Disusun untuk memenuhi tugas Mata kuliah : Cara Benar Memahami Hadis
Disusun oleh :
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur hanyalah milik Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, karena
dengan rahmat-Nya kami bisa menyelesaikan tugas makalah yang sangat sederhana ini.
Sholawat serta salam semoga selalu dilimpahkan kepada baginda besar Nabi Muhammad Saw
kepada keluarganya para Sahabatnya dan kepada kita semua umatnya. Aamiin.
Dalam makalah ini kami ingin menyampaikan tentang Makalah Cara Benar Memahami
Hadis yang berjudul kondisi Sosial dan Sabab Wurud, dengan Dosen pengampu. Zia ul
Haramein, MA.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta
pengetahuan kita. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa didalam makalah ini terdapat
kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran
dan usulan demi perbaikan makalah yang kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak
ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.
Semoga makalah yang sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.
Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan.
Penulis
i
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI................................................................................................................... ii
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hadîts adalah salah satu sumber ajaran Islam yang menduduki posisi kedua setelah al-
Qurân. Posisi hadîts menjadi sangat signifikan ketika ia berfungsi sebagai penjelas ayat-ayat
al-Qurân, bahkan menetapkan hukum-hukum yang tidak diatur dalam al-Qurân. Hal ini
sebagaimana tersebut dalam al-Qurân: ”Dan aku turunkan al-Qurân kepadamu (Muhammad)
agar kamu menjelaskan kepada mereka apa-apa yang diturunkan untuk mereka agar mereka
mau berfikir”. Dalam memahami sebuah hadîts, tidak cukup hanya lewat teksnya, tetapi lebih
dari itu, dibutuhkan perangkat-perangkat lain yang dapat membantu terhadap pemahaman
sebuah hadîts. Salah satunya adalah yang dikenal dalam ilmu hadîts dengan asbâb al-wurûd.
Lewat tinjauan asbâb al-wurûd ini, dapat diketahui latar belakang historis lahirnya sebuah
hadîts, faktor-faktor yang mendorongnya disamping orang-orang yang secara spesifik menjadi
sebab turunnya sebuah hadîts. Hal ini berangkat dari kenyataan bahwa Raulullah SAW. hidup
ditengah-tengah masyarakat. Komunikasi dengan masyarakat tidak hanya terjadi dari satu arah,
melainkan dua arah secara timbal balik. Tidak jarang Rasylullah SAW. menerima pertanyaan
dari sahabatnya, bahkan pada kesempatan tertentu, Rasulullah SAW. memberi komentar
terhadap peristiwa yang sedang terjadi. Dengan demikian, jelaslah terdapat hadîts yang
didahului oleh sebab tertentu.
Pendekatan lainnya yang dapat membantu seseorang dalam memahami hadis nabi adalah
dengan menggunakan pendekatan sosiologis. Maksudnya, dengan melihat dan mengetahui
bagaimana kondisi sosial yang terjadi ketika Rasulullah SAW menyampaikan sabdanya atau
melakukan sesuatu. Hal tersebut penting untuk diketahui karena terkadang kondisi sosial pada
masa nabi berbeda sekali dengan kondisi sosial pada saat ini. Sehingga pada beberapa kasus,
pemahaman terhadap hadis nabi tidak dapat diamalkan dan dipahami secara tekstual (secara
lafdz) karena perbedaan kondisi tersebut.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian kondisi sosial dalam hadis?
2. Apa saja contoh yang berhubungan dengan kondisi sosial dalam hadis ?
3. Apa pengertian sabab wurud al hadis ?
4. Apa saja contoh sabab wurud al hadis ?
1
C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui pengertian kondisi sosial dalam hadis.
2. Mengetahui contoh-contoh kondisi sosial dalan hadis.
3. Mengetahui pengertian sabab wurud al hadis.
4. Mengetahui contoh-contoh sabab wurud al hadis.
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Kondisi Sosial dalam Hadis
Pendekatan yang dapat membantu seseorang dalam memahami hadis nabi adalah dengan
menggunakan pendekatan sosiologis. Maksudnya, dengan melihat dan mengetahui bagaimana
kondisi sosial yang terjadi ketika Rasulullah SAW menyampaikan sabdanya atau melakukan
sesuatu. Hal tersebut penting untuk diketahui karena terkadang kondisi sosial pada masa nabi
berbeda sekali dengan kondisi sosial pada saat ini. Sehingga pada beberapa kasus, pemahaman
terhadap hadis nabi tidak dapat diamalkan dan dipahami secara tekstual (secara lafdz) karena
perbedaan kondisi tersebut.Berikut ini hadis yang harus dipahami dengan menggunakan
pendekatan sosiologis (kondisi sosial) karena bila tidak, maka kesimpulan hukum dari hadisnya
tidak akan tepat atau dapat menyalahi sunnah itu sendiri.1
B. Contoh-contoh Kondisi Sosial dalam Hadis
1. Shalat Memakai Sendal
Artinya: ketika Rasulullah SAW sedang shalat dengan para sahabat, beliau melepaskan
sandalnya dan meletakkan di sebelah kirinya. Ketika sahabatnya melihat demikian, mereka
pun melepaskan sandalnya juga. Setelah melaksanakan shalat Rasulullah berkata: kenapa
kalian melepaskan sandal. Mereka menjawab,“kami melihatmu melepaskan sandal maka kami
pun melepaskannya”. Lalu Rasulullah SAW bersabda,“sesungguhnya malaikat Jibril
mendatangiku dan berkata bahwa di babawah telapak sendalku terdapat kotoran”. Dan beliau
bersabda: “apabila salah seorang dari kalian hendak ke masjid, maka perhatikanlah; jika ia
kotoran maka bersihkanlah dan shalatlah dengan menggunakan sandal tersebut”.
1
Ali Mustafa Yaqub, Al-Thuruq Al-Shahihah fi Fahmi Sunnah Al-Nabawiyah (Maktabah Darus
Sunnah)
3
Dalam hadis di atas jelas sekali disebutkan, Rasulullah SAW dan juga sahabatnya pernah
memakai sandal ketika sedang melaksanakan shalat, yaitu ketika sedang melaksanakan shalat
subuh di Makkah al-Mukarramah atau yang dikenal dengan masjid al-Haram pada saat fathul
makkah (dalam riwayat yang lain). Bila demikian adanya apakah kita pada saat ini yang
tinggal di Indonesia atau tempat lainnya disunnahkan untuk shalat di masjid dengan memakai
sandal karena Rasulullah SAW melakukan hal tersebut ? jawabannya tentu saja tidak.
Berdasarkan penjelasan di atas dapat dipahami, dalam memahami hadis Nabi SAW
seseorang juga harus mampu membaca kondisi dan situasi sosial saat nabi melakukan sesuatu
atau bersabda. Seperti hadis di atas setelah kita memahami kondisi sosial saat itu maka untuk
saat ini hadis tersebut tidak dapat diamalkan secara tekstual, jadi hadisnya hanya dapat
diamalkan apabila kondisi masjidnya sama seperti kondisi masjid pada zaman nabi dan
sandalnya tidak bernajis saat mengerjakan shalat, namun ia tidak dapat diamalkan secara
tekstual (lafdzi) untuk kondisi masjid-masjid yang ada sekarang maksudnya seseorang tidak
disunnahkan untuk shalat dengan memakai sandal di majid.2
2
Ali Mustafa Yaqub, Al-Thuruq Al-Shahihah fi Fahmi Sunnah Al-Nabawiyah (Maktabah Darus
Sunnah)
3
Abu Dawud Sulaiman bin al–Asy’at As–Sijistani, Sunan Abi Dawud (Ad-Dar al-‘Arobiyah Litaqniyati
al-Ma’lumat : 2017)
4
Hadis tersebut menjelaskan bahwa perempuan lebih baik sholat di rumah daripada di
Masjid, bahkan di Hadis tersebut dijelaskan bahwa apabila ada tempat yang lebih kecil atau
lebih tertutup, wanita lebih dianjurkan untuk sholat di ruangan kecil tersebut. Setelah
mengetahui ini, apakah dapat kita katakan bahwa wanita disunnahkan untuk sholat di rumah
daripada di masjid ?
Rupanya untuk kondisi saat ini tidak bisa diterapkan sepenuhnya tentang hadis tersebut
dikarenakan Kondisi sosial pada masa Nabi berbeda dengan kondisi sosial pada zaman
sekarang, Masjid pada masa Nabi hanya sepetak tanah yang berbentuk persegi dikelilingi oleh
pagar atau dinding di bagian sisinya.
Berbeda dengan masjid di zaman sekarang dengan tanah yang luas dan dialasi keramik
atau marmer dikelilingi dinding yang megah dan kuat dan tempat jama’ah laki-laki dan
perempuan yang terpisah tentunya membuat nyaman para jama’ah yang sedang melaksanakan
ibadah. Dengan adanya kondisi yang nyaman dan aman ini maka wanita-wanita zaman
sekarang lebih dianjurkan untuk melaksanakan sholat di masjid.
4
Abu Isa Muhammad bin Isa At-Tirmidzi, Jami’ at-Tirmidzi (ad-Dar al-‘Arobiyah Litaqniyati al-
Ma’lumat : 2017)
5
Hadis ini sebagaimana telah disinggung seperti hadis diatas karena sama-sama berada di
dalam Masjid. Di dalam Hadis tersebut dijelaskan bahwa Rasululah SAW Sholat di atas tikar.
Mengapa Rasulullah SAW melaksanakan Sholat di atas tikar ?, karena Masjid pada saat itu
lantainya beralas pasir dan kerikil, apabila sholat langsung diatas bumi membuat tidak nyaman
seseorang ketika sholat maka pada saat itu Rasululloh SAW memakai tikar untuk alas ketika
sholat.
Berbeda dengan kondisi sosial di zaman sekarang, hampir seluruh masjid telah
menggunakan lantai yang beralas keramik ataupun marmer sehingga kita semua bisa sholat
langsung tanpa menggunakan tikar. Hadis ini juga bisa dikaitkan dengan hadis-hadis lainnya
seperti hadis memakai sandal di masjid, hadis tentang meludah di masjid dan masih banyak
lagi hadis-hadis lainnya dengan redaksi yang berbeda.
Hadis-hadis tersebut tidak boleh diamalkan secara tekstual di masjid saat ini. Karena lantai
masjid saat ini berbeda dengan lantai masjid pada masa Nabi. Lantai masjid saat ini sudah
beralaskan keramik dan marmer serta ditambahi karpet yang indah. Jadi tidak ada alasan lagi
untuk kita semua untuk tidak melaksanakan sholat di masjid.
Di antara perangkat yang dapat membantu kita dalam memahami Hadis adalah sabab
wurud al-hadits (latar belakang Hadis). Jika dalam ayat al-Qur'an terdapat sabab al-nuzul (latar
belakang turunnya ayat), maka dalam Hadis terdapat sabab al-wurud. Mengetahui latar
belakang suatu Hadis dapat membantu untuk mengetahui maksud Hadis tersebut. Imam Ibn
Taimiyah (w. 728 H) rahimahullah berkata: "Mengetahui tentang sabab al nuzul dapat
membantu untuk memahami ayat al-Qur'an. Karena sesungguhnya dengan mengetahui al-
sabab (faktor penyebab) dapat melahirkan pengetahuan terhadap al-musabbab (faktor yang
dihasilkan atau akibat)."5
Kadang-kadang kita belum dapat memahami maksud sebuah Hadis kecuali setelah
mengetahui sabab wurud Hadis tersebut. Karenanya, sabab wurud al-hadits menjadi perangkat
yang diperlukan dalam memahami Hadis Nabi.
5
Imam Ibn Taimiyah, Muqaddimah fi Ushul al-Tafsir, hlm.47
6
Fungsi asbab al-wurud paling tidak ada lima fungsi asbab al-wurud antara lain untuk:
Dapat dipahami bahwa Asbab al-wurūd al-hadis merupakan sebuah kondisi yang
menyebabkan Rasulullah saw. mengeluarkan sebuah hadis. Asbāb al-wurūd al-hadis bukanlah
tujuan akhir dari penuturan Nabi terhadap sebuah hadis melainkan sebuah alur yang akan
mengantarkan seseorang pada pemahaman mendalam terhadap sebuah hadis. Sabab Wurud
merupakan penetapan terhadap kondisi sosial masyarakat sebagai dasar penetapan hukum
dalam sebuah hadis, sementara kondisi sosial yang dibicarakan dalam hadis menjadi asbab al-
wurüd al-hadis al-khassah bagi hadis.
salah satu contoh yang paling sering kita dengar dan mungkin diketahui oleh para pegiat
kajian hadits adalah terkait penafsiran dari ayat yang menjelaskan bahwa kezaliman adalah
perbuatan yang paling besar siksanya, yaitu Surat Al-Anʽam ayat 82
ِ َّ
َ ِين َآمنُوا َوََلْ يَلْبِ ُسوا إِميَ َاَنُْم بِظُلْ ٍّم أُوَٰلَئ
ك ََلُُم ْاْل َْم ُن َوُه ْم ُم ْهتَ ُدو َن َ الذ.
Ayat tersebut oleh para sahabat dipertanyakan, khususnya pada kata zalim. Karena mereka
semua tidak bisa terlepas dari kezaliman, yakni kezaliman yang dimaksud para sahabat adalah
tidak meletakkan sesuatu pada tempatnya. Kemudian Rasul SAW menjelaskan bahwa yang
dimaksud kezaliman dalam ayat tersebut adalah syirik, dengan menyebutkan Surat Lukman
ayat 144.
ِ ِ ِ
ٌ إ َّن الش ْرَك لَظُلْ ٌم َعظ
يم
7
Artinya : “Sungguh mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar.”
Asbabul wurud dalam konteks hadits ini adalah berfungsi untuk takḥṣīṣhul ʽam. Atau bisa juga
berupa menjelaskan hal yang masih musykil sebagaimana hadits Aisyah tentang hisab di atas.
Misalnya dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Al-Ḥākim dalam Al-Mustadrak-nya
bahwa malaikat yang ada di bumi akan berbicara dengan bahasa manusia.
إن هلل مالئكة تنطق على ألسنة بين آدم مبا ِف املرء من اخلري والشر
Artinya: “Sungguh Allah SWT memiliki malaikat yang berbicara dengan bahasa manusia
atas hal yang baik dan buruk.” 6Hadits ini bagi para ulama tentu musykil, bagaimana bisa
seorang malaikat berbicara dengan bahasa manusia? Ternyata dalam riwayat yang lebih
lengkap, Rasul SAW mendoakan dua jenazah dengan doa yang berbeda. Jenazah yang pertama
didoakan agar selamat sedangkan jenazah yang kedua sebaliknya. Namun Rasul SAW hanya
menggunakan kata “wajabat” saja
Maka dari itu, yang dimaksud berbicara dengan bahasa manusia adalah bahasa “wajabat”
yang diucapkan Rasul untuk mendoakan dua jenazah yang berbeda tersebut dapat ditangkap
oleh malaikat walau hanya diucapkan sepotong.
Pendapat atau Kisah dari Sahabat. Hal ini bisa dilihat dari kaul sahabat yang berkaitan
dengan hadits tersebut, seperti hadits yang menunjukkan tentang keutamaan melakukan shalat
di Masjidil Haram Makkah.
.صالة ِف هذه املسجد أفضل من مائة ألف صالة فيما سواه من املسجد
Artinya, “Melakukan salat di masjid ini lebih utama daripada seratus ribu salat yang
dilakukan di masjid yang lain.” .7 Munculnya hadits ini bukan dari ruang kosong. Suatu hari,
seorang sahabat bernama As-Sarīd datang kepada Nabi SAW dan menceritakan nazarnya, yaitu
jika Fatḥu Makkah terjadi ia akan melakukan salat di Baitul Maqdis. Nabi mencegahnya
dengan mengatakan bahwa shalat di masjid ini lebih pantas dan lebih layak. Rasul kemudian
mengucapkan hadits di atas.
6
Abu Abdullah Muhammad bin Abdullah al-Hakim al-Naisaburi, Al-Mustadrak Juz II (Beirut, Dārul
Marifah : t.t), hlm118
7
Abdur Razzāq, Muṣannaf Abdir Razzāq, juz II (Beirut, Muasasatur Risālah : t.t.), hlm.139
8
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pendekatan yang dapat membantu seseorang dalam memahami hadis nabi adalah dengan
menggunakan pendekatan sosiologis. Hal tersebut penting untuk diketahui karena terkadang
kondisi sosial pada masa nabi berbeda sekali dengan kondisi sosial pada saat ini. Sehingga pada
beberapa kasus, pemahaman terhadap hadis nabi tidak dapat diamalkan dan dipahami secara
tekstual (secara lafdz) karena perbedaan kondisi tersebut. Adapun beberapa contoh atau kasus
yang bisa dilihat adalah seperti : shalat menggunakan sendal, perempuan shalat di masjid dan
shalat diatas tikar dan diatas bumi
Adapun di antara perangkat yang dapat membantu kita dalam memahami Hadis adalah
sabab wurud al-hadits (latar belakang Hadis). Jika dalam ayat al-Qur'an terdapat sabab al-nuzul
(latar belakang turunnya ayat), maka dalam Hadis terdapat sabab al-wurud. Mengetahui latar
belakang suatu Hadis dapat membantu untuk mengetahui maksud Hadis tersebut. Fungsi asbab
al-wurud paling tidak ada lima fungsi asbab al-wurud antara lain untuk:
Adapula beberapa contoh yang bisa diambil untuk mengetahu sabab al wurud hadis,
diantaranya : malaikat yang ada di bumi berbicara dengan bahasa manusia dan keutamaan
sholat di Masjidil Haram Mekkah.
9
DAFTAR PUSTAKA
Al-Qur’anul Karim
Razzāq, A. (n.d.). , Muṣannaf Abdir Razzāq, juz II. Beirut: Muasasatur Risālah.
Al-Naisaburi, A. A. (n.d.). , Al-Mustadrak Juz II. Beirut: Dārul Marifah.
At-Tirmidzi,, A. (2017). Abu Isa Muhammad bin Isa At-Tirmidzi, Jami’ at-Tirmidzi. ad-Dar
al-‘Arobiyah Litaqniyati al-Ma’lumat.
Sulaiman, A. D. (2017). Sunan Abi Dawud. Ad-Dar al-‘Arobiyah Litaqniyati al-Ma’lumat.
Taimiyah, I. (n.d.). Muqaddimah fi Ushul al-Tafsir.
Yaqub, A. M. (n.d.). Al-Thuruq Al-Shahihah fi Fahmi Sunnah Al-Nabawiyah (Maktabah
Darus Sunnah). Maktabah Darus Sunnah.
Yaqub, A. M. (2014). Cara Benar Memahami Hadis. Jakarta: Pustaka Firdaus.
10