang penyimpanan produk di wilayah
Republik Indonesia;
9. bukti izin edar produksesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan;
10. menyertakan laporan hasil uji yang dilakukan
paling lambat 1 (satu) tahun sebelum pengajuan
Sertifikasi, yang memberikan bukti pemenuhan
produk yang diajukan untuk disertifikasi terhadap
persyaratan mutu dalam SNI dan peraturan
terkait;
11. apabila laporan hasil uji sebagaimana dinyatakan
pada angka 10 belum tersedia, pelaku usaha
dapat menyampaikan contoh produk kepada
LSPro untuk diuji di laboratorium yang memiliki
perjanjian alih daya dengan LSPro; dan
12. apabila telah tersedia, menyertakan Sertifikat
Penerapan Sistem Manajemen Mutu berdasarkan
SNI ISO 9001 atau Sistem Manajemen Keamanan
Pangan berdasarkan SNI ISO 22000 atau HACCP
berdasarkan SNI CAC/RCP 1 dari Lembaga
Sertifikasi yang diakreditasi oleh KAN atau oleh
badan akreditasi penandatangan International
Accreditation Forum (IAF)/Asia Pacific Accreditation
Cooperation (APAC) Multilateral Recognition
- 392 -

Agreement (MLA) dengan ruang lingkup yang


sesuai.

2. Tinjauan permohonan Sertifikasi


LSPro harus memastikan bahwa informasi yang diperoleh dari
permohonan Sertifikasi yang diajukan oleh Pemohon telah
lengkap dan memenuhi persyaratan.

3. Penandatanganan perjanjian Sertifikasi


Setelah permohonan Sertifikasi dinyatakan lengkap dan
Pemohon menyetujui persyaratan dan prosedur Sertifikasi yang
ditetapkan oleh LSPro sesuai dengan persyaratan SNI ISO/IEC
17065, perjanjian Sertifikasi ditandatangani oleh Pemohon dan
LSPro.

4. Penyusunan rencana evaluasi


Berdasarkan informasi yang diperoleh dari persyaratan
permohonan Sertifikasi yang disampaikan oleh Pemohon, LSPro
menetapkan rencana evaluasi yang mencakup:
a. jenis/tipe/varian produk yang diajukan untuk disertifikasi
dan metode pengambilan contoh sesuai dengan
persyaratan SNI sebagaimana dimaksud dalam huruf A,
yang diperlukan untuk pengujian produk, yang mewakili
contoh produk yang diusulkan untuk disertifikasi;
b. informasi SNI yang digunakan sebagai dasar Sertifikasi
berdasarkan permohonan yang diajukan oleh Pemohon
Sertifikasi;
c. waktu yang diperlukan untuk pelaksanaan pengujian
berdasarkan standar acuan metode uji yang
dipersyaratkan; dan
d. waktu, lokasi pelaksanaan dan agenda inspeksi pabrik
atau asesmen proses produksi yang relevan dengan
pelaksanaan produksi produk yang diajukan untuk
disertifikasi, serta personel kompeten yang melakukan
evaluasi.
- 393 -

5. Pelaksanaan evaluasi awal terhadap produk


5.1. Pelaksanaan evaluasi awal terhadap produk mencakup:
a. Pemeriksaan awal terhadap kesesuaian informasi
produk dan proses produksi yang disampaikan
Pemohon pada huruf E angka 1 terhadap lingkup
produk yang ditetapkan dalam SNI dan peraturan
terkait.
b. Pengujian awal terhadap contoh produk berdasarkan
persyaratan mutu dalam SNI. Pengujian awal
dilakukan berdasarkan laporan hasil uji dari
laboratorium yang disampaikan Pemohon, yang
mencakup seluruh persyaratan mutu dalam
sebagaimana dimaksud dalam huruf A.
Apabila laporan hasil uji tersebut menunjukkan
bahwa seluruh persyaratan mutu dalam SNI tersebut
telah terpenuhi, maka produk yang diajukan untuk
disertifikasi dianggap telah memenuhi persyaratan
pengujian awal.

5.2. Apabila hasil evaluasi awal menunjukkan


ketidaksesuaian terhadap persyaratan SNI, Pemohon
harus diberi kesempatan untuk melakukan tindakan
perbaikan dalam jangka waktu tertentu sesuai dengan
kebijakan LSPro.

6. Pelaksanaan inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi


6.1. Inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi harus
dilakukan pada saat pabrik melakukan produksi, atau
pada kondisi tertentu dilakukan melalui simulasi proses
produksi produk yang diajukan untuk disertifikasi.

6.2. Inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi dilakukan


terhadap:
a. tanggung jawab dan komitmen personel penanggung
jawab pabrik terhadap konsistensi pemenuhan produk
terhadap persyaratan SNI;
- 394 -

b. ketersediaan dan pengendalian dokumentasi informasi


prosedur dan rekaman pengendalian mutu, termasuk
pengujian rutin;
c. fasilitas, lokasi, desain dan tata letak, bangunan,
sanitasi peralatan, sanitasi ruang proses, dan higiene
personel sesuai dengan ketentuan yang berlaku
tentang Cara Produksi Pangan Olahan yang Baik;
d. Tahapan kritis proses produksi, mulai dari bahan baku
sampai produk akhir paling sedikit pada tahapan
sebagaimana tercantum dalam huruf G;
e. kelengkapan serta fungsi peralatan produksi termasuk
peralatan pengendalian mutu, paling sedikit alat
pemerah susu (bila digunakan), alat penyaring, alat
pendingin, alat pengukur suhu, dan alat pengukur
berat atau volume;
f. bukti verifikasi berdasarkan hasil kalibrasi atau hasil
verifikasi peralatan produksi sebagaimana disebutkan
pada huruf e yang membuktikan bahwa peralatan
tersebut memenuhi persyaratan produksi. Hasil
verifikasi peralatan produksi dapat ditunjukkan
dengan prosedur yang diperlukan untuk mencapai
kondisi atau persyaratan yang ditetapkan;
g. bukti tera atau tera ulang alat pengukuran berat
produk;
h. pengendalian dan penanganan produk yang tidak
sesuai; dan
i. pengemasan, penanganan, dan penyimpanan produk,
termasuk di gudang akhir produk yang siap diedarkan.

6.3. Apabila pabrik telah menerapkan dan mendapatkan


sertifikat Sistem Manajemen Keamanan Pangan
berdasarkan SNI ISO 22000 atau HACCP berdasarkan SNI
CAC/RCP 1 dari Lembaga Sertifikasi yang diakreditasi oleh
KAN atau oleh badan akreditasi penandatangan IAF/APAC
MLA dengan ruang lingkup yang sesuai, maka inspeksi
pabrik atau asesmen proses produksi dilakukan terhadap
- 395 -

implementasi sistem manajemen terkait mutu produk


tersebut dan angka 6.2 huruf d dan huruf e.

6.4. Apabila pabrik telah menerapkan dan mendapatkan


sertifikat Sistem Manajemen Mutu berdasarkan SNI ISO
9001 dari Lembaga Sertifikasi yang diakreditasi oleh KAN
atau oleh badan akreditasi penandatangan IAF/APAC MLA
dengan ruang lingkup yang sesuai, maka inspeksi pabrik
atau asesmen proses produksi dilakukan terhadap
implementasi sistem manajemen terkait mutu produk
tersebut dan angka 6.2 huruf c, huruf d, dan huruf e.

6.5. Selama inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi,


LSPro melakukan pengambilan contoh produk oleh
petugas pengambil contoh dan selanjutnya diuji di
laboratorium milik LSPro atau Laboratorium yang telah
memiliki perjanjian alih daya dengan LSPro.

6.6. Apabila berdasarkan hasil inspeksi pabrik atau asesmen


proses produksi, termasuk hasil pengujian, tidak diperoleh
bukti-bukti yang kuat untuk menjamin konsistensi produk
terhadap persyaratan SNI, maka Pemohon harus diberi
kesempatan untuk melakukan tindakan perbaikan dalam
jangka waktu tertentu sesuai dengan kebijakan LSPro.

7. Tinjauan
7.1. Tinjauan Hasil Evaluasi dilakukan terhadap:
a. Hasil evaluasi awal terhadap produk untuk
menunjukkan bahwa contoh produk yang mewakili
produk memenuhi persyaratan SNI yang diajukan
oleh Pemohon sebagai dasar permohonan Sertifikasi;
dan
b. Hasil inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi
atau bukti obyektif untuk menunjukkan bahwa
pabrik memiliki proses produksi yang didukung
dengan segala sumber daya yang diperlukan untuk
menghasilkan produk yang secara konsisten, dan
- 396 -

memenuhi persyaratan SNI yang diajukan oleh


Pemohon sebagai dasar permohonan Sertifikasi.

7.2. Tinjauan hasil evaluasi dinyatakan dalam bentuk


rekomendasi tertulis tentang pemenuhan SNI yang
diajukan oleh Pemohon untuk produk yang diajukan
untuk disertifikasi.

8. Penetapan keputusan Sertifikasi


8.1. Penetapan keputusan Sertifikasi dilakukan berdasarkan
rekomendasi yang dihasilkan dari proses tinjauan.

8.2. Penetapan keputusan Sertifikasi harus dilakukan oleh


satu atau sekelompok orang yang tidak terlibat dalam
proses evaluasi.

8.3. Penetapan keputusan Sertifikasi dapat dilakukan oleh


satu atau sekelompok orang yang sama dengan yang
melakukan tinjauan.

8.4. Rekomendasi untuk keputusan Sertifikasi berdasarkan


hasil tinjauan harus didokumentasikan, kecuali tinjauan
dan keputusan Sertifikasi diselesaikan secara bersamaan
oleh satu atau sekelompok orang yang sama.

8.5. LSPro harus memberitahu Pemohon Sertifikasi terkait


alasan menunda atau tidak memberikan keputusan
Sertifikasi, dan harus mengidentifikasikan alasan
keputusan tersebut. Apabila Pemohon Sertifikasi
menunjukkan keinginan untuk melanjutkan proses
Sertifikasi, LSPro dapat memulai kembali dari proses
evaluasi (angka 5).

9. Penerbitan Sertifikat
Sertifikat kesesuaian terhadap persyaratan SNI diterbitkan
sesuai ketentuan sebagai berikut:
- 397 -

a. Sertifikat diterbitkan oleh LSPro setelah penetapan


keputusan Sertifikasi;
b. Sertifikat paling sedikit harus memuat:
1. nomor sertifikat atau identifikasi unik lainnya;
2. nomor atau identifikasi lain dari skema Sertifikasi;
3. nama dan alamat LSPro;
4. nama dan alamat Pemohon (pemegang sertifikat);
5. acuan ke perjanjian Sertifikasi;
6. pernyataan kesesuaian yang mencakup:
a. nama produk, merek dan spesifikasi produk yang
dinyatakan memenuhi persyaratan;
b. SNI yang menjadi dasar Sertifikasi;
c. nama dan alamat lokasi produksi; dan
d. informasi terkait proses Sertifikasi.
7. status akreditasi atau pengakuan LSPro;
8. tanggal penerbitan sertifikat;
9. tanggal berakhir masa berlaku sertifikat yaitu 4
(empat) tahun sejak tanggal penerbitan sertifikat;
10. tanda tangan yang mengikat secara hukum dari
personel yang bertindak atas nama LSPro sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

10. Surveilans dan Sertifikasi ulang


10.1. LSPro harus melaksanakan surveilans paling sedikit 2
(dua) kali dalam periode Sertifikasi. Dalam hal ini berlaku
ketentuan sebagai berikut:
a. Surveilans pertama dilakukan melalui kegiatan:
1. Inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi;
dan/atau
2. Pengujian terhadap contoh produk yang akan
beredar.
Pemilihan jenis kegiatan pada surveilans pertama
tersebut dilakukan berdasarkan penilaian LSPro atas
hasil Sertifikasi sebelumnya.
Apabila surveilans pertama hanya dilakukan melalui
kegiatan pengujian terhadap contoh produk yang
akan beredar, penerima sertifikat harus
- 398 -

menyampaikan dokumentasi pengendalian mutu


proses produksi sejak penerbitan sertifikat sampai
dilakukan surveilans pertama
b. Surveilans kedua dilakukan melalui kegiatan
1. Inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi;
dan
2. Pengujian terhadap contoh produk yang akan
atau telah beredar.

10.2. LSPro harus melaksanakan Sertifikasi ulang paling


lambat pada bulan ke-42 (empat puluh dua) (empat
puluh dua) setelah penetapan Sertifikasi, melalui
kegiatan sebagaimana tercantum dalam angka 6.

F. Penggunaan Tanda SNI


1. Penggunaan tanda SNI dilakukan setelah mendapatkan
persetujuan penggunaan Tanda SNI melalui Surat Persetujuan
Penggunaan Tanda (SPPT) SNI yang dikeluarkan oleh BSN
sesuai dengan kriteria yang ditetapkan pada Peraturan BSN
mengenai tata cara penggunaan Tanda SNI dan Tanda
Kesesuaian berbasis SNI.

2. Tanda SNI sebagai bukti kesesuaian produk yang telah


memenuhi SNI adalah sebagai berikut:
- 399 -

Dengan ukuran:

Keterangan:
y = 11x
r = 0,5x

G. Tahapan kritis proses produksi produk susu cair (segar)

Tahapan kritis
No. Penjelasan Tahapan kritis
proses produksi

1. Pemilihan bahan Bahan baku dan bahan kemasan harus


baku dan bahan memenuhi persyaratan atau peraturan
kemasan terkait yang berlaku

2. Pemerahan Pemerahan dilakukan pada kondisi


(apabila tertentu yang dikendalikan untuk
dilakukan) mendapatkan susu segar yang
dipersyaratkan

3. Penyaringan Penyaringan susu segar dilakukan pada


kondisi yang dikendalikan untuk
memisahkan susu dari benda asing

4. Penyimpanan Penyimpanan susu segar dilakukan


dengan metode tertentu yang
dikendalikan untuk menjaga kondisi susu
segar sesuai yang dipersyaratkan

5. Pengemasan Produk dikemas dalam wadah yang


tertutup rapat, tidak dipengaruhi atau
-400-

Tahapan kritis
No. Penjelasan Tahapan kritis
proses produksi

mempengaruhi isi, aman selama


penyimpanan dan pengangkutan
6. Penandaan Penandaan dilakukan sesuai dengan
persyaratan SNI dan peraturan yang
terkait yang berlaku
Keterangan: Urutan Lahapan kritis proses produksi disetiap
pemohon dapat berbeda

KEPALA BADAN STANDARDISASI NASIONAL

REPUBLIK INDONESIA,

TTD

BAMBANG PRASETYA

Salinan-sesu3i dengan aslinya


Kepala Bir' Manusia, Organlsasi, dan Hukum

argahayu
- 401 -

LAMPIRAN XXVI
PERATURAN BADAN STANDARDISASI NASIONAL
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 1 TAHUN 2020
TENTANG
SKEMA PENILAIAN KESESUAIAN TERHADAP STANDAR
NASIONAL INDONESIA SEKTOR MAKANAN DAN MINUMAN

PETUNJUK TEKNIS SKEMA SERTIFIKASI PRODUK KEJU OLAHAN

A. Ruang lingkup
Dokumen ini berlaku untuk acuan pelaksanaan Sertifikasi produk
keju olahan yang diperoleh dengan menggiling, mencampur,
melelehkan dan mengemulsikan dengan pemanasan dari satu atau
lebih jenis keju dengan atau tanpapenambahan komponen susu
dan/atau bahan pangan lainnya, dengan atau tanpa penambahan
bahan tambahan pangan yang diizinkan.

B. Persyaratan Sertifikasi
Persyaratan acuan Sertifikasi produk:
1. SNI 2980:2018 Keju olahan;
2. SNI dan standar lain yang diacu dalam SNI 2980:2018 Keju
olahan;
3. Peraturan yang terkait yaitu:
a. Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1999 tentang
Label dan Iklan Pangan;
b. Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 75/M-
IND/PER/7/2010 tentang Cara Produksi Pangan Olahan
yang Baik (Good Manufacturing Practices);
c. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 33 Tahun 2012
tentang Bahan Tambahan Pangan;
d. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan
Nomor 16 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas Peraturan
Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor
HK.03.1.23.07.11.6664 Tahun 2011 Tentang Pengawasan
Kemasan Pangan;
- 402 -

e. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan


Nomor 16 Tahun 2016 tentang Kriteria Mikrobiologi dalam
Pangan Olahan;
f. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan
Nomor 5 Tahun 2018 tentang Batas Maksimum Cemaran
Logam Berat dalam Pangan Olahan; dan
g. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan
Nomor 8 tahun 2018 tentang Batas Maksimum Cemaran
Kimia dalam Pangan Olahan.
4. Peraturan lain yang terkait dengan produk keju olahan.

C. Prosedur Sertifikasi
Prosedur Sertifikasi mencakup:
1. evaluasi awal; dan
2. inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi.

D. Persyaratan Lembaga Penilaian Kesesuaian


Sertifikasi produk keju olahan dilakukan oleh LPK yang telah
diakreditasi oleh KAN berdasarkan SNI ISO/IEC 17065 Penilaian
Kesesuaian – Persyaratan untuk Lembaga Sertifikasi Produk,
Proses, dan Jasa, untuk lingkup produk keju olahan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
Dalam hal LPK belum ada yang diakreditasi KAN untuk melakukan
kegiatan Sertifikasi dengan ruang lingkup produk keju olahan,
BSN dapat menunjuk LPK dengan ruang lingkup yang sejenis
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

E. Tahapan Sertifikasi
1. Pengajuan Permohonan Sertifikasi
1.1. Pengajuan permohonan Sertifikasi dilakukan oleh pelaku
usaha. Kriteria pelaku usaha yang dapat mengajukan
Sertifikasi sesuai Peraturan BSN mengenai tata cara
penggunaan Tanda SNI dan Tanda Kesesuaian berbasis
SNI.
- 403 -

1.2. Permohonan Sertifikasi harus dilengkapi dengan:


a. informasi Pemohon:
1. nama Pemohon, alamat Pemohon, serta nama dan
kedudukan atau jabatan personel yang
bertanggung jawab atas pengajuan permohonan
Sertifikasi;
2. bukti pemenuhan persyaratan izin usaha sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan;
3. pemenuhan persyaratan sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan tentang
pendaftaran dan hak kepemilikan atas merek yang
dikeluarkan oleh Kementerian Hukum dan Hak
Asasi Manusia;
4. apabila Pemohon melakukan pembuatan produk
dengan merek yang dimiliki oleh pihak lain,
menyertakan bukti perjanjian yang mengikat
secara hukum untuk melakukan pembuatan
produk untuk pihak lain;
5. apabila Pemohon bertindak sebagai pemilik merek
yang mensubkontrakkan proses produksinya
kepada pihak lain, menyertakan bukti
kepemilikan merek dan perjanjian subkontrak
pelaksanaan produksi dengan pihak lain;
6. apabila Pemohon bertindak sebagai perwakilan
resmi pemilik merek yang berkedudukan hukum
di luar negeri, menyertakan bukti perjanjian yang
mengikat secara hukum tentang penunjukan
sebagai perwakilan resmi pemilik merek di wilayah
Republik Indonesia; dan
7. pernyataan bahwa Pemohon Sertifikasi
bertanggung jawab penuh atas pemenuhan
persyaratan SNI dan pemenuhan persyaratan
proses Sertifikasi dan bersedia memberikan akses
terhadap lokasi dan/atau informasi yang
diperlukan oleh LSPro dalam melaksanakan
kegiatan Sertifikasi.
- 404 -

b. informasi produk:
1. merek produk yang diajukan untuk disertifikasi;
2. jenis/tipe/varian produk yang diajukan untuk
disertifikasi;
3. SNI yang digunakan sebagai dasar pengajuan
permohonan Sertifikasi;
4. foto produk dalam kemasan primer yang diajukan
untuk disertifikasi (dari arah depan, belakang dan
samping), serta informasi terkait kemasan primer
produk;
5. daftar bahan baku termasuk bahan tambahan
pangan;
6. label produk; dan
7. apabila tersedia, foto kemasan sekunder dan
tersier produk yang diajukan untuk disertifikasi,
dari arah depan, belakang, samping, dan bagian
dalam.
c. informasi proses produksi:
1. nama, alamat, dan legalitas hukum pabrik;
2. struktur organisasi, nama dan jabatan personel
penanggung jawab proses produksi;
3. dokumentasi informasi tentang pemasok bahan
baku produk, prosedur evaluasi pemasok, serta
prosedur inspeksi bahan baku produk;
4. dokumentasi informasi tentang proses pembuatan
produk yang diajukan untuk disertifikasi,
termasuk proses yang disubkontrakkan ke pihak
lain;
5. dokumentasi informasi tentang prosedur dan
rekaman pengendalian mutu, termasuk pengujian
rutin, daftar peralatan, serta sertifikat kalibrasi
atau bukti verifikasi peralatan yang berpengaruh
terhadap mutu produk yang disertifikasi, dan
bukti atau segel tera atau tera ulang untuk alat
ukur yang digunakan dalam pengukuran berat
produk dalam kemasan akhir;
- 405 -

6. dokumentasi informasi tentang prosedur dan


rekaman pengendalian dan penanganan produk
yang tidak sesuai;
7. dokumentasi informasi tentang pengemasan
produk dan pengelolaan produk di gudang akhir
produk sebelum dikirimkan dan/atau diedarkan
ke wilayah Republik Indonesia;
8. lokasi gudang penyimpanan produk di wilayah
Republik Indonesia;
9. bukti izin edar produk (MD/ML), kecuali yang
tidak dijual secara langsung ke konsumen akhir
sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan;
10. menyertakan laporan hasil uji yang dilakukan
paling lambat 1 (satu) tahun sebelum pengajuan
Sertifikasi, yang memberikan bukti pemenuhan
produk yang diajukan untuk disertifikasi terhadap
persyaratan mutu dalam SNI dan peraturan
terkait;
11. apabila laporan hasil uji sebagaimana dinyatakan
pada angka 10 belum tersedia, pelaku usaha
dapat menyampaikan contoh produk kepada
LSPro untuk diuji di laboratorium yang memiliki
perjanjian alih daya dengan LSPro; dan
12. apabila telah tersedia, menyertakan Sertifikat
Penerapan Sistem Manajemen Mutu berdasarkan
SNI ISO 9001 atau Sistem Manajemen Keamanan
Pangan berdasarkan SNI ISO 22000 atau HACCP
berdasarkan SNI CAC/RCP 1 dari Lembaga
Sertifikasi yang diakreditasi oleh KAN atau oleh
badan akreditasi penandatangan International
Accreditation Forum (IAF)/Asia Pacific Accreditation
Cooperation (APAC) Multilateral Recognition
Agreement (MLA) dengan ruang lingkup yang
sesuai.
Informasi pada butir 4, butir 5, butir 10, dan butir 11
tidak perlu dilampirkan apabila Pemohon melakukan
pengemasan ulang produk yang dihasilkan oleh pihak
- 406 -

lain yang telah memiliki sertifikat kesesuaian produk


atau Surat Persetujuan Penggunaan Tanda (SPPT) SNI.

2. Tinjauan permohonan Sertifikasi


LSPro harus memastikan bahwa informasi yang diperoleh dari
permohonan Sertifikasi yang diajukan oleh Pemohon telah
lengkap dan memenuhi persyaratan.

3. Penandatanganan perjanjian Sertifikasi


Setelah permohonan Sertifikasi dinyatakan lengkap dan
Pemohon menyetujui persyaratan dan prosedur Sertifikasi yang
ditetapkan oleh LSPro sesuai dengan persyaratan SNI ISO/IEC
17065, perjanjian Sertifikasi ditandatangani oleh Pemohon dan
LSPro.

4. Penyusunan rencana evaluasi


Berdasarkan informasi yang diperoleh dari persyaratan
permohonan Sertifikasi yang disampaikan oleh Pemohon,
LSPro menetapkan rencana evaluasi yang mencakup:
a. jenis/tipe/varian produk yang diajukan untuk
disertifikasi dan metode pengambilan contoh sesuai
dengan persyaratan SNI 2980:2018, yang diperlukan
untuk pengujian produk, yang mewakili contoh produk
yang diusulkan untuk disertifikasi;
b. informasi SNI yang digunakan sebagai dasar Sertifikasi
berdasarkan permohonan yang diajukan oleh pemohon
Sertifikasi;
c. waktu yang diperlukan untuk pelaksanaan pengujian
berdasarkan standar acuan metode uji yang
dipersyaratkan; dan
d. waktu, lokasi pelaksanaan dan agenda inspeksi pabrik
atau asesmen proses produksi yang relevan dengan
pelaksanaan produksi produk yang diajukan untuk
disertifikasi, serta personel kompeten yang melakukan
evaluasi.
- 407 -

5. Pelaksanaan evaluasi awal terhadap produk


5.1. Pelaksanaan evaluasi awal terhadap produk mencakup:
a. Pemeriksaan awal terhadap kesesuaian informasi
produk dan proses produksi yang disampaikan
Pemohon pada huruf E angka 1 terhadap lingkup
produk yang ditetapkan dalam SNI dan peraturan
terkait.
b. Pengujian awal terhadap contoh produk
berdasarkan persyaratan mutu dalam SNI.
Pengujian awal dilakukan berdasarkan laporan hasil
uji dari laboratorium yang disampaikan Pemohon,
yang mencakup seluruh persyaratan mutu dalam
SNI 2980:2018.
Apabila laporan hasil uji tersebut menunjukkan
bahwa seluruh persyaratan mutu dalam SNI
tersebut telah terpenuhi, maka produk yang
diajukan untuk disertifikasi dianggap telah
memenuhi persyaratan pengujian awal.

5.2. Apabila hasil evaluasi awal menunjukkan


ketidaksesuaian terhadap persyaratan SNI, Pemohon
harus diberi kesempatan untuk melakukan tindakan
perbaikan dalam jangka waktu tertentu sesuai dengan
kebijakan LSPro.

6. Pelaksanaan inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi


6.1. Inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi harus
dilakukan pada saat pabrik melakukan produksi, atau
pada kondisi tertentu dilakukan melalui simulasi proses
produksi produk yang diajukan untuk disertifikasi.

6.2. Inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi dilakukan


terhadap:
a. tanggung jawab dan komitmen personel penanggung
jawab pabrik terhadap konsistensi pemenuhan
produk terhadap persyaratan SNI;
- 408 -

b. ketersediaan dan pengendalian dokumentasi


informasi prosedur dan rekaman pengendalian
mutu, termasuk pengujian rutin;
c. fasilitas, lokasi, desain dan tata letak, bangunan,
sanitasi peralatan, sanitasi ruang proses, dan
higiene personel sesuai dengan ketentuan yang
berlaku tentang Cara Produksi Pangan Olahan yang
Baik;
d. Tahapan kritis proses produksi, mulai dari bahan
baku sampai produk akhir paling sedikit pada
tahapan sebagaimana tercantum dalam huruf G;
e. kelengkapan serta fungsi peralatan produksi
termasuk peralatan pengendalian mutu, paling
sedikit memiliki alat pemanasan, alat
pengaduk/penggiling/pencampur, dan alat
pengukur berat;
f. bukti verifikasi berdasarkan hasil kalibrasi atau
hasil verifikasi peralatan produksi sebagaimana
disebutkan pada huruf e yang membuktikan bahwa
peralatan tersebut memenuhi persyaratan produksi.
Hasil verifikasi peralatan produksi dapat
ditunjukkan dengan prosedur yang diperlukan
untuk mencapai kondisi atau persyaratan yang
ditetapkan,
g. bukti tera atau tera ulang alat pengukuran berat
produk;
h. pengendalian dan penanganan produk yang tidak
sesuai; dan
i. pengemasan, penanganan, dan penyimpanan
produk, termasuk di gudang akhir produk yang siap
diedarkan.

6.3. Apabila Pabrik telah menerapkan dan mendapatkan


sertifikat Sistem Manajemen Keamanan Pangan
berdasarkan SNI ISO 22000 atau HACCP berdasarkan
SNI CAC/RCP 1 dari Lembaga Sertifikasi yang
diakreditasi oleh KAN atau oleh badan akreditasi
- 409 -

penandatangan IAF/APAC MLA dengan ruang lingkup


yang sesuai, maka inspeksi pabrik atau asesmen proses
produksi dilakukan terhadap implementasi sistem
manajemen terkait mutu produk tersebut dan angka 6.2
huruf d dan huruf e.

6.4. Apabila pabrik telah menerapkan dan mendapatkan


sertifikat Sistem Manajemen Mutu berdasarkan SNI ISO
9001 dari Lembaga Sertifikasi yang diakreditasi oleh KAN
atau oleh badan akreditasi penandatangan IAF/APAC
MLA dengan ruang lingkup yang sesuai, maka inspeksi
pabrik atau asesmen proses produksi dilakukan terhadap
implementasi sistem manajemen terkait mutu produk
tersebut dan angka 6.2 huruf c, huruf d, dan huruf e.

6.5. Dalam hal Pemohon melakukan pengemasan ulang


produk yang dihasilkan oleh pihak lain, berlaku
ketentuan berikut:
a. apabila pihak lain tersebut telah memiliki sertifikat
kesesuaian produk atau Surat Persetujuan
Penggunaan Tanda (SPPT) SNI maka inspeksi pabrik
atau asesmen proses produksi sebagaimana
tercantum dalam angka 6.2 dilakukan di lokasi
Pemohon pada tahapan pengemasan; atau
b. apabila pihak lain tersebut belum memiliki sertifikat
kesesuaian produk atau Surat Persetujuan
Penggunaan Tanda (SPPT) SNI, maka inspeksi pabrik
atau asesmen proses produksi sebagaimana
tercantum dalam angka 6.2 dilakukan di lokasi
pembuatan produk yang dimiliki oleh pihak lain dan
di lokasi Pemohon.

6.6. Selama inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi,


LSPro melakukan pengambilan contoh produk oleh
petugas pengambil contoh dan selanjutnya diuji di
laboratorium milik LSPro atau Laboratorium yang telah
memiliki perjanjian alih daya dengan LSPro.
- 410 -

6.7. Apabila berdasarkan hasil inspeksi pabrik atau asesmen


proses produksi, termasuk hasil pengujian, tidak
diperoleh bukti-bukti yang kuat untuk menjamin
konsistensi produk terhadap persyaratan SNI, maka
Pemohon harus diberi kesempatan untuk melakukan
tindakan perbaikan dalam jangka waktu tertentu sesuai
dengan kebijakan LSPro.

7. Tinjauan
7.1. Tinjauan Hasil Evaluasi dilakukan terhadap:
a. Hasil evaluasi awal terhadap produk untuk
menunjukkan bahwa contoh produk yang mewakili
produk memenuhi persyaratan SNI yang diajukan
oleh Pemohon sebagai dasar permohonan Sertifikasi;
dan
b. Hasil inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi
atau bukti obyektif untuk menunjukkan bahwa
pabrik memiliki proses produksi yang didukung
dengan segala sumber daya yang diperlukan untuk
menghasilkan produk yang secara konsisten, dan
memenuhi persyaratan SNI yang diajukan oleh
Pemohon sebagai dasar permohonan Sertifikasi.

7.2. Tinjauan hasil evaluasi dinyatakan dalam bentuk


rekomendasi tertulis tentang pemenuhan SNI yang
diajukan oleh Pemohon untuk produk yang diajukan
untuk disertifikasi.

8. Penetapan keputusan Sertifikasi


8.1. Penetapan keputusan Sertifikasi dilakukan berdasarkan
rekomendasi yang dihasilkan dari proses tinjauan.

8.2. Penetapan keputusan Sertifikasi harus dilakukan oleh


satu atau sekelompok orang yang tidak terlibat dalam
proses evaluasi.
- 411 -

8.3. Penetapan keputusan Sertifikasi dapat dilakukan oleh


satu atau sekelompok orang yang sama dengan yang
melakukan tinjauan.

8.4. Rekomendasi untuk keputusan Sertifikasi berdasarkan


hasil tinjauan harus didokumentasikan, kecuali tinjauan
dan keputusan Sertifikasi diselesaikan secara bersamaan
oleh satu atau sekelompok orang yang sama.

8.5. LSPro harus memberitahu Pemohon Sertifikasi terkait


alasan menunda atau tidak memberikan keputusan
Sertifikasi, dan harus mengidentifikasikan alasan
keputusan tersebut. Apabila Pemohon Sertifikasi
menunjukkan keinginan untuk melanjutkan proses
Sertifikasi, LSPro dapat memulai kembali dari proses
evaluasi (angka 5).

9. Penerbitan Sertifikat
Sertifikat kesesuaian terhadap persyaratan SNI diterbitkan
sesuai ketentuan sebagai berikut:
a. Sertifikat diterbitkan oleh LSPro setelah penetapan
keputusan Sertifikasi;
b. Sertifikat paling sedikit harus memuat:
1. nomor sertifikat atau identifikasi unik lainnya;
2. nomor atau identifikasi lain dari skema Sertifikasi;
3. nama dan alamat LSPro;
4. nama dan alamat Pemohon (pemegang sertifikat);
5. acuan ke perjanjian Sertifikasi;
6. pernyataan kesesuaian yang mencakup:
a. nama produk, merek dan spesifikasi produk
yang dinyatakan memenuhi persyaratan;
b. SNI yang menjadi dasar Sertifikasi;
c. nama dan alamat lokasi produksi; dan
d. informasi terkait proses Sertifikasi.
7. status akreditasi atau pengakuan LSPro;
8. tanggal penerbitan sertifikat;
- 412 -

9. tanggal berakhir masa berlaku sertifikat yaitu 4


(empat) tahun sejak tanggal penerbitan sertifikat;
dan
10. tanda tangan yang mengikat secara hukum dari
personel yang bertindak atas nama LSPro sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

10. Surveilans dan Sertifikasi ulang


10.1. LSPro harus melaksanakan surveilans paling sedikit 2
(dua) kali dalam periode Sertifikasi. Dalam hal ini
berlaku ketentuan sebagai berikut:
a. Surveilans pertama dilakukan melalui kegiatan:
1. Inspeksi pabrik atau asesmen proses
produksi; dan/atau
2. Pengujian terhadap contoh produk yang akan
beredar.
Pemilihan jenis kegiatan pada surveilans pertama
tersebut dilakukan berdasarkan penilaian LSPro
atas hasil Sertifikasi sebelumnya.
Apabila surveilans pertama hanya dilakukan
melalui kegiatan pengujian terhadap contoh
produk yang akan beredar, penerima sertifikat
harus menyampaikan dokumentasi pengendalian
mutu proses produksi sejak penerbitan sertifikat
sampai dilakukan surveilans pertama
b. Surveilans kedua dilakukan melalui kegiatan
1. Inspeksi pabrik atau asesmen proses
produksi; dan
2. Pengujian terhadap contoh produk yang akan
atau telah beredar.

10.2. LSPro harus melaksanakan Sertifikasi ulang paling


lambat pada bulan ke-42 (empat puluh dua) (empat
puluh dua) setelah penetapan Sertifikasi, melalui
kegiatan sebagaimana tercantum dalam angka 6.
- 413 -

F. Penggunaan Tanda SNI


1. Penggunaan tanda SNI dilakukan setelah mendapatkan
persetujuan penggunaan Tanda SNI melalui Surat
Persetujuan Penggunaan Tanda (SPPT) SNI yang dikeluarkan
oleh BSN sesuai dengan kriteria yang ditetapkan pada
Peraturan BSN mengenai tata cara penggunaan Tanda SNI
dan Tanda Kesesuaian berbasis SNI.

2. Tanda SNI sebagai bukti kesesuaian produk yang telah


memenuhi SNI adalah sebagai berikut:

Dengan ukuran:

Keterangan:
y = 11x
r = 0,5x

G. Tahapan kritis proses produksi produk keju olahan


No. Tahapan kritis Penjelasan tahapan kritis
1. Pemilihan bahan Bahan baku kejuharus memenuhi
baku, bahan pangan persyaratan yang ditetapkan atau
lain, bahan peraturan terkait yang berlaku
tambahan pangan Bahan tambahan berupa susu, bahan
-414-

No. Tahapan kritis Penjelasan tahapan kritis


dan bahan kemasan pangan lain, bahan tambahan pangan dan
bahan kemasan harus memenuhi

persyaratan yang ditelapkan atau


peraturan terkait yang berlaku
2. Pemanasan Pemanasan dilalcukan dengan metode
terlentu yang dOcendalikan dengan
penambahan susu dan/atau bahan pangan
lain, dan bahan tambahan pangan yang
diizinkan, untuk mendapatkan spesifikasi
produk yang diinginkan
3. Pengisian Pengisian dilakukan dengan metode
Certentu yaitg dikendalikan untuk
menghindari kontaminasi pada produk
4. Pengemasan Produk dikemas dalam wadah yang
tertutup rapat, tidak dipengaruhi atau
mempengaruhi isi, aman selama
penyimpanan dan pengangkutan
5. Penandaan Penandaan dilalcukan sesuai dengan
persyaratan SNI dan peraturan terkait yang
berlaku

pemohon dapat berfaeda

KEPALA BADAN STANDARDISASI NASIONAL

REPUBLIK INDONESIA,

TTD

BAMBANG PRASETYA

Salinan sesuai dengan aslinya


Kepala Bi;^§tlmber^ya,Manusia, Organisasi, dan Hukura

Margahayu
*"CIHOO
- 415 -

LAMPIRAN XXVII
PERATURAN BADAN STANDARDISASI NASIONAL
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 1 TAHUN 2020
TENTANG
SKEMA PENILAIAN KESESUAIAN TERHADAP STANDAR
NASIONAL INDONESIA SEKTOR MAKANAN DAN MINUMAN

PETUNJUK TEKNIS SKEMA SERTIFIKASI PRODUK DAGING YANG


DIHALUSKAN

A Ruang lingkup
Dokumen ini berlaku untuk acuan pelaksanaan sertifikasi produk
daging yang dihaluskan.

B Persyaratan acuan
Persyaratan acuan Sertifikasi produk daging yang dihaluskan
mencakup:
1. SNI produk daging yang dihaluskan sebagaimana ditetapkan
dalam Keputusan Kepala Badan Standardisasi Nasional
mengenai daftar SNI sektor Makanan dan Minuman;
2. SNI dan standar lain yang diacu dalam SNI sebagaimana
dimaksud dalam angka 1;
3. Peraturan yang mengatur tentang label dan iklan pangan;
4. Peraturan yang mengatur tentang cara produksi pangan
olahan yang baik (Good Manufacturing Practices);
5. Peraturan yang mengatur tentang kemasan pangan;
6. Peraturan yang mengatur tentang bahan tambahan pangan;
7. Penerapan Cara Produksi Pangan Olahan yang Baik (CPPOB),
Sistem Manajemen Mutu (SMM) berdasarkan SNI ISO 9001,
Sistem Manajemen Mutu Keamanan Pangan (SMKP)
berdasarkan SNI ISO 22000 atau HACCP berdasarkan SNI
CAC/RCP 1; dan
8. Peraturan lain yang terkait produk daging yang dihaluskan.
- 416 -

C Jenis kegiatan penilaian kesesuaian


Penilaian kesesuian dilakuakan melalui kegiatan Sertifikasi.
Sertifikasi produk daging yang dihaluskan dilakukan oleh LPK
yang telah diakreditasi oleh KAN berdasarkan SNI ISO/IEC 17065,
Penilaian Kesesuaian – Persyaratan untuk Lembaga Sertifikasi
Produk, Proses, dan Jasa, untuk lingkup produk daging yang
dihaluskan.
Dalam hal LPK belum ada yang diakreditasi KAN untuk melakukan
kegiatan Sertifikasi dengan ruang lingkup produk daging yang
dihaluskan, BSN dapat menunjuk LPK dengan lingkup yang sejenis
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

D Prosedur administratif
1. Pengajuan permohonan Sertifikasi
1.1 LSPro harus menyusun format permohonan Sertifikasi
bagi pelaku usaha untuk mendapatkan seluruh
informasi seperti diatur pada huruf D angka 1.3.

1.2 Pengajuan permohonan Sertifikasi dilakukan oleh pelaku


usaha. Kriteria pelaku usaha yang dapat mengajukan
Sertifikasi sesuai Peraturan BSN yang mengatur
mengenai tata cara penggunaan tanda SNI dan tanda
kesesuaian berbasis SNI.

1.3 Permohonan Sertifikasi harus dilengkapi dengan:


a. informasi Pemohon:
1. nama Pemohon, alamat Pemohon, serta nama
dan kedudukan atau jabatan personel yang
bertanggung jawab atas pengajuan permohonan
Sertifikasi;
2. bukti pemenuhan persyaratan izin usaha sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan;
3. bukti izin edar produk sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan;
- 417 -

4. bukti kepemilikan atas merek atau tanda daftar


yang dikeluarkan oleh Kementerian Hukum dan
Hak Asasi Manusia;
5. apabila Pemohon melakukan pembuatan
produk dengan merek yang dimiliki oleh pihak
lain, menyertakan bukti perjanjian yang
mengikat secara hukum untuk melakukan
pembuatan produk untuk pihak lain;
6. apabila Pemohon bertindak sebagai pemilik
merek yang mensubkontrakkan proses
produksinya kepada pihak lain, menyertakan
bukti kepemilikan merek dan perjanjian
subkontrak pelaksanaan produksi dengan
pihak lain;
7. apabila Pemohon bertindak sebagai perwakilan
resmi pemilik merek yang berkedudukan
hukum di luar negeri, menyertakan bukti
perjanjian yang mengikat secara hukum
tentang penunjukan sebagai perwakilan resmi
pemilik merek di wilayah Republik Indonesia;
8. pernyataan bahwa Pemohon bertanggung jawab
penuh atas pemenuhan persyaratan SNI dan
pemenuhan persyaratan proses Sertifikasi,
serta bersedia memberikan akses terhadap
lokasi dan/atau informasi yang diperlukan oleh
LSPro dalam melaksanakan kegiatan Sertifikasi.
b. informasi produk:
1. merek produk yang diajukan untuk
disertifikasi;
2. jenis/tipe/varian produk yang diajukan untuk
disertifikasi;
3. spesifikasi produk setiap merek yang diajukan
untuk disertifikasi;
4. SNI yang digunakan sebagai dasar pengajuan
permohonan Sertifikasi,
5. daftar bahan baku termasuk bahan tambahan
pangan;
- 418 -

6. label produk;
7. jenis kemasan produk;
8. foto produk dalam kemasan primer yang
diajukan untuk disertifikasi (dari arah depan,
belakang dan samping), serta informasi terkait
kemasan primer produk;
9. apabila ada, foto kemasan sekunder dan tersier
produk yang diajukan untuk disertifikasi, dari
arah depan, belakang, dan samping.
c. informasi proses produksi:
1. nama, alamat, dan legalitas hukum pabrik
(apabila berbeda dengan legalitas Pemohon);
2. nama dan alamat fasilitas produksi mencakup
semua fasilitas yang digunakan untuk
memproduksi produk yang akan disertifikasi
(misal gudang bahan baku, produksi,
pengemasan produk, pengangkutan produk
jadi, gudang produk jadi dan lainnya) termasuk
kegiatan yang dialihdayakan;
3. struktur organisasi;
4. dokumentasi tentang desain dan tata letak
proses produksi serta proses pembuatan
produk yang diajukan untuk disertifikasi;
5. dokumentasi terkait proses dan pengendalian
produksi;
6. dokumentasi tentang peralatan produksi dan
pengukuran termasuk program
kalibrasi/verifikasi peralatan;
7. apabila telah tersedia, menyertakan sertifikat
penerapan Sistem Manajemen Mutu
berdasarkan SNI ISO 9001 atau Sistem
Manajemen Keamanan Pangan berdasarkan SNI
ISO 22000 atau HACCP berdasarkan SNI
CAC/RCP 1 dari lembaga Sertifikasi yang
diakreditasi oleh KAN atau oleh badan
akreditasi penandatangan International
Accreditation Forum (IAF)/Asia Pacific
- 419 -

Accreditation Cooperation (APAC) Multilateral


Recognition Agreement (MLA) dengan ruang
lingkup yang sesuai.

2. Seleksi
2.1 Tinjauan permohonan Sertifikasi
2.1.1 LSPro harus memastikan bahwa informasi yang
diperoleh dari permohonan Sertifikasi yang
diajukan oleh Pemohon telah lengkap dan
memenuhi persyaratan, serta dapat memastikan
kemampuan LSPro untuk menindaklanjuti
permohonan Sertifikasi.

2.1.2 Tinjauan permohonan Sertifikasi harus dilakukan


oleh personel yang memiliki kompetensi sesuai
dengan lingkup permohonan Sertifikasi.

2.2 Penandatanganan perjanjian Sertifikasi


Setelah permohonan Sertifikasi dinyatakan lengkap dan
memenuhi persyaratan serta Pemohon menyetujui
persyaratan dan prosedur Sertifikasi yang ditetapkan
oleh LSPro, dilakukan penandatanganan perjanjian
Sertifikasi oleh Pemohon dan LSPro.

2.3 Penyusunan rencana evaluasi


2.3.1 Berdasarkan informasi yang diperoleh dari
persyaratan permohonan Sertifikasi yang
disampaikan oleh Pemohon, LSPro menetapkan
rencana evaluasi yang mencakup:
a. tujuan, waktu, durasi, lokasi pelaksanaan,
tim, metode, dan agenda evaluasi proses
produksi dan CPPOB atau sistem manajemen
yang relevan dengan pelaksanaan proses
produksi produk yang diajukan untuk
disertifikasi;
b. jenis/tipe/varian produk yang diajukan
untuk disertifikasi dan metode pengambilan
- 420 -

contoh sesuai dengan persyaratan SNI yang


diperlukan untuk pengujian produk, yang
mewakili contoh produk yang diusulkan
untuk disertifikasi;
c. informasi SNI yang digunakan sebagai dasar
Sertifikasi berdasarkan permohonan yang
diajukan oleh Pemohon; dan
d. waktu yang diperlukan untuk pelaksanaan
pengujian berdasarkan standar acuan
metode uji yang dipersyaratkan.

2.3.2 Rencana evaluasi harus mempertimbangkan


kesesuaian produksi yang dilakukan oleh pabrik
sesuai lingkup produk yang diajukan untuk
disertifikasi.

2.3.3 Pelaksanaan evaluasi dilakukan oleh auditor atau


tim audit yang memiliki kriteria kompetensi
sebagai berikut:
1. Pengetahuan tentang prinsip, praktik dan
teknik audit;
2. Pengetahuan tentang proses dan prosedur
Sertifikasi yang ditetapkan oleh LSPro;
3. Pengetahuan tentang standar sistem
manajemen:
a. SNI ISO 9001 tentang sistem manajemen
mutu,
b. SNI ISO 22000 tentang sistem
manajemen mutu keamanan pangan,
c. SNI CAC/RCP 1 tentang rekomendasi
nasional kode praktis – prinsip umum
higiene pangan, dan/atau
d. Cara Produksi Pangan Olahan yang Baik
(CPPOB);
Catatan: sesuai yang diterapkan oleh
pemohon Sertifikasi.
- 421 -

4. Pengetahuan yang dibuktikan dengan


sertifikat, tentang SNI produk daging yang
dihaluskan;
5. Pengetahuan yang dibuktikan dengan
sertifikat dan/atau pengalaman tentang
sektor bisnis produk daging yang dihaluskan;
dan
6. Pengetahuan tentang produk, proses dan
organisasi pemohon Sertifikasi.

3. Determinasi
Determinasi mencakup 2 (dua) tahap evaluasi, yaitu evaluasi
tahap 1 (satu) dan evaluasi tahap 2 (dua).

3.1 Pelaksanaan evaluasi tahap 1 (satu)


3.1.1 Pada evaluasi tahap 1 (satu) dilakukan
pemeriksaan awal terhadap kesesuaian informasi
produk dan proses produksi yang disampaikan
Pemohon dalam huruf D angka 1.3 terhadap
lingkup produk yang ditetapkan dalam SNI dan
peraturan terkait.

3.1.2 Apabila hasil evaluasi tahap 1 (satu)


menunjukkan ketidaksesuaian terhadap
persyaratan, Pemohon harus diberi kesempatan
untuk melakukan tindakan perbaikan dalam
jangka waktu tertentu sesuai dengan kebijakan
LSPro.

3.2 Pelaksanaan evaluasi tahap 2 (dua)


3.2.1 Evaluasi tahap 2 (dua) dilaksanakan melalui audit
proses produksi dan CPPOB atau sistem
manajemen yang relevan serta pengujian produk.

3.2.2 Audit proses produksi dan CPPOB atau sistem


manajemen yang relevan dilakukan pada saat
pabrik melakukan produksi produk yang diajukan
- 422 -

atau pada kondisi tertentu dilakukan melalui


simulasi proses produksi produk yang diajukan
untuk disertifikasi.

3.2.3 Audit dilakukan dengan metode audit yang


merupakan kombinasi dari audit dokumen dan
rekaman, wawancara, observasi, demonstrasi,
atau metode audit lainnya.

3.2.4 Audit dilakukan terhadap:


a. tanggung jawab dan komitmen personel
penanggung jawab pabrik terhadap
konsistensi pemenuhan produk terhadap
persyaratan SNI;
b. ketersediaan dan pengendalian prosedur dan
rekaman pengendalian mutu, termasuk
pengujian rutin;
c. fasilitas, lokasi, desain dan tata letak,
bangunan, sanitasi peralatan, sanitasi ruang
proses, dan higiene personel sesuai dengan
ketentuan yang berlaku tentang CPPOB;
d. tahapan kritis proses produksi, mulai dari
bahan baku sampai produk akhir paling
sedikit pada tahapan seperti yang diuraikan
dalam huruf L;
e. kelengkapan serta fungsi peralatan produksi
termasuk peralatan pengendalian mutu;
f. bukti verifikasi berdasarkan hasil kalibrasi
atau hasil verifikasi peralatan produksi
sebagaimana disebutkan pada huruf e yang
membuktikan bahwa peralatan tersebut
memenuhi persyaratan produksi. Hasil
verifikasi peralatan produksi dapat
ditunjukkan dengan prosedur yang
diperlukan untuk mencapai kondisi atau
persyaratan yang ditetapkan;
- 423 -

g. bukti tera atau tera ulang alat pengukur


berat produk dalam kemasan akhir;
h. pengendalian dan penanganan produk yang
tidak sesuai; dan
i. pengemasan, penanganan, dan penyimpanan
produk, termasuk di gudang akhir produk
yang siap diedarkan.

3.2.5 Apabila Pemohon telah menerapkan dan


mendapatkan sertifikat SMKP berdasarkan SNI
ISO 22000 atau HACCP berdasarkan SNI
CAC/RCP 1 dari lembaga Sertifikasi yang
diakreditasi oleh KAN atau oleh badan akreditasi
penandatangan IAF/APAC MLA dengan ruang
lingkup yang sesuai, maka inspeksi pabrik atau
asesmen proses produksi dilakukan terhadap
implementasi sistem manajemen terkait mutu
produk tersebut dan angka 3.2.4 huruf d sampai
dengan huruf i.

3.2.6 Apabila Pemohon telah menerapkan dan


mendapatkan sertifikat SMM berdasarkan SNI ISO
9001 dari lembaga Sertifikasi yang diakreditasi
oleh KAN atau oleh badan akreditasi
penandatangan IAF/APAC MLA dengan ruang
lingkup yang sesuai, maka inspeksi pabrik atau
asesmen proses produksi dilakukan terhadap
implementasi sistem manajemen terkait mutu
produk tersebut dan angka 3.2.4 huruf c sampai
dengan huruf i.

3.2.7 Apabila Pemohon hanya melakukan kegiatan


pengemasan produk akhir, maka audit pada
angka 3.2.4 tidak berlaku, namun LSPro harus
memastikan kesesuaian terhadap:
1. produk yang akan dikemas sesuai
persyaratan SNI, yang dibuktikan melalui
- 424 -

pemenuhan hasil uji yang diterbitkan oleh


laboratorium pihak ketiga yang diakreditasi
oleh KAN atau badan akreditasi
penandatangan IAF/APAC MLA secara
periodik setiap batch dan mencakup seluruh
pemasok;
2. tahapan proses di pemasok yang dibuktikan
melalui penyertaan sertifikat CPPOB, sistem
manajemen atau sertifikat Pemeriksaan
Sarana dan Bangunan (PSB) yang dimiliki
oleh pemasok; dan
3. tahapan kritis proses produksi seperti yang
diuraikan dalam huruf L, yang dibuktikan
melalui audit proses produksi pada seluruh
kegiatan yang dikendalikan oleh Pemohon.

3.2.8 Pengambilan contoh produk dilakukan saat audit


proses produksi berdasarkan persyaratan dalam
SNI. Pengambilan contoh produk untuk pengujian
dilakukan oleh personel kompeten yang
ditugaskan oleh LSPro. Contoh produk diambil
dari lini produksi atau gudang penyimpanan
produk.

3.2.9 Contoh produk diambil sesuai dengan kebutuhan


pengujian yang mewakili merek yang diajukan
untuk disertifikasi.
Catatan: merek dapat mewakili merek lainnya
apabila memiliki spesifikasi yang sama.

3.2.10 Pengujian dilakukan di laboratorium yang telah


menerapkan ISO/IEC 17025 untuk lingkup
produk yang disertifikasi. Penerapan ISO/IEC
17025 dapat dibuktikan melalui:
a. akreditasi oleh KAN;
b. akreditasi oleh badan akreditasi
penandatangan saling pengakuan dalam
- 425 -

forum APAC dan International Laboratory


Accreditation Cooperation (ILAC); atau
c. penilaian yang dilakukan oleh LSPro
terhadap laboratorium.

3.2.11 Apabila pengujian dilakukan di laboratorium


Pemohon, maka LSPro harus memastikan
kesesuaian kompetensi dan imparsialitas proses
pengujian yang dilakukan, misalnya melalui
penyaksian proses pengujian.

3.2.12 Laboratorium Pemohon yang digunakan untuk


pengujian produk yang disertifikasi harus
memenuhi persyaratan sebagaimana tercantum
pada angka 3.2.10 huruf a atau huruf b.

3.2.13 Apabila berdasarkan hasil evaluasi tahap 2 (dua)


ditemukan ketidaksesuaian, Pemohon harus
diberi kesempatan untuk melakukan tindakan
perbaikan dalam jangka waktu tertentu sesuai
dengan kebijakan LSPro.

3.2.14 Apabila hasil pengujian dari laboratorium


menunjukkan ketidaksesuaian maka dapat
dilakukan pengujian ulang paling banyak 1 (satu)
kali dengan mengambil contoh produk ulang dari
lini produksi atau gudang penyimpanan produk.

4. Tinjauan dan keputusan


4.1 Tinjauan
4.1.1 Tinjauan hasil evaluasi dilakukan terhadap
pemenuhan seluruh persyaratan Sertifikasi dan
kesesuaian proses Sertifikasi, mulai dari
pengajuan permohonan Sertifikasi, pelaksanaan
evaluasi tahap 1 (satu) dan evaluasi tahap 2 (dua).

4.1.2 Tinjauan hasil evaluasi dinyatakan dalam bentuk


rekomendasi tertulis tentang pemenuhan SNI
- 426 -

yang diajukan oleh Pemohon untuk produk yang


diajukan untuk disertifikasi.

4.2 Penetapan keputusan Sertifikasi


4.2.1 Penetapan keputusan Sertifikasi dilakukan
berdasarkan rekomendasi yang dihasilkan dari
proses tinjauan.

4.2.2 Penetapan keputusan Sertifikasi harus dilakukan


oleh 1 (satu) orang atau sekelompok orang yang
tidak terlibat dalam proses evaluasi.

4.2.3 Penetapan keputusan Sertifikasi dapat dilakukan


oleh 1 (satu) orang atau sekelompok orang yang
sama dengan yang melakukan tinjauan.

4.2.4 Rekomendasi untuk keputusan Sertifikasi


berdasarkan hasil tinjauan harus
didokumentasikan, kecuali tinjauan dan
keputusan Sertifikasi diselesaikan secara
bersamaan oleh orang atau sekelompok orang
yang sama.

4.2.5 LSPro harus memberitahu secara tertulis kepada


Pemohon terkait menunda atau tidak memberikan
keputusan Sertifikasi, dan harus menyampaikan
alasan keputusan tersebut.

4.2.6 Apabila Pemohon menunjukkan keinginan untuk


melanjutkan proses Sertifikasi setelah LSPro
memutuskan tidak memberikan Sertifikasi,
Pemohon dapat menyampaikan permohonan
untuk melanjutkan proses Sertifikasi.

4.2.7 Permohonan melanjutkan proses Sertifikasi harus


disampaikan oleh Pemohon kepada LSPro secara
tertulis paling lambat 1 (satu) bulan setelah
pemberitahuan keputusan tidak memberikan
Sertifikasi diterbitkan oleh LSPro. Proses
- 427 -

Sertifikasi dapat dimulai kembali dari evaluasi


tahap 2 (dua).

4.3 Bukti kesesuaian


4.3.1 Bukti kesesuaian berupa sertifikat kesesuaian
yang diterbitkan oleh LSPro. LSPro menerbitkan
sertifikat kesesuaian kepada Pemohon yang telah
memenuhi persyaratan Sertifikasi. Sertifikat
kesesuaian berlaku selama 4 (empat) tahun
setelah diterbitkan.

4.3.2 Sertifikat kesesuaian terhadap persyaratan SNI


paling sedikit harus memuat:
1. nomor sertifikat atau identifikasi unik
lainnya;
2. nomor atau identifikasi lain dari skema
Sertifikasi;
3. nama dan alamat LSPro;
4. nama dan alamat Pemohon (pemegang
sertifikat);
5. nomor atau identifikasi lain yang mengacu ke
perjanjian Sertifikasi;
6. pernyataan kesesuaian yang mencakup:
a. jenis/tipe/varian produk sesuai
peraturan kategori pangan yang berlaku;
b. jenis kemasan produk yang disertifikasi;
c. merek produk yang disertifikasi;
d. SNI yang menjadi dasar Sertifikasi; dan
e. nama dan alamat lokasi produksi.
7. status akreditasi atau pengakuan LSPro;
8. tanggal penerbitan sertifikat dan masa
berlakunya, serta riwayat sertifikat;dan
9. tanda tangan yang mengikat secara hukum
dari personel yang bertindak atas nama
LSPro sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
- 428 -

E Pemeliharaan Sertifikasi
1 Pengawasan oleh LSPro
Pengawasan oleh LSPro dilakukan melalui kegiatan
surveilans. LSPro harus melaksanakan kunjungan surveilans
paling sedikit 2 (dua) kali dalam periode Sertifikasi, dengan
jarak antar evaluasi paling lama 12 (dua belas) bulan.
Kunjungan surveilans dilakukan melalui kegiatan evaluasi
berupa audit dan pengujian.

2 Sertifikasi ulang
2.1 LSPro harus melaksanakan Sertifikasi ulang paling
lambat 6 (enam) bulan sebelum masa berlaku sertifikat
berakhir.

2.2 Pelaksanaan Sertifikasi ulang dilakukan sesuai dengan


tahapan pada prosedur administratif.

2.3 Apabila tidak ada perubahan yang signifikan terkait


produk dan proses produksi sesuai dengan hasil audit
terakhir, maka LSPro dapat tidak melakukan evaluasi
tahap 1 (satu).

2.4 Apabila berdasarkan hasil Sertifikasi ulang ditemukan


ketidaksesuaian, Pemohon harus diberi kesempatan
untuk melakukan tindakan perbaikan dalam jangka
waktu tertentu sesuai dengan kebijakan LSPro.

F Evaluasi khusus
LSPro dapat melaksanakan evaluasi khusus dalam rangka audit
perluasan lingkup maupun tindak lanjut (investigasi) atas keluhan
atau informasi yang ada. Evaluasi khusus dalam rangka
investigasi keluhan atau informasi yang ada dilakukan oleh
auditor yang memiliki kompetensi untuk melakukan investigasi
dan terbatas pada permasalahan yang ada, serta dilakukan dalam
waktu yang singkat dari diperolehnya keluhan atau informasi.
Tahapan evaluasi khusus dalam rangka perluasan lingkup
dilakukan sesuai dengan tahapan prosedur administratif namun
- 429 -

terbatas pada perluasan lingkup yang diajukan. Evaluasi terhadap


perluasan lingkup Sertifikasi dapat dilakukan terpisah maupun
bersamaan dengan surveilans.

G Ketentuan pengurangan, pembekuan, dan pencabutan Sertifikasi


1 Pengurangan lingkup Sertifikasi
Pemohon dapat mengajukan pengurangan lingkup Sertifikasi
selama periode Sertifikasi.

2 Pembekuan dan pencabutan Sertifikasi


2.1 LSPro dapat membekukan Sertifikasi apabila Pemohon:
a. tidak mampu memperbaiki ketidaksesuaian yang
diterbitkan oleh LSPro pada saat surveilans
dan/atau saat evaluasi khusus; atau
b. menyampaikan permintaan pembekuan Sertifikasi
kepada LSPro.

2.2 LSPro harus membatasi periode pembekuan Sertifikasi


paling lama 6 (enam) bulan.

2.3 LSPro dapat melakukan pencabutan Sertifikasi apabila


Pemohon:
a. tidak mampu memperbaiki ketidaksesuaian yang
mengakibatkan pembekuan Sertifikasi melebihi
batas waktu yang ditentukan; atau
b. menyampaikan permintaan pencabutan Sertifikasi
kepada LSPro.

2.4 LSPro dapat mempertimbangkan pembekuan atau


pencabutan Sertifikasi, atau tindakan lainnya yang
disebabkan oleh faktor lainnya dengan
mempertimbangkan risiko yang ditemukan.

H Keluhan dan banding


LSPro harus mengembangkan aturan penanganan keluhan dan
banding dengan mempertimbangkan kompetensi dan imparsialitas
pelaksanaan penanganan keluhan dan banding.
- 430 -

I Informasi publik
LSPro harus memublikasikan informasi kepada publik sesuai
persyaratan ISO/IEC 17065 termasuk informasi pelanggan yang
disertifikasi, dibekukan dan dicabut. Informasi publik terkait
informasi pelanggan yang disertifikasi, dibekukan dan dicabut
tersebut juga harus disampaikan melalui Aplikasi Barang Ber-SNI
(BangBeni) https://bangbeni.bsn.go.id.

J Kondisi khusus
Dalam hal ditemukan situasi yang tidak memungkinkan
penerapan persyaratan tertentu dalam Sertifikasi ini, maka akan
ditetapkan kebijakan BSN dengan mempertimbangkan masukan
dari KAN dan para pemangku kepentingan lainnya.

K Penggunaan Tanda SNI


1 Penggunaan tanda SNI dilakukan setelah mendapatkan
persetujuan penggunaan tanda SNI melalui Surat Persetujuan
Penggunaan Tanda (SPPT) SNI yang dikeluarkan oleh BSN
sesuai dengan ketentuan dalam Peraturan BSN yang
mengatur mengenai tata cara penggunaan tanda SNI dan
tanda kesesuaian berbasis SNI.

2 Permohonan persetujuan penggunaan tanda SNI diajukan


kepada BSN disertai dengan dokumen persyaratan yang
diatur dalam Peraturan BSN mengenai tata cara penggunaan
tanda SNI dan tanda kesesuaian berbasis SNI.

3 Tanda SNI sebagai bukti kesesuaian produk yang telah


memenuhi SNI adalah sebagai berikut:
- 431 -

Dengan ukuran:

Keterangan:
y = 11x
r = 0,5x

L Tahapan kritis proses produksi produk daging yang dihaluskan

Tahapan kritis
No. Penjelasan tahapan kritis
proses produksi
1. Pemilihan bahan Bahan baku, bahan tambahan
baku, bahan pangan dan bahan kemasan harus
tambahan pangan memenuhi persyaratan yang
dan bahan kemasan ditetapkan atau peraturan terkait
yang berlaku
2. Proses produksi Proses produksi dilakukan dengan
metode tertentu yang dikendalikan
dan memperhatikan kesesuaian
proses, termasuk kondisi lingkungan
kerja, kompetensi SDM, peralatan
produksi dan alat pemantauan
sesuai persyaratan yang ditetapkan
3. Pengendalian mutu Pengendalian mutu produk
dilakukan dengan metode tertentu
yang dikendalikan, untuk
memastikan produk sesuai dengan
persyaratan mutu dan keamanan
yang ditetapkan
-432-

Tahapan kritis
No. Penjelasan tahapan. kritis
proses produksi
4. Pengemasan Pengemasan produk dilakukan
dengan metode tertentu yang
dikendalikan sesuai dengan
persyaratan SNI dan peraturan
terkait yang berlaku

5. Penandaan Penandaan dilakukan sesuai dengan


persyaratan SNI dan peraturan
terkait yang berlaku
Keterangan: Urutan tahapan kritis proses produksi disetiap
pemohon dapat berbeda

KEPALA BADAN STANDARDISASI NASIONAL

REPUBLIK INDONESIA,

TTD

BAMBANG PRASETYA

i dengan aslinya
Kepala umbei Manusia, Organisasi, dan Hukum

a Margahayu
- 433 -

LAMPIRAN XXVIII
PERATURAN BADAN STANDARDISASI NASIONAL
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 1 TAHUN 2020
TENTANG
SKEMA PENILAIAN KESESUAIAN TERHADAP STANDAR
NASIONAL INDONESIA SEKTOR MAKANAN DAN MINUMAN

PETUNJUK TEKNIS SKEMA SERTIFIKASI PRODUK RENDANG

A Ruang lingkup
Dokumen ini berlaku untuk acuan pelaksanaan Sertifikasi produk
rendang.

B Persyaratan acuan
Persyaratan acuan Sertifikasi produk rendang mencakup:
1. SNI produk rendang sebagaimana ditetapkan dalam
Keputusan Kepala Badan Standardisasi Nasional mengenai
daftar SNI sektor Makanan dan Minuman.
2. SNI dan standar lain yang diacu dalam SNI sebagaimana
dimaksud pada angka1;
3. Peraturan yang mengatur tentang label dan iklan pangan;
4. Peraturan yang mengatur tentang cara produksi pangan
olahan yang baik (Good Manufacturing Practices);
5. Peraturan yang mengatur tentang kemasan pangan;
6. Peraturan yang mengatur tentang bahan tambahan pangan;
7. Penerapan Cara Produksi Pangan Olahan yang Baik (CPPOB),
Sistem Manajemen Mutu (SMM) berdasarkan SNI ISO 9001,
Sistem Manajemen Mutu Keamanan Pangan (SMKP)
berdasarkan SNI ISO 22000 atau HACCP berdasarkan SNI
CAC/RCP 1; dan
8. Peraturan lain yang terkait produk rendang.
- 434 -

C Jenis kegiatan penilaian kesesuaian


Penilaian kesesuaian dilakukan melalui kegiatan Sertifikasi.
Sertifikasi produk rendang dilakukan oleh LPK yang telah
diakreditasi oleh KAN berdasarkan SNI ISO/IEC 17065, Penilaian
Kesesuaian – Persyaratan untuk Lembaga Sertifikasi Produk,
Proses, dan Jasa, untuk lingkup produk rendang.
Dalam hal LPK belum ada yang diakreditasi KAN untuk melakukan
kegiatan Sertifikasi dengan ruang lingkup produk rendang, BSN
dapat menunjuk LPK dengan lingkup yang sejenis sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.

D Prosedur administratif
1. Pengajuan permohonan Sertifikasi
1.1 LSPro harus menyusun format permohonan Sertifikasi
bagi pelaku usaha untuk mendapatkan seluruh
informasi seperti diatur pada huruf D angka 1.3.

1.2 Pengajuan permohonan Sertifikasi dilakukan oleh Pelaku


Usaha. Kriteria Pelaku Usaha yang dapat mengajukan
Sertifikasi sesuai Peraturan BSN yang mengatur
mengenai tata cara penggunaan tanda SNI dan tanda
kesesuaian berbasis SNI.

1.3 Permohonan Sertifikasi harus dilengkapi dengan:


a. informasi pemohon:
1. nama pemohon, alamat pemohon, serta nama
dan kedudukan atau jabatan personel yang
bertanggung jawab atas pengajuan permohonan
Sertifikasi;
2. bukti pemenuhan persyaratan izin usaha sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan;
3. bukti izin edar produk sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan;
4. bukti kepemilikan atas merek atau tanda daftar
yang dikeluarkan oleh Kementerian Hukum dan
Hak Asasi Manusia;
- 435 -

5. apabila pemohon melakukan pembuatan


produk dengan merek yang dimiliki oleh pihak
lain, menyertakan bukti perjanjian yang
mengikat secara hukum untuk melakukan
pembuatan produk untuk pihak lain;
6. apabila pemohon bertindak sebagai pemilik
merek yang mensubkontrakkan proses
produksinya kepada pihak lain, menyertakan
bukti kepemilikan merek dan perjanjian
subkontrak pelaksanaan produksi dengan
pihak lain;
7. apabila pemohon bertindak sebagai perwakilan
resmi pemilik merek yang berkedudukan
hukum di luar negeri, menyertakan bukti
perjanjian yang mengikat secara hukum
tentang penunjukan sebagai perwakilan resmi
pemilik merek di wilayah Republik Indonesia;
8. pernyataan bahwa pemohon bertanggung jawab
penuh atas pemenuhan persyaratan SNI dan
pemenuhan persyaratan proses Sertifikasi,
serta bersedia memberikan akses terhadap
lokasi dan/atau informasi yang diperlukan oleh
LSPro dalam melaksanakan kegiatan Sertifikasi.
b. informasi produk:
1. merek produk yang diajukan untuk
disertifikasi;
2. jenis/tipe/varian produk yang diajukan untuk
disertifikasi;
3. spesifikasi produk setiap merek yang diajukan
untuk disertifikasi;
4. SNI yang digunakan sebagai dasar pengajuan
permohonan Sertifikasi,
5. daftar bahan baku termasuk bahan tambahan
pangan;
6. label produk;
7. jenis kemasan produk;
- 436 -

8. foto produk dalam kemasan primer yang


diajukan untuk disertifikasi (dari arah depan,
belakang dan samping), serta informasi terkait
kemasan primer produk;
9. apabila ada, foto kemasan sekunder dan tersier
produk yang diajukan untuk disertifikasi, dari
arah depan, belakang, dan samping.
c. informasi proses produksi:
1. nama, alamat, dan legalitas hukum pabrik
(apabila berbeda dengan legalitas pemohon);
2. nama dan alamat fasilitas produksi mencakup
semua fasilitas yang digunakan untuk
memproduksi produk yang akan disertifikasi
(misal gudang bahan baku, produksi,
pengemasan produk, pengangkutan produk
jadi, gudang produk jadi dan lainnya) termasuk
kegiatan yang dialihdayakan;
3. struktur organisasi;
4. dokumentasi tentang desain dan tata letak
proses produksi serta proses pembuatan
produk yang diajukan untuk disertifikasi;
5. dokumentasi terkait proses dan pengendalian
produksi;
6. dokumentasi tentang peralatan produksi dan
pengukuran termasuk program
kalibrasi/verifikasi peralatan;
7. apabila telah tersedia, menyertakan sertifikat
penerapan Sistem Manajemen Mutu
berdasarkan SNI ISO 9001 atau Sistem
Manajemen Keamanan Pangan berdasarkan SNI
ISO 22000 atau HACCP berdasarkan SNI
CAC/RCP 1 dari Lembaga Sertifikasi yang
diakreditasi oleh KAN atau oleh badan
akreditasi penandatangan International
Accreditation Forum (IAF)/Asia Pacific
Accreditation Cooperation (APAC) Multilateral
- 437 -

Recognition Agreement (MLA) dengan ruang


lingkup yang sesuai.

2. Seleksi
2.1 Tinjauan permohonan Sertifikasi
2.1.1 LSPro harus memastikan bahwa informasi yang
diperoleh dari permohonan Sertifikasi yang
diajukan oleh pemohon telah lengkap dan
memenuhi persyaratan, serta dapat memastikan
kemampuan LSPro untuk menindaklanjuti
permohonan Sertifikasi.

2.1.2 Tinjauan permohonan Sertifikasi harus dilakukan


oleh personel yang memiliki kompetensi sesuai
dengan lingkup permohonan Sertifikasi.

2.2 Penandatanganan perjanjian Sertifikasi


Setelah permohonan Sertifikasi dinyatakan lengkap dan
memenuhi persyaratan serta pemohon menyetujui
persyaratan dan prosedur Sertifikasi yang ditetapkan
oleh LSPro, dilakukan penandatanganan perjanjian
Sertifikasi oleh pemohon dan LSPro.

2.3 Penyusunan rencana evaluasi


2.3.1 Berdasarkan informasi yang diperoleh dari
persyaratan permohonan Sertifikasi yang
disampaikan oleh pemohon, LSPro menetapkan
rencana evaluasi yang mencakup:
a. tujuan, waktu, durasi, lokasi pelaksanaan,
tim, metode, dan agenda evaluasi proses
produksi dan CPPOB atau sistem manajemen
yang relevan dengan pelaksanaan proses
produksi produk yang diajukan untuk
disertifikasi;
b. jenis/tipe/varian produk yang diajukan
untuk disertifikasi dan metode pengambilan
contoh sesuai dengan persyaratan SNI yang
- 438 -

diperlukan untuk pengujian produk, yang


mewakili contoh produk yang diusulkan
untuk disertifikasi;
c. informasi SNI yang digunakan sebagai dasar
Sertifikasi berdasarkan permohonan yang
diajukan oleh pemohon; dan
d. waktu yang diperlukan untuk pelaksanaan
pengujian berdasarkan standar acuan
metode uji yang dipersyaratkan.

2.3.2 Rencana evaluasi harus mempertimbangkan


kesesuaian produksi yang dilakukan oleh pabrik
sesuai lingkup produk yang diajukan untuk
disertifikasi.

2.3.3 Pelaksanaan evaluasi dilakukan oleh auditor atau


tim audit yang memiliki kriteria kompetensi
sebagai berikut:
1. Pengetahuan tentang prinsip, praktik dan
teknik audit;
2. Pengetahuan tentang proses dan prosedur
Sertifikasi yang ditetapkan oleh LSPro;
3. Pengetahuan tentang standar sistem
manajemen:
a. SNI ISO 9001 tentang sistem manajemen
mutu,
b. SNI ISO 22000 tentang sistem
manajemen mutu keamanan pangan,
c. SNI CAC/RCP 1 tentang rekomendasi
nasional kode praktis – prinsip umum
higiene pangan, dan/atau
d. Cara Produksi Pangan Olahan yang Baik
(CPPOB);
Catatan: sesuai yang diterapkan oleh
pemohon Sertifikasi.
4. Pengetahuan yang dibuktikan dengan
sertifikat, tentang SNI produk rendang;
- 439 -

5. Pengetahuan yang dibuktikan dengan


sertifikat dan/atau pengalaman tentang
sektor bisnis produk rendang; dan
6. Pengetahuan tentang produk, proses dan
organisasi pemohon Sertifikasi.

3. Determinasi
Determinasi mencakup 2 (dua) tahap evaluasi, yaitu evaluasi
tahap 1 (satu) dan evaluasi tahap 2 (dua).

3.1 Pelaksanaan evaluasi tahap 1 (satu)


3.1.1 Pada evaluasi tahap 1 (satu) dilakukan
pemeriksaan awal terhadap kesesuaian informasi
produk dan proses produksi yang disampaikan
pemohon pada huruf D angka 1.3 terhadap
lingkup produk yang ditetapkan dalam SNI dan
peraturan terkait.

3.1.2 Apabila hasil evaluasi tahap 1 (satu)


menunjukkan ketidaksesuaian terhadap
persyaratan, pemohon harus diberi kesempatan
untuk melakukan tindakan perbaikan dalam
jangka waktu tertentu sesuai dengan kebijakan
LSPro.

3.2 Pelaksanaan evaluasi tahap 2 (dua)


3.2.1 Evaluasi tahap 2 (dua) dilaksanakan melalui audit
proses produksi dan CPPOB atau sistem
manajemen yang relevan serta pengujian produk.

3.2.2 Audit proses produksi dan CPPOB atau sistem


manajemen yang relevan dilakukan pada saat
pabrik melakukan produksi produk yang diajukan
atau pada kondisi tertentu dilakukan melalui
simulasi proses produksi produk yang diajukan
untuk disertifikasi.
- 440 -

3.2.3 Audit dilakukan dengan metode audit yang


merupakan kombinasi dari audit dokumen dan
rekaman, wawancara, observasi, demonstrasi,
atau metode audit lainnya.

3.2.4 Audit dilakukan terhadap:


a. tanggung jawab dan komitmen personel
penanggung jawab pabrik terhadap
konsistensi pemenuhan produk terhadap
persyaratan SNI;
b. ketersediaan dan pengendalian prosedur dan
rekaman pengendalian mutu, termasuk
pengujian rutin;
c. fasilitas, lokasi, desain dan tata letak,
bangunan, sanitasi peralatan, sanitasi ruang
proses, dan higiene personel sesuai dengan
ketentuan yang berlaku tentang CPPOB;
d. tahapan kritis proses produksi, mulai dari
bahan baku sampai produk akhir paling
sedikit pada tahapan seperti yang diuraikan
dalam huruf L;
e. kelengkapan serta fungsi peralatan produksi
termasuk peralatan pengendalian mutu;
f. bukti verifikasi berdasarkan hasil kalibrasi
atau hasil verifikasi peralatan produksi
sebagaimana disebutkan pada huruf e yang
membuktikan bahwa peralatan tersebut
memenuhi persyaratan produksi. Hasil
verifikasi peralatan produksi dapat
ditunjukkan dengan prosedur yang
diperlukan untuk mencapai kondisi atau
persyaratan yang ditetapkan;
g. bukti tera atau tera ulang alat pengukur
berat produk dalam kemasan akhir;
h. pengendalian dan penanganan produk yang
tidak sesuai; dan
- 441 -

i. pengemasan, penanganan, dan penyimpanan


produk, termasuk di gudang akhir produk
yang siap diedarkan.

3.2.5 Apabila pemohon telah menerapkan dan


mendapatkan sertifikat SMKP berdasarkan SNI
ISO 22000 atau HACCP berdasarkan SNI
CAC/RCP 1 dari lembaga Sertifikasi yang
diakreditasi oleh KAN atau oleh badan akreditasi
penandatangan IAF/APAC MLA dengan ruang
lingkup yang sesuai, maka inspeksi pabrik atau
asesmen proses produksi dilakukan terhadap
implementasi sistem manajemen terkait mutu
produk tersebut dan angka 3.2.4 huruf d sampai
dengan huruf i.

3.2.6 Apabila pemohon telah menerapkan dan


mendapatkan sertifikat SMM berdasarkan SNI ISO
9001 dari lembaga Sertifikasi yang diakreditasi
oleh KAN atau oleh badan akreditasi
penandatangan IAF/APAC MLA dengan ruang
lingkup yang sesuai, maka inspeksi pabrik atau
asesmen proses produksi dilakukan terhadap
implementasi sistem manajemen terkait mutu
produk tersebut dan angka 3.2.4 huruf c sampai
dengan huruf i.

3.2.7 Apabila pemohon hanya melakukan kegiatan


pengemasan produk akhir, maka audit pada
angka 3.2.4 tidak berlaku, namun LSPro harus
memastikan kesesuaian terhadap:
1. produk yang akan dikemas sesuai
persyaratan SNI yang dibuktikan melalui
pemenuhan hasil uji yang diterbitkan oleh
laboratorium pihak ketiga yang diakreditasi
oleh KAN atau badan akreditasi
penandatangan IAF/APAC MLA secara
- 442 -

periodik setiap batch dan mencakup seluruh


pemasok;
2. tahapan proses di pemasok yang dibuktikan
melalui penyertaan sertifikat CPPOB, sistem
manajemen atau sertifikat Pemeriksaan
Sarana dan Bangunan (PSB) yang dimiliki
oleh pemasok; dan
3. tahapan kritis proses produksi seperti yang
diuraikan dalam huruf L, yang dibuktikan
melalui audit proses produksi pada seluruh
kegiatan yang dikendalikan oleh pemohon.

3.2.8 Pengambilan contoh produk dilakukan saat audit


proses produksi berdasarkan persyaratan dalam
SNI. Pengambilan contoh produk untuk pengujian
dilakukan oleh personel kompeten yang
ditugaskan oleh LSPro. Contoh produk diambil
dari lini produksi atau gudang penyimpanan
produk.

3.2.9 Contoh produk diambil sesuai dengan kebutuhan


pengujian yang mewakili:
a. kemasan logam dan/atau non logam; dan
b. merek yang diajukan untuk disertifikasi.
Catatan: merek dapat mewakili merek lainnya
apabila memiliki spesifikasi yang sama

3.2.10 Pengujian dilakukan di laboratorium yang telah


menerapkan ISO/IEC 17025 untuk lingkup
produk yang disertifikasi. Penerapan ISO/IEC
17025 dapat dibuktikan melalui:
a. akreditasi oleh KAN;
b. akreditasi oleh badan akreditasi
penandatangan saling pengakuan dalam
forum APAC dan International Laboratory
Accreditation Cooperation (ILAC); atau
- 443 -

c. penilaian yang dilakukan oleh LSPro


terhadap laboratorium.

3.2.11 Apabila pengujian dilakukan di laboratorium


pemohon, maka LSPro harus memastikan
kesesuaian kompetensi dan imparsialitas proses
pengujian yang dilakukan, misalnya melalui
penyaksian proses pengujian.

3.2.12 Laboratorium pemohon yang digunakan untuk


pengujian produk yang disertifikasi harus
memenuhi persyaratan sebagaimana tercantum
pada angka 3.2.10 huruf a atau huruf b.

3.2.13 Apabila berdasarkan hasil evaluasi tahap 2 (dua)


ditemukan ketidaksesuaian, pemohon harus
diberi kesempatan untuk melakukan tindakan
perbaikan dalam jangka waktu tertentu sesuai
dengan kebijakan LSPro.

3.2.14 Apabila hasil pengujian dari laboratorium


menunjukkan ketidaksesuaian, maka dapat
dilakukan pengujian ulang paling banyak 1 (satu)
kali dengan mengambil contoh ulang dari lini
produksi atau gudang penyimpanan produk.

4. Tinjauan dan keputusan


4.1 Tinjauan
4.1.1 Tinjauan hasil evaluasi dilakukan terhadap
pemenuhan seluruh persyaratan Sertifikasi dan
kesesuaian proses Sertifikasi, mulai dari
pengajuan permohonan Sertifikasi, pelaksanaan
evaluasi tahap 1 (satu) dan evaluasi tahap 2 (dua).

4.1.2 Tinjauan hasil evaluasi dinyatakan dalam bentuk


rekomendasi tertulis tentang pemenuhan SNI
- 444 -

yang diajukan oleh pemohon untuk produk yang


diajukan untuk disertifikasi.

4.2 Penetapan keputusan Sertifikasi


4.2.1 Penetapan keputusan Sertifikasi dilakukan
berdasarkan rekomendasi yang dihasilkan dari
proses tinjauan.

4.2.2 Penetapan keputusan Sertifikasi harus dilakukan


oleh 1 (satu) orang atau sekelompok orang yang
tidak terlibat dalam proses evaluasi.

4.2.3 Penetapan keputusan Sertifikasi dapat dilakukan


oleh 1 (satu) orang atau sekelompok orang yang
sama dengan yang melakukan tinjauan.

4.2.4 Rekomendasi untuk keputusan Sertifikasi


berdasarkan hasil tinjauan harus
didokumentasikan, kecuali tinjauan dan
keputusan Sertifikasi diselesaikan secara
bersamaan oleh orang atau sekelompok orang
yang sama.

4.2.5 LSPro harus memberitahu secara tertulis kepada


Pemohon terkait menunda atau tidak memberikan
keputusan Sertifikasi, dan harus menyampaikan
alasan keputusan tersebut.

4.2.6 Apabila pemohon Sertifikasi menunjukkan


keinginan untuk melanjutkan proses Sertifikasi
setelah LSPro memutuskan tidak memberikan
Sertifikasi, pemohon dapat menyampaikan
permohonan untuk melanjutkan proses
Sertifikasi.
- 445 -

4.2.7 Permohonan melanjutkan proses Sertifikasi harus


disampaikan oleh pemohon kepada LSPro secara
tertulis paling lambat 1 (satu) bulan setelah
pemberitahuan keputusan tidak memberikan
Sertifikasi diterbitkan oleh LSPro. Proses
Sertifikasi dapat dimulai kembali dari evaluasi
tahap 2 (dua).

4.3 Bukti kesesuaian


4.3.1 Bukti kesesuaian berupa sertifikat kesesuaian
yang diterbitkan oleh LSPro. LSPro menerbitkan
sertifikat kesesuaian kepada pemohon yang telah
memenuhi persyaratan Sertifikasi. Sertifikat
kesesuaian berlaku selama 4 (empat) tahun
setelah diterbitkan.

4.3.2 Sertifikat kesesuaian terhadap persyaratan SNI


paling sedikit harus memuat:
1. nomor sertifikat atau identifikasi unik
lainnya;
2. nomor atau identifikasi lain dari skema
Sertifikasi;
3. nama dan alamat LSPro;
4. nama dan alamat pemohon (pemegang
sertifikat);
5. nomor atau identifikasi lain yang mengacu ke
perjanjian Sertifikasi;
6. pernyataan kesesuaian yang mencakup:
a. jenis/tipe/varian produk sesuai
peraturan kategori pangan yang berlaku;
b. jenis kemasan produk yang disertifikasi;
c. merek produk yang disertifikasi;
d. SNI yang menjadi dasar Sertifikasi; dan
e. nama dan alamat lokasi produksi;
7. status akreditasi atau pengakuan LSPro;
8. tanggal penerbitan sertifikat dan masa
berlakunya, serta riwayat sertifikat;dan
- 446 -

9. tanda tangan yang mengikat secara hukum


dari personel yang bertindak atas nama
LSPro sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.

E Pemeliharaan Sertifikasi
1 Pengawasan oleh LSPro
Pengawasan oleh LSPro dilakukan melalui kegiatan
surveilans. LSPro harus melaksanakan kunjungan surveilans
paling sedikit 2 (dua) kali dalam periode Sertifikasi, dengan
jarak antar evaluasi paling lama (dua belas) 12 (dua belas)
bulan. Kunjungan surveilans dilakukan melalui kegiatan
evaluasi berupa audit dan pengujian.

2 Sertifikasi ulang
2.1 LSPro harus melaksanakan Sertifikasi ulang paling
lambat 6 (enam) bulan sebelum masa berlaku sertifikat
berakhir.

2.2 Pelaksanaan Sertifikasi ulang dilakukan sesuai dengan


tahapan pada prosedur administratif.

2.3 Apabila tidak ada perubahan yang signifikan terkait


produk dan proses produksi sesuai dengan hasil audit
terakhir, maka LSPro dapat tidak melakukan evaluasi
tahap 1 (satu).

2.4 Apabila berdasarkan hasil Sertifikasi ulang ditemukan


ketidaksesuaian, Pemohon harus diberi kesempatan
untuk melakukan tindakan perbaikan dalam jangka
waktu tertentu sesuai dengan kebijakan LSPro.

F Evaluasi Khusus
LSPro dapat melaksanakan evaluasi khusus dalam rangka audit
perluasan lingkup maupun tindak lanjut (investigasi) atas keluhan
atau informasi yang ada. Evaluasi khusus dalam rangka
- 447 -

investigasi keluhan atau informasi yang ada dilakukan oleh


auditor yang memiliki kompetensi untuk melakukan investigasi
dan terbatas pada permasalahan yang ada, serta dilakukan dalam
waktu yang singkat dari diperolehnya keluhan atau informasi.
Tahapan evaluasi khusus dalam rangka perluasan lingkup
dilakukan sesuai dengan tahapan prosedur administratif namun
terbatas pada perluasan lingkup yang diajukan. Evaluasi terhadap
perluasan lingkup Sertifikasi dapat dilakukan terpisah maupun
bersamaan dengan surveilans.

G Ketentuan Pengurangan, Pembekuan, dan Pencabutan Sertifikasi


1 Pengurangan lingkup Sertifikasi
Pemohon dapat mengajukan pengurangan lingkup Sertifikasi
selama periode Sertifikasi.

2 Pembekuan dan pencabutan Sertifikasi


2.1 LSPro dapat membekukan Sertifikasi apabila pemohon:
a. tidak mampu memperbaiki ketidaksesuaian yang
diterbitkan oleh LSPro pada saat surveilans
dan/atau saat evaluasi khusus; atau
b. menyampaikan permintaan pembekuan Sertifikasi
kepada LSPro.

2.2 LSPro harus membatasi periode pembekuan Sertifikasi


paling lama 6 (enam) bulan.

2.3 LSPro dapat melakukan pencabutan Sertifikasi apabila


Pemohon:
a. tidak mampu memperbaiki ketidaksesuaian yang
mengakibatkan pembekuan Sertifikasi melebihi
batas waktu yang ditentukan; atau
b. menyampaikan permintaan pencabutan Sertifikasi
kepada LSPro.

2.4 LSPro dapat mempertimbangkan pembekuan atau


pencabutan Sertifikasi, atau tindakan lainnya yang
- 448 -

disebabkan oleh faktor lainnya dengan


mempertimbangkan risiko yang ditemukan.

H Keluhan dan Banding


LSPro harus mengembangkan aturan penanganan keluhan dan
banding dengan mempertimbangkan kompetensi dan imparsialitas
pelaksanaan penanganan keluhan dan banding.

I Informasi publik
LSPro harus memublikasikan informasi kepada publik sesuai
persyaratan ISO/IEC 17065 termasuk informasi pelanggan yang
disertifikasi, dibekukan dan dicabut. Informasi publik terkait
informasi pelanggan yang disertifikasi, dibekukan dan dicabut
tersebut juga harus disampaikan melalui Aplikasi Barang Ber-SNI
(BangBeni) https://bangbeni.bsn.go.id.

J Kondisi khusus
Dalam hal ditemukan situasi yang tidak memungkinkan
penerapan persyaratan tertentu dalam Sertifikasi ini, maka akan
ditetapkan kebijakan BSN dengan mempertimbangkan masukan
dari KAN dan para pemangku kepentingan lainnya.

K Penggunaan Tanda SNI


1 Penggunaan tanda SNI dilakukan setelah mendapatkan
persetujuan penggunaan tanda SNI melalui Surat Persetujuan
Penggunaan Tanda (SPPT) SNI yang dikeluarkan oleh BSN
sesuai dengan ketentuan dalam Peraturan BSN yang
mengatur mengenai tata cara penggunaan tanda SNI dan
tanda kesesuaian berbasis SNI.

2 Permohonan persetujuan penggunaan tanda SNI diajukan


kepada BSN disertai dengan dokumen persyaratan yang
diatur dalam Peraturan BSN mengenai tata cara penggunaan
tanda SNI dan tanda kesesuaian berbasis SNI.

3 Tanda SNI sebagai bukti kesesuaian produk yang telah


memenuhi SNI adalah sebagai berikut:
- 449 -

Dengan ukuran:

Keterangan:
y = 11x
r = 0,5x

L Tahapan kritis proses produksi produk rendang

Tahapan kritis
No. Penjelasan tahapan kritis
proses produksi
1. Pemilihan bahan Bahan baku, bahan tambahan
baku, bahan pangan dan bahan kemasan harus
tambahan pangan memenuhi persyaratan yang
dan bahan kemasan ditetapkan atau peraturan terkait
yang berlaku
2. Proses produksi Proses produksi dilakukan dengan
metode tertentu yang dikendalikan
dan memperhatikan kesesuaian
proses, termasuk kondisi
lingkungan kerja, kompetensi
SDM, peralatan produksi dan alat
pemantauan sesuai persyaratan
-450-

Tahapan kritis
No. Penjelasan tahapan kritis
proses produksi
yang ditetapkan
3. Pengendalian mutu Pengendalian mutu produk
dilakukan dengan metode tertentu
yang dikendalikan, untuk
memastikan produk sesuai dengan
persyaratan mutu dan keamanan
yang ditetapkan
4. Pengemasan Pengemasan produk dilakukan
dengan metode tertentu yang
dikendalikan sesuai dengan
persyaratan SNI dan peraturan
terkait yang berlaku
5. Penandaan Penandaan dilakukan sesuai

dengan persyaratan SNI dan


peraturan terkait yang berlaku

KEPALA BADAN STANDARDISASI NASIONAL

REPUBLIK INDONESIA,

TTD

BAMBANG PRASETYA

SaliparrsesLiai dengan aslinya


Kepala Manusia, Organisasi, dan Hukum

Mafgahayu
- 451 -

LAMPIRAN XXIX
PERATURAN BADAN STANDARDISASI NASIONAL
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 1 TAHUN 2020
TENTANG
SKEMA PENILAIAN KESESUAIAN TERHADAP STANDAR
NASIONAL INDONESIA SEKTOR MAKANAN DAN MINUMAN

PETUNJUK TEKNIS SKEMA SERTIFIKASI PRODUK SAUS NON EMULSI

A Ruang lingkup
Dokumen ini berlaku untuk acuan pelaksanaan Sertifikasi produk
saus non emulsi.

B Persyaratan acuan
Persyaratan acuan Sertifikasi produk saus non emulsi mencakup:
1. SNI produk saus non emulsi sebagaimana ditetapkan dalam
Keputusan Kepala Badan Standardisasi Nasional mengenai
daftar SNI sektor Makanan dan Minuman;
2. SNI dan standar lain yang diacu dalam SNI sebagaimana
dimaksud dalam angka 1;
3. Peraturan yang mengatur tentang label dan iklan pangan;
4. Peraturan yang mengatur tentang cara produksi pangan
olahan yang baik (Good Manufacturing Practices);
5. Peraturan yang mengatur tentang kemasan pangan;
6. Peraturan yang mengatur tentang bahan tambahan pangan;
7. Penerapan Cara Produksi Pangan Olahan yang Baik (CPPOB),
Sistem Manajemen Mutu (SMM) berdasarkan SNI ISO 9001,
Sistem Manajemen Mutu Keamanan Pangan (SMKP)
berdasarkan SNI ISO 22000 atau HACCP berdasarkan SNI
CAC/RCP 1; dan
8. Peraturan lain yang terkait produk saus non emulsi.

C Jenis kegiatan penilaian kesesuaian


Sertifikasi produk saus non emulsi dilakukan oleh LPK yang telah
diakreditasi oleh KAN berdasarkan SNI ISO/IEC 17065, Penilaian
- 452 -

Kesesuaian – Persyaratan untuk Lembaga Sertifikasi Produk,


Proses, dan Jasa, untuk lingkup produk saus non emulsi.
Dalam hal LPK belum ada yang diakreditasi KAN untuk melakukan
kegiatan Sertifikasi dengan ruang lingkup produk saus non emulsi,
BSN dapat menunjuk LPK dengan lingkup yang sejenis sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

D Prosedur administratif
1. Pengajuan permohonan Sertifikasi
1.1 LSPro harus menyusun format permohonan Sertifikasi
bagi pelaku usaha untuk mendapatkan seluruh
informasi seperti diatur pada huruf D angka 1.3.

1.2 Pengajuan permohonan Sertifikasi dilakukan oleh Pelaku


Usaha. Kriteria pelaku usaha yang dapat mengajukan
Sertifikasi sesuai Peraturan BSN yang mengatur
mengenai tata cara penggunaan tanda SNI dan tanda
kesesuaian berbasis SNI.

1.3 Permohonan Sertifikasi harus dilengkapi dengan:


a. informasi pemohon:
1. nama pemohon, alamat pemohon, serta nama
dan kedudukan atau jabatan personel yang
bertanggung jawab atas pengajuan permohonan
Sertifikasi;
2. bukti pemenuhan persyaratan izin usaha sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan;
3. bukti izin edar produk sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan;
4. bukti kepemilikan atas merek atau tanda daftar
yang dikeluarkan oleh Kementerian Hukum dan
Hak Asasi Manusia;
5. apabila pemohon melakukan pembuatan produk
dengan merek yang dimiliki oleh pihak lain,
menyertakan bukti perjanjian yang mengikat
- 453 -

secara hukum untuk melakukan pembuatan


produk untuk pihak lain;
6. apabila pemohon bertindak sebagai pemilik
merek yang mensubkontrakkan proses
produksinya kepada pihak lain, menyertakan
bukti kepemilikan merek dan perjanjian
subkontrak pelaksanaan produksi dengan
pihak lain;
7. apabila pemohon bertindak sebagai perwakilan
resmi pemilik merek yang berkedudukan
hukum di luar negeri, menyertakan bukti
perjanjian yang mengikat secara hukum
tentang penunjukan sebagai perwakilan resmi
pemilik merek di wilayah Republik Indonesia;
8. pernyataan bahwa pemohon bertanggung jawab
penuh atas pemenuhan persyaratan SNI dan
pemenuhan persyaratan proses Sertifikasi,
serta bersedia memberikan akses terhadap
lokasi dan/atau informasi yang diperlukan oleh
LSPro dalam melaksanakan kegiatan Sertifikasi.
b. informasi produk:
1. merek produk yang diajukan untuk
disertifikasi;
2. jenis/tipe/varian produk yang diajukan untuk
disertifikasi;
3. spesifikasi produk setiap merek yang diajukan
untuk disertifikasi;
4. SNI yang digunakan sebagai dasar pengajuan
permohonan Sertifikasi,
5. daftar bahan baku termasuk bahan tambahan
pangan;
6. label produk;
7. jenis kemasan produk;
8. foto produk dalam kemasan primer yang
diajukan untuk disertifikasi (dari arah depan,
belakang dan samping), serta informasi terkait
kemasan primer produk;
- 454 -

9. apabila ada, foto kemasan sekunder dan tersier


produk yang diajukan untuk disertifikasi, dari
arah depan, belakang, dan samping.
c. informasi proses produksi:
1. nama, alamat, dan legalitas hukum pabrik
(apabila berbeda dengan legalitas Pemohon);
2. nama dan alamat fasilitas produksi mencakup
semua fasilitas yang digunakan untuk
memproduksi produk yang akan disertifikasi
(misal gudang bahan baku, produksi,
pengemasan produk, pengangkutan produk
jadi, gudang produk jadi dan lainnya) termasuk
kegiatan yang dialihdayakan;
3. struktur organisasi;
4. dokumentasi tentang desain dan tata letak
proses produksi serta proses pembuatan
produk yang diajukan untuk disertifikasi;
5. dokumentasi terkait proses dan pengendalian
produksi;
6. dokumentasi tentang peralatan produksi dan
pengukuran termasuk program
kalibrasi/verifikasi peralatan;
7. apabila telah tersedia, menyertakan sertifikat
penerapan Sistem Manajemen Mutu
berdasarkan SNI ISO 9001 atau Sistem
Manajemen Keamanan Pangan berdasarkan SNI
ISO 22000 atau HACCP berdasarkan SNI
CAC/RCP 1 dari lembaga Sertifikasi yang
diakreditasi oleh KAN atau oleh badan
akreditasi penandatangan International
Accreditation Forum (IAF)/Asia Pacific
Accreditation Cooperation (APAC) Multilateral
Recognition Agreement (MLA) dengan ruang
lingkup yang sesuai.
- 455 -

2. Seleksi
2.1 Tinjauan permohonan Sertifikasi
2.1.1 LSPro harus memastikan bahwa informasi yang
diperoleh dari permohonan Sertifikasi yang
diajukan oleh pemohon telah lengkap dan
memenuhi persyaratan, serta dapat memastikan
kemampuan LSPro untuk menindaklanjuti
permohonan Sertifikasi.

2.1.2 Tinjauan permohonan Sertifikasi harus dilakukan


oleh personel yang memiliki kompetensi sesuai
dengan lingkup permohonan Sertifikasi.

2.2 Penandatanganan perjanjian Sertifikasi


Setelah permohonan Sertifikasi dinyatakan lengkap dan
memenuhi persyaratan serta pemohon menyetujui
persyaratan dan prosedur Sertifikasi yang ditetapkan
oleh LSPro, dilakukan penandatanganan perjanjian
Sertifikasi oleh pemohon dan LSPro.

2.3 Penyusunan rencana evaluasi


2.3.1 Berdasarkan informasi yang diperoleh dari
persyaratan permohonan Sertifikasi yang
disampaikan oleh pemohon, LSPro menetapkan
rencana evaluasi yang mencakup:
a. tujuan, waktu, durasi, lokasi pelaksanaan,
tim, metode, dan agenda evaluasi proses
produksi dan CPPOB atau sistem manajemen
yang relevan dengan pelaksanaan proses
produksi produk yang diajukan untuk
disertifikasi;
b. jenis/tipe/varian produk yang diajukan
untuk disertifikasi dan metode pengambilan
contoh sesuai dengan persyaratan SNI yang
diperlukan untuk pengujian produk, yang
mewakili contoh produk yang diusulkan
untuk disertifikasi;
- 456 -

c. informasi SNI yang digunakan sebagai dasar


Sertifikasi berdasarkan permohonan yang
diajukan oleh pemohon; dan
d. waktu yang diperlukan untuk pelaksanaan
pengujian berdasarkan standar acuan
metode uji yang dipersyaratkan.

2.3.2 Rencana evaluasi harus mempertimbangkan


kesesuaian produksi yang dilakukan oleh pabrik
sesuai lingkup produk yang diajukan untuk
disertifikasi.

2.3.3 Pelaksanaan evaluasi dilakukan oleh auditor atau


tim audit yang memiliki kriteria kompetensi
sebagai berikut:
1. Pengetahuan tentang prinsip, praktik dan
teknik audit;
2. Pengetahuan tentang proses dan prosedur
Sertifikasi yang ditetapkan oleh LSPro;
3. Pengetahuan tentang standar sistem
manajemen:
a. SNI ISO 9001 tentang sistem manajemen
mutu,
b. SNI ISO 22000 tentang sistem
manajemen mutu keamanan pangan,
c. SNI CAC/RCP 1 tentang rekomendasi
nasional kode praktis – prinsip umum
higiene pangan, dan/atau
d. Cara Produksi Pangan Olahan yang Baik
(CPPOB);

Catatan: sesuai yang diterapkan oleh


pemohon Sertifikasi.
4. Pengetahuan yang dibuktikan dengan
sertifikat, tentang SNI produk saus non
emulsi;
- 457 -

5. Pengetahuan yang dibuktikan dengan


sertifikat dan/atau pengalaman tentang
sektor bisnis produk saus non emulsi; dan
6. Pengetahuan tentang produk, proses dan
organisasi pemohon Sertifikasi.

3. Determinasi
Determinasi mencakup 2 (dua) tahap evaluasi, yaitu evaluasi
tahap 1 (satu) dan evaluasi tahap 2 (dua).

3.1 Pelaksanaan evaluasi tahap 1 (satu)


3.1.1 Pada evaluasi tahap 1 (satu) dilakukan
pemeriksaan awal terhadap kesesuaian informasi
produk dan proses produksi yang disampaikan
pemohon pada huruf D angka 1.3 terhadap
lingkup produk yang ditetapkan dalam SNI dan
peraturan terkait.

3.1.2 Apabila hasil evaluasi tahap 1 (satu)


menunjukkan ketidaksesuaian terhadap
persyaratan, Pemohon harus diberi kesempatan
untuk melakukan tindakan perbaikan dalam
jangka waktu tertentu sesuai dengan kebijakan
LSPro.

3.2 Pelaksanaan evaluasi tahap 2 (dua)


3.2.1 Evaluasi tahap 2 (dua) dilaksanakan melalui audit
proses produksi dan CPPOB atau sistem
manajemen yang relevan serta pengujian produk.

3.2.2 Audit proses produksi dan CPPOB atau sistem


manajemen yang relevan dilakukan pada saat
pabrik melakukan produksi produk yang diajukan
atau pada kondisi tertentu dilakukan melalui
simulasi proses produksi produk yang diajukan
untuk disertifikasi.
- 458 -

3.2.3 Audit dilakukan dengan metode audit yang


merupakan kombinasi dari audit dokumen dan
rekaman, wawancara, observasi, demonstrasi,
atau metode audit lainnya.

3.2.4 Audit dilakukan terhadap:


a. tanggung jawab dan komitmen personel
penanggung jawab pabrik terhadap
konsistensi pemenuhan produk terhadap
persyaratan SNI;
b. ketersediaan dan pengendalian prosedur dan
rekaman pengendalian mutu, termasuk
pengujian rutin;
c. fasilitas, lokasi, desain dan tata letak,
bangunan, sanitasi peralatan, sanitasi ruang
proses, dan higiene personel sesuai dengan
ketentuan yang berlaku tentang CPPOB;
d. tahapan kritis proses produksi, mulai dari
bahan baku sampai produk akhir paling
sedikit pada tahapan seperti yang diuraikan
dalam huruf L;
e. kelengkapan serta fungsi peralatan produksi
termasuk peralatan pengendalian mutu;
f. bukti verifikasi berdasarkan hasil kalibrasi
atau hasil verifikasi peralatan produksi
sebagaimana disebutkan pada huruf e yang
membuktikan bahwa peralatan tersebut
memenuhi persyaratan produksi. Hasil
verifikasi peralatan produksi dapat
ditunjukkan dengan prosedur yang
diperlukan untuk mencapai kondisi atau
persyaratan yang ditetapkan;
g. bukti tera atau tera ulang alat pengukur
berat produk dalam kemasan akhir;
h. pengendalian dan penanganan produk yang
tidak sesuai; dan
- 459 -

i. pengemasan, penanganan, dan penyimpanan


produk, termasuk di gudang akhir produk
yang siap diedarkan.

3.2.5 Apabila pemohon telah menerapkan dan


mendapatkan sertifikat SMKP berdasarkan SNI
ISO 22000 atau HACCP berdasarkan SNI
CAC/RCP 1 dari Lembaga Sertifikasi yang
diakreditasi oleh KAN atau oleh badan akreditasi
penandatangan IAF/APAC MLA dengan ruang
lingkup yang sesuai, maka inspeksi pabrik atau
asesmen proses produksi dilakukan terhadap
implementasi sistem manajemen terkait mutu
produk tersebut dan angka 3.2.4 huruf d sampai
dengan huruf i.

3.2.6 Apabila pemohon telah menerapkan dan


mendapatkan sertifikat SMM berdasarkan SNI ISO
9001 dari Lembaga Sertifikasi yang diakreditasi
oleh KAN atau oleh badan akreditasi
penandatangan IAF/APAC MLA dengan ruang
lingkup yang sesuai, maka inspeksi pabrik atau
asesmen proses produksi dilakukan terhadap
implementasi sistem manajemen terkait mutu
produk tersebut dan angka 3.2.4 huruf c sampai
dengan huruf i.

3.2.7 Apabila pemohon hanya melakukan kegiatan


pengemasan produk akhir, maka audit pada
angka 3.2.4 tidak berlaku, namun LSPro harus
memastikan kesesuaian terhadap:
1. produk yang akan dikemas sesuai
persyaratan SNI yang dibuktikan melalui
pemenuhan hasil uji yang diterbitkan oleh
laboratorium pihak ketiga yang diakreditasi
oleh KAN atau badan akreditasi
penandatangan IAF/APAC MLA secara
- 460 -

periodik setiap batch dan mencakup seluruh


pemasok;
2. tahapan proses di pemasok yang dibuktikan
melalui penyertaan sertifikat CPPOB, sistem
manajemen atau sertifikat Pemeriksaan
Sarana dan Bangunan (PSB) yang dimiliki
oleh pemasok; dan
3. tahapan kritis proses produksi seperti yang
diuraikan dalam huruf L, yang dibuktikan
melalui audit proses produksi pada seluruh
kegiatan yang dikendalikan oleh pemohon.

3.2.8 Pengambilan contoh produk dilakukan saat audit


proses produksi berdasarkan persyaratan dalam
SNI. Pengambilan contoh produk untuk pengujian
dilakukan oleh personel kompeten yang
ditugaskan oleh LSPro. Contoh produk diambil
dari lini produksi atau gudang penyimpanan
produk.

3.2.9 Contoh produk diambil sesuai dengan kebutuhan


pengujian yang mewakili merek dan jenis saus
non emulsi yang diajukan untuk disertifikasi.
Catatan: merek dapat mewakili merek lainnya
apabila memiliki spesifikasi yang sama.

3.2.10 Pengujian dilakukan di laboratorium yang telah


menerapkan ISO/IEC 17025 untuk lingkup
produk yang disertifikasi. Penerapan ISO/IEC
17025 dapat dibuktikan melalui:
a. akreditasi oleh KAN;
b. akreditasi oleh badan akreditasi
penandatangan saling pengakuan dalam
forum APAC dan International Laboratory
Accreditation Cooperation (ILAC); atau
c. penilaian yang dilakukan oleh LSPro
terhadap laboratorium.
- 461 -

3.2.11 Apabila pengujian dilakukan di laboratorium


pemohon, maka LSPro harus memastikan
kesesuaian kompetensi dan imparsialitas proses
pengujian yang dilakukan, misalnya melalui
penyaksian proses pengujian.

3.2.12 Laboratorium pemohon yang digunakan untuk


pengujian produk yang disertifikasi harus
memenuhi persyaratan sebagaimana tercantum
pada angka 3.2.10 huruf a atau huruf b.

3.2.13 Apabila berdasarkan hasil evaluasi tahap 2 (dua)


ditemukan ketidaksesuaian, pemohon harus
diberi kesempatan untuk melakukan tindakan
perbaikan dalam jangka waktu tertentu sesuai
dengan kebijakan LSPro.

3.2.14 Apabila hasil pengujian dari laboratorium


menunjukkan ketidaksesuaian maka dapat
dilakukan pengujian ulang paling banyak 1 (satu)
kali dengan mengambil contoh produk dari lini
produksi atau gudang penyimpanan produk.

4. Tinjauan dan Keputusan


4.1 Tinjauan
4.1.1 Tinjauan hasil evaluasi dilakukan terhadap
pemenuhan seluruh persyaratan Sertifikasi dan
kesesuaian proses Sertifikasi, mulai dari
pengajuan permohonan Sertifikasi, pelaksanaan
evaluasi tahap 1 (satu) dan evaluasi tahap 2 (dua).

4.1.2 Tinjauan hasil evaluasi dinyatakan dalam bentuk


rekomendasi tertulis tentang pemenuhan SNI
yang diajukan oleh pemohon untuk produk yang
diajukan untuk disertifikasi.
- 462 -

4.2 Penetapan keputusan Sertifikasi


4.2.1 Penetapan keputusan Sertifikasi dilakukan
berdasarkan rekomendasi yang dihasilkan dari
proses tinjauan.

4.2.2 Penetapan keputusan Sertifikasi harus dilakukan


oleh 1 (satu) orang atau sekelompok orang yang
tidak terlibat dalam proses evaluasi.

4.2.3 Penetapan keputusan Sertifikasi dapat dilakukan


oleh 1 (satu) orang atau sekelompok orang yang
sama dengan yang melakukan tinjauan.

4.2.4 Rekomendasi untuk keputusan Sertifikasi


berdasarkan hasil tinjauan harus
didokumentasikan, kecuali tinjauan dan
keputusan Sertifikasi diselesaikan secara
bersamaan oleh orang atau sekelompok orang
yang sama.

4.2.5 LSPro harus memberitahu secara tertulis kepada


pemohon terkait menunda atau tidak memberikan
keputusan Sertifikasi, dan harus menyampaikan
alasan keputusan tersebut.

4.2.6 Apabila pemohon menunjukkan keinginan untuk


melanjutkan proses Sertifikasi setelah LSPro
memutuskan tidak memberikan Sertifikasi,
pemohon dapat menyampaikan permohonan
untuk melanjutkan proses Sertifikasi.

4.2.7 Permohonan melanjutkan proses Sertifikasi harus


disampaikan oleh pemohon kepada LSPro secara
tertulis paling lambat 1 (satu) bulan setelah
pemberitahuan keputusan tidak memberikan
Sertifikasi diterbitkan oleh LSPro. Proses
- 463 -

Sertifikasi dapat dimulai kembali dari evaluasi


tahap 2 (dua).

4.3 Bukti kesesuaian


4.3.1 Bukti kesesuaian berupa sertifikat kesesuaian
yang diterbitkan oleh LSPro. LSPro menerbitkan
sertifikat kesesuaian kepada pemohon yang telah
memenuhi persyaratan Sertifikasi. Sertifikat
kesesuaian berlaku selama 4 (empat) tahun
setelah diterbitkan.

4.3.2 Sertifikat kesesuaian terhadap persyaratan SNI


paling sedikit harus memuat:
1. nomor sertifikat atau identifikasi unik
lainnya;
2. nomor atau identifikasi lain dari skema
Sertifikasi;
3. nama dan alamat LSPro;
4. nama dan alamat pemohon (pemegang
sertifikat);
5. nomor atau identifikasi lain yang mengacu ke
perjanjian Sertifikasi;
6. pernyataan kesesuaian yang mencakup:
a. jenis/tipe/varian produk sesuai
peraturan kategori pangan yang berlaku;
b. jenis kemasan produk yang disertifikasi;
c. merek produk yang disertifikasi;
d. SNI yang menjadi dasar Sertifikasi; dan
e. nama dan alamat lokasi produksi.
7. status akreditasi atau pengakuan LSPro;
8. tanggal penerbitan sertifikat dan masa
berlakunya, serta riwayat sertifikat;dan
9. tanda tangan yang mengikat secara hukum
dari personel yang bertindak atas nama
LSPro sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
- 464 -

E Pemeliharaan Sertifikasi
1 Pengawasan oleh LSPro
Pengawasan oleh LSPro dilakukan melalui kegiatan Sertifikasi.
LSPro harus melaksanakan kunjungan surveilans paling
sedikit 2 (dua) kali dalam periode Sertifikasi, dengan jarak
antar evaluasi paling lama 12 (dua belas) bulan. Kunjungan
surveilans dilakukan melalui kegiatan evaluasi berupa audit
dan pengujian.

2 Sertifikasi ulang
2.1 LSPro harus melaksanakan Sertifikasi ulang paling
lambat 6 (enam) bulan sebelum masa berlaku sertifikat
berakhir.

2.2 Pelaksanaan Sertifikasi ulang dilakukan sesuai dengan


tahapan pada prosedur administratif.

2.3 Apabila tidak ada perubahan yang signifikan terkait


produk dan proses produksi sesuai dengan hasil audit
terakhir, maka LSPro dapat tidak melakukan evaluasi
tahap 1 (satu).

2.4 Apabila berdasarkan hasil Sertifikasi ulang ditemukan


ketidaksesuaian, pemohon harus diberi kesempatan
untuk melakukan tindakan perbaikan dalam jangka
waktu tertentu sesuai dengan kebijakan LSPro.

F Evaluasi Khusus
LSPro dapat melaksanakan evaluasi khusus dalam rangka audit
perluasan lingkup maupun tindak lanjut (investigasi) atas keluhan
atau informasi yang ada. Evaluasi khusus dalam rangka
investigasi keluhan atau informasi yang ada dilakukan oleh
auditor yang memiliki kompetensi untuk melakukan investigasi
dan terbatas pada permasalahan yang ada, serta dilakukan dalam
waktu yang singkat dari diperolehnya keluhan atau informasi.
- 465 -

Tahapan evaluasi khusus dalam rangka perluasan lingkup


dilakukan sesuai dengan tahapan prosedur admistratif namun
terbatas pada perluasan lingkup yang diajukan. Evaluasi terhadap
perluasan lingkup Sertifikasi dapat dilakukan terpisah maupun
bersamaan dengan surveilans.

G Ketentuan pengurangan, pembekuan, dan pencabutan Sertifikasi


1 Pengurangan lingkup Sertifikasi
Pemohon dapat mengajukan pengurangan lingkup Sertifikasi
selama periode Sertifikasi.

2 Pembekuan dan pencabutan Sertifikasi


2.1 LSPro dapat membekukan Sertifikasi apabila pemohon:
a. tidak mampu memperbaiki ketidaksesuaian yang
diterbitkan oleh LSPro pada saat surveilans
dan/atau saat evaluasi khusus; atau
b. menyampaikan permintaan pembekuan Sertifikasi
kepada LSPro.

2.2 LSPro harus membatasi periode pembekuan Sertifikasi


paling lama 6 (enam) bulan.

2.3 LSPro dapat melakukan pencabutan Sertifikasi Apabila


Pemohon:
a. tidak mampu memperbaiki ketidaksesuaian yang
mengakibatkan pembekuan Sertifikasi melebihi
batas waktu yang ditentukan; atau
b. menyampaikan permintaan pencabutan Sertifikasi
kepada LSPro.

2.4 LSPro dapat mempertimbangkan pembekuan atau


pencabutan Sertifikasi, atau tindakan lainnya yang
disebabkan oleh faktor lainnya dengan
mempertimbangkan risiko yang ditemukan.
- 466 -

H Keluhan dan Banding


LSPro harus mengembangkan aturan penanganan keluhan dan
banding dengan mempertimbangkan kompetensi dan imparsialitas
pelaksanaan penanganan keluhan dan banding.

I Informasi Publik
LSPro harus memublikasikan informasi kepada publik sesuai
persyaratan ISO/IEC 17065 termasuk informasi pelanggan yang
disertifikasi, dibekukan dan dicabut. Informasi publik terkait
informasi pelanggan yang disertifikasi, dibekukan dan dicabut
tersebut juga harus disampaikan melalui Aplikasi Barang Ber-SNI
(BangBeni) https://bangbeni.bsn.go.id.

J Kondisi Khusus
Dalam hal ditemukan situasi yang tidak memungkinkan
penerapan persyaratan tertentu dalam Sertifikasi ini, maka akan
ditetapkan kebijakan BSN dengan mempertimbangkan masukan
dari KAN dan pemangku kepentingan lainnya.

K Penggunaan Tanda SNI


1 Penggunaan tanda SNI dilakukan setelah mendapatkan
persetujuan penggunaan tanda SNI melalui Surat Persetujuan
Penggunaan Tanda (SPPT) SNI yang dikeluarkan oleh BSN
sesuai dengan ketentuan dalam Peraturan BSN yang
mengatur mengenai tata cara penggunaan tanda SNI dan
tanda kesesuaian berbasis SNI.

2 Permohonan persetujuan penggunaan tanda SNI diajukan


kepada BSN disertai dengan dokumen persyaratan yang
diatur dalam Peraturan BSN mengenai tata cara penggunaan
tanda SNI dan tanda kesesuaian berbasis SNI.

3 Tanda SNI sebagai bukti kesesuaian produk yang telah


memenuhi SNI adalah sebagai berikut:
- 467 -

Dengan ukuran:

Keterangan:
y = 11x
r = 0,5x

L Tahapan kritis proses produksi produk saus non emulsi

Tahapan kritis
No. Penjelasan tahapan kritis
proses produksi
1. Pemilihan bahan Bahan baku, bahan tambahan
baku, bahan pangan dan bahan kemasan harus
tambahan pangan memenuhi persyaratan yang
dan bahan kemasan ditetapkan atau peraturan terkait
yang berlaku
2. Proses produksi Proses produksi dilakukan dengan
metode tertentu yang dikendalikan
dan memperhatikan kesesuaian
proses, termasuk kondisi
lingkungan kerja, kompetensi SDM,
peralatan produksi dan alat
pemantauan sesuai persyaratan
-468-

Tahapan kritis
No. Penjelasan tahapan kritis
proses produksi
yang ditetapkan
3. Pengendalian mutu Pengendalian mutu produk
dilakukan dengan metode tertentu
yang dikendalikan, untuk
memastikan produk sesuai dengan
persyaratan mutu dan keamanan
yang ditetapkan.
4. Pengemasan Pengemasan produk dilakukan
dengan metode tertentu yang
dikendalikan sesuai dengan
persyaratan SNI dan peraturan
terkait yang berlaku

5. Penandaan Penandaan dilakukan sesuai

dengan persyaratan SNI dan


peraturan terkait yang berlaku
Keterangan; Urutan tahapan kritis proses produksi disetiap
pemohon dapat berbeda

PCEPALA BADAN STANDARDISASI NASIONAL


REPUBLIK INDONESIA,

TTD

BAMBANG PRASETYA

Salinan^§.esuai dengan aslinya


Kepala Bin iya Manusia, Organisasi, dan Hukum

argahayu
- 469 -

LAMPIRAN XXX
PERATURAN BADAN STANDARDISASI NASIONAL
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 1 TAHUN 2020
TENTANG
SKEMA PENILAIAN KESESUAIAN TERHADAP STANDAR
NASIONAL INDONESIA SEKTOR MAKANAN DAN MINUMAN

PETUNJUK TEKNIS SKEMA SERTIFIKASI PRODUK CUKA

A. Ruang Lingkup
Dokumen ini berlaku untuk acuan pelaksanaan Sertifikasi produk
cuka sesuai dengan lingkup SNI sebagai berikut:

No Nama Produk Persyaratan SNI

1. Cuka makan SNI 01-3711-1995 cuka makan

2. Cuka Fermentasi SNI 01-4371-1996 cuka fermentasi

B. Persyaratan Sertifikasi
Persyaratan acuan Sertifikasi produk:
1. SNI sebagaimana dimaksud dalam huruf A;
2. SNI dan standar lain yang diacu dalam SNI sebagaimana
dimaksud dalam huruf A;
3. Peraturan yang terkait yaitu:
a. Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1999 tentang
Label dan Iklan Pangan;
b. Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 75/M-
IND/PER/7/2010 tentang Cara Produksi Pangan Olahan
yang Baik (Good Manufacturing Practices);
c. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 33 Tahun 2012
tentang Bahan Tambahan Pangan;
d. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan
Nomor 16 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas Peraturan
Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor
Hk.03.1.23.07.11.6664 Tahun 2011 Tentang Pengawasan
Kemasan Pangan;
- 470 -

e. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan


Nomor 16 Tahun 2016 tentang Kriteria Mikrobiologi Dalam
Pangan Olahan;
f. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan
Nomor 5 Tahun 2018 tentang Batas Maksimum Cemaran
Logam Berat dalam Pangan Olahan; dan
g. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan
Nomor 8 tahun 2018 tentang Batas Maksimum Cemaran
Kimia dalam Pangan Olahan.
4. Peraturan lain yang terkait dengan produk cuka.

C. Prosedur Sertifikasi
Prosedur Sertifikasi mencakup:
1. evaluasi awal; dan
2. inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi.

D. Persyaratan Lembaga Penilaian Kesesuaian


Sertifikasi produk cuka dilakukan oleh LPK yang telah diakreditasi
oleh KAN berdasarkan SNI ISO/IEC 17065 Penilaian Kesesuaian –
Persyaratan untuk Lembaga Sertifikasi Produk, Proses, dan Jasa,
untuk lingkup produk sebagaimana dimaksud dalam Ruang
Lingkup sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Dalam hal LPK belum ada yang diakreditasi KAN untuk melakukan
kegiatan Sertifikasi dengan ruang lingkup produk cuka, BSN dapat
menunjuk LPK dengan ruang lingkup yang sejenis sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.

E. Tahapan Sertifikasi
1. Pengajuan permohonan Sertifikasi
1.1. Pengajuan permohonan Sertifikasi dilakukan oleh Pelaku
Usaha. Kriteria Pelaku Usaha yang dapat mengajukan
Sertifikasi sesuai Peraturan Kepala BSN mengenai tata
cara penggunaan Tanda SNI dan Tanda Kesesuaian
berbasis SNI.
- 471 -

1.2. Permohonan Sertifikasi harus dilengkapi dengan:


a. informasi pemohon:
1. nama pemohon, alamat pemohon, serta nama dan
kedudukan atau jabatan personel yang
bertanggung jawab atas pengajuan permohonan
Sertifikasi;
2. bukti pemenuhan persyaratan izin usaha sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan;
3. pemenuhan persyaratan sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan tentang
pendaftaran dan hak kepemilikan atas merek yang
dikeluarkan oleh Kementerian Hukum dan Hak
Asasi Manusia;
4. apabila pemohon melakukan pembuatan produk
dengan merek yang dimiliki oleh pihak lain,
menyertakan bukti perjanjian yang mengikat
secara hukum untuk melakukan pembuatan
produk untuk pihak lain;
5. apabila pemohon bertindak sebagai pemilik merek
yang mensubkontrakkan proses produksinya
kepada pihak lain, menyertakan bukti
kepemilikan merek dan perjanjian subkontrak
pelaksanaan produksi dengan pihak lain;
6. apabila pemohon bertindak sebagai perwakilan
resmi pemilik merek yang berkedudukan hukum
di luar negeri, menyertakan bukti perjanjian yang
mengikat secara hukum tentang penunjukan
sebagai perwakilan resmi pemilik merek di wilayah
Republik Indonesia; dan
7. pernyataan bahwa Pemohon Sertifikasi
bertanggung jawab penuh atas pemenuhan
persyaratan SNI dan pemenuhan persyaratan
proses Sertifikasi dan bersedia memberikan akses
terhadap lokasi dan/atau informasi yang
diperlukan oleh LSPro dalam melaksanakan
kegiatan Sertifikasi.
- 472 -

b. informasi produk:
1. merek produk yang diajukan untuk disertifikasi;
2. jenis/tipe/varian produk yang diajukan untuk
disertifikasi;
3. SNI yang digunakan sebagai dasar pengajuan
permohonan Sertifikasi;
4. foto produk dalam kemasan primer yang diajukan
untuk disertifikasi (dari arah depan, belakang dan
samping), serta informasi terkait kemasan primer
produk;
5. daftar bahan baku termasuk bahan tambahan
pangan;
6. label produk; dan
7. apabila tersedia, foto kemasan sekunder dan
tersier produk yang diajukan untuk disertifikasi,
dari arah depan, belakang, samping, dan bagian
dalam.
c. informasi proses produksi:
1. nama, alamat, dan legalitashukum pabrik;
2. struktur organisasi, nama dan jabatan personel
penanggung jawab proses produksi;
3. dokumentasi informasi tentang pemasok bahan
baku produk, prosedur evaluasi pemasok, serta
prosedur inspeksi bahan baku produk;
4. dokumentasi informasi tentang proses pembuatan
produk yang diajukan untuk disertifikasi,
termasuk proses yang disubkontrakkan ke pihak
lain;
5. dokumentasi informasi tentang prosedur dan
rekaman pengendalian mutu, termasuk pengujian
rutin, daftar peralatan, serta sertifikat kalibrasi
atau bukti verifikasi peralatan yang berpengaruh
terhadap mutu produk yang disertifikasi, dan
bukti atau segel tera atau tera ulang untuk alat
ukur yang digunakan dalam pengukuran berat
produk dalam kemasan akhir;
- 473 -

6. dokumentasi informasi tentang prosedur dan


rekaman pengendalian dan penanganan produk
yang tidak sesuai;
7. dokumentasi informasi tentang pengemasan
produk dan pengelolaan produk di gudang akhir
produk sebelum dikirimkan dan/atau diedarkan
ke wilayah Republik Indonesia;
8. lokasi gudang penyimpanan produk di wilayah
Republik Indonesia;
9. bukti izin edar produk (MD/ML), kecuali yang
tidak dijual secara langsung ke konsumen akhir
sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan;
10. menyertakan laporan hasil uji yang dilakukan
paling lambat 1 (satu) tahun sebelum pengajuan
Sertifikasi, yang memberikan bukti pemenuhan
produk yang diajukan untuk disertifikasi terhadap
persyaratan mutu dalam SNI dan peraturan
terkait;
11. apabila laporan hasil uji sebagaimana dinyatakan
pada angka 10 belum tersedia, pelaku usaha
dapat menyampaikan contoh produk kepada
LSPro untuk diuji di laboratorium yang memiliki
perjanjian alih daya dengan LSPro; dan
12. apabila telah tersedia, menyertakan Sertifikat
Penerapan Sistem Manajemen Mutu berdasarkan
SNI ISO 9001 atau Sistem Manajemen Keamanan
Pangan berdasarkan SNI ISO 22000 atau HACCP
berdasarkan SNI CAC/RCP 1 dari Lembaga
Sertifikasi yang diakreditasi oleh KAN atau oleh
badan akreditasi penandatangan International
Accreditation Forum (IAF)/Asia Pacific Accreditation
Cooperation (APAC) Multilateral Recognition
Agreement (MLA) dengan ruang lingkup yang
sesuai.
Informasi pada butir 4, butir 5, butir 10, dan butir
11 tidak perlu dilampirkan apabila pemohon
melakukan pengemasan ulang produk yang
- 474 -

dihasilkan oleh pihak lain yang telah memiliki


sertifikat kesesuaian produk atau Surat Persetujuan
Penggunaan Tanda (SPPT) SNI.

2. Tinjauan permohonan Sertifikasi


LSPro harus memastikan bahwa informasi yang diperoleh dari
permohonan Sertifikasi yang diajukan oleh pemohon telah
lengkap dan memenuhi persyaratan.

3. Penandatanganan perjanjian Sertifikasi


Setelah permohonan Sertifikasi dinyatakan lengkap dan
pemohon menyetujui persyaratan dan prosedur Sertifikasi yang
ditetapkan oleh LSPro sesuai dengan persyaratan SNI ISO/IEC
17065, perjanjian Sertifikasi ditandatangani oleh pemohon dan
LSPro.

4. Penyusunan rencana evaluasi


Berdasarkan informasi yang diperoleh dari persyaratan
permohonan Sertifikasi yang disampaikan oleh pemohon, LSPro
menetapkan rencana evaluasi yang mencakup:
a. jenis/tipe/varian produk yang diajukan untuk disertifikasi
dan metode pengambilan contoh sesuai dengan
persyaratan SNI sebagaimana dimaksud dalam huruf A,
yang diperlukan untuk pengujian produk, yang mewakili
contoh produk yang diusulkan untuk disertifikasi;
b. informasi SNI yang digunakan sebagai dasar Sertifikasi
berdasarkan permohonan yang diajukan oleh pemohon
Sertifikasi;
c. waktu yang diperlukan untuk pelaksanaan pengujian
berdasarkan standar acuan metode uji yang
dipersyaratkan; dan
d. waktu, lokasi pelaksanaan dan agenda inspeksi pabrik atau
asesmen proses produksi yang relevan dengan pelaksanaan
produksi produk yang diajukan untuk disertifikasi, serta
personel kompeten yang melakukan evaluasi.
- 475 -

5. Pelaksanaan evaluasi awal terhadap produk


5.1. Pelaksanaan evaluasi awal terhadap produk mencakup:
a. Pemeriksaan awal terhadap kesesuaian informasi
produk dan proses produksi yang disampaikan
pemohon pada huruf E angka 1 terhadap lingkup
produk yang ditetapkan dalam SNI dan peraturan
terkait.
b. Pengujian awal terhadap contoh produk
berdasarkan persyaratan mutu dalam SNI.
Pengujian awal dilakukan berdasarkan laporan hasil
uji dari laboratorium yang disampaikan pemohon,
yang mencakup seluruh persyaratan mutu dalam
SNI sebagaimana dimaksud dalam huruf A.
Apabila laporan hasil uji tersebut menunjukkan
bahwa seluruh persyaratan mutu dalam SNI
tersebut telah terpenuhi, maka produk yang
diajukan untuk disertifikasi dianggap telah
memenuhi persyaratan pengujian awal.

5.2. Apabila hasil evaluasi awal menunjukkan


ketidaksesuaian terhadap persyaratan SNI, pemohon
harus diberi kesempatan untuk melakukan tindakan
perbaikan dalam jangka waktu tertentu sesuai dengan
kebijakan LSPro.

6. Pelaksanaan inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi


6.1. Inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi harus
dilakukan pada saat pabrik melakukan produksi, atau
pada kondisi tertentu dilakukan melalui simulasi proses
produksi produk yang diajukan untuk disertifikasi.

6.2. Inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi dilakukan


terhadap:
a. tanggung jawab dan komitmen personel penanggung
jawab pabrik terhadap konsistensi pemenuhan
produk terhadap persyaratan SNI;
- 476 -

b. ketersediaan dan pengendalian dokumentasi


informasi prosedur dan rekaman pengendalian mutu,
termasuk pengujian rutin;
c. fasilitas, lokasi, desain dan tata letak, bangunan,
sanitasi peralatan, sanitasi ruang proses, dan higiene
personel sesuai dengan ketentuan yang berlaku
tentang Cara Produksi Pangan Olahan yang Baik;
d. Tahapan kritis proses produksi, mulai dari bahan
baku sampai produk akhir paling sedikit pada
tahapan sebagaimana tercantum dalam huruf G;
e. kelengkapan serta fungsi peralatan produksi
termasuk peralatan pengendalian mutu, paling sedikit
alat filtrasi dan alat pengukur berat;
f. bukti verifikasi berdasarkan hasil kalibrasi atau hasil
verifikasi peralatan produksi sebagaimana disebutkan
pada huruf e yang membuktikan bahwa peralatan
tersebut memenuhi persyaratan produksi. Hasil
verifikasi peralatan produksi dapat ditunjukkan
dengan prosedur yang diperlukan untuk mencapai
kondisi atau persyaratan yang ditetapkan;
g. bukti tera atau tera ulang alat pengukuran berat
produk;
h. pengendalian dan penanganan produk yang tidak
sesuai; dan
i. pengemasan, penanganan, dan penyimpanan produk,
termasuk di gudang akhir produk yang siap
diedarkan.

6.3. Apabila pabrik telah menerapkan dan mendapatkan


sertifikat Sistem Manajemen Keamanan Pangan
berdasarkan SNI ISO 22000 atau HACCP berdasarkan SNI
CAC/RCP 1 dari Lembaga Sertifikasi yang diakreditasi oleh
KAN atau oleh badan akreditasi penandatangan IAF/APAC
MLA dengan ruang lingkup yang sesuai, maka inspeksi
pabrik atau asesmen proses produksi dilakukan terhadap
implementasi sistem manajemen terkait mutu produk
tersebut dan angka 6.2 huruf d dan huruf e.
- 477 -

6.4. Apabila pabrik telah menerapkan dan mendapatkan


sertifikat Sistem Manajemen Mutu berdasarkan SNI ISO
9001 dari Lembaga Sertifikasi yang diakreditasi oleh KAN
atau oleh badan akreditasi penandatangan IAF/APAC MLA
dengan ruang lingkup yang sesuai, maka inspeksi pabrik
atau asesmen proses produksi dilakukan terhadap
implementasi sistem manajemen terkait mutu produk
tersebut dan angka 6.2 huruf c, huruf d, dan huruf e.

6.5. Dalam hal Pemohon melakukan pengemasan ulang produk


yang dihasilkan oleh pihak lain, berlaku ketentuan
berikut:
a. apabila pihak lain tersebut telah memiliki sertifikat
kesesuaian produk atau Surat Persetujuan
Penggunaan Tanda (SPPT) SNI maka inspeksi pabrik
atau asesmen proses produksi sebagaimana
tercantum dalam angka 6.2 dilakukan di lokasi
Pemohon pada tahapan pengemasan; atau
b. apabila pihak lain tersebut belum memiliki sertifikat
kesesuaian produk atau Surat Persetujuan
Penggunaan Tanda (SPPT) SNI, maka inspeksi pabrik
atau asesmen proses produksi sebagaimana
tercantum dalam angka 6.2 dilakukan di lokasi
pembuatan produk yang dimiliki oleh pihak lain dan
di lokasi Pemohon.

6.6. Selama inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi,


LSPro melakukan pengambilan contoh produk oleh
petugas pengambil contoh dan selanjutnya diuji di
laboratorium milik LSPro atau Laboratorium yang telah
memiliki perjanjian alih daya dengan LSPro.

6.7. Apabila berdasarkan hasil inspeksi pabrik atau asesmen


proses produksi, termasuk hasil pengujian, tidak diperoleh
bukti-bukti yang kuat untuk menjamin konsistensi produk
terhadap persyaratan SNI, maka Pemohon harus diberi
- 478 -

kesempatan untuk melakukan tindakan perbaikan dalam


jangka waktu tertentu sesuai dengan kebijakan LSPro.

7. Tinjauan
7.1. Tinjauan Hasil Evaluasi dilakukan terhadap:
a. Hasil evaluasi awal terhadap produk untuk
menunjukkan bahwa contoh produk yang mewakili
produk memenuhi persyaratan SNI yang diajukan
oleh Pemohon sebagai dasar permohonan Sertifikasi;
dan
b. Hasil inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi
atau bukti obyektif untuk menunjukkan bahwa
pabrik memiliki proses produksi yang didukung
dengan segala sumber daya yang diperlukan untuk
menghasilkan produk yang secara konsisten, dan
memenuhi persyaratan SNI yang diajukan oleh
Pemohon sebagai dasar permohonan Sertifikasi.

7.2. Tinjauan hasil evaluasi dinyatakan dalam bentuk


rekomendasi tertulis tentang pemenuhan SNI yang
diajukan oleh Pemohon untuk produk yang diajukan
untuk disertifikasi.

8. Penetapan keputusan Sertifikasi


8.1. Penetapan keputusan Sertifikasi dilakukan berdasarkan
rekomendasi yang dihasilkan dari proses tinjauan.

8.2. Penetapan keputusan Sertifikasi harus dilakukan oleh


satu atau sekelompok orang yang tidak terlibat dalam
proses evaluasi.

8.3. Penetapan keputusan Sertifikasi dapat dilakukan oleh


satu atau sekelompok orang yang sama dengan yang
melakukan tinjauan.
- 479 -

8.4. Rekomendasi untuk keputusan Sertifikasi berdasarkan


hasil tinjauan harus didokumentasikan, kecuali tinjauan
dan keputusan Sertifikasi diselesaikan secara bersamaan
oleh satu atau sekelompok orang yang sama.

8.5. LSPro harus memberitahu Pemohon Sertifikasi terkait


alasan menunda atau tidak memberikan keputusan
Sertifikasi, dan harus mengidentifikasikan alasan
keputusan tersebut. Apabila Pemohon Sertifikasi
menunjukkan keinginan untuk melanjutkan proses
Sertifikasi, LSPro dapat memulai kembali dari proses
evaluasi (angka 5).

9. Penerbitan Sertifikat
Sertifikat kesesuaian terhadap persyaratan SNI diterbitkan
sesuai ketentuan sebagai berikut:
a. Sertifikat diterbitkan oleh LSPro setelah penetapan
keputusan Sertifikasi,
b. Sertifikat paling sedikit harus memuat:
1. nomor sertifikat atau identifikasi unik lainnya;
2. nomor atau identifikasi lain dari skema Sertifikasi;
3. nama dan alamat LSPro;
4. nama dan alamat Pemohon (pemegang sertifikat);
5. acuan ke perjanjian Sertifikasi;
6. pernyataan kesesuaian yang mencakup:
a. nama produk, merek dan spesifikasi produk yang
dinyatakan memenuhi persyaratan;
b. SNI yang menjadi dasar Sertifikasi;
c. nama dan alamat lokasi produksi; dan
d. informasi terkait proses Sertifikasi.
7. status akreditasi atau pengakuan LSPro;
8. tanggal penerbitan sertifikat;
9. tanggal berakhir masa berlaku sertifikat yaitu 4
(empat) tahun sejak tanggal penerbitan sertifikat;
10. tanda tangan yang mengikat secara hukum dari
personel yang bertindak atas nama LSPro sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
- 480 -

10. Surveilans dan Sertifikasi ulang


10.1. LSPro harus melaksanakan surveilans paling sedikit 2
(dua) kali dalam periode Sertifikasi. Dalam hal ini berlaku
ketentuan sebagai berikut:
a. Surveilans pertama dilakukan melalui kegiatan:
1. Inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi;
dan/atau
2. Pengujian terhadap contoh produk yang akan
beredar
Pemilihan jenis kegiatan pada surveilans pertama
tersebut dilakukan berdasarkan penilaian LSPro
atas hasil Sertifikasi sebelumnya.
Apabila surveilans pertama hanya dilakukan melalui
kegiatan pengujian terhadap contoh produk yang
akan beredar, penerima sertifikat harus
menyampaikan dokumentasi pengendalian mutu
proses produksi sejak penerbitan sertifikat sampai
dilakukan surveilans pertama.
b. Surveilans kedua dilakukan melalui kegiatan
1. Inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi;
dan
2. Pengujian terhadap contoh produk yang akan
atau telah beredar.

10.2. LSPro harus melaksanakan Sertifikasi ulang paling


lambat pada bulan ke-42 (empat puluh dua) setelah
penetapan Sertifikasi, melalui kegiatan sebagaimana
tercantum dalam angka 6.

F. Penggunaan Tanda SNI


1. Penggunaan tanda SNI dilakukan setelah mendapatkan
persetujuan penggunaan Tanda SNI melalui Surat Persetujuan
Penggunaan Tanda (SPPT) SNI yang dikeluarkan oleh BSN
sesuai dengan kriteria yang ditetapkan pada Peraturan Kepala
BSN mengenai tata cara penggunaan Tanda SNI dan Tanda
Kesesuaian berbasis SNI.
- 481 -

2. Tanda SNI sebagai bukti kesesuaian produk yang telah


memenuhi SNI adalah sebagai berikut:

Dengan ukuran:

Keterangan:
y = 11x
r = 0,5x

G. Tahapan kritis proses produksi produk cuka


No. Tahapan kritis Penjelasan tahapan Produk
proses produksi kritis Cuka Cuka
makan fermentasi
1. Penerimaan Bahan baku, bahan Berlaku Berlaku
bahan baku, tambahan pangan dan
bahan bahan kemasan harus
tamabahan memenuhi persyaratan
pangan dan yang ditetapkan atau
bahan kemasan peraturan yang terkait.
2. Fermentasi Fermentasi dilakukan Tidak Berlaku
pada suhu dan waktu berlaku
tertentu yang
-482-

No. Tahapan kritis Penjelasan tahapan Produk

proses produksi kritis Cuka Cuka

makan fermentasi

dikendalikan untuk

mendapatkan cuka

3. Penyaringan Penyaringan dilakukan Berlaku Berlaku

untuk mendapatkan
cuka yang bebas dari
benda asing
4. Pengemasan Produk dikemas dalam Berlaku Berlaku

wadah yang tertutup


rapat, tidak
dipengaruhi atau
mempengaruhi isi,
aman selama

penyimpanan dan
pengangkutan
5. Penandaan/ Penandaan/pelabelan Berlaku Berlaku

pelabelan dilakukan sesuai

persyaratan SNI dan


peraturan terkait

pemohon dapat berbeda

KEPALA BADAN STANDARDISASI NASIONAL

REPUBLIK INDONESIA,

TTD

BAMBANG PRASETYA

Salinan sesuai dengan aslinya


Kepala Biro ,Manusia, Organisasi, dan Hukum

argahayu
/NDO*
- 483 -

LAMPIRAN XXXI
PERATURAN BADAN STANDARDISASI NASIONAL
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 1 TAHUN 2020
TENTANG
SKEMA PENILAIAN KESESUAIAN TERHADAP STANDAR
NASIONAL INDONESIA SEKTOR MAKANAN DAN MINUMAN

PETUNJUK TEKNIS SKEMA SERTIFIKASI PRODUK SAUS KEDELAI


FERMENTASI

A. Ruang lingkup
Dokumen ini berlaku untuk acuan pelaksanaan Sertifikasi produk
saus kedelai fermentasi sesuai dengan lingkup SNI sebagai berikut:

No Nama Produk Persyaratan SNI

1. Kecap manis SNI 3543.1:2013 Kecap kedelai –


bagian 1:manis

2. Kecap asin SNI 3543.2:2013 Kecap kedelai –


bagian 2:asin

3. Kecap diet SNI 01-3703-1995 Kecap diet


diabetes diabetes

4. Tauco SNI 01-4322-1996 Tauco

B. Persyaratan Sertifikasi
Persyaratan acuan Sertifikasi produk:
1. SNI sebagaimana dimaksud dalam huruf A;
2. SNI dan standar lain yang diacu dalam SNI sebagaimana
dimaksud dalam huruf A;
3. Peraturan yang terkait yaitu:
a. Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1999 tentang
Label dan Iklan Pangan;
b. Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 75/M-
IND/PER/7/2010 tentang Cara Produksi Pangan Olahan
yang Baik (Good Manufacturing Practices);
c. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 33 Tahun 2012
tentang Bahan Tambahan Pangan;
- 484 -

d. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan


Nomor 16 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas Peraturan
Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor
Hk.03.1.23.07.11.6664 Tahun 2011 Tentang Pengawasan
Kemasan Pangan;
e. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan
Nomor 16 Tahun 2016 tentang Kriteria Mikrobiologi Dalam
Pangan Olahan;
f. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan
Nomor 5 Tahun 2018 tentang Batas Maksimum Cemaran
Logam Berat dalam Pangan Olahan; dan
g. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan
Nomor 8 tahun 2018 tentang Batas Maksimum Cemaran
Kimia dalam Pangan Olahan.
4. Peraturan lain yang terkait dengan produk saus kedelai
fermentasi.

C. Prosedur Sertifikasi
Prosedur Sertifikasi mencakup:
1. evaluasi awal; dan
2. inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi.

D. Persyaratan Lembaga Penilaian Kesesuaian


Sertifikasi produk saus kedelai fermentasi dilakukan oleh LPK yang
telah diakreditasi oleh KAN berdasarkan SNI ISO/IEC 17065
Penilaian Kesesuaian – Persyaratan untuk Lembaga Sertifikasi
Produk, Proses, dan Jasa, untuk lingkup produk sebagaimana
dimaksud dalam Ruang Lingkup sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
Dalam hal LPK belum ada yang diakreditasi KAN untuk melakukan
kegiatan Sertifikasi dengan ruang lingkup produk saus kedelai
fermentasi, BSN dapat menunjuk LPK dengan ruang lingkup yang
sejenis sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
- 485 -

E. Tahapan Sertifikasi
1. Pengajuan Permohonan Sertifikasi
1.1. Pengajuan permohonan Sertifikasi dilakukan oleh pelaku
usaha. Kriteria pelaku usaha yang dapat mengajukan
Sertifikasi sesuai Peraturan BSN mengenai tata cara
penggunaan Tanda SNI dan Tanda Kesesuaian berbasis
SNI.

1.2. Permohonan Sertifikasi harus dilengkapi dengan:


a. informasi Pemohon:
1) nama Pemohon, alamat Pemohon, serta nama
dan kedudukan atau jabatan personel yang
bertanggung jawab atas pengajuan permohonan
Sertifikasi;
2) bukti pemenuhan persyaratan izin usaha sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan;
3) pemenuhan persyaratan sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan tentang
pendaftaran dan hak kepemilikan atas merek
yang dikeluarkan oleh Kementerian Hukum dan
Hak Asasi Manusia;
4) apabila Pemohon melakukan pembuatan
produk dengan merek yang dimiliki oleh pihak
lain, menyertakan bukti perjanjian yang
mengikat secara hukum untuk melakukan
pembuatan produk untuk pihak lain;
5) apabila Pemohon bertindak sebagai pemilik
merek yang mensubkontrakkan proses
produksinya kepada pihak lain, menyertakan
bukti kepemilikan merek dan perjanjian
subkontrak pelaksanaan produksi dengan
pihak lain;
6) apabila Pemohon bertindak sebagai perwakilan
resmi pemilik merek yang berkedudukan
hukum di luar negeri, menyertakan bukti
perjanjian yang mengikat secara hukum
tentang penunjukan sebagai perwakilan resmi
- 486 -

pemilik merek di wilayah Republik Indonesia;


dan
7) pernyataan bahwa Pemohon Sertifikasi
bertanggung jawab penuh atas pemenuhan
persyaratan SNI dan pemenuhan persyaratan
proses Sertifikasi dan bersedia memberikan
akses terhadap lokasi dan/atau informasi yang
diperlukan oleh LSPro dalam melaksanakan
kegiatan Sertifikasi.
b. informasi produk:
1) merek produk yang diajukan untuk
disertifikasi;
2) jenis/tipe/varian produk yang diajukan untuk
disertifikasi;
3) SNI yang digunakan sebagai dasar pengajuan
permohonan Sertifikasi;
4) foto produk dalam kemasan primer yang
diajukan untuk disertifikasi (dari arah depan,
belakang dan samping), serta informasi terkait
kemasan primer produk;
5) daftar bahan baku termasuk bahan tambahan
pangan;
6) label produk; dan
7) apabila tersedia, foto kemasan sekunder dan
tersier produk yang diajukan untuk
disertifikasi, dari arah depan, belakang,
samping, dan bagian dalam.
c. informasi proses produksi:
1) nama, alamat, dan legalitashukum pabrik;
2) struktur organisasi, nama dan jabatan personel
penanggung jawab proses produksi;
3) dokumentasi informasi tentang pemasok bahan
baku produk, prosedur evaluasi pemasok, serta
prosedur inspeksi bahan baku produk;
4) dokumentasi informasi tentang proses
pembuatan produk yang diajukan untuk
- 487 -

disertifikasi, termasuk proses yang


disubkontrakkan ke pihak lain;
5) dokumentasi informasi tentang prosedur dan
rekaman pengendalian mutu, termasuk
pengujian rutin, daftar peralatan, serta
sertifikat kalibrasi atau bukti verifikasi
peralatan yang berpengaruh terhadap mutu
produk yang disertifikasi, dan bukti atau segel
tera atau tera ulang untuk alat ukur yang
digunakan dalam pengukuran berat produk
dalam kemasan akhir;
6) dokumentasi informasi tentang prosedur dan
rekaman pengendalian dan penanganan produk
yang tidak sesuai;
7) dokumentasi informasi tentang pengemasan
produk dan pengelolaan produk di gudang
akhir produk sebelum dikirimkan dan/atau
diedarkan ke wilayah Republik Indonesia;
8) lokasi gudang penyimpanan produk di wilayah
Republik Indonesia;
9) bukti izin edar produk (MD/ML), kecuali yang
tidak dijual secara langsung ke konsumen akhir
sesuai ketentuan peraturan perundang-
undangan;
10) menyertakan laporan hasil uji yang dilakukan
paling lambat 1 (satu) tahun sebelum
pengajuan Sertifikasi, yang memberikan bukti
pemenuhan produk yang diajukan untuk
disertifikasi terhadap persyaratan mutu dalam
SNI dan peraturan terkait;
11) apabila laporan hasil uji sebagaimana
dinyatakan pada angka 10 belum tersedia,
pelaku usaha dapat menyampaikan contoh
produk kepada LSPro untuk diuji di
laboratorium yang memiliki perjanjian alih daya
dengan LSPro; dan
- 488 -

12) apabila telah tersedia, menyertakan Sertifikat


Penerapan Sistem Manajemen Mutu
berdasarkan SNI ISO 9001 atau Sistem
Manajemen Keamanan Pangan berdasarkan SNI
ISO 22000 atau HACCP berdasarkan SNI
CAC/RCP 1 dari Lembaga Sertifikasi yang
diakreditasi oleh KAN atau oleh badan
akreditasi penandatangan International
Accreditation Forum (IAF)/Asia Pacific
Accreditation Cooperation (APAC) Multilateral
Recognition Agreement (MLA) dengan ruang
lingkup yang sesuai.
Informasi pada butir 4, butir 5, butir 10, dan butir
11 tidak perlu dilampirkan apabila Pemohon
melakukan pengemasan ulang produk yang
dihasilkan oleh pihak lain yang telah memiliki
sertifikat kesesuaian produk atau Surat Persetujuan
Penggunaan Tanda (SPPT) SNI.

2. Tinjauan permohonan Sertifikasi


LSPro harus memastikan bahwa informasi yang diperoleh dari
permohonan Sertifikasi yang diajukan oleh Pemohon telah
lengkap dan memenuhi persyaratan.

3. Penandatanganan perjanjian Sertifikasi


Setelah permohonan Sertifikasi dinyatakan lengkap dan
Pemohon menyetujui persyaratan dan prosedur Sertifikasi
yang ditetapkan oleh LSPro sesuai dengan persyaratan SNI
ISO/IEC 17065, perjanjian Sertifikasi ditandatangani oleh
Pemohon dan LSPro.

4. Penyusunan rencana evaluasi


Berdasarkan informasi yang diperoleh dari persyaratan
permohonan Sertifikasi yang disampaikan oleh Pemohon,
LSPro menetapkan rencana evaluasi yang mencakup:
a. jenis/tipe/varian produk yang diajukan untuk
disertifikasi dan metode pengambilan contoh sesuai
- 489 -

dengan persyaratan SNI sebagaimana dimaksud dalam


huruf A, yang diperlukan untuk pengujian produk, yang
mewakili contoh produk yang diusulkan untuk
disertifikasi;
b. informasi SNI yang digunakan sebagai dasar Sertifikasi
berdasarkan permohonan yang diajukan oleh Pemohon
Sertifikasi;
c. waktu yang diperlukan untuk pelaksanaan pengujian
berdasarkan standar acuan metode uji yang
dipersyaratkan; dan
d. waktu, lokasi pelaksanaan dan agenda inspeksi pabrik
atau asesmen proses produksi yang relevan dengan
pelaksanaan produksi produk yang diajukan untuk
disertifikasi, serta personel kompeten yang melakukan
evaluasi.

5. Pelaksanaan evaluasi awal terhadap produk


5.1. Pelaksanaan evaluasi awal terhadap produk mencakup:
a. Pemeriksaan awal terhadap kesesuaian informasi
produk dan proses produksi yang disampaikan
Pemohon pada huruf E angka 1 terhadap lingkup
produk yang ditetapkan dalam SNI dan peraturan
terkait.
b. Pengujian awal terhadap contoh produk
berdasarkan persyaratan mutu dalam SNI.
Pengujian awal dilakukan berdasarkan laporan hasil
uji dari laboratorium yang disampaikan Pemohon,
yang mencakup seluruh persyaratan mutu dalam
SNI sebagaimana dimaksud dalam huruf A.
Apabila laporan hasil uji tersebut menunjukkan
bahwa seluruh persyaratan mutu dalam SNI
tersebut telah terpenuhi, maka produk yang
diajukan untuk disertifikasi dianggap telah
memenuhi persyaratan pengujian awal.

5.2. Apabila hasil evaluasi awal menunjukkan


ketidaksesuaian terhadap persyaratan SNI, Pemohon
- 490 -

harus diberi kesempatan untuk melakukan tindakan


perbaikan dalam jangka waktu tertentu sesuai dengan
kebijakan LSPro.

6. Pelaksanaan inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi


6.1. Inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi harus
dilakukan pada saat pabrik melakukan produksi, atau
pada kondisi tertentu dilakukan melalui simulasi proses
produksi produk yang diajukan untuk disertifikasi.

6.2. Inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi dilakukan


terhadap:
a. tanggung jawab dan komitmen personel penanggung
jawab pabrik terhadap konsistensi pemenuhan
produk terhadap persyaratan SNI;
b. ketersediaan dan pengendalian dokumentasi
informasi prosedur dan rekaman pengendalian
mutu, termasuk pengujian rutin;
c. fasilitas, lokasi, desain dan tata letak, bangunan,
sanitasi peralatan, sanitasi ruang proses, dan
higiene personel sesuai dengan ketentuan yang
berlaku tentang Cara Produksi Pangan Olahan yang
Baik;
d. Tahapan kritis proses produksi, mulai dari bahan
baku sampai produk akhir paling sedikit pada
tahapan sebagaimana tercantum dalam huruf G;
e. kelengkapan serta fungsi peralatan produksi
termasuk peralatan pengendalian mutu, paling
sedikit alat pengukus/perebus, alat pengepres, alat
penyaring, bak/tangki penampung, wadah/ruang
fermentasi, alat pengukur suhu;
f. bukti verifikasi berdasarkan hasil kalibrasi atau
hasil verifikasi peralatan produksi sebagaimana
disebutkan pada huruf e yang membuktikan bahwa
peralatan tersebut memenuhi persyaratan produksi.
Hasil verifikasi peralatan produksi dapat
ditunjukkan dengan prosedur yang diperlukan
- 491 -

untuk mencapai kondisi atau persyaratan yang


ditetapkan,
g. bukti tera atau tera ulang alat pengukuran berat
produk;
h. pengendalian dan penanganan produk yang tidak
sesuai; dan
i. pengemasan, penanganan, dan penyimpanan
produk, termasuk di gudang akhir produk yang siap
diedarkan.

6.3. Apabila pabrik telah menerapkan dan mendapatkan


sertifikat Sistem Manajemen Keamanan Pangan
berdasarkan SNI ISO 22000 atau HACCP berdasarkan
SNI CAC/RCP 1 dari Lembaga Sertifikasi yang
diakreditasi oleh KAN atau oleh badan akreditasi
penandatangan IAF/APAC MLA dengan ruang lingkup
yang sesuai, maka inspeksi pabrik atau asesmen proses
produksi dilakukan terhadap implementasi sistem
manajemen terkait mutu produk tersebut dan angka 6.2
huruf d dan huruf e.

6.4. Apabila pabrik telah menerapkan dan mendapatkan


sertifikat Sistem Manajemen Mutu berdasarkan SNI ISO
9001 dari Lembaga Sertifikasi yang diakreditasi oleh KAN
atau oleh badan akreditasi penandatangan IAF/PAC MLA
dengan ruang lingkup yang sesuai, maka inspeksi pabrik
atau asesmen proses produksi dilakukan terhadap
implementasi sistem manajemen terkait mutu produk
tersebut dan angka 6.2 huruf c, huruf d, dan huruf e.

6.5. Dalam hal Pemohon melakukan pengemasan ulang


produk yang dihasilkan oleh pihak lain, berlaku
ketentuan berikut:
a. apabila pihak lain tersebut telah memiliki sertifikat
kesesuaian produk atau Surat Persetujuan
Penggunaan Tanda (SPPT) SNI maka inspeksi pabrik
atau asesmen proses produksi sebagaimana
- 492 -

tercantum dalam angka 6.2 dilakukan di lokasi


Pemohon pada tahapan pengemasan; atau
b. apabila pihak lain tersebut belum memiliki sertifikat
kesesuaian produk atau Surat Persetujuan
Penggunaan Tanda (SPPT) SNI, maka inspeksi pabrik
atau asesmen proses produksi sebagaimana
tercantum dalam angka 6.2 dilakukan di lokasi
pembuatan produk yang dimiliki oleh pihak lain dan
di lokasi Pemohon.

6.6. Selama inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi,


LSPro melakukan pengambilan contoh produk oleh
petugas pengambil contoh dan selanjutnya diuji di
laboratorium milik LSPro atau Laboratorium yang telah
memiliki perjanjian alih daya dengan LSPro.

6.7. Apabila berdasarkan hasil inspeksi pabrik atau asesmen


proses produksi, termasuk hasil pengujian, tidak
diperoleh bukti-bukti yang kuat untuk menjamin
konsistensi produk terhadap persyaratan SNI, maka
Pemohon harus diberi kesempatan untuk melakukan
tindakan perbaikan dalam jangka waktu tertentu sesuai
dengan kebijakan LSPro.

7. Tinjauan
7.1. Tinjauan Hasil Evaluasi dilakukan terhadap:
a. Hasil evaluasi awal terhadap produk untuk
menunjukkan bahwa contoh produk yang mewakili
produk memenuhi persyaratan SNI yang diajukan
oleh Pemohon sebagai dasar permohonan Sertifikasi;
dan
b. Hasil inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi
atau bukti obyektif untuk menunjukkan bahwa
pabrik memiliki proses produksi yang didukung
dengan segala sumber daya yang diperlukan untuk
menghasilkan produk yang secara konsisten, dan
- 493 -

memenuhi persyaratan SNI yang diajukan oleh


Pemohon sebagai dasar permohonan Sertifikasi.

7.2. Tinjauan hasil evaluasi dinyatakan dalam bentuk


rekomendasi tertulis tentang pemenuhan SNI yang
diajukan oleh Pemohon untuk produk yang diajukan
untuk disertifikasi.

8. Penetapan keputusan Sertifikasi


8.1. Penetapan keputusan Sertifikasi dilakukan berdasarkan
rekomendasi yang dihasilkan dari proses tinjauan.

8.2. Penetapan keputusan Sertifikasi harus dilakukan oleh


satu atau sekelompok orang yang tidak terlibat dalam
proses evaluasi.

8.3. Penetapan keputusan Sertifikasi dapat dilakukan oleh


satu atau sekelompok orang yang sama dengan yang
melakukan tinjauan.

8.4. Rekomendasi untuk keputusan Sertifikasi berdasarkan


hasil tinjauan harus didokumentasikan, kecuali tinjauan
dan keputusan Sertifikasi diselesaikan secara bersamaan
oleh satu atau sekelompok orang yang sama.

8.5. LSPro harus memberitahu Pemohon Sertifikasi terkait


alasan menunda atau tidak memberikan keputusan
Sertifikasi, dan harus mengidentifikasikan alasan
keputusan tersebut. Apabila Pemohon Sertifikasi
menunjukkan keinginan untuk melanjutkan proses
Sertifikasi, LSPro dapat memulai kembali dari proses
evaluasi (angka 5).

9. Penerbitan Sertifikat
Sertifikat kesesuaian terhadap persyaratan SNI diterbitkan
sesuai ketentuan sebagai berikut:
- 494 -

a. Sertifikat diterbitkan oleh LSPro setelah penetapan


keputusan Sertifikasi;
b. Sertifikat paling sedikit harus memuat:
1. nomor sertifikat atau identifikasi unik lainnya;
2. nomor atau identifikasi lain dari skema Sertifikasi;
3. nama dan alamat LSPro;
4. nama dan alamat Pemohon (pemegang sertifikat);
5. acuan ke perjanjian Sertifikasi;
6. pernyataan kesesuaian yang mencakup:
a. nama produk, merek dan spesifikasi produk yang
dinyatakan memenuhi persyaratan;
b. SNI yang menjadi dasar Sertifikasi;
c. nama dan alamat lokasi produksi; dan
d. informasi terkait proses Sertifikasi.
7. status akreditasi atau pengakuan LSPro;
8. tanggal penerbitan sertifikat;
9. tanggal berakhir masa berlaku sertifikat yaitu 4
(empat) tahun sejak tanggal penerbitan sertifikat; dan
10. tanda tangan yang mengikat secara hukum dari
personel yang bertindak atas nama LSPro sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

10. Surveilans dan Sertifikasi ulang


10.1. LSPro harus melaksanakan surveilans paling sedikit 2
(dua) kali dalam periode Sertifikasi. Dalam hal ini berlaku
ketentuan sebagai berikut:
a. Surveilans pertama dilakukan melalui kegiatan:
1. Inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi;
dan/atau
2. Pengujian terhadap contoh produk yang akan
beredar.
Pemilihan jenis kegiatan pada surveilans pertama
tersebut dilakukan berdasarkan penilaian LSPro
atas hasil Sertifikasi sebelumnya.
Apabila surveilans pertama hanya dilakukan melalui
kegiatan pengujian terhadap contoh produk yang
akan beredar, penerima sertifikat harus
- 495 -

menyampaikan dokumentasi pengendalian mutu


proses produksi sejak penerbitan sertifikat sampai
dilakukan surveilans pertama
b. Surveilans kedua dilakukan melalui kegiatan
1. Inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi;
dan
2. Pengujian terhadap contoh produk yang akan
atau telah beredar.

10.2. LSPro harus melaksanakan Sertifikasi ulang paling


lambat pada bulan ke-42 (empat puluh dua) setelah
penetapan Sertifikasi, melalui kegiatan sebagaimana
tercantum dalam angka 6.

F. Penggunaan Tanda SNI


1. Penggunaan tanda SNI dilakukan setelah mendapatkan
persetujuan penggunaan Tanda SNI melalui Surat Persetujuan
Penggunaan Tanda (SPPT) SNI yang dikeluarkan oleh BSN
sesuai dengan kriteria yang ditetapkan pada Peraturan Kepala
BSN mengenai tata cara penggunaan Tanda SNI dan Tanda
Kesesuaian berbasis SNI.

2. Tanda SNI sebagai bukti kesesuaian produk yang telah


memenuhi SNI adalah sebagai berikut:
- 496 -

Dengan ukuran:

Keterangan:
y = 11x
r = 0,5x
- 497 -

G. Tahapan kritis proses produksi produk saus kedelai fermentasi


Produk
Tahapan kritis
No. Penjelasan tahapan kritis Kecap diet
proses produksi Kecap manis Kecap asin Tauco
diabetes
1 Pemilihan bahan Bahan baku bahan tambahan pangan Berlaku Berlaku Berlaku Berlaku
tambahan pangan dan bahan kemasan harus memenuhi
dan bahan persyaratan yang ditetapkan atau
kemasan peraturan yang terkait
2 Perendaman Perendaman dilakukan pada waktu Tidak berlaku Tidak berlaku Tidak berlaku Berlaku
kacang kedelai tertentu yang dikendalikan untuk
mendapatkan pH kedelai yang
diinginkan
3 Pengukusan/pere Pengukusan atau perebusan dilakukan Berlaku Berlaku Berlaku Berlaku
busan pada suhu dan waktu tertentu yang
dikendalikan untuk mendapatkan
kedelai yang siap untuk difermentasi.
4 Fermentasi Fermentasi kedelai dilakukan dengan Berlaku Berlaku Berlaku Berlaku
kapang tertentu pada suhu dan waktu
tertentu yang dikendalikan untuk
mendapatkan hasil fermentasi yang
diinginkan.
- 498 -

Produk
Tahapan kritis
No. Penjelasan tahapan kritis Kecap diet
proses produksi Kecap manis Kecap asin Tauco
diabetes
Fermentasi garam dilakukan terhadap Tidak berlaku Tidak berlaku Tidak berlaku Berlaku
hasil fermentasi kedelai di dalam larutan
garam selama waktu tertentu yang
dikendalikan untuk mendapatkan
produk yang diinginkan
5 Pemasakan Pemasakan dilakukan pada suhu dan Berlaku Berlaku Berlaku (dengan Berlaku
waktu tertentu dengan atau tanpa (dengan (dengan penambahan
penambahan bahan pangan lain atau penambahan penambahan pemanis alami
bahan tambahan pangan lain yang gula dan garam) atau buatan
diizinkan sesuai dengan ketentuan yang garam) yang sesuai
berlaku, untuk mendapatkan kondisi untuk penderita
produk yang diinginkan diabetes)
6 Penyaringan Penyaringan dilakukan pada kondisi Berlaku Berlaku Berlaku Berlaku
yang dikendalikan untuk memisahkan
ampas dan benda asing lainnya dari
produk
7 Pengemasan Produk dikemas dalam wadah yang Berlaku Berlaku Berlaku Berlaku
tertutup rapat, tidak dipengaruhi atau
mempengaruhi isi, aman selama
-499-

Produk
Tahapan kritis
No. Penjelasan tahapan kritis Kecap diet
proses produksi Kecap manis kecap asin Tauco
diabetes

penyimpanan dan pengangkutan


8 Penandaan/ Penandaan/pelabelan dilakukan Berlaku Berlaku Berlaku Berlaku

Pelabelan berdasarkan persyaratan SNI dan


peraturan terkait
Keterangan: LJrutan tahapan kritis proses produksi disetiap pemohon dapat berbeda

KEPALA BADAN STANDARDISASI NASIONAL

REPUBLIK INDONESIA,

TTD

BAMBANG PRASETYA

Salinan sesuai dengan aslinya


Kepala Biro Sumber Daya Manusia, Organisasi, dan Hukum

iClai^ahayu
- 500 -

LAMPIRAN XXXII
PERATURAN BADAN STANDARDISASI NASIONAL
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 1 TAHUN 2020
TENTANG
SKEMA PENILAIAN KESESUAIAN TERHADAP STANDAR
NASIONAL INDONESIA SEKTOR MAKANAN DAN MINUMAN

PETUNJUK TEKNIS SKEMA SERTIFIKASI PRODUK REMPAH BUBUK

A. Ruang lingkup
Dokumen ini berlaku untuk acuan pelaksanaan Sertifikasi produk
rempah bubuk sesuai dengan lingkup SNI sebagai berikut:

No Nama Produk Persyaratan SNI

1. Rempah-rempah SNI 01-3709-1995 Rempah-


bubuk rempah bubuk

2. Kayu manis bubuk SNI 01-3714-1995 Kayu manis


bubuk

3. Lada hitam bubuk SNI 01-3716-1995 Lada hitam


bubuk

4. Lada putih bubuk SNI 01-3717-1995 Lada putih


bubuk

B. Persyaratan Sertifikasi
Persyaratan acuan Sertifikasi produk:
1. SNI sebagaimana dimaksud dalam huruf A;
2. SNI dan standar lain yang diacu dalam SNI sebagaimana
dimaksud dalam huruf A;
3. Peraturan yang terkait yaitu:
a. Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1999 tentang
Label dan Iklan Pangan;
b. Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 75/M-
IND/PER/7/2010 tentang Cara Produksi Pangan Olahan
yang Baik (Good Manufacturing Practices);
c. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 33 Tahun 2012
tentang Bahan Tambahan Pangan;
- 501 -

d. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan


Nomor 16 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas Peraturan
Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor
Hk.03.1.23.07.11.6664 Tahun 2011 Tentang Pengawasan
Kemasan Pangan;
e. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan
Nomor 16 Tahun 2016 tentang Kriteria Mikrobiologi Dalam
Pangan Olahan;
f. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan
Nomor 5 Tahun 2018 tentang Batas Maksimum Cemaran
Logam Berat dalam Pangan Olahan; dan
g. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan
Nomor 8 tahun 2018 tentang Batas Maksimum Cemaran
Kimia dalam Pangan Olahan.
4. Peraturan lain terkait produk rempah bubuk.

C. Prosedur Sertifikasi
Prosedur Sertifikasi mencakup:
1. evaluasi awal; dan
2. inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi.

D. Persyaratan Lembaga Penilaian Kesesuaian


Sertifikasi produk rempah bubuk dilakukan oleh LPK yang telah
diakreditasi oleh KAN berdasarkan SNI ISO/IEC 17065 Penilaian
Kesesuaian – Persyaratan untuk Lembaga Sertifikasi Produk,
Proses, dan Jasa, untuk lingkup produk sebagaimana dimaksud
dalam Ruang Lingkup sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Dalam hal LPK belum ada yang diakreditasi KAN untuk melakukan
kegiatan Sertifikasi dengan ruang lingkup produk rempah bubuk,
BSN dapat menunjuk LPK dengan ruang lingkup yang sejenis
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

E. Tahapan Sertifikasi
1. Pengajuan Permohonan Sertifikasi
1.1. Pengajuan permohonan Sertifikasi dilakukan oleh pelaku
usaha. Kriteria pelaku usaha yang dapat mengajukan
- 502 -

Sertifikasi sesuai Peraturan BSN mengenai tata cara


penggunaan Tanda SNI dan Tanda Kesesuaian berbasis
SNI.

1.2. Permohonan Sertifikasi harus dilengkapi dengan:


a. informasi Pemohon:
1. nama Pemohon, alamat Pemohon, serta nama dan
kedudukan atau jabatan personel yang
bertanggung jawab atas pengajuan permohonan
Sertifikasi;
2. bukti pemenuhan persyaratan izin usaha sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan;
3. pemenuhan persyaratan sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan tentang
pendaftaran dan hak kepemilikan atas merek yang
dikeluarkan oleh Kementerian Hukum dan Hak
Asasi Manusia;
4. apabila Pemohon melakukan pembuatan produk
dengan merek yang dimiliki oleh pihak lain,
menyertakan bukti perjanjian yang mengikat
secara hukum untuk melakukan pembuatan
produk untuk pihak lain;
5. apabila Pemohon bertindak sebagai pemilik merek
yang mensubkontrakkan proses produksinya
kepada pihak lain, menyertakan bukti
kepemilikan merek dan perjanjian subkontrak
pelaksanaan produksi dengan pihak lain;
6. apabila Pemohon bertindak sebagai perwakilan
resmi pemilik merek yang berkedudukan hukum
di luar negeri, menyertakan bukti perjanjian yang
mengikat secara hukum tentang penunjukan
sebagai perwakilan resmi pemilik merek di wilayah
Republik Indonesia; dan
7. pernyataan bahwa Pemohon Sertifikasi
bertanggung jawab penuh atas pemenuhan
persyaratan SNI dan pemenuhan persyaratan
proses Sertifikasi dan bersedia memberikan akses
- 503 -

terhadap lokasi dan/atau informasi yang


diperlukan oleh LSPro dalam melaksanakan
kegiatan Sertifikasi.
b. informasi produk:
1. merek produk yang diajukan untuk disertifikasi;
2. jenis/tipe/varian produk yang diajukan untuk
disertifikasi;
3. SNI yang digunakan sebagai dasar pengajuan
permohonan Sertifikasi;
4. foto produk dalam kemasan primer yang diajukan
untuk disertifikasi (dari arah depan, belakang dan
samping), serta informasi terkait kemasan primer
produk;
5. daftar bahan baku termasuk bahan tambahan
pangan;
6. label produk; dan
7. apabila tersedia, foto kemasan sekunder dan
tersier produk yang diajukan untuk disertifikasi,
dari arah depan, belakang, samping, dan bagian
dalam.
c. informasi proses produksi:
1. nama, alamat, dan legalitas hukum pabrik;
2. struktur organisasi, nama dan jabatan personel
penanggung jawab proses produksi;
3. dokumentasi informasi tentang pemasok bahan
baku produk, prosedur evaluasi pemasok, serta
prosedur inspeksi bahan baku produk;
4. dokumentasi informasi tentang proses pembuatan
produk yang diajukan untuk disertifikasi,
termasuk proses yang disubkontrakkan ke pihak
lain;
5. dokumentasi informasi tentang prosedur dan
rekaman pengendalian mutu, termasuk pengujian
rutin, daftar peralatan, serta sertifikat kalibrasi
atau bukti verifikasi peralatan yang berpengaruh
terhadap mutu produk yang disertifikasi, dan
bukti atau segel tera atau tera ulang untuk alat
- 504 -

ukur yang digunakan dalam pengukuran berat


produk dalam kemasan akhir;
6. dokumentasi informasi tentang prosedur dan
rekaman pengendalian dan penanganan produk
yang tidak sesuai;
7. dokumentasi informasi tentang pengemasan
produk dan pengelolaan produk di gudang akhir
produk sebelum dikirimkan dan/atau diedarkan
ke wilayah Republik Indonesia;
8. lokasi gudang penyimpanan produk di wilayah
Republik Indonesia;
9. bukti izin edar produk (MD/ML), kecuali yang
tidak dijual secara langsung ke konsumen akhir
sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan;
10. menyertakan laporan hasil uji yang dilakukan
paling lambat 1 (satu) tahun sebelum pengajuan
Sertifikasi, yang memberikan bukti pemenuhan
produk yang diajukan untuk disertifikasi terhadap
persyaratan mutu dalam SNI dan peraturan
terkait;
11. apabila laporan hasil uji sebagaimana dinyatakan
pada angka 10 belum tersedia, pelaku usaha
dapat menyampaikan contoh produk kepada
LSPro untuk diuji di laboratorium yang memiliki
perjanjian alih daya dengan LSPro; dan
12. apabila telah tersedia, menyertakan Sertifikat
Penerapan Sistem Manajemen Mutu berdasarkan
SNI ISO 9001 atau Sistem Manajemen Keamanan
Pangan berdasarkan SNI ISO 22000 atau HACCP
berdasarkan SNI CAC/RCP 1 dari Lembaga
Sertifikasi yang diakreditasi oleh KAN atau oleh
badan akreditasi penandatangan International
Accreditation Forum (IAF)/Asia Pacific Accreditation
Cooperation (APAC) Multilateral Recognition
Agreement (MLA) dengan ruang lingkup yang
sesuai.
- 505 -

Informasi pada butir 4, butir 5, butir 10, dan butir 11


tidak perlu dilampirkan apabila Pemohon melakukan
pengemasan ulang produk yang dihasilkan oleh pihak
lain yang telah memiliki sertifikat kesesuaian produk
atau Surat Persetujuan Penggunaan Tanda (SPPT) SNI.

2. Tinjauan permohonan Sertifikasi


LSPro harus memastikan bahwa informasi yang diperoleh dari
permohonan Sertifikasi yang diajukan oleh Pemohon telah
lengkap dan memenuhi persyaratan.

3. Penandatanganan perjanjian Sertifikasi


Setelah permohonan Sertifikasi dinyatakan lengkap dan
Pemohon menyetujui persyaratan dan prosedur Sertifikasi yang
ditetapkan oleh LSPro sesuai dengan persyaratan SNI ISO/IEC
17065, perjanjian Sertifikasi ditandatangani oleh Pemohon dan
LSPro.

4. Penyusunan rencana evaluasi


Berdasarkan informasi yang diperoleh dari persyaratan
permohonan Sertifikasi yang disampaikan oleh Pemohon, LSPro
menetapkan rencana evaluasi yang mencakup:
a. jenis/tipe/varian produk yang diajukan untuk disertifikasi
dan metode pengambilan contoh sesuai dengan
persyaratan SNI sebagaimana dimaksud dalam huruf A,
yang diperlukan untuk pengujian produk, yang mewakili
contoh produk yang diusulkan untuk disertifikasi;
b. informasi SNI yang digunakan sebagai dasar Sertifikasi
berdasarkan permohonan yang diajukan oleh Pemohon
Sertifikasi;
c. waktu yang diperlukan untuk pelaksanaan pengujian
berdasarkan standar acuan metode uji yang
dipersyaratkan; dan
d. waktu, lokasi pelaksanaan dan agenda inspeksi pabrik
atau asesmen proses produksi yang relevan dengan
pelaksanaan produksi produk yang diajukan untuk
- 506 -

disertifikasi, serta personel kompeten yang melakukan


evaluasi.

5. Pelaksanaan evaluasi awal terhadap produk


5.1. Pelaksanaan evaluasi awal terhadap produk mencakup:
a. Pemeriksaan awal terhadap kesesuaian informasi
produk dan proses produksi yang disampaikan
Pemohon pada huruf E angka 1 terhadap lingkup
produk yang ditetapkan dalam SNI dan peraturan
terkait.
b. Pengujian awal terhadap contoh produk
berdasarkan persyaratan mutu dalam SNI.
Pengujian awal dilakukan berdasarkan laporan hasil
uji dari laboratorium yang disampaikan Pemohon,
yang mencakup seluruh persyaratan mutu dalam
SNI sebagaimana dimaksud dalam huruf A.
Apabila laporan hasil uji tersebut menunjukkan
bahwa seluruh persyaratan mutu dalam SNI
tersebut telah terpenuhi, maka produk yang
diajukan untuk disertifikasi dianggap telah
memenuhi persyaratan pengujian awal.

5.2. Apabila hasil evaluasi awal menunjukkan


ketidaksesuaian terhadap persyaratan SNI, Pemohon
harus diberi kesempatan untuk melakukan tindakan
perbaikan dalam jangka waktu tertentu sesuai dengan
kebijakan LSPro.

6. Pelaksanaan inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi


6.1. Inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi harus
dilakukan pada saat pabrik melakukan produksi, atau
pada kondisi tertentu dilakukan melalui simulasi proses
produksi produk yang diajukan untuk disertifikasi.

6.2. Inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi dilakukan


terhadap:
- 507 -

a. tanggung jawab dan komitmen personel penanggung


jawab pabrik terhadap konsistensi pemenuhan
produk terhadap persyaratan SNI;
b. ketersediaan dan pengendalian dokumentasi
informasi prosedur dan rekaman pengendalian mutu,
termasuk pengujian rutin;
c. fasilitas, lokasi, desain dan tata letak, bangunan,
sanitasi peralatan, sanitasi ruang proses, dan higiene
personel sesuai dengan ketentuan yang berlaku
tentang Cara Produksi Pangan Olahan yang Baik;
d. Tahapan kritis proses produksi, mulai dari bahan
baku sampai produk akhir paling sedikit pada
tahapan sebagaimana tercantum dalam huruf G;
e. kelengkapan serta fungsi peralatan produksi
termasuk peralatan pengendalian mutu, paling sedikit
alat penumbuk/penggiling, alat pengayakan dan alat
pengukur berat;
f. bukti verifikasi berdasarkan hasil kalibrasi atau hasil
verifikasi peralatan produksi sebagaimana disebutkan
pada huruf e yang membuktikan bahwa peralatan
tersebut memenuhi persyaratan produksi. Hasil
verifikasi peralatan produksi dapat ditunjukkan
dengan prosedur yang diperlukan untuk mencapai
kondisi atau persyaratan yang ditetapkan,
g. bukti tera atau tera ulang alat pengukuran berat
produk
h. pengendalian dan penanganan produk yang tidak
sesuai; dan
i. pengemasan, penanganan, dan penyimpanan produk,
termasuk di gudang akhir produk yang siap
diedarkan.

6.3. Apabila Pabrik telah menerapkan dan mendapatkan


sertifikat Sistem Manajemen Keamanan Pangan
berdasarkan SNI ISO 22000 atau HACCP berdasarkan SNI
CAC/RCP 1 dari Lembaga Sertifikasi yang diakreditasi oleh
KAN atau oleh badan akreditasi penandatangan IAF/APAC
- 508 -

MLA dengan ruang lingkup yang sesuai, maka inspeksi


pabrik atau asesmen proses produksi dilakukan terhadap
implementasi sistem manajemen terkait mutu produk
tersebut dan angka 6.2 huruf d dan e.

6.4. Apabila Pabrik telah menerapkan dan mendapatkan


sertifikat Sistem Manajemen Mutu berdasarkan SNI ISO
9001 dari Lembaga Sertifikasi yang diakreditasi oleh KAN
atau oleh badan akreditasi penandatangan IAF/APAC MLA
dengan ruang lingkup yang sesuai, maka inspeksi pabrik
atau asesmen proses produksi dilakukan terhadap
implementasi sistem manajemen terkait mutu produk
tersebut dan angka 6.2 huruf c, huruf d, dan huruf e.

6.5. Dalam hal Pemohon melakukan pengemasan ulang produk


yang dihasilkan oleh pihak lain, berlaku ketentuan
berikut:
a. apabila pihak lain tersebut telah memiliki sertifikat
kesesuaian produk atau Surat Persetujuan
Penggunaan Tanda (SPPT) SNI maka inspeksi pabrik
atau asesmen proses produksi sebagaimana
tercantum dalam angka 6.2 dilakukan di lokasi
Pemohon pada tahapan pengemasan; atau
b. apabila pihak lain tersebut belum memiliki sertifikat
kesesuaian produk atau Surat Persetujuan
Penggunaan Tanda (SPPT) SNI, maka inspeksi pabrik
atau asesmen proses produksi sebagaimana
tercantum dalam angka 6.2 dilakukan di lokasi
pembuatan produk yang dimiliki oleh pihak lain dan
di lokasi Pemohon.

6.6. Selama inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi,


LSPro melakukan pengambilan contoh produk oleh
petugas pengambil contoh dan selanjutnya diuji di
laboratorium milik LSPro atau Laboratorium yang telah
memiliki perjanjian alih daya dengan LSPro.
- 509 -

6.7. Apabila berdasarkan hasil inspeksi pabrik atau asesmen


proses produksi, termasuk hasil pengujian, tidak diperoleh
bukti-bukti yang kuat untuk menjamin konsistensi produk
terhadap persyaratan SNI, maka Pemohon harus diberi
kesempatan untuk melakukan tindakan perbaikan dalam
jangka waktu tertentu sesuai dengan kebijakan LSPro.

7. Tinjauan
7.1. Tinjauan Hasil Evaluasi dilakukan terhadap:
a. Hasil evaluasi awal terhadap produk untuk
menunjukkan bahwa contoh produk yang mewakili
produk memenuhi persyaratan SNI yang diajukan
oleh Pemohon sebagai dasar permohonan Sertifikasi;
dan
b. Hasil inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi
atau bukti obyektif untuk menunjukkan bahwa
pabrik memiliki proses produksi yang didukung
dengan segala sumber daya yang diperlukan untuk
menghasilkan produk yang secara konsisten, dan
memenuhi persyaratan SNI yang diajukan oleh
Pemohon sebagai dasar permohonan Sertifikasi.

7.2. Tinjauan hasil evaluasi dinyatakan dalam bentuk


rekomendasi tertulis tentang pemenuhan SNI yang
diajukan oleh Pemohon untuk produk yang diajukan
untuk disertifikasi.

8. Penetapan keputusan Sertifikasi


8.1. Penetapan keputusan Sertifikasi dilakukan berdasarkan
rekomendasi yang dihasilkan dari proses tinjauan.

8.2. Penetapan keputusan Sertifikasi harus dilakukan oleh


satu atau sekelompok orang yang tidak terlibat dalam
proses evaluasi.
- 510 -

8.3. Penetapan keputusan Sertifikasi dapat dilakukan oleh


satu atau sekelompok orang yang sama dengan yang
melakukan tinjauan.

8.4. Rekomendasi untuk keputusan Sertifikasi berdasarkan


hasil tinjauan harus didokumentasikan, kecuali tinjauan
dan keputusan Sertifikasi diselesaikan secara bersamaan
oleh satu atau sekelompok orang yang sama.

8.5. LSPro harus memberitahu Pemohon Sertifikasi terkait


alasan menunda atau tidak memberikan keputusan
Sertifikasi, dan harus mengidentifikasikan alasan
keputusan tersebut. Apabila Pemohon Sertifikasi
menunjukkan keinginan untuk melanjutkan proses
Sertifikasi, LSPro dapat memulai kembali dari proses
evaluasi (angka 5).

9. Penerbitan Sertifikat
Sertifikat kesesuaian terhadap persyaratan SNI diterbitkan
sesuai ketentuan sebagai berikut:
a. Sertifikat diterbitkan oleh LSPro setelah penetapan
keputusan Sertifikasi;
b. Sertifikat paling sedikit harus memuat:
1. nomor sertifikat atau identifikasi unik lainnya;
2. nomor atau identifikasi lain dari skema Sertifikasi;
3. nama dan alamat LSPro;
4. nama dan alamat Pemohon (pemegang sertifikat);
5. acuan ke perjanjian Sertifikasi;
6. pernyataan kesesuaian yang mencakup:
a. nama produk, merek dan spesifikasi produk yang
dinyatakan memenuhi persyaratan;
b. SNI yang menjadi dasar Sertifikasi;
c. nama dan alamat lokasi produksi; dan
d. informasi terkait proses Sertifikasi.
7. status akreditasi atau pengakuan LSPro;
8. tanggal penerbitan sertifikat;
- 511 -

9. tanggal berakhir masa berlaku sertifikat yaitu 4


(empat) tahun sejak tanggal penerbitan sertifikat;
10. tanda tangan yang mengikat secara hukum dari
personel yang bertindak atas nama LSPro sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

10. Surveilans dan Sertifikasi ulang


10.1. LSPro harus melaksanakan surveilans paling sedikit 2
(dua) kali dalam periode Sertifikasi. Dalam hal ini berlaku
ketentuan sebagai berikut:
a. Surveilans pertama dilakukan melalui kegiatan:
1. Inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi;
dan/atau
2. Pengujian terhadap contoh produk yang akan
beredar
Pemilihan jenis kegiatan pada surveilans pertama
tersebut dilakukan berdasarkan penilaian LSPro
atas hasil Sertifikasi sebelumnya.
Apabila surveilans pertama hanya dilakukan melalui
kegiatan pengujian terhadap contoh produk yang
akan beredar, penerima sertifikat harus
menyampaikan dokumentasi pengendalian mutu
proses produksi sejak penerbitan sertifikat sampai
dilakukan surveilans pertama.
b. Surveilans kedua dilakukan melalui kegiatan
1. Inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi;
dan
2. Pengujian terhadap contoh produk yang akan
atau telah beredar.

10.2. LSPro harus melaksanakan Sertifikasi ulang paling


lambat pada bulan ke-42 (empat puluh dua) setelah
penetapan Sertifikasi, melalui kegiatan sebagaimana
tercantum dalam angka 6.
- 512 -

F. Penggunaan Tanda SNI


1. Penggunaan tanda SNI dilakukan setelah mendapatkan
persetujuan penggunaan Tanda SNI melalui Surat Persetujuan
Penggunaan Tanda (SPPT) SNI yang dikeluarkan oleh BSN
sesuai dengan kriteria yang ditetapkan pada Peraturan Kepala
BSN mengenai tata cara penggunaan Tanda SNI dan Tanda
Kesesuaian berbasis SNI.

2. Tanda SNI sebagai bukti kesesuaian produk yang telah


memenuhi SNI adalah sebagai berikut:

Dengan ukuran:

Keterangan:
y = 11x
r = 0,5x

G. Tahapan kritis proses produksi produk rempah bubuk


No. Tahapan kritis Penjelasan tahapan kritis
proses produksi

1. Pemilihan bahan Bahan baku dan bahan kemasan


bakudan bahan harus memenuhi persyaratan yang
-513-

No. Tahapan kritis Penjelasan tahapan kritis


proses produksi

kemasan ditetapkan atau peraturan terkait


yang berlaku
2. Penumbukan/ Penumbukan/ penggilingan
penggilingan dilakukan dengan metode tertentu
yang dikendalikan untuk
mendapatkan ukuran rempah bubuk
yang diinginkan

3. Pengayakan Pengayakan dilakukan dengan


metode tertentu yang dikendalikan
untuk mendapatkan tingkat
kehalusan rempah bubuk sesuai
persyaratan

4. Pengemasan Produk dikemas dalam wadah yang


tertutup rapat, tidak dipengaruhi
atau mempengaruhi isi, aman selama
penyimpanan dan pengangkutan

5. Penandaan Penandaan dilakukan sesuai dengan


persyaratan SNI dan peraturan
terkait yang berlaku
Keterangan: Urutan tahapan kritis proses produksi disetiap
pemohon dapat berbeda

KEPALABADAN STANDARDISASI NASIONAL

REPUBLIK INDONESIA,

TTD

BAMBANG PRASETYA

i dengan aslinya
Kepala B .imber Manusia, Organisasi, dan Hukum

Margz
- 514 -

LAMPIRAN XXXIII
PERATURAN BADAN STANDARDISASI NASIONAL
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 1 TAHUN 2020
TENTANG
SKEMA PENILAIAN KESESUAIAN TERHADAP STANDAR
NASIONAL INDONESIA SEKTOR MAKANAN DAN MINUMAN

PETUNJUK TEKNIS SKEMA SERTIFIKASI PRODUK TEMPE KEDELAI

A. Ruang lingkup
Dokumen ini berlaku untuk acuan pelaksanaan Sertifikasi produk
tempe kedelai yang berbentuk padatan kompak berwarna putih,
yang diperoleh dari kedelai kupas yang sudah direbus dan
difermentasi menggunakan kapang Rhizopus spp.

B. Persyaratan Sertifikasi
Persyaratan acuan Sertifikasi produk:
1. SNI 3144:2015 Tempe kedelai;
2. SNI dan standar lain yang diacu dalam SNI 3144:2015 Tempe
kedelai;
3. Peraturan yang terkait yaitu:
a. Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1999 tentang
Label dan Iklan Pangan;
b. Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 75/M-
IND/PER/7/2010 tentang Cara Produksi Pangan Olahan
yang Baik (Good Manufacturing Practices);
c. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 33 Tahun 2012
tentang Bahan Tambahan Pangan;
d. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan
Nomor 16 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas Peraturan
Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor
Hk.03.1.23.07.11.6664 Tahun 2011 Tentang Pengawasan
Kemasan Pangan;
- 515 -

e. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan


Nomor 16 Tahun 2016 tentang Kriteria Mikrobiologi Dalam
Pangan Olahan;
f. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan
Nomor 5 Tahun 2018 tentang Batas Maksimum Cemaran
Logam Berat dalam Pangan Olahan; dan
g. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan
Nomor 8 tahun 2018 tentang Batas Maksimum Cemaran
Kimia dalam Pangan Olahan.
4. Peraturan lain yang terkait dengan produk tempe kedelai.

C. Prosedur Sertifikasi
Prosedur Sertifikasi mencakup:
1. evaluasi awal; dan
2. inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi.

D. Persyaratan Lembaga Penilaian Kesesuaian


Sertifikasi produk tempe kedelai dilakukan oleh LPK yang telah
diakreditasi oleh KAN berdasarkan SNI ISO/IEC 17065 Penilaian
Kesesuaian – Persyaratan untuk Lembaga Sertifikasi Produk,
Proses, dan Jasa, untuk lingkup produk sebagaimana dimaksud
dalam Ruang Lingkup sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Dalam hal LPK belum ada yang diakreditasi KAN untuk melakukan
kegiatan Sertifikasi dengan ruang lingkup produk tempe kedelai,
BSN dapat menunjuk LPK dengan ruang lingkup yang sejenis
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

E. Tahapan Sertifikasi
1. Pengajuan Permohonan Sertifikasi
1.1. Pengajuan permohonan Sertifikasi dilakukan oleh pelaku
usaha. Kriteria pelaku usaha yang dapat mengajukan
Sertifikasi sesuai Peraturan BSN mengenai tata cara
penggunaan Tanda SNI dan Tanda Kesesuaian berbasis
SNI.
- 516 -

1.2. Permohonan Sertifikasi harus dilengkapi dengan:


a. informasi Pemohon:
1. nama Pemohon, alamat Pemohon, serta nama dan
kedudukan atau jabatan personel yang
bertanggung jawab atas pengajuan permohonan
Sertifikasi;
2. bukti pemenuhan persyaratan izin usaha sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan;
3. pemenuhan persyaratan sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan tentang
pendaftaran dan hak kepemilikan atas merek yang
dikeluarkan oleh Kementerian Hukum dan Hak
Asasi Manusia;
4. apabila Pemohon melakukan pembuatan produk
dengan merek yang dimiliki oleh pihak lain,
menyertakan bukti perjanjian yang mengikat
secara hukum untuk melakukan pembuatan
produk untuk pihak lain;
5. apabila Pemohon bertindak sebagai pemilik merek
yang mensubkontrakkan proses produksinya
kepada pihak lain, menyertakan bukti
kepemilikan merek dan perjanjian subkontrak
pelaksanaan produksi dengan pihak lain;
6. apabila Pemohon bertindak sebagai perwakilan
resmi pemilik merek yang berkedudukan hukum
di luar negeri, menyertakan bukti perjanjian yang
mengikat secara hukum tentang penunjukan
sebagai perwakilan resmi pemilik merek di wilayah
Republik Indonesia; dan
7. pernyataan bahwa Pemohon Sertifikasi
bertanggung jawab penuh atas pemenuhan
persyaratan SNI dan pemenuhan persyaratan
proses Sertifikasi dan bersedia memberikan akses
terhadap lokasi dan/atau informasi yang
diperlukan oleh LSPro dalam melaksanakan
kegiatan Sertifikasi.
- 517 -

b. informasi produk:
1. merek produk yang diajukan untuk disertifikasi;
2. jenis/tipe/varian produk yang diajukan untuk
disertifikasi;
3. SNI yang digunakan sebagai dasar pengajuan
permohonan Sertifikasi;
4. foto produk dalam kemasan primer yang diajukan
untuk disertifikasi (dari arah depan, belakang dan
samping), serta informasi terkait kemasan primer
produk;
5. daftar bahan baku termasuk bahan tambahan
pangan;
6. label produk; dan
7. apabila tersedia, foto kemasan sekunder dan
tersier produk yang diajukan untuk disertifikasi,
dari arah depan, belakang, samping, dan bagian
dalam.
c. informasi proses produksi:
1. nama, alamat, dan legalitas hukum pabrik;
2. struktur organisasi, nama dan jabatan personel
penanggung jawab proses produksi;
3. dokumentasi informasi tentang pemasok bahan
baku produk, prosedur evaluasi pemasok, serta
prosedur inspeksi bahan baku produk;
4. dokumentasi informasi tentang proses pembuatan
produk yang diajukan untuk disertifikasi,
termasuk proses yang disubkontrakkan ke pihak
lain;
5. dokumentasi informasi tentang prosedur dan
rekaman pengendalian mutu, termasuk pengujian
rutin, daftar peralatan, serta sertifikat kalibrasi
atau bukti verifikasi peralatan yang berpengaruh
terhadap mutu produk yang disertifikasi, dan
bukti atau segel tera atau tera ulang untuk alat
ukur yang digunakan dalam pengukuran berat
produk dalam kemasan akhir;
- 518 -

6. dokumentasi informasi tentang prosedur dan


rekaman pengendalian dan penanganan produk
yang tidak sesuai;
7. dokumentasi informasi tentang pengemasan
produk dan pengelolaan produk di gudang akhir
produk sebelum dikirimkan dan/atau diedarkan
ke wilayah Republik Indonesia;
8. lokasi gudang penyimpanan produk di wilayah
Republik Indonesia;
9. bukti izin edar produk (MD/ML), kecuali yang
tidak dijual secara langsung ke konsumen akhir
sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan;
10. menyertakan laporan hasil uji yang dilakukan
paling lambat 1 (satu) tahun sebelum pengajuan
Sertifikasi, yang memberikan bukti pemenuhan
produk yang diajukan untuk disertifikasi terhadap
persyaratan mutu dalam SNI dan peraturan
terkait;
11. apabila laporan hasil uji sebagaimana dinyatakan
pada angka 10 belum tersedia, pelaku usaha
dapat menyampaikan contoh produk kepada
LSPro untuk diuji di laboratorium yang memiliki
perjanjian alih daya dengan LSPro; dan
12. apabila telah tersedia, menyertakan Sertifikat
Penerapan Sistem Manajemen Mutu berdasarkan
SNI ISO 9001 atau Sistem Manajemen Keamanan
Pangan berdasarkan SNI ISO 22000 atau HACCP
berdasarkan SNI CAC/RCP 1 dari Lembaga
Sertifikasi yang diakreditasi oleh KAN atau oleh
badan akreditasi penandatangan International
Accreditation Forum (IAF)/Asia Pacific Accreditation
Cooperation (APAC) Multilateral Recognition
Agreement (MLA) dengan ruang lingkup yang
sesuai.
Informasi pada butir 4, butir 5, butir 10, dan butir 11
tidak perlu dilampirkan apabila Pemohon melakukan
pengemasan ulang produk yang dihasilkan oleh pihak
- 519 -

lain yang telah memiliki sertifikat kesesuaian produk


atau Surat Persetujuan Penggunaan Tanda (SPPT) SNI.

2. Tinjauan permohonan Sertifikasi


LSPro harus memastikan bahwa informasi yang diperoleh dari
permohonan Sertifikasi yang diajukan oleh Pemohon telah
lengkap dan memenuhi persyaratan.

3. Penandatanganan perjanjian Sertifikasi


Setelah permohonan Sertifikasi dinyatakan lengkap dan
Pemohon menyetujui persyaratan dan prosedur Sertifikasi yang
ditetapkan oleh LSPro sesuai dengan persyaratan SNI ISO/IEC
17065, perjanjian Sertifikasi ditandatangani oleh Pemohon dan
LSPro.

4. Penyusunan rencana evaluasi


Berdasarkan informasi yang diperoleh dari persyaratan
permohonan Sertifikasi yang disampaikan oleh Pemohon, LSPro
menetapkan rencana evaluasi yang mencakup:
a. jenis/tipe/varian produk yang diajukan untuk disertifikasi
dan metode pengambilan contoh sesuai dengan
persyaratan SNI 3144:2015, yang diperlukan untuk
pengujian produk, yang mewakili contoh produk yang
diusulkan untuk disertifikasi;
b. informasi SNI yang digunakan sebagai dasar Sertifikasi
berdasarkan permohonan yang diajukan oleh Pemohon
Sertifikasi;
c. waktu yang diperlukan untuk pelaksanaan pengujian
berdasarkan standar acuan metode uji yang
dipersyaratkan; dan
d. waktu, lokasi pelaksanaan dan agenda inspeksi pabrik atau
asesmen proses produksi yang relevan dengan pelaksanaan
produksi produk yang diajukan untuk disertifikasi, serta
personel kompeten yang melakukan evaluasi.
- 520 -

5. Pelaksanaan evaluasi awal terhadap produk


5.1. Pelaksanaan evaluasi awal terhadap produk mencakup:
a. Pemeriksaan awal terhadap kesesuaian informasi
produk dan proses produksi yang disampaikan
Pemohon pada huruf E angka 1 terhadap lingkup
produk yang ditetapkan dalam SNI dan peraturan
terkait.
b. Pengujian awal terhadap contoh produk
berdasarkan persyaratan mutu dalam SNI.
Pengujian awal dilakukan berdasarkan laporan hasil
uji dari laboratorium yang disampaikan Pemohon,
yang mencakup seluruh persyaratan mutu dalam
SNI 3144:2015.
Apabila laporan hasil uji tersebut menunjukkan
bahwa seluruh persyaratan mutu dalam SNI
tersebut telah terpenuhi, maka produk yang
diajukan untuk disertifikasi dianggap telah
memenuhi persyaratan pengujian awal.

5.2. Apabila hasil evaluasi awal menunjukkan


ketidaksesuaian terhadap persyaratan SNI, Pemohon
harus diberi kesempatan untuk melakukan tindakan
perbaikan dalam jangka waktu tertentu sesuai dengan
kebijakan LSPro.

6. Pelaksanaan inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi


6.1. Inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi harus
dilakukan pada saat pabrik melakukan produksi, atau
pada kondisi tertentu dilakukan melalui simulasi proses
produksi produk yang diajukan untuk disertifikasi.

6.2. Inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi dilakukan


terhadap:
a. tanggung jawab dan komitmen personel penanggung
jawab pabrik terhadap konsistensi pemenuhan
produk terhadap persyaratan SNI;
- 521 -

b. ketersediaan dan pengendalian dokumentasi


informasi prosedur dan rekaman pengendalian mutu,
termasuk pengujian rutin;
c. fasilitas, lokasi, desain dan tata letak, bangunan,
sanitasi peralatan, sanitasi ruang proses, dan higiene
personel sesuai dengan ketentuan yang berlaku
tentang Cara Produksi Pangan Olahan yang Baik;
d. Tahapan kritis proses produksi, mulai dari bahan
baku sampai produk akhir paling sedikit pada
tahapan sebagaimana tercantum dalam huruf G;
e. kelengkapan serta fungsi peralatan produksi
termasuk peralatan pengendalian mutu, paling sedikit
alat pemasakan, dan alat pengaduk/pencampur;
f. bukti verifikasi berdasarkan hasil kalibrasi atau hasil
verifikasi peralatan produksi sebagaimana disebutkan
pada huruf e yang membuktikan bahwa peralatan
tersebut memenuhi persyaratan produksi. Hasil
verifikasi peralatan produksi dapat ditunjukkan
dengan prosedur yang diperlukan untuk mencapai
kondisi atau persyaratan yang ditetapkan;
g. bukti tera atau tera ulang alat pengukuran berat
produk;
h. pengendalian dan penanganan produk yang tidak
sesuai; dan
i. pengemasan, penanganan, dan penyimpanan produk,
termasuk di gudang akhir produk yang siap
diedarkan.

6.3. Apabila Pabrik telah menerapkan dan mendapatkan


sertifikat Sistem Manajemen Keamanan Pangan
berdasarkan SNI ISO 22000 atau HACCP berdasarkan SNI
CAC/RCP 1 dari Lembaga Sertifikasi yang diakreditasi oleh
KAN atau oleh badan akreditasi penandatangan IAF/APAC
MLA dengan ruang lingkup yang sesuai, maka inspeksi
pabrik atau asesmen proses produksi dilakukan terhadap
implementasi sistem manajemen terkait mutu produk
tersebut dan angka 6.2 huruf d dan e.
- 522 -

6.4. Apabila pabrik telah menerapkan dan mendapatkan


sertifikat Sistem Manajemen Mutu berdasarkan SNI ISO
9001 dari Lembaga Sertifikasi yang diakreditasi oleh KAN
atau oleh badan akreditasi penandatangan IAF/APAC MLA
dengan ruang lingkup yang sesuai, maka inspeksi pabrik
atau asesmen proses produksi dilakukan terhadap
implementasi sistem manajemen terkait mutu produk
tersebut dan angka 6.2 huruf c, huruf d, dan huruf e.

6.5. Dalam hal Pemohon melakukan pengemasan ulang produk


yang dihasilkan oleh pihak lain, berlaku ketentuan
berikut:
a. apabila pihak lain tersebut telah memiliki sertifikat
kesesuaian produk atau Surat Persetujuan
Penggunaan Tanda (SPPT) SNI maka inspeksi pabrik
atau asesmen proses produksi sebagaimana
tercantum dalam angka 6.2 dilakukan di lokasi
Pemohon pada tahapan pengemasan; atau
b. apabila pihak lain tersebut belum memiliki sertifikat
kesesuaian produk atau Surat Persetujuan
Penggunaan Tanda (SPPT) SNI, maka inspeksi pabrik
atau asesmen proses produksi sebagaimana
tercantum dalam angka 6.2 dilakukan di lokasi
pembuatan produk yang dimiliki oleh pihak lain dan
di lokasi Pemohon.

6.6. Selama inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi,


LSPro melakukan pengambilan contoh produk oleh
petugas pengambil contoh dan selanjutnya diuji di
laboratorium milik LSPro atau laboratorium yang telah
memiliki perjanjian alih daya dengan LSPro.

6.7. Apabila berdasarkan hasil inspeksi pabrik atau asesmen


proses produksi, termasuk hasil pengujian, tidak diperoleh
bukti-bukti yang kuat untuk menjamin konsistensi produk
terhadap persyaratan SNI, maka Pemohon harus diberi
- 523 -

kesempatan untuk melakukan tindakan perbaikan dalam


jangka waktu tertentu sesuai dengan kebijakan LSPro.

7. Tinjauan
7.1. Tinjauan Hasil Evaluasi dilakukan terhadap:
a. Hasil evaluasi awal terhadap produk untuk
menunjukkan bahwa contoh produk yang mewakili
produk memenuhi persyaratan SNI yang diajukan
oleh Pemohon sebagai dasar permohonan Sertifikasi;
dan
b. Hasil inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi
atau bukti obyektif untuk menunjukkan bahwa
pabrik memiliki proses produksi yang didukung
dengan segala sumber daya yang diperlukan untuk
menghasilkan produk yang secara konsisten, dan
memenuhi persyaratan SNI yang diajukan oleh
Pemohon sebagai dasar permohonan Sertifikasi.

7.2. Tinjauan hasil evaluasi dinyatakan dalam bentuk


rekomendasi tertulis tentang pemenuhan SNI yang
diajukan oleh Pemohon untuk produk yang diajukan
untuk disertifikasi.

8. Penetapan keputusan Sertifikasi


8.1. Penetapan keputusan Sertifikasi dilakukan berdasarkan
rekomendasi yang dihasilkan dari proses tinjauan.

8.2. Penetapan keputusan Sertifikasi harus dilakukan oleh


satu atau sekelompok orang yang tidak terlibat dalam
proses evaluasi.

8.3. Penetapan keputusan Sertifikasi dapat dilakukan oleh


satu atau sekelompok orang yang sama dengan yang
melakukan tinjauan.

8.4. Rekomendasi untuk keputusan Sertifikasi berdasarkan


hasil tinjauan harus didokumentasikan, kecuali tinjauan
- 524 -

dan keputusan Sertifikasi diselesaikan secara bersamaan


oleh satu atau sekelompok orang yang sama.

8.5. LSPro harus memberitahu Pemohon Sertifikasi terkait


alasan menunda atau tidak memberikan keputusan
Sertifikasi, dan harus mengidentifikasikan alasan
keputusan tersebut. Apabila Pemohon Sertifikasi
menunjukkan keinginan untuk melanjutkan proses
Sertifikasi, LSPro dapat memulai kembali dari proses
evaluasi (angka 5).

9. Penerbitan Sertifikat
Sertifikat kesesuaian terhadap persyaratan SNI diterbitkan
sesuai ketentuan sebagai berikut:
a. Sertifikat diterbitkan oleh LSPro setelah penetapan
keputusan Sertifikasi,
b. Sertifikat paling sedikit harus memuat:
1. nomor sertifikat atau identifikasi unik lainnya;
2. nomor atau identifikasi lain dari skema Sertifikasi;
3. nama dan alamat LSPro;
4. nama dan alamat Pemohon (pemegang sertifikat);
5. acuan ke perjanjian Sertifikasi;
6. pernyataan kesesuaian yang mencakup:
a. nama produk, merek dan spesifikasi produk yang
dinyatakan memenuhi persyaratan;
b. SNI yang menjadi dasar Sertifikasi;
c. nama dan alamat lokasi produksi; dan
d. informasi terkait proses Sertifikasi.
7. status akreditasi atau pengakuan LSPro;
8. tanggal penerbitan sertifikat;
9. tanggal berakhir masa berlaku sertifikat yaitu 4
(empat) tahun sejak tanggal penerbitan sertifikat;
10. tanda tangan yang mengikat secara hukum dari
personel yang bertindak atas nama LSPro sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
- 525 -

10. Surveilans dan Sertifikasi ulang


10.1. LSPro harus melaksanakan surveilans paling sedikit 2
(dua) kali dalam periode Sertifikasi. Dalam hal ini berlaku
ketentuan sebagai berikut:
a. Surveilans pertama dilakukan melalui kegiatan:
1. Inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi;
dan/atau
2. Pengujian terhadap contoh produk yang akan
beredar.
Pemilihan jenis kegiatan pada surveilans pertama
tersebut dilakukan berdasarkan penilaian LSPro
atas hasil Sertifikasi sebelumnya.
Apabila surveilans pertama hanya dilakukan melalui
kegiatan pengujian terhadap contoh produk yang
akan beredar, penerima sertifikat harus
menyampaikan dokumentasi pengendalian mutu
proses produksi sejak penerbitan sertifikat sampai
dilakukan surveilans pertama.
b. Surveilans kedua dilakukan melalui kegiatan
1. Inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi;
dan
2. Pengujian terhadap contoh produk yang akan
atau telah beredar.

10.2. LSPro harus melaksanakan Sertifikasi ulang paling


lambat pada bulan ke-42 (empat puluh dua) setelah
penetapan Sertifikasi, melalui kegiatan sebagaimana
tercantum dalam angka 6.

F. Penggunaan Tanda SNI


1. Penggunaan tanda SNI dilakukan setelah mendapatkan
persetujuan penggunaan Tanda SNI melalui Surat Persetujuan
Penggunaan Tanda (SPPT) SNI yang dikeluarkan oleh BSN
sesuai dengan kriteria yang ditetapkan pada Peraturan BSN
mengenai tata cara penggunaan Tanda SNI dan Tanda
Kesesuaian berbasis SNI.
- 526 -

2. Tanda SNI sebagai bukti kesesuaian produk yang telah


memenuhi SNI adalah sebagai berikut:

Dengan ukuran:

Keterangan:
y = 11x
r = 0,5x

G. Tahapan kritis proses produksi produk tempe kedelai


No. Tahapan kritis proses Penjelasan tahapan kritis
produksi

1. Pemilihan bahan baku,Bahan baku, bahan tambahan


bahan tambahan pangan dan bahan kemasan
pangan dan bahan harus memenuhi persyaratan
kemasan yang ditetapkan atau peraturan
yang terkait
2. Perendaman kacang Perendaman dilakukan pada
kedelai waktu tertentu yang
dikendalikan untuk
mendapatkan pH kedelai yang
diinginkan
3. Pengukusan/perebusan Pengukusan atau perebusan
dilakukan pada suhu dan waktu
tertentu yang dikendalikan
untuk mendapatkan kedelai
yang siap untuk difermentasi
No. Tahapan kritis proses Penjelasan tahapan kritis
produksi

4. Fermentasi Fermentasi kedelai diiakukan


dengan menggunakan kapang
Rhizopus spp. [R. oligosporus, R.
otyzae, R. stolonifer, dan/atau R.
arrhizus) yang dicampur dengan
tepung nasi, tepung bekatul,
dan atau tepung onggok sebagai
inokulum, pada suhu dan waktu
tertentu yang dlkendalikan
untuk mendapatkan hasil
fermentasi yang diinginkan
5. Pengemasan Produk dikemas dalam kemasan
yang tertutup balk, tidak
dipengaruhi atau mempengaruhi
isi, dan aman selama
pengangkutan dan distribusi
6. Penandaan/ Pelabelan Penandaan/ pelabelandilakukan
sesuai dengan persyaratan SNI
dan peraturan terkait

pemohon dapat berbeda

KEPALA BADAN STANDARDISASI NASIONAL

REPUBLIK INDONESIA,

TTD

BAMBANG PRASETYA

dengan aslinya
Kepaia Bi/^^(3rnbe7'C>|^Manusia, Organisasi, dan Hukum

f
Margahayu
- 528 -

LAMPIRAN XXXIV
PERATURAN BADAN STANDARDISASI NASIONAL
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 1 TAHUN 2020
TENTANG
SKEMA PENILAIAN KESESUAIAN TERHADAP STANDAR
NASIONAL INDONESIA SEKTOR MAKANAN DAN MINUMAN

PETUNJUK TEKNIS SKEMA SERTIFIKASI PRODUK AIR SODA

A. Ruang lingkup
Dokumen ini berlaku untuk acuan pelaksanaan Sertifikasi produk
Air Soda yang mengandung karbondioksida (CO2), pengatur
keasaman dan/atau garam mineral tanpa bahan pangan lainnya.

B. Persyaratan Sertifikasi
Persyaratan acuan Sertifikasi produk:
1. SNI 3708:2015 Air Soda;
2. SNI dan standar lain yang diacu dalam SNI 3708:2015 Air
Soda;
3. Peraturan yang terkait yaitu:
a. Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1999 tentang
Label dan Iklan Pangan;
b. Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 75/M-
IND/PER/7/2010 tentang Cara Produksi Pangan Olahan
yang Baik (Good Manufacturing Practices);
c. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 33 Tahun 2012
tentang Bahan Tambahan Pangan;
d. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan
Nomor 16 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas Peraturan
Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor
Hk.03.1.23.07.11.6664 Tahun 2011 Tentang Pengawasan
Kemasan Pangan;
e. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan
Nomor 16 Tahun 2016 tentang Kriteria Mikrobiologi Dalam
Pangan Olahan;
- 529 -

f. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan


Nomor 5 Tahun 2018 tentang Batas Maksimum Cemaran
Logam Berat dalam Pangan Olahan; dan
g. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan
Nomor 8 tahun 2018 tentang Batas Maksimum Cemaran
Kimia dalam Pangan Olahan.
4. Peraturan lain yang terkait dengan produk air soda.

C. Prosedur Sertifikasi
Prosedur Sertifikasi mencakup:
1. evaluasi awal; dan
2. inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi.

D. Persyaratan Lembaga Penilaian Kesesuaian


Sertifikasi produk air soda dilakukan oleh LPK yang telah
diakreditasi oleh KAN berdasarkan SNI ISO/IEC 17065 Penilaian
Kesesuaian – Persyaratan untuk Lembaga Sertifikasi Produk,
Proses, dan Jasa, untuk lingkup produk sebagaimana dimaksud
dalam Ruang Lingkup sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Dalam hal LPK belum ada yang diakreditasi KAN untuk melakukan
kegiatan Sertifikasi dengan ruang lingkup produk air soda, BSN
dapat menunjuk LPK dengan ruang lingkup yang sejenis sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

E. Tahapan Sertifikasi
1. Pengajuan Permohonan Sertifikasi
1.1. Pengajuan permohonan Sertifikasi dilakukan oleh pelaku
usaha. Kriteria pelaku usaha yang dapat mengajukan
Sertifikasi sesuai Peraturan BSN mengenai tata cara
penggunaan Tanda SNI dan Tanda Kesesuaian berbasis
SNI.

1.2. Permohonan Sertifikasi harus dilengkapi dengan:


a. informasi Pemohon:
1. nama Pemohon, alamat Pemohon, serta nama dan
kedudukan atau jabatan personel yang
- 530 -

bertanggung jawab atas pengajuan permohonan


Sertifikasi;
2. bukti pemenuhan persyaratan izin usaha sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan;
3. pemenuhan persyaratan sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan tentang
pendaftaran dan hak kepemilikan atas merek yang
dikeluarkan oleh Kementerian Hukum dan Hak
Asasi Manusia;
4. apabila Pemohon melakukan pembuatan produk
dengan merek yang dimiliki oleh pihak lain,
menyertakan bukti perjanjian yang mengikat
secara hukum untuk melakukan pembuatan
produk untuk pihak lain;
5. apabila Pemohon bertindak sebagai pemilik merek
yang mensubkontrakkan proses produksinya
kepada pihak lain, menyertakan bukti
kepemilikan merek dan perjanjian subkontrak
pelaksanaan produksi dengan pihak lain;
6. apabila Pemohon bertindak sebagai perwakilan
resmi pemilik merek yang berkedudukan hukum
di luar negeri, menyertakan bukti perjanjian yang
mengikat secara hukum tentang penunjukan
sebagai perwakilan resmi pemilik merek di wilayah
Republik Indonesia; dan
7. pernyataan bahwa Pemohon Sertifikasi
bertanggung jawab penuh atas pemenuhan
persyaratan SNI dan pemenuhan persyaratan
proses Sertifikasi dan bersedia memberikan akses
terhadap lokasi dan/atau informasi yang
diperlukan oleh LSPro dalam melaksanakan
kegiatan Sertifikasi.
b. informasi produk:
1. merek produk yang diajukan untuk disertifikasi;
2. jenis/tipe/varian produk yang diajukan untuk
disertifikasi;
- 531 -

3. SNI yang digunakan sebagai dasar pengajuan


permohonan Sertifikasi;
4. foto produk dalam kemasan primer yang diajukan
untuk disertifikasi (dari arah depan, belakang dan
samping), serta informasi terkait kemasan primer
produk;
5. daftar bahan baku termasuk bahan tambahan
pangan;
6. label produk; dan
7. apabila tersedia, foto kemasan sekunder dan
tersier produk yang diajukan untuk disertifikasi,
dari arah depan, belakang, samping, dan bagian
dalam.
c. informasi proses produksi:
1. nama, alamat, dan legalitas hukum pabrik;
2. struktur organisasi, nama dan jabatan personel
penanggung jawab proses produksi;
3. dokumentasi informasi tentang pemasok bahan
baku produk, prosedur evaluasi pemasok, serta
prosedur inspeksi bahan baku produk;
4. dokumentasi informasi tentang proses pembuatan
produk yang diajukan untuk disertifikasi,
termasuk proses yang disubkontrakkan ke pihak
lain;
5. dokumentasi informasi tentang prosedur dan
rekaman pengendalian mutu, termasuk pengujian
rutin, daftar peralatan, serta sertifikat kalibrasi
atau bukti verifikasi peralatan yang berpengaruh
terhadap mutu produk yang disertifikasi, dan
bukti atau segel tera atau tera ulang untuk alat
ukur yang digunakan dalam pengukuran berat
produk dalam kemasan akhir;
6. dokumentasi informasi tentang prosedur dan
rekaman pengendalian dan penanganan produk
yang tidak sesuai;
7. dokumentasi informasi tentang pengemasan
produk dan pengelolaan produk di gudang akhir
- 532 -

produk sebelum dikirimkan dan/atau diedarkan


ke wilayah Republik Indonesia;
8. lokasi gudang penyimpanan produk di wilayah
Republik Indonesia;
9. bukti izin edar produk (MD/ML), kecuali yang
tidak dijual secara langsung ke konsumen akhir
sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan;
10. menyertakan laporan hasil uji yang dilakukan
paling lambat 1 (satu) tahun sebelum pengajuan
Sertifikasi, yang memberikan bukti pemenuhan
produk yang diajukan untuk disertifikasi terhadap
persyaratan mutu dalam SNI dan peraturan
terkait;
11. apabila laporan hasil uji sebagaimana dinyatakan
pada angka 10 belum tersedia, pelaku usaha
dapat menyampaikan contoh produk kepada
LSPro untuk diuji di laboratorium yang memiliki
perjanjian alih daya dengan LSPro; dan
12. apabila telah tersedia, menyertakan Sertifikat
Penerapan Sistem Manajemen Mutu berdasarkan
SNI ISO 9001 atau Sistem Manajemen Keamanan
Pangan berdasarkan SNI ISO 22000 atau HACCP
berdasarkan SNI CAC/RCP 1 dari Lembaga
Sertifikasi yang diakreditasi oleh KAN atau oleh
badan akreditasi penandatangan International
Accreditation Forum (IAF)/Asia Pacific Accreditation
Cooperation (APAC) Multilateral Recognition
Agreement (MLA) dengan ruang lingkup yang
sesuai.
Informasi pada butir 4, butir 5, butir 10, dan butir 11
tidak perlu dilampirkan apabila Pemohon melakukan
pengemasan ulang produk yang dihasilkan oleh pihak
lain yang telah memiliki sertifikat kesesuaian produk
atau Surat Persetujuan Penggunaan Tanda (SPPT) SNI.
- 533 -

2. Tinjauan permohonan Sertifikasi


LSPro harus memastikan bahwa informasi yang diperoleh dari
permohonan Sertifikasi yang diajukan oleh Pemohon telah
lengkap dan memenuhi persyaratan.

3. Penandatanganan perjanjian Sertifikasi


Setelah permohonan Sertifikasi dinyatakan lengkap dan
Pemohon menyetujui persyaratan dan prosedur Sertifikasi yang
ditetapkan oleh LSPro sesuai dengan persyaratan SNI ISO/IEC
17065, perjanjian Sertifikasi ditandatangani oleh Pemohon dan
LSPro.

4. Penyusunan rencana evaluasi


Berdasarkan informasi yang diperoleh dari persyaratan
permohonan Sertifikasi yang disampaikan oleh Pemohon, LSPro
menetapkan rencana evaluasi yang mencakup:
a. jenis/tipe/varian produk yang diajukan untuk disertifikasi
dan metode pengambilan contoh yang diperlukan untuk
pengujian produk dan mewakili contoh produk yang
diusulkan untuk disertifikasi;
b. informasi SNI yang digunakan sebagai dasar Sertifikasi
berdasarkan permohonan yang diajukan oleh Pemohon
Sertifikasi;
c. waktu yang diperlukan untuk pelaksanaan pengujian
berdasarkan standar acuan metode uji yang
dipersyaratkan; dan
d. waktu, lokasi pelaksanaan dan agenda inspeksi pabrik atau
asesmen proses produksi yang relevan dengan pelaksanaan
produksi produk yang diajukan untuk disertifikasi, serta
personel kompeten yang melakukan evaluasi.

5. Pelaksanaan evaluasi awal terhadap produk


5.1. Pelaksanaan evaluasi awal terhadap produk mencakup:
a. Pemeriksaan awal terhadap kesesuaian informasi
produk dan proses produksi yang disampaikan
Pemohon pada huruf E angka 1 terhadap lingkup
- 534 -

produk yang ditetapkan dalam SNI dan peraturan


terkait.
b. Pengujian awal terhadap contoh produk
berdasarkan persyaratan mutu dalam SNI.
Pengujian awal dilakukan berdasarkan laporan hasil
uji dari laboratorium yang disampaikan Pemohon,
yang mencakup seluruh persyaratan mutu dalam
SNI 3708:2015.
Apabila laporan hasil uji tersebut menunjukkan
bahwa seluruh persyaratan mutu dalam SNI
tersebut telah terpenuhi, maka produk yang
diajukan untuk disertifikasi dianggap telah
memenuhi persyaratan pengujian awal.

5.2. Apabila hasil evaluasi awal menunjukkan


ketidaksesuaian terhadap persyaratan SNI, Pemohon
harus diberi kesempatan untuk melakukan tindakan
perbaikan dalam jangka waktu tertentu sesuai dengan
kebijakan LSPro.

6. Pelaksanaan inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi


6.1. Inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi harus
dilakukan pada saat pabrik melakukan produksi, atau
pada kondisi tertentu dilakukan melalui simulasi proses
produksi produk yang diajukan untuk disertifikasi.

6.2. Inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi dilakukan


terhadap:
a. tanggung jawab dan komitmen personel penanggung
jawab pabrik terhadap konsistensi pemenuhan
produk terhadap persyaratan SNI;
b. ketersediaan dan pengendalian dokumentasi
informasi prosedur dan rekaman pengendalian mutu,
termasuk pengujian rutin;
c. fasilitas, lokasi, desain dan tata letak, bangunan,
sanitasi peralatan, sanitasi ruang proses, dan higiene
- 535 -

personel sesuai dengan ketentuan yang berlaku


tentang Cara Produksi Pangan Olahan yang Baik;
d. Tahapan kritis proses produksi, mulai dari bahan
baku sampai produk akhir paling sedikit pada
tahapan sebagaimana tercantum dalam huruf G;
e. kelengkapan serta fungsi peralatan produksi
termasuk peralatan pengendalian mutu, paling sedikit
peralatan produksi berupa carbonator serta peralatan
pengujian berupa alat pengukur berat dan alat
pengukur volume;
f. bukti verifikasi berdasarkan hasil kalibrasi atau hasil
verifikasi peralatan produksi sebagaimana disebutkan
pada huruf e yang membuktikan bahwa peralatan
tersebut memenuhi persyaratan produksi. Hasil
verifikasi peralatan produksi dapat ditunjukkan
dengan prosedur yang diperlukan untuk mencapai
kondisi atau persyaratan yang ditetapkan;
g. bukti tera atau tera ulang alat pengukuran berat
produk;
h. pengendalian dan penanganan produk yang tidak
sesuai; dan
i. pengemasan, penanganan, dan penyimpanan produk,
termasuk di gudang akhir produk yang siap
diedarkan.

6.3. Apabila Pabrik telah menerapkan dan mendapatkan


sertifikat Sistem Manajemen Keamanan Pangan
berdasarkan SNI ISO 22000 atau HACCP berdasarkan SNI
CAC/RCP 1 dari Lembaga Sertifikasi yang diakreditasi oleh
KAN atau oleh badan akreditasi penandatangan IAF/APAC
MLA dengan ruang lingkup yang sesuai, maka inspeksi
pabrik atau asesmen proses produksi dilakukan terhadap
implementasi sistem manajemen terkait mutu produk
tersebut dan angka 6.2 huruf d dan huruf e.

6.4. Apabila pabrik telah menerapkan dan mendapatkan


sertifikat Sistem Manajemen Mutu berdasarkan SNI ISO
- 536 -

9001 dari Lembaga Sertifikasi yang diakreditasi oleh KAN


atau oleh badan akreditasi penandatangan IAF/APAC MLA
dengan ruang lingkup yang sesuai, maka inspeksi pabrik
atau asesmen proses produksi dilakukan terhadap
implementasi sistem manajemen terkait mutu produk
tersebut dan angka 6.2 huruf c, huruf d, dan huruf e.

6.5. Dalam hal Pemohon melakukan pengemasan ulang produk


yang dihasilkan oleh pihak lain, berlaku ketentuan
berikut:
a. apabila pihak lain tersebut telah memiliki sertifikat
kesesuaian produk atau Surat Persetujuan
Penggunaan Tanda (SPPT) SNI maka inspeksi pabrik
atau asesmen proses produksi sebagaimana
tercantum dalam angka 6.2 dilakukan di lokasi
Pemohon pada tahapan pengemasan; atau
b. apabila pihak lain tersebut belum memiliki sertifikat
kesesuaian produk atau Surat Persetujuan
Penggunaan Tanda (SPPT) SNI, maka inspeksi pabrik
atau asesmen proses produksi sebagaimana
tercantum dalam angka 6.2 dilakukan di lokasi
pembuatan produk yang dimiliki oleh pihak lain dan
di lokasi Pemohon.

6.6. Selama inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi,


LSPro melakukan pengambilan contoh produk oleh
petugas pengambil contoh dan selanjutnya diuji di
laboratorium milik LSPro atau Laboratorium yang telah
memiliki perjanjian alih daya dengan LSPro.

6.7. Apabila berdasarkan hasil inspeksi pabrik atau asesmen


proses produksi, termasuk hasil pengujian, tidak diperoleh
bukti-bukti yang kuat untuk menjamin konsistensi produk
terhadap persyaratan SNI, maka Pemohon harus diberi
kesempatan untuk melakukan tindakan perbaikan dalam
jangka waktu tertentu sesuai dengan kebijakan LSPro.
- 537 -

7. Tinjauan
7.1. Tinjauan Hasil Evaluasi dilakukan terhadap:
a. Hasil evaluasi awal terhadap produk untuk
menunjukkan bahwa contoh produk yang mewakili
produk memenuhi persyaratan SNI yang diajukan
oleh Pemohon sebagai dasar permohonan Sertifikasi;
dan
b. Hasil inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi
atau bukti obyektif untuk menunjukkan bahwa
pabrik memiliki proses produksi yang didukung
dengan segala sumber daya yang diperlukan untuk
menghasilkan produk yang secara konsisten, dan
memenuhi persyaratan SNI yang diajukan oleh
Pemohon sebagai dasar permohonan Sertifikasi.

7.2. Tinjauan hasil evaluasi dinyatakan dalam bentuk


rekomendasi tertulis tentang pemenuhan SNI yang
diajukan oleh Pemohon untuk produk yang diajukan
untuk disertifikasi.

8. Penetapan keputusan Sertifikasi


8.1. Penetapan keputusan Sertifikasi dilakukan berdasarkan
rekomendasi yang dihasilkan dari proses tinjauan.

8.2. Penetapan keputusan Sertifikasi harus dilakukan oleh


satu atau sekelompok orang yang tidak terlibat dalam
proses evaluasi.

8.3. Penetapan keputusan Sertifikasi dapat dilakukan oleh


satu atau sekelompok orang yang sama dengan yang
melakukan tinjauan.

8.4. Rekomendasi untuk keputusan Sertifikasi berdasarkan


hasil tinjauan harus didokumentasikan, kecuali tinjauan
dan keputusan Sertifikasi diselesaikan secara bersamaan
oleh satu atau sekelompok orang yang sama.
- 538 -

8.5. LSPro harus memberitahu Pemohon Sertifikasi terkait


alasan menunda atau tidak memberikan keputusan
Sertifikasi, dan harus mengidentifikasikan alasan
keputusan tersebut. Apabila Pemohon Sertifikasi
menunjukkan keinginan untuk melanjutkan proses
Sertifikasi, LSPro dapat memulai kembali dari proses
evaluasi (angka 5).

9. Penerbitan Sertifikat
Sertifikat kesesuaian terhadap persyaratan SNI diterbitkan
sesuai ketentuan sebagai berikut:
a. Sertifikat diterbitkan oleh LSPro setelah penetapan
keputusan Sertifikasi;
b. Sertifikat paling sedikit harus memuat:
1. nomor sertifikat atau identifikasi unik lainnya;
2. nomor atau identifikasi lain dari skema Sertifikasi;
3. nama dan alamat LSPro;
4. nama dan alamat Pemohon (pemegang sertifikat);
5. acuan ke perjanjian Sertifikasi;
6. pernyataan kesesuaian yang mencakup:
a. nama produk, merek dan spesifikasi produk yang
dinyatakan memenuhi persyaratan;
b. SNI yang menjadi dasar Sertifikasi;
c. nama dan alamat lokasi produksi; dan
d. informasi terkait proses Sertifikasi.
7. status akreditasi atau pengakuan LSPro;
8. tanggal penerbitan sertifikat;
9. tanggal berakhir masa berlaku sertifikat yaitu 4
(empat) tahun sejak tanggal penerbitan sertifikat;
10. tanda tangan yang mengikat secara hukum dari
personel yang bertindak atas nama LSPro sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
10. Surveilans dan Sertifikasi ulang
10.1. LSPro harus melaksanakan surveilans paling sedikit 2
(dua) kali dalam periode Sertifikasi. Dalam hal ini berlaku
ketentuan sebagai berikut:
a. Surveilans pertama dilakukan melalui kegiatan:
- 539 -

1. Inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi;


dan/atau
2. Pengujian terhadap contoh produk yang akan
beredar.
Pemilihan jenis kegiatan pada surveilans pertama
tersebut dilakukan berdasarkan penilaian LSPro
atas hasil Sertifikasi sebelumnya.
Apabila surveilans pertama hanya dilakukan melalui
kegiatan pengujian terhadap contoh produk yang
akan beredar, penerima sertifikat harus
menyampaikan dokumentasi pengendalian mutu
proses produksi sejak penerbitan sertifikat sampai
dilakukan surveilans pertama
b. Surveilans kedua dilakukan melalui kegiatan
1. Inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi;
dan
2. Pengujian terhadap contoh produk yang akan
atau telah beredar.

10.2. LSPro harus melaksanakan Sertifikasi ulang paling


lambat pada bulan ke-42 (empat puluh dua) setelah
penetapan Sertifikasi, melalui kegiatan sebagaimana
tercantum dalam angka 6.

F. Penggunaan Tanda SNI


1. Penggunaan tanda SNI dilakukan setelah mendapatkan
persetujuan penggunaan Tanda SNI melalui Surat Persetujuan
Penggunaan Tanda (SPPT) SNI yang dikeluarkan oleh BSN
sesuai dengan kriteria yang ditetapkan pada Peraturan Kepala
BSN mengenai tata cara penggunaan Tanda SNI dan Tanda
Kesesuaian berbasis SNI.

2. Tanda SNI sebagai bukti kesesuaian produk yang telah


memenuhi SNI adalah sebagai berikut:
- 540 -

Dengan ukuran:

Keterangan:
y = 11x
r = 0,5x

G. Tahapan kritis proses produksi produk air soda


No. Tahapan kritis proses Penjelasan tahapan kritis
produksi

1. Pemilihan bahan Pemilihan bahan baku air


baku, bahan dilakukan untuk memenuhi
tambahan pangan dan persyaratan air bersih yang
bahan kemasan ditetapkan atau peraturan yang
terkait.
Pemilihan bahan baku
karbondioksida (CO2), pengatur
keasaman dan/atau garam mineral
dilakukan untuk memenuhi
persyaratan yang ditetapkan atau
peraturan yang terkait.
Untuk bahan baku air perlu
diperhatikan proses pengolahan air
(water treatment)
2. Pengisian Pengisian karbondioksida (CO2)
karbondioksida (CO2) dilakukan pada suhu dan tekanan
tertentu yang dikendalikan untuk
-541 -

No. Tahapan kritis proses Penjelasan tahapan kritis


produksi

mendapatkan kadar
karbondioksida (CO2) yang
dipersyaratkan.
3. Pengemasan Produk dikemas dalam wadah
yang tertutup rapat, tidak
dipengaruhi atau mempengaruhi
isi, aman selama penyimpanan dan
pengangkutan.
Apabila produk dikemas dalam
kaleng, proses pengalengan harus
dilakukan pada kondisi tertentu
yang dikendalikan.
4. Penandaan, Penandaan dilakukan berdasarkan
persyaratan SNI dan peraturan
terkait.
Keterangan: Urutan tahapan kritis proses produksi disetiap
pemohon dapat berbeda

KEPALA BADAN STANDARDISASl NASIONAL

REPUBLIK INDONESIA,

TTD

BAMBANG PRASETYA

Salinan sesuai dengan asUnya


Kepala Manusia, Organisasi, dan Hukum

avu
- 542 -

LAMPIRAN XXXV
PERATURAN BADAN STANDARDISASI NASIONAL
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 1 TAHUN 2020
TENTANG
SKEMA PENILAIAN KESESUAIAN TERHADAP STANDAR
NASIONAL INDONESIA SEKTOR MAKANAN DAN MINUMAN

PETUNJUK TEKNIS SKEMA SERTIFIKASI PRODUK KOPI

A Ruang lingkup
Dokumen ini berlaku untuk acuan pelaksanaan Sertifikasi produk
kopi, dan tidak berlaku untuk Sertifikasi produk kopi instan yang
telah diberlakukan secara wajib berdasarkan Peraturan Menteri
Perindustrian tentang pemberlakuan SNI kopi instan secara wajib.

B Persyaratan acuan
Persyaratan acuan Sertifikasi produk kopi mencakup:
1. SNI produk kopi sebagaimana ditetapkan dalam Keputusan
Kepala Badan Standardisasi Nasional mengenai daftar SNI
sektor Makanan dan Minuman;
2. SNI dan standar lain yang diacu dalam SNI sebagaimana
dimaksud dalam angka 1;
3. Peraturan yang mengatur tentang label dan iklan pangan;
4. Peraturan yang mengatur tentang cara produksi pangan
olahan yang baik (Good Manufacturing Practices);
5. Peraturan yang mengatur tentang kemasan pangan;
6. Peraturan yang mengatur tentang bahan tambahan pangan;
7. Penerapan Cara Produksi Pangan Olahan yang Baik (CPPOB),
Sistem Manajemen Mutu (SMM) berdasarkan SNI ISO 9001,
Sistem Manajemen Mutu Keamanan Pangan (SMKP)
berdasarkan SNI ISO 22000 atau HACCP berdasarkan SNI
CAC/RCP 1; dan
8. Peraturan lain yang terkait produk kopi.
- 543 -

C Jenis kegiatan penilaian kesesuaian


Penilaian kesesuaian dilakukan melalui kegiatan Sertifikasi.
Sertifikasi produk kopi dilakukan oleh LPK yang telah diakreditasi
oleh KAN berdasarkan SNI ISO/IEC 17065, Penilaian Kesesuaian –
Persyaratan untuk Lembaga Sertifikasi Produk, Proses, dan Jasa,
untuk lingkup produk kopi.
Dalam hal LPK belum ada yang diakreditasi KAN untuk melakukan
kegiatan Sertifikasi dengan ruang lingkup produk kopi, BSN dapat
menunjuk LPK dengan lingkup yang sejenis sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.

D Prosedur administratif
1. Pengajuan permohonan Sertifikasi
1.1 LSPro harus menyusun format permohonan Sertifikasi
bagi pelaku usaha untuk mendapatkan seluruh
informasi seperti diatur pada huruf D angka 1.3.

1.2 Pengajuan permohonan Sertifikasi dilakukan oleh pelaku


usaha. Kriteria pelaku usaha yang dapat mengajukan
Sertifikasi sesuai Peraturan BSN yang mengatur
mengenai tata cara penggunaan tanda SNI dan tanda
kesesuaian berbasis SNI.

1.3 Permohonan Sertifikasi harus dilengkapi dengan:


a. informasi Pemohon:
1. nama Pemohon, alamat Pemohon, serta nama
dan kedudukan atau jabatan personel yang
bertanggung jawab atas pengajuan permohonan
Sertifikasi;
2. bukti pemenuhan persyaratan izin usaha sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan;
3. bukti izin edar produk sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan;
4. bukti kepemilikan atas merek atau tanda daftar
yang dikeluarkan oleh Kementerian Hukum dan
Hak Asasi Manusia;
- 544 -

5. apabila Pemohon melakukan pembuatan


produk dengan merek yang dimiliki oleh pihak
lain, menyertakan bukti perjanjian yang
mengikat secara hukum untuk melakukan
pembuatan produk untuk pihak lain;
6. apabila Pemohon bertindak sebagai pemilik
merek yang mensubkontrakkan proses
produksinya kepada pihak lain, menyertakan
bukti kepemilikan merek dan perjanjian
subkontrak pelaksanaan produksi dengan
pihak lain;
7. apabila Pemohon bertindak sebagai perwakilan
resmi pemilik merek yang berkedudukan
hukum di luar negeri, menyertakan bukti
perjanjian yang mengikat secara hukum
tentang penunjukan sebagai perwakilan resmi
pemilik merek di wilayah Republik Indonesia;
8. pernyataan bahwa Pemohon bertanggung jawab
penuh atas pemenuhan persyaratan SNI dan
pemenuhan persyaratan proses Sertifikasi,
serta bersedia memberikan akses terhadap
lokasi dan/atau informasi yang diperlukan oleh
LSPro dalam melaksanakan kegiatan Sertifikasi.
b. informasi produk:
1. merek produk yang diajukan untuk
disertifikasi;
2. jenis/tipe/varian produk yang diajukan untuk
disertifikasi;
3. spesifikasi produk setiap merek yang diajukan
untuk disertifikasi;
4. SNI yang digunakan sebagai dasar pengajuan
permohonan Sertifikasi,
5. daftar bahan baku termasuk bahan tambahan
pangan;
6. label produk;
7. jenis kemasan produk;
- 545 -

8. foto produk dalam kemasan primer yang


diajukan untuk disertifikasi (dari arah depan,
belakang dan samping), serta informasi terkait
kemasan primer produk;
9. apabila ada, foto kemasan sekunder dan tersier
produk yang diajukan untuk disertifikasi, dari
arah depan, belakang, dan samping.
c. informasi proses produksi:
1. nama, alamat, dan legalitas hukum pabrik
(apabila berbeda dengan legalitas Pemohon);
2. nama dan alamat fasilitas produksi mencakup
semua fasilitas yang digunakan untuk
memproduksi produk yang akan disertifikasi
(misal, gudang bahan baku, produksi,
pengemasan produk, pengangkutan produk
jadi, gudang produk jadi dan lainnya) termasuk
kegiatan yang dialihdayakan;
3. struktur organisasi;
4. dokumentasi tentang desain dan tata letak
proses produksi serta proses pembuatan
produk yang diajukan untuk disertifikasi;
5. dokumentasi terkait proses dan pengendalian
produksi;
6. dokumentasi tentang peralatan produksi dan
pengukuran termasuk program
kalibrasi/verifikasi peralatan;
7. apabila telah tersedia, menyertakan sertifikat
penerapan Sistem Manajemen Mutu
berdasarkan SNI ISO 9001 atau Sistem
Manajemen Keamanan Pangan berdasarkan SNI
ISO 22000 atau HACCP berdasarkan SNI
CAC/RCP 1 dari lembaga Sertifikasi yang
diakreditasi oleh KAN atau oleh badan
akreditasi penandatangan International
Accreditation Forum (IAF)/Asia Pacific
Accreditation Cooperation (APAC) Multilateral
- 546 -

Recognition Agreement (MLA) dengan ruang


lingkup yang sesuai.

2. Seleksi
2.1 Tinjauan permohonan Sertifikasi
2.1.1 LSPro harus memastikan bahwa informasi yang
diperoleh dari permohonan Sertifikasi yang
diajukan oleh Pemohon telah lengkap dan
memenuhi persyaratan, serta dapat memastikan
kemampuan LSPro untuk menindaklanjuti
permohonan Sertifikasi.

2.1.2 Tinjauan permohonan Sertifikasi harus dilakukan


oleh personel yang memiliki kompetensi sesuai
dengan lingkup permohonan Sertifikasi.

2.2 Penandatanganan perjanjian Sertifikasi


Setelah permohonan Sertifikasi dinyatakan lengkap dan
memenuhi persyaratan serta Pemohon menyetujui
persyaratan dan prosedur Sertifikasi yang ditetapkan
oleh LSPro, dilakukan penandatanganan perjanjian
Sertifikasi oleh Pemohon dan LSPro.

2.3 Penyusunan rencana evaluasi


2.3.1 Berdasarkan informasi yang diperoleh dari
persyaratan permohonan Sertifikasi yang
disampaikan oleh Pemohon, LSPro menetapkan
rencana evaluasi yang mencakup:
a. tujuan, waktu, durasi, lokasi pelaksanaan,
tim, metode, dan agenda evaluasi proses
produksi dan CPPOB atau sistem manajemen
yang relevan dengan pelaksanaan proses
produksi produk yang diajukan untuk
disertifikasi;
b. jenis/tipe/varian produk yang diajukan
untuk disertifikasi dan metode pengambilan
contoh sesuai dengan persyaratan SNI yang
- 547 -

diperlukan untuk pengujian produk, yang


mewakili contoh produk yang diusulkan
untuk disertifikasi;
c. informasi SNI yang digunakan sebagai dasar
Sertifikasi berdasarkan permohonan yang
diajukan oleh Pemohon; dan
d. waktu yang diperlukan untuk pelaksanaan
pengujian berdasarkan standar acuan
metode uji yang dipersyaratkan.

2.3.2 Rencana evaluasi harus mempertimbangkan


kesesuaian produksi yang dilakukan oleh pabrik
sesuai lingkup produk yang diajukan untuk
disertifikasi.

2.3.3 Pelaksanaan evaluasi dilakukan oleh auditor atau


tim audit yang memiliki kriteria kompetensi
sebagai berikut:
1. Pengetahuan tentang prinsip, praktik dan
teknik audit;
2. Pengetahuan tentang proses dan prosedur
Sertifikasi yang ditetapkan oleh LSPro;
3. Pengetahuan tentang standar sistem
manajemen:
a. SNI ISO 9001 tentang sistem manajemen
mutu,
b. SNI ISO 22000 tentang sistem
manajemen mutu keamanan pangan,
c. SNI CAC/RCP 1 tentang rekomendasi
nasional kode praktis – prinsip umum
higiene pangan, dan/atau
d. Cara Produksi Pangan Olahan yang Baik
(CPPOB);

Catatan: sesuai yang diterapkan oleh


pemohon Sertifikasi.
4. Pengetahuan yang dibuktikan dengan
sertifikat, tentang SNI produk kopi;
- 548 -

5. Pengetahuan yang dibuktikan dengan


sertifikat dan/atau pengalaman tentang
sektor bisnis produk kopi; dan
6. Pengetahuan tentang produk, proses dan
organisasi pemohon Sertifikasi.

3. Determinasi
Determinasi mencakup 2 (dua) tahap evaluasi, yaitu evaluasi
tahap 1 (satu) dan evaluasi tahap 2 (dua).

3.1 Pelaksanaan evaluasi tahap 1 (satu)


3.1.1 Pada evaluasi tahap 1 (satu) dilakukan
pemeriksaan awal terhadap kesesuaian informasi
produk dan proses produksi yang disampaikan
Pemohon dalam huruf D angka 1.3 terhadap
lingkup produk yang ditetapkan dalam SNI dan
peraturan terkait.

3.1.2 Apabila hasil evaluasi tahap 1 (satu)


menunjukkan ketidaksesuaian terhadap
persyaratan, Pemohon harus diberi kesempatan
untuk melakukan tindakan perbaikan dalam
jangka waktu tertentu sesuai dengan kebijakan
LSPro.

3.2 Pelaksanaanevaluasi tahap 2 (dua)


3.2.1 Evaluasi tahap 2 (dua) dilaksanakan melalui audit
proses produksi dan CPPOB atau sistem
manajemen yang relevan serta pengujian produk.

3.2.2 Audit proses produksi dan CPPOB atau sistem


manajemen yang relevan dilakukan pada saat
pabrik melakukan produksi produk yang diajukan
atau pada kondisi tertentu dilakukan melalui
simulasi proses produksi produk yang diajukan
untuk disertifikasi.
- 549 -

3.2.3 Audit dilakukan dengan metode audit yang


merupakan kombinasi dari audit dokumen dan
rekaman, wawancara, observasi, demonstrasi,
atau metode audit lainnya.

3.2.4 Audit dilakukan terhadap:


a. tanggung jawab dan komitmen personel
penanggung jawab pabrik terhadap
konsistensi pemenuhan produk terhadap
persyaratan SNI;
b. ketersediaan dan pengendalian prosedur dan
rekaman pengendalian mutu, termasuk
pengujian rutin;
c. fasilitas, lokasi, desain dan tata letak,
bangunan, sanitasi peralatan, sanitasi ruang
proses, dan higiene personel sesuai dengan
ketentuan yang berlaku tentang CPPOB;
d. tahapan kritis proses produksi, mulai dari
bahan baku sampai produk akhir paling
sedikit pada tahapan seperti yang diuraikan
dalam huruf L;
e. kelengkapan serta fungsi peralatan produksi
termasuk peralatan pengendalian mutu;
f. bukti verifikasi berdasarkan hasil kalibrasi
atau hasil verifikasi peralatan produksi
sebagaimana disebutkan pada huruf e yang
membuktikan bahwa peralatan tersebut
memenuhi persyaratan produksi. Hasil
verifikasi peralatan produksi dapat
ditunjukkan dengan prosedur yang
diperlukan untuk mencapai kondisi atau
persyaratan yang ditetapkan;
g. bukti tera atau tera ulang alat pengukur
berat produk dalam kemasan akhir;
h. pengendalian dan penanganan produk yang
tidak sesuai; dan
- 550 -

i. pengemasan, penanganan, dan penyimpanan


produk, termasuk di gudang akhir produk
yang siap diedarkan.

3.2.5 Apabila Pemohon telah menerapkan dan


mendapatkan sertifikat SMKP berdasarkan SNI
ISO 22000 atau HACCP berdasarkan SNI
CAC/RCP 1 dari lembaga Sertifikasi yang
diakreditasi oleh KAN atau oleh badan akreditasi
penandatangan IAF/APAC MLA dengan ruang
lingkup yang sesuai, maka inspeksi pabrik atau
asesmen proses produksi dilakukan terhadap
implementasi sistem manajemen terkait mutu
produk tersebut dan angka 3.2.4 huruf d sampai
dengan huruf i.

3.2.6 Apabila Pemohon telah menerapkan dan


mendapatkan sertifikat SMM berdasarkan SNI ISO
9001 dari lembaga Sertifikasi yang diakreditasi
oleh KAN atau oleh badan akreditasi
penandatangan IAF/APAC MLA dengan ruang
lingkup yang sesuai, maka inspeksi pabrik atau
asesmen proses produksi dilakukan terhadap
implementasi sistem manajemen terkait mutu
produk tersebut dan angka 3.2.4 huruf c sampai
dengan huruf i.

3.2.7 Apabila Pemohon hanya melakukan kegiatan


pengemasan produk akhir, maka audit pada
angka 3.2.4 tidak berlaku, namun LSPro harus
memastikan kesesuaian terhadap:
1. produk yang akan dikemas sesuai
persyaratan SNI yang dibuktikan melalui
pemenuhan hasil uji yang diterbitkan oleh
laboratorium pihak ketiga yang diakreditasi
oleh KAN atau badan akreditasi
penandatangan IAF/APAC MLA secara
- 551 -

periodik setiap batch dan mencakup seluruh


pemasok;
2. tahapan proses di pemasok yang dibuktikan
melalui penyertaan sertifikat CPPOB, sistem
manajemen atau sertifikat Pemeriksaan
Sarana dan Bangunan (PSB) yang dimiliki
oleh pemasok; dan
3. tahapan kritis proses produksi seperti yang
diuraikan dalam huruf L, yang dibuktikan
melalui audit proses produksi pada seluruh
kegiatan yang dikendalikan oleh Pemohon.

3.2.8 Pengambilan contoh produk dilakukan saat audit


proses produksi berdasarkan persyaratan dalam
SNI. Pengambilan contoh produk untuk pengujian
dilakukan oleh personel kompeten yang
ditugaskan oleh LSPro. Contoh produk diambil
dari lini produksi atau gudang penyimpanan
produk.

3.2.9 Contoh produk diambil sesuai dengan kebutuhan


pengujian yang mewakili merek yang diajukan
untuk disertifikasi.
Catatan: merek dapat mewakili merek lainnya
apabila memiliki spesifikasi yang sama

3.2.10 Pengujian dilakukan di laboratorium yang telah


menerapkan ISO/IEC 17025 untuk lingkup
produk yang disertifikasi. Penerapan ISO/IEC
17025 dapat dibuktikan melalui:
a. akreditasi oleh KAN;
b. akreditasi oleh badan akreditasi
penandatangan saling pengakuan dalam
forum APAC dan International Laboratory
Accreditation Cooperation (ILAC); atau
c. penilaian yang dilakukan oleh LSPro
terhadap laboratorium.
- 552 -

3.2.11 Apabila pengujian dilakukan di laboratorium


Pemohon, maka LSPro harus memastikan
kesesuaian kompetensi dan imparsialitas proses
pengujian yang dilakukan, misalnya melalui
penyaksian proses pengujian.

3.2.12 Laboratorium Pemohon yang digunakan untuk


pengujian produk yang disertifikasi harus
memenuhi persyaratan sebagaimana tercantum
pada angka 3.2.10 huruf a atau huruf b.

3.2.13 Apabila berdasarkan hasil evaluasi tahap 2 (dua)


ditemukan ketidaksesuaian, Pemohon harus
diberi kesempatan untuk melakukan tindakan
perbaikan dalam jangka waktu tertentu sesuai
dengan kebijakan LSPro.

3.2.14 Apabila hasil pengujian dari laboratorium


menunjukkan ketidaksesuaian maka dapat
dilakukan pengujian ulang paling banyak 1 (satu)
kali dengan mengambil contoh produk dari lini
produksi atau gudang penyimpanan produk.

4. Tinjauan dan keputusan


4.1 Tinjauan
4.1.1 Tinjauan hasil evaluasi dilakukan terhadap
pemenuhan seluruh persyaratan Sertifikasi dan
kesesuaian proses Sertifikasi, mulai dari
pengajuan permohonan Sertifikasi, pelaksanaan
evaluasi tahap 1 (satu) dan evaluasi tahap 2 (dua).

4.1.2 Tinjauan hasil evaluasi dinyatakan dalam bentuk


rekomendasi tertulis tentang pemenuhan SNI
yang diajukan oleh Pemohon untuk produk yang
diajukan untuk disertifikasi.
- 553 -

4.2 Penetapan keputusan Sertifikasi


4.2.1 Penetapan keputusan Sertifikasi dilakukan
berdasarkan rekomendasi yang dihasilkan dari
proses tinjauan.

4.2.2 Penetapan keputusan Sertifikasi harus dilakukan


oleh 1 (satu) orang atau sekelompok orang yang
tidak terlibat dalam proses evaluasi.

4.2.3 Penetapan keputusan Sertifikasi dapat dilakukan


oleh 1 (satu) orang atau sekelompok orang yang
sama dengan yang melakukan tinjauan.

4.2.4 Rekomendasi untuk keputusan Sertifikasi


berdasarkan hasil tinjauan harus
didokumentasikan, kecuali tinjauan dan
keputusan Sertifikasi diselesaikan secara
bersamaan oleh orang atau sekelompok orang
yang sama.

4.2.5 LSPro harus memberitahu secara tertulis kepada


Pemohon terkait menunda atau tidak memberikan
keputusan Sertifikasi, dan harus menyampaikan
alasan keputusan tersebut.

4.2.6 Apabila Pemohon menunjukkan keinginan untuk


melanjutkan proses Sertifikasi setelah LSPro
memutuskan tidak memberikan Sertifikasi,
Pemohon dapat menyampaikan permohonan
untuk melanjutkan proses Sertifikasi.

4.2.7 Permohonan melanjutkan proses Sertifikasi harus


disampaikan oleh Pemohon kepada LSPro secara
tertulis paling lambat 1 (satu) bulan setelah
pemberitahuan keputusan tidak memberikan
Sertifikasi diterbitkan oleh LSPro. Proses
- 554 -

Sertifikasi dapat dimulai kembali dari evaluasi


tahap 2 (dua).

4.3 Bukti kesesuaian


4.3.1 Bukti kesesuaian berupa sertifikat kesesuaian
yang diterbitkan oleh LSPro. LSPro menerbitkan
sertifikat kesesuaian kepada Pemohon yang telah
memenuhi persyaratan Sertifikasi. Sertifikat
kesesuaian berlaku selama 4 (empat) tahun
setelah diterbitkan.

4.3.2 Sertifikat kesesuaian terhadap persyaratan SNI


paling sedikit harus memuat:
1. nomor sertifikat atau identifikasi unik
lainnya;
2. nomor atau identifikasi lain dari skema
Sertifikasi;
3. nama dan alamat LSPro;
4. nama dan alamat Pemohon (pemegang
sertifikat);
5. nomor atau identifikasi lain yang mengacu ke
perjanjian Sertifikasi;
6. pernyataan kesesuaian yang mencakup:
a. jenis/tipe/varian produk sesuai
peraturan kategori pangan yang berlaku;
b. jenis kemasan produk yang disertifikasi;
c. merek produk yang disertifikasi;
d. SNI yang menjadi dasar Sertifikasi; dan
e. nama dan alamat lokasi produksi.
7. status akreditasi atau pengakuan LSPro;
8. tanggal penerbitan sertifikat dan masa
berlakunya, serta riwayat sertifikat;dan
9. tanda tangan yang mengikat secara hukum
dari personel yang bertindak atas nama
LSPro sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
- 555 -

E Pemeliharaan Sertifikasi
1 Pengawasan oleh LSPro
Pengawasan oleh LSPro dilakukan melalui kegiatan
surveilans. LSPro harus melaksanakan kunjungan surveilans
paling sedikit 2 (dua) kali dalam periode Sertifikasi, dengan
jarak antar evaluasi paling lama 12 (dua belas) bulan.
Kunjungan surveilans dilakukan melalui kegiatan evaluasi
berupa audit dan pengujian.

2 Sertifikasi ulang
2.1 LSPro harus melaksanakan Sertifikasi ulang paling
lambat 6 (enam) bulan sebelum masa berlaku sertifikat
berakhir.

2.2 Pelaksanaan Sertifikasi ulang dilakukan sesuai dengan


tahapan pada prosedur administratif.

2.3 Apabila tidak ada perubahan yang signifikan terkait


produk dan proses produksi sesuai dengan hasil audit
terakhir, maka LSPro dapat tidak melakukan evaluasi
tahap 1 (satu).

2.4 Apabila berdasarkan hasil Sertifikasi ulang ditemukan


ketidaksesuaian, Pemohon harus diberi kesempatan
untuk melakukan tindakan perbaikan dalam jangka
waktu tertentu sesuai dengan kebijakan LSPro.

F Evaluasi khusus
LSPro dapat melaksanakan evaluasi khusus dalam rangka audit
perluasan lingkup maupun tindak lanjut (investigasi) atas keluhan
atau informasi yang ada. Evaluasi khusus dalam rangka
investigasi keluhan atau informasi yang ada dilakukan oleh
auditor yang memiliki kompetensi untuk melakukan investigasi
dan terbatas pada permasalahan yang ada, serta dilakukan dalam
waktu yang singkat dari diperolehnya keluhan atau informasi.
- 556 -

Tahapan evaluasi khusus dalam rangka perluasan lingkup


dilakukan sesuai dengan tahapan prosedur administratif namun
terbatas pada perluasan lingkup yang diajukan. Evaluasi terhadap
perluasan lingkup Sertifikasi dapat dilakukan terpisah maupun
bersamaan dengan surveilans.

G Ketentuan pengurangan, pembekuan, dan pencabutan Sertifikasi


1 Pengurangan lingkup Sertifikasi
Pemohon dapat mengajukan pengurangan lingkup Sertifikasi
selama periode Sertifikasi.

2 Pembekuan dan pencabutan Sertifikasi


2.1 LSPro dapat membekukan Sertifikasi apabila Pemohon:
a. tidak mampu memperbaiki ketidaksesuaian yang
diterbitkan oleh LSPro pada saat surveilans
dan/atau saat evaluasi khusus; atau
b. menyampaikan permintaan pembekuan Sertifikasi
kepada LSPro.

2.2 LSPro harus membatasi periode pembekuan Sertifikasi


paling lama 6 (enam) bulan.

2.3 LSPro dapat melakukan pencabutan Sertifikasi apabila


Pemohon:
a. tidak mampu memperbaiki ketidaksesuaian yang
mengakibatkan pembekuan Sertifikasi melebihi
batas waktu yang ditentukan; atau
b. menyampaikan permintaan pencabutan Sertifikasi
kepada LSPro.

2.4 LSPro dapat mempertimbangkan pembekuan atau


pencabutan Sertifikasi, atau tindakan lainnya yang
disebabkan oleh faktor lainnya dengan
mempertimbangkan risiko yang ditemukan.
- 557 -

H Keluhan dan banding


LSPro harus mengembangkan aturan penanganan keluhan dan
banding dengan mempertimbangkan kompetensi dan imparsialitas
pelaksanaan penanganan keluhan dan banding.

I Informasi publik
LSPro harus memublikasikan informasi kepada publik sesuai
persyaratan ISO/IEC 17065 termasuk informasi pelanggan yang
disertifikasi, dibekukan dan dicabut. Informasi publik terkait
informasi pelanggan yang disertifikasi, dibekukan dan dicabut
tersebut juga harus disampaikan melalui Aplikasi Barang Ber-SNI
(BangBeni) https://bangbeni.bsn.go.id.

J Kondisi khusus
Dalam hal ditemukan situasi yang tidak memungkinkan
penerapan persyaratan tertentu dalam Sertifikasi ini, maka akan
ditetapkan kebijakan BSN dengan mempertimbangkan masukan
dari KAN dan para pemangku kepentingan lainnya.

K Penggunaan Tanda SNI


1 Penggunaan tanda SNI dilakukan setelah mendapatkan
persetujuan penggunaan tanda SNI melalui Surat Persetujuan
Penggunaan Tanda (SPPT) SNI yang dikeluarkan oleh BSN
sesuai dengan ketentuan dalam Peraturan BSN yang
mengatur mengenai tata cara penggunaan tanda SNI dan
tanda kesesuaian berbasis SNI.

2 Permohonan persetujuan penggunaan tanda SNI diajukan


kepada BSN disertai dengan dokumen persyaratan yang
diatur dalam Peraturan BSN mengenai tata cara penggunaan
tanda SNI dan tanda kesesuaian berbasis SNI.

3 Tanda SNI sebagai bukti kesesuaian produk yang telah


memenuhi SNI adalah sebagai berikut:
- 558 -

Dengan ukuran:

Keterangan:
y = 11x
r = 0,5x

L Tahapan kritis proses produksi produk kopi

Tahapan kritis
No. Penjelasan tahapan kritis
proses produksi
1. Pemilihan bahan Bahan baku, bahan tambahan
baku, bahan pangan dan bahan kemasan harus
tambahan pangan memenuhi persyaratan yang
dan bahan ditetapkan atau peraturan terkait
kemasan yang berlaku
2. Proses produksi Proses produksi dilakukan dengan
metode tertentu yang dikendalikan
dan memperhatikan kesesuaian
proses, termasuk kondisi
lingkungan kerja, kompetensi SDM,
peralatan produksi dan alat
-559-

Tahapan kritis
No. Penjelasan tahapan kritis
proses produksi
pemantauan sesuai persyaratan
yang ditetapkan
3. Pengendalian mutu Pengendalian mutu produk
dilakukan dengan metode tertentu
yang dikendalikan, untuk
memastikan produk sesuai dengan
persyaratan mutu dan keamanan
yang ditetapkan
4. Pengemasan Pengemasan produk dilakukan
dengan metode tertentu yang
dikendalikan sesuai dengan
persyaratan SNI dan peraturan
terkait yang berlaku

5. Penandaan Penandaan dilakukan sesuai

dengan persyaratan SNI dan


peraturan terkait yang berlaku
Keterangan: Urutan tahapan kritis proses produksi disetiap
pemohon dapat berbeda

KEPALA BADAN STANDARDISASI NASIONAL

REPUBLIK INDONESIA,

TTD

BAMBANG PRASETYA

Sali^rr^^uai dengan aslinya


Kepala Birc rifB"erT!>aiya -^anusia, Organisasi, dan Hukum

argahayu
''CiNOb
- 560 -

LAMPIRAN XXXVI
PERATURAN BADAN STANDARDISASI NASIONAL
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 1 TAHUN 2020
TENTANG
SKEMA PENILAIAN KESESUAIAN TERHADAP STANDAR
NASIONAL INDONESIA SEKTOR MAKANAN DAN MINUMAN

PETUNJUK TEKNIS SKEMA SERTIFIKASI PRODUK SERBUK MINUMAN


TRADISIONAL

A. Ruang lingkup
1. Dokumen ini berlaku untuk acuan pelaksanaan Sertifikasi
produk minuman tradisional yang berbentuk serbuk atau
granula, dibuat dari campuran gula dan rempah-rempah
dengan atau tanpa penambahan bahan makanan lain dan
bahan tambahan makanan yang diizinkan.
2. Dokumen ini tidak berlaku untuk produk yang masuk dalam
kategori obat tradisional.

B. Persyaratan Sertifikasi
Persyaratan acuan Sertifikasi produk:
1. SNI 01-4320-1996 Serbuk minuman tradisional;
2. SNI dan standar lain yang diacu dalam SNI 01-4320-1996
Serbuk minuman tradisional;
3. Peraturan yang terkait yaitu:
a. Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1999 tentang
Label dan Iklan Pangan;
b. Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 75/M-
IND/PER/7/2010 tentang Cara Produksi Pangan Olahan
yang Baik (Good Manufacturing Practices);
c. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 33 Tahun 2012
tentang Bahan Tambahan Pangan;
d. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan
Nomor 16 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas Peraturan
Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor
- 561 -

Hk.03.1.23.07.11.6664 Tahun 2011 Tentang Pengawasan


Kemasan Pangan;
e. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan
Nomor 16 Tahun 2016 tentang Kriteria Mikrobiologi Dalam
Pangan Olahan;
f. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan
Nomor 5 Tahun 2018 tentang Batas Maksimum Cemaran
Logam Berat dalam Pangan Olahan; dan
g. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan
Nomor 8 tahun 2018 tentang Batas Maksimum Cemaran
Kimia dalam Pangan Olahan.
4. Peraturan lain yang terkait dengan produk serbuk minuman
tradisional.

C. Prosedur Sertifikasi
Prosedur Sertifikasi mencakup:
1. evaluasi awal; dan
2. inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi.

D. Persyaratan Lembaga Penilaian Kesesuaian


Sertifikasi produk serbuk minuman tradisional dilakukan oleh LPK
yang telah diakreditasi oleh KAN berdasarkan SNI ISO/IEC 17065
Penilaian Kesesuaian – Persyaratan untuk Lembaga Sertifikasi
Produk, Proses, dan Jasa, untuk lingkup produk sebagaimana
dimaksud dalam Ruang Lingkup sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
Dalam hal LPK belum ada yang diakreditasi KAN untuk melakukan
kegiatan Sertifikasi dengan ruang lingkup produk serbuk minuman
tradisional, BSN dapat menunjuk LPK dengan ruang lingkup yang
sejenis sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

E. Tahapan Sertifikasi
1. Pengajuan Permohonan Sertifikasi
1.1. Pengajuan permohonan Sertifikasi dilakukan oleh pelaku
usaha. Kriteria pelaku usaha yang dapat mengajukan
Sertifikasi sesuai Peraturan Kepala BSN mengenai tata
cara penggunaan Tanda SNI dan Tanda Kesesuaian
- 562 -

berbasis SNI.

1.2. Permohonan Sertifikasi harus dilengkapi dengan:


a. informasi Pemohon:
1. nama Pemohon, alamat Pemohon, serta nama dan
kedudukan atau jabatan personel yang
bertanggung jawab atas pengajuan permohonan
Sertifikasi;
2. bukti pemenuhan persyaratan izin usaha sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan;
3. pemenuhan persyaratan sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan tentang
pendaftaran dan hak kepemilikan atas merek yang
dikeluarkan oleh Kementerian Hukum dan Hak
Asasi Manusia;
4. apabila Pemohon melakukan pembuatan produk
dengan merek yang dimiliki oleh pihak lain,
menyertakan bukti perjanjian yang mengikat
secara hukum untuk melakukan pembuatan
produk untuk pihak lain;
5. apabila Pemohon bertindak sebagai pemilik merek
yang mensubkontrakkan proses produksinya
kepada pihak lain, menyertakan bukti
kepemilikan merek dan perjanjian subkontrak
pelaksanaan produksi dengan pihak lain;
6. apabila Pemohon bertindak sebagai perwakilan
resmi pemilik merek yang berkedudukan hukum
di luar negeri, menyertakan bukti perjanjian yang
mengikat secara hukum tentang penunjukan
sebagai perwakilan resmi pemilik merek di wilayah
Republik Indonesia; dan
7. pernyataan bahwa Pemohon Sertifikasi
bertanggung jawab penuh atas pemenuhan
persyaratan SNI dan pemenuhan persyaratan
proses Sertifikasi dan bersedia memberikan akses
terhadap lokasi dan/atau informasi yang
- 563 -

diperlukan oleh LSPro dalam melaksanakan


kegiatan Sertifikasi.
b. informasi produk:
1. merek produk yang diajukan untuk disertifikasi;
2. jenis/tipe/varian produk yang diajukan untuk
disertifikasi;
3. SNI yang digunakan sebagai dasar pengajuan
permohonan Sertifikasi;
4. foto produk dalam kemasan primer yang diajukan
untuk disertifikasi (dari arah depan, belakang dan
samping), serta informasi terkait kemasan primer
produk;
5. daftar bahan baku termasuk bahan tambahan
pangan;
6. label produk; dan
7. apabila tersedia, foto kemasan sekunder dan
tersier produk yang diajukan untuk disertifikasi,
dari arah depan, belakang, samping, dan bagian
dalam.
c. informasi proses produksi:
1. nama, alamat, dan legalitas hukum pabrik;
2. struktur organisasi, nama dan jabatan personel
penanggung jawab proses produksi;
3. dokumentasi informasi tentang pemasok bahan
baku produk, prosedur evaluasi pemasok, serta
prosedur inspeksi bahan baku produk;
4. dokumentasi informasi tentang proses pembuatan
produk yang diajukan untuk disertifikasi,
termasuk proses yang disubkontrakkan ke pihak
lain;
5. dokumentasi informasi tentang prosedur dan
rekaman pengendalian mutu, termasuk pengujian
rutin, daftar peralatan, serta sertifikat kalibrasi
atau bukti verifikasi peralatan yang berpengaruh
terhadap mutu produk yang disertifikasi, dan
bukti atau segel tera atau tera ulang untuk alat
- 564 -

ukur yang digunakan dalam pengukuran berat


produk dalam kemasan akhir;
6. dokumentasi informasi tentang prosedur dan
rekaman pengendalian dan penanganan produk
yang tidak sesuai;
7. dokumentasi informasi tentang pengemasan
produk dan pengelolaan produk di gudang akhir
produk sebelum dikirimkan dan/atau diedarkan
ke wilayah Republik Indonesia;
8. lokasi gudang penyimpanan produk di wilayah
Republik Indonesia;
9. bukti izin edar produk (MD/ML), kecuali yang
tidak dijual secara langsung ke konsumen akhir
sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan;
10. menyertakan laporan hasil uji yang dilakukan
paling lambat 1 (satu) tahun sebelum pengajuan
Sertifikasi, yang memberikan bukti pemenuhan
produk yang diajukan untuk disertifikasi terhadap
persyaratan mutu dalam SNI dan peraturan
terkait;
11. apabila laporan hasil uji sebagaimana dinyatakan
pada angka 10 belum tersedia, pelaku usaha
dapat menyampaikan contoh produk kepada
LSPro untuk diuji di laboratorium yang memiliki
perjanjian alih daya dengan LSPro; dan
12. apabila telah tersedia, menyertakan Sertifikat
Penerapan Sistem Manajemen Mutu berdasarkan
SNI ISO 9001 atau Sistem Manajemen Keamanan
Pangan berdasarkan SNI ISO 22000 atau HACCP
berdasarkan SNI CAC/RCP 1 dari Lembaga
Sertifikasi yang diakreditasi oleh KAN atau oleh
badan akreditasi penandatangan International
Accreditation Forum (IAF)/Asia Pacific Accreditation
Cooperation (APAC) Multilateral Recognition
Agreement (MLA) dengan ruang lingkup yang
sesuai.
- 565 -

Informasi pada butir 4, butir 5, butir 10 dan butir 11


tidak perlu dilampirkan apabila Pemohon melakukan
pengemasan ulang produk yang dihasilkan oleh pihak
lain yang telah memiliki sertifikat kesesuaian produk
atau Surat Persetujuan Penggunaan Tanda (SPPT) SNI.

2. Tinjauan permohonan Sertifikasi


LSPro harus memastikan bahwa informasi yang diperoleh dari
permohonan Sertifikasi yang diajukan oleh Pemohon telah
lengkap dan memenuhi persyaratan.

3. Penandatanganan perjanjian Sertifikasi


Setelah permohonan Sertifikasi dinyatakan lengkap dan
Pemohon menyetujui persyaratan dan prosedur Sertifikasi yang
ditetapkan oleh LSPro sesuai dengan persyaratan SNI ISO/IEC
17065, perjanjian Sertifikasi ditandatangani oleh Pemohon dan
LSPro.

4. Penyusunan rencana evaluasi


Berdasarkan informasi yang diperoleh dari persyaratan
permohonan Sertifikasi yang disampaikan oleh Pemohon, LSPro
menetapkan rencana evaluasi yang mencakup:
a. jenis/tipe/varian produk yang diajukan untuk disertifikasi
dan metode pengambilan contoh sesuai dengan
persyaratan SNI sebagaimana tercantum dalam SNI 01-
4320-1996, yang diperlukan untuk pengujian produk dan
mewakili contoh produk yang diusulkan untuk
disertifikasi;
b. informasi SNI yang digunakan sebagai dasar Sertifikasi
berdasarkan permohonan yang diajukan oleh Pemohon
Sertifikasi;
c. waktu yang diperlukan untuk pelaksanaan pengujian
berdasarkan standar acuan metode uji yang
dipersyaratkan; dan
d. waktu, lokasi pelaksanaan dan agenda inspeksi pabrik atau
asesmen proses produksi yang relevan dengan pelaksanaan
- 566 -

produksi produk yang diajukan untuk disertifikasi, serta


personel kompeten yang melakukan evaluasi.

5. Pelaksanaan evaluasi awal terhadap produk


5.1. Pelaksanaan evaluasi awal terhadap produk mencakup:
a. Pemeriksaan awal terhadap kesesuaian informasi
produk dan proses produksi yang disampaikan
Pemohon pada huruf E angka 1 terhadap lingkup
produk yang ditetapkan dalam SNI dan peraturan
terkait.
b. Pengujian awal terhadap contoh produk
berdasarkan persyaratan mutu dalam SNI.
Pengujian awal dilakukan berdasarkan laporan hasil
uji dari laboratorium yang disampaikan Pemohon,
yang mencakup seluruh persyaratan mutu dalam
SNI 01-4320-1996.
Apabila laporan hasil uji tersebut menunjukkan
bahwa seluruh persyaratan mutu dalam SNI
tersebut telah terpenuhi, maka produk yang
diajukan untuk disertifikasi dianggap telah
memenuhi persyaratan pengujian awal.

5.2. Apabila hasil evaluasi awal menunjukkan


ketidaksesuaian terhadap persyaratan SNI, Pemohon
harus diberi kesempatan untuk melakukan tindakan
perbaikan dalam jangka waktu tertentu sesuai dengan
kebijakan LSPro.

6. Pelaksanaan inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi


6.1. Inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi harus
dilakukan pada saat pabrik melakukan produksi, atau
pada kondisi tertentu dilakukan melalui simulasi proses
produksi produk yang diajukan untuk disertifikasi.

6.2. Inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi dilakukan


terhadap:
- 567 -

a. tanggung jawab dan komitmen personel penanggung


jawab pabrik terhadap konsistensi pemenuhan
produk terhadap persyaratan SNI;
b. ketersediaan dan pengendalian dokumentasi
informasi prosedur dan rekaman pengendalian mutu,
termasuk pengujian rutin;
c. fasilitas, lokasi, desain dan tata letak, bangunan,
sanitasi peralatan, sanitasi ruang proses, dan higiene
personel sesuai dengan ketentuan yang berlaku
tentang Cara Produksi Pangan Olahan yang Baik;
d. tahapan kritis proses produksi, mulai dari bahan
baku sampai produk akhir paling sedikit pada
tahapan sebagaimana tercantum dalam huruf G;
e. kelengkapan serta fungsi peralatan produksi
termasuk peralatan pengendalian mutu, paling sedikit
alat pengekstrak cairan rempah, alat pembentukan
serbuk atau granula, alat pengujian kadar air dan
alat pengukur berat;
f. bukti verifikasi berdasarkan hasil kalibrasi atau hasil
verifikasi peralatan produksi sebagaimana disebutkan
pada huruf e yang membuktikan bahwa peralatan
tersebut memenuhi persyaratan produksi. Hasil
verifikasi peralatan produksi dapat ditunjukkan
dengan prosedur yang diperlukan untuk mencapai
kondisi atau persyaratan yang ditetapkan;
g. bukti tera atau tera ulang alat pengukuran berat
produk;
h. pengendalian dan penanganan produk yang tidak
sesuai; dan
i. pengemasan, penanganan, dan penyimpanan produk,
termasuk di gudang akhir produk yang siap
diedarkan.

6.3. Apabila Pabrik telah menerapkan dan mendapatkan


sertifikat Sistem Manajemen Keamanan Pangan
berdasarkan SNI ISO 22000 atau HACCP berdasarkan SNI
CAC/RCP 1 dari Lembaga Sertifikasi yang diakreditasi oleh
- 568 -

KAN atau oleh badan akreditasi penandatangan IAF/APAC


MLA dengan ruang lingkup yang sesuai, maka inspeksi
pabrik atau asesmen proses produksi dilakukan terhadap
implementasi sistem manajemen terkait mutu produk
tersebut dan angka 6.2 huruf d dan huruf e.

6.4. Apabila pabrik telah menerapkan dan mendapatkan


sertifikat Sistem Manajemen Mutu berdasarkan SNI ISO
9001 dari Lembaga Sertifikasi yang diakreditasi oleh KAN
atau oleh badan akreditasi penandatangan IAF/APAC MLA
dengan ruang lingkup yang sesuai, maka inspeksi pabrik
atau asesmen proses produksi dilakukan terhadap
implementasi sistem manajemen terkait mutu produk
tersebut dan angka 6.2 huruf c, huruf d, dan huruf e.

6.5. Dalam hal Pemohon melakukan pengemasan ulang produk


yang dihasilkan oleh pihak lain, berlaku ketentuan
berikut:
a. apabila pihak lain tersebut telah memiliki sertifikat
kesesuaian produk atau Surat Persetujuan
Penggunaan Tanda (SPPT) SNI maka inspeksi pabrik
atau asesmen proses produksi sebagaimana
tercantum dalam angka 6.2 dilakukan di lokasi
Pemohon pada tahapan pengemasan; atau
b. apabila pihak lain tersebut belum memiliki sertifikat
kesesuaian produk atau Surat Persetujuan
Penggunaan Tanda (SPPT) SNI, maka inspeksi pabrik
atau asesmen proses produksi sebagaimana
tercantum dalam angka 6.2 dilakukan di lokasi
pembuatan produk yang dimiliki oleh pihak lain dan
di lokasi Pemohon.

6.6. Selama inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi,


LSPro melakukan pengambilan contoh produk oleh
petugas pengambil contoh dan selanjutnya diuji di
laboratorium milik LSPro atau Laboratorium yang telah
memiliki perjanjian alih daya dengan LSPro.
- 569 -

6.7. Apabila berdasarkan hasil inspeksi pabrik atau asesmen


proses produksi, termasuk hasil pengujian, tidak diperoleh
bukti-bukti yang kuat untuk menjamin konsistensi
produkterhadap persyaratan SNI, maka Pemohon harus
diberi kesempatan untuk melakukan tindakan perbaikan
dalam jangka waktu tertentu sesuai dengan kebijakan
LSPro.

7. Tinjauan
7.1. Tinjauan hasil evaluasi dilakukan terhadap:
a. Hasil evaluasi awal terhadap produk untuk
menunjukkan bahwa contoh produk yang mewakili
produk memenuhi persyaratan SNI yang diajukan
oleh Pemohon sebagai dasar permohonan Sertifikasi;
dan
b. Hasil inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi
atau bukti obyektif untuk menunjukkan bahwa
pabrik memiliki proses produksi yang didukung
dengan segala sumber daya yang diperlukan untuk
menghasilkan produk yang secara konsisten, dan
memenuhi persyaratan SNI yang diajukan oleh
Pemohon sebagai dasar permohonan Sertifikasi.

7.2. Tinjauan hasil evaluasi dinyatakan dalam bentuk


rekomendasi tertulis tentang pemenuhan SNI yang
diajukan oleh Pemohon untuk produk yang diajukan
untuk disertifikasi.

8. Penetapan keputusan Sertifikasi


8.1. Penetapan keputusan Sertifikasi dilakukan berdasarkan
rekomendasi yang dihasilkan dari proses tinjauan.

8.2. Penetapan keputusan Sertifikasi harus dilakukan oleh


satu atau sekelompok orang yang tidak terlibat dalam
proses evaluasi.
- 570 -

8.3. Penetapan keputusan Sertifikasi dapat dilakukan oleh


satu atau sekelompok orang yang sama dengan yang
melakukan tinjauan.

8.4. Rekomendasi untuk keputusan Sertifikasi berdasarkan


hasil tinjauan harus didokumentasikan, kecuali tinjauan
dan keputusan Sertifikasi diselesaikan secara bersamaan
oleh satu atau sekelompok orang yang sama.

8.5. LSPro harus memberitahu Pemohon Sertifikasi terkait


alasan menunda atau tidak memberikan keputusan
Sertifikasi, dan harus mengidentifikasikan alasan
keputusan tersebut. Apabila Pemohon Sertifikasi
menunjukkan keinginan untuk melanjutkan proses
Sertifikasi, LSPro dapat memulai kembali dari proses
evaluasi (angka 5).

9. Penerbitan Sertifikat
Sertifikat kesesuaian terhadap persyaratan SNI diterbitkan
sesuai ketentuan sebagai berikut:
a. Sertifikat diterbitkan oleh LSPro setelah penetapan
keputusan Sertifikasi;
b. Sertifikat paling sedikit harus memuat:
1. nomor sertifikat atau identifikasi unik lainnya;
2. nomor atau identifikasi lain dari skema Sertifikasi;
3. nama dan alamat LSPro;
4. nama dan alamat Pemohon (pemegang sertifikat);
5. acuan ke perjanjian Sertifikasi;
6. pernyataan kesesuaian yang mencakup:
a. nama produk, merek dan spesifikasi produk yang
dinyatakan memenuhi persyaratan;
b. SNI yang menjadi dasar Sertifikasi;
c. nama dan alamat lokasi produksi; dan
d. informasi terkait proses Sertifikasi.
7. status akreditasi atau pengakuan LSPro;
8. tanggal penerbitan sertifikat;
- 571 -

9. tanggal berakhir masa berlaku sertifikat yaitu 4


(empat) tahun sejak tanggal penerbitan sertifikat;
10. tanda tangan yang mengikat secara hukum dari
personel yang bertindak atas nama LSPro sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

10. Surveilans dan Sertifikasi ulang


10.1. LSPro harus melaksanakan surveilans paling sedikit 2
(dua) kali dalam periode Sertifikasi. Dalam hal ini berlaku
ketentuan sebagai berikut:
a. Surveilans pertama dilakukan melalui kegiatan:
1. Inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi;
dan/atau
2. Pengujian terhadap contoh produk yang akan
beredar.
Pemilihan jenis kegiatan pada surveilans pertama
tersebut dilakukan berdasarkan penilaian LSPro
atas hasil Sertifikasi sebelumnya.
Apabila surveilans pertama hanya dilakukan melalui
kegiatan pengujian terhadap contoh produk yang
akan beredar, penerima sertifikat harus
menyampaikan dokumentasi pengendalian mutu
proses produksi sejak penerbitan sertifikat sampai
dilakukan surveilans pertama.
b. Surveilans kedua dilakukan melalui kegiatan
1. Inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi;
dan
2. Pengujian terhadap contoh produk yang akan
atau telah beredar.

10.2. LSPro harus melaksanakan Sertifikasi ulang paling


lambat pada bulan ke-42 (empat puluh dua) setelah
penetapan Sertifikasi, melalui kegiatan sebagaimana
tercantum dalam angka 6.
- 572 -

F. Penggunaan Tanda SNI


1. Penggunaan tanda SNI dilakukan setelah mendapatkan
persetujuan penggunaan Tanda SNI melalui Surat Persetujuan
Penggunaan Tanda (SPPT) SNI yang dikeluarkan oleh BSN
sesuai dengan kriteria yang ditetapkan pada Peraturan KBSN
mengenai tata cara penggunaan Tanda SNI dan Tanda
Kesesuaian berbasis SNI.

2. Tanda SNI sebagai bukti kesesuaian produk yang telah


memenuhi SNI adalah sebagai berikut:

Dengan ukuran:

Keterangan:
y = 11x
r = 0,5x

G. Tahapan kritis proses produksi produk serbuk minuman


tradisional
No. Tahapan kritis proses Penjelasan tahapan kritis
produksi

1. Pemilihan bahan baku, Bahan baku, bahan tambahan


bahan tambahan pangan dan bahan kemasan harus
-573-

No. Tahapan kritis proses Penjelasan tahapan kritis


produksi

pangan dan bahan memenuhi persyaratan yang


kemasan ditetapkan atau peraturan yang
terkait.
2. Ekstraksi atau Proses ekstraksi dilakukan dengan
pemisahan cairan metode tertentu yang dikendalikan
rempah dari bahan untuk memperoleh cairan rempah
baku yang diinginkan.
3. Pembentukan serbuk Proses pembentukan serbuk atau
atau granula granula dilakukan pada suhu dan
waktu tertentu yang dikendalikan
untuk mendapatkan produk
dengan kadar air yang sesuai
persyaratan SNI.
4. Pengemasan Produk dikemas dalam wadah
yang tertutup rapat tidak
dipengaruhi atau mempengamhi
isi, aman selama penyimpanan
dan pengangkutan.
5. Penandaan Penandaan dilakukan berdasarkan
persyaratan SNI dan peraturan
terkait.
Keterangan: Urutan tahapan kritis proses produksi disetiap
pemohon dapat berbeda

KEPALA BADAN STANDARDISASl NASIONAL

REPUBLIK INDONESIA,

TTD

BAMBANG PRASETYA

Salinan sesuai dengan aslinya


Kepala Biro Manusia, Organisasi, dan Hukum

f'f/NOO^^
- 574 -

LAMPIRAN XXXVII
PERATURAN BADAN STANDARDISASI NASIONAL
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 1 TAHUN 2020
TENTANG
SKEMA PENILAIAN KESESUAIAN TERHADAP STANDAR
NASIONAL INDONESIA SEKTOR MAKANAN DAN MINUMAN

PETUNJUK TEKNIS SKEMA SERTIFIKASI PRODUK AIR KELAPA DALAM


KEMASAN

A. Ruang lingkup
Dokumen ini berlaku untuk acuan pelaksanaan Sertifikasi produk
air kelapa dalam kemasanyang diperoleh dari hasil olahan air buah
kelapa (Cocosnucifera L) segar dengan atau tanpa penambahan
gula dan bahan tambahan makanan yang diizinkan.

B. Persyaratan Sertifikasi
Persyaratan acuan Sertifikasi produk:
1. SNI 01-4268-1996 Air kelapa dalam kemasan;
2. SNI dan standar lain yang diacu dalam SNI 01-4268-1996 Air
kelapa dalam kemasan;
3. Peraturan yang terkait yaitu:
a. Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1999 tentang
Label dan Iklan Pangan;
b. Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 75/M-
IND/PER/7/2010 tentang Cara Produksi Pangan Olahan
yang Baik (Good Manufacturing Practices);
c. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 33 Tahun 2012
tentang Bahan Tambahan Pangan;
d. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan
Nomor 16 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas Peraturan
Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor
Hk.03.1.23.07.11.6664 Tahun 2011 Tentang Pengawasan
Kemasan Pangan;
- 575 -

e. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan


Nomor 16 Tahun 2016 tentang Kriteria Mikrobiologi Dalam
Pangan Olahan;
f. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan
Nomor 5 Tahun 2018 tentang Batas Maksimum Cemaran
Logam Berat dalam Pangan Olahan; dan
g. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan
Nomor 8 tahun 2018 tentang Batas Maksimum Cemaran
Kimia dalam Pangan Olahan.
4. Peraturan lain yang terkait dengan produk air kelapa dalam
kemasan.

C. Prosedur Sertifikasi
Prosedur Sertifikasi mencakup:
1. evaluasi awal; dan
2. inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi.

D. Persyaratan Lembaga Penilaian Kesesuaian


Sertifikasi produk air kelapa dalam kemasan dilakukan oleh LPK
yang telah diakreditasi oleh KAN berdasarkan SNI ISO/IEC 17065
Penilaian Kesesuaian – Persyaratan untuk Lembaga Sertifikasi
Produk, Proses, dan Jasa, untuk lingkup produk sebagaimana
dimaksud dalam Ruang Lingkup sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
Dalam hal LPK belum ada yang diakreditasi KAN untuk melakukan
kegiatan Sertifikasi dengan ruang lingkup produk air kelapa dalam
kemasan, BSN dapat menunjuk LPK dengan ruang lingkup yang
sejenis sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

E. Tahapan Sertifikasi
1. Pengajuan Permohonan Sertifikasi
1.1. Pengajuan permohonan Sertifikasi dilakukan oleh pelaku
usaha. Kriteria pelaku usaha yang dapat mengajukan
Sertifikasi sesuai Peraturan BSN mengenai tata cara
penggunaan Tanda SNI dan Tanda Kesesuaian berbasis
SNI.
- 576 -

1.2. Permohonan Sertifikasi harus dilengkapi dengan:


a. informasi Pemohon:
1. nama Pemohon, alamat Pemohon, serta nama dan
kedudukan atau jabatan personel yang
bertanggung jawab atas pengajuan permohonan
Sertifikasi;
2. bukti pemenuhan persyaratan izin usaha sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan;
3. pemenuhan persyaratan sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan tentang
pendaftaran dan hak kepemilikan atas merek yang
dikeluarkan oleh Kementerian Hukum dan Hak
Asasi Manusia;
4. apabila Pemohon melakukan pembuatan produk
dengan merek yang dimiliki oleh pihak lain,
menyertakan bukti perjanjian yang mengikat
secara hukum untuk melakukan pembuatan
produk untuk pihak lain;
5. apabila Pemohon bertindak sebagai pemilik merek
yang mensubkontrakkan proses produksinya
kepada pihak lain, menyertakan bukti
kepemilikan merek dan perjanjian subkontrak
pelaksanaan produksi dengan pihak lain;
6. apabila Pemohon bertindak sebagai perwakilan
resmi pemilik merek yang berkedudukan hukum
di luar negeri, menyertakan bukti perjanjian yang
mengikat secara hukum tentang penunjukan
sebagai perwakilan resmi pemilik merek di wilayah
Republik Indonesia; dan
7. pernyataan bahwa Pemohon Sertifikasi
bertanggung jawab penuh atas pemenuhan
persyaratan SNI dan pemenuhan persyaratan
proses Sertifikasi dan bersedia memberikan akses
terhadap lokasi dan/atau informasi yang
diperlukan oleh LSPro dalam melaksanakan
kegiatan Sertifikasi.
- 577 -

b. informasi produk:
1. merek produk yang diajukan untuk disertifikasi;
2. jenis/tipe/varian produk yang diajukan untuk
disertifikasi;
3. SNI yang digunakan sebagai dasar pengajuan
permohonan Sertifikasi;
4. foto produk dalam kemasan primer yang diajukan
untuk disertifikasi (dari arah depan, belakang dan
samping), serta informasi terkait kemasan primer
produk;
5. daftar bahan baku termasuk bahan tambahan
pangan;
6. label produk; dan
7. apabila tersedia, foto kemasan sekunder dan
tersier produk yang diajukan untuk disertifikasi,
dari arah depan, belakang, samping, dan bagian
dalam.
c. informasi proses produksi:
1. nama, alamat, dan legalitas hukum pabrik;
2. struktur organisasi, nama dan jabatan personel
penanggung jawab proses produksi;
3. dokumentasi informasi tentang pemasok bahan
baku produk, prosedur evaluasi pemasok, serta
prosedur inspeksi bahan baku produk;
4. dokumentasi informasi tentang proses pembuatan
produk yang diajukan untuk disertifikasi,
termasuk proses yang disubkontrakkan ke pihak
lain;
5. dokumentasi informasi tentang prosedur dan
rekaman pengendalian mutu, termasuk pengujian
rutin, daftar peralatan, serta sertifikat kalibrasi
atau bukti verifikasi peralatan yang berpengaruh
terhadap mutu produk yang disertifikasi, dan
bukti atau segel tera atau tera ulang untuk alat
ukur yang digunakan dalam pengukuran berat
produk dalam kemasan akhir;
- 578 -

6. dokumentasi informasi tentang prosedur dan


rekaman pengendalian dan penanganan produk
yang tidak sesuai;
7. dokumentasi informasi tentang pengemasan
produk dan pengelolaan produk di gudang akhir
produk sebelum dikirimkan dan/atau diedarkan
ke wilayah Republik Indonesia;
8. lokasi gudang penyimpanan produk di wilayah
Republik Indonesia;
9. bukti izin edar produk (MD/ML), kecuali yang
tidak dijual secara langsung ke konsumen akhir
sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan;
10. menyertakan laporan hasil uji yang dilakukan
paling lambat 1 (satu) tahun sebelum pengajuan
Sertifikasi, yang memberikan bukti pemenuhan
produk yang diajukan untuk disertifikasi terhadap
persyaratan mutu dalam SNI dan peraturan
terkait;
11. apabila laporan hasil uji sebagaimana dinyatakan
pada angka 10 belum tersedia, pelaku usaha
dapat menyampaikan contoh produk kepada
LSPro untuk diuji di laboratorium yang memiliki
perjanjian alih daya dengan LSPro; dan
12. apabila telah tersedia, menyertakan Sertifikat
Penerapan Sistem Manajemen Mutu berdasarkan
SNI ISO 9001 atau Sistem Manajemen Keamanan
Pangan berdasarkan SNI ISO 22000 atau HACCP
berdasarkan SNI CAC/RCP 1 dari Lembaga
Sertifikasi yang diakreditasi oleh KAN atau oleh
badan akreditasi penandatangan International
Accreditation Forum (IAF)/Asia Pacific Accreditation
Cooperation (APAC) Multilateral Recognition
Agreement (MLA) dengan ruang lingkup yang
sesuai.
Informasi pada butir 4, butir 5, butir 10 dan butir 11
tidak perlu dilampirkan apabila Pemohon melakukan
pengemasan ulang produk yang dihasilkan oleh pihak
- 579 -

lain yang telah memiliki sertifikat kesesuaian produk


atau Surat Persetujuan Penggunaan Tanda (SPPT) SNI.

2. Tinjauan permohonan Sertifikasi


LSPro harus memastikan bahwa informasi yang diperoleh dari
permohonan Sertifikasi yang diajukan oleh Pemohon telah
lengkap dan memenuhi persyaratan.

3. Penandatanganan perjanjian Sertifikasi


Setelah permohonan Sertifikasi dinyatakan lengkap dan
Pemohon menyetujui persyaratan dan prosedur Sertifikasi yang
ditetapkan oleh LSPro sesuai dengan persyaratan SNI ISO/IEC
17065, perjanjian Sertifikasi ditandatangani oleh Pemohon dan
LSPro.

4. Penyusunan rencana evaluasi


Berdasarkan informasi yang diperoleh dari persyaratan
permohonan Sertifikasi yang disampaikan oleh Pemohon, LSPro
menetapkan rencana evaluasi yang mencakup:
a. jenis/tipe/varian produk yang diajukan untuk disertifikasi
dan metode pengambilan contoh yang diperlukan untuk
pengujian produk dan mewakili contoh produk yang
diusulkan untuk disertifikasi;
b. informasi SNI yang digunakan sebagai dasar Sertifikasi
berdasarkan permohonan yang diajukan oleh Pemohon
Sertifikasi;
c. waktu yang diperlukan untuk pelaksanaan pengujian
berdasarkan standar acuan metode uji yang
dipersyaratkan; dan
d. waktu, lokasi pelaksanaan dan agenda inspeksi pabrik atau
asesmen proses produksi yang relevan dengan pelaksanaan
produksi produk yang diajukan untuk disertifikasi, serta
personel kompeten yang melakukan evaluasi.
- 580 -

5. Pelaksanaan evaluasi awal terhadap produk


5.1. Pelaksanaan evaluasi awal terhadap produk mencakup:
a. Pemeriksaan awal terhadap kesesuaian informasi
produk dan proses produksi yang disampaikan
Pemohon pada huruf E angka 1 terhadap lingkup
produk yang ditetapkan dalam SNI dan peraturan
terkait.
b. Pengujian awal terhadap contoh produk
berdasarkan persyaratan mutu dalam SNI.
Pengujian awal dilakukan berdasarkan laporan hasil
uji dari laboratorium yang disampaikan Pemohon,
yang mencakup seluruh persyaratan mutu dalam
SNI 01-4268-1996.
Apabila laporan hasil uji tersebut menunjukkan
bahwa seluruh persyaratan mutu dalam SNI
tersebut telah terpenuhi, maka produk yang
diajukan untuk disertifikasi dianggap telah
memenuhi persyaratan pengujian awal.

5.2. Apabila hasil evaluasi awal menunjukkan


ketidaksesuaian terhadap persyaratan SNI, Pemohon
harus diberi kesempatan untuk melakukan tindakan
perbaikan dalam jangka waktu tertentu sesuai dengan
kebijakan LSPro.

6. Pelaksanaan inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi


6.1. Inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi harus
dilakukan pada saat pabrik melakukan produksi, atau
pada kondisi tertentu dilakukan melalui simulasi proses
produksi produk yang diajukan untuk disertifikasi.

6.2. Inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi dilakukan


terhadap:
a. tanggung jawab dan komitmen personel penanggung
jawab pabrik terhadap konsistensi pemenuhan
produk terhadap persyaratan SNI;
- 581 -

b. ketersediaan dan pengendalian dokumentasi


informasi prosedur dan rekaman pengendalian mutu,
termasuk pengujian rutin;
c. fasilitas, lokasi, desain dan tata letak, bangunan,
sanitasi peralatan, sanitasi ruang proses, dan higiene
personel sesuai dengan ketentuan yang berlaku
tentang Cara Produksi Pangan Olahan yang Baik;
d. Tahapan kritis proses produksi, mulai dari bahan
baku sampai produk akhir paling sedikit pada
tahapan sebagaimana tercantum dalam huruf G;
e. kelengkapan serta fungsi peralatan produksi
termasuk peralatan pengendalian mutu, paling sedikit
peralatan produksi berupa alat penyaring, alat
pemanasan serta peralatan pengujian berupa alat
pengukur keasaman;
f. bukti verifikasi berdasarkan hasil kalibrasi atau hasil
verifikasi peralatan produksi sebagaimana disebutkan
pada huruf e yang membuktikan bahwa peralatan
tersebut memenuhi persyaratan produksi. Hasil
verifikasi peralatan produksi dapat ditunjukkan
dengan prosedur yang diperlukan untuk mencapai
kondisi atau persyaratan yang ditetapkan;
g. bukti tera atau tera ulang alat pengukuran berat
produk;
h. pengendalian dan penanganan produk yang tidak
sesuai; dan
i. pengemasan, penanganan, dan penyimpanan produk,
termasuk di gudang akhir produk yang siap
diedarkan.

6.3. Apabila Pabrik telah menerapkan dan mendapatkan


sertifikat Sistem Manajemen Keamanan Pangan
berdasarkan SNI ISO 22000 atau HACCP berdasarkan SNI
CAC/RCP 1 dari Lembaga Sertifikasi yang diakreditasi oleh
KAN atau oleh badan akreditasi penandatangan IAF/APAC
MLA dengan ruang lingkup yang sesuai, maka inspeksi
pabrik atau asesmen proses produksi dilakukan terhadap
- 582 -

implementasi sistem manajemen terkait mutu produk


tersebut dan angka 6.2 huruf d dan huruf e.

6.4. Apabila pabrik telah menerapkan dan mendapatkan


sertifikat Sistem Manajemen Mutu berdasarkan SNI ISO
9001 dari Lembaga Sertifikasi yang diakreditasi oleh KAN
atau oleh badan akreditasi penandatangan IAF/APAC MLA
dengan ruang lingkup yang sesuai, maka inspeksi pabrik
atau asesmen proses produksi dilakukan terhadap
implementasi sistem manajemen terkait mutu produk
tersebut dan angka 6.2 huruf c, huruf d, dan huruf e.

6.5. Dalam hal Pemohon melakukan pengemasan ulang produk


yang dihasilkan oleh pihak lain, berlaku ketentuan
berikut:
a. apabila pihak lain tersebut telah memiliki sertifikat
kesesuaian produk atau Surat Persetujuan
Penggunaan Tanda (SPPT) SNI maka inspeksi pabrik
atau asesmen proses produksi sebagaimana
tercantum dalam angka 6.2 dilakukan di lokasi
Pemohon pada tahapan pengemasan; atau
b. apabila pihak lain tersebut belum memiliki sertifikat
kesesuaian produk atau Surat Persetujuan
Penggunaan Tanda (SPPT) SNI, maka inspeksi pabrik
atau asesmen proses produksi sebagaimana
tercantum dalam angka 6.2 dilakukan di lokasi
pembuatan produk yang dimiliki oleh pihak lain dan
di lokasi Pemohon.

6.6. Selama inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi,


LSPro melakukan pengambilan contoh produk oleh
petugas pengambil contoh dan selanjutnya diuji di
laboratorium milik LSPro atau Laboratorium yang telah
memiliki perjanjian alih daya dengan LSPro.

6.7. Apabila berdasarkan hasil inspeksi pabrik atau asesmen


proses produksi, termasuk hasil pengujian, tidak diperoleh
- 583 -

bukti-bukti yang kuat untuk menjamin konsistensi produk


terhadap persyaratan SNI, maka Pemohon harus diberi
kesempatan untuk melakukan tindakan perbaikan dalam
jangka waktu tertentu sesuai dengan kebijakan LSPro.

7. Tinjauan
7.1. Tinjauan Hasil Evaluasi dilakukan terhadap:
a. Hasil evaluasi awal terhadap produk untuk
menunjukkan bahwa contoh produk yang mewakili
produk memenuhi persyaratan SNI yang diajukan
oleh Pemohon sebagai dasar permohonan Sertifikasi;
dan
b. Hasil inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi
atau bukti obyektif untuk menunjukkan bahwa
pabrik memiliki proses produksi yang didukung
dengan segala sumber daya yang diperlukan untuk
menghasilkan produk yang secara konsisten, dan
memenuhi persyaratan SNI yang diajukan oleh
Pemohon sebagai dasar permohonan Sertifikasi.

7.2. Tinjauan hasil evaluasi dinyatakan dalam bentuk


rekomendasi tertulis tentang pemenuhan SNI yang
diajukan oleh Pemohon untuk produk yang diajukan
untuk disertifikasi.

8. Penetapan keputusan Sertifikasi


8.1. Penetapan keputusan Sertifikasi dilakukan berdasarkan
rekomendasi yang dihasilkan dari proses tinjauan.

8.2. Penetapan keputusan Sertifikasi harus dilakukan oleh


satu atau sekelompok orang yang tidak terlibat dalam
proses evaluasi.

8.3. Penetapan keputusan Sertifikasi dapat dilakukan oleh


satu atau sekelompok orang yang sama dengan yang
melakukan tinjauan.
- 584 -

8.4. Rekomendasi untuk keputusan Sertifikasi berdasarkan


hasil tinjauan harus didokumentasikan, kecuali tinjauan
dan keputusan Sertifikasi diselesaikan secara bersamaan
oleh satu atau sekelompok orang yang sama.

8.5. LSPro harus memberitahu Pemohon Sertifikasi terkait


alasan menunda atau tidak memberikan keputusan
Sertifikasi, dan harus mengidentifikasikan alasan
keputusan tersebut. Apabila Pemohon Sertifikasi
menunjukkan keinginan untuk melanjutkan proses
Sertifikasi, LSPro dapat memulai kembali dari proses
evaluasi (angka 5).

9. Penerbitan sertifikat
Sertifikat kesesuaian terhadap persyaratan SNI diterbitkan
sesuai ketentuan sebagai berikut:
a. Sertifikat diterbitkan oleh LSPro setelah penetapan
keputusan Sertifikasi;
b. Sertifikat paling sedikit harus memuat:
1. nomor sertifikat atau identifikasi unik lainnya;
2. nomor atau identifikasi lain dari skema Sertifikasi;
3. nama dan alamat LSPro;
4. nama dan alamat Pemohon (pemegang sertifikat);
5. acuan ke perjanjian Sertifikasi;
6. pernyataan kesesuaian yang mencakup:
a. nama produk, merek dan spesifikasi produk yang
dinyatakan memenuhi persyaratan;
b. SNI yang menjadi dasar Sertifikasi;
c. nama dan alamat lokasi produksi; dan
d. informasi terkait proses Sertifikasi.
7. status akreditasi atau pengakuan LSPro;
8. tanggal penerbitan sertifikat;
9. tanggal berakhir masa berlaku sertifikat yaitu 4
(empat) tahun sejak tanggal penerbitan sertifikat; dan
10. tanda tangan yang mengikat secara hukum dari
personel yang bertindak atas nama LSPro sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
- 585 -

10. Surveilans dan Sertifikasi ulang


10.1. LSPro harus melaksanakan surveilans paling sedikit 2
(dua) kali dalam periode Sertifikasi. Dalam hal ini berlaku
ketentuan sebagai berikut:
a. Surveilans pertama dilakukan melalui kegiatan:
1. Inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi;
dan/atau
2. Pengujian terhadap contoh produk yang akan
beredar.
Pemilihan jenis kegiatan pada surveilans pertama
tersebut dilakukan berdasarkan penilaian LSPro
atas hasil Sertifikasi sebelumnya.
Apabila surveilans pertama hanya dilakukan melalui
kegiatan pengujian terhadap contoh produk yang
akan beredar, penerima sertifikat harus
menyampaikan dokumentasi pengendalian mutu
proses produksi sejak penerbitan sertifikat sampai
dilakukan surveilans pertama.
b. Surveilans kedua dilakukan melalui kegiatan
1. Inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi;
dan
2. Pengujian terhadap contoh produk yang akan
atau telah beredar.

10.2. LSPro harus melaksanakan Sertifikasi ulang paling


lambat pada bulan ke-42 (empat puluh dua) setelah
penetapan Sertifikasi, melalui kegiatan sebagaimana
tercantum dalam angka 6.

F. Penggunaan Tanda SNI


1. Penggunaan tanda SNI dilakukan setelah mendapatkan
persetujuan penggunaan Tanda SNI melalui Surat Persetujuan
Penggunaan Tanda (SPPT) SNI yang dikeluarkan oleh BSN
sesuai dengan kriteria yang ditetapkan pada Peraturan BSN
mengenai tata cara penggunaan Tanda SNI dan Tanda
Kesesuaian berbasis SNI.
- 586 -

2. Tanda SNI sebagai bukti kesesuaian produk yang telah


memenuhi SNI adalah sebagai berikut:

Dengan ukuran:

Keterangan:
y = 11x
r = 0,5x

G. Tahapan kritis proses produksi produk air kelapa dalam kemasan


No. Tahapan kritis proses Penjelasan tahapan kritis
produksi

1. Pemilihan bahan baku, Bahan baku, bahan tambahan pangan


bahan tambahan dan bahan kemasan harus memenuhi
pangan dan bahan persyaratan yang ditetapkan atau
kemasan peraturan yang terkait.
2. Penyaringan Penyaringan dilakukan untuk
mendapatkan air kelapa yang terpisah
dari benda asing.
3. Pemanasan Proses pemanasan dilakukan pada
suhu, waktu dan/atau tekanan
tertentu yang dikendalikan untuk
mengurangi jumlah mikroba sesuai
-587-

No. Tahapan kritis proses Penjelasan tahapan kritis


produksi

dengan persyaratan yang ditetapkan.


4. Pengemasan Produk dikemas dalam wadah yang
tertutup rapat, tidak dipengaruhi atau
mempengaruhi isi, aman selama
penyimpanan dan pengangkutan,
Apabila produk dikemas dalam kaleng,
proses pengalengan harus dilalaikan
pada kondisi tertentu yang
dikendalikan.

5. Penandaan Penandaan dilakukan berdasarkan

persyaratan SNI dan peraturan terkait.


Keterangan: Uru1:an tahapan kriUs proses produksi disetiap
pemohon dapat berbeda

KEPALA BADAN STANDARDISASI NASIONAL


REPUBLIK INDONESIA.

TTD

BAMBANG PRASETYA

SgiiwacL^suai dengan aslinya


Kepala B ^ST3n5b^y^ya Manusia, Organisasi, dan Hukum

Margahayu
>ndo
- 588 -

LAMPIRAN XXXVIII
PERATURAN BADAN STANDARDISASI NASIONAL
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 1 TAHUN 2020
TENTANG
SKEMA PENILAIAN KESESUAIAN TERHADAP STANDAR
NASIONAL INDONESIA SEKTOR MAKANAN DAN MINUMAN

PETUNJUK TEKNIS SKEMA SERTIFIKASI PRODUK MADU

A. Ruang lingkup
Dokumen ini berlaku untuk acuan pelaksanaan Sertifikasi produk
madu yang dihasilkan oleh lebah madu (Apis sp.) dari sari bunga
tanaman (floral nektar) atau bagian lain dari tanaman (ekstra
floral).

B. Persyaratan Sertifikasi
Persyaratan acuan Sertifikasi produk:
1. SNI 3545:2013 Madu;
2. SNI dan standar lain yang diacu dalam SNI 3545:2013;
3. Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1999 tentang Label dan
Iklan Pangan;
4. Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 75/M-
IND/PER/7/2010 tentang Cara Produksi Pangan Olahan yang
Baik (Good Manufacturing Practices);
5. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor
16 Tahun 2014 Tentang Perubahan Atas Peraturan Kepala
Badan Pengawas Obat Dan Makanan Nomor
Hk.03.1.23.07.11.6664 Tahun 2011 Tentang Pengawasan
Kemasan Pangan;
6. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor 5
Tahun 2018 tentang Batas Maksimum Cemaran Logam Berat
dalam Pangan Olahan; dan
7. Peraturan lain yang terkait dengan produk madu.
- 589 -

C. Prosedur Sertifikasi
Prosedur Sertifikasi mencakup:
1. evaluasi awal; dan
2. inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi.

D. Persyaratan Lembaga Penilaian Kesesuaian


Sertifikasi produk madu dilakukan oleh LPK yang telah
diakreditasi oleh KAN berdasarkan SNI ISO/IEC 17065, Penilaian
Kesesuaian – Persyaratan untuk Lembaga Sertifikasi Produk,
Proses, dan Jasa, untuk lingkup produk sebagaimana dimaksud
dalam Ruang Lingkup sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.

E. Tahapan Sertifikasi
1. Pengajuan permohonan Sertifikasi
1.1. Pengajuan permohonan Sertifikasi dilakukan oleh pelaku
usaha. Kriteria pelaku usaha yang dapat mengajukan
Sertifikasi sesuai Peraturan Kepala BSN mengenai tata
cara penggunaan tanda SNI dan tanda kesesuaian
berbasis SNI.

1.2. Permohonan Sertifikasi harus dilengkapi dengan:


a. informasi Pemohon:
1. nama pemohon, alamat pemohon, serta nama dan
kedudukan atau jabatan personel yang
bertanggung jawab atas pengajuan permohonan
Sertifikasi;
2. bukti pemenuhan persyaratan izin usaha sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan;
3. pemenuhan persyaratan sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan tentang
pendaftaran dan hak kepemilikan atas merek yang
dikeluarkan oleh Kementerian Hukum dan Hak
Asasi Manusia;
4. apabila Pemohon melakukan pembuatan produk
dengan merek yang dimiliki oleh pihak lain,
menyertakan bukti perjanjian yang mengikat
- 590 -

secara hukum untuk melakukan pembuatan


produk untuk pihak lain;
5. apabila Pemohon bertindak sebagai pemilik merek
yang mensubkontrakkan proses produksinya
kepada pihak lain, menyertakan bukti
kepemilikan merek dan perjanjian subkontrak
pelaksanaan produksi dengan pihak lain;
6. apabila Pemohon bertindak sebagai perwakilan
resmi pemilik merek yang berkedudukan hukum
di luar negeri, menyertakan bukti perjanjian yang
mengikat secara hukum tentang penunjukan
sebagai perwakilan resmi pemilik merek di wilayah
Republik Indonesia; dan
7. pernyataan bahwa Pemohon Sertifikasi
bertanggung jawab penuh atas pemenuhan
persyaratan SNI dan pemenuhan persyaratan
proses Sertifikasi dan bersedia memberikan akses
terhadap lokasi dan/atau informasi yang
diperlukan oleh LSPro dalam melaksanakan
kegiatan Sertifikasi.
b. informasi produk:
1. merek produk yang diajukan untuk disertifikasi;
2. jenis/tipe/varian produk yang diajukan untuk
disertifikasi;
3. SNI yang digunakan sebagai dasar pengajuan
permohonan Sertifikasi;
4. foto produk dalam kemasan primer yang diajukan
untuk disertifikasi (dari arah depan, belakang dan
samping), serta informasi terkait kemasan primer
produk;
5. daftar bahan baku;
6. label produk; dan
7. apabila tersedia, foto kemasan sekunder dan
tersier produk yang diajukan untuk disertifikasi,
dari arah depan, belakang, samping, dan bagian
dalam.
- 591 -

c. informasi proses produksi:


1. nama, alamat, dan legalitas hukum pabrik;
2. struktur organisasi, nama dan jabatan personel
penanggung jawab proses produksi;
3. dokumentasi informasi tentang pemasok bahan
baku produk, prosedur evaluasi pemasok, serta
prosedur inspeksi bahan baku produk;
4. dokumentasi informasi tentang proses pembuatan
produk yang diajukan untuk disertifikasi,
termasuk proses yang disubkontrakkan ke pihak
lain;
5. dokumentasi informasi tentang prosedur dan
rekaman pengendalian mutu, termasuk pengujian
rutin, daftar peralatan, serta sertifikat kalibrasi
atau bukti verifikasi peralatan yang berpengaruh
terhadap mutu produk yang disertifikasi, dan
bukti atau segel tera atau tera ulang untuk alat
ukur yang digunakan dalam pengukuran produk
dalam kemasan akhir;
6. dokumentasi informasi tentang prosedur dan
rekaman pengendalian dan penanganan produk
yang tidak sesuai;
7. dokumentasi informasi tentang pengemasan
produk dan pengelolaan produk di gudang akhir
produk sebelum dikirimkan dan/atau diedarkan
ke wilayah Republik Indonesia;
8. lokasi gudang penyimpanan produk di wilayah
Republik Indonesia;
9. bukti izin edar produk (MD/ML atau P-IRT),
kecuali yang tidak dijual secara langsung ke
konsumen akhir sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan,
10. menyertakan laporan hasil uji yang dilakukan
paling lambat 1 (satu) tahun sebelum pengajuan
Sertifikasi, yang memberikan bukti pemenuhan
produk yang diajukan untuk disertifikasi terhadap
- 592 -

persyaratan mutu dalam SNI dan peraturan


terkait;
11. apabila laporan hasil uji sebagaimana dinyatakan
pada angka 10 belum tersedia, Pemohon dapat
menyampaikan contoh produk kepada LSPro
untuk diuji di laboratorium yang memiliki
perjanjian alih daya dengan LSPro; dan
12. apabila telah tersedia, menyertakan Sertifikat
Penerapan Sistem Manajemen Mutu berdasarkan
SNI ISO 9001 atau Sistem Manajemen Keamanan
Pangan berdasarkan SNI ISO 22000 atau HACCP
berdasarkan SNI CAC/RCP 1 dari Lembaga
Sertifikasi yang diakreditasi oleh KAN atau oleh
badan akreditasi penandatangan International
Accreditation Forum (IAF)/Asia Pacific Accreditation
Cooperation (APAC) Multilateral Recognition
Agreement (MLA) dengan ruang lingkup yang
sesuai.
Informasi pada butir 4, butir 5, butir 10 dan butir 11
tidak perlu dilampirkan apabila Pemohon melakukan
pengemasan ulang produk yang dihasilkan oleh pihak
lain yang telah memiliki sertifikat kesesuaian produk
atau Surat Persetujuan Penggunaan Tanda (SPPT)
SNI.

2. Tinjauan permohonan Sertifikasi


LSPro harus memastikan bahwa informasi yang diperoleh dari
permohonan Sertifikasi yang diajukan oleh Pemohon telah
lengkap dan memenuhi persyaratan.

3. Penandatanganan perjanjian Sertifikasi


Setelah permohonan Sertifikasi dinyatakan lengkap dan
Pemohon menyetujui persyaratan dan prosedur Sertifikasi yang
ditetapkan oleh LSPro sesuai dengan persyaratan SNI ISO/IEC
17065, perjanjian Sertifikasi ditandatangani oleh Pemohon dan
LSPro.
- 593 -

4. Penyusunan rencana evaluasi


Berdasarkan informasi yang diperoleh dari persyaratan
permohonan Sertifikasi yang disampaikan oleh Pemohon, LSPro
menetapkan rencana evaluasi yang mencakup:
a. jenis/tipe/varian produk yang diajukan untuk disertifikasi
dan metode pengambilan contoh yang diperlukan untuk
pengujian produk dan mewakili contoh produk yang
diusulkan untuk disertifikasi;
b. informasi SNI yang digunakan sebagai dasar Sertifikasi
berdasarkan permohonan yang diajukan oleh Pemohon
Sertifikasi;
c. waktu yang diperlukan untuk pelaksanaan pengujian
berdasarkan standar acuan metode uji yang
dipersyaratkan; dan
d. waktu, lokasi pelaksanaan dan agenda inspeksi pabrik
atau asesmen proses produksi yang relevan dengan
pelaksanaan produksi produk yang diajukan untuk
disertifikasi, serta personel kompeten yang melakukan
evaluasi.

5. Pelaksanaan evaluasi awal terhadap produk


5.1. Pelaksanaan evaluasi awal terhadap produk mencakup:
a. Pemeriksaan awal terhadap kesesuaian informasi
produk dan proses produksi yang disampaikan
Pemohon pada huruf E angka 1 terhadap lingkup
produk yang ditetapkan dalam SNI dan peraturan
terkait.
b. Pengujian awal terhadap contoh produk berdasarkan
persyaratan mutu dalam SNI. Pengujian awal
dilakukan berdasarkan laporan hasil uji dari
laboratorium yang disampaikan Pemohon, yang
mencakup seluruh persyaratan mutu dalam SNI
3545:2013. Apabila laporan hasil uji tersebut
menunjukkan bahwa seluruh persyaratan mutu
dalam SNI tersebut telah terpenuhi, maka produk
yang diajukan untuk disertifikasi dianggap telah
memenuhi persyaratan pengujian awal.
- 594 -

5.2. Apabila hasil evaluasi awal menunjukkan ketidaksesuaian


terhadap persyaratan SNI, Pemohon harus diberi
kesempatan untuk melakukan tindakan perbaikan dalam
jangka waktu tertentu sesuai dengan kebijakan LSPro.

6. Pelaksanaan inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi


6.1 Inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi harus
dilakukan pada saat pabrik melakukan produksi, atau
pada kondisi tertentu dilakukan melalui simulasi proses
produksi produk yang diajukan untuk disertifikasi.

6.2 Inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi dilakukan


terhadap:
a. tanggung jawab dan komitmen personel penanggung
jawab pabrik terhadap konsistensi pemenuhan
produk terhadap persyaratan SNI;
b. ketersediaan dan pengendalian dokumentasi
informasi prosedur dan rekaman pengendalian
mutu, termasuk pengujian rutin;
c. fasilitas, lokasi, desain dan tata letak, bangunan,
sanitasi peralatan, sanitasi ruang proses, dan
higiene personel sesuai dengan ketentuan yang
berlaku tentang Cara Produksi Pangan Olahan yang
Baik;
d. tahapan kritis proses produksi, mulai dari bahan
baku sampai produk akhir paling sedikit pada
tahapan sebagaimana dimaksud dalam huruf G;
e. kelengkapan serta fungsi peralatan produksi
termasuk peralatan pengendalian mutu, paling
sedikit alat penggiling, alat pemasakan, alat
penyaring, alat pencetak, alat pengepres, alat
pemotong dan alat pengukur berat;
f. bukti verifikasi berdasarkan hasil kalibrasi atau
hasil verifikasi peralatan produksi sebagaimana
disebutkan pada huruf e yang membuktikan bahwa
peralatan tersebut memenuhi persyaratan produksi.
Hasil verifikasi peralatan produksi dapat
- 595 -

ditunjukkan dengan prosedur yang diperlukan


untuk mencapai kondisi atau persyaratan yang
ditetapkan;
g. bukti tera atau tera ulang alat pengukuran produk
dalam kemasan akhir,
h. pengendalian dan penanganan produk yang tidak
sesuai; dan
i. pengemasan, penanganan, dan penyimpanan
produk, termasuk di gudang akhir produk yang siap
diedarkan.

6.3 Apabila Pabrik telah menerapkan Sistem Manajemen


Keamanan Pangan berdasarkan SNI ISO 22000 atau
HACCP berdasarkan SNI CAC/RCP 1 dari Lembaga
Sertifikasi yang diakreditasi oleh KAN atau oleh badan
akreditasi penandatangan IAF/APAC MLA dengan ruang
lingkup yang sesuai, maka inspeksi pabrik atau asesmen
proses produksi dilakukan terhadap implementasi sistem
manajemen terkait mutu produk tersebut dan angka 6.2
huruf d dan huruf e.

6.4 Apabila Pabrik telah menerapkan Sistem Manajemen


Mutu berdasarkan SNI ISO 9001 dari Lembaga Sertifikasi
yang diakreditasi oleh KAN atau oleh badan akreditasi
penandatangan IAF/APAC MLA dengan ruang lingkup
yang sesuai, maka inspeksi pabrik atau asesmen proses
produksi dilakukan terhadap implementasi sistem
manajemen terkait mutu produk tersebut dan angka 6.2
huruf c, huruf d, dan huruf e.

6.5 Dalam hal Pemohon melakukan pengemasan ulang


produk yang dihasilkan oleh pihak lain, berlaku
ketentuan berikut:
a. apabila pihak lain tersebut telah memiliki sertifikat
kesesuaian produk atau Surat Persetujuan
Penggunaan Tanda (SPPT) SNI, maka inspeksi pabrik
atau asesmen proses produksi sebagaimana
- 596 -

dimaksud pada angka 6.2 dilakukan di lokasi


Pemohon pada tahapan pengemasan; atau
b. apabila pihak lain tersebut belum memiliki sertifikat
kesesuaian produk atau Surat Persetujuan
Penggunaan Tanda (SPPT) SNI, maka inspeksi pabrik
atau asesmen proses produksi sebagaimana
dimaksud pada angka 6.2 dilakukan di lokasi
pembuatan produk yang dimiliki oleh pihak lain dan
di lokasi Pemohon.

6.6 Selama inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi,


LSPro melakukan pengambilan contoh produk oleh
petugas pengambil contoh dan selanjutnya diuji di
laboratorium milik LSPro atau Laboratorium yang telah
memiliki perjanjian alih daya dengan LSPro.

6.7 Apabila berdasarkan hasil inspeksi pabrik atau asesmen


proses produksi, termasuk hasil pengujian, tidak
diperoleh bukti-bukti yang kuat untuk menjamin
konsistensi produk terhadap persyaratan SNI, maka
Pemohon harus diberi kesempatan untuk melakukan
tindakan perbaikan dalam jangka waktu tertentu sesuai
dengan kebijakan LSPro.

7. Tinjauan
7.1 Tinjauan hasil evaluasi dilakukan terhadap:
a. Hasil evaluasi awal terhadap produk untuk
menunjukkan bahwa contoh produk yang mewakili
produk memenuhi persyaratan SNI yang diajukan oleh
Pemohon sebagai dasar permohonan Sertifikasi.
b. Hasil inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi
atau bukti obyektif untuk menunjukkan bahwa pabrik
memiliki proses produksi yang didukung dengan segala
sumber daya yang diperlukan untuk menghasilkan
produk yang secara konsisten dan memenuhi
persyaratan SNI yang diajukan oleh Pemohon sebagai
dasar permohonan Sertifikasi.
- 597 -

7.2 Tinjauan hasil evaluasi dinyatakan dalam bentuk


rekomendasi tertulis tentang pemenuhan SNI yang
diajukan oleh Pemohon untuk produk yang diajukan
untuk disertifikasi.

8. Penetapan keputusan Sertifikasi


8.1. Penetapan keputusan Sertifikasi dilakukan berdasarkan
rekomendasi yang dihasilkan dari proses tinjauan.

8.2. Penetapan keputusan Sertifikasi harus dilakukan oleh


satu atau sekelompok orang yang tidak terlibat dalam
proses evaluasi.

8.3. Penetapan keputusan Sertifikasi dapat dilakukan oleh


satu atau sekelompok orang yang sama dengan yang
melakukan tinjauan.

8.4. Rekomendasi untuk keputusan Sertifikasi berdasarkan


hasil tinjauan harus didokumentasikan, kecuali tinjauan
dan keputusan Sertifikasi diselesaikan secara bersamaan
oleh satu atau sekelompok orang yang sama.

8.5. LSPro harus memberitahu Pemohon Sertifikasi terkait


alasan menunda atau tidak memberikan keputusan
Sertifikasi, dan harus mengidentifikasikan alasan
keputusan tersebut. Apabila Pemohon Sertifikasi
menunjukkan keinginan untuk melanjutkan proses
Sertifikasi, LSPro dapat memulai kembali dari proses
evaluasi (angka 5).

9. Penerbitan sertifikat
Sertifikat kesesuaian terhadap persyaratan SNI diterbitkan
sesuai ketentuan sebagai berikut:
a. Sertifikat diterbitkan oleh LSPro setelah penetapan
keputusan Sertifikasi,
b. Sertifikat paling sedikit harus memuat:
1. nomor sertifikat atau identifikasi unik lainnya;
2. nomor atau identifikasi lain dari skema Sertifikasi;
- 598 -

3. nama dan alamat LSPro;


4. nama dan alamat Pemohon (pemegang sertifikat);
5. acuan ke perjanjian Sertifikasi;
6. pernyataan kesesuaian yang mencakup:
a. nama, merek, dan spesifikasi produk yang
dinyatakan memenuhi persyaratan;
b. SNI yang menjadi dasar Sertifikasi;
c. nama dan alamat lokasi produksi; dan
d. informasi terkait proses Sertifikasi.
7. status akreditasi atau pengakuan LSPro;
8. tanggal penerbitan sertifikat;
9. tanggal berakhir masa berlaku sertifikat yaitu 4
(empat) tahun sejak tanggal penerbitan sertifikat; dan
10. tanda tangan yang mengikat secara hukum dari
personel yang bertindak atas nama LSPro sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

10. Surveilans dan Sertifikasi ulang


10.1. LSPro harus melaksanakan surveilans paling sedikit 2
(dua) kali dalam periode Sertifikasi. Dalam hal ini berlaku
ketentuan sebagai berikut:
a. Surveilans pertama dilakukan melalui kegiatan:
1. Inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi;
dan/atau
2. Pengujian terhadap contoh produk yang akan
beredar.
Pemilihan jenis kegiatan pada surveilans pertama
tersebut dilakukan berdasarkan penilaian LSPro
atas hasil Sertifikasi sebelumnya.
Apabila surveilans pertama hanya dilakukan melalui
kegiatan pengujian terhadap contoh produk yang
akan beredar, penerima sertifikat harus
menyampaikan dokumentasi pengendalian mutu
proses produksi sejak penerbitan sertifikat sampai
dilakukan surveilans pertama.
- 599 -

b. Surveilans kedua dilakukan melalui kegiatan:


1. Inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi;
dan
2. Pengujian terhadap contoh produk yang akan
atau telah beredar.

10.2. LSPro harus melaksanakan Sertifikasi ulang paling


lambat pada bulan ke-42 (empat puluh dua) setelah
penetapan Sertifikasi, melalui kegiatan sebagaimana
dimaksud dalam angka 6.

F. Penggunaan tanda SNI


1. Penggunaan tanda SNI dilakukan setelah mendapatkan
persetujuan penggunaan Tanda SNI melalui Surat Persetujuan
Penggunaan Tanda (SPPT) SNI yang dikeluarkan oleh BSN
sesuai dengan ketentuan dalam Peraturan BSN mengenai tata
cara penggunaan tanda SNI dan tanda kesesuaian berbasis
SNI.

2. Tanda SNI sebagai bukti kesesuaian produk yang telah


memenuhi SNI adalah sebagai berikut:
-600-

Dengan ukuran:

7*

Keterangan:
y = llx
r = 0,5x

G. Tahapan kritis proses produksi produk madu


Tahapan kritis
No Penjelasan Tahapan kritis
proses produksi
1. Pemilihan bahan Pemilihan bahan baku dan bahan
bakudan bahan kemasan harus memenuhi persyaratan
kemasan yang ditetapkan atau peraturan yang
terkait.
2. Pemanasan Pemanasan dilakukan pada suhu dan
waktu tertentu untuk mendapatkan
produk vang sesuai persvaratan.
3. Penyaringan Penyaringan dilakukan untuk
mendapatkan madu yang terpisah dari
benda asing.
4. Pengemasan Produk dikemas dalam wadah yang
tertutup rapat, tidak dipengaruhi atau
mempengaruhi isi, aman selama
penyimpanan dan pengangkutan.
5. Penandaan Penandaan dilakukan berdasarkan
persyaratan SNI dan peraturan terkait.
Keterangan: Urutan tahapan kritis proses produksi disetiap
pemohon dapat berbeda

KEPALA BADAN STANDARDISASI NASIONAL


REPUBLIK INDONESIA,

TTD

BAMBANG PRASETYA

^OARO/5
engan aslinya
Kepaia B anusia, Organisasi, dan Hukum

Margahayu
- 601 -

LAMPIRAN XXXIX
PERATURAN BADAN STANDARDISASI NASIONAL
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 1 TAHUN 2020
TENTANG
SKEMA PENILAIAN KESESUAIAN TERHADAP STANDAR
NASIONAL INDONESIA SEKTOR MAKANAN DAN MINUMAN

PETUNJUK TEKNIS SKEMA SERTIFIKASI PRODUK MINUMAN


BERBASIS AIR BERPERISA TIDAK BERKARBONAT

A. Ruang lingkup
Dokumen berlaku untuk acuan pelaksanaan Sertifikasi produk
minuman berbasis air berperisa tidak berkarbonat sesuai dengan
lingkup SNI:
No Nama Produk Persyaratan SNI
1. Minuman kopi SNI 01-4314-1996 Minuman kopi
dalam kemasan dalam kemasan
2. Minuman energi SNI 01-6684-2002 Minuman energi
3. Minuman teh SNI 3143:2011 Minuman teh dalam
dalam kemasan kemasan
4. Minuman sari
SNI 3719:2014 Minuman sari buah
buah

B. Persyaratan Sertifikasi
Persyaratan acuan Sertifikasi produk:
1. SNI sebagaimana dimaksud dalam huruf A;
2. SNI dan standar lain yang diacu dalam SNI sebagaimana
dimaksud pada huruf A;
3. Peraturan yang terkait yaitu
a. Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1999 tentang
Label dan Iklan Pangan;
b. Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 75/M-
IND/PER/7/2010 tentang Cara Produksi Pangan
Olahan yang Baik (Good Manufacturing Practices);
- 602 -

c. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 33 Tahun 2012


tentang Bahan Tambahan Pangan;
d. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan
Nomor 37 Tahun 2013 tentang Batas Maksimum
Penggunaan Bahan Tambahan Pangan Pewarna;
e. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan
Nomor 4 Tahun 2014 tentang Batas Maksimum
Penggunaan Bahan Tambahan Pangan Pemanis;
f. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan
Nomor 16 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas
Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan
Nomor HK.03.1.23.07.11.6664 Tahun 2011 Tentang
Pengawasan Kemasan Pangan;
g. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan
Nomor 16 Tahun 2016 tentang Kriteria Mikrobiologi
dalam Pangan Olahan;
h. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan
Nomor 23 Tahun 2017 tentang Batas Maksimum
Cemaran Logam Berat dalam Pangan Olahan; dan
i. Peraturan lain yang terkait dengan produk minuman
berbasis air berperisa tidak berkarbonat.
4. Peraturan lain yang terkait dengan produk minuman
berbasis air berperisa tidak berkarbonat

C. Prosedur Sertifikasi
Prosedur Sertifikasi mencakup:
1. evaluasi awal; dan
2. inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi.

D. Persyaratan Lembaga Penilaian Kesesuaian


Sertifikasi produk minuman berbasis air berperisa tidak
berkarbonat dilakukan oleh LPK yang telah diakreditasi oleh KAN
berdasarkan SNI ISO/IEC 17065, Penilaian Kesesuaian –
Persyaratan untuk Lembaga Sertifikasi Produk, Proses, dan Jasa,
untuk lingkup produk sebagaimana dimaksud dalam Ruang
Lingkup sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
- 603 -

Dalam hal LPK belum ada yang diakreditasi oleh KAN untuk
melakukan kegiatan Sertifikasi dengan ruang lingkup produk
minuman berbasis air berperisa tidak berkarbonat, BSN dapat
menunjuk LPK dengan ruang lingkup yang sejenis sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.

E. Tahapan Sertifikasi
1. Pengajuan permohonan Sertifikasi
1.1. Pengajuan permohonan Sertifikasi dilakukan oleh pelaku
usaha. Kriteria pelaku usaha yang dapat mengajukan
Sertifikasi sesuai Peraturan Kepala BSN mengenai tata
cara penggunaan tanda SNI dan tanda kesesuaian
berbasis SNI.

1.2. Permohonan Sertifikasi harus dilengkapi dengan:


a. informasi Pemohon:
1. nama pemohon, alamat pemohon, serta nama dan
kedudukan atau jabatan personel yang
bertanggung jawab atas pengajuan permohonan
Sertifikasi;
2. bukti pemenuhan persyaratan izin usaha sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan;
3. pemenuhan persyaratan sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan tentang
pendaftaran dan hak kepemilikan atas merek yang
dikeluarkan oleh Kementerian Hukum dan Hak
Asasi Manusia;
4. apabila Pemohon melakukan pembuatan produk
dengan merek yang dimiliki oleh pihak lain,
menyertakan bukti perjanjian yang mengikat
secara hukum untuk melakukan pembuatan
produk untuk pihak lain;
5. apabila Pemohon bertindak sebagai pemilik merek
yang mensubkontrakkan proses produksinya
kepada pihak lain, menyertakan bukti kepemilikan
merek dan perjanjian subkontrak pelaksanaan
produksi dengan pihak lain;
- 604 -

6. apabila Pemohon bertindak sebagai perwakilan


resmi pemilik merek yang berkedudukan hukum di
luar negeri, menyertakan bukti perjanjian yang
mengikat secara hukum tentang penunjukan
sebagai perwakilan resmi pemilik merek di wilayah
Republik Indonesia; dan
7. pernyataan bahwa Pemohon Sertifikasi
bertanggung jawab penuh atas pemenuhan
persyaratan SNI dan pemenuhan persyaratan
proses Sertifikasi dan bersedia memberikan akses
terhadap lokasi dan/atau informasi yang
diperlukan oleh LSPro dalam melaksanakan
kegiatan Sertifikasi.
b. informasi produk:
1. merek produk yang diajukan untuk disertifikasi;
2. jenis/tipe/varian produk yang diajukan untuk
disertifikasi;
3. SNI yang digunakan sebagai dasar pengajuan
permohonan Sertifikasi;
4. foto produk dalam kemasan primer yang diajukan
untuk disertifikasi (dari arah depan, belakang dan
samping), serta informasi terkait kemasan primer
produk;
5. daftar bahan baku termasuk bahan tambahan
pangan;
6. label produk; dan
7. Apabila tersedia, foto kemasan sekunder yang
diajukan untuk disertifikasi, dari arah depan,
belakang, samping, dan bagian dalam
c. informasi proses produksi:
1. nama, alamat, dan legalitas hukum pabrik;
2. struktur organisasi, nama dan jabatan personel
penanggung jawab proses produksi;
3. dokumentasi informasi tentang pemasok bahan
baku produk, prosedur evaluasi pemasok, serta
prosedur inspeksi bahan baku produk;
- 605 -

4. dokumentasi informasi tentang proses pembuatan


produk yang diajukan untuk disertifikasi,
termasuk proses yang disubkontrakkan ke pihak
lain;
5. dokumentasi informasi tentang prosedur dan
rekaman pengendalian mutu, termasuk pengujian
rutin, daftar peralatan, serta sertifikat kalibrasi
atau bukti verifikasi peralatan yang berpengaruh
terhadap mutu produk yang disertifikasi, dan
bukti atau segel tera atau tera ulang untuk alat
ukur yang digunakan dalam pengukuran berat
produk akhir;
6. dokumentasi informasi tentang prosedur dan
rekaman pengendalian dan penanganan produk
yang tidak sesuai;
7. dokumentasi informasi tentang pengemasan
produk dan pengelolaan produk di gudang akhir
produk sebelum dikirimkan dan/atau diedarkan
ke wilayah Republik Indonesia;
8. lokasi gudang penyimpanan produk di wilayah
Republik Indonesia;
9. bukti izin edar produk sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan;
10. menyertakan laporan hasil uji yang dilakukan
paling lambat 1 (satu) tahun sebelum pengajuan
Sertifikasi, yang memberikan bukti pemenuhan
produk yang diajukan untuk disertifikasi terhadap
persyaratan mutu dalam SNI dan peraturan
terkait;
11. apabila laporan hasil uji sebagaimana dinyatakan
pada angka 10 belum tersedia, Pemohon dapat
menyampaikan contoh produk kepada LSPro
untuk diuji di laboratorium yang memiliki
perjanjian alih daya dengan LSPro; dan
12. apabila telah tersedia, menyertakan Sertifikat
Penerapan Sistem Manajemen Mutu berdasarkan
SNI ISO 9001 atau Sistem Manajemen Keamanan
- 606 -

Pangan berdasarkan SNI ISO 22000 atau HACCP


berdasarkan SNI CAC/RCP 1 dari Lembaga
Sertifikasi yang diakreditasi oleh KAN atau oleh
badan akreditasi penandatangan International
Accreditation Forum (IAF)/Asia Pacific Accreditation
Cooperation (APAC) Multilateral Recognition
Agreement (MLA) dengan ruang lingkup yang
sesuai.

2. Tinjauan permohonan Sertifikasi


LSPro harus memastikan bahwa informasi yang diperoleh dari
permohonan Sertifikasi yang diajukan oleh Pemohon telah
lengkap dan memenuhi persyaratan.

3. Penandatanganan perjanjian Sertifikasi


Setelah permohonan Sertifikasi dinyatakan lengkap dan
Pemohon menyetujui persyaratan dan prosedur Sertifikasi yang
ditetapkan oleh LSPro sesuai dengan persyaratan SNI ISO/IEC
17065, perjanjian Sertifikasi ditandatangani oleh Pemohon dan
LSPro.

4. Penyusunan rencana evaluasi


Berdasarkan informasi yang diperoleh dari persyaratan
permohonan Sertifikasi yang disampaikan oleh Pemohon, LSPro
menetapkan rencana evaluasi yang mencakup:
a. jenis/tipe/varian produk yang diajukan untuk disertifikasi
dan metode pengambilan contoh sesuai dengan
persyaratan SNI sebagaimana dimaksud dalam huruf A
yang diperlukan untuk pengujian produk dan mewakili
contoh produk yang diusulkan untuk disertifikasi,
b. informasi SNI yang digunakan sebagai dasar Sertifikasi
berdasarkan permohonan yang diajukan oleh Pemohon
Sertifikasi;
c. waktu yang diperlukan untuk pelaksanaan pengujian
berdasarkan standar acuan metode uji yang
dipersyaratkan; dan
- 607 -

d. waktu, lokasi pelaksanaan dan agenda inspeksi pabrik


atau asesmen proses produksi yang relevan dengan
pelaksanaan produksi produk yang diajukan untuk
disertifikasi, serta personel kompeten yang melakukan
evaluasi.
5. Pelaksanaan evaluasi awal terhadap produk
5.1. Pelaksanaan evaluasi awal terhadap produk mencakup:
a. Pemeriksaan awal terhadap kesesuaian informasi produk
dan proses produksi yang disampaikan Pemohon pada
huruf E angka 1 terhadap lingkup produk yang
ditetapkan dalam SNI dan peraturan terkait.
b. Pengujian awal terhadap contoh produk berdasarkan
persyaratan mutu dalam SNI. Pengujian awal dilakukan
berdasarkan laporan hasil uji dari laboratorium yang
disampaikan Pemohon, yang mencakup seluruh
persyaratan mutu dalam SNI sebagaimana dimaksud
dalam huruf A. Apabila laporan hasil uji tersebut
menunjukkan bahwa seluruh persyaratan mutu dalam
SNI tersebut telah terpenuhi, maka produk yang diajukan
untuk disertifikasi dianggap telah memenuhi persyaratan
pengujian awal.

5.2. Apabila hasil evaluasi awal menunjukkan ketidaksesuaian


terhadap persyaratan SNI, Pemohon harus diberi
kesempatan untuk melakukan tindakan perbaikan dalam
jangka waktu tertentu sesuai dengan kebijakan LSPro.

6. Pelaksanaan inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi


6.1. Inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi harus
dilakukan pada saat pabrik melakukan produksi, atau
pada kondisi tertentu dilakukan melalui simulasi proses
produksi produk yang diajukan untuk disertifikasi.
6.2. Inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi dilakukan
terhadap:
a. tanggung jawab dan komitmen personel penanggung
jawab pabrik terhadap konsistensi pemenuhan
produk terhadap persyaratan SNI;
- 608 -

b. ketersediaan dan pengendalian dokumentasi


informasi prosedur dan rekaman pengendalian
mutu, termasuk pengujian rutin;
c. fasilitas, lokasi, desain dan tata letak, bangunan,
sanitasi peralatan, sanitasi ruang proses, dan
higiene personel sesuai dengan ketentuan yang
berlaku tentang Cara Produksi Pangan Olahan yang
Baik;
d. tahapan kritis proses produksi, mulai dari bahan
baku sampai produk akhir paling sedikit pada
tahapan sebagaimana dimaksud pada lampiran G;
e. kelengkapan serta fungsi peralatan produksi
termasuk peralatan pengendalian mutu paling
sedikit sebagaimana dimaksud pada lampiran H;
f. bukti verifikasi berdasarkan hasil kalibrasi atau
hasil verifikasi peralatan produksi sebagaimana
disebutkan pada huruf e yang membuktikan bahwa
peralatan tersebut memenuhi persyaratan produksi.
Hasil verifikasi peralatan produksi dapat
ditunjukkan dengan prosedur yang diperlukan
untuk mencapai kondisi atau persyaratan yang
ditetapkan;
g. pengendalian dan penanganan produk yang tidak
sesuai; dan
h. pengemasan, penanganan, dan penyimpanan
produk, termasuk di gudang akhir produk yang siap
diedarkan.

6.3. Apabila Pabrik telah menerapkan Sistem Manajemen


Keamanan Pangan berdasarkan SNI ISO 22000 atau
HACCP berdasarkan SNI CAC/RCP 1 dari Lembaga
Sertifikasi yang diakreditasi oleh KAN atau oleh badan
akreditasi penandatangan IAF/APAC MLA dengan ruang
lingkup yang sesuai, maka inspeksi pabrik atau asesmen
proses produksi dilakukan terhadap implementasi sistem
manajemen terkait mutu produk tersebut dan angka 6.2
huruf d dan huruf e.
- 609 -

6.4. Apabila Pabrik telah menerapkan Sistem Manajemen


Mutu berdasarkan SNI ISO 9001 dari Lembaga Sertifikasi
yang diakreditasi oleh KAN atau oleh badan akreditasi
penandatangan IAF/APAC MLA dengan ruang lingkup
yang sesuai, maka inspeksi pabrik atau asesmen proses
produksi dilakukan terhadap implementasi sistem
manajemen terkait mutu produk tersebut dan angka 6.2
huruf c, huruf d, dan huruf e.

6.5. Selama inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi,


LSPro melakukan pengambilan contoh produk oleh
petugas pengambil contoh dan selanjutnya diuji di
laboratorium milik LSPro atau Laboratorium yang telah
memiliki perjanjian alih daya dengan LSPro.

6.6. Apabila berdasarkan hasil inspeksi pabrik atau asesmen


proses produksi, termasuk hasil pengujian, tidak
diperoleh bukti-bukti yang kuat untuk menjamin
konsistensi produk terhadap persyaratan SNI, maka
Pemohon harus diberi kesempatan untuk melakukan
tindakan perbaikan dalam jangka waktu tertentu sesuai
dengan kebijakan LSPro.

7. Tinjauan
7.1. Tinjauan Hasil Evaluasi dilakukan terhadap:
a. Hasil evaluasi awal terhadap produk untuk
menunjukkan bahwa contoh produk yang mewakili
produk memenuhi persyaratan SNI yang diajukan
oleh Pemohon sebagai dasar permohonan Sertifikasi.
b. Hasil inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi
atau bukti obyektif untuk menunjukkan bahwa
pabrik memiliki proses produksi yang didukung
dengan segala sumber daya yang diperlukan untuk
menghasilkan produk yang secara konsisten dan
memenuhi persyaratan SNI yang diajukan oleh
Pemohon sebagai dasar permohonan Sertifikasi.
- 610 -

7.2. Tinjauan hasil evaluasi dinyatakan dalam bentuk


rekomendasi tertulis tentang pemenuhan SNI yang
diajukan oleh Pemohon untuk produk yang diajukan
untuk disertifikasi.

8. Penetapan keputusan Sertifikasi


8.1. Penetapan keputusan Sertifikasi dilakukan berdasarkan
rekomendasi yang dihasilkan dari proses tinjauan.

8.2. Penetapan keputusan Sertifikasi harus dilakukan oleh


satu atau sekelompok orang yang tidak terlibat dalam
proses evaluasi.

8.3. Penetapan keputusan Sertifikasi dapat dilakukan oleh


satu atau sekelompok orang yang sama dengan yang
melakukan tinjauan.

8.4. Rekomendasi untuk keputusan Sertifikasi berdasarkan


hasil tinjauan harus didokumentasikan, kecuali tinjauan
dan keputusan Sertifikasi diselesaikan secara bersamaan
oleh satu atau sekelompok orang yang sama.

8.5. LSPro harus memberitahu Pemohon Sertifikasi terkait


alasan menunda atau tidak memberikan keputusan
Sertifikasi, dan harus mengidentifikasikan alasan
keputusan tersebut. Apabila Pemohon Sertifikasi
menunjukkan keinginan untuk melanjutkan proses
Sertifikasi, LSPro dapat memulai kembali dari proses
evaluasi (angka 5).

9. Penerbitan sertifikat
Sertifikat kesesuaian terhadap persyaratan SNI diterbitkan
sesuai ketentuan sebagai berikut:
a. Sertifikat diterbitkan oleh LSPro setelah penetapan
keputusan Sertifikasi,
b. Sertifikat paling sedikit harus memuat:
1. nomor sertifikat atau identifikasi unik lainnya;
2. nomor atau identifikasi lain dari skema Sertifikasi;
- 611 -

3. nama dan alamat LSPro;


4. nama dan alamat Pemohon (pemegang sertifikat);
5. acuan ke perjanjian Sertifikasi;
6. Pernyataan kesesuaian yang mencakup:
a. nama, merek, dan spesifikasi produk yang
dinyatakan memenuhi persyaratan;
b. SNI yang menjadi dasar Sertifikasi;
c. nama dan alamat lokasi produksi; dan
d. informasi terkait proses Sertifikasi.
7. status akreditasi atau pengakuan LSPro;
8. tanggal penerbitan sertifikat;
9. tanggal berakhir masa berlaku sertifikat yaitu 4
(empat) tahun sejak tanggal penerbitan sertifikat;
10. tanda tangan yang mengikat secara hukum dari
personel yang bertindak atas nama LSPro sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

10. Surveilans dan Sertifikasi ulang


10.1. LSPro harus melaksanakan surveilans paling sedikit 2
(dua) kali dalam periode Sertifikasi. Dalam hal ini berlaku
ketentuan sebagai berikut:
a. Surveilans pertama dilakukan melalui kegiatan:
1. Inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi;
dan/atau
2. Pengujian terhadap contoh produk yang akan
beredar.
Pemilihan jenis kegiatan pada surveilans pertama
tersebut dilakukan berdasarkan penilaian LSPro atas
hasil Sertifikasi sebelumnya.
Apabila surveilans pertama hanya dilakukan melalui
kegiatan pengujian terhadap contoh produk yang akan
beredar, penerima sertifikat harus menyampaikan
dokumentasi pengendalian mutu proses produksi sejak
penerbitan sertifikat sampai dilakukan surveilans
pertama.
b. Surveilans kedua dilakukan melalui kegiatan:
- 612 -

1. Inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi;


dan
2. Pengujian terhadap contoh produk yang akan
atau telah beredar.

10.2. LSPro harus melaksanakan Sertifikasi ulang paling


lambat pada bulan ke-42 (empat puluh dua) setelah
penetapan Sertifikasi, melalui kegiatan sebagaimana
tercantum dalam angka 6.

F. Penggunaan tanda SNI


1. Penggunaan tanda SNI dilakukan setelah mendapatkan
persetujuan penggunaan Tanda SNI melalui Surat Persetujuan
Penggunaan Tanda (SPPT) SNI yang dikeluarkan oleh BSN
sesuai dengan ketentuan dalam Peraturan BSN mengenai tata
cara penggunaan tanda SNI dan tanda kesesuaian berbasis
SNI.

2. Tanda SNI sebagai bukti kesesuaian produk yang telah


memenuhi SNI adalah sebagai berikut:
- 613 -

Dengan ukuran:

Keterangan:
y = 11x
r = 0,5x
- 614 -

G. Tahapan kritis proses produksi produk minuman berbasis air berperisa tidak berkarbonat
Produk
Tahapan kritis Minuman Minuman
No. Penjelasan tahapan kritis Minuman
proses produksi kopi dalam teh dalam Minuman sari buah
energi
kemasan kemasan

1 Pemilihan bahan Bahan tambahan pangan dan bahan kemasan harus Berlaku Berlaku Berlaku Berlaku
baku, bahan memenuhi persyaratan yang ditetapkan atau peraturan yang
tambahan pangan terkait.
dan bahan Untuk bahan baku air perlu diperhatikan proses pengolahan Berlaku Berlaku Berlaku Berlaku
kemasan air (water treatment).
Bahan baku air harus memenuhi persyaratan kualitas air
minum sesuai peraturan yang terkait.
Bahan baku gula yang digunakan harus sesuai dengan Berlaku Berlaku Berlaku Berlaku
persyaratan SNI, dibuktikan dengan tanda SNI dalam
kemasan.
Bahan baku ekstrak kopi yang digunakan harus dikendalikan Berlaku Tidak Tidak Tidak berlaku
untuk mendapatkan larutan kopi sesuai yang dipersyaratkan. berlaku berlaku
Bahan baku seduhan teh (Camellia sinensis L.) atau ekstrak Tidak Tidak Berlaku Tidak berlaku
teh atau teh instan atau campurannya yang digunakan harus berlaku berlaku
dikendalikan untuk mendapatkan larutan teh sesuai yang
dipersyaratkan.
Bahan baku sari buah atau campuran sari buah yang tidak Tidak Tidak Tidak Berlaku
difermentasi, dengan bagian lain dari satu jenis buah atau berlaku berlaku berlaku
lebih yang digunakan harus dikendalikan untuk
mendapatkan minuman sari buah sesuai yang
dipersyaratkan.
- 615 -

Produk
Tahapan kritis Minuman Minuman
No. Penjelasan tahapan kritis Minuman
proses produksi kopi dalam teh dalam Minuman sari buah
energi
kemasan kemasan

2 Pencampuran Pencampuran bahan baku dan bahan tambahan dilakukan Berlaku Berlaku Berlaku Berlaku
dengan metode tertentu yang dikendalikan untuk
mendapatkan campuran yang homogen.
3 Penghilangan Penghilangan benda asing dilakukan dengan metode tertentu Berlaku Berlaku Berlaku Berlaku
benda asing untuk mencegah adanya benda asing dalam larutan.
4 Pemanasan Pemanasan dilakukan dengan metode tertentu yang Berlaku Berlaku Berlaku Berlaku
dikendalikan untuk mendapatkan spesifikasi produk sesuai
dengan persyaratan yang ditetapkan.
5 Pengisian dan Produk diisi dan dikemas dalam wadah yang tertutup rapat, Berlaku Berlaku Berlaku Berlaku
Pengemasan tidak dipengaruhi atau mempengaruhi isi, aman selama
penyimpanan dan pengangkutan.
Apabila produk dikemas dalam kaleng, proses pengalengan Berlaku Berlaku Berlaku Berlaku
harus dilakukan pada kondisi tertentu yang dikendalikan.
6 Pendinginan Pendinginan dilakukan dengan metode tertentu yang Berlaku Berlaku Berlaku Berlaku
dikendalikan untuk menurunkan suhu produk akhir.
7 Penandaan Penandaan dilakukan berdasarkan persyaratan SNI dan Berlaku Berlaku Berlaku Berlaku
peraturan terkait.

Keterangan: Urutan tahapan kritis proses produksi disetiap pemohon dapat berbeda
-616-

H. Kelengkapan minimal peralatan produksi termasuk peralatan


pengendalian mutu produk minuman berbasis air berperisa tidak
berkarbonat

No. Produk Peralatan


1. Minuman kopi dalam Alat pengolahan air [water treatment),
kemasan alat pencarapur, alat
penyaring/penghilang benda asing, alat
pemanasan, alat pengisian dan
pengemasan, alat pengukur
berat/volume.
2. Minuman energi Alat pengolahan air [water treatment),
alat pencampur, alat
penyaring/penghilang benda asing, alat
pemanasan, alat pengisian dan
pengemasan, alat pengukur
berat/volume.
3. Minuman teh dalam Alat pengolahan air (lyater treatment),
kemasan alat pencampur, alat
penyaring/penghilang benda asing, alat
pemanasan, alat pengisian dan
pengemasan, alat pengukur
berat/volume.
4. Minuman sari buah Alat pengolahan air (water treatment),
alat pencampur, alat
penyaring/penghilang benda asing, alat
pemanasem, alat pengisian dan
pengemasan, alat pengukur padatan
terlarut (refractometer), alat pengukur
keasaman, alat pengukur berat/volume.

KEPALA BADAN STANDARDISASI NASIONAL

REPUBLIK INDONESIA,

TTD

BAMBANG PRASETYA

Salirian-seguai dengan aslinya


Kepala Bi Manusia, Organisasi, dan Hukum

Mra Margahayu
'Kmoo**
- 617 -

LAMPIRAN XL
PERATURAN BADAN STANDARDISASI NASIONAL
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 1 TAHUN 2020
TENTANG
SKEMA PENILAIAN KESESUAIAN TERHADAP STANDAR
NASIONAL INDONESIA SEKTOR MAKANAN DAN MINUMAN

PETUNJUK TEKNIS SKEMA SERTIFIKASI PRODUK SARI BUAH

A Ruang lingkup
Dokumen ini berlaku untuk acuan pelaksanaan Sertifikasi produk
sari buah.

B Persyaratan acuan
Persyaratan acuan Sertifikasi produk sari buah mencakup:
1. SNI produk sari buah sebagaimana ditetapkan dalam
Keputusan Kepala Badan Standardisasi Nasional mengenai
daftar SNI sektor Makanan dan Minuman;
2. SNI dan standar lain yang diacu dalam SNI sebagaimana
dimaksud dalam angka 1;
3. Peraturan yang mengatur tentang label dan iklan pangan;
4. Peraturan yang mengatur tentang cara produksi pangan
olahan yang baik (Good Manufacturing Practices);
5. Peraturan yang mengatur tentang kemasan pangan;
6. Peraturan yang mengatur tentang bahan tambahan pangan;
7. Penerapan Cara Produksi Pangan Olahan yang Baik (CPPOB),
Sistem Manajemen Mutu (SMM) berdasarkan SNI ISO 9001,
Sistem Manajemen Mutu Keamanan Pangan (SMKP)
berdasarkan SNI ISO 22000 atau HACCP berdasarkan SNI
CAC/RCP 1; dan
8. Peraturan lain yang terkait produk sari buah.

C Jenis kegiatan penilaian kesesuaian


Penilaian kesesuaian dilakukan melalui kegiatan Sertifikasi.
Sertifikasi produk sari buah dilakukan oleh LPK yang telah
- 618 -

diakreditasi oleh KAN berdasarkan SNI ISO/IEC 17065, Penilaian


Kesesuaian – Persyaratan untuk Lembaga Sertifikasi Produk,
Proses, dan Jasa, untuk lingkup produk sari buah.
Dalam hal LPK belum ada yang diakreditasi KAN untuk melakukan
kegiatan Sertifikasi dengan ruang lingkup produk sari buah, BSN
dapat menunjuk LPK dengan lingkup yang sejenis sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.

D Prosedur administratif
1. Pengajuan permohonan Sertifikasi
1.1 LSPro harus menyusun format permohonan Sertifikasi
bagi pelaku usaha untuk mendapatkan seluruh
informasi seperti diatur pada huruf D angka 1.3.

1.2 Pengajuan permohonan Sertifikasi dilakukan oleh pelaku


usaha. Kriteria pelaku usaha yang dapat mengajukan
Sertifikasi sesuai Peraturan BSN yang mengatur
mengenai tata cara penggunaan tanda SNI dan tanda
kesesuaian berbasis SNI.

1.3 Permohonan Sertifikasi harus dilengkapi dengan:


a. informasi Pemohon:
1. nama Pemohon, alamat Pemohon, serta nama
dan kedudukan atau jabatan personel yang
bertanggung jawab atas pengajuan permohonan
Sertifikasi;
2. bukti pemenuhan persyaratan izin usaha sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan;
3. bukti izin edar produk sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan;
4. bukti kepemilikan atas merek atau tanda daftar
yang dikeluarkan oleh Kementerian Hukum dan
Hak Asasi Manusia;
5. apabila Pemohon melakukan pembuatan
produk dengan merek yang dimiliki oleh pihak
lain, menyertakan bukti perjanjian yang
- 619 -

mengikat secara hukum untuk melakukan


pembuatan produk untuk pihak lain;
6. apabila Pemohon bertindak sebagai pemilik
merek yang mensubkontrakkan proses
produksinya kepada pihak lain, menyertakan
bukti kepemilikan merek dan perjanjian
subkontrak pelaksanaan produksi dengan
pihak lain;
7. apabila Pemohon bertindak sebagai perwakilan
resmi pemilik merek yang berkedudukan
hukum di luar negeri, menyertakan bukti
perjanjian yang mengikat secara hukum
tentang penunjukan sebagai perwakilan resmi
pemilik merek di wilayah Republik Indonesia;
8. pernyataan bahwa Pemohon bertanggung jawab
penuh atas pemenuhan persyaratan SNI dan
pemenuhan persyaratan proses Sertifikasi,
serta bersedia memberikan akses terhadap
lokasi dan/atau informasi yang diperlukan oleh
LSPro dalam melaksanakan kegiatan Sertifikasi.
b. informasi produk:
1. merek produk yang diajukan untuk
disertifikasi;
2. jenis/tipe/varian produk yang diajukan untuk
disertifikasi;
3. spesifikasi produk setiap merek yang diajukan
untuk disertifikasi;
4. SNI yang digunakan sebagai dasar pengajuan
permohonan Sertifikasi,
5. daftar bahan baku termasuk bahan tambahan
pangan;
6. label produk;
7. jenis kemasan produk;
8. foto produk dalam kemasan primer yang
diajukan untuk disertifikasi (dari arah depan,
belakang dan samping), serta informasi terkait
kemasan primer produk;
- 620 -

9. apabila ada, foto kemasan sekunder dan tersier


produk yang diajukan untuk disertifikasi, dari
arah depan, belakang, dan samping.
c. informasi proses produksi:
1. nama, alamat, dan legalitas hukum pabrik
(apabila berbeda dengan legalitas Pemohon);
2. nama dan alamat fasilitas produksi mencakup
semua fasilitas yang digunakan untuk
memproduksi produk yang akan disertifikasi
(misal gudang bahan baku, produksi,
pengemasan produk, pengangkutan produk
jadi, gudang produk jadi dan lainnya) termasuk
kegiatan yang dialihdayakan;
3. struktur organisasi;
4. dokumentasi tentang desain dan tata letak
proses produksi serta proses pembuatan
produk yang diajukan untuk disertifikasi;
5. dokumentasi terkait proses dan pengendalian
produksi;
6. dokumentasi tentang peralatan produksi dan
pengukuran termasuk program
kalibrasi/verifikasi peralatan;
7. apabila telah tersedia, menyertakan sertifikat
penerapan Sistem Manajemen Mutu
berdasarkan SNI ISO 9001 atau Sistem
Manajemen Keamanan Pangan berdasarkan SNI
ISO 22000 atau HACCP berdasarkan SNI
CAC/RCP 1 dari lembaga Sertifikasi yang
diakreditasi oleh KAN atau oleh badan
akreditasi penandatangan International
Accreditation Forum (IAF)/Asia Pacific
Accreditation Cooperation (APAC) Multilateral
Recognition Agreement (MLA) dengan ruang
lingkup yang sesuai.
- 621 -

2. Seleksi
2.1 Tinjauan permohonan Sertifikasi
2.1.1 LSPro harus memastikan bahwa informasi yang
diperoleh dari permohonan Sertifikasi yang
diajukan oleh Pemohon telah lengkap dan
memenuhi persyaratan, serta dapat memastikan
kemampuan LSPro untuk menindaklanjuti
permohonan Sertifikasi.

2.1.2 Tinjauan permohonan Sertifikasi harus dilakukan


oleh personel yang memiliki kompetensi sesuai
dengan lingkup permohonan Sertifikasi.

2.2 Penandatanganan perjanjian Sertifikasi


Setelah permohonan Sertifikasi dinyatakan lengkap dan
memenuhi persyaratan serta Pemohon menyetujui
persyaratan dan prosedur Sertifikasi yang ditetapkan
oleh LSPro, dilakukan penandatanganan perjanjian
Sertifikasi oleh Pemohon dan LSPro.

2.3 Penyusunan rencana evaluasi


2.3.1 Berdasarkan informasi yang diperoleh dari
persyaratan permohonan Sertifikasi yang
disampaikan oleh Pemohon, LSPro menetapkan
rencana evaluasi yang mencakup:
a. tujuan, waktu, durasi, lokasi pelaksanaan,
tim, metode, dan agenda evaluasi proses
produksi dan CPPOB atau sistem manajemen
yang relevan dengan pelaksanaan proses
produksi produk yang diajukan untuk
disertifikasi;
b. jenis/tipe/varian produk yang diajukan
untuk disertifikasi dan metode pengambilan
contoh sesuai dengan persyaratan SNI yang
diperlukan untuk pengujian produk, yang
mewakili contoh produk yang diusulkan
untuk disertifikasi;
- 622 -

c. informasi SNI yang digunakan sebagai dasar


Sertifikasi berdasarkan permohonan yang
diajukan oleh Pemohon; dan
d. waktu yang diperlukan untuk pelaksanaan
pengujian berdasarkan standar acuan
metode uji yang dipersyaratkan.

2.3.2 Rencana evaluasi harus mempertimbangkan


kesesuaian produksi yang dilakukan oleh pabrik
sesuai lingkup produk yang diajukan untuk
disertifikasi.

2.3.3 Pelaksanaan evaluasi dilakukan oleh auditoratau


tim audit yang memiliki kriteria kompetensi
sebagai berikut:
1. Pengetahuan tentang prinsip, praktik dan
teknik audit;
2. Pengetahuan tentang proses dan prosedur
Sertifikasi yang ditetapkan oleh LSPro;
3. Pengetahuan tentang standar sistem
manajemen:
a. SNI ISO 9001 tentang sistem manajemen
mutu,
b. SNI ISO 22000 tentang sistem
manajemen mutu keamanan pangan,
c. SNI CAC/RCP 1 tentang rekomendasi
nasional kode praktis – prinsip umum
higiene pangan, dan/atau
d. Cara Produksi Pangan Olahan yang Baik
(CPPOB);

Catatan: sesuai yang diterapkan oleh


pemohon Sertifikasi.
4. Pengetahuan yang dibuktikan dengan
sertifikat, tentang SNI produk sari buah;
5. Pengetahuan yang dibuktikan dengan
sertifikat dan/atau pengalaman tentang
sektor bisnis produk sari buah; dan
- 623 -

6. Pengetahuan tentang produk, proses dan


organisasi pemohon Sertifikasi.

3. Determinasi
Determinasi mencakup 2 (dua) tahap evaluasi, yaitu evaluasi
tahap 1 (satu) dan evaluasi tahap 2 (dua).

3.1 Pelaksanaan evaluasi tahap 1 (satu)


3.1.1 Pada evaluasi tahap 1 (satu) dilakukan
pemeriksaan awal terhadap kesesuaian informasi
produk dan proses produksi yang disampaikan
Pemohon pada huruf D angka 1.3 terhadap
lingkup produk yang ditetapkan dalam SNI dan
peraturan terkait.

3.1.2 Apabila hasil evaluasi tahap 1 (satu)


menunjukkan ketidaksesuaian terhadap
persyaratan, Pemohon harus diberi kesempatan
untuk melakukan tindakan perbaikan dalam
jangka waktu tertentu sesuai dengan kebijakan
LSPro.

3.2 Pelaksanaan evaluasi tahap 2 (dua)


3.2.1 Evaluasi tahap 2 (dua) dilaksanakan melalui audit
proses produksi dan CPPOB atau sistem
manajemen yang relevan serta pengujian produk.

3.2.2 Audit proses produksi dan CPPOB atau sistem


manajemen yang relevan dilakukan pada saat
pabrik melakukan produksi produk yang diajukan
atau pada kondisi tertentu dilakukan melalui
simulasi proses produksi produk yang diajukan
untuk disertifikasi.

3.2.3 Audit dilakukan dengan metode audit yang


merupakan kombinasi dari audit dokumen dan
- 624 -

rekaman, wawancara, observasi, demonstrasi,


atau metode audit lainnya.

3.2.4 Audit dilakukan terhadap:


a. tanggung jawab dan komitmen personel
penanggung jawab pabrik terhadap
konsistensi pemenuhan produk terhadap
persyaratan SNI;
b. ketersediaan dan pengendalian prosedur dan
rekaman pengendalian mutu, termasuk
pengujian rutin;
c. fasilitas, lokasi, desain dan tata letak,
bangunan, sanitasi peralatan, sanitasi ruang
proses, dan higiene personel sesuai dengan
ketentuan yang berlaku tentang CPPOB;
d. tahapan kritis proses produksi, mulai dari
bahan baku sampai produk akhir paling
sedikit pada tahapan seperti yang diuraikan
dalam huruf L;
e. kelengkapan serta fungsi peralatan produksi
termasuk peralatan pengendalian mutu;
f. bukti verifikasi berdasarkan hasil kalibrasi
atau hasil verifikasi peralatan produksi
sebagaimana disebutkan pada huruf e yang
membuktikan bahwa peralatan tersebut
memenuhi persyaratan produksi. Hasil
verifikasi peralatan produksi dapat
ditunjukkan dengan prosedur yang
diperlukan untuk mencapai kondisi atau
persyaratan yang ditetapkan;
g. bukti tera atau tera ulang alat pengukur
berat produk dalam kemasan akhir;
h. pengendalian dan penanganan produk yang
tidak sesuai; dan
i. pengemasan, penanganan, dan penyimpanan
produk, termasuk di gudang akhir produk
yang siap diedarkan.
- 625 -

3.2.5 Apabila Pemohon telah menerapkan dan


mendapatkan sertifikat SMKP berdasarkan SNI
ISO 22000 atau HACCP berdasarkan SNI
CAC/RCP 1 dari lembaga Sertifikasi yang
diakreditasi oleh KAN atau oleh badan akreditasi
penandatangan IAF/APAC MLA dengan ruang
lingkup yang sesuai, maka inspeksi pabrik atau
asesmen proses produksi dilakukan terhadap
implementasi sistem manajemen terkait mutu
produk tersebut dan angka 3.2.4 huruf d sampai
dengan huruf i.

3.2.6 Apabila Pemohon telah menerapkan dan


mendapatkan sertifikat SMM berdasarkan SNI ISO
9001 dari lembaga Sertifikasi yang diakreditasi
oleh KAN atau oleh badan akreditasi
penandatangan IAF/APAC MLA dengan ruang
lingkup yang sesuai, maka inspeksi pabrik atau
asesmen proses produksi dilakukan terhadap
implementasi sistem manajemen terkait mutu
produk tersebut dan angka 3.2.4 huruf c sampai
dengan huruf i.

3.2.7 Apabila Pemohon hanya melakukan kegiatan


pengemasan produk akhir, maka audit pada
angka 3.2.4 tidak berlaku, namun LSPro harus
memastikan kesesuaian terhadap:
1. produk yang akan dikemas sesuai
persyaratan SNI yang dibuktikan melalui
pemenuhan hasil uji yang diterbitkan oleh
laboratorium pihak ketiga yang diakreditasi
oleh KAN atau badan akreditasi
penandatangan IAF/APAC MLA secara
periodik setiap batch dan mencakup seluruh
pemasok;
2. tahapan proses di pemasok yang dibuktikan
melalui penyertaan sertifikat CPPOB, sistem
- 626 -

manajemen atau sertifikat Pemeriksaan


Sarana dan Bangunan (PSB) yang dimiliki
oleh pemasok; dan
3. tahapan kritis proses produksi seperti yang
diuraikan dalam huruf L, yang dibuktikan
melalui audit proses produksi pada seluruh
kegiatan yang dikendalikan oleh Pemohon.

3.2.8 Pengambilan contoh produk dilakukan saat audit


proses produksi berdasarkan persyaratan dalam
SNI. Pengambilan contoh produk untuk pengujian
dilakukan oleh personel kompeten yang
ditugaskan oleh LSPro. Contoh produk diambil
dari lini produksi atau gudang penyimpanan
produk.

3.2.9 Contoh produk diambil sesuai dengan kebutuhan


pengujian yang mewakili merek yang diajukan
untuk disertifikasi.
Catatan: merek dapat mewakili merek lainnya
apabila memiliki spesifikasi yang sama

3.2.10 Pengujian dilakukan di laboratorium yang telah


menerapkan ISO/IEC 17025 untuk lingkup
produk yang disertifikasi. Penerapan ISO/IEC
17025 dapat dibuktikan melalui:
a. akreditasi oleh KAN;
b. akreditasi oleh badan akreditasi
penandatangan saling pengakuan dalam
forum APAC dan International Laboratory
Accreditation Cooperation (ILAC); atau
c. penilaian yang dilakukan oleh LSPro
terhadap laboratorium.

3.2.11 Apabila pengujian dilakukan di laboratorium


Pemohon, maka LSPro harus memastikan
kesesuaian kompetensi dan imparsialitas proses
- 627 -

pengujian yang dilakukan, misalnya melalui


penyaksian proses pengujian.

3.2.12 Laboratorium pemohon yang digunakan untuk


pengujian produk yang disertifikasi harus
memenuhi persyaratan sebagaimana tercantum
pada angka 3.2.10 huruf a atau huruf b.

3.2.13 Apabila berdasarkan hasil evaluasi tahap 2 (dua)


ditemukan ketidaksesuaian, Pemohon harus
diberi kesempatan untuk melakukan tindakan
perbaikan dalam jangka waktu tertentu sesuai
dengan kebijakan LSPro.

3.2.14 Apabila hasil pengujian dari laboratorium


menunjukkan ketidaksesuaian maka dapat
dilakukan pengujian ulang paling banyak 1 (satu)
kali dengan mengambil contoh produk dari lini
produksi atau gudang penyimpanan produk.

4. Tinjauan dan keputusan


4.1 Tinjauan
4.1.1 Tinjauan hasil evaluasi dilakukan terhadap
pemenuhan seluruh persyaratan Sertifikasi dan
kesesuaian proses Sertifikasi, mulai dari
pengajuan permohonan Sertifikasi, pelaksanaan
evaluasi tahap 1 (satu) dan evaluasi tahap 2 (dua).

4.1.2 Tinjauan hasil evaluasi dinyatakan dalam bentuk


rekomendasi tertulis tentang pemenuhan SNI
yang diajukan oleh Pemohon untuk produk yang
diajukan untuk disertifikasi.

4.2 Penetapan keputusan Sertifikasi


4.2.1 Penetapan keputusan Sertifikasi dilakukan
berdasarkan rekomendasi yang dihasilkan dari
proses tinjauan.
- 628 -

4.2.2 Penetapan keputusan Sertifikasi harus dilakukan


oleh 1 (satu) orang atau sekelompok orang yang
tidak terlibat dalam proses evaluasi.

4.2.3 Penetapan keputusan Sertifikasi dapat dilakukan


oleh 1 (satu) orang atau sekelompok orang yang
sama dengan yang melakukan tinjauan.

4.2.4 Rekomendasi untuk keputusan Sertifikasi


berdasarkan hasil tinjauan harus
didokumentasikan, kecuali tinjauan dan
keputusan Sertifikasi diselesaikan secara
bersamaan oleh orang atau sekelompok orang
yang sama.

4.2.5 LSPro harus memberitahu secara tertulis kepada


Pemohon terkait menunda atau tidak memberikan
keputusan Sertifikasi, dan harus menyampaikan
alasan keputusan tersebut.

4.2.6 Apabila Pemohon menunjukkan keinginan untuk


melanjutkan proses Sertifikasi setelah LSPro
memutuskan tidak memberikan Sertifikasi,
Pemohon dapat menyampaikan permohonan
untuk melanjutkan proses Sertifikasi.

4.2.7 Permohonan melanjutkan proses Sertifikasi harus


disampaikan oleh Pemohon kepada LSPro secara
tertulis paling lambat 1 (satu) bulan setelah
pemberitahuan keputusan tidak memberikan
Sertifikasi diterbitkan oleh LSPro. Proses
Sertifikasi dapat dimulai kembali dari evaluasi
tahap 2 (dua).
- 629 -

4.3 Bukti kesesuaian


4.3.1 Bukti kesesuaian berupa sertifikat kesesuaian
yang diterbitkan oleh LSPro. LSPro menerbitkan
sertifikat kesesuaian kepada Pemohon yang telah
memenuhi persyaratan Sertifikasi. Sertifikat
kesesuaian berlaku selama 4 (empat) tahun
setelah diterbitkan.

4.3.2 Sertifikat kesesuaian terhadap persyaratan SNI


paling sedikit harus memuat:
1. nomor sertifikat atau identifikasi unik
lainnya;
2. nomor atau identifikasi lain dari skema
Sertifikasi;
3. nama dan alamat LSPro;
4. nama dan alamat Pemohon (pemegang
sertifikat);
5. nomor atau identifikasi lain yang mengacu ke
perjanjian Sertifikasi;
6. pernyataan kesesuaian yang mencakup:
a. jenis/tipe/varian produk sesuai
peraturan kategori pangan yang berlaku;
b. jenis kemasan produk yang disertifikasi;
c. merek produk yang disertifikasi;
d. SNI yang menjadi dasar Sertifikasi; dan
e. nama dan alamat lokasi produksi.
7. status akreditasi atau pengakuan LSPro;
8. tanggal penerbitan sertifikat dan masa
berlakunya, serta riwayat sertifikat;dan
9. tanda tangan yang mengikat secara hukum
dari personel yang bertindak atas nama
LSPro sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
- 630 -

E Pemeliharaan Sertifikasi
1 Pengawasan oleh LSPro
Pengawasan oleh LSPro dilakukan melalui kegaitan
surveilans. LSPro harus melaksanakan kunjungan surveilans
paling sedikit 2 (dua) kali dalam periode Sertifikasi, dengan
jarak antar evaluasi paling lama 12 (dua belas) bulan.
Kunjungan surveilans dilakukan melalui kegiatan evaluasi
berupa audit dan pengujian.

2 Sertifikasi ulang
2.1 LSPro harus melaksanakan Sertifikasi ulang paling
lambat 6 (enam) bulan sebelum masa berlaku sertifikat
berakhir.

2.2 Pelaksanaan Sertifikasi ulang dilakukan sesuai dengan


tahapan pada prosedur administratif.

2.3 Apabila tidak ada perubahan yang signifikan terkait


produk dan proses produksi sesuai dengan hasil audit
terakhir, maka LSPro dapat tidak melakukan evaluasi
tahap 1 (satu).

2.4 Apabila berdasarkan hasil Sertifikasi ulang ditemukan


ketidaksesuaian, Pemohon harus diberi kesempatan
untuk melakukan tindakan perbaikan dalam jangka
waktu tertentu sesuai dengan kebijakan LSPro.

F Evaluasi khusus
LSPro dapat melaksanakan evaluasi khusus dalam rangka audit
perluasan lingkup maupun tindak lanjut (investigasi) atas keluhan
atau informasi yang ada. Evaluasi khusus dalam rangka
investigasi keluhan atau informasi yang ada dilakukan oleh
auditor yang memiliki kompetensi untuk melakukan investigasi
dan terbatas pada permasalahan yang ada, serta dilakukan dalam
waktu yang singkat dari diperolehnya keluhan atau informasi.
- 631 -

Tahapan evaluasi khusus dalam rangka perluasan lingkup


dilakukan sesuai dengan tahapan prosedur administratif namun
terbatas pada perluasan lingkup yang diajukan. Evaluasi terhadap
perluasan lingkup Sertifikasi dapat dilakukan terpisah maupun
bersamaan dengan surveilans.

G Ketentuan pengurangan, pembekuan, dan pencabutan Sertifikasi


1 Pengurangan lingkup Sertifikasi
Pemohon dapat mengajukan pengurangan lingkup Sertifikasi
selama periode Sertifikasi.

2 Pembekuan dan pencabutan Sertifikasi


2.1 LSPro dapat membekukan Sertifikasi apabila Pemohon:
a. tidak mampu memperbaiki ketidaksesuaian yang
diterbitkan oleh LSPro pada saat surveilans
dan/atau saat evaluasi khusus; atau
b. menyampaikan permintaan pembekuan Sertifikasi
kepada LSPro.

2.2 LSPro harus membatasi periode pembekuan Sertifikasi


paling lama 6 (enam) bulan.

2.3 LSPro dapat melakukan pencabutan Sertifikasi Apabila


Pemohon:
a. tidak mampu memperbaiki ketidaksesuaian yang
mengakibatkan pembekuan Sertifikasi melebihi
batas waktu yang ditentukan; atau
b. menyampaikan permintaan pencabutan Sertifikasi
kepada LSPro

2.4 LSPro dapat mempertimbangkan pembekuan atau


pencabutan Sertifikasi, atau tindakan lainnya yang
disebabkan oleh faktor lainnya dengan
mempertimbangkan risiko yang ditemukan.
- 632 -

H Keluhan dan banding


LSPro harus mengembangkan aturan penanganan keluhan dan
banding dengan mempertimbangkan kompetensi dan imparsialitas
pelaksanaan penanganan keluhan dan banding.

I Informasi publik
LSPro harus memublikasikan informasi kepada publik sesuai
persyaratan ISO/IEC 17065 termasuk informasi pelanggan yang
disertifikasi, dibekukan dan dicabut. Informasi publik terkait
informasi pelanggan yang disertifikasi, dibekukan dan dicabut
tersebut juga harus disampaikan melalui Aplikasi Barang Ber-SNI
(BangBeni) https://bangbeni.bsn.go.id.

J Kondisi khusus
Dalam hal ditemukan situasi yang tidak memungkinkan
penerapan persyaratan tertentu dalam Sertifikasi ini, maka akan
ditetapkan kebijakan BSN dengan mempertimbangkan masukan
dari KAN dan para pemangku kepentingan lainnya.

K Penggunaan tanda SNI


1 Penggunaan tanda SNI dilakukan setelah mendapatkan
persetujuan penggunaan tanda SNI melalui Surat Persetujuan
Penggunaan Tanda (SPPT) SNI yang dikeluarkan oleh BSN
sesuai dengan ketentuan dalam Peraturan BSN yang
mengatur mengenai tata cara penggunaan tanda SNI dan
tanda kesesuaian berbasis SNI.

2 Permohonan persetujuan penggunaan tanda SNI diajukan


kepada BSN disertai dengan dokumen persyaratan yang
diatur dalam Peraturan BSN mengenai tata cara penggunaan
tanda SNI dan tanda kesesuaian berbasis SNI.

3 Tanda SNI sebagai bukti kesesuaian produk yang telah


memenuhi SNI adalah sebagai berikut:
- 633 -

Dengan ukuran:

Keterangan:
y = 11x
r = 0,5x

L Tahapan kritis proses produksi produk sari buah

Tahapan kritis
No. Penjelasan tahapan kritis
proses produksi
1. Pemilihan bahan Bahan baku, bahan tambahan
baku, bahan pangan dan bahan kemasan harus
tambahan pangan memenuhi persyaratan yang
dan bahan kemasan ditetapkan atau peraturan terkait
yang berlaku
2. Proses produksi Proses produksi dilakukan dengan
metode tertentu yang dikendalikan
dan memperhatikan kesesuaian
proses, termasuk kondisi
lingkungan kerja, kompetensi SDM,
-634-

Tahapan kritis
No, Penjelasan tahapan kritis
proses produksi
peralatan produksi dan alat
pemantauan sesuai persyaratan
yang ditetapkan
3. Pengendalian mutu Pengendalian mutu produk
dilakukan dengan metode tertentu
yang dikendalikan, untuk
memastikan produk sesuai dengan
persyaratan mutu dan keamanan
yang ditetapkan
4. Pengemasan Pengemasan produk dilakukan
dengan metode tertentu yang
dikendalikan sesuai dengan
persyaratan SNI dan peraturan
terkait yang berlaku
5. Penandaan Penandaan dilakukan sesuai

dengan persyaratan SNI dan


peraturan terkait yang berlaku
Keterangan: Urutan tahapan kritis proses produksi disetiap
pemohon dapat berbeda

KEPALA BADAN STANDARDISASI NASIONAL

REPUBLIK INDONESIA,

TTD

BAMBANG PRASETYA

Salinan sesuai dengan aslinya


Kepala Biro Manusia, Organisasi, dan Hukum

ihayu
- 635 -

LAMPIRAN XLI
PERATURAN BADAN STANDARDISASI NASIONAL
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 1 TAHUN 2020
TENTANG
SKEMA PENILAIAN KESESUAIAN TERHADAP STANDAR
NASIONAL INDONESIA SEKTOR MAKANAN DAN MINUMAN

PETUNJUK TEKNIS SKEMA SERTIFIKASI PRODUK TEH

A. Ruang lingkup
Dokumen berlaku untuk acuan pelaksanaan Sertifikasi produk teh
yang berbahan baku utama daun teh (Camellia sinensis L.) sesuai
dengan lingkup SNI:
No Nama Produk Persyaratan SNI
1. Teh hitam SNI 1902:2016 Teh hitam
2. Teh hitam celup SNI 3753:2014 Teh hitam celup
3. Teh hijau SNI 3945:2016 Teh hijau
4. Teh hijau celup SNI 4324:2014 Teh hijau celup
5. Teh hijau bubuk SNI 01-4453-1998 Teh hijau bubuk
6. Teh kering dalam SNI 3836:2013 Teh kering dalam
kemasan kemasan
7. Teh wangi SNI 01-1898-2002 Teh wangi
8. Teh instan SNI 7707:2011 Teh instan

B. Persyaratan Sertifikasi
Persyaratan acuan Sertifikasi produk:
1. SNI sebagaimana dimaksud dalam huruf A;
2. SNI dan standar lain yang diacu dalam SNI sebagaimana
dimaksud dalam huruf A;
3. Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1999 tentang Label
dan Iklan Pangan;
4. Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 75/M-
IND/PER/7/2010 tentang Cara Produksi Pangan Olahan
yang Baik (Good Manufacturing Practices);
- 636 -

5. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 33 Tahun 2012 tentang


Bahan Tambahan Pangan;
6. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan
Nomor 16 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas Peraturan
Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor
HK.03.1.23.07.11.6664 Tahun 2011 Tentang Pengawasan
Kemasan Pangan;
7. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan
Nomor 16 Tahun 2016 tentang Kriteria Mikrobiologi Dalam
Pangan Olahan;
8. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan
Nomor 5 Tahun 2018 tentang Batas Maksimum Cemaran
Logam Berat dalam Pangan Olahan; dan
9. Peraturan lain yang terkait dengan produk teh.

C. Prosedur Sertifikasi
Prosedur Sertifikasi mencakup:
1. evaluasi awal; dan
2. inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi.

D. Persyaratan lembaga penilaian kesesuaian


Sertifikasi produk teh dilakukan oleh LPK yang telah diakreditasi
oleh KAN berdasarkan SNI ISO/IEC 17065, Penilaian Kesesuaian –
Persyaratan untuk Lembaga Sertifikasi Produk, Proses, dan Jasa,
untuk lingkup produk sebagaimana dimaksud dalam Ruang
Lingkup sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Dalam hal LPK belum ada yang diakreditasi oleh KAN untuk
melakukan kegiatan Sertifikasi dengan ruang lingkup produk teh,
BSN dapat menunjuk LPK dengan ruang lingkup yang sejenis
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

E. Tahapan Sertifikasi
1. Pengajuan permohonan Sertifikasi
1.1. Pengajuan permohonan Sertifikasi dilakukan oleh pelaku
usaha. Kriteria pelaku usaha yang dapat mengajukan
Sertifikasi sesuai Peraturan BSN mengenai tata cara
penggunaan Tanda SNI dan Tanda Kesesuaian Berbasis
- 637 -

SNI.

1.2. Permohonan Sertifikasi harus dilengkapi dengan:


a. informasi Pemohon:
1. nama pemohon, alamat pemohon, serta nama dan
kedudukan atau jabatan personel yang
bertanggung jawab atas pengajuan permohonan
Sertifikasi;
2. bukti pemenuhan persyaratan izin usaha sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan;
3. pemenuhan persyaratan sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan tentang
pendaftaran dan hak kepemilikan atas merek yang
dikeluarkan oleh Kementerian Hukum dan Hak
Asasi Manusia;
4. apabila Pemohon melakukan pembuatan produk
dengan merek yang dimiliki oleh pihak lain,
menyertakan bukti perjanjian yang mengikat
secara hukum untuk melakukan pembuatan
produk untuk pihak lain;
5. apabila Pemohon bertindak sebagai pemilik merek
yang mensubkontrakkan proses produksinya
kepada pihak lain, menyertakan bukti kepemilikan
merek dan perjanjian subkontrak pelaksanaan
produksi dengan pihak lain;
6. apabila Pemohon bertindak sebagai perwakilan
resmi pemilik merek yang berkedudukan hukum di
luar negeri, menyertakan bukti perjanjian yang
mengikat secara hukum tentang penunjukan
sebagai perwakilan resmi pemilik merek di wilayah
Republik Indonesia; dan
7. pernyataan bahwa Pemohon Sertifikasi
bertanggung jawab penuh atas pemenuhan
persyaratan SNI dan pemenuhan persyaratan
proses Sertifikasi dan bersedia memberikan akses
terhadap lokasi dan/atau informasi yang
- 638 -

diperlukan oleh LSPro dalam melaksanakan


kegiatan Sertifikasi.
b. informasi produk:
1. merek produk yang diajukan untuk disertifikasi;
2. jenis/tipe/varian produk yang diajukan untuk
disertifikasi;
3. SNI yang digunakan sebagai dasar pengajuan
permohonan Sertifikasi;
4. foto produk dalam kemasan primer yang diajukan
untuk disertifikasi (dari arah depan, belakang dan
samping), serta informasi terkait kemasan primer
produk,
5. daftar bahan baku termasuk bahan tambahan
pangan,
6. label produk; dan
7. Apabila tersedia, foto kemasan sekunder yang
diajukan untuk disertifikasi, dari arah depan,
belakang, samping, dan bagian dalam
c. informasi proses produksi:
1. nama, alamat, dan legalitas hukum pabrik;
2. struktur organisasi, nama dan jabatan personel
penanggung jawab proses produksi;
3. dokumentasi informasi tentang pemasok bahan
baku produk, prosedur evaluasi pemasok, serta
prosedur inspeksi bahan baku produk;
4. dokumentasi informasi tentang proses pembuatan
produk yang diajukan untuk disertifikasi,
termasuk proses yang disubkontrakkan ke pihak
lain;
5. dokumentasi informasi tentang prosedur dan
rekaman pengendalian mutu, termasuk pengujian
rutin, daftar peralatan, serta sertifikat kalibrasi
atau bukti verifikasi peralatan yang berpengaruh
terhadap mutu produk yang disertifikasi, dan
bukti atau segel tera atau tera ulang untuk alat
ukur yang digunakan dalam pengukuran berat
produk dalam kemasan akhir,
- 639 -

6. dokumentasi informasi tentang prosedur dan


rekaman pengendalian dan penanganan produk
yang tidak sesuai;
7. dokumentasi informasi tentang pengemasan
produk dan pengelolaan produk di gudang akhir
produk sebelum dikirimkan dan/atau diedarkan
ke wilayah Republik Indonesia;
8. lokasi gudang penyimpanan produk di wilayah
Republik Indonesia,
9. bukti izin edar produk (MD/ML atau P-IRT),
kecuali yang tidak dijual secara langsung ke
konsumen akhir sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan,
10. menyertakan laporan hasil uji yang dilakukan
paling lambat 1 (satu) tahun sebelum pengajuan
Sertifikasi, yang memberikan bukti pemenuhan
produk yang diajukan untuk disertifikasi terhadap
persyaratan mutu dalam SNI dan peraturan
terkait,
11. apabila laporan hasil uji sebagaimana dinyatakan
pada angka 10 belum tersedia, Pemohon dapat
menyampaikan contoh produk kepada LSPro
untuk diuji di laboratorium yang memiliki
perjanjian alih daya dengan LSPro,
12. apabila telah tersedia, menyertakan Sertifikat
Penerapan Sistem Manajemen Mutu berdasarkan
SNI ISO 9001 atau Sistem Manajemen Keamanan
Pangan berdasarkan SNI ISO 22000 atau HACCP
berdasarkan SNI CAC/RCP 1 dari Lembaga
Sertifikasi yang diakreditasi oleh KAN atau oleh
badan akreditasi penandatangan International
Accreditation Forum (IAF)/Asia Pacific Accreditation
Cooperation (APAC) Multilateral Recognition
Agreement (MLA) dengan ruang lingkup yang
sesuai.
Informasi pada butir 4, butir 5, butir 10, dan butir 11
tidak perlu dilampirkan apabila Pemohon melakukan
- 640 -

pengemasan ulang produk yang dihasilkan oleh pihak


lain yang telah memiliki sertifikat kesesuaian produk
atau Surat Persetujuan Penggunaan Tanda (SPPT) SNI.

2. Tinjauan permohonan Sertifikasi


LSPro harus memastikan bahwa informasi yang diperoleh dari
permohonan Sertifikasi yang diajukan oleh Pemohon telah
lengkap dan memenuhi persyaratan.

3. Penandatanganan perjanjian Sertifikasi


Setelah permohonan Sertifikasi dinyatakan lengkap dan
Pemohon menyetujui persyaratan dan prosedur Sertifikasi yang
ditetapkan oleh LSPro sesuai dengan persyaratan SNI ISO/IEC
17065, perjanjian Sertifikasi ditandatangani oleh Pemohon dan
LSPro.

4. Penyusunan rencana evaluasi


Berdasarkan informasi yang diperoleh dari persyaratan
permohonan Sertifikasi yang disampaikan oleh Pemohon, LSPro
menetapkan rencana evaluasi yang mencakup:
a. jenis/tipe/varian produk yang diajukan untuk disertifikasi
dan metode pengambilan contoh sesuai dengan
persyaratan SNI sebagaimana dimaksud dalam huruf A
yang diperlukan untuk pengujian produk dan mewakili
contoh produk yang diusulkan untuk disertifikasi;
b. informasi SNI yang digunakan sebagai dasar Sertifikasi
berdasarkan permohonan yang diajukan oleh Pemohon
Sertifikasi;
c. waktu yang diperlukan untuk pelaksanaan pengujian
berdasarkan standar acuan metode uji yang
dipersyaratkan; dan
d. waktu, lokasi pelaksanaan dan agenda inspeksi pabrik
atau asesmen proses produksi yang relevan dengan
pelaksanaan produksi produk yang diajukan untuk
disertifikasi, serta personel kompeten yang melakukan
evaluasi.
- 641 -

5. Pelaksanaan evaluasi awal terhadap produk


5.1. Pelaksanaan evaluasi awal terhadap produk mencakup:
a. Pemeriksaan awal terhadap kesesuaian informasi
produk dan proses produksi yang disampaikan
Pemohon pada huruf E angka 1 terhadap lingkup
produk yang ditetapkan dalam SNI dan peraturan
terkait.
b. Pengujian awal terhadap contoh produk berdasarkan
persyaratan mutu dalam SNI. Pengujian awal
dilakukan berdasarkan laporan hasil uji dari
laboratorium yang disampaikan Pemohon, yang
mencakup seluruh persyaratan mutu dalam SNI
sebagaimana dimaksud dalam huruf A. Apabila
laporan hasil uji tersebut menunjukkan bahwa
seluruh persyaratan mutu dalam SNI tersebut telah
terpenuhi, maka produk yang diajukan untuk
disertifikasi dianggap telah memenuhi persyaratan
pengujian awal.

5.2. Apabila hasil evaluasi awal menunjukkan ketidaksesuaian


terhadap persyaratan SNI, Pemohon harus diberi
kesempatan untuk melakukan tindakan perbaikan dalam
jangka waktu tertentu sesuai dengan kebijakan LSPro.

6. Pelaksanaan inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi


6.1. Inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi harus
dilakukan pada saat pabrik melakukan produksi, atau
pada kondisi tertentu dilakukan melalui simulasi proses
produksi produk yang diajukan untuk disertifikasi.

6.2. Inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi dilakukan


terhadap:
a. tanggung jawab dan komitmen personel penanggung
jawab pabrik terhadap konsistensi pemenuhan
produk terhadap persyaratan SNI;
- 642 -

b. ketersediaan dan pengendalian dokumentasi


informasi prosedur dan rekaman pengendalian
mutu, termasuk pengujian rutin;
c. fasilitas, lokasi, desain dan tata letak, bangunan,
sanitasi peralatan, sanitasi ruang proses, dan
higiene personel sesuai dengan ketentuan yang
berlaku tentang Cara Produksi Pangan Olahan yang
Baik;
d. tahapan kritis proses produksi, mulai dari bahan
baku sampai produk akhir paling sedikit pada
tahapan sebagaimana dimaksud pada lampiran G;
e. kelengkapan serta fungsi peralatan produksi
termasuk peralatan pengendalian mutu paling
sedikit sebagaimana dimaksud pada lampiran H;
f. bukti verifikasi berdasarkan hasil kalibrasi atau
hasil verifikasi peralatan produksi sebagaimana
disebutkan pada huruf e yang membuktikan bahwa
peralatan tersebut memenuhi persyaratan produksi.
Hasil verifikasi peralatan produksi dapat
ditunjukkan dengan prosedur yang diperlukan
untuk mencapai kondisi atau persyaratan yang
ditetapkan;
g. bukti tera atau tera ulang alat pengukuran berat
produk dalam kemasan akhir;
h. pengendalian dan penanganan produk yang tidak
sesuai; dan
i. pengemasan, penanganan, dan penyimpanan
produk, termasuk di gudang akhir produk yang siap
diedarkan.

6.3. Apabila Pabrik telah menerapkan Sistem Manajemen


Keamanan Pangan berdasarkan SNI ISO 22000 atau
HACCP berdasarkan SNI CAC/RCP 1 dari Lembaga
Sertifikasi yang diakreditasi oleh KAN atau oleh badan
akreditasi penandatangan IAF/APAC MLA dengan ruang
lingkup yang sesuai, maka inspeksi pabrik atau asesmen
proses produksi dilakukan terhadap implementasi sistem
- 643 -

manajemen terkait mutu produk tersebut dan angka 6.2


huruf d dan huruf e.

6.4. Apabila Pabrik telah menerapkan Sistem Manajemen


Mutu berdasarkan SNI ISO 9001 dari Lembaga Sertifikasi
yang diakreditasi oleh KAN atau oleh badan akreditasi
penandatangan IAF/APAC MLA dengan ruang lingkup
yang sesuai, maka inspeksi pabrik atau asesmen proses
produksi dilakukan terhadap implementasi sistem
manajemen terkait mutu produk tersebut dan angka 6.2
huruf c, huruf d, dan huruf e.

6.5. Dalam hal Pemohon melakukan pengemasan ulang


produk yang dihasilkan oleh pihak lain, berlaku
ketentuan berikut:
a. apabila pihak lain tersebut telah memiliki sertifikat
kesesuaian produk atau Surat Persetujuan
Penggunaan Tanda (SPPT) SNI maka inspeksi pabrik
atau asesmen proses produksi sebagaimana dimaksud
pada angka 6.2 dilakukan di lokasi Pemohon pada
tahapan pengemasan; atau
b. apabila pihak lain tersebut belum memiliki sertifikat
kesesuaian produk atau Surat Persetujuan
Penggunaan Tanda (SPPT) SNI, maka inspeksi pabrik
atau asesmen proses produksi sebagaimana dimaksud
pada angka 6.2 dilakukan di lokasi pembuatan produk
yang dimiliki oleh pihak lain dan di lokasi Pemohon.

6.6. Selama inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi,


LSPro melakukan pengambilan contoh produk oleh
petugas pengambil contoh dan selanjutnya diuji di
laboratorium milik LSPro atau Laboratorium yang telah
memiliki perjanjian alih daya dengan LSPro.

6.7. Apabila berdasarkan hasil inspeksi pabrik atau asesmen


proses produksi, termasuk hasil pengujian, tidak
diperoleh bukti-bukti yang kuat untuk menjamin
- 644 -

konsistensi produk terhadap persyaratan SNI, maka


Pemohon harus diberi kesempatan untuk melakukan
tindakan perbaikan dalam jangka waktu tertentu sesuai
dengan kebijakan LSPro.

7. Tinjauan
7.1. Tinjauan Hasil Evaluasi dilakukan terhadap:
a. Hasil evaluasi awal terhadap produk untuk
menunjukkan bahwa contoh produk yang mewakili
produk memenuhi persyaratan SNI yang diajukan
oleh Pemohon sebagai dasar permohonan Sertifikasi.
b. Hasil inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi
atau bukti obyektif untuk menunjukkan bahwa
pabrik memiliki proses produksi yang didukung
dengan segala sumber daya yang diperlukan untuk
menghasilkan produk yang secara konsisten dan
memenuhi persyaratan SNI yang diajukan oleh
Pemohon sebagai dasar permohonan Sertifikasi.

7.2. Tinjauan hasil evaluasi dinyatakan dalam bentuk


rekomendasi tertulis tentang pemenuhan SNI yang
diajukan oleh Pemohon untuk produk yang diajukan
untuk disertifikasi.

8. Penetapan keputusan Sertifikasi


8.1. Penetapan keputusan Sertifikasi dilakukan berdasarkan
rekomendasi yang dihasilkan dari proses tinjauan.

8.2. Penetapan keputusan Sertifikasi harus dilakukan oleh


satu atau sekelompok orang yang tidak terlibat dalam
proses evaluasi.

8.3. Penetapan keputusan Sertifikasi dapat dilakukan oleh


satu atau sekelompok orang yang sama dengan yang
melakukan tinjauan.
- 645 -

8.4. Rekomendasi untuk keputusan Sertifikasi berdasarkan


hasil tinjauan harus didokumentasikan, kecuali tinjauan
dan keputusan Sertifikasi diselesaikan secara bersamaan
oleh satu atau sekelompok orang yang sama.

8.5. LSPro harus memberitahu Pemohon Sertifikasi terkait


alasan menunda atau tidak memberikan keputusan
Sertifikasi, dan harus mengidentifikasikan alasan
keputusan tersebut. Apabila Pemohon Sertifikasi
menunjukkan keinginan untuk melanjutkan proses
Sertifikasi, LSPro dapat memulai kembali dari proses
evaluasi (angka 5).

9. Penerbitan sertifikat
Sertifikat kesesuaian terhadap persyaratan SNI diterbitkan
sesuai ketentuan sebagai berikut:
a. Sertifikat diterbitkan oleh LSPro setelah penetapan
keputusan Sertifikasi,
b. Sertifikat paling sedikit harus memuat:
1. nomor sertifikat atau identifikasi unik lainnya;
2. nomor atau identifikasi lain dari skema Sertifikasi;
3. nama dan alamat LSPro;
4. nama dan alamat Pemohon (pemegang sertifikat);
5. acuan ke perjanjian Sertifikasi;
6. pernyataan kesesuaian yang mencakup:
a. nama, merek, dan spesifikasi produk yang
dinyatakan memenuhi persyaratan;
b. SNI yang menjadi dasar Sertifikasi;
c. nama dan alamat lokasi produksi; dan
d. informasi terkait proses Sertifikasi.
7. status akreditasi atau pengakuan LSPro;
8. tanggal penerbitan sertifikat;
9. tanggal berakhir masa berlaku sertifikat yaitu 4
(empat) tahun sejak tanggal penerbitan sertifikat;
10. tanda tangan yang mengikat secara hukum dari
personel yang bertindak atas nama LSPro sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
- 646 -

10. Surveilans dan Sertifikasi ulang


10.1. LSPro harus melaksanakan surveilans paling sedikit 2
(dua) kali dalam periode Sertifikasi. Dalam hal ini berlaku
ketentuan sebagai berikut:
a. Surveilans pertama dilakukan melalui kegiatan:
1. Inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi;
dan/atau
2. Pengujian terhadap contoh produk yang akan
beredar.
Pemilihan jenis kegiatan pada surveilans pertama
tersebut dilakukan berdasarkan penilaian LSPro atas
hasil Sertifikasi sebelumnya.
Apabila surveilans pertama hanya dilakukan melalui
kegiatan pengujian terhadap contoh produk yang akan
beredar, penerima sertifikat harus menyampaikan
dokumentasi pengendalian mutu proses produksi sejak
penerbitan sertifikat sampai dilakukan surveilans
pertama.
b. Surveilans kedua dilakukan melalui kegiatan:
1. Inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi;
dan
2. Pengujian terhadap contoh produk yang akan atau
telah beredar.

10.2. LSPro harus melaksanakan Sertifikasi ulang paling


lambat pada bulan ke-42 (empat puluh dua) (empat
puluh dua) setelah penetapan Sertifikasi, melalui
kegiatan sebagaimana tercantum dalam angka 6.

F. Penggunaan tanda SNI


1. Penggunaan tanda SNI dilakukan setelah mendapatkan
persetujuan penggunaan Tanda SNI melalui Surat Persetujuan
Penggunaan Tanda (SPPT) SNI yang dikeluarkan oleh BSN
sesuai dengan ketentuan dalam Peraturan BSN mengenai tata
cara penggunaan tanda SNI dan tanda kesesuaian berbasis
SNI.
- 647 -

2. Tanda SNI sebagai bukti kesesuaian produk yang telah


memenuhi SNI adalah sebagai berikut:

Dengan ukuran:

Keterangan:
y = 11x
r = 0,5x
- 648 -

G. Tahapan kritis proses produksi produk teh


Produk
Tahapan kritis Teh kering
No. Penjelasan tahapan kritis Teh hitam Teh hijau Teh hijau Teh Teh
proses produksi Teh hitam Teh hijau dalam
celup celup bubuk wangi instan
kemasan

1. Pemilihan bahan Bahan baku, bahan tambahan pangan dan Berlaku Berlaku Berlaku Berlaku Berlaku Berlaku Berlaku Berlaku
baku, bahan bahan kemasan harus memenuhi persyaratan
tambahan yang ditetapkan atau peraturan yang terkait.
pangan dan Apabila bahan baku berasal dari daun teh segar,
bahan kemasan proses pelayuan, penggilingan, fermentasi
(untuk teh hitam), pengeringan dan sortasi
harus dikendalikan untuk mendapatkan bahan
baku teh kering yang memenuhi persyaratan
yang ditetapkan.
2. Pencampuran Pencampuran teh kering dengan bahan pewangi, Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Berlaku Berlaku Tidak
bahan sintetis, bahan pangan lain, bahan berlaku berlaku berlaku berlaku berlaku berlaku
tambahan pangan yang diperlukan, dilakukan
pada waktu tertentu yang dikendalikan untuk
mendapatkan campuran yang homogen.
3. Pengeringan Pengeringan dilakukan pada suhu dan waktu Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Berlaku Tidak
yang dikendalikan untuk mendapatkan produk berlaku berlaku berlaku berlaku berlaku berlaku berlaku
sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan.
4. Ekstraksi daun Ekstraksi dilakukan pada suhu dan waktu Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Berlaku
teh kering tertentu yang dikendalikan untuk mendapatkan berlaku berlaku berlaku berlaku berlaku berlaku berlaku
larutan teh dengan kepekatan dan aroma/bau
khas tehyang diinginkan.
- 649 -

Produk
Tahapan kritis Teh kering
No. Penjelasan tahapan kritis Teh hitam Teh hijau Teh hijau Teh Teh
proses produksi Teh hitam Teh hijau dalam
celup celup bubuk wangi instan
kemasan

5. Pengeringan Pengeringan dilakukan pada suhu dan waktu Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Berlaku
untuk tertentu yang dikendalikan untuk menghasilkan berlaku berlaku berlaku berlaku berlaku berlaku berlaku
menghasilkan serbuk teh dengan kadar air sesuai yang
serbuk teh dipersyaratkan.
6. Pengemasan Produk dikemas dalam wadah yang tertutup Berlaku Berlaku Berlaku Berlaku Berlaku Berlaku Berlaku Berlaku
rapat, tidak dipengaruhi atau mempengaruhi isi,
aman selama penyimpanan dan pengangkutan.
7. Penandaan Penandaan dilakukan berdasarkan persyaratan Berlaku Berlaku Berlaku Berlaku Berlaku Berlaku Berlaku Berlaku
SNI dan peraturan terkait.

Keterangan: Urutan tahapan kritis proses produksi disetiap pemohon dapat berbeda
-650-

H. Kelengkapan minimal peralatan produksi termasuk peralatan


pengendalian mutu produk teh
No. Produk Peralatan

1. Teh hitam Alat sortasi dan alat pengujian kadar air.


2. Teh hitam celup Alat pengemasan teh ke dalam kantong teh
dan alat pengujian kadar air.

3. Teh hijau Alat sortasi dan alat pengujian kadar air.


4. Teh hijau celup Alat pengemasan teh ke dalam kantong teh
dan alat pengujian kadar air.
5. Tehhijau bubuk Alat sortasi dan alat pengujian kadar air.
6. Teh kering Alat sortasi dan alat pengujian kadar air.
dalam kemasan

7. Teh wangi Alat sortasi, alat pengukur suhu, dan alat


pengujian kadar air.
8. Teh instan Alat untuk mengekstraksi daun teh, alat
untuk menghasilkan serbuk teh instan, dan
alat pengujian kadar air.

KEPALA BADAN STANDARDISASl NASIONAL

REPUBLIK INDONESIA,

TTD

BAMBANG PRASETYA

Salinajuagsuai dengan aslinya


Kepala Bir Manusia, Organlsasi, dan Hukum

argahayu
- 651 -

LAMPIRAN XLII
PERATURAN BADAN STANDARDISASI NASIONAL
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 1 TAHUN 2020
TENTANG
SKEMA PENILAIAN KESESUAIAN TERHADAP STANDAR
NASIONAL INDONESIA SEKTOR MAKANAN DAN MINUMAN

PETUNJUK TEKNIS SKEMA SERTIFIKASI PRODUK OLAHAN KAKAO

A. Ruang lingkup
1. Skema ini berlaku untuk acuan pelaksanaan Sertifikasi produk
olahan kakao yang meliputi produk kakao dan cokelat sesuai
dengan lingkup SNI:
No Nama Produk Persyaratan SNI

1. Kakao massa SNI 3749:2009 Kakao massa

2. Lemak kakao SNI 3748:2009 Lemak kakao

3. Bungkil kakao SNI 7553:2009 Bungkil kakao

4. Pasta cokelat SNI 01-4458-1998 Pasta cokelat

5. Cokelat butir SNI 01-4292-1996 Cokelat butir

2. Skema ini tidak berlaku untuk Sertifikasi produk kakao bubuk


yang telah diberlakukan secara wajib berdasarkan peraturan
Menteri Perindustrian Nomor 60/M-IND/PER/6/2010 Tanggal
1 Juni 2010 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Menteri
Perindustrian Nomor 45/M-IND/PER/5/2009 tentang
Pemberlakuan Standar Nasional Indonesia (SNI) Kakao Bubuk
Secara Wajib.

B. Persyaratan Sertifikasi
Persyaratan acuan Sertifikasi produk:
1. SNI sebagaimana dimaksud dalam huruf A;
2. SNI dan standar lain yang diacu dalam SNI sebagaimana
dimaksud dalam huruf A;
- 652 -

3. Peraturan yang terkait yaitu :


a. Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1999 tentang Label
dan Iklan Pangan;
b. Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 75/M-
IND/PER/7/2010 tentang Cara Produksi Pangan Olahan
yang Baik (Good Manufacturing Practices);
c. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 33 Tahun 2012
tentang Bahan Tambahan Pangan;
d. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan
Nomor 36 Tahun 2013 tentang Batas Maksimum
Penggunaan Bahan Tambahan Pangan Pengawet;
e. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan
Nomor 37 Tahun 2013 tentang Batas Maksimum
Penggunaan Bahan Tambahan Pangan Pewarna;
f. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan
Nomor 16 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas Peraturan
Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor
HK.03.1.23.07.11.6664 Tahun 2011 Tentang Pengawasan
Kemasan Pangan;
g. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan
Nomor 16 Tahun 2016 tentang Kriteria Mikrobiologi Dalam
Pangan Olahan; dan
h. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan
Nomor 5 Tahun 2018 tentang Batas Maksimum Cemaran
Logam Berat dalam Pangan Olahan. Peraturan lain yang
terkait dengan produk olahan kakao.
4. Peraturan lain yang terkait dengan produk olahan kakao.

C. Prosedur Sertifikasi
Prosedur Sertifikasi mencakup:
1 evaluasi awal; dan
2 inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi.
- 653 -

D. Persyaratan lembaga penilaian kesesuaian


Sertifikasi produk olahan kakao dilakukan oleh LPK yang telah
diakreditasi oleh KAN berdasarkan SNI ISO/IEC 17065, Penilaian
Kesesuaian – Persyaratan untuk Lembaga Sertifikasi Produk,
Proses, dan Jasa, untuk lingkup produk sebagaimana dimaksud
dalam Ruang Lingkup sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Dalam hal LPK belum ada yang diakreditasi oleh KAN untuk
melakukan kegiatan Sertifikasi dengan ruang lingkup produk
olahan kakao, BSN dapat menunjuk LPK dengan ruang lingkup
yang sejenis sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.

E. Tahapan Sertifikasi
1. Pengajuan permohonan Sertifikasi
1.1. Pengajuan permohonan Sertifikasi dilakukan oleh pelaku
usaha. Kriteria pelaku usaha yang dapat mengajukan
Sertifikasi sesuai Peraturan BSN mengenai tata cara
penggunaan Tanda SNI dan Tanda Kesesuaian Berbasis
SNI.

1.2. Permohonan Sertifikasi harus dilengkapi dengan:


a. informasi Pemohon:
1. nama pemohon, alamat pemohon, serta nama dan
kedudukan atau jabatan personel yang
bertanggung jawab atas pengajuan permohonan
Sertifikasi;
2. bukti pemenuhan persyaratan izin usaha sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan;
3. pemenuhan persyaratan sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan tentang
pendaftaran dan hak kepemilikan atas merek yang
dikeluarkan oleh Kementerian Hukum dan Hak
Asasi Manusia;
4. apabila Pemohon melakukan pembuatan produk
dengan merek yang dimiliki oleh pihak lain,
menyertakan bukti perjanjian yang mengikat
- 654 -

secara hukum untuk melakukan pembuatan


produk untuk pihak lain;
5. apabila Pemohon bertindak sebagai pemilik merek
yang mensubkontrakkan proses produksinya
kepada pihak lain, menyertakan bukti kepemilikan
merek dan perjanjian subkontrak pelaksanaan
produksi dengan pihak lain,
6. apabila Pemohon bertindak sebagai perwakilan
resmi pemilik merek yang berkedudukan hukum di
luar negeri, menyertakan bukti perjanjian yang
mengikat secara hukum tentang penunjukan
sebagai perwakilan resmi pemilik merek di wilayah
Republik Indonesia,
7. pernyataan bahwa Pemohon Sertifikasi
bertanggung jawab penuh atas pemenuhan
persyaratan SNI dan pemenuhan persyaratan
proses Sertifikasi dan bersedia memberikan akses
terhadap lokasi dan/atau informasi yang
diperlukan oleh LSPro dalam melaksanakan
kegiatan Sertifikasi.
b. informasi produk:
1. merek produk yang diajukan untuk disertifikasi;
2. jenis/tipe/varian produk yang diajukan untuk
disertifikasi;
3. SNI yang digunakan sebagai dasar pengajuan
permohonan Sertifikasi;
4. foto produk dalam kemasan primer yang diajukan
untuk disertifikasi (dari arah depan, belakang dan
samping), serta informasi terkait kemasan primer
produk;
5. daftar bahan baku termasuk bahan tambahan
pangan;
6. label produk; dan
7. apabila tersedia, foto kemasan sekunder dan tersier
produk yang diajukan untuk disertifikasi, dari arah
depan, belakang, samping, dan bagian dalam.
- 655 -

c. informasi proses produksi:


1. nama, alamat, dan legalitas hukum pabrik;
2. struktur organisasi, nama dan jabatan personel
penanggung jawab proses produksi;
3. dokumentasi informasi tentang pemasok bahan
baku produk, prosedur evaluasi pemasok, serta
prosedur inspeksi bahan baku produk;
4. dokumentasi informasi tentang proses pembuatan
produk yang diajukan untuk disertifikasi, termasuk
proses yang disubkontrakkan ke pihak lain;
5. dokumentasi informasi tentang prosedur dan
rekaman pengendalian mutu, termasuk pengujian
rutin, daftar peralatan, serta sertifikat kalibrasi
atau bukti verifikasi peralatan yang berpengaruh
terhadap mutu produk yang disertifikasi, dan bukti
atau segel tera atau tera ulang untuk alat ukur
yang digunakan dalam pengukuran berat produk
dalam kemasan akhir;
6. dokumentasi informasi tentang prosedur dan
rekaman pengendalian dan penanganan produk
yang tidak sesuai;
7. dokumentasi informasi tentang pengemasan
produk dan pengelolaan produk di gudang akhir
produk sebelum dikirimkan dan/atau diedarkan ke
wilayah Republik Indonesia;
8. lokasi gudang penyimpanan produk di wilayah
Republik Indonesia;
9. bukti izin edar produk (MD/ML atau P-IRT), kecuali
yang tidak dijual secara langsung ke konsumen
akhir sesuai ketentuan peraturan perundang-
undangan;
10. menyertakan laporan hasil uji yang dilakukan
paling lambat 1 (satu) tahun sebelum pengajuan
Sertifikasi, yang memberikan bukti pemenuhan
produk yang diajukan untuk disertifikasi terhadap
persyaratan mutu dalam SNI dan peraturan terkait;
- 656 -

11. apabila laporan hasil uji sebagaimana dinyatakan


dalam angka 10 belum tersedia, Pemohon dapat
menyampaikan contoh produk kepada LSPro untuk
diuji di laboratorium yang memiliki perjanjian alih
daya dengan LSPro; dan
12. apabila telah tersedia, menyertakan Sertifikat
Penerapan Sistem Manajemen Mutu berdasarkan
SNI ISO 9001 atau Sistem Manajemen Keamanan
Pangan berdasarkan SNI ISO 22000 atau HACCP
berdasarkan SNI CAC/RCP 1 dari Lembaga
Sertifikasi yang diakreditasi oleh KAN atau oleh
badan akreditasi penandatangan International
Accreditation Forum (IAF)/Asia Pacific Accreditation
Cooperation (APAC) Multilateral Recognition
Agreement (MLA) dengan ruang lingkup yang
sesuai.
Informasi dalam angka 4, angka 5, butir 10, dan angka
11 tidak perlu dilampirkan apabila Pemohon
melakukan pengemasan ulang produk yang dihasilkan
oleh pihak lain yang telah memiliki sertifikat
kesesuaian produk atau Surat Persetujuan
Penggunaan Tanda (SPPT) SNI.

2. Tinjauan permohonan Sertifikasi


LSPro harus memastikan bahwa informasi yang diperoleh dari
permohonan Sertifikasi yang diajukan oleh Pemohon telah
lengkap dan memenuhi persyaratan.

3. Penandatanganan perjanjian Sertifikasi


Setelah permohonan Sertifikasi dinyatakan lengkap dan
Pemohon menyetujui persyaratan dan prosedur Sertifikasi yang
ditetapkan oleh LSPro sesuai dengan persyaratan SNI ISO/IEC
17065, perjanjian Sertifikasi ditandatangani oleh Pemohon dan
LSPro.
- 657 -

4. Penyusunan rencana evaluasi


Berdasarkan informasi yang diperoleh dari persyaratan
permohonan Sertifikasi yang disampaikan oleh Pemohon, LSPro
menetapkan rencana evaluasi yang mencakup:
a. jenis/tipe/varian produk yang diajukan untuk disertifikasi
dan metode pengambilan contoh sesuai dengan persyaratan
SNI sebagaimana dimaksud dalam huruf A yang diperlukan
untuk pengujian produk dan mewakili contoh produk yang
diusulkan untuk disertifikasi;
b. informasi SNI yang digunakan sebagai dasar Sertifikasi
berdasarkan permohonan yang diajukan oleh Pemohon
Sertifikasi;
c. waktu yang diperlukan untuk pelaksanaan pengujian
berdasarkan standar acuan metode uji yang dipersyaratkan;
dan
d. waktu, lokasi pelaksanaan dan agenda inspeksi pabrik atau
asesmen proses produksi yang relevan dengan pelaksanaan
produksi produk yang diajukan untuk disertifikasi, serta
personel kompeten yang melakukan evaluasi.

5. Pelaksanaan evaluasi awal terhadap produk


5.1. Pelaksanaan evaluasi awal terhadap produk mencakup:
a. Pemeriksaan awal terhadap kesesuaian informasi
produk dan proses produksi yang disampaikan
Pemohon pada huruf E angka 1 terhadap lingkup
produk yang ditetapkan dalam SNI dan peraturan
terkait.
b. Pengujian awal terhadap contoh produk berdasarkan
persyaratan mutu dalam SNI. Pengujian awal
dilakukan berdasarkan laporan hasil uji dari
laboratorium yang disampaikan Pemohon, yang
mencakup seluruh persyaratan mutu dalam SNI
sebagaimana dimaksud dalam huruf A. Apabila
laporan hasil uji tersebut menunjukkan bahwa
seluruh persyaratan mutu dalam SNI tersebut telah
terpenuhi, maka produk yang diajukan untuk
- 658 -

disertifikasi dianggap telah memenuhi persyaratan


pengujian awal.

5.2. Apabila hasil evaluasi awal menunjukkan ketidaksesuaian


terhadap persyaratan SNI, Pemohon harus diberi
kesempatan untuk melakukan tindakan perbaikan dalam
jangka waktu tertentu sesuai dengan kebijakan LSPro.

6. Pelaksanaan inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi


6.1 Inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi harus
dilakukan pada saat pabrik melakukan produksi, atau
pada kondisi tertentu dilakukan melalui simulasi proses
produksi produk yang diajukan untuk disertifikasi.

6.2 Inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi dilakukan


terhadap:
a. tanggung jawab dan komitmen personel penanggung
jawab pabrik terhadap konsistensi pemenuhan produk
terhadap persyaratan SNI;
b. ketersediaan dan pengendalian dokumentasi informasi
prosedur dan rekaman pengendalian mutu, termasuk
pengujian rutin;
c. fasilitas, lokasi, desain dan tata letak, bangunan,
sanitasi peralatan, sanitasi ruang proses, dan higiene
personel sesuai dengan ketentuan yang berlaku
tentang Cara Produksi Pangan Olahan yang Baik;
d. tahapan kritis proses produksi, mulai dari bahan baku
sampai produk akhir paling sedikit pada tahapan
sebagaimana tercantum dalam huruf G;
e. kelengkapan serta fungsi peralatan produksi termasuk
peralatan pengendalian mutu, paling sedikit
sebagaimana tercantum dalam huruf H;
f. bukti verifikasi berdasarkan hasil kalibrasi atau hasil
verifikasi peralatan produksi sebagaimana disebutkan
dalam huruf e yang membuktikan bahwa peralatan
tersebut memenuhi persyaratan produksi. Hasil
verifikasi peralatan produksi dapat ditunjukkan
- 659 -

dengan prosedur yang diperlukan untuk mencapai


kondisi atau persyaratan yang ditetapkan;
g. bukti tera atau tera ulang alat pengukuran berat
produk dalam kemasan akhir;
h. pengendalian dan penanganan produk yang tidak
sesuai; dan
i. pengemasan, penanganan, dan penyimpanan produk,
termasuk di gudang akhir produk yang siap diedarkan.
6.3 Apabila Pabrik telah menerapkan Sistem Manajemen
Keamanan Pangan berdasarkan SNI ISO 22000 atau
HACCP berdasarkan SNI CAC/RCP 1 dari Lembaga
Sertifikasi yang diakreditasi oleh KAN atau oleh badan
akreditasi penandatangan IAF/APAC MLA dengan ruang
lingkup yang sesuai, maka inspeksi pabrik atau asesmen
proses produksi dilakukan terhadap implementasi sistem
manajemen terkait mutu produk tersebut dalam angka 6.2
huruf d dan huruf e.

6.4 Apabila Pabrik telah menerapkan Sistem Manajemen Mutu


berdasarkan SNI ISO 9001 dari Lembaga Sertifikasi yang
diakreditasi oleh KAN atau oleh badan akreditasi
penandatangan IAF/APAC MLA dengan ruang lingkup
yang sesuai, maka inspeksi pabrik atau asesmen proses
produksi dilakukan terhadap implementasi sistem
manajemen terkait mutu produk tersebut dan angka 6.2
huruf c, huruf d, dan huruf e.

6.5 Dalam hal Pemohon melakukan pengemasan ulang produk


yang dihasilkan oleh pihak lain, berlaku ketentuan
berikut:
a. apabila pihak lain tersebut telah memiliki sertifikat
kesesuaian produk atau Surat Persetujuan
Penggunaan Tanda (SPPT) SNI maka inspeksi pabrik
atau asesmen proses produksi sebagaimana dimaksud
dalam angka 6.2 dilakukan di lokasi Pemohon pada
tahapan pengemasan.
- 660 -

b. apabila pihak lain tersebut belum memiliki sertifikat


kesesuaian produk atau Surat Persetujuan
Penggunaan Tanda (SPPT) SNI, maka inspeksi pabrik
atau asesmen proses produksi sebagaimana dimaksud
dalam angka 6.2 dilakukan di lokasi pembuatan
produk yang dimiliki oleh pihak lain dan di lokasi
Pemohon.

6.6 Selama inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi,


LSPro melakukan pengambilan contoh produk oleh
petugas pengambil contoh dan selanjutnya diuji di
laboratorium milik LSPro atau Laboratorium yang telah
memiliki perjanjian alih daya dengan LSPro.

6.7 Apabila berdasarkan hasil inspeksi pabrik atau asesmen


proses produksi, termasuk hasil pengujian, tidak diperoleh
bukti-bukti yang kuat untuk menjamin konsistensi produk
terhadap persyaratan SNI, maka Pemohon harus diberi
kesempatan untuk melakukan tindakan perbaikan dalam
jangka waktu tertentu sesuai dengan kebijakan LSPro.

7. Tinjauan
7.1 Tinjauan Hasil Evaluasi dilakukan terhadap:
a. Hasil evaluasi awal terhadap produk untuk
menunjukkan bahwa contoh produk yang mewakili
produk memenuhi persyaratan SNI yang diajukan oleh
Pemohon sebagai dasar permohonan Sertifikasi.
b. Hasil inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi
atau bukti obyektif untuk menunjukkan bahwa pabrik
memiliki proses produksi yang didukung dengan segala
sumber daya yang diperlukan untuk menghasilkan
produk yang secara konsisten, menjamin keamanan
pangan, dan memenuhi persyaratan SNI yang diajukan
oleh Pemohon sebagai dasar permohonan Sertifikasi.

7.2 Tinjauan hasil evaluasi dinyatakan dalam bentuk


rekomendasi tertulis tentang pemenuhan SNI yang
- 661 -

diajukan oleh Pemohon untuk produk yang diajukan


untuk disertifikasi.

8. Penetapan keputusan Sertifikasi


8.1. Penetapan keputusan Sertifikasi dilakukan berdasarkan
rekomendasi yang dihasilkan dari proses tinjauan.

8.2. Penetapan keputusan Sertifikasi harus dilakukan oleh


satu atau sekelompok orang yang tidak terlibat dalam
proses evaluasi.

8.3. Penetapan keputusan Sertifikasi dapat dilakukan oleh


satu atau sekelompok orang yang sama dengan yang
melakukan tinjauan.

8.4. Rekomendasi untuk keputusan Sertifikasi berdasarkan


hasil tinjauan harus didokumentasikan, kecuali tinjauan
dan keputusan Sertifikasi diselesaikan secara bersamaan
oleh satu atau sekelompok orang yang sama.

8.5. LSPro harus memberitahu Pemohon Sertifikasi terkait


alasan menunda atau tidak memberikan keputusan
Sertifikasi, dan harus mengidentifikasikan alasan
keputusan tersebut. Apabila Pemohon Sertifikasi
menunjukkan keinginan untuk melanjutkan proses
Sertifikasi, LSPro dapat memulai kembali dari proses
evaluasi (angka 5).

9. Penerbitan sertifikat
Sertifikat kesesuaian terhadap persyaratan SNI diterbitkan
sesuai ketentuan sebagai berikut:
a. Sertifikat diterbitkan oleh LSPro setelah penetapan
keputusan Sertifikasi,
b. Sertifikat paling sedikit harus memuat:
1. nomor sertifikat atau identifikasi unik lainnya;
2. nomor atau identifikasi lain dari skema Sertifikasi;
3. nama dan alamat LSPro;
4. nama dan alamat Pemohon (pemegang sertifikat);
- 662 -

5. acuan ke perjanjian Sertifikasi;


6. pernyataan kesesuaian yang mencakup:
a. nama, merek, dan spesifikasi produk yang dinyatakan
memenuhi persyaratan;
b. SNI yang menjadi dasar Sertifikasi;
c. nama dan alamat lokasi produksi; dan
d. informasi terkait proses Sertifikasi.
7. status akreditasi atau pengakuan LSPro;
8. tanggal penerbitan sertifikat;
9. tanggal berakhir masa berlaku sertifikat yaitu 4 (empat)
tahun sejak tanggal penerbitan sertifikat;
10. tanda tangan yang mengikat secara hukum dari personel
yang bertindak atas nama LSPro sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.

10. Surveilans dan Sertifikasi ulang


10.1. LSPro harus melaksanakan surveilans paling sedikit 2
(dua) kali dalam periode Sertifikasi. Dalam hal ini berlaku
ketentuan sebagai berikut:
a. Surveilans pertama dilakukan melalui kegiatan:
1. Inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi;
dan/atau
2. Pengujian terhadap contoh produk yang akan
beredar.
Pemilihan jenis kegiatan pada surveilans pertama
tersebut dilakukan berdasarkan penilaian LSPro atas
hasil Sertifikasi sebelumnya.
Apabila surveilans pertama hanya dilakukan melalui
kegiatan pengujian terhadap contoh produk yang akan
beredar, penerima sertifikat harus menyampaikan
dokumentasi pengendalian mutu proses produksi sejak
penerbitan sertifikat sampai dilakukan surveilans
pertama.
b. Surveilans kedua dilakukan melalui kegiatan:
1. Inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi; dan
2. Pengujian terhadap contoh produk yang akan atau
telah beredar.
- 663 -

10.2. LSPro harus melaksanakan Sertifikasi ulang paling


lambat pada bulan ke-42 (empat puluh dua) setelah
penetapan Sertifikasi, melalui kegiatan sebagaimana
tercantum dalam angka 6.

F. Penggunaan tanda SNI


1. Penggunaan tanda SNI dilakukan setelah mendapatkan
persetujuan penggunaan Tanda SNI melalui Surat Persetujuan
Penggunaan Tanda (SPPT) SNI yang dikeluarkan oleh BSN
sesuai dengan ketentuan dalam Peraturan BSN mengenai tata
cara penggunaan Tanda SNI dan Tanda Kesesuaian Berbasis
SNI.

2. Tanda SNI sebagai bukti kesesuaian produk yang telah


memenuhi SNI adalah sebagai berikut:

Dengan ukuran:

Keterangan:
y = 11x
r = 0,5x
- 664 -

G. Tahapan kritis proses produksi produk olahan kakao


1. Produk Kakao massa, Lemak kakao, dan Bungkil kakao
Tahapan kritis proses Produk
No. Penjelasan tahapan kritis
produksi Kakao massa Lemak kakao Bungkil kakao

1. Pemilihan bahan baku, Bahan baku, bahan tambahan pangan dan bahan kemasan harus Berlaku Berlaku Berlaku
bahan tambahan pangan memenuhi persyaratan yang ditetapkan atau peraturan yang terkait.
dan bahan kemasan Apabila bahan baku berasal dari biji kakao segar, proses
pemeraman/fermentasi, pengeringan biji kakao untuk mendapatkan
bahan baku yang memenuhi persyaratan yang ditetapkan.
2. Penyangraian Penyangraian dilakukan pada waktu dan kecepatan tertentu yang Berlaku Berlaku Berlaku
dikendalikan untuk mendapatkan persyaratan mutu kadar air.
3. Pemisahan kulit dan daging Pemisahan kulit dan daging biji dilakukan pada waktu tertentu Berlaku Berlaku Berlaku
biji untuk mendapatkan daging biji (nibs).
4. Penggilingan daging biji Penggilingan dilakukan pada waktu tertentu yang dikendalikan Berlaku Berlaku Berlaku
(nibs) untuk mendapatkan pasta kakao (kakao massa).
5. Pengepresan/ Pengepresan/pengempaan dilakukan pada waktu dan tekanan Tidak Berlaku Berlaku
Pengempaan tertentu yang dikendalikan untuk memisahkan lemak kakao dari berlaku
pasta kakao.
6. Pengemasan Produk dikemas dalam wadah yang tertutup rapat, tidak dipengaruhi Berlaku Berlaku Berlaku
atau mempengaruhi isi, aman selama penyimpanan dan
pengangkutan.
7. Penandaan Penandaan dilakukan berdasarkan persyaratan SNI dan peraturan Berlaku Berlaku Berlaku
terkait.
- 665 -

2. Produk Pasta Cokelat dan Cokelat butir


Produk
Tahapan kritis
No. Penjelasan tahapan kritis Pasta Cokelat
proses produksi
Cokelat butir
1 Pemilihan Bahan baku, bahan tambahan Berlaku Berlaku
bahan baku, pangan dan bahan kemasan harus
bahan memenuhi persyaratan yang
tambahan ditetapkan atau peraturan yang
pangan dan terkait.
bahan kemasan Apabila bahan baku berasal dari
kakao segar, proses penyangraian,
pemisahan kulit dan daging biji,
penggilingan daging biji (nibs), dan
pengepresan harus dikendalikan
untuk mendapatkan bahan baku
kakao yang memenuhi persyaratan
yang ditetapkan.
Bahan baku kakao bubuk yang Berlaku Berlaku
digunakan harus sesuai dengan
persyaratan SNI, dibuktikan dengan
tanda SNI dalam kemasan.
Bahan baku gula yang digunakan Berlaku Berlaku
harus sesuai dengan persyaratan
SNI, dibuktikan dengan tanda SNI
dalam kemasan.
2 Pencampuran Pencampuran dilakukan pada waktu Berlaku Berlaku
tertentu yang dikendalikan untuk
mendapatkan campuran yang
homogen.
3 Proses conching Proses conching dilakukan pada Berlaku Berlaku
suhu ruang dan waktu tertentu
untuk mendapatkan flavor cokelat
yang baik dan tekstur yang halus.
4 Pencetakan Pencetakan dilakukan pada Tidak Berlaku
kecepatan tertentu yang Berlaku
dikendalikan untuk mendapatkan
ukuran sesuai gramatur yang
diinginkan.
5 Pengkilapan Pengkilapan warna butiran cokelat Tidak Berlaku
warna butiran dilakukan pada waktu dan kecepatan Berlaku
cokelat tertentu yang dikendalikan untuk
mendapatkan cokelat yang tidak
mudah patah.
6 Pengemasan Produk dikemas dalam wadah yang Berlaku Berlaku
tertutup rapat, tidak dipengaruhi
atau mempengaruhi isi, aman selama
penyimpanan dan pengangkutan.
7 Penandaan Penandaan dilakukan berdasarkan Berlaku Berlaku
persyaratan SNI dan peraturan
terkait.
Keterangan: Urutan tahapan kritis proses produksi disetiap pemohon dapat
berbeda
-666-

H. Kelengkapan Minimal Peralatan Piroduksi Termasuk Peralatan


Pengencialian Mutu Produk Olahan Kakao
No. Produk Peralatan

1. Kakao massa Alat penyangraian, alat pemisahan kulit dan


daging biji, silat penggilingan daging biji (nibs),
alat pengukur beral, alat pengujian kadar air.

2. Lemak kakao Alat penyangraian, alat pemisahan kulit dan


daging biji, alal penggilingan daging biji (nibs),
alat pengepresan/pengempaan, alat pengukur
berat, alat pengujian kadar air.
3. Bungkil kakao Alat penyangraian. alat pemisahan kulit dan
daging biji, alat penggilingan daging biji (nibs),
alat pengepresan/pengempaan, alat pengukur
berat.

4. Pasta cokelat Alat conching, alat pengukur berat, alat


pengujian kadar air.
5. Cokelat butir Alat pencampur, alat pencetak, alat pengukur
berat.

KEPALA BADAN STANDARDISASI NASIONAL

REPUBLIK INDONESIA.

TTD

BAMBANG PRASETYA

dengan aslinya
Kepala Bir anusia, Organisasi, dan Hukum

Margahayu
- 667 -

LAMPIRAN XLIII
PERATURAN BADAN STANDARDISASI NASIONAL
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 1 TAHUN 2020
TENTANG
SKEMA PENILAIAN KESESUAIAN TERHADAP STANDAR
NASIONAL INDONESIA SEKTOR MAKANAN DAN MINUMAN

PETUNJUK TEKNIS SKEMA SERTIFIKASI PRODUK KONSENTRAT CAIR


UNTUK MINUMAN BERBASIS AIR BERPERISA

A. Ruang lingkup
Skema ini berlaku untuk acuan pelaksanaan Sertifikasi produk
konsentrat cair untuk minuman berbasis air berperisa sesuai
dengan lingkup SNI:
No Nama Produk Persyaratan SNI
1. Sirup SNI 3544:2013 Sirup
2. Minuman squash SNI 01-2984-1998 Minuman squash

B. Persyaratan Sertifikasi
Persyaratan acuan Sertifikasi produk:
1. SNI sebagaimana dimaksud dalam huruf A;
2. Standar lain yang diacu dalam SNI sebagaimana dimaksud
dalam huruf A; dan
3. Peraturan lain yang terkait yaitu:
1. Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1999 tentang Label
dan Iklan Pangan;
2. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
492/MENKES/PER/IV/2010 tentang Persyaratan Kualitas
Air Minum;
3. Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 75/M-
IND/PER/7/2010 tentang Cara Produksi Pangan Olahan
yang Baik (Good Manufacturing Practices);
4. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 33 Tahun 2012
tentang Bahan Tambahan Pangan;
- 668 -

5. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan


Nomor 6 Tahun 2013 tentang Batas Maksimum
Penggunaan Bahan Tambahan Pangan Pembawa;
6. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan
Nomor 8 Tahun 2013 Tentang Batas Maksimum
Penggunaan Bahan Tambahan Pangan Pengatur Keasaman;
7. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan
Nomor 9 Tahun 2013 Tentang Batas Maksimum
Penggunaan Bahan Tambahan Pangan Pengeras;
8. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan
Nomor 36 Tahun 2013 tentang Batas Maksimum
Penggunaan Bahan Tambahan Pangan Pengawet;
9. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan
Nomor 37 Tahun 2013 tentang Batas Maksimum
Penggunaan Bahan Tambahan Pangan Pewarna;
10. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan
Nomor 16 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas Peraturan
Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor
HK.03.1.23.07.11.6664 Tahun 2011 Tentang Pengawasan
Kemasan Pangan;
11. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan
Nomor 16 Tahun 2016 tentang Kriteria Mikrobiologi Dalam
Pangan Olahan; dan
12. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan
Nomor 5 Tahun 2018 tentang Batas Maksimum Cemaran
Logam Berat dalam Pangan Olahan.
4. Peraturan lain yang terkait dengan konsentrat cair untuk
minuman berbasis air berperisa

C. Prosedur Sertifikasi
Prosedur Sertifikasi mencakup:
1. evaluasi awal; dan
2. inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi.

D. Persyaratan Lembaga Penilaian Kesesuaian


Sertifikasi Produ konsentrat cair untuk minuman berbasis air
berperisadilakukan oleh LPK yang telah terakreditasi oleh KAN
- 669 -

berdasarkan SNI ISO/IEC 17065, Penilaian Kesesuaian –


Persyaratan untuk Lembaga Sertifikasi Produk, Proses, dan Jasa,
untuk lingkup produk sebagaimana dimaksud dalam huruf A
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Dalam hal LPK belum ada yang terakreditasi KAN untuk
melakukan kegiatan Sertifikasi dengan ruang lingkup produk
konsentrat cair untuk minuman berbasis air berperisa, BSN dapat
menunjuk LPK dengan ruang lingkup yang sejenis sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.

E. Tahapan Sertifikasi
1. Pengajuan permohonan Sertifikasi
1.1. Pengajuan permohonan Sertifikasi dilakukan oleh pelaku
usaha. Kriteria pelaku usaha yang dapat mengajukan
Sertifikasi sesuai Peraturan BSN mengenai Tata Cara
Penggunaan Tanda SNI dan Tanda Kesesuaian Berbasis
SNI.

1.2. Permohonan Sertifikasi harus dilengkapi dengan:


a. informasi Pemohon:
1. nama pemohon, alamat pemohon, serta nama dan
kedudukan atau jabatan personel yang
bertanggung jawab atas pengajuan permohonan
Sertifikasi;
2. bukti pemenuhan persyaratan izin usaha sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan;
3. pemenuhan persyaratan sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan tentang
pendaftaran dan hak kepemilikan atas merek yang
dikeluarkan oleh Kementerian Hukum dan Hak
Asasi Manusia;
4. apabila Pemohon melakukan pembuatan produk
dengan merek yang dimiliki oleh pihak lain,
menyertakan bukti perjanjian yang mengikat
secara hukum untuk melakukan pembuatan
produk untuk pihak lain;
- 670 -

5. apabila Pemohon bertindak sebagai pemilik merek


yang mensubkontrakkan proses produksinya
kepada pihak lain, menyertakan bukti kepemilikan
merek dan perjanjian subkontrak pelaksanaan
produksi dengan pihak lain;
6. apabila Pemohon bertindak sebagai perwakilan
resmi pemilik merek yang berkedudukan hukum di
luar negeri, menyertakan bukti perjanjian yang
mengikat secara hukum tentang penunjukan
sebagai perwakilan resmi pemilik merek di wilayah
Republik Indonesia; dan
7. pernyataan bahwa Pemohon Sertifikasi
bertanggung jawab penuh atas pemenuhan
persyaratan SNI dan pemenuhan persyaratan
proses Sertifikasi dan bersedia memberikan akses
terhadap lokasi dan/atau informasi yang
diperlukan oleh LSPro dalam melaksanakan
kegiatan Sertifikasi.
b. informasi produk:
1. merek produk yang diajukan untuk disertifikasi;
2. jenis/tipe/varian produk yang diajukan untuk
disertifikasi;
3. SNI yang digunakan sebagai dasar pengajuan
permohonan Sertifikasi;
4. foto produk dalam kemasan primer yang diajukan
untuk disertifikasi (dari arah depan, belakang dan
samping), serta informasi terkait kemasan primer
produk;
5. daftar bahan baku termasuk bahan tambahan
pangan;
6. label produk;
7. apabila ada, foto kemasan sekunder dan tersier
produk yang diajukan untuk disertifikasi, dari arah
depan, belakang, samping, dan bagian dalam.
c. informasi proses produksi:
1. nama, alamat, dan legalitas hukum pabrik;
- 671 -

2. struktur organisasi, nama dan jabatan personel


penanggung jawab proses produksi;
3. dokumentasi informasi tentang pemasok bahan
baku produk, prosedur evaluasi pemasok, serta
prosedur inspeksi bahan baku produk;
4. dokumentasi informasi tentang proses pembuatan
produk yang diajukan untuk disertifikasi, termasuk
proses yang disubkontrakkan ke pihak lain;
5. dokumentasi informasi tentang prosedur dan
rekaman pengendalian mutu, termasuk pengujian
rutin, daftar peralatan, serta sertifikat kalibrasi
atau bukti verifikasi peralatan yang berpengaruh
terhadap mutu produk yang disertifikasi, dan bukti
atau segel tera atau tera ulang untuk alat ukur
yang digunakan dalam pengukuran volume produk
dalam kemasan akhir;
6. dokumentasi informasi tentang prosedur dan
rekaman pengendalian dan penanganan produk
yang tidak sesuai;
7. dokumentasi informasi tentang pengemasan
produk dan pengelolaan produk di gudang akhir
produk sebelum dikirimkan dan/atau diedarkan ke
wilayah Republik Indonesia;
8. lokasi gudang penyimpanan produk di wilayah
Republik Indonesia,
9. bukti izin edar produk (MD/ML atau P-IRT) sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan;
10. menyertakan laporan hasil uji yang dilakukan
paling lambat 1 (satu) tahun sebelum pengajuan
Sertifikasi, yang memberikan bukti pemenuhan
produk yang diajukan untuk disertifikasi terhadap
persyaratan mutu dalam SNI dan peraturan terkait;
11. apabila laporan hasil uji sebagaimana dinyatakan
dalam angka 10 belum tersedia, Pemohon dapat
menyampaikan contoh produk kepada LSPro untuk
diuji di laboratorium yang memiliki perjanjian alih
daya dengan LSPro;
- 672 -

12. apabila telah tersedia, menyertakan Sertifikat


Penerapan Sistem Manajemen Mutu berdasarkan
SNI ISO 9001 atau Sistem Manajemen Keamanan
Pangan berdasarkan SNI ISO 22000 atau HACCP
berdasarkan SNI CAC/RCP 1 dari Lembaga
Sertifikasi yang diakreditasi oleh KAN atau oleh
badan akreditasi penandatangan International
Accreditation Forum (IAF)/Asia Pacific Accreditation
Cooperation (APAC) Multilateral Recognition
Agreement (MLA) dengan ruang lingkup yang
sesuai.

2. Tinjauan permohonan Sertifikasi


LSPro harus memastikan bahwa informasi yang diperoleh dari
permohonan Sertifikasi yang diajukan oleh Pemohon telah
lengkap dan memenuhi persyaratan.

3. Penandatanganan perjanjian Sertifikasi


Setelah permohonan Sertifikasi dinyatakan lengkap dan
Pemohon menyetujui persyaratan dan prosedur Sertifikasi yang
ditetapkan oleh LSPro sesuai dengan persyaratan SNI ISO/IEC
17065, perjanjian Sertifikasi ditandatangani oleh Pemohon dan
LSPro.

4. Penyusunan rencana evaluasi


Berdasarkan informasi yang diperoleh dari persyaratan
permohonan Sertifikasi yang disampaikan oleh Pemohon, LSPro
menetapkan rencana evaluasi yang mencakup:
a. jenis/tipe/varian produk yang diajukan untuk disertifikasi
dan metode pengambilan contoh sesuai dengan
persyaratan SNI sebagaimana dimaksud dalam huruf A
yang diperlukan untuk pengujian produk dan mewakili
contoh produk yang diusulkan untuk disertifikasi;
b. informasi SNI yang digunakan sebagai dasar Sertifikasi
berdasarkan permohonan yang diajukan oleh Pemohon
Sertifikasi;
- 673 -

c. waktu yang diperlukan untuk pelaksanaan pengujian


berdasarkan standar acuan metode uji yang
dipersyaratkan; dan
d. waktu, lokasi pelaksanaan dan agenda inspeksi pabrik
atau asesmen proses produksi yang relevan dengan
pelaksanaan produksi produk yang diajukan untuk
disertifikasi, serta personel kompeten yang melakukan
evaluasi.

5. Pelaksanaan evaluasi awal terhadap produk


5.1. Pelaksanaan evaluasi awal terhadap produk mencakup:
a. Pemeriksaan awal terhadap kesesuaian informasi
produk dan proses produksi yang disampaikan
Pemohon pada huruf E angka 1 terhadap lingkup
produk yang ditetapkan dalam SNI dan peraturan
terkait.
b. Pengujian awal terhadap contoh produk berdasarkan
persyaratan mutu dalam SNI. Pengujian awal
dilakukan berdasarkan laporan hasil uji dari
laboratorium yang disampaikan Pemohon, yang
mencakup seluruh persyaratan mutu dalam SNI
sebagaimana dimaksud dalam huruf A. Apabila
laporan hasil uji tersebut menunjukkan bahwa
seluruh persyaratan mutu dalam SNI tersebut telah
terpenuhi, maka produk yang diajukan untuk
disertifikasi dianggap telah memenuhi persyaratan
pengujian awal.

5.2. Apabila hasil evaluasi awal menunjukkan ketidaksesuaian


terhadap persyaratan SNI, Pemohon harus diberi
kesempatan untuk melakukan tindakan perbaikan dalam
jangka waktu tertentu sesuai dengan kebijakan LSPro.

6. Pelaksanaan inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi


6.1. Inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi harus
dilakukan pada saat pabrik melakukan produksi, atau
- 674 -

pada kondisi tertentu dilakukan melalui simulasi proses


produksi produk yang diajukan untuk disertifikasi.

6.2. Inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi dilakukan


terhadap:
a. tanggung jawab dan komitmen personel penanggung
jawab pabrik terhadap konsistensi pemenuhan produk
terhadap persyaratan SNI;
b. ketersediaan dan pengendalian dokumentasi informasi
prosedur dan rekaman pengendalian mutu, termasuk
pengujian rutin;
c. fasilitas, lokasi, desain dan tata letak, bangunan,
sanitasi peralatan, sanitasi ruang proses, dan higiene
personel sesuai dengan ketentuan yang berlaku
tentang Cara Produksi Pangan Olahan yang Baik;
d. tahapan kritis proses produksi, mulai dari bahan baku
sampai produk akhir paling sedikit pada tahapan
sebagaimana tercantum dalam huruf G;
e. kelengkapan serta fungsi peralatan produksi termasuk
peralatan pengendalian mutu, paling sedikit alat
pengolahan air (water treatment), alat pencampur, alat
penyaring/penghilang benda asing, alat pemanasan,
alat pengisian dan pengemasan, dan alat pengukur
berat/volume;
f. bukti verifikasi berdasarkan hasil kalibrasi atau hasil
verifikasi peralatan produksi sebagaimana disebutkan
dalam huruf e yang membuktikan bahwa peralatan
tersebut memenuhi persyaratan produksi. Hasil
verifikasi peralatan produksi dapat ditunjukkan
dengan prosedur yang diperlukan untuk mencapai
kondisi atau persyaratan yang ditetapkan;
g. bukti tera atau tera ulang alat pengukuran berat
produk akhir;
h. pengendalian dan penanganan produk yang tidak
sesuai; dan
i. pengemasan, penanganan, dan penyimpanan produk,
termasuk di gudang akhir produk yang siap diedarkan.
- 675 -

6.3. Apabila pabrik telah menerapkan dan mendapatkan


sertifikat Sistem Manajemen Keamanan Pangan
berdasarkan SNI ISO 22000 atau HACCP berdasarkan
SNI CAC/RCP 1 dari Lembaga Sertifikasi yang
diakreditasi oleh KAN atau oleh badan akreditasi
penandatangan IAF/PAC MLA dan/atau ILAC/APLAC
MRA dengan ruang lingkup yang sesuai, maka inspeksi
pabrik atau asesmen proses produksi dilakukan terhadap
implementasi sistem manajemen terkait mutu produk
tersebut dan angka 6.2 huruf d dan huruf e.

6.4. Apabila Pabrik telah menerapkan dan mendapatkan


sertifikat Sistem Manajemen Mutu berdasarkan SNI ISO
9001 dari Lembaga Sertifikasi yang diakreditasi oleh KAN
atau oleh badan akreditasi penandatangan IAF/APAC
MLA dengan ruang lingkup yang sesuai, maka inspeksi
pabrik atau asesmen proses produksi dilakukan terhadap
implementasi sistem manajemen terkait mutu produk
tersebut dan angka 6.2 huruf c, huruf d, dan huruf e.

6.5. Selama inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi,


LSPro melakukan pengambilan contoh produk oleh
petugas pengambil contoh dan selanjutnya diuji di
laboratorium milik LSPro atau Laboratorium yang telah
memiliki perjanjian alih daya dengan LSPro.

6.6. Apabila berdasarkan hasil inspeksi pabrik atau asesmen


proses produksi, termasuk hasil pengujian, tidak
diperoleh bukti-bukti yang kuat untuk menjamin
konsistensi produk terhadap persyaratan SNI, maka
Pemohon harus diberi kesempatan untuk melakukan
tindakan perbaikan dalam jangka waktu tertentu sesuai
dengan kebijakan LSPro.

7. Tinjauan
7.1. Tinjauan Hasil Evaluasi dilakukan terhadap:
- 676 -

a. Hasil evaluasi awal terhadap produk untuk


menunjukkan bahwa contoh produk yang mewakili
produk memenuhi persyaratan SNI yang diajukan
oleh Pemohon sebagai dasar permohonan Sertifikasi.
b. Hasil inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi
atau bukti obyektif untuk menunjukkan bahwa
pabrik memiliki proses produksi yang didukung
dengan segala sumber daya yang diperlukan untuk
menghasilkan produk yang secara konsisten,
menjamin keamanan pangan, dan memenuhi
persyaratan SNI yang diajukan oleh Pemohon
sebagai dasar permohonan Sertifikasi.

7.2. Tinjauan hasil evaluasi dinyatakan dalam bentuk


rekomendasi tertulis tentang pemenuhan SNI yang
diajukan oleh Pemohon untuk produk yang diajukan
untuk disertifikasi.

8. Penetapan keputusan Sertifikasi


8.1. Penetapan keputusan Sertifikasi dilakukan berdasarkan
rekomendasi yang dihasilkan dari proses tinjauan.

8.2. Penetapan keputusan Sertifikasi harus dilakukan oleh


satu atau sekelompok orang yang tidak terlibat dalam
proses evaluasi.

8.3. Penetapan keputusan Sertifikasi dapat dilakukan oleh


satu atau sekelompok orang yang sama dengan yang
melakukan tinjauan.

8.4. Rekomendasi untuk keputusan Sertifikasi berdasarkan


hasil tinjauan harus didokumentasikan, kecuali tinjauan
dan keputusan Sertifikasi diselesaikan secara bersamaan
oleh satu atau sekelompok orang yang sama.

8.5. LSPro harus memberitahu Pemohon Sertifikasi terkait


alasan menunda atau tidak memberikan keputusan
- 677 -

Sertifikasi, dan harus mengidentifikasikan alasan


keputusan tersebut. Apabila Pemohon Sertifikasi
menunjukkan keinginan untuk melanjutkan proses
Sertifikasi, LSPro dapat memulai kembali dari proses
evaluasi (angka 5).

9. Penerbitan sertifikat
Sertifikat kesesuaian terhadap persyaratan SNI diterbitkan
sesuai ketentuan sebagai berikut:
a. Sertifikat diterbitkan oleh LSPro setelah penetapan
keputusan Sertifikasi,
b. Sertifikat paling sedikit harus memuat:
1. nomor sertifikat atau identifikasi unik lainnya;
2. nomor atau identifikasi lain dari skema Sertifikasi;
3. nama dan alamat LSPro;
4. nama dan alamat Pemohon (pemegang sertifikat);
5. acuan ke perjanjian Sertifikasi;
6. pernyataan kesesuaian yang mencakup:
a. nama, merek, dan spesifikasi produk yang
dinyatakan memenuhi persyaratan;
b. SNI yang menjadi dasar Sertifikasi;
c. nama dan alamat lokasi produksi; dan
d. informasi terkait proses Sertifikasi.
7. status akreditasi atau pengakuan LSPro;
8. tanggal penerbitan sertifikat;
9. tanggal berakhir masa berlaku sertifikat yaitu 4
(empat) tahun sejak tanggal penerbitan sertifikat; dan
10. tanda tangan yang mengikat secara hukum dari
personel yang bertindak atas nama LSPro sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

10. Surveilans dan Sertifikasi ulang


10.1. LSPro harus melaksanakan surveilans paling sedikit 2
(dua) kali dalam periode Sertifikasi. Dalam hal ini berlaku
ketentuan sebagai berikut:
a. Surveilans pertama dilakukan melalui kegiatan:
- 678 -

1. Inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi;


dan/atau
2. Pengujian terhadap contoh produk yang akan
beredar.
Pemilihan jenis kegiatan pada surveilans pertama
tersebut dilakukan berdasarkan penilaian LSPro atas
hasil Sertifikasi sebelumnya.
Apabila surveilans pertama hanya dilakukan melalui
kegiatan pengujian terhadap contoh produk yang akan
beredar, penerima sertifikat harus menyampaikan
dokumentasi pengendalian mutu proses produksi sejak
penerbitan sertifikat sampai dilakukan surveilans
pertama.
b. Surveilans kedua dilakukan melalui kegiatan:
1. Inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi; dan
2. Pengujian terhadap contoh produk yang akan atau
telah beredar.

10.2. LSPro harus melaksanakan Sertifikasi ulang paling


lambat pada bulan ke-42 (empat puluh dua) (empat
puluh dua) setelah penetapan Sertifikasi, melalui
kegiatan sebagaimana tercantum dalam angka 6.

F. Penggunaan tanda SNI


1. Penggunaan tanda SNI dilakukan setelah mendapatkan
persetujuan penggunaan Tanda SNI melalui Surat Persetujuan
Penggunaan Tanda (SPPT) SNI yang dikeluarkan oleh BSN
sesuai dengan ketentuan dalam Peraturan Kepala BSN
mengenai Tata Cara Penggunaan Tanda SNI dan Tanda
Kesesuaian Berbasis SNI.
- 679 -

2. Tanda SNI sebagai bukti kesesuaian produk yang telah


memenuhi SNI adalah sebagai berikut:

Dengan ukuran:

Keterangan:
y = 11x
r = 0,5x

G. Tahapan kritis proses produksi produk konsentrat cair untuk


minuman berbasis air berperisa
Tahapan Produk
No. kritis proses Penjelasan tahapan kritis Minuman
Sirup
produksi squash
1 Pemilihan Untuk bahan baku air perlu Berlaku Berlaku
bahan baku, diperhatikan proses pengolahan
bahan air (water treatment).
tambahan Bahan baku air harus
pangan dan memenuhi persyaratan kualitas
bahan air minum sesuai peraturan
kemasan yang terkait.
- 680 -

Tahapan Produk
No. kritis proses Penjelasan tahapan kritis Minuman
Sirup
produksi squash
Bahan baku gula yang Berlaku Berlaku
digunakan harus sesuai dengan
persyaratan SNI, dibuktikan
dengan tanda SNI pada
kemasan.
Bahan pangan lain dan atau Berlaku Berlaku
bahan tambahan pangan yang
digunakan serta bahan
kemasan sesuai persyaratan
yang ditetapkan dan peraturan
yang terkait.
2 Pencampuran Pencampuran dilakukan sesuai Berlaku Berlaku
tahapan proses yang
dikendalikan untuk
mendapatkan campuran yang
homogen sesuai dengan
formulasi yang ditetapkan.
3 Pemasakan Pemasakan dilakukan pada Berlaku Berlaku
suhu dan waktu tertentu yang
dikendalikan untuk
mendapatkan persyaratan
produk yang ditetapkan.
4 Penghilangan Penghilangan benda asing Berlaku Berlaku
benda asing dilakukan dengan metode
tertentu yang dikendalikan
untuk mencegah adanya benda
asing dalam larutan.
5 Pengisian Produk diisi dan dikemas dalam Berlaku Berlaku
dan wadah yang tertutup rapat,
Pengemasan tidak dipengaruhi atau
mempengaruhi isi, aman
selama penyimpanan dan
pengangkutan.
Apabila produk dikemas dalam Tidak Berlaku
kaleng, proses pengalengan Berlaku
harus dilakukan pada kondisi
tertentu yang dikendalikan.
-681 -

Tahapan Produk

No. kritis proses Penjelasan tahapan kritis Minuman


Sirup
produksi squash

6 Pemanasan Pemanasan dllakukan dengan Berlaku Berlaku

melode tertentu yang


dikendalikan untuk

raendapatkan spesifikasi
produk sesuai dengan
persyaratan yang ditetapkan.
7 Pendinginan Pendinginan dilsikukan dengan Berlaku Berlaku

metode tertentu yang


dikendalikan untuk

menurunkan suhu produk


akhir.

8 Penandaan Penandaan dilakukan Berlaku Berlaku

berdasarkan persyaratan SNI


dan peraturan terkait.
Keterangan:
Urutan tahapan kritis proses produksi disetiap pemohon dapat
berbeda

KEPALA BADAN STANDARDISASI NASIONAL

REPUBLIK INDONESIA,

TTD

BAMBANG PRASETYA

Salinan sesuai dengan aslinya


Kepala Biro anusia, Organisasi, dan Hukum

;noO"
- 682 -

LAMPIRAN XLIV
PERATURAN BADAN STANDARDISASI NASIONAL
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 1 TAHUN 2020
TENTANG
SKEMA PENILAIAN KESESUAIAN TERHADAP STANDAR
NASIONAL INDONESIA SEKTOR MAKANAN DAN MINUMAN

PETUNJUK TEKNIS SKEMA SERTIFIKASI PRODUK SIOMAY IKAN

A. Ruang lingkup
1. Skema ini berlaku untuk acuan pelaksanaan Sertifikasi produk
siomay ikan yang berbahan baku menggunakan lumatan
daging ikan/udang dan atau surimi minimum 30%, tepung dan
bahan-bahan lainnya, dibentuk dan dibungkus dengan kulit
pangsit yang mengalami perlakuan pengukusan;
2. Skema ini berlaku untuk siomay ikan dan tidak berlaku untuk
produk yang mengalami pengolahan lebih lanjut;
3. Dokumen ini juga mencakup keong mas, ekkado dan produk
sejenis lainnya.

B. Persyaratan Sertifikasi
Persyaratan acuan Sertifikasi produk:
1. SNI 7756:2013 Siomay Ikan;
2. SNI dan standar lain yang diacu dalam SNI 7756:2013;
3. Peraturan lain yang terkait yaitu:
a. Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1999 tentang Label
dan Iklan Pangan;
b. Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor
KEP.06/MEN/2002 tentang Persyaratan dan Tata Cara
Pemeriksaan Mutu Hasil Perikanan yang Masuk ke Wilayah
Republik Indonesia;
c. Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2004 tentang
Keamanan, Mutu dan Gizi Pangan;
d. Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor
KEP.01/MEN/2007 tentang Persyaratan Jaminan Mutu dan
- 683 -

Keamanan Hasil Perikanan pada Proses Produksi,


Pengolahan dan Distribusi;
e. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor
PER.19/MEN/2010 tentang Pengendalian Sistem Jaminan
Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan;
f. Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 75/M-
IND/PER/7/2010 tentang Cara Produksi Pangan Olahan
yang Baik (Good Manufacturing Practices);
g. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor
PER.15/MEN/2011 tentang Pengendalian Mutu dan
Keamanan Hasil Perikanan yang Masuk ke dalam Wilayah
Negara Republik Indonesia;
h. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 33 Tahun 2012
tentang Bahan Tambahan Pangan;
i. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan
Nomor 24 Tahun 2013 tentang Batas maksimum
penggunaan bahan tambahan pangan penstabil;
j. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan
Nomor 36 Tahun 2013 tentang batas maksimum
penggunaan bahan tambahan pangan pengawet;
k. Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor
52A/KEPMEN-KP/2013 tentang Persyaratan Jaminan Mutu
dan Keamanan Hasil Perikanan pada Proses Produksi,
Pengolahan dan Distribusi;
l. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan
Nomor 16 Tahun 2014 Tentang Perubahan Atas Peraturan
Kepala Badan Pengawas Obat Dan Makanan Nomor
Hk.03.1.23.07.11.6664 Tahun 2011 Tentang Pengawasan
Kemasan Pangan;
m. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan
Nomor 16 Tahun 2016 tentang Kriteria Mikrobiologi Dalam
Pangan Olahan;
n. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan
Nomor 5 Tahun 2018 tentang Batas Maksimum Cemaran
Logam Berat dalam Pangan Olahan.
4. Peraturan lain yang terkait dengan produk siomay ikan.
- 684 -

C. Prosedur Sertifikasi
Prosedur Sertifikasi mencakup:
1. evaluasi awal; dan
2. inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi.

D. Persyaratan Lembaga Penilaian Kesesuaian


Sertifikasi produk Siomay Ikan dilakukan oleh LPK yang telah
diakreditasi oleh KAN berdasarkan SNI ISO/IEC 17065, Penilaian
Kesesuaian – Persyaratan untuk Lembaga Sertifikasi Produk,
Proses, dan Jasa, untuk lingkup produk sebagaimana dimaksud
dalam Ruang Lingkup sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Dalam hal LPK belum ada yang diakreditasi oleh KAN untuk
melakukan kegiatan Sertifikasi dengan ruang lingkup produk
Siomay Ikan, BSN dapat menunjuk LPK dengan ruang lingkup
yang sejenis sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.

E. Tahapan Sertifikasi
1. Pengajuan permohonan Sertifikasi
1.1. Pengajuan permohonan Sertifikasi dilakukan oleh pelaku
usaha. Kriteria pelaku usaha yang dapat mengajukan
Sertifikasi sesuai Peraturan BSN mengenai Tata Cara
Penggunaan Tanda SNI dan Tanda Kesesuaian Berbasis
SNI.

1.2. Permohonan Sertifikasi harus dilengkapi dengan:


a. informasi Pemohon:
1. nama pemohon, alamat pemohon, serta nama dan
kedudukan atau jabatan personel yang
bertanggung jawab atas pengajuan permohonan
Sertifikasi;
2. bukti pemenuhan persyaratan izin usaha sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan;
3. pemenuhan persyaratan sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan tentang
pendaftaran dan hak kepemilikan atas merek yang
- 685 -

dikeluarkan oleh Kementerian Hukum dan Hak


Asasi Manusia;
4. apabila Pemohon melakukan pembuatan produk
dengan merek yang dimiliki oleh pihak lain,
menyertakan bukti perjanjian yang mengikat
secara hukum untuk melakukan pembuatan
produk untuk pihak lain;
5. apabila Pemohon bertindak sebagai pemilik merek
yang mensubkontrakkan proses produksinya
kepada pihak lain, menyertakan bukti kepemilikan
merek dan perjanjian subkontrak pelaksanaan
produksi dengan pihak lain;
6. apabila Pemohon bertindak sebagai perwakilan
resmi pemilik merek yang berkedudukan hukum di
luar negeri, menyertakan bukti perjanjian yang
mengikat secara hukum tentang penunjukan
sebagai perwakilan resmi pemilik merek di wilayah
Republik Indonesia; dan
7. pernyataan bahwa Pemohon Sertifikasi
bertanggung jawab penuh atas pemenuhan
persyaratan SNI dan pemenuhan persyaratan
proses Sertifikasi dan bersedia memberikan akses
terhadap lokasi dan/atau informasi yang
diperlukan oleh LSPro dalam melaksanakan
kegiatan Sertifikasi.
b. informasi produk:
1. merek produk yang diajukan untuk disertifikasi;
2. jenis/tipe/varian produk yang diajukan untuk
disertifikasi;
3. SNI yang digunakan sebagai dasar pengajuan
permohonan Sertifikasi;
4. foto produk dalam kemasan primer yang diajukan
untuk disertifikasi (dari arah depan, belakang dan
samping), serta informasi terkait kemasan primer
produk;
- 686 -

5. daftar bahan baku (untuk bahan baku ikan


mencakup informasi jenis, bentuk, dan asal)
termasuk bahan tambahan pangan;
6. label produk; dan
7. apabilafoto kemasan sekunder dan tersier produk
yang diajukan untuk disertifikasi, dari arah depan,
belakang, samping, dan bagian dalam.
c. informasi proses produksi:
1. nama, alamat, dan legalitas hukum pabrik;
2. struktur organisasi, nama dan jabatan personel
penanggung jawab proses produksi;
3. dokumentasi informasi tentang pemasok bahan
baku produk, prosedur evaluasi pemasok, serta
prosedur inspeksi bahan baku produk;
4. dokumentasi informasi tentang proses pembuatan
produk yang diajukan untuk disertifikasi, termasuk
proses yang disubkontrakkan ke pihak lain;
5. dokumentasi informasi tentang prosedur dan
rekaman pengendalian mutu, termasuk pengujian
rutin, daftar peralatan, serta sertifikat kalibrasi
atau bukti verifikasi peralatan yang berpengaruh
terhadap mutu produk yang disertifikasi, dan bukti
atau segel tera atau tera ulang untuk alat ukur
yang digunakan dalam pengukuran berat produk
dalam kemasan akhir;
6. dokumentasi informasi tentang prosedur dan
rekaman pengendalian dan penanganan produk
yang tidak sesuai;
7. dokumentasi informasi tentang pengemasan
produk dan pengelolaan produk di gudang akhir
produk sebelum dikirimkan dan/atau diedarkan ke
wilayah Republik Indonesia;
8. lokasi gudang penyimpanan produk di wilayah
Republik Indonesia;
9. bukti izin edar produk (MD/ML atau P-IRT) sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan;
- 687 -

10. menyertakan laporan hasil uji yang dilakukan


paling lambat 1 (satu) tahun sebelum pengajuan
Sertifikasi, yang memberikan bukti pemenuhan
produk yang diajukan untuk disertifikasi terhadap
persyaratan mutu dalam SNI dan peraturan terkait;
11. apabila laporan hasil uji sebagaimana dinyatakan
dalam angka 10 belum tersedia, Pemohon dapat
menyampaikan contoh produk kepada LSPro untuk
diuji di laboratorium yang memiliki perjanjian alih
daya dengan LSPro;
12. apabila telah tersedia, menyertakan Sertifikat
Penerapan Sistem Manajemen Mutu berdasarkan
SNI ISO 9001 atau Sistem Manajemen Keamanan
Pangan berdasarkan SNI ISO 22000 atau HACCP
berdasarkan SNI CAC/RCP 1 dari Otoritas
Kompeten atau Lembaga Sertifikasi yang
diakreditasi oleh KAN atau oleh badan akreditasi
penandatangan International Accreditation Forum
(IAF)/Asia Pacific Accreditation Cooperation (APAC)
Multilateral Recognition Agreement (MLA) dengan
ruang lingkup yang sesuai.
Informasi pada butir 4, butir 5, butir 10, dan butir 11
tidak perlu dilampirkan apabila Pemohon melakukan
pengemasan ulang produk yang dihasilkan oleh pihak
lain yang telah memiliki sertifikat kesesuaian produk
atau Surat Persetujuan Penggunaan Tanda (SPPT) SNI.

2. Tinjauan permohonan Sertifikasi


LSPro harus memastikan bahwa informasi yang diperoleh dari
permohonan Sertifikasi yang diajukan oleh Pemohon telah
lengkap dan memenuhi persyaratan.

3. Penandatanganan perjanjian Sertifikasi


Setelah permohonan Sertifikasi dinyatakan lengkap dan
Pemohon menyetujui persyaratan dan prosedur Sertifikasi
yang ditetapkan oleh LSPro sesuai dengan persyaratan SNI
- 688 -

ISO/IEC 17065, perjanjian Sertifikasi ditandatangani oleh


Pemohon dan LSPro.

4. Penyusunan rencana evaluasi


Berdasarkan informasi yang diperoleh dari persyaratan
permohonan Sertifikasi yang disampaikan oleh Pemohon,
LSPro menetapkan rencana evaluasi yang mencakup:
a. jenis/tipe/varian produk yang diajukan untuk disertifikasi
dan metode pengambilan contoh sesuai dengan
persyaratan SNI sebagaimana dimaksud dalam SNI
7756:2013, yang diperlukan untuk pengujian produk dan
mewakili contoh produk yang diusulkan untuk
disertifikasi;
b. informasi SNI yang digunakan sebagai dasar Sertifikasi
berdasarkan permohonan yang diajukan oleh Pemohon
Sertifikasi;
c. waktu yang diperlukan untuk pelaksanaan pengujian
berdasarkan standar acuan metode uji yang
dipersyaratkan; dan
d. waktu, lokasi pelaksanaan dan agenda inspeksi pabrik
atau asesmen proses produksi yang relevan dengan
pelaksanaan produksi produk yang diajukan untuk
disertifikasi, serta personel kompeten yang melakukan
evaluasi.

5. Pelaksanaan evaluasi awal terhadap produk


5.1. Pelaksanaan evaluasi awal terhadap produk mencakup:
a. Pemeriksaan awal terhadap kesesuaian informasi
produk dan proses produksi yang disampaikan
Pemohon pada huruf E angka 1 terhadap lingkup
produk yang ditetapkan dalam SNI dan peraturan
terkait;
b. Pengujian awal dilakukan terhadap contoh produk
berdasarkan persyaratan mutu dalam SNI. Pengujian
awal dilakukan berdasarkan laporan hasil uji dari
laboratorium yang disampaikan Pemohon, yang
mencakup seluruh persyaratan mutu dalam SNI
- 689 -

7756:2013. Apabila laporan hasil uji tersebut


menunjukkan bahwa seluruh persyaratan mutu
dalam SNI tersebut telah terpenuhi, maka produk
yang diajukan untuk disertifikasi dianggap telah
memenuhi persyaratan pengujian awal.

5.2. Apabila hasil evaluasi awal menunjukkan


ketidaksesuaian terhadap persyaratan SNI, Pemohon
harus diberi kesempatan untuk melakukan tindakan
perbaikan dalam jangka waktu tertentu sesuai dengan
kebijakan LSPro.

6. Pelaksanaan inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi


6.1. Inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi harus
dilakukan pada saat pabrik melakukan produksi, atau
pada kondisi tertentu dilakukan melalui simulasi proses
produksi produk yang diajukan untuk disertifikasi.

6.2. Inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi dilakukan


terhadap:
a. tanggung jawab dan komitmen personel penanggung
jawab pabrik terhadap konsistensi pemenuhan
produk terhadap persyaratan SNI;
b. ketersediaan dan pengendalian dokumentasi
informasi prosedur dan rekaman pengendalian mutu,
termasuk pengujian rutin;
c. fasilitas, lokasi, desain dan tata letak, bangunan,
sanitasi peralatan, sanitasi ruang proses, dan higiene
personel sesuai dengan ketentuan yang berlaku
tentang Cara Produksi Pangan Olahan yang Baik;
d. tahapan kritis proses produksi, mulai dari bahan
baku sampai produk akhir paling sedikit pada
tahapan sebagaimana dimaksud dalam huruf G;
e. kelengkapan serta fungsi peralatan produksi
termasuk peralatan pengendalian mutu, paling sedikit
alat pelumat, alat pembeku, alat pemotong, alat
pencampur, alat penghalus bumbu, alat pengukus,
- 690 -

alat penutup kemasan, meja proses, talenan,


timbangan, dan wadah;
f. bukti verifikasi berdasarkan hasil kalibrasi atau hasil
verifikasi peralatan produksi sebagaimana disebutkan
dalam huruf e yang membuktikan bahwa peralatan
tersebut memenuhi persyaratan produksi. Hasil
verifikasi peralatan produksi dapat
ditunjukkandengan prosedur yang diperlukan untuk
mencapai kondisi atau persyaratan yang ditetapkan;
g. bukti tera atau tera ulang alat pengukuran berat
produk dalam kemasan akhir;
h. pengendalian dan penanganan produk yang tidak
sesuai; dan
i. pengemasan, penanganan, dan penyimpanan produk,
termasuk di gudang akhir produk yang siap
diedarkan.

6.3. Apabila pabrik telah menerapkan Sistem Manajemen


Keamanan Pangan berdasarkan SNI ISO 22000 atau
HACCP berdasarkan SNI CAC/RCP 1 dari Otoritas
Kompeten atau Lembaga Sertifikasi yang diakreditasi oleh
KAN atau oleh badan akreditasi penandatangan IAF/PAC
MLA dengan ruang lingkup yang sesuai, maka inspeksi
pabrik atau asesmen proses produksi dilakukan terhadap
implementasi sistem manajemen terkait mutu produk
tersebut dan angka 6.2 huruf d dan huruf e.

6.4. Apabila Pabrik telah menerapkan Sistem Manajemen


Mutu berdasarkan SNI ISO 9001 dari Lembaga Sertifikasi
yang diakreditasi oleh KAN atau oleh badan akreditasi
penandatangan IAF/PAC MLA dengan ruang lingkup
yang sesuai, maka inspeksi pabrik atau asesmen proses
produksi dilakukan terhadap implementasi sistem
manajemen terkait mutu produk tersebut dan angka 6.2
huruf c, huruf d, dan huruf e.
- 691 -

6.5. Dalam hal pemohon melakukan pengemasan ulang


produk yang dihasilkan oleh pihak lain, berlaku
ketentuan berikut:
a. apabila pihak lain tersebut telah memiliki sertifikat
kesesuaian produk atau Surat Persetujuan
Penggunaan Tanda (SPPT) SNI maka inspeksi pabrik
atau asesmen proses produksi sebagaimana
dimaksud dalam angka 6.2 dilakukan di lokasi
pemohon pada tahapan pengemasan;
b. apabila pihak lain tersebut belum memiliki sertifikat
kesesuaian produk atau Surat Persetujuan
Penggunaan Tanda (SPPT) SNI, maka inspeksi pabrik
atau asesmen proses produksi sebagaimana
dimaksud dalam angka 6.2 dilakukan di lokasi
pembuatan produk yang dimiliki oleh pihak lain dan
di lokasi pemohon.

6.6. Selama inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi,


LSPro melakukan pengambilan contoh produk oleh
petugas pengambil contoh dan selanjutnya diuji di
laboratorium milik LSPro atau Laboratorium yang telah
memiliki perjanjian alih daya dengan LSPro.

6.7. Apabila berdasarkan hasil inspeksi pabrik atau asesmen


proses produksi, termasuk hasil pengujian, tidak
diperoleh bukti-bukti yang kuat untuk menjamin
konsistensi produk terhadap persyaratan SNI, maka
Pemohon harus diberi kesempatan untuk melakukan
tindakan perbaikan dalam jangka waktu tertentu sesuai
dengan kebijakan LSPro.

7. Tinjauan
7.1. Tinjauan Hasil Evaluasi dilakukan terhadap:
a. Hasil evaluasi awal terhadap produk untuk
menunjukkan bahwa contoh produk yang mewakili
produk memenuhi persyaratan SNI yang diajukan
oleh Pemohon sebagai dasar permohonan Sertifikasi;
- 692 -

b. Hasil inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi


atau bukti obyektif untuk menunjukkan bahwa
pabrik memiliki proses produksi yang didukung
dengan segala sumber daya yang diperlukan untuk
menghasilkan produk yang secara konsisten,
menjamin keamanan pangan dan memenuhi
persyaratan SNI yang diajukan oleh Pemohon sebagai
dasar permohonan Sertifikasi.

7.2. Tinjauan hasil evaluasi dinyatakan dalam bentuk


rekomendasi tertulis tentang pemenuhan SNI yang
diajukan oleh Pemohon untuk produk yang diajukan
untuk disertifikasi.

8. Penetapan keputusan Sertifikasi


8.1. Penetapan keputusan Sertifikasi dilakukan berdasarkan
rekomendasi yang dihasilkan dari proses tinjauan.

8.2. Penetapan keputusan Sertifikasi harus dilakukan oleh


satu atau sekelompok orang yang tidak terlibat dalam
proses evaluasi.

8.3. Penetapan keputusan Sertifikasi dapat dilakukan oleh


satu atau sekelompok orang yang sama dengan yang
melakukan tinjauan.

8.4. Rekomendasi untuk keputusan Sertifikasi berdasarkan


hasil tinjauan harus didokumentasikan, kecuali tinjauan
dan keputusan Sertifikasi diselesaikan secara bersamaan
oleh satu atau sekelompok orang yang sama.

8.5. LSPro harus memberitahu Pemohon Sertifikasi terkait


alasan menunda atau tidak memberikan keputusan
Sertifikasi, dan harus mengidentifikasikan alasan
keputusan tersebut. Apabila Pemohon Sertifikasi
menunjukkan keinginan untuk melanjutkan proses
- 693 -

Sertifikasi, LSPro dapat memulai kembali dari proses


evaluasi (angka 5).

9. Penerbitan sertifikat
Sertifikat kesesuaian terhadap persyaratan SNI diterbitkan
sesuai ketentuan sebagai berikut:
a. Sertifikat diterbitkan oleh LSPro setelah penetapan
keputusan Sertifikasi;
b. Sertifikat paling sedikit harus memuat:
1. nomor sertifikat atau identifikasi unik lainnya;
2. nomor atau identifikasi lain dari skema Sertifikasi;
3. nama dan alamat LSPro;
4. nama dan alamat Pemohon (pemegang sertifikat);
5. acuan ke perjanjian Sertifikasi;
6. pernyataan kesesuaian yang mencakup:
a. nama, merek, dan spesifikasi produk yang
dinyatakan memenuhi persyaratan;
b. SNI yang menjadi dasar Sertifikasi;
c. nama dan alamat lokasi produksi; dan
d. informasi terkait proses Sertifikasi.
7. status akreditasi atau pengakuan LSPro;
8. tanggal penerbitan sertifikat;
9. tanggal berakhir masa berlaku sertifikat yaitu 4
(empat) tahun sejak tanggal penerbitan sertifikat; dan
10. tanda tangan yang mengikat secara hukum dari
personel yang bertindak atas nama LSPro sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

10. Surveilans dan Sertifikasi ulang


10.1. LSPro harus melaksanakan surveilans paling sedikit 2
(dua) kali dalam periode Sertifikasi. Dalam hal ini
berlaku ketentuan sebagai berikut:
a. Surveilans pertama dilakukan melalui kegiatan:
1. Inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi;
dan/atau
2. Pengujian terhadap contoh produk yang akan
beredar.
- 694 -

Pemilihan jenis kegiatan pada surveilans pertama


tersebut dilakukan berdasarkan penilaian LSPro atas
hasil Sertifikasi sebelumnya.
Apabila surveilans pertama hanya dilakukan melalui
kegiatan pengujian terhadap contoh produk yang
akan beredar, penerima sertifikat harus
menyampaikan dokumentasi pengendalian mutu
proses produksi sejak penerbitan sertifikat sampai
dilakukan surveilans pertama.
b. Surveilans kedua dilakukan melalui kegiatan:
1. Inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi; dan
2. Pengujian terhadap contoh produk yang akan atau
telah beredar.

10.2. LSPro harus melaksanakan Sertifikasi ulang paling


lambat pada bulan ke-42 (empat puluh dua) setelah
penetapan Sertifikasi, melalui kegiatan sebagaimana
tercantum dalam angka 6.

F. Penggunaan tanda SNI


1. Penggunaan tanda SNI dilakukan setelah mendapatkan
persetujuan penggunaan Tanda SNI melalui Surat Persetujuan
Penggunaan Tanda (SPPT) SNI yang dikeluarkan oleh BSN
sesuai dengan ketentuan dalam Peraturan BSN mengenai Tata
Cara Penggunaan Tanda SNI dan Tanda Kesesuaian Berbasis
SNI.

2. Tanda SNI sebagai bukti kesesuaian produk yang telah


memenuhi SNI adalah sebagai berikut:
- 695 -

Dengan ukuran:

Keterangan:
y = 11x
r = 0,5x

G. Tahapan kritis proses produksi produk siomay ikan


Tahapan kritis proses
No. Penjelasan tahapan kritis
produksi

1. Pemilihan bahan baku, Bahan baku, bahan tambahan pangan,


bahan penolong, bahan bahan kemasan, dan label harus
tambahan pangan, memenuhi persyaratan SNI yang
bahan kemasan dan ditetapkan atau peraturan yang terkait.
label
2. Pelelehan Bahan baku beku yang masih dalam
kemasan dilakukan proses pelelehan
(thawing) dengan cara direndam dalam air
dingin atau air yang mengalir atau dalam
suhu ruang secara cermat dan saniter
3. Sortasi 1 bahan baku dipisahkan berdasarkan
mutu dan jenis. Sortasi mutu dilakukan
secara hati-hati, cepat, cermat dan saniter
dengan mempertahankan rantai dingin (0
°C – 5 °C)
4. Pencucian 1 bahan baku dicuci dengan menggunakan
air mengalir secara cepat, cermat dan
saniter dalam kondisi suhu dingin (0 °C –
5 °C)
5. Penyiangan ikan disiangi dengan cara membuang
kepala, sisik dan isi perut. Penyiangan
dilakukan secara cepat, cermat dan
- 696 -

Tahapan kritis proses


No. Penjelasan tahapan kritis
produksi

saniter dan dalam kondisi suhu dingin (0


°C –5 °C)

6. Pencucian 2 bahan baku dicuci dengan menggunakan


air mengalir secara cepat, cermat dan
saniter dalam kondisi suhu dingin (0 °C –
5 °C)
7. Pengambilan daging ikan diambil dagingnya secara cepat,
cermat dan hati-hati serta tetap
mempertahankan suhu dingin (0 °C – 5
°C)
8. Pelumatan daging daging ikan dilumatkan dengan alat
pelumat daging (mincer) dan dilakukan
secara cepat, cermat, dan saniter serta
tetap mempertahankan suhu dingin (0 °C
– 5 °C)
9. Pencampuran lumatan daging dimasukkan ke dalam
alat pencampur kemudian ditambahkan
garam dan dicampur hingga didapat
adonan yang lengket (sticky). Selanjutnya
dilakukan penambahan bumbu lainnya,
campur sampai homogen secara cepat,
cermat, saniter dalam kondisi suhu dingin
10. Pembentukan adonan dibentuk kemudian dibungkus
dengan kulit pangsit, untuk keong mas
dibentuk menyerupai kerucut, sedangkan
ekkado dibungkus dengan kembang tahu
setengah kering dan atau tanpa diikat
secara cepat, cermat dan saniter dalam
kondisi suhu dingin
11. Pengukusan siomay ikan dikukus sesuai spesifikasi

12. Pendinginan siomay ikan didinginkan dengan cara


ditiriskan atau dibantu dengan blower
atau kipas angin secara cermat dan
saniter.
13. Sortasi 2 siomay ikan disortir secara cepat, cermat
dan saniter
-697-

Tahapan kritis proses


No. Penjelasan tahapan kritis
produksi

14. Pengemasaii dan siomay ikan dikemas dan ditimbang


penimbangan sesuai spesifikasi serta dilakukan secara
cepal, cermal dan saniter
15. Penyimpanan beku produk disimpan dalam suhu dan
fluktuasi sesuai dengan spesifikasi
16, Pemuatan produk dalam kemasan dimuat dalam
alat transportasi dan lerhindar dari
penyebab yang dapat merusak atau
menurunkan mutu produk
17. Pengemasan Produk dikemas dengan cepat, cennat,
saniter dan higienis. Pengemasan
dilakukan dalam kondisi yang dapat
mencegah terjadinya kontarainasi
18. Pelabelan Setiap kemasan produk yang akan
diperdagangkan diberi label sesuai
dengan ketentuan yang berlaku

Keterangan: Urutan tahapan kritis proses produksi disetiap


pemohon dapat berbeda

KEPALA BADAN STANDARDISASI NASIONAL

REPUBLIK INDONESIA.

TTD

BAMBANG PRASETYA

Salinan sesuai dengan aslinya


Kepala Biro Organisasi, dan Hukum
- 698 -

LAMPIRAN XLV
PERATURAN BADAN STANDARDISASI NASIONAL
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 1 TAHUN 2020
TENTANG
SKEMA PENILAIAN KESESUAIAN TERHADAP STANDAR
NASIONAL INDONESIA SEKTOR MAKANAN DAN MINUMAN

PETUNJUK TEKNIS SKEMA SERTIFIKASI PRODUK OTAK-OTAK IKAN

A. Ruang lingkup
1. Skema ini berlaku untuk acuan pelaksanaan Sertifikasi produk
Otak-Otak Ikan yang menggunakan lumatan daging ikan atau
surimi minimum 30% dicampur tepung dan bahan-bahan
lainnya, dengan atau tanpa sayuran dan santan yang
mengalami pembentukan, dengan atau tanpa dibungkus daun
dan pemasakan, bahan baku, bahan penolong dan bahan
lainnya serta penanganan dan pengolahan produk sesuai
dengan lingkup SNI 7757:2013.
2. Skema ini tidak berlaku untuk produk yang mengalami
pengolahan lebih lanjut.

B. Persyaratan Sertifikasi
Persyaratan acuan Sertifikasi produk:
1. SNI sebagaimana dimaksud dalam huruf A;
2. SNI dan standar lain yang diacu dalam SNI sebagaimana
dimaksud dalam huruf A; dan
3. Peraturan yang terkait yaitu:
a. Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1999 tentang Label
dan Iklan Pangan;
b. Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor
KEP.06/MEN/2002 tentang Persyaratan dan Tata Cara
Pemeriksaan Mutu Hasil Perikanan yang Masuk ke Wilayah
Republik Indonesia;
c. Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2004 tentang
Keamanan, Mutu dan Gizi Pangan;
- 699 -

d. Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor


KEP.01/MEN/2007 tentang Persyaratan Jaminan Mutu dan
Keamanan Hasil Perikanan pada Proses Produksi,
Pengolahan dan Distribusi;
e. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor
PER.19/MEN/2010 tentang Pengendalian Sistem Jaminan
Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan;
f. Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 75/M-
IND/PER/7/2010 tentang Cara Produksi Pangan Olahan
yang Baik (Good Manufacturing Practices);
g. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor
PER.15/MEN/2011 tentang Pengendalian Mutu dan
Keamanan Hasil Perikanan yang Masuk ke dalam Wilayah
Negara Republik Indonesia;
h. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 33 Tahun 2012
tentang Bahan Tambahan Pangan;
i. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan
Nomor 24 Tahun 2013 tentang Batas maksimum
penggunaan bahan tambahan pangan penstabil;
j. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan
Nomor 36 Tahun 2013 tentang batas maksimum
penggunaan bahan tambahan pangan pengawet;
k. Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor
52A/KEPMEN-KP/2013 tentang Persyaratan Jaminan Mutu
dan Keamanan Hasil Perikanan pada Proses Produksi,
Pengolahan dan Distribusi;
l. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan
Nomor 16 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas Peraturan
Kepala Badan Pengawas Obat Dan Makanan Nomor
Hk.03.1.23.07.11.6664 Tahun 2011 tentang Pengawasan
Kemasan Pangan;
m. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan
Nomor 16 Tahun 2016 tentang Kriteria Mikrobiologi Dalam
Pangan Olahan; dan
n. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan
Nomor 5 Tahun 2018 tentang Batas Maksimum Cemaran
Logam Berat dalam Pangan Olahan.
- 700 -

4. Peraturan lain yang terkait dengan produk otak-otak ikan.

C. Prosedur Sertifikasi
Prosedur Sertifikasi mencakup:
1. evaluasi awal; dan
2. inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi.

D. Persyaratan Lembaga Penilaian Kesesuaian


Sertifikasi produk otak-otak ikan dilakukan oleh LPK yang telah
diakreditasi oleh KAN berdasarkan SNI ISO/IEC 17065, Penilaian
Kesesuaian – Persyaratan untuk Lembaga Sertifikasi Produk,
Proses, dan Jasa, untuk lingkup produk sebagaimana dimaksud
dalam Ruang Lingkup sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Dalam hal LPK belum ada yang diakreditasi oleh KAN untuk
melakukan kegiatan Sertifikasi dengan ruang lingkup produk otak-
otak Ikan, BSN dapat menunjuk LPK dengan ruang lingkup yang
sejenis sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

E. Tahapan Sertifikasi
1. Pengajuan permohonan Sertifikasi
1.1. Pengajuan permohonan Sertifikasi dilakukan oleh pelaku
usaha. Kriteria pelaku usaha yang dapat mengajukan
Sertifikasi sesuai Peraturan Kepala BSN mengenai Tata
Cara Penggunaan Tanda SNI dan Tanda Kesesuaian
Berbasis SNI.

1.2. Permohonan Sertifikasi harus dilengkapi dengan:


a. informasi Pemohon:
1. nama pemohon, alamat pemohon, serta nama
dan kedudukan atau jabatan personel yang
bertanggung jawab atas pengajuan permohonan
Sertifikasi;
2. buktipemenuhan persyaratan izin usaha sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan;
3. pemenuhan persyaratan sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan tentang
- 701 -

pendaftaran dan hak kepemilikan atas merek


yang dikeluarkan oleh Kementerian Hukum dan
Hak Asasi Manusia;
4. apabila Pemohon melakukan pembuatan produk
dengan merek yang dimiliki oleh pihak lain,
menyertakan bukti perjanjian yang mengikat
secara hukum untuk melakukan pembuatan
produk untuk pihak lain;
5. apabila Pemohon bertindak sebagai pemilik
merek yang mensubkontrakkan proses
produksinya kepada pihak lain, menyertakan
bukti kepemilikan merek dan perjanjian
subkontrak pelaksanaan produksi dengan pihak
lain;
6. apabila Pemohon bertindak sebagai perwakilan
resmi pemilik merek yang berkedudukan hukum
di luar negeri, menyertakan bukti perjanjian
yang mengikat secara hukum tentang
penunjukan sebagai perwakilan resmi pemilik
merek di wilayah Republik Indonesia; dan
7. pernyataan bahwa Pemohon Sertifikasi
bertanggung jawab penuh atas pemenuhan
persyaratan SNI dan pemenuhan persyaratan
proses Sertifikasi dan bersedia memberikan
akses terhadap lokasi dan/atau informasi yang
diperlukan oleh LSPro dalam melaksanakan
kegiatan Sertifikasi.
b. informasi produk:
1. merek produk yang diajukan untuk disertifikasi;
2. jenis/tipe/varian produk yang diajukan untuk
disertifikasi;
3. SNI yang digunakan sebagai dasar pengajuan
permohonan Sertifikasi;
4. foto produk dalam kemasan primer yang diajukan
untuk disertifikasi (dari arah depan, belakang dan
samping), serta informasi terkait kemasan primer
produk;
- 702 -

5. daftar bahan baku(untuk bahan baku ikan


mencakup informasi jenis, bentuk, dan asal)
termasuk bahan tambahan pangan;
6. label produk; dan
7. apabila ada, foto kemasan sekunder dan tersier
produk yang diajukan untuk disertifikasi, dari
arah depan, belakang, samping, dan bagian
dalam.
c. informasi proses produksi:
1. nama, alamat, dan legalitas hukum pabrik;
2. struktur organisasi, nama dan jabatan personel
penanggung jawab proses produksi;
3. dokumentasi informasi tentang pemasok bahan
baku produk, prosedur evaluasi pemasok, serta
prosedur inspeksi bahan baku produk;
4. dokumentasi informasi tentang proses
pembuatan produk yang diajukan untuk
disertifikasi, termasuk proses yg
disubkontrakkan ke pihak lain;
5. dokumentasi informasi tentang prosedur dan
rekaman pengendalian mutu, termasuk
pengujian rutin, daftar peralatan, serta sertifikat
kalibrasi atau bukti verifikasi peralatan yang
berpengaruh terhadap mutu produk yang
disertifikasi, dan bukti atau segel tera atau tera
ulang untuk alat ukur yang digunakan dalam
pengukuran berat produk dalam kemasan akhir;
6. dokumentasi informasi tentang prosedur dan
rekaman pengendalian dan penanganan produk
yang tidak sesuai;
7. dokumentasi informasi tentang pengemasan
produk dan pengelolaan produk di gudang akhir
produk sebelum dikirimkan dan/atau diedarkan
ke wilayah Republik Indonesia;
8. lokasi gudang penyimpanan produk di wilayah
Republik Indonesia;
- 703 -

9. bukti izin edar produk (MD/ML atau P-IRT)


sesuai ketentuan peraturan perundang-
undangan;
10. menyertakan laporan hasil uji yang dilakukan
paling lambat 1 (satu) tahun sebelum pengajuan
Sertifikasi, yang memberikan bukti pemenuhan
produk yang diajukan untuk disertifikasi
terhadap persyaratan mutu dalam SNI dan
peraturan terkait;
11. apabila laporan hasil uji sebagaimana
dinyatakan dalam angka 10 belum tersedia,
Pemohon dapat menyampaikan contoh produk
kepada LSPro untuk diuji di laboratorium yang
memiliki perjanjian alih daya dengan LSPro; dan
12. apabila telah tersedia, menyertakan Sertifikat
Penerapan Sistem Manajemen Mutu berdasarkan
SNI ISO 9001 atau Sistem Manajemen Keamanan
Pangan berdasarkan SNI ISO 22000 atau HACCP
berdasarkan SNI CAC/RCP 1 dari Otoritas
Kompeten atau Lembaga Sertifikasi yang
diakreditasi oleh KAN atau oleh badan akreditasi
penandatangan International Accreditation Forum
(IAF)/Asia Pacific Accreditation Cooperation
(APAC) Multilateral Recognition Agreement (MLA)
dengan ruang lingkup yang sesuai.
Informasi pada butir 4, butir 5, butir 10, dan butir 11
tidak perlu dilampirkan apabila pemohon melakukan
pengemasan ulang produk yang dihasilkan oleh pihak
lain yang telah memiliki sertifikat kesesuaian produk
atau Surat Persetujuan Penggunaan Tanda (SPPT) SNI.

2. Tinjauan permohonan Sertifikasi


LSPro harus memastikan bahwa informasi yang diperoleh dari
permohonan Sertifikasi yang diajukan oleh Pemohon telah
lengkap dan memenuhi persyaratan.
- 704 -

3. Penandatanganan perjanjian Sertifikasi


Setelah permohonan Sertifikasi dinyatakan lengkap dan
Pemohon menyetujui persyaratan dan prosedur Sertifikasi
yang ditetapkan oleh LSPro sesuai dengan persyaratan SNI
ISO/IEC 17065, perjanjian Sertifikasi ditandatangani oleh
Pemohon dan LSPro.

4. Penyusunan rencana evaluasi


Berdasarkan informasi yang diperoleh dari persyaratan
permohonan Sertifikasi yang disampaikan oleh Pemohon,
LSPro menetapkan rencana evaluasi yang mencakup:
a. jenis/tipe/varian produk yang diajukan untuk disertifikasi
dan metode pengambilan contoh sesuai dengan
persyaratan SNI sebagaimana dimaksud pada SNI
7757:2013 yang diperlukan untuk pengujian produk dan
mewakili contoh produk yang diusulkan untuk
disertifikasi;
b. informasi SNI yang digunakan sebagai dasar Sertifikasi
berdasarkan permohonan yang diajukan oleh Pemohon
Sertifikasi;
c. waktu yang diperlukan untuk pelaksanaan pengujian
berdasarkan standar acuan metode uji yang
dipersyaratkan; dan
d. waktu, lokasi pelaksanaan dan agenda inspeksi pabrik
atau asesmen proses produksi yang relevan dengan
pelaksanaan produksi produk yang diajukan untuk
disertifikasi, serta personel kompeten yang melakukan
evaluasi.

5. Pelaksanaan evaluasi awal terhadap produk


5.1. Pelaksanaan evaluasi awal terhadap produk mencakup:
a. Pemeriksaan awal terhadap kesesuaian informasi
produk dan proses produksi yang disampaikan
Pemohon pada huruf E angka 1 terhadap lingkup
produk yang ditetapkan dalam SNI dan peraturan
terkait.
- 705 -

b. Pengujian awal terhadap contoh produk berdasarkan


persyaratan mutu dalam SNI. Pengujian awal
dilakukan berdasarkan laporan hasil uji dari
laboratorium yang disampaikan Pemohon, yang
mencakup seluruh persyaratan mutu dalam SNI
7757:2013 sebagaimana dimaksud dalam huruf A.
Apabila laporan hasil uji tersebut menunjukkan
bahwa seluruh persyaratan mutu dalam SNI tersebut
telah terpenuhi, maka produk yang diajukan untuk
disertifikasi dianggap telah memenuhi persyaratan
pengujian awal.

5.2. Apabila hasil evaluasi awal menunjukkan


ketidaksesuaian terhadap persyaratan SNI, Pemohon
harus diberi kesempatan untuk melakukan tindakan
perbaikan dalam jangka waktu tertentu sesuai dengan
kebijakan LSPro.

6. Pelaksanaan inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi


6.1. Inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi harus
dilakukan pada saat pabrik melakukan produksi, atau
pada kondisi tertentu dilakukan melalui simulasi proses
produksi produk yang diajukan untuk disertifikasi.

6.2. Inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi dilakukan


terhadap:
a. tanggung jawab dan komitmen personel penanggung
jawab pabrik terhadap konsistensi pemenuhan
produk terhadap persyaratan SNI;
b. ketersediaan dan pengendalian dokumentasi
informasi prosedur dan rekaman pengendalian mutu,
termasuk pengujian rutin;
c. fasilitas, lokasi, desain dan tata letak, bangunan,
sanitasi peralatan, sanitasi ruang proses, dan higiene
personel sesuai dengan ketentuan yang berlaku
tentang Cara Produksi Pangan Olahan yang Baik;
- 706 -

d. tahapan kritis proses produksi, mulai dari bahan


baku sampai produk akhir paling sedikit pada
tahapan sebagaimana dimaksud dalam huruf G;
e. kelengkapan serta fungsi peralatan produksi
termasuk peralatan pengendalian mutu paling sedikit
berupa alat pelumat, alat pemasakan, alat pembeku,
alat pemotong, alat pencampur, alat pencetak, alat
pengukus, alat penutup kemasan, timbangan, dan
wadah;
f. bukti verifikasi berdasarkan hasil kalibrasi atau hasil
verifikasi peralatan produksi sebagaimana disebutkan
dalam huruf e yang membuktikan bahwa peralatan
tersebut memenuhi persyaratan produksi. Hasil
verifikasi peralatan produksi dapat ditunjukkan
dengan prosedur yang diperlukan untuk mencapai
kondisi atau persyaratan yang ditetapkan;
g. bukti tera atau tera ulang alat pengukuran berat
produk dalam kemasan akhir;
h. pengendalian dan penanganan produk yang tidak
sesuai; dan
i. pengemasan, penanganan dan penyimpanan produk,
termasuk di gudang akhir produk yang siap
diedarkan.

6.3. Apabila pabrik telah menerapkan Sistem Manajemen


Keamanan Pangan berdasarkan SNI ISO 22000 atau
HACCP berdasarkan SNI CAC/RCP 1 dari Otoritas
Kompeten atau Lembaga Sertifikasi yang diakreditasi oleh
KAN atau oleh badan akreditasi penandatangan
IAF/APAC MLA dengan ruang lingkup yang sesuai, maka
inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi dilakukan
terhadap implementasi sistem manajemen terkait mutu
produk tersebut dan angka 6.2 huruf d dan huruf e;

6.4. Apabila pabrik telah menerapkan Sistem Manajemen


Mutu berdasarkan SNI ISO 9001 dari Lembaga Sertifikasi
yang diakreditasi oleh KAN atau oleh badan akreditasi
- 707 -

penandatangan IAF/APAC MLA dengan ruang lingkup


yang sesuai, maka inspeksi pabrik atau asesmen proses
produksi dilakukan terhadap implementasi sistem
manajemen terkait mutu produk tersebut dan angka 6.2
huruf c, huruf d, dan huruf e.

6.5. Dalam hal pemohon melakukan pengemasan ulang


produk yang dihasilkan oleh pihak lain, berlaku
ketentuan berikut:
a. apabila pihak lain tersebut telah memiliki sertifikat
kesesuaian produk atau Surat Persetujuan
Penggunaan Tanda (SPPT) SNI, maka inspeksi pabrik
atau asesmen proses produksi sebagaimana
dimaksud dalam angka 6.2 dilakukan di lokasi
pemohon pada tahapan pengemasan;
b. apabila pihak lain tersebut belum memiliki sertifikat
kesesuaian produk atau Surat Persetujuan
Penggunaan Tanda (SPPT) SNI, maka inspeksi pabrik
atau asesmen proses produksi sebagaimana
dimaksud dalam angka 6.2 dilakukan di lokasi
pembuatan produk yang dimiliki oleh pihak lain dan
di lokasi pemohon.

6.6. Selama inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi,


LSPro melakukan pengambilan contoh produk oleh
petugas pengambil contoh dan selanjutnya diuji di
laboratorium milik LSPro atau Laboratorium yang telah
memiliki perjanjian alih daya dengan LSPro.

6.7. Apabila berdasarkan hasil inspeksi pabrik atau asesmen


proses produksi, termasuk hasil pengujian, tidak
diperoleh bukti-bukti yang kuat untuk menjamin
konsistensi produk terhadap persyaratan SNI, maka
Pemohon harus diberi kesempatan untuk melakukan
tindakan perbaikan dalam jangka waktu tertentu sesuai
dengan kebijakan LSPro.
- 708 -

7. Tinjauan
7.1. Tinjauan hasil evaluasi dilakukan terhadap:
a. Hasil evaluasi awal terhadap produk untuk
menunjukkan bahwa contoh produk yang mewakili
produk memenuhi persyaratan SNI yang diajukan
oleh Pemohon sebagai dasar permohonan Sertifikasi;
b. Hasil inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi
atau bukti obyektif untuk menunjukkan bahwa
pabrik memiliki proses produksi yang didukung
dengan segala sumber daya yang diperlukan untuk
menghasilkan produk yang secara konsisten,
menjamin keamanan pangan, dan memenuhi
persyaratan SNI yang diajukan oleh Pemohon
sebagai dasar permohonan Sertifikasi.

7.2. Tinjauan hasil evaluasi dinyatakan dalam bentuk


rekomendasi tertulis tentang pemenuhan SNI yang
diajukan oleh Pemohon untuk produk yang diajukan
untuk disertifikasi.

8. Penetapan keputusan Sertifikasi


8.1. Penetapan keputusan Sertifikasi dilakukan berdasarkan
rekomendasi yang dihasilkan dari proses tinjauan.

8.2. Penetapan keputusan Sertifikasi harus dilakukan oleh


satu atau sekelompok orang yang tidak terlibat dalam
proses evaluasi.

8.3. Penetapan keputusan Sertifikasi dapat dilakukan oleh


satu atau sekelompok orang yang sama dengan yang
melakukan tinjauan.

8.4. Rekomendasi untuk keputusan Sertifikasi berdasarkan


hasil tinjauan harus didokumentasikan, kecuali tinjauan
dan keputusan Sertifikasi diselesaikan secara bersamaan
oleh satu atau sekelompok orang yang sama.
- 709 -

8.5. LSPro harus memberitahu Pemohon Sertifikasi terkait


alasan menunda atau tidak memberikan keputusan
Sertifikasi, dan harus mengidentifikasikan alasan
keputusan tersebut. Apabila Pemohon Sertifikasi
menunjukkan keinginan untuk melanjutkan proses
Sertifikasi, LSPro dapat memulai kembali dari proses
evaluasi (angka 5).

9. Penerbitan sertifikat
Sertifikat kesesuaian terhadap persyaratan SNI diterbitkan
sesuai ketentuan sebagai berikut:
a. Sertifikat diterbitkan oleh LSPro setelah penetapan
keputusan Sertifikasi;
b. Sertifikat paling sedikit harus memuat:
1. nomor sertifikat atau identifikasi unik lainnya;
2. nomor atau identifikasi lain dari skema Sertifikasi;
3. nama dan alamat LSPro;
4. nama dan alamat Pemohon (pemegang sertifikat);
5. acuan ke perjanjian Sertifikasi;
6. pernyataan kesesuaian yang mencakup:
a. nama, merek, dan spesifikasi produk yang
dinyatakan memenuhi persyaratan;
b. SNI yang menjadi dasar Sertifikasi;
c. nama dan alamat lokasi produksi; dan
d. informasi terkait proses Sertifikasi.
7. status akreditasi atau pengakuan LSPro;
8. tanggal penerbitan sertifikat;
9. tanggal berakhir masa berlaku sertifikat yaitu 4
(empat) tahun sejak tanggal penerbitan sertifikat;
dan
10. tanda tangan yang mengikat secara hukum dari
personel yang bertindak atas nama LSPro sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
- 710 -

10. Surveilans dan Sertifikasi ulang


10.1. LSPro harus melaksanakan surveilans paling sedikit 2
(dua) kali dalam periode Sertifikasi. Dalam hal ini
berlaku ketentuan sebagai berikut:
a. Surveilans pertama dilakukan melalui kegiatan:
1. Inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi;
dan/atau
2. Pengujian terhadap contoh produk yang akan
beredar.
Pemilihan jenis kegiatan pada surveilans pertama
tersebut dilakukan berdasarkan penilaian LSPro atas
hasil Sertifikasi sebelumnya.
Apabila surveilans pertama hanya dilakukan melalui
kegiatan pengujian terhadap contoh produk yang
akan beredar, penerima sertifikat harus
menyampaikan dokumentasi pengendalian mutu
proses produksi sejak penerbitan sertifikat sampai
dilakukan surveilans pertama.
b. Surveilans kedua dilakukan melalui kegiatan:
1. Inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi;
dan
2. Pengujian terhadap contoh produk yang akan
beredar.

10.2. LSPro harus melaksanakan Sertifikasi ulang paling


lambat pada bulan ke-42 (empat puluh dua) setelah
penetapan Sertifikasi, melalui kegiatan sebagaimana
tercantum dalam angka 6.

F. Penggunaan tanda SNI


1. Penggunaan tanda SNI dilakukan setelah mendapatkan
persetujuan penggunaan Tanda SNI melalui Surat
Persetujuan Penggunaan Tanda SNI (SPPT SNI) yang
dikeluarkan oleh BSN sesuai dengan ketentuan dalam
Peraturan BSN mengenai Tata Cara Penggunaan Tanda SNI
dan Tanda Kesesuaian Berbasis SNI.
- 711 -

2. Tanda SNI sebagai bukti kesesuaian produk yang telah


memenuhi SNI adalah sebagai berikut:

Dengan ukuran:

Keterangan:
y = 11x
r = 0,5x

G. Tahapan kritis proses produksi produk otak-otak ikan


Tahapan kritis
No. Penjelasan tahapan kritis
proses produksi
1. Pemilihan bahan Bahan baku, bahan tambahan
baku, bahan pangan, bahan kemasan, dan label
penolong, bahan harus memenuhi persyaratan SNI
tambahan pangan, yang ditetapkan atau peraturan
bahan kemasan yang terkait.
dan label
- 712 -

Tahapan kritis
No. Penjelasan tahapan kritis
proses produksi
2. Pelelehan Bahan baku beku yang masih
dalam kemasan dilakukan proses
pelelehan (thawing) dengan cara
direndam dalam air dingin atau air
yang mengalir atau dalam suhu
ruang secara cermat dan saniter
3. Sortasi bahan baku dipisahkan
berdasarkan mutu dan jenis.
Sortasi mutu dilakukan secara hati-
hati, cepat, cermat dan saniter
dengan mempertahankan rantai
dingin (0 °C – 5 °C)
4. Pencucian 1 bahan baku dicuci dengan
menggunakan air mengalir secara
cepat, cermat dan saniter dalam
kondisi suhu dingin (0 °C –5 °C)
5. Penyiangan ikan disiangi dengan cara
membuang kepala, sisik dan isi
perut. Penyiangan dilakukan secara
cepat, cermat dan saniter dan
dalam kondisi suhu dingin (0 °C –5
°C)
6. Pencucian 2 bahan baku dicuci dengan
menggunakan air mengalir secara
cepat, cermat dan saniter dalam
kondisi suhu dingin (0 °C – 5 °C)
7. Pengambilan ikan diambil dagingnya secara
daging cepat, cermat dan hati-hati serta
tetap mempertahankan suhu dingin
(0 °C – 5 °C)
8. Pelumatan daging daging ikan dilumatkan dengan alat
pelumat daging (mincer) dan
dilakukan secara cepat, cermat, dan
saniter serta tetap mempertahankan
- 713 -

Tahapan kritis
No. Penjelasan tahapan kritis
proses produksi
suhu dingin (0 °C – 5 °C)
9. Pencampuran lumatan daging dimasukkan ke
dalam alat pencampur kemudian
ditambahkan garam dan dicampur
hingga didapat adonan yang lengket
(sticky). Selanjutnya dilakukan
penambahan bumbu lainnya,
campur sampai homogen secara
cepat, cermat, saniter dalam kondisi
suhu dingin
10. Pembentukan adonan dibentuk kemudian
dibungkus dengan kulit pangsit,
untuk keong mas dibentuk
menyerupai kerucut, sedangkan
ekkado dibungkus dengan kembang
tahu
setengah kering dan atau tanpa
diikat secara cepat, cermat dan
saniter dalam kondisi suhu dingin
11. Pemasakan otak-otak ikan tanpa bungkus daun
direbus, otak-otak ikan dengan
bungkus daun dikukus dan atau
dipanggang sesuai spesifikasi
12. Pendinginan Otak-otak ikan didinginkan dengan
cara ditiriskan atau dibantu dengan
blower atau kipas angin secara
cermat dan saniter.
13. Pembekuan otak-otak ikan tanpa bungkus daun
disusun dalam pan sedemikian
rupa di dalam alat pembeku agar
udara dingin tersebar merata,
dilakukan secara cermat dan
saniter
-714-

Tahapan kritis
No. Penjelasan tahapan kritis
proses produksi
14. Pengemasan dan Otak-otak ikan dikemas dan

penimbangan ditimbang sesuai spesifikasi serta


dilakukan secara cepat, cermat dan
saniter

15. Penyimpanan beku produk disimpan dalam suhu dan


fluktuasi sesuai dengan spesifikasi

16. Pemuatan produk dalam kemasan dimuat


dalam alat transportasi dan
terhindar dari penyebab yang dapat
merusak atau menurunkan mutu

produk

17. Pengemasan Produk dikemas dengan cepat,


cermat, saniter dan higienis.
Pengemasan dilakukan dalam
kondisi yang dapat mencegah
terjadinya kontaminasi
18. Pelabelan Setiap kemasan produk yang eikan
diperdagangkan diberi label sesuai
dengan ketentuan yang berlaku
Keterangan: Urutan tahapan kritis proses produksi disetiap
pemohon dapat berbeda

KEPALA BADAN STANDARDISASI NASIONAL

REPUBLIK INDONESIA,

TTD

BAMBANG PRASETYA

Salinan sesuai dengan aslinya


Kepala ya Manusia, Organisasi, dan Hukum

(h%'Margahayu
v*" J

INOO**.
- 715 -

LAMPIRAN XLVI
PERATURAN BADAN STANDARDISASI NASIONAL
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 1 TAHUN 2020
TENTANG
SKEMA PENILAIAN KESESUAIAN TERHADAP STANDAR
NASIONAL INDONESIA SEKTOR MAKANAN DAN MINUMAN

PETUNJUK TEKNIS SKEMA SERTIFIKASI PRODUK NAGET IKAN

A. Ruang lingkup
1. Skema ini berlaku untuk acuan pelaksanaan Sertifikasi produk
Naget Ikan yang menggunakan lumatan daging ikan dan atau
surimi, minimum 30 %, dicampur tepung dan bahan-bahan
lainnya dibaluri dengan tepung pengikat (predust), dimasukkan
dalam adonan batter mix kemudian dilapisi tepung roti dan
mengalami pemasakan.
2. Skema ini berlaku untuk naget ikan dan tidak berlaku untuk
produk yang mengalamipengolahan lebih lanjut.

B. Persyaratan Sertifikasi
Persyaratan acuan Sertifikasi produk:
1. SNI 7758:2013 Naget Ikan;
2. SNI dan standar lain yang diacu dalam SNI 7758:2013;
3. Peraturan yang terkait yaitu:
a. Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1999 tentang Label
dan Iklan Pangan;
b. Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor
KEP.06/MEN/2002 tentang Persyaratan dan Tata Cara
Pemeriksaan Mutu Hasil Perikanan yang Masuk ke Wilayah
Republik Indonesia;
c. Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2004 tentang
Keamanan, Mutu dan Gizi Pangan;
d. Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor
KEP.01/MEN/2007 tentang Persyaratan Jaminan Mutu dan
- 716 -

Keamanan Hasil Perikanan pada Proses Produksi,


Pengolahan dan Distribusi;
e. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor
PER.19/MEN/2010 tentang Pengendalian Sistem Jaminan
Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan;
f. Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 75/M-
IND/PER/7/2010 tentang Cara Produksi Pangan Olahan
yang Baik (Good Manufacturing Practices);
g. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor
PER.15/MEN/2011 tentang Pengendalian Mutu dan
Keamanan Hasil Perikanan yang Masuk ke dalam Wilayah
Negara Republik Indonesia;
h. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 33 Tahun 2012
tentang Bahan Tambahan Pangan;
i. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan
Nomor 24 Tahun 2013 tentang Batas Maksimum
Penggunaan Bahan Tambahan Pangan Penstabil;
j. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan
Nomor 36 Tahun 2013 tentang Batas Maksimum
Penggunaan Bahan Tambahan Pangan Pengawet;
k. Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor
52A/KEPMEN-KP/2013 tentang Persyaratan Jaminan Mutu
dan Keamanan Hasil Perikanan pada Proses Produksi,
Pengolahan dan Distribusi;
l. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan
Nomor 16 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas Peraturan
Kepala Badan Pengawas Obat Dan Makanan Nomor
Hk.03.1.23.07.11.6664 Tahun 2011 Tentang Pengawasan
Kemasan Pangan;
m. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan
Nomor 16 Tahun 2016 tentang Kriteria Mikrobiologi Dalam
Pangan Olahan; dan
n. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan
Nomor 5 Tahun 2018 tentang Batas Maksimum Cemaran
Logam Berat dalam Pangan Olahan.
4. Peraturan lain yang terkait dengan produk produk Naget ikan.
- 717 -

C. Prosedur Sertifikasi
Prosedur Sertifikasi mencakup:
1. evaluasi awal; dan
2. inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi.

D. Persyaratan Lembaga Penilaian Kesesuaian


Sertifikasi produk naget ikan dilakukan oleh LPK yang telah
diakreditasi oleh KAN berdasarkan SNI ISO/IEC 17065, Penilaian
Kesesuaian – Persyaratan untuk Lembaga Sertifikasi Produk,
Proses, dan Jasa, untuk lingkup produk sebagaimana dimaksud
dalam Ruang Lingkup sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Dalam hal LPK belum ada yang diakreditasi oleh KAN untuk
melakukan kegiatan Sertifikasi dengan ruang lingkup produk naget
ikan, BSN dapat menunjuk LPK dengan ruang lingkup yang sejenis
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

E. Tahapan Sertifikasi
1. Pengajuan Permohonan Sertifikasi
1.1. Pengajuan permohonan Sertifikasi dilakukan oleh pelaku
usaha. Kriteria pelaku usaha yang dapat mengajukan
Sertifikasi sesuai Peraturan BSN mengenai tata cara
penggunaan Tanda SNI dan Tanda Kesesuaian Berbasis
SNI.

1.2. Permohonan Sertifikasi harus dilengkapi dengan:


a. informasi Pemohon:
1. nama Pemohon, alamat Pemohon, serta nama
dan kedudukan atau jabatan personel yang
bertanggung jawab atas pengajuan permohonan
Sertifikasi;
2. bukti pemenuhan persyaratan izin usaha sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan;
3. pemenuhan persyaratan sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan tentang
pendaftaran dan hak kepemilikan atas merek
- 718 -

yang dikeluarkan oleh Kementerian Hukum dan


Hak Asasi Manusia;
4. apabila Pemohon melakukan pembuatan
produk dengan merek yang dimiliki oleh pihak
lain, menyertakan bukti perjanjian yang
mengikat secara hukum untuk melakukan
pembuatan produk untuk pihak lain;
5. apabila Pemohon bertindak sebagai pemilik
merek yang mensubkontrakkan proses
produksinya kepada pihak lain, menyertakan
bukti kepemilikan merek dan perjanjian
subkontrak pelaksanaan produksi dengan
pihak lain;
6. apabila Pemohon bertindak sebagai perwakilan
resmi pemilik merek yang berkedudukan
hukum di luar negeri, menyertakan bukti
perjanjian yang mengikat secara hukum
tentang penunjukan sebagai perwakilan resmi
pemilik merek di wilayah Republik Indonesia;
dan
7. pernyataan bahwa Pemohon Sertifikasi
bertanggung jawab penuh atas pemenuhan
persyaratan SNI dan pemenuhan persyaratan
proses Sertifikasi dan bersedia memberikan
akses terhadap lokasi dan/atau informasi yang
diperlukan oleh LSPro dalam melaksanakan
kegiatan Sertifikasi.
b. informasi produk:
1. merek produk yang diajukan untuk disertifikasi;
2. jenis/tipe/varian produk yang diajukan untuk
disertifikasi;
3. SNI yang digunakan sebagai dasar pengajuan
permohonan Sertifikasi;
4. foto produk dalam kemasan primer yang diajukan
untuk disertifikasi (dari arah depan, belakang dan
samping), serta informasi terkait kemasan primer
produk;
- 719 -

5. daftar bahan baku (untuk bahan baku ikan


mencakup informasi jenis, bentuk, dan asal)
termasuk bahan tambahan pangan;
6. label produk; dan
7. apabila tersedia, foto kemasan sekunder dan
tersier produk yang diajukan untuk disertifikasi,
dari arah depan, belakang, samping, dan bagian
dalam.
c. informasi proses produksi:
1. nama, alamat, dan legalitas hukum pabrik;
2. struktur organisasi, nama dan jabatan personel
penanggung jawab proses produksi;
3. dokumentasi informasi tentang pemasok bahan
baku produk, prosedur evaluasi pemasok, serta
prosedur inspeksi bahan baku produk;
4. dokumentasi informasi tentang proses pembuatan
produk yang diajukan untuk disertifikasi,
termasuk proses yang disubkontrakkan ke pihak
lain;
5. dokumentasi informasi tentang prosedur dan
rekaman pengendalian mutu, termasuk pengujian
rutin, daftar peralatan, serta sertifikat kalibrasi
atau bukti verifikasi peralatan yang berpengaruh
terhadap mutu produk yang disertifikasi, dan
bukti atau segel tera atau tera ulang untuk alat
ukur yang digunakan dalam pengukuran berat
produk dalam kemasan akhir;
6. dokumentasi informasi tentang prosedur dan
rekaman pengendalian dan penanganan produk
yang tidak sesuai;
7. dokumentasi informasi tentang pengemasan
produk dan pengelolaan produk di gudang akhir
produk sebelum dikirimkan dan/atau diedarkan
ke wilayah Republik Indonesia;
8. lokasi gudang penyimpanan produk di wilayah
Republik Indonesia;
- 720 -

9. bukti izin edar produk (MD/ML atau P-IRT) sesuai


ketentuan peraturan perundang-undangan;
10. menyertakan laporan hasil uji yang dilakukan
paling lambat 1 (satu) tahun sebelum pengajuan
Sertifikasi, yang memberikan bukti pemenuhan
produk yang diajukan untuk disertifikasi terhadap
persyaratan mutu dalam SNI dan peraturan
terkait;
11. apabila laporan hasil uji sebagaimana dinyatakan
dalam angka 10 belum tersedia, Pemohon dapat
menyampaikan contoh produk kepada LSPro
untuk diuji di laboratorium yang memiliki
perjanjian alih daya dengan LSPro; dan
12. apabila telah tersedia, menyertakan Sertifikat
Penerapan Sistem Manajemen Mutu berdasarkan
SNI ISO 9001 atau Sistem Manajemen Keamanan
Pangan berdasarkan SNI ISO 22000 atau HACCP
berdasarkan SNI CAC/RCP 1 dari Otoritas
Kompeten atau Lembaga Sertifikasi yang
diakreditasi oleh KAN atau oleh badan akreditasi
penandatangan International Accreditation Forum
(IAF)/Asia Pacific Accreditation Cooperation (APAC)
Multilateral Recognition Agreement (MLA) dengan
ruang lingkup yang sesuai.
Informasi pada butir 4, butir 5, butir 10, dan butir 11
tidak perlu dilampirkan apabila pemohon melakukan
pengemasan ulang produk yang dihasilkan oleh pihak
lain yang telah memiliki sertifikat kesesuaian produk
atau Surat Persetujuan Penggunaan Tanda (SPPT)
SNI.

2. Tinjauan permohonan Sertifikasi


LSPro harus memastikan bahwa informasi yang diperoleh dari
permohonan Sertifikasi yang diajukan oleh Pemohon telah
lengkap dan memenuhi persyaratan.
- 721 -

3. Penandatanganan perjanjian Sertifikasi


Setelah permohonan Sertifikasi dinyatakan lengkap dan
Pemohon menyetujui persyaratan dan prosedur Sertifikasi
yang ditetapkan oleh LSPro sesuai dengan persyaratan SNI
ISO/IEC 17065, perjanjian Sertifikasi ditandatangani oleh
Pemohon dan LSPro.

4. Penyusunan rencana evaluasi


Berdasarkan informasi yang diperoleh dari persyaratan
permohonan Sertifikasi yang disampaikan oleh Pemohon,
LSPro menetapkan rencana evaluasi yang mencakup:
a. jenis/tipe/varian produk yang diajukan untuk disertifikasi
dan metode pengambilan contoh sesuai dengan
persyaratan SNI yang diperlukan untuk pengujian produk
dan mewakili contoh produk yang diusulkan untuk
disertifikasi;
b. informasi SNI yang digunakan sebagai dasar Sertifikasi
berdasarkan permohonan yang diajukan oleh Pemohon
Sertifikasi;
c. waktu yang diperlukan untuk pelaksanaan pengujian
berdasarkan standar acuan metode uji yang
dipersyaratkan; dan
d. waktu, lokasi pelaksanaan dan agenda inspeksi pabrik
atau asesmen proses produksi yang relevan dengan
pelaksanaan produksi produk yang diajukan untuk
disertifikasi, serta personel kompeten yang melakukan
evaluasi.

5. Pelaksanaan evaluasi awal terhadap produk


5.1. Pelaksanaan evaluasi awal terhadap produk mencakup:
a. Pemeriksaan awal terhadap kesesuaian informasi
produk dan proses produksi yang disampaikan
Pemohon pada huruf E angka 1 terhadap lingkup
produk yang ditetapkan dalam SNI dan peraturan
terkait.
b. Pengujian awal terhadap contoh produk berdasarkan
persyaratan mutu dalam SNI. Pengujian awal
- 722 -

dilakukan berdasarkan laporan hasil uji dari


laboratorium yang disampaikan Pemohon, yang
mencakup seluruh persyaratan mutu dalam SNI
7758:2013.
Apabila laporan hasil uji tersebut menunjukkan
bahwa seluruh persyaratan mutu dalam SNI tersebut
telah terpenuhi, maka produk yang diajukan untuk
disertifikasi dianggap telah memenuhi persyaratan
pengujian awal.

5.2. Apabila hasil evaluasi awal menunjukkan


ketidaksesuaian terhadap persyaratan SNI, Pemohon
harus diberi kesempatan untuk melakukan tindakan
perbaikan dalam jangka waktu tertentu sesuai dengan
kebijakan LSPro.

6. Pelaksanaan inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi


6.1. Inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi harus
dilakukan pada saat pabrik melakukan produksi, atau
pada kondisi tertentu dilakukan melalui simulasi proses
produksi produk yang diajukan untuk disertifikasi.

6.2. Inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi dilakukan


terhadap:
a. tanggung jawab dan komitmen personel penanggung
jawab pabrik terhadap konsistensi pemenuhan
produk terhadap persyaratan SNI;
b. ketersediaan dan pengendalian dokumentasi
informasi prosedur dan rekaman pengendalian mutu,
termasuk pengujian rutin;
c. fasilitas, lokasi, desain tata letak, bangunan, sanitasi
peralatan, sanitasi ruang proses, dan higiene personel
sesuai dengan ketentuan yang berlaku tentang Cara
Produksi Pangan Olahan yang Baik;
d. tahapan kritis proses produksi, mulai dari bahan
baku sampai produk akhir paling sedikit pada
tahapan sebagaimana tercantum dalam huruf G;
- 723 -

e. kelengkapan serta fungsi peralatan produksi


termasuk peralatan pengendalian mutu, paling sedikit
alat pelumat, alat pemasak, alat pembeku, alat
pemotong, alat pencetak, alat pencampur, alat
penghalus bumbu, alat pengukus, alat penutup
kemasan, meja proses, talenan, timbangan, dan
wadah;
f. bukti verifikasi berdasarkan hasil kalibrasi atau hasil
verifikasi peralatan produksi sebagaimana disebutkan
dalam huruf e yang membuktikan bahwa peralatan
tersebut memenuhi persyaratan produksi. Hasil
verifikasi peralatan produksi dapat ditunjukkan
dengan prosedur yang diperlukan untuk mencapai
kondisi atau persyaratan yang ditetapkan;
g. bukti tera atau tera ulang alat pengukuran berat
produk dalam kemasan akhir;
h. pengendalian dan penanganan produk yang tidak
sesuai; dan
i. pengemasan, penanganan, dan penyimpanan produk,
termasuk di gudang akhir produk yang siap
diedarkan.

6.3. Apabila pabrik telah menerapkan Sistem Manajemen


Keamanan Pangan berdasarkan SNI ISO 22000 atau
HACCP berdasarkan SNI CAC/RCP 1 dari Otoritas
Kompeten atau Lembaga Sertifikasi yang diakreditasi oleh
KAN atau oleh badan akreditasi penandatangan
IAF/APAC MLA dengan ruang lingkup yang sesuai, maka
inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi dilakukan
terhadap implementasi sistem manajemen terkait mutu
produk tersebut dan angka 6.2 huruf d dan huruf e.

6.4. Apabila pabrik telah menerapkan Sistem Manajemen


Mutu berdasarkan SNI ISO 9001 dari Lembaga Sertifikasi
yang diakreditasi oleh KAN atau oleh badan akreditasi
penandatangan IAF/APAC MLA dengan ruang lingkup
yang sesuai, maka inspeksi pabrik atau asesmen proses
- 724 -

produksi dilakukan terhadap implementasi sistem


manajemen terkait mutu produk tersebut dan angka 6.2
huruf c, huruf d dan huruf e.

6.5. Dalam hal pemohon melakukan pengemasan ulang


produk yang dihasilkan oleh pihak lain, berlaku
ketentuan berikut:
a. apabila pihak lain tersebut telah memiliki sertifikat
kesesuaian produk atau Surat Persetujuan
Penggunaan Tanda (SPPT) SNI, maka inspeksi pabrik
atau asesmen proses produksi sebagaimana
dimaksud dalam angka 6.2 dilakukan di lokasi
pemohon pada tahapan pengemasan;
b. apabila pihak lain tersebut belum memiliki sertifikat
kesesuaian produk atau Surat Persetujuan
Penggunaan Tanda (SPPT) SNI, maka inspeksi pabrik
atau asesmen proses produksi sebagaimana
dimaksud dalam angka 6.2 dilakukan di lokasi
pembuatan produk yang dimiliki oleh pihak lain dan
di lokasi pemohon.

6.6. Selama inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi,


LSPro melakukan pengambilan contoh produk oleh
petugas pengambil contoh dan selanjutnya diuji di
laboratorium milik LSPro atau Laboratorium yang telah
memiliki perjanjian alih daya dengan LSPro.

6.7. Apabila berdasarkan hasil inspeksi pabrik atau asesmen


proses produksi, termasuk hasil pengujian, tidak
diperoleh bukti-bukti yang kuat untuk menjamin
konsistensi produk terhadap persyaratan SNI, maka
Pemohon harus diberi kesempatan untuk melakukan
tindakan perbaikan dalam jangka waktu tertentu sesuai
dengan kebijakan LSPro.
- 725 -

7. Tinjauan
7.1. Tinjauan Hasil Evaluasi dilakukan terhadap:
a. Hasil evaluasi awal terhadap produk untuk
menunjukkan bahwa contoh produk yang mewakili
produk memenuhi persyaratan SNI yang diajukan
oleh Pemohon sebagai dasar permohonan Sertifikasi;
b. Hasil inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi
atau bukti obyektif untuk menunjukkan bahwa
pabrik memiliki proses produksi yang didukung
dengan segala sumber daya yang diperlukan untuk
menghasilkan produk yang secara konsisten,
menjamin keamanan pangan, dan memenuhi
persyaratan SNI yang diajukan oleh Pemohon
sebagai dasar permohonan Sertifikasi.

7.2. Tinjauan hasil evaluasi dinyatakan dalam bentuk


rekomendasi tertulis tentang pemenuhan SNI yang
diajukan oleh Pemohon untuk produk yang diajukan
untuk disertifikasi.

8. Penetapan keputusan Sertifikasi


8.1. Penetapan keputusan Sertifikasi dilakukan berdasarkan
rekomendasi yang dihasilkan dari proses tinjauan.

8.2. Penetapan keputusan Sertifikasi harus dilakukan oleh


satu atau sekelompok orang yang tidak terlibat dalam
proses evaluasi.

8.3. Penetapan keputusan Sertifikasi dapat dilakukan oleh


satu atau sekelompok orang yang sama dengan yang
melakukan tinjauan.

8.4. Rekomendasi untuk keputusan Sertifikasi berdasarkan


hasil tinjauan harus didokumentasikan, kecuali tinjauan
dan keputusan Sertifikasi diselesaikan secara bersamaan
oleh satu atau sekelompok orang yang sama.
- 726 -

8.5. LSPro harus memberitahu Pemohon Sertifikasi terkait


alasan menunda atau tidak memberikan keputusan
Sertifikasi, dan harus mengidentifikasikan alasan
keputusan tersebut. Apabila Pemohon Sertifikasi
menunjukkan keinginan untuk melanjutkan proses
Sertifikasi, LSPro dapat memulai kembali dari proses
evaluasi (angka 5).

9. Penerbitan Sertifikat
Sertifikat kesesuaian terhadap persyaratan SNI diterbitkan
sesuai ketentuan sebagai berikut:
a. Sertifikat diterbitkan oleh LSPro setelah penetapan
keputusan Sertifikasi,
b. Sertifikat paling sedikit harus memuat:
1. nomor sertifikat atau identifikasi unik lainnya;
2. nomor atau identifikasi lain dari skema Sertifikasi;
3. nama dan alamat LSPro;
4. nama dan alamat Pemohon (pemegang sertifikat);
5. acuan ke perjanjian Sertifikasi;
6. pernyataan kesesuaian yang mencakup:
a. nama produk, merek dan spesifikasi produk yang
dinyatakan memenuhi persyaratan;
b. SNI yang menjadi dasar Sertifikasi;
c. nama dan alamat lokasi produksi; dan
d. informasi terkait proses Sertifikasi.
7. status akreditasi atau pengakuan LSPro;
8. tanggal penerbitan sertifikat;
9. tanggal berakhir masa berlaku sertifikat yaitu 4
(empat) tahun sejak tanggal penerbitan sertifikat; dan
10. tanda tangan yang mengikat secara hukum dari
personel yang bertindak atas nama LSPro sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

10. Surveilans dan Sertifikasi ulang


10.1. LSPro harus melaksanakan surveilans paling sedikit 2
(dua) kali dalam periode Sertifikasi. Dalam hal ini
berlaku ketentuan sebagai berikut:
- 727 -

a. Surveilans pertama dilakukan melalui kegiatan:


1. Inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi;
dan/atau
2. Pengujian terhadap contoh produk yang akan
beredar.
Pemilihan jenis kegiatan pada surveilans pertama
tersebut dilakukan berdasarkan penilaian LSPro
atas hasil Sertifikasi sebelumnya.
Apabila surveilans pertama hanya dilakukan melalui
kegiatan pengujian terhadap contoh produk yang
akan beredar, penerima sertifikat harus
menyampaikan dokumentasi pengendalian mutu
proses produksi sejak penerbitan sertifikat sampai
dilakukan surveilans pertama.
b. Surveilans kedua dilakukan melalui kegiatan
1. Inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi;
dan
2. Pengujian terhadap contoh produk yang akan
atau telah beredar.

10.2. LSPro harus melaksanakan Sertifikasi ulang paling


lambat pada bulan ke-42 (empat puluh dua) setelah
penetapan Sertifikasi, melalui kegiatan sebagaimana
tercantum dalam angka 6.

F. Penggunaan Tanda SNI


1. Penggunaan tanda SNI dilakukan setelah mendapatkan
persetujuan penggunaan Tanda SNI melalui Surat
Persetujuan Penggunaan Tanda (SPPT) SNI yang dikeluarkan
oleh BSN sesuai dengan kriteria yang ditetapkan pada
Peraturan BSN mengenai tata cara penggunaan Tanda SNI
dan Tanda Kesesuaian Berbasis SNI.
- 728 -

2. Tanda SNI sebagai bukti kesesuaian produk yang telah


memenuhi SNI adalah sebagai berikut:

Dengan ukuran:

Keterangan:
y = 11x
r = 0,5x

G. Tahapan kritis proses produksi produk produk naget ikan


Tahapan kritis proses
No Penjelasan
produksi
1. Pemilihan bahan baku, Bahan baku, bahan tambahan
bahan penolong, bahan pangan, bahan kemasan, dan label
tambahan pangan, bahan harus memenuhi persyaratan SNI
kemasan dan label yang ditetapkan atau peraturan yang
terkait.
2. Pelelehan Bahan baku beku yang masih dalam
kemasan dilakukan proses pelelehan
(thawing) dengan cara direndam
- 729 -

Tahapan kritis proses


No Penjelasan
produksi
dalam air dingin atau air yang
mengalir atau dalam suhu ruang
secara cermat dan saniter.
3. Sortasi 1 bahan baku dipisahkan berdasarkan
mutu dan jenis. Sortasi mutu
dilakukan secara hati-hati, cepat,
cermat dan saniter dengan
mempertahankan rantai dingin (0 °C –
5 °C).
4. Pencucian 1 bahan baku dicuci dengan
menggunakan air mengalir secara
cepat, cermat dan saniter dalam
kondisi suhu dingin (0 °C –5 °C).
5. Penyiangan ikan disiangi dengan cara membuang
kepala, sisik dan isi perut.
Penyiangan dilakukan secara cepat,
cermat dan saniter dan dalam kondisi
suhu dingin (0 °C –5 °C).
6. Pencucian 2 bahan baku dicuci dengan
menggunakan air mengalir secara
cepat, cermat dan saniter dalam
kondisi suhu dingin (0 °C – 5 °C).
7. Pengambilan daging ikan diambil dagingnya secara cepat,
cermat dan hati-hati serta tetap
mempertahankan suhu dingin (0 °C –
5 °C).
8. Pelumatan daging daging ikan dilumatkan dengan alat
pelumat daging (mincer) dan
dilakukan secara cepat, cermat, dan
saniter serta tetap mempertahankan
suhu dingin (0 °C – 5 °C).
9. Pencampuran lumatan daging dimasukkan ke dalam
alat pencampur kemudian
ditambahkan garam dan dicampur
hingga didapat adonan yang lengket
(sticky). Selanjutnya dilakukan
penambahan bumbu lainnya, campur
- 730 -

Tahapan kritis proses


No Penjelasan
produksi
sampai homogen secara cepat,
cermat, saniter dalam kondisi suhu
dingin.
10. Pembentukan adonan dibentuk secara manual atau
dengan mesin pencetak sesuai
spesifikasi, secara cepat, cermat dan
saniter.
11. Pelapisan dengan tepung naget ikan dilumuri dengan tepung
predust, kemudian dimasukkan ke
dalam adonan batter mix, selanjutnya
dilumuri tepung roti secara cepat,
cermat dan saniter.
Naget ikan yang tanpa pemasakan
langsung dibekukan.
12. Pemasakan naget ikan dikukus atau digoreng
sesuai dengan spesifikasi yang
diinginkan.
13. Pendinginan Naget ikan didinginkan dengan cara
ditiriskan atau dibantu dengan blower
atau kipas angin secara cermat dan
saniter.
14. Sortasi 2 Naget ikan disortir secara cepat,
cermat dan saniter.
15. Pembekuan naget ikan disusun dalam pan
sedemikian rupa di dalam alat
pembeku agar udara dingin tersebar
merata secara cermat dan saniter.
16. Pengemasan dan Naget ikan dikemas dan ditimbang
penimbangan sesuai spesifikasi serta dilakukan
secara cepat, cermat dan saniter.
17. Penyimpanan beku produk disimpan dalam suhu dan
fluktuasi sesuai dengan spesifikasi.
18. Pemuatan naget ikan dalam kemasan dimuat
dalam alat transportasi dan terhindar
dari penyebab yang dapat merusak
atau menurunkan mutu produk.
-731 -

Tahapan kritis proses


No Penjelasan
produksi
19. Pengemasan Produk dikemas dengan cepat,
cermat, saniter dan higienis.
Pengemasan dilakukan dalam kondisi
yang dapat mencegah terjadinya
kontaminasi.

20. Pelabelan Setiap kemasan produk yang akan


diperdagangkan diberi label sesuai
dengan ketentuan yang berlaku.
Keterangan: Urutan tahapan kritis proses produksi disetiap
pemohon dapat berbeda

KEPALA BADAN STANDARDISASI NASIONAL

REPUBLIK INDONESIA,

TTD

BAMBANG PRASETYA

Salin^fuae§>iai dengan aslinya


Kepala Bio Manusia, Organisasi, dan Hukum

Margahayu
- 732 -

LAMPIRAN XLVII
PERATURAN BADAN STANDARDISASI NASIONAL
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 1 TAHUN 2020
TENTANG
SKEMA PENILAIAN KESESUAIAN TERHADAP STANDAR
NASIONAL INDONESIA SEKTOR MAKANAN DAN MINUMAN

PETUNJUK TEKNIS SKEMA SERTIFIKASI PRODUK KAKI NAGA IKAN

A. Ruang lingkup
1. Skema ini berlaku untuk acuan pelaksanaan Sertifikasi produk
kaki naga ikan yang menggunakan lumatan daging ikan atau
surimi minimum 30 % dicampur tepung dan bahan lainnya,
dibaluri tepung roti atau bahan lainnya, diberi tangkai (misal:
bambu, kayu, capit kepiting, batang serei, ekor udang) dan
mengalami perlakuan pemasakan.
2. Skema ini berlaku untuk Kaki naga ikan dan tidak berlaku
untuk produk yang mengalami pengolahan lebih lanjut.

B. Persyaratan Sertifikasi
Persyaratan acuan Sertifikasi produk:
1. SNI 7759:2013 Kaki naga Ikan;
2. SNI dan standar lain yang diacu dalam SNI 7759:2013; dan
3. Peraturan lain yang terkait yaitu:
a. Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1999 tentang Label
dan Iklan Pangan;
b. Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor
KEP.06/MEN/2002 tentang Persyaratan dan Tata Cara
Pemeriksaan Mutu Hasil Perikanan yang Masuk ke Wilayah
Republik Indonesia;
c. Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2004 tentang
Keamanan, Mutu dan Gizi Pangan;
d. Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor
KEP.01/MEN/2007 tentang Persyaratan Jaminan Mutu dan
- 733 -

Keamanan Hasil Perikanan pada Proses Produksi,


Pengolahan dan Distribusi;
e. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor
PER.19/MEN/2010 tentang Pengendalian Sistem Jaminan
Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan;
f. Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 75/M-
IND/PER/7/2010 tentang Cara Produksi Pangan Olahan
yang Baik (Good Manufacturing Practices);
g. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor
PER.15/MEN/2011 tentang Pengendalian Mutu dan
Keamanan Hasil Perikanan yang Masuk ke dalam Wilayah
Negara Republik Indonesia;
h. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 33 Tahun 2012
tentang Bahan Tambahan Pangan;
i. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan
Nomor 24 Tahun 2013 tentang Batas maksimum
penggunaan bahan tambahan pangan penstabil;
j. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan
Nomor 36 Tahun 2013 tentang batas maksimum
penggunaan bahan tambahan pangan pengawet;
k. Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor
52A/KEPMEN-KP/2013 tentang Persyaratan Jaminan Mutu
dan Keamanan Hasil Perikanan pada Proses Produksi,
Pengolahan dan Distribusi;
l. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan
Nomor 16 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas Peraturan
Kepala Badan Pengawas Obat Dan Makanan Nomor
Hk.03.1.23.07.11.6664 Tahun 2011 Tentang Pengawasan
Kemasan Pangan;
m. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan
Nomor 16 Tahun 2016 tentang Kriteria Mikrobiologi Dalam
Pangan Olahan; dan
n. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan
Nomor 5 Tahun 2018 tentang Batas Maksimum Cemaran
Logam Berat dalam Pangan Olahan.
4. Peraturan lain yang terkait dengan produk kaki naga ikan.
- 734 -

C. Prosedur Sertifikasi
Prosedur Sertifikasi mencakup:
1. evaluasi awal; dan
2. inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi.

D. Persyaratan Lembaga Penilaian Kesesuaian


Sertifikasi produk kaki naga ikan dilakukan oleh LPK yang telah
diakreditasi oleh KAN berdasarkan SNI ISO/IEC 17065, Penilaian
Kesesuaian – Persyaratan untuk Lembaga Sertifikasi Produk,
Proses, dan Jasa, untuk lingkup produk sebagaimana dimaksud
dalam Ruang Lingkup sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Dalam hal LPK belum ada yang diakreditasi oleh KAN untuk
melakukan kegiatan Sertifikasi dengan ruang lingkup produk kaki
naga ikan, BSN dapat menunjuk LPK dengan ruang lingkup yang
sejenis sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

E. Tahapan Sertifikasi
1. Pengajuan Permohonan Sertifikasi
1.1. Pengajuan permohonan Sertifikasi dilakukan oleh pelaku
usaha. Kriteria pelaku usaha yang dapat mengajukan
Sertifikasi sesuai Peraturan Kepala BSN mengenai tata
cara penggunaan Tanda SNI dan Tanda Kesesuaian
Berbasis SNI.

1.2. Permohonan Sertifikasi harus dilengkapi dengan:


a. informasi Pemohon:
1. nama Pemohon, alamat Pemohon, serta nama dan
kedudukan atau jabatan personel yang
bertanggung jawab atas pengajuan permohonan
Sertifikasi;
2. bukti pemenuhan persyaratan izin usaha sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan;
3. pemenuhan persyaratan sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan tentang
pendaftaran dan hak kepemilikan atas merek yang
- 735 -

dikeluarkan oleh Kementerian Hukum dan Hak


Asasi Manusia;
4. apabila Pemohon melakukan pembuatan produk
dengan merek yang dimiliki oleh pihak lain,
menyertakan bukti perjanjian yang mengikat
secara hukum untuk melakukan pembuatan
produk untuk pihak lain;
5. apabila Pemohon bertindak sebagai pemilik merek
yang mensubkontrakkan proses produksinya
kepada pihak lain, menyertakan bukti kepemilikan
merek dan perjanjian subkontrak pelaksanaan
produksi dengan pihak lain;
6. apabila Pemohon bertindak sebagai perwakilan
resmi pemilik merek yang berkedudukan hukum di
luar negeri, menyertakan bukti perjanjian yang
mengikat secara hukum tentang penunjukan
sebagai perwakilan resmi pemilik merek di wilayah
Republik Indonesia; dan
7. pernyataan bahwa Pemohon Sertifikasi
bertanggung jawab penuh atas pemenuhan
persyaratan SNI dan pemenuhan persyaratan
proses Sertifikasi dan bersedia memberikan akses
terhadap lokasi dan/atau informasi yang
diperlukan oleh LSPro dalam melaksanakan
kegiatan Sertifikasi.
b. informasi produk:
1. merek produk yang diajukan untuk disertifikasi;
2. jenis/tipe/varian produk yang diajukan untuk
disertifikasi;
3. SNI yang digunakan sebagai dasar pengajuan
permohonan Sertifikasi;
4. foto produk dalam kemasan primer yang diajukan
untuk disertifikasi (dari arah depan, belakang dan
samping), serta informasi terkait kemasan primer
produk;
- 736 -

5. daftar bahan baku (untuk bahan baku ikan


mencakup informasi jenis, bentuk, dan asal)
termasuk bahan tambahan pangan;
6. label produk; dan
7. apabila ada, foto kemasan sekunder dan tersier
produk yang diajukan untuk disertifikasi, dari arah
depan, belakang, samping, dan bagian dalam.
c. informasi proses produksi:
1. nama, alamat, dan legalitas hukum pabrik;
2. struktur organisasi, nama dan jabatan personel
penanggung jawab proses produksi;
3. dokumentasi informasi tentang pemasok bahan
baku produk, prosedur evaluasi pemasok, serta
prosedur inspeksi bahan baku;
4. dokumentasi informasi tentang proses pembuatan
produk yang diajukan untuk disertifikasi,
termasuk proses yang disubkontrakkan ke pihak
lain;
5. dokumentasi informasi tentang prosedur dan
rekaman pengendalian mutu, termasuk pengujian
rutin, daftar peralatan, serta sertifikat kalibrasi
atau bukti verifikasi peralatan yang berpengaruh
terhadap mutu produk yang disertifikasi, dan
bukti atau segel tera ulang untuk alat ukur yang
digunakan dalam pengukuran berat produk akhir;
6. dokumentasi informasi tentang prosedur dan
rekaman pengendalian dan penanganan produk
yang tidak sesuai;
7. dokumentasi informasi tentang pengelolaan
produk di gudang akhir produk sebelum
dikirimkan dan/atau diedarkan ke wilayah
Republik Indonesia;
8. lokasi gudang penyimpanan produk di wilayah
Republik Indonesia;
9. bukti izin edar produk (MD/ML atau P-IRT) sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan;
- 737 -

10. menyertakan laporan hasil uji yang dilakukan


paling lambat 1 (satu) tahun sebelum pengajuan
Sertifikasi, yang memberikan bukti pemenuhan
produk yang diajukan untuk disertifikasi terhadap
persyaratan mutu dalam SNI dan peraturan
terkait;
11. apabila laporan hasil uji sebagaimana dinyatakan
dalam angka 10 belum tersedia, Pemohon dapat
menyampaikan contoh produk kepada LSPro
untuk diuji di laboratorium yang memiliki
perjanjian alih daya dengan LSPro; dan
12. apabila telah tersedia, menyertakan Sertifikat
Penerapan Sistem Manajemen Mutu berdasarkan
SNI ISO 9001 atau Sistem Manajemen Keamanan
Pangan berdasarkan SNI ISO 22000 atau HACCP
berdasarkan SNI CAC/RCP 1 dari Otoritas
Kompeten atau Lembaga Sertifikasi yang
diakreditasi oleh KAN atau oleh badan akreditasi
penandatangan International Accreditation Forum
(IAF)/Asia Pacific Accreditation Cooperation (APAC)
Multilateral Recognition Agreement (MLA) dengan
ruang lingkup yang sesuai.
Informasi pada butir 4, butir 5, butir 10, dan butir 11
tidak perlu dilampirkan apabila Pemohon melakukan
pengemasan ulang produk yang dihasilkan oleh pihak
lain yang telah memiliki sertifikat kesesuaian produk
atau Surat Persetujuan Penggunaan Tanda (SPPT) SNI.

2. Tinjauan permohonan Sertifikasi


LSPro harus memastikan bahwa informasi yang diperoleh dari
permohonan Sertifikasi yang diajukan oleh Pemohon telah
lengkap dan memenuhi persyaratan.

3. Penandatanganan perjanjian Sertifikasi


Setelah permohonan Sertifikasi dinyatakan lengkap dan
Pemohon menyetujui persyaratan dan prosedur Sertifikasi yang
ditetapkan oleh LSPro sesuai dengan persyaratan SNI ISO/IEC
- 738 -

17065, perjanjian Sertifikasi ditandatangani oleh Pemohon dan


LSPro.

4. Penyusunan rencana evaluasi


Berdasarkan informasi yang diperoleh dari persyaratan
permohonan Sertifikasi yang disampaikan oleh Pemohon, LSPro
menetapkan rencana evaluasi yang mencakup:
a. jenis/tipe/varian produk yang diajukan untuk disertifikasi
dan metode pengambilan contoh sesuai dengan
persyaratan SNI 7759:2013 yang diperlukan untuk
pengujian produk dan mewakili contoh produk yang
diusulkan untuk disertifikasi;
b. informasi SNI yang digunakan sebagai dasar Sertifikasi
berdasarkan permohonan yang diajukan oleh Pemohon
Sertifikasi;
c. waktu yang diperlukan untuk pelaksanaan pengujian
berdasarkan standar acuan metode uji yang
dipersyaratkan; dan
d. waktu, lokasi pelaksanaan dan agenda inspeksi pabrik atau
asesmen proses produksi yang relevan dengan pelaksanaan
produksi produk yang diajukan untuk disertifikasi, serta
personel kompeten yang melakukan evaluasi.

5. Pelaksanaan evaluasi awal terhadap produk


5.1. Pelaksanaan evaluasi awal terhadap produk mencakup:
a. Pemeriksaan awal terhadap kesesuaian informasi
produk dan proses produksi yang disampaikan
Pemohon huruf E angka 1 terhadap lingkup produk
yang ditetapkan dalam SNI dan peraturan terkait.
b. Pengujian awal terhadap contoh produk berdasarkan
persyaratan mutu dalam SNI. Pengujian awal
dilakukan berdasarkan laporan hasil uji dari
laboratorium yang disampaikan Pemohon, yang
mencakup seluruh persyaratan mutu dalam SNI
7759:2013.
Apabila laporan hasil uji tersebut menunjukkan
bahwa seluruh persyaratan mutu dalam SNI tersebut
- 739 -

telah terpenuhi, maka produk yang diajukan untuk


disertifikasi dianggap telah memenuhi persyaratan
pengujian awal.

5.2. Apabila hasil evaluasi awal menunjukkan


ketidaksesuaian terhadap persyaratan SNI, Pemohon
harus diberi kesempatan untuk melakukan tindakan
perbaikan dalam jangka waktu tertentu sesuai dengan
kebijakan LSPro.

6. Pelaksanaan inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi


6.1. Inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi harus
dilakukan pada saat pabrik melakukan produksi, atau
pada kondisi tertentu dilakukan melalui simulasi proses
produksi produk yang diajukan untuk disertifikasi.

6.2. Inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi dilakukan


terhadap:
a. tanggung jawab dan komitmen personel penanggung
jawab pabrik terhadap konsistensi pemenuhan produk
terhadap persyaratan SNI;
b. ketersediaan dan pengendalian dokumentasi informasi
prosedur dan rekaman pengendalian mutu, termasuk
pengujian rutin;
c. fasilitas, lokasi, desain dan tata letak bangunan,
sanitasi peralatan, sanitasi ruang proses, dan higiene
personel sesuai dengan ketentuan yang berlaku
tentang Cara Produksi Pangan Olahan yang Baik;
d. tahapan kritis proses produksi, mulai dari bahan baku
sampai produk akhir paling sedikit pada tahapan
sebagaimana tercantum dalam huruf G;
e. kelengkapan serta fungsi peralatan produksi termasuk
peralatan pengendalian mutu,paling sedikitmemiliki
alat pemasak, alat pemotong, alat pengemas, alat
peniris, alat pelumat, alat pencampur, alat penghalus
bumbu, alat pencetak, alat penampung, meja proses,
talenan, alat pengukur berat, dan wadah;
- 740 -

f. bukti verifikasi berdasarkan hasil kalibrasi atau hasil


verifikasi peralatan produksi sebagaimana disebutkan
dalam huruf e yang membuktikan bahwa peralatan
tersebut memenuhi persyaratan produksi. Hasil
verifikasi peralatan produksi dapat ditunjukkan
dengan prosedur yang diperlukan untuk mencapai
kondisi atau persyaratan yang ditetapkan;
g. bukti tera atau tera ulang alat pengukuran berat
produk;
h. pengendalian dan penanganan produk yang tidak
sesuai; dan
i. penanganan, dan penyimpanan produk, termasuk di
gudang akhir produk yang siap diedarkan.

6.3. Apabila pabrik telah menerapkan Sistem Manajemen


Keamanan Pangan berdasarkan SNI ISO 22000 atau
HACCP berdasarkan SNI CAC/RCP 1 dari Otoritas
Kompeten atau Lembaga Sertifikasi yang diakreditasi oleh
KAN atau oleh badan akreditasi penandatangan IAF/PAC
MLA dengan ruang lingkup yang sesuai, maka inspeksi
pabrik atau asesmen proses produksi dilakukan terhadap
implementasi sistem manajemen terkait mutu produk
tersebut dan angka 6.2 huruf d dan huruf e.

6.4. Apabila pabrik telah menerapkan dan mendapatkan


sertifikat Sistem Manajemen Mutu berdasarkan SNI ISO
9001 dari Lembaga Sertifikasi yang diakreditasi oleh KAN
atau oleh badan akreditasi penandatangan IAF/APAC MLA
dengan ruang lingkup yang sesuai, maka inspeksi pabrik
atau asesmen proses produksi dilakukan terhadap
implementasi sistem manajemen terkait mutu produk
tersebut dan angka 6.2 huruf c, huruf d, dan huruf e.

6.5. Dalam hal pemohon melakukan pengemasan ulang produk


yang dihasilkan oleh pihak lain, berlaku ketentuan
berikut:
- 741 -

a. apabila pihak lain tersebut telah memiliki sertifikat


kesesuaian produk atau Surat Persetujuan
Penggunaan Tanda (SPPT) SNI maka inspeksi pabrik
atau asesmen proses produksi sebagaimana dimaksud
dalam angka 6.2 dilakukan di lokasi pemohon pada
tahapan pengemasan; atau
b. apabila pihak lain tersebut belum memiliki sertifikat
kesesuaian produk atau Surat Persetujuan
Penggunaan Tanda (SPPT) SNI, maka inspeksi pabrik
atau asesmen proses produksi sebagaimana dimaksud
dalam angka 6.2 dilakukan di lokasi pembuatan
produk yang dimiliki oleh pihak lain dan di lokasi
pemohon

6.6. Selama inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi,


LSPro melakukan pengambilan contoh produk oleh
petugas pengambil contoh dan selanjutnya diuji di
laboratorium milik LSPro atau Laboratorium yang telah
memiliki perjanjian alih daya dengan LSPro.

6.7. Apabila berdasarkan hasil inspeksi pabrik atau asesmen


proses produksi, termasuk hasil pengujian, tidak diperoleh
bukti-bukti yang kuat untuk menjamin konsistensi produk
terhadap persyaratan SNI, maka Pemohon harus diberi
kesempatan untuk melakukan tindakan perbaikan dalam
jangka waktu tertentu sesuai dengan kebijakan LSPro.

7. Tinjauan
7.1. Tinjauan Hasil Evaluasi dilakukan terhadap:
a. Hasil evaluasi awal terhadap produk untuk
menunjukkan bahwa contoh produk yang mewakili
produk memenuhi persyaratan SNI yang diajukan oleh
Pemohon sebagai dasar permohonan Sertifikasi; dan
b. Hasil inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi
atau bukti obyektif untuk menunjukkan bahwa pabrik
memiliki proses produksi yang didukung dengan segala
sumber daya yang diperlukan untuk menghasilkan
- 742 -

produk yang secara konsisten, dan memenuhi


persyaratan SNI yang diajukan oleh Pemohon sebagai
dasar permohonan Sertifikasi.

7.2. Tinjauan hasil evaluasi dinyatakan dalam bentuk


rekomendasi tertulis tentang pemenuhan SNI yang
diajukan oleh Pemohon untuk produk yang diajukan
untuk disertifikasi.

8. Penetapan keputusan Sertifikasi


8.1. Penetapan keputusan Sertifikasi dilakukan berdasarkan
rekomendasi yang dihasilkan dari proses tinjauan.

8.2. Penetapan keputusan Sertifikasi harus dilakukan oleh


satu atau sekelompok orang yang tidak terlibat dalam
proses evaluasi.

8.3. Penetapan keputusan Sertifikasi dapat dilakukan oleh


satu atau sekelompok orang yang sama dengan yang
melakukan tinjauan.

8.4. Rekomendasi untuk keputusan Sertifikasi berdasarkan


hasil tinjauan harus didokumentasikan, kecuali tinjauan
dan keputusan Sertifikasi diselesaikan secara bersamaan
oleh satu atau sekelompok orang yang sama.

8.5. LSPro harus memberitahu Pemohon Sertifikasi terkait


alasan menunda atau tidak memberikan keputusan
Sertifikasi, dan harus mengidentifikasikan alasan
keputusan tersebut. Apabila Pemohon Sertifikasi
menunjukkan keinginan untuk melanjutkan proses
Sertifikasi, LSPro dapat memulai kembali dari proses
evaluasi (angka 5).

9. Penerbitan Sertifikat
Sertifikat kesesuaian terhadap persyaratan SNI diterbitkan
sesuai ketentuan sebagai berikut:
- 743 -

a. Sertifikat diterbitkan oleh LSPro setelah penetapan


keputusan Sertifikasi,
b. Sertifikat paling sedikit harus memuat:
1. nomor sertifikat atau identifikasi unik lainnya;
2. nomor atau identifikasi lain dari skema Sertifikasi;
3. nama dan alamat LSPro;
4. nama dan alamat Pemohon (pemegang sertifikat);
5. acuan ke perjanjian Sertifikasi;
6. pernyataan kesesuaian yang mencakup:
a. nama produk, merek dan spesifikasi produk yang
dinyatakan memenuhi persyaratan;
b. SNI yang menjadi dasar Sertifikasi;
c. nama dan alamat lokasi produksi; dan
d. informasi terkait proses Sertifikasi.
7. status akreditasi atau pengakuan LSPro;
8. tanggal penerbitan sertifikat;
9. tanggal berakhir masa berlaku sertifikat yaitu 4 (empat)
tahun sejak tanggal penerbitan sertifikat;
10. tanda tangan yang mengikat secara hukum dari
personel yang bertindak atas nama LSPro sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.

10. Surveilans dan Sertifikasi ulang


10.1. LSPro harus melaksanakan surveilans paling sedikit 2
(dua) kali dalam periode Sertifikasi. Dalam hal ini berlaku
ketentuan sebagai berikut:
a. Surveilans pertama dilakukan melalui kegiatan:
1 Inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi;
dan/atau
2 Pengujian terhadap contoh produk yang akan
beredar.
Pemilihan jenis kegiatan pada surveilans pertama
tersebut dilakukan berdasarkan penilaian LSPro atas
hasil Sertifikasi sebelumnya.
Apabila surveilans pertama hanya dilakukan melalui
kegiatan pengujian terhadap contoh produk yang akan
beredar, penerima sertifikat harus menyampaikan
- 744 -

dokumentasi pengendalian mutu proses produksi sejak


penerbitan sertifikat sampai dilakukan surveilans
pertama.

b. Surveilans kedua dilakukan melalui kegiatan:


1 Inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi; dan
2 Pengujian terhadap contoh produk yang akan atau
telah beredar.

10.2. LSPro harus melaksanakan Sertifikasi ulang paling


lambat pada bulan ke-42 (empat puluh dua) setelah
penetapan Sertifikasi, melalui kegiatan sebagaimana
tercantum dalam angka 6.

F. Penggunaan Tanda SNI


1. Penggunaan tanda SNI dilakukan setelah mendapatkan
persetujuan penggunaan Tanda SNI melalui Surat Persetujuan
Penggunaan Tanda (SPPT) SNI yang dikeluarkan oleh BSN
sesuai dengan kriteria yang ditetapkan pada Peraturan BSN
mengenai tata cara penggunaan Tanda SNI dan Tanda
Kesesuaian Berbasis SNI.
2. Tanda SNI sebagai bukti kesesuaian produk yang telah
memenuhi SNI adalah sebagai berikut:
- 745 -

Dengan ukuran:

Keterangan:
y = 11x
r = 0,5x

G. Tahapan kritis proses produksi produk kaki naga ikan


Tahapan kritis proses
No. Penjelasan tahapan kritis
produksi
1. Pemilihan bahan baku, Bahan baku, bahan tambahan pangan,
bahan penolong, bahan bahan kemasan, dan label harus
tambahan pangan, memenuhi persyaratan SNI yang
bahan kemasan dan ditetapkan atau peraturan yang terkait.
label
2. Pelelehan Bahan baku beku yang masih dalam
kemasan dilakukan proses pelelehan
(thawing) dengan cara direndam dalam air
dingin atau air yang mengalir atau dalam
suhu ruang secara cermat dan saniter
3. Sortasi 1 bahan baku dipisahkan berdasarkan
mutu dan jenis. Sortasi mutu dilakukan
secara hati-hati, cepat, cermat dan saniter
dengan mempertahankan rantai dingin (0
°C – 5 °C)
4. Pencucian 1 bahan baku dicuci dengan menggunakan
air mengalir secara cepat, cermat dan
saniter dalam kondisi suhu dingin (0 °C –
5 °C)
- 746 -

Tahapan kritis proses


No. Penjelasan tahapan kritis
produksi
5. Penyiangan ikan disiangi dengan cara membuang
kepala, sisik dan isi perut. Penyiangan
dilakukan secara cepat, cermat dan
saniter dan dalam kondisi suhu dingin (0
°C –5 °C)
6. Pencucian 2 bahan baku dicuci dengan menggunakan
air mengalir secara cepat, cermat dan
saniter dalam kondisi suhu dingin (0 °C –
5 °C)
7. Pengambilan daging ikan diambil dagingnya secara cepat,
cermat dan hati-hati serta tetap
mempertahankan suhu dingin (0°C – 5°C)
8. Pelumatan daging ikan dilumatkan dengan alat
pelumat daging (mincer) dan dilakukan
secara cepat, cermat, dan saniter serta
tetap mempertahankan suhu dingin (0 °C
– 5 °C)
9. Pencampuran lumatan daging dimasukkan ke dalam
alat pencampur kemudian ditambahkan
garam dan dicampur hingga didapat
adonan yang lengket (sticky). Selanjutnya
dilakukan penambahan bumbu lainnya,
campur sampai homogen secara cepat,
cermat, saniter dalam kondisi suhu dingin
10. Pembentukan adonan dibentuk secara manual atau
dengan mesin pencetak sesuai spesifikasi,
secara cepat, cermat dan saniter
11. Pelapisan tepung roti kaki naga ikan dibaluri dengan tepung
(breading) roti secara cepat, cermat dan saniter

12. Penambahan tangkai kaki naga yang sudah dibaluri tepung roti
ditancapkan tangkai pada salah satu
ujungnya secara cepat, cermat dan
saniter
13. Pemasakan Kaki naga ikan dikukus atau digoreng
sesuai dengan spesifikasi yang diinginkan
14. Pendinginan Kaki naga ikan didinginkan dengan cara
ditiriskan atau dibantu dengan blower
-747-

Tahapan kritis proses


No. Penjelasan tahapan kritis
produksi
atau kipas angin secara cermat dan
saniter.

15. Sortasi 2 Kaki naga ikan disortir secara cepat,


cermat dan saniter

16. Pengemasan dan Kaki naga ikan dikemas dan ditimbang


peirimbangan sesuai spesiiikasi serta dilakukan secara
cepat, cermat dan saniter
17. Penyimpanan beku produk disimpan dalam sului dan
fluktuasi sesuai dengan spesifikasi
IS. Pemuatan Kaki naga ikan dalam kemasan dimuat
dalam alat transportasi dan lerhindar dari
penyebab yang dapat merusalc atau
menurunkan mutu produk
19. Pengemasan Produk dikemas dengan cepat, cermat,
saniter dan higienis. Pengemasan
dilakukan dalam kondisi yang dapat
mencegah terjadinya kontaminasi
20. Pelabelan Setiap kemasan produk yang akan
diperdagangkan diberi label sesuai
dengan ketentuan yang berlaku

Keterangan: Urutan tahapan kritis proses produksi disetiap


pemohon dapat berbeda

KEPALA BADAN STANDARDISASI NASIONAL

REPUBLIK INDONESIA,

TTD

BAMBANG PRASETYA

Salinan sesuai dengan aslinya


Kepala Bin a Manusia, Organisasi, dan Hukum

Margahayu
- 748 -

LAMPIRAN XLVIII
PERATURAN BADAN STANDARDISASI NASIONAL
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 1 TAHUN 2020
TENTANG
SKEMA PENILAIAN KESESUAIAN TERHADAP STANDAR
NASIONAL INDONESIA SEKTOR MAKANAN DAN MINUMAN

PETUNJUK TEKNIS SKEMA SERTIFIKASI PRODUK OLAHAN IKAN


BANDENG

A. Ruang lingkup
Dokumen ini berlaku untuk acuan pelaksanaan Sertifikasi produk
olahan makanan dari bahan baku ikan Bandeng (chanos-chanos)
sesuai dengan lingkup SNI sebagai berikut:

No Nama Produk Persyaratan SNI

1. Bandeng isi SNI 8357:2017 Bandeng isi

2. Bandeng duri lunak SNI 4106:2017 Bandeng duri lunak

B. Persyaratan Sertifikasi
Persyaratan acuan Sertifikasi produk:
1. SNI 8357:2017 Bandeng isi;
2. SNI 4106:2017 Bandeng duri lunak;
3. SNI dan standar lain yang diacu sebagaimana dimaksud dalam
huruf A;
4. Peraturan yang terkait yaitu:
a. Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1999 tentang
Label dan Iklan Pangan;
b. Peraturan Pemerintah Nomor 57 tahun 2015 tentang
Sistem Jaminan Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan
serta Peningkatan Nilai Tambah Produk Hasil Perikanan;
c. Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor KEP.
01/MEN/2002 tentang Sistem Manajemen Mutu Terpadu
Hasil Perikanan;
d. Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor. KEP.
06/MEN/2002 tentang Persyaratan dan Tata Cara
- 749 -

Pemeriksaan Mutu Hasil Perikanan yang Masuk ke


Wilayah Republik Indonesia;
e. Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor KEP.
21/MEN/2004 tentang Sistem Pengawasan dan
Pengendalian Mutu Hasil Perikanan untuk Pasar Uni
Eropa;
f. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor
PER.19/MEN/2010 tentang Pengendalian Sistem Jaminan
Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan;
g. Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 24/M-
IND/PER/2/2010 tentang Pencantuman logo tara pangan
dan kode daur ulang pada kemasan pangan dan plastik,
h. Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 75/M-
IND/PER/7/2010 tentang Cara Produksi Pangan Olahan
yang Baik (Good Manufacturing Practices);
i. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 33 Tahun 2012
tentang Bahan Tambahan Pangan;
j. Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor
52A/KEPMEN-KP/2013 tentang Persyaratan Jaminan
Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan pada proses
produksi, pengolahan dan distribusi;
k. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan
Nomor 16 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas Peraturan
Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor
HK.03.1.23.07.11.6664 Tahun 2011 Tentang Pengawasan
Kemasan Pangan;
l. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan
Nomor 16 Tahun 2016 tentang Kriteria Mikrobiologi Dalam
Pangan Olahan;
m. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan No 72 Tahun
2016 tentang Persyaratan dan Tata Cara Sertifikasi
Kelayakan Pengolahan; dan
n. Peraturan Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor 5
Tahun 2018 tentang Batas Maksimum Cemaran Logam
Berat dalam Pangan Olahan.
5. Peraturan lain yang terkait dengan produk olahan ikan
bandeng.
- 750 -

C. Prosedur Sertifikasi
Prosedur Sertifikasi mencakup:
1. evaluasi awal; dan
2. inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi.

D. Persyaratan Lembaga Penilaian Kesesuaian


Sertifikasi produk olahan ikan bandeng dilakukan oleh LPK yang
telah diakreditasi oleh KAN berdasarkan SNI ISO/IEC 17065
Penilaian Kesesuaian – Persyaratan untuk Lembaga Sertifikasi
Produk, Proses, dan Jasa, untuk lingkup produk sebagaimana
dimaksud dalam Ruang Lingkup sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
Dalam hal LPK belum ada yang diakreditasi KAN untuk melakukan
kegiatan Sertifikasi dengan ruang lingkup produk olahan ikan
bandeng, BSN dapat menunjuk LPK dengan ruang lingkup yang
sejenis sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

E. Tahapan Sertifikasi
1. Pengajuan Permohonan Sertifikasi
1.1. Pengajuan permohonan Sertifikasi dilakukan oleh pelaku
usaha. Kriteria pelaku usaha yang dapat mengajukan
Sertifikasi sesuai Peraturan Kepala BSN mengenai tata
cara penggunaan Tanda SNI dan Tanda Kesesuaian
berbasis SNI.

1.2. Permohonan Sertifikasi harus dilengkapi dengan:


a. informasi Pemohon:
1. nama Pemohon, alamat Pemohon, serta nama dan
kedudukan atau jabatan personel yang
bertanggung jawab atas pengajuan permohonan
Sertifikasi;
2. bukti pemenuhan persyaratan izin usaha sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan;
3. pemenuhan persyaratan sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan tentang
pendaftaran dan hak kepemilikan atas merek yang
- 751 -

dikeluarkan oleh Kementerian Hukum dan Hak


Asasi Manusia;
4. apabila Pemohon melakukan pembuatan produk
dengan merek yang dimiliki oleh pihak lain,
menyertakan bukti perjanjian yang mengikat
secara hukum untuk melakukan pembuatan
produk untuk pihak lain;
5. apabila Pemohon bertindak sebagai pemilik merek
yang mensubkontrakkan proses produksinya
kepada pihak lain, menyertakan bukti
kepemilikan merek dan perjanjian subkontrak
pelaksanaan produksi dengan pihak lain;
6. apabila Pemohon bertindak sebagai perwakilan
resmi pemilik merek yang berkedudukan hukum
di luar negeri, menyertakan bukti perjanjian yang
mengikat secara hukum tentang penunjukan
sebagai perwakilan resmi pemilik merek di wilayah
Republik Indonesia; dan
7. pernyataan bahwa Pemohon Sertifikasi
bertanggung jawab penuh atas pemenuhan
persyaratan SNI dan pemenuhan persyaratan
proses Sertifikasi dan bersedia memberikan akses
terhadap lokasi dan/atau informasi yang
diperlukan oleh LSPro dalam melaksanakan
kegiatan Sertifikasi.
b. informasi produk:
1. merek produk yang diajukan untuk disertifikasi;
2. jenis/tipe/varian produk yang diajukan untuk
disertifikasi;
3. SNI yang digunakan sebagai dasar pengajuan
permohonan Sertifikasi;
4. foto produk dalam kemasan primer yang diajukan
untuk disertifikasi (dari arah depan, belakang dan
samping), serta informasi terkait kemasan primer
produk;
5. daftar bahan baku termasuk bahan tambahan
pangan;
- 752 -

6. label produk; dan


7. apabila tersedia, foto kemasan sekunder dan
tersier produk yang diajukan untuk disertifikasi,
dari arah depan, belakang, samping, dan bagian
dalam.
c. informasi proses produksi:
1. nama, alamat, dan legalitas hukum pabrik;
2. struktur organisasi, nama dan jabatan personel
penanggung jawab proses produksi;
3. dokumentasi informasi tentang pemasok bahan
baku produk, prosedur evaluasi pemasok, serta
prosedur inspeksi bahan baku produk;
4. dokumentasi informasi tentang proses pembuatan
produk yang diajukan untuk disertifikasi,
termasuk proses yang disubkontrakkan ke pihak
lain;
5. dokumentasi informasi tentang prosedur dan
rekaman pengendalian mutu, termasuk pengujian
rutin, daftar peralatan, serta sertifikat kalibrasi
atau bukti verifikasi peralatan yang berpengaruh
terhadap mutu produk yang disertifikasi, dan
bukti atau segel tera atau tera ulang untuk alat
ukur yang digunakan dalam pengukuran berat
produk dalam kemasan akhir;
6. dokumentasi informasi tentang prosedur dan
rekaman pengendalian dan penanganan produk
yang tidak sesuai;
7. dokumentasi informasi tentang pengemasan
produk dan pengelolaan produk di gudang akhir
produk sebelum dikirimkan dan/atau diedarkan
ke wilayah Republik Indonesia;
8. lokasi gudang penyimpanan produk di wilayah
Republik Indonesia;
9. bukti izin edar produk (MD/ML atau P-IRT)sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan;
10.
- 753 -

11. menyertakan laporan hasil uji yang dilakukan


paling lambat 1 (satu) tahun sebelum pengajuan
Sertifikasi, yang memberikan bukti pemenuhan
produk yang diajukan untuk disertifikasi terhadap
persyaratan mutu dalam SNI dan peraturan
terkait;
12. apabila laporan hasil uji sebagaimana dinyatakan
pada angka 10 belum tersedia, pelaku usaha
dapat menyampaikan contoh produk kepada
LSPro untuk diuji di laboratorium yang memiliki
perjanjian alih daya dengan LSPro; dan
13. apabila telah tersedia, menyertakan Sertifikat
Penerapan Sistem Manajemen Mutu berdasarkan
SNI ISO 9001 atau Sistem Manajemen Keamanan
Pangan berdasarkan SNI ISO 22000 atau HACCP
berdasarkan SNI CAC/RCP 1 dari Lembaga
Sertifikasi yang diakreditasi oleh KAN atau oleh
badan akreditasi penandatangan International
Accreditation Forum (IAF)/Asia Pacific Accreditation
Cooperation (APAC) Multilateral Recognition
Agreement (MLA) dengan ruang lingkup yang
sesuai.
Informasi pada butir 4, butir 5, butir 10 dan butir 11
tidak perlu dilampirkan apabila Pemohon melakukan
pengemasan ulang produk yang dihasilkan oleh pihak
lain yang telah memiliki sertifikat kesesuaian produk
atau Surat Persetujuan Penggunaan Tanda (SPPT) SNI.

2. Tinjauan permohonan Sertifikasi


LSPro harus memastikan bahwa informasi yang diperoleh dari
permohonan Sertifikasi yang diajukan oleh Pemohon telah
lengkap dan memenuhi persyaratan.

3. Penandatanganan perjanjian Sertifikasi


Setelah permohonan Sertifikasi dinyatakan lengkap dan
Pemohon menyetujui persyaratan dan prosedur Sertifikasi yang
ditetapkan oleh LSPro sesuai dengan persyaratan SNI ISO/IEC
- 754 -

17065, perjanjian Sertifikasi ditandatangani oleh Pemohon dan


LSPro.

4. Penyusunan rencana evaluasi


Berdasarkan informasi yang diperoleh dari persyaratan
permohonan Sertifikasi yang disampaikan oleh Pemohon, LSPro
menetapkan rencana evaluasi yang mencakup:
a. jenis/tipe/varian produk yang diajukan untuk disertifikasi
dan metode pengambilan contoh sesuai dengan
persyaratan SNI sebagaimana dimaksud dalam huruf A
yang diperlukan untuk pengujian produk, dan mewakili
contoh produk yang diusulkan untuk disertifikasi;
b. informasi SNI yang digunakan sebagai dasar Sertifikasi
berdasarkan permohonan yang diajukan oleh Pemohon
Sertifikasi;
c. waktu yang diperlukan untuk pelaksanaan pengujian
berdasarkan standar acuan metode uji yang
dipersyaratkan; dan
d. waktu, lokasi pelaksanaan dan agenda inspeksi pabrik atau
asesmen proses produksi yang relevan dengan pelaksanaan
produksi produk yang diajukan untuk disertifikasi, serta
personel kompeten yang melakukan evaluasi.

5. Pelaksanaan evaluasi awal terhadap produk


5.1. Pelaksanaan evaluasi awal terhadap produk mencakup:
a. Pemeriksaan awal terhadap kesesuaian informasi
produk dan proses produksi yang disampaikan
Pemohon pada huruf E angka 1 terhadap lingkup
produk yang ditetapkan dalam SNI dan peraturan
terkait.
b. Pengujian awal terhadap contoh produk
berdasarkan persyaratan mutu dalam SNI.
Pengujian awal dilakukan berdasarkan laporan hasil
uji dari laboratorium yang disampaikan Pemohon,
yang mencakup seluruh persyaratan mutu dalam
SNI.
- 755 -

Apabila laporan hasil uji tersebut menunjukkan


bahwa seluruh persyaratan mutu dalam SNI
tersebut telah terpenuhi, maka produk yang
diajukan untuk disertifikasi dianggap telah
memenuhi persyaratan pengujian awal.

5.2. Apabila hasil evaluasi awal menunjukkan


ketidaksesuaian terhadap persyaratan SNI, Pemohon
harus diberi kesempatan untuk melakukan tindakan
perbaikan dalam jangka waktu tertentu sesuai dengan
kebijakan LSPro.

6. Pelaksanaan inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi


6.1. Inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi harus
dilakukan pada saat pabrik melakukan produksi, atau
pada kondisi tertentu dilakukan melalui simulasi proses
produksi produk yang diajukan untuk disertifikasi.

6.2. Inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi dilakukan


terhadap:
a. tanggung jawab dan komitmen personel penanggung
jawab pabrik terhadap konsistensi pemenuhan
produk terhadap persyaratan SNI;
b. ketersediaan dan pengendalian dokumentasi
informasi prosedur dan rekaman pengendalian mutu,
termasuk pengujian rutin;
c. fasilitas, lokasi, desain dan tata letak, bangunan,
sanitasi peralatan, sanitasi ruang proses, dan higiene
personel sesuai dengan ketentuan yang berlaku
tentang Cara Produksi Pangan Olahan yang Baik;
d. Tahapan kritis proses produksi, mulai dari bahan
baku sampai produk akhir paling sedikit pada
tahapan sebagaimana tercantum dalam huruf G;
e. kelengkapan serta fungsi peralatan produksi
termasuk peralatan pengendalian mutu, paling
sedikitmemiliki alat penggilingan ikan, panci masak,
pisau, talenan, kompor, wadah plastik, alat
- 756 -

pendinginan, alat pembeku, alat pendingin, alat ukur


berat;
f. bukti verifikasi berdasarkan hasil kalibrasi atau hasil
verifikasi peralatan produksi sebagaimana disebutkan
pada huruf e yang membuktikan bahwa peralatan
tersebut memenuhi persyaratan produksi. Hasil
verifikasi peralatan produksi dapat ditunjukkan
dengan prosedur yang diperlukan untuk mencapai
kondisi atau persyaratan yang ditetapkan,
g. bukti tera atau tera ulang alat pengukuran berat
produk;
h. pengendalian dan penanganan produk yang tidak
sesuai; dan
i. pengemasan, penanganan, dan penyimpanan produk,
termasuk di gudang akhir produk yang siap
diedarkan.

6.3. Apabila Pabrik telah menerapkan dan mendapatkan


sertifikat Sistem Manajemen Keamanan Pangan
berdasarkan SNI ISO 22000 atau HACCP berdasarkan SNI
CAC/RCP 1 dari Lembaga Sertifikasi yang diakreditasi oleh
KAN atau oleh badan akreditasi penandatangan IAF/APAC
MLA dengan ruang lingkup yang sesuai, maka inspeksi
pabrik atau asesmen proses produksi dilakukan terhadap
implementasi sistem manajemen terkait mutu produk
tersebut dan angka 6.2 huruf d dan huruf e.

6.4. Apabila pabrik telah menerapkan dan mendapatkan


sertifikat Sistem Manajemen Mutu berdasarkan SNI ISO
9001 dari Lembaga Sertifikasi yang diakreditasi oleh KAN
atau oleh badan akreditasi penandatangan IAF/APAC MLA
dengan ruang lingkup yang sesuai, maka inspeksi pabrik
atau asesmen proses produksi dilakukan terhadap
implementasi sistem manajemen terkait mutu produk
tersebut dan angka 6.2 huruf c, huruf d, dan huruf e.
- 757 -

6.5. Dalam hal Pemohon melakukan pengemasan ulang produk


yang dihasilkan oleh pihak lain, berlaku ketentuan
berikut:
a. apabila pihak lain tersebut telah memiliki sertifikat
kesesuaian produk atau Surat Persetujuan
Penggunaan Tanda (SPPT) SNI, maka inspeksi pabrik
atau asesmen proses produksi sebagaimana
dimaksud pada angka 6.2 dilakukan di lokasi
Pemohon pada tahapan pengemasan; atau
b. apabila pihak lain tersebut belum memiliki sertifikat
kesesuaian produk atau Surat Persetujuan
Penggunaan Tanda (SPPT) SNI, maka inspeksi pabrik
atau asesmen proses produksi sebagaimana
dimaksud pada angka 6.2 dilakukan di lokasi
pembuatan produk yang dimiliki oleh pihak lain dan
di lokasi Pemohon.

6.6. Selama inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi,


LSPro melakukan pengambilan contoh produk oleh
petugas pengambil contoh dan selanjutnya diuji di
laboratorium milik LSPro atau Laboratorium yang telah
memiliki perjanjian alih daya dengan LSPro.

6.7. Apabila berdasarkan hasil inspeksi pabrik atau asesmen


proses produksi, termasuk hasil pengujian, tidak diperoleh
bukti-bukti yang kuat untuk menjamin konsistensi produk
terhadap persyaratan SNI, maka Pemohon harus diberi
kesempatan untuk melakukan tindakan perbaikan dalam
jangka waktu tertentu sesuai dengan kebijakan LSPro.

7. Tinjauan
7.1. Tinjauan Hasil Evaluasi dilakukan terhadap:
a. Hasil evaluasi awal terhadap produk untuk
menunjukkan bahwa contoh produk yang mewakili
produk memenuhi persyaratan SNI yang diajukan
oleh Pemohon sebagai dasar permohonan Sertifikasi;
dan
- 758 -

b. Hasil inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi


atau bukti obyektif untuk menunjukkan bahwa
pabrik memiliki proses produksi yang didukung
dengan segala sumber daya yang diperlukan untuk
menghasilkan produk yang secara konsisten, dan
memenuhi persyaratan SNI yang diajukan oleh
Pemohon sebagai dasar permohonan Sertifikasi.

7.2. Tinjauan hasil evaluasi dinyatakan dalam bentuk


rekomendasi tertulis tentang pemenuhan SNI yang
diajukan oleh Pemohon untuk produk yang diajukan
untuk disertifikasi.

8. Penetapan keputusan Sertifikasi


8.1. Penetapan keputusan Sertifikasi dilakukan berdasarkan
rekomendasi yang dihasilkan dari proses tinjauan.

8.2. Penetapan keputusan Sertifikasi harus dilakukan oleh


satu atau sekelompok orang yang tidak terlibat dalam
proses evaluasi.

8.3. Penetapan keputusan Sertifikasi dapat dilakukan oleh


satu atau sekelompok orang yang sama dengan yang
melakukan tinjauan.

8.4. Rekomendasi untuk keputusan Sertifikasi berdasarkan


hasil tinjauan harus didokumentasikan, kecuali tinjauan
dan keputusan Sertifikasi diselesaikan secara bersamaan
oleh satu atau sekelompok orang yang sama.

8.5. LSPro harus memberitahu Pemohon Sertifikasi terkait


alasan menunda atau tidak memberikan keputusan
Sertifikasi, dan harus mengidentifikasikan alasan
keputusan tersebut. Apabila Pemohon Sertifikasi
menunjukkan keinginan untuk melanjutkan proses
Sertifikasi, LSPro dapat memulai kembali dari proses
evaluasi (angka 5).
- 759 -

9. Penerbitan Sertifikat
Sertifikat kesesuaian terhadap persyaratan SNI diterbitkan
sesuai ketentuan sebagai berikut:
a. Sertifikat diterbitkan oleh LSPro setelah penetapan
keputusan Sertifikasi,
b. Sertifikat paling sedikit harus memuat:
1 nomor sertifikat atau identifikasi unik lainnya;
2 nomor atau identifikasi lain dari skema Sertifikasi;
3 nama dan alamat LSPro;
4 nama dan alamat Pemohon (pemegang sertifikat);
5 acuan ke perjanjian Sertifikasi;
6 pernyataan kesesuaian yang mencakup:
a. nama produk, merek dan spesifikasi produk yang
dinyatakan memenuhi persyaratan;
b. SNI yang menjadi dasar Sertifikasi;
c. nama dan alamat lokasi produksi; dan
d. informasi terkait proses Sertifikasi.
7 status akreditasi atau pengakuan LSPro;
8 tanggal penerbitan sertifikat;
9 tanggal berakhir masa berlaku sertifikat yaitu 4
(empat) tahun sejak tanggal penerbitan sertifikat;
10 tanda tangan yang mengikat secara hukum dari
personel yang bertindak atas nama LSPro sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

10. Surveilans dan Sertifikasi ulang


10.1. LSPro harus melaksanakan surveilans paling sedikit 2
(dua) kali dalam periode Sertifikasi. Dalam hal ini berlaku
ketentuan sebagai berikut:
a. Surveilans pertama dilakukan melalui kegiatan:
1. Inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi;
dan/atau
2. Pengujian terhadap contoh produk yang akan
beredar.
Pemilihan jenis kegiatan pada surveilans pertama
tersebut dilakukan berdasarkan penilaian LSPro
atas hasil Sertifikasi sebelumnya.
- 760 -

Apabila surveilans pertama hanya dilakukan melalui


kegiatan pengujian terhadap contoh produk yang
akan beredar, penerima sertifikat harus
menyampaikan dokumentasi pengendalian mutu
proses produksi sejak penerbitan sertifikat sampai
dilakukan surveilans pertama.
b. Surveilans kedua dilakukan melalui kegiatan
1. Inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi;
dan
2. Pengujian terhadap contoh produk yang akan
atau telah beredar.

10.2. LSPro harus melaksanakan Sertifikasi ulang paling


lambat pada bulan ke-42 (empat puluh dua) setelah
penetapan Sertifikasi, melalui kegiatan sebagaimana
tercantum dalam angka 6.

F. Penggunaan Tanda SNI


1. Penggunaan tanda SNI dilakukan setelah mendapatkan
persetujuan penggunaan Tanda SNI melalui Surat Persetujuan
Penggunaan Tanda (SPPT) SNI yang dikeluarkan oleh BSN
sesuai dengan kriteria yang ditetapkan pada Peraturan BSN
mengenai tata cara penggunaan Tanda SNI dan Tanda
Kesesuaian berbasis SNI.

2. Tanda SNI sebagai bukti kesesuaian produk yang telah


memenuhi SNI adalah sebagai berikut:
- 761 -

Dengan ukuran:

Keterangan:
y = 11x
r = 0,5x
- 762 -

G. Tahapan kritis proses produksi produk olahan ikan bandeng

No. Tahapan kritis proses Penjelasan tahapan kritis Produk


produksi
Bandeng duri lunak Bandeng isi

1. Penerimaan dan pemilihan Bahan baku, bahan tambahan pangan dan bahan Berlaku Berlaku
bahan baku, bahan tambahan kemasan harus memenuhi persyaratan yang
pangan dan bahan kemasan ditetapkan atau peraturan yang terkait.

2. Pemisahan(sortasi ) Proses pemisahan (sortasi) dilakukan secara cepat, Berlaku Berlaku


cermat dan saniter untuk mendapatkan jenis dan
ukuran ikan yang sesuai.

3. Penyiangan Proses penyiangan dilakukan secara cepat, cermat Berlaku Berlaku


dan saniter untuk mendapatkan ikan yang bersih
dari isi perut, sisik (untuk bandeng isi) dan insang.

4. Pencucian Proses pencucian dilakukan secara cepat, cermat Berlaku Berlaku


dan saniter untuk menghilangkan kotoran seperti
darah dan duri yang menempel pada ikan.

5. Pembuangan tulang dan duri Proses pembuangan tulang dan duri dilakukan Tidak berlaku Berlaku
secara cepat, cermat dan saniter untuk
mendapatkan ikan yang rapi dan bebas dari tulang
dan duri.

6. Penggilingan daging ikan Proses penggilingan daging ikan dilakukan dengan Tidak berlaku Berlaku
alat atau metode tertentu yang dikendalikan untuk
mendapatkan daging bandeng yang diinginkan.

7. Perendaman/pembumbuan Proses perendaman/pembumbuan dilakukan Berlaku Berlaku


dengan metode tertentu yang dikendalikan untuk
mendapatkan ikan Bandeng yang berbumbu dan
- 763 -

No. Tahapan kritis proses Penjelasan tahapan kritis Produk


produksi
Bandeng duri lunak Bandeng isi
bebas dari bakteri patogen.

8. Pembungkusan Proses pembungkusan dilakukan secara cepat, Berlaku Tidak


cermat dan saniter untuk memudahkan dalam berlaku
pengambilan atau pengangkatan ikan dari tempat
perebusan.

9. Pengukusan Proses pengukusan dilakukan dengan metode dan Berlaku Berlaku


waktu tertentu yang dikendalikan untuk
mendapatkan mutu produk yang sesuai.

10. Pendinginan Proses pendinginan dilakukan dengan metode Berlaku Berlaku


tertentu yang dikendalikan untuk mendapatkan
tekstur produk yang baik dan bebas dari bakteri
patogen.

11. Pengepakan Proses pengepakan dilakukan dengan memasukkan Berlaku Tidak


ikan kedalam kemasan pangan yang aman dengan berlaku
metode tertentu yang dikendalikan untuk
mendapatkan tekstur produk yang baik dan bebas
dari bakteri pathogen

12. Pengemasan Pengemasan dilakukan dengan bahan kemasan yang Berlaku Berlaku
sesuai, serta disimpan dalam suhu yang
dikendalikan.

13. Penandaan Penandaan dilakukan sesuai dengan persyaratan Berlaku Berlaku


yang ditetapkan atau peraturan terkait.
-764-

No. Tahapan kritis proses Penjelasan tahapan kritis Produk


produksi
Bandeng duri lunak Bandeng isi

14 Penyimpanan Proses penyimpanan dilakukan dengan metode Berlaku Berlaku


tertentu yang dikendalikan untuk menjaga produk
yang belum siap dipasarkan tetap terjamin mutunya
sesuai persyaratan yang ditetapkan didalam SNl.
Keterangan: Urutan tahapan kxitis proses produksi disetiap pemohon dapat berbeda

KEPALA BADAN STANDARDISASI NASIONAL

REPUBLIK INDONESIA,

TTD

BAM BANG PRASETYA

Salin i dengan aslinya


Kepala Hi a Manusia, Organisasi, dan Hukum
- 765 -

LAMPIRAN XLIX
PERATURAN BADAN STANDARDISASI NASIONAL
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 1 TAHUN 2020
TENTANG
SKEMA PENILAIAN KESESUAIAN TERHADAP STANDAR
NASIONAL INDONESIA SEKTOR MAKANAN DAN MINUMAN

PETUNJUK TEKNIS SKEMA SERTIFIKASI PRODUK ES KRIM

A. Ruang lingkup
Dokumen ini berlaku untuk acuan pelaksanaan Sertifikasi produk
es Krim yang merupakan jenis makanan semi padat yang dibuat
dengan cara pembekuan tepung es krim atau dari campuran susu,
lemak hewani maupun nabati, gula dengan atau tanpa bahan
makanan lain dan bahan makanan yang diizinkan.

B. Persyaratan Sertifikasi
Persyaratan acuan Sertifikasi produk:
1. SNI 01-3713-1995 Es Krim;
2. SNI atau standar lain yang diacu dalam SNI 01-3713-1995 Es
Krim;
3. Peraturan yang terkait yaitu:
a. Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1999 tentang
Label dan Iklan Pangan;
b. Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 75/M-
IND/PER/7/2010 tentang Cara Produksi Pangan Olahan
yang Baik (Good Manufacturing Practices);
c. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 33 Tahun 2012
tentang Bahan Tambahan Pangan;
d. Peratuan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan
Nomor 20 tahun 2013tentang Batas Maksimum
Penggunaan Bahan Tambahan Pangan Pengemulsi;
e. Peratuan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan
Nomor 24 tahun 2013tentang Batas Maksimum
Penggunaan Bahan Tambahan Pangan Penstabil;
- 766 -

f. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan


Nomor 37 tahun 2013 tentang Batas Maksimum
Penggunaan Bahan Tambahan Pangan Pewarna;
g. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan
Nomor 4 tahun 2014 tentang Batas Maksimum
Penggunaan Bahan Tambahan Pangan Pemanis;
h. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan
Nomor 16 Tahun 2014 Tentang Perubahan Atas Peraturan
Kepala Badan Pengawas Obat Dan Makanan Nomor
Hk.03.1.23.07.11.6664 Tahun 2011 Tentang Pengawasan
Kemasan Pangan;
i. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan
Nomor 16 Tahun 2016 tentang Kriteria Mikrobiologi Dalam
Pangan Olahan;
j. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan
Nomor 22 tahun 2016 tentang Persyaratan Penggunaan
Bahan Tambahan Pangan Perisa; dan
k. Peraturan Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor 5
Tahun 2018 tentang Batas Maksimum Cemaran Logam
Berat dalam Pangan Olahan.
4. Peraturan lain yang terkait dengan produk es krim.

C. Prosedur Sertifikasi
Prosedur Sertifikasi mencakup:
1. evaluasi awal; dan
2. inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi.

D. Persyaratan Lembaga Penilaian Kesesuaian


Sertifikasi produk es krim dilakukan oleh LPK yang telah
diakreditasi oleh KAN berdasarkan SNI ISO/IEC 17065 Penilaian
Kesesuaian – Persyaratan untuk Lembaga Sertifikasi Produk,
Proses, dan Jasa, untuk lingkup produk sebagaimana dimaksud
dalam Ruang Lingkup sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Dalam hal LPK belum ada yang diakreditasi KAN untuk melakukan
kegiatan Sertifikasi dengan ruang lingkup produk es krim, BSN
- 767 -

dapat menunjuk LPK dengan ruang lingkup yang sejenis sesuai


dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

E. Tahapan Sertifikasi
1. Pengajuan Permohonan Sertifikasi
1.1. Pengajuan permohonan Sertifikasi dilakukan oleh pelaku
usaha. Kriteria pelaku usaha yang dapat mengajukan
Sertifikasi sesuai Peraturan BSN mengenai tata cara
penggunaan Tanda SNI dan Tanda Kesesuaian berbasis
SNI.

1.2. Permohonan Sertifikasi harus dilengkapi dengan:


a. informasi Pemohon:
1 nama Pemohon, alamat Pemohon, serta nama dan
kedudukan atau jabatan personel yang
bertanggung jawab atas pengajuan permohonan
Sertifikasi;
2 bukti pemenuhan persyaratan izin usaha sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan;
3 pemenuhan persyaratan sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan tentang
pendaftaran dan hak kepemilikan atas merek yang
dikeluarkan oleh Kementerian Hukum dan Hak
Asasi Manusia;
4 apabila Pemohon melakukan pembuatan produk
dengan merek yang dimiliki oleh pihak lain,
menyertakan bukti perjanjian yang mengikat
secara hukum untuk melakukan pembuatan
produk untuk pihak lain;
5 apabila Pemohon bertindak sebagai pemilik merek
yang mensubkontrakkan proses produksinya
kepada pihak lain, menyertakan bukti
kepemilikan merek dan perjanjian subkontrak
pelaksanaan produksi dengan pihak lain;
6 apabila Pemohon bertindak sebagai perwakilan
resmi pemilik merek yang berkedudukan hukum
di luar negeri, menyertakan bukti perjanjian yang
- 768 -

mengikat secara hukum tentang penunjukan


sebagai perwakilan resmi pemilik merek di wilayah
Republik Indonesia; dan
7 pernyataan bahwa Pemohon Sertifikasi
bertanggung jawab penuh atas pemenuhan
persyaratan SNI dan pemenuhan persyaratan
proses Sertifikasi dan bersedia memberikan akses
terhadap lokasi dan/atau informasi yang
diperlukan oleh LSPro dalam melaksanakan
kegiatan Sertifikasi.
b. informasi produk:
1 merek produk yang diajukan untuk disertifikasi;
2 jenis/tipe/varian produk yang diajukan untuk
disertifikasi;
3 SNI yang digunakan sebagai dasar pengajuan
permohonan Sertifikasi;
4 foto produk dalam kemasan primer yang diajukan
untuk disertifikasi (dari arah depan, belakang dan
samping), serta informasi terkait kemasan primer
produk;
5 daftar bahan baku termasuk bahan tambahan
pangan;
6 label produk; dan
7 apabila tersedia, foto kemasan sekunder dan
tersier produk yang diajukan untuk disertifikasi,
dari arah depan, belakang, samping, dan bagian
dalam.
c. informasi proses produksi:
1 nama, alamat, dan legalitas hukum pabrik;
2 struktur organisasi, nama dan jabatan personel
penanggung jawab proses produksi;
3 dokumentasi informasi tentang pemasok bahan
baku produk, prosedur evaluasi pemasok, serta
prosedur inspeksi bahan baku produk;
4 dokumentasi informasi tentang proses pembuatan
produk yang diajukan untuk disertifikasi,
- 769 -

termasuk proses yang disubkontrakkan ke pihak


lain;
5 dokumentasi informasi tentang prosedur dan
rekaman pengendalian mutu, termasuk pengujian
rutin, daftar peralatan, serta sertifikat kalibrasi
atau bukti verifikasi peralatan yang berpengaruh
terhadap mutu produk yang disertifikasi, dan
bukti atau segel tera atau tera ulang untuk alat
ukur yang digunakan dalam pengukuran berat
produk dalam kemasan akhir;
6 dokumentasi informasi tentang prosedur dan
rekaman pengendalian dan penanganan produk
yang tidak sesuai;
7 dokumentasi informasi tentang pengemasan
produk dan pengelolaan produk di gudang akhir
produk sebelum dikirimkan dan/atau diedarkan
ke wilayah Republik Indonesia;
8 lokasi gudang penyimpanan produk di wilayah
Republik Indonesia;
9 bukti izin edar produk (MD/ML atau P-IRT)sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan;
10 menyertakan laporan hasil uji yang dilakukan
paling lambat 1 (satu) tahun sebelum pengajuan
Sertifikasi, yang memberikan bukti pemenuhan
produk yang diajukan untuk disertifikasi terhadap
persyaratan mutu dalam SNI dan peraturan
terkait;
11 apabila laporan hasil uji sebagaimana dinyatakan
pada angka 10 belum tersedia, pelaku usaha
dapat menyampaikan contoh produk kepada
LSPro untuk diuji di laboratorium yang memiliki
perjanjian alih daya dengan LSPro; dan
12 apabila telah tersedia, menyertakan Sertifikat
Penerapan Sistem Manajemen Mutu berdasarkan
SNI ISO 9001 atau Sistem Manajemen Keamanan
Pangan berdasarkan SNI ISO 22000 atau HACCP
berdasarkan SNI CAC/RCP 1 dari Lembaga
- 770 -

Sertifikasi yang diakreditasi oleh KAN atau oleh


badan akreditasi penandatangan International
Accreditation Forum (IAF)/Asia Pacific Accreditation
Cooperation (APAC) Multilateral Recognition
Agreement (MLA) dengan ruang lingkup yang
sesuai.
Informasi pada butir 4, butir 5, butir 10 dan butir 11
tidak perlu dilampirkan apabila Pemohon melakukan
pengemasan ulang produk yang dihasilkan oleh pihak
lain yang telah memiliki sertifikat kesesuaian produk
atau Surat Persetujuan Penggunaan Tanda (SPPT) SNI.

2. Tinjauan permohonan Sertifikasi


LSPro harus memastikan bahwa informasi yang diperoleh dari
permohonan Sertifikasi yang diajukan oleh Pemohon telah
lengkap dan memenuhi persyaratan.

3. Penandatanganan perjanjian Sertifikasi


Setelah permohonan Sertifikasi dinyatakan lengkap dan
Pemohon menyetujui persyaratan dan prosedur Sertifikasi
yang ditetapkan oleh LSPro sesuai dengan persyaratan SNI
ISO/IEC 17065, perjanjian Sertifikasi ditandatangani oleh
Pemohon dan LSPro.

4. Penyusunan rencana evaluasi


Berdasarkan informasi yang diperoleh dari persyaratan
permohonan Sertifikasi yang disampaikan oleh Pemohon,
LSPro menetapkan rencana evaluasi yang mencakup:
a. jenis/tipe/varian produk yang diajukan untuk
disertifikasi dan metode pengambilan contoh sesuai
dengan persyaratan SNI 01-3713-1995, yang diperlukan
untuk pengujian produk dan mewakili contoh produk
yang diusulkan untuk disertifikasi;
b. informasi SNI yang digunakan sebagai dasar Sertifikasi
berdasarkan permohonan yang diajukan oleh Pemohon
Sertifikasi;
- 771 -

c. waktu yang diperlukan untuk pelaksanaan pengujian


berdasarkan standar acuan metode uji yang
dipersyaratkan; dan
d. waktu, lokasi pelaksanaan dan agenda inspeksi pabrik
atau asesmen proses produksi yang relevan dengan
pelaksanaan produksi produk yang diajukan untuk
disertifikasi, serta personel kompeten yang melakukan
evaluasi.

5. Pelaksanaan evaluasi awal terhadap produk


5.1. Pelaksanaan evaluasi awal terhadap produk mencakup:
a. Pemeriksaan awal terhadap kesesuaian informasi
produk dan proses produksi yang disampaikan
Pemohon pada huruf E angka 1 terhadap lingkup
produk yang ditetapkan dalam SNI dan peraturan
terkait.
b. Pengujian awal terhadap contoh produk
berdasarkan persyaratan mutu dalam SNI.
Pengujian awal dilakukan berdasarkan laporan hasil
uji dari laboratorium yang disampaikan Pemohon,
yang mencakup seluruh persyaratan mutu dalam
SNI 01-3713-1995.
Apabila laporan hasil uji tersebut menunjukkan
bahwa seluruh persyaratan mutu dalam SNI
tersebut telah terpenuhi, maka produk yang
diajukan untuk disertifikasi dianggap telah
memenuhi persyaratan pengujian awal.

5.2. Apabila hasil evaluasi awal menunjukkan


ketidaksesuaian terhadap persyaratan SNI, Pemohon
harus diberi kesempatan untuk melakukan tindakan
perbaikan dalam jangka waktu tertentu sesuai dengan
kebijakan LSPro.

6. Pelaksanaan inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi


6.1. Inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi harus
dilakukan pada saat pabrik melakukan produksi, atau
- 772 -

pada kondisi tertentu dilakukan melalui simulasi proses


produksi produk yang diajukan untuk disertifikasi.

6.2. Inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi dilakukan


terhadap:
a. tanggung jawab dan komitmen personel penanggung
jawab pabrik terhadap konsistensi pemenuhan
produk terhadap persyaratan SNI;
b. ketersediaan dan pengendalian dokumentasi
informasi prosedur dan rekaman pengendalian mutu,
termasuk pengujian rutin;
c. fasilitas, lokasi, desain dan tata letak, bangunan,
sanitasi peralatan, sanitasi ruang proses, dan higiene
personel sesuai dengan ketentuan yang berlaku
tentang Cara Produksi Pangan Olahan yang Baik;
d. Tahapan kritis proses produksi, mulai dari bahan
baku sampai produk akhir paling sedikit pada
tahapan sebagaimana tercantum dalam huruf G;
e. kelengkapan serta fungsi peralatan produksi
termasuk peralatan pengendalian mutu, paling
sedikitmesin/alat pasteurisasi, mesin/alat cetak dan
alat pengukur suhu;
f. bukti verifikasi berdasarkan hasil kalibrasi atau hasil
verifikasi peralatan produksi sebagaimana disebutkan
pada huruf e yang membuktikan bahwa peralatan
tersebut memenuhi persyaratan produksi. Hasil
verifikasi peralatan produksi dapat ditunjukkan
dengan prosedur yang diperlukan untuk mencapai
kondisi atau persyaratan yang ditetapkan,
g. bukti tera atau tera ulang alat pengukuran berat
produk;
h. pengendalian dan penanganan produk yang tidak
sesuai; dan
i. pengemasan, penanganan, dan penyimpanan produk,
termasuk di gudang akhir produk yang siap
diedarkan.
- 773 -

6.3. Apabila pabrik telah menerapkan dan mendapatkan


sertifikat Sistem Manajemen Keamanan Pangan
berdasarkan SNI ISO 22000 atau HACCP berdasarkan SNI
CAC/RCP 1 dari Lembaga Sertifikasi yang diakreditasi oleh
KAN atau oleh badan akreditasi penandatangan IAF/APAC
MLA dengan ruang lingkup yang sesuai, maka inspeksi
pabrik atau asesmen proses produksi dilakukan terhadap
implementasi sistem manajemen terkait mutu produk
tersebut dan angka 6.2 huruf d dan huruf e.

6.4. Apabila pabrik telah menerapkan dan mendapatkan


sertifikat Sistem Manajemen Mutu berdasarkan SNI ISO
9001 dari Lembaga Sertifikasi yang diakreditasi oleh KAN
atau oleh badan akreditasi penandatangan IAF/APAC MLA
dengan ruang lingkup yang sesuai, maka inspeksi pabrik
atau asesmen proses produksi dilakukan terhadap
implementasi sistem manajemen terkait mutu produk
tersebut dan angka 6.2 huruf c, huruf d, dan huruf e.

6.5. Dalam hal Pemohon melakukan pengemasan ulang produk


yang dihasilkan oleh pihak lain, berlaku ketentuan
berikut:
a. apabila pihak lain tersebut telah memiliki sertifikat
kesesuaian produk atau Surat Persetujuan
Penggunaan Tanda (SPPT) SNI maka inspeksi pabrik
atau asesmen proses produksi sebagaimana
dimaksud pada angka 6.2 dilakukan di lokasi
Pemohon pada tahapan pengemasan; atau
b. apabila pihak lain tersebut belum memiliki sertifikat
kesesuaian produk atau Surat Persetujuan
Penggunaan Tanda (SPPT) SNI, maka inspeksi pabrik
atau asesmen proses produksi sebagaimana
dimaksud pada angka 6.2 dilakukan di lokasi
pembuatan produk yang dimiliki oleh pihak lain dan
di lokasi Pemohon.
- 774 -

6.6. Selama inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi,


LSPro melakukan pengambilan contoh produk oleh
petugas pengambil contoh dan selanjutnya diuji di
laboratorium milik LSPro atau Laboratorium yang telah
memiliki perjanjian alih daya dengan LSPro.

6.7. Apabila berdasarkan hasil inspeksi pabrik atau asesmen


proses produksi, termasuk hasil pengujian, tidak diperoleh
bukti-bukti yang kuat untuk menjamin konsistensi produk
terhadap persyaratan SNI, maka Pemohon harus diberi
kesempatan untuk melakukan tindakan perbaikan dalam
jangka waktu tertentu sesuai dengan kebijakan LSPro.

7. Tinjauan
7.1. Tinjauan hasil evaluasi dilakukan terhadap:
a. Hasil evaluasi awal terhadap produk untuk
menunjukkan bahwa contoh produk yang mewakili
produk memenuhi persyaratan SNI yang diajukan
oleh Pemohon sebagai dasar permohonan Sertifikasi;
dan
b. Hasil inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi
atau bukti obyektif untuk menunjukkan bahwa
pabrik memiliki proses produksi yang didukung
dengan segala sumber daya yang diperlukan untuk
menghasilkan produk yang secara konsisten, dan
memenuhi persyaratan SNI yang diajukan oleh
Pemohon sebagai dasar permohonan Sertifikasi.

7.2. Tinjauan hasil evaluasi dinyatakan dalam bentuk


rekomendasi tertulis tentang pemenuhan SNI yang
diajukan oleh Pemohon untuk produk yang diajukan
untuk disertifikasi.

8. Penetapan keputusan Sertifikasi


8.1. Penetapan keputusan Sertifikasi dilakukan berdasarkan
rekomendasi yang dihasilkan dari proses tinjauan.
- 775 -

8.2. Penetapan keputusan Sertifikasi harus dilakukan oleh


satu atau sekelompok orang yang tidak terlibat dalam
proses evaluasi.

8.3. Penetapan keputusan Sertifikasi dapat dilakukan oleh


satu atau sekelompok orang yang sama dengan yang
melakukan tinjauan.

8.4. Rekomendasi untuk keputusan Sertifikasi berdasarkan


hasil tinjauan harus didokumentasikan, kecuali tinjauan
dan keputusan Sertifikasi diselesaikan secara bersamaan
oleh satu atau sekelompok orang yang sama.

8.5. LSPro harus memberitahu Pemohon Sertifikasi terkait


alasan menunda atau tidak memberikan keputusan
Sertifikasi, dan harus mengidentifikasikan alasan
keputusan tersebut. Apabila Pemohon Sertifikasi
menunjukkan keinginan untuk melanjutkan proses
Sertifikasi, LSPro dapat memulai kembali dari proses
evaluasi (angka 5).

9. Penerbitan Sertifikat
Sertifikat kesesuaian terhadap persyaratan SNI diterbitkan
sesuai ketentuan sebagai berikut:
a. Sertifikat diterbitkan oleh LSPro setelah penetapan
keputusan Sertifikasi,
b. Sertifikat paling sedikit harus memuat:
1 nomor sertifikat atau identifikasi unik lainnya;
2 nomor atau identifikasi lain dari skema Sertifikasi;
3 nama dan alamat LSPro;
4 nama dan alamat Pemohon (pemegang sertifikat);
5 acuan ke perjanjian Sertifikasi;
6 pernyataan kesesuaian yang mencakup:
a. nama produk, merek dan spesifikasi produk yang
dinyatakan memenuhi persyaratan;
b. SNI yang menjadi dasar Sertifikasi;
c. nama dan alamat lokasi produksi; dan
- 776 -

d. informasi terkait proses Sertifikasi.


7 status akreditasi atau pengakuan LSPro;
8 tanggal penerbitan sertifikat;
9 tanggal berakhir masa berlaku sertifikat yaitu 4
(empat) tahun sejak tanggal penerbitan sertifikat; dan
10 tanda tangan yang mengikat secara hukum dari
personel yang bertindak atas nama LSPro sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

10. Surveilans dan Sertifikasi ulang


10.1. LSPro harus melaksanakan surveilans paling sedikit 2
(dua) kali dalam periode Sertifikasi. Dalam hal ini berlaku
ketentuan sebagai berikut:
a. Surveilans pertama dilakukan melalui kegiatan:
1. Inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi;
dan/atau
2. Pengujian terhadap contoh produk yang akan
beredar.
Pemilihan jenis kegiatan pada surveilans pertama
tersebut dilakukan berdasarkan penilaian LSPro
atas hasil Sertifikasi sebelumnya.
Apabila surveilans pertama hanya dilakukan melalui
kegiatan pengujian terhadap contoh produk yang
akan beredar, penerima sertifikat harus
menyampaikan dokumentasi pengendalian mutu
proses produksi sejak penerbitan sertifikat sampai
dilakukan surveilans pertama.
b. Surveilans kedua dilakukan melalui kegiatan
1. Inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi;
dan
2. Pengujian terhadap contoh produk yang akan
atau telah beredar.

10.2. LSPro harus melaksanakan Sertifikasi ulang paling


lambat pada bulan ke-42 (empat puluh dua) setelah
penetapan Sertifikasi, melalui kegiatan sebagaimana
tercantum dalam angka 6.
- 777 -

F. Penggunaan Tanda SNI


1. Penggunaan tanda SNI dilakukan setelah mendapatkan
persetujuan penggunaan Tanda SNI melalui Surat Persetujuan
Penggunaan Tanda (SPPT) SNI yang dikeluarkan oleh BSN
sesuai dengan kriteria yang ditetapkan pada Peraturan Kepala
BSN mengenai tata cara penggunaan Tanda SNI dan Tanda
Kesesuaian berbasis SNI.

2. Tanda SNI sebagai bukti kesesuaian produk yang telah


memenuhi SNI adalah sebagai berikut:

Dengan ukuran:

Keterangan:
y = 11x
r = 0,5x

G. Tahapan Kritis Proses Produksi Produk Produk Es Krim


Tahapan kritis proses
No. Penjelasan tahapan kritis
produksi
1. Pemilihan bahan Bahan baku, bahan tambahan pangan dan
baku, bahan bahan untuk kemasan harus memenuhi
tambahan pangan dan persyaratan yang ditetapkan atau peraturan
bahan kemasan yang terkait.
-778-

Tahapan kritis proses


No. Pcnjelasan taliapan krilis
produksi
2. Pasteurisasi Pasteurisasi dilakukan dengan metode
tertentu pada suhu yang dikendalikan untuk
memastikan bakteri patogen tidak tumbuh
pada kondisi tertentu.
3. Pcncetakan Pencetalcan dilalcukan untuk mendapatkan
ukuran dan bentuk yang diinginkan.
4. Pengemasan Pengemasan dilakukan dengan kemasan yang
sesuai, serta disimpan dalam suhu yang
dikendalikan.

5. Penandaan Penandaan dilakukan sesuai dengan


persyaratan yang ditetapkan atau peraturan
terkait.

6. Penyimpanan Pen3dmpanan produk akhir dilakukan dengan


metode dan suhu tertentu yang dikendalikan.

KEPALA BADAN STANDARDISASI NASIONAL

REPUBLIK INDONESIA.

TTD

BAMBANG PRASETYA

Sali dengan aslinya


WOAHO/«
Kepala Bi Manusia, Organisasi, dan Hukum

arganayu
'NOO
- 779 -

LAMPIRAN L
PERATURAN BADAN STANDARDISASI NASIONAL
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 1 TAHUN 2020
TENTANG
SKEMA PENILAIAN KESESUAIAN TERHADAP STANDAR
NASIONAL INDONESIA SEKTOR MAKANAN DAN MINUMAN

PETUNJUK TEKNIS SKEMA SERTIFIKASI PRODUK SURIMI

A. Ruang lingkup
Dokumen ini berlaku untuk acuan pelaksanaan Sertifikasi produk
Surimiyaitu lumatan daging ikan kaya protein untuk diolah lebih
lanjut.

B. Persyaratan Sertifikasi
Persyaratan acuan Sertifikasi produk:
1. SNI 2694:2013 Surimi;
2. SNI dan standar lain yang diacu dalam SNI 2694:2013 Surimi;
3. Peraturan yang terkait yaitu:
a. Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1999 tentang
Label dan Iklan Pangan;
b. Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2004 tentang
Keamanan, Mutu dan Gizi Pangan;
c. Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor
KEP.06/MEN/2002 tentang Persyaratan dan Tata Cara
Pemeriksaan Mutu Hasil Perikanan yang Masuk ke
Wilayah Republik Indonesia;
d. Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor
KEP.01/MEN/2007 tentang Persyaratan Jaminan Mutu
dan Keamanan Hasil Perikanan pada Proses Produksi,
Pengolahan dan Distribusi;
e. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor
PER.19/MEN/2010 tentang Pengendalian Sistem Jaminan
Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan;
- 780 -

f. Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 75/M-


IND/PER/7/2010 tentang Cara Produksi Pangan Olahan
yang Baik (Good Manufacturing Practices);
g. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor
PER.15/MEN/2011 tentang Pengendalian Mutu dan
Keamanan Hasil Perikanan yang Masuk ke dalam Wilayah
Negara Republik Indonesia;
h. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 33 Tahun 2012
tentang Bahan Tambahan Pangan;
i. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan
Nomor 24 Tahun 2013 tentang Batas maksimum
penggunaan bahan tambahan pangan penstabil;
j. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan
Nomor 36 Tahun 2013 tentang batas maksimum
penggunaan bahan tambahan pangan pengawet;
k. Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor
52A/KEPMEN-KP/2013 tentang Persyaratan Jaminan
Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan pada Proses
Produksi, Pengolahan dan Distribusi;
l. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan
Nomor 16 Tahun 2014 Tentang Perubahan Atas Peraturan
Kepala Badan Pengawas Obat Dan Makanan Nomor
Hk.03.1.23.07.11.6664 Tahun 2011 Tentang Pengawasan
Kemasan Pangan;
m. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan
Nomor 16 Tahun 2016 tentang Kriteria Mikrobiologi Dalam
Pangan Olahan; dan
n. Peraturan Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor 5
Tahun 2018 tentang Batas Maksimum Cemaran Logam
Berat dalam Pangan Olahan.
4. Peraturan lain yang terkait dengan produk Surimi.

C. Prosedur Sertifikasi
Prosedur Sertifikasi mencakup:
1. evaluasi awal; dan
2. inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi.
- 781 -

D. Persyaratan Lembaga Penilaian Kesesuaian


Sertifikasi produk Surimi dilakukan oleh LPK yang telah
diakreditasi oleh KAN berdasarkan SNI ISO/IEC 17065 Penilaian
Kesesuaian – Persyaratan untuk Lembaga Sertifikasi Produk,
Proses, dan Jasa, untuk lingkup produk sebagaimana dimaksud
dalam Ruang Lingkup sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Dalam hal LPK belum ada yang diakreditasi KAN untuk melakukan
kegiatan Sertifikasi dengan ruang lingkup produk Surimi, BSN
dapat menunjuk LPK dengan ruang lingkup yang sejenis sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

E. Tahapan Sertifikasi
1. Pengajuan Permohonan Sertifikasi
1.1. Pengajuan permohonan Sertifikasi dilakukan oleh pelaku
usaha. Kriteria pelaku usaha yang dapat mengajukan
Sertifikasi sesuai Peraturan Kepala BSN mengenai tata
cara penggunaan Tanda SNI dan Tanda Kesesuaian
berbasis SNI.

1.2. Permohonan Sertifikasi harus dilengkapi dengan:


a. informasi Pemohon:
1. nama Pemohon, alamat Pemohon, serta nama dan
kedudukan atau jabatan personel yang
bertanggung jawab atas pengajuan permohonan
Sertifikasi;
2. bukti pemenuhan persyaratan izin usaha sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan;
3. pemenuhan persyaratan sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan tentang
pendaftaran dan hak kepemilikan atas merek yang
dikeluarkan oleh Kementerian Hukum dan Hak
Asasi Manusia;
4. apabila Pemohon melakukan pembuatan produk
dengan merek yang dimiliki oleh pihak lain,
menyertakan bukti perjanjian yang mengikat
- 782 -

secara hukum untuk melakukan pembuatan


produk untuk pihak lain;
5. apabila Pemohon bertindak sebagai pemilik merek
yang mensubkontrakkan proses produksinya
kepada pihak lain, menyertakan bukti kepemilikan
merek dan perjanjian subkontrak pelaksanaan
produksi dengan pihak lain;
6. apabila Pemohon bertindak sebagai perwakilan
resmi pemilik merek yang berkedudukan hukum di
luar negeri, menyertakan bukti perjanjian yang
mengikat secara hukum tentang penunjukan
sebagai perwakilan resmi pemilik merek di wilayah
Republik Indonesia; dan
7. pernyataan bahwa Pemohon Sertifikasi
bertanggung jawab penuh atas pemenuhan
persyaratan SNI dan pemenuhan persyaratan
proses Sertifikasi dan bersedia memberikan akses
terhadap lokasi dan/atau informasi yang
diperlukan oleh LSPro dalam melaksanakan
kegiatan Sertifikasi.
b. informasi produk:
1. merek produk yang diajukan untuk disertifikasi;
2. jenis/tipe/varian produk yang diajukan untuk
disertifikasi;
3. SNI yang digunakan sebagai dasar pengajuan
permohonan Sertifikasi;
4. foto produk dalam kemasan primer yang diajukan
untuk disertifikasi (dari arah depan, belakang dan
samping), serta informasi terkait kemasan primer
produk;
5. daftar bahan baku (untuk bahan baku
ikanmencakup informasi jenis, bentuk, dan asal)
termasuk bahan tambahan pangan;
6. label produk; dan
7. apabila tersedia, foto kemasan sekunder dan tersier
produk yang diajukan untuk disertifikasi, dari arah
depan, belakang, samping, dan bagian dalam.
- 783 -

c. informasi proses produksi:


1. nama, alamat, dan legalitas hukum pabrik;
2. struktur organisasi, nama dan jabatan personel
penanggung jawab proses produksi;
3. dokumentasi informasi tentang pemasok bahan
baku produk, prosedur evaluasi pemasok, serta
prosedur inspeksi bahan baku produk;
4. dokumentasi informasi tentang proses pembuatan
produk yang diajukan untuk disertifikasi,
termasuk proses yang disubkontrakkan ke pihak
lain;
5. dokumentasi informasi tentang prosedur dan
rekaman pengendalian mutu, termasuk pengujian
rutin, daftar peralatan, serta sertifikat kalibrasi
atau bukti verifikasi peralatan yang berpengaruh
terhadap mutu produk yang disertifikasi, dan
bukti atau segel tera atau tera ulang untuk alat
ukur yang digunakan dalam pengukuran berat
produk dalam kemasan akhir;
6. dokumentasi informasi tentang prosedur dan
rekaman pengendalian dan penanganan produk
yang tidak sesuai;
7. dokumentasi informasi tentang pengemasan
produk dan pengelolaan produk di gudang akhir
produk sebelum dikirimkan dan/atau diedarkan
ke wilayah Republik Indonesia;
8. lokasi gudang penyimpanan produk di wilayah
Republik Indonesia;
9. bukti izin edar produk (MD/ML atau P-IRT) sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan;
10. menyertakan laporan hasil uji yang dilakukan
paling lambat 1 (satu) tahun sebelum pengajuan
Sertifikasi, yang memberikan bukti pemenuhan
produk yang diajukan untuk disertifikasi terhadap
persyaratan mutu dalam SNI dan peraturan
terkait;
- 784 -

11. apabila laporan hasil uji sebagaimana dinyatakan


pada angka 10 belum tersedia, pelaku usaha
dapat menyampaikan contoh produk kepada
LSPro untuk diuji di laboratorium yang memiliki
perjanjian alih daya dengan LSPro; dan
12. apabila telah tersedia, menyertakan Sertifikat
Penerapan Sistem Manajemen Mutu berdasarkan
SNI ISO 9001 atau Sistem Manajemen Keamanan
Pangan berdasarkan SNI ISO 22000 atau HACCP
berdasarkan SNI CAC/RCP 1 dari Lembaga
Sertifikasi yang diakreditasi oleh KAN atau oleh
badan akreditasi penandatangan International
Accreditation Forum (IAF)/Asia Pacific Accreditation
Cooperation (APAC) Multilateral Recognition
Agreement (MLA) dengan ruang lingkup yang
sesuai.
Informasi pada butir 4, butir 5, butir 10 dan butir 11
tidak perlu dilampirkan apabila Pemohon melakukan
pengemasan ulang produk yang dihasilkan oleh pihak
lain yang telah memiliki sertifikat kesesuaian produk
atau Surat Persetujuan Penggunaan Tanda (SPPT) SNI.

2. Tinjauan permohonan Sertifikasi


LSPro harus memastikan bahwa informasi yang diperoleh dari
permohonan Sertifikasi yang diajukan oleh Pemohon telah
lengkap dan memenuhi persyaratan.

3. Penandatanganan perjanjian Sertifikasi


Setelah permohonan Sertifikasi dinyatakan lengkap dan
Pemohon menyetujui persyaratan dan prosedur Sertifikasi
yang ditetapkan oleh LSPro sesuai dengan persyaratan SNI
ISO/IEC 17065, perjanjian Sertifikasi ditandatangani oleh
Pemohon dan LSPro.
- 785 -

4. Penyusunan rencana evaluasi


Berdasarkan informasi yang diperoleh dari persyaratan
permohonan Sertifikasi yang disampaikan oleh Pemohon,
LSPro menetapkan rencana evaluasi yang mencakup:
a. jenis/tipe/varian produk yang diajukan untuk
disertifikasi dan metode pengambilan contoh sesuai
dengan persyaratan SNI sebagaimana dimaksud pada SNI
2694:2013, yang diperlukan untuk pengujian produk dan
mewakili contoh produk yang diusulkan untuk
disertifikasi,
b. informasi SNI yang digunakan sebagai dasar Sertifikasi
berdasarkan permohonan yang diajukan oleh Pemohon
Sertifikasi,
c. waktu yang diperlukan untuk pelaksanaan pengujian
berdasarkan standar acuan metode uji yang
dipersyaratkan, dan
d. waktu, lokasi pelaksanaan dan agenda inspeksi pabrik
atau asesmen proses produksi yang relevan dengan
pelaksanaan produksi produk yang diajukan untuk
disertifikasi, serta personel kompeten yang melakukan
evaluasi.

5. Pelaksanaan evaluasi awal terhadap produk


5.1. Pelaksanaan evaluasi awal terhadap produk mencakup:
a. Pemeriksaan awal terhadap kesesuaian informasi
produk dan proses produksi yang disampaikan
Pemohon pada huruf E angka 1 terhadap lingkup
produk yang ditetapkan dalam SNI dan peraturan
terkait.
Pengujian awal terhadap contoh produk
berdasarkan persyaratan mutu dalam SNI.
Pengujian awal dilakukan berdasarkan laporan hasil
uji dari laboratorium yang disampaikan Pemohon,
yang mencakup seluruh persyaratan mutu dalam
SNI 2694:2013. Untuk persyaratan suhu pusat
produk, pemohon dapat menyertakan hasil
pengujian atau pernyataan mandiri (self declaration)
- 786 -

yang menyatakan bahwa suhu pusat produk telah


memenuhi SNI 2694:2013. Apabila laporan hasil uji
tersebut menunjukkan bahwa seluruh persyaratan
mutu dalam SNI tersebut telah terpenuhi, maka
produk yang diajukan untuk disertifikasi dianggap
telah memenuhi persyaratan pengujian awal.

5.2. Apabila hasil evaluasi awal menunjukkan


ketidaksesuaian terhadap persyaratan SNI, Pemohon
harus diberi kesempatan untuk melakukan tindakan
perbaikan dalam jangka waktu tertentu sesuai dengan
kebijakan LSPro.

6. Pelaksanaan inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi


6.1. Inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi harus
dilakukan pada saat pabrik melakukan produksi, atau
pada kondisi tertentu dilakukan melalui simulasi proses
produksi produk yang diajukan untuk disertifikasi.

6.2. Inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi dilakukan


terhadap:
a. tanggung jawab dan komitmen personel penanggung
jawab pabrik terhadap konsistensi pemenuhan
produk terhadap persyaratan SNI;
b. ketersediaan dan pengendalian dokumentasi
informasi prosedur dan rekaman pengendalian mutu,
termasuk pengujian rutin;
c. fasilitas, lokasi, desain dan tata letak, bangunan,
sanitasi peralatan, sanitasi ruang proses, dan higiene
personel sesuai dengan ketentuan yang berlaku
tentang Cara Produksi Pangan Olahan yang Baik;
d. Tahapan kritis proses produksi, mulai dari bahan
baku sampai produk akhir paling sedikit pada
tahapan sebagaimana tercantum dalam huruf G;
e. kelengkapan serta fungsi peralatan produksi
termasuk peralatan pengendalian mutu, paling sedikit
alat pembeku, alat pemisah daging dan tulang, alat
- 787 -

pemotong, alat pencetak, alat pengaduk, alat


pengemas, meja proses, timbangan, dan wadah;
f. bukti verifikasi berdasarkan hasil kalibrasi atau hasil
verifikasi peralatan produksi sebagaimana disebutkan
pada huruf e yang membuktikan bahwa peralatan
tersebut memenuhi persyaratan produksi. Hasil
verifikasi peralatan produksi dapat ditunjukkan
dengan prosedur yang diperlukan untuk mencapai
kondisi atau persyaratan yang ditetapkan;
g. bukti tera atau tera ulang alat pengukuran berat
produk;
h. pengendalian dan penanganan produk yang tidak
sesuai; dan
i. pengemasan, penanganan, dan penyimpanan produk,
termasuk di gudang akhir produk yang siap
diedarkan.

6.3. Apabila Pabrik telah menerapkan dan mendapatkan


sertifikat Sistem Manajemen Keamanan Pangan
berdasarkan SNI ISO 22000 atau HACCP berdasarkan
SNI CAC/RCP 1 dari Lembaga Sertifikasi yang
diakreditasi oleh KAN atau oleh badan akreditasi
penandatangan IAF/APAC MLA dengan ruang lingkup
yang sesuai, maka inspeksi pabrik atau asesmen proses
produksi dilakukan terhadap implementasi sistem
manajemen terkait mutu produk tersebut dan angka 6.2
huruf d dan huruf e.

6.4. Apabila pabrik telah menerapkan dan mendapatkan


sertifikat Sistem Manajemen Mutu berdasarkan SNI ISO
9001 dari Lembaga Sertifikasi yang diakreditasi oleh KAN
atau oleh badan akreditasi penandatangan IAF/APAC
MLA dengan ruang lingkup yang sesuai, maka inspeksi
pabrik atau asesmen proses produksi dilakukan terhadap
implementasi sistem manajemen terkait mutu produk
tersebut dan angka 6.2 huruf c, huruf d, dan huruf e.
- 788 -

6.5. Dalam hal Pemohon melakukan pengemasan ulang


produk yang dihasilkan oleh pihak lain, berlaku
ketentuan berikut:
a. apabila pihak lain tersebut telah memiliki sertifikat
kesesuaian produk atau Surat Persetujuan
Penggunaan Tanda (SPPT) SNI, maka inspeksi pabrik
atau asesmen proses produksi sebagaimana
dimaksud pada angka 6.2 dilakukan di lokasi
Pemohon pada tahapan pengemasan; atau
b. apabila pihak lain tersebut belum memiliki sertifikat
kesesuaian produk atau Surat Persetujuan
Penggunaan Tanda (SPPT) SNI, maka inspeksi pabrik
atau asesmen proses produksi sebagaimana
dimaksud pada angka 6.2 dilakukan di lokasi
pembuatan produk yang dimiliki oleh pihak lain dan
di lokasi Pemohon.

6.6. Selama inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi,


LSPro melakukan pengambilan contoh produk oleh
petugas pengambil contoh dan selanjutnya diuji di
laboratorium milik LSPro atau Laboratorium yang telah
memiliki perjanjian alih daya dengan LSPro.

6.7. Apabila berdasarkan hasil inspeksi pabrik atau asesmen


proses produksi, termasuk hasil pengujian, tidak
diperoleh bukti-bukti yang kuat untuk menjamin
konsistensi produk terhadap persyaratan SNI, maka
Pemohon harus diberi kesempatan untuk melakukan
tindakan perbaikan dalam jangka waktu tertentu sesuai
dengan kebijakan LSPro.

7. Tinjauan
7.1. Tinjauan Hasil Evaluasi dilakukan terhadap:
a. Hasil evaluasi awal terhadap produk untuk
menunjukkan bahwa contoh produk yang mewakili
produk memenuhi persyaratan SNI yang diajukan
- 789 -

oleh Pemohon sebagai dasar permohonan Sertifikasi;


dan
b. Hasil inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi
atau bukti obyektif untuk menunjukkan bahwa
pabrik memiliki proses produksi yang didukung
dengan segala sumber daya yang diperlukan untuk
menghasilkan produk yang secara konsisten, dan
memenuhi persyaratan SNI yang diajukan oleh
Pemohon sebagai dasar permohonan Sertifikasi.

7.2. Tinjauan hasil evaluasi dinyatakan dalam bentuk


rekomendasi tertulis tentang pemenuhan SNI yang
diajukan oleh Pemohon untuk produk yang diajukan
untuk disertifikasi.

8. Penetapan keputusan Sertifikasi


8.1. Penetapan keputusan Sertifikasi dilakukan berdasarkan
rekomendasi yang dihasilkan dari proses tinjauan.

8.2. Penetapan keputusan Sertifikasi harus dilakukan oleh


satu atau sekelompok orang yang tidak terlibat dalam
proses evaluasi.

8.3. Penetapan keputusan Sertifikasi dapat dilakukan oleh


satu atau sekelompok orang yang sama dengan yang
melakukan tinjauan.

8.4. Rekomendasi untuk keputusan Sertifikasi berdasarkan


hasil tinjauan harus didokumentasikan, kecuali tinjauan
dan keputusan Sertifikasi diselesaikan secara bersamaan
oleh satu atau sekelompok orang yang sama.

8.5. LSPro harus memberitahu Pemohon Sertifikasi terkait


alasan menunda atau tidak memberikan keputusan
Sertifikasi, dan harus mengidentifikasikan alasan
keputusan tersebut. Apabila Pemohon Sertifikasi
menunjukkan keinginan untuk melanjutkan proses
- 790 -

Sertifikasi, LSPro dapat memulai kembali dari proses


evaluasi (angka 5).

9. Penerbitan Sertifikat
Sertifikat kesesuaian terhadap persyaratan SNI diterbitkan
sesuai ketentuan sebagai berikut:
a. Sertifikat diterbitkan oleh LSPro setelah penetapan
keputusan Sertifikasi;
b. Sertifikat paling sedikit harus memuat:
1. nomor sertifikat atau identifikasi unik lainnya;
2. nomor atau identifikasi lain dari skema Sertifikasi;
3. nama dan alamat LSPro;
4. nama dan alamat Pemohon (pemegang sertifikat);
5. acuan ke perjanjian Sertifikasi;
6. pernyataan kesesuaian yang mencakup:
a. nama produk, merek dan spesifikasi produk yang
dinyatakan memenuhi persyaratan;
b. SNI yang menjadi dasar Sertifikasi;
c. nama dan alamat lokasi produksi; dan
d. informasi terkait proses Sertifikasi.
7. status akreditasi atau pengakuan LSPro;
8. tanggal penerbitan sertifikat;
9. tanggal berakhir masa berlaku sertifikat yaitu 4
(empat) tahun sejak tanggal penerbitan sertifikat;
10. tanda tangan yang mengikat secara hukum dari
personel yang bertindak atas nama LSPro sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

10. Surveilans dan Sertifikasi ulang


10.1. LSPro harus melaksanakan surveilans paling sedikit 2
(dua) kali dalam periode Sertifikasi. Dalam hal ini berlaku
ketentuan sebagai berikut:
a. Surveilans pertama dilakukan melalui kegiatan:
1. Inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi;
dan/atau
2. Pengujian terhadap contoh produk yang akan
beredar.
- 791 -

Pemilihan jenis kegiatan pada surveilans pertama


tersebut dilakukan berdasarkan penilaian LSPro
atas hasil Sertifikasi sebelumnya.
Apabila surveilans pertama hanya dilakukan melalui
kegiatan pengujian terhadap contoh produk yang
akan beredar, penerima sertifikat harus
menyampaikan dokumentasi pengendalian mutu
proses produksi sejak penerbitan sertifikat sampai
dilakukan surveilans pertama.
b. Surveilans kedua dilakukan melalui kegiatan
1. Inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi;
dan
2. Pengujian terhadap contoh produk yang akan
atau telah beredar.

10.2. LSPro harus melaksanakan Sertifikasi ulang paling


lambat pada bulan ke-42 (empat puluh dua) setelah
penetapan Sertifikasi, melalui kegiatan sebagaimana
tercantum dalam angka 6.

F. Penggunaan Tanda SNI


1. Penggunaan tanda SNI dilakukan setelah mendapatkan
persetujuan penggunaan Tanda SNI melalui Surat Persetujuan
Penggunaan Tanda (SPPT) SNI yang dikeluarkan oleh BSN
sesuai dengan kriteria yang ditetapkan pada Peraturan BSN
mengenai tata cara penggunaan Tanda SNI dan Tanda
Kesesuaian berbasis SNI.

2. Tanda SNI sebagai bukti kesesuaian produk yang telah


memenuhi SNI adalah sebagai berikut:
- 792 -

Dengan ukuran:

Keterangan:
y = 11x
r = 0,5x

G. Tahapan Kritis Proses Produksi Produk Surimi

Tahapan kritis proses


No. Penjelasan tahapan kritis
produksi

1. Pemilihan bahan baku, Bahan baku, bahan tambahan pangan,


bahan penolong, bahan bahan kemasan, dan label harus
tambahan pangan, memenuhi persyaratan SNI yang
bahan kemasan dan ditetapkan atau peraturan yang terkait.
label
2. Pelelehan Bahan baku beku yang masih dalam
kemasan dilakukan proses pelelehan
(thawing) dengan cara direndam dalam air
dingin atau air yang mengalir atau dalam
suhu ruang secara cermat dan saniter
3. Penyiangan ikan disiangi dengan cara membuang
kepala dan isi perut. Penyiangan
dilakukan secara cepat, cermat dan
saniter dan dalam kondisi suhu dingin
4. Pencucian 1 bahan baku dicuci dengan menggunakan
air mengalir secara cepat, cermat dan
saniter dalam kondisi suhu dingin
5. Pemisahan daging dari daging ikan dipisahkan secara mekanis
tulang, duri dan kulit dari duri, tulang dan kulit dengan cepat,
cermat dan saniter dalam kondisi dingin.
6. Pelumatan daging ikan dilumatkan secara mekanis
dengan cepat, cermat dan saniter dalam
kondisi dingin
- 793 -

Tahapan kritis proses


No. Penjelasan tahapan kritis
produksi

7. Pencucian 2 (leaching) lumatan daging ikan dicuci dengan air


dingin sesuai spesifikasi pada suhu 0 °C –
5 °C selama 10 – 15 menit. Garam dapat
ditambahkan maksimal 0,3% pada
pencucian terakhir. Perbandingan daging
ikan dan air berkisar 1 : 4. Selama proses
pencucian dilakukan pengadukan. Dari
pencucian pertama ke pencucian
selanjutnya, air dibuang dengan melalui
proses penyaringan. Proses pencucian
dilakukan 2 – 3 kali dan dilakukan secara
cermat dan saniter
8. Pengurangan air dan lumatan daging ikan dimasukkan ke
straining dalam alat pengepres kemudian
dilakukan pemisahan sisa-sisa sisik, urat
ikan, membran, dan duri (straining)
hingga didapatkan lumatan daging sesuai
spesifikasi dan dilakukan secara cepat,
cermat, saniter dalam kondisi suhu dingin
9. Pencampuran lumatan daging ikan dimasukkan ke
dalam alat pencampur kemudian
ditambahkan cryoprotectant (misalnya
gula) sesuai ketentuan yang berlaku dan
dicampur hingga homogen. Proses ini
dilakukan secara cepat, cermat, saniter
dalam kondisi suhu dingin.
10. Pengemasan dan surimi dimasukkan secara padat dan
penimbangan kompak agar tidak tersisa ruang udara ke
dalam bahan pengemas dan ditimbang
beratnya sesuai dengan label secara
cepat,cermat dan saniter
11. Pembekuan surimi disusun dalam pan pembeku dan
dibekukan dengan menggunakan alat
pembeku. Pembekuan dilakukan secara
cepat, cermat, dan saniter sampai
suhupusat surimi mencapai maksimal –
18 °C\
-794-

Tahapan kritis proses


No. Penjelasan tahapan kritis
produksi

12. Penyimpanan beku produk disusun dalam gudang


penyimpanan beku dan suhu
penyimpanan dipertaliankan stabil
maksimal -18 "C dengan sistem
penyimpanan FIFO [First In First Out)
13. Pemuatan surimi dalam kemasan dimuat dalam aJat

transportasi dan terlindung dari penyebab


yang dapat menasak atau menurunkan
mutu produk.
14. Pengemasan Produk dikemas dengan cepat, cermat,
saniter dan higienis. Pengemasan
dilalcukan dalam kondisi yang dapat
mencegah teijadinya kontaminasi
15. Pelabelan Setiap kemasan produk yang akan
diperdagangkan diberi label sesuai
dengan ketentuan yang berlaku
Keterangan: Urutan tahapan kritis proses produksi disetiap
pemohon dapat berbeda

ICEPALA BADAN STANDARDISASI NASIONAL

REPUBLIK INDONESIA.

TTD

BAMBANG PRASETYA

Salin ai dengan aslinya


aDARD/
Kepala Bin Manusia, Organisasi, dan Hukum

argahayu
(NDO
- 795 -

LAMPIRAN LI
PERATURAN BADAN STANDARDISASI NASIONAL
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 1 TAHUN 2020
TENTANG
SKEMA PENILAIAN KESESUAIAN TERHADAP STANDAR
NASIONAL INDONESIA SEKTOR MAKANAN DAN MINUMAN

PETUNJUK TEKNIS SKEMA SERTIFIKASI PRODUK MINYAK IKAN

A. Ruang lingkup
Dokumen ini berlaku untuk acuan pelaksanaan Sertifikasi produk
minyak ikan sesuai dengan lingkup SNI:

No Nama Produk Persyaratan SNI


1 Minyak ikan sardin SNI 7950:2013 Minyak ikan sardin
(Sardinella sp) kasar (crude sardine
fish oil) – Syarat mutu dan
pengolahan
2 Minyak ikan murni SNI 8467:2018 Minyak ikan murni
(refined fish oil) – Syarat mutu dan
pengolahan

B. Persyaratan Sertifikasi
Persyaratan acuan Sertifikasi produk:
1. SNI sebagaimana dimaksud dalam huruf A;
2. SNI dan standar lain yang diacu dalam SNI sebagaimana
dimaksud dalam huruf A;
3. Peraturan yang terkait yaitu:
a. Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1999 tentang Label
dan Iklan Pangan;
b. Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor
KEP.06/MEN/2002 tentang Persyaratan dan Tata Cara
Pemeriksaan Mutu Hasil Perikanan yang Masuk ke dalam
Wilayah Negara Republik Indonesia;
c. Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2004 tentang
Keamanan, Mutu dan Gizi Pangan;
- 796 -

d. Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 75/M-


IND/PER/7/2010 tentang Cara Produksi Pangan Olahan
yang Baik (Good Manufacturing Practices);
e. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor
PER.19/MEN/2010 tentang Pengendalian Sistem Jaminan
Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan;
f. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor
PER.15/MEN/2011 tentang Pengendalian Mutu dan
Keamanan Hasil Perikanan yang Masuk ke dalam Wilayah
Negara Republik Indonesia;
g. Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor
52A/KEPMEN-KP/2013 tentang Persyaratan Jaminan Mutu
dan Keamanan Hasil Perikanan pada Proses Produksi,
Pengolahan dan Distribusi;
h. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan
Nomor 16 Tahun 2016 tentang Kriteria Mikrobiologi dalam
Pangan Olahan;
i. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan
Nomor 5 Tahun 2018 tentang Batas Maksimum Cemaran
Logam Berat dalam Pangan Olahan; dan
j. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan
Nomor 8 Tahun 2018 tentang Batas Maksimum Cemaran
Kimia dalam Pangan Olahan.
4. Peraturan lain yang terkait dengan produk minyak ikan.

C. Prosedur Sertifikasi
Prosedur Sertifikasi mencakup:
1. evaluasi awal; dan
2. inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi.

D. Persyaratan Lembaga Penilaian Kesesuaian


Sertifikasi produk minyak ikan dilakukan oleh LPK yang telah
diakreditasi oleh KAN berdasarkan SNI ISO/IEC 17065, Penilaian
Kesesuaian – Persyaratan untuk Lembaga Sertifikasi Produk,
Proses, dan Jasa, untuk lingkup produk sebagaimana dimaksud
dalam Ruang Lingkup sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
- 797 -

Dalam hal LPK belum ada yang diakreditasi oleh KAN untuk
melakukan kegiatan Sertifikasi dengan ruang lingkup produk
produk minyak ikan, BSN dapat menunjuk LPK dengan ruang
lingkup yang sejenis sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.

E. Tahapan Sertifikasi
1. Pengajuan permohonan Sertifikasi
1.1. Pengajuan permohonan Sertifikasi dilakukan oleh pelaku
usaha. Kriteria pelaku usaha yang dapat mengajukan
Sertifikasi sesuai Peraturan BSN mengenai tata cara
penggunaan Tanda SNI dan Tanda Kesesuaian Berbasis
SNI.

1.2. Permohonan Sertifikasi harus dilengkapi dengan:


a. informasi Pemohon:
1. nama pemohon, alamat pemohon, serta nama dan
kedudukan atau jabatan personel yang
bertanggung jawab atas pengajuan permohonan
Sertifikasi;
2. bukti pemenuhan persyaratan izin usaha sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan;
3. pemenuhan persyaratan sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan tentang
pendaftaran dan hak kepemilikan atas merek yang
dikeluarkan oleh Kementerian Hukum dan Hak
Asasi Manusia;
4. apabila Pemohon melakukan pembuatan produk
dengan merek yang dimiliki oleh pihak lain,
menyertakan bukti perjanjian yang mengikat
secara hukum untuk melakukan pembuatan
produk untuk pihak lain;
5. apabila Pemohon bertindak sebagai pemilik merek
yang mensubkontrakkan proses produksinya
kepada pihak lain, menyertakan bukti
kepemilikan merek dan perjanjian subkontrak
pelaksanaan produksi dengan pihak lain;
- 798 -

6. apabila Pemohon bertindak sebagai perwakilan


resmi pemilik merek yang berkedudukan hukum
di luar negeri, menyertakan bukti perjanjian yang
mengikat secara hukum tentang penunjukan
sebagai perwakilan resmi pemilik merek di wilayah
Republik Indonesia; dan
7. pernyataan bahwa Pemohon Sertifikasi
bertanggung jawab penuh atas pemenuhan
persyaratan SNI dan pemenuhan persyaratan
proses Sertifikasi dan bersedia memberikan akses
terhadap lokasi dan/atau informasi yang
diperlukan oleh LSPro dalam melaksanakan
kegiatan Sertifikasi.
b. informasi produk:
1. merek produk yang diajukan untuk disertifikasi;
2. jenis/tipe/varian produk yang diajukan untuk
disertifikasi;
3. SNI yang digunakan sebagai dasar pengajuan
permohonan Sertifikasi;
4. foto produk dalam kemasan primer yang diajukan
untuk disertifikasi (dari arah depan, belakang dan
samping), serta informasi terkait kemasan primer
produk;
5. daftar bahan baku (untuk bahan baku ikan
mencakup informasi jenis, asal, bentuk, dan
mutu) termasuk bahan penolong dan bahan
lainnya;
6. label produk; dan
7. apabila tersedia, foto kemasan sekunder dan
tersier produk yang diajukan untuk disertifikasi,
dari arah depan, belakang, samping, dan bagian
dalam.
c. informasi proses produksi:
1. nama, alamat, dan legalitas hukum pabrik;
2. struktur organisasi, nama dan jabatan personel
penanggung jawab proses produksi;
- 799 -

3. dokumentasi informasi tentang pemasok bahan


baku produk, prosedur evaluasi pemasok, serta
prosedur inspeksi bahan baku produk;
4. dokumentasi informasi tentang proses pembuatan
produk yang diajukan untuk disertifikasi,
termasuk proses yang disubkontrakkan ke pihak
lain;
5. dokumentasi informasi tentang prosedur dan
rekaman pengendalian mutu, termasuk pengujian
rutin, daftar peralatan, serta sertifikat kalibrasi
atau bukti verifikasi peralatan yang berpengaruh
terhadap mutu produk yang disertifikasi, dan
bukti atau segel tera atau tera ulang untuk alat
ukur yang digunakan dalam pengukuran berat
produk dalam kemasan akhir;
6. dokumentasi informasi tentang prosedur dan
rekaman pengendalian dan penanganan produk
yang tidak sesuai;
7. dokumentasi informasi tentang pengemasan
produk dan pengelolaan produk di gudang akhir
produk sebelum dikirimkan dan/atau diedarkan
ke wilayah Republik Indonesia;
8. lokasi gudang penyimpanan produk di wilayah
Republik Indonesia;
9. bukti izin edar produk (MD/ML) sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan;
10. menyertakan laporan hasil uji yang dilakukan
paling lambat 1 (satu) tahun sebelum pengajuan
Sertifikasi, yang memberikan bukti pemenuhan
produk yang diajukan untuk disertifikasi terhadap
persyaratan mutu dalam SNI dan peraturan
terkait;
11. apabila laporan hasil uji sebagaimana dinyatakan
pada angka 10 belum tersedia, Pemohon dapat
menyampaikan contoh produk kepada LSPro
untuk diuji di laboratorium yang memiliki
perjanjian alih daya dengan LSPro; dan
- 800 -

12. apabila telah tersedia, menyertakan Sertifikat


Penerapan Sistem Manajemen Mutu berdasarkan
SNI ISO 9001 atau Sistem Manajemen Keamanan
Pangan berdasarkan SNI ISO 22000 atau HACCP
berdasarkan SNI CAC/RCP 1 dari Otoritas
Kompeten atau Lembaga Sertifikasi yang
diakreditasi oleh KAN atau oleh badan akreditasi
penandatangan International Accreditation Forum
(IAF)/Asia Pacific Accreditation Cooperation (APAC)
Multilateral Recognition Agreement (MLA) dengan
ruang lingkup yang sesuai.
Informasi pada butir 4, butir 5, butir 10, dan butir 11
tidak perlu dilampirkan apabila Pemohon melakukan
pengemasan ulang produk yang dihasilkan oleh pihak
lain yang telah memiliki sertifikat kesesuaian produk
atau Surat Persetujuan Penggunaan Tanda (SPPT)
SNI.

2. Tinjauan permohonan Sertifikasi


LSPro harus memastikan bahwa informasi yang diperoleh dari
permohonan Sertifikasi yang diajukan oleh Pemohon telah
lengkap dan memenuhi persyaratan.

3. Penandatanganan perjanjianSertifikasi
Setelah permohonan Sertifikasi dinyatakan lengkap dan
Pemohon menyetujui persyaratan dan prosedur Sertifikasi
yang ditetapkan oleh LSPro sesuai dengan persyaratan SNI
ISO/IEC 17065, perjanjian Sertifikasi ditandatangani oleh
Pemohon dan LSPro.

4. Penyusunan rencana evaluasi


Berdasarkan informasi yang diperoleh dari persyaratan
permohonan Sertifikasi yang disampaikan oleh Pemohon,
LSPro menetapkan rencana evaluasi yang mencakup:
a. jenis/tipe/varian produk yang diajukan untuk disertifikasi
dan metode pengambilan contoh sesuai dengan
persyaratan SNI sebagaimana dimaksud dalam huruf A
- 801 -

yang diperlukan untuk pengujian produk dan mewakili


contoh produk yang diusulkan untuk disertifikasi;
b. informasi SNI yang digunakan sebagai dasar Sertifikasi
berdasarkan permohonan yang diajukan oleh Pemohon
Sertifikasi;
c. waktu yang diperlukan untuk pelaksanaan pengujian
berdasarkan standar acuan metode uji yang
dipersyaratkan; dan
d. waktu, lokasi pelaksanaan dan agenda inspeksi pabrik
atau asesmen proses produksi yang relevan dengan
pelaksanaan produksi produk yang diajukan untuk
disertifikasi, serta personel kompeten yang melakukan
evaluasi.

5. Pelaksanaan evaluasi awal terhadap produk


5.1. Pelaksanaan evaluasi awal terhadap produk mencakup:
a. Pemeriksaan awal terhadap kesesuaian informasi
produk dan proses produksi yang disampaikan
Pemohon pada huruf E angka 1 terhadap lingkup
produk yang ditetapkan dalam SNI dan peraturan
terkait.
b. Pengujian awal terhadap contoh produk berdasarkan
persyaratan mutu dalam SNI. Pengujian awal
dilakukan berdasarkan laporan hasil uji dari
laboratorium yang disampaikan Pemohon, yang
mencakup seluruh persyaratan mutu dalam SNI
sebagaimana dimaksud dalam huruf A. Apabila
laporan hasil uji tersebut menunjukkan bahwa
seluruh persyaratan mutu dalam SNI tersebut telah
terpenuhi, maka produk yang diajukan untuk
disertifikasi dianggap telah memenuhi persyaratan
pengujian awal.

5.2. Apabila hasil evaluasi awal menunjukkan


ketidaksesuaian terhadap persyaratan SNI, Pemohon
harus diberi kesempatan untuk melakukan tindakan
- 802 -

perbaikan dalam jangka waktu tertentu sesuai dengan


kebijakan LSPro.

6. Pelaksanaan inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi


6.1 Inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi harus
dilakukan pada saat pabrik melakukan produksi, atau
pada kondisi tertentu dilakukan melalui simulasi proses
produksi produk yang diajukan untuk disertifikasi.

6.2 Inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi dilakukan


terhadap:
a. tanggung jawab dan komitmen personel penanggung
jawab pabrik terhadap konsistensi pemenuhan
produk terhadap persyaratan SNI;
b. ketersediaan dan pengendalian dokumentasi
informasi prosedur dan rekaman pengendalian
mutu, termasuk pengujian rutin;
c. fasilitas, lokasi, desain dan tata letak, bangunan,
sanitasi peralatan, sanitasi ruang proses, dan
higiene personel sesuai dengan ketentuan yang
berlaku tentang Cara Produksi Pangan Olahan yang
Baik;
d. tahapan kritis proses produksi, mulai dari bahan
baku sampai produk akhir paling sedikit pada
tahapan sebagaimana dimaksud pada huruf G;
e. kelengkapan serta fungsi peralatan produksi
termasuk peralatan pengendalian mutu, paling
sedikit alat pemasak, alat pengepres, alat pemisah,
alat pemurnian (untuk minyak ikan murni), alat
pengemas, alat penyimpanan, alat pengukur berat,
dan wadah;
f. bukti verifikasi berdasarkan hasil kalibrasi atau
hasil verifikasi peralatan produksi sebagaimana
disebutkan pada huruf e yang membuktikan bahwa
peralatan tersebut memenuhi persyaratan produksi.
Hasil verifikasi peralatan produksi dapat
ditunjukkan dengan prosedur yang diperlukan
- 803 -

untuk mencapai kondisi atau persyaratan yang


ditetapkan;
g. bukti tera atau tera ulang alat pengukuran berat
produk dalam kemasan akhir;
h. pengendalian dan penanganan produk yang tidak
sesuai; dan
i. pengemasan, penanganan, dan penyimpanan
produk, termasuk di gudang akhir produk yang siap
diedarkan.

6.3 Apabila Pabrik telah menerapkan Sistem Manajemen


Keamanan Pangan berdasarkan SNI ISO 22000 atau
HACCP berdasarkan SNI CAC/RCP 1 dari Otoritas
Kompeten atau Lembaga Sertifikasi yang diakreditasi oleh
KAN atau oleh badan akreditasi penandatangan
IAF/APAC MLA dengan ruang lingkup yang sesuai, maka
inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi dilakukan
terhadap implementasi sistem manajemen terkait mutu
produk tersebut dan pasal 6.2 huruf d dan huruf e.

6.4 Apabila Pabrik telah menerapkan Sistem Manajemen


Mutu berdasarkan SNI ISO 9001 dari Lembaga Sertifikasi
yang diakreditasi oleh KAN atau oleh badan akreditasi
penandatangan IAF/APAC MLA dengan ruang lingkup
yang sesuai, maka inspeksi pabrik atau asesmen proses
produksi dilakukan terhadap implementasi sistem
manajemen terkait mutu produk tersebut dan pasal 6.2
huruf c, huruf d, dan huruf e.

6.5 Dalam hal Pemohon melakukan pengemasan ulang


produk yang dihasilkan oleh pihak lain, berlaku
ketentuan berikut:
a. apabila pihak lain tersebut telah memiliki sertifikat
kesesuaian produk atau Surat Persetujuan
Penggunaan Tanda (SPPT) SNI, maka inspeksi pabrik
atau asesmen proses produksi sebagaimana
- 804 -

dimaksud pada butir 6.2 dilakukan di lokasi Pemohon


pada tahapan pengemasan; atau
b. apabila pihak lain tersebut belum memiliki sertifikat
kesesuaian produk atau Surat Persetujuan
Penggunaan Tanda (SPPT) SNI, maka inspeksi pabrik
atau asesmen proses produksi sebagaimana
dimaksud pada butir 6.2 dilakukan di lokasi
pembuatan produk yang dimiliki oleh pihak lain dan
di lokasi Pemohon.

6.6 Selama inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi,


LSPro melakukan pengambilan contoh produk oleh
petugas pengambil contoh dan selanjutnya diuji di
laboratorium milik LSPro atau Laboratorium yang telah
memiliki perjanjian alih daya dengan LSPro.

7. Tinjauan
7.1 Tinjauan Hasil Evaluasi dilakukan terhadap:
a. Hasil evaluasi awal terhadap produk untuk
menunjukkan bahwa contoh produk yang mewakili
produk memenuhi persyaratan SNI yang diajukan oleh
Pemohon sebagai dasar permohonan Sertifikasi.
b. Hasil inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi
atau bukti obyektif untuk menunjukkan bahwa pabrik
memiliki proses produksi yang didukung dengan segala
sumber daya yang diperlukan untuk menghasilkan
produk yang secara konsisten dan memenuhi
persyaratan SNI yang diajukan oleh Pemohon sebagai
dasar permohonan Sertifikasi.

7.2 Tinjauan hasil evaluasi dinyatakan dalam bentuk


rekomendasi tertulis tentang pemenuhan SNI yang
diajukan oleh Pemohon untuk produk yang diajukan
untuk disertifikasi.
- 805 -

8. Penetapan keputusan Sertifikasi


8.1. Penetapan keputusan Sertifikasi dilakukan berdasarkan
rekomendasi yang dihasilkan dari proses tinjauan.

8.2. Penetapan keputusan Sertifikasi harus dilakukan oleh


satu atau sekelompok orang yang tidak terlibat dalam
proses evaluasi.

8.3. Penetapan keputusan Sertifikasi dapat dilakukan oleh


satu atau sekelompok orang yang sama dengan yang
melakukan tinjauan.

8.4. Rekomendasi untuk keputusan Sertifikasi berdasarkan


hasil tinjauan harus didokumentasikan, kecuali tinjauan
dan keputusan Sertifikasi diselesaikan secara bersamaan
oleh satu atau sekelompok orang yang sama.

8.5. LSPro harus memberitahu Pemohon Sertifikasi terkait


alasan menunda atau tidak memberikan keputusan
Sertifikasi, dan harus mengidentifikasikan alasan
keputusan tersebut. Apabila Pemohon Sertifikasi
menunjukkan keinginan untuk melanjutkan proses
Sertifikasi, LSPro dapat memulai kembali dari proses
evaluasi (angka 5).

9. Penerbitan sertifikat
Sertifikat kesesuaian terhadap persyaratan SNI diterbitkan
sesuai ketentuan sebagai berikut:
a. Sertifikat diterbitkan oleh LSPro setelah penetapan
keputusan Sertifikasi; dan
b. Sertifikat paling sedikit harus memuat:
1. nomor sertifikat atau identifikasi unik lainnya;
2. nomor atau identifikasi lain dari skema Sertifikasi;
3. nama dan alamat LSPro;
4. nama dan alamat Pemohon (pemegang sertifikat);
5. acuan ke perjanjian Sertifikasi;
6. pernyataan kesesuaian yang mencakup:
- 806 -

a. nama, merek, dan spesifikasi produk yang


dinyatakan memenuhi persyaratan;
b. SNI yang menjadi dasar Sertifikasi;
c. nama dan alamat lokasi produksi; dan
d. informasi terkait proses Sertifikasi.
7. status akreditasi atau pengakuan LSPro;
8. tanggal penerbitan sertifikat;
9. tanggal berakhir masa berlaku sertifikat yaitu 4
(empat) tahun sejak tanggal penerbitan sertifikat;
10. tanda tangan yang mengikat secara hukum dari
personel yang bertindak atas nama LSPro sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

10. Surveilans dan Sertifikasi ulang


10.1. LSPro harus melaksanakan surveilans paling sedikit 2
(dua) kali dalam periode Sertifikasi. Dalam hal ini berlaku
ketentuan sebagai berikut:
a. Surveilans pertama dilakukan melalui kegiatan:
1. Inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi;
dan/atau
2. Pengujian terhadap contoh produk yang akan
beredar.
Pemilihan jenis kegiatan pada surveilans pertama
tersebut dilakukan berdasarkan penilaian LSPro
atas hasil Sertifikasi sebelumnya.
Apabila surveilans pertama hanya dilakukan melalui
kegiatan pengujian terhadap contoh produk yang
akan beredar, penerima sertifikat harus
menyampaikan dokumentasi pengendalian mutu
proses produksi sejak penerbitan sertifikat sampai
dilakukan surveilans pertama.
b. Surveilans kedua dilakukan melalui kegiatan:
1. Inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi;
dan
2. Pengujian terhadap contoh produk yang akan
atau telah beredar.
- 807 -

10.2. LSPro harus melaksanakan Sertifikasi ulang paling


lambat pada bulan ke-42 (empat puluh dua) setelah
penetapan Sertifikasi, melalui kegiatan sebagaimana
tercantum dalam angka 6.

F. Penggunaan tanda SNI


1. Penggunaan tanda SNI dilakukan setelah mendapatkan
persetujuan penggunaan Tanda SNI melalui Surat Persetujuan
Penggunaan Tanda (SPPT) SNI yang dikeluarkan oleh BSN
sesuai dengan ketentuan dalam Peraturan BSN mengenai tata
cara penggunaan tanda SNI dan tanda kesesuaian berbasis
SNI.

2. Tanda SNI sebagai bukti kesesuaian produk yang telah


memenuhi SNI adalah sebagai berikut:

Dengan ukuran:

Keterangan:
y = 11x
r = 0,5x
- 808 -

G. Tahapan kritis proses produksi produk minyak ikan


No Tahapan kritis Penjelasan tahapan kritis
proses produksi
1 Pemilihanbahan bahan baku diuji secara organoleptik
baku (kenampakan, tekstur dan bau) ditangani
sesuai dengan prinsip teknik penanganan
yang baik dan benar untuk mendapatkan
bahan baku minyak ikan sesuai yang
dipersyaratkan.
2 Pemilihan Bahan Air yang dipakai sebagai bahan penolong
Penolong di unit pengolahan minyak ikan sesuai
persyaratan kualitas air minum.
3 Pemilihan Bahan Kemasan yang diterima di unit
Kemasan pengolahan diverifikasi terkait mutu dan
keamanan minyak ikan, terlindung dari
sumber kontaminasi dan oksidasi, serta
disimpan pada gudang penyimpanan
yang bersih untuk mendapatkan
kemasan yang sesuai spesifikasi untuk
minyak ikan
4 Pemilihan Label Label yang diterima di unit pengolahan
diverifikasi terkait peruntukan
produknya, kemudian disimpan pada
gudang penyimpanan yang bersih untuk
mendapatkan label yang sesuai
spesifikasi produk minyak ikan.
5. Pencucian Bahan baku dicuci dengan menggunakan
air bersih untuk mendapatkan bahan
baku yang bersih sesuai yang
dipersyaratkan.
6. Pemasakan Bahan baku dimasak pada suhu dan
waktu sesuai yang dipersyaratkan untuk
memudahkan pengeluaran lemak dari
bahan baku.
7. Pengepresan Bahan baku yang sudah dimasak dipres
sampai mendapatkan cairan yang
optimaluntuk memisahkan padatan dan
cairan sehingga memudahkan proses
selanjutnya.
8. Pemisahan Minyak dipisahkan dari air menggunakan
alat pemisah untuk memisahkan minyak
dan air.
9. Pemasakan II Minyak ikan hasil pemisahan dimasak
(untuk minyak dengan menambahkan alkali (NaOH atau
ikan sarden KOH) sesuai dengan persyaratan untuk
kasar) mengendapkan kotoran dan menurunkan
kadar asam lemak bebas untuk
- 809 -

No Tahapan kritis Penjelasan tahapan kritis


proses produksi
mengendapkan kotoran dan menurunkan
kadar asam lemak bebas.
10. Pemurnian Minyak ikan hasil pemisahan dimurnikan
(untuk minyak dengan metode pemurnian minyak ikan
ikan murni) sesuai dengan persyaratan untuk
mengendapkan kotoran dan menurunkan
kadar produk oksidasi untuk
mengendapkan kotoran dan menurunkan
kadar produk oksidasi.
11. Penambahan Minyak ikan ditambahkan bahan
antioksidan antioksidan sesuai dengan persyaratan
untuk mencegah proses oksidasi dan
mempertahankan mutu minyak ikan
12. Pengemasan Minyak ikan segera dikemas dengan
cermat dan saniter. Pengemasan
dilakukan dalam kondisi yang dapat
mencegah terjadinya oksidasi untuk
mempertahankan mutu minyak ikan
13. Pelabelan Kemasan minyak ikan diberi identitas
sesuai yang dipersyaratkan dalam
peraturan yang berlaku untuk memberi
identitas minyak ikan pada kemasan.
Untuk minyak ikan murni dengan
menyebutkan jenis ikan dan kandungan
omega 3 (EPADHA) dari minyak ikan.
14. Penyimpanan Penyimpanan dilakukan untuk menjaga
dan mempertahankan mutu agar
terhindar dari kerusakan yang
diakibatkan oleh oksidasi. Untuk minyak
ikan murni disimpan dalam wadah
penyimpanan pada suhu maksimum
suhu ruang. Untuk minyak ikan sarden
kasar disimpan dalam wadah
penyimpanan pada suhu maksimum 4°C
15. Pemuatan Kemasan yang berisi minyak ikan dimuat
dalam alat transportasi yang dapat
melindungi dari kerusakan selama
pemuatan untuk mendapatkan susunan
kemasan yang berisi minyak ikan yang
dapat melindungi
dari kerusakan selama pemuatan.
16. Pengangkutan Produk dalam kemasan diangkut dalam
alat transportasi yang dapat
mempertahankan mutu untuk
mendistribusikan produk minyak ikan
-810-

No Tahapan kritis Penjelasan tahapan kritis


proses produksi
dengan mutu yang terjaga sampai ke
tempat tujuan.
17. Penandaan Setiap kemasan produk minyak ikan yang
akan diperdagangkan agar diberi tanda
dengan benar dan mudah dibaca,
mencantumkan bahasa yang
dipersyaratkan disertai keterangan paling
sedikii sebagai berikut :
a) berat produk;
b) cara penyimpanan;
c) masa kedaluwarsa;
d) nama dan alamat produsen;
e) nama produk;
f) tanggal produksi;
g) tingkatan mutu produk (unttik
minyak ikan sardin kasar)
h) kandungan EPA dan DHA (untuk
minyak ikan murnl)
Keterangan: Urutan tahapan kritis proses produksi disetiap
pemohon dapat berbeda

KEPALA BADAN STANDARDISASl NASIONAL

REPUBLIK INDONESIA,

TTD

BAMBANG PRASETYA

Salinan sesuai dengan asllnya


Kepala Manusia, Organisasi, dan Hukum
- 811 -

LAMPIRAN LII
PERATURAN BADAN STANDARDISASI NASIONAL
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 1 TAHUN 2020
TENTANG
SKEMA PENILAIAN KESESUAIAN TERHADAP STANDAR
NASIONAL INDONESIA SEKTOR MAKANAN DAN MINUMAN

PETUNJUK TEKNIS SKEMA SERTIFIKASI PRODUK BAKSO DAGING

A. Ruang lingkup
Skema ini berlaku untuk acuan pelaksanaan Sertifikasi produk
produk bakso daging yang dibuat dari daging hewan ternak yang
dicampur pati dan bumbu-bumbu, dengan atau tanpa
penambahan bahan pangan lainnya, dan atau bahan tambahan
pangan yang diizinkan, yang berbentuk bulat atau bentuk lainnya
dan dimatangkan.
Dokumen ini berlaku untuk produk Bakso daging yang dibuat
dengan bahan baku daging sapi, kerbau, kambing, domba, babi,
hewan ternak lainnya yang layak dimakan, dan atau hewan
unggas.

B. Persyaratan Sertifikasi
Persyaratan acuan Sertifikasi produk:
1. SNI 3818:2014 Bakso daging;
2. SNI dan standar lain yang diacu dalam SNI 3818:2014;
3. Peraturan lain yang terkait yaitu:
a. Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1999 tentang
Label dan Iklan Pangan;
b. Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 75/M-
IND/PER/7/2010 tentang Cara Produksi Pangan Olahan
yang Baik (Good Manufacturing Practices);
c. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 33 Tahun 2012
tentang Bahan Tambahan Pangan;
d. Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2004 tentang
Keamanan, Mutu dan Gizi Pangan;
- 812 -

e. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor


PER.19/MEN/2010 tentang Pengendalian Sistem Jaminan
Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan;
f. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor
PER.15/MEN/2011 tentang Pengendalian Mutu dan
Keamanan Hasil Perikanan yang Masuk ke dalam Wilayah
Negara Republik Indonesia;
g. Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor
KEP.06/MEN/2002 tentang Persyaratan dan Tata Cara
Pemeriksaan Mutu Hasil Perikanan yang Masuk ke
Wilayah Republik Indonesia;
h. Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor
KEP.01/MEN/2007 tentang Persyaratan Jaminan Mutu
dan Keamanan Hasil Perikanan pada Proses Produksi,
Pengolahan dan Distribusi;
i. Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor
52A/KEPMEN-KP/2013 tentang Persyaratan Jaminan
Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan pada Proses
Produksi, Pengolahan dan Distribusi;
j. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan
Nomor 16 Tahun 2014 Tentang Perubahan Atas Peraturan
Kepala Badan Pengawas Obat Dan Makanan Nomor
Hk.03.1.23.07.11.6664 Tahun 2011 Tentang Pengawasan
Kemasan Pangan;
k. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan
Nomor 16 Tahun 2016 tentang Kriteria Mikrobiologi Dalam
Pangan Olahan;
l. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan
Nomor 5 Tahun 2018 tentang Batas Maksimum Cemaran
Logam Berat dalam Pangan Olahan;
m. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan
Nomor 24 Tahun 2013 tentang Batas maksimum
penggunaan bahan tambahan pangan penstabil; dan
n. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan
Nomor 36 Tahun 2013 tentang batas maksimum
penggunaan bahan tambahan pangan pengawet.
4. Peraturan lain yang terkait dengan produk bakso daging.
- 813 -

C. Prosedur Sertifikasi
Prosedur Sertifikasi mencakup:
1. evaluasi awal; dan
2. inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi.

D. Persyaratan Lembaga Penilaian Kesesuaian


Sertifikasi produk bakso daging dilakukan oleh LPK yang telah
diakreditasi oleh KAN berdasarkan SNI ISO/IEC 17065, Penilaian
Kesesuaian – Persyaratan untuk Lembaga Sertifikasi Produk,
Proses, dan Jasa, untuk lingkup produk sebagaimana dimaksud
dalam Ruang Lingkup sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.

E. Tahapan Sertifikasi
1. Pengajuan permohonan Sertifikasi
1.1. Pengajuan permohonan Sertifikasi dilakukan oleh pelaku
usaha. Kriteria pelaku usaha yang dapat mengajukan
Sertifikasi sesuai Peraturan Kepala BSN mengenai tata
cara penggunaan Tanda SNI dan Tanda Kesesuaian
Berbasis SNI.

1.2. Permohonan Sertifikasi harus dilengkapi dengan:


a. informasi Pemohon:
1. nama pemohon, alamat pemohon, serta nama dan
kedudukan atau jabatan personel yang
bertanggung jawab atas pengajuan permohonan
Sertifikasi;
2. bukti pemenuhan persyaratan izin usaha sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan;
3. pemenuhan persyaratan sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan tentang
pendaftaran dan hak kepemilikan atas merek yang
dikeluarkan oleh Kementerian Hukum dan Hak
Asasi Manusia;
4. apabila Pemohon melakukan pembuatan produk
dengan merek yang dimiliki oleh pihak lain,
menyertakan bukti perjanjian yang mengikat
- 814 -

secara hukum untuk melakukan pembuatan


produk untuk pihak lain;
5. apabila Pemohon bertindak sebagai pemilik merek
yang mensubkontrakkan proses produksinya
kepada pihak lain, menyertakan bukti kepemilikan
merek dan perjanjian subkontrak pelaksanaan
produksi dengan pihak lain;
6. apabila Pemohon bertindak sebagai perwakilan
resmi pemilik merek yang berkedudukan hukum di
luar negeri, menyertakan bukti perjanjian yang
mengikat secara hukum tentang penunjukan
sebagai perwakilan resmi pemilik merek di wilayah
Republik Indonesia; dan
7. pernyataan bahwa Pemohon Sertifikasi
bertanggung jawab penuh atas pemenuhan
persyaratan SNI dan pemenuhan persyaratan
proses Sertifikasi dan bersedia memberikan akses
terhadap lokasi dan/atau informasi yang
diperlukan oleh LSPro dalam melaksanakan
kegiatan Sertifikasi.
b. informasi produk:
1. merek produk yang diajukan untuk disertifikasi;
2. jenis/tipe/varian produk yang diajukan untuk
disertifikasi;
3. SNI yang digunakan sebagai dasar pengajuan
permohonan Sertifikasi;
4. foto produk dalam kemasan primer yang diajukan
untuk disertifikasi (dari arah depan, belakang dan
samping), serta informasi terkait kemasan primer
produk;
5. daftar bahan baku termasuk bahan tambahan
pangan;
6. label produk; dan
7. apabila telah tersedia, foto kemasan sekunder dan
tersier produk yang diajukan untuk disertifikasi,
dari arah depan, belakang, samping, dan bagian
dalam.
- 815 -

c. informasi proses produksi:


1. nama, alamat, dan legalitas hukum pabrik;
2. struktur organisasi, nama dan jabatan personel
penanggung jawab proses produksi;
3. dokumentasi informasi tentang pemasok bahan
baku produk, prosedur evaluasi pemasok, serta
prosedur inspeksi bahan baku produk;
4. dokumentasi informasi tentang proses pembuatan
produk yang diajukan untuk disertifikasi,
termasuk proses yang disubkontrakkan ke pihak
lain;
5. dokumentasi informasi tentang prosedur dan
rekaman pengendalian mutu, termasuk pengujian
rutin, daftar peralatan, serta sertifikat kalibrasi
atau bukti verifikasi peralatan yang berpengaruh
terhadap mutu produk yang disertifikasi, dan
bukti atau segel tera atau tera ulang untuk alat
ukur yang digunakan dalam pengukuran berat
produk akhir;
6. dokumentasi informasi tentang prosedur dan
rekaman pengendalian dan penanganan produk
yang tidak sesuai;
7. dokumentasi informasi tentang pengemasan
produk dan pengelolaan produk di gudang akhir
produk sebelum dikirimkan dan/atau diedarkan
ke wilayah Republik Indonesia;
8. lokasi gudang penyimpanan produk di wilayah
Republik Indonesia;
9. bukti izin edar produk (MD/ML atau P-IRT) sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan;
10. menyertakan laporan hasil uji yang dilakukan
paling lambat 1 (satu) tahun sebelum pengajuan
Sertifikasi, yang memberikan bukti pemenuhan
produk yang diajukan untuk disertifikasi terhadap
persyaratan mutu dalam SNI dan peraturan
terkait;
- 816 -

11. apabila laporan hasil uji sebagaimana dinyatakan


pada angka 10 belum tersedia, Pemohon dapat
menyampaikan contoh produk kepada LSPro
untuk diuji di laboratorium yang memiliki
perjanjian alih daya dengan LSPro; dan
12. apabila telah tersedia, menyertakan Sertifikat
Penerapan Sistem Manajemen Mutu berdasarkan
SNI ISO 9001 atau Sistem Manajemen Keamanan
Pangan berdasarkan SNI ISO 22000 atau HACCP
berdasarkan SNI CAC/RCP 1 dari Lembaga
Sertifikasi yang diakreditasi oleh KAN atau oleh
badan akreditasi penandatangan International
Accreditation Forum (IAF)/Asia Pacific Accreditation
Cooperation (APAC) Multilateral Recognition
Agreement (MLA) dengan ruang lingkup yang
sejenisdengan ruang lingkup yang sejenis.
Informasi pada butir 4, butir 5, butir 10, dan butir 11
tidak perlu dilampirkan apabila pemohon melakukan
pengemasan ulang produk yang dihasilkan oleh pihak
lain yang telah memiliki sertifikat kesesuaian produk
atau Surat Persetujuan Penggunaan Tanda (SPPT) SNI

2. Tinjauan permohonan Sertifikasi


LSPro harus memastikan bahwa informasi yang diperoleh dari
permohonan Sertifikasi yang diajukan oleh Pemohon telah
lengkap dan memenuhi persyaratan.

3. Penandatanganan perjanjian Sertifikasi


Setelah permohonan Sertifikasi dinyatakan lengkap dan
Pemohon menyetujui persyaratan dan prosedur Sertifikasi yang
ditetapkan oleh LSPro sesuai dengan persyaratan SNI ISO/IEC
17065, perjanjian Sertifikasi ditandatangani oleh Pemohon dan
LSPro.
- 817 -

4. Penyusunan rencana evaluasi


Berdasarkan informasi yang diperoleh dari persyaratan
permohonan Sertifikasi yang disampaikan oleh Pemohon, LSPro
menetapkan rencana evaluasi yang mencakup:
a. jenis/tipe/varian produk yang diajukan untuk disertifikasi
dan metode pengambilan contoh sesuai dengan
persyaratan SNI 3818:2014 yang diperlukan untuk
pengujian produk dan mewakili contoh produk yang
diusulkan untuk disertifikasi;
b. informasi SNI yang digunakan sebagai dasar Sertifikasi
berdasarkan permohonan yang diajukan oleh Pemohon
Sertifikasi;
c. waktu yang diperlukan untuk pelaksanaan pengujian
berdasarkan standar acuan metode uji yang
dipersyaratkan; dan
d. waktu, lokasi pelaksanaan dan agenda inspeksi pabrik
atau asesmen proses produksi yang relevan dengan
pelaksanaan produksi produk yang diajukan untuk
disertifikasi, serta personel kompeten yang melakukan
evaluasi.

5. Pelaksanaan evaluasi awal terhadap produk


5.1. Pelaksanaan evaluasi awal terhadap produk mencakup:
a. Pemeriksaan awal terhadap kesesuaian informasi
produk dan proses produksi yang disampaikan
Pemohon pada huruf E angka 1 terhadap lingkup
produk yang ditetapkan dalam SNI dan peraturan
terkait.
b. Pengujian awal terhadap contoh produk berdasarkan
persyaratan mutu dalam SNI. Pengujian awal
dilakukan berdasarkan laporan hasil uji dari
laboratorium yang disampaikan Pemohon, yang
mencakup seluruh persyaratan mutu dalam SNI
3818:2014. Apabila laporan hasil uji tersebut
menunjukkan bahwa seluruh persyaratan mutu dalam
SNI tersebut telah terpenuhi, maka produk yang
- 818 -

diajukan untuk disertifikasi dianggap telah memenuhi


persyaratan pengujian awal.

5.2. Apabila hasil evaluasi awal menunjukkan ketidaksesuaian


terhadap persyaratan SNI, Pemohon harus diberi
kesempatan untuk melakukan tindakan perbaikan dalam
jangka waktu tertentu sesuai dengan kebijakan LSPro.

6. Pelaksanaan inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi


6.1. Inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi harus
dilakukan pada saat pabrik melakukan produksi, atau
pada kondisi tertentu dilakukan melalui simulasi proses
produksi produk yang diajukan untuk disertifikasi.

6.2. Inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi dilakukan


terhadap:
a. tanggung jawab dan komitmen personel penanggung
jawab pabrik terhadap konsistensi pemenuhan
produk terhadap persyaratan SNI;
b. ketersediaan dan pengendalian dokumentasi
informasi prosedur dan rekaman pengendalian
mutu, termasuk pengujian rutin;
c. fasilitas, lokasi, desain dan tata letak, bangunan;
d. tahapan kritis proses produksi, mulai dari bahan
baku sampai produk akhir paling sedikit pada
tahapan sebagaimana tercantum dalam huruf G;
e. kelengkapan serta fungsi peralatan produksi
termasuk peralatan pengendalian mutu, paling
sedikit alat pengadon, alat perebusan, alat pengukur
berat, dan alat pendingin;
f. bukti verifikasi berdasarkan hasil kalibrasi atau
hasil verifikasi peralatan produksi sebagaimana
disebutkan pada huruf e yang membuktikan bahwa
peralatan tersebut memenuhi persyaratan produksi.
Hasil verifikasi peralatan produksi dapat
ditunjukkan dengan prosedur yang diperlukan
- 819 -

untuk mencapai kondisi atau persyaratan yang


ditetapkan;
g. bukti tera atau tera ulang alat pengukuran berat
(atau volume) produk dalam kemasan akhir;
h. pengendalian dan penanganan produk yang tidak
sesuai; dan
i. pengemasan, penanganan, dan penyimpanan
produk, termasuk di gudang akhir produk yang siap
diedarkan.

6.3. Apabila Pabrik telah menerapkan dan mendapatkan


sertifikat Sistem Manajemen Mutu berdasarkan SNI ISO
22000 atau HACCP berdasarkan SNI CAC/RCP 1 dari
Lembaga Sertifikasi yang diakreditasi oleh KAN atau oleh
badan akreditasi penandatangan IAF/APAC MLA dengan
ruang lingkup yang sesuai, maka inspeksi pabrik atau
asesmen proses produksi dilakukan terhadap
implementasi sistem manajemen terkait mutu produk
tersebut dan angka 6.2 huruf d dan huruf e.

6.4. Apabila pabrik telah menerapkan Sistem Manajemen


Mutu berdasarkan SNI ISO 9001 dari Lembaga Sertifikasi
yang diakreditasi oleh KAN atau oleh badan akreditasi
penandatangan IAF/APAC MLA dengan ruang lingkup
yang sesuai, maka inspeksi pabrik atau asesmen proses
produksi dilakukan terhadap implementasi sistem
manajemen terkait mutu produk tersebut dan angka 6.2
huruf c, huruf d, dan huruf e.

6.5. Dalam hal pemohon melakukan pengemasan ulang


produk yang dihasilkan oleh pihak lain, berlaku
ketentuan berikut:
a. apabila pihak lain tersebut telah memiliki sertifikat
kesesuaian produk atau Surat Persetujuan
Penggunaan Tanda (SPPT) SNI, maka inspeksi pabrik
atau asesmen proses produksi sebagaimana
- 820 -

dimaksud pada angka 6.2 dilakukan di lokasi


Pemohon pada tahapan pengemasan; atau

b. apabila pihak lain tersebut belum memiliki sertifikat


kesesuaian produk atau Surat Persetujuan
Penggunaan Tanda (SPPT) SNI, maka inspeksi pabrik
atau asesmen proses produksi sebagaimana
dimaksud pada butir 6.2 dilakukan di lokasi
pembuatan produk yang dimiliki oleh pihak lain dan
di lokasi pemohon.
6.6 Selama inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi,
LSPro melakukan pengambilan contoh produk oleh
petugas pengambil contoh dan selanjutnya diuji di
laboratorium milik LSPro atau Laboratorium yang telah
memiliki perjanjian alih daya dengan LSPro.

6.7 Apabila berdasarkan hasil inspeksi pabrik atau asesmen


proses produksi, termasuk hasil pengujian, tidak
diperoleh bukti-bukti yang kuat untuk menjamin
konsistensi produk terhadap persyaratan SNI, maka
Pemohon harus diberi kesempatan untuk melakukan
tindakan perbaikan dalam jangka waktu tertentu sesuai
dengan kebijakan LSPro.

7. Tinjauan
7.1. Tinjauan hasil evaluasi dilakukan terhadap:
a. Hasil evaluasi awal terhadap produk untuk
menunjukkan bahwa contoh produk yang mewakili
produk memenuhi persyaratan SNI yang diajukan
oleh Pemohon sebagai dasar permohonan Sertifikasi.
b. Hasil inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi
atau bukti obyektif untuk menunjukkan bahwa
pabrik memiliki proses produksi yang didukung
dengan segala sumber daya yang diperlukan untuk
menghasilkan produk yang secara konsisten dan
memenuhi persyaratan SNI yang diajukan oleh
Pemohon sebagai dasar permohonan Sertifikasi.
- 821 -

7.2. Tinjauan hasil evaluasi dinyatakan dalam bentuk


rekomendasi tertulis tentang pemenuhan SNI yang
diajukan oleh Pemohon untuk produk yang diajukan
untuk disertifikasi.

8. Penetapan keputusan Sertifikasi


8.1. Penetapan keputusan Sertifikasi dilakukan berdasarkan
rekomendasi yang dihasilkan dari proses tinjauan.

8.2. Penetapan keputusan Sertifikasi harus dilakukan oleh


satu atau sekelompok orang yang tidak terlibat dalam
proses evaluasi.

8.3. Penetapan keputusan Sertifikasi dapat dilakukan oleh


satu atau sekelompok orang yang sama dengan yang
melakukan tinjauan.

8.4. Rekomendasi untuk keputusan Sertifikasi berdasarkan


hasil tinjauan harus didokumentasikan, kecuali tinjauan
dan keputusan Sertifikasi diselesaikan secara bersamaan
oleh satu atau sekelompok orang yang sama.

8.5. LSPro harus memberitahu Pemohon Sertifikasi terkait


alasan menunda atau tidak memberikan keputusan
Sertifikasi, dan harus mengidentifikasikan alasan
keputusan tersebut. Apabila Pemohon Sertifikasi
menunjukkan keinginan untuk melanjutkan proses
Sertifikasi, LSPro dapat memulai kembali dari proses
evaluasi (angka 5).

9. Penerbitan sertifikat
Sertifikat kesesuaian terhadap persyaratan SNI diterbitkan
sesuai ketentuan sebagai berikut:
a. Sertifikat diterbitkan oleh LSPro setelah penetapan
keputusan Sertifikasi; dan
b. Sertifikat paling sedikit harus memuat:
1. nomor sertifikat atau identifikasi unik lainnya;
- 822 -

2. nomor atau identifikasi lain dari skema Sertifikasi;


3. nama dan alamat LSPro;
4. nama dan alamat Pemohon (pemegang sertifikat);
5. acuan ke perjanjian Sertifikasi;
6. pernyataan kesesuaian yang mencakup:
a. nama, merek, dan spesifikasi produk yang
dinyatakan memenuhi persyaratan;
b. SNI yang menjadi dasar Sertifikasi;
c. nama dan alamat lokasi produksi; dan
d. informasi terkait proses Sertifikasi.
7. status akreditasi atau pengakuan LSPro;
8. tanggal penerbitan sertifikat;
9. tanggal berakhir masa berlaku sertifikat yaitu 4
(empat) tahun sejak tanggal penerbitan sertifikat; dan
10. tanda tangan yang mengikat secara hukum dari
personel yang bertindak atas nama LSPro sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

10. Surveilans dan Sertifikasi ulang


10.1. LSPro harus melaksanakan surveilans paling sedikit 2
(dua) kali dalam periode Sertifikasi. Dalam hal ini berlaku
ketentuan sebagai berikut:
a. Surveilans pertama dilakukan melalui kegiatan:
1. Inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi;
dan/atau
2. Pengujian terhadap contoh produk yang akan
beredar.
Pemilihan jenis kegiatan pada surveilans pertama
tersebut dilakukan berdasarkan penilaian LSPro atas
hasil Sertifikasi sebelumnya.
Apabila surveilans pertama hanya dilakukan melalui
kegiatan pengujian terhadap contoh produk yang
akan beredar, penerima sertifikat harus
menyampaikan dokumentasi pengendalian mutu
proses produksi sejak penerbitan sertifikat sampai
dilakukan surveilans pertama.
- 823 -

b. Surveilans kedua dilakukan melalui kegiatan:


1. Inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi;
dan
2. Pengujian terhadap contoh produk yang akan
atau telah beredar.

10.2. LSPro harus melaksanakan Sertifikasi ulang paling


lambat pada bulan ke-42 (empat puluh dua) (empat
puluh dua) setelah penetapan Sertifikasi, melalui
kegiatan sebagaimana tercantum dalam angka 6.

F. Penggunaan tanda SNI


1. Penggunaan tanda SNI dilakukan setelah mendapatkan
persetujuan penggunaan Tanda SNI melalui Surat Persetujuan
Penggunaan Tanda (SPPT) SNI yang dikeluarkan oleh BSN
sesuai dengan ketentuan dalam Peraturan BSN mengenai tata
cara penggunaan Tanda SNI dan Tanda Kesesuaian Berbasis
SNI.

2. Tanda SNI sebagai bukti kesesuaian produk yang telah


memenuhi SNI adalah sebagai berikut:
- 824 -

Dengan ukuran:

Keterangan:
y = 11x
r = 0,5x

G. Tahapan kritis proses produksi produk bakso daging


No Tahapan kritis proses Penjelasan tahapan kritis
produksi
1 Pemilihan bahan Bahan baku, bahan tambahan pangan
baku, bahan dan bahan kemasan harus memenuhi
penolong, bahan persyaratan yang ditetapkan atau
tambahan pangan peraturan yang terkait.
dan bahan kemasan
2 Penggilingan Penggilingan bahan baku, dilakukan
dengan metode tertentu yang
dikendalikan untuk mendapatkan
ukuran bahan baku yang lebih kecil.
3 Pencampuran Pencampuran hasil penggilingan
dengan bahan tambahan pangan yang
diperlukan, dilakukan dengan metode
tertentu yang dikendalikan untuk
mendapatkan adonan yang sesuai
4 Pencetakan Pencetakan dilakukan dengan metode
tertentu yang dikendalikan untuk
mendapatkan bentuk produk yang
sesuai
5 Perebusan Perebusan dilakukan pada suhu dan
waktu tertentu yang dikendalikan
untuk mendapatkan produk sesuai
dengan persyaratan yang ditetapkan
6 Penirisan dan Penirisan dan pendinginan dilakukan
Pendinginan pada suhu dan waktu tertentu yang
dikendalikan untuk mendapatkan
produk sesuai dengan persyaratan
yang ditetapkan
-825-

NO' Tahapan kritis proses Penjelasan tahapan kritis


produksi
7 Pengemasan Pengemasan dilakukan sesuai dengan
persyaratan pengemasan pada SNI

8 Pembekuan Cepat Pembekuan dilakukan pada suhu dan


(untuk bakso yang waktu tertentu yang dikendalikan
dilakukan dengan untukmendapatkan produk sesuai
pembekuan) dengan persyaratan yang ditetapkan
9 Penyimpanan Penyimpanan dilakukan pada suhu
dan waktu tertentu yang dikendalikan
untuk mendapatkan produk sesuai
dengan persyaratan yang ditetapkan
10 Pelabelan/Penandaan Pelabelan/penandaan dilakukan
sesuai dengan persyaratan
pelabelan/penandaan pada SNI

pemohon dapat berbeda

KEPALA BADAN STANDARDISASI NASIONAL

REPUBLIK INDONESIA,

TTD

BAMBANG PRASETYA

Salinan sesuai dengan aslinya


Kepala )aya Manusia, Organisasi, dan Hukum
- 826 -

LAMPIRAN LIII
PERATURAN BADAN STANDARDISASI NASIONAL
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 1 TAHUN 2020
TENTANG
SKEMA PENILAIAN KESESUAIAN TERHADAP STANDAR
NASIONAL INDONESIA SEKTOR MAKANAN DAN MINUMAN

PETUNJUK TEKNIS SKEMA SERTIFIKASI PRODUK BUAH DALAM


KEMASAN

A Ruang lingkup
Dokumen ini berlaku untuk acuan pelaksanaan Sertifikasi produk
buah dalam kemasan.

B Persyaratan acuan
Persyaratan acuan Sertifikasi produk buah dalam kemasan
mencakup:
1. SNI produk buah dalam kemasan sebagaimana ditetapkan
dalam Keputusan Kepala Badan Standardisasi Nasional
mengenai daftar SNI sektor Makanan dan Minuman;
2. SNI dan standar lain yang diacu dalam SNI sebagaimana
dimaksud dalam angka 1;
3. Peraturan yang mengatur tentang label dan iklan pangan;
4. Peraturan yang mengatur tentang cara produksi pangan
olahan yang baik (Good Manufacturing Practices);
5. Peraturan yang mengatur tentang kemasan pangan;
6. Peraturan yang mengatur tentang bahan tambahan pangan;
7. Penerapan Cara Produksi Pangan Olahan yang Baik (CPPOB),
Sistem Manajemen Mutu (SMM) berdasarkan SNI ISO 9001,
Sistem Manajemen Mutu Keamanan Pangan (SMKP)
berdasarkan SNI ISO 22000 atau HACCP berdasarkan SNI
CAC/RCP 1; dan
8. Peraturan lain yang terkait produk buah dalam kemasan.
- 827 -

C Jenis kegiatan penilaian kesesuaian


Penilaian kesesuaian dilakukan melalui kegiatan Sertifikasi.
Sertifikasi produk buah dalam kemasan dilakukan oleh LPK yang
telah diakreditasi oleh KAN berdasarkan SNI ISO/IEC 17065,
Penilaian Kesesuaian – Persyaratan untuk Lembaga Sertifikasi
Produk, Proses, dan Jasa, untuk lingkup produk buah dalam
kemasan.
Dalam hal LPK belum ada yang diakreditasi KAN untuk melakukan
kegiatan Sertifikasi dengan ruang lingkup produk buah dalam
kemasan, BSN dapat menunjuk LPK dengan lingkup yang sejenis
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

D Prosedur administratif
1. Pengajuan permohonan Sertifikasi
1.1 LSPro harus menyusun format permohonan Sertifikasi
bagi pelaku usaha untuk mendapatkan seluruh
informasi seperti diatur pada huruf D angka 1.3.

1.2 Pengajuan permohonan Sertifikasi dilakukan oleh pelaku


usaha. Kriteria pelaku usaha yang dapat mengajukan
Sertifikasi sesuai Peraturan BSN yang mengatur
mengenai tata cara penggunaan tanda SNI dan tanda
kesesuaian berbasis SNI.

1.3 Permohonan Sertifikasi harus dilengkapi dengan:


a. informasi Pemohon:
1. nama Pemohon, alamat Pemohon, serta nama
dan kedudukan atau jabatan personel yang
bertanggung jawab atas pengajuan permohonan
Sertifikasi;
2. bukti pemenuhan persyaratan izin usaha sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan;
3. bukti izin edar produk sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan;
- 828 -

4. bukti kepemilikan atas merek atau tanda daftar


yang dikeluarkan oleh Kementerian Hukum dan
Hak Asasi Manusia;
5. apabila Pemohon melakukan pembuatan
produk dengan merek yang dimiliki oleh pihak
lain, menyertakan bukti perjanjian yang
mengikat secara hukum untuk melakukan
pembuatan produk untuk pihak lain;
6. apabila Pemohon bertindak sebagai pemilik
merek yang mensubkontrakkan proses
produksinya kepada pihak lain, menyertakan
bukti kepemilikan merek dan perjanjian
subkontrak pelaksanaan produksi dengan
pihak lain;
7. apabila Pemohon bertindak sebagai perwakilan
resmi pemilik merek yang berkedudukan
hukum di luar negeri, menyertakan bukti
perjanjian yang mengikat secara hukum
tentang penunjukan sebagai perwakilan resmi
pemilik merek di wilayah Republik Indonesia;
8. pernyataan bahwa Pemohon bertanggung jawab
penuh atas pemenuhan persyaratan SNI dan
pemenuhan persyaratan proses Sertifikasi,
serta bersedia memberikan akses terhadap
lokasi dan/atau informasi yang diperlukan oleh
LSPro dalam melaksanakan kegiatan Sertifikasi.
b. informasi produk:
1. merek produk yang diajukan untuk
disertifikasi;
2. jenis/tipe/varian produk yang diajukan untuk
disertifikasi;
3. spesifikasi produk setiap merek yang diajukan
untuk disertifikasi;
4. SNI yang digunakan sebagai dasar pengajuan
permohonan Sertifikasi,
5. daftar bahan baku termasuk bahan tambahan
pangan;
- 829 -

6. label produk;
7. jenis kemasan produk;
8. foto produk dalam kemasan primer yang
diajukan untuk disertifikasi (dari arah depan,
belakang dan samping), serta informasi terkait
kemasan primer produk;
9. apabila ada, foto kemasan sekunder dan tersier
produk yang diajukan untuk disertifikasi, dari
arah depan, belakang, dan samping.
c. informasi proses produksi:
1. nama, alamat, dan legalitas hukum pabrik
(apabila berbeda dengan legalitas Pemohon);
2. nama dan alamat fasilitas produksi mencakup
semua fasilitas yang digunakan untuk
memproduksi produk yang akan disertifikasi
(misal gudang bahan baku, produksi,
pengemasan produk, pengangkutan produk
jadi, gudang produk jadi dan lainnya) termasuk
kegiatan yang dialihdayakan;
3. struktur organisasi;
4. dokumentasi tentang desain dan tata letak
proses produksi serta proses pembuatan
produk yang diajukan untuk disertifikasi;
5. dokumentasi terkait proses dan pengendalian
produksi;
6. dokumentasi tentang peralatan produksi dan
pengukuran termasuk program
kalibrasi/verifikasi peralatan;
7. apabila telah tersedia, menyertakan sertifikat
penerapan Sistem Manajemen Mutu
berdasarkan SNI ISO 9001 atau Sistem
Manajemen Keamanan Pangan berdasarkan SNI
ISO 22000 atau HACCP berdasarkan SNI
CAC/RCP 1 dari lembaga Sertifikasi yang
diakreditasi oleh KAN atau oleh badan
akreditasi penandatangan International
Accreditation Forum (IAF)/Asia Pacific
- 830 -

Accreditation Cooperation (APAC) Multilateral


Recognition Agreement (MLA) dengan ruang
lingkup yang sesuai.

2. Seleksi
2.1 Tinjauan permohonan Sertifikasi
2.1.1 LSPro harus memastikan bahwa informasi yang
diperoleh dari permohonan Sertifikasi yang
diajukan oleh Pemohon telah lengkap dan
memenuhi persyaratan, serta dapat memastikan
kemampuan LSPro untuk menindaklanjuti
permohonan Sertifikasi.

2.1.2 Tinjauan permohonan Sertifikasi harus dilakukan


oleh personel yang memiliki kompetensi sesuai
dengan lingkup permohonan Sertifikasi.

2.2 Penandatanganan perjanjian Sertifikasi


Setelah permohonan Sertifikasi dinyatakan lengkap dan
memenuhi persyaratan serta Pemohon menyetujui
persyaratan dan prosedur Sertifikasi yang ditetapkan
oleh LSPro, dilakukan penandatanganan perjanjian
Sertifikasi oleh Pemohon dan LSPro.

2.3 Penyusunan rencana evaluasi


2.3.1 Berdasarkan informasi yang diperoleh dari
persyaratan permohonan Sertifikasi yang
disampaikan oleh Pemohon, LSPro menetapkan
rencana evaluasi yang mencakup:
a. tujuan, waktu, durasi, lokasi pelaksanaan,
tim, metode, dan agenda evaluasi proses
produksi dan CPPOB atau sistem manajemen
yang relevan dengan pelaksanaan proses
produksi produk yang diajukan untuk
disertifikasi;
b. jenis/tipe/varian produk yang diajukan
untuk disertifikasi dan metode pengambilan
- 831 -

contoh sesuai dengan persyaratan SNI yang


diperlukan untuk pengujian produk, yang
mewakili contoh produk yang diusulkan
untuk disertifikasi;
c. informasi SNI yang digunakan sebagai dasar
Sertifikasi berdasarkan permohonan yang
diajukan oleh Pemohon; dan
d. waktu yang diperlukan untuk pelaksanaan
pengujian berdasarkan standar acuan
metode uji yang dipersyaratkan.

2.3.2 Rencana evaluasi harus mempertimbangkan


kesesuaian produksi yang dilakukan oleh pabrik
sesuai lingkup produk yang diajukan untuk
disertifikasi.

2.3.3 Pelaksanaan evaluasi dilakukan oleh auditor atau


tim audit yang memiliki kriteria kompetensi
sebagai berikut:
1. Pengetahuan tentang prinsip, praktik dan
teknik audit;
2. Pengetahuan tentang proses dan prosedur
Sertifikasi yang ditetapkan oleh LSPro;
3. Pengetahuan tentang standar sistem
manajemen:
a. SNI ISO 9001 tentang sistem manajemen
mutu,
b. SNI ISO 22000 tentang sistem
manajemen mutu keamanan pangan,
c. SNI CAC/RCP 1 tentang rekomendasi
nasional kode praktis – prinsip umum
higiene pangan, dan/atau
d. Cara Produksi Pangan Olahan yang Baik
(CPPOB);

Catatan: sesuai yang diterapkan oleh


pemohon Sertifikasi.
- 832 -

4. Pengetahuan yang dibuktikan dengan


sertifikat, tentang SNI produk buah dalam
kemasan;
5. Pengetahuan yang dibuktikan dengan
sertifikat dan/atau pengalaman tentang
sektor bisnis produk buah dalam kemasan;
dan
6. Pengetahuan tentang produk, proses dan
organisasi pemohon Sertifikasi.

3 Determinasi
Determinasi mencakup 2 (dua) tahap evaluasi, yaitu evaluasi
tahap 1 (satu) dan evaluasi tahap 2 (dua).

3.1 Pelaksanaan evaluasi tahap 1 (satu)


3.1.1 Pada evaluasi tahap 1 (satu) dilakukan
pemeriksaan awal terhadap kesesuaian informasi
produk dan proses produksi yang disampaikan
Pemohon pada huruf D angka 1.3 terhadap
lingkup produk yang ditetapkan dalam SNI dan
peraturan terkait.

3.1.2 Apabila hasil evaluasi tahap 1 (satu)


menunjukkan ketidaksesuaian terhadap
persyaratan, Pemohon harus diberi kesempatan
untuk melakukan tindakan perbaikan dalam
jangka waktu tertentu sesuai dengan kebijakan
LSPro.

3.2 Pelaksanaanevaluasi tahap 2 (dua)


3.2.1 Evaluasi tahap 2 (dua) dilaksanakan melalui audit
proses produksi dan CPPOB atau sistem
manajemen yang relevan serta pengujian produk.

3.2.2 Audit proses produksi dan CPPOB atau sistem


manajemen yang relevan dilakukan pada saat
pabrik melakukan produksi produk yang diajukan
- 833 -

atau pada kondisi tertentu dilakukan melalui


simulasi proses produksi produk yang diajukan
untuk disertifikasi.

3.2.3 Audit dilakukan dengan metode audit yang


merupakan kombinasi dari audit dokumen dan
rekaman, wawancara, observasi, demonstrasi,
atau metode audit lainnya.

3.2.4 Audit dilakukan terhadap:


a. tanggung jawab dan komitmen personel
penanggung jawab pabrik terhadap
konsistensi pemenuhan produk terhadap
persyaratan SNI;
b. ketersediaan dan pengendalian prosedur dan
rekaman pengendalian mutu, termasuk
pengujian rutin;
c. fasilitas, lokasi, desain dan tata letak,
bangunan, sanitasi peralatan, sanitasi ruang
proses, dan higiene personel sesuai dengan
ketentuan yang berlaku tentang CPPOB;
d. tahapan kritis proses produksi, mulai dari
bahan baku sampai produk akhir paling
sedikit pada tahapan seperti yang diuraikan
dalam huruf L;
e. kelengkapan serta fungsi peralatan produksi
termasuk peralatan pengendalian mutu;
f. bukti verifikasi berdasarkan hasil kalibrasi
atau hasil verifikasi peralatan produksi
sebagaimana disebutkan pada huruf e yang
membuktikan bahwa peralatan tersebut
memenuhi persyaratan produksi. Hasil
verifikasi peralatan produksi dapat
ditunjukkan dengan prosedur yang
diperlukan untuk mencapai kondisi atau
persyaratan yang ditetapkan;
- 834 -

g. bukti tera atau tera ulang alat pengukur


berat produk dalam kemasan akhir;
h. pengendalian dan penanganan produk yang
tidak sesuai; dan
i. pengemasan, penanganan, dan penyimpanan
produk, termasuk di gudang akhir produk
yang siap diedarkan.

3.2.5 Apabila Pemohon telah menerapkan dan


mendapatkan sertifikat SMKP berdasarkan SNI
ISO 22000 atau HACCP berdasarkan SNI
CAC/RCP 1 dari lembaga Sertifikasi yang
diakreditasi oleh KAN atau oleh badan akreditasi
penandatangan IAF/APAC MLA dengan ruang
lingkup yang sesuai, maka inspeksi pabrik atau
asesmen proses produksi dilakukan terhadap
implementasi sistem manajemen terkait mutu
produk tersebut dan angka 3.2.4 huruf d sampai
dengan huruf i.

3.2.6 Apabila Pemohon telah menerapkan dan


mendapatkan sertifikat SMM berdasarkan SNI ISO
9001 dari lembaga Sertifikasi yang diakreditasi
oleh KAN atau oleh badan akreditasi
penandatangan IAF/APAC MLA dengan ruang
lingkup yang sesuai, maka inspeksi pabrik atau
asesmen proses produksi dilakukan terhadap
implementasi sistem manajemen terkait mutu
produk tersebut dan angka 3.2.4 huruf c sampai
dengan huruf i.

3.2.7 Apabila Pemohon hanya melakukan kegiatan


pengemasan produk akhir, maka audit pada
angka 3.2.4 tidak berlaku, namun LSPro harus
memastikan kesesuaian terhadap:
a. produk yang akan dikemas sesuai
persyaratan SNI yang dibuktikan melalui
- 835 -

pemenuhan hasil uji yang diterbitkan oleh


laboratorium pihak ketiga yang diakreditasi
oleh KAN atau badan akreditasi
penandatangan IAF/APAC MLA secara
periodik setiap batch dan mencakup seluruh
pemasok;
b. tahapan proses di pemasok yang dibuktikan
melalui penyertaan sertifikat CPPOB, sistem
manajemen atau sertifikat Pemeriksaan
Sarana dan Bangunan (PSB) yang dimiliki
oleh pemasok; dan
c. tahapan kritis proses produksi seperti yang
diuraikan dalam huruf L, yang dibuktikan
melalui audit proses produksi pada seluruh
kegiatan yang dikendalikan oleh Pemohon.

3.2.8 Pengambilan contoh produk dilakukan saat audit


proses produksi berdasarkan persyaratan dalam
SNI. Pengambilan contoh produk untuk pengujian
dilakukan oleh personel kompeten yang
ditugaskan oleh LSPro. Contoh produk diambil
dari lini produksi atau gudang penyimpanan
produk.

3.2.9 Contoh produk diambil sesuai dengan kebutuhan


pengujian yang mewakili merek yang diajukan
untuk disertifikasi.
Catatan: merek dapat mewakili merek lainnya
apabila memiliki spesifikasi yang sama

3.2.10 Pengujian dilakukan di laboratorium yang telah


menerapkan ISO/IEC 17025 untuk lingkup
produk yang disertifikasi. Penerapan ISO/IEC
17025 dapat dibuktikan melalui:
a. akreditasi oleh KAN;
b. akreditasi oleh badan akreditasi
penandatangan saling pengakuan dalam
- 836 -

forum APAC dan International Laboratory


Accreditation Cooperation (ILAC); atau
c. penilaian yang dilakukan oleh LSPro
terhadap laboratorium.

3.2.11 Apabila pengujian dilakukan di laboratorium


Pemohon, maka LSPro harus memastikan
kesesuaian kompetensi dan imparsialitas proses
pengujian yang dilakukan, misalnya melalui
penyaksian proses pengujian.

3.2.12 Laboratorium Pemohon yang digunakan untuk


pengujian produk yang disertifikasi harus
memenuhi persyaratan sebagaimana tercantum
pada angka 3.2.10 huruf a atau huruf b.

3.2.13 Apabila berdasarkan hasil evaluasi tahap 2 (dua)


ditemukan ketidaksesuaian, Pemohon harus
diberi kesempatan untuk melakukan tindakan
perbaikan dalam jangka waktu tertentu sesuai
dengan kebijakan LSPro.

3.2.14 Apabila hasil pengujian dari laboratorium


menunjukkan ketidaksesuaian maka dapat
dilakukan pengujian ulang paling banyak 1 (satu)
kali dengan mengambil contoh produk ulang dari
lini produksi atau gudang penyimpanan produk.

4 Tinjauan dan keputusan


4.1 Tinjauan
4.1.1 Tinjauan hasil evaluasi dilakukan terhadap
pemenuhan seluruh persyaratan Sertifikasi dan
kesesuaian proses Sertifikasi, mulai dari
pengajuan permohonan Sertifikasi, pelaksanaan
evaluasi tahap 1 (satu) dan evaluasi tahap 2 (dua).

4.1.2 Tinjauan hasil evaluasi dinyatakan dalam bentuk


rekomendasi tertulis tentang pemenuhan SNI
- 837 -

yang diajukan oleh Pemohon untuk produk yang


diajukan untuk disertifikasi.

4.2 Penetapan keputusan Sertifikasi


4.2.1 Penetapan keputusan Sertifikasi dilakukan
berdasarkan rekomendasi yang dihasilkan dari
proses tinjauan.

4.2.2 Penetapan keputusan Sertifikasi harus dilakukan


oleh 1 (satu) orang atau sekelompok orang yang
tidak terlibat dalam proses evaluasi.

4.2.3 Penetapan keputusan Sertifikasi dapat dilakukan


oleh 1 (satu) orang atau sekelompok orang yang
sama dengan yang melakukan tinjauan.

4.2.4 Rekomendasi untuk keputusan Sertifikasi


berdasarkan hasil tinjauan harus
didokumentasikan, kecuali tinjauan dan
keputusan Sertifikasi diselesaikan secara
bersamaan oleh orang atau sekelompok orang
yang sama.

4.2.5 LSPro harus memberitahu secara tertulis kepada


Pemohon terkait menunda atau tidak memberikan
keputusan Sertifikasi, dan harus menyampaikan
alasan keputusan tersebut.

4.2.6 Apabila Pemohon menunjukkan keinginan untuk


melanjutkan proses Sertifikasi setelah LSPro
memutuskan tidak memberikan Sertifikasi,
Pemohon dapat menyampaikan permohonan
untuk melanjutkan proses Sertifikasi.
- 838 -

4.2.7 Permohonan melanjutkan proses Sertifikasi harus


disampaikan oleh Pemohon kepada LSPro secara
tertulis paling lambat 1 (satu) bulan setelah
pemberitahuan keputusan tidak memberikan
Sertifikasi diterbitkan oleh LSPro. Proses
Sertifikasi dapat dimulai kembali dari evaluasi
tahap 2 (dua).

4.3 Bukti kesesuaian


4.3.1 Bukti kesesuaian berupa sertifikat kesesuaian
yang diterbitkan oleh LSPro. LSPro menerbitkan
sertifikat kesesuaian kepada Pemohon yang telah
memenuhi persyaratan Sertifikasi. Sertifikat
kesesuaian berlaku selama 4 (empat) tahun
setelah diterbitkan.

4.3.2 Sertifikat kesesuaian terhadap persyaratan SNI


paling sedikit harus memuat:
1. nomor sertifikat atau identifikasi unik
lainnya;
2. nomor atau identifikasi lain dari skema
Sertifikasi;
3. nama dan alamat LSPro;
4. nama dan alamat Pemohon (pemegang
sertifikat);
5. nomor atau identifikasi lain yang mengacu ke
perjanjian Sertifikasi;
6. pernyataan kesesuaian yang mencakup:
a. jenis/tipe/varian produk sesuai
peraturan kategori pangan yang berlaku;
b. jenis kemasan produk yang disertifikasi;
c. merek produk yang disertifikasi;
d. SNI yang menjadi dasar Sertifikasi; dan
e. nama dan alamat lokasi produksi.
7. status akreditasi atau pengakuan LSPro;
8. tanggal penerbitan sertifikat dan masa
berlakunya, serta riwayat sertifikat;dan
- 839 -

9. tanda tangan yang mengikat secara hukum


dari personel yang bertindak atas nama
LSPro sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.

E Pemeliharaan Sertifikasi
1 Pengawasan oleh LSPro
Pengawasan oleh LSPro dilakukan melalui kegiatan
surveilans. LSPro harus melaksanakan kunjungan surveilans
paling sedikit 2 (dua) kali dalam periode Sertifikasi, dengan
jarak antar evaluasi paling lama 12 (dua belas) bulan.
Kunjungan surveilans dilakukan melalui kegiatan evaluasi
berupa audit dan pengujian.

2 Sertifikasi ulang
2.1 LSPro harus melaksanakan Sertifikasi ulang paling
lambat 6 (enam) bulan sebelum masa berlaku sertifikat
berakhir.

2.2 Pelaksanaan Sertifikasi ulang dilakukan sesuai dengan


tahapan pada prosedur administratif.

2.3 Apabila tidak ada perubahan yang signifikan terkait


produk dan proses produksi sesuai dengan hasil audit
terakhir, maka LSPro dapat tidak melakukan evaluasi
tahap 1 (satu).

2.4 Apabila berdasarkan hasil Sertifikasi ulang ditemukan


ketidaksesuaian, Pemohon harus diberi kesempatan
untuk melakukan tindakan perbaikan dalam jangka
waktu tertentu sesuai dengan kebijakan LSPro.

F Evaluasi khusus
LSPro dapat melaksanakan evaluasi khusus dalam rangka audit
perluasan lingkup maupun tindak lanjut (investigasi) atas keluhan
atau informasi yang ada. Evaluasi khusus dalam rangka
- 840 -

investigasi keluhan atau informasi yang ada dilakukan oleh


auditor yang memiliki kompetensi untuk melakukan investigasi
dan terbatas pada permasalahan yang ada, serta dilakukan dalam
waktu yang singkat dari diperolehnya keluhan atau informasi.
Tahapan evaluasi khusus dalam rangka perluasan lingkup
dilakukan sesuai dengan tahapan prosedur administratif namun
terbatas pada perluasan lingkup yang diajukan. Evaluasi terhadap
perluasan lingkup Sertifikasi dapat dilakukan terpisah maupun
bersamaan dengan surveilans.

G Ketentuan pengurangan, pembekuan, dan pencabutan Sertifikasi


1 Pengurangan lingkup Sertifikasi
Pemohon dapat mengajukan pengurangan lingkup Sertifikasi
selama periode Sertifikasi.

2 Pembekuan dan pencabutan Sertifikasi


2.1 LSPro dapat membekukan Sertifikasi apabila Pemohon:
a. tidak mampu memperbaiki ketidaksesuaian yang
diterbitkan oleh LSPro pada saat surveilans
dan/atau saat evaluasi khusus; atau
b. menyampaikan permintaan pembekuan Sertifikasi
kepada LSPro.

2.2 LSPro harus membatasi periode pembekuan Sertifikasi


paling lama 6 (enam) bulan.

2.3 LSPro dapat melakukan pencabutan Sertifikasi apabila


Pemohon:
a. tidak mampu memperbaiki ketidaksesuaian yang
mengakibatkan pembekuan Sertifikasi melebihi
batas waktu yang ditentukan; atau
b. menyampaikan permintaan pencabutan Sertifikasi
kepada LSPro.

2.4 LSPro dapat mempertimbangkan pembekuan atau


pencabutan Sertifikasi, atau tindakan lainnya yang
- 841 -

disebabkan oleh faktor lainnya dengan


mempertimbangkan risiko yang ditemukan.

H Keluhan dan banding


LSPro harus mengembangkan aturan penanganan keluhan dan
banding dengan mempertimbangkan kompetensi dan imparsialitas
pelaksanaan penanganan keluhan dan banding.

I Informasi publik
LSPro harus memublikasikan informasi kepada publik sesuai
persyaratan ISO/IEC 17065 termasuk informasi pelanggan yang
disertifikasi, dibekukan dan dicabut. Informasi publik terkait
informasi pelanggan yang disertifikasi, dibekukan dan dicabut
tersebut juga harus disampaikan melalui Aplikasi Barang Ber-SNI
(BangBeni) https://bangbeni.bsn.go.id.

J Kondisi khusus
Dalam hal ditemukan situasi yang tidak memungkinkan
penerapan persyaratan tertentu dalam Sertifikasi ini, maka akan
ditetapkan kebijakan BSN dengan mempertimbangkan masukan
dari KAN dan para pemangku kepentingan lainnya.

K Penggunaan tanda SNI


1 Penggunaan tanda SNI dilakukan setelah mendapatkan
persetujuan penggunaan tanda SNI melalui Surat Persetujuan
Penggunaan Tanda (SPPT) SNI yang dikeluarkan oleh BSN
sesuai dengan ketentuan dalam Peraturan BSN yang
mengatur mengenai tata cara penggunaan tanda SNI dan
tanda kesesuaian berbasis SNI.

2 Permohonan persetujuan penggunaan tanda SNI diajukan


kepada BSN disertai dengan dokumen persyaratan yang
diatur dalam Peraturan BSN mengenai tata cara penggunaan
tanda SNI dan tanda kesesuaian berbasis SNI.
- 842 -

3 Tanda SNI sebagai bukti kesesuaian produk yang telah


memenuhi SNI adalah sebagai berikut:

Dengan ukuran:

Keterangan:
y = 11x
r = 0,5x

L Tahapan kritis proses produksi produk buah dalam kemasan

Tahapan kritis proses


No. Penjelasan tahapan kritis
produksi
1. Pemilihan bahan Bahan baku, bahan tambahan
baku, bahan pangan dan bahan kemasan harus
tambahan pangan memenuhi persyaratan yang
dan bahan kemasan ditetapkan atau peraturan terkait
yang berlaku
2. Proses produksi Proses produksi dilakukan dengan
metode tertentu yang dikendalikan
dan memperhatikan kesesuaian
proses, termasuk kondisi
-843-

Tahapan kritis proses


No. Penjelasan tahapan kritis
produksi
lingkungan kerja. kompetensi
SDM, peralatan produksi dan alat
pemantauan sesuai persyaratan
yang ditetapkan
3. Pengendalian mutu Pengendalian mutu produk
dilakukan dengan metode tertentu
yang dikendalikan, untuk
meraastikan produk sesuai dengan
persyaratan mutu dan keamanan
yang ditetapkan
4. Pengemasan Pengemasan produk dilakukan
dengan metode tertentu yang
dikendalikan sesuai dengan
persyaratan SNI dan peraturan
terkait yang berlaku
5. Penandaan Penandaan dilakukan sesuai

dengan persyaratan SNI dan


peraturan terkait yang berlaku
Keterangan: Urutan tahapan kritis proses produksi disetiap
pemohon dapat berbeda

KEPALA BADAN STANDARDISASI NASIONAL

REPUBLIK INDONESIA.

TTD

BAMBANG PRASETYA

n sesuai dengan aslinya


rtOARO/
Kepal |a^Daya Manusia, Organisasi, dan Hukum

argahajoi
- 844 -

LAMPIRAN LIV
PERATURAN BADAN STANDARDISASI NASIONAL
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 1 TAHUN 2020
TENTANG
SKEMA PENILAIAN KESESUAIAN TERHADAP STANDAR
NASIONAL INDONESIA SEKTOR MAKANAN DAN MINUMAN

PETUNJUK TEKNIS SKEMA SERTIFIKASI PRODUK ASINAN JAHE

A. Ruang lingkup
Skema ini berlaku untuk acuan pelaksanaan Sertifikasi produk
asinan jahe yang terbuat dari jahe (Zingiber Officinale Roscoe) yang
diawetkan dengan penambahan garam, dan larutan cuka atau
larutan asam sitrat, atau asam lain yang sesuai.

B. Persyaratan Sertifikasi
Persyaratan acuan Sertifikasi produk:
1. SNI 01-4289-1996 Asinan jahe;
2. SNI dan standar lain yang diacu dalam SNI 01-4289-1996;
3. Peraturan lain yang terkait yaitu:
a. Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1999 tentang
Label dan Iklan Pangan;
b. Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 75/M-
IND/PER/7/2010 tentang Cara Produksi Pangan Olahan
yang Baik (Good Manufacturing Practices);
c. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan
Nomor 16 Tahun 2014 Tentang Perubahan Atas
Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat Dan Makanan
Nomor Hk.03.1.23.07.11.6664 Tahun 2011 Tentang
Pengawasan Kemasan Pangan;
d. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan
Nomor. 16 Tahun 2016 tentang Kriteria Mikrobiologi
Dalam Pangan Olahan;
- 845 -

e. Peraturan Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor 5


Tahun 2018 tentang Batas Maksimum Cemaran Logam
Berat dalam Pangan Olahan;
4. Peraturan lain yang terkait dengan produk asinan jahe.

C. Prosedur Sertifikasi
Prosedur Sertifikasi mencakup:
1. evaluasi awal; dan
2. inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi.

D. Persyaratan Lembaga Penilaian Kesesuaian


Sertifikasi produk asinan jahe dilakukan oleh LPK yang telah
diakreditasi oleh KAN berdasarkan SNI ISO/IEC 17065, Penilaian
Kesesuaian – Persyaratan untuk Lembaga Sertifikasi Produk,
Proses, dan Jasa, untuk lingkup produk sebagaimana dimaksud
dalam Ruang Lingkup sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Dalam hal LPK belum ada yang diakreditasi oleh KAN untuk
melakukan kegiatan Sertifikasi dengan ruang lingkup produk
asinan jahe, BSN dapat menunjuk LPK dengan ruang lingkup yang
sejenis sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

E. Tahapan Sertifikasi
1. Pengajuan permohonan Sertifikasi
1.1 Pengajuan permohonan Sertifikasi dilakukan oleh pelaku
usaha. Kriteria pelaku usaha yang dapat mengajukan
Sertifikasi sesuai Peraturan Kepala BSN mengenai tata
cara penggunaan Tanda SNI dan Tanda Kesesuaian
Berbasis SNI.

1.2 Permohonan Sertifikasi harus dilengkapi dengan:


a. informasi Pemohon:
1. nama pemohon, alamat pemohon, serta nama dan
kedudukan atau jabatan personel yang
bertanggung jawab atas pengajuan permohonan
Sertifikasi;
- 846 -

2. bukti pemenuhan persyaratan izin usaha sesuai


ketentuan peraturan perundang-undangan;
3. pemenuhan persyaratan sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan tentang
pendaftaran dan hak kepemilikan atas merek yang
dikeluarkan oleh Kementerian Hukum dan Hak
Asasi Manusia;
4. apabila Pemohon melakukan pembuatan produk
dengan merek yang dimiliki oleh pihak lain,
menyertakan bukti perjanjian yang mengikat
secara hukum untuk melakukan pembuatan
produk untuk pihak lain;
5. apabila Pemohon bertindak sebagai pemilik merek
yang mensubkontrakkan proses produksinya
kepada pihak lain, menyertakan bukti
kepemilikan merek dan perjanjian subkontrak
pelaksanaan produksi dengan pihak lain;
6. apabila Pemohon bertindak sebagai perwakilan
resmi pemilik merek yang berkedudukan hukum
di luar negeri, menyertakan bukti perjanjian yang
mengikat secara hukum tentang penunjukan
sebagai perwakilan resmi pemilik merek di wilayah
Republik Indonesia; dan
7. pernyataan bahwa Pemohon Sertifikasi
bertanggung jawab penuh atas pemenuhan
persyaratan SNI dan pemenuhan persyaratan
proses Sertifikasi dan bersedia memberikan akses
terhadap lokasi dan/atau informasi yang
diperlukan oleh LSPro dalam melaksanakan
kegiatan Sertifikasi.
b. informasi produk:
1. merek produk yang diajukan untuk disertifikasi;
2. jenis/tipe/varian produk yang diajukan untuk
disertifikasi;
3. SNI yang digunakan sebagai dasar pengajuan
permohonan Sertifikasi;
- 847 -

4. foto produk dalam kemasan primer yang diajukan


untuk disertifikasi (dari arah depan, belakang dan
samping), serta informasi terkait kemasan primer
produk;
5. daftar bahan baku termasuk bahan tambahan
pangan;
6. label produk; dan
7. apabila ada, foto kemasan sekunder dan tersier
produk yang diajukan untuk disertifikasi, dari
arah depan, belakang, samping, dan bagian
dalam.
c. informasi proses produksi:
1. nama, alamat, dan legalitas hukum pabrik;
2. struktur organisasi, nama dan jabatan personel
penanggung jawab proses produksi;
3. dokumentasi informasi tentang proses pembuatan
produk yang diajukan untuk disertifikasi,
termasuk proses yang disubkontrakkan ke pihak
lain;
4. dokumentasi informasi tentang proses pembuatan
produk yang diajukan untuk disertifikasi,
termasuk proses yang disubkontrakkan ke pihak
lain;
5. dokumentasi informasi tentang prosedur dan
rekaman pengendalian mutu, termasuk pengujian
rutin, daftar peralatan rutin, daftar peralatan
serta sertifikat kalibrasi atau bukti verifikasi
peralatan yang berpengaruh terhadap mutu
produk yang disertifikasi, dan bukti atau segel
tera atau tera ulang untuk alat ukur yang
digunakan dalam pengukuran berat produk akhir;
6. dokumentasi informasi tentang prosedur dan
rekaman pengendalian dan penanganan produk
yang tidak sesuai;
7. dokumentasi informasi tentang pengemasan
produk dan pengelolaan produk di gudang akhir
- 848 -

produk sebelum dikirimkan dan/atau diedarkan


ke wilayah Republik Indonesia;
8. lokasi gudang penyimpanan produk di wilayah
Republik Indonesia;
9. bukti izin edar produk (MD/ML atau P-IRT) sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan;
10. menyertakan laporan hasil uji yang dilakukan
paling lambat 1 (satu) tahun sebelum pengajuan
Sertifikasi, yang memberikan bukti pemenuhan
produk yang diajukan untuk disertifikasi terhadap
persyaratan mutu dalam SNI dan peraturan
terkait;
11. apabila laporan hasil uji sebagaimana dinyatakan
pada angka 10 belum tersedia, Pemohon dapat
menyampaikan contoh produk kepada LSPro
untuk diuji di laboratorium yang memiliki
perjanjian alih daya dengan LSPro; dan
12. apabila telah tersedia, menyertakan Sertifikat
Penerapan Sistem Manajemen Mutu berdasarkan
SNI ISO 9001 atau Sistem Manajemen Keamanan
Pangan berdasarkan SNI ISO 22000 atau HACCP
berdasarkan SNI CAC/RCP 1 dari Lembaga
Sertifikasi yang diakreditasi oleh KAN atau oleh
badan akreditasi penandatangan International
Accreditation Forum (IAF)/Asia Pacific Accreditation
Cooperation (APAC) Multilateral Recognition
Agreement (MLA) dengan ruang lingkup yang
sesuai.

2. Tinjauan permohonan Sertifikasi


LSPro harus memastikan bahwa informasi yang diperoleh dari
permohonan Sertifikasi yang diajukan oleh Pemohon telah
lengkap dan memenuhi persyaratan.

3. Penandatanganan perjanjian Sertifikasi


Setelah permohonan Sertifikasi dinyatakan lengkap dan
Pemohon menyetujui persyaratan dan prosedur Sertifikasi
- 849 -

yang ditetapkan oleh LSPro sesuai dengan persyaratan SNI


ISO/IEC 17065, perjanjian Sertifikasi ditandatangani oleh
Pemohon dan LSPro.

4. Penyusunan rencana evaluasi


Berdasarkan informasi yang diperoleh dari persyaratan
permohonan Sertifikasi yang disampaikan oleh Pemohon,
LSPro menetapkan rencana evaluasi yang mencakup:
a. jenis/tipe/varian produk yang diajukan untuk
disertifikasi dan metode pengambilan contoh sesuai
dengan persyaratan SNI 01-4289-1996 yang diperlukan
untuk pengujian produk dan mewakili contoh produk
yang diusulkan untuk disertifikasi;
b. informasi SNI yang digunakan sebagai dasar Sertifikasi
berdasarkan permohonan yang diajukan oleh Pemohon
Sertifikasi;
c. waktu yang diperlukan untuk pelaksanaan pengujian
berdasarkan standar acuan metode uji yang
dipersyaratkan; dan
d. waktu, lokasi pelaksanaan dan agenda inspeksi pabrik
atau asesmen proses produksi yang relevan dengan
pelaksanaan produksi produk yang diajukan untuk
disertifikasi, serta personel kompeten yang melakukan
evaluasi.

5. Pelaksanaan evaluasi awal terhadap produk


5.1. Pelaksanaan evaluasi awal terhadap produk mencakup:
a. Pemeriksaan awal terhadap kesesuaian informasi
produk dan proses produksi yang disampaikan
Pemohon pada huruf E angka 1 terhadap lingkup
produk yang ditetapkan dalam SNI dan peraturan
terkait.
b. Pengujian awal terhadap contoh produk
berdasarkan persyaratan mutu dalam SNI.
Pengujian awal dilakukan berdasarkan laporan hasil
uji dari laboratorium yang disampaikan Pemohon,
yang mencakup seluruh persyaratan mutu dalam
- 850 -

SNI 01-4289-1996. Apabila laporan hasil uji


tersebut menunjukkan bahwa seluruh persyaratan
mutu dalam SNI tersebut telah terpenuhi, maka
produk yang diajukan untuk disertifikasi dianggap
telah memenuhi persyaratan pengujian awal.

5.2. Apabila hasil evaluasi awal menunjukkan


ketidaksesuaian terhadap persyaratan SNI, Pemohon
harus diberi kesempatan untuk melakukan tindakan
perbaikan dalam jangka waktu tertentu sesuai dengan
kebijakan LSPro.

6. Pelaksanaan inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi


7.1. Inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi harus
dilakukan pada saat pabrik melakukan produksi, atau pada
kondisi tertentu dilakukan melalui simulasi proses produksi
produk yang diajukan untuk disertifikasi.

7.2. Inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi dilakukan


terhadap:
a. tanggung jawab dan komitmen personel penanggung
jawab pabrik terhadap konsistensi pemenuhan produk
terhadap persyaratan SNI;
b. ketersediaan dan pengendalian dokumentasi informasi
prosedur dan rekaman pengendalian mutu, termasuk
pengujian rutin;
c. fasilitas, lokasi, desain dan tata letak, bangunan;
d. tahapan kritis proses produksi, mulai dari bahan baku
sampai produk akhir paling sedikit pada tahapan
sebagaimana dimaksud dalam huruf G;
e. kelengkapan serta fungsi peralatan produksi termasuk
peralatan pengendalian mutu paling sedikit berupa
alat pemotong dan alat pengukur berat;
f. bukti verifikasi berdasarkan hasil kalibrasi atau hasil
verifikasi peralatan produksi sebagaimana disebutkan
pada huruf e yang membuktikan bahwa peralatan
tersebut memenuhi persyaratan produksi. Hasil
- 851 -

verifikasi peralatan produksi dapat ditunjukkan


dengan prosedur yang diperlukan untuk mencapai
kondisi atau persyaratan yang ditetapkan;
g. bukti tera atau tera ulang alat pengukuran berat
produk akhir;
h. pengendalian dan penanganan produk yang tidak
sesuai; dan
i. pengemasan, penanganan, dan penyimpanan produk,
termasuk di gudang akhir produk yang siap diedarkan.

7.3. Apabila Pabrik telah menerapkan Sistem Manajemen


Keamanan Pangan berdasarkan SNI ISO 22000 atau HACCP
berdasarkan SNI CAC/RCP 1 dari Lembaga Sertifikasi yang
diakreditasi oleh KAN atau oleh badan akreditasi
penandatangan IAF/APAC MLA dengan ruang lingkup yang
sesuai, maka inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi
dilakukan terhadap implementasi sistem manajemen terkait
mutu produk tersebut dan angka 6.2 huruf d dan huruf e.

7.4. Selama inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi,


LSPro melakukan pengambilan contoh produk oleh petugas
pengambil contoh dan selanjutnya diuji di laboratorium
milik LSPro atau Laboratorium yang telah memiliki
perjanjian alih daya dengan LSPro.

7.5. Apabilaberdasarkan hasil inspeksi pabrik atau asesmen


proses produksi, termasuk hasil pengujian, tidak diperoleh
bukti-bukti yang kuat untuk menjamin konsistensi produk
terhadap persyaratan SNI, maka Pemohon harus diberi
kesempatan untuk melakukan tindakan perbaikan dalam
jangka waktu tertentu sesuai dengan kebijakan LSPro.

7. Tinjauan7.1 Tinjauan hasil evaluasi dilakukan terhadap:


a. Hasil evaluasi awal terhadap produk untuk
menunjukkan bahwa contoh produk yang mewakili
produk memenuhi persyaratan SNI yang diajukan
oleh Pemohon sebagai dasar permohonan Sertifikasi.
- 852 -

b. Hasil inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi


atau bukti obyektif untuk menunjukkan bahwa
pabrik memiliki proses produksi yang didukung
dengan segala sumber daya yang diperlukan untuk
menghasilkan produk yang secara konsisten dan
memenuhi persyaratan SNI yang diajukan oleh
Pemohon sebagai dasar permohonan Sertifikasi.

7.2 Tinjauan hasil evaluasi dinyatakan dalam bentuk


rekomendasi tertulis tentang pemenuhan SNI yang
diajukan oleh Pemohon untuk produk yang diajukan
untuk disertifikasi.

8. Penetapan keputusan Sertifikasi


8.1. Penetapan keputusan Sertifikasi dilakukan berdasarkan
rekomendasi yang dihasilkan dari proses tinjauan.

8.2. Penetapan keputusan Sertifikasi harus dilakukan oleh


satu atau sekelompok orang yang tidak terlibat dalam
proses evaluasi.

8.3. Penetapan keputusan Sertifikasi dapat dilakukan oleh


satu atau sekelompok orang yang sama dengan yang
melakukan tinjauan.

8.4. Rekomendasi untuk keputusan Sertifikasi berdasarkan


hasil tinjauan harus didokumentasikan, kecuali tinjauan
dan keputusan Sertifikasi diselesaikan secara bersamaan
oleh satu atau sekelompok orang yang sama.

8.5. LSPro harus memberitahu Pemohon Sertifikasi terkait


alasan menunda atau tidak memberikan keputusan
Sertifikasi, dan harus mengidentifikasikan alasan
keputusan tersebut. Apabila Pemohon Sertifikasi
menunjukkan keinginan untuk melanjutkan proses
Sertifikasi, LSPro dapat memulai kembali dari proses
evaluasi (angka 5).
- 853 -

9. Penerbitan sertifikat
Sertifikat kesesuaian terhadap persyaratan SNI diterbitkan
sesuai ketentuan sebagai berikut:
a. Sertifikat diterbitkan oleh LSPro setelah penetapan
keputusan Sertifikasi,
b. Sertifikat paling sedikit harus memuat:
1. nomor sertifikat atau identifikasi unik lainnya;
2. nomor atau identifikasi lain dari skema Sertifikasi;
3. nama dan alamat LSPro;
4. nama dan alamat Pemohon (pemegang sertifikat);
5. acuan ke perjanjian Sertifikasi;
6. pernyataan kesesuaian yang mencakup:
a. nama, merek, dan spesifikasi produk yang
dinyatakan memenuhi persyaratan;
b. SNI yang menjadi dasar Sertifikasi;
c. nama dan alamat lokasi produksi; dan
d. informasi terkait proses Sertifikasi.
7. status akreditasi atau pengakuan LSPro;
8. tanggal penerbitan sertifikat;
9. tanggal berakhir masa berlaku sertifikat yaitu 4
(empat) tahun sejak tanggal penerbitan sertifikat;
10. tanda tangan yang mengikat secara hukum dari
personel yang bertindak atas nama LSPro sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

10. Surveilans dan Sertifikasi ulang


10.1. LSPro harus melaksanakan surveilans paling sedikit 2
(dua) kali dalam periode Sertifikasi. Dalam hal ini
berlaku ketentuan sebagai berikut:
a. Surveilans pertama dilakukan melalui kegiatan:
1. Inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi;
dan/atau
2. Pengujian terhadap contoh produk yang akan
beredar.
- 854 -

Pemilihan jenis kegiatan pada surveilans pertama


tersebut dilakukan berdasarkan penilaian LSPro atas
hasil Sertifikasi sebelumnya.
Apabila surveilans pertama hanya dilakukan melalui
kegiatan pengujian terhadap contoh produk yang akan
beredar, penerima sertifikat harus menyampaikan
dokumentasi pengendalian mutu proses produksi sejak
penerbitan sertifikat sampai dilakukan surveilans
pertama.
b.Surveilans kedua dilakukan melalui kegiatan:
1. Inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi;
dan
2. Pengujian terhadap contoh produk yang akan
atau telah beredar.

10.2. LSPro harus melaksanakan Sertifikasi ulang paling


lambat pada bulan ke-42 (empat puluh dua) setelah
penetapan Sertifikasi, melalui kegiatan sebagaimana
tercantum pada angka 6.

F. Penggunaan tanda SNI


1. Penggunaan tanda SNI dilakukan setelah mendapatkan
persetujuan penggunaan Tanda SNI melalui surat persetujuan
penggunaan Tanda SNI (SPPT SNI) yang dikeluarkan oleh
BSN sesuai dengan ketentuan dalam Peraturan BSN mengenai
tata cara penggunaan Tanda SNI dan Tanda Kesesuaian
Berbasis SNI.

2. Tanda SNI sebagai bukti kesesuaian produk yang telah


memenuhi SNI adalah sebagai berikut:
- 855 -

Dengan ukuran:

Keterangan:
y = 11x
r = 0,5x

G. Tahapan kritis proses produksi produk asinan jahe


No Tahapan kritis proses Penjelasan tahapan kritis
produksi
1. Pemilihan bahan Bahan baku, bahan tambahan
baku, bahan pagan pangan dan bahan kemasan harus
lain, bahan tambahan memenuhi persyaratan yang
pangan dan bahan ditetapkan atau peraturan yang
kemasan terkait.
2. Pengupasan dan Bahan baku dibersihkan, dikupas
pemotongan dan dipotong sesuai dengan
spesifikasi produk yang telah
ditentukan
3. Pencampuran Pencampuran bahan baku dan
larutan asam dan garam sesuai
dengan komposisi yang telah
ditentukan dan dilakukan proses
perendaman untuk mendapatkan
produk sesuai yang diinginkan
4. Pengemasan Produk dikemas dalam wadah yang
tertutup rapat, tidak dipengaruhi
atau mempengaruhi isi, aman selama
penyimpanan dan pengangkutan
-856-

5. Penandaan Penandaan dilakukan. sesuai dengan


persyaratan pada SNI dan peraturan
terkait

Keterangan: Urutan tahapan kritis proses produksi disetiap


pemohon dapat bcrbeda

KEPALA BADAN STANDARDISASI NASIONAL

REPUBLIK INDONESIA,

TTD

BAMBANG PRASETYA

Baling sesuai dengan aslinya


' . D'^WO'
jtp^x
Kepala Bira^«mber Daya Manusia, Organisasi, dan Hukum
rn
argahayu
- 857 -

LAMPIRAN LV
PERATURAN BADAN STANDARDISASI NASIONAL
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 1 TAHUN 2020
TENTANG
SKEMA PENILAIAN KESESUAIAN TERHADAP STANDAR
NASIONAL INDONESIA SEKTOR MAKANAN DAN MINUMAN

PETUNJUK TEKNIS SKEMA SERTIFIKASI PRODUK ACAR

A. Ruang lingkup
Dokumen ini berlaku untuk acuan pelaksanaan Sertifikasi produk
acar yang diperoleh dari hasil pengolahan sayur-sayuran, dengan
atau tanpa campuran buah-buahan setelah atau tanpa fermentasi
dalm larutan cuka dengan atau tanpa penambahan garam, gula
dan rempah-rempah, serta bahan tambahan makanan lain yang
diizinkan.

B. Persyaratan Sertifikasi
Persyaratan acuan Sertifikasi produk:
1. SNI 01-3784-1995 Acar;
2. SNI dan standar lain yang diacu dalam SNI 01-3784-1995;
3. Peraturan yang terkait yaitu:
a. Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1999 tentang
Label dan Iklan Pangan;
b. Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 75/M-
IND/PER/7/2010 tentang Cara Produksi Pangan Olahan
yang Baik (Good Manufacturing Practices);
c. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 33 Tahun 2012
tentang Bahan Tambahan Pangan;
d. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan
Nomor 36 Tahun 2013 tentang Batas Maksimum
Penggunaan Bahan Tambahan Pangan Pengawet;
e. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan
Nomor 37 Tahun 2013 tentang Batas Maksimum
Penggunaan Bahan Tambahan Pangan Pewarna;
- 858 -

f. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan


Nomor 4 Tahun 2014 tentang Batas Maksimum
Penggunaan Bahan Tambahan Pangan Pemanis;
g. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan
Nomor 16 Tahun 2014 Tentang Perubahan Atas Peraturan
Kepala Badan Pengawas Obat Dan Makanan Nomor
Hk.03.1.23.07.11.6664 Tahun 2011 Tentang Pengawasan
Kemasan Pangan;
h. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan
Nomor. 16 Tahun 2016 tentang Kriteria Mikrobiologi
Dalam Pangan Olahan; dan
i. Peraturan Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor 5
Tahun 2018 tentang Batas Maksimum Cemaran Logam
Berat dalam Pangan Olahan.
4. Peraturan lain yang terkait dengan produk acar.

C. Prosedur Sertifikasi
Prosedur Sertifikasi mencakup:
1. evaluasi awal; dan
2. inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi.

D. Persyaratan Lembaga Penilaian Kesesuaian


Sertifikasi produk acar dilakukan oleh LPK yang telah diakreditasi
oleh KAN berdasarkan SNI ISO/IEC 17065, Penilaian Kesesuaian –
Persyaratan untuk Lembaga Sertifikasi Produk, Proses, dan Jasa,
untuk lingkup produk sebagaimana dimaksud dalam Ruang
Lingkup sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Dalam hal LPK belum ada yang diakreditasi KAN untuk melakukan
kegiatan Sertifikasi dengan ruang lingkup produk acar, BSN dapat
menunjuk LPK dengan ruang lingkup yang sejenis sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.

E. Tahapan Sertifikasi
1. Pengajuan Permohonan Sertifikasi
1.1 Pengajuan permohonan Sertifikasi dilakukan oleh pelaku
usaha. Kriteria pelaku usaha yang dapat mengajukan
Sertifikasi sesuai Peraturan BSN mengenai tata cara
- 859 -

penggunaan Tanda SNI dan Tanda Kesesuaian Berbasis


SNI.

1.2. Permohonan Sertifikasi harus dilengkapi dengan:


a. informasi Pemohon:
1. nama Pemohon, alamat Pemohon, serta nama dan
kedudukan atau jabatan personel yang
bertanggung jawab atas pengajuan permohonan
Sertifikasi;
2. bukti pemenuhan persyaratan izin usaha sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan;
3. pemenuhan persyaratan sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan tentang
pendaftaran dan hak kepemilikan atas merek yang
dikeluarkan oleh Kementerian Hukum dan Hak
Asasi Manusia;
4. apabila Pemohon melakukan pembuatan produk
dengan merek yang dimiliki oleh pihak lain,
menyertakan bukti perjanjian yang mengikat
secara hukum untuk melakukan pembuatan
produk untuk pihak lain;
5. apabila Pemohon bertindak sebagai pemilik merek
yang mensubkontrakkan proses produksinya
kepada pihak lain, menyertakan bukti
kepemilikan merek dan perjanjian subkontrak
pelaksanaan produksi dengan pihak lain;
6. apabila Pemohon bertindak sebagai perwakilan
resmi pemilik merek yang berkedudukan hukum
di luar negeri, menyertakan bukti perjanjian yang
mengikat secara hukum tentang penunjukan
sebagai perwakilan resmi pemilik merek di wilayah
Republik Indonesia; dan
7. pernyataan bahwa Pemohon Sertifikasi
bertanggung jawab penuh atas pemenuhan
persyaratan SNI dan pemenuhan persyaratan
proses Sertifikasi dan bersedia memberikan akses
terhadap lokasi dan/atau informasi yang
- 860 -

diperlukan oleh LSPro dalam melaksanakan


kegiatan Sertifikasi.
b. informasi produk:
1. merek produk yang diajukan untuk disertifikasi;
2. jenis/tipe/varian produk yang diajukan untuk
disertifikasi;
3. SNI yang digunakan sebagai dasar pengajuan
permohonan Sertifikasi;
4. foto produk dalam kemasan primer yang diajukan
untuk disertifikasi (dari arah depan, belakang dan
samping), serta informasi terkait kemasan primer
produk,
5. daftar bahan baku termasuk bahan tambahan
pangan;
6. label produk; dan
7. apabila tersedia, foto kemasan sekunder yang
diajukan untuk disertifikasi, dari arah depan,
belakang, samping, dan bagian dalam, serta
informasi terkait kemasan produk.
c. informasi proses produksi:
1. nama, alamat, dan legalitas hukum pabrik;
2. struktur organisasi, nama dan jabatan personel
penanggung jawab proses produksi;
3. dokumentasi informasi tentang pemasok bahan
baku produk, prosedur evaluasi pemasok, serta
prosedur inspeksi bahan produk;
4. dokumentasi informasi tentang proses pembuatan
produk yang diajukan untuk disertifikasi,
termasuk proses yang disubkontrakkan ke pihak
lain;
5. dokumentasi informasi tentang prosedur dan
rekaman pengendalian mutu, termasuk pengujian
rutin, daftar peralatan, serta sertifikat kalibrasi
atau bukti verifikasi peralatan yang berpengaruh
terhadap mutu produk yang disertifikasi, dan
bukti atau segel tera atau tera ulang untuk alat
- 861 -

ukur yang digunakan dalam pengukuran berat


produk dalam kemasan akhir,
6. dokumentasi informasi tentang prosedur dan
rekaman pengendalian dan penanganan produk
yang tidak sesuai;
7. dokumentasi informasi tentang pengemasan
produk dan pengelolaan produk di gudang akhir
produk sebelum dikirimkan dan/atau diedarkan
ke wilayah Republik Indonesia;
8. lokasi gudang penyimpanan produk di wilayah
Republik Indonesia;
9. bukti izin edar produk (MD/ML atau P-IRT) sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan;
10. menyertakan laporan hasil uji yang dilakukan
paling lambat 1 (satu) tahun sebelum pengajuan
Sertifikasi, yang memberikan bukti pemenuhan
produk yang diajukan untuk disertifikasi terhadap
persyaratan mutu dalam SNI dan peraturan
terkait;
11. apabila laporan hasil uji sebagaimana dinyatakan
pada angka 10 belum tersedia, pelaku usaha
dapat menyampaikan contoh produk kepada
LSPro untuk diuji di laboratorium yang memiliki
perjanjian alih daya dengan LSPro; dan
12. apabila telah tersedia, menyertakan Sertifikat
Penerapan Sistem Manajemen Mutu berdasarkan
SNI ISO 9001 atau Sistem Manajemen Keamanan
Pangan berdasarkan SNI ISO 22000 atau HACCP
berdasarkan SNI CAC/RCP 1 dari Lembaga
Sertifikasi yang diakreditasi oleh KAN atau oleh
badan akreditasi penandatangan International
Accreditation Forum (IAF)/Asia Pacific
Accreditation Cooperation (APAC) Multilateral
Recognition Agreement (MLA) dengan ruang
lingkup yang sesuai.
- 862 -

2. Tinjauan permohonan Sertifikasi


LSPro harus memastikan bahwa informasi yang diperoleh dari
permohonan Sertifikasi yang diajukan oleh Pemohon telah
lengkap dan memenuhi persyaratan.

3. Penandatanganan perjanjian Sertifikasi


Setelah permohonan Sertifikasi dinyatakan lengkap dan
Pemohon menyetujui persyaratan dan prosedur Sertifikasi
yang ditetapkan oleh LSPro sesuai dengan persyaratan SNI
ISO/IEC 17065, perjanjian Sertifikasi ditandatangani oleh
Pemohon dan LSPro.

4. Penyusunan rencana evaluasi


Berdasarkan informasi yang diperoleh dari persyaratan
permohonan Sertifikasi yang disampaikan oleh Pemohon,
LSPro menetapkan rencana evaluasi yang mencakup:
a. jenis/tipe/varian produk yang diajukan untuk
disertifikasi dan metode pengambilan contoh sesuai
dengan persyaratan SNI 01-3784-1995, yang diperlukan
untuk pengujian produk, yang mewakili contoh produk
yang diusulkan untuk disertifikasi;
b. informasi SNI yang digunakan sebagai dasar Sertifikasi
berdasarkan permohonan yang diajukan oleh Pemohon
Sertifikasi;
c. waktu yang diperlukan untuk pelaksanaan pengujian
berdasarkan standar acuan metode uji yang
dipersyaratkan; dan
d. waktu, lokasi pelaksanaan dan agenda inspeksi pabrik
atau asesmen proses produksi yang relevan dengan
pelaksanaan produksi produk yang diajukan untuk
disertifikasi, serta personel kompeten yang melakukan
evaluasi.

5. Pelaksanaan evaluasi awal terhadap produk


5.1. Pelaksanaan evaluasi awal terhadap produk mencakup:
a. Pemeriksaan awal terhadap kesesuaian informasi
produk dan proses produksi yang disampaikan
- 863 -

Pemohon pada huruf E angka 1 terhadap lingkup


produk yang ditetapkan dalam SNI dan peraturan
terkait.
b. Pengujian awal terhadap contoh produk
berdasarkan persyaratan mutu dalam SNI.
Pengujian awal dilakukan berdasarkan laporan hasil
uji dari laboratorium yang disampaikan Pemohon,
yang mencakup seluruh persyaratan mutu dalam
SNI 01-3784-1995.
Apabila laporan hasil uji tersebut menunjukkan
bahwa seluruh persyaratan mutu dalam SNI
tersebut telah terpenuhi, maka produk yang
diajukan untuk disertifikasi dianggap telah
memenuhi persyaratan pengujian awal.

5.2. Apabila hasil evaluasi awal menunjukkan


ketidaksesuaian terhadap persyaratan SNI, Pemohon
harus diberi kesempatan untuk melakukan tindakan
perbaikan dalam jangka waktu tertentu sesuai dengan
kebijakan LSPro.

6. Pelaksanaan inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi


6.1. Inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi harus
dilakukan pada saat pabrik melakukan produksi, atau
pada kondisi tertentu dilakukan melalui simulasi proses
produksi produk yang diajukan untuk disertifikasi.

6.2. Inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi dilakukan


terhadap:
a. tanggung jawab dan komitmen personel penanggung
jawab pabrik terhadap konsistensi pemenuhan
produk terhadap persyaratan SNI;
b. ketersediaan dan pengendalian dokumentasi
informasi prosedur dan rekaman pengendalian
mutu, termasuk pengujian rutin;
c. fasilitas, lokasi, desain tata letak, bangunan;
- 864 -

d. Tahapan kritis proses produksi, mulai dari bahan


konstruksi sampai produk akhir paling sedikit pada
tahapan sebagaimana tercantum dalam huruf G;
e. kelengkapan serta fungsi peralatan produksi
termasuk peralatan pengendalian mutu paling
sedikit harus mempunyai alat pemotong, wadah
pencampur, alat pengisian, alat pasteurisasi (bila
digunakan) dan alat pengukur berat;
f. bukti verifikasi berdasarkan hasil kalibrasi atau
hasil verifikasi peralatan produksi sebagaimana
disebutkan pada huruf e yang membuktikan bahwa
peralatan tersebut memenuhi persyaratan produksi.
Hasil verifikasi peralatan produksi dapat
ditunjukkan dengan prosedur yang diperlukan
untuk mencapai kondisi atau persyaratan yang
ditetapkan;
g. bukti tera atau tera ulang alat pengukuran berat
produk;
h. pengendalian dan penanganan produk yang tidak
sesuai; dan
i. pengemasan, penanganan, dan penyimpanan
produk, termasuk di gudang akhir produk yang siap
diedarkan.

6.3. Apabila Pabrik telah menerapkan dan mendapatkan


sertifikat Sistem Manajemen Keamanan Pangan
berdasarkan SNI ISO 22000 atau HACCP berdasarkan
SNI CAC/RCP 1 dari Lembaga Sertifikasi yang
diakreditasi oleh KAN atau oleh badan akreditasi
penandatangan IAF/PAC MLA dengan ruang lingkup
yang sesuai, maka inspeksi pabrik atau asesmen proses
produksi dilakukan terhadap implementasi sistem
manajemen terkait mutu produk tersebut dan pasal 6.2
huruf d dan huruf e.
- 865 -

6.4. Apabila Pabrik telah menerapkan dan mendapatkan


sertifikat Sistem Manajemen Mutu berdasarkan SNI ISO
9001 dari Lembaga Sertifikasi yang diakreditasi oleh KAN
atau oleh badan akreditasi penandatangan IAF/APAC
MLA dengan ruang lingkup yang sesuai, maka inspeksi
pabrik atau asesmen proses produksi dilakukan terhadap
implementasi sistem manajemen terkait mutu produk
tersebut dan pasal 6.2 huruf c, huruf d, dan huruf e.

6.5. Selama inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi,


LSPro melakukan pengambilan contoh produk oleh
petugas pengambil contoh dan selanjutnya diuji di
laboratorium milik LSPro atau laboratorium yang telah
memiliki perjanjian alih daya dengan LSPro.

6.6. Apabila berdasarkan hasil inspeksi pabrik atau asesmen


proses produksi, termasuk hasil pengujian, tidak
diperoleh bukti-bukti yang kuat untuk menjamin
konsistensi produk terhadap persyaratan SNI, maka
Pemohon harus diberi kesempatan untuk melakukan
tindakan perbaikan dalam jangka waktu tertentu sesuai
dengan kebijakan LSPro.

7. Tinjauan
7.1 Tinjauan Hasil Evaluasi dilakukan terhadap:
a. Hasil evaluasi awal terhadap produk untuk
menunjukkan bahwa contoh produk yang mewakili
produk memenuhi persyaratan SNI yang diajukan
oleh Pemohon sebagai dasar permohonan Sertifikasi.
b. Hasil inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi
atau bukti obyektif untuk menunjukkan bahwa
pabrik memiliki proses produksi yang didukung
dengan segala sumber daya yang diperlukan untuk
menghasilkan produk yang secara konsisten, dan
memenuhi persyaratan SNI yang diajukan oleh
Pemohon sebagai dasar permohonan Sertifikasi.
- 866 -

7.2 Tinjauan hasil evaluasi dinyatakan dalam bentuk


rekomendasi tertulis tentang pemenuhan SNI yang
diajukan oleh Pemohon untuk produk yang diajukan
untuk disertifikasi.

8. Penetapan keputusan Sertifikasi


8.1 Penetapan keputusan Sertifikasi dilakukan berdasarkan
rekomendasi yang dihasilkan dari proses tinjauan.

8.2 Penetapan keputusan Sertifikasi harus dilakukan oleh


satu atau sekelompok orang yang tidak terlibat dalam
proses evaluasi.

8.3 Penetapan keputusan Sertifikasi dapat dilakukan oleh


satu atau sekelompok orang yang sama dengan yang
melakukan tinjauan.

8.4 Rekomendasi untuk keputusan Sertifikasi berdasarkan


hasil tinjauan harus didokumentasikan, kecuali tinjauan
dan keputusan Sertifikasi diselesaikan secara bersamaan
oleh satu atau sekelompok orang yang sama.

8.5 LSPro harus memberitahu Pemohon Sertifikasi terkait


alasan menunda atau tidak memberikan keputusan
Sertifikasi, dan harus mengidentifikasikan alasan
keputusan tersebut. Apabila Pemohon Sertifikasi
menunjukkan keinginan untuk melanjutkan proses
Sertifikasi, LSPro dapat memulai kembali dari proses
evaluasi (angka 5).

9. Penerbitan Sertifikat
Sertifikat kesesuaian terhadap persyaratan SNI diterbitkan
sesuai ketentuan sebagai berikut:
a. Sertifikat diterbitkan oleh LSPro setelah penetapan
keputusan Sertifikasi; dan
b. Sertifikat paling sedikit harus memuat:
1. nomor sertifikat atau identifikasi unik lainnya;
- 867 -

2. nomor atau identifikasi lain dari skema Sertifikasi;


3. nama dan alamat LSPro;
4. nama dan alamat Pemohon (pemegang sertifikat);
5. acuan ke perjanjian Sertifikasi;
6. pernyataan kesesuaian yang mencakup:
a. nama produk, merek dan spesifikasi produk yang
dinyatakan memenuhi persyaratan;
b. SNI yang menjadi dasar Sertifikasi;
c. nama dan alamat lokasi produksi; dan
d. informasi terkait proses Sertifikasi.
7. status akreditasi atau pengakuan LSPro;
8. tanggal penerbitan sertifikat;
9. tanggal berakhir masa berlaku sertifikat yaitu 4
(empat) tahun sejak tanggal penerbitan sertifikat;
dan
10. tanda tangan yang mengikat secara hukum dari
personel yang bertindak atas nama LSPro sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

10. Surveilans dan Sertifikasi ulang


10.1. LSPro harus melaksanakan surveilans paling sedikit 2
(dua) kali dalam periode Sertifikasi. Dalam hal ini
berlaku ketentuan sebagai berikut:
a. Surveilans pertama dilakukan melalui kegiatan:
1. Inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi;
dan/atau
2. Pengujian terhadap contoh produk yang akan
beredar
Pemilihan jenis kegiatan pada surveilans pertama
tersebut dilakukan berdasarkan penilaian LSPro
atas hasil Sertifikasi sebelumnya.
Apabila surveilans pertama hanya dilakukan melalui
kegiatan pengujian terhadap contoh produk yang
akan beredar, penerima sertifikat harus
menyampaikan dokumentasi pengendalian mutu
proses produksi sejak penerbitan sertifikat sampai
dilakukan surveilans pertama.
- 868 -

b. Surveilans kedua dilakukan melalui kegiatan


1. Inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi;
dan
2. Pengujian terhadap contoh produk yang akan
atau telah beredar.

10.2 LSPro harus melaksanakan Sertifikasi ulang paling


lambat pada bulan ke-42 (empat puluh dua) setelah
penetapan Sertifikasi, melalui kegiatan sebagaimana
tercantum dalam angka 6.

F. Penggunaan Tanda SNI


1. Penggunaan tanda SNI dilakukan setelah mendapatkan
persetujuan penggunaan Tanda SNI melalui Surat
Persetujuan Penggunaan Tanda (SPPT) SNI yang dikeluarkan
oleh BSN sesuai dengan kriteria yang ditetapkan pada
Peraturan BSN mengenai tata cara penggunaan Tanda SNI
dan Tanda Kesesuaian Berbasis SNI.

2. Tanda SNI sebagai bukti kesesuaian produk yang telah


memenuhi SNI adalah sebagai berikut:
- 869 -

Dengan ukuran:

Keterangan:
y = 11x
r = 0,5x

G. Tahapan kritis proses produksi produk acar


No Tahapan kritis proses Penjelasan tahapan kritis
produksi
1. Pemilihan bahan Bahan baku, bahan tambahan
baku, bahan pangan dan bahan kemasan harus
tambahan pangan memenuhi persyaratan yang
dan bahan kemasan ditetapkan atau peraturan yang
terkait.
2. Pengupasan dan Bahan baku dibersihkan, dikupas
pemotongan dan dipotong sesuai dengan
spesifikasi produk yang telah
ditentukan
3. Pencampuran Pencampuran bahan baku dengan
larutan cuka sesuai dengan
komposisi yang telah ditentukan
4. Fermentasi Fermentasi dilakukan dengan
(bila dilakukan) metode tertentu yang dikendalikan
untuk mendapatkan spesifikasi
produk sesuai yang ditetapkan
5. Pengisian Pengisian dilakukan dengan
mencampur bahan baku dalam
larutan cukadengan atau tanpa
penambahan garam, gula, dan
rempah-rempah, serta bahan
tambahan makanan lain yang
diizinkan.
apabila produk dikemas dalam
kemasan kaleng/botol,
dikendalikan hingga mencapai
volume tertentu yang masih
menyisakan ruang kosong
permukaan produk dengan tutup
[head space) dalam kemasan
6. Pengemasan Produk dikemas dalam wadah yang
tertutup rapat, tidak dipengaruhi
atau mempengaruhi isi, aman
selama pcnyimpanan dan
pengangkutan
Apabila produk dikemas dalam
kaleng, prases pengalengan harus
dilakukan pada kondisi tertentu
yang dikendalikan
7. Pasteurisasi Proses pasteurisasi dilakukan pada
(bila dilakukan) suhu dan waktu tertentu yang
dikendalikan
8. Penandaan Penandaan dilakukan sesuai
dengan persj'aratan pada SNI dan
peraturan terkait
•Ceterangan: Urutan tahapan kritis proses produksi disetiap
pemohon dapat berbeda

KEPALA BADAN STANDARDISASI NASIONAL

REPUBLIK INDONESIA,

TTD

BAMBANG PRASETYA

Salinan sesuai dengan aslinya


Kepala Bi (a Manusia, Organisasi, dan Hukum

Margahajoi
/ndo
- 871 -

LAMPIRAN LVI
PERATURAN BADAN STANDARDISASI NASIONAL
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 1 TAHUN 2020
TENTANG
SKEMA PENILAIAN KESESUAIAN TERHADAP STANDAR
NASIONAL INDONESIA SEKTOR MAKANAN DAN MINUMAN

PETUNJUK TEKNIS SKEMA SERTIFIKASI PRODUK GULA PALMA

A. Ruang lingkup
Dokumen ini berlaku untuk acuan pelaksanaan Sertifikasi produk
gula palma yang dihasilkan dari pengolahan nira pohon palma,
yaitu aren (Arenga piñata Merr), kelapa (Cocos nucifera), siwalan,
(Borassus flabelliferL) atau jenis palma lainnya, dan berbentuk
cetak atau serbuk/granula.

B. Persyaratan Sertifikasi
Persyaratan acuan Sertifikasi produk:
1. SNI 01-3743-1995 Gula palma;
2. SNI dan standar lain yang diacu dalam SNI 01-3743-1995;
3. Peraturan yang terkait yaitu:
a. Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1999 tentang
Label dan Iklan Pangan;
b. Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 75/M-
IND/PER/7/2010 tentang Cara Produksi Pangan Olahan
yang Baik (Good Manufacturing Practices);
c. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan
Nomor 16 Tahun 2014 Tentang Perubahan Atas
Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat Dan Makanan
Nomor Hk.03.1.23.07.11.6664 Tahun 2011 Tentang
Pengawasan Kemasan Pangan;
d. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan
Nomor. 16 Tahun 2016 tentang Kriteria Mikrobiologi
Dalam Pangan Olahan; dan
- 872 -

e. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan


Nomor 5 Tahun 2018 tentang Batas Maksimum Cemaran
Logam Berat dalam Pangan Olahan.
4. Peraturan lain yang terkait dengan produk gula palma.

C. Prosedur Sertifikasi
Prosedur Sertifikasi mencakup:
1. evaluasi awal; dan
2. inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi.

D. Persyaratan lembaga penilaian kesesuaian


Sertifikasi produk gula palma dilakukan oleh LPK yang telah
diakreditasi oleh KAN berdasarkan SNI ISO/IEC 17065, Penilaian
Kesesuaian – Persyaratan untuk Lembaga Sertifikasi Produk,
Proses, dan Jasa, untuk lingkup produk sebagaimana dimaksud
dalam Ruang Lingkup sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Dalam hal LPK belum ada yang diakreditasi KAN untuk melakukan
kegiatan Sertifikasi dengan ruang lingkup produk gula palma, BSN
dapat menunjuk LPK dengan ruang lingkup yang sejenis sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

E. Tahapan Sertifikasi
1. Pengajuan Permohonan Sertifikasi
1.1 Pengajuan permohonan Sertifikasi dilakukan oleh pelaku
usaha. Kriteria pelaku usaha yang dapat mengajukan
Sertifikasi sesuai Peraturan BSN mengenai tata cara
penggunaan Tanda SNI dan Tanda Kesesuaian Berbasis
SNI.

1.2 Permohonan Sertifikasi harus dilengkapi dengan:


a. informasi Pemohon:
1. nama Pemohon, alamat Pemohon, serta nama
dan kedudukan atau jabatan personel yang
bertanggung jawab atas pengajuan permohonan
Sertifikasi;
- 873 -

2. bukti pemenuhan persyaratan izin usaha sesuai


ketentuan peraturan perundang-undangan;
3. pemenuhan persyaratan sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan tentang
pendaftaran dan hak kepemilikan atas merek
yang dikeluarkan oleh Kementerian Hukum dan
Hak Asasi Manusia;
4. apabila Pemohon melakukan pembuatan
produk dengan merek yang dimiliki oleh pihak
lain, menyertakan bukti perjanjian yang
mengikat secara hukum untuk melakukan
pembuatan produk untuk pihak lain;
5. apabila Pemohon bertindak sebagai pemilik
merek yang mensubkontrakkan proses
produksinya kepada pihak lain, menyertakan
bukti kepemilikan merek dan perjanjian
subkontrak pelaksanaan produksi dengan
pihak lain;
6. apabila Pemohon bertindak sebagai perwakilan
resmi pemilik merek yang berkedudukan
hukum di luar negeri, menyertakan bukti
perjanjian yang mengikat secara hukum
tentang penunjukan sebagai perwakilan resmi
pemilik merek di wilayah Republik Indonesia;
dan
7. pernyataan bahwa Pemohon Sertifikasi
bertanggung jawab penuh atas pemenuhan
persyaratan SNI dan pemenuhan persyaratan
proses Sertifikasi dan bersedia memberikan
akses terhadap lokasi dan/atau informasi yang
diperlukan oleh LSPro dalam melaksanakan
kegiatan Sertifikasi.
b. informasi produk:
1. merek produk yang diajukan untuk disertifikasi;
2. jenis/tipe/varian produk yang diajukan untuk
disertifikasi;
- 874 -

3. SNI yang digunakan sebagai dasar pengajuan


permohonan Sertifikasi;
4. foto produk dalam kemasan primer yang
diajukan untuk disertifikasi (dari arah depan,
belakang dan samping), serta informasi terkait
kemasan primer produk;
5. daftar bahan baku termasuk bahan tambahan
pangan;
6. label produk; dan
7. apabila tersedia, foto kemasan sekunder dan
tersier yang diajukan untuk disertifikasi, dari
arah depan, belakang, samping, dan bagian
dalam.
c. informasi proses produksi:
1. nama, alamat, dan legalitas hukum pabrik;
2. struktur organisasi, nama dan jabatan personel
penanggung jawab proses produksi;
3. dokumentasi informasi tentang pemasok bahan
baku produk, prosedur evaluasi pemasok, serta
prosedur inspeksi bahan baku produksi;
4. dokumentasi informasi tentang proses
pembuatan produk yang diajukan untuk
disertifikasi, termasuk proses yang
disubkontrakkan ke pihak lain;
5. dokumentasi informasi tentang prosedur dan
rekaman pengendalian mutu, termasuk
pengujian rutin, daftar peralatan, serta
sertifikat kalibrasi atau bukti verifikasi
peralatan yang berpengaruh terhadap mutu
produk yang disertifikasi, dan bukti atau segel
tera atau tera ulang untuk alat ukur yang
digunakan dalam pengukuran berat produk
dalam kemasan akhir;
6. dokumentasi informasi tentang prosedur dan
rekaman pengendalian dan penanganan produk
yang tidak sesuai;
- 875 -

7. dokumentasi informasi tentang pengemasan


produk dan pengelolaan produk di gudang
akhir produk sebelum dikirimkan dan/atau
diedarkan ke wilayah Republik Indonesia;
8. lokasi gudang penyimpanan produk di wilayah
Republik Indonesia;
9. bukti izin edar produk (MD/ML atau P-IRT)
sesuai ketentuan peraturan perundang-
undangan;
10. menyertakan laporan hasil uji yang dilakukan
paling lambat 1 (satu) tahun sebelum
pengajuan Sertifikasi, yang memberikan bukti
pemenuhan produk yang diajukan untuk
disertifikasi terhadap persyaratan mutu dalam
SNI dan peraturan terkait;
11. apabila laporan hasil uji sebagaimana
dinyatakan pada angka 10 belum tersedia,
pelaku usaha dapat menyampaikan contoh
produk kepada LSPro untuk diuji di
laboratorium yang memiliki perjanjian alih daya
dengan LSPro; dan
12. apabila telah tersedia, menyertakan Sertifikat
Penerapan Sistem Manajemen Mutu
berdasarkan SNI ISO 9001 atau Sistem
Manajemen Keamanan Pangan berdasarkan SNI
ISO 22000 atau HACCP berdasarkan SNI
CAC/RCP 1 dari Lembaga Sertifikasi yang
diakreditasi oleh KAN atau oleh badan
akreditasi penandatangan International
Accreditation Forum (IAF)/Asia Pacific
Accreditation Cooperation (APAC) Multilateral
Recognition Agreement (MLA) dengan ruang
lingkup yang sesuai.
Informasi pada butir 4, butir 5, butir 10, dan butir
11 tidak perlu dilampirkan apabila Pemohon
melakukan pengemasan ulang produk yang
dihasilkan oleh pihak lain yang telah memiliki
- 876 -

sertifikat kesesuaian produk atau Surat


Persetujuan Penggunaan Tanda (SPPT) SNI.

2. Tinjauan permohonan Sertifikasi


LSPro harus memastikan bahwa informasi yang diperoleh dari
permohonan Sertifikasi yang diajukan oleh Pemohon telah
lengkap dan memenuhi persyaratan.

3. Penandatanganan perjanjian Sertifikasi


Setelah permohonan Sertifikasi dinyatakan lengkap dan
Pemohon menyetujui persyaratan dan prosedur Sertifikasi yang
ditetapkan oleh LSPro sesuai dengan persyaratan SNI ISO/IEC
17065, perjanjian Sertifikasi ditandatangani oleh Pemohon dan
LSPro.

4. Penyusunan rencana evaluasi


Berdasarkan informasi yang diperoleh dari persyaratan
permohonan Sertifikasi yang disampaikan oleh Pemohon, LSPro
menetapkan rencana evaluasi yang mencakup:
a. jenis/tipe/varian produk yang diajukan untuk disertifikasi
dan metode pengambilan contoh sesuai dengan
persyaratan SNI, yang diperlukan untuk pengujian
produk, yang mewakili contoh produk yang diusulkan
untuk disertifikasi;
b. informasi SNI yang digunakan sebagai dasar Sertifikasi
berdasarkan permohonan yang diajukan oleh Pemohon
Sertifikasi;
c. waktu yang diperlukan untuk pelaksanaan pengujian
berdasarkan standar acuan metode uji yang
dipersyaratkan; dan
d. waktu, lokasi pelaksanaan dan agenda inspeksi pabrik
atau asesmen proses produksi yang relevan dengan
pelaksanaan produksi produk yang diajukan untuk
disertifikasi, serta personel kompeten yang melakukan
evaluasi.
- 877 -

5. Pelaksanaan evaluasi awal terhadap produk


5.1. Pelaksanaan evaluasi awal terhadap produk mencakup:
a. Pemeriksaan awal terhadap kesesuaian informasi
produk dan proses produksi yang disampaikan
Pemohon pada huruf E angka 1 terhadap lingkup
produk yang ditetapkan dalam SNI dan peraturan
terkait.
b. Pengujian awal terhadap contoh produk berdasarkan
persyaratan mutu dalam SNI. Pengujian awal
dilakukan berdasarkan laporan hasil uji dari
laboratorium yang disampaikan Pemohon, yang
mencakup seluruh persyaratan mutu dalam SNI 01-
3743-1995.
Apabila laporan hasil uji tersebut menunjukkan
bahwa seluruh persyaratan mutu dalam SNI tersebut
telah terpenuhi, maka produk yang diajukan untuk
disertifikasi dianggap telah memenuhi persyaratan
pengujian awal.

5.2. Apabila hasil evaluasi awal menunjukkan ketidaksesuaian


terhadap persyaratan SNI, Pemohon harus diberi
kesempatan untuk melakukan tindakan perbaikan dalam
jangka waktu tertentu sesuai dengan kebijakan LSPro.

6. Pelaksanaan inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi


7.1. Inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi harus
dilakukan pada saat pabrik melakukan produksi, atau
pada kondisi tertentu dilakukan melalui simulasi proses
produksi produk yang diajukan untuk disertifikasi.

7.2. Inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi dilakukan


terhadap:
a. tanggung jawab dan komitmen personel penanggung
jawab pabrik terhadap konsistensi pemenuhan
produk terhadap persyaratan SNI;
- 878 -

b. ketersediaan dan pengendalian dokumentasi


informasi prosedur dan rekaman pengendalian mutu,
termasuk pengujian rutin;
c. fasilitas, lokasi, desain dan tata letak, bangunan,
sanitasi peralatan, sanitasi ruang proses, dan higiene
personel sesuai dengan ketentuan yang berlaku
tentang Cara Produksi Pangan Olahan yang Baik;
d. Tahapan kritis proses produksi, mulai dari bahan
baku sampai produk akhir paling sedikit pada
tahapan sebagaimana dimaksud dalam huruf G;
e. kelengkapan serta fungsi peralatan produksi
termasuk peralatan pengendalian mutu, paling sedikit
alat penyaringan nira, alat pemasak, alat pencetakan
(untuk produk berbentuk cetak), alat pengkristalan
(untuk produk berbentuk serbuk/granul) dan alat
penyaringan/pengayakan (untuk produk berbentuk
serbuk/granul), alat pengukur berat;
f. bukti verifikasi berdasarkan hasil kalibrasi atau hasil
verifikasi peralatan produksi sebagaimana disebutkan
pada huruf e yang membuktikan bahwa peralatan
tersebut memenuhi persyaratan produksi. Hasil
verifikasi peralatan produksi dapat ditunjukkan
dengan prosedur yang diperlukan untuk mencapai
kondisi atau persyaratan yang ditetapkan;
g. bukti tera atau tera ulang alat pengukuran berat
produk;
h. pengendalian dan penanganan produk yang tidak
sesuai; dan
i. pengemasan, penanganan, dan penyimpanan produk,
termasuk di gudang akhir produk yang siap
diedarkan.

7.3. Apabila pabrik telah menerapkan dan mendapatkan


sertifikat Sistem Manajemen Keamanan Pangan
berdasarkan SNI ISO 22000 atau HACCP berdasarkan SNI
CAC/RCP 1 dari Lembaga Sertifikasi yang diakreditasi oleh
KAN atau oleh badan akreditasi penandatangan IAF/PAC
- 879 -

MLA dengan ruang lingkup yang sesuai, maka inspeksi


pabrik atau asesmen proses produksi dilakukan terhadap
implementasi sistem manajemen terkait mutu produk
tersebut dan pasal 6.2 huruf d dan huruf e.

7.4. Apabila Pabrik telah menerapkan Sistem Manajemen Mutu


berdasarkan SNI ISO 9001 dari Lembaga Sertifikasi yang
diakreditasi oleh KAN atau oleh badan akreditasi
penandatangan IAF/APAC MLA dengan ruang lingkup
yang sesuai, maka inspeksi pabrik atau asesmen proses
produksi dilakukan terhadap implementasi sistem
manajemen terkait mutu produk tersebut dan pasal 6.2
huruf c, huruf d, dan huruf e.

7.5. Dalam hal pemohon melakukan pengemasan ulang produk


yang dihasilkan oleh pihak lain, berlaku ketentuan
berikut:
a. apabila pihak lain tersebut telah memiliki sertifikat
kesesuaian produk atau Surat Persetujuan
Penggunaan Tanda (SPPT) SNI, maka inspeksi pabrik
atau asesmen ..proses produksi sebagaimana
dimaksud pada angka 6.2.dilakukan di lokasi pemohon
pada tahapan..pengemasan; atau
b. apabila pihak lain tersebut belum memiliki sertifikat
kesesuaian produk atau Surat Persetujuan
Penggunaan Tanda (SPPT) SNI, maka inspeksi pabrik
atau asesmen proses produksi sebagaimana dimaksud
pada butir 6.2 dilakukan di lokasi pembuatan produk
yang dimiliki oleh pihak lain dan di lokasi pemohon.

7.6. Selama inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi,


LSPro melakukan pengambilan contoh produk oleh
petugas pengambil contoh dan selanjutnya diuji di
laboratorium milik LSPro atau Laboratorium yang telah
memiliki perjanjian alih daya dengan LSPro.
- 880 -

7.7. Apabila berdasarkan hasil inspeksi pabrik atau asesmen


proses produksi, termasuk hasil pengujian, tidak diperoleh
bukti-bukti yang kuat untuk menjamin konsistensi produk
terhadap persyaratan SNI, maka Pemohon harus diberi
kesempatan untuk melakukan tindakan perbaikan dalam
jangka waktu tertentu sesuai dengan kebijakan LSPro.

7. Tinjauan
7.1 Tinjauan hasil evaluasi dilakukan terhadap:
a. Hasil evaluasi awal terhadap produk untuk
menunjukkan bahwa contoh produk yang mewakili
produk memenuhi persyaratan SNI yang diajukan
oleh Pemohon sebagai dasar permohonan Sertifikasi;
dan
b. Hasil inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi
atau bukti obyektif untuk menunjukkan bahwa
pabrik memiliki proses produksi yang didukung
dengan segala sumber daya yang diperlukan untuk
menghasilkan produk yang secara konsisten, dan
memenuhi persyaratan SNI yang diajukan oleh
Pemohon sebagai dasar permohonan Sertifikasi.

7.2 Tinjauan hasil evaluasi dinyatakan dalam bentuk


rekomendasi tertulis tentang pemenuhan SNI yang
diajukan oleh Pemohon untuk produk yang diajukan
untuk disertifikasi.

8. Penetapan keputusan Sertifikasi


8.1. Penetapan keputusan Sertifikasi dilakukan berdasarkan
rekomendasi yang dihasilkan dari proses tinjauan.

8.2. Penetapan keputusan Sertifikasi harus dilakukan oleh


satu atau sekelompok orang yang tidak terlibat dalam
proses evaluasi.
- 881 -

8.3. Penetapan keputusan Sertifikasi dapat dilakukan oleh


satu atau sekelompok orang yang sama dengan yang
melakukan tinjauan.

8.4. Rekomendasi untuk keputusan Sertifikasi berdasarkan


hasil tinjauan harus didokumentasikan, kecuali tinjauan
dan keputusan Sertifikasi diselesaikan secara bersamaan
oleh satu atau sekelompok orang yang sama.

8.5. LSPro harus memberitahu Pemohon Sertifikasi terkait


alasan menunda atau tidak memberikan keputusan
Sertifikasi, dan harus mengidentifikasikan alasan
keputusan tersebut. Apabila Pemohon Sertifikasi
menunjukkan keinginan untuk melanjutkan proses
Sertifikasi, LSPro dapat memulai kembali dari proses
evaluasi (angka 5).

9. Penerbitan Sertifikat
Sertifikat kesesuaian terhadap persyaratan SNI diterbitkan
sesuai ketentuan sebagai berikut:
a. Sertifikat diterbitkan oleh LSPro setelah penetapan
keputusan Sertifikasi,
b. Sertifikat paling sedikit harus memuat:
1. nomor sertifikat atau identifikasi unik lainnya;
2. nomor atau identifikasi lain dari skema Sertifikasi;
3. nama dan alamat LSPro;
4. nama dan alamat Pemohon (pemegang sertifikat)
5. acuan ke perjanjian Sertifikasi;
6. pernyataan kesesuaian yang mencakup:
a. nama produk, merek dan spesifikasi produk
yang dinyatakan memenuhi persyaratan;
b. SNI yang menjadi dasar Sertifikasi;
c. nama dan alamat lokasi produksi; dan
d. informasi terkait proses Sertifikasi.
7. status akreditasi atau pengakuan LSPro;
8. tanggal penerbitan sertifikat;
- 882 -

9. tanggal berakhir masa berlaku sertifikat yaitu 4


(empat) tahun sejak tanggal penerbitan sertifikat;
10. tanda tangan yang mengikat secara hukum dari
personel yang bertindak atas nama LSPro sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

10. Surveilans dan Sertifikasi ulang


10.1. LSPro harus melaksanakan surveilans paling sedikit 2
(dua) kali dalam periode Sertifikasi. Dalam hal ini
berlaku ketentuan sebagai berikut:
1. Inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi;
dan/atau
2. Pengujian terhadap contoh produk yang akan
beredar.
Pemilihan jenis kegiatan pada surveilans pertama
tersebut dilakukan berdasarkan penilaian LSPro atas
hasil Sertifikasi sebelumnya.
Apabila surveilans pertama hanya dilakukan melalui
kegiatan pengujian terhadap contoh produk yang akan
beredar, penerima sertifikat harus menyampaikan
dokumentasi pengendalian mutu proses produksi sejak
penerbitan sertifikat sampai dilakukan surveilans
pertama

10.2 LSPro harus melaksanakan Sertifikasi ulang paling


lambat pada bulan ke-42 (empat puluh dua) setelah
penetapan Sertifikasi, melalui kegiatan sebagaimana
tercantum dalam angka 6.

F. Penggunaan Tanda SNI


1. Penggunaan tanda SNI dilakukan setelah mendapatkan
persetujuan penggunaan Tanda SNI melalui Surat
Persetujuan Penggunaan Tanda (SPPT) SNI yang dikeluarkan
oleh BSN sesuai dengan kriteria yang ditetapkan pada
Peraturan Kepala BSN mengenai Tata Cara Penggunaan
Tanda SNI dan Tanda Kesesuaian Berbasis SNI.
- 883 -

2. Tanda SNI sebagai bukti kesesuaian produk yang telah


memenuhi SNI adalah sebagai berikut:

Dengan ukuran:

Keterangan:
y = 11x
r = 0,5x

G. Tahapan kritis proses produksi produk gula palma


No. Tahapan kritis proses Penjelasan Tahapan kritis
produksi

1. Pemilihan bahan baku, Bahan baku dan bahan kemasan


dan bahan kemasan harus memenuhi persyaratan
yang ditetapkan atau peraturan
yang terkait.
2. Penyaringan nira Penyaringan dilakukan untuk
mendapatkan bahan baku nira
yang terbebas dari pengotor
3. Pemasakan Pemasakan dilakukan pada suhu
dan waktu yang dikendalikan
dengan metode tertentu untuk
mendapatkan produk sesuai
-884-

No. Tahapan kritis proses Penjelasan Tahapan kritis


produksi
dengan spesiGkasi yang
ditetapkan.

4. Pencetakan Pencetakan dilakukan dengan


(untuk produk gula cetak) metode tertentu untuk
mendapatkan bentuk dan ukuran
yang ditetapkan sebelum produk
dikemas
Pengkristalan dilakukan dengan
Pengkristalan metode tertentu yang
(untuk produk gula dikendalikan untuk mendapatkan
serbuk/granula) produk berbentuk
serbuk/granula
5. Penyaringan/ pengayakan Penyaringan dilakukan dengan
metode tertentu untuk
(untuk produk gula
mendapatkan ukuran produk
serbuk/granula)
yang ditetapkan

a. Pengemasan Gula palma dikemas dalam


wadah yang tertutup rapat, tidak
dipengaruhi atau mempengaruhi
isi, aman selama penyimpanan
dan pengangkutan

7. Penandaan Penandaan dilakukan sesuai


dengan persyaratan SNI dan
peraturan terkait yang berlaku
Keterangan: Urutan tahapaii kritis proses produksi disetiap
pemohon dapat berbeda

KEPALA BADAN STANDARDISASI NASIONAL

REPUBLIK INDONESIA.

TTD

BAMBANG PRASETYA

Salitiafi-eeguai dengan aslinya


Kepala Birt Manusia, Organisasi, dan Hukum

Margahayu
- 885 -

LAMPIRAN LVII
PERATURAN BADAN STANDARDISASI NASIONAL
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 1 TAHUN 2020
TENTANG
SKEMA PENILAIAN KESESUAIAN TERHADAP STANDAR
NASIONAL INDONESIA SEKTOR MAKANAN DAN MINUMAN

PETUNJUK TEKNIS SKEMA SERTIFIKASI PRODUK GULA PASIR


BERSTEVIA

A. Ruang lingkup
Dokumen ini berlaku untuk acuan pelaksanaan Sertifikasi produk
gula pasir berstevia yang terbuat dari campuran sakarosa dengan
pemanis alam yang berasal dari tanaman stevia (Stevia rebaudiana
bertoni).

B. Persyaratan Sertifikasi
Persyaratan acuan Sertifikasi produk:
1. SNI 01-4086-1996 gula pasir berstevia;
2. SNI dan standar lain yang diacu dalam SNI 01-4086-1996;
3. Peraturan lain yang terkait yaitu:
a. Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1999 tentang
Label dan Iklan Pangan;
b. Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 75/M-
IND/PER/7/2010 tentang Cara Produksi Pangan Olahan
yang Baik (Good Manufacturing Practices);
c. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 33 Tahun 2012
tentang Bahan Tambahan Pangan;
d. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan
Nomor 36 Tahun 2013 tentang Batas Maksimum
Penggunaan Bahan Tambahan Pangan Pengawet;
e. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan
Nomor 16 Tahun 2014 Tentang Perubahan Atas Peraturan
Kepala Badan Pengawas Obat Dan Makanan Nomor
- 886 -

Hk.03.1.23.07.11.6664 Tahun 2011 Tentang Pengawasan


Kemasan Pangan;
f. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan
Nomor 4 Tahun 2014 Tentang Batas Maksimum
Penggunaan Bahan Tambahan Pangan Pemanis;
g. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan
Nomor 16 Tahun 2016 tentang Kriteria Mikrobiologi Dalam
Pangan Olahan; dan
h. Peraturan Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor 5
Tahun 2018 tentang Batas Maksimum Cemaran Logam
Berat dalam Pangan Olahan.
4. Peraturan lain yang terkait dengan produk gula pasir
berstevia.

C. Prosedur Sertifikasi
Prosedur Sertifikasi mencakup:
1. evaluasi awal; dan
2. inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi.

D. Persyaratan Lembaga Penilaian Kesesuaian


Sertifikasi produk gula pasir berstevia dilakukan oleh LPK yang
telah diakreditasi oleh KAN berdasarkan SNI ISO/IEC 17065,
Penilaian Kesesuaian – Persyaratan untuk Lembaga Sertifikasi
Produk, Proses, dan Jasa, untuk lingkup produk sebagaimana
dimaksud dalam Ruang Lingkup sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
Dalam hal LPK belum ada yang diakreditasi KAN untuk melakukan
kegiatan Sertifikasi dengan ruang lingkup produk gula pasir
berstevia, BSN dapat menunjuk LPK dengan ruang lingkup yang
sejenis sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

E. Tahapan Sertifikasi
1. Pengajuan permohonan Sertifikasi
1.1 Pengajuan permohonan Sertifikasi dilakukan oleh pelaku
usaha. Kriteria pelaku usaha yang dapat mengajukan
Sertifikasi sesuai Peraturan BSN mengenai tata cara
penggunaan Tanda SNI dan Tanda Kesesuaian Berbasis
- 887 -

SNI.

1.2 Permohonan Sertifikasi harus dilengkapi dengan:


a. informasi Pemohon:
1. nama pemohon, alamat pemohon, serta nama dan
kedudukan atau jabatan personel yang bertanggung
jawab atas pengajuan permohonan Sertifikasi;
2. bukti pemenuhan persyaratan izin usaha sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan;
3. pemenuhan persyaratan sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan tentang
pendaftaran dan hak kepemilikan atas merek yang
dikeluarkan oleh Kementerian Hukum dan Hak
Asasi Manusia;
4. apabila Pemohon melakukan pembuatan produk
dengan merek yang dimiliki oleh pihak lain,
menyertakan bukti perjanjian yang mengikat secara
hukum untuk melakukan pembuatan produk untuk
pihak lain;
5. apabila Pemohon bertindak sebagai pemilik merek
yang mensubkontrakkan proses produksinya kepada
pihak lain, menyertakan bukti kepemilikan merek
dan perjanjian subkontrak pelaksanaan produksi
dengan pihak lain;
6. apabila Pemohon bertindak sebagai perwakilan
resmi pemilik merek yang berkedudukan hukum di
luar negeri, menyertakan bukti perjanjian yang
mengikat secara hukum tentang penunjukan
sebagai perwakilan resmi pemilik merek di wilayah
Republik Indonesia; dan
7. pernyataan bahwa Pemohon Sertifikasi bertanggung
jawab penuh atas pemenuhan persyaratan SNI dan
pemenuhan persyaratan proses Sertifikasi dan
bersedia memberikan akses terhadap lokasi
dan/atau informasi yang diperlukan oleh LSPro
dalam melaksanakan kegiatan Sertifikasi.
- 888 -

b. informasi produk:
1. merek produk yang diajukan untuk disertifikasi;
2. jenis/tipe/varian produk yang diajukan untuk
disertifikasi;
3. SNI yang digunakan sebagai dasar pengajuan
permohonan Sertifikasi;
4. foto produk dalam kemasan primer yang diajukan
untuk disertifikasi (dari arah depan, belakang dan
samping), serta informasi terkait kemasan primer
produk;
5. daftar bahan baku termasuk bahan tambahan
pangan;
6. label produk; dan
7. apabila ada, foto kemasan sekunder dan tersier
produk yang diajukan untuk disertifikasi, dari arah
depan, belakang, samping, dan bagian dalam.
c. informasi proses produksi:
1. nama, alamat, dan legalitas hukum pabrik;
2. struktur organisasi, nama dan jabatan personel
penanggung jawab proses produksi;
3. dokumentasi informasi tentang pemasok bahan
baku produk, prosedur evaluasi pemasok, serta
prosedur inspeksi bahan baku produk;
4. dokumentasi informasi tentang proses pembuatan
produk yang diajukan untuk disertifikasi, termasuk
proses yang disubkontrakkan ke pihak lain;
5. dokumentasi informasi tentang prosedur dan
rekaman pengendalian mutu, termasuk pengujian
rutin, daftar peralatan, serta sertifikat kalibrasi atau
bukti verifikasi peralatan yang berpengaruh
terhadap mutu produk yang disertifikasi, dan bukti
atau segel tera atau tera ulang untuk alat ukur yang
digunakan dalam pengukuran berat produk dalam
kemasan akhir;
6. dokumentasi informasi tentang prosedur dan
rekaman pengendalian dan penanganan produk
yang tidak sesuai;
- 889 -

7. dokumentasi informasi tentang pengemasan produk


dan pengelolaan produk di gudang akhir produk
sebelum dikirimkan dan/atau diedarkan ke wilayah
Republik Indonesia;
8. lokasi gudang penyimpanan produk di wilayah
Republik Indonesia;
9. bukti izin edar produk (MD/ML atau P-IRT) sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan;
10. menyertakan laporan hasil uji yang dilakukan paling
lambat 1 (satu) tahun sebelum pengajuan Sertifikasi,
yang memberikan bukti pemenuhan produk yang
diajukan untuk disertifikasi terhadap persyaratan
mutu dalam SNI dan peraturan terkait;
11. apabila laporan hasil uji sebagaimana dinyatakan
pada angka 10 belum tersedia, Pemohon dapat
menyampaikan contoh produk kepada LSPro untuk
diuji di laboratorium yang memiliki perjanjian alih
daya dengan LSPro; dan
12. apabila telah tersedia, menyertakan Sertifikat
Penerapan Sistem Manajemen Mutu berdasarkan
SNI ISO 9001 atau Sistem Manajemen Keamanan
Pangan berdasarkan SNI ISO 22000 atau HACCP
berdasarkan SNI CAC/RCP 1 dari Lembaga
Sertifikasi yang diakreditasi oleh KAN atau oleh
badan akreditasi penandatangan International
Accreditation Forum (IAF)/Asia Pacific Accreditation
Cooperation (APAC) Multilateral Recognition
Agreement (MLA) dengan ruang lingkup yang sesuai.
Informasi pada butir 4, butir 5, butir 10, dan butir 11
tidak perlu dilampirkan apabila Pemohon melakukan
pengemasan ulang produk yang dihasilkan oleh pihak
lain yang telah memiliki sertifikat kesesuaian produk
atau Surat Persetujuan Penggunaan Tanda (SPPT) SNI.
- 890 -

2. Tinjauan permohonan Sertifikasi


LSPro harus memastikan bahwa informasi yang diperoleh dari
permohonan Sertifikasi yang diajukan oleh Pemohon telah
lengkap dan memenuhi persyaratan.

3. Penandatanganan perjanjian Sertifikasi


Setelah permohonan Sertifikasi dinyatakan lengkap dan
Pemohon menyetujui persyaratan dan prosedur Sertifikasi
yang ditetapkan oleh LSPro sesuai dengan persyaratan SNI
ISO/IEC 17065, perjanjian Sertifikasi ditandatangani oleh
Pemohon dan LSPro.

4. Penyusunan rencana evaluasi


Berdasarkan informasi yang diperoleh dari persyaratan
permohonan Sertifikasi yang disampaikan oleh Pemohon,
LSPro menetapkan rencana evaluasi yang mencakup:
a. jenis/tipe/varian produk yang diajukan untuk
disertifikasi dan metode pengambilan contoh sesuai
dengan persyaratan SNI 01-4086-1996 yang diperlukan
untuk pengujian produk dan mewakili contoh produk
yang diusulkan untuk disertifikasi;
b. informasi SNI yang digunakan sebagai dasar Sertifikasi
berdasarkan permohonan yang diajukan oleh Pemohon
Sertifikasi;
c. waktu yang diperlukan untuk pelaksanaan pengujian
berdasarkan standar acuan metode uji yang
dipersyaratkan; dan
d. waktu, lokasi pelaksanaan dan agenda inspeksi pabrik
atau asesmen proses produksi yang relevan dengan
pelaksanaan produksi produk yang diajukan untuk
disertifikasi, serta personel kompeten yang melakukan
evaluasi.

5. Pelaksanaan evaluasi awal terhadap produk


5.1. Pelaksanaan evaluasi awal terhadap produk mencakup:
a. Pemeriksaan awal terhadap kesesuaian informasi
produk dan proses produksi yang disampaikan
- 891 -

Pemohon pada huruf E angka 1 terhadap lingkup


produk yang ditetapkan dalam SNI dan peraturan
terkait.
b. Pengujian awal terhadap contoh produk berdasarkan
persyaratan mutu dalam SNI. Pengujian awal
dilakukan berdasarkan laporan hasil uji dari
laboratorium yang disampaikan Pemohon, yang
mencakup seluruh persyaratan mutu dalam SNI 01-
4086-1996. Apabila laporan hasil uji tersebut
menunjukkan bahwa seluruh persyaratan mutu
dalam SNI tersebut telah terpenuhi, maka produk
yang diajukan untuk disertifikasi dianggap telah
memenuhi persyaratan pengujian awal.

5.2. Apabila hasil evaluasi awal menunjukkan ketidaksesuaian


terhadap persyaratan SNI, Pemohon harus diberi
kesempatan untuk melakukan tindakan perbaikan dalam
jangka waktu tertentu sesuai dengan kebijakan LSPro.

6. Pelaksanaan inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi


6.1 Inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi harus
dilakukan pada saat pabrik melakukan produksi, atau
pada kondisi tertentu dilakukan melalui simulasi proses
produksi produk yang diajukan untuk disertifikasi.

6.2 Inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi dilakukan


terhadap:
1. tanggung jawab dan komitmen personel penanggung
jawab pabrik terhadap konsistensi pemenuhan
produk terhadap persyaratan SNI;
2. ketersediaan dan pengendalian dokumentasi
informasi prosedur dan rekaman pengendalian mutu,
termasuk pengujian rutin;
3. fasilitas, lokasi, desain dan tata letak, bangunan,
sanitasi peralatan, sanitasi ruang proses, dan higiene
personel sesuai dengan ketentuan yang berlaku
tentang Cara Produksi Pangan Olahan yang Baik;
- 892 -

4. tahapan kritis proses produksi, mulai dari bahan


baku sampai produk akhir paling sedikit pada
tahapan sebagaimana dimaksud dalam huruf G;
5. kelengkapan serta fungsi peralatan produksi
termasuk peralatan pengendalian mutu, paling sedikit
harus mempunyai alat pencampur dan alat pengukur
berat;
6. bukti verifikasi berdasarkan hasil kalibrasi atau hasil
verifikasi peralatan produksi sebagaimana disebutkan
pada huruf e yang membuktikan bahwa peralatan
tersebut memenuhi persyaratan produksi. Hasil
verifikasi peralatan produksi dapat ditunjukkan
dengan prosedur yang diperlukan untuk mencapai
kondisi atau persyaratan yang ditetapkan;
7. bukti tera atau tera ulang alat pengukuran produk
dalam kemasan akhir;
8. pengendalian dan penanganan produk yang tidak
sesuai; dan
9. pengemasan, penanganan, dan penyimpanan produk,
termasuk di gudang akhir produk yang siap
diedarkan.

6.3 Apabila Pabrik telah menerapkan dan mendapatkan


sertifikat Sistem Manajemen Mutu berdasarkan SNI ISO
22000 atau HACCP berdasarkan SNI CAC/RCP 1 dari
Lembaga Sertifikasi yang diakreditasi oleh KAN atau oleh
badan akreditasi penandatangan IAF/APAC MLA dengan
ruang lingkup yang sesuai, maka inspeksi pabrik atau
asesmen proses produksi dilakukan terhadap
implementasi sistem manajemen terkait mutu produk
tersebut dan pasal 6.2 huruf d dan huruf e.

6.4 Apabila pabrik telah menerapkan Sistem Manajemen Mutu


berdasarkan SNI ISO 9001 dari Lembaga Sertifikasi yang
diakreditasi oleh KAN atau oleh badan akreditasi
penandatangan IAF/APAC MLA dengan ruang lingkup
yang sesuai, maka inspeksi pabrik atau asesmen proses
- 893 -

produksi dilakukan terhadap implementasi sistem


manajemen terkait mutu produk tersebut dan pasal 6.2
huruf c, huruf d, dan huruf e.

6.5 Dalam hal pemohon melakukan pengemasan ulang produk


yang dihasilkan oleh pihak lain, berlaku ketentuan
berikut:
a. apabila pihak lain tersebut telah memiliki sertifikat
kesesuaian produk atau Surat Persetujuan
Penggunaan Tanda (SPPT) SNI, maka inspeksi pabrik
atau asesmen proses produksi sebagaimana
dimaksud pada butir 6.2 dilakukan di lokasi pemohon
pada tahapan pengemasan; atau
b. apabila pihak lain tersebut belum memiliki sertifikat
kesesuaian produk atau Surat Persetujuan
Penggunaan Tanda (SPPT) SNI, maka inspeksi pabrik
atau asesmen proses produksi sebagaimana
dimaksud pada butir 6.2 dilakukan di lokasi
pembuatan produk yang dimiliki oleh pihak lain dan
di lokasi pemohon.

6.6 Selama inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi,


LSPro melakukan pengambilan contoh produk oleh
petugas pengambil contoh dan selanjutnya diuji di
laboratorium milik LSPro atau Laboratorium yang telah
memiliki perjanjian alih daya dengan LSPro.

6.7 Apabila berdasarkan hasil inspeksi pabrik atau asesmen


proses produksi, termasuk hasil pengujian, tidak
diperoleh bukti-bukti yang kuat untuk menjamin
konsistensi produk terhadap persyaratan SNI, maka
Pemohon harus diberi kesempatan untuk melakukan
tindakan perbaikan dalam jangka waktu tertentu sesuai
dengan kebijakan LSPro.
- 894 -

7. Tinjauan
7.1. Tinjauan Hasil Evaluasi dilakukan terhadap:
a. Hasil evaluasi awal terhadap produk untuk
menunjukkan bahwa contoh produk yang mewakili
produk memenuhi persyaratan SNI yang diajukan
oleh Pemohon sebagai dasar permohonan Sertifikasi.
b. Hasil inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi
atau bukti obyektif untuk menunjukkan bahwa
pabrik memiliki proses produksi yang didukung
dengan segala sumber daya yang diperlukan untuk
menghasilkan produk yang secara konsisten dan
memenuhi persyaratan SNI yang diajukan oleh
Pemohon sebagai dasar permohonan Sertifikasi.

7.2. Tinjauan hasil evaluasi dinyatakan dalam bentuk


rekomendasi tertulis tentang pemenuhan SNI yang
diajukan oleh Pemohon untuk produk yang diajukan
untuk disertifikasi.

8. Penetapan keputusan Sertifikasi


8.1. Penetapan keputusan Sertifikasi dilakukan berdasarkan
rekomendasi yang dihasilkan dari proses tinjauan.

8.2. Penetapan keputusan Sertifikasi harus dilakukan oleh


satu atau sekelompok orang yang tidak terlibat dalam
proses evaluasi.

8.3. Penetapan keputusan Sertifikasi dapat dilakukan oleh


satu atau sekelompok orang yang sama dengan yang
melakukan tinjauan.

8.4. Rekomendasi untuk keputusan Sertifikasi berdasarkan


hasil tinjauan harus didokumentasikan, kecuali tinjauan
dan keputusan Sertifikasi diselesaikan secara bersamaan
oleh satu atau sekelompok orang yang sama.
- 895 -

8.5. LSPro harus memberitahu Pemohon Sertifikasi terkait


alasan menunda atau tidak memberikan keputusan
Sertifikasi, dan harus mengidentifikasikan alasan
keputusan tersebut. Apabila Pemohon Sertifikasi
menunjukkan keinginan untuk melanjutkan proses
Sertifikasi, LSPro dapat memulai kembali dari proses
evaluasi (angka 5).

9. Penerbitan sertifikat
Sertifikat kesesuaian terhadap persyaratan SNI diterbitkan
sesuai ketentuan sebagai berikut:
a. Sertifikat diterbitkan oleh LSPro setelah penetapan
keputusan Sertifikasi,
b. Sertifikat paling sedikit harus memuat:
1. nomor sertifikat atau identifikasi unik lainnya;
2. nomor atau identifikasi lain dari skema Sertifikasi;
3. nama dan alamat LSPro;
4. nama dan alamat Pemohon (pemegang sertifikat);
5. acuan ke perjanjian Sertifikasi;
6. pernyataan kesesuaian yang mencakup:
a. nama, merek, dan spesifikasi produk
yang.dinyatakan memenuhi persyaratan;
b. SNI yang menjadi dasar Sertifikasi;
c. nama dan alamat lokasi produksi; dan
d. informasi terkait proses Sertifikasi.
7. status akreditasi atau pengakuan LSPro;
8. tanggal penerbitan sertifikat;
9. tanggal berakhir masa berlaku sertifikat yaitu 4
(empat) tahun sejak tanggal penerbitan sertifikat;
10. tanda tangan yang mengikat secara hukum dari
personel yang bertindak atas nama LSPro sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

10. Surveilans dan Sertifikasi ulang


10.1. LSPro harus melaksanakan surveilans paling sedikit 2
(dua) kali dalam periode Sertifikasi. Dalam hal ini berlaku
ketentuan sebagai berikut:
- 896 -

a. Surveilans pertama dilakukan melalui kegiatan:


1. Inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi;
dan/atau
2. Pengujian terhadap contoh produk yang akan
beredar.
Pemilihan jenis kegiatan pada surveilans pertama
tersebut dilakukan berdasarkan penilaian LSPro
atas hasil Sertifikasi sebelumnya.
Apabila surveilans pertama hanya dilakukan
melalui kegiatan pengujian terhadap contoh produk
yang akan beredar, penerima sertifikat harus
menyampaikan dokumentasi pengendalian mutu
proses produksi sejak penerbitan sertifikat sampai
dilakukan surveilans pertama.
b. Surveilans kedua dilakukan melalui kegiatan:
1. Inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi;
dan
2. Pengujian terhadap contoh produk yang akan
atau telah beredar.

10.2. LSPro harus melaksanakan Sertifikasi ulang paling


lambat pada bulan ke-42 (empat puluh dua) (empat
puluh dua) setelah penetapan Sertifikasi, melalui
kegiatan sebagaimana tercantum dalam angka 6.

F. Penggunaan tanda SNI


1. Penggunaan tanda SNI dilakukan setelah mendapatkan
persetujuan penggunaan Tanda SNI melalui Surat
Persetujuan Penggunaan Tanda (SPPT) SNI yang dikeluarkan
oleh BSN sesuai dengan ketentuan dalam Peraturan Kepala
BSN mengenai Tata Cara Penggunaan Tanda SNI dan Tanda
Kesesuaian Berbasis SNI.

2. Tanda SNI sebagai bukti kesesuaian produk yang telah


memenuhi SNI adalah sebagai berikut:
- 897 -

Dengan ukuran:

Keterangan:
y = 11x
r = 0,5x

G. Tahapan kritis proses produksi produk gula pasir berstevia


Tahapan kritis
No. Penjelasan tahapan kritis
proses produksi
1. Pemilihan Bahan baku, bahan tambahan pangan
bahan baku, dan bahan kemasan harus memenuhi
bahan pagan persyaratan yang ditetapkan atau
lain, bahan peraturan yang terkait.
tambahan Bahan baku gula kristal putih dan gula
pangan dan kristal rafinasi yang digunakan harus
bahan kemasan memenuhi persyaratan SNI yang
dibuktikan dengan adanya tanda SNI
pada kemasan.
2. Pencampuran Pencampuran dilakukan dengan
metode yang dikendalikan sesuai
dengan komposisi yang ditentukan.
- 898 -

3. Pengemasan Produk dikemas dalam wadah yang


tertutup rapat, tidak mempengaruhi
atau dipengaruhi isi, aman selama
penyimpanan dan pengangkutan.
4. Penandaan Penandaan dilakukan sesuai dengan
persyaratan SNI dan regulasi terkait.

pemohon dapat berbeda

KEPALA BADAN STANDARDISASl NASIONAL

REPUBLIK INDONESIA,

TTD

BAMBANG PRASETYA

Salig.aH-^Be§uai dengan aslinya


Kepala Bipd*^ Manusia, Organisasi, dan Hukum

Margahayu
- 899 -

LAMPIRAN LVIII
PERATURAN BADAN STANDARDISASI NASIONAL
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 1 TAHUN 2020
TENTANG
SKEMA PENILAIAN KESESUAIAN TERHADAP STANDAR
NASIONAL INDONESIA SEKTOR MAKANAN DAN MINUMAN

PETUNJUK TEKNIS SKEMA SERTIFIKASI PRODUK PETIS UDANG

A. Ruang lingkup
Dokumen ini berlaku untuk acuan pelaksanaan Sertifikasi produk
petis udang dengan bahan baku air rebusan (ekstraksi) yang
diperoleh dari udang, kepala udang dan atau kulit udang yang
ditambahkan gula, garam dan mengalami pemekatan.

B. Persyaratan Sertifikasi
Persyaratan acuan Sertifikasi produk:
1. SNI 2718.1:2013 Petis udang – Bagian 1: Spesifikasi;
2. SNI 2718.2:2013 Petis udang – Bagian 2: Persyaratan bahan
baku;
3. SNI 2718.3:2013 Petis udang – Bagian 3: Penanganan dan
pengolahan;
4. SNI dan standar lain yang diacu dalam SNI 2718.1:2013Petis
udang – Bagian 1: Spesifikasi, SNI 2718.2:2013 Petis udang –
Bagian 2: Persyaratan bahan baku, dan SNI 2718.3:2013Petis
udang – Bagian 3: Penanganan dan pengolahan;
5. Peraturan yang terkait yaitu:
a. Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1999 tentang
Label dan Iklan Pangan;
b. Peraturan Pemerintah Nomor 82 tahun 2001 tentang
Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran
Air;
c. Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2004 tentang
Keamanan, Mutu dan Gizi Pangan;
- 900 -

d. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor


PER.19/MEN/2010 tentang Pengendalian Sistem Jaminan
Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan;
e. Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 75/M-
IND/PER/7/2010 tentang Cara Produksi Pangan Olahan
yang Baik (Good Manufacturing Practices);
f. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor
PER.15/MEN/2011 tentang Pengendalian Mutu dan
Keamanan Hasil Perikanan yang Masuk ke dalam Wilayah
Negara Republik Indonesia;
g. Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor
KEP.06/MEN/2002 tentang Persyaratan dan Tata Cara
Pemeriksaan Mutu Hasil Perikanan yang Masuk ke
Wilayah Republik Indonesia;
h. Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor
KEP.01/MEN/2007 tentang Persyaratan Jaminan Mutu
dan Keamanan Hasil Perikanan pada Proses Produksi,
Pengolahan dan Distribusi;
i. Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor
52A/KEPMEN-KP/2013 tentang Persyaratan Jaminan
Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan pada Proses
Produksi, Pengolahan dan Distribusi;
j. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan
Nomor 16 Tahun 2014 Tentang Perubahan Atas Peraturan
Kepala Badan Pengawas Obat Dan Makanan Nomor
Hk.03.1.23.07.11.6664 Tahun 2011 Tentang Pengawasan
Kemasan Pangan;
k. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan
Nomor 16 Tahun 2016 tentang Kriteria Mikrobiologi Dalam
Pangan Olahan; dan
l. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan
Nomor 5 Tahun 2018 tentang Batas Maksimum Cemaran
Logam Berat dalam Pangan Olahan.
6. Peraturan lain yang terkait dengan produk petis udang.
- 901 -

C. Prosedur Sertifikasi
Prosedur Sertifikasi mencakup:
1. evaluasi awal; dan
2. inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi.

D. Persyaratan Lembaga Penilaian Kesesuaian


Sertifikasi produk petis udang dilakukan oleh LPK yang telah
diakreditasi oleh KAN berdasarkan SNI ISO/IEC 17065 Penilaian
Kesesuaian – Persyaratan untuk Lembaga Sertifikasi Produk,
Proses, dan Jasa, untuk lingkup produk sebagaimana dimaksud
dalam Ruang Lingkup sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Dalam hal LPK belum ada yang diakreditasi KAN untuk melakukan
kegiatan Sertifikasi dengan ruang lingkup produk petis udang,
BSN dapat menunjuk LPK dengan ruang lingkup yang sejenis
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

E. Tahapan Sertifikasi
1. Pengajuan Permohonan Sertifikasi
1.1. Pengajuan permohonan Sertifikasi dilakukan oleh pelaku
usaha. Kriteria pelaku usaha yang dapat mengajukan
Sertifikasi sesuai Peraturan Kepala BSN mengenai tata
cara penggunaan Tanda SNI dan Tanda Kesesuaian
berbasis SNI.

1.2. Permohonan Sertifikasi harus dilengkapi dengan:


a. informasi Pemohon:
1. nama Pemohon, alamat Pemohon, serta nama dan
kedudukan atau jabatan personel yang
bertanggung jawab atas pengajuan permohonan
Sertifikasi;
2. bukti pemenuhan persyaratan izin usaha sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan;
3. pemenuhan persyaratan sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan tentang
pendaftaran dan hak kepemilikan atas merek yang
- 902 -

dikeluarkan oleh Kementerian Hukum dan Hak


Asasi Manusia;
4. apabila Pemohon melakukan pembuatan produk
dengan merek yang dimiliki oleh pihak lain,
menyertakan bukti perjanjian yang mengikat
secara hukum untuk melakukan pembuatan
produk untuk pihak lain;
5. apabila Pemohon bertindak sebagai pemilik merek
yang mensubkontrakkan proses produksinya
kepada pihak lain, menyertakan bukti
kepemilikan merek dan perjanjian subkontrak
pelaksanaan produksi dengan pihak lain;
6. apabila Pemohon bertindak sebagai perwakilan
resmi pemilik merek yang berkedudukan hukum
di luar negeri, menyertakan bukti perjanjian yang
mengikat secara hukum tentang penunjukan
sebagai perwakilan resmi pemilik merek di wilayah
Republik Indonesia; dan
7. pernyataan bahwa Pemohon Sertifikasi
bertanggung jawab penuh atas pemenuhan
persyaratan SNI dan pemenuhan persyaratan
proses Sertifikasi dan bersedia memberikan akses
terhadap lokasi dan/atau informasi yang
diperlukan oleh LSPro dalam melaksanakan
kegiatan Sertifikasi.
b. informasi produk:
1. merek produk yang diajukan untuk disertifikasi;
2. jenis/tipe/varian produk yang diajukan untuk
disertifikasi;
3. SNI yang digunakan sebagai dasar pengajuan
permohonan Sertifikasi;
4. foto produk dalam kemasan primer yang diajukan
untuk disertifikasi (dari arah depan, belakang dan
samping), serta informasi terkait kemasan primer
produk;
5. daftar bahan baku termasuk bahan penolong dan
bahan lainnya;
- 903 -

6. label produk; dan


7. apabila tersedia, foto kemasan sekunder dan
tersier produk yang diajukan untuk disertifikasi,
dari arah depan, belakang, samping, dan bagian
dalam.
c. informasi proses produksi:
1. nama, alamat, dan legalitas hukum pabrik;
2. struktur organisasi, nama dan jabatan personel
penanggung jawab proses produksi;
3. dokumentasi informasi tentang pemasok bahan
baku produk, prosedur evaluasi pemasok, serta
prosedur inspeksi bahan baku produk;
4. dokumentasi informasi tentang proses pembuatan
produk yang diajukan untuk disertifikasi,
termasuk proses yang disubkontrakkan ke pihak
lain;
5. dokumentasi informasi tentang prosedur dan
rekaman pengendalian mutu, termasuk pengujian
rutin, daftar peralatan, serta sertifikat kalibrasi
atau bukti verifikasi peralatan yang berpengaruh
terhadap mutu produk yang disertifikasi, dan
bukti atau segel tera atau tera ulang untuk alat
ukur yang digunakan dalam pengukuran berat
produk dalam kemasan akhir;
6. dokumentasi informasi tentang prosedur dan
rekaman pengendalian dan penanganan produk
yang tidak sesuai;
7. dokumentasi informasi tentang pengemasan
produk dan pengelolaan produk di gudang akhir
produk sebelum dikirimkan dan/atau diedarkan
ke wilayah Republik Indonesia;
8. lokasi gudang penyimpanan produk di wilayah
Republik Indonesia;
9. bukti izin edar produk (MD/ML atau P-IRT) sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan;
10. menyertakan laporan hasil uji yang dilakukan
paling lambat 1 (satu) tahun sebelum pengajuan
- 904 -

Sertifikasi, yang memberikan bukti pemenuhan


produk yang diajukan untuk disertifikasi terhadap
persyaratan mutu dalam SNI dan peraturan
terkait;
11. apabila laporan hasil uji sebagaimana dinyatakan
pada angka 10 belum tersedia, pelaku usaha
dapat menyampaikan contoh produk kepada
LSPro untuk diuji di laboratorium yang memiliki
perjanjian alih daya dengan LSPro; dan
12. apabila telah tersedia, menyertakan Sertifikat
Penerapan Sistem Manajemen Mutu berdasarkan
SNI ISO 9001 atau Sistem Manajemen Keamanan
Pangan berdasarkan SNI ISO 22000 atau HACCP
berdasarkan SNI CAC/RCP 1 dari Lembaga
Sertifikasi yang diakreditasi oleh KAN atau oleh
badan akreditasi penandatangan International
Accreditation Forum (IAF)/Asia Pacific Accreditation
Cooperation (APAC) Multilateral Recognition
Agreement (MLA) dengan ruang lingkup yang
sesuai.
Informasi pada butir 4, butir 5, butir 10 dan butir 11
tidak perlu dilampirkan apabila Pemohon melakukan
pengemasan ulang produk yang dihasilkan oleh pihak
lain yang telah memiliki sertifikat kesesuaian produk
atau Surat Persetujuan Penggunaan Tanda (SPPT) SNI.

2. Tinjauan permohonan Sertifikasi


LSPro harus memastikan bahwa informasi yang diperoleh dari
permohonan Sertifikasi yang diajukan oleh Pemohon telah
lengkap dan memenuhi persyaratan.

3. Penandatanganan perjanjian Sertifikasi


Setelah permohonan Sertifikasi dinyatakan lengkap dan
Pemohon menyetujui persyaratan dan prosedur Sertifikasi yang
ditetapkan oleh LSPro sesuai dengan persyaratan SNI ISO/IEC
17065, perjanjian Sertifikasi ditandatangani oleh Pemohon dan
LSPro.
- 905 -

4. Penyusunan rencana evaluasi


Berdasarkan informasi yang diperoleh dari persyaratan
permohonan Sertifikasi yang disampaikan oleh Pemohon, LSPro
menetapkan rencana evaluasi yang mencakup:
a. jenis/tipe/varian produk yang diajukan untuk disertifikasi
dan metode pengambilan contoh sesuai dengan persyaratan
SNI 2718.1:2013 Petis udang – Bagian 1: Spesifikasi, yang
diperlukan untuk pengujian produk dan mewakili contoh
produk yang diusulkan untuk disertifikasi;
b. informasi SNI yang digunakan sebagai dasar Sertifikasi
berdasarkan permohonan yang diajukan oleh Pemohon
Sertifikasi;
c. waktu yang diperlukan untuk pelaksanaan pengujian
berdasarkan standar acuan metode uji yang
dipersyaratkan; dan
d. waktu, lokasi pelaksanaan dan agenda inspeksi pabrik atau
asesmen proses produksi yang relevan dengan pelaksanaan
produksi produk yang diajukan untuk disertifikasi, serta
personel kompeten yang melakukan evaluasi.

5. Pelaksanaan evaluasi awal terhadap produk


5.1. Pelaksanaan evaluasi awal terhadap produk mencakup:
a. Pemeriksaan awal terhadap kesesuaian informasi
produk dan proses produksi yang disampaikan
Pemohon pada huruf E angka 1 terhadap lingkup
produk yang ditetapkan dalam SNI dan peraturan
terkait.
b. Pengujian awal terhadap contoh produk
berdasarkan persyaratan mutu dalam SNI.
Pengujian awal dilakukan berdasarkan laporan hasil
uji dari laboratorium yang disampaikan Pemohon,
yang mencakup seluruh persyaratan mutu dalam
SNI 2718.1:2013 Petis udang – Bagian 1: Spesifikasi.
Apabila laporan hasil uji tersebut menunjukkan
bahwa seluruh persyaratan mutu dalam SNI
tersebut telah terpenuhi, maka produk yang
- 906 -

diajukan untuk disertifikasi dianggap telah


memenuhi persyaratan pengujian awal.

5.2. Apabila hasil evaluasi awal menunjukkan


ketidaksesuaian terhadap persyaratan SNI, Pemohon
harus diberi kesempatan untuk melakukan tindakan
perbaikan dalam jangka waktu tertentu sesuai dengan
kebijakan LSPro.

6. Pelaksanaan inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi


6.1. Inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi harus
dilakukan pada saat pabrik melakukan produksi, atau
pada kondisi tertentu dilakukan melalui simulasi proses
produksi produk yang diajukan untuk disertifikasi.

6.2. Inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi dilakukan


terhadap:
a. tanggung jawab dan komitmen personel penanggung
jawab pabrik terhadap konsistensi pemenuhan
produk terhadap persyaratan SNI;
b. ketersediaan dan pengendalian dokumentasi
informasi prosedur dan rekaman pengendalian mutu,
termasuk pengujian rutin;
c. fasilitas, lokasi, desain dan tata letak, bangunan,
sanitasi peralatan, sanitasi ruang proses, dan higiene
personel sesuai dengan ketentuan yang berlaku
tentang Cara Produksi Pangan Olahan yang Baik;
d. Tahapan kritis proses produksi, mulai dari bahan
baku sampai produk akhir paling sedikit pada
tahapan sebagaimana tercantum dalam huruf G;
e. kelengkapan serta fungsi peralatan produksi
termasuk peralatan pengendalian mutu, paling sedikit
alat perebusan, alat pengaduk, keranjang, meja
proses, alat penyaring, wadah penampung dan alat
pengukur berat;
f. bukti verifikasi berdasarkan hasil kalibrasi atau hasil
verifikasi peralatan produksi sebagaimana disebutkan
- 907 -

pada huruf e yang membuktikan bahwa peralatan


tersebut memenuhi persyaratan produksi. Hasil
verifikasi peralatan produksi dapat
ditunjukkandengan prosedur yang diperlukan untuk
mencapai kondisi atau persyaratan yang ditetapkan,
g. bukti tera atau tera ulang alat pengukuran berat
produk
h. pengendalian dan penanganan produk yang tidak
sesuai; dan
i. pengemasan, penanganan, dan penyimpanan produk,
termasuk di gudang akhir produk yang siap
diedarkan.

6.3. Apabila Pabrik telah menerapkan dan mendapatkan


sertifikat Sistem Manajemen Keamanan Pangan
berdasarkan SNI ISO 22000 atau HACCP berdasarkan SNI
CAC/RCP 1 dari Lembaga Sertifikasi yang diakreditasi oleh
KAN atau oleh badan akreditasi penandatangan IAF/APAC
MLA dengan ruang lingkup yang sesuai, maka inspeksi
pabrik atau asesmen proses produksi dilakukan terhadap
implementasi sistem manajemen terkait mutu produk
tersebut dan angka 6.2 huruf d dan huruf e.

6.4. Apabila pabrik telah menerapkan dan mendapatkan


sertifikat Sistem Manajemen Mutu berdasarkan SNI ISO
9001 dari Lembaga Sertifikasi yang diakreditasi oleh KAN
atau oleh badan akreditasi penandatangan IAF/APAC MLA
dengan ruang lingkup yang sesuai, maka inspeksi pabrik
atau asesmen proses produksi dilakukan terhadap
implementasi sistem manajemen terkait mutu produk
tersebut dan angka 6.2 huruf c, huruf d, dan huruf e.

6.5. Dalam hal Pemohon melakukan pengemasan ulang produk


yang dihasilkan oleh pihak lain, berlaku ketentuan
berikut:
a. apabila pihak lain tersebut telah memiliki sertifikat
kesesuaian produk atau Surat Persetujuan
- 908 -

Penggunaan Tanda (SPPT) SNI, maka inspeksi pabrik


atau asesmen proses produksi sebagaimana
dimaksud pada angka 6.2 dilakukan di lokasi
Pemohon pada tahapan pengemasan; atau
b. apabila pihak lain tersebut belum memiliki sertifikat
kesesuaian produk atau Surat Persetujuan
Penggunaan Tanda (SPPT) SNI, maka inspeksi pabrik
atau asesmen proses produksi sebagaimana
dimaksud pada angka 6.2 dilakukan di lokasi
pembuatan produk yang dimiliki oleh pihak lain dan
di lokasi Pemohon.

6.6. Selama inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi,


LSPro melakukan pengambilan contoh produk oleh
petugas pengambil contoh dan selanjutnya diuji di
laboratorium milik LSPro atau Laboratorium yang telah
memiliki perjanjian alih daya dengan LSPro.

6.7. Apabila berdasarkan hasil inspeksi pabrik atau asesmen


proses produksi, termasuk hasil pengujian, tidak diperoleh
bukti-bukti yang kuat untuk menjamin konsistensi produk
terhadap persyaratan SNI, maka Pemohon harus diberi
kesempatan untuk melakukan tindakan perbaikan dalam
jangka waktu tertentu sesuai dengan kebijakan LSPro.

7. Tinjauan
7.1. Tinjauan Hasil Evaluasi dilakukan terhadap:
a. Hasil evaluasi awal terhadap produk untuk
menunjukkan bahwa contoh produk yang mewakili
produk memenuhi persyaratan SNI yang diajukan
oleh Pemohon sebagai dasar permohonan Sertifikasi;
dan
b. Hasil inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi
atau bukti obyektif untuk menunjukkan bahwa
pabrik memiliki proses produksi yang didukung
dengan segala sumber daya yang diperlukan untuk
menghasilkan produk yang secara konsisten, dan
- 909 -

memenuhi persyaratan SNI yang diajukan oleh


Pemohon sebagai dasar permohonan Sertifikasi.
7.2. Tinjauan hasil evaluasi dinyatakan dalam bentuk
rekomendasi tertulis tentang pemenuhan SNI yang
diajukan oleh Pemohon untuk produk yang diajukan
untuk disertifikasi.

8. Penetapan keputusan Sertifikasi


8.1. Penetapan keputusan Sertifikasi dilakukan berdasarkan
rekomendasi yang dihasilkan dari proses tinjauan.

8.2. Penetapan keputusan Sertifikasi harus dilakukan oleh


satu atau sekelompok orang yang tidak terlibat dalam
proses evaluasi.

8.3. Penetapan keputusan Sertifikasi dapat dilakukan oleh


satu atau sekelompok orang yang sama dengan yang
melakukan tinjauan.

8.4. Rekomendasi untuk keputusan Sertifikasi berdasarkan


hasil tinjauan harus didokumentasikan, kecuali tinjauan
dan keputusan Sertifikasi diselesaikan secara bersamaan
oleh satu atau sekelompok orang yang sama.

8.5. LSPro harus memberitahu Pemohon Sertifikasi terkait


alasan menunda atau tidak memberikan keputusan
Sertifikasi, dan harus mengidentifikasikan alasan
keputusan tersebut. Apabila Pemohon Sertifikasi
menunjukkan keinginan untuk melanjutkan proses
Sertifikasi, LSPro dapat memulai kembali dari proses
evaluasi (angka 5).

9. Penerbitan Sertifikat
Sertifikat kesesuaian terhadap persyaratan SNI diterbitkan
sesuai ketentuan sebagai berikut:
a. Sertifikat diterbitkan oleh LSPro setelah penetapan
keputusan Sertifikasi,
- 910 -

b. Sertifikat paling sedikit harus memuat:


1. nomor sertifikat atau identifikasi unik lainnya;
2. nomor atau identifikasi lain dari skema Sertifikasi;
3. nama dan alamat LSPro;
4. nama dan alamat Pemohon (pemegang sertifikat)
5. acuan ke perjanjian Sertifikasi;
6. pernyataan kesesuaian yang mencakup:
a. nama produk, merek dan spesifikasi produk yang
dinyatakan memenuhi persyaratan;
b. SNI yang menjadi dasar Sertifikasi;
c. nama dan alamat lokasi produksi; dan
d. informasi terkait proses Sertifikasi.
7. status akreditasi atau pengakuan LSPro;
8. tanggal penerbitan sertifikat;
9. tanggal berakhir masa berlaku sertifikat yaitu 4
(empat) tahun sejak tanggal penerbitan sertifikat;
10. tanda tangan yang mengikat secara hukum dari
personel yang bertindak atas nama LSPro sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

10. Surveilans dan Sertifikasi ulang


10.1. LSPro harus melaksanakan surveilans paling sedikit 2
(dua) kali dalam periode Sertifikasi. Dalam hal ini berlaku
ketentuan sebagai berikut:
a. Surveilans pertama dilakukan melalui kegiatan:
1. Inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi;
dan/atau
2. Pengujian terhadap contoh produk yang akan
beredar.
Pemilihan jenis kegiatan pada surveilans pertama
tersebut dilakukan berdasarkan penilaian LSPro
atas hasil Sertifikasi sebelumnya.
Apabila surveilans pertama hanya dilakukan melalui
kegiatan pengujian terhadap contoh produk yang
akan beredar, penerima sertifikat harus
menyampaikan dokumentasi pengendalian mutu
- 911 -

proses produksi sejak penerbitan sertifikat sampai


dilakukan surveilans pertama.

b. Surveilans kedua dilakukan melalui kegiatan:


1. Inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi;
dan
2. Pengujian terhadap contoh produk yang akan
atau telah beredar.

10.2. LSPro harus melaksanakan Sertifikasi ulang paling


lambat pada bulan ke-42 (empat puluh dua) setelah
penetapan Sertifikasi, melalui kegiatan sebagaimana
tercantum dalam angka 6.

F. Penggunaan Tanda SNI


1. Penggunaan tanda SNI dilakukan setelah mendapatkan
persetujuan penggunaan Tanda SNI melalui Surat Persetujuan
Penggunaan Tanda (SPPT) SNI yang dikeluarkan oleh BSN
sesuai dengan kriteria yang ditetapkan pada Peraturan Kepala
BSN mengenai tata cara penggunaan Tanda SNI dan Tanda
Kesesuaian berbasis SNI.

2. Tanda SNI sebagai bukti kesesuaian produk yang telah


memenuhi SNI adalah sebagai berikut:
- 912 -

Dengan ukuran:

Keterangan:
y = 11x
r = 0,5x

G. Tahapan kritis proses produksi produk petis udang


Tahapan kritis
No. Penjelasan tahapan kritis
proses produksi
1. Pemilihan bahan Bahan baku adalah air rebusan yang
baku diperoleh dari udang, kepala udang dan
atau kulit udang, yang berbau spesifik
udang segar. Udang berasal dari perairan
yang tidak tercemar.
Bahan baku disaring diuji secara
organoleptik dan ditangani secara cepat,
cermat, saniter sesuai dengan prinsip
teknik penanganan yang baik dan benar
untuk mendapatkan bahan baku sesuai
spesifikasi mutu dan keamanan hasil
perikanan.
2. Pemilihan bahan Air yang dipakai sebagai bahan penolong
penolong untuk kegiatan di unit pengolahan
memenuhi persyaratan kualitas air
minum sesuai dengan ketentuan tentang
syarat untuk pengawasan kualitas air
minum.
3. Pemilihan bahan Bahan lainnya yang digunakan adalah
lainnya garam dan gula. Garam yang digunakan
sesuai SNI 01-4435-2000. Dalam
penggunaannya garam ditangani dan
disimpan ditempat yang bersih agar
terhindar dari kontaminasi.
Gula pasir yang digunakan sebagai bahan
lainnya harus memenuhi SNI
3140.3:2010 yang dibuktikan dengan
- 913 -

Tahapan kritis
No. Penjelasan tahapan kritis
proses produksi
adanya tanda SNI pada kemasan.
Bahan tersebut diuji secara organoleptik
dan ditangani secara cepat, cermat,
saniter sesuai dengan prinsip teknik
penanganan yang baik dan benar untuk
mendapatkan bahan sesuai spesifikasi.
4. Pemilihan bahan Kemasan dan label yang diterima di unit
kemasan dan label pengolahan diverifikasi terkait
keamananpangan, dan terlindung dari
sumber kontaminasi kemudian disimpan
pada gudang penyimpanan yang saniter
untuk mendapatkan kemasan dan label
yang sesuai spesifikasi untuk pangan.
5. Pemekatan Pemekatan dilakukan dengan
pemanasan/perebusan bahan baku
dengan penambahan gula dan garam
dengan komposisi tertentu dan dilakukan
pengadukan terus menerusuntuk
mendapatkan produk sesuai spesifikasi
yang diinginkan
6. Pendinginan Pendinginan dilakukan secara cermat dan
saniter pada suhu ruang untuk
mendapatkan petis udang sesuai
spesifikasi.
7. Pengemasan Petis udang dikemas dengan cepat,
cermat dan saniter untuk mendapatkan
produk yang aman dikonsumsi dan
melindungi produk darikerusakan fisik
kemasan selama penyimpanan dan
transportasi.
8. Pelabelan Setiap kemasan produk petis udang yang
akan diperdagangkan diberi tanda
dengan benardan mudah dibaca,
menggunakan bahasa yang
dipersyaratkan disertai keteranganpaling
sedikit sebagai berikut:
a) nama produk;
b) daftar bahan yang digunakan;
-914-

Taliapan Icritis
No. Penjelasan tahapan kritis
proses produksi
c) kode produksi;
d) berat bersih;
e) nama dan alamat pihak yang
memproduksi;
f) tanggal, bulan deui lahun
kedaluwarsa.

9. Penyimpanan Petis udang disimpan dalam ruang yang


kering dan bebas dari binatang
pengganggu dengan sistem penyimpanan
FIFO (First In First Out] untuk
mendapatkan produk yang aman
dikonsumsi dan melindungi produk dari
kerusakan fisik selama penyimpanan.
10. Pemuatan Fetis udang yang telah dikemas dimual
dalam alat transportasi dan terlindung
dari penyebab yang dapal merusak mutu
produk untuk mendapatkan produk yang
aman dikonsumsi dan melindungi produk
dari kerusakan fisik selama pemuatan.
Keterangan: Umtan tahapan kritis proses produksi disetiap
pemohon dapat berbeda

KEPALA BADAN STANDARDISASI NASIONAL

REPUBLIK INDONESIA,

TTD

BAMBANG PRASETYA

Sgiiogn sesuai dengan aslinya


Daya Manusia, Organisasi, dan Hukum

argahayu
- 915 -

LAMPIRAN LIX
PERATURAN BADAN STANDARDISASI NASIONAL
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 1 TAHUN 2020
TENTANG
SKEMA PENILAIAN KESESUAIAN TERHADAP STANDAR
NASIONAL INDONESIA SEKTOR MAKANAN DAN MINUMAN

PETUNJUK TEKNIS SKEMA SERTIFIKASI PRODUK IKAN DAN PRODUK


PERIKANAN YANG DIBEKUKAN

A. Ruang lingkup
1. Dokumen ini berlaku untuk acuan pelaksanaan Sertifikasi
produk ikan, filet ikan dan produk perikanan segar termasuk
moluska, krustase dan ekinodermata yang mengalami proses
pembekuan sesuai dengan lingkup SNI sebagai berikut:
No Nama Produk Persyaratan SNI
1. Ikan beku SNI 4110:2014 Ikan beku
2. Hiu utuh beku SNI 01-7145.1-2005 Hiu utuh beku -
Bagian 1: Spesifikasi
SNI 01-7145.2-2005 Hiu utuh beku -
Bagian 2: Persyaratan bahan baku
SNI 01-7145.3-2005 Hiu utuh beku -
Bagian 3: Penanganan dan pengolahan
3. Tuna loin beku SNI 4104: 2015 Tuna loin beku
4. Marlin loin beku SNI 01-7263.1-2006 Marlin loin beku -
Bagian 1: Spesifikasi
SNI 01-7263.2-2006 Marlin loin beku -
Bagian 2: Persyaratan bahan baku
SNI 01-7263.3-2006 Marlin loin beku -
Bagian 3: Penanganan dan pengolahan
5. Bandeng cabut SNI 7316.1:2009 Bandeng cabut duri
duri beku beku - Bagian 1: Spesifikasi
SNI 7316.2:2009 Bandeng cabut duri
beku - Bagian 2: Persyaratan bahan baku
SNI 7316.3:2009 Bandeng cabut duri
beku - Bagian 3: Penanganan dan
pengolahan
- 916 -

No Nama Produk Persyaratan SNI


6. Sirip cucut segar SNI 01-3229-1992 Sirip cucut segar beku
beku SNI 01-3229.1-1992 Persyaratan bahan
baku sirip cucut segar beku
SNI 01-3229.2-1992 Penanganan dan
pengolahan sirip cucut segar beku
7. Filet ikan ekor SNI 01-6161-1999 Filet ikan ekor kuning
kuning beku beku
8. Fillet ikan beku SNI 2696:2013 Fillet ikan beku
9. Sate tuna beku SNI 7320.1:2009 Sate tuna beku - Bagian
1: Spesifikasi
SNI 7320.2:2009 Sate tuna beku - Bagian
2: Persyaratan bahan baku
SNI 7320.3:2009 Sate tuna beku - Bagian
3: Penanganan dan pengolahan
10. Tuna ground meat SNI 7691.1:2013 Tuna ground meat beku
beku - Bagian 1: Spesifikasi
SNI 7691.2:2013 Tuna ground meat beku
- Bagian 2: Persyaratan bahan baku
SNI 7691.3:2013 Tuna ground meat beku
- Bagian 3: Penanganan dan pengolahan
11. Tuna slice beku SNI 7692.1:2013 Tuna slice beku - Bagian
1: Spesifikasi
SNI 7692.2:2013 Tuna slice beku - Bagian
2: Persyaratan bahan baku
SNI 7692.3:2013 Tuna slice beku - Bagian
3: Penanganan dan pengolahan
12. Steak ikan beku SNI 8271:2016 Steak ikan beku
13. Udang beku SNI 2705:2014 Udang beku
14. Udang kupas SNI 3457:2014 Udang kupas mentah
mentah beku beku
15. Lobster beku SNI 2711.1:2009 Lobster beku - Bagian 1:
Spesifikasi
SNI 2711.2:2009 Lobster beku - Bagian 2:
Persyaratan bahan baku
SNI 2711.3:2009 Lobster beku - Bagian 3:
Penanganan dan pengolahan
16. Cumi-cumi beku SNI 2731.1:2010 Cumi-cumi beku -
Bagian 1: Spesifikasi
- 917 -

No Nama Produk Persyaratan SNI


SNI 2731.2:2010 Cumi-cumi beku -
Bagian 2: Persyaratan bahan baku
SNI 2731.3:2010 Cumi-cumi beku -
Bagian 3: Penanganan dan pengolahan
17. Scallop beku SNI 3230.1:2010 Scallop (Amusium
pleuronectes) beku - Bagian 1: Spesifikasi
SNI 3230.2:2010 Scallop (Amusium
pleuronectes) beku - Bagian 2:
Persyaratan bahan baku
SNI 3230.3:2010 Scallop (Amusium
pleuronectes) beku - Bagian 3:
Penanganan dan pengolahan
18. Sotong utuh beku SNI 6926.1:2011 Sotong (Sepia spp.) utuh
beku - Bagian 1: Spesifikasi
SNI 6926.2:2011 Sotong (Sepia spp.) utuh
beku - Bagian 2: Persyaratan bahan baku
SNI 6926.3:2011 Sotong (Sepia spp.) utuh
beku - Bagian 3: Penanganan dan
pengolahan
19. Gurita mentah beku SNI 6941:2017 Gurita mentah beku
20. Kepiting kulit SNI 7560.1:2010 Kepiting (Scylla Serrata)
lunak beku kulit lunak beku - Bagian 1: Spesifikasi
SNI 7560.2:2010 Kepiting (Scylla serrata)
kulit lunak beku - Bagian 2: Persyaratan
bahan baku
SNI 7560.3:2010 Kepiting (Scylla serrata)
kulit lunak beku - Bagian 3: Penanganan
dan pengolahan
21. Belut beku SNI 7660.1:2013 Belut (Monopterus albus)
beku - Bagian 1: Spesifikasi
SNI 7660.2:2013 Belut (Monopterus albus)
beku - Bagian 2: Persyaratan bahan baku
SNI 7660.3:2013 Belut (Monopterus albus)
beku - Bagian 3: Penanganan dan
pengolahan
22. Tuna loin masak SNI 7968:2014 Tuna loin masak beku
beku
23. Udang masak SNI 3458:2016 Udang masak beku
beku
- 918 -

No Nama Produk Persyaratan SNI


24. Daging kerang SNI 3460:2017 Daging kerang masak
masak beku beku
25. Udang kupas SNI 3459.1:2011 Udang kupas rebus
rebus beku untuk beku untuk sushi ebi - Bagian 1:
sushi ebi Spesifikasi
SNI 3459.2:2011 Udang kupas rebus
beku untuk sushi ebi - Bagian 2:
Persyaratan bahan baku
SNI 3459.3:2011 Udang kupas rebus
beku untuk sushi ebi - Bagian 3:
Penanganan dan pengolahan
26. Lobster utuh SNI 3228.1:2010 Lobster utuh rebus beku
rebus beku - Bagian 1: Spesifikasi
SNI 3228.2:2010 Lobster utuh rebus beku
- Bagian 2: Persyaratan bahan baku
SNI 3228.3:2010 Lobster utuh rebus beku
- Bagian 3: Penanganan dan pengolahan
27. Bekicot rebus SNI 2727.1:2013 Bekicot (Achatina spp.)
beku rebus beku - Bagian 1: Spesifikasi
SNI 2727.2:2013 Bekicot (Achatina spp.)
rebus beku - Bagian 2: Persyaratan bahan
baku
SNI 2727.3:2013 Bekicot (Achatina spp.)
rebus beku - Bagian 3: Penanganan dan
pengolahan
28. Daging kepiting SNI 3231.1:2010 Daging kepiting rebus
rebus beku dalam beku dalam kemasan - Bagian 1:
kemasan Spesifikasi
SNI 3231.2:2010 Daging kepiting rebus
beku dalam kemasan - Bagian 2:
Persyaratan bahan baku
SNI 3231.3:2010 Daging kepiting rebus
beku dalam kemasan - Bagian 3:
Penanganan dan pengolahan
29. Keong utuh rebus SNI 01-7146.1-2005 Keong (Babylonia
beku spp) utuh rebus beku - Bagian 1:
Spesifikasi
SNI 01-7146.2-2005 Keong (Babylonia
spp) utuh rebus beku - Bagian 2:
- 919 -

No Nama Produk Persyaratan SNI


Persyaratan bahan baku
SNI 01-7146.3-2005 Keong (Babylonia
spp) utuh rebus beku - Bagian 3:
Penanganan dan pengolahan
30. Sidat panggang SNI 7967:2014 Sidat panggang beku
beku

2. Dokumen ini tidak berlaku untuk Sertifikasi produk yang


mengalami pengolahan lebih lanjut.

B. Persyaratan Sertifikasi
Persyaratan acuan Sertifikasi produk:
1. SNI sebagaimana dimaksud dalam huruf A;
2. SNI dan standar lain yang diacu dalam SNI sebagaimana
dimaksud dalam huruf A;
3. Peraturan yang terkait yaitu:
a. Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1999 tentang
Label dan Iklan Pangan;
b. Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2004 tentang
Keamanan, Mutu dan Gizi Pangan;
c. Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor
KEP.06/MEN/2002 tentang Persyaratan dan Tata Cara
Pemeriksaan Mutu Hasil Perikanan yang Masuk ke dalam
Wilayah Negara Republik Indonesia;
d. Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 75/M-
IND/PER/7/2010 tentang Cara Produksi Pangan Olahan
yang Baik (Good Manufacturing Practices);
e. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor
PER.19/MEN/2010 tentang Pengendalian Sistem Jaminan
Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan;
f. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor
PER.15/MEN/2011 tentang Pengendalian Mutu dan
Keamanan Hasil Perikanan yang Masuk ke dalam Wilayah
Negara Republik Indonesia;
g. Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor
52A/KEPMEN-KP/2013 tentang Persyaratan Jaminan
- 920 -

Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan pada Proses


Produksi, Pengolahan dan Distribusi;
h. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan
Nomor 16 Tahun 2016 tentang Kriteria Mikrobiologi dalam
Pangan Olahan;
i. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan
Nomor 5 Tahun 2018 tentang Batas Maksimum Cemaran
Logam Berat dalam Pangan Olahan; dan
j. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan
Nomor 8 Tahun 2018 tentang Batas Maksimum Cemaran
Kimia dalam Pangan Olahan.
4. Peraturan lain yang terkait dengan produk ikan dan produk
perikanan yang dibekukan.

C. Prosedur Sertifikasi
Prosedur Sertifikasi mencakup:
1. evaluasi awal; dan
2. inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi.

D. Persyaratan Lembaga Penilaian Kesesuaian


Sertifikasi produk ikan dan produk perikanan yang dibekukan
dilakukan oleh LPK yang telah diakreditasi oleh KAN berdasarkan
SNI ISO/IEC 17065 Penilaian Kesesuaian – Persyaratan untuk
Lembaga Sertifikasi Produk, Proses, dan Jasa, untuk lingkup
produk sebagaimana dimaksud dalam Ruang Lingkup sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Dalam hal LPK belum ada yang diakreditasi KAN untuk melakukan
kegiatan Sertifikasi dengan ruang lingkup produk produk ikan dan
produk perikanan yang dibekukan, BSN dapat menunjuk LPK
dengan ruang lingkup yang sejenis sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.

E. Tahapan Sertifikasi
1. Pengajuan Permohonan Sertifikasi
1.1. Pengajuan permohonan Sertifikasi dilakukan oleh pelaku
usaha. Kriteria pelaku usaha yang dapat mengajukan
Sertifikasi sesuai Peraturan BSN mengenai tata cara
- 921 -

penggunaan Tanda SNI dan Tanda Kesesuaian berbasis


SNI.

1.2. Permohonan Sertifikasi harus dilengkapi dengan:


a. informasi Pemohon:
1. nama Pemohon, alamat Pemohon, serta nama dan
kedudukan atau jabatan personel yang
bertanggung jawab atas pengajuan permohonan
Sertifikasi;
2. bukti pemenuhan persyaratan izin usaha sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan;
3. pemenuhan persyaratan sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan tentang
pendaftaran dan hak kepemilikan atas merek yang
dikeluarkan oleh Kementerian Hukum dan Hak
Asasi Manusia;
4. apabila Pemohon melakukan pembuatan produk
dengan merek yang dimiliki oleh pihak lain,
menyertakan bukti perjanjian yang mengikat
secara hukum untuk melakukan pembuatan
produk untuk pihak lain;
5. apabila Pemohon bertindak sebagai pemilik merek
yang mensubkontrakkan proses produksinya
kepada pihak lain, menyertakan bukti
kepemilikan merek dan perjanjian subkontrak
pelaksanaan produksi dengan pihak lain;
6. apabila Pemohon bertindak sebagai perwakilan
resmi pemilik merek yang berkedudukan hukum
di luar negeri, menyertakan bukti perjanjian yang
mengikat secara hukum tentang penunjukan
sebagai perwakilan resmi pemilik merek di wilayah
Republik Indonesia; dan
7. pernyataan bahwa Pemohon Sertifikasi
bertanggung jawab penuh atas pemenuhan
persyaratan SNI dan pemenuhan persyaratan
proses Sertifikasi dan bersedia memberikan akses
terhadap lokasi dan/atau informasi yang
- 922 -

diperlukan oleh LSPro dalam melaksanakan


kegiatan Sertifikasi.
b. informasi produk:
1. merek produk yang diajukan untuk disertifikasi;
2. jenis/tipe/varian produk yang diajukan untuk
disertifikasi;
3. SNI yang digunakan sebagai dasar pengajuan
permohonan Sertifikasi;
4. foto produk dalam kemasan primer yang diajukan
untuk disertifikasi (dari arah depan, belakang dan
samping), serta informasi terkait kemasan primer
produk;
5. daftar bahan baku termasuk bahan tambahan
pangan;
6. label produk; dan
7. apabila tersedia, foto kemasan sekunder dan
tersier produk yang diajukan untuk disertifikasi,
dari arah depan, belakang, samping, dan bagian
dalam.
c. informasi proses produksi:
1. nama, alamat, dan legalitas hukum pabrik;
2. struktur organisasi, nama dan jabatan personel
penanggung jawab proses produksi;
3. dokumentasi informasi tentang pemasok bahan
baku produk, prosedur evaluasi pemasok, serta
prosedur inspeksi bahan baku produk;
4. dokumentasi informasi tentang proses pembuatan
produk yang diajukan untuk disertifikasi,
termasuk proses yang disubkontrakkan ke pihak
lain;
5. dokumentasi informasi tentang prosedur dan
rekaman pengendalian mutu, termasuk pengujian
rutin, daftar peralatan, serta sertifikat kalibrasi
atau bukti verifikasi peralatan yang berpengaruh
terhadap mutu produk yang disertifikasi, dan
bukti atau segel tera atau tera ulang untuk alat
- 923 -

ukur yang digunakan dalam pengukuran berat


produk dalam kemasan akhir;
6. dokumentasi informasi tentang prosedur dan
rekaman pengendalian dan penanganan produk
yang tidak sesuai;
7. dokumentasi informasi tentang pengemasan
produk dan pengelolaan produk di gudang akhir
produk sebelum dikirimkan dan/atau diedarkan
ke wilayah Republik Indonesia;
8. lokasi gudang penyimpanan produk di wilayah
Republik Indonesia;
9. bukti izin edar produk (MD/ML) sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan;
10. menyertakan laporan hasil uji yang dilakukan
paling lambat 1 (satu) tahun sebelum pengajuan
Sertifikasi, yang memberikan bukti pemenuhan
produk yang diajukan untuk disertifikasi terhadap
persyaratan mutu dalam SNI dan peraturan
terkait;
11. apabila laporan hasil uji sebagaimana dinyatakan
pada angka 10 belum tersedia, pelaku usaha
dapat menyampaikan contoh produk kepada
LSPro untuk diuji di laboratorium yang memiliki
perjanjian alih daya dengan LSPro; dan
12. apabila telah tersedia, menyertakan Sertifikat
Penerapan Sistem Manajemen Mutu berdasarkan
SNI ISO 9001 atau Sistem Manajemen Keamanan
Pangan berdasarkan SNI ISO 22000 atau HACCP
berdasarkan SNI CAC/RCP 1 dari Lembaga
Sertifikasi yang diakreditasi oleh KAN atau oleh
badan akreditasi penandatangan International
Accreditation Forum (IAF)/Asia Pacific Accreditation
Cooperation (APAC) Multilateral Recognition
Agreement (MLA) dengan ruang lingkup yang
sesuai.
Informasi pada butir 4, butir 5, butir 10 dan butir 11
tidak perlu dilampirkan apabila Pemohon melakukan
- 924 -

pengemasan ulang produk yang dihasilkan oleh pihak


lain yang telah memiliki sertifikat kesesuaian produk
atau Surat Persetujuan Penggunaan Tanda (SPPT) SNI.

2. Tinjauan permohonan Sertifikasi


LSPro harus memastikan bahwa informasi yang diperoleh dari
permohonan Sertifikasi yang diajukan oleh Pemohon telah
lengkap dan memenuhi persyaratan.

3. Penandatanganan perjanjian Sertifikasi


Setelah permohonan Sertifikasi dinyatakan lengkap dan
Pemohon menyetujui persyaratan dan prosedur Sertifikasi yang
ditetapkan oleh LSPro sesuai dengan persyaratan SNI ISO/IEC
17065, perjanjian Sertifikasi ditandatangani oleh Pemohon dan
LSPro.

4. Penyusunan rencana evaluasi


Berdasarkan informasi yang diperoleh dari persyaratan
permohonan Sertifikasi yang disampaikan oleh Pemohon, LSPro
menetapkan rencana evaluasi yang mencakup:
a. jenis/tipe/varian produk yang diajukan untuk disertifikasi
dan metode pengambilan contoh sesuai dengan
persyaratan SNI sebagaimana dimaksud dalam huruf A
yang diperlukan untuk pengujian produk dan mewakili
contoh produk yang diusulkan untuk disertifikasi;
b. informasi SNI yang digunakan sebagai dasar Sertifikasi
berdasarkan permohonan yang diajukan oleh Pemohon
Sertifikasi;
c. waktu yang diperlukan untuk pelaksanaan pengujian
berdasarkan standar acuan metode uji yang
dipersyaratkan; dan
d. waktu, lokasi pelaksanaan dan agenda inspeksi pabrik atau
asesmen proses produksi yang relevan dengan pelaksanaan
produksi produk yang diajukan untuk disertifikasi, serta
personel kompeten yang melakukan evaluasi.
- 925 -

5. Pelaksanaan evaluasi awal terhadap produk


5.1. Pelaksanaan evaluasi awal terhadap produk mencakup:
a. Pemeriksaan awal terhadap kesesuaian informasi
produk dan proses produksi yang disampaikan
Pemohon pada huruf E angka 1 terhadap lingkup
produk yang ditetapkan dalam SNI dan peraturan
terkait.
b. Pengujian awal terhadap contoh produk
berdasarkan persyaratan mutu dalam SNI.
Pengujian awal dilakukan berdasarkan laporan hasil
uji dari laboratorium yang disampaikan Pemohon,
yang mencakup seluruh persyaratan mutu dalam
SNI sebagaimana dimaksud dalam huruf A. Untuk
persyaratan suhu pusat produk, pemohon dapat
menyertakan hasil pengujian atau pernyataan
mandiri (self declaration) yang menyatakan bahwa
suhu pusat produk telah memenuhi SNI
sebagaimana dimaksud dalam huruf A. Apabila
laporan hasil uji tersebut menunjukkan bahwa
seluruh persyaratan mutu dalam SNI tersebut telah
terpenuhi, maka produk yang diajukan untuk
disertifikasi dianggap telah memenuhi persyaratan
pengujian awal.

5.2. Apabila hasil evaluasi awal menunjukkan


ketidaksesuaian terhadap persyaratan SNI, Pemohon
harus diberi kesempatan untuk melakukan tindakan
perbaikan dalam jangka waktu tertentu sesuai dengan
kebijakan LSPro.

6. Pelaksanaan inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi


6.1. Inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi harus
dilakukan pada saat pabrik melakukan produksi, atau
pada kondisi tertentu dilakukan melalui simulasi proses
produksi produk yang diajukan untuk disertifikasi.
- 926 -

6.2. Inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi dilakukan


terhadap:
a. tanggung jawab dan komitmen personel penanggung
jawab pabrik terhadap konsistensi pemenuhan
produk terhadap persyaratan SNI;
b. ketersediaan dan pengendalian dokumentasi
informasi prosedur dan rekaman pengendalian mutu,
termasuk pengujian rutin;
c. fasilitas, lokasi, desain dan tata letak, bangunan,
sanitasi peralatan, sanitasi ruang proses, dan higiene
personel sesuai dengan ketentuan yang berlaku
tentang Cara Produksi Pangan Olahan yang Baik;
d. Tahapan kritis proses produksi, mulai dari bahan
baku sampai produk akhir paling sedikit pada
tahapan sebagaimana tercantum dalam huruf G;
e. kelengkapan serta fungsi peralatan produksi
termasuk peralatan pengendalian mutu, paling sedikit
sebagaimana tercantum dalam huruf H;
f. bukti verifikasi berdasarkan hasil kalibrasi atau hasil
verifikasi peralatan produksi sebagaimana disebutkan
pada huruf e yang membuktikan bahwa peralatan
tersebut memenuhi persyaratan produksi. Hasil
verifikasi peralatan produksi dapat ditunjukkan
dengan prosedur yang diperlukan untuk mencapai
kondisi atau persyaratan yang ditetapkan;
g. bukti tera atau tera ulang alat pengukuran berat
produk;
h. pengendalian dan penanganan produk yang tidak
sesuai; dan
i. pengemasan, penanganan, dan penyimpanan produk,
termasuk di gudang akhir produk yang siap
diedarkan.

6.3. Apabila Pabrik telah menerapkan dan mendapatkan


sertifikat Sistem Manajemen Keamanan Pangan
berdasarkan SNI ISO 22000 atau HACCP berdasarkan SNI
CAC/RCP 1 dari Lembaga Sertifikasi yang diakreditasi oleh
- 927 -

KAN atau oleh badan akreditasi penandatangan IAF/APAC


MLA dengan ruang lingkup yang sesuai, maka inspeksi
pabrik atau asesmen proses produksi dilakukan terhadap
implementasi sistem manajemen terkait mutu produk
tersebut dan angka 6.2 huruf d dan huruf e.

6.4. Apabila pabrik telah menerapkan dan mendapatkan


sertifikat Sistem Manajemen Mutu berdasarkan SNI ISO
9001 dari Lembaga Sertifikasi yang diakreditasi oleh KAN
atau oleh badan akreditasi penandatangan IAF/APAC MLA
dengan ruang lingkup yang sesuai, maka inspeksi pabrik
atau asesmen proses produksi dilakukan terhadap
implementasi sistem manajemen terkait mutu produk
tersebut dan angka 6.2 huruf c, huruf d, dan huruf e.

6.5. Dalam hal Pemohon melakukan pengemasan ulang produk


yang dihasilkan oleh pihak lain, berlaku ketentuan
berikut:
a. apabila pihak lain tersebut telah memiliki sertifikat
kesesuaian produk atau Surat Persetujuan
Penggunaan Tanda (SPPT) SNI, maka inspeksi pabrik
atau asesmen proses produksi sebagaimana
dimaksud pada angka 6.2 dilakukan di lokasi
Pemohon pada tahapan pengemasan; atau
b. apabila pihak lain tersebut belum memiliki sertifikat
kesesuaian produk atau Surat Persetujuan
Penggunaan Tanda (SPPT) SNI, maka inspeksi pabrik
atau asesmen proses produksi sebagaimana
dimaksud pada angka 6.2 dilakukan di lokasi
pembuatan produk yang dimiliki oleh pihak lain dan
di lokasi Pemohon.

6.6. Selama inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi,


LSPro melakukan pengambilan contoh produk oleh
petugas pengambil contoh dan selanjutnya diuji di
laboratorium milik LSPro atau Laboratorium yang telah
memiliki perjanjian alih daya dengan LSPro.
- 928 -

6.7. Apabila berdasarkan hasil inspeksi pabrik atau asesmen


proses produksi, termasuk hasil pengujian, tidak diperoleh
bukti-bukti yang kuat untuk menjamin konsistensi produk
terhadap persyaratan SNI, maka Pemohon harus diberi
kesempatan untuk melakukan tindakan perbaikan dalam
jangka waktu tertentu sesuai dengan kebijakan LSPro.

7. Tinjauan
7.1. Tinjauan hasil evaluasi dilakukan terhadap:
a. Hasil evaluasi awal terhadap produk untuk
menunjukkan bahwa contoh produk yang mewakili
produk memenuhi persyaratan SNI yang diajukan
oleh Pemohon sebagai dasar permohonan Sertifikasi;
dan
b. Hasil inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi
atau bukti obyektif untuk menunjukkan bahwa
pabrik memiliki proses produksi yang didukung
dengan segala sumber daya yang diperlukan untuk
menghasilkan produk yang secara konsisten, dan
memenuhi persyaratan SNI yang diajukan oleh
Pemohon sebagai dasar permohonan Sertifikasi.

7.2. Tinjauan hasil evaluasi dinyatakan dalam bentuk


rekomendasi tertulis tentang pemenuhan SNI yang
diajukan oleh Pemohon untuk produk yang diajukan
untuk disertifikasi.

8. Penetapan keputusan Sertifikasi


8.1. Penetapan keputusan Sertifikasi dilakukan berdasarkan
rekomendasi yang dihasilkan dari proses tinjauan.

8.2. Penetapan keputusan Sertifikasi harus dilakukan oleh


satu atau sekelompok orang yang tidak terlibat dalam
proses evaluasi.
- 929 -

8.3. Penetapan keputusan Sertifikasi dapat dilakukan oleh


satu atau sekelompok orang yang sama dengan yang
melakukan tinjauan.

8.4. Rekomendasi untuk keputusan Sertifikasi berdasarkan


hasil tinjauan harus didokumentasikan, kecuali tinjauan
dan keputusan Sertifikasi diselesaikan secara bersamaan
oleh satu atau sekelompok orang yang sama.

8.5. LSPro harus memberitahu Pemohon Sertifikasi terkait


alasan menunda atau tidak memberikan keputusan
Sertifikasi, dan harus mengidentifikasikan alasan
keputusan tersebut. Apabila Pemohon Sertifikasi
menunjukkan keinginan untuk melanjutkan proses
Sertifikasi, LSPro dapat memulai kembali dari proses
evaluasi (angka 5).

9. Penerbitan Sertifikat
Sertifikat kesesuaian terhadap persyaratan SNI diterbitkan
sesuai ketentuan sebagai berikut:
a. Sertifikat diterbitkan oleh LSPro setelah penetapan
keputusan Sertifikasi,
b. Sertifikat paling sedikit harus memuat:
1. nomor sertifikat atau identifikasi unik lainnya;
2. nomor atau identifikasi lain dari skema Sertifikasi;
3. nama dan alamat LSPro;
4. nama dan alamat Pemohon (pemegang sertifikat);
5. acuan ke perjanjian Sertifikasi;
6. pernyataan kesesuaian yang mencakup:
a. nama produk, merek dan spesifikasi produk yang
dinyatakan memenuhi persyaratan;
b. SNI yang menjadi dasar Sertifikasi;
c. nama dan alamat lokasi produksi; dan
d. informasi terkait proses Sertifikasi.
7. status akreditasi atau pengakuan LSPro;
8. tanggal penerbitan sertifikat;
- 930 -

9. tanggal berakhir masa berlaku sertifikat yaitu 4


(empat) tahun sejak tanggal penerbitan sertifikat;
10. tanda tangan yang mengikat secara hukum dari
personel yang bertindak atas nama LSPro sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

10. Surveilans dan Sertifikasi ulang


10.1. LSPro harus melaksanakan surveilans paling sedikit 2
(dua) kali dalam periode Sertifikasi. Dalam hal ini berlaku
ketentuan sebagai berikut:
a. Surveilans pertama dilakukan melalui kegiatan:
1. Inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi;
dan/atau
2. Pengujian terhadap contoh produk yang akan
beredar
Pemilihan jenis kegiatan pada surveilans pertama
tersebut dilakukan berdasarkan penilaian LSPro
atas hasil Sertifikasi sebelumnya.
Apabila surveilans pertama hanya dilakukan melalui
kegiatan pengujian terhadap contoh produk yang
akan beredar, penerima sertifikat harus
menyampaikan dokumentasi pengendalian mutu
proses produksi sejak penerbitan sertifikat sampai
dilakukan surveilans pertama
b. Surveilans kedua dilakukan melalui kegiatan
1. Inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi;
dan
2. Pengujian terhadap contoh produk yang akan
atau telah beredar.

10.2. LSPro harus melaksanakan Sertifikasi ulang paling


lambat pada bulan ke-42 (empat puluh dua) setelah
penetapan Sertifikasi, melalui kegiatan sebagaimana
tercantum dalam angka 6.
- 931 -

F. Penggunaan Tanda SNI


1. Penggunaan tanda SNI dilakukan setelah mendapatkan
persetujuan penggunaan Tanda SNI melalui Surat Persetujuan
Penggunaan Tanda (SPPT) SNI yang dikeluarkan oleh BSN
sesuai dengan kriteria yang ditetapkan pada Peraturan Kepala
BSN mengenai tata cara penggunaan Tanda SNI dan Tanda
Kesesuaian berbasis SNI.

2. Tanda SNI sebagai bukti kesesuaian produk yang telah


memenuhi SNI adalah sebagai berikut:

Dengan ukuran:

Keterangan:
y = 11x
r = 0,5x
- 932 -

G. Tahapan kritis proses produksi produk ikan dan produk perikanan yang dibekukan

Produk
Titik kritis proses
No. Penjelasan titik kritis Marlin Bandeng Filet ikan Filet
produksi Ikan Hiu utuh Tuna loin Sirip cucut
loin cabut duri ekor kuning ikan
beku beku beku segar beku
beku beku beku beku

1. Pemilihan bahan Bahan baku, bahan Berlaku Berlaku Berlaku Berlaku Berlaku Berlaku Berlaku Berlaku
baku, bahan penolong, bahan tambahan
penolong, bahan pangandan bahan kemasan
tambahan pangan yang digunakan harus sesuai
dan bahan dengan persyaratan yang
kemasan ditentukan atau peraturan
yang terkait.

2. Pemotongan (bila Pemotongan dilakukan Berlaku Tidak Berlaku Berlaku Berlaku Berlaku Berlaku Berlaku
dilakukan) sesuai ukuran yang berlaku
diinginkan.

3. Pembekuan Pembekuan dilakukan pada Berlaku Berlaku Berlaku Berlaku Berlaku Berlaku Berlaku Berlaku
suhu dan waktu tertentu
yang dikendalikan untuk
mendapatkan kondisi suhu
produk yang dipersyaratkan.

4. Pengemasan Produk dikemas sesuai Berlaku Berlaku Berlaku Berlaku Berlaku Berlaku Berlaku Berlaku
dengan persyaratan yang
ditentukan dalam SNI.

5. Pelabelan Pelabelan dilakukan Berlaku Berlaku Berlaku Berlaku Berlaku Berlaku Berlaku Berlaku
berdasarkan persyaratan SNI
dan peraturan terkait.
- 933 -

Produk

Titik kritis proses Udang


No. Penjelasan titik kritis Tuna Tuna Steak Cumi-
produksi Sate tuna Udang kupas Lobster
ground slice ikan cumi
beku beku mentah beku
meat beku beku beku beku
beku

1. Pemilihan bahan Bahan baku, bahan penolong, Berlaku Berlaku Berlaku Berlaku Berlaku Berlaku Berlaku Berlaku
baku, bahan bahan tambahan pangandan
penolong, bahan bahan kemasan yang digunakan
tambahan pangan harus sesuai dengan persyaratan
dan bahan yang ditentukan atau peraturan
kemasan yang terkait.

2. Pemotongan (bila Pemotongan dilakukan sesuai Berlaku Berlaku Berlaku Berlaku Berlaku Berlaku Tidak Tidak
dilakukan) ukuran yang diinginkan. berlaku berlaku

3. Pengupasan Pengupasan dilakukan sesuai Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Berlaku Tidak Tidak
spesifikasi produk yang berlaku berlaku berlaku berlaku berlaku berlaku berlaku
diinginkan.

4. Penggilingan Penggilingan dilakukan untuk Tidak Berlaku Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak
mendapatkan bentuk dan ukuran berlaku berlaku berlaku berlaku berlaku berlaku berlaku
produk yang diinginkan.

5. Pembekuan Pembekuan dilakukan pada suhu Berlaku Berlaku Berlaku Berlaku Berlaku Berlaku Berlaku Berlaku
dan waktu tertentu yang
dikendalikan untuk mendapatkan
kondisi suhu produk yang
dipersyaratkan.

6. Pengemasan Produk dikemas sesuai dengan Berlaku Berlaku Berlaku Berlaku Berlaku Berlaku Berlaku Berlaku
persyaratan yang ditentukan
dalam SNI.
- 934 -

7. Pelabelan Pelabelan dilakukan berdasarkan Berlaku Berlaku Berlaku Berlaku Berlaku Berlaku Berlaku Berlaku
persyaratan SNI dan peraturan
terkait.

Produk
Titik kritis proses
No. Penjelasan titik kritis Sotong Gurita Kepiting Tuna loin Udang
produksi Scallop Belut
utuh mentah kulit lunak masak masak
beku beku
beku beku beku beku beku

1. Pemilihan bahan Bahan baku, bahan penolong, bahan Berlaku Berlaku Berlaku Berlaku Berlaku Berlaku Berlaku
baku, bahan tambahan pangandan bahan kemasan yang
penolong, bahan digunakan harus sesuai dengan persyaratan
tambahan pangan yang ditentukan atau peraturan yang terkait.
dan bahan
kemasan

2. Pemotongan (bila Pemotongan dilakukan sesuai ukuran yang Tidak Tidak Berlaku Berlaku Berlaku Berlaku Berlaku
dilakukan) diinginkan. berlaku berlaku

3. Pengupasan (bila Pengupasan dilakukan sesuai spesifikasi Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Berlaku
dilakukan) produk yang diinginkan. berlaku berlaku berlaku berlaku berlaku berlaku

4. Perebusan/penguk Perebusan/pengukusan dilakukan pada suhu Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Berlaku Berlaku
usan dan waktu tertentu yang dikendalikan untuk berlaku berlaku berlaku berlaku berlaku
mendapatkan kondisi produk yang matang.

5. Pembekuan Pembekuan dilakukan pada suhu dan waktu Berlaku Berlaku Berlaku Berlaku Berlaku Berlaku Berlaku
tertentu yang dikendalikan untuk
mendapatkan kondisi suhu produk yang
dipersyaratkan.
- 935 -

6. Pengemasan Produk dikemas sesuai dengan persyaratan Berlaku Berlaku Berlaku Berlaku Berlaku Berlaku Berlaku
yang ditentukan dalam SNI.

7. Pelabelan Pelabelan dilakukan berdasarkan persyaratan Berlaku Berlaku Berlaku Berlaku Berlaku Berlaku Berlaku
SNI dan peraturan terkait.

Produk
Udang Daging
Daging Lobster Keong
Titik kritis proses kupas Bekicot kepiting Sidat
No. Penjelasan titik kritis kerang utuh utuh
produksi rebus beku rebus rebus beku panggang
masak rebus rebus
untuk sushi beku dalam beku
beku beku beku
ebi kemasan
1. Pemilihan bahan Bahan baku, bahan penolong, bahan Berlaku Berlaku Berlaku Berlaku Berlaku Berlaku Berlaku
baku, bahan tambahan pangandan bahan kemasan yang
penolong, bahan digunakan harus sesuai dengan persyaratan
tambahan pangan yang ditentukan atau peraturan yang
dan bahan kemasan terkait.
2. Pemotongan (bila Pemotongan dilakukan sesuai ukuran yang Berlaku Berlaku Tidak Tidak Tidak Tidak Berlaku
dilakukan) diinginkan. berlaku berlaku berlaku berlaku
3. Pengupasan Pengupasan dilakukan sesuai spesifikasi Tidak Berlaku Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak
produk yang diinginkan. berlaku berlaku berlaku berlaku berlaku berlaku
4. Perebusan/penguku Perebusan/pengukusan/pemanggangan Berlaku Berlaku Berlaku Berlaku Berlaku Berlaku Berlaku
san/pemanggangan dilakukan pada suhu dan waktu tertentu
yang dikendalikan untuk mendapatkan
kondisi produk yang matang.
5. Pengisian (filling) Proses pengisian dilakukan hingga mencapai Tidak Tidak Tidak Tidak Berlaku Tidak Tidak
berat tertentu yang masih menyisakan berlaku berlaku berlaku berlaku berlaku berlaku
ruang kosong permukaan produk dengan
tutup (head space) dalam kemasan.
- 936 -

6. Penghampaan Proses exhausting dilakukan pada waktu Tidak Tidak Tidak Tidak Berlaku Tidak Tidak
(exhausting) dan suhu tertentu yang dikendalikan untuk berlaku berlaku berlaku berlaku berlaku berlaku
menghilangkan sebagian besar udara dan
gas lain dari dalam kaleng sesaat sebelum
dilakukan penutupan kaleng.
7. Penutupan kaleng Kaleng segera ditutup dengan rapat dan Tidak Tidak Tidak Tidak Berlaku Tidak Tidak
(sealing) hermetis yang dikendalikan untuk menjamin berlaku berlaku berlaku berlaku berlaku berlaku
kualitas produk.
8. Pasteurisasi Proses pasteurisasi dilakukan pada suhu, Tidak Tidak Tidak Tidak Berlaku Tidak Tidak
waktu tertentu yang dikendalikan untuk berlaku berlaku berlaku berlaku berlaku berlaku
mematikan mikroba.
9. Pembekuan Pembekuan dilakukan pada suhu dan waktu Berlaku Berlaku Berlaku Berlaku Berlaku Berlaku Berlaku
tertentu yang dikendalikan untuk
mendapatkan kondisi suhu produk yang
dipersyaratkan.
10. Pengemasan Produk dikemas sesuai dengan persyaratan Berlaku Berlaku Berlaku Berlaku Berlaku Berlaku Berlaku
yang ditentukan dalam SNI.
11. Pelabelan Pelabelan dilakukan berdasarkan Berlaku Berlaku Berlaku Berlaku Berlaku Berlaku Berlaku
persyaratan SNI dan peraturan terkait.
Keterangan: Urutan tahapan kritis proses produksi disetiap pemohon dapat berbeda
- 937 -

H. Kelengkapan minimal peralatan produksi termasuk peralatan


pengendalian mutu produk ikan dan produk perikanan yang
dibekukan

No. Produk Peralatan

1. Ikan beku Alat pemotong, alat penyimpanan beku


dan alat pengukur berat.

2. Hiu utuh beku Alat penyimpanan beku dan alat


pengukur berat.

3. Tuna loin beku Alat pemotong, alat penyimpanan beku


dan alat pengukur berat.

4. Marlin loin beku Alat pemotong, alat penyimpanan beku


dan alat pengukur berat.

5. Bandeng cabut Alat pemotong, alat penyimpanan beku


duri beku dan alat pengukur berat.

6. Sirip cucut segar Alat pemotong, alat penyimpanan beku


beku dan alat pengukur berat.

7. Filet ikan ekor Alat pemotong, alat penyimpanan beku


kuning beku dan alat pengukur berat.

8. Fillet ikan beku Alat pemotong, alat penyimpanan beku


dan alat pengukur berat.

9. Sate tuna beku Alat pemotong, alat penyimpanan beku


dan alat pengukur berat.

10. Tuna ground Alat pemotong, alat penyimpanan beku


meat beku dan alat pengukur berat.

11. Tuna slice beku Alat pemotong, alat penyimpanan beku


dan alat pengukur berat.

12. Steak ikan beku Alat pemotong, alat penyimpanan beku


dan alat pengukur berat.

13. Udang beku Alat pemotong, alat penyimpanan beku


dan alat pengukur berat.

14. Udang kupas Alat pemotong, alat penyimpanan beku


mentah beku dan alat pengukur berat.

15. Lobster beku Alat penyimpanan beku dan alat


pengukur berat.
- 938 -

No. Produk Peralatan

16. Cumi-cumi beku Alat penyimpanan beku dan alat


pengukur berat.

17. Scallop beku Alat penyimpanan beku dan alat


pengukur berat.

18. Sotong utuh beku Alat penyimpanan beku dan alat


pengukur berat.

19. Gurita mentah Alat pemotong, alat penyimpanan beku


beku dan alat pengukur berat.

20. Kepiting kulit Alat pemotong, alat penyimpanan beku


lunak beku dan alat pengukur berat.

21. Belut beku Alat pemotong, alat penyimpanan beku


dan alat pengukur berat.

22. Tuna loin masak Alat pemotong, alat pengukus, alat


beku penyimpanan beku dan alat pengukur
berat.

23. Udang masak Alat pemotong, alat perebus/pengukus,


beku alat penyimpanan beku dan alat
pengukur berat.

24. Daging kerang Alat pemotong, alat perebus/pengukus,


masak beku alat penyimpanan beku dan alat
pengukur berat.

25. Udang kupas Alat pemotong, alat perebus, alat


rebus beku untuk penyimpanan beku dan alat pengukur
sushi ebi berat.

26. Lobster utuh Alat perebus, alat penyimpanan beku


rebus beku dan alat pengukur berat.

27. Bekicot rebus Alat perebus, alat penyimpanan beku


beku dan alat pengukur berat.

28. Daging kepiting Alat pemotong, alat perebus, alat


rebus beku dalam penutup kaleng (seamer), alat
kemasan pasteurisasi, alat pendinginan, alat
pengukur ketebalan lipatan kaleng (can
seam micrometer), alat pengukur berat,
alat pengukur suhu.

29. Keong utuh rebus Alat perebus, alat penyimpanan beku


-939-

No. Prcduk Peralatan

beku dan alat pengukur berat.

30. Sidat panggang Alat pemotong, alat pemanggang, alat


beku penyimpanan beku dan alat pengukur
berat.

KEPALA BADAN STANDARDISASI NASIONAL

REPUBLIK INDONESIA,

TTD

BAMBANG PRASETYA

SijJinaii^sesuai dengan aslinya


^OARO/,
Kepal aya Manusia, Organisasi, dan Hukum

argahajoj
- 940 -

LAMPIRAN LX
PERATURAN BADAN STANDARDISASI NASIONAL
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 1 TAHUN 2020
TENTANG
SKEMA PENILAIAN KESESUAIAN TERHADAP STANDAR
NASIONAL INDONESIA SEKTOR MAKANAN DAN MINUMAN

PETUNJUK TEKNIS SKEMA SERTIFIKASI PRODUK IKAN DAN PRODUK


PERIKANAN YANG DIKALENGKAN

A. Ruang lingkup
1. Dokumen ini berlaku untuk acuan pelaksanaan Sertifikasi
ikan dan produk perikanan yang dikalengkan sesuai dengan
lingkup SNI sebagai berikut:
No. Nama produk Persyaratan SNI
1. Daging SNI 6929:2016 Daging rajungan
rajungan (Portunnus pelagicus) pasteurisasi dalam
pasteurisasi kaleng
dalam kaleng
2. Daging SNI 4225.1:2010 Daging rajungan
rajungan (Portunnus pelagicus) sterilisasi dalam
sterilisasi dalam kaleng - Bagian 1: Spesifikasi
kaleng SNI 4225.2:2010 Daging rajungan
(Portunnus pelagicus) sterilisasi dalam
kaleng - Bagian 2: Persyaratan bahan
baku
SNI 4225.3:2010 Daging rajungan
(Portunnus pelagicus) sterilisasi dalam
kaleng - Bagian 3: Penanganan dan
pengolahan
3. Udang dalam SNI 3917:2017 Udang dalam kemasan
kemasan kaleng kaleng
4. Kerang dalam SNI 3919.1:2009 Kerang dalam kaleng -
kaleng Bagian 1: Spesifikasi
SNI 3919.2:2009 Kerang dalam kaleng -
Bagian 2: Persyaratan bahan baku
SNI 3919.3:2009 Kerang dalam kaleng -
- 941 -

No. Nama produk Persyaratan SNI


Bagian 3: Penanganan dan pengolahan
5. Bekicot dalam SNI 3918.1:2009 Bekicot (Achatina
kaleng fulica) dalam kaleng - Bagian 1:
Spesifikasi
SNI 3918.2:2009 Bekicot (Achatina
fulica) dalam kaleng - Bagian 2:
Persyaratan bahan baku
SNI 3918.3:2009 Bekicot (Achatina
fulica) dalam kaleng - Bagian 3:
Penanganan dan pengolahan
6. Cumi kaleng SNI 7317.1:2009 Cumi kaleng - Bagian
1: Spesifikasi
SNI 7317.2:2009 Cumi kaleng - Bagian
2: Persyaratan bahan baku
SNI 7317.3:2009 Cumi kaleng - Bagian
3: Penanganan dan pengolahan
7. Sotong dalam SNI 01-7265.1-2006 Sotong dalam
kaleng kaleng - Bagian 1: Spesifikasi
SNI 01-7265.2-2006 Sotong dalam
kaleng - Bagian 2: Persyaratan bahan
baku
SNI 01-7265.3-2006 Sotong dalam
kaleng - Bagian 3: Penanganan dan
pengolahan

2. Dokumen ini tidak berlaku untuk SNI yang diberlakukan


secara wajib.

B. Persyaratan Sertifikasi
Persyaratan acuan Sertifikasi produk:
1. SNI sebagaimana dimaksud dalam huruf A;
2. SNI dan standar lain yang diacu dalam SNI sebagaimana
dimaksud dalam huruf A;
3. Peraturan yang terkait yaitu:
a. Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1999 tentang
Label dan Iklan Pangan;
- 942 -

b. Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 75/M-


IND/PER/7/2010 tentang Cara Produksi Pangan Olahan
yang Baik (Good Manufacturing Practices);
c. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor
PER.19/MEN/2010 tentang Pengendalian Sistem Jaminan
Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan;
d. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 33 Tahun 2012
tentang Bahan Tambahan Pangan;
e. Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor
52A/KEPMEN-KP/2013 tentang Persyaratan Jaminan
Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan pada Proses
Produksi, Pengolahan dan Distribusi;
f. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan
Nomor 16 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas Peraturan
Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor
HK.03.1.23.07.11.6664 Tahun 2011 Tentang Pengawasan
Kemasan Pangan;
g. Peraturan Pemerintah Nomor 57 Tahun 2015 tentang
Sistem Jaminan Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan
serta Peningkatan Nilai Tambah Produk Hasil Perikanan;
h. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan
Nomor 16 Tahun 2016 tentang Kriteria Mikrobiologi dalam
Pangan Olahan;
i. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan
Nomor 5 Tahun 2018 tentang Batas Maksimum Cemaran
Logam Berat dalam Pangan Olahan; dan
j. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan
Nomor 8 Tahun 2018 tentang Batas Maksimum Cemaran
Kimia dalam Pangan Olahan.
4. Peraturan lain yang terkait dengan produk ikan dan produk
perikanan yang dikalengkan.

C. Prosedur Sertifikasi
Prosedur Sertifikasi mencakup:
1. evaluasi awal; dan
2. inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi.
- 943 -

D. Persyaratan Lembaga Penilaian Kesesuaian


Sertifikasi produk ikan dan produk perikanan yang dikalengkan
dilakukan oleh LPK yang telah diakreditasi oleh KAN berdasarkan
SNI ISO/IEC 17065 Penilaian Kesesuaian – Persyaratan untuk
Lembaga Sertifikasi Produk, Proses, dan Jasa, untuk lingkup
produk sebagaimana dimaksud dalam Ruang Lingkup sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Dalam hal LPK belum ada yang diakreditasi KAN untuk melakukan
kegiatan Sertifikasi dengan ruang lingkup produk produk ikan dan
produk perikanan yang dikalengkan, BSN dapat menunjuk LPK
dengan ruang lingkup yang sejenis sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.

E. Tahapan Sertifikasi
1. Pengajuan Permohonan Sertifikasi
1.1. Pengajuan permohonan Sertifikasi dilakukan oleh pelaku
usaha. Kriteria pelaku usaha yang dapat mengajukan
Sertifikasi sesuai Peraturan Kepala BSN mengenai tata
cara penggunaan Tanda SNI dan Tanda Kesesuaian
berbasis SNI.

1.2. Permohonan Sertifikasi harus dilengkapi dengan:


a. informasi Pemohon:
1. nama Pemohon, alamat Pemohon, serta nama dan
kedudukan atau jabatan personel yang
bertanggung jawab atas pengajuan permohonan
Sertifikasi;
2. bukti pemenuhan persyaratan izin usaha sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan;
3. pemenuhan persyaratan sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan tentang
pendaftaran dan hak kepemilikan atas merek yang
dikeluarkan oleh Kementerian Hukum dan Hak
Asasi Manusia;
4. apabila Pemohon melakukan pembuatan produk
dengan merek yang dimiliki oleh pihak lain,
menyertakan bukti perjanjian yang mengikat
- 944 -

secara hukum untuk melakukan pembuatan


produk untuk pihak lain;
5. apabila Pemohon bertindak sebagai pemilik merek
yang mensubkontrakkan proses produksinya
kepada pihak lain, menyertakan bukti
kepemilikan merek dan perjanjian subkontrak
pelaksanaan produksi dengan pihak lain;
6. apabila Pemohon bertindak sebagai perwakilan
resmi pemilik merek yang berkedudukan hukum
di luar negeri, menyertakan bukti perjanjian yang
mengikat secara hukum tentang penunjukan
sebagai perwakilan resmi pemilik merek di wilayah
Republik Indonesia; dan
7. pernyataan bahwa Pemohon Sertifikasi
bertanggung jawab penuh atas pemenuhan
persyaratan SNI dan pemenuhan persyaratan
proses Sertifikasi dan bersedia memberikan akses
terhadap lokasi dan/atau informasi yang
diperlukan oleh LSPro dalam melaksanakan
kegiatan Sertifikasi.
b. informasi produk:
1. merek produk yang diajukan untuk disertifikasi;
2. jenis/tipe/varian produk yang diajukan untuk
disertifikasi;
3. SNI yang digunakan sebagai dasar pengajuan
permohonan Sertifikasi;
4. foto produk dalam kemasan primer yang diajukan
untuk disertifikasi (dari arah depan, belakang dan
samping), serta informasi terkait kemasan primer
produk;
5. daftar bahan baku termasuk bahan tambahan
pangan;
6. label produk; dan
7. apabila tersedia, foto kemasan sekunder dan
tersier produk yang diajukan untuk disertifikasi,
dari arah depan, belakang, samping, dan bagian
dalam.
- 945 -

c. informasi proses produksi:


1. nama, alamat, dan legalitas hukum pabrik;
2. struktur organisasi, nama dan jabatan personel
penanggung jawab proses produksi;
3. dokumentasi informasi tentang pemasok bahan
baku produk, prosedur evaluasi pemasok, serta
prosedur inspeksi bahan baku produk;
4. dokumentasi informasi tentang proses pembuatan
produk yang diajukan untuk disertifikasi,
termasuk proses yang disubkontrakkan ke pihak
lain;
5. dokumentasi informasi tentang prosedur dan
rekaman pengendalian mutu, termasuk pengujian
rutin, daftar peralatan, serta sertifikat kalibrasi
atau bukti verifikasi peralatan yang berpengaruh
terhadap mutu produk yang disertifikasi, dan
bukti atau segel tera atau tera ulang untuk alat
ukur yang digunakan dalam pengukuran berat
produk dalam kemasan akhir;
6. dokumentasi informasi tentang prosedur dan
rekaman pengendalian dan penanganan produk
yang tidak sesuai;
7. dokumentasi informasi tentang pengemasan
produk dan pengelolaan produk di gudang akhir
produk sebelum dikirimkan dan/atau diedarkan
ke wilayah Republik Indonesia;
8. lokasi gudang penyimpanan produk di wilayah
Republik Indonesia;
9. bukti izin edar produk (MD/ML) sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan;
10. menyertakan laporan hasil uji yang dilakukan
paling lambat 1 (satu) tahun sebelum pengajuan
Sertifikasi, yang memberikan bukti pemenuhan
produk yang diajukan untuk disertifikasi terhadap
persyaratan mutu dalam SNI dan peraturan
terkait;
- 946 -

11. apabila laporan hasil uji sebagaimana dinyatakan


pada angka 10 belum tersedia, pelaku usaha
dapat menyampaikan contoh produk kepada
LSPro untuk diuji di laboratorium yang memiliki
perjanjian alih daya dengan LSPro; dan
12. apabila telah tersedia, menyertakan Sertifikat
Penerapan Sistem Manajemen Mutu berdasarkan
SNI ISO 9001 atau Sistem Manajemen Keamanan
Pangan berdasarkan SNI ISO 22000 atau HACCP
berdasarkan SNI CAC/RCP 1 dari Lembaga
Sertifikasi yang diakreditasi oleh KAN atau oleh
badan akreditasi penandatangan International
Accreditation Forum (IAF)/Asia Pacific Accreditation
Cooperation (APAC) Multilateral Recognition
Agreement (MLA) dengan ruang lingkup yang
sesuai.
Informasi pada butir 4, butir 5, butir 10 dan butir 11
tidak perlu dilampirkan apabila Pemohon melakukan
pengemasan ulang produk yang dihasilkan oleh pihak
lain yang telah memiliki sertifikat kesesuaian produk
atau Surat Persetujuan Penggunaan Tanda (SPPT) SNI.

2. Tinjauan permohonan Sertifikasi


LSPro harus memastikan bahwa informasi yang diperoleh dari
permohonan Sertifikasi yang diajukan oleh Pemohon telah
lengkap dan memenuhi persyaratan.

3. Penandatanganan perjanjian Sertifikasi


Setelah permohonan Sertifikasi dinyatakan lengkap dan
Pemohon menyetujui persyaratan dan prosedur Sertifikasi yang
ditetapkan oleh LSPro sesuai dengan persyaratan SNI ISO/IEC
17065, perjanjian Sertifikasi ditandatangani oleh Pemohon dan
LSPro.
- 947 -

4. Penyusunan rencana evaluasi


Berdasarkan informasi yang diperoleh dari persyaratan
permohonan Sertifikasi yang disampaikan oleh Pemohon,
LSPro menetapkan rencana evaluasi yang mencakup:
a. jenis/tipe/varian produk yang diajukan untuk
disertifikasi dan metode pengambilan contoh sesuai
dengan persyaratan SNI sebagaimana dimaksud dalam
huruf A yang diperlukan untuk pengujian produk dan
mewakili contoh produk yang diusulkan untuk
disertifikasi;
b. informasi SNI yang digunakan sebagai dasar Sertifikasi
berdasarkan permohonan yang diajukan oleh Pemohon
Sertifikasi;
c. waktu yang diperlukan untuk pelaksanaan pengujian
berdasarkan standar acuan metode uji yang
dipersyaratkan; dan
d. waktu, lokasi pelaksanaan dan agenda inspeksi pabrik
atau asesmen proses produksi yang relevan dengan
pelaksanaan produksi produk yang diajukan untuk
disertifikasi, serta personel kompeten yang melakukan
evaluasi.

5. Pelaksanaan evaluasi awal terhadap produk


5.1. Pelaksanaan evaluasi awal terhadap produk mencakup:
a. Pemeriksaan awal terhadap kesesuaian informasi
produk dan proses produksi yang disampaikan
Pemohon pada huruf E angka 1 terhadap lingkup
produk yang ditetapkan dalam SNI dan peraturan
terkait.
b. Pengujian awal terhadap contoh produk
berdasarkan persyaratan mutu dalam SNI.
Pengujian awal dilakukan berdasarkan laporan hasil
uji dari laboratorium yang disampaikan Pemohon,
yang mencakup seluruh persyaratan mutu dalam
SNI dimaksud dalam huruf A.
Apabila laporan hasil uji tersebut menunjukkan
bahwa seluruh persyaratan mutu dalam SNI
- 948 -

tersebut telah terpenuhi, maka produk yang


diajukan untuk disertifikasi dianggap telah
memenuhi persyaratan pengujian awal.
5.2. Apabila hasil evaluasi awal menunjukkan
ketidaksesuaian terhadap persyaratan SNI, Pemohon
harus diberi kesempatan untuk melakukan tindakan
perbaikan dalam jangka waktu tertentu sesuai dengan
kebijakan LSPro.

6. Pelaksanaan inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi


6.1. Inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi harus
dilakukan pada saat pabrik melakukan produksi, atau
pada kondisi tertentu dilakukan melalui simulasi proses
produksi produk yang diajukan untuk disertifikasi.

6.2. Inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi dilakukan


terhadap:
a. tanggung jawab dan komitmen personel penanggung
jawab pabrik terhadap konsistensi pemenuhan
produk terhadap persyaratan SNI;
b. ketersediaan dan pengendalian dokumentasi
informasi prosedur dan rekaman pengendalian mutu,
termasuk pengujian rutin;
c. fasilitas, lokasi, desain dan tata letak, bangunan,
sanitasi peralatan, sanitasi ruang proses, dan higiene
personel sesuai dengan ketentuan yang berlaku
tentang Cara Produksi Pangan Olahan yang Baik;
d. Tahapan kritis proses produksi, mulai dari bahan
baku sampai produk akhir paling sedikit pada
tahapan sebagaimana tercantum dalam huruf G;
e. kelengkapan serta fungsi peralatan produksi
termasuk peralatan pengendalian mutu, paling sedikit
sebagaimana tercantum dalam huruf H;
f. bukti verifikasi berdasarkan hasil kalibrasi atau hasil
verifikasi peralatan produksi sebagaimana disebutkan
pada huruf e yang membuktikan bahwa peralatan
tersebut memenuhi persyaratan produksi. Hasil
- 949 -

verifikasi peralatan produksi dapat ditunjukkan


dengan prosedur yang diperlukan untuk mencapai
kondisi atau persyaratan yang ditetapkan,
g. bukti tera atau tera ulang alat pengukuran berat
produk;
h. pengendalian dan penanganan produk yang tidak
sesuai; dan
i. pengemasan, penanganan, dan penyimpanan produk,
termasuk di gudang akhir produk yang siap
diedarkan.

6.3. Apabila Pabrik telah menerapkan dan mendapatkan


sertifikat Sistem Manajemen Keamanan Pangan
berdasarkan SNI ISO 22000 atau HACCP berdasarkan SNI
CAC/RCP 1 dari Lembaga Sertifikasi yang diakreditasi oleh
KAN atau oleh badan akreditasi penandatangan IAF/APAC
MLA dengan ruang lingkup yang sesuai, maka inspeksi
pabrik atau asesmen proses produksi dilakukan terhadap
implementasi sistem manajemen terkait mutu produk
tersebut dan angka 6.2 huruf d dan huruf e.

6.4. Apabila pabrik telah menerapkan dan mendapatkan


sertifikat Sistem Manajemen Mutu berdasarkan SNI ISO
9001 dari Lembaga Sertifikasi yang diakreditasi oleh KAN
atau oleh badan akreditasi penandatangan IAF/APAC MLA
dengan ruang lingkup yang sesuai, maka inspeksi pabrik
atau asesmen proses produksi dilakukan terhadap
implementasi sistem manajemen terkait mutu produk
tersebut dan angka 6.2 huruf c, huruf d, dan huruf e.

6.5. Dalam hal Pemohon melakukan pengemasan ulang produk


yang dihasilkan oleh pihak lain, berlaku ketentuan
berikut:
a. apabila pihak lain tersebut telah memiliki sertifikat
kesesuaian produk atau Surat Persetujuan
Penggunaan Tanda (SPPT) SNI, maka inspeksi pabrik
atau asesmen proses produksi sebagaimana
- 950 -

dimaksud pada angka 6.2 dilakukan di lokasi


Pemohon pada tahapan pengemasan; atau
b. apabila pihak lain tersebut belum memiliki sertifikat
kesesuaian produk atau Surat Persetujuan
Penggunaan Tanda (SPPT) SNI, maka inspeksi pabrik
atau asesmen proses produksi sebagaimana
dimaksud pada angka 6.2 dilakukan di lokasi
pembuatan produk yang dimiliki oleh pihak lain dan
di lokasi Pemohon.

6.6. Selama inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi,


LSPro melakukan pengambilan contoh produk oleh
petugas pengambil contoh dan selanjutnya diuji di
laboratorium milik LSPro atau Laboratorium yang telah
memiliki perjanjian alih daya dengan LSPro.

6.7. Apabila berdasarkan hasil inspeksi pabrik atau asesmen


proses produksi, termasuk hasil pengujian, tidak diperoleh
bukti-bukti yang kuat untuk menjamin konsistensi produk
terhadap persyaratan SNI, maka Pemohon harus diberi
kesempatan untuk melakukan tindakan perbaikan dalam
jangka waktu tertentu sesuai dengan kebijakan LSPro.

7. Tinjauan
7.1. Tinjauan Hasil Evaluasi dilakukan terhadap:
a. Hasil evaluasi awal terhadap produk untuk
menunjukkan bahwa contoh produk yang mewakili
produk memenuhi persyaratan SNI yang diajukan
oleh Pemohon sebagai dasar permohonan Sertifikasi;
dan
b. Hasil inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi
atau bukti obyektif untuk menunjukkan bahwa
pabrik memiliki proses produksi yang didukung
dengan segala sumber daya yang diperlukan untuk
menghasilkan produk yang secara konsisten, dan
memenuhi persyaratan SNI yang diajukan oleh
Pemohon sebagai dasar permohonan Sertifikasi.
- 951 -

7.2. Tinjauan hasil evaluasi dinyatakan dalam bentuk


rekomendasi tertulis tentang pemenuhan SNI yang
diajukan oleh Pemohon untuk produk yang diajukan
untuk disertifikasi.

8. Penetapan keputusan Sertifikasi


8.1. Penetapan keputusan Sertifikasi dilakukan berdasarkan
rekomendasi yang dihasilkan dari proses tinjauan.

8.2. Penetapan keputusan Sertifikasi harus dilakukan oleh


satu atau sekelompok orang yang tidak terlibat dalam
proses evaluasi.

8.3. Penetapan keputusan Sertifikasi dapat dilakukan oleh


satu atau sekelompok orang yang sama dengan yang
melakukan tinjauan.

8.4. Rekomendasi untuk keputusan Sertifikasi berdasarkan


hasil tinjauan harus didokumentasikan, kecuali tinjauan
dan keputusan Sertifikasi diselesaikan secara bersamaan
oleh satu atau sekelompok orang yang sama.

8.5. LSPro harus memberitahu Pemohon Sertifikasi terkait


alasan menunda atau tidak memberikan keputusan
Sertifikasi, dan harus mengidentifikasikan alasan
keputusan tersebut. Apabila Pemohon Sertifikasi
menunjukkan keinginan untuk melanjutkan proses
Sertifikasi, LSPro dapat memulai kembali dari proses
evaluasi (angka 5).

9. Penerbitan Sertifikat
Sertifikat kesesuaian terhadap persyaratan SNI diterbitkan
sesuai ketentuan sebagai berikut:
a. Sertifikat diterbitkan oleh LSPro setelah penetapan
keputusan Sertifikasi,
b. Sertifikat paling sedikit harus memuat:
1. nomor sertifikat atau identifikasi unik lainnya;
- 952 -

2. nomor atau identifikasi lain dari skema Sertifikasi;


3. nama dan alamat LSPro;
4. nama dan alamat Pemohon (pemegang sertifikat);
5. acuan ke perjanjian Sertifikasi;
6. pernyataan kesesuaian yang mencakup:
a. nama produk, merek dan spesifikasi produk yang
dinyatakan memenuhi persyaratan;
b. SNI yang menjadi dasar Sertifikasi;
c. nama dan alamat lokasi produksi; dan
d. informasi terkait proses Sertifikasi.
7. status akreditasi atau pengakuan LSPro;
8. tanggal penerbitan sertifikat;
9. tanggal berakhir masa berlaku sertifikat yaitu 4
(empat) tahun sejak tanggal penerbitan sertifikat;
10. tanda tangan yang mengikat secara hukum dari
personel yang bertindak atas nama LSPro sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

10. Surveilans dan Sertifikasi ulang


10.1. LSPro harus melaksanakan surveilans paling sedikit 2
(dua) kali dalam periode Sertifikasi. Dalam hal ini berlaku
ketentuan sebagai berikut:
a. Surveilans pertama dilakukan melalui kegiatan:
1. Inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi;
dan/atau
2. Pengujian terhadap contoh produk yang akan
beredar.
Pemilihan jenis kegiatan pada surveilans pertama
tersebut dilakukan berdasarkan penilaian LSPro
atas hasil Sertifikasi sebelumnya.
Apabila surveilans pertama hanya dilakukan melalui
kegiatan pengujian terhadap contoh produk yang
akan beredar, penerima sertifikat harus
menyampaikan dokumentasi pengendalian mutu
proses produksi sejak penerbitan sertifikat sampai
dilakukan surveilans pertama
- 953 -

b. Surveilans kedua dilakukan melalui kegiatan


1. Inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi;
dan
2. Pengujian terhadap contoh produk yang akan
atau telah beredar.

10.2. LSPro harus melaksanakan Sertifikasi ulang paling


lambat pada bulan ke-42 (empat puluh dua) setelah
penetapan Sertifikasi, melalui kegiatan sebagaimana
tercantum dalam angka 6.

F. Penggunaan Tanda SNI


1. Penggunaan tanda SNI dilakukan setelah mendapatkan
persetujuan penggunaan Tanda SNI melalui Surat Persetujuan
Penggunaan Tanda (SPPT) SNI yang dikeluarkan oleh BSN
sesuai dengan kriteria yang ditetapkan pada Peraturan BSN
mengenai tata cara penggunaan Tanda SNI dan Tanda
Kesesuaian berbasis SNI.

2. Tanda SNI sebagai bukti kesesuaian produk yang telah


memenuhi SNI adalah sebagai berikut:

Dengan ukuran:

Keterangan:
y = 11x
r = 0,5x
- 954 -

G. Tahapan kritis proses produksi produk ikan dan produk perikanan yang dikalengkan
Produk
Daging Daging Udang
Tahapan kritis Kerang Bekicot Sotong
No. Penjelasan tahapan kritis rajungan rajungan dalam Cumi
proses produksi dalam dalam dalam
pasteurisasi sterilisasi kemasan kaleng
kaleng kaleng kaleng
dalam kaleng dalam kaleng kaleng
1. Pemilihan bahan Bahan baku, bahan penolong, Berlaku Berlaku Berlaku Berlaku Berlaku Berlaku Berlaku
baku, bahan bahan tambahan pangan dan
penolong, bahan bahan kemasan harus
tambahan pangan memenuhi persyaratan yang
dan bahan ditetapkan atau peraturan
kemasan yang terkait.
2. Pengupasan dan Pengupasan dan pemotongan Tidak berlaku Tidak berlaku Berlaku Tidak Berlaku Berlaku Berlaku
pemotongan (bila dilakukan untuk berlaku
dilakukan oleh mendapatkan bagian dan
produsen) ukuran bahan baku yang
diinginkan sesuai
persyaratan.
3. Pengukusan/pere Pengukusan/perebusan Tidak berlaku Tidak berlaku Tidak Berlaku Berlaku Tidak Tidak
busan dilakukan pada suhu dan berlaku berlaku berlaku
waktu tertentu yang
dikendalikan untuk
mendapatkan produk yang
matang.
4. Pembuatan Penggunaan bahan medium Tidak berlaku Berlaku Berlaku Berlaku Berlaku Berlaku Berlaku
medium sesuai dengan persyaratan.
5. Pengisian (filling) Proses pengisian dengan atau Berlaku Berlaku Berlaku Berlaku Berlaku Berlaku Berlaku
dengan atau tanpa medium dilakukan
tanpa medium hingga mencapai berat atau
volume tertentu yang masih
- 955 -

Produk
Daging Daging Udang
Tahapan kritis Kerang Bekicot Sotong
No. Penjelasan tahapan kritis rajungan rajungan dalam Cumi
proses produksi dalam dalam dalam
pasteurisasi sterilisasi kemasan kaleng
kaleng kaleng kaleng
dalam kaleng dalam kaleng kaleng
menyisakan ruang kosong
permukaan produk dengan
tutup (head space) dalam
kemasan.
6. Penghampaan Proses exhausting dilakukan Tidak berlaku Berlaku Berlaku Berlaku Berlaku Berlaku Berlaku
(exhausting) pada waktu dan suhu tertentu
yang dikendalikan untuk
menghilangkan sebagian
besar udara dan gas lain dari
dalam kaleng sesaat sebelum
dilakukan penutupan kaleng.

7. Penutupan kaleng Kaleng segera ditutup dengan Berlaku Berlaku Berlaku Berlaku Berlaku Berlaku Berlaku
(sealing) rapat dan hermetis yang
dikendalikan untuk menjamin
kualitas produk.
8. Pasteurisasi Proses pasteurisasi dilakukan Berlaku Tidak berlaku Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak
pada suhu, waktu tertentu berlaku berlaku berlaku berlaku berlaku
yang dikendalikan untuk
mematikan mikroba.
9. Sterilisasi Proses sterilisasi dilakukan Tidak berlaku Berlaku Berlaku Berlaku Berlaku Berlaku Berlaku
pada suhu, waktu dan
tekanan tertentu yang
dikendalikan untuk
mematikan mikroba.
- 956 -

Produk
Daging Daging Udang
Tahapan kritis Kerang Bekicot Sotong
No. Penjelasan tahapan kritis rajungan rajungan dalam Cumi
proses produksi dalam dalam dalam
pasteurisasi sterilisasi kemasan kaleng
kaleng kaleng kaleng
dalam kaleng dalam kaleng kaleng
10. Pendinginan Pendinginan dilakukan pada Berlaku Berlaku Berlaku Berlaku Berlaku Berlaku Berlaku
suhu dan waktu tertentu yang
dikendalikan untuk
mendapatkan suhu produk
sesuai dengan persyaratan
yang ditetapkan.
11. Pengemasan Pengemasan dilakukan sesuai Berlaku Berlaku Berlaku Berlaku Berlaku Berlaku Berlaku
dengan persyaratan
pengemasan pada SNI.
12. Penyimpanan Penyimpanan dilakukan pada Berlaku Berlaku Berlaku Berlaku Berlaku Berlaku Berlaku
suhu tertentu yang
dikendalikan untuk
mendapatkan produk sesuai
dengan persyaratan yang
ditetapkan.
13. Pelabelan/ Pelabelan/penandaan Berlaku Berlaku Berlaku Berlaku Berlaku Berlaku Berlaku
penandaan dilakukan berdasarkan
persyaratan SNI dan
peraturan terkait.
Keterangan: Urutan tahapan kritis proses produksi disetiap pemohon dapat berbeda
-957-

H. Kelengkapan minimal peralatan produksi termasuk peralatan


pengendalian mutu produk ikan dan produk perikanan yang
dikalengkan
No. Produk Peralatan
1. Daging rajungan Alat penutup
kaleng {seamer), alat
pasteurisasi dalam pasteurisasi, alat pendinginan, alat
kaleng pengukur ketebalan lipatan kaleng (can
seam micrometer), alat pengukur berat, alat
pengukur suhu.
2. Daging rajungan Alat penutup kaleng (seamed, alat steriliasi
sterilisasi dalam [retort], alat pendinginan, alat pengukur
kaleng ketebalan lipatan kaleng (can seam
micrometer), alat pengukur berat, alat
pengukur suhu.
3. Udang dalam Alat penutup kaleng [seamer), alat steriliasi
kemasan kaleng [retort], alat pendinginan, alat pengukur
ketebalan lipatan kaleng (can seam
micrometer], alat pengukur berat, alat
pengtikur suhu.
4. Kerang dalam Alat penutup ktileng [seamer), alat steriliasi
kaleng (retort), alat pendinginan, alat pengukur
ketebtdan lipatan kaleng (cajt seam
micrometer), alat pengukur berat, alat
pengulcur suhu. alat pengukur kadar garam.
5. Bekicot dalam -Alat penutup kaleng [seamer), alat steriliasi
kaleng (retort), alat pendinginan, alat pengukur
ketebalan lipatan kaleng (ca/i seam
micrometer), alat pengukur berat, alat
pengukur suhu, alat pengulcur kadar garara.
6. Cumi kaleng Alat pemotong, alat penutup kaleng
[seamer), alat steriliasi (retort), alat
pendinginan, alat pengukur ketebalan
lipatan kaleng (can seam micrometer), alat
pengukur berat, alat pengukur suhu.
7. Sotong dalam Alat pemotong, alat penutup kaleng
kaleng [seamer), alat steriliasi [retort], alat
pendinginan, alat pengukur ketebalan
lipatan kaleng (can seam, micrometer), alat
pengukur berat. alat pengukur suhu.

KEPALA BADAN STANDARDiSASI NASIONAL

REPUBLIK INDONESIA,

TTD

BAMBANG PRASETYA

Salinaja-seayai dengan aslinya


Kepala Bir Manusia, Organisasi, dan Hukum

ahayu
>ndo
- 958 -

LAMPIRAN LXI
PERATURAN BADAN STANDARDISASI NASIONAL
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 1 TAHUN 2020
TENTANG
SKEMA PENILAIAN KESESUAIAN TERHADAP STANDAR
NASIONAL INDONESIA SEKTOR MAKANAN DAN MINUMAN

PETUNJUK TEKNIS SKEMA SERTIFIKASI PRODUK KERUPUK IKAN,


UDANG DAN MOLUSKA

A Ruang lingkup
Dokumen ini berlaku untuk acuan pelaksanaan Sertifikasi produk
kerupuk ikan, udang dan moluska.

B Persyaratan acuan
Persyaratan acuan Sertifikasi produk kerupuk ikan, udang dan
moluska mencakup:
1. SNI produk kerupuk ikan, udang dan moluska sebagaimana
ditetapkan dalam Keputusan Kepala Badan Standardisasi
Nasional mengenai daftar SNI sektor Makanan dan Minuman;
2. SNI dan standar lain yang diacu dalam SNI sebagaimana
dimaksud dalam angka 1;
3. Peraturan yang mengatur tentang label dan iklan pangan;
4. Peraturan yang mengatur tentang cara produksi pangan
olahan yang baik (Good Manufacturing Practices);
5. Peraturan yang mengatur tentang kemasan pangan;
6. Peraturan yang mengatur tentang bahan tambahan pangan;
7. Penerapan Cara Produksi Pangan Olahan yang Baik (CPPOB),
Sistem Manajemen Mutu (SMM) berdasarkan SNI ISO 9001,
Sistem Manajemen Mutu Keamanan Pangan (SMKP)
berdasarkan SNI ISO 22000 atau HACCP berdasarkan SNI
CAC/RCP 1; dan
8. Peraturan lain yang terkait produk kerupuk ikan, udang dan
moluska.
- 959 -

C Jenis kegiatan penilaian kesesuaian


Penilaian kesesuaian dilakukan melalui kegiatan Sertifikasi.
Sertifikasi produk kerupuk ikan, udang dan moluska dilakukan
oleh LPK yang telah diakreditasi oleh KAN berdasarkan SNI
ISO/IEC 17065, Penilaian Kesesuaian – Persyaratan untuk
Lembaga Sertifikasi Produk, Proses, dan Jasa, untuk lingkup
produk kerupuk ikan, udang dan moluska.
Dalam hal LPK belum ada yang diakreditasi KAN untuk melakukan
kegiatan Sertifikasi dengan ruang lingkup produk kerupuk ikan,
udang dan moluska, BSN dapat menunjuk LPK dengan lingkup
yang sejenis sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.

D Prosedur administratif
1. Pengajuan permohonan Sertifikasi
1.1 LSPro harus menyusun format permohonan Sertifikasi
bagi pelaku usaha untuk mendapatkan seluruh
informasi seperti diatur pada huruf D angka 1.3.

1.2 Pengajuan permohonan Sertifikasi dilakukan oleh pelaku


usaha. Kriteria pelaku usaha yang dapat mengajukan
Sertifikasi sesuai Peraturan BSN yang mengatur
mengenai tata cara penggunaan tanda SNI dan tanda
kesesuaian berbasis SNI.

1.3 Permohonan Sertifikasi harus dilengkapi dengan:


a. informasi Pemohon:
1. nama Pemohon, alamat Pemohon, serta nama
dan kedudukan atau jabatan personel yang
bertanggung jawab atas pengajuan permohonan
Sertifikasi;
2. bukti pemenuhan persyaratan izin usaha sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan;
3. bukti izin edar produk sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan;
- 960 -

4. bukti kepemilikan atas merek atau tanda daftar


yang dikeluarkan oleh Kementerian Hukum dan
Hak Asasi Manusia;
5. apabila Pemohon melakukan pembuatan
produk dengan merek yang dimiliki oleh pihak
lain, menyertakan bukti perjanjian yang
mengikat secara hukum untuk melakukan
pembuatan produk untuk pihak lain;
6. apabila Pemohon bertindak sebagai pemilik
merek yang mensubkontrakkan proses
produksinya kepada pihak lain, menyertakan
bukti kepemilikan merek dan perjanjian
subkontrak pelaksanaan produksi dengan
pihak lain;
7. apabila Pemohon bertindak sebagai perwakilan
resmi pemilik merek yang berkedudukan
hukum di luar negeri, menyertakan bukti
perjanjian yang mengikat secara hukum
tentang penunjukan sebagai perwakilan resmi
pemilik merek di wilayah Republik Indonesia;
8. pernyataan bahwa Pemohon bertanggung jawab
penuh atas pemenuhan persyaratan SNI dan
pemenuhan persyaratan proses Sertifikasi,
serta bersedia memberikan akses terhadap
lokasi dan/atau informasi yang diperlukan oleh
LSPro dalam melaksanakan kegiatan Sertifikasi.
b. informasi produk:
1. merek produk yang diajukan untuk
disertifikasi;
2. jenis/tipe/varian produk yang diajukan untuk
disertifikasi;
3. spesifikasi produk setiap merek yang diajukan
untuk disertifikasi;
4. SNI yang digunakan sebagai dasar pengajuan
permohonan Sertifikasi,
5. daftar bahan baku termasuk bahan tambahan
pangan;
- 961 -

6. label produk;
7. jenis kemasan produk;
8. foto produk dalam kemasan primer yang
diajukan untuk disertifikasi (dari arah depan,
belakang dan samping), serta informasi terkait
kemasan primer produk;
9. apabila ada, foto kemasan sekunder dan tersier
produk yang diajukan untuk disertifikasi, dari
arah depan, belakang, dan samping.
c. informasi proses produksi:
1. nama, alamat, dan legalitas hukum pabrik
(apabila berbeda dengan legalitas Pemohon);
2. nama dan alamat fasilitas produksi mencakup
semua fasilitas yang digunakan untuk
memproduksi produk yang akan disertifikasi
(misal gudang bahan baku, produksi,
pengemasan produk, pengangkutan produk
jadi, gudang produk jadi dan lainnya) termasuk
kegiatan yang dialihdayakan;
3. struktur organisasi;
4. dokumentasi tentang desain dan tata letak
proses produksi serta proses pembuatan
produk yang diajukan untuk disertifikasi;
5. dokumentasi terkait proses dan pengendalian
produksi;
6. dokumentasi tentang peralatan produksi dan
pengukuran termasuk program
kalibrasi/verifikasi peralatan;
7. apabila telah tersedia, menyertakan sertifikat
penerapan Sistem Manajemen Mutu
berdasarkan SNI ISO 9001 atau Sistem
Manajemen Keamanan Pangan berdasarkan SNI
ISO 22000 atau HACCP berdasarkan SNI
CAC/RCP 1 dari lembaga Sertifikasi yang
diakreditasi oleh KAN atau oleh badan
akreditasi penandatangan International
Accreditation Forum (IAF)/Asia Pacific
- 962 -

Accreditation Cooperation (APAC) Multilateral


Recognition Agreement (MLA) dengan ruang
lingkup yang sesuai.

2. Seleksi
2.1 Tinjauan permohonan Sertifikasi
2.1.1 LSPro harus memastikan bahwa informasi yang
diperoleh dari permohonan Sertifikasi yang
diajukan oleh Pemohon telah lengkap dan
memenuhi persyaratan, serta dapat memastikan
kemampuan LSPro untuk menindaklanjuti
permohonan Sertifikasi.

2.1.2 Tinjauan permohonan Sertifikasi harus dilakukan


oleh personel yang memiliki kompetensi sesuai
dengan lingkup permohonan Sertifikasi.

2.2 Penandatanganan perjanjian Sertifikasi


Setelah permohonan Sertifikasi dinyatakan lengkap dan
memenuhi persyaratan serta Pemohon menyetujui
persyaratan dan prosedur Sertifikasi yang ditetapkan
oleh LSPro, dilakukan penandatanganan perjanjian
Sertifikasi oleh Pemohon dan LSPro.

2.3 Penyusunan rencana evaluasi


2.3.1 Berdasarkan informasi yang diperoleh dari
persyaratan permohonan Sertifikasi yang
disampaikan oleh Pemohon, LSPro menetapkan
rencana evaluasi yang mencakup:
a. tujuan, waktu, durasi, lokasi pelaksanaan,
tim, metode, dan agenda evaluasi proses
produksi dan CPPOB atau sistem manajemen
yang relevan dengan pelaksanaan proses
produksi produk yang diajukan untuk
disertifikasi;
b. jenis/tipe/varian produk yang diajukan
untuk disertifikasi dan metode pengambilan
- 963 -

contoh sesuai dengan persyaratan SNI yang


diperlukan untuk pengujian produk, yang
mewakili contoh produk yang diusulkan
untuk disertifikasi;
c. informasi SNI yang digunakan sebagai dasar
Sertifikasi berdasarkan permohonan yang
diajukan oleh Pemohon; dan
d. waktu yang diperlukan untuk pelaksanaan
pengujian berdasarkan standar acuan
metode uji yang dipersyaratkan.

2.3.2 Rencana evaluasi harus mempertimbangkan


kesesuaian produksi yang dilakukan oleh pabrik
sesuai lingkup produk yang diajukan untuk
disertifikasi.

2.3.3 Pelaksanaan evaluasi dilakukan oleh auditor atau


tim audit yang memiliki kriteria kompetensi
sebagai berikut:
1. Pengetahuan tentang prinsip, praktik dan
teknik audit;
2. Pengetahuan tentang proses dan prosedur
Sertifikasi yang ditetapkan oleh LSPro;
3. Pengetahuan tentang standar sistem
manajemen:
a. SNI ISO 9001 tentang sistem manajemen
mutu,
b. SNI ISO 22000 tentang sistem
manajemen mutu keamanan pangan,
c. SNI CAC/RCP 1 tentang rekomendasi
nasional kode praktis – prinsip umum
higiene pangan, dan/atau
d. Cara Produksi Pangan Olahan yang Baik
(CPPOB);

Catatan: sesuai yang diterapkan oleh


pemohon Sertifikasi.
- 964 -

4. Pengetahuan yang dibuktikan dengan


sertifikat, tentang SNI produk kerupuk ikan,
udang dan moluska;
5. Pengetahuan yang dibuktikan dengan
sertifikat dan/atau pengalaman tentang
sektor bisnis produk kerupuk ikan, udang
dan moluska; dan
6. Pengetahuan tentang produk, proses dan
organisasi pemohon Sertifikasi.

3. Determinasi
Determinasi mencakup 2 (dua) tahap evaluasi, yaitu evaluasi
tahap 1 (satu) dan evaluasi tahap 2 (dua).
3.1 Pelaksanaan evaluasi tahap 1 (satu)
3.1.1 Pada evaluasi tahap 1 (satu) dilakukan
pemeriksaan awal terhadap kesesuaian informasi
produk dan proses produksi yang disampaikan
Pemohon pada huruf D angka 1.3 terhadap
lingkup produk yang ditetapkan dalam SNI dan
peraturan terkait.

3.1.2 Apabila hasil evaluasi tahap 1 (satu)


menunjukkan ketidaksesuaian terhadap
persyaratan, Pemohon harus diberi kesempatan
untuk melakukan tindakan perbaikan dalam
jangka waktu tertentu sesuai dengan kebijakan
LSPro.

3.2 Pelaksanaan evaluasi tahap 2 (dua)


3.2.1 Evaluasi tahap 2 (dua) dilaksanakan melalui audit
proses produksi dan CPPOB atau sistem
manajemen yang relevan serta pengujian produk.

3.2.2 Auditproses produksi dan CPPOB atau sistem


manajemen yang relevan dilakukan pada saat
pabrik melakukan produksi produk yang diajukan
atau pada kondisi tertentu dilakukan melalui
- 965 -

simulasi proses produksi produk yang diajukan


untuk disertifikasi.

3.2.3 Audit dilakukan dengan metode audit yang


merupakan kombinasi dari audit dokumen dan
rekaman, wawancara, observasi, demonstrasi,
atau metode audit lainnya.

3.2.4 Audit dilakukan terhadap:


a. tanggung jawab dan komitmen personel
penanggung jawab pabrik terhadap
konsistensi pemenuhan produk terhadap
persyaratan SNI;
b. ketersediaan dan pengendalian prosedur dan
rekaman pengendalian mutu, termasuk
pengujian rutin;
c. fasilitas, lokasi, desain dan tata letak,
bangunan, sanitasi peralatan, sanitasi ruang
proses, dan higiene personel sesuai dengan
ketentuan yang berlaku tentang CPPOB;
d. tahapan kritis proses produksi, mulai dari
bahan baku sampai produk akhir paling
sedikit pada tahapan seperti yang diuraikan
dalam huruf L;
e. kelengkapan serta fungsi peralatan produksi
termasuk peralatan pengendalian mutu;
f. bukti verifikasi berdasarkan hasil kalibrasi
atau hasil verifikasi peralatan produksi
sebagaimana disebutkan pada huruf e yang
membuktikan bahwa peralatan tersebut
memenuhi persyaratan produksi. Hasil
verifikasi peralatan produksi dapat
ditunjukkan dengan prosedur yang
diperlukan untuk mencapai kondisi atau
persyaratan yang ditetapkan;
g. bukti tera atau tera ulang alat pengukur
berat produk dalam kemasan akhir;
- 966 -

h. pengendalian dan penanganan produk yang


tidak sesuai; dan
i. pengemasan, penanganan, dan penyimpanan
produk, termasuk di gudang akhir produk
yang siap diedarkan.

3.2.5 Apabila Pemohon telah menerapkan dan


mendapatkan sertifikat SMKP berdasarkan SNI
ISO 22000 atau HACCP berdasarkan SNI
CAC/RCP 1 dari lembaga Sertifikasi yang
diakreditasi oleh KAN atau oleh badan akreditasi
penandatangan IAF/APAC MLA dengan ruang
lingkup yang sesuai, maka inspeksi pabrik atau
asesmen proses produksi dilakukan terhadap
implementasi sistem manajemen terkait mutu
produk tersebut dan angka 3.2.4 huruf d sampai
dengan huruf i.

3.2.6 Apabila Pemohon telah menerapkan dan


mendapatkan sertifikat SMM berdasarkan SNI ISO
9001 dari lembaga Sertifikasi yang diakreditasi
oleh KAN atau oleh badan akreditasi
penandatangan IAF/APAC MLA dengan ruang
lingkup yang sesuai, maka inspeksi pabrik atau
asesmen proses produksi dilakukan terhadap
implementasi sistem manajemen terkait mutu
produk tersebut dan angka 3.2.4 huruf c sampai
dengan huruf i.

3.2.7 Apabila Pemohon hanya melakukan kegiatan


pengemasan produk akhir, maka audit pada
angka 3.2.4 tidak berlaku, namun LSPro harus
memastikan kesesuaian terhadap:
a. produk yang akan dikemas sesuai
persyaratan SNI yang dibuktikan melalui
pemenuhan hasil uji yang diterbitkan oleh
laboratorium pihak ketiga yang diakreditasi
- 967 -

oleh KAN atau badan akreditasi


penandatangan IAF/APAC MLA secara
periodik setiap batch dan mencakup seluruh
pemasok;
b. tahapan proses di pemasok yang dibuktikan
melalui penyertaan sertifikat CPPOB, sistem
manajemen atau sertifikat Pemeriksaan
Sarana dan Bangunan (PSB) yang dimiliki
oleh pemasok; dan
c. tahapan kritis proses produksi seperti
yangdiuraikan dalam huruf L, yang
dibuktikan melalui audit proses produksi
pada seluruh kegiatan yang dikendalikan
oleh Pemohon.

3.2.8 Pengambilan contoh produk dilakukan saat audit


proses produksi berdasarkan persyaratan dalam
SNI. Pengambilan contoh produk untuk pengujian
dilakukan oleh personel kompeten yang
ditugaskan oleh LSPro. Contoh produk diambil
dari lini produksi atau gudang penyimpanan
produk.

3.2.9 Contoh produk diambil sesuai dengan kebutuhan


pengujian yang mewakili merek yang diajukan
untuk disertifikasi.
Catatan: merek dapat mewakili merek lainnya
apabila memiliki spesifikasi yang sama.

3.2.10 Pengujian dilakukan di laboratorium yang telah


menerapkan ISO/IEC 17025 untuk lingkup
produk yang disertifikasi. Penerapan ISO/IEC
17025 dapat dibuktikan melalui:
a. akreditasi oleh KAN;
b. akreditasi oleh badan akreditasi
penandatangan saling pengakuan dalam
- 968 -

forum APAC dan International Laboratory


Accreditation Cooperation (ILAC); atau
c. penilaian yang dilakukan oleh LSPro
terhadap laboratorium.

3.2.11 Apabila pengujian dilakukan di laboratorium


Pemohon, maka LSPro harus memastikan
kesesuaian kompetensi dan imparsialitas proses
pengujian yang dilakukan, misalnya melalui
penyaksian proses pengujian.

3.2.12 Laboratorium Pemohon yang digunakan untuk


pengujian produk yang disertifikasi harus
memenuhi persyaratan sebagaimana tercantum
pada angka 3.2.10 huruf a atau huruf b.

3.2.13 Apabila berdasarkan hasil evaluasi tahap 2 (dua)


ditemukan ketidaksesuaian, Pemohon harus
diberi kesempatan untuk melakukan tindakan
perbaikan dalam jangka waktu tertentu sesuai
dengan kebijakan LSPro.

3.2.14 Apabila hasil pengujian dari laboratorium


menunjukkan ketidaksesuaian maka dapat
dilakukan pengujian ulang paling banyak 1 (satu)
kali dengan mengambil contoh ulang dari lini
produksi atau gudang penyimpanan produk.

4. Tinjauan dan keputusan


4.1 Tinjauan
4.1.1 Tinjauan hasil evaluasi dilakukan terhadap
pemenuhan seluruh persyaratan Sertifikasi dan
kesesuaian proses Sertifikasi, mulai dari
pengajuan permohonan Sertifikasi, pelaksanaan
evaluasi tahap 1 (satu) dan evaluasi tahap 2 (dua).

4.1.2 Tinjauan hasil evaluasi dinyatakan dalam bentuk


rekomendasi tertulis tentang pemenuhan SNI
- 969 -

yang diajukan oleh Pemohon untuk produk yang


diajukan untuk disertifikasi.

4.2 Penetapan keputusan Sertifikasi


4.2.1 Penetapan keputusan Sertifikasi dilakukan
berdasarkan rekomendasi yang dihasilkan dari
proses tinjauan.

4.2.2 Penetapan keputusan Sertifikasi harus dilakukan


oleh 1 (satu) orang atau sekelompok orang yang
tidak terlibat dalam proses evaluasi.

4.2.3 Penetapan keputusan Sertifikasi dapat dilakukan


oleh 1 (satu) orang atau sekelompok orang yang
sama dengan yang melakukan tinjauan.

4.2.4 Rekomendasi untuk keputusan Sertifikasi


berdasarkan hasil tinjauan harus
didokumentasikan, kecuali tinjauan dan
keputusan Sertifikasi diselesaikan secara
bersamaan oleh orang atau sekelompok orang
yang sama.

4.2.5 LSPro harus memberitahu secara tertulis kepada


Pemohon terkait menunda atau tidak memberikan
keputusan Sertifikasi, dan harus menyampaikan
alasan keputusan tersebut.

4.2.6 Apabila Pemohon menunjukkan keinginan untuk


melanjutkan proses Sertifikasi setelah LSPro
memutuskan tidak memberikan Sertifikasi,
Pemohon dapat menyampaikan permohonan
untuk melanjutkan proses Sertifikasi.

4.2.7 Permohonan melanjutkan proses Sertifikasi harus


disampaikan oleh Pemohon kepada LSPro secara
- 970 -

tertulis paling lambat 1 (satu) bulan setelah


pemberitahuan keputusan tidak memberikan
Sertifikasi diterbitkan oleh LSPro. Proses
Sertifikasi dapat dimulai kembali dari evaluasi
tahap 2 (dua).

4.3 Bukti kesesuaian


4.3.1 Bukti kesesuaian berupa sertifikat kesesuaian
yang diterbitkan oleh LSPro. LSPro menerbitkan
sertifikat kesesuaian kepada Pemohon yang telah
memenuhi persyaratan Sertifikasi. Sertifikat
kesesuaian berlaku selama 4 (empat) tahun
setelah diterbitkan.

4.3.2 Sertifikat kesesuaian terhadap persyaratan SNI


paling sedikit harus memuat:
1. nomor sertifikat atau identifikasi unik
lainnya;
2. nomor atau identifikasi lain dari skema
Sertifikasi;
3. nama dan alamat LSPro;
4. nama dan alamat Pemohon (pemegang
sertifikat);
5. nomor atau identifikasi lain yang mengacu ke
perjanjian Sertifikasi;
6. pernyataan kesesuaian yang mencakup:
a. jenis/tipe/varian produk sesuai
peraturan kategori pangan yang berlaku;
b. jenis kemasan produk yang disertifikasi;
c. merek produk yang disertifikasi;
d. SNI yang menjadi dasar Sertifikasi; dan
e. nama dan alamat lokasi produksi.
7. status akreditasi atau pengakuan LSPro;
8. tanggal penerbitan sertifikat dan masa
berlakunya, serta riwayat sertifikat;dan
9. tanda tangan yang mengikat secara hukum
dari personel yang bertindak atas nama
- 971 -

LSPro sesuai dengan ketentuan peraturan


perundang-undangan.

E Pemeliharaan Sertifikasi
1 Pengawasan oleh LSPro
Pengawasan oleh LSPro dilakukan melalui kegiatan
surveilans. LSPro harus melaksanakan kunjungan surveilans
paling sedikit 2 (dua) kali dalam periode Sertifikasi, dengan
jarak antar evaluasi paling lama 12 (dua belas) bulan.
Kunjungan surveilans dilakukan melalui kegiatan evaluasi
berupa audit dan pengujian.

2 Sertifikasi ulang
2.1 LSPro harus melaksanakan Sertifikasi ulang paling
lambat 6 (enam) bulan sebelum masa berlaku sertifikat
berakhir.

2.2 Pelaksanaan Sertifikasi ulang dilakukan sesuai dengan


tahapan pada prosedur administratif.

2.3 Apabila tidak ada perubahan yang signifikan terkait


produk dan proses produksi sesuai dengan hasil audit
terakhir, maka LSPro dapat tidak melakukan evaluasi
tahap 1 (satu).

2.4 Apabila berdasarkan hasil Sertifikasi ulang ditemukan


ketidaksesuaian, Pemohon harus diberi kesempatan
untuk melakukan tindakan perbaikan dalam jangka
waktu tertentu sesuai dengan kebijakan LSPro.

F Evaluasi khusus
LSPro dapat melaksanakan evaluasi khusus dalam rangka audit
perluasan lingkup maupun tindak lanjut (investigasi) atas keluhan
atau informasi yang ada. Evaluasi khusus dalam rangka
investigasi keluhan atau informasi yang ada dilakukan oleh
auditor yang memiliki kompetensi untuk melakukan investigasi
- 972 -

dan terbatas pada permasalahan yang ada, serta dilakukan dalam


waktu yang singkat dari diperolehnya keluhan atau informasi.
Tahapan evaluasi khusus dalam rangka perluasan lingkup
dilakukan sesuai dengan tahapan prosedur administratif namun
terbatas pada perluasan lingkup yang diajukan. Evaluasi terhadap
perluasan lingkup Sertifikasi dapat dilakukan terpisah maupun
bersamaan dengan surveilans.

G Ketentuan pengurangan, pembekuan, dan pencabutan Sertifikasi


1 Pengurangan lingkup Sertifikasi
Pemohon dapat mengajukan pengurangan lingkup Sertifikasi
selama periode Sertifikasi.

2 Pembekuan dan pencabutan Sertifikasi


2.1 LSPro dapat membekukan Sertifikasi apabila Pemohon:
a. tidak mampu memperbaiki ketidaksesuaian yang
diterbitkan oleh LSPro pada saat surveilans
dan/atau saat evaluasi khusus; atau
b. menyampaikan permintaan pembekuan Sertifikasi
kepada LSPro.

2.2 LSPro harus membatasi periode pembekuan Sertifikasi


paling lama 6 (enam) bulan.

2.3 LSPro dapat melakukan pencabutan Sertifikasi apabila


Pemohon:
a. tidak mampu memperbaiki ketidaksesuaian yang
mengakibatkan pembekuan Sertifikasi melebihi
batas waktu yang ditentukan; atau
b. menyampaikan permintaan pencabutan Sertifikasi
kepada LSPro.

2.4 LSPro dapat mempertimbangkan pembekuan atau


pencabutan Sertifikasi, atau tindakan lainnya yang
disebabkan oleh faktor lainnya dengan
mempertimbangkan risiko yang ditemukan.
- 973 -

H Keluhan dan banding


LSPro harus mengembangkan aturan penanganan keluhan dan
banding dengan mempertimbangkan kompetensi dan imparsialitas
pelaksanaan penanganan keluhan dan banding.

I Informasi publik
LSPro harus memublikasikan informasi kepada publik sesuai
persyaratan ISO/IEC 17065 termasuk informasi pelanggan yang
disertifikasi, dibekukan dan dicabut. Informasi publik terkait
informasi pelanggan yang disertifikasi, dibekukan dan dicabut
tersebut juga harus disampaikan melalui Aplikasi Barang Ber-SNI
(BangBeni) https://bangbeni.bsn.go.id.

J Kondisi khusus
Dalam hal ditemukan situasi yang tidak memungkinkan
penerapan persyaratan tertentu dalam Sertifikasi ini, maka akan
ditetapkan kebijakan BSN dengan mempertimbangkan masukan
dari KAN dan para pemangku kepentingan lainnya.

K Penggunaan tanda SNI


1 Penggunaan tanda SNI dilakukan setelah mendapatkan
persetujuan penggunaan tanda SNI melalui Surat Persetujuan
Penggunaan Tanda (SPPT) SNI yang dikeluarkan oleh BSN
sesuai dengan ketentuan dalam Peraturan BSN yang
mengatur mengenai tata cara penggunaan tanda SNI dan
tanda kesesuaian berbasis SNI.

2 Permohonan persetujuan penggunaan tanda SNI diajukan


kepada BSN disertai dengan dokumen persyaratan yang
diatur dalam Peraturan BSN mengenai tata cara penggunaan
tanda SNI dan tanda kesesuaian berbasis SNI.

3 Tanda SNI sebagai bukti kesesuaian produk yang telah


memenuhi SNI adalah sebagai berikut:
- 974 -

Dengan ukuran:

Keterangan:
y = 11x
r = 0,5x

L Tahapan kritis proses produksi produk kerupuk ikan, udang dan


moluska

Tahapan kritis
No. Penjelasan tahapan kritis
proses produksi
1. Pemilihan bahan Bahan baku, bahan tambahan pangan
baku, bahan dan bahan kemasan harus memenuhi
tambahan persyaratan yang ditetapkan atau
pangan dan peraturan terkait yang berlaku
bahan kemasan
2. Proses produksi Proses produksi dilakukan dengan
metode tertentu yang dikendalikan
dan memperhatikan kesesuaian
proses, termasuk kondisi lingkungan
kerja, kompetensi SDM, peralatan
-975-

Tahapan kritis Penjeiasan tahapan kritis


No.
proses produksi
produksi dan alat pemantauan sesuai
persyaratan yang ditetapkan
3. Pengendalian Pengendalian mutu produk dilakukan
mutu
dengan metode tertentu yang
dikendalikan, untuk memastikan
produk sesuai dengan persyaratan
mutu dan keamanan yang ditetapkan

4. Pengemasan Pengemasan produk dilakukan dengan


metode tertentu yang dikendalikan
sesuai dengan persyaratan SNI dan
peraturan terkait yang berlaku
5. Penandaan Penandaan dilakukan sesuai dengan
persyaratan SNI dan peraturan terkait
yang berlaku
Keterangan: Urutan tahapan kritis proses produksi disetiap
pemohon dapat berbeda

KEPALA BADAN STANDARDISASI NASIONAL

REPUBLIK INDONESIA,

TTD

BAMBANG PRASETYA

i dengan aslinya
^OARO/^
Kepa aya Manusia, Organisasi, dan Hukum

Margahayu
- 976 -

LAMPIRAN LXII
PERATURAN BADAN STANDARDISASI NASIONAL
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 1 TAHUN 2020
TENTANG
SKEMA PENILAIAN KESESUAIAN TERHADAP STANDAR
NASIONAL INDONESIA SEKTOR MAKANAN DAN MINUMAN

PETUNJUK TEKNIS SKEMA SERTIFIKASI PRODUK IKAN DAN PRODUK


PERIKANAN YANG DIASAP

A Ruang lingkup
Dokumen ini berlaku untuk acuan pelaksanaan Sertifikasi produk
ikan dan produk perikanan yang diasap dan tidak berlaku untuk
produk ikan dan produk perikanan yang diasap yang mengalami
pengolahan lebih lanjut.

B Persyaratan acuan
Persyaratan acuan Sertifikasi produk ikan dan produk perikanan
yang diasap mencakup:
1. SNI produk ikan dan produk perikanan yang
diasapsebagaimana ditetapkan dalam Keputusan Kepala
Badan Standardisasi Nasional mengenai daftar SNI sektor
Makanan dan Minuman;
2. SNI dan standar lain yang diacu dalam SNI sebagaimana
dimaksud pada angka 1;
3. Peraturan yang mengatur tentang label dan iklan pangan;
4. Peraturan yang mengatur tentang cara produksi pangan
olahan yang baik (Good Manufacturing Practices);
5. Peraturan yang mengatur tentang kemasan pangan;
6. Peraturan yang mengatur tentang bahan tambahan pangan;
7. Peraturan yang mengatur tentang persyaratan jaminan mutu
dan keamanan hasil perikanan pada proses produksi,
pengolahan dan distribusi;
8. Penerapan Cara Produksi Pangan Olahan yang Baik (CPPOB),
Sistem Manajemen Mutu (SMM) berdasarkan SNI ISO 9001,
- 977 -

Sistem Manajemen Mutu Keamanan Pangan (SMKP)


berdasarkan SNI ISO 22000 atau HACCP berdasarkan SNI
CAC/RCP 1; dan
9. Peraturan lain yang terkait produk ikan dan produk
perikanan yang diasap.

C Jenis kegiatan penilaian kesesuaian


Penilaian dilakukan melalui kegiatan Sertifikasi. Sertifikasi produk
ikan dan produk perikanan yang diasap dilakukan oleh LPK yang
telah diakreditasi oleh KAN berdasarkan SNI ISO/IEC 17065,
Penilaian Kesesuaian – Persyaratan untuk Lembaga Sertifikasi
Produk, Proses, dan Jasa, untuk lingkup produk ikan dan produk
perikanan yang diasap.
Dalam hal LPK belum ada yang diakreditasi KAN untuk melakukan
kegiatan Sertifikasi dengan ruang lingkup produk ikan dan produk
perikanan yang diasap, BSN dapat menunjuk LPK dengan lingkup
yang sejenis sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.

D Prosedur administratif
1. Pengajuan permohonan Sertifikasi
1.1 LSPro harus menyusun format permohonan Sertifikasi
bagi pelaku usaha untuk mendapatkan seluruh
informasi seperti diatur pada huruf D angka 1.3.

1.2 Pengajuan permohonan Sertifikasi dilakukan oleh pelaku


usaha. Kriteria pelaku usaha yang dapat mengajukan
Sertifikasi sesuai Peraturan BSN yang mengatur
mengenai tata cara penggunaan tanda SNI dan tanda
kesesuaian berbasis SNI.

1.3 Permohonan Sertifikasi harus dilengkapi dengan:


a. informasi Pemohon:
1. nama Pemohon, alamat Pemohon, serta nama
dan kedudukan atau jabatan personel yang
bertanggung jawab atas pengajuan permohonan
Sertifikasi;
- 978 -

2. bukti pemenuhan persyaratan izin usaha sesuai


dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan;
3. bukti izin edar produk sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan;
4. bukti kepemilikan atas merek atau tanda daftar
yang dikeluarkan oleh Kementerian Hukum dan
Hak Asasi Manusia;
5. apabila Pemohon melakukan pembuatan
produk dengan merek yang dimiliki oleh pihak
lain, menyertakan bukti perjanjian yang
mengikat secara hukum untuk melakukan
pembuatan produk untuk pihak lain;
6. apabila Pemohon bertindak sebagai pemilik
merek yang mensubkontrakkan proses
produksinya kepada pihak lain, menyertakan
bukti kepemilikan merek dan perjanjian
subkontrak pelaksanaan produksi dengan
pihak lain;
7. apabila Pemohon bertindak sebagai perwakilan
resmi pemilik merek yang berkedudukan
hukum di luar negeri, menyertakan bukti
perjanjian yang mengikat secara hukum
tentang penunjukan sebagai perwakilan resmi
pemilik merek di wilayah Republik Indonesia;
8. pernyataan bahwa Pemohon bertanggung jawab
penuh atas pemenuhan persyaratan SNI dan
pemenuhan persyaratan proses Sertifikasi,
serta bersedia memberikan akses terhadap
lokasi dan/atau informasi yang diperlukan oleh
LSPro dalam melaksanakan kegiatan Sertifikasi.
b. informasi produk:
1. merek produk yang diajukan untuk
disertifikasi;
2. jenis/tipe/varian produk yang diajukan untuk
disertifikasi;
- 979 -

3. spesifikasi produk setiap merek yang diajukan


untuk disertifikasi;
4. SNI yang digunakan sebagai dasar pengajuan
permohonan Sertifikasi,
5. daftar bahan baku termasuk bahan tambahan
pangan;
6. label produk;
7. jenis kemasan produk;
8. foto produk dalam kemasan primer yang
diajukan untuk disertifikasi (dari arah depan,
belakang dan samping), serta informasi terkait
kemasan primer produk;
9. apabila ada, foto kemasan sekunder dan tersier
produk yang diajukan untuk disertifikasi, dari
arah depan, belakang, dan samping.
c. informasi proses produksi:
1. nama, alamat, dan legalitas hukum pabrik
(apabila berbeda dengan legalitas Pemohon);
2. nama dan alamat fasilitas produksi mencakup
semua fasilitas yang digunakan untuk
memproduksi produk yang akan disertifikasi
(misal gudang bahan baku, produksi,
pengemasan produk, pengangkutan produk
jadi, gudang produk jadi dan lainnya) termasuk
kegiatan yang dialihdayakan;
3. struktur organisasi;
4. dokumentasi tentang desain dan tata letak
proses produksi serta proses pembuatan
produk yang diajukan untuk disertifikasi;
5. dokumentasi terkait proses dan pengendalian
produksi;
6. dokumentasi tentang peralatan produksi dan
pengukuran termasuk program
kalibrasi/verifikasi peralatan;
7. apabila telah tersedia, menyertakan sertifikat
penerapan Sistem Manajemen Mutu
berdasarkan SNI ISO 9001 atau Sistem
- 980 -

Manajemen Keamanan Pangan berdasarkan SNI


ISO 22000 atau HACCP berdasarkan SNI
CAC/RCP 1 dari lembaga Sertifikasi yang
diakreditasi oleh KAN atau oleh badan
akreditasi penandatangan International
Accreditation Forum (IAF)/Asia Pacific
Accreditation Cooperation (APAC) Multilateral
Recognition Agreement (MLA) dengan ruang
lingkup yang sesuai.

2. Seleksi
2.1 Tinjauan permohonan Sertifikasi
2.1.1 LSPro harus memastikan bahwa informasi yang
diperoleh dari permohonan Sertifikasi yang
diajukan oleh Pemohon telah lengkap dan
memenuhi persyaratan, serta dapat memastikan
kemampuan LSPro untuk menindaklanjuti
permohonan Sertifikasi.

2.1.2 Tinjauan permohonan Sertifikasi harus dilakukan


oleh personel yang memiliki kompetensi sesuai
dengan lingkup permohonan Sertifikasi.

2.2 Penandatanganan perjanjian Sertifikasi


Setelah permohonan Sertifikasi dinyatakan lengkap dan
memenuhi persyaratan serta Pemohon menyetujui
persyaratan dan prosedur Sertifikasi yang ditetapkan
oleh LSPro, dilakukan penandatanganan perjanjian
Sertifikasi oleh Pemohon dan LSPro.

2.3 Penyusunan rencana evaluasi


2.3.1 Berdasarkan informasi yang diperoleh dari
persyaratan permohonan Sertifikasi yang
disampaikan oleh Pemohon, LSPro menetapkan
rencana evaluasi yang mencakup:
a. tujuan, waktu, durasi, lokasi pelaksanaan,
tim, metode, dan agenda evaluasi proses
- 981 -

produksi dan CPPOB atau sistem manajemen


yang relevan dengan pelaksanaan proses
produksi produk yang diajukan untuk
disertifikasi;
b. jenis/tipe/varian produk yang diajukan
untuk disertifikasi dan metode pengambilan
contoh sesuai dengan persyaratan SNI yang
diperlukan untuk pengujian produk, yang
mewakili contoh produk yang diusulkan
untuk disertifikasi;
c. informasi SNI yang digunakan sebagai dasar
Sertifikasi berdasarkan permohonan yang
diajukan oleh Pemohon; dan
d. waktu yang diperlukan untuk pelaksanaan
pengujian berdasarkan standar acuan
metode uji yang dipersyaratkan.

2.3.2 Rencana evaluasi harus mempertimbangkan


kesesuaian produksi yang dilakukan oleh pabrik
sesuai lingkup produk yang diajukan untuk
disertifikasi.

2.3.3 Pelaksanaan evaluasi dilakukan oleh auditor atau


tim audit yang memiliki kriteria kompetensi
sebagai berikut:
1. Pengetahuan tentang prinsip, praktik dan
teknik audit;
2. Pengetahuan tentang proses dan prosedur
Sertifikasi yang ditetapkan oleh LSPro;
3. Pengetahuan tentang standar sistem
manajemen:
a. SNI ISO 9001 tentang sistem manajemen
mutu,
b. SNI ISO 22000 tentang sistem
manajemen mutu keamanan pangan,
- 982 -

c. SNI CAC/RCP 1 tentang rekomendasi


nasional kode praktis – prinsip umum
higiene pangan, dan/atau
d. Cara Produksi Pangan Olahan yang Baik
(CPPOB);

Catatan: sesuai yang diterapkan oleh


pemohon Sertifikasi.
4. Pengetahuan yang dibuktikan dengan
sertifikat, tentang SNI produk ikan dan
produk perikanan yang diasap;
5. Pengetahuan yang dibuktikan dengan
sertifikat dan/atau pengalaman tentang
sektor bisnis produkikan dan produk
perikanan yang diasap; dan
6. Pengetahuan tentang produk, proses dan
organisasi pemohon Sertifikasi.

3. Determinasi
Determinasi mencakup 2 (dua) tahap evaluasi, yaitu evaluasi
tahap 1 (satu) dan evaluasi tahap 2 (dua).

3.1 Pelaksanaan evaluasi tahap 1 (satu)


3.1.1 Pada evaluasi tahap 1 (satu) dilakukan
pemeriksaan awal terhadap kesesuaian informasi
produk dan proses produksi yang disampaikan
Pemohon pada huruf D angka 1.3 terhadap
lingkup produk yang ditetapkan dalam SNI dan
peraturan terkait.

3.1.2 Apabila hasil evaluasi tahap 1 (satu)


menunjukkan ketidaksesuaian terhadap
persyaratan, Pemohon harus diberi kesempatan
untuk melakukan tindakan perbaikan dalam
jangka waktu tertentu sesuai dengan kebijakan
LSPro.
- 983 -

3.2 Pelaksanaan evaluasi tahap 2 (dua)


3.2.1 Evaluasi tahap 2 (dua) dilaksanakan melalui audit
proses produksi dan CPPOB atau sistem
manajemen yang relevan serta pengujian produk.

3.2.2 Audit proses produksi dan CPPOB atau sistem


manajemen yang relevan dilakukan pada saat
pabrik melakukan produksi produk yang diajukan
atau pada kondisi tertentu dilakukan melalui
simulasi proses produksi produk yang diajukan
untuk disertifikasi.

3.2.3 Audit dilakukan dengan metode audit yang


merupakan kombinasi dari audit dokumen dan
rekaman, wawancara, observasi, demonstrasi,
atau metode audit lainnya.

3.2.4 Audit dilakukan terhadap:


a. tanggung jawab dan komitmen personel
penanggung jawab pabrik terhadap
konsistensi pemenuhan produk terhadap
persyaratan SNI;
b. ketersediaan dan pengendalian prosedur dan
rekaman pengendalian mutu, termasuk
pengujian rutin;
c. fasilitas, lokasi, desain dan tata letak,
bangunan, sanitasi peralatan, sanitasi ruang
proses, dan higiene personel sesuai dengan
ketentuan yang berlaku tentang CPPOB;
d. tahapan kritis proses produksi, mulai dari
bahan baku sampai produk akhir paling
sedikit pada tahapan seperti yang diuraikan
dalam huruf L;
e. kelengkapan serta fungsi peralatan produksi
termasuk peralatan pengendalian mutu;
f. bukti verifikasi berdasarkan hasil kalibrasi
atau hasil verifikasi peralatan produksi
- 984 -

sebagaimana disebutkan pada huruf e yang


membuktikan bahwa peralatan tersebut
memenuhi persyaratan produksi. Hasil
verifikasi peralatan produksi dapat
ditunjukkan dengan prosedur yang
diperlukan untuk mencapai kondisi atau
persyaratan yang ditetapkan;
g. bukti tera atau tera ulang alat pengukur
berat produk dalam kemasan akhir;
h. pengendalian dan penanganan produk yang
tidak sesuai; dan
i. pengemasan, penanganan, dan penyimpanan
produk, termasuk di gudang akhir produk
yang siap diedarkan.

3.2.5 Apabila Pemohon telah menerapkan dan


mendapatkan sertifikat SMKP berdasarkan SNI
ISO 22000 atau HACCP berdasarkan SNI
CAC/RCP 1 dari lembaga Sertifikasi yang
diakreditasi oleh KAN atau oleh badan akreditasi
penandatangan IAF/APAC MLA dengan ruang
lingkup yang sesuai, maka inspeksi pabrik atau
asesmen proses produksi dilakukan terhadap
implementasi sistem manajemen terkait mutu
produk tersebut dan angka 3.2.4 huruf d sampai
dengan huruf i.

3.2.6 Apabila Pemohon telah menerapkan dan


mendapatkan sertifikat SMM berdasarkan SNI ISO
9001 dari lembaga Sertifikasi yang diakreditasi
oleh KAN atau oleh badan akreditasi
penandatangan IAF/APAC MLA dengan ruang
lingkup yang sesuai, maka inspeksi pabrik atau
asesmen proses produksi dilakukan terhadap
implementasi sistem manajemen terkait mutu
produk tersebut dan angka 3.2.4 huruf c sampai
dengan huruf i.
- 985 -

3.2.7 Apabila Pemohon hanya melakukan kegiatan


pengemasan produk akhir, maka audit pada
angka 3.2.4 tidak berlaku, namun LSPro harus
memastikan kesesuaian terhadap:
a. produk yang akan dikemas sesuai
persyaratan SNI yang dibuktikan melalui
pemenuhan hasil uji yang diterbitkan oleh
laboratorium pihak ketiga yang diakreditasi
oleh KAN atau badan akreditasi
penandatangan IAF/APAC MLA secara
periodik setiap batch dan mencakup seluruh
pemasok;
b. tahapan proses di pemasok yang dibuktikan
melalui penyertaan sertifikat CPPOB, sistem
manajemen atau sertifikat Pemeriksaan
Sarana dan Bangunan (PSB) yang dimiliki
oleh pemasok; dan
c. tahapan kritis proses produksi seperti
yangdiuraikan dalam huruf L, yang
dibuktikan melalui audit proses produksi
pada seluruh kegiatan yang dikendalikan
oleh Pemohon.

3.2.8 Pengambilan contoh produk dilakukan saat audit


proses produksi berdasarkan persyaratan dalam
SNI. Pengambilan contoh produk untuk pengujian
dilakukan oleh personel kompeten yang
ditugaskan oleh LSPro. Contoh produk diambil
dari lini produksi atau gudang penyimpanan
produk.

3.2.9 Contoh produk diambil sesuai dengan kebutuhan


pengujian yang mewakili merek yang diajukan
untuk disertifikasi.
Catatan: merek dapat mewakili merek lainnya
apabila memiliki spesifikasi yang sama
- 986 -

3.2.10 Pengujian dilakukan di laboratorium yang telah


menerapkan ISO/IEC 17025 untuk lingkup
produk yang disertifikasi. Penerapan ISO/IEC
17025 dapat dibuktikan melalui:
a. akreditasi oleh KAN;
b. akreditasi oleh badan akreditasi
penandatangan saling pengakuan dalam
forum APAC dan International Laboratory
Accreditation Cooperation (ILAC); atau
c. penilaian yang dilakukan oleh LSPro
terhadap laboratorium.

3.2.11 Apabila pengujian dilakukan di laboratorium


Pemohon, maka LSPro harus memastikan
kesesuaian kompetensi dan imparsialitas proses
pengujian yang dilakukan, misalnya melalui
penyaksian proses pengujian.

3.2.12 Laboratorium Pemohon yang digunakan untuk


pengujian produk yang disertifikasi harus
memenuhi persyaratan sebagaimana tercantum
pada angka 3.2.10 huruf a atau huruf b.

3.2.13 Apabila berdasarkan hasil evaluasi tahap 2 (dua)


ditemukan ketidaksesuaian, Pemohon harus
diberi kesempatan untuk melakukan tindakan
perbaikan dalam jangka waktu tertentu sesuai
dengan kebijakan LSPro.

3.2.14 Apabila hasil pengujian dari laboratorium


menunjukkan ketidaksesuaian maka dapat
dilakukan pengujian ulang paling banyak 1 (satu)
kali dengan mengambil contoh ulang dari lini
produksi atau gudang penyimpanan produk.
- 987 -

4. Tinjauan dan keputusan


4.1 Tinjauan
4.1.1 Tinjauan hasil evaluasi dilakukan terhadap
pemenuhan seluruh persyaratan Sertifikasi dan
kesesuaian proses Sertifikasi, mulai dari
pengajuan permohonan Sertifikasi, pelaksanaan
evaluasi tahap 1 (satu) dan evaluasi tahap 2 (dua).

4.1.2 Tinjauan hasil evaluasi dinyatakan dalam bentuk


rekomendasi tertulis tentang pemenuhan SNI
yang diajukan oleh Pemohon untuk produk yang
diajukan untuk disertifikasi.

4.2 Penetapan keputusan Sertifikasi


4.2.1 Penetapan keputusan Sertifikasi dilakukan
berdasarkan rekomendasi yang dihasilkan dari
proses tinjauan.

4.2.2 Penetapan keputusan Sertifikasi harus dilakukan


oleh 1 (satu) orang atau sekelompok orang yang
tidak terlibat dalam proses evaluasi.

4.2.3 Penetapan keputusan Sertifikasi dapat dilakukan


oleh 1 (satu) orang atau sekelompok orang yang
sama dengan yang melakukan tinjauan.

4.2.4 Rekomendasi untuk keputusan Sertifikasi


berdasarkan hasil tinjauan harus
didokumentasikan, kecuali tinjauan dan
keputusan Sertifikasi diselesaikan secara
bersamaan oleh orang atau sekelompok orang
yang sama.

4.2.5 LSPro harus memberitahu secara tertulis kepada


Pemohon terkait menunda atau tidak memberikan
keputusan Sertifikasi, dan harus menyampaikan
alasan keputusan tersebut.
- 988 -

4.2.6 Apabila Pemohon menunjukkan keinginan untuk


melanjutkan proses Sertifikasi setelah LSPro
memutuskan tidak memberikan Sertifikasi,
Pemohon dapat menyampaikan permohonan
untuk melanjutkan proses Sertifikasi.

4.2.7 Permohonan melanjutkan proses Sertifikasi harus


disampaikan oleh Pemohon kepada LSPro secara
tertulis paling lambat 1 (satu) bulan setelah
pemberitahuan keputusan tidak memberikan
Sertifikasi diterbitkan oleh LSPro. Proses
Sertifikasi dapat dimulai kembali dari evaluasi
tahap 2 (dua).

4.3 Bukti kesesuaian


4.3.1 Bukti kesesuaian berupa sertifikat kesesuaian
yang diterbitkan oleh LSPro. LSPro menerbitkan
sertifikat kesesuaian kepada Pemohon yang telah
memenuhi persyaratan Sertifikasi. Sertifikat
kesesuaian berlaku selama 4 (empat) tahun
setelah diterbitkan.

4.3.2 Sertifikat kesesuaian terhadap persyaratan SNI


paling sedikit harus memuat:
1. nomor sertifikat atau identifikasi unik
lainnya;
2. nomor atau identifikasi lain dari skema
Sertifikasi;
3. nama dan alamat LSPro;
4. nama dan alamat Pemohon (pemegang
sertifikat);
5. nomor atau identifikasi lain yang mengacu ke
perjanjian Sertifikasi;
6. pernyataan kesesuaian yang mencakup:
a. jenis/tipe/varian produk sesuai
peraturan kategori pangan yang berlaku;
b. jenis kemasan produk yang disertifikasi;
- 989 -

c. merek produk yang disertifikasi;


d. SNI yang menjadi dasar Sertifikasi; dan
e. nama dan alamat lokasi produksi.
7. status akreditasi atau pengakuan LSPro;
8. tanggal penerbitan sertifikat dan masa
berlakunya, serta riwayat sertifikat;dan
9. tanda tangan yang mengikat secara hukum
dari personel yang bertindak atas nama
LSPro sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.

E Pemeliharaan Sertifikasi
1 Pengawasan oleh LSPro
Pengawasan oleh LSPro dilakukan melalui kegiatan Sertifikasi.
LSPro harus melaksanakan kunjungan surveilans paling
sedikit 2 (dua) kali dalam periode Sertifikasi, dengan jarak
antar evaluasi paling lama 12 (dua belas) bulan. Kunjungan
surveilans dilakukan melalui kegiatan evaluasi berupa audit
dan pengujian.

2 Sertifikasi ulang
2.1 LSPro harus melaksanakan Sertifikasi ulang paling
lambat 6 (enam) bulan sebelum masa berlaku sertifikat
berakhir.

2.2 Pelaksanaan Sertifikasi ulang dilakukan sesuai dengan


tahapan pada prosedur administratif.

2.3 Apabila tidak ada perubahan yang signifikan terkait


produk dan proses produksi sesuai dengan hasil audit
terakhir, maka LSPro dapat tidak melakukan evaluasi
tahap 1 (satu).

2.4 Apabila berdasarkan hasil Sertifikasi ulang ditemukan


ketidaksesuaian, Pemohon harus diberi kesempatan
- 990 -

untuk melakukan tindakan perbaikan dalam jangka


waktu tertentu sesuai dengan kebijakan LSPro.

F Evaluasi khusus
LSPro dapat melaksanakan evaluasi khusus dalam rangka audit
perluasan lingkup maupun tindak lanjut (investigasi) atas keluhan
atau informasi yang ada. Evaluasi khusus dalam rangka
investigasi keluhan atau informasi yang ada dilakukan oleh
auditor yang memiliki kompetensi untuk melakukan investigasi
dan terbatas pada permasalahan yang ada, serta dilakukan dalam
waktu yang singkat dari diperolehnya keluhan atau informasi.
Tahapan evaluasi khusus dalam rangka perluasan lingkup
dilakukan sesuai dengan tahapan prosedur administratif namun
terbatas pada perluasan lingkup yang diajukan. Evaluasi terhadap
perluasan lingkup Sertifikasi dapat dilakukan terpisah maupun
bersamaan dengan surveilans.

G Ketentuan pengurangan, pembekuan, dan pencabutan Sertifikasi


1 Pengurangan lingkup Sertifikasi
Pemohon dapat mengajukan pengurangan lingkup Sertifikasi
selama periode Sertifikasi.

2 Pembekuan dan pencabutan Sertifikasi


2.1 LSPro dapat membekukan Sertifikasi apabila Pemohon:
a. tidak mampu memperbaiki ketidaksesuaian yang
diterbitkan oleh LSPro pada saat surveilans
dan/atau saat evaluasi khusus; atau
b. menyampaikan permintaan pembekuan Sertifikasi
kepada LSPro.

2.2 LSPro harus membatasi periode pembekuan Sertifikasi


paling lama 6 (enam) bulan.

2.3 LSPro dapat melakukan pencabutan Sertifikasi Apabila


Pemohon:
- 991 -

a. tidak mampu memperbaiki ketidaksesuaian yang


mengakibatkan pembekuan Sertifikasi melebihi
batas waktu yang ditentukan; atau
b. menyampaikan permintaan pencabutan Sertifikasi
kepada LSPro.
2.4 LSPro dapat mempertimbangkan pembekuan atau
pencabutan Sertifikasi, atau tindakan lainnya yang
disebabkan oleh faktor lainnya dengan
mempertimbangkan risiko yang ditemukan.

H Keluhan dan banding


LSPro harus mengembangkan aturan penanganan keluhan dan
banding dengan mempertimbangkan kompetensi dan imparsialitas
pelaksanaan penanganan keluhan dan banding.

I Informasi publik
LSPro harus memublikasikan informasi kepada publik sesuai
persyaratan ISO/IEC 17065 termasuk informasi pelanggan yang
disertifikasi, dibekukan dan dicabut. Informasi publik terkait
informasi pelanggan yang disertifikasi, dibekukan dan dicabut
tersebut juga harus disampaikan melalui Aplikasi Barang Ber-SNI
(BangBeni) https://bangbeni.bsn.go.id.

J Kondisi khusus
Dalam hal ditemukan situasi yang tidak memungkinkan
penerapan persyaratan tertentu dalam Sertifikasi ini, maka akan
ditetapkan kebijakan BSN dengan mempertimbangkan masukan
dari KAN dan para pemangku kepentingan lainnya.

K Penggunaan tanda SNI


1 Penggunaan tanda SNI dilakukan setelah mendapatkan
persetujuan penggunaan tanda SNI melalui Surat Persetujuan
Penggunaan Tanda (SPPT) SNI yang dikeluarkan oleh BSN
sesuai dengan ketentuan dalam Peraturan BSN yang
mengatur mengenai tata cara penggunaan tanda SNI dan
tanda kesesuaian berbasis SNI.
- 992 -

2 Permohonan persetujuan penggunaan tanda SNI diajukan


kepada BSN disertai dengan dokumen persyaratan yang
diatur dalam Peraturan BSN mengenai tata cara penggunaan
tanda SNI dan tanda kesesuaian berbasis SNI.

3 Tanda SNI sebagai bukti kesesuaian produk yang telah


memenuhi SNI adalah sebagai berikut:

Dengan ukuran:

Keterangan:
y = 11x
r = 0,5x

L Tahapan kritis proses produksi produk ikan dan produk perikanan


yang diasap

Tahapan kritis
No. Penjelasan tahapan kritis
proses produksi
1. Pemilihan bahan Bahan baku, bahan tambahan
baku, bahan pangan dan bahan kemasan harus
tambahan pangan memenuhi persyaratan yang
dan bahan kemasan ditetapkan atau peraturan terkait
-993-

Tahapan kritis
No. Penjelasan tahapan kritis
proses produksi
yang berlaku
2. Proses produksi Proses produksi dilakukan dengan
metode lertentu yang dilcendalikan
dan memperhatikan kesesuaian
proses, tennasuk kondisi lingkungan
kerja, kompetensi SDM, peralatan
produksi dan alat pemantauan
sesuai persyaratan yang ditetapkan
3. Pengendalian mutu Pengendalian mutu produk
dilakukan dengan metode tertentu
yang dikendalikan, untuk
raemastikan produk sesuai dengan
persyaratan mutu dan keamanan
yang ditetapkan
4. Pengemasan Pengemasan produk dilakukan
dengan metode tertentu yang
dikendalikan sesuai dengan
persyaratan SNI dan peraturan
terkait yang berlaku
5. Penandaan Penandaan dilal<ukan sesuai dengan
persyaratan SNI dan peraturan
terkait yang berlaku
Keterangan: Urutan tahapan kritis proses produksi disetiap
pemohon dapat berbeda

KEPALA BADAN STANDARDISASI NASIONAL

REPUBLIK INDONESIA,

TTD

BAMBANG PRASETYA

SalijaeiTTses^m dengan aslinya


Kepala Bii?{ iitnber-Q^S^ Manusia, Organisasi, dan Hukum

Margahajai
Tvndo
- 994 -

LAMPIRAN LXIII
PERATURAN BADAN STANDARDISASI NASIONAL
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 1 TAHUN 2020
TENTANG
SKEMA PENILAIAN KESESUAIAN TERHADAP STANDAR
NASIONAL INDONESIA SEKTOR MAKANAN DAN MINUMAN

PETUNJUK TEKNIS SKEMA SERTIFIKASI PRODUK MARGARIN

A. Ruang lingkup
Dokumen ini berlaku untuk acuan pelaksanaan Sertifikasi produk
margarin yang berbentuk emulsi (w/o) padat, semipadat atau cair,
yang dibuat dari lemak makan dan atau minyak makan nabati dan
air dengan atau tanpa penambahan bahan pangan lain dan bahan
tambahan pangan yang diizinkan serta margarin meja yang
ditujukan untuk langsung dimakan, tanpa diolah lebih lanjut
denganpenambahan vitamin A dan D.

B. Persyaratan Sertifikasi
Persyaratan acuan Sertifikasi produk:
1. SNI 3541:2014 Margarin;
2. SNI dan standar lain yang diacu dalam SNI 3541:2014; dan
3. Peraturan lain yang terkait dengan produk Margarin

C. Prosedur Sertifikasi
Prosedur Sertifikasi mencakup:
1. evaluasi awal; dan
2. inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi.

D. Persyaratan Lembaga Penilaian Kesesuaian


Sertifikasi produk margarin dilakukan oleh LPK yang telah
diakreditasi oleh KAN berdasarkan SNI ISO/IEC 17065, Penilaian
Kesesuaian – Persyaratan untuk Lembaga Sertifikasi Produk,
Proses, dan Jasa, untuk lingkup produk sebagaimana dimaksud
- 995 -

dalam Ruang Lingkup sesuai dengan ketentuan peraturan


perundang-undangan.
Dalam hal LPK belum ada yang diakreditasi oleh KAN untuk
melakukan kegiatan Sertifikasi dengan ruang lingkup margarin,
BSN dapat menunjuk LPK dengan ruang lingkup yang sejenis
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

E. Tahapan Sertifikasi
1. Pengajuan Permohonan Sertifikasi
1.1. Pengajuan permohonan Sertifikasi dilakukan oleh pelaku
usaha. Kriteria pelaku usaha yang dapat mengajukan
Sertifikasi sesuai Peraturan Kepala BSN mengenai Tata
Cara Penggunaan Tanda SNI dan Tanda Kesesuaian
Berbasis SNI.

1.2. Permohonan Sertifikasi harus dilengkapi dengan:


a. informasi Pemohon:
1. nama Pemohon, alamat Pemohon, serta nama dan
kedudukan atau jabatan personel yang
bertanggung jawab atas pengajuan permohonan
Sertifikasi;
2. bukti pemenuhan persyaratan izin usaha sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan;
3. pemenuhan persyaratan sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan tentang
pendaftaran dan hak kepemilikan atas merek yang
dikeluarkan oleh Kementerian Hukum dan Hak
Asasi Manusia;
4. apabila Pemohon melakukan pembuatan produk
dengan merek yang dimiliki oleh pihak lain,
menyertakan bukti perjanjian yang mengikat
secara hukum untuk melakukan pembuatan
produk untuk pihak lain;
5. apabila Pemohon bertindak sebagai pemilik merek
yang mensubkontrakkan proses produksinya
kepada pihak lain, menyertakan bukti kepemilikan
- 996 -

merek dan perjanjian subkontrak pelaksanaan


produksi dengan pihak lain;
6. apabila Pemohon bertindak sebagai perwakilan
resmi pemilik merek yang berkedudukan hukum di
luar negeri, menyertakan bukti perjanjian yang
mengikat secara hukum tentang penunjukan
sebagai perwakilan resmi pemilik merek di wilayah
Republik Indonesia; dan
7. pernyataan bahwa Pemohon Sertifikasi
bertanggung jawab penuh atas pemenuhan
persyaratan SNI dan pemenuhan persyaratan
proses Sertifikasi dan bersedia memberikan akses
terhadap lokasi dan/atau informasi yang
diperlukan oleh LSPro dalam melaksanakan
kegiatan Sertifikasi.
b. informasi produk:
1. merek produk yang diajukan untuk disertifikasi;
2. jenis/tipe/varian produk yang diajukan untuk
disertifikasi;
3. SNI yang digunakan sebagai dasar pengajuan
permohonan Sertifikasi;
4. foto produk yang diajukan untuk disertifikasi yang
menunjukkan bentuk produk serta informasi
terkait kemasan primer produk;
5. daftar bahan baku termasuk bahan tambahan
pangan ;
6. label produk; dan
7. apabila tersedia, foto kemasan sekunder yang
diajukan untuk disertifikasi, dari arah depan,
belakang, samping, dan bagian dalam, serta
informasi terkait kemasan produk.
c. informasi proses produksi:
1. nama, alamat, dan legalitas hukum pabrik;
2. struktur organisasi, nama dan jabatan personel
penanggung jawab proses produksi;
- 997 -

3. dokumentasi informasi tentang pemasok bahan


baku produk, prosedur evaluasi pemasok, serta
prosedur inspeksi bahan baku;
4. dokumentasi informasi tentang proses pembuatan
produk yang diajukan untuk disertifikasi, termasuk
proses yang disubkontrakkan ke pihak lain;
5. dokumentasi informasi tentang prosedur dan
rekaman pengendalian mutu, termasuk pengujian
rutin, daftar peralatan, serta sertifikat kalibrasi
atau bukti verifikasi peralatan yang berpengaruh
terhadap mutu produk yang disertifikasi, dan bukti
atau segel tera ulang untuk alat ukur yang
digunakan dalam pengukuran berat produk dalam
kemasan akhir;
6. dokumentasi informasi tentang prosedur dan
rekaman pengendalian dan penanganan produk
yang tidak sesuai;
7. dokumentasi informasi tentang pengemasan
produk dan pengelolaan produk di gudang akhir
produk sebelum dikirimkan dan/atau diedarkan ke
wilayah Republik Indonesia;
8. lokasi gudang penyimpanan produk di wilayah
Republik Indonesia;
9. bukti izin edar produk (MD/ML atau P-IRT) sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan,
10. menyertakan laporan hasil uji yang dilakukan
paling lambat 1 (satu) tahun sebelum pengajuan
Sertifikasi, yang memberikan bukti pemenuhan
produk yang diajukan untuk disertifikasi terhadap
persyaratan mutu dalam SNI dan peraturan terkait;
11. apabila laporan hasil uji sebagaimana dinyatakan
pada angka 10 belum tersedia, pelaku usaha dapat
menyampaikan contoh produk kepada LSPro untuk
diuji di laboratorium yang memiliki perjanjian alih
daya dengan LSPro; dan
12. apabila telah tersedia, menyertakan Sertifikat
Penerapan Sistem Manajemen Mutu berdasarkan
- 998 -

SNI ISO 9001 atau Sistem Manajemen Keamanan


Pangan berdasarkan SNI ISO 22000 atau HACCP
berdasarkan SNI CAC/RCP 1 dari Otoritas
Kompeten atau Lembaga Sertifikasi yang
diakreditasi oleh KAN atau oleh badan akreditasi
penandatangan International Accreditation Forum
(IAF)/Asia Pacific Accreditation Cooperation (APAC)
Multilateral Recognition Agreement (MLA) dengan
ruang lingkup yang sesuai.

2. Tinjauan permohonan Sertifikasi


LSPro harus memastikan bahwa informasi yang diperoleh dari
permohonan Sertifikasi yang diajukan oleh Pemohon telah
lengkap dan memenuhi persyaratan.

3. Penandatanganan perjanjian Sertifikasi


Setelah permohonan Sertifikasi dinyatakan lengkap dan
Pemohon menyetujui persyaratan dan prosedur Sertifikasi yang
ditetapkan oleh LSPro sesuai dengan persyaratan SNI ISO/IEC
17065, perjanjian Sertifikasi ditandatangani oleh Pemohon dan
LSPro.

4. Penyusunan rencana evaluasi


Berdasarkan informasi yang diperoleh dari persyaratan
permohonan Sertifikasi yang disampaikan oleh Pemohon,
LSPro menetapkan rencana evaluasi yang mencakup:
a. jenis/tipe/varian produk yang diajukan untuk
disertifikasi dan metode pengambilan contoh sesuai
dengan persyaratan SNI 3541:2014 yang diperlukan
untuk pengujian produk dan mewakili contoh produk
yang diusulkan untuk disertifikasi;
b. informasi SNI yang digunakan sebagai dasar Sertifikasi
berdasarkan permohonan yang diajukan oleh Pemohon
Sertifikasi;
c. waktu yang diperlukan untuk pelaksanaan pengujian
berdasarkan standar acuan metode uji yang
dipersyaratkan; dan
- 999 -

d. waktu, lokasi pelaksanaan dan agenda inspeksi pabrik


atau asesmen proses produksi yang relevan dengan
pelaksanaan produksi produk yang diajukan untuk
disertifikasi, serta personel kompeten yang melakukan
evaluasi.

5. Pelaksanaan evaluasi awal terhadap produk


5.1. Pelaksanaan evaluasi awal terhadap produk mencakup:
a. Pemeriksaan awal terhadap kesesuaian informasi
produk dan proses produksi yang disampaikan
Pemohon terhadap lingkup produk yang ditetapkan
dalam SNI dan peraturan terkait.
b. Pengujian awal terhadap contoh produk berdasarkan
persyaratan mutu dalam SNI. Pengujian awal
dilakukan berdasarkan laporan hasil uji dari
laboratorium yang disampaikan Pemohon, yang
mencakup seluruh persyaratan mutu dalam SNI
3541:2014. Apabila laporan hasil uji tersebut
menunjukkan bahwa seluruh persyaratan mutu
dalam SNI tersebut telah terpenuhi, maka produk
yang diajukan untuk disertifikasi dianggap telah
memenuhi persyaratan pengujian awal.

5.2. Apabila hasil evaluasi awal menunjukkan


ketidaksesuaian terhadap persyaratan SNI, Pemohon
harus diberi kesempatan untuk melakukan tindakan
perbaikan dalam jangka waktu tertentu sesuai dengan
kebijakan LSPro.

6. Pelaksanaan inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi


6.1. Inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi harus
dilakukan pada saat pabrik melakukan produksi, atau
pada kondisi tertentu dilakukan melalui simulasi proses
produksi produk yang diajukan untuk disertifikasi.
- 1000 -

6.2. Inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi dilakukan


terhadap:
a. tanggung jawab dan komitmen personel penanggung
jawab pabrik terhadap konsistensi pemenuhan produk
terhadap persyaratan SNI;
b. ketersediaan dan pengendalian dokumentasi informasi
prosedur dan rekaman pengendalian mutu, termasuk
pengujian rutin;
c. fasilitas, lokasi, desain dan tata letak bangunan,
sanitasi peralatan, sanitasi ruang proses, dan higiene
personel sesuai dengan ketentuan yang berlaku
tentang Cara Produksi Pangan Olahan yang Baik;
d. tahapan kritis proses produksi, mulai dari bahan baku
sampai produk akhir paling sedikit pada tahapan
sebagaimana dimaksud dalam huruf G;
e. kelengkapan serta fungsi peralatan produksi termasuk
pengendalian mutu paling sedikit memiliki alat
pencampur/pengaduk, alat pasteurisasi, dan alat
pengukur berat;
f. bukti verifikasi berdasarkan hasil kalibrasi atau hasil
verifikasi peralatan produksi sebagaimana disebutkan
pada huruf e yang membuktikan bahwa peralatan
tersebut memenuhi persyaratan produksi. Hasil
verifikasi peralatan produksi dapat ditunjukkan
dengan prosedur yang diperlukan untuk mencapai
kondisi atau persyaratan yang ditetapkan,
g. bukti tera atau tera ulang alat pengukuran berat
produk
h. pengendalian dan penanganan produk yang tidak
sesuai; dan
i. pengemasan, penanganan, dan penyimpanan produk,
termasuk di gudang akhir produk yang siap diedarkan.

6.3. Apabila pabrik telah menerapkan Sistem Manajemen


Keamanan Pangan berdasarkan SNI ISO 22000 atau
HACCP berdasarkan SNI CAC/RCP 1 dari Lembaga
Sertifikasi yang diakreditasi oleh KAN atau oleh badan
- 1001 -

akreditasi penandatangan IAF/APAC MLA dengan ruang


lingkup yang sesuai, maka inspeksi pabrik atau asesmen
proses produksi dilakukan terhadap implementasi sistem
manajemen terkait mutu produk tersebut dan angka 6.2
huruf d dan huruf e.

6.4. Apabila pabrik telah menerapkan Sistem Manajemen Mutu


berdasarkan SNI ISO 9001 dari Lembaga Sertifikasi yang
diakreditasi oleh KAN atau oleh badan akreditasi
penandatangan IAF/APAC MLA dengan ruang lingkup
yang sesuai, maka inspeksi pabrik atau asesmen proses
produksi dilakukan terhadap implementasi sistem
manajemen terkait mutu produk tersebut dan pasal 6.2
huruf c, huruf d, dan huruf e.

6.5. Dalam hal Pemohon melakukan pengemasan ulang produk


yang dihasilkan oleh pihak lain, berlaku ketentuan
berikut:
a. apabila pihak lain tersebut telah memiliki sertifikat
kesesuaian produk atau Surat Persetujuan
Penggunaan Tanda (SPPT) SNI, maka inspeksi pabrik
atau asesmen proses produksi sebagaimana dimaksud
pada angka 6.2 dilakukan di lokasi Pemohon pada
tahapan pengemasan; atau
b. apabila pihak lain tersebut belum memiliki sertifikat
kesesuaian produk atau Surat Persetujuan
Penggunaan Tanda (SPPT) SNI, maka inspeksi pabrik
atau asesmen proses produksi sebagaimana dimaksud
pada butir 6.2 dilakukan di lokasi pembuatan produk
yang dimiliki oleh pihak lain dan di lokasi Pemohon.

6.6. Selama inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi,


LSPro melakukan pengambilan contoh produk oleh
petugas pengambil contoh dan selanjutnya diuji di
laboratorium milik LSPro atau Laboratorium yang telah
memiliki perjanjian alih daya dengan LSPro.
- 1002 -

6.7. Apabila berdasarkan hasil inspeksi pabrik atau asesmen


proses produksi, termasuk hasil pengujian, tidak diperoleh
bukti-bukti yang kuat untuk menjamin konsistensi produk
terhadap persyaratan SNI, maka Pemohon harus diberi
kesempatan untuk melakukan tindakan perbaikan dalam
jangka waktu tertentu sesuai dengan kebijakan LSPro.

7. Tinjauan
7.1. Tinjauan Hasil Evaluasi dilakukan terhadap:
a. Hasil evaluasi awal terhadap produk untuk
menunjukkan bahwa contoh produk yang mewakili
produk memenuhi persyaratan SNI yang diajukan oleh
Pemohon sebagai dasar permohonan Sertifikasi; dan
b. Hasil inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi
atau bukti obyektif untuk menunjukkan bahwa pabrik
memiliki proses produksi yang didukung dengan segala
sumber daya yang diperlukan untuk menghasilkan
produk yang secara konsisten, dan memenuhi
persyaratan SNI yang diajukan oleh Pemohon sebagai
dasar permohonan Sertifikasi.

7.2. Tinjauan hasil evaluasi dinyatakan dalam bentuk


rekomendasi tertulis tentang pemenuhan SNI yang
diajukan oleh Pemohon untuk produk yang diajukan
untuk disertifikasi.

8. Penetapan keputusan Sertifikasi


8.1. Penetapan keputusan Sertifikasi dilakukan berdasarkan
rekomendasi yang dihasilkan dari proses tinjauan.

8.2. Penetapan keputusan Sertifikasi harus dilakukan oleh


satu atau sekelompok orang yang tidak terlibat dalam
proses evaluasi.

8.3. Penetapan keputusan Sertifikasi dapat dilakukan oleh


satu atau sekelompok orang yang sama dengan yang
melakukan tinjauan.
- 1003 -

8.4. Rekomendasi untuk keputusan Sertifikasi berdasarkan


hasil tinjauan harus didokumentasikan, kecuali tinjauan
dan keputusan Sertifikasi diselesaikan secara bersamaan
oleh satu atau sekelompok orang yang sama.

8.5. LSPro harus memberitahu Pemohon Sertifikasi terkait


alasan menunda atau tidak memberikan keputusan
Sertifikasi, dan harus mengidentifikasikan alasan
keputusan tersebut. Apabila Pemohon Sertifikasi
menunjukkan keinginan untuk melanjutkan proses
Sertifikasi, LSPro dapat memulai kembali dari proses
evaluasi (angka 5).

9. Penerbitan Sertifikat
Sertifikat kesesuaian terhadap persyaratan SNI diterbitkan
sesuai ketentuan sebagai berikut:
a. Sertifikat diterbitkan oleh LSPro setelah penetapan
keputusan Sertifikasi,
b. Sertifikat paling sedikit harus memuat:
1. nomor sertifikat atau identifikasi unik lainnya;
2. nomor atau identifikasi lain dari skema Sertifikasi;
3. nama dan alamat LSPro;
4. nama dan alamat Pemohon (pemegang sertifikat);
5. acuan ke perjanjian Sertifikasi;
6. pernyataan kesesuaian yang mencakup:
a. nama produk, merek dan spesifikasi produk yang
dinyatakan memenuhi persyaratan;
b. SNI yang menjadi dasar Sertifikasi;
c. nama dan alamat lokasi produksi; dan
d. informasi terkait proses Sertifikasi.
7. status akreditasi atau pengakuan LSPro;
8. tanggal penerbitan sertifikat;
9. tanggal berakhir masa berlaku sertifikat yaitu 4 (empat)
tahun sejak tanggal penerbitan sertifikat;
10. tanda tangan yang mengikat secara hukum dari
personel yang bertindak atas nama LSPro sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
- 1004 -

10. Surveilans dan Sertifikasi ulang


10.1. LSPro harus melaksanakan surveilans paling sedikit 2
(dua) kali dalam periode Sertifikasi. Dalam hal ini berlaku
ketentuan sebagai berikut:
a. Surveilans pertama dilakukan melalui kegiatan:
1. Inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi;
dan/atau
2. Pengujian terhadap contoh produk yang akan
beredar.
Pemilihan jenis kegiatan pada surveilans pertama
tersebut dilakukan berdasarkan penilaian LSPro atas
hasil Sertifikasi sebelumnya.
Apabila surveilans pertama hanya dilakukan melalui
kegiatan pengujian terhadap contoh produk yang akan
beredar, penerima sertifikat harus menyampaikan
dokumentasi pengendalian mutu proses produksi sejak
penerbitan sertifikat sampai dilakukan surveilans
pertama.
b. Surveilans kedua dilakukan melalui kegiatan
1. Inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi;
dan
2. Pengujian terhadap contoh produk yang akan
atau telah beredar.

10.2. LSPro harus melaksanakan Sertifikasi ulang paling


lambat pada bulan ke-42 (empat puluh dua) setelah
penetapan Sertifikasi, melalui kegiatan sebagaimana
tercantum dalam angka 6.

F. Penggunaan Tanda SNI


1. Penggunaan tanda SNI dilakukan setelah mendapatkan
persetujuan penggunaan Tanda SNI melalui Surat Persetujuan
Penggunaan Tanda (SPPT) SNI yang dikeluarkan oleh BSN
sesuai dengan kriteria yang ditetapkan pada Peraturan BSN
mengenai tata cara penggunaan Tanda SNI dan Tanda
Kesesuaian Berbasis SNI.
- 1005 -

2. Tanda SNI sebagai bukti kesesuaian produk yang telah


memenuhi SNI adalah sebagai berikut:

Dengan ukuran:

Keterangan:
y = 11x
r = 0,5x

G. Tahapan kritis proses produksi produk margarin


Tahapan kritis
No. Penjelasan tahapan kritis
proses produksi
1. Pemilihan bahan Bahan baku terdiri dari minyak dan atau lemak
baku, bahan nabati dan air sesuai persyaratan yang
pangan lain, ditetapkan atau peraturan yang terkait.
bahan tambahan Bahan pangan lain yang diizinkan sesuai
pangan dan dengan ketentuan yang berlaku bila diperlukan,
bahan kemasan margarin dapat pula mengandung lemak susu
yang kandungannya maksimum 3% dari total
lemak.
- 1006 -

Tahapan kritis
No. Penjelasan tahapan kritis
proses produksi
Bahan tambahan pangan dan bahan kemasan
harus memenuhi persyaratan yang ditetapkan
atau peraturan yang terkait.
2. Blending/ mixing Blending/mixing dilakukan dengan metode
tertentu yang dikendalikan untuk
mencampurkan bahan baku, bahan pangan lain
dan bahan tambahan pangan sehingga
menghasilkan campuran yang sesuai dengan
formulasi yang ditetapkan, termasuk
perhitungan dan implementasi proses fortifikasi.
3. Pasteurisasi Pasteurisasi dilakukan pada suhu dan waktu
tertentu yang dikendalikan untuk mengurangi
cemaran mikroba patogen hingga batas yang
dipersyaratkan.
4. Pendinginan/krist Pendinginan/kristalisasi dilakukan dengan
alisasi metode tertentu yang dikendalikan untuk
mendinginkan produk hingga suhu tertentu
sehingga terbentuk kristal sesuai persyaratan
yang diinginkan.
5. Homogenisasi Homogenisasi dilakukan dengan metode
tertentu yang dikendalikan untuk memastikan
tidak ada rongga udara supaya kristal stabil,
rata, tidak menggumpal dan homogen.
6. Pengemasan Produk dikemas dalam wadah yang tertutup
rapat, tidak dipengaruhi atau mempengaruhi
isi, aman selama penyimpanan dan
pengangkutan.
Apabila produk dikemas dalam kaleng, proses
pengalengan harus dilakukan pada kondisi
tertentu yang dikendalikan.
7. Aging Aging dilakukan dengan menyimpan produk
selama waktu dan kondisi tertentu yang
dikendalikan untuk mendapatkan tekstur
produk yang padat dan stabil.
-1007-

Tahapan kritis Penjelasan tahapan kritis


proses produksi
8. Penandaan
Pi^andaan dilakukan bir^arkan persyaratan
SNl dan peraturaii terkait.
L pemohon dapat
Keterangan

berbeda

KEPALA BADAN STANDARDISAS! NASIONAL


REPUBLIK INDONESIA.

TTD

BAMBANG PRASETYA

Salinansgsuai dengan aslinya


Kepala Biro Manusia, Organisasi, dan Hukum

argahayu
indo^
- 1008 -

LAMPIRAN LXIV
PERATURAN BADAN STANDARDISASI NASIONAL
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 1 TAHUN 2020
TENTANG
SKEMA PENILAIAN KESESUAIAN TERHADAP STANDAR
NASIONAL INDONESIA SEKTOR MAKANAN DAN MINUMAN

PETUNJUK TEKNIS SKEMA SERTIFIKASI PRODUK MAKANAN RINGAN


EKSTRUDAT

A. Ruang lingkup
Dokumen ini berlaku untuk acuan pelaksanaan Sertifikasi produk
makanan ringan ekstrudat yang dibuat dari bahan pangan sumber
karbohidrat dan/atau protein melalui proses ekstrusi dengan atau
tanpa penambahan bahan pangan lain dan bahan tambahan
pangan yang diizinkan dengan atau tanpa melalui proses
penggorengan.

B. Persyaratan Sertifikasi
Persyaratan acuan Sertifikasi produk:
1. SNI 2886:2015, Makanan ringan ekstrudat;
2. SNI dan standar lain yang diacu dalam SNI 2886:2015; dan
3. Peraturan yang terkait dengan produk makanan ringan
ekstrudat.

C. Prosedur Sertifikasi
Prosedur Sertifikasi mencakup:
1. evaluasi awal; dan
2. inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi.

D. Persyaratan lembaga penilaian kesesuaian


Sertifikasi produk makanan ringan ekstrudat dilakukan oleh LPK
yang telah diakreditasi oleh KAN berdasarkan SNI ISO/IEC 17065,
Penilaian Kesesuaian – Persyaratan untuk Lembaga Sertifikasi
Produk, Proses, dan Jasa, untuk lingkup produk sebagaimana
- 1009 -

dimaksud dalam Ruang Lingkup sesuai dengan ketentuan


peraturan perundang-undangan.
Dalam hal LPK belum ada yang diakreditasi oleh KAN untuk
melakukan kegiatan Sertifikasi dengan ruang lingkup makanan
ringan ekstrudat, BSN dapat menunjuk LPK dengan ruang lingkup
yang sejenis sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.

E. Tahapan Sertifikasi
1. Pengajuan Permohonan Sertifikasi
1.1. Pengajuan permohonan Sertifikasi dilakukan oleh pelaku
usaha. Kriteria pelaku usaha yang dapat mengajukan
Sertifikasi sesuai Peraturan BSN mengenai Tata Cara
Penggunaan Tanda SNI dan Tanda Kesesuaian Berbasis
SNI.

1.2. Permohonan Sertifikasi harus dilengkapi dengan:


a. informasi Pemohon:
1. nama Pemohon, alamat Pemohon, serta nama dan
kedudukan atau jabatan personel yang
bertanggung jawab atas pengajuan permohonan
Sertifikasi;
2. bukti pemenuhan persyaratan izin usaha sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan;
3. pemenuhan persyaratan sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan tentang
pendaftaran dan hak kepemilikan atas merek yang
dikeluarkan oleh Kementerian Hukum dan Hak
Asasi Manusia;
4. apabila Pemohon melakukan pembuatan produk
dengan merek yang dimiliki oleh pihak lain,
menyertakan bukti perjanjian yang mengikat
secara hukum untuk melakukan pembuatan
produk untuk pihak lain;
5. apabila Pemohon bertindak sebagai pemilik merek
yang mensubkontrakkan proses produksinya
kepada pihak lain, menyertakan bukti kepemilikan
- 1010 -

merek dan perjanjian subkontrak pelaksanaan


produksi dengan pihak lain;
6. apabila Pemohon bertindak sebagai perwakilan
resmi pemilik merek yang berkedudukan hukum di
luar negeri, menyertakan bukti perjanjian yang
mengikat secara hukum tentang penunjukan
sebagai perwakilan resmi pemilik merek di wilayah
Republik Indonesia; dan
7. pernyataan bahwa Pemohon Sertifikasi
bertanggung jawab penuh atas pemenuhan
persyaratan SNI dan pemenuhan persyaratan
proses Sertifikasi dan bersedia memberikan akses
terhadap lokasi dan/atau informasi yang
diperlukan oleh LSPro dalam melaksanakan
kegiatan Sertifikasi.
b. informasi produk:
1. merek produk yang diajukan untuk disertifikasi;
2. jenis/tipe/varian produk yang diajukan untuk
disertifikasi;
3. SNI yang digunakan sebagai dasar pengajuan
permohonan Sertifikasi;
4. foto produk yang diajukan untuk disertifikasi yang
menunjukkan bentuk produk serta informasi
terkait kemasan primer produk;
5. daftar bahan baku termasuk bahan tambahan
pangan ;
6. label produk; dan
7. apabila tersedia, foto kemasan sekunder yang
diajukan untuk disertifikasi, dari arah depan,
belakang, samping, dan bagian dalam, serta
informasi terkait kemasan produk.
c. informasi proses produksi:
1. nama, alamat, dan legalitas hukum pabrik;
2. struktur organisasi, nama dan jabatan personel
penanggung jawab proses produksi;
- 1011 -

3. dokumentasi informasi tentang pemasok bahan


baku produk, prosedur evaluasi pemasok, serta
prosedur inspeksi bahan baku;
4. dokumentasi informasi tentang proses pembuatan
produk yang diajukan untuk disertifikasi, termasuk
proses yang disubkontrakkan ke pihak lain;
5. dokumentasi informasi tentang prosedur dan
rekaman pengendalian mutu, termasuk pengujian
rutin, daftar peralatan, serta sertifikat kalibrasi
atau bukti verifikasi peralatan yang berpengaruh
terhadap mutu produk yang disertifikasi, dan bukti
atau segel tera ulang untuk alat ukur yang
digunakan dalam pengukuran berat produk dalam
kemasan akhir;
6. dokumentasi informasi tentang prosedur dan
rekaman pengendalian dan penanganan produk
yang tidak sesuai;
7. dokumentasi informasi tentang pengemasan
produk dan pengelolaan produk di gudang akhir
produk sebelum dikirimkan dan/atau diedarkan ke
wilayah Republik Indonesia;
8. lokasi gudang penyimpanan produk di wilayah
Republik Indonesia;
9. bukti izin edar produk (MD/ML atau P-IRT) sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan,
10. menyertakan laporan hasil uji yang dilakukan
paling lambat 1 (satu) tahun sebelum pengajuan
Sertifikasi, yang memberikan bukti pemenuhan
produk yang diajukan untuk disertifikasi terhadap
persyaratan mutu dalam SNI dan peraturan terkait;
11. apabila laporan hasil uji sebagaimana dinyatakan
pada angka 10 belum tersedia, pelaku usaha dapat
menyampaikan contoh produk kepada LSPro untuk
diuji di laboratorium yang memiliki perjanjian alih
daya dengan LSPro; dan
12. apabila telah tersedia, menyertakan Sertifikat
Penerapan Sistem Manajemen Mutu berdasarkan
- 1012 -

SNI ISO 9001 atau Sistem Manajemen Keamanan


Pangan berdasarkan SNI ISO 22000 atau HACCP
berdasarkan SNI CAC/RCP 1 dari Otoritas
Kompeten atau Lembaga Sertifikasi yang
diakreditasi oleh KAN atau oleh badan akreditasi
penandatangan International Accreditation Forum
(IAF)/Asia Pacific Accreditation Cooperation (APAC)
Multilateral Recognition Agreement (MLA) dengan
ruang lingkup yang sesuai.

2. Tinjauan permohonan Sertifikasi


LSPro harus memastikan bahwa informasi yang diperoleh dari
permohonan Sertifikasi yang diajukan oleh Pemohon telah
lengkap dan memenuhi persyaratan.

3. Penandatanganan perjanjian Sertifikasi


Setelah permohonan Sertifikasi dinyatakan lengkap dan
Pemohon menyetujui persyaratan dan prosedur Sertifikasi yang
ditetapkan oleh LSPro sesuai dengan persyaratan SNI ISO/IEC
17065, perjanjian Sertifikasi ditandatangani oleh Pemohon dan
LSPro.

4. Penyusunan rencana evaluasi


Berdasarkan informasi yang diperoleh dari persyaratan
permohonan Sertifikasi yang disampaikan oleh Pemohon,
LSPro menetapkan rencana evaluasi yang mencakup:
a. jenis/tipe/varian produk yang diajukan untuk
disertifikasi dan metode pengambilan contoh sesuai
dengan persyaratan SNI 2886:2015, yang diperlukan
untuk pengujian produk dan mewakili contoh produk
yang diusulkan untuk disertifikasi;
b. informasi SNI yang digunakan sebagai dasar Sertifikasi
berdasarkan permohonan yang diajukan oleh Pemohon
Sertifikasi;
c. waktu yang diperlukan untuk pelaksanaan pengujian
berdasarkan standar acuan metode uji yang
dipersyaratkan; dan
- 1013 -

d. waktu, lokasi pelaksanaan dan agenda inspeksi pabrik


atau asesmen proses produksi yang relevan dengan
pelaksanaan produksi produk yang diajukan untuk
disertifikasi, serta personel kompeten yang melakukan
evaluasi.

5. Pelaksanaan evaluasi awal terhadap produk


5.1. Pelaksanaan evaluasi awal terhadap produk mencakup:
a. Pemeriksaan awal terhadap kesesuaian informasi
produk dan proses produksi yang disampaikan
Pemohon terhadap lingkup produk yang ditetapkan
dalam SNI dan peraturan terkait.
b. Pengujian awal terhadap contoh produk berdasarkan
persyaratan mutu dalam SNI. Pengujian awal
dilakukan berdasarkan laporan hasil uji dari
laboratorium yang disampaikan Pemohon, yang
mencakup seluruh persyaratan mutu dalam SNI
2886:2015. Apabila laporan hasil uji tersebut
menunjukkan bahwa seluruh persyaratan mutu
dalam SNI tersebut telah terpenuhi, maka produk
yang diajukan untuk disertifikasi dianggap telah
memenuhi persyaratan pengujian awal.

5.2. Apabila hasil evaluasi awal menunjukkan


ketidaksesuaian terhadap persyaratan SNI, Pemohon
harus diberi kesempatan untuk melakukan tindakan
perbaikan dalam jangka waktu tertentu sesuai dengan
kebijakan LSPro.

6. Pelaksanaan inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi


6.1. Inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi harus
dilakukan pada saat pabrik melakukan produksi, atau
pada kondisi tertentu dilakukan melalui simulasi proses
produksi produk yang diajukan untuk disertifikasi.
- 1014 -

6.2. Inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi dilakukan


terhadap:
a. tanggung jawab dan komitmen personel penanggung
jawab pabrik terhadap konsistensi pemenuhan produk
terhadap persyaratan SNI;
b. ketersediaan dan pengendalian dokumentasi informasi
prosedur dan rekaman pengendalian mutu, termasuk
pengujian rutin;
c. Fasilitas, lokasi, desain dan tata letak bangunan,
sanitasi peralatan, sanitasi ruang proses, dan higiene
personel sesuai dengan ketentuan yang berlaku
tentang Cara Produksi Pangan Olahan yang Baik;
d. Tahapan kritis proses produksi, mulai dari bahan baku
sampai produk akhir paling sedikit pada tahapan
sebagaimana dimaksud dalam huruf G;
e. kelengkapan serta fungsi peralatan produksi termasuk
pengendalian mutu paling sedikit memiliki alat
pengaduk/pencampur, alat pemasakan, alat
pengemasan dan alat pengukur berat;
f. bukti verifikasi berdasarkan hasil kalibrasi atau hasil
verifikasi peralatan produksi sebagaimana disebutkan
pada huruf e yang membuktikan bahwa peralatan
tersebut memenuhi persyaratan produksi. Hasil
verifikasi peralatan produksi dapat ditunjukkan
dengan prosedur yang diperlukan untuk mencapai
kondisi atau persyaratan yang ditetapkan;
g. bukti tera atau tera ulang alat pengukuran berat
produk;
h. pengendalian dan penanganan produk yang tidak
sesuai; dan
i. pengemasan, penanganan, dan penyimpanan produk,
termasuk di gudang akhir produk yang siap diedarkan.

6.3. Apabila pabrik telah menerapkan Sistem Manajemen


Keamanan Pangan berdasarkan SNI ISO 22000 atau
HACCP berdasarkan SNI CAC/RCP 1 dari Lembaga
Sertifikasi yang diakreditasi oleh KAN atau oleh badan
- 1015 -

akreditasi penandatangan IAF/APAC MLA dengan ruang


lingkup yang sesuai, maka inspeksi pabrik atau asesmen
proses produksi dilakukan terhadap implementasi sistem
manajemen terkait mutu produk tersebut dan angka 6.2
huruf d dan huruf e.

6.4. Apabila pabrik telah menerapkan Sistem Manajemen Mutu


berdasarkan SNI ISO 9001 dari Lembaga Sertifikasi yang
diakreditasi oleh KAN atau oleh badan akreditasi
penandatangan IAF/APAC MLA dengan ruang lingkup
yang sesuai, maka inspeksi pabrik atau asesmen proses
produksi dilakukan terhadap implementasi sistem
manajemen terkait mutu produk tersebut dan pasal 6.2
huruf c, huruf d, dan huruf e.

6.5. Dalam hal Pemohon melakukan pengemasan ulang produk


yang dihasilkan oleh pihak lain, berlaku ketentuan
berikut:
a. apabila pihak lain tersebut telah memiliki sertifikat
kesesuaian produk atau Surat Persetujuan
Penggunaan Tanda (SPPT) SNI, maka inspeksi pabrik
atau asesmen proses produksi sebagaimana dimaksud
pada angka 6.2 dilakukan di lokasi Pemohon pada
tahapan pengemasan; atau
b. apabila pihak lain tersebut belum memiliki sertifikat
kesesuaian produk atau Surat Persetujuan
Penggunaan Tanda (SPPT) SNI, maka inspeksi pabrik
atau asesmen proses produksi sebagaimana dimaksud
pada butir 6.2 dilakukan di lokasi pembuatan produk
yang dimiliki oleh pihak lain dan di lokasi Pemohon.

6.6. Selama inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi,


LSPro melakukan pengambilan contoh produk oleh
petugas pengambil contoh dan selanjutnya diuji di
laboratorium milik LSPro atau Laboratorium yang telah
memiliki perjanjian alih daya dengan LSPro.
- 1016 -

6.7. Apabila berdasarkan hasil inspeksi pabrik atau asesmen


proses produksi, termasuk hasil pengujian, tidak diperoleh
bukti-bukti yang kuat untuk menjamin konsistensi produk
terhadap persyaratan SNI, maka Pemohon harus diberi
kesempatan untuk melakukan tindakan perbaikan dalam
jangka waktu tertentu sesuai dengan kebijakan LSPro.

7. Tinjauan
7.1. Tinjauan Hasil Evaluasi dilakukan terhadap:
a. Hasil evaluasi awal terhadap produk untuk
menunjukkan bahwa contoh produk yang mewakili
produk memenuhi persyaratan SNI yang diajukan
oleh Pemohon sebagai dasar permohonan Sertifikasi;
dan
b. Hasil inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi
atau bukti obyektif untuk menunjukkan bahwa
pabrik memiliki proses produksi yang didukung
dengan segala sumber daya yang diperlukan untuk
menghasilkan produk yang secara konsisten, dan
memenuhi persyaratan SNI yang diajukan oleh
Pemohon sebagai dasar permohonan Sertifikasi.

7.2. Tinjauan hasil evaluasi dinyatakan dalam bentuk


rekomendasi tertulis tentang pemenuhan SNI yang
diajukan oleh Pemohon untuk produk yang diajukan
untuk disertifikasi.

8. Penetapan keputusan Sertifikasi


8.1. Penetapan keputusan Sertifikasi dilakukan berdasarkan
rekomendasi yang dihasilkan dari proses tinjauan.

8.2. Penetapan keputusan Sertifikasi harus dilakukan oleh


satu atau sekelompok orang yang tidak terlibat dalam
proses evaluasi.
- 1017 -

8.3. Penetapan keputusan Sertifikasi dapat dilakukan oleh


satu atau sekelompok orang yang sama dengan yang
melakukan tinjauan.

8.4. Rekomendasi untuk keputusan Sertifikasi berdasarkan


hasil tinjauan harus didokumentasikan, kecuali tinjauan
dan keputusan Sertifikasi diselesaikan secara bersamaan
oleh satu atau sekelompok orang yang sama.

8.5. LSPro harus memberitahu Pemohon Sertifikasi terkait


alasan menunda atau tidak memberikan keputusan
Sertifikasi, dan harus mengidentifikasikan alasan
keputusan tersebut. Apabila Pemohon Sertifikasi
menunjukkan keinginan untuk melanjutkan proses
Sertifikasi, LSPro dapat memulai kembali dari proses
evaluasi (angka 5).

9. Penerbitan Sertifikat
Sertifikat kesesuaian terhadap persyaratan SNI diterbitkan
sesuai ketentuan sebagai berikut:
a. Sertifikat diterbitkan oleh LSPro setelah penetapan
keputusan Sertifikasi,
b. Sertifikat paling sedikit harus memuat:
1. nomor sertifikat atau identifikasi unik lainnya;
2. nomor atau identifikasi lain dari skema Sertifikasi;
3. nama dan alamat LSPro;
4. nama dan alamat Pemohon (pemegang sertifikat);
5. acuan ke perjanjian Sertifikasi;
6. pernyataan kesesuaian yang mencakup:
a. nama produk, merek dan spesifikasi produk
yang dinyatakan memenuhi persyaratan;
b. SNI yang menjadi dasar Sertifikasi;
c. nama dan alamat lokasi produksi; dan
d. informasi terkait proses Sertifikasi.
7. status akreditasi atau pengakuan LSPro;
8. tanggal penerbitan sertifikat;
- 1018 -

9. tanggal berakhir masa berlaku sertifikat yaitu 4


(empat) tahun sejak tanggal penerbitan sertifikat;
10. tanda tangan yang mengikat secara hukum dari
personel yang bertindak atas nama LSPro sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

10. Surveilans dan Sertifikasi ulang


10.1. LSPro harus melaksanakan surveilans paling sedikit 2
(dua) kali dalam periode Sertifikasi. Dalam hal ini berlaku
ketentuan sebagai berikut:
a. Surveilans pertama dilakukan melalui kegiatan:
1. Inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi;
dan/atau
2. Pengujian terhadap contoh produk yang akan
beredar.
Pemilihan jenis kegiatan pada surveilans pertama
tersebut dilakukan berdasarkan penilaian LSPro atas
hasil Sertifikasi sebelumnya.
Apabila surveilans pertama hanya dilakukan melalui
kegiatan pengujian terhadap contoh produk yang akan
beredar, penerima sertifikat harus menyampaikan
dokumentasi pengendalian mutu proses produksi sejak
penerbitan sertifikat sampai dilakukan surveilans
pertama
b. Surveilans kedua dilakukan melalui kegiatan
1. Inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi;
dan
2. Pengujian terhadap contoh produk yang akan
atau telah beredar.

10.2. LSPro harus melaksanakan Sertifikasi ulang paling


lambat pada bulan ke-42 (empat puluh dua) setelah
penetapan Sertifikasi, melalui kegiatan sebagaimana
tercantum dalam angka 6.
- 1019 -

F. Penggunaan Tanda SNI


1. Penggunaan tanda SNI dilakukan setelah mendapatkan
persetujuan penggunaan Tanda SNI melalui Surat Persetujuan
Penggunaan Tanda (SPPT) SNI yang dikeluarkan oleh BSN
sesuai dengan kriteria yang ditetapkan pada Peraturan BSN
mengenai Tata Cara Penggunaan Tanda SNI dan Tanda
Kesesuaian Berbasis SNI.

2. Tanda SNI sebagai bukti kesesuaian produk yang telah


memenuhi SNI adalah sebagai berikut:

Dengan ukuran:

Keterangan:
y = 11x
r = 0,5x
- 1020 -

G. Tahapan Tahapan kritis proses produksi produk makanan ringan


ekstrudat
Tahapan kritis
No. Penjelasan tahapan kritis
proses produksi
1. Pemilihan bahan Bahan baku, bahan pangan lain, bahan
baku, bahan pangan tambahan pangan dan bahan kemasan
lain, bahan harus memenuhi persyaratan yang
tambahan pangan ditetapkan atau peraturan yang terkait.
dan bahan kemasan
2. Pencampuran Pencampuran bahan baku, bahan pangan
lain (padat atau cair) dan bahan tambahan
pangan dilakukan dengan metode tertentu
yang dikendalikan untuk mendapatkan
adonan yang homogen.
3. Ekstrusi Proses ekstrusi dilakukan dengan
memasukkan adonan ke dalam lorong
ekstrusi (screw) pada tekanan, suhu dan
waktu tertentu yang dikendalikan untuk
mendapatkan produk dengan ukuran dan
bentuk tertentu sesuai persyaratan yang
diinginkan.
4. Pemasakan Pemasakan (dengan atau tanpa melalui
proses penggorengan) dilakukan dengan
metode tertentu pada suhu dan waktu
tertentu yang dikendalikan untuk
mendapatkan produk yang sesuai syarat
mutu yang diinginkan.
5. Pemberian lapisan Pemberian lapisan bumbu atau coating
bumbu atau coating (bubuk, pasta atau cair) dilakukan dengan
metode tertentu yang dikendalikan untuk
mendapatkan produk sesuai dengan rasa
yang diinginkan.
6. Pendinginan Pendinginan dilakukan hingga produk
mencapai suhu tertentu sebelum produk
dikemas.
-1021 -

Tahapan kritis Penjelasan tahapan kritis


No.
proses produksi
7. Pengemasan Produk dikemas dalam wadah yang
tertutup rapat, tidak dipengaruhi atau
mempengaruhi isi, aman selama
penyimpanan dan pengangkutan.
8. Penandaan Penandaan ditakukan berdasarkan
persyaratan SNI dan peraturan terkait.
Keterangan: Urutan tahapan kritis proses produksi disetiap pemohon
dapat berbeda

KEPALA BADAN STANDARDISASI NASIONAL


REPUBLIK INDONESIA,

TTD

BAMBANG PRASETYA

Salinan sesuai dengan aslinya


Kepala Bi a Manusia, Organisasi, dan Hukum

Margahayu
- 1022 -

LAMPIRAN LXV
PERATURAN BADAN STANDARDISASI NASIONAL
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 1 TAHUN 2020
TENTANG
SKEMA PENILAIAN KESESUAIAN TERHADAP STANDAR
NASIONAL INDONESIA SEKTOR MAKANAN DAN MINUMAN

PETUNJUK TEKNIS SKEMA SERTIFIKASI PRODUK IKAN BERLAPIS


TEPUNG (BREADED) BEKU

A. Ruang lingkup
Dokumen ini berlaku untuk acuan pelaksanaan Sertifikasi produk
ikan berlapis tepung (breaded) beku dengan bahan baku ikan
dalam bentuk utuh, fillet, lumatan dan campuran dengan
penambahan bahan pengikat dan tepung roti dan dibekukan cepat
hingga mencapai suhu pusat maksimal -18 °C sesuai dengan
lingkup SNI:
1. SNI 7319.1:2009 Ikan berlapis tepung (breaded) beku - Bagian
1: Spesifikasi;
2. SNI 7319.2:2009 Ikan berlapis tepung (breaded) beku - Bagian
2: Persyaratan bahan baku;
3. SNI 7319.3:2009 Ikan berlapis tepung (breaded) beku - Bagian
3: Penanganan dan pengolahan.

B. Persyaratan Sertifikasi
Persyaratan acuan Sertifikasi produk:
1. SNI sebagaimana dimaksud dalam huruf A;
2. SNI dan standar lain yang diacu dalam SNI sebagaimana
dimaksud dalam huruf A; dan
3. Peraturan yang terkait dengan produk ikan berlapis tepung
(breaded) beku.

C. Prosedur Sertifikasi
Prosedur Sertifikasi mencakup:
1. evaluasi awal; dan
- 1023 -

2. inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi.

D. Persyaratan lembaga penilaian kesesuaian


Sertifikasi produk ikan berlapis tepung (breaded) beku dilakukan
oleh LPK yang telah diakreditasi oleh KAN berdasarkan SNI
ISO/IEC 17065, Penilaian Kesesuaian – Persyaratan untuk
Lembaga Sertifikasi Produk, Proses, dan Jasa, untuk lingkup
produk sebagaimana dimaksud dalam Ruang Lingkup sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Dalam hal LPK belum ada yang diakreditasi oleh KAN untuk
melakukan kegiatan Sertifikasi dengan ruang lingkup ikan berlapis
tepung (breaded) beku, BSN dapat menunjuk LPK dengan ruang
lingkup yang sejenis sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.

E. Tahapan Sertifikasi
1. Pengajuan Permohonan Sertifikasi
1.1. Pengajuan permohonan Sertifikasi dilakukan oleh pelaku
usaha. Kriteria pelaku usaha yang dapat mengajukan
Sertifikasi sesuai Peraturan Kepala BSN mengenai Tata
Cara Penggunaan Tanda SNI dan Tanda Kesesuaian
Berbasis SNI.

1.2. Permohonan Sertifikasi harus dilengkapi dengan:


a. informasi Pemohon:
1. nama Pemohon, alamat Pemohon, serta nama dan
kedudukan atau jabatan personel yang
bertanggung jawab atas pengajuan permohonan
Sertifikasi;
2. bukti pemenuhan persyaratan izin usaha sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan;
3. pemenuhan persyaratan sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan tentang
pendaftaran dan hak kepemilikan atas merek yang
dikeluarkan oleh Kementerian Hukum dan Hak
Asasi Manusia;
- 1024 -

4. apabila Pemohon melakukan pembuatan produk


dengan merek yang dimiliki oleh pihak lain,
menyertakan bukti perjanjian yang mengikat
secara hukum untuk melakukan pembuatan
produk untuk pihak lain;
5. apabila Pemohon bertindak sebagai pemilik merek
yang mensubkontrakkan proses produksinya
kepada pihak lain, menyertakan bukti
kepemilikan merek dan perjanjian subkontrak
pelaksanaan produksi dengan pihak lain;
6. apabila Pemohon bertindak sebagai perwakilan
resmi pemilik merek yang berkedudukan hukum
di luar negeri, menyertakan bukti perjanjian yang
mengikat secara hukum tentang penunjukan
sebagai perwakilan resmi pemilik merek di wilayah
Republik Indonesia; dan
7. pernyataan bahwa Pemohon Sertifikasi
bertanggung jawab penuh atas pemenuhan
persyaratan SNI dan pemenuhan persyaratan
proses Sertifikasi dan bersedia memberikan akses
terhadap lokasi dan/atau informasi yang
diperlukan oleh LSPro dalam melaksanakan
kegiatan Sertifikasi.
b. informasi produk:
1. merek produk yang diajukan untuk disertifikasi;
2. jenis/tipe/varian produk yang diajukan untuk
disertifikasi;
3. SNI yang digunakan sebagai dasar pengajuan
permohonan Sertifikasi;
4. foto produk yang diajukan untuk disertifikasi yang
menunjukkan bentuk produk serta informasi
terkait kemasan primer produk;
5. daftar bahan baku termasuk bahan tambahan
pangan ;
6. label produk; dan
7. apabila tersedia, foto kemasan sekunder yang
diajukan untuk disertifikasi, dari arah depan,
- 1025 -

belakang, samping, dan bagian dalam, serta


informasi terkait kemasan produk.
c. informasi proses produksi:
1. nama, alamat, dan legalitas hukum pabrik;
2. struktur organisasi, nama dan jabatan personel
penanggung jawab proses produksi;
3. dokumentasi informasi tentang pemasok bahan
baku produk, prosedur evaluasi pemasok, serta
prosedur inspeksi bahan baku;
4. dokumentasi informasi tentang proses pembuatan
produk yang diajukan untuk disertifikasi,
termasuk proses yang disubkontrakkan ke pihak
lain;
5. dokumentasi informasi tentang prosedur dan
rekaman pengendalian mutu, termasuk pengujian
rutin, daftar peralatan, serta sertifikat kalibrasi
atau bukti verifikasi peralatan yang berpengaruh
terhadap mutu produk yang disertifikasi, dan
bukti atau segel tera ulang untuk alat ukur yang
digunakan dalam pengukuran berat produk dalam
kemasan akhir;
6. dokumentasi informasi tentang prosedur dan
rekaman pengendalian dan penanganan produk
yang tidak sesuai;
7. dokumentasi informasi tentang pengemasan
produk dan pengelolaan produk di gudang akhir
produk sebelum dikirimkan dan/atau diedarkan
ke wilayah Republik Indonesia;
8. lokasi gudang penyimpanan produk di wilayah
Republik Indonesia;
9. bukti izin edar produk (MD/ML atau P-IRT) sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan,
10. menyertakan laporan hasil uji yang dilakukan
paling lambat 1 (satu) tahun sebelum pengajuan
Sertifikasi, yang memberikan bukti pemenuhan
produk yang diajukan untuk disertifikasi terhadap
- 1026 -

persyaratan mutu dalam SNI dan peraturan


terkait;
11. apabila laporan hasil uji sebagaimana dinyatakan
pada angka 10 belum tersedia, pelaku usaha
dapat menyampaikan contoh produk kepada
LSPro untuk diuji di laboratorium yang memiliki
perjanjian alih daya dengan LSPro; dan
12. apabila telah tersedia, menyertakan Sertifikat
Penerapan Sistem Manajemen Mutu berdasarkan
SNI ISO 9001 atau Sistem Manajemen Keamanan
Pangan berdasarkan SNI ISO 22000 atau HACCP
berdasarkan SNI CAC/RCP 1 dari Otoritas
Kompeten atau Lembaga Sertifikasi yang
diakreditasi oleh KAN atau oleh badan akreditasi
penandatangan International Accreditation Forum
(IAF)/Asia Pacific Accreditation Cooperation (APAC)
Multilateral Recognition Agreement (MLA) dengan
ruang lingkup yang sesuai.

2. Tinjauan permohonan Sertifikasi


LSPro harus memastikan bahwa informasi yang diperoleh dari
permohonan Sertifikasi yang diajukan oleh Pemohon telah
lengkap dan memenuhi persyaratan.

3. Penandatanganan perjanjian Sertifikasi


Setelah permohonan Sertifikasi dinyatakan lengkap dan
Pemohon menyetujui persyaratan dan prosedur Sertifikasi
yang ditetapkan oleh LSPro sesuai dengan persyaratan SNI
ISO/IEC 17065, perjanjian Sertifikasi ditandatangani oleh
Pemohon dan LSPro.

4. Penyusunan rencana evaluasi


Berdasarkan informasi yang diperoleh dari persyaratan
permohonan Sertifikasi yang disampaikan oleh Pemohon,
LSPro menetapkan rencana evaluasi yang mencakup:
a. jenis/tipe/varian produk yang diajukan untuk
disertifikasi dan metode pengambilan contohsebagaimana
- 1027 -

dimaksud dalam huruf A yang diperlukan untuk


pengujian produk dan mewakili contoh produk yang
diusulkan untuk disertifikasi,
b. informasi SNI yang digunakan sebagai dasar Sertifikasi
berdasarkan permohonan yang diajukan oleh Pemohon
Sertifikasi,
c. waktu yang diperlukan untuk pelaksanaan pengujian
berdasarkan standar acuan metode uji yang
dipersyaratkan, dan
d. waktu, lokasi pelaksanaan dan agenda inspeksi pabrik
atau asesmen proses produksi yang relevan dengan
pelaksanaan produksi produk yang diajukan untuk
disertifikasi, serta personel kompeten yang melakukan
evaluasi.

5. Pelaksanaan evaluasi awal terhadap produk


5.1. Pelaksanaan evaluasi awal terhadap produk mencakup:
a. Pemeriksaan awal terhadap kesesuaian informasi
produk dan proses produksi yang disampaikan
Pemohon terhadap lingkup produk yang ditetapkan
dalam SNI dan peraturan terkait.
b. Pengujian awal terhadap contoh produk berdasarkan
persyaratan mutu dalam SNI. Pengujian awal
dilakukan berdasarkan laporan hasil uji dari
laboratorium yang disampaikan Pemohon, yang
mencakup seluruh persyaratan mutu sebagaimana
dimaksud dalam huruf A. Apabila laporan hasil uji
tersebut menunjukkan bahwa seluruh persyaratan
mutu dalam SNI tersebut telah terpenuhi, maka
produk yang diajukan untuk disertifikasi dianggap
telah memenuhi persyaratan pengujian awal.

5.2. Apabila hasil evaluasi awal menunjukkan


ketidaksesuaian terhadap persyaratan SNI, Pemohon
harus diberi kesempatan untuk melakukan tindakan
perbaikan dalam jangka waktu tertentu sesuai dengan
kebijakan LSPro.
- 1028 -

6. Pelaksanaan inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi


6.1. Inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi harus
dilakukan pada saat pabrik melakukan produksi, atau
pada kondisi tertentu dilakukan melalui simulasi proses
produksi produk yang diajukan untuk disertifikasi.

6.2. Inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi dilakukan


terhadap:
a. tanggung jawab dan komitmen personel penanggung
jawab pabrik terhadap konsistensi pemenuhan
produk terhadap persyaratan SNI;
b. ketersediaan dan pengendalian dokumentasi
informasi prosedur dan rekaman pengendalian
mutu, termasuk pengujian rutin;
c. fasilitas, lokasi, desain dan tata letak bangunan,
sanitasi peralatan, sanitasi ruang proses, dan
higiene personel sesuai dengan ketentuan yang
berlaku tentang Cara Produksi Pangan Olahan yang
Baik;
d. tahapan kritis proses produksi, mulai dari bahan
baku sampai produk akhir paling sedikit pada
tahapan sebagaimana dimaksud dalam huruf G;
e. kelengkapan serta fungsi peralatan produksi
termasuk pengendalian mutu paling sedikit memiliki
alat penggilingan, alat pengadukan, alat pemotong,
alat pengukur berat, alat pengukur suhu, dan alat
pendingin/ruangan berpendingin (cold storage);
f. bukti verifikasi berdasarkan hasil kalibrasi atau
hasil verifikasi peralatan produksi sebagaimana
disebutkan pada huruf e yang membuktikan bahwa
peralatan tersebut memenuhi persyaratan produksi.
Hasil verifikasi peralatan produksi dapat
ditunjukkan dengan prosedur yang diperlukan
untuk mencapai kondisi atau persyaratan yang
ditetapkan;
g. bukti tera atau tera ulang alat pengukuran berat
produk;
- 1029 -

h. pengendalian dan penanganan produk yang tidak


sesuai; dan
i. pengemasan, penanganan, dan penyimpanan
produk, termasuk di gudang akhir produk yang siap
diedarkan.

6.3. Apabila pabrik telah menerapkan Sistem Manajemen


Keamanan Pangan berdasarkan SNI ISO 22000 atau
HACCP berdasarkan SNI CAC/RCP 1 dari Otoritas
Kompeten atau Lembaga Sertifikasi yang diakreditasi oleh
KAN atau oleh badan akreditasi penandatangan
IAF/APAC MLA dengan ruang lingkup yang sesuai, maka
inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi dilakukan
terhadap implementasi sistem manajemen terkait mutu
produk tersebut dan angka 6.2 huruf d dan huruf e.

6.4. Apabila pabrik telah menerapkan Sistem Manajemen


Mutu berdasarkan SNI ISO 9001 dari Lembaga Sertifikasi
yang diakreditasi oleh KAN atau oleh badan akreditasi
penandatangan IAF/APAC MLA dengan ruang lingkup
yang sesuai, maka inspeksi pabrik atau asesmen proses
produksi dilakukan terhadap implementasi sistem
manajemen terkait mutu produk tersebut dan pasal 6.2
huruf c, huruf d, dan huruf e.

6.5. Dalam hal Pemohon melakukan pengemasan ulang


produk yang dihasilkan oleh pihak lain, berlaku
ketentuan berikut:
a. apabila pihak lain tersebut telah memiliki sertifikat
kesesuaian produk atau Surat Persetujuan
Penggunaan Tanda (SPPT) SNI, maka inspeksi pabrik
atau asesmen proses produksi sebagaimana
dimaksud pada angka 6.2 dilakukan di lokasi
Pemohon pada tahapan pengemasan; atau
b. apabila pihak lain tersebut belum memiliki sertifikat
kesesuaian produk atau Surat Persetujuan
Penggunaan Tanda (SPPT) SNI, maka inspeksi pabrik
- 1030 -

atau asesmen proses produksi sebagaimana


dimaksud pada butir 6.2 dilakukan di lokasi
pembuatan produk yang dimiliki oleh pihak lain dan
di lokasi Pemohon.

6.6. Selama inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi,


LSPro melakukan pengambilan contoh produk oleh
petugas pengambil contoh dan selanjutnya diuji di
laboratorium milik LSPro atau Laboratorium yang telah
memiliki perjanjian alih daya dengan LSPro.

6.7. Apabila berdasarkan hasil inspeksi pabrik atau asesmen


proses produksi, termasuk hasil pengujian, tidak
diperoleh bukti-bukti yang kuat untuk menjamin
konsistensi produk terhadap persyaratan SNI, maka
Pemohon harus diberi kesempatan untuk melakukan
tindakan perbaikan dalam jangka waktu tertentu sesuai
dengan kebijakan LSPro.

7. Tinjauan
7.1. Tinjauan Hasil Evaluasi dilakukan terhadap:
a. Hasil evaluasi awal terhadap produk untuk
menunjukkan bahwa contoh produk yang mewakili
produk memenuhi persyaratan SNI yang diajukan
oleh Pemohon sebagai dasar permohonan Sertifikasi;
dan
b. Hasil inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi
atau bukti obyektif untuk menunjukkan bahwa
pabrik memiliki proses produksi yang didukung
dengan segala sumber daya yang diperlukan untuk
menghasilkan produk yang secara konsisten, dan
memenuhi persyaratan SNI yang diajukan oleh
Pemohon sebagai dasar permohonan Sertifikasi.

7.2. Tinjauan hasil evaluasi dinyatakan dalam bentuk


rekomendasi tertulis tentang pemenuhan SNI yang
- 1031 -

diajukan oleh Pemohon untuk produk yang diajukan


untuk disertifikasi.

8. Penetapan keputusan Sertifikasi


8.1. Penetapan keputusan Sertifikasi dilakukan berdasarkan
rekomendasi yang dihasilkan dari proses tinjauan.

8.2. Penetapan keputusan Sertifikasi harus dilakukan oleh


satu atau sekelompok orang yang tidak terlibat dalam
proses evaluasi.

8.3. Penetapan keputusan Sertifikasi dapat dilakukan oleh


satu atau sekelompok orang yang sama dengan yang
melakukan tinjauan.

8.4. Rekomendasi untuk keputusan Sertifikasi berdasarkan


hasil tinjauan harus didokumentasikan, kecuali tinjauan
dan keputusan Sertifikasi diselesaikan secara bersamaan
oleh satu atau sekelompok orang yang sama.

8.5. LSPro harus memberitahu Pemohon Sertifikasi terkait


alasan menunda atau tidak memberikan keputusan
Sertifikasi, dan harus mengidentifikasikan alasan
keputusan tersebut. Apabila Pemohon Sertifikasi
menunjukkan keinginan untuk melanjutkan proses
Sertifikasi, LSPro dapat memulai kembali dari proses
evaluasi (angka 5).

9. Penerbitan Sertifikat
Sertifikat kesesuaian terhadap persyaratan SNI diterbitkan
sesuai ketentuan sebagai berikut:
a. Sertifikat diterbitkan oleh LSPro setelah penetapan
keputusan Sertifikasi; dan
b. Sertifikat paling sedikit harus memuat:
1. nomor sertifikat atau identifikasi unik lainnya;
2. nomor atau identifikasi lain dari skema Sertifikasi;
- 1032 -

3. nama dan alamat LSPro;


4. nama dan alamat Pemohon (pemegang sertifikat)
5. acuan ke perjanjian Sertifikasi;
6. pernyataan kesesuaian yang mencakup:
a. nama produk, merek dan spesifikasi produk
yang dinyatakan memenuhi persyaratan;
b. SNI yang menjadi dasar Sertifikasi;
c. nama dan alamat lokasi produksi; dan
d. informasi terkait proses Sertifikasi.
7. status akreditasi atau pengakuan LSPro;
8. tanggal penerbitan sertifikat;
9. tanggal berakhir masa berlaku sertifikat yaitu 4
(empat) tahun sejak tanggal penerbitan sertifikat;
10. tanda tangan yang mengikat secara hukum dari
personel yang bertindak atas nama LSPro sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

10. Surveilans dan Sertifikasi ulang


10.1. LSPro harus melaksanakan surveilans paling sedikit 2
(dua) kali dalam periode Sertifikasi. Dalam hal ini
berlaku ketentuan sebagai berikut:
a. Surveilans pertama dilakukan melalui kegiatan:
1. Inspeksi pabrik atau asesmen proses
produksi; dan/atau
2. Pengujian terhadap contoh produk yang akan
beredar
Pemilihan jenis kegiatan pada surveilans pertama
tersebut dilakukan berdasarkan penilaian LSPro
atas hasil Sertifikasi sebelumnya.
Apabila surveilans pertama hanya dilakukan
melalui kegiatan pengujian terhadap contoh
produk yang akan beredar, penerima sertifikat
harus menyampaikan dokumentasi pengendalian
mutu proses produksi sejak penerbitan sertifikat
sampai dilakukan surveilans pertama.
- 1033 -

b. Surveilans kedua dilakukan melalui kegiatan


1. Inspeksi pabrik atau asesmen proses
produksi; dan
2. Pengujian terhadap contoh produk yang akan
atau telah beredar.

10.2. LSPro harus melaksanakan Sertifikasi ulang paling


lambat pada bulan ke-42 (empat puluh dua) setelah
penetapan Sertifikasi, melalui kegiatan sebagaimana
tercantum dalam angka 6.

F. Penggunaan Tanda SNI


1. Penggunaan tanda SNI dilakukan setelah mendapatkan
persetujuan penggunaan Tanda SNI melalui Surat Persetujuan
Penggunaan Tanda (SPPT) SNI yang dikeluarkan oleh BSN
sesuai dengan kriteria yang ditetapkan pada Peraturan Kepala
BSN mengenai Tata Cara Penggunaan Tanda SNI dan Tanda
Kesesuaian Berbasis SNI.

2. Tanda SNI sebagai bukti kesesuaian produk yang telah


memenuhi SNI adalah sebagai berikut:

Dengan ukuran:

Keterangan:
y = 11x
r = 0,5x
- 1034 -

G. Tahapan tahapan kritis proses produksi produk ikan berlapis


tepung (breaded) beku

Titik kritis proses


No. Penjelasan titik kritis
produksi
1. Pemilihan bahan Bahan baku ditangani secara cepat,
baku, bahan cermat dan saniter dengan suhu bahan
penolong dan baku segar 0 °C sampai dengan 5 °C dan
bahan tambahan suhu pusat maksimal -18 °C untuk bahan
makanan baku beku.
Bahan penolong terdiri dari air dan es. Air
yang dipakai sebagai bahan penolong
untuk kegiatan di unit pengolahan
memenuhi persyaratan kualitas air
minum sesuai dengan ketentuan tentang
syarat untuk pengawasan kualitas air
minum. Es sesuai SNI 01-4872.1-2006.
Bahan tambahan, antara lain:
- Garam yang digunakan sesuai SNI 01-
4435-2000;
- Tepung predust yang digunakan
berbentuk tepung halus, bersih, bau
tepung segar, tidak berjamur serta
tidak mengandung benda asing (filth);
- Tepung batter mix yang digunakan
berbentuk tepung halus, bersih, bau
khas batter mix, tidak berjamur dan
tidak mengandung benda asing (filth).
Dalam penggunaannya batter mix yang
sudah terbuka harus segera
digunakan; dan
- Tepung roti yang digunakan terbuat
dari roti yang dikeringkan dan
dihaluskan sehingga berbentuk
serpihan. Tepung roti harus segar,
berbau khas roti, tidak berbau tengik
atau asam, warna cemerlang, serpihan
rata, tidak berjamur dan tidak
mengandung benda asing (filth).
2. Penimbangan Penimbangan bahan baku dilakukan
secara cepat, cermat dan saniter untuk
mendapatkan bahan baku yang sesuai
dengan spesifikasi, dengan tetap
mempertahankan suhu bahan baku 0 °C
sampai dengan 5 °C untuk bahan baku
segar dan suhu pusat maksimal -18 °C
untuk bahan baku beku.
- 1035 -

3. Pelelehan (untuk Pelelehan dilakukan dengan melelehkan


bahan baku ikan beku secara cermat dan saniter
beku) untuk mendapatkan bahan baku dalam
kondisi lunak, dengan tetap
mempertahankan suhu bahan baku 0 °C
sampai dengan 5 °C.
4. Penyiangan Penyiangan dilakukan terhadap bahan
baku dalam bentuk utuh segar dengan
memotong kepala, membuang isi perut
dan melepas kulit secara cepat, cermat
dan saniter dengan tetap menjaga suhu
bahan baku 0 °C sampai dengan 5 °C,
untuk mendapatkan bahan baku yang
bersih dari kepala, isi perut dan kulit
serta bebas dari kontaminasi bakteri
patogen.
5. Pencucian Pencucian ikan menggunakan air bersih
dingin yang mengalir secara cepat, cermat
dan saniter untuk mempertahankan suhu
pusat produk 0 °C sampai dengan 5 °C,
untuk menghilangkan kotoran yang
menempel di tubuh ikan.
6. Penggilingan Penggilingan bahan baku dilakukan
dengan alat penggiling (grinder) secara
cepat, cermat dan saniter dengan tetap
menjaga suhu bahan baku 0 °C sampai
dengan 5 °C untuk mendapatkan daging
giling.
7. Pembuatan Pembuatan adonan dilakukan dengan
adonan melumatkan daging giling dan garam
kemudian dicampur dengan bumbu
sampai homogen, dilakukan secara cepat,
cermat dan saniter dengan tetap menjaga
suhu adonan 5 °C sampai dengan 10 °C
untuk mendapatkan adonan yang
tercampur homogen dengan bumbu.
8. Pencetakan atau Pencetakan adonan atau pemotongan
pemotongan daging ikan dilakukan secara cepat,
cermat dan saniter dengan tetap menjaga
suhu produk 5 °C sampai dengan 10 °C
untuk mendapatkan bentuk sesuai
spesifikasi.
- 1036 -

9. Pelumuran Pelumuran dilakukan dengan melumuri


adonan yang telah tercetak rapi secara
berturut-turut dengan tepung predust,
adonan batter mix serta tepung roti,
dilakukan secara cepat, cermat dan
saniter dengan tetap menjaga suhu
produk 5 °C sampai dengan 10 °C untuk
mendapatkan adonan yang telah dilumuri
tepung predust, adonan batter mix dan
tepung roti.
10. Pembekuan Pembekuan dilakukan secara cepat,
cermat, dan saniter dengan tetap menjaga
suhu pusat produk mencapai maksimal -
18 °C untuk mendapatkan produk yang
beku sempurna dengan suhu pusat
produk maksimal -18 °C.
11. Pengepakan Produk yang telah dikemas dalam plastik
kemudian dimasukkan dalam inner
carton, dilakukan secara cepat, cermat
dan saniter dengan mempertahankan
suhu pusat produk maksimal -18 °C
untuk melindungi produk dari
kontaminasi dan kerusakan selama
transportasi.
12. Pengemasan Bahan kemasan untuk ikan berlapis
tepung (breaded) beku bersih, tidak
mencemari produk yang dikemas.
Produk akhir dikemas dengan cepat,
cermat dan saniter. Pengemasan
dilakukan pada kondisi yang dapat
mencegah terjadinya kontaminasi dari
luar terhadap produk.
13. Pelabelan Setiap kemasan produk ikan berlapis
tepung (breaded) beku yang akan
diperdagangkan diberi tanda dengan
benar dan mudah dibaca, mencantumkan
bahasa yang dipersyaratkan disertai
keterangan paling sedikit sebagai berikut:
a) nama produk;
b) berat bersih atau isi bersih;
c) daftar bahan yang digunakan;
d) nama dan alamat produsen atau unit
pengolahan yang memproduksi;
e) tanggal, bulan dan tahun produksi;
f) tanggal, bulan dan tahun kedaluwarsa.
-1037-

Penyimpanan
storage] dengan suhu maksimum -
dan nuktuasi suhu 1 "C. Penataan produk
dalam gudang beku diatur
sedemikianrupa sehingga memungkinkan
sirkulasi udara dapat merata dan
memudahkan pembongkaran.

Keterangan: Urutan tahapan kritis proses produksi


disetiap pemohon dapat berbeda

KEPALA BADAN STANDARDISASI NASIONAL


REPUBUK INDONESIA,

TTD

BAMBANG PRASETYA

Salinarj_5£suai dengan aslinya


Kepala Bin Manusia, Organisasi, dan Hukum
- 1038 -

LAMPIRAN LXVI
PERATURAN BADAN STANDARDISASI NASIONAL
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 1 TAHUN 2020
TENTANG
SKEMA PENILAIAN KESESUAIAN TERHADAP STANDAR
NASIONAL INDONESIA SEKTOR MAKANAN DAN MINUMAN

PETUNJUK TEKNIS SKEMA SERTIFIKASI PRODUK LEMAK REROTI


(SHORTENING)

A. Ruang lingkup
Dokumen ini berlaku untuk acuan pelaksanaan Sertifikasi produk
lemak reroti (shortening) yang merupakan produk hasil olahan
lemak atau minyak nabatiyang berbentuk cair atau semi padat
atau padat dengan atau tanpa penambahan lemak hewani, lemak
susu dan bahan tambahan pangan yang diizinkan.

B. Persyaratan Sertifikasi
Persyaratan acuan Sertifikasi produk:
1. SNI 3718:2018 Lemak reroti (shortening);
2. SNI dan standar lain yang diacu dalam SNI 3718:2018; dan
3. Peraturan yang terkait dengan produk Lemak Reroti
(Shortening).

C. Prosedur Sertifikasi
Prosedur Sertifikasi mencakup:
1. evaluasi awal; dan
2. inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi.

D. Persyaratan lembaga penilaian kesesuaian


Sertifikasi produk Lemak Reroti (Shortening) dilakukan oleh LPK
yang telah diakreditasi oleh KAN berdasarkan SNI ISO/IEC 17065,
Penilaian Kesesuaian – Persyaratan untuk Lembaga Sertifikasi
Produk, Proses, dan Jasa, untuk lingkup produk sebagaimana
- 1039 -

dimaksud dalam Ruang Lingkup sesuai dengan ketentuan


peraturan perundang-undangan.
Dalam hal LPK belum ada yang diakreditasi oleh KAN untuk
melakukan kegiatan Sertifikasi dengan ruang lingkup produk
Lemak Reroti (Shortening), BSN dapat menunjuk LPK dengan ruang
lingkup yang sejenis sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.

E. Tahapan Sertifikasi
1. Pengajuan Permohonan Sertifikasi
1.1. Pengajuan permohonan Sertifikasi dilakukan oleh pelaku
usaha. Kriteria pelaku usaha yang dapat mengajukan
Sertifikasi sesuai Peraturan BSN mengenai tata cara
penggunaan Tanda SNI dan Tanda Kesesuaian Berbasis
SNI.

1.2. Permohonan Sertifikasi harus dilengkapi dengan:


a. informasi Pemohon:
1. nama Pemohon, alamat Pemohon, serta nama
dan kedudukan atau jabatan personel yang
bertanggung jawab atas pengajuan permohonan
Sertifikasi;
2. bukti pemenuhan persyaratan izin usaha sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan;
3. pemenuhan persyaratan sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan tentang
pendaftaran dan hak kepemilikan atas merek
yang dikeluarkan oleh Kementerian Hukum dan
Hak Asasi Manusia;
4. apabila Pemohon melakukan pembuatan
produk dengan merek yang dimiliki oleh pihak
lain, menyertakan bukti perjanjian yang
mengikat secara hukum untuk melakukan
pembuatan produk untuk pihak lain;
5. apabila Pemohon bertindak sebagai pemilik
merek yang mensubkontrakkan proses
produksinya kepada pihak lain, menyertakan
- 1040 -

bukti kepemilikan merek dan perjanjian


subkontrak pelaksanaan produksi dengan
pihak lain;
6. apabila Pemohon bertindak sebagai perwakilan
resmi pemilik merek yang berkedudukan
hukum di luar negeri, menyertakan bukti
perjanjian yang mengikat secara hukum
tentang penunjukan sebagai perwakilan resmi
pemilik merek di wilayah Republik Indonesia;
dan
7. pernyataan bahwa Pemohon Sertifikasi
bertanggung jawab penuh atas pemenuhan
persyaratan SNI dan pemenuhan persyaratan
proses Sertifikasi dan bersedia memberikan
akses terhadap lokasi dan/atau informasi yang
diperlukan oleh LSPro dalam melaksanakan
kegiatan Sertifikasi.
b. informasi produk:
1. merek produk yang diajukan untuk
disertifikasi;
2. jenis/tipe/varian produk yang diajukan untuk
disertifikasi;
3. SNI yang digunakan sebagai dasar pengajuan
permohonan Sertifikasi;
4. foto produk yang diajukan untuk disertifikasi
yang menunjukkan bentuk produk serta
informasi terkait kemasan primer produk;
5. daftar bahan baku termasuk bahan tambahan
pangan ;
6. label produk; dan
7. apabila tersedia, foto kemasan sekunder yang
diajukan untuk disertifikasi, dari arah depan,
belakang, samping, dan bagian dalam, serta
informasi terkait kemasan produk.
c. informasi proses produksi:
1. nama, alamat, dan legalitas hukum pabrik;
- 1041 -

2. struktur organisasi, nama dan jabatan personel


penanggung jawab proses produksi;
3. dokumentasi informasi tentang pemasok bahan
baku produk, prosedur evaluasi pemasok, serta
prosedur inspeksi bahan baku;
4. dokumentasi informasi tentang proses
pembuatan produk yang diajukan untuk
disertifikasi, termasuk proses yang
disubkontrakkan ke pihak lain;
5. dokumentasi informasi tentang prosedur dan
rekaman pengendalian mutu, termasuk
pengujian rutin, daftar peralatan, serta
sertifikat kalibrasi atau bukti verifikasi
peralatan yang berpengaruh terhadap mutu
produk yang disertifikasi, dan bukti atau segel
tera ulang untuk alat ukur yang digunakan
dalam pengukuran berat produk dalam
kemasan akhir;
6. dokumentasi informasi tentang prosedur dan
rekaman pengendalian dan penanganan produk
yang tidak sesuai;
7. dokumentasi informasi tentang pengemasan
produk dan pengelolaan produk di gudang
akhir produk sebelum dikirimkan dan/atau
diedarkan ke wilayah Republik Indonesia;
8. lokasi gudang penyimpanan produk di wilayah
Republik Indonesia;
9. bukti izin edar produk (MD/ML atau P-IRT)
sesuai ketentuan peraturan perundang-
undangan,
10. menyertakan laporan hasil uji yang dilakukan
paling lambat 1 (satu) tahun sebelum
pengajuan Sertifikasi, yang memberikan bukti
pemenuhan produk yang diajukan untuk
disertifikasi terhadap persyaratan mutu dalam
SNI dan peraturan terkait;
- 1042 -

11. apabila laporan hasil uji sebagaimana


dinyatakan pada angka 10 belum tersedia,
pelaku usaha dapat menyampaikan contoh
produkkepada LSPro untuk diuji di
laboratorium yang memiliki perjanjian alih daya
dengan LSPro; dan
12. apabila telah tersedia, menyertakan Sertifikat
Penerapan Sistem Manajemen Mutu
berdasarkan SNI ISO 9001 atau Sistem
Manajemen Keamanan Pangan berdasarkan SNI
ISO 22000 atau HACCP berdasarkan SNI
CAC/RCP 1 dari Lembaga Sertifikasi yang
diakreditasi oleh KAN atau oleh badan
akreditasi penandatangan International
Accreditation Forum (IAF)/Asia Pacific
Accreditation Cooperation (APAC) Multilateral
Recognition Agreement (MLA) dengan ruang
lingkup yang sesuai.

2. Tinjauan permohonan Sertifikasi


LSPro harus memastikan bahwa informasi yang diperoleh dari
permohonan Sertifikasi yang diajukan oleh Pemohon telah
lengkap dan memenuhi persyaratan.

3. Penandatanganan perjanjian Sertifikasi


Setelah permohonan Sertifikasi dinyatakan lengkap dan
Pemohon menyetujui persyaratan dan prosedur Sertifikasi
yang ditetapkan oleh LSPro sesuai dengan persyaratan SNI
ISO/IEC 17065, perjanjian Sertifikasi ditandatangani oleh
Pemohon dan LSPro.

4. Penyusunan rencana evaluasi


Berdasarkan informasi yang diperoleh dari persyaratan
permohonan Sertifikasi yang disampaikan oleh Pemohon,
LSPro menetapkan rencana evaluasi yang mencakup:
a. jenis/tipe/varian produk yang diajukan untuk
disertifikasi dan metode pengambilan contoh sesuai
- 1043 -

dengan persyaratan SNI 3718:2018 yang diperlukan


untuk pengujian produk dan mewakili contoh produk
yang diusulkan untuk disertifikasi;
b. informasi SNI yang digunakan sebagai dasar Sertifikasi
berdasarkan permohonan yang diajukan oleh Pemohon
Sertifikasi;
c. waktu yang diperlukan untuk pelaksanaan pengujian
berdasarkan standar acuan metode uji yang
dipersyaratkan; dan
d. waktu, lokasi pelaksanaan dan agenda inspeksi pabrik
atau asesmen proses produksi yang relevan dengan
pelaksanaan produksi produk yang diajukan untuk
disertifikasi, serta personel kompeten yang melakukan
evaluasi.

5. Pelaksanaan evaluasi awal terhadap produk


5.1 Pelaksanaan evaluasi awal terhadap produk mencakup:
a. Pemeriksaan awal terhadap kesesuaian informasi
produk dan proses produksi yang disampaikan
Pemohon terhadap lingkup produk yang ditetapkan
dalam SNI dan peraturan terkait.
b. Pengujian awal terhadap contoh produk berdasarkan
persyaratan mutu dalam SNI. Pengujian awal
dilakukan berdasarkan laporan hasil uji dari
laboratorium yang disampaikan Pemohon, yang
mencakup seluruh persyaratan mutu dalam SNI
3718:2018. Apabila laporan hasil uji tersebut
menunjukkan bahwa seluruh persyaratan mutu
dalam SNI tersebut telah terpenuhi, maka produk
yang diajukan untuk disertifikasi dianggap telah
memenuhi persyaratan pengujian awal.

5.2. Apabila hasil evaluasi awal menunjukkan


ketidaksesuaian terhadap persyaratan SNI, Pemohon
harus diberi kesempatan untuk melakukan tindakan
perbaikan dalam jangka waktu tertentu sesuai dengan
kebijakan LSPro.
- 1044 -

6. Pelaksanaan inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi


6.1. Inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi harus
dilakukan pada saat pabrik melakukan produksi, atau
pada kondisi tertentu dilakukan melalui simulasi proses
produksi produk yang diajukan untuk disertifikasi.

6.2. Inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi dilakukan


terhadap:
a. tanggung jawab dan komitmen personel penanggung
jawab pabrik terhadap konsistensi pemenuhan
produk terhadap persyaratan SNI;
b. ketersediaan dan pengendalian dokumentasi
informasi prosedur dan rekaman pengendalian
mutu, termasuk pengujian rutin;
c. fasilitas, lokasi, desain dan tata letak bangunan,
sanitasi peralatan, sanitasi ruang proses, dan
higiene personel sesuai dengan ketentuan yang
berlaku tentang Cara Produksi Pangan Olahan yang
Baik;
d. tahapan kritis proses produksi, mulai dari bahan
baku sampai produk akhir paling sedikit pada
tahapan sebagaimana dimaksud dalam huruf G;
e. kelengkapan serta fungsi peralatan produksi
termasuk pengendalian mutu paling sedikit memiliki
alat pengadukan, alat pencampur, alat pemasakan
(termasuk alat pasteurisasi), dan alat pengukur
berat;
f. bukti verifikasi berdasarkan hasil kalibrasi atau
hasil verifikasi peralatan produksi sebagaimana
disebutkan pada huruf e yang membuktikan bahwa
peralatan tersebut memenuhi persyaratan produksi.
Hasil verifikasi peralatan produksi dapat
ditunjukkan dengan prosedur yang diperlukan
untuk mencapai kondisi atau persyaratan yang
ditetapkan,
g. bukti tera atau tera ulang alat pengukuran berat
produk
- 1045 -

h. pengendalian dan penanganan produk yang tidak


sesuai; dan
i. pengemasan, penanganan, dan penyimpanan
produk, termasuk di gudang akhir produk yang siap
diedarkan.

6.3. Apabila pabrik telah menerapkan Sistem Manajemen


Keamanan Pangan berdasarkan SNI ISO 22000 atau
HACCP berdasarkan SNI CAC/RCP 1 dari Lembaga
Sertifikasi yang diakreditasi oleh KAN atau oleh badan
akreditasi penandatangan IAF/APAC MLA dengan ruang
lingkup yang sesuai, maka inspeksi pabrik atau asesmen
proses produksi dilakukan terhadap implementasi sistem
manajemen terkait mutu produk tersebut dan pasal 6.2
huruf d dan huruf e.

6.4. Apabila pabrik telah menerapkan Sistem Manajemen


Mutu berdasarkan SNI ISO 9001 dari Lembaga Sertifikasi
yang diakreditasi oleh KAN atau oleh badan akreditasi
penandatangan IAF/APAC MLA dengan ruang lingkup
yang sesuai, maka inspeksi pabrik atau asesmen proses
produksi dilakukan terhadap implementasi sistem
manajemen terkait mutu produk tersebut dan angka 6.2
huruf c, huruf d, dan huruf e.

6.5. Dalam hal Pemohon melakukan pengemasan ulang


produk yang dihasilkan oleh pihak lain, berlaku
ketentuan berikut:
a. apabila pihak lain tersebut telah memiliki sertifikat
kesesuaian produk atau Surat Persetujuan
Penggunaan Tanda (SPPT) SNI, maka inspeksi pabrik
atau asesmen proses produksi sebagaimana
dimaksud pada angka 6.2 dilakukan di lokasi
Pemohon pada tahapan pengemasan; atau
b. apabila pihak lain tersebut belum memiliki sertifikat
kesesuaian produk atau Surat Persetujuan
Penggunaan Tanda (SPPT) SNI, maka inspeksi pabrik
- 1046 -

atau asesmen proses produksi sebagaimana


dimaksud pada angka 6.2 dilakukan di lokasi
pembuatan produk yang dimiliki oleh pihak lain dan
di lokasi Pemohon.

6.6. Selama inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi,


LSPro melakukan pengambilan contoh produk oleh
petugas pengambil contoh dan selanjutnya diuji di
laboratorium milik LSPro atau laboratorium yang telah
memiliki perjanjian alih daya dengan LSPro.

6.7. Apabila berdasarkan hasil inspeksi pabrik atau asesmen


proses produksi, termasuk hasil pengujian, tidak
diperoleh bukti-bukti yang kuat untuk menjamin
konsistensi produk terhadap persyaratan SNI, maka
Pemohon harus diberi kesempatan untuk melakukan
tindakan perbaikan dalam jangka waktu tertentu sesuai
dengan kebijakan LSPro.

7. Tinjauan
7.1 Tinjauan hasil evaluasi dilakukan terhadap:
a. Hasil evaluasi awal terhadap produk untuk
menunjukkan bahwa contoh produk yang mewakili
produk memenuhi persyaratan SNI yang diajukan
oleh Pemohon sebagai dasar permohonan Sertifikasi;
dan
b. Hasil inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi
atau bukti obyektif untuk menunjukkan bahwa
pabrik memiliki proses produksi yang didukung
dengan segala sumber daya yang diperlukan untuk
menghasilkan produk yang secara konsisten, dan
memenuhi persyaratan SNI yang diajukan oleh
Pemohon sebagai dasar permohonan Sertifikasi.

7.2 Tinjauan hasil evaluasi dinyatakan dalam bentuk


rekomendasi tertulis tentang pemenuhan SNI yang
- 1047 -

diajukan oleh Pemohon untuk produk yang diajukan


untuk disertifikasi.

8. Penetapan keputusan Sertifikasi


8.1 Penetapan keputusan Sertifikasi dilakukan berdasarkan
rekomendasi yang dihasilkan dari proses tinjauan.

8.2 Penetapan keputusan Sertifikasi harus dilakukan oleh


satu atau sekelompok orang yang tidak terlibat dalam
proses evaluasi.

8.3 Penetapan keputusan Sertifikasi dapat dilakukan oleh


satu atau sekelompok orang yang sama dengan yang
melakukan tinjauan.

8.4 Rekomendasi untuk keputusan Sertifikasi berdasarkan


hasil tinjauan harus didokumentasikan, kecuali tinjauan
dan keputusan Sertifikasi diselesaikan secara bersamaan
oleh satu atau sekelompok orang yang sama.

8.5 LSPro harus memberitahu Pemohon Sertifikasi terkait


alasan menunda atau tidak memberikan keputusan
Sertifikasi, dan harus mengidentifikasikan alasan
keputusan tersebut. Apabila Pemohon Sertifikasi
menunjukkan keinginan untuk melanjutkan proses
Sertifikasi, LSPro dapat memulai kembali dari proses
evaluasi (angka 5).

9. Penerbitan Sertifikat
Sertifikat kesesuaian terhadap persyaratan SNI diterbitkan
sesuai ketentuan sebagai berikut:
a. Sertifikat diterbitkan oleh LSPro setelah penetapan
keputusan Sertifikasi; dan
b. Sertifikat paling sedikit harus memuat:
1. nomor sertifikat atau identifikasi unik lainnya;
2. nomor atau identifikasi lain dari skema Sertifikasi;
3. nama dan alamat LSPro;
- 1048 -

4. nama dan alamat Pemohon (pemegang sertifikat);


5. acuan ke perjanjian Sertifikasi;
6. pernyataan kesesuaian yang mencakup:
a. nama produk, merek dan spesifikasi produk
yang dinyatakan memenuhi persyaratan;
b. SNI yang menjadi dasar Sertifikasi;
c. nama dan alamat lokasi produksi; dan
d. informasi terkait proses Sertifikasi.
7. status akreditasi atau pengakuan LSPro;
8. tanggal penerbitan sertifikat;
9. tanggal berakhir masa berlaku sertifikat yaitu 4
(empat) tahun sejak tanggal penerbitan sertifikat;
10. tanda tangan yang mengikat secara hukum dari
personel yang bertindak atas nama LSPro sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

10. Surveilans dan Sertifikasi ulang


10.1. LSPro harus melaksanakan surveilans paling sedikit 2
(dua) kali dalam periode Sertifikasi. Dalam hal ini
berlaku ketentuan sebagai berikut:
a. Surveilans pertama dilakukan melalui kegiatan:
1. Inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi;
dan/atau
2. Pengujian terhadap contoh produk yang akan
beredar.
Pemilihan jenis kegiatan pada surveilans pertama
tersebut dilakukan berdasarkan penilaian LSPro
atas hasil Sertifikasi sebelumnya.
Apabila surveilans pertama hanya dilakukan
melalui kegiatan pengujian terhadap contoh
produk yang akan beredar, penerima sertifikat
harus menyampaikan dokumentasi pengendalian
mutu proses produksi sejak penerbitan sertifikat
sampai dilakukan surveilans pertama.
- 1049 -

b. Surveilans kedua dilakukan melalui kegiatan:


1. Inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi;
dan
2. Pengujian terhadap contoh produk yang akan
atau telah beredar.

10.2. LSPro harus melaksanakan Sertifikasi ulang paling


lambat pada bulan ke-42 (empat puluh dua) setelah
penetapan Sertifikasi, melalui kegiatan sebagaimana
tercantum dalam angka 6.

F. Penggunaan Tanda SNI


1. Penggunaan tanda SNI dilakukan setelah mendapatkan
persetujuan penggunaan Tanda SNI melalui Surat
Persetujuan Penggunaan Tanda (SPPT) SNI yang dikeluarkan
oleh BSN sesuai dengan kriteria yang ditetapkan pada
Peraturan BSN mengenai Tata Cara Penggunaan Tanda SNI
dan Tanda Kesesuaian Berbasis SNI.
2. Tanda SNI sebagai bukti kesesuaian produk yang telah
memenuhi SNI adalah sebagai berikut:

Dengan ukuran:

Keterangan:
y = 11x
r = 0,5x
- 1050 -

G. Tahapan kritis proses produksi produk lemak reroti (shortening)


Tahapan kritis
No. Penjelasan tahapan kritis
proses produksi
1. Pemilihan bahan Bahan baku terdiri dari lemak atau
baku, bahan minyak nabati sesuai persyaratan yang
pangan lain, ditetapkan atau peraturan yang terkait.
bahan tambahan Bahan pangan lain yang sesuai untuk
pangan dan lemak reroti.
bahan kemasan Bahan tambahan pangan dan bahan
kemasan harus memenuhi persyaratan
yang ditetapkan atau peraturan yang
terkait.
2. Blending/mixing Blending/mixing dilakukan dengan
metode tertentu yang dikendalikan
untuk mencampurkan bahan baku,
bahan pangan lain dan bahan tambahan
pangan sehingga menghasilkan
campuran yang sesuai dengan formulasi
yang ditetapkan.
3. Pasteurisasi Pasteurisasi dilakukan pada suhu dan
waktu tertentu yang dikendalikan untuk
mengurangi cemaran mikroba patogen
hingga batas yang dipersyaratkan.
4. Pendinginan/ Pendinginan/kristalisasi dilakukan
kristalisasi dengan metode tertentu yang
dikendalikan untuk mendinginkan
produk hingga suhu tertentu sehingga
terbentuk kristal sesuai persyaratan
yang diinginkan.
5. Homogenisasi Homogenisasi dilakukan dengan metode
tertentu yang dikendalikan untuk
memastikan tidak ada rongga udara
supaya kristal stabil, rata, tidak
menggumpal dan homogen.
6. Pengemasan Produk dikemas dalam wadah yang
tertutup rapat, tidak dipengaruhi atau
mempengaruhi isi, aman selama
penyimpanan dan pengangkutan.
Apabila produk dikemas dalam kaleng,
proses pengalengan harus dilakukan
pada kondisi tertentu yang dikendalikan.
7. Aging Aging dilakukan dengan menyimpan
produk selama waktu dan kondisi
tertentu yang dikendalikan untuk
mendapatkan tekstur produk yang padat
dan stabil.
-1051 -

Tahapan kritis
No. Penjelasan tahapan kritis
proses produksi
8. Penandaan Penandaan dilakukan berdasarkan
persyaratan SNl dan peraturan terkait.

pemohon dapat berbeda

KEPALA BADAN STANDARDISASI NASIONAL

REPUBLIK INDONESIA,

TTD

BAMBANG PRASETYA

SaliiiaiLgesuai dengan aslinya


Kepaia Bt Manusia, Organisasi, dan Hukum

Margahayu
rhoO
- 1052 -

LAMPIRAN LXVII
PERATURAN BADAN STANDARDISASI NASIONAL
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 1 TAHUN 2020
TENTANG
SKEMA PENILAIAN KESESUAIAN TERHADAP STANDAR
NASIONAL INDONESIA SEKTOR MAKANAN DAN MINUMAN

PETUNJUK TEKNIS SKEMA SERTIFIKASI PRODUK SUSU KEDELAI

A. Ruang lingkup
Dokumen ini berlaku untuk acuan pelaksanaan Sertifikasi produk
susu kedelai yang berasal dari ekstrak biji kacang kedelai dengan
air atau larutan tepung kedelai dengan air, dengan atau tanpa
penambahan bahan makanan lain serta bahan tambahan
makanan lain yang diizinkan.

B. Persyaratan Sertifikasi
Persyaratan Sertifikasi mencakup
1. SNI 01-3830-1995 Susu kedelai;
2. SNI dan standar lain yang diacu dalam SNI 01-3830-1995;
dan
3. Peraturan yang terkait dengan produk susu kedelai.

C. Prosedur Sertifikasi
Prosedur Sertifikasi mencakup:
1. evaluasi awal; dan
2. inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi.

D. Persyaratan lembaga penilaian kesesuaian


Sertifikasi produk Susu Kedelai dilakukan oleh LPK yang telah
diakreditasi oleh KAN berdasarkan SNI ISO/IEC 17065, Penilaian
Kesesuaian – Persyaratan untuk Lembaga Sertifikasi Produk,
Proses, dan Jasa, untuk lingkup produk sebagaimana dimaksud
dalam Ruang Lingkup sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
- 1053 -

Dalam hal LPK belum ada yang diakreditasi oleh KAN untuk
melakukan kegiatan Sertifikasi dengan ruang lingkup produk susu
kedelai, BSN dapat menunjuk LPK dengan ruang lingkup yang
sejenis sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

E. Tahapan Sertifikasi
1. Pengajuan Permohonan Sertifikasi
1.1 Pengajuan permohonan Sertifikasi dilakukan oleh pelaku
usaha. Kriteria pelaku usaha yang dapat mengajukan
Sertifikasi sesuai Peraturan BSN mengenai Tata Cara
Penggunaan Tanda SNI dan Tanda Kesesuaian Berbasis
SNI.

1.2 Permohonan Sertifikasi harus dilengkapi dengan:


a. informasi Pemohon:
1. nama Pemohon, alamat Pemohon, serta nama
dan kedudukan atau jabatan personel yang
bertanggung jawab atas pengajuan permohonan
Sertifikasi;
2. bukti pemenuhan persyaratan izin usaha sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan;
3. pemenuhan persyaratan sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan tentang
pendaftaran dan hak kepemilikan atas merek
yang dikeluarkan oleh Kementerian Hukum dan
Hak Asasi Manusia;
4. apabila Pemohon melakukan pembuatan
produk dengan merek yang dimiliki oleh pihak
lain, menyertakan bukti perjanjian yang
mengikat secara hukum untuk melakukan
pembuatan produk untuk pihak lain;
5. apabila Pemohon bertindak sebagai pemilik
merek yang mensubkontrakkan proses
produksinya kepada pihak lain, menyertakan
bukti kepemilikan merek dan perjanjian
subkontrak pelaksanaan produksi dengan
pihak lain;
- 1054 -

6. apabila Pemohon bertindak sebagai perwakilan


resmi pemilik merek yang berkedudukan
hukum di luar negeri, menyertakan bukti
perjanjian yang mengikat secara hukum
tentang penunjukan sebagai perwakilan resmi
pemilik merek di wilayah Republik Indonesia;
dan
7. pernyataan bahwa Pemohon Sertifikasi
bertanggung jawab penuh atas pemenuhan
persyaratan SNI dan pemenuhan persyaratan
proses Sertifikasi dan bersedia memberikan
akses terhadap lokasi dan/atau informasi yang
diperlukan oleh LSPro dalam melaksanakan
kegiatan Sertifikasi.
b. informasi produk:
1. merek produk yang diajukan untuk
disertifikasi;
2. jenis/tipe/varian produk yang diajukan untuk
disertifikasi;
3. SNI yang digunakan sebagai dasar pengajuan
permohonan Sertifikasi;
4. foto produk yang diajukan untuk disertifikasi
yang menunjukkan bentuk produk serta
informasi terkait kemasan primer produk;
5. daftar bahan baku termasuk bahan tambahan
pangan ;
6. label produk; dan
7. apabila tersedia, foto kemasan sekunder yang
diajukan untuk disertifikasi, dari arah depan,
belakang, samping, dan bagian dalam, serta
informasi terkait kemasan produk.
c. informasi proses produksi:
1. nama, alamat, dan legalitas hukum pabrik;
2. struktur organisasi, nama dan jabatan personel
penanggung jawab proses produksi;
- 1055 -

3. dokumentasi informasi tentang pemasok bahan


baku produk, prosedur evaluasi pemasok, serta
prosedur inspeksi bahan baku;
4. dokumentasi informasi tentang proses
pembuatan produk yang diajukan untuk
disertifikasi, termasuk proses yang
disubkontrakkan ke pihak lain;
5. dokumentasi informasi tentang prosedur dan
rekaman pengendalian mutu, termasuk
pengujian rutin, daftar peralatan, serta
sertifikat kalibrasi atau bukti verifikasi
peralatan yang berpengaruh terhadap mutu
produk yang disertifikasi, dan bukti atau segel
tera ulang untuk alat ukur yang digunakan
dalam pengukuran berat produk dalam
kemasan akhir;
6. dokumentasi informasi tentang prosedur dan
rekaman pengendalian dan penanganan produk
yang tidak sesuai;
7. dokumentasi informasi tentang pengemasan
produk dan pengelolaan produk di gudang
akhir produk sebelum dikirimkan dan/atau
diedarkan ke wilayah Republik Indonesia;
8. lokasi gudang penyimpanan produk di wilayah
Republik Indonesia;
9. bukti izin edar produk (MD/ML atau P-IRT)
sesuai ketentuan peraturan perundang-
undangan,
10. menyertakan laporan hasil uji yang dilakukan
paling lambat 1 (satu) tahun sebelum
pengajuan Sertifikasi, yang memberikan bukti
pemenuhan produk yang diajukan untuk
disertifikasi terhadap persyaratan mutu dalam
SNI dan peraturan terkait;
11. apabila laporan hasil uji sebagaimana
dinyatakan pada angka 10 belum tersedia,
pelaku usaha dapat menyampaikan contoh
- 1056 -

produk kepada LSPro untuk diuji di


laboratorium yang memiliki perjanjian alih daya
dengan LSPro; dan
12. apabila telah tersedia, menyertakan Sertifikat
Penerapan Sistem Manajemen Mutu
berdasarkan SNI ISO 9001 atau Sistem
Manajemen Keamanan Pangan berdasarkan SNI
ISO 22000 atau HACCP berdasarkan SNI
CAC/RCP 1 dari Lembaga Sertifikasi yang
diakreditasi oleh KAN atau oleh badan
akreditasi penandatangan International
Accreditation Forum (IAF)/Asia Pacific
Accreditation Cooperation (APAC) Multilateral
Recognition Agreement (MLA) dengan ruang
lingkup yang sesuai.

2. Tinjauan permohonan Sertifikasi


LSPro harus memastikan bahwa informasi yang diperoleh dari
permohonan Sertifikasi yang diajukan oleh Pemohon telah
lengkap dan memenuhi persyaratan.

3. Penandatanganan perjanjian Sertifikasi


Setelah permohonan Sertifikasi dinyatakan lengkap dan
Pemohon menyetujui persyaratan dan prosedur Sertifikasi
yang ditetapkan oleh LSPro sesuai dengan persyaratan SNI
ISO/IEC 17065, perjanjian Sertifikasi ditandatangani oleh
Pemohon dan LSPro.

4. Penyusunan rencana evaluasi


Berdasarkan informasi yang diperoleh dari persyaratan
permohonan Sertifikasi yang disampaikan oleh Pemohon,
LSPro menetapkan rencana evaluasi yang mencakup:
a. jenis/tipe/varian produk yang diajukan untuk
disertifikasi dan metode pengambilan contoh sesuai
dengan persyaratan SNI 01-3830-1995, yang diperlukan
untuk pengujian produk dan mewakili contoh produk
yang diusulkan untuk disertifikasi;
- 1057 -

b. informasi SNI yang digunakan sebagai dasar Sertifikasi


berdasarkan permohonan yang diajukan oleh Pemohon
Sertifikasi;
c. waktu yang diperlukan untuk pelaksanaan pengujian
berdasarkan standar acuan metode uji yang
dipersyaratkan; dan
d. waktu, lokasi pelaksanaan dan agenda inspeksi pabrik
atau asesmen proses produksi yang relevan dengan
pelaksanaan produksi produk yang diajukan untuk
disertifikasi, serta personel kompeten yang melakukan
evaluasi.

5. Pelaksanaan evaluasi awal terhadap produk


5.1 Pelaksanaan evaluasi awal terhadap produk mencakup:
a. Pemeriksaan awal terhadap kesesuaian informasi
produk dan proses produksi yang disampaikan
Pemohon terhadap lingkup produk yang ditetapkan
dalam SNI dan peraturan terkait.
b. Pengujian awal terhadap contoh produk
berdasarkan persyaratan mutu dalam SNI.
Pengujian awal dilakukan berdasarkan laporan hasil
uji dari laboratorium yang disampaikan Pemohon,
yang mencakup seluruh persyaratan mutu dalam
SNI 01-3830-1995. Apabila laporan hasil uji
tersebut menunjukkan bahwa seluruh persyaratan
mutu dalam SNI tersebut telah terpenuhi, maka
produk yang diajukan untuk disertifikasi dianggap
telah memenuhi persyaratan pengujian awal.

5.2 Apabila hasil evaluasi awal menunjukkan


ketidaksesuaian terhadap persyaratan SNI, Pemohon
harus diberi kesempatan untuk melakukan tindakan
perbaikan dalam jangka waktu tertentu sesuai dengan
kebijakan LSPro.
- 1058 -

6. Pelaksanaan inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi


6.1 Inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi harus
dilakukan pada saat pabrik melakukan produksi, atau
pada kondisi tertentu dilakukan melalui simulasi proses
produksi produk yang diajukan untuk disertifikasi.
6.2 Inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi dilakukan
terhadap:
a. tanggung jawab dan komitmen personel penanggung
jawab pabrik terhadap konsistensi pemenuhan
produk terhadap persyaratan SNI;
b. ketersediaan dan pengendalian dokumentasi
informasi prosedur dan rekaman pengendalian
mutu, termasuk pengujian rutin;
c. fasilitas, lokasi, desain dan tata letak bangunan,
sanitasi peralatan, sanitasi ruang proses, dan
higiene personel sesuai dengan ketentuan yang
berlaku tentang Cara Produksi Pangan Olahan yang
Baik;
d. tahapan kritis proses produksi, mulai dari bahan
baku sampai produk akhir paling sedikit pada
tahapan sebagaimana dimaksud dalam huruf G;
e. kelengkapan serta fungsi peralatan produksi
termasuk pengendalian mutu paling sedikit
sebagaimana dimaksud dalam huruf H;
f. bukti verifikasi berdasarkan hasil kalibrasi atau
hasil verifikasi peralatan produksi sebagaimana
disebutkan pada huruf e yang membuktikan bahwa
peralatan tersebut memenuhi persyaratan produksi.
Hasil verifikasi peralatan produksi dapat
ditunjukkan dengan prosedur yang diperlukan
untuk mencapai kondisi atau persyaratan yang
ditetapkan;
g. bukti tera atau tera ulang alat pengukuran berat
produk;
h. pengendalian dan penanganan produk yang tidak
sesuai; dan
- 1059 -

i. pengemasan, penanganan, dan penyimpanan


produk, termasuk di gudang akhir produk yang siap
diedarkan.

6.3 Apabila pabrik telah menerapkan Sistem Manajemen


Keamanan Pangan berdasarkan SNI ISO 22000 atau
HACCP berdasarkan SNI CAC/RCP 1 dari Lembaga
Sertifikasi yang diakreditasi oleh KAN atau oleh badan
akreditasi penandatangan IAF/APAC MLA dengan ruang
lingkup yang sesuai, maka inspeksi pabrik atau asesmen
proses produksi dilakukan terhadap implementasi sistem
manajemen terkait mutu produk tersebut dan pasal 6.2
huruf d dan huruf e.

6.4 Apabila pabrik telah menerapkan Sistem Manajemen


Mutu berdasarkan SNI ISO 9001 dari Lembaga Sertifikasi
yang diakreditasi oleh KAN atau oleh badan akreditasi
penandatangan IAF/APAC MLA dengan ruang lingkup
yang sesuai, maka inspeksi pabrik atau asesmen proses
produksi dilakukan terhadap implementasi sistem
manajemen terkait mutu produk tersebut dan angka 6.2
huruf c, huruf d, dan huruf e.

6.5 Dalam hal Pemohon melakukan pengemasan ulang


produk yang dihasilkan oleh pihak lain, berlaku
ketentuan berikut:
a. apabila pihak lain tersebut telah memiliki sertifikat
kesesuaian produk atau Surat Persetujuan
Penggunaan Tanda (SPPT) SNI, maka inspeksi pabrik
atau asesmen proses produksi sebagaimana
dimaksud pada angka 6.2 dilakukan di lokasi
Pemohon pada tahapan pengemasan; atau
b. apabila pihak lain tersebut belum memiliki sertifikat
kesesuaian produk atau Surat Persetujuan
Penggunaan Tanda (SPPT) SNI, maka inspeksi pabrik
atau asesmen proses produksi sebagaimana
dimaksud pada angka 6.2 dilakukan di lokasi
- 1060 -

pembuatan produk yang dimiliki oleh pihak lain dan


di lokasi Pemohon.

6.6 Selama inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi,


LSPro melakukan pengambilan contoh produk oleh
petugas pengambil contoh dan selanjutnya diuji di
laboratorium milik LSPro atau laboratorium yang telah
memiliki perjanjian alih daya dengan LSPro.

6.7 Apabila berdasarkan hasil inspeksi pabrik atau asesmen


proses produksi, termasuk hasil pengujian, tidak
diperoleh bukti-bukti yang kuat untuk menjamin
konsistensi produk terhadap persyaratan SNI, maka
Pemohon harus diberi kesempatan untuk melakukan
tindakan perbaikan dalam jangka waktu tertentu sesuai
dengan kebijakan LSPro.

7. Tinjauan
7.1 Tinjauan hasil evaluasi dilakukan terhadap:
a. Hasil evaluasi awal terhadap produk untuk
menunjukkan bahwa contoh produk yang mewakili
produk memenuhi persyaratan SNI yang diajukan
oleh Pemohon sebagai dasar permohonan Sertifikasi;
dan
b. Hasil inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi
atau bukti obyektif untuk menunjukkan bahwa
pabrik memiliki proses produksi yang didukung
dengan segala sumber daya yang diperlukan untuk
menghasilkan produk yang secara konsisten, dan
memenuhi persyaratan SNI yang diajukan oleh
Pemohon sebagai dasar permohonan Sertifikasi.

7.2 Tinjauan hasil evaluasi dinyatakan dalam bentuk


rekomendasi tertulis tentang pemenuhan SNI yang
diajukan oleh Pemohon untuk produk yang diajukan
untuk disertifikasi.
- 1061 -

8. Penetapan keputusan Sertifikasi


8.1 Penetapan keputusan Sertifikasi dilakukan berdasarkan
rekomendasi yang dihasilkan dari proses tinjauan.

8.2 Penetapan keputusan Sertifikasi harus dilakukan oleh


satu atau sekelompok orang yang tidak terlibat dalam
proses evaluasi.

8.3 Penetapan keputusan Sertifikasi dapat dilakukan oleh


satu atau sekelompok orang yang sama dengan yang
melakukan tinjauan.

8.4 Rekomendasi untuk keputusan Sertifikasi berdasarkan


hasil tinjauan harus didokumentasikan, kecuali tinjauan
dan keputusan Sertifikasi diselesaikan secara bersamaan
oleh satu atau sekelompok orang yang sama.

8.5 LSPro harus memberitahu Pemohon Sertifikasi terkait


alasan menunda atau tidak memberikan keputusan
Sertifikasi, dan harus mengidentifikasikan alasan
keputusan tersebut. Apabila Pemohon Sertifikasi
menunjukkan keinginan untuk melanjutkan proses
Sertifikasi, LSPro dapat memulai kembali dari proses
evaluasi (angka 5).

9. Penerbitan Sertifikat
Sertifikat kesesuaian terhadap persyaratan SNI diterbitkan
sesuai ketentuan sebagai berikut:
a. Sertifikat diterbitkan oleh LSPro setelah penetapan
keputusan Sertifikasi; dan
b. Sertifikat paling sedikit harus memuat:
1. nomor sertifikat atau identifikasi unik lainnya;
2. nomor atau identifikasi lain dari skema Sertifikasi;
3. nama dan alamat LSPro;
4. nama dan alamat Pemohon (pemegang sertifikat);
5. acuan ke perjanjian Sertifikasi;
6. pernyataan kesesuaian yang mencakup:
- 1062 -

a. nama produk, merek dan spesifikasi produk yang


dinyatakan memenuhi persyaratan;
b. SNI yang menjadi dasar Sertifikasi;
c. nama dan alamat lokasi produksi; dan
d. informasi terkait proses Sertifikasi.
7. status akreditasi atau pengakuan LSPro;
8. tanggal penerbitan sertifikat;
9. tanggal berakhir masa berlaku sertifikat yaitu 4
(empat) tahun sejak tanggal penerbitan sertifikat;
10. tanda tangan yang mengikat secara hukum dari
personel yang bertindak atas nama LSPro sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

10. Surveilans dan Sertifikasi ulang


10.1 LSPro harus melaksanakan surveilans paling sedikit 2
(dua) kali dalam periode Sertifikasi. Dalam hal ini
berlaku ketentuan sebagai berikut:
a. Surveilans pertama dilakukan melalui kegiatan:
1. Inspeksi pabrik atau asesmen proses
produksi; dan/atau
2. Pengujian terhadap contoh produk yang akan
beredar.
Pemilihan jenis kegiatan pada surveilans pertama
tersebut dilakukan berdasarkan penilaian LSPro
atas hasil Sertifikasi sebelumnya.
Apabila surveilans pertama hanya dilakukan
melalui kegiatan pengujian terhadap contoh
produk yang akan beredar, penerima sertifikat
harus menyampaikan dokumentasi pengendalian
mutu proses produksi sejak penerbitan sertifikat
sampai dilakukan surveilans pertama.
b. Surveilans kedua dilakukan melalui kegiatan:
1. Inspeksi pabrik atau asesmen proses
produksi; dan
2. Pengujian terhadap contoh produk yang akan
atau telah beredar.
- 1063 -

10.2 LSPro harus melaksanakan Sertifikasi ulang paling


lambat pada bulan ke-42 (empat puluh dua) setelah
penetapan Sertifikasi, melalui kegiatan sebagaimana
tercantum dalam angka 6.

F. Penggunaan Tanda SNI


1. Penggunaan tanda SNI dilakukan setelah mendapatkan
persetujuan penggunaan Tanda SNI melalui Surat Persetujuan
Penggunaan Tanda (SPPT) SNI yang dikeluarkan oleh BSN
sesuai dengan kriteria yang ditetapkan pada Peraturan BSN
mengenai Tata Cara Penggunaan Tanda SNI dan Tanda
Kesesuaian Berbasis SNI.

2. Tanda SNI sebagai bukti kesesuaian produk yang telah


memenuhi SNI adalah sebagai berikut:

Dengan ukuran:

Keterangan:
y = 11x
r = 0,5x
- 1064 -

G. Tahapan Tahapan kritis proses produksi produk susu kedelai


1. Susu (milk) yang berasal dari ekstrak biji kacang kedelai
Tahapan kritis
No. Penjelasan tahapan kritis
proses produksi
1. Pemilihan bahan Bahan baku, bahan tambahan
baku, bahan pangan dan bahan kemasan harus
tambahan pangan memenuhi persyaratan yang
dan bahan ditetapkan atau peraturan yang
kemasan terkait.
2. Perendaman Perendaman dilakukan pada waktu
tertentu yang dikendalikan untuk
memudahkan proses penggilingan.
3. Penggilingan Penggilingan dilakukan dengan
metode tertentu yang dikendalikan
untuk mendapatkan bubur kedelai.
4. Penyaringan Penyaringan dilakukan dengan
metode tertentu yang dikendalikan
untuk mendapatkan ekstrak kedelai
yang diinginkan.
5. Pasteurisasi Pasteurisasi dilakukan dengan
suhu dan waktu tertentu yang
dikendalikan.
6. Pencampuran Pencampuran dengan ingredient
atau bahan tambahan pangan
lainnya dilakukan dengan metode
tertentu yang dikendalikan.
7. Pengemasan Produk dikemas dalam wadah yang
tertutup rapat, tidak dipengaruhi
atau mempengaruhi isi, aman
selama penyimpanan dan
pengangkutan.
Apabila produk dikemas dalam
kaleng, proses pengalengan harus
dilakukan pada kondisi tertentu
yang dikendalikan.
8. Sterilisasi Sterilisasi dilakukan dengan metode
tertentu yang dikendalikan untuk
mematikan mikroba.
9. Pendinginan Pendinginan dilakukan pada suhu
dan waktu tertentu yang
dikendalikan untuk mendapatkan
suhu produk sesuai dengan
persyaratan yang ditetapkan.
10. Penandaan Penandaan dilakukan berdasarkan
persyaratan SNI dan peraturan
terkait.
- 1065 -

2. Minuman yang berasal dari larutan tepung kedelai dalam air


Tahapan kritis
No. Penjelasan tahapan kritis
proses produksi
1. Pemilihan bahan Bahan baku, bahan tambahan
baku, bahan pangan dan bahan kemasan harus
tambahan pangan memenuhi persyaratan yang
dan bahan ditetapkan atau peraturan yang
kemasan terkait.
2. Pengayakan Pengayakan dilakukan dengan
metode tertentu yang dikendalikan
untuk mendapatkan ukuran tepung
kedelai yang diinginkan.
3. Pelarutan tepung Pelarutan dilakukan dengan metode
kedelai dengan air tertentu yang dikendalikan untuk
mendapatkan produk sesuai dengan
persyaratan.
4. Pasteurisasi Pasteurisasi dilakukan dengan suhu
dan waktu tertentu yang
dikendalikan.
5. Pencampuran Pencampuran dengan ingredient atau
bahan tambahan pangan lainnya
dilakukan dengan metode tertentu
yang dikendalikan.
6. Pengemasan Produk dikemas dalam wadah yang
tertutup rapat, tidak dipengaruhi
atau mempengaruhi isi, aman selama
penyimpanan dan pengangkutan.
Apabila produk dikemas dalam
kaleng, proses pengalengan harus
dilakukan pada kondisi tertentu yang
dikendalikan.
7. Sterilisasi Sterilisasi dilakukan dengan metode
tertentu yang dikendalikan untuk
mematikan mikroba.
8. Pendinginan Pendinginan dilakukan pada suhu
dan waktu tertentu yang
dikendalikan untuk mendapatkan
suhu produk sesuai dengan
persyaratan yang ditetapkan.
9. Penandaan Penandaan dilakukan berdasarkan
persyaratan SNI dan peraturan
terkait.
-1066-

H. Kelengkapan minimal peralatan produksi termasuk peralatan


pengendalian mutu produk susu kedelai

No. Produk Peralatan


1. Susu (mWz) yang Alat penggilingan, alat penyaringan,
berasal darl alat pasteurisasi, alat sterilisasi dan
ekstrak biji kacang alat pengukur berat/volume.
kedelai

2. Minuman (dnn/c) Alat pengayakan, alat pasteurisasi, alat


yang berasal dari sterilisasi dan alat pengukur
iarutan tepung berat/volume.
kedelai dalam air

Keterangan; Urutan tahapan kritis proses produksi disetiap


pemohoii dapat berbeda

KEPALA BADAN STANDARDISASI NASIONAL

REPUBLIK INDONESIA,

TTD

BAMBANG PRASETYA

Salin^n-seguai dengan aslinya


Kepala Bi Manusia, Organisasi, dan Hukum

Margahayu
- 1067 -

LAMPIRAN LXVIII
PERATURAN BADAN STANDARDISASI NASIONAL
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 1 TAHUN 2020
TENTANG
SKEMA PENILAIAN KESESUAIAN TERHADAP STANDAR
NASIONAL INDONESIA SEKTOR MAKANAN DAN MINUMAN

PETUNJUK TEKNIS SKEMA SERTIFIKASI PRODUK BAKERI

A Ruang lingkup
Dokumen ini berlaku untuk acuan pelaksanaan Sertifikasi produk
bakeri.

B Persyaratan acuan
Persyaratan acuan Sertifikasi produk bakeri mencakup:
1. SNI produk bakeri sebagaimana ditetapkan dalam Keputusan
Kepala Badan Standardisasi Nasional mengenai daftar SNI
sektor Makanan dan Minuman;
2. SNI dan standar lain yang diacu dalam SNI sebagaimana
dimaksud pada angka 1;
3. Peraturan yang mengatur tentang label dan iklan pangan;
4. Peraturan yang mengatur tentang cara produksi pangan
olahan yang baik (Good Manufacturing Practices);
5. Peraturan yang mengatur tentang kemasan pangan;
6. Peraturan yang mengatur tentang bahan tambahan pangan;
7. Penerapan Cara Produksi Pangan Olahan yang Baik (CPPOB),
Sistem Manajemen Mutu (SMM) berdasarkan SNI ISO 9001,
Sistem Manajemen Mutu Keamanan Pangan (SMKP)
berdasarkan SNI ISO 22000 atau HACCP berdasarkan SNI
CAC/RCP 1; dan
8. Peraturan lain yang terkait produk bakeri.
- 1068 -

C Jenis kegiatan penilaian kesesuaian


Penilaian kesesuaian dilakukan dengan kegiatan Sertifikasi.
Sertifikasi produk bakeri dilakukan oleh LPK yang telah
diakreditasi oleh KAN berdasarkan SNI ISO/IEC 17065, Penilaian
Kesesuaian – Persyaratan untuk Lembaga Sertifikasi Produk,
Proses, dan Jasa, untuk lingkup produk bakeri.
Dalam hal LPK belum ada yang diakreditasi KAN untuk melakukan
kegiatan Sertifikasi dengan ruang lingkup produk bakeri, BSN
dapat menunjuk LPK dengan lingkup yang sejenis sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.

D Prosedur administratif
1. Pengajuan permohonan Sertifikasi
1.1 LSPro harus menyusun format permohonan Sertifikasi
bagi pelaku usaha untuk mendapatkan seluruh
informasi seperti diatur pada huruf D angka 1.3.

1.2 Pengajuan permohonan Sertifikasi dilakukan oleh pelaku


usaha. Kriteria pelaku usaha yang dapat mengajukan
Sertifikasi sesuai Peraturan BSN yang mengatur
mengenai tata cara penggunaan tanda SNI dan tanda
kesesuaian berbasis SNI.

1.3 Permohonan Sertifikasi harus dilengkapi dengan:


a. informasi Pemohon:
1. nama Pemohon, alamat Pemohon, serta nama
dan kedudukan atau jabatan personel yang
bertanggung jawab atas pengajuan permohonan
Sertifikasi;
2. bukti pemenuhan persyaratan izin usaha sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan;
3. bukti izin edar produk sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan;
4. bukti kepemilikan atas merek atau tanda daftar
yang dikeluarkan oleh Kementerian Hukum dan
Hak Asasi Manusia;
- 1069 -

5. apabila Pemohon melakukan pembuatan


produk dengan merek yang dimiliki oleh pihak
lain, menyertakan bukti perjanjian yang
mengikat secara hukum untuk melakukan
pembuatan produk untuk pihak lain;
6. apabila Pemohon bertindak sebagai pemilik
merek yang mensubkontrakkan proses
produksinya kepada pihak lain, menyertakan
bukti kepemilikan merek dan perjanjian
subkontrak pelaksanaan produksi dengan
pihak lain;
7. apabila Pemohon bertindak sebagai perwakilan
resmi pemilik merek yang berkedudukan
hukum di luar negeri, menyertakan bukti
perjanjian yang mengikat secara hukum
tentang penunjukan sebagai perwakilan resmi
pemilik merek di wilayah Republik Indonesia;
8. pernyataan bahwa Pemohon bertanggung jawab
penuh atas pemenuhan persyaratan SNI dan
pemenuhan persyaratan proses Sertifikasi,
serta bersedia memberikan akses terhadap
lokasi dan/atau informasi yang diperlukan oleh
LSPro dalam melaksanakan kegiatan Sertifikasi.
b. informasi produk:
1. merek produk yang diajukan untuk
disertifikasi;
2. jenis/tipe/varian produk yang diajukan untuk
disertifikasi;
3. spesifikasi produk setiap merek yang diajukan
untuk disertifikasi;
4. SNI yang digunakan sebagai dasar pengajuan
permohonan Sertifikasi,
5. daftar bahan baku termasuk bahan tambahan
pangan;
6. label produk;
7. jenis kemasan produk;
- 1070 -

8. foto produk dalam kemasan primer yang


diajukan untuk disertifikasi (dari arah depan,
belakang dan samping), serta informasi terkait
kemasan primer produk;
9. apabila tersedia, foto kemasan sekunder dan
tersier produk yang diajukan untuk
disertifikasi, dari arah depan, belakang, dan
samping.
c. informasi proses produksi:
1. nama, alamat, dan legalitas hukum pabrik
(apabila berbeda dengan legalitas Pemohon);
2. nama dan alamat fasilitas produksi mencakup
semua fasilitas yang digunakan untuk
memproduksi produk yang akan disertifikasi
(misal gudang bahan baku, produksi,
pengemasan produk, pengangkutan produk
jadi, gudang produk jadi dan lainnya) termasuk
kegiatan yang dialihdayakan;
3. struktur organisasi;
4. dokumentasi tentang desain dan tata letak
proses produksi serta proses pembuatan
produk yang diajukan untuk disertifikasi;
5. dokumentasi terkait proses dan pengendalian
produksi;
6. dokumentasi tentang peralatan produksi dan
pengukuran termasuk program
kalibrasi/verifikasi peralatan;
7. apabila telah tersedia, menyertakan sertifikat
penerapan Sistem Manajemen Mutu
berdasarkan SNI ISO 9001 atau Sistem
Manajemen Keamanan Pangan berdasarkan SNI
ISO 22000 atau HACCP berdasarkan SNI
CAC/RCP 1 dari lembaga Sertifikasi yang
diakreditasi oleh KAN atau oleh badan
akreditasi penandatangan International
Accreditation Forum (IAF)/Asia Pacific
Accreditation Cooperation (APAC) Multilateral
- 1071 -

Recognition Agreement (MLA) dengan ruang


lingkup yang sesuai.

2. Seleksi
2.1 Tinjauan permohonan Sertifikasi
2.1.1 LSPro harus memastikan bahwa informasi yang
diperoleh dari permohonan Sertifikasi yang
diajukan oleh Pemohon telah lengkap dan
memenuhi persyaratan, serta dapat memastikan
kemampuan LSPro untuk menindaklanjuti
permohonan Sertifikasi.

2.1.2 Tinjauan permohonan Sertifikasi harus dilakukan


oleh personel yang memiliki kompetensi sesuai
dengan lingkup permohonan Sertifikasi.

2.2 Penandatanganan perjanjian Sertifikasi


Setelah permohonan Sertifikasi dinyatakan lengkap dan
memenuhi persyaratan serta Pemohon menyetujui
persyaratan dan prosedur Sertifikasi yang ditetapkan
oleh LSPro, dilakukan penandatanganan perjanjian
Sertifikasi oleh Pemohon dan LSPro.

2.3 Penyusunan rencana evaluasi


2.3.1 Berdasarkan informasi yang diperoleh dari
persyaratan permohonan Sertifikasi yang
disampaikan oleh Pemohon, LSPro menetapkan
rencana evaluasi yang mencakup:
a. tujuan, waktu, durasi, lokasi pelaksanaan,
tim, metode, dan agenda evaluasi proses
produksi dan CPPOB atau sistem manajemen
yang relevan dengan pelaksanaan proses
produksi produk yang diajukan untuk
disertifikasi;
b. jenis/tipe/varian produk yang diajukan
untuk disertifikasi dan metode pengambilan
contoh sesuai dengan persyaratan SNI yang
- 1072 -

diperlukan untuk pengujian produk, yang


mewakili contoh produk yang diusulkan
untuk disertifikasi;
c. informasi SNI yang digunakan sebagai dasar
Sertifikasi berdasarkan permohonan yang
diajukan oleh Pemohon; dan
d. waktu yang diperlukan untuk pelaksanaan
pengujian berdasarkan standar acuan
metode uji yang dipersyaratkan.

2.3.2 Rencana evaluasi harus mempertimbangkan


kesesuaian produksi yang dilakukan oleh pabrik
sesuai lingkup produk yang diajukan untuk
disertifikasi.

2.3.3 Pelaksanaan evaluasi dilakukan oleh auditor atau


tim audit yang memiliki kriteria kompetensi
sebagai berikut:
1. Pengetahuan tentang prinsip, praktik dan
teknik audit;
2. Pengetahuan tentang proses dan prosedur
Sertifikasi yang ditetapkan oleh LSPro;
3. Pengetahuan tentang standar sistem
manajemen:
a. SNI ISO 9001 tentang sistem manajemen
mutu,
b. SNI ISO 22000 tentang sistem
manajemen mutu keamanan pangan,
c. SNI CAC/RCP 1 tentang rekomendasi
nasional kode praktis – prinsip umum
higiene pangan, dan/atau
d. Cara Produksi Pangan Olahan yang Baik
(CPPOB);

Catatan: sesuai yang diterapkan oleh


pemohon Sertifikasi.
4. Pengetahuan yang dibuktikan dengan
sertifikat, tentang SNI produk bakeri;
- 1073 -

5. Pengetahuan yang dibuktikan dengan


sertifikat dan/atau pengalaman tentang
sektor bisnis produk bakeri; dan
6. Pengetahuan tentang produk, proses dan
organisasi pemohon Sertifikasi.

3. Determinasi
Determinasi mencakup 2 (dua) tahap evaluasi, yaitu evaluasi
tahap 1 (satu) dan evaluasi tahap 2 (dua).

3.1 Pelaksanaan evaluasi tahap 1 (satu)


3.1.1 Pada evaluasi tahap 1 (satu) dilakukan
pemeriksaan awal terhadap kesesuaian informasi
produk dan proses produksi yang disampaikan
Pemohon pada huruf D angka 1.3 terhadap
lingkup produk yang ditetapkan dalam SNI dan
peraturan terkait.

3.1.2 Apabila hasil evaluasi tahap 1 (satu)


menunjukkan ketidaksesuaian terhadap
persyaratan, Pemohon harus diberi kesempatan
untuk melakukan tindakan perbaikan dalam
jangka waktu tertentu sesuai dengan kebijakan
LSPro.

3.2 Pelaksanaan evaluasi tahap 2 (dua)


3.2.1 Evaluasi tahap 2 (dua) dilaksanakan melalui audit
proses produksi dan CPPOB atau sistem
manajemen yang relevan serta pengujian produk.

3.2.2 Audit proses produksi dan CPPOB atau sistem


manajemen yang relevan dilakukan pada saat
pabrik melakukan produksi produk yang diajukan
atau pada kondisi tertentu dilakukan melalui
simulasi proses produksi produk yang diajukan
untuk disertifikasi.
- 1074 -

3.2.3 Audit dilakukan dengan metode audit yang


merupakan kombinasi dari audit dokumen dan
rekaman, wawancara, observasi, demonstrasi,
atau metode audit lainnya.

3.2.4 Audit dilakukan terhadap:


a. tanggung jawab dan komitmen personel
penanggung jawab pabrik terhadap
konsistensi pemenuhan produk terhadap
persyaratan SNI;
b. ketersediaan dan pengendalian prosedur dan
rekaman pengendalian mutu, termasuk
pengujian rutin;
c. fasilitas, lokasi, desain dan tata letak,
bangunan, sanitasi peralatan, sanitasi ruang
proses, dan higiene personel sesuai dengan
ketentuan yang berlaku tentang CPPOB;
d. tahapan kritis proses produksi, mulai dari
bahan baku sampai produk akhir paling
sedikit pada tahapan sebagaimana diuraikan
dalam huruf L;
e. kelengkapan serta fungsi peralatan produksi
termasuk peralatan pengendalian mutu;
f. bukti verifikasi berdasarkan hasil kalibrasi
atau hasil verifikasi peralatan produksi
sebagaimana disebutkan pada huruf e yang
membuktikan bahwa peralatan tersebut
memenuhi persyaratan produksi. Hasil
verifikasi peralatan produksi dapat
ditunjukkan dengan prosedur yang
diperlukan untuk mencapai kondisi atau
persyaratan yang ditetapkan;
g. bukti tera atau tera ulang alat pengukur
berat produk dalam kemasan akhir;
h. pengendalian dan penanganan produk yang
tidak sesuai; dan
- 1075 -

i. pengemasan, penanganan, dan penyimpanan


produk, termasuk di gudang akhir produk
yang siap diedarkan.

3.2.5 Apabila Pemohon telah menerapkan dan


mendapatkan sertifikat SMKP berdasarkan SNI
ISO 22000 atau HACCP berdasarkan SNI
CAC/RCP 1 dari lembaga Sertifikasi yang
diakreditasi oleh KAN atau oleh badan akreditasi
penandatangan IAF/APAC MLA dengan ruang
lingkup yang sesuai, maka inspeksi pabrik atau
asesmen proses produksi dilakukan terhadap
implementasi sistem manajemen terkait mutu
produk tersebut dan angka 3.2.4 huruf d sampai
dengan huruf i.

3.2.6 Apabila Pemohon telah menerapkan dan


mendapatkan sertifikat SMM berdasarkan SNI ISO
9001 dari lembaga Sertifikasi yang diakreditasi
oleh KAN atau oleh badan akreditasi
penandatangan IAF/APAC MLA dengan ruang
lingkup yang sesuai, maka inspeksi pabrik atau
asesmen proses produksi dilakukan terhadap
implementasi sistem manajemen terkait mutu
produk tersebut dan angka 3.2.4 huruf c sampai
dengan huruf i.

3.2.7 Apabila Pemohon hanya melakukan kegiatan


pengemasan produk akhir, maka audit pada
angka 3.2.4 tidak berlaku, namun LSPro harus
memastikan kesesuaian terhadap:
a. produk yang akan dikemas sesuai
persyaratan SNI yang dibuktikan melalui
pemenuhan hasil uji yang diterbitkan oleh
laboratorium pihak ketiga yang diakreditasi
oleh KAN atau badan akreditasi
penandatangan IAF/APAC MLA secara
- 1076 -

periodik setiap batch dan mencakup seluruh


pemasok;
b. tahapan proses di pemasok yang dibuktikan
melalui penyertaan sertifikat CPPOB, sistem
manajemen atau sertifikat Pemeriksaan
Sarana dan Bangunan (PSB) yang dimiliki
oleh pemasok; dan
c. tahapan kritis proses produksi sebagaimana
diuraikan dalam huruf L, yang dibuktikan
melalui audit proses produksi pada seluruh
kegiatan yang dikendalikan oleh Pemohon.

3.2.8 Pengambilan contoh produk dilakukan saat audit


proses produksi berdasarkan persyaratan dalam
SNI. Pengambilan contoh produk untuk pengujian
dilakukan oleh personel kompeten yang
ditugaskan oleh LSPro. Contoh produk diambil
dari lini produksi atau gudang penyimpanan
produk.

3.2.9 Contoh produk diambil sesuai dengan kebutuhan


pengujian yang mewakili merek yang diajukan
untuk disertifikasi.
Catatan: merek dapat mewakili merek lainnya
apabila memiliki spesifikasi yang sama

3.2.10 Pengujian dilakukan di laboratorium yang telah


menerapkan ISO/IEC 17025 untuk lingkup
produk yang disertifikasi. Penerapan ISO/IEC
17025 dapat dibuktikan melalui:
a. akreditasi oleh KAN;
b. akreditasi oleh badan akreditasi
penandatangan saling pengakuan dalam
forum APAC dan International Laboratory
Accreditation Cooperation (ILAC); atau
c. penilaian yang dilakukan oleh LSPro
terhadap laboratorium.
- 1077 -

3.2.11 Apabila pengujian dilakukan di laboratorium


Pemohon, maka LSPro harus memastikan
kesesuaian kompetensi dan imparsialitas proses
pengujian yang dilakukan, misalnya melalui
penyaksian proses pengujian.

3.2.12 Laboratorium Pemohon yang digunakan untuk


pengujian produk yang disertifikasi harus
memenuhi persyaratan sebagaimana tercantum
pada angka 3.2.10 huruf a atau huruf b.

3.2.13 Apabila berdasarkan hasil evaluasi tahap 2 (dua)


ditemukan ketidaksesuaian, Pemohon harus
diberi kesempatan untuk melakukan tindakan
perbaikan dalam jangka waktu tertentu sesuai
dengan kebijakan LSPro.

3.2.14 Apabila hasil pengujian dari laboratorium


menunjukkan ketidaksesuaian maka dapat
dilakukan pengujian ulang paling banyak 1 (satu)
kali dengan mengambil contoh ulang dari lini
produksi atau gudang penyimpanan produk.

4. Tinjauan dan keputusan


4.1 Tinjauan
4.1.1 Tinjauan hasil evaluasi dilakukan terhadap
pemenuhan seluruh persyaratan Sertifikasi dan
kesesuaian proses Sertifikasi, mulai dari
pengajuan permohonan Sertifikasi, pelaksanaan
evaluasi tahap 1 (satu) dan evaluasi tahap 2 (dua).

4.1.2 Tinjauan hasil evaluasi dinyatakan dalam bentuk


rekomendasi tertulis tentang pemenuhan SNI
yang diajukan oleh Pemohon untuk produk yang
diajukan untuk disertifikasi.
- 1078 -

4.2 Penetapan keputusan Sertifikasi


4.2.1 Penetapan keputusan Sertifikasi dilakukan
berdasarkan rekomendasi yang dihasilkan dari
proses tinjauan.

4.2.2 Penetapan keputusan Sertifikasi harus dilakukan


oleh 1 (satu) orang atau sekelompok orang yang
tidak terlibat dalam proses evaluasi.

4.2.3 Penetapan keputusan Sertifikasi dapat dilakukan


oleh 1 (satu) orang atau sekelompok orang yang
sama dengan yang melakukan tinjauan.

4.2.4 Rekomendasi untuk keputusan Sertifikasi


berdasarkan hasil tinjauan harus
didokumentasikan, kecuali tinjauan dan
keputusan Sertifikasi diselesaikan secara
bersamaan oleh orang atau sekelompok orang
yang sama.

4.2.5 LSPro harus memberitahu secara tertulis kepada


Pemohon terkait menunda atau tidak memberikan
keputusan Sertifikasi, dan harus menyampaikan
alasan keputusan tersebut.

4.2.6 Apabila Pemohon menunjukkan keinginan untuk


melanjutkan proses Sertifikasi setelah LSPro
memutuskan tidak memberikan Sertifikasi,
Pemohon dapat menyampaikan permohonan
untuk melanjutkan proses Sertifikasi.

4.2.7 Permohonan melanjutkan proses Sertifikasi harus


disampaikan oleh Pemohon kepada LSPro secara
tertulis paling lambat 1 (satu) bulan setelah
pemberitahuan keputusan tidak memberikan
Sertifikasi diterbitkan oleh LSPro. Proses
- 1079 -

Sertifikasi dapat dimulai kembali dari evaluasi


tahap 2 (dua).

4.3 Bukti kesesuaian


4.3.1 Bukti kesesuaian berupa sertifikat kesesuaian
yang diterbitkan oleh LSPro. LSPro menerbitkan
sertifikat kesesuaian kepada Pemohon yang telah
memenuhi persyaratan Sertifikasi. Sertifikat
kesesuaian berlaku selama 4 (empat) tahun
setelah diterbitkan.

4.3.2 Sertifikat kesesuaian terhadap persyaratan SNI


paling sedikit harus memuat:
1. nomor sertifikat atau identifikasi unik
lainnya;
2. nomor atau identifikasi lain dari skema
Sertifikasi;
3. nama dan alamat LSPro;
4. nama dan alamat Pemohon (pemegang
sertifikat);
5. nomor atau identifikasi lain yang mengacu ke
perjanjian Sertifikasi;
6. pernyataan kesesuaian yang mencakup:
a. jenis/tipe/varian produk sesuai
peraturan kategori pangan yang berlaku;
b. jenis kemasan produk yang disertifikasi;
c. merek produk yang disertifikasi;
d. SNI yang menjadi dasar Sertifikasi; dan
e. nama dan alamat lokasi produksi.
7. status akreditasi atau pengakuan LSPro;
8. tanggal penerbitan sertifikat dan masa
berlakunya, serta riwayat sertifikat;dan
9. tanda tangan yang mengikat secara hukum
dari personel yang bertindak atas nama
LSPro sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
- 1080 -

E Pemeliharaan Sertifikasi
1 Pengawasan oleh LSPro
Pengawasan oleh LSPro dilakukan melalui kegiatan
surveilans. LSPro harus melaksanakan kunjungan surveilans
paling sedikit 2 (dua) kali dalam periode Sertifikasi, dengan
jarak antar evaluasi paling lama 12 (dua belas) bulan.
Kunjungan surveilans dilakukan melalui kegiatan evaluasi
berupa audit dan pengujian.

2 Sertifikasi ulang
2.1 LSPro harus melaksanakan Sertifikasi ulang paling
lambat 6 (enam) bulan sebelum masa berlaku sertifikat
berakhir.

2.2 Pelaksanaan Sertifikasi ulang dilakukan sesuai dengan


tahapan pada prosedur administratif.

2.3 Apabila tidak ada perubahan yang signifikan terkait


produk dan proses produksi sesuai dengan hasil audit
terakhir, maka LSPro dapat tidak melakukan evaluasi
tahap 1 (satu).

2.4 Apabila berdasarkan hasil Sertifikasi ulang ditemukan


ketidaksesuaian, Pemohon harus diberi kesempatan
untuk melakukan tindakan perbaikan dalam jangka
waktu tertentu sesuai dengan kebijakan LSPro.

F Evaluasi khusus
LSPro dapat melaksanakan evaluasi khusus dalam rangka audit
perluasan lingkup maupun tindak lanjut (investigasi) atas keluhan
atau informasi yang ada. Evaluasi khusus dalam rangka
investigasi keluhan atau informasi yang ada dilakukan oleh
auditor yang memiliki kompetensi untuk melakukan investigasi
dan terbatas pada permasalahan yang ada, serta dilakukan dalam
waktu yang singkat dari diperolehnya keluhan atau informasi.
- 1081 -

Tahapan evaluasi khusus dalam rangka perluasan lingkup


dilakukan sesuai dengan tahapan prosedur administratif namun
terbatas pada perluasan lingkup yang diajukan. Evaluasi terhadap
perluasan lingkup Sertifikasi dapat dilakukan terpisah maupun
bersamaan dengan surveilans.

G Ketentuan pengurangan, pembekuan, dan pencabutan Sertifikasi


1 Pengurangan lingkup Sertifikasi berupa perluasan atau
pengurangan lingkup Sertifikasi selama periode Sertifikasi.

2 Pembekuan dan pencabutan Sertifikasi


2.1 LSPro dapat membekukan Sertifikasi apabila Pemohon:
a. tidak mampu memperbaiki ketidaksesuaian yang
diterbitkan oleh LSPro pada saat surveilans
dan/atau saat evaluasi khusus; atau
b. menyampaikan permintaan pembekuan Sertifikasi
kepada LSPro.

2.2 LSPro harus membatasi periode pembekuan Sertifikasi


paling lama 6 (enam) bulan.

2.3 LSPro dapat melakukan pencabutan Sertifikasi apabila


Pemohon:
a. tidak mampu memperbaiki ketidaksesuaian yang
mengakibatkan pembekuan Sertifikasi melebihi
batas waktu yang ditentukan; atau
b. menyampaikan permintaan pencabutan Sertifikasi
kepada LSPro.

2.4 LSPro dapat mempertimbangkan pembekuan atau


pencabutan Sertifikasi, atau tindakan lainnya yang
disebabkan oleh faktor lainnya dengan
mempertimbangkan risiko yang ditemukan.
- 1082 -

H Keluhan dan banding


LSPro harus mengembangkan aturan penanganan keluhan dan
banding dengan mempertimbangkan kompetensi dan imparsialitas
pelaksanaan penanganan keluhan dan banding.

I Informasi publik
LSPro harus memublikasikan informasi kepada publik sesuai
persyaratan ISO/IEC 17065 termasuk informasi pelanggan yang
disertifikasi, dibekukan dan dicabut. Informasi publik terkait
informasi pelanggan yang disertifikasi, dibekukan dan dicabut
tersebut juga harus disampaikan melalui Aplikasi Barang Ber-SNI
(BangBeni) https://bangbeni.bsn.go.id.

J Kondisi khusus
Dalam hal ditemukan situasi yang tidak memungkinkan
penerapan persyaratan tertentu dalam Sertifikasi ini, maka akan
ditetapkan kebijakan BSN dengan mempertimbangkan masukan
dari KAN dan para pemangku kepentingan lainnya.

K Penggunaan Tanda SNI


1 Penggunaan tanda SNI dilakukan setelah mendapatkan
persetujuan penggunaan tanda SNI melalui Surat Persetujuan
Penggunaan Tanda (SPPT) SNI yang dikeluarkan oleh BSN
sesuai dengan ketentuan dalam Peraturan BSN yang
mengatur mengenai tata cara penggunaan tanda SNI dan
tanda kesesuaian berbasis SNI.

2 Permohonan persetujuan penggunaan tanda SNI diajukan


kepada BSN disertai dengan dokumen persyaratan yang
diatur dalam Peraturan BSN mengenai tata cara penggunaan
tanda SNI dan tanda kesesuaian berbasis SNI.

3 Tanda SNI sebagai bukti kesesuaian produk yang telah


memenuhi SNI adalah sebagai berikut:
- 1083 -

Dengan ukuran:

Keterangan:
y = 11x
r = 0,5x

L Tahapan kritis proses produksi produk bakeri

Tahapan kritis proses


No. Penjelasan tahapan kritis
produksi

1. Pemilihan bahan baku, Bahan baku, bahan tambahan


bahan tambahan pangan pangan dan bahan kemasan harus
dan bahan kemasan memenuhi persyaratan yang
ditetapkan atau peraturan terkait
yang berlaku
2. Proses produksi Proses produksi dilakukan dengan
metode tertentu yang dikendalikan
dan memperhatikan kesesuaian
proses, termasuk kondisi
lingkungan kerja, kompetensi SDM,
peralatan produksi dan alat
- 1084-

Tahapan kritis proses


No. Penjelasan tahapan kritis
produksi
pemantauan sesuai persyaratan
yang ditetapkan

3. Pengendalian mutu Pengendalian mutu produk


dilakukan dengan metode tertentu
yang dikendalikan, untuk
memastikan produk sesuai dengan
persyaratan mutu dan keamanan
yang ditetapkan
4. Pengemasan Pengemasan produk dilakukan
dengan metode tertentu yang
dikendalikan sesuai dengan
persyaratan SNI dan peraturan
terkait yang berlaku

5. Penandaan Penandaan dilal<ukan sesuai

dengan persyaratan SNI dan


peraturan terkait yang berlaku

pemohon dapat berbeda

KEPALA BADAN STANDARDISASI NASIONAL

REPUBLIK INDONESIA,

TTD

BAMBANG PRASETYA

in^scsuai dengan aslinya


Kepala )aya Manusia, Organisasi, dan Hukum
- 1085 -

LAMPIRAN LXIX
PERATURAN BADAN STANDARDISASI NASIONAL
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 1 TAHUN 2020
TENTANG
SKEMA PENILAIAN KESESUAIAN TERHADAP STANDAR
NASIONAL INDONESIA SEKTOR MAKANAN DAN MINUMAN

PETUNJUK TEKNIS SKEMA SERTIFIKASI PRODUK KRIMER NABATI


BUBUK

A. Ruang lingkup
Dokumen ini berlaku untuk acuan pelaksanaan Sertifikasi produk
krimer yang berbentuk bubuk, dibuat dari lemak atau minyak
nabati dan bahan pangan lain,dengan atau tanpa penambahan
bahan tambahan pangan yang diizinkan dan dikemas secara
kedap.

B. Persyaratan Sertifikasi
Persyaratan Sertifikasi mencakup:
1. SNI 4444:2009 Krimer nabati bubuk;
2. SNI dan standar lain yang diacu dalam SNI 4444:2009;
3. Peraturan yang terkait produk krimer nabati bubuk yaitu:
a. Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1999 tentang
Label dan Iklan Pangan;
b. Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 75/M-
IND/PER/7/2010 tentang Cara Produksi Pangan Olahan
yang Baik (Good Manufacturing Practices);
c. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 33 Tahun 2012
tentang Bahan Tambahan Pangan;
d. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan
Nomor 10 tahun 2013 tentangBatas Maksimum
Penggunaan Bahan Tambahan Pangan Antikempal;
e. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan
Nomor 36 Tahun 2013 tentang Batas Maksimum
Penggunaan Bahan Tambahan Pangan Pengawet;
- 1086 -

f. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan


Nomor 16 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas Peraturan
Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor
HK.03.1.23.07.11.6664 Tahun 2011 Tentang
Pengawasan Kemasan Pangan;
g. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan
Nomor 16 Tahun 2016 tentang Kriteria Mikrobiologi
Dalam Pangan Olahan;
h. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan
Nomor 5 Tahun 2018 tentang Batas Maksimum Cemaran
Logam Berat dalam Pangan Olahan;dan
i. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan
Nomor 8 tahun 2018 tentang Batas Maksimum Cemaran
Kimia dalam Pangan Olahan.
4. Peraturan lain yang terkait dengan produk krimer nabati
bubuk.

C. Prosedur Sertifikasi
Prosedur Sertifikasi mencakup:
1. evaluasi awal; dan
2. inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi.

D. Persyaratan Lembaga Penilaian Kesesuaian


Sertifikasi produk krimer nabati bubuk dilakukan oleh LPK yang
telah diakreditasi oleh KAN berdasarkan SNI ISO/IEC 17065
Penilaian Kesesuaian – Persyaratan untuk Lembaga Sertifikasi
Produk, Proses, dan Jasa, untuk lingkup produk sebagaimana
dimaksud dalam Ruang Lingkup sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
Dalam hal LPK belum ada yang diakreditasi oleh KAN untuk
melakukan kegiatan Sertifikasi dengan ruang lingkup produk
krimer nabati bubuk, BSN dapat menunjuk LPK dengan ruang
lingkup yang sejenis sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
- 1087 -

E. Tahapan Sertifikasi
1. Pengajuan permohonan Sertifikasi
1.1 Pengajuan permohonan Sertifikasi dilakukan oleh pelaku
usaha. Kriteria pelaku usaha yang dapat mengajukan
Sertifikasi sesuai Peraturan BSN mengenai tata cara
penggunaan Tanda SNI dan Tanda Kesesuaian berbasis
SNI.

1.2 Permohonan Sertifikasi harus dilengkapi dengan:


a. informasi Pemohon:
1. nama pemohon, alamat pemohon, serta nama
dan kedudukan atau jabatan personel yang
bertanggung jawab atas pengajuan permohonan
Sertifikasi;
2. bukti pemenuhan persyaratan izin usaha sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan;
3. pemenuhan persyaratan sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan tentang
pendaftaran dan hak kepemilikan atas merek
yang dikeluarkan oleh Kementerian Hukum dan
Hak Asasi Manusia;
4. apabila Pemohon melakukan pembuatan
produk dengan merek yang dimiliki oleh pihak
lain, menyertakan bukti perjanjian yang
mengikat secara hukum untuk melakukan
pembuatan produk untuk pihak lain;
5. apabila Pemohon bertindak sebagai pemilik
merek yang mensubkontrakkan proses
produksinya kepada pihak lain, menyertakan
bukti kepemilikan merek dan perjanjian
subkontrak pelaksanaan produksi dengan
pihak lain;
6. apabila Pemohon bertindak sebagai perwakilan
resmi pemilik merek yang berkedudukan
hukum di luar negeri, menyertakan bukti
perjanjian yang mengikat secara hukum
tentang penunjukan sebagai perwakilan resmi
- 1088 -

pemilik merek di wilayah Republik Indonesia;


dan
7. pernyataan bahwa Pemohon Sertifikasi
bertanggung jawab penuh atas pemenuhan
persyaratan SNI dan pemenuhan persyaratan
proses Sertifikasi dan bersedia memberikan
akses terhadap lokasi dan/atau informasi yang
diperlukan oleh LSPro dalam melaksanakan
kegiatan Sertifikasi.
b. informasi produk:
1. merek produk yang diajukan untuk
disertifikasi;
2. jenis/tipe/varian produk yang diajukan untuk
disertifikasi;
3. SNI yang digunakan sebagai dasar pengajuan
permohonan Sertifikasi;
4. foto produk dalam kemasan primer yang
diajukan untuk disertifikasi (dari arah depan,
belakang dan samping), serta informasi terkait
kemasan primer produk;
5. daftar bahan baku termasuk bahan tambahan
pangan;
6. label produk; dan
7. apabila telah tersedia, foto kemasan sekunder
dan tersier produk yang diajukan untuk
disertifikasi, dari arah depan, belakang,
samping, dan bagian dalam.
c. informasi proses produksi:
1. nama, alamat, dan legalitas hukum pabrik;
2. struktur organisasi, nama dan jabatan personel
penanggung jawab proses produksi;
3. dokumentasi informasi tentang pemasok bahan
baku produk, prosedur evaluasi pemasok, serta
prosedur inspeksi bahan baku produk;
4. dokumentasi informasi tentang proses
pembuatan produk yang diajukan untuk
- 1089 -

disertifikasi, termasuk proses yang


disubkontrakkan ke pihak lain;
5. dokumentasi informasi tentang prosedur dan
rekaman pengendalian mutu, termasuk
pengujian rutin, daftar peralatan, serta
sertifikat kalibrasi atau bukti verifikasi
peralatan yang berpengaruh terhadap mutu
produk yang disertifikasi, dan bukti atau segel
tera atau tera ulang untuk alat ukur yang
digunakan dalam pengukuran berat produk
dalam kemasan akhir;
6. dokumentasi informasi tentang prosedur dan
rekaman pengendalian dan penanganan produk
yang tidak sesuai;
7. dokumentasi informasi tentang pengemasan
produk dan pengelolaan produk di gudang
akhir produk sebelum dikirimkan dan/atau
diedarkan ke wilayah Republik Indonesia;
8. lokasi gudang penyimpanan produk di wilayah
Republik Indonesia;
9. bukti izin edar produk (MD/ML), kecuali yang
tidak dijual secara langsung ke konsumen akhir
sesuai ketentuan peraturan perundang-
undangan;
10. menyertakan laporan hasil uji yang dilakukan
paling lambat 1 (satu) tahun sebelum
pengajuan Sertifikasi, yang memberikan bukti
pemenuhan produk yang diajukan untuk
disertifikasi terhadap persyaratan mutu dalam
SNI dan peraturan terkait;
11. apabila laporan hasil uji sebagaimana
dinyatakan pada angka 10 belum tersedia,
Pemohon dapat menyampaikan contoh produk
kepada LSPro untuk diuji di laboratorium yang
memiliki perjanjian alih daya dengan LSPro;
dan
- 1090 -

12. apabila telah tersedia, menyertakan Sertifikat


Penerapan Sistem Manajemen Mutu
berdasarkan SNI ISO 9001 atau Sistem
Manajemen Keamanan Pangan berdasarkan SNI
ISO 22000 atau HACCP berdasarkan SNI
CAC/RCP 1 dari Lembaga Sertifikasi yang
diakreditasi oleh KAN atau oleh badan
akreditasi penandatangan International
Accreditation Forum (IAF)/Asia Pacific
Accreditation Cooperation (APAC) Multilateral
Recognition Agreement (MLA) dengan ruang
lingkup yang sesuai.
Informasi pada butir 4, butir 5, butir 10 dan butir 11
tidak perlu dilampirkan apabila Pemohon melakukan
pengemasan ulang produk yang dihasilkan oleh pihak
lain yang telah memiliki sertifikat kesesuaian produk
atau Surat Persetujuan Penggunaan Tanda (SPPT) SNI.

2. Tinjauan permohonan Sertifikasi


LSPro harus memastikan bahwa informasi yang diperoleh dari
permohonan Sertifikasi yang diajukan oleh Pemohon telah
lengkap dan memenuhi persyaratan.

3. Penandatanganan perjanjian Sertifikasi


Setelah permohonan Sertifikasi dinyatakan lengkap dan
Pemohon menyetujui persyaratan dan prosedur Sertifikasi
yang ditetapkan oleh LSPro sesuai dengan persyaratan SNI
ISO/IEC 17065, perjanjian Sertifikasi ditandatangani oleh
Pemohon dan LSPro.

4. Penyusunan rencana evaluasi


Berdasarkan informasi yang diperoleh dari persyaratan
permohonan Sertifikasi yang disampaikan oleh Pemohon,
LSPro menetapkan rencana evaluasi yang mencakup:
a. jenis/tipe/varian produk yang diajukan untuk
disertifikasi dan metode pengambilan contoh sesuai
dengan persyaratan SNI 4444:2009 yang diperlukan
- 1091 -

untuk pengujian produk dan mewakili contoh produk


yang diusulkan untuk disertifikasi;
b. informasi SNI yang digunakan sebagai dasar Sertifikasi
berdasarkan permohonan yang diajukan oleh Pemohon
Sertifikasi;
c. waktu yang diperlukan untuk pelaksanaan pengujian
berdasarkan standar acuan metode uji yang
dipersyaratkan; dan
d. waktu, lokasi pelaksanaan dan agenda inspeksi pabrik
atau asesmen proses produksi yang relevan dengan
pelaksanaan produksi produk yang diajukan untuk
disertifikasi, serta personel kompeten yang melakukan
evaluasi.

5. Pelaksanaan evaluasi awal terhadap produk


5.1 Pelaksanaan evaluasi awal terhadap produk mencakup:
a. Pemeriksaan awal terhadap kesesuaian informasi
produk dan proses produksi yang disampaikan
Pemohon pada huruf E angka 1 terhadap lingkup
produk yang ditetapkan dalam SNI dan peraturan
terkait.
b. Pengujian awal terhadap contoh produk
berdasarkan persyaratan mutu dalam SNI.
Pengujian awal dilakukan berdasarkan laporan hasil
uji dari laboratorium yang disampaikan Pemohon,
yang mencakup seluruh persyaratan mutu dalam
SNI 4444:2009. Apabila laporan hasil uji tersebut
menunjukkan bahwa seluruh persyaratan mutu
dalam SNI tersebut telah terpenuhi, maka produk
yang diajukan untuk disertifikasi dianggap telah
memenuhi persyaratan pengujian awal.

5.2 Apabila hasil evaluasi awal menunjukkan


ketidaksesuaian terhadap persyaratan SNI, Pemohon
harus diberi kesempatan untuk melakukan tindakan
perbaikan dalam jangka waktu tertentu sesuai dengan
kebijakan LSPro.
- 1092 -

6. Pelaksanaan inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi


6.1 Inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi harus
dilakukan pada saat pabrik melakukan produksi, atau
pada kondisi tertentu dilakukan melalui simulasi proses
produksi produk yang diajukan untuk disertifikasi.

6.2 Inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi dilakukan


terhadap:
a. tanggung jawab dan komitmen personel penanggung
jawab pabrik terhadap konsistensi pemenuhan
produk terhadap persyaratan SNI;
b. ketersediaan dan pengendalian dokumentasi
informasi prosedur dan rekaman pengendalian
mutu, termasuk pengujian rutin;
c. fasilitas, lokasi, desain dan tata letak, bangunan,
sanitasi peralatan, sanitasi ruang proses, dan
higiene personel sesuai dengan ketentuan yang
berlaku tentang Cara Produksi Pangan Olahan yang
Baik;
d. tahapan kritis proses produksi, mulai dari bahan
baku sampai produk akhir paling sedikit pada
tahapan sebagaimana tercantum dalam huruf G;
e. kelengkapan serta fungsi peralatan produksi
termasuk peralatan pengendalian mutu, paling
sedikit harus memiliki alat pencampur, alat
pengering, alat pengukur suhu, alat pengukur berat,
dan alat pengukur kadar air;
f. bukti verifikasi berdasarkan hasil kalibrasi atau
hasil verifikasi peralatan produksi sebagaimana
disebutkan pada huruf e yang membuktikan bahwa
peralatan tersebut memenuhi persyaratan produksi.
Hasil verifikasi peralatan produksi dapat
ditunjukkan dengan prosedur yang diperlukan
untuk mencapai kondisi atau persyaratan yang
ditetapkan;
g. bukti tera atau tera ulang alat pengukur berat
produk dalam kemasan akhir;
- 1093 -

h. pengendalian dan penanganan produk yang tidak


sesuai; dan
i. pengemasan, penanganan, dan penyimpanan
produk, termasuk di gudang akhir produk yang siap
diedarkan.

6.3 Apabila pabrik telah menerapkan dan mendapatkan


sertifikat Sistem Manajemen Keamanan Pangan
berdasarkan SNI ISO 22000 atau HACCP berdasarkan
SNI CAC/RCP 1 dari Lembaga Sertifikasi yang
diakreditasi oleh KAN atau oleh badan akreditasi
penandatangan IAF/APAC MLA dengan ruang lingkup
yang sesuai, maka inspeksi pabrik atau asesmen proses
produksi dilakukan terhadap implementasi sistem
manajemen terkait mutu produk tersebut dan angka 6.2
huruf d dan huruf e.

6.4 Apabila pabrik telah menerapkan dan mendapatkan


sertifikat Sistem Manajemen Mutu berdasarkan SNI ISO
9001 dari Lembaga Sertifikasi yang diakreditasi oleh KAN
atau oleh badan akreditasi penandatangan IAF/APAC
MLA dengan ruang lingkup yang sesuai, maka inspeksi
pabrik atau asesmen proses produksi dilakukan terhadap
implementasi sistem manajemen terkait mutu produk
tersebut dan angka 6.2 huruf c, huruf d, dan huruf e.

6.5 Dalam hal Pemohon melakukan pengemasan ulang


produk yang dihasilkan oleh pihak lain, berlaku
ketentuan berikut:
a. apabila pihak lain tersebut telah memiliki sertifikat
kesesuaian produk atau Surat Persetujuan
Penggunaan Tanda (SPPT) SNI maka inspeksi pabrik
atau asesmen proses produksi sebagaimana
dimaksud pada angka 6.2 dilakukan di lokasi
Pemohon pada tahapan pengemasan; atau
b. apabila pihak lain tersebut belum memiliki sertifikat
kesesuaian produk atau Surat Persetujuan
- 1094 -

Penggunaan Tanda (SPPT) SNI, maka inspeksi pabrik


atau asesmen proses produksi sebagaimana
dimaksud pada angka 6.2 dilakukan di lokasi
pembuatan produk yang dimiliki oleh pihak lain dan
di lokasi Pemohon.

6.6 Selama inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi,


LSPro melakukan pengambilan contoh produk oleh
petugas pengambil contoh dan selanjutnya diuji di
laboratorium milik LSPro atau Laboratorium yang telah
memiliki perjanjian alih daya dengan LSPro.

6.7 Apabila berdasarkan hasil inspeksi pabrik atau asesmen


proses produksi, termasuk hasil pengujian, tidak
diperoleh bukti-bukti yang kuat untuk menjamin
konsistensi produk terhadap persyaratan SNI, maka
Pemohon harus diberi kesempatan untuk melakukan
tindakan perbaikan dalam jangka waktu tertentu sesuai
dengan kebijakan LSPro.

7. Tinjauan
7.1 Tinjauan hasil evaluasi dilakukan terhadap:
a. Hasil evaluasi awal terhadap produk untuk
menunjukkan bahwa contoh produk yang mewakili
produk memenuhi persyaratan SNI yang diajukan
oleh Pemohon sebagai dasar permohonan Sertifikasi.
b. Hasil inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi
atau bukti obyektif untuk menunjukkan bahwa
pabrik memiliki proses produksi yang didukung
dengan segala sumber daya yang diperlukan untuk
menghasilkan produk yang secara konsisten dan
memenuhi persyaratan SNI yang diajukan oleh
Pemohon sebagai dasar permohonan Sertifikasi.

7.2 Tinjauan hasil evaluasi dinyatakan dalam bentuk


rekomendasi tertulis tentang pemenuhan SNI yang
- 1095 -

diajukan oleh Pemohon untuk produk yang diajukan


untuk disertifikasi.

8. Penetapan keputusan Sertifikasi


8.1 Penetapan keputusan Sertifikasi dilakukan berdasarkan
rekomendasi yang dihasilkan dari proses tinjauan.

8.2 Penetapan keputusan Sertifikasi harus dilakukan oleh


satu atau sekelompok orang yang tidak terlibat dalam
proses evaluasi.

8.3 Penetapan keputusan Sertifikasi dapat dilakukan oleh


satu atau sekelompok orang yang sama dengan yang
melakukan tinjauan.

8.4 Rekomendasi untuk keputusan Sertifikasi berdasarkan


hasil tinjauan harus didokumentasikan, kecuali tinjauan
dan keputusan Sertifikasi diselesaikan secara bersamaan
oleh satu atau sekelompok orang yang sama.

8.5 LSPro harus memberitahu Pemohon Sertifikasi terkait


alasan menunda atau tidak memberikan keputusan
Sertifikasi, dan harus mengidentifikasikan alasan
keputusan tersebut. Apabila Pemohon Sertifikasi
menunjukkan keinginan untuk melanjutkan proses
Sertifikasi, LSPro dapat memulai kembali dari proses
evaluasi (angka 5).

9. Penerbitan sertifikat
Sertifikat kesesuaian terhadap persyaratan SNI diterbitkan
sesuai ketentuan sebagai berikut:
a. Sertifikat diterbitkan oleh LSPro setelah penetapan
keputusan Sertifikasi; dan
b. Sertifikat paling sedikit harus memuat:
1. nomor sertifikat atau identifikasi unik lainnya;
2. nomor atau identifikasi lain dari skema Sertifikasi;
3. nama dan alamat LSPro;
4. nama dan alamat Pemohon (pemegang sertifikat);
- 1096 -

5. acuan ke perjanjian Sertifikasi;


6. pernyataan kesesuaian yang mencakup:
a. nama, merek, dan spesifikasi produk yang
dinyatakan memenuhi persyaratan;
b. SNI yang menjadi dasar Sertifikasi;
c. nama dan alamat lokasi produksi; dan
d. informasi terkait proses Sertifikasi.
7. status akreditasi atau pengakuan LSPro;
8. tanggal penerbitan sertifikat;
9. tanggal berakhir masa berlaku sertifikat yaitu 4
(empat) tahun sejak tanggal penerbitan sertifikat;
dan
10. tanda tangan yang mengikat secara hukum dari
personel yang bertindak atas nama LSPro sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.

10. Surveilans dan Sertifikasi ulang


10.1 LSPro harus melaksanakan surveilans paling sedikit 2
(dua) kali dalam periode Sertifikasi. Dalam hal ini
berlaku ketentuan sebagai berikut:
a. Surveilans pertama dilakukan melalui kegiatan:
1. Inspeksi pabrik atau asesmen proses
produksi; dan/atau
2. Pengujian terhadap contoh produk yang akan
beredar.
Pemilihan jenis kegiatan pada surveilans pertama
tersebut dilakukan berdasarkan penilaian LSPro
atas hasil Sertifikasi sebelumnya.
Apabila surveilans pertama hanya dilakukan
melalui kegiatan pengujian terhadap contoh
produk yang akan beredar, penerima sertifikat
harus menyampaikan dokumentasi pengendalian
mutu proses produksi sejak penerbitan sertifikat
sampai dilakukan surveilans pertama.
b. Surveilans kedua dilakukan melalui kegiatan:
1. Inspeksi pabrik atau asesmen proses
produksi; dan
- 1097 -

2. Pengujian terhadap contoh produk yang akan


atau telah beredar.

10.2 LSPro harus melaksanakan Sertifikasi ulang paling


lambat pada bulan ke-42 (empat puluh dua) setelah
penetapan Sertifikasi, melalui kegiatan sebagaimana
tercantum dalam angka 6.

F. Penggunaan tanda SNI


1. Penggunaan tanda SNI dilakukan setelah mendapatkan
persetujuan penggunaan Tanda SNI melalui Surat
Persetujuan Penggunaan Tanda (SPPT) SNI yang dikeluarkan
oleh BSN sesuai dengan ketentuan dalam Peraturan BSN
mengenai tata cara penggunaan Tanda SNI dan Tanda
Kesesuaian berbasis SNI.
2. Tanda SNI sebagai bukti kesesuaian produk yang telah memenuhi
SNI adalah sebagai berikut:

Dengan ukuran:

Keterangan:
y = 11x
r = 0,5x
-1098-

G. Tahapan kritis proses produksi produk krimer nabati bubuk

Tahapan kritis
No. Penjelasan tahapan kritis
proses produksi

1. Pemilihan bahan Bahan baku, bahan tambahan pangan


baku, bahan dan bahan kemasan harus memenuhi

tambahan pangan persyaratan yang ditetapkan atau


dan bahan kemasan peraturan terkait yang berlakvi
2. Pencampuran Pencampxiran dengan balian tambahan
pangan yang diperlukan, dilakukan pada
suhu, waktu dan kecepatan tertentu yang
dikendalikaii untuk mendapatkan adonan
yang homogen
3. Pengeringan Pengeringan dilakukan dengan metode
tertentu yang dikendalikan untuk
mendapatkan butiran bubuk yang
diinginkan
4. Pengemasan Produk dikemas dalam wadah yang
tertutup rapat, tidak dipengaruhi atau
mempengaruhi isi, aman selama
penyimpanan dan pengangkutan
5. Penandaan/ Penandaan/peiabelan dilakukan sesuai
Pelabelan dengan persyaratan SNI dan peraturan
terkait

Keterangan: Urutan tahapan kritis proses produksi disetiap


pemohon dapat berbeda

KEPALA BADAN STANDARDISASI NASIONAL

REPUBLIK INDONESIA,

TTD

BAMBANG PRASEtYA

n sesuai dengan aslinya


^qARO/^
Daya Manusia, Organisasi, dan Hukum

Margahayu
jndO"
- 1099 -

LAMPIRAN LXX
PERATURAN BADAN STANDARDISASI NASIONAL
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 1 TAHUN 2020
TENTANG
SKEMA PENILAIAN KESESUAIAN TERHADAP STANDAR
NASIONAL INDONESIA SEKTOR MAKANAN DAN MINUMAN

PETUNJUK TEKNIS SKEMA SERTIFIKASI PRODUK JELI

A. Ruang lingkup
Dokumen ini berlaku untuk acuan pelaksanaan Sertifikasi produk
jeli yang merupakan makanan ringan berbentuk gel, dapat dibuat
dari pectin, agar, karagenan, gelatin atau senyawa hidrokoloid
lainnya dengan penambahan gula, asam dan atau tanpa bahan
tambahan makanan lain yang diizinkan.

B. Persyaratan Sertifikasi
Persyaratan Sertifikasi mencakup
1. SNI 01-3552-1994 Jeli;
2. SNI dan standar lain yang diacu dalam SNI 01-3552-1994;
3. Peraturan yang terkait produk jeli yaitu:
a. Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1999 tentang
Label dan Iklan Pangan;
b. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
492/Menkes/Per/IV/2010 tentang Persyaratan Kualitas
Air Minum;
c. Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 75/M-
IND/PER/7/2010 tentang Cara Produksi Pangan Olahan
yang Baik (Good Manufacturing Practices);
d. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 33 Tahun 2012
tentang Bahan Tambahan Pangan;
e. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan
Nomor 36 Tahun 2013 tentang Batas Maksimum
Penggunaan Bahan Tambahan Pangan Pengawet;
- 1100 -

f. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan


Nomor 37 Tahun 2013 tentang Batas Maksimum
Penggunaan Bahan Tambahan Pangan Pewarna;
g. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan
Nomor 4 Tahun 2014 tentang Batas Maksimum
Penggunaan Bahan Tambahan Pangan Pemanis;
h. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan
Nomor 16 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas Peraturan
Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor
HK.03.1.23.07.11.6664 Tahun 2011 Tentang
Pengawasan Kemasan Pangan;
i. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan
Nomor 16 Tahun 2016 tentang Kriteria Mikrobiologi
dalam Pangan Olahan;
j. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan
Nomor 5 Tahun 2018 tentang Batas Maksimum Cemaran
Logam Berat dalam Pangan Olahan;
k. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan
Nomor 8 tahun 2018 tentang Batas Maksimum Cemaran
Kimia dalam Pangan Olahan; dan
4. Peraturan lain yang terkait dengan produk jeli.

C. Prosedur Sertifikasi
Prosedur Sertifikasi mencakup:
1. evaluasi awal; dan
2. inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi.

D. Persyaratan Lembaga Penilaian Kesesuaian


Sertifikasi produk jeli dilakukan oleh LPK yang telah diakreditasi
oleh KAN berdasarkan SNI ISO/IEC 17065 Penilaian Kesesuaian –
Persyaratan untuk Lembaga Sertifikasi Produk, Proses, dan Jasa,
untuk lingkup produk sebagaimana dimaksud dalam Ruang
Lingkup sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Dalam hal LPK belum ada yang diakreditasi oleh KAN untuk
melakukan kegiatan Sertifikasi dengan ruang lingkup produk jeli,
BSN dapat menunjuk LPK dengan ruang lingkup yang sejenis
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
- 1101 -

E. Tahapan Sertifikasi
1. Pengajuan permohonan Sertifikasi
1.1 Pengajuan permohonan Sertifikasi dilakukan oleh pelaku
usaha. Kriteria pelaku usaha yang dapat mengajukan
Sertifikasi sesuai Peraturan BSN mengenai tata cara
penggunaan Tanda SNI dan Tanda Kesesuaian berbasis
SNI.

1.2 Permohonan Sertifikasi harus dilengkapi dengan:


a. informasi Pemohon:
1. nama pemohon, alamat pemohon, serta nama
dan kedudukan atau jabatan personel yang
bertanggung jawab atas pengajuan permohonan
Sertifikasi;
2. bukti pemenuhan persyaratan izin usaha sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan;
3. pemenuhan persyaratan sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan tentang
pendaftaran dan hak kepemilikan atas merek
yang dikeluarkan oleh Kementerian Hukum dan
Hak Asasi Manusia;
4. apabila Pemohon melakukan pembuatan
produk dengan merek yang dimiliki oleh pihak
lain, menyertakan bukti perjanjian yang
mengikat secara hukum untuk melakukan
pembuatan produk untuk pihak lain;
5. apabila Pemohon bertindak sebagai pemilik
merek yang mensubkontrakkan proses
produksinya kepada pihak lain, menyertakan
bukti kepemilikan merek dan perjanjian
subkontrak pelaksanaan produksi dengan
pihak lain;
6. apabila Pemohon bertindak sebagai perwakilan
resmi pemilik merek yang berkedudukan
hukum di luar negeri, menyertakan bukti
perjanjian yang mengikat secara hukum
tentang penunjukan sebagai perwakilan resmi
- 1102 -

pemilik merek di wilayah Republik Indonesia;


dan
7. pernyataan bahwa Pemohon Sertifikasi
bertanggung jawab penuh atas pemenuhan
persyaratan SNI dan pemenuhan persyaratan
proses Sertifikasi dan bersedia memberikan
akses terhadap lokasi dan/atau informasi yang
diperlukan oleh LSPro dalam melaksanakan
kegiatan Sertifikasi.
b. informasi produk:
1. merek produk yang diajukan untuk
disertifikasi;
2. jenis/tipe/varian produk yang diajukan untuk
disertifikasi;
3. SNI yang digunakan sebagai dasar pengajuan
permohonan Sertifikasi;
4. foto produk dalam kemasan primer yang
diajukan untuk disertifikasi (dari arah depan,
belakang dan samping), serta informasi terkait
kemasan primer produk;
5. daftar bahan baku termasuk bahan tambahan
pangan;
6. label produk; dan
7. apabila telah tersedia, foto kemasan sekunder
dan tersier produk yang diajukan untuk
disertifikasi, dari arah depan, belakang,
samping, dan bagian dalam.
c. informasi proses produksi:
1. nama, alamat, dan legalitas hukum pabrik;
2. struktur organisasi, nama dan jabatan personel
penanggung jawab proses produksi;
3. dokumentasi informasi tentang pemasok bahan
baku produk, prosedur evaluasi pemasok, serta
prosedur inspeksi bahan baku produk;
4. dokumentasi informasi tentang proses
pembuatan produk yang diajukan untuk
- 1103 -

disertifikasi, termasuk proses yang


disubkontrakkan ke pihak lain;
5. dokumentasi informasi tentang prosedur dan
rekaman pengendalian mutu, termasuk
pengujian rutin, daftar peralatan, serta
sertifikat kalibrasi atau bukti verifikasi
peralatan yang berpengaruh terhadap mutu
produk yang disertifikasi, dan bukti atau segel
tera atau tera ulang untuk alat ukur yang
digunakan dalam pengukuran berat produk
dalam kemasan akhir;
6. dokumentasi informasi tentang prosedur dan
rekaman pengendalian dan penanganan produk
yang tidak sesuai;
7. dokumentasi informasi tentang pengemasan
produk dan pengelolaan produk di gudang
akhir produk sebelum dikirimkan dan/atau
diedarkan ke wilayah Republik Indonesia;
8. lokasi gudang penyimpanan produk di wilayah
Republik Indonesia;
9. bukti izin edar produk (MD/ML atau P-IRT),
sesuai ketentuan peraturan perundang-
undangan;
10. menyertakan laporan hasil uji yang dilakukan
paling lambat 1 (satu) tahun sebelum
pengajuan Sertifikasi, yang memberikan bukti
pemenuhan produk yang diajukan untuk
disertifikasi terhadap persyaratan mutu dalam
SNI dan peraturan terkait;
11. apabila laporan hasil uji sebagaimana
dinyatakan pada angka 10 belum tersedia,
Pemohon dapat menyampaikan contoh produk
kepada LSPro untuk diuji di laboratorium yang
memiliki perjanjian alih daya dengan LSPro;
dan
12. apabila telah tersedia, menyertakan Sertifikat
Penerapan Sistem Manajemen Mutu
- 1104 -

berdasarkan SNI ISO 9001 atau Sistem


Manajemen Keamanan Pangan berdasarkan SNI
ISO 22000 atau HACCP berdasarkan SNI
CAC/RCP 1 dari Lembaga Sertifikasi yang
diakreditasi oleh KAN atau oleh badan
akreditasi penandatangan International
Accreditation Forum (IAF)/Asia Pacific
Accreditation Cooperation (APAC) Multilateral
Recognition Agreement (MLA) dengan ruang
lingkup yang sesuai.
Informasi pada butir 4, butir 5, butir 10 dan butir 11
tidak perlu dilampirkan apabila Pemohon melakukan
pengemasan ulang produk yang dihasilkan oleh pihak
lain yang telah memiliki sertifikat kesesuaian produk
atau Surat Persetujuan Penggunaan Tanda (SPPT) SNI.

2. Tinjauan permohonan Sertifikasi


LSPro harus memastikan bahwa informasi yang diperoleh dari
permohonan Sertifikasi yang diajukan oleh Pemohon telah
lengkap dan memenuhi persyaratan.

3. Penandatanganan perjanjian Sertifikasi


Setelah permohonan Sertifikasi dinyatakan lengkap dan
Pemohon menyetujui persyaratan dan prosedur Sertifikasi
yang ditetapkan oleh LSPro sesuai dengan persyaratan SNI
ISO/IEC 17065, perjanjian Sertifikasi ditandatangani oleh
Pemohon dan LSPro.

4. Penyusunan rencana evaluasi


Berdasarkan informasi yang diperoleh dari persyaratan
permohonan Sertifikasi yang disampaikan oleh Pemohon,
LSPro menetapkan rencana evaluasi yang mencakup:
a. jenis/tipe/varian produk yang diajukan untuk
disertifikasi dan metode pengambilan contoh sesuai
dengan persyaratan SNI 01-3552-1994, yang diperlukan
untuk pengujian produk dan mewakili contoh produk
yang diusulkan untuk disertifikasi;
- 1105 -

b. informasi SNI yang digunakan sebagai dasar Sertifikasi


berdasarkan permohonan yang diajukan oleh Pemohon
Sertifikasi;
c. waktu yang diperlukan untuk pelaksanaan pengujian
berdasarkan standar acuan metode uji yang
dipersyaratkan; dan
d. waktu, lokasi pelaksanaan dan agenda inspeksi pabrik
atau asesmen proses produksi yang relevan dengan
pelaksanaan produksi produk yang diajukan untuk
disertifikasi, serta personel kompeten yang melakukan
evaluasi.

5. Pelaksanaan evaluasi awal terhadap produk


5.1 Pelaksanaan evaluasi awal terhadap produk mencakup:
a. Pemeriksaan awal terhadap kesesuaian informasi
produk dan proses produksi yang disampaikan
Pemohon pada huruf E angka 1 terhadap lingkup
produk yang ditetapkan dalam SNI dan peraturan
terkait.
b. Pengujian awal terhadap contoh produk
berdasarkan persyaratan mutu dalam SNI.
Pengujian awal dilakukan berdasarkan laporan hasil
uji dari laboratorium yang disampaikan Pemohon,
yang mencakup seluruh persyaratan mutu dalam
SNI 01-3552-1994. Apabila laporan hasil uji
tersebut menunjukkan bahwa seluruh persyaratan
mutu dalam SNI tersebut telah terpenuhi, maka
produk yang diajukan untuk disertifikasi dianggap
telah memenuhi persyaratan pengujian awal.

5.2 Apabila hasil evaluasi awal menunjukkan


ketidaksesuaian terhadap persyaratan SNI, Pemohon
harus diberi kesempatan untuk melakukan tindakan
perbaikan dalam jangka waktu tertentu sesuai dengan
kebijakan LSPro.
- 1106 -

6. Pelaksanaan inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi


6.1 Inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi harus
dilakukan pada saat pabrik melakukan produksi, atau
pada kondisi tertentu dilakukan melalui simulasi proses
produksi produk yang diajukan untuk disertifikasi.
6.2 Inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi dilakukan
terhadap:
a. tanggung jawab dan komitmen personel penanggung
jawab pabrik terhadap konsistensi pemenuhan
produk terhadap persyaratan SNI;
b. ketersediaan dan pengendalian dokumentasi
informasi prosedur dan rekaman pengendalian
mutu, termasuk pengujian rutin;
c. fasilitas, lokasi, desain dan tata letak, bangunan,
sanitasi peralatan, sanitasi ruang proses, dan
higiene personel sesuai dengan ketentuan yang
berlaku tentang Cara Produksi Pangan Olahan yang
Baik;
d. tahapan kritis proses produksi, mulai dari bahan
baku sampai produk akhir paling sedikit pada
tahapan sebagaimana tercantum dalam huruf G;
e. kelengkapan serta fungsi peralatan produksi
termasuk peralatan pengendalian mutu, paling
sedikit harus memiliki alat pencampur, alat
pemasakan, dan alat pengukur berat.
f. bukti verifikasi berdasarkan hasil kalibrasi atau
hasil verifikasi peralatan produksi sebagaimana
disebutkan pada huruf e yang membuktikan bahwa
peralatan tersebut memenuhi persyaratan produksi.
Hasil verifikasi peralatan produksi dapat
ditunjukkan dengan prosedur yang diperlukan
untuk mencapai kondisi atau persyaratan yang
ditetapkan;
g. bukti tera atau tera ulang alat pengukur berat
produk dalam kemasan akhir;
h. pengendalian dan penanganan produk yang tidak
sesuai; dan
- 1107 -

i. pengemasan, penanganan, dan penyimpanan


produk, termasuk di gudang akhir produk yang siap
diedarkan.

6.3 Apabila pabrik telah menerapkan dan mendapatkan


sertifikat Sistem Manajemen Keamanan Pangan
berdasarkan SNI ISO 22000 atau HACCP berdasarkan
SNI CAC/RCP 1 dari Lembaga Sertifikasi yang
diakreditasi oleh KAN atau oleh badan akreditasi
penandatangan IAF/PAC MLA dengan ruang lingkup
yang sesuai, maka inspeksi pabrik atau asesmen proses
produksi dilakukan terhadap implementasi sistem
manajemen terkait mutu produk tersebut dan angka 6.2
huruf d dan huruf e.

6.4 Apabila pabrik telah menerapkan dan mendapatkan


sertifikat Sistem Manajemen Mutu berdasarkan SNI ISO
9001 dari Lembaga Sertifikasi yang diakreditasi oleh KAN
atau oleh badan akreditasi penandatangan IAF/APAC
MLA dengan ruang lingkup yang sesuai, maka inspeksi
pabrik atau asesmen proses produksi dilakukan terhadap
implementasi sistem manajemen terkait mutu produk
tersebut dan angka 6.2 huruf c, huruf d, dan huruf e.

6.5 Dalam hal Pemohon melakukan pengemasan ulang


produk yang dihasilkan oleh pihak lain, berlaku
ketentuan berikut:
a. apabila pihak lain tersebut telah memiliki sertifikat
kesesuaian produk atau Surat Persetujuan
Penggunaan Tanda (SPPT) SNI, maka inspeksi pabrik
atau asesmen proses produksi sebagaimana
dimaksud pada angka 6.2 dilakukan di lokasi
Pemohon pada tahapan pengemasan; atau
b. apabila pihak lain tersebut belum memiliki sertifikat
kesesuaian produk atau Surat Persetujuan
Penggunaan Tanda (SPPT) SNI, maka inspeksi pabrik
atau asesmen proses produksi sebagaimana
- 1108 -

dimaksud pada angka 6.2 dilakukan di lokasi


pembuatan produk yang dimiliki oleh pihak lain dan
di lokasi Pemohon.

6.6 Selama inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi,


LSPro melakukan pengambilan contoh produk oleh
petugas pengambil contoh dan selanjutnya diuji di
laboratorium milik LSPro atau Laboratorium yang telah
memiliki perjanjian alih daya dengan LSPro.

6.7 Apabila berdasarkan hasil inspeksi pabrik atau asesmen


proses produksi, termasuk hasil pengujian, tidak
diperoleh bukti-bukti yang kuat untuk menjamin
konsistensi produk terhadap persyaratan SNI, maka
Pemohon harus diberi kesempatan untuk melakukan
tindakan perbaikan dalam jangka waktu tertentu sesuai
dengan kebijakan LSPro.

7. Tinjauan
7.1 Tinjauan Hasil Evaluasi dilakukan terhadap:
a. Hasil evaluasi awal terhadap produk untuk
menunjukkan bahwa contoh produk yang mewakili
produk memenuhi persyaratan SNI yang diajukan
oleh Pemohon sebagai dasar permohonan Sertifikasi.
b. Hasil inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi
atau bukti obyektif untuk menunjukkan bahwa
pabrik memiliki proses produksi yang didukung
dengan segala sumber daya yang diperlukan untuk
menghasilkan produk yang secara konsisten dan
memenuhi persyaratan SNI yang diajukan oleh
Pemohon sebagai dasar permohonan Sertifikasi.

7.2 Tinjauan hasil evaluasi dinyatakan dalam bentuk


rekomendasi tertulis tentang pemenuhan SNI yang
diajukan oleh Pemohon untuk produk yang diajukan
untuk disertifikasi.
- 1109 -

8. Penetapan keputusan Sertifikasi


8.1 Penetapan keputusan Sertifikasi dilakukan berdasarkan
rekomendasi yang dihasilkan dari proses tinjauan.

8.2 Penetapan keputusan Sertifikasi harus dilakukan oleh


satu atau sekelompok orang yang tidak terlibat dalam
proses evaluasi.

8.3 Penetapan keputusan Sertifikasi dapat dilakukan oleh


satu atau sekelompok orang yang sama dengan yang
melakukan tinjauan.

8.4 Rekomendasi untuk keputusan Sertifikasi berdasarkan


hasil tinjauan harus didokumentasikan, kecuali tinjauan
dan keputusan Sertifikasi diselesaikan secara bersamaan
oleh satu atau sekelompok orang yang sama.

8.5 LSPro harus memberitahu Pemohon Sertifikasi terkait


alasan menunda atau tidak memberikan keputusan
Sertifikasi, dan harus mengidentifikasikan alasan
keputusan tersebut. Apabila Pemohon Sertifikasi
menunjukkan keinginan untuk melanjutkan proses
Sertifikasi, LSPro dapat memulai kembali dari proses
evaluasi (angka 5).

9. Penerbitan sertifikat
Sertifikat kesesuaian terhadap persyaratan SNI diterbitkan
sesuai ketentuan sebagai berikut:
a. Sertifikat diterbitkan oleh LSPro setelah penetapan
keputusan Sertifikasi; dan
b. Sertifikat paling sedikit harus memuat:
1. nomor sertifikat atau identifikasi unik lainnya;
2. nomor atau identifikasi lain dari skema Sertifikasi;
3. nama dan alamat LSPro;
4. nama dan alamat Pemohon (pemegang sertifikat);
5. acuan ke perjanjian Sertifikasi;
6. pernyataan kesesuaian yang mencakup:
- 1110 -

a. nama, merek, dan spesifikasi produk yang


dinyatakan memenuhi persyaratan;
b. SNI yang menjadi dasar Sertifikasi;
c. nama dan alamat lokasi produksi; dan
d. informasi terkait proses Sertifikasi.
7. status akreditasi atau pengakuan LSPro;
8. tanggal penerbitan sertifikat;
9. tanggal berakhir masa berlaku sertifikat yaitu 4
(empat) tahun sejak tanggal penerbitan sertifikat;
dan
10. tanda tanganyang mengikat secara hukum dari
personel yang bertindak atas nama LSPro sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

10. Surveilans dan Sertifikasi ulang


10.1 LSPro harus melaksanakan surveilans paling sedikit 2
(dua) kali dalam periode Sertifikasi. Dalam hal ini
berlaku ketentuan sebagai berikut:
a. Surveilans pertama dilakukan melalui kegiatan:
1. Inspeksi pabrik atau asesmen proses
produksi; dan/atau
2. Pengujian terhadap contoh produk yang akan
beredar.
Pemilihan jenis kegiatan pada surveilans pertama
tersebut dilakukan berdasarkan penilaian LSPro
atas hasil Sertifikasi sebelumnya.
Apabila surveilans pertama hanya dilakukan
melalui kegiatan pengujian terhadap contoh
produk yang akan beredar, penerima sertifikat
harus menyampaikan dokumentasi pengendalian
mutu proses produksi sejak penerbitan sertifikat
sampai dilakukan surveilans pertama.
b. Surveilans kedua dilakukan melalui kegiatan:
1. Inspeksi pabrik atau asesmen proses
produksi; dan
2. Pengujian terhadap contoh produk yang akan
atau telah beredar.
- 1111 -

10.2 LSPro harus melaksanakan Sertifikasi ulang paling


lambat pada bulan ke-42 (empat puluh dua) setelah
penetapan Sertifikasi, melalui kegiatan sebagaimana
tercantum dalam angka 6.

F. Penggunaan tanda SNI


1. Penggunaan tanda SNI dilakukan setelah mendapatkan
persetujuan penggunaan Tanda SNI melalui Surat
Persetujuan Penggunaan Tanda (SPPT) SNI yang dikeluarkan
oleh BSN sesuai dengan ketentuan dalam Peraturan Kepala
BSN mengenai tata cara penggunaan Tanda SNI dan Tanda
Kesesuaian berbasis SNI.

2. Tanda SNI sebagai bukti kesesuaian produk yang telah


memenuhi SNI adalah sebagai berikut:

Dengan ukuran:

Keterangan:
y = 11x
r = 0,5x
-1112-

G. Tahapan kritis proses produksi produk jeli

Tahapan kritis
No. Penjelasan tahapan kritis
proses produksi
1. Pemilihan bahan Bahan baku air harus memenuhi
baku, bahan persyaratan kualitas air minum sesuai
tambahan peraturan terkait yang berlaku
makanan Iain Bahan baku gula harus sesuai dengan
dan bahan persyaratan SNI, dibuktikan dengan
kemasan tanda SNI pada kemasan
Bahan tambahan makanan Iain dan
bahan kemasan harus memenuhi
persyaratan yang ditetapkan atau
peraturan terkait yang berlaku
2. Pencampuran Pencampuran dengan bahan makanan
dan atau bahan tambahan makanan lain
yang diizinkan dilakukan dengan metode
tertentu yang dikendalikan untuk
mendapatkan campuran yang homogen
sesuai dengan formulas! yang ditetapkan
3. Pemasakan Pemasakan dilakukan dengan metode
tertentu yang dikendalikan untuk
mendapatkan spesifikasi produk sesuai
dengan persyaratan yang ditetapkan
4. Pengemasan Produk dikemas dalam wadah yang
tertutup rapat, tidak dipengaruhi atau
mempengaruhi isi, aman selama
penyimpanan dan pengangkutan
5. Penandaan Penandaan dilakukan sesuai dengan
persyaratan SNI dan peraturan terkait

pemohon dapat berbeda

KEPALA BADAN STANDARDISASI NASIONAL

REPUBLIK INDONESIA,

TTD

BAMBANG PRASETYA

Salinan sesuai dengan aslinya


Daya Manusia, Organisasi, dan Hukum

ana Margahayu
- 1113 -

LAMPIRAN LXXI
PERATURAN BADAN STANDARDISASI NASIONAL
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 1 TAHUN 2020
TENTANG
SKEMA PENILAIAN KESESUAIAN TERHADAP STANDAR
NASIONAL INDONESIA SEKTOR MAKANAN DAN MINUMAN

PETUNJUK TEKNIS SKEMA SERTIFIKASI PRODUK KEMBANG GULA

A. Ruang lingkup
Dokumen ini berlaku untuk acuan pelaksanaan Sertifikasi produk
kembang gula sesuai dengan lingkup SNI:
No Nama Produk Persyaratan SNI
1. Kembang gula SNI 3547.1:2008 Kembang gula - Bagian
keras 1: Keras
2. Kembang gula SNI 3547.2:2008 Kembang gula - Bagian
lunak 2: Lunak

B. Persyaratan Sertifikasi
Persyaratan Sertifikasi mencakup
1. SNI sebagaimana dimaksud dalam huruf A;
2. SNI dan standar lain yang diacu dalam SNI sebagaimana
dimaksud dalam huruf A;
3. Peraturan yang terkait yaitu:
a. Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1999 tentang
Label dan Iklan Pangan;
b. Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 75/M-
IND/PER/7/2010 tentang Cara Produksi Pangan Olahan
yang Baik (Good Manufacturing Practices);
c. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 33 Tahun 2012
tentang Bahan Tambahan Pangan;
d. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan
MakananNomor 37 Tahun 2013 tentang Batas
- 1114 -

Maksimum Penggunaan Bahan Tambahan Pangan


Pewarna;
e. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan
Nomor 4 Tahun 2014 tentang Batas Maksimum
Penggunaan Bahan Tambahan Pangan Pemanis;
f. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan
Nomor 16 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas Peraturan
Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor
HK.03.1.23.07.11.6664 Tahun 2011 tentang Pengawasan
Kemasan Pangan;
g. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan
Nomor 16 Tahun 2016 tentang Kriteria Mikrobiologi
dalam Pangan Olahan;
h. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan
Nomor 5 Tahun 2018 tentang Batas Maksimum Cemaran
Logam Berat dalam Pangan Olahan;
i. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan
Nomor 8 tahun 2018 tentang Batas Maksimum Cemaran
Kimia dalam Pangan Olahan; dan
4. Peraturan yang terkait produk kembang gula.

C. Prosedur Sertifikasi
Prosedur Sertifikasi mencakup:
1. evaluasi awal; dan
2. inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi.

D. Persyaratan lembaga penilaian kesesuaian


Sertifikasi produk kembang gula dilakukan oleh LPK yang telah
diakreditasi oleh KAN berdasarkan SNI ISO/IEC 17065, Penilaian
Kesesuaian – Persyaratan untuk Lembaga Sertifikasi Produk,
Proses, dan Jasa, untuk lingkup produk sebagaimana dimaksud
dalam Ruang Lingkup sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Dalam hal LPK belum ada yang diakreditasi KAN untuk melakukan
kegiatan Sertifikasi dengan ruang lingkup produk kembang gula,
BSN dapat menunjuk LPK dengan ruang lingkup yang sejenis
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
- 1115 -

E. Tahapan Sertifikasi
1. Pengajuan permohonan Sertifikasi
1.1 Pengajuan permohonan Sertifikasi dilakukan oleh pelaku
usaha. Kriteria Pelaku Usaha yang dapat mengajukan
Sertifikasi sesuai Peraturan BSN mengenai tata cara
penggunaan Tanda SNI dan Tanda Kesesuaian Berbasis
SNI.

1.2 Permohonan Sertifikasi harus dilengkapi dengan:


a. informasi Pemohon:
1. nama pemohon, alamat pemohon, serta nama
dan kedudukan atau jabatan personel yang
bertanggung jawab atas pengajuan permohonan
Sertifikasi;
2. bukti pemenuhan persyaratan izin usaha sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan;
3. pemenuhan persyaratan sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan tentang
pendaftaran dan hak kepemilikan atas merek
yang dikeluarkan oleh Kementerian Hukum dan
Hak Asasi Manusia;
4. apabila pemohon melakukan pembuatan
produk dengan merek yang dimiliki oleh pihak
lain, menyertakan bukti perjanjian yang
mengikat secara hukum untuk melakukan
pembuatan produk untuk pihak lain;
5. apabila pemohon bertindak sebagai pemilik
merek yang mensubkontrakkan proses
produksinya kepada pihak lain, menyertakan
bukti kepemilikan merek dan perjanjian
subkontrak pelaksanaan produksi dengan
pihak lain;
6. apabila pemohon bertindak sebagai perwakilan
resmi pemilik merek yang berkedudukan
hukum di luar negeri, menyertakan bukti
perjanjian yang mengikat secara hukum
tentang penunjukan sebagai perwakilan resmi
- 1116 -

pemilik merek di wilayah Republik Indonesia;


dan
7. pernyataan bahwa Pemohon Sertifikasi
bertanggung jawab penuh atas pemenuhan
persyaratan SNI dan pemenuhan persyaratan
proses Sertifikasi dan bersedia memberikan
akses terhadap lokasi dan/atau informasi yang
diperlukan oleh LSPro dalam melaksanakan
kegiatan Sertifikasi.
b. informasi produk:
1. merek produk yang diajukan untuk
disertifikasi;
2. jenis/tipe/varian produk yang diajukan untuk
disertifikasi;
3. SNI yang digunakan sebagai dasar pengajuan
permohonan Sertifikasi;
4. foto produk yang diajukan untuk disertifikasi
yang menunjukkan bentuk produk, serta
informasi terkait kemasan primer produk;
5. daftar bahan baku;
6. label produk; dan
7. apabila telah tersedia, foto kemasan sekunder
dan tersier produk yang diajukan untuk
disertifikasi, dari arah depan, belakang,
samping, dan bagian dalam.
c. informasi proses produksi:
1. nama, alamat, dan legalitas hukum pabrik;
2. struktur organisasi, nama dan jabatan personel
penanggung jawab proses produksi;
3. dokumentasi informasi tentang pemasok bahan
baku produk, prosedur evaluasi pemasok, serta
prosedur inspeksi bahan baku produk;
4. dokumentasi informasi tentang proses
pembuatan produk yang diajukan untuk
disertifikasi, termasuk proses yang
disubkontrakkan ke pihak lain;
- 1117 -

5. dokumentasi informasi tentang prosedur dan


rekaman pengendalian mutu, termasuk
pengujian rutin, daftar peralatan, serta
sertifikat kalibrasi atau bukti verifikasi
peralatan yang berpengaruh terhadap mutu
produk yang disertifikasi, dan bukti atau segel
tera atau tera ulang untuk alat ukur yang
digunakan dalam pengukuran berat produk
dalam kemasan akhir;
6. dokumentasi informasi tentang prosedur dan
rekaman pengendalian dan penanganan produk
yang tidak sesuai;
7. dokumentasi informasi tentang pengemasan
produk dan pengelolaan produk di gudang
akhir produk sebelum dikirimkan dan/atau
diedarkan ke wilayah Republik Indonesia;
8. lokasi gudang penyimpanan produk di wilayah
Republik Indonesia;
9. bukti izin edar produk (MD/ML atau P-IRT),
sesuai ketentuan peraturan perundang-
undangan;
10. menyertakan laporan hasil uji yang dilakukan
paling lambat 1 (satu) tahun sebelum
pengajuan Sertifikasi, yang memberikan bukti
pemenuhan produk yang diajukan untuk
disertifikasi terhadap persyaratan mutu dalam
SNI dan peraturan terkait;
11. apabila laporan hasil uji sebagaimana
dinyatakan pada angka 10 belum tersedia,
pemohon dapat menyampaikan contoh produk
kepada LSPro untuk diuji di laboratorium yang
memiliki perjanjian alih daya dengan LSPro;
dan
12. apabila telah tersedia, menyertakan Sertifikat
Penerapan Sistem Manajemen Mutu
berdasarkan SNI ISO 9001 atau Sistem
Manajemen Keamanan Pangan berdasarkan SNI
- 1118 -

ISO 22000 atau HACCP berdasarkan SNI


CAC/RCP 1 dari Lembaga Sertifikasi yang
diakreditasi oleh KAN atau oleh badan
akreditasi penandatangan International
Accreditation Forum (IAF)/Asia Pacific
Accreditation Cooperation (APAC) Multilateral
Recognition Agreement (MLA) dengan ruang
lingkup yang sesuai.

2. Tinjauan permohonan Sertifikasi


LSPro harus memastikan bahwa informasi yang diperoleh dari
permohonan Sertifikasi yang diajukan oleh Pemohon telah
lengkap dan memenuhi persyaratan.

3. Penandatanganan perjanjian Sertifikasi


Setelah permohonan Sertifikasi dinyatakan lengkap dan
Pemohon menyetujui persyaratan dan prosedur Sertifikasi
yang ditetapkan oleh LSPro sesuai dengan persyaratan SNI
ISO/IEC 17065, perjanjian Sertifikasi ditandatangani oleh
Pemohon dan LSPro.

4. Penyusunan rencana evaluasi


Berdasarkan informasi yang diperoleh dari persyaratan
permohonan Sertifikasi yang disampaikan oleh Pemohon,
LSPro menetapkan rencana evaluasi yang mencakup:
a. jenis/tipe/varian produk yang diajukan untuk
disertifikasi dan metode pengambilan contoh sesuai
dengan persyaratan SNI sebagaimana dimaksud dalam
huruf A yang diperlukan untuk pengujian produk dan
mewakili contoh produk yang diusulkan untuk
disertifikasi;
b. informasi SNI yang digunakan sebagai dasar Sertifikasi
berdasarkan permohonan yang diajukan oleh Pemohon
Sertifikasi;
c. waktu yang diperlukan untuk pelaksanaan pengujian
berdasarkan standar acuan metode uji yang
dipersyaratkan; dan
- 1119 -

d. waktu, lokasi pelaksanaan dan agenda inspeksi pabrik


atau asesmen proses produksi yang relevan dengan
pelaksanaan produksi produk yang diajukan untuk
disertifikasi, serta personel kompeten yang melakukan
evaluasi.

5. Pelaksanaan evaluasi awal terhadap produk


5.1 Pelaksanaan evaluasi awal terhadap produk mencakup:
a. Pemeriksaan awal terhadap kesesuaian informasi
produk dan proses produksi yang disampaikan
Pemohon pada huruf E angka 1 terhadap lingkup
produk yang ditetapkan dalam SNI sebagaimana
dimaksud dalam huruf A dan peraturan terkait.
b. Pengujian awal terhadap contoh produk
berdasarkan persyaratan dalam SNI. Pengujian awal
dilakukan berdasarkan laporan hasil uji dari
laboratorium yang disampaikan Pemohon, yang
mencakup seluruh persyaratan dalam SNI
sebagaimana dimaksud dimaksud dalam huruf A.
Apabila laporan hasil uji tersebut menunjukkan
bahwa seluruh persyaratan dalam SNI tersebut
telah terpenuhi, maka produk yang diajukan untuk
disertifikasi dianggap telah memenuhi persyaratan
pengujian awal.

5.2 Apabila hasil evaluasi awal menunjukkan


ketidaksesuaian terhadap persyaratan SNI, Pemohon
harus diberi kesempatan untuk melakukan tindakan
perbaikan dalam jangka waktu tertentu sesuai dengan
kebijakan LSPro.

6. Pelaksanaan inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi


6.1 Inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi harus
dilakukan pada saat pabrik melakukan produksi, atau
pada kondisi tertentu dilakukan melalui simulasi proses
produksi produk yang diajukan untuk disertifikasi.
- 1120 -

6.2 Inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi dilakukan


terhadap:
a. tanggung jawab dan komitmen personel penanggung
jawab pabrik terhadap konsistensi pemenuhan
produk terhadap persyaratan SNI;
b. ketersediaan dan pengendalian dokumentasi
informasi prosedur dan rekaman pengendalian
mutu, termasuk pengujian rutin;
c. fasilitas, lokasi, desain dan tata letak, bangunan,
sanitasi peralatan, sanitasi ruang proses, dan
higiene personel sesuai dengan ketentuan yang
berlaku tentang Cara Produksi Pangan Olahan yang
Baik;
d. tahapan kritis proses produksi, mulai dari bahan
baku sampai produk akhir paling sedikit pada
tahapan sebagaimana tercantum dalam huruf G;
e. kelengkapan serta fungsi peralatan produksi
termasuk peralatan pengendalian mutu, paling
sedikitmemiliki alat pemasakan, alat pencetakan,
dan alat pengukur berat;
f. bukti verifikasi berdasarkan hasil kalibrasi atau
hasil verifikasi peralatan produksi sebagaimana
disebutkan pada huruf e yang membuktikan bahwa
peralatan tersebut memenuhi persyaratan produksi.
Hasil verifikasi peralatan produksi dapat
ditunjukkan dengan prosedur yang diperlukan
untuk mencapai kondisi atau persyaratan yang
ditetapkan;
g. bukti tera atau tera ulang alat pengukuran berat
produk dalam kemasan akhir;
h. pengendalian dan penanganan produk yang tidak
sesuai; dan
i. pengemasan, penanganan, dan penyimpanan
produk, termasuk di gudang akhir produk yang siap
diedarkan.
- 1121 -

6.3 Apabila pabrik telah menerapkan dan mendapatkan


sertifikat Sistem Manajemen Keamanan Pangan
berdasarkan SNI ISO 22000 atau HACCP berdasarkan
SNI CAC/RCP 1 dari Lembaga Sertifikasi yang
diakreditasi oleh KAN atau oleh badan akreditasi
penandatangan IAF/APAC MLA dengan ruang lingkup
yang sesuai, maka inspeksi pabrik atau asesmen proses
produksi dilakukan terhadap implementasi sistem
manajemen terkait mutu produk tersebut dan angka 6.2
huruf d dan huruf e.

6.4 Apabila pabrik telah menerapkan dan mendapatkan


sertifikat Sistem Manajemen Mutu berdasarkan SNI ISO
9001 dari Lembaga Sertifikasi yang diakreditasi oleh KAN
atau oleh badan akreditasi penandatangan IAF/APAC
MLA dengan ruang lingkup yang sesuai, maka inspeksi
pabrik atau asesmen proses produksi dilakukan terhadap
implementasi sistem manajemen terkait mutu produk
tersebut dan angka 6.2 huruf c, huruf d, dan huruf e.

6.5 Selama inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi,


LSPro melakukan pengambilan contoh produk oleh
petugas pengambil contoh dan selanjutnya diuji di
laboratorium milik LSPro atau laboratorium yang telah
memiliki perjanjian alih daya dengan LSPro.

6.6 Apabila berdasarkan hasil inspeksi pabrik atau asesmen


proses produksi, termasuk hasil pengujian, tidak
diperoleh bukti-bukti yang kuat untuk menjamin
konsistensi produk terhadap persyaratan SNI, maka
Pemohon harus diberi kesempatan untuk melakukan
tindakan perbaikan dalam jangka waktu tertentu sesuai
dengan kebijakan LSPro.
- 1122 -

7. Tinjauan
7.1 Tinjauan hasil evaluasi dilakukan terhadap:
a. Hasil evaluasi awal terhadap produk untuk
menunjukkan bahwa contoh produk yang mewakili
produk memenuhi persyaratan SNI yang diajukan
oleh Pemohon sebagai dasar permohonan Sertifikasi.
b. Hasil inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi
atau bukti obyektif untuk menunjukkan bahwa
pabrik memiliki proses produksi yang didukung
dengan segala sumber daya yang diperlukan untuk
menghasilkan produk yang secara konsisten
memenuhi persyaratan SNI yang diajukan oleh
Pemohon sebagai dasar permohonan Sertifikasi.

7.2 Tinjauan hasil evaluasi dinyatakan dalam bentuk


rekomendasi tertulis tentang pemenuhan SNI yang
diajukan oleh Pemohon untuk produk yang diajukan
untuk disertifikasi.

8. Penetapan keputusan Sertifikasi


8.1 Penetapan keputusan Sertifikasi dilakukan berdasarkan
rekomendasi yang dihasilkan dari proses tinjauan.

8.2 Penetapan keputusan Sertifikasi harus dilakukan oleh


satu orang atau sekelompok orang yang tidak terlibat
dalam proses evaluasi.

8.3 Penetapan keputusan Sertifikasi dapat dilakukan oleh


satu orang atau sekelompok orang yang sama dengan
yang melakukan tinjauan.

8.4 Rekomendasi untuk keputusan Sertifikasi berdasarkan


hasil tinjauan harus didokumentasikan, kecuali tinjauan
dan keputusan Sertifikasi diselesaikan secara bersamaan
oleh orang atau sekelompok orang yang sama.
- 1123 -

8.5 LSPro harus memberitahu Pemohon Sertifikasi terkait


alasan menunda atau tidak memberikan keputusan
Sertifikasi, dan harus mengidentifikasikan alasan
keputusan tersebut. Apabila Pemohon Sertifikasi
menunjukkan keinginan untuk melanjutkan proses
Sertifikasi, LSPro dapat memulai kembali dari proses
evaluasi (angka 5).

9. Penerbitan sertifikat
Sertifikat kesesuaian terhadap persyaratan SNI diterbitkan
sesuai ketentuan sebagai berikut:
a. Sertifikat diterbitkan oleh LSPro setelah penetapan
keputusan Sertifikasi; dan
b. Sertifikat paling sedikit harus memuat:
1. nomor sertifikat atau identifikasi unik lainnya;
2. nomor atau identifikasi lain dari skema Sertifikasi;
3. nama dan alamat LSPro;
4. nama dan alamat Pemohon (pemegang sertifikat);
5. acuan ke perjanjian Sertifikasi;
6. pernyataan kesesuaian yang mencakup:
a. nama, merek, dan spesifikasi produk yang
dinyatakan memenuhi persyaratan;
b. SNI yang menjadi dasar Sertifikasi;
c. nama dan alamat lokasi produksi; dan
d. informasi terkait proses Sertifikasi,
7. status akreditasi atau pengakuan LSPro;
8. tanggal penerbitan sertifikat;
9. tanggal berakhir masa berlaku sertifikat yaitu 4
(empat) tahun sejak tanggal penerbitan sertifikat;
10. tandatangan yang mengikat secara hukum dari
personel yang bertindak atas nama LSPro sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan

10. Surveilans dan Sertifikasi ulang


10.1 LSPro harus melaksanakan surveilans paling sedikit 2
(dua) kali dalam periode Sertifikasi. Dalam hal ini
berlaku ketentuan sebagai berikut:
- 1124 -

a. Surveilans pertama dilakukan melalui kegiatan:


1. Inspeksi pabrik atau asesmen proses
produksi; dan/atau
2. Pengujian terhadap contoh produk yang akan
beredar
Pemilihan jenis kegiatan pada surveilans pertama
tersebut dilakukan berdasarkan penilaian LSPro atas
hasil Sertifikasi sebelumnya.
Apabila surveilans pertama hanya dilakukan melalui
kegiatan pengujian terhadap contoh produk yang akan
beredar, penerima sertifikat harus menyampaikan
dokumentasi pengendalian mutu proses produksi sejak
penerbitan sertifikat sampai dilakukan surveilans
pertama.

b. Surveilans kedua dilakukan melalui kegiatan:


1. Inspeksi pabrik atau asesmen proses
produksi; dan
2. Pengujian terhadap contoh produk yang akan
atau telah beredar.

10.2 LSPro harus melaksanakan Sertifikasi ulang paling


lambat pada bulan ke-42 (empat puluh dua) setelah
penetapan Sertifikasi, melalui kegiatan sebagaimana
dimaksud pada angka 6.

F. Penggunaan tanda SNI


1. Penggunaan tanda SNI dilakukan setelah mendapatkan
persetujuan penggunaan Tanda SNI melalui Surat
Persetujuan Penggunaan Tanda (SPPT) SNI yang dikeluarkan
oleh BSN sesuai dengan ketentuan dalam Peraturan tanda
kesesuaian berbasis SNI.
- 1125 -

2. Tanda SNI sebagai bukti kesesuaian produk yang telah


memenuhi SNI adalah sebagai berikut:

Dengan ukuran:

Keterangan:
y = 11x
r = 0,5x

G. Tahapan kritis proses produksi produk kembang gula

Tahapan kritis
No. Penjelasan tahapan kritis
proses produksi
1. Pemilihan bahan Bahan baku, bahan tambahan
baku, bahan pangan dan bahan kemasan harus
tambahan pangan memenuhi persyaratan yang
dan bahan kemasan ditetapkan atau peraturan terkait
yang berlaku
Bahan baku gula harus memenuhi
persyaratan SNI, dibuktikan dengan
tanda SNI pada kemasan
Bahan baku air harus memenuhi
persyaratan kualitas air minum
sesuai peraturan terkait yang
berlaku
2. Pencampuran Pencampuran dengan bahan pangan
lain dan atau bahan tambahan
pangan yang diizinkan dilakukan
-1126-

Tahapan kritis
No. Penjelasan tahapan kritis
proses produksi
dengan metode tertentu yang
dikendalikan untuk mendapatkan
campuran yang homogen sesuai
de3igan formulasi yang ditetapkan
3. Pemasakan Pemasakan dilakukan pada suhu
dan waktu tertentu yang
dikendalikan untuk mendapatkan
spsifikasi produk sesuai dengan
persyaratan yang ditetapkan
4. Pendinginan Pendinginan dilakukan dengan
metode tertentu yang dikendalikan
untuk menurunkan suhu produk
akhir

5. Pencetakan Pencetakan dilakukan dengan


metode tertentu yang dikendalikan
untuk mendapatkan bentuk dan
ukuran produk yang diinginkan
6. Pengemasan. Produk dikemas dalam wadah yang
tertutup rapat, tidak dipengaruhi
atau mempengaruhi isi, aman selama
penyimpanan dan pengangkutan
7. Penandaan Penandaan dilakukan sesuai dengan
persyaratan SNI dan peraturan
terkait yang berlaku

pemohon dapat berbeda

KEPALA BADAN STANDARDISASI NASIONAL

REPUBLIK INDONESIA,

TTD

BAMBANG PRASETTYA

SaloDaiL^suai dengan aslinya


Kepala Manusia, Organisasi, dan Hukum

&
a Margahajna
- 1127 -

LAMPIRAN LXXII
PERATURAN BADAN STANDARDISASI NASIONAL
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 1 TAHUN 2020
TENTANG
SKEMA PENILAIAN KESESUAIAN TERHADAP STANDAR
NASIONAL INDONESIA SEKTOR MAKANAN DAN MINUMAN

PETUNJUK TEKNIS SKEMA SERTIFIKASI PRODUK MINUMAN SUSU

A Ruang lingkup
Dokumen ini berlaku untuk acuan pelaksanaan Sertifikasi produk
minuman susu.

B Persyaratan acuan
Persyaratan acuan Sertifikasi produk minuman susu mencakup:
1. SNI produk minuman susu sebagaimana ditetapkan dalam
Keputusan Kepala Badan Standardisasi Nasional mengenai
daftar SNI sektor Makanan dan Minuman;
2. SNI dan standar lain yang diacu dalam SNI sebagaimana
dimaksud dalam angka 1;
3. Peraturan yang mengatur tentang label dan iklan pangan;
4. Peraturan yang mengatur tentang cara produksi pangan
olahan yang baik (Good Manufacturing Practices);
5. Peraturan yang mengatur tentang kemasan pangan;
6. Peraturan yang mengatur tentang bahan tambahan pangan;
7. Penerapan Cara Produksi Pangan Olahan yang Baik (CPPOB),
Sistem Manajemen Mutu (SMM) berdasarkan SNI ISO 9001,
Sistem Manajemen Mutu Keamanan Pangan (SMKP)
berdasarkan SNI ISO 22000 atau HACCP berdasarkan SNI
CAC/RCP 1; dan
8. Peraturan lain yang terkait produk minuman susu.
- 1128 -

C Jenis kegiatan penilaian kesesuaian


Penilaian kesesuaian dilakukan dengan kegiatan Sertifikasi.
Sertifikasi produk minuman susu dilakukan oleh LPK yang telah
diakreditasi oleh KAN berdasarkan SNI ISO/IEC 17065, Penilaian
Kesesuaian – Persyaratan untuk Lembaga Sertifikasi Produk,
Proses, dan Jasa, untuk lingkup produk minuman susu.
Dalam hal LPK belum ada yang diakreditasi KAN untuk melakukan
kegiatan Sertifikasi dengan ruang lingkup produk minuman susu,
BSN dapat menunjuk LPK dengan lingkup yang sejenis sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

D Prosedur administratif
1. Pengajuan permohonan Sertifikasi
1.1 LSPro harus menyusun format permohonan Sertifikasi
bagi pelaku usaha untuk mendapatkan seluruh
informasi seperti diatur pada huruf D angka 1.3.

1.2 Pengajuan permohonan Sertifikasi dilakukan oleh pelaku


usaha. Kriteria pelaku usaha yang dapat mengajukan
Sertifikasi sesuai Peraturan BSN yang mengatur
mengenai tata cara penggunaan tanda SNI dan tanda
kesesuaian berbasis SNI.

1.3 Permohonan Sertifikasi harus dilengkapi dengan:


a. informasi Pemohon:
1. nama Pemohon, alamat Pemohon, serta nama
dan kedudukan atau jabatan personel yang
bertanggung jawab atas pengajuan permohonan
Sertifikasi;
2. bukti pemenuhan persyaratan izin usaha sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan;
3. bukti izin edar produk sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan;
4. bukti kepemilikan atas merek atau tanda daftar
yang dikeluarkan oleh Kementerian Hukum dan
Hak Asasi Manusia;
- 1129 -

5. apabila Pemohon melakukan pembuatan


produk dengan merek yang dimiliki oleh pihak
lain, menyertakan bukti perjanjian yang
mengikat secara hukum untuk melakukan
pembuatan produk untuk pihak lain;
6. apabila Pemohon bertindak sebagai pemilik
merek yang mensubkontrakkan proses
produksinya kepada pihak lain, menyertakan
bukti kepemilikan merek dan perjanjian
subkontrak pelaksanaan produksi dengan
pihak lain;
7. apabila Pemohon bertindak sebagai perwakilan
resmi pemilik merek yang berkedudukan
hukum di luar negeri, menyertakan bukti
perjanjian yang mengikat secara hukum
tentang penunjukan sebagai perwakilan resmi
pemilik merek di wilayah Republik Indonesia;
8. pernyataan bahwa Pemohon bertanggung jawab
penuh atas pemenuhan persyaratan SNI dan
pemenuhan persyaratan proses Sertifikasi,
serta bersedia memberikan akses terhadap
lokasi dan/atau informasi yang diperlukan oleh
LSPro dalam melaksanakan kegiatan Sertifikasi.
b. informasi produk:
1. merek produk yang diajukan untuk
disertifikasi;
2. jenis/tipe/varian produk yang diajukan untuk
disertifikasi;
3. spesifikasi produk setiap merek yang diajukan
untuk disertifikasi;
4. SNI yang digunakan sebagai dasar pengajuan
permohonan Sertifikasi,
5. daftar bahan baku termasuk bahan tambahan
pangan;
6. label produk;
7. jenis kemasan produk;
- 1130 -

8. foto produk dalam kemasan primer yang


diajukan untuk disertifikasi (dari arah depan,
belakang dan samping), serta informasi terkait
kemasan primer produk;
9. apabila ada, foto kemasan sekunder dan tersier
produk yang diajukan untuk disertifikasi, dari
arah depan, belakang, dan samping.
c. informasi proses produksi:
1. nama, alamat, dan legalitas hukum pabrik
(apabila berbeda dengan legalitas Pemohon);
2. nama dan alamat fasilitas produksi mencakup
semua fasilitas yang digunakan untuk
memproduksi produk yang akan disertifikasi
(misal gudang bahan baku, produksi,
pengemasan produk, pengangkutan produk
jadi, gudang produk jadi dan lainnya) termasuk
kegiatan yang dialihdayakan;
3. struktur organisasi;
4. dokumentasi tentang desain dan tata letak
proses produksi serta proses pembuatan
produk yang diajukan untuk disertifikasi;
5. dokumentasi terkait proses dan pengendalian
produksi;
6. dokumentasi tentang peralatan produksi dan
pengukuran termasuk program
kalibrasi/verifikasi peralatan;
7. apabila telah tersedia, menyertakan sertifikat
penerapan Sistem Manajemen Mutu
berdasarkan SNI ISO 9001 atau Sistem
Manajemen Keamanan Pangan berdasarkan SNI
ISO 22000 atau HACCP berdasarkan SNI
CAC/RCP 1 dari lembaga Sertifikasi yang
diakreditasi oleh KAN atau oleh badan
akreditasi penandatangan International
Accreditation Forum (IAF)/Asia Pacific
Accreditation Cooperation (APAC) Multilateral
- 1131 -

Recognition Agreement (MLA) dengan ruang


lingkup yang sesuai.

2. Seleksi
2.1 Tinjauan permohonan Sertifikasi
2.1.1 LSPro harus memastikan bahwa informasi yang
diperoleh dari permohonan Sertifikasi yang
diajukan oleh Pemohon telah lengkap dan
memenuhi persyaratan, serta dapat memastikan
kemampuan LSPro untuk menindaklanjuti
permohonan Sertifikasi.

2.1.2 Tinjauan permohonan Sertifikasi harus dilakukan


oleh personel yang memiliki kompetensi sesuai
dengan lingkup permohonan Sertifikasi.

2.2 Penandatanganan perjanjian Sertifikasi


Setelah permohonan Sertifikasi dinyatakan lengkap dan
memenuhi persyaratan serta Pemohon menyetujui
persyaratan dan prosedur Sertifikasi yang ditetapkan
oleh LSPro, dilakukan penandatanganan perjanjian
Sertifikasi oleh Pemohon dan LSPro.

2.3 Penyusunan rencana evaluasi


2.3.1 Berdasarkan informasi yang diperoleh dari
persyaratan permohonan Sertifikasi yang
disampaikan oleh Pemohon, LSPro menetapkan
rencana evaluasi yang mencakup:
a. tujuan, waktu, durasi, lokasi pelaksanaan,
tim, metode, dan agenda evaluasi proses
produksi dan CPPOB atau sistem manajemen
yang relevan dengan pelaksanaan proses
produksi produk yang diajukan untuk
disertifikasi;
b. jenis/tipe/varian produk yang diajukan
untuk disertifikasi dan metode pengambilan
contoh sesuai dengan persyaratan SNI yang
- 1132 -

diperlukan untuk pengujian produk, yang


mewakili contoh produk yang diusulkan
untuk disertifikasi;
c. informasi SNI yang digunakan sebagai dasar
Sertifikasi berdasarkan permohonan yang
diajukan oleh Pemohon; dan
d. waktu yang diperlukan untuk pelaksanaan
pengujian berdasarkan standar acuan
metode uji yang dipersyaratkan.

2.3.2 Rencana evaluasi harus mempertimbangkan


kesesuaian produksi yang dilakukan oleh pabrik
sesuai lingkup produk yang diajukan untuk
disertifikasi.

2.3.3 Pelaksanaan evaluasi dilakukan oleh auditoratau


tim audit yang memiliki kriteria kompetensi
sebagai berikut:
1. Pengetahuan tentang prinsip, praktik dan
teknik audit;
2. Pengetahuan tentang proses dan prosedur
Sertifikasi yang ditetapkan oleh LSPro;
3. Pengetahuan tentang standar sistem
manajemen:
a. SNI ISO 9001 tentang sistem manajemen
mutu,
b. SNI ISO 22000 tentang sistem
manajemen mutu keamanan pangan,
c. SNI CAC/RCP 1 tentang rekomendasi
nasional kode praktis – prinsip umum
higiene pangan, dan/atau
d. Cara Produksi Pangan Olahan yang Baik
(CPPOB);

Catatan: sesuai yang diterapkan oleh


pemohon Sertifikasi.
- 1133 -

4. Pengetahuan yang dibuktikan dengan


sertifikat, tentang SNI produk minuman
susu;
5. Pengetahuan yang dibuktikan dengan
sertifikat dan/atau pengalaman tentang
sektor bisnis produk minuman susu; dan
6. Pengetahuan tentang produk, proses dan
organisasi pemohon Sertifikasi.

3. Determinasi
Determinasi mencakup 2 (dua) tahap evaluasi, yaitu evaluasi
tahap 1 (satu) dan evaluasi tahap 2 (dua).

3.1 Pelaksanaan evaluasi tahap 1 (satu)


3.1.1 Pada evaluasi tahap 1 (satu) dilakukan
pemeriksaan awal terhadap kesesuaian informasi
produk dan proses produksi yang disampaikan
Pemohon pada huruf D angka 1.3 terhadap
lingkup produk yang ditetapkan dalam SNI dan
peraturan terkait.

3.1.2 Apabila hasil evaluasi tahap 1 (satu)


menunjukkan ketidaksesuaian terhadap
persyaratan, Pemohon harus diberi kesempatan
untuk melakukan tindakan perbaikan dalam
jangka waktu tertentu sesuai dengan kebijakan
LSPro.

3.2 Pelaksanaan evaluasi tahap 2 (dua)


3.2.1 Evaluasi tahap 2 (dua) dilaksanakan melalui audit
proses produksi dan CPPOB atau sistem
manajemen yang relevan serta pengujian produk.

3.2.2 Audit proses produksi dan CPPOB atau sistem


manajemen yang relevan dilakukan pada saat
pabrik melakukan produksi produk yang diajukan
atau pada kondisi tertentu dilakukan melalui
- 1134 -

simulasi proses produksi produk yang diajukan


untuk disertifikasi.

3.2.3 Audit dilakukan dengan metode audit yang


merupakan kombinasi dari audit dokumen dan
rekaman, wawancara, observasi, demonstrasi,
atau metode audit lainnya.

3.2.4 Audit dilakukan terhadap:


a. tanggung jawab dan komitmen personel
penanggung jawab pabrik terhadap
konsistensi pemenuhan produk terhadap
persyaratan SNI;
b. ketersediaan dan pengendalian prosedur dan
rekaman pengendalian mutu, termasuk
pengujian rutin;
c. fasilitas, lokasi, desain dan tata letak,
bangunan, sanitasi peralatan, sanitasi ruang
proses, dan higiene personel sesuai dengan
ketentuan yang berlaku tentang CPPOB;
d. tahapan kritis proses produksi, mulai dari
bahan baku sampai produk akhir paling
sedikit pada tahapan seperti diuraikan dalam
huruf L;
e. kelengkapan serta fungsi peralatan produksi
termasuk peralatan pengendalian mutu;
f. bukti verifikasi berdasarkan hasil kalibrasi
atau hasil verifikasi peralatan produksi
sebagaimana disebutkan pada huruf e yang
membuktikan bahwa peralatan tersebut
memenuhi persyaratan produksi. Hasil
verifikasi peralatan produksi dapat
ditunjukkan dengan prosedur yang
diperlukan untuk mencapai kondisi atau
persyaratan yang ditetapkan;
g. bukti tera atau tera ulang alat pengukur
berat produk dalam kemasan akhir;
- 1135 -

h. pengendalian dan penanganan produk yang


tidak sesuai; dan
i. pengemasan, penanganan, dan penyimpanan
produk, termasuk di gudang akhir produk
yang siap diedarkan.

3.2.5 Apabila Pemohon telah menerapkan dan


mendapatkan sertifikat SMKP berdasarkan SNI
ISO 22000 atau HACCP berdasarkan SNI
CAC/RCP 1 dari lembaga Sertifikasi yang
diakreditasi oleh KAN atau oleh badan akreditasi
penandatangan IAF/APAC MLA dengan ruang
lingkup yang sesuai, maka inspeksi pabrik atau
asesmen proses produksi dilakukan terhadap
implementasi sistem manajemen terkait mutu
produk tersebut dan angka 3.2.4 huruf d sampai
dengan huruf i.

3.2.6 Apabila Pemohon telah menerapkan dan


mendapatkan sertifikat SMM berdasarkan SNI ISO
9001 dari lembaga Sertifikasi yang diakreditasi
oleh KAN atau oleh badan akreditasi
penandatangan IAF/APAC MLA dengan ruang
lingkup yang sesuai, maka inspeksi pabrik atau
asesmen proses produksi dilakukan terhadap
implementasi sistem manajemen terkait mutu
produk tersebut dan angka 3.2.4 huruf c sampai
dengan huruf i.

3.2.7 Apabila Pemohon hanya melakukan kegiatan


pengemasan produk akhir, maka audit pada
angka 3.2.4 tidak berlaku, namun LSPro harus
memastikan kesesuaian terhadap:
a. produk yang akan dikemas sesuai
persyaratan SNI yang dibuktikan melalui
pemenuhan hasil uji yang diterbitkan oleh
laboratorium pihak ketiga yang diakreditasi
- 1136 -

oleh KAN atau badan akreditasi


penandatangan IAF/APAC MLA secara
periodik setiap batch dan mencakup seluruh
pemasok;
b. tahapan proses di pemasok yang dibuktikan
melalui penyertaan sertifikat CPPOB, sistem
manajemen atau sertifikat Pemeriksaan
Sarana dan Bangunan (PSB) yang dimiliki
oleh pemasok; dan
c. tahapan kritis proses produksi sebagaimana
diuraikan dalam huruf L, yang dibuktikan
melalui audit proses produksi pada seluruh
kegiatan yang dikendalikan oleh Pemohon.

3.2.8 Pengambilan contoh produk dilakukan saat audit


proses produksi berdasarkan persyaratan dalam
SNI. Pengambilan contoh produk untuk pengujian
dilakukan oleh personel kompeten yang
ditugaskan oleh LSPro. Contoh produk diambil
dari lini produksi atau gudang penyimpanan
produk.

3.2.9 Contoh produk diambil sesuai dengan kebutuhan


pengujian yang mewakili:
a. kemasan logam dan/atau non logam; dan
b. merek yang diajukan untuk disertifikasi.
Catatan: merek dapat mewakili merek lainnya
apabila memiliki spesifikasi yang sama

3.2.10 Pengujian dilakukan di laboratorium yang telah


menerapkan ISO/IEC 17025 untuk lingkup
produk yang disertifikasi. Penerapan ISO/IEC
17025 dapat dibuktikan melalui:
a. akreditasi oleh KAN;
b. akreditasi oleh badan akreditasi
penandatangan saling pengakuan dalam
- 1137 -

forum APAC dan International Laboratory


Accreditation Cooperation (ILAC); atau
c. penilaian yang dilakukan oleh LSPro
terhadap laboratorium.

3.2.11 Apabila pengujian dilakukan di laboratorium


Pemohon, maka LSPro harus memastikan
kesesuaian kompetensi dan imparsialitas proses
pengujian yang dilakukan, misalnya melalui
penyaksian proses pengujian.

3.2.12 Laboratorium Pemohon yang digunakan untuk


pengujian produk yang disertifikasi harus
memenuhi persyaratan sebagaimana tercantum
pada angka 3.2.10 huruf a atau huruf b.

3.2.13 Apabila berdasarkan hasil evaluasi tahap 2 (dua)


ditemukan ketidaksesuaian, Pemohon harus
diberi kesempatan untuk melakukan tindakan
perbaikan dalam jangka waktu tertentu sesuai
dengan kebijakan LSPro.

3.2.14 Apabila hasil pengujian dari laboratorium


menunjukkan ketidaksesuaian maka dapat
dilakukan pengujian ulang paling banyak 1 (satu)
kali dengan mengambil contoh ulang dari lini
produksi atau gudang penyimpanan produk.

4. Tinjauan dan keputusan


4.1 Tinjauan
4.1.1 Tinjauan hasil evaluasi dilakukan terhadap
pemenuhan seluruh persyaratan Sertifikasi dan
kesesuaian proses Sertifikasi, mulai dari
pengajuan permohonan Sertifikasi, pelaksanaan
evaluasi tahap 1 (satu) dan evaluasi tahap 2 (dua).

4.1.2 Tinjauan hasil evaluasi dinyatakan dalam bentuk


rekomendasi tertulis tentang pemenuhan SNI
- 1138 -

yang diajukan oleh Pemohon untuk produk yang


diajukan untuk disertifikasi.

4.2 Penetapan keputusan Sertifikasi


4.2.1 Penetapan keputusan Sertifikasi dilakukan
berdasarkan rekomendasi yang dihasilkan dari
proses tinjauan.

4.2.2 Penetapan keputusan Sertifikasi harus dilakukan


oleh 1 (satu) orang atau sekelompok orang yang
tidak terlibat dalam proses evaluasi.

4.2.3 Penetapan keputusan Sertifikasi dapat dilakukan


oleh 1 (satu) orang atau sekelompok orang yang
sama dengan yang melakukan tinjauan.

4.2.4 Rekomendasi untuk keputusan Sertifikasi


berdasarkan hasil tinjauan harus
didokumentasikan, kecuali tinjauan dan
keputusan Sertifikasi diselesaikan secara
bersamaan oleh orang atau sekelompok orang
yang sama.

4.2.5 LSPro harus memberitahu secara tertulis kepada


Pemohon terkait menunda atau tidak memberikan
keputusan Sertifikasi, dan harus menyampaikan
alasan keputusan tersebut.

4.2.6 Apabila Pemohon menunjukkan keinginan untuk


melanjutkan proses Sertifikasi setelah LSPro
memutuskan tidak memberikan Sertifikasi,
Pemohon dapat menyampaikan permohonan
untuk melanjutkan proses Sertifikasi.

4.2.7 Permohonan melanjutkan proses Sertifikasi harus


disampaikan oleh Pemohon kepada LSPro secara
- 1139 -

tertulis paling lambat 1 (satu) bulan setelah


pemberitahuan keputusan tidak memberikan
Sertifikasi diterbitkan oleh LSPro. Proses
Sertifikasi dapat dimulai kembali dari evaluasi
tahap 2 (dua).

4.3 Bukti kesesuaian


4.3.1 Bukti kesesuaian berupa sertifikat kesesuaian
yang diterbitkan oleh LSPro. LSPro menerbitkan
sertifikat kesesuaian kepada Pemohon yang telah
memenuhi persyaratan Sertifikasi. Sertifikat
kesesuaian berlaku selama 4 (empat) tahun
setelah diterbitkan.

4.3.2 Sertifikat kesesuaian terhadap persyaratan SNI


paling sedikit harus memuat:
1. nomor sertifikat atau identifikasi unik
lainnya;
2. nomor atau identifikasi lain dari skema
Sertifikasi;
3. nama dan alamat LSPro;
4. nama dan alamat Pemohon (pemegang
sertifikat);
5. nomor atau identifikasi lain yang mengacu ke
perjanjian Sertifikasi;
6. pernyataan kesesuaian yang mencakup:
a. jenis/tipe/varian produk sesuai
peraturan kategori pangan yang berlaku;
b. jenis kemasan produk yang disertifikasi;
c. merek produk yang disertifikasi;
d. SNI yang menjadi dasar Sertifikasi; dan
e. nama dan alamat lokasi produksi.
7. status akreditasi atau pengakuan LSPro;
8. tanggal penerbitan sertifikat dan masa
berlakunya, serta riwayat sertifikat;dan
9. tanda tangan yang mengikat secara hukum
dari personel yang bertindak atas nama
- 1140 -

LSPro sesuai dengan ketentuan peraturan


perundang-undangan.

E Pemeliharaan Sertifikasi
1 Pengawasan oleh LSPro
Pengawasan oleh LSPro dilakukan melalui kegiatan
surveilans. LSPro harus melaksanakan kunjungan surveilans
paling sedikit 2 (dua) kali dalam periode Sertifikasi, dengan
jarak antar evaluasi paling lama 12 (dua belas) bulan.
Kunjungan surveilans dilakukan melalui kegiatan evaluasi
berupa audit dan pengujian.

2 Sertifikasi ulang
2.1 LSPro harus melaksanakan Sertifikasi ulang paling
lambat 6 (enam) bulan sebelum masa berlaku sertifikat
berakhir.

2.2 Pelaksanaan Sertifikasi ulang dilakukan sesuai dengan


tahapan pada prosedur administratif.

2.3 Apabila tidak ada perubahan yang signifikan terkait


produk dan proses produksi sesuai dengan hasil audit
terakhir, maka LSPro dapat tidak melakukan evaluasi
tahap 1 (satu).

2.4 Apabila berdasarkan hasil Sertifikasi ulang ditemukan


ketidaksesuaian, Pemohon harus diberi kesempatan
untuk melakukan tindakan perbaikan dalam jangka
waktu tertentu sesuai dengan kebijakan LSPro.

F Evaluasi khusus
LSPro dapat melaksanakan evaluasi khusus dalam rangka audit
perluasan lingkup maupun tindak lanjut (investigasi) atas keluhan
atau informasi yang ada. Evaluasi khusus dalam rangka
investigasi keluhan atau informasi yang ada dilakukan oleh
auditor yang memiliki kompetensi untuk melakukan investigasi
- 1141 -

dan terbatas pada permasalahan yang ada, serta dilakukan dalam


waktu yang singkat dari diperolehnya keluhan atau informasi.
Tahapan evaluasi khusus dalam rangka perluasan lingkup
dilakukan sesuai dengan tahapan prosedur administratif namun
terbatas pada perluasan lingkup yang diajukan. Evaluasi terhadap
perluasan lingkup Sertifikasi dapat dilakukan terpisah maupun
bersamaan dengan surveilans.

G Ketentuan pengurangan, pembekuan, dan pencabutan Sertifikasi


1 Pengurangan lingkup Sertifikasi
Pemohon dapat mengajukan pengurangan lingkup Sertifikasi
selama periode Sertifikasi.

2 Pembekuan dan pencabutan Sertifikasi


2.1 LSPro dapat membekukan Sertifikasi apabila Pemohon:
a. tidak mampu memperbaiki ketidaksesuaian yang
diterbitkan oleh LSPro pada saat surveilans
dan/atau saat evaluasi khusus; atau
b. menyampaikan permintaan pembekuan Sertifikasi
kepada LSPro.

2.2 LSPro harus membatasi periode pembekuan Sertifikasi


paling lama 6 (enam) bulan.

2.3 LSPro dapat melakukan pencabutan Sertifikasi Apabila


Pemohon:
a. tidak mampu memperbaiki ketidaksesuaian yang
mengakibatkan pembekuan Sertifikasi melebihi
batas waktu yang ditentukan; atau
b. menyampaikan permintaan pencabutan Sertifikasi
kepada LSPro.

2.4 LSPro dapat mempertimbangkan pembekuan atau


pencabutan Sertifikasi, atau tindakan lainnya yang
disebabkan oleh faktor lainnya dengan
mempertimbangkan risiko yang ditemukan.
- 1142 -

H Keluhan dan banding


LSPro harus mengembangkan aturan penanganan keluhan dan
banding dengan mempertimbangkan kompetensi dan imparsialitas
pelaksanaan penanganan keluhan dan banding.

I Informasi publik
LSPro harus memublikasikan informasi kepada publik sesuai
persyaratan ISO/IEC 17065 termasuk informasi pelanggan yang
disertifikasi, dibekukan dan dicabut. Informasi publik terkait
informasi pelanggan yang disertifikasi, dibekukan dan dicabut
tersebut juga harus disampaikan melalui Aplikasi Barang Ber-SNI
(BangBeni) https://bangbeni.bsn.go.id.

J Kondisi khusus
Dalam hal ditemukan situasi yang tidak memungkinkan
penerapan persyaratan tertentu dalam Sertifikasi ini, maka akan
ditetapkan kebijakan BSN dengan mempertimbangkan masukan
dari KAN dan para pemangku kepentingan lainnya.

K Penggunaan tanda SNI


1 Penggunaan tanda SNI dilakukan setelah mendapatkan
persetujuan penggunaan tanda SNI melalui Surat Persetujuan
Penggunaan Tanda (SPPT) SNI yang dikeluarkan oleh BSN
sesuai dengan ketentuan dalam Peraturan BSN yang
mengatur mengenai tata cara penggunaan tanda SNI dan
tanda kesesuaian berbasis SNI.

2 Permohonan persetujuan penggunaan tanda SNI diajukan


kepada BSN disertai dengan dokumen persyaratan yang
diatur dalam Peraturan BSN mengenai tata cara penggunaan
tanda SNI dan tanda kesesuaian berbasis SNI.

3 Tanda SNI sebagai bukti kesesuaian produk yang telah


memenuhi SNI adalah sebagai berikut:
- 1143 -

Dengan ukuran:

Keterangan:
y = 11x
r = 0,5x

L Tahapan kritis proses produksi produk minuman susu

Tahapan kritis
No. Penjelasan tahapan kritis
proses produksi
1. Pemilihan bahan Bahan baku, bahan tambahan
baku, bahan pangan dan bahan kemasan harus
tambahan pangan memenuhi persyaratan yang
dan bahan ditetapkan atau peraturan terkait
kemasan yang berlaku
2. Proses produksi Proses produksi dilakukan dengan
metode tertentu yang dikendalikan
dan memperhatikan kesesuaian
proses, termasuk kondisi lingkungan
kerja, kompetensi SDM, peralatan
produksi dan alat pemantauan
sesuai persyaratan yang ditetapkan
-1144-

Tahapan kritis
No. Penjelasan tahapan kritis
proses produksi
3. Pengendaiian Pengendaiian mutu produk
mutu
dilakukan dengan metode tertentu
yang dikendalikan, untuk
memastikan produk sesuai dengan
persyaratan mutu dan keamanan
yang ditetapkan
4. Pengemasan Pengemasan produk dilakukan
dengan metode tertentu yang
dikendalikan sesuai dengan
persyaratan SNI dan peraturan
terkait yang berlaku
5. Penandaan Penandaan dilakukan sesuai dengan
persyaratan SNI dan peraturan
terkait yang berlaku
Keterangan; Urutan tahapan kritis proses produksi disetiap
pemohon dapat berbeda

KEPALA BADAN STANDARDISASI NASIONAL

REPUBLIK INDONESIA,

TTD

BAMBANG PRASETYA

Salinan sesuai dengan aslinya


Kepal s^^Daya Manusia, Orgajiisasi, dan Hukum

ahayu
/NDO
- 1145 -

LAMPIRAN LXXIII
PERATURAN BADAN STANDARDISASI NASIONAL
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 1 TAHUN 2020
TENTANG
SKEMA PENILAIAN KESESUAIAN TERHADAP STANDAR
NASIONAL INDONESIA SEKTOR MAKANAN DAN MINUMAN

PETUNJUK TEKNIS SKEMA SERTIFIKASI PRODUK NAGET AYAM

A. Ruang lingkup
Dokumen ini berlaku untuk acuan pelaksanaan Sertifikasi produk
naget ayam yang dibuat dari campuran daging ayam dengan atau
tanpa penambahan bahan pangan lain, dengan atau tanpa
penambahan bahan tambahan pangan yang diizinkan, dicetak
(kukus cetak atau beku cetak), diberi pahan pelapis, dengan atau
tanpa digoreng dan dibekukan.

B. Persyaratan Sertifikasi
Persyaratan Sertifikasi mencakup
1. SNI 6683:2014 Naget ayam (Chicken nugget);
2. SNI dan standar lain yang diacu dalam SNI 6683:2014;
3. Peraturan yang terkait yaitu:
a. Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1999 tentang
Label dan Iklan Pangan;
b. Peraturan Menteri Pertanian Nomor
20/Permentan/OT.140/4/2009 tentang Pemasukan dan
Pengawasan Peredaran Karkas, Daging, dan/atau Jeroan
dari luar negeri;
c. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
492/Menkes/Per/IV/2010 tentang Persyaratan Kualitas
Air Minum;
d. Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 75/M-
IND/PER/7/2010 tentang Cara Produksi Pangan Olahan
yang Baik (Good Manufacturing Practices);
- 1146 -

e. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 33 Tahun 2012


tentang Bahan Tambahan Pangan;
f. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan
Nomor 16 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas Peraturan
Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor
HK.03.1.23.07.11.6664 Tahun 2011 Tentang
Pengawasan Kemasan Pangan;
g. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan
Nomor 16 Tahun 2016 tentang Kriteria Mikrobiologi
dalam Pangan Olahan;
h. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan
Nomor 5 Tahun 2018 tentang Batas Maksimum Cemaran
Logam Berat dalam Pangan Olahan;
i. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan
Nomor 8 tahun 2018 tentang Batas Maksimum Cemaran
Kimia dalam Pangan Olahan; dan
4. Peraturan lain yang terkait produk Naget ayam .

C. Prosedur Sertifikasi
Prosedur Sertifikasi mencakup:
1. evaluasi awal; dan
2. inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi.

D. Persyaratan lembaga penilaian kesesuaian


Sertifikasi produk naget ayam dilakukan oleh LPK yang telah
diakreditasi oleh KAN berdasarkan SNI ISO/IEC 17065, Penilaian
Kesesuaian – Persyaratan untuk Lembaga Sertifikasi Produk,
Proses, dan Jasa, untuk lingkup produk sebagaimana dimaksud
dalam Ruang Lingkup sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Dalam hal LPK belum ada yang diakreditasi KAN untuk melakukan
kegiatan Sertifikasi dengan ruang lingkup produk naget ayam, BSN
dapat menunjuk LPK dengan ruang lingkup yang sejenis sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
- 1147 -

E. Tahapan Sertifikasi
1. Pengajuan permohonan Sertifikasi
1.1 Pengajuan permohonan Sertifikasi dilakukan oleh pelaku
usaha. Kriteria Pelaku Usaha yang dapat mengajukan
Sertifikasi sesuai Peraturan BSN mengenai tata cara
penggunaan Tanda SNI dan Tanda Kesesuaian Berbasis
SNI.

1.2 Permohonan Sertifikasi harus dilengkapi dengan:


a. informasi Pemohon:
1. nama pemohon, alamat pemohon, serta nama
dan kedudukan atau jabatan personel yang
bertanggung jawab atas pengajuan permohonan
Sertifikasi;
2. bukti pemenuhan persyaratan izin usaha
berdasarkan ketentuan peraturan perundang-
undangan;
3. pemenuhan persyaratan berdasarkan
ketentuan peraturan perundang-undangan
tentang pendaftaran dan hak kepemilikan atas
merek yang dikeluarkan oleh Kementerian
Hukum dan Hak Asasi Manusia;
4. apabila pemohon melakukan pembuatan
produk dengan merek yang dimiliki oleh pihak
lain, menyertakan bukti perjanjian yang
mengikat secara hukum untuk melakukan
pembuatan produk untuk pihak lain;
5. apabila pemohon bertindak sebagai pemilik
merek yang mensubkontrakkan proses
produksinya kepada pihak lain, menyertakan
bukti kepemilikan merek dan perjanjian
subkontrak pelaksanaan produksi dengan
pihak lain;
6. apabila pemohon bertindak sebagai perwakilan
resmi pemilik merek yang berkedudukan
hukum di luar negeri, menyertakan bukti
perjanjian yang mengikat secara hukum
- 1148 -

tentang penunjukan sebagai perwakilan resmi


pemilik merek di wilayah Republik Indonesia;
dan
7. pernyataan bahwa Pemohon Sertifikasi
bertanggung jawab penuh atas pemenuhan
persyaratan SNI dan pemenuhan persyaratan
proses Sertifikasi dan bersedia memberikan
akses terhadap lokasi dan/atau informasi yang
diperlukan oleh LSPro dalam melaksanakan
kegiatan Sertifikasi.
b. informasi produk:
1. merek produk yang diajukan untuk
disertifikasi;
2. jenis/tipe/varian produk yang diajukan untuk
disertifikasi;
3. SNI yang digunakan sebagai dasar pengajuan
permohonan Sertifikasi;
4. foto produk yang diajukan untuk disertifikasi
yang menunjukkan bentuk produk, serta
informasi terkait kemasan primer produk;
5. daftar bahan baku termasuk bahan tambahan
pangan;
6. label produk; dan
7. apabila telah tersedia, foto kemasan sekunder
dan tersier produk yang diajukan untuk
disertifikasi, dari arah depan, belakang,
samping, dan bagian dalam.
c. informasi proses produksi:
1. nama, alamat, dan legalitas hukum pabrik;
2. struktur organisasi, nama dan jabatan personel
penanggung jawab proses produksi;
3. dokumentasi informasi tentang pemasok bahan
baku produk, prosedur evaluasi pemasok, serta
prosedur inspeksi bahan baku produk;
4. dokumentasi informasi tentang proses
pembuatan produk yang diajukan untuk
- 1149 -

disertifikasi, termasuk proses yang


disubkontrakkan ke pihak lain;
5. dokumentasi informasi tentang prosedur dan
rekaman pengendalian mutu, termasuk
pengujian rutin, daftar peralatan, serta
sertifikat kalibrasi atau bukti verifikasi
peralatan yang berpengaruh terhadap mutu
produk yang disertifikasi, dan bukti atau segel
tera atau tera ulang untuk alat ukur yang
digunakan dalam pengukuran berat produk
dalam kemasan akhir;
6. dokumentasi informasi tentang prosedur dan
rekaman pengendalian dan penanganan produk
yang tidak sesuai;
7. dokumentasi informasi tentang pengemasan
produk dan pengelolaan produk di gudang
akhir produk sebelum dikirimkan dan/atau
diedarkan ke wilayah Republik Indonesia;
8. lokasi gudang penyimpanan produk di wilayah
Republik Indonesia;
9. bukti izin edar produk (MD/ML), sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan;
10. menyertakan laporan hasil uji yang dilakukan
paling lambat 1 (satu) tahun sebelum
pengajuan Sertifikasi, yang memberikan bukti
pemenuhan produk yang diajukan untuk
disertifikasi terhadap persyaratan mutu dalam
SNI dan peraturan terkait;
11. apabila laporan hasil uji sebagaimana
dinyatakan pada angka 10 belum tersedia,
pemohon dapat menyampaikan contoh produk
kepada LSPro untuk diuji di laboratorium yang
memiliki perjanjian alih daya dengan LSPro;
dan
12. apabila telah tersedia, menyertakan Sertifikat
Penerapan Sistem Manajemen Mutu
berdasarkan SNI ISO 9001 atau Sistem
- 1150 -

Manajemen Keamanan Pangan berdasarkan SNI


ISO 22000 atau HACCP berdasarkan SNI
CAC/RCP 1 dari Lembaga Sertifikasi yang
diakreditasi oleh KAN atau oleh badan
akreditasi penandatangan International
Accreditation Forum (IAF)/Asia Pacific
Accreditation Cooperation (APAC) Multilateral
Recognition Agreement (MLA) dengan ruang
lingkup yang sesuai.

2. Tinjauan permohonan Sertifikasi


LSPro harus memastikan bahwa informasi yang diperoleh dari
permohonan Sertifikasi yang diajukan oleh Pemohon telah
lengkap dan memenuhi persyaratan.

3. Penandatanganan perjanjian Sertifikasi


Setelah permohonan Sertifikasi dinyatakan lengkap dan
Pemohon menyetujui persyaratan dan prosedur Sertifikasi
yang ditetapkan oleh LSPro sesuai dengan persyaratan SNI
ISO/IEC 17065, perjanjian Sertifikasi ditandatangani oleh
Pemohon dan LSPro.

4. Penyusunan rencana evaluasi


Berdasarkan informasi yang diperoleh dari persyaratan
permohonan Sertifikasi yang disampaikan oleh Pemohon,
LSPro menetapkan rencana evaluasi yang mencakup:
a. jenis/tipe/varian produk yang diajukan untuk
disertifikasi dan metode pengambilan contoh sesuai
dengan persyaratan SNI 6683:2014, yang diperlukan
untuk pengujian produk dan mewakili contoh produk
yang diusulkan untuk disertifikasi;
b. informasi SNI yang digunakan sebagai dasar Sertifikasi
berdasarkan permohonan yang diajukan oleh Pemohon
Sertifikasi;
c. waktu yang diperlukan untuk pelaksanaan pengujian
berdasarkan standar acuan metode uji yang
dipersyaratkan; dan
- 1151 -

d. waktu, lokasi pelaksanaan dan agenda inspeksi pabrik


atau asesmen proses produksi yang relevan dengan
pelaksanaan produksi produk yang diajukan untuk
disertifikasi, serta personel kompeten yang melakukan
evaluasi.

5. Pelaksanaan evaluasi awal terhadap produk


5.1 Pelaksanaan evaluasi awal terhadap produk mencakup:
a. Pemeriksaan awal terhadap kesesuaian informasi
produk dan proses produksi yang disampaikan
Pemohon pada huruf E angka 1 terhadap lingkup
produk yang ditetapkan dalam SNI 6683:2014 dan
peraturan terkait.
b. Pengujian awal terhadap contoh produk
berdasarkan persyaratan dalam SNI. Pengujian awal
dilakukan berdasarkan laporan hasil uji dari
laboratorium yang disampaikan Pemohon, yang
mencakup seluruh persyaratan dalam SNI
6683:2014. Apabila laporan hasil uji tersebut
menunjukkan bahwa seluruh persyaratan dalam
SNI tersebut telah terpenuhi, maka produk yang
diajukan untuk disertifikasi dianggap telah
memenuhi persyaratan pengujian awal.

5.2 Apabila hasil evaluasi awal menunjukkan


ketidaksesuaian terhadap persyaratan SNI, Pemohon
harus diberi kesempatan untuk melakukan tindakan
perbaikan dalam jangka waktu tertentu sesuai dengan
kebijakan LSPro.

6. Pelaksanaan inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi


6.1 Inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi harus
dilakukan pada saat pabrik melakukan produksi, atau
pada kondisi tertentu dilakukan melalui simulasi proses
produksi produk yang diajukan untuk disertifikasi.
- 1152 -

6.2 Inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi dilakukan


terhadap:
a. tanggung jawab dan komitmen personel penanggung
jawab pabrik terhadap konsistensi pemenuhan
produk terhadap persyaratan SNI;
b. ketersediaan dan pengendalian dokumentasi
informasi prosedur dan rekaman pengendalian
mutu, termasuk pengujian rutin;
c. fasilitas, lokasi, desain dan tata letak, bangunan,
sanitasi peralatan, sanitasi ruang proses, dan
higiene personel sesuai dengan ketentuan yang
berlaku tentang Cara Produksi Pangan Olahan yang
Baik;
d. tahapan kritis proses produksi, mulai dari bahan
baku sampai produk akhir paling sedikit pada
tahapan sebagaimana tercantum dalam huruf G;
e. kelengkapan serta fungsi peralatan produksi
termasuk peralatan pengendalian mutu, paling
sedikit memiliki cold storage, alat penggiling, alat
penggorengan, alat pencetak, alat pembeku, dan alat
pengukur berat;
f. bukti verifikasi berdasarkan hasil kalibrasi atau
hasil verifikasi peralatan produksi sebagaimana
disebutkan pada huruf e yang membuktikan bahwa
peralatan tersebut memenuhi persyaratan produksi.
Hasil verifikasi peralatan produksi dapat
ditunjukkan dengan prosedur yang diperlukan
untuk mencapai kondisi atau persyaratan yang
ditetapkan;
g. bukti tera atau tera ulang alat pengukuran berat
produk dalam kemasan akhir;
h. pengendalian dan penanganan produk yang tidak
sesuai; dan
i. pengemasan, penanganan, dan penyimpanan
produk, termasuk di gudang akhir produk yang siap
diedarkan.
- 1153 -

6.3 Apabila pabrik telah menerapkan dan mendapatkan


sertifikat Sistem Manajemen Keamanan Pangan
berdasarkan SNI ISO 22000 atau HACCP berdasarkan
SNI CAC/RCP 1 dari Lembaga Sertifikasi yang
diakreditasi oleh KAN atau oleh badan akreditasi
penandatangan IAF/APAC MLA dengan ruang lingkup
yang sesuai, maka inspeksi pabrik atau asesmen proses
produksi dilakukan terhadap implementasi sistem
manajemen terkait mutu produk tersebut dan angka 6.2
huruf d dan huruf e.

6.4 Apabila pabrik telah menerapkan dan mendapatkan


sertifikat Sistem Manajemen Mutu berdasarkan SNI ISO
9001 dari Lembaga Sertifikasi yang diakreditasi oleh KAN
atau oleh badan akreditasi penandatangan IAF/APAC
MLA dengan ruang lingkup yang sesuai, maka inspeksi
pabrik atau asesmen proses produksi dilakukan terhadap
implementasi sistem manajemen terkait mutu produk
tersebut dan angka 6.2 huruf c, huruf d, dan huruf e.

6.5 Selama inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi,


LSPro melakukan pengambilan contoh produk oleh
petugas pengambil contoh dan selanjutnya diuji di
laboratorium milik LSPro atau Laboratorium yang telah
memiliki perjanjian alih daya dengan LSPro.

6.6 Apabila berdasarkan hasil inspeksi pabrik atau asesmen


proses produksi, termasuk hasil pengujian, tidak
diperoleh bukti-bukti yang kuat untuk menjamin
konsistensi produk terhadap persyaratan SNI, maka
Pemohon harus diberi kesempatan untuk melakukan
tindakan perbaikan dalam jangka waktu tertentu sesuai
dengan kebijakan LSPro.
- 1154 -

7. Tinjauan
7.1 Tinjauan Hasil Evaluasi dilakukan terhadap:
a. Hasil evaluasi awal terhadap produk untuk
menunjukkan bahwa contoh produk yang mewakili
produk memenuhi persyaratan SNI yang diajukan
oleh Pemohon sebagai dasar permohonan Sertifikasi.
b. Hasil inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi
atau bukti obyektif untuk menunjukkan bahwa
pabrik memiliki proses produksi yang didukung
dengan segala sumber daya yang diperlukan untuk
menghasilkan produk yang secara konsisten
memenuhi persyaratan SNI yang diajukan oleh
Pemohon sebagai dasar permohonan Sertifikasi.

7.2 Tinjauan hasil evaluasi dinyatakan dalam bentuk


rekomendasi tertulis tentang pemenuhan SNI yang
diajukan oleh Pemohon untuk produk yang diajukan
untuk disertifikasi.

8. Penetapan keputusan Sertifikasi


8.1 Penetapan keputusan Sertifikasi dilakukan berdasarkan
rekomendasi yang dihasilkan dari proses tinjauan.

8.2 Penetapan keputusan Sertifikasi harus dilakukan oleh


satu orang atau sekelompok orang yang tidak terlibat
dalam proses evaluasi.

8.3 Penetapan keputusan Sertifikasi dapat dilakukan oleh


satu orang atau sekelompok orang yang sama dengan
yang melakukan tinjauan.

8.4 Rekomendasi untuk keputusan Sertifikasi berdasarkan


hasil tinjauan harus didokumentasikan, kecuali tinjauan
dan keputusan Sertifikasi diselesaikan secara bersamaan
oleh orang atau sekelompok orang yang sama.
- 1155 -

8.5 LSPro harus memberitahu Pemohon Sertifikasi terkait


alasan menunda atau tidak memberikan keputusan
Sertifikasi, dan harus mengidentifikasikan alasan
keputusan tersebut. Apabila Pemohon Sertifikasi
menunjukkan keinginan untuk melanjutkan proses
Sertifikasi, LSPro dapat memulai kembali dari proses
evaluasi (angka 5).

9. Penerbitan sertifikat
Sertifikat kesesuaian terhadap persyaratan SNI diterbitkan
sesuai ketentuan sebagai berikut:
a. Sertifikat diterbitkan oleh LSPro setelah penetapan
keputusan Sertifikasi; dan
b. Sertifikat paling sedikit harus memuat:
1. nomor sertifikat atau identifikasi unik lainnya;
2. nomor atau identifikasi lain dari skema Sertifikasi;
3. nama dan alamat LSPro;
4. nama dan alamat Pemohon (pemegang sertifikat);
5. acuan ke perjanjian Sertifikasi;
6. pernyataan kesesuaian yang mencakup:
a. nama, merek, dan spesifikasi produk yang
dinyatakan memenuhi persyaratan;
b. SNI yang menjadi dasar Sertifikasi;
c. nama dan alamat lokasi produksi; dan
d. informasi terkait proses Sertifikasi.
7. status akreditasi atau pengakuan LSPro;
8. tanggal penerbitan sertifikat;
9. tanggal berakhir masa berlaku sertifikat yaitu 4
(empat) tahun sejak tanggal penerbitan sertifikat;
10. tanda tangan yang mengikat secara hukum dari
personel yang bertindak atas nama LSPro sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan

10. Surveilans dan Sertifikasi ulang


10.1 LSPro harus melaksanakan surveilans paling sedikit 2
(dua) kali dalam periode Sertifikasi. Dalam hal ini
berlaku ketentuan sebagai berikut:
- 1156 -

a. Surveilans pertama dilakukan melalui kegiatan:


1. Inspeksi pabrik atau asesmen proses
produksi; dan/atau
2. Pengujian terhadap contoh produk yang akan
beredar
Pemilihan jenis kegiatan pada surveilans pertama
tersebut dilakukan berdasarkan penilaian LSPro
atas hasil Sertifikasi sebelumnya.
Apabila surveilans pertama hanya dilakukan
melalui kegiatan pengujian terhadap contoh
produk yang akan beredar, penerima sertifikat
harus menyampaikan dokumentasi pengendalian
mutu proses produksi sejak penerbitan sertifikat
sampai dilakukan surveilans pertama.
b. Surveilans kedua dilakukan melalui kegiatan:
1. Inspeksi pabrik atau asesmen proses
produksi; dan
2. Pengujian terhadap contoh produk yang akan
atau telah beredar.

10.2 LSPro harus melaksanakan Sertifikasi ulang paling


lambat pada bulan ke-42 (empat puluh dua) setelah
penetapan Sertifikasi, melalui kegiatan sebagaimana
dimaksud pada angka 6.

F. Penggunaan tanda SNI


1. Penggunaan tanda SNI dilakukan setelah mendapatkan
persetujuan penggunaan Tanda SNI melalui Surat
Persetujuan Penggunaan Tanda (SPPT) SNI yang dikeluarkan
oleh BSN sesuai dengan ketentuan dalam Peraturan BSN
mengenai tata cara penggunaan tanda SNI dan tanda
kesesuaian berbasis SNI.

2. Tanda SNI sebagai bukti kesesuaian produk yang telah


memenuhi SNI adalah sebagai berikut:
- 1157 -

Dengan ukuran:

Keterangan:
y = 11x
r = 0,5x

G. Tahapan kritis proses produksi produk naget ayam


Tahapan kritis
No. Penjelasan tahapan kritis
proses produksi
1. Pemilihan bahan Bahan baku daging ayam harus
baku, bahan memenuhi persyaratan yang ditetapkan
pangan lain, atau peraturan terkait yang berlaku.
bahan tambahan Bahan baku daging ayam dapat berupa
pangan dan daging ayam beserta kulit yang
bahan kemasan menempel yang dilepas dari tulangnya,
termasuk mechanically deboned meat
(MDM), tidak termasuk jeroan
Bahan baku air harus memenuhi
persyaratan kualitas air minum sesuai
peraturan terkait yang berlaku
Bahan pangan lain, bahan tambahan
pangan dan bahan kemasan harus
- 1158 -

Tahapan kritis
No. Penjelasan tahapan kritis
proses produksi
memenuhi persyaratan yang ditetapkan
atau peraturan terkait yang berlaku

2. Penyimpanan Penyimpanan daging ayam dilakukan


daging ayam pada kondisi dan suhu tertentu yang
dikendalikan untuk menjamin daging
ayam tidak terkontaminasi/rusak
selama penyimpanan
3. Penggilingan dan Penggilingan dan pencampuran bahan
pencampuran baku daging ayam dan bahan pangan
lain dan atau bahan tambahan pangan
yang diizinkan dilakukan dengan metode
tertentu yang dikendalikan untuk
mendapatkan adonan daging ayam
sesuai dengan formulasi yang ditetapkan
4. Pencetakan Pencetakan dilakukan dengan metode
tertentu (kukus cetak atau beku cetak)
yang dikendalikan untuk mendapatkan
ukuran atau bentuk produk yang
diinginkan
5. Pemberian bahan Pemberian bahan pelapis dilakukan
pelapis dengan metode tertentu yang
dikendalikan untuk mendapatkan
spesifikasi produk sesuai dengan
persyaratan yang ditetapkan
Bahan pelapis dapat berupa tepung,
tepung berbumbu, tepung roti, dan atau
serealia
6. Penggorengan Penggorengan dilakukan pada suhu dan
waktu tertentu yang dikendalikan hingga
tercapai tingkat kematangan produk
sesuai dengan persyaratan yang
ditetapkan
7 Pembekuan Pembekuan dilakukan dengan metode
-1159-

Tahapan kritis
No. Penjelasan tahapan kritis
proses produksi
dan suhu tertentu yang dikendalikan
untuk menjaga keawetan produk sesuai
dengan persyaratan yang ditetapkan
8. Pengemasan Produk dikemas dalam wadah yang
tertutup rapat, tidak dipengaruhi atau
mempengaruhi isi, aman selama
penyimpanan dan pengangkutan
9. Penyimpanan Penyimpanan produk akhir dilakukan
produk akhir pada suhu tertentu yang dikendalikan
untuk mencegah pertumbuhan mikroba
yang dapat merusak produk akhir
10. Penandaan Penandaan dilakukan sesuai dengan
persyaratan SNI dan peraturan terkait
yang berlaku

pemohon dapat berbeda

KEPALA BADAN STANDARDISASI NASIONAL

REPUBLIK INDONESIA,

TTD

BAMBANG PRASETYA

i dengan aslinya
^OARO/^
Manusia, Organisasi, dan Hukum

ahayu
- 1160 -

LAMPIRAN LXXIV
PERATURAN BADAN STANDARDISASI NASIONAL
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 1 TAHUN 2020
TENTANG
SKEMA PENILAIAN KESESUAIAN TERHADAP STANDAR
NASIONAL INDONESIA SEKTOR MAKANAN DAN MINUMAN

PETUNJUK TEKNIS SKEMA SERTIFIKASI PRODUK SUSU KENTAL

A Ruang lingkup
Dokumen ini berlaku untuk acuan pelaksanaan Sertifikasi produk
susu kental.

B Persyaratan acuan
Persyaratan acuan Sertifikasi produk susu kental mencakup:
1. SNI produk susu kental sebagaimana ditetapkan dalam
Keputusan Kepala Badan Standardisasi Nasional mengenai
daftar SNI sektor Makanan dan Minuman;
2. SNI dan standar lain yang diacu dalam SNI sebagaimana
dimaksud dalam angka 1;
3. Peraturan yang mengatur tentang label dan iklan pangan;
4. Peraturan yang mengatur tentang cara produksi pangan
olahan yang baik (Good Manufacturing Practices);
5. Peraturan yang mengatur tentang kemasan pangan;
6. Peraturan yang mengatur tentang bahan tambahan pangan;
7. Penerapan Cara Produksi Pangan Olahan yang Baik (CPPOB),
Sistem Manajemen Mutu (SMM) berdasarkan SNI ISO 9001,
Sistem Manajemen Mutu Keamanan Pangan (SMKP)
berdasarkan SNI ISO 22000 atau HACCP berdasarkan SNI
CAC/RCP 1; dan
8. Peraturan lain yang terkait produk susu kental.
- 1161 -

C Jenis kegiatan penilaian kesesuaian


Sertifikasi produk susu kental dilakukan oleh LPK yang telah
diakreditasi oleh KAN berdasarkan SNI ISO/IEC 17065, Penilaian
Kesesuaian – Persyaratan untuk Lembaga Sertifikasi Produk,
Proses, dan Jasa, untuk lingkup produk susu kental.
Dalam hal LPK belum ada yang diakreditasi KAN untuk melakukan
kegiatan Sertifikasi dengan ruang lingkup produk susu kental,
BSN dapat menunjuk LPK dengan lingkup yang sejenis sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

D Prosedur administratif
1. Pengajuan permohonan Sertifikasi
1.1 LSPro harus menyusun format permohonan Sertifikasi
bagi pelaku usaha untuk mendapatkan seluruh
informasi seperti diatur pada huruf D angka 1.3.

1.2 Pengajuan permohonan Sertifikasi dilakukan oleh pelaku


usaha. Kriteria pelaku usaha yang dapat mengajukan
Sertifikasi sesuai Peraturan BSN yang mengatur
mengenai tata cara penggunaan tanda SNI dan tanda
kesesuaian berbasis SNI.

1.3 Permohonan Sertifikasi harus dilengkapi dengan:


a. informasi Pemohon:
1. nama Pemohon, alamat Pemohon, serta nama
dan kedudukan atau jabatan personel yang
bertanggung jawab atas pengajuan permohonan
Sertifikasi;
2. bukti pemenuhan persyaratan izin usaha sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan;
3. bukti izin edar produk sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan;
4. bukti kepemilikan atas merek atau tanda daftar
yang dikeluarkan oleh Kementerian Hukum dan
Hak Asasi Manusia;
- 1162 -

5. apabila Pemohon melakukan pembuatan


produk dengan merek yang dimiliki oleh pihak
lain, menyertakan bukti perjanjian yang
mengikat secara hukum untuk melakukan
pembuatan produk untuk pihak lain;
6. apabila Pemohon bertindak sebagai pemilik
merek yang mensubkontrakkan proses
produksinya kepada pihak lain, menyertakan
bukti kepemilikan merek dan perjanjian
subkontrak pelaksanaan produksi dengan
pihak lain;
7. apabila Pemohon bertindak sebagai perwakilan
resmi pemilik merek yang berkedudukan
hukum di luar negeri, menyertakan bukti
perjanjian yang mengikat secara hukum
tentang penunjukan sebagai perwakilan resmi
pemilik merek di wilayah Republik Indonesia;
8. pernyataan bahwa Pemohon bertanggung jawab
penuh atas pemenuhan persyaratan SNI dan
pemenuhan persyaratan proses Sertifikasi,
serta bersedia memberikan akses terhadap
lokasi dan/atau informasi yang diperlukan oleh
LSPro dalam melaksanakan kegiatan Sertifikasi.
b. informasi produk:
1. merek produk yang diajukan untuk
disertifikasi;
2. jenis/tipe/varian produk yang diajukan untuk
disertifikasi;
3. spesifikasi produk setiap merek yang diajukan
untuk disertifikasi;
4. SNI yang digunakan sebagai dasar pengajuan
permohonan Sertifikasi,
5. daftar bahan baku termasuk bahan tambahan
pangan;
6. label produk;
7. jenis kemasan produk;
- 1163 -

8. foto produk dalam kemasan primer yang


diajukan untuk disertifikasi (dari arah depan,
belakang dan samping), serta informasi terkait
kemasan primer produk;
9. apabila ada, foto kemasan sekunder dan tersier
produk yang diajukan untuk disertifikasi, dari
arah depan, belakang, dan samping.
c. informasi proses produksi:
1. nama, alamat, dan legalitas hukum pabrik
(apabila berbeda dengan legalitas Pemohon);
2. nama dan alamat fasilitas produksi mencakup
semua fasilitas yang digunakan untuk
memproduksi produk yang akan disertifikasi
(misal gudang bahan baku, produksi,
pengemasan produk, pengangkutan produk
jadi, gudang produk jadi dan lainnya) termasuk
kegiatan yang dialihdayakan;
3. struktur organisasi;
4. dokumentasi tentang desain dan tata letak
proses produksi serta proses pembuatan
produk yang diajukan untuk disertifikasi;
5. dokumentasi terkait proses dan pengendalian
produksi;
6. dokumentasi tentang peralatan produksi dan
pengukuran termasuk program
kalibrasi/verifikasi peralatan;
7. apabila telah tersedia, menyertakan sertifikat
penerapan Sistem Manajemen Mutu
berdasarkan SNI ISO 9001 atau Sistem
Manajemen Keamanan Pangan berdasarkan SNI
ISO 22000 atau HACCP berdasarkan SNI
CAC/RCP 1 dari lembaga Sertifikasi yang
diakreditasi oleh KAN atau oleh badan
akreditasi penandatangan International
Accreditation Forum (IAF)/Asia Pacific
Accreditation Cooperation (APAC) Multilateral
- 1164 -

Recognition Agreement (MLA) dengan ruang


lingkup yang sesuai.

2. Seleksi
2.1 Tinjauan permohonan Sertifikasi
2.1.1 LSPro harus memastikan bahwa informasi yang
diperoleh dari permohonan Sertifikasi yang
diajukan oleh Pemohon telah lengkap dan
memenuhi persyaratan, serta dapat memastikan
kemampuan LSPro untuk menindaklanjuti
permohonan Sertifikasi.

2.1.2 Tinjauan permohonan Sertifikasi harus dilakukan


oleh personel yang memiliki kompetensi sesuai
dengan lingkup permohonan Sertifikasi.

2.2 Penandatanganan perjanjian Sertifikasi


Setelah permohonan Sertifikasi dinyatakan lengkap dan
memenuhi persyaratan serta Pemohon menyetujui
persyaratan dan prosedur Sertifikasi yang ditetapkan
oleh LSPro, dilakukan penandatanganan perjanjian
Sertifikasi oleh Pemohon dan LSPro.

2.3 Penyusunan rencana evaluasi


2.3.1 Berdasarkan informasi yang diperoleh dari
persyaratan permohonan Sertifikasi yang
disampaikan oleh Pemohon, LSPro menetapkan
rencana evaluasi yang mencakup:
a. tujuan, waktu, durasi, lokasi pelaksanaan,
tim, metode, dan agenda evaluasi proses
produksi dan CPPOB atau sistem manajemen
yang relevan dengan pelaksanaan proses
produksi produk yang diajukan untuk
disertifikasi;
b. jenis/tipe/varian produk yang diajukan
untuk disertifikasi dan metode pengambilan
contoh sesuai dengan persyaratan SNI yang
- 1165 -

diperlukan untuk pengujian produk, yang


mewakili contoh produk yang diusulkan
untuk disertifikasi;
c. informasi SNI yang digunakan sebagai dasar
Sertifikasi berdasarkan permohonan yang
diajukan oleh Pemohon; dan
d. waktu yang diperlukan untuk pelaksanaan
pengujian berdasarkan standar acuan
metode uji yang dipersyaratkan.

2.3.2 Rencana evaluasi harus mempertimbangkan


kesesuaian produksi yang dilakukan oleh pabrik
sesuai lingkup produk yang diajukan untuk
disertifikasi.

2.3.3 Pelaksanaan evaluasi dilakukan oleh auditor atau


tim audit yang memiliki kriteria kompetensi
sebagai berikut:
1. Pengetahuan tentang prinsip, praktik dan
teknik audit;
2. Pengetahuan tentang proses dan prosedur
Sertifikasi yang ditetapkan oleh LSPro;
3. Pengetahuan tentang standar sistem
manajemen:
a. SNI ISO 9001 tentang sistem manajemen
mutu,
b. SNI ISO 22000 tentang sistem
manajemen mutu keamanan pangan,
c. SNI CAC/RCP 1 tentang rekomendasi
nasional kode praktis – prinsip umum
higiene pangan, dan/atau
d. Cara Produksi Pangan Olahan yang Baik
(CPPOB);

Catatan: sesuai yang diterapkan oleh


pemohon Sertifikasi.
4. Pengetahuan yang dibuktikan dengan
sertifikat, tentang SNI produk susu kental;
- 1166 -

5. Pengetahuan yang dibuktikan dengan


sertifikat dan/atau pengalaman tentang
sektor bisnis produk susu kental; dan
6. Pengetahuan tentang produk, proses dan
organisasi pemohon Sertifikasi.

3. Determinasi
Determinasi mencakup 2 (dua) tahap evaluasi, yaitu evaluasi
tahap 1 (satu) dan evaluasi tahap 2 (dua).

3.1 Pelaksanaan evaluasi tahap 1 (satu)


3.1.1 Pada evaluasi tahap 1 (satu) dilakukan
pemeriksaan awal terhadap kesesuaian informasi
produk dan proses produksi yang disampaikan
Pemohon pada huruf D angka 1.3 terhadap
lingkup produk yang ditetapkan dalam SNI dan
peraturan terkait.

3.1.2 Apabila hasil evaluasi tahap 1 (satu)


menunjukkan ketidaksesuaian terhadap
persyaratan, Pemohon harus diberi kesempatan
untuk melakukan tindakan perbaikan dalam
jangka waktu tertentu sesuai dengan kebijakan
LSPro.

3.2 Pelaksanaan evaluasi tahap 2 (dua)


3.2.1 Evaluasi tahap 2 (dua) dilaksanakan melalui audit
proses produksi dan CPPOB atau sistem
manajemen yang relevan serta pengujian produk.

3.2.2 Audit proses produksi dan CPPOB atau sistem


manajemen yang relevan dilakukan pada saat
pabrik melakukan produksi produk yang diajukan
atau pada kondisi tertentu dilakukan melalui
simulasi proses produksi produk yang diajukan
untuk disertifikasi.
- 1167 -

3.2.3 Audit dilakukan dengan metode audit yang


merupakan kombinasi dari audit dokumen dan
rekaman, wawancara, observasi, demonstrasi,
atau metode audit lainnya.

3.2.4 Audit dilakukan terhadap:


a. tanggung jawab dan komitmen personel
penanggung jawab pabrik terhadap
konsistensi pemenuhan produk terhadap
persyaratan SNI;
b. ketersediaan dan pengendalian prosedur dan
rekaman pengendalian mutu, termasuk
pengujian rutin;
c. fasilitas, lokasi, desain dan tata letak,
bangunan, sanitasi peralatan, sanitasi ruang
proses, dan higiene personel sesuai dengan
ketentuan yang berlaku tentang CPPOB;
d. tahapan kritis proses produksi, mulai dari
bahan baku sampai produk akhir paling
sedikit pada tahapan sebagaimana diuraikan
dalam huruf L;
e. kelengkapan serta fungsi peralatan produksi
termasuk peralatan pengendalian mutu;
f. bukti verifikasi berdasarkan hasil kalibrasi
atau hasil verifikasi peralatan produksi
sebagaimana disebutkan pada huruf e yang
membuktikan bahwa peralatan tersebut
memenuhi persyaratan produksi. Hasil
verifikasi peralatan produksi dapat
ditunjukkan dengan prosedur yang
diperlukan untuk mencapai kondisi atau
persyaratan yang ditetapkan;
g. bukti tera atau tera ulang alat pengukur
berat produk dalam kemasan akhir;
h. pengendalian dan penanganan produk yang
tidak sesuai; dan
- 1168 -

i. pengemasan, penanganan, dan penyimpanan


produk, termasuk di gudang akhir produk
yang siap diedarkan.

3.2.5 Apabila Pemohon telah menerapkan dan


mendapatkan sertifikat SMKP berdasarkan SNI
ISO 22000 atau HACCP berdasarkan SNI
CAC/RCP 1 dari lembaga Sertifikasi yang
diakreditasi oleh KAN atau oleh badan akreditasi
penandatangan IAF/APAC MLA dengan ruang
lingkup yang sesuai, maka inspeksi pabrik atau
asesmen proses produksi dilakukan terhadap
implementasi sistem manajemen terkait mutu
produk tersebut dan angka 3.2.4 huruf d sampai
dengan huruf i.

3.2.6 Apabila Pemohon telah menerapkan dan


mendapatkan sertifikat SMM berdasarkan SNI ISO
9001 dari lembaga Sertifikasi yang diakreditasi
oleh KAN atau oleh badan akreditasi
penandatangan IAF/APAC MLA dengan ruang
lingkup yang sesuai, maka inspeksi pabrik atau
asesmen proses produksi dilakukan terhadap
implementasi sistem manajemen terkait mutu
produk tersebut dan angka 3.2.4 huruf c sampai
dengan huruf i.

3.2.7 Apabila Pemohon hanya melakukan kegiatan


pengemasan produk akhir, maka audit pada
angka 3.2.4 tidak berlaku, namun LSPro harus
memastikan kesesuaian terhadap:
a. produk yang akan dikemas sesuai
persyaratan SNI yang dibuktikan melalui
pemenuhan hasil uji yang diterbitkan oleh
laboratorium pihak ketiga yang diakreditasi
oleh KAN atau badan akreditasi
penandatangan IAF/APAC MLA secara
- 1169 -

periodik setiap batch dan mencakup seluruh


pemasok;
b. tahapan proses di pemasok yang dibuktikan
melalui penyertaan sertifikat CPPOB, sistem
manajemen atau sertifikat Pemeriksaan
Sarana dan Bangunan (PSB) yang dimiliki
oleh pemasok; dan
c. tahapan kritis proses produksi sebagaimana
diuraikan dalam huruf L, yang dibuktikan
melalui audit proses produksi pada seluruh
kegiatan yang dikendalikan oleh Pemohon.

3.2.8 Pengambilan contoh produk dilakukan saat audit


proses produksi berdasarkan persyaratan dalam
SNI. Pengambilan contoh produk untuk pengujian
dilakukan oleh personel kompeten yang
ditugaskan oleh LSPro. Contoh produk diambil
dari lini produksi atau gudang penyimpanan
produk.

3.2.9 Contoh produk diambil sesuai dengan kebutuhan


pengujian yang mewakili:
a. kemasan logam dan/atau non logam; dan
b. merek dan jenis produk yang diajukan untuk
disertifikasi.
Catatan: merek dapat mewakili merek lainnya
apabila memiliki spesifikasi yang sama.

3.2.10 Pengujian dilakukan di laboratorium yang telah


menerapkan ISO/IEC 17025 untuk lingkup
produk yang disertifikasi. Penerapan ISO/IEC
17025 dapat dibuktikan melalui:
a. akreditasi oleh KAN;
b. akreditasi oleh badan akreditasi
penandatangan saling pengakuan dalam
forum APACdan International Laboratory
Accreditation Cooperation (ILAC); atau
- 1170 -

c. penilaian yang dilakukan oleh LSPro


terhadap laboratorium.

3.2.11 Apabila pengujian dilakukan di laboratorium


Pemohon, maka LSPro harus memastikan
kesesuaian kompetensi dan imparsialitas proses
pengujian yang dilakukan, misalnya melalui
penyaksian proses pengujian.

3.2.12 Laboratorium Pemohon yang digunakan untuk


pengujian produk yang disertifikasi harus
memenuhi persyaratan sebagaimana tercantum
pada angka 3.2.10 huruf a atau huruf b.

3.2.13 Apabila berdasarkanhasil evaluasi tahap 2 (dua)


ditemukan ketidaksesuaian, Pemohon harus
diberi kesempatan untuk melakukan tindakan
perbaikan dalam jangka waktu tertentu sesuai
dengan kebijakan LSPro.

3.2.14 Apabila hasil pengujian dari laboratorium


menunjukkan ketidaksesuaian maka dapat
dilakukan pengujian ulang paling banyak 1 (satu)
kali dengan mengambil contoh produk ulang dari
lini produksi atau gudang penyimpanan produk.

4. Tinjauan dan keputusan


4.1 Tinjauan
4.1.1 Tinjauan hasil evaluasi dilakukan terhadap
pemenuhan seluruh persyaratan Sertifikasi dan
kesesuaian proses Sertifikasi, mulai dari
pengajuan permohonan Sertifikasi, pelaksanaan
evaluasi tahap 1 (satu) dan evaluasi tahap 2 (dua).
- 1171 -

4.1.2 Tinjauan hasil evaluasi dinyatakan dalam bentuk


rekomendasi tertulis tentang pemenuhan SNI
yang diajukan oleh Pemohon untuk produk yang
diajukan untuk disertifikasi.

4.2 Penetapan keputusan Sertifikasi


4.2.1 Penetapan keputusan Sertifikasi dilakukan
berdasarkan rekomendasi yang dihasilkan dari
proses tinjauan.

4.2.2 Penetapan keputusan Sertifikasi harus dilakukan


oleh 1 (satu) orang atau sekelompok orang yang
tidak terlibat dalam proses evaluasi.

4.2.3 Penetapan keputusan Sertifikasi dapat dilakukan


oleh 1 (satu) orang atau sekelompok orang yang
sama dengan yang melakukan tinjauan.

4.2.4 Rekomendasi untuk keputusan Sertifikasi


berdasarkan hasil tinjauan harus
didokumentasikan, kecuali tinjauan dan
keputusan Sertifikasi diselesaikan secara
bersamaan oleh orang atau sekelompok orang
yang sama.

4.2.5 LSPro harus memberitahu secara tertulis kepada


Pemohon terkait menunda atau tidak memberikan
keputusan Sertifikasi, dan harus menyampaikan
alasan keputusan tersebut.

4.2.6 Apabila Pemohonmenunjukkan keinginan untuk


melanjutkan proses Sertifikasi setelah LSPro
memutuskan tidak memberikan Sertifikasi,
Pemohon dapat menyampaikan permohonan
untuk melanjutkan proses Sertifikasi.
- 1172 -

4.2.7 Permohonan melanjutkan proses Sertifikasi harus


disampaikan oleh Pemohon kepada LSPro secara
tertulis paling lambat 1 (satu) bulan setelah
pemberitahuan keputusan tidak memberikan
Sertifikasi diterbitkan oleh LSPro. Proses
Sertifikasi dapat dimulai kembali dari evaluasi
tahap 2 (dua).

4.3 Bukti kesesuaian


4.3.1 Bukti kesesuaian berupa sertifikat kesesuaian
yang diterbitkan oleh LSPro. LSPro menerbitkan
sertifikat kesesuaian kepada Pemohon yang telah
memenuhi persyaratan Sertifikasi. Sertifikat
kesesuaian berlaku selama 4 (empat) tahun
setelah diterbitkan.

4.3.2 Sertifikat kesesuaian terhadap persyaratan SNI


paling sedikit harus memuat:
1. nomor sertifikat atau identifikasi unik
lainnya;
2. nomor atau identifikasi lain dari skema
Sertifikasi;
3. nama dan alamat LSPro;
4. nama dan alamat Pemohon (pemegang
sertifikat);
5. nomor atau identifikasi lain yang mengacu ke
perjanjian Sertifikasi;
6. pernyataan kesesuaian yang mencakup:
a. jenis/tipe/varian produk sesuai
peraturan kategori pangan yang berlaku;
b. jenis kemasan produk yang disertifikasi;
c. merek produk yang disertifikasi;
d. SNI yang menjadi dasar Sertifikasi; dan
e. nama dan alamat lokasi produksi.
7. status akreditasi atau pengakuan LSPro;
8. tanggal penerbitan sertifikat dan masa
berlakunya, serta riwayat sertifikat; dan
- 1173 -

9. tanda tangan yang mengikat secara hukum


dari personel yang bertindak atas nama
LSPro sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.

E Pemeliharaan Sertifikasi
1 Pengawasan oleh LSPro
Pengawasan oleh LSPro dilakukan melalui kegiatan
surveilans. LSPro harus melaksanakan kunjungan surveilans
paling sedikit 2 (dua) kali dalam periode Sertifikasi, dengan
jarak antar evaluasi paling lama 12 (dua belas) bulan.
Kunjungan surveilans dilakukan melalui kegiatan evaluasi
berupa audit dan pengujian.

2 Sertifikasi ulang
2.1 LSPro harus melaksanakan Sertifikasi ulang paling
lambat 6 (enam) bulan sebelum masa berlaku sertifikat
berakhir.

2.2 Pelaksanaan Sertifikasi ulang dilakukan sesuai dengan


tahapan pada prosedur administratif.

2.3 Apabila tidak ada perubahan yang signifikan terkait


produk dan proses produksi sesuai dengan hasil audit
terakhir, maka LSPro dapat tidak melakukan evaluasi
tahap 1 (satu).

2.4 Apabila berdasarkan hasil Sertifikasi ulang ditemukan


ketidaksesuaian, Pemohon harus diberi kesempatan
untuk melakukan tindakan perbaikan dalam jangka
waktu tertentu sesuai dengan kebijakan LSPro.

F Evaluasi khusus
LSPro dapat melaksanakan evaluasi khusus dalam rangka audit
perluasan lingkup maupun tindak lanjut (investigasi) atas keluhan
atau informasi yang ada. Evaluasi khusus dalam rangka
- 1174 -

investigasi keluhan atau informasi yang ada dilakukan oleh


auditor yang memiliki kompetensi untuk melakukan investigasi
dan terbatas pada permasalahan yang ada, serta dilakukan dalam
waktu yang singkat dari diperolehnya keluhan atau informasi.
Tahapan evaluasi khusus dalam rangka perluasan lingkup
dilakukan sesuai dengan tahapan prosedur administratif namun
terbatas pada perluasan lingkup yang diajukan. Evaluasi terhadap
perluasan lingkup Sertifikasi dapat dilakukan terpisah maupun
bersamaan dengan surveilans.

G Ketentuan pengurangan, pembekuan, dan pencabutan Sertifikasi


1 Pengurangan lingkup Sertifikasi
Pemohon dapat mengajukan pengurangan lingkup Sertifikasi
selama periode Sertifikasi.

2 Pembekuan dan pencabutan Sertifikasi


2.1 LSPro dapat membekukan Sertifikasi apabila Pemohon:
a. tidak mampu memperbaiki ketidaksesuaian yang
diterbitkan oleh LSPro pada saat surveilans
dan/atau saat evaluasi khusus; atau
b. menyampaikan permintaan pembekuan Sertifikasi
kepada LSPro.

2.2 LSPro harus membatasi periode pembekuan Sertifikasi


paling lama 6 (enam) bulan.

2.3 LSPro dapat melakukan pencabutan Sertifikasi apabila


Pemohon:
a. tidak mampu memperbaiki ketidaksesuaian yang
mengakibatkan pembekuan Sertifikasi melebihi
batas waktu yang ditentukan; atau
b. menyampaikan permintaan pencabutan Sertifikasi
kepada LSPro.

2.4 LSPro dapat mempertimbangkan pembekuan atau


pencabutan Sertifikasi, atau tindakan lainnya yang
- 1175 -

disebabkan oleh faktor lainnya dengan


mempertimbangkan risiko yang ditemukan.

H Keluhan dan banding


LSPro harus mengembangkan aturan penanganan keluhan dan
banding dengan mempertimbangkan kompetensi dan imparsialitas
pelaksanaan penanganan keluhan dan banding.

I Informasi publik
LSPro harus memublikasikan informasi kepada publik sesuai
persyaratan ISO/IEC 17065 termasuk informasi pelanggan yang
disertifikasi, dibekukan dan dicabut. Informasi publik terkait
informasi pelanggan yang disertifikasi, dibekukan dan dicabut
tersebut juga harus disampaikan melalui Aplikasi Barang Ber-SNI
(BangBeni) https://bangbeni.bsn.go.id.

J Kondisi khusus
Dalam hal ditemukan situasi yang tidak memungkinkan
penerapan persyaratan tertentu dalam Sertifikasi ini, maka akan
ditetapkan kebijakan BSN dengan mempertimbangkan masukan
dari KAN dan para pemangku kepentingan lainnya.

K Penggunaan Tanda SNI


1 Penggunaan tanda SNI dilakukan setelah mendapatkan
persetujuan penggunaan tanda SNI melalui Surat Persetujuan
Penggunaan Tanda (SPPT) SNI yang dikeluarkan oleh BSN
sesuai dengan ketentuan dalam Peraturan BSN yang
mengatur mengenai tata cara penggunaan tanda SNI dan
tanda kesesuaian berbasis SNI.

2 Permohonan persetujuan penggunaan tanda SNI diajukan


kepada BSN disertai dengan dokumen persyaratan yang
diatur dalam Peraturan BSN mengenai tata cara penggunaan
tanda SNI dan tanda kesesuaian berbasis SNI.

3 Tanda SNI sebagai bukti kesesuaian produk yang telah


memenuhi SNI adalah sebagai berikut:
- 1176 -

Dengan ukuran:

Keterangan:
y = 11x
r = 0,5x

L Tahapan kritis proses produksi produk susu kental

Tahapan kritis
No. Penjelasan tahapan kritis
proses produksi
1. Pemilihan bahan Bahan baku, bahan tambahan
baku, bahan pangan dan bahan kemasan harus
tambahan pangan memenuhi persyaratan yang
dan bahan kemasan ditetapkan atau peraturan terkait
yang berlaku
2. Proses produksi Proses produksi dilakukan dengan
metode tertentu yang dikendalikan
dan memperhatikan kesesuaian
proses, termasuk kondisi
lingkungan kerja, kompetensi SDM,
peralatan produksi dan alat
-1177-

Tahapan kritis
No. Penjelasan tahapan kritis
proses produksi
pemantauan sesuai persyaratan
yang ditetapkan
3. Pengendalian rautu Pengendalian mutu produk
dilakukan dengan metode tertentu
yang dlkendalikan, untuk
memastikan produk sesuai dengan
persyaratan mutu dan keamanan
yang ditetapkan
4. Pengemasan Pengemasan produk dilakukan
dengan metode tertentu yang
dikendalikan sesuai dengan
persyaratan SNI dan peraturan
terkait yang berlaku

5. Penandaan Penandaan dilakukan sesuai

dengan persyaratan SNI dan


peraturan terkait yang berlaku

pemohon dapat berbeda

KEPALA BADAN STANDARDISASI NASIONAL

REPUBLIK INDONESIA,

TTD

BAMBANG PRASETYA

sesuai dengan aslinya


.^OARO/j
Kepa Daya Manusia, Organisasi, dan Hukum

na N(argahayu
(KDil
- 1178 -

LAMPIRAN LXXV
PERATURAN BADAN STANDARDISASI NASIONAL
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 1 TAHUN 2020
TENTANG
SKEMA PENILAIAN KESESUAIAN TERHADAP STANDAR
NASIONAL INDONESIA SEKTOR MAKANAN DAN MINUMAN

PETUNJUK TEKNIS SKEMA SERTIFIKASI PRODUK SUSU SEREAL

A. Ruang lingkup
Dokumen ini berlaku untuk acuan pelaksanaan Sertifikasi produk
serbuk instan yang terbuat dari susu bubuk dan sereal dengan
penambahan bahan makanan lain dan atau tanpa tambahan
makanan yang diizinkan.

B. Persyaratan Sertifikasi
Persyaratan Sertifikasi mencakup
1. SNI 01-4270-1996 Susu sereal;
2. SNI dan standar lain yang diacu dalam SNI 01-4270-1996;
3. Peraturan yang terkait yaitu:
a. Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1999 tentang
Label dan Iklan Pangan;
b. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
492/Menkes/Per/IV/2010 tentang Persyaratan Kualitas
Air Minum;
c. Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 75/M-
IND/PER/7/2010 tentang Cara Produksi Pangan Olahan
yang Baik (Good Manufacturing Practices);
d. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 33 Tahun 2012
tentang Bahan Tambahan Pangan;
e. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan
Nomor 37 Tahun 2013 tentang Batas Maksimum
Penggunaan Bahan Tambahan Pangan Pewarna;
- 1179 -

f. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan


Nomor 4 Tahun 2014 tentang Batas Maksimum
Penggunaan Bahan Tambahan Pangan Pemanis;
g. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan
Nomor 16 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas Peraturan
Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor
HK.03.1.23.07.11.6664 Tahun 2011 Tentang
Pengawasan Kemasan Pangan;
h. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan
Nomor 16 Tahun 2016 tentang Kriteria Mikrobiologi
dalam Pangan Olahan;
i. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan
Nomor 5 Tahun 2018 tentang Batas Maksimum Cemaran
Logam Berat dalam Pangan Olahan;
j. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan
Nomor 8 tahun 2018 tentang Batas Maksimum Cemaran
Kimia dalam Pangan Olahan; dan
4. Peraturan lain yang terkait produk susu sereal.

C. Prosedur Sertifikasi
Prosedur Sertifikasi mencakup:
1. evaluasi awal; dan
2. inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi.

D. Persyaratan lembaga penilaian kesesuaian


Sertifikasi produk susu sereal dilakukan oleh LPK yang telah
diakreditasi oleh KAN berdasarkan SNI ISO/IEC 17065, Penilaian
Kesesuaian – Persyaratan untuk Lembaga Sertifikasi Produk,
Proses, dan Jasa, untuk lingkup produk susu sereal sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
Dalam hal LPK belum ada yang diakreditasi oleh KAN untuk
melakukan kegiatan Sertifikasi dengan ruang lingkup produk susu
sereal, BSN dapat menunjuk LPK dengan ruang lingkup yang
sejenis sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
- 1180 -

E. Tahapan Sertifikasi
1. Pengajuan permohonan Sertifikasi
1.1. Pengajuan permohonan Sertifikasi dilakukan oleh pelaku
usaha. Kriteria pelaku usaha yang dapat mengajukan
Sertifikasi sesuai Peraturan BSN mengenai tata cara
penggunaan tanda SNI dan tanda kesesuaian berbasis
SNI.

1.2. Permohonan Sertifikasi harus dilengkapi dengan:


a. informasi Pemohon:
1. nama pemohon, alamat pemohon, serta nama
dan kedudukan atau jabatan personel yang
bertanggung jawab atas pengajuan permohonan
Sertifikasi;
2. bukti pemenuhan persyaratan izin usaha
berdasarkan ketentuan peraturan perundang-
undangan;
3. pemenuhan persyaratan berdasarkan
ketentuan peraturan perundang-undangan
tentang pendaftaran dan hak kepemilikan atas
merek yang dikeluarkan oleh Kementerian
Hukum dan Hak Asasi Manusia;
4. apabila Pemohon melakukan pembuatan
produk dengan merek yang dimiliki oleh pihak
lain, menyertakan bukti perjanjian yang
mengikat secara hukum untuk melakukan
pembuatan produk untuk pihak lain;
5. apabila Pemohon bertindak sebagai pemilik
merek yang mensubkontrakkan proses
produksinya kepada pihak lain, menyertakan
bukti kepemilikan merek dan perjanjian
subkontrak pelaksanaan produksi dengan
pihak lain;
6. apabila Pemohon bertindak sebagai perwakilan
resmi pemilik merek yang berkedudukan
hukum di luar negeri, menyertakan bukti
perjanjian yang mengikat secara hukum
- 1181 -

tentang penunjukan sebagai perwakilan resmi


pemilik merek di wilayah Republik Indonesia;
dan
7. pernyataan bahwa Pemohon Sertifikasi
bertanggung jawab penuh atas pemenuhan
persyaratan SNI dan pemenuhan persyaratan
proses Sertifikasi dan bersedia memberikan
akses terhadap lokasi dan/atau informasi yang
diperlukan oleh LSPro dalam melaksanakan
kegiatan Sertifikasi.
b. informasi produk:
1. merek produk yang diajukan untuk
disertifikasi;
2. jenis/tipe/varian produk yang diajukan untuk
disertifikasi;
3. SNI yang digunakan sebagai dasar pengajuan
permohonan Sertifikasi;
4. foto produk dalam kemasan primer yang
diajukan untuk disertifikasi (dari arah depan,
belakang dan samping), serta informasi terkait
kemasan primer produk;
5. daftar bahan baku, termasuk bahan tambahan
pangan; dan
6. label produk; dan
7. apabila telah tersedia,foto kemasan sekunder
dan tersier produk yang diajukan untuk
disertifikasi, dari arah depan, belakang,
samping, dan bagian dalam.
c. informasi proses produksi:
1. nama, alamat, dan legalitas hukum pabrik;
2. struktur organisasi, nama dan jabatan personel
penanggung jawab proses produksi;
3. dokumentasi informasi tentang pemasok bahan
baku produk, prosedur evaluasi pemasok, serta
prosedur inspeksi bahan baku produk;
4. dokumentasi informasi tentang proses
pembuatan produk yang diajukan untuk
- 1182 -

disertifikasi, termasuk proses yang


disubkontrakkan ke pihak lain;
5. dokumentasi informasi tentang prosedur dan
rekaman pengendalian mutu, termasuk
pengujian rutin, daftar peralatan, serta
sertifikat kalibrasi atau bukti verifikasi
peralatan yang berpengaruh terhadap mutu
produk yang disertifikasi, dan bukti atau segel
tera atau tera ulang untuk alat ukur yang
digunakan dalam pengukuran berat produk
dalam kemasan akhir;
6. dokumentasi informasi tentang prosedur dan
rekaman pengendalian dan penanganan produk
yang tidak sesuai;
7. dokumentasi informasi tentang pengemasan
produk dan pengelolaan produk di gudang
akhir produk sebelum dikirimkan dan/atau
diedarkan ke wilayah Republik Indonesia;
8. lokasi gudang penyimpanan produk di wilayah
Republik Indonesia;
9. bukti izin edar produk (MD/ML) sesuai
peraturan yang berlaku, kecuali yang tidak
dijual secara langsung ke konsumen akhir
sesuai peraturan yang berlaku;
10. menyertakan laporan hasil uji yang dilakukan
paling lambat 1 (satu) tahun sebelum
pengajuan Sertifikasi, yang memberikan bukti
pemenuhan produk yang diajukan untuk
disertifikasi terhadap persyaratan mutu dalam
SNI dan peraturan terkait;
11. apabila laporan hasil uji sebagaimana
dinyatakan pada angka 10 belum tersedia,
Pemohon dapat menyampaikan contoh produk
kepada LSPro untuk diuji di laboratorium yang
memiliki perjanjian alih daya dengan LSPro;
dan
- 1183 -

12. apabila telah tersedia, menyertakan Sertifikat


Penerapan Sistem Manajemen Mutu
berdasarkan SNI ISO 9001 atau Sistem
Manajemen Keamanan Pangan berdasarkan SNI
ISO 22000 atau HACCP berdasarkan SNI
CAC/RCP 1 dari Lembaga Sertifikasi yang
diakreditasi oleh KAN atau oleh badan
akreditasi penandatangan International
Accreditation Forum (IAF)/Asia Pacific
Accreditation Cooperation (APAC) Multilateral
Recognition Agreement (MLA) dengan ruang
lingkup yang sesuai.
Informasi pada butir 4, butir 5, butir 10 dan butir 11
tidak perlu dilampirkan apabila Pemohon
melakukan pengemasan ulang produk yang
dihasilkan oleh pihak lain yang telah memiliki
sertifikat kesesuaian produk atau Surat Persetujuan
Penggunaan Tanda (SPPT) SNI.

2. Tinjauan permohonan Sertifikasi


LSPro harus memastikan bahwa informasi yang diperoleh dari
permohonan Sertifikasi yang diajukan oleh Pemohon telah
lengkap dan memenuhi persyaratan.

3. Penandatanganan perjanjian Sertifikasi


Setelah permohonan Sertifikasi dinyatakan lengkap dan
Pemohon menyetujui persyaratan dan prosedur Sertifikasi
yang ditetapkan oleh LSPro sesuai dengan persyaratan SNI
ISO/IEC 17065, perjanjian Sertifikasi ditandatangani oleh
Pemohon dan LSPro.

4. Penyusunan rencana evaluasi


Berdasarkan informasi yang diperoleh dari persyaratan
permohonan Sertifikasi yang disampaikan oleh Pemohon,
LSPro menetapkan rencana evaluasi yang mencakup:
a. jenis/tipe/varian produk yang diajukan untuk
disertifikasi dan metode pengambilan contoh sesuai
- 1184 -

dengan persyaratan SNI 01-4270-1996, yang diperlukan


untuk pengujian produk dan mewakili contoh produk
yang diusulkan untuk disertifikasi;
b. informasi SNI yang digunakan sebagai dasar Sertifikasi
berdasarkan permohonan yang diajukan oleh Pemohon
Sertifikasi;
c. waktu yang diperlukan untuk pelaksanaan pengujian
berdasarkan standar acuan metode uji yang
dipersyaratkan; dan
d. waktu, lokasi pelaksanaan dan agenda inspeksi pabrik
atau asesmen proses produksi yang relevan dengan
pelaksanaan produksi produk yang diajukan untuk
disertifikasi, serta personel kompeten yang melakukan
evaluasi.

5. Pelaksanaan evaluasi awal terhadap produk


5.1 Pelaksanaan evaluasi awal terhadap produk mencakup:
a. Pemeriksaan awal terhadap kesesuaian informasi
produk dan proses produksi yang disampaikan
Pemohon pada huruf E angka 1 terhadap lingkup
produk yang ditetapkan dalam SNI dan peraturan
terkait.
b. Pengujian awal terhadap contoh produk berdasarkan
persyaratan mutu dalam SNI. Pengujian awal
dilakukan berdasarkan laporan hasil uji dari
laboratorium yang disampaikan Pemohon, yang
mencakup seluruh persyaratan mutu dalam SNI 01-
4270-1996. Apabila laporan hasil uji tersebut
menunjukkan bahwa seluruh persyaratan mutu
dalam SNI tersebut telah terpenuhi, maka produk
yang diajukan untuk disertifikasi dianggap telah
memenuhi persyaratan pengujian awal.

5.2 Apabila hasil evaluasi awal menunjukkan


ketidaksesuaian terhadap persyaratan SNI, Pemohon
harus diberi kesempatan untuk melakukan tindakan
- 1185 -

perbaikan dalam jangka waktu tertentu sesuai dengan


kebijakan LSPro.

6. Pelaksanaan inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi


6.1 Inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi harus
dilakukan pada saat pabrik melakukan produksi, atau
pada kondisi tertentu dilakukan melalui simulasi proses
produksi produk yang diajukan untuk disertifikasi.

6.2 Inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi dilakukan


terhadap:
a. tanggung jawab dan komitmen personel penanggung
jawab pabrik terhadap konsistensi pemenuhan
produk terhadap persyaratan SNI;
b. ketersediaan dan pengendalian dokumentasi
informasi prosedur dan rekaman pengendalian
mutu, termasuk pengujian rutin;
c. fasilitas, lokasi, desain dan tata letak, bangunan,
sanitasi peralatan, sanitasi ruang proses, dan
higiene personel sesuai dengan ketentuan yang
berlaku tentang Cara Produksi Pangan Olahan yang
Baik;
d. tahapan kritis proses produksi, mulai dari bahan
baku sampai produk akhir paling sedikit pada
tahapan sebagaimana tercantum dalam huruf G;
e. kelengkapan serta fungsi peralatan produksi
termasuk peralatan pengendalian mutu, paling
sedikit alat pencampur, alat pemasakan, dan alat
pengukur berat;
f. bukti verifikasi berdasarkan hasil kalibrasi atau
hasil verifikasi peralatan produksi sebagaimana
disebutkan pada huruf e yang membuktikan bahwa
peralatan tersebut memenuhi persyaratan produksi.
Hasil verifikasi peralatan produksi dapat
ditunjukkan dengan prosedur yang diperlukan
untuk mencapai kondisi atau persyaratan yang
ditetapkan;
- 1186 -

g. bukti tera atau tera ulang alat pengukur berat atau


volume produk dalam kemasan akhir;
h. pengendalian dan penanganan produk yang tidak
sesuai; dan
i. pengemasan, penanganan, dan penyimpanan
produk, termasuk di gudang akhir produk yang siap
diedarkan.

6.3 Apabila pabrik telah menerapkan dan mendapatkan


sertifikat Sistem Manajemen Keamanan Pangan
berdasarkan SNI ISO 22000 atau HACCP berdasarkan
SNI CAC/RCP 1 dari Lembaga Sertifikasi yang
diakreditasi oleh KAN atau oleh badan akreditasi
penandatangan IAF/APAC MLA dengan ruang lingkup
yang sesuai, maka inspeksi pabrik atau asesmen proses
produksi dilakukan terhadap implementasi sistem
manajemen terkait mutu produk tersebut dan angka 6.2
huruf d dan huruf e.

6.4 Apabila Pabrik telah menerapkan dan mendapatkan


sertifikat Sistem Manajemen Mutu berdasarkan SNI ISO
9001 dari Lembaga Sertifikasi yang diakreditasi oleh KAN
atau oleh badan akreditasi penandatangan IAF/APAC
MLA dengan ruang lingkup yang sesuai, maka inspeksi
pabrik atau asesmen proses produksi dilakukan terhadap
implementasi sistem manajemen terkait mutu produk
tersebut dan angka 6.2 huruf c, huruf d, dan huruf e.

6.5 Dalam hal Pemohon melakukan pengemasan ulang


produk yang dihasilkan oleh pihak lain, berlaku
ketentuan berikut:
a. apabila pihak lain tersebut telah memiliki sertifikat
kesesuaian produk atau Surat Persetujuan
Penggunaan Tanda (SPPT) SNI, maka inspeksi pabrik
atau asesmen proses produksi sebagaimana
dimaksud pada angka 6.2 dilakukan di lokasi
Pemohon pada tahapan pengemasan; atau
- 1187 -

b. apabila pihak lain tersebut belum memiliki sertifikat


kesesuaian produk atau Surat Persetujuan
Penggunaan Tanda (SPPT) SNI, maka inspeksi pabrik
atau asesmen proses produksi sebagaimana
dimaksud pada angka 6.2 dilakukan di lokasi
pembuatan produk yang dimiliki oleh pihak lain dan
di lokasi Pemohon.

6.6 Selama inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi,


LSPro melakukan pengambilan contoh produk oleh
petugas pengambil contoh dan selanjutnya diuji di
laboratorium milik LSPro atau laboratorium yang telah
memiliki perjanjian alih daya dengan LSPro.

6.7 Apabila berdasarkan hasil inspeksi pabrik atau asesmen


proses produksi, termasuk hasil pengujian, tidak
diperoleh bukti-bukti yang kuat untuk menjamin
konsistensi produk terhadap persyaratan SNI, maka
Pemohon harus diberi kesempatan untuk melakukan
tindakan perbaikan dalam jangka waktu tertentu sesuai
dengan kebijakan LSPro.

7. Tinjauan
7.1 Tinjauan hasil evaluasi dilakukan terhadap:
a. Hasil evaluasi awal terhadap produk untuk
menunjukkan bahwa contoh produk yang mewakili
produk memenuhi persyaratan SNI yang diajukan
oleh Pemohon sebagai dasar permohonan Sertifikasi.
b. Hasil inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi
atau bukti obyektif untuk menunjukkan bahwa
pabrik memiliki proses produksi yang didukung
dengan segala sumber daya yang diperlukan untuk
menghasilkan produk yang secara konsisten dan
memenuhi persyaratan SNI yang diajukan oleh
Pemohon sebagai dasar permohonan Sertifikasi.
- 1188 -

7.2 Tinjauan hasil evaluasi dinyatakan dalam bentuk


rekomendasi tertulis tentang pemenuhan SNI yang
diajukan oleh Pemohon untuk produk yang diajukan
untuk disertifikasi.

8. Penetapan keputusan Sertifikasi


8.1. Penetapan keputusan Sertifikasi dilakukan berdasarkan
rekomendasi yang dihasilkan dari proses tinjauan.

8.2 Penetapan keputusan Sertifikasi harus dilakukan oleh


satu atau sekelompok orang yang tidak terlibat dalam
proses evaluasi.

8.3 Penetapan keputusan Sertifikasi dapat dilakukan oleh


satu atau sekelompok orang yang sama dengan yang
melakukan tinjauan.

8.4 Rekomendasi untuk keputusan Sertifikasi berdasarkan


hasil tinjauan harus didokumentasikan, kecuali tinjauan
dan keputusan Sertifikasi diselesaikan secara bersamaan
oleh satu atau sekelompok orang yang sama.

8.5 LSPro harus memberitahu Pemohon Sertifikasi terkait


alasan menunda atau tidak memberikan keputusan
Sertifikasi, dan harus mengidentifikasikan alasan
keputusan tersebut. Apabila Pemohon Sertifikasi
menunjukkan keinginan untuk melanjutkan proses
Sertifikasi, LSPro dapat memulai kembali dari proses
evaluasi (angka 5).

9. Penerbitan sertifikat
Sertifikat kesesuaian terhadap persyaratan SNI diterbitkan
sesuai ketentuan sebagai berikut:
a. Sertifikat diterbitkan oleh LSPro setelah penetapan
keputusan Sertifikasi;
b. Sertifikat paling sedikit harus memuat:
1. nomor sertifikat atau identifikasi unik lainnya;
- 1189 -

2. nomor atau identifikasi lain dari skema Sertifikasi;


3. nama dan alamat LSPro;
4. nama dan alamat Pemohon (pemegang sertifikat);
5. acuan ke perjanjian Sertifikasi;
6. pernyataan kesesuaian yang mencakup:
a. nama, merek, dan spesifikasi produk yang
dinyatakan memenuhi persyaratan;
b. SNI yang menjadi dasar Sertifikasi;
c. nama dan alamat lokasi produksi; dan
d. informasi terkait proses Sertifikasi.
7. status akreditasi atau pengakuan LSPro;
8. tanggal penerbitan sertifikat;
9. tanggal berakhir masa berlaku sertifikat yaitu 4
(empat) tahun sejak tanggal penerbitan sertifikat;
10. tanda tangan yang mengikat secara hukum dari
personel yang bertindak atas nama LSPro sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

10. Surveilans dan Sertifikasi ulang


10.1 LSPro harus melaksanakan surveilans paling sedikit 2
(dua) kali dalam periode Sertifikasi. Dalam hal ini
berlaku ketentuan sebagai berikut:
a. Surveilans pertama dilakukan melalui kegiatan:
1. Inspeksi pabrik atau asesmen proses
produksi; dan/atau
2. Pengujian terhadap contoh produk yang akan
beredar.
Pemilihan jenis kegiatan pada surveilans pertama
tersebut dilakukan berdasarkan penilaian LSPro
atas hasil Sertifikasi sebelumnya.
Apabila surveilans pertama hanya dilakukan
melalui kegiatan pengujian terhadap contoh
produk yang akan beredar, penerima sertifikat
harus menyampaikan dokumentasi pengendalian
mutu proses produksi sejak penerbitan sertifikat
sampai dilakukan surveilans pertama.
- 1190 -

b. Surveilans kedua dilakukan melalui kegiatan:


1. Inspeksi pabrik atau asesmen proses
produksi; dan
2. Pengujian terhadap contoh produk yang akan
atau telah beredar.

10.2 LSPro harus melaksanakan Sertifikasi ulang paling


lambat pada bulan ke-42 (empat puluh dua) (empat
puluh dua) setelah penetapan Sertifikasi, melalui
kegiatan sebagaimana tercantum dalam angka 6.

F. Penggunaan tanda SNI


1. Penggunaan tanda SNI dilakukan setelah mendapatkan
persetujuan penggunaan Tanda SNI melalui Surat
Persetujuan Penggunaan Tanda (SPPT) SNI yang dikeluarkan
oleh BSN sesuai dengan ketentuan dalam Peraturan Kepala
BSN mengenai tata cara penggunaan tanda SNI dan tanda
kesesuaian berbasis SNI.

2. Tanda SNI sebagai bukti kesesuaian produk yang telah


memenuhi SNI adalah sebagai berikut:

Dengan ukuran:

Keterangan:
y = 11x
r = 0,5x
^1191 -

G.Tahapan kritis proses produksi produk susu sereal

Tahapan kritis
No. Penjelasan tahapan kritis
proses produksi
1. Pemilihan Bahan baku susu bubuk harus
bahan baku, memenuhi persyaratan yang ditetapkan
bahan atau peraturan terkait yang berlaku
makanan Iain, Bahan baku air harus memenuhi
bahan persyaratan kualitas air minum sesuai
tambahan peraturan terkait yang berlaku
makanan dan Bahan makanan lain, bahan tambahan
bahan kemasan makanan, dan bahan kemasan harus
memenuhi persyaratan yang ditetapkan
atau peraturan terkait yang berlaku
2. Pencampuran Pencampuran dengan bahan makanan
lain dan atau bahan tambahan makanan
yang diizinkan, dilakukan dengan
metode tertentu yang dikendalikan
untuk mendapatkan campuran yang
homogen sesuai dengan formulasi yang
ditetapkan
3. Pemasakan Pemasakan dilakukan dengan metode
tertentu yang dikendalikan untuk
mendapatkan spesifikasi produk yang
sesuai persyaratan
4. Pengemasan Produk dikemas dalam wadah yang
tertutup rapat, tidak dipengaruhi atau
mempengaruhi isi, aman selama
penyimpanan dan pengangkutan
5. Penandaan Penandaan dilakukan sesuai dengan
persyaratan SNl dan peraturan terkait
yang berlaku
Keterangan: Urutan tahapan kritis proses produksi disetiap
petnohon dapat berbeda

KEPALA BADAN STANDARDISASl NASIONAL

REPUBLIK INDONESIA.

TTD
BAMBANG PRASETYA

iw^P'sesuai dengan aslinya


Kepal Sumb^kj-Java Manusia, Organisasi, dan Hukum

arganayu
/nqO^
- 1192 -

LAMPIRAN LXXVI
PERATURAN BADAN STANDARDISASI NASIONAL
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 1 TAHUN 2020
TENTANG
SKEMA PENILAIAN KESESUAIAN TERHADAP STANDAR
NASIONAL INDONESIA SEKTOR MAKANAN DAN MINUMAN

PETUNJUK TEKNIS SKEMA SERTIFIKASI PRODUK DENDENG SAPI

A. Ruang lingkup
Dokumen ini berlaku untuk acuan pelaksanaan Sertifikasi produk
dendeng sapi yang berbentuk lempengan terbuat dari daging sapi
segar dan atau daging sapi beku, yang diiris atau digiling,
ditambah bumbu dan dikeringkan dengan sinar matahari atau alat
pengering, dengan atau tanpa penambahan bahan pangan lain dan
bahan tambahan pangan yang diizinkan.
Skema Sertifikasi ini hanya berlaku untuk dendeng sapi mentah.

B. Persyaratan Sertifikasi
Persyaratan acuan Sertifikasi produk:
1. SNI 2908:2013 Dendeng sapi;
2. SNI dan standar lain yang diacu dalam SNI 2908:2013;
3. Peraturan yang terkait yaitu:
a. Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1999 tentang
Label dan Iklan Pangan;
b. Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 75/M-
IND/PER/7/2010 tentang Cara Produksi Pangan Olahan
yang Baik (Good Manufacturing Practices);
c. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 33 Tahun 2012
tentang Bahan Tambahan Pangan;
d. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan
Nomor 16 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas Peraturan
Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor
HK.03.1.23.07.11.6664 Tahun 2011 Tentang
Pengawasan Kemasan Pangan;
- 1193 -

e. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan


Nomor 16 Tahun 2016 tentang Kriteria Mikrobiologi
dalam Pangan Olahan;
f. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan
Nomor 5 Tahun 2018 tentang Batas Maksimum Cemaran
Logam Berat dalam Pangan Olahan;
g. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan
Nomor 8 tahun 2018 tentang Batas Maksimum Cemaran
Kimia dalam Pangan Olahan;
4. peraturan lain yang terkait dengan produk dendeng sapi.

C. Prosedur Sertifikasi
Prosedur Sertifikasi mencakup:
1. evaluasi awal; dan
2. inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi.

D. Persyaratan Lembaga Penilaian Kesesuaian


Sertifikasi produk dendeng sapi dilakukan oleh LPK yang telah
diakreditasi oleh KAN berdasarkan SNI ISO/IEC 17065, Penilaian
Kesesuaian – Persyaratan untuk Lembaga Sertifikasi Produk,
Proses, dan Jasa, untuk lingkup produk sebagaimana dimaksud
dalam Ruang Lingkup sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Dalam hal LPK belum ada yang diakreditasi KAN untuk melakukan
kegiatan Sertifikasi dengan ruang lingkup produk dendeng sapi,
BSN dapat menunjuk LPK dengan ruang lingkup yang sejenis
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

E. Tahapan Sertifikasi
1. Pengajuan permohonan Sertifikasi
1.1 Pengajuan permohonan Sertifikasi dilakukan oleh pelaku
usaha. Kriteria Pelaku Usaha yang dapat mengajukan
Sertifikasi sesuai Peraturan BSN mengenai tata cara
penggunaan tanda SNI dan tanda kesesuaian berbasis
SNI.
- 1194 -

1.2 Permohonan Sertifikasi harus dilengkapi dengan:


a. informasi Pemohon:
1. nama pemohon, alamat pemohon, serta nama
dan kedudukan atau jabatan personel yang
bertanggung jawab atas pengajuan permohonan
Sertifikasi;
2. bukti pemenuhan persyaratan izin usaha sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan;
3. pemenuhan persyaratan sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan tentang
pendaftaran dan hak kepemilikan atas merek
yang dikeluarkan oleh Kementerian Hukum dan
Hak Asasi Manusia;
4. apabila pemohon melakukan pembuatan
produk dengan merek yang dimiliki oleh pihak
lain, menyertakan bukti perjanjian yang
mengikat secara hukum untuk melakukan
pembuatan produk untuk pihak lain;
5. apabila pemohon bertindak sebagai pemilik
merek yang mensubkontrakkan proses
produksinya kepada pihak lain, menyertakan
bukti kepemilikan merek dan perjanjian
subkontrak pelaksanaan produksi dengan
pihak lain;
6. apabila pemohon bertindak sebagai perwakilan
resmi pemilik merek yang berkedudukan
hukum di luar negeri, menyertakan bukti
perjanjian yang mengikat secara hukum
tentang penunjukan sebagai perwakilan resmi
pemilik merek di wilayah Republik Indonesia;
dan
7. pernyataan bahwa Pemohon Sertifikasi
bertanggung jawab penuh atas pemenuhan
persyaratan SNI dan pemenuhan persyaratan
proses Sertifikasi dan bersedia memberikan
akses terhadap lokasi dan/atau informasi yang
- 1195 -

diperlukan oleh LSPro dalam melaksanakan


kegiatan Sertifikasi.
b. informasi produk:
1. merek produk yang diajukan untuk disertifikasi;
2. jenis/tipe/varian/kelas produk yang diajukan
untuk disertifikasi;
3. SNI yang digunakan sebagai dasar pengajuan
permohonan Sertifikasi;
4. foto produk dalam kemasan primer yang
diajukan untuk disertifikasi (dari arah depan,
belakang dan samping), serta informasi terkait
kemasan primer produk;
5. daftar bahan baku termasuk bahan tambahan
pangan;
6. label produk; dan
7. apabila telah tersedia, foto kemasan sekunder
dan tersier produk yang diajukan untuk
disertifikasi, dari arah depan, belakang,
samping, dan bagian dalam.
c. informasi proses produksi:
1. nama, alamat, dan legalitas hukum pabrik;
2. struktur organisasi, nama dan jabatan personel
penanggung jawab proses produksi;
3. dokumentasi informasi tentang pemasok bahan
baku produk, prosedur evaluasi pemasok, serta
prosedur inspeksi bahan baku produk;
4. dokumentasi informasi tentang proses
pembuatan produk yang diajukan untuk
disertifikasi, termasuk proses yang
disubkontrakkan ke pihak lain;
5. dokumentasi informasi tentang prosedur dan
rekaman pengendalian mutu, termasuk
pengujian rutin, daftar peralatan, serta
sertifikat kalibrasi atau bukti verifikasi
peralatan yang berpengaruh terhadap mutu
produk yang disertifikasi, dan bukti atau segel
tera atau tera ulang untuk alat ukur yang
- 1196 -

digunakan dalam pengukuran berat produk


dalam kemasan akhir;
6. dokumentasi informasi tentang prosedur dan
rekaman pengendalian dan penanganan produk
yang tidak sesuai;
7. dokumentasi informasi tentang pengemasan
produk dan pengelolaan produk di gudang
akhir produk sebelum dikirimkan dan/atau
diedarkan ke wilayah Republik Indonesia;
8. lokasi gudang penyimpanan produk di wilayah
Republik Indonesia;
9. bukti izin edar produk (MD/ML atau P-IRT),
sesuai ketentuan peraturan perundang-
undangan;
10. menyertakan laporan hasil uji yang dilakukan
paling lambat 1 (satu) tahun sebelum
pengajuan Sertifikasi, yang memberikan bukti
pemenuhan produk yang diajukan untuk
disertifikasi terhadap persyaratan mutu dalam
SNI dan peraturan terkait;
11. apabila laporan hasil uji sebagaimana
dinyatakan pada angka 10 belum tersedia,
Pemohon dapat menyampaikan contoh produk
kepada LSPro untuk diuji di laboratorium yang
memiliki perjanjian alih daya dengan LSPro;
dan
12. apabila telah tersedia, menyertakan Sertifikat
Penerapan Sistem Manajemen Mutu
berdasarkan SNI ISO 9001 atau Sistem
Manajemen Keamanan Pangan berdasarkan SNI
ISO 22000 atau HACCP berdasarkan SNI
CAC/RCP 1 Lembaga Sertifikasi yang
diakreditasi oleh KAN atau oleh badan
akreditasi penandatangan International
Accreditation Forum (IAF)/Asia Pacific
Accreditation Cooperation (APAC) Multilateral
- 1197 -

Recognition Agreement (MLA) dengan ruang


lingkup yang sesuai.

2. Tinjauan permohonan Sertifikasi


LSPro harus memastikan bahwa informasi yang diperoleh dari
permohonan Sertifikasi yang diajukan oleh Pemohon telah
lengkap dan memenuhi persyaratan.

3. Penandatanganan perjanjian Sertifikasi


Setelah permohonan Sertifikasi dinyatakan lengkap dan
Pemohon menyetujui persyaratan dan prosedur Sertifikasi
yang ditetapkan oleh LSPro sesuai dengan persyaratan SNI
ISO/IEC 17065, perjanjian Sertifikasi ditandatangani oleh
Pemohon dan LSPro.

4. Penyusunan rencana evaluasi


Berdasarkan informasi yang diperoleh dari persyaratan
permohonan Sertifikasi yang disampaikan oleh Pemohon,
LSPro menetapkan rencana evaluasi yang mencakup:
a. jenis/tipe/varian produk yang diajukan untuk
disertifikasi dan metode pengambilan contoh sesuai
dengan persyaratan SNI 2908:2013, yang diperlukan
untuk pengujian produk dan mewakili contoh produk
yang diusulkan untuk disertifikasi;
b. informasi SNI yang digunakan sebagai dasar Sertifikasi
berdasarkan permohonan yang diajukan oleh Pemohon
Sertifikasi;
c. waktu yang diperlukan untuk pelaksanaan pengujian
berdasarkan standar acuan metode uji yang
dipersyaratkan; dan
d. waktu, lokasi pelaksanaan dan agenda inspeksi pabrik
atau asesmen proses produksi yang relevan dengan
pelaksanaan produksi produk yang diajukan untuk
disertifikasi, serta personel kompeten yang melakukan
evaluasi.
- 1198 -

5. Pelaksanaan evaluasi awal terhadap produk


5.1 Pelaksanaan evaluasi awal terhadap produk mencakup:
a. Pemeriksaan awal terhadap kesesuaian informasi
produk dan proses produksi yang disampaikan
Pemohon pada huruf E angka 1 terhadap lingkup
produk yang ditetapkan dalam SNI dan peraturan
terkait.
b. Pengujian awal terhadap contoh produk
berdasarkan persyaratan mutu dalam SNI.
Pengujian awal dilakukan berdasarkan laporan hasil
uji dari laboratorium yang disampaikan Pemohon,
yang mencakup seluruh persyaratan mutu dalam
SNI 2908:2013. Apabila laporan hasil uji tersebut
menunjukkan bahwa seluruh persyaratan mutu
dalam SNI tersebut telah terpenuhi, maka produk
yang diajukan untuk disertifikasi dianggap telah
memenuhi persyaratan pengujian awal.

5.2 Apabila hasil evaluasi awal menunjukkan


ketidaksesuaian terhadap persyaratan SNI, Pemohon
harus diberi kesempatan untuk melakukan tindakan
perbaikan dalam jangka waktu tertentu sesuai dengan
kebijakan LSPro.

6. Pelaksanaan inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi


5.1 Inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi harus
dilakukan pada saat pabrik melakukan produksi, atau
pada kondisi tertentu dilakukan melalui simulasi proses
produksi produk yang diajukan untuk disertifikasi.

5.2 Inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi dilakukan


terhadap:
a. tanggung jawab dan komitmen personel penanggung
jawab pabrik terhadap konsistensi pemenuhan
produk terhadap persyaratan SNI;
- 1199 -

b. ketersediaan dan pengendalian dokumentasi


informasi prosedur dan rekaman pengendalian
mutu, termasuk pengujian rutin;
c. fasilitas, lokasi, desain dan tata letak, bangunan,
sanitasi peralatan, sanitasi ruang proses, dan
higiene personel sesuai dengan ketentuan yang
berlaku tentang Cara Produksi Pangan Olahan yang
Baik;
d. tahapan kritis proses produksi, mulai dari bahan
baku sampai produk akhir paling sedikit pada
tahapan sebagaimana tercantum dalam huruf G;
e. kelengkapan serta fungsi peralatan produksi
termasuk peralatan pengendalian mutu, paling
sedikit memiliki alat pendingin/alat pembeku untuk
penyimpanan daging, alat pengiris/alat penggiling
daging, alat pengering (bila digunakan), dan alat
pengukur berat;
f. bukti verifikasi berdasarkan hasil kalibrasi atau
hasil verifikasi peralatan produksi sebagaimana
disebutkan pada huruf e yang membuktikan bahwa
peralatan tersebut memenuhi persyaratan produksi.
Hasil verifikasi peralatan produksi dapat
ditunjukkan dengan prosedur yang diperlukan
untuk mencapai kondisi atau persyaratan yang
ditetapkan;
g. bukti tera atau tera ulang alat pengukuran berat
produk dalam kemasan akhir;
h. pengendalian dan penanganan produk yang tidak
sesuai; dan
i. pengemasan, penanganan, dan penyimpanan
produk, termasuk di gudang akhir produk yang siap
diedarkan.

5.3 Apabila Pabrik telah menerapkan dan mendapatkan


sertifikat Sistem Manajemen Keamanan Pangan
berdasarkan SNI ISO 22000 atau HACCP berdasarkan
SNI CAC/RCP 1 dari Otoritas Kompeten atau Lembaga
- 1200 -

Sertifikasi yang diakreditasi oleh KAN atau oleh badan


akreditasi penandatangan IAF/APAC MLA dengan ruang
lingkup yang sesuai, maka inspeksi pabrik atau asesmen
proses produksi dilakukan terhadap implementasi sistem
manajemen terkait mutu produk tersebut dan angka 6.2
huruf d dan huruf e.

5.4 Apabila pabrik telah menerapkan dan mendapatkan


sertifikat Sistem Manajemen Mutu berdasarkan SNI ISO
9001 dari Lembaga Sertifikasi yang diakreditasi oleh KAN
atau oleh badan akreditasi penandatangan IAF/APAC
MLA dengan ruang lingkup yang sesuai, maka inspeksi
pabrik atau asesmen proses produksi dilakukan terhadap
implementasi sistem manajemen terkait mutu produk
tersebut dan angka 6.2 huruf c, huruf d, dan huruf e.

5.5 Selama inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi,


LSPro melakukan pengambilan contoh produk oleh
petugas pengambil contoh dan selanjutnya diuji di
laboratorium milik LSPro atau Laboratorium yang telah
memiliki perjanjian alih daya dengan LSPro.

5.6 Apabila berdasarkan hasil inspeksi pabrik atau asesmen


proses produksi, termasuk hasil pengujian, tidak
diperoleh bukti-bukti yang kuat untuk menjamin
konsistensi produk terhadap persyaratan SNI, maka
Pemohon harus diberi kesempatan untuk melakukan
tindakan perbaikan dalam jangka waktu tertentu sesuai
dengan kebijakan LSPro.

7. Tinjauan
6.1 Tinjauan Hasil Evaluasi dilakukan terhadap:
a. Hasil evaluasi awal terhadap produk untuk
menunjukkan bahwa contoh produk yang mewakili
produk memenuhi persyaratan SNI yang diajukan
oleh Pemohon sebagai dasar permohonan Sertifikasi.
- 1201 -

b. Hasil inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi


atau bukti obyektif untuk menunjukkan bahwa
pabrik memiliki proses produksi yang didukung
dengan segala sumber daya yang diperlukan untuk
menghasilkan produk yang secara konsisten
memenuhi persyaratan SNI yang diajukan oleh
Pemohon sebagai dasar permohonan Sertifikasi.

6.2 Tinjauan hasil evaluasi dinyatakan dalam bentuk


rekomendasi tertulis tentang pemenuhan SNI yang
diajukan oleh Pemohon untuk produk yang diajukan
untuk disertifikasi.

8. Penetapan keputusan Sertifikasi


8.1 Penetapan keputusan Sertifikasi dilakukan berdasarkan
rekomendasi yang dihasilkan dari proses tinjauan.

8.2 Penetapan keputusan Sertifikasi harus dilakukan oleh


satu orang atau sekelompok orang yang tidak terlibat
dalam proses evaluasi.

8.3 Penetapan keputusan Sertifikasi dapat dilakukan oleh


satu orang atau sekelompok orang yang sama dengan
yang melakukan tinjauan.

8.4 Rekomendasi untuk keputusan Sertifikasi berdasarkan


hasil tinjauan harus didokumentasikan, kecuali tinjauan
dan keputusan Sertifikasi diselesaikan secara bersamaan
oleh orang atau sekelompok orang yang sama.

8.5 LSPro harus memberitahu Pemohon Sertifikasi terkait


alasan menunda atau tidak memberikan keputusan
Sertifikasi, dan harus mengidentifikasikan alasan
keputusan tersebut. Apabila Pemohon Sertifikasi
menunjukkan keinginan untuk melanjutkan proses
Sertifikasi, LSPro dapat memulai kembali dari proses
evaluasi (angka 5).
- 1202 -

9. Penerbitan sertifikat
Sertifikat kesesuaian terhadap persyaratan SNI diterbitkan
sesuai ketentuan sebagai berikut:
a. Sertifikat diterbitkan oleh LSPro setelah penetapan
keputusan Sertifikasi; dan
b. Sertifikat paling sedikit harus memuat:
1. nomor sertifikat atau identifikasi unik lainnya;
2. nomor atau identifikasi lain dari skema Sertifikasi;
3. nama dan alamat LSPro;
4. nama dan alamat Pemohon (pemegang sertifikat);
5. acuan ke perjanjian Sertifikasi;
6. pernyataan kesesuaian yang mencakup:
a. nama, merek, dan spesifikasi produk yang
dinyatakan memenuhi persyaratan;
b. SNI yang menjadi dasar Sertifikasi;
c. nama dan alamat lokasi produksi; dan
d. informasi terkait proses Sertifikasi.
7. status akreditasi atau pengakuan LSPro;
8. tanggal penerbitan sertifikat;
9. tanggal berakhir masa berlaku sertifikat yaitu 4
(empat) tahun sejak tanggal penerbitan sertifikat;
10. tanda tangan yang mengikat secara hukum dari
personel yang bertindak atas nama LSPro sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

10. Surveilans dan Sertifikasi ulang


10.1 LSPro harus melaksanakan surveilans paling sedikit 2
(dua) kali dalam periode Sertifikasi. Dalam hal ini
berlaku ketentuan sebagai berikut:
a. Surveilans pertama dilakukan melalui kegiatan:
1. Inspeksi pabrik atau asesmen proses
produksi; dan/atau
2. Pengujian terhadap contoh produk yang akan
beredar.
Pemilihan jenis kegiatan pada surveilans pertama
tersebut dilakukan berdasarkan penilaian LSPro
atas hasil Sertifikasi sebelumnya.
- 1203 -

Apabila surveilans pertama hanya dilakukan


melalui kegiatan pengujian terhadap contoh
produk yang akan beredar, penerima sertifikat
harus menyampaikan dokumentasi pengendalian
mutu proses produksi sejak penerbitan sertifikat
sampai dilakukan surveilans pertama.
b. Surveilans kedua dilakukan melalui kegiatan:
1. Inspeksi pabrik atau asesmen proses
produksi; dan
2. Pengujian terhadap contoh produk yang akan
atau telah beredar.

10.2 LSPro harus melaksanakan Sertifikasi ulang paling


lambat pada bulan ke-42 (empat puluh dua) setelah
penetapan Sertifikasi, melalui kegiatan sebagaimana
dimaksud pada angka 6.

F. Penggunaan tanda SNI


1. Penggunaan tanda SNI dilakukan setelah mendapatkan
persetujuan penggunaan Tanda SNI melalui Surat
Persetujuan Penggunaan Tanda (SPPT) SNI yang dikeluarkan
oleh BSN sesuai dengan ketentuan dalam Peraturan BSN
mengenai tata cara penggunaan tanda SNI dan tanda
kesesuaian berbasis SNI.

2. Tanda SNI sebagai bukti kesesuaian produk yang telah


memenuhi SNI adalah sebagai berikut:
- 1204 -

Dengan ukuran:

Keterangan:
y = 11x
r = 0,5x

G. Tahapan kritis proses produksi produk dendeng sapi

Tahapan kritis
No. Penjelasan tahapan kritis
proses produksi

1. Pemilihan bahan Bahan baku daging sapi segar dan


baku, bahan atau daging sapi beku harus
pangan lain, memenuhi persyaratan yang
bahan tambahan ditetapkan atau peraturan terkait yang
pangan dan berlaku
bahan kemasan Bahan pangan lain, bahan tambahan
pangan dan bahan kemasan harus
memenuhi persyaratan yang
ditetapkan atau peraturan terkait yang
berlaku
2. Penyimpanan Penyimpanan daging mentah
daging mentah dilakukan pada suhu tertentu yang
dikendalikan untuk menjamin bahan
mentah tidak terkontaminasi/ rusak
selama penyimpanan
3. Pengirisan dan Pengirisan dan pembentukan
pembentukan dilakukan dengan metode tertentu
(bila dilakukan) yang dikendalikan untuk
mendapatkan ukuran dan bentuk
produk yang diinginkan dengan atau
tanpa penambahan bahan lain yang
diizinkan
4. Penggilingan dan Penggilingan dan pembentukan
pembentukan dilakukan dengan metode tertentu
(bila dilakukan) yang dikendalikan untuk
mendapatkan ukuran dan bentuk
produk yang diinginkan dengan atau
-1205-

Tahapan kritis
No. Penjelasan tahapan kritis
proses produksi
tanpa penambahan bahan Iain yang
diizinkan
5. Pengeringan Pengeringan dilakukan pada suhu dan
waktu tertentu yang dikendalikan
untuk mendapatkan spesifikasi
produk yang sesuai dengan
persyaratan
6. Pengemasan Produk dikemas dalam wadah yang
tertutup rapat, tidak dipengaruhi atau
mempengaruhi isi, aman selama
penyimpanan dan pengangkutan
7. Penandaan Penandaan dilakukan sesuai dengan
persyaratan SNI dan peraturan terkait
yang berlaku

pemohon dapat berbeda

KEPALA BADAN STANDARDISASI NASIONAL

REPUBLIK INDONESIA,

TTD

BAMBANG PRASETYA

Salinaxusssuai dengan aslinya


Kepala Bi ' ra Manusia, Organisasi, dan Hukum

Margahajaj
- 1206 -

LAMPIRAN LXXVII
PERATURAN BADAN STANDARDISASI NASIONAL
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 1 TAHUN 2020
TENTANG
SKEMA PENILAIAN KESESUAIAN TERHADAP STANDAR
NASIONAL INDONESIA SEKTOR MAKANAN DAN MINUMAN

PETUNJUK TEKNIS SKEMA SERTIFIKASI PRODUK SUSU UHT (ULTRA


HIGH TEMPERATURE)

A. Ruang lingkup
Dokumen ini berlaku untuk acuan pelaksanaan Sertifikasi produk
susu yang diperoleh dari susu segar, dan atau susu rekonstitusi,
dan atau susu rekombinasi dengan cara memanaskan pada
kondisi ultra high temperature, dengan atau tanpa penambahan
bahan pangan lain dan bahan tambahan pangan yang diizinkan,
serta dikemas secara aseptik untuk mencapai sterilitas komersial.

B. Persyaratan Sertifikasi
Persyaratan acuan Sertifikasi produk:
1. SNI 3950:2014 susu UHT (ultra high temperature);
2. SNI dan standar lain yang diacu dalam SNI 3950:2014;
3. Peraturan yang terkait yaitu:
a. Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1999 tentang
Label dan Iklan Pangan;
b. Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 75/M-
IND/PER/7/2010 tentang Cara Produksi Pangan Olahan
yang Baik (Good Manufacturing Practices);
c. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 33 Tahun 2012
tentang Bahan Tambahan Pangan;
d. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan
Nomor 37 Tahun 2013 tentang Batas Maksimum
Penggunaan Bahan Tambahan Pangan Pewarna;
e. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan
Nomor 16 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas Peraturan
- 1207 -

Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor


HK.03.1.23.07.11.6664 Tahun 2011 tentang Pengawasan
Kemasan Pangan;
f. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan
Nomor 16 Tahun 2016 tentang Kriteria Mikrobiologi
dalam Pangan Olahan;
g. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan
Nomor 5 Tahun 2018 tentang Batas Maksimum Cemaran
Logam Berat dalam Pangan Olahan;
h. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan
Nomor 8 tahun 2018 tentang Batas Maksimum Cemaran
Kimia dalam Pangan Olahan; dan
4. Peraturan lain yang terkait produk susu UHT.

C. Prosedur Sertifikasi
Prosedur Sertifikasi mencakup:
1. evaluasi awal; dan
2. inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi.

D. Persyaratan lembaga penilaian kesesuaian


Sertifikasi produk susu UHT dilakukan oleh LPK yang telah
diakreditasi oleh KAN berdasarkan SNI ISO/IEC 17065, Penilaian
Kesesuaian – Persyaratan untuk Lembaga Sertifikasi Produk,
Proses, dan Jasa, untuk lingkup produk sebagaimana dimaksud
dalam Ruang Lingkup sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Dalam hal LPK belum ada yang diakreditasi oleh KAN untuk
melakukan kegiatan Sertifikasi dengan ruang lingkup produk susu
UHT, BSN dapat menunjuk LPK dengan ruang lingkup yang sejenis
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

E. Tahapan Sertifikasi
1. Pengajuan permohonan Sertifikasi
1.1 Pengajuan permohonan Sertifikasi dilakukan oleh pelaku
usaha. Kriteria pelaku usaha yang dapat mengajukan
Sertifikasi sesuai Peraturan BSN mengenai tata cara
penggunaan tanda SNI dan tanda kesesuaian berbasis
- 1208 -

SNI.

1.2 Permohonan Sertifikasi harus dilengkapi dengan:


a. informasi Pemohon:
1. nama pemohon, alamat pemohon, serta nama
dan kedudukan atau jabatan personel yang
bertanggung jawab atas pengajuan permohonan
Sertifikasi;
2. bukti pemenuhan persyaratan izin usaha sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan;
3. pemenuhan persyaratan sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan tentang
pendaftaran dan hak kepemilikan atas merek
yang dikeluarkan oleh Kementerian Hukum dan
Hak Asasi Manusia;
4. apabila Pemohon melakukan pembuatan
produk dengan merek yang dimiliki oleh pihak
lain, menyertakan bukti perjanjian yang
mengikat secara hukum untuk melakukan
pembuatan produk untuk pihak lain;
5. apabila Pemohon bertindak sebagai pemilik
merek yang mensubkontrakkan proses
produksinya kepada pihak lain, menyertakan
bukti kepemilikan merek dan perjanjian
subkontrak pelaksanaan produksi dengan
pihak lain;
6. apabila Pemohon bertindak sebagai perwakilan
resmi pemilik merek yang berkedudukan
hukum di luar negeri, menyertakan bukti
perjanjian yang mengikat secara hukum
tentang penunjukan sebagai perwakilan resmi
pemilik merek di wilayah Republik Indonesia;
dan
7. pernyataan bahwa Pemohon Sertifikasi
bertanggung jawab penuh atas pemenuhan
persyaratan SNI dan pemenuhan persyaratan
proses Sertifikasi dan bersedia memberikan
- 1209 -

akses terhadap lokasi dan/atau informasi yang


diperlukan oleh LSPro dalam melaksanakan
kegiatan Sertifikasi.
b. informasi produk:
1. merek produk yang diajukan untuk
disertifikasi;
2. jenis/tipe/varian produk yang diajukan untuk
disertifikasi;
3. SNI yang digunakan sebagai dasar pengajuan
permohonan Sertifikasi;
4. foto produk dalam kemasan primer yang
diajukan untuk disertifikasi (dari arah depan,
belakang dan samping), serta informasi terkait
kemasan primer produk;
5. daftar bahan baku, termasuk bahan tambahan
pangan;
6. label produk; dan
7. apabila telah tersedia,foto kemasan sekunder
dan tersier produk yang diajukan untuk
disertifikasi, dari arah depan, belakang,
samping, dan bagian dalam.
c. informasi proses produksi:
1. nama, alamat, dan legalitas hukum pabrik;
2. struktur organisasi, nama dan jabatan personel
penanggung jawab proses produksi;
3. dokumentasi informasi tentang pemasok bahan
baku produk, prosedur evaluasi pemasok, serta
prosedur inspeksi bahan baku produk;
4. dokumentasi informasi tentang proses
pembuatan produk yang diajukan untuk
disertifikasi, termasuk proses yang
disubkontrakkan ke pihak lain;
5. dokumentasi informasi tentang prosedur dan
rekaman pengendalian mutu, termasuk
pengujian rutin, daftar peralatan, serta
sertifikat kalibrasi atau bukti verifikasi
peralatan yang berpengaruh terhadap mutu
- 1210 -

produk yang disertifikasi, dan bukti atau segel


tera atau tera ulang untuk alat ukur yang
digunakan dalam pengukuran berat atau
volume produk dalam kemasan akhir;
6. dokumentasi informasi tentang prosedur dan
rekaman pengendalian dan penanganan produk
yang tidak sesuai;
7. dokumentasi informasi tentang pengemasan
produk dan pengelolaan produk di gudang
akhir produk sebelum dikirimkan dan/atau
diedarkan ke wilayah Republik Indonesia;
8. lokasi gudang penyimpanan produk di wilayah
Republik Indonesia;
9. bukti izin edar produk (MD/ML) sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan;
10. menyertakan laporan hasil uji yang dilakukan
paling lambat 1 (satu) tahun sebelum
pengajuan Sertifikasi, yang memberikan bukti
pemenuhan produk yang diajukan untuk
disertifikasi terhadap persyaratan mutu dalam
SNI dan peraturan terkait;
11. apabila laporan hasil uji sebagaimana
dinyatakan pada angka 10 belum tersedia,
Pemohon dapat menyampaikan contoh produk
kepada LSPro untuk diuji di laboratorium yang
memiliki perjanjian alih daya dengan LSPro;
dan
12. apabila telah tersedia, menyertakan Sertifikat
Penerapan Sistem Manajemen Mutu
berdasarkan SNI ISO 9001 atau Sistem
Manajemen Keamanan Pangan berdasarkan SNI
ISO 22000 atau HACCP berdasarkan SNI
CAC/RCP 1 dari Lembaga Sertifikasi yang
diakreditasi oleh KAN atau oleh badan
akreditasi penandatangan International
Accreditation Forum (IAF)/Asia Pacific
Accreditation Cooperation (APAC) Multilateral
- 1211 -

Recognition Agreement (MLA) dengan ruang


lingkup yang sesuai.

2. Tinjauan permohonan Sertifikasi


LSPro harus memastikan bahwa informasi yang diperoleh dari
permohonan Sertifikasi yang diajukan oleh Pemohon telah
lengkap dan memenuhi persyaratan.

3. Penandatanganan perjanjian Sertifikasi


Setelah permohonan Sertifikasi dinyatakan lengkap dan
Pemohon menyetujui persyaratan dan prosedur Sertifikasi
yang ditetapkan oleh LSPro sesuai dengan persyaratan SNI
ISO/IEC 17065, perjanjian Sertifikasi ditandatangani oleh
Pemohon dan LSPro.

4. Penyusunan rencana evaluasi


Berdasarkan informasi yang diperoleh dari persyaratan
permohonan Sertifikasi yang disampaikan oleh Pemohon,
LSPro menetapkan rencana evaluasi yang mencakup:
a. jenis/tipe/varian produk yang diajukan untuk
disertifikasi dan metode pengambilan contoh sesuai
dengan persyaratan SNI 3950:2014 yang diperlukan
untuk pengujian produk dan mewakili contoh produk
yang diusulkan untuk disertifikasi;
b. informasi SNI yang digunakan sebagai dasar Sertifikasi
berdasarkan permohonan yang diajukan oleh Pemohon
Sertifikasi;
c. waktu yang diperlukan untuk pelaksanaan pengujian
berdasarkan standar acuan metode uji yang
dipersyaratkan; dan
d. waktu, lokasi pelaksanaan dan agenda inspeksi pabrik
atau asesmen proses produksi yang relevan dengan
pelaksanaan produksi produk yang diajukan untuk
disertifikasi, serta personel kompeten yang melakukan
evaluasi.
5. Pelaksanaan evaluasi awal terhadap produk
5.1 Pelaksanaan evaluasi awal terhadap produk mencakup:
- 1212 -

a. Pemeriksaan awal terhadap kesesuaian informasi


produk dan proses produksi yang disampaikan
Pemohon pada huruf E angka 1 terhadap lingkup
produk yang ditetapkan dalam SNI dan peraturan
terkait.
b. Pengujian awal terhadap contoh produk
berdasarkan persyaratan mutu dalam SNI.
Pengujian awal dilakukan berdasarkan laporan hasil
uji dari laboratorium yang disampaikan Pemohon,
yang mencakup seluruh persyaratan mutu dalam
SNI 3950:2014. Apabila laporan hasil uji tersebut
menunjukkan bahwa seluruh persyaratan mutu
dalam SNI tersebut telah terpenuhi, maka produk
yang diajukan untuk disertifikasi dianggap telah
memenuhi persyaratan pengujian awal.

5.2 Apabila hasil evaluasi awal menunjukkan


ketidaksesuaian terhadap persyaratan SNI, Pemohon
harus diberi kesempatan untuk melakukan tindakan
perbaikan dalam jangka waktu tertentu sesuai dengan
kebijakan LSPro.

6. Pelaksanaan inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi


6.1 Inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi harus
dilakukan pada saat pabrik melakukan produksi, atau
pada kondisi tertentu dilakukan melalui simulasi proses
produksi produk yang diajukan untuk disertifikasi.

6.2 Inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi dilakukan


terhadap:
a. tanggung jawab dan komitmen personel penanggung
jawab pabrik terhadap konsistensi pemenuhan
produk terhadap persyaratan SNI;
b. ketersediaan dan pengendalian dokumentasi
informasi prosedur dan rekaman pengendalian
mutu, termasuk pengujian rutin;
- 1213 -

c. fasilitas, lokasi, desain dan tata letak, bangunan,


sanitasi peralatan, sanitasi ruang proses, dan
higiene personel sesuai dengan ketentuan yang
berlaku tentang Cara Produksi Pangan Olahan yang
Baik;
d. tahapan kritis proses produksi, mulai dari bahan
baku sampai produk akhir paling sedikit pada
tahapan sebagaimana tercantum dalam huruf G;
e. kelengkapan serta fungsi peralatan produksi
termasuk peralatan pengendalian mutu, paling
sedikit alat untuk perlakuan panas bahan baku
susu, alat pengaduk/pencampur, alat sterilisasi,
dan alat pengukur berat atau volume;
f. bukti verifikasi berdasarkan hasil kalibrasi atau
hasil verifikasi peralatan produksi sebagaimana
disebutkan pada huruf e yang membuktikan bahwa
peralatan tersebut memenuhi persyaratan produksi.
Hasil verifikasi peralatan produksi dapat
ditunjukkan dengan prosedur yang diperlukan
untuk mencapai kondisi atau persyaratan yang
ditetapkan;
g. bukti tera atau tera ulang alat pengukur berat atau
volume produk dalam kemasan akhir;
h. pengendalian dan penanganan produk yang tidak
sesuai; dan
i. pengemasan, penanganan, dan penyimpanan
produk, termasuk di gudang akhir produk yang siap
diedarkan.

6.3 Apabila pabrik telah menerapkan dan mendapatkan


sertifikat Sistem Manajemen Keamanan Pangan
berdasarkan SNI ISO 22000 atau HACCP berdasarkan
SNI CAC/RCP 1 dari Lembaga Sertifikasi yang
diakreditasi oleh KAN atau oleh badan akreditasi
penandatangan IAF/APAC MLA dengan ruang lingkup
yang sesuai, maka inspeksi pabrik atau asesmen proses
produksi dilakukan terhadap implementasi sistem
- 1214 -

manajemen terkait mutu produk tersebut dan angka 6.2


huruf d dan huruf e.

6.4 Apabila Pabrik telah menerapkan dan mendapatkan


sertifikat Sistem Manajemen Mutu berdasarkan SNI ISO
9001 dari Lembaga Sertifikasi yang diakreditasi oleh KAN
atau oleh badan akreditasi penandatangan IAF/APAC
MLA dengan ruang lingkup yang sesuai, maka inspeksi
pabrik atau asesmen proses produksi dilakukan terhadap
implementasi sistem manajemen terkait mutu produk
tersebut dan angka 6.2 huruf c, huruf d, dan huruf e.

6.5 Selama inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi,


LSPro melakukan pengambilan contoh produk oleh
petugas pengambil contoh dan selanjutnya diuji di
laboratorium milik LSPro atau Laboratorium yang telah
memiliki perjanjian alih daya dengan LSPro.

6.6 Apabila berdasarkan hasil inspeksi pabrik atau asesmen


proses produksi, termasuk hasil pengujian, tidak
diperoleh bukti-bukti yang kuat untuk menjamin
konsistensi produk terhadap persyaratan SNI, maka
Pemohon harus diberi kesempatan untuk melakukan
tindakan perbaikan dalam jangka waktu tertentu sesuai
dengan kebijakan LSPro.

7. Tinjauan
7.1 Tinjauan Hasil Evaluasi dilakukan terhadap:
a. Hasil evaluasi awal terhadap produk untuk
menunjukkan bahwa contoh produk yang mewakili
produk memenuhi persyaratan SNI yang diajukan
oleh Pemohon sebagai dasar permohonan Sertifikasi.
b. Hasil inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi
atau bukti obyektif untuk menunjukkan bahwa
pabrik memiliki proses produksi yang didukung
dengan segala sumber daya yang diperlukan untuk
menghasilkan produk yang secara konsisten dan
- 1215 -

memenuhi persyaratan SNI yang diajukan oleh


Pemohon sebagai dasar permohonan Sertifikasi.

7.2 Tinjauan hasil evaluasi dinyatakan dalam bentuk


rekomendasi tertulis tentang pemenuhan SNI yang
diajukan oleh Pemohon untuk produk yang diajukan
untuk disertifikasi.

8. Penetapan keputusan Sertifikasi


8.1 Penetapan keputusan Sertifikasi dilakukan berdasarkan
rekomendasi yang dihasilkan dari proses tinjauan.

8.2 Penetapan keputusan Sertifikasi harus dilakukan oleh


satu atau sekelompok orang yang tidak terlibat dalam
proses evaluasi.

8.3 Penetapan keputusan Sertifikasi dapat dilakukan oleh


satu atau sekelompok orang yang sama dengan yang
melakukan tinjauan.

8.4 Rekomendasi untuk keputusan Sertifikasi berdasarkan


hasil tinjauan harus didokumentasikan, kecuali tinjauan
dan keputusan Sertifikasi diselesaikan secara bersamaan
oleh satu atau sekelompok orang yang sama.

8.5 LSPro harus memberitahu Pemohon Sertifikasi terkait


alasan menunda atau tidak memberikan keputusan
Sertifikasi, dan harus mengidentifikasikan alasan
keputusan tersebut. Apabila Pemohon Sertifikasi
menunjukkan keinginan untuk melanjutkan proses
Sertifikasi, LSPro dapat memulai kembali dari proses
evaluasi (angka 5).

9. Penerbitan sertifikat
Sertifikat kesesuaian terhadap persyaratan SNI diterbitkan
sesuai ketentuan sebagai berikut:
a. Sertifikat diterbitkan oleh LSPro setelah penetapan
keputusan Sertifikasi,
- 1216 -

b. Sertifikat paling sedikit harus memuat:


1. nomor sertifikat atau identifikasi unik lainnya;
2. nomor atau identifikasi lain dari skema Sertifikasi;
3. nama dan alamat LSPro;
4. nama dan alamat Pemohon (pemegang sertifikat);
5. acuan ke perjanjian Sertifikasi;
6. pernyataan kesesuaian yang mencakup:
a. nama, merek, dan spesifikasi produk yang
dinyatakan memenuhi persyaratan;
b. SNI yang menjadi dasar Sertifikasi;
c. nama dan alamat lokasi produksi; dan
d. informasi terkait proses Sertifikasi.
7. status akreditasi atau pengakuan LSPro;
8. tanggal penerbitan sertifikat;
9. tanggal berakhir masa berlaku sertifikat yaitu 4
(empat) tahun sejak tanggal penerbitan sertifikat;
10. tanda tangan yang mengikat secara hukum dari
personel yang bertindak atas nama LSPro sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

10. Surveilans dan Sertifikasi ulang


10.1 LSPro harus melaksanakan surveilans paling sedikit 2
(dua) kali dalam periode Sertifikasi. Dalam hal ini
berlaku ketentuan sebagai berikut:
a. Surveilans pertama dilakukan melalui kegiatan:
1. Inspeksi pabrik atau asesmen proses
produksi; dan/atau
2. Pengujian terhadap contoh produk yang akan
beredar.
Pemilihan jenis kegiatan pada surveilans pertama
tersebut dilakukan berdasarkan penilaian LSPro
atas hasil Sertifikasi sebelumnya.
Apabila surveilans pertama hanya dilakukan
melalui kegiatan pengujian terhadap contoh
produk yang akan beredar, penerima sertifikat
harus menyampaikan dokumentasi pengendalian
- 1217 -

mutu proses produksi sejak penerbitan sertifikat


sampai dilakukan surveilans pertama.

b. Surveilans kedua dilakukan melalui kegiatan:


1. Inspeksi pabrik atau asesmen proses
produksi; dan
2. Pengujian terhadap contoh produk yang akan
atau telah beredar.

10.2 LSPro harus melaksanakan Sertifikasi ulang paling


lambat pada bulan ke-42 (empat puluh dua) setelah
penetapan Sertifikasi, melalui kegiatan sebagaimana
tercantum dalam angka 6.

F. Penggunaan tanda SNI


1. Penggunaan tanda SNI dilakukan setelah mendapatkan
persetujuan penggunaan Tanda SNI melalui Surat
Persetujuan Penggunaan Tanda (SPPT) SNI yang dikeluarkan
oleh BSN sesuai dengan ketentuan dalam Peraturan BSN
mengenai tata cara penggunaan tanda SNI dan tanda
kesesuaian berbasis SNI.

2. Tanda SNI sebagai bukti kesesuaian produk yang telah


memenuhi SNI adalah sebagai berikut:
- 1218 -

Dengan ukuran:

Keterangan:
y = 11x
r = 0,5x

G. Tahapan kritis proses produksi produk Susu UHT


Tahapan kritis
No. Penjelasan tahapan kritis
proses produksi
1. Pemilihan Bahan baku susu segar, dan atau susu
bahan baku, rekonstitusi, dan atau susu rekombinasi,
bahan pangan harus memenuhi persyaratan yang
lain, bahan ditetapkan atau peraturan terkait yang
tambahan berlaku
pangan dan Bahan pangan lain, bahan tambahan
bahan kemasan pangan dan bahan kemasan harus
memenuhi persyaratan yang ditetapkan
atau peraturan terkait yang berlaku
2. Perlakuan Perlakuan panas bahan baku susu segar,
panas bahan dan atau susu rekonstitusi, dan atau
baku susu susu rekombinasi dilakukan dengan
metode tertentu yang dikendalikan untuk
mendapatkan bahan baku susu yang
memenuhi persyaratan yang ditetapkan
3. Pencampuran Pencampuran susu dengan bahan
pangan lain dan atau bahan tambahan
pangan yang diizinkan dilakukan dengan
metode tertentu yang dikendalikan untuk
mendapatkan campuran yang homogen
sesuai dengan formulasi yang ditetapkan
4. Sterilisasi Sterilisasi dilakukan dengan metode
tertentu yang dikendalikan untuk
-1219-

Tahapan kritis
No. Penjelasan tahapan kritis
proses produksi
mendapatkan produk akhir yang sesuai
dengan persyaratan pangan steril
komersil

5. Pengemasan Produk dikemas dalam wadah yang


tertutup rapat, lidak dipengaruhi atau
mempengaruhi isi, aman selama
penyimpanan dan pengangkutan
6. Penandaan Penandaan dilakukan sesuai persyaratan
SNI dan peraturan terkait.
Untuk klaim rendah lemak dan bebas

lemak sesuai dengan ketentuan


peraturan yang berlaku
Keterangan: Urutan tahapan kritis proses produksi disetiap
pemohon dapat berbeda

KEPALA BADAN STANDARDISASI NASIONAL

REPUBLIK INDONESIA.

TTD

BAMBANG PRASETYA

Salin^ sesuai dengan aslinya


OARO/
Kepa Daya Manusia, Organisasi, dan Hukum

Margahayu
- 1220 -

LAMPIRAN LXXVIII
PERATURAN BADAN STANDARDISASI NASIONAL
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 1 TAHUN 2020
TENTANG
SKEMA PENILAIAN KESESUAIAN TERHADAP STANDAR
NASIONAL INDONESIA SEKTOR MAKANAN DAN MINUMAN

PETUNJUK TEKNIS SKEMA SERTIFIKASI PRODUK SUSU


PASTEURISASI

A Ruang lingkup
Dokumen ini berlaku untuk acuan pelaksanaan Sertifikasi produk
susu pasteurisasi plain (tanpa cita rasa) dan susu pasteurisasi
yang bercita rasa yang berasal dari susu sapi.

B Persyaratan acuan
Persyaratan acuan Sertifikasi produk susu pasteurisasi mencakup:
1. SNI produk susu pasteurisasi sebagaimana ditetapkan dalam
Keputusan Kepala Badan Standardisasi Nasional mengenai
daftar SNI sektor Makanan dan Minuman;
2. SNI dan standar lain yang diacu dalam SNI sebagaimana
dimaksud pada angka 1;
3. Peraturan yang mengatur tentang label dan iklan pangan;
4. Peraturan yang mengatur tentang cara produksi pangan
olahan yang baik (Good Manufacturing Practices);
5. Peraturan yang mengatur tentang kemasan pangan;
6. Peraturan yang mengatur tentang bahan tambahan pangan;
7. Penerapan Cara Produksi Pangan Olahan yang Baik (CPPOB),
Sistem Manajemen Mutu (SMM) berdasarkan SNI ISO 9001,
Sistem Manajemen Mutu Keamanan Pangan (SMKP)
berdasarkan SNI ISO 22000 atau HACCP berdasarkan SNI
CAC/RCP 1; dan
8. Peraturan lain yang terkait produk susu pasteurisasi.
- 1221 -

C Jenis kegiatan penilaian kesesuaian


Penilaian kesesuaian dilakukan melalui kegiatan Sertifikasi.
Sertifikasi produk susu pasteurisasi dilakukan oleh LPK yang telah
diakreditasi oleh KAN berdasarkan SNI ISO/IEC 17065, Penilaian
Kesesuaian – Persyaratan untuk Lembaga Sertifikasi Produk,
Proses, dan Jasa, untuk lingkup produk susu pasteurisasi.
Dalam hal LPK belum ada yang diakreditasi KAN untuk melakukan
kegiatan Sertifikasi dengan ruang lingkup produk susu
pasteurisasi, BSN dapat menunjuk LPK dengan lingkup yang
sejenis sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

D Prosedur administratif
1. Pengajuan permohonan Sertifikasi
1.1 LSPro harus menyusun format permohonan Sertifikasi
bagi pelaku usaha untuk mendapatkan seluruh
informasi seperti diatur pada huruf D angka 1.3.

1.2 Pengajuan permohonan Sertifikasi dilakukan oleh pelaku


usaha. Kriteria pelaku usaha yang dapat mengajukan
Sertifikasi sesuai Peraturan BSN yang mengatur
mengenai tata cara penggunaan tanda SNI dan tanda
kesesuaian berbasis SNI.

1.3 Permohonan Sertifikasi harus dilengkapi dengan:


a. informasi Pemohon:
1. nama Pemohon, alamat Pemohon, serta nama
dan kedudukan atau jabatan personel yang
bertanggung jawab atas pengajuan permohonan
Sertifikasi;
2. bukti pemenuhan persyaratan izin usaha sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan;
3. bukti izin edar produk sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan;
4. bukti kepemilikan atas merek atau tanda daftar
yang dikeluarkan oleh Kementerian Hukum dan
Hak Asasi Manusia;
- 1222 -

5. apabila Pemohon melakukan pembuatan


produk dengan merek yang dimiliki oleh pihak
lain, menyertakan bukti perjanjian yang
mengikat secara hukum untuk melakukan
pembuatan produk untuk pihak lain;
6. apabila Pemohon bertindak sebagai pemilik
merek yang mensubkontrakkan proses
produksinya kepada pihak lain, menyertakan
bukti kepemilikan merek dan perjanjian
subkontrak pelaksanaan produksi dengan
pihak lain;
7. apabila Pemohon bertindak sebagai perwakilan
resmi pemilik merek yang berkedudukan
hukum di luar negeri, menyertakan bukti
perjanjian yang mengikat secara hukum
tentang penunjukan sebagai perwakilan resmi
pemilik merek di wilayah Republik Indonesia;
8. pernyataan bahwa Pemohon bertanggung jawab
penuh atas pemenuhan persyaratan SNI dan
pemenuhan persyaratan proses Sertifikasi,
serta bersedia memberikan akses terhadap
lokasi dan/atau informasi yang diperlukan oleh
LSPro dalam melaksanakan kegiatan Sertifikasi.
b. informasi produk:
1. merek produk yang diajukan untuk
disertifikasi;
2. jenis/tipe/varian produk yang diajukan untuk
disertifikasi;
3. spesifikasi produk setiap merek yang diajukan
untuk disertifikasi;
4. SNI yang digunakan sebagai dasar pengajuan
permohonan Sertifikasi,
5. daftar bahan baku termasuk bahan tambahan
pangan;
6. label produk;
7. jenis kemasan produk;
- 1223 -

8. foto produk dalam kemasan primer yang


diajukan untuk disertifikasi (dari arah depan,
belakang dan samping), serta informasi terkait
kemasan primer produk;
9. apabila ada, foto kemasan sekunder dan tersier
produk yang diajukan untuk disertifikasi, dari
arah depan, belakang, dan samping.
c. informasi proses produksi:
1. nama, alamat, dan legalitas hukum pabrik
(apabila berbeda dengan legalitas Pemohon);
2. nama dan alamat fasilitas produksi mencakup
semua fasilitas yang digunakan untuk
memproduksi produk yang akan disertifikasi
(misal gudang bahan baku, produksi,
pengemasan produk, pengangkutan produk
jadi, gudang produk jadi dan lainnya) termasuk
kegiatan yang dialihdayakan;
3. struktur organisasi;
4. dokumentasi tentang desain dan tata letak
proses produksi serta proses pembuatan
produk yang diajukan untuk disertifikasi;
5. dokumentasi terkait proses dan pengendalian
produksi;
6. dokumentasi tentang peralatan produksi dan
pengukuran termasuk program
kalibrasi/verifikasi peralatan;
7. apabila telah tersedia, menyertakan sertifikat
penerapan Sistem Manajemen Mutu
berdasarkan SNI ISO 9001 atau Sistem
Manajemen Keamanan Pangan berdasarkan SNI
ISO 22000 atau HACCP berdasarkan SNI
CAC/RCP 1 dari lembaga Sertifikasi yang
diakreditasi oleh KAN atau oleh badan
akreditasi penandatangan International
Accreditation Forum (IAF)/Asia Pacific
Accreditation Cooperation (APAC) Multilateral
- 1224 -

Recognition Agreement (MLA) dengan ruang


lingkup yang sesuai.

2. Seleksi
2.1 Tinjauan permohonan Sertifikasi
2.1.1 LSPro harus memastikan bahwa informasi yang
diperoleh dari permohonan Sertifikasi yang
diajukan oleh Pemohon telah lengkap dan
memenuhi persyaratan, serta dapat memastikan
kemampuan LSPro untuk menindaklanjuti
permohonan Sertifikasi.

2.1.2 Tinjauan permohonan Sertifikasi harus dilakukan


oleh personel yang memiliki kompetensi sesuai
dengan lingkup permohonan Sertifikasi.

2.2 Penandatanganan perjanjian Sertifikasi


Setelah permohonan Sertifikasi dinyatakan lengkap dan
memenuhi persyaratan serta Pemohon menyetujui
persyaratan dan prosedur Sertifikasi yang ditetapkan
oleh LSPro, dilakukan penandatanganan perjanjian
Sertifikasi oleh Pemohon dan LSPro.

2.3 Penyusunan rencana evaluasi


2.3.1 Berdasarkan informasi yang diperoleh dari
persyaratan permohonan Sertifikasi yang
disampaikan oleh Pemohon, LSPro menetapkan
rencana evaluasi yang mencakup:
a. tujuan, waktu, durasi, lokasi pelaksanaan,
tim, metode, dan agenda evaluasi proses
produksi dan CPPOB atau sistem manajemen
yang relevan dengan pelaksanaan proses
produksi produk yang diajukan untuk
disertifikasi;
b. jenis/tipe/varian produk yang diajukan
untuk disertifikasi dan metode pengambilan
contoh sesuai dengan persyaratan SNI yang
- 1225 -

diperlukan untuk pengujian produk, yang


mewakili contoh produk yang diusulkan
untuk disertifikasi;
c. informasi SNI yang digunakan sebagai dasar
Sertifikasi berdasarkan permohonan yang
diajukan oleh Pemohon; dan
d. waktu yang diperlukan untuk pelaksanaan
pengujian berdasarkan standar acuan
metode uji yang dipersyaratkan.

2.3.2 Rencana evaluasi harus mempertimbangkan


kesesuaian produksi yang dilakukan oleh pabrik
sesuai lingkup produk yang diajukan untuk
disertifikasi.

2.3.3 Pelaksanaan evaluasi dilakukan oleh auditor atau


tim audit yang memiliki kriteria kompetensi
sebagai berikut:
1. Pengetahuan tentang prinsip, praktik dan
teknik audit;
2. Pengetahuan tentang proses dan prosedur
Sertifikasi yang ditetapkan oleh LSPro;
3. Pengetahuan tentang standar sistem
manajemen:
a. SNI ISO 9001 tentang sistem manajemen
mutu,
b. SNI ISO 22000 tentang sistem
manajemen mutu keamanan pangan,
c. SNI CAC/RCP 1 tentang rekomendasi
nasional kode praktis – prinsip umum
higiene pangan, dan/atau
d. Cara Produksi Pangan Olahan yang Baik
(CPPOB);

Catatan: sesuai yang diterapkan oleh


pemohon Sertifikasi.
- 1226 -

4. Pengetahuan yang dibuktikan dengan


sertifikat, tentang SNI produk susu
pasteurisasi;
5. Pengetahuan yang dibuktikan dengan
sertifikat dan/atau pengalaman tentang
sektor bisnis produk susu pasteurisasi; dan
6. Pengetahuan tentang produk, proses dan
organisasi pemohon Sertifikasi.

3. Determinasi
Determinasi mencakup 2 (dua) tahap evaluasi, yaitu evaluasi
tahap 1 (satu) dan evaluasi tahap 2 (dua).

3.1 Pelaksanaan evaluasi tahap 1 (satu)


3.1.1 Pada evaluasi tahap 1 (satu) dilakukan
pemeriksaan awal terhadap kesesuaian informasi
produk dan proses produksi yang disampaikan
Pemohon pada huruf D angka 1.3 terhadap
lingkup produk yang ditetapkan dalam SNI dan
peraturan terkait.

3.1.2 Apabila hasil evaluasi tahap 1 (satu)


menunjukkan ketidaksesuaian terhadap
persyaratan, Pemohon harus diberi kesempatan
untuk melakukan tindakan perbaikan dalam
jangka waktu tertentu sesuai dengan kebijakan
LSPro.

3.2 Pelaksanaan evaluasi tahap 2 (dua)


3.2.1 Evaluasi tahap 2 (dua) dilaksanakan melalui audit
proses produksi dan CPPOB atau sistem
manajemen yang relevan serta pengujian produk.

3.2.2 Audit proses produksi dan CPPOB atau sistem


manajemen yang relevan dilakukan pada saat
pabrik melakukan produksi produk yang diajukan
atau pada kondisi tertentu dilakukan melalui
- 1227 -

simulasi proses produksi produk yang diajukan


untuk disertifikasi.

3.2.3 Audit dilakukan dengan metode audit yang


merupakan kombinasi dari audit dokumen dan
rekaman, wawancara, observasi, demonstrasi,
atau metode audit lainnya.

3.2.4 Audit dilakukan terhadap:


a. tanggung jawab dan komitmen personel
penanggung jawab pabrik terhadap
konsistensi pemenuhan produk terhadap
persyaratan SNI;
b. ketersediaan dan pengendalian prosedur dan
rekaman pengendalian mutu, termasuk
pengujian rutin;
c. fasilitas, lokasi, desain dan tata letak,
bangunan, sanitasi peralatan, sanitasi ruang
proses, dan higiene personel sesuai dengan
ketentuan yang berlaku tentang CPPOB;
d. tahapan kritis proses produksi, mulai dari
bahan baku sampai produk akhir paling
sedikit pada tahapan sebagaimana diuraikan
dalam huruf L;
e. kelengkapan serta fungsi peralatan produksi
termasuk peralatan pengendalian mutu;
f. bukti verifikasi berdasarkan hasil kalibrasi
atau hasil verifikasi peralatan produksi
sebagaimana disebutkan pada huruf e yang
membuktikan bahwa peralatan tersebut
memenuhi persyaratan produksi. Hasil
verifikasi peralatan produksi dapat
ditunjukkan dengan prosedur yang
diperlukan untuk mencapai kondisi atau
persyaratan yang ditetapkan;
g. bukti tera atau tera ulang alat pengukur
berat produk dalam kemasan akhir;
- 1228 -

h. pengendalian dan penanganan produk yang


tidak sesuai; dan
i. pengemasan, penanganan, dan penyimpanan
produk, termasuk di gudang akhir produk
yang siap diedarkan.

3.2.5 Apabila Pemohon telah menerapkan dan


mendapatkan sertifikat SMKP berdasarkan SNI
ISO 22000 atau HACCP berdasarkan SNI
CAC/RCP 1 dari lembaga Sertifikasi yang
diakreditasi oleh KAN atau oleh badan akreditasi
penandatangan IAF/APAC MLA dengan ruang
lingkup yang sesuai, maka inspeksi pabrik atau
asesmen proses produksi dilakukan terhadap
implementasi sistem manajemen terkait mutu
produk tersebut dan angka 3.2.4 huruf d sampai
dengan huruf i.

3.2.6 Apabila Pemohon telah menerapkan dan


mendapatkan sertifikat SMM berdasarkan SNI ISO
9001 dari lembaga Sertifikasi yang diakreditasi
oleh KAN atau oleh badan akreditasi
penandatangan IAF/APAC MLA dengan ruang
lingkup yang sesuai, maka inspeksi pabrik atau
asesmen proses produksi dilakukan terhadap
implementasi sistem manajemen terkait mutu
produk tersebut dan angka 3.2.4 huruf c sampai
dengan huruf i.

3.2.7 Apabila Pemohon hanya melakukan kegiatan


pengemasan produk akhir, maka audit pada
angka 3.2.4 tidak berlaku, namun LSPro harus
memastikan kesesuaian terhadap:
a. produk yang akan dikemas sesuai
persyaratan SNI yang dibuktikan melalui
pemenuhan hasil uji yang diterbitkan oleh
laboratorium pihak ketiga yang diakreditasi
- 1229 -

oleh KAN atau badan akreditasi


penandatangan IAF/APAC MLA secara
periodik setiap batch dan mencakup seluruh
pemasok;
b. tahapan proses di pemasok yang dibuktikan
melalui penyertaan sertifikat CPPOB, sistem
manajemen atau sertifikat Pemeriksaan
Sarana dan Bangunan (PSB) yang dimiliki
oleh pemasok; dan
c. tahapan kritis proses produksi sebagaimana
diuraikan dalam huruf L, yang dibuktikan
melalui audit proses produksi pada seluruh
kegiatan yang dikendalikan oleh Pemohon.

3.2.8 Pengambilan contoh produk dilakukan saat audit


proses produksi berdasarkan persyaratan dalam
SNI. Pengambilan contoh produk untuk pengujian
dilakukan oleh personel kompeten yang
ditugaskan oleh LSPro. Contoh produk diambil
dari lini produksi atau gudang penyimpanan
produk.

3.2.9 Contoh produk diambil sesuai dengan kebutuhan


pengujian yang mewakili:
a. kemasan logam dan/atau non logam; dan
b. merek dan klasifikasi susu pasteurisasi yang
diajukan untuk disertifikasi.
Catatan: merek dapat mewakili merek lainnya
apabila memiliki spesifikasi yang sama

3.2.10 Pengujian dilakukan di laboratorium yang telah


menerapkan ISO/IEC 17025 untuk lingkup
produk yang disertifikasi. Penerapan ISO/IEC
17025 dapat dibuktikan melalui:
a. akreditasi oleh KAN;
b. akreditasi oleh badan akreditasi
penandatangan saling pengakuan dalam
- 1230 -

forum APAC dan International Laboratory


Accreditation Cooperation (ILAC); atau
c. penilaian yang dilakukan oleh LSPro
terhadap laboratorium.

3.2.11 Apabila pengujian dilakukan di laboratorium


Pemohon, maka LSPro harus memastikan
kesesuaian kompetensi dan imparsialitas proses
pengujian yang dilakukan, misalnya melalui
penyaksian proses pengujian.

3.2.12 Laboratorium Pemohon yang digunakan untuk


pengujian produk yang disertifikasi harus
memenuhi persyaratan sebagaimana tercantum
pada angka 3.2.10 huruf a atau huruf b.

3.2.13 Apabila berdasarkan hasil evaluasi tahap 2 (dua)


ditemukan ketidaksesuaian, Pemohon harus
diberi kesempatan untuk melakukan tindakan
perbaikan dalam jangka waktu tertentu sesuai
dengan kebijakan LSPro.

3.2.14 Apabila hasil pengujian dari laboratorium


menunjukkan ketidaksesuaian maka dapat
dilakukan pengujian ulang paling banyak 1 (satu)
kali dengan mengambil contoh ulang dari lini
produksi atau gudang penyimpanan produk.

4. Tinjauan dan keputusan


4.1 Tinjauan
4.1.1 Tinjauan hasil evaluasi dilakukan terhadap
pemenuhan seluruh persyaratan Sertifikasi dan
kesesuaian proses Sertifikasi, mulai dari
pengajuan permohonan Sertifikasi, pelaksanaan
evaluasi tahap 1 (satu) dan evaluasi tahap 2 (dua).

4.1.2 Tinjauan hasil evaluasi dinyatakan dalam bentuk


rekomendasi tertulis tentang pemenuhan SNI
- 1231 -

yang diajukan oleh Pemohon untuk produk yang


diajukan untuk disertifikasi.

4.2 Penetapankeputusan Sertifikasi


4.2.1 Penetapan keputusan Sertifikasi dilakukan
berdasarkan rekomendasi yang dihasilkan dari
proses tinjauan.

4.2.2 Penetapan keputusan Sertifikasi harus dilakukan


oleh 1 (satu) orang atau sekelompok orang yang
tidak terlibat dalam proses evaluasi.

4.2.3 Penetapan keputusan Sertifikasi dapat dilakukan


oleh 1 (satu) orang atau sekelompok orang yang
sama dengan yang melakukan tinjauan.

4.2.4 Rekomendasi untuk keputusan Sertifikasi


berdasarkan hasil tinjauan harus
didokumentasikan, kecuali tinjauan dan
keputusan Sertifikasi diselesaikan secara
bersamaan oleh orang atau sekelompok orang
yang sama.

4.2.5 LSPro harus memberitahu secara tertulis kepada


Pemohon terkait menunda atau tidak memberikan
keputusan Sertifikasi, dan harus menyampaikan
alasan keputusan tersebut.

4.2.6 Apabila Pemohon menunjukkan keinginan untuk


melanjutkan proses Sertifikasi setelah LSPro
memutuskan tidak memberikan Sertifikasi,
Pemohon dapat menyampaikan permohonan
untuk melanjutkan proses Sertifikasi.

4.2.7 Permohonan melanjutkan proses Sertifikasi harus


disampaikan oleh Pemohon kepada LSPro secara
- 1232 -

tertulis paling lambat 1 (satu) bulan setelah


pemberitahuan keputusan tidak memberikan
Sertifikasi diterbitkan oleh LSPro. Proses
Sertifikasi dapat dimulai kembali dari evaluasi
tahap 2 (dua).

4.3 Bukti kesesuaian


4.3.1 Bukti kesesuaian berupa sertifikat kesesuaian
yang diterbitkan oleh LSPro. LSPro menerbitkan
sertifikat kesesuaian kepada Pemohon yang telah
memenuhi persyaratan Sertifikasi. Sertifikat
kesesuaian berlaku selama 4 (empat) tahun
setelah diterbitkan.

4.3.2 Sertifikat kesesuaian terhadap persyaratan SNI


paling sedikit harus memuat:
1. nomor sertifikat atau identifikasi unik
lainnya;
2. nomor atau identifikasi lain dari skema
Sertifikasi;
3. nama dan alamat LSPro;
4. nama dan alamat Pemohon (pemegang
sertifikat);
5. nomor atau identifikasi lain yang mengacu ke
perjanjian Sertifikasi;
6. pernyataan kesesuaian yang mencakup:
a. jenis/tipe/varian produk sesuai
peraturan kategori pangan yang berlaku,
b. jenis kemasan produk yang disertifikasi,
c. merek produk yang disertifikasi,
d. SNI yang menjadi dasar Sertifikasi, dan
e. nama dan alamat lokasi produksi;
7. status akreditasi atau pengakuan LSPro;
8. tanggal penerbitan sertifikat dan masa
berlakunya, serta riwayat sertifikat;dan
9. tanda tangan yang mengikat secara hukum
dari personel yang bertindak atas nama
- 1233 -

LSPro sesuai dengan ketentuan peraturan


perundang-undangan.

E Pemeliharaan Sertifikasi
1 Pengawasan oleh LSPro
Pengawasan oleh LSPro dilakukan melalui kegiatan
surveilans. LSPro harus melaksanakan kunjungan surveilans
paling sedikit 2 (dua) kali dalam periode Sertifikasi, dengan
jarak antar evaluasi paling lama 12 (dua belas) bulan.
Kunjungan surveilans dilakukan melalui kegiatan evaluasi
berupa audit dan pengujian.

2 Sertifikasi ulang
2.1 LSPro harus melaksanakan Sertifikasi ulang paling
lambat 6 (enam) bulan sebelum masa berlaku sertifikat
berakhir.

2.2 Pelaksanaan Sertifikasi ulang dilakukan sesuai dengan


tahapan pada prosedur administratif.

2.3 Apabila tidak ada perubahan yang signifikan terkait


produk dan proses produksi sesuai dengan hasil audit
terakhir, maka LSPro dapat tidak melakukan evaluasi
tahap 1 (satu).

2.4 Apabila berdasarkan hasil Sertifikasi ulang ditemukan


ketidaksesuaian, Pemohon harus diberi kesempatan
untuk melakukan tindakan perbaikan dalam jangka
waktu tertentu sesuai dengan kebijakan LSPro.

F Evaluasi khusus
LSPro dapat melaksanakan evaluasi khusus dalam rangka audit
perluasan lingkup maupun tindak lanjut (investigasi) atas keluhan
atau informasi yang ada. Evaluasi khusus dalam rangka
investigasi keluhan atau informasi yang ada dilakukan oleh
auditor yang memiliki kompetensi untuk melakukan investigasi
- 1234 -

dan terbatas pada permasalahan yang ada, serta dilakukan dalam


waktu yang singkat dari diperolehnya keluhan atau informasi.
Tahapan evaluasi khusus dalam rangka perluasan lingkup
dilakukan sesuai dengan tahapan prosedur administratif namun
terbatas pada perluasan lingkup yang diajukan. Evaluasi terhadap
perluasan lingkup Sertifikasi dapat dilakukan terpisah maupun
bersamaan dengan surveilans.

G Ketentuan pengurangan, pembekuan, dan pencabutan Sertifikasi


1 Pengurangan lingkup Sertifikasi
Pemohon dapat mengajukan pengurangan lingkup Sertifikasi
selama periode Sertifikasi.

2 Pembekuan dan pencabutan Sertifikasi


2.1 LSPro dapat membekukan Sertifikasi apabila Pemohon:
a. tidak mampu memperbaiki ketidaksesuaian yang
diterbitkan oleh LSPro pada saat surveilans
dan/atau saat evaluasi khusus; atau
b. menyampaikan permintaan pembekuan Sertifikasi
kepada LSPro.

2.2 LSPro harus membatasi periode pembekuan Sertifikasi


paling lama 6 (enam) bulan.

2.3 LSPro dapat melakukan pencabutan Sertifikasi apabila


Pemohon:
a. tidak mampu memperbaiki ketidaksesuaian yang
mengakibatkan pembekuan Sertifikasi melebihi
batas waktu yang ditentukan; atau
b. menyampaikan permintaan pencabutan Sertifikasi
kepada LSPro.

2.4 LSPro dapat mempertimbangkan pembekuan atau


pencabutan Sertifikasi, atau tindakan lainnya yang
disebabkan oleh faktor lainnya dengan
mempertimbangkan risiko yang ditemukan.
- 1235 -

H Keluhan dan banding


LSPro harus mengembangkan aturan penanganan keluhan dan
banding dengan mempertimbangkan kompetensi dan imparsialitas
pelaksanaan penanganan keluhan dan banding.

I Informasi publik
LSPro harus memublikasikan informasi kepada publik sesuai
persyaratan ISO/IEC 17065 termasuk informasi pelanggan yang
disertifikasi, dibekukan dan dicabut. Informasi publik terkait
informasi pelanggan yang disertifikasi, dibekukan dan dicabut
tersebut juga harus disampaikan melalui Aplikasi Barang Ber-SNI
(BangBeni) https://bangbeni.bsn.go.id.

J Kondisi khusus
Dalam hal ditemukan situasi yang tidak memungkinkan
penerapan persyaratan tertentu dalam Sertifikasi ini, maka akan
ditetapkan kebijakan BSN dengan mempertimbangkan masukan
dari KAN dan para pemangku kepentingan lainnya.

K Penggunaan tanda SNI


1 Penggunaan tanda SNI dilakukan setelah mendapatkan
persetujuan penggunaan tanda SNI melalui Surat Persetujuan
Penggunaan Tanda (SPPT) SNI yang dikeluarkan oleh BSN
sesuai dengan ketentuan dalam Peraturan BSN yang
mengatur mengenai tata cara penggunaan tanda SNI dan
tanda kesesuaian berbasis SNI.

2 Permohonan persetujuan penggunaan tanda SNI diajukan


kepada BSN disertai dengan dokumen persyaratan yang
diatur dalam Peraturan BSN mengenai tata cara penggunaan
tanda SNI dan tanda kesesuaian berbasis SNI.

3 Tanda SNI sebagai bukti kesesuaian produk yang telah


memenuhi SNI adalah sebagai berikut:
- 1236 -

Dengan ukuran:

Keterangan:
y = 11x
r = 0,5x

L Tahapan kritis proses produksi produk susu pasteurisasi

Tahapan kritis
No. Penjelasan tahapan kritis
proses produksi
1. Pemilihan bahan Bahan baku, bahan tambahan
baku, bahan pangan dan bahan kemasan harus
tambahan pangan memenuhi persyaratan yang
dan bahan kemasan ditetapkan atau peraturan terkait
yang berlaku
2. Proses produksi Proses produksi dilakukan dengan
metode tertentu yang dikendalikan
dan memperhatikan kesesuaian
proses, termasuk kondisi
lingkungan kerja, kompetensi SDM,
Tahapan kritis
No.
proses produksi
Penjelasan tahapan kritis

peralatan produksi dan alat


pemantauan sesuai persyaratan
yang ditetapkan
3. Pengendalian mutu Pengendalian mutu produk
dilakukan dengan metode tertentu
yang dikendalikan, untuk
memastikan produk sesuai dengan
persyaratan mutu dan keamanan
yang ditetapkan
4. Pengemasan Pengemasan produk dilakukan
dengan metode tertentu yang
dikendalikan sesuai dengan
persyaratcin SNI dan peraturan
terkait yang berlaku
5. Penandaan Penandaan dilakukan sesuai

dengan persyaratan SNI dan


peraturan terkait yang berlaku

pemohon dapat berbeda

KEPALA BADAN STANDARDISASI NASIONAL

REPUBLIK INDONESIA,

TTD

BAMBANG PRASETYA

sesuai dengan aslinya


«OARD/o
Daya Manusia, Organisasi, dan Hukum

|aha>Tj
- 1238 -

LAMPIRAN LXXIX
PERATURAN BADAN STANDARDISASI NASIONAL
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 1 TAHUN 2020
TENTANG
SKEMA PENILAIAN KESESUAIAN TERHADAP STANDAR
NASIONAL INDONESIA SEKTOR MAKANAN DAN MINUMAN

PETUNJUK TEKNIS SKEMA SERTIFIKASI PRODUK YOGURT

A. Ruang lingkup
Dokumen ini berlaku untuk acuan pelaksanaan Sertifikasi produk
yogurt yang diperoleh dari fermentasi susu atau susu rekonstitusi
dengan menggunakan bakteri Lactobacillus bulgaricus dan
Streptococcus thermophillus dan/atau bakteri asam laktat lain yang
sesuai, dengan atau tanpapenambahan bahan tambahan pangan
yang diizinkan.

B. Persyaratan Sertifikasi
Persyaratan acuan Sertifikasi produk:
1. SNI 2981:2009 Yogurt;
2. SNI dan standar lain yang diacu dalam SNI 2981:2009;
3. Peraturan yang terkait yaitu:
a. Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1999 tentang
Label dan Iklan Pangan;
b. Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 75/M-
IND/PER/7/2010 tentang Cara Produksi Pangan Olahan
yang Baik (Good Manufacturing Practices);
c. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 33 Tahun 2012
tentang Bahan Tambahan Pangan;
d. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan
Nomor 16 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas Peraturan
Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor
HK.03.1.23.07.11.6664 Tahun 2011 Tentang
Pengawasan Kemasan Pangan;
- 1239 -

e. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan


Nomor 16 Tahun 2016 tentang Kriteria Mikrobiologi
dalam Pangan Olahan;
f. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan
Nomor 5 Tahun 2018 tentang Batas Maksimum Cemaran
Logam Berat dalam Pangan Olahan;
g. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan
Nomor 8 tahun 2018 tentang Batas Maksimum Cemaran
Kimia dalam Pangan Olahan.
4. Peraturan lain yang terkait produk yogurt.

C. Prosedur Sertifikasi
Prosedur Sertifikasi mencakup:
1. evaluasi awal; dan
2. inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi.

D. Persyaratan lembaga penilaian kesesuaian


Sertifikasi produk yogurt dilakukan oleh LPK yang telah
diakreditasi oleh KAN berdasarkan SNI ISO/IEC 17065, Penilaian
Kesesuaian – Persyaratan untuk Lembaga Sertifikasi Produk,
Proses, dan Jasa, untuk lingkup produk yogurt sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
Dalam hal LPK belum ada yang diakreditasi oleh KAN untuk
melakukan kegiatan Sertifikasi dengan ruang lingkup produk
yogurt, BSN dapat menunjuk LPK dengan ruang lingkup yang
sejenis sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

E. Tahapan Sertifikasi
1. Pengajuan permohonan Sertifikasi
1.1 Pengajuan permohonan Sertifikasi dilakukan oleh pelaku
usaha. Kriteria pelaku usaha yang dapat mengajukan
Sertifikasi sesuai Peraturan Kepala BSN mengenai tata
cara penggunaan tanda SNI dan tanda kesesuaian
berbasis SNI.
- 1240 -

1.2 Permohonan Sertifikasi harus dilengkapi dengan:


a. informasi Pemohon:
1. nama pemohon, alamat pemohon, serta nama
dan kedudukan atau jabatan personel yang
bertanggung jawab atas pengajuan permohonan
Sertifikasi;
2. bukti pemenuhan persyaratan izin usaha sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan;
3. pemenuhan persyaratan sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan tentang
pendaftaran dan hak kepemilikan atas merek
yang dikeluarkan oleh Kementerian Hukum dan
Hak Asasi Manusia;
4. apabila Pemohon melakukan pembuatan
produk dengan merek yang dimiliki oleh pihak
lain, menyertakan bukti perjanjian yang
mengikat secara hukum untuk melakukan
pembuatan produk untuk pihak lain;
5. apabila Pemohon bertindak sebagai pemilik
merek yang mensubkontrakkan proses
produksinya kepada pihak lain, menyertakan
bukti kepemilikan merek dan perjanjian
subkontrak pelaksanaan produksi dengan
pihak lain;
6. apabila Pemohon bertindak sebagai perwakilan
resmi pemilik merek yang berkedudukan
hukum di luar negeri, menyertakan bukti
perjanjian yang mengikat secara hukum
tentang penunjukan sebagai perwakilan resmi
pemilik merek di wilayah Republik Indonesia;
dan
7. pernyataan bahwa Pemohon Sertifikasi
bertanggung jawab penuh atas pemenuhan
persyaratan SNI dan pemenuhan persyaratan
proses Sertifikasi dan bersedia memberikan
akses terhadap lokasi dan/atau informasi yang
- 1241 -

diperlukan oleh LSPro dalam melaksanakan


kegiatan Sertifikasi.
b. informasi produk:
1. merek produk yang diajukan untuk
disertifikasi;
2. klasifikasi/jenisproduk yang diajukan untuk
disertifikasi;
3. SNI yang digunakan sebagai dasar pengajuan
permohonan Sertifikasi;
4. foto produk dalam kemasan primer yang
diajukan untuk disertifikasi (dari arah depan,
belakang dan samping), serta informasi terkait
kemasan primer produk;
5. daftar bahan baku termasuk bahan tambahan
pangan;
6. label produk; dan
7. Apabila telah tersedia, foto kemasan sekunder
dan tersier produk yang diajukan untuk
disertifikasi, dari arah depan, belakang,
samping, dan bagian dalam.
c. informasi proses produksi:
1. nama, alamat, dan legalitas hukum pabrik;
2. struktur organisasi, nama dan jabatan personel
penanggung jawab proses produksi;
3. dokumentasi informasi tentang pemasok bahan
baku produk, prosedur evaluasi pemasok, serta
prosedur inspeksi bahan baku produk;
4. dokumentasi informasi tentang proses
pembuatan produk yang diajukan untuk
disertifikasi, termasuk proses yang
disubkontrakkan ke pihak lain;
5. dokumentasi informasi tentang prosedur dan
rekaman pengendalian mutu, termasuk
pengujian rutin, daftar peralatan, serta
sertifikat kalibrasi atau bukti verifikasi
peralatan yang berpengaruh terhadap mutu
produk yang disertifikasi, dan bukti atau segel
- 1242 -

tera atau tera ulang untuk alat ukur yang


digunakan dalam pengukuran berat produk
dalam kemasan akhir;
6. dokumentasi informasi tentang prosedur dan
rekaman pengendalian dan penanganan produk
yang tidak sesuai;
7. dokumentasi informasi tentang pengemasan
produk dan pengelolaan produk di gudang
akhir produk sebelum dikirimkan dan/atau
diedarkan ke wilayah Republik Indonesia;
8. lokasi gudang penyimpanan produk di wilayah
Republik Indonesia;
9. bukti izin edar produk sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan;
10. menyertakan laporan hasil uji yang dilakukan
paling lambat 1 (satu) tahun sebelum
pengajuan Sertifikasi, yang memberikan bukti
pemenuhan produk yang diajukan untuk
disertifikasi terhadap persyaratan mutu dalam
SNI dan peraturan terkait;
11. apabila laporan hasil uji sebagaimana
dinyatakan pada angka 10 belum tersedia,
Pemohon dapat menyampaikan contoh produk
kepada LSPro untuk diuji di laboratorium yang
memiliki perjanjian alih daya dengan LSPro;
dan
12. apabila telah tersedia, menyertakan Sertifikat
Penerapan Sistem Manajemen Mutu
berdasarkan SNI ISO 9001 atau Sistem
Manajemen Keamanan Pangan berdasarkan SNI
ISO 22000 atau HACCP berdasarkan SNI
CAC/RCP 1 dari Lembaga Sertifikasi yang
diakreditasi oleh KAN atau oleh badan
akreditasi penandatangan International
Accreditation Forum (IAF)/Asia Pacific
Accreditation Cooperation (APAC) Multilateral
- 1243 -

Recognition Agreement (MLA) dengan ruang


lingkup yang sesuai.

2. Tinjauan permohonan Sertifikasi


LSPro harus memastikan bahwa informasi yang diperoleh dari
permohonan Sertifikasi yang diajukan oleh Pemohon telah
lengkap dan memenuhi persyaratan.

3. Penandatanganan perjanjian Sertifikasi


Setelah permohonan Sertifikasi dinyatakan lengkap dan
Pemohon menyetujui persyaratan dan prosedur Sertifikasi
yang ditetapkan oleh LSPro sesuai dengan persyaratan SNI
ISO/IEC 17065, perjanjian Sertifikasi ditandatangani oleh
Pemohon dan LSPro.

4. Penyusunan rencana evaluasi


Berdasarkan informasi yang diperoleh dari persyaratan
permohonan Sertifikasi yang disampaikan oleh Pemohon,
LSPro menetapkan rencana evaluasi yang mencakup:
a. jenis/tipe/varian produk yang diajukan untuk
disertifikasi dan metode pengambilan contoh sesuai
dengan persyaratan 2981:2009, yang diperlukan untuk
pengujian produk dan mewakili contoh produk yang
diusulkan untuk disertifikasi;
b. informasi SNI yang digunakan sebagai dasar Sertifikasi
berdasarkan permohonan yang diajukan oleh Pemohon
Sertifikasi;
c. waktu yang diperlukan untuk pelaksanaan pengujian
berdasarkan standar acuan metode uji yang
dipersyaratkan; dan
d. waktu, lokasi pelaksanaan dan agenda inspeksi pabrik
atau asesmen proses produksi yang relevan dengan
pelaksanaan produksi produk yang diajukan untuk
disertifikasi, serta personel kompeten yang melakukan
evaluasi.
- 1244 -

5. Pelaksanaan evaluasi awal terhadap produk


5.1 Pelaksanaan evaluasi awal terhadap produk mencakup:
a. Pemeriksaan awal terhadap kesesuaian informasi
produk dan proses produksi yang disampaikan
Pemohon pada huruf E angka 1 terhadap lingkup
produk yang ditetapkan dalam SNI dan peraturan
terkait.
b. Pengujian awal terhadap contoh produk
berdasarkan persyaratan mutu dalam SNI.
Pengujian awal dilakukan berdasarkan laporan hasil
uji dari laboratorium yang disampaikan Pemohon,
yang mencakup seluruh persyaratan mutu dalam
SNI 2981:2009. Apabila laporan hasil uji tersebut
menunjukkan bahwa seluruh persyaratan mutu
dalam SNI tersebut telah terpenuhi, maka produk
yang diajukan untuk disertifikasi dianggap telah
memenuhi persyaratan pengujian awal.

5.2 Apabila hasil evaluasi awal menunjukkan


ketidaksesuaian terhadap persyaratan SNI, Pemohon
harus diberi kesempatan untuk melakukan tindakan
perbaikan dalam jangka waktu tertentu sesuai dengan
kebijakan LSPro.

6. Pelaksanaan inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi


6.1 Inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi harus
dilakukan pada saat pabrik melakukan produksi, atau
pada kondisi tertentu dilakukan melalui simulasi proses
produksi produk yang diajukan untuk disertifikasi.

6.2 Inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi dilakukan


terhadap:
a. tanggung jawab dan komitmen personel penanggung
jawab pabrik terhadap konsistensi pemenuhan
produk terhadap persyaratan SNI;
b. ketersediaan dan pengendalian dokumentasi
informasi proses produksi di pabrik;
- 1245 -

c. fasilitas, lokasi, desain dan tata letak, bangunan,


sanitasi peralatan, sanitasi ruang proses, dan
higiene personel sesuai dengan ketentuan yang
berlaku tentang Cara Produksi Pangan Olahan yang
Baik;
d. tahapan kritis proses produksi, mulai dari bahan
baku sampai produk akhir paling sedikit pada
tahapan sebagaimana tercantum dalam huruf G;
e. kelengkapan serta fungsi peralatan produksi
termasuk peralatan pengendalian mutu, paling
sedikit memiliki alat untuk perlakuan panas bahan
baku susu, alat pengaduk/pencampur, alat untuk
perlakuan panas setelah fermentasi (bila digunakan),
cold storage, dan alat pengukur berat atau volume;
f. bukti verifikasi berdasarkan hasil kalibrasi atau
hasil verifikasi peralatan produksi sebagaimana
disebutkan pada huruf e yang membuktikan bahwa
peralatan tersebut memenuhi persyaratan produksi.
Hasil verifikasi peralatan produksi dapat
ditunjukkan dengan prosedur yang diperlukan
untuk mencapai kondisi atau persyaratan yang
ditetapkan;
g. bukti tera atau tera ulang alat pengukuran berat
produk dalam kemasan akhir;
h. pengendalian dan penanganan produk yang tidak
sesuai; dan
i. pengemasan, penanganan, dan penyimpanan
produk, termasuk di gudang akhir produk yang siap
diedarkan.

6.3 Apabila pabrik telah menerapkan dan mendapatkan


sertifikat Sistem Manajemen Keamanan Pangan
berdasarkan SNI ISO 22000 atau HACCP berdasarkan
SNI CAC/RCP 1 dari Lembaga Sertifikasi yang
diakreditasi oleh KAN atau oleh badan akreditasi
penandatangan IAF/APAC MLA dengan ruang lingkup
yang sesuai, maka inspeksi pabrik atau asesmen proses
- 1246 -

produksi dilakukan terhadap implementasi sistem


manajemen terkait mutu produk tersebut dan angka 6.2
huruf d dan huruf e.

6.4 Apabila Pabrik telah menerapkan dan mendapatkan


sertifikat Sistem Manajemen Mutu berdasarkan SNI ISO
9001 dari Lembaga Sertifikasi yang diakreditasi oleh KAN
atau oleh badan akreditasi penandatangan IAF/APAC
MLA dengan ruang lingkup yang sesuai, maka inspeksi
pabrik atau asesmen proses produksi dilakukan terhadap
implementasi sistem manajemen terkait mutu produk
tersebut dan angka 6.2 huruf c, huruf d, dan huruf e.

6.5 Selama inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi,


LSPro melakukan pengambilan contoh produk oleh
petugas pengambil contoh dan selanjutnya diuji di
laboratorium milik LSPro atau Laboratorium yang telah
memiliki perjanjian alih daya dengan LSPro.

6.6 Apabila berdasarkan hasil inspeksi pabrik atau asesmen


proses produksi, termasuk hasil pengujian, tidak
diperoleh bukti-bukti yang kuat untuk menjamin
konsistensi produk terhadap persyaratan SNI, maka
Pemohon harus diberi kesempatan untuk melakukan
tindakan perbaikan dalam jangka waktu tertentu sesuai
dengan kebijakan LSPro.

7. Tinjauan
7.1 Tinjauan hasil evaluasi dilakukan terhadap:
a. Hasil evaluasi awal terhadap produk untuk
menunjukkan bahwa contoh produk yang mewakili
produk memenuhi persyaratan SNI yang diajukan
oleh Pemohon sebagai dasar permohonan Sertifikasi.
b. Hasil inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi
atau bukti obyektif untuk menunjukkan bahwa
pabrik memiliki proses produksi yang didukung
dengan segala sumber daya yang diperlukan untuk
- 1247 -

menghasilkan produk yang secara konsisten dan


memenuhi persyaratan SNI yang diajukan oleh
Pemohon sebagai dasar permohonan Sertifikasi.

7.2 Tinjauan hasil evaluasi dinyatakan dalam bentuk


rekomendasi tertulis tentang pemenuhan SNI yang
diajukan oleh Pemohon untuk produk yang diajukan
untuk disertifikasi.

8. Penetapan keputusan Sertifikasi


8.1 Penetapan keputusan Sertifikasi dilakukan berdasarkan
rekomendasi yang dihasilkan dari proses tinjauan.

8.2 Penetapan keputusan Sertifikasi harus dilakukan oleh


satu atau sekelompok orang yang tidak terlibat dalam
proses evaluasi.

8.3 Penetapan keputusan Sertifikasi dapat dilakukan oleh


satu atau sekelompok orang yang sama dengan yang
melakukan tinjauan.

8.4 Rekomendasi untuk keputusan Sertifikasi berdasarkan


hasil tinjauan harus didokumentasikan, kecuali tinjauan
dan keputusan Sertifikasi diselesaikan secara bersamaan
oleh satu atau sekelompok orang yang sama.

8.5 LSPro harus memberitahu Pemohon Sertifikasi terkait


alasan menunda atau tidak memberikan keputusan
Sertifikasi, dan harus mengidentifikasikan alasan
keputusan tersebut. Apabila Pemohon Sertifikasi
menunjukkan keinginan untuk melanjutkan proses
Sertifikasi, LSPro dapat memulai kembali dari proses
evaluasi (angka 5).

9. Penerbitan sertifikat
Sertifikat kesesuaian terhadap persyaratan SNI diterbitkan
sesuai ketentuan sebagai berikut:
- 1248 -

a. Sertifikat diterbitkan oleh LSPro setelah penetapan


keputusan Sertifikasi; dan
b. Sertifikat paling sedikit harus memuat:
1. nomor sertifikat atau identifikasi unik lainnya;
2. nomor atau identifikasi lain dari skema Sertifikasi;
3. nama dan alamat LSPro;
4. nama dan alamat Pemohon (pemegang sertifikat);
5. acuan ke perjanjian Sertifikasi;
6. pernyataan kesesuaian yang mencakup:
a. nama, merek, dan spesifikasi produk yang
dinyatakan memenuhi persyaratan;
b. SNI yang menjadi dasar Sertifikasi;
c. nama dan alamat lokasi produksi; dan
d. informasi terkait proses Sertifikasi.
7. status akreditasi atau pengakuan LSPro;
8. tanggal penerbitan sertifikat;
9. tanggal berakhir masa berlaku sertifikat yaitu 4
(empat) tahun sejak tanggal penerbitan sertifikat;
dan
10. tanda tangan yang mengikat secara hukum dari
personel yang bertindak atas nama LSPro sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

10. Surveilans dan Sertifikasi ulang


10.1 LSPro harus melaksanakan surveilans paling sedikit 2
(dua) kali dalam periode Sertifikasi. Dalam hal ini
berlaku ketentuan sebagai berikut:
a. Surveilans pertama dilakukan melalui kegiatan:
1. Inspeksi pabrik atau asesmen proses
produksi; dan/atau
2. Pengujian terhadap contoh produk yang akan
beredar.
Pemilihan jenis kegiatan pada surveilans pertama
tersebut dilakukan berdasarkan penilaian LSPro
atas hasil Sertifikasi sebelumnya.
Apabila surveilans pertama hanya dilakukan
melalui kegiatan pengujian terhadap contoh
- 1249 -

produk yang akan beredar, penerima sertifikat


harus menyampaikan dokumentasi pengendalian
mutu proses produksi sejak penerbitan sertifikat
sampai dilakukan surveilans pertama.

b. Surveilans kedua dilakukan melalui kegiatan:


1. Inspeksi pabrik atau asesmen proses
produksi; dan
2. Pengujian terhadap contoh produk yang akan
atau telah beredar.
10.2 LSPro harus melaksanakan Sertifikasi ulang paling
lambat pada bulan ke-42 (empat puluh dua) (empat
puluh dua) setelah penetapan Sertifikasi, melalui
kegiatan sebagaimana tercantum dalam angka 6.

F. Penggunaan tanda SNI


1. Penggunaan tanda SNI dilakukan setelah mendapatkan
persetujuan penggunaan Tanda SNI melalui Surat
Persetujuan Penggunaan Tanda (SPPT) SNI yang dikeluarkan
oleh BSN sesuai dengan ketentuan dalam Peraturan Kepala
BSN mengenai tata cara penggunaan tanda SNI dan tanda
kesesuaian berbasis SNI.

2. Tanda SNI sebagai bukti kesesuaian produk yang telah


memenuhi SNI adalah sebagai berikut:
- 1250 -

Dengan ukuran:

Keterangan:
y = 11x
r = 0,5x

G. Tahapan kritis proses produksi produk yogurt

Tahapan kritis
No Penjelasan tahapan kritis
proses produksi
1. Pemilihan bahan Bahan baku susu dan/atau susu
baku, bahan rekonstitusi dengan atau tanpa
pangan lain, bahan lemakharus memenuhi persyaratan yang
tambahan pangan ditetapkan atau peraturan terkait yang
dan bahan berlaku
kemasan Bahan pangan lain, bahan tambahan
pangan dan bahan kemasan harus
memenuhi persyaratan yang ditetapkan
atau peraturan terkait yang berlaku
2. Perlakuan panas Perlakuan panas bahan baku susu, susu
bahan baku susu rekonstitusi atau susu rekombinasi
dilakukan dengan metode tertentu yang
dikendalikan untuk mendapatkan bahan
baku susu yang memenuhi persyaratan
yang ditetapkan untuk difermentasi
3. Fermentasi Fermentasi dilakukan dengan
menggunakan kultur bakteri
Lactobacillus bulgaricus dan
Streptococcus thermophillus dan/atau
bakteri asam laktat lain yang diizinkan
pada kondisi tertentu yang dikendalikan
untuk mendapatkan karakteristik
produk yang diinginkan
4. Pencampuran Pencampuran susu fermentasi dengan
bahan pangan lain dan atau bahan
tambahan yang diizinkan dilakukan
dengan metode tertentu yang
dikendalikan untuk mendapatkan
campuran yang homogen sesuai dengan
formulasi yang ditetapkan
5. Perlakuan panas Perlakuan panas setelah fermentasi
setelah fermentasi dilakukan dengan metode tertentu yang
-1251 -

Tahapan kritis
No Penjelasan tahapan kritis
proses produksi
(bila dilakukan) dikendalikan untuk mendapatkan
produk akhir yang sesuai dengan
persyaratan sebelum pengemasan
6. Pengemasan Produk dikemas dalam wadah yang
tertulup rapat, tidak dipengaruhi atau
mempengaruhi isi, aman selama
penyimpanan dan pengangkutan
7. Penandaan Penandaan dilakukan sesuai dengan
ketentuan yang berlaku. Produk yogurt
dengan perlakuan panas setelah
fermentasi pada label harus
dicantumkan tulisan "perlakuan panas"
Keterangan: Urutan tahapan kritis proses produksi disetiap
pemohon dapat berbeda

KEPALA BADAN STANDARDISASI NASIONAL

REPUBLIK INDONESIA,

TTD

BAMBANG PRASETYA

1 sesuai dengan aslinya


uOA.RD/5
Daya Manusia, Organisasi, dan Hukum

Margahayu
yf INOO^
- 1252 -

LAMPIRAN LXXX
PERATURAN BADAN STANDARDISASI NASIONAL
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 1 TAHUN 2020
TENTANG
SKEMA PENILAIAN KESESUAIAN TERHADAP STANDAR
NASIONAL INDONESIA SEKTOR MAKANAN DAN MINUMAN

PETUNJUK TEKNIS SKEMA SERTIFIKASI PRODUK GAPLEK

A. Ruang lingkup
Dokumen ini berlaku untuk acuan pelaksanaan Sertifikasi produk
gaplek yang dibuat dari umbi dari tanaman Manihot utilissima Pohl.
yang sudah dikupas, dikeringkan, dan disajikan dalam bentuk
gelondong, chips, pellet, tepung dan kubus.

B. Persyaratan Sertifikasi
Persyaratan acuan Sertifikasi produk:
1. SNI 01-2905-1992 Gaplek;
2. SNI dan standar lain yang diacu dalam SNI 01-2905-1992;
3. Peraturan yang terkait yaitu:
a. Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1999 tentang
Label dan Iklan Pangan;
b. Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 75/M-
IND/PER/7/2010 tentang Cara Produksi Pangan Olahan
yang Baik (Good Manufacturing Practices); dan
c. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan
Nomor 16 Tahun 2014 Tentang Perubahan Atas
Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat Dan Makanan
Nomor Hk.03.1.23.07.11.6664 Tahun 2011 Tentang
Pengawasan Kemasan Pangan.
4. Peraturan lain yang terkait produk gaplek.

C. Prosedur Sertifikasi
Prosedur Sertifikasi mencakup:
1. evaluasi awal; dan
- 1253 -

2. inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi.

D. Persyaratan Lembaga Penilaian Kesesuaian


Sertifikasi produk gaplek dilakukan oleh LPK yang telah
diakreditasi oleh KAN berdasarkan SNI ISO/IEC 17065, Penilaian
Kesesuaian – Persyaratan untuk Lembaga Sertifikasi Produk,
Proses, dan Jasa, untuk lingkup produk gaplek sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
Dalam hal LPK belum ada yang diakreditasi oleh KAN untuk
melakukan kegiatan Sertifikasi dengan ruang lingkup produk
gaplek, BSN dapat menunjuk LPK dengan ruang lingkup yang
sejenis sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

E. Tahapan Sertifikasi
1. Pengajuan permohonan Sertifikasi
1.1 Pengajuan permohonan Sertifikasi dilakukan oleh pelaku
usaha. Kriteria pelaku usaha yang dapat mengajukan
Sertifikasi sesuai Peraturan BSN mengenai tata cara
penggunaan tanda SNI dan tanda kesesuaian berbasis
SNI.

1.2 Permohonan Sertifikasi harus dilengkapi dengan:


a. informasi Pemohon:
1. nama pemohon, alamat pemohon, serta nama
dan kedudukan atau jabatan personel yang
bertanggung jawab atas pengajuan permohonan
Sertifikasi;
2. bukti pemenuhan persyaratan izin usaha sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan;
3. pemenuhan persyaratan sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan tentang
pendaftaran dan hak kepemilikan atas merek
yang dikeluarkan oleh Kementerian Hukum dan
Hak Asasi Manusia;
4. apabila Pemohon melakukan pembuatan
produk dengan merek yang dimiliki oleh pihak
lain, menyertakan bukti perjanjian yang
- 1254 -

mengikat secara hukum untuk melakukan


pembuatan produk untuk pihak lain;
5. apabila Pemohon bertindak sebagai pemilik
merek yang mensubkontrakkan proses
produksinya kepada pihak lain, menyertakan
bukti kepemilikan merek dan perjanjian
subkontrak pelaksanaan produksi dengan
pihak lain;
6. apabila Pemohon bertindak sebagai perwakilan
resmi pemilik merek yang berkedudukan
hukum di luar negeri, menyertakan bukti
perjanjian yang mengikat secara hukum
tentang penunjukan sebagai perwakilan resmi
pemilik merek di wilayah Republik Indonesia;
dan
7. pernyataan bahwa Pemohon Sertifikasi
bertanggung jawab penuh atas pemenuhan
persyaratan SNI dan pemenuhan persyaratan
proses Sertifikasi dan bersedia memberikan
akses terhadap lokasi dan/atau informasi yang
diperlukan oleh LSPro dalam melaksanakan
kegiatan Sertifikasi.
b. informasi produk:
1. merek produk yang diajukan untuk
disertifikasi;
2. klasifikasi/jenis produk yang diajukan untuk
disertifikasi;
3. SNI yang digunakan sebagai dasar pengajuan
permohonan Sertifikasi;
4. foto produk dalam kemasan primer yang
diajukan untuk disertifikasi (dari arah depan,
belakang dan samping), serta informasi terkait
kemasan primer produk;
5. daftar bahan baku; dan
6. label produk.
c. informasi proses produksi:
1. nama, alamat, dan legalitas hukum pabrik;
- 1255 -

2. struktur organisasi, nama dan jabatan personel


penanggung jawab proses produksi;
3. dokumentasi informasi tentang pemasok bahan
baku produk, prosedur evaluasi pemasok, serta
prosedur inspeksi bahan baku produk;
4. dokumentasi informasi tentang proses
pembuatan produk yang diajukan untuk
disertifikasi, termasuk proses yang
disubkontrakkan ke pihak lain;
5. dokumentasi informasi tentang prosedur dan
rekaman pengendalian mutu, termasuk
pengujian rutin, daftar peralatan, serta
sertifikat kalibrasi atau bukti verifikasi
peralatan yang berpengaruh terhadap mutu
produk yang disertifikasi, dan bukti atau segel
tera atau tera ulang untuk alat ukur yang
digunakan dalam pengukuran berat produk
dalam kemasan akhir;
6. dokumentasi informasi tentang prosedur dan
rekaman pengendalian dan penanganan produk
yang tidak sesuai;
7. dokumentasi informasi tentang pengemasan
produk dan pengelolaan produk di gudang
akhir produk sebelum dikirimkan dan/atau
diedarkan ke wilayah Republik Indonesia;
8. lokasi gudang penyimpanan produk di wilayah
Republik Indonesia;
9. bukti izin edar produk sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan;
10. menyertakan laporan hasil uji yang dilakukan
paling lambat 1 (satu) tahun sebelum
pengajuan Sertifikasi, yang memberikan bukti
pemenuhan produk yang diajukan untuk
disertifikasi terhadap persyaratan mutu dalam
SNI dan peraturan terkait;
11. apabila laporan hasil uji sebagaimana
dinyatakan pada angka 10 belum tersedia,
- 1256 -

Pemohon dapat menyampaikan contoh produk


kepada LSPro untuk diuji di laboratorium yang
memiliki perjanjian alih daya dengan LSPro;
dan
12. apabila telah tersedia, menyertakan Sertifikat
Penerapan Sistem Manajemen Mutu
berdasarkan SNI ISO 9001 atau Sistem
Manajemen Keamanan Pangan berdasarkan SNI
ISO 22000 atau HACCP berdasarkan SNI
CAC/RCP 1 dari Lembaga Sertifikasi yang
diakreditasi oleh KAN atau oleh badan
akreditasi penandatangan International
Accreditation Forum (IAF)/Asia Pacific
Accreditation Cooperation (APAC) Multilateral
Recognition Agreement (MLA) dengan ruang
lingkup yang sesuai.

2. Tinjauan permohonan Sertifikasi


LSPro harus memastikan bahwa informasi yang diperoleh dari
permohonan Sertifikasi yang diajukan oleh Pemohon telah
lengkap dan memenuhi persyaratan.

3. Penandatanganan perjanjian Sertifikasi


Setelah permohonan Sertifikasi dinyatakan lengkap dan
Pemohon menyetujui persyaratan dan prosedur Sertifikasi
yang ditetapkan oleh LSPro sesuai dengan persyaratan SNI
ISO/IEC 17065, perjanjian Sertifikasi ditandatangani oleh
Pemohon dan LSPro.

4. Penyusunan rencana evaluasi


Berdasarkan informasi yang diperoleh dari persyaratan
permohonan Sertifikasi yang disampaikan oleh Pemohon,
LSPro menetapkan rencana evaluasi yang mencakup:
a. jenis/tipe/varian produk yang diajukan untuk
disertifikasi dan metode pengambilan contoh sesuai
dengan persyaratan SNI 01-2905-1992 yang diperlukan
- 1257 -

untuk pengujian produk dan mewakili contoh produk


yang diusulkan untuk disertifikasi;
b. informasi SNI yang digunakan sebagai dasar Sertifikasi
berdasarkan permohonan yang diajukan oleh Pemohon
Sertifikasi;
c. waktu yang diperlukan untuk pelaksanaan pengujian
berdasarkan standar acuan metode uji yang
dipersyaratkan; dan
d. waktu, lokasi pelaksanaan dan agenda inspeksi pabrik
atau asesmen proses produksi yang relevan dengan
pelaksanaan produksi produk yang diajukan untuk
disertifikasi, serta personel kompeten yang melakukan
evaluasi.

5. Pelaksanaan evaluasi awal terhadap produk


5.1 Pelaksanaan evaluasi awal terhadap produk mencakup:
a. Pemeriksaan awal terhadap kesesuaian informasi
produk dan proses produksi yang disampaikan
Pemohon pada huruf E angka 1 terhadap lingkup
produk yang ditetapkan dalam SNI dan peraturan
terkait.
b. Pengujian awal terhadap contoh produk
berdasarkan persyaratan mutu dalam SNI.
Pengujian awal dilakukan berdasarkan laporan hasil
uji dari laboratorium yang disampaikan Pemohon,
yang mencakup seluruh persyaratan mutu dalam
SNI 01-2905-1992. Apabila laporan hasil uji
tersebut menunjukkan bahwa seluruh persyaratan
mutu dalam SNI tersebut telah terpenuhi, maka
produk yang diajukan untuk disertifikasi dianggap
telah memenuhi persyaratan pengujian awal.

5.2 Apabila hasil evaluasi awal menunjukkan


ketidaksesuaian terhadap persyaratan SNI, Pemohon
harus diberi kesempatan untuk melakukan tindakan
perbaikan dalam jangka waktu tertentu sesuai dengan
kebijakan LSPro.
- 1258 -

6. Pelaksanaan inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi


6.1 Inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi harus
dilakukan pada saat pabrik melakukan produksi, atau
pada kondisi tertentu dilakukan melalui simulasi proses
produksi produk yang diajukan untuk disertifikasi.

6.2 Inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi dilakukan


terhadap:
a. tanggung jawab dan komitmen personel penanggung
jawab pabrik terhadap konsistensi pemenuhan
produk terhadap persyaratan SNI;
b. ketersediaan dan pengendalian dokumentasi
informasi prosedur dan rekaman pengendalian
mutu, termasuk pengujian rutin;
c. fasilitas, lokasi, desain dan tata letak, bangunan,
sanitasi peralatan, sanitasi ruang proses, dan
higiene personel sesuai dengan ketentuan yang
berlaku tentang Cara Produksi Pangan Olahan yang
Baik;
d. tahapan kritis proses produksi, mulai dari bahan
baku sampai produk akhir paling sedikit pada
tahapan sebagaimana tercantum dalam huruf G;
e. kelengkapan serta fungsi peralatan produksi
termasuk peralatan pengendalian mutu, paling
sedikit alat pengupas, alat perendaman/pencucian,
alat perajangan/pengecilan ukuran, peralatan
pengeringan, dan alat pengukur berat;
f. bukti verifikasi berdasarkan hasil kalibrasi atau
hasil verifikasi peralatan produksi sebagaimana
disebutkan pada huruf e yang membuktikan bahwa
peralatan tersebut memenuhi persyaratan produksi.
Hasil verifikasi peralatan produksi dapat
ditunjukkan dengan prosedur yang diperlukan
untuk mencapai kondisi atau persyaratan yang
ditetapkan;
g. bukti tera atau tera ulang alat pengukuran berat
produk dalam kemasan akhir;
- 1259 -

h. pengendalian dan penanganan produk yang tidak


sesuai; dan
i. pengemasan, penanganan, dan penyimpanan
produk, termasuk di gudang akhir produk yang siap
diedarkan.

6.3 Apabila pabrik telah menerapkan dan mendapatkan


sertifikat Sistem Manajemen Keamanan Pangan
berdasarkan SNI ISO 22000 atau HACCP berdasarkan
SNI CAC/RCP 1 dari Lembaga Sertifikasi yang
diakreditasi oleh KAN atau oleh badan akreditasi
penandatangan IAF/APAC MLA dengan ruang lingkup
yang sesuai, maka inspeksi pabrik atau asesmen proses
produksi dilakukan terhadap implementasi sistem
manajemen terkait mutu produk tersebut dan angka 6.2
huruf d dan huruf e.

6.4 Apabila Pabrik telah menerapkan dan mendapatkan


sertifikat Sistem Manajemen Mutu berdasarkan SNI ISO
9001 dari Lembaga Sertifikasi yang diakreditasi oleh KAN
atau oleh badan akreditasi penandatangan IAF/APAC
MLA dengan ruang lingkup yang sesuai, maka inspeksi
pabrik atau asesmen proses produksi dilakukan terhadap
implementasi sistem manajemen terkait mutu produk
tersebut dan angka 6.2 huruf c, huruf d, dan huruf e.

6.5 Selama inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi,


LSPro melakukan pengambilan contoh produk oleh
petugas pengambil contoh dan selanjutnya diuji di
laboratorium milik LSPro atau Laboratorium yang telah
memiliki perjanjian alih daya dengan LSPro.

6.6 Apabila berdasarkan hasil inspeksi pabrik atau asesmen


proses produksi, termasuk hasil pengujian, tidak
diperoleh bukti-bukti yang kuat untuk menjamin
konsistensi produk terhadap persyaratan SNI, maka
Pemohon harus diberi kesempatan untuk melakukan
- 1260 -

tindakan perbaikan dalam jangka waktu tertentu sesuai


dengan kebijakan LSPro.

7. Tinjauan
7.1 Tinjauan Hasil Evaluasi dilakukan terhadap:
a. Hasil evaluasi awal terhadap produk untuk
menunjukkan bahwa contoh produk yang mewakili
produk memenuhi persyaratan SNI yang diajukan
oleh Pemohon sebagai dasar permohonan Sertifikasi.
b. Hasil inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi
atau bukti obyektif untuk menunjukkan bahwa
pabrik memiliki proses produksi yang didukung
dengan segala sumber daya yang diperlukan untuk
menghasilkan produk yang secara konsisten dan
memenuhi persyaratan SNI yang diajukan oleh
Pemohon sebagai dasar permohonan Sertifikasi.

7.2 Tinjauan hasil evaluasi dinyatakan dalam bentuk


rekomendasi tertulis tentang pemenuhan SNI yang
diajukan oleh Pemohon untuk produk yang diajukan
untuk disertifikasi.

8. Penetapan keputusan Sertifikasi


8.1 Penetapan keputusan Sertifikasi dilakukan berdasarkan
rekomendasi yang dihasilkan dari proses tinjauan.

8.2 Penetapan keputusan Sertifikasi harus dilakukan oleh


satu atau sekelompok orang yang tidak terlibat dalam
proses evaluasi.

8.3 Penetapan keputusan Sertifikasi dapat dilakukan oleh


satu atau sekelompok orang yang sama dengan yang
melakukan tinjauan.

8.4 Rekomendasi untuk keputusan Sertifikasi berdasarkan


hasil tinjauan harus didokumentasikan, kecuali tinjauan
- 1261 -

dan keputusan Sertifikasi diselesaikan secara bersamaan


oleh satu atau sekelompok orang yang sama.

8.5 LSPro harus memberitahu Pemohon Sertifikasi terkait


alasan menunda atau tidak memberikan keputusan
Sertifikasi, dan harus mengidentifikasikan alasan
keputusan tersebut. Apabila Pemohon Sertifikasi
menunjukkan keinginan untuk melanjutkan proses
Sertifikasi, LSPro dapat memulai kembali dari proses
evaluasi (angka 5).

9. Penerbitan sertifikat
Sertifikat kesesuaian terhadap persyaratan SNI diterbitkan
sesuai ketentuan sebagai berikut:
a. Sertifikat diterbitkan oleh LSPro setelah penetapan
keputusan Sertifikasi; dan
b. Sertifikat paling sedikit harus memuat:
1. nomor sertifikat atau identifikasi unik lainnya;
2. nomor atau identifikasi lain dari skema Sertifikasi;
3. nama dan alamat LSPro;
4. nama dan alamat Pemohon (pemegang sertifikat);
5. acuan ke perjanjian Sertifikasi;
6. pernyataan kesesuaian yang mencakup:
a. nama, merek, dan spesifikasi produk yang
dinyatakan memenuhi persyaratan;
b. SNI yang menjadi dasar Sertifikasi;
c. nama dan alamat lokasi produksi; dan
d. informasi terkait proses Sertifikasi.
7. status akreditasi atau pengakuan LSPro;
8. tanggal penerbitan sertifikat;
9. tanggal berakhir masa berlaku sertifikat yaitu 4
(empat) tahun sejak tanggal penerbitan sertifikat;
10. tanda tangan yang mengikat secara hukum dari
personel yang bertindak atas nama LSPro sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
- 1262 -

10. Surveilans dan Sertifikasi ulang


10.1 LSPro harus melaksanakan surveilans paling sedikit 2
(dua) kali dalam periode Sertifikasi. Dalam hal ini
berlaku ketentuan sebagai berikut:
1. Surveilans pertama dilakukan melalui kegiatan:
a. Inspeksi pabrik atau asesmen proses
produksi; dan/atau
b. Pengujian terhadap contoh produk yang akan
beredar.
Pemilihan jenis kegiatan pada surveilans pertama
tersebut dilakukan berdasarkan penilaian LSPro
atas hasil Sertifikasi sebelumnya.
Apabila surveilans pertama hanya dilakukan
melalui kegiatan pengujian terhadap contoh
produk yang akan beredar, penerima sertifikat
harus menyampaikan dokumentasi pengendalian
mutu proses produksi sejak penerbitan sertifikat
sampai dilakukan surveilans pertama.
2. Surveilans kedua dilakukan melalui kegiatan:
a. Inspeksi pabrik atau asesmen proses
produksi; dan
b. Pengujian terhadap contoh produk yang akan
atau telah beredar.

10.2 LSPro harus melaksanakan Sertifikasi ulang paling


lambat pada bulan ke-42 (empat puluh dua) setelah
penetapan Sertifikasi, melalui kegiatan sebagaimana
tercantum dalam angka 6.

F. Penggunaan tanda SNI


1. Penggunaan tanda SNI dilakukan setelah mendapatkan
persetujuan penggunaan Tanda SNI melalui Surat
Persetujuan Penggunaan Tanda (SPPT) SNI yang dikeluarkan
oleh BSN sesuai dengan ketentuan dalam Peraturan Kepala
BSN mengenai tata cara penggunaan tanda SNI dan tanda
kesesuaian berbasis SNI.
- 1263 -

2. Tanda SNI sebagai bukti kesesuaian produk yang telah


memenuhi SNI adalah sebagai berikut:

Dengan ukuran:

Keterangan:
y = 11x
r = 0,5x

G. Tahapan kritis proses produksi produk Gaplek


Tahan Kritis proses
No Penjelasan Tahapan kritis
produksi
1 Pemilihan bahan baku Bahan baku umbi dari tanaman
dan bahan kemasan Manihot utilissima Pohl. harus
memenuhi persyaratan bahan baku
yang ditetapkan atau peraturan
yang terkait.
Bahan kemasan harus memenuhi
persyaratan yang ditetapkan atau
peraturan yang terkait.
- 1264 -

2 Pengupasan kulit Pengupasan kulit dilakukan dengan


metode tertentu yang dikendalikan
untuk mendapatkan umbi yang
terpisah dari kulit.
3 Perendaman/Pencucian Perendaman/Pencucian dilakukan
dengan metode tertentu yang
dikendalikan untuk mendapatkan
umbi yang bersih sesuai
persyaratan yang ditetapkan.
4 Pemotongan/perajangan Pemotongan/perajangan dilakukan
(untuk gaplek glondong, dengan tingkat ketebalan tertentu
gaplek chips, gaplek yang dikendalikan untuk
kubus) mendapatkan ukuran gaplek
glondong dengan bentuk gelondong
(utuh) dan atau belahan
memanjang, gaplek chips dengan
bentuk potongan-potongan kecil
dengan ukuran ketebalan maksmal
3 cm, dan gaplek kubus dengan
bentuk potong-potongan kecil yang
berbentuk kubus dengan ukuran
sisi maksimum 2 cm.
5 Pengecilan ukuran Pengecilan ukuran dilakukan
(untuk gaplek pelet dan dengan metode tertentu yang
gaplek tepung) dikendalikan untuk mendapatkan
ukuran gaplek pelet dengan bentuk
selindris dengan ukuran panjang
maksimum 2 cm dan bergaris
tengah maksimum 1 cm, serta
gaplek berbentuk tepung dengan
ukuran maksimum 100 mesh.
6 Pengeringan Pengeringan dilakukan dengan
metode tertentu yang dikendalikan
untuk mendapatkan produk dengan
tingkat kadar air yang
dipersyaratkan.
-1265-

7 Pengemasan Gaplek dikemas dalam karung goni


bersih, cukup memenuhi syarat
ekspor, mulut goni dijahit melintang
bolak-balik dengan kuat, dengan
berat bersih per karung maksimum
80 kg.
8 Penandaan Di bagian goni (kecuali in bulk)
ditulis dengan bahan yang tidak
tnudah luntur, jelas terbaca antara
lain:

a. dibuat di indonesia

b. nama barang
c. nama perusahaan/eksportir
d. berat kotor

e. berat bersih

f. negara tujuan
Keterangan: Urutan tahapan kritis proses produksi disetiap
pemohon dapat berbeda

KERALA BADAN STANDARDISASI NASIONAL

REPUBLIK INDONESIA,

TTD

BAMBANG PRASETYA

Salin^xusesuai dengan aslinya


Kepala Bir, Manusia, Organisasi, dan Hukum

ahayu
- 1266 -

LAMPIRAN LXXXI
PERATURAN BADAN STANDARDISASI NASIONAL
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 1 TAHUN 2020
TENTANG
SKEMA PENILAIAN KESESUAIAN TERHADAP STANDAR
NASIONAL INDONESIA SEKTOR MAKANAN DAN MINUMAN

PETUNJUK TEKNIS SKEMA SERTIFIKASI PRODUK KUE LAPIS

A. Ruang lingkup
Dokumen ini berlaku untuk acuan pelaksanaan Sertifikasi produk
kue lapis yang dibuat dari tepung, gula, telur, lemak dengan atau
tanpa penambahan bahan makanan lain dan bahan tambahan
makanan yang diizinkan diproses dengan pemanggangan lapis
demi lapis.

B. Persyaratan Sertifikasi
Persyaratan acuan Sertifikasi produk:
1. SNI 01-4309-1996 Kue Lapis;
2. SNI dan standar lain yang diacu dalam SNI 01-4309-1996;
3. Peraturan yang terkait yaitu:.
a. Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1999 tentang
Label dan Iklan Pangan;
b. Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 75/M-
IND/PER/7/2010 tentang Cara Produksi Pangan Olahan
yang Baik (Good Manufacturing Practices);
c. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 33 Tahun 2012
tentang Bahan Tambahan Pangan;
d. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan
Nomor 16 Tahun 2014 Tentang Perubahan Atas
Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat Dan Makanan
Nomor Hk.03.1.23.07.11.6664 Tahun 2011 Tentang
Pengawasan Kemasan Pangan;
- 1267 -

e. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan


Nomor 16 Tahun 2016 tentang Kriteria Mikrobiologi
Dalam Pangan Olahan;
f. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan
Nomor 36 Tahun 2013 tentang Batas Maksimum
Penggunaan Bahan Tambahan Pangan Pengawet;
g. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan
Nomor 37 Tahun 2013 Tentang Batas Maksimum
Penggunaan Bahan Tambahan Pangan Pewarna; dan
h. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan
Nomor 5 Tahun 2018 tentang Batas Maksimum Cemaran
Logam Berat dalam Pangan Olahan.
4. Peraturan lain yang terkait dengan produk kue lapis.

C. Prosedur Sertifikasi
Prosedur Sertifikasi mencakup:
1. evaluasi awal; dan
2. inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi.

D. Persyaratan lembaga penilaian kesesuaian


Sertifikasi produk Kue lapis dilakukan LPK yang telah diakreditasi
oleh KAN berdasarkan SNI ISO/IEC 17065, Penilaian Kesesuaian –
Persyaratan untuk Lembaga Sertifikasi Produk, Proses, dan Jasa,
untuk lingkup produk sebagaimana dimaksud dalam Ruang
Lingkup sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Dalam hal LPK belum ada yang diakreditasi oleh KAN untuk
melakukan kegiatan Sertifikasi dengan ruang lingkup produk Kue
lapis, BSN dapat menunjuk LPK dengan ruang lingkup yang
sejenis sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

E. Tahapan Sertifikasi
1. Pengajuan permohonan Sertifikasi
1.1. Pengajuan permohonan Sertifikasi dilakukan oleh pelaku
usaha. Kriteria pelaku usaha yang dapat mengajukan
Sertifikasi sesuai Peraturan BSN Mengenai tata Cara
Penggunaan Tanda SNI dan Tanda Kesesuaian Berbasis
SNI.
- 1268 -

1.2. Permohonan Sertifikasi harus dilengkapi dengan:


a. informasi Pemohon:
1. nama pemohon, alamat pemohon, serta nama
dan kedudukan atau jabatan personel yang
bertanggung jawab atas pengajuan permohonan
Sertifikasi;
2. bukti pemenuhan persyaratan izin usaha sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan;
3. pemenuhan persyaratan sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan tentang
pendaftaran dan hak kepemilikan atas merek
yang dikeluarkan oleh Kementerian Hukum dan
Hak Asasi Manusia;
4. apabila Pemohon melakukan pembuatan
produk dengan merek yang dimiliki oleh pihak
lain, menyertakan bukti perjanjian yang
mengikat secara hukum untuk melakukan
pembuatan produk untuk pihak lain;
5. apabila Pemohon bertindak sebagai pemilik
merek yang mensubkontrakkan proses
produksinya kepada pihak lain, menyertakan
bukti kepemilikan merek dan perjanjian
subkontrak pelaksanaan produksi dengan
pihak lain;
6. apabila Pemohon bertindak sebagai perwakilan
resmi pemilik merek yang berkedudukan
hukum di luar negeri, menyertakan bukti
perjanjian yang mengikat secara hukum
tentang penunjukan sebagai perwakilan resmi
pemilik merek di wilayah Republik Indonesia;
dan
7. pernyataan bahwa Pemohon Sertifikasi
bertanggung jawab penuh atas pemenuhan
persyaratan SNI dan pemenuhan persyaratan
proses Sertifikasi dan bersedia memberikan
akses terhadap lokasi dan/atau informasi yang
- 1269 -

diperlukan oleh LSPro dalam melaksanakan


kegiatan Sertifikasi.
b. informasi produk:
1. merek produk yang diajukan untuk
disertifikasi;
2. jenis/tipe/varian produk yang diajukan untuk
disertifikasi;
3. SNI yang digunakan sebagai dasar pengajuan
permohonan Sertifikasi;
4. foto produk dalam kemasan primer yang
diajukan untuk disertifikasi (dari arah depan,
belakang dan samping), serta informasi terkait
kemasan primer produk;
5. daftar bahan baku termasuk bahan tambahan
pangan;
6. label produk; dan
7. apabila telah tersedia, foto kemasan sekunder
dan tersier produk yang diajukan untuk
disertifikasi, dari arah depan, belakang,
samping, dan bagian dalam.
c. informasi proses produksi:
1. nama, alamat, dan legalitas hukum pabrik;
2. struktur organisasi, nama dan jabatan personel
penanggung jawab proses produksi;
3. dokumentasi informasi tentang pemasok bahan
baku produk, prosedur evaluasi pemasok, serta
prosedur inspeksi bahan baku produk;
4. dokumentasi informasi tentang proses
pembuatan produk yang diajukan untuk
disertifikasi, termasuk proses yang
disubkontrakkan ke pihak lain;
5. dokumentasi informasi tentang prosedur dan
rekaman pengendalian mutu, termasuk
pengujian rutin, daftar peralatan, serta
sertifikat kalibrasi atau bukti verifikasi
peralatan yang berpengaruh terhadap mutu
produk yang disertifikasi, dan bukti atau segel
- 1270 -

tera atau tera ulang untuk alat ukur yang


digunakan dalam pengukuran berat produk
dalam kemasan akhir;
6. dokumentasi informasi tentang prosedur dan
rekaman pengendalian dan penanganan produk
yang tidak sesuai;
7. dokumentasi informasi tentang pengemasan
produk dan pengelolaan produk di gudang
akhir produk sebelum dikirimkan dan/atau
diedarkan ke wilayah Republik Indonesia;
8. lokasi gudang penyimpanan produk di wilayah
Republik Indonesia;
9. bukti izin edar produk (MD/ML atau P-IRT)
sesuai ketentuan peraturan perundang-
undangan;
10. menyertakan laporan hasil uji yang dilakukan
paling lambat 1 (satu) tahun sebelum
pengajuan Sertifikasi, yang memberikan bukti
pemenuhan produk yang diajukan untuk
disertifikasi terhadap persyaratan mutu dalam
SNI dan peraturan terkait;
11. apabila laporan hasil uji sebagaimana
dinyatakan pada angka 10 belum tersedia,
Pemohon dapat menyampaikan contoh produk
kepada LSPro untuk diuji di laboratorium yang
memiliki perjanjian alih daya dengan LSPro;
dan
12. apabila telah tersedia, menyertakan Sertifikat
Penerapan Sistem Manajemen Mutu
berdasarkan SNI ISO 9001 atau Sistem
Manajemen Keamanan Pangan berdasarkan SNI
ISO 22000 atau HACCP berdasarkan SNI
CAC/RCP 1 dari Lembaga Sertifikasi yang
diakreditasi oleh KAN atau oleh badan
akreditasi penandatangan International
Accreditation Forum (IAF)/Asia Pacific
Accreditation Cooperation (APAC) Multilateral
- 1271 -

Recognition Agreement (MLA) dengan ruang


lingkup yang sesuai.
Informasi pada butir 4, butir 5, butir 10, dan butir
11 tidak perlu dilampirkan apabila Pemohon
melakukan pengemasan ulang produk yang
dihasilkan oleh pihak lain yang telah memiliki
sertifikat kesesuaian produk atau Surat Persetujuan
Penggunaan Tanda (SPPT) SNI.

2. Tinjauan permohonan Sertifikasi


LSPro harus memastikan bahwa informasi yang diperoleh dari
permohonan Sertifikasi yang diajukan oleh Pemohon telah
lengkap dan memenuhi persyaratan.

3. Penandatanganan perjanjian Sertifikasi


Setelah permohonan Sertifikasi dinyatakan lengkap dan
Pemohon menyetujui persyaratan dan prosedur Sertifikasi
yang ditetapkan oleh LSPro sesuai dengan persyaratan SNI
ISO/IEC 17065, perjanjian Sertifikasi ditandatangani oleh
Pemohon dan LSPro.

4. Penyusunan rencana evaluasi


Berdasarkan informasi yang diperoleh dari persyaratan
permohonan Sertifikasi yang disampaikan oleh Pemohon,
LSPro menetapkan rencana evaluasi yang mencakup:
a. jenis/tipe/varian produk yang diajukan untuk
disertifikasi dan metode pengambilan contoh sesuai
dengan persyaratan SNI 01-4309-1996 yang diperlukan
untuk pengujian produk dan mewakili contoh produk
yang diusulkan untuk disertifikasi;
b. informasi SNI yang digunakan sebagai dasar Sertifikasi
berdasarkan permohonan yang diajukan oleh Pemohon
Sertifikasi;
c. waktu yang diperlukan untuk pelaksanaan pengujian
berdasarkan standar acuan metode uji yang
dipersyaratkan; dan
- 1272 -

d. waktu, lokasi pelaksanaan dan agenda inspeksi pabrik


atau asesmen proses produksi yang relevan dengan
pelaksanaan produksi produk yang diajukan untuk
disertifikasi, serta personel kompeten yang melakukan
evaluasi.
5. Pelaksanaan evaluasi awal terhadap produk
5.1 Pelaksanaan evaluasi awal terhadap produk mencakup:
a. Pemeriksaan awal terhadap kesesuaian informasi
produk dan proses produksi yang disampaikan
Pemohon pada huruf E angka 1 terhadap lingkup
produk yang ditetapkan dalam SNI dan peraturan
terkait.
b. Pengujian awal terhadap contoh produk
berdasarkan persyaratan mutu dalam SNI.
Pengujian awal dilakukan berdasarkan laporan hasil
uji dari laboratorium yang disampaikan Pemohon,
yang mencakup seluruh persyaratan mutu dalam
SNI 01-4309-1996. Apabila laporan hasil uji
tersebut menunjukkan bahwa seluruh persyaratan
mutu dalam SNI tersebut telah terpenuhi, maka
produk yang diajukan untuk disertifikasi dianggap
telah memenuhi persyaratan pengujian awal.

5.2 Apabila hasil evaluasi awal menunjukkan


ketidaksesuaian terhadap persyaratan SNI, Pemohon
harus diberi kesempatan untuk melakukan tindakan
perbaikan dalam jangka waktu tertentu sesuai dengan
kebijakan LSPro.

6. Pelaksanaan inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi


6.1 Inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi harus
dilakukan pada saat pabrik melakukan produksi, atau
pada kondisi tertentu dilakukan melalui simulasi proses
produksi produk yang diajukan untuk disertifikasi.

6.2 Inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi dilakukan


terhadap:
- 1273 -

a. tanggung jawab dan komitmen personel penanggung


jawab pabrik terhadap konsistensi pemenuhan
produk terhadap persyaratan SNI;
b. ketersediaan dan pengendalian dokumentasi
informasi prosedur dan rekaman pengendalian
mutu, termasuk pengujian rutin;
c. fasilitas, lokasi, desain dan tata letak, bangunan,
sanitasi peralatan, sanitasi ruang proses, dan
higiene personel sesuai dengan ketentuan yang
berlaku tentang Cara Produksi Pangan Olahan yang
Baik;
d. tahapan kritis proses produksi, mulai dari bahan
baku sampai produk akhir paling sedikit pada
tahapan sebagaimana tercantum dalam huruf G;
e. kelengkapan serta fungsi peralatan produksi
termasuk peralatan pengendalian mutu, paling
sedikit alat pengadon, alat pemanggang, dan alat
pengukur berat;
f. bukti verifikasi berdasarkan hasil kalibrasi atau
hasil verifikasi peralatan produksi sebagaimana
disebutkan pada huruf e yang membuktikan bahwa
peralatan tersebut memenuhi persyaratan produksi.
Hasil verifikasi peralatan produksi dapat
ditunjukkan dengan prosedur yang diperlukan
untuk mencapai kondisi atau persyaratan yang
ditetapkan;
g. bukti tera atau tera ulang alat pengukuran berat
produk dalam kemasan akhir;
h. pengendalian dan penanganan produk yang tidak
sesuai; dan
i. pengemasan, penanganan, dan penyimpanan
produk, termasuk di gudang akhir produk yang siap
diedarkan.

6.3 Apabila pabrik telah menerapkan Sistem Manajemen


Keamanan Pangan berdasarkan SNI ISO 22000 atau
HACCP berdasarkan SNI CAC/RCP 1 dari Lembaga
- 1274 -

Sertifikasi yang diakreditasi oleh KAN atau oleh badan


akreditasi penandatangan IAF/APAC dengan ruang
lingkup yang sesuai, maka inspeksi pabrik atau
asesmen proses produksi dilakukan terhadap
implementasi sistem manajemen terkait mutu produk
tersebut dan angka 6.2 huruf d dan huruf e.

6.4 Apabila pabrik telah menerapkan dan mendapatkan


sertifikat Sistem Manajemen Mutu berdasarkan SNI ISO
9001 dari Lembaga Sertifikasi yang diakreditasi oleh KAN
atau oleh badan akreditasi penandatangan IAF/APAC
MLA dengan ruang lingkup yang sesuai, maka inspeksi
pabrik atau asesmen proses produksi dilakukan terhadap
implementasi sistem manajemen terkait mutu produk
tersebut dan angka 6.2 huruf d dan huruf e.

6.5 Dalam hal Pemohon melakukan pengemasan ulang


produk yang dihasilkan oleh pihak lain, berlaku
ketentuan berikut:
a. apabila pihak lain tersebut telah memiliki sertifikat
kesesuaian produk atau Surat Persetujuan
Penggunaan Tanda (SPPT) SNI, maka inspeksi pabrik
atau asesmen proses produksi sebagaimana
dimaksud pada angka 6.2 dilakukan di lokasi
Pemohon pada tahapan pengemasan; atau
b. apabila pihak lain tersebut belum memiliki sertifikat
kesesuaian produk atau Surat Persetujuan
Penggunaan Tanda (SPPT) SNI, maka inspeksi pabrik
atau asesmen proses produksi sebagaimana
dimaksud pada angka 6.2 dilakukan di lokasi
pembuatan produk yang dimiliki oleh pihak lain dan
di lokasi Pemohon.

6.6 Selama inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi,


LSPro melakukan pengambilan contoh produk oleh
petugas pengambil contoh dan selanjutnya diuji di
- 1275 -

laboratorium milik LSPro atau Laboratorium yang telah


memiliki perjanjian alih daya dengan LSPro.

6.7 Apabila berdasarkan hasil inspeksi pabrik atau asesmen


proses produksi, termasuk hasil pengujian, tidak
diperoleh bukti-bukti yang kuat untuk menjamin
konsistensi produk terhadap persyaratan SNI, maka
Pemohon harus diberi kesempatan untuk melakukan
tindakan perbaikan dalam jangka waktu tertentu sesuai
dengan kebijakan LSPro.

7. Tinjauan
7.1. Tinjauan hasil evaluasi dilakukan terhadap:
a. Hasil evaluasi awal terhadap produk untuk
menunjukkan bahwa contoh produk yang mewakili
produk memenuhi persyaratan SNI yang diajukan
oleh Pemohon sebagai dasar permohonan Sertifikasi.
b. Hasil inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi
atau bukti obyektif untuk menunjukkan bahwa
pabrik memiliki proses produksi yang didukung
dengan segala sumber daya yang diperlukan untuk
menghasilkan produk yang secara konsisten dan
memenuhi persyaratan SNI yang diajukan oleh
Pemohon sebagai dasar permohonan Sertifikasi.

7.2. Tinjauan hasil evaluasi dinyatakan dalam bentuk


rekomendasi tertulis tentang pemenuhan SNI yang
diajukan oleh Pemohon untuk produk yang diajukan
untuk disertifikasi.

8. Penetapan keputusan Sertifikasi


8.1. Penetapan keputusan Sertifikasi dilakukan berdasarkan
rekomendasi yang dihasilkan dari proses tinjauan.

8.2. Penetapan keputusan Sertifikasi harus dilakukan oleh


satu atau sekelompok orang yang tidak terlibat dalam
proses evaluasi.
- 1276 -

8.3. Penetapan keputusan Sertifikasi dapat dilakukan oleh


satu atau sekelompok orang yang sama dengan yang
melakukan tinjauan.

8.4. Rekomendasi untuk keputusan Sertifikasi berdasarkan


hasil tinjauan harus didokumentasikan, kecuali tinjauan
dan keputusan Sertifikasi diselesaikan secara bersamaan
oleh satu atau sekelompok orang yang sama.

8.5. LSPro harus memberitahu Pemohon Sertifikasi terkait


alasan menunda atau tidak memberikan keputusan
Sertifikasi, dan harus mengidentifikasikan alasan
keputusan tersebut. Apabila Pemohon Sertifikasi
menunjukkan keinginan untuk melanjutkan proses
Sertifikasi, LSPro dapat memulai kembali dari proses
evaluasi (angka 5).

9. Penerbitan sertifikat
Sertifikat kesesuaian terhadap persyaratan SNI diterbitkan
sesuai ketentuan sebagai berikut:
a. Sertifikat diterbitkan oleh LSPro setelah penetapan
keputusan Sertifikasi,
b. Sertifikat paling sedikit harus memuat:
1. nomor sertifikat atau identifikasi unik lainnya;
2. nomor atau identifikasi lain dari skema Sertifikasi;
3. nama dan alamat LSPro;
4. nama dan alamat Pemohon (pemegang sertifikat);
5. acuan ke perjanjian Sertifikasi;
6. pernyataan kesesuaian yang mencakup:
a. nama, merek, dan spesifikasi produk yang
dinyatakan memenuhi persyaratan;
b. SNI yang menjadi dasar Sertifikasi;
c. nama dan alamat lokasi produksi; dan
d. informasi terkait proses Sertifikasi.
7. status akreditasi atau pengakuan LSPro;
8. tanggal penerbitan sertifikat;
- 1277 -

9. tanggal berakhir masa berlaku sertifikat yaitu 4


(empat) tahun sejak tanggal penerbitan sertifikat;
dan
10. tanda tangan yang mengikat secara hukum dari
personel yang bertindak atas nama LSPro sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

10. Surveilans dan Sertifikasi ulang


10.1 LSPro harus melaksanakan surveilans paling sedikit 2
(dua) kali dalam periode Sertifikasi. Dalam hal ini
berlaku ketentuan sebagai berikut:
a. Surveilans pertama dilakukan melalui kegiatan:
1. Inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi;
dan/atau
2. Pengujian terhadap contoh produk yang akan
beredar.
Pemilihan jenis kegiatan pada surveilans pertama
tersebut dilakukan berdasarkan penilaian LSPro
atas hasil Sertifikasi sebelumnya.
Apabila surveilans pertama hanya dilakukan
melalui kegiatan pengujian terhadap contoh
produk yang akan beredar, penerima sertifikat
harus menyampaikan dokumentasi pengendalian
mutu proses produksi sejak penerbitan sertifikat
sampai dilakukan surveilans pertama.
b. Surveilans kedua dilakukan melalui kegiatan:
1. Inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi;
dan
2. Pengujian terhadap contoh produk yang akan
atau telah beredar.

10.2 LSPro harus melaksanakan Sertifikasi ulang paling


lambat pada bulan ke-42 (empat puluh dua) setelah
penetapan Sertifikasi, melalui kegiatan sebagaimana
tercantum dalam angka 6.
- 1278 -

F. Penggunaan tanda SNI


1. Penggunaan tanda SNI dilakukan setelah mendapatkan
persetujuan penggunaan Tanda SNI melalui Surat
Persetujuan Penggunaan Tanda (SPPT) SNI yang dikeluarkan
oleh BSN sesuai dengan ketentuan dalam Peraturan BSN
mengenai tata cara penggunaan Tanda SNI dan Tanda
Kesesuaian Berbasis SNI.

2. Tanda SNI sebagai bukti kesesuaian produk yang telah


memenuhi SNI adalah sebagai berikut:

Dengan ukuran:

Keterangan:
y = 11x
r = 0,5x
-1279-

G. Tahapan kritis proses produksi produk kue lapis


Tahan Kritis proses
No Penjelasan Tahapan kritis
produksi
1 Pemilihan bahan baku, Bahan baku, bahan tambahan pangan
bahan tambahan dan bahan kemasan harus memenuhi
pangan dan bahan persyaratan yang ditetapkan alau
kemasan peraturan yang lerkait.
Bahan baku tepung terigu dan gula
yang digunakan hams sesuai dengan
persyaratan SNI, dibuktikan dengan
tanda SNI dalam kemasan.
2 Pencampuran Pencampuran bahan baku dan bahan
tambahan pangem dilakukan dengan
metode tertentu yang dikendalikan
untuk mendapatkan adonan yang
homogen.
3 Pencetakan Pencetakan dilakukan dengan metode
tertentu yang dikendalikaji untuk
mendapatkan produk yang sesuai.
4 Peman^an gan Pemanggangan lapis demi lapis
dileikukan pada suhu dan waktu
tertentu yang dikendalikan untuk
mendapatlcan kadar air yang
dipersyaratkan.
5 Pengemasan Produk dikemas dalam wadah yang
teriutup rapat, tidak dipengamhi atau
raempengamhi isi, aman selama
penyimpanan dan pengangkutan.
6 Penandaan/Pelabelan Penandaan/pelabelan dilakukan
berdasarkan persyaratan SNI dan
peraturan terkait.
Keterangan: Urutan tahapan kritis proses produksi disetiap
pemohon dapat berbeda

KEPALA BADAN STANDARDISASI NASIONAL

REPUBLIK INDONESIA.

TTD

BAMBANG PRASETYA

esuai dengan aslinya


^OARD/s
Kepaia ya Manusia, Organisasi, dan Hukum
- 1280 -

LAMPIRAN LXXXII
PERATURAN BADAN STANDARDISASI NASIONAL
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 1 TAHUN 2020
TENTANG
SKEMA PENILAIAN KESESUAIAN TERHADAP STANDAR
NASIONAL INDONESIA SEKTOR MAKANAN DAN MINUMAN

PETUNJUK TEKNIS SKEMA SERTIFIKASI PRODUK LIMUN

A. Ruang lingkup
Dokumen ini berlaku untuk acuan pelaksanaan Sertifikasi produk
limun yang merupakan minuman ringan yang mengandung gula,
CO2 dengan atau tanpa penambahan bahan tambahan makanan
yang diizinkan

B. Persyaratan Sertifikasi
Persyaratan acuan Sertifikasi produk:
1. SNI 01-2972-1998 Limun;
2. SNI dan standar lain yang diacu dalam SNI 01-2972-1998;
3. Peraturan yang terkait yaitu:
a. Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1999 tentang
Label dan Iklan Pangan;
b. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
492/MENKES/PER/IV/2010 tentang Persyaratan
Kualitas Air Minum;
c. Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 75/M-
IND/PER/7/2010 tentang Cara Produksi Pangan Olahan
yang Baik (Good Manufacturing Practices);
d. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 33 Tahun 2012
tentang Bahan Tambahan Pangan;
e. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan
Nomor 4 Tahun 2013 Tentang Batas Maksimum
Penggunaan Bahan Tambahan Pangan Bahan
Pengkarbonasi;
- 1281 -

f. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan


Nomor 36 Tahun 2013 tentang Batas Maksimum
Penggunaan Bahan Tambahan Pangan Pengawet;
g. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat Dan Makanan
Nomor 37 Tahun 2013 Tentang Batas Maksimum
Penggunaan Bahan Tambahan Pangan Pewarna;
h. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat Dan Makanan
Nomor 4 Tahun 2014 Tentang Batas Maksimum
Penggunaan Bahan Tambahan Pangan Pemanis;
i. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan
Nomor 8 Tahun 2013 Tentang Batas Maksimum
Penggunaan Bahan Tambahan Pangan Pengatur
Keasaman;
j. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan
Nomor 16 Tahun 2014 Tentang Perubahan Atas
Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat Dan Makanan
Nomor Hk.03.1.23.07.11.6664 Tahun 2011 Tentang
Pengawasan Kemasan Pangan;
k. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan
Nomor 16 Tahun 2016 tentang Kriteria Mikrobiologi
Dalam Pangan Olahan; dan
l. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan
Nomor 5 Tahun 2018 tentang Batas Maksimum Cemaran
Logam Berat dalam Pangan Olahan.
4. Peraturan lain yang terkait produk limun.

C. Prosedur Sertifikasi
Prosedur Sertifikasi mencakup:
1. evaluasi awal; dan
2. inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi.

D. Persyaratan lembaga penilaian kesesuaian


Sertifikasi produk limun dilakukan oleh LPK yang telah
diakreditasi oleh KAN berdasarkan SNI ISO/IEC 17065, Penilaian
Kesesuaian – Persyaratan untuk Lembaga Sertifikasi Produk,
Proses, dan Jasa, untuk lingkup produk sebagaimana dimaksud
- 1282 -

dalam Ruang Lingkup sesuai dengan ketentuan peraturan


perundang-undangan.
Dalam hal LPK belum ada yang diakreditasi oleh KAN untuk
melakukan kegiatan Sertifikasi dengan ruang lingkup produk
limun, BSN dapat menunjuk LPK dengan ruang lingkup yang
sejenis sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

E. Tahapan Sertifikasi
1. Pengajuan permohonan Sertifikasi
1.1. Pengajuan permohonan Sertifikasi dilakukan oleh pelaku
usaha. Kriteria pelaku usaha yang dapat mengajukan
Sertifikasi sesuai Peraturan BSN mengenai tata cara
penggunaan tanda SNI dan tanda kesesuaian berbasis
SNI.

1.2. Permohonan Sertifikasi harus dilengkapi dengan:


a. informasi Pemohon:
1. nama pemohon, alamat pemohon, serta nama
dan kedudukan atau jabatan personel yang
bertanggung jawab atas pengajuan permohonan
Sertifikasi;
2. bukti pemenuhan persyaratan izin usaha sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan;
3. pemenuhan persyaratan sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan tentang
pendaftaran dan hak kepemilikan atas merek
yang dikeluarkan oleh Kementerian Hukum dan
Hak Asasi Manusia;
4. apabila Pemohon melakukan pembuatan
produk dengan merek yang dimiliki oleh pihak
lain, menyertakan bukti perjanjian yang
mengikat secara hukum untuk melakukan
pembuatan produk untuk pihak lain;
5. apabila Pemohon bertindak sebagai pemilik
merek yang mensubkontrakkan proses
produksinya kepada pihak lain, menyertakan
bukti kepemilikan merek dan perjanjian
- 1283 -

subkontrak pelaksanaan produksi dengan


pihak lain;
6. apabila Pemohon bertindak sebagai perwakilan
resmi pemilik merek yang berkedudukan
hukum di luar negeri, menyertakan bukti
perjanjian yang mengikat secara hukum
tentang penunjukan sebagai perwakilan resmi
pemilik merek di wilayah Republik Indonesia;
dan
7. pernyataan bahwa Pemohon Sertifikasi
bertanggung jawab penuh atas pemenuhan
persyaratan SNI dan pemenuhan persyaratan
proses Sertifikasi dan bersedia memberikan
akses terhadap lokasi dan/atau informasi yang
diperlukan oleh LSPro dalam melaksanakan
kegiatan Sertifikasi.
b. informasi produk:
1. merek produk yang diajukan untuk
disertifikasi;
2. jenis/tipe/varian produk yang diajukan untuk
disertifikasi;
3. SNI yang digunakan sebagai dasar pengajuan
permohonan Sertifikasi;
4. foto produk dalam kemasan primer yang
diajukan untuk disertifikasi (dari arah depan,
belakang dan samping), serta informasi terkait
kemasan primer produk;
5. daftar bahan baku baku termasuk bahan
tambahan pangan;
6. label produk; dan
7. apabila telah tersedia, foto kemasan sekunder
dan tersier produk yang diajukan untuk
disertifikasi, dari arah depan, belakang,
samping, dan bagian dalam.
c. informasi proses produksi:
1. nama, alamat, dan legalitas hukum pabrik;
- 1284 -

2. struktur organisasi, nama dan jabatan personel


penanggung jawab proses produksi;
3. dokumentasi informasi tentang pemasok bahan
baku produk, prosedur evaluasi pemasok, serta
prosedur inspeksi bahan baku produk;
4. dokumentasi informasi tentang proses
pembuatan produk yang diajukan untuk
disertifikasi, termasuk proses yang
disubkontrakkan ke pihak lain;
5. dokumentasi informasi tentang prosedur dan
rekaman pengendalian mutu, termasuk
pengujian rutin, daftar peralatan, serta
sertifikat kalibrasi atau bukti verifikasi
peralatan yang berpengaruh terhadap mutu
produk yang disertifikasi, dan bukti atau segel
tera atau tera ulang untuk alat ukur yang
digunakan dalam pengukuran volume produk
dalam kemasan akhir;
6. dokumentasi informasi tentang prosedur dan
rekaman pengendalian dan penanganan produk
yang tidak sesuai;
7. dokumentasi informasi tentang pengemasan
produk dan pengelolaan produk di gudang
akhir produk sebelum dikirimkan dan/atau
diedarkan ke wilayah Republik Indonesia;
8. lokasi gudang penyimpanan produk di wilayah
Republik Indonesia;
9. bukti izin edar produk (MD/ML atau P-IRT)
sesuai ketentuan peraturan perundang-
undangan;
10. menyertakan laporan hasil uji yang dilakukan
paling lambat 1 (satu) tahun sebelum
pengajuan Sertifikasi, yang memberikan bukti
pemenuhan produk yang diajukan untuk
disertifikasi terhadap persyaratan mutu dalam
SNI dan peraturan terkait;
- 1285 -

11. apabila laporan hasil uji sebagaimana


dinyatakan pada angka 10 belum tersedia,
Pemohon dapat menyampaikan contoh produk
kepada LSPro untuk diuji di laboratorium yang
memiliki perjanjian alih daya dengan LSPro,
12. apabila telah tersedia, menyertakan Sertifikat
Penerapan Sistem Manajemen Mutu
berdasarkan SNI ISO 9001 atau Sistem
Manajemen Keamanan Pangan berdasarkan SNI
ISO 22000 atau HACCP berdasarkan SNI
CAC/RCP 1 dari Lembaga Sertifikasi yang
diakreditasi oleh KAN atau oleh badan
akreditasi penandatangan International
Accreditation Forum (IAF)/Asia Pacific
Accreditation Cooperation (APAC) Multilateral
Recognition Agreement (MLA) dengan ruang
lingkup yang sesuai.

2. Tinjauan permohonan Sertifikasi


LSPro harus memastikan bahwa informasi yang diperoleh dari
permohonan Sertifikasi yang diajukan oleh Pemohon telah
lengkap dan memenuhi persyaratan.

3. Penandatanganan perjanjian Sertifikasi


Setelah permohonan Sertifikasi dinyatakan lengkap dan
Pemohon menyetujui persyaratan dan prosedur Sertifikasi
yang ditetapkan oleh LSPro sesuai dengan persyaratan SNI
ISO/IEC 17065, perjanjian Sertifikasi ditandatangani oleh
Pemohon dan LSPro.

4. Penyusunan rencana evaluasi


Berdasarkan informasi yang diperoleh dari persyaratan
permohonan Sertifikasi yang disampaikan oleh Pemohon,
LSPro menetapkan rencana evaluasi yang mencakup:
a. jenis/tipe/varian produk yang diajukan untuk
disertifikasi dan metode pengambilan contoh sesuai
dengan persyaratan SNI 01-2972-1998, yang diperlukan
- 1286 -

untuk pengujian produk dan mewakili contoh produk


yang diusulkan untuk disertifikasi;
b. informasi SNI yang digunakan sebagai dasar Sertifikasi
berdasarkan permohonan yang diajukan oleh Pemohon
Sertifikasi;
c. waktu yang diperlukan untuk pelaksanaan pengujian
berdasarkan standar acuan metode uji yang
dipersyaratkan; dan
d. waktu, lokasi pelaksanaan dan agenda inspeksi pabrik
atau asesmen proses produksi yang relevan dengan
pelaksanaan produksi produk yang diajukan untuk
disertifikasi, serta personel kompeten yang melakukan
evaluasi.

5. Pelaksanaan evaluasi awal terhadap produk


5.1 Pelaksanaan evaluasi awal terhadap produk mencakup:
a. Pemeriksaan awal terhadap kesesuaian informasi
produk dan proses produksi yang disampaikan
Pemohon pada huruf E angka 1 terhadap lingkup
produk yang ditetapkan dalam SNI dan peraturan
terkait.
b. Pengujian awal terhadap contoh produk
berdasarkan persyaratan mutu dalam SNI.
Pengujian awal dilakukan berdasarkan laporan hasil
uji dari laboratorium yang disampaikan Pemohon,
yang mencakup seluruh persyaratan mutu dalam
SNI 01-2972-1998. Apabila laporan hasil uji
tersebut menunjukkan bahwa seluruh persyaratan
mutu dalam SNI tersebut telah terpenuhi, maka
produk yang diajukan untuk disertifikasi dianggap
telah memenuhi persyaratan pengujian awal.

5.2 Apabila hasil evaluasi awal menunjukkan


ketidaksesuaian terhadap persyaratan SNI, Pemohon
harus diberi kesempatan untuk melakukan tindakan
perbaikan dalam jangka waktu tertentu sesuai dengan
kebijakan LSPro.
- 1287 -

6. Pelaksanaan inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi


6.1 Inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi harus
dilakukan pada saat pabrik melakukan produksi, atau
pada kondisi tertentu dilakukan melalui simulasi proses
produksi produk yang diajukan untuk disertifikasi.

6.2 Inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi dilakukan


terhadap:
a. tanggung jawab dan komitmen personel penanggung
jawab pabrik terhadap konsistensi pemenuhan
produk terhadap persyaratan SNI;
b. ketersediaan dan pengendalian dokumentasi
informasi prosedur dan rekaman pengendalian
mutu, termasuk pengujian rutin;
c. fasilitas, lokasi, desain dan tata letak, bangunan,
sanitasi peralatan, sanitasi ruang proses, dan
higiene personel sesuai dengan ketentuan yang
berlaku tentang Cara Produksi Pangan Olahan yang
Baik;
d. tahapan kritis proses produksi, mulai dari bahan
baku sampai produk akhir paling sedikit pada
tahapan sebagaimana tercantum dalam huruf G;
e. kelengkapan serta fungsi peralatan produksi
termasuk peralatan pengendalian mutu, paling
sedikit alat pengolahan air (water treatment), alat
pencampur, alat carbonator, alat
penyaring/penghilang benda asing, alat pengisian
dan pengemasan, alat pengukur berat/volume;
f. bukti verifikasi berdasarkan hasil kalibrasi atau
hasil verifikasi peralatan produksi sebagaimana
disebutkan pada huruf e yang membuktikan bahwa
peralatan tersebut memenuhi persyaratan produksi.
Hasil verifikasi peralatan produksi dapat
ditunjukkan dengan prosedur yang diperlukan
untuk mencapai kondisi atau persyaratan yang
ditetapkan;
- 1288 -

g. bukti tera atau tera ulang alat pengukuran volume


produk dalam kemasan akhir;
h. pengendalian dan penanganan produk yang tidak
sesuai; dan
i. pengemasan, penanganan, dan penyimpanan
produk, termasuk di gudang akhir produk yang siap
diedarkan.

6.3 Apabila pabrik telah menerapkan Sistem Manajemen


Keamanan Pangan berdasarkan SNI ISO 22000 atau
HACCP berdasarkan SNI CAC/RCP 1 dari Lembaga
Sertifikasi yang diakreditasi oleh KAN atau oleh badan
akreditasi penandatangan IAF/APAC MLA dengan ruang
lingkup yang sesuai, maka inspeksi pabrik atau asesmen
proses produksi dilakukan terhadap implementasi sistem
manajemen terkait mutu produk tersebut dan angka 6.2
huruf d dan huruf e.

6.4 Apabila pabrik telah menerapkan dan mendapatkan


sertifikat Sistem Manajemen Mutu berdasarkan SNI ISO
9001 dari Lembaga Sertifikasi yang diakreditasi oleh KAN
atau oleh badan akreditasi penandatangan IAF/APAC
MLA dengan ruang lingkup yang sesuai, maka inspeksi
pabrik atau asesmen proses produksi dilakukan terhadap
implementasi sistem manajemen terkait mutu produk
tersebut dan angka 6.2 huruf c, huruf d, dan huruf e.

6.5 Selama inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi,


LSPro melakukan pengambilan contoh produk oleh
petugas pengambil contoh dan selanjutnya diuji di
laboratorium milik LSPro atau Laboratorium yang telah
memiliki perjanjian alih daya dengan LSPro.

6.6 Apabila berdasarkan hasil inspeksi pabrik atau asesmen


proses produksi, termasuk hasil pengujian, tidak
diperoleh bukti-bukti yang kuat untuk menjamin
konsistensi produk terhadap persyaratan SNI, maka
- 1289 -

Pemohon harus diberi kesempatan untuk melakukan


tindakan perbaikan dalam jangka waktu tertentu sesuai
dengan kebijakan LSPro.

7. Tinjauan
7.1 Tinjauan hasil evaluasi dilakukan terhadap:
1. Hasil evaluasi awal terhadap produk untuk
menunjukkan bahwa contoh produk yang mewakili
produk memenuhi persyaratan SNI yang diajukan
oleh Pemohon sebagai dasar permohonan Sertifikasi.
2. Hasil inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi
atau bukti obyektif untuk menunjukkan bahwa
pabrik memiliki proses produksi yang didukung
dengan segala sumber daya yang diperlukan untuk
menghasilkan produk yang secara konsisten dan
memenuhi persyaratan SNI yang diajukan oleh
Pemohon sebagai dasar permohonan Sertifikasi.

7.2 Tinjauan hasil evaluasi dinyatakan dalam bentuk


rekomendasi tertulis tentang pemenuhan SNI yang
diajukan oleh Pemohon untuk produk yang diajukan
untuk disertifikasi.

8. Penetapan keputusan Sertifikasi


8.1 Penetapan keputusan Sertifikasi dilakukan berdasarkan
rekomendasi yang dihasilkan dari proses tinjauan.

8.2 Penetapan keputusan Sertifikasi harus dilakukan oleh


satu atau sekelompok orang yang tidak terlibat dalam
proses evaluasi.

8.3 Penetapan keputusan Sertifikasi dapat dilakukan oleh


satu atau sekelompok orang yang sama dengan yang
melakukan tinjauan.

8.4 Rekomendasi untuk keputusan Sertifikasi berdasarkan


hasil tinjauan harus didokumentasikan, kecuali tinjauan
- 1290 -

dan keputusan Sertifikasi diselesaikan secara bersamaan


oleh satu atau sekelompok orang yang sama.

8.5 LSPro harus memberitahu Pemohon Sertifikasi terkait


alasan menunda atau tidak memberikan keputusan
Sertifikasi, dan harus mengidentifikasikan alasan
keputusan tersebut. Apabila Pemohon Sertifikasi
menunjukkan keinginan untuk melanjutkan proses
Sertifikasi, LSPro dapat memulai kembali dari proses
evaluasi (angka 5).

9. Penerbitan sertifikat
Sertifikat kesesuaian terhadap persyaratan SNI diterbitkan
sesuai ketentuan sebagai berikut:
a. Sertifikat diterbitkan oleh LSPro setelah penetapan
keputusan Sertifikasi,
b. Sertifikat paling sedikit harus memuat:
1. nomor sertifikat atau identifikasi unik lainnya;
2. nomor atau identifikasi lain dari skema Sertifikasi;
3. nama dan alamat LSPro;
4. nama dan alamat Pemohon (pemegang sertifikat);
5. acuan ke perjanjian Sertifikasi;
6. pernyataan kesesuaian yang mencakup:
a. nama, merek, dan spesifikasi produk yang
dinyatakan memenuhi persyaratan;
b. SNI yang menjadi dasar Sertifikasi;
c. nama dan alamat lokasi produksi; dan
d. informasi terkait proses Sertifikasi.
7. status akreditasi atau pengakuan LSPro;
8. tanggal penerbitan sertifikat;
9. tanggal berakhir masa berlaku sertifikat yaitu 4
(empat) tahun sejak tanggal penerbitan sertifikat;
10. tanda tangan yang mengikat secara hukum dari
personel yang bertindak atas nama LSPro sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
- 1291 -

10. Surveilans dan Sertifikasi ulang


10.1 LSPro harus melaksanakan surveilans paling sedikit 2
(dua) kali dalam periode Sertifikasi. Dalam hal ini
berlaku ketentuan sebagai berikut:
a. Surveilans pertama dilakukan melalui kegiatan:
1. Inspeksi pabrik atau asesmen proses
produksi; dan/atau
2. Pengujian terhadap contoh produk yang akan
beredar.
Pemilihan jenis kegiatan pada surveilans pertama
tersebut dilakukan berdasarkan penilaian LSPro
atas hasil Sertifikasi sebelumnya.
Apabila surveilans pertama hanya dilakukan
melalui kegiatan pengujian terhadap contoh
produk yang akan beredar, penerima sertifikat
harus menyampaikan dokumentasi pengendalian
mutu proses produksi sejak penerbitan sertifikat
sampai dilakukan surveilans pertama.

b. Surveilans kedua dilakukan melalui kegiatan:


1. Inspeksi pabrik atau asesmen proses
produksi; dan
2. Pengujian terhadap contoh produk yang akan
atau telah beredar.

10.2 LSPro harus melaksanakan Sertifikasi ulang paling


lambat pada bulan ke-42 (empat puluh dua) setelah
penetapan Sertifikasi, melalui kegiatan sebagaimana
dimaksud pada angka 6.

F. Penggunaan tanda SNI


1. Penggunaan tanda SNI dilakukan setelah mendapatkan
persetujuan penggunaan Tanda SNI melalui Surat
Persetujuan Penggunaan Tanda (SPPT) SNI yang dikeluarkan
oleh BSN sesuai dengan ketentuan dalam Peraturan BSN
mengenai tata cara penggunaan tanda SNI dan tanda
kesesuaian berbasis SNI.
- 1292 -

2. Tanda SNI sebagai bukti kesesuaian produk yang telah


memenuhi SNI adalah sebagai berikut:

Dengan ukuran:

Keterangan:
y = 11x
r = 0,5x

G. Tahapan kritis proses produksi produk Limun


Tahan Kritis proses
No Penjelasan Tahapan kritis
produksi
1. Pemilihan bahan Untuk bahan baku air perlu
baku, bahan diperhatikan proses pengolahan air
tambahan pangan, (water treatment).
dan bahan kemasan Bahan baku air harus memenuhi
persyaratan kualitas air minum
sesuai peraturan yang terkait.
Bahan baku gula yang digunakan
harus sesuai dengan persyaratan
SNI, dibuktikan dengan tanda SNI
- 1293 -

pada kemasan.
Bahan baku karbondioksida (CO2),
bahan tambahan makanan, dan
bahan kemasan harus memenuhi
persyaratan yang ditetapkan atau
peraturan yang terkait.
2. Pencampuran Pencampuran bahan baku dan
bahan tambahan makanan
dilakukan dengan metode tertentu
yang dikendalikan untuk
mendapatkan campuran yang
homogen sesuai dengan formulasi
yang ditetapkan.
3. Penghilangan benda Penghilangan benda asing dilakukan
asing dengan metode tertentu yang
dikendalikan untuk mencegah
adanya benda asing dalam larutan.
4. Pengisian Pengisian karbondioksida (CO2)
karbondioksida (CO2) dilakukan dengan metode tertentu
yang dikendalikan untuk
mendapatkan kadar karbondioksida
(CO2) yang dipersyaratkan.
5. Pemanasan Pemanasan dilakukan dengan
metode tertentu yang dikendalikan
untuk mendapatkan spesifikasi
produk sesuai dengan persyaratan
yang ditetapkan.
6. Pengisian dan Produk diisi dan dikemas dalam
Pengemasan wadah yang tertutup rapat, tidak
dipengaruhi atau mempengaruhi isi,
aman selama penyimpanan dan
pengangkutan.
Apabila produk dikemas dalam
kaleng, proses pengalengan harus
dilakukan pada kondisi tertentu yang
dikendalikan.
-1294-

7. Pendinginan Pendinginan dilakukan dengan


metode tertentu yang dikendalikan
untuk menurunkan suhu produk
akhir.

8. Penandaan Penandaan dilakukan berdasarkan

persyaratan SNI dan peraturan


terkait.

Keterangan: Urutan tahapan kritis proses produksi disetiap


pemohon dapat berbeda

KEPALA BADAN STANDARDISASI NASIONAL

REPUBLIK INDONESIA,

TTD

BAMBANG PRASETYA

sesuai dengan aslinya


Kepal. aya Manusia, Organisasi, dan Hukum

g
ardahayu
- 1295 -

LAMPIRAN LXXXIII
PERATURAN BADAN STANDARDISASI NASIONAL
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 1 TAHUN 2020
TENTANG
SKEMA PENILAIAN KESESUAIAN TERHADAP STANDAR
NASIONAL INDONESIA SEKTOR MAKANAN DAN MINUMAN

PETUNJUK TEKNIS SKEMA SERTIFIKASI PRODUK ROTI

A. Ruang lingkup
Dokumen ini berlaku untuk acuan pelaksanaan Sertifikasi produk
roti yang dibuat dari adonan tepung terigu yang diragikan dengan
ragi roti dan dipanggang, dengan atau tanpa penambahan bahan
makanan lain dan bahan tambahan makanan yang diizinkan.

B. Persyaratan Sertifikasi
Persyaratan acuan Sertifikasi produk:
1. SNI 01-3840-1995 Roti;
2. SNI dan standar lain yang diacu dalam SNI 01-3840-1995;
3. Peraturan yang terkait yaitu:
a. Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1999 tentang
Label dan Iklan Pangan;
b. Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 75/M-
IND/PER/7/2010 tentang Cara Produksi Pangan Olahan
yang Baik (Good Manufacturing Practices);
c. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 33 Tahun 2012
tentang Bahan Tambahan Pangan;
d. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan
Nomor 11 (satu) tahun 2013 Tentang Batas Maksimum
Penggunaan Bahan Tambahan Pangan Pengembang;
e. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan
Nomor 36 Tahun 2013 tentang Batas Maksimum
Penggunaan Bahan Tambahan Pangan Pengawet;
- 1296 -

f. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan


Nomor 37 Tahun 2013 Tentang Batas Maksimum
Penggunaan Bahan Tambahan Pangan Pewarna;
g. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan
Nomor 4 Tahun 2014 Tentang Batas Maksimum
Penggunaan Bahan Tambahan Pangan Pemanis;
h. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan
Nomor 16 Tahun 2014 Tentang Perubahan Atas
Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat Dan Makanan
Nomor Hk.03.1.23.07.11.6664 Tahun 2011 Tentang
Pengawasan Kemasan Pangan;
i. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan
Nomor 16 Tahun 2016 tentang Kriteria Mikrobiologi
Dalam Pangan Olahan; dan
j. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan
Nomor 5 Tahun 2018 tentang Batas Maksimum Cemaran
Logam Berat dalam Pangan Olahan.
4. Peraturan lain yang terkait dengan produk roti.

C. Prosedur Sertifikasi
Prosedur Sertifikasi mencakup:
1. evaluasi awal; dan
2. inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi.

D. Persyaratan lembaga penilaian kesesuaian


Sertifikasi produk roti dilakukan oleh LPK yang telah diakreditasi
oleh KAN berdasarkan SNI ISO/IEC 17065, Penilaian Kesesuaian –
Persyaratan untuk Lembaga Sertifikasi Produk, Proses, dan Jasa,
untuk lingkup produk sebagaimana dimaksud dalam Ruang
Lingkup sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Dalam hal LPK belum ada yang diakreditasi KAN untuk melakukan
kegiatan Sertifikasi dengan ruang lingkup produk roti, BSN dapat
menunjuk LPK dengan ruang lingkup yang sejenis sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
- 1297 -

E. Tahapan Sertifikasi
1. Pengajuan Permohonan Sertifikasi
1.1. Pengajuan permohonan Sertifikasi dilakukan oleh pelaku
usaha. Kriteria pelaku usaha yang dapat mengajukan
Sertifikasi sesuai Peraturan BSN mengenai tata cara
penggunaan tanda SNI dan tanda kesesuaian berbasis
SNI.

1.2. Permohonan Sertifikasi harus dilengkapi dengan:


a. informasi Pemohon:
1. nama Pemohon, alamat Pemohon, serta nama
dan kedudukan atau jabatan personel yang
bertanggung jawab atas pengajuan permohonan
Sertifikasi;
2. bukti pemenuhan persyaratan izin usaha sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan;
3. pemenuhan persyaratan sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan tentang
pendaftaran dan hak kepemilikan atas merek
yang dikeluarkan oleh Kementerian Hukum dan
Hak Asasi Manusia;
4. apabila Pemohon melakukan pembuatan
produk dengan merek yang dimiliki oleh pihak
lain, menyertakan bukti perjanjian yang
mengikat secara hukum untuk melakukan
pembuatan produk untuk pihak lain;
5. apabila Pemohon bertindak sebagai pemilik
merek yang mensubkontrakkan proses
produksinya kepada pihak lain, menyertakan
bukti kepemilikan merek dan perjanjian
subkontrak pelaksanaan produksi dengan
pihak lain;
6. apabila Pemohon bertindak sebagai perwakilan
resmi pemilik merek yang berkedudukan
hukum di luar negeri, menyertakan bukti
perjanjian yang mengikat secara hukum
tentang penunjukan sebagai perwakilan resmi
- 1298 -

pemilik merek di wilayah Republik Indonesia;


dan
7. pernyataan bahwa Pemohon Sertifikasi
bertanggung jawab penuh atas pemenuhan
persyaratan SNI dan pemenuhan persyaratan
proses Sertifikasi dan bersedia memberikan
akses terhadap lokasi dan/atau informasi yang
diperlukan oleh LSPro dalam melaksanakan
kegiatan Sertifikasi;
b. informasi produk:
1. merek produk yang diajukan untuk
disertifikasi;
2. jenis/tipe/varian produk yang diajukan untuk
disertifikasi;
3. SNI yang digunakan sebagai dasar pengajuan
permohonan Sertifikasi;
4. foto produk dalam kemasan primer yang
diajukan untuk disertifikasi (dari arah depan,
belakang dan samping), serta informasi terkait
kemasan primer produk;
5. daftar bahan baku termasuk bahan tambahan
pangan;
6. label produk; dan
7. apabila telah tersedia, foto kemasan sekunder
dan tersier produk yang diajukan untuk
disertifikasi, dari arah depan, belakang,
samping, dan bagian dalam.
c. informasi proses produksi:
1. nama, alamat, dan legalitas hukum pabrik;
2. struktur organisasi, nama dan jabatan personel
penanggung jawab proses produksi;
3. dokumentasi informasi tentang pemasok bahan
baku produk, prosedur evaluasi pemasok, serta
prosedur inspeksi bahan baku produk;
4. dokumentasi informasi tentang proses
pembuatan produk yang diajukan untuk
- 1299 -

disertifikasi, termasuk proses yang


disubkontrakkan ke pihak lain;
5. dokumentasi informasi tentang prosedur dan
rekaman pengendalian mutu, termasuk
pengujian rutin, daftar peralatan, serta
sertifikat kalibrasi atau bukti verifikasi
peralatan yang berpengaruh terhadap mutu
produk yang disertifikasi, dan bukti atau segel
tera atau tera ulang untuk alat ukur yang
digunakan dalam pengukuran berat produk
dalam kemasan akhir;
6. dokumentasi informasi tentang prosedur dan
rekaman pengendalian dan penanganan produk
yang tidak sesuai;
7. dokumentasi informasi tentang pengemasan
produk dan pengelolaan produk di gudang
akhir produk sebelum dikirimkan dan/atau
diedarkan ke wilayah Republik Indonesia;
8. lokasi gudang penyimpanan produk di wilayah
Republik Indonesia;
9. bukti izin edar produk (MD/ML atau P-IRT)
sesuai ketentuan peraturan perundang-
undangan;
10. menyertakan laporan hasil uji yang dilakukan
paling lambat 1 (satu) tahun sebelum
pengajuan Sertifikasi, yang memberikan bukti
pemenuhan produk yang diajukan untuk
disertifikasi terhadap persyaratan mutu dalam
SNI dan peraturan terkait;
11. apabila laporan hasil uji sebagaimana
dinyatakan pada angka 10 belum tersedia,
pelaku usaha dapat menyampaikan contoh
produk kepada LSPro untuk diuji di
laboratorium yang memiliki perjanjian alih daya
dengan LSPro; dan
12. apabila telah tersedia, menyertakan Sertifikat
Penerapan Sistem Manajemen Mutu
- 1300 -

berdasarkan SNI ISO 9001 atau Sistem


Manajemen Keamanan Pangan berdasarkan SNI
ISO 22000 atau HACCP berdasarkan SNI
CAC/RCP 1 dari dari Lembaga Sertifikasi yang
diakreditasi oleh KAN atau oleh badan
akreditasi penandatangan International
Accreditation Forum (IAF)/Asia Pacific
Accreditation Cooperation (APAC) Multilateral
Recognition Agreement (MLA) dengan ruang
lingkup yang sesuai.

2. Tinjauan permohonan Sertifikasi


LSPro harus memastikan bahwa informasi yang diperoleh dari
permohonan Sertifikasi yang diajukan oleh Pemohon telah
lengkap dan memenuhi persyaratan.

3. Penandatanganan perjanjian Sertifikasi


Setelah permohonan Sertifikasi dinyatakan lengkap dan
Pemohon menyetujui persyaratan dan prosedur Sertifikasi
yang ditetapkan oleh LSPro sesuai dengan persyaratan SNI
ISO/IEC 17065, perjanjian Sertifikasi ditandatangani oleh
Pemohon dan LSPro.

4. Penyusunan rencana evaluasi


Berdasarkan informasi yang diperoleh dari persyaratan
permohonan Sertifikasi yang disampaikan oleh Pemohon,
LSPro menetapkan rencana evaluasi yang mencakup:
a. jenis/tipe/varian produk yang diajukan untuk
disertifikasi dan metode pengambilan contoh sesuai
dengan persyaratan SNI 01-3840-1995, yang diperlukan
untuk pengujian produk dan mewakili contoh produk
yang diusulkan untuk disertifikasi;
b. informasi SNI yang digunakan sebagai dasar Sertifikasi
berdasarkan permohonan yang diajukan oleh Pemohon
Sertifikasi;
- 1301 -

c. waktu yang diperlukan untuk pelaksanaan pengujian


berdasarkan standar acuan metode uji yang
dipersyaratkan; dan
d. waktu, lokasi pelaksanaan dan agenda inspeksi pabrik
atau asesmen proses produksi yang relevan dengan
pelaksanaan produksi produk yang diajukan untuk
disertifikasi, serta personel kompeten yang melakukan
evaluasi.

5. Pelaksanaan evaluasi awal terhadap produk


5.1 Pelaksanaan evaluasi awal terhadap produk mencakup:
a. Pemeriksaan awal terhadap kesesuaian informasi
produk dan proses produksi yang disampaikan
Pemohon pada huruf E angka 1 terhadap lingkup
produk yang ditetapkan dalam SNI dan peraturan
terkait.
b. Pengujian awal terhadap contoh produk
berdasarkan persyaratan mutu dalam SNI.
Pengujian awal dilakukan berdasarkan laporan hasil
uji dari laboratorium yang disampaikan Pemohon,
yang mencakup seluruh persyaratan mutu dalam
SNI 01-3840-1995.
Apabila laporan hasil uji tersebut menunjukkan
bahwa seluruh persyaratan mutu dalam SNI
tersebut telah terpenuhi, maka produk yang
diajukan untuk disertifikasi dianggap telah
memenuhi persyaratan pengujian awal.

5.2 Apabila hasil evaluasi awal menunjukkan


ketidaksesuaian terhadap persyaratan SNI, Pemohon
harus diberi kesempatan untuk melakukan tindakan
perbaikan dalam jangka waktu tertentu sesuai dengan
kebijakan LSPro.

6. Pelaksanaan inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi


6.1 Inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi harus
dilakukan pada saat pabrik melakukan produksi, atau
- 1302 -

pada kondisi tertentu dilakukan melalui simulasi proses


produksi produk yang diajukan untuk disertifikasi.

6.2. Inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi dilakukan


terhadap:
a. tanggung jawab dan komitmen personel penanggung
jawab pabrik terhadap konsistensi pemenuhan
produk terhadap persyaratan SNI;
b. ketersediaan dan pengendalian dokumentasi
informasi prosedur dan rekaman pengendalian
mutu, termasuk pengujian rutin;
c. fasilitas, lokasi, desain dan tata letak, bangunan,
sanitasi peralatan, sanitasi ruang proses, dan
higiene personel sesuai dengan ketentuan yang
berlaku tentang Cara Produksi Pangan Olahan yang
Baik;
d. tahapan kritis proses produksi, mulai dari bahan
baku sampai produk akhir paling sedikit pada
tahapan sebagaimana tercantum dalam huruf G;
e. kelengkapan serta fungsi peralatan produksi
termasuk peralatan pengendalian mutu, paling
sedikitmemiliki alat pencampur dan pengadon, alat
pemanggang, dan alat pengukur berat;
f. bukti verifikasi berdasarkan hasil kalibrasi atau
hasil verifikasi peralatan produksi sebagaimana
disebutkan pada huruf e yang membuktikan bahwa
peralatan tersebut memenuhi persyaratan produksi.
Hasil verifikasi peralatan produksi dapat
ditunjukkan dengan prosedur yang diperlukan
untuk mencapai kondisi atau persyaratan yang
ditetapkan;
g. bukti tera atau tera ulang alat pengukuran berat
produk dalam kemasan akhir;
h. pengendalian dan penanganan produk yang tidak
sesuai; dan
- 1303 -

i. pengemasan, penanganan, dan penyimpanan


produk, termasuk di gudang akhir produk yang siap
diedarkan.

6.3. Apabila pabrik telah menerapkan dan mendapatkan


sertifikat Sistem Manajemen Keamanan Pangan
berdasarkan SNI ISO 22000 atau HACCP berdasarkan
SNI CAC/RCP 1 dari Lembaga Sertifikasi yang
diakreditasi oleh KAN atau oleh badan akreditasi
penandatangan IAF/PAC MLA dengan ruang lingkup
yang sesuai, maka inspeksi pabrik atau asesmen proses
produksi dilakukan terhadap implementasi sistem
manajemen terkait mutu produk tersebut dan angka 6.2
huruf d dan huruf e.

6.4 Apabila pabrik telah menerapkan dan mendapatkan


Sertifikasi Sistem Manajemen Mutu berdasarkan SNI ISO
9001 dari Lembaga Sertifikasi yang diakreditasi oleh KAN
atau oleh badan akreditasi penandatangan IAF/APAC
MLA dengan ruang lingkup yang sesuai, maka inspeksi
pabrik atau asesmen proses produksi dilakukan terhadap
implementasi sistem manajemen terkait mutu produk
tersebut dan angka 6.2 huruf c, huruf d, dan huruf e.

6.5 Selama inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi,


LSPro melakukan pengambilan contoh produk oleh
petugas pengambil contoh dan selanjutnya diuji di
laboratorium milik LSPro atau Laboratorium yang telah
memiliki perjanjian alih daya dengan LSPro.

6.6 Apabila berdasarkan hasil inspeksi pabrik atau asesmen


proses produksi, termasuk hasil pengujian, tidak
diperoleh bukti-bukti yang kuat untuk menjamin
konsistensi produk terhadap persyaratan SNI, maka
Pemohon harus diberi kesempatan untuk melakukan
tindakan perbaikan dalam jangka waktu tertentu sesuai
dengan kebijakan LSPro.
- 1304 -

7. Tinjauan
7.1 Tinjauan hasil evaluasi dilakukan terhadap:
a. Hasil evaluasi awal terhadap produk untuk
menunjukkan bahwa contoh produk yang mewakili
produk memenuhi persyaratan SNI yang diajukan
oleh Pemohon sebagai dasar permohonan Sertifikasi,
b. Hasil inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi
atau bukti obyektif untuk menunjukkan bahwa
pabrik memiliki proses produksi yang didukung
dengan segala sumber daya yang diperlukan untuk
menghasilkan produk yang secara konsisten, dan
memenuhi persyaratan SNI yang diajukan oleh
Pemohon sebagai dasar permohonan Sertifikasi.

7.2 Tinjauan hasil evaluasi dinyatakan dalam bentuk


rekomendasi tertulis tentang pemenuhan SNI yang
diajukan oleh Pemohon untuk produk yang diajukan
untuk disertifikasi.

8. Penetapan keputusan Sertifikasi


8.1 Penetapan keputusan Sertifikasi dilakukan berdasarkan
rekomendasi yang dihasilkan dari proses tinjauan.

8.2. Penetapan keputusan Sertifikasi harus dilakukan oleh


satu atau sekelompok orang yang tidak terlibat dalam
proses evaluasi.

8.3Penetapan keputusan Sertifikasi dapat dilakukan oleh satu


atau sekelompok orang yang sama dengan yang
melakukan tinjauan.

8.4 Rekomendasi untuk keputusan Sertifikasi berdasarkan


hasil tinjauan harus didokumentasikan, kecuali tinjauan
dan keputusan Sertifikasi diselesaikan secara bersamaan
oleh satu atau sekelompok orang yang sama.
- 1305 -

8.5 LSPro harus memberitahu Pemohon Sertifikasi terkait


alasan menunda atau tidak memberikan keputusan
Sertifikasi, dan harus mengidentifikasikan alasan
keputusan tersebut. Apabila Pemohon Sertifikasi
menunjukkan keinginan untuk melanjutkan proses
Sertifikasi, LSPro dapat memulai kembali dari proses
evaluasi (angka 5).

9. Penerbitan Sertifikat
Sertifikat kesesuaian terhadap persyaratan SNI diterbitkan
sesuai ketentuan sebagai berikut:
a. Sertifikat diterbitkan oleh LSPro setelah penetapan
keputusan Sertifikasi;
b. Sertifikat paling sedikit harus memuat:
1. nomor sertifikat atau identifikasi unik lainnya;
2. nomor atau identifikasi lain dari skema Sertifikasi;
3. nama dan alamat LSPro;
4. nama dan alamat Pemohon (pemegang sertifikat);
5. acuan ke perjanjian Sertifikasi;
6. pernyataan kesesuaian yang mencakup:
a. nama produk, merek dan spesifikasi produk
yang dinyatakan memenuhi persyaratan;
b. SNI yang menjadi dasar Sertifikasi;
c. nama dan alamat lokasi produksi; dan
d. informasi terkait proses Sertifikasi.
7. status akreditasi atau pengakuan LSPro;
8. tanggal penerbitan sertifikat;
9. tanggal berakhir masa berlaku sertifikat yaitu 4
(empat) tahun sejak tanggal penerbitan sertifikat;
dan
10. tanda tangan yang mengikat secara hukum dari
personel yang bertindak atas nama LSPro sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
- 1306 -

10. Surveilans dan Sertifikasi ulang


10.1 LSPro harus melaksanakan surveilans paling sedikit 2
(dua) kali dalam periode Sertifikasi. Dalam hal ini
berlaku ketentuan sebagai berikut:
a. Surveilans pertama dilakukan melalui kegiatan:
1. Inspeksi pabrik atau asesmen proses
produksi; dan/atau
2. Pengujian terhadap contoh produk yang akan
beredar
Pemilihan jenis kegiatan pada surveilans pertama
tersebut dilakukan berdasarkan penilaian LSPro
atas hasil Sertifikasi sebelumnya.
Apabila surveilans pertama hanya dilakukan melalui
kegiatan pengujian terhadap contoh produk yang
akan beredar, penerima sertifikat harus
menyampaikan dokumentasi pengendalian mutu
proses produksi sejak penerbitan sertifikat sampai
dilakukan surveilans pertama.
b. Surveilans kedua dilakukan melalui kegiatan
1. Inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi;
dan
2. Pengujian terhadap contoh produk yang akan
atau telah beredar.
10.2 LSPro harus melaksanakan Sertifikasi ulang paling
lambat pada bulan ke-42 (empat puluh dua) setelah
penetapan Sertifikasi, melalui kegiatan sebagaimana
dimaksuddalam angka 6.

F. Penggunaan Tanda SNI


1. Penggunaan tanda SNI dilakukan setelah mendapatkan
persetujuan penggunaan Tanda SNI melalui Surat
Persetujuan Penggunaan Tanda (SPPT) SNI yang dikeluarkan
oleh BSN sesuai dengan kriteria yang ditetapkan pada
Peraturan Kepala BSN mengenai tata cara penggunaan tanda
SNI dan tanda kesesuaian berbasis SNI.
- 1307 -

2. Tanda SNI sebagai bukti kesesuaian produk yang telah


memenuhi SNI adalah sebagai berikut:

Dengan ukuran:

Keterangan:
y = 11x
r = 0,5x

G. Tahapan kritis proses produksi produk roti


Tahan Kritis proses
No Penjelasan Tahapan kritis
produksi
1 Pemilihan bahan Bahan baku tepung terigu dan gula
baku, bahan yang digunakan harus sesuai dengan
tambahan pangan persyaratan SNI, dibuktikan dengan
dan bahan tanda SNI pada kemasan.
kemasan Ragi roti, bahan makanan lain, bahan
tambahan pangan, dan bahan
kemasan harus memenuhi
persyaratan yang ditetapkan atau
peraturan yang terkait.
2 Pencampuran dan Pencampuran dan pengadonan bahan
pengadonan baku, bahan makanan lain, dan
bahan tambahan pangan dilakukan
dengan metode tertentu yang
dikendalikan untuk mendapatkan
adonan roti yang homogen sesuai
- 1308-

dengan formulasi yang ditetapkan.


3 Fermentasi Fermentasi dilakukan dengan metode
tertentu yang dikendalikan untuk
raendapatkan adonan hasil fermentasi
yang diinginkan.
4 Pencetakan dan Pencetakan dan pengembangan
pengembangan (proofing] dilakukan dengan metode
[proofing) tertentu yang dikendalikan untuk
mendapatkan bentuk dan ukuran
produk yang diinginkan.
6 Pemanggangan Pemanggangan dilakukan pada suhu
dan waktu tertentu yang dikendalikan
untuk mendapatkan produk dengan
tingkat kematangan yang
dipersyaratkan.
7 Pendinginan Pendinginan dilakukan dengan
metode tertentu yang dikendalikan
untuk menurunkan suhu produk
akhir.
8 Pengemasan Produk dikemas dalam wadah yang
tertutup rapat, tidak dipengaruhi atau
mempengaruhi isi, aman selama
penyimpanan dan pengangkutan.
9 Penandaan Penandaan dilakukan berdasarkan
persyaratan SNl dan peraturan
terkait.
Keterangan: Urutan tahapan kritis proses produksi disetiap
pemohon dapat berbeda

KEPALA BADAN STANDARDISASI NASIONAL

REPUBLIK INDONESIA,

TTD

BAMBANG PRASETYA

Salin^P-sesuai dengan aslinya


_Y*0ARD/,
Kepala Bi & Manusia, Organisasi, dan Hukum

B
Margkhayu
- 1309 -

LAMPIRAN LXXXIV
PERATURAN BADAN STANDARDISASI NASIONAL
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 1 TAHUN 2020
TENTANG
SKEMA PENILAIAN KESESUAIAN TERHADAP STANDAR
NASIONAL INDONESIA SEKTOR MAKANAN DAN MINUMAN

PETUNJUK TEKNIS SKEMA SERTIFIKASI PRODUK SERBUK MINUMAN


RASA JERUK

A. Ruang lingkup
Dokumen ini berlaku untuk acuan pelaksanaan Sertifikasi produk
serbuk minuman rasa jeruk yang merupakan produk campuran
tepung gula pasir dengan cita rasa jeruk (alami, identik alami,
tiruan) dan tambahan makanan yang diizinkan.

B. Persyaratan Sertifikasi
Persyaratan acuan Sertifikasi produk:
1. SNI 01-3722-1995 Serbuk minuman rasa jeruk;
2. SNI dan standar lain yang diacu dalam SNI 01-3722-1995;
3. Peraturan yang terkait yaitu:
a. Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1999 tentang
Label dan Iklan Pangan;
b. Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 75/M-
IND/PER/7/2010 tentang Cara Produksi Pangan Olahan
yang Baik (Good Manufacturing Practices);
c. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 33 Tahun 2012
tentang Bahan Tambahan Pangan;
d. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan
Nomor 36 Tahun 2013 tentang Batas Maksimum
Penggunaan Bahan Tambahan Pangan Pengawet;
e. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan
Nomor 37 Tahun 2013 tentang Batas Maksimum
Penggunaan Bahan Tambahan Pangan Pewarna;
- 1310 -

f. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan


Nomor 16 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas Peraturan
Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor
HK.03.1.23.07.11.6664 Tahun 2011 Tentang
Pengawasan Kemasan Pangan;
g. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan
Nomor 16 Tahun 2016 tentang Kriteria Mikrobiologi
Dalam Pangan Olahan; dan
h. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan
Nomor 5 Tahun 2018 tentang Batas Maksimum Cemaran
Logam Berat dalam Pangan Olahan.
4. Peraturan lain yang terkait dengan produk serbuk minuman
rasa jeruk.

C. Prosedur Sertifikasi
Prosedur Sertifikasi mencakup:
1. evaluasi awal; dan
2. inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi.

D. Persyaratan lembaga penilaian kesesuaian


Sertifikasi produk serbuk minuman rasa jeruk dilakukan oleh LPK
yang telah diakreditasi oleh KAN berdasarkan SNI ISO/IEC 17065,
Penilaian Kesesuaian – Persyaratan untuk Lembaga Sertifikasi
Produk, Proses, dan Jasa, untuk lingkup produk sebagaimana
dimaksud dalam Ruang Lingkup sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
Dalam hal LPK belum ada yang diakreditasi oleh KAN untuk
melakukan kegiatan Sertifikasi dengan ruang lingkup produk
serbuk minuman rasa jeruk, BSN dapat menunjuk LPK dengan
ruang lingkup yang sejenis sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.

E. Tahapan Sertifikasi
1. Pengajuan Permohonan Sertifikasi
1.1. Pengajuan permohonan Sertifikasi dilakukan oleh pelaku
usaha. Kriteria pelaku usaha yang dapat mengajukan
Sertifikasi sesuai Peraturan Kepala BSN mengenai tata
- 1311 -

cara penggunaan tanda SNI dan tanda kesesuaian


berbasis SNI.

1.2. Permohonan Sertifikasi harus dilengkapi dengan:


a. informasi Pemohon:
1. nama Pemohon, alamat Pemohon, serta nama
dan kedudukan atau jabatan personel yang
bertanggung jawab atas pengajuan permohonan
Sertifikasi;
2. bukti pemenuhan persyaratan izin usaha sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan;
3. pemenuhan persyaratan sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan tentang
pendaftaran dan hak kepemilikan atas merek
yang dikeluarkan oleh Kementerian Hukum dan
Hak Asasi Manusia;
4. apabila Pemohon melakukan pembuatan
produk dengan merek yang dimiliki oleh pihak
lain, menyertakan bukti perjanjian yang
mengikat secara hukum untuk melakukan
pembuatan produk untuk pihak lain;
5. apabila Pemohon bertindak sebagai pemilik
merek yang mensubkontrakkan proses
produksinya kepada pihak lain, menyertakan
bukti kepemilikan merek dan perjanjian
subkontrak pelaksanaan produksi dengan
pihak lain;
6. apabila Pemohon bertindak sebagai perwakilan
resmi pemilik merek yang berkedudukan
hukum di luar negeri, menyertakan bukti
perjanjian yang mengikat secara hukum
tentang penunjukan sebagai perwakilan resmi
pemilik merek di wilayah Republik Indonesia;
dan
7. pernyataan bahwa Pemohon Sertifikasi
bertanggung jawab penuh atas pemenuhan
persyaratan SNI dan pemenuhan persyaratan
- 1312 -

proses Sertifikasi dan bersedia memberikan


akses terhadap lokasi dan/atau informasi yang
diperlukan oleh LSPro dalam melaksanakan
kegiatan Sertifikasi.
b. informasi produk:
1. merek produk yang diajukan untuk
disertifikasi;
2. jenis/tipe/varian produk yang diajukan untuk
disertifikasi;
3. SNI yang digunakan sebagai dasar pengajuan
permohonan Sertifikasi;
4. foto produk dalam kemasan primer yang
diajukan untuk disertifikasi (dari arah depan,
belakang dan samping), serta informasi terkait
kemasan primer produk;
5. daftar bahan baku termasuk bahan tambahan
pangan;
6. label produk; dan
7. apabila telah tersedia, foto kemasan sekunder
dan tersier produk yang diajukan untuk
disertifikasi, dari arah depan, belakang,
samping, dan bagian dalam.
c. informasi proses produksi:
1. nama, alamat, dan legalitas hukum pabrik;
2. struktur organisasi, nama dan jabatan personel
penanggung jawab proses produksi;
3. dokumentasi informasi tentang pemasok bahan
baku produk, prosedur evaluasi pemasok, serta
prosedur inspeksi bahan baku;
4. dokumentasi informasi tentang proses
pembuatan produk yang diajukan untuk
disertifikasi, termasuk proses yang
disubkontrakkan ke pihak lain;
5. dokumentasi informasi tentang prosedur dan
rekaman pengendalian mutu, termasuk
pengujian rutin, daftar peralatan, serta
sertifikat kalibrasi atau bukti verifikasi
- 1313 -

peralatan yang berpengaruh terhadap mutu


produk yang disertifikasi, dan bukti atau segel
tera atau tera ulang untuk alat ukur yang
digunakan dalam pengukuran volume produk
dalam kemasan akhir;
6. dokumentasi informasi tentang prosedur dan
rekaman pengendalian dan penanganan produk
yang tidak sesuai;
7. dokumentasi informasi tentang pengemasan
produk dan pengelolaan produk di gudang
akhir produk sebelum dikirimkan dan/atau
diedarkan ke wilayah Republik Indonesia;
8. lokasi gudang penyimpanan produk di wilayah
Republik Indonesia;
9. bukti izin edar produk (MD/ML atau P-IRT)
sesuai ketentuan peraturan perundang-
undangan;
10. menyertakan laporan hasil uji yang dilakukan
paling lambat 1 (satu) tahun sebelum
pengajuan Sertifikasi, yang memberikan bukti
pemenuhan produk yang diajukan untuk
disertifikasi terhadap persyaratan mutu dalam
SNI dan peraturan terkait;
11. apabila laporan hasil uji sebagaimana
dinyatakan pada angka 10 belum tersedia,
pelaku usaha dapat menyampaikan contoh
produk kepada LSPro untuk diuji di
laboratorium yang memiliki perjanjian alih daya
dengan LSPro; dan
12. apabila telah tersedia, menyertakan Sertifikat
Penerapan Sistem Manajemen Mutu
berdasarkan SNI ISO 9001 atau Sistem
Manajemen Keamanan Pangan berdasarkan SNI
ISO 22000 atau HACCP berdasarkan SNI
CAC/RCP 1 dari Lembaga Sertifikasi yang
diakreditasi oleh KAN atau oleh badan
akreditasi penandatangan International
- 1314 -

Accreditation Forum (IAF)/Asia Pacific


Accreditation Cooperation (APAC) Multilateral
Recognition Agreement (MLA) dengan ruang
lingkup yang sesuai.

2. Tinjauan permohonan Sertifikasi


LSPro harus memastikan bahwa informasi yang diperoleh dari
permohonan Sertifikasi yang diajukan oleh Pemohon telah
lengkap dan memenuhi persyaratan.

3. Penandatanganan perjanjian Sertifikasi


Setelah permohonan Sertifikasi dinyatakan lengkap dan
Pemohon menyetujui persyaratan dan prosedur Sertifikasi
yang ditetapkan oleh LSPro sesuai dengan persyaratan SNI
ISO/IEC 17065, perjanjian Sertifikasi ditandatangani oleh
Pemohon dan LSPro.

4. Penyusunan rencana evaluasi


Berdasarkan informasi yang diperoleh dari persyaratan
permohonan Sertifikasi yang disampaikan oleh Pemohon,
LSPro menetapkan rencana evaluasi yang mencakup:
a. jenis/tipe/varian produk yang diajukan untuk
disertifikasi dan metode pengambilan contoh sesuai
dengan persyaratan SNI 01-3722-1995yang diperlukan
untuk pengujian produk dan mewakili contoh produk
yang diusulkan untuk disertifikasi;
b. informasi SNI yang digunakan sebagai dasar Sertifikasi
berdasarkan permohonan yang diajukan oleh Pemohon
Sertifikasi;
c. waktu yang diperlukan untuk pelaksanaan pengujian
berdasarkan standar acuan metode uji yang
dipersyaratkan; dan
d. waktu, lokasi pelaksanaan dan agenda inspeksi pabrik
atau asesmen proses produksi yang relevan dengan
pelaksanaan produksi produk yang diajukan untuk
disertifikasi, serta personel kompeten yang melakukan
evaluasi.
- 1315 -

5. Pelaksanaan evaluasi awal terhadap produk


5.1 Pelaksanaan evaluasi awal terhadap produk mencakup:
a. Pemeriksaan awal terhadap kesesuaian informasi
produk dan proses produksi yang disampaikan
Pemohon pada huruf E angka 1 terhadap lingkup
produk yang ditetapkan dalam SNI dan peraturan
terkait.
b. Pengujian awal terhadap contoh produk
berdasarkan persyaratan mutu dalam SNI.
Pengujian awal dilakukan berdasarkan laporan hasil
uji dari laboratorium yang disampaikan Pemohon,
yang mencakup seluruh persyaratan mutu dalam
SNI 01-3722-1995.
Apabila laporan hasil uji tersebut menunjukkan
bahwa seluruh persyaratan mutu dalam SNI
tersebut telah terpenuhi, maka produk yang
diajukan untuk disertifikasi dianggap telah
memenuhi persyaratan pengujian awal.

5.2 Apabila hasil evaluasi awal menunjukkan


ketidaksesuaian terhadap persyaratan SNI, Pemohon
harus diberi kesempatan untuk melakukan tindakan
perbaikan dalam jangka waktu tertentu sesuai dengan
kebijakan LSPro.

6. Pelaksanaan inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi


6.1 Inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi harus
dilakukan pada saat pabrik melakukan produksi, atau
pada kondisi tertentu dilakukan melalui simulasi proses
produksi produk yang diajukan untuk disertifikasi.

6.2. Inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi dilakukan


terhadap:
a. tanggung jawab dan komitmen personel penanggung
jawab pabrik terhadap konsistensi pemenuhan
produk terhadap persyaratan SNI;
- 1316 -

b. ketersediaan dan pengendalian dokumentasi


informasi prosedur dan rekaman pengendalian
mutu, termasuk pengujian rutin;
c. fasilitas, lokasi, desain dan tata letak, bangunan,
sanitasi peralatan, sanitasi ruang proses, dan
higiene personel sesuai dengan ketentuan yang
berlaku tentang Cara Produksi Pangan Olahan yang
Baik;
d. tahapan kritis proses produksi, mulai dari bahan
baku sampai produk akhir paling sedikit pada
tahapan sebagaimana tercantum dalam huruf G;
e. kelengkapan serta fungsi peralatan produksi
termasuk peralatan pengendalian mutu, paling
sedikit memiliki alat pencampur, alat pengayak, alat
pengukur berat, dan alat pengukur kadar air;
f. bukti verifikasi berdasarkan hasil kalibrasi atau
hasil verifikasi peralatan produksi sebagaimana
disebutkan pada huruf e yang membuktikan bahwa
peralatan tersebut memenuhi persyaratan produksi.
Hasil verifikasi peralatan produksi dapat
ditunjukkan dengan prosedur yang diperlukan
untuk mencapai kondisi atau persyaratan yang
ditetapkan;
g. bukti tera atau tera ulang alat pengukuran volume
produk dalam kemasan akhir;
h. pengendalian dan penanganan produk yang tidak
sesuai; dan
i. pengemasan, penanganan, dan penyimpanan
produk, termasuk di gudang akhir produk yang siap
diedarkan.

6.3. Apabila pabrik telah menerapkan dan mendapatkan


sertifikat Sistem Manajemen Keamanan Pangan
berdasarkan SNI ISO 22000 atau HACCP berdasarkan
SNI CAC/RCP 1 dari Lembaga Sertifikasi yang
diakreditasi oleh KAN atau oleh badan akreditasi
penandatangan IAF/APAC MLA dengan ruang lingkup
- 1317 -

yang sesuai, maka inspeksi pabrik atau asesmen proses


produksi dilakukan terhadap implementasi sistem
manajemen terkait mutu produk tersebut dan angka 6.2
huruf d dan huruf e.

6.4. Apabila pabrik telah menerapkan Sistem Manajemen


Mutu berdasarkan SNI ISO 9001 dari Lembaga Sertifikasi
yang diakreditasi oleh KAN atau oleh badan akreditasi
penandatangan IAF/APAC MLA dengan ruang lingkup
yang sesuai, maka inspeksi pabrik atau asesmen proses
produksi dilakukan terhadap implementasi sistem
manajemen terkait mutu produk tersebut dan angka 6.2
huruf c, huruf d, dan huruf e.

6.5. Selama inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi,


LSPro melakukan pengambilan contoh produk oleh
petugas pengambil contoh dan selanjutnya diuji di
laboratorium milik LSPro atau Laboratorium yang telah
memiliki perjanjian alih daya dengan LSPro.

6.6 Apabila berdasarkan hasil inspeksi pabrik atau asesmen


proses produksi, termasuk hasil pengujian, tidak
diperoleh bukti-bukti yang kuat untuk menjamin
konsistensi produk terhadap persyaratan SNI, maka
Pemohon harus diberi kesempatan untuk melakukan
tindakan perbaikan dalam jangka waktu tertentu sesuai
dengan kebijakan LSPro.

7. Tinjauan
6.1 Tinjauan Hasil Evaluasi dilakukan terhadap:
a. Hasil evaluasi awal terhadap produk untuk
menunjukkan bahwa contoh produk yang mewakili
produk memenuhi persyaratan SNI yang diajukan
oleh Pemohon sebagai dasar permohonan Sertifikasi;
dan
b. Hasil inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi
atau bukti obyektif untuk menunjukkan bahwa
- 1318 -

pabrik memiliki proses produksi yang didukung


dengan segala sumber daya yang diperlukan untuk
menghasilkan produk yang secara konsisten, dan
memenuhi persyaratan SNI yang diajukan oleh
Pemohon sebagai dasar permohonan Sertifikasi.

6.2 Tinjauan hasil evaluasi dinyatakan dalam bentuk


rekomendasi tertulis tentang pemenuhan SNI yang
diajukan oleh Pemohon untuk produk yang diajukan
untuk disertifikasi.

8. Penetapan keputusan Sertifikasi


8.1. Penetapan keputusan Sertifikasi dilakukan berdasarkan
rekomendasi yang dihasilkan dari proses tinjauan.

8.2. Penetapan keputusan Sertifikasi harus dilakukan oleh


satu atau sekelompok orang yang tidak terlibat dalam
proses evaluasi.

8.3. Penetapan keputusan Sertifikasi dapat dilakukan oleh


satu atau sekelompok orang yang sama dengan yang
melakukan tinjauan.

8.4. Rekomendasi untuk keputusan Sertifikasi berdasarkan


hasil tinjauan harus didokumentasikan, kecuali tinjauan
dan keputusan Sertifikasi diselesaikan secara bersamaan
oleh satu atau sekelompok orang yang sama.

8.5. LSPro harus memberitahu Pemohon Sertifikasi terkait


alasan menunda atau tidak memberikan keputusan
Sertifikasi, dan harus mengidentifikasikan alasan
keputusan tersebut. Apabila Pemohon Sertifikasi
menunjukkan keinginan untuk melanjutkan proses
Sertifikasi, LSPro dapat memulai kembali dari proses
evaluasi (angka 5).
- 1319 -

9. Penerbitan Sertifikat
Sertifikat kesesuaian terhadap persyaratan SNI diterbitkan
sesuai ketentuan sebagai berikut:
a. Sertifikat diterbitkan oleh LSPro setelah penetapan
keputusan Sertifikasi,
b. Sertifikat paling sedikit harus memuat:
1. nomor sertifikat atau identifikasi unik lainnya;
2. nomor atau identifikasi lain dari skema Sertifikasi;
3. nama dan alamat LSPro;
4. nama dan alamat Pemohon (pemegang sertifikat);
5. acuan ke perjanjian Sertifikasi;
6. pernyataan kesesuaian yang mencakup:
a. nama produk, merek dan spesifikasi produk yang
dinyatakan memenuhi persyaratan;
b. SNI yang menjadi dasar Sertifikasi;
c. nama dan alamat lokasi produksi; dan
d. informasi terkait proses Sertifikasi.
7. status akreditasi atau pengakuan LSPro;
8. tanggal penerbitan sertifikat;
9. tanggal berakhir masa berlaku sertifikat yaitu 4
(empat) tahun sejak tanggal penerbitan sertifikat;
10. tanda tangan yang mengikat secara hukum dari
personel yang bertindak atas nama LSPro sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

10. Surveilans dan Sertifikasi ulang


10.1 LSPro harus melaksanakan surveilans paling sedikit 2
(dua) kali dalam periode Sertifikasi. Dalam hal ini
berlaku ketentuan sebagai berikut:
a. Surveilans pertama dilakukan melalui kegiatan:
1. Inspeksi pabrik atau asesmen proses
produksi; dan/atau
2. Pengujian terhadap contoh produk yang akan
beredar
Pemilihan jenis kegiatan pada surveilans pertama
tersebut dilakukan berdasarkan LSPro atas hasil
Sertifikasi sebelumnya.
- 1320 -

Apabila surveilans pertama hanya dilakukan


melalui kegiatan pengujian terhadap contoh
produk yang akan beredar, penerima sertifikat
harus menyampaikan dokumentasi pengendalian
mutu proses produksi sejak penerbitan sertifikat
sampai dilakukan surveilans pertama.

b. Surveilans kedua dilakukan melalui kegiatan


1. Inspeksi pabrik atau asesmen proses
produksi; dan
2. Pengujian terhadap contoh produk yang akan
atau telah beredar.

10.2 LSPro harus melaksanakan Sertifikasi ulang paling


lambat pada bulan ke-42 (empat puluh dua) setelah
penetapan Sertifikasi, melalui kegiatan sebagaimana
dimaksudpada angka 6.

F. Penggunaan Tanda SNI


1. Penggunaan tanda SNI dilakukan setelah mendapatkan
persetujuan penggunaan Tanda SNI melalui Surat
Persetujuan Penggunaan Tanda (SPPT) SNI yang dikeluarkan
oleh BSN sesuai dengan kriteria yang ditetapkan pada
Peraturan BSN mengenai tata cara penggunaan tanda SNI dan
tanda kesesuaian berbasis SNI.

2. Tanda SNI sebagai bukti kesesuaian produk yang telah


memenuhi SNI adalah sebagai berikut:
- 1321 -

Dengan ukuran:

Keterangan:
y = 11x
r = 0,5x

G. Tahapan kritis proses produksi produk serbuk minuman rasa


jeruk
No. Tahapan kritis Penjelasan tahapan kritis
proses produksi
1. Pemilihan bahan Bahan baku, bahan tambahan pangan,
baku, bahan dan bahan kemasan harus memenuhi
tambahan persyaratan yang ditetapkan pelaku
pangan dan usaha atau peraturan yang terkait.
bahan kemasan Bahan baku gula yang digunakan harus
sesuai dengan persyaratan SNI,
dibuktikan dengan tanda SNI pada
kemasan.
2. Pencampuran Pencampuran dilakukan sesuai tahapan
proses yang dikendalikan untuk
mendapatkan campuran yang homogen
sesuai dengan formulasi yang ditetapkan.
3. Pengayakan Pengayakan dilakukan dengan metode
tertentu yang dikendalikan untuk
mendapatkan serbuk produk minuman
yang sesuai dengan tingkat kehalusan
yang dipersyaratkan.
4. Pengemasan Produk dikemas dalam wadah yang
tertutup rapat, tidak dipengaruhi atau
-1322-

mempengaruhi isi, aman selama


penyimpanan dan pengangkutan.
5. Penandaan Penandaan dilakukan berdasarkan

persyaratan SNI dan peraturan terkait.


Keterangan: Urutan tahapan kritis proses produksi disetiap
pemohon dapat berbeda

KEPALA BADAN STANDARDISASI NASIONAL

REPUBUK INDONESIA,

TTD

BAMBANG PRASETYA

Saiinan sesuai dengan aslinya


Kepaia Manusia, Organisasi, dan Hukum
- 1323 -

LAMPIRAN LXXXV
PERATURAN BADAN STANDARDISASI NASIONAL
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 1 TAHUN 2020
TENTANG
SKEMA PENILAIAN KESESUAIAN TERHADAP STANDAR
NASIONAL INDONESIA SEKTOR MAKANAN DAN MINUMAN

PETUNJUK TEKNIS SKEMA SERTIFIKASI PRODUK MINUMAN


ISOTONIK

A. Ruang lingkup
Dokumen ini berlaku untuk acuan pelaksanaan Sertifikasi produk
minuman isotonik yang merupakan minuman ringan karbonasi
atau non karbonasi untuk meningkatkan kebugaran, yang
mengandung gula, asam sitrat dan mineral.

B. Persyaratan Sertifikasi
Persyaratan acuan Sertifikasi produk:
1. SNI 01-4452-1998 minuman isotonik;
2. SNI dan standar lain yang diacu dalam SNI 01-4452-1998;
3. Peraturan yang terkait yaitu:
a. Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1999 tentang
Label dan Iklan Pangan;
b. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
492/MENKES/PER/IV/2010 tentang Persyaratan
Kualitas Air Minum;
c. Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 75/M-
IND/PER/7/2010 tentang Cara Produksi Pangan Olahan
yang Baik (Good Manufacturing Practices);
d. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 33 Tahun 2012
tentang Bahan Tambahan Pangan;
e. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan
Nomor 4 Tahun 2013 Tentang Batas Maksimum
Penggunaan Bahan Tambahan Pangan Bahan
Pengkarbonasi;
- 1324 -

f. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan


Nomor 16 Tahun 2014 Tentang Perubahan Atas
Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat Dan Makanan
Nomor Hk.03.1.23.07.11.6664 Tahun 2011 Tentang
Pengawasan Kemasan Pangan;
g. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan
Nomor 16 Tahun 2016 tentang Kriteria Mikrobiologi
Dalam Pangan Olahan; dan
h. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan
Nomor 5 Tahun 2018 tentang Batas Maksimum Cemaran
Logam Berat dalam Pangan Olahan.
4. Peraturan lain yang terkait dengan produk minuman isotonik.

C. Prosedur Sertifikasi
Prosedur Sertifikasi mencakup:
1. evaluasi awal; dan
2. inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi.

D. Persyaratan Lembaga Penilaian Kesesuaian


Sertifikasi produk minuman isotonik dilakukan oleh LPK yang
telah diakreditasi oleh KAN berdasarkan SNI ISO/IEC 17065,
Penilaian Kesesuaian – Persyaratan untuk Lembaga Sertifikasi
Produk, Proses, dan Jasa, untuk lingkup produk sebagaimana
dimaksud dalam Ruang Lingkup sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
Dalam hal LPK belum ada yang diakreditasi oleh KAN untuk
melakukan kegiatan Sertifikasi dengan ruang lingkup produk
minuman isotonik, BSN dapat menunjuk LPK dengan ruang
lingkup yang sejenis sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.

E. Tahapan Sertifikasi
1. Pengajuan permohonan Sertifikasi
1.1 Pengajuan permohonan Sertifikasi dilakukan oleh pelaku
usaha. Kriteria pelaku usaha yang dapat mengajukan
Sertifikasi sesuai Peraturan BSN mengenai tata cara
penggunaan tanda SNI dan tanda kesesuaian berbasis
- 1325 -

SNI.

1.2 Permohonan Sertifikasi harus dilengkapi dengan:


a. informasi Pemohon:
1. nama pemohon, alamat pemohon, serta nama
dan kedudukan atau jabatan personel yang
bertanggung jawab atas pengajuan permohonan
Sertifikasi,
2. bukti pemenuhan persyaratan izin usaha sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan,
3. pemenuhan persyaratan sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan tentang
pendaftaran dan hak kepemilikan atas merek
yang dikeluarkan oleh Kementerian Hukum dan
Hak Asasi Manusia,
4. apabila Pemohon melakukan pembuatan
produk dengan merek yang dimiliki oleh pihak
lain, menyertakan bukti perjanjian yang
mengikat secara hukum untuk melakukan
pembuatan produk untuk pihak lain,
5. apabila Pemohon bertindak sebagai pemilik
merek yang mensubkontrakkan proses
produksinya kepada pihak lain, menyertakan
bukti kepemilikan merek dan perjanjian
subkontrak pelaksanaan produksi dengan
pihak lain,
6. apabila Pemohon bertindak sebagai perwakilan
resmi pemilik merek yang berkedudukan
hukum di luar negeri, menyertakan bukti
perjanjian yang mengikat secara hukum
tentang penunjukan sebagai perwakilan resmi
pemilik merek di wilayah Republik Indonesia,
7. pernyataan bahwa Pemohon Sertifikasi
bertanggung jawab penuh atas pemenuhan
persyaratan SNI dan pemenuhan persyaratan
proses Sertifikasi dan bersedia memberikan
akses terhadap lokasi dan/atau informasi yang
- 1326 -

diperlukan oleh LSPro dalam melaksanakan


kegiatan Sertifikasi.
b. informasi produk:
1. merek produk yang diajukan untuk
disertifikasi;
2. jenis/tipe/varian produk yang diajukan untuk
disertifikasi;
3. SNI yang digunakan sebagai dasar pengajuan
permohonan Sertifikasi;
4. foto produk yang diajukan untuk disertifikasi
(dari arah depan, belakang dan samping), serta
informasi terkait kemasan primer produk;
5. daftar bahan baku termasuk bahan tambahan
pangan;
6. label produk; dan
7. apabila telah tersedia, foto kemasan sekunder
dan tersier produk yang diajukan untuk
disertifikasi, dari arah depan, belakang,
samping, dan bagian dalam.
c. informasi proses produksi:
1. nama, alamat, dan legalitas hukum pabrik;
2. struktur organisasi, nama dan jabatan personel
penanggung jawab proses produksi;
3. dokumentasi informasi tentang pemasok bahan
baku produk, prosedur evaluasi pemasok, serta
prosedur inspeksi bahan baku produk;
4. dokumentasi informasi tentang proses
pembuatan produk yang diajukan untuk
disertifikasi;
5. dokumentasi informasi tentang prosedur dan
rekaman pengendalian mutu, termasuk
pengujian rutin, daftar peralatan, serta
sertifikat kalibrasi atau bukti verifikasi
peralatan yang berpengaruh terhadap mutu
produk yang disertifikasi, dan bukti atau segel
tera atau tera ulang untuk alat ukur yang
- 1327 -

digunakan dalam pengukuran volume produk


dalam kemasan akhir;
6. dokumentasi informasi tentang prosedur dan
rekaman pengendalian dan penanganan produk
yang tidak sesuai;
7. dokumentasi informasi tentang pengemasan
produk dan pengelolaan produk di gudang
akhir produk sebelum dikirimkan dan/atau
diedarkan ke wilayah Republik Indonesia;
8. lokasi gudang penyimpanan produk di wilayah
Republik Indonesia;
9. bukti izin edar produk(MD/ML) sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan;
10. menyertakan laporan hasil uji yang dilakukan
paling lambat 1 (satu) tahun sebelum
pengajuan Sertifikasi, yang memberikan bukti
pemenuhan produk yang diajukan untuk
disertifikasi terhadap persyaratan mutu dalam
SNI dan peraturan terkait;
11. apabila laporan hasil uji sebagaimana
dinyatakan pada angka 10 belum tersedia,
Pemohon dapat menyampaikan contoh produk
kepada LSPro untuk diuji di laboratorium yang
memiliki perjanjian alih daya dengan LSPro;
dan
12. apabila telah tersedia, menyertakan Sertifikat
Penerapan Sistem Manajemen Mutu
berdasarkan SNI ISO 9001 atau Sistem
Manajemen Keamanan Pangan berdasarkan SNI
ISO 22000 atau HACCP berdasarkan SNI
CAC/RCP 1 dari Otoritas Kompeten atau
Lembaga Sertifikasi yang diakreditasi oleh KAN
atau oleh badan akreditasi penandatangan
International Accreditation Forum (IAF)/Asia
Pacific Accreditation Cooperation (APAC)
Multilateral Recognition Agreement (MLA) dengan
ruang lingkup yang sesuai.
- 1328 -

2. Tinjauan permohonan Sertifikasi


LSPro harus memastikan bahwa informasi yang diperoleh dari
permohonan Sertifikasi yang diajukan oleh Pemohon telah
lengkap dan memenuhi persyaratan.

3. Penandatanganan perjanjian Sertifikasi


Setelah permohonan Sertifikasi dinyatakan lengkap dan
Pemohon menyetujui persyaratan dan prosedur Sertifikasi
yang ditetapkan oleh LSPro sesuai dengan persyaratan SNI
ISO/IEC 17065, perjanjian Sertifikasi ditandatangani oleh
Pemohon dan LSPro.

4. Penyusunan rencana evaluasi


Berdasarkan informasi yang diperoleh dari persyaratan
permohonan Sertifikasi yang disampaikan oleh Pemohon,
LSPro menetapkan rencana evaluasi yang mencakup:
a. jenis/tipe/varian produk yang diajukan untuk
disertifikasi dan metode pengambilan contoh sesuai
dengan persyaratan SNI 01-4452-1998, yang diperlukan
untuk pengujian produk dan mewakili contoh produk
yang diusulkan untuk disertifikasi;
b. informasi SNI yang digunakan sebagai dasar Sertifikasi
berdasarkan permohonan yang diajukan oleh Pemohon
Sertifikasi;
c. waktu yang diperlukan untuk pelaksanaan pengujian
berdasarkan standar acuan metode uji yang
dipersyaratkan; dan
d. waktu, lokasi pelaksanaan dan agenda inspeksi pabrik
atau asesmen proses produksi yang relevan dengan
pelaksanaan produksi produk yang diajukan untuk
disertifikasi, serta personel kompeten yang melakukan
evaluasi.

5. Pelaksanaan evaluasi awal terhadap produk


5.1 Pelaksanaan evaluasi awal terhadap produk mencakup:
a. Pemeriksaan awal terhadap kesesuaian informasi
produk dan proses produksi yang disampaikan
- 1329 -

Pemohon pada huruf E angka 1 terhadap lingkup


produk yang ditetapkan dalam SNI dan peraturan
terkait.
b. Pengujian awal terhadap contoh produk
berdasarkan persyaratan mutu dalam SNI.
Pengujian awal dilakukan berdasarkan laporan hasil
uji dari laboratorium yang disampaikan Pemohon,
yang mencakup seluruh persyaratan mutu dalam
SNI 01-4452-1998. Apabila laporan hasil uji
tersebut menunjukkan bahwa seluruh persyaratan
mutu dalam SNI tersebut telah terpenuhi, maka
produk yang diajukan untuk disertifikasi dianggap
telah memenuhi persyaratan pengujian awal.

5.2 Apabila hasil evaluasi awal menunjukkan


ketidaksesuaian terhadap persyaratan SNI, Pemohon
harus diberi kesempatan untuk melakukan tindakan
perbaikan dalam jangka waktu tertentu sesuai dengan
kebijakan LSPro.

6. Pelaksanaan inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi


6.1 Inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi harus
dilakukan pada saat pabrik melakukan produksi, atau
pada kondisi tertentu dilakukan melalui simulasi proses
produksi produk yang diajukan untuk disertifikasi.

6.2 Inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi dilakukan


terhadap:
a. tanggung jawab dan komitmen personel penanggung
jawab pabrik terhadap konsistensi pemenuhan
produk terhadap persyaratan SNI;
b. ketersediaan dan pengendalian dokumentasi
informasi prosedur dan rekaman pengendalian
mutu, termasuk pengujian rutin;
c. fasilitas, lokasi, desain dan tata letak, bangunan,
sanitasi peralatan, sanitasi ruang proses, dan
higiene personel sesuai dengan ketentuan yang
- 1330 -

berlaku tentang Cara Produksi Pangan Olahan yang


Baik;
d. tahapan kritis proses produksi, mulai dari bahan
baku sampai produk akhir paling sedikit pada
tahapan sebagaimana tercantum dalam huruf G;
e. kelengkapan serta fungsi peralatan produksi
termasuk peralatan pengendalian mutu, paling
sedikit alat pengolahan air (water treatment), alat
pencampur, alat carbonator (untuk minuman
isotonik berkarbonasi), alat penyaring/penghilang
benda asing, alat pengisian dan pengemasan, alat
pengukur berat/volume;
f. bukti verifikasi berdasarkan hasil kalibrasi atau
hasil verifikasi peralatan produksi sebagaimana
disebutkan pada huruf e yang membuktikan bahwa
peralatan tersebut memenuhi persyaratan produksi.
Hasil verifikasi peralatan produksi dapat
ditunjukkan dengan prosedur yang diperlukan
untuk mencapai kondisi atau persyaratan yang
ditetapkan;
g. bukti tera atau tera ulang alat pengukuran volume
produk dalam kemasan akhir;
h. pengendalian dan penanganan produk yang tidak
sesuai; dan
i. pengemasan, penanganan, dan penyimpanan
produk, termasuk di gudang akhir produk yang siap
diedarkan.

6.3 Apabila pabrik telah menerapkan dan mendapatkan


sertifikat Sistem Manajemen Keamanan Pangan
berdasarkan SNI ISO 22000 atau HACCP berdasarkan
SNI CAC/RCP 1 dari Lembaga Sertifikasi yang
diakreditasi oleh KAN atau oleh badan akreditasi
penandatangan IAF/APAC MLA dengan ruang lingkup
yang sesuai, maka inspeksi pabrik atau asesmen proses
produksi dilakukan terhadap implementasi sistem
- 1331 -

manajemen terkait mutu produk tersebut dan angka 6.2


huruf d dan huruf e.

6.4 Apabila pabrik telah menerapkan dan mendapatkan


sertifikat Sistem Manajemen Mutu berdasarkan SNI ISO
9001 dari Lembaga Sertifikasi yang diakreditasi oleh KAN
atau oleh badan akreditasi penandatangan IAF/APAC
MLA dengan ruang lingkup yang sesuai, maka inspeksi
pabrik atau asesmen proses produksi dilakukan terhadap
implementasi sistem manajemen terkait mutu produk
tersebut dan angka 6.2 huruf c, hururf d dan huruf e.

6.5 Selama inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi,


LSPro melakukan pengambilan contoh produk oleh
petugas pengambil contoh dan selanjutnya diuji di
laboratorium milik LSPro atau Laboratorium yang telah
memiliki perjanjian alih daya dengan LSPro.

6.6 Apabila berdasarkan hasil inspeksi pabrik atau asesmen


proses produksi, termasuk hasil pengujian, tidak
diperoleh bukti-bukti yang kuat untuk menjamin
konsistensi produk terhadap persyaratan SNI, maka
Pemohon harus diberi kesempatan untuk melakukan
tindakan perbaikan dalam jangka waktu tertentu sesuai
dengan kebijakan LSPro.

7. Tinjauan
6.1 Tinjauan Hasil Evaluasi dilakukan terhadap:
a. Hasil evaluasi awal terhadap produk untuk
menunjukkan bahwa contoh produk yang mewakili
produk memenuhi persyaratan SNI yang diajukan
oleh Pemohon sebagai dasar permohonan Sertifikasi.
b. Hasil inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi
atau bukti obyektif untuk menunjukkan bahwa
pabrik memiliki proses produksi yang didukung
dengan segala sumber daya yang diperlukan untuk
menghasilkan produk yang secara konsisten dan
- 1332 -

memenuhi persyaratan SNI yang diajukan oleh


Pemohon sebagai dasar permohonan Sertifikasi.

6.2 Tinjauan hasil evaluasi dinyatakan dalam bentuk


rekomendasi tertulis tentang pemenuhan SNI yang
diajukan oleh Pemohon untuk produk yang diajukan
untuk disertifikasi.

8. Penetapan keputusan Sertifikasi


8.1 Penetapan keputusan Sertifikasi dilakukan berdasarkan
rekomendasi yang dihasilkan dari proses tinjauan.

8.2 Penetapan keputusan Sertifikasi harus dilakukan oleh


satu atau sekelompok orang yang tidak terlibat dalam
proses evaluasi.

8.3 Penetapan keputusan Sertifikasi dapat dilakukan oleh


satu atau sekelompok orang yang sama dengan yang
melakukan tinjauan.

8.4 Rekomendasi untuk keputusan Sertifikasi berdasarkan


hasil tinjauan harus didokumentasikan, kecuali tinjauan
dan keputusan Sertifikasi diselesaikan secara bersamaan
oleh satu atau sekelompok orang yang sama.

8.5 LSPro harus memberitahu Pemohon Sertifikasi terkait


alasan menunda atau tidak memberikan keputusan
Sertifikasi, dan harus mengidentifikasikan alasan
keputusan tersebut. Apabila Pemohon Sertifikasi
menunjukkan keinginan untuk melanjutkan proses
Sertifikasi, LSPro dapat memulai kembali dari proses
evaluasi (angka 5).

9. Penerbitan sertifikat
Sertifikat kesesuaian terhadap persyaratan SNI diterbitkan
sesuai ketentuan sebagai berikut:
- 1333 -

a. Sertifikat diterbitkan oleh LSPro setelah penetapan


keputusan Sertifikasi; dan
b. Sertifikat paling sedikit harus memuat:
1. nomor sertifikat atau identifikasi unik lainnya;
2. nomor atau identifikasi lain dari skema Sertifikasi;
3. nama dan alamat LSPro;
4. nama dan alamat Pemohon (pemegang sertifikat);
5. acuan ke perjanjian Sertifikasi;
6. pernyataan kesesuaian yang mencakup:
a. nama, merek, dan spesifikasi produk yang
dinyatakan memenuhi persyaratan;
b. SNI yang menjadi dasar Sertifikasi;
c. nama dan alamat lokasi produksi; dan
d. informasi terkait proses Sertifikasi.
7. status akreditasi atau pengakuan LSPro;
8. tanggal penerbitan sertifikat;
9. tanggal berakhir masa berlaku sertifikat yaitu 4
(empat) tahun sejak tanggal penerbitan sertifikat;
dan
10. tanda tangan yang mengikat secara hukum dari
personel yang bertindak atas nama LSPro sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

10. Surveilans dan Sertifikasi ulang


10.1 LSPro harus melaksanakan surveilans paling sedikit 2
(dua) kali dalam periode Sertifikasi. Dalam hal ini
berlaku ketentuan sebagai berikut:
a. Surveilans pertama dilakukan melalui kegiatan:
1. Inspeksi pabrik atau asesmen proses
produksi; dan/atau
2. Pengujian terhadap contoh produk yang akan
beredar.
Pemilihan jenis kegiatan pada surveilans pertama
tersebut dilakukan berdasarkan penilaian LSPro
atas hasil Sertifikasi sebelumnya.
Apabila surveilans pertama hanya dilakukan
melalui kegiatan pengujian terhadap contoh
- 1334 -

produk yang akan beredar, penerima sertifikat


harus menyampaikan dokumentasi pengendalian
mutu proses produksi sejak penerbitan sertifikat
sampai dilakukan surveilans pertama.
b. Surveilans kedua dilakukan melalui kegiatan:
1. Inspeksi pabrik atau asesmen proses
produksi; dan
2. Pengujian terhadap contoh produk yang akan
atau telah beredar.

10.2 LSPro harus melaksanakan Sertifikasi ulang paling


lambat pada bulan ke-42 (empat puluh dua) setelah
penetapan Sertifikasi, melalui kegiatan sebagaimana
tercantum dalam angka 6.

F. Penggunaan tanda SNI


1. Penggunaan tanda SNI dilakukan setelah mendapatkan
persetujuan penggunaan Tanda SNI melalui Surat
Persetujuan Penggunaan Tanda (SPPT) SNI yang dikeluarkan
oleh BSN sesuai dengan ketentuan dalam Peraturan BSN
mengenai tata cara penggunaan tanda SNI dan tanda
kesesuaian berbasis SNI.

2. Tanda SNI sebagai bukti kesesuaian produk yang telah


memenuhi SNI adalah sebagai berikut:
- 1335 -

Dengan ukuran:

Keterangan:
y = 11x
r = 0,5x

G. Tahapan kritis proses produksi produk minuman isotonik


Tahan Kritis proses
No Penjelasan Tahapan kritis
produksi
1. Pemilihan bahan baku, Untuk bahan baku air perlu
bahan tambahan diperhatikan proses pengolahan air
makanan, dan bahan (water treatment).
kemasan Bahan baku air harus memenuhi
persyaratan kualitas air minum
sesuai peraturan yang terkait.
Bahan baku gula yang digunakan
harus sesuai dengan persyaratan
SNI, dibuktikan dengan tanda SNI
pada kemasan.
Bahan baku karbondioksida (CO2)
(untuk minuman isotonik
berkarbonasi), asam sitrat dan
mineral, bahan tambahan makanan,
dan bahan kemasan harus
memenuhi persyaratan yang
ditetapkan atau peraturan yang
terkait.
2. Pencampuran Pencampuran bahan baku dan
bahan tambahan makanan
dilakukan dengan metode tertentu
yang dikendalikan untuk
mendapatkan campuran yang
homogen sesuai dengan formulasi
yang ditetapkan.
3. Penghilangan benda Penghilangan benda asing dilakukan
asing dengan metode tertentu yang
dikendalikan untuk mencegah
adanya benda asing dalam larutan.
4. Pengisian Pengisian karbondioksida (CO2)
karbondioksida (CO2) dilakukan dengan metode tertentu
-1336-

(untuk minuman yang dikendalikan untuk


isotonik berkarbonasi) mendapatkan produk minuman
isotonik berkarbonasi yang
dipersyaratkan.
5. Pemanasan Pemanasan dilakukan dengan
metode tertentu yang dikendalikan
untuk mendapatkan spesifikasi
produk sesuai dengan persyaralan
yang ditetapkan.
Pengisian dan Produk diisi dan dikemas dalam
Pengemasan wadah yang tertutup rapat, tidak
dipengaruhi atau mempengaruhi isi,
aman selama penyimpanan dan
pengangkutan.
Apabila produk dikemas dalam
kaleng, proses pengalengan harus
dilakukan pada kondisi tertentu yang
dikendalikan.
6. Pendinginan Pendinginan dilakukan dengan
metode tertentu yang dikendalikan
untuk menurunkan suhu produk
akhir.
7. Penandaan Penandaan dilakukan berdasarkan
persyaratan SNI dan peraturan
terkait.

Keterangan: Urutan tahapan kritis proses produksi disetiap


pemohon dapat berbeda

KEPALA BADAN STANDARDISASl NASIONAL

REPUBLIK INDONESIA,

TTD

BAMBANG PRASETYA

Salirjd«-s«si;ai dengan aslinya


Kepala Bin SprffEer^^Xa Manusia, Organisasi, dan Hukum

Margahayu
/NOO^
- 1337 -

LAMPIRAN LXXXVI
PERATURAN BADAN STANDARDISASI NASIONAL
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 1 TAHUN 2020
TENTANG
SKEMA PENILAIAN KESESUAIAN TERHADAP STANDAR
NASIONAL INDONESIA SEKTOR MAKANAN DAN MINUMAN

PETUNJUK TEKNIS SKEMA SERTIFIKASI PRODUK PEMPEK IKAN


REBUS BEKU

A. Ruang lingkup
Dokumen ini berlaku untuk acuan pelaksanaan Sertifikasi produk
Pempek ikanrebus beku yang menggunakan bahan baku ikan utuh
atau lumatan daging ikan segar, dengan penambahan tepung, air
dan garam yang mengalami perlakuan perebusan dan pembekuan.

B. Persyaratan Sertifikasi
Persyaratan acuan Sertifikasi produk:
1. SNI 7661.1:2013 Pempek ikan rebus beku – Bagian 1:
Spesifikasi;
2. SNI 7661.2:2013 Pempek ikan rebus beku – Bagian 2:
Persyaratan bahan baku;
3. SNI 7661.3:2013 Pempek ikan rebus beku – Bagian 3:
Penanganan dan Pengolahan;
4. SNI dan standar lain yang diacu dalam SNI 7661.1:2013, SNI
7661.2:2013, dan SNI 7661.3:2013;
5. Peraturan yang terkait yaitu:
a. Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1999 tentang
Label dan Iklan Pangan;
b. Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 75/M-
IND/PER/7/2010 tentang Cara Produksi Pangan Olahan
yang Baik (Good Manufacturing Practices);
c. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 33 Tahun 2012
tentang Bahan Tambahan Pangan;
- 1338 -

d. Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2004 tentang


Keamanan, Mutu dan Gizi Pangan;
e. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor
PER.19/MEN/2010 tentang Pengendalian Sistem
Jaminan Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan;
f. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor
PER.15/MEN/2011 tentang Pengendalian Mutu dan
Keamanan Hasil Perikanan yang Masuk ke dalam
Wilayah Negara Republik Indonesia;
g. Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor
KEP.06/MEN/2002 tentang Persyaratan dan Tata Cara
Pemeriksaan Mutu Hasil Perikanan yang Masuk ke
Wilayah Republik Indonesia;
h. Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor
KEP.01/MEN/2007 tentang Persyaratan Jaminan Mutu
dan Keamanan Hasil Perikanan pada Proses Produksi,
Pengolahan dan Distribusi;
i. Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor
52A/KEPMEN-KP/2013 tentang Persyaratan Jaminan
Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan pada Proses
Produksi, Pengolahan dan Distribusi;
j. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan No 72 Tahun
2016 tentang Persyaratan dan Tata Cara Sertifikasi
Kelayakan Pengolahan;
k. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan
Nomor 16 Tahun 2014 Tentang Perubahan Atas
Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat Dan Makanan
Nomor Hk.03.1.23.07.11.6664 Tahun 2011 Tentang
Pengawasan Kemasan Pangan;
l. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan
Nomor 16 Tahun 2016 tentang Kriteria Mikrobiologi
Dalam Pangan Olahan;
m. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan
Nomor 5 Tahun 2018 tentang Batas Maksimum Cemaran
Logam Berat dalam Pangan Olahan; dan
- 1339 -

n. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan


Nomor 8 Tahun 2018 tentang batas maksimum cemaran
kimia dalam pangan olahan.
6. peraturan lain yang terkait dengan produk pempek ikan beku.

C. Prosedur Sertifikasi
Prosedur Sertifikasi mencakup:
1. evaluasi awal; dan
2. inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi.

D. Persyaratan lembaga penilaian kesesuaian


Sertifikasi produk pempek ikan rebus beku dilakukan oleh LPK
yang telah diakreditasi oleh KAN berdasarkan SNI ISO/IEC 17065,
Penilaian Kesesuaian – Persyaratan untuk Lembaga Sertifikasi
Produk, Proses, dan Jasa, untuk lingkup produk sebagaimana
dimaksud dalam Ruang Lingkup sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
Dalam hal LPK belum ada yang diakreditasi KAN untuk melakukan
kegiatan Sertifikasi dengan ruang lingkup produk pempek ikan
rebus beku, BSN dapat menunjuk LPK dengan ruang lingkup yang
sejenis sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

E. Tahapan Sertifikasi
1. Pengajuan permohonan Sertifikasi
1.1. Pengajuan permohonan Sertifikasi dilakukan oleh pelaku
usaha. Kriteria Pelaku Usaha yang dapat mengajukan
Sertifikasi sesuai Peraturan BSN mengenai tata cara
penggunaan Tanda SNI dan Tanda Kesesuaian Berbasis
SNI.

1.2. Permohonan Sertifikasi harus dilengkapi dengan:


a. informasi Pemohon:
1. nama pemohon, alamat pemohon, serta nama dan
kedudukan atau jabatan personel yang
bertanggung jawab atas pengajuan permohonan
Sertifikasi;
- 1340 -

2. bukti pemenuhan persyaratan izin usaha sesuai


ketentuan peraturan perundang-undangan;
3. pemenuhan persyaratan sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan tentang
pendaftaran dan hak kepemilikan atas merek yang
dikeluarkan oleh Kementerian Hukum dan Hak
Asasi Manusia;
4. apabila pemohon melakukan pembuatan produk
dengan merek yang dimiliki oleh pihak lain,
menyertakan bukti perjanjian yang mengikat
secara hukum untuk melakukan pembuatan
produk untuk pihak lain;
5. apabila pemohon bertindak sebagai pemilik merek
yang mensubkontrakkan proses produksinya
kepada pihak lain, menyertakan bukti
kepemilikan merek dan perjanjian subkontrak
pelaksanaan produksi dengan pihak lain;
6. apabila pemohon bertindak sebagai perwakilan
resmi pemilik merek yang berkedudukan hukum
di luar negeri, menyertakan bukti perjanjian yang
mengikat secara hukum tentang penunjukan
sebagai perwakilan resmi pemilik merek di wilayah
Republik Indonesia; dan
7. pernyataan bahwa Pemohon Sertifikasi
bertanggung jawab penuh atas pemenuhan
persyaratan SNI dan pemenuhan persyaratan
proses Sertifikasi dan bersedia memberikan akses
terhadap lokasi dan/atau informasi yang
diperlukan oleh LSPro dalam melaksanakan
kegiatan Sertifikasi.
b. informasi produk:
1. merek produk yang diajukan untuk disertifikasi;
2. jenis/tipe/varian/kelas produk yang diajukan
untuk disertifikasi;
3. SNI yang digunakan sebagai dasar pengajuan
permohonan Sertifikasi;
- 1341 -

4. foto produk dalam kemasan primer yang


diajukan untuk disertifikasi (dari arah depan,
belakang dan samping), serta informasi terkait
kemasan primer produk;
5. daftar bahan baku (untuk bahan baku ikan
mencakup informasi jenis, bentuk, dan asal)
termasuk bahan tambahan pangan;
5. label produk; dan
7. apabila telah tersedia, foto kemasan sekunder
dan tersier produk yang diajukan untuk
disertifikasi, dari arah depan, belakang, samping,
dan bagian dalam.
c. informasi proses produksi:
1. nama, alamat, dan legalitas hukum pabrik;
2. struktur organisasi, nama dan jabatan personel
penanggung jawab proses produksi;
3. dokumentasi informasi tentang pemasok bahan
baku produk, prosedur evaluasi pemasok, serta
prosedur inspeksi bahan baku produk;
4. dokumentasi informasi tentang proses
pembuatan produk yang diajukan untuk
disertifikasi, termasuk proses yang
disubkontrakkan ke pihak lain;
5. dokumentasi informasi tentang prosedur dan
rekaman pengendalian mutu, termasuk
pengujian rutin, daftar peralatan, serta sertifikat
kalibrasi atau bukti verifikasi peralatan yang
berpengaruh terhadap mutu produk yang
disertifikasi, dan bukti atau segel tera atau tera
ulang untuk alat ukur yang digunakan dalam
pengukuran berat produk dalam kemasan akhir;
6. dokumentasi informasi tentang prosedur dan
rekaman pengendalian dan penanganan produk
yang tidak sesuai;
7. dokumentasi informasi tentang pengemasan
produk dan pengelolaan produk di gudang akhir
- 1342 -

produk sebelum dikirimkan dan/atau diedarkan


ke wilayah Republik Indonesia;
8. lokasi gudang penyimpanan produk di wilayah
Republik Indonesia;
9. bukti izin edar produk (MD/ML) sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan;
10. menyertakan laporan hasil uji yang dilakukan
paling lambat 1 (satu) tahun sebelum pengajuan
Sertifikasi, yang memberikan bukti pemenuhan
produk yang diajukan untuk disertifikasi
terhadap persyaratan mutu dalam SNI dan
peraturan terkait;
11. apabila laporan hasil uji sebagaimana
dinyatakan pada angka 10 belum tersedia,
Pemohon dapat menyampaikan contoh produk
kepada LSPro untuk diuji di laboratorium yang
memiliki perjanjian alih daya dengan LSPro; dan
12. apabila telah tersedia, menyertakan Sertifikat
Penerapan Sistem Manajemen Mutu berdasarkan
SNI ISO 9001 atau Sistem Manajemen Keamanan
Pangan berdasarkan SNI ISO 22000 atau HACCP
berdasarkan SNI CAC/RCP 1 dari Otoritas
Kompeten atau Lembaga Sertifikasi yang
diakreditasi oleh KAN atau oleh badan akreditasi
penandatangan International Accreditation Forum
(IAF)/Asia Pacific Accreditation Cooperation
(APAC) Multilateral Recognition Agreement (MLA)
dengan ruang lingkup yang sesuai.
Informasi pada butir 4, butir 5, butir 10, dan butir 11
tidak perlu dilampirkan apabila Pemohon melakukan
pengemasan ulang produk yang dihasilkan oleh pihak
lain yang telah memiliki sertifikat kesesuaian produk
atau Surat Persetujuan Penggunaan Tanda (SPPT) SNI.
- 1343 -

2. Tinjauan permohonan Sertifikasi


LSPro harus memastikan bahwa informasi yang diperoleh dari
permohonan Sertifikasi yang diajukan oleh Pemohon telah
lengkap dan memenuhi persyaratan.

3. Penandatanganan perjanjian Sertifikasi


Setelah permohonan Sertifikasi dinyatakan lengkap dan
Pemohon menyetujui persyaratan dan prosedur Sertifikasi
yang ditetapkan oleh LSPro sesuai dengan persyaratan SNI
ISO/IEC 17065, perjanjian Sertifikasi ditandatangani oleh
Pemohon dan LSPro.

4. Penyusunan rencana evaluasi


Berdasarkan informasi yang diperoleh dari persyaratan
permohonan Sertifikasi yang disampaikan oleh Pemohon,
LSPro menetapkan rencana evaluasi yang mencakup:
a. jenis/tipe/varian produk yang diajukan untuk
disertifikasi dan metode pengambilan contoh sesuai
dengan persyaratan SNI 7661.1:2013 yang diperlukan
untuk pengujian produk dan mewakili contoh produk
yang diusulkan untuk disertifikasi;
b. informasi SNI yang digunakan sebagai dasar Sertifikasi
berdasarkan permohonan yang diajukan oleh Pemohon
Sertifikasi;
c. waktu yang diperlukan untuk pelaksanaan pengujian
berdasarkan standar acuan metode uji yang
dipersyaratkan; dan
d. waktu, lokasi pelaksanaan dan agenda inspeksi pabrik
atau asesmen proses produksi yang relevan dengan
pelaksanaan produksi produk yang diajukan untuk
disertifikasi, serta personel kompeten yang melakukan
evaluasi.

5. Pelaksanaan evaluasi awal terhadap produk


5.1 Pelaksanaan evaluasi awal terhadap produk mencakup:
a. Pemeriksaan awal terhadap kesesuaian informasi
produk dan proses produksi yang disampaikan
- 1344 -

Pemohon pada huruf E angka 1 terhadap lingkup


produk yang ditetapkan dalam SNI sebagaimana
dimaksud dalam huruf A dan peraturan terkait.
b. Pengujian awal terhadap contoh produk
berdasarkan persyaratan mutu dalam SNI.
Pengujian awal dilakukan berdasarkan laporan hasil
uji dari laboratorium yang disampaikan Pemohon,
yang mencakup seluruh persyaratan mutu dalam
SNI 7661.1:2013. Untuk persyaratan suhu pusat
produk, pemohon dapat menyertakan hasil uji atau
pernyataan mandiri (self declaration) yang
menyatakan bahwa suhu pusat produk telah
memenuhi persyaratan SNI 7661.1:2013. Apabila
laporan hasil uji tersebut menunjukkan bahwa
seluruh persyaratan mutu dalam SNI tersebut telah
terpenuhi, maka produk yang diajukan untuk
disertifikasi dianggap telah memenuhi persyaratan
pengujian awal.

5.2 Apabila hasil evaluasi awal menunjukkan


ketidaksesuaian terhadap persyaratan SNI, Pemohon
harus diberi kesempatan untuk melakukan tindakan
perbaikan dalam jangka waktu tertentu sesuai dengan
kebijakan LSPro.

6. Pelaksanaan inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi


6.1 Inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi harus
dilakukan pada saat pabrik melakukan produksi, atau
pada kondisi tertentu dilakukan melalui simulasi proses
produksi produk yang diajukan untuk disertifikasi.

6.2 Inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi dilakukan


terhadap:
a. tanggung jawab dan komitmen personel penanggung
jawab pabrik terhadap konsistensi pemenuhan
produk terhadap persyaratan SNI;
- 1345 -

b. ketersediaan dan pengendalian dokumentasi


informasi prosedur dan rekaman pengendalian
mutu, termasuk pengujian rutin;
c. fasilitas, lokasi, desain dan tata letak, bangunan,
sanitasi peralatan, sanitasi ruang proses, dan
higiene personel sesuai dengan ketentuan yang
berlaku tentang Cara Produksi Pangan Olahan yang
Baik;
d. tahapan kritis proses produksi, mulai dari bahan
baku sampai produk akhir paling sedikit pada
tahapan sebagaimana tercantum dalam huruf G;
e. kelengkapan serta fungsi peralatan produksi
termasuk peralatan pengendalian mutu, paling
sedikit memiliki alat penggilingan (untuk bahan
baku ikan utuh), alat pengadon/pencampur, alat
perebusan, alat ukur berat, alat pemotong, alat
pembeku, dan alat pendingin;
f. bukti verifikasi berdasarkan hasil kalibrasi atau
hasil verifikasi peralatan produksi sebagaimana
disebutkan pada huruf e yang membuktikan bahwa
peralatan tersebut memenuhi persyaratan produksi.
Hasil verifikasi peralatan produksi dapat
ditunjukkan dengan prosedur yang diperlukan
untuk mencapai kondisi atau persyaratan yang
ditetapkan;
g. bukti tera atau tera ulang alat pengukuran berat
produk dalam kemasan akhir;
h. pengendalian dan penanganan produk yang tidak
sesuai; dan
i. pengemasan, penanganan, dan penyimpanan
produk, termasuk di gudang akhir produk yang siap
diedarkan.

6.3 Apabila Pabrik telah menerapkan dan mendapatkan


sertifikat Sistem Manajemen Keamanan Pangan
berdasarkan SNI ISO 22000 atau HACCP berdasarkan
SNI CAC/RCP 1 dari Otoritas Kompeten atau Lembaga
- 1346 -

Sertifikasi yang diakreditasi oleh KAN atau oleh badan


akreditasi penandatangan IAF/APAC dengan ruang
lingkup yang sesuai, maka inspeksi pabrik atau asesmen
proses produksi dilakukan terhadap implementasi sistem
manajemen terkait mutu produk tersebut dan angka 6.2
huruf d dan huruf e.

6.4 Apabila pabrik telah menerapkan dan mendapatkan


sertifikat Sistem Manajemen Mutu berdasarkan SNI ISO
9001 dari Lembaga Sertifikasi yang diakreditasi oleh KAN
atau oleh badan akreditasi penandatangan IAF/APAC
MLA dengan ruang lingkup yang sesuai, maka inspeksi
pabrik atau asesmen proses produksi dilakukan terhadap
implementasi sistem manajemen terkait mutu produk
tersebut dan angka 6.2 huruf c, huruf d, dan huruf e.

6.5 Dalam hal pemohon melakukan pengemasan ulang


produk yang dihasilkan oleh pihak lain, berlaku
ketentuan berikut:
a. apabila pihak lain tersebut telah memiliki sertifikat
kesesuaian produk atau Surat Persetujuan
Penggunaan Tanda (SPPT) SNI, maka inspeksi pabrik
atau asesmen proses produksi sebagaimana
dimaksud pada angka 6.2 dilakukan di lokasi
Pemohon pada tahapan pengemasan; atau
b. apabila pihak lain tersebut belum memiliki sertifikat
kesesuaian produk atau Surat Persetujuan
Penggunaan Tanda (SPPT) SNI, maka inspeksi pabrik
atau asesmen proses produksi sebagaimana
dimaksud pada angka 6.2 dilakukan di lokasi
pembuatan produk yang dimiliki oleh pihak lain dan
di lokasi pemohon.

6.6 Selama inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi,


LSPro melakukan pengambilan contoh produk oleh
petugas pengambil contoh dan selanjutnya diuji di
- 1347 -

laboratorium milik LSPro atau Laboratorium yang telah


memiliki perjanjian alih daya dengan LSPro.
6.7
6.7 Apabila berdasarkan hasil inspeksi pabrik atau asesmen
proses produksi, termasuk hasil pengujian, tidak
diperoleh bukti-bukti yang kuat untuk menjamin
konsistensi produk terhadap persyaratan SNI, maka
Pemohon harus diberi kesempatan untuk melakukan
tindakan perbaikan dalam jangka waktu tertentu sesuai
dengan kebijakan LSPro.

7. Tinjauan
7.1. Tinjauan hasil evaluasi dilakukan terhadap:
a. Hasil evaluasi awal terhadap produk untuk
menunjukkan bahwa contoh produk yang mewakili
produk memenuhi persyaratan SNI yang diajukan
oleh Pemohon sebagai dasar permohonan Sertifikasi.
b. Hasil inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi
atau bukti obyektif untuk menunjukkan bahwa
pabrik memiliki proses produksi yang didukung
dengan segala sumber daya yang diperlukan untuk
menghasilkan produk yang secara konsisten
memenuhi persyaratan SNI yang diajukan oleh
Pemohon sebagai dasar permohonan Sertifikasi.

7.2. Tinjauan hasil evaluasi dinyatakan dalam bentuk


rekomendasi tertulis tentang pemenuhan SNI yang
diajukan oleh Pemohon untuk produk yang diajukan
untuk disertifikasi.

8. Penetapan keputusan Sertifikasi


8.1 Penetapan keputusan Sertifikasi dilakukan berdasarkan
rekomendasi yang dihasilkan dari proses tinjauan.

8.2 Penetapan keputusan Sertifikasi harus dilakukan oleh


satu orang atau sekelompok orang yang tidak terlibat
dalam proses evaluasi.
- 1348 -

8.3 Penetapan keputusan Sertifikasi dapat dilakukan oleh


satu orang atau sekelompok orang yang sama dengan
yang melakukan tinjauan.

8.4 Rekomendasi untuk keputusan Sertifikasi berdasarkan


hasil tinjauan harus didokumentasikan, kecuali tinjauan
dan keputusan Sertifikasi diselesaikan secara bersamaan
oleh orang atau sekelompok orang yang sama.

8.5 LSPro harus memberitahu Pemohon Sertifikasi terkait


alasan menunda atau tidak memberikan keputusan
Sertifikasi, dan harus mengidentifikasikan alasan
keputusan tersebut. Apabila Pemohon Sertifikasi
menunjukkan keinginan untuk melanjutkan proses
Sertifikasi, LSPro dapat memulai kembali dari proses
evaluasi (angka 5).

9. Penerbitan sertifikat
Sertifikat kesesuaian terhadap persyaratan SNI diterbitkan
sesuai ketentuan sebagai berikut:
a. Sertifikat diterbitkan oleh LSPro setelah penetapan
keputusan Sertifikasi,
b. Sertifikat paling sedikit harus memuat:
1. nomor sertifikat atau identifikasi unik lainnya;
2. nomor atau identifikasi lain dari skema Sertifikasi;
3. nama dan alamat LSPro;
4. nama dan alamat Pemohon (pemegang sertifikat);
5. acuan ke perjanjian Sertifikasi;
6. pernyataan kesesuaian yang mencakup:
a. nama, merek, dan spesifikasi produk yang
dinyatakan memenuhi persyaratan;
b. SNI yang menjadi dasar Sertifikasi;
c. nama dan alamat lokasi produksi; dan
d. informasi terkait proses Sertifikasi.
7. status akreditasi atau pengakuan LSPro;
8. tanggal penerbitan sertifikat;
- 1349 -

9. tanggal berakhir masa berlaku sertifikat yaitu 4


(empat) tahun sejak tanggal penerbitan sertifikat;
10. tanda tangan yang mengikat secara hukum dari
personel yang bertindak atas nama LSPro sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

10. Surveilans dan Sertifikasi ulang


10.1 LSPro harus melaksanakan surveilans paling sedikit 2
(dua) kali dalam periode Sertifikasi. Dalam hal ini
berlaku ketentuan sebagai berikut:
a. Surveilans pertama dilakukan melalui kegiatan:
1. Inspeksi pabrik atau asesmen proses
produksi; dan/atau
2. Pengujian terhadap contoh produk yang akan
beredar
Pemilihan jenis kegiatan pada surveilans pertama
tersebut dilakukan berdasarkan penilaian LSPro
atas hasil Sertifikasi sebelumnya.
Apabila surveilans pertama hanya dilakukan
melalui kegiatan pengujian terhadap contoh
produk yang akan beredar, penerima sertifikat
harus menyampaikan dokumentasi pengendalian
mutu proses produksi sejak penerbitan sertifikat
sampai dilakukan surveilans pertama.
b. Surveilans kedua dilakukan melalui kegiatan:
1. Inspeksi pabrik atau asesmen proses
produksi; dan
2. Pengujian terhadap contoh produk yang akan
atau telah beredar.

10.2 LSPro harus melaksanakan Sertifikasi ulang paling


lambat pada bulan ke-42 (empat puluh dua) setelah
penetapan Sertifikasi, melalui kegiatan sebagaimana
dimaksud pada angka 6.
- 1350 -

F. Penggunaan tanda SNI


1. Penggunaan tanda SNI dilakukan setelah mendapatkan
persetujuan penggunaan Tanda SNI melalui Surat
Persetujuan Penggunaan Tanda (SPPT) SNI yang dikeluarkan
oleh BSN sesuai dengan ketentuan dalam Peraturan BSN
mengenai tata cara penggunaan tanda SNI dan tanda
kesesuaian berbasis SNI.

2. Tanda SNI sebagai bukti kesesuaian produk yang telah


memenuhi SNI adalah sebagai berikut:

Dengan ukuran:

Keterangan:
y = 11x
r = 0,5x

G. Tahapan kritis proses produksi produk pempek ikan rebus beku


No. Tahapan kritis proses Penjelasan tahapan kritis
produksi
1. Pemilihan bahan baku, Bahan baku, bahan penolong, bahan
bahan penolong, bahan tambahan pangan dan bahan
tambahan pangan dan kemasan harus memenuhi
bahan kemasan persyaratan sesuai spesifikasi mutu
- 1351 -

keamanan hasil perikanan


2. Penyimpanan bahan baku Penyimpanan bahan baku dilakukan
(apabila bahan baku tidak dengan metode tertentu yang
langsung diolah) dikendalikan sehingga tidak merubah
mutu dan keamanannya
3. Penyiangan (untuk bahan Penyiangan dilakukan dengan
baku ikan utuh) pemotongan kepala, ekor,
pembuangan sisik, kulit, tulang dan
isi perut secara cepat, cermat dan
saniter pada suhu bahan baku 0oC –
5oC sehingga kotoran dan sisa darah
yang menempel pada ikan hilang
4. Pencucian (untuk bahan Pencucian dilakukan untuk
baku ikan utuh) menghilangkan kotoran dan sisa
darah yang menempel pada ikan
dengan menggunakan air dingin yang
mengalir secara cepat, cermat dan
saniter untuk mempertahankan suhi
bahan baku 0oC – 5oC
5. Penggilingan (bahan baku Penggilingan bahan baku dilakukan
ikan utuh) secara cepat, cermat dan saniter
serta tetap mempertahankan suhu
0oC – 5oC untuk mendapatkan
lumatan daging yang bebas
kontaminasi bakteri pathogen
6. Pencampuran Pencampuran hasil penggilingan
dilakukan untuk mendapatkan
adonan homogen dan bebas
kontaminasi dengan bahan penolong
dan bahan tambahan pangan yang
diperlukan dilakukan dengan cermat,
saniter dan suhu adonan
dipertahankan pada suhu 0oC – 5oC
7. Pencetakan/pembentukan Pencetakan/pembentukan dilakukan
secara cepat, cermat dan saniter
untuk mendapatkan produk yang
sesuai dengan spesifikasi
8. Pemasakan Pemasakan dilakukan pada suhu
dan waktu tertentu yang
dikendalikan untuk mendapatkan
-1352-

produk dengan tingkat kematangan


yang sesuai dengan spesifikasi
9. Penirisan Penirisan dilakukan pada suhu
ruang dengan metode yang
dikendalikan untuk mendapatkan
produk sesuai dengan spesifikasi

10. Pengemasan Pengemasan dilakukan sesuai


dengan persyaraian pengemasan
pada SNI
11. Pembekuan Pembelcuan dilakukan pada suhu
dan waktu tertentu yang
dUcendalikan untuk mendapatkan
produk sesuai dengan spesifikasi
12. Penyimpanan produk Penyimpanan dilakukan pada suhu
dingin atau suhu beku untuk
mendapatkan produk sesuai dengan
persyaratan yang ditetapkan
13. Pelabelan/Penandaan Pelabelan/penandaan dilakukan
sesuai dengan persyaratan
pelabelan/penandaan pada SNI dan
peraturan terkait
Keterangan: Urutan tahapan kritis proses produksi disetiap
pemchon dapat berbeda

KEPALA BADAN STANDARDISASI NASIONAL

REPUBLIK INDONESIA.

TTD

BAMBANG PRASETYA

Salinan_sesuai dengan aslinya


Kepala Manusia, Organisasi, dan Hukum
- 1353 -

LAMPIRAN LXXXVII
PERATURAN BADAN STANDARDISASI NASIONAL
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 1 TAHUN 2020
TENTANG
SKEMA PENILAIAN KESESUAIAN TERHADAP STANDAR
NASIONAL INDONESIA SEKTOR MAKANAN DAN MINUMAN

PETUNJUK TEKNIS SKEMA SERTIFIKASI PRODUK BAKSO IKAN

A. Ruang lingkup
1. Skema Sertifikasi bakso ikan ini berlaku untuk acuan
pelaksanaan Sertifikasi produk bakso ikan:
a. yang menggunakan lumatan daging ikan atau surimi
paling sedikit 40% dicampur tepung, dan bahan lainnya
bila diperlukan, yang mengalami pembentukan dan
pemasakan; dan
b. yang diolah dengan atau tanpa pembekuan;
berdasarkan SNI 7266:2017 Bakso ikan.
2. Skema Sertifikasi bakso ikan ini tidak berlaku untuk produk
bakso ikan yang mengalami pengolahan lebih lanjut.

B. Persyaratan Sertifikasi
Persyaratan acuan Sertifikasi produk:
1. SNI sebagaimana dimaksud dalam huruf A;
2. SNI dan standar lain yang diacu dalam SNI sebagaimana
dimaksud dalam huruf A;
3. Peraturan yang terkait yaitu:
a. Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1999 tentang
Label dan Iklan Pangan;
b. Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2004 tentang
Keamanan, Mutu dan Gizi Pangan;
c. Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 75/M-
IND/PER/7/2010 tentang Cara Produksi Pangan Olahan
yang Baik (Good Manufacturing Practices);
- 1354 -

d. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 33 Tahun 2012


tentang Bahan Tambahan Pangan;
e. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan RI Nomor
PER.19/MEN/2010 tentang Pengendalian Sistem
Jaminan Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan;
f. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan RI Nomor
PER.15/MEN/2011 tentang Pengendalian Mutu dan
Keamanan Hasil Perikanan yang Masuk ke dalam
Wilayah Negara Republik Indonesia;
g. Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan RI Nomor
KEP.06/MEN/2002 tentang Persyaratan dan Tata Cara
Pemeriksaan Mutu Hasil Perikanan yang Masuk ke
Wilayah Republik Indonesia;
h. Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan RI Nomor
KEP.01/MEN/2007 tentang Persyaratan Jaminan Mutu
dan Keamanan Hasil Perikanan pada Proses Produksi,
Pengolahan dan Distribusi;
i. Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan RI Nomor
52A/KEPMEN-KP/2013 tentang Persyaratan Jaminan
Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan pada Proses
Produksi, Pengolahan dan Distribusi;
j. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan
Nomor 24 Tahun 2013 tentang Batas maksimum
penggunaan bahan tambahan pangan penstabil;
k. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan
Nomor 36 Tahun 2013 tentang batas maksimum
penggunaan bahan tambahan pangan pengawet;
l. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan
Nomor 16 Tahun 2014 Tentang Perubahan Atas
Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat Dan Makanan
Nomor Hk.03.1.23.07.11.6664 Tahun 2011 Tentang
Pengawasan Kemasan Pangan;
m. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan
Nomor 16 Tahun 2016 tentang Kriteria Mikrobiologi
Dalam Pangan Olahan; dan
- 1355 -

n. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan


Nomor 23 Tahun 2017 tentang Batas Maksimum
Cemaran Logam Berat dalam Pangan Olahan;
4. Peraturan lain yang terkait dengan produk bakso ikan.

C. Prosedur Sertifikasi
Prosedur Sertifikasi mencakup:
1. evaluasi awal; dan
2. inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi.

D. Persyaratan lembaga penilaian kesesuaian


Sertifikasi produk bakso ikan dilakukan oleh LPK yang telah
diakreditasi oleh KAN berdasarkan SNI ISO/IEC 17065, Penilaian
Kesesuaian – Persyaratan untuk Lembaga Sertifikasi Produk,
Proses, dan Jasa, untuk lingkup produk sebagaimana dimaksud
dalam Ruang Lingkup sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Dalam hal LPK belum ada yang diakreditasi KAN untuk melakukan
kegiatan Sertifikasi dengan ruang lingkup produk bakso ikan, BSN
dapat menunjuk LPK dengan ruang lingkup yang sejenis sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

E. Tahapan Sertifikasi
1. Pengajuan permohonan Sertifikasi
1.1 Pengajuan permohonan Sertifikasi dilakukan oleh pelaku
usaha. Kriteria Pelaku Usaha yang dapat mengajukan
Sertifikasi sesuai Peraturan BSN Mengenai tata Cara
Penggunaan Tanda SNI dan Tanda Kesesuaian Berbasis
SNI.

1.2 Permohonan Sertifikasi harus dilengkapi dengan:


a. informasi Pemohon:
1. nama pemohon, alamat pemohon, serta nama
dan kedudukan atau jabatan personel yang
bertanggung jawab atas pengajuan permohonan
Sertifikasi;
- 1356 -

2. bukti pemenuhan persyaratan izin usaha sesuai


ketentuan peraturan perundang-undangan;
3. pemenuhan persyaratan sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan tentang
pendaftaran dan hak kepemilikan atas merek
yang dikeluarkan oleh Kementerian Hukum dan
Hak Asasi Manusia;
4. apabila pemohon melakukan pembuatan
produk dengan merek yang dimiliki oleh pihak
lain, menyertakan bukti perjanjian yang
mengikat secara hukum untuk melakukan
pembuatan produk untuk pihak lain;
5. apabila pemohon bertindak sebagai pemilik
merek yang mensubkontrakkan proses
produksinya kepada pihak lain, menyertakan
bukti kepemilikan merek dan perjanjian
subkontrak pelaksanaan produksi dengan
pihak lain;
6. apabila pemohon bertindak sebagai perwakilan
resmi pemilik merek yang berkedudukan
hukum di luar negeri, menyertakan bukti
perjanjian yang mengikat secara hukum
tentang penunjukan sebagai perwakilan resmi
pemilik merek di wilayah Republik Indonesia;
dan
7. pernyataan bahwa Pemohon Sertifikasi
bertanggung jawab penuh atas pemenuhan
persyaratan SNI dan pemenuhan persyaratan
proses Sertifikasi dan bersedia memberikan
akses terhadap lokasi dan/atau informasi yang
diperlukan oleh LSPro dalam melaksanakan
kegiatan Sertifikasi.
b. informasi produk:
1. merek produk yang diajukan untuk
disertifikasi;
2. jenis/tipe/varian/kelas produk yang diajukan
untuk disertifikasi;
- 1357 -

3. SNI yang digunakan sebagai dasar pengajuan


permohonan Sertifikasi;
4. foto produk dalam kemasan primer yang
diajukan untuk disertifikasi (dari arah depan,
belakang dan samping), serta informasi terkait
kemasan primer produk;
5. daftar bahan baku (untuk bahan baku ikan
mencakup informasi jenis, bentuk, dan asal)
termasuk bahan tambahan pangan;
6. label produk; dan
7. apabila telah tersedia, foto kemasan sekunder
dan tersier produk yang diajukan untuk
disertifikasi, dari arah depan, belakang,
samping, dan bagian dalam.
c. informasi proses produksi:
1. nama, alamat, dan legalitas hukum pabrik;
2. struktur organisasi, nama dan jabatan personel
penanggung jawab proses produksi;
3. dokumentasi informasi tentang pemasok bahan
baku produk, prosedur evaluasi pemasok, serta
prosedur inspeksi bahan baku produk;
4. dokumentasi informasi tentang proses
pembuatan produk yang diajukan untuk
disertifikasi, termasuk proses yang
disubkontrakkan ke pihak lain;
5. dokumentasi informasi tentang prosedur dan
rekaman pengendalian mutu, termasuk
pengujian rutin, daftar peralatan, serta
sertifikat kalibrasi atau bukti verifikasi
peralatan yang berpengaruh terhadap mutu
produk yang disertifikasi, dan bukti atau segel
tera atau tera ulang untuk alat ukur yang
digunakan dalam pengukuran berat produk
dalam kemasan akhir;
6. dokumentasi informasi tentang prosedur dan
rekaman pengendalian dan penanganan produk
yang tidak sesuai;
- 1358 -

7. dokumentasi informasi tentang pengemasan


produk dan pengelolaan produk di gudang
akhir produk sebelum dikirimkan dan/atau
diedarkan ke wilayah Republik Indonesia;
8. lokasi gudang penyimpanan produk di wilayah
Republik Indonesia;
9. bukti izin edar produk (MD/ML atau P-IRT)
sesuai ketentuan peraturan perundang-
undangan;
10. menyertakan laporan hasil uji yang dilakukan
paling lambat 1 (satu) tahun sebelum
pengajuan Sertifikasi, yang memberikan bukti
pemenuhan produk yang diajukan untuk
disertifikasi terhadap persyaratan mutu dalam
SNI dan peraturan terkait;
11. apabila laporan hasil uji sebagaimana
dinyatakan pada angka 10 belum tersedia,
Pemohon dapat menyampaikan contoh produk
kepada LSPro untuk diuji di laboratorium yang
memiliki perjanjian alih daya dengan LSPro;
dan
12. apabila telah tersedia, menyertakan Sertifikat
Penerapan Sistem Manajemen Mutu
berdasarkan SNI ISO 9001 atau Sistem
Manajemen Keamanan Pangan berdasarkan SNI
ISO 22000 atau HACCP berdasarkan SNI
CAC/RCP 1 dari Otoritas Kompeten atau
Lembaga Sertifikasi yang diakreditasi oleh KAN
atau oleh badan akreditasi penandatangan
International Accreditation Forum (IAF)/Asia
Pacific Accreditation Cooperation (APAC)
Multilateral Recognition Agreement (MLA) dengan
ruang lingkup yang sesuai.
- 1359 -

2. Tinjauan permohonan Sertifikasi


LSPro harus memastikan bahwa informasi yang diperoleh dari
permohonan Sertifikasi yang diajukan oleh Pemohon telah
lengkap dan memenuhi persyaratan.

3. Penandatanganan perjanjian Sertifikasi


Setelah permohonan Sertifikasi dinyatakan lengkap dan
Pemohon menyetujui persyaratan dan prosedur Sertifikasi
yang ditetapkan oleh LSPro sesuai dengan persyaratan SNI
ISO/IEC 17065, perjanjian Sertifikasi ditandatangani oleh
Pemohon dan LSPro.

4. Penyusunan rencana evaluasi


Berdasarkan informasi yang diperoleh dari persyaratan
permohonan Sertifikasi yang disampaikan oleh Pemohon,
LSPro menetapkan rencana evaluasi yang mencakup:
a. jenis/tipe/varian produk yang diajukan untuk
disertifikasi dan metode pengambilan contoh sesuai
dengan persyaratan SNI sebagaimana dimaksud dalam
huruf A, yang diperlukan untuk pengujian produk dan
mewakili contoh produk yang diusulkan untuk
disertifikasi;
b. informasi SNI yang digunakan sebagai dasar Sertifikasi
berdasarkan permohonan yang diajukan oleh Pemohon
Sertifikasi;
c. waktu yang diperlukan untuk pelaksanaan pengujian
berdasarkan standar acuan metode uji yang
dipersyaratkan; dan
d. waktu, lokasi pelaksanaan dan agenda inspeksi pabrik
atau asesmen proses produksi yang relevan dengan
pelaksanaan produksi produk yang diajukan untuk
disertifikasi, serta personel kompeten yang melakukan
evaluasi.
- 1360 -

5. Pelaksanaan evaluasi awal terhadap produk


5.1 Pelaksanaan evaluasi awal terhadap produk mencakup:
a. Pemeriksaan awal terhadap kesesuaian informasi
produk dan proses produksi yang disampaikan
Pemohon pada huruf E angka 1 terhadap lingkup
produk yang ditetapkan dalam SNI sebagaimana
dimaksud dalam huruf A dan peraturan terkait.
b. Pengujian awal terhadap contoh produk
berdasarkan persyaratan mutu dalam SNI.
Pengujian awal dilakukan berdasarkan laporan hasil
uji dari laboratorium yang disampaikan Pemohon,
yang mencakup seluruh persyaratan mutu dalam
SNI sebagaimana dimaksud dalam huruf A. Apabila
laporan hasil uji tersebut menunjukkan bahwa
seluruh persyaratan mutu dalam SNI tersebut telah
terpenuhi, maka produk yang diajukan untuk
disertifikasi dianggap telah memenuhi persyaratan
pengujian awal.

5.2 Apabila hasil evaluasi awal menunjukkan


ketidaksesuaian terhadap persyaratan SNI, Pemohon
harus diberi kesempatan untuk melakukan tindakan
perbaikan dalam jangka waktu tertentu sesuai dengan
kebijakan LSPro.

6. Pelaksanaan inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi


6.1 Inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi harus
dilakukan pada saat pabrik melakukan produksi, atau
pada kondisi tertentu dilakukan melalui simulasi proses
produksi produk yang diajukan untuk disertifikasi.

6.2 Inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi dilakukan


terhadap:
a. tanggung jawab dan komitmen personel penanggung
jawab pabrik terhadap konsistensi pemenuhan
produk terhadap persyaratan SNI;
- 1361 -

b. ketersediaan dan pengendalian dokumentasi


informasi prosedur dan rekaman pengendalian
mutu, termasuk pengujian rutin;
c. fasilitas, lokasi, desain dan tata letak, bangunan,
sanitasi peralatan, sanitasi ruang proses, dan
higiene personel sesuai dengan ketentuan yang
berlaku tentang Cara Produksi Pangan Olahan yang
Baik;
d. tahapan kritis proses produksi, mulai dari bahan
baku sampai produk akhir paling sedikit pada
tahapan sebagaimana tercantum dalam huruf G;
e. kelengkapan serta fungsi peralatan produksi
termasuk peralatan pengendalian mutu, paling
sedikit yaitu alat pengadon, alat perebusan, alat
pengukur berat, dan alat pendingin;
f. bukti verifikasi berdasarkan hasil kalibrasi atau
hasil verifikasi peralatan produksi sebagaimana
disebutkan pada huruf e yang membuktikan bahwa
peralatan tersebut memenuhi persyaratan produksi.
Hasil verifikasi peralatan produksi dapat
ditunjukkan dengan prosedur yang diperlukan
untuk mencapai kondisi atau persyaratan yang
ditetapkan;
g. bukti tera atau tera ulang alat pengukuran berat
produk dalam kemasan akhir;
h. pengendalian dan penanganan produk yang tidak
sesuai; dan
i. pengemasan, penanganan, dan penyimpanan
produk, termasuk di gudang akhir produk yang siap
diedarkan.

6.3 Apabila Pabrik telah menerapkan dan mendapatkan


sertifikat Sistem Manajemen Keamanan Pangan
berdasarkan SNI ISO 22000 atau HACCP berdasarkan
SNI CAC/RCP 1 dari Otoritas Kompeten atau Lembaga
Sertifikasi yang diakreditasi oleh KAN atau oleh badan
akreditasi penandatangan IAF/APAC dengan ruang
- 1362 -

lingkup yang sesuai, maka inspeksi pabrik atau asesmen


proses produksi dilakukan terhadap implementasi sistem
manajemen terkait mutu produk tersebut dan angka 6.2
huruf d dan huruf e.

6.4 Apabila pabrik telah menerapkan dan mendapatkan


sertifikat Sistem Manajemen Mutu berdasarkan SNI ISO
9001 dari Lembaga Sertifikasi yang diakreditasi oleh KAN
atau oleh badan akreditasi penandatangan IAF/APAC
MLA dengan ruang lingkup yang sesuai, maka inspeksi
pabrik atau asesmen proses produksi dilakukan terhadap
implementasi sistem manajemen terkait mutu produk
tersebut dan angka 6.2 huruf c, huruf d, dan huruf e.

6.5 Dalam hal pemohon melakukan pengemasan ulang


produk yang dihasilkan oleh pihak lain, berlaku
ketentuan berikut:
a. apabila pihak lain tersebut telah memiliki sertifikat
kesesuaian produk atau Surat Persetujuan
Penggunaan Tanda (SPPT) SNI, maka inspeksi pabrik
atau asesmen proses produksi sebagaimana
dimaksud pada angka 6.2 dilakukan di lokasi
Pemohon pada tahapan pengemasan; atau
b. apabila pihak lain tersebut belum memiliki sertifikat
kesesuaian produk atau Surat Persetujuan
Penggunaan Tanda (SPPT) SNI, maka inspeksi pabrik
atau asesmen proses produksi sebagaimana
dimaksud pada angka 6.2 dilakukan di lokasi
pembuatan produk yang dimiliki oleh pihak lain dan
di lokasi pemohon.

6.6 Selama inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi,


LSPro melakukan pengambilan contoh produk oleh
petugas pengambil contoh dan selanjutnya diuji di
laboratorium milik LSPro atau Laboratorium yang telah
memiliki perjanjian alih daya dengan LSPro.
- 1363 -

6.7 Apabila berdasarkan hasil inspeksi pabrik atau asesmen


proses produksi, termasuk hasil pengujian, tidak
diperoleh bukti-bukti yang kuat untuk menjamin
konsistensi produk terhadap persyaratan SNI, maka
Pemohon harus diberi kesempatan untuk melakukan
tindakan perbaikan dalam jangka waktu tertentu sesuai
dengan kebijakan LSPro.

7. Tinjauan
7.1 Tinjauan Hasil Evaluasi dilakukan terhadap:
a. Hasil evaluasi awal terhadap produk untuk
menunjukkan bahwa contoh produk yang mewakili
produk memenuhi persyaratan SNI yang diajukan
oleh Pemohon sebagai dasar permohonan Sertifikasi.
b. Hasil inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi
atau bukti obyektif untuk menunjukkan bahwa
pabrik memiliki proses produksi yang didukung
dengan segala sumber daya yang diperlukan untuk
menghasilkan produk yang secara konsisten
memenuhi persyaratan SNI yang diajukan oleh
Pemohon sebagai dasar permohonan Sertifikasi.

7.2 Tinjauan hasil evaluasi dinyatakan dalam bentuk


rekomendasi tertulis tentang pemenuhan SNI yang
diajukan oleh Pemohon untuk produk yang diajukan
untuk disertifikasi.

8. Penetapan keputusan Sertifikasi


8.1 Penetapan keputusan Sertifikasi dilakukan berdasarkan
rekomendasi yang dihasilkan dari proses tinjauan.

8.2 Penetapan keputusan Sertifikasi harus dilakukan oleh


satu orang atau sekelompok orang yang tidak terlibat
dalam proses evaluasi.
- 1364 -

8.3 Penetapan keputusan Sertifikasi dapat dilakukan oleh


satu orang atau sekelompok orang yang sama dengan
yang melakukan tinjauan.

8.4 Rekomendasi untuk keputusan Sertifikasi berdasarkan


hasil tinjauan harus didokumentasikan, kecuali tinjauan
dan keputusan Sertifikasi diselesaikan secara bersamaan
oleh orang atau sekelompok orang yang sama.

8.5 LSPro harus memberitahu Pemohon Sertifikasi terkait


alasan menunda atau tidak memberikan keputusan
Sertifikasi, dan harus mengidentifikasikan alasan
keputusan tersebut. Apabila Pemohon Sertifikasi
menunjukkan keinginan untuk melanjutkan proses
Sertifikasi, LSPro dapat memulai kembali dari proses
evaluasi (angka 5).

9. Penerbitan sertifikat
Sertifikat kesesuaian terhadap persyaratan SNI diterbitkan
sesuai ketentuan sebagai berikut:
a. Sertifikat diterbitkan oleh LSPro setelah penetapan
keputusan Sertifikasi,
b. Sertifikat paling sedikit harus memuat:
1. sertifikat atau identifikasi unik lainnya;
2. nomor atau identifikasi lain dari skema Sertifikasi;
3. nama dan alamat LSPro;
4. nama dan alamat Pemohon (pemegang sertifikat);
5. acuan ke perjanjian Sertifikasi;
6. pernyataan kesesuaian yang mencakup:
a. nama, merek, dan spesifikasi produk yang
dinyatakan memenuhi persyaratan;
b. SNI yang menjadi dasar Sertifikasi;
c. nama dan alamat lokasi produksi; dan
d. informasi terkait proses Sertifikasi.
7. status akreditasi atau pengakuan LSPro;
8. tanggal penerbitan sertifikat;
- 1365 -

9. tanggal berakhir masa berlaku sertifikat yaitu 4


(empat) tahun sejak tanggal penerbitan sertifikat;
10. tanda tangan yang mengikat secara hukum dari
personel yang bertindak atas nama LSPro sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

10. Surveilans dan Sertifikasi ulang


10.1 LSPro harus melaksanakan surveilans paling sedikit 2
(dua) kali dalam periode Sertifikasi. Dalam hal ini
berlaku ketentuan sebagai berikut:
a. Surveilans pertama dilakukan melalui kegiatan:
1. Inspeksi pabrik atau asesmen proses
produksi; dan/atau
2. Pengujian terhadap contoh produk yang akan
beredar
Pemilihan jenis kegiatan pada surveilans pertama
tersebut dilakukan berdasarkan penilaian LSPro
atas hasil Sertifikasi sebelumnya.
Apabila surveilans pertama hanya dilakukan
melalui kegiatan pengujian terhadap contoh
produk yang akan beredar, penerima sertifikat
harus menyampaikan dokumentasi pengendalian
mutu proses produksi sejak penerbitan sertifikat
sampai dilakukan surveilans pertama.
b. Surveilans kedua dilakukan melalui kegiatan:
1. Inspeksi pabrik atau asesmen proses
produksi; dan
2. Pengujian terhadap contoh produk yang akan
atau telah beredar.

10.2 LSPro harus melaksanakan Sertifikasi ulang paling


lambat pada bulan ke-42 (empat puluh dua) setelah
penetapan Sertifikasi, melalui kegiatan sebagaimana
dimaksud pada angka 6.
- 1366 -

F. Penggunaan tanda SNI


1. Penggunaan tanda SNI dilakukan setelah mendapatkan
persetujuan penggunaan Tanda SNI melalui Surat
Persetujuan Penggunaan Tanda (SPPT) SNI yang dikeluarkan
oleh BSN sesuai dengan ketentuan dalam Peraturan BSN
mengenai tata cara penggunaan tanda SNI dan tanda
kesesuaian berbasis SNI.

2. Tanda SNI sebagai bukti kesesuaian produk yang telah


memenuhi SNI adalah sebagai berikut:

Dengan ukuran:

Keterangan:
y = 11x
r = 0,5x

G. Tahapan kritis proses produksi produk bakso ikan

Tahapan kritis proses


No. Penjelasan tahapan kritis
produksi
1. Pemilihan bahan Bahan baku, bahan tambahan
baku, bahan pangan dan bahan kemasan harus
penolong, bahan memenuhi persyaratan yang
- 1367 -

Tahapan kritis proses


No. Penjelasan tahapan kritis
produksi
tambahan pangan ditetapkan atau peraturan yang
dan bahan kemasan terkait.

2. Penggilingan (untuk Penggilingan bahan baku, dilakukan


bahan non surimi) dengan metode tertentu yang
dikendalikan untuk mendapatkan
ukuran bahan baku yang lebih kecil.
3. Pencampuran Pencampuran hasil penggilingan
dengan bahan tambahan pangan
yang diperlukan, dilakukan dengan
metode tertentu yang dikendalikan
untuk mendapatkan adonan yang
sesuai
4. Pencetakan Pencetakan dilakukan dengan
metode tertentu yang dikendalikan
untuk mendapatkan produk yang
sesuai
5. Perebusan Perebusan dilakukan pada suhu dan
waktu tertentu yang dikendalikan
untuk mendapatkan produk sesuai
dengan persyaratan yang ditetapkan
6. Penirisan dan Penirisan dan pendinginan dilakukan
Pendinginan pada suhu dan waktu tertentu yang
dikendalikan untuk mendapatkan
produk sesuai dengan persyaratan
yang ditetapkan
7. Pengemasan Pengemasan dilakukan sesuai
dengan persyaratan pengemasan
pada SNI
8. Pembekuan cepat Pembekuan dilakukan pada suhu
(untuk bakso yang dan waktu tertentu yang
diolah dengan dikendalikan untuk mendapatkan
pembekuan) produk sesuai dengan persyaratan
yang ditetapkan
-1368-

Tahapan kritis proses


No. Penjelasan tahapan kritis
produksi
9. Penyimpanan Penyimpanan dilakukan pada suhu
dan waktu tertentu yang
dikendalikan untuk mendapatkan
produk sesuai dengan persyaratan
yang ditetapkan

10. Pelabelan/Penandaan Pelabelan/ penandaan dilakukan


sesuai dengan persyaratan
pelabelan/penandaan pada SNl

pemohon dapat berbeda

KEPALA BADAN STANDARDISASI NASIONAL

REPUBLIK INDONESIA,

TTD

BAMBANG PRASETYA

SaliriaiLfiesuai dengan aslinya


Kepala By ^5^4TrTbe<;D^a Manusia, Organisasi, dan Hukum

ivfargahayu
indo
- 1369 -

LAMPIRAN LXXXVIII
PERATURAN BADAN STANDARDISASI NASIONAL
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 1 TAHUN 2020
TENTANG
SKEMA PENILAIAN KESESUAIAN TERHADAP STANDAR
NASIONAL INDONESIA SEKTOR MAKANAN DAN MINUMAN

PETUNJUK TEKNIS SKEMA SERTIFIKASI PRODUK UDANG


BERLAPIS TEPUNG (BREADED) BEKU

A. Ruang lingkup
Dokumen ini berlaku untuk acuan pelaksanaan Sertifikasi produk
udang berlapis tepung (breaded) beku yang dibekukan dengan
bahan baku udang segar atau beku dari genus penaeus dan
lainnya, tanpa kulit dan kepala serta berlapis tepung roti serta
tidak berlaku untuk produk yang mengalami pengolahan lebih
lanjut.

B. Persyaratan Sertifikasi
Persyaratan acuan Sertifikasi produk:
1. SNI 6163:2017 Udang berlapis tepung (breaded) beku;
2. SNI dan standar lain yang diacu dalam SNI 6163:2017;
3. Peraturan yang terkait yaitu:
a. Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1999 tentang
Label dan Iklan Pangan;
b. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor
PER.19/MEN/2010 tentang Pengendalian Sistem
Jaminan Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan;
c. Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 75/M-
IND/PER/7/2010 tentang Cara Produksi Pangan Olahan
yang Baik (Good Manufacturing Practices);
d. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan
NomorHK.03.1.23.07.11.6664 Tahun 2011 tentang
Pengawasan Kemasan Pangan;
- 1370 -

e. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 33 Tahun 2012


tentangBahan Tambahan Pangan;
f. Peraturan Pemerintah Nomor 57 Tahun 2015 tentang
Sistem Jaminan Mutu dan Keamanan Pangan serta
Peningkatan Nilai Tambah Hasil Perikanan;
g. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan
Nomor 16 Tahun 2016 tentang Kriteria Mikrobiologi
dalam Pangan Olahan;
h. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan
Nomor 5 Tahun 2018 tentang Batas Maksimum Cemaran
Logam Berat dalam Pangan Olahan;
i. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan
Nomor 8 Tahun 2018 tentang Batas Maksimum Cemaran
Kimia dalam Pangan Olahan; dan
4. Peraturan lain yang terkait dengan produk udang berlapis
tepung (breaded) beku.

C. Prosedur Sertifikasi
Prosedur Sertifikasi mencakup:
1. evaluasi awal; dan
2. inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi.

D. Persyaratan lembaga penilaian kesesuaian


Sertifikasi produk udang berlapis tepung (breaded) beku dilakukan
oleh LPK yang telah diakreditasi oleh KAN berdasarkan SNI
ISO/IEC 17065, Penilaian Kesesuaian – Persyaratan untuk
Lembaga Sertifikasi Produk, Proses, dan Jasa, untuk lingkup
produk sebagaimana dimaksud dalam Ruang Lingkup sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Dalam hal LPK belum ada yang diakreditasi oleh KAN untuk
melakukan kegiatan Sertifikasi dengan ruang lingkup produk
udang berlapis tepung (breaded) beku, BSN dapat menunjuk LPK
dengan ruang lingkup yang sejenis sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
- 1371 -

E. Tahapan Sertifikasi
1. Pengajuan permohonan Sertifikasi
1.1 Pengajuan permohonan Sertifikasi dilakukan oleh pelaku
usaha. Kriteria pelaku usaha yang dapat mengajukan
Sertifikasi sesuai Peraturan BSN mengenai tata cara
penggunaan Tanda SNI dan Tanda Kesesuaian Berbasis
SNI.

1.2 Permohonan Sertifikasi harus dilengkapi dengan:


a. informasi Pemohon:
1. nama Pemohon, alamat Pemohon, serta nama
dan kedudukan atau jabatan personel yang
bertanggung jawab atas pengajuan permohonan
Sertifikasi;
2. bukti pemenuhan persyaratan izin usaha sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan;
3. pemenuhan persyaratan sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan tentang
pendaftaran dan hak kepemilikan atas merek
yang dikeluarkan oleh Kementerian Hukum dan
Hak Asasi Manusia;
4. apabila Pemohon melakukan pembuatan
produk dengan merek yang dimiliki oleh pihak
lain, menyertakan bukti perjanjian yang
mengikat secara hukum untuk melakukan
pembuatan produk untuk pihak lain;
5. apabila Pemohon bertindak sebagai pemilik
merek yang mensubkontrakkan proses
produksinya kepada pihak lain, menyertakan
bukti kepemilikan merek dan perjanjian
subkontrak pelaksanaan produksi dengan
pihak lain;
6. apabila Pemohon bertindak sebagai perwakilan
resmi pemilik merek yang berkedudukan
hukum di luar negeri, menyertakan bukti
perjanjian yang mengikat secara hukum
tentang penunjukan sebagai perwakilan resmi
- 1372 -

pemilik merek di wilayah Republik Indonesia;


dan
7. pernyataan bahwa Pemohon Sertifikasi
bertanggung jawab penuh atas pemenuhan
persyaratan SNI dan pemenuhan persyaratan
proses Sertifikasi dan bersedia memberikan
akses terhadap lokasi dan/atau informasi yang
diperlukan oleh LSPro dalam melaksanakan
kegiatan Sertifikasi.
b. informasi produk:
1. merek produk yang diajukan untuk
disertifikasi;
2. jenis/tipe/varian produk yang diajukan untuk
disertifikasi;
3. SNI yang digunakan sebagai dasar pengajuan
permohonan Sertifikasi;
4. foto produk dalam kemasan primer yang
diajukan untuk disertifikasi (dari arah depan,
belakang dan samping), serta informasi terkait
kemasan primer produk;
5. daftar bahan baku (untuk bahan baku ikan
mencakup informasi jenis, bentuk, dan asal)
termasuk bahan tambahan pangan;
6. label produk; dan
7. apabila telah tersedia, foto kemasan sekunder
dan tersier produk yang diajukan untuk
disertifikasi, dari arah depan, belakang,
samping, dan bagian dalam.
c. informasi proses produksi:
1. nama, alamat, dan legalitas hukum pabrik;
2. struktur organisasi, nama dan jabatan personel
penanggung jawab proses produksi;
3. dokumentasi informasi tentang pemasok bahan
baku produk, prosedur evaluasi pemasok, serta
prosedur inspeksi bahan baku produk;
4. dokumentasi informasi tentang proses
pembuatan produk yang diajukan untuk
- 1373 -

disertifikasi, termasuk proses yang


disubkontrakkan ke pihak lain;
5. dokumentasi informasi tentang prosedur dan
rekaman pengendalian mutu, termasuk
pengujian rutin, daftar peralatan, serta
sertifikat kalibrasi atau bukti verifikasi
peralatan yang berpengaruh terhadap mutu
produk yang disertifikasi, dan bukti atau segel
tera atau tera ulang untuk alat ukur yang
digunakan dalam pengukuran berat produk
dalam kemasan akhir;
6. dokumentasi informasi tentang prosedur dan
rekaman pengendalian dan penanganan produk
yang tidak sesuai;
7. dokumentasi informasi tentang pengemasan
produk dan pengelolaan produk di gudang
akhir produk sebelum dikirimkan dan/atau
diedarkan ke wilayah Republik Indonesia;
8. lokasi gudang penyimpanan produk di wilayah
Republik Indonesia;
9. bukti izin edar produk (MD/ML atau P-IRT)
sesuai ketentuan peraturan perundang-
undangan;
10. menyertakan laporan hasil uji yang dilakukan
paling lambat 1 (satu) tahun sebelum
pengajuan Sertifikasi, yang memberikan bukti
pemenuhan produk yang diajukan untuk
disertifikasi terhadap persyaratan mutu dalam
SNI dan peraturan terkait;
11. apabila laporan hasil uji sebagaimana
dimaksud pada angka 10 belum tersedia,
Pemohon dapat menyampaikan contoh produk
kepada LSPro untuk diuji di laboratorium yang
memiliki perjanjian alih daya dengan LSPro;
dan
12. apabila telah tersedia, menyertakan Sertifikat
Penerapan Sistem Manajemen Mutu
- 1374 -

berdasarkan SNI ISO 9001 atau Sistem


Manajemen Keamanan Pangan berdasarkan SNI
ISO 22000 atau HACCP berdasarkan SNI
CAC/RCP 1 dari Otoritas Kompeten atau
Lembaga Sertifikasi yang diakreditasi oleh KAN
atau oleh badan akreditasi penandatangan
International Accreditation Forum (IAF)/Asia
Pacific Accreditation Cooperation (APAC)
Multilateral Recognition Agreement (MLA) dengan
ruang lingkup yang sesuai.

2. Tinjauan permohonan Sertifikasi


LSPro harus memastikan bahwa informasi yang diperoleh dari
permohonan Sertifikasi yang diajukan oleh Pemohon telah
lengkap dan memenuhi persyaratan.

3. Penandatanganan perjanjian Sertifikasi


Setelah permohonan Sertifikasi dinyatakan lengkap dan
Pemohon menyetujui persyaratan dan prosedur Sertifikasi
yang ditetapkan oleh LSPro sesuai dengan persyaratan SNI
ISO/IEC 17065, perjanjian Sertifikasi ditandatangani oleh
Pemohon dan LSPro.

4. Penyusunan rencana evaluasi


Berdasarkan informasi yang diperoleh dari persyaratan
permohonan Sertifikasi yang disampaikan oleh Pemohon,
LSPro menetapkan rencana evaluasi yang mencakup:
a. jenis/tipe/varian produk yang diajukan untuk
disertifikasi dan metode pengambilan contoh sesuai
dengan persyaratan SNI 6163:2017, yang diperlukan
untuk pengujian produk dan mewakili contoh produk
yang diusulkan untuk disertifikasi;
b. informasi SNI yang digunakan sebagai dasar Sertifikasi
berdasarkan permohonan yang diajukan oleh Pemohon
Sertifikasi;
- 1375 -

c. waktu yang diperlukan untuk pelaksanaan pengujian


berdasarkan standar acuan metode uji yang
dipersyaratkan; dan
d. waktu, lokasi pelaksanaan dan agenda inspeksi pabrik
atau asesmen proses produksi yang relevan dengan
pelaksanaan produksi produk yang diajukan untuk
disertifikasi, serta personel kompeten yang melakukan
evaluasi.

5. Pelaksanaan evaluasi awal terhadap produk


5.1 Pelaksanaan evaluasi awal terhadap produk mencakup:
a. Pemeriksaan awal terhadap kesesuaian informasi
produk dan proses produksi yang disampaikan
Pemohondimaksud pada huruf E angka 1 terhadap
lingkup produk yang ditetapkan dalam SNI dan
peraturan terkait.
b. Pengujian awal terhadap contoh produk
berdasarkan persyaratan mutu dalam SNI.
Pengujian awal dilakukan berdasarkan laporan hasil
uji dari laboratorium yang disampaikan Pemohon,
yang mencakup seluruh persyaratan mutu dalam
SNI 6163:2017. Apabila laporan hasil uji tersebut
menunjukkan bahwa seluruh persyaratan mutu
dalam SNI tersebut telah terpenuhi, maka produk
yang diajukan untuk disertifikasi dianggap telah
memenuhi persyaratan pengujian awal.

5.2 Apabila hasil evaluasi awal menunjukkan


ketidaksesuaian terhadap persyaratan SNI,
Pemohon harus diberi kesempatan untuk
melakukan tindakan perbaikan dalam jangka waktu
tertentu sesuai dengan kebijakan LSPro.

6. Pelaksanaan inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi


6.1 Inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi harus
dilakukan pada saat pabrik melakukan produksi, atau
- 1376 -

pada kondisi tertentu dilakukan melalui simulasi proses


produksi produk yang diajukan untuk disertifikasi.

6.2 Inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi dilakukan


terhadap:
a. tanggung jawab dan komitmen personel penanggung
jawab pabrik terhadap konsistensi pemenuhan
produk terhadap persyaratan SNI;
b. ketersediaan dan pengendalian dokumentasi
informasi prosedur dan rekaman pengendalian
mutu, termasuk pengujian rutin;
c. fasilitas, lokasi, desain dan tata letak, bangunan,
sanitasi peralatan, sanitasi ruang proses, dan
higiene personel sesuai dengan ketentuan yang
berlaku tentang Cara Produksi Pangan Olahan yang
Baik;
d. tahapan kritis proses produksi, mulai dari bahan
baku sampai produk akhir paling sedikit pada
tahapan sebagaimana dimaksud dalam huruf G;
e. kelengkapan serta fungsi peralatan produksi
termasuk peralatan pengendalian mutu, paling
sedikit memiliki alat pemotong, alat pembentukan
(apabila digunakan), alat penggorengan (apabila
digunakan), alat penyimpanan beku dan alat
pengukur berat;
f. bukti verifikasi berdasarkan hasil kalibrasi atau
hasil verifikasi peralatan produksi sebagaimana di
maksud pada huruf e yang membuktikan bahwa
peralatan tersebut memenuhi persyaratan produksi.
Hasil verifikasi peralatan produksi dapat
ditunjukkan dengan prosedur yang diperlukan
untuk mencapai kondisi atau persyaratan yang
ditetapkan;
g. bukti tera atau tera ulang alat pengukuran berat
produk dalam kemasan akhir;
h. pengendalian dan penanganan produk yang tidak
sesuai; dan
- 1377 -

i. pengemasan, penanganan, dan penyimpanan


produk, termasuk di gudang akhir produk yang siap
diedarkan.

6.3 Apabila pabrik telah menerapkan Sistem Manajemen


Keamanan Pangan berdasarkan SNI ISO 22000 atau
HACCP berdasarkan SNI CAC/RCP 1 dari Otoritas
Kompeten atau Lembaga Sertifikasi yang diakreditasi oleh
KAN atau oleh badan akreditasi penandatangan
IAF/APAC MLA dengan ruang lingkup yang sesuai, maka
inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi dilakukan
terhadap implementasi sistem manajemen terkait mutu
produktersebut dan sebagaimana dimaksud pada angka
6.2 huruf d dan huruf e.

6.4 Apabila Pabrik telah menerapkan Sistem Manajemen


Mutu berdasarkan SNI ISO 9001 dari Lembaga Sertifikasi
yang diakreditasi oleh KAN atau oleh badan akreditasi
penandatangan IAF/APAC MLA dengan ruang lingkup
yang sesuai, maka inspeksi pabrik atau asesmen proses
produksi dilakukan terhadap implementasi sistem
manajemen terkait mutu produk tersebut dan
sebagaimana dimaksud pada angka 6.2 huruf c, huruf d,
dan huruf e.

6.5 Dalam hal Pemohon melakukan pengemasan ulang


produk yang dihasilkan oleh pihak lain, berlaku
ketentuan berikut:
a. apabila pihak lain tersebut telah memiliki sertifikat
kesesuaian produk atau Surat Persetujuan
Penggunaan Tanda (SPPT) SNI, maka inspeksi pabrik
atau asesmen proses produksi sebagaimana
sebagaimana dimaksud pada angka 6.2 dilakukan di
lokasi Pemohon pada tahapan pengemasan; atau
b. apabila pihak lain tersebut belum memiliki sertifikat
kesesuaian produk atau Surat Persetujuan
Penggunaan Tanda (SPPT) SNI, maka inspeksi pabrik
- 1378 -

atau asesmen proses produksi sebagaimana


sebagaimana dimaksud pada angka 6.2 dilakukan di
lokasi pembuatan produk yang dimiliki oleh pihak
lain dan di lokasi Pemohon.

6.6 Selama inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi,


LSPro melakukan pengambilan contoh produk oleh
petugas pengambil contoh dan selanjutnya diuji di
laboratorium milik LSPro atau Laboratorium yang telah
memiliki perjanjian alih daya dengan LSPro.

6.6 Apabila berdasarkan hasil inspeksi pabrik atau asesmen


proses produksi, termasuk hasil pengujian, tidak
diperoleh bukti-bukti yang kuat untuk menjamin
konsistensi produk terhadap persyaratan SNI, maka
Pemohon harus diberi kesempatan untuk melakukan
tindakan perbaikan dalam jangka waktu tertentu sesuai
dengan kebijakan LSPro.

7. Tinjauan
7.3 Tinjauan hasil evaluasi dilakukan terhadap:
a. Hasil evaluasi awal terhadap produk untuk
menunjukkan bahwa contoh produk yang mewakili
produk memenuhi persyaratan SNI yang diajukan
oleh Pemohon sebagai dasar permohonan Sertifikasi.
b. Hasil inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi
atau bukti obyektif untuk menunjukkan bahwa
pabrik memiliki proses produksi yang didukung
dengan segala sumber daya yang diperlukan untuk
menghasilkan produk yang secara konsisten,
menjamin keamanan pangan, dan memenuhi
persyaratan SNI yang diajukan oleh Pemohon
sebagai dasar permohonan Sertifikasi.

7.4 Tinjauan hasil evaluasi dinyatakan dalam bentuk


rekomendasi tertulis tentang pemenuhan SNI yang
- 1379 -

diajukan oleh Pemohon untuk produk yang diajukan


untuk disertifikasi.

8. Penetapan keputusan Sertifikasi


8.1 Penetapan keputusan Sertifikasi dilakukan berdasarkan
rekomendasi yang dihasilkan dari proses tinjauan.

8.2 Penetapan keputusan Sertifikasi harus dilakukan oleh


satu atau sekelompok orang yang tidak terlibat dalam
proses evaluasi.

8.3 Penetapan keputusan Sertifikasi dapat dilakukan oleh


satu atau sekelompok orang yang sama dengan yang
melakukan tinjauan.

8.4 Rekomendasi untuk keputusan Sertifikasi berdasarkan


hasil tinjauan harus didokumentasikan, kecuali tinjauan
dan keputusan Sertifikasi diselesaikan secara bersamaan
oleh satu atau sekelompok orang yang sama.

8.5 LSPro harus memberitahu Pemohon Sertifikasi terkait


alasan menunda atau tidak memberikan keputusan
Sertifikasi, dan harus mengidentifikasikan alasan
keputusan tersebut. Apabila Pemohon Sertifikasi
menunjukkan keinginan untuk melanjutkan proses
Sertifikasi, LSPro dapat memulai kembali dari proses
evaluasi (angka 5).

9. Penerbitan sertifikat
Sertifikat kesesuaian terhadap persyaratan SNI diterbitkan
sesuai ketentuan sebagai berikut:
a. Sertifikat diterbitkan oleh LSPro setelah penetapan
keputusan Sertifikasi;
b. Sertifikat paling sedikit harus memuat:
1. nomor sertifikat atau identifikasi unik lainnya;
2. nomor atau identifikasi lain dari skema Sertifikasi;
3. nama dan alamat LSPro;
4. nama dan alamat Pemohon (pemegang sertifikat);
- 1380 -

5. acuan ke perjanjian Sertifikasi;


6. pernyataan kesesuaian yang mencakup:
a. nama, merek, dan spesifikasi produk yang
dinyatakan memenuhi persyaratan;
b. SNI yang menjadi dasar Sertifikasi;
c. nama dan alamat lokasi produksi; dan
d. informasi terkait proses Sertifikasi.
7. status akreditasi atau pengakuan LSPro;
8. tanggal penerbitan sertifikat;
9. tanggal berakhir masa berlaku sertifikat yaitu 4
(empat) tahun sejak tanggal penerbitan sertifikat;
10. tanda tangan yang mengikat secara hukum dari
personel yang bertindak atas nama LSPro sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

10. Surveilans dan Sertifikasi ulang


10.1 LSPro harus melaksanakan surveilans paling sedikit 2
(dua) kali dalam periode Sertifikasi. Dalam hal ini
berlaku ketentuan sebagai berikut:
a. Surveilans pertama dilakukan melalui kegiatan:
1. Inspeksi pabrik atau asesmen proses
produksi; dan/atau
2. Pengujian terhadap contoh produk yang akan
beredar.
Pemilihan jenis kegiatan pada surveilans pertama
tersebut dilakukan berdasarkan penilaian LSPro
atas hasil Sertifikasi sebelumnya.
Apabila surveilans pertama hanya dilakukan
melalui kegiatan pengujian terhadap contoh
produk yang akan beredar, penerima sertifikat
harus menyampaikan dokumentasi pengendalian
mutu proses produksi sejak penerbitan sertifikat
sampai dilakukan surveilans pertama.
b. Surveilans kedua dilakukan melalui kegiatan:
1. Inspeksi pabrik atau asesmen proses
produksi; dan
- 1381 -

2. Pengujian terhadap contoh produk yang akan


atau telah beredar.

10.2 LSPro harus melaksanakan Sertifikasi ulang paling


lambat pada bulan ke-42 (empat puluh dua) setelah
penetapan Sertifikasi, melalui kegiatan sebagaimana
dimaksud pada angka 6.

F. Penggunaan tanda SNI


1. Penggunaan tanda SNI dilakukan setelah mendapatkan
persetujuan penggunaan Tanda SNI melalui Surat
Persetujuan Penggunaan Tanda (SPPT) SNI yang dikeluarkan
oleh BSN sesuai dengan ketentuan dalam Peraturan BSN
mengenai tata cara penggunaan Tanda SNI dan Tanda
Kesesuaian Berbasis SNI.

2. Tanda SNI sebagai bukti kesesuaian produk yang telah


memenuhi SNI adalah sebagai berikut:

Dengan ukuran:

Keterangan:
y = 11x
r = 0,5x
- 1382 -

G. Tahapan kritis proses produksi produk udang berlapis tepung


(breaded) beku

Titik kritis
No. Penjelasan titik kritis
proses produksi
1. Pemilihan Bahan baku terdiri dari udang dan bahan
bahan baku, pelapis. Udang berasal dari perairan yang tidak
bahan penolong tercemar dengan persyaratan mutu udang beku
dan bahan sesuai dengan SNI 2705:2014 dan persyaratan
lainnya mutu udang segar sesuai SNI 01-2728.1-2006.
Bahan pelapis terdiri dari pre-dust, batter mix
dan tepung roti sesuai dengan ketentuan yang
berlaku.

Bahan penolong terdiri dari air dan es. Air yang


dipakai sebagai bahan penolong untuk kegiatan
pengolahan sesuai dengan persyaratan kualitas
air minum. Es sesuai SNI 4872:2015.

Bahan lain yang digunakan harus tara pangan


dan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
2. Penyiangan Penyiangan dilakukan dengan pemotongan
kepala, pengupasan kulit, dengan atau tanpa
pembuangan usus untuk mendapatkan udang
yang bersih serta mereduksi kontaminasi
bakteri patogen.
3. Penyayatan dan Penyayatan dan pembentukan dilakukan
pembentukan dengan metode tertentu yang dikendalikan
(bila dilakukan) untuk mendapatkan kriteria bentuk produk
sesuai spesifikasi.
Pelumuran Pelumuran dilakukan dengan melumuri
udang/adonan secara berturut-turut dengan
adonan cair (batter) dan tepung roti untuk
mendapatkan produk sesuai spesifikasi.
4. Penggorengan Penggorengan dilakukan pada suhu dan waktu
(bila dilakukan) tertentu yang dikendalikan untuk
mendapatkan produk yang matang.
-1383-

5. Pembekuan Pembekuan cepat dilakukan dengan metode


cepat tertentu yang dikendalikan hingga suhu pusat
produk mencapai malcsimum -18 °C (minus
delapan belas derajat celcius).

5. Pengemasan Bahan kemasan untuk udang berlapis lepung


[breaded^ beku sesuai dengan peraturan.
Produk dikemas dengan cermat dan saniter.
Pengemasan dilakukan dalam kondisi yang
dapat mencegah terjadinya kontaminasi,
dehidrasi, dan oksidasi.

7. Pelabelan Pelabelan dilakukan sesuai dengan peraturan


yang berlaku.
8. Penyimpanan Produk akhir harus dipertahankan dalam
kondisi beku sehingga kualitas produk dapat
dijaga selama penyimpanan dan distribusi.

Keterangan: Urutan tahapan kritis proses produksi disetiap


pemohon dapat berbeda

KEPALA BADAN STANDARDISASI NASIONAL

REPUBLIK INDONESIA,

TTD

BAMBANG PRASETYA

Salman sgsuai dengan asUnya


Kepala Bk Manusia, Organisasi, dan Hukum

Margahayu
f'f moo^.
- 1384 -

LAMPIRAN LXXXIX
PERATURAN BADAN STANDARDISASI NASIONAL
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 1 TAHUN 2020
TENTANG
SKEMA PENILAIAN KESESUAIAN TERHADAP STANDAR
NASIONAL INDONESIA SEKTOR MAKANAN DAN MINUMAN

PETUNJUK TEKNIS SKEMA SERTIFIKASI PRODUK MINYAK NABATI

A Ruang lingkup
Dokumen ini berlaku untuk acuan pelaksanaan Sertifikasi produk
minyak nabati.

B Persyaratan acuan
Persyaratan acuan Sertifikasi produk minyak nabati mencakup:
1. SNI produk minyak nabati sebagaimana ditetapkan dalam
Keputusan Kepala Badan Standardisasi Nasional mengenai
daftar SNI sektor Makanan dan Minuman;
2. SNI dan standar lain yang diacu dalam SNI sebagaimana
dimaksud dalam angka 1;
3. Peraturan yang mengatur tentang label dan iklan pangan;
4. Peraturan yang mengatur tentang cara produksi pangan
olahan yang baik (Good Manufacturing Practices);
5. Peraturan yang mengatur tentang kemasan pangan;
6. Peraturan yang mengatur tentang bahan tambahan pangan;
7. Penerapan Cara Produksi Pangan Olahan yang Baik (CPPOB),
Sistem Manajemen Mutu (SMM) berdasarkan SNI ISO 9001,
Sistem Manajemen Mutu Keamanan Pangan (SMKP)
berdasarkan SNI ISO 22000 atau HACCP berdasarkan SNI
CAC/RCP 1; dan
8. Peraturan lain yang terkait produk minyak nabati.
- 1385 -

C Jenis kegiatan penilaian kesesuaian


Penilaian kesesuaian dilakukan melalui kegiatan Sertifikasi.
Sertifikasi produk minyak nabati dilakukan oleh LPK yang telah
diakreditasi olehKAN berdasarkan SNI ISO/IEC 17065, Penilaian
Kesesuaian – Persyaratan untuk Lembaga Sertifikasi Produk,
Proses, dan Jasa, untuk lingkup produk minyak nabati.
Dalam hal LPK belum ada yang diakreditasi KAN untuk melakukan
kegiatan Sertifikasi dengan ruang lingkup produk minyak nabati,
BSN dapat menunjuk LPK dengan ruang lingkup yang sejenis
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

D Prosedur administratif
1 Pengajuan permohonan Sertifikasi
1.1 LSPro harus menyusun format permohonan Sertifikasi
bagi pelaku usaha untuk mendapatkan seluruh
informasi seperti diatur pada huruf D angka 1.3.

1.2 Pengajuan permohonan Sertifikasi dilakukan oleh pelaku


usaha. Kriteria pelaku usaha yang dapat mengajukan
Sertifikasi sesuai Peraturan BSN yang mengatur
mengenai tata cara penggunaan tanda SNI dan tanda
kesesuaian berbasis SNI.

1.3 Permohonan Sertifikasi harus dilengkapi dengan:


a. informasi Pemohon:
1. nama Pemohon, alamat Pemohon, serta nama
dan kedudukan atau jabatan personel yang
bertanggung jawab atas pengajuan permohonan
Sertifikasi;
2. bukti pemenuhan persyaratan izin usaha sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan;
3. bukti izin edar produk sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan;
4. bukti kepemilikan atas merek atau tanda daftar
yang dikeluarkan oleh Kementerian Hukum dan
Hak Asasi Manusia;
- 1386 -

5. apabila Pemohon melakukan pembuatan


produk dengan merek yang dimiliki oleh pihak
lain, menyertakan bukti perjanjian yang
mengikat secara hukum untuk melakukan
pembuatan produk untuk pihak lain;
6. apabila Pemohon bertindak sebagai pemilik
merek yang mensubkontrakkan proses
produksinya kepada pihak lain, menyertakan
bukti kepemilikan merek dan perjanjian
subkontrak pelaksanaan produksi dengan
pihak lain;
7. apabila Pemohon bertindak sebagai perwakilan
resmi pemilik merek yang berkedudukan
hukum di luar negeri, menyertakan bukti
perjanjian yang mengikat secara hukum
tentang penunjukan sebagai perwakilan resmi
pemilik merek di wilayah Republik Indonesia;
dan
8. pernyataan bahwa Pemohon bertanggung jawab
penuh atas pemenuhan persyaratan SNI dan
pemenuhan persyaratan proses Sertifikasi,
serta bersedia memberikan akses terhadap
lokasi dan/atau informasi yang diperlukan oleh
LSPro dalam melaksanakan kegiatan Sertifikasi.
b. informasi produk:
1. merek produk yang diajukan untuk
disertifikasi;
2. jenis/tipe/varian produk sesuai peraturan
kategori pangan yang berlaku;
3. spesifikasi produk setiap merek yang diajukan
untuk disertifikasi;
4. SNI yang digunakan sebagai dasar pengajuan
permohonan Sertifikasi;
5. daftar bahan baku termasuk bahan tambahan
pangan;
6. label produk;
7. jenis kemasan produk;
- 1387 -

8. foto produk dalam kemasan primer yang


diajukan untuk disertifikasi (dari arah depan,
belakang dan samping), serta informasi terkait
kemasan primer produk; dan
9. apabila ada, foto kemasan sekunder dan tersier
produk yang diajukan untuk disertifikasi, dari
arah depan, belakang, dan samping.
c. informasi proses produksi:
1. nama, alamat, dan legalitas hukum pabrik
(apabila berbeda dengan legalitas Pemohon);
2. nama dan alamat fasilitas produksi mencakup
semua fasilitas yang digunakan untuk
memproduksi produk yang akan disertifikasi
(misal gudang bahan baku, produksi,
pengemasan produk, pengangkutan produk
jadi, gudang produk jadi dan lainnya) termasuk
kegiatan yang dialihdayakan;
3. struktur organisasi;
4. dokumentasi tentang desain dan tata letak
proses produksi serta proses pembuatan
produk yang diajukan untuk disertifikasi;
5. dokumentasi terkait proses dan pengendalian
produksi;
6. dokumentasi tentang peralatan produksi dan
pengukuran termasuk program
kalibrasi/verifikasi peralatan; dan
7. apabila telah tersedia, menyertakan sertifikat
penerapan Sistem Manajemen Mutu
berdasarkan SNI ISO 9001 atau Sistem
Manajemen Keamanan Pangan berdasarkan SNI
ISO 22000 atau HACCP berdasarkan SNI
CAC/RCP 1 dari lembaga Sertifikasi yang
diakreditasi oleh KAN atau oleh badan
akreditasi penandatangan International
Accreditation Forum (IAF)/Asia Pacific
Accreditation Cooperation (APAC) Multilateral
- 1388 -

Recognition Agreement (MLA) dengan ruang


lingkup yang sesuai.

2 Seleksi
2.1 Tinjauan permohonan Sertifikasi
2.1.1 LSPro harus memastikan bahwa informasi yang
diperoleh dari permohonan Sertifikasi yang
diajukan oleh Pemohon telah lengkap dan
memenuhi persyaratan, serta dapat memastikan
kemampuan LSPro untuk menindaklanjuti
permohonan Sertifikasi.

2.1.2 Tinjauan permohonan Sertifikasi harus dilakukan


oleh personel yang memiliki kompetensi sesuai
dengan lingkup permohonan Sertifikasi.

2.2 Penandatanganan perjanjian Sertifikasi


Setelah permohonan Sertifikasi dinyatakan lengkap dan
memenuhi persyaratan serta Pemohon menyetujui
persyaratan dan prosedur Sertifikasi yang ditetapkan
oleh LSPro, dilakukan penandatanganan perjanjian
Sertifikasi oleh Pemohon dan LSPro.

2.3 Penyusunan rencana evaluasi


2.3.1 Berdasarkan informasi yang diperoleh dari
persyaratan permohonan Sertifikasi yang
disampaikan oleh Pemohon, LSPro menetapkan
rencana evaluasi yang mencakup:
a. tujuan, waktu, durasi, lokasi pelaksanaan,
tim, metode, dan agenda evaluasi proses
produksi dan CPPOB atau sistem manajemen
yang relevan dengan pelaksanaan proses
produksi produk yang diajukan untuk
disertifikasi;
b. jenis/tipe/varian produk yang diajukan
untuk disertifikasi dan metode pengambilan
contoh sesuai dengan persyaratan SNI yang
- 1389 -

diperlukan untuk pengujian produk, yang


mewakili contoh produk yang diusulkan
untuk disertifikasi;
c. informasi SNI yang digunakan sebagai dasar
Sertifikasi berdasarkan permohonan yang
diajukan oleh Pemohon; dan
d. waktu yang diperlukan untuk pelaksanaan
pengujian berdasarkan standar acuan
metode uji yang dipersyaratkan.

2.3.2 Rencana evaluasi harus mempertimbangkan


kesesuaian produksi yang dilakukan oleh pabrik
sesuai lingkup produk yang diajukan untuk
disertifikasi.

2.3.3 Pelaksanaan evaluasi dilakukan oleh auditor atau


tim audit yang memiliki kriteria kompetensi
sebagai berikut:
1. Pengetahuan tentang prinsip, praktik dan
teknik audit;
2. Pengetahuan tentang proses dan prosedur
Sertifikasi yang ditetapkan oleh LSPro;
3. Pengetahuan tentang standar sistem
manajemen:
a. SNI ISO 9001 tentang sistem manajemen
mutu,
b. SNI ISO 22000 tentang sistem
manajemen mutu keamanan pangan,
c. SNI CAC/RCP 1 tentang rekomendasi
nasional kode praktis – prinsip umum
higiene pangan, dan/atau
d. Cara Produksi Pangan Olahan yang Baik
(CPPOB);

Catatan: sesuai yang diterapkan oleh


pemohon Sertifikasi.
4. Pengetahuan yang dibuktikan dengan
sertifikat, tentang SNI produk minyak nabati;
- 1390 -

5. Pengetahuan yang dibuktikan dengan


sertifikat dan/atau pengalaman tentang
sektor bisnis produk minyak nabati; dan
6. Pengetahuan tentang produk, proses dan
organisasi pemohon Sertifikasi.

3 Determinasi
Determinasi mencakup 2 (dua) tahap evaluasi, yaitu evaluasi
tahap 1 (satu) dan evaluasi tahap 2 (dua).

3.1 Pelaksanaan evaluasi tahap 1 (satu)


3.1.1 Pada evaluasi tahap 1 (satu) dilakukan
pemeriksaan awal terhadap kesesuaian informasi
produk dan proses produksi yang disampaikan
Pemohon pada huruf D angka 1.3 terhadap
lingkup produk yang ditetapkan dalam SNI dan
peraturan terkait.

3.1.2 Apabila hasil evaluasi tahap 1 (satu)


menunjukkan ketidaksesuaian terhadap
persyaratan, Pemohon harus diberi kesempatan
untuk melakukan tindakan perbaikan dalam
jangka waktu tertentu sesuai dengan kebijakan
LSPro.

3.2 Pelaksanaan evaluasi tahap 2 (dua)


3.2.1 Evaluasi tahap 2 (dua) dilaksanakan melalui audit
proses produksi dan CPPOB atau sistem
manajemen yang relevan serta pengujian produk.

3.2.2 Audit proses produksi dan CPPOB atau sistem


manajemen yang relevan dilakukan pada saat
pabrik melakukan produksi produk yang diajukan
atau pada kondisi tertentu dilakukan melalui
simulasi proses produksi produk yang diajukan
untuk disertifikasi.
- 1391 -

3.2.3 Audit dilakukan dengan metode audit yang


merupakan kombinasi dari audit dokumen dan
rekaman, wawancara, observasi, demonstrasi,
atau metode audit lainnya.

3.2.4 Audit dilakukan terhadap:


a. tanggung jawab dan komitmen personel
penanggung jawab pabrik terhadap
konsistensi pemenuhan produk terhadap
persyaratan SNI;
b. ketersediaan dan pengendalian prosedur dan
rekaman pengendalian mutu, termasuk
pengujian rutin;
c. fasilitas, lokasi, desain dan tata letak,
bangunan, sanitasi peralatan, sanitasi ruang
proses, dan higiene personel sesuai dengan
ketentuan yang berlaku tentang CPPOB;
d. tahapan kritis proses produksi, mulai dari
bahan baku sampai produk akhir paling
sedikit pada tahapan sebagaimana diuraikan
dalam huruf L;
e. kelengkapan serta fungsi peralatan produksi
termasuk peralatan pengendalian mutu;
f. bukti verifikasi berdasarkan hasil kalibrasi
atau hasil verifikasi peralatan produksi
sebagaimana disebutkan pada huruf e yang
membuktikan bahwa peralatan tersebut
memenuhi persyaratan produksi. Hasil
verifikasi peralatan produksi dapat
ditunjukkan dengan prosedur yang
diperlukan untuk mencapai kondisi atau
persyaratan yang ditetapkan;
g. bukti tera atau tera ulang alat pengukur
berat produk dalam kemasan akhir;
h. pengendalian dan penanganan produk yang
tidak sesuai; dan
- 1392 -

i. pengemasan, penanganan, dan penyimpanan


produk, termasuk di gudang akhir produk
yang siap diedarkan.

3.2.5 Apabila Pemohon telah menerapkan dan


mendapatkan sertifikat SMKP berdasarkan SNI
ISO 22000 atau HACCP berdasarkan SNI
CAC/RCP 1 dari lembaga Sertifikasi yang
diakreditasi oleh KAN atau oleh badan akreditasi
penandatangan IAF/APAC MLA dengan ruang
lingkup yang sesuai, maka inspeksi pabrik atau
asesmen proses produksi dilakukan terhadap
implementasi sistem manajemen terkait mutu
produk tersebut dan angka 3.2.4 huruf d sampai
dengan huruf i.

3.2.6 Apabila Pemohon telah menerapkan dan


mendapatkan sertifikat SMM berdasarkan SNI ISO
9001 dari lembaga Sertifikasi yang diakreditasi
oleh KAN atau oleh badan akreditasi
penandatangan IAF/APAC MLA dengan ruang
lingkup yang sesuai, maka inspeksi pabrik atau
asesmen proses produksi dilakukan terhadap
implementasi sistem manajemen terkait mutu
produk tersebut dan angka 3.2.4 huruf c sampai
dengan huruf i.

3.2.7 Apabila Pemohon hanya melakukan kegiatan


pengemasan produk akhir, maka audit pada
angka 3.2.4 tidak berlaku, namun LSPro harus
memastikan kesesuaian terhadap:
a. produk yang akan dikemas sesuai
persyaratan SNI, yang dibuktikan melalui
pemenuhan hasil uji yang diterbitkan oleh
laboratorium pihak ketiga yang diakreditasi
oleh KAN atau badan akreditasi
penandatangan IAF/APAC MLA secara
- 1393 -

periodik setiap batch dan mencakup seluruh


pemasok;
b. tahapan proses di pemasok yang dibuktikan
melalui penyertaan sertifikat CPPOB, sistem
manajemen atau sertifikat Pemeriksaan
Sarana dan Bangunan (PSB) yang dimiliki
oleh pemasok; dan
c. tahapan kritis proses produksi sebagaimana
diuraikan dalam huruf L, yang dibuktikan
melalui audit proses produksi pada seluruh
kegiatan yang dikendalikan oleh Pemohon.

3.2.8 Pengambilan contoh produk dilakukan saat audit


proses produksi berdasarkan persyaratan dalam
SNI. Pengambilan contoh produk untuk pengujian
dilakukan oleh personel kompeten yang
ditugaskan oleh LSPro. Contoh produk diambil
dari lini produksi atau gudang penyimpanan
produk.

3.2.9 Contoh produk diambil sesuai dengan kebutuhan


pengujian yang mewakili:
a. kemasan logam dan/atau non logam; dan
b. merek yang diajukan untuk disertifikasi.
Catatan: merek dapat mewakili merek lainnya
apabila memiliki spesifikasi yang sama.

3.2.10 Pengujian dilakukan di laboratorium yang telah


menerapkan ISO/IEC 17025 untuk lingkup
produk yang disertifikasi. Penerapan ISO/IEC
17025 dapat dibuktikan melalui:
a. akreditasi oleh KAN;
b. akreditasi oleh badan akreditasi
penandatangan saling pengakuan dalam
forum APAC dan International Laboratory
Accreditation Cooperation (ILAC); atau
- 1394 -

c. penilaian yang dilakukan oleh LSPro


terhadap laboratorium.

3.2.11 Apabila pengujian dilakukan di laboratorium


Pemohon, maka LSPro harus memastikan
kesesuaian kompetensi dan imparsialitas proses
pengujian yang dilakukan, misalnya melalui
penyaksian proses pengujian.

3.2.12 Laboratorium Pemohon yang digunakan untuk


pengujian produk yang disertifikasi harus
memenuhi persyaratan sebagaimana tercantum
pada angka 3.2.10 huruf a atau huruf b.

3.2.13 Apabila berdasarkan hasil evaluasi tahap 2 (dua)


ditemukan ketidaksesuaian, Pemohon harus
diberi kesempatan untuk melakukan tindakan
perbaikan dalam jangka waktu tertentu sesuai
dengan kebijakan LSPro.

3.2.14 Apabila hasil pengujian dari laboratorium


menunjukkan ketidaksesuaian maka dapat
dilakukan pengujian ulang paling banyak 1 (satu)
kali dengan mengambil contoh produk ulang dari
lini produksi atau gudang penyimpanan produk.

4 Tinjauan dan keputusan


4.1 Tinjauan
4.1.1 Tinjauan hasil evaluasi dilakukan terhadap
pemenuhan seluruh persyaratan Sertifikasi dan
kesesuaian proses Sertifikasi, mulai dari
pengajuan permohonan Sertifikasi, pelaksanaan
evaluasi tahap 1 (satu) dan evaluasi tahap 2 (dua).
- 1395 -

4.1.2 Tinjauan hasil evaluasi dinyatakan dalam bentuk


rekomendasi tertulis tentang pemenuhan SNI
yang diajukan oleh Pemohon untuk produk yang
diajukan untuk disertifikasi.

4.2 Penetapan keputusan Sertifikasi


4.2.1 Penetapan keputusan Sertifikasi dilakukan
berdasarkan rekomendasi yang dihasilkan dari
proses tinjauan.

4.2.2 Penetapan keputusan Sertifikasi harus dilakukan


oleh 1 (satu) orang atau sekelompok orang yang
tidak terlibat dalam proses evaluasi.

4.2.3 Penetapan keputusan Sertifikasi dapat dilakukan


oleh 1 (satu) orang atau sekelompok orang yang
sama dengan yang melakukan tinjauan.

4.2.4 Rekomendasi untuk keputusan Sertifikasi


berdasarkan hasil tinjauan harus
didokumentasikan, kecuali tinjauan dan
keputusan Sertifikasi diselesaikan secara
bersamaan oleh orang atau sekelompok orang
yang sama.

4.2.5 LSPro harus memberitahu secara tertulis kepada


Pemohon terkait menunda atau tidak memberikan
keputusan Sertifikasi, dan harus menyampaikan
alasan keputusan tersebut.

4.2.6 Apabila Pemohon menunjukkan keinginan untuk


melanjutkan proses Sertifikasi setelah LSPro
memutuskan tidak memberikan Sertifikasi,
Pemohon dapat menyampaikan permohonan
untuk melanjutkan proses Sertifikasi.
- 1396 -

4.2.7 Permohonan melanjutkan proses Sertifikasi harus


disampaikan oleh Pemohon kepada LSPro secara
tertulis paling lambat 1 (satu) bulan setelah
pemberitahuan keputusan tidak memberikan
Sertifikasi diterbitkan oleh LSPro. Proses
Sertifikasi dapat dimulai kembali dari evaluasi
tahap 2 (dua).

4.3 Bukti kesesuaian


4.3.1 Bukti kesesuaian berupa sertifikat kesesuaian
yang diterbitkan oleh LSPro. LSPro menerbitkan
sertifikat kesesuaian kepada Pemohon yang telah
memenuhi persyaratan Sertifikasi. Sertifikat
kesesuaian berlaku selama 4 (empat) tahun
setelah diterbitkan.

4.3.2 Sertifikat kesesuaian terhadap persyaratan SNI


paling sedikit harus memuat:
1. nomor sertifikat atau identifikasi unik
lainnya;
2. nomor atau identifikasi lain dari skema
Sertifikasi;
3. nama dan alamat LSPro;
4. nama dan alamat Pemohon (pemegang
sertifikat);
5. nomor atau identifikasi lain yang mengacu ke
perjanjian Sertifikasi;
6. pernyataan kesesuaian yang mencakup:
a. jenis/tipe/varian produk sesuai
peraturan kategori pangan yang berlaku,
b. jenis kemasan produk yang disertifikasi,
c. merek produk yang disertifikasi,
d. SNI yang menjadi dasar Sertifikasi, dan
e. nama dan alamat lokasi produksi;
7. status akreditasi atau pengakuan LSPro;
8. tanggal penerbitan sertifikat dan masa
berlakunya, serta riwayat sertifikat; dan
- 1397 -

9. tanda tangan yang mengikat secara hukum


dari personel yang bertindak atas nama
LSPro sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.

E Pemeliharaan Sertifikasi
1. Pengawasan oleh LSPro
Pengawasan oleh LSPro dilakukan melalui kegiatan
surveilans. LSPro harus melaksanakan kunjungan surveilans
paling sedikit 2 (dua) kali dalam periode Sertifikasi, dengan
jarak antar evaluasi paling lama 12 (dua belas) bulan.
Kunjungan surveilans dilakukan melalui kegiatan evaluasi
berupa audit dan pengujian.

2. Sertifikasi ulang
2.1 LSPro harus melaksanakan Sertifikasi ulang paling
lambat 6 (enam) bulan sebelum masa berlaku sertifikat
berakhir.

2.2 Pelaksanaan Sertifikasi ulang dilakukan sesuai dengan


tahapan pada prosedur administratif.

2.3 Apabila tidak ada perubahan yang signifikan terkait


produk dan proses produksi sesuai dengan hasil audit
terakhir, maka LSPro dapat tidak melakukan evaluasi
tahap 1 (satu).

2.4 Apabila berdasarkan hasil Sertifikasi ulang ditemukan


ketidaksesuaian, Pemohon harus diberi kesempatan
untuk melakukan tindakan perbaikan dalam jangka
waktu tertentu sesuai dengan kebijakan LSPro.

F Evaluasi khusus
LSPro dapat melaksanakan evaluasi khusus dalam rangka audit
perluasan lingkup maupun tindak lanjut (investigasi) atas keluhan
- 1398 -

atau informasi yang ada. Evaluasi khusus dalam rangka


investigasi keluhan atau informasi yang ada dilakukan oleh
auditor yang memiliki kompetensi untuk melakukan investigasi
dan terbatas pada permasalahan yang ada, serta dilakukan dalam
waktu yang singkat dari diperolehnya keluhan atau informasi.
Tahapan evaluasi khusus dalam rangka perluasan lingkup
dilakukan sesuai dengan tahapan prosedur administratif namun
terbatas pada perluasan lingkup yang diajukan. Evaluasi terhadap
perluasan lingkup Sertifikasi dapat dilakukan terpisah maupun
bersamaan dengan surveilans.

G Ketentuan pengurangan, pembekuan, dan pencabutan Sertifikasi


1. Pengurangan lingkup Sertifikasi
Pemohon dapat mengajukan pengurangan lingkup Sertifikasi
selama periode Sertifikasi.

2. Pembekuan dan pencabutan Sertifikasi


2.1 LSPro dapat membekukan Sertifikasi apabila Pemohon:
a. tidak mampu memperbaiki ketidaksesuaian yang
diterbitkan oleh LSPro pada saat surveilans
dan/atau saat evaluasi khusus; atau
b. menyampaikan permintaan pembekuan Sertifikasi
kepada LSPro.

2.2 LSPro harus membatasi periode pembekuan Sertifikasi


paling lama 6 (enam) bulan.

2.3 LSPro dapat melakukan pencabutan Sertifikasi Apabila


Pemohon:
a. tidak mampu memperbaiki ketidaksesuaian yang
mengakibatkan pembekuan Sertifikasi melebihi
batas waktu yang ditentukan; atau
b. menyampaikan permintaan pencabutan Sertifikasi
kepada LSPro.

2.4 LSPro dapat mempertimbangkan pembekuan atau


pencabutan Sertifikasi atau tindakan lainnya yang
- 1399 -

disebabkan oleh faktor lainnya dengan


mempertimbangkan risiko yang ditemukan.

H Keluhan dan banding


LSPro harus mengembangkan aturan penanganan keluhan dan
banding dengan mempertimbangkan kompetensi dan imparsialitas
pelaksanaan penanganan keluhan dan banding.

I Informasi publik
LSPro harus memublikasikan informasi kepada publik sesuai
persyaratan ISO/IEC 17065 termasuk informasi pelanggan yang
disertifikasi, dibekukan dan dicabut. Informasi publik terkait
informasi pelanggan yang disertifikasi, dibekukan dan dicabut
tersebut juga harus disampaikan melalui Aplikasi Barang Ber-SNI
(BangBeni) https://bangbeni.bsn.go.id.

J Kondisi khusus
Dalam hal ditemukan situasi yang tidak memungkinkan
penerapan persyaratan tertentu dalam Sertifikasi ini, maka akan
ditetapkan kebijakan BSN dengan mempertimbangkan masukan
dari KAN dan para pemangku kepentingan lainnya.

K Penggunaan Tanda SNI


1 Penggunaan tanda SNI dilakukan setelah mendapatkan
persetujuan penggunaan tanda SNI melalui Surat Persetujuan
Penggunaan Tanda (SPPT) SNI yang dikeluarkan oleh BSN
sesuai dengan ketentuan dalam Peraturan BSN yang
mengatur mengenai tata cara penggunaan tanda SNI dan
tanda kesesuaian berbasis SNI.

2 Permohonan persetujuan penggunaan tanda SNI diajukan


kepada BSN disertai dengan dokumen persyaratan yang
diatur dalam Peraturan BSN yang mengatur mengenai tata
cara penggunaan tanda SNI dan tanda kesesuaian berbasis
SNI.
- 1400 -

3 Tanda SNI sebagai bukti kesesuaian produk yang telah


memenuhi SNI adalah sebagai berikut:

Dengan ukuran:

Keterangan:
y = 11x
r = 0,5x

L Tahapan kritis proses produksi minyak nabati

Tahapan kritis
No. Penjelasan tahapan kritis
proses produksi
1. Pemilihan bahan Bahan baku, bahan tambahan
baku, bahan pangan dan bahan kemasan harus
tambahan pangan memenuhi persyaratan yang
dan bahan ditetapkan atau peraturan terkait
kemasan yang berlaku
2. Proses produksi Proses produksi dilakukan dengan
metode tertentu yang dikendalikan
dan memperhatikan kesesuaian
proses, termasuk kondisi
lingkungan kerja, kompetensi SDM,
peralatan produksi dan alat
- 1401 -

Tahapan kritis
No. Penjelasan tahapan kritis
proses produksi

pemantauan sesuai persyaratan


yang ditetapkan
3. Pengendalian mutu Pengendalian mutu produk
dilakukan dengan metode tertentu
yang dikendalikan, untuk
memastikan produk sesuai dengan
persyaratan mutu dan keamanan
yang ditetapkan
4. Pengemasan Pengemasan produk dilakukan
dengan metode tertentu yang
dikendalikan sesuai dengan
persyaratan SNI dan peraturan
terkait yang berlaku
5. Penandaan Penandaan dilakukan sesuai

dengan persyaratan SNI dan


peraturan terkait yang berlaku
Keteraiigan; Urutan tahapan kritis proses produksi disetiap
pemohon dapat berbeda

KEPALA BADAN STANDARDISASI NASIONAL

REPUBLIK INDONESIA.

TTD

BAMBANG PRASETYA

Saliwgtl!!Sc«4iai dengan asliiiya


Kepala BH Manusia, Organisasi, dan Hukum

Margahayu
moO
- 1402 -

LAMPIRAN XC
PERATURAN BADAN STANDARDISASI NASIONAL
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 1 TAHUN 2020
TENTANG
SKEMA PENILAIAN KESESUAIAN TERHADAP STANDAR
NASIONAL INDONESIA SEKTOR MAKANAN DAN MINUMAN

PETUNJUK TEKNIS SKEMA SERTIFIKASI PRODUK MENTEGA

A Ruang lingkup
Dokumen ini berlaku untuk acuan pelaksanaan Sertifikasi produk
mentega.

B Persyaratan acuan
Persyaratan acuan Sertifikasi produk mentega mencakup:
1. SNI produk mentega sebagaimana ditetapkan dalam
Keputusan Kepala Badan Standardisasi Nasional mengenai
daftar SNI sektor Makanan dan Minuman;
2. SNI dan standar lain yang diacu dalam SNI sebagaimana
dimaksud dalam angka 1;
3. Peraturan yang mengatur tentang label dan iklan pangan;
4. Peraturan yang mengatur tentang cara produksi pangan
olahan yang baik (Good Manufacturing Practices);
5. Peraturan yang mengatur tentang kemasan pangan;
6. Peraturan yang mengatur tentang bahan tambahan pangan;
7. Penerapan Cara Produksi Pangan Olahan yang Baik (CPPOB),
Sistem Manajemen Mutu (SMM) berdasarkan SNI ISO 9001,
Sistem Manajemen Mutu Keamanan Pangan (SMKP)
berdasarkan SNI ISO 22000 atau HACCP berdasarkan SNI
CAC/RCP 1; dan
8. Peraturan lain yang terkait produk mentega.

C Jenis kegiatan penilaian kesesuaian


Penilaian kesesuaian dilakukan dengan kegiatan Sertifikasi.
Sertifikasi produk mentega dilakukan oleh LPK yang telah
- 1403 -

diakreditasi oleh KAN berdasarkan SNI ISO/IEC 17065, Penilaian


Kesesuaian – Persyaratan untuk Lembaga Sertifikasi Produk,
Proses, dan Jasa, untuk lingkup produk mentega.
Dalam hal LPK belum ada yang diakreditasi KAN untuk melakukan
kegiatan Sertifikasi dengan ruang lingkup produk mentega, BSN
dapat menunjuk LPK dengan lingkup yang sejenis sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.

D Prosedur administratif
1 Pengajuan Permohonan Sertifikasi
1.1 LSPro harus menyusun format permohonan Sertifikasi
bagi pelaku usaha untuk mendapatkan seluruh
informasi seperti diatur pada huruf D angka 1.3.

1.2 Pengajuan permohonan Sertifikasi dilakukan oleh pelaku


usaha. Kriteria pelaku usaha yang dapat mengajukan
Sertifikasi sesuai Peraturan BSN yang mengatur
mengenai tata cara penggunaan tanda SNI dan tanda
kesesuaian berbasis SNI.

1.3 Permohonan Sertifikasi harus dilengkapi dengan:


a. informasi Pemohon:
1. nama Pemohon, alamat Pemohon, serta nama
dan kedudukan atau jabatan personel yang
bertanggung jawab atas pengajuan permohonan
Sertifikasi;
2. bukti pemenuhan persyaratan izin usaha sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan;
3. bukti izin edar produk sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan;
4. bukti kepemilikan atas merek atau tanda daftar
yang dikeluarkan oleh Kementerian Hukum dan
Hak Asasi Manusia;
5. apabila Pemohon melakukan pembuatan
produk dengan merek yang dimiliki oleh pihak
lain, menyertakan bukti perjanjian yang
- 1404 -

mengikat secara hukum untuk melakukan


pembuatan produk untuk pihak lain;
6. apabila Pemohon bertindak sebagai pemilik
merek yang mensubkontrakkan proses
produksinya kepada pihak lain, menyertakan
bukti kepemilikan merek dan perjanjian
subkontrak pelaksanaan produksi dengan
pihak lain;
7. apabila Pemohon bertindak sebagai perwakilan
resmi pemilik merek yang berkedudukan
hukum di luar negeri, menyertakan bukti
perjanjian yang mengikat secara hukum
tentang penunjukan sebagai perwakilan resmi
pemilik merek di wilayah Republik Indonesia;
8. pernyataan bahwa Pemohon Sertifikasi
bertanggung jawab penuh atas pemenuhan
persyaratan SNI dan pemenuhan persyaratan
proses Sertifikasi dan bersedia memberikan
akses terhadap lokasi dan/atau informasi yang
diperlukan oleh LSPro dalam melaksanakan
kegiatan Sertifikasi;
b. informasi produk:
1. merek produk yang diajukan untuk
disertifikasi;
2. jenis/tipe/varian produk yang diajukan untuk
disertifikasi;
3. SNI yang digunakan sebagai dasar pengajuan
permohonan Sertifikasi;
4. daftar bahan baku termasuk bahan tambahan
pangan;
5. label produk;
6. foto produk dalam kemasan primer yang
diajukan untuk disertifikasi (dari arah depan,
belakang dan samping), serta informasi terkait
kemasan primer produk;
- 1405 -

7. bila ada, foto kemasan sekunder dan tersier


produk yang diajukan untuk disertifikasi, dari
arah depan, belakang, dan samping;
c. informasi proses produksi:
1. nama, alamat, dan legalitas hukum pabrik
(apabila berbeda dengan legalitas Pemohon);
2. nama dan alamat fasilitas produksi mencakup
semua fasilitas yang digunakan untuk
memproduksi produk yang akan disertifikasi
(misal gudang bahan baku, produksi,
pengemasan produk, pengangkutan produk
jadi, gudang produk jadi dan lainnya) termasuk
kegiatan yang dialihdayakan;
3. struktur organisasi;
4. dokumentasi tentang desain dan tata letak
proses produksi serta proses pembuatan
produk yang diajukan untuk disertifikasi;
5. dokumentasi terkait proses dan pengendalian
produksi;
6. dokumentasi tentang peralatan produksi dan
pengukuran termasuk program
kalibrasi/verifikasi peralatan;
7. apabila telah tersedia, menyertakan Sertifikat
Penerapan Sistem Manajemen Mutu
berdasarkan SNI ISO 9001 atau Sistem
Manajemen Keamanan Pangan berdasarkan SNI
ISO 22000 atau HACCP berdasarkan SNI
CAC/RCP 1 dari Lembaga Sertifikasi yang
diakreditasi oleh KAN atau oleh badan
akreditasi penandatangan International
Accreditation Forum (IAF)/Asia Pacific
Accreditation Cooperation (APAC) Multilateral
Recognition Agreement (MLA) dengan ruang
lingkup yang sesuai.
- 1406 -

2 Seleksi
2.1 Tinjauan permohonan Sertifikasi
2.1.1 LSPro harus memastikan bahwa informasi yang
diperoleh dari permohonan Sertifikasi yang
diajukan oleh Pemohon telah lengkap dan
memenuhi persyaratan, serta dapat memastikan
kemampuan LSPro untuk menindaklanjuti
permohonan Sertifikasi.

2.1.2 Tinjauan permohonan Sertifikasi harus dilakukan


oleh personel yang memiliki kompetensi sesuai
dengan lingkup permohonan Sertifikasi.

2.2 Penandatanganan perjanjian Sertifikasi


Setelah permohonan Sertifikasi dinyatakan lengkap dan
memenuhi persyaratan serta Pemohon menyetujui
persyaratan dan prosedur Sertifikasi yang ditetapkan
oleh LSPro, dilakukan penandatanganan perjanjian
Sertifikasi oleh Pemohon dan LSPro.

2.3 Penyusunan rencana evaluasi


2.3.1 Berdasarkan informasi yang diperoleh dari
persyaratan permohonan Sertifikasi yang
disampaikan oleh Pemohon, LSPro menetapkan
rencana evaluasi yang mencakup:
a. tujuan, waktu, durasi, lokasi pelaksanaan,
tim, metode, dan agenda evaluasi proses
produksi dan CPPOB atau sistem manajemen
yang relevan dengan pelaksanaan proses
produksi produk yang diajukan untuk
disertifikasi;
b. jenis/tipe/varian produk yang diajukan
untuk disertifikasi dan metode pengambilan
contoh sesuai dengan persyaratan SNI yang
diperlukan untuk pengujian produk, yang
mewakili contoh produk yang diusulkan
untuk disertifikasi;
- 1407 -

c. informasi SNI yang digunakan sebagai dasar


Sertifikasi berdasarkan permohonan yang
diajukan oleh Pemohon; dan
d. waktu yang diperlukan untuk pelaksanaan
pengujian berdasarkan standar acuan
metode uji yang dipersyaratkan.

2.3.2 Rencana evaluasi harus mempertimbangkan


kesesuaian produksi yang dilakukan oleh pabrik
sesuai lingkup produk yang diajukan untuk
disertifikasi.

2.3.3 Pelaksanaan evaluasi dilakukan oleh auditoratau


tim audit yang memiliki kriteria kompetensi
sebagai berikut:
1. Pengetahuan tentang prinsip, praktik dan
teknik audit;
2. Pengetahuan tentang proses dan prosedur
Sertifikasi yang ditetapkan oleh LSPro;
3. Pengetahuan tentang standar sistem
manajemen:
a. SNI ISO 9001 tentang sistem manajemen
mutu,
b. SNI ISO 22000 tentang sistem
manajemen mutu keamanan pangan,
c. SNI CAC/RCP 1 tentang rekomendasi
nasional kode praktis – prinsip umum
higiene pangan, dan/atau
d. Cara Produksi Pangan Olahan yang Baik
(CPPOB);

Catatan: sesuai yang diterapkan oleh


pemohon Sertifikasi.
4. Pengetahuan yang dibuktikan dengan
sertifikat, tentang SNI produk mentega;
5. Pengetahuan yang dibuktikan dengan
sertifikat dan/atau pengalaman tentang
sektor bisnis produk mentega; dan
- 1408 -

6. Pengetahuan tentang produk, proses dan


organisasi pemohon Sertifikasi.

3 Determinasi
Determinasi mencakup 2 (dua) tahap evaluasi, yaitu evaluasi
tahap 1 (satu) dan evaluasi tahap 2 (dua).

3.1 Pelaksanaan evaluasi tahap 1 (satu)


3.1.1 Pada evaluasi tahap 1 (satu) dilakukan
pemeriksaan awal terhadap kesesuaian informasi
produk dan proses produksi yang disampaikan
Pemohon pada huruf D angka 1.3 terhadap
lingkup produk yang ditetapkan dalam SNI dan
peraturan terkait.

3.1.2 Apabila hasil evaluasi tahap 1 (satu)


menunjukkan ketidaksesuaian terhadap
persyaratan, Pemohon harus diberi kesempatan
untuk melakukan tindakan perbaikan dalam
jangka waktu tertentu sesuai dengan kebijakan
LSPro.

3.2 Pelaksanaan evaluasi tahap 2 (dua)


3.2.1 Evaluasi tahap 2 (dua) dilaksanakan melalui audit
proses produksi dan CPPOB atau sistem
manajemen yang relevan serta pengujian produk.

3.2.2 Audit proses produksi dan CPPOB atau sistem


manajemen yang relevan dilakukan pada saat
pabrik melakukan produksi produk yang diajukan
atau pada kondisi tertentu dilakukan melalui
simulasi proses produksi produk yang diajukan
untuk disertifikasi.

3.2.3 Audit dilakukan dengan metode audit yang


merupakan kombinasi dari audit dokumen dan
- 1409 -

rekaman, wawancara, observasi, demonstrasi,


atau metode audit lainnya.

3.2.4 Audit dilakukan terhadap:


a. tanggung jawab dan komitmen personel
penanggung jawab pabrik terhadap
konsistensi pemenuhan produk terhadap
persyaratan SNI;
b. ketersediaan dan pengendalian prosedur dan
rekaman pengendalian mutu, termasuk
pengujian rutin;
c. fasilitas, lokasi, desain dan tata letak,
bangunan, sanitasi peralatan, sanitasi ruang
proses, dan higiene personel sesuai dengan
ketentuan yang berlaku tentang CPPOB;
d. tahapan kritis proses produksi, mulai dari
bahan baku sampai produk akhir paling
sedikit pada tahapan sebagaimana diuraikan
dalam huruf L;
e. kelengkapan serta fungsi peralatan produksi
termasuk peralatan pengendalian mutu;
f. bukti verifikasi berdasarkan hasil kalibrasi
atau hasil verifikasi peralatan produksi
sebagaimana disebutkan pada huruf e yang
membuktikan bahwa peralatan tersebut
memenuhi persyaratan produksi. Hasil
verifikasi peralatan produksi dapat
ditunjukkan dengan prosedur yang
diperlukan untuk mencapai kondisi atau
persyaratan yang ditetapkan;
g. bukti tera atau tera ulang alat pengukur
berat produk dalam kemasan akhir;
h. pengendalian dan penanganan produk yang
tidak sesuai; dan
i. pengemasan, penanganan, dan penyimpanan
produk, termasuk di gudang akhir produk
yang siap diedarkan.
- 1410 -

3.2.5 Apabila Pemohon telah menerapkan dan


mendapatkan sertifikat SMKP berdasarkan SNI
ISO 22000 atau HACCP berdasarkan SNI
CAC/RCP 1 dari lembaga Sertifikasi yang
diakreditasi oleh KAN atau oleh badan akreditasi
penandatangan IAF/APAC MLA dengan ruang
lingkup yang sesuai, maka inspeksi pabrik atau
asesmen proses produksi dilakukan terhadap
implementasi sistem manajemen terkait mutu
produk tersebut dan angka 3.2.4 huruf d sampai
dengan huruf i.

3.2.6 Apabila Pemohon telah menerapkan dan


mendapatkan sertifikat SMM berdasarkan SNI ISO
9001 dari lembaga Sertifikasi yang diakreditasi
oleh KAN atau oleh badan akreditasi
penandatangan IAF/APAC MLA dengan ruang
lingkup yang sesuai, maka inspeksi pabrik atau
asesmen proses produksi dilakukan terhadap
implementasi sistem manajemen terkait mutu
produk tersebut dan angka 3.2.4 huruf c sampai
dengan huruf i.

3.2.7 Apabila Pemohon hanya melakukan kegiatan


pengemasan produk akhir, maka audit pada
angka 3.2.4 tidak berlaku, namun LSPro harus
memastikan kesesuaian terhadap:
a. produk yang akan dikemas sesuai
persyaratan SNI yang dibuktikan melalui
pemenuhan hasil uji yang diterbitkan oleh
laboratorium pihak ketiga yang diakreditasi
oleh KAN atau badan akreditasi
penandatangan IAF/APAC MLA secara
periodik setiap batch dan mencakup seluruh
pemasok;
b. tahapan proses di pemasok yang dibuktikan
melalui penyertaan sertifikat CPPOB, sistem
- 1411 -

manajemen atau sertifikat Pemeriksaan


Sarana dan Bangunan (PSB) yang dimiliki
oleh pemasok; dan
c. tahapan kritis proses produksi sebagaimana
diuraikan dalam huruf L, yang dibuktikan
melalui audit proses produksi pada seluruh
kegiatan yang dikendalikan oleh Pemohon.

3.2.8 Pengambilan contoh produk dilakukan saat audit


proses produksi berdasarkan persyaratan dalam
SNI. Pengambilan contoh produk untuk pengujian
dilakukan oleh personel kompeten yang
ditugaskan oleh LSPro. Contoh produk diambil
dari lini produksi atau gudang penyimpanan
produk.

3.2.9 Contoh produk diambil sesuai dengan kebutuhan


pengujian yang mewakili:
a. jenis kemasan (logam dan/atau non logam);
dan
b. merek yang diajukan untuk disertifikasi; dan
Catatan: merek dapat mewakili merek lainnya
apabila memiliki spesifikasi yang sama.

3.2.10 Pengujian dilakukan di laboratorium yang telah


menerapkan ISO/IEC 17025 untuk lingkup
produk yang disertifikasi. Penerapan ISO/IEC
17025 dapat dibuktikan melalui:
a. akreditasi oleh KAN;
b. akreditasi oleh badan akreditasi
penandatangan saling pengakuan dalam
forumAPACdan International Laboratory
Accreditation Cooperation (ILAC); atau
c. penilaian yang dilakukan oleh LSPro
terhadap laboratorium.
- 1412 -

3.2.11 Apabila pengujian dilakukan di laboratorium


Pemohon, maka LSPro harus memastikan
kesesuaian kompetensi dan imparsialitas proses
pengujian yang dilakukan, misalnya melalui
penyaksian proses pengujian.

3.2.12 Laboratorium pemohon yang digunakan untuk


pengujian produk yang disertifikasi harus
memenuhi persyaratan sebagaimana tercantum
pada angka 3.2.10 huruf a atau huruf b.

3.2.13 Apabila berdasarkan hasil evaluasi tahap 2 (dua)


ditemukan ketidaksesuaian, Pemohon harus
diberi kesempatan untuk melakukan tindakan
perbaikan dalam jangka waktu tertentu sesuai
dengan kebijakan LSPro.

3.2.14 Apabila hasil pengujian dari laboratorium


menunjukkan ketidaksesuaian maka dapat
dilakukan pengujian ulang paling lama satu kali
dengan mengambil contoh ulang dari lini produksi
atau gudang penyimpanan produk.

4 Tinjauan dan keputusan


4.1 Tinjauan
4.1.1 Tinjauan hasil evaluasi dilakukan terhadap
pemenuhan seluruh persyaratan Sertifikasi dan
kesesuaian proses Sertifikasi, mulai dari
pengajuan permohonan Sertifikasi, pelaksanaan
evaluasi tahap 1 (satu) dan evaluasi tahap 2 (dua).

4.1.2 Tinjauan hasil evaluasi dinyatakan dalam bentuk


rekomendasi tertulis tentang pemenuhan SNI
yang diajukan oleh Pemohon untuk produk yang
diajukan untuk disertifikasi.
- 1413 -

4.2 Penetapan keputusan Sertifikasi


4.2.1 Penetapan keputusan Sertifikasi dilakukan
berdasarkan rekomendasi yang dihasilkan dari
proses tinjauan.

4.2.2 Penetapan keputusan Sertifikasi harus dilakukan


oleh 1 (satu) orang atau sekelompok orang yang
tidak terlibat dalam proses evaluasi.

4.2.3 Penetapan keputusan Sertifikasi dapat dilakukan


oleh 1 (satu) orang atau sekelompok orang yang
sama dengan yang melakukan tinjauan.

4.2.4 Rekomendasi untuk keputusan Sertifikasi


berdasarkan hasil tinjauan harus
didokumentasikan, kecuali tinjauan dan
keputusan Sertifikasi diselesaikan secara
bersamaan oleh orang atau sekelompok orang
yang sama.

4.2.5 LSPro harus memberitahu secara tertulis kepada


Pemohon terkait menunda atau tidak memberikan
keputusan Sertifikasi, dan harus menyampaikan
alasan keputusan tersebut.

4.2.6 Apabila Pemohon menunjukkan keinginan untuk


melanjutkan proses Sertifikasi setelah LSPro
memutuskan tidak memberikan Sertifikasi,
Pemohon dapat menyampaikan permohonan
untuk melanjutkan proses Sertifikasi.

4.2.7 Permohonan melanjutkan proses Sertifikasi harus


disampaikan oleh Pemohon kepada LSPro secara
tertulis paling lambat 1 (satu) bulan setelah
pemberitahuan keputusan tidak memberikan
Sertifikasi diterbitkan oleh LSPro. Proses
- 1414 -

Sertifikasi dapat dimulai kembali dari evaluasi


tahap 2 (dua).

4.3 Bukti kesesuaian


4.3.1 Bukti kesesuaian berupa sertifikat kesesuaian
yang diterbitkan oleh LSPro. LSPro menerbitkan
sertifikat kesesuaian kepada Pemohon yang telah
memenuhi persyaratan Sertifikasi. Sertifikat
kesesuaian berlaku selama 4 (empat) tahun
setelah diterbitkan.

4.3.2 Sertifikat kesesuaian terhadap persyaratan SNI


paling sedikit harus memuat:
1. nomor sertifikat atau identifikasi unik
lainnya;
2. nomor atau identifikasi lain dari skema
Sertifikasi;
3. nama dan alamat LSPro;
4. nama dan alamat Pemohon (pemegang
sertifikat);
5. nomor atau identifikasi lain yang mengacu ke
perjanjian Sertifikasi;
6. pernyataan kesesuaian yang mencakup:
a. jenis/tipe/varian produk sesuai
peraturan kategori pangan yang berlaku,
b. jenis kemasan produk yang disertifikasi,
c. merek produk yang disertifikasi,
d. SNI yang menjadi dasar Sertifikasi, dan
e. nama dan alamat lokasi produksi;
7. status akreditasi atau pengakuan LSPro;
8. tanggal penerbitan sertifikat dan masa
berlakunya, serta riwayat sertifikat;dan
9. tanda tangan yang mengikat secara hukum
dari personel yang bertindak atas nama
LSPro sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
- 1415 -

E Pemeliharaan Sertifikasi
1 Pengawasan oleh LSPro
Pengawasan oleh LSPro dilakukan melalui kegiatan
surveilans. LSPro harus melaksanakan kunjungan surveilans
paling sedikit 2 (dua) kali dalam periode Sertifikasi, dengan
jarak antar evaluasi paling lama 12 (dua belas) bulan.
Kunjungan surveilans dilakukan melalui kegiatan evaluasi
berupa proses audit dan pengujian.

2 Sertifikasi ulang
2.1 LSPro harus melaksanakan Sertifikasi ulang paling
lambat 6 (enam) bulan sebelum masa berlaku sertifikat
berakhir.

2.2 Pelaksanaan Sertifikasi ulang dilakukan sesuai dengan


tahapan pada prosedur administratif.

2.3 Apabila tidak ada perubahan yang signifikan terkait


produk dan proses produksi sesuai dengan hasil audit
terakhir, maka LSPro dapat tidak melakukan evaluasi
tahap 1 (satu).

2.4 Apabila berdasarkan hasil Sertifikasi ulang ditemukan


ketidaksesuaian, Pemohon harus diberi kesempatan
untuk melakukan tindakan perbaikan dalam jangka
waktu tertentu sesuai dengan kebijakan LSPro.

F Evaluasi khusus
LSPro dapat melaksanakan evaluasi khusus dalam rangka audit
perluasan lingkup maupun tindak lanjut (investigasi) atas keluhan
atau informasi yang ada. Evaluasi khusus dalam rangka
investigasi keluhan atau informasi yang ada dilakukan oleh
auditor yang memiliki kompetensi untuk melakukan investigasi
dan terbatas pada permasalahan yang ada, serta dilakukan dalam
waktu yang singkat dari diperolehnya keluhan atau informasi.
- 1416 -

Tahapan evaluasi khusus dalam rangka perluasan lingkup


dilakukan sesuai dengan tahapan prosedur administratif namun
terbatas pada perluasan lingkup yang diajukan. Evaluasi terhadap
perluasan lingkup Sertifikasi dapat dilakukan terpisah maupun
bersamaan dengan surveilans.

G Ketentuan pengurangan, pembekuan, dan pencabutan Sertifikasi


1 Pengurangan lingkup Sertifikasi
Pemohon dapat mengajukan pengurangan lingkup Sertifikasi
selama periode Sertifikasi.

2 Pembekuan dan pencabutan Sertifikasi


2.1 LSPro dapat membekukan Sertifikasi apabila Pemohon:
a. tidak mampu memperbaiki ketidaksesuaian yang
diterbitkan oleh LSPro pada saat surveilans
dan/atau saat evaluasi khusus; atau
b. menyampaikan permintaan pembekuan Sertifikasi
kepada LSPro.

2.2 LSPro harus membatasi periode pembekuan Sertifikasi


paling lama 6 (enam) bulan.

2.3 LSPro dapat melakukan pencabutan Sertifikasi Apabila


Pemohon:
a. tidak mampu memperbaiki ketidaksesuaian yang
mengakibatkan pembekuan Sertifikasi melebihi
batas waktu yang ditentukan; atau
b. menyampaikan permintaan pencabutan Sertifikasi
kepada LSPro.

2.4 LSPro dapat mempertimbangkan pembekuan atau


pencabutan Sertifikasi atau tindakan lainnya yang
disebabkan oleh faktor lainnya dengan
mempertimbangkan risiko yang ditemukan.
- 1417 -

H Keluhan dan banding


LSPro harus mengembangkan aturan penanganan keluhan dan
banding dengan mempertimbangkan kompetensi dan imparsialitas
pelaksanaan penanganan keluhan dan banding.

I Informasi publik
LSPro harus memublikasikan informasi kepada publik sesuai
persyaratan ISO/IEC 17065 termasuk informasi pelanggan yang
disertifikasi, dibekukan dan dicabut. Informasi publik terkait
informasi pelanggan yang disertifikasi, dibekukan dan dicabut
tersebut juga harus disampaikan melalui Aplikasi Barang Ber-SNI
(BangBeni) https://bangbeni.bsn.go.id.

J Kondisi khusus
Dalam hal ditemukan situasi yang tidak memungkinkan
penerapan persyaratan tertentu dalam Sertifikasi ini, maka akan
ditetapkan kebijakan BSN dengan mempertimbangkan masukan
dari KAN dan para pemangku kepentingan lainnya.

K Penggunaan Tanda SNI


1 Penggunaan tanda SNI dilakukan setelah mendapatkan
persetujuan penggunaan tanda SNI melalui Surat Persetujuan
Penggunaan Tanda SNI (SPPT SNI) yang dikeluarkan oleh
BSN sesuai dengan ketentuan dalam Peraturan BSN yang
mengatur mengenai tata cara penggunaan tanda SNI dan
tanda kesesuaian berbasis SNI.

2 Permohonan persetujuan penggunaan tanda SNI diajukan


kepada BSN disertai dengan dokumen persyaratan yang
diatur dalam Peraturan BSN tentang mengenai tata cara
penggunaan tanda SNI dan tanda kesesuaian berbasis SNI.

3 Tanda SNI sebagai bukti kesesuaian produk yang telah


memenuhi SNI adalah sebagai berikut:
- 1418 -

Dengan ukuran:

Keterangan:
y = 11x
r = 0,5x

L Tahapan kritis proses produksi produk mentega

Tahapan kritis
No. Penjelasan tahapan kritis
proses produksi
1. Pemilihan bahan Bahan baku, bahan tambahan
baku, bahan pangan dan bahan kemasan harus
tambahan pangan memenuhi persyaratan yang
dan bahan ditetapkan atau peraturan terkait
kemasan yang berlaku
2. Proses produksi Proses produksi dilakukan dengan
metode tertentu yang dikendalikan
dan memperhatikan kesesuaian
proses, termasuk kondisi lingkungan
kerja, kompetensi SDM, peralatan
produksi dan alat pemantauan
-1419-

Tahapan kritis
No. Penjelasan tahapan kritis
proses produksi
sesuai persyaratan yang ditetapkan
3. Pengendalian mutu Pengendalian mutu produk
dilakukan dengan metode tertentu
yang dikendalikan, untuk
memastikan produk sesuai dengan
persyaratan mutu dan keamanan
yang ditetapkan
4. Pengemasan Pengemasan produk dilakukan
dengan metode tertentu yaiig
dikendalikan sesuai dengan
persyaratan SNl dan peraturan
terkait yang berlaku
5. Penandaan Penandaan dilakukan sesuai dengan
persyaratan SNI dan peraturan
terkait yang berlaku
Keterangan: Urutan tahapan kritis proses produksi disetiap
pemohon dapat berbeda

KEPALA BADAN STANDARDISASI NASIONAL

REPUBLIK INDONESIA,

TTD

BAMBANG PRASETYA

SaIiQa«-se§uai dengan aslinya


Kepala Bi/i Manusia, Organisasi, dan Hukum

Margahayu
- 1420 -

LAMPIRAN XCI
PERATURAN BADAN STANDARDISASI NASIONAL
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 1 TAHUN 2020
TENTANG
SKEMA PENILAIAN KESESUAIAN TERHADAP STANDAR
NASIONAL INDONESIA SEKTOR MAKANAN DAN MINUMAN

PETUNJUK TEKNIS SKEMA SERTIFIKASI PRODUK STIK KEPITING


ANALOG

A Ruang lingkup
Dokumen ini berlaku untuk acuan pelaksanaan Sertifikasi produk
stik kepiting analog berbahan baku surimi yang dicampur tepung
dan bahan-bahan lainnya, diolah dan dibentuk sehingga
menghasilkan rasa, tekstur dan penampakan seperti daging
rajungan salju (snowcrab).

B Persyaratan acuan
Persyaratan acuan Sertifikasi produk stik kepiting analog
mencakup:
1. SNI produk stik kepiting analog sebagaimana ditetapkan
dalam Keputusan Kepala Badan Standardisasi Nasional
mengenai daftar SNI sektor Makanan dan Minuman;
2. SNI dan standar lain yang diacu dalam SNI sebagaimana
dimaksud dalam angka 1;
3. Peraturan yang mengatur tentang label dan iklan pangan;
4. Peraturan yang mengatur tentang cara produksi pangan
olahan yang baik (Good Manufacturing Practices);
5. Peraturan yang mengatur tentang kemasan pangan;
6. Peraturan yang mengatur tentang bahan tambahan pangan;
7. Penerapan Cara Produksi Pangan Olahan yang Baik (CPPOB),
Sistem Manajemen Mutu (SMM) berdasarkan SNI ISO 9001,
Sistem Manajemen Mutu Keamanan Pangan (SMKP)
berdasarkan SNI ISO 22000 atau HACCP berdasarkan SNI
CAC/RCP 1; dan
- 1421 -

8. Peraturan lain yang terkait produk stik kepiting analog.

C Jenis kegiatan penilaian kesesuaian


Sertifikasi produk stik kepiting analog dilakukan oleh LPK yang
telah diakreditasi oleh KAN berdasarkan SNI ISO/IEC 17065,
Penilaian Kesesuaian – Persyaratan untuk Lembaga Sertifikasi
Produk, Proses, dan Jasa, untuk lingkup produk stik kepiting
analog.
Dalam hal LPK belum ada yang diakreditasi KAN untuk melakukan
kegiatan Sertifikasi dengan ruang lingkup produk stik kepiting
analog, BSN dapat menunjuk LPK dengan ruang lingkup yang
sejenis sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

D Prosedur administratif
1 Pengajuan permohonan Sertifikasi
1.1 LSPro harus menyusun format permohonan Sertifikasi
bagi pelaku usaha untuk mendapatkan seluruh
informasi seperti diatur pada huruf D angka 1.3.

1.2 Pengajuan permohonan Sertifikasi dilakukan oleh pelaku


usaha. Kriteria pelaku usaha yang dapat mengajukan
Sertifikasi sesuai Peraturan BSN yang mengatur
mengenai tata cara penggunaan tanda SNI dan tanda
kesesuaian berbasis SNI.

1.3 Permohonan Sertifikasi harus dilengkapi dengan:


a. informasi Pemohon:
1. nama Pemohon, alamat Pemohon, serta nama
dan kedudukan atau jabatan personel yang
bertanggung jawab atas pengajuan permohonan
Sertifikasi;
2. bukti pemenuhan persyaratan izin usaha sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan;
3. bukti izin edar produk sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan;
- 1422 -

4. bukti kepemilikan atas merek atau tanda daftar


yang dikeluarkan oleh Kementerian Hukum dan
Hak Asasi Manusia;
5. apabila Pemohon melakukan pembuatan
produk dengan merek yang dimiliki oleh pihak
lain, menyertakan bukti perjanjian yang
mengikat secara hukum untuk melakukan
pembuatan produk untuk pihak lain;
6. apabila Pemohon bertindak sebagai pemilik
merek yang mensubkontrakkan proses
produksinya kepada pihak lain, menyertakan
bukti kepemilikan merek dan perjanjian
subkontrak pelaksanaan produksi dengan
pihak lain;
7. apabila Pemohon bertindak sebagai perwakilan
resmi pemilik merek yang berkedudukan
hukum di luar negeri, menyertakan bukti
perjanjian yang mengikat secara hukum
tentang penunjukan sebagai perwakilan resmi
pemilik merek di wilayah Republik Indonesia;
8. pernyataan bahwa Pemohon bertanggung jawab
penuh atas pemenuhan persyaratan SNI dan
pemenuhan persyaratan proses Sertifikasi dan
bersedia memberikan akses terhadap lokasi
dan/atau informasi yang diperlukan oleh LSPro
dalam melaksanakan kegiatan Sertifikasi.
b. informasi produk:
1. merek produk yang diajukan untuk
disertifikasi;
2. jenis/tipe/varian produk yang diajukan untuk
disertifikasi;
3. spesifikasi produk setiap merek yang diajukan
untuk disertifikasi;
4. SNI yang digunakan sebagai dasar pengajuan
permohonan Sertifikasi;
5. daftar bahan baku termasuk bahan tambahan
pangan,
- 1423 -

6. label produk;
7. jenis kemasan produk,
8. foto produk dalam kemasan primer yang
diajukan untuk disertifikasi (dari arah depan,
belakang dan samping), serta informasi terkait
kemasan primer produk,
9. apabila ada, foto kemasan sekunder dan tersier
produk yang diajukan untuk disertifikasi, dari
arah depan, belakang, dan samping.
c. informasi proses produksi:
1. nama, alamat, dan legalitas hukum pabrik
(apabila berbeda dengan legalitas pemohon),
2. nama dan alamat fasilitas produksi mencakup
semua fasilitas yang digunakan untuk
memproduksi produk yang akan disertifikasi
(misal gudang bahan baku, produksi,
pengemasan produk, pengangkutan produk
jadi, gudang produk jadi dan lainnya) termasuk
kegiatan yang dialihdayakan,
3. struktur organisasi,
4. dokumentasi tentang desain dan tata letak
proses produksi serta proses pembuatan
produk yang diajukan untuk disertifikasi,
5. dokumentasi terkait proses dan pengendalian
produksi,
6. dokumentasi tentang peralatan produksi dan
pengukuran termasuk program
kalibrasi/verifikasi peralatan,
7. apabila telah tersedia, menyertakan Sertifikat
Penerapan Sistem Manajemen Mutu
berdasarkan SNI ISO 9001 atau Sistem
Manajemen Keamanan Pangan berdasarkan SNI
ISO 22000 atau HACCP berdasarkan SNI
CAC/RCP 1 dari lembaga Sertifikasi yang
diakreditasi oleh KAN atau oleh badan
akreditasi penandatangan International
Accreditation Forum (IAF)/Asia Pacific
- 1424 -

Accreditation Cooperation (APAC) Multilateral


Recognition Agreement (MLA) dengan ruang
lingkup yang sesuai.

2 Seleksi
2.1 Tinjauan permohonan Sertifikasi
2.1.1 LSPro harus memastikan bahwa informasi yang
diperoleh dari permohonan Sertifikasi yang
diajukan oleh Pemohon telah lengkap dan
memenuhi persyaratan, serta dapat memastikan
kemampuan LSPro untuk menindaklanjuti
permohonan Sertifikasi.

2.1.2 Tinjauan permohonan Sertifikasi harus dilakukan


oleh personel yang memiliki kompetensi sesuai
dengan lingkup permohonan Sertifikasi.

2.2 Penandatanganan perjanjian Sertifikasi


Setelah permohonan Sertifikasi dinyatakan lengkap dan
memenuhi persyaratan serta Pemohon menyetujui
persyaratan dan prosedur Sertifikasi yang ditetapkan
oleh LSPro, dilakukan penandatanganan perjanjian
Sertifikasi oleh Pemohon dan LSPro.

2.3 Penyusunan rencana evaluasi


2.3.1 Berdasarkan informasi yang diperoleh dari
persyaratan permohonan Sertifikasi yang
disampaikan oleh Pemohon, LSPro menetapkan
rencana evaluasi yang mencakup:
a. tujuan, waktu, durasi, lokasi pelaksanaan,
tim, metode, dan agenda evaluasi proses
produksi dan CPPOB atau sistem manajemen
yang relevan dengan pelaksanaan proses
produksi produk yang diajukan untuk
disertifikasi;
b. jenis/tipe/varian produk yang diajukan
untuk disertifikasi dan metode pengambilan
- 1425 -

contoh sesuai dengan persyaratan SNI yang


diperlukan untuk pengujian produk, yang
mewakili contoh produk yang diusulkan
untuk disertifikasi;
c. informasi SNI yang digunakan sebagai dasar
Sertifikasi berdasarkan permohonan yang
diajukan oleh Pemohon; dan
d. waktu yang diperlukan untuk pelaksanaan
pengujian berdasarkan standar acuan
metode uji yang dipersyaratkan.

2.3.2 Rencana evaluasi harus mempertimbangkan


kesesuaian produksi yang dilakukan oleh pabrik
sesuai lingkup produk yang diajukan untuk
disertifikasi.

2.3.3 Pelaksanaan evaluasi dilakukan oleh auditoratau


tim audit yang memiliki kriteria kompetensi
sebagai berikut:
1. Pengetahuan tentang prinsip, praktik dan
teknik audit;
2. Pengetahuan tentang proses dan prosedur
Sertifikasi yang ditetapkan oleh LSPro;
3. Pengetahuan tentang standar sistem
manajemen:
a. SNI ISO 9001 tentang sistem manajemen
mutu;
b. SNI ISO 22000 tentang Sistem
manajemen mutu keamanan pangan;
c. SNI CAC/RCP 1 tentang rekomendasi
nasional kode praktis – prinsip umum
higiene pangan, dan/atau
d. Cara Produksi Pangan Olahan yang Baik
(CPPOB);

Catatan: sesuai yang diterapkan oleh


pemohon Sertifikasi.
- 1426 -

4. Pengetahuan yang dibuktikan dengan


sertifikat, tentang SNI produk stik kepiting
analog;
5. Pengetahuan yang dibuktikan dengan
sertifikat dan/atau pengalaman tentang
sektor bisnis produk stik kepiting analog; dan
6. Pengetahuan tentang produk, proses dan
organisasi pemohon Sertifikasi.

3 Determinasi
Determinasi mencakup 2 (dua) tahap evaluasi, yaitu evaluasi
tahap 1 (satu) dan evaluasi tahap 2 (dua).

3.1 Pelaksanaan evaluasi tahap 1 (satu)


3.1.1 Pada evaluasi tahap 1 (satu) dilakukan
pemeriksaan awal terhadap kesesuaian informasi
produk dan proses produksi yang disampaikan
Pemohon pada huruf D angka 1.3 terhadap
lingkup produk yang ditetapkan dalam SNI dan
peraturan terkait.

3.1.2 Apabila hasil evaluasi tahap 1 (satu)


menunjukkan ketidaksesuaian terhadap
persyaratan, Pemohon harus diberi kesempatan
untuk melakukan tindakan perbaikan dalam
jangka waktu tertentu sesuai dengan kebijakan
LSPro.

3.2 Pelaksanaan evaluasi tahap 2 (dua)


3.2.1 Evaluasi tahap 2 (dua) dilaksanakan melalui
auditproses produksidan CPPOB atau sistem
manajemen yang relevan serta pengujian produk.

3.2.2 Auditproses produksidan CPPOB atau sistem


manajemen yang relevan dilakukan pada saat
pabrik melakukan produksi produk yang diajukan
atau pada kondisi tertentu dilakukan melalui
- 1427 -

simulasi proses produksi produk yang diajukan


untuk disertifikasi.

3.2.3 Audit dilakukan dengan metode audit yang


merupakan kombinasi dari audit dokumen dan
rekaman, wawancara, observasi, demonstrasi,
atau metode audit lainnya.

3.2.4 Audit dilakukan terhadap:


a. tanggung jawab dan komitmen personel
penanggung jawab pabrik terhadap
konsistensi pemenuhan produk terhadap
persyaratan SNI;
b. ketersediaan dan pengendalian prosedur dan
rekaman pengendalian mutu, termasuk
pengujian rutin;
c. fasilitas, lokasi, desain dan tata letak,
bangunan, sanitasi peralatan, sanitasi ruang
proses, dan higiene personel sesuai dengan
ketentuan yang berlaku tentang CPPOB;
d. tahapan kritis proses produksi, mulai dari
bahan baku sampai produk akhir paling
sedikit pada tahapan sebagaimana diuraikan
dalam huruf L;
e. kelengkapan serta fungsi peralatan produksi
termasuk peralatan pengendalian mutu;
f. bukti verifikasi berdasarkan hasil kalibrasi
atau hasil verifikasi peralatan produksi
sebagaimana disebutkan pada huruf e yang
membuktikan bahwa peralatan tersebut
memenuhi persyaratan produksi. Hasil
verifikasi peralatan produksi dapat
ditunjukkan dengan prosedur yang
diperlukan untuk mencapai kondisi atau
persyaratan yang ditetapkan;
g. bukti tera atau tera ulang alat pengukur
berat produk dalam kemasan akhir;
- 1428 -

h. pengendalian dan penanganan produk yang


tidak sesuai; dan
i. pengemasan, penanganan, dan penyimpanan
produk, termasuk di gudang akhir produk
yang siap diedarkan.

3.2.5 Apabila Pemohon telah menerapkan dan


mendapatkan sertifikat SMKP berdasarkan SNI
ISO 22000 atau HACCP berdasarkan SNI
CAC/RCP 1 dari lembaga Sertifikasi yang
diakreditasi oleh KAN atau oleh badan akreditasi
penandatangan IAF/APAC MLA dengan ruang
lingkup yang sesuai, maka inspeksi pabrik atau
asesmen proses produksi dilakukan terhadap
implementasi sistem manajemen terkait mutu
produk tersebut dan angka 3.2.4 huruf d sampai
dengan huruf i.

3.2.6 Apabila Pemohon telah menerapkan dan


mendapatkan sertifikat SMM berdasarkan SNI ISO
9001 dari lembaga Sertifikasi yang diakreditasi
oleh KAN atau oleh badan akreditasi
penandatangan IAF/APAC MLA dengan ruang
lingkup yang sesuai, maka inspeksi pabrik atau
asesmen proses produksi dilakukan terhadap
implementasi sistem manajemen terkait mutu
produk tersebut dan angka 3.2.4 huruf c sampai
dengan huruf i.

3.2.7 Apabila Pemohon hanya melakukan kegiatan


pengemasan produk akhir, maka audit pada
angka 3.2.4 tidak berlaku, namun LSPro harus
memastikan kesesuaian terhadap:
a. produk yang akan dikemas sesuai
persyaratan SNI yang dibuktikan melalui
pemenuhan hasil uji yang diterbitkan oleh
laboratorium pihak ketiga yang diakreditasi
- 1429 -

oleh KAN atau badan akreditasi


penandatangan IAF/APAC MLA secara
periodik setiap batch dan mencakup seluruh
pemasok;
b. tahapan proses di pemasok yang dibuktikan
melalui penyertaan sertifikat CPPOB, sistem
manajemen atau sertifikat Pemeriksaan
Sarana dan Bangunan (PSB) yang dimiliki
oleh pemasok; dan
c. tahapan kritis proses produksi sebagaimana
diuraikan dalam huruf L, yang dibuktikan
melalui audit proses produksi pada seluruh
kegiatan yang dikendalikan oleh Pemohon.

3.2.8 Pengambilan contoh produk dilakukan saat audit


proses produksi berdasarkan persyaratan dalam
SNI. Pengambilan contoh produk untuk pengujian
dilakukan oleh personel kompeten yang
ditugaskan oleh LSPro. Contoh produk diambil
dari lini produksi atau gudang penyimpanan
produk.

3.2.9 Contoh produk diambil sesuai dengan kebutuhan


pengujian yang mewakili merek yang diajukan
untuk disertifikasi.
Catatan: merek dapat mewakili merek lainnya jika
memiliki spesifikasi yang sama

3.2.10 Pengujian dilakukan di laboratorium yang telah


menerapkan ISO/IEC 17025 untuk lingkup
produk yang disertifikasi. Penerapan ISO/IEC
17025 dapat dibuktikan melalui:
a. akreditasi oleh KAN;
b. akreditasi oleh badan akreditasi
penandatangan saling pengakuan dalam
forum APAC dan International Laboratory
Accreditation Cooperation (ILAC); atau
- 1430 -

c. penilaian yang dilakukan oleh LSPro


terhadap laboratorium.

3.2.11 Apabila pengujian dilakukan di laboratorium


Pemohon, maka LSPro harus memastikan
kesesuaian kompetensi dan imparsialitas proses
pengujian yang dilakukan, misalnya melalui
penyaksian proses pengujian.

3.2.12 Laboratorium Pemohon yang digunakan untuk


pengujian produk yang disertifikasi harus
memenuhi persyaratan sebagaimana tercantum
pada angka 3.2.10 huruf a atau huruf b.

3.2.13 Apabila berdasarkan hasil evaluasi tahap 2 (dua)


ditemukan ketidaksesuaian, Pemohon harus
diberi kesempatan untuk melakukan tindakan
perbaikan dalam jangka waktu tertentu sesuai
dengan kebijakan LSPro.

3.2.14 Apabila hasil pengujian dari laboratorium


menunjukkan ketidaksesuaian maka dapat
dilakukan pengujian ulangpaling lamasatu kali
dengan mengambil contoh ulang dari lini produksi
atau gudang penyimpanan produk.

4 Tinjauan dan keputusan


4.1 Tinjauan
4.1.1 Tinjauan hasil evaluasi dilakukan terhadap
pemenuhan seluruh persyaratan Sertifikasi dan
kesesuaian proses Sertifikasi, mulai dari
pengajuan permohonan Sertifikasi, pelaksanaan
evaluasi tahap 1 (satu) dan evaluasi tahap 2 (dua).

4.1.2 Tinjauan hasil evaluasi dinyatakan dalam bentuk


rekomendasi tertulis tentang pemenuhan SNI
- 1431 -

yang diajukan oleh Pemohon untuk produk yang


diajukan untuk disertifikasi.

4.2 Penetapan keputusan Sertifikasi


4.2.1 Penetapan keputusan Sertifikasi dilakukan
berdasarkan rekomendasi yang dihasilkan dari
proses tinjauan.

4.2.2 Penetapan keputusan Sertifikasi harus dilakukan


oleh 1 (satu) orang atau sekelompok orang yang
tidak terlibat dalam proses evaluasi.

4.2.3 Penetapan keputusan Sertifikasi dapat dilakukan


oleh 1 (satu) orang atau sekelompok orang yang
sama dengan yang melakukan tinjauan.

4.2.4 Rekomendasi untuk keputusan Sertifikasi


berdasarkan hasil tinjauan harus
didokumentasikan, kecuali tinjauan dan
keputusan Sertifikasi diselesaikan secara
bersamaan oleh orang atau sekelompok orang
yang sama.

4.2.5 LSPro harus memberitahu secara tertulis kepada


Pemohon terkait menunda atau tidak memberikan
keputusan Sertifikasi, dan harus menyampaikan
alasan keputusan tersebut.

4.2.6 Apabila Pemohon menunjukkan keinginan untuk


melanjutkan proses Sertifikasi setelah LSPro
memutuskan tidak memberikan Sertifikasi,
Pemohon dapat menyampaikan permohonan
untuk melanjutkan proses Sertifikasi.

4.2.7 Permohonan melanjutkan proses Sertifikasi harus


disampaikan oleh Pemohon kepada LSPro secara
- 1432 -

tertulis paling lambat 1 (satu) bulan setelah


pemberitahuan keputusan tidak memberikan
Sertifikasi diterbitkan oleh LSPro. Proses
Sertifikasi dapat dimulai kembali dari evaluasi
tahap 2 (dua).

4.3 Bukti kesesuaian


4.3.1 Bukti kesesuaian berupa sertifikat kesesuaian
yang diterbitkan oleh LSPro. LSPro menerbitkan
sertifikat kesesuaian kepada Pemohon yang telah
memenuhi persyaratan Sertifikasi. Sertifikat
kesesuaian berlaku selama 4 (empat) tahun
setelah diterbitkan.

4.3.2 Sertifikat kesesuaian terhadap persyaratan SNI


paling sedikit harus memuat:
1. nomor sertifikat atau identifikasi unik
lainnya;
2. nomor atau identifikasi lain dari skema
Sertifikasi;
3. nama dan alamat LSPro;
4. nama dan alamat Pemohon (pemegang
sertifikat);
5. nomor atau identifikasi lain yang mengacu ke
perjanjian Sertifikasi;
6. pernyataan kesesuaian yang mencakup:
a. jenis/tipe/varian produk sesuai
peraturan kategori pangan yang berlaku,
b. jenis kemasan produk yang disertifikasi,
c. merek produk yang disertifikasi,
d. SNI yang menjadi dasar Sertifikasi, dan
e. nama dan alamat lokasi produksi;
7. status akreditasi atau pengakuan LSPro;
8. tanggal penerbitan sertifikat dan masa
berlakunya, serta riwayat sertifikat;dan
9. tanda tangan yang mengikat secara hukum
dari personel yang bertindak atas nama
- 1433 -

LSPro sesuai dengan ketentuan peraturan


perundang-undangan.

E Pemeliharaan Sertifikasi
1 Pengawasan oleh LSPro
Pengawasan oleh LSPro dilakukan dengan kegiatan
surveilans. LSPro harus melaksanakan kunjungan surveilans
paling sedikit 2 (dua) kali dalam periode Sertifikasi, dengan
jarak antar evaluasi paling lama 12 (dua belas) bulan.
Kunjungan surveilans dilakukan melalui kegiatan evaluasi
berupa audit dan pengujian.

2 Sertifikasi ulang
2.1 LSPro harus melaksanakan Sertifikasi ulang paling
lambat 6 (enam) bulan sebelum masa berlaku sertifikat
berakhir.

2.2 Pelaksanaan Sertifikasi ulang dilakukan sesuai dengan


tahapan pada prosedur administratif.

2.3 Apabila tidak ada perubahan yang signifikan terkait


produk dan proses produksi sesuai dengan hasil audit
terakhir, maka LSPro dapat tidak melakukan evaluasi
tahap 1 (satu).

2.4 Apabila berdasarkan hasil Sertifikasi ulang ditemukan


ketidaksesuaian, Pemohon harus diberi kesempatan
untuk melakukan tindakan perbaikan dalam jangka
waktu tertentu sesuai dengan kebijakan LSPro.

F Evaluasi khusus
LSPro dapat melaksanakan evaluasi khusus dalam rangka audit
perluasan lingkup maupun tindak lanjut (investigasi) atas keluhan
atau informasi yang ada. Evaluasi khusus dalam rangka
investigasi keluhan atau informasi yang ada dilakukan oleh
auditor yang memiliki kompetensi untuk melakukan investigasi
- 1434 -

dan terbatas pada permasalahan yang ada, serta dilakukan dalam


waktu yang singkat dari diperolehnya keluhan atau informasi.
Tahapan evaluasi khusus dalam rangka perluasan lingkup
dilakukan sesuai dengan tahapan prosedur administratif namun
terbatas pada perluasan lingkup yang diajukan. Evaluasi terhadap
perluasan lingkup Sertifikasi dapat dilakukan terpisah maupun
bersamaan dengan surveilans.

G Ketentuan pengurangan, pembekuan, dan pencabutan Sertifikasi


1 Pengurangan lingkup Sertifikasi
Pemohon dapat mengajukan pengurangan lingkup Sertifikasi
selama periode Sertifikasi.

2 Pembekuan dan pencabutan Sertifikasi


2.1 LSPro dapat membekukan Sertifikasi apabila Pemohon:
a. tidak mampu memperbaiki ketidaksesuaian yang
diterbitkan oleh LSPro pada saat surveilans
dan/atau saat evaluasi khusus; atau
b. menyampaikan permintaan pembekuan Sertifikasi
kepada LSPro.

2.2 LSPro harus membatasi periode pembekuan Sertifikasi


paling lama 6 (enam) bulan.

2.3 LSPro dapat melakukan pencabutan Sertifikasi Apabila


Pemohon:
a. tidak mampu memperbaiki ketidaksesuaian yang
mengakibatkan pembekuan Sertifikasi melebihi
batas waktu yang ditentukan; atau
b. menyampaikan permintaan pencabutan Sertifikasi
kepada LSPro.

2.4 LSPro dapat mempertimbangkan pembekuan atau


pencabutan Sertifikasi atau tindakan lainnya yang
disebabkan oleh faktor lainnya dengan
mempertimbangkan risiko yang ditemukan.
- 1435 -

H Keluhan dan banding


LSPro harus mengembangkan aturan penanganan keluhan dan
banding dengan mempertimbangkan kompetensi dan imparsialitas
pelaksanaan penanganan keluhan dan banding.

I Informasi publik
LSPro harus memublikasikan informasi kepada publik sesuai
persyaratan ISO/IEC 17065 termasuk informasi pelanggan yang
disertifikasi, dibekukan dan dicabut. Informasi publik terkait
informasi pelanggan yang disertifikasi, dibekukan dan dicabut
tersebut juga harus disampaikan melalui Aplikasi Barang Ber-SNI
(BangBeni) https://bangbeni.bsn.go.id.

J Kondisi khusus
Dalam hal ditemukan situasi yang tidak memungkinkan
penerapan persyaratan tertentu dalam Sertifikasi ini, maka akan
ditetapkan kebijakan BSN dengan mempertimbangkan masukan
dari KAN dan para pemangku kepentingan lainnya.

K Penggunaan tanda SNI


1 Penggunaan tanda SNI dilakukan setelah mendapatkan
persetujuan penggunaan tanda SNI melalui Surat Persetujuan
Penggunaan Tanda (SPPT) SNI yang dikeluarkan oleh BSN
sesuai dengan ketentuan dalam Peraturan BSN yang
mengatur mengenai tata cara penggunaan tanda SNI dan
tanda kesesuaian berbasis SNI.

2 Permohonan persetujuan penggunaan tanda SNI diajukan


kepada BSN disertai dengan dokumen persyaratan yang
diatur dalam Peraturan BSN yang mengatur mengenai tata
cara penggunaan tanda SNI dan tanda kesesuaian berbasis
SNI.

3 Tanda SNI sebagai bukti kesesuaian produk yang telah


memenuhi SNI adalah sebagai berikut:
- 1436 -

Dengan ukuran:

Keterangan:
y = 11x
r = 0,5x

L Tahapan kritis proses produksi produk stik kepiting analog

Tahapan kritis
No. Penjelasan tahapan kritis
proses produksi

1. Pemilihan bahan Bahan baku, bahan tambahan


baku, bahan pangan dan bahan kemasan harus
tambahan pangan memenuhi persyaratan yang
dan bahan kemasan ditetapkan atau peraturan terkait
yang berlaku
2. Proses produksi Proses produksi dilakukan dengan
metode tertentu yang dikendalikan
dan memperhatikan kesesuaian
proses, termasuk kondisi
-1437-

Tahapan kritis
No. Penjelasan tahapan kritis
proses produksi

lingkungan kerja, kompetensi SDM,


peralatan produksi dan alat
pemantauan sesuai persyaratan
yang ditetapkan
3. Pengendalian mutu Pengendalian mutu produk
dilakukan dengan metode tertentu
yang dikendalikan, untuk
memastikan produk sesuai dengan
persyaratan mutu dan keamanan
yang ditetapkan
4. Pengemasan Pengemasan produk dilakukan
dengan metode tertentu yang
dikendalikan sesuai dengan
persyaratan SNI dan peraturan
terkait yang berlaku

5. Penandaan Penandaan dilakukan sesuai

dengan persyaratan SNI dan


peraturan terkait yang berlaku
Keterangan: Urutan tahapan kritis proses produksi disetiap
pemohon dapat berbeda

KEPALA BADAN STANDARDTSASI NASIONAL

REPUBLIK INDONESIA.

TTD

BAMBANG PRASETYA

ijesuai dengan aslinya


Kepal aya Manusia, Organisasi, dan Hukum

argahavu
- 1438 -

LAMPIRAN XCII
PERATURAN BADAN STANDARDISASI NASIONAL
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 1 TAHUN 2020
TENTANG
SKEMA PENILAIAN KESESUAIAN TERHADAP STANDAR
NASIONAL INDONESIA SEKTOR MAKANAN DAN MINUMAN

PETUNJUK TEKNIS SKEMA SERTIFIKASI PRODUK DAGING KERANG


MASAK DINGIN

A Ruang lingkup
Dokumen ini berlaku untuk acuan pelaksanaan Sertifikasi produk
daging kerang (bivalvia) masak dingin kecuali tiram (oyster) dan
simping (scallop), dan tidak berlaku untuk produk daging kerang
yang mengalami pengolahan lebih lanjut.

B Persyaratan acuan
Persyaratan acuan Sertifikasi produk daging kerang masak dingin
mencakup:
1. SNI produk daging kerang masak dingin sebagaimana
ditetapkan dalam Keputusan Kepala Badan Standardisasi
Nasional mengenai daftar SNI sektor Makanan dan Minuman;
2. SNI dan standar lain yang diacu dalam SNI sebagaimana
dimaksud dalam angka 1;
3. Peraturan yang mengatur tentang label dan iklan pangan;
4. Peraturan yang mengatur tentang cara produksi pangan
olahan yang baik (Good Manufacturing Practices);
5. Peraturan yang mengatur tentang kemasan pangan;
6. Peraturan yang mengatur tentang bahan tambahan pangan;
7. Penerapan Cara Produksi Pangan Olahan yang Baik (CPPOB),
Sistem Manajemen Mutu (SMM) berdasarkan SNI ISO 9001,
Sistem Manajemen Mutu Keamanan Pangan (SMKP)
berdasarkan SNI ISO 22000 atau HACCP berdasarkan SNI
CAC/RCP 1; dan
8. Peraturan lainyang terkait produk daging kerang masak
dingin.
- 1439 -

C Jenis kegiatan penilaian kesesuaian


Sertifikasi produk daging kerang masak dingin dilakukan oleh LPK
yang telah diakreditasi oleh KAN berdasarkan SNI ISO/IEC 17065,
Penilaian Kesesuaian – Persyaratan untuk Lembaga Sertifikasi
Produk, Proses, dan Jasa, untuk lingkup produk daging kerang
masak dingin.
Dalam hal LPK belum ada yang diakreditasi KAN untuk melakukan
kegiatan Sertifikasi dengan ruang lingkup produk daging kerang
masak dingin, BSN dapat menunjuk LPK dengan lingkup yang
sejenis sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

D Prosedur administratif
1 Pengajuan permohonan Sertifikasi
1.1 LSPro harus menyusun format permohonan Sertifikasi
bagi pelaku usaha untuk mendapatkan seluruh
informasi seperti diatur pada huruf D angka 1.3.

1.2 Pengajuan permohonan Sertifikasi dilakukan oleh pelaku


usaha. Kriteria pelaku usaha yang dapat mengajukan
Sertifikasi sesuai Peraturan BSN yang mengatur
mengenai tata cara penggunaan tanda SNI dan tanda
kesesuaian berbasis SNI.

1.3 Permohonan Sertifikasi harus dilengkapi dengan:


a. informasi Pemohon:
1. nama Pemohon, alamat Pemohon, serta nama
dan kedudukan atau jabatan personel yang
bertanggung jawab atas pengajuan permohonan
Sertifikasi;
2. bukti pemenuhan persyaratan izin usaha sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan;
3. bukti izin edar produk sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan;
4. bukti kepemilikan atas merek atau tanda daftar
yang dikeluarkan oleh Kementerian Hukum dan
Hak Asasi Manusia;
- 1440 -

5. apabila Pemohon melakukan pembuatan


produk dengan merek yang dimiliki oleh pihak
lain, menyertakan bukti perjanjian yang
mengikat secara hukum untuk melakukan
pembuatan produk untuk pihak lain;
6. apabila Pemohon bertindak sebagai pemilik
merek yang mensubkontrakkan proses
produksinya kepada pihak lain, menyertakan
bukti kepemilikan merek dan perjanjian
subkontrak pelaksanaan produksi dengan
pihak lain;
7. apabila Pemohon bertindak sebagai perwakilan
resmi pemilik merek yang berkedudukan
hukum di luar negeri, menyertakan bukti
perjanjian yang mengikat secara hukum
tentang penunjukan sebagai perwakilan resmi
pemilik merek di wilayah Republik Indonesia;
dan
8. pernyataan bahwa Pemohon bertanggung jawab
penuh atas pemenuhan persyaratan SNI dan
pemenuhan persyaratan proses Sertifikasi,
serta bersedia memberikan akses terhadap
lokasi dan/atau informasi yang diperlukan oleh
LSPro dalam melaksanakan kegiatan Sertifikasi.
b. informasi produk:
1. merek produk yang diajukan untuk
disertifikasi;
2. jenis/tipe/varian produk sesuai peraturan
kategori pangan yang berlaku;
3. spesifikasi produk setiap merek yang diajukan
untuk disertifikasi;
4. SNI yang digunakan sebagai dasar pengajuan
permohonan Sertifikasi;
5. daftar bahan baku termasuk bahan tambahan
pangan;
6. label produk;
7. jenis kemasan produk;
- 1441 -

8. foto produk dalam kemasan primer yang


diajukan untuk disertifikasi (dari arah depan,
belakang dan samping), serta informasi terkait
kemasan primer produk; dan
9. apabila ada, foto kemasan sekunder dan tersier
produk yang diajukan untuk disertifikasi, dari
arah depan, belakang, dan samping.
c. informasi proses produksi:
1. nama, alamat, dan legalitas hukum pabrik
(apabila berbeda dengan legalitas Pemohon);
2. nama dan alamat fasilitas produksi mencakup
semua fasilitas yang digunakan untuk
memproduksi produk yang akan disertifikasi
(misal gudang bahan baku, produksi,
pengemasan produk, pengangkutan produk
jadi, gudang produk jadi dan lainnya) termasuk
kegiatan yang dialihdayakan;
3. struktur organisasi;
4. dokumentasi tentang desain dan tata letak
proses produksi serta proses pembuatan
produk yang diajukan untuk disertifikasi;
5. dokumentasi terkait proses dan pengendalian
produksi;
6. dokumentasi tentang peralatan produksi dan
pengukuran termasuk program
kalibrasi/verifikasi peralatan; dan
7. apabila telah tersedia, menyertakan sertifikat
penerapan Sistem Manajemen Mutu
berdasarkan SNI ISO 9001 atau Sistem
Manajemen Keamanan Pangan berdasarkan SNI
ISO 22000 atau HACCP berdasarkan SNI
CAC/RCP 1 dari lembaga Sertifikasi yang
diakreditasi oleh KAN atau oleh badan
akreditasi penandatangan International
Accreditation Forum (IAF)/Asia Pacific
Accreditation Cooperation (APAC) Multilateral
- 1442 -

Recognition Agreement (MLA) dengan ruang


lingkup yang sesuai.

2 Seleksi
2.1 Tinjauan permohonan Sertifikasi
2.1.1 LSPro harus memastikan bahwa informasi yang
diperoleh dari permohonan Sertifikasi yang
diajukan oleh Pemohon telah lengkap dan
memenuhi persyaratan, serta dapat memastikan
kemampuan LSPro untuk menindaklanjuti
permohonan Sertifikasi.

2.1.2 Tinjauan permohonan Sertifikasi harus dilakukan


oleh personel yang memiliki kompetensi sesuai
dengan lingkup permohonan Sertifikasi.

2.2 Penandatanganan perjanjian Sertifikasi


Setelah permohonan Sertifikasi dinyatakan lengkap dan
memenuhi persyaratan serta Pemohon menyetujui
persyaratan dan prosedur Sertifikasi yang ditetapkan
oleh LSPro, dilakukan penandatanganan perjanjian
Sertifikasi oleh Pemohon dan LSPro.

2.3 Penyusunan rencana evaluasi


2.3.1 Berdasarkan informasi yang diperoleh dari
persyaratan permohonan Sertifikasi yang
disampaikan oleh Pemohon, LSPro menetapkan
rencana evaluasi yang mencakup:
a. tujuan, waktu, durasi, lokasi pelaksanaan,
tim, metode, dan agenda evaluasi proses
produksi dan CPPOB atau sistem manajemen
yang relevan dengan pelaksanaan proses
produksi produk yang diajukan untuk
disertifikasi;
b. jenis/tipe/varian produk yang diajukan
untuk disertifikasi dan metode pengambilan
contoh sesuai dengan persyaratan SNI yang
- 1443 -

diperlukan untuk pengujian produk, yang


mewakili contoh produk yang diusulkan
untuk disertifikasi;
c. informasi SNI yang digunakan sebagai dasar
Sertifikasi berdasarkan permohonan yang
diajukan oleh Pemohon; dan
d. waktu yang diperlukan untuk pelaksanaan
pengujian berdasarkan standar acuan
metode uji yang dipersyaratkan.

2.3.2 Rencana evaluasi harus mempertimbangkan


kesesuaian produksi yang dilakukan oleh pabrik
sesuai lingkup produk yang diajukan untuk
disertifikasi.

2.3.3 Pelaksanaan evaluasi dilakukan oleh auditor atau


tim audit yang memiliki kriteria kompetensi
sebagai berikut:
1. Pengetahuan tentang prinsip, praktik dan
teknik audit;
2. Pengetahuan tentang proses dan prosedur
Sertifikasi yang ditetapkan oleh LSPro;
3. Pengetahuan tentang standar sistem
manajemen:
a. SNI ISO 9001 tentang sistem manajemen
mutu,;
b. SNI ISO 22000 tentang sistem
manajemen mutu keamanan pangan,;
c. SNI CAC/RCP 1 tentang rekomendasi
nasional kode praktis – prinsip umum
higiene pangan, dan/atau
d. Cara Produksi Pangan Olahan yang Baik
(CPPOB).

Catatan: sesuai yang diterapkan oleh


pemohon Sertifikasi.
- 1444 -

4. Pengetahuan yang dibuktikan dengan


seritifikat, tentang SNI produk daging kerang
masak dingin;
5. Pengetahuan yang dibuktikan dengan
sertifikat dan/atau pengalaman tentang
sektor bisnis produk daging kerang masak
dingin; dan
6. Pengetahuan tentang produk, proses dan
organisasi pemohon Sertifikasi.

3 Determinasi
Determinasi mencakup 2 (dua) tahap evaluasi, yaitu evaluasi
tahap 1 (satu) dan evaluasi tahap 2 (dua).

3.1 Pelaksanaan evaluasi tahap 1 (satu)


3.1.1 Pada evaluasi tahap 1 (satu) dilakukan
pemeriksaan awal terhadap kesesuaian informasi
produk dan proses produksi yang disampaikan
Pemohon pada huruf D angka 1.3 terhadap
lingkup produk yang ditetapkan dalam SNI dan
peraturan terkait.

3.1.2 Apabila hasil evaluasi tahap 1 (satu)


menunjukkan ketidaksesuaian terhadap
persyaratan, Pemohon harus diberi kesempatan
untuk melakukan tindakan perbaikan dalam
jangka waktu tertentu sesuai dengan kebijakan
LSPro.

3.2 Pelaksanaan evaluasi tahap 2 (dua)


3.2.1 Evaluasi tahap 2 (dua) dilaksanakan melalui audit
proses produksi dan CPPOB atau sistem
manajemen yang relevan serta pengujian produk.

3.2.2 Audit proses produksi dan CPPOB atau sistem


manajemen yang relevan dilakukan pada saat
pabrik melakukan produksi produk yang diajukan
- 1445 -

atau pada kondisi tertentu dilakukan melalui


simulasi proses produksi produk yang diajukan
untuk disertifikasi.

3.2.3 Audit dilakukan dengan metode audit yang


merupakan kombinasi dari audit dokumen dan
rekaman, wawancara, observasi, demonstrasi,
atau metode audit lainnya.

3.2.4 Audit dilakukan terhadap:


a. tanggung jawab dan komitmen personel
penanggung jawab pabrik terhadap
konsistensi pemenuhan produk terhadap
persyaratan SNI;
b. ketersediaan dan pengendalian prosedur dan
rekaman pengendalian mutu, termasuk
pengujian rutin;
c. fasilitas, lokasi, desain dan tata letak,
bangunan, sanitasi peralatan, sanitasi ruang
proses, dan higiene personel sesuai dengan
ketentuan yang berlaku tentang CPPOB;
d. tahapan kritis proses produksi, mulai dari
bahan baku sampai produk akhir paling
sedikit pada tahapan sebagaimana diuraikan
dalam huruf L;
e. kelengkapan serta fungsi peralatan produksi
termasuk peralatan pengendalian mutu;
f. bukti verifikasi berdasarkan hasil kalibrasi
atau hasil verifikasi peralatan produksi
sebagaimana disebutkan pada huruf e yang
membuktikan bahwa peralatan tersebut
memenuhi persyaratan produksi. Hasil
verifikasi peralatan produksi dapat
ditunjukkan dengan prosedur yang
diperlukan untuk mencapai kondisi atau
persyaratan yang ditetapkan;
- 1446 -

g. bukti tera atau tera ulang alat pengukur


berat produk dalam kemasan akhir;
h. pengendalian dan penanganan produk yang
tidak sesuai; dan
i. pengemasan, penanganan, dan penyimpanan
produk, termasuk di gudang akhir produk
yang siap diedarkan.

3.2.5 Apabila Pemohon telah menerapkan dan


mendapatkan sertifikat SMKP berdasarkan SNI
ISO 22000 atau HACCP berdasarkan SNI
CAC/RCP 1 dari lembaga Sertifikasi yang
diakreditasi oleh KAN atau oleh badan akreditasi
penandatangan IAF/APAC MLA dengan ruang
lingkup yang sesuai, maka inspeksi pabrik atau
asesmen proses produksi dilakukan terhadap
implementasi sistem manajemen terkait mutu
produk tersebut dan angka 3.2.4 huruf d sampai
dengan huruf i.

3.2.6 Apabila Pemohon telah menerapkan dan


mendapatkan sertifikat SMM berdasarkan SNI ISO
9001 dari lembaga Sertifikasi yang diakreditasi
oleh KAN atau oleh badan akreditasi
penandatangan IAF/APAC MLA dengan ruang
lingkup yang sesuai, maka inspeksi pabrik atau
asesmen proses produksi dilakukan terhadap
implementasi sistem manajemen terkait mutu
produk tersebut dan angka 3.2.4 huruf c sampai
dengan huruf i.

3.2.7 Apabila Pemohon hanya melakukan kegiatan


pengemasan produk akhir, maka audit pada
angka 3.2.4 tidak berlaku, namun LSPro harus
memastikan kesesuaian terhadap:
a. produk yang akan dikemas sesuai
persyaratan SNI, yang dibuktikan melalui
- 1447 -

pemenuhan hasil uji yang diterbitkan oleh


laboratorium pihak ketiga yang diakreditasi
oleh KAN atau badan akreditasi
penandatangan IAF/APAC MLA secara
periodik setiap batch dan mencakup seluruh
pemasok;
b. tahapan proses di pemasok yang dibuktikan
melalui penyertaan sertifikat CPPOB, sistem
manajemen atau sertifikat Pemeriksaan
Sarana dan Bangunan (PSB) yang dimiliki
oleh pemasok; dan
c. tahapan kritis proses produksi sebagaimana
diuraikan dalam huruf L, yang dibuktikan
melalui audit proses produksi pada seluruh
kegiatan yang dikendalikan oleh Pemohon.

3.2.8 Pengambilan contoh produk dilakukan saat audit


proses produksi berdasarkan persyaratan dalam
SNI. Pengambilan contoh produk untuk pengujian
dilakukan oleh personel kompeten yang
ditugaskan oleh LSPro. Contoh produk diambil
dari lini produksi atau gudang penyimpanan
produk.

3.2.9 Contoh produk diambil sesuai dengan kebutuhan


pengujian yang mewakili merek yang diajukan
untuk disertifikasi.
Catatan: merek dapat mewakili merek lainnya jika
memiliki spesifikasi yang sama.

3.2.10 Pengujian dilakukan di laboratorium yang telah


menerapkan ISO/IEC 17025 untuk lingkup
produk yang disertifikasi. Penerapan ISO/IEC
17025 dapat dibuktikan melalui:
a. akreditasi oleh KAN;
b. akreditasi oleh badan akreditasi
penandatangan saling pengakuan dalam
- 1448 -

forum APAC dan International Laboratory


Accreditation Cooperation (ILAC); atau
c. penilaian yang dilakukan oleh LSPro
terhadap laboratorium.

3.2.11 Apabila pengujian dilakukan di laboratorium


Pemohon, maka LSPro harus memastikan
kesesuaian kompetensi dan imparsialitas proses
pengujian yang dilakukan, misalnya melalui
penyaksian proses pengujian.

3.2.12 Laboratorium Pemohon yang digunakan untuk


pengujian produk yang disertifikasi harus
memenuhi persyaratan sebagaimana tercantum
pada angka 3.2.10 huruf a atau huruf b.

3.2.13 Apabila berdasarkan hasil evaluasi tahap 2 (dua)


ditemukan ketidaksesuaian, Pemohon harus
diberi kesempatan untuk melakukan tindakan
perbaikan dalam jangka waktu tertentu sesuai
dengan kebijakan LSPro.

3.2.14 Apabila hasil pengujian dari laboratorium


menunjukkan ketidaksesuaian maka dapat
dilakukan pengujian ulang paling banyak 1 (satu)
kali dengan mengambil contoh ulang dari lini
produksi atau gudang penyimpanan produk.

4 Tinjauan dan keputusan


4.1 Tinjauan
4.1.1 Tinjauan hasil evaluasi dilakukan terhadap
pemenuhan seluruh persyaratan Sertifikasi dan
kesesuaian proses Sertifikasi, mulai dari
pengajuan permohonan Sertifikasi, pelaksanaan
evaluasi tahap 1 (satu) dan evaluasi tahap 2 (dua).

4.1.2 Tinjauan hasil evaluasi dinyatakan dalam bentuk


rekomendasi tertulis tentang pemenuhan SNI
- 1449 -

yang diajukan oleh Pemohon untuk produk yang


diajukan untuk disertifikasi.

4.2 Penetapan keputusan Sertifikasi


4.2.1 Penetapan keputusan Sertifikasi dilakukan
berdasarkan rekomendasi yang dihasilkan dari
proses tinjauan.

4.2.2 Penetapan keputusan Sertifikasi harus dilakukan


oleh 1 (satu) orang atau sekelompok orang yang
tidak terlibat dalam proses evaluasi.

4.2.3 Penetapan keputusan Sertifikasi dapat dilakukan


oleh 1 (satu) orang atau sekelompok orang yang
sama dengan yang melakukan tinjauan.

4.2.4 Rekomendasi untuk keputusan Sertifikasi


berdasarkan hasil tinjauan harus
didokumentasikan, kecuali tinjauan dan
keputusan Sertifikasi diselesaikan secara
bersamaan oleh orang atau sekelompok orang
yang sama.

4.2.5 LSPro harus memberitahu secara tertulis kepada


Pemohon terkait menunda atau tidak memberikan
keputusan Sertifikasi, dan harus menyampaikan
alasan keputusan tersebut.

4.2.6 Apabila Pemohon menunjukkan keinginan untuk


melanjutkan proses Sertifikasi setelah LSPro
memutuskan tidak memberikan Sertifikasi,
Pemohon dapat menyampaikan permohonan
untuk melanjutkan proses Sertifikasi.

4.2.7 Permohonan melanjutkan proses Sertifikasi harus


disampaikan oleh Pemohon kepada LSPro secara
- 1450 -

tertulis paling lambat 1 (satu) bulan setelah


pemberitahuan keputusan tidak memberikan
Sertifikasi diterbitkan oleh LSPro. Proses
Sertifikasi dapat dimulai kembali dari evaluasi
tahap 2 (dua).

4.3 Bukti kesesuaian


4.3.1 Bukti kesesuaian berupa sertifikat kesesuaian
yang diterbitkan oleh LSPro. LSPro menerbitkan
sertifikat kesesuaian kepada Pemohon yang telah
memenuhi persyaratan Sertifikasi. Sertifikat
kesesuaian berlaku selama 4 (empat) tahun
setelah diterbitkan.

4.3.2 Sertifikat kesesuaian terhadap persyaratan SNI


paling sedikit harus memuat:
1. nomor sertifikat atau identifikasi unik
lainnya;
2. nomor atau identifikasi lain dari skema
Sertifikasi;
3. nama dan alamat LSPro;
4. nama dan alamat Pemohon (pemegang
sertifikat);
5. nomor atau identifikasi lain yang mengacu ke
perjanjian Sertifikasi;
6. pernyataan kesesuaian yang mencakup:
a. jenis/tipe/varian produk sesuai
peraturan kategori pangan yang berlaku;
b. jenis kemasan produk yang disertifikasi;
c. merek produk yang disertifikasi;
d. SNI yang menjadi dasar Sertifikasi; dan
e. nama dan alamat lokasi produksi.
7. status akreditasi atau pengakuan LSPro;
8. tanggal penerbitan sertifikat dan masa
berlakunya, serta riwayat sertifikat; dan
9. tanda tangan yang mengikat secara hukum
dari personel yang bertindak atas nama
- 1451 -

LSPro sesuai dengan ketentuan peraturan


perundang-undangan.

E Pemeliharaan Sertifikasi
1. Pengawasan oleh LSPro
Pengawasan oleh LSPro dilakukan melalui kegiatan
surveilans. LSPro harus melaksanakan kunjungan surveilans
paling sedikit 2 (dua) kali dalam periode Sertifikasi, dengan
jarak antar evaluasi paling lama 12 (dua belas) bulan.
Kunjungan surveilans dilakukan melalui kegiatan proses
audit dan pengujian.

2. Sertifikasi ulang
2.1 LSPro harus melaksanakan Sertifikasi ulang paling
lambat 6 (enam) bulan sebelum masa berlaku sertifikat
berakhir.

2.2 Pelaksanaan Sertifikasi ulang dilakukan sesuai dengan


tahapan pada prosedur administratif.

2.3 Apabila tidak ada perubahan yang signifikan terkait


produk dan proses produksi sesuai dengan hasil audit
terakhir, maka LSPro dapat tidak melakukan evaluasi
tahap 1 (satu).

2.4 Apabila berdasarkan hasil Sertifikasi ulang ditemukan


ketidaksesuaian, Pemohon harus diberi kesempatan
untuk melakukan tindakan perbaikan dalam jangka
waktu tertentu sesuai dengan kebijakan LSPro.

F Evaluasi khusus
LSPro dapat melaksanakan evaluasi khusus dalam rangka audit
perluasan lingkup maupun tindak lanjut (investigasi) atas keluhan
atau informasi yang ada. Evaluasi khusus dalam rangka
investigasi keluhan atau informasi yang ada dilakukan oleh
auditor yang memiliki kompetensi untuk melakukan investigasi
- 1452 -

dan terbatas pada permasalahan yang ada, serta dilakukan dalam


waktu yang singkat dari diperolehnya keluhan atau informasi.
Tahapan evaluasi khusus dalam rangka perluasan lingkup
dilakukan sesuai dengan tahapan prosedur administratif namun
terbatas pada perluasan lingkup yang diajukan. Evaluasi terhadap
perluasan lingkup Sertifikasi dapat dilakukan terpisah maupun
bersamaan dengan surveilans.

G Ketentuan pengurangan, pembekuan, dan pencabutan Sertifikasi


1 Pengurangan lingkup Sertifikasi
Pemohon dapat mengajukan pengurangan lingkup Sertifikasi
selama periode Sertifikasi.

2 Pembekuan dan pencabutan Sertifikasi


2.1 LSPro dapat membekukan Sertifikasi apabila Pemohon:
a. tidak mampu memperbaiki ketidaksesuaian yang
diterbitkan oleh LSPro pada saat surveilans
dan/atau saat evaluasi khusus; atau
b. menyampaikan permintaan pembekuan Sertifikasi
kepada LSPro.

2.2 LSPro harus membatasi periode pembekuan Sertifikasi


paling lama 6 (enam) bulan.

2.3 LSPro dapat melakukan pencabutan Sertifikasi Apabila


Pemohon:
a. tidak mampu memperbaiki ketidaksesuaian yang
mengakibatkan pembekuan Sertifikasi melebihi
batas waktu yang ditentukan; atau
b. menyampaikan permintaan pencabutan Sertifikasi
kepada LSPro.

2.4 LSPro dapat mempertimbangkan pembekuan atau


pencabutan Sertifikasi, atau tindakan lainnya yang
disebabkan oleh faktor lainnya dengan
mempertimbangkan risiko yang ditemukan.
- 1453 -

H Keluhan dan banding


LSPro harus mengembangkan aturan penanganan keluhan dan
banding dengan mempertimbangkan kompetensi dan imparsialitas
pelaksanaan penanganan keluhan dan banding.

I Informasi publik
LSPro harus memublikasikan informasi kepada publik sesuai
persyaratan ISO/IEC 17065 termasuk informasi pelanggan yang
disertifikasi, dibekukan dan dicabut. Informasi publik terkait
informasi pelanggan yang disertifikasi, dibekukan dan dicabut
tersebut juga harus disampaikan melalui Aplikasi Barang Ber-SNI
(BangBeni) https://bangbeni.bsn.go.id.

J Kondisi khusus
Dalam hal ditemukan situasi yang tidak memungkinkan
penerapan persyaratan tertentu dalam Sertifikasi ini, maka akan
ditetapkan kebijakan BSN dengan mempertimbangkan masukan
dari KAN dan para pemangku kepentingan lainnya.

K Penggunaan Tanda SNI


1 Penggunaan tanda SNI dilakukan setelah mendapatkan
persetujuan penggunaan tanda SNI melalui Surat Persetujuan
Penggunaan Tanda (SPPT) SNI yang dikeluarkan oleh BSN
sesuai dengan ketentuan dalam Peraturan BSN yang
mengatur mengenai tata cara penggunaan tanda SNI dan
tanda kesesuaian berbasis SNI.

2 Permohonan persetujuan penggunaan tanda SNI diajukan


kepada BSN disertai dengan dokumen persyaratan yang
diatur dalam Peraturan BSN mengenai tata cara penggunaan
tanda SNI dan tanda kesesuaian berbasis SNI.

3 Tanda SNI sebagai bukti kesesuaian produk yang telah


memenuhi SNI adalah sebagai berikut:
- 1454 -

Dengan ukuran:

Keterangan:
y = 11x
r = 0,5x

L Tahapan kritis proses produksi produk daging kerang masak


dingin

Tahapan kritis proses


No. Penjelasan tahapan kritis
produksi

1. Pemilihan bahan Bahan baku, bahan tambahan


baku, bahan pangan dan bahan kemasan harus
tambahan pangan memenuhi persyaratan yang
dan bahan kemasan ditetapkan atau peraturan terkait
yang berlaku
2. Proses produksi Proses produksi dilakukan dengan
metode tertentu yang dikendalikan
dan memperhatikan kesesuaian
proses, termasuk kondisi
lingkungan kerja, kompetensi SDM,
peralatan produksi dan alat
- 1455 -

Tahapan kritis proses


No. Penjelasan tahapan kritis
produksi

pemantauan sesuai persyaratan


yang ditetapkan
3. Pengendalian mutu Pengendalian mutu produk
dilakukan dengan metode tertentu
yang dikendalikan, untuk
memastikan produk sesuai dengan
persyaratan mutu dan keamanan
yang ditetapkan

4. Pengemasan Pengemasan produk dilakukan


dengan metode tertentu yang
dikendalikan sesuai dengan
persyaratan SNI dan peraturan
terkait yang berlaku

5. Penandaan Penandaan dilakukan sesuai

dengan persyaratan SNI dan


peraturan terkait yang berlaku
Keterangan: Urutan tahapan kritis proses produksi disetiap
pemohon dapat berbeda

KEPALA BADAN STANDARDISASI NASIONAL

REPUBLIK INDONESIA,

TTD

BAMBANG PRASETYA

Salyjar»-se§uai dengan aslinya


Kepala Bu ?«fiT5&is^^a Manusia, Organisasi, dan Hukum

Margahayu
- 1456 -

LAMPIRAN XCIII
PERATURAN BADAN STANDARDISASI NASIONAL
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 1 TAHUN 2020
TENTANG
SKEMA PENILAIAN KESESUAIAN TERHADAP STANDAR
NASIONAL INDONESIA SEKTOR MAKANAN DAN MINUMAN

PETUNJUK TEKNIS SKEMA SERTIFIKASI PRODUK DAGING ASAP

A Ruang lingkup
Dokumen ini berlaku untuk acuan pelaksanaan Sertifikasi produk
daging asap yang dibuat dengan bahan baku daging sapi, kerbau,
kambing, domba, babi, kelinci, unggas, dan/atau hewan ternak
lainnya yang diasap dengan menggunakan sumber asap dan/atau
perisa asap.

B Persyaratan acuan
Persyaratan acuan Sertifikasi produk daging asap mencakup:
1. SNI produk daging asap sebagaimana ditetapkan dalam
Keputusan Kepala Badan Standardisasi Nasional mengenai
daftar SNI sektor Makanan dan Minuman;
2. SNI dan standar lain yang diacu dalam SNI sebagaimana
dimaksud dalam angka 1;
3. Peraturan yang mengatur tentang label dan iklan pangan;
4. Peraturan yang mengatur tentang cara produksi pangan
olahan yang baik (Good Manufacturing Practices);
5. Peraturan yang mengatur tentang kemasan pangan;
6. Peraturan yang mengatur tentang bahan tambahan pangan;
7. Penerapan Cara Produksi Pangan Olahan yang Baik (CPPOB),
Sistem Manajemen Mutu (SMM) berdasarkan SNI ISO 9001,
Sistem Manajemen Mutu Keamanan Pangan (SMKP)
berdasarkan SNI ISO 22000 atau HACCP berdasarkan SNI
CAC/RCP 1; dan
8. Peraturan lain yang terkait produk daging asap.
- 1457 -

C Jenis kegiatan penilaian kesesuaian


Sertifikasi produk daging asap dilakukan oleh LPK yang telah
diakreditasi oleh KAN berdasarkan SNI ISO/IEC 17065, Penilaian
Kesesuaian – Persyaratan untuk Lembaga Sertifikasi Produk,
Proses, dan Jasa, untuk lingkup produk daging asap.
Dalam hal LPK belum ada yang diakreditasi KAN untuk melakukan
kegiatan Sertifikasi dengan ruang lingkup produk daging asap,
BSN dapat menunjuk LPK dengan lingkup yang sejenis sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

D Prosedur administratif
1 Pengajuan Permohonan Sertifikasi
1.1 LSPro harus menyusun format permohonan Sertifikasi
bagi pelaku usaha untuk mendapatkan seluruh
informasi seperti diatur pada huruf D angka 1.3.

1.2 Pengajuan permohonan Sertifikasi dilakukan oleh pelaku


usaha. Kriteria pelaku usaha yang dapat mengajukan
Sertifikasi sesuai Peraturan BSN yang mengatur
mengenai tata cara penggunaan tanda SNI dan tanda
kesesuaian berbasis SNI.

1.3 Permohonan Sertifikasi harus dilengkapi dengan:


a. informasi Pemohon:
1. nama Pemohon, alamat Pemohon, serta nama
dan kedudukan atau jabatan personel yang
bertanggung jawab atas pengajuan permohonan
Sertifikasi;
2. bukti pemenuhan persyaratan izin usaha sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan;
3. bukti izin edar produk sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan;
4. bukti kepemilikan atas merek atau tanda daftar
yang dikeluarkan oleh Kementerian Hukum dan
Hak Asasi Manusia;
- 1458 -

5. apabila Pemohon melakukan pembuatan


produk dengan merek yang dimiliki oleh pihak
lain, menyertakan bukti perjanjian yang
mengikat secara hukum untuk melakukan
pembuatan produk untuk pihak lain;
6. apabila Pemohon bertindak sebagai pemilik
merek yang mensubkontrakkan proses
produksinya kepada pihak lain, menyertakan
bukti kepemilikan merek dan perjanjian
subkontrak pelaksanaan produksi dengan
pihak lain;
7. apabila Pemohon bertindak sebagai perwakilan
resmi pemilik merek yang berkedudukan
hukum di luar negeri, menyertakan bukti
perjanjian yang mengikat secara hukum
tentang penunjukan sebagai perwakilan resmi
pemilik merek di wilayah Republik Indonesia;
8. pernyataan bahwa Pemohon bertanggung jawab
penuh atas pemenuhan persyaratan SNI dan
pemenuhan persyaratan proses Sertifikasi,
serta bersedia memberikan akses terhadap
lokasi dan/atau informasi yang diperlukan oleh
LSPro dalam melaksanakan kegiatan Sertifikasi.
b. informasi produk:
1. merek produk yang diajukan untuk
disertifikasi;
2. jenis/tipe/varian produk sesuai peraturan
kategori pangan yang berlaku;
3. spesifikasi produk setiap merek yang diajukan
untuk disertifikasi;
4. SNI yang digunakan sebagai dasar pengajuan
permohonan Sertifikasi;
5. daftar bahan baku termasuk bahan tambahan
pangan;
6. label produk;
7. jenis kemasan produk;
8. foto produk dalam kemasan primer yang
- 1459 -

diajukan untuk disertifikasi (dari arah depan,


belakang dan samping), serta informasi terkait
kemasan primer produk;
9. apabila ada, foto kemasan sekunder dan tersier
produk yang diajukan untuk disertifikasi, dari
arah depan, belakang, dan samping;
c. informasi proses produksi:
1. nama, alamat, dan legalitas hukum pabrik
(apabila berbeda dengan legalitas Pemohon);
2. nama dan alamat fasilitas produksi mencakup
semua fasilitas yang digunakan untuk
memproduksi produk yang akan disertifikasi
(misal gudang bahan baku, produksi,
pengemasan produk, pengangkutan produk
jadi, gudang produk jadi dan lainnya) termasuk
kegiatan yang dialihdayakan;
3. struktur organisasi;
4. dokumentasi tentang desain dan tata letak
proses produksi serta proses pembuatan
produk yang diajukan untuk disertifikasi;
5. dokumentasi terkait proses dan pengendalian
produksi;
6. dokumentasi tentang peralatan produksi dan
pengukuran termasuk program
kalibrasi/verifikasi peralatan; dan
7. apabila telah tersedia, menyertakan sertifikat
penerapan Sistem Manajemen Mutu
berdasarkan SNI ISO 9001 atau Sistem
Manajemen Keamanan Pangan berdasarkan SNI
ISO 22000 atau HACCP berdasarkan SNI
CAC/RCP 1 dari lembaga Sertifikasi yang
diakreditasi oleh KAN atau oleh badan
akreditasi penandatangan International
Accreditation Forum (IAF)/Asia Pacific
Accreditation Cooperation (APAC) Multilateral
Recognition Agreement (MLA) dengan ruang
lingkup yang sesuai.
- 1460 -

2 Seleksi
2.1 Tinjauan permohonan Sertifikasi
2.1.1 LSPro harus memastikan bahwa informasi yang
diperoleh dari permohonan Sertifikasi yang
diajukan oleh Pemohon telah lengkap dan
memenuhi persyaratan, serta dapat memastikan
kemampuan LSPro untuk menindaklanjuti
permohonan Sertifikasi.

2.1.2 Tinjauan permohonan Sertifikasi harus dilakukan


oleh personel yang memiliki kompetensi sesuai
dengan lingkup permohonan Sertifikasi.

2.2 Penandatanganan perjanjian Sertifikasi


Setelah permohonan Sertifikasi dinyatakan lengkap dan
memenuhi persyaratan serta Pemohon menyetujui
persyaratan dan prosedur Sertifikasi yang ditetapkan
oleh LSPro, dilakukan penandatanganan perjanjian
Sertifikasi oleh Pemohon dan LSPro.

2.3 Penyusunan rencana evaluasi


2.3.1 Berdasarkan informasi yang diperoleh dari
persyaratan permohonan Sertifikasi yang
disampaikan oleh Pemohon, LSPro menetapkan
rencana evaluasi yang mencakup:
a. tujuan, waktu, durasi, lokasi pelaksanaan,
tim, metode, dan agenda evaluasi proses
produksi dan CPPOB atau sistem manajemen
yang relevan dengan pelaksanaan proses
produksi produk yang diajukan untuk
disertifikasi;
b. jenis/tipe/varian produk yang diajukan
untuk disertifikasi dan metode pengambilan
contoh sesuai dengan persyaratan SNI yang
diperlukan untuk pengujian produk, yang
mewakili contoh produk yang diusulkan
untuk disertifikasi;
- 1461 -

c. informasi SNI yang digunakan sebagai dasar


Sertifikasi berdasarkan permohonan yang
diajukan oleh Pemohon; dan
d. waktu yang diperlukan untuk pelaksanaan
pengujian berdasarkan standar acuan
metode uji yang dipersyaratkan.

2.3.2 Pelaksanaan evaluasi dilakukan oleh auditor atau


tim audit yang memiliki kriteria kompetensi
sebagai berikut:
1. Pengetahuan tentang prinsip, praktik dan
teknik audit;
2. Pengetahuan tentang proses dan prosedur
Sertifikasi yang ditetapkan oleh lembaga
Sertifikasi;
3. Pengetahuan tentang standar sistem
manajemen:
a. SNI ISO 9001 tentang sistem manajemen
mutu,
b. SNI ISO 22000 tentang sistem
manajemen mutu keamanan pangan,
c. SNI CAC/RCP 1 tentang rekomendasi
nasional kode praktis – prinsip umum
higiene pangan, dan/atau
d. Cara Produksi Pangan Olahan yang Baik
(CPPOB);

Catatan: sesuai yang diterapkan oleh


pemohon Sertifikasi.
4. Pengetahuan yang dibuktikan dengan
sertifikat, tentang SNI produk daging asap;
5. Pengetahuan yang dibuktikan dengan
sertifikat dan/atau pengalaman tentang
sektor bisnis produk daging asap; dan
6. Pengetahuan tentang produk, proses dan
organisasi pemohon Sertifikasi.
- 1462 -

3 Determinasi
Determinasi mencakup 2 (dua) tahap evaluasi, yaitu evaluasi
tahap 1 (satu) dan evaluasi tahap 2 (dua).

3.1 Pelaksanaan evaluasi tahap 1 (satu)


3.1.1 Pada evaluasi tahap 1 (satu) dilakukan
pemeriksaan awal terhadap kesesuaian informasi
produk dan proses produksi yang disampaikan
Pemohon pada huruf D angka 1.3 terhadap
lingkup produk yang ditetapkan dalam SNI dan
peraturan terkait.

3.1.2 Apabila hasil evaluasi tahap 1 (satu)


menunjukkan ketidaksesuaian terhadap
persyaratan, Pemohon harus diberi kesempatan
untuk melakukan tindakan perbaikan dalam
jangka waktu tertentu sesuai dengan kebijakan
LSPro.

3.2 Pelaksanaan evaluasi tahap 2 (dua)


3.2.1 Evaluasi tahap 2 (dua) dilaksanakan melalui audit
proses produksi dan CPPOB atau sistem
manajemen yang relevan serta pengujian produk.

3.2.2 Audit proses produksi dan CPPOB atau sistem


manajemen yang relevan dilakukan pada saat
pabrik melakukan produksi jenis produk yang
diajukan atau pada kondisi tertentu dilakukan
melalui simulasi proses produksi produk yang
diajukan untuk disertifikasi.

3.2.3 Audit dilakukan dengan metode audit yang


merupakan kombinasi dari audit dokumen dan
rekaman, wawancara, observasi, demonstrasi,
atau metode audit lainnya.
- 1463 -

3.2.4 Audit dilakukan terhadap:


a. tanggung jawab dan komitmen personel
penanggung jawab pabrik terhadap
konsistensi pemenuhan produk terhadap
persyaratan SNI;
b. ketersediaan dan pengendalian prosedur dan
rekaman pengendalian mutu, termasuk
pengujian rutin;
c. fasilitas, lokasi, desain dan tata letak,
bangunan, sanitasi peralatan, sanitasi ruang
proses, dan higiene personel sesuai dengan
ketentuan yang berlaku tentang CPPOB;
d. tahapan kritis proses produksi, mulai dari
bahan baku sampai produk akhir paling
sedikit pada tahapan sebagaimana diuraikan
dalam huruf L;
e. kelengkapan serta fungsi peralatan produksi
termasuk peralatan pengendalian mutu;
f. bukti verifikasi berdasarkan hasil kalibrasi
atau hasil verifikasi peralatan produksi
sebagaimana disebutkan pada huruf e yang
membuktikan bahwa peralatan tersebut
memenuhi persyaratan produksi. Hasil
verifikasi peralatan produksi dapat
ditunjukkan dengan prosedur yang
diperlukan untuk mencapai kondisi atau
persyaratan yang ditetapkan;
g. bukti tera atau tera ulang alat pengukur
berat produk dalam kemasan akhir;
h. pengendalian dan penanganan produk yang
tidak sesuai; dan
i. pengemasan, penanganan, dan penyimpanan
produk, termasuk di gudang akhir produk
yang siap diedarkan.
- 1464 -

3.2.5 Apabila Pemohon telah menerapkan dan


mendapatkan sertifikat SMKP berdasarkan SNI
ISO 22000 atau HACCP berdasarkan SNI
CAC/RCP 1 dari lembaga Sertifikasi yang
diakreditasi oleh KAN atau oleh badan akreditasi
penandatangan IAF/APAC MLA dengan ruang
lingkup yang sesuai, maka inspeksi pabrik atau
asesmen proses produksi dilakukan terhadap
implementasi sistem manajemen terkait mutu
produk tersebut dan angka 3.2.4 huruf d sampai
dengan huruf i.

3.2.6 Apabila Pemohon telah menerapkan dan


mendapatkan sertifikat SMM berdasarkan SNI ISO
9001 dari lembaga Sertifikasi yang diakreditasi
oleh KAN atau oleh badan akreditasi
penandatangan IAF/APAC MLA dengan ruang
lingkup yang sesuai, maka inspeksi pabrik atau
asesmen proses produksi dilakukan terhadap
implementasi sistem manajemen terkait mutu
produk tersebut dan angka 3.2.4 huruf c sampai
dengan huruf i.

3.2.7 Apabila Pemohonhanya melakukan kegiatan


pengemasan produk akhir, maka audit pada
angka 3.2.4 tidak berlaku, namun LSPro harus
memastikan kesesuaian terhadap:
a. produk yang akan dikemas sesuai
persyaratan SNI, yang dibuktikan melalui
pemenuhan hasil uji yang diterbitkan oleh
laboratorium pihak ketiga yang diakreditasi
oleh KAN atau badan akreditasi
penandatangan IAF/APAC MLA secara
periodik setiap batch dan mencakup seluruh
pemasok;
b. tahapan proses di pemasok yang dibuktikan
melalui penyertaan sertifikat CPPOB, sistem
- 1465 -

manajemen atau sertifikat Pemeriksaan


Sarana dan Bangunan (PSB) yang dimiliki
oleh pemasok; dan
c. tahapan kritis proses produksi sebagaimana
diuraikan dalam huruf L, yang dibuktikan
melalui audit proses produksi pada seluruh
kegiatan yang dikendalikan oleh Pemohon.

3.2.8 Pengambilan contoh produk dilakukan saat audit


proses produksi berdasarkan persyaratan dalam
SNI. Pengambilan contoh produk untuk pengujian
dilakukan oleh personel kompeten yang
ditugaskan oleh LSPro. Contoh produk diambil
dari lini produksi atau gudang penyimpanan
produk.

3.2.9 Contoh produk diambil sesuai dengan kebutuhan


pengujian yang mewakili:
a. kemasan logam dan/atau non logam;
b. merek dan nama jenis (misal: daging
kambing, sapi, dll) yang diajukan untuk
disertifikasi.
Catatan: merek dapat mewakili merek lainnya jika
memiliki spesifikasi yang sama.

3.2.10 Pengujian dilakukan di laboratorium yang telah


menerapkan ISO/IEC 17025 untuk lingkup
produk yang disertifikasi. Penerapan ISO/IEC
17025 dapat dibuktikan melalui:
a. akreditasi oleh KAN;
b. akreditasi oleh badan akreditasi
penandatangan saling pengakuan dalam
forum APACdan International Laboratory
Accreditation Cooperation (ILAC); atau
c. penilaian yang dilakukan oleh LSPro
terhadap laboratorium.
- 1466 -

3.2.11 Apabila pengujian dilakukan di laboratorium


Pemohon, maka LSPro harus memastikan
kesesuaian kompetensi dan imparsialitas proses
pengujian yang dilakukan, misalnya melalui
penyaksian proses pengujian.

3.2.12 Laboratorium Pemohon yang digunakan untuk


pengujian produk yang disertifikasi harus
memenuhi persyaratan sebagaimana tercantum
pada angka 3.2.10 huruf a atau huruf b.

3.2.13 Apabila berdasarkan hasil evaluasi tahap 2 (dua)


ditemukan ketidaksesuaian, Pemohon harus
diberi kesempatan untuk melakukan tindakan
perbaikan dalam jangka waktu tertentu sesuai
dengan kebijakan LSPro.

3.2.14 Apabila hasil pengujian dari laboratorium


menunjukkan ketidaksesuaian maka dapat
dilakukan pengujian ulang paling lama satu kali
dengan mengambil contoh produk ulang dari lini
produksi atau gudang penyimpanan produk.

4 Tinjauan dan keputusan


4.1 Tinjauan
4.1.1 Tinjauan hasil evaluasi dilakukan terhadap
pemenuhan seluruh persyaratan Sertifikasi dan
kesesuaian proses Sertifikasi, mulai dari
pengajuan permohonan Sertifikasi, pelaksanaan
evaluasi tahap 1 (satu) dan evaluasi tahap 2 (dua).

4.1.2 Tinjauan hasil evaluasi dinyatakan dalam bentuk


rekomendasi tertulis tentang pemenuhan SNI
yang diajukan oleh Pemohon untuk produk yang
diajukan untuk disertifikasi.
- 1467 -

4.2 Penetapan keputusan Sertifikasi


4.2.1 Penetapan keputusan Sertifikasi dilakukan
berdasarkan rekomendasi yang dihasilkan dari
proses tinjauan.

4.2.2 Penetapan keputusan Sertifikasi harus dilakukan


oleh 1 (satu) orang atau sekelompok orang yang
tidak terlibat dalam proses evaluasi.

4.2.3 Penetapan keputusan Sertifikasi dapat dilakukan


oleh 1 (satu) orang atau sekelompok orang yang
sama dengan yang melakukan tinjauan.

4.2.4 Rekomendasi untuk keputusan Sertifikasi


berdasarkan hasil tinjauan harus
didokumentasikan, kecuali tinjauan dan
keputusan Sertifikasi diselesaikan secara
bersamaan oleh orang atau sekelompok orang
yang sama.

4.2.5 LSPro harus memberitahu secara tertulis kepada


Pemohon terkait menunda atau tidak memberikan
keputusan Sertifikasi, dan harus menyampaikan
alasan keputusan tersebut.

4.2.6 Apabila Pemohon menunjukkan keinginan untuk


melanjutkan proses Sertifikasi setelah LSPro
memutuskan tidak memberikan Sertifikasi,
Pemohon dapat menyampaikan permohonan
untuk melanjutkan proses Sertifikasi.

4.2.7 Permohonan melanjutkan proses Sertifikasi harus


disampaikan oleh Pemohon kepada LSPro secara
tertulis paling lambat 1 (satu) bulan setelah
pemberitahuan keputusan tidak memberikan
Sertifikasi diterbitkan oleh LSPro. Proses
- 1468 -

Sertifikasi dapat dimulai kembali dari evaluasi


tahap 2 (dua).

4.3 Bukti kesesuaian


4.3.1 Bukti kesesuaian berupa sertifikat kesesuaian
yang diterbitkan oleh LSPro. LSPro menerbitkan
sertifikat kesesuaian kepada Pemohon yang telah
memenuhi persyaratan Sertifikasi. Sertifikat
kesesuaian berlaku selama 4 (empat) tahun
setelah diterbitkan.

4.3.2 Sertifikat kesesuaian terhadap persyaratan SNI


paling sedikit harus memuat:
1. nomor sertifikat atau identifikasi unik
lainnya;
2. nomor atau identifikasi lain dari skema
Sertifikasi;
3. nama dan alamat LSPro;
4. nama dan alamat Pemohon (pemegang
sertifikat);
5. nomor atau identifikasi lain yang mengacu ke
perjanjian Sertifikasi;
6. pernyataan kesesuaian yang mencakup:
a. jenis/tipe/varian produk sesuai
peraturan kategori pangan yang berlaku,
b. jenis kemasan produk yang disertifikasi,
c. merek produk yang disertifikasi,
d. SNI yang menjadi dasar Sertifikasi, dan
e. nama dan alamat lokasi produksi;
7. status akreditasi atau pengakuan LSPro;
8. tanggal penerbitan sertifikat dan masa
berlakunya, serta riwayat sertifikat; dan
9. tanda tangan yang mengikat secara hukum
dari personel yang bertindak atas nama
LSPro sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
- 1469 -

E Pemeliharaan Sertifikasi
1 Pengawasan oleh LSPro
Pengawasan oleh LSPro dilakukan melalui kegiatan
surveilans. LSPro harus melaksanakan kunjungan surveilans
paling sedikit 2 (dua) kali dalam periode Sertifikasi, dengan
jarak antar evaluasi paling lama 12 (dua belas) bulan.
Kunjungan surveilans dilakukan melalui kegiatan evaluasi
berupa audit dan pengujian.

2 Sertifikasi ulang
2.1 LSPro harus melaksanakan Sertifikasi ulang paling
lambat 6 (enam) bulan sebelum masa berlaku sertifikat
berakhir.

2.2 Pelaksanaan Sertifikasi ulang dilakukan sesuai dengan


tahapan pada prosedur administratif.

2.3 Apabila tidak ada perubahan yang signifikan terkait


produk dan proses produksi sesuai dengan hasil audit
terakhir, maka LSPro dapat tidak melakukan evaluasi
tahap 1 (satu).

2.4 Apabila berdasarkan hasil Sertifikasi ulang ditemukan


ketidaksesuaian, Pemohon harus diberi kesempatan
untuk melakukan tindakan perbaikan dalam jangka
waktu tertentu sesuai dengan kebijakan LSPro.

F Evaluasi khusus
LSPro dapat melaksanakan evaluasi khusus dalam rangka audit
perubahan lingkup maupun tindak lanjut (investigasi) atas
keluhan atau informasi yang ada. Evaluasi khusus dalam rangka
investigasi keluhan atau informasi yang ada dilakukan oleh
auditor yang memiliki kompetensi untuk melakukan investigasi
dan terbatas pada permasalahan yang ada, serta dilakukan dalam
waktu yang singkat dari diperolehnya keluhan atau informasi.
- 1470 -

Tahapan evaluasi khusus dalam rangka perluasan lingkup


dilakukan sesuai dengan tahapan prosedur administratif namun
terbatas pada perubahan lingkup yang diajukan. Evaluasi
terhadap perluasan lingkup Sertifikasi dapat dilakukan terpisah
maupun bersamaan dengan surveilans.

G Ketentuan pengurangan, pembekuan, dan pencabutan Sertifikasi


1 Pengurangan lingkup Sertifikasi
Pemohon dapat mengajukan pengurangan lingkup Sertifikasi
selama periode Sertifikasi.

2 Pembekuan dan pencabutan Sertifikasi


2.1 LSPro dapat membekukan Sertifikasi apabila Pemohon:
a. tidak mampu memperbaiki ketidaksesuaian yang
diterbitkan oleh LSPro pada saat surveilans
dan/atau saat evaluasi khusus; atau
b. menyampaikan permintaan pembekuan Sertifikasi
kepada LSPro.

2.2 LSPro harus membatasi periode pembekuan Sertifikasi


paling lama 6 (enam) bulan.

2.3 LSPro dapat melakukan pencabutan Sertifikasi Apabila


Pemohon:
a. tidak mampu memperbaiki ketidaksesuaian yang
mengakibatkan pembekuan Sertifikasi melebihi
batas waktu yang ditentukan; atau
b. menyampaikan permintaan pencabutan Sertifikasi
kepada LSPro.

2.4 LSPro dapat mempertimbangkan pembekuan atau


pencabutan Sertifikasi, atau tindakan lainnya yang
disebabkan oleh faktor lainnya dengan
mempertimbangkan resiko yang ditemukan.
- 1471 -

H Keluhan dan banding


LSPro harus mengembangkan aturan penanganan keluhan dan
banding dengan mempertimbangkan kompetensi dan imparsialitas
pelaksanaan penanganan keluhan dan banding.

I Informasi publik
LSPro harus memublikasikan informasi kepada publik sesuai
persyaratan ISO/IEC 17065 termasuk informasi pelanggan yang
disertifikasi, dibekukan dan dicabut. Informasi publik terkait
informasi pelanggan yang disertifikasi, dibekukan dan dicabut
tersebut juga harus disampaikan melalui Aplikasi Barang Ber-SNI
(BangBeni) https://bangbeni.bsn.go.id.

J Kondisi khusus
Dalam hal ditemukan situasi yang tidak memungkinkan
penerapan persyaratan tertentu dalam Sertifikasi ini, maka akan
ditetapkan kebijakan BSN dengan mempertimbangkan masukan
dari KAN dan para pemangku kepentingan lainnya.

K Penggunaan Tanda SNI


1 Penggunaan tanda SNI dilakukan setelah mendapatkan
persetujuan penggunaan tanda SNI melalui Surat Persetujuan
Penggunaan Tanda (SPPT) SNI yang dikeluarkan oleh BSN
sesuai dengan ketentuan dalam Peraturan BSN yang
mengatur mengenai tata cara penggunaan tanda SNI dan
tanda kesesuaian berbasis SNI.

2 Permohonan persetujuan penggunaan tanda SNI diajukan


kepada BSN disertai dengan dokumen persyaratan yang
diatur dalam Peraturan BSN tentang mengenai tata cara
penggunaan tanda SNI dan tanda kesesuaian berbasis SNI.

3 Tanda SNI sebagai bukti kesesuaian produk yang telah


memenuhi SNI adalah sebagai berikut:
- 1472 -

Dengan ukuran:

Keterangan:
y = 11x
r = 0,5x

L Tahapan kritis proses produksi produk daging asap

Tahapan kritis proses


No. Penjelasan tahapan kritis
produksi

1. Pemilihan bahan Bahan baku, bahan tambahan


baku, bahan pangan dan bahan kemasan harus
tambahan pangan memenuhi persyaratan yang
dan bahan kemasan ditetapkan atau peraturan terkait
yang berlaku
2. Proses produksi Proses produksi dilakukan dengan
metode tertentu yang dikendalikan
dan memperhatikan kesesuaian
proses, termasuk kondisi
lingkungan kerja, kompetensi
SDM, peralatan produksi dan alat
-1473-

Tahapan kritis proses


No. Penjelasan tahapan kritis
produksi

pemantauan sesuai persyaratan


yang ditetapkan
3. Pengendalian mutu Pengendalian mutu produk
dilakukan dengan metode tertentu
yang dikendalikan, untuk
memastikan produk sesuai dengan
persyaratan mutu dan keamanan
yang ditetapkan
4. Pengemasan Pengemasan produk dilakukan
dengan metode tertentu yang
dikendalikan sesuai dengan
persyaratan SNI dan peraturan
terkait yang berlaku
5. Penandaan Penandaan dilakukan sesuai

dengan persyaratan SNI dan


peraturan terkait yang berlaku

pemohon dapat berbeda

KEPALA BADAN STANDARDISASI NASIONAL

REPUBLIK INDONESIA,

TTD

BAMBANG PRASETYA

sesuai dengan aslinya


Kepal^^^tTStr Daya Manusia, Organisasi, dan Hukum

%
ijyafla' Mdrgahayu
■xl'f '
- 1474 -

LAMPIRAN XCIV
PERATURAN BADAN STANDARDISASI NASIONAL
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 1 TAHUN 2020
TENTANG
SKEMA PENILAIAN KESESUAIAN TERHADAP STANDAR
NASIONAL INDONESIA SEKTOR MAKANAN DAN MINUMAN

PETUNJUK TEKNIS SKEMA SERTIFIKASI PRODUK DAGING


LUNCHEON

A Ruang lingkup
Dokumen ini berlaku untuk acuan pelaksanaan Sertifikasi produk
daging luncheon yang dibuat dengan bahan baku daging sapi,
kerbau, kambing, domba, babi, kelinci, unggas dan/atau hewan
ternak lainnya.

B Persyaratan acuan
Persyaratan acuan Sertifikasi produk daging luncheon mencakup:
1. SNI produk daging luncheon sebagaimana ditetapkan dalam
Keputusan Kepala Badan Standardisasi Nasional mengenai
daftar SNI sektor Makanan dan Minuman;
2. SNI dan standar lain yang diacu dalam SNI sebagaimana
dimaksud dalam angka 1;
3. Peraturan yang mengatur tentang label dan iklan pangan;
4. Peraturan yang mengatur tentang cara produksi pangan
olahan yang baik (Good Manufacturing Practices);
5. Peraturan yang mengatur tentang kemasan pangan;
6. Peraturan yang mengatur tentang bahan tambahan pangan;
7. Penerapan Cara Produksi Pangan Olahan yang Baik (CPPOB),
Sistem Manajemen Mutu (SMM) berdasarkan SNI ISO 9001,
Sistem Manajemen Mutu Keamanan Pangan (SMKP)
berdasarkan SNI ISO 22000 atau HACCP berdasarkan SNI
CAC/RCP 1; dan
8. Peraturan lain yang terkait produk daging luncheon.
- 1475 -

C Jenis kegiatan penilaian kesesuaian


Penilaian kesesuaian dilakukan dengan kegiatan Sertifikasi.
Sertifikasi produk daging luncheon dilakukan oleh LPK yang telah
diakreditasi oleh KAN berdasarkan SNI ISO/IEC 17065, Penilaian
Kesesuaian – Persyaratan untuk Lembaga Sertifikasi Produk,
Proses, dan Jasa, untuk lingkup produk daging luncheon.
Dalam hal LPK belum ada yang diakreditasi KAN untuk melakukan
kegiatan Sertifikasi dengan ruang lingkup produk daging luncheon,
BSN dapat menunjuk LPK dengan lingkup yang sejenis sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

D Prosedur administratif
1 Pengajuan permohonan Sertifikasi
1.1 LSPro harus menyusun format permohonan Sertifikasi
bagi pelaku usaha untuk mendapatkan seluruh
informasi seperti diatur pada huruf D angka 1.3.

1.2 Pengajuan permohonan Sertifikasi dilakukan oleh pelaku


usaha. Kriteria pelaku usaha yang dapat mengajukan
Sertifikasi sesuai Peraturan BSN yang mengatur
mengenai tata cara penggunaan tanda SNI dan tanda
kesesuaian berbasis SNI.

1.3 Permohonan Sertifikasi harus dilengkapi dengan:


a. informasi Pemohon:
1. nama Pemohon, alamat Pemohon, serta nama
dan kedudukan atau jabatan personel yang
bertanggung jawab atas pengajuan permohonan
Sertifikasi;
2. bukti pemenuhan persyaratan izin usaha sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan;
3. bukti izin edar produk sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan;
4. bukti kepemilikan atas merek atau tanda daftar
yang dikeluarkan oleh Kementerian Hukum dan
Hak Asasi Manusia;
- 1476 -

5. apabila Pemohon melakukan pembuatan


produk dengan merek yang dimiliki oleh pihak
lain, menyertakan bukti perjanjian yang
mengikat secara hukum untuk melakukan
pembuatan produk untuk pihak lain;
6. apabila Pemohon bertindak sebagai pemilik
merek yang mensubkontrakkan proses
produksinya kepada pihak lain, menyertakan
bukti kepemilikan merek dan perjanjian
subkontrak pelaksanaan produksi dengan
pihak lain;
7. apabila Pemohon bertindak sebagai perwakilan
resmi pemilik merek yang berkedudukan
hukum di luar negeri, menyertakan bukti
perjanjian yang mengikat secara hukum
tentang penunjukan sebagai perwakilan resmi
pemilik merek di wilayah Republik Indonesia;
8. pernyataan bahwa Pemohon bertanggung jawab
penuh atas pemenuhan persyaratan SNI dan
pemenuhan persyaratan proses Sertifikasi,
serta bersedia memberikan akses terhadap
lokasi dan/atau informasi yang diperlukan oleh
LSPro dalam melaksanakan kegiatan Sertifikasi.
b. informasi produk:
1. merek produk yang diajukan untuk
disertifikasi;
2. jenis/tipe/varian produk yang diajukan untuk
disertifikasi;
3. spesifikasi produk setiap merek yang diajukan
untuk disertifikasi;
4. SNI yang digunakan sebagai dasar pengajuan
permohonan Sertifikasi,
5. daftar bahan baku termasuk bahan tambahan
pangan;
6. label produk;
7. jenis kemasan produk;
- 1477 -

8. foto produk dalam kemasan primer yang


diajukan untuk disertifikasi (dari arah depan,
belakang dan samping), serta informasi terkait
kemasan primer produk;
9. apabila ada, foto kemasan sekunder dan tersier
produk yang diajukan untuk disertifikasi, dari
arah depan, belakang, dan samping.
c. informasi proses produksi:
1. nama, alamat, dan legalitas hukum pabrik
(apabila berbeda dengan legalitas Pemohon);
2. nama dan alamat fasilitas produksi mencakup
semua fasilitas yang digunakan untuk
memproduksi produk yang akan disertifikasi
(misal gudang bahan baku, produksi,
pengemasan produk, pengangkutan produk
jadi, gudang produk jadi dan lainnya) termasuk
kegiatan yang dialihdayakan;
3. struktur organisasi;
4. dokumentasi tentang desain dan tata letak
proses produksi serta proses pembuatan
produk yang diajukan untuk disertifikasi;
5. dokumentasi terkait proses dan pengendalian
produksi;
6. dokumentasi tentang peralatan produksi dan
pengukuran termasuk program
kalibrasi/verifikasi peralatan;
7. apabila telah tersedia, menyertakan sertifikat
penerapan Sistem Manajemen Mutu
berdasarkan SNI ISO 9001 atau Sistem
Manajemen Keamanan Pangan berdasarkan SNI
ISO 22000 atau HACCP berdasarkan SNI
CAC/RCP 1 dari lembaga Sertifikasi yang
diakreditasi oleh KAN atau oleh badan
akreditasi penandatangan International
Accreditation Forum (IAF)/Asia Pacific
Accreditation Cooperation (APAC) Multilateral
- 1478 -

Recognition Agreement (MLA) dengan ruang


lingkup yang sesuai.

2 Seleksi
2.1 Tinjauan permohonan Sertifikasi
2.1.1 LSPro harus memastikan bahwa informasi yang
diperoleh dari permohonan Sertifikasi yang
diajukan oleh Pemohon telah lengkap dan
memenuhi persyaratan, serta dapat memastikan
kemampuan LSPro untuk menindaklanjuti
permohonan Sertifikasi.

2.1.2 Tinjauan permohonan Sertifikasi harus dilakukan


oleh personel yang memiliki kompetensi sesuai
dengan lingkup permohonan Sertifikasi.

2.2 Penandatanganan perjanjian Sertifikasi


Setelah permohonan Sertifikasi dinyatakan lengkap dan
memenuhi persyaratan serta Pemohon menyetujui
persyaratan dan prosedur Sertifikasi yang ditetapkan
oleh LSPro, dilakukan penandatanganan perjanjian
Sertifikasi oleh Pemohon dan LSPro.

2.3 Penyusunan rencana evaluasi


2.3.1 Berdasarkan informasi yang diperoleh dari
persyaratan permohonan Sertifikasi yang
disampaikan oleh Pemohon, LSPro menetapkan
rencana evaluasi yang mencakup:
a. tujuan, waktu, durasi, lokasi pelaksanaan,
tim, metode, dan agenda evaluasi proses
produksi dan CPPOB atau sistem manajemen
yang relevan dengan pelaksanaan proses
produksi produk yang diajukan untuk
disertifikasi;
b. jenis/tipe/varian produk yang diajukan
untuk disertifikasi dan metode pengambilan
contoh sesuai dengan persyaratan SNI yang
- 1479 -

diperlukan untuk pengujian produk, yang


mewakili contoh produk yang diusulkan
untuk disertifikasi;
c. informasi SNI yang digunakan sebagai dasar
Sertifikasi berdasarkan permohonan yang
diajukan oleh Pemohon; dan
d. waktu yang diperlukan untuk pelaksanaan
pengujian berdasarkan standar acuan
metode uji yang dipersyaratkan.

2.3.2 Rencana evaluasi harus mempertimbangkan


kesesuaian produksi yang dilakukan oleh pabrik
sesuai lingkup produk yang diajukan untuk
disertifikasi.

2.3.3 Pelaksanaan evaluasi dilakukan oleh auditor atau


tim audit yang memiliki kriteria kompetensi
sebagai berikut:
1. Pengetahuan tentang prinsip, praktik dan
teknik audit;
2. Pengetahuan tentang proses dan prosedur
Sertifikasi yang ditetapkan oleh lembaga
Sertifikasi;
3. Pengetahuan tentang standar sistem
manajemen:
a. SNI ISO 9001 tentang sistem manajemen
mutu;
b. SNI ISO 22000 tentang sistem
manajemen mutu keamanan pangan;
c. SNI CAC/RCP 1 tentang rekomendasi
nasional kode praktis – prinsip umum
higiene pangan, dan/atau
d. Cara Produksi Pangan Olahan yang Baik
(CPPOB).

Catatan: sesuai yang diterapkan oleh


pemohon Sertifikasi.
- 1480 -

4. Pengetahuan yang dibuktikan dengan


sertifikat, tentang SNI produk daging
luncheon;
5. Pengetahuan yang dibuktikan dengan
sertifikat dan/atau pengalaman tentang
sektor bisnis produkdaging luncheon; dan
6. Pengetahuan tentang produk, proses dan
organisasi pemohon Sertifikasi.

3 Determinasi
Determinasi mencakup 2 (dua) tahap evaluasi, yaitu evaluasi
tahap 1 (satu) dan evaluasi tahap 2 (dua).

3.1 Pelaksanaan evaluasi tahap 1 (satu)


3.1.1 Pada evaluasi tahap 1 (satu) dilakukan
pemeriksaan awal terhadap kesesuaian informasi
produk dan proses produksi yang disampaikan
Pemohon pada huruf D angka 1.3 terhadap
lingkup produk yang ditetapkan dalam SNI dan
peraturan terkait.

3.1.2 Apabila hasil evaluasi tahap 1 (satu)


menunjukkan ketidaksesuaian terhadap
persyaratan, Pemohon harus diberi kesempatan
untuk melakukan tindakan perbaikan dalam
jangka waktu tertentu sesuai dengan kebijakan
LSPro.

3.2 Pelaksanaan evaluasi tahap 2 (dua)


3.2.1 Evaluasi tahap 2 (dua) dilaksanakan melalui audit
proses produksi dan CPPOB atau sistem
manajemen yang relevan serta pengujian produk.

3.2.2 Audit proses produksi dan CPPOB atau sistem


manajemen yang relevan dilakukan pada saat
pabrik melakukan produksi produk yang diajukan
atau pada kondisi tertentu dilakukan melalui
- 1481 -

simulasi proses produksi produk yang diajukan


untuk disertifikasi.

3.2.3 Audit dilakukan dengan metode audit yang


merupakan kombinasi dari audit dokumen dan
rekaman, wawancara, observasi, demonstrasi,
atau metode audit lainnya.

3.2.4 Audit dilakukan terhadap:


a. tanggung jawab dan komitmen personel
penanggung jawab pabrik terhadap
konsistensi pemenuhan produk terhadap
persyaratan SNI;
b. ketersediaan dan pengendalian prosedur dan
rekaman pengendalian mutu, termasuk
pengujian rutin;
c. fasilitas, lokasi, desain dan tata letak,
bangunan, sanitasi peralatan, sanitasi ruang
proses, dan higiene personel sesuai dengan
ketentuan yang berlaku tentang CPPOB;
d. tahapan kritis proses produksi, mulai dari
bahan baku sampai produk akhir paling
sedikit pada tahapan sebagaimana diuraikan
dalam huruf L;
e. kelengkapan serta fungsi peralatan produksi
termasuk peralatan pengendalian mutu;
f. bukti verifikasi berdasarkan hasil kalibrasi
atau hasil verifikasi peralatan produksi
sebagaimana disebutkan pada huruf e yang
membuktikan bahwa peralatan tersebut
memenuhi persyaratan produksi. Hasil
verifikasi peralatan produksi dapat
ditunjukkan dengan prosedur yang
diperlukan untuk mencapai kondisi atau
persyaratan yang ditetapkan;
g. bukti tera atau tera ulang alat pengukur
berat produk dalam kemasan akhir;
- 1482 -

h. pengendalian dan penanganan produk yang


tidak sesuai; dan
i. pengemasan, penanganan, dan penyimpanan
produk, termasuk di gudang akhir produk
yang siap diedarkan.

3.2.5 Apabila Pemohon telah menerapkan dan


mendapatkan sertifikat SMKP berdasarkan SNI
ISO 22000 atau HACCP berdasarkan SNI
CAC/RCP 1 dari lembaga Sertifikasi yang
diakreditasi oleh KAN atau oleh badan akreditasi
penandatangan IAF/APAC MLA dengan ruang
lingkup yang sesuai, maka inspeksi pabrik atau
asesmen proses produksi dilakukan terhadap
implementasi sistem manajemen terkait mutu
produk tersebut danangka 3.2.4 huruf d sampai
dengan huruf i.

3.2.6 Apabila Pemohon telah menerapkan dan


mendapatkan sertifikat SMM berdasarkan SNI ISO
9001 dari lembaga Sertifikasi yang diakreditasi
oleh KAN atau oleh badan akreditasi
penandatangan IAF/APAC MLA dengan ruang
lingkup yang sesuai, maka inspeksi pabrik atau
asesmen proses produksi dilakukan terhadap
implementasi sistem manajemen terkait mutu
produk tersebut dan angka 3.2.4 huruf c sampai
dengan huruf i.

3.2.7 Apabila Pemohon hanya melakukan kegiatan


pengemasan produk akhir, maka audit pada
angka 3.2.4 tidak berlaku, namun LSPro harus
memastikan kesesuaian terhadap:
a. produk yang akan dikemas sesuai
persyaratan SNI, yang dibuktikan melalui
pemenuhan hasil uji yang diterbitkan oleh
laboratorium pihak ketiga yang diakreditasi
- 1483 -

oleh KAN atau badan akreditasi


penandatangan IAF/APAC MLA secara
periodik setiap batch dan mencakup seluruh
pemasok;
b. tahapan proses di pemasok yang dibuktikan
melalui penyertaan sertifikat CPPOB, sistem
manajemen atau sertifikat Pemeriksaan
Sarana dan Bangunan (PSB) yang dimiliki
oleh pemasok; dan
c. tahapan kritis proses produksi sebagaimana
diuraikan dalam huruf L, yang dibuktikan
melalui audit proses produksi pada seluruh
kegiatan yang dikendalikan oleh Pemohon.

3.2.8 Pengambilan contoh produk dilakukan saat audit


proses produksi berdasarkan persyaratan dalam
SNI. Pengambilan contoh produk untuk pengujian
dilakukan oleh personel kompeten yang
ditugaskan oleh LSPro. Contoh produk diambil
dari lini produksi atau gudang penyimpanan
produk.

3.2.9 Contoh produk diambil sesuai dengan kebutuhan


pengujian yang mewakili:
a. kemasan logam dan/atau non logam; dan
b. merek dan nama jenis (daging luncheon
dan/atau daging luncheon kombinasi) yang
diajukan untuk disertifikasi.
Catatan: merek dapat mewakili merek lainnya jika
memiliki spesifikasi yang sama.

3.2.10 Pengujian dilakukan di laboratorium yang telah


menerapkan ISO/IEC 17025 untuk lingkup
produk yang disertifikasi. Penerapan ISO/IEC
17025 dapat dibuktikan melalui:
a. akreditasi oleh KAN;
- 1484 -

b. akreditasi oleh badan akreditasi


penandatangan saling pengakuan dalam
forum APAC dan International Laboratory
Accreditation Cooperation (ILAC); atau
c. penilaian yang dilakukan oleh LSPro
terhadap laboratorium.

3.2.11 Apabila pengujian dilakukan di laboratorium


Pemohon, maka LSPro harus memastikan
kesesuaian kompetensi dan imparsialitas proses
pengujian yang dilakukan, misalnya melalui
penyaksian proses pengujian.

3.2.12 Laboratorium Pemohon yang digunakan untuk


pengujian produk yang disertifikasi harus
memenuhi persyaratan sebagaimana tercantum
pada angka 3.2.10 huruf a atau huruf b.

3.2.13 Apabila berdasarkan hasil evaluasi tahap 2 (dua)


ditemukan ketidaksesuaian, Pemohon harus
diberi kesempatan untuk melakukan tindakan
perbaikan dalam jangka waktu tertentu sesuai
dengan kebijakan LSPro.

3.2.14 Apabila hasil pengujian dari laboratorium


menunjukkan ketidaksesuaian maka dapat
dilakukan pengujian ulang paling lama satu kali
dengan mengambil contoh ulang dari lini produksi
atau gudang penyimpanan produk.

4 Tinjauan dan keputusan


4.1 Tinjauan
4.1.1 Tinjauan hasil evaluasi dilakukan terhadap
pemenuhan seluruh persyaratan Sertifikasi dan
kesesuaian proses Sertifikasi, mulai dari
pengajuan permohonan Sertifikasi, pelaksanaan
evaluasi tahap 1 (satu) dan evaluasi tahap 2 (dua).
- 1485 -

4.1.2 Tinjauan hasil evaluasi dinyatakan dalam bentuk


rekomendasi tertulis tentang pemenuhan SNI
yang diajukan oleh Pemohon untuk produk yang
diajukan untuk disertifikasi.

4.2 Penetapan keputusan Sertifikasi


4.2.1 Penetapan keputusan Sertifikasi dilakukan
berdasarkan rekomendasi yang dihasilkan dari
proses tinjauan.

4.2.2 Penetapan keputusan Sertifikasi harus dilakukan


oleh 1 (satu) orang atau sekelompok orang yang
tidak terlibat dalam proses evaluasi.

4.2.3 Penetapan keputusan Sertifikasi dapat dilakukan


oleh 1 (satu) orang atau sekelompok orang yang
sama dengan yang melakukan tinjauan.

4.2.4 Rekomendasi untuk keputusan Sertifikasi


berdasarkan hasil tinjauan harus
didokumentasikan, kecuali tinjauan dan
keputusan Sertifikasi diselesaikan secara
bersamaan oleh orang atau sekelompok orang
yang sama.

4.2.5 LSPro harus memberitahu secara tertulis kepada


Pemohon terkait menunda atau tidak memberikan
keputusan Sertifikasi, dan harus menyampaikan
alasan keputusan tersebut.

4.2.6 Apabila Pemohon menunjukkan keinginan untuk


melanjutkan proses Sertifikasi setelah LSPro
memutuskan tidak memberikan Sertifikasi,
Pemohon dapat menyampaikan permohonan
untuk melanjutkan proses Sertifikasi.
- 1486 -

4.2.7 Permohonan melanjutkan proses Sertifikasi harus


disampaikan oleh Pemohon kepada LSPro secara
tertulis paling lambat 1 (satu) bulan setelah
pemberitahuan keputusan tidak memberikan
Sertifikasi diterbitkan oleh LSPro. Proses
Sertifikasi dapat dimulai kembali dari evaluasi
tahap 2 (dua).

4.3 Bukti kesesuaian


4.3.1 Bukti kesesuaian berupa sertifikat kesesuaian
yang diterbitkan oleh LSPro. LSPro menerbitkan
sertifikat kesesuaian kepada Pemohon yang telah
memenuhi persyaratan Sertifikasi. Sertifikat
kesesuaian berlaku selama 4 (empat) tahun
setelah diterbitkan.

4.3.2 Sertifikat kesesuaian terhadap persyaratan SNI


paling sedikit harus memuat:
1. nomor sertifikat atau identifikasi unik
lainnya;
2. nomor atau identifikasi lain dari skema
Sertifikasi;
3. nama dan alamat LSPro;
4. nama dan alamat Pemohon (pemegang
sertifikat);
5. nomor atau identifikasi lain yang mengacu ke
perjanjian Sertifikasi;
6. pernyataan kesesuaian yang mencakup:
a. jenis/tipe/varian produk sesuai
peraturan kategori pangan yang berlaku,
b. jenis kemasan produk yang disertifikasi,
c. merek produk yang disertifikasi,
d. SNI yang menjadi dasar Sertifikasi, dan
e. nama dan alamat lokasi produksi;
7. status akreditasi atau pengakuan LSPro;
8. tanggal penerbitan sertifikat dan masa
berlakunya, serta riwayat sertifikat; dan
- 1487 -

9. tanda tangan yang mengikat secara hukum


dari personel yang bertindak atas nama
LSPro sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.

E Pemeliharaan Sertifikasi
1 Pengawasan oleh LSPRo
Pengawasan oleh LSPro dilakukan melalui kegiatan
surveilans. LSPro harus melaksanakan kunjungan surveilans
paling sedikit 2 (dua) kali dalam periode Sertifikasi, dengan
jarak antar evaluasi paling lama 12 (dua belas) bulan.
Kunjungan surveilans dilakukan melalui kegiatan evaluasi
berupa audit dan pengujian.

2 Sertifikasi ulang
2.1 LSPro harus melaksanakan Sertifikasi ulang paling
lambat 6 (enam) bulan sebelum masa berlaku sertifikat
berakhir.

2.2 Pelaksanaan Sertifikasi ulang dilakukan sesuai dengan


tahapan pada prosedur administratif.

2.3 Apabila tidak ada perubahan yang signifikan terkait


produk dan proses produksi sesuai dengan hasil audit
terakhir, maka LSPro dapat tidak melakukan evaluasi
tahap 1 (satu).

2.4 Apabila berdasarkan hasil Sertifikasi ulang ditemukan


ketidaksesuaia,Pemohon harus diberi kesempatan untuk
melakukan tindakan perbaikan dalam jangka waktu
tertentu sesuai dengan kebijakan LSPro.

F Evaluasi khusus
LSPro dapat melaksanakan evaluasi khusus dalam rangka audit
perubahan lingkup maupun tindak lanjut (investigasi) atas
keluhan atau informasi yang ada. Evaluasi khusus dalam rangka
- 1488 -

investigasi keluhan atau informasi yang ada dilakukan oleh


auditor yang memiliki kompetensi untuk melakukan investigasi
dan terbatas pada permasalahan yang ada, serta dilakukan dalam
waktu yang singkat dari diperolehnya keluhan atau informasi.
Tahapan evaluasi khusus dalam rangka perluasan lingkup
dilakukan sesuai dengan tahapan prosedur administratif namun
terbatas pada perluasan lingkup yang diajukan. Evaluasi terhadap
perluasan lingkup Sertifikasi dapat dilakukan terpisah maupun
bersamaan dengan surveilans.

G Ketentuan pengurangan, pembekuan, dan pencabutan Sertifikasi


1 Pengurangan lingkup Sertifikasi
Pemohon dapat mengajukan pengurangan lingkup Sertifikasi
selama periode Sertifikasi.

2 Pembekuan dan pencabutan Sertifikasi


2.1 LSPro dapat membekukan Sertifikasi apabila Pemohon:
a. tidak mampu memperbaiki ketidaksesuaian yang
diterbitkan oleh LSPro pada saat surveilans
dan/atau saat evaluasi khusus; atau
b. menyampaikan permintaan pembekuan Sertifikasi
kepada LSPro.

2.2 LSPro harus membatasi periode pembekuan Sertifikasi


paling lama 6 (enam) bulan.

2.3 LSPro dapat melakukan pencabutan Sertifikasi apabila


Pemohon:
a. tidak mampu memperbaiki ketidaksesuaian yang
mengakibatkan pembekuan Sertifikasi melebihi
batas waktu yang ditentukan; atau
b. menyampaikan permintaan pencabutan Sertifikasi
kepada LSPro.

2.4 LSPro dapat mempertimbangkan pembekuan atau


pencabutan Sertifikasi atau tindakan lainnya yang
- 1489 -

disebabkan oleh faktor lainnya dengan


mempertimbangkan risiko yang ditemukan.

H Keluhan dan banding


LSPro harus mengembangkan aturan penanganan keluhan dan
banding dengan mempertimbangkan kompetensi dan imparsialitas
pelaksanaan penanganan keluhan dan banding.

I Informasi publik
LSPro harus memublikasikan informasi kepada publik sesuai
persyaratan ISO/IEC 17065 termasuk informasi pelanggan yang
disertifikasi, dibekukan dan dicabut. Informasi publik terkait
informasi pelanggan yang disertifikasi, dibekukan dan dicabut
tersebut juga harus disampaikan melalui Aplikasi Barang Ber-SNI
(BangBeni) https://bangbeni.bsn.go.id.

J Kondisi khusus
Dalam hal ditemukan situasi yang tidak memungkinkan
penerapan persyaratan tertentu dalam Sertifikasi ini, maka akan
ditetapkan kebijakan BSN dengan mempertimbangkan masukan
dari KAN dan para pemangku kepentingan lainnya.

K Penggunaan Tanda SNI


1 Penggunaan tanda SNI dilakukan setelah mendapatkan
persetujuan penggunaan tanda SNI melalui Surat Persetujuan
Penggunaan Tanda (SPPT) SNI yang dikeluarkan oleh BSN
sesuai dengan ketentuan dalam Peraturan BSN yang
mengatur mengenai tata cara penggunaan tanda SNI dan
tanda kesesuaian berbasis SNI.

2 Permohonan persetujuan penggunaan tanda SNI diajukan


kepada BSN disertai dengan dokumen persyaratan yang
diatur dalam Peraturan BSN mengenai tata cara penggunaan
tanda SNI dan tanda kesesuaian berbasis SNI.

3 Tanda SNI sebagai bukti kesesuaian produk yang telah


memenuhi SNI adalah sebagai berikut:
- 1490 -

Dengan ukuran:

Keterangan:
y = 11x
r = 0,5x

L Tahapan kritis proses produksi produk daging luncheon


Tahapan kritis
No. Penjelasan tahapan kritis
proses produksi
1. Pemilihan bahan Bahan baku, bahan tambahan
baku, bahan pangan dan bahan kemasan harus
tambahan pangan memenuhi persyaratan yang
dan bahan kemasan ditetapkan atau peraturan terkait
yang berlaku
2. Proses produksi Proses produksi dilakukan dengan
metode tertentu yang dikendalikan
dan memperhatikan kesesuaian
proses, termasuk kondisi
lingkungan kerja, kompetensi SDM,
peralatan produksi dan alat
-1491 -

Tahapan ki'itis
No. Penjelasan tahapan kritis
proses produksi
pemantauan sesuai persyaratan
yang ditetapkan
3. Pengendalian mutu Pengendalian mutu produk
dilakukan dengan metode lertentu
yang dikendalikan, untuk
memastikan produk sesuai dengan
persyaratan mutu dan keamanan
yang ditetapkan
4. Pengemasan Pengemasan produk dilakukan
dengan metode tertentu yang
dikendalikan sesuai dengan
persyaratan SNI dan peraturan
terkait yang berlaku
■5. Penandaan Penandaan dilakukan sesuai

dengan persyaratan SNI dan


peraturan terkait yang berlaku

pemohon dapat berbeda

KEPALA BADAN STANDARDISASI NASIONAL

REPUBLIK INDONESIA,

TTD

BAMBANG PRASETYA

§esuai dengan aslinya


tiOARO/
Kepal aya Manusia, Organisasi, dan Hukum

INDO
- 1492 -

LAMPIRAN XCV
PERATURAN BADAN STANDARDISASI NASIONAL
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 1 TAHUN 2020
TENTANG
SKEMA PENILAIAN KESESUAIAN TERHADAP STANDAR
NASIONAL INDONESIA SEKTOR MAKANAN DAN MINUMAN

PETUNJUK TEKNIS SKEMA SERTIFIKASI PRODUK AGAR-AGAR


TEPUNG

A Ruang lingkup
Dokumen ini berlaku untuk acuan pelaksanaan Sertifikasi produk
agar-agar tepung yang diperoleh dari ekstraksi agarophyte, bersifat
koloid bila dilarutkan dalam air mendidih dan menjendal bila
didinginkan (reversible).

B Persyaratan acuan
Persyaratan acuan Sertifikasi produk agar-agar tepung mencakup:
1. SNI produk agar-agar tepung sebagaimana ditetapkan dalam
Keputusan Kepala Badan Standardisasi Nasional mengenai
daftar SNI sektor Makanan dan Minuman;
2. SNI dan standar lain yang diacu dalam SNI sebagaimana
dimaksud dalam angka 1;
3. Peraturan yang mengatur tentang label dan iklan pangan;
4. Peraturan yang mengatur tentang cara produksi pangan
olahan yang baik (Good Manufacturing Practices);
5. Peraturan yang mengatur tentang kemasan pangan;
6. Peraturan yang mengatur tentang bahan tambahan pangan;
7. Penerapan Cara Produksi Pangan Olahan yang Baik (CPPOB),
Sistem Manajemen Mutu (SMM) berdasarkan SNI ISO 9001,
Sistem Manajemen Mutu Keamanan Pangan (SMKP)
berdasarkan SNI ISO 22000 atau HACCP berdasarkan SNI
CAC/RCP 1; dan
8. Peraturan lain yang terkait produk agar-agar tepung.
- 1493 -

C Jenis kegiatan penilaian kesesuaian


Sertifikasi produk agar-agar tepung dilakukan oleh LPK yang telah
diakreditasi oleh KAN berdasarkan SNI ISO/IEC 17065, Penilaian
Kesesuaian – Persyaratan untuk Lembaga Sertifikasi Produk,
Proses, dan Jasa, untuk lingkup produk agar-agar tepung.
Dalam hal LPK belum ada yang diakreditasi KAN untuk melakukan
kegiatan Sertifikasi dengan ruang lingkup produk agar-agar
tepung, BSN dapat menunjuk LPK dengan lingkup yang sejenis
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

D Prosedur administratif
1. Pengajuan Permohonan Sertifikasi
1.1 LSPro harus menyusun format permohonan Sertifikasi
bagi pelaku usaha untuk mendapatkan seluruh
informasi seperti diatur pada huruf D angka 1.3.

1.2 Pengajuan permohonan Sertifikasi dilakukan oleh pelaku


usaha. Kriteria pelaku usaha yang dapat mengajukan
Sertifikasi sesuai Peraturan BSN yang mengatur
mengenai tata cara penggunaan tanda SNI dan tanda
kesesuaian berbasis SNI.

1.3 Permohonan Sertifikasi harus dilengkapi dengan:


a. informasi Pemohon:
1. nama Pemohon, alamat Pemohon, serta nama
dan kedudukan atau jabatan personel yang
bertanggung jawab atas pengajuan permohonan
Sertifikasi;
2. bukti pemenuhan persyaratan izin usaha sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan;
3. bukti izin edar produk sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan;
4. bukti kepemilikan atas merek atau tanda daftar
yang dikeluarkan oleh Kementerian Hukum dan
Hak Asasi Manusia;
- 1494 -

5. apabila Pemohon melakukan pembuatan


produk dengan merek yang dimiliki oleh pihak
lain, menyertakan bukti perjanjian yang
mengikat secara hukum untuk melakukan
pembuatan produk untuk pihak lain;
6. apabila Pemohon bertindak sebagai pemilik
merek yang mensubkontrakkan proses
produksinya kepada pihak lain, menyertakan
bukti kepemilikan merek dan perjanjian
subkontrak pelaksanaan produksi dengan
pihak lain;
7. apabila Pemohon bertindak sebagai perwakilan
resmi pemilik merek yang berkedudukan
hukum di luar negeri, menyertakan bukti
perjanjian yang mengikat secara hukum
tentang penunjukan sebagai perwakilan resmi
pemilik merek di wilayah Republik Indonesia;
8. pernyataan bahwa Pemohon bertanggung jawab
penuh atas pemenuhan persyaratan SNI dan
pemenuhan persyaratan proses Sertifikasi dan
bersedia memberikan akses terhadap lokasi
dan/atau informasi yang diperlukan oleh LSPro
dalam melaksanakan kegiatan Sertifikasi.
b. informasi produk:
1. merek produk yang diajukan untuk
disertifikasi;
2. jenis/tipe/varian produk yang diajukan untuk
disertifikasi;
3. spesifikasi produk setiap merek yang diajukan
untuk disertifikasi;
4. SNI yang digunakan sebagai dasar pengajuan
permohonan Sertifikasi;
5. daftar bahan baku termasuk bahan tambahan
pangan;
6. label produk;
7. jenis kemasan produk;
- 1495 -

8. foto produk dalam kemasan primer yang


diajukan untuk disertifikasi (dari arah depan,
belakang dan samping), serta informasi terkait
kemasan primer produk;
9. apabila ada, foto kemasan sekunder dan tersier
produk yang diajukan untuk disertifikasi, dari
arah depan, belakang, dan samping.
c. informasi proses produksi:
1. nama, alamat, dan legalitas hukum pabrik
(apabila berbeda dengan legalitas pemohon);
2. nama dan alamat fasilitas produksi mencakup
semua fasilitas yang digunakan untuk
memproduksi produk yang akan disertifikasi
(misal gudang bahan baku, produksi,
pengemasan produk, pengangkutan produk
jadi, gudang produk jadi dan lainnya) termasuk
kegiatan yang dialihdayakan;
3. struktur organisasi;
4. dokumentasi tentang desain dan tata letak
proses produksi serta proses pembuatan
produk yang diajukan untuk disertifikasi;
5. dokumentasi terkait proses dan pengendalian
produksi;
6. dokumentasi tentang peralatan produksi dan
pengukuran termasuk program
kalibrasi/verifikasi peralatan;
7. apabila telah tersedia, menyertakan sertifikat
penerapan Sistem Manajemen Mutu
berdasarkan SNI ISO 9001 atau Sistem
Manajemen Keamanan Pangan berdasarkan SNI
ISO 22000 atau HACCP berdasarkan SNI
CAC/RCP 1 dari lembaga Sertifikasi yang
diakreditasi oleh KAN atau oleh badan
akreditasi penandatangan International
Accreditation Forum (IAF)/Asia Pacific
Accreditation Cooperation (APAC) Multilateral
- 1496 -

Recognition Agreement (MLA) dengan ruang


lingkup yang sesuai.

2. Seleksi
2.1 Tinjauan permohonan Sertifikasi
2.1.1 LSPro harus memastikan bahwa informasi yang
diperoleh dari permohonan Sertifikasi yang
diajukan oleh Pemohon telah lengkap dan
memenuhi persyaratan, serta dapat memastikan
kemampuan LSPro untuk menindaklanjuti
permohonan Sertifikasi.

2.1.2 Tinjauan permohonan Sertifikasi harus dilakukan


oleh personel yang memiliki kompetensi sesuai
dengan lingkup permohonan Sertifikasi.

2.2 Penandatanganan perjanjian Sertifikasi


Setelah permohonan Sertifikasi dinyatakan lengkap dan
memenuhi persyaratan serta Pemohon menyetujui
persyaratan dan prosedur Sertifikasi yang ditetapkan
oleh LSPro, dilakukan penandatanganan perjanjian
Sertifikasi oleh Pemohon dan LSPro.

2.3 Penyusunan rencana evaluasi


2.3.1 Berdasarkan informasi yang diperoleh dari
persyaratan permohonan Sertifikasi yang
disampaikan oleh Pemohon, LSPro menetapkan
rencana evaluasi yang mencakup:
a. tujuan, waktu, durasi, lokasi pelaksanaan,
tim, metode, dan agenda evaluasi proses
produksi dan CPPOB atau sistem manajemen
yang relevan dengan pelaksanaan proses
produksi produk yang diajukan untuk
disertifikasi;
b. jenis/tipe/varian produk yang diajukan
untuk disertifikasi dan metode pengambilan
contoh sesuai dengan persyaratan SNI yang
- 1497 -

diperlukan untuk pengujian produk, yang


mewakili contoh produk yang diusulkan
untuk disertifikasi;
c. informasi SNI yang digunakan sebagai dasar
Sertifikasi berdasarkan permohonan yang
diajukan oleh Pemohon; dan
d. waktu yang diperlukan untuk pelaksanaan
pengujian berdasarkan standar acuan
metode uji yang dipersyaratkan.

2.3.2 Rencana evaluasi harus mempertimbangkan


kesesuaian produksi yang dilakukan oleh pabrik
sesuai lingkup produk yang diajukan untuk
disertifikasi.

2.3.3 Pelaksanaan evaluasi dilakukan oleh auditor atau


tim audit yang memiliki kriteria kompetensi
sebagai berikut:
1. Pengetahuan tentang prinsip, praktik dan
teknik audit;
2. Pengetahuan tentang proses dan prosedur
Sertifikasi yang ditetapkan oleh LSPro;
3. Pengetahuan tentang standar sistem
manajemen:
a. SNI ISO 9001 tentang sistem manajemen
mutu,
b. SNI ISO 22000 tentang sistem
manajemen mutu keamanan pangan,
c. SNI CAC/RCP 1 tentang rekomendasi
nasional kode praktis – prinsip umum
higiene pangan, dan/atau
d. Cara Produksi Pangan Olahan yang Baik
(CPPOB);

Catatan: sesuai yang diterapkan oleh


pemohon Sertifikasi.
- 1498 -

4. Pengetahuan yang dibuktikan dengan


sertifikat, tentang SNI produk agar-agar
tepung;
5. Pengetahuan yang dibuktikan dengan
sertifikat dan/atau pengalaman tentang
sektor bisnis produk agar-agar tepung; dan
6. Pengetahuan tentang produk, proses dan
organisasi pemohon Sertifikasi.

3. Determinasi
Determinasi mencakup 2 (dua) tahap evaluasi, yaitu evaluasi
tahap 1 (satu) dan evaluasi tahap 2 (dua).

3.1 Pelaksanaan evaluasi tahap 1 (satu)


3.1.1 Pada evaluasi tahap 1 (satu) dilakukan
pemeriksaan awal terhadap kesesuaian informasi
produk dan proses produksi yang disampaikan
Pemohon pada huruf D angka 1.3 terhadap
lingkup produk yang ditetapkan dalam SNI dan
peraturan terkait.

3.1.2 Apabila hasil evaluasi tahap 1 (satu)


menunjukkan ketidaksesuaian terhadap
persyaratan, Pemohon harus diberi kesempatan
untuk melakukan tindakan perbaikan dalam
jangka waktu tertentu sesuai dengan kebijakan
LSPro.

3.2 Pelaksanaan evaluasi tahap 2 (dua)


3.2.1 Evaluasi tahap 2 (dua) dilaksanakan melalui audit
proses produksi dan CPPOB atau sistem
manajemen yang relevan serta pengujian produk.

3.2.2 Audit proses produksi dan CPPOB atau sistem


manajemen yang relevan dilakukan pada saat
pabrik melakukan produksi produk yang diajukan
atau pada kondisi tertentu dilakukan melalui
- 1499 -

simulasi proses produksi produk yang diajukan


untuk disertifikasi.

3.2.3 Audit dilakukan dengan metode audit yang


merupakan kombinasi dari audit dokumen dan
rekaman, wawancara, observasi, demonstrasi,
atau metode audit lainnya.

3.2.4 Audit dilakukan terhadap:


a. tanggung jawab dan komitmen personel
penanggung jawab pabrik terhadap
konsistensi pemenuhan produk terhadap
persyaratan SNI;
b. ketersediaan dan pengendalian prosedur dan
rekaman pengendalian mutu, termasuk
pengujian rutin;
c. fasilitas, lokasi, desain dan tata letak,
bangunan, sanitasi peralatan, sanitasi ruang
proses, dan higiene personel sesuai dengan
ketentuan yang berlaku tentang CPPOB;
d. tahapan kritis proses produksi, mulai dari
bahan baku sampai produk akhir paling
sedikit pada tahapan sebagaimana diuraikan
dalam huruf L;
e. kelengkapan serta fungsi peralatan produksi
termasuk peralatan pengendalian mutu;
f. bukti verifikasi berdasarkan hasil kalibrasi
atau hasil verifikasi peralatan produksi
sebagaimana disebutkan pada huruf e yang
membuktikan bahwa peralatan tersebut
memenuhi persyaratan produksi. Hasil
verifikasi peralatan produksi dapat
ditunjukkan dengan prosedur yang
diperlukan untuk mencapai kondisi atau
persyaratan yang ditetapkan;
g. bukti tera atau tera ulang alat pengukur
berat produk dalam kemasan akhir;
- 1500 -

h. pengendalian dan penanganan produk yang


tidak sesuai; dan
i. pengemasan, penanganan, dan penyimpanan
produk, termasuk di gudang akhir produk
yang siap diedarkan.

3.2.5 Apabila Pemohon telah menerapkan dan


mendapatkan sertifikat SMKP berdasarkan SNI
ISO 22000 atau HACCP berdasarkan SNI
CAC/RCP 1 dari lembaga Sertifikasi yang
diakreditasi oleh KAN atau oleh badan akreditasi
penandatangan IAF/APAC MLA dengan ruang
lingkup yang sesuai, maka inspeksi pabrik atau
asesmen proses produksi dilakukan terhadap
implementasi sistem manajemen terkait mutu
produk tersebut dan angka 3.2.4 huruf d sampai
dengan huruf i.

3.2.6 Apabila Pemohon telah menerapkan dan


mendapatkan sertifikat SMM berdasarkan SNI ISO
9001 dari lembaga Sertifikasi yang diakreditasi
oleh KAN atau oleh badan akreditasi
penandatangan IAF/APAC MLA dengan ruang
lingkup yang sesuai, maka inspeksi pabrik atau
asesmen proses produksi dilakukan terhadap
implementasi sistem manajemen terkait mutu
produk tersebut dan angka 3.2.4 huruf c sampai
dengan huruf i.

3.2.7 Apabila Pemohon hanya melakukan kegiatan


pengemasan produk akhir, maka audit pada
angka 3.2.4 tidak berlaku, namun LSPro harus
memastikan kesesuaian terhadap:
a. produk yang akan dikemas sesuai
persyaratan SNI, yang dibuktikan melalui
pemenuhan hasil uji yang diterbitkan oleh
laboratorium pihak ketiga yang diakreditasi
- 1501 -

oleh KAN atau badan akreditasi


penandatangan IAF/APAC MLA secara
periodik setiap batch dan mencakup seluruh
pemasok;
b. tahapan proses di pemasok yang dibuktikan
melalui penyertaan sertifikat CPPOB, sistem
manajemen atau sertifikat Pemeriksaan
Sarana dan Bangunan (PSB) yang dimiliki
oleh pemasok; dan
c. tahapan kritis proses produksi sebagaimana
diuraikan dalam huruf L, yang dibuktikan
melalui audit proses produksi pada seluruh
kegiatan yang dikendalikan oleh Pemohon.

3.2.8 Pengambilan contoh produk dilakukan saat audit


proses produksi berdasarkan persyaratan dalam
SNI. Pengambilan contoh produk untuk pengujian
dilakukan oleh personel kompeten yang
ditugaskan oleh LSPro. Contoh produk diambil
dari lini produksi atau gudang penyimpanan
produk.

3.2.9 Contoh produk diambil sesuai dengan kebutuhan


pengujian yang mewakili merek yang diajukan
untuk disertifikasi.
Catatan: merek dapat mewakili merek lainnya
apabila memiliki spesifikasi yang sama.

3.2.10 Pengujian dilakukan di laboratorium yang telah


menerapkan ISO/IEC 17025 untuk lingkup
produk yang disertifikasi. Penerapan ISO/IEC
17025 dapat dibuktikan melalui:
a. akreditasi oleh KAN;
b. akreditasi oleh badan akreditasi
penandatangan saling pengakuan dalam
forum APAC dan International Laboratory
Accreditation Cooperation (ILAC); atau
- 1502 -

c. penilaian yang dilakukan oleh LSPro


terhadap laboratorium.

3.2.11 Apabila pengujian dilakukan di laboratorium


Pemohon, maka LSPro harus memastikan
kesesuaian kompetensi dan imparsialitas proses
pengujian yang dilakukan, misalnya melalui
penyaksian proses pengujian.

3.2.12 Laboratorium Pemohon yang digunakan untuk


pengujian produk yang disertifikasi harus
memenuhi persyaratan sebagaimana tercantum
pada angka 3.2.10 huruf a atau huruf b.

3.2.13 Apabila berdasarkan hasil evaluasi tahap 2 (dua)


ditemukan ketidaksesuaian, Pemohon harus
diberi kesempatan untuk melakukan tindakan
perbaikan dalam jangka waktu tertentu sesuai
dengan kebijakan LSPro.

3.2.14 Apabila hasil pengujian dari laboratorium


menunjukkan ketidaksesuaian maka dapat
dilakukan pengujian ulang paling lama satu kali
dengan mengambil contoh ulang dari lini produksi
atau gudang penyimpanan produk.

4. Tinjauan dan keputusan


4.1 Tinjauan
4.1.1 Tinjauan hasil evaluasi dilakukan terhadap
pemenuhan seluruh persyaratan Sertifikasi dan
kesesuaian proses Sertifikasi, mulai dari
pengajuan permohonan Sertifikasi, pelaksanaan
evaluasi tahap 1 (satu) dan evaluasi tahap 2 (dua).
- 1503 -

4.1.2 Tinjauan hasil evaluasi dinyatakan dalam bentuk


rekomendasi tertulis tentang pemenuhan SNI
yang diajukan oleh Pemohon untuk produk yang
diajukan untuk disertifikasi.

4.2 Penetapan keputusan Sertifikasi


4.2.1 Penetapan keputusan Sertifikasi dilakukan
berdasarkan rekomendasi yang dihasilkan dari
proses tinjauan.

4.2.2 Penetapan keputusan Sertifikasi harus dilakukan


oleh 1 (satu) orang atau sekelompok orang yang
tidak terlibat dalam proses evaluasi.

4.2.3 Penetapan keputusan Sertifikasi dapat dilakukan


oleh 1 (satu) orang atau sekelompok orang yang
sama dengan yang melakukan tinjauan.

4.2.4 Rekomendasi untuk keputusan Sertifikasi


berdasarkan hasil tinjauan harus
didokumentasikan, kecuali tinjauan dan
keputusan Sertifikasi diselesaikan secara
bersamaan oleh orang atau sekelompok orang
yang sama.

4.2.5 LSPro harus memberitahu secara tertulis kepada


Pemohon terkait menunda atau tidak memberikan
keputusan Sertifikasi, dan harus menyampaikan
alasan keputusan tersebut.

4.2.6 Apabila Pemohon menunjukkan keinginan untuk


melanjutkan proses Sertifikasi setelah LSPro
memutuskan tidak memberikan Sertifikasi,
Pemohon dapat menyampaikan permohonan
untuk melanjutkan proses Sertifikasi.
- 1504 -

4.2.7 Permohonan melanjutkan proses Sertifikasi harus


disampaikan oleh Pemohon kepada LSPro secara
tertulis paling lambat 1 (satu) bulan setelah
pemberitahuan keputusan tidak memberikan
Sertifikasi diterbitkan oleh LSPro. Proses
Sertifikasi dapat dimulai kembali dari evaluasi
tahap 2 (dua).

4.3 Bukti kesesuaian


4.3.1 Bukti kesesuaian berupa sertifikat kesesuaian
yang diterbitkan oleh LSPro. LSPro menerbitkan
sertifikat kesesuaian kepada Pemohon yang telah
memenuhi persyaratan Sertifikasi. Sertifikat
kesesuaian berlaku selama 4 (empat) tahun
setelah diterbitkan.

4.3.2 Sertifikat kesesuaian terhadap persyaratan SNI


paling sedikit harus memuat:
1. nomor sertifikat atau identifikasi unik
lainnya;
2. nomor atau identifikasi lain dari skema
Sertifikasi;
3. nama dan alamat LSPro;
4. nama dan alamat Pemohon (pemegang
sertifikat);
5. nomor atau identifikasi lain yang mengacu ke
perjanjian Sertifikasi;
6. pernyataan kesesuaian yang mencakup:
a. jenis/tipe/varian produk sesuai
peraturan kategori pangan yang berlaku,
b. jenis kemasan produk yang disertifikasi,
c. merek produk yang disertifikasi,
d. SNI yang menjadi dasar Sertifikasi, dan
e. nama dan alamat lokasi produksi;
7. status akreditasi atau pengakuan LSPro;
8. tanggal penerbitan sertifikat dan masa
berlakunya, serta riwayat sertifikat; dan
- 1505 -

9. tanda tangan yang mengikat secara hukum


dari personel yang bertindak atas nama
LSPro sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.

E Pemeliharaan Sertifikasi
1 Pengawasan oleh LSPro
Pengawasan oleh LSPro dilakukan melalui kegiatan
surveilans. LSPro harus melaksanakan kunjungan surveilans
paling sedikit 2 (dua) kali dalam periode Sertifikasi, dengan
jarak antar evaluasi paling lama 12 (dua belas) bulan.
Kunjungan surveilans dilakukan melalui kegiatan evaluasi
berupa audit dan pengujian.

2 Sertifikasi ulang
2.1 LSPro harus melaksanakan Sertifikasi ulang paling
lambat 6 (enam) bulan sebelum masa berlaku sertifikat
berakhir.

2.2 Pelaksanaan Sertifikasi ulang dilakukan sesuai dengan


tahapan pada prosedur administratif.

2.3 Apabila tidak ada perubahan yang signifikan terkait


produk dan proses produksi sesuai dengan hasil audit
terakhir, maka LSPro dapat tidak melakukan evaluasi
tahap 1 (satu).

2.4 Apabila berdasarkan hasil Sertifikasi ulang ditemukan


ketidaksesuaian, Pemohon harus diberi kesempatan
untuk melakukan tindakan perbaikan dalam jangka
waktu tertentu sesuai dengan kebijakan LSPro.

F Evaluasi khusus
LSPro dapat melaksanakan evaluasi khusus dalam rangka audit
perluasan lingkup maupun tindak lanjut (investigasi) atas keluhan
atau informasi yang ada. Evaluasi khusus dalam rangka
- 1506 -

investigasi keluhan atau informasi yang ada dilakukan oleh


auditor yang memiliki kompetensi untuk melakukan investigasi
dan terbatas pada permasalahan yang ada, serta dilakukan dalam
waktu yang singkat dari diperolehnya keluhan atau informasi.
Tahapan evaluasi khusus dalam rangka perluasan lingkup
dilakukan sesuai dengan tahapan prosedur administratif namun
terbatas pada perluasan lingkup yang diajukan. Evaluasi terhadap
perluasan lingkup Sertifikasi dapat dilakukan terpisah maupun
bersamaan dengan surveilans.

G Ketentuan pengurangan, pembekuan, dan pencabutan Sertifikasi


1 Pengurangan lingkup Sertifikasi
Pemohon dapat mengajukan pengurangan lingkup Sertifikasi
selama periode Sertifikasi.

2 Pembekuan dan pencabutan Sertifikasi


2.1 LSPro dapat membekukan Sertifikasi apabila Pemohon:
a. tidak mampu memperbaiki ketidaksesuaian yang
diterbitkan oleh LSPro pada saat surveilans
dan/atau saat evaluasi khusus; atau
b. menyampaikan permintaan pembekuan Sertifikasi
kepada LSPro.

2.2 LSPro harus membatasi periode pembekuan Sertifikasi


paling lama 6 (enam) bulan.

2.3 LSPro dapat melakukan pencabutan Sertifikasi apabila


Pemohon:
a. tidak mampu memperbaiki ketidaksesuaian yang
mengakibatkan pembekuan Sertifikasi melebihi
batas waktu yang ditentukan; atau
b. menyampaikan permintaan pencabutan Sertifikasi
kepada LSPro.

2.4 LSPro dapat mempertimbangkan pembekuan atau


pencabutan Sertifikasi, atau tindakan lainnya yang
- 1507 -

disebabkan oleh faktor lainnya dengan


mempertimbangkan risiko yang ditemukan.

H Keluhan dan banding


LSPro harus mengembangkan aturan penanganan keluhan dan
banding dengan mempertimbangkan kompetensi dan imparsialitas
pelaksanaan penanganan keluhan dan banding.

I Informasi publik
LSPro harus memublikasikan informasi kepada publik sesuai
persyaratan ISO/IEC 17065 termasuk informasi pelanggan yang
disertifikasi, dibekukan dan dicabut. Informasi publik terkait
informasi pelanggan yang disertifikasi, dibekukan dan dicabut
tersebut juga harus disampaikan melalui Aplikasi Barang Ber-SNI
(BangBeni) https://bangbeni.bsn.go.id.

J Kondisi khusus
Dalam hal ditemukan situasi yang tidak memungkinkan
penerapan persyaratan tertentu dalam Sertifikasi ini, maka akan
ditetapkan kebijakan BSN dengan mempertimbangkan masukan
dari KAN dan para pemangku kepentingan lainnya.

K Penggunaan tanda SNI


1 Penggunaan tanda SNI dilakukan setelah mendapatkan
persetujuan penggunaan tanda SNI melalui Surat Persetujuan
Penggunaan Tanda (SPPT) SNI yang dikeluarkan oleh BSN
sesuai dengan ketentuan dalam Peraturan BSN yang
mengatur mengenai tata cara penggunaan tanda SNI dan
tanda kesesuaian berbasis SNI.

2 Permohonan persetujuan penggunaan tanda SNI diajukan


kepada BSN disertai dengan dokumen persyaratan yang
diatur dalam Peraturan BSN tentang mengenai tata cara
penggunaan tanda SNI dan tanda kesesuaian berbasis SNI.

3 Tanda SNI sebagai bukti kesesuaian produk yang telah


memenuhi SNI adalah sebagai berikut:
- 1508 -

Dengan ukuran:

Keterangan:
y = 11x
r = 0,5x

L Tahapan kritis proses produksi produk agar-agar tepung

Tahapan kritis
No. Penjelasan tahapan kritis
proses produksi

1. Pemilihan bahan Bahan baku, bahan tambahan


baku, bahan pangan dan bahan kemasan harus
tambahan pangan memenuhi persyaratan yang
dan bahan kemasan ditetapkan atau peraturan terkait
yang berlaku
2. Proses produksi Proses produksi dilakukan dengan
metode tertentu yang dikendalikan
dan memperhatikan kesesuaian
proses, termasuk kondisi
-1509-

Tahapan kritis
No. Penjelasan tahapan kritis
proses produksi

lingkungan kerja, kompetensi SDM,


peralatan produksi dan alat
pemantauan sesuai persyaratan
yang ditetapkan
3. Pengendalian mutu Pengendalian mutu produk
dilakukan dengan metode tertentu
yang dikendalikan, untuk
memastikan produk sesuai dengan
persyaratan mutu dan keamanan
yang ditetapkan
4. Pengemasan Pengemasan produk dilakukan
dengan metode tertentu yang
dikendalikan sesuai dengan
persyaratan SNI dan peraturan
terkait yang berlaku
5. Penandaan Penandaan dilakukan sesuai

dengan persyaratan SNI dan


peraturan terkait yang berlaku
Keterangan: Urutan tahapan kritis proses produksi disetiap
pemohon dapat berbeda
KEPALA BADAN STANDARDISASl NASIONAL

REPUBLIK INDONESIA,

TTD

BAMBANG PRASETYA

dengan aslinya
Kepal .aya Manusia, Organisasi, dan Hukum

%
Margahayu
- 1510 -

LAMPIRAN XXXV
PERATURAN BADAN STANDARDISASI NASIONAL
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 1 TAHUN 2020
TENTANG
SKEMA PENILAIAN KESESUAIAN TERHADAP STANDAR
NASIONAL INDONESIA SEKTOR MAKANAN DAN MINUMAN

PETUNJUK TEKNIS SKEMA SERTIFIKASI PRODUK TEPUNG BUMBU

A Ruang lingkup
Dokumen ini berlaku untuk acuan pelaksanaan Sertifikasi produk
tepung bumbu dan tidak berlaku untuk rempah, rempah bubuk,
tepung pelapis, adonan produk bakeri, premix roti dan premix kue.

B Persyaratanacuan
Persyaratan acuan Sertifikasi produk tepung bumbu mencakup:
1. SNI produk tepung bumbu sebagaimana ditetapkan dalam
Keputusan Kepala Badan Standardisasi Nasional mengenai
daftar SNI sektor Makanan dan Minuman;
2. SNI dan standar lain yang diacu dalam SNI sebagaimana
dimaksud dalam angka 1;
3. Peraturan yang mengatur tentang label dan iklan pangan;
4. Peraturan yang mengatur tentang cara produksi pangan
olahan yang baik (Good Manufacturing Practices);
5. Peraturan yang mengatur tentang kemasan pangan;
6. Peraturan yang mengatur tentang bahan tambahan pangan;
7. Penerapan Cara Produksi Pangan Olahan yang Baik (CPPOB),
Sistem Manajemen Mutu (SMM) berdasarkan SNI ISO 9001,
Sistem Manajemen Mutu Keamanan Pangan (SMKP)
berdasarkan SNI ISO 22000 atau HACCP berdasarkan SNI
CAC/RCP 1; dan
8. Peraturan lain yang terkait produk tepung bumbu.
- 1511 -

C Jenis kegiatan penilaian kesesuaian


Sertifikasi produk tepung bumbu dilakukan oleh LPK yang telah
diakreditasi oleh KAN berdasarkan SNI ISO/IEC 17065, Penilaian
Kesesuaian – Persyaratan untuk Lembaga Sertifikasi Produk,
Proses, dan Jasa, untuk lingkup produk tepung bumbu.
Dalam hal LPK belum ada yang diakreditasi KAN untuk melakukan
kegiatan Sertifikasi dengan ruang lingkup produk tepung bumbu,
BSN dapat menunjuk LPK dengan lingkup yang sejenis sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

D Prosedur Sertifikasi
1. Pengajuan permohonan Sertifikasi
1.1 LSPro harus menyusun format permohonan Sertifikasi
bagi pelaku usaha untuk mendapatkan seluruh
informasi seperti diatur pada huruf D angka 1.3.

1.2 Pengajuan permohonan Sertifikasi dilakukan oleh pelaku


usaha. Kriteria pelaku usaha yang dapat mengajukan
Sertifikasi sesuai Peraturan BSN yang mengatur
mengenai tata cara penggunaan tanda SNI dan tanda
kesesuaian berbasis SNI.

1.3 Permohonan Sertifikasi harus dilengkapi dengan:


a. informasi Pemohon:
1. nama Pemohon, alamat Pemohon, serta nama
dan kedudukan atau jabatan personel yang
bertanggung jawab atas pengajuan permohonan
Sertifikasi;
2. bukti pemenuhan persyaratan izin usaha sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan;
3. bukti izin edar produk sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan;
4. bukti kepemilikan atas merek atau tanda daftar
yang dikeluarkan oleh Kementerian Hukum dan
Hak Asasi Manusi;
- 1512 -

5. apabila Pemohon melakukan pembuatan


produk dengan merek yang dimiliki oleh pihak
lain, menyertakan bukti perjanjian yang
mengikat secara hukum untuk melakukan
pembuatan produk untuk pihak lain;
6. apabila Pemohon bertindak sebagai pemilik
merek yang mensubkontrakkan proses
produksinya kepada pihak lain, menyertakan
bukti kepemilikan merek dan perjanjian
subkontrak pelaksanaan produksi dengan
pihak lain;
7. apabila Pemohon bertindak sebagai perwakilan
resmi pemilik merek yang berkedudukan
hukum di luar negeri, menyertakan bukti
perjanjian yang mengikat secara hukum
tentang penunjukan sebagai perwakilan resmi
pemilik merek di wilayah Republik Indonesia;
8. pernyataan bahwa Pemohon bertanggung jawab
penuh atas pemenuhan persyaratan SNI dan
pemenuhan persyaratan proses Sertifikasi,
serta bersedia memberikan akses terhadap
lokasi dan/atau informasi yang diperlukan oleh
LSPro dalam melaksanakan kegiatan Sertifikasi.
b. informasi produk:
1. merek produk yang diajukan untuk
disertifikasi;
2. jenis/tipe/varian produk yang diajukan untuk
disertifikasi;
3. spesifikasi produk setiap merek yang diajukan
untuk disertifikasi;
4. SNI yang digunakan sebagai dasar pengajuan
permohonan Sertifikasi,
5. daftar bahan baku termasuk bahan tambahan
pangan;
6. label produk;
7. jenis kemasan produk;
- 1513 -

8. foto produk dalam kemasan primer yang


diajukan untuk disertifikasi (dari arah depan,
belakang dan samping), serta informasi terkait
kemasan primer produk;
9. apabila ada, foto kemasan sekunder dan tersier
produk yang diajukan untuk disertifikasi, dari
arah depan, belakang, dan samping.
c. informasi proses produksi:
1. nama, alamat, dan legalitas hukum pabrik
(apabila berbeda dengan legalitas Pemohon);
2. nama dan alamat fasilitas produksi mencakup
semua fasilitas yang digunakan untuk
memproduksi produk yang akan disertifikasi
(misal gudang bahan baku, produksi,
pengemasan produk, pengangkutan produk
jadi, gudang produk jadi dan lainnya) termasuk
kegiatan yang dialihdayakan;
3. struktur organisasi;
4. dokumentasi tentang desain dan tata letak
proses produksi serta proses pembuatan
produk yang diajukan untuk disertifikasi;
5. dokumentasi terkait proses dan pengendalian
produksi;
6. dokumentasi tentang peralatan produksi dan
pengukuran termasuk program
kalibrasi/verifikasi peralatan;
7. apabila telah tersedia, menyertakan sertifikat
penerapan Sistem Manajemen Mutu
berdasarkan SNI ISO 9001 atau Sistem
Manajemen Keamanan Pangan berdasarkan SNI
ISO 22000 atau HACCP berdasarkan SNI
CAC/RCP 1 dari lembaga Sertifikasi yang
diakreditasi oleh KAN atau oleh badan
akreditasi penandatangan International
Accreditation Forum (IAF)/Asia Pacific
Accreditation Cooperation (APAC) Multilateral
- 1514 -

Recognition Agreement (MLA) dengan ruang


lingkup yang sesuai.

2. Seleksi
2.1 Tinjauan permohonan Sertifikasi
2.1.1 LSPro harus memastikan bahwa informasi yang
diperoleh dari permohonan Sertifikasi yang
diajukan oleh Pemohon telah lengkap dan
memenuhi persyaratan, serta dapat memastikan
kemampuan LSPro untuk menindaklanjuti
permohonan Sertifikasi.

2.1.2 Tinjauan permohonan Sertifikasi harus dilakukan


oleh personel yang memiliki kompetensi sesuai
dengan lingkup permohonan Sertifikasi.

2.2 Penandatanganan perjanjian Sertifikasi


Setelah permohonan Sertifikasi dinyatakan lengkap dan
memenuhi persyaratan serta Pemohon menyetujui
persyaratan dan prosedur Sertifikasi yang ditetapkan
oleh LSPro, dilakukan penandatanganan perjanjian
Sertifikasi oleh Pemohon dan LSPro.

2.3 Penyusunan rencana evaluasi


2.3.1 Berdasarkan informasi yang diperoleh dari
persyaratan permohonan Sertifikasi yang
disampaikan oleh Pemohon, LSPro menetapkan
rencana evaluasi yang mencakup:
a. tujuan, waktu, durasi, lokasi pelaksanaan,
tim, metode, dan agenda evaluasi proses
produksi dan CPPOB atau sistem manajemen
yang relevan dengan pelaksanaan proses
produksi produk yang diajukan untuk
disertifikasi;
b. jenis/tipe/varian produk yang diajukan
untuk disertifikasi dan metode pengambilan
contoh sesuai dengan persyaratan SNI yang
- 1515 -

diperlukan untuk pengujian produk, yang


mewakili contoh produk yang diusulkan
untuk disertifikasi;
c. informasi SNI yang digunakan sebagai dasar
Sertifikasi berdasarkan permohonan yang
diajukan oleh Pemohon; dan
d. waktu yang diperlukan untuk pelaksanaan
pengujian berdasarkan standar acuan
metode uji yang dipersyaratkan.

2.3.2 Rencana evaluasi harus mempertimbangkan


kesesuaian produksi yang dilakukan oleh pabrik
sesuai lingkup produk yang diajukan untuk
disertifikasi.

2.3.3 Pelaksanaan evaluasi dilakukan oleh auditor atau


tim audit yang memiliki kriteria kompetensi
sebagai berikut:
1. Pengetahuan tentang prinsip, praktik dan
teknik audit;
2. Pengetahuan tentang proses dan prosedur
Sertifikasi yang ditetapkan oleh LSPro;
3. Pengetahuan tentang standar sistem
manajemen:
a. SNI ISO 9001 tentang sistem manajemen
mutu;
b. SNI ISO 22000 tentang sistem
manajemen mutu keamanan pangan;
c. SNI CAC/RCP 1 tentang rekomendasi
nasional kode praktis – prinsip umum
higiene pangan, dan/atau
d. Cara Produksi Pangan Olahan yang Baik
(CPPOB).

Catatan: sesuai yang diterapkan oleh


pemohon Sertifikasi.
4. Pengetahuan yang dibuktikan dengan
sertifikat, tentang SNI produk tepung bumbu;
- 1516 -

5. Pengetahuan yang dibuktikan dengan


sertifikat dan/atau pengalaman tentang
sektor bisnis produk tepung bumbu; dan
6. Pengetahuan tentang produk, proses dan
organisasi pemohon Sertifikasi.

3. Determinasi
Determinasi mencakup 2 (dua) tahap evaluasi, yaitu evaluasi
tahap 1 (satu) dan evaluasi tahap 2 (dua).

3.1 Pelaksanaan evaluasi tahap 1 (satu)


3.1.1 Pada evaluasi tahap 1 (satu) dilakukan
pemeriksaan awal terhadap kesesuaian informasi
produk dan proses produksi yang disampaikan
Pemohon pada huruf D angka 1.3 terhadap
lingkup produk yang ditetapkan dalam SNI dan
peraturan terkait.

3.1.2 Apabila hasil evaluasi tahap 1 (satu)


menunjukkan ketidaksesuaian terhadap
persyaratan, Pemohon harus diberi kesempatan
untuk melakukan tindakan perbaikan dalam
jangka waktu tertentu sesuai dengan kebijakan
LSPro.

3.2 Pelaksanaan evaluasi tahap 2 (dua)


3.2.1 Evaluasi tahap 2 (dua) dilaksanakan melalui audit
proses produksi dan CPPOB atau sistem
manajemen yang relevan serta pengujian produk.

3.2.2 Audit proses produksi dan CPPOB atau sistem


manajemen yang relevan dilakukan pada saat
pabrik melakukan produksi produk yang diajukan
atau pada kondisi tertentu dilakukan melalui
simulasi proses produksi produk yang diajukan
untuk disertifikasi.
- 1517 -

3.2.3 Audit dilakukan dengan metode audit yang


merupakan kombinasi dari audit dokumen dan
rekaman, wawancara, observasi, demonstrasi,
atau metode audit lainnya.

3.2.4 Audit dilakukan terhadap:


a. tanggung jawab dan komitmen personel
penanggung jawab pabrik terhadap
konsistensi pemenuhan produk terhadap
persyaratan SNI;
b. ketersediaan dan pengendalian prosedur dan
rekaman pengendalian mutu, termasuk
pengujian rutin;
c. fasilitas, lokasi, desain dan tata letak,
bangunan, sanitasi peralatan, sanitasi ruang
proses, dan higiene personel sesuai dengan
ketentuan yang berlaku tentang CPPOB;
d. tahapan kritis proses produksi, mulai dari
bahan baku sampai produk akhir paling
sedikit pada tahapan sebagaimana diuraikan
dalam huruf L;
e. kelengkapan serta fungsi peralatan produksi
termasuk peralatan pengendalian mutu;
f. bukti verifikasi berdasarkan hasil kalibrasi
atau hasil verifikasi peralatan produksi
sebagaimana disebutkan pada huruf e yang
membuktikan bahwa peralatan tersebut
memenuhi persyaratan produksi. Hasil
verifikasi peralatan produksi dapat
ditunjukkan dengan prosedur yang
diperlukan untuk mencapai kondisi atau
persyaratan yang ditetapkan;
g. bukti tera atau tera ulang alat pengukur
berat produk dalam kemasan akhir;
h. pengendalian dan penanganan produk yang
tidak sesuai; dan
- 1518 -

i. pengemasan, penanganan, dan penyimpanan


produk, termasuk di gudang akhir produk
yang siap diedarkan.

3.2.5 Apabila Pemohon telah menerapkan dan


mendapatkan sertifikat SMKP berdasarkan SNI
ISO 22000 atau HACCP berdasarkan SNI
CAC/RCP 1 dari lembaga Sertifikasi yang
diakreditasi oleh KAN atau oleh badan akreditasi
penandatangan IAF/APAC MLA dengan ruang
lingkup yang sesuai, maka inspeksi pabrik atau
asesmen proses produksi dilakukan terhadap
implementasi sistem manajemen terkait mutu
produk tersebut dan angka 3.2.4 huruf d sampai
dengan huruf i.

3.2.6 Apabila Pemohon telah menerapkan dan


mendapatkan sertifikat SMM berdasarkan SNI ISO
9001 dari lembaga Sertifikasi yang diakreditasi
oleh KAN atau oleh badan akreditasi
penandatangan IAF/APAC MLA dengan ruang
lingkup yang sesuai, maka inspeksi pabrik atau
asesmen proses produksi dilakukan terhadap
implementasi sistem manajemen terkait mutu
produk tersebut dan angka 3.2.4 huruf c sampai
dengan huruf i.

3.2.7 Apabila Pemohon hanya melakukan kegiatan


pengemasan produk akhir, maka audit pada
angka 3.2.4 tidak berlaku, namun LSPro harus
memastikan kesesuaian terhadap:
a. produk yang akan dikemas sesuai
persyaratan SNI, yang dibuktikan melalui
pemenuhan hasil uji yang diterbitkan oleh
laboratorium pihak ketiga yang diakreditasi
oleh KAN atau badan akreditasi
penandatangan IAF/APAC MLA secara
- 1519 -

periodik setiap batch dan mencakup seluruh


pemasok;
b. tahapan proses di pemasok yang dibuktikan
melalui penyertaan sertifikat CPPOB, sistem
manajemen atau sertifikat Pemeriksaan
Sarana dan Bangunan (PSB) yang dimiliki
oleh pemasok; dan
c. tahapan kritis proses produksi sebagaimana
diuraikan dalam huruf L, yang dibuktikan
melalui audit proses produksi pada seluruh
kegiatan yang dikendalikan oleh Pemohon.

3.2.8 Pengambilan contoh produk dilakukan saat audit


proses produksi berdasarkan persyaratan dalam
SNI. Pengambilan contoh produk untuk pengujian
dilakukan oleh personel kompeten yang
ditugaskan oleh LSPro. Contoh produk diambil
dari lini produksi atau gudang penyimpanan
produk.

3.2.9 Contoh produk diambil sesuai dengan kebutuhan


pengujian yang mewakili merek yang diajukan
untuk disertifikasi.
Catatan: merek dapat mewakili merek lainnya
apabila memiliki spesifikasi yang sama

3.2.10 Pengujian dilakukan di laboratorium yang telah


menerapkan ISO/IEC 17025 untuk lingkup
produk yang disertifikasi. Penerapan ISO/IEC
17025 dapat dibuktikan melalui:
a. akreditasi oleh KAN;
b. akreditasi oleh badan akreditasi
penandatangan saling pengakuan dalam
forum APAC dan International Laboratory
Accreditation Cooperation (ILAC); atau
c. penilaian yang dilakukan oleh LSPro
terhadap laboratorium.
- 1520 -

3.2.11 Apabila pengujian dilakukan di laboratorium


Pemohon, maka LSPro harus memastikan
kesesuaian kompetensi dan imparsialitas proses
pengujian yang dilakukan, misalnya melalui
penyaksian proses pengujian.

3.2.12 Laboratorium Pemohon yang digunakan untuk


pengujian produk yang disertifikasi harus
memenuhi persyaratan sebagaimana tercantum
pada angka 3.2.10 huruf a atau huruf b.

3.2.13 Apabila berdasarkan hasil evaluasi tahap 2 (dua)


ditemukan ketidaksesuaian, Pemohon harus
diberi kesempatan untuk melakukan tindakan
perbaikan dalam jangka waktu tertentu sesuai
dengan kebijakan LSPro.

3.2.14 Apabila hasil pengujian dari laboratorium


menunjukkan ketidaksesuaian maka dapat
dilakukan pengujian ulang paling banyak1 (satu)
kali dengan mengambil contoh ulang dari lini
produksi atau gudang penyimpanan produk.

4. Tinjauan dan keputusan


4.1 Tinjauan
4.1.1 Tinjauan hasil evaluasi dilakukan terhadap
pemenuhan seluruh persyaratan Sertifikasi dan
kesesuaian proses Sertifikasi, mulai dari
pengajuan permohonan Sertifikasi, pelaksanaan
evaluasi tahap 1 (satu) dan evaluasi tahap 2 (dua).

4.1.2 Tinjauan hasil evaluasi dinyatakan dalam bentuk


rekomendasi tertulis tentang pemenuhan SNI
yang diajukan oleh Pemohon untuk produk yang
diajukan untuk disertifikasi.
- 1521 -

4.2 Penetapan keputusan Sertifikasi


4.2.1 Penetapan keputusan Sertifikasi dilakukan
berdasarkan rekomendasi yang dihasilkan dari
proses tinjauan.

4.2.2 Penetapan keputusan Sertifikasi harus dilakukan


oleh 1 (satu) orang atau sekelompok orang yang
tidak terlibat dalam proses evaluasi.

4.2.3 Penetapan keputusan Sertifikasi dapat dilakukan


oleh 1 (satu) orang atau sekelompok orang yang
sama dengan yang melakukan tinjauan.

4.2.4 Rekomendasi untuk keputusan Sertifikasi


berdasarkan hasil tinjauan harus
didokumentasikan, kecuali tinjauan dan
keputusan Sertifikasi diselesaikan secara
bersamaan oleh orang atau sekelompok orang
yang sama.

4.2.5 LSPro harus memberitahu secara tertulis kepada


Pemohon terkait menunda atau tidak memberikan
keputusan Sertifikasi, dan harus menyampaikan
alasan keputusan tersebut.

4.2.6 Apabila Pemohon menunjukkan keinginan untuk


melanjutkan proses Sertifikasi setelah LSPro
memutuskan tidak memberikan Sertifikasi,
Pemohon dapat menyampaikan permohonan
untuk melanjutkan proses Sertifikasi.

4.2.7 Permohonan melanjutkan proses Sertifikasi harus


disampaikan oleh Pemohon kepada LSPro secara
tertulis paling lambat 1 (satu) bulan setelah
pemberitahuan keputusan tidak memberikan
Sertifikasi diterbitkan oleh LSPro. Proses
- 1522 -

Sertifikasi dapat dimulai kembali dari evaluasi


tahap 2 (dua).

4.3 Bukti kesesuaian


4.3.1 Bukti kesesuaian berupa sertifikat kesesuaian
yang diterbitkan oleh LSPro. LSPro menerbitkan
sertifikat kesesuaian kepada Pemohon yang telah
memenuhi persyaratan Sertifikasi. Sertifikat
kesesuaian berlaku selama 4 (empat) tahun
setelah diterbitkan.

4.3.2 Sertifikat kesesuaian terhadap persyaratan SNI


paling sedikit harus memuat:
1. nomor sertifikat atau identifikasi unik
lainnya;
2. nomor atau identifikasi lain dari skema
Sertifikasi;
3. nama dan alamat LSPro;
4. nama dan alamat Pemohon (pemegang
sertifikat);
5. nomor atau identifikasi lain yang mengacu ke
perjanjian Sertifikasi;
6. pernyataan kesesuaian yang mencakup:
a. jenis/tipe/varian produk sesuai
peraturan kategori pangan yang berlaku;
b. jenis kemasan produk yang disertifikasi,
c. merek produk yang disertifikasi;
d. SNI yang menjadi dasar Sertifikasi; dan
e. nama dan alamat lokasi produksi.
7. status akreditasi atau pengakuan LSPro;
8. tanggal penerbitan sertifikat dan masa
berlakunya, serta riwayat sertifikat; dan
9. tanda tangan yang mengikat secara hukum
dari personel yang bertindak atas nama
LSPro sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
- 1523 -

E Pemeliharaan Sertifikasi
1 Pengawasan oleh LSPro
Pengawasan oleh LSPro dilakukan melalui kegiatan
surveilans. LSPro harus melaksanakan kunjungan surveilans
paling sedikit 2 (dua) kali dalam periode Sertifikasi, dengan
jarak antar evaluasi paling lama 12 (dua belas) bulan.
Kunjungan surveilans dilakukan melalui kegiatan evaluasi
berupa audit dan pengujian.

2 Sertifikasi ulang
2.1 LSPro harus melaksanakan Sertifikasi ulang paling
lambat 6 (enam) bulan sebelum masa berlaku sertifikat
berakhir.
2.2 Pelaksanaan Sertifikasi ulang dilakukan sesuai dengan
tahapan pada prosedur administratif.
2.3 Apabila tidak ada perubahan yang signifikan terkait
produk dan proses produksi sesuai dengan hasil audit
terakhir, maka LSPro dapat tidak melakukan evaluasi
tahap 1 (satu).
2.4 Apabila berdasarkan hasil Sertifikasi ulang ditemukan
ketidaksesuaian, Pemohon harus diberi kesempatan
untuk melakukan tindakan perbaikan dalam jangka
waktu tertentu sesuai dengan kebijakan LSPro.

F Evaluasi khusus
LSPro dapat melaksanakan evaluasi khusus dalam rangka audit
perluasan lingkup maupun tindak lanjut (investigasi) atas keluhan
atau informasi yang ada. Evaluasi khusus dalam rangka
investigasi keluhan atau informasi yang ada dilakukan oleh
auditor yang memiliki kompetensi untuk melakukan investigasi
dan terbatas pada permasalahan yang ada, serta dilakukan dalam
waktu yang singkat dari diperolehnya keluhan atau informasi.
Tahapan evaluasi khusus dalam rangka perluasan lingkup
dilakukan sesuai dengan tahapan prosedur administratif namun
terbatas pada perluasan lingkup yang diajukan. Evaluasi terhadap
perluasan lingkup Sertifikasi dapat dilakukan terpisah maupun
bersamaan dengan surveilans.
- 1524 -

G Ketentuan pengurangan, pembekuan, dan pencabutan Sertifikasi


1 Pengurangan lingkup Sertifikasi
Pemohon dapat mengajukan pengurangan lingkup Sertifikasi
selama periode Sertifikasi.

2 Pembekuan dan pencabutan Sertifikasi


2.1 LSPro dapat membekukan Sertifikasi apabila Pemohon:
a. tidak mampu memperbaiki ketidaksesuaian yang
diterbitkan oleh LSPro pada saat surveilans
dan/atau saat evaluasi khusus; atau
b. menyampaikan permintaan pembekuan Sertifikasi
kepada LSPro.

2.2 LSPro harus membatasi periode pembekuan Sertifikasi


paling lama 6 (enam) bulan.

2.3 LSPro dapat melakukan pencabutan Sertifikasi apabila


Pemohon:
a. tidak mampu memperbaiki ketidaksesuaian yang
mengakibatkan pembekuan Sertifikasi melebihi
batas waktu yang ditentukan; atau
b. menyampaikan permintaan pencabutan Sertifikasi
kepada LSPro.

2.4 LSPro dapat mempertimbangkan pembekuan atau


pencabutan Sertifikasi, atau tindakan lainnya yang
disebabkan oleh faktor lainnya dengan
mempertimbangkan risiko yang ditemukan.

H Keluhan dan banding


LSPro harus mengembangkan aturan penanganan keluhan dan
banding dengan mempertimbangkan kompetensi dan imparsialitas
pelaksanaan penanganan keluhan dan banding.

I Informasi publik
LSPro harus memublikasikan informasi kepada publik sesuai
persyaratan ISO/IEC 17065 termasuk informasi pelanggan yang
- 1525 -

disertifikasi, dibekukan dan dicabut. Informasi publik terkait


informasi pelanggan yang disertifikasi, dibekukan dan dicabut
tersebut juga harus disampaikan melalui Aplikasi Barang Ber-SNI
(BangBeni) https://bangbeni.bsn.go.id.

J Kondisi khusus
Dalam hal ditemukan situasi yang tidak memungkinkan
penerapan persyaratan tertentu dalam Sertifikasi ini, maka akan
ditetapkan kebijakan BSN dengan mempertimbangkan masukan
dari KAN dan para pemangku kepentingan lainnya.

K Penggunaan Tanda SNI


1 Penggunaan tanda SNI dilakukan setelah mendapatkan
persetujuan penggunaan tanda SNI melalui Surat Persetujuan
Penggunaan Tanda (SPPT) SNI yang dikeluarkan oleh BSN
sesuai dengan ketentuan dalam Peraturan BSN yang
mengatur mengenai tata cara penggunaan tanda SNI dan
tanda kesesuaian berbasis SNI.

2 Permohonan persetujuan penggunaan tanda SNI diajukan


kepada BSN disertai dengan dokumen persyaratan yang
diatur dalam Peraturan BSN mengenai tata cara penggunaan
tanda SNI dan tanda kesesuaian berbasis SNI.

3 Tanda SNI sebagai bukti kesesuaian produk yang telah


memenuhi SNI adalah sebagai berikut:
- 1526 -

Dengan ukuran:

Keterangan:
y = 11x
r = 0,5x

L Tahapan kritis proses produksi produk tepung bumbu

Tahapan kritis
No. Penjelasan tahapan kritis
proses produksi

1. Pemilihan bahan Bahan baku, bahan tambahan


baku, bahan pangan dan bahan kemasan harus
tambahan pangan memenuhi persyaratan yang
dan bahan kemasan ditetapkan atau peraturan terkait
yang berlaku
2. Proses produksi Proses produksi dilakukan dengan
metode tertentu yang dikendalikan
dan memperhatikan kesesuaian
proses, termasuk kondisi
lingkungan kerja, kompetensi SDM,
peralatan produksi dan alat
pemantauan sesuai persyaratan
yang ditetapkan
3. Pengendalian mutu Pengendalian mutu produk
dilakukan dengan metode tertentu
yang dikendalikan, untuk
memastikan produk sesuai dengan
persyaratan mutu dan keamanan
yang ditetapkan
-1527-

Tahapan kritis
No. Penjelasan tahapan kritis
proses produksi
4. Pengemasan Pengemasan produk dilakukan
dengan metode tertentu yang
dikendalikan sesuai dengan
persyaratan SNI dan peraturan
terkait yang berlaku

1 5. Penandaan Penandaan dilakukan sesuai

dengan persyaratan SNI dan


peraturan terkait yang berlaku
Keterangan: Urutan tahapan kritis proses produksi disetiap
pemohon dapat berbeda

KEPALA BADAN STANDARDISASI NASIONAL

REPUBLIK INDONESIA,

TTD

BAMBANG PRASETYA

m sesuai dengan aslinya


Kepal
tw. <7,—A-.-s. Manusia, Organisasi, dan Hukum

*' c
.^Margahayu
- 1528 -

LAMPIRAN XCVII
PERATURAN BADAN STANDARDISASI NASIONAL
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 1 TAHUN 2020
TENTANG
SKEMA PENILAIAN KESESUAIAN TERHADAP STANDAR
NASIONAL INDONESIA SEKTOR MAKANAN DAN MINUMAN

PETUNJUK TEKNIS SKEMA SERTIFIKASI PRODUK MINUMAN


BERBASIS AIR BERPERISA YANG BERKARBONAT

A Ruang lingkup
Dokumen ini berlaku untuk acuan pelaksanaan Sertifikasi produk
minuman yang diperoleh dari pencampuran air minum dengan
bahan perisa dan ditambahkan karbondioksida (CO2).

B Persyaratan acuan
Persyaratan acuan Sertifikasi produk minuman berbasis air
berperisa yang berkarbonat mencakup:
1. SNI produk minuman berbasis air berperisa yang berkarbonat
sebagaimana ditetapkan dalam Keputusan Kepala Badan
Standardisasi Nasional mengenai daftar SNI sektor Makanan
dan Minuman;
2. SNI dan standar lain yang diacu dalam SNI sebagaimana
dimaksud dalam angka 1;
3. Peraturan yang mengatur tentang label dan iklan pangan;
4. Peraturan yang mengatur tentang cara produksi pangan
olahan yang baik (Good Manufacturing Practices);
5. Peraturan yang mengatur tentang kemasan pangan;
6. Peraturan yang mengatur tentang bahan tambahan pangan;
7. Penerapan Cara Produksi Pangan Olahan yang Baik (CPPOB),
Sistem Manajemen Mutu (SMM) berdasarkan SNI ISO 9001,
Sistem Manajemen Mutu Keamanan Pangan (SMKP)
berdasarkan SNI ISO 22000 atau HACCP berdasarkan SNI
CAC/RCP 1; dan
- 1529 -

8. Peraturan lain yang terkait produk minuman berbasis air


berperisa yang berkarbonat.

C Jenis kegiatan penilaian kesesuaian


Penilaian kesesuaian dilakukan melalui kegiatan Sertifikasi.
Sertifikasi produk minuman berbasis air berperisa yang
berkarbonat dilakukan oleh LPK yang telah diakreditasi oleh KAN
berdasarkan SNI ISO/IEC 17065, Penilaian Kesesuaian –
Persyaratan untuk Lembaga Sertifikasi Produk, Proses, dan Jasa,
untuk lingkup produk minuman berbasis air berperisa yang
berkarbonat.
Dalam hal LPK belum ada yang diakreditasi KAN untuk melakukan
kegiatan Sertifikasi dengan ruang lingkup produk minuman
berbasis air berperisa yang berkarbonat, BSN dapat menunjuk LPK
dengan lingkup yang sejenis sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.

D Prosedur administratif
1. Pengajuan permohonan Sertifikasi
1.1 LSPro harus menyusun format permohonan Sertifikasi
bagi pelaku usaha untuk mendapatkan seluruh
informasi seperti diatur pada huruf D angka 1.3.

1.2 Pengajuan permohonan Sertifikasi dilakukan oleh pelaku


usaha. Kriteria pelaku usaha yang dapat mengajukan
Sertifikasi sesuai Peraturan BSN yang mengatur
mengenai tata cara penggunaan tanda SNI dan tanda
kesesuaian berbasis SNI.

1.3 Permohonan Sertifikasi harus dilengkapi dengan:


a. informasi Pemohon:
1. nama Pemohon, alamat Pemohon, serta nama
dan kedudukan atau jabatan personel yang
bertanggung jawab atas pengajuan permohonan
Sertifikasi;
- 1530 -

2. bukti pemenuhan persyaratan izin usaha sesuai


dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan;
3. bukti izin edar produk sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan;
4. bukti kepemilikan atas merek atau tanda daftar
yang dikeluarkan oleh Kementerian Hukum dan
Hak Asasi Manusia;
5. apabila Pemohon melakukan pembuatan
produk dengan merek yang dimiliki oleh pihak
lain, menyertakan bukti perjanjian yang
mengikat secara hukum untuk melakukan
pembuatan produk untuk pihak lain;
6. apabila Pemohon bertindak sebagai pemilik
merek yang mensubkontrakkan proses
produksinya kepada pihak lain, menyertakan
bukti kepemilikan merek dan perjanjian
subkontrak pelaksanaan produksi dengan
pihak lain;
7. apabila Pemohon bertindak sebagai perwakilan
resmi pemilik merek yang berkedudukan
hukum di luar negeri, menyertakan bukti
perjanjian yang mengikat secara hukum
tentang penunjukan sebagai perwakilan resmi
pemilik merek di wilayah Republik Indonesia;
8. pernyataan bahwa Pemohon bertanggung jawab
penuh atas pemenuhan persyaratan SNI dan
pemenuhan persyaratan proses Sertifikasi,
sertabersedia memberikan akses terhadap
lokasi dan/atau informasi yang diperlukan oleh
LSPro dalam melaksanakan kegiatan Sertifikasi;
b. informasi produk:
1. merek produk yang diajukan untuk
disertifikasi;
2. jenis/tipe/varian produk sesuai peraturan
kategori pangan yang berlaku;
3. spesifikasi produk setiap merek yang diajukan
- 1531 -

untuk disertifikasi;
4. SNI yang digunakan sebagai dasar pengajuan
permohonan Sertifikasi;
5. daftar bahan baku termasuk bahan tambahan
pangan;
6. label produk;
7. jenis kemasan produk;
8. foto produk dalam kemasan primer yang
diajukan untuk disertifikasi (dari arah depan,
belakang dan samping), serta informasi terkait
kemasan primer produk;
9. apabila ada, foto kemasan sekunder dan tersier
produk yang diajukan untuk disertifikasi, dari
arah depan, belakang, dan samping.
c. informasi proses produksi:
1. nama, alamat, dan legalitas hukum pabrik
(apabila berbeda dengan legalitas Pemohon);
2. nama dan alamat fasilitas produksi mencakup
semua fasilitas yang digunakan untuk
memproduksi produk yang akan disertifikasi
(misal gudang bahan baku, produksi,
pengemasan produk, pengangkutan produk
jadi, gudang produk jadi dan lainnya) termasuk
kegiatan yang dialihdayakan;
3. struktur organisasi;
4. dokumentasi tentang desain dan tata letak
proses produksi serta proses pembuatan
produk yang diajukan untuk disertifikasi;
5. dokumentasi terkait proses dan pengendalian
produksi;
6. dokumentasi tentang peralatan produksi dan
pengukuran termasuk program
kalibrasi/verifikasi peralatan;
7. apabila telah tersedia, menyertakan sertifikat
penerapan Sistem Manajemen Mutu
berdasarkan SNI ISO 9001 atau Sistem
Manajemen Keamanan Pangan berdasarkan SNI
- 1532 -

ISO 22000 atau HACCP berdasarkan SNI


CAC/RCP 1 dari lembaga Sertifikasi yang
diakreditasi oleh KAN atau oleh badan
akreditasi penandatangan International
Accreditation Forum (IAF)/Asia Pacific
Accreditation Cooperation (APAC) Multilateral
Recognition Agreement (MLA) dengan ruang
lingkup yang sesuai.

2. Seleksi
2.1 Tinjauan permohonan Sertifikasi
2.1.1 LSPro harus memastikan bahwa informasi yang
diperoleh dari permohonan Sertifikasi yang
diajukan oleh Pemohon telah lengkap dan
memenuhi persyaratan, serta dapat memastikan
kemampuan LSPro untuk menindaklanjuti
permohonan Sertifikasi.

2.1.2 Tinjauan permohonan Sertifikasi harus dilakukan


oleh personel yang memiliki kompetensi sesuai
dengan lingkup permohonan Sertifikasi.

2.2 Penandatanganan perjanjian Sertifikasi


Setelah permohonan Sertifikasi dinyatakan lengkap dan
memenuhi persyaratan serta Pemohon menyetujui
persyaratan dan prosedur Sertifikasi yang ditetapkan
oleh LSPro, dilakukan penandatanganan perjanjian
Sertifikasi oleh Pemohon dan LSPro.

2.3 Penyusunan rencana evaluasi


2.3.1 Berdasarkan informasi yang diperoleh dari
persyaratan permohonan Sertifikasi yang
disampaikan oleh Pemohon, LSPro menetapkan
rencana evaluasi yang mencakup:
a. tujuan, waktu, durasi, lokasi pelaksanaan,
tim, metode, dan agenda evaluasi proses
produksi dan CPPOB atau sistem manajemen
- 1533 -

yang relevan dengan pelaksanaan proses


produksi produk yang diajukan untuk
disertifikasi;
b. jenis/tipe/varian produk yang diajukan
untuk disertifikasi dan metode pengambilan
contoh sesuai dengan persyaratan SNI yang
diperlukan untuk pengujian produk, yang
mewakili contoh produk yang diusulkan
untuk disertifikasi;
c. informasi SNI yang digunakan sebagai dasar
Sertifikasi berdasarkan permohonan yang
diajukan oleh Pemohon; dan
d. waktu yang diperlukan untuk pelaksanaan
pengujian berdasarkan standar acuan
metode uji yang dipersyaratkan.

2.3.2 Rencana evaluasi harus mempertimbangkan


kesesuaian produksi yang dilakukan oleh pabrik
sesuai lingkup produk yang diajukan untuk
disertifikasi.

2.3.3 Pelaksanaan evaluasi dilakukan oleh auditor atau


tim audit yang memiliki kriteria kompetensi
sebagai berikut:
1. Pengetahuan tentang prinsip, praktik dan
teknik audit;
2. Pengetahuan tentang proses dan prosedur
Sertifikasi yang ditetapkan oleh LSPro;
3. Pengetahuan tentang standar sistem
manajemen:
a. SNI ISO 9001 tentang sistem manajemen
mutu,
b. SNI ISO 22000 tentang sistem
manajemen mutu keamanan pangan,
c. SNI CAC/RCP 1 tentang rekomendasi
nasional kode praktis – prinsip umum
higiene pangan, dan/atau
- 1534 -

d. Cara Produksi Pangan Olahan yang Baik


(CPPOB);

Catatan: sesuai yang diterapkan oleh


pemohon Sertifikasi.
4. Pengetahuan yang dibuktikan dengan
sertifikat, tentang SNI produk minuman
berbasis air berperisa yang berkarbonasi;
5. Pengetahuan yang dibuktikan dengan
sertifikat dan/atau pengalaman tentang
sektor bisnis produk minuman berbasis air
berperisa yang berkarbonasi; dan
6. Pengetahuan tentang produk, proses dan
organisasi pemohon Sertifikasi.

3. Determinasi
Determinasi mencakup 2 (dua) tahap evaluasi, yaitu evaluasi
tahap 1 (satu) dan evaluasi tahap 2 (dua).

3.1 Pelaksanaan evaluasi tahap 1 (satu)


3.1.1 Pada evaluasi tahap 1 (satu) dilakukan
pemeriksaan awal terhadap kesesuaian informasi
produk dan proses produksi yang disampaikan
Pemohon pada huruf D angka 1.3 terhadap
lingkup produk yang ditetapkan dalam SNI dan
peraturan terkait.

3.1.2 Apabila hasil evaluasi tahap 1 (satu)


menunjukkan ketidaksesuaian terhadap
persyaratan, Pemohon harus diberi kesempatan
untuk melakukan tindakan perbaikan dalam
jangka waktu tertentu sesuai dengan kebijakan
LSPro.

3.2 Pelaksanaan evaluasi tahap 2 (dua)


3.2.1 Evaluasi tahap 2 (dua) dilaksanakan melalui audit
proses produksi dan CPPOB atau sistem
manajemen yang relevan serta pengujian produk.
- 1535 -

3.2.2 Audit proses produksi dan CPPOB atau sistem


manajemen yang relevan dilakukan pada saat
pabrik melakukan produksi produk yang diajukan
atau pada kondisi tertentu dilakukan melalui
simulasi proses produksi produk yang diajukan
untuk disertifikasi.

3.2.3 Audit dilakukan dengan metode audit yang


merupakan kombinasi dari audit dokumen dan
rekaman, wawancara, observasi, demonstrasi,
atau metode audit lainnya.

3.2.4 Audit dilakukan terhadap:


a. tanggung jawab dan komitmen personel
penanggung jawab pabrik terhadap
konsistensi pemenuhan produk terhadap
persyaratan SNI;
b. ketersediaan dan pengendalian prosedur dan
rekaman pengendalian mutu, termasuk
pengujian rutin;
c. fasilitas, lokasi, desain dan tata letak,
bangunan, sanitasi peralatan, sanitasi ruang
proses, dan higiene personel sesuai dengan
ketentuan yang berlaku tentang CPPOB;
d. tahapan kritis proses produksi, mulai dari
bahan baku sampai produk akhir sekurang-
kurangnya pada tahapan sebagaimana
diuraikan dalam huruf L;
e. kelengkapan serta fungsi peralatan produksi
termasuk peralatan pengendalian mutu;
f. bukti verifikasi berdasarkan hasil kalibrasi
atau hasil verifikasi peralatan produksi
sebagaimana disebutkan pada huruf e yang
membuktikan bahwa peralatan tersebut
memenuhi persyaratan produksi. Hasil
verifikasi peralatan produksi dapat
ditunjukkan dengan prosedur yang
- 1536 -

diperlukan untuk mencapai kondisi atau


persyaratan yang ditetapkan;
g. bukti tera atau tera ulang alat pengukur
berat produk dalam kemasan akhir;
h. pengendalian dan penanganan produk yang
tidak sesuai; dan
i. pengemasan, penanganan, dan penyimpanan
produk, termasuk di gudang akhir produk
yang siap diedarkan.

3.2.5 Apabila Pemohon telah menerapkan dan


mendapatkan sertifikat SMKP berdasarkan SNI
ISO 22000 atau HACCP berdasarkan SNI
CAC/RCP 1 dari lembaga Sertifikasi yang
diakreditasi oleh KAN atau oleh badan akreditasi
penandatangan IAF/APAC MLA dengan ruang
lingkup yang sesuai, maka inspeksi pabrik atau
asesmen proses produksi dilakukan terhadap
implementasi sistem manajemen terkait mutu
produk tersebut dan angka 3.2.4 huruf d sampai
dengan huruf i.

3.2.6 Apabila Pemohon telah menerapkan dan


mendapatkan sertifikat SMM berdasarkan SNI ISO
9001 dari lembaga Sertifikasi yang diakreditasi
oleh KAN atau oleh badan akreditasi
penandatangan IAF/APAC MLA dengan ruang
lingkup yang sesuai, maka inspeksi pabrik atau
asesmen proses produksi dilakukan terhadap
implementasi sistem manajemen terkait mutu
produk tersebut dan angka 3.2.4 huruf c sampai
dengan huruf i.

3.2.7 Apabila Pemohon hanya melakukan kegiatan


pengemasan produk akhir, maka audit pada
angka 3.2.4 tidak berlaku, namun LSPro harus
memastikan kesesuaian terhadap:
- 1537 -

a. produk yang akan dikemas sesuai


persyaratan SNI, yang dibuktikan melalui
pemenuhan hasil uji yang diterbitkan oleh
laboratorium pihak ketiga yang diakreditasi
oleh KAN atau badan akreditasi
penandatangan IAF/APAC MLA secara
periodik setiap batch dan mencakup seluruh
pemasok;
b. tahapan proses di pemasok yang dibuktikan
melalui penyertaan sertifikat CPPOB, sistem
manajemen atau sertifikat Pemeriksaan
Sarana dan Bangunan (PSB) yang dimiliki
oleh pemasok; dan
c. tahapan kritis proses produksi sebagaimana
diuraikan dalam huruf L, yang dibuktikan
melalui audit proses produksi pada seluruh
kegiatan yang dikendalikan oleh Pemohon.

3.2.8 Pengambilan contoh produk dilakukan saat audit


proses produksi berdasarkan persyaratan dalam
SNI. Pengambilan contoh produk untuk pengujian
dilakukan oleh personel kompeten yang
ditugaskan oleh LSPro. Contoh produk diambil
dari lini produksi atau gudang penyimpanan
produk.

3.2.9 Contoh produk diambil sesuai dengan kebutuhan


pengujian yang mewakili:
a. kemasan logam dan/atau non logam; dan
b. merek dan nama jenis minuman berperisa
berkarbonasi yang diajukan untuk
disertifikasi.
Catatan: merek dapat mewakili merek lainnya jika
memiliki spesifikasi yang sama
kemasan.
- 1538 -

3.2.10 Pengujian dilakukan di laboratorium yang telah


menerapkan ISO/IEC 17025 untuk lingkup
produk yang disertifikasi. Penerapan ISO/IEC
17025 dapat dibuktikan melalui:
a. akreditasi oleh KAN;
b. akreditasi oleh badan akreditasi
penandatangan saling pengakuan dalam
forum APAC dan International Laboratory
Accreditation Cooperation (ILAC); atau
c. penilaian yang dilakukan oleh LSPro
terhadap laboratorium.

3.2.11 Apabila pengujian dilakukan di laboratorium


Pemohon, maka LSPro harus memastikan
kesesuaian kompetensi dan imparsialitas proses
pengujian yang dilakukan, misalnya melalui
penyaksian proses pengujian.

3.2.12 Laboratorium Pemohon yang digunakan untuk


pengujian produk yang disertifikasi harus
memenuhi persyaratan sebagaimana tercantum
pada angka 3.2.10 huruf a atau huruf b.

3.2.13 Apabila berdasarkan hasil evaluasi tahap 2 (dua)


ditemukan ketidaksesuaian, Pemohon harus
diberi kesempatan untuk melakukan tindakan
perbaikan dalam jangka waktu tertentu sesuai
dengan kebijakan LSPro.

3.2.14 Apabila hasil pengujian dari laboratorium


menunjukkan ketidaksesuaian maka dapat
dilakukan pengujian ulang maksimal satu kali
dengan mengambil contoh ulang dari lini produksi
atau gudang penyimpanan produk.
- 1539 -

4. Tinjauan dan keputusan


4.1 Tinjauan
4.1.1 Tinjauan hasil evaluasi dilakukan terhadap
pemenuhan seluruh persyaratan Sertifikasi dan
kesesuaian proses Sertifikasi, mulai dari
pengajuan permohonan Sertifikasi, pelaksanaan
evaluasi tahap 1 (satu) dan evaluasi tahap 2 (dua).

4.1.2 Tinjauan hasil evaluasi dinyatakan dalam bentuk


rekomendasi tertulis tentang pemenuhan SNI
yang diajukan oleh Pemohon untuk produk yang
diajukan untuk disertifikasi.

4.2 Penetapan keputusan Sertifikasi


4.2.1 Penetapan keputusan Sertifikasi dilakukan
berdasarkan rekomendasi yang dihasilkan dari
proses tinjauan.

4.2.2 Penetapan keputusan Sertifikasi harus dilakukan


oleh 1 (satu) orang atau sekelompok orang yang
tidak terlibat dalam proses evaluasi.

4.2.3 Penetapan keputusan Sertifikasi dapat dilakukan


oleh 1 (satu) orang atau sekelompok orang yang
sama dengan yang melakukan tinjauan.

4.2.4 Rekomendasi untuk keputusan Sertifikasi


berdasarkan hasil tinjauan harus
didokumentasikan, kecuali tinjauan dan
keputusan Sertifikasi diselesaikan secara
bersamaan oleh orang atau sekelompok orang
yang sama.

4.2.5 LSPro harus memberitahu secara tertulis kepada


Pemohon terkait menunda atau tidak memberikan
keputusan Sertifikasi, dan harus menyampaikan
alasan keputusan tersebut.
- 1540 -

4.2.6 Apabila Pemohon menunjukkan keinginan untuk


melanjutkan proses Sertifikasi setelah LSPro
memutuskan tidak memberikan Sertifikasi,
Pemohon dapat menyampaikan permohonan
untuk melanjutkan proses Sertifikasi.

4.2.7 Permohonan melanjutkan proses Sertifikasi harus


disampaikan oleh Pemohon kepada LSPro secara
tertulis paling lambat 1 (satu) bulan setelah
pemberitahuan keputusan tidak memberikan
Sertifikasi diterbitkan oleh LSPro. Proses
Sertifikasi dapat dimulai kembali dari evaluasi
tahap 2 (dua).

4.3 Bukti kesesuaian


4.3.1 Bukti kesesuaian berupa sertifikat kesesuaian
yang diterbitkan oleh LSPro. LSPro menerbitkan
sertifikat kesesuaian kepada Pemohon yang telah
memenuhi persyaratan Sertifikasi. Sertifikat
kesesuaian berlaku selama 4 (empat) tahun
setelah diterbitkan.

4.3.2 Sertifikat kesesuaian terhadap persyaratan SNI


paling sedikit harus memuat:
1. nomor sertifikat atau identifikasi unik
lainnya;
2. nomor atau identifikasi lain dari skema
Sertifikasi;
3. nama dan alamat LSPro;
4. nama dan alamat Pemohon (pemegang
sertifikat);
5. nomor atau identifikasi lain yang mengacu ke
perjanjian Sertifikasi;
6. pernyataan kesesuaian yang mencakup:
a. jenis/tipe/varian produk sesuai
peraturan kategori pangan yang berlaku;
b. jenis kemasan produk yang disertifikasi;
- 1541 -

c. merek produk yang disertifikasi;


d. SNI yang menjadi dasar Sertifikasi; dan
e. nama dan alamat lokasi produksi.
7. status akreditasi atau pengakuan LSPro;
8. tanggal penerbitan sertifikat dan masa
berlakunya, serta riwayat sertifikat; dan
9. tanda tangan yang mengikat secara hukum
dari personel yang bertindak atas nama
LSPro sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.

E Pemeliharaan Sertifikasi
1 Pengawasan oleh LSPro
Pengawasan oleh LSPro dilakukan melalui kegiatan
surveilans. LSPro harus melaksanakan kunjungan surveilans
paling sedikit 2 (dua) kali dalam periode Sertifikasi, dengan
jarak antar evaluasi paling lama 12 (dua belas) bulan.
Kunjungan surveilans dilakukan melalui kegiatan evaluasi
berupa audit dan pengujian.

2 Sertifikasi ulang
2.1 LSPro harus melaksanakan Sertifikasi ulang paling
lambat 6 (enam) bulan sebelum masa berlaku sertifikat
berakhir.

2.2 Pelaksanaan Sertifikasi ulang dilakukan sesuai dengan


tahapan pada prosedur administratif.

2.3 Apabila tidak ada perubahan yang signifikan terkait


produk dan proses produksi sesuai dengan hasil audit
terakhir, maka LSPro dapat tidak melakukan evaluasi
tahap 1 (satu).

2.4 Apabila berdasarkan hasil Sertifikasi ulang ditemukan


ketidaksesuaian, Pemohon harus diberi kesempatan
- 1542 -

untuk melakukan tindakan perbaikan dalam jangka


waktu tertentu sesuai dengan kebijakan LSPro.

F Evaluasi khusus
LSPro dapat melaksanakan evaluasi khusus dalam rangka audit
perluasan lingkup maupun tindak lanjut (investigasi) atas keluhan
atau informasi yang ada. Evaluasi khusus dalam rangka
investigasi keluhan atau informasi yang ada dilakukan oleh
auditor yang memiliki kompetensi untuk melakukan investigasi
dan terbatas pada permasalahan yang ada, serta dilakukan dalam
waktu yang singkat dari diperolehnya keluhan atau informasi.
Tahapan evaluasi khusus dalam rangka perluasan lingkup
dilakukan sesuai dengan tahapan prosedur administratif namun
terbatas pada perluasan lingkup yang diajukan. Evaluasi terhadap
perluasan lingkup Sertifikasi dapat dilakukan terpisah maupun
bersamaan dengan surveilans.

G Ketentuan pengurangan, pembekuan, dan pencabutan Sertifikasi


1 Pengurangan lingkup Sertifikasi
Pemohon dapat mengajukan pengurangan lingkup Sertifikasi
selama periode Sertifikasi.

2 Pembekuan dan pencabutan Sertifikasi


2.1 LSPro dapat membekukan Sertifikasi apabila Pemohon:
a. tidak mampu memperbaiki ketidaksesuaian yang
diterbitkan oleh LSPro pada saat surveilans
dan/atau saat evaluasi khusus; atau
b. menyampaikan permintaan pembekuan
Sertifikasi kepada LSPro.

2.2 LSPro harus membatasi periode pembekuan Sertifikasi


paling lama 6 (enam) bulan.

2.3 LSPro dapat melakukan pencabutan Sertifikasi apabila


Pemohon:
- 1543 -

a. tidak mampu memperbaiki ketidaksesuaian yang


mengakibatkan pembekuan Sertifikasi melebihi
batas waktu yang ditentukan; atau
b. menyampaikan permintaan pencabutan Sertifikasi
kepada LSPro.

2.4 LSPro dapat mempertimbangkan pembekuan atau


pencabutan Sertifikasi, atau tindakan lainnya yang
disebabkan oleh faktor lainnya dengan
mempertimbangkan risiko yang ditemukan.

H Keluhan dan banding


LSPro harus mengembangkan aturan penanganan keluhan dan
banding dengan mempertimbangkan kompetensi dan imparsialitas
pelaksanaan penanganan keluhan dan banding.

I Informasi publik
LSPro harus memublikasikan informasi kepada publik sesuai
persyaratan ISO/IEC 17065 termasuk informasi pelanggan yang
disertifikasi, dibekukan dan dicabut. Informasi publik terkait
informasi pelanggan yang disertifikasi, dibekukan dan dicabut
tersebut juga harus disampaikan melalui Aplikasi Barang Ber-SNI
(BangBeni) https://bangbeni.bsn.go.id.

J Kondisi khusus
Dalam hal ditemukan situasi yang tidak memungkinkan
penerapan persyaratan tertentu dalam Sertifikasi ini, maka akan
ditetapkan kebijakan BSN dengan mempertimbangkan masukan
dari KAN dan para pemangku kepentingan lainnya.

K Penggunaan Tanda SNI


1 Penggunaan tanda SNI dilakukan setelah mendapatkan
persetujuan penggunaan tanda SNI melalui Surat Persetujuan
Penggunaan Tanda SPPT) SNI yang dikeluarkan oleh BSN
sesuai dengan ketentuan dalam Peraturan BSN yang
mengatur mengenai tata cara penggunaan tanda SNI dan
tanda kesesuaian berbasis SNI.
- 1544 -

2 Permohonan persetujuan penggunaan tanda SNI diajukan


kepada BSN disertai dengan dokumen persyaratan yang
diatur dalam Peraturan BSN mengenai tata cara penggunaan
tanda SNI dan tanda kesesuaian berbasis SNI.

3 Tanda SNI sebagai bukti kesesuaian produk yang telah


memenuhi SNI adalah sebagai berikut:

Dengan ukuran:

Keterangan:
y = 11x
r = 0,5x

L Tahapan kritis proses produksi produk minuman berbasis air


berperisa yang berkarbonat

Tahapan kritis proses


No. Penjelasan tahapan kritis
produksi
1. Pemilihan bahan Bahan baku, bahan tambahan
baku, bahan pangan dan bahan kemasan harus
- 1545-

Tahapan kritis proses


No. Penjelasan tahapan kritis
produksi
tambahan pangan memenuhi persyaratah yahg
dan bahan kemasan ditetapkan atau peraturan terkait
yang berlaku
2. Proses produksi Proses produksi dilakukan dengan
metode Lertentu yang dikendalikan
dan memperhatikan kesesuaian
proses, termasuk kondisi
lingkungan kerja, kompetensi SDM,
peralatan produksi dan alat
pemantauan sesuai persyaratan
yang ditetapkan
3. Pengendalian mutu Pengendalian mutu produk
dilakukan dengan metode lertentu
yang dikendalikan, unluk
memastikan produk sesuai dengan
persyaratan mutu dan keamanan
yang ditetapkan
4. Pengemasan Pengemasan produk dilakukan
dengan metode lertentu yang
dikendalikan sesuai dengan
persyaratan SNI dan peraturan
terkait yang berlaku
5. Penandaan Penandaan dilakukan sesuai
dengan persyaratan SNI dan
peraturan terkait yang berlaku
Keterangan: Urutan tahapan kritis proses produksi disetiap
pemohon dapat berbeda

KEPALA BADAN STANDARDISASI NASIONAL

REFUBLIK INDONESIA,

TTD

BAMBANG PRASETYA

Salinan sesuai dengan aslinya


Kepala. Kit^^S^^J^spaya Manusia, Organisasi, dan Hukum

argahayu
- 1546 -

LAMPIRAN XCVIII
PERATURAN BADAN STANDARDISASI NASIONAL
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 1 TAHUN 2020
TENTANG
SKEMA PENILAIAN KESESUAIAN TERHADAP STANDAR
NASIONAL INDONESIA SEKTOR MAKANAN DAN MINUMAN

PETUNJUK TEKNIS SKEMA SERTIFIKASI PRODUK PANGAN IRADIASI

A Ruang lingkup
Dokumen ini berlaku untuk acuan pelaksanaan Sertifikasi produk
pangan iradiasi.

B Persyaratan acuan
Persyaratan acuan Sertifikasi produk pangan iradiasi mencakup:
1. SNI produk pangan iradiasi sebagaimana ditetapkan dalam
Keputusan Kepala Badan Standardisasi Nasional mengenai
daftar SNI sektor Makanan dan Minuman;
2. SNI dan standar lain yang diacu dalam SNI sebagaimana
dimaksud dalam angka 1;
3. Peraturan yang mengatur tentang label dan iklan pangan;
4. Peraturan yang mengatur tentang cara produksi pangan
olahan yang baik (Good Manufacturing Practices);
5. Peraturan yang mengatur tentang kemasan pangan;
6. Peraturan yang mengatur tentang bahan tambahan pangan;
7. Penerapan Cara Produksi Pangan Olahan yang Baik (CPPOB),
Sistem Manajemen Mutu (SMM) berdasarkan SNI ISO 9001,
Sistem Manajemen Mutu Keamanan Pangan (SMKP)
berdasarkan SNI ISO 22000 atau HACCP berdasarkan SNI
CAC/RCP 1; dan
8. Peraturan lain yang terkait produk pangan iradiasi.

C Jenis kegiatan penilaian kesesuaian


Sertifikasi produk pangan iradiasi dilakukan oleh LPK yang telah
diakreditasi oleh KAN berdasarkan SNI ISO/IEC 17065, Penilaian
- 1547 -

Kesesuaian – Persyaratan untuk Lembaga Sertifikasi Produk,


Proses, dan Jasa, untuk lingkup produk pangan iradiasi.
Dalam hal LPK belum ada yang diakreditasi KAN untuk melakukan
kegiatan Sertifikasi dengan ruang lingkup produk pangan iradiasi,
BSN dapat menunjuk LPK dengan lingkup yang sejenis sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

D Prosedur administratif
1. Pengajuan permohonan Sertifikasi
1.1 LSPro harus menyusun format permohonan Sertifikasi
bagi pelaku usaha untuk mendapatkan seluruh
informasi seperti diatur pada huruf D angka 1.3.

1.2 Pengajuan permohonan Sertifikasi dilakukan oleh pelaku


usaha. Kriteria pelaku usaha yang dapat mengajukan
Sertifikasi sesuai Peraturan BSN yang mengatur
mengenai tata cara penggunaan tanda SNI dan tanda
kesesuaian berbasis SNI.

1.3 Permohonan Sertifikasi harus dilengkapi dengan:


a. informasi Pemohon:
1. nama Pemohon, alamat Pemohon, serta nama
dan kedudukan atau jabatan personel yang
bertanggung jawab atas pengajuan permohonan
Sertifikasi;
2. bukti pemenuhan persyaratan izin usaha sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan;
3. bukti izin edar produk sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan;
4. bukti kepemilikan atas merek atau tanda daftar
yang dikeluarkan oleh Kementerian Hukum dan
Hak Asasi Manusia;
5. apabila Pemohon melakukan pembuatan
produk dengan merek yang dimiliki oleh pihak
lain, menyertakan bukti perjanjian yang
- 1548 -

mengikat secara hukum untuk melakukan


pembuatan produk untuk pihak lain;
6. apabila Pemohon bertindak sebagai pemilik
merek yang mensubkontrakkan proses
produksinya kepada pihak lain, menyertakan
bukti kepemilikan merek dan perjanjian
subkontrak pelaksanaan produksi dengan
pihak lain;
7. apabila Pemohon bertindak sebagai perwakilan
resmi pemilik merek yang berkedudukan
hukum di luar negeri, menyertakan bukti
perjanjian yang mengikat secara hukum
tentang penunjukan sebagai perwakilan resmi
pemilik merek di wilayah Republik Indonesia;
8. pernyataan bahwa Pemohon bertanggung jawab
penuh atas pemenuhan persyaratan SNI dan
pemenuhan persyaratan proses Sertifikasi,
serta bersedia memberikan akses terhadap
lokasi dan/atau informasi yang diperlukan oleh
LSPro dalam melaksanakan kegiatan Sertifikasi;
b. informasi produk:
1. merek produk yang diajukan untuk
disertifikasi;
2. jenis/tipe/varian produk sesuai peraturan
kategori pangan yang berlaku;
3. spesifikasi produk setiap merek yang diajukan
untuk disertifikasi;
4. SNI yang digunakan sebagai dasar pengajuan
permohonan Sertifikasi;
5. daftar bahan baku termasuk bahan tambahan
pangan;
6. label produk;
7. jenis kemasan produk;
8. foto produk dalam kemasan primer yang
diajukan untuk disertifikasi (dari arah depan,
belakang dan samping), serta informasi terkait
kemasan primer produk;
- 1549 -

9. apabila ada, foto kemasan sekunder dan tersier


produk yang diajukan untuk disertifikasi, dari
arah depan, belakang, dan samping.
c. informasi proses produksi:
1. nama, alamat, dan legalitas hukum pabrik
(apabila berbeda dengan legalitas Pemohon);
2. nama dan alamat fasilitas produksi mencakup
semua fasilitas yang digunakan untuk
memproduksi produk yang akan disertifikasi
(misal gudang bahan baku, produksi,
pengemasan produk, pengangkutan produk
jadi, gudang produk jadi dan lainnya) termasuk
kegiatan yang dialihdayakan;
3. struktur organisasi;
4. dokumentasi tentang desain dan tata letak
proses produksi serta proses pembuatan
produk yang diajukan untuk disertifikasi;
5. dokumentasi terkait proses dan pengendalian
produksi;
6. dokumentasi tentang peralatan produksi dan
pengukuran termasuk program
kalibrasi/verifikasi peralatan;
7. apabila telah tersedia, menyertakan sertifikat
penerapan Sistem Manajemen Mutu
berdasarkan SNI ISO 9001 atau Sistem
Manajemen Keamanan Pangan berdasarkan SNI
ISO 22000 atau HACCP berdasarkan SNI
CAC/RCP 1 dari lembaga Sertifikasi yang
diakreditasi oleh KAN atau oleh badan
akreditasi penandatangan International
Accreditation Forum (IAF)/Asia Pacific
Accreditation Cooperation (APAC) Multilateral
Recognition Agreement (MLA) dengan ruang
lingkup yang sesuai.
- 1550 -

2. Seleksi
2.1 Tinjauan permohonan Sertifikasi
2.1.1 LSPro harus memastikan bahwa informasi yang
diperoleh dari permohonan Sertifikasi yang
diajukan oleh Pemohon telah lengkap dan
memenuhi persyaratan, serta dapat memastikan
kemampuan LSPro untuk menindaklanjuti
permohonan Sertifikasi.

2.1.2 Tinjauan permohonan Sertifikasi harus dilakukan


oleh personel yang memiliki kompetensi sesuai
dengan lingkup permohonan Sertifikasi.

2.2 Penandatanganan perjanjian Sertifikasi


Setelah permohonan Sertifikasi dinyatakan lengkap dan
memenuhi persyaratan serta Pemohon menyetujui
persyaratan dan prosedur Sertifikasi yang ditetapkan
oleh LSPro, dilakukan penandatanganan perjanjian
Sertifikasi oleh Pemohon dan LSPro.

2.3 Penyusunan rencana evaluasi


2.3.1 Berdasarkan informasi yang diperoleh dari
persyaratan permohonan Sertifikasi yang
disampaikan oleh Pemohon, LSPro menetapkan
rencana evaluasi yang mencakup:
a. tujuan, waktu, durasi, lokasi pelaksanaan,
tim, metode, dan agenda evaluasi proses
produksi dan CPPOB atau sistem manajemen
yang relevan dengan pelaksanaan proses
produksi produk yang diajukan untuk
disertifikasi;
b. jenis/tipe/varian produk yang diajukan
untuk disertifikasi dan metode pengambilan
contoh sesuai dengan persyaratan SNI yang
diperlukan untuk pengujian produk, yang
mewakili contoh produk yang diusulkan
untuk disertifikasi;
- 1551 -

c. informasi SNI yang digunakan sebagai dasar


Sertifikasi berdasarkan permohonan yang
diajukan oleh Pemohon; dan
d. waktu yang diperlukan untuk pelaksanaan
pengujian berdasarkan standar acuan
metode uji yang dipersyaratkan.

2.3.2 Rencana evaluasi harus mempertimbangkan


kesesuaian produksi yang dilakukan oleh pabrik
sesuai lingkup produk yang diajukan untuk
disertifikasi.

2.3.3 Pelaksanaan evaluasi dilakukan oleh auditor atau


tim audit yang memiliki kriteria kompetensi
sebagai berikut:
1. Pengetahuan tentang prinsip, praktik dan
teknik audit;
2. Pengetahuan tentang proses dan prosedur
Sertifikasi yang ditetapkan oleh LSPro;
3. Pengetahuan tentang standar sistem
manajemen:
a. SNI ISO 9001 tentang sistem manajemen
mutu,
b. SNI ISO 22000 tentang sistem
manajemen mutu keamanan pangan,
c. SNI CAC/RCP 1 tentang rekomendasi
nasional kode praktis – prinsip umum
higiene pangan, dan/atau
d. Cara Produksi Pangan Olahan yang Baik
(CPPOB);

Catatan: sesuai yang diterapkan oleh


pemohon Sertifikasi.
4. Pengetahuan yang dibuktikan dengan
sertifikat, tentang SNI produk pangan
iradiasi;
- 1552 -

5. Pengetahuan yang dibuktikan dengan


sertifikat dan/atau pengalaman tentang
sektor bisnis produk pangan iradiasi; dan
6. Pengetahuan tentang produk, proses dan
organisasi pemohon Sertifikasi.

3. Determinasi
Determinasi mencakup 2 (dua) tahap evaluasi, yaitu evaluasi
tahap 1 (satu) dan evaluasi tahap 2 (dua).

3.1 Pelaksanaan evaluasi tahap 1 (satu)


3.1.1 Pada evaluasi tahap 1 (satu) dilakukan
pemeriksaan awal terhadap kesesuaian informasi
produk dan proses produksi yang disampaikan
Pemohon pada huruf D angka 1.3 terhadap
lingkup produk yang ditetapkan dalam SNI dan
peraturan terkait.

3.1.2 Apabila hasil evaluasi tahap 1 (satu)


menunjukkan ketidaksesuaian terhadap
persyaratan, Pemohon harus diberi kesempatan
untuk melakukan tindakan perbaikan dalam
jangka waktu tertentu sesuai dengan kebijakan
LSPro.

3.2 Pelaksanaan evaluasi tahap 2 (dua)


3.2.1 Evaluasi tahap 2 (dua) dilaksanakan melalui audit
proses produksi dan CPPOB atau sistem
manajemen yang relevan serta pengujian produk.

3.2.2 Audit proses produksi dan CPPOB atau sistem


manajemen yang relevan dilakukan pada saat
pabrik melakukan produksi produk yang diajukan
atau pada kondisi tertentu dilakukan melalui
simulasi proses produksi produk yang diajukan
untuk disertifikasi.
- 1553 -

3.2.3 Audit dilakukan dengan metode audit yang


merupakan kombinasi dari audit dokumen dan
rekaman, wawancara, observasi, demonstrasi,
atau metode audit lainnya.

3.2.4 Audit dilakukan terhadap:


a. tanggung jawab dan komitmen personel
penanggung jawab pabrik terhadap
konsistensi pemenuhan produk terhadap
persyaratan SNI;
b. ketersediaan dan pengendalian prosedur dan
rekaman pengendalian mutu, termasuk
pengujian rutin;
c. fasilitas, lokasi, desain dan tata letak,
bangunan, sanitasi peralatan, sanitasi ruang
proses, dan higiene personel sesuai dengan
ketentuan yang berlaku tentang CPPOB;
d. tahapan kritis proses produksi, mulai dari
bahan baku sampai produk akhir sekurang-
kurangnya pada tahapan sebagaimana
diuraikan dalam huruf L;
e. kelengkapan serta fungsi peralatan produksi
termasuk peralatan pengendalian mutu;
f. bukti verifikasi berdasarkan hasil kalibrasi
atau hasil verifikasi peralatan produksi
sebagaimana disebutkan pada huruf e yang
membuktikan bahwa peralatan tersebut
memenuhi persyaratan produksi. Hasil
verifikasi peralatan produksi dapat
ditunjukkan dengan prosedur yang
diperlukan untuk mencapai kondisi atau
persyaratan yang ditetapkan;
g. bukti tera atau tera ulang alat pengukur
berat produk dalam kemasan akhir;
h. pengendalian dan penanganan produk yang
tidak sesuai; dan
- 1554 -

i. pengemasan, penanganan, dan penyimpanan


produk, termasuk di gudang akhir produk
yang siap diedarkan.

3.2.5 Apabila Pemohon telah menerapkan dan


mendapatkan sertifikat SMKP berdasarkan SNI
ISO 22000 atau HACCP berdasarkan SNI
CAC/RCP 1 dari lembaga Sertifikasi yang
diakreditasi oleh KAN atau oleh badan akreditasi
penandatangan IAF/APAC MLA dengan ruang
lingkup yang sesuai, maka inspeksi pabrik atau
asesmen proses produksi dilakukan terhadap
implementasi sistem manajemen terkait mutu
produk tersebut dan angka 3.2.4 huruf d sampai
dengan huruf i.

3.2.6 Apabila Pemohon telah menerapkan dan


mendapatkan sertifikat SMM berdasarkan SNI ISO
9001 dari lembaga Sertifikasi yang diakreditasi
oleh KAN atau oleh badan akreditasi
penandatangan IAF/APAC MLA dengan ruang
lingkup yang sesuai, maka inspeksi pabrik atau
asesmen proses produksi dilakukan terhadap
implementasi sistem manajemen terkait mutu
produk tersebut dan angka 3.2.4 huruf c sampai
dengan huruf i.

3.2.7 Apabila Pemohon hanya melakukan kegiatan


pengemasan produk akhir, maka audit pada
angka 3.2.4 tidak berlaku, namun LSPro harus
memastikan kesesuaian terhadap:
a. produk yang akan dikemas sesuai
persyaratan SNI, yang dibuktikan melalui
pemenuhan hasil uji yang diterbitkan oleh
laboratorium pihak ketiga yang diakreditasi
oleh KAN atau badan akreditasi
penandatangan IAF/APAC MLA secara
- 1555 -

periodik setiap batch dan mencakup seluruh


pemasok;
b. tahapan proses di pemasok yang dibuktikan
melalui penyertaan sertifikat CPPOB, sistem
manajemen atau sertifikat Pemeriksaan
Sarana dan Bangunan (PSB) yang dimiliki
oleh pemasok; dan
c. tahapan kritis proses produksi sebagaimana
diuraikan dalam huruf L, yang dibuktikan
melalui audit proses produksi pada seluruh
kegiatan yang dikendalikan oleh Pemohon.

3.2.8 Pengambilan contoh produk dilakukan saat audit


proses produksi berdasarkan persyaratan dalam
SNI. Pengambilan contoh produk untuk pengujian
dilakukan oleh personel kompeten yang
ditugaskan oleh LSPro. Contoh produk diambil
dari lini produksi atau gudang penyimpanan
produk.

3.2.9 Contoh produk diambil sesuai dengan kebutuhan


pengujian yang mewakili merek yang diajukan
untuk disertifikasi.
Catatan: merek dapat mewakili merek lainnya
apabila memiliki spesifikasi yang sama.

3.2.10 Pengujian dilakukan di laboratorium yang telah


menerapkan ISO/IEC 17025 untuk lingkup
produk yang disertifikasi. Penerapan ISO/IEC
17025 dapat dibuktikan melalui:
a. akreditasi oleh KAN;
b. akreditasi oleh badan akreditasi
penandatangan saling pengakuan dalam
forum APAC dan International Laboratory
Accreditation Cooperation (ILAC); atau
c. penilaian yang dilakukan oleh LSPro
terhadap laboratorium.
- 1556 -

3.2.11 Apabila pengujian dilakukan di laboratorium


Pemohon, maka LSPro harus memastikan
kesesuaian kompetensi dan imparsialitas proses
pengujian yang dilakukan, misalnya melalui
penyaksian proses pengujian.

3.2.12 Laboratorium Pemohon yang digunakan untuk


pengujian produk yang disertifikasi harus
memenuhi persyaratan sebagaimana tercantum
pada angka 3.2.10 huruf a atau huruf b.

3.2.13 Apabila berdasarkan hasil evaluasi tahap 2 (dua)


ditemukan ketidaksesuaian, Pemohon harus
diberi kesempatan untuk melakukan tindakan
perbaikan dalam jangka waktu tertentu sesuai
dengan kebijakan LSPro.

3.2.14 Apabila hasil pengujian dari laboratorium


menunjukkan ketidaksesuaian maka dapat
dilakukan pengujian ulang maksimal satu kali
dengan mengambil contoh ulang dari lini produksi
atau gudang penyimpanan produk.

4. Tinjauan dan keputusan


4.1 Tinjauan
4.1.1 Tinjauan hasil evaluasi dilakukan terhadap
pemenuhan seluruh persyaratan Sertifikasi dan
kesesuaian proses Sertifikasi, mulai dari
pengajuan permohonan Sertifikasi, pelaksanaan
evaluasi tahap 1 (satu) dan evaluasi tahap 2 (dua).

4.1.2 Tinjauan hasil evaluasi dinyatakan dalam bentuk


rekomendasi tertulis tentang pemenuhan SNI
yang diajukan oleh Pemohon untuk produk yang
diajukan untuk disertifikasi.
- 1557 -

4.2 Penetapan keputusan Sertifikasi


4.2.1 Penetapan keputusan Sertifikasi dilakukan
berdasarkan rekomendasi yang dihasilkan dari
proses tinjauan.

4.2.2 Penetapan keputusan Sertifikasi harus dilakukan


oleh 1 (satu) orang atau sekelompok orang yang
tidak terlibat dalam proses evaluasi.

4.2.3 Penetapan keputusan Sertifikasi dapat dilakukan


oleh 1 (satu) orang atau sekelompok orang yang
sama dengan yang melakukan tinjauan.

4.2.4 Rekomendasi untuk keputusan Sertifikasi


berdasarkan hasil tinjauan harus
didokumentasikan, kecuali tinjauan dan
keputusan Sertifikasi diselesaikan secara
bersamaan oleh orang atau sekelompok orang
yang sama.

4.2.5 LSPro harus memberitahu secara tertulis kepada


Pemohon terkait menunda atau tidak memberikan
keputusan Sertifikasi, dan harus menyampaikan
alasan keputusan tersebut.

4.2.6 Apabila Pemohon menunjukkan keinginan untuk


melanjutkan proses Sertifikasi setelah LSPro
memutuskan tidak memberikan Sertifikasi,
Pemohon dapat menyampaikan permohonan
untuk melanjutkan proses Sertifikasi.

4.2.7 Permohonan melanjutkan proses Sertifikasi harus


disampaikan oleh Pemohon kepada LSPro secara
tertulis paling lambat 1 (satu) bulan setelah
pemberitahuan keputusan tidak memberikan
Sertifikasi diterbitkan oleh LSPro. Proses
- 1558 -

Sertifikasi dapat dimulai kembali dari evaluasi


tahap 2 (dua).

4.3 Bukti kesesuaian


4.3.1 Bukti kesesuaian berupa sertifikat kesesuaian
yang diterbitkan oleh LSPro. LSPro menerbitkan
sertifikat kesesuaian kepada Pemohon yang telah
memenuhi persyaratan Sertifikasi. Sertifikat
kesesuaian berlaku selama 4 (empat) tahun
setelah diterbitkan.

4.3.2 Sertifikat kesesuaian terhadap persyaratan SNI


paling sedikit harus memuat:
1. nomor sertifikat atau identifikasi unik
lainnya;
2. nomor atau identifikasi lain dari skema
Sertifikasi;
3. nama dan alamat LSPro;
4. nama dan alamat Pemohon (pemegang
sertifikat);
5. nomor atau identifikasi lain yang mengacu ke
perjanjian Sertifikasi;
6. pernyataan kesesuaian yang mencakup:
a. jenis/tipe/varian produk sesuai
peraturan kategori pangan yang berlaku;
b. jenis kemasan produk yang disertifikasi;
c. merek produk yang disertifikasi;
d. SNI yang menjadi dasar Sertifikasi; dan
e. nama dan alamat lokasi produksi.
7. status akreditasi atau pengakuan LSPro;
8. tanggal penerbitan sertifikat dan masa
berlakunya, serta riwayat sertifikat; dan
9. tanda tangan yang mengikat secara hukum
dari personel yang bertindak atas nama
LSPro sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
- 1559 -

E Pemeliharaan Sertifikasi
1 Pengawasan oleh LSPro
Pengawasan oleh LSPro dilakukan melalui kegiatan
surveilans. LSPro harus melaksanakan kunjungan surveilans
paling sedikit 2 (dua) kali dalam periode Sertifikasi, dengan
jarak antar evaluasi paling lama 12 (dua belas) bulan.
Kunjungan surveilans dilakukan melalui kegiatan evaluasi
berupa audit dan pengujian.

2 Sertifikasi ulang
2.1 LSPro harus melaksanakan Sertifikasi ulang paling
lambat 6 (enam) bulan sebelum masa berlaku sertifikat
berakhir.

2.2 Pelaksanaan Sertifikasi ulang dilakukan sesuai dengan


tahapan pada prosedur administratif.

2.3 Apabila tidak ada perubahan yang signifikan terkait


produk dan proses produksi sesuai dengan hasil audit
terakhir, maka LSPro dapat tidak melakukan evaluasi
tahap 1 (satu).

2.4 Apabila berdasarkan hasil Sertifikasi ulang, ditemukan


ketidaksesuaian maka Pemohon harus diberi kesempatan
untuk melakukan tindakan perbaikan dalam jangka
waktu tertentu sesuai dengan kebijakan LSPro.

F Evaluasi khusus
LSPro dapat melaksanakan evaluasi khusus dalam rangka audit
perluasan lingkup maupun tindak lanjut (investigasi) atas keluhan
atau informasi yang ada. Evaluasi khusus dalam rangka
investigasi keluhan atau informasi yang ada dilakukan oleh
auditor yang memiliki kompetensi untuk melakukan investigasi
dan terbatas pada permasalahan yang ada, serta dilakukan dalam
waktu yang singkat dari diperolehnya keluhan atau informasi.
- 1560 -

Tahapan evaluasi khusus dalam rangka perluasan lingkup


dilakukan sesuai dengan tahapan prosedur administratif namun
terbatas pada perluasan lingkup yang diajukan. Evaluasi terhadap
perluasan lingkup Sertifikasi dapat dilakukan terpisah maupun
bersamaan dengan surveilans

G Ketentuan pengurangan, pembekuan, dan pencabutan Sertifikasi


1 Pengurangan lingkup Sertifikasi
Pemohon dapat mengajukan pengurangan lingkup Sertifikasi
selama periode Sertifikasi.

2 Pembekuan dan pencabutan Sertifikasi


2.1 LSPro dapat membekukan Sertifikasi apabila Pemohon:
a. tidak mampu memperbaiki ketidaksesuaian yang
diterbitkan oleh LSPro pada saat surveilans
dan/atau saat evaluasi khusus; atau
b. menyampaikan permintaan pembekuan Sertifikasi
kepada LSPro.

2.2 LSPro harus membatasi periode pembekuan Sertifikasi


paling lama 6 (enam) bulan.

2.3 LSPro dapat melakukan pencabutan Sertifikasi apabila


Pemohon:
a. tidak mampu memperbaiki ketidaksesuaian yang
mengakibatkan pembekuan Sertifikasi melebihi
batas waktu yang ditentukan; atau
b. menyampaikan permintaan pencabutan Sertifikasi
kepada LSPro.
2.4 LSPro dapat mempertimbangkan pembekuan atau
pencabutan Sertifikasi, atau tindakan lainnya yang
disebabkan oleh faktor lainnya dengan
mempertimbangkan risiko yang ditemukan.
- 1561 -

H Keluhan dan banding


LSPro harus mengembangkan aturan penanganan keluhan dan
banding dengan mempertimbangkan kompetensi dan imparsialitas
pelaksanaan penanganan keluhan dan banding.

I Informasi publik
LSPro harus memublikasikan informasi kepada publik sesuai
persyaratan ISO/IEC 17065 termasuk informasi pelanggan yang
disertifikasi, dibekukan dan dicabut. Informasi publik terkait
informasi pelanggan yang disertifikasi, dibekukan dan dicabut
tersebut juga harus disampaikan melalui Aplikasi Barang Ber-SNI
(BangBeni) https://bangbeni.bsn.go.id.

J Kondisi khusus
Dalam hal ditemukan situasi yang tidak memungkinkan
penerapan persyaratan tertentu dalam Sertifikasi ini, maka akan
ditetapkan kebijakan BSN dengan mempertimbangkan masukan
dari KAN dan para pemangku kepentingan lainnya.

K Penggunaan tanda SNI


1 Penggunaan tanda SNI dilakukan setelah mendapatkan
persetujuan penggunaan tanda SNI melalui Surat Persetujuan
Penggunaan Tanda (SPPT) SNI yang dikeluarkan oleh BSN
sesuai dengan ketentuan dalam Peraturan BSN yang
mengatur mengenai tata cara penggunaan tanda SNI dan
tanda kesesuaian berbasis SNI.

2 Permohonan persetujuan penggunaan tanda SNI diajukan


kepada BSN disertai dengan dokumen persyaratan yang
diatur dalam Peraturan BSN mengenai tata cara penggunaan
tanda SNI dan tanda kesesuaian berbasis SNI.

3 Tanda SNI sebagai bukti kesesuaian produk yang telah


memenuhi SNI adalah sebagai berikut:
- 1562 -

Dengan ukuran:

Keterangan:
y = 11x
r = 0,5x

L Tahapan kritis proses produksi produk pangan iradiasi

Tahapan kritis proses


No. Penjelasan tahapan kritis
produksi

1. Pemilihan bahan baku, Bahan baku, bahan tambahan


bahan tambahan pangan dan bahan kemasan harus
pangan dan bahan memenuhi persyaratan yang
kemasan ditetapkan atau peraturan terkait
yang berlaku
2. Proses produksi Proses produksi dilakukan dengan
metode tertentu yang dikendalikan
dan memperhatikan kesesuaian
proses, termasuk kondisi lingkungan
kerja, kompetensi SDM, peralatan
produksi dan alat pemantauan sesuai
persyaratan yang ditetapkan
Iradiasi dilakukan dengan
menggunakan radiasi dari zat
radioaktif maupun akselerator yang
ditujukan untuk mencegah terjadinya
-1563-

Tahapan kritis proses Fenjelasan tahapan kritis


' No. produksi
pembusukan dan kerusakan serla
membebaskan pangan khususnya
dari mikroba yang bersifat patogen
tanpa mengubah nilai gizi dan cita
rasa, scrta ainan dil<onsumsi
3. Pengendalian rautu Pengendalian mutu produk dilakukan
dengan metode lerientu yang
dikendalikan, untuk memastikan
produk sesuai dengan persyaratan
mutu dan keamanan yang ditetapkan
4. Pengemasan Pengemasan produk dilakukan
dengan metode lertentu yang
dikendalikan sesuai dengan
persyaratan SNI dan peraturan
terkait yang berlaku
5. Penandaan Penandaan dilaloikan sesuai dengan
persyaratan SNI dan peraturan
terkait yang berlaku
Keterangan: Urutan tahapan kritis proses produksi disetiap
pemohon dapat berbeda

KEPALA BADAN STANDARDISASI NASIONAL

REPUBLIK INDONESIA,

TTD

BAMBANG PRASETYA

Salinan sesuai dengan aslinya


'r Daya Manusia, Organisasi, dan Hukum

Margahayu
- 1564 -

LAMPIRAN XCIX
PERATURAN BADAN STANDARDISASI NASIONAL
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 1 TAHUN 2020
TENTANG
SKEMA PENILAIAN KESESUAIAN TERHADAP STANDAR
NASIONAL INDONESIA SEKTOR MAKANAN DAN MINUMAN

PETUNJUK TEKNIS SKEMA SERTIFIKASI PRODUK GULA SUKROSA


CAIR

A Ruang lingkup
Dokumen ini berlaku untuk acuan pelaksanaan Sertifikasi produk
gula berupa cairan jernih mengandung sukrosa yang diperoleh
melalui proses pemekatan cairan dari tebu atau umbi bit, atau
proses pelarutan gula pasir dalam air.

B Persyaratan acuan
Persyaratan acuan Sertifikasi produk gula sukrosa cair mencakup:
1. SNI produk gula sukrosa cair sebagaimana ditetapkan dalam
Keputusan Kepala Badan Standardisasi Nasional mengenai
daftar SNI sektor Makanan dan Minuman;
2. SNI dan standar lain yang diacu dalam SNI sebagaimana
dimaksud dalam angka 1;
3. Peraturan yang mengatur tentang label dan iklan pangan;
4. Peraturan yang mengatur tentang cara produksi pangan
olahan yang baik (Good Manufacturing Practices);
5. Peraturan yang mengatur tentang kemasan pangan;
6. Peraturan yang mengatur tentang bahan tambahan pangan;
7. Penerapan Cara Produksi Pangan Olahan yang Baik (CPPOB),
Sistem Manajemen Mutu (SMM) berdasarkan SNI ISO 9001,
Sistem Manajemen Mutu Keamanan Pangan (SMKP)
berdasarkan SNI ISO 22000 atau HACCP berdasarkan SNI
CAC/RCP 1; dan
8. Peraturan lain yang terkait produk gula sukrosa cair.
- 1565 -

C Jenis kegiatan penilaian kesesuaian


Penilaian kesesuaian dilakukan melalui kegiatan Sertifikasi.
Sertifikasi produk gula sukrosa cair dilakukan oleh LPK yang telah
diakreditasi oleh KAN berdasarkan SNI ISO/IEC 17065, Penilaian
Kesesuaian – Persyaratan untuk Lembaga Sertifikasi Produk,
Proses, dan Jasa, untuk lingkup produk gula sukrosa cair.
Dalam halLPK belum ada yang diakreditasi KAN untuk melakukan
kegiatan Sertifikasi dengan ruang lingkup produk gula sukrosa
cair, BSN dapat menunjuk LPK dengan ruang lingkup yang sejenis
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

D Prosedur administratif
1 Pengajuan permohonan Sertifikasi
1.1 LSPro harus menyusun format permohonan Sertifikasi
bagi pelaku usaha untuk mendapatkan seluruh
informasi seperti pada huruf D angka 1.3.

1.2 Pengajuan permohonan Sertifikasi dilakukan oleh pelaku


usaha. Kriteria pelaku usaha yang dapat mengajukan
Sertifikasi sesuai Peraturan BSN yang mengatur
mengenai tata cara penggunaan tanda SNI dan tanda
kesesuaian berbasis SNI.

1.3 Permohonan Sertifikasi harus dilengkapi dengan:


a. informasi Pemohon:
1. nama Pemohon, alamat Pemohon, serta nama
dan kedudukan atau jabatan personel yang
bertanggung jawab atas pengajuan permohonan
Sertifikasi;
2. bukti pemenuhan persyaratan izin usaha sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan;
3. bukti izin edar produk sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan;
4. bukti kepemilikan atas merek atau tanda daftar
yang dikeluarkan oleh Kementerian Hukum dan
Hak Asasi Manusia;
- 1566 -

5. apabila Pemohon melakukan pembuatan


produk dengan merek yang dimiliki oleh pihak
lain, menyertakan bukti perjanjian yang
mengikat secara hukum untuk melakukan
pembuatan produk untuk pihak lain;
6. apabila Pemohon bertindak sebagai pemilik
merek yang mensubkontrakkan proses
produksinya kepada pihak lain, menyertakan
bukti kepemilikan merek dan perjanjian
subkontrak pelaksanaan produksi dengan
pihak lain;
7. apabila Pemohon bertindak sebagai perwakilan
resmi pemilik merek yang berkedudukan
hukum di luar negeri, menyertakan bukti
perjanjian yang mengikat secara hukum
tentang penunjukan sebagai perwakilan resmi
pemilik merek di wilayah Republik Indonesia;
8. pernyataan bahwa Pemohon bertanggung jawab
penuh atas pemenuhan persyaratan SNI dan
pemenuhan persyaratan proses Sertifikasi,
serta bersedia memberikan akses terhadap
lokasi dan/atau informasi yang diperlukan oleh
LSPro dalam melaksanakan kegiatan Sertifikasi;
b. informasi produk:
1. merek produk yang diajukan untuk
disertifikasi;
2. jenis/tipe/varian produk sesuai peraturan
kategori pangan yang berlaku;
3. spesifikasi produk setiap merek yang diajukan
untuk disertifikasi;
4. SNI yang digunakan sebagai dasar pengajuan
permohonan Sertifikasi;
5. daftar bahan baku termasuk bahan tambahan
pangan;
6. label produk;
7. jenis kemasan produk;
8. foto produk dalam kemasan primer yang
- 1567 -

diajukan untuk disertifikasi (dari arah depan,


belakang dan samping), serta informasi terkait
kemasan primer produk;
9. apabila ada, foto kemasan sekunder dan tersier
produk yang diajukan untuk disertifikasi, dari
arah depan, belakang, dan samping.
c. informasi proses produksi:
1. nama, alamat, dan legalitas hukum pabrik
(apabila berbeda dengan legalitas Pemohon);
2. nama dan alamat fasilitas produksi mencakup
semua fasilitas yang digunakan untuk
memproduksi produk yang akan disertifikasi
(misal gudang bahan baku, produksi,
pengemasan produk, pengangkutan produk
jadi, gudang produk jadi dan lainnya) termasuk
kegiatan yang dialihdayakan;
3. struktur organisasi;
4. dokumentasi tentang desain dan tata letak
proses produksi serta proses pembuatan
produk yang diajukan untuk disertifikasi;
5. dokumentasi terkait proses dan pengendalian
produksi;
6. dokumentasi tentang peralatan produksi dan
pengukuran termasuk program
kalibrasi/verifikasi peralatan;
7. apabila telah tersedia, menyertakan sertifikat
penerapan Sistem Manajemen Mutu
berdasarkan SNI ISO 9001 atau Sistem
Manajemen Keamanan Pangan berdasarkan SNI
ISO 22000 atau HACCP berdasarkan SNI
CAC/RCP 1 dari lembaga Sertifikasi yang
diakreditasi oleh KAN atau oleh badan
akreditasi penandatangan International
Accreditation Forum (IAF)/Asia Pacific
Accreditation Cooperation (APAC) Multilateral
Recognition Agreement (MLA) dengan ruang
lingkup yang sesuai.
- 1568 -

2 Seleksi
2.1 Tinjauan permohonan Sertifikasi
2.1.1 LSPro harus memastikan bahwa informasi yang
diperoleh dari permohonan Sertifikasi yang
diajukan oleh Pemohon telah lengkap dan
memenuhi persyaratan, serta dapat memastikan
kemampuan LSPro untuk menindaklanjuti
permohonan Sertifikasi.

2.2.1 Tinjauan permohonan Sertifikasi harus dilakukan


oleh personel yang memiliki kompetensi sesuai
dengan lingkup permohonan Sertifikasi.

2.2 Penandatanganan perjanjian Sertifikasi


Setelah permohonan Sertifikasi dinyatakan lengkap dan
memenuhi persyaratan serta Pemohon menyetujui
persyaratan dan prosedur Sertifikasi yang ditetapkan
oleh LSPro, dilakukan penandatanganan perjanjian
Sertifikasi oleh Pemohon dan LSPro.

2.3 Penyusunan rencana evaluasi


2.3.1 Berdasarkan informasi yang diperoleh dari
persyaratan permohonan Sertifikasi yang
disampaikan oleh Pemohon, LSPro menetapkan
rencana evaluasi yang mencakup:
a. tujuan, waktu, durasi, lokasi pelaksanaan,
tim, metode, dan agenda evaluasi proses
produksi dan CPPOB atau sistem manajemen
yang relevan dengan pelaksanaan proses
produksi produk yang diajukan untuk
disertifikasi;
b. jenis/tipe/varian produk yang diajukan
untuk disertifikasi dan metode pengambilan
contoh sesuai dengan persyaratan SNI yang
diperlukan untuk pengujian produk, yang
mewakili contoh produk yang diusulkan
untuk disertifikasi;
- 1569 -

c. informasi SNI yang digunakan sebagai dasar


Sertifikasi berdasarkan permohonan yang
diajukan oleh Pemohon; dan
d. waktu yang diperlukan untuk pelaksanaan
pengujian berdasarkan standar acuan
metode uji yang dipersyaratkan.

2.3.2 Rencana evaluasi harus mempertimbangkan


kesesuaian produksi yang dilakukan oleh pabrik
sesuai lingkup produk yang diajukan untuk
disertifikasi.

2.3.3 Pelaksanaan evaluasi dilakukan oleh auditor atau


tim audit yang memiliki kriteria kompetensi
sebagai berikut:
1. Pengetahuan tentang prinsip, praktik dan
teknik audit;
2. Pengetahuan tentang proses dan prosedur
Sertifikasi yang ditetapkan oleh LSPro;
3. Pengetahuan tentang standar sistem
manajemen:
a. SNI ISO 9001 tentang sistem manajemen
mutu;
b. SNI ISO 22000 tentang sistem
manajemen mutu keamanan pangan;
c. SNI CAC/RCP 1 tentang rekomendasi
nasional kode praktis – prinsip umum
higiene pangan, dan/atau
d. Cara Produksi Pangan Olahan yang Baik
(CPPOB).

Catatan: sesuai yang diterapkan oleh


pemohon Sertifikasi.
4. Pengetahuan yang dibuktikan dengan
sertifikat, tentang SNI produk gula sukrosa
cair;
- 1570 -

5. Pengetahuan yang dibuktikan dengan


sertifikat dan/atau pengalaman tentang
sektor bisnis produk gula sukrosa cair; dan
6. Pengetahuan tentang produk, proses dan
organisasi pemohon Sertifikasi.

3 Determinasi
Determinasi mencakup 2 (dua) tahap evaluasi, yaitu evaluasi
tahap 1 (satu) dan evaluasi tahap 2 (dua).

3.1 Pelaksanaan evaluasi tahap 1 (satu)


3.1.1 Pada evaluasi tahap 1 (satu) dilakukan
pemeriksaan awal terhadap kesesuaian informasi
produk dan proses produksi yang disampaikan
Pemohon pada huruf D angka 1.3 terhadap
lingkup produk yang ditetapkan dalam SNI dan
peraturan terkait.

3.1.2 Apabila hasil evaluasi tahap 1 (satu)


menunjukkan ketidaksesuaian terhadap
persyaratan, Pemohon harus diberi kesempatan
untuk melakukan tindakan perbaikan dalam
jangka waktu tertentu sesuai dengan kebijakan
LSPro.

3.2 Pelaksanaan evaluasi tahap 2 (dua)


3.2.1 Evaluasi tahap 2 (dua) dilaksanakan melalui audit
proses produksi dan CPPOB atau sistem
manajemen yang relevan serta pengujian produk.

3.2.2 Audit proses produksi dan CPPOB atau sistem


manajemen yang relevan dilakukan pada saat
pabrik melakukan produksi produk yang diajukan
atau pada kondisi tertentu dilakukan melalui
simulasi proses produksi produk yang diajukan
untuk disertifikasi.
- 1571 -

3.2.3 Audit dilakukan dengan metode audit yang


merupakan kombinasi dari audit dokumen dan
rekaman, wawancara, observasi, demonstrasi,
atau metode audit lainnya.

3.2.4 Audit dilakukan terhadap:


a. tanggung jawab dan komitmen personel
penanggung jawab pabrik terhadap
konsistensi pemenuhan produk terhadap
persyaratan SNI;
b. ketersediaan dan pengendalian prosedur dan
rekaman pengendalian mutu, termasuk
pengujian rutin;
c. fasilitas, lokasi, desain dan tata letak,
bangunan, sanitasi peralatan, sanitasi ruang
proses, dan higiene personel sesuai dengan
ketentuan yang berlaku tentang CPPOB;
d. tahapan kritis proses produksi, mulai dari
bahan baku sampai produk akhir sekurang-
kurangnya pada tahapan sebagaimana
diuraikan dalam huruf L;
e. kelengkapan serta fungsi peralatan produksi
termasuk peralatan pengendalian mutu;
f. bukti verifikasi berdasarkan hasil kalibrasi
atau hasil verifikasi peralatan produksi
sebagaimana disebutkan pada huruf e yang
membuktikan bahwa peralatan tersebut
memenuhi persyaratan produksi. Hasil
verifikasi peralatan produksi dapat
ditunjukkan dengan prosedur yang
diperlukan untuk mencapai kondisi atau
persyaratan yang ditetapkan;
g. bukti tera atau tera ulang alat pengukur
berat produk dalam kemasan akhir;
h. pengendalian dan penanganan produk yang
tidak sesuai; dan
- 1572 -

i. pengemasan, penanganan, dan penyimpanan


produk, termasuk di gudang akhir produk
yang siap diedarkan.

3.2.5 Apabila Pemohon telah menerapkan dan


mendapatkan sertifikat SMKP berdasarkan SNI
ISO 22000 atau HACCP berdasarkan SNI
CAC/RCP 1 dari lembaga Sertifikasi yang
diakreditasi oleh KAN atau oleh badan akreditasi
penandatangan IAF/APAC MLA dengan ruang
lingkup yang sesuai, maka inspeksi pabrik atau
asesmen proses produksi dilakukan terhadap
implementasi sistem manajemen terkait mutu
produk tersebut dan angka 3.2.4 huruf d sampai
dengan huruf i.

3.2.6 Apabila Pemohon telah menerapkan dan


mendapatkan sertifikat SMM berdasarkan SNI ISO
9001 dari lembaga Sertifikasi yang diakreditasi
oleh KAN atau oleh badan akreditasi
penandatangan IAF/APAC MLA dengan ruang
lingkup yang sesuai, maka inspeksi pabrik atau
asesmen proses produksi dilakukan terhadap
implementasi sistem manajemen terkait mutu
produk tersebut dan angka 3.2.4 huruf c sampai
dengan huruf i.

3.2.7 Apabila Pemohon hanya melakukan kegiatan


pengemasan produk akhir, maka audit pada
angka 3.2.4 tidak berlaku, namun LSPro harus
memastikan kesesuaian terhadap:
a. produk yang akan dikemas sesuai
persyaratan SNI, yang dibuktikan melalui
pemenuhan hasil uji yang diterbitkan oleh
laboratorium pihak ketiga yang diakreditasi
oleh KAN atau badan akreditasi
penandatangan IAF/APAC MLA secara
- 1573 -

periodik setiap batch dan mencakup seluruh


pemasok;
b. tahapan proses di pemasok yang dibuktikan
melalui penyertaan sertifikat CPPOB, sistem
manajemen atau sertifikat Pemeriksaan
Sarana dan Bangunan (PSB) yang dimiliki
oleh pemasok; dan
c. tahapan kritis proses produksi sebagaimana
diuraikan dalam huruf L, yang dibuktikan
melalui audit proses produksi pada seluruh
kegiatan yang dikendalikan oleh Pemohon.

3.2.8 Pengambilan contoh produk dilakukan saat audit


proses produksi berdasarkan persyaratan dalam
SNI. Pengambilan contoh produk untuk pengujian
dilakukan oleh personel kompeten yang
ditugaskan oleh LSPro. Contoh produk diambil
dari lini produksi atau gudang penyimpanan
produk.

3.2.9 Contoh produk diambil sesuai dengan kebutuhan


pengujian yang mewakili:
a. jenis kemasan (logam dan/atau non logam);
dan
b. merek yang diajukan untuk disertifikasi;
Catatan: merek dapat mewakili merek lainnya
apabila memiliki spesifikasi yang sama.

3.2.10 Pengujian dilakukan di laboratorium yang telah


menerapkan ISO/IEC 17025 untuk lingkup
produk yang disertifikasi. Penerapan ISO/IEC
17025 dapat dibuktikan melalui:
a. akreditasi oleh KAN;
b. akreditasi oleh badan akreditasi
penandatangan saling pengakuan dalam
forum APAC dan International Laboratory
Accreditation Cooperation (ILAC); atau
- 1574 -

c. penilaian yang dilakukan oleh LSPro


terhadap laboratorium.

3.2.11 Apabila pengujian dilakukan di laboratorium


Pemohon, maka LSPro harus memastikan
kesesuaian kompetensi dan imparsialitas proses
pengujian yang dilakukan, misalnya melalui
penyaksian proses pengujian.

3.2.12 Laboratorium Pemohon yang digunakan untuk


pengujian produk yang disertifikasi harus
memenuhi persyaratan sebagaimana tercantum
pada angka 3.2.10 huruf a atau huruf b.

3.2.13 Apabila berdasarkan hasil evaluasi tahap 2 (dua)


ditemukan ketidaksesuaian, Pemohon harus
diberi kesempatan untuk melakukan tindakan
perbaikan dalam jangka waktu tertentu sesuai
dengan kebijakan LSPro.

3.2.14 Apabila hasil pengujian dari laboratorium


menunjukkan ketidaksesuaian maka dapat
dilakukan pengujian ulang maksimal satu kali
dengan mengambil contoh ulang dari lini produksi
atau gudang penyimpanan produk.

4 Tinjauan dan keputusan


4.1 Tinjauan
4.1.1 Tinjauan hasil evaluasi dilakukan terhadap
pemenuhan seluruh persyaratan Sertifikasi dan
kesesuaian proses Sertifikasi, mulai dari
pengajuan permohonan Sertifikasi, pelaksanaan
evaluasi tahap 1 (satu) dan evaluasi tahap 2 (dua).
- 1575 -

4.1.2 Tinjauan hasil evaluasi dinyatakan dalam bentuk


rekomendasi tertulis tentang pemenuhan SNI
yang diajukan oleh Pemohon untuk produk yang
diajukan untuk disertifikasi.

4.2 Penetapan keputusan Sertifikasi


4.2.1 Penetapan keputusan Sertifikasi dilakukan
berdasarkan rekomendasi yang dihasilkan dari
proses tinjauan.

4.2.2 Penetapan keputusan Sertifikasi harus dilakukan


oleh 1 (satu) orang atau sekelompok orang yang
tidak terlibat dalam proses evaluasi.

4.2.3 Penetapan keputusan Sertifikasi dapat dilakukan


oleh 1 (satu) orang atau sekelompok orang yang
sama dengan yang melakukan tinjauan.

4.2.4 Rekomendasi untuk keputusan Sertifikasi


berdasarkan hasil tinjauan harus
didokumentasikan, kecuali tinjauan dan
keputusan Sertifikasi diselesaikan secara
bersamaan oleh orang atau sekelompok orang
yang sama.

4.2.5 LSPro harus memberitahu secara tertulis kepada


Pemohon terkait menunda atau tidak memberikan
keputusan Sertifikasi, dan harus menyampaikan
alasan keputusan tersebut.

4.2.6 Apabila Pemohon menunjukkan keinginan untuk


melanjutkan proses Sertifikasi setelah LSPro
memutuskan tidak memberikan Sertifikasi,
Pemohon dapat menyampaikan permohonan
untuk melanjutkan proses Sertifikasi.
- 1576 -

4.2.7 Permohonan melanjutkan proses Sertifikasi harus


disampaikan oleh Pemohon kepada LSPro secara
tertulis paling lambat 1 (satu) bulan setelah
pemberitahuan keputusan tidak memberikan
Sertifikasi diterbitkan oleh LSPro. Proses
Sertifikasi dapat dimulai kembali dari evaluasi
tahap 2 (dua).

4.3 Bukti kesesuaian


4.3.1 Bukti kesesuaian berupa sertifikat kesesuaian
yang diterbitkan oleh LSPro. LSPro menerbitkan
sertifikat kesesuaian kepada Pemohon yang telah
memenuhi persyaratan Sertifikasi. Sertifikat
kesesuaian berlaku selama 4 (empat) tahun
setelah diterbitkan.

4.3.2 Sertifikat kesesuaian terhadap persyaratan SNI


paling sedikit harus memuat:
1. nomor sertifikat atau identifikasi unik
lainnya;
2. nomor atau identifikasi lain dari skema
Sertifikasi;
3. nama dan alamat LSPro;
4. nama dan alamat Pemohon (pemegang
sertifikat);
5. nomor atau identifikasi lain yang mengacu ke
perjanjian Sertifikasi;
6. pernyataan kesesuaian yang mencakup:
a. jenis/tipe/varian produk sesuai
peraturan kategori pangan yang berlaku;
b. jenis kemasan produk yang disertifikasi;
c. merek produk yang disertifikasi;
d. SNI yang menjadi dasar Sertifikasi; dan
e. nama dan alamat lokasi produksi.
7. status akreditasi atau pengakuan LSPro;
8. tanggal penerbitan sertifikat dan masa
berlakunya, serta riwayat sertifikat; dan
- 1577 -

9. tanda tangan yang mengikat secara hukum


dari personel yang bertindak atas nama
LSPro sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.

E Pemeliharaan Sertifikasi
1. Pengawasan oleh LSPro
Pengawasan oleh LSPro dilakukan melalui kegiatan
surveilans. LSPro harus melaksanakan kunjungan surveilans
paling sedikit 2 (dua) kali dalam periode Sertifikasi, dengan
jarak antar evaluasi paling lama 12 (dua belas) bulan.
Kunjungan surveilans dilakukan melalui kegiatan evaluasi
berupa audit dan pengujian.

2. Sertifikasi ulang
2.1 LSPro harus melaksanakan Sertifikasi ulang paling
lambat 6 (enam) bulan sebelum masa berlaku sertifikat
berakhir.

2.2 Pelaksanaan Sertifikasi ulang dilakukan sesuai dengan


tahapan pada prosedur administratif.

2.3 Apabila tidak ada perubahan yang signifikan terkait


produk dan proses produksi sesuai dengan hasil audit
terakhir, maka LSPro dapat tidak melakukan evaluasi
tahap 1 (satu).

2.4 Apabila berdasarkan hasil Sertifikasi ulang ditemukan


ketidaksesuaian, Pemohon harus diberi kesempatan
untuk melakukan tindakan perbaikan dalam jangka
waktu tertentu sesuai dengan kebijakan LSPro.

F Evaluasi khusus
LSPro dapat melaksanakan evaluasi khusus dalam rangka audit
perluasan lingkup maupun tindak lanjut (investigasi) atas keluhan
atau informasi yang ada. Evaluasi khusus dalam rangka
- 1578 -

investigasi keluhan atau informasi yang ada dilakukan oleh


auditor yang memiliki kompetensi untuk melakukan investigasi
dan terbatas pada permasalahan yang ada, serta dilakukan dalam
waktu yang singkat dari diperolehnya keluhan atau informasi.
Tahapan evaluasi khusus dalam rangka perluasan lingkup
dilakukan sesuai dengan tahapan prosedur administratif namun
terbatas pada perluasan lingkup yang diajukan. Evaluasi terhadap
perluasan lingkup Sertifikasi dapat dilakukan terpisah maupun
bersamaan dengan surveilans.

G Ketentuan pengurangan, pembekuan, dan pencabutan Sertifikasi


1. Pengurangan lingkup Sertifikasi
Pemohon dapat mengajukan pengurangan lingkup Sertifikasi
selama periode Sertifikasi.

2. Pembekuan dan pencabutan Sertifikasi


2.1 LSPro dapat membekukan Sertifikasi apabila Pemohon:
a. tidak mampu memperbaiki ketidaksesuaian yang
diterbitkan oleh LSPro pada saat surveilans
dan/atau saat evaluasi khusus; atau
b. menyampaikan permintaan pembekuan Sertifikasi
kepada LSPro.

2.2 LSPro harus membatasi periode pembekuan Sertifikasi


paling lama 6 (enam) bulan.

2.3 LSPro dapat melakukan pencabutan Sertifikasi apabila


Pemohon:
a. tidak mampu memperbaiki ketidaksesuaian yang
mengakibatkan pembekuan Sertifikasi melebihi
batas waktu yang ditentukan; atau
b. menyampaikan permintaan pencabutan Sertifikasi
kepada LSPro.

2.4 LSPro dapat mempertimbangkan pembekuan atau


pencabutan Sertifikasi atau tindakan lainnya yang
- 1579 -

disebabkan oleh faktor lainnya dengan


mempertimbangkan risiko yang ditemukan.

H Keluhan dan banding


LSPro harus mengembangkan aturan penanganan keluhan dan
banding dengan mempertimbangkan kompetensi dan imparsialitas
pelaksanaan penanganan keluhan dan banding.

I Informasi publik
LSPro harus memublikasikan informasi kepada publik sesuai
persyaratan ISO/IEC 17065 termasuk informasi pelanggan yang
disertifikasi, dibekukan dan dicabut. Informasi publik terkait
informasi pelanggan yang disertifikasi, dibekukan dan dicabut
tersebut juga harus disampaikan melalui Aplikasi Barang Ber-SNI
(BangBeni) https://bangbeni.bsn.go.id.

J Kondisi khusus
Dalam hal ditemukan situasi yang tidak memungkinkan
penerapan persyaratan tertentu dalam Sertifikasi ini, maka akan
ditetapkan kebijakan BSN dengan mempertimbangkan masukan
dari KAN dan para pemangku kepentingan lainnya.

K Penggunaan Tanda SNI


1 Penggunaan tanda SNI dilakukan setelah mendapatkan
persetujuan penggunaan tanda SNI melalui Surat Persetujuan
Penggunaan Tanda (SPPT) SNI yang dikeluarkan oleh BSN
sesuai dengan ketentuan dalam Peraturan BSN yang
mengatur mengenai tata cara penggunaan tanda SNI dan
tanda kesesuaian berbasis SNI.

2 Permohonan persetujuan penggunaan tanda SNI diajukan


kepada BSN disertai dengan dokumen persyaratan yang
diatur dalam Peraturan BSN mengenai tata cara penggunaan
tanda SNI dan tanda kesesuaian berbasis SNI.

3 Tanda SNI sebagai bukti kesesuaian produk yang telah


memenuhi SNI adalah sebagai berikut:
- 1580 -

Dengan ukuran:

Keterangan:
y = 11x
r = 0,5x

L Tahapan kritis proses produksi produk gula sukrosa cair

Tahapan kritis proses


No. Penjelasan tahapan kritis
produksi
1. Pemilihan bahan baku, Bahan baku, bahan tambahan
bahan tambahan pangan dan bahan kemasan
pangan dan bahan harus memenuhi persyaratan
kemasan yang ditetapkan atau peraturan
terkait yang berlaku
2. Proses produksi Proses produksi dilakukan
dengan metode tertentu yang
dikendalikan dan memperhatikan
kesesuaian proses, termasuk
kondisi lingkungan kerja,
-1581 -

Tahapan kritis proses


No. Penjelasan tahapan kritis
produksi

kompetensi SDM, peralatan


produksi dan alat pemantauan
sesuai persyaratan yang
ditetapkan
3. Pengendalian mutu Pengendalian mutu produk
dilakukan dengan metode
tertentu yang dikendalikan,
untuk memastikan produk
sesuai dengan persyaratan mutu
dan keamanan yang ditetapkan
4. Pengemasan Pengemasan produk dilakukan
dengan metode tertentu yang
dikendalikan sesuai dengan
persyaratan SNI dan peraturan
terkait yang berlaku
5. Penandaan Penandaan dilakukan sesuai

dengan persyaratan SNI dan


perati-iran terkait yang berlaku

pemohon dapat berbeda

KEPALA BADAN STANDARDISASI NASIONAL

REPUBLIK INDONESIA,

TTD

BAMBANG PRASETYA

sesuai dengan aslinya


uOARO/5
aya Manusia, Organisasi, dan Hukum

argahayu
(NOO^
- 1582 -

LAMPIRAN C
PERATURAN BADAN STANDARDISASI NASIONAL
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 1 TAHUN 2020
TENTANG
SKEMA PENILAIAN KESESUAIAN TERHADAP STANDAR
NASIONAL INDONESIA SEKTOR MAKANAN DAN MINUMAN

PETUNJUK TEKNIS SKEMA SERTIFIKASI PRODUK KEDELAI GORENG

A Ruang lingkup
Dokumen ini berlaku untuk acuan pelaksanaan Sertifikasi produk
yang dibuat dari kedelai (Glycine max) bersih dengan atau tanpa
kulit ari, dengan atau tanpa perlakuan pendahuluan, dimasak
dengan cara digoreng.

B Persyaratan acuan
Persyaratan acuan Sertifikasi produk kedelai goreng mencakup:
1. SNI produk kedelai goreng sebagaimana ditetapkan dalam
Keputusan Kepala Badan Standardisasi Nasional mengenai
daftar SNI sektor Makanan dan Minuman;
2. SNI dan standar lain yang diacu dalam SNI sebagaimana
dimaksud dalam angka 1;
3. Peraturan yang mengatur tentang label dan iklan pangan;
4. Peraturan yang mengatur tentang cara produksi pangan
olahan yang baik (Good Manufacturing Practices);
5. Peraturan yang mengatur tentang kemasan pangan;
6. Peraturan yang mengatur tentang bahan tambahan pangan;
7. Penerapan Cara Produksi Pangan Olahan yang Baik (CPPOB),
Sistem Manajemen Mutu (SMM) berdasarkan SNI ISO 9001,
Sistem Manajemen Mutu Keamanan Pangan (SMKP)
berdasarkan SNI ISO 22000 atau HACCP berdasarkan SNI
CAC/RCP 1; dan
8. Peraturan lain yang terkait produk kedelai goreng.
- 1583 -

C Jenis kegiatan penilaian kesesuaian


Sertifikasi produk kedelai goreng dilakukan oleh LPK yang telah
diakreditasi oleh KAN berdasarkan SNI ISO/IEC 17065, Penilaian
Kesesuaian – Persyaratan untuk Lembaga Sertifikasi Produk,
Proses, dan Jasa, untuk lingkup produk kedelai goreng.
Dalam hal LPK belum ada yang diakreditasi KAN untuk melakukan
kegiatan Sertifikasi dengan ruang lingkup produk kedelai goreng,
BSN dapat menunjuk LPK dengan lingkup yang sejenis sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

D Prosedur administratif
1. Pengajuan permohonan Sertifikasi
1.1 LSPro harus menyusun format permohonan Sertifikasi
bagi pelaku usaha untuk mendapatkan seluruh
informasi seperti pada huruf D angka 1.3.

1.2 Pengajuan permohonan Sertifikasi dilakukan oleh pelaku


usaha. Kriteria pelaku usaha yang dapat mengajukan
Sertifikasi sesuai Peraturan BSN yang mengatur
mengenai tata cara penggunaan tanda SNI dan tanda
kesesuaian berbasis SNI.

1.3 Permohonan Sertifikasi harus dilengkapi dengan:


a. informasi Pemohon:
1. nama Pemohon, alamat Pemohon, serta nama
dan kedudukan atau jabatan personel yang
bertanggung jawab atas pengajuan permohonan
Sertifikasi;
2. bukti pemenuhan persyaratan izin usaha sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan;
3. bukti izin edar produk sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan;
4. bukti kepemilikan atas merek atau tanda daftar
yang dikeluarkan oleh Kementerian Hukum dan
Hak Asasi Manusia;
- 1584 -

5. apabila Pemohon melakukan pembuatan


produk dengan merek yang dimiliki oleh pihak
lain, menyertakan bukti perjanjian yang
mengikat secara hukum untuk melakukan
pembuatan produk untuk pihak lain;
6. apabila Pemohon bertindak sebagai pemilik
merek yang mensubkontrakkan proses
produksinya kepada pihak lain, menyertakan
bukti kepemilikan merek dan perjanjian
subkontrak pelaksanaan produksi dengan
pihak lain;
7. apabila Pemohon bertindak sebagai perwakilan
resmi pemilik merek yang berkedudukan
hukum di luar negeri, menyertakan bukti
perjanjian yang mengikat secara hukum
tentang penunjukan sebagai perwakilan resmi
pemilik merek di wilayah Republik Indonesia;
8. pernyataan bahwa Pemohon bertanggung jawab
penuh atas pemenuhan persyaratan SNI dan
pemenuhan persyaratan proses Sertifikasi,
serta bersedia memberikan akses terhadap
lokasi dan/atau informasi yang diperlukan oleh
LSPro dalam melaksanakan kegiatan Sertifikasi.
b. informasi produk:
1. merek produk yang diajukan untuk
disertifikasi;
2. jenis/tipe/varian produk yang diajukan untuk
disertifikasi;
3. spesifikasi produk setiap merek yang diajukan
untuk disertifikasi;
4. SNI yang digunakan sebagai dasar pengajuan
permohonan Sertifikasi,
5. daftar bahan baku termasuk bahan tambahan
pangan;
6. label produk;
7. jenis kemasan produk;
- 1585 -

8. foto produk dalam kemasan primer yang


diajukan untuk disertifikasi (dari arah depan,
belakang dan samping), serta informasi terkait
kemasan primer produk;
9. apabila ada, foto kemasan sekunder dan tersier
produk yang diajukan untuk disertifikasi, dari
arah depan, belakang, dan samping.
c. informasi proses produksi:
1. nama, alamat, dan legalitas hukum pabrik
(apabila berbeda dengan legalitas Pemohon);
2. nama dan alamat fasilitas produksi mencakup
semua fasilitas yang digunakan untuk
memproduksi produk yang akan disertifikasi
(misal gudang bahan baku, produksi,
pengemasan produk, pengangkutan produk
jadi, gudang produk jadi dan lainnya) termasuk
kegiatan yang dialihdayakan;
3. struktur organisasi;
4. dokumentasi tentang desain dan tata letak
proses produksi serta proses pembuatan
produk yang diajukan untuk disertifikasi;
5. dokumentasi terkait proses dan pengendalian
produksi;
6. dokumentasi tentang peralatan produksi dan
pengukuran termasuk program
kalibrasi/verifikasi peralatan;
7. apabila telah tersedia, menyertakan sertifikat
penerapan Sistem Manajemen Mutu
berdasarkan SNI ISO 9001 atau Sistem
Manajemen Keamanan Pangan berdasarkan SNI
ISO 22000 atau HACCP berdasarkan SNI
CAC/RCP 1 dari lembaga Sertifikasi yang
diakreditasi oleh KAN atau oleh badan
akreditasi penandatangan International
Accreditation Forum (IAF)/Asia Pacific
Accreditation Cooperation (APAC) Multilateral
- 1586 -

Recognition Agreement (MLA) dengan ruang


lingkup yang sesuai.

2. Seleksi
2.1 Tinjauan permohonan Sertifikasi
2.1.1 LSPro harus memastikan bahwa informasi yang
diperoleh dari permohonan Sertifikasi yang
diajukan oleh Pemohon telah lengkap dan
memenuhi persyaratan, serta dapat memastikan
kemampuan LSPro untuk menindaklanjuti
permohonan Sertifikasi.

2.1.2 Tinjauan permohonan Sertifikasi harus dilakukan


oleh personel yang memiliki kompetensi sesuai
dengan lingkup permohonan Sertifikasi.

2.2 Penandatanganan perjanjian Sertifikasi


Setelah permohonan Sertifikasi dinyatakan lengkap dan
memenuhi persyaratan serta Pemohon menyetujui
persyaratan dan prosedur Sertifikasi yang ditetapkan
oleh LSPro, dilakukan penandatanganan perjanjian
Sertifikasi oleh Pemohon dan LSPro.

2.3 Penyusunan rencana evaluasi


2.3.1 Berdasarkan informasi yang diperoleh dari
persyaratan permohonan Sertifikasi yang
disampaikan oleh Pemohon, LSPro menetapkan
rencana evaluasi yang mencakup:
a. tujuan, waktu, durasi, lokasi pelaksanaan,
tim, metode, dan agenda evaluasi proses
produksi dan CPPOB atau sistem manajemen
yang relevan dengan pelaksanaan proses
produksi produk yang diajukan untuk
disertifikasi;
b. jenis/tipe/varian produk yang diajukan
untuk disertifikasi dan metode pengambilan
contoh sesuai dengan persyaratan SNI yang
- 1587 -

diperlukan untuk pengujian produk, yang


mewakili contoh produk yang diusulkan
untuk disertifikasi;
c. informasi SNI yang digunakan sebagai dasar
Sertifikasi berdasarkan permohonan yang
diajukan oleh Pemohon; dan
d. waktu yang diperlukan untuk pelaksanaan
pengujian berdasarkan standar acuan
metode uji yang dipersyaratkan.

2.3.2 Rencana evaluasi harus mempertimbangkan


kesesuaian produksi yang dilakukan oleh pabrik
sesuai lingkup produk yang diajukan untuk
disertifikasi.

2.3.3 Pelaksanaan evaluasi dilakukan oleh auditor atau


tim audit yang memiliki kriteria kompetensi
sebagai berikut:
1. Pengetahuan tentang prinsip, praktik dan
teknik audit;
2. Pengetahuan tentang proses dan prosedur
Sertifikasi yang ditetapkan oleh LSPro;
3. Pengetahuan tentang standar sistem
manajemen:
a. SNI ISO 9001 tentang sistem manajemen
mutu;
b. SNI ISO 22000 tentang sistem
manajemen mutu keamanan pangan;
c. SNI CAC/RCP 1 tentang rekomendasi
nasional kode praktis – prinsip umum
higiene pangan, dan/atau
d. Cara Produksi Pangan Olahan yang Baik
(CPPOB).

Catatan: sesuai yang diterapkan oleh


pemohon Sertifikasi.
4. Pengetahuan yang dibuktikan dengan
sertifikat, tentang SNI produk kedelai goreng;
- 1588 -

5. Pengetahuan yang dibuktikan dengan


sertifikat dan/atau pengalaman tentang
sektor bisnis produk kedelai goreng; dan
6. Pengetahuan tentang produk, proses dan
organisasi pemohon Sertifikasi.

3. Determinasi
Determinasi mencakup 2 tahap evaluasi, yaitu evaluasi tahap
1 (satu) dan evaluasi tahap 2 (dua).

3.1 Pelaksanaan evaluasi tahap 1 (satu)


3.1.1 Pada evaluasi tahap 1 (satu) dilakukan
pemeriksaan awal terhadap kesesuaian informasi
produk dan proses produksi yang disampaikan
Pemohon pada huruf D angka 1.3 terhadap
lingkup produk yang ditetapkan dalam SNI dan
peraturan terkait.

3.1.2 Apabila hasil evaluasi tahap 1 (satu)


menunjukkan ketidaksesuaian terhadap
persyaratan, Pemohon harus diberi kesempatan
untuk melakukan tindakan perbaikan dalam
jangka waktu tertentu sesuai dengan kebijakan
LSPro.

3.2 Pelaksanaan evaluasi tahap 2 (dua)


3.2.1 Evaluasi tahap 2 (dua) dilaksanakan melalui audit
proses produksi dan CPPOB atau sistem
manajemen yang relevan serta pengujian produk.

3.2.2 Audit proses produksi dan CPPOB atau sistem


manajemen yang relevan dilakukan pada saat
pabrik melakukan produksi produk yang diajukan
atau pada kondisi tertentu dilakukan melalui
simulasi proses produksi produk yang diajukan
untuk disertifikasi.
- 1589 -

3.2.3 Audit dilakukan dengan metode audit yang


merupakan kombinasi dari audit dokumen dan
rekaman, wawancara, observasi, demonstrasi,
atau metode audit lainnya.

3.2.4 Audit dilakukan terhadap:


a. tanggung jawab dan komitmen personel
penanggung jawab pabrik terhadap
konsistensi pemenuhan produk terhadap
persyaratan SNI;
b. ketersediaan dan pengendalian prosedur dan
rekaman pengendalian mutu, termasuk
pengujian rutin;
c. fasilitas, lokasi, desain dan tata letak,
bangunan, sanitasi peralatan, sanitasi ruang
proses, dan higiene personel sesuai dengan
ketentuan yang berlaku tentang CPPOB;
d. tahapan kritis proses produksi, mulai dari
bahan baku sampai produk akhir sekurang-
kurangnya pada tahapan sebagaimana
diuraikan dalam huruf L;
e. kelengkapan serta fungsi peralatan produksi
termasuk peralatan pengendalian mutu;
f. bukti verifikasi berdasarkan hasil kalibrasi
atau hasil verifikasi peralatan produksi
sebagaimana disebutkan pada huruf e yang
membuktikan bahwa peralatan tersebut
memenuhi persyaratan produksi. Hasil
verifikasi peralatan produksi dapat
ditunjukkan dengan prosedur yang
diperlukan untuk mencapai kondisi atau
persyaratan yang ditetapkan;
g. bukti tera atau tera ulang alat pengukur
berat produk dalam kemasan akhir;
h. pengendalian dan penanganan produk yang
tidak sesuai; dan
- 1590 -

i. pengemasan, penanganan, dan penyimpanan


produk, termasuk di gudang akhir produk
yang siap diedarkan.

3.2.5 Apabila Pemohon telah menerapkan dan


mendapatkan sertifikat SMKP berdasarkan SNI
ISO 22000 atau HACCP berdasarkan SNI
CAC/RCP 1 dari lembaga Sertifikasi yang
diakreditasi oleh KAN atau oleh badan akreditasi
penandatangan IAF/APAC MLA dengan ruang
lingkup yang sesuai, maka inspeksi pabrik atau
asesmen proses produksi dilakukan terhadap
implementasi sistem manajemen terkait mutu
produk tersebut dan angka 3.2.4 huruf d sampai
dengan huruf i.

3.2.6 Apabila Pemohon telah menerapkan dan


mendapatkan sertifikat SMM berdasarkan SNI ISO
9001 dari lembaga Sertifikasi yang diakreditasi
oleh KAN atau oleh badan akreditasi
penandatangan IAF/APAC MLA dengan ruang
lingkup yang sesuai, maka inspeksi pabrik atau
asesmen proses produksi dilakukan terhadap
implementasi sistem manajemen terkait mutu
produk tersebut dan angka 3.2.4 huruf c sampai
dengan huruf i.

3.2.7 Apabila Pemohon hanya melakukan kegiatan


pengemasan produk akhir, maka audit pada
angka 3.2.4 tidak berlaku, namun LSPro harus
memastikan kesesuaian terhadap:
a. produk yang akan dikemas sesuai
persyaratan SNI, yang dibuktikan melalui
pemenuhan hasil uji yang diterbitkan oleh
laboratorium pihak ketiga yang diakreditasi
oleh KAN atau badan akreditasi
penandatangan IAF/APAC MLA secara
- 1591 -

periodik setiap batch dan mencakup seluruh


pemasok;
b. tahapan proses di pemasok yang dibuktikan
melalui penyertaan sertifikat CPPOB, sistem
manajemen atau sertifikat Pemeriksaan
Sarana dan Bangunan (PSB) yang dimiliki
oleh pemasok; dan
c. tahapan kritis proses produksi sebagaimana
diuraikan dalam huruf L, yang dibuktikan
melalui audit proses produksi pada seluruh
kegiatan yang dikendalikan oleh Pemohon.

3.2.8 Pengambilan contoh produk dilakukan saat audit


proses produksi berdasarkan persyaratan dalam
SNI. Pengambilan contoh produk untuk pengujian
dilakukan oleh personel kompeten yang
ditugaskan oleh LSPro. Contoh produk diambil
dari lini produksi atau gudang penyimpanan
produk.

3.2.9 Contoh produk diambil sesuai dengan kebutuhan


pengujian yang mewakili merek yang diajukan
untuk disertifikasi.
Catatan: merek dapat mewakili merek lainnya
apabila memiliki spesifikasi yang sama.

3.2.10 Pengujian dilakukan di laboratorium yang telah


menerapkan ISO/IEC 17025 untuk lingkup
produk yang disertifikasi. Penerapan ISO/IEC
17025 dapat dibuktikan melalui:
a. akreditasi oleh KAN;
b. akreditasi oleh badan akreditasi
penandatangan saling pengakuan dalam
forum APAC dan International Laboratory
Accreditation Cooperation (ILAC); atau
c. penilaian yang dilakukan oleh LSPro
terhadap laboratorium.
- 1592 -

3.2.11 Apabila pengujian dilakukan di laboratorium


Pemohon, maka LSPro harus memastikan
kesesuaian kompetensi dan imparsialitas proses
pengujian yang dilakukan, misalnya melalui
penyaksian proses pengujian.

3.2.12 Laboratorium Pemohon yang digunakan untuk


pengujian produk yang disertifikasi harus
memenuhi persyaratan sebagaimana tercantum
pada angka 3.2.10 huruf a atau huruf b.

3.2.13 Apabila berdasarkan hasil evaluasi tahap 2 (dua)


ditemukan ketidaksesuaian, Pemohon harus
diberi kesempatan untuk melakukan tindakan
perbaikan dalam jangka waktu tertentu sesuai
dengan kebijakan LSPro.

3.2.14 Apabila hasil pengujian dari laboratorium


menunjukkan ketidaksesuaian maka dapat
dilakukan pengujian ulang maksimal satu kali
dengan mengambil contoh ulang dari lini produksi
atau gudang penyimpanan produk.

4. Tinjauan dan keputusan


4.1 Tinjauan
4.1.1 Tinjauan hasil evaluasi dilakukan terhadap
pemenuhan seluruh persyaratan Sertifikasi dan
kesesuaian proses Sertifikasi, mulai dari
pengajuan permohonan Sertifikasi, pelaksanaan
evaluasi tahap 1 (satu) dan evaluasi tahap 2 (dua).

4.1.2 Tinjauan hasil evaluasi dinyatakan dalam bentuk


rekomendasi tertulis tentang pemenuhan SNI
yang diajukan oleh Pemohon untuk produk yang
diajukan untuk disertifikasi.
- 1593 -

4.2 Penetapan keputusan Sertifikasi


4.2.1 Penetapan keputusan Sertifikasi dilakukan
berdasarkan rekomendasi yang dihasilkan dari
proses tinjauan.

4.2.2 Penetapan keputusan Sertifikasi harus dilakukan


oleh 1 (satu) orang atau sekelompok orang yang
tidak terlibat dalam proses evaluasi.

4.2.3 Penetapan keputusan Sertifikasi dapat dilakukan


oleh 1 (satu) orang atau sekelompok orang yang
sama dengan yang melakukan tinjauan.

4.2.4 Rekomendasi untuk keputusan Sertifikasi


berdasarkan hasil tinjauan harus
didokumentasikan, kecuali tinjauan dan
keputusan Sertifikasi diselesaikan secara
bersamaan oleh orang atau sekelompok orang
yang sama.

4.2.5 LSPro harus memberitahu secara tertulis kepada


Pemohon terkait menunda atau tidak memberikan
keputusan Sertifikasi, dan harus menyampaikan
alasan keputusan tersebut.

4.2.6 Apabila Pemohon menunjukkan keinginan untuk


melanjutkan proses Sertifikasi setelah LSPro
memutuskan tidak memberikan Sertifikasi,
Pemohon dapat menyampaikan permohonan
untuk melanjutkan proses Sertifikasi.

4.2.7 Permohonan melanjutkan proses Sertifikasi harus


disampaikan oleh Pemohon kepada LSPro secara
tertulis paling lambat 1 (satu) bulan setelah
pemberitahuan keputusan tidak memberikan
Sertifikasi diterbitkan oleh LSPro. Proses
- 1594 -

Sertifikasi dapat dimulai kembali dari evaluasi


tahap 2 (dua).

4.3 Bukti kesesuaian


4.3.1 Bukti kesesuaian berupa sertifikat kesesuaian
yang diterbitkan oleh LSPro. LSPro menerbitkan
sertifikat kesesuaian kepada Pemohon yang telah
memenuhi persyaratan Sertifikasi. Sertifikat
kesesuaian berlaku selama 4 (empat) tahun
setelah diterbitkan.

4.3.2 Sertifikat kesesuaian terhadap persyaratan SNI


paling sedikit harus memuat:
1. nomor sertifikat atau identifikasi unik
lainnya;
2. nomor atau identifikasi lain dari skema
Sertifikasi;
3. nama dan alamat LSPro;
4. nama dan alamat Pemohon (pemegang
sertifikat);
5. nomor atau identifikasi lain yang mengacu ke
perjanjian Sertifikasi;
6. pernyataan kesesuaian yang mencakup:
a. jenis/tipe/varian produk sesuai
peraturan kategori pangan yang berlaku;
b. jenis kemasan produk yang disertifikasi;
c. merek produk yang disertifikasi;
d. SNI yang menjadi dasar Sertifikasi; dan
e. nama dan alamat lokasi produksi.
7. status akreditasi atau pengakuan LSPro;
8. tanggal penerbitan sertifikat dan masa
berlakunya, serta riwayat sertifikat; dan
9. tanda tangan yang mengikat secara hukum
dari personel yang bertindak atas nama
LSPro sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
- 1595 -

E Pemeliharaan Sertifikasi
1 Pengawasan oleh LSPro
Pengawasan oleh LSPro dilakukan melalui kegiatan
seurveilans. LSPro harus melaksanakan kunjungan surveilans
paling sedikit 2 (dua) kali dalam periode Sertifikasi, dengan
jarak antar evaluasi paling lama 12 (dua belas) bulan.
Kunjungan surveilans dilakukan melalui kegiatan evaluasi
berupa audit dan pengujian.

2 Sertifikasi ulang
2.1 LSPro harus melaksanakan Sertifikasi ulang paling
lambat 6 (enam) bulan sebelum masa berlaku sertifikat
berakhir.

2.2 Pelaksanaan Sertifikasi ulang dilakukan sesuai dengan


tahapan pada prosedur administratif.

2.3 Apabila tidak ada perubahan yang signifikan terkait


produk dan proses produksi sesuai dengan hasil audit
terakhir, maka LSPro dapat tidak melakukan evaluasi
tahap 1 (satu).

2.4 Apabila berdasarkan hasil Sertifikasi ulang ditemukan


ketidaksesuaian, Pemohon harus diberi kesempatan
untuk melakukan tindakan perbaikan dalam jangka
waktu tertentu sesuai dengan kebijakan LSPro.

F Evaluasi khusus
LSPro dapat melaksanakan evaluasi khusus dalam rangka audit
perluasan lingkup maupun tindak lanjut (investigasi) atas keluhan
atau informasi yang ada. Evaluasi khusus dalam rangka
investigasi keluhan atau informasi yang ada dilakukan oleh
auditor yang memiliki kompetensi untuk melakukan investigasi
dan terbatas pada permasalahan yang ada, serta dilakukan dalam
waktu yang singkat dari diperolehnya keluhan atau informasi.
- 1596 -

Tahapan evaluasi khusus dalam rangka perluasan lingkup


dilakukan sesuai dengan tahapan prosedur administratif namun
terbatas pada perluasan lingkup yang diajukan. Evaluasi terhadap
perluasan lingkup Sertifikasi dapat dilakukan terpisah maupun
bersamaan dengan surveilans.

G Ketentuan pengurangan, pembekuan, dan pencabutan Sertifikasi


1 Pengurangan lingkup Sertifikasi
Pemohon dapat mengajukan pengurangan lingkup Sertifikasi
selama periode Sertifikasi.

2 Pembekuan dan pencabutan Sertifikasi


2.1 LSPro dapat membekukan Sertifikasi apabila Pemohon:
a. tidak mampu memperbaiki ketidaksesuaian yang
diterbitkan oleh LSPro pada saat surveilans
dan/atau saat evaluasi khusus; atau
b. menyampaikan permintaan pembekuan Sertifikasi
kepada LSPro.

2.2 LSPro harus membatasi periode pembekuan Sertifikasi


paling lama 6 (enam) bulan.

2.3 LSPro dapat melakukan pencabutan Sertifikasi apabila


Pemohon:
a. tidak mampu memperbaiki ketidaksesuaian yang
mengakibatkan pembekuan Sertifikasi melebihi
batas waktu yang ditentukan; atau
b. menyampaikan permintaan pencabutan Sertifikasi
kepada LSPro.

2.4 LSPro dapat mempertimbangkan pembekuan atau


pencabutan Sertifikasi, atau tindakan lainnya yang
disebabkan oleh faktor lainnya dengan
mempertimbangkan risiko yang ditemukan.
- 1597 -

H Keluhan dan banding


LSPro harus mengembangkan aturan penanganan keluhan dan
banding dengan mempertimbangkan kompetensi dan imparsialitas
pelaksanaan penanganan keluhan dan banding.

I Informasi publik
LSPro harus memublikasikan informasi kepada publik sesuai
persyaratan ISO/IEC 17065 termasuk informasi pelanggan yang
disertifikasi, dibekukan dan dicabut. Informasi publik terkait
informasi pelanggan yang disertifikasi, dibekukan dan dicabut
tersebut juga harus disampaikan melalui Aplikasi Barang Ber-SNI
(BangBeni) https://bangbeni.bsn.go.id.

J Kondisi khusus
Dalam hal ditemukan situasi yang tidak memungkinkan
penerapan persyaratan tertentu dalam Sertifikasi ini, maka akan
ditetapkan kebijakan BSN dengan mempertimbangkan masukan
dari KAN dan para pemangku kepentingan lainnya.

K Penggunaan Tanda SNI


1 Penggunaan tanda SNI dilakukan setelah mendapatkan
persetujuan penggunaan tanda SNI melalui Surat Persetujuan
Penggunaan Tanda (SPPT) SNI yang dikeluarkan oleh BSN
sesuai dengan ketentuan dalam Peraturan BSN yang
mengatur mengenai tata cara penggunaan tanda SNI dan
tanda kesesuaian berbasis SNI.

2 Permohonan persetujuan penggunaan tanda SNI diajukan


kepada BSN disertai dengan dokumen persyaratan yang
diatur dalam Peraturan BSN mengenai tata cara penggunaan
tanda SNI dan tanda kesesuaian berbasis SNI.

3 Tanda SNI sebagai bukti kesesuaian produk yang telah


memenuhi SNI adalah sebagai berikut:
- 1598 -

Dengan ukuran:

Keterangan:
y = 11x
r = 0,5x

L Tahapan kritis proses produksi produk kedelai goreng


Tahapan kritis
No. Penjelasan tahapan kritis
proses produksi
1. Pemilihan bahan Bahan baku, bahan tambahan
baku, bahan pangan dan bahan kemasan harus
tambahan pangan memenuhi persyaratan yang
dan bahan kemasan ditetapkan atau peraturan terkait
yang berlaku
2. Proses produksi Proses produksi dilakukan dengan
metode tertentu yang dikendalikan
dan memperhatikan kesesuaian
proses, termasuk kondisi
lingkungan kerja, kompetensi SDM,
peralatan produksi dan alat
-1599-

Tahapan kritis
No. Penjelasan tahapan kritis
proses produksi
pemantauan sesuai persyafatan
yang ditetapkan

3. Pengendalicin mutu Pengendalian mutu produk


dilakukan dengan metode tertentu
yang dikendalikan, untuk
memastikan produk sesuai dengan
persj'aratan mutu dan keamanan
yang ditetapkan
4. Pengemasan Pengemasan produk dilakukan
dengan metode tertentu yang
dikendalikan sesuai dengan
persyaratan SNI dan peraturan
terkait yang berlaku
5. Penandaan Penandaan dilakukan sesuai

dengan persyaratan SNI dan


peraturan terkait yang berlaku
Keterangan: Urutan tahapan kritis proses produksi disetiap
pemohon dapat berbeda

KEPALA BADAN STANDARDISASI NASIONAL

REPUBLIK INDONESIA,

TTD

BAMBANG PRASETYA

Salman sesuai dengan aslinya


Kcpala/ spaya Manusia, Organisasi, dan Hukum

^ Margahayu
- 1600 -

LAMPIRAN CI
PERATURAN BADAN STANDARDISASI NASIONAL
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 1 TAHUN 2020
TENTANG
SKEMA PENILAIAN KESESUAIAN TERHADAP STANDAR
NASIONAL INDONESIA SEKTOR MAKANAN DAN MINUMAN

PETUNJUK TEKNIS SKEMA SERTIFIKASI PRODUK SAUS TEREMULSI

A Ruang lingkup
Dokumen ini berlaku untuk acuan pelaksanaan Sertifikasi produk
saus, gravis, dan dressing yang berbasis emulsi minyak atau lemak
dalam air seperti mayones, saladdressing, saus tar tar, French
dressing dan sandwich spread.

B Persyaratan acuan
Persyaratan acuan Sertifikasi produk saus teremulsi mencakup:
1. SNI produk saus teremulsi sebagaimana ditetapkan dalam
Keputusan Kepala Badan Standardisasi Nasional mengenai
daftar SNI sektor Makanan dan Minuman;
2. SNI dan standar lain yang diacu dalam SNI sebagaimana
dimaksud dalam angka 1;
3. Peraturan yang mengatur tentang label dan iklan pangan;
4. Peraturan yang mengatur tentang cara produksi pangan
olahan yang baik (Good Manufacturing Practices);
5. Peraturan yang mengatur tentang kemasan pangan;
6. Peraturan yang mengatur tentang bahan tambahan pangan;
7. Penerapan Cara Produksi Pangan Olahan yang Baik (CPPOB),
Sistem Manajemen Mutu (SMM) berdasarkan SNI ISO 9001,
Sistem Manajemen Mutu Keamanan Pangan (SMKP)
berdasarkan SNI ISO 22000 atau HACCP berdasarkan SNI
CAC/RCP 1; dan
8. Peraturan lain yang terkait produk saus teremulsi.
- 1601 -

C Jenis kegiatan penilaian kesesuaian


Sertifikasi produk saus teremulsi dilakukan oleh LPK yang telah
diakreditasi oleh KAN berdasarkan SNI ISO/IEC 17065, Penilaian
Kesesuaian – Persyaratan untuk Lembaga Sertifikasi Produk,
Proses, dan Jasa, untuk lingkup produk saus teremulsi.
Dalam hal LPK belum ada yang diakreditasi KAN untuk melakukan
kegiatan Sertifikasi dengan ruang lingkup produk saus teremulsi,
BSN dapat menunjuk LPK dengan lingkup yang sejenis sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

D Prosedur administrasi
1. Pengajuan permohonan Sertifikasi
1.1 LSPro harus menyusun format permohonan Sertifikasi
bagi pelaku usaha untuk mendapatkan seluruh
informasi seperti pada huruf D angka 1.3.

1.2 Pengajuan permohonan Sertifikasi dilakukan oleh pelaku


usaha. Kriteria pelaku usaha yang dapat mengajukan
Sertifikasi sesuai Peraturan BSN yang mengatur
mengenai tata cara penggunaan tanda SNI dan tanda
kesesuaian berbasis SNI.

1.3 Permohonan Sertifikasi harus dilengkapi dengan:


a. informasi Pemohon:
1. nama Pemohon, alamat Pemohon, serta nama
dan kedudukan atau jabatan personel yang
bertanggung jawab atas pengajuan permohonan
Sertifikasi;
2. bukti pemenuhan persyaratan izin usaha sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan;
3. bukti izin edar produk sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan;
4. bukti kepemilikan atas merek atau tanda daftar
yang dikeluarkan oleh Kementerian Hukum dan
Hak Asasi Manusia;
- 1602 -

5. apabila Pemohon melakukan pembuatan


produk dengan merek yang dimiliki oleh pihak
lain, menyertakan bukti perjanjian yang
mengikat secara hukum untuk melakukan
pembuatan produk untuk pihak lain;
6. apabila Pemohon bertindak sebagai pemilik
merek yang mensubkontrakkan proses
produksinya kepada pihak lain, menyertakan
bukti kepemilikan merek dan perjanjian
subkontrak pelaksanaan produksi dengan
pihak lain;
7. apabila Pemohon bertindak sebagai perwakilan
resmi pemilik merek yang berkedudukan
hukum di luar negeri, menyertakan bukti
perjanjian yang mengikat secara hukum
tentang penunjukan sebagai perwakilan resmi
pemilik merek di wilayah Republik Indonesia;
8. pernyataan bahwa Pemohon bertanggung jawab
penuh atas pemenuhan persyaratan SNI dan
pemenuhan persyaratan proses Sertifikasi,
serta bersedia memberikan akses terhadap
lokasi dan/atau informasi yang diperlukan oleh
LSPro dalam melaksanakan kegiatan Sertifikasi.
b. informasi produk:
1. merek produk yang diajukan untuk
disertifikasi;
2. jenis/tipe/varian produk yang diajukan untuk
disertifikasi;
3. spesifikasi produk setiap merek yang diajukan
untuk disertifikasi;
4. SNI yang digunakan sebagai dasar pengajuan
permohonan Sertifikasi,
5. daftar bahan baku termasuk bahan tambahan
pangan;
6. label produk;
7. jenis kemasan produk;
- 1603 -

8. foto produk dalam kemasan primer yang


diajukan untuk disertifikasi (dari arah depan,
belakang dan samping), serta informasi terkait
kemasan primer produk;
9. apabila ada, foto kemasan sekunder dan tersier
produk yang diajukan untuk disertifikasi, dari
arah depan, belakang, dan samping.
c. informasi proses produksi:
1. nama, alamat, dan legalitas hukum pabrik
(apabila berbeda dengan legalitas Pemohon);
2. nama dan alamat fasilitas produksi mencakup
semua fasilitas yang digunakan untuk
memproduksi produk yang akan disertifikasi
(misal gudang bahan baku, produksi,
pengemasan produk, pengangkutan produk
jadi, gudang produk jadi dan lainnya) termasuk
kegiatan yang dialihdayakan;
3. struktur organisasi;
4. dokumentasi tentang desain dan tata letak
proses produksi serta proses pembuatan
produk yang diajukan untuk disertifikasi;
5. dokumentasi terkait proses dan pengendalian
produksi;
6. dokumentasi tentang peralatan produksi dan
pengukuran termasuk program
kalibrasi/verifikasi peralatan;
7. apabila telah tersedia, menyertakan sertifikat
penerapan Sistem Manajemen Mutu
berdasarkan SNI ISO 9001 atau Sistem
Manajemen Keamanan Pangan berdasarkan SNI
ISO 22000 atau HACCP berdasarkan SNI
CAC/RCP 1 dari lembaga Sertifikasi yang
diakreditasi oleh KAN atau oleh badan
akreditasi penandatangan International
Accreditation Forum (IAF)/Asia Pacific
Accreditation Cooperation (APAC) Multilateral
- 1604 -

Recognition Agreement (MLA) dengan ruang


lingkup yang sesuai.

2. Seleksi
2.1 Tinjauan permohonan Sertifikasi
2.1.1 LSPro harus memastikan bahwa informasi yang
diperoleh dari permohonan Sertifikasi yang
diajukan oleh Pemohon telah lengkap dan
memenuhi persyaratan, serta dapat memastikan
kemampuan LSPro untuk menindaklanjuti
permohonan Sertifikasi.

2.1.2 Tinjauan permohonan Sertifikasi harus dilakukan


oleh personel yang memiliki kompetensi sesuai
dengan lingkup permohonan Sertifikasi.

2.2 Penandatanganan perjanjian Sertifikasi


Setelah permohonan Sertifikasi dinyatakan lengkap dan
memenuhi persyaratan serta Pemohon menyetujui
persyaratan dan prosedur Sertifikasi yang ditetapkan
oleh LSPro, dilakukan penandatanganan perjanjian
Sertifikasi oleh Pemohon dan LSPro.

2.3 Penyusunan rencana evaluasi


2.3.1 Berdasarkan informasi yang diperoleh dari
persyaratan permohonan Sertifikasi yang
disampaikan oleh Pemohon, LSPro menetapkan
rencana evaluasi yang mencakup:
a. tujuan, waktu, durasi, lokasi pelaksanaan,
tim, metode, dan agenda evaluasi proses
produksi dan CPPOB atau sistem manajemen
yang relevan dengan pelaksanaan proses
produksi produk yang diajukan untuk
disertifikasi;
b. jenis/tipe/varian produk yang diajukan
untuk disertifikasi dan metode pengambilan
contoh sesuai dengan persyaratan SNI yang
- 1605 -

diperlukan untuk pengujian produk, yang


mewakili contoh produk yang diusulkan
untuk disertifikasi;
c. informasi SNI yang digunakan sebagai dasar
Sertifikasi berdasarkan permohonan yang
diajukan oleh Pemohon; dan
d. waktu yang diperlukan untuk pelaksanaan
pengujian berdasarkan standar acuan
metode uji yang dipersyaratkan.

2.3.2 Rencana evaluasi harus mempertimbangkan


kesesuaian produksi yang dilakukan oleh pabrik
sesuai lingkup produk yang diajukan untuk
disertifikasi.

2.3.3 Pelaksanaan evaluasi dilakukan oleh auditor atau


tim audit yang memiliki kriteria kompetensi
sebagai berikut:
1. Pengetahuan tentang prinsip, praktik dan
teknik audit;
2. Pengetahuan tentang proses dan prosedur
Sertifikasi yang ditetapkan oleh LSPro;
3. Pengetahuan tentang standar sistem
manajemen:
a. SNI ISO 9001 tentang sistem manajemen
mutu,
b. SNI ISO 22000 tentang sistem
manajemen mutu keamanan pangan,
c. SNI CAC/RCP 1 tentang rekomendasi
nasional kode praktis – prinsip umum
higiene pangan, dan/atau
d. Cara Produksi Pangan Olahan yang Baik
(CPPOB);

Catatan: sesuai yang diterapkan oleh


pemohon Sertifikasi.
4. Pengetahuan yang dibuktikan dengan
sertifikat, tentang SNI produk saus teremulsi;
- 1606 -

5. Pengetahuan yang dibuktikan dengan


sertifikat dan/atau pengalaman tentang
sektor bisnis produk saus teremulsi; dan
6. Pengetahuan tentang produk, proses dan
organisasi pemohon Sertifikasi.

3. Determinasi
Determinasi mencakup 2 (dua) tahap evaluasi, yaitu evaluasi
tahap 1 (satu) dan evaluasi tahap 2 (dua).

3.1 Pelaksanaan evaluasi tahap 1 (satu)


3.1.1 Pada evaluasi tahap 1 (satu) dilakukan
pemeriksaan awal terhadap kesesuaian informasi
produk dan proses produksi yang disampaikan
Pemohon pada huruf D angka 1.3 terhadap
lingkup produk yang ditetapkan dalam SNI dan
peraturan terkait.

3.1.2 Apabila hasil evaluasi tahap 1 (satu)


menunjukkan ketidaksesuaian terhadap
persyaratan, Pemohon harus diberi kesempatan
untuk melakukan tindakan perbaikan dalam
jangka waktu tertentu sesuai dengan kebijakan
LSPro.

3.2 Pelaksanaan evaluasi tahap 2 (dua)


3.2.1 Evaluasi tahap 2 (dua) dilaksanakan melalui audit
proses produksi dan CPPOB atau sistem
manajemen yang relevan serta pengujian produk.

3.2.2 Audit proses produksi dan CPPOB atau sistem


manajemen yang relevan dilakukan pada saat
pabrik melakukan produksi produk yang diajukan
atau pada kondisi tertentu dilakukan melalui
simulasi proses produksi produk yang diajukan
untuk disertifikasi.
- 1607 -

3.2.3 Audit dilakukan dengan metode audit yang


merupakan kombinasi dari audit dokumen dan
rekaman, wawancara, observasi, demonstrasi,
atau metode audit lainnya.

3.2.4 Audit dilakukan terhadap:


a. tanggung jawab dan komitmen personel
penanggung jawab pabrik terhadap
konsistensi pemenuhan produk terhadap
persyaratan SNI;
b. ketersediaan dan pengendalian prosedur dan
rekaman pengendalian mutu, termasuk
pengujian rutin;
c. fasilitas, lokasi, desain dan tata letak,
bangunan, sanitasi peralatan, sanitasi ruang
proses, dan higiene personel sesuai dengan
ketentuan yang berlaku tentang CPPOB;
d. tahapan kritis proses produksi, mulai dari
bahan baku sampai produk akhir sekurang-
kurangnya pada tahapan sebagaimana
diuraikan dalam huruf L;
e. kelengkapan serta fungsi peralatan produksi
termasuk peralatan pengendalian mutu;
f. bukti verifikasi berdasarkan hasil kalibrasi
atau hasil verifikasi peralatan produksi
sebagaimana disebutkan pada huruf e yang
membuktikan bahwa peralatan tersebut
memenuhi persyaratan produksi. Hasil
verifikasi peralatan produksi dapat
ditunjukkan dengan prosedur yang
diperlukan untuk mencapai kondisi atau
persyaratan yang ditetapkan;
g. bukti tera atau tera ulang alat pengukur
berat produk dalam kemasan akhir;
h. pengendalian dan penanganan produk yang
tidak sesuai; dan
- 1608 -

i. pengemasan, penanganan, dan penyimpanan


produk, termasuk di gudang akhir produk
yang siap diedarkan.

3.2.5 Apabila Pemohon telah menerapkan dan


mendapatkan sertifikat SMKP berdasarkan SNI
ISO 22000 atau HACCP berdasarkan SNI
CAC/RCP 1 dari lembaga Sertifikasi yang
diakreditasi oleh KAN atau oleh badan akreditasi
penandatangan IAF/APAC MLA dengan ruang
lingkup yang sesuai, maka inspeksi pabrik atau
asesmen proses produksi dilakukan terhadap
implementasi sistem manajemen terkait mutu
produk tersebut dan angka 3.2.4 huruf d sampai
dengan huruf i.

3.2.6 Apabila Pemohon telah menerapkan dan


mendapatkan sertifikat SMM berdasarkan SNI ISO
9001 dari lembaga Sertifikasi yang diakreditasi
oleh KAN atau oleh badan akreditasi
penandatangan IAF/APAC MLA dengan ruang
lingkup yang sesuai, maka inspeksi pabrik atau
asesmen proses produksi dilakukan terhadap
implementasi sistem manajemen terkait mutu
produk tersebut dan angka 3.2.4 huruf c sampai
dengan huruf i.

3.2.7 Apabila Pemohon hanya melakukan kegiatan


pengemasan produk akhir, maka audit pada
angka 3.2.4 tidak berlaku, namun LSPro harus
memastikan kesesuaian terhadap:
a. produk yang akan dikemas sesuai
persyaratan SNI, yang dibuktikan melalui
pemenuhan hasil uji yang diterbitkan oleh
laboratorium pihak ketiga yang diakreditasi
oleh KAN atau badan akreditasi
penandatangan IAF/APAC MLA secara
- 1609 -

periodik setiap batch dan mencakup seluruh


pemasok;
b. tahapan proses di pemasok yang dibuktikan
melalui penyertaan sertifikat CPPOB, sistem
manajemen atau sertifikat Pemeriksaan
Sarana dan Bangunan (PSB) yang dimiliki
oleh pemasok; dan
c. tahapan kritis proses produksi sebagaimana
diuraikan dalam huruf L, yang dibuktikan
melalui audit proses produksi pada seluruh
kegiatan yang dikendalikan oleh Pemohon.

3.2.8 Pengambilan contoh produk dilakukan saat audit


proses produksi berdasarkan persyaratan dalam
SNI. Pengambilan contoh produk untuk pengujian
dilakukan oleh personel kompeten yang
ditugaskan oleh LSPro. Contoh produk diambil
dari lini produksi atau gudang penyimpanan
produk.

3.2.9 Contoh produk diambil sesuai dengan kebutuhan


pengujian yang mewakili merek yang diajukan
untuk disertifikasi.
Catatan: merek dapat mewakili merek lainnya
apabila memiliki spesifikasi yang sama.

3.2.10 Pengujian dilakukan di laboratorium yang telah


menerapkan ISO/IEC 17025 untuk lingkup
produk yang disertifikasi. Penerapan ISO/IEC
17025 dapat dibuktikan melalui:
a. akreditasi oleh KAN;
b. akreditasi oleh badan akreditasi
penandatangan saling pengakuan dalam
forum APAC dan International Laboratory
Accreditation Cooperation (ILAC); atau
c. penilaian yang dilakukan oleh LSPro
terhadap laboratorium.
- 1610 -

3.2.11 Apabila pengujian dilakukan di laboratorium


Pemohon, maka LSPro harus memastikan
kesesuaian kompetensi dan imparsialitas proses
pengujian yang dilakukan, misalnya melalui
penyaksian proses pengujian.

3.2.12 Laboratorium Pemohon yang digunakan untuk


pengujian produk yang disertifikasi harus
memenuhi persyaratan sebagaimana tercantum
pada angka 3.2.10 huruf a atau huruf b.

3.2.13 Apabila berdasarkan hasil evaluasi tahap 2 (dua)


ditemukan ketidaksesuaian, Pemohon harus
diberi kesempatan untuk melakukan tindakan
perbaikan dalam jangka waktu tertentu sesuai
dengan kebijakan LSPro.

3.2.14 Apabila hasil pengujian dari laboratorium


menunjukkan ketidaksesuaian maka dapat
dilakukan pengujian ulang maksimal satu kali
dengan mengambil contoh ulang dari lini produksi
atau gudang penyimpanan produk.

4. Tinjauan dan keputusan


4.1 Tinjauan
4.1.1 Tinjauan hasil evaluasi dilakukan terhadap
pemenuhan seluruh persyaratan Sertifikasi dan
kesesuaian proses Sertifikasi, mulai dari
pengajuan permohonan Sertifikasi, pelaksanaan
evaluasi tahap 1 (satu) dan evaluasi tahap 2 (dua).

4.1.2 Tinjauan hasil evaluasi dinyatakan dalam bentuk


rekomendasi tertulis tentang pemenuhan SNI
yang diajukan oleh Pemohon untuk produk yang
diajukan untuk disertifikasi.
- 1611 -

4.2 Penetapan keputusan Sertifikasi


4.2.1 Penetapan keputusan Sertifikasi dilakukan
berdasarkan rekomendasi yang dihasilkan dari
proses tinjauan.

4.2.2 Penetapan keputusan Sertifikasi harus dilakukan


oleh 1 (satu) orang atau sekelompok orang yang
tidak terlibat dalam proses evaluasi.

4.2.3 Penetapan keputusan Sertifikasi dapat dilakukan


oleh 1 (satu) orang atau sekelompok orang yang
sama dengan yang melakukan tinjauan.

4.2.4 Rekomendasi untuk keputusan Sertifikasi


berdasarkan hasil tinjauan harus
didokumentasikan, kecuali tinjauan dan
keputusan Sertifikasi diselesaikan secara
bersamaan oleh orang atau sekelompok orang
yang sama.

4.2.5 LSPro harus memberitahu secara tertulis kepada


Pemohon terkait menunda atau tidak memberikan
keputusan Sertifikasi, dan harus menyampaikan
alasan keputusan tersebut.

4.2.6 Apabila Pemohon menunjukkan keinginan untuk


melanjutkan proses Sertifikasi setelah LSPro
memutuskan tidak memberikan Sertifikasi,
Pemohon dapat menyampaikan permohonan
untuk melanjutkan proses Sertifikasi.

4.2.7 Permohonan melanjutkan proses Sertifikasi harus


disampaikan oleh Pemohon kepada LSPro secara
tertulis paling lambat 1 (satu) bulan setelah
pemberitahuan keputusan tidak memberikan
Sertifikasi diterbitkan oleh LSPro. Proses
- 1612 -

Sertifikasi dapat dimulai kembali dari evaluasi


tahap 2 (dua).

4.3 Bukti kesesuaian


4.3.1 Bukti kesesuaian berupa sertifikat kesesuaian
yang diterbitkan oleh LSPro. LSPro menerbitkan
sertifikat kesesuaian kepada Pemohon yang telah
memenuhi persyaratan Sertifikasi. Sertifikat
kesesuaian berlaku selama 4 (empat) tahun
setelah diterbitkan.

4.3.2 Sertifikat kesesuaian terhadap persyaratan SNI


paling sedikit harus memuat:
1. nomor sertifikat atau identifikasi unik
lainnya;
2. nomor atau identifikasi lain dari skema
Sertifikasi;
3. nama dan alamat LSPro;
4. nama dan alamat Pemohon (pemegang
sertifikat);
5. nomor atau identifikasi lain yang mengacu ke
perjanjian Sertifikasi;
6. pernyataan kesesuaian yang mencakup:
a. jenis/tipe/varian produk sesuai
peraturan kategori pangan yang berlaku;
b. jenis kemasan produk yang disertifikasi;
c. merek produk yang disertifikasi;
d. SNI yang menjadi dasar Sertifikasi; dan
e. nama dan alamat lokasi produksi.
7. status akreditasi atau pengakuan LSPro;
8. tanggal penerbitan sertifikat dan masa
berlakunya, serta riwayat sertifikat; dan
9. tanda tangan yang mengikat secara hukum
dari personel yang bertindak atas nama
LSPro sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
- 1613 -

E Pemeliharaan Sertifikasi
1 Pengawasan oleh LSPro
Pengawasan oleh LSPro dilakukan melalui kegiatan
surveilans. LSPro harus melaksanakan kunjungan surveilans
paling sedikit 2 (dua) kali dalam periode Sertifikasi, dengan
jarak antar evaluasi paling lama 12 (dua belas) bulan.
Kunjungan surveilans dilakukan melalui kegiatan evaluasi
berupa audit dan pengujian.

2 Sertifikasi ulang
2.1 LSPro harus melaksanakan Sertifikasi ulang paling
lambat 6 (enam) bulan sebelum masa berlaku sertifikat
berakhir.

2.2 Pelaksanaan Sertifikasi ulang dilakukan sesuai dengan


tahapan pada prosedur administratif.

2.3 Apabila tidak ada perubahan yang signifikan terkait


produk dan proses produksi sesuai dengan hasil audit
terakhir, maka LSPro dapat tidak melakukan evaluasi
tahap 1 (satu).

2.4 Apabila berdasarkan hasil Sertifikasi ulang ditemukan


ketidaksesuaian, Pemohon harus diberi kesempatan
untuk melakukan tindakan perbaikan dalam jangka
waktu tertentu sesuai dengan kebijakan LSPro.

F Evaluasi khusus
LSPro dapat melaksanakan evaluasi khusus dalam rangka audit
perluasan lingkup maupun tindak lanjut (investigasi) atas keluhan
atau informasi yang ada. Evaluasi khusus dalam rangka
investigasi keluhan atau informasi yang ada dilakukan oleh
auditor yang memiliki kompetensi untuk melakukan investigasi
dan terbatas pada permasalahan yang ada, serta dilakukan dalam
waktu yang singkat dari diperolehnya keluhan atau informasi.
- 1614 -

Tahapan evaluasi khusus dalam rangka perluasan lingkup


dilakukan sesuai dengan tahapan prosedur administratif namun
terbatas pada perluasan lingkup yang diajukan. Evaluasi terhadap
perluasan lingkup Sertifikasi dapat dilakukan terpisah maupun
bersamaan dengan surveilans.

G Ketentuan pengurangan, pembekuan, dan pencabutan Sertifikasi


1 Pengurangan lingkup Sertifikasi
Pemohon dapat mengajukan pengurangan lingkup Sertifikasi
selama periode Sertifikasi.

2 Pembekuan dan pencabutan Sertifikasi


2.1 LSPro dapat membekukan Sertifikasi apabila Pemohon:
a. tidak mampu memperbaiki ketidaksesuaian yang
diterbitkan oleh LSPro pada saat surveilans
dan/atau saat evaluasi khusus; atau
b. menyampaikan permintaan pembekuan Sertifikasi
kepada LSPro.

2.2 LSPro harus membatasi periode pembekuan Sertifikasi


paling lama 6 (enam) bulan.

2.3 LSPro dapat melakukan pencabutan Sertifikasi apabila


Pemohon:
a. tidak mampu memperbaiki ketidaksesuaian yang
mengakibatkan pembekuan Sertifikasi melebihi
batas waktu yang ditentukan; atau
b. menyampaikan permintaan pencabutan Sertifikasi
kepada LSPro.

2.4 LSPro dapat mempertimbangkan pembekuan atau


pencabutan Sertifikasi, atau tindakan lainnya yang
disebabkan oleh faktor lainnya dengan
mempertimbangkan risiko yang ditemukan.
- 1615 -

H Keluhan dan banding


LSPro harus mengembangkan aturan penanganan keluhan dan
banding dengan mempertimbangkan kompetensi dan imparsialitas
pelaksanaan penanganan keluhan dan banding.

I Informasi publik
LSPro harus memublikasikan informasi kepada publik sesuai
persyaratan ISO/IEC 17065 termasuk informasi pelanggan yang
disertifikasi, dibekukan dan dicabut. Informasi publik terkait
informasi pelanggan yang disertifikasi, dibekukan dan dicabut
tersebut juga harus disampaikan melalui Aplikasi Barang Ber-SNI
(BangBeni) https://bangbeni.bsn.go.id.

J Kondisi khusus
Dalam hal ditemukan situasi yang tidak memungkinkan
penerapan persyaratan tertentu dalam Sertifikasi ini, maka akan
ditetapkan kebijakan BSN dengan mempertimbangkan masukan
dari KAN dan para pemangku kepentingan lainnya.

K Penggunaan Tanda SNI


1 Penggunaan tanda SNI dilakukan setelah mendapatkan
persetujuan penggunaan tanda SNI melalui Surat Persetujuan
Penggunaan Tanda (SPPT) SNI yang dikeluarkan oleh BSN
sesuai dengan ketentuan dalam Peraturan BSN yang
mengatur mengenai tata cara penggunaan tanda SNI dan
tanda kesesuaian berbasis SNI.

2 Permohonan persetujuan penggunaan tanda SNI diajukan


kepada BSN disertai dengan dokumen persyaratan yang
diatur dalam Peraturan BSN mengenai tata cara penggunaan
tanda SNI dan tanda kesesuaian berbasis SNI.

3 Tanda SNI sebagai bukti kesesuaian produk yang telah


memenuhi SNI adalah sebagai berikut:
- 1616 -

Dengan ukuran:

Keterangan:
y = 11x
r = 0,5x

L Tahapan kritis proses produksi produk saus teremulsi

Tahapan kritis proses


No. Penjelasan tahapan kritis
produksi
1. Pemilihan bahan baku, Bahan baku, bahan tambahan
bahan tambahan pangan dan bahan kemasan
pangan dan bahan harus memenuhi persyaratan
kemasan yang ditetapkan atau peraturan
terkait yang berlaku
2. Proses produksi Proses produksi dilakukan
dengan metode tertentu yang
dikendalikan dan memperhatikan
kesesuaian proses, termasuk
kondisi lingkungan kerja,
kompetensi SDM, peralatan
-1617-

Tahapan kritis proses


No. Penjelasan tahapan kritis.
produksi
produksi dan alat pemantauan
sesuai persyaratan yang
ditetapkan
3. Pengendalian mutu Pengendalian mutu produk
dilakukan dengan metode
tertentu yang dikendalikan,
untuk memastikan produk
sesuai dengan persyaratan mutu
dan keamanan yang ditetapkan
4. Pengcmasan Pengemasan produk dilakukan
dengan metode tertentu yang
dikendalikan sesuai dengan
persyaratan SNI dan peraturan
terkait yang beiiaku
5. Penandaan Penandaan dilakukan sesuai

dengan persyaratan SNI dan


peraturan terkait yang berlaku
Keterangan; Urutan tahapan kritis proses produksi disetiap
pemohon dapat berbeda

KEPALA BADAN STANDARDISASI NASIONAL

REPUBLIK INDONESIA,

TTD

BAMBANG PRASETYA

43 sesuai dengaii aslinya


Kepa aya Manusia, Organisasi, dan Hukum

Bh

N^ar^ahayu
'NDO

Anda mungkin juga menyukai