Anda di halaman 1dari 4

Medica Hospitalia Med Hosp 2017; vol 4 (2) : 139–142

Clinical Practice

Deteksi Dini dan Habilitasi Gangguan Dengar


pada Bayi dan Anak
Muyassaroh

KSM KTHT-KL RSUP Dr. Kariadi/Bagian IKTHT-KL Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro Semarang

PENDAHULUAN
dapat meningkatkan kemampuan bahasa dan bicara
mendekati anak normal.5,6
Gangguan pendengaran (hearing loss) dan ketulian
(deafness) dapat terjadi pada semua usia sejak lahir
Fungsi Pendengaran
sampai usia lanjut, namun kadang-kadang tidak
disadari, apalagi jika terjadi pada bayi. Dampak dari
Perkembangan bicara dan bahasa pada anak erat
gangguan pendengaran dan ketulian tidak hanya
kaitannya dengan fungsi pendengaran karena
berakibat pada terganggunya perkembangan wicara
kemampuan mendengar memiliki peranan sangat
dan bahasa, tetapi pada tahap selanjutnya akan
penting dalam proses perkembangan bicara. Fungsi
menyebabkan hambatan perkembangan akademik,
pendengaran adalah masuknya suara, kata-kata dan
ketidakmampuan bersosialisasi, perilaku emosional dan
bahasa secara sadar serta mengintegrasikan dengan
berkurangnya kesempatan memperoleh pekerjaan.
rangsangan dari organ sensorik lainnya. Sebagai
Semua dampak ini mempengaruhi kualitas hidup anak
contoh, seorang anak akan mampu membedakan suara
dan juga orangtua. Identifikasi gangguan pendengaran
ibu, nenek atau suara dari boneka mainannya. Fungsi
sejak dini dan intervensi yang sesuai akan mencegah
pendengaran juga berperan sebagai jalur umpan balik
terjadinya segala konsekuensi tersebut.1,2 Penyebab suara yang diucapkan pembicara kemudian ditangkap
gangguan dengar pada bayi dan anak terjadi pada masa oleh telinganya sendiri sehingga anak dapat memantau
prenatal, perinatal dan postnatal. Gangguan dengar suara dan kata-kata yang diucapkannya. Seorang bayi
atau kelainan pada masa prenatal dapat menyebabkan mulai belajar berkomunikasi dengan lingkungan sekitar
ketulian pada bayi/tuli sejak lahir.3 sejak mereka dilahirkan. Dengan proses mendengar,
Angka kekerapan terjadinya tuli sejak lahir di anak akan mendapat stimulasi suara yang akan sangat
beberapa negara berkisar 1–3/1000 kelahiran. Di cepat mempengaruhi perkembangan otak. Orang tua
Indonesia sebesar 0,1%. Jumlah ini akan bertambah perlu menyadari betapa pentingnya tahun-tahun
setiap tahun dengan adanya pertambahan penduduk pertama anak sampai usia tiga tahun merupakan masa
akibat tingginya angka kelahiran sebesar 0,22%.WHO- emas untuk belajar berkomunikasi karena teori
SEARO (South East Asia Regional Office) Intercountry plastisitas otak. Pada masa ini sel-sel syaraf di bagian
meeting (Colombo, 2000) mencanangkan program Sound sentral otak untuk pendengaran, berbicara dan
hearing (SH) 2030 “Better hearing for all”, salah satu berbahasa akan bertambah dan berkembang bila
sasarannya adalah penurunan ketulian sejak lahir.4 mendapat rangsangan sehingga meningkatkan potensi
Deteksi dini dilakukan pada setiap bayi baru anak untuk mendengar dan berbicara. Jika otak tidak
lahir setelah 24 jam pertama kelahiran, tindakan dirangsang dengan suara maka perkembangan bahasa
intervensi sebelum usia 6 bulan apabila ditemukan pun akan terhambat.2,5,6
masalah ganggguan pendengaran.
Yoshinaga-Itano melaporkan bahwa bayi dengan Deteksi dini
gangguan pendengaran bilateral yang telah dilakukan
intervensi sebelum usia 6 bulan, menunjukkan Identifikasi gangguan pendengaran pada bayi baru
kemampuan berbahasa normal pada usia 3 tahun. lahir, saat ini digunakan OAE (Otoacoustic Emission) dan
Habilitasi pendengaran pada anak dengan gangguan AABR (Automated Auditory Brainstem Response) yang
dengar sejak lahir dengan metode AVT terbukti efektif merupakan tehnik pemeriksaan baku emas dengan
prinsip

1
Deteksi Dini dan Habilitasi Gangguan Dengar pada Bayi dan

pemeriksaan cepat, mudah, tidak invasif dan sensitifitas


yang bermakna pada usia 24 bulan. Keterlambatan
mendekati 100%. Terdapat dua klasifikasi yang sering
mengetahui diagnosis akan mempengaruhi tatalaksana
digunakan dalam melakukan deteksi dini ketulian yaitu
dan berdampak pada perkembangan selanjutnya.3
klasifikasi Targeted Newborn Hearing Screening (TNHS)
yaitu deteksi dilakukan khusus pada bayi yang
Pemeriksaan gangguan dengar8
mempunyai faktor resiko terhadap ketulian. Faktor
risiko ketulian menurut American Academy Joint
Tes pendengaran pada bayi dan anak dapat berupa
Committee on Infant Hearing Statement (2000) pada bayi usia
pemeriksaan yang bersifat subyektif dan obyektif.
0–28 hari:
Pemeriksaan subyektifberdasarkan pada pengamatan
 Riwayat keluarga tuli sejak lahir
perilaku anak terhadap rangsang suara (behavioral
 Infeksi prenatal : TORCH
observation audiometry/BOA),yaitu refleks moro, refleks
 Kelainan anatomi pada kepala dan leher
auropalpebral, VRA (Visual Reinforcement Audiometry),
 Sindrom yang berhubungan dengan tuli kongenital
play audiometry dan tes fungsi persepsi kata.
 Berat badan lahir rendah (BBLR < 1500 gram)
Pemeriksaan yang bersifat obyektif adalah OAE
 Meningitis bakterialis
(Otoacoustic Emissions), akustik imitans, BERA
 Hiperbilirubinemia (bayi kuning) yang
(Brainstem Evoked Response Audiometry) dan ASSR
memerlukan transfusi tukar
(Automated Steady Stage Response).
 Asfiksia berat
1. BOA
 Pemberian obat ototoksik
Tes BOA dapat dilakukan pada semua usia dengan
 Menggunakan alat bantu pernapasan/ventilasi
mempertimbangkan status perkembangan anak
mekanik lebih dari 5 hari di NICU
secara umum. Stimulus akustik menghasilkan pola
Klasifikasi kedua adalah Universal Newborn Hearing
respon khas berupa menoleh atau menggerakkan
Screening (UNHS) yaitu deteksi dilakukan pada semua
kepala kearah sumber bunyi. Tes BOA sederhana
bayi baru lahir baik beresiko maupun tidak berisiko.1,2,3
yang sering digunakan di rumah sakit adalah
Di beberapa negara berkembang masih dengan menggunakan benda/mainan yang
menggunakan deteksi dengan klasifikasi pertama
berbunyi seperti bel atau terompet.
karena masalah keterbatasan tenaga medis dan
2. VRA
ketersediaan alat namun idealnya adalah dengan
Pemeriksaan VRA dapat menentukan ambang
klasifikasi kedua (UNHS). Data penelitian
pendengaran. Stimulus bunyi dilakukan bersamaan
mengungkapkan 50% bayi dengan gangguan
denganstimulus visual. Stimulus diberikan melalui
pendengaran ternyata tidak memiliki faktor resiko.
pengeras suara. Respon melokalisir bunyi dengan
Direkomendasikan deteksi dini dilakukan pada setiap
cara menoleh kearah sumber bunyi. Respon positif
bayi baru lahir setelah 24 jam pertama kelahiran atau
diberi hadiah berupa stimulus visual.
sesaat sebelum keluar rumah sakit bagi bayi yang lahir
3. Audiometri Bermain/play audiometry
di rumah sakit, sedangkan yang lahir tidak dirumah
Anak yang cukup kooperatif dalam pemeriksaan
sakit, harus dilakukan deteksi ketulian umur 1–3 bulan.
bisa dilakukan metode pemeriksaan play audiometry
Maksimal usia 6 bulan bayi harus dapat dipastikan
yaitu tehnik melatih anak untuk mendengar
memiliki pendengaran yang normal atau tidak,
stimulus bunyi disertai pengamatan respon motorik
tindakan intervensi untuk mengatasi masalah
spesifik dalam suatu aktivitas permainan, seperti
ganggguan pendengaran sudah harus dilakukan.2,3,7
memasukkan kelereng ke dalam kotak setiap
Perhatian khusus diperlukan untuk melakukan mendengar suara.
deteksi dini tuli kongenital ini dengan cara memantau
4. Akustik Imitans
perkembangan berbicara. Orang tua hendaknya
Pemeriksaan ini diperlukan untuk menilai kondisi
waspada terhadap gejala dini yang tampak pada anak,
telinga tengah. Pemeriksaan tersebut merupakan
seperti anak tidak menangis pada usia 3 minggu, anak
pemeriksaan pendahuluan sebelum tes OAE, dan
tetap tidur lelap saat pintu terbanting atau saat terjadi
bila terdapat gangguan pada telinga tengah maka
suara keras, anak tidak bereaksi terhadap suara keras saat
pemeriksaan OAE harus ditunda sampai telinga
usia 3 bulan, anak tidak mengoceh berulang (babbling)
tengah normal.
pada usia 5–6 bulan, anak tidak mengulang bunyi yang
5. OAE
bukan refleks pada usia 6–7 bulan, anak belum mampu
Emisi Otoakustik merupakan suara dengan
mengucap jargon (menggabungkan suku kata yang
intensittas yang rendah yang dihasilkan pada
tidak mengandung arti) pada usia 7–10 bulan, anak
koklea yang normal baik secara spontan maupun
belum mampu meniru suara orang tua pada usia 9
respon dari rangsang akustik. Skrining pendengan
bulan, anak juga belum meniru suara sendiri
pada bayi dapat dilakukan dengan OAE karena
(echolalia) pada usia 10 bulan, anak belum menoleh ke
metode ini obyektif, aman, pemeriksaan cepat,
sumber suara pada usia
hanya memerlukan waktu beberapa detik sampai
12 bulan dan anak belum mampu menirukan, menit.
menggunakan kata atau kalimat singkat pada usia 12–
18 bulan, serta anak belum mampu merangkai 2 kata
2
Medica Hospitalia | Vol. 4, No. 2, Mei 2017

Guideline Skrining bayi baru lahir (2010)1


PASS (P) OAE
REFER (R)
Bayi baru lahir/2 hari
3 bulan Otoskopi, Timpanometri, OAE, Auto ABR
Faktor Risiko (-) Faktor Risiko (+)

P R
Tidak
perlu

Pemantauan ABR Click +


 Speech development Cochlear ABR Click
 Audiologi Microphonic (+) & Tone B 500
Tiap 3–6 bulan ABR Tone B 500 Hz Hz atau ASSR
sampai (anak bisa atau ASSR Timpanometri
bicara) Timpanometri High

Neurop SNHL/
ati tuli saraf
6. BERA/ABR
BERA adalah pemeriksaan elektrofisiologi yang Habilitasi
obyektif, non invasive untuk menilai response system Habilitasi usia 6 bulan
auditory termasuk batang otak terhadap bunyi Gangguan pendengaran terdeteksi setelah menjalani
sehingga dapat diketahui ambang pendengaran seluruh pemeriksaan fungsi pendengaran maka
maupun letak lesi pada system auditory tersebut. penanganan segera adalah pemberian ABD (Alat Bantu
Respon terhadap stimulus berupa response auditory, Dengar). American Joint Committee on Infant Hearing 2007
evoked potential yang sinkron direkam melalui merekomendasikan upaya habilitasi sudah harus
elektroda permukaan (surface electrode) yang dimulai sebelum usia 6 bulan. Habilitasi yang optimal
ditempel pada kulit kepala (dahi dan prosesus dimulai sebelum usia 6 bulan maka pada usia 3 tahun
mastoideus). Response auditory evoked potential yang perkembangan wicara anak yang mengalami ketulian
berhasil direkam kemudian diproses melalui dapat mendekati kemampuan wicara anak normal.
program komputer dan ditampilkan sebagai Pemasangan ABD tidak selamanya dapat membantu
5 gelombang defleksi positif (gelombang IV) yang anak dengan gangguan pendengaran, apabila gangguan
terjadi sekitar 5–12 millisekon setelah stimulus pendengarannya berat atau sangat berat di kedua
diberikan. telinga perlu diatasi dengan pemasangan implan koklea.9–
11

Hasil pemeriksaan pada bayi dan anak dengan Habilitasi pendengaran berupaya memberikan
gangguan dengar sejak lahir pada umumnya bersifat impuls auditori dan memaksimalkan plastisitas neural
sensorineural baik unilateral maupun bilateral, derajat auditori agar tercapai pematangan pendengaran.
berat sampai sangat berat.3,7,8 Habilitasi pendengaran bergantung pada kebutuhan
masing-masing anak dan beberapa faktor, antara lain
usia anak, onset kurang dengar, usia saat kurang
dengar

3
Deteksi Dini dan Habilitasi Gangguan Dengar pada Bayi dan

terdiagnosis, derajat kurang dengar, jenis kurang


dengar, dan usia saat alat bantu dengar pertama DAFTAR PUSTAKA
digunakan. Habilitasi pendengaran pada anak
1. Health Technologi Assesment : Skrining pendengaran bayi
berpedoman pada cara komunikasi yang digunakan baru lahir. DEPKES RI 2010
dalam keluarga. Proses habilitasi membutuhkan 2. White KR. Newborn hearing screening. In Madell JR, Flexer
kerjasama dari beberapa disiplin antara lain dokter C. Pediatic Audiology.Diagnosis,Technology, and
spesialis THT, Audiologist, spesialis Anak, spesialis Management. New York, Stuttgart
rehabilitasi medik, Ahli terapi wicara, Psikologi anak, 3. Suwento R, Zizlavsky S, Hendarmin H. Gangguan
pendengaran pada bayi dan anak. Dalam : Arsyad E,Iskandar
guru khusus dan keluarga.11,12 Penggunaan ABD atau N, Bashirudin N, Restuti RD editors. Buku Ajar Ilmu
implant selanjutnya diperlukan evaluasi pendengaran Kesehatan THT Kepala Leher edisi ke 6. Jakarta, Balai
dengan metode AVT (Auditory Verbal Therapy) yaitu penerbit FKUI 2007: 31–42
terapi mendengar dan terapi wicara sehingga dapat 4. Word Health Organization-Regional Office for South East
mendeteksi suara dan Asia,State of Hearing & Ear Care in the South East Asian
Regional
selanjutnya dapat berkomunikasi.13
5. Yoshinaga-Itano C, Sedey AL, Coulter DK, Mehl AL.
AVT adalah pendekatan paling populer untuk Language of early and later identified children with hearing
meningkatkan kemampuan komunikasi anak dengan loss. Pediatrics. 1998;102(5):1161–71
kecacatan pendengaran. AVT fokus pada input 6. Claridge R. Faktor-faktor yang mempengaruhi pencapaian
audiologi, menggunakan pendengaran sebagai anak dengan gangguan pendengaran. In: Hearing
rehabilitation with AVT. Seminar and workshop. Jakarta 2017.
modalitas sensori utama dalam mengembangkan
7. Diefendorf AO. Detection and assessment of hearing loss in
bahasa tanpa penggunaan bahasa isyarat atau membaca infants and children. In: Katz J, Burkars RF, Medwetsky L,
gerak bibir, orang tua/pengasuh dan pelatih utama th
editors. Handbook of clinical audiology 5 ed. Philadelphia:
dalam memfasilitasi anak mereka mendengar dan Lippincott Williams & Wilkins; 2002. p.469–79.
berbahasa melalui partisipasi aktif dan konsisten. 8. Madell JR, Flexer C. Hearing test and protocols for children.
Tujuan utama AVT adalah anak dengan kurang dengar In: Madell JR, Flexer C. Pediatic Audiology. Diagnosis,
mencapai level kemampuan bahasa ekspresif dan Technology, and Management. New York, Stuttgart
9. Suwento R, Zizlavsky S. Habilitasi dan rehabilitasi
reseptif yang sama dengan sebayanya.11,13 pendengaran. Dalam : Arsyad E,Iskandar N, Bashirudin N,
Keterlibatan keluarga dalam terapi AVT terbukti Restuti RD editors. Buku Ajar Ilmu Kesehatan THT Kepala
memperbesar keberhasilan terapi. Efektivitas AVT pada Leher edisi ke 6. Jakarta, Balai penerbit FKUI 2007: 31–42
10 penelitian di India yang dilakukan tahun 1993 10. Ying E. Speech/language/auditory management of infants
sampai 2016, menyimpulkan bahwa AVT and children with hearing loss. In Madell JR, Flexer C.
Pediatic Audiology. Diagnosis, Technology, and
meningkatkan kemampuan bahasa dan wicara pada
Management. New York, Stuttgart
anak usia lebih dari 11. Brennan–Jones CG, White J, Rush RW, Law J. Auditory-
3 tahun dengan gangguan dengar dapat mengejar verbal therapy for promoting spoken language development
ketertinggalan dengan anak berusia sebayanya dalam in children with permanent hearing impairments (Review).
hal bahasa dan wicara.14 Cochrane Database of Systematic Reviews. 2014(3): Art. No.:
CD010100. DOI: 10.1002/14651858.CD010100.pub2.
12. Madell JR, Flexer C. Colaborative team management of
SIMPULAN children with hearing loss. In: Madell JR, Flexer C. Pediatic
Audiology. Diagnosis, Technology, and Management. New
Deteksi dan intervensi dini anak dengan gangguan York, Stuttgart
dengar sejak lahir dapat memperbaiki bahasa dan 13. Sperando D. Hearing rehabilitation with AVT. In Seminar
and Workshop. Jakarta 2017
bicara. Habilitasi dengan metode AVT
14. Hogan S, Stokes J, Weller I. Language outcomes for children
menggunakan pendengaran sebagai modalitas sensori of low-income families enrolled in auditory verbal
utama dalam mengembangkan bahasa dan therapy. D e a f n e s s a n d e d u c a t i o n i n t e r n a t i o n
berpedoman pada cara komunikasi yang digunakan a l j o u r n a l . 2010;12(4):204–16.
dalam keluarga. Diharapkan dapat
meningkatkan kemampuan komunikasi dan
kualitas hidup anak maupun orang tuanya.

Anda mungkin juga menyukai