Anda di halaman 1dari 120

BADAN STANDARDISASI NASIONAL

BSN^ Alamat: Gedung I BPPT Lantai 9 -14, Jalan M.H. Thamrin No. 8, Jakarta 10340
Telepon :(021)3927422 Faksimite :(021) 3927527 Hotline ;(021)3917300
Situs http://www.bsn.go.ld email: bsn@bsn.go.id

Nomor : % /BSN/B2-b2/01/2019 Jakarta, Ip Januari2019


Lampiran : 14(enpat belas) berkas
Hal : Penyampaian Keputusan
Kepala Badan Standardisasi Nasional

Yang terhormat,
Sekretaris Badan Penelitian dan Pengembangan,
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
di Jakarta

Dengan hormat,

Bersama ini kami sampaikan:

1. Keputusan Kepala Badan Standardisasi Nasional Nomor 455/KEP/BSN/12/2018 tentang


Penetapan Standar Nasional Indonesia 6807:2018 Metode Uji Retensivitas Air dalam Campuran
Graut untuk Beton Agregat Praletak di Laboratorium sebagai Revisi dari Standar Nasional
Indonesia 03-6807-2002 Metode Pengujian Kemampuan Mempertahankan Air pada Campuran
Graut untuk Beton Agregat Praletak di Laboratorium;
2. Keputusan Kepala Badan Standardisasi Nasional Nomor 456/KEP/BSN/12/2018 tentang
Penetapan Standar Nasional Indonesia 6813:2018 Tata Cara Pembuatan Silinder dan Prisma Uji
untuk Menentukan Kekuatan dan Densitas Beton Agregat Praletak di LaboratoriLim sebagai
Revisi dari Standar Nasional Indonsia 03-6813-2002 Tata Cara Pembuatan Silinder dan Prisma
Uji untuk Menentukan Kekuatan dan Densitas Beton Agregat Praletak di Laboratorium;
3. Keputusan Kepala Badan Standardisasi Nasional Nomor 457/KEP/BSN/12/2018 tentang
Penetapan Standar Nasional Indonesia 8496:2018 Metode Uji Klorida Larut-Air pada Mortar dan
Beton;
4. Keputusan Kepala Badan Standardisasi Nasional Nomor 463/KEP/BSN/12/2018 tentang
Penetapan Standar Nasional Indonesia 8639:2018 Hidrometri - Acoustic Doppler Profiler ~
Metode dan Penerapan Pengukuran Aliran pada Saluran Terbuka;
5. Keputusan Kepala Badan Standardisasi Nasional Nomor 464/KEP/BSN/12/2018 tentang
Penetapan Standar Nasional Indonesia 8640:2018 Spesifikasi Bata Ringan untuk Pasangan
Dinding;
6. Keputusan Kepala Badan Standardisasi Nasional Nomor 465/KEP/BSN/12/2018 tentang
Penetapan Standar Nasional Indonesia 2461:2018 Spesifikasi untuk Agregat Ringan untuk Beton
Struktural sebagai Revisi dari Standar Nasional Indonesia 2461:2014 Spesifikasi Agregat Ringan
untuk Beton Struktural;
7. Keputusan Kepala Badan Standardisasi Nasional Nomor 478/KEP/BSN/12/2018 tentang
Penetapan Standar Nasional Indonesia 6430-1:2018 Metode Uji Kekuatan Tekan Graut untuk
Beton Agregat Praletak di Laboratorium sebagai Revisi dari Standar Nasional Indonesia
03-6430.1-2000 Metode Pengujian Kuat Tekan Graut untuk Beton dengan Agregat Praletak di
Laboratorium;
8. Keputusan Kepala Badan Standardisasi Nasional Nomor 480/KEP/BSN/12/2018 tentang
Penetapan Standar Nasional Indonesia 2492:2018 Metode Pengambilan dan Pengujian Inti
Beton Hasil Pemboran dan Balok Beton Hasil Pemotongan sebagai Revisi dari Standar Nasional
Indonesia 03-2492-2002 Metode Pengambilan dan Pengujian Beton Inti;
9, Keputusan Kepala Badan Standardisasi Nasional Nomor 481/KEP/BSN/12/2018 tentang
Penetapan Standar Nasional Indonesia 6808:2018 Metode Uji Flow Graut untuk Beton Agregat
Praletak (Metode Kerucut Alir) sebagai Revisi dari Standar Nasional Indonesia 03-6808-2002
Metode Pengujian Kekentalan Graut untuk Beton Agregat Praletak (Metode Pengujian Corong
Alir);
10. Keputusan Kepala Badan Standardisasi Nasional Nomor 484/KEP/BSN/12/2018 tentang
Penetapan Standar Nasional Indonesia 8631:2018 Spesifikasi Lahan Uruk di Tempat
Pemrosesan Akhir Sampah Rumah Tangga dan Sejenis Sampah Rumah Tangga;
BADAN STANDARDISASI NASIONAL
fissO Alamat: Gedung I BPPT Lantai 9 -14, Jalan M.H. Thamrin No. 8, Jakarta 10340
Teiepon :(021)3927422 Faksimile :(021) 3927527 Hotline :(021)3917300
Situs http://www.bsn.go.ld email: bsn@bsn.go.id

11. Keputusan Kepala Badan Standardisasi Nasional Nomor 485/KEP/BSN/12/2018 tentang


Penetapan Standar Nasional Indonesia 8632:2018 Tata cara Perencanaan Teknlk Operaslonal
Pengelolaan Sampah Perkotaan sebagai Revisi dari Standar Nasional Indonesia 19-2454-2002
Tata cara Teknlk Operaslonal Pengelolaan Sampah Perkotaan, dan Standar Nasional Indonesia
19-3983-1995 Spesifikasi Timbulan Sampah untuk Kota Kecil dan Sedang di Indonesia;
12. Keputusan Kepala Badan Standardisasi Nasional Nomor 487/KEP/BSN/12/2018 tentang
Penetapan Standar Nasional Indonesia 8607:2018 Spesifikasi Laburan Aspal (Buras);
13. Keputusan Kepala Badan Standardisasi Nasional Nomor 493/KEP/BSN/12/2018 tentang
Penetapan Standar Nasional Indonesia 3962:2018 Cara Uji Distribusi Ukuran Partikel Sedimen
secara Gravimetri dengan Ayakan sebagai Revisi darl Standar Nasional Indonesia 03-3962-1995
Metode Pengujian Distribusi Partikel Sedimen secara Gravimetri dengan Ayakan; dan
14. Keputusan Kepala Badan Standardisasi Nasional Nomor 494/KEP/BSN/12/2018 tentang
Penetapan Standar Nasional Indonesia 6795:2018 Metode Uji untuk Menentukan Tanah
Ekspansif sebagai Revisi dari Standar Nasional Indonesia 03-6795-2002 Metode Pengujian
Menentukan Tanah Ekspansif;
untuk dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.

Atas perhatian dan kerjasamanya, kami meng^apkan terima kasih.


O t

\J^pala Biro Sumber Daya Manusia. Organisasi


^«Hukum.

iryana Margahayiy(^

Tembusan:
1. Sekretaris Utama, BSN
2. Direktur Sistem Penerapan Standar dan Penilaian Kesesuaian, BSN
3. Direktur Akreditasi Lembaga Inspeksi dan Lembaga Sertifikasi, BSN
4. Direktur Pengembangan Standar Agro, Kimia, Kesehatan dan Halal, BSN
5. Direktur Pengembangan Standar Mekanika, Energi Elektronika, Transportasi, dan Teknologi
Informasi, BSN
6. Direktur Pengembangan Standar Infrastruktur, Penilaian Kesesuaian, Personal, dan Ekonomi
Kreatif, BSN
7. Kepala Biro Hubungan Masyarakat. Kerjasama, dan Layanan Informasi, BSN
8. Kepala Pusat Data dan Sistem Informasi, BSN
BSN
BADAN STANDARDISASI NASIONAL

KEPUTUSAN KEPALA BADAN STANDARDISASI NASIONAL


NOMOR 463/KEP/BSN/ 12/2018
TENTANG

PENETAPAN STANDAR NASIONAL INDONESIA


8639:2018 HIDROMETRI - ACOUSTIC DOPPLER PROFILER - METODE
DAN PENERAPAN PENGUKURAN ALIRAN PADA SALURAN TERBUKA

KEPALA BADAN STANDARDISASI NASIONAL,

: a. bahwa untuk memenuhi kepentingan


perlindungan terhadap konsumen, pelaku usaha,
tenaga kerja, masyarakat lainnya,
mengembangkan tumbuhnya persaingan yang
sehat, keselamatan, keamanan, kesehatan, dan
kelestarian fungsi lingkungan hidup, Rancangan
Akhir Standar Nasional Indonesia yang disusun
oleh Komite Teknis perlu ditetapkan menjadi
Standar Nasional Indonesia;
b. bahwa Rancangan Akhir Standar Nasional
Indonesia sebagaimana dimaksud dalam huruf a,
telah dikonsensuskan dan dinyatakan memenuhi
persyaratan untuk ditetapkan menjadi Standar
Nasional Indonesia;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana
dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu
menetapkan Keputusan Kepala Badan
Standardisasi Nasional tentang Penetapan
Standar Nasional Indonesia 8639:2018
Hidrometri - Acoustic Doppler Profiler ~ Metode
dan penerapan pengukuran aliran pada saluran
terbuka;
BADAN STANDARDISASl NASIONAL

Mengingat 1. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2014 tentang


Standardisasi Penilaian Kesesuaian

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun


2014 Nomor 216, Tambahan Lembaran Negara
Nomor 5584);
2. Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2018
tentang Sistem Standardisasi dan Penilaian
Kesesuaian Nasional (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2018 Nomor 110 Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
6225);
3. Peraturan Presiden Nomor 4 Tahun 2018 tentang
Badan Standardisasi Nasional (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2018 Nomor 10);
4. Peraturan Badan Standardisasi Nasional Nomor 3
Tahun 2018 tentang Pedoman Pengembangan
Standar Nasional Indonesia (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2018 Nomor 578);

Memperhatikan ; Surat Sekretaris Badan Penelitian dan


Pengembangan, Kementerian Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat, Nomor: Um.01.11-L5/133
tanggal 10 April 2018 perihal Usulan Penetapan
Rancangan SNI Bidang Bahan Konstruksi Bangunan
dan Rekayasa Sipil menjadi SNI;

li\SK SNI Ttafigal 3 Janiari 20l<ftSK.U t:.20l8nc«_SNI «r.39.30i8.iJoc


BSN
BADAN STANDARDISASI NASIONAL

- 3-

MEMUTUSKAN:

Menetapkan KEPUTUSAN KEPALA BADAN STANDARDISASI


NASIONAL TENTANG PENETAPAN STANDAR
NASIONAL INDONESIA 8639:2018 HIDROMETRI -

ACOUSTIC DOPPLER PROFILER - METODE DAN


PENERAPAN PENGUKURAN ALIRAN PADA SALURAN
TERBUICA.

KESATU Menetapkan Standar Nasional Indonesia (SNI)


8639:2018 Hidrometri - Acoustic Doppler Profiler -
Metode dan penerapan pengukuran aliran pada
saluran terbuka.

KEDUA SNI 8639:2018 Hidrometri - Acoustic Doppler Profiler


- Metode dan penerapan pengukuran aliran pada
saluran terbuka sebagaimana dimaksud pada
Diktum KESATU merupakan adopsi identik dari
International Organization for
Standardization/Technical Report (ISO/TR)
24578:2012, Hydrometry Acoustic Doppler profiler -
Method and applicatio7i for jneasurement of flow in
open channels.

KETIGA Keputusan Kepala Badan ini mulai berlaku pada


tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 31 Desember 2018
KEPALA BADAN STANDARDISASI NASIONAL,

BAMBANG PRASETYA

{;aK SNI Tuaggal J Januan 201i«SK_lU2.iUt»pew.SNI 8639,2u|k


“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional, copy standar ini dibuat untuk Sub Komite Teknis 91-01-S1 Bidang Sumber Daya Air, dan tidak untuk dikomersialkan”
SNI 8639:2018
ISO/TR 24578:2012

Standar Nasional Indonesia

Hidrometri - Acoustic Doppler Profiler - Metode dan


penerapan pengukuran aliran pada saluran terbuka
Hydrometry - Acoustic Doppler profiler - Method and
application for measurement of flow in open channels
(ISO/TR 24578:2012, IDT)

ICS 93.140; 17.120.20 Badan Standardisasi Nasional


“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional, copy standar ini dibuat untuk Sub Komite Teknis 91-01-S1 Bidang Sumber Daya Air, dan tidak untuk dikomersialkan”
© ISO/TR 2012 – All rights reserved
© BSN 2018 untuk kepentingan adopsi standar © ISO/TR menjadi SNI – Semua hak dilindungi

Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian


atau seluruh isi dokumen ini dengan cara dan dalam bentuk apapun serta dilarang
mendistribusikan dokumen ini baik secara elektronik maupun tercetak tanpa izin tertulis BSN

BSN
Email: dokinfo@bsn.go.id
www.bsn.go.id

Diterbitkan di Jakarta
“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional, copy standar ini dibuat untuk Sub Komite Teknis 91-01-S1 Bidang Sumber Daya Air, dan tidak untuk dikomersialkan”
SNI 8639:2018
ISO/TR 24578:2012

Daftar isi

Daftar isi..................................................................................................................................... i
Prakata .................................................................................................................................... iii
1 Ruang Lingkup ................................................................................................................1
2 Acuan normatif ................................................................................................................1
3 Istilah dan definisi ............................................................................................................1
4 Petunjuk pelaksanaan .....................................................................................................5
4.1 Umum .................................................................................................................................5
4.2 prinsip kerja Doppler pada objek yang bergerak ................................................................9
4.2.1 Kecepatan suara dalam air ............................................................................................11
4.3 Teknik pengoperasian Accoustic Doppler ........................................................................13
4.3.1 Umum ............................................................................................................................13
4.3.2 Pulsa tidak koheren .......................................................................................................13
4.3.3 pulsa ke pulsa koheren .................................................................................................13
4.3.4 Penyebaran spektrum (Broadband)...............................................................................15
4.3.5 Pertimbangan operasional .............................................................................................15
4.3.6 Pengumpulan data dekat perbatasan ............................................................................19
4.4 Teknik pengamatan pergerakan .......................................................................................25
4.4.1 Pelacakan bagian bawah (Bottom tracking ) .................................................................25
4.4.2 Sistem Navigasi Satelit Diferensial ................................................................................27
4.4.3 Operasi tidak bergerak ..................................................................................................27
5 Prinsip metode pengukuran ..............................................................................................29
5.1 Cara pemulihan data ........................................................................................................29
5.2 Pemeliharaan....................................................................................................................29
5.3 Pelatihan ...........................................................................................................................29
5.4 Penentuan aliran menggunakan ADCP terpasang secara vertikal ...................................31
5.4.1 Terpasang di kapal ........................................................................................................33
5.4.2 Pemasangan tertambat pada tali penarik ......................................................................33
5.4.3 Pemasangan tertambat dari jalur kabel .........................................................................35
5.4.4 Pemasangan tertambat dari jembatan...........................................................................35
5.4.5 Pemasangan tertambat pada kapal dengan pengendali jarak jauh...............................35
5.4.6 Mode perekam otomatis ................................................................................................35
5.5 Proses pengukuran debit ..................................................................................................37
5.5.1 Uji instrumen ..................................................................................................................37
5.5.1.1 Uji Simpangan (beam-alignment Test) .......................................................................37
5.5.1.2 Pemeriksaan instrumen secara berkala .....................................................................37
5.5.2 Prosedur pra-pengukuran ..............................................................................................39
5.5.3 Prosedur pra-pengukuran ..............................................................................................39
5.5.4 Parameter konfigurasi..................................................................................................43
5.5.5 Tes pergerakan dasar....................................................................................................45
5.5.5.1 Metode ........................................................................................................................45
5.5.5.2 Metode tidak bergerak ................................................................................................47
5.5.5.3 Metode loop ................................................................................................................47
5.5.5.4 Metode azimut ............................................................................................................49
5.5.5.5 Pertimbangan umum ..................................................................................................49
5.5.6 Prosedur pengukuran debit ...........................................................................................51
5.5.7 Jarak tepian ...................................................................................................................53
5.5.8 Jumlah transek ..............................................................................................................53
5.5.9 Pemilihan lokasi pengukuran .........................................................................................53
5.5.10 Berkenaan dengan pergerakan dasar .........................................................................55
5.5.10.1 Pendahuluan.............................................................................................................55
5.5.10.2 Metode section-by-section ........................................................................................55
5.5.10.3 Metode koreksi loop..................................................................................................55
© BSN 2018 i
“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional, copy standar ini dibuat untuk Sub Komite Teknis 91-01-S1 Bidang Sumber Daya Air, dan tidak untuk dikomersialkan”
SNI 8639:2018
ISO/TR 24578:2012

5.5.10.4 Metode koreksi subsection ...................................................................................... 59


5.5.10.5 Metode azimut ......................................................................................................... 59
5.5.11 Laju kapal.................................................................................................................... 61
5.5.12 Pengukuran kedalaman pada tempat pengukuran dengan konsentrasi sedimen
tinggi ............................................................................................................................. 61
5.5.13 Jalur kapal................................................................................................................... 63
5.5.14 Kebutuhan pasca-pengukuran .................................................................................... 63
5.6 Metode section-by-section ............................................................................................... 65
5.7 Peralatan penunjang ........................................................................................................ 65
6 Pemilihan lokasi pengukuran untuk penggunaan ADCP yang terpasang secara
vertikal .......................................................................................................................... 65
6.1 Umum .............................................................................................................................. 65
6.2 Kriteria tambahan dalam pemilihan lokasi pengukuran ................................................... 67
7 Perhitungan pengukuran................................................................................................... 69
7.1 Pemasangan ADCP secara vertikal ................................................................................. 69
7.2 Peninjauan kembali pengukuran ...................................................................................... 71
8 Ketidakpastian .................................................................................................................. 75
8.1 Umum .............................................................................................................................. 75
8.2 Definisi ketidaktentuan ..................................................................................................... 75
8.3 Ketidakpastian dalam pengukuran ADCP – Pertimbangan umum .................................. 77
8.4 Sumber ketidakpastian .................................................................................................... 77
8.5 Mengurangi ketidakpastian .............................................................................................. 79
Lampiran A............................................................................................................................. 81
Lampiran B............................................................................................................................. 87
Lampiran C ............................................................................................................................ 93
Lampiran D ............................................................................................................................ 95
Lampiran E............................................................................................................................. 99
Lampiran F ………………………………………………………………………………………… 103

Bibliografi ............................................................................................................................. 105

© BSN 2018 ii
“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional, copy standar ini dibuat untuk Sub Komite Teknis 91-01-S1 Bidang Sumber Daya Air, dan tidak untuk dikomersialkan”
SNI 8639:2018
ISO/TR 24578:2012

Prakata

Rancangan Standar Nasional Indonesia (RSNI) tentang Hidrometri - Acoustic Doppler


Profiler - Metode dan penerapan pengukuran aliran pada saluran terbuka merupakan adopsi
identik dari ISO/TR 24578:2012, Hydrometry - Acoustic Doppler profiler - Method and
application for measurement of flow in open channels.

Rancangan SNI ini menjelaskan penggunaan ADCP yang terpasang di kapal untuk
pengukuran pada sungai. Penggunaan ADCP secara khusus harus tetap mengacu pada
spesifikasi alat yang digunakan dan atau referensi lain mengenai batasan-batasan
penggunaan ADCP.

Standar ini disusun oleh Komite Teknis (91-01) Bahan Konstruksi Bangunan dan Rekayasa
Sipil pada Subkomite Teknis (91-01/S1) Sumber Daya Air melalui Gugus Kerja Balai Litbang
Rawa, Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air, Kementerian Pekerjaan
Umum dan Perumahan Rakyat.

Tata cara penulisan disusun mengikuti Peraturan Kepala BSN Nomor 4 Tahun 2016 tentang
Pedoman Penulisan Standar Nasional Indonesia (SNI) dan Peraturan Badan Standardisasi
Nasional Nomor 2 Tahun 2018 tentang Pedoman Adopsi Standar dan Publikasi Internasional
menjadi Standar Nasional Indonesia, dan dibahas pada Rapat Gugus Kerja tanggal 18 -19
Mei 2017 di Bali dengan melibatkan para narasumber, pakar, dan instansi terkait. serta telah
dibahas dalam forum Rapat Konsensus pada tanggal 6 November 2017. Forum rapat konsensus ini
dihadiri oleh wakil dari produsen, konsumen, asosiasi, lembaga penelitian, perguruan tinggi dan
instansi pemerintah terkait.

Perlu diperhatikan bahwa kemungkinan beberapa unsur dari dokumen standar ini dapat berupa hak
paten. Badan Standardisasi Nasional tidak bertanggung jawab untuk pengidentifikasian salah satu
atau seluruh hak paten yang ada.

© BSN 2018 iii


“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional, copy standar ini dibuat untuk Sub Komite Teknis 91-01-S1 Bidang Sumber Daya Air, dan tidak untuk dikomersialkan”
“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional, copy standar ini dibuat untuk Sub Komite Teknis 91-01-S1 Bidang Sumber Daya Air, dan tidak untuk dikomersialkan”
SNI 8639:2018
ISO/TR 24578:2012

Hidrometri - Acoustic Doppler Profiler - Metode dan penerapan pengukuran


aliran pada saluran terbuka

1 Ruang Lingkup

Standar ini mencakup tata cara penggunaan acoustic Doppler current profilers (ADCP) yang
terpasang di kapal untuk menentukan debit aliran pada saluran terbuka. Standar ini
menggambarkan sejumlah metode pengoperasian alat ADCP dalam menentukan kecepatan
dan arah arus serta debit pada saluran terbuka atau sungai. Pada beberapa kasus,
pengukuran ini dilakukan untuk menentukan hubungan tinggi muka air dari stasiun
pengukuran, standar ini dapat diterapkan hanya untuk penetapan satu debit.
Istilah ADCP telah diadopsi sebagai istilah umum untuk teknologi yang diproduksi oleh
berbagai perusahaan di dunia. Teknologi ini juga disebut Acoustic Doppler Velocity Profilers
(ADVP) atau Acoustic Doppler Profilers (ADP). ADCP dapat digunakan untuk mengukur
berbagai parameter, seperti arus atau aliran sungai, kecepatan air, batimetri dan perkiraan
konsentrasi sedimen dari pantulan akustik. Standar ini bersifat umum dan tidak berisi
perincian operasional khusus, baik untuk merek maupun model ADCP tertentu. Oleh karena
itu, untuk penerapan standar ini secara efektif, penting bagi para pengguna terbiasa dengan
terminologi dan fungsi dari peralatan ADCP yang dipakai.

2 Acuan normatif

Dokumen referensi berikut sangat diperlukan untuk penerapan dokumen ini. Untuk referensi
bertanggal, hanya berlaku edisi yang dikutip. Untuk referensi tidak bertanggal, berlaku
dokumen referensi edisi terakhir (termasuk amandemen apa pun).

ISO 772, Hydrometry — Vocabulary and symbols

3 Istilah dan definisi

Untuk tujuan dokumen ini, istilah dan definisi diberikan dalam ISO 772 dan hal berikut
berlaku.

3.1
kedalaman ADCP/ kedalaman transduser
kedalaman transduser ADCP diukur dari titik pusat sampai permukaan air, elevasi muka air
harus diikat pada peilskal lokasi pos duga air.

CATATAN Kedalaman ADCP dapat diukur secara manual ataupun menggunakan transduser
bertekanan otomatis.

3.2
bin/ lapisan kedalaman (depth cell)
volume air berbentuk kerucut terpotong pada jarak dan orientasi yang diketahui dari
transduser

© BSN 2018 1 dari 107


“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional, copy standar ini dibuat untuk Sub Komite Teknis 91-01-S1 Bidang Sumber Daya Air, dan tidak untuk dikomersialkan”
SNI 8639:2018
ISO/TR 24578:2012

Hydrometry - Acoustic Doppler profiler - Method and application for


measurement of flow in open channels

1 Scope
This Technical Report deals with the use of boat-mounted acoustic Doppler current profilers
(ADCPs) for determining flow in open channels without ice cover. It describes a number of
methods of deploying ADCPs to determine flow. Although, in some cases, these
measurements are intended to determine the stage-discharge relationship of a gauging
station, this Technical Report deals only with single determination of discharge.
The term ADCP has been adopted as a generic term for a technology that is manufactured
by various companies worldwide. They are also called acoustic Doppler velocity profilers
(ADVPs) or acoustic Doppler profilers (ADPs). ADCPs can be used to measure a variety of
parameters, such as current or stream flow, water velocity fields, channel bathymetry and
estimation of sediment concentration from acoustic backscatter. This Technical Report is
generic in form and contains no operational details specific to particular ADCP makes and
models. Accordingly, to use this document effectively, it is essential that users are familiar
with the terminology and functions of their own ADCP equipment.

2 Normative references
The following referenced documents are indispensable for the application of this document.
For dated references, only the edition cited applies. For undated references, the latest edition
of the referenced document (including any amendments) applies.

ISO 772, Hydrometry — Vocabulary and symbols

3 Terms and definitions

For the purpose of this document, the terms and definitions given in ISO 772 and the
following apply

3.1
ADCP depth
transducer depth
depth of the ADCP transducers below the water surface during deployment measured from
the centre point of the transducer to the water surface

NOTE The ADCP depth may be measured either manually or by using an automatic pressure
transducer.

3.2
bin
depth cell
truncated cone-shaped volume of water at a known distance and orientation from the
transducers

© BSN 2018 2 dari 107


“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional, copy standar ini dibuat untuk Sub Komite Teknis 91-01-S1 Bidang Sumber Daya Air, dan tidak untuk dikomersialkan”
SNI 8639:2018
ISO/TR 24578:2012

CATATAN ADCP memperkirakan kecepatan pada setiap sel dengan menggunakan skema rata-
rata pembobot, dengan memperhitungkan air yang tidak hanya berada di dalam bin itu sendiri, tetapi
juga pada dua bin yang berdekatan.

3.3
blank
blanking distance
jarak yang dilalui oleh sinyal ketika getaran dari transduser selama transmisi mencegah
transduser menerima sinyal yang bergema atau sinyal kembali

CATATAN 1 Ini adalah jarak seketika di bawah transduser ADCP ketika tidak ada pengukuran yang
diambil.
CATATAN 2 Jarak sebaiknya serendah mungkin tetapi harus berhati-hati agar jangan mengambil
jarak terlalu pendek untuk menghindari kontaminasi oleh bunyi atau dari simpangan gangguan aliran.

3.4
bottom tracking
metode dimana pengukuran kecepatan kapal diukur bersamaan dengan pengukuran
kecepatan air, yang memungkinkan sistem untuk memperbaiki pergerakan kapal
CATATAN Metode akustik ini digunakan untuk mengukur laju kapal dan arahnya dengan
menghitung pergeseran Doppler menggunakan pantulan suara dari dasar sungai terhadap ADCP

3.5
mode penyimpanan data
mode waktu nyata/waktu pasti (real-time) tempat ADCP dapat menyimpan data
CATATAN Mode penyimpanan data otomatis dapat digunakan, tetapi tidak direkomendasikan.

3.6
Pemasangan
ADCP diposisikan untuk mengambil data dan menggerakkan instrumen sepanjang
penampang untuk merekam data

CATATAN Perekaman biasanya termasuk beberapa (pasang) penampang melintang atau melintasi
sungai atau muara.

3.7
metode pemasangan
cara pengoperasian
teknik untuk menggerakkan ADCP menyeberangi anak sungai

CATATAN Digunakan tiga metode pemasangan: kapal berawak; kapal tertambat; atau kapal
dengan pengendali jarak jauh.

3.8
ansambel
profil
kumpulan dari ping

CATATAN 1 Kolom dari bin sejajar ke vertikal (pada pengukuran current meter konvensional)

© BSN 2018 3 dari 107


“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional, copy standar ini dibuat untuk Sub Komite Teknis 91-01-S1 Bidang Sumber Daya Air, dan tidak untuk dikomersialkan”
SNI 8639:2018
ISO/TR 24578:2012

NOTE The ADCP determines an estimated velocity for each cell using a weighted averaging
scheme, which takes account of the water not only in the bin itself but also in the two adjacent bins.

3.3
blank
blanking distance
distance travelled by the signal when the vibration of the transducer during transmission
prevents the transducer from receiving echoes or return signals

NOTE 1 This is the distance immediately below the ACDP transducers in which no measurement is
taken.

NOTE 2 The distance should be the minimum possible. However, care must be taken not to make
the distance too short in order to avoid contamination by ringing or bias by flow disturbance.

3.4
bottom tracking
method whereby the velocity of the bottom is measured together with the water velocity,
allowing the system to correct for the movement of the vessel

NOTE This acoustic method is used to measure boat speed and direction by computing the
Doppler shift of sound reflected from the stream bed relative to the ADCP.

3.5
data retrieval modes
real-time mode in which the ADCP can retrieve data

NOTE A self-contained mode can be used but is not normally recommended.

3.6
deploy
ADCP initialized to collect data and propel the instrument across the section to record data

NOTE A deployment typically includes several (pairs) of transects or traverses across a river or
estuary.

3.7
deployment method
operating mode
technique to propel the ADCP across a watercourse

NOTE Three different deployment methods are used: a manned boat; a tethered boat; or a
remote-controlled boat.

3.8
ensemble
profile
collection of pings

NOTE 1 A column of bins equivalent to a vertical (in conventional current meter gauging).

© BSN 2018 4 dari 107


“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional, copy standar ini dibuat untuk Sub Komite Teknis 91-01-S1 Bidang Sumber Daya Air, dan tidak untuk dikomersialkan”
SNI 8639:2018
ISO/TR 24578:2012

CATATAN 2 Ansambel atau profil dapat mengacu pada pengukuran tunggal kolom air atau ping rata-
rata atau pengukuran profil.

3.9
ping
serangkaian pulsa akustik pada frekuensi yang tertentu yang dikirimkan oleh ADCP

CATATAN Pulsa suara yang dikirim oleh ADCP untuk pengukuran tunggal.

3.10
metode pengambilan data profil
pengaturan ADCP untuk jenis pulsa suara

CATATAN 1 Beberapa jenis peralatan memungkinkan pengaturan dipilih oleh pengguna.


CATATAN 2 Mode yang berbeda dapat digunakan pada berbagai kondisi aliran, misalnya cepat
atau lambat, dalam atau dangkal.

3.11
metode waktu nyata/waktu pasti (real-time)
metode perekaman data ketika ADCP mengirimkan informasi ke komputer pada saat
bersamaan dengan pengumpulan data.
CATATAN ADCP dan komputer dihubungkan (secara fisik atau tanpa kabel) selama pengukuran

3.12
mode penyimpanan data otomatis
mode otonomi
cara penyimpanan data ketika ADCP menyimpan informasi yang dikumpulkan dalam
memorinya sendiri dan kemudian diunduh ke komputer setelah pengukuran
CATATAN Metode ini umumnya tidak digunakan oleh praktisi ADCP dan tidak direkomendasikan
oleh sebagian besar praktisi hidrometri.

3.13
penampang melintang
melewati
satu lintasan menyeberangi anak sungai selama pengoperasian ADCP

CATATAN 1 Dalam mode penyimpanan data otomatis, pengukuran dapat terdiri dari sejumlah
penampang melintang.
CATATAN 2 Dalam mode waktu nyata/waktu pasti (real-time), pengukuran terdiri dari satu
penampang melintang.

4 Petunjuk pelaksanaan
4.1 Umum
Acoustic Doppler Current Profiler (ADCP) merupakan alat pengukur kecepatan arus dan
arahnya sepanjang kolom air secara efisien dan tanpa ada gangguan. Alat ini dapat
menghasilkan profil kecepatan seketika sepanjang kolom air dan hanya beberapa desimeter
bagian permukaan yang terganggu. ADCP bekerja menggunakan prinsip Doppler (lihat 4.2).
ADCP biasanya berupa silinder dengan kepala transduser pada ujungnya (lihat Gambar 1).
Kepala transduser berbentuk cincin yang terdiri atas tiga atau empat transduser akustik
dengan bagian depan menghadap ke arah horizontal dan pada sudut tertentu satu sama
lainnya.

NOTE 2 An ensemble or profile may refer to a single measurement of the water column or an
average of pings or profile measurements.

© BSN 2018 5 dari 107


“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional, copy standar ini dibuat untuk Sub Komite Teknis 91-01-S1 Bidang Sumber Daya Air, dan tidak untuk dikomersialkan”
SNI 8639:2018
ISO/TR 24578:2012

3.9
ping
series of acoustic pulses, of a given frequency, transmitted by an acoustic Doppler current
profiler

NOTE Sound pulses transmitted by the ADCP for a single measurement.

3.10
profiling mode
ADCP settings for type pattern of sound pulses

NOTE 1 Some types of equipment allow settings to be selected by the user.


NOTE 2 Different modes are suitable for different flow regimes, e.g. fast or slow, deep or shallow.

3.11
real-time mode
data retrieval mode in which the ADCP relays information to the operating computer as it
gathers it.

NOTE The ADCP and computer are connected (physically or wireless) throughout the deployment.

3.12
self-contained mode
autonomous mode
data retrieval mode in which the ADCP stores the information it gathers within its own
memory and then downloaded to a computer after deployment.

NOTE This method is generally not used by majority of ADCP practitioners nor recommended by the
majority of hydrometric practitioners.

3.13
transect
pass
one sweep across the watercourse during an ADCP deployment

NOTE 1 In the self-contained mode, a deployment can consist of any number of transects.
NOTE 2 In the real-time mode, a deployment consists of one transect.

4. Principles of operation

4.1 General

The Acoustic Doppler Current Profiler (ADCP) is a device for measuring current velocity and
direction, throughout the water column, in an efficient and non-intrusive manner. It can
produce an instantaneous velocity profile down through the water column while disturbing
only the top few decimetres. ADCPs nominally work using the Doppler principle (see 4.2). An
ADCP is usually a cylinder with a transducer head on the end (see Figure 1). The transducer
head is a ring of three or four acoustic transducers with their faces angled to the horizontal
and at specified angles to each other.

© BSN 2018 6 dari 107


“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional, copy standar ini dibuat untuk Sub Komite Teknis 91-01-S1 Bidang Sumber Daya Air, dan tidak untuk dikomersialkan”
SNI 8639:2018
ISO/TR 24578:2012

Keterangan:

1 bagian depan
2 sisi kiri
3 sisi kanan
4 buritan (bagian belakang)

Gambar 1 – Sketsa yang menggambarkan ADCP dengan empat sensor

Instrumen ini pada awalnya dikembangkan untuk digunakan dalam studi arus laut – dalam
hal mengukur dan menghasilkan profil kecepatan – serta studi oseanografi lainnya.
Semenjak itu dikembangkan pula penggunaannya untuk muara dan sungai. ADCP dapat
dipasang pada kapal atau diikat pada rakit dan digerakkan menyeberangi sungai (lihat
Gambar 2). Rute yang diambil tidak harus lurus atau tegak lurus terhadap tepi sungai.
Instrumen merekam pengukuran kecepatan, kedalaman, dan posisi ketika kapal sedang
bergerak. ADCP juga dapat digunakan untuk mengambil pengukuran pada posisi statis di
suatu penampang melintang sungai. Posisi statis ini serupa dengan vertikal dalam
pengukuran menggunakan current meter konvensional (lihat ISO 748). Bagian ini dapat
diacu sebagai “section-by-section method” (lihat 5.6).

© BSN 2018 7 dari 107


“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional, copy standar ini dibuat untuk Sub Komite Teknis 91-01-S1 Bidang Sumber Daya Air, dan tidak untuk dikomersialkan”
SNI 8639:2018
ISO/TR 24578:2012

Key
1 forward
2 port
3 starboard
4 aft

Figure 1 — Sketch illustrating typical ADCP with four sensors

The instrument was originally developed for use in the study of ocean currents – tracking
them and producing velocity profiles – and other oceanographic work. It has since been
developed for use in estuaries and rivers. An ADCP can be mounted on a boat or a flotation
collar or raft and propelled across a river (see Figure 2). The route taken does not need to be
straight or perpendicular to the bank. The instrument collects measurements of velocity,
depth and position as it goes. The ADCP can also be used to take measurements in fixed
positions across the measurement cross section. These fixed positions are similar to
verticals in conventional current meter gauging (see ISO 748). This is referred to as the
“section-by-section method” (see 5.6).

© BSN 2018 8 dari 107


“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional, copy standar ini dibuat untuk Sub Komite Teknis 91-01-S1 Bidang Sumber Daya Air, dan tidak untuk dikomersialkan”
SNI 8639:2018
ISO/TR 24578:2012

Keterangan :

1 titik awal
2 jalur kapal
3 jalur kapal pada sungai bagian bawah
4 vektor kecepatan aliran
5 titik akhir

Gambar 2 – Sketsa yang menggambarkan prinsip pengoperasian ADCP pada


kapal yang bergerak

4.2 prinsip kerja Doppler pada objek yang bergerak

ADCP menggunakan ultrabunyi/ultrasonik (ultrasound) untuk mengukur kecepatan air


melalui prinsip fisika yang ditemukan oleh Christian Doppler. Pantulan gelombang suara dari
partikel yang bergerak menyebabkan perubahan semu dalam frekuensi terhadap gelombang
suara yang dipantulkan. Perbedaan dalam frekuensi antara gelombang suara yang
dipancarkan dan dipantulkan dikenal sebagai perubahan Doppler.

Perlu diperhatikan bahwa hanya komponen kecepatan yang sejajar arah gelombang suara
yang dapat menghasilkan perubahan Doppler sehingga pergerakan partikel pada sudut yang
tepat ke arah gelombang suara (dengan tidak adanya komponen kecepatan dalam arah
gelombang suara) tidak akan menghasilkan perubahan Doppler.

© BSN 2018 9 dari 107


“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional, copy standar ini dibuat untuk Sub Komite Teknis 91-01-S1 Bidang Sumber Daya Air, dan tidak untuk dikomersialkan”
SNI 8639:2018
ISO/TR 24578:2012

1
4 2

5
3

Key
1 start
2 path of boat
3 path of boat on river bottom
4 flow velocity vectors
5 finish

Figure 2 — Sketch illustrating moving-boat ADCP deployment principles

4.2 Doppler principle applied to moving objects

The ADCP uses ultrasound to measure water velocity using a principle of physics discovered
by Christian Doppler. The reflection of sound-waves from a moving particle causes an
apparent change in frequency to the reflected sound wave. The difference in frequency
between the transmitted and reflected sound wave is known as the Doppler shift.

It should be noted that only components of velocity parallel to the direction of the sound wave
produce a Doppler shift. Thus, particles moving at right angles to the direction of the sound
waves (i.e. with no velocity components in the direction of the sound wave) will not produce a
Doppler shift.

© BSN 2018 10 dari 107


“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional, copy standar ini dibuat untuk Sub Komite Teknis 91-01-S1 Bidang Sumber Daya Air, dan tidak untuk dikomersialkan”
SNI 8639:2018
ISO/TR 24578:2012

Gambar 3 – Pantulan gelombang suara oleh partikel yang bergerak menghasilkan perubahan
semu pada frekuensi gelombang suara tersebut.

Prinsip Doppler terkait dengan perubahan frekuensi terhadap kecepatan relatif dari sumber
(pemantul) dan pengamat. Dalam sebagian besar kasus ADCP, gelombang suara
dipantulkan oleh partikulat atau gelembung udara dalam kolom air dan dipantulkan kembali
ke transduser. Dengan asumsi partikulat bergerak pada kecepatan yang sama seperti air
dan dari perubahan frekuensi ini didapatkan besaran kecepatan dan arahnya. Perlu
diperhatikan bahwa gelembung udara yang berlebihan dapat menyebabkan distorsi atau
kehilangan sinyal yang dipantulkan. Lebih lanjut, gelembung udara secara alami muncul dan
oleh karena itu kemungkinan besar tidak akan mempengaruhi besaran dan arah yang
didapatkan.

4.2.1 Kecepatan suara dalam air

Kecepatan terukur secara langsung berhubungan dengan kecepatan suara dalam air. Laju
suara bervariasi secara signifikan dengan perubahan pada tekanan, suhu air, salinitas, dan
konsentrasi sedimen, tetapi paling sensitif pada perubahan suhu air. Sebagian besar
pabrikan sistem ADCP mengukur suhu air di dekat bagian muka transduser dan menghitung
faktor koreksi untuk perubahan suhu dalam kecepatan suara. ADCP yang tidak memiliki
fasilitas kompensasi suhu sebaiknya dihindari.

Jika instrumen akan digunakan dalam air dengan salinitas yang bervariasi, perangkat lunak
yang digunakan dalam mengambil data harus memiliki fasilitas untuk mengoreksi salinitas.

Gambar 4 – Kecepatan suara sebagai fungsi dari suhu pada level salinitas yang berbeda (panel
kiri) dan salinitas pada level suhu yang berbeda (panel kanan)

© BSN 2018 11 dari 107


“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional, copy standar ini dibuat untuk Sub Komite Teknis 91-01-S1 Bidang Sumber Daya Air, dan tidak untuk dikomersialkan”
SNI 8639:2018
ISO/TR 24578:2012

Figure 3 — Reflection of sound-waves by a moving particle results in an apparent


change in the frequency of those sound waves

Doppler’s principle relates the change in frequency to the relative velocities of the source
(reflector) and the observer. In the case of most ADCPs, the transmitted sound is reflected
off particulates or air bubbles in the water column and reflected back to the transducer. It is
assumed that the particulates move at the same velocity as the water and from this the
frequency shift can be translated to a velocity magnitude and direction. It should be noted,
however, that excessive air bubbles can cause distortion in, or loss of, the returned signal.
Furthermore, air bubbles naturally rise and therefore are likely not to be travelling in a
representative magnitude and direction.

4.2.1. Speed of sound in water

The calculated velocity is directly related to the speed of sound in the water. The speed of
sound varies significantly with changes in pressure, water temperature, salinity and sediment
concentration, but is most sensitive to changes water temperature. Most manufacturers of
ADCP systems measure water temperature near the transducer faces and apply correction
factors to allow for temperature related differences in the speed of sound. ADCPs that do not
have temperature compensation facilities should be avoided.

If the instrument is to be used in waters of varying salinity, the software used to collect data
should have the facility to correct for salinity.

Figure 4 — Sound speed as a function of temperature at different salinity levels (left


panel) and salinity at different temperature levels (right panel)

© BSN 2018 12 dari 107


“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional, copy standar ini dibuat untuk Sub Komite Teknis 91-01-S1 Bidang Sumber Daya Air, dan tidak untuk dikomersialkan”
SNI 8639:2018
ISO/TR 24578:2012

Gambar 4 menunjukkan efek suhu dan salinitas pada kecepatan suara. Dengan aturan
umum yang berlaku adalah:
- perubahan suhu sebesar 5° merupakan hasil perubahan kecepatan suara sebesar 1%,
- perubahan salinitas sebesar 12 ppt (parts per thousand) merupakan hasil perubahan
kecepatan suara sebesar 1%; air tawar adalah 0 ppt dan air laut berada pada sekitar 30
sampai 35 ppt), dan
- kisaran penuh dari level suhu dan salinitas yang tipikal (-2 sampai 40°C dan 0 sampai 40
ppt) memberikan kisaran kecepatan suara sebesar 1.400 sampai 1.570 m/s (perubahan
total sebesar 11%).

4.3 Teknik pengoperasian Accoustic Doppler

4.3.1 Umum

Semua ADCP dapat dimasukkan ke dalam satu dari tiga kategori umum, berdasarkan
metode pengukuran Doppler dibuat:
- pulsa yang tidak koheren (termasuk narrowband);
- pulsa ke pulsa koheren;
- penyebaran spektrum atau broadband.
Referensi sebaiknya dibuat pada panduan instrumen untuk menentukan jenis instrumen
yang sedang digunakan.

4.3.2 Pulsa tidak koheren

Doppler yang inkoheren/tidak seragam memancarkan pulsa suara tunggal, relatif panjang,
dan mengukur pergeseran Doppler yang digunakan untuk menghitung kecepatan partikel
sepanjang jalur sinar akustik. Pengukuran kecepatan dibuat dengan menggunakan proses
tidak seragam yang sangat kuat dengan rentang kecepatan besar walaupun mereka memiliki
ketidakpastian jangka pendek yang relatif tinggi (ping tunggal). Untuk mengurangi
ketidakpastian, beberapa pulsa dikirimkan dalam jangka waktu pendek (sekitar 9 sampai 20
per detik), yang kemudian dirata-ratakan sebelum ditentukan sebagai kecepatan.
“Narrowband” digunakan untuk menggambarkan ADCP pulsa ke pulsa tidak seragam. Pada
ADCP narrowband, hanya satu pulsa yang dikirimkan ke dalam air per sinar per pengukuran
(ping), dan resolusi pergeseran Doppler harus terjadi selama durasi penerimaan pulsa. Pulsa
akustik narrowband adalah gelombang monokromatis sederhana dan dapat diproses dengan
segera.

4.3.3 Pulsa ke pulsa koheren


Sistem Doppler koheren/seragam adalah yang paling akurat dari ketiga kategori yang ada
walaupun terdapat keterbatasan yang cukup signifikan. Sistem seragam memancarkan satu
pulsa yang relatif pendek, merekam sinyal kembali, kemudian mengirimkan pulsa pendek
kedua saat pemantulan pulsa pertama tidak lagi dapat terdeteksi. Instrumen mengukur
perbedaan fase antara dua pantulan dan menggunakannya untuk menghitung pergeseran
Doppler. Pengukuran kecepatan yang dibuat menggunakan pemrosesan seragam sangat
teliti (ketidakpastian jangka pendek yang rendah), tetapi mereka memiliki keterbatasan yang
cukup signifikan. Pemrosesan seragam hanya akan bekerja dalam kisaran kedalaman
terbatas dan dengan keterbatasan kecepatan maksimum secara cukup berarti. Jika
keterbatasan ini terlampaui, data kecepatan dari sistem Doppler yang seragam tidak akan
akurat.

© BSN 2018 13 dari 107


“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional, copy standar ini dibuat untuk Sub Komite Teknis 91-01-S1 Bidang Sumber Daya Air, dan tidak untuk dikomersialkan”
SNI 8639:2018
ISO/TR 24578:2012

Figure 4 indicates the effect of temperature and salinity on the speed of sound. As a general
rule,

— a temperature change of 5 °C results in a sound speed change of 1 %,

— a salinity change of 12 ppt (parts per thousand) results in a change in sound speed of
1 %; freshwater is 0 ppt and seawater is in the region of 30 to 35 ppt), and

— the full range of typical temperature and salinity levels (2 to 40 °C and 0 to 40 ppt) gives
a sound speed range of 1 400 to 1 570 m/s (total change of 11 %).

4.3 Acoustic Doppler operating techniques

4.3.1. General

All ADCPs fit into one of three general categories, based upon the method by which the
Doppler measurements are made:

— pulse incoherent (including narrowband);

— pulse-to-pulse coherent;

— spread spectrum or broadband.

Reference should be made to the instrument manual to determine the type of instrument
being used.

4.3.2. Pulse incoherent

An incoherent Doppler transmits a single, relatively long, pulse of sound and measures the
Doppler shift, which is used to calculate the velocity of the particles along the path of the
acoustic beam. The velocity measurements made using incoherent processing are very
robust over a large velocity range, although they have a relatively high short-term (single
ping) uncertainty. To reduce the uncertainty, multiple pulses are transmitted over a short time
period (typically 9 to 20 per second), these are then averaged before reporting a velocity.
“Narrowband” is used in the industry to describe a pulse-to-pulse incoherent ADCP. In a
narrowband ADCP, only one pulse is transmitted into the water per beam per measurement
(ping), and the resolution of the Doppler shift must take place during the duration of the
received pulse. The narrowband acoustic pulse is a simple monochromatic wave and can be
processed quickly.

4.3.3. Pulse-to-pulse coherent

Coherent Doppler systems are the most accurate of the three, although they have significant
range limitations. Coherent systems transmit one, relatively short, pulse, record the return
signal, then transmit a second short pulse when the return from the first pulse is no longer
detectable. The instrument measures the phase difference between the two returns and uses
this to calculate the Doppler shift. Velocity measurements made using coherent processing
are very precise (low short-term uncertainties), but they have significant limitations. Coherent
processing will work only in limited depth ranges and with a significantly limited maximum
velocity. If these limitations are exceeded, velocity data from a coherent Doppler system are
effectively meaningless.

© BSN 2018 14 dari 107


“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional, copy standar ini dibuat untuk Sub Komite Teknis 91-01-S1 Bidang Sumber Daya Air, dan tidak untuk dikomersialkan”
SNI 8639:2018
ISO/TR 24578:2012

4.3.4 Penyebaran spektrum (Broadband)

Seperti sistem koheren/seragam, Doppler broadband mengirimkan dua pulsa dan melihat
perubahan fase pada pantulan pulsa yang berturut-turut. Bagaimanapun, dengan sistem
broadband, kedua pulsa akustik berada dalam kisaran profil pada waktu yang sama. Pulsa
akustik broadband bersifat kompleks, memiliki kode yang ditumpangkan pada gelombang.
Kode ditanamkan pada gelombang dengan membalikkan fasa dan menciptakan kode
pseudo-random dalam gelombang. Kode pseudo-random memungkinkan sejumlah contoh
independen diambil dari ping tunggal. Karena kompleksnya pulsa, pemrosesan menjadi lebih
lambat daripada sistem pita pendek; bagaimanapun, banyak bagian contoh independen
yang diperoleh dari setiap ping.

Ketidakpastian jangka pendek dari pengukuran kecepatan menggunakan pemrosesan


broadband adalah diantara sistem yang koheren dan tidak koheren. Sistem broadband
mampu untuk mengukur selama rentang kecepatan yang luas daripada sistem koheren;
walaupun jika rentang ini terlampaui, maka data kecepatan akan menjadi tidak akurat.
Keakuratan dan rentang kecepatan maksimum dari sistem broadband adalah fungsi dari
konfigurasi pemrosesan teliti yang digunakan.

Walaupun sistem ini dapat menyediakan data kecepatan sangat akurat pada situasi tertentu,
pemrosesan koheren bukanlah alat yang praktis sebagai aplikasi menggambarkan profil
yang paling baru. Pemrosesan tidak koheren dan broadband adalah teknik pemrosesan
utama yang digunakan pada ADCP untuk pengaplikasian di lapangan.

4.3.5 Pertimbangan operasional

Berdasarkan blanking distance, ADCP membagi lagi kolom air yang sedang diambil
contohnya oleh setiap sinar ke sel kedalaman mulai dari 0,01 m sampai 1 m atau lebih
(Gambar 5). Kecepatan radial dengan pembobot-pusat diukur untuk setiap sel kedalaman
pada setiap sinar. Dengan hasil ini dan menggunakan hubungan trigonometri, kecepatan air
3-dimensi dihitung dan ditentukan ke sel kedalaman yang diberikan dalam kolom air.
Walaupun sejalan dengan profil kecepatan yang diperoleh dari titik meter kecepatan, semua
daerah yang dapat diukur pada kolom air diambil contohnya oleh ADCP.

4.3.4. Spread spectrum (broadband)

Like coherent systems, broadband Dopplers transmit two pulses and look at the phase
change of the return from successive pulses. However, with broadband systems, both
acoustic pulses are within the profiling range at the same time. The broadband acoustic

© BSN 2018 15 dari 107


“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional, copy standar ini dibuat untuk Sub Komite Teknis 91-01-S1 Bidang Sumber Daya Air, dan tidak untuk dikomersialkan”
SNI 8639:2018
ISO/TR 24578:2012

pulse is complex; it has a code superimposed on the waveform. The code is imposed on the
wave form by reversing the phase and creating a pseudo-random code within the wave form.
This pseudo-random code allows a number of independent samples to be collected from a
single ping. Due to the complexity of the pulse, the processing is slower than in a
narrowband system; however, multiple independent samples are obtained from each ping.

The short-term uncertainty of velocity measurements using broadband processing is


between that of incoherent and coherent systems. Broadband systems are capable of
measuring over a wider velocity range than coherent systems; although, if this range is
exceeded, the velocity data will be rendered meaningless. The accuracy and maximum
velocity range of a broadband system is a function of the precise processing configuration
used.

Although it can provide highly accurate velocity data in certain situations, coherent
processing is not a practical tool for most current profiling applications. Incoherent and
broadband processing are the primary processing techniques used in ADCPs in field
applications.

4.3.5. Operational considerations

Following the blanking distance, ADCPs subdivide the water column being sampled by each
beam into depth cells ranging from 0,01 m to 1 m or greater (Figure 5). A centre-weighted
radial velocity is measured for each depth cell in each beam. With these results and using
trigonometric relations, a 3-dimensional water velocity is computed and assigned to a given
depth cell in the water column. Although this is analogous to a velocity profile obtained from
a point velocity meter, the entire measurable region of the water column is sampled by the
ADCP.

Keterangan
1 sel/bin 1
2 sel/bin 2
3 sel/bin 3
4 sel/bin n
© BSN 2018 16 dari 107
“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional, copy standar ini dibuat untuk Sub Komite Teknis 91-01-S1 Bidang Sumber Daya Air, dan tidak untuk dikomersialkan”
SNI 8639:2018
ISO/TR 24578:2012

5 blanking distance

Gambar 5 – Sel kedalaman ADCP atau bin

Ukuran bin/sel dan blanking distance sebaiknya diatur untuk mengurangi ketidakpastian
pengukuran. Hal ini tergantung pada kedalaman air, kecepatan dan waktu dari pengukuran.
Ukuran bin dan waktu jeda sebaiknya dioptimalkan. Waktu jeda panjang memperbaiki
pengukuran dan bin besar meningkatkan rasio signal-to-noise dari penghamburan dalam
pulsa. Ini juga mengurangi ketidakpastian (lihat Klausa 8). Kerugian bin besar adalah bahwa
mereka mungkin membatasi penggambaran profil pada kedalaman dangkal. Bin kecil
dengan waktu jeda panjang menyebabkan berkurangnya rasio signal-to-noise, meningkatkan
ketidakpastian.

Umumnya, semakin besar jumlah ukuran bin dan durasi pengukuran individual, semakin
kecil ketidakpastian pada pengukuran kecepatan dalam setiap bin. Semakin besar jumlah
bin dalam kolom air, semakin kecil ketidakpastian dalam perkiraan kecepatan secara
keseluruhan untuk ansambel tersebut. Ukuran bin lebih kecil mengurangi daerah yang tidak
terukur dalam kolom air (lihat Gambar 8).

Aliran lebih dangkal atau sungai membutuhkan sel kedalaman yang lebih kecil. Pada tepian
direkomendasikan memiliki paling sedikit dua bin terukur. Bagaimanapun, untuk mayoritas
penampang melintang, paling sedikit tiga sel dibutuhkan dalam setiap ansambel untuk
memungkinkan perluasan profil kecepatan ke bagian tidak terukur dari kolom air.

Teknik range-gating/pengintervalan jarak yang digunakan oleh ADCP membuat rata-rata


pusat pembobot untuk setiap sel kedalaman dengan tumpang tindih di antara bin (lihat
Gambar 6). Pasangan pulsa (dengan panjang tumpang tindih sama dengan ukuran bin)
dipancarkan oleh transduser ADCP. Dengan menjalarnya pasangan pulsa turun melewati
kolom air, pantulan sinyal diterima dari sel kedalaman yang berurutan. Sinyal paling keras
yang diterima dari pantulan terjadi ketika panjang penuh (tumpang tindih) dari pasangan
pulsa berada di dalam sel kedalaman. Jadi, berat 1 diperoleh pada bagian tengah dari sel
dan berat mendekati nol satu ukuran bin dari bagian tengah. Bin yang berdekatan akan
bertumpang tindih sehingga setiap bagian dari air akan mencapai berat dari 1.

© BSN 2018 17 dari 107


“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional, copy standar ini dibuat untuk Sub Komite Teknis 91-01-S1 Bidang Sumber Daya Air, dan tidak untuk dikomersialkan”
SNI 8639:2018
ISO/TR 24578:2012

Key

1 cell/ bin 1
2 cell/ bin 2
3 cell/ bin 3
4 cell/ bin n
5 blanking distance

Figure 5 — ADCP depth cells or bins

The bin/cell size and the blanking distance should be set to minimize measurement
uncertainty. This is dependant on water depth, velocity and time of measurement .The bin
size and lag should be optimized accordingly. Long lags improve measurements and large
bins increase the signal-to-noise ratio of the scatters in the pulse. This also reduces
uncertainty (see Clause 8). The disadvantage of larger bins is that they may limit profiling in
shallow depths. Small bins with a long lag lead to a decreased signal-to-noise ratio,
increasing uncertainty.

Generally, the larger the sum of bin size and duration of individual measurement, the lower is
the uncertainty of the velocity measurement within each bin. The greater the number of bins
in the water column, the lower the uncertainty in the overall velocity estimate for that
ensemble. A smaller bin size reduces the unmeasured area in the water column (see
Figure 8).

Shallower streams or rivers require smaller depth cells. A minimum of two measured bins is
recommended at the edges. However, for the majority of the cross section, a minimum of
three cells are required in each ensemble in order to allow extension of the velocity profile
into the unmeasured sections of the water column.

The range-gating technique used by ADCPs creates centre-weighted averages for each
depth cell with an overlap between bins (see Figure 6). A pulse pair (with an overlap length
equal to a bin size) is emitted by the ADCP transducer. As the pulse pair propagates down
through the water column, reflected signals are received from successive depth cells. The
loudest signal is received from reflections occurring when the full (overlap) length of the
pulse pair is within the depth cell. Thus, a weight of 1 is achieved at the centre of the cell and
tapers to a zero weight one bin size from the centre. The neighbouring bins would overlap
such that each portion of the water would achieve a weight of 1.

© BSN 2018 18 dari 107


“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional, copy standar ini dibuat untuk Sub Komite Teknis 91-01-S1 Bidang Sumber Daya Air, dan tidak untuk dikomersialkan”
SNI 8639:2018
ISO/TR 24578:2012

Keterangan
1 kedalaman
2 sel kedalaman
3 waktu setelah ping
4 kecepatan pembobot
5 pasangan pulsa
6 sinyal yang paling kencang

Gambar 6 – Menunjukkan efek range-gating dan ukuran bin pada kecepatan rata-rata
ketika pasangan pulsa menjalar turun ke bawah melalui kolom air

4.3.6 Pengumpulan data dekat perbatasan

Sudut transduser ADCP bervariasi tergantung pada pabrikan dan instrumennya. Ukuran
sudut tersebut secara khusus berkisar antara 20 dan 30 derajat dari vertikal. ADCP tidak
dapat mengukur hingga ke dasar sungai. Ketika transduser akustik menghasilkan suara,
sebagian besar energi dikirimkan dalam sinar utama. Bagaimanapun, ada juga side-lobe
berisi lebih sedikit energi yang menjalar juga dari transduser. Side lobe ini tidak memberikan
masalah dalam sebagian besar kolom air karena memiliki energi kecil. Bagaimanapun,
ketika side-lobe menghantam dasar sungai, dasar sungai menjadi pemantul yang bagus dari
energi akustik ini, banyak energi yang dipantulkan kembali ke transduser. Karena
kemiringan sinar, energi akustik dalam sinar utama memantulkan penghamburan dalam
kolom air dekat dasar pada waktu yang sama dengan pemantulan side lobe vertikal dari
dasar sungai. Energi dalam sinar utama dipantulkan dari penghamburan ini dalam kolom air
secara relatif rendah dibandingkan dengan energi yang dikirimkan dari transduser dan energi
dalam side lobe kembali dari dasar sungai cukup untuk mencemari energi dari sinar utama
dekat dasar. Oleh karena itu, ada daerah dekat bagian bawah yang tidak dapat diukur
karena gangguan side lobe. Jarak ini dihitung sebagai:

[1-cos(sudut sistem)] x 100 (1)

© BSN 2018 19 dari 107


“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional, copy standar ini dibuat untuk Sub Komite Teknis 91-01-S1 Bidang Sumber Daya Air, dan tidak untuk dikomersialkan”
SNI 8639:2018
ISO/TR 24578:2012

Key
1 depth
2 depth cell
3 time after ping
4 velocity weighting
5 pulse pair
6 loudest signal

Figure 6 — Showing the effect of range-gating and bin size on velocity averaging as a
pulse pair propagates down through the water column

4.3.6. Near boundary data collection

The angle of the ADCP transducers varies depending on the manufacturer and the
instrument. They typically range between 20 and 30 degrees from the vertical. The ADCP
cannot measure all the way to the streambed. When acoustic transducers produce sound,
most of the energy is transmitted in the main beam. However, there are also side lobes that
contain less energy that propagate from the transducer as well. These side lobes do not
pose a problem in most of the water column because they are of low energy. However, when
the side lobe strikes the streambed, the streambed being a good reflector of this acoustic
energy, much of the energy is reflected back to the transducer. Due to the slant of the beams,
the acoustic energy in the main beam reflects off scatters in the water column near the bed
at the same time that a vertical side lobe reflects from the streambed. The energy in the main
beam reflected from these scatters in the water column is relatively low compared to the
energy sent out from the transducer and the energy in the side lobe returned from the
streambed is sufficient to contaminate the energy from the main beam near the bed.
Therefore, there is an area near the bottom that cannot be measured due to side-lobe
interference. This distance is computed as:

[1-cos(system angle)] x 100 (1)

© BSN 2018 20 dari 107


“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional, copy standar ini dibuat untuk Sub Komite Teknis 91-01-S1 Bidang Sumber Daya Air, dan tidak untuk dikomersialkan”
SNI 8639:2018
ISO/TR 24578:2012

Jadi, untuk sistem 20 derajat, berada pada kisaran 6% dari transduser. Dengan
mendekatnya profil ke perbatasan, gangguan terjadi karena pantulan dari energi side lobe
mengambil jalur langsung (lebih pendek) ke perbatasan (lihat Gambar 7).

permukaan air
draf

blanking distance

side lobe
daerah debit
terukur

sinar utama
kisaran miring
maksimum side lobe

gangguan side lobe

dasar sungai

Gambar 7 – Diagram yang menggambarkan zona kedalaman di dalam kolom air:


blanking distance, daerah debit terukur dan zona yang terkena gangguan side-lobe

Untuk memastikan tidak adanya simpangan dalam memperkirakan kecepatan, ADCP dan
perangkat lunaknya harus mengabaikan bagian kolom air yang terpengaruh oleh
kontaminasi side-lobe dekat dasar sungai. Hal ni dilakukan secara otomatis oleh instrumen
yang digunakan sekarang ini. Panduan pengguna harus menyediakan informasi mengenai
hal ini.

Thus, for a 20 degree system, it is 6 % of the range from the transducer. As the profile
approaches the boundary, interference occurs due to reflection of side-lobe energy taking a
direct (shorter) path to the boundary (see Figure 7).

© BSN 2018 21 dari 107


“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional, copy standar ini dibuat untuk Sub Komite Teknis 91-01-S1 Bidang Sumber Daya Air, dan tidak untuk dikomersialkan”
SNI 8639:2018
ISO/TR 24578:2012

1
2
1

8
Key
1 side lobe
2 main beam
3 maximum slant range
4 draft
5 blanking distance
6 area of measured discharge
7 side-lobe interference
8 stream bed

Figure 7 — Diagram illustrating depth zones within the water column: blanking
distance, area of measured discharge and zone subject to side-lobe interference

To ensure that there is no bias in the velocity estimate, the ADCP and its software should
ignore that portion of the water column affected by side-lobe contamination near the bed.
This is undertaken automatically by the instruments in current use. The user manual should
provide information on this.

© BSN 2018 22 dari 107


“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional, copy standar ini dibuat untuk Sub Komite Teknis 91-01-S1 Bidang Sumber Daya Air, dan tidak untuk dikomersialkan”
SNI 8639:2018
ISO/TR 24578:2012

Untuk menghindari simpangan kecepatan, kecepatan rata-rata pada kedalaman sebaiknya


hanya diterima jika semua sinar dapat mengukur kedalaman air yang sama. Data panjang
jalan yang lebih pendek (mungkin karena batu-batu besar atau gerakan bergelombang
saluran lainnya) sebaiknya tidak digunakan.

Seperti yang digambarkan pada Gambar 8, instrumen tidak dapat melakukan pengukuran
kecepatan pada tiga daerah, yaitu:

- dekat permukaan (tergantung kedalaman posisi instrumen dalam air dan blanking
distance instrumen);
- dekat dasar (tergantung gangguan side lobe, gerakan bergelombang saluran dan
penyebab pantulan akustik pada dasar);
- dekat tepian saluran (tergantung kurang cukupnya kedalaman air atau gangguan
akustik dari sinyal yang kembali dari tepi sungai).

Dua hal pertama dapat diperkirakan oleh ADCP menggunakan metode ekstrapolasi distribusi
kecepatan yang tepat seperti persamaan pangkat 1/6 (lihat Lampiran A). Untuk
memperkirakan debit tepi, diperlukan pengukuran jarak dari posisi data pertama atau terakhir
yang diperoleh untuk transek. Jarak ini kemudian digunakan untuk membantu penentuan
debit dalam bagian tidak terukur yang dekat dengan tepian. Satu teknik digambarkan dalam
Lampiran B. Debit total dapat diperkirakan sesuai persamaan berikut:

(2)

dengan

(3)

keterangan :

adalah debit total;


adalah debit yang ditentukan oleh ADCP, yaitu debit total dikurangi debit tepian;
adalah debit pada tepi sungai bagian kiri;
adalah debit pada tepi sungai bagian kanan;
adalah debit yang diukur oleh ADCP, yaitu debit total dalam beberapa bin yang
terukur;
adalah debit dalam bagian atas ditentukan oleh ADCP dengan ekstrapolasi profil
kecepatan;
adalah debit dalam bagian bawah ditentukan oleh ADCP dengan ekstrapolasi profil
kecepatan.

© BSN 2018 23 dari 107


“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional, copy standar ini dibuat untuk Sub Komite Teknis 91-01-S1 Bidang Sumber Daya Air, dan tidak untuk dikomersialkan”
SNI 8639:2018
ISO/TR 24578:2012

To avoid velocity bias, the mean velocity at depth should only be accepted if all beams are
able to measure to the same water depth. Data from shorter path lengths (maybe due to
boulders or other channel undulations) should not be used.

As illustrated in Figure 8, the instrument is unable to make velocity measurements in three


areas:

— near the surface (due to the depth at which the instrument is located in the water and,
added to this, the instrument blanking distance);

— near the bed (due to sidelobe interference, channel undulations and acoustic reflections
caused at the bed);

— near the channel edges(due to a lack of sufficient water depth or to acoustic interference
from signals returned from the bank).

The first two can be estimated by the ADCP using an appropriate velocity distribution
extrapolation method such as the 1/6th power law (see Annex A). In order to estimate the
edge discharges, it is necessary to measure the distance from the position where the first or
last good data are obtained for the transect. This distance is then used to assist with
determination of discharge in the unmeasured portions close to the edges. One technique is
described in Annex B. The total discharge can then be estimated thus:

Qt  Qadcp  Qlb  Qrb (2)

where

Qadcp  Qm  Qt  Qb (3)

and where

Qt is the total discharge;

Qadcp is the discharge determined by ADCP, i.e. total discharge minus edge
discharge;

Qlb is the discharge at the left bank edge;

Qrb is the discharge at the right bank edge;

Qm is the discharge measured by the ADCP, i.e. the total discharge in the
measured bins;

Qt is the discharge in top portion determined by the ADCP by velocity


profile extrapolation;

Qb is the discharge in bottom portion determined by the ADCP by velocity


profile extrapolation.

© BSN 2018 24 dari 107


“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional, copy standar ini dibuat untuk Sub Komite Teknis 91-01-S1 Bidang Sumber Daya Air, dan tidak untuk dikomersialkan”
SNI 8639:2018
ISO/TR 24578:2012

Keterangan

1 daerah terukur
2 bagian atas
3 bagian bawah
4 bagian tepi

Gambar 8 – Kecepatan hanya diukur pada daerah bagian tengah, daerah lainnya
diperkirakan dengan ekstrapolasi

4.4 Teknik pengamatan pergerakan

4.4.1 Pelacakan bagian bawah (Bottom tracking )

ADCP juga digunakan untuk melakukan pengukuran debit dari kapal yang bergerak.
Instrumen dapat menggunakan prinsip Doppler untuk melacak pergerakannya di seberang
saluran menggunakan teknik yang disebut “bottom tracking”. Pengukuran bottom tracking
serupa dengan pengukuran kecepatan air, tetapi menggunakan pulsa terpisah. Ping untuk
bottom tracking lebih panjang daripada ping di dalam air. Ping ini juga digunakan untuk
mengukur ke dalam air. Pulsa suara dipantulkan dari dasar saluran dan digunakan untuk
menghitung kecepatan instrumen relatif terhadap dasar. Dasar sungai kemudian
diasumsikan menjadi stabil dan masih terlihat oleh peralatan. ADCP mungkin juga
mempunyai kompas di dalamnya dan data ini dapat dikombinasikan dengan data bottom-
tracking untuk menentukan arah dan laju.

© BSN 2018 25 dari 107


“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional, copy standar ini dibuat untuk Sub Komite Teknis 91-01-S1 Bidang Sumber Daya Air, dan tidak untuk dikomersialkan”
SNI 8639:2018
ISO/TR 24578:2012

Key
1 measured area
2 top
3 bottom
4 edge

Figure 8 — The velocity is only measured in the central area, elsewhere it is estimated
by extrapolation

4.4 Movement monitoring techniques

4.4.1 Bottom tracking

ADCPs are also used to make discharge measurements from a moving boat. The
instruments can use the Doppler principle to track their movements across a channel using a
technique called “bottom tracking”. Bottom-tracking measurements are similar to water-
velocity measurements, but separate pulses are used. Bottom-tracking pings are longer than
water pings. These pings are also used to measure the depth of water. The sound pulses are
reflected from the channel bed and used to calculate the velocity of the instrument relative to
the bed. The bed is then assumed to be stable and still as seen by the equipment. ADCPs
may also have an onboard compass and can combine this data with bottom-tracking data to
determine direction and speed.

© BSN 2018 26 dari 107


“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional, copy standar ini dibuat untuk Sub Komite Teknis 91-01-S1 Bidang Sumber Daya Air, dan tidak untuk dikomersialkan”
SNI 8639:2018
ISO/TR 24578:2012

Keterangan
1 arah aliran
2 kecepatan kapal
3 kecepatan air

Gambar 9 – Pengukuran kecepatan yang diambil selama pengukuran ADCP

4.4.2 Sistem Navigasi Satelit Diferensial

DGPS juga dapat digunakan sebagai alat tambahan ADCP untuk menampilkan data
pergerakan. Alat ini digunakan sebagai alternatif dari bottom tracking ketika dasar sungai
tidak stabil atau ketika bottom tracking tidak dapat menentukan level dasar sungai secara
akurat; karena, misalnya pertumbuhan rumput liar atau sedimen yang menghambat dengan
tebal. Hal ini hanya berlaku jika DGPS yang akurat cukup tersedia (lihat 5.5.10.1). Ketika
menggunakan DGPS, perlu untuk mengkalibrasi secara tepat kompas internal pada ADCP
dan memperoleh perkiraan akurat dari variasi magnetik lokal.

4.4.3 Operasi stasioner

Instrumen dapat digunakan di tempat current meter, misalnya jalan kabel-terpasang dan
posisi horizontalnya ditemukan untuk penentuan aliran konvensional. Jika sistem memiliki
kompas yang terintegrasi, instrumen dapat digunakan tanpa menyebabkan kesalahan. Jika
tidak ada sistem kompas, sangat penting untuk memastikan bahwa instrumen dioperasikan
tegak lurus dari penampang melintang tanpa adanya pergerakan instrumen selama
pengukuran. Jika hal ini tidak mungkin dilakukan, arah instrumen relatif terhadap arah aliran
sebaiknya ditentukan. Ini serupa dengan prinsip yang berlaku pada pengukuran
menggunakan current meter konvensional dari kabel suspensi.

Meskipun operasi stasioner ini serupa dengan pengukuran current meter konvensional, serta
prinsip umum dari pengukuran current meter harus diterapkan, ada sejumlah isu yang
spesifik dengan penggunaan ADCP.

© BSN 2018 27 dari 107


“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional, copy standar ini dibuat untuk Sub Komite Teknis 91-01-S1 Bidang Sumber Daya Air, dan tidak untuk dikomersialkan”
SNI 8639:2018
ISO/TR 24578:2012

Key
1 direction of flow
2 boat velocity
3 water velocity

Figure 9 — Velocity measurements taken during an ADCP gauging

4.4.2 Differential Global Positioning System (DGPS)

A DGPS is also available as an attachment to ADCPs to provide movement data. This is


used as an alternative to bottom tracking when the bed is unstable or when bottom tracking
is unable to accurately determine bed level due, for example, to weed growth or heavy
suspended sediments. It is only suitable if a sufficiently accurate DGPS is available (see
5.5.10.1). When using a DGPS, it is necessary to properly calibrate the internal compass of
the ADCP and obtain an accurate estimate of the local magnetic variation.

4.4.3 Stationary operation

The instrument can be used in place of a current meter, e.g. cableway-mounted and its
horizontal position identified as for a conventional flow determination. If the system has a
built-in compass, the instrument can be used without introducing errors. If there is no system
compass, then it is critical to ensure that the instrument is deployed perpendicular to the
cross section without any instrument movement during the measurement. If this is not
possible, the direction of the instrument relative to the direction of flow should be determined.
This is similar to the principles applicable to conventional current meter gauging from a
suspension cable.

Even though a stationary operation is similar to conventional current meter gauging and the
general principles of current meter gauging should apply, there are a number of issues that
are specific to the use of ADCPs.

© BSN 2018 28 dari 107


“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional, copy standar ini dibuat untuk Sub Komite Teknis 91-01-S1 Bidang Sumber Daya Air, dan tidak untuk dikomersialkan”
SNI 8639:2018
ISO/TR 24578:2012

5 Prinsip metode pengukuran

5.1 Cara pemulihan data

ADCP dapat digunakan dengan dua cara


a) Metode pertama adalah merekam data secara real-time. Peralatan tetap berkomunikasi
dengan komputer sepanjang proses pengukuran dan data diproses serta ditampilkan
pada layar komputer ketika sedang direkam.
b) Metode kedua adalah mengatur ADCP untuk merekam data dengan mode perekam
otomatis/otonomi. Instrumen merekam pengukuran secara internal dan data nanti
diunduh (lihat 5.4.6). Metode ini tidak digunakan secara umum oleh mayoritas praktisi
ADCP dan tidak direkomendasikan. Jika tidak semuanya, mode real-time paling mungkin
untuk digunakan pada aplikasi yang digunakan saat ini.
Sumber daya portabel terpisah mungkin diperlukan untuk memberikan daya pada laptop
ketika menjalankan ADCP secara real-time karena baterai laptop mungkin tidak bertahan
pada pengukuran seharian penuh.
5.2 Pemeliharaan

Sebagian besar ADCP dapat menjalankan pemeriksaan diagnostik sendiri. Kombinasi dari
perangkat tegar (firmware) dan perangkat lunak (software) dapat dijalankan untuk
memeriksa apakah berbagai sistem ADCP berfungsi secara benar dan ADCP memberikan
reaksi. Pemeriksaan ini sebaiknya dilakukan setiap hari di lapangan tanpa terkecuali pada
bagian permulaan dan akhir, serta lebih baik dilakukan sebelum penentuan/pengukuran
debit, atau selama inspeksi tempat pengukuran pada kasus instalasi permanen.
Pemeriksaan penting dilakukan untuk tes CPU, tes DSP, operasi sinar, tes sensor, dan
kondisi baterai.
Pabrikan merekomendasikan bahwa ADCP sebaiknya diservis secara teratur. Jika servis ini
tidak dilakukan, kerusakan menjadi tidak terdeteksi sehingga dapat menghasilkan kesalahan
dalam pengukuran. Secara umum, ADCP yang digunakan untuk pengukuran debit sungai
tidak memerlukan servis yang sering. Sebagai contoh, pabrikan merekomendasikan
penggantian segel O-ring secara teratur. Meskipun demikian, ADCP yang digunakan untuk
pengukuran debit sungai yang jarang ditenggelamkan lebih dari 30 cm sampai 40 cm,
biasanya tidak memerlukan servis.

5.3 Pelatihan
Paling sedikit satu anggota dari tim pengukuran ADCP harus menerima pelatihan formal
pengoperasian peralatan yang terperinci serta penggunaan perangkat lunak terkait. Anggota
tim yang lain sebaiknya terbiasa dengan pengoperasian peralatan di lapangan dan prinsip
umum pengukuran ADCP.
Karena teknologi ADCP berubah terus menerus, para pengguna direkomendasikan untuk
tetap mengetahui hal terbaru dari perubahan tersebut. Pengaturan sebaiknya dilakukan
dengan pemasok peralatan untuk menyediakan pembaharuan teratur dari perubahan
perangkat lunak, perbaikan bug, dan peningkatan peralatan, serta perubahan dalam praktik
operasi yang direkomendasikan. Jika memungkinkan, para praktisi dan pengguna harus
memiliki akses ke pelatihan pertama-kali yang sesuai dan latihan pembaharuan pada
penggunaan di lapangan, demikian juga dalam hal pelatihan analisis data, pemrosesan, dan
kontrol kualitas.

© BSN 2018 29 dari 107


“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional, copy standar ini dibuat untuk Sub Komite Teknis 91-01-S1 Bidang Sumber Daya Air, dan tidak untuk dikomersialkan”
SNI 8639:2018
ISO/TR 24578:2012

5. Principles of methods of measurement

5.1 Data retrieval modes

ADCPs can be used in two ways.

a) The first method is to record data in real-time mode. The equipment stays in
communication with the computer throughout the gauging process and the data are
processed and displayed on the computer screen as they are recorded.

b) The second method is to set the ADCP to record data in the self-contained/autonomous
mode. The instrument records the measurements internally and the data are downloaded
later (see 5.4.6). This method is generally not used by the majority of ADCP practitioners
and is not recommended. It should be possible to use real-time mode for most, if not all,
applications these days.

A separate portable power source may be necessary to power the laptop when running the
ADCP in real-time mode, as laptop batteries may not last a full day’s gauging.

5.2 Maintenance

Most ADCPs are capable of running built-in diagnostic checks. A combination of firmware
and software can be run to verify that various ADCP systems are functioning properly and
the ADCP is responding. These checks should be carried out invariably at the beginning and
end of each field day, and preferably before each discharge determination/measurement, or
during site inspections in the case of permanent installations. Key checks are made for CPU
tests, DSP tests, beam operation, sensor tests, and battery condition,.

Manufacturers recommend that ADCPs should be serviced at regular intervals. If these


services are not carried out, faults may lie undetected resulting in erroneous measurements.
In general, ADCPs used for river discharge measurements do not need frequent service. For
example, manufacturers recommend regular replacement of O-ring seals. However, since
ADCPs used for river discharge measurements are rarely submerged more than 30 cm to
40 cm, this is not usually necessary.

5.3 Training

At least one member of an ADCP gauging team should have received formal, detailed
training in the operation of the equipment and associated software being used. The other
team members should be familiar with field operation of the equipment and the general
principles of ADCP gauging.

As ADCP technology is continually changing, it is recommended that users keep up-to-date


with these changes. Arrangements should be made with the equipment suppliers to provide
regular updates of software changes, bug fixes and improvements to the equipment and
changes in recommended operation practices. Whenever possible, practitioners and users
should have access to suitable first-time and refresher training in field use, as well as training
for data analysis, processing and quality control.

© BSN 2018 30 dari 107


“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional, copy standar ini dibuat untuk Sub Komite Teknis 91-01-S1 Bidang Sumber Daya Air, dan tidak untuk dikomersialkan”
SNI 8639:2018
ISO/TR 24578:2012

5.4 Penentuan aliran menggunakan ADCP terpasang secara vertikal

ADCP menentukan kecepatan di dalam setiap sel kedalaman (lihat Gambar 10). Dengan
mengetahui ukuran sel kedalaman dan jarak antara profil yang berurutan, debit untuk sel
tersebut dapat dihitung. Kecepatan dalam daerah tidak terukur dari penampang melintang
diekstrapolasi dari kecepatan pada sel kedalaman. Debit dari setiap daerah tidak terukur
dihitung dan ditambahkan kepadanya melalui daerah terukur untuk menghasilkan debit total
untuk setiap ansambel. Debit untuk bagian penampang melintang ketika pengukuran
dilakukan adalah jumlah dari debit ansambel. Debit dalam bagian tidak terukur antara
permulaan tepi sungai dan ansambel pertama serta antara ansambel terakhir dan akhir tepi
sungai ditentukan menggunakan algoritma yang tepat. Debit dalam bagian yang tidak
diambil contohnya kemudian ditambahkan ke debit ansambel total untuk memperkirakan
debit total dalam penampang melintang.

Gambar 10 menggambarkan bagaimana debit ditentukan menggunakan ADCP. Debit dalam


setiap sel individu dihitung dan dijumlahkan untuk menentukan debit terukur. Debit dekat
permukaan, dasar dan tepi sungai dihitung menggunakan teknik ekstrapolasi yang tepat
(lihat Lampiran A). Ini dapat dihitung secara matematis menjadi:

(4)

keterangan :

adalah debit tambahan melalui setiap sel kedalaman terukur dalam


penampang melintang;
adalah ekstrapolasi debit melalui daerah tidak terukur dalam penampang
melintang;
adalah nomor sel dalam vertikal;
adalah nomor profil dalam horizontal.

© BSN 2018 31 dari 107


“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional, copy standar ini dibuat untuk Sub Komite Teknis 91-01-S1 Bidang Sumber Daya Air, dan tidak untuk dikomersialkan”
SNI 8639:2018
ISO/TR 24578:2012

5.4 Flow determination using a vertically mounted ADCP

An ADCP determines the velocity in each depth cell (see Figure 10). Knowing the depth cell
size and distance between successive profiles, the discharge for that cell can be computed.
The velocities in the unmeasured areas of the cross section are extrapolated from those of
the depth cells. The discharge from each unmeasured area is calculated and added to that
through the measured area to produce a total discharge for each ensemble. The discharge
for the portion of the cross section where measurements are made is the sum of the
ensemble discharges. The discharge in the unmeasured portions between the start bank and
the first ensemble and between the last ensemble and the finish bank are determined using
an appropriate algorithm. The discharge in the unsampled portion is then added to the total
ensemble discharge to estimate the total discharge in the cross section.

Figure 10 illustrates how discharge is determined using ADCPs. The discharge in each
individual cell is computed and these are summated to determine the measured discharge.
The discharges close to the surface, bed and banks are computed using an appropriate
extrapolation technique (see Annex A). This can be represented mathematically thus:

Q total   q n, j   q estimate (4)

where

qn,j are the incremental discharges through each measured depth cell in the cross
section;

qestimate are the extrapolated discharges through the unmeasured areas in the cross
section;

N is the cell number in the vertical;

J is the profile number in the horizontal.

© BSN 2018 32 dari 107


“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional, copy standar ini dibuat untuk Sub Komite Teknis 91-01-S1 Bidang Sumber Daya Air, dan tidak untuk dikomersialkan”
SNI 8639:2018
ISO/TR 24578:2012

Keterangan
1 aliran
2 profil
3 ukuran sel

Gambar 10 – Menunjukkan daerah terukur dari penampang melintang saluran, dibagi


menjadi profil individu dan bin
Untuk menghasilkan perkiraan debit, ADCP harus melalui sungai dengan transduser yang
ditenggelamkan pada kedalaman konstan yang diketahui. Cara terbaik dicapai dengan memasang
instrumen pada kapal atau anjungan pelampung. Metode yang berbeda digambarkan dalam 5.4.1
sampai 5.4.6. Untuk pemasangan yang tertambat, ADCP dipasang pada anjungan pelampung. Setiap
pabrikan akan memasok anjungan yang berbeda. Penting untuk memastikan bahwa anjungan
pelampung sesuai dengan kisaran kecepatan air yang diharapkan ketika pengukuran akan dilakukan.
Anjungan dapat terbalik jika kecepatan air terlalu tinggi.

5.4.1 Terpasang di kapal

Jika ADCP terpasang tetap pada kapal, alat pengepasnya sebaiknya berupa bahan yang tidak
mengandung besi dan didesain sehingga posisi ADCP dapat diatur secara vertikal, yaitu pengaturan
kapal harus memungkinkan transduser tetap berada pada kedalaman yang berbeda tergantung pada
permukaan air. Mereka harus membuat pemasangan dan pengaturan ADCP yang mudah ke kapal.
ADCP tidak harus terpasang secara permanen di kapal. ADCP sebaiknya terpasang di bagian depan
mesin untuk mengurangi kebisingan dan sibakan air dari baling-baling. ADCP juga sebaiknya
diposisikan sehingga pengukuran kecepatan tidak terganggu oleh lambung kapal. Oleh karena itu,
instrumen sebaiknya terpasang pada haluan kapal atau jika dipasang pada bagian sisi, instrumen
dapat dipindahkan secara mudah dari bagian kiri kapal ke bagian kanan tergantung pada sisi mana
bagian hulunya. Jika dipasang pada haluan kapal, hal penting yang harus diperhatikan adalah jika
dipasang pada haluan kapal, gelombang pada haluan kapal harus kecil sehingga tidak mempengaruhi
pengukuran kecepatan.

ADCP juga dapat dipasang pada anjungan pelampung kecil, yang dapat ditambat ke kapal untuk
transportasi untuk menyeberangi sungai. Hal Ini memungkinkan pergerakan dari instrumen untuk
penempatan yang optimal selama pengoperasian. Lambung kapal sebaiknya tidak berada di hulu
ADCP.

5.4.2 Pemasangan tertambat pada tali penarik

Menggunakan kapal tertambat dan tali penarik adalah metode paling mudah dan efisien untuk
pengoperasian peralatan pada banyak lokasi pengukuran. Kebutuhan peralatannya sederhana – dua
tali yang akan meregang menyeberangi bagian dan anjungan pelampung. Satu operator harus bisa
menyeberangi sungai dengan ujung tali. Hal lain yang mungkin bisa terjadi, yaitu dengan mengatur
sistem katrol dengan tali putaran tunggal. Jika ADCP akan dioperasikan dari jembatan, bisa saja
dilakukan tergantung kondisi di tempat pengukuran, dengan menggunakan tali tunggal (lihat 5.4.4).

Bagaimanapun, menarik ADCP dengan tali menyeberangi sungai lebar yang dapat dilayari mungkin
tidak berguna dan tidak praktis. Namun, jika tidak ada pilihan lain selain menggunakan metode ini di
lokasi pengukuran, satu dari tali sebaiknya diganti dengan kabel yang dapat diturunkan ke dasar
sehingga memungkinkan dapat dilewati oleh lalu lintas kapal. Satu atau kedua operator harus memiliki
megafon sehingga mereka dapat mengingatkan lalu lintas kapal terkait adanya tali dan
memberitahukan mereka dari sisi mana peralatan akan lewat.

© BSN 2018 33 dari 107


“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional, copy standar ini dibuat untuk Sub Komite Teknis 91-01-S1 Bidang Sumber Daya Air, dan tidak untuk dikomersialkan”
SNI 8639:2018
ISO/TR 24578:2012

Key
1 flow
2 profile
3 cell size

Figure 10 — Showing the measured area of the channel cross section, divided into
individual profiles and bins

To produce a discharge estimate, the ADCP has to cross a river with its transducers
submerged to a known constant depth. This is best achieved by mounting the instrument on
a boat or a flotation platform. Different methods are described in 5.4.1 to 5.4.6. For the
tethered deployments, the ADCP is mounted on a flotation platform. Different manufacturers
supply different platforms. It is important to ensure that the flotation platform is suitable for
the expected water velocity range for which measurement is about to be undertaken.
Platforms may capsize if the water velocity is too high.

5.4.1 Boat mounted

If the ADCP is fixed to a boat, the fittings should be of non-ferrous materials and designed so
that the position of the ADCP can be vertically adjusted, i.e. the boat fixings should allow the
transducers to be fixed at different depths relative to the water surface. They should allow the
easy installation and fixing of the ADCP to the boat. The ADCP need not be permanently
fixed to the boat. The ADCP should be mounted forward of the engine to reduce noise and
propeller wash. It should also be positioned so that the ADCP measures velocities
undisturbed by the hull of the vessel. Thus, the instrument should be mounted at the bow of
the vessel or if mounted at the side easily moved from port to starboard depending on which
side is upstream. If mounted at the bow, it is important that the bow wave be minimized so as
not to affect velocity measurements.

The ADCP can also be deployed on a small floating platform, which can be tethered to a
boat for transport across a river. This allows movement of the instrument for optimal
positioning during a deployment. The boat hull should not be upstream of the ADCP.

5.4.2 Tethered deployment on a tow rope

Use of a tethered boat and tow rope is the simplest and most efficient method for deploying
the equipment at many gauging sites. The equipment needed is simple – two ropes that will
stretch across the section and the flotation platform. One operator has to be able to cross the
river with the end of a rope. It may even be possible to set up a pulley system with a single
loop of rope. If the ADCP is to be deployed from a bridge, it may be possible, depending on
site conditions, to use a single rope (see 5.4.4.).

However, towing the ADCP on a rope across a wide, navigable river may be impractical and
cumbersome. If there is no option but to use this method at a site, then one of the ropes
should be substituted with a cable which can be lowered to the bed to allow boat traffic to
pass. One or both of the operators should have a megaphone so that they can warn boat
traffic about the presence of a rope and inform them from which side of the equipment they
may pass.

© BSN 2018 34 dari 107


“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional, copy standar ini dibuat untuk Sub Komite Teknis 91-01-S1 Bidang Sumber Daya Air, dan tidak untuk dikomersialkan”
SNI 8639:2018
ISO/TR 24578:2012

Metode ini sesuai untuk sungai kecil atau kanal, dan tempat pengukuran dengan kecepatan
rendah. Kecepatan yang sangat tinggi akan menyebabkan operator dapat terseret ke dalam
air.

5.4.3 Pemasangan tertambat dari jalur kabel


Jalur kabel yang biasanya digunakan untuk pengukuran aliran menggunakan current meter
konvensional dapat digunakan untuk pengoperasian ADCP. Pada lokasi pengukuran ini,
metode pengoperasian jenis ini sangat efektif dan efisien digunakan karena tidak ada
tambahan peralatan yang dibutuhkan selain anjungan pelampung. Jika metode ini digunakan,
kabel suspensi sebaiknya cukup kendur untuk memastikan anjungan diam pada permukaan
air sehingga transduser tetap berada pada kedalaman yang konstan. Pemberat suspensi
yang digunakan untuk menjaga tegangan dan untuk mengatasi kelengkungan jalur kabel
sebaiknya tetap terjaga dari permukaan air untuk menghindari turbulensi sekitar ADCP.

5.4.4 Pemasangan tertambat dari jembatan

ADCP dapat juga dioperasikan dari jembatan di atas sungai menggunakan tali/pancing ulur
atau dalam cara yang serupa dengan current meter konvensional, menggunakan katrol
jembatan-pengukuran atau rangka “A” untuk menempatkan ADCP. Instrumen sebaiknya
dipasang pada leher pelampungnya untuk memastikan transduser tetap berada pada
kedalaman yang konstan. Jika instrumen akan diturunkan oleh rangka “A” daripada
diluncurkan dari tepi sungai, rangka “A” sebaiknya dapat menyangga baik ADCP maupun
anjungan pelampung dengan aman.

5.4.5 Pemasangan tertambat pada kapal dengan pengendali jarak jauh

Pemasangan ADCP pada anjungan dengan pengendali jarak jauh adalah pilihan yang lebih
disukai karena tidak ada jalur kabel serta operator yang harus menyeberangi sungai. Karena
secara harga ADCP adalah peralatan yang relatif mahal, beberapa praktisi menyarankan
untuk mengikatkannya pada tali lampu sehingga dalam kasus kegagalan motor atau alat
kontrol motor, ADCP dapat diperoleh kembali. Jika tali lampu digunakan untuk tujuan ini,
penggunaannya harus dilakukan secara hati-hati agar tidak menyebabkan penyeretan dan
tidak mengotori penopang.

5.4.6 Mode perekam otomatis

Kegunaan ADCP pada mode perekam otomatis tidak disarankan. Ini adalah teknik yang
digunakan ketika pengoperasian mode real-time tidak mungkin dilakukan. Namun, mode ini
telah dimasukkan ke dalam dokumen ini sebagai pelengkap, ketika pengguna kemungkinan
menghadapi masalah pada saat komunikasi real-time dengan ADCP tidak dapat dilakukan.
Seperti dalam mode real-time, penentuan aliran akan membutuhkan beberapa transek dari
sungai. Namun demikian, data akan direkam sebagai satu set kontinu dan mungkin sulit
untuk dikenali pada akhir transek. Oleh karena itu, untuk mencatat waktu pada salah satu
akhir dari setiap transek harus dilakukan secara hati-hati. Ini juga berguna untuk melakukan
jeda waktu pada akhir dari setiap persimpangan selama 30 detik untuk mengenali secara
jelas akhir dari transek sehingga pengukuran pada setiap transek dapat dikenali dan
dibedakan dari transek lainnya dan pada waktu jeda. ADCP sebaiknya diselaraskan dengan
alat pencatat waktu yang digunakan untuk merekam waktu permulaan dan akhir transek.

© BSN 2018 35 dari 107


“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional, copy standar ini dibuat untuk Sub Komite Teknis 91-01-S1 Bidang Sumber Daya Air, dan tidak untuk dikomersialkan”
SNI 8639:2018
ISO/TR 24578:2012

This method is suitable for smaller rivers or canals, and sites with lower velocities. Very high
velocities may cause the operators to be dragged into the water.

5.4.3 Tethered deployment from a cableway

Existing cableways normally used for conventional current meter flow measurement can be
used to deploy the ADCP. At these sites, it is a highly effective and efficient deployment
method as no additional equipment is needed other than the flotation platform. If this method
is used, the suspension cable should be slack enough to ensure the platform is resting on
the water surface so that the transducers remain at constant depth. The suspension weight
used to maintain tension and to overcome the sag of the cableway should be kept clear of
the water surface to avoid turbulence around the ADCP.

5.4.4 Tethered deployment from a bridge

The ADCP can also be deployed from a bridge over the river using a rope/handline or, in a
similar manner to that of a conventional current meter, using a bridge-gauging derrick or an
“A“-frame to position the ADCP. The instrument should be deployed in its flotation collar to
ensure the transducers remain at constant depth. If the instrument is to be lowered by the
“A“-frame rather than launched from the bank, the ”A“-frame should be able to support both
the ADCP and flotation platform safely.

5.4.5 Tethered deployment on a remote control craft

Deployment of the ADCP on a remote control platform is the preferred option where there is
no cableway and no way for the operator to cross the river. As an ADCP is a relatively
expensive piece of equipment, some practitioners find it advisable to attach a light line so
that, in case of failure of the motors or motor control device, the ADCP can be recovered. If a
light line is used for this purpose, care should be taken to ensure that it does not cause a
drag and does not get fouled in the props.

5.4.6 Self-contained mode

The use of ADCPs in self-contained mode is not recommended. This was a technique used
earlier when it was not possible to operate in real-time mode. However, it has been included
in this document for completeness, in case the user experiences a problem that results in
real-time communication with the ADCP not being possible. As in real-time mode, flow
determination will require several transects of the river. However, the data will be recorded
as one continuous set and it may be difficult to identify the end of a transect. Therefore, care
should be taken to note the time at either end of each transect. It is also useful to pause at
the end of each crossing for 30s to clearly identify the end of a transect, so that
measurements taken during each transect can be identified and distinguished from other
transects and pause time. The ADCP should be synchronized with the timing device used to
record the transect start and finish time.

© BSN 2018 36 dari 107


“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional, copy standar ini dibuat untuk Sub Komite Teknis 91-01-S1 Bidang Sumber Daya Air, dan tidak untuk dikomersialkan”
SNI 8639:2018
ISO/TR 24578:2012

5.5 Proses pengukuran debit


5.5.1 Uji instrumen
Setiap ADCP yang digunakan sebaiknya diuji:
- ketika ADCP pertama kali diperoleh;
- setelah perbaikan pabrikan dan sebelum pengambilan data apa pun;
- setelah peningkatan perangkat tegar (firmware) atau perangkat keras (hardware) dan
sebelum pengambilan data apa pun; dan
- dalam jangka waktu berkala (sebagai contoh, setiap tahun).
Tujuan tes instrumen adalah untuk memeriksa bahwa ADCP dapat bekerja melakukan
pengukuran debit akurat secara benar. Berbagai metode untuk menguji keakuratan ADCP
adalah two-tank test, Uji saluran, dan perbandingan pengukuran debit ADCP dengan
pengukuran debit dari beberapa sumber lain, seperti current meter konvensional. Setiap
metode ini memiliki keterbatasan seperti yang didiskusikan oleh Oberg (2002).
5.5.1.1 Uji Simpangan (beam-alignment Test)
Penyebab utama dari simpangan instrumen adalah sinar menjadi tidak lurus. Pengguna
dapat mengoreksi potensi simpangan yang disebabkan oleh ketidaklurusan sinar dengan tes
lapangan sederhana untuk instrumen yang memiliki kompas internal. Uji simpangan
membandingkan jarak garis lurus (biasanya disebut jarak “made good”) diukur oleh bottom
tracking untuk yang diukur oleh GPS. Prosedur terperinci untuk uji simpangan diberikan
dalam Lampiran D. Bottom tracking diketahui memiliki sedikit simpangan yang disebabkan
oleh efek kontur dasar aliran, tetapi simpangan ini secara khusus kurang dari 0,2%. Patokan
rekomendasi-USGS untuk kelurusan sinar ADCP Rio Grande agar dapat diterima untuk rasio
dari bottom tracking yang baik adalah di kisaran 0,995 sampai 1,003. Untuk ADCP lainnya,
data yang dikumpulkan tidak cukup untuk dapat mengesahkan kriteria ini. Namun, patokan
ini diasumsikan untuk dapat diaplikasikan pada ADCP lainnya. Jika instrumen tidak
memenuhi acuan kelurusan sinar, ADCP dapat dikembalikan ke pabrikan untuk dilakukan
transformasi matriks sesuai dengan pesanan yang telah ditentukan dan dimasukkan ke
dalam instrumen.
5.5.1.2 Pemeriksaan instrumen secara berkala
Pemeriksaan instrumen secara berkala membantu untuk memastikan konsistensi antara
instrumen dan teknik pengukuran-debit. Pemeriksaan instrumen dapat dilakukan pada
tempat pengukuran yang debit terukur ADCP-nya dapat dibandingkan dengan debit yang
telah diketahui yang berasal dari beberapa sumber lainnya, seperti nilai debit dari tempat
pengukuran dengan stable stage-discharge rating atau pengukuran berbarengan yang
dilakukan secara mandiri. Jika ADCP dilengkapi dengan lebih dari water tracking atau
bottom tracking mode, yang diharapkan adalah, meskipun tidak terlalu penting, pemeriksaan
instrumen secara berkala menggunakan cara yang berbeda. Pemeriksaan instrumen secara
berkala sebaiknya dilakukan pada lokasi pengukuran yang berbeda sehingga tingkat kondisi
hidrologi tercermin dalam tes ini, serta simpangan internal apa pun yang berhubungan
dengan tempat pengukuran tertentu dapat menjadi lebih kecil. Debit yang diperoleh dari
ADCP sebaiknya sampai 5% dari debit yang diketahui, tetapi simpangan yang konsisten
dalam catatan tahunan sebaiknya diperiksa.
Jika referensi perbandingan adalah stable stage-discharge rating dan pengukuran ADCP
berangkat dari nilai debit lebih dari 5%, pergeseran nilai bisa saja terjadi. Pengukuran lain
dengan ADCP kedua atau pengukuran debit konvensional sebaiknya dilakukan untuk
memeriksa keabsahan dari nilai sebelum menarik kesimpulan definitif perihal tes instrumen
ADCP.

© BSN 2018 37 dari 107


“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional, copy standar ini dibuat untuk Sub Komite Teknis 91-01-S1 Bidang Sumber Daya Air, dan tidak untuk dikomersialkan”
SNI 8639:2018
ISO/TR 24578:2012

5.5 Discharge measurement process

5.5.1 Instrument tests

Each ADCP used should be tested:

when the ADCP is first acquired;

— after factory repair and prior to any data collection;


— after firmware or hardware upgrades and prior to any data collection; and
— at some periodic interval (for example, annually).
The purpose of an instrument test is to verify that the ADCP is working properly for making
accurate discharge measurements. Various methods for testing ADCP accuracy include tow-
tank tests, flume tests, and comparison of ADCP discharge measurements with discharge
measurements from some other source, such as conventional current meters. Each of these
methods has limitations as discussed by Oberg (2002)[30].

5.5.1.1 Beam-alignment test


A common source of instrument bias is for the beams to be misaligned. The user can
evaluate the potential bias caused by beam misalignment by a simple field test for
instruments which have an internal compass. The beam-alignment test compares the
straight-line distance (commonly called the distance “made good”) measured by bottom
tracking to that measured by GPS. Detailed procedures for the beam-alignment test are
provided in Annex D. Bottom tracking is known to have a small bias caused by terrain effects,
but this bias typically is less than 0,2 %. The USGS-recommended criterion for the Rio
Grande ADCP beam alignment to be acceptable is for the ratio of bottom track made good to
be between 0,995 and 1,003. For other ADCPs, sufficient data have not been collected to
validate this criterion; however, the criterion is assumed to be applicable for other ADCPs. If
the instrument does not meet the beam-alignment criterion, the ADCP can be returned to the
manufacturer for a custom transformation matrix to be determined and loaded into the
instrument.
5.5.1.2 Periodic instrument check
Periodic instrument checks help ensure consistency among instruments and discharge-
measurement techniques. The instrument check may be made at a site where the ADCP
measured discharge can be compared with a known discharge derived from some other
source, such as the rating discharge from a site with a stable stage-discharge rating or a
concurrent measurement made using an independent technique. If the ADCP is equipped
with more than one water- or bottom-tracking mode, it is desirable, though not essential, to
periodically conduct instrument checks by using the different modes. Periodic instrument
checks should be performed at different sites, so that a range of hydrologic conditions are
reflected in the tests and so that any inherent biases associated with a particular site are
minimized. The discharge obtained from the ADCP should be within 5 % of the known
discharge, but a consistent bias in the annual records should be investigated.
If the comparison reference is a stable stage-discharge rating and the ADCP measurement
departs from the discharge rating by more than 5 %, it is possible that a rating may have
shifted. Another measurement with a second ADCP or conventional discharge measurement
should be made to check the validity of the rating before drawing definitive conclusions
regarding the ADCP instrument test.

© BSN 2018 38 dari 107


“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional, copy standar ini dibuat untuk Sub Komite Teknis 91-01-S1 Bidang Sumber Daya Air, dan tidak untuk dikomersialkan”
SNI 8639:2018
ISO/TR 24578:2012

5.5.2 Prosedur pra-lapangan


Sebelum pergi ke lapangan untuk melakukan pengoperasian ADCP, prosedur pra-
pengukuran berikut sebaiknya dilakukan untuk menghindari perjalanan yang sia-sia, serta
untuk memastikan kualitas data.
- Pastikan bahwa perangkat lunak (software) dan perangkat tegar (firmware) terbaru yang
digunakan untuk pengambilan data dan pemrosesan. Perangkat lunak terbaru sebaiknya
terpasang pada semua komputer lapangan yang digunakan. Sebagai tambahan,
menyimpan perangkat lunak pada media penyimpanan terpisah adalah kebiasaan yang
baik jika seandainya komputer rusak atau hilang.
- Semua peralatan termasuk peralatan tambahan seperti alat pengukur jarak, sebaiknya
dirakit dan diperiksa. Pemeriksaan peralatan pra-pengukuran sebaiknya dilakukan untuk
memastikan bahwa semua peralatan yang dibutuhkan telah dirakit. Contoh daftar
pemeriksaan seperti itu terdapat dalam Lampiran C.
- Semua kabel, baterai, dan bantalan sebaiknya diperiksa.
- ADCP sebaiknya disambungkan ke komputer lapangan dan semua komunikasi termasuk
modem radio, jika akan digunakan, sebaiknya diperiksa terlebih dahulu.
- Peralatan tambahan lain yang akan digunakan, yang akan disambungkan ke ADCP di
lapangan, seperti ekosonder (echo sounder) dan DGPS sebaiknya disambungkan dan
diperiksa.
5.5.3 Prosedur pra-pengukuran
Prosedur sebelum-pengukuran berikut sebaiknya diikuti.
a) Pemeriksaan diagnostik instrumen yang wajib sesuai dengan rekomendasi pabrikan
dan prosedur lokal apa pun sebaiknya dilakukan. Tes ini direkomendasikan untuk
dilakukan di kapal yang stasioner pada air yang tenang.
b) Setelah ADCP dipasang dan dioperasikan pada alat pelampung, kedalaman
transduser sebaiknya diukur dan direkam, baik secara manual maupun otomatis.
Kedalaman transduser adalah jarak vertikal dari permukaan air ke bagian tengah
muka transduser. Ketika mengukur kedalaman transduser, sebaiknya dipastikan
bahwa pitch and roll pada alat pelampung serupa dengan pitch and roll yang
dirasakan selama pengukuran debit. Kesalahan dalam pengukuran kedalaman ADCP
dapat menghasilkan kesalahan penting pada kedalaman saluran, ekstrapolasi debit
pada permukaan dan debit total yang dihasilkan.
c) Perhatian khusus sebaiknya dilakukan ketika mengukur kedalaman transduser selagi
berada di kapal untuk memastikan keselamatan personel ketika bekerja pada tepi
kapal karena banyak kapal akan miring ketika personel tidak berada di bagian tengah
kapal. Ini akan menghasilkan kesalahan pada pengukuran kedalaman transduser.
d) Jika memungkinkan, sebelum kalibrasi bantalan alat penyangga sebaiknya
digunakan untuk memastikan bahwa peralatan tidak bergerak pada kedalaman
transduser yang diketahui. Penting bahwa alat penyangga diatur secara benar ketika
dipasang di kapal atau anjungan pelampung dan ADCP diatur secara benar pada alat
penyangga. Bagaimanapun, perhatian sebaiknya dilakukan untuk memastikan bahwa
perhitungan dibuat untuk perubahan muatan apapun di dalam kapal seperti bahan
bakar, personel dan peralatan, yang dapat menyebabkan kedalaman trasnduser
menjadi berubah.

© BSN 2018 39 dari 107


“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional, copy standar ini dibuat untuk Sub Komite Teknis 91-01-S1 Bidang Sumber Daya Air, dan tidak untuk dikomersialkan”
SNI 8639:2018
ISO/TR 24578:2012

5.5.2 Pre-field procedures

Prior to going into the field to undertake ADCP deployments, the following pre-field
procedures should be undertaken to avoid wasted journeys and delays and to ensure the
quality of the data.

— Ensure that the most recent software and firmware are being used for the data collection
and processing. The latest software should be installed on all field computers to be used.
Additionally, it is good practice to store the software on a separate storage media in case
the computer is damaged or lost.

— All equipment including ancillary items such as distance measurement devices, should
be assembled and checked. A pre-field equipment check should be done to make sure
that all the required equipment is assembled. An example of such a check list is
contained in Annex C.

— All cables, batteries and mounts should be checked.

— The ADCP should be connected to the field computer and all communications including
radio modems, if these are to be used, should be checked.

— Any other ancillary equipment to be used, which will be connected to the ADCP in the
field, such as echo sounders and DGPS, should also be connected and checked.

5.5.3 Pre-measurement procedures

The following pre-measurement procedures should be followed.

a) Required instrument diagnostic checks in accordance with the manufacturer’s


recommendations and any local procedures should be undertaken. It is recommended
that these tests are undertaken from a stationary boat in still water.

b) After the ADCP is mounted and deployed on the flotation device, the transducer depth
should be, manually or automatically, measured and recorded. The transducer depth is
the vertical distance from the water surface to the centre of the transducer faces. When
measuring the transducer depth, it should be ensured that the roll and the pitch of the
flotation device are similar to the roll and pitch experienced during the discharge
measurement. An error in the ADCP depth measurement can result in a significant error
in the channel depth, the extrapolated discharge at the surface and the resulting total
discharge.

c) Particular care should be exercised when measuring transducer depth while on a boat to
ensure personal safety when working at the edge of the boat, as many boats may list
when personnel are not centred in the boat. This can produce an error in the transducer
depth measurement.

d) If possible, a pre-calibrated mounting bracket should be used to ensure that the


equipment is fixed at a known transducer depth. It is essential that the bracket is set
correctly when mounted on the boat or flotation platform and the ADCP set correctly in
the bracket. However, care should be taken to ensure that due allowance is made for
any change of load in the boat such as fuel, personnel and equipment, which could
cause the transducer depth to change.

© BSN 2018 40 dari 107


“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional, copy standar ini dibuat untuk Sub Komite Teknis 91-01-S1 Bidang Sumber Daya Air, dan tidak untuk dikomersialkan”
SNI 8639:2018
ISO/TR 24578:2012

e) Karena suhu adalah paramenter yang paling penting dalam persamaan yang
digunakan untuk memperkirakan kecepatan suara, pemeriksaan pengukuran suhu
instrumen dengan sensor independen merupakan kebiasaan yang baik. Pengukuran
suhu independen sebaiknya dilakukan pada kedalaman yang sama dengan ADCP.
f) Jika melakukan operasi di air ketika salinitas lebih besar dari air tawar normal
(misalnya pada muara), salinitas sebaiknya diukur dekat transduser ADCP dan
nilainya dimasukkan ke dalam perangkat lunak ADCP.
g) Jam ADCP sebaiknya diperiksa dan diatur ke waktu yang benar atau ke zona waktu
yang sama dengan perekam stasiun pengukuran.
h) Banyak ADCP mengubah arah kecepatan air dan kapal relatif terhadap kompas yang
tertanam di dalamnya. Penting bahwa kompas ini terkalibrasi secara benar, terutama
jika looping test (5.5.5.3) atau azimut (5.5.5.4) pergerakan dasar akan dilakukan.
Prosedur kalibrasi kompas khusus untuk setiap instrumen. Referensi sebaiknya
dibuat pada panduan pabrikan.
i) ADCP sebaiknya diatur konfigurasinya oleh pengguna terlatih untuk menggambarkan
kondisi hidraulik dan hidrologis tempat pengukuran dan untuk mengoptimalkan
kualitas data. Parameter konfigurasi ADCP harus diatur termasuk blanking distance,
mode air (jika dapat dipakai), ukuran sel-kedalaman dan kisaran profil. Parameter lain
sebaiknya diatur sebelum pengambilan data, tetapi dapat diubah selama pasca-
pemrosesan, termasuk draft instrumen, bentuk tepi, metode ekstrapolasi atas dan
bawah, dan variasi magnetik. Parameter konfigurasi spesifik untuk jenis (narrowband
atau broadband), pabrikan, dan model ADCP yang digunakan. Deskripsi terperinci
dari semua konfigurasi parameter mengacu pada dokumentasi teknis untuk ADCP
tertentu. Rekomendasi umum untuk parameter konfigurasi diberikan di bawah (lihat
5.5.4)
j) Laju angin dapat menjadi penting, terutama untuk tempat pengukuran dengan
kecepatan rendah yang anginnya dapat sangat mempengaruhi kecepatan
permukaan dan mempengaruhi metode ekstrapolasi atas yang akan diterapkan. Laju
angin keseluruhan dan arahnya, demikian juga perubahan antar-transek, sebaiknya
dicatat pada semua formulir catatan lapangan pengukuran untuk membantu
pemrosesan yang akurat dan peninjauan kembali pengukuran.
k) Jika pengguna tidak terbiasa dengan pengukuran bagian, maka sebaiknya dibuat
transek percobaan di seberang sungai pada untuk mengetahui bagian yang mungkin
atau tidak mungkin direkam. Transek percobaan berguna untuk menentukan ciri-ciri
berikut dari pengukuran yang diusulkan:
1) kedalaman air maksimum;
2) bentuk penampang melintang secara keseluruhan;
3) kecepatan air maksimum dan lokasinya pada penampang melintang;
4) keseragaman aliran;
5) efek struktur hidraulik, seperti jembatan, dermaga, dan pulau, pada aliran;
6) kondisi aliran tidak biasa, seperti pembalikan atau aliran dua-arah;
7) bentuk tepi sungai; dan

© BSN 2018 41 dari 107


“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional, copy standar ini dibuat untuk Sub Komite Teknis 91-01-S1 Bidang Sumber Daya Air, dan tidak untuk dikomersialkan”
SNI 8639:2018
ISO/TR 24578:2012

e) As temperature is the most important parameter in the equation used to estimate the
speed of sound, it is good practice to check the instruments temperature measurement
with an independent sensor. The independent temperature measurement should be
made at the same depth as the ADCP.
f) If operating in waters where the salinity can be higher than normal freshwater (e.g.
estuaries), the salinity should be measured near the ADCPs transducers and the value
entered into the ADCP’s software.
g) The ADCP’s clock should be checked and set to the correct time or to the same time
zone as the gauging station recorder.
h) Many ADCPs resolve boat and water velocity direction relative to an inbuilt compass. It is
important that this compass is correctly calibrated, particularly if loop (5.5.5.3) or azimuth
(5.5.5.4) moving-bed tests are to be carried out. The compass calibration procedure will
be particular to each instrument make. Reference should be made to the manufacturer's
manual.
i) The ADCP should be configured by a trained user to reflect the hydraulic and
hydrological conditions at the site and to optimize the data quality. ADCP configuration
parameters that must be set include the blanking distance, water mode (if applicable),
depth-cell size, and profiling range. Other parameters that should be set prior to data
collection, but which can be modified during post processing, include the instrument draft,
edge shape, top and bottom extrapolation method, and magnetic variation. Configuration
parameters are specific to the type (narrowband or broadband), the manufacturer, and
the model of the ADCP being used. For a detailed description of all configuration
parameters, refer to the technical documentation for the specific ADCP. General
recommendations for configuration parameters are given below (see 5.5.4).
j) Wind speed can be important, especially for sites with low velocities where wind can
greatly affect the surface velocities and influence the top extrapolation method to be
applied. Overall wind speed and direction, as well as changes between transects, should
be noted on all measurement field note forms to assist with accurate processing and
reviewing of measurements.
k) If the user is unfamiliar with the measurement section, a trial transect, which may or may
not be recorded, should be made across the river. A trial transect is useful for
determining the following characteristics of the proposed measurement:
1) maximum water depth;
2) overall cross-sectional shape;
3) maximum water velocity and its location in the cross section;
4) flow uniformity;
5) effects of hydraulic structures, such as bridges, piers, and islands, on the flow;
6) unusual flow conditions, such as reverse or bi-directional flow;
7) bank shapes; and

© BSN 2018 42 dari 107


“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional, copy standar ini dibuat untuk Sub Komite Teknis 91-01-S1 Bidang Sumber Daya Air, dan tidak untuk dikomersialkan”
SNI 8639:2018
ISO/TR 24578:2012

8) perkiraan lokasi awal dan akhir pada sisi kiri dan kanan tepi sungai, yang paling
sedikit terdapat dua sel kedalaman dengan pengukuran kecepatan yang benar
dapat diukur. (Untuk memperoleh perkiraan tepian, pelampung dapat digunakan
untuk menandai lokasi awal dan akhir).
Informasi yang dikumpulkan dari transek percobaan sebaiknya direkam pada catatan
pengukuran debit.

l) Penting bahwa berkas data yang diambil mengikuti konvensi yang seragam. Lembar
lapangan pengukuran ADCP sebaiknya digunakan untuk merekam semua informasi
tempat pengukuran yang bersangkutan, pengaturan konfigurasi dan perincian
pengukuran lainnya. Perubahan apa pun pada pengaturan konfigurasi yang dibuat
selama pengukuran sebaiknya tercatat dengan jelas yang menyatakan perubahan
transek diterapkan. Contoh lembar lapangan terdapat dalam Lampiran D.
m) Tes pergerakan dasar sebaiknya dilakukan (lihat 5.5.5). Tes pergerakan dasar harus
selalu dilakukan dan dicatat sebelum melakukan pengukuran debit apa pun. Hal ini
disebabkan pada kenyataannya debit dapat diabaikan jika dasar bergerak karena
ADCP akan mengabaikan kecepatan jika dasarnya bergerak. Sebaiknya hasil
digunakan untuk menentukan metode pengamatan posisi yang digunakan dan untuk
menyesuaikan pengukuran debit apa pun (jika diperlukan). Ada berbagai macam
metode untuk melakukan tes pergerakan dasar.
5.5.4 Parameter konfigurasi

1. Nama berkas untuk berkas data yang diambil (juga disebut nama pengukuran) harus
mengikuti konvensi yang seragam, pendokumentasian yang dikembangkan oleh setiap
organisasi yang terlibat dalam pengoperasian ADCP.
2. Kedalaman ADCP (jarak vertikal dari permukaan air ke bagian tengah muka transduser)
harus diukur dengan akurat, dicatat dalam catatan pengukuran-debit ADCP, dan
dimasukkan ke dalam berkas konfigurasi. Pitch and roll pada kapal ketika kedalaman
sedang diukur sebaiknya serupa dengan pitch and roll selama pengukuran debit. Jika
kedalaman ADCP berubah selama pengukuran, kedalaman harus diukur lagi, dicatat, dan
berkas konfigurasi diubah sesuai kedalaman yang baru.
3. Sebagian besar perangkat lunak pengambilan-data ADCP berisi metode otomatis untuk
melakukan konfigurasi ADCP. Cara otomatis tergantung pada informasi yang diberikan
pengguna mengenai ciri-ciri lokasi pengukuran, kedalaman air maksimum, ciri material
dasar, laju maksimum air yang diharapkan, dan laju kapal.
4. Parameter konfigurasi dan kondisi lokasi pengukuran yang dimasukkan ke dalam program
konfigurasi otomatis sebaiknya dibuat dokumentasi dalam catatan lapangan. Perubahan
yang dibuat pada konfigurasi ADCP selama pengukuran sebaiknya dibuat dokumentasi
pada formulir catatan pengukuran sehingga jelas perubahan apa yang dilakukan dan
tempat perubahan transek diterapkan.

© BSN 2018 43 dari 107


“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional, copy standar ini dibuat untuk Sub Komite Teknis 91-01-S1 Bidang Sumber Daya Air, dan tidak untuk dikomersialkan”
SNI 8639:2018
ISO/TR 24578:2012

8) approximate start-and-stop locations on the left and right banks, where a


minimum of two depth cells with valid velocity measurements can be measured.
(To obtain consistent edge estimates, buoys can be used to mark the start-and-
stop locations).
The information gleaned from the trial transect should be recorded on the discharge-
measurement notes.

l) It is important that the data files collected follow a uniform convention. An ADCP
measurement field sheet should be used to record all pertinent site information,
configuration set-ups and other gauging details. Any changes to the configuration set-up
made during a measurement should be recorded clearly stating to which transects the
changes apply. Examples of field sheets are contained in Annex D.

m) A moving-bed test should be undertaken (see 5.5.5). A moving-bed test should always
be carried out and recorded prior to making any discharge measurements. This is due to
the fact that the discharge could be underestimated if the bed is moving, since the ADCP
will underestimate the velocity if the bed is moving. The results should be used to decide
on the position monitoring method used and to adjust any discharge measurements (if
necessary). There are various methods for undertaking a moving-bed test.

5.5.4 Configuration parameters

1. File names for the data files collected (also called deployment names) should follow a
uniform, documented convention developed by each organization involved in the ADCP
operation.

2. The depth of the ADCP (vertical distance from the water surface to the centre of the
transducer face) must be measured accurately, recorded in the ADCP discharge-
measurement notes, and entered into the configuration file. The pitch-and-roll of the boat
when the depth is measured should be similar to the pitch-and-roll during the discharge
measurement. If the depth of the ADCP changes during the measurement, the depth must
be measured again, noted, and the configuration file modified with the new depth.

3. Most ADCP data-collection software contains an automated method to configure the


ADCP. The automated methods are dependent upon user-supplied information about site
characteristics, such as maximum water depth, bed-material characteristics, and expected
maximum water and boat speeds.

4. The configuration parameters and the site conditions entered into an automated
configuration program should be documented in the field notes. Changes made to the ADCP
configuration during a measurement should be documented on the measurement field note
forms so that it is clear that changes were made and clear which transects these changes
apply to.

© BSN 2018 44 dari 107


“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional, copy standar ini dibuat untuk Sub Komite Teknis 91-01-S1 Bidang Sumber Daya Air, dan tidak untuk dikomersialkan”
SNI 8639:2018
ISO/TR 24578:2012

5. Konfigurasi manual pada ADCP sebaiknya hanya digunakan dalam kasus yang langka
yang prosedur otomatisnya tidak dapat diterapkan. Pedoman instrumen terbaru sebaiknya
dimengerti sebelum mencoba manual konfigurasi. Jika pedoman tidak tersedia, pengguna
dapat menggunakan rekomendasi pabrikan untuk unitnya.
6. Konfigurasi ADCP untuk mengambil data ping-tunggal lebih disukai jika level kebisingan
acak tidak mencegah konfigurasi ini. Pengambilan data ping tunggal membuat
kemungkinan masalah kualitas data menjadi lebih mudah dikenali daripada masalah
dengan data rata-rata ping-banyak. Ketika mengambil data rata-rata multi-ping, pengguna
sebaiknya mengetahui seberapa sering sensor arah, pitch and roll direkam dan seberapa
sering kedalaman air dan kecepatan kapal diukur. Biasanya hal ini dilakukan secara
otomatis pada sebagian besar ADCP narrowband, tetapi fleksibilitas yang didapat dari
mode air 12 dalam broadband ADCP memungkinkan pengguna untuk mengatur
konfigurasi yang tidak optimal dalam pengoperasian pada kapal bergerak (moving-boat).
Jika jarak waktu rata-rata terlalu lama untuk stabilitas kapal dan turbulensi air, kesalahan
dapat terjadi pada pengukuran.
7. Metode ekstrapolasi untuk zona tidak terukur bagian atas dan bawah harus ditentukan,
kecuali apabila metode ekstrapolasi mengalami kegagalan menjadi standar pangkat 1/6
(koefisien pangkat 0,1667) pada bagian atas dan bawah untuk pengambilan data. Sering
kali metode ekstrapolasi yang tepat tidak dapat ditentukan sampai setelah pengukuran
selama pasca-pemrosesan selesai. Data yang diambil sebelumnya dari tempat
pengukuran mungkin dapat digunakan untuk memandu pemilihan metode ekstrapolasi.
Dengan tidak adanya informasi lainnya, metode ekstrapolasi adalah teknik yang baik
untuk sebagian besar pengukuran debit air terbuka yang dibuat selama kondisi aliran
tenang. Untuk metode ekstrapolasi sebaiknya dilakukan evaluasi dan jika diperlukan,
dapat diubah selama pasca-pemrosesan.
5.5.5 Tes pergerakan dasar

5.5.5.1 Metode

Tiga metode pergerakan dasar adalah sebagai berikut:

- metode stasioner (menahan kapal/anjungan pelampung pada stasiun dan merekam


pergerakan semu ke hulu);
- metode putaran (menyeberangi saluran dan kembali ke titik awal yang tepat,
merekam semua pergerakan semu ke hulu);
- metode azimut (menyeberangi saluran antara titik awal dan akhir serta merekam
pergerakan semu ke hulu). Pekerjaan yang dilakukan di USA telah menunjukkan
bahwa metode ini sangat sensitif membuat kesalahan dalam azimut terukur, oleh
karena itu sebaiknya digunakan secara hati-hati.
Kompas internal penting untuk melakukan tes pergerakan dasar putaran dan azimut. Jika
instrumen tidak memiliki kompas, sebaiknya digunakan stasiun penyimpanan.

© BSN 2018 45 dari 107


“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional, copy standar ini dibuat untuk Sub Komite Teknis 91-01-S1 Bidang Sumber Daya Air, dan tidak untuk dikomersialkan”
SNI 8639:2018
ISO/TR 24578:2012

5. Manual configuration of an ADCP should only be used in rare cases where the
automated procedures are not applicable. The most up-to-date guidelines for the instrument
should be understood before attempting a manual configuration. If guidelines are not
available, the user should use manufacturer's recommendations for the unit.
6. Configuration of the ADCP to collect single-ping water data is preferable, if random noise
levels do not prohibit this configuration. Collection of single ping data allows possible data-
quality problems to be more easily identified than problems with multi-ping averaged data.

When collecting multi-ping averaged data, the user should be aware of how often the heading, pitch,
and roll sensors are recorded and how often water depth and boat velocity are measured. Typically,
this is done automatically in most narrowband ADCPs, but the flexibility provided by water mode 12 in
broadband ADCPs allows the user to set a configuration that is not optimal for moving-boat
deployments. If the averaging interval is too long for the boat stability and water turbulence, errors can
be introduced into the measurement.

7. The extrapolation method for the top and bottom unmeasured zones must be specified
unless the extrapolation methods default to the one-sixth (0,166 7 power coefficient) power
law on the top and bottom for data collection. Often, the appropriate extrapolation method
cannot be determined until after the measurement during post processing. Previous data
collected at a site may be used to guide the selection of the extrapolation method. In the
absence of any other information, the one-sixth power-law extrapolation method is a good
technique for most open-water discharge measurements made during steady-flow conditions.
The extrapolation methods should be evaluated and, if necessary, changed during post-
processing.

5.5.5 Moving-bed tests

5.5.5.1 Methods

Three moving-bed methods are:

— the stationary method (holding the boat/flotation platform on station and recording
apparent upstream movement);

— the loop method (crossing the channel and returning to the exact starting point, recording
any apparent upstream movement);

— the azimuth method (crossing the channel between fixed start and end points and
recording apparent upstream movement). Work undertaken in the USA has shown that
this method is too sensitive to errors in the azimuth measured and should therefore be
used with caution.

An internal compass is essential for the loop and azimuth moving-bed tests. If the instrument
does not have a compass, the holding station test should be used.

© BSN 2018 46 dari 107


“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional, copy standar ini dibuat untuk Sub Komite Teknis 91-01-S1 Bidang Sumber Daya Air, dan tidak untuk dikomersialkan”
SNI 8639:2018
ISO/TR 24578:2012

5.5.5.2 Metode Stasioner

Paling tidak satu bagian sungai sebaiknya diidentifikasi pada lokasi yang kemungkinan
pergerakan dasar paling besar terjadi. Walaupun lokasi dari kemungkinan pergerakan dasar
maksimum tidak dapat diprediksi dengan mudah, sering kali terjadi di wilayah dengan
kecepatan air maksimum. Bagaimanapun pergerakan dasar telah diamati baik di daerah
dataran banjir yang muka air dan kecepatannya rendah.

Ketika terjadi keragu-raguan, tes pergerakan dasar sebaiknya dibuat pada beberapa posisi
di seberang sungai. Perahu yang digunakan untuk melakukan tes pergerakan dasar
sebaiknya ditahan dalam posisi stasioner dalam waktu minimum 5 menit jika kapal ditambat
atau berlabuh, jika tidak maka minimum 10 menit. (Jika tidak mungkin menahan kapal
sepenuhnya stasioner, catatan sebaiknya dibuat dari pergerakan kapal dan dengan jumlah
yang sama dibuat ketika sedang memeriksa hasil). Dalam posisi stasioner ini, data ADCP
sebaiknya direkam dan diperiksa untuk pergerakan semu apa pun dari instrumen relatif
menuju saluran bagian bawah. Jika pergerakan semu diukur, kecepatan air dan arah
pergerakan yang diukur oleh ADCP akan menjadi tidak tepat dan debit yang ditentukan oleh
ADCP akan menjadi salah.

Berbagai metode untuk menahan posisi telah dites. Kesimpulan yang diperoleh dari tes
tersebut adalah keakuratan pergerakan dasar berbanding lurus terhadap metode
penempatan ADCP yang digunakan. Tambatan, tali penanda, jangkar atau pelampung
adalah metode efektif untuk menahan kapal pada tempatnya. Mempertahankan posisi
menggunakan GPS genggam dan kontrol mesin tidak efektif untuk mengukur kecepatan
dasar bergerak. Sangat sulit untuk mempertahankan posisi kapal dalam arus hanya dengan
kontrol mesin. Bahkan pergerakan kecil dapat mempengaruhi keakuratan dari tes ini
sehingga hanya keberadaan dasar bergerak yang dapat ditentukan.

5.5.5.3 Metode Loop

Metode loop adalah metode alternatif untuk pengukuran pergerakan dasar; yang melibatkan
pembentukan tanda permulaan. “Loop” tunggal terdiri atas dua transek yang berlawanan
arah, menyeberangi, dan kembali menyeberangi sungai, yang berawal dan berakhir pada
penanda awal. Metode ini akan menunjukkan apakah kondisi pergerakan dasar terjadi pada
titik mana pun pada bagian yang diukur ketika seluruh lebar dari bagian yang diukur diuji.
Bagaimanapun, pulsa dalam pergerakan dasar lebih sulit untuk dikenali ketika ADCP tidak
dapat ditahan dalam posisi stasioner pada titik apa pun dan berapa pun lama waktunya.
Pekerjaan yang dilakukan di USA telah menunjukkan bahwa metode ini sangat sensitif
terhadap kesalahan pada azimut terukur dan karena itu sebaiknya digunakan dengan penuh
kehati-hatian.

Penting bahwa kompas ADCP menunjukkan keakuratan magnetik utara. Oleh karena itu,
prosedur kalibrasi kompas sebaiknya dilakukan pertama kali. Titik awal yang jelas dan stabil
harus dipahami dan garis lintang dibuat menyeberangi sungai hingga kembali ke titik awal.
Penting untuk dapat mempertahankan laju tetap selama proses. Jika kondisi pergerakan
dasar ada, ADCP akan berasumsi telah kembali ke posisi beberapa jarak ke hulu dari titik
awal dan akhir sebenarnya (lihat Gambar 11). Jarak ini dibagi menjadi waktu total garis
lintang ke luar dan ke dalam sama dengan kecepatan dari bahan pergerakan dasar.
Nilainya dapat digunakan untuk mengoreksi kecepatan rata-rata air selama penentuan aliran
dan nilai dari debit terhitung.

© BSN 2018 47 dari 107


“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional, copy standar ini dibuat untuk Sub Komite Teknis 91-01-S1 Bidang Sumber Daya Air, dan tidak untuk dikomersialkan”
SNI 8639:2018
ISO/TR 24578:2012

5.5.5.2 Stationary method


At least one section of the river should be identified where the potential for bed movement is
greatest. Although the location of maximum potential bed movement cannot easily be
predicted, it often occurs in the region of maximum water velocity. However, bed movement
has been observed in both low velocity and low-water flood plain areas.

When in doubt, moving-bed tests should be made at several positions across the river. The
vessel used to make the moving-bed test should be held in a stationary position for a
minimum of 5 min if the boat is tethered or anchored, otherwise for a minimum of 10 min. (If it
is not possible to hold a boat absolutely stationary, a note should be made of the movement
of the boat and allowance for the same made while examining the results.) While in this
stationary position, ADCP data should be recorded and examined for any apparent
movement of the instrument relative to the channel bottom. If apparent movement is
measured, the water velocity and direction of movement measured by the ADCP will be
incorrect and the discharge determined by the ADCP will be in error.

Various methods for holding station have been tested. Conclusions made from a moving-bed
test are only as good as the accuracy of the positioning method. Tethers, tag lines, anchors,
or buoys are effective methods for holding a boat on station. Maintaining position using a
hand-held GPS and engine control is not effective for quantifying moving-bed velocity. It is
extremely difficult to maintain a boat’s position in a current by engine control alone. Even
small movements affect the accuracy of the test, thus only the existence of a moving bed can
be determined.

5.5.5.3 Loop method

The loop method is an alternative method for moving-bed measurement; it involves the
establishment of a starting marker. A single “loop” consisting of two opposite direction
transects is undertaken, across and back across the river, starting and finishing at the
starting marker. This method should show if a moving-bed condition is occurring at any point
across the measured section as the entire width of the measured section is tested. However,
pulsing in the movement of the bed is more difficult to identify as the ADCP is not held
stationary at any point for any length of time. Work undertaken in the USA has shown that
this method is too sensitive to errors in the azimuth measured and should therefore be used
with caution.

It is important that the ADCP compass provide an accurate estimate of magnetic north.
Accordingly, a compass calibration procedure should first be carried out. A clear and stable
starting point should be identified and a traverse made across the river and back to the
starting point. It is important to maintain a steady speed during the process. If a moving-bed
condition is present, the ADCP will assume it has returned to a position some distance
upstream of the actual start and finish point (see Figure 11). This distance divided by the
total time of the outward and inward traverses is equal to the velocity of the moving-bed
material. The value can be used to correct the average velocity of the water during a flow
determination and the value of the computed discharge.

© BSN 2018 48 dari 107


“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional, copy standar ini dibuat untuk Sub Komite Teknis 91-01-S1 Bidang Sumber Daya Air, dan tidak untuk dikomersialkan”
SNI 8639:2018
ISO/TR 24578:2012

Keterangan
1 arah aliran
2 garis transek semu
3 jarak hulu
4 garis transek sebenarnya

Gambar 11 – Efek dari pergerakan dasar pada posisi pengamatan ADCP dan jalan
yang dilewati oleh ADCP selama looping tes pergerakan dasar

5.5.5.4 Metode azimut

Untuk metode azimut, titik awal dan titik akhir sebaiknya bertanda yang jaraknya diukur
secara akurat. Jika jarak semu yang dilalui oleh ADCP tidak sesuai dengan nilai ini dan
instrumen berhenti di titik beberapa meter dari titik akhir (ke arah hulu), terdapat pergerakan
dasar. Sebaiknya dilakukan kalibrasi kompas ADCP untuk tes ini. Seperti loop moving-bed
test, metode ini harus menunjukkan apakah kondisi pergerakan dasar terjadi pada titik apa
pun sepanjang bagian terukur ketika seluruh lebar dari bagian terukur sedang dilakukan tes.
Bagaimanapun, pulsing pada pergerakan dasar sulit untuk dikenali karena ADCP tidak
ditahan dalam posisi statis. Penting untuk mempertahankan kecepatan yang stabil
sepanjang proses ini. Penelitian yang dilakukan oleh USGS telah menunjukkan bahwa
metode ini sensitif terhadap kesalahan dalam mengukur azimut sehingga metode ini tidak
direkomendasikan.

5.5.5.5 Pertimbangan umum

Walalupun bottom tracking merupakan metode yang paling efektif untuk pengamatan posisi
ADCP, lebih baik beralih ke metode alternatif untuk memperoleh kecepatan kapal jika
pergerakan dasar terdeteksi (lihat Subpasal 4.4) atau dapat pindah ke lokasi pengukuran
alternatif. Jika hal ini tidak memungkinkan, berbagai macam metode dapat digunakan untuk
mengimbangi pergerakan dasar (lihat Subpasal 5.5.10). Sebaiknya dicatat bahwa DGPS
yang efektif tidak tersedia di seluruh dunia. Jika ada pergerakan dasar, akan ada perbedaan
dalam mengambil contoh kecepatan rata-rata antara pengamatan posisi DGPS dan bottom
tracking. Ini dapat digunakan untuk menentukan apakah DGPS atau bottom tracking yang
sebaiknya direferensikan.

© BSN 2018 49 dari 107


“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional, copy standar ini dibuat untuk Sub Komite Teknis 91-01-S1 Bidang Sumber Daya Air, dan tidak untuk dikomersialkan”
SNI 8639:2018
ISO/TR 24578:2012

Key
1 direction of flow
2 apparent transect lines
3 distance upstream
4 true transect lines

Figure 11 — Effect of a moving bed on ADCP position monitoring and the paths
travelled by the ADCP during a loop moving-bed test

5.5.5.4 Azimuth method

For the azimuth method, fixed starting and stopping markers should be established. The path
length between these markers should be measured accurately. If the apparent distance
travelled by the ADCP does not correspond to this value and the instrument appears to have
reached a point some distance upstream of the stopping marker, a moving-bed condition
exists. The ADCP compass should be calibrated for this test. As with the loop moving-bed
test, this method should show if a moving-bed condition is occurring at any point across the
measured section as the entire width of the measured section is tested. However, pulsing in
the movement of the bed is more difficult to identify as the ADCP is not held stationary at any
point for any length of time. It is important to maintain a steady speed during the process.
Research undertaken by USGS has shown that this method is sensitive to errors in
measuring the azimuth and, as such, is not recommended.

5.5.5.5 General considerations

Although bottom tracking is the most effective method for ADCP position monitoring, it is
better to switch to an alternative method for obtaining boat velocities if a moving bed is
detected (see 4.4) or move to an alternative site. If this is not possible, various methods can
be used to compensate for a moving bed (see 5.5.10). It should be noted that effective
DGPS is not universally available. If there is moving bed, there will be a difference in sample
mean velocity between DGPS position monitoring and bottom tracking. This could be used to
determine whether DGPS or bottom tracking should be the reference.

© BSN 2018 50 dari 107


“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional, copy standar ini dibuat untuk Sub Komite Teknis 91-01-S1 Bidang Sumber Daya Air, dan tidak untuk dikomersialkan”
SNI 8639:2018
ISO/TR 24578:2012

5.5.6 Prosedur pengukuran debit

Prosedur yang harus diikuti ketika melakukan pengukuran debit, namun tidak terbatas hanya
pada hal-hal berikut antara lain adalah:

a) Sebaiknya paling sedikit dilakukan 4 transek. Jika satu dari empat transek memiliki
debit yang berbeda, yaitu lebih dari 5% dari rata-rata empat ukuran (ini diambil
sebagai debit terukur),serta tidak ada masalah dalam kualitas data, empat transek
lebih lanjut sebaiknya dilakukan. Debit terukur sebaiknya diambil sebagai rata-rata
dari delapan transek. Dalam kondisi aliran tidak tetap (misalnya ketika ada efek
peraturan lockage = jalan air yang terkunci), mungkin diperlukan penggunaan debit
transek individual sebagai penentu yang berbeda. Namun, idealnya lebih baik jika
pasangan dari transek yang berlawanan dapat dirata-ratakan untuk mengurangi
potensi simpangan arah.
b) Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, jika memungkinkan, ADCP sebaiknya
dioperasikan dalam mode real-time bukan perekam otomatis. Ini memungkinkan
operator mengamati data secara berkesinambungan dan jika masalah kualitas data
krisis terjadi, memungkinkan operator untuk mengakhiri transek. Masalah dalam
kualitas data krisis, di antaranya:
1) penggunaan cara pengoperasian yang tidak sesuai;
2) kesalahan konfigurasi seperti tidak cukupnya jumlah sel kedalaman untuk
menggambarkan dasar saluran;
3) data yang hilang meliputi area yang besar;
4) kecepatan kapal atau air yang tidak biasa;
5) laju kapal yang berlebihan;
6) penghentian transek sebelum waktunya dengan tidak sengaja.
c) Pada permulaan transek pertama, operator harus menempatkan kapal atau alat
pelampung sedekat mungkin pada awal tepi sungai untuk pengoperasian ADCP.
Ketika kapal tidak bergerak, operator harus mulai menjalankan perangkat lunak
transek. Pada titik ini, operator sebaiknya memulai pengukuran debit dan harus
melakukan hal-hal berikut.
1) Jarak ke pantai sebaiknya diperkirakan oleh beberapa nilai rata-rata yang cocok
(lihat Lampiran B). Ini tergantung pada sifat alami dan ukuran dari saluran, tetapi
teknik pengukuran tanah apa pun yang dapat diterima dan cocok harus cukup
(misalnya alat pengukur jarak sasaran, pita, tanda pelampung pada titik referensi
tetap).
2) Operator harus menentukan bahwa ADCP mengambil paling sedikit dua data bin
yang bagus menggunakan sistem perangkat lunak.
3) Ketika operator yakin bahwa data yang sedang diambil akurat dan kapal atau alat
pelampung berada pada posisi yang tepat untuk memulai pengukuran debit,
perekaman sebaiknya dimulai dan diteruskan sampai dua ansambel yang bagus
telah diambil. Selama periode tersebut berlangsung, kapal atau alat pelampung
sebaiknya bergerak dengan perlahan menuju bagian tengah saluran. Kapal atau
alat pelampung kemudian dapat didorong menyeberangi saluran.

© BSN 2018 51 dari 107


“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional, copy standar ini dibuat untuk Sub Komite Teknis 91-01-S1 Bidang Sumber Daya Air, dan tidak untuk dikomersialkan”
SNI 8639:2018
ISO/TR 24578:2012

5.5.6 Discharge measurement procedures

The procedures to adopt when undertaking a discharge measurement should include, but
are not necessarily limited to, the following.

a) A minimum of four transects should be undertaken. If the discharge for any of the four
transect differs by more than 5 % of average of the four readings (this is taken as the
measured discharge) and there is no obvious data quality problem, a further four
transects should be undertaken. The measured discharge should be taken as the
average of the eight transects. In unsteady flow conditions (e.g. where there are lockage
regulation effects), it may be necessary to use individual transect discharges as discrete
determinations. Ideally, however, it would be better if pairs of opposite transects can be
averaged to reduce the potential for directional bias.

b) As already stated, whenever possible, the ADCP should be operated in the real-time –
not self-contained –mode. This allows the operator to continually monitor the data and if
a critical data-quality problem occurs, allows the operator to terminate the transect. A
critical data quality problem may include:

1) use of an inappropriate operating mode;

2) configuration errors such as an insufficient number of depth cells to profile the


channel bed;

3) appreciable area with missing data;

4) unusual boat or water velocities;

5) excessive boat speed;

6) inadvertent early termination of the transect.

c) At the commencement of the first transect, the operator should station the boat or
flotation device as close to the start bank as feasible for the operation of the ADCP.
While the boat is stationary, the operator should start the transect software. At this point,
the operator is beginning the discharge measurement and should undertake the
following.

1) The distance to shore should be estimated by some suitable means (see Annex B).
This is dependent on the nature and size of the channel, but any suitable acceptable
surveying technique should suffice (e.g. range finder, tape, marker buoys at fixed
reference points).

2) The operator should establish that the ADCP is collecting at least two good bins of
data using the systems software.

3) When the operator is satisfied that accurate data are being collected and the boat or
flotation device is in the correct position to start the discharge measurement, the
recording should be commenced and continued until two good ensembles have been
collected. During this period, the boat or flotation device should be barely moving
toward centre channel. The boat or flotation device can then be propelled across the
channel.

© BSN 2018 52 dari 107


“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional, copy standar ini dibuat untuk Sub Komite Teknis 91-01-S1 Bidang Sumber Daya Air, dan tidak untuk dikomersialkan”
SNI 8639:2018
ISO/TR 24578:2012

Jika memungkinkan, laju rata-rata kapal/alat pelampung sebaiknya lebih kecil atau
sama dengan kecepatan air rata-rata. Sebagai tambahan, sebaiknya laju kapal
sejauh mungkin seragam. Jika diperlukan perubahan laju atau arah, sebaiknya
dilakukan dengan perlahan.
d) Semua informasi yang relevan tentang pengukuran sebaiknya direkam pada formulir
pengukuran selama proses pengambilan data. Informasi ini dapat termasuk informasi
mengenai tidak bisanya mempertahankan laju kapal kurang dari kecepatan air rata-
rata, perkiraan laju angin dan arahnya, arah ganda atau pola aliran tidak biasa,
pergerakan kapal yang lewat dan alasan untuk mengakhiri transek.
5.5.7 Jarak tepian

Jarak tepi untuk perkiraan debit tepi, sebaiknya diukur menggunakan meteran, alat pengukur
jarak elektronik, tali penanda, atau beberapa alat pengukur akurat lainnya. Memperkirakan
dengan memakai mata saja tidak cukup akurat. Bentuk dari bagian transek yang tidak
terukur sebaiknya dicatat dan dimasukkan ke dalam konfigurasi instrumen. Jarak tepi dan
informasi bentuk sebaiknya juga dicatat secara manual.

5.5.8 Jumlah transek (Pengukuran debit)

Paling sedikit empat transek (dua dalam setiap arah) sebaiknya dibuat di bawah kondisi
aliran tenang. Debit terukur adalah rata-rata debit dari empat transek. Jika debit untuk salah
satu transek berbeda lebih dari 5% dari debit terukur, minimum empat transek tambahan
harus dapat diperoleh dan rata-rata dari seluruhnya, yaitu delapan akan menjadi debit
terukur. Jika memungkinkan, transek bolak balik sebaiknya dibuat untuk mengurangi
kemungkinan simpangan arah. Harus diakui bahwa karena sifat hidraulik dari saluran
(misalnya fluktuasi jangka pendek yang penting dalam debit), mungkin tidak bisa untuk
memperoleh toleransi 5%. Dalam kondisi demikian, operator harus memberi penilaian
berdasarkan pengalaman mereka dan pengetahuan tentang lokasi pengukuran.

Mungkin diperlukan penggunaan transek individual sebagai pengukuran debit yang berlainan
di bawah kondisi arus yang berubah dengan cepat, seperti saluran yang terpengaruh pasang
surut. Alasan penggunaan transek individual sebagai pengukuran sebaiknya
didokumentasikan dan disimpan secara permanen dengan pengukuran debit atau analisis
stasiun yang dapat dipakai atau berkas. Bagaimanapun, jika memungkinkan, pasangan atau
transek bolak balik sebaiknya dibuat untuk mengurangi simpangan arah.

5.5.9 Pemilihan lokasi pengukuran

Penting untuk memilih lokasi pengukuran yang tepat dalam pengukuran aliran arus. Acuan
yang disediakan (lihat Pasal 6) sebaiknya tidak diabaikan ketika menggunakan ADCP.
Banyak masalah pengukuran ADCP dapat diatasi dengan pemindahan daerah pengukuran
yang lebih baik.

© BSN 2018 53 dari 107


“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional, copy standar ini dibuat untuk Sub Komite Teknis 91-01-S1 Bidang Sumber Daya Air, dan tidak untuk dikomersialkan”
SNI 8639:2018
ISO/TR 24578:2012

Whenever possible, the average boat/flotation device speed should be less than or equal to
the average water velocity. In addition, as far as possible, the boat speed should be uniform.
If changes of speed or direction are required, these should be undertaken slowly.

d) All relevant information concerning the gauging should be recorded on the field sheets
during the measurement process. This information could include reasons for not being
able to maintain a boat speed less than the mean water velocity, estimated wind speed
and direction, bi-directional or unusual flow patterns, passing boat movements and
reasons for terminating a transect.

5.5.7 Edge distances

Edge distances for estimation of edge discharge, should be measured using a tape measure,
an electronic distance measuring device, a tag line, or some other accurate measuring
device. Estimates by eye are not sufficiently accurate. The shape of the unmeasured part of
the transect should be noted and input to the instruments’ configuration. Edge distance and
shape information should also be noted manually.

5.5.8 Number of transects (Discharge measurements)

A minimum of four transects (two in each direction) should be made under steady flow
conditions. The measured discharge will be the average of the discharges from the four
transects. If the discharge for any of the transects differs by more than 5 % from the
measured discharge, a minimum of four additional transects should be obtained and the
average of all eight will be the measured discharge. Whenever possible, reciprocal transects
should be made to reduce potential directional bias. It has to be recognized that due to the
hydraulic behaviour of the channel (e.g. significant short-term fluctuations in discharge), it
may not be possible to achieve the 5 % guideline. In such circumstances, the operator will
need to make judgments based on their experience and knowledge of the site.

It may be necessary to use individual transects as discrete measurements of discharge


under rapidly varying flow conditions, such as tidally affected channels. The rationale for
using individual transects as measurements should be documented and permanently stored
with the discharge measurement or applicable station analyses or files. However, whenever
possible, pairs of reciprocal transects should be made to reduce directional bias.

5.5.9 Site selection

It is important to select appropriate sites for stream flow measurements. The guidelines
provided (see Clause 6) should not be ignored when using an ADCP. Many ADCP
measurement problems can be resolved by moving to a better measurement section.

© BSN 2018 54 dari 107


“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional, copy standar ini dibuat untuk Sub Komite Teknis 91-01-S1 Bidang Sumber Daya Air, dan tidak untuk dikomersialkan”
SNI 8639:2018
ISO/TR 24578:2012

5.5.10 Berkenaan dengan pergerakan dasar

5.5.10.1 Pendahuluan

Lebih baik hindari lokasi pengukuran yang memiliki kondisi pergerakan dasar, tetapi
kemungkinan untuk menemukan lokasi pengukuran alternatif sangat sulit. Terjadinya kondisi
pergerakan dasar mungkin tergantung pada kondisi aliran. Informasi ini sebaiknya
dimasukkan dalam deskripsi lokasi pengukuran yang dipertanyakan. Ketika menghadapi
kondisi pergerakan dasar, perlu untuk melakukan kalibrasi kompas internal ADCP secara
benar dan memperoleh perkiraan akurat dari variasi magnetik lokal.
Untuk lokasi pengukuran pada saat kondisi pergerakan dasar terlihat, DGPS dapat
digunakan untuk menghitung kecepatan kapal daripada bottom tracking. DGPS sebaiknya
memiliki kemampuan ketelitian hingga sub-meter. Ketelitian DGPS dapat dipengaruhi oleh
pohon atau bangunan di tepi sungai pada sungai sempit. Ketika GPS hanya dapat
mendeteksi satelit sebanyak tiga atau kurang pada satu waktu, atau jika stasiun yang
berbeda terlihat buram, maka dapat dipertimbangkan untuk mengurangi ketelitian instrument.
Sistem GPS harus mengingatkan pengguna jika hal ini terjadi.
Ada beberapa alternatif untuk menggunakan GPS ketika pergerakan dasar terjadi.
Efektivitas setiap metode tergantung pada teknik pengambilan data yang tepat di lapangan.
Metode tersebut di antaranya:
a) metode section-by-section;
b) metode koreksi loop;
c) metode koreksi subsection;
d) metode koreksi azimut.
Metode loop dan azimut berdasarkan tes pergerakan dasar loop dan azimut (lihat Subpasal
5.5.5). Metode loop mungkin alternatif yang paling mudah dari empat alternatif, baik di
lapangan maupun pasca-pemrosesan. Penggunaan metode azimut memiliki potensi terbesar
untuk melakukan kesalahan. Untuk kedua metode ini, diperlukan kompas internal dengan
kalibrasi yang akurat. Jika instrumen tidak memiliki kompas, metode alternatif sebaiknya
digunakan. Tiga dari empat teknik tersebut bertujuan untuk menghitung pengaruh dari
pergerakan dasar dan menyesuaikan pengukuran ADCP.

5.5.10.2 Metode section-by-section

Lihat Subpasal 5.6. untuk perinciannya

5.5.10.3 Metode koreksi loop


Metode loop berdasarkan pada fakta bahwa ketika ADCP bergerak menyeberangi arus,
pergerakan dasar akan menyebabkan bottom tracking berdasarkan jalur kapal menjadi
berubah ke arah hulu. Oleh karena itu, jika ADCP membuat dua jalan persimpangan dari
arus (loop) dengan pergerakan dasar, bottom tracking berdasarkan jalur kapal akan
menunjukkan bahwa ADCP telah kembali ke posisi hulu dari posisi awal aslinya (lihat
Gambar 11). Ketika ADCP terlihat telah bergerak ke hulu, kecepatan air yang diukur oleh
ADCP akan menyimpang rendah dan oleh sebab itu, debit juga akan menjadi menyimpang
rendah. Jika kecepatan pergerakan dasar dapat ditentukan, debit dihilangkan dari
pengukuran yang disebabkan oleh pergerakan dasar dapat diperkirakan dan ditambahkan ke
debit terukur untuk memperoleh debit terkoreksi, sehingga:
(5)

© BSN 2018 55 dari 107


“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional, copy standar ini dibuat untuk Sub Komite Teknis 91-01-S1 Bidang Sumber Daya Air, dan tidak untuk dikomersialkan”
SNI 8639:2018
ISO/TR 24578:2012

5.5.10 Dealing with a moving bed


5.5.10.1 Introduction

It is better to avoid gauging sites with a moving bed, but it may not be possible to find an
alternative site. The presence of a moving-bed condition may be flow dependent. This
information should be included in the description of the gauging site in question. When
dealing with a moving-bed condition, it is necessary to properly calibrate the internal
compass of the ADCP and obtain an accurate estimate of the local magnetic variation.

For sites where a moving-bed condition is observed, a DGPS can be used instead of bottom-
tracking to compute vessel velocity. The DGPS should be capable of sub-metre accuracy.
The accuracy of the DGPS may be affected by trees or buildings on the river bank on narrow
rivers. When GPS can only sight three or less satellites at one time, or if differential stations
are obscured, the accuracy of the instrument is reduced considerably. The GPS system
should warn the user when this occurs.

There are alternatives to using a GPS when a moving bed is present. The effectiveness of
each method is dependent on proper data collection techniques in the field. The methods
include:

a) the section-by-section method;


b) the loop correction method;
c) the subsection correction method;
d) the azimuth correction method.

The loop and azimuth methods are based on the loop and azimuth moving-bed tests (see
5.5.5). The loop method may be the simplest of the four alternatives both in the field and in
post-processing. The azimuth method may have the most potential for error. For both of
these methods, an accurately calibrated internal compass is required. If the instrument does
not contain a compass, an alternative method should be used. Three of the four techniques
aim to calculate the affect of the moving bed and adjust the ADCP measurements.

5.5.10.2 Section-by-section method

See 5.6 for details.

5.5.10.3 Loop correction method

The loop method is based on the fact that as an ADCP is moved across the stream, a
moving bed will cause the bottom track-based ship track to be distorted in the upstream
direction. Therefore, if an ADCP makes a two-way crossing of a stream (loop) with a moving
bed, the bottom track-based ship track will show that the ADCP will have returned to a
position upstream of the original starting position (see Figure 11). As the ADCP appears to
have moved upstream, the water velocity measured by the ADCP will be biased low and,
consequently, the discharge will also be biased low. If the moving-bed velocity can be
determined, then the discharge excluded from the measurement caused by the moving bed
can be estimated and added to the measured discharge to obtain the corrected discharge,
thus:

QTC  QTM  Qmb (5)

© BSN 2018 56 dari 107


“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional, copy standar ini dibuat untuk Sub Komite Teknis 91-01-S1 Bidang Sumber Daya Air, dan tidak untuk dikomersialkan”
SNI 8639:2018
ISO/TR 24578:2012

keterangan:
adalah debit terkoreksi untuk simpangan pergerakan dasar;
adalah debit terukur;
adalah debit yang tidak dihitung disebabkan oleh pergerakan dasar.
Tanda titik awal sebaiknya dibuat pada saluran tepi sungai dan perlu dilakukan kalibrasi
kompas ADCP sesuai dengan panduan pabrikan. Loop sebaiknya dibuat sepanjang jalan
menyeberangi saluran dan kembali ke tanda titik awal (lihat Gambar 11). Kecepatan
pergerakan dasar dapat dihitung dengan membagi jarak semu pergerakan ke hulu oleh
waktu yang diambil untuk loop.

(6)

keterangan :
adalah kecepatan dasar rata-rata;
adalah jarak semu pergerakan ke hulu;
adalah waktu yang diambil untuk loop.
Daerah penampang melintang kemudian dihitung tegak lurus ke arah aliran rata-rata. Jika ini
dikalikan dengan kecepatan dasar rata-rata dari pergerakan dasar, debit yang tidak dihitung
karena pergerakan dasar dapat diperkirakan sebagai berikut:

(7)
Keterangan :
adalah daerah penampang melintang tegak lurus terhadap arah aliran.
Debit yang tidak dihitung dari pergerakan dasar diperoleh dari persamaan (7) di atas
kemudian dapat dimasukkan ke dalam persamaan (5) untuk menentukan debit terkoreksi.
Penting bahwa daerah penampang melintang dapat dihitung tegak lurus terhadap rata-rata
arah aliran. Jika daerah penampang melintang dihitung sejajar terhadap jalur kapal yang
diukur oleh ADCP, penampang melintang akan dihitung dengan dasar jalur kapal yang
berubah arah ke hulu oleh pergerakan dasar. Hal Ini akan menghasilkan daerah penampang
melintang menjadi terlalu besar.
Metode di atas mengacu pada “metode koreksi loop rata-rata”. Sangat jelas bahwa
penghitungan dan penelitian menunjukkan bahwa semua dapat memberikan koreksi yang
layak bagi banyaknya situasi pengukuran ADCP. Bagaimananpun, jika daerah penampang
melintang, debit dan kecepatan pergerakan dasar tidak seragam, metode koreksi loop rata-
rata akan secara tidak tepat membobotkan debit sepanjang penampang melintang. Oleh
karena itu, metode yang lebih baik, tetapi lebih kompleks, “metode koreksi loop terdistribusi”
lebih disarankan.
Penting ketika menggunakan metode ini untuk memiliki kompas yang telah dikalibrasi
dengan baik. Jika plot jalur kapal menunjukkan pergerakan dalam arah ke hilir, ada 3 alasan
yang memungkinkan: 1) kompas tidak terkalibrasi dengan baik; 2) operator tidak kembali ke
posisi awal; atau 3) ada banyak ansambel yang jelek (pengukuran kecepatan kapal).

© BSN 2018 57 dari 107


“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional, copy standar ini dibuat untuk Sub Komite Teknis 91-01-S1 Bidang Sumber Daya Air, dan tidak untuk dikomersialkan”
SNI 8639:2018
ISO/TR 24578:2012

where

QTC is the discharge corrected for the moving-bed bias;


QTM is the measured discharge;
Qmb is the discharge not accounted for caused by the moving bed.

A starting marker should be established on the channel bank and the ADCP compass calibrated as
per the manufacturers manual. A loop should be made all the way across the channel and back to the
starting marker (see Figure 11). The velocity of the moving bed can be calculated by dividing the
apparent distance moved upstream by the time taken for the loop.

Dus
vmb  (6)
t

where

v mb is the mean bed velocity;


Dus is the apparent distance moved upstream;
t is the time taken for the loop.

The cross-sectional area is then computed perpendicular to the mean flow direction. If this is
multiplied by the mean bed velocity of the moving bed, the discharge not accounted for due
to the moving bed can be estimated as follows:

Qmb  vmb A (7)

where A is the cross-sectional area perpendicular to the direction of flow.

The discharge missed by the moving bed obtained from Formula (7) above can then be
entered into Formula (5) to determine the corrected discharge.

It is important that the cross-sectional area be computed perpendicular to the mean direction
of flow. If the cross-sectional area is computed parallel to the ship-track measured by the
ADCP, then it will be computed on the basis of a ship-track that is distorted in the upstream
direction by the moving bed. This will result in a cross-sectional area that is too large

The above method is referred to as the “mean correction loop method”. It is straightforward
to compute and research has shown that it can provide reasonable corrections for many
ADCP gauging situations. However, if the cross-sectional-area, discharge and moving-bed
velocities are not reasonably uniform, the mean correction loop method will improperly
weight the discharge throughout the cross section. Therefore, a better, but more complex,
“distributed correction loop method” is sometimes preferred.

It is important when using this method to have a well-calibrated compass. If the ship track
plot indicates movement in the downstream direction, there are three possible reasons: 1)
the compass is not well calibrated; 2) the operator did not return to the starting position; or 3)
there were many bad ensembles (boat velocity measurements).

© BSN 2018 58 dari 107


“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional, copy standar ini dibuat untuk Sub Komite Teknis 91-01-S1 Bidang Sumber Daya Air, dan tidak untuk dikomersialkan”
SNI 8639:2018
ISO/TR 24578:2012

5.5.10.4 Metode koreksi subseksi (subsection)

Untuk metode koreksi subseksi (subsection), tes pergerakan dasar yang beragam diambil
pada lokasi yang berbeda dalam pengukuran penampang melintang. Kecepatan dasar
dihitung untuk setiap tes ini ketika pergerakan semu dari ADCP dibagi dengan panjang tes.
Untuk tes ini, penting bahwa instrumen perlu dijaga sepenuhnya agar tidak
bergerak/stasioner. Pengukuran debit dilakukan menggunakan bottom tracking sebagai
referensi kecepatan dan kecepatan air terukur rata-rata untuk setiap subsection dapat
dihitung. Koreksi kecepatan rata-rata terkoreksi dapat dihitung dengan menambahkan
kecepatan dasar. Seperti pada metode loop, debit terkoreksi dapat dihitung untuk setiap
bagian (subsection) dari penampang melintang oleh rasio berikut:

(8)

keterangan :

adalah debit subeseksi terkoreksi;

adalah kecepatan subeseksi rata-rata terkoreksi;

adalah kecepatan subeseksi terukur rata-rata;

adalah debit subeseksi terukur.

CATATAN Penggunaan rasio kecepatan tidak mengesampingkan fakta bahwa daerah


penampang melintang berubah oleh pergerakan dasar. Dengan pergerakan dasar yang tinggi, hal ini
dapat menghasilkan koreksi yang besar (over correction) pada pengukuran.

5.5.10.5 Metode azimut

Metode azimut berdasarkan pada tes pergerakan dasar azimut. Sebaiknya dibuat tanda
permulaan dan perhentian yang tetap. Jarak antara dua tanda ini harus diukur secara akurat.
Pengukuran tunggal sebaiknya diambil antara tanda permulaan dan perhentian. Jarak yang
dipercaya ADCP telah bergerak ke hulu sebaiknya dihitung dan dibagi dengan durasi dari
pengukuran untuk menghitung kecepatan dasar (lihat Gambar 12). Nilai ini dapat digunakan
untuk menyesuaikan kecepatan terukur dan debit seperti metode loop dan subsection.

© BSN 2018 59 dari 107


“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional, copy standar ini dibuat untuk Sub Komite Teknis 91-01-S1 Bidang Sumber Daya Air, dan tidak untuk dikomersialkan”
SNI 8639:2018
ISO/TR 24578:2012

5.5.10.4 Subsection correction method


For the subsection correction method, multiple moving-bed tests are taken at different
locations in the measurement cross section. The bed velocity is calculated for each of these
tests as the apparent movement of the ADCP divided by the length of the test. It is important
that the instrument be kept absolutely stationary for the tests. A discharge measurement is
undertaken using bottom tracking as the velocity reference and the mean measured water
velocity for each subsection be calculated. A corrected mean velocity can be calculated by
adding the bed velocity. As for the loop method, the corrected discharge can be calculated for each
portion (subsection) of the cross section by the following ratio:

vc
Qc  Qms (8)
vms

where

Qc is the corrected subsection discharge;

vc is the corrected mean subsection velocity;

vms is the mean measured subsection velocity;

Qms is the measured subsection discharge.

NOTE Use of the ratio of velocities does not account for the fact that the cross-sectional
area is distorted by the moving bed. With a severely moving bed, this can result in an
overcorrection of the measurement.

5.5.10.5 Azimuth method

The azimuth method is based on the azimuth moving-bed test. Fixed start and stop markers
should be established. The distance between these markers should be measured accurately.
A single measurement should be taken between the starting and stopping markers. The
distance the ADCP believes it has moved upstream should be calculated and divided by the
duration of the measurement to calculate the bed velocity. (see Figure 12) This value can be
used to adjust the measured velocity and discharge as for the loop and subsection methods.

© BSN 2018 60 dari 107


“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional, copy standar ini dibuat untuk Sub Komite Teknis 91-01-S1 Bidang Sumber Daya Air, dan tidak untuk dikomersialkan”
SNI 8639:2018
ISO/TR 24578:2012

Gambar 12 – Metode azimut


Nilai terukur adalah panjang jalur sebenarnya (Ct) dan jalur semu (Ca). Sudut antara 2 jalur
ini (a) dapat dihitung dan digunakan untuk menghitung pergerakan jarak semu (D), dan
menjadi kecepatan dasar.

5.5.11 Laju kapal

Idealnya, laju rata-rata setiap transek sebaiknya lebih kecil atau sama dengan laju air rata-
rata (untuk lebar sungai ±30 mm, waktu transek sebaiknya paling sedikit 2 menit).
Bagaimanapun, lebih penting untuk memiliki transek yang halus. Untuk alasan keamanan
dan operasional, gunakan tali penanda yang tidak terbuat dari besi untuk memungkinkan
kontrol lebih pada laju kapal ketika melakukan pengukuran kecepatan rendah. Pada kondisi
tertentu, mungkin tidak bisa menjaga laju kapal kurang dari laju air. Lebih baik memiliki laju
kapal lebih tinggi dan transek yang halus daripada laju kapal rendah dan tidak rata. Jika ini
kasusnya, tambahan transek sebaiknya dibuat untuk memastikan kualitas pengukuran tidak
menurun. Ketika menggunakan DGPS, penting untuk menjaga laju kapal serendah mungkin
karena kesalahan dalam kalibrasi kompas adalah tambahan dan akan meningkat dengan
laju kapal.

5.5.12 Pengukuran kedalaman pada tempat pengukuran dengan konsentrasi sedimen


tinggi

ADCP mungkin tidak mengukur kedalaman secara akurat dalam aliran arus yang lebih
dalam dengan konsentrasi sedimen tinggi dan/atau laju pergerakan sedimen dasar sehingga
perlu untuk menggunakan perum gema vertikal. Konsentrasi sedimen atau kisaran
pergerakan sedimen dasar yang perlu untuk menggunakan perum gema akan bervariasi
antara pabrikan ADCP yang berbeda dan tidak diketahui saat ini. Jika “kondisi pergerakan
dasar” ada pada tempat pengukuran, beberapa pengukuran percobaan

© BSN 2018 61 dari 107


“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional, copy standar ini dibuat untuk Sub Komite Teknis 91-01-S1 Bidang Sumber Daya Air, dan tidak untuk dikomersialkan”
SNI 8639:2018
ISO/TR 24578:2012

Figure 12 — Azimuth method

The measured values are the lengths of the true course (Ct) and the apparent course (Ca).
The angle between these 2 paths (a) can be calculated and used to calculate the apparent
distance moved (D), and thus the bed velocity.

5.5.11 Boat speed

Ideally, the average speed for each transect should be less than or equal to the average
water speed (for a reasonably wide river 30 mm width, transect time should be at least
2 minutes). However, it is more important to have a smooth transect. Where safe and
practicable, a non-ferrous tag line can be used to allow more control over boat speed when
making low-velocity measurements. Under certain conditions, it may not be possible to keep
the boat speed less than the water speed. It is better to have a higher boat speed and a
smooth transect, than a low and uneven boat speed. If this is the case, additional transects
should be made to ensure the measurement quality is not degraded. When using DGPS, it is
very important to keep the boat speed as low as practical because errors in compass
calibrations are additive and will increase with boat speed.

5.5.12 Depth measurements at sites with high sediment concentrations

ADCPs may not measure depths accurately in deeper streams with high sediment
concentrations and/or high bed load transport. In these instances, it may be necessary to use
a vertical depth sounder. The sediment concentration or bed load transport rate at which it
becomes necessary to use a depth sounder will vary between different manufacturers of
ADCPs and is not presently known. If a “moving-bed condition” exists at the measurement
site,

© BSN 2018 62 dari 107


“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional, copy standar ini dibuat untuk Sub Komite Teknis 91-01-S1 Bidang Sumber Daya Air, dan tidak untuk dikomersialkan”
SNI 8639:2018
ISO/TR 24578:2012

disarankan untuk dilakukan menggunakan perum gema vertikal, di bawah kondisi aliran yang
beraneka ragam, untuk menentukan apakah penentuan kedalaman oleh ADCP cukup akurat.
Jika perum gema yang digunakan, diperlukan tingkat akurasi yang tinggi dan seharusnya
telah dikalibrasi dengan baik. Ketika menggunakan perum gema, juga perlu untuk
menggunakan GPS.

5.5.13 Jalur kapal

Untuk model ADCP yang memiliki kompas, pengukuran debit dapat dilakukan pada sudut
proyeksi berapapun asalkan tegak lurus dengan aliran sungai. Hal Ini akan membantu
apabila kapal mengikuti garis yang sama pada setiap persimpangan jalur masuk dan keluar
dari sungai. Jalan yang tidak lurus (melengkung atau berputar) juga menghasilkan
pengukuran debit yang dapat diterima, tetapi perincian data dari jalan yang tidak lurus akan
sulit untuk diinterpretasi.

5.5.14 Kebutuhan pasca-pengukuran

5.5.14.1 Penilaian dari pengukuran debit harus dilakukan setelah menyelesaikan transek
yang menyusun pengukuran. Peninjauan kembali yang lebih teliti dari semua data
pengukuran sering kali tidak praktis di lapangan, tetapi peninjauan kembali yang singkat dari
pengukuran sebaiknya dilakukan untuk memastikan bahwa tidak ada masalah kualitas data
yang buruk pada transek tertentu. Jika semua transek diambil pada bagian pengukuran yang
sama, lebar transek dan debit dalam bagian terukur (tengah) dan tidak terukur (atas, bawah
dan tepi) sebaiknya konsisten. Jika lebar transek atau debit tidak konsisten dengan transek
lainnya, data transek sebaiknya diteliti untuk menentukan apakah masalah kualitas data
yang buruk terjadi.

5.5.14.2 Jika masalah kualitas data yang buruk ditemukan, data dari transek sebaiknya tidak
digunakan dalam penghitungan debit. Transek baru sebaiknya diambil mulai dari sisi yang
sama dengan transek yang dibuang jika kondisi aliran tetap tenang. Jika aliran telah berubah,
rangkaian transek baru sebaiknya diambil (minimum empat transek jika aliran stabil ketika
transek baru diambil). Transek sebaiknya hanya dibuang ketika ditemukan masalah kualitas
data yang buruk.

5.5.14.3 Semua file dalam rangkaian pengukuran debit sebaiknya ditandai secara unik.
Segera setelah penyelesaian pengukuran, semua file termasuk file data mentah, file
konfigurasi, file tes instrumen, file kalibrasi kompas, dan formulir pengukuran elektronik apa
pun sebaiknya dibuat cadangan dalam media yang tidak mudah hilang/rusak seperti CD-
ROM, kartu flash-memory, atau USB drive dan disimpan terpisah dari komputer lapangan.
Tujuan pembuatan cadangan ini adalah untuk menjaga data apabila terjadi kehilangan atau
kerusakan pada komputer lapangan.

5.5.14.4 ADCP sebaiknya dikeringkan setelah digunakan dan disimpan dalam sarung
pelindung untuk pengangkutan. Ketika bekerja dalam lingkungan muara dan air asin lainnya,
ADCP sebaiknya dicuci dengan air tawar dan dikeringkan sebelum penyimpanan untuk
pengangkutan. Jika pengeringan ADCP tidak sempurna, akan menyebabkan korosi pada
konektor ADCP, bantalan alat penyangga, dan aksesoris lainnya yang disimpan dalam
sarung pelindung. Pengeringan ADCP penting terutama ketika bekerja dalam lingkungan air
asin.

© BSN 2018 63 dari 107


“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional, copy standar ini dibuat untuk Sub Komite Teknis 91-01-S1 Bidang Sumber Daya Air, dan tidak untuk dikomersialkan”
SNI 8639:2018
ISO/TR 24578:2012

it is recommended that several trial measurements be made using a vertical depth sounder,
under a variety of flow conditions, to determine if the ADCP determined depths are
sufficiently accurate. If an echo sounder is used, its accuracy needs to be established and it
should have been satisfactorily calibrated. When using an echo sounder, it will also be
necessary to use a GPS.

5.5.13 Boat path

For ADCP models which contain a compass, discharge measurements can be made at any
projection angle to the flow direction provided a full crossing is made. It is helpful if the boat
follows the same line on each outgoing and incoming crossing of the river. Curved and
looped paths also produce acceptable discharge measurements, but detailed data from
looped paths can be difficult to interpret.

If a bathymetry or a velocity profile of a particular section is required, then it is essential that


the transect route follows the section exactly.

5.5.14 Post measurement requirements

5.5.14.1 An assessment of the discharge measurement should be made after completion


of the transects composing the measurement. A thorough review of all measurement data
are often not practical in the field, but a cursory review of the measurement should be made
to make certain that there are no critical data-quality problems with specific transects. If all
transects were collected at the same measurement section, the transect widths and
discharges in the measured (middle) and unmeasured (top, bottom, and edge) sections
should be consistent. If transect widths or discharges are not consistent with the other
transects, the transect data should be scrutinized to determine if a critical data-quality
problem occurred.

5.5.14.2 If a critical data-quality problem is identified, the data from that transect should
not be used in the computation of discharge. A new transect should be collected, starting
from the same side as the discarded transect, if flow conditions have remained steady. If the
flow has changed, a new transect series should be collected (a minimum of four transects if
the flow is stable when the new transects are collected). A transect should only be discarded
if a critical data-quality problem is identified.

5.5.14.3 All the files in a discharge-measurement series should be identified uniquely.


Immediately after completion of a measurement, all files including raw data files,
configuration files, instrument test files, compass calibration files, and any electronic
measurement forms should be backed up on a non-volatile media such as CD-ROM, flash-
memory card, or USB drive and stored separately from the field computer. The purpose of
this backup is to preserve the data in the event of loss or failure of the field computer.

5.5.14.4 The ADCP should be dried after use and stored in its protective case for transport.
When working in estuaries and other salt-water environments, the ADCP should be rinsed
with fresh water and dried prior to storing for transport. Failure to dry the ADCP may result in
corrosion of the ADCP connectors, mounting brackets, and any accessories stored in the
protective case. This is especially important when working in saltwater environments.

© BSN 2018 64 dari 107


“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional, copy standar ini dibuat untuk Sub Komite Teknis 91-01-S1 Bidang Sumber Daya Air, dan tidak untuk dikomersialkan”
SNI 8639:2018
ISO/TR 24578:2012

5.6 Metode section-by-section


Penggunaan ADCP dengan posisi statis digunakan untuk mengukur profil kecepatan pada
area pengukuran yang melewati saluran. Penentuan jumlah profil vertikal akan tergantung
pada lebar saluran dan sebaiknya ditentukan berdasarkan acuan dari pengukuran
menggunakan current meter konvensional. Kecepatan rata-rata sebaiknya dihitung untuk
setiap profil dan penghitungan debit menggunakan teknik standar seperti untuk pengukuran
current meter konvensional (lihat ISO 748/SNI 8066:2015).
Penting bahwa ADCP dijaga dalam posisi statis karena tidak ada koreksi untuk pergerakan
ADCP. Penggunaan tali penanda disarankan. Teknik ini tidak mengukur penampang
melintang sebanyak teknik ADCP standar, tetapi dibandingkan pengukuran current meter
konvensional, lebih banyak kolom air yang diambil datanya. Pengoperasian statis sekarang
ini tidak ditunjang dalam semua software pada berbagai tipe ADCP. Semua ADCP dapat
digunakan dalam metode ini, tetapi data kecepatan sebaiknya diekspor dan diproses secara
eksternal.

5.7 Peralatan penunjang


Sebagai tambahan dalam ADCP, dibutuhkan kabel penghubung, komputer lapangan,
peralatan penunjang lainnya dan bantuan lapangan. Tabel 1 menunjukkan daftar peralatan
penunjang yang mungkin diperlukan. Penggunaan peralatan seperti ini di luar lingkup dari
dokumen ini. Jika sesuai, pengguna harus mengacu pada standar yang berkaitan dengan
peralatan tersebut.

Tabel 1 – Peralatan penunjang dan barang lapangan lainnya


Peralatan atau barang Fungsi
Alat pengukur jarak seperti pita pengukur Mengukur jarak dari pengukuran awal dan
tanah dan laser pengukur jarak sasaran akhir ke tepi sungai
Termometer Mengukur suhu air
Salinometer/CTD Mengukur salinitas
Anemometer Memperkirakan laju angin
Alat penyimpan data cadangan seperti USBCadangan data lapangan
/ Eksternal Harddisk
Formulir Kerja/Lembar Kerja ADCP Perekaman tempat pengukuran dan
perincian penampang melintang, dsb
Toolkit ADCP Untuk perbaikan kerusakan ringan
Radio genggam Untuk komunikasi antar-personel
Multimeter digital Untuk pengecekan alat elektronik

6 Pemilihan lokasi pengukuran untuk penggunaan ADCP yang terpasang secara


vertikal
6.1 Umum

ADCP merupakan alat untuk mengukur kecepatan dan arah arus serta luas penampang
melintang. Berdasarkan fungsinya, ADCP sebagai alat ukur kecepatan, luas penampang,
dan kriteria untuk pemilihan lokasi pengukuran tidak jauh berbeda dari metode current meter
konvensional sesuai ISO 748/SNI 8066:2015. Namun demikian, dari segi teknologi ADCP
dapat mengukur distribusi kecepatan arus irregular dan kondisi aliran tidak beraturan.

© BSN 2018 65 dari 107


“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional, copy standar ini dibuat untuk Sub Komite Teknis 91-01-S1 Bidang Sumber Daya Air, dan tidak untuk dikomersialkan”
SNI 8639:2018
ISO/TR 24578:2012

5.6 Section-by-section method


Use the ADCP as a stationary velocity profiler to collect velocity profiles at selected locations
across the channel. The number of verticals will be dependent on channel width and should
be selected according to the guidelines for conventional current meter gauging. The average
velocity should be computed for each profile and the discharge calculated using standard
techniques as for a conventional current meter gauging (see ISO 748).
It is important that the ADCP be kept stationary as there is no correction for ADCP
movement. Use of a tag line is recommended. This technique does not measure as much of
the cross section as the standard ADCP technique, but more of the water column is sampled
than for conventional current meter gauging. Stationary operation is not currently supported
in the software for all ADCPs. The instruments can be used in this manner, but the velocity
data should be exported and processed externally.

5.7 Ancillary equipment


In addition to the ADCP, connecting cables and field computers, other ancillary equipment
and field aids are required. Table 1 provides an indicative list of the additional equipment that
may be required. The use of such equipment is beyond the scope of this document. Where
appropriate, the user should refer to standards that deal with this equipment.

Table 1 — Ancillary equipment and other filed items


Equipment or Item Function
Distance measurement devices such as surveyors  Measure distances from the first
tape and a laser range finder and last measurements to the
banks
 Thermometer  Measure water temperatures
 Salinity/conductivity meter  Measure salinity
 Wind speed meter  Estimation of wind speed
 Back-up memory devices such as a  Field back-ups of data
USB memory stick
 ADCP field sheets  Recording site and transect details,
etc.
 Set of supplier’s ADCP tools  Simple servicing/repairs
 Hand-held radios  Tethered flotation/unmanned boat
applications
 Digital multimeter  Electronics troubleshooting

6 Site selection for the use of vertically mounted ADCPs

6.1 General

The ADCP is a device for measuring velocity, direction and cross-sectional area. As such, it
is a velocity area device and the criteria for site selection do not differ greatly from
conventional current meter methods given in ISO 748. However, in view of its technology, it
can cope with irregular velocity distributions and skewed flow conditions. As such, the choice
of the measuring cross section is not as critical as with other velocity-area methods.

© BSN 2018 66 dari 107


“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional, copy standar ini dibuat untuk Sub Komite Teknis 91-01-S1 Bidang Sumber Daya Air, dan tidak untuk dikomersialkan”
SNI 8639:2018
ISO/TR 24578:2012

Dengan demikian, kriteria pemilihan lokasi pengukuran penampang melintang lebih mudah
jika dibandingkan dengan metode pengukuran kecepatan konvensional lainnya. Persyaratan
lokasi pengukuran seperti kedalaman minimum dan kecepatan sangat bergantung pada
frekuensi transduser dan cara pengoperasian (bagaimana instrumen memproses sinyal
akustik dan pengaturan parameter apa yang digunakan). Petunjuk lebih lanjut sebaiknya
tersedia dari buku panduan pabrikan. Pertimbangan yang harus diperhatikan antara lain
adalah sebagai berikut.
a) Kecepatan arus yang akan diukur sebaiknya sesuai dengan spesifikasi ADCP yang
digunakan. (Mengacu pada panduan pabrikan.)
b) Partikel terlarut atau vegetasi detritus yang berfungsi sebagai reflektor sebaiknya
terdapat dalam aliran air yang akan diukur dalam konsentrasi yang cukup agar
kecepatan arus dapat terukur. (Mengacu pada buku panduan pabrikan). Gelembung air
sebaiknya dihindari karena akan bertindak sebagai reflektor.
c) Tempat pengukuran yang aerasinya terlalu banyak atau turbulensi yang terjadi sebaiknya
dihindari.
d) Tempat pengukuran dengan batuan besar dan tepi yang curam sebaiknya dihindari.
e) Sebaiknya tidak ada perbedaan suhu dalam kolom air. Walaupun ini tidak mempengaruhi
nilai kecepatan terukur, nilai ekstrapolasi kecepatan mungkin tidak akurat. Perbedaan
suhu mungkin menandakan stratifikasi, dan menghasilkan profil kecepatan yang
abnormal.
f) Lokasi pengukuran dengan pertumbuhan rumput liar yang terlalu banyak, termasuk
rumput laut jika digunakan di muara, sebaiknya dihindari.
g) Pengukuran aliran yang berasal dari danau sulit dilakukan karena sedikitnya partikel
terlarut yang berfungsi sebagai reflektor, terutama pada saat curah hujan rendah.
6.2 Kriteria tambahan dalam pemilihan lokasi pengukuran
Kriteria tambahan dalam pemilihan lokasi pengukuran berikut, berdasarkan pada kegunaan
ADCP yang dirancang untuk batasan minimum dari aplikasi mungkin digunakan sebagai
referensi.
a) Kecepatan rata-rata dalam mengukur penampang melintang tidak boleh melebihi 4 m/s,
terutama karena alasan kesehatan dan keselamatan kerja (K3) dan bukan karena
ketidakmampuan ADCP untuk berkerja pada kecepatan tinggi. Pada situasi tertentu,
ketika pengukuran mengharuskan menggunakan kapal, kecepatan maksimum kurang
dari 4 m/s.
b) Bagian permukaan transduser rentan terhadap kerusakan yang serius jika terbentur
objek yang keras. Oleh karena itu, lokasi pengukuran sebaiknya bebas dari batuan,
batang pohon, dan obyek lainnya dalam air dangkal.
c) Kedalaman air minimum untuk pemasangan tergantung pada model ADCP dan
pengaturan yang digunakan (yaitu ukuran bin dan blanking distance) sehingga referensi
sebaiknya dibuat berdasarkan panduan pabrikan. Perlu dipastikan terdapat setidaknya 3
sel kedalaman ditambah blanking distance, kedalaman transduser dan daerah yang tidak
terukur di dasar. Minimum dua bin terukur direkomendasikan pada tepian.
Bagaimanapun, untuk kebanyakan penampang melintang, minimum tiga sel akan
dibutuhkan dalam setiap ansambel, untuk memungkinkan penambahan dari profil
kecepatan ke bagian tidak terukur dari kolom air.

© BSN 2018 67 dari 107


“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional, copy standar ini dibuat untuk Sub Komite Teknis 91-01-S1 Bidang Sumber Daya Air, dan tidak untuk dikomersialkan”
SNI 8639:2018
ISO/TR 24578:2012

The site requirements such as minimum depth and velocities are largely dependent on the
transducer frequency and the mode of operation (how the instrument processes the acoustic
signals and what set up parameters are used). Further guidance should be available from the
manufacturer’s instruction manual. The following considerations should, however, be kept in
mind.

a) Velocities to be measured should be greater than the minimum response speed of the
sensor and less than the maximum. (Refer to the manufacturer's manual.)

b) Reflectors such as suspended solids or vegetation detritus should be available in the


water under the full range of flows to be measured in sufficient concentration for an
adequate velocity signal to be produced. (Refer to the manufacturer’s instruction
manual.) Air bubbles will act as reflectors but, in general, should be avoided.

c) Sites where excessive aeration or turbulence occurs should be avoided.

d) Sites with large rocks and steep edges should be avoided.

e) There should be no thermal gradient in the water column. Although this will not affect the
measured velocity values, the extrapolated velocity values may be erroneous. A thermal
gradient may be indicative of stratification, and thus an abnormal velocity profile.

f) Sites with excessive weed growth, including seaweed if used in estuaries, should be
avoided.

g) The measurement of outflows from lakes can be difficult due to lack of suspended
materials, especially after periods of low rainfall.

6.2 Additional site-selection criteria

The following additional site-selection criteria, based on the use of an ADCP designed for the
minimum limits of application may be used as a guideline.

a) The average velocity in the measuring cross section should not exceed 4 m/s. This is
mainly a health and safety constraint and not due to the inability of the ADCP to perform
at higher velocities. In many circumstances, particularly where the use of a boat is
required, the maximum safe velocity would be significantly less than 4 m/s.

b) The faces of the transducers are susceptible to serious damage if they are struck heavily
by a hard object. Therefore, the measuring section should be free of rocks, tree stumps
and other objects in shallow water.

c) The minimum water depth for deployment depends on the model of ADCP and the
settings available (i.e. bin size and blanking distance), so reference should be made to
the manufacturer's manual. It is important to check that any claims made by the
manufacturer allow for at least 3 depth cells plus blanking distance, transducer depth and
unmeasured area at the bed. A minimum of two measured bins is recommended at the
edges. However, for the majority of the cross section, a minimum of three cells will be
required in each ensemble, in order to allow extension of the velocity profile into the
unmeasured sections of the water column.

© BSN 2018 68 dari 107


“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional, copy standar ini dibuat untuk Sub Komite Teknis 91-01-S1 Bidang Sumber Daya Air, dan tidak untuk dikomersialkan”
SNI 8639:2018
ISO/TR 24578:2012

Untuk kebanyakan aplikasi normal, direkomendasikan bahwa kedalaman tidak kurang


dari 0,2 m untuk 95% dari penampang melintang. Jika kurang dari 3 sel kedalaman
diperoleh, metode alternatif untuk memperkirakan kecepatan dan debit dalam daerah
tidak terukur dari penampang melintang sebaiknya digunakan (lihat ISO 748).
Transduser ADCP sebaiknya dipasang di bawah potensi efek gangguan apa pun dari
lambung kapal (bagian bawah) dari berbagai jenis kapal. Beberapa praktisi menyarankan
bahwa ADCP harus mengambil sampel paling sedikit 40% dari penampang melintang.
d) Sebaiknya gunakan ADCP yang sesuai dengan kedalaman sungai (lihat panduan
dari pabrikan).
e) Jika menggunakan metode bottom tracking, lokasi pengukuran dengan kondisi
pergerakan dasar sebaiknya dihindari jika memungkinkan. Jika tidak, metode
pengukuran yang lebih cocok untuk area tersebut adalah metode pengukuran sesaat
(instantaneous). Jika metode loop dapat digunakan, ADCP akan tetap jadi metode
terbaik atau alternatif yang baik.
7 Perhitungan pengukuran
7.1 Pemasangan ADCP secara vertikal
Kebanyakan peralatan ADCP memiliki software pengukuran debit, yang menghitung debit
dalam setiap bin sebelum mengintegrasikan di seluruh layer kedalaman subsection secara
vertikal. Hasil debit subsection kemudian ditambahkan di atas lebar dari penampang
melintang (lihat Gambar 10).
Debit tidak dapat diukur di dekat permukaan air karena kedalaman ADCP dan blanking
distance diperlukan oleh transduser. Debit tidak dapat diukur di dekat dasar saluran terutama
karena gangguan dari pantulan side-lobes dari dasar saluran (lihat Subpasal 4.2 dan
Gambar 8). Debit yang tidak terukur dihitung menggunakan sistem estimasi power-curve
walaupun metode lain tersedia jika diperlukan. Ekstrapolasi dari profil kecepatan dibahas
lebih lanjut dalam Lampiran A.
Debit yang tidak terukur dari luas penampang melintang yang berada dekat tepi sungai
diestimasi menggunakan metode yang sesuai yang diambil dengan mempertimbangkan
jarak dari ansambel pertama dan terakhir dari tepi sungai dan kondisi hidraulik pada lokasi
pengukuran (lihat Lampiran B). Perlu diperhatikan bahwa titik pengukuran ketika kecepatan
untuk ekstrapolasi tepian diambil, dapat dihitung dengan teknik ekstrapolasi standar.
Untuk ekstrapolasi yang akurat, paling sedikit tiga sel/bin diperlukan pada hampir semua
ansambel di area pengukuran. Untuk mengoptimalkan pengukuran daerah penampang
melintang yang diambil data pengukurannya dapat dilakukan dengan mengatur parameter
saat pengaturan pemasangan alat.
Ketika memproses data ADCP, data pengukuran sebaiknya ditinjau kembali. Daftar di bawah
ini adalah masalah umum yang sering ditemukan ketika meninjau kembali data ADCP:
- tidak melakukan uji pergerakan dasar;
- jarak tepi tidak diukur dengan akurat;
- bentuk tepi tidak diamati dengan benar (yaitu persegi panjang, segitiga);
- laju kapal tidak seimbang;
- laju kapal terlalu cepat;

© BSN 2018 69 dari 107


“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional, copy standar ini dibuat untuk Sub Komite Teknis 91-01-S1 Bidang Sumber Daya Air, dan tidak untuk dikomersialkan”
SNI 8639:2018
ISO/TR 24578:2012

For most normal applications, it is recommended that the depth be not less than 0,2 m for
95 % of the cross section. If less than 3 depth cells are obtained, an alternative method for
estimating velocity and discharge in the unmeasured area of the cross section should be
used (see ISO 748). The ADCP transducers should be mounted below any potential interference
effects from the hull (underside) of any boat. Some practitioners recommend that the ADCP should
sample at least 40 % of the cross section.

d) An appropriate ADCP for the river depth should be used (see the manufacturer's
manual).

e) If bottom tracking is to be used, sites with moving-bed conditions should be avoided if


possible. Other instantaneous gauging methods may be more applicable for such sites.
However, if the loop method can be used, the ADCP may still be the best method or at
least a good alternative.

7 Computation of measurement

7.1 Vertically mounted ADCPs

Most ADCP equipment has discharge-measurement software, which calculates the


discharge in each bin before integrating over the subsection depth (vertical). The resulting
subsection discharges then are summed over the width of the cross section (see Figure 10).

Discharge cannot be measured near the water surface because of the ADCP depth and
blanking distance required by the transducer. Discharge cannot be measured near the
channel bed primarily due to interference from side-lobes reflecting off the bed (see 4.2 and
Figure 8). Discharges in these unmeasured portions of the channel cross section are
estimated using a power-curve estimation system (although other methods are available if
required).The extrapolation of the velocity profile is discussed further in Annex A.

Discharges in the unmeasured portions of the cross section near the edges of the riverbank
are estimated using an appropriate method which takes due consideration of the distance of
the first and last ensembles from the banks and the hydraulic conditions at the site (see
Annex B). It is important that the spot, where the velocity for edge extrapolation is collected,
is representative for the extrapolated edge i.e. a standard extrapolation technique can be
used.

For accurate extrapolation, at least three cells/bins are required in the majority of ensembles
in the sampled portion of the watercourse. It is important to maximize the proportion of the
cross-sectional area (with regard to both depth and width) actually sampled. This can be
done by adjusting the parameters in the deployment set up.

When processing ADCP measurements, measurement data should be carefully reviewed.


Listed below are the most common problems found when reviewing ADCP data:
— no moving-bed test carried out;
— edge distances not measured accurately enough;
— edge shape not observed correctly (i.e. rectangular, triangular);
— uneven boat speed;
— boat speed too fast;

© BSN 2018 70 dari 107


“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional, copy standar ini dibuat untuk Sub Komite Teknis 91-01-S1 Bidang Sumber Daya Air, dan tidak untuk dikomersialkan”
SNI 8639:2018
ISO/TR 24578:2012

- kedalaman transduser ADCP tidak diatur dengan benar;


- metode ekstrapolasi yang salah;
- jumlah sel kedalaman yang salah;
- catatan lapangan yang tidak lengkap;
- prosedur data-arsip yang tidak sesuai tahapan;
- blanking distance yang salah;
- menggunakan dudukan alat yang mengandung besi.
7.2 Peninjauan kembali pengukuran

Pengukuran debit sebaiknya ditinjau kembali secara terperinci oleh orang yang melakukan
pengukuran secepat mungkin setelah menyelesaikan pengukuran ADCP di lapangan.
Pengukuran debit ADCP sebaiknya diperiksa secara rutin oleh beberapa orang selain orang
yang melakukan pengukuran, sesuai dengan kebijakan spesifik organisasi.

Aspek penting dalam peninjauan pengukuran debit ADCP baik di kantor maupun di lapangan
segera setelah data diambil tertera di bawah ini.

a) Formulir catatan lapangan pengukuran debit harus lengkap, dapat dimengerti dan
terbaca.
b) Semua berkas data elektronik yang berhubungan dengan pengukuran sebaiknya
dibuatkan data cadangan di lapangan dan dibuatkan arsip pada server kantor.
c) Jumlah transek terukur sebaiknya sesuai dengan kondisi aliran dan kebutuhan
institusi pengguna. Transek sebaiknya diukur secara berulang.
d) File konfigurasi sebaiknya diperiksa untuk menghindari kesalahan, ketepatan kondisi
hidrologi dan konsistensi terhadap formulir kerja. Kedalaman ADCP, salinitas, jarak
tepi, bentuk tepi, metode ekstrapolasi, dan parameter konfigurasi ADCP yang tercatat
pada formulir kerja harus sesuai dengan yang tercantum pada file konfigurasi.
e) Suhu yang diukur oleh termistor ADCP sebaiknya sesuai kondisi lapangan, waktu
dan sesuai dengan suhu air terukur serta tercatat dalam formulir kerja. Penghitungan
sound velocity yang tidak terkoreksi terhadap suhu dapat menyebabkan kesalahan
pengukuran kecepatan dan kesalahan kedalaman sebesar 7%. Kesalahan pada suhu
yang disebabkan oleh kerusakan termistor ADCP menghasilkan kesalahan
penghitungan massa jenis air dan membuat ketidakpastian pada penghitungan sound
velocity.
f) Salinitas air pada tempat pengukuran sebaiknya terukur dan tercatat dalam formulir
kerja dan dimasukkan ke dalam perangkat lunak ADCP untuk digunakan dalam
penghitungan kecepatan suara. Jika hidrometris/hidrografer telah memasukkan nilai
salinitas yang tidak benar atau tidak memasukkan nilai yang tepat, perhitungan
kedalaman dan kecepatan akan tidak benar. Kesalahan yang lebih dari 3% dapat
disebabkan oleh penghitungan kecepatan suara yang tidak terkoreksi oleh salinitas.

© BSN 2018 71 dari 107


“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional, copy standar ini dibuat untuk Sub Komite Teknis 91-01-S1 Bidang Sumber Daya Air, dan tidak untuk dikomersialkan”
SNI 8639:2018
ISO/TR 24578:2012

— ADCP transducer depth incorrectly set;

— incorrect extrapolation method;

— incorrect number of depth cells;

— poor field notes;

— poor data-archival procedures;

— incorrect blanking distance;

— use of ferrous metal mounts.

7.2 Measurement review

Discharge measurements should be reviewed in detail by the person who made the
measurements as soon as practical after completion of ADCP field measurements. ADCP
discharge measurements should be routinely checked by someone other than the person
who made the measurement, in accordance with specific organization policies.

Important aspects of reviewing ADCP discharge measurements both in the office and in the
field as soon as the data are collected are listed below.

a) The discharge-measurement field note forms should be complete, understandable, and


legible.

b) All electronic data files associated with the measurement should be backed up in the
field and archived on an office server.

c) The number of transects measured should be appropriate for the flow conditions and
satisfy agency policy. Transects should be measured in reciprocal pairs.

d) Configuration files should be checked for errors, appropriateness for the hydrologic
conditions, and consistency with field notes. ADCP depth, salinity, edge distances, edge
shapes, extrapolation methods, and ADCP configuration parameters listed on the field
notes should match those in the configuration file.

e) The temperature measured by the ADCP thermistor should be reasonable for the site
and time of year and match the water temperature measured and noted on the field form.
Speed-of-sound calculations that are not corrected for temperature can cause velocity
measurement errors and depth errors as great as 7 %. An error in temperature caused
by a faulty ADCP thermistor results in an erroneous calculation of water density and
introduces uncertainty into the speed-of-sound calculations.

f) The salinity of the water at the measurement site should be measured and noted on the
field form and entered into the ADCP software for use in the speed-of-sound calculations.
If the hydrometrist / hydrographer has entered an incorrect salinity value or has forgotten
to enter the proper value, depths and velocities will be calculated incorrectly. Errors in
excess of 3 % can be caused by speed-of-sound calculations that are not corrected for
salinity.

© BSN 2018 72 dari 107


“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional, copy standar ini dibuat untuk Sub Komite Teknis 91-01-S1 Bidang Sumber Daya Air, dan tidak untuk dikomersialkan”
SNI 8639:2018
ISO/TR 24578:2012

g) Uji pergerakan dasar menggunakan teknik yang tepat sebaiknya dilakukan sebelum
pengukuran debit, perekaman, pembuatan file, dan tercatat pada formulir kerja dalam
pengukuran ADCP. Jika pergerakan dasar terdeteksi, sebaiknya menggunakan GPS.
Jika GPS tidak digunakan, pengukuran debit sebaiknya ditentukan untuk pergerakan
dasar.
h) Laju kapal rata-rata untuk pengukuran tidak boleh melebihi laju air rata-rata kecuali
kalau tidak memungkinkan atau tidak aman untuk dilakukan. Jika kecepatan kapal
melebihi laju air rata-rata, sebaiknya didokumentasikan dalam catatan lapangan atau
formulir kerja. Pitch-and-roll kapal sebaiknya tidak berlebihan. Jika laju kapal terlalu
cepat atau pitch-and-roll kapal berlebihan bisa menjadi penyebab turunnya kualitas
data pengukuran.
i) Jarak tepi terukur yang dicatat dalam formulir kerja pengukuran ADCP harus sesuai
dengan pencatatan secara elektronik dari setiap transek. Bentuk tepi yang benar
sebaiknya dipilih dan diperlukan pegambilan data selama 5 sampai 10 detik pada
transek awal dan akhir ketika posisi kapal statis. Jika subsection digunakan untuk
memperbaiki kesalahan jarak tepi, hal itu harus didokumentasikan pada formulir
lapangan. Jika terdapat dinding vertikal, titik awal dan akhir dari transek sebaiknya
ditempatkan sehingga jarak dari dinding setara atau lebih besar dari kedalaman air
pada dinding.
j) Jumlah ansambel yang hilang dan tidak akurat sebaiknya tidak terlalu banyak
(ansambel adalah profil tunggal dari kecepatan air melewati kolom air yang terdiri dari
satu atau rata-rata dari banyak ping). Jumlah ansambel yang hilang dan tidak akurat
akan menghasilkan pengukuran buruk yang sulit untuk dibentuk karena lokasi dan
pengelompokan dari ansambel yang hilang dan tidak akurat itu penting. Jika 50% dari
ansambel hilang atau tidak akurat, tetapi semua ansambel lainnya benar, pengukuran
tetap menjadi pengukuran yang baik. Jika 10% dari ansambel hilang atau tidak akurat,
dan terjadi pada satu lokasi, data yang dihasilkan tidak valid. Ketika ansambel yang
hilang dan tidak akurat selalu terjadi pada bagian sama dari penampang melintang,
dan persentasi aliran tidak terukur, maka, estimasi ansambel yang hilang atau tidak
akurat melebihi 5%, kualitas pengukuran sebaiknya diturunkan atau transek yang
tidak valid tidak dapat diterima.
k) Kriteria untuk sel kedalaman yang tidak akurat serupa dengan ansambel yang hilang
dan tidak akurat. Menurunkan pengukuran tidak diperlukan jika distribusi dari sel
kedalaman yang tidak akurat cukup seragam sepanjang kolom air atau penampang
melintang terukur. Bagaimanapun, bagian penting yang tidak terukur karena satu
atau lebih kelompok dari sel kedalaman yang tidak akurat dapat menjadi alasan untuk
penurunan kualitas pengukuran atau dianggap transek tidak dapat diterima.
l) Metode ekstrapolasi untuk debit atas dan bawah sebaiknya ditinjau kembali. Jika
peninjauan kembali dari data menunjukkan kebutuhan untuk metode ektrapolasi yang
berbeda dari yang sudah dipilih untuk digunakan di lapangan, sebaiknya dilakukan
koreksi pada metode ekstrapolasi dan alasannya dibuat dokumentasi atau lampiran
pada formulir kerja. Angin dan arus yang terstratifikasi secara horizontal adalah
penyebab umum bagi ketidakakuratan hasil pengukuran dengan menggunakan
metode ekstrapolasi one-six power-law.

© BSN 2018 73 dari 107


“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional, copy standar ini dibuat untuk Sub Komite Teknis 91-01-S1 Bidang Sumber Daya Air, dan tidak untuk dikomersialkan”
SNI 8639:2018
ISO/TR 24578:2012

g) A moving-bed test using proper technique should be performed prior to the discharge
measurement, recorded, archived, and noted on the ADCP measurement field note
forms. If a moving bed is detected, GPS should be used. If GPS is not used, the
measured discharges should be adjusted for the moving bed.

h) The average boat speed for the measurement should not have exceeded the average
water speed unless it was impractical or unsafe to do so. The reason for any exceedance
should be documented in the field notes or station file. Boat pitch-and-roll should not be
excessive. Excessive boat speed or pitch-and-roll may justify downgrading the
measurement quality.

i) The measured edge distances recorded on the ADCP measurement field form should
match those electronically logged with each transect. The correct edge shape should be
selected and 5 s to 10 s of data collected at transect stop and start points while the boat
is held stationary. If sub-sectioning was used to correct problems with edges, then the
reason for sub-sectioning should be clearly documented on the field forms. If a vertical
wall is present, then the start and end points for the transect should be located such that
the distance from the wall is equivalent to or greater than the water depth at the wall.

j) The number of missing or invalid ensembles should not be excessive (an ensemble is a
single profile of the water velocity through the water column consisting of one or the
mean of multiple pings). The number of missing or invalid ensembles that will result in a
poor measurement is difficult to establish because the location and clustering of the
missing or invalid ensembles is important. If 50 % of the ensembles were missing or
invalid, but every other ensemble was valid, the measurement could still be a good
measurement. However, if 10 % of the ensembles were missing or invalid, but they all
occurred in one location where the neighbouring valid data would be a poor
representation of what was unmeasured, the measurement would be poor. When the
missing or invalid ensembles always occur in the same part of the cross section, and the
percentage of flow that is likely unmeasured and, therefore, estimated for missing or
invalid ensembles exceeds 5 %, the measurement quality should be downgraded or the
transect determined to be unacceptable.

k) The criteria for invalid depth cells are similar to those for missing or invalid ensembles.
Degrading the measurement is not necessary if the distribution of the invalid depth cells
is fairly uniform throughout the water column or the measured cross section. However,
significant unmeasured portions of the section due to one or more clusters of invalid
depth cells can be a reason to downgrade the measurement quality or deem the transect
unacceptable.

l) The extrapolation method for the top and bottom discharges should be reviewed. If
review of the data shows the need for a different extrapolation method than that chosen
for use in the field, the extrapolation method should be corrected and the reasons
documented on or attached to the measurement field form. Wind and horizontally
stratified density currents are common causes for profiles that poorly fit the one-sixth
power-law extrapolation method.

© BSN 2018 74 dari 107


“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional, copy standar ini dibuat untuk Sub Komite Teknis 91-01-S1 Bidang Sumber Daya Air, dan tidak untuk dikomersialkan”
SNI 8639:2018
ISO/TR 24578:2012

Pada situasi ini, biasanya perlu menggunakan teknik ekstrapolasi untuk bagian atas
dan bawah dan/atau untuk membatasi profil yang digunakan.

8 Ketidakpastian

8.1 Umum

Ketidakpastian dalam pengukuran debit diuraikan dalam ISO 5168. Informasi tambahan
terdapat pada ISO/TS 25377 yang mencakup kemungkinan metodologi yang berkaitan
dengan ketidaktentuan dalam penentuan kecepatan moving-boat ADCP. Standar ini
menitikberatkan sumber potensial dari ketidakpastian, tetapi tidak menentukan metodologi
untuk menghitung ketidakpastian secara keseluruhan. Ketidakpastian secara keseluruhan
merupakan kombinasi dari parameter pengukuran, metodologi penghitungan, dan asumsi
yang berhubungan dengan bagian saluran yang tidak terukur.

8.2 Definisi Ketidakpastian

Semua pengukuran dengan kuantitas fisik memiliki ketidakpastian. Hal ini bisa terjadi karena
kesalahan sistematis (simpangan) pada peralatan yang digunakan untuk kalibrasi dan
pengukuran, atau disebabkan oleh random scatter, sebagai contoh, kurangnya sensitivitas
peralatan yang digunakan untuk pengukuran. Hasil pengukuran merupakan perkiraan nilai
sebenarnya dari kuantitas terukur dan karena itu menjadi lengkap ketika disertai oleh
pernyataan ketidakpastian.

Perbedaan antara nilai sebenarnya dan terukur adalah kesalahan pengukuran. Kesalahan
pengukuran yang tidak dapat diketahui menyebabkan ketidakpastian tentang kebenaran
hasil pengukuran. Ketidakpastian dinyatakan secara kuantitatif sebagai “parameter yang
menunjukkan penyebaran nilai sesuai dengan kondisi sebenarnya di lapangan”. Salah satu
parameter misalnya standar deviasi atau jangka waktu setengah panjang dari interval
menyatakan tingkat kepercayaan yang ditetapkan, dan semua sumber ketidakpastian,
termasuk yang muncul dari efek sistematis, berkontribusi terhadap pembiasan.

Kesalahan pengukuran merupakan kombinasi dari komponen kesalahan yang muncul


selama pelaksanaan pengukuran. Total kesalahan pengukuran merupakan kombinasi
kesalahan dari semua kuantitas komponen. Penentuan dari ketidakpastian pengukuran
melibatkan identifikasi dan karakterisasi dari semua komponen kesalahan, hitungan dari
ketidakpastian yang bersesuaian, dan kombinasi dari komponen ketidakpastian.
Ketidakpastian digabungkan dengan menggunakan aturan statistika untuk menggabungkan
standar deviasi, memberikan pertimbangan yang sesuai pada korelasi antara semua dari
berbagai sumber kesalahan pengukuran untuk menjelaskan baik kesalahan sistematis
maupun kesalahan acak. Hasil nilai ketidakpastian disebut sebagai standar ketidakpastian,
yang berhubungan dengan standar deviasi dari distribusi probabilitas kesalahan pengukuran.

© BSN 2018 75 dari 107


“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional, copy standar ini dibuat untuk Sub Komite Teknis 91-01-S1 Bidang Sumber Daya Air, dan tidak untuk dikomersialkan”
SNI 8639:2018
ISO/TR 24578:2012

In these situations, it is usually necessary to use different extrapolation techniques for


the top and bottom areas and (or) to limit the portion of the profile used.

8 Uncertainty

8.1 General

The uncertainty in a single measurement of discharge is dealt with in ISO 5168, to which
reference should be made. Additional information is given in ISO/TS 25377 which includes a
possible methodology of dealing with the uncertainties in moving-boat ADCP velocity
determinations. At the time of producing this Technical Report, experienced ADCP
practitioners and researchers were still debating the best methodology of dealing with ADCP
uncertainties since the instrumentation and computation is relatively complex compared with
other hydrometric measurements (e.g. current meter gauging with rotating element current
meters). Therefore, this Technical Report highlights the potential sources of uncertainty, but
does not specify a methodology for computing the overall uncertainty. The overall uncertainty
will be a combination of the measured parameters, the computation methodology and the
assumptions regarding the unmeasured portions of the channel.

8.2 Definition of uncertainty

All measurements of a physical quantity are subject to uncertainties. These may be due to
systematic errors (biases) in the equipment used for calibration and measurement, or to
random scatter caused by, for example, a lack of sensitivity of the equipment used for the
measurement. The result of a measurement thus is only an estimate of the true value of the
measured quantity and therefore is complete only when accompanied by a statement of its
uncertainty.

The discrepancy between the true and measured values is the measurement error. The
measurement error, which cannot be known, causes an uncertainty about the correctness of
the measurement result. The uncertainty is expressed quantitatively as a “parameter that
characterizes the dispersion of the values that could reasonably be attributed to the
measurand”. The parameter may be, for example, a standard deviation or the half-length of
an interval having a stated level of confidence, and that all sources of uncertainty, including
those arising from systematic effects, contribute to the dispersion.

The measurement error is a combination of component errors that arise during the
performance of various elementary operations during the measurement process. For
measurements of composite quantities that depend on several component quantities, the
total error of the measurement is a combination of the errors in all component quantities.
Determination of measurement uncertainty involves identification and characterization of all
components of error, quantification of the corresponding uncertainties, and combination of
the component uncertainties. The uncertainties are combined using the statistical rules for
combining standard deviations, giving proper consideration to correlations among all of the
various sources of measurement error in order to account for both systematic and random
errors. The resulting uncertainty values are termed standard uncertainties; they correspond
to one standard deviation of the probability distribution of measurement errors.

© BSN 2018 76 dari 107


“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional, copy standar ini dibuat untuk Sub Komite Teknis 91-01-S1 Bidang Sumber Daya Air, dan tidak untuk dikomersialkan”
SNI 8639:2018
ISO/TR 24578:2012

Pada penerapannya, penting untuk menyatakan ketidakpastian dalam pengukuran sebagai


batasan atau interval yang mungkin diharapkan untuk menghasilkan fraksi tertentu dari
distribusi nilai yang sesuai dengan kondisi lapangan. Interval tersebut didapatkan dengan
mengalikan standar ketidakpastian dengan faktor k, biasanya pada kisaran 2 sampai 3, yang
disebut coverage factor. Tingkat kepercayaan adalah fraksi distribusi yang ditentukan oleh
interval. Hubungan antara tingkat kepercayaan dan coverage factor bergantung pada
distribusi probabilitas dari kesalahan pengukuran.

Dalam hal ini, ketidakpastian diberikan sebagai standar ketidakpastian (satu standar deviasi)
dan dinyatakan dalam persentase nilai terukur (ketidakpastian relatif atau persentasi). Jika
diperlukan ketidakpastian yang diperluas, distribusi standar normal (distribusi Gaussian)
digunakan untuk menentukan coverage factor yang berkorelasi terhadap derajat
kepercayaan tertentu. Secara khusus, ketidakpastian yang diperluas sampai coverage factor
2 memiliki tingkat kepercayaan sekitar 95%. Ketidakpastian yang diperluas dengan coverage
factor 1 memiliki tingkat kepercayaan sekitar 68%.

8.3 Ketidakpastian dalam pengukuran ADCP – Pertimbangan umum

Sensitivitas dan potensi keakuratan dari ADCP bervariasi berdasarkan instrumen dan
pengaturan serta cara pengoperasiannya. Pabrikan instrumen memasukkan nilai untuk
sensitivitas dan akurasi dalam spesifikasi teknis untuk sensor alat. Perlu diingat bahwa
prosedur pengaturan ADCP dapat mempengaruhi akurasi dari kecepatan arus yang terukur.
Hal-hal yang perlu diperhatikan adalahsebagai berikut:

- Kedalaman merupakan faktor penting dalam penghitungan aliran sehingga akurasi


dan sensitivitas dari pengukuran kedalaman juga penting.
- Akurasi dan sensitivitas ketika instrumen memperkirakan kecepatannya sendiri dan
arah pergerakan alat berkorelasi langsung dengan kecepatan air (misalnya bottom
tracking atau GPS).
- Perata-rataan dengan periode pengukuran yang lebih panjang dapat mengurangi
ketidakpastian.

8.4 Sumber ketidakpastian

Ketidakpastian secara keseluruhan tergantung pada jumlah pengukuran dan asumsi yang
digunakan. ADCP tidak mengukur seluruh penampang melintang. ketidakpastian perlu
diperhitungkan untuk:

- area yang diukur,


- bagian atas yang tidak terukur,
- bagian bawah yang tidak terukur, dan
- bagian tepi-tepi daerah pengukuran.

© BSN 2018 77 dari 107


“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional, copy standar ini dibuat untuk Sub Komite Teknis 91-01-S1 Bidang Sumber Daya Air, dan tidak untuk dikomersialkan”
SNI 8639:2018
ISO/TR 24578:2012

In some applications, it is necessary to express the uncertainty of a measurement as a band


or interval that may be expected to contain a specified fraction of the distribution of values
that could reasonably be attributed to the measurand. Such an interval is obtained by
multiplying the standard uncertainty by a factor, k, usually in the range 2 to 3, called the
coverage factor. The fraction of the distribution contained by the interval is called the level of
confidence. The relation between the level of confidence and the coverage factor depends
on the probability distribution of measurement errors.

In this clause, uncertainties are given as standard uncertainties (one standard deviation) and
are expressed as percentages of the measured values (relative or percentage uncertainties).
If expanded uncertainties are required, the standard normal (Gaussian) distribution is used to
determine the coverage factor corresponding to a specified degree of confidence. In
particular, expanded uncertainties with a coverage factor of 2 have an approximate level of
confidence of 95 %. The expanded uncertainty with a coverage factor of 1 has an
approximate level of confidence of 68 %.

8.3 Uncertainties in ADCP measurements – General considerations

The sensitivity and potential accuracy of an ADCP system varies according to the instrument
and set up and the way it is operated. Instrument manufacturers include values for sensitivity
and accuracy in the technical specification for their sensors. It is important to remember that
these figures indicate the accuracy of the measured velocity of the reflectors in the sampled
section of the water column, not that of the flow measurement. The following should be noted.

— Depth is an important factor in the calculation of flow, thus the accuracy and sensitivity of
the depth measurement (however it is carried out) is also important.

— The accuracy and sensitivity with which the instrument estimates its own velocity and
direction of movement (e.g. bottom tracking or GPS) has a direct bearing on the water
velocity estimates.

— Averaging over a longer time period may reduce the uncertainty

8.4 Sources of uncertainty

The overall uncertainty is dependent on a number of measurements and assumptions, some


of which are more significant than others. The ADCP does not make measurements over the
entire cross section. Uncertainties need to be estimated for

— the measured region,

— the top unmeasured layer,

— the bottom unmeasured layer, and

— the edges.

© BSN 2018 78 dari 107


“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional, copy standar ini dibuat untuk Sub Komite Teknis 91-01-S1 Bidang Sumber Daya Air, dan tidak untuk dikomersialkan”
SNI 8639:2018
ISO/TR 24578:2012

Berikut merupakan sumber ketidakpastian antara lain:


a) Kecepatan air: ketidakpastian dalam kecepatan air di setiap sel kedalaman adalah
fungsi dari frekuensi ADCP, ukuran dari sel kedalaman, cara pengoperasian ADCP,
jumlah sinar, sudut sinar dan turbulensi dalam air. Pengukuran kecepatan air juga
dipengaruhi oleh ketidakpastian dalam perkiraan kecepatan suara dalam air yang
merupakan fungsi dari suhu dan salinitas. Jika kecepatan suara dalam air memiliki
ketidakpastian 15, ini dapat menghasilkan ketidakpastian debit sekitar 3%
b) Kecepatan bottom track: ketidakpastian dalam kecepatan kapal menjadi kombinasi
ketidakpastian instrumen dan variasi sebenarnya pada pergerakan kapal, yaitu gerakan
tidak seimbang, lemparan/goncangan, dsb. Kecepatan pergerakan dasar menyebabkan
kesalahan dalam penentuan kecepatan bottom track. Tata cara untuk menguji dan
menghadapi pergerakan dasar tercakup dalam Subpasal 5.5.5 dan Subpasal 5.5.10.
c) Kedalaman: ketidakpastian pada pengukuran kedalaman adalah kombinasi dari
ketidakpastian pada kedalaman transduser di bawah permukaan air dan kedalaman
instrumen.
d) Ekstrapolasi profil kecepatan: kecepatan lapisan atas dan bawah sehingga debit
diperoleh dengan ekstrapolasi power law. Untuk meminimalisasi ketidakpastian, profil
standar sebaiknya diatur supaya sesuai dengan nilai terukur dalam area pengukuran.
Selain itu, penting untuk dapat menentukan kedalaman secara akurat.
e) Debit bagian tepi: untuk penentuan debit pada saat air terlalu dangkal (tepi) dilakukan
dengan cara ektrapolasi. Debit bagian tepi dihitung menggunakan kecepatan yang paling
dekat dengan area tersebut, jarak tepi dari setiap tepi, jenis daerah tepian melalui bentuk
geometris dan faktor pembobotan konvensional berdasarkan teori distribusi kecepatan.
Untuk memperkecil ketidakpastian, pastikan untuk menentukan jarak tepian secara
akurat tepian dan kecepatan tepi serta faktor koreksi tepi yang realistis.
8.5 Mengurangi ketidakpastian
Untuk memperkecil ketidakpastian, diperlukan hal-hal sebagai berikut.
- Pastikan pergerakan stabil dari peralatan instrumen kapal/flotation device.
- Ubah laju dan orientasi secara perlahan.
- Ukur jarak tepian secara akurat.
- Ukur kedalaman transduser secara akurat.
- Gunakan ukuran sel paling kecil dan blank distance untuk mengurangi ketidakpastian
bagian atas dan bawah.
- Gunakan data dari uji statis untuk meningkatkan power law exponent.
- Sediakan waktu untuk memperoleh ping yang cukup di tepian.

© BSN 2018 79 dari 107


“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional, copy standar ini dibuat untuk Sub Komite Teknis 91-01-S1 Bidang Sumber Daya Air, dan tidak untuk dikomersialkan”
SNI 8639:2018
ISO/TR 24578:2012

Sources of uncertainty include but are not limited to the following.

a) Water velocity: The uncertainty in the water velocity in each depth cell is a function of
the ADCP frequency, the size of the depth cell, the mode of ADCP operation, the number
of beams, the beam angle and turbulence in the water. It will also be influenced by
uncertainties in the estimation of the speed in of sound in water which is a function of
both temperature and salinity. If the speed of sound in water has an uncertainty of 15,
this can result in a discharge uncertainty of 3 %

b) Bottom track velocity: The uncertainty in boat velocity will be a combination of the
instrument uncertainty and real variations in boat movement (i.e. uneven motion,
pitch/roll, etc.). Moving-bed velocity causes errors in the determination of bottom track
velocity. How to test and deal with moving beds is covered in 5.5.5 and 5.5.10.

c) Depth: The uncertainty in the depth measurement is a combination of the uncertainty in


the depth of the transducers below the water surface and the instrument depth.

d) Extrapolation of velocity profiles: The top and bottom layer velocities, and thus the
discharge are obtained by extrapolation often using a power law. In order to minimize
uncertainties, the default profile should be adjusted to fit the measured values in the
measured zone as best as possible to minimize the extrapolation uncertainties. In order
to minimize the uncertainties, it is necessary to have an accurate depth determination
and low uncertainty in the measured portion of the profile.

e) Edge discharge: The discharge is extrapolated at each edge where the water is too
shallow to measure velocity reliably with the ADCP. Edge discharge is computed using
the velocity closest to the edge, the edge distance for each edge, the edge area type by
means of a geometric shape and a traditional weighting factor based on velocity
distribution theory. In order to minimize uncertainties, it is necessary to have a good
determination of the edge distance and the edge velocity and a realistic edge correction
factor.

8.5 Minimizing uncertainties

In order to minimize uncertainties, the following is required:

— ensure smooth movement of the instrument boat/flotation device;

— change speeds and orientation slowly;

— measure edge distances accurately;

— measure transducer depth accurately;

— use the smallest cell size and blanking distance to reduce top and bottom uncertainties;

— use data from the stationary test to improve the power law exponent;

— take time to obtain sufficient pings at the edges.

© BSN 2018 80 dari 107


“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional, copy standar ini dibuat untuk Sub Komite Teknis 91-01-S1 Bidang Sumber Daya Air, dan tidak untuk dikomersialkan”
SNI 8639:2018
ISO/TR 24578:2012

Lampiran A

(informatif)
Teori distribusi kecepatan dan ekstrapolasi profil kecepatan

Bentuk klasik dari profil kecepatan kadang-kadang dapat diwakili oleh persamaan parabolis,
pangkat atau logaritma untuk batas kasar. Lambang persamaan log merupakan hasil
langsung dari menghubungkan pergeseran dalam fluida ke gradien kecepatan,
menggunakan viskositas pusaran arus. Di sini aliran harus diasumsikan pada keadaan-kuat
sehingga ketegangan geser pada kedalaman mana pun sama dengan pergeseran dasar.
Bentuk yang paling umum dari persamaan log mengambil bentuk:

(A.1)

keterangan :

adalah kecepatan;
adalah kecepatan geser
adalah konstanta von Karman = 0,41;
adalah kedalaman aliran;
adalah kekasaran setara-butir-pasir Nikuradse.

Kekasaran setara-butir-pasir Nikuradse adalah fungsi dari bentuk, lebar ketinggian dari
elemen kekasaran, yang mendekatkan ketinggian rata-rata dari tonjolan untuk dasar
homogen (lihat Gambar A.1).

Gambar A.1 – Sketsa yang menggambarkan kekasaran setara-butir-pasir Nikuradse


ks/30 dapat ditulis sebagai ketinggian kekasaran, z0 yang sangat berhubungan kuat dengan
koefisiensi kekasaran Manning, n (lihat ISO 1070/SNI 6467.2:2012). V* adalah kecepatan
geser yang berhubungan dengan pergeseran dasar oleh hubungan:

© BSN 2018 81 dari 107


“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional, copy standar ini dibuat untuk Sub Komite Teknis 91-01-S1 Bidang Sumber Daya Air, dan tidak untuk dikomersialkan”
SNI 8639:2018
ISO/TR 24578:2012

Annex A
(informative)
Velocity distribution theory and the extrapolation of velocity profiles

The classical form of the velocity profile can sometimes be represented by a parabolic,
power or logarithmic equation for a rough boundary. The log law expression is a direct result
of relating the shear in a fluid to velocity gradient, using the eddy viscosity. Here, the flow has
to be assumed to be in steady-state, such that the shear stress at any depth is equal to the
bed shear. The most general form of the log law takes the form:

u 1  30 z 
 ln   (A.1)
u* k  k s 

where

u is the velocity;

u* is the shear velocity;

k is the von Karman constant  0,41;

z is the flow depth;

ks is the Nikuradse equivalent-sand-grain roughness.

The Nikuradse equivalent-sand-grain roughness is a function of the shape, height width of


the roughness elements, which approaches the average height of the protrusions for
homogeneous bed (see Figure A.1).

u 1  30 z 
 ln  
u * k  k s 

Figure 13 — Sketch illustrating Nikuradse equivalent-sand-grain roughness

ks/30 can be written as the roughness height, zo which is strongly related to Manning’s
roughness coefficient, n (see ISO 1070). v* is the shear velocity related to bed shear by the
relationship:

© BSN 2018 82 dari 107


“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional, copy standar ini dibuat untuk Sub Komite Teknis 91-01-S1 Bidang Sumber Daya Air, dan tidak untuk dikomersialkan”
SNI 8639:2018
ISO/TR 24578:2012

(A.2)

keterangan :

adalah dasar geser;

adalah kerapatan air (density)

adalah jari-jari hidraulik (perbandingan antara luas tampang aliran dan

keliling basah)
adalah kemiringan energi

Hubungan persamaan pangkat dari bentuk:

(A.3)

Persaman di atas bermanfaat dan telah diperlihatkan secara langsung setara dengan
persamaan log (Chen, 1991) untuk batasan bahwa produk ma=0,92. Ketika m=1/6, untuk
aliran keadaan-kuat, hubungannya setara dengan rumus Manning.

Secara khusus, persamaan log mungkin diasumsikan untuk menghitung seluruh profil
walaupun sebaiknya digunakan untuk kedalaman di bawah 20%. Ada banyak sekali
percobaan yang menunjukkan bagaimana baiknya penerapan persamaan log pada sebagian
besar kedalaman. Secara jelas akan ada efek jenis jalur ombak yang terlihat pada dekat
permukaan, yang memperlambat aliran dan memberikan kenaikan perbedaan dari
persamaan log. Bagaimanapun, telah ditunjukkan bahwa persamaan log dapat diterapkan
pada profil kecepatan yang memperlihatkan bentuk parabolis klasik. Pencocokan kuadrat
terkecil dari persamaan pangkat pada data ADCP dapat bermasalah karena gangguan data
profil ADCP. Maka dari itu, metode yang dikembangkan oleh Chen (1989) menggunakan
persamaan pangkat 1/6 [lihat rumus (A.3)] telah diadopsi untuk tujuan ini. Rumus ini hanya
perkiraan saja dan pangkat yang berbeda dari ½ sampai 1/10 dapat digunakan untuk
menyesuaikan bentuk kurva dengan mencoba dan meniru ciri fisik dari tempat pengukuran
ADCP.

Versi persamaan berikut, yang merupakan penyederhanaan rumus (A.3) mungkin lebih
terbiasa untuk praktisi hidrometri:

(A.4)

© BSN 2018 83 dari 107


“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional, copy standar ini dibuat untuk Sub Komite Teknis 91-01-S1 Bidang Sumber Daya Air, dan tidak untuk dikomersialkan”
SNI 8639:2018
ISO/TR 24578:2012


u*   gRS (A.2)

where

 is the bed shear;

 is the fluid density;

R is the hydraulic radius (area  wetted perimeter);

S is the bed slope.

The power law relationship of the form:

m
u  z 
 a  (A.3)
u* z 
 0

is useful and has been shown to be directly equivalent of the log law (Chen, 1991) for the
constraint that the product ma  0,92. When m  1/6, for steady-state flow, the relationship is
equivalent to Manning’s formula.

Typically, the log law might be assumed to hold for the entire profile, although strictly should
only be used for lower 20 % of depth. There have been numerous experiments showing how
well the log law applies to most of the depth. Clearly there will be wake type effects near the
surface, which retard the flow and give rise to divergence from the log law. However, it has
been shown that the log law can be applied to velocity profiles that exhibit the classical
parabolic shape. The least squares fitting of power laws to ADCP data can be problematic
due to the noisiness of the ADCP profile data. Therefore, a method developed by Chen
(1989) using a 1/6th power law [see Formula (A.3)] has been adopted for this purpose. This
is an approximation only and different powers from 1/2 to 1/10th can be used to adjust the
shape of the curve to try and emulate the physical characteristics of the ADCP measurement
site.

The following version of the equation, which is a simplification of Formula (A.3) may be more
familiar to hydrometric practitioners:

1
 c   D c
v vy   (A.4)
 c  1  D  y 

© BSN 2018 84 dari 107


“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional, copy standar ini dibuat untuk Sub Komite Teknis 91-01-S1 Bidang Sumber Daya Air, dan tidak untuk dikomersialkan”
SNI 8639:2018
ISO/TR 24578:2012

keterangan :

adalah kecepatan rata-rata untuk seluruh penampang melintang sungai pada

tempat pengukuran;
adalah kecepatan pada kedalaman y dari permukaan;

adalah total kedalaman;

adalah kedalaman permukaan;

adalah konstanta, sering kali diasumsikan menjadi 6.

Pada tempat pengukuran yang bentuk klasik dari distribusi kecepatannya tidak diterapkan
(misalnya ketika aliran dua-arah terjadi), metode regresi di atas tidak akan bekerja dan teknik
lain sebaiknya digunakan untuk tujuan ekstrapolasi. Sebagai contoh, mungkin saja bisa
mengatur kedua perkiraan debit puncak ADCP menjadi “konstan”, yang berarti bahwa ADCP
akan menggunakan data yang diperoleh dari bin paling atas untuk memperkirakan bagian
profil yang tidak terukur. Demikian pula, perkiraan debit bagian bawah dapat diperoleh
dengan cara yang serupa.

© BSN 2018 85 dari 107


“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional, copy standar ini dibuat untuk Sub Komite Teknis 91-01-S1 Bidang Sumber Daya Air, dan tidak untuk dikomersialkan”
SNI 8639:2018
ISO/TR 24578:2012

where

v is the mean velocity for entire river cross section at the site;
vy is the velocity at depth y from the surface;
D is the total depth;
y is the depth from the surface;
c is a constant, often assumed to be 6.

At sites where the classical form of the velocity distribution does not apply (e.g. where bi-
directional flow occurs), the above power-curve estimation method will not work and another
technique should be used for extrapolation purposes. For example, it is possible to set both
the top ADCP discharge estimates to ‘Constant’, which means that the ADCP would use the
data obtained from the uppermost bin to estimate the unmeasured part of the profile.
Similarly, the bottom discharge estimates can be obtained in a similar manner.

© BSN 2018 86 dari 107


“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional, copy standar ini dibuat untuk Sub Komite Teknis 91-01-S1 Bidang Sumber Daya Air, dan tidak untuk dikomersialkan”
SNI 8639:2018
ISO/TR 24578:2012

Lampiran B

(informatif)
Penentuan debit antara tepi sungai dan daerah debit terukur

Pencocokan kurva-pangkat memperkirakan nilai profil bagian atas dan bawah, tetapi karena
kombinasi jarak/daya muat kosong, gangguan side-lobe dan batasan kedalaman, daerah
yang dekat dengan tepi sungai tidak dapat diukur; lihat Gambar B.1. Perluasan dan
pentingnya daerah dekat tepi sungai akan bergantung pada geometri dan fitur lain dari
saluran serta ciri ADCP tertentu yang sedang digunakan.

Petunjuk

1 debit dekat-pantai yang tidak terukur


2 daerah yang tidak terukur karena jarang kosong dan daya muat tranduser
3 daerah yang tidak terukur karena gangguan side-lobe
4 daerah debit terukur
Gambar B.1 – Sketsa yang menggambarkan daerah yang tidak terukur dalam
penampang melintang pengukuran debit ADCP secara khusus
Daerah dekat pantai/tepi sungai perlu untuk diperkirakan sebagai dasar dari teknik
ekstrapolasi yang sesuai. Pemilihan teknik perlu diambil karena pentingnya kondisi tempat
pengukuran dan ukuran bagian yang tidak terukur.

© BSN 2018 87 dari 107


“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional, copy standar ini dibuat untuk Sub Komite Teknis 91-01-S1 Bidang Sumber Daya Air, dan tidak untuk dikomersialkan”
SNI 8639:2018
ISO/TR 24578:2012

Annex B
(informative)
Determination of discharge between banks and the area of measured discharge

The power-curve fitting estimates values in the top and bottom of the profile, but due to a
combination of blanking distance/draft, side-lobe interference and depth limitations, the areas
close to the banks cannot be measured; see Figure B.1. The extent and significance of the
near bank areas will depend on the geometry and other features of the channel and the
characteristics of the specific ADCP being used.

1 1

Key
1 unmeasured near-shore discharge
2 unmeasured area due to blanking distance and transducer draft
3 unmeasured area due to side-lobe interference
4 area of measured discharge

Figure 14 — Sketch illustrating unmeasured area in a typical ADCP discharge


measurement cross section

The nearshore/bank areas need to be estimated on the basis of an appropriate extrapolation


technique. The choice of technique needs to take due account of the conditions at the site
and the size of the unmeasured portions.

© BSN 2018 88 dari 107


“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional, copy standar ini dibuat untuk Sub Komite Teknis 91-01-S1 Bidang Sumber Daya Air, dan tidak untuk dikomersialkan”
SNI 8639:2018
ISO/TR 24578:2012

Survei Geologis Amerika Serikat (U.S. Geological Survey) dan organisasi lain menggunakan
metode yang disampaikan oleh Fulford dan Sauer (1986) yang dapat digunakan untuk
memperkirakan kecepatan pada lokasi yang tidak terukur antara tepi sungai dan kecepatan
terukur pertama atau terakhir dalam penampang melintang. Ini diberikan dalam rumus (B.1);
juga lihat Gambar B.2.

(B.1)

keterangan :

adalah lokasi tengah jalan antara tepi sungai dan sub-section terukur ADCP
pertama atau terakhir;

adalah perkiraan kecepatan rata-rata pada lokasi e (ms-1);

adalah kecepatan rata-rata terukur pada sub-section ADCP terukur pertama


atau terakhir (ms-1);

adalah kedalaman pada sub-section e (m);

adalah kedalaman dari sub-section ADCP pertama atau terakhir (m).

Fulford dan Sauer mendefinisikan posisi m di bagian tengah sub-section pertama atau
terakhir dan bukan pada tepi dekat pantai dari sub-section. Bagaimanapun, karena sub-
section ADCP dengan sengaja disimpan sangat sempit pada awal dan akhir dari setiap
pengukuran maka perbedaan antara dua aplikasi menjadi tidak penting. Dengan asumsi
bahwa saluran berbentuk trapesium bagian yang tidak terukur dekat dengan tepi sungai
dapat diasumsikan menjadi bentuk bersegitiga (lihat Gambar B.2). Maka:

(B.2)

Ketika debit adalah kecepatan dikalikan dengan daerahnya, maka dapat dihitung menjadi:

0,707Vm Ld m
Q  0,353 5Vm Ld m
2 (B.3)

keterangan :

adalah perkiraan debit tepi, dalam m3s-1;

adalah jarak tepi sungai untuk bagian ADCP pertama atau terakhir, dalam
meter.

The U.S. Geological Survey and other organizations use a method presented in Fulford and
Sauer (1986) which can be used to estimate a velocity at an unmeasured location between
the riverbank and the first or last measured velocity in a cross section. This is given by
Formula (B.1); also see Figure B.2.

© BSN 2018 89 dari 107


“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional, copy standar ini dibuat untuk Sub Komite Teknis 91-01-S1 Bidang Sumber Daya Air, dan tidak untuk dikomersialkan”
SNI 8639:2018
ISO/TR 24578:2012

ve vm
 (B.1)
de dm

where

e  is the location midway between bank and first or last ADCP measured sub-section;

ve
 is the estimated mean velocity at location e (ms1);

vm
is the measured mean velocity at first or last measured ADCP sub-section (ms1);

de  is the depth at sub-section e (m);

dm  is the depth at first or last ADCP sub-section (m).

Fulford and Sauer defined position m as the centre of the first or last measured sub-section
and not the nearshore edge of the sub-section. However, because the ADCP sub-sections
are purposely kept very narrow at the start and finish of each measurement the difference
between the two applications are not significant. Assuming that the channel is trapezoidal in
shape the unmeasured section adjacent to the bank can be assumed to be triangular in
shape (see Figure B.2). Then:

V e  0,707Vm (B.2)

As discharge is velocity multiplied by area, it can then be calculated thus:

0,707Vm Ld m
Q  0,353 5Vm Ld m (B.3)
2

where

Q is the estimated edge discharge, in m3s1;

L is the distance to the riverbank for the first or last ADCP section, in metres.

© BSN 2018 90 dari 107


“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional, copy standar ini dibuat untuk Sub Komite Teknis 91-01-S1 Bidang Sumber Daya Air, dan tidak untuk dikomersialkan”
SNI 8639:2018
ISO/TR 24578:2012

Gambar B.2 – Sketsa yang menggambarkan perkiraan nilai-tepi


Software ADCP akan menghitung kedalaman dm dan kecepatan vm. Jarak L diperkitakan
atau diukur oleh operator. Rumus (A.3) tidak berkerja dengan baik dalam saluran beton
persegi panjang atau saluran alami dengan kemiringan tidak-standar dekat tepi sungai.
Dalam hal ini, koefisien kemiringan tepi sungai dapat digunakan untuk menggambarkan
geometri saluran-tepi sungai secara tepat. Untuk saluran beton persegi panjang, dapat
menggunakan rumus berikut:

Q  0,91 Vm Ld m

© BSN 2018 91 dari 107


“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional, copy standar ini dibuat untuk Sub Komite Teknis 91-01-S1 Bidang Sumber Daya Air, dan tidak untuk dikomersialkan”
SNI 8639:2018
ISO/TR 24578:2012

Figure 15 — Sketch illustrating edge-value estimation

The ADCP software will calculate the depth dm and the velocity vm. The distance L is
estimated or measured by the operator. Formula (A.3) does not work well in rectangular
concrete channels or natural channels with non-standard slopes near the banks. In these
instances, a bank slope coefficient can be used to properly depict the channel-bank
geometry. For rectangular concrete channels, the following can be used:

Q  0,91 Vm Ld m

© BSN 2018 92 dari 107


“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional, copy standar ini dibuat untuk Sub Komite Teknis 91-01-S1 Bidang Sumber Daya Air, dan tidak untuk dikomersialkan”
SNI 8639:2018
ISO/TR 24578:2012

Lampiran C

(Informatif)
Contoh daftar nama peralatan

Ketersediaan Daftar Peralatan


Peralatan
Peralatan ADCP Dasar
‐ ADCP dengan alat pelengkap; baut dan mur
‐ Kabel ADCP
‐ Komputer lapangan dengan perangkat lunak yang sesuai
‐ Pelindung tempat berteduh/pelindung hujan untuk komputer lapangan
‐ Cadangan baterai 12V dengan perakitan kabel yang sesuai
‐ Daya inverter dan kepingan daya, jika diperlukan
‐ Laser pengukur kecepatan, atau alat pengukur kecepatan yang lainnya
‐ Pengisi daya baterai
‐ Peralatan pengukuran ADCP
‐ Formulir catatan lapangan
‐ Garis keselamatan untuk ADCP
Pengoperasian Kapal
‐ Bantalan ADCP
‐ Penanda pelampung
Penambatan/Pengoperasian Kapal dengan Pengendali jarak jauh (RC)
‐ Penambatan kapal dan baju pengaman/kapal RC
‐ Tali panjang yang digunakan sebagai tambatan untuk kapal penambat 
‐ Baterai 12V‐9A kecil dan pengisi daya
‐ Kotak perbaikan kapal
‐ Jangkar laut (untuk kecepatan lambat)
‐ Pemberat untuk tambatan (untuk kecepatan cepat)
‐ Jenis radio walkie‐talkie genggam
Pengoperasian DGPS
‐ DGPS dan kabel daya/data
‐ Antena DGPS dan kabel
‐ Tiang untuk bantalan antena DGPS di atas ADCP
‐ Baterai 12V DC
‐ Sekering cadangan
Echo Sounder 
‐ Echo sounder dan kabel yang menghubungkannya
‐ Bantalan alat penyangga untuk echo sounder
‐ Baterai 12V DC

© BSN 2018 93 dari 107


“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional, copy standar ini dibuat untuk Sub Komite Teknis 91-01-S1 Bidang Sumber Daya Air, dan tidak untuk dikomersialkan”
SNI 8639:2018
ISO/TR 24578:2012

Annex C
(informative)
Example of an equipment check list

Equipment Equipment List


Available
Basic ADCP Equipment
— ADCP with attachments; bolts and nuts
— ADCP cable(s)
— Field computer with appropriate software
— Screen shade/rain protection for field computer
— Spare 12V battery with appropriate wiring assembly
— Power inverters and power strips, if needed
— Laser rangefinder, or some other distance measurement
device
— Battery charger
— ADCP measurement toolkit
— Field note sheets
— Safety line for ADCP
Boat Deployment
— ADCP mount
— Marker buoys
Tethered/Remote-controlled (RC) Boat Deployment
— Tethered boat and harness/RC boat
— Long rope for use as tether for tethered boat
— Radio modems and cables
— Small 12V-9A batteries and charger
— Boat repair kit
— Sea anchor (for slow velocities)
— Weight for tether (for fast velocities)
— Hand-held walkie-talkie type radios
DGPS Deployment
— DGPS and power/data cables
— DGPS antenna and cable
— Pole for mounting DGPS antenna over ADCP
— 12V DC battery
— Spare fuses
Echo Sounder
— Echo sounder and associated cables
— Mounting bracket for echo sounder
— 12V DC battery

© BSN 2018 94 dari 107


“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional, copy standar ini dibuat untuk Sub Komite Teknis 91-01-S1 Bidang Sumber Daya Air, dan tidak untuk dikomersialkan”
SNI 8639:2018
ISO/TR 24578:2012

Lampiran D

(informatif)
Contoh lembar lapangan pengukuran ADCP

Contoh formulir untuk membuat pengukuran debit ADCP diberikan di halaman sebelah.

Ref. Tanggal ORGANISASI: Pengukuran No.


Nomor Stasiun DEPARTEMEN: Diproses oleh
Catatan Pengukuran Debit Profil Akustik Diperiksa oleh
Nama Stasiun
Tanggal 20_____ Kelompok
Lebar Daerah / Daerah Penilaian Kecepatan Kecepatan Indeks Tinggi Pengukur Debit

Kapal/Motor yang digunakan GPS yang digunakan Kedalaman ADCP Perubahan Tinggi Pengukur
mm h
Pabrikan ADCP Model ADCP Frekuensi No. Seri Firmware Software

Awalan Nama Berkas Tes Diagnostik - Kesalahan? Berkas Dasar Bergerak Dasar Bergerak?
Y atau T
ADCP Sink. Ke WT Suhu Air Terukur Suhu Air ADCP Cuaca
Y pada atau T °C pada °C pada
Kalibrasi Kompas Variasi Magnetik yang Digunakan Metode Variasi Magnetik Laju Angin / Arah
Y atau T
Pembacaan Pengukur Kondisi Tempat pengukuran
Waktu Di dalam Di luar Kedalaman Air Maks
Laju Air Maks
Laju Kapal Maks
Modus Air
Modus Bawa
Bahan saluran dasar sungai

Salinitas
ppt pada
Bobot MGH Checkbar ditemukan
Koreksi GH Checkbar diubah menjadi
MGH benar at
Penyeberangan, kabel, es, kapal, hulu, hilir, jembatan sisi m hulu, hilir dari pengukur
Laju Pengukuran unggul (2%), baik (5%), cukup (8%), jelek (>8%) berdasarkan kondisi berikut
Aliran
Penampang melintang
Kontrol
Operasi pengukur Y atau T Rekaman dihapus Y atau T Nama Berkas
Voltase batere V Pipa masuk / lubang dibersihkan /pembersihan
Gelembung - pengukur psi Tangki Garis Laju gelembung
Ekstrim - Indikator GH Maks. Min. CSG Diperiksa Y atau T
HWM pada stik Ref. ketinggian Ketinggian HWM
GH dari aliran Nol = GH - kedalaman pada kontrol = m Laju =
Lembaran No. dari Lembar

© BSN 2018 95 dari 107


“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional, copy standar ini dibuat untuk Sub Komite Teknis 91-01-S1 Bidang Sumber Daya Air, dan tidak untuk dikomersialkan”
SNI 8639:2018
ISO/TR 24578:2012

Annex D
(informative)
Example of ADCP gauging field sheets

An example form for making an ADCP discharge measurement is given on the next page.

Ref. Date ORGANIZATION: Meas. No.


DEPARTMENT:
Station Number
Processed by
Acoustic Profiler Discharge Measurement Notes Checked by
Station Name

Date 20____ Party

Width Area / Rated Area Velocity Index Velocity Gauge Height Discharge

Boat/Motors Used GPS Used ADCP Depth Gauge Height Change


mm h
ADCP Mfr. ADCP Model Frequency Serial No. Firmware Software

Filename Prefix Diagnostic Test - Errors? Moving Bed File Moving Bed ?
Y or N Y or N
ADCP Sync’d to WT Meas. Water Temperature ADCP Water Temperature Weather
o o
Y at ___________or N C at C at
Compass Calibration Magnetic Variation Used Magnetic Variation Method Wind Speed / Direction
Y or N On-site Model Previous
Gauge Readings Site Conditions
Time Inside Outside Max Water Depth
Max Water Speed
Max Boat Speed
Water Mode
Bottom Mode
Streambed material

Salinity
ppt at
Weighted MGH Checkbar found
GH corrections Checkbar changed to
Correct MGH at
Wading, cable, ice, boat, upstr., downstr., side bridge m upstream, downstream of gauge
Measurement rated excellent (2%), good (5%), fair (8%), poor (>8%) based on following conditions
Flow
Cross section

Control
Gauge operating Y or N Record removed Y or N Filename

Battery voltage V Intakes / orifice cleaned /purged

Bubble – gauge psi Tank Line Bubble rate / mm

Extreme – GH indicators Max. Min. CSG Checked Y or N

HWM on stick Ref. elev. HWM elevation

GH of Zero flow = GH - depth at control = m Rated =

Sheet No. of sheets

© BSN 2018 96 dari 107


“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional, copy standar ini dibuat untuk Sub Komite Teknis 91-01-S1 Bidang Sumber Daya Air, dan tidak untuk dikomersialkan”
SNI 8639:2018
ISO/TR 24578:2012

CATATAN PENGUKURAN DEBIT PROFIL AKUSTIK

Tepi sungai kiri Kemiringan Vertikal Lain: _________________ Tepi sungai kanan Kemiringan Vertikal Lain: ______________

Penampang
Mulai Akhir
Lintang Debit Total Catatan

No. Tepi Sungai Waktu Jarak Jarak Waktu

L R

L R

L R

L R

L R

L R

L R

L R

L R

L R

L R

L R

L R

Catatan

Singkatan : Ref - referensi, meas - pengukuran, Vel - kecepatan, Sync'd - disinkronkan, MGH - tinggi pengukur rata-rata
elev - ketinggian, L - kiri, R - kanan

© BSN 2018 97 dari 107


“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional, copy standar ini dibuat untuk Sub Komite Teknis 91-01-S1 Bidang Sumber Daya Air, dan tidak untuk dikomersialkan”
SNI 8639:2018
ISO/TR 24578:2012

ACOUSTIC PROFILER DISCHARGE MEASUREMENT NOTES


Left Bank: Sloping Vertical Other:____________________ Right Bank: Sloping Vertical Other: ____________

Transect Starting Ending Total


Notes
No. Bank Time Distance Distance Time Discharge

L R

L R

L R

L R

L R

L R

L R

L R

L R

L R

L R

L R

L R

Notes

Abbreviations: Ref – reference, meas – measurement, Vel. – velocity, Sync’d – synchronised, MGH – mean gauge height,
elev – elevation, L – left, R - right

© BSN 2018 98 dari 107


“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional, copy standar ini dibuat untuk Sub Komite Teknis 91-01-S1 Bidang Sumber Daya Air, dan tidak untuk dikomersialkan”
SNI 8639:2018
ISO/TR 24578:2012

Lampiran E

(informatif)
Tes kelurusan sinar

E.1 Pendahuluan

Satu sumber kesalahan dari pengukuran ADCP adalah tidak lurusnya sinar pada instrumen.
Kesalahan ini dapat diperiksa dan diperbaiki oleh pengguna. Persamaan ADCP baik untuk
tiga-sinar maupun empat-sinar mengasumsikan bahwa sinar berada pada kelurusan yang
sempurna dan hasil dalam matriks transformasi nominal untuk sistem tiga-sinar dan empat-
sinar. Matriks transformasi nominal untuk sistem-tiga-sinar 25-derajat, seperti SonTek/YSI
River Surveyor, adalah

1.577 -0.789 -0.789 


 0 -1.366 1.366 
0.368 0.368 0.368 
 

Matriks transfomasi nominal untuk sistem-empat-sinar 20-derajat, seperti TRDI Rio Grande,
adalah

1.4619 1.4619 0 0 
 0 0 1.4619 1.4619 
 0.2661 0.2661 0.2661 0.2661 
 
1.0337 1.0337 1.0337 1.0337 

Jika sinar tidak lurus selama pembuatan di pabrik, matriks transformasi yang dibuat sesuai
pesanan diperlukan untuk memperbaiki tidak lurusnya sinar. Jika menggunakan matriks
transformasi yang salah, air dan kecepatan bottom-track akan secara terus-menerus menjadi
menyimpang. Keabsahan matriks transformasi yang tersimpan dalam instrumen dapat
ditentukan dengan menghitung rasio dari bottom-track dan jarak garis-lurus GPS sepanjang
jalan yang panjang, disediakan oleh instrumen yang memiliki kompas.

E.2 Deskripsi dari prosedur

Tes kelurusan-sinar dilakukan dengan melintasi jalan panjang (370 – 770 m) pada arah kompas dan
kecepatan yang konstan ketika secara bersamaan merekam data GPS (GGA atau VTG) dan ADCP.
Panjang jalan tergantung pada keakuratan GPS yang digunakan. Panjang jalan sebaiknya memiliki
kesalahan dalam posisi GPS kurang dari 0,1% dari panjang jalan. Rasio dari jarak garis-lurus yang
dilalui (umumnya disebut DMG) seperti yang diukur oleh bottom tracking dengan ADCP dan jarak
garis-lurus yang dilalui seperti yang diukur oleh GPS dihitung. Rasio ini mengacu sebagai rasio
bottom-track-to-GPS. Garis lintang bolak balik, yang merupakan jalan dengan panjang yang sama
pada arah kira-kira 180 derajat dari jalan yang terlewati sebelumnya, dibuat dan rasio dari dua jalan
yang terlewati dirata-ratakan. Prosedur ini diulang kembali sebanyak total empat kali (semuanya
delapan kali) ketika memutar ADCP sebesar 45 derajat antara setiap pasangan jalan. Ketika rasio
bottom-track-to-GPS lebih kecil dari 0,995, pengukuran ADCP sangat mungkin memiliki kesalahan
simpangan negatif, dan ketika rasio bottom-track-to-GPS lebih besar dari 1,003, ADCP sangat
mungkin memiliki nilai simpangan positif (Oberg, 2002). Nilai untuk rasio bottom-track-to-GPS 0,995
sesuai dengan -0,5% kesalahan pada pengukuran kecepatan bottom-track. Nilai rasio bottom-track-to-
GPS 1,003 sesuai dengan kesalahan +0,3% pada pengukuran kecepatan bottom-track.

© BSN 2018 99 dari 107


“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional, copy standar ini dibuat untuk Sub Komite Teknis 91-01-S1 Bidang Sumber Daya Air, dan tidak untuk dikomersialkan”
SNI 8639:2018
ISO/TR 24578:2012

Annex E
(informative)
Beam alignment test
E.1 Introduction

One source of error in ADCP measurements is misalignment of beams in the instrument.


This error can be checked and corrected by the user. The equations for both three-beam and
four-beam ADCPs assume that the beams are in perfect alignment and result in nominal
transformation matrices for three-beam and four-beam systems. The nominal transformation
matrix for a 25-degree three-beam system, such as the SonTek/YSI River Surveyor, is

1.577 -0.789 -0.789 


 0 -1.366 1.366 
0.368 0.368 0.368 
 

The nominal transformation matrix for a 20-degree four-beam system, such as the TRDI Rio
Grande, is

1.4619 1.4619 0 0 
 0 0 1.4619 1.4619 
 0.2661 0.2661 0.2661 0.2661 
 
1.0337 1.0337 1.0337 1.0337 

If the beams were misaligned during manufacturing, a custom transformation matrix to


correct the misalignment is required. If the wrong transformation matrix is used, the water
and bottom-track velocities will be consistently biased. The validity of the transformation
matrix stored in the instrument can be determined by computing the ratio of the bottom-track
and GPS straight-line distances over a long course, provided the instrument has a compass.

E.2 Description of procedure

The beam-alignment test is conducted by traversing a long (370 – 770 m) course at a


constant compass heading and speed while simultaneously recording GPS (GGA or VTG)
and ADCP data. The length of the course depends on the accuracy of the GPS being used.
The length of the course should be such that the error in GPS position is less than 0,1 % of
the length of the course. The ratio of the straight-line distance travelled (commonly called the
DMG) as measured by bottom tracking with the ADCP and the straight-line distance travelled
as measured by the GPS is computed. This ratio is referred to as the bottom-track-to-GPS
ratio. A reciprocal traverse, which is a course of the same length at a heading approximately
180 degrees from the previous pass, is made and the ratios of the two passes are averaged.
This procedure is repeated for a total of four times (eight passes altogether) while rotating
the ADCP 45 degrees between each pair of courses. When the bottom-track-to-GPS ratio is
less than 0,995, ADCP measurements most likely have a negative bias error, and when the
bottom-track-to-GPS ratio is greater than 1,003, the ADCP most likely has a positive bias
error (Oberg, 2002). A value for the bottom-track-to-GPS ratio of 0,995 corresponds to a
0,5 % error in bottom-track velocity measurements. A value for the bottom-track-to-GPS
ratio of 1,003 corresponds to a 0,3 % error in bottom-track velocity measurements.

© BSN 2018 100 dari 107


“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional, copy standar ini dibuat untuk Sub Komite Teknis 91-01-S1 Bidang Sumber Daya Air, dan tidak untuk dikomersialkan”
SNI 8639:2018
ISO/TR 24578:2012

Kriteria miring adalah karena potensi ADCP yang diketahui untuk memiliki sedikit simpangan
negatif karena efek medan. ADCP dengan kalibrasi dengan baik harus memiliki rasio
bottom-track-to-GPS kira-kira 0,998 atau 0,999.

E.2.1 Prosedur langkah-per-langkah

Prosedur berikut sebaiknya diikuti ketika melakukan tes jarak.

a) Lakukan tes diagnostik ADCP internal (jika tersedia).


b) Turunkan ADCP ke dalam air, perhatikan sinar mana menghadap ke depan.
c) Jalankan perangkat lunak pengambilan-data, mulai lakukan ping, tetapi tidak mulai
merekam data.
d) Buka window pada perangkat lunak yang akan menampilkan rasio bottom-track-to-
GPS DMG.
e) Bawa kapal dengan laju konstan dan diarahkan, catat arahnya. Laju sebaiknya cukup
cepat untuk melintasi jalan dalam waktu yang proporsional, tetapi tidak secepat yang
dapat menyebabkan data bottom-track menjadi tidak tepat.
f) Ketika kapal berada pada kecepatan dan arah yang diinginkan, mulai perekaman
data. Setelah berjalan minimum 1300 m, rekam rasio bottom-track-to-GPS, hentikan
perekaman, kemudian jalankan kapal dengan pelan dan ubah arahnya sebesar 180
derajat dari arah sebelumnya.
g) Bawa kapal pada laju konstan. Rekam data untuk jalan bolak balik. Pada akhir jalan
yang terlewati, rekam lagi rasio bottom-track-to-GPS. Menjalankan kapal dengan
perlahan penting untuk dilakukan atau mengubah arah sampai perekaman dihentikan.
h) Ulangi prosedur ini sambil memutar ADCP sebesar 45 derajat antara setiap
pasangan dari jalan sampai ADCP telah berputar sebanyak empat kali.
i) Rata-ratakan rasio bottom-track-to-GPS DMG untuk setiap pasangan bolak balik.
j) Tinjau kembali rata-rata rasio bottom-track-to-GPS DMG untuk semua putaran dan
periksa apakah semua nilai berada antara 0,995 sampai 1,003. Jika nilai berada di
luar kisaran ini, instrumen harus dilakukan servis oleh pabrikan.

© BSN 2018 101 dari 107


“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional, copy standar ini dibuat untuk Sub Komite Teknis 91-01-S1 Bidang Sumber Daya Air, dan tidak untuk dikomersialkan”
SNI 8639:2018
ISO/TR 24578:2012

The skewed criteria are due to a known potential for ADCPs to have a slight negative bias
due to terrain effects. A well-calibrated ADCP should have bottom-track-to-GPS ratios of
approximately 0,998 or 0,999.

E.2.1 Step-by-step procedure

The following procedures should be followed when conducting the distance tests.

a) Conduct internal ADCP diagnostic tests (if available).

b) Lower the ADCP into the water, noting which beam is facing forward.

c) Using the data-collection software, begin pinging, but do not begin recording data.

d) Open a window in the software that will display the bottom-track-to-GPS DMG ratio.

e) Bring the boat to a constant speed and heading and note the heading. The speed should
be fast enough to traverse the course in a reasonable time but not so fast as to cause
invalid bottom-track data.

f) Once the boat is at the desired speed and heading, begin recording data. After travelling
a minimum of 1 300 m, record the bottom-track-to-GPS DMG ratio, stop recording, then
slow the boat and turn to a heading 180 degrees from the previous heading.

g) Bring the boat to a constant speed. Record data for this reciprocal pass. At the end of the
pass, record the bottom-track-to-GPS ratio again. It is important not to slow the boat or
change heading until recording is stopped.

h) Repeat this procedure while rotating the ADCP 45 degrees between each pair of courses
until the ADCP has been rotated four times.

i) Average the bottom-track-to-GPS DMG ratio for each reciprocal pair.

j) Review the averaged bottom-track-to-GPS DMG ratio for all rotations and verify that all
values are between 0,995 and 1,003. If values are outside of this range, have the
instrument serviced by the manufacturer.

© BSN 2018 102 dari 107


“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional, copy standar ini dibuat untuk Sub Komite Teknis 91-01-S1 Bidang Sumber Daya Air, dan tidak untuk dikomersialkan”
SNI 8639:2018
ISO/TR 24578:2012

Lampiran F

(informatif)
Pengintervalan waktu:
Mengukur pergeseran Doppler pada Kedalaman yang Berbeda

Kemampuan profiling ADCP diperoleh melalui pengintervalan waktu (dan sampling) gema
yang diterima pada interval waktu yang semakin lama seiring putaran gelombang acoustic-
beam vertikal melintasi kolom air (gambar F.1).

Analogi operator sonar Angkatan Laut dapat digunakan untuk memahami pengintervalan
waktu ini. Operator sonar menekan sebuah tombol pada konsol sonar yang menyebabkan
"ping" ditransmisikan oleh transduser sonar kapal. Begitu ping ditransmisikan, operator sonar
mengaktifkan stopwatch dan mulai mendengarkan gema yang kembali.

Suara dari ping merambat melalui air dengan sangat cepat, namun pada kecepatan yang
terbatas bisa dihitung. Operator mendengar gema intensitas rendah dan terus menerus yang
disebabkan oleh suara yang memantulkan partikel di air saat kecepatan ping menuju dasar
laut. Operator mendengar peningkatan dan amplitudo gema yang tiba-tiba dan segera
menekan tombol berhenti stopwatch.

Anomali gema disebabkan oleh kapal selam yang tenggelam. Operator kemudian
menghitung jarak ke kapal selam dengan menggunakan waktu yang telah berlalu dari
stopwatch dan persamaan kecepatan-suara (Urick, 1975). Kecepatan kapal selam relatif
terhadap kapal Angkatan Laut, juga bisa dihitung dan sebanding dengan pergeseran
Doppler gema yang kembali.

Jika operator sonar digantikan oleh penerima dan sirkuit waktu yang dikontrol komputer,
gema yang diterima dapat direkam dan dipisahkan menjadi potongan-potongan kecil dengan
setiap potongan yang sesuai dengan waktu yang diterima. Setiap irisan (sel kedalaman)
akan berasal dari bagian kolom air yang semakin dalam. Kecepatan partikel di setiap sel
kedalaman dapat diukur dengan menghitung pergeseran Doppler gema di setiap sel dalam.
Untuk tujuan ini, kebanyakan ADCP berisi rangkaian penerima dan pengatur waktu yang
dikendalikan komputer untuk setiap acoustic-beam, serta perangkat keras pemrosesan
sinyal yang canggih untuk menghitung pergeseran Doppler.

ADCP mentransmisikan ping di sepanjang setiap acoustic-beam dan kemudian


pengintervalan waktu penerimaan gema yang dikembalikan pada setiap beam ke dalam sel
yang dalam. Kecepatan dan arahnya kemudian dihitung (menggunakan rata-rata titik pusat
dari kecepatan yang diukur dalam sel kedalaman) dan dicatat ke pusat setiap sel kedalaman
(bin) di atas vertikal yang diukur.

© BSN 2018 103 dari 107


“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional, copy standar ini dibuat untuk Sub Komite Teknis 91-01-S1 Bidang Sumber Daya Air, dan tidak untuk dikomersialkan”
SNI 8639:2018
ISO/TR 24578:2012

Sel Kedalaman

Current Meter Konvensional


ADCP

Gambar 0.1 - Analogi dari Profiling menggunakan ADCP dan Current Meter
Konvesional

Bin 4
JARAK DARI ADCP

sel 4

sel 3 Bin 3

sel 2 Bin 2

sel 1 Bin 1

Blank
gema gema gema gema
Awal Akhir Interval 1 Interval 2 Interval 3 Interval 4
Transmisi
gelombang WAKTU

Gambar 0.2 – Hubungan pengintervalan waktu dan jarak dari ADCP

© BSN 2018 104 dari 107


“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional, copy standar ini dibuat untuk Sub Komite Teknis 91-01-S1 Bidang Sumber Daya Air, dan tidak untuk dikomersialkan”
SNI 8639:2018
ISO/TR 24578:2012

Bibliografi

[1] ISO 748, Hydrometry — Measurement of liquid flow in open channels using current-
meters or floats
[2] ISO 1070:1992, Liquid flow measurement in open channels — Slope-area method
[3] ISO 5168, Measurement of fluid flow — Procedures for the evaluation of uncertainties
[4] ISO/TS 24154, Hydrometry — Measuring river velocity and discharge with acoustic
Doppler profilers
[5] ISO/TS 25377, Hydrometric uncertainty guidance (HUG)
[6] SNI 8066:2015, Tata cara pengukuran debit aliran sungai dan saluran terbuka
menggunakan alat ukur arus dan pelampung
[7] CHEN C.L. 1989. Power law of flow resistance in open channels. Manning’s formula
revisited. In: Proceedings of the International Conference on Channel Flow and
Catchment Runoff. Centennial of Manning’s Formula and Kuichling’s Rational Formula,
May 22–26, 1989, Charlottesville, Virginia, v. 8, p. 17–48
[8] CHEN C.L. Unified Theory on Power Laws for Flow Resistance. ASCE Journal of
Hydraulic Engineering, 117(3), March 1991
[9] Environment Canada, 2004, Procedures for Conducting ADCP Discharge
Measurements: Water Survey of Canada, Hydrometric Operations Division, SOP001-
2004
[10] FULFORD, J.M. and SAUER, V.B. Comparison of velocity interpolation methods for
computing open-channel discharge. In: SUBITSKY, S.Y. ed., Selected papers in the
hydrologic sciences: U.S. Geological Survey Water-Supply Paper 2290, 154 p.
[11] GARTNER J.W., GANJU N.K. A preliminary evaluation of near-transducer velocities
collected with low-blank acoustic Doppler current profiler. In: Proceedings of Hydraulic
Measurements and Experimental Methods. (WAHL T.L., PUGH C.A., OBERG K.A.,
VERMEYEN T.B., eds.). American Society of Civil Engineers, Reston, VA, 2002
[12] GONZALEZ-CASTRO J.A., ANSAR M., KELLMAN O. 2002. Comparison of Discharge
Estimates from ADCP Transect Data with Estimates from Fixed ADCP Mean Velocity
Data. In: Proceedings of the ASCE-IAHR Hydraulic Measurements & Experimental
Methods Conference, Estes Park, CO (CD-ROM)
[13] GONZALEZ-CASTRO J.A., MELCHING C.S. and OBERG K.A. 1996. “Analysis of open-
channel velocity measurements collected with an acoustic Doppler current profiler. In:
Proceedings from the first international conference on new/emerging concepts for
rivers. Organised by the International Water Resources Association September 22 –
26, 1996
[14] MARSDEN R.F. and INGRAM R.G. Correcting for Beam Spread in Acoustic Doppler
Current Profiler Measurements. J. Atmos. Ocean. Technol., 21, 2004, pp. 1491–1499
[15] MORLOCK S.E. 1996. Evaluation of Acoustic Doppler Current Profiler Measurements of
River Discharge. Water-Resources Investigations Report 95-701, U.S. Geological
Survey.
[16] MUELLER D.S. 2002. Field Assessment of Acoustic-Doppler Based Discharge
Measurements. In: Proceedings of the ASCE-IAHR Hydraulic Measurements &
Experimental Methods Conference. Estes Park, CO (CD-ROM)

© BSN 2018 105 dari 107


“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional, copy standar ini dibuat untuk Sub Komite Teknis 91-01-S1 Bidang Sumber Daya Air, dan tidak untuk dikomersialkan”
SNI 8639:2018
ISO/TR 24578:2012

[17] MUELLER D.S. and WAGNER C.R. 2006. Application of the Loop Method for Correcting
Acoustic Doppler Current Profiler Discharge Measurements Biased by Sediment
Transport. U.S. Geological Survey, Scientific Investigations Report 2006 –5079
[18] MUELLER D.S. 2005. Computing Discharge in the Presence of a Moving Bed from a
Moving Boat Without GPS, USGS Office of Surface Water
[19] MUELLER D.S., ABAD J.D., GARCIA C.M., GARTNER J.A., GARCIA M.H. and OBERG K.A.
Errors in Acoustic Doppler Profiler Velocity Measurements Caused by Flow
Disturbance. Journal of Hydraulic Engineering, 133(12), 2007, pp. 1411-1420
[20] MUELLER D.S. and WAGNER C.R. Correcting Acoustic Doppler Current Profiler
Discharge Measurements Biased by Sediment Transport. Journal of Hydraulic
Engineering, 133(12), 2007, pp. 1329-1336
[21] MUSTE M., YU K., PRATT T., ABRAHAM D. Practical Aspects of ADCP Data Use for
Quantification of Mean River Flow Characteristics: Part II: Fixed-Vessel
Measurements. J. of Flow Meas. and Instr., 15 (1), 2004, pp. 17–28
[22] MUSTE M., YU K., GONZALEZ-CASTRO J., STARZMANN E. 2004. Methodology for
Estimating ADCP Measurement Uncertainty in Open-Channel Flows. In: Proceedings
World Water & Environmental Resources Congress 2004 (EWRI). Salt Lake City, UT
[23] MUSTE M. and STERN F. 2000. Proposed Uncertainty Assessment Methodology for
Hydraulic and Water Resources Engineering. In: Proceedings of ASCE 2000 Joint
Conference on Water Resources Engineering and Water Resources Planning &
Management, Minneapolis, MN (CD-ROM)
[24] MUSTE M. et al. 2005. Standardized Uncertainty Analysis Framework for Acoustic
Doppler Current Profilers Measurement. University of IOWA, South Florida
Management District
[25] NYSTROM E.A., OBERG K.A. and REHMAN, C.R. Evaluation of mean velocity and
turbulence measurements with ADCP’s. Journal of Hydraulic Engineering, 133(12),
2007, pp. 1310-1318
[26] OBERG, K.A. 2002. In search of easy-to-use methods for calibrating ADCPs for
velocity and discharge methods. In: WAHL, T.L., PUGH, C.A., OBERG, K.A., and
VERMEYEN, T.B., eds., 2002, Hydraulic measurements and experimental methods
2002: Proceedings, Conference of Environmental and Water Resources Institute of
the American Society of Civil Engineers, July 28-August 1, 2002, Estes Park,
Colorado
[27] OBERG K.A., MORLOCK S.E. and CALDWELL W.S. 2005. Quality-assurance plan for
discharge measurements using acoustic Doppler current profilers: U.S. Geological
Survey Scientific Investigations Rep. 2005-5183, 44 pp.
[28] OBERG K.A. and MULLER D.S. Recent Applications of Acoustic Doppler Current
profilers. Fundamentals and Advancements in Hydraulic Measurements and
Experimentation, Hydraulics Division ASCE, 1994, pp. 341–350
[29] OBERG K.A. and MUELLER D.S. Validation of Streamflow Measurements Made with
Acoustic Doppler Current Profilers. Journal of Hydraulic Engineering, 133(12), 2007,
pp. 1421-1432
[30] RAINVILLE F. Application of Threshold Value to Moving Bed Test Results. Environment
Canada Water Survey Branch, 2005
[31] SCHMIDT A.R. and ESPEY W.H. 2004. Uncertainties in Discharges Measured by
Acoustic Meters – A Case Study from Accounting for Illinois’ Diversion of Water from
Lake Michigan. In: Proceedings World Water & Environmental Resources Congress
2004 (EWRI), Salt Lake City, UT

© BSN 2018 106 dari 107


“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional, copy standar ini dibuat untuk Sub Komite Teknis 91-01-S1 Bidang Sumber Daya Air, dan tidak untuk dikomersialkan”
SNI 8639:2018
ISO/TR 24578:2012

[32] SCHIELDS J.R. (personal communication) on ADCP measurements for validation of


numerical simulations.
[33] SIMPSON M. Discharge measurements using a Broad-band Acoustic Doppler Current
Profiler. U. S. Geological Survey Open File report., Vol. 01-01, 2002
[34] YORKE T.H. and OBERG K.A. Measuring River Discharge and Velocity with Acoustic
Doppler Profilers. J. of Flow Measurement and Instrumentation, 13, 2002, pp. 191–
195
[35] SHIH H.H., PAYTON C., SPRENKE J. and MERO T. Towing Speed Calibration of Acoustic
Doppler Profiling Instruments. NOAA/National Ocean Services

© BSN 2018 107 dari 107


“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional, copy standar ini dibuat untuk Sub Komite Teknis 91-01-S1 Bidang Sumber Daya Air, dan tidak untuk dikomersialkan”
“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional, copy standar ini dibuat untuk Sub Komite Teknis 91-01-S1 Bidang Sumber Daya Air, dan tidak untuk dikomersialkan”
Informasi pendukung terkait perumus standar

1) Komite Teknis/Sub Komite Teknis Perumus SNI


SubkomiteTeknis 91-01-S1 Sumber Daya Air

2) Susunan keanggotaan Subkomite Teknis perumusSNI


Ketua : Dr. Ir. Eko Winar Irianto, MT
Wk. Ketua : Ir. Iskandar A. Yusuf, M.Sc.
Sekretaris : Ir. Teti Kurniati, MT
Anggota : Gemilang, ST, MPSDA.
Dedi Junarsa, S.ST,MT
Joko Nugroho, ST,MT,Ph.D
Dr. Ir. Suardi Natasaputra, M.Eng
Doddi Yulianto, Ph.D
Djoko Mudjihardjo, ME.
CATATAN:
Susunan keanggotaan Sub Komtek 91-01-S1 diatas adalah pada saat Standar ini ditetapkan.
Anggota Komtek yang juga turut menyusun sebelum perubahan keanggotaan, adalah:
1. Dr. Ir. William M. Putuhena, M.Eng.
2. Dery Indrawan, ST.MT.
3. Prof. Dr. Ir. Hadi U. Moeno, M.Sc. MIHT.
4. Prof. Dr. Iwan Kridasantausa, M.Sc.

3) Konseptor Rancangan SNI


Arif Dhiaksa,ST

4) Sekretariat pengelola subkomite teknis perumus standar


Gugus Kerja Balai Litbang Lingkungan Keairan
Pusat Penelitian dan Pengembanga Sumber Daya Air
Kementerian Pekerjaan Umum danPerumahan Rakyat

Anda mungkin juga menyukai