Anda di halaman 1dari 4

Nama: Ayu Yuliyani

NIM: 302017017
Tugas: Keperawatan Gawat Darurat

Rangkuman mengenai Kesimbangan Asam dan Basa

Fisiologi keseimbangan asam basa adalah dalam keadaan normal tubuh


manusia memproduksi asam dari hasil metabolisme sel (protein, karbohidrat,
lemak) dalam bentuk asam volatile (asam karbonat) dan nonvolatile (metanolik
acids laktat, keton, sulfat, fosfat dll). Keseimbangan asam basa juga merupakan
suatu keadaan dimana konsentrasi ion hidrogen yang diproduksi setara dengan
konsentrasi ion hidrogen tang dikeluarkan oleh sel, pada proses kehidupan
keseimbangan asam tingkat molecular umumnya berhubungan dengan asam
lemah dan basa lemah, begitu pula pada tingkat konsentrasi ion H+ atau OH- yang
sangat rendah. Keseimbangan asam basa dalam tubuh diatur oleh paru dan ginjal.
Hidrogen dan karbondioksida mempunyai hubungan dalam keseimbangan
asam basa karena dalam keadaan normal tubuh mempertahankan kadar
karbondioksida darah antara 35-45 mmHg dengan mengatur ventilasi alveolar,
bila peningkatan atau penurunan ventilasi alveolar tidak sebanding dengan
produksi karbondioksida maka akan terjadi gangguan keseimbangan asam basa
respiratorik. Di dalam darah karbondioksida akan bereaksi dengan molekul air
membentuk H2CO3 yang kemudian berdisosiasi menjadi ion hidrogen (H+)
reaksi tersebut dikatalisasi oleh enzim karbonat anhidrase.
Asam basa jika lebih dari 45 mmhg maka ginjal akan meregulasi
keseimbangan ion H+ dengan menghilangkan ketidakseimbangan H+ secara
lambat, paru paru akan berespon cepat terhadap perubahan kadar H+ dalam darah
dan mempertahankan kadarnya sampai ginjal menghilangkan ketidkaseimbangan,
kadar CO2 meningkat pH menurun begitupun sebaliknya kadar CO2 dan pH
merangsang kemoreseptor kemudian akan mempengaruhi pusat pernapasan,
kipoventilasi meningkatkan kadar CO2 dalam darah, hiperventilasi menurunkan
kadar CO2 dalam darah.
Mekanisme fisiologi CO2 dan pH dapat merangsang kemoreseptor karena
paru-paru menanggapi perubahan pH dengan mengubah laju dan lebar ventilasi.
Paru-paru hanya mampu mengeliminasu atau mempertahankan CO2.
Kemoreseptor perifer yang berada di karotid dan badan aorta merespon perubahan
pO2, Pco2 dan pH dalam hitungan menit. Di sisi lain kemoreseptor sentral di
medula serebral hanya sensitif terhadap Pco2 dengan respon yang lebih lambat,
lebih kuat dan lebih dominan. Oleh karena itu Pco2 arteri dalah faktor paling
penting dalam merubah ventilasi dan bila terjadi peningkatan atau penurunan
ventilasi alveolar tidak sebanding dengan produksi karbondioksida maka akan
terjadi gangguan keseimbangan asam basa respiratorik.
Perbedaan dari asidosis metabolik, asidosis respiratorik, alkalosis metabolik
dan alkalosis respiratorik yaitu
1. Asidosis metabolik ditandai oleh rendahnya pH dan rendahnya
konsentrasu bikarbonat plasma
2. Asidosis respiratorik dimana pH kurang dari 7.35 dan tekanan parsial
PaCO2 lebih besar dari 42 mmHg
3. Alkalosis metabolik ditandai pH yang tinggi dan konsentrasi bikarbonat
plasmab yang tinggi
4. Alkalosis respiratorik ditandai dengan pH arterial lebih tinggi dari 7.45
dan PaCO2 kurang dari 38 mmHg
Tanda, gejala klinis dan hasil lab dari asidosis metabolik
-Tanda dan gejala klinis seperti Pusing, Sakit kepala, Nafsu makan menurun,
Detak jantung meningkat, Kram otot/abdomen
-Hasil Lab yaitu pH darah <7,4 mmHg, Bikarbonat rendah, PaCO2 rendah
Mekanisme kram otot/abdomen menyebabkan asidosis metabolik karena
disebabkan kelebihan produksi asam seperti pada asidosis diabetic, asidosis
laktat produksi asam dapat melebihi kemampuan ginjal untuk absorpsi dan
ekresi H+
Mekanisme hiperkalemi menyebabkan gangguan fungsi jantung karena
hiperkalemia merupakan suatu keadaan dimana jumlah kalium dalam darah
sangat tinggi, kalium memiliki peran yang sangat penting bagi tubuh terutama
dalam memperlancar fungsi otot, saraf, dan jantung. Namun jika kadar kalium
berlebih di dalam tubuh dapat menyebabkan terganggunya aktivitas listrik di
dalan jantung yang ditandai dengan melambatnya detak jantung.
Mekanisme kontraksi otot jantung keterlibatan kalium adlah jika
konsentrasi kalium darah yang tinggi akan sangat mempengaruhi kondisi
sistem konduksi listrik jantung, apabila keadaan ini terus berlanjut maka irama
jantung menjadi tidak normal, jantung menjadi berhenti berdenyut dapat juga
menyebabkan kelumpuhan otot.
Klasifikasi hiperkalemi dan penatalaksanaan hiperkalemi sesuai klasifikasi
1. Hiperkalemia ringan yaitu jumlah kalium dlam darah 5,1-6,0 mmol/L,
Hiperkalemia sedang yaitu jumlah kalium dalam darah 6,1-7,0 mmol/L,
Hiperkalemia berat yaitu jumlah kalium dalam darah di atas 7,0 mmol/L
Penatalaksana sesuai klasifikasi di atas:
1. Apabila kadar kalium kurang 2,5 mmol/L atau < 3mmol/L pada pasien
dengan resiko aritmia berikan kalium klorida IV sebagai infus dengan
kecepatan tidak melebihi 40 mmol/jam, karena kalium yang pekat akan
merusak perifer.
2. Apabila kadar kalium diantara 2,5 dan 3,5 mmol/L berikan terapi
penggantian oral (kecuali pasien dalam keadaan puasa atau muntah-
muntah) dengan dosis 80-120 mmol/hari yang terbagi dalam beberapa
dosis.
3. Pada hiperkalemia ringan (kalium < 6 mmol/L) asupan kalium melalui oral
atau IV perlu dibatasi
4. Hiperkalemia berat (kalium > 6,5 mmol/L) atau perubahan EKG
hiperkalemik merupakan suatu kegawatdaruratan medis pasien perlu
mendapat kalsium glukonat intravena yang dapat menstabilkan
miokardium.
Tindakan untuk mengurangi kadar kalium diperlukan, yaitu dengan
pemberian glukosa bersama insulin IV (50 mL berisi 50% glukosa 1 unit
insulin dengan masa kerja pendek), resin pengikut kalium, kalium
resonium, dan dialisis mungkin diperlukan.
Mekanisme kerja insulin menurunkan kalium yaitu insulin akan
memasukkan kalium ke dalam sel dengan cara merangsang aktivitas Na+ dan H+
di membran sel yang kemudian akan memasukkan Na+ ke dalam sel dan ++
menyebabkan aktivasi dari Na, K diatur oleh adenosis trifosfat intraseluler yaitu
kanal ATP yang akan mengikat K+ di ekstrasel untuk masuk ke dalam intrasel
sehingga kadar K+ di serum akan turun.
Penatalaksanaan asidosis respiratorik dan metabolik serta alkalosis respiratorik
dan metabolik
1. Asidosis respiratorik
Memberikan antibiotik, diuretik, kortikosteroid atau bronkodilator. Jika
kondisi pasien cukup parah, dokter mungkin akan melakukan pemasangan
alat bantu napas atau ventilator yang disebut Continous Positive Airway
Pressure (CPAP)
2. Asidosis metabolik
Pengobatan tergantung pada penyebabnya. Biasanya dokter akan
memberikan natrium bikarbonat baik dalam bentuk tablet atau cairan yang
disuntikkan melalui pembuluh darah.
3. Alkalosis respiratorik
Penangan utama yang perlu dilakukan memastikan penderita memiliki
kadar oksigen yang memadai dan mengembalikan kada kabondioksida
kembali normal
4. Alkalosis metabolik
Dapat diberikan melalui infus cairan dan elektrolit dalam perawatan di RS.
Bila hasil AGD pasien A= pH 7,1 pco2 60. Pasien B= pH 7,6, pco2 20 kondisi
apakah pasien A dan B kemudian jenis terapu oksigen apakah untuk masig-
masing pasien tersebut?
Pasien A: Asidosis Respiratorik, PCO2 meningkat Ph menurun
Pasien B: Alklosis Respiratorik, PCO2 turun sedangkan pH meningkat
Jenis terapi oksigen yang digunakan pasien dengan CO2 tinggi menggunakan non
rebreathing mask sedangkan CO2 rendah menggunakan rebreathing mask.

Anda mungkin juga menyukai