Anda di halaman 1dari 22

REFERAT

Glossitis
Disusun untuk Memenuhi Tugas Kepaniteraan Klinik Madya

Oleh :
RIMA FARADILA
22004101013

Pembimbing :

drg. Anny Rufaida, Sp.KG

KEPANITERAAN KLINIK MADYA


LABORATORIUM ILMU KESEHATAN GIGI DAN MULUT
RSUD KANJURUHAN KEPANJEN
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM MALANG
2020
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur ke hadirat Allah SWT, atas limpahan rahmat dan
hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas jurnal reading yang berjudul: “Glossitis”
dengan lancar.

Di dalam tulisan ini, disajikan pokok-pokok bahasan yang meliputi etiologi,


pathogenesis dan perawatan komprehensif pada penanganan Glossitis.
Dengan selesainya tugas jurnal reading ini penulis menyampaikan ucapan
terimakasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam
penyusunan makalah ini.

Sangat disadari bahwa dengan kekurangan dan keterbatasan yang dimiliki penulis,
masih banyak kekurangtepatan dalam penulisan jurnal reading ini. Oleh karena itu
penulis mengharapkan saran yang membangun agar tulisan ini bermanfaat bagi yang

membutuhkan.

` Kepanjen, 10 September 2020

Penulis

ii
DAFTAR ISI
Cover..............................................................................................................................i
Kata Pengantar .............................................................................................................ii
Daftar Isi .....................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang...................................................................................................1
1.2 Rumusan masalah...............................................................................................2
1.3 Tujuan................................................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anatomi dan fisiologi lidah................................................................................3
2.2 Definisi...............................................................................................................9
2.3 Etiologi...............................................................................................................9
2.4 Faktor risiko.....................................................................................................10
2.5 Macam-macam.................................................................................................10
2.6 Tanda dan gejala..............................................................................................13
2.7 Diagnosis.........................................................................................................13
2.8 Diagnosis Banding.......................................................................................... 13
2.9 Tatalaksana ......................................................................................................14
2.10 Komplikasi.....................................................................................................14
2.11 Prognosa.........................................................................................................15
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan...................................................................................................... 27
3.2 Saran................................................................................................................. 28
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Lidah merupakan salah satu organ penting dalam rongga mulut pada tubuh
manusia yang memiliki banyak fungsi. Lidah memiliki peran dalam proses
pencernaan, mengisap, menelan, persepsi rasa, bicara, respirasi, dan
perkembangan rahang. Lidah dapat mencerminkan kondisi kesehatan
seseorang sehingga digunakan sebagai indikator untuk mengetahui kesehatan
oral dan kesehatan umum pasien. 1
Lidah dapat mengalami anomali berupa kelainan perkembangan,
genetik, dan kelainan karena lingkungan. Kelainan pada lidah antara lain terdiri
dari kelainan perkembangan, perubahan selaput dan warna lidah, gangguan
gerakan lidah, gangguan persarafan lidah, pembesaran lidah dan peradangan.
Penyakit-penyakit lokal dan sistemik juga mempengaruhi kondisi lidah
dan menimbulkan kelainan pada lidah yang biasanya menyertai keterbatasan
fungsi organ ini. Lesi pada lidah memiliki diagnosa banding yang sangat luas
yang berkisar dari proses benigna yang idiopatik sampai infeksi, kanker dan
kelainan infiltratif. Salah satu kelainan pada lidah yang paling banyak adalah
glositis. 1
Glositis merupakan suatu kondisi yang terjadi pada lidah yang ditandai
dengan terjadinya deskuamasi papilla filiformis sehingga menghasilkan daerah
kemerahan yang mengkilat. Glositis dapat menyerang semua umur tapi
biasanya lebih banyak menyerang laki-laki daripada perempuan. Glositis
terbagi menjadi berbagai macam jenis sesuai dengan penyebabnya masing-
masing. Macam-macam glositis antara lain Atrophic Glossitis, Median
Rhomboid Glossitis, Benign Migratory Glossitis, dan Geometric Glossitis.1
Glositis dapat disebabkan oleh berbagai hal antara lain infeksi bakteri
atau virus (termasuk mulut herpes simpleks), mekanik iritasi atau cedera dari
luka bakar, tepi kasar gigi atau gigi peralatan, atau trauma lainnya. Dalam
beberapa kasus, glositis dapat mengakibatkan pembengkakan lidah parah yang
menghalangi jalan nafas sehingga membutuhkan pertolongan medis segera.1

1
1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana penegakan diagnosis penyakit Glossitis?


2. Bagaimana penatalaksanaan penyakit Glossitis?
1.2 Tujuan
1. Mengetahui penegakan diagnosis penyakit Glossitis
2. Mengetahui penatalaksanaan penyakit Glossitis

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi dan Fisiologi Lidah


Panca indra adalah organ-organ akhir yang dikhususkan untuk menerima
jenis rangsangan tertentu pada manusia. Serabut syaraf yang melayaninya
merupakan alat perantara yang membawa kesan rasa (sensory impression) dari
organ indra menuju otak, dimana perasaan itu ditafsirkan. Beberapa kesan rasa
timbul dari luar, seperti sentuhan, pengecapan, penglihatan, penciuman dan
suara.2
Dalam segala hal, serabut saraf-saraf sensorik dilengkapi dengan ujung akhir
khusus guna mengumpulkan rangsangan perasaan yang khas itu, dimana setiap
organ berhubungan.2
Lidah adalah kumpulan otot rangka pada bagian lantai mulut yang dapat
membantu pencernaan makanan dengan mengunyah dan menelan. Lidah dikenal
sebagai indera pengecap yang banyak memiliki struktur tunas pengecap. Lidah
juga turut membantu dalam tindakan bicara. Struktur lainnya yang berhubungan
dengan lidah sering disebut lingual, dari bahasa Latin lingua atau glossal dari
bahasa Yunani.2 Lidah merupakan bagian tubuh penting untuk indra pengecap
yang terdapat kemoreseptor untuk merasakan respon rasa asin, asam, pahit dan
rasa manis. Tiap rasa pada zat yang masuk ke dalam rongga mulut akan direspon
oleh lidah di tempat yang berbeda-beda.2
Pada hakikatnya, lidah mempunyai hubungan yang sangat erat dengan
indra khusus pengecap, lidah tersusun atas otot rangka yang terlekat pada tulang
hyoideus, tulang rahang bawah dan processus styloideus di tulang pelipis. Lidah
sebagian besar terdiri dari dua kelompok otot yaitu otot intrinsik dan ektrinsik.
Otot intrinsik lidah melakukan semua gerakan halus, sementara otot ektrinsik
mengaitkan lidah pada bagian-bagian sekitarnya serta melaksanakan gerakan-
gerakan kasar yang sangat penting pada saat mengunyah dan menelan. Lidah
mengaduk-aduk makanan, menekannya pada langit-langit dan gigi dan akhirnya
mendorongnya masuk faring.

3
Lidah ini, juga dibangun oleh suatu struktur yang disebut kuncup pengecap
(taste buds). Pada lidah lebih kurang 10.000 kuncup pengecap yang tersebar
dipermukaan atas dan di sepanjang pinggir lidah. Kuncup pengecap tertanam
dibagian epitel lidah dan bergabung dengan tonjolan-tonjolan lidah yang disebut
papilla.2

2.1.1 Bagian-Bagian Lidah


Lidah adalah massa otot lurik yang ditutupi oleh membrane mukosa. Dua
per tiga anteriornya terletak di ronggga mulut dan sepertiga posteriornya terletak
di faring.3 Sebagian besar, lidah tersusun atas otot rangka yang terlekat
pada tulang hyoideus, tulang rahang bawah dan processus styloideus di tulang
pelipis.

Gambar 1. Anatomi Lidah3


Terdapat dua jenis otot pada lidah yaitu otot ekstrinsik dan intrinsik. Otot-
otot intrinsik hanya terletak pada lidah tersebut, yang terdiri atas serabut-serabut
longitudinal, transversal dan vertikal. Otot-otot intrinsik melekat pada tulang dan
pallatum molle. Terdiri atas m. genioglossus, m. hyoglossus, m. styloglossus dan
m. palatoglossus.3

4
Lidah diperdarahi oleh a. lingualis, ramus tonsilaris, a. facialis dan a.
pharingea ascenden. Vena-venanya bermuara ke dalam vena jugularis interna.
Tiap bagian lidah mempunyai sistem limfatik yang memiliki aliran berbeda-beda.
Ujung lidah akan mengalirkan cairan limfenya ke nodi lympoidei submentale. Sisa
dua pertiga anterior lidah lainnya mengalirkan cairan limfenya ke nodi lympoidei
submandibulares dan servicales profundi kedua sisi. Limfe dari sepertiga anterior
lidah kaan mengalir ke nodi lymphoidei cervicales profundi kedua sisi.3
Membrane mukosa bagian atas lidah dapat dibagi menjadi bagian anterior
dan posterior oleh sulcus berbentuk V, yaitu sulcus terminalis. Sulcus membagi
lidah menjadi dua pertiga bagian anterior atau pars oralis dan sepertiga bagian
posterior atau atau pars faringealis. Apeks dari sulcus menonjol ke belakang dan
ditandai oleh lubang kecil yang disebut foramen cecum. Foramen cecum
merupakan sisa embriologis dan menandakan tempat dari ujung atas ductus
thyroglossus.3
Pada permukaan atas dua per tiga bagian anterior lidah memiliki
permukaan yang kasar karena adanya tonjolan yang disebut papila. Terdapat tiga
jenis papila yaitu:
a. papila filiformis (fili=benang); berbentuk seperti benang halus;
b. papila sirkumvalata (sirkum=bulat); berbentuk bulat, tersusun seperti huruf V
di belakang lidah;
c. papila fungiformis (fungi=jamur); berbentuk seperti jamur.
Membrane di bagian posterior lidah tidak memiliki papila, tetapi
permukaanya berbenjol-benjol tidak teratur yang disebabkan oleh adanya nodi
lymphoidei dibawahnya , yaitu tonsil linguae. Membrane mukosa dibawah lidah
berstruktur licin dan melipat darilidah ke dasar mulut. Di garis tengah anterior,
permukaan bawah lidah berhubungan dengan dasar mulut melalui lipatan
membrane mukosa yang disebut frenulum linguae. Pada sisi lateral frenulum
terdapat v. lingualis profundus yang dapat dilihat melalui membrane mukosa.
Lateral terhadap v. lingualis terdapat lipatan membrane mukosa yang disebut
plica fimbriata.3
Terdapat satu jenis papila yang tidak terdapat pada manusia, yakni papila
folliata pada hewan pengerat. Tunas pengecap adalah bagian pengecap yang ada

5
di pinggir papila, terdiri dari dua sel yaitu sel penyokong dan sel pengecap. Sel
pengecap berfungsi sebagai reseptor, sedangkan sel penyokong berfungsi untuk
menopang.4
Pada mamalia dan vertebrata yang lain, pada lidahnya terdapat reseptor
untuk rasa. Reseptor ini peka terhadap stimulus dari zat-zat kimia, sehingga
disebut kemoreseptor. Reseptor tersebut adalah kuncup-kuncup pengecap.
Kuncup tersebut berbentuk seperti bawang kecil atau piala dan terletak
dipermukaan epitelium pada permukaan atas lidah. Kadang juga dijumpai pada
langit-langit rongga mulut, faring dan laring, walaupun sedikit sekali. Kuncup-
kuncup pengecap ini ada yang tersebar dan ada pula yang berkelompok dalam
tonjolan-tonjolan epitel yang disebut papilla.4
Setiap kuncup pengecap terdiri dari dua macam sel, yaitu sel pengecap dan
sel penunjang, pada sel pengecap terdapat silia (rambut gustatori) yang
memanjang ke lubang pengecap. Zat-zat kimia dari makanan yang kita makan,
mencapai kuncup pengecap4
Melalui lubang-lubang pengecap (taste pores). Kuncup-kuncup pengecap
dapat merespon empat rasa dasar, yaitu manis, masam, asin dan pahit. Letak
masing-masing rasa berbeda-beda yaitu :4
a. Rasa Asin = Lidah Bagian Depan
b. Rasa Manis = Lidah Bagian Tepi
c. Rasa Asam / Asem = Lidah Bagian Samping
d. Rasa Pahit / Pait = Lidah Bagian Belakang

6
Gambar 2. Bagian-bagian lidah

2.1.2 Fungsi Lidah


Fungsi utama lidah selama pengolahan makanan adalah menerima
kecapan/rasa dan membantu pengunyahan dan penelanan massa makanan, yang
disebut bolus. Di dlam rongga mulut, sensasi pengecapan dideteksi oleh sel
reseptor kecap yang terdapat pada kuncup kecap (gemma gustatoria) di papilla
fungiformis dan sirkumvalata lidah. Selain lidah, tempat kuncup pengecap
ditemukan paling banyak, kuncup juga terdpat di membrane mukosa pallatum
molle, faring dan epiglottis.
Substansi yang dikecap dilarutkan terlebih dahulu di dalam liur yang
terdapat di rongga mulut sewaktu makan.bahan yang larut berkontak dengan sel
gustatorius melalui porus gustatorius. Selain liur kuncup kecap di epitel papilla
sirkumvalata juga dibilas oleh secret encer yang dihasilkan oleh kelenjar serosa
(Von Ebner). Secret ini masuk ke dalam sulkus (furrow) di dasar papilla, dan
selanjutnya melarutkan berbagai substansi, yang masuk ke dalam porus
gustatoriusdi kuncup kecap. Sel reseptor kecap kemudian dirangsang oleh kontak
langsung dengan bahan terlarut dan menghasilkan impuls yang dihantarkan oleh
serat saraf eferen.
Berikut ini merupakan beberapa fungsi lidah:
a. Menunjukkan kondisi tubuh
Selaput lidah manusia dapat digunakan sebagai indikator metabolism
tubuh, terutama kesehatan tubuh manusia.
b. Warna Lidah
Kuning menandakan adanya infeksi bakteri, jika warna kuning menuju
kehijauan adanya infeksi bakteri akut. Merah menandakan aktivitas panas tubuh,
jika hanya terdapat pada ujung lidah berarti adanya panas pada jantung, jika
terdapat pada sisi kanan kiri menandakan adanya ganguan ginjal dan kandung
empedu. Ungu berarti adanya aktivitas statis darah, darah tidak lancar dan ada
gangguan. Biru menandakan adanya aktivitas dingin yang menyebabkan statis
darah.
c. Bentuk Lidah

7
Tipis, jika bentuk lidah tipis dan berwarna pucat menandakan defisiensi
(kekurangan ) darah yang berhubungan dengan hati semakin pucat semakin parah
gangguan hati, sirkulasi darah tidak normal menandakan gangguan ginjal dan
limpa.
d. Membasahi makanan di dalam mulut
Kelenjar sublingualis, terletak di bawah lidah dapat membantu dalam
melumasi dan membasahi
e. Mengecap atau merasakan makanan
f. Membolak-balik makanan
g. Menelan makanan3
Menelan makanan merupakan suatu proses. Setelah makanan masuk
kedalam mulut, biasanya makanan tersebut dikunyah oleh gigi-geligi dan
dicampur dengan saliva. Makanan bergerak bolak-balik diantara gigi rahang atas
dan rahang bawah sebagai akibat gerakan lidah dan fungsi m. buccinators.
Makanan yang sudah dikunyah dan bercampur ini membentuk bolus pada dorsum
linguae dan didorong ke atas dan belakang pada permukaan bawah pallatum
molle. Gerakan ini terjadi apabila m.styloglossus berkontraksi, menarik radiks
linguae ke atas dan belakang. Selanjutnya kontraksi m. palatoglossus mendorong
bolus ke belakang, ke dalam orofaring. Proses menelan selanjutnya merupakan
gerakan involunter.
Saat nasofaring putus hubungannya dengan orofaring karena elevasi
palatum molle, penarikan dinding posterior faring ke depan oleh serabut-serabut
atas m. constrictor pharynges superior dan kontraksi m. palatopharyngeus. Bolus
turun ke bawah lewat diatas epiglottis, aditus laringus tertutup, dan akhirnya
mencapai pinggir bawah pharyng sebagai akibat kontraksi terus menerus dari m.
constrictor harynges superior, medius dan inferior. Makanan tergelincir melalui
alur kana dan kiri aditus larynges, yaitu melalu fossa piriformis. Akhirnya
serabut-serabut bagian bawah m. constrictor pharynges inferior relaksasi, dan
bolus masuk ke esophagus.
h. Mengontrol suara dan dalam mengucapkan kata-kata

8
2.2. Definsisi Glositis
Glositis merupakan suatu kondisi peradangan yang terjadi pada lidah yang
ditandai dengan terjadinya deskuamasi papila lingualis sehingga menghasilkan
daerah kemerahan yang halus dan mengkilat. Glositis bisa terjadi akut atau
kronis.1 Penyakit ini dapat mencerminkan kondisi dari lidah itu sendiri atau
merupakan cerminan dari penyakit tubuh yang gejalanya muncul pada lidah.
Keadaan ini dapat menyerang pada semua tingkatan usia.

Gambar 3. Glositis

2.3 Etiologi Glossitis


Glositis dapat diklasifiksikan sebagai gastrointestinal disease. Glositis
dapat terjadi secara primer yaitu terjadi tanpa adanya penyakit yang
mendasarinya, atau terjadi secara sekunder sebagai tanda atau gejala penyakit.
Penyebab glositis bermacam-macam, baik lokal dan sistemik. Penyebab glositis
bisa diuraikan sebagai berikut:5
a. Sistemik:
1. Malnutrisi (kurang asupan vitamin B12, niasin, riboflavin, asam folat)
2. Anemia (kekurangan Fe)
3. Penyakit kulit (lichenplanus, erythema multiforme, syphilis, lesi
apthous)
4. HIV (candidiasis, HSV, kehilangan papillae)
5. Obat lanzoprazole, amoxicillin, metronidazole.
b. Lokal:

9
1. Infeksi (streptococcal, candidiasis, Tb, HSV, EBV)
2. Trauma (luka bakar)
3. Iritan primer (alkohol, tembakau, makanan pedas, permen berlebihan)

2.4 Faktor risiko


Faktor risiko glositis antara lain:5
1. Nutrisi yang kurang bagus
2. Merokok
3. Mengkomsumsi alcohol
4. Usia
5. Stres, gelisah, depresi
2.5 Macam-macam Glositis
a. Atrofi Glositis
Glositis atrofi atau hunter glossitis (bald tongue) adalah suatu kondisi
yang ditandai oleh lidah mengkilap halus dan nyeri yang disebabkan oleh atrofi
dari papila lingual (depapillation).  Permukaan lidah dorsal mungkin akan terasa
panas, nyeri dan/atau eritema. Atrophic glossitis memiliki banyak penyebab,
biasanya terkait dengan kekurangan nutrisi atau faktor lain
seperti xerostomia (mulut kering) atau anemia. 6
b. Benign Migratory Glossitis ( Geografis Lidah)
Lidah Geografis atau Benign Migratory Glossitis atau disebut juga eritema
migran lingualis, glossitis areata exfoliativa, glossitis areata migrans adalah
kondisi peradangan selaput lendir dari lidah, biasanya terjadi pada permukaan
lidah.  Hal ini ditandai dengan lidah yang halus, depapillation dengan warna
merah (hilangnya papila lingual) dan pinggir yang putih yang berpindah atau
meluas dari waktu ke waktu. Istilah migratory berasal dari gambaran lidah yang
berubah menjadi seperti peta, dengan patch menyerupai gambaran pulau-pulau.
Ini merupakan kondisi yang sering terjadi, insidensinya 2-3% dari seluruh
populasi. Penyebabnya tidak diketahui, tetapi kondisi ini sepenuhnya jinak dan
tidak ada pengobatan kuratif.6
Goegraphic tongue biasanya terjadi pada dua per tiga bagian dorsal lateral
permukaan lidah. Daerah yang mengalami depapillation biasanya sedikit
terangkat, berwarna putih, kuning atau abu-abu.  Sebuah lesi lidah geografis

10
biasanya dimulai sebagai patch putih pada awal terjadinya penyakit, biasanya
hanya terdapat satu lesi, tapi ini jarang terjadi dan biasanya lesi dapat berada di
beberapa lokasi yang berbeda di lidah, dan kemudian seiring waktu, lesi-lesi
tersebut meluas dan menyatu untuk membentuk gambaran khas seperti peta. Lesi
biasanya berubah bentuk, ukuran dan berpindah ke bagian lidah lain.  Kondisi ini
dapat mempengaruhi hanya sebagian dari lidah, dengan kecenderungan dimulai
pada ujung dan sisi lidah, yang akan berkembang ke seluruh permukaan lidah.
Glositis geografis seringkali tidak menimbulkan gejala, tetapi dalam beberapa
kasus, pasien dapat mengalami rasa sakit atau terbakar misalnya ketika makan
panas, asam, pedas atau lainnya jenis makanan (misalnya keju, tomat, buah).6 
Beberapa penelitian melaporkan hubungan penyakit ini dengan
beberapa antigen pada leukosit manusia , seperti peningkatan insiden
dengan HLA-DR5 , HLA-DRW6 dan HLA-Cw6 dan penurunan insiden di HLA-
B51.  Kekurangan vitamin B2 (ariboflavinosis) dapat menyebabkan beberapa
tanda-tanda di mulut, termasuk lidah geografis. Lidah pecah-pecah sering terjadi
bersamaan dengan lidah geografis  dan beberapa menganggap lidah pecah-pecah
menjadi tahap akhir geografis lidah. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa
lidah geografis dikaitkan dengan diabetes , dermatitis seboroik dan atopi.6
Beberapa kasus jarang menimbulkan gejala, akan tetapi ketika gejala
muncul pemberian topikal anestesi dapat digunakan untuk mengurangi gejala.obat
lainnya digunakan untuk mengurangi gejala geographing tongue, seperti
kortikosteroid, anti histamin, dan anxiolitik, akan tetapi obat ini tidak digunakan
secara formal untuk mengobati gejala ini. Jika gejala ini dieksaserbasi oleh
makanan, maka dianjurkan untuk tidak mengonsumsi makanan yang akan
mengeksaserbasi gejala tersebut.6

11
Gambar 4. Benign Migratory Glossitis

c. Median Rhomboid Glositis


Median rhomboid glossitis atau atrofi papila sentral adalah suatu kondisi
yang ditandai oleh daerah kemerahan dan kehilangan papilla lidah, terletak di
dorsum lidah dalam garis tengah di depan papila sirkumvalata. Median rhomboid
glossitis diduga diakibatkan oleh infeksi jamur kronis, dan biasanya adalah
jenis kandidiasis oral.7
Rasa sakit jarang terdapat pada kondisi tersebut.  Penampilan khas lesi
adalah daerah berbentuk oval atau belah ketupat yang terletak di garis tengah
permukaan dorsal lidah, hanya anterior (depan) dari terminalis sulkus . Lesi
biasanya simetris, batas jelas, eritematosa dan depapillated. Biasanya dapat
ditemukan pula lesi kandida di tempat lain di mulut.7
Faktor predisposisi, yaitu merokok, penggunaan gigi tiruan,
kortikosteroid semprotan atau inhaler dan human immunodeficiency
virus (HIV). Kultur mikrobiologi dari lesi biasanya menunjukkan Candida yang
bercampur dengan bakteri.7 
Diagnosis biasanya ditegakkan berdasarkan gambaran klinis, dan biopsi
jaringan, tetapi biasanya tidak diperlukan. Gambaran histologi biasanya terdapat
infiltrasi dari hifa candida. Pengobatan dilakukan bersamaan dengan penghentian
konsumsi rokok dan pengobatan topikal atau obat antijamur oral.

12
Gambar 5. Median Rhomboid Glossitis
d. Geometric Glossitis
Glossitis geometris, juga disebut geometris herpetic glossitis adalah istilah
yang digunakan untuk lesi kronis yang berhubungan dengan infeksi virus herpes
simpleks (HSV) tipe I, dimana ditemukan celah (fissure) yang bercabang di garis
tengah lidah. Lesi biasanya sangat menyakitkan, dan terdapat erosi di kedalaman
celah.  Istilah geometric glossitis ini berasal dari pola geometris pada celah yang
membujur, menyeberang atau bercabang. Hubungan antara herpes simpleks dan
glossitis geometris ini dibantah oleh beberapa peneliti dan klinisi, karena belum
ada gold standard untuk diagnosis lesi herpes intraoral.8
2.6 Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala dari glositis bervariasi oleh karena penyebab yang
bervariasi pula. Tanda dasar kelainan ini adalah perubahan warna lidah dan rasa
nyeri. Warna yang dihasilkan bervariasi dari gelap merah sampai dengan merah
terang. Kondisi ini menyebabkan kesulitan mengunyah, menelan atau berbicara.
Lidah yang mempunyai kelainan ini permukaannya akan terlihat halus. Terdapat
beberapa ulserasi yang terlihat pada glositis. Perawatan dari glositis tergantung
pada penyakit yang mendasari. Apabila glositis terjadi pada anemia pernisiosa
maka lidah akan tampak merah dan terasa panas.9
2.7. Diagnosis
Penegakan diagnosis dimulai dari anamnesis. Dari anamnesis, dapat
ditemukan keluhan nyeri lidah, gambaran lidah halus, mengkilap karena
hilangnya papila lingualis, warna lidah berubah menjadi lebih merah
dibandingkan dengan lidah normal, pembengkakan lidah, sult untuk mengunyah,
menelan dan berbicara dan rasa terbakar.10
Pada pemeriksaan fisik, dilihat nodul atau papilla lidah yang menghilang.
Selain itu juga dapat dilakukan pemeriksaan tambahan seperti biopsi, kikisan
KOH, CBC, tes serologi untuk sifilis, tes untuk defisiensi vitamin B12, tes
glukosa postprandial, profil kimia darah, kultur lesi dan smear bila terdapat
indikasi.10
2.8 Diagnosis Banding
1. Oral candidiasis

13
Penyebabnya adalah jamur yang disebut Candida albican. Gejalanya lidah
akan tertutup lapisan putih yang dapat dikerok
2. Geographic tounge
Lidah seperti peta, berpulau-pulau. Bagian pulau itu bewarna merah dan
lebih licin
3. Fissured tounge
Lidah akan terlihat pecah-pecah

2.9 Tatalaksana Glositis


Tujuan pengobatan adalah untuk mengurangi peradangan. Perawatan
biasanya tidak memerlukan rawat inap kecuali lidah bengkak sangat parah.
Kebersihan mulut sangat perlu, termasuk menyikat gigi menyeluruh setidaknya
dua kali sehari dan flossing sedikitnya setiap hari. Kortikosteroid seperti
prednisone dapat diberikan untuk mengurangi peradangan glositis. Untuk kasus
ringan, aplikasi topis (seperti berkumur prednisone yang tidak ditelan) dapat
disarankan untuk menghindari efek samping dari kortikosteroid yang ditelan atau
disuntik. Antibiotik, obat anti jamur, atau anti mikroba lainnya mungkin diberikan
jika penyebab glositis adalah infeksi. Anemia dan kekurangan gizi harus
diperhatikan, sering dengan perubahan pola makan atau suplemen lainnya.
Hindari iritasi (seperti makan panas atau pedas, alkohol, dan tembakau) untuk
meminimalkan ketidaknyamanan.8
Pencegahan dilakukan dengan oral higiene yang baik, minum cukup air
dan produksi saliva yang cukup akan menurunkanjumlah bakteri. Meminimalisasi
iritasi dan injuri pada mulut juga akan mencegah glositis. Menghindari maknaan
yang akan mengiritasi mulut juga akan membantu mengurangi terjadinya glosistis.
2.10 Komplikasi
Komplikasi pada glositis antara lain bisa terjadi kegelisahan pada
penderita, penghambatan jalan nafas, kesulitan berbicara, kesulitan mengunyah
atau menelan, bahkan pada kondisi yang berat bisa terjadi peradangan lidah yang
kronis.

14
2.11. Prognosa
Dalam beberapa kasus, glositis bisa menyebabkan lidah bengkak yang
dapat menghambat jalan nafas. Namun dengan penanganan yang tepat dan
adekuat, gangguan pada lidah ini dapat teratasi dan dicegah kekambuhannya

15
BAB III
KESIMPULAN

3.1 Kesimpulan
Glositis merupakan suatu kondisi peradangan yang terjadi pada lidah yang
ditandai dengan terjadinya deskuamasi papila lingualis sehingga menghasilkan daerah
kemerahan yang halus dan mengkilat. Penyakit ini dapat mencerminkan kondisi dari
lidah itu sendiri atau merupakan cerminan dari penyakit tubuh yang gejalanya muncul
pada lidah.
Glositis terdiri dari berbagai jenis yang mekanisme dan penyebabnya dapat
berbeda-beda. Macam-macam glositis antara lain, Glositis Atrofi, Benign Migratory
Glossitis, Median Rhomboid Glositis dan Geometric Glossitis. Macam-macam
glositis ini mempunyai gambaran yang khas yang membedakan satu dengan yang
lainnya.
Glositis dapat terjadi secara primer yaitu terjadi tanpa adanya penyakit yang
mendasarinya, atau terjadi secara sekunder sebagai tanda atau gejala penyakit.
Penyebab glositis bermacam-macam, baik lokal dan sistemik. Penyebab sistemik
antara lain: malnutrisi, anemia (kekurangan Fe), penyakit kulit (lichenplanus,
erythema multiforme, syphilis, lesi apthous), HIV, obat lanzoprazole, amoxicillin,
metronidazole. Penyebab lokal glositis antara lain: infeksi (streptococcal,
candidiasis, Tb, HSV, EBV), trauma (luka bakar) atau iritan primer (alkohol,
tembakau, makanan pedas, permen berlebihan).
Tanda dan gejala dari glositis bervariasi oleh karena penyebab yang bervariasi
pula. Tanda dasar kelainan ini adalah perubahan warna lidah dan rasa nyeri. Warna
yang dihasilkan bervariasi dari gelap merah sampai dengan merah terang. Kondisi ini
menyebabkan kesulitan mengunyah, menelan atau berbicara. Lidah yang mempunyai
kelainan ini permukaannya akan terlihat halus.
Tujuan pengobatan adalah untuk mengurangi peradangan. Untuk kasus
ringan, aplikasi topis (seperti berkumur prednisone yang tidak ditelan) dapat
disarankan untuk menghindari efek samping dari kortikosteroid yang ditelan atau

27
disuntik. Antibiotik, obat anti jamur, atau anti mikroba lainnya mungkin diberikan
jika penyebab glositis adalah infeksi.

3.2 Saran
Penulis diharapkan selalu ingin menambah wawasan dan pengetahuan dengan
lebih banyak mencari referensi terkait dengan penyakit glositis. Diharapkan bagi para
praktisi dapat menggunakan jurnal ini sebagai salah satu penambah wawasan untuk
penunjang pelayanan praktik.

28
DAFTAR PUSTAKA

1. Brian VR, Derby R, Bunt WC. Common tongue conditions in primary care.
Am Fam Physician. 2010 mar 1;81(5):627-34. Available from:
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/20187599.

2. Guyton, Arthur C. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. . 2007.Jakarta:EGC.

3. Snell, Richard S. Anatomi Klinis Untuk Mahasiswa Kedokteran. .


2006.Jakarta: EGC.
4. Eroschenko, Victor P. Atlas Histologi diFiore: dengan Korelasi
Fungsional. .2010.Jakarta: EGC.
5. Honarmand M, Farhad ML, Shirzaiy M, Sehhatpour M. Geographic Tongue
and Associated Risk Factors among Iranian Dental Patients. Iran J Public
Health. 2013; 42(2): 215-19. Available from:
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/23515238.

6. Goswami M, Verma A, Verma M. Benign migratory glossitis with fissured


tongue. J Indian Soc Pedod Prev Dent. 2012 Apr- Jun; 30(2): 173-75.
Available from: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/22918106.

7. Assimakopoulos D, Patrikakos G, Fotika C, Elisaf M. Benign migratory


glossitis or geographic tongue: an enigmatic oral lesion. Am J Med. 2002 Dec
15; 113(9): 751-55. Available from:
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/12517366.

8. Jainkittivong A, Langlais RP. Geographic tongue: clinical characteristics of


188 cases. J Contemp Dent Pract. 2005 15; 6(1): 123-35. Available from:
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/15719084.

9. Redman R S: Prevalence of geographic tongue, fissured tongue, median


rhomboid glossitis and hairy tongue among 3,611Min- nesota schoolchildren.

29
Oral Surg 30: 390-95, 1970. Available from:
http://www.sciencedirect.com/science/article/pii/0030422070903208.

10. Scully, Crispian. 2008. Oral and Maxillofacial Medicine: The Basis of
Diagnosis and Treatment. Edinburgh: Churchill Livingstone

30

Anda mungkin juga menyukai