ANTIKORUPSI
Edisi Revisi
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta
Lingkup Hak Cipta
Pasal 2 :
1. Hak Cipta merupakan hak eksklusif bagi Pencipta atau Pemegang Hak Cipta untuk
mengumumkan atau memperbanyak ciptaannya, yang timbul secara otomatis
setelah suatu ciptaan dilahirkan tanpa mengurangi pembatasan menurut peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
Ketentuan Pidana
Pasal 72 :
1. Barangsiapa dengan sengaja atau tanpa hak melakukan perbuatan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) atau Pasal 49 ayat (1) dan ayat (2) dipidana dengan
pidana penjara masing-masing paling singkat 1 (satu) bulan dan/atau denda paling
sedikit Rp 1.000.000,00 (satu juta rupiah), atau pidana penjara paling lama 7 (tujuh)
tahun dan/atau denda paling banyak Rp 5.000.000.000,00 (lima milyar rupiah).
2. Barangsiapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan, mengedarkan, atau menjual kepada
umum suatu Ciptaan atau barang hasil pelanggaran Hak Cipta atau Hak Terkait
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 tahun
dan/atau denda paling banyak Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).
PENDIDIKAN
ANTIKORUPSI
Edisi Revisi
www.penerbitombak.com
2013
PENDIDIKAN ANTIKORUPSI
Copyright©Dr. Eko Handoyo, M.Si., 2013
Cetakan I: Fakultas Ilmu Sosial UNNES dan Widya Karya, Semarang, 2009
PO.***.**.’13
BAB I PENDAHULUAN
PENDIDIKAN ANTIKORUPSI PERLUKAH?
v
VI Dr. Eko Handoyo, M.Si.
B. Dampak Korupsi
C. Rangkuman
DAFTAR PUSTAKA
GLOSARIUM
DAFTAR TABEL DAN GAMBAR
DAFTAR TABEL
1. Jenis-jenis Korupsi
2. Potensi Kerugian Negara karena Kasus Korupsi
3. Peringkat Korupsi di Asia Pasifik Tahun 2010
4. Faktor-faktor Pemicu Keberhasilan dan Kegagalan Lembaga
Antikorupsi
5. Data Korupsi Pejabat Versi Depdagri (2004-2006)
6. Bidang dan Subbidang dalam KPK
7. Laporan Masyarakat dan Gratifikasi yang ditindaklanjuti oleh
KPK
DAFTAR GAMBAR
1. Segitiga Kecurangan
2. Penanganan Pengaduan Masyarakat
3. Penanganan Kasus/Perkara TPK
4. Perkara TPK Yang Berkekuatan Hukum Tetap (Inkracht)
5. Uang Negara Yang Berhasil Dikembalikan
x
KATA PENGANTAR
xi
XII Dr. Eko Handoyo, M.Si.
S ejak reformasi bergulir tahun 1998 yang lalu hingga kini, berita
tentang korupsi makin gencar. Berbagai harian (surat kabar) di
Indonesia hampir tiap hari dalam terbitannya memberitakan
peristiwa korupsi. Dalam berita tersebut, korupsi tidak hanya
melanda kehidupan politik, tetapi juga ekonomi dan sosial.
Pelaku yang ditindak oleh aparat tidak hanya para pelaku bisnis,
tetapi juga mereka yang berasal dari kalangan birokrasi dan
pemerintahan, DPR, DPRD, bahkan pula kalangan kampus
perguruan tinggi dan sekolah. Rakyat kecil pun, seperti pedagang
beras, pedagang buah, kondektur bus, sopir angkutan, dan
tukang becak pun turut melakukan korupsi kecil-kecilan. Korupsi
tampaknya sudah menjadi budaya masyarakat Indonesia.
Korupsi sesungguhnya bukan merupakan penyakit di luar diri
bangsa. Ia adalah penyakit bawaan, sebab benih-benih korupsi
sudah ada dalam tubuh bangsa Indonesia tidak hanya pada masa-
masa ketika Indonesia dijajah bangsa kolonial, tetapi juga sudah
berlangsung pada masa kejayaan kerajaan-kerajaan nusantara.
Upaya untuk mencegah meluasnya perbuatan korupsi dan
tindakan hukum untuk mengatasinya pun telah dilakukan pada
1
2 Dr. Eko Handoyo, M.Si.
B. Penyakit Korupsi
C. Pengertian Antikorupsi
D. Nilai-Nilai Antikorupsi
1. Kejujuran
Kejujuran adalah sifat (keadaan) jujur, ketulusan hati, dan
kelurusan hati (Pusat Bahasa Depdiknas, 2002: 479). Kejujuran
36 Dr. Eko Handoyo, M.Si.
2. Tanggung Jawab
Kata tanggung jawab berasal dari kata tanggung dan kata jawab.
Kata tanggung bermakna beres, tidak perlu khawatir (Pusat Bahasa
Depdiknas, 2002: 1138). Tanggung jawab berarti keadaan wajib
menanggung segala sesuatunya atau fungsi menerima pembebanan
sebagai akibat sikap pihak sendiri atau orang lain (Pusat Bahasa
Depdiknas, 2002: 1139). Tanggung jawab adalah melaksanakan tugas
dengan sungguh-sungguh dari orang lain atau diri sendiri hingga selesai
atau sanggup menanggung resiko dari apa yang telah dikerjakan atau
diperbuat (Surono (ed), t.th: 16). Tanggung jawab berarti bahwa orang
tidak boleh mengelak bila diminta penjelasan tentang perbuatannya
(Bertens, 2001: 125). Bertanggung jawab berarti suatu sikap terhadap
tugas yang membebani kita, dimana kita merasa terikat untuk
menyelesaikannya demi tugas itu sendiri (Suseno, 1987: 145). Dalam
tanggung jawab terdapat pengertian penyebab, artinya orang
bertanggung jawab terhadap sesuatu sikap dan perbuatan yang
disebabkan olehnya. Setiap orang harus bertanggung jawab terhadap
apa yang diniatkan, dikatakan, dan dilakukan, terlebih mereka yang
mengaku dirinya pemimpin. Seorang pemimpin yang bertanggung
jawab terlahir dari individu yang bertanggung jawab. Seorang belum
dapat memimpin orang lain kalau ia tidak mampu memimpin dirinya
sendiri. Seorang pemimpin adalah orang yang pertama kali
mengerjakan tugas dan orang yang paling akhir mengambil hak atau
bagiannya (Bahri, 2008: 3). Kata kunci tanggung jawab adalah
komitmen, siap menanggung resiko, menjaga amanah, berani
menghadapi resiko, tidak mengelak,
38 Dr. Eko Handoyo, M.Si.
3. Keberanian
Keberanian berasal dari kata berani, yang artinya mempunyai
hati yang mantap dan rasa percaya diri yang besar dalam
menghadapi bahaya, kesulitan, dan sebagainya (Pusat Bahasa
Depdiknas, 2002: 138). Keberanian adalah tindakan untuk
memperjuangkan sesuatu yang diyakini kebenarannya (Sutrisno dan
Sasongko (ed), t.th.: 30). Orang yang berani mengatakan yang benar
adalah benar dan yang salah adalah salah, merupakan agen penting
dalam mengembangkan nilai-nilai antikorupsi. Mengatakan
kebenaran adalah pahit dan buahnya adalah manis, yaitu
terwujudnya pribadi dan masyarakat yang baik dan benar. Kata
kunci keberanian adalah mantap, tegar, hadapi, tekat, semangat,
target, fokus, perjuangan, percaya diri, tak gentar, tidak takut, dan
pantang mundur (Bahri, 2008: 17; Tamrin, 2008: 23).
4. Keadilan
Keadilan berasal dari kata adil, artinya sama berat, tidak berat
sebelah, tidak memihak; berpihak kepada yang benar,
Pendidikan Antikorupsi 39
5. Keterbukaan
Keterbukaan berasal dari kata terbuka, artinya tidak tertutup,
tersingkap, tidak dirahasiakan (Pusat Bahasa Depdiknas, 2002: 171).
Nilai keterbukaan berkaitan erat dengan kejujuran. Terbuka tidak
berarti bahwa segala pertanyaan orang lain harus kita jawab
selengkap-lengkapnya atau orang lain berhak untuk mengetahui
segala perasaan dan pikiran kita. Terbuka berarti kita selalu muncul
40 Dr. Eko Handoyo, M.Si.
sebagai diri sendiri (Suseno, 1987: 142). Terbuka berarti pula kita
tidak menyembunyikan wajah kita yang sebenarnya. Pendek
kata, terbuka adalah orang boleh tahu siapa kita ini.
Nilai keterbukaan dalam kehidupan sekolah dan kampus
dapat diwujudkan dengan sikap dan perilaku mengungkapkan
sesuatu tanpa ditutup-tutupi, apa yang dikatakan sama dengan
apa yang dilakukan, apa yang dikerjakan dapat diakses oleh siapa
pun, serta memberikan informasi yang dibutuhkan tanpa ada
yang disembunyikan.
6. Kedisiplinan
Kedisiplinan berasal dari kata disiplin, artinya tata tertib,
ketaatan kepada peraturan (Pusat Bahasa Depdiknas, 2002: 268).
Disiplin merupakan kunci sukses, sebab dalam disiplin akan tumbuh
sifat yang teguh dalam memegang prinsip, pantang mundur dalam
menyatakan kebenaran, dan pada akhirnya mau berkorban untuk
kepentingan bangsa dan negara (Bahri, 2008: 3). Hidup disiplin tidak
berarti harus hidup seperti pola militer dengan hidup di barak bagai
robot, tetapi hidup disipilin dipahami siswa atau mahasiswa dengan
cara mengatur dan mengelola waktu sebaik-baiknya untuk
menyelesaikan tugas dan pekerjaan. Manfaat hidup disiplin adalah
siswa atau mahasiswa dapat mencapai tujuan atau mengejar
kepentingan secara lebih efisien dan efektif. Kata kunci kedisiplinan
adalah komitmen, tepat waktu, prioritas, perencanaan, taat, fokus,
tekun, dan konsisten (Tamrin, 2008: 17).
Wujud dari kehidupan disiplin dalam kegiatan di sekolah dan
kampus, di antaranya adalah belajar sesuatu dengan cermat,
mengerjakan sesuatu berdasarkan perencanaan yang matang, serta
menyelesaikan tugas tepat waktu.
Pendidikan Antikorupsi 41
7. Kesederhanaan
Kesederhanaan berasal dari kata sederhana, artinya
bersahaja, tidak berlebih-lebihan (Pusat Bahasa Depdiknas, 2002:
1008). Kesederhanaan adalah sikap dan perilaku yang tidak
berlebihan terhadap suatu benda, tetapi lebih mementingkan
tujuan dan manfaatnya (Surono (ed), t.th: 3). Hidup sederhana
berarti hidup bersahaja dan tidak berlebih-lebihan yang didasari
oleh suatu sikap mental rendah hati. Kata kunci sederhana
adalah bersahaja, tidak berlebihan, sesuai kebutuhan, apa
adanya, dan rendah hati (Tamrin, 2008: 19).
Wujud dari nilai kesederhanaan dalam kehidupan sekolah
dan kampus, di antaranya adalah rendah hati dalam pergaulan di
sekolah dan kampus, berpakaian dan menggunakan asesoris
tidak berlebihan, tidak boros dalam memenuhi kebutuhan hidup,
tidak suka pamer kekayaan, serta hemat dalam menggunakan
air, listrik, dan energi lainnya.
8. Kerja keras
Kata “kerja” bermakna kegiatan melakukan sesuatu; sesuatu
yang dilakukan untuk mencari nafkah (Pusat Bahasa Depdiknas,
2002: 554). “Keras” berarti gigih atau sungguh-sungguh hati (Pusat
Bahasa Depdiknas, 2002: 550). Dengan demikian, bekerja keras
berarti melakukan sesuatu secara bersungguh-sungguh. Pribadi
pekerja keras akan muncul dari sosok yang memiliki motivasi tinggi
untuk berubah dan pantang menyerah dalam segala keadaan.
Pribadi pekerja keras dapat diwujudkan dengan selalu melakukan
tanggung jawab secara sungguh-sungguh serta melakukan segala
sesuatu dengan upaya terbaik, sekuat tenaga, penuh kecerdasan
tinggi, dan sepenuh hati. Menurut Alma (2008: 106), kerja keras
42 Dr. Eko Handoyo, M.Si.
9. Kepedulian
Kepedulian berasal dari kata “peduli”, artinya mengindahkan,
memperhatikan, menghiraukan (Pusat Bahasa Depdiknas,
2002:841). Kepedulian bermakna berperilaku dan memperlakukan
orang lain dan lingkungan sekitarnya, sehingga bermanfaat bagi
semua pihak (Surono, t.th.: 57). Peduli merupakan sifat yang dapat
membuat segala kesulitan dapat dihadapi, segala keadaan dapat
ditanggung bersama, dan keterbatasan pun dapat dicarikan
solusinya. Kata kunci peduli adalah memahami, menghargai,
mendukung, menghormati, dan menolong (Bahri, 2008: 17).
Wujud dari nilai kepedulian dalam kehidupan di sekolah dan
Pendidikan Antikorupsi 43
E. Pendidikan Antikorupsi
8. Prototipe (Prototype)
Tujuan metode prototype adalah penerapan keilmuan atau
ciri khas perguruan tinggi atau ciri khas lokal dalam
mengembangkan teknik antikorupsi. Kegiatan yang dilakukan
adalah membuat prototype teknologi terkait dengan cara-cara
penanggulangan korupsi. Teknologi tersebut bisa berbasis IT
maupun non IT. Hasil-hasil dari prototipe ini dapat dipamerkan di
kelas atau pun di tempat lain yang dapat diperkenalkan kepada
mahasiswa lain atau pelajar.
H. Rangkuman
A. Bentuk Korupsi
62
Pendidikan Antikorupsi 63
B. Jenis-Jenis Korupsi
keuntungan politik atau uang balas jasa untuk partai politik, dan
money politik.
Korupsi upeti merupakan bentuk korupsi yang dimungkinkan
karena jabatan strategis. Karena jabatan yang disandangnya,
seseorang mendapatkan persentase keuntungan dari berbagai
kegiatan, baik ekonomi maupun politik, termasuk pula upeti dari
bawahan dan kegiatan-kegiatan lain atau jasa dalam suatu perkara.
Korupsi kontrak, yaitu korupsi yang diperoleh melalui proyek
atau pasar. Termasuk dalam kategori ini adalah usaha untuk
mendapatkan fasilitas dari pemerintah.
Korupsi pemerasan, terkait dengan jaminan keamanan dan
urusan-urusan gejolak intern dan ekstern. Perekrutan perwira
menengah TNI atau Polisi menjadi manajer human resources
department atau pencantuman nama perwira tinggi dalam dewan
komisaris perusahaan merupakan contoh korupsi pemerasan.
Termasuk pula dalam korupsi jenis ini adalah membuka kesempatan
kepemilikan saham kepada orang kuat tertentu untuk menghindarkan
akuisisi perusahaan yang secara ekonomi tak beralasan.
C. Rangkuman
79
80 Dr. Eko Handoyo, M.Si.
B. Dampak Korupsi
C. Rangkuman
109
110 Dr. Eko Handoyo, M.Si.
jangka panjang.
Strategi jangka pendek KPK mencakupi: (1) kegiatan
penindakan, (2) membangun nilai etika, dan (3) membangun
sistem pengendalian terhadap lembaga pemerintahan agar
terwujud suatu perubahan yang berlandaskan efisiensi dan
profesionalisme (KPK, t.th: 157).
Strategi jangka menengah KPK meliputi: (1) membangun
beberapa proses kunci dan infrastruktur terkait lainnya di
instansi pemerintah yang mendorong efisiensi dan efektivitas, (2)
memberikan motivasi untuk terbangunnya suatu kepemimpinan
yang mengarah pada efisiensi dan efektivitas, dan (3)
meningkatkan partisipasi masyarakat dalam proses pengambilan
keputusan pemerintah dan meningkatkan akses publik terhadap
pemerintah (KPK, t.th: 157).
Strategi jangka panjang KPK yaitu: (1) membangun dan
mendidik masyarakat pada berbagai tingkat dan jenjang
kehidupan untuk mampu menangkal korupsi yang terjadi di
lingkungannya, (2) membangun suatu tata pemerintahan yang
baik sebagai bagian penting dalam sistem pendidikan nasional,
dan (3) membangun sistem kepegawaian yang berkualitas, mulai
dari perekrutan, sistem penggajian, sistem penilaian kinerja, dan
sistem pengembangannya (KPK, t.th: 158).
F. Rangkuman
122
Pendidikan Antikorupsi 123
D. Rangkuman
145
146 Dr. Eko Handoyo, M.Si.
prinsip satu negara dua sistem (Hamzah, 2005: 21). Hongkong memiliki
hukum dasar atau basic law yang mengatur prinsip umum, hubungan
antara pemerintah pusat di Peking dan Hongkong, hak-hak dasar dan
kewajiban penduduk, struktur politik, ekonomi, pendidikan, ilmu
pengetahuan, kebudayaan, olah raga, agama, tenaga kerja, tugas sosial,
masalah luar negeri, interpretasi dan perubahan basic law serta
ketentuan tambahan (Hamzah, 2005: 21).
sebanyak 718 atau 7,6%, dan lain-lain sebanyak 640 atau 6,8%
(Hamzah, 2005: 44).
pidana penjara paling lama satu tahun atau denda paling banyak
10.000 dollar Singapura.
Komisi baru ini terdiri atas seorang ketua dan delapan anggota,
yang diangkat oleh raja atas nasihat senat.
Tidak sembarang orang dapat menjadi anggota komisi. Mereka
yang dapat diangkat sebagai anggota NCCC adalah: (1) warga negara
Thailand karena Mahkamah Konstitusi, Komisi Pemilihan,
Ombudsman, anggota Komisi Nasional Hak Azasi Manusia, Komisi
Audit Negara, sedang menjabat atau mantan tidak lebih rendah dari
Jaksa Agung Muda, Direktur Jenderal atau setingkat, atau menjabat
tidak lebih rendah dari guru besar (Hamzah, 2005: 69).
NCCC memiliki kewenangan yang luar biasa dalam
melakukan pemberantasan korupsi. Kewenangan itu meliputi:
1. Memeriksa fakta-fakta, membuat ringkasan kasus, dan
mempersiapkan pendapat untuk diserahkan kepada Senat
dalam melepaskan seseorang dari jabatan;
2. Memeriksa fakta-fakta, membuat ringkasan kasus, dan
mempersiapkan pendapat yang diajukan kepada Jaksa
Agung untuk tujuan penuntutan kepada Mahkamah Agung
Divisi Kriminal bagi mereka yang memegang posisi politik
berdasarkan pasal 308 Konstitusi;
3. Memeriksa dan memutus apakah seorang pejabat negara
telah menjadi kaya luar biasa atau telah melakukan delik
korupsi, penyalahgunaan jabatan atau penyalahgunaan
wewenang di badan kehakiman;
4. Memeriksa secara akurat adanya aset aktual dan tanggung
jawab pejabat negara serta memeriksa perubahan aset dan
tanggung jawab orang-orang yang memegang posisi politik,
memeriksa aset dan pertanggungjawaban;
5. Menentukan aturan mengenai penentuan posisi, kelas, atau
Pendidikan Antikorupsi 165
H. Rangkuman
Sejak dibentuk tahun 2003 yang lalu, sudah begitu besar peran
dan prestasi Komisi Pemberantasn Korupsi (KPK) dalam
melakukan pemberantasan korupsi, utamanya dalam bidang
penindakan. Sepuluh tahun KPK berkiprah dalam upaya
pemberantasan korupsi, tetapi jumlah pelaku yang berhasil
ditangkap dan disidangkan sudah banyak. Pelaku kelas kakap pun
dengan mudah ditangkap, tidak seperti halnya yang dilakukan oleh
lembaga penegak hukum lainnya, seperti kepolisian, kejaksaan,
bahkan pengadilan itu sendiri. Sebelum disajikan secara deskriptif
keberhasilan yang telah dicapai oleh KPK, akan diuraikan terlebih
dahulu secara berturut-turut visi dan misi KPK, kedudukan dan
tugas KPK, wewenang dan kewajiban KPK, susunan organisasi
KPK, dan kode etik KPK.
3. Ahmad Sujudi
Ahmad Sujudi adalah mantan Menteri Kesehatan, yang
divonis 2 tahun 3 bulan penjara atas kesalahannya
menyalahgunakan kewenangan dalam kasus alat kesehatan,
karena penunjukan langsung rekanan dan pengajuan usulan
anggaran tambahan senilai Rp 463 miliar (Harman, 2012). Pada
tingkat banding, Pengadilan Tinggi DKI Jakarta memutus
hukumannya menjadi 4 tahun penjara.
4. Wafid Muharam
Wafid Muharam adalah mantan Sekretaris Menteri Pemuda
dan Olahraga, yang disangka KPK atas suap yang dilakukan
sebesar Rp 3,2 miliar untuk pemenangan tender PT. DGI dengan
anggaran pembangunan Rp 200 miliar (Harman, 2012).
5. Abdullah Puteh
Korupi yang dilakukan oleh Abdullah Puteh, Gubernur Provinsi
Nangroe Aceh Darussalam (NAD), berawal dari pembelian
helikopter MI-2 merek PLC Rostov buatan Rusia. Dana yang
digunakan untuk membeli helikopter tersebut merupakan patungan
dari 13 kabupaten dan kota di Provinsi NAD yang masing-masing
menyumbang dana 700 juta rupiah. Korupsi yang dilakukan oleh
Puteh terkuak setelah terdapat selisih harga antara pembelian
helikopter terdahulu yang dilakukan oleh TNI-AL dan helikopter
yang dibeli oleh Pemerintah Provinsi NAD. Dengan kualifikasi dan
merek yang sama, TNI-AL membeli helikopter
198 Dr. Eko Handoyo, M.Si.
6. Bambang Guritno
Bambang Guritno, Bupati Semarang, terbukti secara sah dan
meyakinkan telah melakukan tindak pidana korupsi sebagaimana
diatur dalam pasal 3 juncto pasal 18 UU Nomor 31 Tahun 1999 dan
UU Nomor 20 Tahun 2001 juncto pasal 55 ayat (1) KUHP. Ia ditahan
LP Ambarawa pada hari Senin, 28 Mei 2007 terkait perkara dugaan
korupsi pengadaan buku ajar SD/MI kabupaten Semarang tahun
2004 senilai Rp 3,95 miliar. Bambang terbukti menerima fee dari
tiga rekanan proyek pengadaan buku. Selain itu, rekanan juga
memberikan uang tanda terima kasih. Dalam pengadaan buku
tersebut diketahui ada mark-up. Total nilai proyek sesungguhnya
hanya Rp 2 miliar, digelembungkan hingga mencapai angka Rp
5,8 miliar (Yuwono, 2008: 45). Dari hasil audit BPKP, negara
dirugikan sebesar Rp 3,6 miliar.
Berkaitan dengan pemeriksaan terhadap Bambang tersebut,
Mendagri melalui SK Nomor 131.33/304/2007 memberhentikan
Pendidikan Antikorupsi 199
8. Probosutedjo
Pada tanggal 22 April 2003, Majelis Hakim PN Jakpus
menjatuhkan vonis kepada Probosutedjo berupa hukuman
200 Dr. Eko Handoyo, M.Si.
9. Harini Wijoso
Harini Wijoso dinyatakan bersalah karena melakukan tindak
pidana korupsi dengan menyuap lima pegawai Mahkamah Agung,
yaitu Pono Waluyo, Sudi Ahmad, Sriyadi, Malam Pagi Sinuhadji, dan
Suhartoyo, sebesar Rp 5 miliar. Uang tersebut berasal dari
Probosutedjo, dimaksudkan untuk dapat mengubah keputusan
hakim atas hukuman yang dijatuhkan kepada Probosutedjo. Harini
dinyatakan secara sah bersalah karena berdasarkan pasal 5 ayat
(1) huruf a, pasal 6 ayat (1) huruf a, pasal 13 dan 15 UU Nomor
31 Tahun 1999 juncto UU Nomor 20 Tahun 2001, telah berusaha
memengaruhi para penyelenggara negara dengan cara memberi
Pendidikan Antikorupsi 201
14. Satono
Satono adalah Bupati Lampung Timur nonaktif, yang divonis
hakim 15 tahun penjara. Pelaku dinyatakan bersalah, karena telah
melakukan tindak pidana korupsi APBD kabupaten Lampung Timur
sebesar Rp 119 miliar (Konstan, 2012). Selain dihukum penjara,
Satono juga diwajibkan membayar denda sebesar Rp 500 juta
subsider enam bulan kurungan dan uang pengganti Rp 10 miliar.
16. M. Yaeni
M. Yaeni adalah ketua DPRD nonaktif kabupaten Grobogan
yang menjadi terdakwa kasus korupsi pemeliharaan mobil
204 Dr. Eko Handoyo, M.Si.
17. Soemarmo
Soemarmo adalah wali kota Semarang yang disangka telah
melakukan penyuapan terhadap anggota DPRD kota Semarang,
dengan tujuan untuk memperlancar pembahasan RAPBD kota
Semarang tahun 2012 (Konstan, 2012). Atas dugaan kesalahan
tersebut, Soemarmo ditahan oleh KPK di rumah tahanan KPK di
Jakarta. Selain Soemarmo, ditahan pula mantan Sekda Semarang
Akhmad Zaenuri dan dua anggota DPRD, Agung Purna Sarjono
dan Sumartono.
F. Rangkuman
209
210 Dr. Eko Handoyo, M.Si.
B. Pemberian Penghargaan
C. Rangkuman
218
Pendidikan Antikorupsi 219
karena selama ini Jokowi tidak memiliki rekam jejak pada bidang
birokrasi pemerintahan. Kalau dilihat secara fisik pun, pak Jokowi
tidak memiliki postur yang meyakinkan sebagai wali kota.
Tubuhnya kurus, kerempeng, dan kering, yang tidak
menunjukkan kewibawaan sama sekali. Bahkan beberapa kali
dalam sebuah acara, Jokowi mengeluh pada petugas protokoler
dan sekretariat kantor wali kota, karena ia sering tidak
diperlakukan seperti halnya seorang wali kota. Anak buah
Jokowi, yaitu Suryadi yang lebih ganteng, gagah, dan tubuh
atletis, justru yang acap kali diperlakukan seperti seorang wali
kota. Lantaran postur tubuh Suryadi tersebut, tidak jarang tamu
dan warga masyarakat menyalami lebih dulu Suryadi ketimbang
Jokowi, karena mengira Suryadi adalah wali kota Surakarta.
Itulah sebabnya, Jokowi minta agar anak buahnya diganti supaya
tidak menyaingi dirinya sebagai wali kota. “saya senang usul saya
diterima, ajudan saya tidak seganteng saya”, cetus pak Jokowi.
Meskipun semula diragukan kemampuannya, Jokowi
menunjukkan gebrakan luar biasa, yang menjadikan kota
Surakarta menjadi salah satu kota yang diperhitungkan tidak
hanya pada tingkat Indonesia, tetapi juga pada level dunia.
Gebrakan pertama adalah pembenahan sistem pembuatan kartu
tanda penduduk (KTP), yakni dengan melakukan pemangkasan
waktu pembuatan KTP dari dua minggu menjadi hanya satu jam
(Wijoyo, 2012; Taufani, 2012). Pembuatan KTP ini merupakan
program tiga bulan pertama ia memimpin kota Surakarta.
Dalam hal perizinan, Jokowi juga melakukan reformasi, dari
yang semula memakan waktu 6 hingga 8 bulan, diperpendek
menjadi enam hari. Reformasi yang dilakukan Jokowi tidak mudah
222 Dr. Eko Handoyo, M.Si.
B. Tri Rismaharini
6,31%, 2008 sempat turun menjadi 6,23%, tahun 2009 turun lagi
menjadi 5,30%, tahun 2010 sejak Risma memimpin, naik drastis
menjadi 7,09% dan tahun 2011 naik lagi menjadi 7,52% (Tempo,
2012). Indeks Pembangunan Manusia Surabaya juga mengalami
kenaikan signifikan, yakni 77,18 pada tahun 2010 menjadi 77,61
pada tahun 2011. Anggaran belanja kota Surabaya juga mengalami
kenaikan, dari 3,75 triliun pada tahun 2011 menjadi 5,16 triliun
pada tahun 2012. Pendapatan asli daerah (PAD) sebagai salah satu
ukuran kinerja wali kota, juga mengalami kenaikan, dari 1,88 triliun
pada tahun 2011 menjadi 2,35 triliun pada tahun 2012.
Keluar masuk wilayah atau blusukan seperti halnya yang
dilakukan Jokowi, juga dilakukan bu Risma. Blusukan ini ia
lakukan di kompleks pelacuran Gang Dolly Surabaya. Hal itu ia
lakukan untuk membujuk para pelacur agar mau beralih profesi.
Berkat kesabaran dan keramahannya, Risma telah berhasil
menutup 22 tempat pelacuran. Mereka yang kehilangan
pekerjaan, dikembalikan ke daerah asalnya dengan diberi
keterampilan dan modal sebesar Rp 3 juta. Sementara itu, warga
masyarakat yang kehilangan rezeki karena tempat pelacuran
ditutup, disiapkan lapangan kerja baru.
Risma terkenal juga sebagai “bu Giman”, yaitu “ibu wali kota
yang gila taman.” Sejak kepemimpinannya, ia telah membangun
ratusan taman kota. Kota menjadi lebih hijau, asri, dan nyaman
untuk tempat berteduh dan beristirahat bagi warga kota. Berkat
dibangunnya taman kota ini, ruang terbuka hijau (RTH) Surabaya
mencapai angka 31,6% melebihi standar RTH yang ditentukan
Kementerian Lingkungan Hidup sebesar 30%. Untuk menunjang
kota yang nyaman ini, Risma membuat kebijakan dengan
232 Dr. Eko Handoyo, M.Si.
C. Yusuf Wally
D. La Tinro La Tunrung
E. Amran Nur
F. Muda Mahendrawan
H. Herman Sutrisno
I. Rangkuman
BUKU
Alatas, Syed Hussein. 1986. Sosiologi Korupsi. Terjemahan Al
Ghozie Usman. Jakarta: LP2ES.
Al-Barbasy, Ma’mun Murod. 2006. “Teologi Kritis Pemberantasan
Korupsi di Indonesia”. Makalah. Disajikan dalam Seminar
Nasional AIPI XX di Medan tanggal 3-4 Mei 2006.
Alma, Buchari. 2008. Kewirausahaan untuk Mahasiswa dan
Umum. Bandung: Alfabeta.
Alkaf, Halid. 2006. “Lembaga-lembaga Anti Korupsi di Indonesia”.
Dalam Karlina Helmanita dan Sukron Kamil (ed).
Pendidikan Anti Korupsi di Perguruan Tinggi. Jakarta:
CSRC UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Azra, Azyumardi. 2006. “Kata Pengantar Pendidikan Anti Korupsi
Mengapa Penting”. Dalam Karlina Helmanita dan Sukron
Kamil (ed). Pendidikan Anti Korupsi di Perguruan Tinggi.
Jakarta: CSRC UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Bahri, Syamsul. 2008. Buku Panduan Guru Modul Pendidikan Anti
Korupsi Tingkat SMP/MTs. Jakarta: KPK.
Bertens, K. 2001. Etika. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Bracking, Sarah. 2007. “Political Development And Corruption:
Why ‘Right Here’, Right Now’!” in Sarah Bracking (ed).
Corruption And Development The Anti Corruption
Campaigns. New York: Palgrave MacMillan.
De Asis, Maria Gonzales. 2000. “Coalition Building to Fight
Corruption”. Paper. Prepared for the Anti Corruption
Summit. World Bank Institute.
244
Pendidikan Antikorupsi 245
asp?Berita=Pinyuh&id=129619.
Santoso, Amir. 2006. “Korupsi: Birokrasi Pemerintah dan Budaya
Masyarakat”. Makalah. Disajikan dalam Seminar Nasional
AIPI XX di Medan tanggal 3-4 Mei 2006.
Setyawati, Deni. 2008. KPK Pemburu Koruptor Kiprah Komisi
Pemberantasan Korupsi dalam Memberangus Korupsi.
Yogyakarta: Pustaka Timur.
Silalahi, Ulber. 2006. “Manajemen Pencegahan Korupsi di Sektor
Publik: Kerangka Analisis Sebab-Respon”. Makalah.
Disampaikan dalam Seminar Nasional AIPI XX di Medan
tanggal 3-4 Mei 2006.
Sitepu, Dewi Sinorita. 2006. “Peran Masyarakat Sipil dan
Pemberantasan Korupsi di India: Pembelajaran bagi
Indonesia”. Makalah. Disampaikan dalam Seminar
Nasional AIPI XX di Medan tanggal 3-4 Mei 2006.
Steve, Albrecht W. and Chad O. Albrecht. 2003. Fraud Examination.
New York: Thompson South Western.
Sudjana, Eggi. 2008. Republik Tanpa KPK Koruptor Harus Mati.
Surabaya: JP Books.
Suratno, Pardi. 2006. Sang Pemimpin menurut Asthabrata,
Wulangreh, Tripama, dan Dasa Darma Raja. Yogyakarta:
Adi Wacana.
Surono, Yustinus. T.th. Pendidikan Nilai-Nilai Anti Korupsi Untuk
Kelas 6 SD. Jakarta: KPK dan GTZ.
Suryadi, Bambang. 2006. “Belajar dari Pemberantasan Korupsi di
Negara Lain”. Dalam Karlina Helmanita dan Sukron Kamil
(ed). Pendidikan Anti Korupsi di Perguruan Tinggi.
Jakarta: CSRC UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Suseno, Franz Magnis. 1987. Etika Dasar Masalah-masalah
Pokok Filsafat Moral. Yogyakarta: Kanisius.
Susilo, NB. 2006. Indonesia Bubar. Yogyakarta: Pinus.
Sutrisno, V dan Eva Sasongko. T.th. Pendidikan Nilai-Nilai Anti
Korupsi Untuk Kelas 5 SD. Jakarta: KPK dan GTZ.
Suyanto, Totok. 205. “Pendidikan Anti Korupsi dan Pengembangan
Pendidikan Antikorupsi 249
MAJALAH
Gatra. No. 31. Tahun XVIII. 13 Juni 2012.
Konstan. Nomor 126. April 2012.
Tempo. Edisi 21-27 September 2009 halaman 80.
Tempo. Edisi 15-21 Oktober 2012 halaman 34.
Tempo. Edisi 10-16 Desember 2012.
SURAT KABAR
Kompas. Edisi Sabtu Tanggal 26 September 2009 halaman 1.
Kompas. Edisi Jumat, Tanggal 22 Februari 2013 halaman 4.
Kompas. Edisi Sabtu, Tanggal 2 Maret 2013 halaman 26.
TABLOID
The Politic. Edisi 09. Tahun II. 01-14 Maret 2013 halaman 12.
GLOSARIUM
251
252 Dr. Eko Handoyo, M.Si.
255
256 Dr. Eko Handoyo, M.Si.