0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
2 tayangan4 halaman
Dokumen tersebut merangkum mengenai fisiologi keseimbangan asam basa dalam tubuh, mekanisme pengaturannya oleh paru dan ginjal, hubungannya dengan karbondioksida dan oksigen, serta penatalaksanaan gangguan keseimbangan asam basa seperti asidosis dan alkalosis respiratorik serta metabolik.
Dokumen tersebut merangkum mengenai fisiologi keseimbangan asam basa dalam tubuh, mekanisme pengaturannya oleh paru dan ginjal, hubungannya dengan karbondioksida dan oksigen, serta penatalaksanaan gangguan keseimbangan asam basa seperti asidosis dan alkalosis respiratorik serta metabolik.
Dokumen tersebut merangkum mengenai fisiologi keseimbangan asam basa dalam tubuh, mekanisme pengaturannya oleh paru dan ginjal, hubungannya dengan karbondioksida dan oksigen, serta penatalaksanaan gangguan keseimbangan asam basa seperti asidosis dan alkalosis respiratorik serta metabolik.
Fisiologi keseimbangan asam basa adalah dalam keadaan normal tubuh
manusia memproduksi asam dari hasil metabolisme sel (protein, karbohidrat, lemak) dalam bentuk asam volatile (asam karbonat) dan nonvolatile (metanolik acids laktat, keton, sulfat, fosfat dll). Keseimbangan asam basa juga merupakan suatu keadaan dimana konsentrasi ion hidrogen yang diproduksi setara dengan konsentrasi ion hidrogen tang dikeluarkan oleh sel, pada proses kehidupan keseimbangan asam tingkat molecular umumnya berhubungan dengan asam lemah dan basa lemah, begitu pula pada tingkat konsentrasi ion H+ atau OH- yang sangat rendah. Keseimbangan asam basa dalam tubuh diatur oleh paru dan ginjal. Hidrogen dan karbondioksida mempunyai hubungan dalam keseimbangan asam basa karena dalam keadaan normal tubuh mempertahankan kadar karbondioksida darah antara 35-45 mmHg dengan mengatur ventilasi alveolar, bila peningkatan atau penurunan ventilasi alveolar tidak sebanding dengan produksi karbondioksida maka akan terjadi gangguan keseimbangan asam basa respiratorik. Di dalam darah karbondioksida akan bereaksi dengan molekul air membentuk H2CO3 yang kemudian berdisosiasi menjadi ion hidrogen (H+) reaksi tersebut dikatalisasi oleh enzim karbonat anhidrase. Asam basa jika lebih dari 45 mmhg maka ginjal akan meregulasi keseimbangan ion H+ dengan menghilangkan ketidakseimbangan H+ secara lambat, paru paru akan berespon cepat terhadap perubahan kadar H+ dalam darah dan mempertahankan kadarnya sampai ginjal menghilangkan ketidkaseimbangan, kadar CO2 meningkat pH menurun begitupun sebaliknya kadar CO2 dan pH merangsang kemoreseptor kemudian akan mempengaruhi pusat pernapasan, kipoventilasi meningkatkan kadar CO2 dalam darah, hiperventilasi menurunkan kadar CO2 dalam darah. Mekanisme fisiologi CO2 dan pH dapat merangsang kemoreseptor karena paru-paru menanggapi perubahan pH dengan mengubah laju dan lebar ventilasi. Paru-paru hanya mampu mengeliminasu atau mempertahankan CO2. Kemoreseptor perifer yang berada di karotid dan badan aorta merespon perubahan pO2, Pco2 dan pH dalam hitungan menit. Di sisi lain kemoreseptor sentral di medula serebral hanya sensitif terhadap Pco2 dengan respon yang lebih lambat, lebih kuat dan lebih dominan. Oleh karena itu Pco2 arteri dalah faktor paling penting dalam merubah ventilasi dan bila terjadi peningkatan atau penurunan ventilasi alveolar tidak sebanding dengan produksi karbondioksida maka akan terjadi gangguan keseimbangan asam basa respiratorik. Perbedaan dari asidosis metabolik, asidosis respiratorik, alkalosis metabolik dan alkalosis respiratorik yaitu 1. Asidosis metabolik ditandai oleh rendahnya pH dan rendahnya konsentrasu bikarbonat plasma 2. Asidosis respiratorik dimana pH kurang dari 7.35 dan tekanan parsial PaCO2 lebih besar dari 42 mmHg 3. Alkalosis metabolik ditandai pH yang tinggi dan konsentrasi bikarbonat plasmab yang tinggi 4. Alkalosis respiratorik ditandai dengan pH arterial lebih tinggi dari 7.45 dan PaCO2 kurang dari 38 mmHg Tanda, gejala klinis dan hasil lab dari asidosis metabolik -Tanda dan gejala klinis seperti Pusing, Sakit kepala, Nafsu makan menurun, Detak jantung meningkat, Kram otot/abdomen -Hasil Lab yaitu pH darah <7,4 mmHg, Bikarbonat rendah, PaCO2 rendah Mekanisme kram otot/abdomen menyebabkan asidosis metabolik karena disebabkan kelebihan produksi asam seperti pada asidosis diabetic, asidosis laktat produksi asam dapat melebihi kemampuan ginjal untuk absorpsi dan ekresi H+ Mekanisme hiperkalemi menyebabkan gangguan fungsi jantung karena hiperkalemia merupakan suatu keadaan dimana jumlah kalium dalam darah sangat tinggi, kalium memiliki peran yang sangat penting bagi tubuh terutama dalam memperlancar fungsi otot, saraf, dan jantung. Namun jika kadar kalium berlebih di dalam tubuh dapat menyebabkan terganggunya aktivitas listrik di dalan jantung yang ditandai dengan melambatnya detak jantung. Mekanisme kontraksi otot jantung keterlibatan kalium adlah jika konsentrasi kalium darah yang tinggi akan sangat mempengaruhi kondisi sistem konduksi listrik jantung, apabila keadaan ini terus berlanjut maka irama jantung menjadi tidak normal, jantung menjadi berhenti berdenyut dapat juga menyebabkan kelumpuhan otot. Klasifikasi hiperkalemi dan penatalaksanaan hiperkalemi sesuai klasifikasi 1. Hiperkalemia ringan yaitu jumlah kalium dlam darah 5,1-6,0 mmol/L, Hiperkalemia sedang yaitu jumlah kalium dalam darah 6,1-7,0 mmol/L, Hiperkalemia berat yaitu jumlah kalium dalam darah di atas 7,0 mmol/L Penatalaksana sesuai klasifikasi di atas: 1. Apabila kadar kalium kurang 2,5 mmol/L atau < 3mmol/L pada pasien dengan resiko aritmia berikan kalium klorida IV sebagai infus dengan kecepatan tidak melebihi 40 mmol/jam, karena kalium yang pekat akan merusak perifer. 2. Apabila kadar kalium diantara 2,5 dan 3,5 mmol/L berikan terapi penggantian oral (kecuali pasien dalam keadaan puasa atau muntah- muntah) dengan dosis 80-120 mmol/hari yang terbagi dalam beberapa dosis. 3. Pada hiperkalemia ringan (kalium < 6 mmol/L) asupan kalium melalui oral atau IV perlu dibatasi 4. Hiperkalemia berat (kalium > 6,5 mmol/L) atau perubahan EKG hiperkalemik merupakan suatu kegawatdaruratan medis pasien perlu mendapat kalsium glukonat intravena yang dapat menstabilkan miokardium. Tindakan untuk mengurangi kadar kalium diperlukan, yaitu dengan pemberian glukosa bersama insulin IV (50 mL berisi 50% glukosa 1 unit insulin dengan masa kerja pendek), resin pengikut kalium, kalium resonium, dan dialisis mungkin diperlukan. Mekanisme kerja insulin menurunkan kalium yaitu insulin akan memasukkan kalium ke dalam sel dengan cara merangsang aktivitas Na+ dan H+ di membran sel yang kemudian akan memasukkan Na+ ke dalam sel dan ++ menyebabkan aktivasi dari Na, K diatur oleh adenosis trifosfat intraseluler yaitu kanal ATP yang akan mengikat K+ di ekstrasel untuk masuk ke dalam intrasel sehingga kadar K+ di serum akan turun. Penatalaksanaan asidosis respiratorik dan metabolik serta alkalosis respiratorik dan metabolik 1. Asidosis respiratorik Memberikan antibiotik, diuretik, kortikosteroid atau bronkodilator. Jika kondisi pasien cukup parah, dokter mungkin akan melakukan pemasangan alat bantu napas atau ventilator yang disebut Continous Positive Airway Pressure (CPAP) 2. Asidosis metabolik Pengobatan tergantung pada penyebabnya. Biasanya dokter akan memberikan natrium bikarbonat baik dalam bentuk tablet atau cairan yang disuntikkan melalui pembuluh darah. 3. Alkalosis respiratorik Penangan utama yang perlu dilakukan memastikan penderita memiliki kadar oksigen yang memadai dan mengembalikan kada kabondioksida kembali normal 4. Alkalosis metabolik Dapat diberikan melalui infus cairan dan elektrolit dalam perawatan di RS. Bila hasil AGD pasien A= pH 7,1 pco2 60. Pasien B= pH 7,6, pco2 20 kondisi apakah pasien A dan B kemudian jenis terapu oksigen apakah untuk masig- masing pasien tersebut? Pasien A: Asidosis Respiratorik, PCO2 meningkat Ph menurun Pasien B: Alklosis Respiratorik, PCO2 turun sedangkan pH meningkat Jenis terapi oksigen yang digunakan pasien dengan CO2 tinggi menggunakan non rebreathing mask sedangkan CO2 rendah menggunakan rebreathing mask.