Anda di halaman 1dari 21

13

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

2.1 Kerangka Teoritis

2.1.1 Hasil Belajar

Belajar adalah proses dari perkembangan hidup manusia. Kemampuan

belajar yang dimiliki siswa merupakan bekal yang sangat pokok. Menurut Hosnan

(2014:7) “Belajar adalah suatu proses interaksi terhadap semua situasi yang ada di

sekitar individu siswa”. Hamalik (2009:106) mengatakan “Belajar adalah

modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman (learning is defined

as the modification or strengthening of behavior through experiencing)”.

Djamarah dan Zain (2010:10-11) menyatakan bahwa, “belajar adalah

proses perubahan perilaku berkat pengalaman dan latihan. Artinya, tujuan

kegiatan adalah perubahan tingkah laku, baik yang menyangkut pengetahuan,

keteampilan maupun sikap, bahkan meliputi segenap aspek organisme atau

pribadi”. Suparno (2001:2) mengatakan, “belajar merupakan suatu aktivitas yang

menimbulkan perubahan yang relatif permanen sebagai akibat dari upaya-upaya

yang dilakukannya”.

Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah

proses dari perkembangan hidup manusia. Perkembangan ini dimungkinkan

karena adanya kemauan untuk belajar, yaitu mengalami perubahan-perubahan

perkembangan mulai saat lahir sampai mencapai umur tua dan belajar juga

merupakan suatu kegiatan untuk memperoleh perubahan tingkah laku yang terjadi

sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman.


14
Hasil belajar merupakan tujuan akhir dilaksanakannya kegiatan

pembelajaran di sekolah dan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak

mengajar. Hasil belajar dapat ditingkatkan melalui usaha sadar yang dilakukan

secara sistematis mengarah kepada perubahan yang positif yang kemudian disebut

dengan proses belajar. Akhir dari proses belajar adalah perolehan suatu hasil

belajar siswa. Dimyati dan Mudjiono (2009:200) “evaluasi hasil belajar

merupakan proses untuk menentukan nilai belajar siswa melalui kegiatan

penilaian dan/atau pengukuran hasil belajar”.

Syah (2012:216) mengatakan bahwa, “pengungkapan hasil belajar ideal

meliputi segenap ranah psikologis yang berubah akibat pengalaman dan proses

belajar siswa. Guru dalam hal ini adalah hanya mengambil cuplikan tingkah laku

yang dianggap penting dan diharapkan dapat mencerminkan perubahan yang

terjadi sebagai hasil belajar siswa”.

Sudjana (2014:22) mengatakan bahwa:

Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki peserta didik


setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Klasifikasi hasil belajar
dibagi menjadi tiga ranah yakni, kognitif, afektif dan psikomotor. Ranah
kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari:
pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi. Kedua
aspek pertama disebut kognitif tingkat rendah dan keempat aspek
berikutnya termasuk kognitif tingkat tinggi. Ranah afektif berkenaan
dengan sikap. Ranah psikomotor berkenaan dengan keterampilan.

Anderson dan Krathwohl merevisi taksonomi Bloom asli dengan

mengubah domain kognitif sebagai sebagai titik pertemuan dimensi kognitif dan

dimensi pengetahuan.

1. Dimensi Pengetahuan

Anderson dan Krathwohl (2001:45-55) menyatakan bahwa ada empat jenis

dimensi pengetahuan, yaitu:


15
a. Pengetahuan faktual meliputi unsur-unsur dasar yang dapat digunakan

dalam berkomunikasi tentang disiplin akademik, pemahaman, dan

mengaturnya secara sistematis.

b. Pengetahuan konseptual meliputi pengetahuan tentang bentuk-bentuk

pengetahuan yang lebih kompleks dan terorganisir.

c. Pengetahuan prosedural merupakan bentuk serangkaian atau urutan

langkah-langkah yang harus diikuti.

d. Pengetahuan metakognitif adalah pengetahuan tentang kesadaran secara

umum serta kesadaran akan pengetahuan itu sendiri.

2. Dimensi Kognitif

Anderson dan Krathwohl (2001:31) menyatakan bahwa ada enam jenis

dimensi proses kognitif, yaitu:

a. Mengingat: mengambil pengetahuan tertentu dari memori jangka

panjang.

b. Memahami: kemampuan menangkap makna dari apa yang dipelajari

termasuk apa yang diucapkan, ditulis dan digambar guru.

c. Menerapkan: kemampuan untuk menggunakan suatu prosedur dalam

keadaan tertentu.

d. Menganalisis: kemampuan untuk memecah materi-materi jadi bagian

penyusun dan menentukan hubungan bagian itu dengan keseluruhan

struktur dan tujuan.

e. Mengevaluasi: kemampuan untuk mengambil keputusan berdasarkan

kriteria atau standar.


16
f. Mencipta: kemampuan untuk memadukan bagian-bagian untuk

membentuk suatu yang baru dan koheren untuk membuat suatu produk

yang orisinil.

Tujuan aspek kognitif berorientasi pada kemampuan berfikir yang

mencakup kemampuan intelektual yang lebih sederhana, yaitu mengingat, sampai

pada kemampuan yang kompleks yaitu mencipta. Kemampuan kognitif seringkali

dapat digunakan sebagai ukuran untuk mengetahui seberapa jauh seseorang

menguasai bahan yang sudah diajarkan. Untuk mengaktualisasikan hasil belajar

tersebut diperlukan serangkaian pengukuran menggunakan alat evaluasi yang baik

dan memenuhi syarat. Adapun indikator yang digunakan pada penelitian ini dalam

mengukur hasil belajar kognitif tingkat tingggi siswa adalah indikator yang sesuai

dengan taksonomi bloom revisi yang dimulai dari tahap menerapkan sampai tahap

mencipta.

2.1.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Usaha sadar yang dilakukan siswa untuk memperoleh perubahan tingkah

laku sangat dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal siswa. Menurut Shaleh

(2009:221) Berhasil atau tidaknya belajar itu tergantung kepada bermacam-

macam faktor, adapun faktor-faktor tersebut dapat dibedakan menjadi dua

golongan:

1. Faktor yang ada pada diri organisme itu sendiri yang disebut faktor

individual. Faktor yang termasuk ke dalam faktor individual antara lain:

faktor kematangan/pertumbuhan, kecerdasan latihan, motivasi, dan faktor

pribadi.
17
2. Faktor yang ada di luar individual yang disebut sosial. Faktor yang termasuk

faktor sosial antara lain faktor keluarga/keadaan rumah tangga, guru dan cara

mengajarnya, alat-alat yang digunakan dalam mengajar, lingkungan, dan

kesempatan yang tersedia dan motivasi sosial.

Sudjana (2008:39) mengatakan bahwa:

Hasil belajar yang dicapai siswa dipengaruhi oleh dua faktor yaitu dari
dalam diri siswa itu dan faktor yang datang dari luar diri siswa atau faktor
lingkungan. Faktor yang datang dari diri siswa terutama kemampuan yang
dimilikinya. Faktor dari luar diri siswa adalah lingkungan belajar, yang
paling dominan salah satunya adalah kualitas pengajaran.

Baik atau buruknya hasil belajar siswa sangat dipengaruhi oleh beberapa

faktor. faktor-faktor tersebut menurut Suparno (2001:80-82) dapat dijelaskan

sebagai berikut :

1. Konsep diri

Hasil belajar dipengaruhi oleh beberapa hal yang sifatnya motivasional. Di

antara faktor-faktor yang mempengaruhi konsep diri tersebut adalah:

a. Pengalaman di sekolah

b. Pola atau praktek-praktek pengasuhan

c. Perkembangan fisik seseorang

2. Locus of Control

Locus of control berarti cara bagaimana seseorang mempersepsikan dan

meletakkan hubungan antara perilaku dirinya dengan konsekuensi-

konsekuensi dan apakah ia menerima tanggung jawab terhadap apa yang

dilakukannya.
18
3. Kecemasan

Kecemasan digambarkan sebagai keadaan emosi yang dihubungkan dengan

rasa takut akan tetapi objek dari rasa takut itu tidak begitu jelas. Apabila

seseorang merasa bahwa keadaan lingkungan atau situasi tuntutan dari

lingkungan atau situasi di luar dirinya itu mengarahkannya untuk berpendapat

bahwa ia tidak dapat menyelesaikan tugas maka ia siap untuk menjadi objek

korban dari akibat kecemasan-kecemasan tadi.

Dari pendapat di atas dapat diambil kesimpulan bahwa hasil belajar sangat

dipengaruhi oleh beberapa faktor baik faktor dari dalam maupun faktor dari luar

atau lingkungan dan juga dipengaruhi oleh keinginan yang dimiliki seseorang

dalam melakukan proses pembelajaran. Pada dasarnya keinginan belajar adalah

suatu dorongan yang terdapat pada diri manusia untuk melakukan tindakan

tertentu dalam hal ini adalah belajar.

2.1.3 Pemahaman Konsep

Kemampuan memahami konsep merupakan dasar untuk menyelesaikan

masalah atau persoalan. Pemahaman mencakup kemampuan untuk menangkap

makna dan arti dari bahan yang dipelajari. “Siswa dikatakan memahami bila

mereka dapat mengkonstruksi makna dari pesan-pesan pembelajaran, baik yang

bersifat lisan, tulisan ataupun grafis, yang disampaikan melalui pengajaran, buku,

atau layar komputer” (Anderson & Krathwohl, 2001:70).

Siswa memahami ketika mereka menghubungkan pengetahuan baru dan

pengetahuan lama mereka. Pengetahuan yang baru masuk dipadukan dengan

skema-skema dan kerangka kognitif yang telah ada. “Proses-proses kognitif dalam
19
kategori memahami meliputi menafsirkan, mencontohkan, mengklasifikasikan,

merangkum, menyimpulkan, membandingkan dan menjelaskan” (Anderson &

Krathwohl, 2001:70).

Penekanan utama dalam pembelajaran adalah bagaimana agar siswa

mengerti akan konsep-konsep dalam proses kegiatan pembelajaran. Agar siswa

dapat memahami suatu konsep maka pembelajaran harus memberikan kesempatan

pada siswa untuk mengkonstruksi konsep tersebut. Dahar (2006:64) menyatakan

bahwa “konsep merupakan hasil utama pendidikan. Konsep merupakan batu

pembangun berpikir. Konsep merupakan dasar bagi proses mental yang lebih

tinggi untuk merumuskan prinsip dan generalisasi”.

“Menurut Ausebel, konsep diperoleh dengan dua cara, yaitu pembentukan

konsep dan asimilasi konsep. Pembentukan konsep merupakan bentuk perolehan

konsep sebelum anak-anak masuk sekolah. Asimilasi konsep merupakan cara

utama untuk memperoleh konsep selama dan sesudah sekolah” (Dahar, 2006:64).

Arends (2008:327) menyatakan bahwa “pembelajaran konsep adalah cara

guru membantu siswa untuk memperoleh dan mengembangkan konsep-konsep

dasar untuk pembelajaran lebih lanjut dengan pemikiran tingkat tinggi dan

menjadi dasar pemahaman dan komunikasi”.

Xiufeng (2010:104) menyatakan bahwa, “Pemahaman konsep dapat

didefinisikan sebagai suatu proses. Contoh dari konseptualisasi ini adalah enam

aspek pemahaman yang mencakup: penjelasan, interpretasi, aplikasi, perspektif,

empati, dan pengetahuan diri”. Menurut Layng (2013:2), “pemahaman konsep

berarti bahwa dalam proses pembelajaran, siswa dibimbing untuk mengetahui

sifat-sifat dari setiap contoh konsep”.


20
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pemahaman konsep adalah suatu

proses di mana siswa memiliki kemampuan untuk memahami suatu makna dari

suatu peristiwa yang pernah atau tidak dialami oleh siswa tersebut. Adapun

indikator pemahaman konsep yang digunakan dalam penelitian ini yang termasuk

dalam kategori memahami menurut Anderson dan Krathwohl meliputi:

menafsirkan, mencontohkan, mengklasifikasikan, merangkum, menyimpulkan,

membandingkan dan menjelaskan.

2.1.4 Media Pembelajaran

Media merupakan alat bantu dalam proses pembelajaran yang dapat

dipergunakan untuk merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan kemampuan

atau keterampilan pebelajar  sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar.

Media pembelajaran merupakan suatu wadah dari pesan, adapun materi yang

ingin disampaikan adalah pesan pembelajaran dan tujuan yang ingin dicapai ialah

proses pembelajaran.

Penggunaan media secara kreatif akan memperbesar kemungkinan bagi

siswa untuk belajar lebih banyak. Manfaat media dalam proses pembelajaran

adalah memperlancar interaksi antara guru dengan siswa sehingga pembelajaran

akan lebih efektif dan efisien. 

Arsyad (2007:81) menyatakan bahwa, “Salah satu ciri media pembelajaran

adalah bahwa media mengandung dan membawa pesan atau informasi kepada

penerima yaitu siswa. Sebagian media dapat mengolah pesan dan respons siswa

sehingga media itu sering disebut media interaktif”.


21
Upaya yang dapat ditempuh oleh seorang guru agar kegiatan belajar

mengajar menjadi lebih menarik adalah dengan menggunakan media visual yakni

Macromedia Flash. Macromedia Flash merupakan salah satu animator yang

memudahkan pembuatan animasi pada layar komputer dalam menampilkan

gambar secara visual dan lebih menarik yang mengajarkan berbagai materi baik

materi umum ataupun yang langsung berhubungan dengan materi pelajaran.

Macromedia flash banyak disukai oleh para pengembang media pembelajaran

interaktif, karena mampu menampilkan animasi yang menarik.

“Macromedia flash merupakan sebuah program aplikasi professional untuk

menggambar grafis dan animasi. Animasi yang dibuat menggunakan Flash dapat

berupa animasi vektor atau gambar bitmap” (Ramadhan, 2004:1).

Prinsip kerja macromedia flash berupa penyajian animasi secara visual

dalam bentuk tulisan, gambar dan lain-lain yang dapat digerakkan sesuai yang

diinginkan berdasarkan konsep yang dipakai. Melalui penerapan media

pembelajaran ini diharapkan akan mempermudah siswa dalam mengungkapkan

bagaimana ia melihat persoalan dan apa yang akan dibuat persoalan itu.

2.1.5 Model Pembelajaran Guided Discovery

Belajar penemuan menekankan pentingnya membantu siswa memahami

struktur atau ide kunci dari suatu disiplin ilmu, perlunya siswa aktif terlibat dalam

pembelajaran, dan suatu keyakinan bahwa pembelajaran yang sebenarnya terjadi

melalui penemuan pribadi. Hosnan (2014:280) mengatakan bahwa, “penemuan

(discovery) merupakan suatu model pembelajaran yang dikembangkan

berdasarkan pandangan konstruktivisme. Model ini menekankan pentingnya


22
pemahaman struktur atau ide-ide penting terhadap suatu disiplin ilmu, melalui

keterlibatan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran”.

Bruner dalam sebuah artikel ‘Act of Discovery’ menyatakan empat


keuntungan dari pembelajaran discovery. Pertama, Pembelajaran discovery
meningkatkan kemampuan intelektual. Kedua, pembelajaran discovery
meningkatkan motivasi internal. Ketiga, pembelajaran discovery
mengajarkan siswa cara-cara discovery. Terakhir, pembelajaran discovery
menghasilkan retensi yang baik dari apa yang telah dipelajari. (Sharma,
2005:47).

McDaniel & Schalger, 1990 dalam Merrienboer & Kirschner (2013:155)

mengatakan bahwa, “Pembelajaran guided discovery dapat membangun apa yang

sudah diketahui siswa dan dapat memberikan kesempatan yang baik untuk

membantu mereka dalam mengembangkan keahlian mereka”. Sani (2014:97)

mengatakan bahwa, “discovery terbimbing merupakan metode yang digunakan

untuk membangun konsep di bawah pengawasan guru. Pembelajaran discovery

merupakan metode pembelajaran kognitif yang menuntut guru lebih kreatif

menciptakan situasi yang dapat membuat peserta didik belajar aktif menemukan

pengetahuan sendiri”.

“Pembelajaran guided discovery merupakan gaya belajar dimana peserta

didik dituntun untuk menemukan tujuan yang telah ditentukan biasanya terdiri

dari menemukan beberapa prinsip umum. Peserta didik umumnya

mengembangkan prinsip umum ini dengan mempelajari situasi tertentu”

(Mandrin, tanpa tahun:142). Mayer (2004:16) menyatakan bahwa, “Pendidik

mendorong siswa untuk menemukan ketentuan dan ide-ide dalam memecahkan

masalah, yang biasanya dalam kelompok, dengan sedikit panduan”.

Smitha (2012:31-32) mengatakan bahwa, “model pembelajaran guided

discovery adalah pembelajaran di mana guru merancang serangkaian pernyataan


23
atau pertanyaan yang membimbing siswa, langkah demi langkah logis, membuat

serangkaian penemuan yang mengarah ke tujuan yang telah ditentukan. Guided

discovery membantu siswa membentuk konsep yang sedang dipelajari”.

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa model pembelajaran guided

discovery merupakan pembelajaran di mana siswa dalam proses belajarnya

diarahkan untuk menemukan suatu konsep atau prinsip untuk meningkatkan hasil

belajar yang lebih baik.

2.1.5.1 Langkah-Langkah dalam Model Pembelajaran Guided Discovery

Adapun langkah-langkah dalam model pembelajaran guided discovery

menurut Smitha (2012:34) adalah:

Fase I. Motivation and Problem Presentation (Penyajian Motivasi dan Masalah)

Pembelajaran dimulai dengan komponen motivasi untuk mendorong minat

siswa. Hal ini adalah tanggung jawab guru 'membuat' siswa untuk membuat

penemuan yang diinginkan. Guru menciptakan situasi belajar untuk membimbing

siswa dalam penemuan tersebut. Masalah dapat disajikan yang dapat memotivasi

dan menginspirasi melalui berbagai metode seperti demonstrasi, cerita,

pertanyaan, dan lainnya.

Fase II. Selection of Learning Activity (Pemilihan Aktivitas Belajar)

Pada tahap ini, siswa dengan bantuan guru memilih aktivitas belajar untuk

menyelesaikan masalah yang disajikan sebelumnya. Mula-mula guru membentuk

kelompok siswa. Masing-masing kelompok terdiri dari 4-5 siswa. Peran kelompok

tidak hanya menambah kemandirian kelas tetapi juga membantu dalam

pengelolaan kelas. Peran masing-masing kelompok ditugaskan sebagai: pengelola


24
materi, mengumpulkan dan menyimpan lembar dan bahan pengumpulan data;

pengawas waktu, untuk memastikan siswa mengerjakan tugas dalam waktu yang

ditentukan; pembicara, sehingga tidak semua siswa menyerukan jawaban secara

acak. Peran anggota kelompok diberikan sebelum memulai percobaan.

Fase III. Data Collection (Pengumpulan Data)

Selama tahap pengumpulan data, siswa bekerja dalam kelompok. Menurut

Vygotsky, kekuatan sosial berfungsi dalam perkembangan kognitif. Dalam

kelompok, siswa merundingkan pendapat dan belajar satu sama lainnya. Siswa

mencatat hasil pengamatan mereka dalam lembar pengumpulan data. Ketika siswa

menyiapkan alat dan melakukan eksperimen guru berjalan di sekitar ruang kelas

untuk menilai mereka dan menjawab pertanyaan mereka. Guru memberikan

arahan yang dibutuhkan mereka pada setiap tahapan.

Fase IV. Data Processing (Pengolahan Data)

Dalam fase pengolahan data, siswa terlibat dalam interpretasi dan

menganalisis data yang dikumpulkan. Mereka diskusi mengenai hasil pengamatan

yang diperoleh. Guru bertanya mengenai topik pembelajaran dan secara tidak

langsung membimbing mereka untuk menemukan isi pembelajaran. Siswa bekerja

dengan data yang tersimpan dalam lembar pengumpulan data.

Fase V. Closure (Penutup)

Pada fase penutup, siswa meninjau konten yang dipelajari untuk mengingat

pengetahuan dasar. Hal ini memungkinkan guru untuk memahami apakah siswa

sudah mendapat pemahaman yang kuat tentang konsep-konsep sehingga guru bisa

beralih ke pelajaran berikutnya.


25
2.1.5.2 Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Guided Discovery

Memperhatikan model pembelajaran guided discovery tersebut di atas

dapat disampaikan kelebihan dan kekurangan yang dimilikinya. Adapun kelebihan

dan kekurangan dari model pembelajaran guided discovery menurut (Markaban,

2008:18-19) adalah sebagai berikut:

Kelebihan dari model pembelajaran guided discovery:

a. Siswa dapat berpartisipasi aktif dalam pembelajaran yang disajikan.

b. Menumbuhkan sekaligus menanamkan sikap inquiry (mencari-temukan)

c. Mendukung kemampuan problem solving siswa.

d. Memberikan wahana interaksi antar siswa, maupun siswa dengan guru,

dengan demikian siswa juga terlatih untuk menggunakan bahasa Indonesia

yang baik dan benar.

e. Materi yang dipelajari dapat mencapai tingkat kemampuan yang tinggi dan

lebih lama membekas karena siswa dilibatkan dalam proses menemukannya.

Sementara itu kekurangannya adalah sebagai berikut:

a. Untuk materi tertentu, waktu yang tersita lebih lama.

b. Tidak semua siswa dapat mengikuti pelajaran dengan cara ini. Di lapangan,

beberapa siswa masih terbiasa dan mudah mengerti dengan model ceramah.

c. Tidak semua topik cocok disampaikan dengan model ini. Umumnya topik-

topik yang berhubungan dengan prinsip dapat dikembangkan dengan Model

Penemuan Terbimbing.
26
2.1.5.3 Teori Belajar yang Mendukung Model Pembelajaran Guided
Discovery

Belajar merupakan proses mental yang terjadi dalam diri seseorang yang

menyebabkan perubahan pada diri seseorang. Model pembelajaran guided

discovery merupakan pembelajaran yang dirancang agar siswa dapat menemukan

konsep-konsep dan prinsip melalui proses mentalnya sendiri. Adapun teori belajar

yang mendukung pembelajaran ini adalah teori Bruner.

Sukardjo & Komarudin (2010: 55-56) menyatakan bahwa, “menurut teori

konstruktivisme yang menjadi dasar bahwa siswa memperoleh pengetahuan

adalah karena keaktifan siswa. Konsep belajar menurut teori konstruktivisme

adalah suatu proses pembelajaran yang mengkondisikan siswa melakukan proses

aktif membangun konsep baru, pengertian baru, dan pengetahuan baru

berdasarkan data”.

Dahar (2006:80) mengatakan bahwa, “pengetahuan yang diperoleh dengan

belajar penemuan menunjukkan beberapa kebaikan. Pertama, pengetahuan

bertahan lama. Kedua, hasil belajar penemuan mempunyai efek transfer yang

lebih baik daripada hasil belajar yang lainnya. Ketiga, belajar penemuan

meningkatkan penalaran siswa dan kemampuan berpikir secara bebas”.

Menurut Bruner, derajat perkembangan kognitif itu ada tiga tahap

(Sukardjo & Komarudin, 2010: 53), yaitu:

a. Enaktif, merupakan representasi pengetahuan dalam melakukan tindakan.

b. Ikonik, perangkuman bayangan secara visual.

c. Simbolik, pada bagian ini digunakan kata-kata dan lambang-lambang lain

untuk melukiskan pengalaman.


27
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa teori belajar Bruner yang juga

dikenal dengan teori konstruktivisme yang menekankan bahwa pengetahuan kita

adalah konstruksi (bentukan) kita sendiri dan merupakan teori belajar yang

mendukung model pembelajaran guided discovery di mana pembelajaran ini

mengarahkan siswa untuk memperoleh pengetahuan melalui penemuan yang

terbimbing.

2.1.6 Pembelajaran Konvensional

Pembelajaran konvensional merupakan pembelajaran tradisional di mana

proses pembelajaran masih dilakukan dengan cara yang lama, yaitu penyampaian

materi pembelajaran masih mengandalkan ceramah. “Metode ceramah adalah

metode yang boleh dikatakan metode tradisional, karena sejak dulu metode ini

telah dipergunakan sebagai alat komunikasi lisan antara guru dengan anak didik

dalam proses belajar mengajar” (Djamarah dan Zain, 2010:97).

Andayani (2012:269) menyatakan bahwa, “pembelajaran konvensional

meletakkan guru pada perannya yang sangat dominan. Bahan ajar yang berupa

seperangkat informasi secara individual ditentukan oleh guru. Dalam kondisi

semacam itu proses belajar mengajar di kelas menuntut siswa hanya sekedar

menghafal sejumlah informasi yang diberikan guru”.

Pada pembelajaran konvensional, pengajar memegang peranan utama dan


menentukan isi dan urutan langkah dalam menyampaikan materi tersebut
kepada peserta didik. Sementara peserta didik mendengarkan secara teliti
serta mencatat pokok-pokok penting yang dikemukakan pengajar.
Sehingga pada pembelajaran ini kegiatan proses belajar mengajar
didominasi oleh pengajar. Hal ini mengakibatkan peserta bersifat pasif,
karena peserta didik hanya menerima apa yang disampaikan oleh pengajar,
akibatnya peserta didik mudah jenuh, kurang inisiatif, dan bergantung pada
pengajar (Jainuri, 2012:7).
28
Dari beberapa penejalasan di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran

konvensional merupakan pembelajaran yang berpusat pada guru (teacher

centered) di mana guru memiliki peran yang lebih dalam mengelola kelas selama

proses pembelajaran berlangsung dengan menyajikan materi dalam bentuk

ceramah, tanya jawab dan penugasan.

2.1.7 Penelitian Relevan

Model pembelajaran guided discovery berbantuan media dan pemahaman

konsep memberikan dampak positif terhadap hasil belajar. Tabel 2.1

memperlihatkan beberapa penelitian yang menerapkan pembelajaran guided

discovery.

Tabel 2.1 Hasil Penelitian Relevan yang Menggunakan Pembelajaran Guided


Discovery

No Nama Tahu Judul Hasil Penelitian


n
1. Bamiro 2015 Effects of Guided Hasil penelitian menunjukkan
Discovery and Think- bahwa siswa yang diajarkan
Pair-Share Strategies dengan strategi guided
on Secondary School discovery dan think-pair-
Students’ Achievement share secara signifikan
in Chemistry memperoleh skor rata-rata
postes yang tinggi daripada
siswa yang diajarkan dengan
strategi ceramah.
2. Afifah 2014 Keefektifan Model Model pembelajaran guided
Pembelajaran Guided discovery dengan media
Discovery question cards bervisi SETS
dengan Media Question dapat meningkatkan
Cards Bervisi SETS kemampuan berpikir kreatif
dalam Membelajarkan siswa.
Kebencanaan Alam
Terintegrasi dalam IPA
3. Ismawati 2014 Penerapan Model Model pembelajaran
Pembelajaran conseptual understanding
Conseptual procedures (CUPs) terbukti
Understanding lebih efektif untuk
29
No Nama Tahu Judul Hasil Penelitian
n
Procedures untuk meningkatkan pemahaman
Meningkatkan konsep dan curiosity siswa
Curiosity dan pada pelajaran fisika.
Pemahaman Konsep
Siswa
4. Akanmu & 2013 Guided-Discovery Perbedaan yang signifikan
Fajemidagba Learning Strategy and siswa yang diajarkan dengan
Senior School Students strategi pembelajaran guided
Performance in discovery dibandingkan
Mathematics in Ejigbo, dengan mereka yang tidak
Nigeria diajarkan menggunakan
strategi pembelajaran guided
discovery.
5. Abdisa & 2012 The Effect of Guided Guided discovery lebih efektif
Getinet Discovery on Students’ dalam meningkatkan hasil
Physics Achievement belajar siswa yang diikuti
dengan metode demonstrasi
ketika metode tradisional
kurang efektif.
6. Melani 2012 Pengaruh Metode Penerapan metode guided
Guided Discovery discovery learning
Learning terhadap mempunyai pengaruh yang
Sikap Ilmiah dan Hasil signifikan pada hasil belajar
Belajar kognitif Biologi siswa dalam domain kognitif.
Siswa SMA Negeri 7
Surakarta Tahun
Pelajaran 2011/2012
7. Saka 2011 Investigation of Metode pembelajaran dengan
Student-Centered bantuan komputer efektif
Teaching Application of dalam meningkatkan
Physics Student keberhasilan siswa, minat dan
Teachers sikap positif.
8. Ikedolapo & Comparative Effect of Hasil penelitian menunjukkan
Adetunji 2010 the Guided Discovery bahwa strategi guided
and Concept Mapping discovery dan strategi
Teaching Strategies on pemetaan konsep sama-sama
Sss Students' Chemistry kuat dalam hal meningkatkan
Achievement hasil belajar kimia siswa.
9. Akinbobola Constructivist Practices Hasil penelitian menunjukkan
& Afolabi 2010 Through Guided bahwa pendekatan guided
Discovery Approach: discovery adalah yang paling
The Effect on Students’ efektif dalam memfasilitasi
Cognitive Achievement prestasi fisika siswa setelah
in Nigerian Senior diajarkan menggunakan
Secondary School pengorganisasian gambar.
Physics
30

2.2 Kerangka Konseptual

2.2.1 Perbedaan Hasil Belajar Kognitif Tingkat Tinggi Fisika melalui


Model Pembelajaran Guided Discovery Menggunakan Macromedia
Flash dan Pembelajaran Konvensional.

Penggunaan strategi, metode maupun model pembelajaran yang tepat

sangat menentukan keberhasilan siswa dalam kegiatan pembelajaran. Saat ini

kegiatan pembelajaran yang terjadi di lapangan masih masih menerapkan

pembelajaran konvensional atau masih berpusat kepada guru di mana guru

berperan sebagai sumber belajar dan siswa sebagai penerima informasi yang

disampaikan oleh guru. Agar proses pembelajaran berpusat pada siswa, maka

perlu adanya pembelajaran bermakna demi mencapai tujuan pembelajaran

tersebut, salah satunya adalah model pembelajaran guided discovery. Abdisa

(2012:530), menyatakan bahwa, “guided discovery lebih efektif dalam

meningkatkan hasil belajar siswa yang diikuti dengan metode demonstrasi ketika

metode tradisional kurang efektif”.

Price dalam Smitha (2012:87-88) “melakukan penelitian untuk menguji

efek metode discovery terhadap prestasi dan kemampuan berpikir kritis siswa dan

menyimpulkan bahwa pembelajaran discovery lebih baik daripada pembelajaran

tradisional”. Penerapan model pembelajaran guided discovery diharapkan dapat

meningkatkan kemampuan hasil belajar kognitif tingkat tinggi siswa. Kegiatan

pembelajaran guided discovery memberi kesempatan kepada siswa untuk

menemukan sendiri konsep-konsep fisika yang dikonstruksi oleh siswa.

Model pembelajaran guided discovery memfokuskan guru untuk

memfasilitasi serta membimbing siswa dalam hal tersebut demi tercapainya hasil
31
belajar yang optimal. Pemanfaatan media seperti macromedia flash sangat

membantu dalam pencapaian tujuan pembelajaran fisika dalam meningkatkan

hasil belajar fisika pada materi suhu dan kalor. Gurumurthi dalam Smitha

(2012:87) menyatakan bahwa “guided discovery sangat efektif dalam

mengembangkan kemampuan kognitif dan keahlian praktik siswa”.

2.2.2 Perbedaan Hasil Belajar Kognitif Tingkat Tinggi Fisika Antara Siswa
yang Memiliki Pemahaman Konsep di Atas Rata-Rata dan
Pemahaman Konsep di Bawah Rata-Rata.

Tujuan pembelajaran fisika di sekolah adalah siswa dapat memahami

konsep-konsep dalam materi fisika serta keterkaitannya dalam kehidupan sehari-

hari. Mata pelajaran fisika berisikan sejumlah konsep yang menuntut pemahaman

sebagai modal awal dalam belajar fisika. “Adapun tujuan belajar itu sendiri secara

umum adalah untuk mendapatkan pengetahuan, penanaman konsep dan

ketrampilan serta pembentukan sikap yang merupakan satu kesatuan yang bulat

dan utuh” (Markaban, 2008:6). Pemahaman konsep diharapkan dapat

meningkatkan hasil belajar siswa khususnya kognitif tingkat tinggi.

Pemahaman konsep siswa tidak maksimal jika siswa belajar dengan cara

belajar yang biasa dilakukan oleh guru. Dengan model pembelajaran guided

discovery berbantuan macromedia flash diharapkan dapat meningkatkan

pemahaman konsep yang maksimal di mana siswa dapat membentuk sendiri

konsep-konsep yang ditemukannya agar lebih mudah untuk memahami materi

pembelajaran. Untuk membentuk pemahaman dalam diri siswa, guru dapat

menggunakan pertanyaan cerdas untuk mengundang tanggapan siswa untuk

mengembangkan pemahaman mereka terhadap konsep.


32
Pemahaman konsep siswa berbeda antar satu dan lainnya. Siswa yang

memiliki pemahaman konsep di atas rata-rata cenderung memiliki kemampuan

kognitif yang tinggi daripada siswa yang memiliki pemahaman konsep di bawah

rata-rata yang cenderung memiliki kemampuan kognitif yang rendah. Untuk itu

dalam penelitian ini bertujuan untuk melihat adanya perbedaan hasil belajar

kognitif tingkat tinggi siswa akibat dari pemahaman konsep yang dimiliki oleh

siswa tersebut.

2.2.3 Interaksi antara Model Pembelajaran Guided Discovery menggunakan


Macromedia Flash dan Pemahaman Konsep dalam Mempengaruhi
Hasil Belajar Kognitif Tingkat Tinggi.

Pembelajaran guided discovery dengan macromedia flash melibatkan

siswa dalam mengkonstruksi konsep-konsep fisika yang disajikan dengan bantuan

media pada materi pelajaran. Saka (2011:51) menyatakan bahwa, “metode

pembelajaran dengan bantuan komputer efektif dalam meningkatkan keberhasilan

siswa”. Keterampilan generik yang diperoleh siswa dengan model pembelajaran

guided discovery memberikan siswa pengalaman belajar dalam membangun

pengetahuannya sendiri untuk mendapatkan informasi baru melalui penemuannya.

Guided discovery mengarahkan siswa untuk aktif dalam pembelajaran,

melatih siswa dalam berpikir, meningkatkan hasil belajar, serta dengan adanya

media yang disajikan dalam pembelajaran dapat memberi pengalaman nyata bagi

siswa. “Penerapan pembelajaran guided discovery mempunyai pengaruh yang

signifikan pada hasil belajar siswa dalam domain kognitif” (Melani, 2012:97).

Model pembelajaran guided discovery menggunakan macromedia flash

diharapkan dapat memberikan suatu pengalaman belajar yang lebih jelas, terarah
33
dan bermakna, memberikan tanggung jawab siswa untuk belajar, meningkatkan

aktivitas dan minat belajar serta internalisasi konsep yang dapat meningkatkan

hasil belajar siswa sehingga terjadinya interaksi antara pembelajaran model

guided discovery menggunakan macromedia flash dan pemahaman konsep

terhadap hasil belajar kognitif tingkat tinggi siswa.

2.3 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan deskripsi teori dan kerangka berpikir diatas, maka yang

menjadi hipotesis penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Hasil belajar kognitif tingkat tinggi fisika antara siswa yang belajar dengan

model pembelajaran guided discovery menggunakan macromedia flash lebih

baik daripada siswa yang belajar dengan pembelajaran konvensional.

2. Hasil belajar kognitif tingkat tinggi antara siswa yang memiliki pemahaman

konsep di atas rata-rata lebih baik daripada siswa dengan pemahaman konsep

di bawah rata-rata.

3. Terdapat interaksi antara model pembelajaran guided discovery menggunakan

macromedia flash dan konvensional dengan pemahaman konsep dalam

mempengaruhi hasil belajar kognitif tingkat tinggi fisika siswa.

Anda mungkin juga menyukai