Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH SEJARAH TINDAK PIDANA KORUPSI DALAM PERATURAN

PERUNDANG-UNDANGAN DI INDONESIA (No Absen 20)


Dosen: Yoyok Febrijanto, M.Pd

Oleh:
Indriyani Eka Lani Oematan (01.2.17.00609)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN RS BAPTIS KEDIRI


PROGRAM SARJANA PROGRAM KEPERAWATAN STRATA SATU
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas limpah rahmat
dan karuniaNya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul “Sejarah Tindak Pidana Korupsi Dalam Peraturan Perundang-Undangan Di
Indonesia” ini dengan lancar. Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi salah satu
tugas mata kuliah Pendidikan Anti Korupsi.

Terselesaikannya makalah ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Untuk itu
kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang membantu, baik secara langsung
atau pun tidak langsung. Dan semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca dan penulis untuk kedepannya.

Penulis mengharap,dengan membaca makalah ini dapat memberi manfaat bagi kita
semua, dapat menambah wawasan kita mengenai pancasila yang ditinjau dari aspek
perumusan bagi kehidupan, khususnya bagi penulis. Makalah ini masih jauh dari
sempurna,maka penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca demi perbaikan menuju
arah yang lebih baik lagi.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan

BAB II

PEMBAHASAN

2.1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sejarah perjalanan bangsa Indonesia sejak awal kemerdekaan sampai pasca reformasi
dihadapkan pada persoalan korupsi yang telah mengakar dan membudaya. Bahkan
kalangan para pejabat publik menganggap korupsi sebagai sesuatu yang lumrahdan wajar.
Ibarat candu, korupsi telah menjadi barang bergengsi yang apabila tidak dilakukan akan
membuat stress para penikmatnya. Korupsi berawal dari proses pembiasaan, yang
akhirnya menjadi kebiasaan dan berujung pada sesuatu yang sudah terbiasa untuk
dikerjakan oleh pejabat-pejabat negara. Itulah sebabnya, masyarakat begitu pesimis dan
putus asa terhadap upaya penegakkan hukum dalam menumpas koruptor di Indonesia.
Keadaan yang demikiansuka atau tidak suka akan menggoyahkan demokrasi sebagai
sendi utama dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, melumpuhkan nilai-nilai keadilan
dan kepastian hukum serta semakin jauh dari tujuan tercapainya masyarakat yang
sejahtera. Dengan melihat latar belakang timbulnya korupsi, salah satu faktor yang
menyebabkan meningkatnya aktifitas korupsi di beberapa negara disebabkan terjadinya
perubahan politik yang sistematik, sehingga tidak saja memperlemah atau
menghancurkan lembaga sosial politik, tetapi juga lembaga-lembaga hukum.
Negara Republik Indonesia adalah sebuah Negara besar yang berlandaskan hukum,
hal ini berarti bahwa hukum di Indonesia di junjung tinggi. Sesuai dengan Pasal27
Undang-undang Dasar 1945 yang sudah di amandemen; “Bahwa segala warga Negara
bersamaan kedudukannya dalam hukum dan pemerintahan, dan wajib menjunjunghukum
dan Pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya”. Sebagai Basic Law (hukum dasar)
Undang-undang Dasar 1945 telah mengatur kedudukan warga Negara dan pemerintahan
itu sendiri.
Sesuai dengan amanat undang-undang Dasar 1945 maka dibentuklah aparat Negara
penegak hukumyaitu Polri yang didasarkan Undang-undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang
Kepolisian Negara Republik Indonesia diatur dalam pasal 13 berbunyi: “dalam
mengemban Tugasnya Kepolisian mempunyai Tugas Pokok yaitu memelihara keamanan,
ketertiban masyarakat, menegakan hukum, melindungi, mengayomi dan melayani
masyarakat.
Korupsi menurut Undang-undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan
Tindak Pidana Korupsi, pada Pasal 2 dijelaskan yaitu“Setiap orang yang secara melawan
hukum melakukan perbuatan memperkaya diri sendiri atau orang lain atau suatu
korporasi yang dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian Negara”.
Sedangkan penyalahgunaan kewenangan yang dilakukan dalam jabatannya juga masuk
dalam ranah Korupsi bila perbuatannya itu merugikan keuangan Negara, seperti yang
tercantum dalam Pasal 3; “Setiap orang yang dengan tujuan menguntungkan diri sendiri
atau orang lain atau suatu korporasi, menyalahgunakan kewenangan, kesempatan atau
sarana yang ada padanya karena jabatan atau kedudukan yang dapat merugikan keuangan
negara atau perekonomian Negara”.
Bentuk-bentuk tindak pidana korupsi adalah tindak pidana korupsi yang beridir
sendiri dan dimuat dalam Pasal-pasal Undang-undang Nomor 31 Tahun 1999 yang
diubah dengan Undang-undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak
Pidana Korupsi.Perluasan pesimisme dan ketidakpercayaan masyarakat pada keseriusan
pemberantasan korupsi bisa jadi disebabkan oleh beberapa fakta yang terjadi belakangan
ini. Delegitimasi lembaga KPK terus menerus terjadi seolah ada skenario yang dilakukan
secara“terencana dan sistematis” dengan merekayasa suatu proses yang pada akhirnya
ditujukan untuk “melumpuhkan” kewenangan dan otoritas lembaga tersebut. Lepas dari
beberapa kekurangan yang masih melekat di KPK pada kinerjanya sehingga harus terus
menerus ditingkatkan, tetapi juga tidak dapat diingkari, KPK telah menjadi suatu lembaga
yang mampu mengukir “success story”, dipercaya serta punya integritas dan kredibilitas
di dalam percepatan pemberantasan korupsi.
Korupsi adalah salah satu penyakit masyarakat yang sama dan jenis kejahatan lain
seperti pencurian, yang sudah ada sejak manusia bermasyarakat di atas bumi ini, bahkan
orupsi sudah terjadi berabad-abad yang lalu yg fakta-faktanya tercatat dalam sejarah
dunia.8Korupsi mengakibatkan sebagian besar rakyatIndonesiamenderita dan hidup
dalam kemiskinan, penanggulangan korupsi menjadi pr bersama mengingat korupsi
berkembang begitu pesat bagaikan jamur hingga merambah ke instansi terbawah
sekalipun.Pemberantasan Tindak Pidana korupsi diatur dalam Undang-undang Nomor 31
Tahun 1999, Undang-undang Nomor 20 Tahun 2001 dan bentukpelaksanaan dari pasal 43
Undang-undang Nomor31 Tahun 1999 yaitu dibentuknya Undang-undang Nomor 30
Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Korupsi selanjutnya disingkat KPK.
Dasar Hukum kewenangan Komisi Pemberantasan Korupsi dalam melakukan
penyidikan terhadap tindak pidana korupsi adalah Pasal 43 Undang-undang Nomor 31
Tahun 1999 tentang Pemberantasan Korupsi sebagaimana telah diubah dengan Undang-
undang Nomor 20 Tahun 2001 tentan perubahan Undang-undang Nomor .31 / 1999
tentang Pemberantasan Tindak pidana Tipikordan Undang-Undang Republik Indonesia
No. 30 Tahun 2002 Tentang komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana sejarah korupsi di indonesia?
2. Apa saja faktor penyebab korupsi di indonesia?
3. Bagaimana peraturan perundang undangan di Indonesia

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetaahui sejarah korupsi di indonesia
2. Untuk mengetahui apa saja faaktor penyebab korupsi di Indonesia
3. Untuk mengetahui dan memahami peraturan perundang-undangan yang mengatur
korupsi di indonesia

http://repository.unissula.ac.id/7695/5/BAB%20I_1.pdf
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Tindak Pidana Korupsi
Korupsi merupakan suatu perbuatan yang dilakukan dengan maksud untuk
memberikan suatu keuntungan yang tidak resmi dengan hak-hak dari pihak lain, secara salah
menggunakkan jabatannya atau karakternya untuk mendapatkan suatu keuntungan untuk
dirinya sendiri atau orang lain. Kata “korupsi” sudah sering didengar, korupsi di Indonesia
berkembang dengan pesat. Korupsi merupakan akar dari segala permasalahan bangsa dan
menjadi penyebab utama terjadinya.
Tindak pidana korupsi adalah suatu tindak pidana yang dengan penyuapan manipulasi
dan perbuatan-perbuatan melawan hukum yang merugikan atau dapat merugikan keuangan
negara atau perekonomian negara, merugikan kesejahteraan atau kepentingan rakyat/umum.7
Tindak pidana korupsi adalah tindak pidana melawanhukum yang diatur dalam peraturan
perundang-undangan tentang tindak pidana korupsi Pasal 1 angka 1 Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 30 Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi.
Korupsi berasal dari bahasa Latin corruptio atau corruptus. Selanjutnya disebutkan
bahwa corruption itu berasal pula dari kata asal corrumpere, suatu kata Latin yang lebih tua.
Dari bahasa Latin itulah turun ke banyak bahasa eropa, seperti Inggris, yaitu corruption,
corrupt, Prancis yaitu corruption dan Belanda, yaitu corruptie (korruptie). Dari bahasa
Belanda inilah kata itu turun ke bahasa Indonesia, yaitu “korupsi”.
Defenisi lain korupsi adalah tingkah laku yang menyimpang dari tugas-tugas resmi
sebuah jabatan negara karena keuntungan status atau uang yang menyangkut pribadi
(perorangan, keluarga dekat, kelompok sendiri) atau melanggar aturan-aturan pelaksanaan
beberapa tingkah laku pribadi. Korupsi dapat diartikan memungut uang bagi layanan yang
sudah seharusnya diberikan atau menggunakan wewenang untuk mencapai tujuan yang tidak
sah, korupsi adalah tidak melaksanakan tugas karena lalai atau sengaja. Secara umum,
korupsi dipahami sebagai suatu tindakan pejabat publik yang menyelewengkan kewenangan
untuk kepentingan pribadi, keluarga, kroni dan kelompok yang mengakibatkan kerugian
negara.
Selain itu, korupsi dapat didefenisikan sebagai penyalahgunaan kekuasaan dan
kepercayaan untuk keuntungan pribadi. Korupsi mencakup perilaku pejabat-pejabat sektor
publik, baik politisi maupun pegawai negeri, yang memperkaya diri mereka secara tidak
pantas dan melanggar hukum, atau orang-orang dekat dengan mereka, dengan
menyalahgunakan kekuasaan yang dipercayakan pada mereka.
Pada pasal 12 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 sebagaimana telah diubah oleh
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
disebutkan: “Memberi hadiah atau janji kepada pegawai negeri mengingat kekuasaan atau
wewenangnya yang melekat pada jabatan atau kedudukannya, atau oleh pemberi hadiah atau
janji dianggap melekat pada jabatan atau kedudukan tersebut”.

https://repository.uhn.ac.id/bitstream/handle/123456789/3154/Daniel%20Lumban
%20Batu.pdf?sequence=1&isAllowed=y

Anda mungkin juga menyukai