Anda di halaman 1dari 11

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 ASI Eksklusif

Asi Eksklusif adalah pemberian ASI tanpa makanan dan minuman


pendamping (termasuk air jeruk, madu, air, gula), yang dimulai sejak bayi
baru lahir sampai dengan usia 6 bulan (Sulityawati, 2009).

Pemberian ASI eksklusif adalah bayi hanya diberi ASI selama 6


bulan tanpa tambahan cairan lain, seperti susu formula, jeruk, madu, air
teh, dan air putih, serta tanpa tambahan makanan padat, seperti pisang,
bubur susu, biskuit, bubur nasi, dan nasi tim, kecuali vitamin, mineral, dan
obat  (Prasetyono, 2009).

ASI ekslusif sangat diperlukan untuk pertumbuhan dan


perkembangan anak. Menurut Rulina, penelitian pada anak-anak yang
tidak diberi ASI mempunyai IQ (Intellectual Quotient) lebih rendah 7-8
poin dibandingkan dengan anak-anak yang diberi ASI eksklusif. Anak-
anak yang tidak diberi ASI secara eksklusif juga lebih cepat terjangkit
penyakit kronis seperti kanker, jantung, hipertensi dan diabetes setelah
dewasa.

Resiko penyakit degeneratif pada usia dewasa akan berkurang jika

pada waktu bayi diberikan ASI. Misalnya, diabetes tipe I pada orang

dewasa dapat dicegah sampai 30% jika pada waktu bayi diberikan ASI

sampai usia 3 bulan. Keunggulan pemberian ASI bagi kesehatan serta

proses tumbuh-kembang bayi sudah banyak dibuktikan oleh para ahli di

dunia. Salah satu bukti terbaru dilaporkan oleh kantor berita Prancis AFP,

14 Mei 2004 , di dalam berita disebutkan bahwa ASI memiliki

kemampuan untuk menghambat atau mencegah terjadinya ikatan lemak-

protein yang bisa menyebabkan sakit jantung, khususnya jantung koroner.

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Garut


11

Rulina menyatakan bahwa terdapat lebih dari 100 jenis zat gizi dalam ASI

antara lain AA, DHA, Taurin, dan Spingomyelin yang tidak terdapat

dalam susu sapi, dan tidak ada satu pun jenis susu lain bisa menyamainya.

Meskipun produsen susu formula mencoba menambahkan zat gizi

tersebut, tetapi hasilnya tetap tidak bisa menyamai kandungan gizi yang

terdapat dalam ASI. Selain itu, tidak semua zat gizi yang terdapat dalam

susu formula bisa diserap oleh bayi. Berbagai hasil penelitian di atas

semakin meyakinkan bahwa sesungguhnya ASI adalah karunia Tuhan

yang terbaik bagi bayi. Sudah menjadi fitrah, anak manusia mendapatkan

air kehidupan pertamanya dari manusia pula.

2.2 Manfaat ASI

Penelitian tentang manfaat pemberian ASI bagi bayi telah banyak

dilakukan. Menurut Utami Roesli, manfaat tersebut antara lain:

a. Sebagai nutrisi terbaik dan sumber kekebalan tubuh. ASI merupakan

sumber gizi yang sangat ideal dengan komposisi yang seimbang karena

disesuaikan dengan kebutuhan bayi pada masa pertumbuhannya. ASI

adalah makanan yang paling sempurna, baik kualitas maupun

kuantitasnya. Dengan melaksanakan tata laksana menyusui yang tepat

dan benar, produksi ASI seorang ibu akan cukup sebagai makanan

tunggal bagi bayi normal sampai dengan usia 6 bulan. Secara alamiah,

bayi yang baru lahir mendapat zat kekebalan atau daya tahan tubuh dari

ibunya melalui plasenta. Akan tetapi, kadar zat tersebut akan cepat

menurun setelah kelahirannya. Adapun kemampuan bayi membantu

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Garut


12

daya tahan tubuhnya sendiri menjadi lambat, maka selanjutnya akan

terjadi kesenjangan daya tahan tubuh. Kesenjangan tersebut dapat

diatasi apabila bayi diberi ASI sebab ASI adalah cairan yang

mengandung zat kekebalan tubuh;

b. Melindungi bayi dari infeksi. ASI mengandung berbagai antibodi

terhadap penyakit yang disebabkan bakteri, virus, jamur dan parasit

yang menyerang manusia;

c. Mudah dicerna. Kandungan enzim pencerna pada ASI memudahkan

bayi mencerna makanan pertamanya. Sementara itu, susu sapi sulit

dicerna karena tidak mengandung enzim ini,padahal sistem pencernaan

bayi belum terbentuk seecara sempurna; dan

d. Menghindarkan bayi dari alergi. Bayi yang diberi susu sapi terlalu dini

dapat menderita lebih banyak masalah, misalnya asma dan alergi.

ASI sebagai makanan bayi mempunyai kebaikan/sifat sebagai

berikut:

a. ASI merupakan makanan alamiah yang baik untuk bayi, praktis,

ekonomis, mudah dicerna untuk memiliki komposisi, zat gizi yang ideal

sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan pencernaan bayi;

b. ASI mengadung laktosa yang lebih tinggi dibandingkan dengan susu

buatan. Di dalam usus laktosa akan dipermentasi menjadi asam laktat

yang bermanfaat untuk; menghambat pertumbuhan bakteri yang bersifat

pathogen, merangsang pertumbuhan mikroorganisme yang dapat

menghasilkan asam organik dan mensintesa beberapa jenis vitamin,

memudahkan terjadinya pengendapan calsium-cassienat, dan

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Garut


13

memudahkan penyerahan herbagai jenis mineral, seperti calsium,

magnesium;

c. ASI mengandung zat pelindung (antibodi) yang dapat melindungi bayi

selama 5-6 bulan pertama, seperti immunoglobin, lysozyme,

complemenC3 dan C4, antistapiloccocus, lactobacillus, bifidus,dan

lactoferrin;

d. ASI tidak mengandung beta-lactoglobulinyang dapat menyebabkan

alergi pada bayi; dan

e. Proses pemberian ASI dapat menjalin hubungan psikologis antara ibu

dan bayi.

Selain memberikan kebaikan bagi bayi menyusui bayi juga dapat

memberikan keuntungan bagi ibu, yaitu:

a. Memberi rasa kebanggaan bagi ibu karena ia dapat memberikan

“kehidupan” kepada bayinya;

b. Hubungan yang lebih erat antara ibu dan anak baik secara psikis karena

terjadi kontak kulit;

c. Menyusui membuat rahim ibu akan berkontraksi yang dapat

menyebabkan pengembalian keukuran sebelum hamil;

d. Mempercepat berhentinya pendarahan post-partum;

e. Kesuburan ibu menjadi berkurang untuk beberapa bulan sehingga

menjarangkan kehamilan; dan

f. Mengurangi kemungkinan kanker payudara pada masa yang akan

datang.

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Garut


14

2.3 Komposisi ASI

Salah satu zat yang terkandung di dalam ASI dapat membentuk kekebalan
tubuh ,mendukung proses perkembangan bakteri laktobasilus bifidus yang 
menguntungkan dalam usus bayi untuk mencegah pertumbuhan bakteri yang
merugikan, selain itu terdapat zat Laktoferin yang mengikat zat besi dalam ASI
sehingga zat besi tidak digunakan oleh bakteri pathogen untuk pertumbuhannya,
berfungsi sebagai Anti alergi, anti virus polio dan membantu pertumbuhan selaput
usus bayi sebagai perisai untuk menghindari zat-zat merugikan yang masuk ke
dalam peredaran darah. Adapun komposisi ASI antara lain :

a. Kolostrum

 Merupakan cairan yang pertama kali. Cairan kental dengan warna kekuning –
kuningan dibanding susu matur
  Disekresi hari ke 1 sampai ke 3, bila dipanaskan dan menggumpal, sedangkan
ASI matur tidak
  Merupakan pencahar yang ideal untuk membersihkan mekonium dari usus
bayi yang baru lahir dan mempersiapkan saluran pencernaan makanan bayi
bagi makanan yang akan datang
  Lebih banyak mengandung karbohidrat, protein, mineral, antibodi,
memberikan perlindungan bagi bayi sampai umur 6 bulan dibandingkan
dengan ASI matur

b. Air Susu Masa Peralihan

 Merupakan ASI peralihan dan kolostrum sampai menjadi ASI yang matur
 Disekresi dari hari ke 4 sampai ke 10
 Kadar protein makin rendah sedangkan kadar karbohidrat dan lemak semakin
meninggi dan volume juga semakin meningkat

c. ASI Susu Matur

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Garut


15

 Merupakan ASI yang disekresi pada hari ke 10 dan seterusnya, komposisi


relative konstan
 Merupakan cairan berwarna putih kekuningan yang diakibatkan warna dari
Ca-casein, riboflafin dan karoten yang terdapat didalamnya
 Tidak menggumpal jika dipanaskan
 Terdapat antimicrobial factor antara lain : antibody (kekebalan terhadap
infeksi), protein, hormon – hormon

2.4 Cara Memperbanyak Produksi ASI

 Biarkan bayi menyusu setiap 2 jam selama 10 – 15 menit disetiap payudara


 Bangunkan bayi, buka baju/bedong yang membuat rasa gerah, duduklah
selama menyusui
 Pastikan bayi menyusu dengan posisi yang baik (menempel pada ibunya) dan
menelan secara aktif
 Susui bayi di tempat yang tenang nyaman dan minumlah setiap kali menyusui
 Tidur bersebelahan/dekat dengan bayi sehingga dapat menyusui setiap saat
 Ibu meningkatkan istirahat dan minum
 Hindari stress
 Harus yakin bahwa produksi ASI melimpah tidak akan kekurangan

2.5 Cara Memeras ASI dengan Tangan

Cara ini yang lazim digunakan karena tidak banyak membutuhkan sarana dan
lebih mudah:

 Tangan dicuci sampai bersih


 Siapkan cangkir/gelas bertutup yang telah dicuci dengan air menindih
 Payudara dikompres dengan kain handuk yang hangat dan dimasase dengan
kedua telapak tangan dari pangkal kearah kalang payudara. Ulangi pemijatan
ini pada sekitar payudara secara merata
 Dengan ibu jari disekitar kalang payudara bagian atas dan jari telunjuk pada
sisi yang lain, lalu daerah kalang payudara ditekan ke arah dada

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Garut


16

 Daerah kalang payudara diperas dengan ibu jari dan jari telunjuk, jangan
memijat/menekan puting, karena dapat menyebabkan rasa nyeri/lecet
 Ulangi tekan –peras-lepas-tekan-perads-lepas, pada mulanya ASI tak keluar,
setelah beberapa kali maka ASI akan keluar
 Gerakan inbi diulang pada sekitar kalang payudara pada semua sisi, agar yakin
bahwa ASI telah diperas dari semua segmen payudara.

2.6 Cara Penyimpanan ASI yang Baik dan Benar

ASI  yang dikeluarkan dapat disimpan untuk beberapa saat dengan syarat, bila
disimpan:

 Di udara terbuka/bebas                   : 6 – 8 jam


 Di lemari es (4˚C)                             : 24 jam
 Di lemari pendingin/beku (- 18˚C)     : 6 bulan
ASI yang didinginkan bila akan dipakai tidak boleh direbus, karena kualitasnya

akan menurun yaitu unsur kekebalannya. ASI tersebut cukup didiamkan beberapa

saat didalam suhu kamar, agar tidak terlalu dingin, atau dapat pula direndam

didalam wadah yang telah berisi air panas. Memberikan ASI perah dengan

menggunakan sendok

2.7 Cara Penerapan ASI Eksklusif pada Ibu Bekerja

Walaupun ibu bekerja sebaiknya terus menyusui bayinya. Dianjurkan untuk


mengikuti cara – cara di bawah ini untuk menvegah penurunan produksi ASI dan
penyapihan yang terlalu dini

 Selama cuti hanya memberikan ASI saja


 Sebelum masa cuti habis ubah pola minum bayi dengan ASI perah
 Sebelum berangkat bekerja bayi harus disusui
 Selama di kantor perah ASI setiap 3 – 4 jam
 Simpan di lemari es dan di bawa pulang

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Garut


17

 Setelah dihangatkan diberikan dengan sendok

2.8 Problematika Ibu Menyusui

Secara garis besar, penulis membagi problematika ibu menyusui menjadi dua,

yakni yang bersifat umum dan yang bersifat khusus. Berbeda dengan problem

kedua, problem pertama adalah kondisikondisi yang sebenarnya dapat ditangani.

1. Problematika Umum

Para ahli kesehatan merekomendasikan agar ASI diberikan kepada bayi

segera (< 1 jam) setelah dilahirkan. Makanan pendamping ASI secara

bertahap mulai dapat diberikan setelah usia 6 bulan, yang dimulai dari

makanan lumat. Mengingat pentingnya ASI bagi kualitas hidup bayi dan

ibu, seharusnya pemberian ASI secara sempurna dapat berjalan dengan

baik. Namun demikian, di lapangan banyak dijumpai persoalanpersoalan

yang menjadi penghambat jalannya program fitrah ini. Berdasarkan studi

yang telah dilakukan, setidaknya ada empat faktor penghambat yang akan

diuraikan dalam makalah ini. a. Faktor Ekonomi Sudah bukan rahasia lagi

kalau Indonesia dihuni lebih dari 100 juta warga miskin. Ibu yang sedang

menyusui terpaksa bekerja diberbagai sektor sehingga realisasi pemberian

ASI sangat tergantung dengan kebijakan tempatnya bekerja. Belum lagi

faktor jarak antara tempat tinggal dengan tempat bekerja. Sebenarnya,

persoalan ini telah diatur dalam Undang-undang Ketenagakerjaan No. 13

Pasal 82 Tahun 2003 bahwa ada hak cuti 3 bulan bagi ibu melahirkan.12

Lebih jelas lagi pada pasal 83 bahwa perusahaan harus memberi

kesempatan kepada para ibu untuk menyusui bayinya. Upaya ini penting

agar kaum ibu Indonesia yang mayoritas bukan murni ibu rumah tangga

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Garut


18

tidak terancam gagal memberikan ASI. b. Faktor Pengetahuan Ibu tentang

Menyusui Pada era modern sekarang ini, ternyata masih menyisakan

mitos-mitos tentang menyusui ASI yang dianggap benar. Hal itu menurut

Roesli13 antara lain; 1) menyusui akan merubah bentuk payudara ibu, 2)

menyusui sulit untuk menurunkan berat badan ibu, 3) ASI tidak cukup

pada hari-hari pertama sehingga bayi perlu makanan tambahan, 4) ibu

bekerja tidak dapat memberikan ASI eksklusif, 5) payudara ibu yang kecil

tidak cukup menghasilkan ASI, 6) ASI pertama kali keluar harus dibuang

karena kotor, dan 7) ASI dari ibu kekurangan gizi, dan kualitasnya tidak

baik. Mitos-mitos tersebut masih melekat karena pengetahuan ibu tentang

ASI masih kurang. Catatan pemerintah menunjukkan masih minimnya

pengetahuan ibu. Sebagian besar ibu belum mengetahui arti dan manfaat

ASI. Sebagian besar ibu juga belum memahami makanan pendamping

sehingga makanan tersebut diberikan sejak usia 2-3 bulan.14 Mereka tidak

mengetahui manfaat pemberian ASI eksklusif. Mereka percaya bahwa

campuran susu formula dengan ASI baik untuk bayinya. c. Faktor

Dukungan Keluarga Didukung atau tidak oleh keluarga, hal ini ternyata

akan sangat berpengaruh. Suami yang merasa tidak nyaman apabila

istrinya menyusui cenderung melarang istrinya memberikan ASI.15 d.

Faktor Sosial dan Budaya Lingkungan pedesaan dan perkotaan terkadang

berbeda budaya. Di pedesaan, kebiasaan menyusui anak merupakan

tradisi. Sementara itu, di perkotaan terbiasa menggunakan susu formula

dengan pertimbangan lebih modern dan praktis karena mereka tidak

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Garut


19

pernah melihat model menyusui ASI dari lingkungannya. Kondisi ini

berpengaruh kepada ibu dalam mengambil sekap.

2. Kondisi Khusus

Kondisi khusus yang dimaksud adalah kondisi yang memaksa untuk

memberikan makanan selain ASI kepada bayi tanpa ada pilihan lain.

Betapapun baiknya ASI sebagai makanan bayi dan keberatan

para ahli kesehatan anak di seluruh dunia terhadap penggunaan susu sapi

sebagai makanan bayi, namun dalam keadaan tertentu, susu sapi akan

sangat diperlukan sebagai minuman buatan untuk bayi. Menurut Syahmien

Moehji,16 minuman buatan yang terbuat dari susu hewan terutama susu

sapi, dapat diberikan kepada bayi sebagai pelengkap atau sebagai

pengganti ASI dalam keadaan sebagai berikut: a. Air susu ibu tidak keluar

sama sekali. Dalam keadaan seperti ini satu-satunya makanan yang dapat

menggantikan ASI adalah susu sapi; b. Ibumeninggal sewaktu melahirkan

atau waktu bayi masih memerlukan ASI; dan c. ASI keluar tetapi

jumlahnya tidak cukup untuk memenuhi bayi karena itu perlu tambahan.

Pemberian makanan atau minuman pengganti ASI sebenarnya berbahaya

bagi bayi karena saluran pencernaan bayi belum cukup kuat untuk

mencernakan makanan atau minuman selain ASI.17 Selain karena sulitnya

dicerna, bahaya lain dari pemberian susu formula bagi bayi yaitu karena

selama penyiapan susu formula ada kemungkinan terkontaminasi oleh

bakteri dan terlalu encernya air susu dapat terjadi. Oleh karenanya, dot

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Garut


20

botol atau alat-alatnya harus benar-benar bersih dan steril. Pemberian susu

formula tidak boleh berlebihan karena dapat mengakibatkan obesitas pada

bayi.

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Garut

Anda mungkin juga menyukai