Disusun oleh :
Dosen Pembimbing :
Ns.Cusmarih, M.Kep
Jl. Kubah Putih No. 7 Rt. 001/014 Kel. Jatibening Kec. Pondok gede Kota Bekasi, Jawa Barat
17412 Telp. (021) 8690 1352.
LAPORAN PENDAHULUAN
DIABETES MELITUS
1. Pengertian
Diabetes melitus adalah penyakit kronis yang kompleks yang mengakibatkan
gangguan metabolisme karbohidrat,protein,lemak dan berkembang menjadi komplikasi
makrovaskuler, mikrovaskuler dan neurologis. (Barbara C. Long)
Diabetes mellitus adalah suatu penyakit kronis yang menimbulkan gangguan
multisistem dan mempunyai karakteristik hyperglikemia yang disebabkan defisiensi
insulin atau kerja insulin yang tidak adekuat. (Brunner dan Sudart).
Diabetes mellitus adalah keadaan hyperglikemia kronis yang disebabkan olehfaktor
lingkungan dan keturunan secara bersama-sama, mempunyai karakteristik hyperglikemia
kronis tidak dapat disembuhkan tetapi dapat dikontrol (WHO).
Diabetes mellitus adalah kumpulan gejala yang timbul pada seseorang akibat
peningkatan kadar glukosa darah yang disebabkan oleh kekurangan insulin baik absolut
maupun relatif (Suyono, 2002).
2. Patofisiologi
Diabetes Melitus Tipe 2 adalah suatu kondisi dimana sel-sel Betha pankreasrelatif
tidak mampu mempertahankan sekresi dan produksi insulin sehinggamenyebabkan
kekurangan insulin. Menurut Dona C Ignativius dalam bukunyaMedical Surgical
menyatakan bahwa “Diabetes Melitus (DM) diakibatkan oleh 2 faktor utama, yaitu
obesitas dan usia lanjut.” Obesitas atau kegemukan merupakan suatu keadaan dimana
intake kalori berlebihan dengan sebagian besar berbentuk lemak-lemak sehingga terjadi
defisiensi hidrat arang. Hal ini menimbulkan penumpukan lemak pada membran sel
sehingga mengganggu transport glukosa dan menimbulkan kerusakan atau defek selular
yang kemudian menghambat metabolisme glukosa intrasel. Gangguan-gangguan tersebut
terjadi pula pada post reseptor tempat insulin bekerja, jika gangguan ini terjadi pada sel-
sel pankreas maka akan terjadi hambatan atau penurunan kemampuan menghasilkan
insulin. Hal ini diperberat oleh bertambahnya usia yang mempengaruhi berkurangnya
jumlah insulin dari sel-sel beta, lambatnya pelepasan insulin dan atau penurunan
sensitifitas perifer terhadap insulin.Penurunan produksi insulin dan menurunnya
sensitifitas insulin menyebabkan terjadinya NIDDM.
Pada Diabetes Mellitus (DM) type 2 atau NIDDM, terdapat kekurang pekaan dari sel
beta dalam mekanisme perangsangan glukosa.Sedangkan pada pasien yang obesitas
dengan NIDDM terdapat penurunan jumlah reseptor insulin pada membran sel otot dan
lemak. Pasien yang obesitasmensekresi jumlah insulin yang berlebihan tetapi tidak efektif
karena penurunan jumlah reseptor.
Jika terdapat defisit insulin, terjadi 4 perubahan metabolik yang menyebabkan
timbulnya hipergikemik,yaitu :
a) Transport glukosa yang melintasi membran sel-sel berkurang.
b) Glikogenesis berkurang dan tetap terdapat kelebihan glukosa dalam darah
c) Glikolisis meningkat,sehingga cadangan glikogen berkurang dan glukosa hati
dicurahkan ke dalam darah secara terus menerus melebihi kebutuhan.
d) Glukoneogenesis meningkat dan lebih banyak lagi glukosa hati yang tercurah ke
dalam darah dari hasil pemecahan asam amino dan lemak.
Pada diabetes tipe2 (Diabetes Melitus Tidak Tergantung Insulin – NIDDM) terdapat
dua masalah utama yang berhubungan dengan insulin, yaitu :resistensi insulin dan
gangguan sekresi insulin. Normalnya insulin akan terikatdengan reseptor khusus pada
permukaan sel. Sebagai akibat terikatnya insulin dengan reseptor tersebut, terjadi suatu
rangkaian reaksi dalam metabolisme. glukosa didalam sel. Resistensi insulin pada
diabetes mellitus tipe 2 disertai dengan penurunan reaksi intrasel ini. Dengan demikian
insulin menjadi tidak efektif untuk menstimulasi pengambilan glukosa oleh jaringan.
Untuk mengatasi resistensi insulin dan mencegah terbentuknya glukagon dalam darah
harus terdapat peningkatan jumlah insulin yang disekresikan. Pada penderita toleransi
glukosa terganggu, keadaan ini terjadi akibat sekresi insulin yang berlebihan dan kadar
glukosa akan dipertahankan pada tingkat yang normal atau sedikit meningkat. Namun
demikian, jika sel-sel beta tidak mampu mengimbangi peningkatan kebutuhan akan
insulin, maka kadar glukosa akan meningkat dan terjadi diabetes mellitus tipe 2.
Meskipun terjadi gangguan sekresi insulin yang merupakan ciri khas diabetes mellitus
tipe 2, namun masih terdapat insulin dengan jumlah yang adekuat untuk mencegah
pemecahan lemak dan produksi badan keton yang menyertainya. Karena itu, ketoasidosis
diabetic tidak terjadi pada diabetes mellitustipe II. Meskipun demikian, diabetes mellitus
tipe 2 yang tidak terkontrol dapat menimbulkan masalah akut lainnya yang dinamakan
sindrom hiperglikemik hiperosmoler non ketotik (HHNK).
Pada keadaan tertentu glukosa dapat meningkat sampai dengan 1200mg/dl hal ini
dapat menyebabkan dehidrasi pada sel yang disebabkan oleh ketidakmampuan glukosa
berdifusi melalui membran sel, hal ini akan merangsang osmotik reseptor yang akan
meningkatkan volume ekstrasel sehingga mengakibatkan peningkatan osmolalitas sel
yang akan merangsang hypothalamus untuk mengsekresi ADH dan merangsang pusat
haus di bagian lateral (Polidipsi).Penurunan volume cairan intrasel merangsang volume
reseptor di hypothalamus menekan sekresi ADH sehingga terjadi diuresis osmosis yang
akan mempercepat pengisian vesika urinaria dan akan merangsang keinginan berkemih
(Poliuria).Penurunan transport glukosa kedalam sel menyebabkan sel kekurangan
glukosauntuk proses metabolisme sehingga mengakibatkan starvasi sel. Penurunan
penggunaan dan aktivitas glukosa dalam sel (glukosa sel) akan merangsang pusatmakan
di bagian lateral hypothalamus sehingga timbul peningkatan rasa lapar (Polipagi).
Pada Diabetes Mellitus yang telah lama dan tidak terkontrol, bisa terjadi
atherosklerosis pada arteri yang besar, penebalan membran kapiler di seluruhtubuh, dan
perubahan degeneratif pada saraf perifer. Hal ini dapat mengarah pada komplikasi lain
seperti thrombosis koroner, stroke, gangren pada kaki, kebutaan,gagal ginjal dan
neuropati
3. Etiologi
a. Diabetes Tipe I :
a) Faktor Genetik
Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri; tetapi mewarisi
suatu predisposisi atau kecenderungan genetik ke arahterjadinya DM tipe I.
Kecenderungan genetik ini ditemukan pada individu yang memiliki tipe antigen
HLA.
b) Faktor-Faktor Imunologi
Adanya respons autoimun yang merupakan respons abnormal dimana antibodi
terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan
tersebut yang dianggapnya seolah-olah sebagai jaringan asing. Yaitu otoantibodi
terhadap sel-sel pulau Langerhans daninsulin endogen.
c) Faktor Lingkungan
Virus atau toksin tertentu dapat memicu proses otoimun yang menimbulkan
destruksi selbeta.
b. Diabetes Tipe II :
a) Faktor genetik
Riwayat keluarga dengan diabetes :Pincus dan White berpendapat
perbandingan keluarga yang menderitadiabetes mellitus dengan kesehatan
keluarga sehat, ternyata angkakesakitan keluarga yang menderita diabetes mellitus
mencapai 8,33 %dan 5,33 % bila dibandingkan dengan keluarga sehat yang
memperlihatkan angka hanya 1, 96 %.
b) Faktor non genetik
1) Infeksi
Virus dianggap sebagai “trigger” pada mereka yang sudah mempunyai
predisposisi genetic terhadap diabetes mellitus.
2) Nutrisi
a. Obesitas dianggap menyebabkan resistensi terhadap insulin.
b. Malnutrisi protein
c. Alkohol, dianggap menambah resiko terjadinya pankreatitis.
3) StressStres berupa pembedahan, infark miokard, luka bakar dan emosi
biasanya menyebabkan hyperglikemia sementara.
4) Hormonal Sindrom cushing karena konsentrasi hidrokortison dalamdarah
tinggi, akromegali karena jumlah somatotropin meninggi,feokromositoma
karena konsentrasi glukagon dalam darah tinggi,feokromositoma karena kadar
katekolamin meningkat
4. Manifestasi Klinis
Keluhan umum pasien DM seperti poliuria, polidipsia, polifagia pada DM
umumnya tidak ada. Sebaliknya yang sering mengganggu pasien adalah keluhan
akibat komplikasi degeneratif kronik pada pembuluh darah dan saraf. Pada DM lansia
terdapat perubahan patofisiologi akibat proses menua, sehingga gambaran klinisnya
bervariasi dari kasus tanpa gejala sampai kasus dengan komplikasi yang luas. Keluhan
yang sering muncul adalah adanya gangguan penglihatan karena katarak, rasa
kesemutan pada tungkai serta kelemahan otot (neuropati perifer) dan luka pada
tungkai yang sukar sembuh dengan pengobatan lazim.
Menurut Supartondo, gejala-gejala akibat DM pada usia lanjut yang
seringditemukan adalah :
1. Katarak
2. Glaukoma
3. Retinopati
4. Gatal seluruh badan
5. Pruritus Vulvae
6. Infeksi bakteri kulit
7. Infeksi jamur di kulit
8. Dermatopati
9. Neuropati perifer
10. Neuropati viseral
11. Amiotropi
12. Ulkus Neurotropik
13. Penyakit ginjal
14. Penyakit pembuluh darah perifer
15. Penyakit koroner
16. Penyakit pembuluh darah otak
17. Hipertensi
Osmotik diuresis akibat glukosuria tertunda disebabkan ambang ginjal
yangtinggi, dan dapat muncul keluhan nokturia disertai gangguan tidur, atau
bahkaninkontinensia urin. Perasaan haus pada pasien DM lansia kurang
dirasakan,akibatnya mereka tidak bereaksi adekuat terhadap dehidrasi. Karena itu
tidak terjadi polidipsia atau baru terjadi pada stadium lanjut.Penyakit yang mula-
mula ringan dan sedang saja yang biasa terdapat pada pasien DM usia lanjut dapat
berubah tiba-tiba, apabila pasien mengalami infeksiakut. Defisiensi insulin yang
tadinya bersifat relatif sekarang menjadi absolut dantimbul keadaan ketoasidosis
dengan gejala khas hiperventilasi dan dehidrasi,kesadaran menurun dengan
hiperglikemia, dehidrasi dan ketonemia. Gejala yang biasa terjadi pada
hipoglikemia seperti rasa lapar, menguap dan berkeringat banyak umumnya tidak
ada pada DM usia lanjut. Biasanya tampak bermanifestasisebagai sakit kepala dan
kebingungan mendadak.
Pada usia lanjut reaksi vegetatif dapat menghilang. Sedangkan
gejalakebingungan dan koma yang merupakan gangguan metabolisme serebral
tampak lebih jelas.
1) Diet
2) Latihan
3) Pemantauan
4) Terapi (jika diperlukan)
5) Pendidikan
6. Tes Diagnostik
1) Tujuan tes : Untuk memastikan diagnosis DM pada individu dengan keluhanklinis
khas DM atau mereka yang terjaring pada tes saring.
2) Indikasi
a. Ada keluhan klinis khas DM :
Poliuria
Polidipsia
Polifagia
Lemah
Penurunan berat badan yang tidak jelas penyebabnya
3) Kadar glukosa darah
b. Kadar glukosa darah puasa (mg/dl) menurut Nurarif & Kusuma (2015)
Tabel 2.2: kadar glukosa darah puasa
Kadar glukosa darah puasa DM Belumpasti DM
Plasma vena >120 110-120
Darah kapiler >110 90-100
7. Pathway
8. Pengkajian
a. Identitas: umur untuk menentukan jumlah cairan yang diperlukan
b. Riwayat kesehatan
c. Keluhan utama (keluhan yang dirasakan pasien saat pengkajian) : Luka DM.
d. Riwayat kesehatan sekarang (riwayat penyakit yang diderita pasien saat masuk
rumah sakit): sejak kapan menderita DM, kapan lukanya itu muncul, gejala lain
yang menyertai DM (misalnya: lelah, lesu, sering haus, sering merasa lapar, urine
meningkat, haus meningkat dll).
e. Riwayat kesehatan yang lalu (riwayat penyakit yang sama atau penyakit lain yang
pernah diderita oleh pasien).
f. Riwayat kesehatan keluarga (riwayat penyakit yang sama atau penyakit lain yang
pernah diderita oleh anggota keluarga yang lain baik bersifat genetik atau tidak).
g. Pemeriksaan fisik, meliputi : Keadaan umum, tingkat kesadaran, system
integument, system gastrointestinal, system muskuloskletal.
9. Diagnosa Keperawatan
Menurut Setiawan (2012), Analisis data merupakan metode yang dilakukan
perawat untuk mengkaitkan data klien serta menghubungkan data tersebut dengan
konsep teori dan prinsip yang relevan keperawatan untuk membuat kesimpulan
dalam menentukan masalah kesehatan pasien dan keperawatan pasien.
Diagnosa keperawatan merupakan pernyataan yang jelas mengenai status
kesehatan atau masalah aktual atau risiko dalam rangka mengidentifikasi dan
menentukan intervensi keperawatan untuk mengurangi, menghilangkan, atau
mencegah masalah kesehatan klien yang ada pada tanggung jawabanya (Tarwoto
dan Wartonah 2015).
Menurut (PPNI 2016), diagnosa keperawatan mengenai Diabetes Melitus pada
Tn.S adalah :
Diagnosa : Ketidakstabilan Kadar Glukosa Darah
a) Definisi : Variasi kadar glukosa darah naik/turun dari rentang normal.
b) Gejala dan Tanda :
1. Kadar glukosa dalam darah/urine tinggi
2. Jumlah urine meningkat
3. Lelah dan lesu
4. Mulut kering
5. Haus meningkat
10. Perencanaan
Perencanaan adalah untuk menguraikan berbagai diagnosa keperawatan
diperkirakan ditetapkan dan intervensi keperawatan dalam menentukan tujuan dan
hasil yang akan dicapai (Potter & Perry, 2005).
Tahap dalam perencanaan melibatkan perawat, klien, keluarga, dan orang
terdekat klien untuk merumuskan rencana tindakan keperawatan dalam mengatasi
masalah yang sedang di alami klien. Perencanaan ini merupakan suatu petunjuk
tertulis untuk menggambarkan secara tepat rencana tindakan keperawatan yang akan
dilakkuan kepada klien sesuai dengan kebutuhan berdasarkkan diagnosa keperawatan.
11. Implementasi
Implementasi merupakan tindakan yang sesuai dengan yang telah
direncanakan mencakup tindakan mandiri dan kolaborasi. Tindakan mandiri adalah
tindakan keperawatan berdasarkan analisis dan kesimpulan perawat serta bukan atas
petunjuk tenaga kesehatan yang lain. Sedangkan tindakan kolaborasi adalah tindakan
keperawatan yang didasarkan oleh hasil keputusan bersama dengan dokter atau
petugas kesehatan lain.
12. Evaluasi
Merupakan penilaian perkembangan ibu hasil implementasi keperawatan yang
berpedoman kepada hasil dan tujuan yang hendak dicapai.
DAFTAR PUSTAKA
Antika, F. (2016) ‘Pengaruh justomat terhadap kadar gula darah sewaku pada lansia
hipeglikemi’, Buletin Penelitian Sistem Kesehatan, 13(1), pp. 41–53.
Deal, et all (2014) ‘Safety and efficacy of hyperglycemia urgency order set’,Journal of
Diabetes Science and Technology, 8(5), pp. 1062–1063. doi:10.1177/1932296814538236.
Dinkes Bali (2019) ‘Profil Kesehatan Provinsi Bali 2018’, Dinas Kesehatan Provinsi Bali, pp.
1–129. Available at: https://www.diskesbaliprov.go.id.
Ekananda, M. (2019) ‘Asuhan Keperawatan Pada Klien Diabetes Mellitus Tipe 2 Dengan
Masalah Resiko Ketidakstabilan Program Studi Diploma Iii Keperawatan’. Available at:
http://repo.stikesicme-jbg.ac.id/2543/2/kti lengkap watermark ekananda .pdf.
Hasanuddin, F. (2020) ‘Penerapan Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dalam Gastritis Dalam
Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi’, Journal of Health, Education and Literacy, 2(2), pp. 99–102.
doi: 10.31605/j-healt.v2i2.634.
NIM : 190113024
3. Alasan Di Rawat
Klien diantar keluarga ke RS. Anna Medika pada tanggal 06 Desember 2021 dengan
keluhan badan lemas, pusing dan gula darah tinggi.
c. Therapi / Obat-obatan
Metformin
Glimipiride
6. Genogram
Ny.S
Ny.H Tn. A
Keterangan :
Laki-laki
Perempuan
meninggal
7. Riwayat Psikososial
a. Psikologi
Pada saat dikaji pasien tampak lemah,Pasien mengatakan orang terdekatnya adalah
keluarga,Hal yang dipikirkan pasien saat ini adalah pasien mengatakan ingin cepat
sembuh dari penyakitnya.
b. Sosial
Sebelum sakit pasien bersosialisasi di lingkungan masyarakat,hubungan antar keluarga
sangat baik,keluarga dan anak anaknya selalu berada disamping pasien dan selalu
mensuprot pasien untuk sembuh. Setelah sakit pasien tidak bisa seperti dulu lagi ikut
serta dalam kegiatan di lingkungan masyarakat maupun keluarga.
c. Spiritual
Klien yakin terhadap tuhan dan percaya penyakit ini adalah ujian dari yang maha
kuasa, klien yakin dengan agamanya, klien sebelum sakit sholat 5 waktu sehari
semalam, selama klien dirawat klien tidak pernah melakukan sholat 5x sehari dan tidak
pernah berdzikir, tetapi selama dirawat di Rs klien tidak mampu untuk sholat dan
berdzikir
8. Pola Kebiasaan
No Aktifitas Sehat Sakit
1 Makan dan minumanNutrisi
a. Makanan
1. Menu Nasi dan sayur Diet :ML
2. Porsi Habis 1 piring Habis ¼
3. Pantangan Tidak ada porsi
Tidak ada
b. Minuman
1. Jumlah 7-8 gelas 7-10 gelas
2. Pantangan Tidak ada Tidak ada
2 Eliminasi
a. BAB
1. Frekuensi 1x dalam sehari 1x seminggu
2. Warna Kuning Kuning
3. Bau Khas Khas
4. Konsistensi Lembab Lembab
5. Kesulitan Tidak ada ada
b. BAK
1. Frekuensi 5-6 x sehari 6-10x/hari
2. Warna Kuning kuning
3. Bau Pesing Pesing
4. Konsistensi Cair Cair
5. Kesulitan Tidak ada Tidak ada
3. Istirahat dan tidur
a. waktu tidur malam siang malam
b. lama tidur 8 jam 7 jam,
c. hal yang mempermudah Tidak ada Tidak ada
tidur
d. kesulitan tidur Tidak ada Ada (sering
BAK)
4 Personal hygine
a. mandi 2x sehari 1 x 2 sehari
b. cuci rambut 1 x sehari Tidak ada
c. gosok gigi 2 kali sehari 1 x 2 sehari
d. potong kuku 1 x seminggu 1x seminggu
9. Pemeriksaan Fisik
a. Laboratorium :
Hasil : 06 – 12 - 2021
Pemeriksaan Hasil Nilai Normal
HEMATOLOGI
HEMATOLOGI RUTIN 1
Hemoglobin 14,90 12,060 – 16,00
HITUNG JENIS/DIFF
Basofil 0 0–1
Eosinofil 0 1–3
Batang 2 2–6
Segmen 74 50 – 70
Limposit 19 20 – 40
Monosit 5 2–8
DIABETES
Glukosa sewaktu strip 450,0 80,0 – 180,0
N DATA PROBLEM
ANALISA DATA ETIOLOGI
O
1. Data Subjektif : Ketidakstabilan Gangguan Toleransi
- Pasien mengtakan mempunyai Kadar Glukosa Glukosa Darah
riwayat DM Tipe 2 dari 5 tahun Darah
yang lalu
- Pasien mengtakan sering BAK
- Pasien mengatakan sering haus
- Pasien mengatakan sering lapar
Data Objektif :
- KU :Sedang,
- Kesadaran : Composmentis,
- TD : 140/90 mmHg,
- N : 82x/mnt,
- RR : 20x/mnt,
- S : 36,6°C,
- SPo2 : 99%
- GDS : 450 mg/dl
- Akral teraba dingin
2. Data Subjektif : Intoleransi Aktivitas Kelemahan
- Pasien mengatakan pusing,lemas
dan lelah.
Data Objektif :
- KU :Sedang,
- Kesadaran : Composmentis,
- TD : 140/90 mmHg,
- N : 82x/mnt,
- RR : 20x/mnt,
- S : 36,6°C,
- SPo2 : 99%
- GDS : 450 mg/dl
- Akral teraba dingin
DIAGNOSA KEPERAWATAN
RENCANA TINDAKAN
Rabu / 08 07.40
Desember S:-
2021 O :Pasien
Intoleransi - Mengajarkan
diberikan
aktifitas latihan rentang
insulin
berhubungan gerak pasif/positif
- Novorapid
dengan (ROM)
3x4 15 unit
kelemahan - Lantus 1x
ditandai dengan 12 unit
pasien
menegeluh 12.00
S : pasien
pusing,lemas mengatakan
dan lelah akan
- Melepas infus melakukannya
pasien setiap pagi
O : pasien
tampak
mengerti dan
semangat
S : pasien
mengatakan
bersyukur
karena infusnya
sudah boleh
dilepas
O : Pasien
tampak senang
A : Masalah Intoleransi
Aktifitas Teratasi.
P : Intervensi dihentikan.