Clinical Practice
KSM KTHT-KL RSUP Dr. Kariadi/Bagian IKTHT-KL Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro Semarang
PENDAHULUAN
dapat meningkatkan kemampuan bahasa dan bicara
mendekati anak normal.5,6
Gangguan pendengaran (hearing loss) dan ketulian
(deafness) dapat terjadi pada semua usia sejak lahir
Fungsi Pendengaran
sampai usia lanjut, namun kadang-kadang tidak
disadari, apalagi jika terjadi pada bayi. Dampak dari
Perkembangan bicara dan bahasa pada anak erat
gangguan pendengaran dan ketulian tidak hanya
kaitannya dengan fungsi pendengaran karena
berakibat pada terganggunya perkembangan wicara
kemampuan mendengar memiliki peranan sangat
dan bahasa, tetapi pada tahap selanjutnya akan
penting dalam proses perkembangan bicara. Fungsi
menyebabkan hambatan perkembangan akademik,
pendengaran adalah masuknya suara, kata-kata dan
ketidakmampuan bersosialisasi, perilaku emosional dan
bahasa secara sadar serta mengintegrasikan dengan
berkurangnya kesempatan memperoleh pekerjaan.
rangsangan dari organ sensorik lainnya. Sebagai
Semua dampak ini mempengaruhi kualitas hidup anak
contoh, seorang anak akan mampu membedakan suara
dan juga orangtua. Identifikasi gangguan pendengaran
ibu, nenek atau suara dari boneka mainannya. Fungsi
sejak dini dan intervensi yang sesuai akan mencegah
pendengaran juga berperan sebagai jalur umpan balik
terjadinya segala konsekuensi tersebut.1,2 Penyebab suara yang diucapkan pembicara kemudian ditangkap
gangguan dengar pada bayi dan anak terjadi pada masa oleh telinganya sendiri sehingga anak dapat memantau
prenatal, perinatal dan postnatal. Gangguan dengar suara dan kata-kata yang diucapkannya. Seorang bayi
atau kelainan pada masa prenatal dapat menyebabkan mulai belajar berkomunikasi dengan lingkungan sekitar
ketulian pada bayi/tuli sejak lahir.3 sejak mereka dilahirkan. Dengan proses mendengar,
Angka kekerapan terjadinya tuli sejak lahir di anak akan mendapat stimulasi suara yang akan sangat
beberapa negara berkisar 1–3/1000 kelahiran. Di cepat mempengaruhi perkembangan otak. Orang tua
Indonesia sebesar 0,1%. Jumlah ini akan bertambah perlu menyadari betapa pentingnya tahun-tahun
setiap tahun dengan adanya pertambahan penduduk pertama anak sampai usia tiga tahun merupakan masa
akibat tingginya angka kelahiran sebesar 0,22%.WHO- emas untuk belajar berkomunikasi karena teori
SEARO (South East Asia Regional Office) Intercountry plastisitas otak. Pada masa ini sel-sel syaraf di bagian
meeting (Colombo, 2000) mencanangkan program Sound sentral otak untuk pendengaran, berbicara dan
hearing (SH) 2030 “Better hearing for all”, salah satu berbahasa akan bertambah dan berkembang bila
sasarannya adalah penurunan ketulian sejak lahir.4 mendapat rangsangan sehingga meningkatkan potensi
Deteksi dini dilakukan pada setiap bayi baru anak untuk mendengar dan berbicara. Jika otak tidak
lahir setelah 24 jam pertama kelahiran, tindakan dirangsang dengan suara maka perkembangan bahasa
intervensi sebelum usia 6 bulan apabila ditemukan pun akan terhambat.2,5,6
masalah ganggguan pendengaran.
Yoshinaga-Itano melaporkan bahwa bayi dengan Deteksi dini
gangguan pendengaran bilateral yang telah dilakukan
intervensi sebelum usia 6 bulan, menunjukkan Identifikasi gangguan pendengaran pada bayi baru
kemampuan berbahasa normal pada usia 3 tahun. lahir, saat ini digunakan OAE (Otoacoustic Emission) dan
Habilitasi pendengaran pada anak dengan gangguan AABR (Automated Auditory Brainstem Response) yang
dengar sejak lahir dengan metode AVT terbukti efektif merupakan tehnik pemeriksaan baku emas dengan
prinsip
1
Deteksi Dini dan Habilitasi Gangguan Dengar pada Bayi dan
P R
Tidak
perlu
Neurop SNHL/
ati tuli saraf
6. BERA/ABR
BERA adalah pemeriksaan elektrofisiologi yang Habilitasi
obyektif, non invasive untuk menilai response system Habilitasi usia 6 bulan
auditory termasuk batang otak terhadap bunyi Gangguan pendengaran terdeteksi setelah menjalani
sehingga dapat diketahui ambang pendengaran seluruh pemeriksaan fungsi pendengaran maka
maupun letak lesi pada system auditory tersebut. penanganan segera adalah pemberian ABD (Alat Bantu
Respon terhadap stimulus berupa response auditory, Dengar). American Joint Committee on Infant Hearing 2007
evoked potential yang sinkron direkam melalui merekomendasikan upaya habilitasi sudah harus
elektroda permukaan (surface electrode) yang dimulai sebelum usia 6 bulan. Habilitasi yang optimal
ditempel pada kulit kepala (dahi dan prosesus dimulai sebelum usia 6 bulan maka pada usia 3 tahun
mastoideus). Response auditory evoked potential yang perkembangan wicara anak yang mengalami ketulian
berhasil direkam kemudian diproses melalui dapat mendekati kemampuan wicara anak normal.
program komputer dan ditampilkan sebagai Pemasangan ABD tidak selamanya dapat membantu
5 gelombang defleksi positif (gelombang IV) yang anak dengan gangguan pendengaran, apabila gangguan
terjadi sekitar 5–12 millisekon setelah stimulus pendengarannya berat atau sangat berat di kedua
diberikan. telinga perlu diatasi dengan pemasangan implan koklea.9–
11
Hasil pemeriksaan pada bayi dan anak dengan Habilitasi pendengaran berupaya memberikan
gangguan dengar sejak lahir pada umumnya bersifat impuls auditori dan memaksimalkan plastisitas neural
sensorineural baik unilateral maupun bilateral, derajat auditori agar tercapai pematangan pendengaran.
berat sampai sangat berat.3,7,8 Habilitasi pendengaran bergantung pada kebutuhan
masing-masing anak dan beberapa faktor, antara lain
usia anak, onset kurang dengar, usia saat kurang
dengar
3
Deteksi Dini dan Habilitasi Gangguan Dengar pada Bayi dan