Disusun oleh:
Fitri Trisnawati
P27905121053
Tk. I Semester I
Gangguan harga diri rendah adalah evaluasi diri dan perasaan tentang diri
atau kemampuan diri yang negatif yang dapat secara langsung atau tidak
langsung diekspresikan ( Townsend, 2001 ).
2. Faktor Presipitasi
Faktor presipitasi dapat disebabkan oleh faktor dari dalam atau faktor
dari luar individu (internal or eksternal sources), yang dibagi 5 (lima)
kategori :
a. Ketegangan peran adalah stress yang berhubungan dengan
frustasi yang dialami individu dalam peran atau posisi yang
diharapkan.
b. Situasi transisi peran, adalah bertambah atau berkurangnya
orang penting dalam kehidupan individu melalui kelahiran atau
kematian orang yang berarti. Transisi peran sehat-sakit, yaitu
peran yang diakibatkan oleh keadaan sehat atau keadaan sakit.
B. Fase – fase
1. Mengkritik diri sendiri
2. Perasaan tidak mampu
3. Pandangan hidup yang pesimistis
4. Tidak menerima pujian
5. Penurunan produktivitas
6. Penolakan kemampuan diri
7. Kurang memperhatikan perawatann diri
8. Berpakaian tidak rapih
C. Rentang Respons
D. Mekanisme Koping
1. Jangka pendek
a. Kegiatan yang dilakukan untuk lari sementara dari krisis:
pemakaian obat-obatan, kerja keras menonton tv terus menerus
b. Kegiatan yang memberi dukungan sementara: (kompetisi olahraga,
kontes popularitas)
c. Kegiatan mencoba menghilangkan anti identitas sementara:
(penyalahgunaan obat-obatan)
2. Jangka panjang
a. Menurup identitas: terlalu cepat mengadopsi identitas yang
disenangi dari orang-orang yang berarti, tanpa mengindahkan
hasrat, aspirasi atau potensi diri sendiri
b. Identitas negatif: asumsi yang bertentangan dengan nilai dan
harapan masyarakat
E. Pohon Masalah
F. Masalah keperawatan dan data yang perlu dikaji
1. Data subyektif
a. Mengungkapkan dirinya merasa tidak berguna.
b. Mengungkapkan dirinya merasa tidak mampu.
c. Mengungkapkan dirinya tidak semangat untuk beraktivitas atau
bekerja.
d. Mengungkapkan dirinya malas melakukan perawatan diri (mandi,
berhias, makan, atau toileting)
2. Data Objektif
a. Mengkritik diri sendiri.
b. Perasaan tidak mampu.
c. Pandangan hidup yang pesimistis.
d. Tidak menerima pujian.
e. Penurunan produktivitas.
f. Penolakan terhadap kemampuan diri.
g. Kurang memperhatikan perawatan diri.
h. Berpakaian tidak rapi.
i. Berkurang selera makan.
j. Tidak berani menatap lawan bicara.
k. Lebih banyak menunduk.
l. Bicara lambat dengan nada suara lemah.
G. Diagnosa Keperawatan
1. Harga diri rendah
2. Koping individu tidak efektif
3. Isolasi sosial
4. Perubahan persepsi sensori : halusinasi
5. Resiko tinggi prilaku kekerasan
I. Daftar Pustaka
Yosep I. 2010. Keperawatan Jiwa. Bandung : Refia Aditama
Riyadi S dan Purwanto T. (2009). Asuhan Keperawatan
Jiwa.Yogyakarta: Graha Ilmu.
Tim Penyusun. (2008). Modul II Standar Asuhan Keperawatan.
FIK UI: Depok
Stuart, Gail W. (2007). Buku Saku Keperawatan Jiwa Edisi 5.
Dialihbahasakan Oleh Kapoh R.P dan Yuda E.K. Jakarta: EGC.
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
Disusun oleh:
Fitri Trisnawati
P27905121053
Tk. I Semester I
A. Kondisi Klien
DO :
- Klien tampak lebih suka sendiri, bingung bila disuruh memilih
alternatif tindakan, ingin mencederai diri/ mengahiri kehidupan,
poduktifitas menurun, cemas dan takut
DS :
- Klien mengatakan : saya tidak bisa, tidak mampu, bodoh/ tidak tahu
apa-apa, mengkritik diri sendiri., klien mengungkapkan perasaan malu
terhadap diri sendiri, klien mengungkapkan rasa bersalah terhadap
sesuatu/ seseorang
B. Diagnosa Keperawatan
Harga Diri Rendah
C. Tujuan
1. Pasien dapat mengidentifikasi kemampuan dengan aspek positif yang
dimiliki
2. Pasien dapat menilai kemampan yang dapat digunakan
3. Pasien dapat menetapkan kegiatan yang sesuai kemampuan
4. Pasien dapat melatih kegiatan yang sudah dipilih, sesuai kemampuan
5. Pasien dapat menyusun jadwal untuk melakukan kegiatan yang sudah
dilatih
D. Tindakan Keperawatan
1. Mendiskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki pasien,
2. Membantu pasien menilai kemampuan yang masih dapat digunakan
3. Membantu pasien memilih/menetapkan kemampuan yang akan dilatih
4. Melatih kemampuan yang sudah dipilih dan menyusun jadwal
pelaksanaan kemampuan yang telah dilatih dalam rencana harian.
E. Strategi Pelaksanaan
1. Orientasi
a. Salam Terapeutik
“Selamat pagi, assalamualaikum. Boleh Saya kenalan dengan
mba? Nama Saya Fitri, boleh panggil Saya Pipit. Saya
Mahasiswa Poltekkes Banten, Saya sedang praktik di sini dari
pukul 08.00 WIB sampai dengan pukul 13.00 WIB siang.
Kalau boleh Saya tahu nama Mba siapa dan senang dipanggil
dengan sebutan apa?”
b. Evaluasi/validasi
“Bagaimana perasaan Mba hari ini? Bagaimana tidurnya tadi
malam? Ada keluhan tidak?”
c. Kontrak
“Bagaimana kalau kita bercakap-cakap tentang kemampuan
dan kegiatan yang pernah Mba lakukan sebelumnya? Setelah
itu kita akan nilai kegiatan mana yang masih dapat Mba
lakukan di rumah sakit saat ini. Setelah itu kita nilai dan kita
pilih satu kegiatan untuk dilatih“
“Dimana Mba mau kita duduk untuk berbincang-bincang?
bagaimana kalau di ruang tamu? Berapa lama? Bagaimana
kalau 10 menit saja?”
2. Kerja
“ Mba, apa saja kemampuan yang Mba miliki? Bagus ,apa lagi?
Saya buat daftarnya ya!”
“Bagaimana dengan merapikan kamar? Menyapa? Mencuci piring, dst?”.
“Wah ,bagus sekali ada lima kemampuan dan kegiatan yang Mba miliki”.
“Mba, dari lima kegiatan kemampuan ini, yang mana yang masih dapat
dikerjakan di rumah sakit?”
“Coba kita lihat, yang pertama bisakah ,yang kedua………sampai 5
(misalnya ada 3 yang masih bisa dilakukan)”. “Bagus sekali, ada 3
kegiatan yang masih bisa kerjakan di rumah sakit ini”.
“Sekarang coba Mba pilih satu kegiatan yang masih bisa dikerjakan di
rumah sakit ini”. “Oh yang nomor satu, merapihkan tempat tidur?
Kalau begitu,bagaimana kalau sekarang kita latihan merapikan tempat
tidur Mba?”. “Mari kita lihat tempat tidur Mba ya”.
“Coba lihat, sudah rapikah tempat tidurnya?”.
“Nah kalau kita mau merapikan tempat tidur, mari kita pindahkan dulu
bantal dan selimutnya”. “Bagus!”.
“Sekarang kita angkat spreinya dan kasurnya kita balik. ”Nah sekarang
kita pasang lagi spreinya, kita mulai dari atas ya!”. “Bagus!”.
“Sekarang sebelah kaki, tarik dan masukkan, lalu sebelah pinggir
masukkan. Sekarang ambil bantal, rapihkan dan letakkan di sebelah
atas kepala. Mari kita lipat selimut, nah letakkan sebelah bawah kaki”.
“Bagus!”.
“Mba sudah bisa merapikan tempat tidur dengan baik sekali. Coba
perhatikan bedakah dengan sebelum dirapikan?”. “Bagus”.
“Jangan lupa untuk memberi tanda pada M (mandiri) kalau Mba bisa
melakukan tanpa disuruh, beri tanda pada B (bantuan) jika mba
melakukannya dengan diingatkan, dan beri tanda pada T jika Mba
(tidak) melakukannya”.
3. Terminasi :
“Bagaimana perasaan Mba setelah kita bercakap-cakap dan latihan
merapikan tempat tidur?”.
“Mba ternyata banyak memiliki kemampuan yang dapat dilakukan di
rumah sakit ini. Salah satunya, merapihkan tempat tidur yang sudah
Mba praktekkan tadi dengan baik sekali”.
“Coba bisa tidak ulangi bagaimana cara merapikan tempat tidur tadi?”.
“Bagus sekali!”.
“Sekarang, mari kita masukkan pada jadwal harian. Mba mau berapa
kali sehari merapikan tempat tidur?” “Bagus, dua kali yaitu pada pagi
hari jam 06.00 WIB. Lalu sore hari setelah istirahat siang jam 15.00”.
“Coba Mba lakukan dan jangan lupa untuk memberi tanda pada M
(mandiri) kalau Mba bisa melakukan tanpa disuruh, beri tanda pada B
(bantuan) jika mba melakukannya dengan diingatkan, dan beri tanda
pada T jika Mba (tidak) melakukannya”.
“Besok pagi kita latihan lagi kemampuan yang kedua ya Mba?. Mba
masih ingat kegiatan apa lagi yang mampu dilakukan di rumah sakit
selain merapikan tempat tidur? Ya, betul sekali. cuci piring”.
“Kalau begitu kita akan latihan mencuci piring besok ya jam 08.00
pagi di dapur sehabis sarapan pagi.” Sampai bertemu besok,
assalamualaikum”.