Disusun oleh:
2A
NIM: 711345320010
Dosen Pembimbing:
TINJAUAN PUSTAKA
A. Latar Belakang
Ulkus dekubitus atau pressure ulcer adalah luka akibat penekanan yang lama pada kulit
karena berbaring terus-menerus. Luka paling sering muncul pada area kulit yang tertekan saat
berbaring, seperti tumit, siku, pinggul, dan tulang ekor. Ulkus dekubitus juga dikenal sebagai
bed sores. Ulkus dekubitus merupakan cedera lokal pada kulit yang rentan terjadi pada area
yang melapisi tulang. Tanda-tanda infeksi luka akibat ulkus dekubitus juga kerap dialami
penderita diabetes. Diabetes merupakan salah satu pemicu terjadinya ulkus dekubitus. Jenis
luka yang paling umum terjadi pada penderita diabetes biasanya di area kaki karena terkait
dengan gangguan saraf dan pembuluh darah.Tanda-tanda infeksi luka pada penderita
diabetes:
Biasanya, luka pada penderita diabetes dapat dikenali lewat beberapa tanda-tanda infeksi.
Beberapa di antaranya adalah:
Kaki merupakan bagian tubuh yang teridentifikasi sebagai tempat terjadinya luka
terbanyak kedua setelah area bokong dekat tulang ekor. Prevalensinya mencapai 28% dari
semua pasien yang mengalami ulkus dekubitus. Penderita diabetes menahun biasanya
merasakan mati rasa di saraf-saraf kakinya. Akibatnya, mereka tidak bisa merasakan sakit di
kaki mengingat ada peningkatan kadar gula darah dari waktu ke waktu yang merusak
pembuluh darah. Itulah mengapa penderita diabetes kadang tidak merasakan ada luka di kaki
atau bagian tubuh mereka yang lain. Kadang orang sekitar atau penderita baru menyadari
ketika ada pembengkakan atau luka berdarah di kaki.
2. Patologi
Hampir 30-50% pasien diabetes rentan mengalami infeksi. Selain mereka tidak bisa
merasakan sakit atau temperatur di kaki, tekanan pada kaki juga sulit dikendalikan. Hal ini
memicu terjadinya ulkus dekubitus lebih parah. Penderita diabetes bisa mengalami luka mulai
dari yang ringan hingga parah sekalipun. Ketika kulit sudah mengalami luka, artinya jaringan
di dalamnya rentan terpapar organisme patogenik atau penyebab penyakit. Ketika tanda-tanda
infeksi terjadi, artinya ada bakteri-bakteri seperti Staphylococcus aureus dan Streptococci di
luka tersebut. Apabila sistem kekebalan tubuh tidak dapat melawan tanda-tanda infeksi ini
dengan baik, maka kondisinya bisa jadi kian buruk. Harus diingat bahwa luka apapun pada
penderita diabetes harus ditangani dengan sangat serius. Semakin dini diagnosis dan
penanganan dilakukan, bisa menghindari kemungkinan terburuk: amputasi.
B. Tujuan
1. Video 1
b. Pra Analitik
APD
Transport swab
Prosedur kerja:
2. pegang swab dengan pegangan plastik di bagian atas dan lepaskan dari bungkusnya, jangan
sentuh porosnya
3. Tentukan lokasi yang akan dilakukan swab, perhatikan luas areanya.
4. Usap seluruh area dengan pola zig-zag, gulingkan swab untuk memastikan seluruh swab
digunakan.
6. Masukkan kapas dengan hati-hati ke dalam wadah swab, pastikan untuk memasang
penutup dengan kuat pada wadah dan poros penyeka menyentuh spons yang direndam media
di bagian bawah wadah.
7. Beri label sampel dengan identifikasi khusus, misalnya lokasi pengambilan sampel dan
tanggal pengambilan sampel.
Isolasi
Identifikasi
Pewarnaan Gram
Mikroskop cahaya
Kaca objek
Pipet
Bunsen
Jarum ose
Minyak imersi
Kultur Bakteri
Aquadest
Reagen A (Cairan pewarna: kristal violet)
Larutan A: kristal violet 2 g, etanol 95% 20 ml
Larutan B: ammonium oksalat 0,8 g, air steril 80 mL
Reagen B (Mordant larutan iodin Gram: iodin 1 g, potassium iodida 2 g, air
steril 300 ml)
Reagen C (Zat dekolorisasi (peluntur: etanol 95% 50 ml atau aseton 50 ml)
Reagen D (Counterstain)
Stock solution: safranin O 2,5 g, etanol 95% 100 ml
Working solution: stock solution 10 ml, air steril 90 mL[1]
Uji katalase
Pipet tetes
Larutan H2O2 3%
Jarum ose
Kaca slide
Kultur bakteri
Uji koagulase
Jarum ose
Bunsen
Reagen Koagulase
Slide kaca
Kultur bakteri
Prosedur Kerja
1. Isolasi
2. Identifikasi
Pewarnaan Gram
1. Sterilkan inoculating loop pada api bunsen hingga memerah, kemudian
tunggu dingin selama sekitar 30 detik. Jika loop masih panas saat
spesimen diambil, sel bakteri bisa rusak
2. Dengan menggunakan kaca objek (slide) bersih, letakkan spesimen di
tengah kaca objek. Jika spesimen diambil dari agar plate, beri 1 tetes
air untuk membuat suspensi terlebih dulu
3. Dengan menggunakan inoculating loop, apuskan spesimen di atas kaca
objek sampai didapatkan lapisan yang tipis, kemudian keringkan di
udara
4. Panaskan kaca objek dengan melewatkannya di atas api bunsen
sebanyak 2-3 kali agar terfiksasi.
5. Tuangkan Reagen A pada preparat secara merata, tunggu selama 1
menit
6. Miringkan preparat dan bilas dengan sedikit aquadest mengalir
7. Tuangkan Larutan B pada preparat, tunggu selama 1 menit
8. Miringkan kembali preparat dan bilas dengan sedikit aquadest
mengalir
9. Teteskan Reagen C sedikit demi sedikit pada preparat hingga tidak ada
zat warna yang mengalir keluar dari preparat
10. Bilas preparat dengan aquadest mengalir
11. Tuangkan Reagen D pada preparat, tunggu selama 30 detik sampai 1
menit
12. Bilas preparat dengan air mengalir, kemudian keringkan preparat
13. Lakukan pengamatan preparat menggunakan mikroskop dengan
perbesaran 100 kali, 400 kali, hingga 1000 kali
Uji katalase
1) Pipet H2O2
2) Teteskan H2O2 di atas slide kaca.
3) Sterilkan jarum ose dengan cara dibakar pada bunsen sampai membara merah.
4) Setelah jarum ose dingin, Ambil 1 koloni bakteri
5) Tempatkan dan aduk koloni bakteri yang telah diambil dengan H2O2 yang
telah diteteksan di atas slide.
Uji Koagulase
1) Teteskan reagen uji koagulase di atas slide kaca.
2) Ambil 1 koloni bakteri dengan menggunakan jarum ose yang sudah steril.
3) Aduk koloni yang telah diambil dengan reagen uji koagulase
c. Analitik
1. Isolasi
Hasil fisiologis dari bakteri S. epidermis, yang ditumbuhkan pada media MSA (Gambar 1) di
inkubasi selama 24 jam dengan suhu 37 0C dengan menunjukan bahwa koloni Staphylococci,
yang tumbuh pada media MSA berbentuk bulat cembung berwarna cream, dan dengan
menggunakan media MSA ini membedakan S. aureus dan S. epidermis. Bakteri S. aureus
dapat memfermentasi Mannitol sehingga media MSA akan berubah dari warna merah
menjadi kuning keemasan sedangkan sedangkan S. Epidermis tidak dapat memfermentasi
Mannitol (Badan Standardisasi Nasional, 2015).
2. Identifikasi
Pewarnaan Gram
Salah satu cara mengklasifikasikan bakteri adalah dengan pewarnaan Gram
dimana bakteri dibagi ke dalam dua kelompok yakni bakteri Gram positif berwarna
ungu dan bakteri Gram negatif berwarna.
Hasil mikroskopis pada uji pewarnaan Gram dimana sel berbentuk bulat
bergerombol seperti anggur dan berwarna ungu atau violet kehitam – hitaman.
Bakteri Gram positif memliki ciri berwarna ungu atau violet ini disebabkan zat
warna kristal violet tetap dipertahankan meskipun diberi larutan pemucat/lugol.
Dinding sel terluar bakteri Gram positif terdiri dari peptodoglikan tebal, tanpa lapisan
lipoprotein atau lipopolisakarida seperti pada bakteri Gram negative (peptodoglikan
tipis), sehingga pada saat diberikan larutan kristal violet kemudian di ikuti dengan
larutan pemucat maka akan terbentuk kompleks kristal ungu dan yodium yang
melekat kuat pada dinding selnya.
Dapat disimpulkan dari bentuk dan hasil uji pewarnaan gram bahwa bakteri yang
terdapat dalam sampel pus diabetes adalah bakteri Staphylococcus
Uji Katalase
Enzim katalase atau periksodase sangat berperan dalam kelangsungan hidup
mikroba. Uji katalase ini mendeteksi enzim katalase pada beberapa bakteri yang
bersifat anaerobic fakultatif dan bakteri aerobic yang mengandung sitokrom kecuali
bakteri yang tergolong pada Streptococcus and Enterococcus. Uji katalase berguna
dalam identifikasi kelompok bakteri tertentu. Uji katalase pada bakteri bentuk kokus
digunakan untuk membedakan Staphylococcus dan. Reaksi positif ditunjukan dengan
adanya gelembung – gelembung gas (O2) setelah dilakukan penambahan beberapa
tetes H2O2 3%.
Pada hasil uji Katalase terlihat bahwa bakteri yang diuji mampu mendegradasi
hidrogen peroksida melalui reduksi enzim katalase dengan terbentuknya gelembung
gas.
Uji Koagulase
Koagulase merupakan salah satu protein yang menyerupai enzim dan dapat
menggumpalkan plasma oksalat atau sitrat dengan bantuan suatu faktor yang terdapat
dalam serum (Karimela et al. 2017). Koagulase negatif, bertindak sebagai pathogen
oportunistik yaitu menyebabkan penyakit pada orang-orang yang memiliki
imunokompetensi namun dapat menyebabkan penyakit ataupun infeksi yang serius
pada orang yang tidak memiliki imunokompetensi (Yurdakul, Erginkaya, & Ünal
2013). Sedangkan menurut (Becker et al. 2014), (Osman et al. 2017) dan (Kateete et
al. 2010), bahwa semua species Staphylococcus yang memberikan respon koagulase
negative, merupakan bakteri yang bertindak sebagai penghasil infeksi oportunistik
pada manusia dan hewan.
Pada uji ini bakteri yang diuji memberikan respon koagulase negative
DAFTAR PUSTAKA
https://www.sehatq.com
https://www.alodokter.com
https://mikrobiologifkunud.com/katalase-koagulase.html
mhttp://download.garuda.ristekdikti.go.id/article.php?article=1319376&val=212&title=ISOL
ASI%20DAN%20IDENTIFIKASI%20BAKTERI%20STAPHYLOCOCCUS%20EPIDERM
IS%20PADA%20IKAN%20ASAP%20PINEKUHEanado
INTERPRETASI HASIL UJI KATALASE:
1. Uji katalase positif = buih (busa) pada H2O2 yang ditambahkan koloni bakteri
2. Uji katalase negatif = tidak terjadi penggumpalan pada reagen uji koagulase
Analitik
S. epidermidis adalah mikroorganisme yang sangat kuat, terdiri dari kokus Gram-positif non-
motil, tersusun dalam kelompok seperti anggur. Ini membentuk koloni putih, terangkat,
kohesif dengan diameter sekitar 1-2 mm setelah inkubasi semalaman, dan tidak hemolitik
pada agar darah.
Agar MacConkey memilih organisme seperti Escherichia coli (Bacilli Gram negatif) sambil
menghambat pertumbuhan organisme seperti Staphylococcus aureus (Gram positif cocci). ...
Piring di sebelah kiri memiliki Staphylococcus epidermidis tumbuh. Koloni berwarna putih
dan tidak mengubah warna agar-agar.
CURICULUM VITAE